Prosiding Teknik Pertambangan
ISSN: 2460-6499
Optimalisasi Sistem Sirkulasi Menggunakan Metoda Trial and Error Pada Perhitungan Diameter Liner Pompa Dalam Kegiatan Reparasi Sumur PGD – 12 Rig PEP#10, Pt. Pertamina EP, Asset 3 Region Jawa, Subang Field 1 1,2,3
Yusuf Solehudin, 2Yunus Ashari dan 3Machali Muchsin
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail:
[email protected]
Abstract. Activities carried out at the location area is wells improvement. The well production which made in 1st of July 2010, has production because of increasing water composition. Under assumstion that wells still have potential in seam C, repair is needed and will be made to bonding and perforation process in interval 1783 to 1785 m. The focus of this study is the optimization of hydraulics tools of circulatoion system, namely the drilling activity on cement bonding and scraping activities to clean circulation. This research use trial and error method for calculate selecting diameter of the pump liner (6.3/4 ", 6.1/2", 6.1/4 ", 6", 5.1/2 ", 5", 4.1/2 ", 4"). In both these activities, the fluid used is brine water as a completion fluid (CF) with SG 1.03 (8.58 PPG). The use of these fluids is appropriate based on the estimated pressure in 2100 (+500) at a depth of 1780 m. In this activity, drill pipe 3-1/2" is used, 550 HP triplex pump type with stroke 8", SPM 100, 90% efficiency. Based on concept of optimization, three parameters are compared to the results of data, that is flow rate (Q), Annular Velocity, and the Reynolds number (NRE), with the conditions of minimum flow rate (DP 3-1 / 2 ") as much as 312.91 GPM, Critical Velocity (DP 3-1 / 2 ") at 317.4 ft / min (annulus 2), and Critical Rate Pump (DP 3-1 / 2") at 351.46 ft / min (annulus 2). Graphical approach produced incision of liner diameter range, i.e. 4-5.4". This is proved by the acquisition of the results using software Maple, that diameter of the liner is assumed to be a function (x) that produces a range of 5.075-5.10 ". Both of these results, it is known that the size of the diameter of 5” could optimize the circulation system, the same as those used in the field so it is not necessary to change the liner size. Key Words : Circulation system, Completion fluid, Liner diameter, Optimization.
Abstrak. Kegiatan yang dilakukan di lokasi adalah perbaikan sumur karena sumur yang dibuat pada tanggal 1 juli 2010 tersebut mengalami penurunan produksi pada lapisan C karena meningkatnya jumlah air. Dengan justifikasi masih adanya potensi pada Lapisan C, maka dilakukan perbaikan bonding dan perforasi pada interval 1783-1785 m. Fokus penelitian ini adalah pengoptimalan alat hidrolika pada sistem sirkulasi, yaitu pada kegiatan pengeboran bonding semen dan kegiatan pengerukan untuk sirkulasi bersih. Cara yang dilakukan adalah dengan metode trial and error dalam perhitungan pada pemilihan diameter liner pompa (6.3/4”, 6.1/2”, 6.1/4”, 6”, 5.1/2”, 5”, 4.1/2”, 4”). Pada kedua kegiatan tersebut, fluida yang dipergunakan adalah brine water sebagai completion fluid (CF) dengan SG 1.03 (8.58 ppg). Penggunaan fluida tersebut sudah tepat berdasarkan estimasi pressure 2100 (+500) pada kedalaman 1780 m. Dalam kegiatan ini, digunakan drill pipe 3-1/2”, pompa jenis triplex 550 hp dengan stroke 8”, spm 100, eff 90% (berdasarkan hasil sirkulasi pemompaan tangki 3 menuju tangki 1). Berdasarkan konsep optimalisasi, digunakan 3 parameter yang dibandingkan dari hasil pengolahan data, yaitu kecepatan alir (Q), Annulus Velocity, dan bilangan Reynold (Nre) dengan syarat Minimum Flowrate (dp 3-1/2”) sebesar 312.91 gpm, Critical velocity (dp 3-1/2”) sebesar 317.4 ft/menit (annulus 2), Critical Rate Pump (dp 3-1/2”) sebesar 351.46 ft/menit (annulus 2). Pendekatan grafis menghasilkan irisan rentang diameter liner, yakni 4–5.4”. Hal tersebut dibuktikan kembali oleh perolehan hasil dengan menggunakan software Maple, yaitu diameter liner diasumsikan sebagai fungsi (x) menghasilkan rentang 5.075—5.10”. Dari kedua hasil tersebut, diketahui bahwa ukuran diameter yang dapat mengoptimalkan sistem sirkulasi adalah ukuran 5”, sesuai dengan yang dipergunakan di lapangan sehingga tidak perlu dilakukan pergantian. Kata Kunci : Sistem sirkulasi, completion fluid, diameter liner, Optimalisasi
147
148 |
Yusuf Solehudin, et al.
A.
Pendahuluan
Latar Belakang Kegiatan operasi pengeboran ataupun perawatan sumur tidak hanya berorientasi pada keberhasilan dalam pelaksanaan pengeboran hingga mencapai target kedalaman, tetapi juga berorientasi pada keberhasilan produksi. Hal ini berkaitan dengan kinerja hidrolika pada sistem sirkulasi dan kualitas fluida pengeboran yang digunakan sebagai media pengeboran karena fluida bor merupakan faktor yang penting untuk menentukan keberhasilan dari suatu pengeboran di lokasi penelitian, sumur PGD-12 merupakan sumur yang sudah jadi dan sudah dilengkapi casing, maka fluida yang digunakan dalam kegiatan perawatan sumur ini adalah jenis completion fluid, yaitu air asin (brine). Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan desain hidrolika pada sistem sirkulasi ini dilakukan perhitungan dengan metode trial error sampai ditemukan desain hidrolika yang tepat dan dengan menggunakan fluida bor yang memiliki berat jenis tetap, yaitu SG 1.03/ 8.58ppg. Standar hidrolika pada sistem sirkulasi umumnya memiliki beberapa variabel yang disesuaikan dengan lapangannya. Desain hidrolika yang tepat dapat mengoptimalkan sistem sirkulasi, baik selama operasi pengeboran maupun selama kegiatan perawatan sumur berlangsung. Tujuan Penelitian 1. Menentukan komposisi fluida air asin, yang mempunyai sifat-sifat yang diperlukan sesuai target yang akan dicapai. 2. Mempelajari ciri khas perilaku penambahan atau pengurangan zat aditif dari komposisi fluida yang diharapkan. 3. Menghitung efektivitas kerja pompa pada sirkulasi lumpur. 4. Menghitung parameter perbandingan pada setiap pergantian diameter liner pompa, melalui pendekatan grafis persamaan linier. B.
Kajian Pustaka
Sistem Sirkulasi Sistem sirkulasi berfungsi melumasi batang bor dan mengangkat sisa cutting hasil dari kegiatan pengeboran. Sistem sirkulasi terdiri atas beberapa bagian, yakni sebagai berikut : pompa lumur, pipa tegak (standpipe), tangki lumpur, dan mud screen. Lumpur pengeboran Lumpur pengeboran merupakan cairan berbentuk lumpur yang terbuat dari campuran zat cair, zat padat, dan zat kimia (aditif). Zat cair digunakan agar lumpur dapat dipompakan untuk sirkulasi pengeboran. Zat padat digunakan sebagai media agar lumpur memiliki berat jenis dan kekentalan tertentu, sedangkan zat kimia digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur agar dapat disesuaikan dengan kondisi lubang dan jenis batuan yang dibor. Sifat- Sifat Lumpur: 1. Mud Weight (densitas), berfungsi memberikan tekanan hidrostatis pada lumpur yang diperlukan. Untuk mengimbangi tekanan formasi agar tidak terjadi blowout maupun hilang sirkulasi, densitas perlu disesuaikan dengan keadaan formasi-formasi yang ada di daerah setempat 2. Viskositas, adalah tahanan dalam dari fluida terhadap aliran atau gerakan. Viskositas mempengaruhi kecepatan pengeboran, bahkan dapat menimbulkan
Volume 2, No.1, Tahun 2016
Optimalisasi Sistem Sirkulasi Menggunakan Metoda Trial and Error… | 149
masalah sehingga ongkos pengeboran akan meningkat. Air Asin (Brine Water) Dalam kegiatan perawatan sumur, terutama pada sistem sirkulasi, tidak selamanya fluida yang digunakan berupa lumpur. Fluida lain yang digunakan adalah air asin (brine), yaitu campuran air dan garam anorganik yang digunakan sebagai cairan untuk mengontrol sistem sirkulasi pada kegiatan completion and workover dalam operasi sumur minyak. Garam yang terkandung dalam air asin dapat menghambat reaksi yang tidak diinginkan dalam sumur, seperti pengembangan tanah liat. Air asin biasanya disiapkan untuk kondisi tertentu dengan berbagai jenis garam yang tersedia dengan range densitas mulai dari 8.4 hingga 20 lbm/gal (ppg). Garam yang umum dipergunakan, yaitu Natrium Klorida, Kalsium Klorida, dan Kalium Klorida. Penggunaan air asin juga harus mempertimbangkan aspek harga dan efek korosinya. Hidrostatik Pressure (HP) dan Completion fluid (CF) HP (psi) = 0.052 x Kedalaman (ft) x Berat jenis CF (ppg) Berat jenis CF (ppg)= Konsep Optimalisasi Berdasarkan Pergantian Liner (API,1958) Prosedur optimalisasi sistem hidrolika melalui pemilihan diameter liner size adalah sebagai berikut: 1. Untuk geometri lubang dan komposisi fluida tertentu, perhitungkan kecepatan alir pompa yang dibutuhkan untuk mengangkat cutting ke permukaan. 2. Spesifikasi pompa yang sesuai untuk diameter liner yang digunakan. 3. Memperhitungkan beberapa hal penting seperti pola aliran dalam annulus, kecepatan kritis pada annulus (Vca), kecepatan batas alir pompa (Qmin) , dan bilangan Reynold (Nre). Ketika liner hasil perhitungan lebih rendah dari spesifikasi pompa, maka dapat dipilih diameter liner yang paling mendekati. Untuk mencari parameter di atas dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut: 1. Kecepatan Alir Pompa (Q) POtriplex = 0.000243 x (dlin)2 x S x ep Q = SPM x PO(triplex/duplex) 2. Minimum Flowrate: Qmin = 12.72 x (Dh)1.47 3. Kecepatan di Annulus: Annulus Velocity (ft/min)
=
4. Kecepatan Kritis: Vca = 60 x Qc = 5. Reynold Numbers Nre < 2000( Laminar) ,2000 < Nre < 3000(Transisi), 3000 < Nre(Turbulen) -In drill Pipa -In Annulus V = V =
Teknik Pertambangan, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016
150 |
Yusuf Solehudin, et al.
N Re C.
= 928
N Re
= 757
Hasil Penelitian
Sumur PGD-12 terletak pada koordinat UTM 815.358,557 mE dan 929.511,862 mN 12 tepatnya terletak di Desa Jatimulya, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua dengan jarak sekitar 95 km selama 2 jam 30 menit dari kota Bandung. Dengan data sumur seperti berikut: Koordinat : N= 815358.557 m, Azimuth : 226.620 E= 9295115.862 m, KOP (Kick Of Point) : 50 m Kedalaman : 2169.4 mMD Selubung : Stovepipe 30” = 29 mMD 20" K-55, 94.0 ppt: BTC, R3 = 300.5 mMD 13-3/8" K-55, 54.5 ppf, BTC = 1088.36 mMD R2-R3 = 1559.70 mMD 9-5/8" (K.-55, 40 ppf, BTC, R3) = 2167.28 mMD 7" (K.-55, 26 ppf, R3, BTC) TOL =1490.55 Mmd RPP : Safety Joint Lapisan/Perporasi: C interval 1783-1785
Volume 2, No.1, Tahun 2016
Optimalisasi Sistem Sirkulasi Menggunakan Metoda Trial and Error… | 151
Gambar 1. Penampang Sumur Tanpa Skala Hasil penelitian didasarkan pada perhitungan didapatkan hasil pengolahan seperti berikut: Sirkulasi Dalam Kegiatan Pengeboran Bonding Semen Dari pompa triplex 500 hp didapatkan data berupa: Liner 5”, Stroke 8”, SPM 100,Q = 4.35 bbl/menit. Batang bor yang dipergunakan 2.7/8” EUE (Eternal Upset End) OD 2.7/8”, ID 2.151”, panjang minimum 9.21 m, dan maksimum 9.89 m, dengan kapasitas 0.00579. Mata bor yang dipergunakan mata bor carbide 5-1-7 (IADC code) ukuran 6.1/8” open nozzle 32/32. Lapisan bonding semen interval 1786-1790 mMD dibor hingga tembus dengan percepatan bor seperti berikut : Tabel 1. Data Kegiatan Pengeboran Bonding Semen Interval Kedalaman (mMD)
Batuan
ROP (Rate Of Penetration)
RPM
Cutting
CF (Completion fluid)
260 Semen 1.03/26 any #160 (8.58ppg) depth Sumber : Data Hasil Kegiatan PenelitianTugas Akhir PT Pertamina EP, 2015 1786-1790
Bonding Semen
0.406 ft/min
Waktu 32.33 menit
Dengan kapasitas tangki 3 sebesar 142,9 barrel dipompakan selama 30 menit
Teknik Pertambangan, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016
152 |
Yusuf Solehudin, et al.
untuk proses sirkulasi pengangkatan cutting. Sirkulasi Dalam Kegiatan Pengerukan Pada kegiatan ini pengerukan dilakukan dengan scrapper 7” , di kedalaman maksimum 1830 mMD dengan tujuan casing 7” yang berada pada kedalaman 1490.55-2167.28 mMD bersih dari kotoran yang menempel baik dari sisa semen. Dari pompa triplex 500hp masih sama yaitu: Liner 5”,Stroke 8”, SPM 100,Q = 4.35 bbl/menit, CF in 1.03 dipompakan selama 30 menit. Batang bor yang dipergunakan berukuran 3.1/2”, OD 3.1/2”, ID 2.764”, dengan panjang minimum 9.18 m, dan maksimum 9.70 m. Di ujung rangkaian digunakan scrapper 7” double scrap pada kedalaman 1600maksimum 1830 mMD. Dengan kapasitas tangki 3 sebesar 142,9 barrel didapatkan volume kembali dengan kenaikan 71.4” (kapasitas kenaikan tangki 1 sebesar 1.79bbl/in) dengan CF out masih sama yaitu 1.03/8.58 ppg. Perhitungan dan Hasil Pengolahan 1. Hidrostatik Pressure (HP) dan Completion fluid (CF) Dik. CF (SG) = 1.03/26 (8.58 ppg) SG 1 = 8.33 (ppg) Kedalaman = 1,780 m x 3.281 (target bor) = 5,840.18 ft Estimasi Press = 2,100 (+500 hasil keputusan rigsupt) = 2,600 psi Pembuktian : Berat jenis (CF) = 8.562 ppg CF (SG) = 1.027 (perhitungan) ~ 1.03 (program kerja) 2. Pompa Triplex 1 -Efisiensi Pompa (dlin 5”) Dik. Tangki 3 (out) = 142.59 bbl kenaikan 1.81bbl/in (penuh) Tangki 1 (in) = 141.05 bbl kenaikan 1.79 bbl/in (penuh) Kenaikan (in) = 71.5 in = 71.5 in x 1.79 bbl/in = 127.985 bbl (setelah sirkulasi) t pemompaan = 30 menit -Persamaan
=
Eff Pompa
= = (127.985 100%)/142.59 = 12798.5/142.59 = 89.75 % ~ 90%
-Pump Output Q
= 0.04374 bbl/stroke x 100 stroke/min = 4.374 bbl/min Q (gpm) =183.71 gpm 3. Perhitungan Sumur PGD-12
Volume 2, No.1, Tahun 2016
Optimalisasi Sistem Sirkulasi Menggunakan Metoda Trial and Error… | 153
-Annulus Velocity Annulus Vel1 (dp 3.1/2”) = 68.42 (ft/min) Annulus Vel2 (dp 3.1/2”) = 165.91 (ft/min) Annulus Velrata-rata (dp 3.1/2”) = 117.165 (ft/min) -Minimum Flowrate Qmin = 312.91 gpm -Critical Velocity (Vca ft/min) Vca = 317.4 ft/min -Bilangan Reynolds -In drill Pipe V = 9.83 ft/sec N Re = 8,320.59 (Turbulen) -In Annulus V1 = 1.14 ft/sec N Re 1 = 1,519.24 (Laminer) V2 = 2.77 ft/sec N Re 2 = 1,921.03 (Laminer) N Re rata-rata = 1,720.14 (Laminer) Tabel 2. Perbandingan Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Konsep API 1958 Q (gpm) Ann vel (ft/menit) Nre 3 ”(in ann) Jenis Aliran
6” 334.8
6” 310.464
6” 287.046
6” 264.54
” 222.29
5” 183.708
” 148.80
4” 117.57
213.53
198
183.07
168.71
144.27
117.165
94.9
74.99
3,133.50
2,905.26
2,684
2,472.85
2,077.65
1,720.14
1,389.68
1,100.27
Turbulen
Transisi
Transisi
Transisi
Transisi
Laminer
Laminer
Laminer
Dari Tabel 2 di atas dengan batasan seperti: Minimum Flowrate (dp 3-1/2”) sebesar 312.91 gpm, critical velocity (dp 3-1/2”) sebesar 317.4 ft/menit (annulus 2), pola aliran Laminer.Dapat terlihat bahwa untuk parameter Q (gpm) liner berukuran 4”-6-1/2” memenuhi batas Minimum Flowrate (dp 3-1/2”) sebesar 312.91 gpm, untuk parameter Ann vel(ft/menit) semua ukuran liner memenuhi batas Critical velocity (dp 3-1/2”) sebesar 317.4 ft/menit (annulus 2), dan untuk parameter pola aliran, diameter liner berukuran 4-5” yang memenuhi batasan laminer.
Teknik Pertambangan, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016
154 |
Yusuf Solehudin, et al.
Gambar 2 Rentang Diameter Liner yang Memenuhi Syarat D.
Kesimpulan 1. CF (Completion fluid) yang dipergunakan di lapangan sudah baik karena sudah memenuhi kebutuhan target berupa besaran nilai berat jenis (SG), pada kedalaman 1780 m, dengan estimasi pressure 2100 (+500) = 2600 psi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil kalkulasi sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan pada program kerja, yaitu SG 1.03/26 (8.58 ppg). 2. Penambahan dan pengurangan aditif pada lumpur yang digunakan, sudah memenuhi parameter yang diharapkan (SG = 1.03/26). Zat aditif yang ditambahkan untuk penambah berat jenis adalah potassium clorida (KCl), dan tidak diperlukan viscofier. 3. Melalui perhitungan satu siklus sirkulasi, pompa yang digunakan di lapangan memiliki efisiensi masih tinggi (90%), sehingga masih memungkinkan untuk dapat bekerja secara optimal. 4. Perhitungan dan aproksimasi melalui pendekatan grafis persamaan linier didapatkan range ukuran liner yang dapat menghasilkan kerja pompa yang optimal yaitu 5.075” - 5.10” (~5”). Tidak perlu dilakukan pergantian liner untuk pengerjaan selanjutnya karena liner berdiameter 5” merupakan liner yang paling ideal dan dapat mengoptimalkan sistem sirkulasi lumpur.
Daftar Pustaka _______., 2005. Data Curah Hujan Stasiun Pegaden. Badan Meteorologi dan Geofisika Stasuin Pegaden. Kabupaten Subang. _______., 2013. Lumpur dan Hidrolika Lumpur Pengeboran. Kementrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia. _______., 2014. Peta Provinsi Jawa Barat skala 1:500.000. DEM SRTM Indonesia. Subang. _______., 2007. Sosial Dan Kependudukan Kabupaten Subang. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat. Subang. Adams, N.J., 1982. Applied Drilling Service User’s Guide II. USA. Barthelot, Barth., 1866. Fossil Fuel Theory For The Origin Of Oil and Gas Debunked. Russian Chemical Society. Rusia. Bourgoyne Jr.A.T., 1984. Applied Drilling Engineering. Society Of Petroleum Engineers, Texas. Daly. 1991. Magmatism In Western Indonesia, The Trapping of The Sumba Block and The Gatheway To the East Of Sundaland. CSIRO. Australia.
Volume 2, No.1, Tahun 2016
Optimalisasi Sistem Sirkulasi Menggunakan Metoda Trial and Error… | 155
Djuri. R., 1973. Peta Geologi Lembar Arjawinangun, Jawa: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. Guo, Boyun., Gefei liu., 2011. Applied Drilling Circulation System: hydraulics, calculations, and models. Elsevier. United States. Newyork Hamilton, W.B., 1979. Tectonics Of The Indonesia Region. Departemen Pertambangan II dan Agency For International Development. United States. Washington, D.C. Marbun, Bonar., 2010. Drilling Fluid. Institute of Petroleum Engineering Clausthal University . Moore, L.P., 1986. Drilling Practices Manual Second Edition. Pennwell Publishing Company. Oklahoma USA. Morse, J.T., 1983. Industri Perminyakan, Operasi-operasi dan Perlengkapan Pengeboran. Hufco Indonesia. Houston Texas. Zaman, Ahmad. H., 2012. Proses Pembentukan Minyak Bumi. Universitas Hasanudin “UNHAS”. Makassar.
Teknik Pertambangan, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016