Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 1
REALITAS KEMATIAN DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES KARYA AYU UTAMI REALITY OF DEATH IN AYU UTAMI’S NOVEL SIMPLE MIRACLES oleh: hesti pratiwi ambarwati, universitas negeri yogyakarta,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud realitas kematian, wujud kebudayaan Jawa, wujud ajaran Katolik, serta pandangan filsafat eksistensialisme terkait kematian dalam novel Simple Miracles karya Ayu Utami. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data baca dan catat. Hasil penelitian menunjukkan (1) wujud realitas kematian antara lain kematian tokoh, bayangan kematian, ritus kematian, makna kematian, doa, arwah, dan tempat yang berhubungan dengan kematian; (2) wujud kebudayaan Jawa terkait kematian di antaranya konsep sangkan paraning dumadi dan sedulur papat lima pancer, ritus tilik kubur dan slametan matangpuluh dina (40 harian), serta mistime Selasa Kliwon dan ageman; (3) wujud ajaran Katolik terkait kematian berupa ritus permakaman, sakramen pengurapan orang sakit, novena Jumat Pertama, makna kematian Yesus Kristus, ibadat pertobatan, serta hari Maria diangkat ke surga (assumptio); dan (4) gagasan filsafat eksistensialisme terkait kematian di antaranya manusia bertanggung jawab total terhadap dunianya sendiri dan penolakan akan adanya konsep kehidupan setelah kematian, kecemasan (angst), sikap inotentik das man, sikap autentik dasein, serta konsep bahwa kematian adalah milikku yang paling autentik (ownmost). Kata kunci: kematian, filsafat eksistensialisme, kebudayaan Jawa, ajaran Katolik Abstract This study aimed to describe the reality of death, Javanese culture form, Catholic concept form, as well as a philosophical view of existentialism-related death in Ayu Utami’s novel Simple Miracles. This research uses qualitative-descriptive technique as the data analysis. The results showed (1) the reality of death in the novel is the death of character, the shadow of death, death rites, the meaning of death, prayer, the soul, and places related to the death; (2) the Javanese culture-related deaths are sangkan paraning dumadi concept and sedulur papat lima pancer, the rite of tilik kubur and slametan matangpuluh dina, also mysticism of Selasa Kliwon and ageman; (3) the Catholic teachingrelated death in the novel is the funeral rites, the sacrament of anointing of the sick, First Friday Novena, meaning the death of Jesus Christ, worship repentance, as well as the day of Mary assumed into heaven (assumptio); and (4) the idea of the philosophy of existentialism related deaths are humans are responsible totally on his own world and the denial of the concept of life after death, anxiety (angst), inauthenticity of das man, authenticity of dasein, as well as the concept that death is my most authenticity (ownmost). Keywords: death, existensialisme, Javanese culture, Catholic
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 2
Novel Simple Miracles diawali dengan
PENDAHULUAN Sejarah sastra Indonesia mencatat beragam karya sastra yang menjadikan kematian sebagai tema besarnya. Sejumlah pengarang
Indonesia
yang
pernah
membicarakan kematian dalam karyanya antara lain Chairil Anwar (Deru Campur Debu, 1959), Iwan Simatupang (Ziarah, 1969), Danarto (Berhala, 1987), Subagio Sastrowardoyo (Dan Kematian Makin Akrab, 1995), dan Budi Darma (Ny. Talis, 1996). Boris Pasternak mengungkapkan (via Maria,
2012:7)
bahwa
semua
filsafat
merupakan usaha luar biasa untuk mengatasi masalah kematian dan takdir serta menjadi tema yang hampir selalu muncul dalam karya sastra. Dalam sastra, kematian dapat tampak melalui
pengungkapan
tema,
sebagai
kenyataan dalam cerita, peristiwa, maupun
Persoalan kematian diangkat Ayu Utami dalam novel terbarunya Simple
Populer
yang diterbitkan Kepustakaan Gramedia
(KPG)
pada
bulan
Oktober 2014. Novel setebal 177 halaman ini bercerita tentang perjalanan bertanya jawab perihal hidup dan kematian, doa dan arwah, serta keajaiban kecil yang terjadi di sekeliling kehidupan manusia tanpa disadari oleh manusia itu sendiri.
simbah dan pakdenya dikuburkan. Di makam tersebut ia melihat setiap kubur ditandai dengan
nisan
batu
hitam.
Ketika
mengunjungi makam, ia yang pergi bersama ayah dan ibunya juga membawa beberapa contong
helai-helai
menaburkan
bunga
bunga. dan
Setelah
membersihkan
rumput di sekeliling nisan, mereka berdoa. Pada peristiwa tersebut A mempertanyakan tentang doa yang ditujukan untuk arwah dan kematian yang menimpa seseorang. Awalnya A berpendapat bahwa yang mati telah mati. Kalaupun ada hidup setelah mati, manusia bertanggung jawab atas dirinya masingmasing (Utami, 2014: ix). Namun hal tersebut ternyata tidak seserdahana demikian. Ritual mengunjungi pemakaman atau dalam istilah Jawa nyekar
pandangan tokoh terhadapnya.
Miracles
kunjungan A ke sebuah makam di mana
dikarenakan orang Jawa percaya bahwa ada kehidupan
setelah
kematian.
Hal
ini
mengisyaratkan bahwa kematian jasmani bukanlah akhir dari kehidupan. Orang Jawa percaya akan adanya dunia roh atau makhluk halus, termasuk roh leluhur atau keluarga yang sudah meninggal. Ajaibnya, orang Jawa percaya bahwa roh-roh tersebut dapat berhubungan dengan manusia. Dunia batin Jawa mempercayai bahwa hidup di dunia ibarat menyang donya mung
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 3
mampir ngombe, hidup sekadar singgah
mati. Ritual tersebut di antaranya ibadat
minum sementara saja (Wisnumurti, 2012:
menjelang kematian, doa penyerahan saat
127). Kehidupan baru dimulai justru ketika
orang baru meninggal, ibadat sesudah
kematian telah datang menjemput. Namun
kematian,
demikian, hidup yang sekejap di dunia bukan
jenazah, hingga ibadat peringatan arwah
berarti
enggan
mulai dari hari ke-7, hari ke-100, setahun,
melainkan harus dijalani dengan penuh
dua tahun, sampai hari ke-1000 (Gereja St.
keyakinan untuk meraih masa depan. Sikap
Anna, 2009: 3). Orang Katolik percaya
ini
berbagai
bahwa kematian merupakan peristiwa iman.
pandangan hidup orang Jawa mengenai
Pada saat kematian, umat Katolik mengambil
kematian dan hal-hal yang berkelindan
bagian
dengan kematian, seperti beragam ritualisasi
Bersama Yesus Kristus manusia beralih dari
dan hal-hal berbau mistis.
dunia fana ke dalam kehidupan kekal.
dilakukan dengan
kemudian
cara
melahirkan
Tidak hanya budaya Jawa yang dipakai
ibadat
dalam
merawat/memandikan
misteri
Paskah
Kristus.
Kematian adalah pintu masuk ke dalam
Ayu untuk memandang berbagai fenomena
pemurnian
diri
manusia
kematian yang dialami oleh orang-orang di
keabadian.
sekelilingnya. Ayu yang lahir dan tinggal di
menghantar manusia pada kepenuhan hidup
lingkungan Katolik-Jawa juga terlihat begitu
di dalam dan bersama Yesus Kristus.
Kematian
menuju
juga
pada
dipercaya
religius dengan mengelaborasikan pemikiran
Berdasarkan penjabaran di atas, hal-hal
Katolik yang berkaitan dengan kematian.
yang berhubungan dengan kematian dalam
Misalnya, Ayu yang dibesarkan dalam tradisi
novel Simple Miracles karya Ayu Utami
gereja Katolik mengaku bahwa
keluarga
menarik untuk dikaji karena mengandung
besar Gereja terdiri dari yang hidup maupun
berbagai pemikiran, baik bila dilihat dari
yang wafat. Yang telah mati memang tidak
filsafat eksistensialisme, filsafat hidup Jawa,
lagi
maupun
memilki
jasmani,
sampai
Hari
dari
segi
agama
Katolik.
Kebangkitan yang entah kapan (Utami, 2014:
Menawarkan keterbukaan untuk menerima
75).
maupun menolak hal-hal yang berbau Sama halnya dengan budaya Jawa yang
dipenuhi
dengan
ritualisasi
mengenai
kematian, dalam agama Katolik juga dikenal beragam ritual untuk orang-orang yang telah
kematian, novel ini dapat dijadikan rujukan bagaimana seharusnya sikap manusia dalam menghadapi misteri kemtian.
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 4
(kenyataan dalam cerita) yang berkaitan
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian
dengan kematian. Realitas kematian tersebut
dekriptif kualitatif dan merupakan jenis
ditampilkan dalam berbagai bentuk mulai
kajian pustaka. Sumber data penelitian ini
dari latar cerita, kematian tokoh, maupun alur
adalah novel Simple Miracles karya Ayu
dalam cerita. Realitas kematian yang dapat
Utami yang diterbitkan oleh Kepustakaan
ditemukan di antaranya: (1) kematian tokoh;
Populer Gramedia, cetakan kedua November
(2) bayangan kematian; (3) ritus kematian (4)
2014
makna kematian; (5) arwah; (6) doa; serta (7)
setebal
177
halaman.
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini
tempat yang berhubungan dengan kematian. Latar sosial-budaya Jawa begitu kental
adalah teknik baca catat. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa analisis deksriptif kualitatif.
Pertama,
langkah
objektif,
mendeksripsikan aspek-aspek realitas yang terdapat dalam novel Simple Miracles karya Ayu
Utami.
Kedua,
langkah
reflektif,
menghubungkan dunia objektif teks dengan beragam teori dan berbagai pandangan dari berbagai literatur. Setelah melewati kedua langkah tersebut, selanjutnya akan ditarik kesimpulan atas penelitian yang dilakukan. Keabsahan data diperoleh melalui validitas semantic
dan
referensial.
Selain
itu,
digunakan pula reliabilitas intrarater dan interrater.
diperlihatkan dalam novel ini. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya kebudayaan Jawa, terutama yang berkaitan dengan kematian
menghiasi
jalannya
Kebudayaan-kebudayaan
Jawa
cerita. tersebut
berupa ritus-ritus berkaitan dengan kematian, pandangan hidup orang Jawa, maupun halhal
yang
berkaitan
dengan
mistisme
kematian. Wujud kebudayaan Jawa tersebut antara lain: (1) tilik kubur (nyekar/nyadran); (2) sangkan paraning dumadi; (3) sedulur papat lima pancer; (4) ageman; dan (5) matangpuluh dina (40 hari). Wujud ajaran Katolik terkait kematian dalam Simple Miracles antara lain: (1) ritus pemakaman; (2) ajaran mengenai kehidupan
HASIL DAN PEMBAHASAN
setelah kematian; (3) arwah leluhur; (4)
Hasil Penelitian
sakramen minyak suci/sakramen pengurapan orang sakit; (5) novena Jumat Pertama; (6)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
ditemukan
beragam
realitas
kematian Yesus; (7) ibadat pertobatan
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 5
(pengakuan
dosa);
serta
(8)
hari
pengangkatan (assumptio).
menimbulkan beragam bayangan mengenai kematian. Adanya bayangan kematian juga
Sementara itu, pandangan
filsafat
dianggap sebagai tanda datangnya kematian.
eksistensialisme yang tergambar dalam novel
Setelah mengunjungi makam untuk
antara lain: (1) manusia memiliki tanggung
pertama kalinya, Aku merasa sangat takut
jawab total terhadap dunianya sendiri; (2)
bila ibunya meninggal. Selain ibunya, Aku
penolakan akan konsep adanya kehidupan
juga takut membayangkan kematian yang
setelah kematian; (3) kecemasan (angst); (4)
menimpa kekasihnya. Sementara itu, Ibu
sikap inotentik das man: (5) sikap autentik
yang
dasein; serta (6) pandangan bahwa kematian
mengalami
adalah
sebagai isyarat datangnya kematian.
milikku
yang
paling
otentik
(ownmost).
sedang
sakit
juga
halusinasi
kadangkala
yang
ditangkap
Ketiga, ritus kematian. Ritus kematian yang diperlihatkan berupa ritus menjelang kematian dan sesudah kematian. Ritus-ritus
Pembahasan Pembahasan pertama dalam penelitian
yang dijalankan tidak terlepas dari konteks
ini meliputi realitas kematian yang terdapat
sosial budaya yang digambarkan dalam
pada
penggambaran
novel, yakni budaya Jawa dan agama
kematian tokoh meliputi peristiwa kematian,
Katolik. Ritus menjelang kematian yang
penyebab
detik-detik
digambarkan dalam novel berupa sakramen
menjelang kematian tokoh. Tokoh Ayah, Ibu,
minyak suci, novena Jumat Pertama, dan
Nik, dan Bibi Gemuk dikisahkan meninggal
ritus pengakuan dosa yang erat kaitannya
dunia karena sakit. Kecuali Nik, tokoh-tokoh
dengan agama Katolik. Sementara itu, ritus
tersebut meninggal pada usia lanjut. Semua
pascakematian di antara lain ziarah kubur,
tokoh diceritakan meninggal akibat sakit.
proses memandikan jenazah, peringatan
novel.
Pertama,
kematian,
dan
Kedua, bayangan kematian. Bayangan kematian yang muncul adalah kecemasan
kematian,
ibadat
misa
arwah,
dan
pemakaman jenazah.
akan datangnya kematian yang menimpa diri
Tokoh Ibu mendapatkan sakramen
sendiri maupun orang lain. Kecemasan ini
pengurapan orang sakit ketika berada di
muncul akibat perasaan kehilangan akan
rumah sakit. Ia juga menjalankan novena
orang yang disayangi. Selain itu, peristiwa
Jumat Pertama. Orang yang menjalankannya
setelah kematian yang penuh misteri juga
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 6
dipercaya tidak akan meninggal dalam
Arwah dari orang yang meninggal dibedakan
keadaan tidak siap.
menjadi arwah leluhur dan arwah penasaran.
Ziarah kubur dilakukan oleh Aku dan
Arwah Ayah yang diyakini kembali
keluarga ke makam pakde dan simbahnya.
pulang ke rumah untuk menjemput istrinya.
Ziarah juga dilakukan Aku dan Bonifacius ke
Penampakan
makam Nik. Selain itu, untuk mengenang
peristiwa ziarah kubur/di pemakaman. Selain
kematian Ibunya, Aku mengadakan Misa 40
itu diceritakan pula tokoh Bonifacius yang
harian.
memiliki kelebihan khusus dapat melihat
Keempat, makan kematian. Makna kematian
yang
tergambar
tidak
saja
arwah
dan
arwah
juga
terjadi
pada
pengalaman-pengalamannya
menghadapi arwah penasaran.
melukiskan bahwa mati adalah peristiwa
Keenam, doa. Orang yang meninggal
terpisahnya tubuh dan roh tapi juga mati
tidak lagi memerlukan hal-hal yang bersifat
sebagai sebuah pembebasan dari penderitaan.
duniawi. Namun, orang-orang yang masih
Kematian seseorang juga membantu mereka
hidup dapat mempersembahkan doa sebagai
yang
tanda kasih kepada orang yang telah
ditinggalkan
lebih
memahami
kematian.
meninggal. Doa yang dipanjatkan untuk
Setelah ayahnya wafat, Aku lebih
mereka yang telah meninggal diyakini
mudah mengingat kebaikan-kebaikan sang
membuat mereka lebih mudah menjalani
Ayah meskipun semasa hidupnya banyak
hidup di alam lain.
pandangan yang saling bertolak belakang di
Peristiwa kematian yang dialami oleh
antara keduanya. Bibi Gemuk meninggal
anggota keluarganya—Ayah, Ibu, dan Bibi
tidak
Ia
Gemuk—membuat Aku mencoba mencari
yang
makna dari doa yang sering dihaturkan orang
berkepanjangan. Bagi Aku, itu adalah sebuah
untuk orang meninggal. Dalam salah satu
pembebasan bagi Bibi Gemuk dari rasa
bagian, Aku menuturkan doa kepada arwah
sakitnya; dan pembebasannya dari kewajiban
yang meninggal dilandasi atas cinta kasih
merawat bibinya tersebut.
orang yang masih hidup kepada mereka yang
lama
meninggal
setelah tanpa
kematian rasa
sakit
Ibu.
Kelima, arwah. Arwah diyakini sebagai
telah meninggal.
perwujudan/roh dari orang yang sudah
Terakhir, tempat yang berhubungan
meninggal dunia. Arwah masih sering
dengan kematian. Permakaman, rumah sakit,
menampakkan dirinya kepada keluarga.
dan kamar mayat adalah tempat-tempat yang
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 7
secara
langsung
berhubungan
dengan
makam baru. Hilangnya identitas tersebut
kematian. Permakaman merupakan tempat
karena telah terlupakan oleh ahli warisnya
mengubur ketika orang meninggal. Rumah
yang tidak pernah membersihkan atau
sakit
memperbaiki tanda kuburnya.
digambarkan—seringkali—menjadi
tempat terakhir orang semasa hidup, terutama
Tilik
secara
sederhana
berarti
bagi mereka yang meninggal akibat sakit.
melihat/mengunjungi. Sementara itu, nyekar
Begitu pun kamar mayat, yang digunakan
berasal dari kata sekar yang berarti bunga.
untuk menyimpan tubuh-tubuh yang sudah
Nyadran sendiri memiliki arti khusus dari
tak bernyawa. Permakaman pertama yang
kata sadran yang artinya mengunjungi
selalu diingat oleh Aku adalah makam nenek
makam
kakek dan pakdenya yang ada di Yogyakarta.
memberikan doa kepada leluhur.
Di makam tersebutlah, Aku mengalami hal yang absurd: menyadari peristiwa kematian. Ruang jenazah mewarnai cerita-cerita
ketika
bulan
Ruwah
untuk
Selain Aku dan keluarganya yang diceritakan nyekar ke makam simbah dan pakdenya,
Bonifacius
juga
diceritakan
mengenai hantu yang dipaparkan oleh
nyekar ke makam kakeknya. Nyadran sendiri
Cecilia, kakak Aku sedangkan rumah sakit
tidak secara langsung dilakukan oleh Aku
lebih sering digunakan sebagai latar tempat
maupun keluarga, tapi ia menyinggung
Ibu dirawat beberapa saat sebelum meninggal
nyadran yang dilakukan oleh sahabatnya
dunia.
yang beragama Islam.
Pembahasan kedua dalam penelitian ini
Selain
tilik
kubur,
adapula
ritus
adalah wujud kebudayaan Jawa terkait
matangpuluh dina merupakan salah satu ritus
kematian yang ditunjukkan dalam novel.
pascakematian yang dimaksudkan untuk
Pertama, ritus tilik kubur (nyeka/nyadran).
memberi penghormatan roh yang sudah
Ritus ini merupakan salah satu ritus
mulai keluar dari pekarangan rumahnya.
pascakematian yang lazim dilakukan oleh
Pada
orang Jawa. Setiap kali tilik kubur, ahli waris
kematiannya, orang Jawa percaya roh sudah
biasanya
mulai bergerak menuju ke alam kubur.
membersihkan
makam,
hari
keempat
puluh
sesudah
menaburkan bunga, dan berdoa. Subagya
Aku memperingati 40 hari kematian
(2005: 150) menyatakan makam-makam
ibunya dengan mengadakan misa yang
yang tidak terawat atau tidak memiliki
bernuansa Jawa, yakni dengan menyiapkan
identitas jelas, cenderung digantikan oleh
lagu-lagu ibadah berlanggam Jawa dan
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 8
menyiapkan makanan Jawa. Pada misa
manusia. Mereka hidup di alam halus dan
tersebut dikisahkan bahwa arwah ibu dan
menjaga manusia selama manusia itu hidup.
ayahnya datang dan terlihat bahagia.
Suatu kali Aku menanyakan kuburan
Kedua, pandangan hidup orang Jawa
ari-arinya kepada sang ibu. Konon ari-arinya
terkait kematian. Orang Jawa percaya bahwa
tersebut ditanam di halaman rumah. Aku
ketika seseorang meninggal, hanya tubuhnya
menyadari
saja yang binasa sedangkan rohnya tetap
sedulur papat lima pancer sebenarnya adalah
hidup di alam akhirat kembali ke sang
sebuah sikap menghormati kepada mereka
pencipta. Terrminologi ini berarti asal
yang secara kasat mata tak ada namun
(sangkan) dan tujuan (paran) segala apa yang
sebenarnya ada.
diciptakan
tentang
Ketiga, mistisme kematian dalam
memperlihatkan
pandangan Jawa. Secara sederhana, ageman
bahwa makna kematian di kalangan orang
berarti pakaian atau bisa juga berarti pusaka.
Jawa dianggap sebagai pengertian kembali ke
Pada masyarakat Jawa, orang yang diperkuat
asal mula keberadaan (Subagya, 2005: 181).
dengan pusaka dianggap tidak mudah
dumadi
Konsep
pengetahuan
sangkan
paraning
(dumadi).
bahwa
juga
Setahun setelah meninggalnya sang kakek
(Ayah)
Bonifacius
mengunjungi
makamnya dan melihat arwah kakeknya
mengalami
kematian
karena
mendapat
kekuatan dari pusaka yang dimilikinya. Suatu kali ada orang yang mengatakan
dalam keadaan sedih. Penglihatan akan
bahwa
penampakan arwah ini dikaitkan dengan
membuat ia sulit meninggal. Hal itu membuat
kepercayaan
Aku sangat jengkel karena memang Ayahnya
Jawa
bahwa
roh
orang
meninggal tidak langsung pergi ke alam kubur tapi masih ada di dunia sebelum pulang ke sangkan paraning dumadi.
Ayah
memiliki
ageman
yang
telah mengalami strok selama 17 tahun. Dalam primbon Jawa, Selasa Kliwon juga dinamakan Anggara Kasih yang secara
Falsafah lain yang terdapat dalam
sederhana berarti hari yang penuh kasih
novel adalah konsep sedulur papat lima
sayang. Menurut orang Jawa, malam Selasa
pancer. Manusia dilahirkan bersama empat
Kliwon adalah malam keramat, yakni waktu
saudara gaibnya, yakni ketuban, ari-ari,
di mana jagad halus dan jagad kasar bertemu.
darah, dan tali pusar. Falsafah ini digunakan
Ibu menjaga tradisi tidak tidur pada
orang Jawa untuk mengingat dengan hormat
malam Selasa Kliwon. Suatu malam, ia
bahwa ada yang mati bersama kelahiran
merasa bahwa suaminya datang menemuinya
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 9
pada malam Selasa Kliwon. Malam yang
Kepercayaan-kepercayaan
mengenai
selalu bermakna bagi Ibu dan malam keramat
kehidupan setelah kematian didapatkan Aku
terdekat
dari tradisi Gereja Katolik. Kepercayaan
sebelum
tanggal
lahir
dan
kematiannya.
tersebut membuat Aku juga mengikuti misa
Pembahasan ketiga dalam penelitian ini
arwah, membuat misa 40 hari untuk sang
adalah wujud ajaran Katolik terkait kematian
ibunda, dan berdoa bagi mereka yang telah
yang terdapat dalam novel. Pertama, ritus
meninggal
pemakaman. Ritus yang tergambar berupa
penyucian.
dan
masih
berada
di
api
ritus memandikan jenazah dan pemakaian
Keiga, sakramen pengurapan orang
busana pada jenazah. Orang beragama
sakit. Sakramen ini diberikan bagi umat
Katolik dirias dan diberi busana layaknya
Katolik yang berada dalam bahaya maut
orang menghadiri perjamuan resmi. Riasan
akibat sakit atau usia lanjut (Markus, 6:13).
dan busana disesuaikan dengan adat istiadat
Maksud
di mana jenazah tinggal semasa hidup.
menyerahkan orang sakit kepada Tuhan,
Ritus memandikan jenazah—Ayah,
dari
sakramen
ini
adalah
yang bersengsara dan telah dimuliakan,
Ibu, dan Bibi Gemuk—dilakukan sebelum
supaya
pemakaman. Setelah dimandikan, Ayah
menyelamatkan
terpaksa
suntikan
Waligereja Indonesia, 1996: 416). Ibu
pengawetan karena tidak dimakamkan pada
menerima sakramen ini ketika sedang dalam
hari tersebut. Sementara itu, dikisahkan pula
keadaan kritis. Kesadaran Ibu yang sudah
bahwa Ibu telah mempersiapkan busana
sering
kematiannya, yakni sebuah kebaya.
memutuskan untuk menerimakan sakramen
harus
mendapatkan
Kedua, adanya kepercayaan kehidupan
Ia
hilang
menyembuhkan si
sakit
membuat
dan
(Konferensi
anak-anaknya
tersebut.
setelah kematian. Penganut Katolik percaya
Keempat, kepercayaan akan Novena
bahwa roh masih hidup setelah manusia mati.
Jumat Pertama. Umat Katolik mempercayai
Adanya
kematian
bahwa ketika seorang mengikuti misa Jumat
ditunjukkan dengan kepercayaan surga dan
Pertama selama sembilan kali berturut-turut
neraka (Mazmur, 2:4; Wahyu, 11:13; 16:11,
(novena) jiwanya akan cepat mencapai
Wahyu, 2:11; 20:6; 21:8), pengadaan misa
kesempurnaan atau tidak lama di api neraka.
arwah, berkah doa roh orang suci, dan adanya
Sebelum ia jatuh sakit, tokoh Ibu telah
api penyucian.
menyelesaikan novena Jumat pertamanya
kehidupan
setelah
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 10
dengan harapan akan meninggal dalam
dengan perayaan Misa 40 hari kematian Ibu.
keadaan siap dan telah selesai melaksanakan
Namun, hal tersebut belum sempat dilakukan
tugas-tugasnya.
hingga ia meninggal 7 hari kematian.
Pada saat kematian, penganut Katolik
Terakhir, hari perayaan Maria diangkat
diibaratkan mengambil bagian dalam misteri
ke surge, Hari ini dianggap istimewa oleh
Paskah Kristus. Sesaat sebelum ditangkap
sebagian umat Katolik karena merupakan
dan dihukum mati, Yesus melafalkan doa di
hari ketika Maria diangkat ke surga. Pada
taman Getsemani (Markus, 14: 32) sebagai
hari tersebut, dipercaya banyak jiwa diangkat
berikut Seandainya piala penderitaan ini
ke surga. Yohanes (14:3) dari Alkitab sebagai
bisa berlalu tanpa kuminum... tetapi jangan
dasar memahami dogma Maria diangkat ke
kehendakku,
surga. Bibi Gemuk diceritakan meninggal
melainkan
kehendakMu-lah
yang terjadi…
pada hari tersebut. Ia dikisahkan meninggal
Kematian Yesus dijadikan penghiburan oleh
Aku
ketika
realitas
Pembahasan terakhir dalam penelitian
kematian. Doa Yesus di Taman Getsemani
ini adalah pandangan-pandangan filsafat
juga didaraskan oleh Aku agar ia bisa
eksistensialisme Heidegger dan Sartre terkait
menemani
kematian yang tergambar dalam novel.
sang
menghadapi
dengan sangat tenang.
ibu
pada
saat-saat
terakhirnya
Pertama, Pandangan, ini terkait dengan
Titik berat dari sakramen ini ialah
eksistensi melebihi esensi. Sartre menyebut
mengaku diri sebagai orang berdosa dan
manusia—sebagai makhluk berkesadaran—
mohon belas kasihan Tuhan (Yohanes 20:22-
bertanggung
23). Sujoko (2012: 46) menjelaskan rasa
diciptakan oleh kehidupannya. Tidak ada
sesal dan usaha-usaha pertobatan diibaratkan
esensi
api yang dinyalakan oleh Roh Kudus, yakni
eksistensinya (Lavine, 2003: 69).
Roh kristus sendiri, untuk memurnikan orang
jawab
yang
Kedua,
atas
dapat
penolakan setelah
makna
yang
mempengaruhi
akan
konsep
kematian.
Terkait
yang bertobat dengan cara merasakan
kehidupan
hukuman api neraka pada saat hidup di dunia
keraguan adanya eksistensi kedua setelah
ini sebagai ganti hukuman neraka yang
kematian, Heidegger berpendapat seperti
seharusnya ia terima di akhirat. Sebelum
sebelum praeksistensi jiwa begitu juga
meninggal Bibi Gemuk meminta ibadat
setelah
pertobatan atau pengakuan dosa bersamaan
(Hardiman, 2016: 91-92).
kematian
tak
ada
keabadian
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 11
Ketika nyekar di makam pakde dan simbahnya, Aku diminta untuk oleh orang
untuk memaknai keadaanku, memilih makna untuk duniaku.
tuanya untuk mendoakan arwah pakde dan
Aku menyadari sebuah hal yang absurd
simbahnya masuk surga. Pada peristiwa
ketika berada di makam pakdenya, yakni
tersebut, Aku mengalami keraguan mengenai
kesadaran akan tujuan manusia hidup. Ia
adanya arwah dan kehidupan setelah mati.
mempersoalkan manusia yang menyadari
Menurutnya manusia bertanggung jawab
kehidupannya
penuh atas segala apa yang dilakukan dan doa
Pertanyaan-pertanyaan tentang makna hidup
tidak memiliki pengaruh terhadap apa yang
dan eksistensi Tuhan juga dialami oleh
akan selanjutnya terjadi pada mereka yang
keponakan-keponakannya.
telah meninggal.
sekaligus
kematiannya.
Keempat, sikap inotentik dasman.
Ketiga, momen kecemasan (angst).
Manusia cenderung enggan mengingat dan
Hardiman (2016: 170) menyebutkan yang
menerima bahwa suatu saat ia akan menemui
disebut kecemasan adalah suatu situasi di
ajal. Manusia akan berusaha menenangkan
mana seseorang merasa kehidupan sehari-
diri dengan menganggap bahwa kematian
harinya
Artinya,
pasti datang ke semua orang (Hardiman,
konstruksi dunia kehidupan sehari-harinya
2016: 105).. Hal tersebut membuat manusia
tidak lagi bermakna. Akibatnya, seseorang
kemudian
menghadapi pertanyaan-pertanyaan sebagai
sendiri. Dalam hal ini, Sartre berpendapat
berikut: mengapa saya ada di dunia ini? Mau
bahwa manusia mencoba melarikan diri pada
ke mana? Untuk apa? Apa makna hidupku?
keyakinan yang lemah, yakni berusaha
Pandangan ini terkait dengan manusia
melarikan diri dari kebebasanku dengan
sebagai makhluk berkesadaran. Pertanyaan
berpura-pura bahwa persoalan manusia itu
mengenai makna hidup dan mati adalah
tidak bisa dihindari/pasti.
tidak lagi
bermakna.
sebuah bentuk kecemasan akan kehampaan eksistensi manusia.
mengasingkan
kematiannya
Kelima, sikap auentik dasein. Aku
Kecemasan dalam
mengakui bahwa mengingat kematian akan
pandangan Heidegger adalah suatu situasi di
membuat seseorang menjadi gila karena
mana seseorang merasa kehidupannya tidak
begitu
lagi bermakna. Dalam pandangan Sartre,
menyelubunginya. Dia juga mengatakan
penderitaan
sesungguhnya
adalah
realisasi
bahwa
kebebasanku merupakan tanggung jawabku
kematian
banyak
dan
ingin
misteri
menolak
mengatakan
yang
ingatan
lebih
baik
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 12
memasrahkan
hal-hal
terkait
kematian
kepada Tuhan. Dengan
di jarinya menunjukkan angka 92, 90, lalu 87... Aku merasa melihat ibuku sedang
menerima
kematiannya,
manusia terpanggil untuk melepaskan diri
tenggelam, dan aku tak bisa berbuat apaapa,” (Utami, 2014: 148).
dari kuasa orang lain yang membuat eksistensinya dangkal dan tidak autentik. Dalam hubungannya dengan keautentikan eksistensi, kematian diintrepretasikan oleh Heidegger sebagai kemungkinan eksistensi untuk menjadi autentik.
mengalami
kemunduran.
Ketika
mengalami peristiwa ini, Aku menyadari bahwa kematian pasti akan datang kepada setiap orang. Ia mencoba untuk menerima kematian Ibu dan menyadari bahwa suatu saat ia juga akan mengalaminya.
lain yang terkait kematian dalam novel ini memperlihatkan bahwa kematian menjadi
bahwa kematian adalah milikku yang paling autentik. Heidegger membuat terminologi jemeinigkeit (ownmost) untuk menjelaskan masing-masing
manusia
kematian diolah sedemikian rupa agar tak hanya menampilkan wajah kematian yang menyeramkan
dan
menakutkan
namun
menampakkan rupa lain dari kematian yang lebih bisa dimaknai dengan indah. Kematian dalam novel ini menjadi salah satu keajaiban sederhana yang pasti akan dialami oleh setiap
Terakhir, konsep yang menyatakan
bahwa
Beragam pandangan dan ritus serta hal-hal
tema sentral dalam keseluruhan cerita. Tema
Setelah Ayah wafat, kesehatan Ibu juga terus
SIMPULAN DAN SARAN
akan
manusia. Setelah membaca penelitian ini diharapkan pembaca bisa membuka diri pada kemungkinan paling pasti dari seluruh kehidupan
yang
dijalaninya,
yakni
kematiannya.
menghadapi kematiannya sendiri. Pandangan ini ditolak oleh Sartre bahwa tidak ada yang istimewa dengan kematian, bahwa hal
DAFTAR PUSTAKA
apapun yang terjadi dengan diri manusia adalah milik manusia itu sendiri. Hal
ini
bisa
dipahami
melalui
penggambaran detik-detik kematian tokoh Ibu sebagai berikut: “Aku tahu ibuku mulai tak bisa bernafas. Oksimetri yang terpasang
Hardiman, F. Budi. 2016. Heidegger dan Mistik Keseharian: Suatu Pengantar Menuju Sein und Zeit. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hassan, Fuad. 2014. Psikologi-Kita & Eksistensialisme: Pengantar Filsafat Barat, Berkenalan dengan
Realitas Kematian dalam....... (Hesti Pratiwi A) 13
Eksistensialisme, Kita dan Depok: Komunitas Bambu.
Kami.
Gereja St. Anna. 2009. Ibadat Kematian dan Peringatan Arwah. Jakarta: Gereja St. Anna. Konferensi Waligereja Indonesia. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius. Lavine, T. Z. 2003. Jean Paul Sartre: Filsafat Eksistensialisme Humanis. Yogyakarta: Penerbit Jendela. Maria, F. 2012. Pandangan Sapardi Djoko Damono Terhadap Kematian dalam Kumpulan Puisi Kolam. Skripsi S1. Bandung: Jurusan Sastra Indonesia Universitas Padjajaran. Subagya, Y. Tri. 2005. Menemui Ajal. Yogyakarta: Penerbit Kepel Press. Utami, Ayu. 2014. Simple Miracles. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Wisnumurti, Rangkai. 2012. Sangkan Paraning Dumadi. Yogyakarta: Diva Press.