KOMPETENSI 12
REALITAS KEHIDUPAN DALAM CERPEN A. MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN
Standar Kompetensi Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan cerpen.
Kompetensi Dasar 1. Menanggapi cara pembacaan cerpen. 2. Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita pendek) dengan realitas sosial.
Indikator Mampu menanggapi cara pembacaan cerpen sesuai dengan penokohan dan latar cerita.
1. Cerpen Cerpen singkatan dari cerita pendek. Cerpen berisi kisah kehidupan manusia secara singkat. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), cerpen adalah kisahan pendek kurang dari 10.000 kata. Walaupun pendek, cerpen memuat unsur-unsur
yang
membentuknya.
Unsur-unsur
yang
dimaksud adalah penokohan, alur, latar, tema, dan amanat. Membaca cerpen memiliki banyak manfaat, misalnya mengetahui watak manusia yang dapat dilihat dari unsur penokohannya. Membaca cerpen dapat dilakukan secara serius atau santai. Pembaca serius akan memperhatikan Kompetensi Berbahasa Indonesia
171
unsur-unsur yang membentuk cerpen, sedangkan pembaca santai membaca cerpen hanya sekadar mencari hiburan atau mengisi waktu luang.
Pembacaan cerpen dapat dinikmati sebagai hiburan. Pembacaan atau cara membaca cerpen ini tentu tidak bisa mengabaikan hal-hal seperti lafal, intonasi, dan ekspresi dari pembaca cerpen. Hal-hal tersebut akan menjadi penentu menarik tidaknya suatu pembacaan cerpen. Tokoh
dan
penokohan
dalam
cerpen
menentukan
bagaimana cara cerpen dibacakan. Watak dan suasana hati tokoh harus tergambar saat pembacaan. Selain itu, unsur latar cerpen pun harus tergambar. Suasana udara yang panas akan berbeda dengan udara yang dingin pada saat cerpen dibacakan. Agar pembacaan cerpen berlangsung menarik, pahamilah isi dari cerpen tersebut. 2. Uji Kemampuan
1. Bentuklah kelompok beranggotakan tiga orang! 2. Bacalah cerpen “Kenangan tentang Bunda” berikut! KENANGAN TENTANG BUNDA (Oleh: Mudjibah Utami)
Brek! Via menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Air matanya meleleh membasahi bantal. Hati Via betul-betul terluka mendengar omongan Bi Jum. Kompetensi Berbahasa Indonesia
172
"Lho, kenapa menangis?" tanya Eyang Putri cemas. Beliau meletakkan obat dan segelas air putih di meja. Via diam tidak menjawab. Isaknya semakin jelas terdengar. "Eyang, benarkah Bunda tidak mau mengurus Via?" tanyanya terpatah-patah. "Siapa bilang?' "Tadi di Puskesmas Bi Jum bercerita pada orang-orang. Katanya Bunda tidak mau mengurus Via. Bunda sibuk berkarir. Itulah sebabnya Via diasuh Eyang." Eyang mengangguk-angguk mulai memahami persoalan Via. Namun beliau belum menanggapi pertanyaan cucunya. "Minum obat dulu, ya. Nanti kita bicarakan hal ini," bujuk Eyang seraya membantu Via minum obat. Sesekali terdengar helaan nafas panjangnya. Pagi tadi Eyang menyuruh Bi Jum, pembantunya mengantar Via berobat ke Puskesmas. Sudah dua hari Via pilek. Biasanya Eyang sendiri yang mengantar Via berobat. Namun, tetangga sebelah meninggal. Eyang melayat ke sebelah. "Benarkah Bunda tidak mau mengasuh Via, Eyang?" desak Via penasaran. Kompetensi Berbahasa Indonesia
173
Eyang menatap lembut cucunya yang sedang sedih dan gelisah. Dengan penuh kasih sayang tangannya yang keriput membelai Via. "Apakah Via merasa begitu?" Via tercenung. Ya, sepertinya ucapan Bi Jum ada benarnya juga. Bude Laras dan Bulik Prita, saudara Bunda
mengasuh
sendiri
anak-anaknya.
Meskipun
mereka berdua juga bekerja di kantor. Sementara Via diasuh Eyang. "Bingung, ya? Via, umumnya seorang anak memang tinggal bersama orang tuanya. Namun karena alasan tertentu, ada juga anak yang tinggal dengan orang lain." "Dan alasan itu karena mereka tidak mau repot mengasuh anaknya, kan?" potong Via sengit. "Mmm, sebaiknya Via cari tahu sendiri ya, jawabannya. Nanti Eyang beritahu caranya." Via menatap Eyang tak berkedip. Dengan senyum tetap tersungging di bibir, Eyang beranjak mengambil kertas dan bolpoin. "Dulu, kalau Eyang kecewa terhadap seseorang, Eyang menulis semua hal tentang orang tersebut. Semua kenangan
yang
manis
atau
pun
yang
tidak
menyenangkan. Biasanya begitu selesai menulis, hati Eyang lega. Pikiran pun menjadi jernih. Sehingga Eyang Kompetensi Berbahasa Indonesia
174
bisa menilai orang itu dengan tepat. Via mau mencoba cara ini? Tulislah kenangan tentang Bunda. Mudahmudahan Via akan menemukan jawaban. Eyang ke dapur dulu, ya." Begitu Eyang berlalu, Via meremas kertas. Untuk apa menulis kenangan tentang Bunda? Bikin tambah kesal saja. Plung! Via melempar kertas ke tempat sampah. Langit begitu biru. Via menatap gumpalan awan putih yang berarak. Dulu Bunda bercerita awan itu berlari karena takut digelitik angin. Kenangan Via kembali ke masa kecil. Bunda selalu mendongeng menjelang tidur. Bunda selalu memandikan dan menyuapinya. Tugas itu tidak pernah digantikan pembantu, meskipun Bunda juga bekerja di kantor. Tiba-tiba jam kerja Bunda bertambah, karena hari Sabtu libur. Bunda tiba di rumah paling awal pukul 17.20. Kini Via lebih banyak bersama pembantu. Suatu ketika Bunda pulang lebih awal karena tidak enak badan. Saat itu waktu bagi Via tidur siang. Namun pembantu mengajaknya main ke rumah tetangga. Bunda marah dan pembantu ketakutan. Ia keluar. Sambil menunggu pembantu baru, Via ikut Bunda ke kantor sepulang sekolah. Mula-mula semua berjalan lancar. Lalu Via mulai sakit-sakitan. Akhirnya, ia harus opname. Dokter menduga Via kurang istirahat dan Kompetensi Berbahasa Indonesia
175
makan tidak teratur. Bunda menangis mendengarnya. Ia merasa bersalah. Eyang datang menawarkan diri mengasuh Via di Salatiga. Via senang sekali. Ia tidak akan kesepian karena banyak sepupunya yang tinggal tidak jauh dari rumah Eyang. Sebetulnya Bunda keberatan. Namun demi kebaikan Via, Bunda pun rela. Setiap awal bulan Ayah dan Bunda bergantian ke Salatiga. Biasanya mereka tiba Minggu pagi. Sore harinya mereka sudah kembali ke Bandung karena esok paginya
harus
menyempatkan
ke diri
kantor.
Bunda
mengambil
rapor
pun
selalu
Via.
Atau
menemani Via ikut piknik sekolah. Saat ulang tahun Via, Ayah dan Bunda cuti untuk merayakannya bersama. Ah, tiba-tiba ada aliran haru di dada Via. Keraguannya terhadap kasih sayang Bunda, hilang sudah. "Via, umumnya seorang anak memang tinggal bersama orang tuanya. Namun karena alasan tertentu, ada juga anak yang tinggal dengan orang lain," kembali terngiang kata-kata Eyang. Hop! Via bangkit meraih kertas dan pena. Ia mulai menuliskan kenangannya tentang Bunda. Sewaktuwaktu bila hatinya ragu ia akan membaca tulisannya kembali. Biarlah Bi Jum berpendapat Bunda tidak mau mengasuh dirinya. Namun, Via yakin Bunda amat Kompetensi Berbahasa Indonesia
176
menyayanginya. Keyakinan itu akan ia jaga baik-baik. Via menghela nafas lega. Kini ia tidak boleh begitu saja terpengaruh ucapan orang lain. (Dari: Majalah Bobo No. 33/XXX)
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! a. Apakah isi cerpen “Kenangan tentang Bunda”? …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… b. Bagaimanakah watak Via? …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… c. Bagaimanakah watak Eyang? …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… ……………………………………………………………
d. Di manakah cerita berlangsung? …………………………………………………………… …………………………………………………………… Kompetensi Berbahasa Indonesia
177
e. Bagaimanakah latar/suasana cerita? …………………………………………………………… …………………………………………………………… …………………………………………………………… ……………………………………………………………
3. Tugas
1. Simaklah pembacaan cerpen “Kenangan tentang Bunda” oleh salah seorang teman dalam kelompokmu! 2. Diskusikanlah bersama kelompokmu pembacaan cerpen tersebut! Tanggapilah pembacaan cerpen dengan menggunakan format berikut. NO.
ASPEK YANG DITANGGAPI
1.
Lafal pembaca
2.
Intonasi pembacaan
3.
Ekspresi pembacaan
KOMENTAR
3. Ungkapkanlah komentarmu di depan kelas! 4. Siswa-siswa yang lain bersama kelompoknya masing-masing akan memberikan penilaian terhadap komentar yang disampaikan berdasarkan unsur-unsur tersebut di bawah ini!
Kompetensi Berbahasa Indonesia
178
UNSUR YANG DINILAI
NO. 1.
Kesesuaian komentar dengan isi cerpen.
2.
Penggunaan bahasa dalam menyampaikan komentar.
3.
Santun dalam menanggapi pembacaan cerpen.
SKOR KETERANGAN 1
2
3
Keterangan: 1
=
Kurang
2
=
Cukup
3
=
Baik
5. Ungkapkanlah keterkaitan latar cerita dengan realita sosial masa kini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut! a. Apakah suasana hati tokoh Via terhadap ibunya sering menimpa para remaja sekarang? …………………………………………………………………… ………………………………………………………………….. b. Tuliskanlah pengalaman yang pernah kamu alami yang berkaitan dengan ibumu! …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… Kompetensi Berbahasa Indonesia
179
…………………………………………………………………… ……………………………………………………………… c. Apakah kamu pernah sakit karena kelelahan seperti halnya tokoh Via? …………………………………………………………………… …………………………………………………………………. d. Kenangan-kenangan apa sajakah yang pernah kamu alami bersama ibumu? …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… ……………………………………………………………… e. Apakah nasihat eyang sehingga Via menyadari kasih sayang ibunya itu berlaku untuk kehidupan kamu juga? Jelaskanlah! …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………… …………………………………………………………………
Kompetensi Berbahasa Indonesia
180
B. MEMBACA CERITA ANAK TERJEMAHAN
Standar Kompetensi Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak.
Kompetensi Dasar Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan.
Indikator 1. Mampu menemukan unsur-unsur cerita. 2. Mampu mengaitkan cerita dengan kehidupan siswa.
3. Buku Cerita Anak Terjemahan Banyak sekali buku-buku cerita anak terjemahan beredar. Ada cerita petualangan Harry Potter karya J. K. Rowling dan Pippi karya Astrid Lindgren.
Berikut ini merupakan sepenggal kisah tentang Pippi si Kaus Panjang
Pippi si Kaus Panjang adalah anak perempuan yang unik dan kuat. Wajahnya penuh bintik dan rambut merahnya dikepang mencuat ke kiri dan ke kanan. Ia tidak punya ibu, sedangkan ayahnya yang kapten kapal terdampar di sebuah pulau dan menjadi raja orang hitam. Itu sebabnya Pippi hidup sendirian di rumahnya yang bernama Pondok Serbaneka. Ia tinggal bersama kuda dan monyetnya. Kompetensi Berbahasa Indonesia
181
Sebuah cerita selalu mengandung unsur-unsur cerita. Unsur-unsur cerita harus diperhatikan ketika membaca. Unsur-unsur ini merupakan unsur pembangun dari dalam (unsur
intrinsik). Unsur-unsur
yang dimaksud adalah
penokohan, latar, alur, tema, dan nilai yang terkandung dalam cerita.
Berikut ini adalah penjelasan dari setiap unsur cerita. 1.
Penokohan Tokoh adalah pelaku yang bermain dalam cerita, sedangkan penokohan adalah
gambaran tentang
tokoh, yaitu bagaimana keadaan fisik tokoh, bagaimana sifat/watak tokoh, dan bagaimana keadaan sosialnya, yang meliputi antara lain kelas sosial (kaya/miskin), jabatan, pekerjaan.
2.
Latar Di sebut juga setting. Latar terdiri atas latar waktu dan tempat. Latar waktu menunjukkan kapan peristiwa
Kompetensi Berbahasa Indonesia
182
dalam cerita terjadi, apakah pada waktu pagi, siang, sore, atau malam. Latar tempat menggambarkan tempat kejadian suatu cerita. Perhatikan contoh berikut. Hari Sabtu itu cerah sekali dan kebun binatang penuh dikunjungi keluarga-keluarga. (2001: hlm. 37)
3.
Alur Alur adalah jalinan cerita. Cerita disampaikan dari rangkaian awal sampai rangkaian akhir.
4.
Tema Tema adalah pokok cerita atau pokok persoalan. Dalam suatu cerita, pasti terdapat pokok pikiran yang hendak diutarakan si pengarang.
5.
Nilai Nilai cerita merupakan pesan moral atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita yang disuguhkan. Nilai inilah yang bisa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Berbahasa Indonesia
183
4.
1.
Uji Kemampuan Bacalah petikan cerita Batu Bertuah Harry Potter berikut ini! … (2001: 59) Hujan
mulai
turun.
Tetesnya
yang
besar-besar
mengetuk-ngetuk atap mobil. Dudley tersedu-sedu. “Ini hari Senin,” katanya kepada ibunya. “Ada acara si Hebat Humberto di televisi malam ini. Aku mau nonton.” Senin. Harry jadi ingat sesuatu. Kalau hari ini Senin, dan Dudley bisa diandalkan dalam hal ini, sehubungan dengan kegemarannya besok, Selasa, adalah hari ulang tahun Harry yang kesebelas. Tentu saja hari-hari ulang tahunnya yang telah lewat bukanlah hari yang menyenangkan. Tahun lalu, misalnya, keluarga Dursley menghadiahinya satu gantungan mantel dan sepasang kaus kaki bekas Paman Vernon. Tapi, kita kan tidak berumur sebelas tiap hari.
Kompetensi Berbahasa Indonesia
184
Paman Vernon kembali sambil tersenyum. Dia juga membawa
bungkusan
kecil
panjang
dan
tidak
menjawab ketika ditanya Bibi Petunia apa yang dibawanya itu. “Sudah kutemukan tempat yang sempurna!” katanya. “Ayo, semua keluar!” Di luar mobil udara dingin sekali. Paman Vernon menunjuk sesuatu yang kelihatan seperti batu karang besar yang menjorok ke laut. Bertengger di atas karang itu ada gubuk kecil yang sangat kumuh dan bobrok. Kelihatan menyedihkan sekali. Satu hal sudah jelas, tak ada televisi di gubuk itu. ….
2.
Cermatilah
kembali
Diskusikanlah
petikan
unsur-unsur
cerita ceritanya
di
atas!
bersama
kelompokmu!
NO.
UNSUR
1. Tokoh
BUKTI Dudley Harry Paman Vernon Bibi Petunia
2. Watak tokoh
a. b. c. d.
Kompetensi Berbahasa Indonesia
185
3. Latar
Latar tempat Latar waktu Suasana
4. Pokok masalah
5. Pesan moral
3.
Diskusikanlah juga beberapa hal dalam kutipan novel Harry Potter di atas yang kamu jumpai kesamaannya dengan kehidupan di lingkunganmu!
3. Tugas 1.
Bacalah sebuah buku cerita yang lain!
2.
Tentukanlah unsur-unsur ceritanya, seperti nama-nama tokoh, perwatakannya, latar cerita, pokok masalah cerita, dan pesan moral!
3.
Tentukanlah olehmu beberapa perilaku dalam cerita yang berkaitan dengan kehidupanmu sehari-hari!
Kompetensi Berbahasa Indonesia
186