Redesain Taman Sriwedari Kota Surakarta (Studi Kasus Segaran) Neisyarani Fauzia Ami1, Chairil Budiarto Amiuza2, Abraham Mohammad Ridjal2 1Mahasiswa 2
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono167 Malang, 65145, Jawa Timur, Indonesia Alamat Email penulis:
[email protected]
ABSTRAK Taman Sriwedari merupakan taman yang mewadahi kegiatan seni budaya sekaligus melestarikan sejarah (Bangunan Cagar Budaya) di dalamnya. Dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011–2031, Taman Sriwedari termasuk dalam Kawasan Cagar Budaya dan Ruang Terbuka Hijau. Di dalam kawasan Taman Sriwedari terdapat beberapa bangunan cagar budaya, antara lain: Museum Radya Pustaka, Gedung Wayang Orang, Stadion Sriwedari, dan Segaran. Di antara fasilitas- fasilitas tersebut, Segaran menjadi satu-satunya fasilitas yang tidak beroperasi lagi karena tidak ada perbaikan maupun pengembangan fasilitas. Evaluasi Purna Huni dilakukan untuk mengevaluasi kelayakan kondisi eksisting Segaran Taman Sriwedari berdasarkan observasi langsung pada objek dan menggunakan Metode EPH investigatif, yaitu penilaian berdasarkan literatur yang berkaitan dengan Segaran Taman Sriwedari. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kriteria yang tepat dalam proses redesain Segaran agar dapat berfungsi kembali secara optimal seperti pada awal didirikan, sekaligus dapat melestarikan sejarah budaya sebagai identitas pada Taman Sriwedari. Kata kunci: bangunan cagar budaya, taman budaya, evaluasi purna huni
ABSTRACT Sriwedari is a park that accommodates cultural events as well as preserves the history (Heritages Building) in it. In Surakarta Regulation No. 1 Year 2012 on Surakarta Spatial Planning Year 2011-2031, Sriwedari Park belongs to heritage regions and green open spaces area. In Sriwedari Park, there are some heritages buildings among them, they are: Radya Pustaka Museum, Wayang Orang Building, Sriwedari Stadium, and Segaran. Among the facilities, Segaran is the only facility that is no longer operating because there is no improvement or development in facilities. Post Occupancy Evaluation was performed to evaluate the feasibility of existing conditions in Segaran based on direct observation on the object and also use POE Investigation method, which is an assessment based on literatures related to Segaran Sriwedari Park. The purpose of this evaluation is to get the appropriate criteria in the process of redesigning Segaran in order to continue to work optimally just like the beginning of its establishment as well as to preserve the cultural history of culture as an identity of Sriwedari Park. Keywords:heritage building, cultural park, post occupancy evaluation
1.
Pendahuluan
Taman Sriwedari merupakan taman di tengah kota yang memiliki kaitan erat dengan Keraton Kasunanan Surakarta. Taman ini digagas oleh Sultan Pakubuwana X dan dirancang oleh Patih dalem Raden Sasradiningrat.Pada awalnya, TamanSriwedari merupakan tempat peristirahatan khusus bagi keluarga istana, masyarakat pada masa
itu menyebutnya Kebon Rojo atau kebun milik raja. Namun dalam perkembangannya, TamanSriwedari dibuka untuk masyarakat umum. Di taman ini terdapat beberapa bangunan dari jaman kejayaan keraton yang masih bertahan hingga kini, salah satunya adalah Segaran. Segaran atau segara anakan yang berarti “laut mini” ini menjadi perlambang laut dengan pendopo joglo sebagai perlambang gunung di Taman Sriwedari dalam kepercayaan masyarakat Jawa. Awalnya, Segaran merupakan kolam bundar dipenuhi teratai dan kayu apu berpagar tembok di sekeliling kolam sebagai tempat untuk melepas lelah sambil melihat panggung hiburan yang berada di tengah pulau. Pengunjung dapat menikmati dari sekeliling Segaran atau mendekati panggung melewati jembatan lengkung.Setiap malam ke-21 bulan ramadhan, terdapat pertunjukan gamelan yang dibunyikan untuk mengiringi suara sinden. Di pulau tengah Segaran ini terletak pusat (tlacer) sebagai salah satu alternatif terpilihnya Desa Kadipala (lokasi Taman Sriwedari saat ini) untuk lokasi Keraton Surakarta. Air di Segaran pada masa lalu jernih dan dalam sehingga dijadikan tempat wisata air (perahu) bagi masyarakat. Saat ini, Segaran menjadi satu-satunya cagar budaya pada Taman Sriwedari yang tidak beroperasi lagi. Dapat dilihat dari Kupel Segaran yang kini tidak difungsikan, wisata perahu yang terbengkalai, kolam Segaran hanya digunakan untuk memancing dan adanya bangunan resto boga di tengah Segaran yang kurang sesuai dengan area cagar budaya. Evaluasi Purna Huni diharapkan dapat menjadi langkah tepat untuk mengetahui kelayakan fasilitas-fasilitas eksisting pada Segaran Taman Sriwedari dan dapat mengembalikan fungsi segaran seperti awal didirikan. 2.
Metode
2.1 Bahan 1. Studi lapangan: mengadakan observasi langsung pada tapak untuk mendapatkan data-data mengenai kondisi eksisting tapak dan sekitarnya dilengkapi dengan dokumentasi berupa foto. Tujuan studi lapangan antara lain: mengetahui dan memperoleh kondisi fisik tapak dan sekitar (Taman Sriwedari), kondisi bangunan pada objek studi(Segaran) beserta pengembangannya dan mengetahui aktivitas yang dilakukan pengunjung maupun masyarakat daerah sekitar. 2. Studi literatur: mengumpulkan data-data yang terkait dengan objek rancangan, meliputi buku, jurnal ilmiah, serta media internet yang bertujuan untuk mendapatkan data-data mengenai Peraturan Pemerintah Kota Solo terkait dengan lokasi tapak, mendapatkan teori dan standar/kriteria yang digunakan, dalam hal ini adalah teori redesain dan unsurnya, teori Evaluasi Purna Huni, teori dan standar taman wisata budaya dan mendapatkan informasi mengenai sejarah, budaya, dan arsitektural pada Taman Sriwedari, dalam hal ini penggambaran dalam serat Babad Sala dan Babad Sriwedari sebagai acuan utama dalam proses rancangan Segaran agar dapat kembali diminati masyarakat untuk berekreasi seperti dahulu sekaligus melestarikan bangunan cagar budaya di dalamnya (Kupel Segaran). 2.2 Metode Menggunakan metode Evaluasi Purna Huni, pengolahan data menggunakan tahapan dalam pelaksanaan EPH, yaitu merumuskan temuan (identifikasi), analisis, dan menyusun rekomendasi evaluasi (sintesis), dengan rincian sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kondisi eksisting tapak yang meliputi: sejarah Taman Sriwedari, fungsi dan fasilitas eksisting, penggunaan lahan, sirkulasi tapak, view tapak, dan ruang terbuka untuk digunakan sebagai dasar dalam menganalisis tapak kemudian identifikasi lebih lanjut ditekankan pada Segaran Taman Sriwedari sebagai objek utama studi. 2. Dalam Evaluasi Purna Huni, terdapat tiga aspek yang dianalisis, antara lain: a. Aspek Perilaku, yaitu menganalisis aktivitas pengunjung Segaran pada masa lalu dan saat ini. b. Aspek Fungsional, yaitu menganalisis fungsi Segaran saat ini dan menjadikan fungsi pada awal didirikan sebagai acuan jika hasil analisis tidak sesuai dengan kebutuhan. c. Aspek Teknis, yaitu menganalisis dimensi dan tampilan Segaran dan Kupel Segaran yang disesuaikan dengan fungsi awal yang diwadahi dan sejarah dari bangunan tersebut. Aspek – aspek tersebut dianalisis dengan menggunakan metode investigatif, yaitu observasi langsung ke lapangan dan studi literatur yang berkaitan dengan Segaran Taman Sriwedari (Babad Sala danBabad Sriwedari) 3. Sintesis merupakan hasil dari analisis yang telah dilakukan sebelumnya untuk menjadi acuan dalam redesain tapak dan Segaran dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi karakter tapak untuk menghindari rancangan yang tidak sesuai terhadap tapak. 3.
Hasil dan Pembahasan
3.1 Identifikasi Segaran
Gambar 1. Lokasi Segaran pada Taman Sriwedari (Sumber: Google Earth, 2016)
Pada kondisi eksistingSegaran, panti pangaksi dan guwa swara dihilangkan dan pulau di tengah segaran diperluas untuk dijadikan area komersial (resto boga). Kolam Segaran saat ini hanya digunakan untuk memancing, awalnya terdapat fasilitas wisata air (perahu),namun sudah tidak berfungsi disebabkan oleh berkurangnya kedalaman Segaran (pendangkalan) karena adanya limbah. Kupel Segaran tetap dipertahankan dengan tetap diletakkan di tempat tinggi yang menyimbolkan kesakralan bangunan, meskipun kini tidak lagi difungsikan sebagai tempat upacara malam Selikuran.
3.2 Analisis Evaluasi Purna Huni Segaran 3.2.1 Aspek Perilaku a. Kondisi Masa Lalu Kegiatan di Segaran pada masa lalu, yaitu pengunjung berwisata perahu, bersantai di sekitar Segaran sambil menikmati pertunjukan karawitan (gamelan dan sinden), dan merayakan malam Selikuran (maleman sriwedari).
Gambar 2. Segaran tempo dulu (Sumber: Bappeda Surakarta,2012)
b. Kondisi Saat Kini Kegiatan di Segaran saat ini, yaitu pengunjung datang untuk sekedar duduk dan memancing, menikmati kuliner di resto boga yang berada di tengah Pulau Segaran, sedangkan acara malam Selikuran telah dipindah ke Masjid Agung, pertunjukan karawitan danwisata perahu sudah tidak beroperasi. c. Analisis Tabel 1.Analisis Perilaku pada Segaran Kurangnya aktivitas pengunjung pada Segaran sehingga tidak seoptimal pada masa lalu karena banyak fungsi yang sudah tidak beroperasi lagi.
Analisis aktivitaseksisiting
Tanggapan Aktivitas di Segaran dioptimalkan kembali melalui penambahan fasilitas hiburan (panggung seni dan wisata perahu).
Aktivitas di Segarantidak didukung dengan pepohonan dan tidak ada tempat duduk khusus di area ini membuat pengguna fasilitas ini kurang nyaman.
Perlu penghijauan di area Segaran dan penambahan fasilitas tempat duduk / istirahat sejenak (gazebo)
(Sumber: Hasil analisis, 2016)
3.2.2 Aspek Fungsional a. Kondisi Masa Lalu Kolam Segaran berfungsi sebagai simbol lautan pada Taman Sriwedari, penyejuk udara alami, tempat biota air dan wisata perahu, serta sebagai media penghantar bunyi/ suara alami pada pertunjukan seni karawitan. Kupel Segaran dijadikan sebagai tlacer (pusat) dari Taman sriwedari yang berfungsi sebagai tempat raja dan malam Selikuran (sakral) dan terdapat panggung untuk tempat pertunjukan seni budaya dan guwa swara yang berada dibawahnya digunakan sebagai tempat menyimpan gamelan (hiburan). b. Kondisi Saat Kini Fasilitas yang ada pada Segaran antara lainkolam Segaran yang berfungsi sebagai kolam pemancingan bagi masyarakat. Kupel Segaran dan dermaga perahu yang bangunannya masih ada, namun sudah tidak difungsikan. Resto boga sebagai tempat makan eksklusif. c. Analisis Tabel 2.Analisis Fungsional pada Segaran Analisis fasilitas eksisting - Kolam Segaran: Kondisi air kolam Segaran saat ini keruh dan mengalami pendangkalan karena limbah sehingga mengurangi kesakralan dan keindahan Segaran.
Tanggapan Mempertahankan bentuk dan luas namun kualitas air kolam diperbaiki sesuai standar kolam.
- Dermaga Perahu: Bangunan yang mewadahi fasilitas wisata perahu sudah tidak berfungsi lagi karena kolam Segaransaat ini tidak menunjang wisata perahu
Fungsi wisata prahu dikembalikan dengan memperbaiki bangunan dermaga.
- Resto Boga: Merupakan fasilitas baru yang berada di tengah pulau tepat di samping kupelSegaran sehingga mengurangi kesakralan kupel.
Resto Boga perlu dipindah dari area Segaran untuk mengembalikan kesakralan pulau.
- Kupel Segaran: Bangunan yang mewadahi upacara malam Selikuran di masa lalu dianggap sakral terlihat dari segi arsitekturalnya sehingga perlu dipertahankan.
1. Bentuk
(Sumber: Hasil analisis, 2016)
segi enam dengan saka tunggal dan letak kupel Segaran di atas bukit dipertahankan 2. Perlu adanya perbaikan pada kupel Segaran sehingga dapat difungsikan kembali 3. Fungsi pertunjukan seni karawitan dikembalikan, disesuaikan dengan gambaran tempo dulu dari literatur.
3.2.3 Aspek Teknis a. Kondisi Masa Lalu Kolam Segaran digunakan untuk wisata air (perahu) dan dipenuhi dengan tumbuhan air (teratai dan kayu apu) dan hewan air, dan terdapat jembatan lengkung sebagai penghubung ke Pulau Segaran. Di tengah kolam terdapat punthuk (pulau) yang diberi bangunan bertembok melingkar (segi enam) dengan hiasan kaca berwarna-warni (kaca patri) dan diberi ukir-ukiran (ornamen kayu). b. Kondisi Saat Kini Kolam Segaran memiliki luas 5107 meter persegi dan kedalaman 2 meter, serta jembatan lengkung. Di tengah Pulau Segaran, masih terdapat Kupel Segaran, yaitu bangunan segi enamdengan kondisi tiang beton saka tunggal dan rangka atap kayu ekspos, pintu berbahan kayu polos dengan finishing cat berwarna biru, jendela berupa teralis besi dengan ornamen hewan.Dinding bata dengan ketinggian 1 meterdanlantai dengan material keramik. c. Analisis Tabel 3.Analisis Teknis pada Segaran Kolam Segaran Kondisi eksisting a. Luas Segaran: 5107 m2 b. Kedalaman Kolam: 2 m c. Jembatan lengkung
Analisis
Tanggapan
Segaran merupakan area yang dikonservasi oleh pemerintah karena memiliki nilai sejarah. Jembatan berbentuk lengkung agar perahu dapat melewati bagian bawah jembatan
1. Luas dan kedalaman Segarandipertahankan karena merupakan area konservasi. 2. Jembatan lengkung dipertahankan
Kupel Segaran Kondisi eksisting 1. Struktur eksisting: Tiang beton saka tunggal dan rangka atap kayu ekspos
Analisis Tiang beton saka tunggal menjadi ciri khas dari bangunan
Tanggapan Bentuk kupel Segaran (segi enam) dan struktur (saka tunggal, rangka atap kayu ekspos) dipertahankan.
1. Bukaan: - Pintu berbahan kayu polos dengan finishing cat berwarna biru - Jendela berupa teralis besi dengan ornamen hewan.
-
Pintu kayu polos kurang merepresentasikan kegiatan yang diwadahi. Jendela teralis besi kurang merepresentasikan kegiatan yang diwadahi
Bukaan (pintu dan jendela) didesain ulang sesuai dengan desain di masa lalu yang digambarkan pada literatur (bangunan dengan hiasan ukiran dan kaca warna warni) karena lebih sesuai dengan fungsi yang akan dikembalikan (malam selikuran)
-
2. Bidang Pelingkup: - Atap: genteng berbahan tanah - Dinding: bata dengan ketinggian 1 m - Lantai: material keramik warna merah bata
-
-
-
Bentuk dan material atap dipertahankan
Bidang pelingkup yang meliputi dinding dan atap dipertahankan, lantai perlu didesain ulang.
Dinding dengan tinggi hanya 1 m memberikan bukaan yang cukup agar terkesan luas dan terbuka dipertahankan. Motif lantai kurang merepresentasikan kegiatan yang diwadahi yaitu upacara malam selikuran dan karawitan (duduk di lantai) sehingga perlu perubahan motif lantai.
(Sumber: Hasil analisis, 2016)
3.3 Sintesis dan Konsep Redesain Segaran Tabel 4. Konsep Desain Segaran Unsur Bangun Fungsi: Segaran termasuk ke dalam zona olah rasa, sehingga fungsi berkaitan dengan kegiatan rekreasi dan relaksasi. Ruang: Aktivitas di Segaran dioptimalkan kembali melalui pengembalian fungsi kupel Segaran dan penambahan fasilitas hiburan (panggung seni dan wisata perahu). 1. Kupel Segaran: Bentuk bangunan dipertahankan 2. Panggung Kesenian: Sebagai bentuk pengembalian fungsi panti pangaksi dan guwa swar. 3. Dermaga: Bentuk dermaga dikembalikan seperti semula Geometri: 1. Resto boga perlu dipindah agar mengembalikan kesakralan pulau 2. Mempertahankan letak Kupel Segaran di tengah Pulau Segaran diatas bukit dan dijadikan sebagai pusat orientasi massa sekitar (tlacer) 3. Fungsi pertunjukan seni karawitan dan wisata perahu dikembalikan disesuaikan dengan gambaran tempo dulu dari literatur.
Konsep Desain
Tautan: 1. Pulau Segaran dibuat lapang sebagai penunjang acara malam selikuran (tempat masyarakat berebut nasi tumpeng) 2. Diperlukan penghijauan pada Segaran (penambahan vegetasi) 3. Penambahan fasilitas tempat duduk di area Segaran (gazebo). 4. Diperlukan perbaikan kolam Segaran 5. Jembatan berbentuk lengkung dipertahankan 6. Sisi timur pulau dibuat turap sebagai penguat struktur tanah sekaligus sebagai tribun penonton yang ingin menikmati pertunjukan karawitan
Pelingkup: 1. Bentuk Kupel Segaran (segi enam) dan struktur (saka tunggal, rangka atap kayu ekspos) dipertahankan. 2. Bukaan (pintu dan jendela) didesain ulang sesuai dengan desain di masa lalu yang digambarkan pada literatur karena lebih sesuai dengan fungsi yang akan dikembalikan (malam selikuran) 3. Bidang pelingkup yang meliputi dinding dan atap dipertahankan, lantai perlu didesain ulang.
(Sumber: Hasil analisis, 2016)
4.
Kesimpulan
Dari Evaluasi Purna Huni tersebut, didapat hasil analisis yang digunakan sebagai acuan untuk meredesain, yaitu: 1. Aspek Perilaku: Segi kenyamanan pengguna fasilitas eksisting Taman Sriwedari belum optimal terlihat dari Segaran yang sepi pengunjung dan belum tersedianya fasilitas yang dapat menarik pengunjung pada area Segaransehingga perlu adanya penambahan fungsi. 2. Aspek Fungsional: Terdapat bangunan historis (Kupel Segaran) yang tidak beroperasi lagi sehingga perlu adanya perbaikan untuk memberdayakan bangunan kembali. Terdapat bangunan yang tidak sesuai dengan nilai historis (resto boga) sehingga perlu adanya peralihan fungsi yang lebih sesuai dengan sejarah dan
peraturan pemerintah. Sertaterdapat bangunan yang dahulu digunakan sebagai dermaga dari wisata perahu yang kini tidak difungsikan sehingga perlu perbaikan. 3. Aspek Teknis: Fasilitas eksisting (Kolam Segaran dan Kupel Segaran) sudah tidak layak sehingga perlu dievaluasi kembali dengan membandingkan kondisi awal Segaran dan saat ini. Dari hasil analisis EPH tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi Segaran saat ini belum memenuhi kebutuhan pengunjung dan aktivitas yang diwadahi sehingga perlu adanya perbaikan dan penambahan fasilitas Segaran.Konsep rancangan menggunakan sintesis EPH sebagai acuan dengan variabel tata atur unsur bangun.Redesain Taman Sriwedari Kota Surakarta (studi kasus Segaran) ini diharapkan dapat mengembalikan Taman Sriwedari sebagai taman wisata yang diminati masyarakat (tempat olah raga, olah pikir, dan olah rasa) sekaligus tetap melestarikan nilai sejarah dan budaya didalamnya. Daftar Pustaka Martokusumo, Widjaja. 2005. Konservasi Lingkungan Perkotaan. Bandung: Departemen Arsitektur ITB. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011 – 2031. Sadli, Ali. 2005. Makna Kebersamaan Dalam Prosesi Malam Selikuran. Surakarta. Jurnal Kalimatun Sawa’, Vol. 03, No. 01. Sujatmiko Wahyu. 2005. Solo Masa Depan Adalah Solo Masa Lalu. Penataan ruang Departemen Pekerjaan Umum White, Edward T. 1986. Ordering systems: an introduction to architectural design (terjemahan). Bandung: ITB. Yasaharjana, 1856 – 1926. Babad Sriwedari terjemahan Indonesia. Surakarta: Pengecapan Tuan Liem Gwan Bie.