PROSIDING SEMINAR NASIONAL V Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
~~~ ~
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGIINDONESIA
-
Presiding Seminar Nasional V
PEMBERDAYAAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Penanggung Jawab Ketua PEl Cabang Bogor
Tahun Terbit 2010
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA
·•
Prosiding Seminar Nasional V
PEMBERDA Y AAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA UKTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Penanggung Jawab Ketua PEl Cabang Bogor
Tim Editor
Hari Sutrisno, Dr. Djunijanti Peggie, Dr. Woro A. Nurdjito, Dr. Endang Sri Ratna, Dr. Upik Kusumawati, Dr. Dwijayanti Gunandini, Dr. Harnoto, M.S., Jr. Paimin Sukartana, Drs. Pudjianto, Dr. Dadang, Dr. I Wayan Laba, Prof., Dr., I Wayan Winasa, Dr. Idham Sakti Harahap, Dr. Arifin Kartohardjono, Prof., Dr. I Made Samudra, Dr. Dodin Koswanudin, M.Si. Rafika Yuniawati, S.Si.
ISBN : 978-979-95399-6-0
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA
KATA PENGANTAR
Salah satu program kerja Perhimpunan Entomolcgi Indonesia adalah melaksanakan kegiatan seminar skala nasional. Dalam rangka melaksanakan program kerja tersebut, pada tahun 2008 telah dilaksanakan Seminar Nasional V dengan tema" Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat" dengan pelaksana Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor bekerjasama dengan Bidang Zoologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIP!, lnstitut Pertanian Bogor dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kemeterian Pertanian. Pada seminar nasional V telah disajikan sebanyak 72 makalah yang membahas hasil-hasil penelitian entomologi dalam bidang pertanian. peternakan, perkebunan, permukiman, veteriner dan kesehatan. Topik yang dibahas meliputi kajian sistematika, bioekologi, pengelolaan dan pengendalian, serangga vektor penyakit pada manusia dan ternak. Dengan diterbitkannya prosiding seminar nasional V, diharapkan akan menambah sumber referensi untuk meningkatkan kegiatan penelitian dan pengkajian entomologi, serta terjalin kerjasama yang makin kokoh dalam penelitian entomologi untuk membantu memecahkan permasalahan di masyarakat. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada para pemakalah, sponsor dan pihak-pihak yapg telah berpartispasi dalam mensukseskan acara seminar dan peneroitan prosiding.
Bogor, 20 Mei 20 I 0
Editor
v
Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tantangannya Upik Kusumawati Hadi Bagian Parasitologi & Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Abstrak Artropoda kesehatan membuat dampak yang beragam terhadap kesejahteraan manusia, mulai dari gangguan terhadap kenyamanan hidup, menyebabkan kerugian ekonomi, sampai menimbulkan penyakit yang tidak jarang menyebabkan kematian. Artropoda yang berperan penting terhadap kesehatan termasuk dalam oro-ordo Diptera (nyamuk dan lalat), Phthiraptera (kutu), Hemiptera (kepik), Dictyoptera (lipas). Siphonaptera (pinjal) dan Hymenoptera (semut, tawon dan lebah) dari kelas Insecta (Hexapoda), serta Acari (tungau dan caplak), Araneae (laba-laba) dan Scorpions (kalajengking) dari kelas Arachnida. Gangguan kenyamanan terutama disebabkan oleh hama permukiman, khususnya nyamuk, lalat, lipas, dan semut, kerugian ekonomis oleh berbagai jenis ektoparasit pacta hewan piara, sedang berbagai penyakit disebarluaskan oleh vektor. Malaria, demam berdarah dengue, filariasis, clzikungunya dan japanese encephalitis adalah penyakit-penyakit yang membahayakan kesehatan manusia. Sementara piroplasmosis/babesiosis, surra, dan infestasi caplak dan lalat penghisap darah menimbulkan kerugian pacta produksi hasil temak. Kendala yang ada terutama dihadapi di bidang entomologi veteriner karena amat rendahnya perhatian terhadap masalah yang ditimbulkan. Untuk entomologi kesehatan pacta umumnya, kurangnya kepakaran dengan akibat kurangnya informasi tentang bioekologi merupakan tantangan yang hams segera ditangani. Peningkatan penelitian dan sosialisasi peranan entomologi kesehatan dalam pembangunan bangsa perlu dilakukan. Pengendalian vektor yang efektif memerlukan kerjasama lintas sektor. Program pendidikan khusus entomologi kesehatan dewasa ini dilaksanakan pacta tingkat pascasarjana, seyogyanya program itu aqa pacta semua tatanan, dari SO hingga S3, mengingat saat ini entomologiwan kesehatan amat langka di Indonesia.
Kata kunci: Entomologi kesehatan Pendahuluan Di antara hewan yang ada di dunia, artropoda mempunyai jumlah jenis yang terbanyak dari pacta filum hewan yang lain. Di alam jumlah jenisnya melebihi dari sam juta jenis. Kelebihan ini dimungkinkan karena tubuhnya memiliki ciri-ciri berikut: (l) tubuh bersegmen-segmen dan memiliki penjuluran, (2) penjuluran tubuh dapat berupa alat makan, (3) mempunyai eksoskeleton atau kerangka luar dengan lapisan khitin, (4) tidak memiliki coelom tetapi memitiki lzemocoel, (5) tidak memiliki silia. (6) susunan syaraf pusat berupa tangga tali dan terletak di ventral tubuh, dan (7) tubuh bilateral simetris. Dalam dunia kedokteran dan veteriner terdapat dua kelas artropoda yang dikenal mengganggu dan memberikan dampak terhadap kehidupan manusia dan hewan yaitu kelas Insecta (Hexapoda) seperti nyamuk, lalat, lipas, kutu, dan kelas Arachnida seperti caplak.
10
Prasiding s~milrar ftt'a:,.ional V
Pemberda;•tum Keanek
tungau, kalajengking. Artropoda yang menyerang atau tinggal pada tubuh hewan dan manusia ada yang di luar tubuh dan disebut sebagai ektoparasit, dan kadang-kadang ada yang terdapat dalam tubuh inang dan disebut sebagai endoparasit misalnya beberapa jenis tungau yang hidup dalam saluran pemafasan kera. Dampak ektoparasit ini secara umum yang sangat mengganggu kesehatan adalahnya peranannya sebagai vektor penular penyakit baik pada hewan maupun manusia. Malaria, demam berdarah, chikungunya, filariasis, japanese encephalitis adalah penyakit endemik penting yang ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk dan seringkali menimbulkan kejadian luar biasa yang mengakibatkan banyaknya kesakitan dan kematian. Sementara piroplasmosis/babesiosis, surra, dan infestasi caplak dan lalat penghisap darah menimbulkan kerugian pada produksi basil temak.
Dampak Serangga terhadap Kesehatan Dampaknya terhadap kehidupan khususnya kesehatan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu secara langsung dan tidak langsung. Dampak yang dapat merugikan secara langsung adalah: 1. Entomophobia. Ketakutan terhadap serangga karena pengalaman langsung yang buruk atau berdasarkan pengetahuan sebelumnya. 2. Menghisap darah dan mengganggu. Banyak jenis ektoparasit yang dalam hidupnya memerlukan darah inangnya dan di samping itu perilakunya mengganggu ketenangan hewan dan manusia. 3. Dapat mengganggu beberapa indera. Berbagai jenis Ialat seringkali mengganggu mata dan organ perasa karena gigitan yang sangat menyakitkan. Beberapa jenis caplak dan tungau tinggal di dalam telinga 4. Envenomization.
Beberapa jenis
serangga selain
menghisap
darah juga
mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan inang. Toksin ini dapat dihasilkan oleh beberapajenis lalat, caplak atau oleh beberapa Iebah. 5. Dermatosis. Karena ektoparasit selalu tinggal di luar tubuh inangnya, dampak negatif yang ditinggalkan dapat berupa kerusakan atau radang pada kulit. Kerusakan ini dapat bersifat akut maupun kronis. 6. Miasis. Adalah suatu keadaan saat tahap pradewasa (larva) tinggal di dalam tubuh inang. Di dalam proses kehidupannya akan merusak jaringan tubuh hewan. Keadaan ini hanya bersifat sementara.
11
Upik Kesumawati Hadi : Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tantangannya
7. Proses alergi. Beberapa jenis lalat, tungau, pinjal dapat menghasilkan beberapa protein yang dapat menyebabkan proses alergi pacta tubuh inang. Adapun dampak yang dapat merugikan secara tidak langsung adalah sebagai vektor (penular) penyakit atau sebagai inang antara. Ektoparasit Sebagai Vektor Ektoparasit sebagai vektor artinya yang bertindak memindahkan agen penyakit dari satu inang vertebrata ke inang vertebrata yang lain, atau dari suatu tempat asal agen penyakit ke tubuh inang yang baru. Ada dua macam vektor menurut peranannya di dalam tata hidup agen penyakit yang dikandungnya, yaitu pertama, vektor mekanis bilamana tubuh vektor itu tidak diperlukan oleh agen penyakit sebagai salah satu tempat untuk melestarikan kehidupannya, dan kedua, vektor hayati bilamana tubuh vektor itu diperlukan sebagai tempat untuk kelangsungan hidup selanjutnya. Perkembangan agen penyakit di dalam tubuh vektor hayati dapat digolongkan ke dalam tiga sifat yaitu: (1) Cyclopropagative, bilamana mengalami perubahan siklik maupun penggandaan. (2) Cyclodevelopment-al, bilamana ia hanya mengalami perubahan siklik dan tidak bertambah banyak. (3) Propagative, bilamana ia hanya bertambah banyak saja tanpa mengalami perubahan siklik. Dalam kaitannya dengan mekanisme perpindahan agen penyakit oleh vektor terdapat beberapa cara sebagai berikut: 1. Inokulasi. Mekanisme masuknya agen penyakit ke dalam tubuh hewan vertebrata adalah melalui proses gigitan. Dalam hal ini biasanya stadium infektif bertumpuk di dalam kelenjar liur ataupun menempatkan diri pacta saluran probosis vektor. Cara ini :>.dalah yang paling serng terjac!i. yaitn yang menyangkut penyakitpenyakit yang dipindahkan oleh artropoda penghisap darah. Dalam pemindahan inokulatif ini dapat dua mekanisme khusus yaitu tentang pemindahan virus demam berdarah dengue oleh nyamuk Aedes aegypti dan pemindahan kuman Yersinia
pestis oleh pinjal Xenopsylla cheopis. Pacta kasus pertama, pemindahan dapat teljadi karena nyamuk menghisap darah secara terputus-putus (illterrupted
feeding). Hal ini ketika nyamuk menghisap darah dalam keadaan terganggu, sehingga karena bel urn ken yang ia akan menghisap darah lagi ke inang lain sampai kenyang. Nyamuk Ae. aegypti menghisap darah setiap 2-3 hari sekali (Christophers 1960). Pacta kasus kedua, pemindahan terjadi bersamaan dengan regurgitasi pacta
12
PrtJ . .·iding Seminar 1\'asiono/ V Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga Ulltuk Pe11i11gkata11 Kesejahteraan Ma>J•arakat
waktu pinjal menghisap darah, disebabkan adanya proventricular block pada saluran pencemaan pinjal (Pollitzer 1954). 2. Kontaminasi tinja. Disini agen penyakit masuk ke dalam tubuh vertebrata bersama dengan tinja vektor. Beberapa jenis vektor, seperti halnya kepik Triatoma infestans dan Rlzodnius prolixus memindahkan Trypanosoma cru::.y (penyebab penyakit Chagas), berdefekasi sewaktu menghisap darah. Tinja yang mengandung agen penyakit dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui ujung tangan bekas dipakai menggaruk bagian tubuh yang kena gigit, melalui selaput Iendir mulut atau mata, ataupun melalui luka lecet akibat garukan (Zeledon 1974). 3. Kontaminasi remukan jaringan. Agen penyakit yang tidak dipindahkan melalui mulut dan tidak terdapat di Jalam tinja vektor, dapat masuk ke dalam tubuh vertebrata bersama dengan remukan jaringan tubuh vektor yang hancur akibat garukan inangnya. Kutu penghisap Pediculus humanus memindahkan Rickettsia prowazeki dengan cara demikian (Cushing 1957). 4. Transovarial dan stage to stage. Pemindahan agen penyakit oleh caplak terjadi secara unik, karena individu yang memindahkan penyakit belum tentu sama dengan individu yang memperoleh agen penyakit itu. Caplak berumah satu yang memperoleh agen penyakit dapat menurunkannya kepada anak-anaknya secara tmsovarial, dan keturunan inilah yang nanti akan memindahkannya ke vertebrata berikutnya (Harwood & James. 1979). Caplak berumah dua atau tiga dapat memindahkan penyakit dalam rangka proses metamorfosis dari larva ke nimfa atau dari nimfa ke dewasa, yang disebut stage to stage (dari satu stadium ke stadium berikutnya) (Kettle 1984). Nyamuk Aedes aegypti selain mampu memindahkan vir'JS der.nm herdar<>.h secar:! inokulasi, jttg:l d:tp:tt r.1enular!mn
viru~
ke
g~nerasi
berikutnya secara transovarial melalui telur, tetapi peranannya dalam melanjutkan transmisi virus pada manusia belum diketahui (Joshi et al. 1996, Joshi et a/2002). 5. Termakan bersama induk semang antara. Bagi parasit yang menggunakan ektoparasit sebagai inang antara, maka ia masuk ke dalam tubuh inang sejatinya adalah dengan termakannya inang antara oleh inang sejatinya (inang definitif). Sebagai contoh, seekor ayam tertular cacing pita karena tertelannya semut, lalat atau kumbang A/phitobius yang mengandung bentuk sistiserkoid cacing pita (Soulsby 1982).
13
i
Upik Kesumawati Hadi : Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tantangannya
Peranan suatu jenis artropoda sebagai vektor penyakit menyangkut beberapa hal ·tl tertentu dalam hubungan segitiga antara artropoda itu, agen penyakitnya dan inang antara penderita penyakit. Untuk dapat menetapkan sesuatu jenis vektor alami diperlukan penelitian yang panjang. serta kecermatan pengamatan. Dalam hubungan ini postulat Barnett harus dijadikan pedoman bila kita hendak membuktikan keYektoran itu secara
' }
-,')
mantap. Kriteria dasar yang harus dikumpulkan untuk itu adalah: 1. Fakta tentang adanya kontak fisik antara artropoda itu dengan inang vertebratanya. 2. Adanya korelasi meyakinkan dalam hal waktu maupun tempat antara artro(X)da itu dengan kejadian infeksi klinis ataupun subklinis. 3. Ditemukannya agen penyakit dalam bentuk infektifnya di dalam tubuh artropoda secara alami, dan berulang kali. 4. Dapat dilakukan pemindahan agen penyakit secara eksperimental dari artropoda ke inang vertebrata. Kemampuan suatu suatu jenis artropoda sebagai vektor penyakit ditentukan oleh kondisi fisik dan faali tubuh serta perilaku kehidupannya. Tubuh vektor harus dapat mengakomodasi patogen tanpa mencederai patogen itu, sebaliknya ia juga tidak mengalami cedera apapun. Karena itu penguasaan informasi mengenai bioelologi vektor yang mencakup tatakehidupan, daur hidup, habitat, jangka hidup, daya reproduksi, mobilitas, penyebaran, dinamika populasi serta perilaku amat penting artinya bagi pemahaman epidemiologi dan penentuan strategi penanggulangan penyakit tular vektor. Di alam perputaran patogen terjadi antara manusialhewan penderita penyakit dengan vektor, dan kalau ada inang reservoir ikut berperan maka selain perputaran tersebut juga ada perputaran antara inang reservoir dengan vektor. Menurut Sigit (2006) dalam sistem itu sebenaf'lyR !P-rdap<>t lima subsistem yaitu : 1. Hubungan timbal balik antara patogen dengan reservoir.
2. Hubungan timbal balik antara vektor dengan reservoir. 3. Hubungan timbal balik antara patogen dengan vektor. 4. Hubungan timbal balik antara vektor dengan manusia!hewan. 5. Hubungan timbal balik antara patogen dengan manusia!hewan. Di dalam
masing-masing subsistem
itu bio-ekologi
memainkan
peranan
menentukan. Bio-ekologi sangat instrumental menjawab berbagai pertanyaan menyangkut hubungan timbal balik itu, seperti :
14
Pro!«idilrg Seminar .Va.\·ionQ/ I" PemberduylUin Keunekaragaman Serungga untuk Peningkutan Ke.•ejahteraan Masyaraut
1. Bagaimana patogen mendapat akses ke tubuh inang reservoir. Perilaku serta cara
hidup inang reservoirlah yang mendekatkannya dengan patogen. 2. Bagaimana tubuh inang reservoir "hospitable" namun tidak "vulnerable" terhadap patogen. Di sini struktur dan faal tubuh inang telah berkoevolusi sedemikian rupa dengan patogen sehingga patogen dapat hidup dan berkembang tanpa mencederai inang dan demikian pula sebaliknya. 3. Bagaimana patogen mendapat akses ke tubuh vektor. Hal ini terjadi karena kedekatan hubungan antara vektor dengan inang reservoir. Perilaku vektor sebagai ektoparasit yang memiliki inang yang khas (bukan yang lain), menentukannya menjadi vektor. 4. Bagaimana patogen dapat berkembang biak di dalam tubuh vektor sedemikian rupa dan tetap mempertahankan virulensinya tanpa mencederai vektor sebagai inang avertebratanya. Seperti halnya pada inang reservoir, kondisi ini terjadi melalui koevolusi entah berapa milenium lama prosesnya. 5. Bagaimana patogen mendapat akses ke tubuh manusia. Patogen dari tubuh vektor berpindah ke tubuh manusia kebanyakan melalui mekanisme yang menyangkut aktivitas makan pada tubuh manusia, khususnya menghisap darah. Di sini yang amat berperan adalah perilaku vektor serta kedekatan tempat perindukan dengan tempat permukiman. Di fihak manusia, kondisi sosio-ekonomi dan budaya masyarakat banyak menentukan peluang teljadinya kontak dengan vektor. Kondisi fisik permukiman yang bagus, tertib dan sehat tanpa keberadaan tempat perindukan pastilah menghasilkan peluang kontak yang minimal, tetapi sebaliknya akan teljadi pada lingkungan permukiman yang kumuh dengan tempat perindukan terdapat di dekatnya. Akhirnya keadaan sakit akan teriadi apabila virulensi patogen menang atas segala unsur pertahanan manusia. Dari uraian di atas mudah dipahami bahwa kondisi bio-ekologi vektor dan reservoir itu amat berperan menentukan pola kejadian penyakit di suatu wilayah tertentu, sepeni menimpa segmen populasi mana, bagaimana periodisitasnya, serta bagaimana pola penularannya. Dengan dikuasainya informasi tentang pola kejadian penyakit, maka sebagian strategi penanggulangannya dapat digariskan.
Perkembangan Aktivitas Vektor/Hama Permukiman Perkembangan aktivitas vektor/hama permukiman dapat digolongkan ke dalam empat fase yaitu : (1) berkemhang dari telur hingga dewasa, (2) dewasa mencari makan
15
Upik Kesumawati Hadi : Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendal a dan Tantangannya
dan kawin, (3) beristirahat, memasakkan telur (oogenesis), dan (4) bertelur kemudiar mencari makan dan kawin lagi. Masing-masing kegiatan tersebut mengambil waktu dan tempat yang khas unruk setiap spesies. Kapan dan di mana kegiatan itu berlangsung amat berharga untuk diamati. dipelajari dan didokumentasikan. lnformasi yang didapat akan amat berguna untuk menyusun strategi pengendalian vektor/hama permukiman, yaitu : apa pendekatannya. apa sasarannya, bagaimana pelaksanaannya, dimana lokasinya, dan pada waktu apa dilakukannya. Pemusnahan habitat perindukan dengan sasaran stadium pradewasa mungkin pilihan yang lebih murah dan praktis, seperti dalam kasus Aedes aegypti. Di lain fihak penyemprotan residual pada dinding rumah dan kandang temak lebih efektif dan praktis terhadap nyamuk Anopheles. Mungkin juga penyemprotan langsung kepada he wan dengan menggunakan pestisida sistemik akan efektif terhadap nyamuk vektor yang menghisap darahnya. Demikian pula pembabatan vegetasi tempat nyamuk beristirahat akan banyak membantu pengurangan populasinya. Berkaitan dengan aktivitas vektor/hama permukiman mencari makan, perlu diamati mobilitas dan dinamika populasi berikut tx!rbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam kaitan potensinya sebagai vektor/pengganggu perlu dipelajari sifat keperidian dan jangka hidupnya. Semakin panjangjangka hidupnya, semakin besar potensinya sebagai vektor. Dari seluruh dunia, hingga sekarang ada ratusan jenis artropoda yang sudah dipastikan sebagai vektor, sedangkan ratusan jenis lainnya diketahui ada hubungannya dengan satu atau lebih penyakit, atau dianggap sebagai vektor penyakit. Berikut ini disajikan daftar penyakit tular vektor baik pada manusia maupun pada hewan (Tabel 1-8) yang telah berhasil disusun berdasarkan sumber pustaka yang ada hingga
~::tat
ini. Tahel I
adalah daftar jenis-jenis nyamuk (Diptera: Culicidae) yang dapat berperan sebagai vektor penyakit dan wilayah sebarannya khusus di Indonesia. Tabel 2-8 berisi daftar Jenis-jenis agas (Diptera: Ceratopogonidae), lalat punuk (Diptera: Simuliidae), lalat pasir (Diptera: Phlebotominae), lalat Brachycera (Tabanidae), lalat Cylorrhapha (Muscidae), Caplak (Arachnida: Parasitiformes), dan Tungau (Arachnida: Acariformes), patogen, penyakitpenyakit dan wilayah sebarannya di dunia.
Kendala dan Tantangan ke Depan Dari uraian di atas dapat diketahui temyata peranan suatu jenis artropoda sebagai vektor menjadi agak khusus untuk setiap wilayah dan keadaan. Hubungan hayati antara
16
Prosiding Seminar Nasional I" Pemberdayaan Keanekaragama11 Serangga untuk Pelli11gkata11 Kesejahteraa11 Masyarakat
artropoda dengan patogen adalah suatu hal yang tidak sederhana. Dalam kaitan ini banyak jenis artropoda dapat bertindak sebagai pemindah agen penyakit dari satu hewan atau manusia ke hewan atau manusia lainnya. Kemampuan sebagai vektor ini ternyata bersifat spesifik tergantung dari manusia atau jenis hewan, lokasi geografik serta keadaan tingkungan dalam arti luas. Penyakit yang ditularkan oleh vektor nyamuk merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Malaria, demam berdarah, chikungunya, filariasis, Japanese Encephalitis adalah penyakit endemik yang penting dan seringkali menimbulkan kejadian
tuar biasa yang mengakibatkan banyaknya kesakitan dan kematian. Karena luasnya Indonesia dan kenyataan bahwa malaria kebanyakan terjadi di wilayah terpencil dan sulit dijangkau, maka banyak tidak dapat diketahui dengan segera kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit ini. Masih terlalu sedikit hila dibandingkan dengan luas wilayah ini yang sudah diketahui dimana dan kapan terjadinya penularannya. Bahkan beberapa wilayah yang sebelumnya sudah dinyatakan aman dari penularan malaria. akhir-akhir ini muncul kembali. Penyebabnya bisa beberapa faktor seperti menurunnya surveilans vektor dan upaya pemberantasan yang kurang memadai. Di sisi lain munculnya resistensi klorokuin dan obat malaria lainnya, serta kemungkinan adanya toleransi vektor terhadap insektisida harus diwaspadai dan dicarikan altematif pemecahannya. Penyakit asal vektor yang sudah diteliti peranan kevektorannya masih sangat terbatas terhadap penyakit-penyakit pada manusia seperti malaria, filariasis, dan demam berdarah. ltupun masih sangat terbatas dan belum secara menyeluruh. Oleh karena itu bisa dirasakan hingga kini bahwa penyakit tular vektor yang menjadi masalah bangsa Indonesia belum dapat tertangani dengan baik. Demikian pula terhadap penyakit tular vektor pada hewa11 juga masih sangat terba!ll.c; sehli. Padahal sesung.guhnya penyakit tular vektor pada hewan yang terdapat di Indonesia juga cukup ban yak. Kendala yang ada terutama dihadapi di bidang entomologi veteriner karena amat rendahnya perhatian terhadap masalah yang ditimbulkan. Untuk entomologi kesehatan pada umumnya, kurangnya kepakaran dengan akibat kurangnya informasi tentang bioekologi merupakan tantangan yang harus segera ditangani. Kurangya kerja sama lintas sektoral juga merupakan kendala terutama di dalam penangan masalah penyakit tular vektor. Peningkatan penelitian dan sosialisasi peranan entomologi kesehatan dalam pembangunan bangsa perlu dilakukan. Penelitian mengenai berbagai aspek bio-ekologi terkait dengan epidemiologi dan pengendalian vektor/hama permukiman, yang perlu segera mendapat kajian secara
17
Upik Kesumawati Hadi: Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tantangannya
menyeluruh adalah yang berkaitan dengan: (I) Struktur dan fungsi bagian tubuh, (2) Daur hidup (tahapan, periode, sifat), (3) Tempat perindukanlhabitat pradewasa (jenis, sifat fisik dan kimiawi), (4) Aktivitas kehidupan: (a) Makan (waktu, lokasi, preferensi), (b) Kawin (waktu, tempat), (c) Beristirahat (tempat, waktu, kondisi mikro), (5) Keperidian (kapasitas reproduksi), (6) Jangka hidup (life span), (7) Mobilitas/penyebaran (dispersal): (a) Alat gerak, (b) Faktor penentu, (c.) Jarak tempuh, (8) Dinamika populasi: (a) Faktor penentu (pendukung, penghambat), (b) Pola fluktuasi, (9) Musuh alami (10) Jati diri : aspek genetik (kromosom, DNA). Program pendidikan khusus entomologi kesehatan dewasa ini dilaksanakan pada tingkat pascasarjana, seyogyanya program itu ada pada semua tatanan, dari SO hingga S3, mengingat saat ini entomologiwan kesehatan amat Jangka di Indonesia. Selain itu, karena kaitan habitat dengan Iingkungan ini sangat erat, maka diperlukan kerjasama Iimas sektoral terutama di dalam pelaksanaan pengendaliannya. Penutup Dalam upaya kita menanggulangi suatu penyakit bersumber binatang, pola operasional pengendaliannya harus dilandasi oleh strategi yang tepat. Strategi itu seyogianya didasarkan atas dua hal utama yaitu pertama, epidemiologi penyakit yang memberikan gambaran tentang pola kejadian penyakit dalam populasi dan wilayah tertentu, dan kedua, titik rawan dalam kehidupan vektor dan reservoimya yang dapat memandu kita melakukan tindakan pengendalian yang efektif. Kedua hal tersebut amat ditentukan oleh informasi tentang bio-ekologi vektor dan reservoir penyakit, menyangkut segala ikhwal kehidupannya di alam termasuk perilakunya sehari-hari. Disamping itu, ketersediaan sumber daya manusia yang memahami kevektoran amat diperlukan. Pengendalian vektor memerlukan ilmu pengetahuan yang menyangkut segala aspek termasuk pemahaman penggunaan insektisida.
Daftar Pustaka Christophers SSR. 1960. Aedes aegypti (L) The Yellow Fever Mosquito. Cambridge At the Univ. Press. London. Crosskey, RW. 1987. A taxa summary for the Simulium damnosum complex with special reference to distribution outside the control areas of West Africa. Ann. Trp. Med. Parasit. 81: 181-192. Crosskey, RW. 1990. The natural history of blackjlies. John Wiley & Sons. Chichester. New York: ix + 711 him.
18
Pro.
DEPKES. 1987. Pemberantasan vektor dan cara-cara evaluasinya. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: 35 him. DEPKES. 1985. Vektor malaria di Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta: 39 him. DEPTAN, 1982. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular Jilid IV. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Petemakan, Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta: 90 him. Freeman, P. 1973a. Diptera, Introduction. (Dalam) K.G.V. Smith (ed.). Insects and other arthropods of medical importance. British Museum of Natural History, London: 21-36. Freeman, P. 1973b. Ceratopogonidae (biting midges, sand flies, punkies). (Dalam) K.G.V. Smith (ed.). Insects and other arthropods of medical importance. British Museum of Natural History, London: 181-187. Hadi, UK. 1999a. Taxonomical and ecological studies of Indonesian blackflies (Diptera: Simuliidae). Final Report of URGE Project Batch II, The Young Academic Program. IPB, Bogor: ix + 29 him. Hadi, UK. 1999b. Telaah nyamuk dalam hubungannya sebagai vektor potensial Dirofilariasis pada anjing di Bogor. Maj. Parasitol. Ind. 12(1-2): 24-38. Hadi, UK., Darrninto, T. Syafriati, S. Soviana, & E. Sudamika. 1999. Epidemiological studies on encephalitis caused by zoonotic disease in North Sumatera. Laporan Hasil Penelitian Kerja sama LP-IPB dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta: vii + 28 him. Hadi, UK. 1996. Biological and cytotaxonomical studies of Simulium bidentatum, a vector of bovine Onchocerca and related blackjly species. PhD Thesis. Oita Medical University, Japan: 142 him. Hadi, UK., & H. Takaoka. 1995. Effects of constant temperatures on oviposirion and immature development of Simulium bidentatum (Diptera: Simuliidae), a vector of bovine Onchocerca (Nematoda: Onchocercidae) in Central Kyushu, Japan. J. Med. Entomol. 32: 801-806. Hadi, UK., S. Soviana, & S.li. Sigit. 2000. Telaah taksonomi dan penycl>aran geografik Culicoides (Diptera: Ceratopogonidae) di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian Dasar Perguruan Tinggi, Institut Pertanian Bogor : viii + 71 him. Harwood, RF. & MT. James. 1979. Entomology in human and animal health. 7th Ed. Macmillan Pub!. Co. In. New York. USA: vi+ 548 him. Horsfall, WR. 1955. Mosquitoes, their bionomics and relation to disease. Ronald Press Company, New York. 723 him. Keiding, J. 1986. The house fly: Biology and control. Vector Biology and Control Division, World Health Organization, WHONBC/86.937. 63 him. Kettle, DS. 1984. Medical and veterinary entomology. Cromm Helm Ltd., London, Sydney: 658 him.
19
Upik Kesumawati Hadi: Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tantangannya
Lewis, DJ. 1973. Phlebotomidae dan Psychodidae (sand flies and moth flies). (Dalam) K.G.V. Smith (ed.). Insects and other arthropods of medical importance. British Museum of Natural History, London: 155-177. Mattingly, PF. 1973. Culicidae (mosquitoes). Dalam. KGV. Smith (ed.).lnsects and other arthropods of medical importance. British Museum of Natural History, London: 37-107. Mattingly, PF., RW. Crosskey & KGV. Smith. 1973. Summary of arthropods vectors. (Dalam) K.G.V. Smith (ed.). Insects and other arthropods of medical importance. British Museum of Natural History, London: 497-561. Mellor, PS. 1975. Studies on Onchocerca cervicalis Railliet and Henry 1910. V. 1be development of Onchocerca cervicalis larvae in the vectors. J. Helmimlwl. 49: 3342. Orldryod, H. 1973. Tabanidae (horse flies, clegs, deerflies). Dalam. K.G.V. Smith (ed.). Insects and other at1hropods of medical importance. British Museum of Natural History, London: 195-202. Service, MW. 1996. Medical entomology for students. Chapman & Hall, London: x + 278 him. Sheals, JG. 1973. Arachnida (scorpions, spider, ticks). Dalam K.G.V. Smith (ed.). Insects and other arthropods of medical importance. British Museum of Natural History, London: 417-472. Sigit.SH. 2006. Arti penting informasi bioekologi vektor dan hama permukiman dalam epidemiologi dan pengendalian penyakit bersumber binatang. Seminar '"Peranan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dalam Mendukung Program Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang di Sulawesi Tengah", 26-27 Juli 2006. Soekardono, S. 1986. Leucocytozoonosis pada ayam di Jawa dan Bali. Disertasi Doktor. Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor: vi + 243 him. Soulsby, EJL. 1982. Helminths, arthropods m1d protozoa of domesticated animal. 7th Ed. The English Language Book Society. Bailliere Tindall. London: xi+ 809 him. Takaoka, H. 1994. Natural vectors of three bovine Onchocerca species (Nematoda: Onchocercidae) and seasonal transmission by three black fly species (Diptera: Siwuiiidae) in Cemral Kyusnu, Japan. J. Med. £ntomoi. 31: 404-416. Zeledon, R. 1974. Epidemiology, modes of transmission and reservoir hosts of chagas"disease. In Chica Foundation. Trypanosomiasis and Leishmaniasis wilh special reference to chagas disease. Elsevier, Amsterdam. 353 him.
20
PrtJsidiug Seminar Na!tion11l V
Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga Ullluk Peningkata11 Kesejahtt'raan
Masyarr~Lzt
Tabel 1. Jenis-jenis nyamuk (Diptera: Culicidae) dapat berperan sebagai vektor penyakit dan wilayah sebarannya di Indonesia. jcnis Nyamuk
Penyakit
Patogen
Pcndcrita Wilayah Pcnyebaran
Anophe/e.~
Malaria
Pla.mwdium vi,·ax dan P.falciparum
Manusia
Lampung, Jateng , D.l. Yogyakarta, Jatim. Bali, NTB. NIT.
An..wndnicu.1·
Malaria
Pla.mwdium vi\·ax dan P.fnlciparum
Man usia
D.I.Aceh, Sumut.. Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, D.I.Yogjakarta, Jatim. Bali, NTB, NIT, Lampung Sulsel.
An.lel({er
Malaria
Pln.mwdium vivax dan P.falciparum
Manusia
Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim.
An maculatu.\·
Malaria
Plasmodium \'ivax dan P.falcipanllll
Manusia
Sumut, Sumbar, Riau, Jambi. Sumsel, Bengkulu, Lampung. Jabar, Jateng, D.I.Yogjakarta., Jatim, Bali, NTB, NIT, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim
An. nigerrimus
Malaria
P/a.mwdium vi\•ax dan P.fa/ciparum
Manusia
D.I.Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulsel, Sultra. Sulteng.
An. subpictus
Malaria
Plasmodium viva.t' dan P.falciparum
Man usia
Bengkulu, Jabar, Jateng, Jatim. Sulut, Sulsel, Sultra, Sulteng
An. balabacensis
Malaria
Plasmodium viv= dan P. fa/dparum
Manusia
D.I.Aceh, Jambi, Sumsel, Jabar, Kalbar, Kalteng, Kalsel. Kaltim
An. sinensis
Malaria
Plasmodium vil•= dan P.fa/dparum
Man usia
D.I.Aceh, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Kalbar, Kalsel.
An. umbrosu.\·
Malaria
Pla.mwdium viva.\' danP. falciparum,
Manusia
Sumut, Sumbar, Sumsel, Bengkulu, Lampung.
An. barbirostri.\'
Malaria
Plasmodium viva.\' dm1 P. fa/dparwn
Manusia
NTB, NIT, Sultra, Sulut, Sulteng, Sulsel
An. flavirostris
Malaria
Plasmodium viva.t' tkm P. falciparum
Manusia
NTB, NIT, Sulut, Sulsel
An.minimus
Malaria
Pla.mwdium viva.t' dan P.falciparum
Manusia
Sulut, Sulteng
An. ludlowae
Malaria
Pla.mwdium vivax dan P.falciparum
Manusia
Sulsel
An . .farauti
Malaria
Pla.mwdium
Manusia
Maluku, Papua (Irian Jaya)
nconilus
vi vat",
P.falciparum, P. ma/ariae dan P. 0l'ale
21
................. Upik Kesumawati Hadi: Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tantangannya
Tabel 1. (lanjutan) Jenis Nyamuk
Penyakit
Patogen
Pendcrita Wilayah Penyebaran
An. bancrrifti
Malaria
Plasmodium
Man usia
Maluku, Papua (Irian Jaya)
Manusia
Maluku, Papua (Irian Jaya)
Manusia
Maluku. Papua (Irian Jaya)
\'i\'lzx.
P.falciparum, P. malariae dan P. Ol'{lle An. pwu:tulatus
Malaria
Plasmodium \'il•ax,
!'. j(dciparum, P. malariae dan P. 01'{1/e An. punctulatu.1·
Malaria
Plasmodium l'i\'ax.
P. falciparum, P. m·ale dan P. malariae An. kolioui.1·
Malaria
Pla.vnodium 1·h·ax. P. fa!ciparum, P. ol'{lle dan P. malariae
·Manusia
Papua (Irian Jay a)
Aedes aegypti
Demam berdarah dengue
Virus Dengue 1,2,3,4
Manusia
Daerah perkotaan di seluruh Propinsi Indonesia
Ae. albopictus
Demam berdarah dengue
Virus Dengue 1,2,3,4
Man usia
Daerah perkotaan D.I.Yogyakarta
Aedes aegypti Ae. albopictu.;·
Chi kung unya
Virus
Man usia
Di beberapa wilayah di Indonesia
Mansonia unifonnis, An .. koliensis,
Filariasis
Wuchereria bancrofti
Man usia
Papua (Irian Jaya)
An. subpictus
Filariasis
Wuchereria bancrofti
Man usia
NTI&NTB
An. aconitus
Filariasis
Wuchereria bancrofti
Man usia
NIT
Mn. indiana
Filariasis
Wuchereria bancrofti
Manusia
Jabar
Cx.pipiens quinquefasciatus
Filariasis
Wuchereria bancrofti
Man usia
DKI Jakarta, Jateng, Papua (Irian Jaya)
Mansonia bmmae, Mn. dives
Filariasis
Brugia malayi
Man usia
Bengkulu, Jambi, Sultra
An. nigerrimus
Filariasis
Brugia malayi
Man usia
Sultra
An. farauti, A e. kochi, An. punctulatus, Culex annulirostris, Cx. bitaeniorhynchus,
22
Pro.,·iding Semi11ar 1\'asiona/ I·
Pemberdayaan Keanekaragamau Seraugga uutuk Peuiugkatau Kesejalrteraau MusyartJJ.:m
Tahel 1. (lanjutan) jcnis Nyamuk
l'enyakit
l'atogcn
ex. tritaeniorhynchus,
Japane.1·e enceplza/ iti.l'
Virus JE
Cr. fu.,-cocephalus,
Cr. ge/idus, Cr.quinquefasciatus.
(JE)
Cr. bitaeniorhynchu.r,
l'cndcrita Manusia, Kuda, Babi, Unggas dan Kelelawar
Wilayah Pcnyebaran Indonesia
An. vagu.\·,
An. annulatus, An. koclzi, Armigere.1· .1'Ubalbatu.1· An. barbirostris
Filariasis
Brugia malayi
Manusia
Mn. annulifera
Filariasis
Brugia malayi
Manusia
Kalsel, Kaltim
Mn. indiana
Filariasis
Brugia malayi
Manusia
Dl Aceh. Jambi
Kalsel, Sulut, Sultra. Sulteng. Sulsel
Mn. annulata
Filariasis
Brugia malayi
Manusia
Bengkulu, Kalsel
Mn. un{formes
Filariasis
Brugia malayi
Manusia
Bengkulu, Jambi, Dl Acch, Kalsel, Kaltim, Jateng, Sultra. Papua (Irian Jaya)
An. barbirostris,
Filariasis
Brugia timori
Manusia
NIT
Dirofilari asis
Dirofilaria immiti.1·
Anjing
Indonesia
An. vagus, An ..mbpictu.1· Ae. kodzi, Cx. quinquefasciatus, Cx. tritaeniorhynchus,
Cx. fuscosephalus, Annigere.1· subalbatus
Sumber: DEPKES (1985 & 1987), Hadi (1999b), & Hadi et al., (1999)
23
Upik Kesumawati Hadi: Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendal a dan Tantangannya
Tabel2. Jenis-jenis agas (Diptera: Ceratopogonidae), patogen, penyakit dan wilayah sebaran penyakitnya. Ektoparasit Culicoitlt'.'i
Nama Pcnyakit Lcuc
lJrat.cm·ae
C. drcumscriptu.'i C. gullifer
c.
l...eucocyhiZOOIIOSiS
Jcnis Pcndcrita
U•ucorywzmm nmlletyi, L .mhrazc·.,·i
Unggas
Lem'fW)'/tlllmn
Unggas
Wilayah Pcn)·cbaran Jepan~.
A.-.i;.•
Tt:ngg~tra
lnJone.,i;.~
('lllllh·tyi,
hllffi, C. hc•Ktlt'ri,
C.
J>atogcn
Sumbcr Pustaka I h1rwood & James
(1979) Sockan.Juno (1986). Hadi
L .mhra:.t•si
t'l
a/. (2000)
oJ.)'Sioma.
C.J4'1't'grinw·. C.amkawae
C oX)'~toma, C.full•u.,·,
Blue Tongue (lidah hiru)
C.oriemali.'i,
Viru!
Domh;.1
lndone~i;.~
Ton}.:U£'
DEPT AN (1982).
(Orhivirus}
lladi <'tal. (2000)
C. Jhonri, C.J}(·rc·xrinu.,· C. Jlilllitlipnmh
Blue Tot~gm· (lidah hiru)
Virus Blue Ton gut'
Dmnhot
Afrika
HarwooJ & (1979),
Manusia
Afrika
H;uwood & (1979).
(Orhivirus)
c. llll.*ilt'lli
Filariasis
DijJ('/(J/tJIU'IIUJ
Suk:1rsih dal. (1993).
J~11t1es
Keulc (1984)
per.wans
J~lllk:S
Freeman ( 1973). Snubhy (1982) C.furren.t
Mansum~llosi!<'
Mmtmndla
Man usia
Amerika Latin
J-larwo
(1979).
fll:Jirt/i
Freeman ( 1973)
C. nuiH.'cu/osi)·
C.
\'UTiifWMi.f
Onchocercosis
Ensefalitis
Onrhorerra ren'icaliJ 0. gih.mni, O.gutturo.m Viru.' EEV (Ea.wm
Kuda
Jepang. A~ia.
Sapi
Austrollia.
Manusia, Kuda
USA
ln~;t.rris
Harwood & James (1979), Mcllm (1975), Soul shy ( 1982) Harwood & James (1979), Kclllc (1984)
Enrephaliti.o; Virus), Virus
VEE (Venezuelan &1uin~
Encephaliti.\")
C.grahami, C. milnei C. inornaJipenni.o;
Filariasis
C.graha,;, C. milnt'i
Filariasis
C. brt'vitarsi
Penyakit Akahane
24
Dipetalonema
Man usia
Kamerun. A!'li~·.a
P
M;trtinglyda/. (1:17~}. :loLbb)
(1982) D ..\·treptocl!rca
Man usia
Ka1nerun.
Afrika Virus Akahanc
Domha
Mattingly«·ta/. (1973). Snulshy (1982)
Matsumoto (1980)
Prosiding Seminar 1\'asioua/ V
Pemberduyaa11 Keallekuragamu/1 Sera11gga ullluk Peningkutun Kesejulrteruull Masyurakat
Tabel 3. Jenis-jenis lalat punuk (Diptera: Simuliidae), patogen, penyakit dan wilayah sebaran penyakitnya. Ektoparasit
Nama Penyakit
Patogen
Jcnis Pcnderita
Simulium
Onch<w.:ercusisl Onchocerciasis
Onl·htwerca
Manusia
damnrJ.'iWII s. m·m•ei
WJ/l•ulu.,·
Wilayah Pcnycbaran
Sumbcr Pustaka
Daerah tropis
Crusskey (1973 & 1990). Harw!KKI & James (1979). Mauingly t•tal. ( 1973); Soulshy ( 1982)
Afrika dan Amerika. Kamerun
S. woodi,
S. meta/licum, S. exiguwn, S. ochrareum, Ca/lidum
s.
s. amazonirum
Mansonellosis
Mtzn.wml'lla
Man usia
Brazil
Crusskey (1973 & 1990). Harw<xKI & James ( 1979)
Sa pi
lng::,'Ti~
Crusskey (1973 & 1990). Harw<xKI & Ja111es ( 1979)
hik
Kanada
Crusskey ( 1973 & 1990). H
ltik (Anati
KanaJo. USA
Crnsskey ( 1973 & 1990). Soubhy (1982). llarw<xKI & Jm11es (1979)
ozz.ardi
S. ornatum
Onchocercosis
OnchtH't•rc'll gutWI'IJsa
S. ruggleJi, S. anatinunr
SplenUiUotilariasis/ Omilh<,filariasis
SplenUiUofilaria fallisensis (= Ornitlwfilaria fillli.'if!n.\·i.\')
S. rugglesi. S. 1•enu.o;tum
Leucocyh,Z
Lt.•U('fU)'ltJZJHm
(Uonk"~tik
Jan liar)
,,·immu/i L anati.'i
S. anatinum Leucocytoz
LeuctHytoZ!Hm .mlithi
Kalkun (Meleagridi
Kanoua. USA
Crnsskey (1973 & 1990). lhorw<xKI & James (1979)
S. nrelatum
Myxomatosi~
Virus Myx
Kelinci
AustrJlia
Crns;key ( 1973 & 1990). Kettle (1984)
Au.\'lrt1sinrulim
Virus
Virus Wataor.J. (M78)
Tikus
New Zealand
Crnsskey (1973 & 1990). Kettle (1984)
A. ungulatum
Virus
Virus Semliki Forest
Tikus
NewZ=IanJ
Crosskey (1973 & 1990). Kettle (1984)
S. bitlentutum
Onch<x:erc(Jsis
Ondwc:erc:a tipe I, II
Sa pi
Jepang Selatan
Takanka ( 1994)
S. meridionale S. johannseni
En..:falitis
Virus Eastern Encephalitis
Kalkun
USA
Crosskey (1973 & 1990). Harw<xKI & James ( 1979)
S. arakawu
Onchocen-osis .
Sapi
Jepang Selatan
Takanka (1994)
S. meridionale S. jenning.'ii
ungulatum
(EEV) S. kyu.o;huen.,·e
Onchocerc.a tipe
Ill
25
-·--Upik Kesumawati Hadi: Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tantangannya
Tabel4. Jenis-jenis lalat pasir (Diptera: Phlebotominae), patogen, penyakit dan wilayah sebaran penyakitnya. Ektoparasit
Nama Penyakit
Patogen
Jenis Penderita
Wilayah Penyebaran
Sumber Pustaka
PhJel,otomus argenript'S P. Manini
Leishmaniasi sf Kala azar
Uishmania c/otU,,un.;
Man usia
Daer.l11 Orienbl. A fnttn1pika. Cbina Timur Utar.1
(19;<5). Le,.;, (1973). K
P. aria.\i, P.nuJjor
Leishmaniasis/ Kalaazar
L infantum
Manusia (anak-anak)
Daeral1 Meditcrania. Palaearti ka.
Senicc ( 1996). Le,.;, (1973). Kale ( 1984 ). Har..'<Xkl &.
LutzfJmyia
L chaga.
Manusia
Daemh NeotrO('ika
longipalpis
Lc:islunaniasis/ Kalaazar
P. pafNittu~ P. f>erfi/ieK'i
Leishmaniasis/ Kalaazar
L tropica
Manusia
P. C'llUC.tUiU.t, P.[Hlpatasi
Leishmaniasis/ Kalaazar
L major
P.longipel·
Leishrnania"isl Kalaazar
Lu. intennt'dia Lu. wd/co~i
E.,fuooia
P. c:hinetL'ii."
Sen-Hx
Jan~(1979)
Ser.icc (1996). Le,.;, (1973 ), Kale (1984), Harw<xod& Jan~ (1979)
P.c~laeartika.
H~·<1r(Jt..!&JatJlet.
Afganistan.lntli.a
( 1979).Soul'h~· (19S2)
Manusia
Gurun pasir A!r>i.l dan Sahara
Hanr.·<•ll..i & J anle'i(1979)
L Dt!thiopira
Manu.'iia
Datar.m Tinggi AfrikaTimur
Hano·O<xJ & Jan>e> ( 1979). Service (1996)
L bra;Jiien.'iis
Manu."'ia
Amerika Lmin
Harwood & Jan"" ( 1979).Soulshy (19S::!)
J..u. Vt'rTIIC.lllllnl
Uta
Lpnuvimu1
Man usia
Pau,Andes
Sen-ice (1996)
Lu. Vt'rror.arum LlL mlombiona
Bartonellosis (Carri
Bart
Manusia
Peru, E<juadur.
Servi<x ( 1996~ Lewi• (1973 ~ Harwood & Jame. (1979)
P. papatasi P. st'rgenti
Sand fly fe\•er, f~v.-r, Paparasi Thrt't' day t~ver, Phlt'botomu.'f/t:Vf!r
Virus Bunyaviridac:
26
Colomhia Selatm
Manusia
Eropa :ielatan, Afrika Utara. Asia. Cina Selatan, India
Lewi. (1973}. Harwood & Jame. ( 1979). Mattingly <'l.aL (1973)
Prosiding Semhtar Nasional V Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Tabel5. Jenis-jenis lalat Brachycera (Tabanidae), patogen, penyakit dan wilayah sebaran penyakitnya. Ektoparasit
Nama Penyakit
Jenis
Patogen
Penderita
Wilayah Penyebaran
Sumber Pustaka
Seluruh dunia (kosm<Jp<>lit)
Soubhy (1982). Oldroyd (1973). Service (1973). HaN'<•xl & James ( 1979)
An1erika Latin
Ser>ice ( 1996), Harwn<x.l & James (1979)
Surra. (Tripanosomiasis)
Tt)'pano.mma n•an.,·i
Hewan pian1
Nagana (Tripanoso1niasis)
T. \1ivax, T. Btucei
Sari. Kuda
Tripanosomiasis
T. tlu!ileri
Sapi. antelops
Seluruh kecuali Antartika
Loaiasis
Loa loa
He wan piara dan Manusia
Afrika
Oldmyd ( 1973 ). Snul>ohy (1982)
Tahlmus
Anaplasmosis
Afllzplasma margitUIIe
Sari
Kosm<JP<Jiit
Servit..""e ( 1996), Harv.·,w.-..1
Tabanu.'i
Antrak
Barillus anJhracis
Hewan piar.1
D-o~c:mh
Servke ( 1996), Harwo<x.l &James(l979)
Ch1ysops di.w:ali."i
Tularemia
Pa.o;uure/Ja rulaun.o;is
He wan JlC"1>"""t.
D-o~c:rah
Tabanus, Ch1y.mps dan
Haematorx>ta
TahanU.'i, Chi)'.WIPJ dan Haematopota
Tahanu.,·.
Dmnha.
Ch1y.mps dan
HaematorxJta Chi)'.Wip.'i
dimidiata, C. dlacea
~nua
Service (1996), Harw
& James ( 1979)
MamJSia
Tnlpis
Holarktik, Amcrika Utara,
Oldroyd (1973 ), Soul>ohy (1982)
Euro~sia
£qui"" lnfeaima Anemia (EIA)
Virus EtA
Kuda
Kosmopolit
Service (1996), Harwood & James (1979)
Tabanus, Chrysops dan Haemalopota
HogC/w/aa
Virus Hog Cholera
Bahi
Kosmorolit
Service (1996). Harwood & James (1979), Soul!ohy (1982)
Tabanus. Chrysops dan Haemalopota
Tripanosorniasis
T. simiae
Bahi
KosmoJl<>lit
Service ( 1996), Harwood & James ( 1979), Soul!ohy (1982)
Tabanu.•. Chrysops dan Haematopota
Tripanosomiasis
T.
Kuda
KosmoJl<>lit
Soulshy (1982)
Tabanu.v. Chrysops dan Haematopota
Tripanosorniasis
T. gamhienM, T. RJuxlesienM
Manu..Q.a
Afrika
Service (1996), Harwood & James (1979)
Tabanus,
Chrysops dan
Hac:matopota
~quinum
17
--Upik Kesumawati Hadi : Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tantangannya
Tabel 6.Jenis-jenis lalat Cylorrhapha (Muscidae), patogen, penyakit dan wilayah sebaran penyakitnya. Ektoparasit
Nama Penyakit
Patogen
Shigellosis
Mu.w·a sp
Jenis Penderita
Penyebaran
Shi~:ella
Manusia
Kosmop>lit
Harwood & James (1979). Keiuing (1986). Mauingly eta/. ( 1973). Snulshy ( 1982)
Salmonell<,sis
Salmonella typhi S.pullorum & S. Galtinarum
Manusia. Unggas
Kosmnrkllit
Harwood & James (1979). Keiuing (1986). Mauingly eta/. (1973)
Mu.WYlsp
Escherichiosis
Esrherichia CtJ/i
Mamalia, Unggas
KosnlOfKllit
Harwtxx.l & James (1979), Keiuing (1986). Mauingly el a/. (1973)
Mu.w·a dfmte.\tica
Kolera
Vibrio l'holl'rtl
Manusia
Kosmnpolit
Harn'ouc.J & James (1979), Keiuing (1986). Mauingly <'I a/. (1973)
Mu.'ica dt1me.wica
Kunjungtivitis
Bakteri
Man usia
Al~oeria.
Mu.'ira
~r
Wilayah
Mu-ukku
M ..torlll'n.'i
Sumber Pustaka
Harw<xKl & James (1979). Keiuing (1986). Mauingly eta/. ( 1973)
Mu.
Poliomyelitis
Virus
Manusia
Kosmurolit
Harwood & James (1979). Keiuing (1986). Mauingly <'Ia/. (1973)
Mu.w·a!rp
Tuherkulosis
Badllu.,· tuberculosa
Manusia
Kosmupolit
Harw
Mu.'lca.tp
Disentri
Enttimueba hy.stolitica E. coli, Gianlia lamhli~ Olilomastix mesnili
Man usia
Kosmopolit
Harwo<xl & James (1979), Keiuing (1986), Mattingly eta/. ( 1973)
Musc4sp
Cacingan
Taenia .mlium, T.hydatigena, T. pi.dformi.t, Hyml'nolopi.s tuuza. H. diminuta. Dipylidium caninum. Diphyllo/HJthrium Ia tum, Enurobiu.s l't'l71liculari.s, Trichuri.s uirhiura, Nenllor americanu.\·, Anrylosroma Juodnwle, A.srtlri.s iwnlnkoiu·e.-., A.scmis equtuum, TtJXa.
onirui, Edzinoroccus granulo.tus (hidatid).
Manusia. Anjing, Bahi, Rodensia
KnsfDOI'Oiit
Harw
Mu.tCa dome.'rtica.
Vt'logenis t•i.tct'rotrtlpic NrK·c.a.,·tlt' Di.,·t'a.,·e
Virus Newro.wle Di.,·ease
Unggas
Knsmnpolit
Harwood & James ( 1979), Keiuing ( 1986), Mattingly <'I a/. (1973)
Pa.~teurellosis
Ptl.'iteUrt'llti mulrm:ida
Kelinci
Knsmopolit
Harwood & James (1979), Keiuing (1986). Mattingly <'l
Mu.sca Jomel·tica. Fannid.spp
Limhemeck
Clo.stridium botulinum
Unggas
Knsmnpolit
llarw<•>
Mu.\nl Jome.-.tic.a.
Oostridiosis (black leg)
Clostridium duiUl•ei
Sapi
Knsmnpolit
Harw<•>
Fanniu..
Mu.woca Jome.\·tic:a.
Fanniu..
Fanniu.spp Jome.stica. Fannia ·V'P
Mu..\TQ
28
Brucellosis
KdUing ( 1986), Mattingly
Brut'ella ahm1u.'i
Sari
Knsmnpulit
""'· (1973) Harw<M>
Prosiding Seminar Nasiona/ V Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan Keujahteraan Masyarakat
Tabel6. (lanjutan) Ektoparasit
Nama Penyakit
Mu,.wa domel·tica,
Mastitis
Patogen
Jenis Penderita
Wilayah Penyebaran
Somber Pustaka
Streptorof·cu.f
Sapi
Kosmopnlit
Harw
Kuda
K
Harw
Sapi
Ktl!
Harv,.ood & Jamt$ (1979). Kei<.ling (1986). Maningly et at. (1973)
uga/m·tiae,
Fanniaspp
Cmynebacterium pyoxen.~.
StaphyhH-occu.,· tJureus Mu.w:a domestica, Fannia.,pp
Hahronemiasi s
Hahronema mega.'ittmw, H. microstoma.
H.Muscae Musca dome.Wictl,
11le!laziosis
StomoX)'l'
Thelazia rhode.fii,
T. Gullma
Fannia.,pp Sum1
T f)'panosoma ewm.'>i
Sapi. Kerhau
Daerdh tmpis
Harw
Hahronemiasis
H. microsronu1, H. Maju.'i
Ku<.la
Daerah tropi s
Harwood & James (1979). Keiding (1986). Mattingly eta/. (1973)
Bom:liosis
Borrt'iiti rercurt'nti.~&
Man usia
Daemh trnpi s
Harwood James & (1979). Kei<.ling (1986). Mattingly et ttl. (1973)
t·aidtmns. Haemato/Jia exigua SttmUJX)'.'i
nllcitrans. Haematohia exigua
Stomo.xy.-,· caldtrans.
(epidemic relapsing feVt!r)
Stonwxys caldtrans,
An!rolks
Baril/u.-; anJrarL~&
Sapi, Kerhau. Man usia
Daen1h trupis
HarwtKxl & James (1979), Keiding (1986 ). Maningly .-tal. (1973)
Stomoxy.'i ca/citrans.
Cutaneous .wreptothrich11si
D.-nnawphiiiL<
o.mgolen.
Sapi, Kuda. Kamhing Manu.'iia
Kerhau, Sapi. Manusia
James Harw<Xxl & (1979). Kei<.ling (1986). Maningly .-1 ul. (1973)
Stomoxys c.aldtrans.
Btur.-1/n.tis
Brurrllll ubmtus.
Sapi. Kerhau
Ko•mopolit
James Jiarw
Stomoxy.~&
Ety.
Bahi
Kusmupulit
& James Harw
caldtrans,
B. militen.d.'i Erysipelothlix
in..tiditJ.(Q
29
Upik Kesumawati Hadi : Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tantangannya
Tabel 7.Jenis-jenis Caplak (Arachnida: Parasitifonnes), patogen, penyakit dan wilayah penyebaran penyakitnya. Ektoparasit Amblyomma hebraeum, Rhipicephalus ~..anguineu.'i,
Nama Penyakit
Patogen
8cJuJVnnt:U.'it'
Rich-tB·ia conori
fever
Jenis Penderita
Wilayah Penyebaran
Anjing, Rtx.lensia. Leporid, Manusia,
Afrika. Empa.
Mamalia, unggas
T engah, A!<>ia Tenggara
Rodensia. Lerurid. Unggas, Manusia
Amerika Ulam,
~100iteraJlia.
Sumber Pustaka Sheats (1973)
Ti1nur
R. appnuliculatus
A. tlmeriranum A. cajennense, A. brasiliense, Dernuu-entor mu/er.wmi, D. ocddentali.\·, Ornithodoros nicollei
Rod.)· moumain spotled fe\•er
Dt·nnacen/tJr
Siberian tick f)J>hu<
nllll"}:itUltU.\',
R. rirJ.:etsii
Sheats (t973)
Anlt!rikaTc:ngah Jan
.. "'"' ~
Amerika Sdatan
i
'i R. _fiherica
Rodensia, LerxKid,
Unggas, Manusia.
Siheria. Amtenia, Mongolia. A:-.ia T eng~1h
Sheats (1973)
·• i~
D. nurwli. Hannaphy.m/i_,. japonira. HyalomiTUl asiaticum.
Rlripirephalu.<
·"!•
f.
.wmguineu.'f Dermtu·enror .'f(J 1 lxode.f .\p Hyalomnuz _,·p
J~
Qfevcr
Cnrit'fla humeui
Manusia
Amerika Urara. Erura. Asia
Sheats (t973). Soubhy (1982)
USA, Kanada. Dakota
Sheats (1973)
Kanada, Mc:ksiku,
Sheats (t973J
~t
,,
~~::
Rhipicephalus D.andernmi
D. Accidmtalis Haemaphysali.< lepori:r pa[u.,·tris D. antlersoni Jxodel· ricinus, J.man:i, /. spinipalpi.t D. andersoni, D. variabilis,
01lorado tick fever
Arbovirus
Powassan
Virus PE
Uflb~lUJl
t'ftCt-pha/itil' (PE)
Tulan:mia
Rodensia. l..q>orid, Manusia
Rodensia. Lerurid, Ma1nalia kccil,
Montana
l
Manusia Frruuidla
Rnc.Jensia. Manu."'ia
Knamopolil
tJJart'flSi.\·
Hafwd&
James (1979)
D. syl•oarium, A.amt'rif·anum, R•.fanguiiU'u ...
;;d· h-
:y rn~
VirusU
Domha. Sllfli. rosa,
Jennan, Slodandia.
mamalia kecil
lrlandia
Omsk haemorrhagic fe••a(OHF)
VirusOHF
Rodensia. Mamalia kecil. Ma1nalia domcstik, Unggas, Manusia
Sihcria haral daya
Sheats (1973)
Russian spring
Virus RSSE
Burung. Mamatia ke(..-il Manusia
Rusi~
Sheab (1973)
Toga virus grur B
Rodensia. Burung, Mamalia. Manusia
Ru."'ia. Asia. Ernpa
M..ttingtyet al. (1973)
Ungroured virus
Rodensia. Manu.lriia, Lerorids
Kanada, USA
Shc-.Us (1973)
lxudes 1·irinus
Loupin~
lxod.s per.fu/CatU.'i, I • . apronophorus D. retindatU.\
ill (U)
R'1ft.-n"'i~.
<\1- -".:.1'"' tl973'
*
Balkan, Austria.
.\'Um.tnl'T
Asia.. Ernpa
Sheats ( t973)
t'nct'phaliti.,· (RSE£)
Haemaph)·.mli.,·
Ru.uion 1opring
jappmir.a
su~r
tkmgla.d
t'nct'p/talitil·
H.leporis palu.\·tri:r, D. anJenMmi, D. tHY·identali.\·
Cu/orado tick fe••er
30
J .e;w,riJ.
Rusia B~·r.·t F.n:p;1 Tengah. Skandinavia.
t'ftCt'pha/iti.f (TE)
I. JWrsukatu.'f, Haenuiphy.w/i.,· ftqHJnica, D ..'i:illllJrium
v•:J!riTF.
Unggas. Manu."'ia
!xf'€l''.', riri'IU.\. Dermacentor margiMlU.'f
Prosiding Seminar 1\'asiona/ V Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Peningkatan KesLjahteraa11 Masyarakat
Tabel 7. (lanjutan) Ektoparasit
Nama Penyakit
Patogen
Haemaphysalis
Kyasanur fiJrt'.'il disease (KFD)
Toga virus grup B
Rodensia, Mamalia kecil, Monyet hutan, Manusia
Babesio.-.i.'i
Babexia hiKemirul
Sapi
papumw.
H. Spinigera
Jenis Penderita
Wilayah Penyebaran
Sumber Pustaka
lnUia (Mysore state)
Shoals (1973)
An~rika
Pana1na, Australia. Sdatan
Soul!»hy (1982)
Australia, Aanerilw Sdatan
(1982)
H.tu11uris, H. wellingtoni BtuJphilus micmplu.'i
Btmphilu.\·
AnapltumtJ.'ih
micmp/us
Anaplanna marKimzle
Sa pi
Bru1philu.\· mirroplu.'i
Q fcv
Coxiella humerti
Sa pi
Australia
BtuJphilus
Borreliosi.\·
Borreliatheileri
Sapi
Brazil
Hyalomma marginatum H.plumbeum !xode.\· granulatu.'i
Souh•hy (1982)
Snubhy (1982)
microp/u.\· Hya/iJmma ·'P
Suulshy
Boutonneu.o;e fe,•er
R. conori
Canine balk'Jitl.'ii.,·
B.('(mi...
Langat
Vilus
Ruc.lensia
Malaysia
Shoals (1973)
Sa pi
Knsmupulit
Soul shy
Kuda
Amerika Utar.t
Soul shy
Anjing, Rudensia. Manusia, Leporic.ls
Afrika. Eropa. Timur Tengah, Asia Tenggara
Anjing
Ru~ia
Mattinglyer
a/. (1973) Mattinglyt't
at. (1973)
encephaliti.\· Bovine anap/atOmo.o;i.o;
Anapla."na
Iudnaticum Rhipicephalus
Babe.'iitui.o;
Babe:da ~qui.
Hyalomma
sanguineu.,·
marginal~
(1982)
B. roballii
Rhipicephalu.<
Canita~
SIJ!I8UiMU.t;
piroplasmo.d:r
B. ""K~Ii
Hyalomma anatolicum. H. marginatum.
Crimeon Omgo haemorrhagic
Virus
ft'Va(CHF-
Amblyomma ariegatum,
(1982)
Babesia r.anis.
Anjing
Anlt!rika Utard.
Snulshy (1982)
Ma1nalia kccil, Mwnalia domcstik.
Unggas, Manusia
Empa, Asia, Pakistan Bar.1t, Uganda, K.:nya, Nigeria, K(Mlgo
Shcals (1973)
Omgo)
&x1phi/us
decoloratu.o;, B.mir.rop/w·
31
.. Upik Kesumawati Hadi : Entomologi Kesehatan di Indonesia: Masalah, Kendala dan Tanw.ngannya
Tabel 8. Jenis-jenis Tungau (Arachnida: Acariformes), patogcn, pcnyakit dan wilayah seb::u:ln penyakirnya. Ektoparasit
Kama Penyakit
Patogcn Virus Fowl
Jcnis Pcnderita po~
Wilayah
Wilayah Pcnyebaran
Pcn~·ebaran
Dt'111UJI1_)'S.\US
Folllo·/pox
gallitwe
(ca.::ar ayam)
Liptmy.Hu.,·
RL.d.ntial pox
U•J>ffJ/I'tJmhidium
Demamscmak
Tnmzhit·u/a
(_\(-rub typhus)
Liptmyssu.'i
Qfn·t·r
Coxiella humeui
Manusia
Pa~tt·urdhui.,-
P. tulart•nsi.'i
Manu!--ia
Chile, L'SA
Dt'l"ll/(lfl_\'S.WS
FuM·/
Btwrdia nnst>n'rw
Ungga.....
USSR
gallinae
spittwlwt'lo.\i_,.
S.l..d,hy ( 1~:..
Ungga.'
USSR tror; ..
RicJ:.ett.,iaaJ..ari
Musmwculw•
USSR,
R. t.'iul.\"ugamu.,hi
Momu:-.ia
Asia Tcng;z-.1. lnJia. Pantai ut~.: Quc::n.-.!anJ.
1
Au~tralia
I: c..-:-:.)
USSR
S>.r..~l ...
( 19'7.:
5 teab
(19'7_~
Af:-.~. J.\l)ft:~•
.mn~-:uint'IH
\>:.J~!Illg!y
(": :0'73). Shc::.:.;. •
\: (, -:;) \~~!"!! ngl y
:<;-:"3).
t·r .~!
She~·
Sf/ll}{llillt'US,
Ornitlumy.\.\U\'
hacori .\~~:-ttng!y
r: ... Sht.' ... ~ :<-73). Sn·u·-...-:
I:~-.:.). 1
1 :9S~)
Sarcoptitlac
Suhie> (Kudis)
32
Kosnu1pt1l::
V ..:.i:!mglyc·j..J
tl973). She..:, ( iC,/3J. Sn•Jl ....-:I
Sk..hies (Kudis)
Ma~msia.
Hc:wan.
KmatHlpt•li!
Unggas
(P.WI'IJfUeS, Otmlectes, Jan Chorioptes)
De•mx.licitlae (Dt•nunlt·x)
Ht:wan,
Ungga..o.;
(San·tJfJie.,·, NfJ/tJt•tlres, dm Cnn,idtwtJptt'.\)
P:mruptitlac
Manu~ia.
!9S:!)
M.a!li ngl y rt u£ I i973). Sha.• t 1973). Snu: ...-,_y 1198~)
Suhi"" (Kudis)
Manusia. HC"wan
Kn~mopnftt
\!.aningly rt d I f973). Shd• t 1973). Sou! .....,~ ( 1982)