Prospek perbankan dan industri nasional: peluang dan tantangan

“Prospek perbankan dan industri nasional: peluang dan tantangan” Oleh:

Ryan Kiryanto Senior Economist BNI Materi seminar sehari pada tanggal 20 Pebruari 2008 Di Hotel Borobudur, Jakarta

Agenda

Sekilas perekonomian 2007 “Update” sektor finansial 2007 Beberapa tantangan strategis 2008 Peluang & tantangan 2008 Proyeksi ekonomi 2008

Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 2

Perekonomian 2007

Perekonomian Indonesia tumbuh moderat, ditandai oleh beberapa indikator makroekonomi sbb.:

9 9 9 9 9 9 9 9 9

Pertumbuhan ekonomi 6,3% Laju inflasi 6,59% Pertumbuhan kredit 25,5% Kurs Rp/Dolar AS berada di level rata-rata Rp 9.300. Ekspor mencapai 110 miliar dolar AS; dan impor mencapai 70 miliar dolar AS Surplus neraca perdagangan mencapai 40 miliar dolar AS Suku bunga moneter acuan atau BI Rate berada di level 8,25% Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia berada di level 2.800-an Cadangan devisa berada di kisaran 56 miliar dolar AS


Page 3

Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 7 6,32 6 5,13

5,60

2004

2005

4,88

5

5,50

4,90 4,38

4 3,83 3 2000 Sumber :

2001

2002

2003

2006

2007

Bank Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2007 mencapai 6,32% atau sedikit di atas target pemerintah 6,3%. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan investasi (PMDN dan PMA), yang juga sejalan dengan LDR perbankan yang terus naik hingga 69%. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 4

Surplus perdagangan (1) Perkembangan Ekspor-Impor, 2006-2007

7,54

9,81

10,25 6,26

6,76

6,85

9,52

9,61

9,81 6,26

5,93

9,42

9,71 6,49

5,64

5,44

8,85

9,12 4,66

8,35 5,24

8,32

9,5 5,86

4,49

4,94

8,92

8,72

8,78 5,66

5,62

8,82 5,38

8,48 5,67

8,34 5,06

7,60 4,75

7,45 4,34

4,27

6,00

4,51

7,35

8,00

7,51

10,00

8,89

12,00 USD Miliar

4,00

Ja n06 Fe b06 M ar -0 6 A pr -0 6 M ei -0 6 Ju n06 Ju l-0 6 A gu st -0 7 S ep -0 6 O kt -0 6 N op -0 6 D es -0 6 Ja n07 Fe b07 M ar -0 7 A pr -0 7 M ei -0 7 Ju n07 Ju l-0 7 A gu st -0 7 S ep -0 7 O kt -0 7 N op -0 7

2,00

Ekspor Sumber :

Impor

Bank Indonesia

Nilai ekspor bulanan (rata-rata 9 miliar dolar AS) selalu lebih besar dibandingkan nilai impor bulanan (rata-rata 6 miliar dolar AS), yang menyebabkan terjadinya surplus neraca perdagangan sehingga memperkuat posisi cadangan devisa. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 5

Surplus perdagangan (2) Neraca Perdagangan Indonesia, 2006-November 2007 120

Miliar USD

102,77

100,36

100 80

67,07

60,55 60 40 20 0

2006

Nov-07 Ekspor

Sumber :

Impor

BPS

Diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2007 terdapat surplus neraca perdagangan sebesar 40 miliar dolar AS. Lonjakan nilai ekspor “terbantu” oleh tingginya harga komoditi primer di sektor pertanian & pertambangan. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 6

10 produk andalan kontributor ekspor Nilai Ekspor 2006 & 2007 (Miliar USD) TPT

9,4

Elektronika Produk Hasil Hutan Karet & Produk Karet Sawit/CPO Alas Kaki Komponen KBM Udang Kakao Kopi

Sumber :

4,80

5,50 5,80

1,80 1,60 1,50 1,20 1,20 1,10 1,00 0,90 0,70 0,60

8,20 7,90 8,50 7,80 8,20

Peningkatan 2006 & 2007 10,10

(%)

6,59 9,79 2,50 -10,15 8,27 10,85 48,83 54,42 20,40 28,26 10,41 11,99 19,96 20,00 8,43 14,16 21,03 28,00 10,86 16,67

Departemen Perindustrian

Terdapat 10 produk unggulan penyumbang ekspor yang setara dengan 51,6% dari total ekspor. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 7

Ekspor non migas per negara tujuan Perkembangan Ekspor non Migas per Negara Tujuan Dalam Juta USD Share Tahun Negara 2005 2006 Q3-2007 (%) Jepang 9,562 1 2,1 99 1 0,261 1 5.1 9 Amerika Serikat 9,508 1 0,682 8,380 1 2.41 Singapura 7 ,069 7 ,824 6,805 1 0.08 R.R China 3,960 5,467 4,7 87 7 .09 Malay sia 3,309 3,7 90 3,31 6 4.91 Korea Selatan 2,595 3,41 5 2,859 4.23 India 2,865 3,327 3,204 4.7 4 Belanda 2,233 2,51 8 1 ,836 2.7 2 Taiwan 1 ,7 86 2,285 1 ,7 81 2.64 Thailand 1 ,91 7 2,054 1 ,940 2.87 Lainny a 21 ,624 26,028 22,362 33.1 2 Total 66,428 7 9,589 67 ,531 1 00.00 Sumber :

Share Ekspor Non Migas per Negara Tujuan, Q3 2007 (%)

Jepang; 15,19

Lainnya; 50,32

Amerika ; 12,41

Malaysia; 4,91

RR. China; 7,09

Singapura; 10,08

Departemen Perdagangan

Terdapat 3 (tiga) negara sebagai negara tujuan utama ekspor (Jepang, AS, Singapura) Posisi bisa berubah menyusul perlambatan ekonomi AS.


Page 8

Impor non migas per negara asal Perkembangan Impor non Migas per Negara A sal Dalam Juta USD Share Tahun Negara 2005 2006 Q3-2007 (%) R.R China 4,551 5,502 5,853 1 5.20 Jepang 6,892 5,488 4,645 1 2.1 0 Amerika Serikat 3,81 1 3,968 3,403 8.84 Singapura 2,937 3,7 33 2,909 7 .55 Thailand 3,082 2,962 3,1 28 8.1 2 Australia 2,246 2,680 2,1 05 5.47 Korea Selatan 1 ,685 1 ,7 00 1 ,544 4.01 Malay sia 1 ,385 1 ,605 1 ,57 9 4.1 0 Jerman 1 ,7 7 8 1 ,453 1 ,456 3.7 5 India 990 1 ,31 2 1 ,1 7 1 3.04 Lainny a 1 0,886 1 1 ,7 00 1 0,7 1 4 27 .82 Total 40,243 42,1 03 38,507 1 00.00 Sumber :

Share Ekspor Non Migas per Negara Tujuan, Q3 2007 (%)

RR. China; 15,2 Jepang; 12,11

Lainnya; 48,18

Amerika; 8,84 Thailand; 8,12

Singapura; 7,55

Departemen Perdagangan

Terdapat 3 (tiga) negara sebagai negara asal produk impor (China, Jepang, AS) Posisi bisa berubah menyusul perlambatan ekonomi AS. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 9

Persetujuan dan realisasi PMDN, 2001-2007 Perkembangan Investasi PMDN,2001-2007 (Rp Miliar) 188.876

200.000

162.767

175.000 150.000 125.000 100.000 75.000

60.002

55.832

50.577

44.802

50.000

30.665

26.301 25.000

9.891

12.500

12.247

15.409

34.879 20.788

0

2001

2002

2003 Persetujuan

Sumber :

2004

2005

2006

2007

Realisasi

BKPM

Dalam dua tahun terakhir (2006-2007) nilai persetujuan PMDN meningkat tajam, namun sayangnya realisasinya masih jauh di bawah angka persetujuan. Nilai realisasi PMDN tahun 2007 adalah yang tertinggi sejak tahun 2001. Realisasi investasi PMDN tersebut memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi (6,3%). Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 10

Persetujuan dan realisasi PMA, 2001-2007 Perkembangan Investasi PMA,2001-2007 (Juta USD) 50.000 45.000

40.146 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000

16.375

14.301

15.000

10.470

9.991

10.000

3.509

5.000

3.083

15.659

13.636

5.445

10.350

8.917 5.977

4.572

0

2001

2002

2003 Persetujuan

Sumber :

2004

2005

2006

2007

Realisasi

BKPM

Nilai persetujuan PMA tahun 2007 meningkat tajam, bahkan tertinggi sejak tahun 2001. Namun sayangnya realisasinya masih jauh di bawah angka persetujuan. Nilai realisasi PMA tahun 2007 adalah yang tertinggi sejak tahun 2001. Realisasi investasi PMA tersebut memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi (6,3%). Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 11

Low Quality-Sectoral growth rate Low quality-Sectoral growth rate (2000 bas e year, yoy growth rare, %)

Keterangan Tradable Agriculture Mining & Quarrying Manufacturing Non-Tradable Electricity, Gas & Water Construction Trade, Hotel & Rest Transport & Comm. Finance Services GDP Sumber :

2005 3,5 2,5 1,6 4,6 8,0 6,5 7,3 8,6 13,0 7,1 5,2 5,6

2006 3,7 3,0 2,2 4,6 7,4 5,9 9,0 6,1 13,6 5,7 6,2 5,5

Q1-07 3,9 (0,5) 5,6 5,4 8,3 5,2 9,3 8,5 11,1 7,1 7,0 6,0

Q2-07 4,2 2,4 3,4 5,5 8,5 10,5 7,8 8,3 11,9 7,7 7,1 6,3

Q3-07 5,2 8,9 1,8 4,5 7,9 11,7 7,5 6,9 12,5 8,0 5,7 6,5

Share 52,7 15,3 10,1 27,3 47,3 0,9 7,5 14,7 6,5 7,7 10,0 100,0

BPS

Sektor tradable masih memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan sektor nontradable.


Page 12

Share per sektor terhadap PDB Share PDB per Sektor, Q3 2007 (%) Keuangan; 7,7

Jasa-jasa; 10

Pertambangan; 10,1

Pengangkutan & Komunikasi; 6,5

Perdagangan, Hotel & Rest; 14,7 Konstruksi; 7,5

Sumber :

Pertanian; 15,3

Listrik, Gas & Air; 0,9

Industri Pengolahan; 27,3

Bapepam-LK, BEI

Terdapat 3 (tiga) sektor “andalan” penopang PDB, yaitu sektor industri pengolahan; pertanian; dan perdagangan, hotel dan restoran.


Page 13

Proyeksi ekonomi 2008

Perekonomian Indonesia 2008 diperkirakan akan sedikit lebih baik dari 2007, ditandai oleh beberapa indikator makroekonomi sbb.:

9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

Pertumbuhan ekonomi 6,4% (cf Revisi Pemerintah RI) Laju inflasi 6% plus minus 1% (5%-7%); versi pemerintah 6,5% Pertumbuhan kredit 22%-26% Kurs Rp/Dolar AS berada di level rata-rata Rp 9.300-Rp 9.600. Lifting minyak 960 ribu barel per hari (revisi asumsi APBN 2008) Harga minyak mentah dunia 83 dolar AS per barel (revisi asumsi APBN 2008) Ekspor mencapai 120-130 miliar dolar AS; impor mencapai 70-80 dolar AS Surplus neraca perdagangan mencapai 40-50 miliar dolar AS Suku bunga moneter acuan atau BI Rate berada di level 7,5%-8,0% Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berada di level 2.800-3.000 Cadangan devisa berada di kisaran 70 miliar dolar AS


Page 14

“Update” sektor finansial per Januari 2008 (1)

Di sisi moneter-perbankan, sebenarnya sudah terjadi kemajuan yang besar, terutama dari tren suku bunga yang terus menurun. Suku bunga benchmark BI rate 8,0%, yang menyebabkan suku bunga simpanan (deposit rate) 5-7% dan suku bunga kredit (lending rate) 11-13%, merupakan level yang sudah jauh lebih rendah daripada situasi sebelum krisis 1997-1998. Dari sisi mobilisasi dana masyarakat (dana pihak ketiga), sektor perbankan nasional telah berhasil menghimpun dana hampir Rp 1.500 triliun, yang mengindikasikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan yang semakin tinggi. Pertumbuhan kredit yang pesat di triwulan IV/2007 mendororong pencapain total kredit diberikan mencapai Rp 1.045 triliun, level tertinggi sejak krisis ekonomi 1997/98. Ekspansi kredit bisa ditingkatkan apabila sejumlah kendala di sektor riil, seperti keraguan investor dalam membangunan proyek infrastruktur, birokrasi, otonomi daerah, dll, dapat segera diatasi.


Page 15

“Update” sektor finansial Januari 2008 (2)

Industri perbankan terus berkembang dan dipercayai masyarakat, di tengahtengah maraknya sektor finansial non-bank (pasar modal, asuransi, dan lembaga-lembaga keuangan lain), yang ditunjukkan oleh aset total (total assets) yang terus naik, hingga kini melebihi Rp 1.800 triliun. Tantangan terbesar tetap pada upaya menaikkan LDR, agar dapat mendukung investasi, mendorong perekonomian, dan menciptakan lapangan pekerjaan. Bagi bank-bank BUMN, implementasi PP 33/2006 yang membolehkan hair cut terhadap kredit macet, sehingga mendapat kesempatan perlakuan terhadap bank-bank swasta (kesamaan level of playing field) masih sangat ditunggu. Sudah tampak kemajuan ke arah implementasinya, namun diperkirakan baru benar-benar terealisasi pada 2008.


Page 16

Perkembangan kinerja perbankan nasional N o

Items

1

Penghimpunan Dana

2

Penyaluran kredit

3

Asset

4

Permodalan

5

Kinerja 1

Sumber :

Jun 2007

Jul 2007

Aug 2007

Sep 2007

1,454.00

1,503.20

1,529.50

1,544.80

1,566.50

855.40

865.60

904.10

915.60

936.80

956.70

1,713.10

1,720.90

1,770.80

1,801.10

1,820.40

1,850.50

145.70

142.60

139.90

141.60

149.00

152.40

57.70

58.00

57.50

59.20

59.10

55.00

6.70

6.70

6.40

6.50

6.30

5.80

16.50

21.20

25.20

29.10

33.27

37.28

a Operasional

9.70

14.90

18.10

21.50

24.31

26.68

b Non Operasional

6.80

6.30

7.10

7.60

8.96

10.60

Net Interest Margin

7.80

8.00

7.70

8.70

8.00

8.10

Non Performing Loan b Ratio terhadap total kredit (%)

3

May 2007

1,449.30

a Nilai

2

Apr 2007

Laba/Rugi

Bank Indonesia


Page 17

Perkembangan kredit UMKM Perkembangan kredit UMKM (Rp triliun) Kelompok Bank

2002

2003

2004

2005

2006

Juni 2007

Bank Persero

61,41

77,54

99,01

122,19

144,94

151,61

BPD

20,45

27,04

34,70

42,46

52,86

62,24

Bank Swasta

68,59

92,61

127,44

176,42

195,33

210,55

Bank Asing & Camp.

10,52

9,9

9,94

13,84

17,32

18,39

160,97

207,09

271,09

354,91

410,44

442,78

Jumlah Sumber :

Bank Indonesia


Page 18

0

Sumber :

Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa Bank Indonesia

Posisi BI rate menunjukkan penurunan cukup signifikan. Terhadap Fed Rate, terdapat selisih sebesar 500 bps (5%).

Page 19

3,00

3,50

4

Peb-08

Jan-08

4,25

4,50

4,50

4,75

5,25

5,25

5,25

5,25

5,25

5,25

5,25

5,25 9,25

8,25

8,25

8,25

8,25

8,25

8,50

8,75

8,00

8,00

10,25

9,50

9,00

11,25 10,75

9,75

9,00

8,00

8

Des-07

Nop-07

Okt-07

Sep-07

Agust-07

Jul-07

Jun-07

Mei-07

Apr-07

Mar-07

Feb-07

Jan-07

5,25

5,25

5,25

10

Des-06

Nop-06

Okt-06

5,25

5,25

12,25 11,75

12

Sep-06

Agust-06

5,25

6

Jul-06

BI Rate vs Fed Rate

Perkembangan Suku Bunga, 2006-2007

14

2

Dana di SBI Se r t i f i k a t Ba n k I n don e si a 20 0 7 (R p T r i l i u n )

350

312,79 300

295,00 239,60

250

221,10 219,70

201,10 200

202,10

205,10

150

100 Juni

Juli

Agst

S ept

Okt

Nop

Des

17-Jan08

Sumber :

Bank Indonesia

Penempatan dana di SBI terus meningkat, mencapai Rp 312 triliun (17/1/2008). Tingginya dana di SBI mengindikasikan perbankan mengalami ekses likuditas karena perbankan masih dihadapkan pada kesulitan dalam menyalurkan kredit. Tingginya SBI juga disebabkan tingkat imbal hasil yang “menarik” bagi bankbank, yakni 8%. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 20

“Outstanding” kredit (1) OUTSTANDING of CREDITS of COMMERCIAL BANKSh BY ECONOMIC SECTOR (Billions of Rp) Perio d

Agricul ture

Mining

Manufact uring

Trade

Service

Electric ity

Construc tion

Gas, Water

Industry

Transp ort.

Business

Social

& Comm

Services

Service s

Others

Consum tion

Total

2000

20.004

5.257

110.508

46.236

49.105

5.092

7.194

7.332

26.543

2.944

11.727

40.260

283.097

2001

21.305

3.064

118.657

49.297

52.191

5.062

8.228

7.601

27.744

3.556

12.932

58.597

316.043

2002

22.691

3.901

122.657

66.275

62.669

4.352

9.376

12.585

31.786

4.570

12.879

79.986

371.058

2003

24.573

5.122

123.810

85.112

89.279

4.475

12.543

16.385

44.953

10.923

1.392

111.217

440.505

2004

33.140

7.819

144.917

113.073

108.027

5.986

19.972

17.665

56.357

8.047

1.413

151.081

559.470

2005

37.178

8.127

171.288

135.837

134.839

5.367

26.986

19.829

72.628

10.029

1.689

206.692

695.650

2006

45.180

14.086

184.023

163.443

157.875

7.224

33.088

27.068

78.455

12.040

1.351

226.340

792.298

53.386

20.726

194.683

201.435

195.666

7.723

43.026

33.008

100.462

11.447

1.364

269.917

937.177

Okt 2007


Page 21

“Outstanding” kredit (2) Posisi Oktober 2008 Dari total kredit diberikan sebesar Rp 937 triliun, sebanyak Rp 270 triliun (28,8%) adalah kredit konsumtif. Dengan demikian, masih lebih besar kredit disalurkan ke sektor produktif.

Di luar kredit sektor konsumtif, maka terdapat 3 (tiga) sektor penyerap kredit produktif adalah sebagai berikut: 1. Sektor perdagangan (trade) Î Rp 201 triliun. 2. Sektor jasa (services) Î Rp 196 triliun. 3. Sektor industri manufaktur atau pengolahan Î Rp 195 triliun.

Dengan demikian, sebenarnya perbankan sudah memberikan kontribusi yang baik terhadap dunia usaha (sektor riil) melalui pembiayaan ke sektor perdagangan; jasa; dan industri pengolahan.


Page 22

Kendala penyaluran kredit (1)

Belum kondusifnya kondisi dunia usaha

¾ Belum pesatnya investasi di sektor riil yang antara lain disebabkan belum kondusifnya iklim investasi (realisasi terhadap persetujuan investasi BKPM belum optimal – rata-rata realisasi PMDN ± 25 % dan PMA ± 40% sepanjang 2002 - Maret 2007 ).

¾ Kebijakan yang tumpang tindih & tidak adanya kepastian hukum di dunia

usaha (kebijakan pusat & daerah yang kurang sejalan sehingga menciptakan ekonomi biaya tinggi; kebijakan investasi yang belum diikuti dengan peraturan pelaksanaannya). Tingkat risiko dunia usaha dan struktur pendanaan masih tinggi ¾ Sebagian besar komoditas unggulan masih memiliki risiko industri yang relatif tinggi (versi risk management bank) antara lain disebabkan kondisi perburuhan, risiko pasar internasional (a.l. persaingan pasca pemberlakuan safeguard terhadap industri TPT). ¾ Pembiayaan jangka panjang terhadap sektor tertentu dengan pendanaan yang sifatnya jangka pendek) Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 23

Kendala penyaluran kredit (2) Masih relatif tingginya suku bunga kredit sehingga penggunaan kredit dunia usaha masih rendah ¾ Tingginya undisbursed loan (pada Juni 2007 mencapai Rp172 triliun). ¾ Perusahaan mencari alternatif pembiayaan luar negeri, menggunakan sumber keuangan sendiri (self financing) atau menerbitkan obligasi yang menjadi tantangan perbankan dalam meningkatkan kinerjanya.

Informasi sektor ekonomi & industri yang terbatas bagi sektor perbankan ¾ Kurang tersedianya infrastruktur perbankan – seperti ketersediaan informasi lengkap dan up to date terhadap sektor ekonomi dan industri yang prospektif & potensial.


Page 24

Beberapa tantangan strategis

Tingkat kemudahan dalam investasi Indeks daya saing usaha Kinerja birokrasi Permasalahan lain di bidang investasi


Page 25

Kemudahan dalam Investasi Kem udahan dalam Melakukan Inv estasi Variabel

Indonesia Malay sia PhilipinaSingapuraThailand Viet nam

Ease of Doing Business Starting Business Dealing With Lisence Employ ing Workers Registering Property Getting Credit Protecting Inv estors Pay ing Tax es Trading A cross Borders Enforcing Contracts Closing Business Sumber :

1 35 1 61 1 31 1 40 1 20 83 60 1 33 60 1 45 1 36

25 71 1 37 38 66 3 4 49 46 81 51

1 26 1 08 113 118 98 1 01 1 51 1 06 63 59 1 47

1 11 8 3 12 7 2 8 4 23 2

18 28 3 46 18 33 33 57 1 03 44 38

1 04 97 25 1 04 34 83 17 0 1 20 75 94 116

World Bank, Doing Business in 2007

Secara rerata keseluruhan, posisi daya saing Indonesia dalam manajemen birokrasi investasi masih lebih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN. yakni 8%. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 26

Business Competitivenes Index (BCI) Business Com petitiv eness Index (BCI) Ranking Negara 2001 2002 2003 2004 2005 Indonesia 57 66 50 53 59 Thailand 39 33 33 35 35 Singapura 10 10 6 12 6 V ietnam 64 61 56 78 77 Malay sia 37 25 24 23 23 India 38 37 37 31 31 China 49 39 46 48 54 Philipina 53 64 72 71 66 Sumber :

2006 35 37 11 82 20 27 64 72

WEF 2006

Indeks daya saing bisnis Indonesia mengalami perbaikan yang cukup signifikan sebagai modal berharga untuk menarik investasi asing. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 27

Level of Bureaucracy in Asia L ev el of Red T ape Negara L ev el Singapura 2,2 Ho ngkong 3,1 Japan 4,6 Korea Selatan 4,9 Taiwan 5 ,5 Thailand 5 ,6 Philipina 6,2 Malay sia 6,4 China 7 ,3 V ietnam 7 ,6 Indonesia 8,2 India 8,9 Sumber :

Revitalisasi birokrasi secara menyeluruh diperlukan untuk meningkatkan daya saing Indonesia.

Keterangan: 0=No Red Tape 10=High Levels of Red Tape

Worl Bank 2005


Page 28

Permasalahan utama investasi di Indonesia Faktor permasalahan utama investasi di Indonesia Ineficient Government Bureaucracy Inadequate Supply of Infrastructure Tax Regulation Corruption Inadequately Educated Workforce Policy Instability Restrictive Labour Regulation Tax Rates Access to Financing Foreign Currency Regulation Crime and Theft Inflation Poor Work Ethic in National Labour Force Government Instability/Coups

0 Sumber :

5

10

15

20

25

WEF 2006

Disamping revitalisasi birokrasi, perbaikan di semua aspek yang terkait dengan investasi juga harus diperbaiki. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 29

Agenda peningkatan daya saing Terus meningkatkan kinerja makroekonomi, politik, legal dan sosial: - “Legal system reform” - “Institutional and policy stability” - Penyederhanaan birokrasi pemerintah (debirokratisasi) - “Social safety net” - Koordinasi struktural antara pemerintah (“public”) & pengusaha (“private”) dalam perumusan kebijakan Meningkatkan atmosfer bisnis yang kondusif: - Infrastructure - Skills - Special Economics Zones (KEK) - Fast track organizations - Improvement for governance (e.g. privatization) Meningkatkan daya tarik terhadap FDI Meningkatkan efektivitas pembangunan regional ASEAN - “Regional economic development agreements” menuju integrasi ekonomi ASEAN 2015 Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 30

Tahun 2008: Beberapa peluang Suku bunga acuan (BI Rate) akan bergerak lebih stabil, memberi peluang bagi perbankan menyesuaikan suku bunga, terutama suku bunga pinjaman.

Sejumlah proyek skala besar atau infrastruktur (kelistrikan; jalan tol; telekomunikasi; perkebunan kelapa sawit, kakao, karet, migas; dan bio-energi akan menjadi leading sectors.

Pemerintah akan all-out mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai target sehingga kebijakan-kebijakan yang bersifat pemberian insentif atau stimulus untuk menggerakkan sektor riil dan investasi terbuka peluangnya untuk disediakan (misalnya tax incentive).

Beberapa produk primer baik migas maupun non migas (batu bara, CPO) yang berorientasi ekspor tetap akan menjadi penyumbang besar surplus sehingga berpeluang memperkuat cadangan devisa.


Page 31

Tahun 2008: Beberapa tantangan Perlambatan ekonomi AS sebagai “pusat keuangan dunia” akibat krisis subprime mortgage dan lonjakan harga minyak berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi global.

Tingkat permintaan ekspor dari AS akan menurun, sementara itu volume beberapa komoditas primer di pasar internasional belum optimal di tengah tingginya harga, sehingga kalangan eksportir Indonesia kehilangan peluang yang baik.

Masih tingginya harga minyak berpotensi mendorong kenaikan inflasi baik dari sisi imported inflation maupun cost pust inflation seiring kenaikan harga barang di dalam negeri. Hal ini disebabkan tingginya permintaan minyak dari “Chindia” (China & India) serta ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Di dalam negeri, pasokan minyak semakin terbatas karena tingkat konsumsi tumbuh lebih cepat.

Perkembangan pasar modal yang bagus bisa menjadi rival sektor perbankan, dan sebaliknya bisa menjadi partner bagi sektor perbankan. Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

Page 32

Proyeksi 2008 Indikator

Proyeksi BNI

Pertumbuhan ekonomi

6,3%-6,60%

Inflasi

6,5%-7,0%

BI rate/SBI 3 bulan

7,5%-8,0%

Kurs rupiah (per US$ 1)

Rp 9.300-9.600

Fed Fund rate (%) Harga minyak dunia (per barrel) Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa

2,5%-3,0% US$ 80 - 90

Pertumbuhan ekonomi 2008 akan sedikit

lebih baik daripada 2007, di kisaran 6,36,6%. Inflasi berpotensi naik menjadi 6,5-7,0% dengan persoalan tipikal masih akan rutin dialami, dan belum dapat diatasi secara signifikan: distribusi barang, infrastruktur lemah, birokrasi. BI rate akan tertahan di kisaran 7,5-8,0% kendati suku bunga internasional bergerak turun dipicu penurunan Fed Fund Rate. Fed Fund rate turununtuk menyelamatkan perekonomian AS dari ancaman resesi, meski hal itu akan berdampak inflationary. Harga minyak dunia akan tetap tinggi, namun perlambatan ekonomi global diharapkan bisa mengoreksi harga, atau setidaknya mengeremnya.

Page 33

Terima kasih


Page 34

Terima kasih

LAMPIRAN


Page 35

Membedakan KPR Konvensional dengan Subprime Mortgage KPR Model Tradisional

KPR Model Sub-prime

Pembeli rumah

Pembeli rumah Broker Mortgage

Membayar cicilan 1

Pinjaman KPR

2

2

Pinjaman Mortgage

Pembayaran

3

Penaksir Nilai Rumah Bank

Bank Penilaian Harga Rumah Pemeriksaan Penghasilan

Badan Pemeringkat 1

Obligasi Mortgage

Pembayaran Obligasi

4

Pasar Obligasi Mortgage 1. Bank menjual Obligasi Mortgage 1. Bank memberikan KPR 2. Pembeli rumah membayar ke bank

2. Bank memberi pinjaman 3. Pembeli rumah membayar ke bank 4. Bank membayar pemilik Obligasi Mortgage


Page 36

Suku bunga dibeberapa negara

Suku bunga di beberapa negara Bunga Bunga Penentuan Negara Patokan Riil* Berikutnya AS 3.00% -1.10% 18/3/2008 Jepang 0.50% -0.20% 14/2/2008 Inggris 5.25% 2.15% 6/3/2008 Uni Eropa 4.00% 0.80% 6/3/2008 Australia 7.00% 4.00% 3/3/2008 Selandia Baru 8.25% 5.05% 5/3/2008 China 7.47% 0.97% n/a Indonesia 8.00% 0.64% 6/3/2008 Filipina 5.00% 0.10% 13/3/2008 Thailand 3.25% -1.05% 27/2/2008 Sumber: Bloomberg Catatan: *) bunga patokan dikurangi inflasi per 8/2/2008 Sumber :

Bloomberg


Page 37

Penerimaan negara dari dividen BUMN Penerimaan Negara dari Dividen BUM N

Rp Miliar 25.000 23.404

Tahun

20.000

2003 2004 2005 2006 2007 2008

15.000

10.000 10.414

5.000

Dividen BUMN 10,414 10,106 10,591 22,322 21,800 23,404

0 2003

Sumber :

2004

2005

2006

2007

2008

Bank Indonesia


Page 38

Ekspor non migas berdasarkan negara tujuan Nilai Ekspor Non Migas I ndonesia Menurut Negara Tujuan (Juta USD) Negara Tujuan 1 Jepang 2 A merika Serikat 3 Singapura 4 China 5 Malay sia 6 Ko rea Selatan 7 Uni Ero pa 8 Taiwan 9 A ustralia To tal 9 Negara Tujuan Lainny a To tal No n Migas Sumber :

20 0 6 1 2,1 98.6 1 0 ,682.5 7 ,824.1 5 ,466.6 3 ,7 89.6 3 ,41 4.6 1 2,0 29.6 2,284.8 1 ,60 3 .6 5 9,294.0 20 ,285 .1 7 9,5 7 9.1

20 0 7 1 3 ,1 0 3 .9 1 1 ,3 3 0 .0 8,90 6.1 6,67 3 .9 4,5 64.8 3 ,7 44.9 1 3 ,295 .2 2,3 3 1 .9 1 ,87 3 .3 65 ,824.0 26,1 1 3 .2 91 ,93 7 .2

BPS


Page 39

Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDB Tabel Kontribusi Sektor Ekonomi dan Sektor Industri terhadap Perekonomian Nasional periode Tahun 2005-2007 Lapangan Usaha 1 Pertanian, Peternakan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri tanpa Migas 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto tanpa Migas Sumber :

2005 13,13 11,14 27,41 4,99 22,42 0,96 7,03 15,56 6,51 8,31 9,96 100,00 88,61

(%) 2006 12,97 10,97 27,54 5,15 22,38 0,91 7,52 15,02 6,94 8,06 10,07 100,00 88,86

2007 13,83 11,14 27,01 4,61 22,40 0,88 7,71 14,93 6,70 7,71 10,09 100,00 89,48

BPS


Page 40

Pertumbuhan sektor industri (1) Tabel Pertumbuhan Sektor Industri Tahun 1994-Tw. III Th 2000 Lapangan Usaha Industri bukan migas 1 Makanan, minuman dan Tembakau 2 Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki 3 Brg. Kayu & Hasil hutan lainnya 4 Kertas dan Barang cetakan 5 Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 6 Semen & Brg, Galian bukan logam 7 Logam Dasar Besi & Baja 8 Alat Angk. Mesin & Peralatannya 9 Barang lainnya Produk Domestik Bruto Tanpa Migas Produk Domestik Bruto Sumber :

1994 13.52 18.83 6.97 5.93 13.91 11.10 19.70 6.49 9.68 12.41 8.19 7.61

1995 13.09 16.51 10.45 3.00 13.53 11.93 20.14 18.65 7.73 8.86 9.14 8.23

1996 11.66 17.16 8.71 3.21 6.85 9.05 10.98 8.04 4.60 9.73 8.41 7.77

(%) 1997 1998 1999 6.11 (13.10) 3.53 12.34 (0.23) 4.65 (3.84) (14.87) 8.50 (2.93) (25.49) (13.55) 8.38 (4.04) 2.29 3.45 (16.01) 10.26 3.51 (29.76) 5.23 (0.52) (26.92) (0.20) (1.05) (52.35) (10.27) 6.84 (36.04) (1.53) 5.07 (14.20) 1.20 4.59 (13.24) 0.61

BPS


Page 41

2000 7.02 3.57 8.04 6.87 2.55 7.15 5.47 13.05 43.53 12.84 5.10 4.82

Pertumbuhan sektor industri (2) Tabel Pertumbuhan Sektor Industri Tahun 2001- 2007 Lapangan Usaha Industri bukan migas 1 Makanan, minuman dan Tembakau 2 Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki 3 Brg. Kayu & Hasil hutan lainnya 4 Kertas dan Barang cetakan 5 Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 6 Semen & Brg, Galian bukan logam 7 Logam Dasar Besi & Baja 8 Alat Angk. Mesin & Peralatannya 9 Barang lainnya Produk Domestik Bruto Tanpa Migas Produk Domestik Bruto Sumber :

2001 4.86 1.07 3.40 0.54 (4.78) 0.50 19.08 (1.00) 17.22 12.64 3.64 4.90

(%) 2002 5.69 0.19 3.23 0.62 5.26 4.73 6.56 (1.28) 18.09 (11.08) 4.50 5.23

2003 5.97 2.69 6.18 1.19 8.41 10.71 7.06 (7.97) 8.88 17.74 4.78 5.69

2004 7.51 1.39 4.06 (2.07) 7.61 9.01 9.53 (2.61) 17.67 12.77 5.03 5.97

2005 5.86 2.75 1.31 (0.92) 2.39 8.77 3.81 (3.70) 12.38 2.61 5.68 6.57

2006 5.27 7.22 1.23 (0.66) 2.09 4.48 0.53 4.73 7.55 3.62 5.48 6.09

2007 5.15 5.05 (3.86) (1.74) 5.79 5.69 3.40 1.69 9.73 (2.82) 6.32 6.92

BPS

Pertumbuhan sektor industri didorong oleh tingginya pertumbuhan dari cabang industri alat angku, mesin dan peralatan (9,73%), kertas dan barang cetakan (8,79%), pupuk kimia 7 barang dari karet (5,69%) serta industri makanan, minuman dan tembakau (5,05%) sedangkan cabang industri yang pertumbuhannya melambat bahkan negatif adalah tekstil, barang kulit dan alas kaki (-3,68%), barang kayu & hasil hutan lainnya (-1,74%), logam dasar baja (1,69%)


Page 42

Kontribusi sektor industri (3) Kontribusi Sektor Industri terhadap PDB Nasional Lapangan Usaha 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri bukan Migas 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Realestate dan Jasa Persh. 9 Jasa-Jasa Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto tanpa Migas Sumber :

2004 14.3% 8.9% 28.1% 4.1% 24.0% 1.0% 6.6% 16.1% 6.2% 8.5% 10.3% 100.0% 90.7%

2005 13.1% 11.1% 27.4% 5.0% 22.4% 1.0% 7.0% 15.6% 6.5% 8.3% 10.0% 100.0% 88.6%

2006 13.0% 11.0% 27.5% 5.2% 22.4% 0.9% 7.5% 15.0% 6.9% 8.1% 10.1% 100.0% 88.9%

2007 13.8% 11.1% 27.0% 4.6% 22.4% 0.9% 7.7% 14.9% 6.7% 7.7% 10.1% 100.0% 89.5%

BPS


Page 43

Penerimaan pajak dalam negeri 2008 Penerimaan Pajak Dalam Negeri 2008 (Rp Triliun) 305,96 297,09

Pajak Penghasilan 41,65 46,74

PPh Migas

264,31 250,36

PPh non Migas 187,63 195,41

PPN 24,16 25,8

PBB 4,85 5,41

BPHTB

44,43 45,72

Cukai

0 Depkeu


20,1

4,9

2,94 3,34

Pajak Lainnya

Sumber :

Subsidi pajak 2008

PSH

50

100

150

200

250

Non PSH

300

350

PSH: Program Stabilisasi Harga

Page 44

Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDB (1) Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDB, 2004

Keuangan, Realestate dan Jasa Persh. 8,5%

Jasa-Jasa 10,3%

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 14,3% Pertambangan dan Penggalian 8,9%

Pengangkutan dan Komunikasi 6,2%

Perdagangan, Hotel dan Restoran 16,1%

Sumber :

Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDB, 2005


Jasa-Jasa 10,0%



Konstruksi 6,6%

Listrik, Gas dan Air Bersih 1,0%

Industri Pengolahan Migas Industri Pengolahan 4,1% non Migas 24,0%


Konstruksi Listrik, Gas dan Air 7,0% Bersih 1,0%


BPS


Page 45

Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDB (2) Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDB, 2006


Jasa-Jasa 10,1%


Sumber :


Jasa-Jasa 10,1%





Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDB, 2007

Konstruksi Listrik, Gas dan Air 7,5% Bersih 0,9%



Konstruksi 7,7% Listrik, Gas dan Air Bersih 0,9%


BPS


Page 46

Prospek perbankan dan industri nasional: peluang dan tantangan

Recommend Documents