REALISME MAGIS DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES DOA DAN ARWAH KARYA AYU UTAMI Sandra Whilla Mulia Magister Kajian Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Surabaya
[email protected] Abstrak Penelitian yang berjudul “Realisme magis dalam novel Simple Miracles Daa dan Arwah Karya Ayu Utami” ini bertujuan yang pertama untuk mengungkapkan realisme magis yang ternarasikan dalam novel Simple Miracles Doa dan Arwah karya Ayu Utami. Kedua, menemukan konteks sosial budaya yang melatarbelakangi munculnya narasi realisme magis dalam novel Simple Miracles Doa dan Arwah karya Ayu Utami. Penelitian ini memanfaatkan teori naratif realisme magis Faris dalam bukunya yang berjudul Ordinary Enchantments Magical Realism and Remystifiction of Narratives (2004). Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan teknik analisis data menggunakan tekstual analisis atau analisis teks. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah, realisme magis yang ternarasikan dalam novel Ayu Utami tidak hanya sarat dengan karakteristik realisme magis Faris dengan memperlihatkan eksistensi mitos di era modern, tetapi juga bertugas mengukuhkan suatu kepercayaan mengenai mitos di Jawa serta merombaknya. Konteks sosial budaya yang melatarbelakangi munculnya novel karya Ayu Utami disebabkan oleh kebudayaan Jawa yang sampai saat ini masih eksis serta kembali populernya hal-hal yang berbau tradisional dalam era modern ini. Dari hasil analisis tersebut memunculkan dua isu sosial dan pemaknaan. Isu sosial yang muncul yakni isu mengenai kesukaan orang Jawa pada hal-hal mistis yang berkaitan dengan makhluk halus serta isu mengenai akulturasi budaya Jawa dengan agama-agama di Jawa. Makna yang diperoleh antara lain: (1) orang Jawa akan selalu percaya pada hal-hal mistis yang berkaitan dengan makhluk halus; (2) di Jawa, dukun dan makhluk halus adalah alternatif kedua untuk mewujudkan cita-cita; (3) identitas dukun identik dengan seorang yang memiliki kemampuan melihat dan berkomunikasi dengan makhluk halus; (4) adanya kepercayaan bahwa makhluk halus itu ada di mana-mana; (5) orang Jawa percaya bahwa setiap orang meninggal akan menjadi roh yang tetap hidup di sekeliling mereka; (6) orang ateis jarang ditemui di Jawa; (7) Agama-agama yang ada di Jawa selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan Jawa. Kata kunci: realisme magis, Simple miracles doa dan arwah, budaya Jawa, makhluk halus, akulturasi agama. Abstract This study are intend to reach some goals. First, this aimed to uncover the magic realism which is narrated in Ayu Utami’s novel, entitled Simple Miracle Doa Dan Arwah. Second, this study aimed to discover socio cultural context which form the background of the emerging of magic realism of narrative in Ayu Utami’s novel entitled Simple Miracle Doa dan Arwah. This research utilizes magic realism narrative theory on the book Ordinary Enchantments Magical Realism and Remystifiction of Narratives written by Wendy B. Faris (2004). This is a qualitative study which employed textual analysis to analyze the obtained data. The results of
this study were magic realism which was narrated in the novel were not only loaded by the characteristics of Faris’ magic realism by showing the exquisite existence of myth in this modern era, but also written to be in charge of bracing and reorganizing people’s believe in Javanese myth. Socio cultural context which form the background of the emerging of this novel was Javanese culture that still exist in this modern era. This was also added by the comeback of traditional ambience which made its existence popular nowadays. From the analysis this had emerged two issues, social issues and signification issues. The emerging social issues are the Javanese culture in which the people tend to fancy mystics. These mystics are related to ghosts. In addition, the other issue is about acculturation of religions in Java Island. Besides the issues, the signification obtained were: (1) Javanese will always hold their believe in ghost; (2) in Java, shaman and spirits or ghost are correlated to the second alternative to realize dreams; (3) shaman identity is identical with someone who has an ability to see and communicate with spirits or ghosts; (4) there is a believe that spirits and ghosts are everywhere; (5) Javanese believe that every dead person will soon become spirits and ghosts and they will eternally live around them; (6) atheist will rarely be seen in Java; (7) religions in Java Island will always blend themselves with the culture. Keywords: magic realism, Simple miracles doa dan arwah, Javanese culture, ghosts, acculturation of religions.
PENDAHULUAN Orang Jawa merupakan
(Javanese)
orang-orang
dan berkembang di seluruh tanah Jawa (Sudiantara, 1998:5).
yang
mendukung dan menghayati budaya
Sosok
orang
Jawa
dengan
Jawa yang tersebar di daerah asal
berbagai karakteristik kehidupannya
kebudayaan Jawa, Jawa Tengah dan
tersebut tak jarang diangkat dalam
Jawa Timur, di Cirebon Jawa Barat, di
karya
banyak kepulauan di Indonesia bahkan
diketahui bahwa sastra merupakan
di
penggambaran
luar
2007:72).
negeri
(Setyodarmodjo,
Hardjowirogo
sastra.
Seperti
yang
kehidupan
telah
yang
(1984:7),
dituangkan melalui media tulisan.
menambahkan bahwa semua orang
Terdapat hubungan yang erat antara
Jawa itu berbudaya satu. Orang Jawa
sastra dan kehidupan karena fungsi
berpikir
seperti
sosial sastra adalah bagaimana ia
moyang mereka di Jawa Tengah,
melibatkan dirinya di tengah-tengah
dengan kota Solo dan Yogya sebagai
kehidupan
pusat-pusat kebudayaan, dari Yogya
1989:56).
dan Solo itulah aliran kejawen muncul
mengangkat kehidupan orang Jawa
dan
berperasaan
diperlihatkan 2
masyarakat Karya
dalam
sastra
(Semi, yang
novel Simple
Miracles Doa dan Arwah karya Ayu
yang memiliki citra sakral, tradisional,
Utami. Novel ini bercerita tentang
serta
kehidupan satu keluarga Jawa yang
mengarah
tinggal
masih
berada di luar logika manusia (dalam
mengamalkan kepercayaan atau tradisi
budaya Jawa) dihadirkan pada era
yang berkaitan dengan mitos di Jawa.
modern seperti saat ini. Fenomena
Salah
memiliki
kemunculan karya SMDA ini identik
kepercayaan pada hal-hal mistik sesuai
dengan karya sastra realisme magis.
karakteristik kehidupan orang Jawa,
Karya sastra realisme magis adalah
yakni percaya terhadap makhluk halus
karya
serta hal-hal yang bersifat takhyul.
kembali segala citra dan pengertian
Dalam novel Simple Miracles Doa dan
yang bersifat magis, mistis, ataupun
Arwah (selanjutnya disingkat: SMDA)
“irrasional” yang bersumber dari cerita
diperlihatkan bahwa makhluk halus
mitologi, dongeng, legenda
yang
yang dihadirkan merupakan mahkluk
hidup
yang
halus
Jawa
dihadirkan dalam sebuah kesusastraan
(misalnya: pocong dan kuntilanak).
modern diindikasikan sebagai karya
Melalui novel Ayu Utami itulah dapat
realisme magis (Faris, 1995).
di
Bogor,
satunya
yang
namun
masih
melegenda
di
segala
sesuatu
terhadap
sastra
yang
secara
yang
lebih
hal-hal
yang
menghadirkan
tradisional
diketahui bahwa karya sastra tidak
Realisme magis muncul di
hanya berkisah tentang hal-hal yang
kesusatraan Indonesia tahun 1990-an,
berkaitan dengan keseharian makhluk
arus realisme magis sebagai paham
hidup yang sifatnya terlihat,
kesastraan global mulai masuk dan
tetapi
juga berkisah tentang hal-hal sifatnya
memperlihatkan
tak terlihat yang berhubungan dengan
sejumlah
adanya kepercayaan mengenai hal-hal
Sebelum karya Ayu Utami ini, sudah
magis, takhyul, serta bersifat irrasional
ada pengarang lain yang menulis cerita
yang berkaitan dengan dunia lain yang
fiksi
ditinggali makhluk halus (baik dari
misalnya Eka Kurniawan dan Seno
golongan
Gumira
memedi
maupun
arwah
penasaran).
karya
pengaruhnya sastra
bergenre
Ajidarma.
pada
Indonesia.
realisme
Menurut
magis,
Alex
(Kompas, edisi 30 November 2003),
Ada hal menarik dari isi novel
dalam kesusatraan Indonesia Seno
karya Ayu Utami ini, yakni sesuatu
Gumira Ajidarma dengan cerpennya
3
“Misteri Kota Ningi”, Eka Kurniawan
kehadiran novel SMDA ini bukan
dengan novelnya “Cantik Itu Luka”
hanya sebagai bacaan hiburan, namun
menunjukkan pengaruh tersebut dalam
juga
prosa Indonesia. Salah satu karakter
misalnya memperlihatkan
realisme magis yakni menghadirkan
sosial atau memperlihatkan eksistensi
kembali segala citra dan pengertian
mitos/kepercayaan
yang bersifat magis, mistis, ataupun
(budaya Jawa) pada era saat ini.
“irrasional”
Seperti
karya-karya
yang
bersumber
mitologis,
dari
dongeng,
mengkomunikasikan
yang
sesuatu isu-isu
serta
tradisi
diungkapkan
Junus
(1981:93), bahwa kehadiran teks sastra
legenda yang hidup secara tradisional
atau
dalam masyarakat-masyarakat etnik di
menghadirkan, dan mempersoalkan
Indonesia dalam karya sastra mutakhir
kepercayaan mengenai hal-hal magis
dapat
seperti mitos, pasti memiliki maksud
menjadi
strategi
melihat
kecenderungan baru tersebut.
novel
tertentu
yang
misalnya
bertugas
suatu
kepercayaan
mengukuhkan
Meskipun tiga pengarang ini
menyuarakan,
hidup di era yang sama, namun karya
mengenai mitos tertentu, atau mungkin
Eka Kurniawan dan Seno Gumira
bertugas merombak, membebaskan,
Ajidarma berbeda dengan karya Ayu
memodifikasi,
Utami. Karya Eka dan Seno lebih
menentangnya.
menitikberatkan
mitos-mitos
yang
bahkan
Berkaca
dari
untuk
penjelasan
berkaitan dengan legenda pada masa
tersebut ada hal yang mendorong
lampau dengan setting pada zaman
peneliti untuk mengungkapkan motif
kolonial dan sesudah masa kolonial
di balik munculnya karya Simple
sedangkan karya Ayu Utami ini
Miracles
menghadirkan cerita yang didominasi
menghadirkan mitos atau kepercayaan
mitos (kepercayaan) serta ritual yang
yang berasal dari masa lampau ke
semuanya itu berhubungan dengan
masa
makhluk halus dengan setting zaman
dihadirkan untuk dijadikan sebagai
modern. Mitos (kepercayaan) serta
dokumen sosial budaya yang mencatat
ritual yang hadir dalam cerita novel
kenyataan budaya suatu masyarakat
SMDA pun sangat familiar di telinga
pada
orang Jawa. Secara tidak langsung
dijelaskan oleh Junus (1986), bahwa
4
Doa
kini.
masa
dan
Apakah
tertentu
Arwah
karya
seperti
yang
ini
yang
fungsi karya sastra juga sebagai
sini adalah terbuka pada dunia spirit,
dokumen
yang
arwah, mitos, maupun kepercayaan
menjelaskan budaya atau keadaan
pada hal-hal mistis. Novel seri ini
masyarakat
tertentu,
sebagian besar isinya memuat kisah
ataukah bermaksud memperlihatkan
yang berkaitan dengan hal-hal magis
bahwa semodern apapun masyarakat
(mitos dan kepercayaan-kepercayaan
Jawa tetap tak dapat terpisahkan dari
terhadap
kepercayaan-kepercayaan
berkembang dalam masyarakat Jawa.
sosial
budaya
pada
masa
magis
tersebut.
halus)
yang
Tidak seperti karya-karya sebelumnya
Berdasarkan tersebut
makhluk
yang meski menyajikan
problematik
mitos
yang mendorong peneliti
dan
legenda,
beberapa
tetapi
lebih
memilih novel Simple Miracles Doa
didominasi tentang gambaran manusia
dan Arwah sebagai objek penelitian
Indonesia dalam bentang sejarah yang
ini. Selain itu, dari berbagai novel
cukup panjang (1900-an hingga era
karangan Ayu Utami (Seperti: Dwilogi
2000-an) atau bisa disebut sebagai
Saman dan Larung, Trilogi Si Parasit
kisah yang berlatar politik Indonesia
Lajang—Cerita
Enrico—
dari era Soekarno, Soeharto, hingga
Pengakuan Eks Parasit Lajang, serta
reformasi seperti: rezim militer, orde
Bilangan Fu dan Seri Bilangan Fu
baru, peristiwa politik, feminisme,
(Manjali dan Cakrabirawa, Lalita,
serta asmara (hubungan lelaki dan
Maya)), baru kali ini menceritakan
perempuan).
kisah yang isinya didominasi adanya
menghadirkan novel ini dengan judul
kepercayaan mengenai makhluk halus
Simple Miracles Doa dan Arwah,
pada
yakni
benak
Cinta
orang
Jawa
yang
Ayu
judul
diperlihatkan melalui kehidupan satu
menggunakan
keluarga Jawa yang tinggal di Bogor.
Inggris
dan
Utami
yang
tampak
gabungan
bahasa
Indonesia.
Dalam
novelnya doa dan arwah dihadirkan
Novel ini adalah novel seri spiritualisme kritis (Utami, 2014:173).
sebagai
Menurut
simple yang ada dalam kehidupan
Spiritualisme
Utami kritis
(2014:176) adalah
sesuatu
yang
menurutnya
sehari-hari orang Jawa, namun sesuatu
sikap
terbuka pada yang spiritual tanpa
yang bernilai
mengkhianati nalar kritis. Terbuka di
bercitra ajaib (Utami, 2014).
5
“simple”
tersebut
membahas
dengan judul “Novel Saman dan
tentang karya sastra dengan konsep
Larung Karya Ayu Utami dalam
realisme magis pernah dilakukan oleh
Perspektif Gender”. Penelitian yang
beberapa peneliti. Kadir (2014), yang
dilakukan
oleh
membahas “Kadar Realisme Magis
bertujuan
untuk
dalam Novel Perempuan Poppo Karya
persamaan dan perbedaan antara novel
Penelitian
Dul
Abdul
yang
Rahman”;
Ferdiyanto
Saman
Purwanti
dan
(2009)
mengungkapkan
Larung
serta
(2014) yang membahas “Realisme
mengungkapkan perspektif gender dan
Magis dalam Novel Beloved Karya
nilai feminisme dalam novel Saman
Toni Morrison”; serta Tom (1999)
dan Larung karya Ayu Utami.
yang membahas tentang “Magical
Berdasarkan
latar
belakang
realism, freedom, and control in
tersebut, peneliti melakukan penelitian
Garcia Marquez, Millhauser, and
berjudul
Winterson”. Dari ketiga penelitian
Novel Simple Miracles Doa dan
tersebut semua mengusung realisme
Arwah Karya Ayu Utami” dengan
magis untuk menganalisis teks sastra.
fokus
Namun, penelitian ini berbeda dengan
bagaimana
realisme
magis
yang
penelitian
ternarasikan
dalam
novel
serta
tersebut.
Pertama,
“Realisme
penelitian
Magis
dalam
mengungkapkan
penelitian ini memilih objek yang
menjelaskan wujud konteks sosial
berbeda dengan ketiga penelitian di
yang
atas.
yang
narasi realisme magis dalam novel
membahas novel yang mengangkat
tersebut. Hal itu disebabkan karya
kisah tentang hal magis di Jawa yang
realisme magis selalu terkait dengan
analisisnya
konteks sosial yang melatarbelakangi
Kedua,
belum
ada
menggunakan
realisme
magis seperti di atas. Sebenarnya
melatarbelakangi
munculnya
kemunculannya.
penelitian menggunakan objek novel Ayu
Utami
sudah
banyak
KAJIAN PUSTAKA
yang
Teori yang digunakan untuk
dilakukan, namun kebanyakan hanya
menganalisis objek penelitian adalah
menyoroti gender, feminism, sex, atau
teori realisme magis Wendi B. Faris.
rezim politik, seperti penelitian yang
Menurut Faris (1995), realisme magis
dilakukan Purwanti (2009) dari UNS
merupakan
Surakarta yang melakukan penelitian
menghadirkan 6
suatu
paham
yang
kembali segala citra
dan pengertian yang bersifat magis,
magis dan real), dan disruption
mistis,
yang
time, space, and identity (disrupsi atau
bersumber dari karya-karya mitologis,
pengacauan atas waktu, ruang, dan
dongeng, legenda yang hidup secara
identitas sakral menuju waktu, ruang,
tradisional
dan identitas rutin).
ataupun
“irrasional”
dalam
kesusastraan
modern.
of
Faris (2004:25), menambahkan kelima karakteristik yang muncul dari
Menurut Faris (2004) untuk mengetahui bagaimana suatu teks
teks
terlihat sebagai karya realisme magis
mempermudah
bukan hanya melihat adanya hal magis
bagaimana
yang diangkat berdasarkan mitos serta
memperlihatkan realisme magis yang
legenda dari kebudayaan tertentu,
ternarasikan
tetapi juga adanya lima karakteristik
dibuatnya. Sebab antara pengarang
fiksi realisme magis yang nampak di
yang satu dengan pengarang yang lain
dalam teksnya. Faris menambahkan
memiliki perbedaan ketika menyajikan
kelima karakteristik itu nantinya akan
sesuatu hal magis dalam tulisannya.
memperlihatkan
model
Terkait dengan teks realisme magis
narasi realisme magis yang terlihat
yang mengangkat hal magis yang
pada suatu teks sastra.
bersumber dari kebudayaan tertentu,
Wendy
bagaimana
B.
Faris
Faris
(2004)
realisme
magis pembaca
cara
dalam
akan melihat
pengarang
teks
mengungkapkan,
yang
setelah
menjelaskan bahwa realisme magis
diketahui bagaimana narasi realisme
memiliki
yakni
magis dalam suatu teks, selanjutnya
irreducible element (elemen yang tak
seorang pembaca harus mengaitkan isi
tereduksi yang menyangkut hal-hal
teks dengan hal di luar teks terkait
magis), phenomenal world (dunia
dengan konteks sosial budaya di mana
yang fenomenal yang mencegah hal
karya tersebut tercipta. Hal tersebut
magis
disebabkan setiap fiksi realisme magis
lima
menuju
karakterisik,
dunia
fantasi),
unsettling doubt (keraguan yang tak
selalu
terselesaikan yang terjadi ketika akan
menghadirkan isu-isu sosial tertentu
mengkooptasi teks ke dalam elemen
(2004:10). Bukan hanya itu, ketika
yang tak tereduksi), merging realms
seorang pembaca mengaitkan isi teks
(alam yang bercampur menyatunya hal
dengan konteks sosial budaya di luar
7
mengkomunikasikan
atau
teks maka akan diketahui hal-hal yang
teks yang ternarasikan dalam sumber
melatarbelakangi
data yakni, novel “Simple Miracles
kemunculan
teks
Doa dan Arwah” karya Ayu Utami
tersebut.
yang dapat mengungkapkan jawaban METODE PENELITIAN Penelitian penelitian kualititaf
pertanyaan rumusan masalah pertama
ini
termasuk
kualitatif.
Penelitian
yaitu
penelitian
menginterpretasikan
yakni mengenai realisme magis yang ternarasikan dalam novel, kemudian
yang
teks-teks penunjang yang berada di
suatu
dalam sumber data selanjutnya yang
permasalahan yang diangkat seorang peneliti.
Dalam
kualitatif
proyek
diperoleh
penelitian
permasalahan
yang
aspek
mengenai konteks sosial budaya yang melatari kemunculan narasi realisme
(Creswell,
magis dalam novel.
2007:23—24). Dengan kata lain, yang akan
diinterpretasikan
Teknik
dalam
ternarasikan
dalam
teknik
novel
pustaka
yakni
(library
membaca
secara
mengidentifikasi data yang terkait
(2012:16), salah satu karakteristik kualitatif
data
mendalam novel serta menandai dan
karya Ayu Utami. Menurut Crewell
penelitian
studi
research),
“Simple Miracles Doa dan Arwah”
utama
pengumpulan
dalam penelitian ini menggunakan
penelitian ini adalah realisme magis yang
atau
rumusan masalah nomor dua, yakni
sifatnya luas atau mencakup perspektif semua
buku-buku
dokumen untuk menjawab pertanyaan
diinterpretasi mencakup hal-hal yang
pada
dari
dengan permasalahan penelitian yang
adalah
diangkat. Teknik ini digunakan karena
menganalisis data untuk dideskripsi
sumber data bersifat tertulis.
dengan menggunakan analisis teks dan
Data
menafsirkannya.
selanjutnya
Pada penelitian ini sumber data
yang
terkumpul
dianalisis
dengan
menggunakan tekstual analisis atau
yang digunakan yakni berupa novel
analisis teks (Gadamer dalam Selden,
“Simple Miracles Doa dan Arwah”
1991:122). Analisis teks bertujuan
karya Ayu Utami. Peneliti memilih
untuk
sumber data novel “Simple Miracles
menginterpretasikan
data
temuan dengan menggunakan teori
Doa dan Arwah”. Data yang diambil untuk bahan penelitian ini berupa teks8
yang terkait, dalam hal ini realisme
makhluk halus serta tempat terjadinya
magis Wendy B. Faris (2004).
peristiwa
magis),
makhluk
halus
(memedi dan arwah penasaran), bunyi NARASI REALISME MAGIS DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES DOA DAN ARWAH KARYA AYU UTAMI
magis (suara tertawaan memedi)), karakter tokoh, peristiwa magis, dan kepercayaan atau mitos yang di luar nalar.
Sesuai cara kerja teori realisme magis yang telah dijelaskan pada bab
Objek magis dibatasi pada
II, pada bab ini dilakukan analisis
empat hal yaitu tempat, makhluk
dengan cara memanfaatkan kelima
halus, benda, dan bunyi yang memiliki
karakteristik realisme magis ke dalam
sifat irrasional.
teks SMDA. Hal ini dilakukan untuk
Karakter
tokoh
yang
akan
ini
hanya
mengetahui kadar realisme magis
diulas
dalam
berkaitan pada tokoh yang memiliki
teks
serta
bagaimana
realisme
ternarasikan
dalam
mengungkapkan magis novel
pada
penelitian
yang
kekuatan di luar nalar manusia, yakni
SMDA
Bonifacius yang memiliki kemampuan
Karya Ayu Utami.
berkomunikasi
dengan
arwah.
Peristiwa magis dalam penelitian ini Irreducible Element (Elemen yang
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
Tak Tereduksi)
yang termasuk kategori irrasional atau
Hal-hal yang terdeteksi sebagai
di luar nalar manusia serta masih
irreducible element dalam novel yaitu
memiliki relasi dengan objek magis
elemen magis sebagai elemen yang tidak biasa yang dianggap tidak sesuai logika empirisme Barat selama ini.
masyarakat
sistem
Jawa,
kelompok
utama
peristiwa
pada kutipan berikut.
magis
“Tiba-tiba ia menunjuk ke depan dan berkata. “A-um!” “Ketika ia mulai bisa merangkai kata dalam kalimat, ia pun berkata: “Aum! Tu a-um!” Tangannya menunjuk ke depan. Dahinya berkerutdan matanya melirik nyaris putih. A-um. Itu A-um.
tersebut dapat digolongkan ke dalam empat
seperti
magis,
kematian, dan lain-lain seperti terlihat
kepercayaan
elemen
peristiwa
melihat arwah Kakek ketika misa
Simple Miracles Doa dan Arwah yang dari
yang mengalami
pertama kali Bonifacius melihat hantu,
Elemen magis dalam teks novel
diadopsi
dan tokoh-tokoh
yaitu
berdasarkan objek magis (tempat yang terkategori magis (tempat munculnya 9
“Kami terdiam.” “Cicilia mengangguk kepadaku.” “Tak berapa lama kemudian orangorang berkata bahwa anak itu bisa melihat makhluk halus.” (Utami, 2014:25—26)
Kategori tergolong
hal-hal
Dunia fenomenal yang nyata dalam
teks
dijelaskan
sesuai
objek
dunia
pengelompokkan;
fenomenal (tempat, benda, waktu),
keempat
yang
karakter tokoh (yang berkaitan dengan
magis
adalah
profesi tokoh); serta peristiwa dunia
kepercayaan atau mitos yang dianggap
fenomenal
tidak rasional. Dalam novel SMDA
karakteristik dunia fenomenal, hal-hal
kepercayaan yang berada di luar nalar
yang bersifat real ini hadir untuk
seperti, malam Jumat Kliwon dan
membuat yang magis tetap berada di
malam Selasa Kliwon (munculnya
dunia nyata tidak melambung ke dunia
makhluk halus), orang yang memiliki
fantasi (masuk ke alam lain) seperti
ageman
karya fiksi fantasi. Seperti halnya
(ilmu
meninggal,
jati)
akan
keberadaan
sulit arwah
itu
kehadiran
sendiri.
dunia
seseorang yang telah meninggal di
berlandaskan
rumah selama 40 hari, adanya konsep
terbunuhnya
sedulur papat lima pancer.
Muntilan
fenomenal
sejarah Romo
dan
Dalam
yang
(peristiwa Sanjoyo
peristiwa
di
asal-usul
Lourdes dijadikan tempat ziarah). Phenomenal World (Dunia yang Fenomenal) Dunia
fenomenal
Unsettling Doubt (Keraguan yang Meresahkan)
ini
merupakan bagian yang real atau nyata
Ada
tiga
variasi
keraguan
dari realisme magis yang mencegah
(hesitation) berdasarkan paparan Faris
fiksi tersebut menjadi bentuk fiksi
(2004:17), yakni keraguan yang dipicu
fantasi
melambung
oleh teks, keraguan yang dipicu oleh
meninggalkan alam real secara total.
properti objek, dan keraguan yang
Dunia fenomenal yang menjadi latar
disebabkan
bagi
tersebut
pembaca itu sendiri. Akibat adanya
terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: (1)
keragu-raguan yang meresahkan juga
kenyataan (yang real) di dalam teks
dapat mengaburkan the irreducible
dan (2) kenyataan yang berlandaskan
element yang konsekuensinya tidak
pada sejarah.
selalu
yang
dapat
unsur-unsur
magis
10
oleh
mudah
latar
budaya
si
dilihat sebagaimana
demikian. Pada bagian ini hanya akan
layar monitor pada sofa pijat menyala
dibahas keraguan yang dipicu oleh
sendiri ketika narator dan pasangan
teks dan properti objek sebab peneliti
hidupnya yang bernama Rik menginap
berasal dari budaya yang sama dengan
di rumah Ibu.
konteks sosial di dalam narasi SMDA.
Pembaca mengalami keraguan
Pertama, keraguan yang dipicu
karena teks yang ada pada novel
oleh teks. Kedekatan antara teks yang
SMDA memperlihatkan narasi yang
mengandung
tak
bercerita bahwa narator dan Rik
yang
memiliki pertanyaan pada diri mereka
mengandung dunia fenomenal inilah
sendiri mengenai siapa sebelumnya
yang
yang
tereduksi
elemen
yang
dengan
menjadikan
teks
adanya
keragu-
memakai
sofa
pijat
milik
raguan yang meresahkan. Keraguan
almarhum tokoh Ayah itu. Pertanyaan
yang meresahkan dalam narasi SMDA
itu muncul karena yang menghuni
dilihat
yaitu
rumah tokoh Ibu itu ada beberapa
dan
orang dan para asisten rumah tangga
peristiwa. Tiga kategori ini akan diuji
serta suster yang merawat tokoh Ibu
hubungan logis antara setiap elemen
pun termasuk di dalamnya. Awalnya,
yang tidak tereduksi itu sebelum
pembaca (peneliti) merasa bahwa ini
menyimpulkan bahwa narasi tersebut
bukan termasuk elemen yang tak
benar-benar tidak dapat direduksi.
tereduksi, namun pemikiran peneliti
Misalnya, pada contoh analisis beriku
dibantah
ini.
menjelaskan bahwa sejak si tokoh Ibu
dari
berdasarkan
tiga
kategori
objek,
Keraguan
karakter,
yang
pada
narasi
lain
sakit tidak ada yang memakai sofa
meresahkan
dalam teks novel SMDA kategori
pijat tersebut yang terlihat
benda
kutipan berikut.
atau
properti
objek
yang
yang
pada
“Tapi aku dan Rik tak tahu apakah monitor penyetelnya tadi mati atau hidup. Rasanya, dari kemarin tidak ada yang memakainya. Rasanya, sejak Ibu sakit tidak ada yang memanfaatkannya. Aku dan Rik berpandang-pandangan. Adakah benda itu tiba-tiba menyala, seolah ada yang mau memakainya? Atau tadi kami tidak mengamati?” (Utami, 2014:142)
digunakan antara lain terjadi pada peristiwa yang berhubungan dengan sofa pijat milik tokoh Ayah dan televisi yang ada di kamar Ibu. Sofa pijat memunculkan keraguan yang meresahkan pembaca karena dalam teks diceritakan bahwa sesuatu pada
11
Hal-hal yang berkaitan dengan
pengelompokkan
objek,
karakter
teks dan properti itulah yang membuat
tokoh, dan peristiwa. Peleburan dua
peneliti mengalami keraguan yang
dunia ditinjau dari segi objek dibatasi
meresahkan. Namun pada akhirnya
dalam tiga bagian yaitu berdasarkan
keraguan peneliti hilang serta dapat
kategori benda, tempat, dan waktu
menentukan bahwa sofa pijat termasuk
yang diungkap penggabungan antara
benda magis sebab terdapat narasi
yang real dan yang magis, seperti
pendukung yang menjelaskan bahwa
halnya dari segi karakter tokoh dan
menyalanya sofa pijat itu terjadi pada
peristiwanya.
Selasa
seperti berikut.
Kliwon
yang
selama
ini
mana roh orang yang telah meninggal akan berkunjung ke rumah untuk menemui keluarganya. Dalam narasi sofa
pijat
analisisnya
“Ia ngobrol dengan seorang anak lelaki. Bocah itu agak gemuk. Namanya Luki. Ia suka mendatangi Bonifacius dan mengajak bicara. Anak itu bercerita macam-macam, tentang guru-guru, permainan, dan pelajaran di sekolah ini. ia memang bukan bagian dari kelas ini. Tetapi ia suka datang dan pergi begitu saja. “Kamu ngomong sendiri lagi.” (Utami, 2014:31—32)
dipercaya sebagai malam keramat di
diperlihatkan
Contoh
sebagai
perantara magis. Kemantapan peneliti memilih sofa pijat sebagai benda magis karena terdapat narasi yang
Kutipan
narasi
tersebut
menjelaskan bahwa Rik, narator, serta
menceritakan
tokoh Ibu mempercayai sofa pijat itu
memiliki
menyala
sekolahnya dan sering mengajaknya
sendiri
karena
sedang
digunakan oleh arwah tokoh Ayah. Realms
(Alam
yang
Merging
di
karena
dianggap
suka
realms. Hal itu disebabkan sekolah yang seharusnya digunakan manusia
realisme magis menggabungkan atau
berkaitan
terlihat
memperlihatkan karakteristik merging karakteristik
Realms atau alam yang bercampur,
meleburkan
tak
berbicara sendiri. Kutipan tersebut
Bercampur) Pada
teman
Bonifacius
berbicara, sehingga ia sering ditegur gurunya
Merging
bahwa
dunia dengan
magis
sebagai tempat menuntut ilmu tetapi
(yang
juga diperlihatkan sebagai tempat
kepercayaan
singgah arwah penasaran. Dari kutipan
tradisional) dan dunia real (modern)
narasi tersebut dapat diketahui bahwa
(Faris, 2004:21). Pada karakteristik
dalam
keempat ini juga dijelaskan sesuai 12
proses
penyatuan
atau
pemindahan antardunia tersebut (dunia
ciri karya realisme magis, di mana
real dan dunia magis), realisme magis
waktu sakral dikacaukan sehingga
memburamkan batas antara yang fakta
mengganti
dan magis dengan cara menghilangkan
waktu rutin.
mediasi
antara
kenyataan
waktu
sakral
menjadi
yang
Adanya waktu baru dalam
berbeda. Seperti yang terlihat pada
kemunculan makhluk halus terlihat
kutipan tersebut, di satu sisi sekolah
pada peristiwa ketika teman sekolah
sebagai tempat real atau nyata sebagai
Bonifacius meninggal serta misa 40
tempat menuntut ilmu, namun di sisi
harian tokoh Ibu. Pada peristiwa
lain sekolah dalam kutipan tersebut
kematian
juga digambarkan sebagai
meninggal
tempat
singgah arwah penasaran.
teman
Bonifacius
karena
yang
kecelakaan
arwahnya muncul pada pagi hari seperti yang terlihat pada kutipan
Disruption of Time, Space, and Identity (Disrupsi Waktu, Ruang, dan Identitas)
narasi berikut. “Suatu hari dua kawan sekolahnya mengalami kecelakaan mobil. Yang seorang meninggal dunia. Murid-murid kelas melayat bersama-sama. Tapi, esokesok harinya Bonifacius melihat anak yang sudah meninggal itu datang ke sekolah.” (Utami, 2014:33)
1) Disruption of Time (Gangguan atau Pengacauan terhadap Waktu) Adanya gangguan atas waktu (disruption of time) dalam karya fiksi
Berdasarkan kutipan tersebut,
realisme magis dapat memunculkan
diketahui bahwa terjadi pengacauan
waktu baru (waktu rutin) sebagai
waktu dalam konteks kemunculan
pengganti waktu yang sakral (Faris,
makhluk halus. Sesuai waktu sakral
2004:23).
adanya
makhluk halus atau hantu selalu
karakteristik disruption of time dalam
muncul malam hari. Namun pada
novel SMDA adalah adanya waktu
novel
baru dalam konteks kemunculan hantu
dimunculkan pada pagi hari pada
atau makhluk halus. Dalam konteks
waktu rutin bukan lagi waktu sakral.
Bukti
dari
sakral makhlus halus selalu muncul malam hari, tetapi dalam novel SMDA makhlus halus tidak hanya muncul pagi bahkan siang hari. Ini merupakan
13
SMDA,
makhluk
halus
2) Disruption of Space (Gangguan atau Pengacauan terhadap Ruang) Pada bagian pengacauan ruang narasi
realisme
novel
SMDA
ruang
baru
tempat
munculnya hantu juga ada di ruang tamu
memunculkan ruang baru yang tidak
yang selama ini merupakan sebuah
homogen. Ruang baru yang dimaksud
ruangan yang ada di rumah digunakan
adalah ruang yang ada pada rutinitas
untuk
sehari-hari bukan ruang khusus yang
bahwa tokoh Bonifacius melihat tujuh
berkaitan dengan kesakralan. Dalam
kuntilanak di ruang tamunya.
SMDA
juga
baru dalam kemunculan hantu. Dalam
dapat
novel
magis
ke modern, maka memunculkan ruang
tamu.
Diceritakan
karakteristik
Selain sekolah dan ruang tamu,
disruption of space adalah adanya ruang
hantu juga dimunculkan di jalan raya
baru mengenai kemunculan atau tempat
yang
berkeliaran makhluk halus.
kendaraan. Jalan raya bukanlah tempat
Dalam
adanya
menerima
konteks
ruang
merupakan
tempat
lalu-lalang
sakral
yang menakutkan dalam kacamata hal-
makhlus halus selalu berada pada tempat-
hal yang berbau mistis. Namun novel ini
tempat
keramat,
menghadirkan
Geertz
(1989). Tetapi
seperti
pernyataan
tempat
baru
dengan
dalam novel
memperlihatkan bahwa makhluk halus
SMDA makhlus halus dihadirkan berada
baik arwah atau hantu itu ada di mana-
di ruang-ruang publik seperti sekolah,
mana di tempat-tempat yang digunakan
rumah, dan jalan raya. Ini merupakan ciri
manusia dalam kehidupan sehari-hari.
karya realisme magis, di mana ruang “Ia
sakral dikacaukan sehingga mengganti
menceritakan
menabrak
orang
ada waktu untuk mengamati apakah yang
Hal tersebut diperlihatkan melalui yang
bisa
sungguhan lantaran mengira hantu. Tak
ruang sakral menjadi ruang rutin.
peristiwa
khawatir
berdiri di tengah jalan itu manusia atau
bahwa
makhluk halus.” (Utami, 2014:155)
arwah teman Bonifacius yang mengalami 3) Disruption of Identity (Gangguan atau Pengacauan terhadap Indentitas)
kecelakaan tempo hari datang ke sekolah. Padahal sekolah merupakan ruang publik sebagai tempat mengajar dan belajar.
Disruptions
Dalam ruang sakral arwah tidak muncul
of
identity
(gangguan atau pengacauan terhadap
di sekolah tetapi karena karya SMDA
identitas) pada narasi realisme magis
menghadirkan hal-hal bercitra tradisional
dapat memunculkan identitas yang
14
baru yang tidak homogen. Realisme
hilang. Identitas Bonifacius tidaklah
magis
homogen tetapi multiplisitas karena
mengaktualisasi
identitas
menjadi multiplisitas personal (Faris,
Bonifacius
2004:26).
Faris
karakter memiliki lebih dari satu
(2004:26-27), yaitu identitas yang
identitas, yakni sebagai pelajar, anak
mendekonstruksi
indigo, dan dukun. Sastra realisme
dengan
Identitas
memberi
pembaca
bahwa
menurut
individualitas kesadaran
magis
seakan
merupakan
satu
memperlihatkan
apapun
identitas baru bahwa seseorang yang
adalah konstruksi. Selain itu, identitas
dapat berkomunikasi dengan makhluk
tersebut sekaligus melawan secara
halus serta melacak benda berharga
terbuka konsep yang telah tertanam,
yang hilang bukan hanya seorang
baik dalam fiksi maupun sejarah.
dukun (identitas sakral), tetapi di
Gangguan
identitas
pada
yang
identitas
novel ini diperlihatkan justru anak
dalam
novel SMDA berangkat dari adanya
sekolah
karakter
kekuatan tersebut. Penjelasan tersebut
multiple
identity,
yakni
dari
terkonstruksi sehingga
satu
identitas
dalam
tidak
diri
jarang
yang
mempunyai
dipertegas oleh kutipan berikut.
karakter yang terkadang memiliki lebih
biasa
yang “Sepuluh tahun kemudian Bonifacius
tokoh
telah jadi murid SMA Pangudi Luhur di
membuat
Kebayoran Baru. Ia sudah jejaka belia. Ia
pembaca sulit memahami karakter
dikenal sebagai anak yang berbeda;
tokoh dalam teks realisme magis
teman-temannya tahu ia melihat yang
karena dianggap tidak jelas.
tidak dilihat orang banyak.” (Utami,
Gangguan
identitas
2014:33)
terlihat
(…)
pada karakter Bonifacius, di satu sisi
“Di pihak lain lain, banyak orang di
identitasnya merupakan anak sekolah
Indonesia sangat suka mistik dan dunia
tetapi di sisi lain si anak sekolah yang
gaib. Itu juga terjadi dalam keluarga
seharusnya
normal
kami. Kami suka memperlakukan dia
layaknya pelajar, namun di sisi lain si
seperti dukun. Di kalangan kerabat ia
memiliki
sifat
mulai dikenal sebagai ahli menemukan
anak sekolah ini merupakan anak
barang hilang.” (Utami, 2014:94)
indigo yang dapat melihat makhluk halus, serta merupakan dukun
yang
ahli menemukan letak di mana barang
15
Kadar Realisme Magis dalam Novel Simple Miracles Doa dan Arwah
mengenai
mitos
tertentu
bahkan
merombaknya.
Pada novel SMDA, semua
Cara pengarang (Ayu Utami)
karakteristik karya sastra realisme
mengukuhkan mitos tersebut adalah
magis
dengan
hadir
serta
terindentifikasi
memperlihatkan
atau
dengan jelas sehingga dapat dikatakan
memperkenalkan
bahwa kadar kemagisannya sangat
(baik pembaca dari Jawa maupun luar
kuat. Hal tersebut juga disebabkan
Jawa) inilah karakteristik orang Jawa
semua tokoh yang ada di dalam novel
yang menganut budaya Jawa serta
ini percaya akan hal-hal magis yang
mengajak para pembaca yang berasal
terkait
atau
dari Jawa untuk melestarikan tradisi
mitos-mitos yang ada di Jawa serta
tersebut. Pada novelnya, pengarang
narasi SMDA sarat akan kelima
merombak sesuatu yang berbau sakral
karakteristik realisme magis.
menjadi sesuatu yang berbau rutin
dengan
kepercayaan
yang
terkait
kepada
dengan
pembaca
kemunculan
makhluk halus bukan hanya malam
Narasi Realisme Magis dalam Novel Simple Miracles Doa dan Arwah Karya Ayu Utami
hari di tempat yang angker, tetapi setiap saat di mana saja (baik di
Narasi realisme magis pada novel SMDA
karya
Ayu
Utami
tempat angker, rumah, maupun ruang
(yang
publik) dan kapan saja tidak
mengangkat hal magis berkaitan dengan
lagi
terikat dengan waktu-waktu keramat.
mitos adanya makhluk halus) ini sarat KONTEKS SOSIAL BUDAYA YANG MELATARBELAKANGI MUNCULNYA NARASI REALISME MAGIS DALAM NOVEL SIMPLE MIRACLES DOA DAN ARWAH KARYA AYU UTAMI
dengan karakteristik realisme magis Faris yang juga memperlihatkan eksistensi mitos/kepercayaan tersebut di era modern seperti sekarang. Dalam menghadirkan hal magis pada narasi realisme magisnya, Ayu Utami tidak sekadar memperlihatkan eksistensi modern,
mitos/kepercayaan tetapi
mengukuhkan
juga suatu
di
Latar
era
narasi
belakang
SMDA
munculnya
didukung
oleh
bertugas
kebudayaan Jawa yang sampai saat ini
kepercayaan
masih eksis. Eksistensi kebudayaan Jawa tersebut selain dengan didukung
16
orang-orang
masih
menjelaskan budaya atau keadaan
menanamkan tradisi-tradisi Jawa pada
masyarakat pada masa tertentu—tetapi
generasi muda juga karena didukung
juga
pemerintah (baik presiden maupun elit
bahwa semodern apapun manusia
politik) yang didominasi oleh orang
tetap
Jawa yang selama kepemimpinannya
kepercayaan-kepercayaan
memperlihatkan
sikap
tersebut. Manusia akan tetap lari
Jawa
kepada
hidup
tua
orang
yang
bagaimana Jawa,
tradisi
bermaksud
tak
memperlihatkan
dapat
terpisahkan
hal-hal
(misalnya pada acara pernikahan putra
mempercayai
mitos
sulung
yang
pengetahuan
tidak
serta
memberikan
Presiden
menggunakan dominasi
Jokowi
adat
budaya
Jawa), Jawa
terhadap
magis
mistis
atau
jika
ilmu
lagi
dapat
kepuasan
memperlihatkan
dari
hasil
ketika pemecahan
pertelevisian nasional. Di TV banyak
masalah.
ditayangkan sinetron atau drama yang
Isu-Isu Sosial yang Muncul dari
kebanyakan mengangkat budaya Jawa,
Novel SMDA
jika itu film horor maka yang diangkat
Isu sosial yang pertama adalah
pasti hantu-hantu yang melegenda di
isu mengenai kesukaan orang Jawa
tanah Jawa. Sehingga membuat hal-hal
pada
yang
pembahasan
berbau
tradisional
tersebut
kembali populer.
hal-hal
mengenai
Motif di balik
mistik.
Berdasarkan
secara
mendalam
kelima
karakteristik
munculnya
realisme magis dalam novel SMDA,
novel bergenre realisme magis yang
terdapat hal menarik yang ditemukan
menghadirkan mitos atau kepercayaan
peneliti, yaitu isu mengenai kesukaan
yang berasal dari masa lampau ke
orang Jawa terhadap hal-hal mistik.
masa kini, bukan hanya dihadirkan
Dunia mistik yang disukai orang Jawa
untuk dijadikan sebagai dokumen
selalu
sosial
mencatat
halus. Hal tersebut terlihat dari tiap
kenyataan budaya suatu masyarakat
narasi yang didominasi penceritaan
pada
mengenai
budaya
masa
yang
tertentu—seperti
yang
berkaitan
dengan
makhluk
makhluk-makhluk
halus
dijelaskan oleh Junus (1986), bahwa
yang dipercaya orang Jawa yang
fungsi karya sastra juga sebagai
berasal dari mitos atau kepercayaan
dokumen
tradisional.
sosial
budaya
yang
17
juga
makhluk halus itu ada di mana-mana;
mengenai
(5) orang Jawa percaya bahwa setiap
akulturasi agama di Jawa dengan
orang meninggal akan menjadi roh
budaya Jawa. Hal ini memperlihatkan
yang tetap hidup di sekeliling mereka;
bahwa
yang
(6) orang ateis jarang ditemui di Jawa;
berkembang di Jawa menampilkan
(7) Agama-agama yang ada di Jawa
keunikan tersendiri dengan agama-
selalu
agama yang berkembang di luar Jawa.
kebudayaan Jawa.
Novel
SMDA
memperlihatkan
isu
agama-agama
menyesuaikan
diri
dengan
Selain itu juga diperlihatkan bahwa KESIMPULAN
budaya Jawa lebih mudah atau lebih
Berdasarkan
fleksibel menerima agama-agama baru
diangkat pada novel SMDA dapat
masyarakat Jawa adalah percaya pada yang
Paraning
menjadi
Dumadi.
diambil
Sangkan
Namun
adanya makhluk halus) ini sarat dengan karakteristik realisme magis Faris
karya realisme magis (novel SMDA)
juga
memperlihatkan
di era modern seperti sekarang. Dalam menghadirkan hal magis pada narasi
yang diperoleh antara lain: (1) orang
realisme magisnya, Ayu Utami tidak
Jawa akan selalu percaya pada hal-hal
sekadar
mistis yang berkaitan dengan makhluk
memperlihatkan
eksistensi
mitos/kepercayaan di era modern,
halus; (2) di Jawa, dukun dan makhluk
tetapi juga bertugas mengukuhkan
halus adalah alternatif kedua untuk
suatu kepercayaan mengenai mitos di
mewujudkan cita-cita; (3) identitas
Jawa bahkan merombaknya.
dukun identik dengan seorang yang
Hal-hal yang melatarbelakangi
memiliki kemampuan melihat dan narasi
berkomunikasi dengan makhluk halus; kepercayaan
yang
eksistensi mitos/kepercayaan tersebut
ini juga
menghasilkan beberapa makna. Makna
adanya
narasi
hal magis berkaitan dengan mitos
kesan
Hasil analisis mendalam pada
(4)
bahwa
karya Ayu Utami (yang mengangkat
budaya Jawanya.
yang dilakukan peneliti
simpulan
realisme magis pada novel SMDA
dalam
menjalankan agamanya orang Jawa tetap tidak meninggalkan
analisis
mendalam sesuai permasalahan yang
yang masuk karena dasarnya ciri khas
Tuhan
hasil
SMDA
didukung
oleh
kebudayaan Jawa yang sampai saat ini
bahwa
masih eksis serta kembali populernya 18
hal-hal yang berbau tradisional dalam
dukun dan makhluk halus adalah
era modern ini. Eksistensi kebudayaan
alternatif kedua untuk mewujudkan
Jawa karena adanya dukungan orang-
cita-cita; (3) identitas dukun identik
orang tua yang masih menanamkan
dengan
tradisi-tradisi Jawa pada
kemampuan
generasi
seorang
yang
memiliki
melihat
dan
muda serta pemerintah (baik presiden
berkomunikasi dengan makhluk halus;
maupun elit politik) yang didominasi
(4)
oleh
selama
makhluk halus itu ada di mana-mana;
memperlihatkan
(5) orang Jawa percaya bahwa setiap
bagaimana sikap hidup orang Jawa,
orang meninggal akan menjadi roh
tradisi Jawa Kepopuleran hal-hal yang
yang tetap hidup di sekeliling mereka;
berbau tradisional (yang berkaitan
(6) orang ateis jarang ditemui di Jawa;
dengan mitos makhluk halus, legenda,
(7) Agama-agama yang ada di Jawa
maupun takhyu di kebudayaan Jawa)
selalu
dalam era modern ini didukung oleh
kebudayaan Jawa.
orang
Jawa
kepemimpinannya
yang
adanya
kepercayaan
menyesuaikan
bahwa
diri
dengan
media massa misalnya televise. Narasi realisme magis ada
di
dalam
novel
SARAN
yang
Berdasarkan
SMDA
yang
pertama
adalah
konteks
isu
sosial
melatabelakangi
mengenai kesukaan orang Jawa pada
budaya
yang
munculnya
narasi
realisme magis dalam novel SMDA
hal-hal mistik yang berkaitan dengan
karya Ayu Utami, peneliti dapat
makhluk halus. Isu sosial yang kedua
memberi
mengenai akulturasi budaya Jawa
saran
untuk
penelitian
selanjutnya yang sejenis. Saran yang
dengan agama-agama di Jawa.
diberikan peneliti adalah alangkah
Hasil analisis mendalam pada
lebih
karya realisme magis (novel SMDA) yang dilakukan peneliti
analisis
mengenai narasi realisme magis serta
memperlihatkan dua isu sosial. Isu sosial
hasil
baiknya
selanjutnya
ini juga
untuk
penelitian
seorang peneliti
tidak
hanya membahas atau menganalisis
menghasilkan tujuh makna antara lain:
teks realisme magis yang mengangkat
(1) orang Jawa akan selalu percaya
cerita dengan konteks sosial budaya
pada hal-hal mistis yang berkaitan
sesuai budaya peneliti, tetapi juga
dengan makhluk halus; (2) di Jawa,
mengangkat 19
teks
realisme
yang
Dul Abdul Rahman. Tesis tidak diedarkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
konteks sosial budayanya berbeda dengan
peneliti.
karakteristik (keraguan
Agar
unsettling yang
dalam doubts
Purwanti, Yuni. 2009. Novel Saman dan Larung Karya Ayu Utami dalam Perspektif Gender. Tesis tidak diedarkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
meresahkan),
ditemukan keraguan yang berdasar pada kebudayaan yang berbeda bukan
Selden, Rahman. 1991. Panduan Membaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
hanya keraguan yang dipicu oleh teks serta properti objek seperti dalam
Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
penelitian ini.
Sudiantara, Y.. 1998. Nilai-nilai Hidup dalam Masyarakat Jawa. Semarang: Universitas Khatolik Soegijapranata.
DAFTAR PUSTAKA Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry & Research Design (Choosing Among Five Approaches). Second Edition. Thousand Oaks, London, New Delhi: SAGE Publications.
Setyodarmodjo, dkk (Tim Lembaga Javanologi Surabaya). 2007. Menggali Filsafat dan Budaya Jawa. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
---------. 2012. Educational Research (Planning, Conducting and Evaluating Quantitative and Qualitative Research). Fourth Edition. Boston, Columbus, Indianapolis, New York, London: PEARSON.
Tom, Jennifer Lynne. 1999. Magical Realism, Freedom, and Control in Garcia Marquez, Millhauser, and Winterson. Master’s Theses and graduate Research. USA: San Jose Satet University.
Faris,
Wendy B. 2004. Ordinary Enchantments: Magical Realism and the Remystification of Narrative. Nashville: Vanderbilt University Press.
Utami, Ayu. Simple Miracles Doa dan Arwah. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Ferdiyanto, Niko. 2014. Realisme Magis dalam Novel Beloved Karya Toni Morrison. Tesis tidak diedarkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Zamora, Louis Parkinson and Faris Wendy B (ed.). 1995. Magical Realism (Theory, History, Community). Durham dan London: Duke University Press.
Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Artikel: Alex, Supranoto. 2003. Menulis Sejarah, Membangkitkan Tokoh dari Kubur: Realisme Magis dalam Novel Cantik Itu Luka. Kompas edisi 30 November 2003.
Hardjowirogo, Marbangun. 1984. Manusia Jawa. Jakarta: Idayu Press. Junus,
Umar. 1986. Sosiologi Sastra: Persoalan Teori dan Metode. Kualalumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia.
Kadir, Burhan. 2014. Kadar Realisme Magis dalam Novel Perempuan Poppo Karya
20