PSIKOTERAPI ISLAM DAN PSIKOTERAPI PASTORAL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Bimbinhan dan Konseling Islam
Oleh
:
Aminudin Budi Kurniawan
N I M: 04220012
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Aminudin Budi Kurniawan
NIM
: 04220012
Jurusan
: Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas
: Dakwah
Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya bahwa dalam skripsi ini adalah asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain, kecuali pada bagian – bagian yang dirujuk. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.
Yogyakarta, 14 Januari 2010 Yang menyatakan,
Aminudin Budi Kurniawan NIM : 04220012
ii
iii
Halaman Motto
∩∠∪ = É ≈6t 9ø { F #$ #( θ9ä ρ' &é ω H )Î ã .© ‹ ¤ ƒt $Βt ρu 3 u
“Dan
tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang – orang yang berakal” (QS. Ali Imran (3):7)
iv
Halaman Persembahan
Karya kecil yang sangat sederhana ini penulis persembahkan kepada : Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu ada di hatiku Kakakku yang selalu perhatian dan memberikan pertolongan di saat aku membutuhkan Adikku yang masih kecil Calon Pendamping Hidupku Sahabat – sahabatku di kampus UIN sunan Kalijaga Almamaterku : Kampus Putih UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
v
PSIKOTERAPI ISLAM DAN PSIKOTERAPI PASTORAL
ABSTRAKSI Oleh : Aminudin Budi Kurniawan Perkembangan dunia ilmu keilmuan terutama keilmuan Psikoterapi. Akan tetapi teorti – teori psikoterapi saat ini telah mengalami stagnasi dalam memahami kejiwaan dan perilaku manusia sehingga membutuhkan pemahaman bantuan dari psikoterapi agama terutama psikoterapi islam dan psikoterapi pastoral. Kedua aliran psikoterapi ini memiliki ciri khas masing – masing karena memoang berbeda dalam hal aqidah dan pemahaman agama. Dari itulah membutuhkan pil perbandingan – perbandingan yang bersifat pemikiran sebagai referensi terapi bagi para terapis. Penelitian ini bertujuan sebagai studi komparatif metodologi, penerapan terapi dari Psikoterapi Islam dan Psikoterapi Pastoral dengan merujuk kepada karya – karya dari tokoh – tokoh psikoterapi Islam dan Psikoterapi pastoral. Bentuk penelitian ini adalah berupa kajian pustaka (library research). Kajian pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan. Bahan bacaan mencakup buku-buku teks, jurnal atau majalah-majalah ilmiah dan hasil-hasil penelitian. Penelitian ini bersifat kualitatif karena uraian datanya bersifat deskriptif, menekankan proses, menganalisa data secara induktif, dan rancangan bersifat sementara. Menggunakan analisis data dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang meliputi proses – proses penyusunan penjelasan atau penafsiran terhadap data yang ada, kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering disebut juga “Metode Analitik”). Hasil penelitiannya berupa persamaan dan perbandingan metodologi antara psikoterapi Islam dan Psikoterapi Pastoral dalam menerapkan metode keagaaman dalam terapi. Kata kunci : Metodologi, Psikoterapi Islam, Psikoterapi Pastoral, Psikoterapi Agama.
vi
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji hanyak milik Allah Rabb semesta alam, tidak ada yang berhak diibadahi kecuali diri-Nya. Hanya kepada-Nya kita beribadah dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak aka nada yang menyesatkannya. Dan barangsiap yang disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberikan petunjuk kepadanya. Dengan mengucapkan Alhamdulillah yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Psikoterapi Islam dan Psikoterapi Pastoral (Persamaan dan perbedaan)” sebagai tugas akhir akademik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam bidang ilmu bimbingan dan penyuluhan islam (BPI) pada Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penyusun juga menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penyusun ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 1. Bapak Prof. DR. H. M. Bahri Ghazali, selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga. 2. Bapak Nailul Falah M.Si, selaku ketua jurusan Bimbingan dan penyuluhan Islam.
vii
3. Ibu Dra. Nurjannah M.Si, selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta karyawan Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga. 5. Bapak, Ibuku dan Mbah Uti yang selalu memberi perhatian dan kasih sayangnya selama dan selalu mendo’akan penulis. 6. Mas Udin sebagai kakakku yang selalu memberi semangat di kala penulis lemah dan memberikan sumbangan materi. 7. Adikku Yusuf “Matekul” Wibisono yang masih kecil. 8. Paklek – Paklekku dan bulek – budhe dan saudara sepupuku semuanya terima kasih atas do’anya. 9. Dek Nunuk “Noek” Sugiyati yang akan menjadi calon pendamping hidupku yang selalu memberi dukungan moralnya yang terus – menerus. 10. Keluargaku yang spesial Bapak Sugito, Ibu Sumiyati calon mertuaku yang merestui perjalanan penulis 11. Mbak Sari yang selalu mendo’akan penulis untuk segera selesai dari beban skripsi. 12. Saiful, Sulis, Minin di rumah yang membantu keluarga penulis.
viii
13. Kakak – kakakku dan teman - temanku di Jogja Kang Ogut, Kang “njon” Komenk, Eka, Kang Huda, Mas Iponk sekeluarga terima kasih atas perhatian dan tertawanya. 14. Ustadz Ja’far Umar Thalib yang mengajari penulis ilmu agama (terutama kitab riyadhus shalihin dan bulughul maraam), Ustadz Fauzi yang menemani penulis saat penulis membutuhkan suatu jawaban kehidupan, Ustadz Abdul Khaliq yang mengenalkan penulis pada Ustad ja’far, dan teman – teman pondok pesantren degolan. 15. Teman – teman kelas BPI A angkatan 2004 (Maman, Irwan Didi, Wasudin, Yusuf, Winarno, Nanang, Arvan, Faiz, Isna, Juan, Leli, Marsonah,dll) yang telah memberikan warna dalam kehidupanku di kampus putih. 16. Teman – teman kelas BPI B angkatan 2004 (Risdiyono, jazuli, Isa, dll.) 17. Mas
Rudi
selaku
ketua
SIC
yang
mendukung
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi 18. Teman – teman aktivis IMM dan PMII yang memberikan pelajaran organisasi. 19. Teman – teman dan tetangga kost Papringan Jalan Ori II. 20. Dan semua yang terlibat dalam kehidupan penulis.
ix
Akhirnya penulis hanya mampu berdo’a semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan dar Allah SWT. Dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan seluruh pembaca yang budiman.
Yogyakarta, 14 Januari 2010 Penyusun
Aminudin Budi Kurniawan NIM: 04220012
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................
ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ..............................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................
vi
BAB I : PENDAHULUAN A. Penegasan Istilah ......................................................................
1. Psikoterapi Islam ................................................................. 2. Psikoterapi Pastoral.............................................................. 3. Fokus Operasional ...............................................................
1 1 2 2
B. Latar Belakang ........................................................................
3
C. Rumusan Masalah ..................................................................
7
D. Tujuan Penelitian .....................................................................
8
E. Kegunaan Penelitian ...............................................................
8
F. Telaah Pustaka
8
.....................................................................
G. Landasan Berpikir
................................................................ xi
12
1. Pengertian Psikoterapi Agama............................................ 2. Komponen – Komponen Dalam PsikoterapiAgama ........... − Asas Konseling........................................................... − Klien........................................................................... − Konselor/Terapis ........................................................ − Metode Terapi ............................................................ − Karakteristik Metode Psikoterapi Agama .................. 3. Metodologi Kerja Psikoterapi Agama ................................ a) Pendekatan Dalam Psikoterapi Agama ......................... b) Metode Psikoterapi Agama ......................................... 1. Metode Ilmiah.......................................................... 2. Metode Kenabian .................................................... c) Tehnik Psikoterapi Agama ...........................................
12 14 14 17 18 19 19 22 22 23 23 24 25
H. Metode Penelitian..................................................................... 1. Bentuk dan Sifat Penelitian................................................ 2. Analisis Data .................................................................... 3. Sumber Data...................................................................... 4. Langkah – langkah Dalam Penulisan Penelitian.................
28 28 29 30 31
BAB II : SEJARAH PSIKOTERAPI AGAMA
A.
Perkembangan Psikoterapi Agama ........................................
32
B.
Pembukuan Psikoterapi Agama .............................................
34
Edwin Diller Starbuck............................................................
35
Goerge Albert Coe .................................................................
35
James H.Leuba.......................................................................
36
Stanley Hall ...........................................................................
37
Medical Materialism ..............................................................
38
William James .......................................................................
39
George M. Stratton.................................................................
44
Fluornoy ................................................................................
44
a. b. c. d.
45 45 45 45
Menjauhkan Penelitian dari Transendence....................... Prinsip Mempelajari Perkembangan ............................... Prinsip Perbandingan ...................................................... Prinsip Dinamika............................................................. xii
Konferensi Genewa ...............................................................
46
James B. Pratt ........................................................................
46
Rudolf Otto............................................................................
47
Pierre Bovet...........................................................................
47
R.H. Thouless ........................................................................
48
Sante de Sanctis.....................................................................
48
Teori Psikoanalisa..................................................................
51
Sigmund Freud ......................................................................
53
Pandangan Freud Tentang Agama dan Gangguan Jiwa ..........
55
Beberapa Penelitian Lainnya..................................................
57
W.H. Clark ............................................................................
59
C. Agama dan Kesehatan Mental ................................................
59
BAB III : SELUK – BELUK PSIKOTERAPI ISLAM
A. Manusia dalam perspektif psikoterapi dan Islam .............
77
1. Pandangan Islam Tentang Manusia .................................. a. Istilah Manusia dalam Al Qur’an .............................. b. Produksi dan Reproduksi Manusia ............................ c. Potensi Manusia dalam Al Qur’an ............................. d. Ciri – Ciri Manusia dalam Pandangan Al Qur’an ....... 2. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi Islam .............................. Fungsi Pemahaman ........................................................
78 78 80 81 89 92 92
Fungsi Pengendalian .......................................................
94
Fungsi Peramalan ...........................................................
95
Fungsi Pengembangan ....................................................
96
Fungsi Pendidikan ..........................................................
97
Fungsi Pencegahan .........................................................
98
Fungsi Penyembuhan dan Perawatan ..............................
99
Fungsi Pensucian ............................................................
99
Fungsi Pembersihan .......................................................
99
xiii
B. Paradigma Psikoterapi Islam ............................................. 1. Al Qur’an ...................................................................... a. Asma’ul Husna ........................................................... b. Kalimat Basmalah ...................................................... c. Surat Al Fatihah ......................................................... d. Beberapa Surat yang Lain ........................................... 2. As Sunnah (Al Hadits) .................................................... 3. Empirik Pengalaman Orang Shaleh ................................
102 102 104 117 118 118 118 120
C. Metodologi Islam Untuk Kesehatan Mental Pola – Pola Wawasan Kesehatan Jiwa ................................... 121 1. Ayat – Ayat Al Qur’an yang Berkaitan dengan Tolok Ukur Kesehatan Mental .................................................... 129 a. Ayat – Ayat Al Qur’an dan Al Hadits Mengenai Beberapa Sifat Tercela ................................................ 129 Bakhil ......................................................................... 129 Aniaya ........................................................................ 130 Dengki ........................................................................ 131 Ujub ........................................................................... 132 Nifaq .......................................................................... 133 Ghadhab ..................................................................... 134 Rasa Marah ................................................................ 136
b. Ayat –Ayat Al Qur’an yang Berkaitan dengan Adaptasi ...................................................................... 137 c. Ayat – Ayat yang Berkaitan dengan Pengembangan Potensi ............................................... 140 Sabar ......................................................................... 141 Hikmat ....................................................................... 143 Amal Shaleh .............................................................. 144 Lidah ......................................................................... 145 Ilmu Pengetahuan ...................................................... 147 Hati Nurani................................................................. 150 d. Ayat – Ayat Al Qur’an yang Brekaitan dengan Pentingnya Agama untuk Kesehatan Mental ............... 151 xiv
Iman ........................................................................... 151 Islam ........................................................................... 153 Ihsan ........................................................................... 154 D. Metodologi Psikoterapi Islam ................................................ 1. Menempatkan Wahyu Diatas Akal ................................. 2. Menempatkan Akal Diatas Nafsu ................................... 3. Penyucian Jiwa (Tazkiyatun Nufus) ............................... Tauhid adalah Tazkiyatun Nufus ....................................
155 155 159 161 163
Thaharah adalah Tazkiyatun Nufus ................................ 163 Shalat adalah Tazkiyatun Nufus ..................................... 163 Zakat adalah Tazkiyatun Nufus ...................................... 163 E. Syarat – Syarat Psikoterapis Islam162 1. Aspek Spiritualitas ......................................................... 165 2. Aspek Keahlian .............................................................. 166 F.
Adab Psikoterapis Islam ........................................................ 167
BAB IV : SELUK – BELUK PSIKOTERAPI PASTORAL
A. Anatomi Kepercayaan dan Iman : Sebuah Refeleksi Teologis dan Pastoral ............................................................ 169 B. Penjelasan Mengenai Unsur – Unsur Iman ............................ 170 C. Intisari Firman – Firman Allah .............................................. 1. Psikoterapi Pastoral Memandang Manusia ........................ 2. Manusia : Jiwa dan Tubuh ................................................ a. Pandangan Dualisme .................................................... b. Pandangan Kitab Suci .................................................. 1). Kitab Suci Perjanjian Lama .....................................
174 176 177 178 179 179
2). Kitab Suci Perjanjian Baru ..................................... 180 3. Kesatuan Jiwa dan Tubuh ................................................. a. Tubuh mengungkapkan Seluruh Kedirian Manusia ................................................................................... b. Tubuh Diciptakan Oleh Allah ..................................... 4. Nilai Kehidupan ............................................................... a. Pengertian Nilai .........................................................
xv
180 181 182 182 185
b. Hidup Sebagai Nilai Dasar yang Tertinggi dan Hak Azasi ........................................................................... c. Hidup Sebagai Anugerah ........................................... d. Manusia Sebagai Totalitas yang Disatukan ................ e. Manusia Sebagai Citra Allah ...................................... f. Manusia Ada Dalam Kristus ...................................... g. Personalitas ................................................................ h. Sakralitas dan Kualitas Hidup .................................... 1) Sakralitas Hidup ................................................. 2) Kualitas Hidup ...................................................
186 186 187 187 188 189 190 190 191
D. Kepribadian Psikoterapis Pastoral ......................................... 191 1. Memiliki Kepribadian Yang Kuat ………………................ 193 2. Bersikap Menerima Seseorang Sebagaimana Adanya ………193 3. Empati …………………………………………… . ……… 194 4. Jaminan Emosional 194 5. Menghindari Nasehat – Nasehat 195 6. Ilmu Jiwa Dalam atau Psikologi dan Psikoterapi 195 E. Metodologi Psikoterapi Pastoral............................................. 196 1. Metode Filsafatis Hermeneutika ..................................... 197 2. Metode Terapan Ahli ...................................................... 205 3. Metode Alkitab dan Roh Kudus ...................................... 211 F. Ciri Khas Psikoterapi dan Pelayan Pastoral ............................ 225 G. Berbagai Tujuan Dari Psikoterapi Pemahaman Diri................ 233 BAB V :
ANALISIS
A. Persamaan Dan Perbedaan ................................................... 233 B. Persamaan Psikoterapi ........................................................ 235 Persamaan Umum : Memandang Klien sebagai Hamba Tuhan ........................... 236
xvi
Memandang Bahwa Sebaik – baik Terapi Adalah Dengan Mengikuti Agama atau Bersumber dengan Kitab Suci ........................................................................... 238 Memandangn Terapi Terbaik Adalah Dengan Tuntunan Agama................................................................................. 238 Persamaan Khusus a. Terdapat metode kenabian ............................................ 239 b. Penerapan Terapi dengan Kesabaran ............................ 242 c. Penerapan Terapi Agama adalah Penerapan yang Paling Efektif, Efisien dan Lebih dapat Menancap Di Hati ......................................................................... 243 C. Perbedaan Dalam Psikoterapi Hermeneutika dan Tafsir ..................................................... 246 Hasil Analisis ..................................................................... 257 BAB VI : KESIMPULAN ..................................................................................
259
Kontribusi riil .......................................................................... 260
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
LAMPIRAN
xvii
262
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Istilah Penegasan istilah adalah suatu hal yang penting dalam memahami maksud judul dengan lebih tepat dan benar sehingga terhindar dari interpretasi yang salah atau pembahasan yang melebar serta mempermudah dalam memahami maksud yang di arahkan judul di atas. Oleh sebab itu untuk memahami ke arah mana penelitian ini akan dibawa perlu sekiranya untuk memberikan dan menjelaskan penegasan istilah yang terdapat dalam judul yang akan menjadi topik penelitian agar tidak terjadi salah penafsiran, yaitu : 1.
Psikoterapi Islam M. Hamdani Bakran Menjelaskan bahwa Psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik mental, spiritual, moral atau fisik melalui bimbingan al Qur’an dan as–Sunnah. Secara empirik adalah melalui bimbingan dan pengarahan para ulama yaitu Nabi saw deangan mengimani rukun iman yaitu iman kepada Allah, para malaikat-Nya, iman pada Kitab-Nya, iman kepada raul-nya dan iman kepada hari akhir serta pada takdir.1 Jadi Psikoterapi Islam merupakan sebuah proses penanganan suatu penyakit mental yang mendasarkan pada metode psikoterapi namun tidak melupakan bimbingan dari Qur’an dan Sunnah. Dapat diartikan juga
1 M. Hamdani Bakran Adz Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam,(Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru,2004),hlm 228.
1
sebagai pengobatan terhadap gangguan – gangguan kejiwaan melalui penyembuhan lewat keyakinan agama Islam, sehingga memunculkan kepribadian yang Islami. 2. Psikoterapi Pastoral Psikoterapi Pastoral ialah suatu proses menolong secara jangka panjang. Ia diarahkan untuk mempengaruhi terjadinya perubahan fundamental dalam kepribadian konseli yang tentu saja dipandang dari segi pastoral, caranya ialah dengan menyingkapkan dan menghadapi berbagai perasaan yang tersembunyi, konflik yang terjadi dalam batin (intraphysic), dan berbagai memori (ingatan) yang ditekan sejak masa kanak – kanak.2 …………… Biasa disebut psikologi pastoral atau konseling pastoral, disiplin ini diwakili oleh individu – individu yang telah mencoba mengembangkan psikologi Kristen dari suatu perspektif teologis..Kategori–kategori luas para konselor pastoral dapat dibedakan pada tataran tertentu berdasarkan penggunaan kenyataan–kenyataan absolute alkitabiah dan penggunaan psikologi mereka dalam konseling3. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disepakati bahwa pastoral merupakan efek dari pengembangan para professional gereja ataupun Kristen yang menelusuri dunia keilmuan diperuntukkan bagi pelayanan umat yang dikenal dengan Pastoral. 3. Fokus Operasional Akan sangat menarik bila dua aliran psikoterapi ini mendapat 2Howard Clinebell, Tipe – Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 494 3 Paul D. Meier, M.D. dkk, Pengantar Psikologi Dan Konseling Kristen terj. Johny The, (Yogyakarta :(PBMR) ANDI,2004), hlm.22.
2
perhatian serius dari para peneliti psikoterapi agama. Dalam menentukan persoalan yang mungkin akan dapat dikaji dari penelitian ini adalah dalam perbandingan metodologi kedua (aliran). Metodologi merupakan harga mati bagi semua terapan ilmu sebagai bentuk kredibilitas ilmu. Dalam hal ini
perbandingan
metodologi
kedua
keilmuan
adalah
bertujuan
memperoleh titik temu antara psikoterapi Islam dan psikoterapi Pastoral yang memiliki sudut pandang yang dapat digunakan oleh para terapis dalam berbagai aktivitas terapinya.
B. Latar Belakang Nampaknya cukup adil untuk mengatakan bahwa berbagai macam aliran psikoterapi ( dalam lapangan penelitian ataupun lapangan praktis ) tidak pula memberikan perhatian yang penuh kepada dasar realitas dam identitas manusia, serta pengaruh dari asumsi dasar itu. Secara khusus ,”psikologi tanpa jiwa” (the psychology of the empty organism) telah meyakini bahwa semua tingkah laku dipelajari. Psikoterapi hanya berhubungan dengan fenomena (psikologi) yang dapat diamati, alasan yang menjadi ukuran mutlak dari intervensi psikologis, perkembangan manusia yang berlangsung dalam urutan yang relative dapat diduga. Istilah – istilah yang tidak dapat dioperasionalkan seperti cinta, kebijaksanaan, kedermawanan, intuisi, keberuntungan, identitas, empati, perhatian, kebaikan, keburukan, dan kebebasan, adalah dugaan semata yang tidak pantas menjadi subjek penelitian dalam keilmuan psikologi yang
3
teliti dan menyeluruh.4 Istilah – istilah tersebut merupakan bahasan yang teramat sulit bagi dunia keilmuan psikoterapi secara mendalam bila tidak menggunakan bahasa seni agama. Karena psikoterapi merupakan teknik sedangkan istilah – istilah tersebut berhubungan dengan intuisi kalbu yang membutuhkan jawaban filosofis. oleh karena itulah agama menjadi penjawab sebagai sebuah metode dalam psikoterapi yang menggabungkan prinsip – prinsip teknik sekaligus filosofis
sehingga
menjadikan
psikoterapi
lebih
sempurna
dalam
penanganannya. Tantangan itu pun dijawab dengan munculnya psikoterapi – psikoterapi agama yang bermuara pada pendekatan – pendekatan secara agamis sehingga mewujudkan kehidupan yang sehat secara jasmani dan rohani.
Psikoterapi agama yang paling mumpuni di bidang ini adalah
psikoterapi pastoral dengan psikoterapi Islam. Bermula ingin mewujudkan untuk penyempurnaan kehidupan manusia yang menuju ke tatanan masyarakat madani bergerak serasi dengan munculnya perkembangan yang signifikan dari kedua aliran psikoterapi tersebut. Walaupun secara tekstual antara Islam dengan pastoral merupakan pegangan (keyakinan) yang tak akan dapat bersatu laiknya air dengan minyak disebabkan perbedaan filosofis yang mencolok di tahap Ketuhanan. Namun secara kontekstual antara Islam dengan Pastoral tentu memiliki corak yang hampir sama yaitu menginginkan umatnya untuk bertakwa kepada Tuhan 4 Dr. Lynn Kumulahadi P.),hlm.8.
Wilcox,
Personality
psychotherapy,
4
(Yogyakarta:Ircisod;2006,terj.
Yang Maha Esa dalam ajaran masing – masing kepercayaan. Ini adalah awal dari terbentuknya persatuan dalam aliran – aliran psikoterapi lintas agama. Bisa dibayangkan psikoterapi agama yang
menawarkan sebuah fisika,
metafisika, epistemologi, dan rangkaian teknik yang terelaborasi untuk mencapai realisasi diri, tujuan hidup yang tertinggi yang berdiri diatas pengalaman langsung transkognitif. Hal ini tidak dimiliki oleh psikoterapi sekular yang memaksakan kehendak untuk tidak menggunakan pengalaman agama sama sekali. Namun apa daya dibalik persamaan psikoterapi agama itu memiliki perbedaan yang menyebabkan tidak adanya penanganan psikoterapi lintas agama tersebut padahal secara subtantif kedua aliran psikoterapi tersebut memiliki pertanggungjawaban terhadap masyarakat bahwa kedua aliran psikoterapi tersebut bermanfaat dan bisa diakses untuk semua kepentingan manusia tanpa membedakan golongan. Perbedaan – perbedaan itu masih selalu berkutat dalam tataran filosofis kedua kepercayaan alasan yang dapat dibuat masuk akal bagi nalar logika keimanan namun tidak bagi nalar sebuah kebutuhan kemaslahatan umat. Saat berbicara keyakinan, penulis setuju tentang pendapat bahwa Kristen dan Islam telah dibawa, diajarkan, dan dijadikan pegangan berabad – abad yang lalu sedangkan psikoterapi baru akhir abad – abad ke 18 populer dikalangan filosof namun patut dipertimbangkan bahwa bila melihat jauh ke belakang maka psikoterapi juga sudah ada, kita lihat bagaimana Adam as diusir dari surga turun ke bumi karena melakukan kesalahan fatal lalu bersimpuh meminta
5
pengampunan dari Tuhan, usiran itu adalah metode psikoterapis yang belakangan diusung aliran behavioralisme sebagai bentuk hukuman untuk membuat seseorang kembali ke jalan yang benar. Ada pula Nuh as yang dititahkan untuk membuat sebuah kapal berukuran super power padahal waktu itu negeri Nuh as adalah negeri yang tandus kering air, kalau hal ini bukan pengalaman transkognitif tidak akan Nuh as mematuhi titah tersebut. Patut juga dipertimbangkan bahwa psikoterapi lebih dulu memiliki nama psikoterapi bukan agama yang memberi nama, dan psikoterapi juga sudah memiliki prinsip – prinsip tersendiri hingga akhirnya psikoterapi mendapati dirinya tidak mampu menangani berbagai masalah intuisi kalbu maka agama sebagai obat hati dan pedoman hidup menjadi solusi atas hal itu. Oleh karena itulah kedua aliran tersebut adalah berada dibawah payung psikoterapi agama. Membahas psikoterapi agama berarti berbicara dalam tatanan kontekstualitas yang membuat psikoterapi pastoral dengan psikopterapi Islam mempunyai bentuk yang sama dalam hal prinsip – prinsip psikoterapi agama melalui pengalaman dan pengamalan transkognitif tersebut inilah yang membuat psikoterapi Islam maupun psikoterapi Pastoral memiliki tujuan yang sama. Tetapi mengapa sampai sekarang belum ada catatan resmi5 atau lembaga psikoterapi atau psikoterapis pun yang menggunakan teknik psikoterapi agama terhadap klien yang berbeda agamanya, walaupun banyak psikoterapis yang berbeda keyakinan dengan klien namun tetap saja tidak
5 Catatan resmi yang dimaksud oleh penulis adalah sejauh pengetahuan penulis belum ada yang terdapat dalam media cetak baik yang bersifat berita maupun yang dibukukan
6
berani menggunakan psikoterapi agama yang diyakini sebagai sebuah metode dengan alasan menghormati klien. Sedangkan tujuan psikoterapi agama adalah menyeimbangkan antara tubuh dan jiwa seseorang, apa hanya masalah etika? Atau benar – benar tidak dapat ditembus dan mengapa harus menggunakan psikoterapi sebagai alat untuk metode dalam terapi agamis? Tentunya memiliki alasan para ilmuwan psikoterapi agama mengambil keputusan besar tersebut. Hal ini yang menyebabkan psikoterapi pastoral dengan psikoterapi islam memiliki sebuah pertanyaan yang sampai sekarang belum ada jawaban pasti dari ilmuwan psikoterapi agama untuk mengapa hal ini menjadi ganjalan untuk membesarkan panji psikoterapi agama. Para ilmuwan psikoterapi Pastoral maupun psikoterapi Islam menjadi harus memilih untuk menjawab pertentangan apakah menghormati filosofis tekstual sehingga membiarkan saja psikoterapis agama tertentu menangani sesuai dengan keyakinannya atau menggunakan prinsip filosofis kontekstual sehingga melunturkan ego pribadi psikoterapis dalam menangani klien? oleh karena itu tantangan itu adalah menjawab konsep rahmatan lil alamin dan konsep kasih sayang bagi alam yang merupakan tatanan kontekstualitas dalam prinsip – prinsip psikoterapi agama harus mampu dijawab oleh para ilmuwan psikoterapi Islam maupun Pastoral sebagai bentuk pertanggungjawaban moral terhadap psikoterapi agama
C. Rumusan Masalah Sesaat setelah mengetahui secara singkat tentang latar belakang
7
permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara kerja psikoterapi Islam dan Psikoterapi Pastoral sebagai model Psikoterapi Agama ? 2. Apakah dalam cara kerja tersebut terdapat persamaan dan perbedaan ?
D. Tujuan Penelitian Mempertemukan teori – teori psikoterapi Islam dengan psikoterapi Pastoral dalam satu sudut pandang yaitu psikoterapi Agama sehingga menghasilkan terapi keagamaan yang matang tanpa melihat status sosial keagamaan seseorang sekaligus menjawab bahwa ada kesepakatan teori praktis diantara kedua teori keagamaan tersebut.
E. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dalam tataran teoritis adalah sebagai pengayaan teori–teori konseling terutama psikoterapi. Karena dengan mengetahui konsep keduanya tentu saja akan dapat menjadikan pendalaman dalam melakukan psikoterapi. Kegunaan dalam tataran praksis adalah sebagai bahan pertimbangan dalam penanganan bagi klien dengan psikoterapi sehingga hal-hal yang bersifat substantif dari keduanya dapat menjadi arahan dalam praktik psikoterapi.
8
F. Telaah Pustaka Penelitian adalah mengedepankan semangat obyektifitas dan juga mengedepankan semangat ilmiah, oleh sebab itulah dalam penulisan sebuah penelitian lebih – lebih dalam hal penelitian kepustakaan dapat dipastikan bahwa penelitian yang obyektif dan ilmiah sangat diperlukan untuk menghindari adanya kecurigaan tentang kesamaan penelitian yang telah diteliti dan dipaparkan oleh peneliti yang lain. Di bawah ini merupakan penelitian – penelitian yang berhubungan dengan dengan apa yang penulis teliti sebagai bukti obyektifikasi penelitian : 1. Saefullah,dengan skripsi yang berjudul Dadang
“Metode Psikoterapi Islam
Hawari Studi Buku Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan jiwa”, tahun 2003 yang memaparkan konsep – konsep pemikiran – pemikiran Dadang Hawari yang menawarkan konsep metode psikoterapi Islam sebagai modal dalam pembentukan mental dan moral yang sehat6. 2. Siti Nurul indriyati, dengan skripsi yang berjudul “Integrasi Psikoterapi dan Ajaran Islam”, tahun 1998 yang menjelaskan bahwa manusia sebagai mahkluk bio psiko-sosio-religius telah mengalami gangguan kejiwaan akibat pengaruh modernisasi yang menempatkan manusia sebagai pusat segalanya.
Manusia
mempunyai
kebebasan
yang
luas
sehingga
menimbulkan berbagai gangguan jiwa. Agama Islam dengan Rukun Islam dan Rukun Imannya merupakan solusi dan sebagai psikoterapi terhadap
6 Saefullah, Metode Psikoterapi Islam Dadang Hawari Studi Buku Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan jiwa, Skripsi yang diajukan pada jurusan bimbingan Penyuluhan Islam, (Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga,2003)
9
berbagai gangguan jiwa tersebut.7 3. Manijo, dengan skripsi yang berjudul “Psikoterapi Dalam Pendidikan Islam”, tahun 1998. Ia memaparkan psikoterapi sebagai sarana untuk menanggulangi berbagai gangguan kejiwaan akibat hambatan – hambatan hidup. Dalam skripsi ini metode tauhid, takwa, inabah, sabar, taubat dan ingat kepada Allah adalah sebagai metode terapi atas gangguan – gangguan kejiwaan.8 4. Fahmi Sidik, dengan skripsi yang berjudul “Psikoterapi Islam dan Psikosomatik”, tahun 2004, membahas tentang bagaimana kegunaan psikoterapi Islam untuk menanggulangi psikosomatik. Karya ilmiah ini menjelaskan juga tentang metode terapi psikoterapi Islam dengan metode bahan–bahan alami, metode dengan terapi Ilahiah dalam proses pengobatannya.9 5. Meilyastuti, dengan skripsi yang berjudul “Psikoterapi Islam Terhadap Stress(Studi Kasus)”, tahun 2004, skripsi ini merupakan penelitian studi kasus terhadap dua pasien di lembaga pengobatan alternative Anugrah Agung Sewon, Bantul, Yogyakarta.10 6.
Pengamalan Agama Islam sebagai sarana Psikoterapi Terhadap Gangguan Kesehatan Mental di Pondok Pesantren al Islam Kalibawang Kulon Progo.
7 Siti Nurul Indriyati, Integrasi Psikoterapi dan Ajaran Islam, Skripsi yang diajukan pada jurusan bimbingan Penyuluhan Islam, (Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga,1998) 8 Manijo, Psikoterapi Dalam Pendidikan Islam, Skripsi yang diajukan pada jurusan bimbingan Penyuluhan Islam, (Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga,1998) 9 Fahmi Sidik, Psikoterapi Islam dan Psikosomatik, Skripsi yang diajukan pada jurusan bimbingan Penyuluhan Islam, (Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga,2004) 10 Meilyastuti, Psikoterapi Islam Terhadap Stress (Studi Kasus), Skripsi yang diajukan pada jurusan bimbingan Penyuluhan Islam, (Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga,2004)
10
Karya Usman Huntadi yang mengatakan tentang penerapan tuntunan agama Islam berupa akhlaqul karimah sebagai psikoterapi di sebuah pondok pesantren.11 7. Psikoterapi Agama Terhadap Kenakalan Remaja Jam’iyah Ta’lim Mujahadah Jum’at Pon di Krapyak Yogyakarta (Tinjauan Materi dan Metode). Karya Kusmiyati ini memberitahukan bagaimana Psikoterapi yang didasarkan pada agama untuk mengatasi problem kenakalan yang dilakukan remaja di Krapyak. Hal ini adalah sebagai bentuk penerapan agama.12 8. M. Hamdani Bakran Adz-Dzakiey. dengan karyanya Konseling dan Psikoterapi Islam merupakan buku yang membahas konseling dan psikoterapi dalam perspektif Islam.13 9. Pastoral Psychotherapy. Karangan Carrol A Wise ini merupakan buku pengantar untuk teori dan praktek psikoterapi Pastoral yang berorientasi pada pemahaman diri sendiri yang tersembunyi.14 10. Howard W. Stone, dengan karyanya yang berjudul “Using Behavioral Methods in Pastoral Counselling” yang ,menggambarkan bagaimana para pendeta dapat menggunakan berbagai metode dalam berbagai jenis
11 Usman Huntadi, Psikoterapi Islam Terhadap Stress (Studi Kasus), Skripsi yang diajukan pada jurusan bimbingan Penyuluhan Islam, (Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga. 12 Kusmiyati, Psikoterapi Agama Terhadap Kenakalan Remaja Jam’iyah Ta’lim Mujahadah Jum’at Pon di Krapyak Yogyakarta (Tinjauan Materi dan Metode) Skripsi yang diajukan pada jurusan bimbingan Penyuluhan Islam, (Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, ) , 13Adz Dzaky, Op.Cit ,hlm.225 14 Carol A. Wise, Pastoral Psychoterapy, (New York : Jason Aronson, 1980)
11
konseling.15 Oleh karena tidak terdapatnya penelitian yang membahas tentang persamaan dan perbedaan (perbandingan) antara psikoterapi Islam dan Pastoral maka penulis ingin menunjukkan bahwa bahasan “Psikoterapi Islam dan Psikoterapi Pastoral (Persamaan dan Perbedaan)” tidak menyalahi kode etik penelitian sehingga penelitian bagi penulis layak untuk dikaji dan dipaparkan sebagai bentuk keilmiahan (seminar skripsi).
G. Landasan Berpikir 1. Pengertian Psikoterapi Agama Pentingnya dasar filosofis dalam psikoterapi bukan hanya karena kesukaran klasifikasi, kemajuan penyebab gangguan mental dan fleksibilitas penggunaan teknik tinggi, tetapi yang utama adalah maksud dan tujuan psikoterapi. Maksud perawatan gangguan mental mengubah kepribadian klien dengan tujuan untuk menghilangkan gejala – gejala yang merusak kepribadian atau untuk memperbaiki kepribadiannya. Tujuan psikoterapi yang fundamental ialah mengubah sistem nilai individu secara efektif melalui pandangan dunia dalamnya. Ke arah mana kepribadian itu hendak diolah dan diubah? Di sinilah letak pentingnya para ahli psikoterapi harus mempunyai falsafah dasar mengenai hakikat kepribadian
15 Howard W. Stone, Using Behavioral Methods in Pastoral Counselling, (Philadelphia : Fortress Press, 1980).
12
atau hakikat manusia, agar mampu menggerakkan pengolahan kepribadian klien.16 Penggunaan falsafah agama sebagai psikoterapi akan mampu memberikan warna yang sangat menentukan dalam suatu terapi mental. Agama sebagai dasar filosofis dalam psikoterapi berarti pandangan agama mengenai hakikat manusia digunakan sebagai landasan dalam usaha penyembuhan penyakit mental. Rollo May menyebutkan semakin dalam penilaian seseorang merambah daerah psikoterapi, semakin dekat ia dengan wilayah teologi. Psikoterapi mulai dengan permasalahan bagaimana individu neurosis dapat hidup seefektif mungkin. Ini akan membawa kepada penemuan makna hidup dalam individu neurosis, dan pada titik itu psikoterapi akan bertemu dengan teologi. Pada intinya pertanyaan – pertanyaan fundamental yang mengakhiri psikoterapi akan mengarah kepada bidang garap teologi.17 Bilamana disebut psikoterpi agama, maka yang dimaksud adalah agama merasuki atau mengenai manusia secara keseluruhan sebagai totalitas dengan seutuhnya dan dengan cara yang sedalam – dalamnya. Manusia dengan segala aspek dan fungsi kejiwaan dikenai oleh agama yang berarti kehidupan “dunia-dalam” seseorang tentang ke-Tuhanan disertai keimanan dan peribadatan dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang apabila dianalisis ke dalam aspek – 16 Drs. H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila (Bandung ; Sinar Baru Algesindo,2005) hlm. 164 17 Rollo May, Seni Konseling (Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, 2003, terj: Darmin Ahmad dan Afifah Inayanti), hlm. 215
13
aspeknya dan dihubungkan dengan fungsi kejiwaan manusia akan lebih jelas bahwa agama sebagai keseluruhan : a.
Kehidupan atau pengalaman dunia – dalam seseorang tentang keTuhanan
yang berhubungan erat dengan fungsi finalis (motivasi dan
emosi atau afektif dan konaktif). b. Keimanan yang berhubungan erat dengan fungsi kognitif. c. Peribadatan yang berhubungan erat dengan sikap dan fungsi motorik sebagai pelaksanaan dan realisasi kehidupan dunia-dalam seseorang.18 Hal ini dapat memberikan makna prasyarat esensial bahwa untuk peristiwa – peristiwa neurosis, atau terapi yang dilakukan psikoterapis memberikan keyakinan dalam diri bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar dari pada kekuatan diri seseorang, apapun bentuk keyakinan ini. Adanya keyainan ini akan membuat adanya kekuatan penyembuhan di luar diri seseorang, sebuah kekuatan yang tidak egosentris. 2. Komponen - Komponen Dalam Psikoterapi Agama. Asas Konseling Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan psikoterapi agama sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas – asas berikut : a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang klien yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini terapis berkewajiban penuh memelihara
18 Ahyadi, Op.cit, hlm. 165
14
dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin. b. Asas kesukarelaan, yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan klien mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini terapis berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut. c. Asas keterbukaan, yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpurapura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini terapis berkewajiban mengembangkan keterbukaan klien. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri klien yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar klien dapat terbuka, terapis terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. d. Asas kegiatan, yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran terapi berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan terapi. Dalam hal ini terapis perlu mendorong klien untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan terapi yang diperuntukan baginya. e.
Asas kemandirian, yaitu asas terapi yang menunjuk pada tujuan umum psikoterapi, yakni: klien sebagai sasaran pelayanan terapi 15
diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Terapis hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan terapi yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian klien. f. Asas Kekinian, yaitu asas yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan terapi ialah permasalahan klien dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang. g. Asas Kedinamisan, yaitu asas yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. h. Asas Keterpaduan, yaitu yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan terapi, baik yang dilakukan oleh terapis maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara terapis dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan terapi perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap psikoterapi itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. i. Asas Keharmonisan, yaitu asas yang menghendaki agar segenap psikoterapi didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai 16
dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah
pelayanan
dipertanggungjawabkan
atau
kegiatan
apabila
isi
psikoterapi dan
yang
dapat
pelaksanaannya
tidak
berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan psikoterapi justru harus dapat meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut. j. Asas Keahlian, yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan psikoterapi diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan terapi hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang psikoterapi. Keprofesionalan psikoterapis harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan terapi maupun dalam penegakan kode etik psikoterapi. k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas yang menghendaki agar pihakpihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan terapi secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Psikoterapis dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, terapis lain, atau ahli lain ; dan demikian pula psikoterapis dapat mengalihtangankan kasus kepada
17
terapis lain.19 Klien Klien dalam status sebagai salah satu pelayanan dalam psikoterapi merupakan komponen yang penting karena yang tengah menghadapi masalah. Membahas masalah klien berarti membahas masalah manusia dengan masalahnya dan sebagai esensi manusia tersebut. Terlepas dari apakah para klien mendatangi terapi untuk menyembuhkan suatu gangguan atau untuk meningkatkan kualitas kehidupan pribadi mereka. Lalu apa sesungguhnya cirri – cirri para klien yang berhasil? Truax and Cackhuff (1967) menyebutkan tipe klien yang paling mungkin memperoleh manfaat dari konseling atau psikoterapi sebagai berikut: 1. Individu
memiliki
taraf
gangguan
batin
yang
tinggi,
tetapi
menunjukkan taraf gangguan tingkah laku yang rendah. 2. Memperlihatkan taraf kesediaan yang tinggi untuk berubah dan memiliki pengharapan yang positif atas perbaikan pribadi. 3.
Terlibat dalam eksplorasi diri yang dalam dan ekstensif.20
Konselor /Terapis
19 Akhmad Sudrajat.wordpress.com/2008/04.Fungsi Prinsip dan asas Bimbingan dan konseling 20 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Piskoterapi, (Bandung; Refika Aditama, 2005, terj. E. Koeswara), hlm. 336.
18
Yalom mengemukakan bahwa terdapat tiga tugas fundamental seorang terapis kelompok, yaitu: (1) menciptakan dan memelihara kelompok, (2) membangun budaya kelompok, dan (3) activasi dan iluminasi “here-and-now”. Tetapi dalam bab ini hanya akan dibahas tugas membangun budaya kelompok.21 Metode Terapi Metode terapi yang dipergunakan dalam psikoterapi agama adalah sesuai dengan pemikiran dalam psikoterapi transpersonal karena adanya keterkaitan intersubjective namun terdapat sedikit modifikasi dari terapi agama. Adapun teknik – teknik kesadaran yang digunakan adalah terapi meditasai, terapi musik, visualisasi, letting go, dan spiritual bibliotherapy. Dalam metode terapi keterlibatan emosi dan perasaan serta letting go, adanya penilaian merupakan hal yang sangat membantu dalam proses terapi. Karakteristik Metode Psikoterapi Agama a. Masalah Keyakinan Dalam
konseling
psikoterapi
sangat
menjunjung
tinggi
keyakinan apalagi psikoterai agama. Keyakinan ini adalah keyakinan keagamaan dan keyakinan ini oleh terapis disikapi yaitu dengan kode etik netralitas, yang ada 2 tafsir : 1) Konselor mengerti nilainya sendiri dan nilai klien tetapi dia
21 Didi Tarsidi.(2008). Counseling and Blindness_ Teori dan Praktek Psikoterapi Kelompok.html
19
menolak menyampaikan nilai – nilainya kepada klien, dan klien sendiri yang menilai dirinya sendiri. 2) Konselor menahan diri supaya tidak memberi pertimbangan moral secara terburu – buru terhadap apa yang dibayangkan atau yang dipikirka, kecuali jika berbahaya bagi klien, orang lain, atau kebahagiaannya,
barulah
konselor
menunjukkan
ketidaksetujuannya.22 b. Masalah Moral (Nilai) Suatu sesi psikoterapi akan menjadi janggal apabila masalah moral terabaikan. Hal ini disebabkan moral adalah penunjukkan perilaku yang sesungguhnya dari kesembuhan sebuah sesi psikoterapi agama karena moral inilah yang akan menjadikan kebaikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Adapun dalam psikoterapi agama moral sangat memperhatikan beberapa hal yaitu : 1)
Individualitas kreatif dalam moral
2)
Struktur moralitas
3)
Dorongan – dorongan konstruktif23 Ketiga hal tersebut akan menjadi acuan dalam penyembuhan
bagi klien dalam masalah moral karena akan membangun kembali jiwa klien yang tengah jatuh untuk kembali ke dalam kehidupannya yang normal. 22 Latipun, psikologi Konseling, (Malang; UMM Press, 2005), hlm. 203. 23 Rollo May, Seni Konseling, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2003, terj. Darmin Ahmad dan Afifah Inayati), hlm. 188 – 201.
20
c. Masalah Spiritual Spiritual akhir – akhir ini menjadi topik yang hangat untuk dijadikan bahan terapi sehingga semakin mengukuhkan keberadaan psikoterapi agama dalam dunia psikoterapi. Interaksi seperti ini dibahas oleh Jones yang menyebut ada tiga model interaksi antara psikoterapi dengan spiritualitas : (1) Kritis-evaluatis, yaitu memberikan keterangan tentang tidak bertentangannya antara praktek terapi dengan keyakinan agamanya, jadi disini psikoterapi sangat menghormati keberadaan dan mau diletakkan di awah mikroskop agama; (2) Konstruktif. Spiritualitas agama membantu terapis maupun klien untuk melihat dunia dengan cara yang baru yang lebih membangun daripada sebelum terdapat terapi; (3) Dialogis dan dialektis.
Disini, psikologi tidak memaksa
agama mengikuti jalan yang dikehendakinya, sebaliknya agama tidak memaksa sains untuk tunduk pada kehendaknya. Agama harus membantu psikoeterapi dalam perspektif yang berbeda, begitu juga sebaliknya.24 d. Masalah Ritual Tujuan pokok praktek psikoterapi adalah kemauan diri klien dalam menunjukkan siapa dirinya yang sesungguhnya sehingga membuat proses terapi menjadi lebih mudah dan efektif sekaligus tercapainya pengaruh yang signifikan terhadap diri klien. Adapun hal itu tidak lain adalah bentuk dari ritual dalam agama. Bentuk ritual 24 www.Kidung Peziarah.htm.Ref Ciri Khas Metode Psikoterapi\Masalah Spiritual Dalam Psikoterapi\Kejiwaan.
21
dalam psikoterapi agama akan sangat menonjol dalam entuk yaitu apa yang disebut sebagai ritual pengungkapan diri. Hal ini sebagai bentuk penyembuhan dari menahan atau menekan pikiran dan perasaan yang menjadi kebiasaan sehingga merupakan pekerjaan yang melelahkan. Dengan berjalannya waktu, tekanan ini lambat laun akan melemahkan system pertahanan tubuh manusia. Oleh karena itulah pengungkapan diri merupakan ritual yang harus dijalani sebagai upaya penyembuhan bagi klien 3.
Metodologi Kerja Psikoterapi Agama a.
Pendekatan Dalam Psikoterapi Agama Pemakaian pendekatan dalam psikoterapi agama tidaklah menggunakan pendekatan tertentu melainkan dengan berbagai pendekatan yang ada dalam teknik – teknik pendekatan dalam psikologi dan psikoterapi hanya saja ditambahkan dengan unsur – unsur spiritual dalam penanganannya. Penggunaan pendekatan disesuaikan dengan keadaan klien.
b.
Metode Psikoterapi Agama Metode dalam psikoterapi agama memiliki 2 indikasi yang harus dipenuhi sebagai bukti kelayakan untuk disebut sebagai metode psikoterapi agama yaitu bernuansa ilmiah yang religius. Adapun kedua metode tersebut adalah : 1) Metode Ilmiah
22
Metode yang dipakai pada pengumpulan data dalam lapangan psikologis atau penelitian ilmiah ada lima macam, yakni : a) Observasi, yaitu aktifitas mengamati aktifitas individu baik secara langsung si pengamat ikut serta dalam kegiatan yang dialkukan oleh subyek yang diamati atau diselidiki (obesrvasi partisipan), atau observer (pengamat/penyelidik) tidak ikut serta dalam kegiatan itu. b) Pengumpulan Bahan – Bahan, yakni dapat berupa alat – alat permainan. Subyek diminta melakukan permainan tertentu dan yang menjadi fokus obesrvasi adalah bagaimana subyek melakukan permainan itu;atau memperhatikan, mengamati hasil karya tulis, seperti puisi, prosa, hasil menggambar (melukis), tulisan tangan. c) Biografis, yaitu meneliti dan mengamati tulisan – tulisan mengenai kehidupan subyek yang diteliti atau diselidiki, baik tulisan itu ditulis oleh subyek sendiri atau orang lain, seperti biografi, otobiografi, buku harian, kenang – kenangan masa muda dan case history. d) Angket, yaitu pengamatan, penyelidikan atau penelitian melalui jawaban dan isian dari daftar pertanyaan yang harus dijawab, atau daftar isian yang harus diisi yang berdasarkan pada sejumlah subyek. e) Wawancara, yaitu suatu metode tanya jawab secara langsung
23
antara observer dan subyek yang diobserver. f) Tes
Psikologis,
yaitu
metode
yang
dilakukan
dengan
menggunakan pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah – perintah yang harus dijalankan25. 2) Metode Kenabian Metode kenabian dapat pula disebut metode Prophetik, yaitu metode yang terdiri dari potensi rububiyyah dan uluhiyyah yang terpaut sangat erat dengan hubungan spesifik kepada Allah dan para malaikat khususnya Malaikat Jibril yang memiliki spesifikasi tugas menurunkan wahyu, ilham, hidayah dan irsyad. Sehubungan dengan proses menjalankan tugas yang amat steril dari gangguan dan tipu daya syatan dan iblis maka beliau memiliki empat eksistensi, yaitu Ruhul Amr, Ruhul Amin, Ruhul Qudus dan Ruhul 'Alim. Pertama : ( Metode Mimpi ) Petunjuk – petuntuk tentang adanya kebenaran mimpi yang dapat dijadikan sebagai sebuah metode untuk memperoleh informasi tentang kondisi dari esensi dan keberadaan seseorang yang berkaitan dengan kejiwaan dan bagian dalam dirinya. Kedua : Metode Ilham, yaitu sebuah metode untuk mengetahui suatu keadaan atau kondisi dengan melalui bisikan 25M. Hamdani Bakran Adz Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru:2004),hlm, 135-136. Beberapa metode di atas ini adalah metode – metode penelitian psikologi yang sering dan selalu digunakan dalam psikodiagnostik.
24
yang berupa kata – kata saja atau kata disertai dengan gambaran yang terlintas di depan mata secara lahir atau secara batin. Ilham ini, ia datang saat tertidur dan saat terjaga. Dan biasanya ilham itu berfungsi memberikan petunjuk, jalan dan bimbingan secara tiba – tiba atau melalui perenungan yang dalam. Ketiga : Metode Kasysyaf, yaitu suatu metode memahami subyek atau obyek dengan melihat aspek yang tersembunyi dari manusia; ia bersifat lembut, ghaib dan hakiki. Dan metode ini hanya dapat dilakukan oleh orang – orang yang telah memiliki tingkat ruhaniyah yang tinggi dan sangat dekat dengan Rabbnya26. c.
Teknik Psikoterapi Agama Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya. James P. Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Seecara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental
26Ibid, hlm 136 - 174
25
atau pada kesulitan – kesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau teman. Pada pengertian di atas, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga dapat digunakan
untuk
membantu, mempertahankan dan mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Tugas utama psikiater adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, boleh jadi psikiater yang dimaksudkan di sini adalah para guru, orang tua, saudara dan teman dekat yang biasa digunakan sebagai tempat curahan hati serta memberi nasehat – nasehat kehidupan yang baik. Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal – usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan
psikoterapi
(penyembuhan),
juga
selain
digunakan
berfungsi
untuk
preventif
fungsi kuratif
(pencegahan),
dan
konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga
26
fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha – usaha untuk berkonsultasi pada psikiater tidak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yang sempurna. Pengetahuan tentang psikoterapi sangat berguna untuk (1) membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber – sumber
psikopatologi
dan
kesulitan
penyesuaian
diri,
serta
memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya; (2) membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk – bentuk psikopatologi; (3) membantu penderita dalam menentukan langkah – langkah praktis dan pelaksanaan terapinya. Diakui atau tidak, banyak seseorang yang sebenarnya telah mengidap penyakit jiwa, namun ia tidak sadar akan sakitnya, bahkan ia tidak mengerti dan memahami bagaimana seharusnya yang diperbuat untuk menghilangkan penyakitnya. Karenanya dibutuhkan pengetahuan tentang psikoterapi.27 Setelah mempelajari teks – teks al qur'an, Muhammad Abd AlAziz Al-Khalidi membagi obat (syifa) dengan dua bagian : pertana, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti berobat dengan air, madu, buah – buahan yang disebutkan
27Dalam praktiknya, terapis biasanya cukup fleksible menggunakan teknik yang sesuai dengan kondisi klien – kliennya. Kemampuan melihat situasi klien dan menyinergikan berbagai teknik psikoterapi bergantung pada kreativitas terapis. Perspektif yang luas sangat diperlukan.
27
dalam Al-Qur'an; kedua, obat maknawi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti do'a – do'a dan isi kandungan dalam Al Qur'an. Pembagian dua kategori obat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu, yaitu jasmani dan rohani. Masing – masing substansi ini memiliki sunnah (hukum) tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Kelainan (penyakit) yang terajadi pada aspek jasmani harus ditempuh melalui sunnah pengobatan hissin, bukan dengan dengan sunnah pengobatan maknawi seperti berdo'a. Tanpa menempuh sunnahnya maka kelainan itu tidak akan sembuh. Permasalahan tersebut menjadi lain apabila yang mendapat kelainan itu kepribadian (tingkah laku) manusia. Kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani – rohani). Aspek rohani menjadi esensi kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena kedudukan seperti ini maka kelainan kepribadian manusia tidak akan dapat disembuhkan dengan sunnah pengobatan hissi, melainkan dengan sunnah pengobatan maknawi. Demikian juga, kelainan jasmani seringkali disebabkan oleh kelaian rohani dan cara pengobatannya pun harus dengan sunnah pengobatan maknawi pula.28 H.
Metode Penelitian 1. Bentuk dan Sifat Penelitian
28Http://islamic.xtgem.com/ibnuisafiles/list/nov08/islam_therapy/0021.htm
28
Bentuk penelitian ini adalah berupa kajian pustaka (library research). Kajian pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan. Bahan bacaan mencakup buku-buku teks, jurnal atau majalah-majalah ilmiah dan hasil-hasil penelitian29. Penelitian ini bersifat kualitatif karena uraian datanya bersifat deskriptif, menekankan proses, menganalisa data secara induktif, dan rancangan bersifat sementara.30 2. Analisis Data Dalam melakukan penelitian dan penulisan dalam skripsi ini menggunakan analisis data dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang meliputi proses – proses penyusunan penjelasan atau penafsiran terhadap data yang ada, kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering disebut juga “Metode Analitik”).31 Penulis juga menggunakan metode analisis isi (content analysis) yaitu suatu teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dilakukan secara subjektif dan sistematis.32 Analisis isi juga digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi
komunikasi yang disampaikan
29 M. Pidarta, Studi tentang Landasan Kependidikan, (Jurnal Filsafat, Teori dan Praktik Kependidikan,1999),hlm, 3-4. 30 Bodgan and Biklen, Qualitative Research For Education, (Boston, 1982),hlm. 28-29. 31 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset; 1989), hlm. 42. 32 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya; 2000), hlm. 163. Lihat juga, Klaus Krippendorf, Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta : Rajawali Pers, cet. I ; 1991), hlm. 15. Dalam Content Analysis menampilkan tiga syarat, yaitu objekstifitas, pendekatan tematis, dan generalisasi, lihat Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, cet. VIII ; 1998), hlm. 49.
29
dalam bentuk lambang.33 Dengan demikian analisis di sini ialah melakukan analisis terhadap makna yang terkandung dalam teks, kemudian dilakukan pengelompokan, maupun analisis terhadap makna – makna dari teks tersebut dan selanjutnya disusun secara logis dan sistematis. Dengan metode ini penulis berusaha untuk menelusuri konsep – konsep Psikoterapi agama yaitu Psikoterapi Islam dan Psikoterapi Pastoral, Sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritik, kemudian diimplementasikan bagi pembinaan kesehatan mental. Sementara itu, metode analisisnya non statistic atau analisis kualitatif, dengan menggunakan cara berpikir sebagai berikut : a. Metode induksi, yaitu metode berpikir yang bertolak dari hal – hal yang khusus ke hal yang umum.34 Dalam hal ini adalah penalaran yang bertolak pada konsep – konsep teologis serta implementasinya bagi pembinaan kesehatan mental. Dari sini penulis meneliti dari yang bersifat khusus kemudian ditarik ke dalam suatu kesimpulan yang bersifat umum. b. Metode deduksi, yaitu metode berpikir yang berangkat dari masalah – masalah yang sifatnya umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.35 Dalam hal ini adalah penelaahan yang bertolak pada konsep – konsep teologis serta implementasinya bagi pembinaan kesehatan mental.
33 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosda Karya; 1985), hlm. 108. 34 Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik, (Bandung : Angkasa; 1987), hlm. 139. 35 Sutrisno Hadi, op.cit., hlm. 42.
30
Dari sini penulis meneliti dari yang bersifat umum kemudian ditarik ke dalam suatu kesimpulan yang bersifat khusus. 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian pustaka terbagi menjadi dua, meliputi : Sumber Primer : sumber primer dalam penelitian ini adalah Buku Psikologi Agama karanganProf. Jalaluddin, konseling dan Psikoterapi Islam karangan M. hamdani Bakran Adz Dzakiey dan Tipe – Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral karangan Howard Clinebell serta Konseling krisis (Kehadiran Pastor dalam situasi Krisis) karangan Tjaard And Anne Hommes. Sumber Sekunder : buku – buku atau literatur yang mendukung dan berhubungan dengan Psikoterapi Islam dan Psikoterapi Pastoral dan psikoterapi secara umum 4. Langkah – Langkah Dalam Penulisan Penelitian Pada bab I berisi tentang penegasan judul, latar belakang, rumusan masalah, kegunaan penelitian, telaah pustaka, landasan berpikir dan metode penelitian. Pada bab II akan membahas tentang sejarah dan perkembangan Psikoterapi Islam dan Psikoterapi Pastoral . Pada bab III akan membahas tentang prinsip – prinsip terapi Islam, Metode Kenabian serta penerapan teknik Psikoterapi Islam Pada bab IV akan membahas tentang prinsip – prinsip terapi Pastoral,
31
Metode Injili serta penerapan teknik Psikoterapi Pastoral. Pada bab V akan membahas tentang analisis kedua aliran Psikoterapi dengan menarik persamaan serta perbedaan kedua aliran Pada bab VI berisi tentang kesimpulan bahasan.
32
BAB VI KESIMPULAN
Psikoterapi agama sangat memahami apabila terdapat berbagi pemahaman dan penemuan terbaru serta pembentukan formula yang pas bagi kesembuhan dan penyelesaian masalah klien yang dihadapi. Keragaman pemahaman dalam terapi yang memang berbeda agma dan kepercayaan dalam kehidupan ini adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dihindari. Dapat ditemukan dalam analisis bahwa persamaan diantara keduanya terdapat persamaan yang bersifat umum dan persamaan yang bersifat khusus. Persamaan yang bersifat umum karena kedua terapi bersepakat akan pentingnya agama sebagai pondasi dalam proses pemecahan masalah klien. Persamaan umum tersebut terdapat 3 persamaan yang dominan yaitu : 1. Memandang klien sebagai hamba Tuhan yang membutuhkan Tuhan sebagai penolong dan pelampiasan batin 2. Memandang bahwa sebaik – baik terapi adalah dengan mengikuti agama atau bersumber dengan kitab suci. 3. Memandang bahwa kesembuhan klien adalah prioritas utama. Persamaan khusus juga ada 3 persamaan yang dominan yaitu :
1. Terdapat metode kenabian yaitu dengan cara mengikuti jalannya para Nabi yang mulia dan sahabatnya. 2. Penerapan terapi adalah dengan kesabaran. 3. Penerapan terapi agama adalah penerapan yang paling efektif, efisien dan lebih dapat menancap di hati klien.
248
Persoalan mendasar perbedaan dalam psikoterapi agama adalah dari mana pengambilan sumber tersesbut merupakan suatu ciri khas yang mempunyai akar kuat sebagai pedoman dalam penerapan psikoterapi agama. Metode yang dipergunakan oleh Pskoterapi Pastoral adalah metode hermeneutika dan metode yang digunakan dalam Psikoterapi Islam adalah metode tafsir para ulama yang merujuk pada pemahaman salafus shalih Dengan demikian kedua aliran psikoterapi secara metodologi tidak bisa dipaksakan satu sama lain, apabila “dipaksakan” akan terjadi pertentangan yang sangat jelas. Kontribusi riil dan praktis dalam konseling Kontribusi yang dapat diberikan dalam penelitian ini bagi konseling terdapat beberapa yaitu secara umum dan khusus. Secara umum penelitian ini menghasilkan bentuk pemikiran baru sebagai bentuk pendalaman berpikir bagi para konselor agar lebih giat untuk mengkaji ilmu – ilmu terapi yang belum ditemukan sehingga akan menambah khazanah. Kontribusi yang tampak adalah bagi para terapis agama akan lebih mudah untuk melakukan terapi karena dalam penelitian ini terdapat psikologi yang berorientasi sifat dasar sekaligus bentuk metodologi psikoterapi agama terutama psikoterapi Islam dan psikoterapi Pastoral. Kemudahan tersebut adalah menjadikan para konselor lebih bijak dalam memilih terapi sehingga tujuannya adalah tidak menyingkirkan terapi berbau agama begitu saja dan diganti dengan terapi sekuler. Para terapis psikis diajak untuk merenungkan bahwa terapi agama lebih efektif dalam membentuk suatu metodologi terapi dan menghasilkan klien yang lebih berkualitas dibanding sebelum terapi. Kontribusi yang khusus terutama untuk psikoterapi islam dan Bimbingan dan konseling Islam adalah membuktikan bahwa psikoterapi Islam sudah waktunya bangkit
249
dari keterpurkan. penelitian ini menunjukkan bahwa banyak karya para ulama yang dapat dijadikan sandaran metodologi terapi Islam. Psikoterapi Islam mempunyai bentuk yang baku karena bersumberkan al Qur’an dan as Sunnah menurut pemahaman salafus shalih yang memang telah teruji dalam membentuk karakter dan kejiwaan manusia. Walaupun metodologi yang terdapat dalam penelitian masih umum namun hal itu diharapkan aka nada penelitian tingkat lanjut yang lebih spesifik. Namun hal yang perlu diperhatikan i adalah penerapan metodologi terapi yang ada di penelitian ini dapat menyingkap, memperkuat tauhid, akhlaq dan amal ibadah seseorang sehingga menjadikan klien tersebut berubah semakin lama semakin baik karena memang tujuan dari psikoterapi Islam adalah menjadi Insan Kamil.
250
DAFTAR PUSTAKA
A, Lefevere.. Literary Knowledge: A Polemical and Programmatic Essay on Its Nature, Growth, Relevance and Transmition.( Amsterdam: Van Gorcum, Assen;1977) Abbas, S. Ziyad. Pilihan Hadits politik, Ekonomi dan Sosial. (Jakarta : Pustaka Panjimas: 1991). Adams, Jay "Competent to Counsel", (Grand Rapids: Zondervan, 1970). Adz
Dzaky,
M.
Hamdani
Bakran,
Konseling
dan
Psikoterapi
Islam,(Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru,2004) -----------, Psikologi Kenabian Memahami Eksistensi Motivasi dan Mengingat, (Yogyakarta : Daristy,2006) Ahyadi, Abdul Aziz. Psikologi Agama,(Bandung:Sinar Bintang,1991) -----------------, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. (Bandung: Sinar Baru Algesindo;2005. Albert Ellis, Sex Without Guilt, (New York:Lyle Stuart;1958) Al Furqon. Antara Islam dan Tasawuf. Edisi 12 th. Ke-8 1430/2009. Al Jauziyah, Ibnul Qayyim. Ad Daa’ Waad Dawaa’, Maktabah Daar at Turats, Madinah Al Munawwarah, 1992. Al- Jisr at-Tharabulisi, Sayid Husain Afandi bin Muhammad. Husunul Hamidiyah, (Surabaya: Maktabah Hidayah,tth) Al Khalidy, Muhammad Abdul Aziz. Al Istisyfa’ bil Qur’an, Daar Al – Kutub Al Ilmiyah, Beirut Libanon,1990. Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. Tafsir Juz Amma.(Jakarta :Darul Falah;2007.terj. Drs Asmuni) al
Qardhawi,
Yusuf,
Karakteristik
Islam,terj.
Rofi’
Munawwa,Lc
dan
Tajuddin,(Surabaya : Risalah Gusti, 2000) Andrew R. Fuller, Insight into Value: An Exploration of the Premises of a Phenomenological Psychological (New York: State University of New York Press, 1990), hlm. 140-141.
251
Badri, Malik B.. Dilema Psikolog Muslim. (Jakarta:Pustaka Firdaus;1996.terj. Siti Zainab Luxfiati). Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi Dengan Islam,(Yogyakarta : Yayasan Insan Kamil dengan Pustaka Pelajar,2005). ---------. Psikologi dan Agama: Dengan Logoterapi Sebagai Fokus Telaah. (Jakarta: Yayasan
Paramadina; 1988, seri KKA 02/Tahun II ).
----------. Menelusuri Pola-pola Kesehaun Mental dengan "UU No. 3 Tahun 1966 tentang Kesehatan Mental" sebagai Fokus Telaah, makalab S-2, Fakultas Psikologi Ul, Jakarta, 1986. Bakker, Anton, Ontologi atau Metafisika Umum (Yogyakarta: Kanisius, 1992). Bdk. Waligereja Regio Nusa Tenggara, Katekismus Gereja Katolik, diterjemahkan oleh Herman Embuiru (Ende: Arnoldus, 1998). Boeree, .C. George Sejarah Psikolog Dari Masa Keahiran Samai Masa Moderni,terj. Abdul Qadir Shaleh (Yogyakarta:Prismasophie,2005) Bodgan and Biklen, Qualitative Research For Education, (Boston, 1982). C.G. Jung. Two Easyis On Analytical Psychology, yang memuat “On the Psychology of The
Unconscious” dan “ The Relation Between The
Ego and The Unconscious” (New York; 1956). Chaplin, C.P., Kamus Psikologi, terj. Kartini Kartono,(Jakarta:PT. Grafindo Persada,1995,) Clinebell, Howard, Tipe – Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral,terj. Pdt. B.H. Nababan,DPS, Konseling Krisis Kehadiran Pastor Dalam Situasi Krisis (Yogyakarta : Kanisius,2002) Corey, Gerald, Konseling dan Psikoterapi,terj. E. Koeswara (Bandung: PT. Refika Aditama:2005 ) Crumbauh, James C. Everthing to gain : A guide to self fulillment through Logoanalysis. (Chicago: Nelson-Hall Company;1973). Darajat, Zakiah, Kesehatan Mental : Peranannya dalam Pendidikan dan Pengajaran, Pidato Pengukuhan Sebagai gurubesar IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1984. ----------. Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta: Bulan Bintang;1970). 252
Dahlan, M.D.
Latihan Ketrampilan Konseling Seni Memberikan Bantuan.
(Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi;1987) Deedat, Ahmed. The Choice Dialog Islam – Kristen. (Jakarta Timur : Pustaka Al Kautsar ; 2008) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1989) Drever, James, Kamus Psikologi, (Jakarta : PT. Bina Aksara,1986) Dokpen KWI, Piagam bagi Pelayan Kesehatan, nota 102 Eagleton, T. 1983. Literary Theory: An Introduction. London: Basil Blackwell ; 1983 ) Echol, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta : PT. Gramedia,1989) ED. Bukley.
Mengapa Orang Kristen Tidak Boleh Mempercayai Psikologi.
(Bandung : Cipta Olah Pustaka ; 2005. terj. Anita Elisabeth).hlm. 311
Freud, Sigmund, Peradaban Dan Kekecewaan Manusia, terj. Sudarmaji , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2007) Frankl, Viktor, Psychotherapy and Existentialsm, New York, Simon a Schluster, 1967. Fromm, Erich. Manusia Bagi Dirinya. (Jakarta : Akademika; 1988). G. Allport. The Individual and His Religion. (New York: Macmillan; 1953) G.B , Madison.
The Hermeneutics of Postmodernity: Figures and Themes.
(Bloomington and Indianapolis: Indiana University Press ; 1988) Gunarsa, Singgih D., Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 1992) Gonzales Nadeak, Bioetika, (Pematangsiantar: STFT St. Yohanes, [tanpa tahun terbit]), (diktat). Konsili Vatikan II, Konstitusi Pastoral ‘Gaudium et Spes’, no 14, dalam Dokumen Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, 253
(Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1998). Selanjutnya akan disingkat dengan GS dan disertai dengan nomor. Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat I (Yogyakarta: Kanisius, 1980) Hartman, H., Psychoanalisis and Moral Values, (New York : International Universitas press, Inc.;1960 Harper, Robert A., Psycoanalysis and Psychotherapy-36 Systems, Englewood Cliffs (New York: Prentice-Hall,Inc.;1959 Hoffman,J.C., Peran Moral Dalam Pendampingan. (Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta;2006) Imam nawawi Ad dimasyq, Riyadh Ash- Shalihin, Daar Al Fikr, Beirut,1992. Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta :Raja Grafindo Persada; 2004). James, The Will to Believe, dikutip dari Theo Huijbers, Mencari Allah: Pengantar ke dalam Filsafat Ketuhanan (Yogyakarta: Kanisius, 1992) K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993) -------------, Filsafat Barat Abad XX, jilid I (Jakarta: Gramedia, 1983). Kartono, Kartini dan Dali Gulo, Kamus Psikologi,Pioner Jaya 1987, Bandung Kaswardi, EM. K. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia ; 1993). Latipun. Psikologi Konseling. (Malang; UMM Press: 2005) Lorens, Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996 M. Elliade. Patterns in Comparative Religion.(London:1958). Lihat juga Dr. Nico Syukur Dister. Psikologi Agama. (Yogyakarta: Kanisius;1989) M.J , Valdes. Phenomenological Hermeneutical Hermeneutics and the Study of Literature. (London: University of Toronto Press ; 1987) Max Scheler, Formalism in Ethics and Non-formal Ethics of Values: A New Attempt toward the Foundation of an Ethical Personalism (judul asli: Der Formalismus in der Ethik und die Materiale Wertethik), diterjemahkan oleh Manfred S. Frings, Roger L. Funk (Evanston: Northwestern University Press, 1993) Mc. Guire, Meredith. Religion : The Social Context. (California: Wadworth, Inc. ; 1981). 254
Meier, Paul D. dkk, Pengantar Psikologi Dan Konseling Kristen terj. Johny The, (Yogyakarta :(PBMR) ANDI,2004) Muhyidin, Muhammad, Kecerdasan Jiwa, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2005) Muhyiddin Al Zakaria Yahya dan Syaraf An Nawawi, Al Adzkar, Terjemahan Drs. M. Tarsi Alwi, PT. Al Ma’arif, Bandung, 1984. Muslim, Kitab Al Jumu’ah. Bab “Takhfif Ash Sholat wa Al `Khutbah Munawir,
Ahmad
Warson.
kamus
Arab-Indonesia,(Surabaya:Pustaka
Progresif,1997) Pidarta, M., Studi tentang Landasan Kependidikan, (Jurnal Filsafat, Teori dan Praktik Kependidikan,1999) Piet Go, Hidup dan kesehatan (Malang: STFT Widya Sasana, 1984)
Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. (Jakarta : Kencana, 2004 Shihab, M. Quraish Wawasan Al Qur’an, (Bandung; Mizan, 1995) Solihin,M.
Terapi
Sufistik
Penyembuhan
Penyakit
Kejiwaan
Perspektif
Tasawuf.(Bandung:Pustaka Setia,2004) Solihin, Mukhtar dan Rosihan Anwar, Hakikat Manusia Menggali Potensi Kesadaran Pendidikan Diri dalam Psikologi Islam.(Bandung:Pustaka Setia;2004). Stone, Howard W., Using Behavioral Methods in Pastoral Counselling, (Philadelphia : Fortress Press, 1980). Tafsir, Ahmad,
Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003) Tim
Dosen
Filsafat
Ilmu
Fakultas
Filsafat
UGM,
Filsafat
Ilmu,
(Yogyakarta:Liberty Yogyakarta,2003) Tjaard and Anne Hommes, Konseling Krisis Kehadiran Pastor Dalam Situasi Krisis,(Yogyakarta : Pusat Pastoral, 2000) Wise, Carol A., Pastoral Psychoterapy, (New York : Jason Aronson, 1980) Wojowarsito
dan
W.J.S.
Poerwadaminta,
Kamus
Lengkap
Indonesia,Indonesia-Inggris.(Bandung:Hasta,1982) 255
Inggris-
Imam Bukhari, Shahih Bukhari 2, Daar Al Thibi, Beirut, 1994. Razak, HA dan Rais Lathif, Terjemahan Hadits Sahih Muslim, Pustaka Al Husna, Jakarta, 1980. Saparina, Sadli, "Pengantar dalam Kesehatan Jiwa". dalam buku Pedoman Bimbingan dan Konseling, Badan Konsultasi Mahasiswa UI, Jakarta. 1982. Simon, Rande, Ilmu Budaya Dasar (Pematangsiantar: STFT St. Yohanes, 1995) Sunarto, Achmad dan Syamsuddin Noor. Himpunan Hadits Shahih Bukhari. (Jakarta Timur : Annur Press;2005). Snijders, Adelbert.
Antropologi Filsafat: Manusia, Paradoks dan Seruan
(Yogyakarta: Kanisius, 2004) T. Gilarso , Membangun Keluarga Kristiani: Pembinaan Persiapan Berkeluarga (Yogyakarta: Kanisius, 1996) Whhelis, A., The quest for Identity,(New York: W.W. Norton & Co;1958) William K. Frankena, “Value and Voluation” dalam Paul Edwards (ed.), The Encyclopedia of Philosophy, vol. 7 (New York: Macmillan Publishing Co., Inc. & the Free Press, 1967) Wiliams, Daniel D., The Minister and Cure of Souls,( New York: Harper & Bros ; 1961) Oates, W., The Religius Dimensions of Personality, (New York: Association Press; 1957) Yohanes Paulus II, Veritatis Splendor, no. 48, diterjemahkan oleh J. Hadiwikarta (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI, 1998).
256
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Aminudin Budi Kurniawan
TTL
: Jombang, 13 Mei 1985
Jenis kelamin
: Laki - Laki
Agama
: Islam
Alamat
:
Orang tua
: 1. Matekul 2. Suratin Eko Kurniawati
Pekerjaan Ortu : Pensiunan PNS Alamat
: Jalan Melati No. 10, Ngledok, Mojokrapak, Tembelang, Jombang, Jawa Timur.
Riwayat Pendidikan No 1 2 3 4 5
Pendidikan TK Kartika Ploso, Jombang SDN 1 Rejoagung, Ploso Jombang SLTP N 2 Jombang SMU N 1 Ploso, Jombang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (S1)
Lulus Tahun 1990 1997 2000 2003 2010
Riwayat Organisasi No 1 2
Organisasi Al Ghuroba UII BEM-J BPI
Jabatan Anggota Anggota
257
Tahun 2003 2005