Modifikasi Alat Ukur Minat Kuder Preference Inventory/Record
P. Tommy Y. S. Suyasa Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Paper hasil penelitian dipersiapkan untuk dipublikasikan pada Research Week Universitas Tarumanagara, Agustus 2011, Jakarta
Abstract Kuder Preference Inventory/Record (KPI/R) is the measurement instrument of interest which is currently used extensively by both counselor education and by academics. KPI/R measures 10 areas of interest (Social Service, Persuasive, Artistic, Outdoor, Literary, Clerical, Scientific, Musical, Mechanical, and Computation). The purpose of this study was to modify KPI/R, which is considered to have some items that are outdated (not appropriate/relevant to the development of current conditions) and has a number of items that is too much (504 points). Through this research, expected to be generated: (a) the revised measurement instrument of interest which are shorter (by the number of items), (b) revised measurement tool that has the items that appropriate with the development of current conditions, and (c) revised measurement tool that has validity and reliability equivalent to KPI/R (before revision). Participants will be involved in testing the validity and reliability of the revised measure KPI R, is a fresh student of psychology faculty. Revised measurement of KPI/R will produce, expected to be gauge interest in a relatively short time, relevant to the development of current conditions, as well as reliable and valid. With the revised measurement of KPI/R, is also expected to practitioners and academics can have a psychological measurement tools/additional methods to identify areas of student interest. Keywords: interest, measurment, kuder preference inventory, revised.
Ada beberapa hal yang mendasari perlunya suatu alat ukur (dalam hal ini alat bidang ukur minat) dimodifikasi. Beberapa hal tersebut adalah: (a) ketidaksesuaian model/teori yang ada untuk diterapkan pada suatu budaya, (b) ketidaksesuaian norma yang ada untuk diterapkan pada suatu budaya, dan (c) keterbatasan alaternatif alat ukur bidang minat yang ada saat ini. Halaman 1 dari 17 halaman
Ketidaksesuaian model/teori yang diterapkan pada suatu budaya. Model/teori yang mendasari pengukuran bidang minat yang ada, terkadang kurang dapat diterapkan untuk berbagai jenis budaya. Sebagai contoh, berdasarkan hasil penelitiannya, Einarsdóttir, Rounds, dan Su (2010), menyatakan bahwa model/teori RIASEC yang dikembangkan oleh John. L. Holland, tidak dapat diterapkan di Iceland. Model/teori bidang minat RIASEC yang kembangkan oleh Holland, yang berbasis pada dua dimensi (Things-People serta Data-Ideas), perlu ditambahkan dua dimensi lainnya, yaitu Sex-Type dan Prestige. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa pemilihan bidang minat di Iceland lebih karena orientasi seksual dan prestise, bukan sekedar karena orientasi Things-People atau Data-Ideas. Berdasarkan hasil penelitiannya, Einarsdóttir et al. menyatakan bahwa dimensi Data-Ideas tampak kurang dapat diaplikasikan di Iceland. Hal ini menunjukkan bahwa model/teori yang mendasari suatu alat ukur bidang minat, masih perlu disesuaikan berdasarkan kondisi budaya masing-masing tempat. Ketidaksesuaian norma yang ada untuk diterapkan pada suatu budaya. Epperson dan Hammond (1981) melakukan penelitian untuk membandingkan distribusi skor pada populasi Native American dan distribusi skor yang ada pada manual (norma) alat ukur bidang minat Kuder-E. Berdasarkan hasil penelitian, mereka menemukan bahwa setidaknya ada enam bidang minat yang memiliki distribusi skor yang berbeda dengan distribusi skor norma yang tertera pada manual alat ukur Kuder-E. Di samping perbedaan distribusi skor pada enam bidang minat, Epperson dan Hammond juga mengkritisi adanya perbedaan distribusi skor Verification Scale (V-Scale). Epperson dan Hammond menyatakan bahwa penyimpangan skor V-Scale pada partisipannya (yang sedang menempuh level 9 pendidikan dasar), seharusnya tidak melebihi penyimpangan skor V-Scale yang tertera pada norma. Menurut mereka, partisipan yang digunakan pada penelitiannya sudah cukup matang (memiliki maturity); dimana mereka telah melebihi kriteria tingkat pendidikan yang ditentukan bagi partisipan Kuder-E (tingkat pendidikan minimal bagi partisipan Kuder-E adalah level 6 pendidikan dasar). Berdasarkan hasil penelitiannya, mereka merekomendasi pengguna Kuder-E untuk meninjau ulang, baik norma maupun konstruk alat ukur Kuder-E, bila ingin menerapkan alat ukur bidang minat tersebut pada suatu budaya. Keterbatasan alternatif alat ukur bidang minat yang ada saat ini. Dalam berbagai penelitian bidang minat, terdapat tiga alat yang paling umum digunakan. Ketiga alat ukur bidang minat tersebut adalah: (a) Strong Vocational Interest Blank-Strong-Campbell Interest Inventory (Bartling & Hood, 1981; Donnay & Borgen, 1996; Fouad, 2002; Holland, Krause, Nixon, & Trembath, 1953; Lapan, McGrath, & Kaplan, 1990; Lefkowitz, 1970; Strong, Berdie, Campbell, & Clark 1964; Westbrook, 1975), (b) Kuder Preference Record/Inventory (Detchen, 1946; Diamond, 1981; Epperson & Hammond, 1981; Holland, Krause, Nixon, & Trembath, 1953; Lefkowitz, 1970; Tittle & Denker, 1977; Westbrook, 1975; Zytowski & Laing, 1978), dan (c) Holland's RIASEC Interest Inventory (Armstrong & Vogel, 2009; Einarsdóttir, Rounds, & Su, 2010; Gottfredson, Jones, & Holland, 1993; Tay, Drasgow, Rounds, Williams, & Bruce, 2009; Westbrook, 1975). Dari ketiga alat ukur tersebut, dua di antaranya sudah diadaptasi/dimodifikasi ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu Holland’s RIASEC Interest Inventory dan Kuder Preference Record/Inventory. Keterbatasan alternatif alat ukur bidang minat, Halaman 2 dari 17 halaman
membuat alat ukur bidang minat yang tersedia perlu dimodifikasi agar dapat terus digunakan sesuai dengan perkembangan kondisi saat ini. Ketiga alasan tersebut di atas adalah alasan umum yang mendasari pentingnya modifikasi alat ukur bidang minat KPI/R. Modifikasi alat ukur KPI/R yang akan dilakukan, secara khusus dilandasi oleh beberapa alasan. Pertama, dari dua alat ukur yang sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia, tampak bahwa butir-butir (items) pilihan bidang minat yang digunakan dalam alat ukur KPI/R sudah agak usang atau tidak lagi sesuai dengan kondisi saat ini; dengan demikian, beberapa butir tampaknya perlu ditinjau ulang dan perlu dimodifikasi sehingga sesuai dengan berbagai pilihan bidang minat saat ini. Misalnya, butir-butir seperti: “Menjadi pemain orgel”, “Menjadi stenografis pada kehakiman”, “Mengumpulkan uang untuk kas masyarakat”, perlu dipertimbangkan untuk dimodifikasi. Dalam memodifikasi butir/item, Strong (1962) mengutarakan beberapa kriteria, bahwa butir yang baik adalah butir yang memiliki: (a) familiarity, artinya objek minat yang dinyatakan dalam butir/item dikenal oleh partisipan; familiarity juga dapat diartikan bahwa setidaknya partisipan mengetahui nama/jenis tugas pilihan bidang minat yang ditawarkan dalam alat ukur saat ini, bukan nama/jenis tugas yang bersifat populer 50 tahun yang lalu, namun asing bagi kondisi saat ini; (b) no-ambiguity, artinya interpretasi butir/item hanya mengarah pada satu pilihan bidang minat; (c) daya beda butir, artinya pilihan respons dari suatu butir/item alat ukur bidang minat, akan sesuai dengan pilihan dari kelompok yang menjadi acuan (criterion group). Kedua, di samping perlunya memodifikasi butir-butir (items) yang agak usang pada KPI/R, Lefkowitz (1970) menduga bahwa sistem pemberian skor pada KPI/R memiliki kelemahan. Dalam penelitiannya, Lefkowitz menyatakan Scoring system pada KPI/R kurang dapat membedakan pilihan bidang minat yang dimiliki oleh individu. Namun demikian, hal ini baru teridentifikasi khusus pada individu/partisipan yang memiliki pilihan bidang minat keteknikan (engineering). Boleh jadi pada pilihan bidang minat lainnya, KPI/R tetap memiliki daya beda yang baik. Berdasarkan hasil penelitiannya, Zytowski (1976) menyatakan bahwa KPI/R masih memiliki predictive validity yang cukup baik. Saat ini, revisi terhadap Kuder Preference Record/Inventory, tampak mendesak; katakanlah butir/item KPI/R, berjumlah 168, dengan 3 pilihan jawaban. Dengan tiga pilihan jawaban tersebut, berarti jumlah total butir/item yang harus dibaca oleh partisipan adalah sejumlah 168 x 3, yaitu 504 butir/items. Hal ini boleh jadi akan membuat jenuh partisipan. Pengurangan butir/item, pada dasarnya bisa saja dilakukan untuk meningkatkan face validity dari suatu alat ukur. Usaha ini pernah dilakukan oleh Strong, Berdie, Campbell, dan Clark (1964), terhadap alat ukur Strong Vocational Interest Blank (SVIB), yang sebelumnya berjumlah 400 butir/items, menjadi 298 butir/items. Prinsip dari modifikasi jumlah butir adalah validitas dan reliabilitas yang tetap sama antara format sebelum jumlah butir dimodifikasi dan setelah jumlah butir dimodifikasi. Tujuan khusus dari penelitian ini mencerminkan hasil akhir yang diharapkan. Berdasarkan hasil akhir yang diharapkan, penelitian ini memiliki dua tujuan khusus, yaitu: (a) memperbaharui butir-butir pada KPI/R yang sudah usang, sehingga lebih sesuai/relevan dengan kondisi saat ini, (b) mempersingkat panjang alat ukur KPI/R, dengan cara mengurangi jumlah butir/item yang Halaman 3 dari 17 halaman
berpotensi membuat partisipan jenuh, (c) menguji validitas dan reliabilitas dari revisi alat ukur KPI/R dengan alat ukur sebelumnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan minat dengan menggunakan KPI/R yang ada saat ini, terdapat indikasi bahwa umumnya testee tampak kurang jelas (banyak bertanya) terhadap beberapa butir/items yang ada dalam alat ukur KPI/R (sebelum revisi). Hal ini dapat diasumsikan karena butir-butir/items dalam alat ukur KPI/R memuat nama pekerjaan/jenis tugas yang tampaknya sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini. Hal ini membuat partisipan sulit memahami butir demi butir tentang nama pekerjaan/jenis tugas yang dibacanya pada saat melakukan identifikasi pilihan bidang minat. Jika hal ini dibiarkan, maka validitas identifikasi bidang minat yang dihasilkan dari alat ukur KPI/R akan menurun. Oleh karena itu, dalam usaha tetap menjaga validitas dari alat ukur KPI/R, tampak sangat perlu dilakukan modifikasi terhadap butir-butir/items yang dianggap tidak lagi relevan atau sesuai dengan nama pekerjaan/jenis tugas saat ini. Ketidaksesuian berbagai butir/items dengan kondisi saat ini, diperburuk dengan jumlah butir yang cukup panjang (168 butir x 3 pilihan bidang minat = 504 pilihan), sehingga boleh jadi dapat melelahkan fisik maupun mental partisipan, saat mengisi alat ukur KPI/R. Jumlah butir yang cukup banyak, yang sifatnya dapat melelahkan kondisi fisik maupun mental, dapat menurunkan motivasi partisipan sehingga face validity dari alat ukur yang bersangkutan menjadi berkurang. Saat suatu tes dengan face validity yang kurang, berarti tujuan tes tersebut untuk mengukur suatu trait kepribadian/bidang minat menjadi terabaikan. Berdasarkan dua hal di atas, maka dapat dikatakan urgensi dari penelitian ini adalah untuk memfasilitasi para akademisi maupun praktisi yang membutuhkan alat ukur minat. Para akademisi membutuhkan alat ukur minat untuk melakukan penelitian, khususnya di bidang psikologi pendidikan dan psikologi industri dan organisasi; sedangkan para praktisi membutuhkan alat ukur minat untuk memberikan jasa/layanan konsultasi psikologis dalam penjurusan untuk studi lebih lanjut. Dengan demikian revisi alat ukur minat yang dihasilkan dari penelitian ini akan membuat berbagai penelitian tentang minat dan pemberian layanan psikologis dapat berjalan dengan baik. Secara umum, manfaat pengukuran minat ada dua hal, yaitu: (a) memprediksi performaakademik dan (b) menentukan pilihan bidang pekerjaan. Pertama, memprediksi performaakademik; Pengukuran minat bermanfaat bagi konselor untuk memprediksi performa-akademik (academic-performance) siswa. Hasil penelitian Detchen (1946) menunjukkan ada korelasi antara bidang minat (yang diukur dengan menggunakan Kuder Preference Record), dengan prestasi akademik siswa yang menekuni bidang ilmu sosial, biologi, dan ilmu fisik/alam. Artinya, semakin besar minat siswa pada bidang ilmu tertentu (misalnya, biologi), semakin baik performa-akademik yang berhasil dicapainya pada bidang ilmu tersebut. Hal kedua, manfaat dari pengukuran minat adalah untuk menentukan pilihan bidang pekerjaan. Dalam studinya mengenai validitas alat ukur 1994 Strong Interest Inventory, Donnay dan Borgen (1996) menyatakan bahwa alat ukur minat memiliki concurrent validity terhadap berbagai bidang pekerjaan. Pekerjaan yang dimaksud meliputi antara lain: architect, auto mechanic, banker, biologist, chemist, child care provider, computer programmer-systems Halaman 4 dari 17 halaman
analyst, dentist, school teacher, engineer, farmer, flight attendant, forester, gardenergroundskeeper, housekeeping-maintenance, lawyer, librarian, life insurance agent, marketing executive, nurse, pharmacist, plumber, police officer, public relations director, school administrator, small business owner, special education teacher, technical writer, dan translator. Berdasarkan hasil studi tersebut, secara praktis, alat ukur 1994 Strong Interest Inventory dapat dikatakan bermanfaat bagi individu untuk membantunya menemukan dan menentukan pilihan bidang pekerjaan yang ada. Berdasarkan manfaat terhadap pengukuran minat dan faktor-faktor yang pemilihan bidang minat, peneliti akan melakukan uji criterion terhadap revisi alat ukur yang dihasilkan. Pada uji criterion validity, dengan menganalogikan penelitian yang dilakukan oleh Donnay dan Borgen (1996), peneliti akan menguji apakah pilihan bidang minat partisipan yang terukur melalui revisi alat ukur minat KPI/R (KPI-Revised) memiliki asosiasi terhadap pilihan aktual yang dimilikinya, dalam hal ini adalah pilihan terhadap jurusan/program studi yang ditekuni oleh partisipan saat ini. Dengan demikian, hipotesis pertama yang diajukan oleh peneliti adalah: H1: pilihan bidang minat yang terukur oleh revisi alat ukur KPI-Revised memiliki asosiasi dengan pilihan bidang studi (aktual) yang sedang ditekuni oleh partisipan. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, setidaknya ada empat hal yang menjadi faktor besaran/kecilnya minat seseorang, yaitu: (a) self-efficacy, (b) jenis kelamin, (c) kepribadian, dan (d) utility value. Pertama, adalah self-efficacy. Self-efficacy. Dalam Social Cognitive Career Theory (SCCT), dinyatakan bahwa self-efficacy individu terhadap suatu pekerjaan, adalah faktor paling penting yang menentukan minat individu terhadap pekerjaan tertentu (Armstrong & Vogel, 2009). Pada saat individu memiliki perasaan mampu untuk menyelesaikan suatu tugas pekerjaan, individu akan memiliki minat yang besar terhadap pekerjaan tersebut. Misalnya, individu yang merasa mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika, akan lebih berminat dalam hal komputasi, dibandingkan dengan individu yang merasa kurang mampu dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika. Begitu pula individu yang merasa mampu untuk menyelesaikan tugas-tugas bermain bola, akan lebih berminat dalam hal olah raga bola. Kedua, peran jenis kelamin. Berdasarkan survey dengan menggunakan Kuder Occupational Interest Survey (KOIS), ada perbedaan bidang minat antara laki-laki dan perempuan (Diamond, 1981). Minat pada pekerjaan seperti: carpenter, truck driver, postal clerk, auto mechanic, welder, machinist, dan bricklayer, cenderung dimiliki oleh laki-laki. Sedangkan minat pada pekerjaan seperti: beautician, office clerk, bookkeeper, dental assistant, department store salesperson, bank clerk, dan secretary, cenderung dimiliki oleh perempuan. Perbedaan bidang minat antara laki-laki dan perempuan, juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fouad (2002). Menurut Tyler (dikutip dalam Diamond, 1981) dan juga menurut Fouad, perbedaan pemilihan bidang minat ini dapat terjadi karena adanya berbedaan struktur nilai antara laki-laki dan perempuan. Perempuan tampaknya lebih mengutamakan nilai-nilai pelayanan, kebersamaan, dan keamanan; sedangkan laki-laki lebih mengutamakan nilai autonomi, tantangan, dan kepraktisan. Menurut Lapan, McGrath, dan Kaplan (1990), pengaruh Halaman 5 dari 17 halaman
peran jenis kelamin tersebut relatif stabil dari waktu ke waktu. Hal ini didukung oleh hasil analisis Lapan et al. terhadap data pengukuran minat (sejak tahun 1927 hingga tahun 1985). Namun demikian, Lapan mengidentifikasi bahwa model pemilihan bidang minat dari waktu ke waktu akan mendekati kesamaan. Hal ini terjadi karena beberapa pekerjaan yang secara tradisional khusus hanya untuk laki-laki, namun beberapa dekade terakhir, juga diminati dan diperbolehkan bagi perempuan. Ketiga, adalah faktor kepribadian. Hasil penelitian Gottfredson, Jones, dan Holland (1993), menunjukkan bahwa pemilihan bidang minat dan kepribadian memiliki hubungan. Individu yang memilih bidang minat social dan enterprising, memiliki kepribadian/kecenderungan extraversion; individu dengan bidang minat investigative dan artistic, memiliki kecenderungan openness; dan individu yang memilih bidang minat conventional, memiliki kecenderungan conscientiousness. Walupun di dalam artikelnya Gottfredson et al. kurang menjelaskan teori yang medasari hubungan antara pemilihan bidang minat dan kepribadian, namun hasil penelitian tersebut cukup memberikan nilai tambah kepada konselor dalam memahami permasalahan klien. Pengaruh kepribadian terhadap pilihan bidang minat juga diteliti oleh Kipnis, Lane, dan Berger (1969). Dalam artikelnya, Kipnis et al. menyatakan bahwa siswa yang memiliki kepribadian impulsive, cenderung kurang menyukai pilihan bidang ilmu fisik atau matematika. Bila siswa yang memiliki kepribadian impulsive tetap memilih bidang ilmu fisik atau matematika, menurut Kipnis et al., maka mereka cenderung merasa kurang kurang puas terhadap pilihannya. Utility Value. Utility value adalah persepsi terhadap manfaat/kegunaan dari suatu objek pelajaran (misalnya mata pelajaran matematika). Individu yang memiliki utility value terhadap mata pelajaran matematika, menunjukkan minat yang lebih besar, daripada individu yang kurang memiliki utility value terhadap mata pelajaran tersebut. Hulleman, Godes, Hendricks, dan Harackiewicz (2010) menyatakan bahwa utility value dapat ditingkatkan dengan bertanya dan meminta siswa menuliskan berbagai potensi manfaat dari suatu objek pelajaran di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengetahui dan diajak memahami potensi manfaat dari suatu objek pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, individu/siswa menjadi lebih tertarik atau cenderung memiliki minat terhadap bidang pelajaran terkait (matematika). Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang memengarui minat, memberikan inspirasi bagi peneliti untuk melakukan uji construct validity, peneliti akan melakukan uji construct validity terhadap revisi alat ukur KPI/R dengan variabel jenis kelamin (Diamond, 1981; Fouad 2002; Lapan et al., 1990). Berdasarkan rencana uji construct validity yang akan dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mengajukan hipotesis ke dua dan hipotesis ke dua, yaitu: H2: ada perbedaan pilihan bidang minat antara laki-laki dan perempuan. Untuk menguji bahwa revisi alat ukur KPI/R adalah sesuai dengan aslinya, maka peneliti akan melakukan uji convergent validity terhadap alat ukur KPI/R sebelum dilakukan revisi. Peneliti berharap skor yang dimiliki oleh partisipan dari hasil pengukuran revisi alat ukur KPI/R Halaman 6 dari 17 halaman
(KPI-Revised) memiliki korelasi dengan hasil pengukuran alat ukur KPI/R sebelum direvisi. KPIRevised dapat dikatakan memiliki construct validity (convergent evidence), hanya jika hasil pengukuran dari KPI-Revised convergent dengan hasil pengukuran KPI/R. Oleh karena itu, peneliti mengajukan hipotesis ke tiga, yaitu: H3: ada hubungan antara skor pilihan bidang minat pada hasil pengukuran revisi alat ukur KPI-Revised dengan skor hasil pengukuran alat ukur KPI/R.
METODE PENELITIAN Partisipan Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa program magister profesi fakultas psikologi universitas X, yang sedang mengikuti MK Psikodiagnostik. Jumlah partisipan adalah 37 orang. Usia partisipan berkisar antara 22.06 tahun s.d. 37.65 tahun, dengan rata-rata usia adalah 24.81 tahun (SD = 3.099 tahun). Sebagian besar partisipan (83.8%) memiliki jenis kelamin perempuan. Pengukuran Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah: (a) alat ukur Kuder Preference Inventory/Record (KPI/R) dan (b) alat ukur Kuder Preference Inventory – Revised (KPI Revised). Alat ukur KPI/R adalah alat ukur utama yang digunakan sebagai materi dasar yang akan dimodifikasi. Sedangkan alat ukur KPI – Revised adalah hasil modifikasi alat ukur KPR/R. KPI/R mengukur 10 bidang minat, yaitu: Social Service, Persuasif, Artistic, Outdoor, Literary, Clerical, Scientific, Music, Mechanical, dan Computational. Kesepuluh bidang minat tersebut diukur dengan cara meminta partisipan memilih dua di antara tiga pilihan yang diajukan. Dua pilihan tersebut mewakili satu hal yang paling disukai, dan satu hal yang paling tidak disukai. Jumlah set butir yang wajib dikerjakan oleh partisipan berjumlah 12 lajur x 14 baris x 3 pilihan butir x 2 repons, yaitu 504 set butir. Namun demikian, karena dalam satu set butir, partisipan memilih dua di antara tiga pilihan yang diajukan, maka sebenarnya partisipan memberikan respons sejumlah 1008 kali. KPI-Revised merupakan hasil modifikasi alat ukur KPI/R. Alat ukur KPI-Revised sama halnya mengukur 10 bidang minat, yaitu: Social Service, Persuasif, Artistic, Outdoor, Literary, Clerical, Scientific, Music, Mechanical, dan Computational. Perbedaan antara KPI-Revised dan KPI/R adalah pada jumlah butir dan instruksi yang diberikan pada partisipan. Jumlah butir KPIRevised adalah sebanyak 100 set butir, dengan masing-masing 2 pilihan respons yang mewakili bidang minat tertentu. Dalam pengadministrasian alat ukur KPI-Revised, partisipan diminta untuk memilih satu di antara dua pilihan respons. Pilihan respons tersebut mewakili satu Halaman 7 dari 17 halaman
hal yang paling disukai oleh partisipan. Dengan pengadministrasian seperti ini, partisipan hanya memberikan respons sejumlah 100 kali (bandingkan dengan respons KPI/R yang berjumlah 1008 kali).
Prosedur Penelitian diawali dengan melakukan tinjauan terhadap butir-butir alat ukur KPI/R yang dianggap sudah usang atau sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan kondisi saat ini. Setelah selesai melakukan revisi terhadap butir-butir/items yang dianggap usang, maka peneliti merancang format penyusunan butir, yang dapat mengakomodasi seluruh aspek yang diukur oleh KPI/R sebelum revisi. Format penyusunan butir tersebut dimaksudkan agar jumlah butir revisi alat ukur KPI/R menjadi lebih sedikit daripada alat ukur KPI/R sebelum revisi, namun tanpa mengurangi convergent validity dengan alat ukur KPI/R sebelum direvisi. Dalam melakukan tinjauan terhadap butir-butir alat ukur KPI/R yang dianggap sudah usang, peneliti dibantu oleh mahasiswa magister profesi psikologi yang mengikuti kelas mata kuliah pengukuran psikologi. Penelitian membagi para mahasiswa dalam sepuluh kelompok bidang minat. Dengan demikian ada kelompok mahasiswa yang menangani bidang minat Social Service, ada kelompok mahasiswa yang menangani bidang minat Persuasif, ada kelompok mahasiswa yang menangani bidang minat Artistic, dan seterusnya. Berdasarkan panduan dan format yang diberikan oleh peneliti, masing-masing kelompok diminta memilah butir-butir yang mewakili setiap kelompok bidang minat. Butir-butir yang telah terklasifikasi berdasarkan kelompok bidang minat, dipilih sejumlah 20 butir untuk dijadikan sebagai bahan dasar butir KPIRevised; butir-butir tersebut lebih lanjut diserahkan kepada peneliti untuk direview ulang, dimodifikasi, dan dimasukkan dalam format revisi (terlampir). Dari hasil tinjauan dan modikasi terhadap KPI/R, dihasilkan sejumlah 100 set butir pertanyaan dengan format yang lebih ringkas dan diberi nama KPI-Revised. Setelah melakukan tinjauan, modifikasi/revisi terhadap alat ukur KPI/R menjadi KPIRevised, sehingga memiliki format yang lebih sederhana dan jumlah pilihan respons yang lebih singkat, peneliti kemudian melakukan uji face validity, studi criterion validity (dengan pilihan aktual jurusan/program studi yang ditekuni), dan construct validity (terhadap variabel jenis kelamin dan variabel kepribadian).
HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI Uji hipotesis pertama. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah pilihan bidang minat yang terukur oleh KPI-Revised memiliki asosiasi dengan pilihan bidang studi (aktual) yang sedang ditekuni oleh partisipan. Untuk menjawab hipotesis pertama, idealnya peneliti mengambil sampel dari berbagai jurusan/fakultas yang ditekuni oleh mahasiswa. Dengan mengambil Halaman 8 dari 17 halaman
sampel yang beragam tersebut (dari berbagai jurusan/fakultas), maka peneliti dapat membuat asosiasi dan studi infrerensial antara pilihan bidang studi dan pilihan bidang minat yang terukur oleh alat ukur KPI. Karena keterbatasan keragaman jumlah sampel ini, peneliti tetap akan melakukan asosiasi terhadap pilihan bidang minat berdasarkan jurusan aktual yang saat ini dipilih oleh partisipan, yaitu psikologi. Peneliti akan membandingkan secara deskriptif pilihan bidang minat antara hasil pengukuran KPI/R dan hasil pengukuran KPI-Revised. Tabel 1 Gambaran Skor Pilihan Bidang Minat Keseluruhan Partisipan, berdasarkan Hasil Pengukuran KPI/R dan Hasil Pengukuran KPI-Revised Bidang Minat Social Service Persuasif Artistic Outdoor Literary Clerical Scientific Music Mechanical Computational
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
KPI/R Rata-rata 56.86 43.33 29.03 20.89 20.86 46.50 34.97 16.06 21.69 21.56
SD 8.02 11.01 7.88 7.84 7.27 13.37 11.33 5.09 7.88 7.96
KPI-Revised Rata-rata SD 67.57 14.96 45.20 20.12 56.46 23.11 61.11 18.89 58.11 18.45 39.64 20.25 56.46 17.00 57.21 23.12 27.78 17.07 30.48 21.90
Catatan. Rentang skor KPI-Revised sudah ditransformasi menjadi 0 – 100; dengan demikian, skor di atas 50 menunjukkan subjek memiliki minat yang cenderung tinggi pada bidang minat ybs. Rentang skor KPI/R diinterpretasi secara ranking; skor yang paling besar menunjukkan urutan pertama pilihan bidang minat.
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat gambaran/deskripsi kecenderungan pilihan bidang minat berdasarkan hasil pengukuran KPI/R dan KPI-Revised. Mengacu pada kondisi aktual (jurusan program studi yang ditekuni oleh partisipan, yaitu profesi psikologi), idealnya partisipan akan memiliki pilihan bidang minat (a) social service (mengingat partisipan akan berhubungan dengan klien/orang lain), (b) literary (mengingat partisipan akan banyak mengerjakan berbagai tugas yang membutuhkan studi literatur), (c) scientific (mengingat partisipan akan mengerjakan tugas yang berhubungan penelitian, baik kualitatif maupun kuantitatif), dan (d) clerical (mengingat partisipan akan mengerjakan tugas yang berhubungan skoring hasil tes dan mengetik menyelesaikan tugas-tugas paper). Berdasarkan hasil pengukuran, tampak bahwa KPI/R cukup sesuai dengan kondisi ideal bidang minat yang seharusnya dimiliki oleh partisipan (mahasiswa profesi psikologi). Hasil pengukuran KPI/R menunjukkan bahwa pilihan bidang minat yang dimiliki oleh partisipan (berdasarkan urutan), adalah sebagai berikut: (a) Social Service, (b) Clerical, (c) Persuasif, dan (d) Scientific. Di antara empat pilihan bidang minat yang terukur oleh KPI/R, satu pilihan bidang minat yang di luar perkiraan, yaitu bidang minat persuasif.
Halaman 9 dari 17 halaman
Berdasarkan hasil pengukuran, tampak bahwa KPI-Revised juga cukup sesuai dengan kondisi ideal bidang minat yang seharusnya dimiliki oleh partisipan (mahasiswa profesi psikologi). Hasil pengukuran KPI-Revised menunjukkan bahwa pilihan bidang minat yang dimiliki oleh partisipan (berdasarkan urutan), adalah sebagai berikut: (a) Social Service, (b) Outdoor, (c) Literary, dan (d) Scientific. Di antara empat pilihan bidang minat yang terukur oleh KPI-Revised, juga ada satu pilihan bidang minat yang di luar perkiraan, yaitu bidang minat outdoor. Kondisi ini menunjukkan bahwa baik KPI/R maupun KPI-Revised masih memiliki bias dalam mengidentifikasi bidang minat ideal, yang seharusnya dimiliki oleh para mahasiswa magister profesi psikologi. Sehubungan dengan bias hasil pengukuran, hal yang dapat menjadi bahan diskusi dan penelitian lebih lanjut adalah apakah dan mengapa mahasiswa magister profesi psikologi lebih memilih bidang minat persuasif (pada alat ukur KPI/R) dan outdoor (pada alat ukur KPI-Revised). . Uji hipotesis kedua: Perbandingan skor bidang minat berdasarkan jenis kelamin. Hipotesis ke dua dalam penelitian ini yaitu ada perbedaan pilihan bidang minat antara laki-laki dan perempuan. Sebelum melakukan uji perbedaan bidang minat antara partisipan laki-laki dan perempuan, penelitian melakukan uji asumsi normalitas. Hasil pengujian normalitas, dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Hasil Pengujian Normalitas Distribusi Skor KPI-Revised Bidang Minat Kolmogorov-Smirnov Z Social Service 0.92 Persuasif 0.82 Artistic 0.66 Outdoor 0.50 Literary 1.13 Clerical 0.77 Scientific 1.01 Music 0.86 Mechanical 1.02 Computational 0.87
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.362 0.507 0.772 0.967 0.153 0.596 0.263 0.445 0.247 0.429
Berdasarkan uji asumsi normalitas, yang dapat dilihat pada Tabel 2, dapat dinyatakan bahwa seluruh distribusikan skor bidang minat KPI-Revised tergolong normal. Dengan demikian, dalam pengujian hipotesis kedua, peneliti akan menggunakan metode independent sample t-test, yang tergolong uji statistik parametrik. Hasil pengujian, dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa ada aspek bidang minat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, yaitu: (a) bidang minat social service dan (b) Halaman 10 dari 17 halaman
mechanical. Rata-rata social service pada partisipan laki-laki (M = 50.93, SD = 11.872) secara signifikan lebih kecil daripada rata-rata social service pada partisipan perempuan (M = 70.79, SD = 13.377), t (35) = 3.381, p < 0.01. Rata-rata mechanical pada partisipan laki-laki (M = 38.89, SD = 20.787) secara signifikan lebih besar daripada rata-rata mechanical pada partisipan perempuan (M = 25.63, SD = 15.758), t (35) = 1.794, p < 0.10. Artinya, alat ukur KPIRevised memiliki construct validity (evidence from distinct group). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Tyler (dikutip dalam Diamond, 1981) dan Fouad (2002), yang mengindikasikan bahwa ada perbedaan pemilihan bidang minat antara laki-laki dan perempuan. Pemilihan bidang minat dimana perempuan lebih mengutamakan nilai-nilai pelayanan terbukti dari skor social service perempuan yang lebih tinggi daripada skor social service laki-laki. Sedangkan pemikiran bahwa laki-laki lebih mengutamakan nilai kepraktisan, terbukti dari skor mechanical laki-laki yang lebih tinggi daripada skor mechanical perempuan.
Tabel 3 Hasil Uji Perbedaan KPI-Revised berdasarkan Jenis Kelamin Bidang Minat
Laki-laki Rata-rata SD 50.93 11.872
Persuasif
6
50.00
17.568
7.172
31
44.27
20.712
3.720
0.634
35
0.530
Artistic
6
53.70
20.688
8.446
31
56.99
23.829
4.280
-0.315
35
0.755
Outdoor
6
63.89
19.798
8.083
31
60.57
18.995
3.412
0.389
35
0.700
Literary
6
59.26
24.762
10.109
31
57.89
17.496
3.142
0.165
35
0.870
Clerical
6
37.96
21.493
8.774
31
39.96
20.358
3.656
-0.219
35
0.828
Scientific
6
59.26
20.688
8.446
31
55.91
16.539
2.970
0.436
35
0.665
Music
6
62.04
18.730
7.647
31
56.27
24.035
4.317
0.554
35
0.583
Mechanical
6
38.89
20.787
8.486
31
25.63
15.758
2.830
1.794
35
0.081 +)
Computational
6
24.07
16.728
6.829
31
31.72
22.780
4.091
-0.779
35
0.441
+)
N 31
SEM 2.403
t -3.381
Hasil Uji Perbedaan df Sig. (2-tailed) 35 0.002 **
Social Service
Catatan. **) Signifikan pada level 0.01.
SEM 4.847
Perempuan Rata-rata SD 70.79 13.377
N 6
Signifikan pada level 0.10
Pengujian Hipotesis Ketiga. Pada bagian ini, peneliti akan menguji hipotesis bahwa ada hubungan antara skor pilihan bidang minat hasil pengukuran alat ukur KPI-Revised dengan hasil pengukuran dari alat ukur KPI/R. Sebelum menguji hipotesis ini, peneliti akan menguji distribusi masing-masing skor hasil pengukuran (KPI/R & KPI-Revised). Oleh karena distribusi skor hasil pengukuran KPI-Revised sudah diuji dan hasilnya menunjukkan bahwa distribusi skor KPI-Revised tergolong normal, maka pada bagian ini peneliti hanya menguji distribusi skor KPI/R. Hasil pengujian normalitas distribusi skor KPI/R dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Halaman 11 dari 17 halaman
Tabel 4 Hasil Pengujian Normalitas Distribusi Skor KPI/R Bidang Minat Kolmogorov-Smirnov Z Social Service 0.74 Persuasif 0.36 Artistic 0.51 Outdoor 0.63 Literary 0.59 Clerical 0.46 Scientific 0.99 Music 0.64 Mechanical 0.59 Computational 0.70
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.638 0.999 0.958 0.818 0.883 0.985 0.282 0.807 0.880 0.708
Berdasarkan Tabel 4, yang menyajikan hasil pengujian asumsi normalitas, dapat dinyatakan bahwa seluruh distribusikan skor bidang minat KPI/R tergolong normal. Dengan demikian, dalam pengujian hipotesis ketiga, peneliti akan menggunakan metode Pearson Correlation, yang tergolong uji statistik parametrik. Hasil pengujian hubungan antara skor pilihan bidang minat hasil pengukuran alat ukur KPI-Revised dengan hasil pengukuran dari alat ukur KPI/R , dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5 Hasil Uji Korelasi Skor KPI/R dan Skor-Revised Bidang Minat Social_Service Persuasif Artistic
Social 0.48** 0.003
Persuasive
Artistic
0.33+ 0.052
0.76** 0.000
Outdoor Literary Clerical
Outdoor
0.10 0.554
Pengukuran KPI-Revised Literary Clerical Science
0.78** 0.000
Scientific Music Mechanical Computational Catatan. **) Signifikan pada level 0.01.
+)
0.73** 0.000
0.64** 0.000
Music
0.86** 0.000
Mechanical
0.69** 0.000
Computational
0.56** 0.000
Signifikan pada level 0.10
Berdasarkan hasil pengujian Pearson Correlation pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa hampir keseluruhan skor hasil pengukuran KPI-Revised berkorelasi dengan skor hasil pengukuran Halaman 12 dari 17 halaman
KPI/R, pada level signifikansi 0.01 dan pada level 0.10. Namun demikian, ada satu bidang minat dimana hasil pengukuran KPI/R dan KPI-Revised yang tidak berkorelasi, yaitu pada bidang minat outdoor. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa alat ukur KPIRevised yang merupakan hasil modifikasi dari alat ukur KPI/R memiliki convergent evidence of construct validity. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran KPI-Revised adalah sama (valid) dengan hasil pengukuran bidang minat yang diukur oleh KPI/R. Sebagai bahan analisis lebih lanjut, berkaitan dengan tidak adanya korelasi antara skor hasil pengukuran KPI/R dan KPI-Revised pada bidang minat outdoor, maka peneliti menggambarkan perbandingan butir-butir KPI/R dan KPI-Revised yang mengindikasikan bidang minat outdoor pada pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Gambaran Butir-butir Bidang Minat Outdoor pada KPI/R dan pada KPI-Revised KPI/R KPI-Revised Kalau bepergian memperhatikan pemandangan alam; Kalau bepergian memperhatikan hasil-hasil tanaman; Melihat pameran ternak di pasar malam; Pergi memancing; Mengumpulkan kupu-kupu; Mengumpulkan potongan-potongan dari bemacam-macam kayu; Menanam sayur mayur; Mendengar radio tentang cara menanam buah-buahan; Mendengar radio tentang pengambilan foto binatang-binatang liar; Memelihara anjing yang baik; Menjadi ahli dalam erosi tanah; Mengunjungi kebun raya yang masyur tentang pemandangan gunung-gunung; Mengunjungi bekas-bekas tempat peperangan; Membaca riwayat hidup pelopor-pelopor bangsa; Menangkap jenis binatang yang jarang terdapat untuk museum; Jadi seorang pengembala sapi; Menulis karang-karangan tentang binatang-binatang buas; Membaca tentang kebiasaan-kebiasaan orang di negeri-negeri lain; Membaca tentang bercocok tanam secara modern; Bekerja pada sebuah stasiun meterologi di Atlantik; Bekerja pada sebuah stasiun meterologi di pegunungan; menanam sayur-sayuran untuk dijual di pasar; Beternak ayam; membuka perusahaan pengangkutan; Membaca tentang cara-cara mengusahakan bahan makanan; Menanam benih untuk perusahaan bunga; Memelihara tikus putih ahli-ahli ilmu pengetahuan; Menulis satu kolom untuk sebuah harian tentang perkebunan; Menjadi seorang penyelidik; Memetik daun teh; Mengendarai traktor di suatu ladang; Mengadakan penyelidikan guna mendapatkan jenis bunga baru; Menangkap ikan sebagai mata pencaharian; Memilih pohon-pohon di hutan untuk ditebang; Menulis sebuah karangan tentang pemeliharaan ternak; Menjadi ahli dalam pemeliharaan pohonpohon; Mengawasi para pekerja pada ladang tebu; Beternak ayam; Mengerjakan tanah pertanian yang luas; Menjadi penjaga mercu-suar; Melukis gambar untuk dekor; Pergi berkemah; Membuat perjalanan ke daerah luar kota; Memelihara ternak untuk disembelih; Menanam buah-buahan untuk dijual di pasar; Hidup seorang diri di sebuah pulau; Menjadi petunjuk jalan dalam tamasya; Menjadi pemelihara kebun; Mendaki gunung; Bekerja pada pemeliharaan ternak; Memelihara lebah; Menjadi petani; Mempelajari cara-cara irigasi.
Bermain bola; Menelusuri gua; Mengumpulkan tanaman hias; Menyiram tanaman; Menonton acara TV mengenai alam bebas; Belajar olahraga menyelam; Menjadi ahli tumbuhan/hewan; Menanam buah-buahan; Berenang di sungai; Hiking (jalan kaki) di sebuah perbukitan; Mendaki gunung; Melakukan kegiatan berkebun; Berjalan kaki menelusuri pantai; Berkemah di alam bebas; Olahraga pagi secara rutin; Bercocok tanam (hobi terhadap tanaman); Mencoba kegiatan arung jeram..
Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar butir pada KPI-Revised bersumber dari KPI/R. Namun demikian, dalam proses modifikasi, peneliti mencoba untuk menyesuaikan butirbutir yang dimasukkan ke dalam KPI-Revised dengan kondisi saat ini. Butir-butir pada KPI/R, seperti: “Melihat pameran ternak di pasar malam”, “Mengumpulkan potongan-potongan dari bemacam-macam kayu”, “Mendengar radio tentang pengambilan foto binatang-binatang liar”, “Membaca riwayat hidup pelopor-pelopor bangsa”, “Menangkap jenis binatang yang jarang Halaman 13 dari 17 halaman
terdapat untuk museum”, dan seterusnya, tidak diikutsertakan sebagai butir KPI-Revised dengan pertimbangan kesesuaian dengan kondisi saat ini. Berdasarkan Tabel 6, peneliti memperkirakan ada dua faktor yang menyebabkan skor hasil pengukuran KPI/R tidak berhubungan dengan skor hasil pengukuran KPI-Revised (pada bidang minat outdoor), yaitu: (a) faktor jumlah variasi dan (b) faktor keterkinian/kesesuaian indikasi bidang minat dengan kondisi saat ini. Sehubungan dengan faktor jumlah variasi, tidak adanya korelasi antara skor hasil pengukuran KPI/R dan skor hasil pengukuran KPI-Revised, dapat dipahami karena jumlah indikator KPI/R jauh lebih banyak daripada jumlah indikator pada KPI-Revised. Dengan variasi indikator yang lebih banyak tersebut, maka jumlah varians outdoor yang diukur dengan alat ukur KPI-Revised tidak cukup signifikan untuk menjelaskan varians outdoor yang diukur dengan menggunakan alat ukur KPI/R. Ketiadaan korelasi antara skor hasil pengukuran KPI/R dan skor hasil pengukuran KPIRevised pada bidang minat outdoor mengindikasikan bahawa semakin banyak butir pilihan bidang minat outdoor yang dipilih pada KPI-Revised, tidak seiring dengan semakin banyak butir pilihan bidang minat outdoor pada KPI/R. Ketiadaan korelasi ini, selain karena faktor perbedaan jumlah variasi indikator outdoor pada KPI/R dan KPI-Revised, juga karena faktor keterkinian/kesesuaian indikasi bidang minat dengan kondisi saat ini. Faktor keterkinian tersebut tampak pada KPI-Revised, dibandingkan pada KPI/R. Berdasarkan Tabel 6, dapat dianalisis bahwa sebagian besar butir pada KPI/R, agak kurang sesuai dengan kondisi partisipan saat ini, misalnya: “hidup seorang diri di sebuah pulau”, “menangkap ikan sebagai mata pencaharian”, “bekerja pada sebuah stasiun meterologi di Atlantik”, dan lain sebagainya. Butir-butir tersebut tampak kurang sesuai; dan jikapun sesuai, tampaknya agak sulit bagi partisipan untuk membayangkannya.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil studi terhadap alat ukur KPI-Revised, sebagai hasil modifikasi alat ukur KPI/R, peneliti menyimpulkan tiga hal, yaitu: (1) Skor hasil pengukuran KPI-Revised memiliki asosiasi/kesesuaian dengan pilihan aktual program studi yang ditekuni oleh partisipan. Partisipan yang menekuni bidang minat magister profesi psikologi, memiliki skor yang cenderung tinggi pada pilihan bidang minat: social service, literary, dan scientific. Skor yang cenderung tinggi pada ketiga pilihan bidang minat tersebut, cukup sesuai dengan kriteria ideal yang perlu dimiliki oleh mahasiswa magister profesi psikologi, yaitu: memiliki keinginan untuk membantu orang lain (social service), berminat untuk mempelajari/mengkaji berbagai literatur, tentunya yang berhubungan dengan psikologi (literary), dan menunjukkan minat pada bidang penelitian sebagai konsekuensi kompetensi yang perlu dikuasai pada level magister (scientific). Hal ini kongruen dengan hasil pengukuran yang diukur dengan KPI/R, khususnya pada bidang minat: social service dan scientific. Halaman 14 dari 17 halaman
(2) KPI-Revised memiliki construct validity (distinct group evidence). Berdasarkan studi yang dilakukan, menunjukkan ada perbedaan skor hasil pengukuran bidang minat, khususnya pada bidang minat social service dan mechanical. Pilihan bidang minat lakilaki yang lebih didasari oleh nilai-nilai kepraktisan, tercermin dari skor mechanical yang lebih tinggi daripada perempuan. Sedangkan pilihan bidang minat perempuan yang lebih mengutamakan nilai pelayanan, tercermin dari skor social service yang dimiliki partisipan perempuan lebih tinggi daripada skor social service laki-laki. (3) Kecuali pada bidang minat outdoor, KPI-Revised menunjukkan construct validity (convergent evidence) yang baik. Sembilan dari sepuluh skor bidang minat hasil pengukuran KPI-Revised berkorelasi dengan skor bidang minat hasil pengukuran KPI/R. Hasil ini mengindikasikan, bahwa pada tahap awal, penggunaan KPI-Revised dapat memprediksi secara akurat hasil pengukuran pilihan bidang minat yang diukur dengan menggunakan alat ukur KPI/R.
Saran untuk Penelitian Selanjutnya Untuk lebih menyempurnakan KPI-Revised yang merupakan versi singkat dari KPI/R, maka dapat dilakukan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian lebih lanjut, peneliti merekomendasi untuk: (1) Melakukan studi external validity terhadap hasil pengukuran yang didapat dengan menggunakan KPI-Revised. Studi external validity ini dapat berangkat dari kasus individual, di mana pilihan bidang minat subjek yang didapat dari hasil pengukuran ditinjau kebenarannya berdasarkan hasil wawancara secara kualitatif. (2) Melakukan studi yang lebih meluas dengan partisipan dari berbagai program studi. Manfaat dari studi dengan partisipan dari berbagai program studi, peneliti selanjutnya dapat memeriksa lebih lanjut kebenaran hasil uji hipotesis pertama; bahwa hasil pengukuran bidang minat yang didapat melalui KPI-Revised, adalah sejalan dengan pilihan bidang yang ditekuni oleh partisipan. Dengan kata lain, criterion validity dari alat ukur KPI-Revised akan semakin teruji. (3) Perlu dilakukan diskusi lebih lanjut untuk menyepakati batasan pilihan bidang minat outdoor. Pilihan bidang minat outdoor yang didapat dari hasil pengukuran KPI-Revised, dalam penelitian ini, tidak terbukti covergent dengan hasil pengukuran KPI/R. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti, hasil uji yang tidak convergent tersebut, boleh jadi karena butir KPI/R yang sangat bervariasi (tidak sekedar mengukur outdoor) dan juga butir KPI/R yang memiliki kemungkinan sudah usang. Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan studi lebih lanjut yang bertujuan membatasi pilihan bidang minat outdoor dan mengidentifikasi indikator bidang minat outdoor yang sesuai dengan kondisi terkini.
Halaman 15 dari 17 halaman
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, P. I., & Vogel, D. L. (2009). Interpreting the interest–efficacy association from a RIASEC perspective. Journal of Counseling Psychology, 56(3), 392-407. Bartling, H. C., & Hood, A. B. (1981). An 11-year follow-up of measured interest and vocational choice. Journal of Counseling Psychology, 28(1), 27-35. Detchen, L. (1946). The effect of a measure of interest factors on the prediction of performance in a college social sciences comprehensive examination. Journal of Educational Psychology, 37(1), 45-52. Diamond, E. E. (1981). Sex-typical and sex-atypical interests of kuder occupational interest survey criterion groups: Implications for counseling. Journal of Counseling Psychology, 28(3), 229-242. Donnay, D. A. C., & Borgen, F. H. (1996). Validity, structure, and content of the 1994 strong interest inventory. Journal of Counseling Psychology, 43(3), 275-291. Einarsdottir, S., Rounds, J., & Su, R. (2010). Holland in iceland revisited: An emic approach to evaluating u.s. vocational interest models. Journal of Counseling Psychology, 57(3), 361– 367. Epperson, D. L., & Hammond, D. C. (1981). Use of interest inventories with native americans: A case for local norms. Journal of Counseling Psychology, 28(3), 213-220. Fouad, N. A. (2002). Cross-cultural differences in vocational interests: Between-groups differences on the strong interest inventory. Journal of Counseling Psychology, 49(3), 283–289. Gottfredson, G. D., Jones, E. M., & Holland, J. L. (1993). Personality and vocational interests: The relation of Holland's six interest dimensions to five robust dimensions of personality. Journal of Counseling Psychology, 40(4), 518-524. Holland, J. L. (1972). Professional manual for the Self-Directed Search. Palo Alto, Calif: Consulting Psychologists. Holland, J. L., Krause, A. H., Nixon, M. E., & Trembath, M. F. (1953). The classification of occupations by means of kuder interest. Profiles: I. The development of interest groups. The Journal of Applied Psychology, 37(4), 263-269. Hulleman, C. S., Godes, O., Hendricks, B. L., Harackiewicz, J. M. (2010). Enhancing interest and performance with a utility value intervention. Journal of Educational Psychology, 102(4), 880–895. Journal of Counseling Psychology, 24(4), 293-300. Kipnis, D., Lane, G., & Berger, L. (1967). Character structure, vocational interest, and achievement. Journal of Counseling Psychology, 16(4), 336-341. Lapan, R. T., McGrath, E., & Kaplan, D. (1990). Factor structure of the basic interest scales by gender across time. Journal of Counseling Psychology, 37(2), 216-222
Halaman 16 dari 17 halaman
Lefkowitz, D. M. (1970). Comparison of the strong vocational interest blank and the kuder occupational interest survey scoring procedures. Journal of Counseling Psychology, 17(4), 357-363. Strong, E. K. Jr. (1962). Good and poor interest items. Journal of Applied Psychology, 46(4), 269-275. Strong, E. K. Jr., Berdie, R. F., Campbell, D. P., & Clark, K. E. (1964). Proposed scoring changes for the strong vocational interest blank. Journal of Applied Psychology, (48)2, 7580. Tay, L., Drasgow, F., Rounds, J., & Williams, B. A. (2009). Fitting measurement models to vocational interest data: Are dominance models ideal? Journal of Applied Psychology, 94(5), 1287–1304. Tittle, C. K., & Denker, E. R. (1997). Kuder occupational interest survey profiles of reentry women. Westbrook, F. D. (1975). High scales on the strong vocational interest blank and the kuder occupational interest survey using holland's occupational codes. Journal of Counseling Psychology, 22(1), 24-27. Zytowski, D. G. (1976). Predictive validity of the kuder occupational interest survey: A 12- to 19year follow-up. Journal of Counseling Psychology, 23(3), 221-233. Zytowski, D. G., & Laing, J. (1978). Validity of other-gender-normed scales on the kuder occupational interest survey. Journal of Counseling Psychology, 25(3), 205-209.
Halaman 17 dari 17 halaman