e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
PUISI SISWA KELAS VIII A MTS AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH: SEBUAH ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI Solehatul Kamilah1, Gede Gunatama1, Ida Bagus Sutresna2 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian deskriptif ini bertujuan (1) mendeskripsikan struktur fisik puisi siswa kelas VIII A MTs AlKhairiyah Tegallinggah dan (2) mendeskripsikan struktur batin puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian ini adalah struktur fisik dan struktur batin puisi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) berdasarkan hasil analisis struktur fisik puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah, terdapat 1 (4%) puisi yang ideal, yakni memenuhi keenam struktur fisik puisi yang ada, 12 (43%) puisi yang hanya terdiri atas lima struktur fisik puisi, 13 (46%) puisi hanya terdiri atas empat struktur fisik puisi, dan 2 (7%) puisi hanya terdiri atas tiga struktur fisik puisi, dan (2) berdasarkan hasil analisis struktur batin puisi siswa kelas VIII A MTs AlKhairiyah Tegallinggah, ke-28 (100%) puisi yang telah dibuat oleh siswa sudah memenuhi keempat struktur batin puisi yang ada. Kata kunci: puisi, struktur fisik, struktur batin
Abstract This descriptive research is aimed at (1) describing tthe surface structure of the poetry of students’ at class VIII A of MTs Al-Khairiyah Tegallinggah and (2) describing the deep structure of the poetry of students’ at class VIII A of MTs Al-Khairiyah Tegallinggah. The subjects of this research were 28 students at class VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah. The objects of the research were the poetry surface and deep structure. The data collection was done by using documentation method. The data was analyzed by using descriptive qualitative technique. The results of this research were (1) based on the poetry surface structure, students’ poetry at VIII A of MTs Al-Khairiyah Tegallinggah can be categorized as good since there was 1 (4%) ideal poetry, which required all six poetry surface structures, 12 (3%) poetry consisted of only five poetry surface structures, 13 (46%) poetry consisted of only four poetry surface structures, and 2 (7%) poetry only had three poetry surface structure, (2) based on the poetry deep structure, the students’ poetry at VIII A of MTs Al-Khairiyah Tegallinggah can be categorized as very good because all 28 (100%) of poetry that had been created by students contains all the poetry deep structures, which required all fourth the deep structures of the poetry. Keywords: poetry, surface structure, deep structure
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
PENDAHULUAN Penelitian ini mengacu pada KTSP karena peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas VIII di MTs Al-Khairiyah Tegalinggah, yang mana sekolah tersebut masih menggunakan KTSP. Dalam KTSP, mata pelajaran Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Standar Isi pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Kurikulum ini juga memuat Standar Kompetensi Sastra Indonesia pada keterampilan menulis, yaitu menggunakan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman dalam kegiatan apresiatif yang menghasilkan transformasi karya sastra, kritik dan esai, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, atau naskah drama. Pada keterampilan kesusastraan, siswa dituntut mampu menguasai komponen kesastraan, genre sastra dan perkembangannya untuk mengapresiasi karya sastra berbentuk puisi, prosa, dan drama. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra tidak hanya memberikan siswa pengetahuan tentang kesastraan, seperti teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra, tetapi juga mampu melakukan apresiasi sastra. Depdikbud (2001:11) menjelaskan bahwa kompetensi yang diharapkan dapat diperoleh siswa dalam proses pembelajaran sastra, antara lain mampu mengapresiasi sastra dan berekspresi satra melalui kegiatan mendengarkan, menonton, membaca, dan melisankan hasil sastra berupa dongeng, puisi, dan drama pendek; memahami pengertian dan ciri hasil sastra, serta menuliskan karya cipta dalam bentuk prosa dan puisi. Menulis puisi adalah suatu kegiatan intelektual, yakni kegiatan yang menuntut seseorang harus benar-benar cerdas,
menguasai bahasa, luas wawasannya, dan peka perasaannya (Jabrohim dkk., 2003:31). Tarigan (1994:56) menegaskan bahwa keterampilan menulis tidak secara otomatis dikuasai siswa, akan tetapi harus melalui pelatihan dan praktik yang banyak dan teratur. Begitu juga dalam menulis puisi. Menulis puisi bukanlah suatu hal yang mudah, diperlukan pelatihan dan praktik yang banyak dan teratur untuk bisa menulis puisi yang berkualitas. Dalam menulis puisi bukan semata-mata menitikberatkan pada keindahan bahasa, melainkan ada beberapa unsur lain yang perlu diperhatikan agar dapat dikatakan sebagai puisi yang berkualitas atau puisi yang baik. Gunatama (2010:218) menyatakan bahwa karya sastra hanya bagus dalam salah satu aspeknya, belum dapat dikatakan sebagai sastra yang berkualitas atau sastra yang baik. Begitu pula sebaliknya, karya sastra yang tidak mudah dipahami oleh setiap orang, tidak bisa langsung disebut sebagai sastra yang kurang berkualitas. Puisi adalah struktur atau tanda-tanda yang bermakna (Pradopo dalam Gede Gunatama, 2010:208). Dalam pengertian struktur, puisi itu terdiri atas unsur-unsur yang tertata atau terstruktur, yakni struktur fisik dan batin puisi. Waluyo (dalam Gede Gunatama, 2010:15) juga menegaskan bahwa puisi merupakan salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. Struktur fisik puisi berkaitan dengan bentuk, sedangkan struktur batin puisi berkaitan dengan isi atau makna yang mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair. Waluyo (1995:66-101) menyebutkan bahwa struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah. Selain itu, Richards (dalam Waluyo, 1995:106) menyebut makna atau struktur batin itu dengan istilah hakikat puisi. Ada empat
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
unsur hakikat puisi, yakni tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention). Kedua struktur itu harus mempunyai kepaduan dalam mendukung totalitas puisi. Struktur fisik dan struktur batin tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya jalinan antara struktur fisik dan batin yang begitu kuat, menyebabkan perlunya pembaca memahami kedua struktur ini secara bersama-sama (Waluyo, 1995:147). Ia menambahkan bahwa tingkat pemikiran, luapan rasa hati penyair, dan tingkat imajinasi (pengalaman) penyair, diungkapkan dengan metode atau teknik pengucapan khas milik penyair. Oleh karena itu, untuk mengetahui makna dari sebuah puisi, kita tidak bisa memisahkan kedua unsur tersebut karena keduanya saling berkaitan. Pradopo (dalam Gede Gunatama, 2010:208) menegaskan bahwa puisi adalah struktur atau tanda-tanda yang mempunyai makna. Dalam pengertian struktur, puisi itu terdiri atas unsur-unsur yang terstruktur. Tiap-tiap unsur itu hanya mempunyai makna dalam kaitannya dengan unsur lain dalam struktur itu dan keseluruhannya (Hawkes dalam Gede Gunatama, 2010:208). Itu berarti, menelaah puisi adalah usaha menangkap atau memburu makna puisi dengan cara memberi makna kepada teks puisi (Gede Gunatama, 2010:208). Makna puisi itu bukanlah semata-mata dilihat dari struktur fisiknya saja, melainkan dilihat dari struktur batinnya juga. Wiyatmi (dalam Gede Gunatama, 2010:247) menyatakan bahwa pemaknaan puisi berarti pemberian makna terhadap puisi atau memahami puisi itu adalah menemukan makna yang terkandung dalam puisi, yang berupa tema, ide, amanat, ataupun pengalaman penyair yang disampaikan melalui unsur-unsur puisi, seperti diksi, bahasa kias, bunyi dan irama, citraan, gaya bahasa, dan sarana retorika. Pengalaman penyair yang diungkapkan dalam puisi dapat berupa pengalaman imajinatif, pengalaman emosional, dan pengalaman intelektual.
Seperti yang diketahui, puisi yang berkualitas adalah puisi yang memenuhi kriteria penulisan puisi, yakni terdiri atas struktur fisik dan batin puisi. Berdasarkan pengamatan penulis, hasil tulisan puisi siswa di kelas VIII MTs Al-Khairiyah Tegallinggah dapat dikatakan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hasil tulisan puisi siswa yang belum memenuhi kriteria penulisan puisi. Pada umumnya siswa hanya memperhatikan keindahan bahasanya, sedangkan unsur penting lainnya belum terpenuhi. Pemilihan kelas VIII sebagai subjek penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa keterampilan menulis sastra, khususnya menulis puisi, terdapat pada kurikulum SMP/ MTs kelas VIII. Salah satunya terdapat pada semester dua yang tertuang dalam Standar Kompetensi, yaitu mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas (Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia MTs Al-Khairiyah Tegallinggah). Penulis memilih kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah karena berdasarkan hasil observasi, nilai rata-rata siswa khususnya untuk menulis puisi di kelas VIII A lebih tinggi dibandingkan dengan kelas lain. Selain itu, belum pernah diadakan penelitian mengenai struktur fisik dan batin puisi siswa di sekolah ini. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang cara penulisan puisi yang baik dan berkualitas sebagai wujud apresiasi puisi. Terdapat beberapa penelitian sejenis yang berkaitan dengan penelitian ini, pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ketut Yuli Lestari pada tahun 2010 dengan judul “Strategi Guru dalam Pengajaran Analisis Struktur Batin Puisi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi guru yang digunakan dalam pengajaran analisis struktur batin puisi sudah baik, dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh siswa, yakni 80. Hubungannya dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu sama-sama
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
merupakan jenis penelitian deskriptif. Namun, subjek, objek, dan metode penelitian, serta hasil penelitiannya tentu jelas berbeda. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sutikayanti pada tahun 2011 dengan judul “Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas VII 1 SMP Negeri 4 Tejakula”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sumber belajar pengalaman pribadi siswa dalam menulis puisi tergolong kategori Baik. Hal itu, dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yang melebihi KKM sekolah, yakni di atas 74. Rata-rata kelas menulis puisi siswa mencapai skor 80. Siswa yang memperoleh nilai dari 74-79 sebanyak 35%, siswa yang memperoleh nilai 80-89 sebanyak 60%, dan siswa yang memperoleh nilai di atas 89, yaitu sebanyak 5%. Hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama merupakan jenis penelitian deskriptif. Namun, subjek, objek, dan metode penelitian, serta hasil penelitiannya tentu jelas berbeda. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu Niode pada tahun 2014 dengan judul “Struktur Puisi ‘Pesanku’ Karya Asmara Hadi dan Puisi ‘Pesan Prajurit’ Karya Trisno Sumardjo dan Perbandingannya”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua puisi ini memiliki persamaan struktur batin yang sama, yakni sama-sama bertemakan tentang perjuangan dan harapan, rasa rela berkorban, nada mengajak, dan amanat untuk menghargai para pahlawan. Persamaan struktur fisik, di antaranya persamaan penggunaan diksi, imaji, kata konkret dan versifikasi.Sedangkan, perbedaan antara kedua puisi tersebut adalah pada struktur batin, puisi “Pesan Prajurit” memiliki tema keikhlasan dan rasa bangga, sedangkan puisi “Pesanku” tidak terdapat tema dan rasa tersebut dan suasana pada kedua puisi ini juga berbeda. Pada struktur fisik,
perbedaannya terletak pada penggunaan diksi, majas, rima, dan tipografi. Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, metode, serta hasil penelitiannya. Penelitian ini akan mencari dan mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin puisi. Pemecahan kedua masalah yang akan dicari di atas akan penulis dasarkan pada beberapa teori yang penulis gunakan. Waluyo (1995:29) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Struktur fisik puisi berkaitan dengan bentuk, sedangkan struktur batin puisi berkaitan dengan isi atau makna yang mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair. Permasalahan pertama mengenai struktur fisik puisi akan penulis pecahkan dengan berpedoman pada teori struktur fisik puisi yang terdiri atas: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tipografi (tata wajah). Dalam menulis puisi, tidak hanya menitikberatan pada keindahan bahasa atau kata-kata, tetapi juga harus memperhatikan aspek penting lainnya. (1) Penggunaan diksi haruslah sesuai dengan judul dan tema yang diangkat serta mendukung isi puisi secara keseluruhan. Pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis sehingga kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda. Antara (1985:19) juga menyatakan bahwa pemakaian dan pemilihan sebuah atau beberapa kata menentukan keberhasilan, pemantapan karya puisi itu. (2) Sebuah puisi juga harus mampu menimbulkan daya bayang atau imaji bagi pembaca. Dalam puisi, imaji berfungsi memberikan gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat lebih hidup gambaran dalam
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
pikiran, penginderaan, dan menarik perhatian seseorang.Melalui pengimajian, sesuatu yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imaji taktil), didengar (imaji auditif), dan dirasa (imaji taktil). (3) Penggunaan kata-kata dalam puisi diperkonkret (menyaran kepada arti yang menyeluruh). Waluyo (1995:83) juga menambahkan bahwa dalam pengonkretan kata erat hubungannya dengan pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. Ketiga hal itu, juga memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan. (4) Penggunaan bahasa figuratif atau gaya bahasa yang dapat memperjelas maksud dan tidak mengganggu pemahaman makna. Artika (1997:64) menyebut gaya bahasa sebagai bahasa kiasan. Bahasa kiasan sangat digemari oleh penyair karena memiliki potensi besar untuk memperoleh efek puitis. (5) Puisi juga harus mengandung versifikasi, yakni keindahan rima, irama, dan metrum, sehingga menimbulkan efek musikalitas dan orkestrasi puisi. Gunatama (2010:125) menyatakan bahwa rima adalah bunyi-bunyi yang sama dan diulang, baik dalam satuan kalimat maupun kalimatkalimat berikutnya. Pengulangan yang dimaksud adalah untuk memberikan efek tertentu atau menciptakan efek kepuitisan pada karya sastra tersebut. Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Sedangkan, metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap atau statis (Waluyo, 1995:94). (6) Tipografi atau tata wajah yang mencakup tatanan larik, bait, frasa, kata dan bunyi mampu mendukung isi, rasa, dan suasana serta dapat menimbulkan arti khusus, dan penggambaran yang digunakan menimbulkan keindahan bentuk visual atau fisik. Permasalahan kedua mengenai struktur batin puisi akan penulis pecahkan dengan berpedoman pada teori struktur batin puisi. Struktur batin puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair. Richards (dalam
Waluyo, 1987:106) menyebut makna atau struktur batin itu dengan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention). Keempat unsur itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair. (1) Tema merupakan gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema haruslah sesuai dengan judul yang menggambarkan ide dan makna yang diangkat. (2) Puisi juga harus mampu menggambarkan sikap/ ekspresi penulis terhadap persoalan tertentu yang sesuai tema, memberikan kesan yang mendalam dan dapat membantu penghayatan puisi bagi pembacanya. (3) Nada (tone) merupakan sikap emosional penyair yang dihadirkan dalam karya sastra (Gunatama, 2010:158). Nada yang diungkap oleh penulis dalam puisinya diharapkan dapat menyentuh hati pembaca dan pembaca menikmati suasana dalam puisi setelah membacanya. (4) Amanat/ tujuan merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya (Waluyo, 1995:130). Amanat yang hendak disampaikan penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Sama halnya dengan Gunatama (2010:159) yang menyebutkan bahwa amanat (message) adalah maksud atau pesan yang hendak disampaikan penyair. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti merancang metode penelitian yang meliputi (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) metode pengumpulan data dan instrumen, dan (4) teknik analisis data. Penelitian ini adalah penelitian deskripsi kualitatif yang mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin puisi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah yang berjumlah 28 siswa. Objek yang akan dicari dan dideskripsikan oleh peneliti mengacu pada rumusan masalah yang diajukan, yakni (1) struktur fisik puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah dan (2) struktur batin puisi pada siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan struktur fisik dan struktur batin puisi yang dianalisis berdasarkan instrumen yang telah ditentukan. Tujuan penggunaan instrumen dalam penelitian adalah mempermudah kerja peneliti dan hasilnya lebih sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen tersebut berupa tabel kriteria yang penulis buat dengan memperhatikan kajian teori yang ada. Intrumen I peneliti gunakan sebagai alat untuk menganalisis data pada masalah pertama, instrumen II peneliti gunakan sebagai alat analisis pada masalah kedua. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah mendeskripsikan lewat uraian dan penjelasan data yang telah didapatkan. Tahapan analisis data ini akan melewati empat alur, yaitu: tabulasi data, reduksi data, penyajian, dan penyimpulan data. Pertama, peneliti akan mengumpulkan hasil tulisan siswa yang berupa puisi. Setelah seluruh puisi siswa terkumpul, selanjutnya peneliti akan menganalisis puisi siswa berdasarkan instrumen yang telah ditentukan oleh peneliti. Selanjutnya, dalam reduksi data, peneliti terlebih dahulu mengumpulkan data melalui metode dokumentasi. Data-data berupa hasil tulisan puisi siswa selanjutnya dianalisis berdasarkan instrumen yang ada. Struktur fisik puisi siswa akan dianalisis menggunakan tabel kriteria I dan struktur batin puisi siswa akan dianalisis menggunakan tabel kriteria II. Waluyo (1995:147) menyatakan bahwa dalam menganalisis struktur fisik dibahas bagaimana kecakapan/ kreativitas penyair dalam menciptakan puisi. Ditelaah bagaimana penyair memilih, mengurutkan,
dan memberi sugesti kata (diksi); bagaimana penyair menciptakan pengimajian; bagaimana kata-kata diperkonkret; bagaimana penyair menciptakan lambang dan kiasan (majas); bagaimana versifikasi dalam puisi itu; dan bagaimana penyair menyusun tata wajah puisi. Sedangkan dalam menganalisis struktur batin puisi, Aminuddin (2004:152-153) menyebutkan tahap kegiatan yang harus ditempuh pembaca, yaitu: (1) membaca puisi yang telah dipilih berulang-ulang; (2) berusaha memahami gambaran makna yang terkandung dalam judul puisi; (3) berusaha memahami gambaran makna yang ditampilkan penyair secara umum; (4) menetapkan kata-kata yang termasuk dalam kategori lambang dan kata-kata yang termasuk dalam kategori symbol maupun utterance; (5) berusaha memahami makna setiap symbol yang terdapat dalam puisi yang menjadi objek analisis; (6) berusaha memahami makna setiap symbol yang terdapat dalam setiap baris puisi; (7) berusaha memahami hubungan makna antara baris puisi yang satu dengan baris puisi lainnya; (8) berusaha memahami satusatuan pokok pikiran, baik yang terkandung dalam sekelompok baris maupun satuan pokok pikiran yang terdapat dalam bait; (9) berusaha memahami sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya; (10) berusaha memahami sikap penyair terhadap pembaca sewaktu menampilkan pokok-pokok pikiranya; (11) merangkum hasil pemahaman pokok pikiran, siksap penyair terhadap pokok pikiran, serta sikap penyair terhadap pembaca; dan (12) berusaha menentukan tema puisi berdasarkan totatlitas maknanya dalam bentuk pernyataan yang hanya terdiri atas satu dua kalimat, tetapi mampu mewakili totalitas makna yang terdapat dalam puisi. Kedua belas tahapan kerja di atas masih bersifat lentur, dalam arti masih bisa ditambah atau dikurangi. Data yang telah direduksi akan disajikan uraian data berupa sekumpulan informasi yang akan digambarkan secara rinci, jelas, dan sistematis sehingga memungkinkan penarikan suatu tindakan. Pada tahap ini,
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
data mengenai hasil analisis kemampuan menulis puisi siswa berdasarkan struktur fisik dan batin puisi akan disajikan sesuai dengan rancangan penelitian. Pemaparan data ini juga akan disesuaikan dengan metode pengumpulan data yang digunakan, yakni metode dokumentasi. Penyajian data dalam penelitian ini disesuaikan dengan kriteria yang digunakan peneliti sehingga memudahkan peneliti untuk mencapai tahap penyimpulan dan verifikasi data. Pemaparan analisis kemampuan menulis puisi siswa berdasarkan struktur fisik dan batin puisi didokumentasikan dalam bentuk tabel kriteria I dan II. Penyimpulan dalam penelitian ini dilakukan setelah data yang diperoleh itu disajikan. Pada tahap ini, peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian berupa struktur fisik dan struktur batin puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah, Kecamatan Sukasada. Pada bagian pertama disajikan hasil analisis puisi siswa yang memenuhi seluruh aspek struktur fisik puisi, selanjutnya rekapitulasi hasil analisis struktur fisik puisi siswa yang disertai dengan analisis puisi menggunakan instrumen I. Pada bagian kedua disajikan hasil analisis puisi siswa yang memenuhi seluruh aspek struktur batin puisi, selanjutnya rekapitulasi hasil analisis struktur batin puisi siswa disertai dengan hasil analisis puisi menggunakan instrumen II. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini berupa; (1) struktur fisik puisi siswa kelas VIII A MTs AlKhairiyah Tegallinggah dan (2) struktur batin puisi siswa kelas VIII A MTs AlKhairiyah Tegallinggah. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A MTs. Al-Khairiyah Tegallinggah yang berjumlah 28 orang.
Struktur fisik puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah terdiri atas: (1) diksi (pemilihan kata), (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figuratif (majas), (5) versifikasi (rima, irama, dan metrum), dan (6) tata wajah (tipografi). Berdasarkan hasil analisis struktur fisik puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah, terdapat 1 (4%) puisi yang ideal, yakni memenuhi keenam struktur fisik puisi yang ada, 12 (43%) puisi yang hanya terdiri atas lima struktur fisik puisi, 13 (46%) puisi hanya terdiri atas empat struktur fisik puisi, dan 2 (7%) puisi hanya terdiri atas tiga struktur fisik puisi. Struktur batin puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah terdiri atas: (1) tema, (2) perasaan, (3) nada dan suasana, dan (4) amanat. Berdasarkan hasil analisis struktur batin puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah, ke28 (100%) puisi yang telah dibuat oleh siswa sudah memenuhi keempat struktur batin puisi, yang meliputi tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat puisi.
Pembahasan Dari pemaparan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini dan data hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui beberapa temuan yang diperoleh oleh penulis. Temuantemuan tersebut akan penulis bahas dalam penelitian ini. Temuan pertama adalah keberhasilan siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah dalam menulis puisi yang ideal sudah cukup baik, yakni mengandung keenam struktur fisik puisi, meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tipografi. Penulis puisi yang ideal akan menggunakan pilihan kata atau diksi secara tepat, dengan mempertimbangkan makna dan kesesuaian dengan tema yang diangkat. Pemilihan kata yang tepat dapat mewakili dan menggambarkan hal-hal yang dikehendaki oleh seorang penulis puisi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Waluyo (1987:72) bahwa penyair sangat cermat dalam memilih katakata, sebab kata-kata yang ditulis harus
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Kata-kata yang digunakan ada yang sukar diinterpretasikan pembaca atau ada yang umum sekali dipergunakan orang sehingga ada puisi yang wajar atau polos sekali, tetapi ada yang memerlukan penalaran (pemikiran) dalam memahaminya. Penggunaan diksi atau pemilihan kata pada puisi siswa kelas VIII A MTs Tegalinggah sudah tepat dan mendukung pemaknaan puisi tersebut. Berdasarkan puisi yang telah ditulis oleh siswa tersebut, beberapa diantaranya menggunakan diksi bernada kekecewaan, kesedihan, dan keceriaan. Dari 28 puisi yang telah dibuat oleh siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegalinggah, seluruhnya menggunakan diksi atau pilihan kata yang sesuai dengan tema dan makna yang terkandung dalam puisi. Setelah pemilihan kata atau diksi, struktur fisik berikutnya adalah pengimajian. Melalui pengimajian, sesuatu yang digambarkan oleh penulis dalam puisinya seolah-olah dapat dilihat (imaji taktil), didengar (imaji auditif), dan dirasa (imaji taktil), sehingga membuat pembacanya seakan-akan ikut merasakan sesuatu yang diungkapkan penulis dalam puisinya. Dari 28 puisi yang peneliti analisis, semuanya terdapat pengimajian atau gambaran yang seolah-olah dapat dilihat (imaji visual), dapat didengar (imaji auditif), dan dapat dirasakan (imaji taktil). Struktur fisik berikutnya adalah kata konkret. Penggunaan unsur wajib kata konkret pada puisi siswa dapat dikatakan kurang baik karena dari 28 puisi siswa yang dianalisis, hanya terdapat 3 puisi yang menggunakan kata konkret. Sebagian besar siswa mengungkapkan puisinya secara langsung atau polos sekali, tidak memerlukan penalaran (pemikiran) dalam memahaminya. Puisi siswa yang terdapat kata konkret di dalamnya adalah puisi yang berjudul “Malam”, “Maaf”, dan “Nasib”. Unsur wajib berikutnya yang harus penulis ciptakan agar puisi dapat dikatakan
baik adalah bahasa figuratif atau majas (gaya bahasa). Artika (1997:64) menyebut gaya bahasa sebagai bahasa kiasan. Bahasa kiasan sangat digemari oleh penyair karena memiliki potensi besar untuk memperoleh efek puitis. Dari 28 puisi siswa kelas VIIIA MTs Al-Khairiyah Tegalinggah yang telah dianalisis, terdapat 17 puisi yang mengandung bahasa figuratif atau majas. Struktur fisik puisi lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan versifikasi (rima, irama, dan metrum). Penggunaan versifikasi (rima, irama, dan metrum) pada puisi yang telah dibuat oleh siswa dapat dikatakan baik karena sebagian besar puisi siswa telah mengandung rima, irama, dan metrum. Dari 28 puisi yang telah dibuat oleh siswa Kelas VIIIA MTs Al-Khairiyah Tegalinggah terdapat 21 puisi yang menggunakan versifikasi (rima, irama, dan metrum). Struktur fisik puisi berikutnya yang harus penulis ciptakan agar puisi dapat dikatakan baik adalah tipografi atau tata wajah. Unsur puisi ini juga dapat dikatakan baik karena dari 28 puisi yang telah dibuat oleh siswa Kelas VIIIA MTs Al-Khairiyah Tegalinggah, seluruhnya mengandung tipografi atau tata wajah, baik tipografi konvensional maupun nonkonvensional. Temuan kedua adalah keberhasilan siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah dalam menulis puisi yang ideal sudah baik, yakni mengandung keempat struktur batin puisi, meliputi tema, rasa, nada dan suasana, dan amanat. Puisi dapat dikatakan baik apabila terdapat gagasan pokok yang terkandung di dalamnya, yakni tema. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya (Waluyo, 1987:107). Ia menambahkan, dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsir-penafsir puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tafsir puisi bersifat lugas, obyektif dan khusus. Berdasarkan puisi yang telah ditulis oleh siswa kelas VIII A MTs AlKhairiyah Tegalinggah, pengungkapan puisi antara tema dan judul yang diangkat telah sesuai. Dari 28 puisi yang telah ditulis oleh siswa, seluruhnya mengandung tema,
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
dengan rincian sebagai berikut. Delapan puisi bertemakan tentang percintaan, tujuh puisi bertemakan tentang pendidikan, dua puisi bertemakan tentang alam, dua puisi bertemakan tentang persahabatan, dua puisi bertemakan tentang kepahlawanan, dua puisi bertemakan tentang kasih sayang pada orang tua dan keluarga, dua puisi bertemakan tentang masa depan, satu puisi bertemakan tentang aktivitas menjelang malam, satu puisi bertemakan religi, dan satu puisi bertemakan tentang ulang tahun. Struktur batin puisi lain yang perlu diperhatikan agar puisi dapat dikatakan baik adalah unsur perasaan. Puisi yang baik mampu mewakili perasaan penulisnya sehingga pembaca seolah-olah merasakan sesuatu yang dirasakan oleh penulis. Hasil analisis ke-28 puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegalinggah,sebagai berikut. Tujuh puisi mengungkapkan perasaan senang atau gembira, lima puisi mengungkapkan perasaan sedih, lima puisi mengungkapkan perasaan kagum, tiga puisi mengungkapkan perasaan damai, dua puisi mengungkapkan perasaan semangat, dua puisi mengungkapkan perasaan kesepian, satu puisi mengungkapkan perasaan terharu, satu puisi mengungkapkan perasaan cemburu, satu puisi mengungkapkan perasaan terasing, dan satu puisi mengungkapkan perasaan kebimbangan. Kriteria lain agar puisi dapat dikatakan baik adalah puisi mampu mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan penulis. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itulah tercipta suasana puisi. Hasil analisis dari 28 puisi siswa kelas VIII A MTs AlKhairiyah Tegalinggah, sebagai berikut. Tujuh puisi bernada menyedihkan/meratap atau kedukaan yang mendalam, satu puisi bernada menyesal, dua puisi bernada menasehati, dua puisi bernada damai, empat puisi bernada mengagumi, satu puisi bernada mengharukan, dua puisi bernada pujian, satu puisi bernada patriotik, satu puisi bernada serius atau sungguhsungguh, satu puisi bernada jenaka, satu puisi bernada kasmaran, satu puisi bernada
merenung, dan empat puisi bernada menyenangkan/ gembira. Kriteria terakhir agar puisi dapat dikatakan baik adalah puisi mengandung amanat atau pesan yang ditangkap oleh pembaca setelah membaca puisi. Amanat dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Amanat puisi dirumuskan sendiri oleh pembaca. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun begitu, amanat tidak dapat dilepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan oleh penulis. Berdasarkan hasil analisis dari 28 puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegalinggah yang bertemakan tentang pendidikan, percintaan, kasih sayang keluarga, persahabatan, kepahlawanan/ patriotik, seluruhnya mengandung amanat, baik disampaikan secara tersirat maupun tersurat oleh penulis. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Struktur fisik puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah terdiri atas: (1) diksi (pemilihan kata), (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figuratif (majas), (5) versifikasi (rima, irama, dan metrum), dan (6) tata wajah (tipografi). Berdasarkan hasil analisis struktur fisik puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah, terdapat 1 (4%) puisi yang ideal, yakni memenuhi keenam struktur fisik puisi yang ada, 12 (43%) puisi yang hanya terdiri atas lima struktur fisik puisi, 13 (46%) puisi hanya terdiri atas empat struktur fisik puisi, dan 2 (7%) puisi hanya terdiri atas tiga struktur fisik puisi. Struktur batin puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah terdiri atas: (1) tema, (2) perasaan, (3) nada dan suasana, dan (4) amanat. Berdasarkan hasil analisis struktur batin puisi siswa kelas VIII A MTs Al-Khairiyah Tegallinggah, ke28 (100%) puisi yang telah dibuat oleh siswa sudah memenuhi keempat struktur
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
batin puisi, yang meliputi tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat puisi. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagi para guru, berdasarkan hasil penelitian ini, para guru diharapkan dapat memberikan pengajaran penulisan puisi kepada siswa yang sesuai dengan kriteria penulisan puisi, yakni mengandung struktur fisik dan struktur batin puisi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan umpan balik untuk mengevaluasi hasil tulisan siswa, berupa puisi. Dengan demikian, guru akan berusaha untuk mengajarkan siswa agar lebih memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi, yakni struktur fisik dan struktur batin dalam berkarya sastra, khususnya menulis puisi. (2) Bagi peneliti lain, berdasarkan hasil penelitian ini, dianjurkan kepada peneliti lain agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi, pedoman atau bandingan bagi peneliti yang ingin mengkaji tentang analisis puisi berdasarkan struktur fisik dan struktur batin puisi. Hasil penelitian ini disarankan agar dapat digunakan sebagai pancingan untuk melakukan penelitian sejenis yang lebih mendalam dan menghasilkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian ini. Peneliti lain dapat meneliti suatu masalah yang belum dibahas dalam penelitian ini, misalnya tentang hubungan antara kedua struktur pembangun puisi, yakni struktur fisik dan struktur batin puisi.
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Antara. 1985. Apresiasi Puisi. Denpasar: CV Kayu Mas. Artika, I Wayan. 1997. Buku Ajar Teori Puisi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Gunatama, Gede. 2010. Buku Ajar Puisi (Teori, Apresiasi, Pemaknaan, dan Pembelajaran). Singaraja: Undiksha. Jabrohim. 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lestari, Ketut Yuli. 2010. Strategi Guru dalam Pengajaran Analisis Struktur Batin Puisi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan. Skripsi. (tidak diterbitkan). Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha. Niode, Sri Rahayu. 2014. Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi Pesan Prajurit Karya Trisno Sumardjo dan Perbandingannya. Skripsi. (tidak diterbitkan). Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Sutikayanti, Ayu. 2013. Kemampuan Menulis Puisi Berdasarkan Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas VII 1 SMP Negeri 4 Tejakula. Skripsi. (tidak diterbitkan). Singaraja. Undiksha. Tarigan, H. Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga. Wendra, I Wayan. 2011. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha.