Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa”
Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF (MMI) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI OPTIK R. Rahmatiah1 , Gunawan2 , Sutrio3 1
Mahasiswa Pendidikan Fisika, Faku ltas Keguruan dan Ilmu Pendid ikan Universitas Mataram 2&3 Dosen Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Un iversitas Mataram E-mail:
ABSTRAK: Penelit ian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir krit is siswa pada materi Optik dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Multimedia Interakt if (MMI). Materi Optik d alam penelitian ini dibatasi pada materi Optika Geo metri. Desain penelitian menggunakan pre test - post test control group design. Populasi dalam penelit ian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Mataram Tahun Ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, dengan siswa kelas X-1 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas X-3 sebagai kelo mpok kontrol. Data peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dianalisis menggunakan uji-t dua pihak dengan rumus uji-t polled varians dan uji N-gain. Pada taraf signifikan 5% dan dk 79 diperoleh hasil bahwa t hitung > t tabel (5,198 > 1,993). Untuk kelas eksperimen dipero leh N-gain sebesar 71,338% dengan kategori tinggi, sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh N-gain sebesar 60,261% dengan kategori sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan penguasaan konsep dan keteramp ilan berpikir kritis siswa pada materi Optik, dalam hal in i Optika Geo metri, d i kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif (MMI) leb ih tinggi dibandingkan dengan di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konven sional. Kata Kunci: Mult imedia Interaktif, Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Krit is, Optika Geo metri. ABSTRACT:This study is an experimental study that aims to determine the increasing of concept mastery and the students critical thinking skills in Optical materials using Interactive Multimedia (MMI) based learning model. Optical materials in this study is limited to the Geometry Optics material. Research design using pre-test - post-test control group design. The population in this study were all students of class X SMA Negeri 2 Mataram Academic Year 2012/2013. Sampling using random cluster sampling, the students of class X-1 as the experimental group and the students of class X-3 as a control group. The increasing data of concepts mastery and critical thinking skills of students were analyzed using t-test formula two parties polled variance and Ngain test. At the significant level of 5% and dk of 79 obtained that t calculation is more than t table (5.198> 1.993). It is obtained for the experimental class N-gain of 71.338% with a high category, whereas for the control class derived N-gain of 60.261% with moderate category. Thus, it can be concluded that the increasing mastery of concepts and critical thinking skills of students in the material Optics, Optics Geometry in this case, in experiments class using the Interactive Multimedia-based learning model (MMI) is higher than in the control class that uses a conventional learning models. Keywords: Interactive Multimedia, Concept Mastery, Critical Thinking Skills, Geometry Optics. PENDAHULUAN Pembelajaran IPA (termasuk Fisika) d i Indonesia cenderung menekankan pada aspek produk, sehingga aspek proses dan sikap kurang mendapat perhatian. Penekanan pada aspek produk menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep Fisika dengan baik. Kondisi ini tentunya tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran Fisika yaitu untuk
menguasai konsep-konsep Fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap keilmuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Gunawan, 2011). Harapan yang selalu dimiliki guru adalah materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas. Namun terkadang harapan ini tidak sesuai dengan
80
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” kondisi yang terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan observasi, ditemu kan beberapa permasalahanpermasalahan dalam pembelajaran Fisika di sekolah. Siswa pada umu mnya berasumsi bahwa Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit. Asumsi seperti itu menyebabkan siswa merasa kurang tertarik pada pelajaran Fisika. Hal tersebut didukung oleh proses belajar mengajar yang sering kali hanya dido minasi oleh ceramah guru sebagai metode pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. A kibatnya banyak siswa yang merasa kesulitan untuk memahami konsep pada pelajaran Fisika, sehingga memilih melakukan keg iatan lain pada saat jam pelajaran Fisika berlangsung. Kesulitan siswa dalam memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi dengan menggunakan bantuan media. Media dapat mewakili suatu penjelas an materi yang tidak dapat disampaikan o leh guru dengan penjelasan secara lisan. Briggs dalam Sad iman, dkk (2009) menyatakan bahwa kehadiran med ia dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Selanjutnya, Djamarah dan Zain (2010) menyatakan bahwa ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan mu ltimedia sebagai perantara. Salah satu bentuk mu ltimed ia adalah mu ltimedia interaktif. Interaktif maksudnya bersifat komunikasi dua arah, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan berbagai akt ivitas yang direspon balik oleh program mu ltimedia dengan suatu balikan. Warsita (2008) menyatakan bahwa mult imedia interaktif merupakan ko mb inasi dari berbagai media yang dikemas secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian in i digunakan mu ltimed ia interaktif dalam pembelajaran sebagai upaya untuk memudahkan siswa menerima konsep yang akan ditanamkan Gu ru. Salah satu materi dalam pelajaran Fisika yang membutuhkan kehadiran mu ltimed ia interaktif adalah materi Optik, dalam hal in i Optika Geo metri. Menurut silabus mata pelajaran Fisika kelas X SMA, salah satu indikator pencapaian ko mpetensi dalam materi Opt ik adalah menganalisis pembentukan bayangan pada cermin dan lensa. Untuk memenuhi indikator ini, guru membutuhkan kehadiran mult imedia interaktif untuk memv isualisasikan atau menggambarkan jalannya sinar-sinar istimewa cahaya pada sub materi pemantulan dan pembiasan cahaya.
Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417 Berdasarkan uraian di atas, maka yang men jadi ru musan masalah pada penelitian in i adalah: ”Apakah peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi Optik dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif (MMI) leb ih tinggi d ibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional”. METODE PENELITIAN Penelit ian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain pre test - post test control group design. Sampel terd iri atas satu kelo mpok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Diawali dengan memberikan tes awal untuk mengidentifikasi kemampuan awal siswa, kemudian dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis Multimedia Interakt if (MMI) pada kelo mpok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelo mpok kontrol. Setelah pembelajaran selesai, diberikan tes akh ir untuk mengidentifikasi penguasaan konsep dan keterampilan berpikir krit is siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis, yang mengacu pada kemampuan kognitif siswa, yang diuji dengan butir-butir soal (multiple choice) sebanyak 30 soal. Untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan model pembelajaran terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa, maka data tes akhir dianalisis dengan uji-t. Menurut Sugiyono (2012) b ila n 1 ≠ n 2 , dan varians homogen dan terdistribusi normal, maka digunakan t-test polled varians dengan derajat kebebasan (dk) = n 1 + n 2 - 2 dan = 0,05. Keunggulan penggunaan model pembelajaran d itinjau berdasarkan besarnya nilai gain yang dinormalisasi (N-gain) antara kelo mpok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir krit is siswa yang diukur dengan perolehan N-gain, dilakukan secara umu m per kelo mpok sampel siswa dan secara khusus per sub materi Optika Geo metri serta per indikator keteramp ilan berpikir kritis. Desain penelitian dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Desain Penelitian Tes Perlaku Kelo mpok Awal an Eksperimen O1 X1 Kontrol O1 X2
Tes Akhir O2 O2
81
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Dengan O1 adalah pemberian tes awal, O2 adalah pemberian tes akhir, X1 adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif (MMI) dan X2 adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini d ilaksanakan pada bulan November 2012 sampai dengan Juni 2013 dengan pengambilan data bertempat di SMA Negeri 2 Mataram. Sampel penelit ian in i adalah siswa Kelas X-1 sebagai kelo mpok eksperimen dan siswa Kelas X-3 sebagai
Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417 kelo mpok kontrol dengan teknik pengamb ilan sampel cluster random sampling. HAS IL DAN PEMBAHASAN Hasil pengolahan data tes awal dan tes akhir siswa pada kedua kelompok sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Besar peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis Siswa diketahui berdasarkan hasil pengolahan uji N-gain. Pengolahan data secara umu m menghasilkan normalisasi gain yang tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 2. Hasil pengolahan data tes awal dan tes akhir kedua kelo mpok sampel Tel Kel as Tes Akhir Kelas Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Juml ah Data 41 40 41 40 Nilai Tertinggi 47 50 93 83 Nilai Terendah 17 13 67 57 Rata-rata 31,951 29,225 80,496 71,875 Homogenitas 91,890 90,438 52,760 58,707 Fhitung = 1,016 Fhitung = 1,112 Ftabel = 1,700 Ftabel = 1,695 Fhitung < Ftabel Fhitung < Ftabel Varians homogen Varians homogeny Normalitas 8,4545 5,5431 11,4788 9,494 χ2 tabel = 12,592 χ2 hitung < χ2 tabel χ2 hitung < χ2 tabel Data normal Data normal Uji-t t hitung = 5,198 ttabel = 1,993 thitung > ttabel Ho ditolak Tabel 3. Hasil N-Gain penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis kedua kelo mpok sampel an Konsep Keterampil an Berpikir Kritis Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Tes awal 30,09 29,28 31,52 28,58 Tes akhir 79,70 71,06 79,99 70,94 N-gai n 71,40% 61,66% 71,09% 61,01% Perbandingan nilai rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain untuk penguasaan konsep Siswa pada kelas eksperimen dan kelas sampel disajikan dalam Grafik 1. 80 N 60 i l 40 a 20 i 0
K. Eksperimen K. Kontrol
Tes Awal Tes Akhir N-Gain Grafik 1. Perbandingan rata-rata tes awal, tes akh ir dan N-gain penguasaan konsep kedua kelo mpok sampel. Materi pelajaran Optika Geo metri ini terbagi atas beberapa sub materi, yaitu: (1) yang menjadi objek penelit ian pada penelitian pemantulan cahaya pada cermin datar, (2)
82
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” pemantulan cahaya pada cermin cekung, (3) pemantulan cahaya pada cermin cembung, (4) pembiasan cahaya, (5) pembiasan cahaya pada lensa cekung, dan (6) pembiasan cahaya pada
Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417 lensa cembung. Perbandingan hasil uji N-gain pada penguasaan konsep Siswa per sub materi Optika Geo metri yang telah dipaparkan d i atas disajikan dalam Grafik 2 berikut in i.
100 N G a i n
80 60
K. Eksperimen
40
K. Kontrol
20
0 1
2
3 4 Sub Materi
5
6
Grafik 2. Perbandingan N-gain penguasaan konsep kedua kelompok sampel per sub materi . Perbandingan nilai rata-rata tes awal, tes akhir, dan N-gain untuk keteramp ilan
berpikir kritis Siswa pada kedua kelo mpok sampel disajikan dalam Grafik 3 berikut.
80 N 60 i l 40 a 20 i 0
K. Eksperimen K. Kontrol
Tes Awal Tes Akhir N-Gain Grafik 3. Perbandingan N-gain rata-rata tes awal, tes akhir, dan N-gain keterampilan berpikir kritis kedua kelo mpok sampel. Keterampilan berpikir kritis Siswa pada materi pelajaran Optika Geo metri yang men jadi objek penelitian pada penelitian ini terbagi atas beberapa indikator, yaitu: (1) kejelasan, (2) ketepatan, (3) ketelit ian, (4) N G a i n
relevansi, (5) logika, dan (6) kebermaknaan. Perbandingan hasil uji N-gain per indikator keterampilan berpikir kritis Siswa disajikan dalam Grafik 4 berikut.
100
80 60
K. Eksperimen K. Kontrol
40 20
0 1
2
3
4
5
6
Indikator
Grafik 4. Perbandingan N-gain peningkatan keteramp ilan berpikir kritis kedua kelo mp ok sampel per indikator. Berikut disajikan Grafik 5 konsep dan keterampilan berpikir kritis kedua perbandingan N-gain rata-rata penguasaan kelo mpok sampel.
83
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” N G a i n
Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
80 60 40 20 0
K. Eksperimen K. Kontrol Penguasaan Konsep
Keterampilan Berpikir Kritis
Grafik 5. Perbandingan N-gain rata-rata penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis kedua kelo mpo k sampel. Model pembelajaran berbasis kondisi kelas menjadi kondusif. Kondisi ke las Multimedia Interaktif (MM I) pada kelas seperti ini tentu menguntungkan bagi guru dan eksperimen diterap kan peneliti dengan cara siswa, dimana guru dapat menjelaskan materi menyajikan simulasi pada Multimedia dengan baik dan siswa dapat mencerna materi Interaktif setelah menjelaskan materi Optika dengan lebih baik pula. Geo metri sesuai dengan pembagian sub materi Keunggulan penggunaan model per pertemuan. Penelit i juga menggunakan pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif simu lasi pada Multimedia Interaktif ini untuk (MMI) dalam men ingkatkan penguasaan membu ktikan kebenaran jawaban siswa pada konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa beberapa soal tanya jawab yang diberikan. ditinjau berdasarkan besarnya nilai gain yang Data hasil penelitian menunjukkan dinormalisasi (N-gain) antara kelo mpok bahwa nilai rata-rata tes awal siswa pada kedua eksperimen dan kelo mpok kontrol. Uji N-gain kelo mpok sampel tidak jauh berbeda, yaitu dilakukan secara umum per kelo mpo k sampel 31,951 untuk kelas eksperimen dan 29,225 siswa serta secara khusus per sub materi Optika untuk kelas kontrol. Perbedaan nilai tes awal Geo metri dan per indikator keteramp ilan yang tidak jauh berbeda ini menunjukkan berpikir krit is siswa. bahwa kemampuan awal kedua kelo mpok Pertama, akan dideskripsikan sampel hampir sama. Setelah diberikan mengenai keunggulan penggunaan model perlakuan kepada kedua kelo mpok sampel, pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil tes yang (MMI) dalam men ingkatkan penguasaan cukup signifikan dari nilai rata-rata tes awal. konsep Fisika siswa. Hasil analisis uji N-gain Nilai rata-rata tes akhir siswa kelas eksperimen pada kedua kelompok sampel menunjukkan adalah 80,496 sedangkan nilai rata-rata siswa bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai Nkelas kontrol adalah 71,875. Jika d ibandingkan gain sebesar 71,338%, sedangkan kelas kontrol peningkatan nilai rata-rata tes akhir kedua memperoleh nilai N-gain sebesar 60,261%. kelo mpok sampel, siswa kelas eksperimen Jika hasil tersebut dikonversikan pada tabel dengan model pembelajaran berbasis kategori perolehan N-gain (Tabel 3.7), Multimedia Interaktif (MMI) menuju kkan diketahui bahwa peningkatan penguasaan peningkatan yang lebih baik daripada kelas konsep pada kelas eksperimen berkategori kontrol dengan model pembelajaran tinggi sedangkan peningkatan penguasaan konvensional. Hal in i sesuai dengan hasil konsep pada kelas kontrol berkategori sedang. penelitian Fathoroni dan Gunawan (2011) yang Hal in i menunjukkan bahwa model menyatakan bahwa pemberian perlakuan pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif berupa media pembelajaran animasi interaktif (MMI) mampu memberikan pengalaman pada kelompok sampel dapat meningkatkan belajar konsep yang nyata kepada para siswa. hasil belajar Siswa dengan meningkatnya nilai Multimedia Interakt if (MMI) yang digunakan rata-rata tes akhir yang diberikan. mampu memvisualisasikan konsep-konsep Model pembelajaran berbasis Fisika, baik konsep yang riil maupun konsep Multimedia Interaktif (MMI) mampu menarik yang abstrak. Siswa dapat mengetahui secara perhatian siswa untuk lebih memperhatikan langsung bentuk penerapan konsep dari ru mus penjelasan peneliti. Pada saat peneliti rumus yang ada pada materi Optika Geo metri. menggunakan Multimedia Interakt if (MMI) Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gunawan untuk menjelaskan materi Optika Geo metri, (2012) bahwa penggunaan simulasi interaktif suasana kelas menjadi leb ih tenang. Perhatian menghasilkan perbedaan penguasaan konsep siswa tertuju pada simulasi materi yang ada yang signifikan antara kelas eksperimen dan dalam mu ltimedia interakt if. Hal in i membuat kelas kontrol.
84
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” Selanjutnya, secara khusus dilakukan analisis terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa per sub materi Optika Geo metri. Pada sub materi pertama yaitu konsep pemantulan cahaya pada cermin datar, hasil pengolahan data menunjukkan bahwa peningkatan yang dicapai kedua kelo mpok sampel tidak jauh berbeda. Kelas eksperimen memperoleh nilai N-gain sebesar 94,63% dan kelas kontrol mempero leh nilai N-gain untuk sebesar 91,28%. Hasil ini menyatakan bahwa terjadi peningkatan penguasaan konsep yang sama-sama berkategori tinggi pada kedua kelo mpok sampel. Hal ini berarti in formasi yang diterima oleh siswa di kedua kelo mpok sampel mengenai konsep pemantulan cahaya pada cermin datar cukup merata. Hal tersebut disebabkan karena simu lasi interaktif yang digunakan pada kelo mpok eksperimen untuk men jelaskan konsep ini tidak banyak. Bagian konsep yang divisualisasikan dalam Multimedia Interaktif tersebut adalah simulasi pemantulan pada cermin datar untuk membu ktikan hukum Snellius dan pembentukan bayangan benda oleh pemantulan cermin datar. Siswa pada kelo mpok kontrol juga dapat dengan mudah memv isualisasikannya tanpa menggunakan Multimedia Interaktif karena penerapan konsep ini sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, dengan atau tanpa menggunakan Multimedia Interaktif, konsep pemantulan cahaya pada cermin datar ini telah dapat menghasilkan ketercapaian penguasaan konsep yang diharapkan oleh peneliti. Walaupun demikian, kelas eksperimen menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dari kelas kontrol untuk konsep ini. Pada sub materi kedua dan ketiga yaitu pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung, hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai N-gain kelas eksperimen berturut-turut sebesar 70,73% dan 75,47% sedangkan N-gain kelas kontrol berturut-turut sebesar sebesar 53,15% dan 62,77%. Hasil ini menyatakan bahwa terjadi peningkatan penguasaan konsep kedua sub materi yang tinggi pada kelas eksperimen dan peningkatan yang sedang pada kelas kontrol. Hal in i disebabkan pada instrumen penelitian untuk menguji konsep ini, terdapat beberapa soal mengenai sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung dan cermin cembung. Siswa kelas eksperimen dapat lebih mudah menjawab soal-soal yang berkaitan dengan sub materi ini karena mereka telah menyaksikan simulasi pembentukan bayangan oleh cermin cermin cekung dan cembung pada
Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417 Multimedia Interakt if (MMI) yang digunakan oleh peneliti. Namun tidak demikian halnya dengan siswa kelas kontrol yang hanya dijelaskan dengan presentasi tanpa simu lasi, sehingga siswa cenderung kesulitan untuk memv isualisasikan pembentukan bayangan oleh cermin cekung dan cembung, terlebih karena pemantulan seperti in i juga jarang ditemu i dalam kehidupan sehari-sehari. Hal in i sesuai dengan pernyataan Sagala (2010) bahwa pendidikan yang disertai media yang tepat, selain memudahkan siswa dalam mengalami, memahami, mengerti, dan melakukan juga men imbulkan motivasi yang lebih kuat daripada semata-mata dengan menggunakan kata-kata yang abstrak. Pada sub materi keempat, kelima dan keenam yaitu konsep pembiasan cahaya serta konsep pembiasaan cahaya pada lensa cekung dan lensa cembung, hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai N-gain kelas eksperimen berturut-turut sebesar 57,07%, 72,16%, dan 58,33% sedangkan N-gain kelas kontrol berturut-turut sebesar 45,83%, 86,96%, dan 30,00%. N-gain pada konsep pembiasan cahaya dan pembiasan cahaya pada lensa cembung menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen mempero leh ketercapaian penguasaan yang lebih baik dari siswa kelas kontrol, walaupun peningkatan kedua kelas sama-sama berkategori sedang. Namun t idak demikian halnya dengan konsep pembiasan pada lensa cekung, dimana hasil uji N-gain menunjukkan bahwa siswa kelas kontrol memperoleh ketercapaian penguasaan konsep lebih baik dari siswa kelas eksperimen, walaupun peningkatan kedua kelas sama-sama berkategori tinggi. Konsep pembiasan cahaya, pembiasaan cahaya pada lensa cekung, dan pembiasaan cahaya pada lensa cembung dijelaskan oleh penelit i pada pertemuan ketiga. Perbedaan hasil uji N-gain untuk ketiga konsep ini d isebabkan oleh kurangnya kemampuan peneliti dalam pengaturan waktu 2x45 menit untuk menjelaskan ketiganya. Pengaturan waktu untuk ketiga sub materi tersebut kurang merata sehingga penyampaian materi untuk masing-masing konsep berbeda kedalamannya. Penelit i lebih banyak mengalo kasikan waktu untuk menjelaskan konsep sub materi kelima, yaitu pembiasan pada lensa cekung. Namun sebenarnya, ketiga sub materi in i memerlukan waktu pembahasan yang lebih lama lagi berkaitan dengan tingkat kesukaran materinya. Tingkat kesukaran ketiga sub materi ini lebih tinggi dibandingkan sub materi lainnya. Seperti yang dinyatakan oleh Sahidu (2013) bahwa
85
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” tingkat kesukaran materi dan keluasan cakupan materi merupakan prinsip untuk menentukan alokasi waktu atau perkiraan berapa lama waktu yang diperlukan siswa untuk mempelajari suatu pembelajaran. Terdapat kategori peningkatan N-gain yang berbeda antara penguasaan konsep sub materi satu dengan sub materi lainnya. N-gain rata-rata kelas eksperimen sebesar 70,96%, lebih t inggi dibandingkan N-gain kelas kontrol yang hanya sebesar 59,07%. Hal in i menunjukkan bahwa secara rata-rata, penguasaan konsep per sub materi Optika Geo metri siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol. Peningkatan penguasaan konsep yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen disebabkan oleh perlakuan yang diberikan oleh peneliti berupa penggunaan model pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif (MMI). Dengan adanya Multimedia Interaktif saat pembelajaran, konsep-konsep fisis Optika Geo metri dapat divisualisasi secara lebih interaktif dalam bentuk simulasi. Sub-sub materi yang diajarkan juga dapat diulangi kembali dengan mudah sesuai keinginan apabila terdapat penjelasan peneliti yang kurang jelas atau belum dimengert i oleh siswa. Oleh karena itulah konsep mengenai materi yang disampaikan oleh peneliti dapat lebih tahan lama dan mudah diingat oleh siswa pada saat konsep tersebut diperlukan. Hasil in i sesuai dengan penelitian Wiyono, dkk (2012) dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia yang menyatakan bahwa penggunaan Multimedia Interaktif (MMI) leb ih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam men ingkatkan penguasaan konsep. Kedua, akan dideskripsikan mengenai keunggulan penggunaan model pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif (MMI) dalam men ingkatkan keteramp ilan berpikir krit is siswa. Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis (Hassoubah, 2007). Ada enam indikator keteramp ilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelit ian ini, yaitu: kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, logika dan kebermaknaan. Hasil uji N-gain pada kedua kelo mpok sampel menunjukkan bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai N-gain sebesar 71,09% sedangkan kelas kontrol mempero leh nilai Ngain sebesar 61,01%. Jika hasil tersebut dikonversikan pada tabel kategori perolehan Ngain (Tabel 3.7), diketahui bahwa peningkatan
Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417 keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen berkategori tinggi, sedangkan peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas kontrol berkategori sedang. Wiyono, dkk (2009) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan keteramp ilan berpikir krit is siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif (MM I) secara signifikan leb ih tinggi d ibandingkan dengan siswa yang mempero leh pembelajaran konvensional. Secara khusus dilaku kan analisis terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada masing-masing indikator keterampilan berpikir kritis. Pada kelas eksperimen, urutan indikator berpikir kritis dari yang mengalami peningkatan (N-gain) tertinggi adalah ketepatan (85,92%), kejelasan (85,43%), logika (67,24%), ketelit ian (65,49%), kebermaknaan (63,83%) dan relevansi (58,62%). Peningkatan keteramp ilan melatih ketepatan menduduki posisi tertinggi yaitu 85,92% dengan kategori peningkatan tinggi. Hasil in i menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis Multimedia Interaktif (MM I) berhasil melatih keteramp ilan siswa untuk memberikan penjelasan atau rincian lebih lanjut dan spesifik mengenai permasalahan yang ditemukan, sehingga siswa dapat lebih tepat memilih solusi untuk permasalahan tersebut. Peningkatan keterampilan melat ih relevansi menduduki posisi terendah yaitu 58,62% dengan ketegori peningkatan sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa telah berhasil menganalisis suatu permasalahan dengan jelas, akurat dan tepat, namun kurang berhasil menganalisis hubungan pernyataan-pernyataan pendukung yang ada serta hubungan konsep-konsep yang telah dikuasai dengan permasalahan yang dikemu kakan dalam soal. Pada kelas kontrol, urutan indikator berpikir krit is dari yang mengalami peningkatan (N-gain ) tertinggi adalah ketepatan (95,68%), kejelasan (66,91%), logika (59,20%), kebermaknaan (58,59%), ketelitian (46,41%) dan relevansi (39,29%). Pen ingkatan keterampilan melatih ketepatan juga menduduki posisi tertinggi yaitu 95,68% dengan kategori tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas kontrol untuk memberikan penjelasan atau rincian lebih lanjut dan spesifik mengenai permasalahan yang ditemu kan, meningkat. Pen ingkatan keterampilan melat ih relevansi juga menduduki posisi terendah yaitu 39,29% dengan ketegori peningkatan sedang. Hal in i sejalan dengan yang terjadi pada kelas eksperimen, siswa pada
86
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” kelas kontrol juga kurang berhasil menganalisis hubungan pernyataan-pernyataan pendukung yang ada serta konsep-konsep yang telah dikuasai dengan permasalahan yang dikemu kakan dalam soal. Peningkatan keteramp ilan berp ikir kritis siswa setiap indikator pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih besar dengan nilai N-gain yang lebih tinggi dari kelas kontrol, kecuali indikator kedua yaitu ketepatan. Hal ini dikarenakan tes awal kelo mpok kontrol lebih rendah dari tes awal kelo mpok eksperimen. Seh ingga ketika nilai tes akhir yang diperoleh kedua kelo mpok sampel pada indikator ini hampir sama, nilai N-gain kelas kontrol terlihat lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Dalam hal ini, kelo mpok eksperimen dituntut untuk menghasilkan n ilai tes akhir yang lebih tinggi lagi jika ingin memperoleh n ilai N-gain yang lebih besar dari kelo mpok kontrol. Hal ini menyebabkan kelas eksperimen tampak lebih kecil peningkatan keterampilan melatih ketepatannya, walaupun sebenarnya nilai tes akhir kedua kelo mpok sampel untuk indikator ini tidak jauh berbeda. Keterampilan melatih ketepatan siswa pada kelas eksperimen dapat ditingkatkan lagi, seperti yang dinyatakan oleh Zohar (1994) dalam Gunawan (2011) bahwa keteramp ilan berpikir kritis tidak berkembang tanpa usaha yang secara eksplisit dan disengaja ditanamkan dalam pengembangannya. Namun hal tersebut kurang terlaksana dengan baik dalam penelitian ini. Faktor yang menyebabkannya adalah pengaturan waktu pembelajaran di kelas yang kurang terkontrol, sehingga keterlaksanaan pembelajaran yang seharusnya diberlakukan men jadi kurang maksimal. Ini menunjukkan bahwa untuk menggunakan model pembelajaran berbasis Multimed ia Interaktif (MMI) memerlukan keteramp ilan pengelolaan waktu yang lebih baik sehingga tujuan-tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai secara tuntas. KES IMPULAN Berdasarkan data hasil penelit ian, pengolahan data, analisis dan pembahasan maka dapat disimpu lkan bahwa peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis Siswa terjadi pada kedua kelo mpok sampel, baik pada kelo mpok eksperimen dengan model pembelajaran berbasis Multimedia Interaktif (MMI) maupun pada kelo mpok kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Peningkatan penguasaan konsep materi Optik, dalam hal ini Optika Geo metri, pada kelompok eksperimen yang menggunakan
Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417 model pembelajaran berbasis Multimedia Interaktif (MMI) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Pen ingkatan penguasaan konsep tertinggi pada sub materi pemantulan cahaya pada cermin datar. Peningkatan keterampilan berpikir kritis Siswa pada materi Optik, dalam hal ini Optika Geo metri, pada kelo mpok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis Multimedia Interakt if (MMI) leb ih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Peningkatan keteramp ilan berpikir kritis Siswa tertinggi pada keterampilan melatih ketepatan. SARAN Saran-saran yang dapat dikemukakan peneliti adalah Model pembelajaran berbasis Multimedia Interaktif (MMI) dapat men jadi salah satu alternatif bagi Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Fisika lainnya di kelas. Model pembelajaran in i memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan di kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penelit ian mengenai model pembelajaran berbasis Multimedia Interakt if (MMI) terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis Siswa dapat dikembangkan lebih luas lagi karena penelitian ini hanya dibatasi pada enam indikator kemampuan berpikir krit is. DAFTAR PUS TAKA Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya. Fathoroni dan Gunawan. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Animasi Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Fluida Statis. Jurnal Kependidikan IKIP Mataram Vo l. 10 (2) 113-124. Gunawan. 2008. Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif (MMI) untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Berpikir Kritis Calon Guru Pada Materi Elastisitas. Tesis pada Prodi Pendid ikan IPA, SPs. Universitas Pendidikan Indonesia. _________. 2011. Model Multimedia Interaktif (MMI) Elastisitas dan Implikasinya Terhadap Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Kependidikan IKIP Mataram Vol. 10 (1) 29-36.
87
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika “Lensa” _________. 2012. Penggunaan Simulasi Interaktif untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Mahasiswa pada Konsep Mekanika Klasik. Jurnal Kependidikan IKIP Mataram Vo l. 11\(1) 25-30. Hassoubah, Z. I. 2007. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis: Disertai Ilustrasi dan Latihan. Terjemahan Bambang Suryadi. Developing Creative & Critical Thinking Skills: A Handbook for Students. 2002. Bandung: Nuansa. Sadiman, A.S., Rahard jo, R., Haryono, A., dan Rahardjito. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sahidu, C. 2013. Pengembangan Program Pembelajaran Fisika. Mataram: FKIP Press. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Admin istrasi. Bandung: Alfabeta. Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Wiyono, K., Setiawan, A., Suhandi, A. 2009. Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Relativitas Khusus Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Diakses dari http://ketangw.weebly.co m/uploads/3/9/ 0/5/3905201/ model_pembelajaran_ mult i med ia_interakt if_relativ itas_khusus_unt uk_meningkatkan__keteramp ilan_berpi kir_krit is_siswa_sma.pdf pada tanggal 03 Juni 2013 puku l 14.23. Wiyono, K., Liliasari, Setiawan, A., Paulus, C.T. 2012. Model Multimedia Interaktif Berbasis Gaya Belajar Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Pendahuluan Fisika Zat Padat. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 74-82.
Vol. 1 No. 2, ISSN 2338-4417
88