PROSES KREATIF TARI KRIDHAJATI DI KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Dianita Ellya Rosa NIM 10209241027
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
i
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “Proses Kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta,
Juli 2014
Yogyakarta,
Juli 2014
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Kuswarsantyo, M. Hum NIP. 19650904 199203 1 001
Drs. Marwanto, M. Hum NIP. 19610324 198811 1 001
ii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “Proses Kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah” ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada
Juli 2014 dan
dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama
Jabatan
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua Penguji
........................
.................
Drs. Marwanto, M. Hum
Sekretaris Penguji
........................
.................
Dra. Trie Wahyuni, M. Pd
Penguji Utama
........................
.................
Penguji Pendamping .........................
.................
Wien Pudji Priyanto DP, M. Pd
Dr. Kuswarsantyo, M.Hum
Yogyakarta, Juli 2014 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Prof. Dr. Zamzani, M. Pd NIP 19550505 198011 1 001
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama
: Dianita Ellya Rosa
NIM
: 10209241027
Jurusan
: Pendidikan Seni Tari
Fakultas
: Bahasa dan Seni
Judul Skripsi
: Proses Kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah
Menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata cara penulisan karya ilmiah yang lazim. Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, 1 Juli 2014 Penulis,
Dianita Ellya Rosa
iv
MOTTO
~ Hiduplah seperti kau akan mati hari ini ~
“ Masalah datang silih berganti, membuat emosi yang tak menentu, tapi yakinlah bahwa Tuhan selalu ada di sisimu, entah untuk memberikan pertolongan atau untuk memberikanmu sebuah pelajaran hidup “ (penulis)
Life is easy when you : 1). don’t compare yours to others 2). don’t look to your past 3). don’t care about what people say - (Wilson Kanadi) -
v
PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan karunia-Nya, sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk : ♥ Omku (Dewanto Setyogroho) yang selalu membimbingku dan memberikanku dukungan baik moral maupun material. Kebaikanmu takkan pernah kulupakan sampai kapanpun dan takkan pernah terbalas oleh ayah mana pun di dunia ini. ♥ Mamaku (Diana Setyowati), yang selalu menyayangiku dan memberikan semangat yang lebih dari seorang ibu, namun juga menjadi seorang kawan yang selalu menemani dalam hidupku. ♥ Nenekku, adik-adikku (Nuril, Adit, Echa, Syafira, dll) dan seluruh keluargaku di Bangsri, terima kasih atas segala yang diberikan untukku, tanpa kalian aku takkan bisa menjadi seperti aku yang sekarang. ♥ Kekasihku (Wahyu Putra Perdana), terima kasih karena telah memberikan cinta, semangat dan selalu menemaniku dalam kebahagiaan maupun kesedihan. Yang selalu sabar menghadapi semua kelakuanku, you’re the best :* ♥ Sahabat-sahabatku di Jurusan Seni Tari (Ndud Dina, Mbak Fitri, Nthung Erin, Mbul Vio), terima kasih karena telah hadir dan memberikan warna dalam hidupku. Semoga persahabatan kita tidak berakhir di sini.. Always Best Friend Forever ♥ Almamaterku Jurusan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat,
berkat,
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul “Proses Kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Keberhasilan penulisan skripsi ini dapat terwujud tidak hanya atas hasil kerja penulis sendiri namun juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zamzani, M. Pd selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mengesahkan skripsi ini. 2. Bapak Wien Pudji Priyanto DP, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari. 3. Bapak Dr. Kuswarsantyo, M. Hum selaku Pembimbing I, yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis. 4. Bapak Drs. Marwanto, M. Hum selaku Pembimbing II, yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta motivasi kepada penulis. 5. Bapak Supriyadi Hasto Nugroho, M. Sn selaku Dosen Wali, yang telah memberikan dorongan, dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Endang Murtining rahayu, S. Kar selaku pencipta Tari Kridhajati, yang telah memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penelitian ini. 7. Aninda Kusumaningtyas selaku penari Tari Kridhajati, yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini. 8. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, yang telah memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
vii
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 1 Juli 2014 Penulis
Dianita Ellya Rosa NIM. 10209241027
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ..............................................................
iv
HALAMAN MOTTO ..........................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................
vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................
vii
DAFTAR ISI .........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xii
ABSTRAK ............................................................................................
xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang Masalah ....................................................... Fokus Masalah ..................................................................... Rumusan Masalah ................................................................ Tujuan Penelitian ................................................................. Manfaat Penelitian ...............................................................
1 6 6 6 6
BAB II. KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori ..................................................................... 1. Proses Kreatif ................................................................. 2. Tari ................................................................................. 3. Tari kridhajati .................................................................. B. Kerangka Berpikir ................................................................ C. Penelitian yang Relevan .......................................................
8 8 15 26 26 28
BAB III. METODE PENELITIAN A. B. C. D.
Metode Penelitian ................................................................. Setting Penelitian ................................................................. Sumber Data ......................................................................... Teknik Pengumpulan Data ................................................ 1. Observasi ........................................................................ 2. Wawancara ..................................................................... 3. Dokumentasi .................................................................. E. Teknik Analisis Data ............................................................ ix
30 30 31 31 31 31 32 33
1. Reduksi Data ................................................................... 2. Penyajian Data ................................................................ 3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi ................................. F. Uji Keabsahan Data ..............................................................
33 34 34 35
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ................................................................. 36 B. Sejarah Tari Kridhajati ......................................................... 38 C. Proses Kreatif Tari Kridhajati ........................................... 40 1. Eksplorasi ..................................................................... 41 2. Improvisasi ................................................................... 43 3. Evaluasi ........................................................................ 46 4. Komposisi .................................................................... 46 a. Gerak ...................................................................... 47 b. Iringan/Musik ......................................................... 49 c. Tema....................................................................... 50 d. Rias dan Busana ..................................................... 50 e. Tempat Pentas ........................................................ 59 f. Properti ................................................................... 59 D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Kreatif Tari Kridhajati 60 1. Lingkungan ..................................................................... 60 2. Sarana .............................................................................. 62 3. Keterampilan ................................................................... 63 4. Identitas ........................................................................... 64 5. Orisinalitas ...................................................................... 65 6. Apresiasi .......................................................................... 65 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................... B. Saran .....................................................................................
67 69
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
70
LAMPIRAN ..........................................................................................
72
x
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
: Peta Kabupaten Jepara Jawa Tengah ...............................
37
Gambar 2
: Pose dalam ragam gerak ngukir .......................................
42
Gambar 3
: Pose dalam ragam gerak mlitur ........................................
45
Gambar 4
: Pose dalam ragam gerak mlitur ........................................
45
Gambar 5
: Pose dalam ragam gerak bapang......................................
48
Gambar 6
: Pose dalam ragam gerak tranjalan ...................................
49
Gambar 7
: Celana selutut ...................................................................
51
Gambar 8
: Rapek, tampak depan .......................................................
52
Gambar 9
: Rapek, tampak belakang...................................................
52
Gambar 10 : Etrok, tampak depan.........................................................
53
Gambar 11 : Etrok, tampak belakang ....................................................
53
Gambar 12 : Slepe/ikat pinggang ..........................................................
54
Gambar 13 : Jamang Kulit ....................................................................
54
Gambar 14 : Sanggul Jegul ...................................................................
54
Gambar 15 : Grodo Mungkur ................................................................
55
Gambar 16 : Sumping ............................................................................
55
Gambar 17 : Cundhuk Mentul ...............................................................
55
Gambar 18 : Gelang Tangan .................................................................
56
Gambar 19 : Gelang Kaki/Binggel........................................................
56
Gambar 20 : Klat Bahu .........................................................................
56
Gambar 21 : Kalung ..............................................................................
57
Gambar 22 : Suweng .............................................................................
57
Gambar 23 : Sabuk Cinde .....................................................................
58
Gambar 24 : Epek Timang.....................................................................
58
Gambar 25 : Kalung Ulur .....................................................................
58
Gambar 26 : Pendopo Kabupaten Jepara ..............................................
59
Gambar 27 : Tari Kridhajati saat acara peresmian ................................
91
Gambar 28 : Tari Kridhajati sebagai tari penyambutan ........................
91
Gambar 29 : Penari Tari Kridhajati .......................................................
92
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : Glosarium ..........................................................................
73
Lampiran 2 : Pedoman Observasi ...........................................................
76
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara ........................................................
77
Lampiran 4 : Pedoman Dokumentasi ......................................................
78
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara ........................................................
79
Lampiran 6 : Notasi Iringan Tari Kridhajati ...........................................
86
Lampiran 7 : Foto ....................................................................................
90
Lampiran 8 : Surat Keterangan ...............................................................
93
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian ..........................................................
96
xii
PROSES KREATIF TARI KRIDHAJATI DI KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH Oleh Dianita Ellya Rosa NIM 10209241027 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses kreatif tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah melalui tahap eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan komposisi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah Endang Murtining Rahayu, selaku koreografer atau pencipta tari Kridhajati. Teknik pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Proses kreatif yang dilakukan oleh koreografer adalah melalui tahap-tahap penggarapan dengan menggunakan rangsang visual (melihat) dan rangsang kinestetik. Rangsang visual (melihat) didapatkan dengan cara melihat secara langsung apa yang dilakukan oleh seniman ukir seperti menggambar, memahat, dan mlitur, dan rangsang kinestetik didapatkan dengan cara meniru gerak-gerak yang dilakukan pengrajin ukir yang sedang membuat karya ukir kayu. Tahap-tahap penggarapan yang dilakukan yaitu pada tahap eksplorasi dengan cara menyaksikan proses kinerja seni ukir, tahap improvisasi dengan cara mencari gerak-gerak secara spontan, tahap evaluasi dengan cara memilih atau menyeleksi gerak-gerak yang sesuai, dan tahap komposisi dengan cara menyusun gerak. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kreatif tari Kridhajati terdiri dari faktor lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan apresiasi.
Kata kunci : proses kreatif, Tari Kridhajati
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia merupakan suatu simbol bahwa negara Indonesia memiliki keberanekaragaman suku, ras, agama, mata pencaharian, dan lain-lainya, namun tetap mempertahankan asas persatuan seperti dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda namun tetap satu juga. Hal inilah yang membuat negara Indonesia dikenal oleh seluruh dunia dengan sebutan budaya timur. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil
budi
pekertinya
(Widyosiswoyo,
2004:31).
C.
Kluckhohn
mengungkapkan ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, salah satunya adalah kesenian (Widyosiswoyo, 2004:33). Kesenian merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia mencukupi kebutuhan fisiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya (Widyosiswoyo 2004:35). Indonesia memiliki berbagai macam kesenian yang tersebar di seluruh wilayah negara Indonesia sebagai warisan budaya nenek moyang. Kesenian tersebut mencakup berbagai jenis seperti seni rupa, seni musik, seni tari, seni sastra, dan seni drama.
2
Setiap daerah di Indonesia memiliki kesenian yang berbeda-beda, dari daerah satu dengan daerah lainnya. Setiap kesenian daerah memiliki ciri-ciri dan sifat-sifatnya sendiri sehingga membuat daerah tersebut dikenal dengan ciri khas keseniannya masing-masing. Oleh karena itu timbullah salah satu wujud kesenian yang disebut dengan kesenian tradisional daerah. Tari merupakan salah satu jenis kesenian yang banyak dikenal oleh masyarakat. Tari merupakan salah satu cabang seni yang menggunakan gerak tubuh sebagai unsur utamanya. B.P.A. Soerjodiningrat, seorang ahli tari Jawa dalam Babad Lan Mekaring Djoged Djawi mengatakan, bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh/badan yang selaras dengan bunyi musik (gamelan), diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan di dalam tari (Jazuli, 1994:3). Perbedaan bentuk dan jenis tarian menimbulkan perbedaan ciri khas tari daerah masing-masing. Kabupaten Jepara memiliki banyak kesenian tradisional rakyat yang tumbuh dan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Jepara. Kesenian-kesenian yang berada di Kabupaten Jepara antara lain, Perang Obor, Pesta Lomban, Kirab, Sedekah Bumi, Seni Ukir, Kesenian Emprak, dan berbagai jenis tari-tarian seperti tari Kridhajati, tari Tenun Troso, tari Monel, tari Laskar Kalinyamat, dan lain-lain. Tari Kridhajati merupakan salah satu jenis tari tradisional yang berada di Kabupaten Jepara. Tari ini termasuk jenis tari tradisional yang dapat ditarikan secara tunggal, kelompok, ataupun massal. Tari ini merupakan tari klasik gaya Surakarta, dan menggunakan teknik gerak putra gagah. Namun tari
3
Kridhajati dapat ditarikan baik oleh penari putra maupun penari putri (wawancara dengan Endang, pencipta tari Kridhajati, 4/5/2014). Tari Kridhajati diciptakan pada tahun 2006 oleh Endang Murtining Rahayu, seniman asal Jepara yang mempunyai basik seniman STSI Surakarta. Tari Kridhajati merupakan tari yang mempunyai arti Kridha dalam bahasa Sanskerta yang berarti “karya” dan Jati adalah nama jenis kayu di kota Jepara dan terkenal dengan ukiran kayu jatinya. Dengan demikian tari Kridhajati adalah ”Karya yang terbuat dari kayu jati”. Tari Kridhajati menceritakan tentang kegiatan seorang seniman ukir, di mana seni ukir adalah ciri khas budaya Kabupaten Jepara yang paling menonjol dan dikenal oleh masyarakat baik lokal maupun interlokal bahkan mancanegara, serta menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Kabupaten Jepara. Oleh karena itu, selain disebut sebagai “Jepara Bumi Kartini”, Jepara juga dijuluki sebagai Kota Ukir. Tari Kridhajati menggambarkan tentang seniman ukir Jepara yang adiluhung dalam menciptakan karyanya. Gerakan-gerakan pada tari ini menggambarkan proses kinerja seni ukir mulai dari mencari kayu di hutan, menggambar objek di kayu, dilanjutkan dengan memahat, sampai dengan proses akhir (finishing) dan dikemas untuk dipasarkan. Penata tari atau koreografer tari Kridhajati ini ingin memvisualisasikan kegiatan masyarakat Jepara yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai seniman ukir. Penata tari ingin menunjukkan ciri khas budaya masyarakat Jepara yaitu seni ukir dengan cara dikemas dalam suatu bentuk karya tari.
4
Tari Kridhajati biasanya dipentaskan saat memperingati hari jadi Kota Jepara. Tari Kridhajati juga berfungsi sebagai tari penyambutan tamu-tamu kehormatan yang datang ke Kabupaten Jepara. Selain itu tari Kridhajati juga dipelajari di beberapa sekolah di Kabupaten Jepara sebagai tarian khas Jepara (wawancara dengan Aninda, penari tari Kridhajati, 29/4/2014). Dalam penggarapan tari Kridhajati tentu saja melewati berbagai proses yang panjang. Proses itu disebut sebagai proses kreatif atau proses penciptaan karya tari. Menurut Hawkins (Hadi, 1990:13), proses kreatif meliputi suatu tangkapan data inderawi, perasaan tentang sesuatu yang dirasakan, eksplorasi pengamatan-pengamatan dan perasaan-perasaan, hubungan imajinatif dari pengalaman sekarang dengan pengalaman-pengalaman yang tersimpan, akhirnya pembentukan suatu produk baru. Proses kreatif yang dimaksud adalah semua bentuk usaha, baik dirasakan atau dilihat dengan kreativitas yang dimiliki untuk menghasilkan suatu produk atau karya baru. Karya baru yang dimaksud adalah karya seni tari. Proses kreatif atau proses penciptaan adalah rangkaian kegiatan seorang penata tari atau koreografer dalam menciptakan dan melahirkan karyakarya tarinya sebagai ungkapan gagasan dan keinginannya. Sebelum menjadi sebuah bentuk tari yang utuh, Tari Kridhajati dibentuk melalui proses yang disebut dengan langkah awal dan komposisi. Langkah awal adalah langkah di mana penata tari
atau koreografer
merenungkan apa yang ada dalam pikirannya, mencari ide-ide atau gagasan yang akan dituangkan ke dalam suatu wujud tarian. Sedangkan komposisi
5
adalah langkah selanjutnya, di mana setelah penata tari mendapatkan ide-ide atau gagasan, penata tari mulai mengvisualisasikan gagasan-gagasan tersebut dalam bentuk yang nyata. Penata tari mulai bekerja secara fisik dan psikis atau dalam istilah koreografi disebut dengan kerja studio. Proses penciptaan karya tari dipengaruhi oleh banyak faktor. Langkah awal dan komposisi dalam proses kreatif tidak hanya didasarkan pada ide atau gagasan penata tari atau koreografer saja, faktor-faktor dari luar pun turut membantu atau berpengaruh secara signifikan dalam proses penciptaan karya tari. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penciptaan karya tari terdiri dari dari faktor dalam/intern dan faktor luar/ekstern. Faktor dalam atau intern adalah faktor yang berasal dari diri pencipta tari itu sendiri, misalnya fisik, minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan yang dimiliki oleh pencipta karya seni. Sedangkan faktor luar atau ekstern adalah faktor yang mempengaruhi proses kreatif yang berasal dari luar seperti faktor lingkungan, sosial, sarana dan prasarana yang mendukung. Faktor-faktor tersebut tentunya sangat berpengaruh dalam proses kreatif tari Kridhajati, dari pencarian ide hingga terbentuknya sebuah karya tari. Tari Kridhajati merupakan salah satu tarian di Kabupaten Jepara yang dapat dikatakan masih relatif baru. Meskipun usianya yang masih muda, namun tari Kridhajati saat ini telah dijadikan sebagai ikon atau tarian khas Kabupaten Jepara. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji tentang proses kreatif atau penciptaan tari Kridhajati. Selain itu, jarang sekali penelitian yang mengkaji tentang kesenian, khususnya seni tari yang berada di Kabupaten
6
Jepara Jawa Tengah dan belum ada penelitian yang mengkaji tentang tari Kridhajati. Jadi, selain peneliti tertarik untuk mengkaji tentang proses kreatif tari Kridhajati, peneliti juga ingin mengenalkan salah satu kesenian tari yang berada di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Berdasarkan latar belakang di atas tentang proses kreatif tari Kridhajati dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, peneliti terdorong untuk mengkaji Proses Kreatif Tari Kridhajati yang berada di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. B. Fokus Masalah Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada proses kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah ? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang kesenian rakyat yang ada di Kabupaten Jepara Jawa Tengah, khususnya Tari Kridhajati. Proses kreatif Tari Kridhajati juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam mengembangkan hasil penciptaan sebuah karya tari. Serta
7
dapat menambah referensi baru untuk perpustakaan sebagai sarana informasi tentang seni tari. 2. Manfaat Praktis Secara praktis mempunyai manfaat sebagai berikut : a. Bagi Mahasiswa 1) Menambah pengetahuan dan apresiasi tentang Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. 2) Mengembangkan kreatifitas mahasiswa dalam menciptakan sebuah karya tari. b. Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara 1) Menambah informasi dan apresiasi terhadap kesenian khususnya seni tari yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Jepara. 2) Menambah koleksi dokumen tentang kesenian daerah khususnya seni tari. c. Bagi Pembaca 1) Dapat menambah pengetahuan tentang proses kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. 2) Dapat menjadi bahan rujukan ketika akan melakukan penelitian yang sejenis.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teori 1. Proses Kreatif Proses kreatif adalah proses untuk menemukan ide baru. Ide baru tersebut terwujud dalam suatu produk atau karya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas 2001), proses diartikan sebagai runtutan perubahan (peristiwa) perkembangan sesuatu rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan suatu produk. Sedangkan kreatif berarti memiliki daya cipta, memiliki untuk menciptakan. Secara leksikal, proses kreatif merupakan runtutan atau tahapan dalam menghasilkan suatu produk (hasil proses kreatif). Dalam bidang seni, produk ini disebut dengan karya seni, yaitu hasil buatan manusia yang mempunyai kualitas nilai estetik. Artinya bahwa dalam sebuah karya seni tersebut memiliki nilai keindahan sehingga dapat dinikmati dan memberikan kesan kepada penonton. Proses kreatif adalah proses mengenal dan memahami segala sesuatu yang diteliti atau diamati dalam lingkungan sekitar untuk mampu memecahkannya tanpa berhenti. Hal ini sesuai dengan pendapat Ellfeldt (Murgiyanto, 1997:13), bahwa proses kreatif adalah eksplorasi yang diteliti dan berhadapan dengan alternatif-alternatif serta tantangan pengambilan keputusan yang tidak berhenti. Proses kreatif memiliki keluarbiasaan sedemikian rupa sehingga dapat melahirkan karya seni yang unik, orisinal, serta memiliki identitas tertentu (Hadi, 1983:7).
9
Menurut Doubler dalam terjemahan Kumorohadi (1985:7), proses kreatif merupakan aktivitas kerjasama antara ; 1) intelek (akal) di dalam membangun bentuk-bentuk, yaitu bentuk gerak tari dan komposisinya, 2) emosi-emosi sebagai kekuatan yang memberikan motivasi terhadap ungkapannya, yaitu suatu perasaan untuk mengekspresikannya, dan 3) tubuh memiliki persendian-persendian yang aktif (instrumen kerangka) serta otototot sebagai medium gerak melengkapi materi-materi bagi bentuk-bentuk eksternal yang terorganisir. Dalam melakukan gerak tari, tubuh harus mampu bergerak secara aktif agar diperoleh gerak yang berkualitas. Ada dua teori tentang proses kreatif, yaitu teori Wallas dan teori tentang belahan otak kanan dan kiri. Wallas (Munandar, 1999:39) menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu ; a. Persiapan Pada tahap ini mempersipkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain dan sebagainya. Tahapan ini dapat diartikan sebagai tahap eksplorasi, yaitu tahap untuk mengenal dan memahami yang diamati. b. Pematangan Tahap pematangan adalah tahap untuk mencari dan menghimpun data atau informasi tidak dilanjutkan (individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam memikirkan masalahnya dalam alam pra-sadar atau berimajinasi).
10
c. Penerangan Penerangan adalah tahap timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru tersebut. d. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan yaitu ide atau kreasi baru tersebut harus diuji kritis (proses konvergensi) dan pemikiran kreatif (proses divergensi). Tahapan ini adalah tahapan untuk mengungkapkan yang menjadi gagasannya. Tahapan di atas sama halnya yang dikemukakan oleh Irving Taylor dikutip dalam Hawkins (1990:13) dan psikolog-psikolog lain bahwa proses kreatif terdiri atas empat tingkat dasar yang dapat diidentifikasikan sebagai tingkatan-tingkatan
dari
keterbukaan,
pematangan,
penerangan,
dan
pelaksanaan. Jenkins dikutip dalam Hawkins (1990:13) seorang filosof yang mempehatikan fase-fase dari tindakan kreatif ini, sebagai tingkatan-tingkatan dari mengerti, menghargai, memperhalus dan mengekspresikan serta membentuk. Berdasarkan teori tentang belahan otak kanan dan otak kiri, menurut Munandar (1999:40), mengemukakan bahwa hampir setiap orang mempunyai sisi yang lebih dominan. Pada umumnya orang lebih terbiasa menggunakan tangan kanan (dominasi belahan otak kiri), tetapi ada yang termasuk kidal, yaitu dengan menggunakan tangan kiri (dominasi belahan otak kanan). Kreativitas termasuk dominasi belahan otak kanan dan otak kiri, karena dalam
11
kreativitas dibutuhkan daya berpikir rasional dan irrasional, artinya keduanya harus seimbang. Menurut
Widyosiswoyo
(2004:95-96),
dalam
usaha
manusia
menciptakan karya seni, terdapat beberapa teori ; a. Teori Pengungkapan Setelah seorang seniman merenung cukup dalam lalu memperoleh ide atau wahyu yang diinginkan, dikeluarkanlah idenya itu dalam bentuk pengungkapan. Dalam bahasa seni, pengungkapan ini disebut ekspresionisme yang dapat dituangkan dalam wujud lukisan, sastra, tari, musik atau pertunjukan. b. Teori Metafisika Dalam teori metafisika orang mempergunakan filsafat sebagai dasar perenungannya. Alam merupakan pikiran utama yang ditiru manusia dalam penciptaannya. Plato mengatakan bahwa seni adalah tiruan alam (mimetic). Penciptaannya sangat mirip dengan alam. Keadaan ini melahirkan aliran naturalisme. Karena semakin besarnya peranan manusia dalam kehidupan yang dasar perenungannya pun secara berangsur-angsur mulai berubah, yaitu berkisar tentang kehidupan manusia. Dalam tari digambarkan tentang kegiatan manusia. c. Teori Psikologi Dalam teori psikologi, penciptaan seni didasarkan atas kejiwaan. Menurut Sigmund Freud (1856-1939), struktur kejiwaan manusia terdiri atas, lapisan sadar, bawah sadar, dan yang tidak disadari. Manusia pengetahuan
12
dalam menciptakan sesuatu akan menggunakan pemikirannya yang berada di lapisan sadar. Menurut Hawkins dalam terjemahan Sumandiyo Hadi (1990:13), proses kreatif meliputi suatu tangkapan data inderawi, perasaan tentang sesuatu yang dirasakan, eksplorasi pengamatan-pengamatan dan perasaan-perasaan, hubungan imajinatif dari pengalaman sekarang dengan pengalamanpengalaman yang tersimpan, akhirnya pembentukan suatu produk baru. Proses kreatif yang dimaksud adalah semua bentuk usaha, baik dirasakan atau dilihat dengan kreativitas yang dimiliki untuk menghasilkan suatu produk atau karya baru. Karya baru yang dimaksud adalah karya seni tari. Dalam proses kreatif ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan (Hadi, 1983:7-8), antara lain ; a. Lingkungan, terdiri atas lingkungan luar dan dalam (eksternal dan internal). Lingkungan luar adalah faktor dari luar diri pribadi seseorang (sarana dan fasilitas non-fisik), sedangkan faktor dalam adalah faktor diri pribadi yang menyangkut kemampuan serta bakat seseorang. b. Keterampilan atau skill. Interaksi antara pribadi dengan sarana melahirkan keterampilan yang sangat penting bagi keberhasilan proses. c. Identitas atau gaya. Pribadi kreatif dituntut untuk berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungannya, sehingga ciri-ciri pribadi akan tampak dalam karyanya dengan kejujuran dan kualitas. d. Originalitas atau keaslian. Pencipta karya harus melakukan pendekatan pada keasliannya, meskipun tidak mencapai kesempurnaan.
13
e. Apresiasi atau penghargaan. Maksud penghargaan di sini adalah sebagai dorongan proses kreatif (hasil karya). Kelima faktor di atas bermanfaat dalam mengembangkan kreativitas masingmasing individu dalam penciptaan karya tari. Proses kreatif seorang koreografer dalam mewujudkan karyanya (koreografi) menurut Alma M. Hawkins dalam terjemahan Sumandiyo Hadi (1990:56) mempunyai tiga ranah kreatif, yaitu eksplorasi, improvisasi, dan komposisi atau forming. a. Eksplorasi Eksplorasi merupakan sebuah proses kreatif dalam menanggapi rangsangan (rangsang awal; idesional, auditif, visual, rabaan, atau kinestetis). Proses kreatif pada tahap eksplorasi dapat dilakukan secara individual. Koreografer dapat bekerja secara pribadi menjelajahi berbagai kemungkinan yang dapat digali dalam kesadaran dan ketidaksadaran pada dirinya. Tetapi ada juga koreografer yang sudah bekerja secara kreatif bersama-sama. Karena proses ini merupakan sebuah langkah awal menjajaki berbagai kemungkinan yang dapat dijadikan langkah awal dalam menentukan teknik, gaya, atau berbagai hal yang memiliki daya tarik. b. Improvisasi Improvisasi dapat diartikan memasuki sebuah ranah ruang, waktu, dan tenaga yang tidak diketahui. Instuisi kreatif digunakan oleh koreografer menjelajahi berbagai kemungkinan secara spontan. Pada proses kreatif tahap ini dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan “bermain-main”. Pencarian tidak
14
bertujuan, tetapi memiliki kepastian memasuki sebuah harapan yang nyata, yaitu mencari kemungkinan gerak yang nyata, dari pihak koreografer atau dari pihak penari. Improvisasi dibedakan dengan eksplorasi seringkali terletak pada sebuah tahapan yang telah nyata, seperti rangsang idesional yang telah memberikan dorongan kuat berusaha keras untuk diwujudkan secara nyata dalam bentuk gerak, termasuk gaya dan rasa kinestetiknya. c. Komposisi Komposisi yang menetapkan secara pasti tentang struktur. Struktur seringkali tidak dapat dipastikan, tetapi kegiatan konstruktif seringkali mengikuti ketidaksadaran koreografer. Sehingga banyak koreografi yang tidak komunikatif struktunya, karena yang dilakukan adalah sebuah penyatuan (rangkaian) gerakan yang bermacam-macam tetapi tidak terjadi sebuah kesatuan. Maka dalam tahap ini yang diperlukan adalah kejelasan struktur, sebab
pada
hakikatnya
struktur
adalah
wujud
atau
bentuk
yang
dikomunikasikan. Dalam menciptakan sebuah karya, tahap-tahap dilakukan oleh seorang koreografer yaitu meliputi, 1) rangsang, 2) penentuan tipe tari, 3) improvisasi, 4) evaluasi improvisasi, 5) seleksi dan penghalusan, 6) motif (J. Smith dalam terjemahan Ben Suharto, 1985:32). Sebuah gerak tidak akan mungkin dilakukan tanpa adanya motivasi. Disadari atau tidak, perubahan kedudukan suatu benda disebabkan adanya kekuatan yang menggerakkannya. Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri dan dikeluarkan dalam melakukan kegiatan. Dalam motivasi
15
tersebut muncul tenaga untuk melakukan apa yang direncanakan. Ada saatnya mempunyai tenaga yang berlebihan sehingga mampu bergerak berpindahpindah dengan lincah dan dapat menyimpan tenaga atau hanya melakukan gerakan-gerakan yang ringan dan lembut agar pada saat tertentu dapat diperlukan secara kuat dan tiba-tiba (Murgiyanto, 1992: 30-31). Penciptaan adalah membuat sesuatu yang baru dan belum pernah ada sebelumnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2001), kata penciptaan berasal dari kata cipta, yang artinya adalah kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru (angan-angan atau imajinatif kreatif) dan karya merupakan hasil dari penciptaan, sedangkan hasil dari penciptaan tari disebut karya tari. Penciptaan karya tari sering disebut dengan istilah koreografi. Kata koreografi berasal dari bahasa Yunani choreia: tari massal, dan kata grapho berarti catatan atau tulisan. Menurut dua arti kata tersebut, koreografi berarti catatan tentang tari, tetapi dalam perkembangan selanjutnya dapat diartikan sebagai garapan tari, komposisi tari, tataan tari/penciptaan tari, sedangkan orang yang melakukan pekerjaan itu disebut penata tari atau koreografer. 2. Tari Tari merupakan salah satu wujud kesenian yang mempunyai unsur utama berupa gerak tubuh manusia. Berikut ini beberapa definisi tari menurut pendapat para ahli dikutip dalam Jazuli (1994:3) : a. Menurut Curt Sachs, seorang ahli sejarah dan musik dari Jerman dalam bukunya World History of the Dance, tari adalah gerak yang ritmis.
16
b. Menurut Corrie Hartong, seorang Belanda dalam bukunya Danskunst, tari adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang. c. La Meri dalam bukunya Dance Composition dikatakan bahwa tari adalah ekspresi subjektif yang diberi bentuk objektif. d. B.P.A. Soerjodiningrat, seorang ahli tari Jawa dalam Babad Lan Mekaring Djoged Djawi mengatakan, bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh/badan yang selaras dengan bunyi musik (gamelan), diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan di dalam tari. e. Dalam buku Djawa dan Bali : Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisionil di Indonesia, Soedarsono mengemukakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Dari beberapa definisi tari di atas dapat disimpulkan bahwa gerak merupakan unsur utama dalam tari. Gerak merupakan suatu perpindahan dari posisi satu ke posisi yang lain. Namun dalam tari, gerak yang dimaksud bukan gerak tubuh manusia apa adanya, melainkan gerak hasil proses pengolahan yang telah mengalami stilirisasi dan distorsi, sehingga melahirkan dua jenis gerak, yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Jazuli (1994:5), gerak murni (pure movement) atau disebut gerak wantah adalah gerak yang disusun dengan tujuan untuk mendapatkan bentuk artistik (keindahan) dan tidak mempunyai maksud-maksud tertentu. Gerak maknawi (gesture) atau gerak tidak wantah adalah gerak yang mengandung arti atau maksud tertentu dan telah distilasi (dari wantah menjadi tidak wantah).
17
Misalnya gerak ulap-ulap dalam tari Jawa merupakan stilasi dari orang yang sedang melihat sesuatu yang jauh letaknya, gerak nuding pada tari Bali yang mempunyai arti marah atau maksudnya sedang marah, dan sebagainya. Tari berdasarkan bentuk geraknya dibedakan menjadi dua, yaitu tari representasional dan tari non-representasional. Tari representasional adalah tari yang menggambarkan sesuatu dengan jelas (wantah), seperti tari tani yang menggambarkan seorang petani, tari nelayan melukiskan seorang nelayan. Tari non-representasional yaitu tari yang melukiskan sesuatu secara simbolis, biasanya menggunakan gerak –gerak maknawi. Contohnya adalah tari Golek, tari Klana Topeng, tari Bedaya, tari Srimpi, dan sebagainya (Jazuli, 1994:5). Namun selain gerak, tari juga memiliki unsur-unsur penting lainnya. Unsur-unsur pendukung/pelengkap sajian tari antara lain adalah ; iringan (musik), tema, tata busana (kostum), tata rias, tempat (pentas atau panggung), tata lampu/sinar dan tata suara (Jazuli, 1994:9). a. Iringan (musik) Keberadaan musik di dalam tari mempunyai tiga aspek dasar yang erat kaitannya dengan tubuh dan kepribadian manusia, yaitu melodi, ritme (ritme metrikal), dan dramatik. Ketiga aspek itu dapat dijelaskan sebagai berikut; 1) Melodi, sumber melodi bisa kita ketahui melalui suara dan napas manusia. Melodi didasari oleh nada, pengertiannya adalah alur nada atau rangkaian nada-nada; 2) Ritme, ritme metrikal dapat dipahami lewat pergantian topangan berat badan pada kaki saat kita sedang berjalan, dan juga pada denyut nadi manusia. Ritme adalah degupan dari musik yang sering ditandai oleh
18
aksen/tekanan yang diulang-ulang secara teratur; 3) Dramatik, aspek ini bisa dipahami melalui wilayah emosi manusia yang selalu disertai dengan reaksi jasmaniah. Di dalam aspek dramatik termasuk pula suara-suara yang dapat memberikan suasana-suasana tertentu. Dalam tari, fungsi musik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu 1) sebagai pengiring tari, 2) sebagai pemberi suasana, dan 3) sebagai illustrasi tari. b. Tema Tema adalah pokok pikiran, gagasan utama atau ide dasar. Biasanya tema merupakan suatu angkapan atau komentar mengenai kehidupan. Pengertian tema harus dibedakan dengan motif, subjek/topik. Namun demikian tema sering digunakan untuk memberi nama bagi motif, subjek/topik. Pada dasarnya sumber tema tidak terlepas dari tiga faktor, yaitu Tuhan, manusia, dan alam lingkungan. Berpijak dari ketiga faktor tersebut, sumber tema di antaranya dapat dikemukakan sebagai berikut; 1) Pengalaman hidup pribadi seseorang dengan segala peristiwa yang dialami, seperti kesenangan, kekecewaan, kesombongan, ketamakan, dan sebagainya. 2) Kehidupan binatang dengan sifat dan perangainya yang khas. 3) Kejadian sehari-hari di sekitar kita, dan atau peristiwa yang timbul di masyarakat, seperti kejahatan, keresahan, keuletan, dan sebagainya. 4) Cerita-cerita rakyat seperti Jaka Tingkir, Roro Jonggrang. 5) Sejarah dari seorang tokoh tertentu atau tempat-tempat tertentu, seperti Pangeran Diponegoro, Nyai Ageng Serang, Cut Nya Dien, Gadjah Mada, sejarah Demak, sejarah kerajaan Majapahit, dan sebagainya.
19
6) Karya sastra, seperti epos Ramayana dan Mahabarata. 7) Upacara-upacara tradisional, seperti upacara keagamaan maupun upacara adat. 8) Persepsi dari seni lainnya, seperti drama, musik, sastra, dan sebagainya. c. Tata Busana atau Kostum Fungsi busana tari adalah untuk mendukung tema atau isi tari, dan untuk memperjelas peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Busana tari yang baik bukan hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus dapat mendukung desain ruang pada saat penari sedang menari. Oleh karena itu dalam penataan dan penggunaan busana tari hendaknya senantiasa mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut ; 1) Busana tari hendaknya enak dipakai (etis) dan sedap dilihat oleh penonton. 2) Penggunaan busana selalu mempertimbangkan isi/tema tari sehingga bisa menghadirkan suatu kesatuan/keutuhan antara tari dan tata busananya. 3) Penataan busana hendaknya bisa merangsang imajinasi penonton. 4) Desain busana harus memperhatikan bentuk-bentuk gerak tarinya agar tidak mengganggu gerakan penari. 5) Busana hendaknya dapat memberi proyeksi kepada penarinya, sehingga busana itu dapat merupakan bagian dari diri penari. 6) Keharmonisan dalam pemilihan atau memperpadukan warna-warna sangat penting, terutama harus diperhatikan efeknya terhadap tata cahaya.
20
d. Tata Rias Fungsi rias antara lain adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan, untuk memperkuat ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan. e. Tempat/Pentas Suatu pertunjukan apapun bentuknya selalu memerlukan tempat atau ruangan guna menyelenggarakan pertunjukan itu sendiri. Di Indonesia kita dapat mengenal bentuk-bentuk tempat pertunjukan (pentas), seperti di lapangan terbuka atau arena terbuka, di pendapa, dan pemanggungan (staging). f. Tata Lampu/Cahaya dan Tata Suara Sarana dan prasarana yang ideal bagi sebuah pertunjukan tari adalah bila gedung pertunjukan telah dilengkapi dengan peralatan yang menunjang penyelenggaraan pertunjukan, khususnya tata lampu (lighting) dan tata suara (sound system). Tata lampu dan tata suara sebagai unsur pelengkap sajian tari berfungsi membantu kesuksesan pergelaran. Di dalam teknik kerjanya, antara lampu dan tata suara tidak dapat dipisahkan. Tari mempunyai dua sifat yang mendasar yaitu, individual dan sosial. Sifat individual karena tari merupakan ekspresi jiwa yang berasal dari individu. Sifat sosial karena gerak-gerak tari tidak terlepas dari pengaruh dari keadaan dan mengacu kepada kepentingan lingkungannya, sehingga tari dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi guna menyampaikan ekspresi jiwa kepada orang lain.
21
Fungsi tari dalam kehidupan manusia di antaranya adalah; 1) tari untuk sarana upacara, 2) tari sebagai hiburan, 3) tari sebagai seni pertunjukan atau tontonan, dan 4) tari sebagai media pendidikan (Jazuli, 1994: 42-43). Menurut Jazuli (1994:67), koreografi merupakan istilah yang relatif baru dalam dunia tari di Indonesia, yaitu dikenal sekitar tahun1950-an. Istilah koreografi diambil dari bahasa Inggris choreography. Kata tersebut berasal dari dua kata Yunani, yaitu choros berarti tarian bersama atau koor dan grapho artinya tulisan atau catatan. Secara harfiah, koreografi berarti penulisan tari kelompok. Dalam perkembangannya, koreografi mempunyai pengertian yang agak berbeda dan lebih luas dari arti harfiahnya. Koreografi diartikan sebagai pengetahuan penyusunan tari dan untuk menyebutkan hasil susunan tari. Pencipta tari atau penata tarinya disebut koreografer. Komposisi (composition) berasal dari kata to compose artinya meletakkan, mengatur, dan menata bagian-bagian sedemikian rupa sehingga satu dengan lainnya saling jalin-menjalin membentuk satu kesatuan yang utuh. Penerapan komposisi lebih luas dan lebih umum daripada istilah koreografi, tetapi istilah koreografi lebih khas bagi dunia tari (Jazuli, 1994:98). Dalam dunia tari, komposisi menyangkut beberapa komponen yang di antaranya adalah : 1) desain gerak, 2) desain lantai, 3) desain atas, 4) desain musik, 5) desain dramatik, 6) dinamika, 7) komposisi kelompok, dan 8) perlengkapan tari.
22
Kegiatan kreatif dalam tari merupakan kegiatan yang mengarah kepada penciptaan baru, memberi interpretasi pada bentuk-bentuk tarian lama, dan mengadakan inovasi sesuai tuntutan zaman. Jazuli (1994:108) menyatakan bahwa “kreativitas tari adalah menyangkut tentang peragaan, yaitu kemampuan dalam mengungkapkan bentuk maupun isi tari dan menyajikan secara baik sesuai dengan kriteria dari tari yang bersangkutan” (Jazuli, 1994:108). Menurut Jazuli (1994:109), ada beberapa kriteria bagi orang yang dapat dikatakan kreatif, di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Peka terhadap lingkungan 2) Selalu tanggap terhadap rangsangan sensoris 3) Teliti dalam mengamati sesuatu 4) Sadar dan penuh rasa ingin tahu 5) Bersikap tegas terhadap sesuatu yang tidak disukai maupun yang disukai 6) Bersikap terbuka dan peka terhadap sesuatu yang menarik 7) Senantiasa ingin mencoba sesuatu yang baru dan mengutamakan orisinalitas (keaslian) 8) Bersikap bebas dalam mengamati, menganalisis/berpikir dan bertindak. Menurut Jazuli (1994:109) dalam pengembangan kreativitas daya kreatif seseorang dapat diketahui melalui hasil akhir dari proses kreatif. Hasil akhir tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal, seperti faktor lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan apresiasi.
23
1) Lingkungan : terdiri dari lingkungan luar dan lingkungan dalam. Lingkungan luar adalah pengaruh yang datang dari luar pribadi seseorang yang yang mempengaruhi proses kreatif, sedangkan lingkungan dalam adalah kemampuan dan bakat yang dimiliki seseorang. 2) Sarana atau fasilitas : media untuk melaksanakan suatu pengungkapan, bisa berupa fisik maupun non-fisik, seperti bentuk postur tubuh, kondisi tubuh, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan. 3) Keterampilan : kemampuan terlatih sebagai suatu modal untuk mengerjakan sesuatu secara efisien dan efektif. Keterampilan sering tergantung kepada hubungan antara sarana dan kemampuan pribadi. 4) Identitas : bahwa gaya dan cara seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, baik masyarakatnya maupun alamnya, tidak terkecuali bila ia ingin berkarya seni. 5) Orisinalitas :keaslian sebuah karya seni adalah sangat penting dan didambakan. Namun demikian sangat sulit diwujudkan, karena dalam karya seni sesungguhnya seorang seniman hanya dapat mencari, memilih, meramu, dan menata sesuai dengan motivasinya beserta berbagai fenomena yang melatarbelakanginya. 6) Apresiasi : penghargaan terhadap suatu karya seni sangat dibutuhkan untuk merangsang proses kreatif. Sebaliknya, karya seni akan mendapat penghargaan atau paling tidak perhatian dari penikmatnya bila dapat menghadirkan rasa pesona bagi yang menikmatnya.
24
Pengembangan kreativitas dalam tari dapat dilakukan seseorang secara mandiri, yaitu melalui pentahapan seperti berikut ini. 1) Eksplorasi atau penjajagan : merupakan proses berpikir, berimajinasi, merasakan, dan menanggapi/merespon dari suatu objek untuk dijadikan bahan dalam karya tari. Wujudnya bisa berupa gerak, irama, tema, dan sebagainya. Jazuli mengemukakan bahwa “Syarat utama dalam bereksplorasi adalah kita harus mempunyai daya tarik terhadap objek. Dengan daya tarik tersebut kita dapat mengamati atau menghayati objek secara cermat”. Menurut Louis Ellfeldt dikutip dalam Jazuli, mengemukakan beberapa contoh eksplorasi berdasarkan isi objek, seperti tangkapan langsung, sensasi-sensasi, kenangan-kenangan, gerak sehari-hari, hubungan sosial, upacara-upacara, dan sebagainya; sedangkan berdasarkan bentuk objeknya, seperti perubahan bentuk, waktu, tekanan, ruang, kontras-kontras, dan sebagainya. Suatu eksplorasi akan mudah dilakukan bila seseorang memiliki keterampilan dan kemampuan berimprovisasi. Hal ini dimaksudkan agar seseorang lebih terarah dalam mengembangkan kreativitasnya menuju ke suatu komposisi tari (forming). 2) Improvisasi : ciri utama improvisasi adalah spontanitas, karena dalam berimprovisasi terdapat kebebasan. Kreativitas melalui improvisasi sering diibaratkan “terbang yang tak diketahui”. Dengan berimprovisasi akan hadir suatu kesadaran baru dari sifat ekspresi gerak, dan juga munculnya suatu pengalaman-pengalaman yang pernah dipelajari.
25
Improvisasi dapat dilakukan secara bertahap. Pertama, mulai dari gerak yang sederhana dari anggota tubuh, seperti kaki, tangan, badan, dan kepala, kemudian dikembangkan. Gerakan tersebut dilakukan di tempat kemudian berpindah-pindah. Selanjutnya mengisi ruang yang meliputi arah, tempo, level, dan ritme. Kedua, mendengarkan musik kemudian direspon dengan cara mengisi dengan gerak-gerak. Ketiga, melakukan berbagai cara seperti memberikan rangsangan-rangsangan dengan alat dari tongkat, kain, selendang (sampur), atau melalui sentuhan-sentuhan tangan orang lain yang diajak berimprovisasi. Tahapan tersebut pada mulanya dilakukan secara urut, tetapi bila sudah dikuasai tidak perlu dilakukan secara urut, yang penting adalah bahwa tahapan itu harus menjadi satu kesatuan yang integral. Proses improvisasi mempunyai nilai yang khas karena merangsang imajinasi kita dalam rangka laku kreatif. 3) Komposisi atau forming : sebagai tujuan akhir pengembangan kreativitas adalah pembentukan komposisi atau penciptaan tari. Kepentingan komposisi lahir dari hasrat dan keinginan untuk apa yang telah diketemukan. Unsur spontan di sini masih diperlukan, tetapi harus ada suatu pemilihan dan pemilahan serta penyatuan secara sadar. Hal inilah yang disebut tari sebagai organisasi dari simbol yang disajikan dengan ekspresi yang unik dari penciptanya. Sesungguhnya, pengembangan kreativitas merupakan masalah pribadi yang tidak dapat dilakukan secara terburu-buru. Datangnya inspirasi sering
26
dikatakan bagaikan kilat. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya membutuhkan perjuangan yang keras dan ulet. 3. Tari Kridhajati Tari Kridhajati merupakan salah satu tarian yang ada di Kabupaten Jepara. Tari ini menggambarkan tentang seorang seniman ukir yang sedang membuat karyanya yaitu seni ukir kayu. Tari Kridhajati merupakan tari kreasi gaya Surakarta, dengan teknik gerak putra gagah. Tari ini diciptakan oleh seniwati asli Jepara, Endang Murtining Rahayu pada tahun 2006, atas perintah dari Bupati Jepara agar dibuatkan tarian yang dapat menggambarkan ciri khas daerah Jepara, yaitu seni ukir. Tari Kridhajati mempunyai arti Kridha dalam bahasa Sanskerta yang berarti “karya” dan Jati adalah nama jenis kayu di Kabupaten Jepara dan terkenal dengan ukiran kayu jatinya. Dengan demikian tari Kridhajati adalah ”Karya yang terbuat dari kayu jati”. Tari Kridhajati merupakan bentuk tari tunggal, namun dapat ditarikan dengan jumlah penari lebih dari 3 atau 50 penari. Fungsi tari Kridhajati di Kabupaten Jepara adalah sebagai tari penyambutan tamu dan sebagai hiburan. Tarian ini dapat ditarikan baik penari putra maupun penari putri. B. Kerangka Berpikir Tari Kridhajati diciptakan pada tahun 2006 oleh seniwati asli Jepara Endang Murtining Rahayu, oleh karena itu tari Kridhajati masih relatif baru dibandingkan dengan kesenian-kesenian lain yang tumbuh di Kabupaten
27
Jepara Jawa Tengah. Tari Kridhajati menggambarkan ciri khas daerah Jepara yaitu seni ukir. Fungsi tari Kridhajati adalah sebagai tari penyambutan dan sebagai hiburan. Tari Kridhajati sejak diciptakan tahun 2006 selalu dipentaskan dalam kegiatan apa saja yang diselenggarakan di Kabupaten Jepara, selain itu tari Kridhajati juga diikut sertakan dalam lomba baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional mewakili Kabupaten Jepara. Proses kreatif atau penciptaan dalam suatu karya tari, melalui beberapa tahapan, antara lain; 1) eksplorasi, 2) improvisasi, 3) evaluasi, dan 4) komposisi. Tahapan-tahapan tersebut selalu dilalui oleh seniman tari dalam proses menciptakan sebuah karya tarinya. Tahapan-tahapan tersebut merupakan suatu urutan kegiatan yang dilakukan seniman dalam menciptakan karyanya, mulai dari memikirkan ide/gagasan yang akan dituangkan dalam karyanya pada tahap eksplorasi, sampai menyusun gerak-gerak yang telah didapat pada tahap komposisi sesuai dengan temanya. Selain itu, proses kreatif atau penciptaan karya tari juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor lingkungan, keterampilan atau skill, sarana, minat dan bakat seorang seniman. Faktor-faktor tersebut yang membuat karya tari yang diciptakan mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki karya tari lainnya. Setiap karya tari pasti mempunyai keunikan tersendiri yang berbeda-beda dari satu karya tari dengan karya tari lainnya, sesuai dengan gaya dan orisinalitas seniman pencipta masing-masing.
28
Keunikan karya tari tersebut timbul dari perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi proses kreatif pencipta tari dalam membuat karyanya. Tari Kridhajati yang telah dikenal masyarakat luas, pasti mempunyai keunikan sendiri di mata penikmatnya. Keunikan tersebut timbul dari faktor lingkungan di mana Endang Murtining Rahayu belajar mengembangkan bakat dan minat tarinya, serta faktor lingkungan di mana ia tinggal, dan faktor-faktor lain seperti faktor sarana prasarana yang memfasilitasi dalam menciptakan tari Kridhajati. Peneliti juga mencoba untuk membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Endang Murtining Rahayu dalam menciptakan tari Kridhajati. C. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Tri Manunggal Jati, yang berjudul “Proses Kreatif Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dalam Penciptaan Karya Tari”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan proses kreatif siswa kelas XII SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta dalam penciptaan karya tari melalui tahap eksplorasi, improvisasi, dan komposisi. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan dari guru, siswa, dan beberapa narasumber lain. Teknik pengumpulan data diperoleh dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan alat bantu lembar catatan, kaset, tape recorder, foto/kamera, dan kamera video. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan langkah reduksi data.
29
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah proses kreatif yang dilakukan para siswa melalui tahap-tahap penggarapan dengan menggunakan rangsang audio (mendengar), visual (melihat), kinestetik, dan rangsang idesional. Tahap-tahap penggarapan yang dilakukan oleh siswa tersebut yaitu, eksplorasi dengan latihan tari kreasi baru, improvisasi dengan mencari, memilih, dan mengembangkan gerak, dan komposisi dengan menyusun gerak. Karya tari yang dihasilkan oleh siswa kelas XII SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta merupakan karya tari kreasi.
30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2007:67). Data yang diperoleh dikumpulkan dan diwujudkan secara langsung dalam bentuk deskripsi secara menyeluruh dan apa adanya berupa kata-kata lisan atau tertulis dari narasumber dan informan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses kreatif tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di kediaman Endang Murtining Rahayu selaku koreografer Tari Kridhajati yang beralamat di Kelurahan Pengkol Kabupaten Jepara dan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama dua bulan yaitu bulan April sampai Mei 2014.
31
C. Sumber Data 1. Sumber Data Primer Sumber data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian yang diambil langsung oleh peneliti kepada penata tari atau koreografer Tari Kridhajati dengan wawancara. 2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data primer. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu catatan, foto, dan rekaman video Tari Kridhajati yang disimpan sebagai arsip daerah di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Menurut S. Margono (1997 : 158) dikutip dalam Zuriah (2006 : 173), observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana gambaran tari Kridhajati secara umum di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Peneliti melakukan observasi dengan cara menyaksikan video rekaman tari Kridhajati. Aspek-aspek yang diamati pada observasi ini antara lain, aspek gerak, aspek iringan, dan aspek rias busana pada tari Kridhajati. 2. Wawancara Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah
32
adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee) (Zuriah, 2006:179). Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara terstruktur untuk mendapatkan informasi tentang proses kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono, 2010:319). Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan Endang Murtining Rahayu selaku Koreografer tari Kridhajati. Penelitian ini dilakukan di kediaman Endang di Kelurahan Pengkol Kabupaten Jepara. Wawancara dilakukan sebanyak 3 kali, yakni pada tanggal 4, 9, dan 11 Mei 2014. Pada wawancara pertama, peneliti mencari informasi tentang sejarah diciptakannya tari Kridhajati dan fungsi tari Kridhajati. Pada wawancara kedua, peneliti mencari informasi tentang proses kreatif tari Kridhajati yang meliputi tahap eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan komposisi. Dan pada wawancara ketiga, peneliti mencari informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses kreatif tari Kridhajati. 3. Dokumentasi Teknik studi dokumenter adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah, dan lain-lain (Nawawi, 2007:101).
33
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2010:329). Dalam penelitian ini dokumen yang didapatkan berupa, foto-foto, catatan iringan, dan video rekaman Tari Kridhajati. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengorganisasi data berupa data deskriptif yang dilengkapi dengan foto-foto, catatan harian penelitian, dan hasil wawancara. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan mengikuti model Miles dan Huberman, yaitu dengan urutan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. 1. Reduksi Data Setelah semua data terkumpul, maka perlu dilakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2010:338). Setelah
melakukan
wawancara
dengan
narasumber,
peneliti
merangkum semua hasil wawancara yang berkaitan dengan proses kreatif tari Kridhajati. Peneliti hanya memilih dan mengambil pokok-pokok dalam
34
wawancara yang berkaitan dengan proses kreatif tari Kridhajati dan membuang informasi yang tidak berkaitan dengan topik. 2. Penyajian Data Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data. Menurut Miles dan Huberman (1984) dikutip dalam Sugiyono (2010:341), yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dalam penelitian kualitatif disusun untuk membuat urutan dan pola data-data yang telah direduksi sehingga memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan mempermudah peneliti untuk menarik kesimpulan. Setelah merangkum semua informasi, peneliti menyajikan data sesuai dengan urutan-urutan atau pola-pola dalam proses kreatif tari Kridhajati. Dalam hal ini, peneliti membuat pola-pola yaitu tari Kridhajati secara umum, proses kreatif tari Kridhajati, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses kreatif. 3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Setelah mereduksi data dan menyajikan data, langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Menurut Miles dan Huberman dikutip dalam Sugiyono (2010:345), kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
35
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. F. Uji Keabsahan Data Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini, menggunakan uji kredibilitas data yaitu dengan teknik triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2010:372). Triangulasi dilakukan dengan tiga cara yaitu triangulasi teknik, sumber, dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan dalam hal ini sumber datanya adalah penata tari atau koreografer tari Kridhajati, kemudian ditanyakan kepada penari tari Kridhajati. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan di saat yang berbeda, misal pada pagi hari, siang hari, atau malam hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Jika narasumber memberi data yang berbeda maka datanya belum kredibel.
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara terletak pada posisi 5°43’20,67’’ sampai 6°47’25,83’’ Lintang Selatan dan 110°9’48,02’’ sampai 110°58’37,40’’ Bujur Timur. Kabupaten Jepara berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa. Kabupaten Jepara memiliki luas wilayah 1.004,16 km2. Kabupaten Jepara terbagi atas 16 kecamatan, 184 desa dan 11 kelurahan, serta 1.000 RW dan 4.622 RT. Jumlah penduduk Kabupaten Jepara tahun 2014 adalah 1.110.738 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 554.793 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 555.945 jiwa. Penduduk Kabupaten Jepara terdiri dari berbagai suku bangsa, antara lain; Jawa, Portugis, Cina, Arab, dan Bugis. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Penduduk Kabupaten Jepara mayoritas memeluk agama Islam, pemeluk agama lain yaitu Kristen, Katholik, Budha, dan Hindu.
37
Gambar 1 : Peta Kabupaten Jepara (dok : jeparakab.go.id, 2014) Jepara terkenal dengan sebutan Kota Ukir karena banyak menghasilkan produk-produk ukir dari bahan kayu seperti meja dan kursi, lemari, tempat tidur, patung, dan sebagainya. Produk-produk ukir tersebut banyak yang diekspor ke luar negeri. Kabupaten Jepara memiliki potensi baik potensi pariwisata maupun potensi budaya. Potensi pariwisata terdiri dari wisata alam, wisata buatan, wisata sejarah, wisata religi, dan wisata kuliner. Potensi
38
pariwisata itu antara lain; Pantai Kartini, Pantai Tirta Samudera, Aquarium Kura-Kura, Museum R.A. Kartini, Makam dan Masjid Mantingan, Benteng Portugis, Pulau Panjang, Taman Nasional Laut Karimunjawa, Makam Ratu Kalinyamat, Air Terjun Songgo Langit, dan lain-lain. Potensi budaya yang ada di Kabupaten Jepara antara lain; Pesta Lomban, Jembul Tulakan Keling, Perang Obor Tegalsambi, Pesta Baratan Kalinyamatan, dan Buka Luwur Mantingan. B. Sejarah Tari Kridhajati Jepara merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai ciri khas tersendiri dan tidak dimiliki oleh orang lain. Tari Kridhajati yang tumbuh di Kabupaten Jepara diciptakan oleh seniwati asli Jepara sebagai kesenian khas daerah Kabupaten Jepara. Tari Kridhajati merupakan tari yang menggambarkan kegiatan keseharian sebagian besar masyarakat Jepara sebagai pengrajin ukir, dan merupakan kegiatan mengukir tersebut menjadi salah satu mata pencaharian utama bagi masyarakat Jepara. Tari Kridhajati diciptakan pada tahun 2006 oleh seniwati asli Jepara Endang Murtining Rahayu, berdasarkan perintah Bupati Jepara agar dibuatkan sebuah tarian yang menceritakan tentang kesenian khas daerah Jepara yaitu seni ukir, dalam rangka mengikuti lomba tari tingkat nasional di Jakarta. Kabupaten Jepara mendapatkan urutan ke-16 dari 37 provinsi di Indonesia dalam lomba tingkat nasinal tersebut.
39
Tari Kridhajati merupakan tari putra gaya Surakarta. Tari Kridhajati merupakan bentuk tari tunggal, namun dapat ditarikan dengan jumlah penari lebih dari 3 atau 50 penari. Meskipun menggunakan teknik gerak putra, tari Kridhajati juga dapat ditarikan oleh penari putri. Hal ini dikarenakan minimnya jumlah penari putra yang ada di Kabupaten Jepara, oleh karena itu tari Kridhajati dapat ditarikan oleh penari putri dan gerakannya tetap sama yaitu menggunakan teknik gerak putra gagah. Hanya saja terdapat perbedaan sedikit pada segi rias dan busana. Tari Kridhajati mempunyai arti Kridha dalam bahasa Sanskerta yang berarti “karya” dan Jati adalah nama jenis kayu di Kabupaten Jepara dan terkenal dengan ukiran kayu jatinya. Dengan demikian tari Kridhajati adalah ”Karya yang terbuat dari kayu jati”. Tari Kridhajati merupakan tari yang menggambarkan tentang proses penciptaan atau pembuatan karya seni ukir, dalam hal ini adalah karya ukir yang terbuat dari kayu jati. Proses pembuatan karya ukir tersebut dimulai dari proses pencarian kayu di hutan, kemudian kayu tersebut digergaji, dilanjutkan menggambar obyek di kayu, memahat hingga diplitur, kemudian dipasarkan atau dijual. Gerakan yang dilakukan adalah gerakan menirukan gerak keseharian para pengrajin ukir yang diungkapkan dengan memperindah dan mengembangkan gerakan keseharian tersebut menjadi gerak putra gagah yang ditampilkan dengan gerakan srisig, mlaku telu, tumpang tali, sehingga menjadi tarian yang utuh dan dapat dinikmati.
40
Setelah ikut serta dalam lomba tingkat nasional, tari Kridhajati sering dipentaskan di Jepara, sehingga tari Kridhajati mempunyai fungsi sebagai tari penyambutan dan sebagai hiburan. Sebagai tari khas kota Jepara dan difungsikan sebagai penyambutan tamu, tari Kridhajati sering dipertunjukan dalam acara-acara penting yang diadakan oleh pihak PEMDA dan Dinas Pariwisata, misalnya kunjungan Gubernur Jawa Tengah ke Jepara dalam acara pembukaan Pameran kerajinan ukir yang diadakan di pendopo kabupaten pada tanggal 14 Agustus 2010, yang ditarikan oleh tujuh orang di plataran depan pendopo. Tari Kridhajati juga dipentaskan pada acara peresmian PLTU di Desa Kaliaman Kec. Kembang dan dipentaskan untuk penyambutan tamu dalam acara apresiasi seni di Karimunjawa. Fungsi tari Kridhajati sebagai tari hiburan adalah tari Kridhajati dipentaskan untuk menghibur para penonton yang melihatnya, misalnya tari Kridhajati yang dipentaskan secara massal dalam acara hari jadi Jepara pada tanggal 10 April 2009 yang bertempat di Alun-Alun Jepara dan diikuti oleh 300 penari dari sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Jepara. C. Proses Kreatif Tari Kridhajati Proses kreatif yang dilakukan dalam penciptaaan karya tari melalui beberapa tahapan, di mana proses ini meliputi berbagai tindakan yang dilakukan untuk menemukan ide-ide baru yang diekspresikan melalui gerak tari. Dalam penciptaan karya tari, langkah awal yang dilakukan adalah membuat naskah tari terlebih dahulu. Naskah tari ini merupakan rancangan yang berisi dasar-dasar dalam menciptakan karya tari. Naskah tari tersebut
41
berisi beberapa hal yang perlu disiapkan untuk membuat karya tari, di antaranya adalah judul karya tari, tema karya tari, dan konsep garapannya yang terdiri atas gerak, iringan, dan perlengkapan yang digunakan. Naskah tari tersebut dibuat dalam bentuk proposal karya tari. Proposal tersebut dibuat dengan sejelas-jelasnya agar mudah untuk dipahami. Proposal diajukan kepada Bupati Jepara sebagai langkah awal sebelum membuat karya tari. 1. Eksplorasi Tahap eksplorasi disebut juga dengan tahap penjajagan, yaitu seorang koreografer mulai berpikir dan berimajinasi dari suatu objek yang akan diangkat menjadi sebuah karya tari. Objek-objek tersebut didapatkan dari tangkapan langsung, sensasi-sensasi, kenangan-kenangan, gerak sehari-hari, hubungan sosial, upacara-upacara, dan sebagainya. Pada proses kreatif tari Kridhajati, objek yang diangkat untuk diangkat menjadi karya tari didapatkan dari tangkapan langsung, yaitu tentang proses kinerja seni ukir. Pada tahap eksplorasi ini, koreografer melakukan pengenalan dan pemahaman terhadap proses penggarapan seni ukir. Koreografer menangkap secara langsung apa yang sedang dilakukan oleh seniman ukir, sehingga terbentuklah sebuah rangsang awal. Rangsang awal yang didapat oleh koreografer pada tahap eksplorasi ini antara lain adalah rangsang visual dan rangsang kinestetik. Rangsang visual didapatkan melalui dengan melihat apa yang dilakukan oleh seniman pengrajin ukir dalam membuat karyanya. Pertama, pengrajin ukir mencari kayu di hutan
42
kemudian kayu tersebut dibawa pulang dan dipotong-potong dengan cara digergaji. Kemudian menggambar obyek di kayu tersebut dan dipahat. Kayu yang sudah dipahat kemudian diplitur, dan diteliti kembali sebelum dikemas untuk dijual. Rangsang kinestetik didapatkan dengan cara melihat dan menirukan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seniman pengrajin ukir. Misalnya gerakan seniman ukir yang sedang memotong kayu, kemudian menggambar objek di atas kayu, kemudian dipahat dan seterusnya.
Gambar 2 : Pose dalam ragam gerak ngukir (Foto : Dianita, 2014) Selain berpikir dan berimajinasi tentang objek yang akan diangkat menjadi karya tari, tahap eksplorasi juga merupakan tahapan di mana seorang
43
koreografer menentukan jenis dan tipe tari yang akan diciptakannya, serta mode penyajian dan orientasi garapannya. Koreografer menentukan tipe tari dalam tari Kridhajati yaitu drama tari karena tari Kridhajati membawakan alur cerita secara urut tentang proses penggarapan seni ukir. Sedangkan untuk mode penyajiannya adalah representasional karena tari Kridhajati menampilkan kembali alur cerita yang dilakukan oleh seniman ukir. Orientasi garapan tari Kridhajati berpijak pada gaya Surakarta. Setelah menangkap secara langsung objek yang akan diangkat menjadi sebuah karya tari, serta menentukan jenis dan tipe tarinya, seorang koreografer mulai memikirkan gerakan-gerakan apa yang akan diciptakan setelah menyaksikan dan menirukan gerak-gerak yang dilakukan oleh seniman ukir. Setelah berimajinasi dengan objek yang dijadikan bahan dalam karya tari, maka akan berlanjut pada tahap berikutnya, yaitu tahap improvisasi. 2. Improvisasi Ciri
utama
improvisasi
adalah
spontanitas,
karena
dalam
berimprovisasi terdapat kebebasan. Tahap improvisasi merupakan tahapan menemukan gerak secara spontan, atau tahapan untuk mencari, memilih, dan mengembangkan gerak tari sesuai objek yang akan diangkat menjadi sebuah karya tari. Objek yang diangkat pada tari Kridhajati adalah proses penggarapan seni ukir. Setelah mengetahui dan memahami tentang objek yang akan dituangkan dalam karya tari pada tahap eksplorasi di atas, koreografer
44
kemudian mencari gerakan-gerakan yang dapat menggambarkan proses penggarapan seni ukir. Gerakan-gerakan tersebut boleh saja menirukan gerak-gerak yang dilakukan oleh seniman ukir, namun harus diperhalus atau distilirisasi terlebih dahulu. Gerakan-gerakan yang didapatkan adalah gerak-gerak baru atau gerakgerak yang sudah ada namun dikembangkan oleh koreografer sesuai dengan kreativitasnya. Pada tahap improvisasi dalam penciptaan tari Kridhajati ini, koreografer mencari gerak dengan cara menirukan gerak-gerak yang dilakukan oleh seniman ukir untuk ragam-ragam tertentu. Misalnya untuk ragam mlitur, koreografer menirukan dan mengembangkan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seniman ukir ketika sedang mlitur atau memberi warna pada kayu. Sedangkan untuk gerak–gerak penghubung, koreografer menggunakan gerak srisig seperti pada tari gaya Surakarta pada umumnya.
45
Gambar 3 : Pose dalam ragam gerak mlitur (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 4 : Pose dalam ragam gerak mlitur (Foto : Dianita, 2014)
46
3. Evaluasi Dalam tahap evaluasi, koreografer melakukan seleksi terhadap gerakgerak yang telah didapatkan dan dikembangkan pada tahap sebelumnya. Wujud dari tahap evaluasi ini adalah memilih gerak-gerak yang sesuai dengan tema dan membuang gerak-gerak yang kiranya kurang atau tidak sesuai dengan tema yang digarap. Setelah mendapatkan gerak-gerak pada tahap improvisasi, koreografer melakukan pemilihan gerak. Koreografer akan mengubah atau membuang gerak yang sulit dilakukan atau gerak-gerak yang tidak sesuai dengan tema pada tari Kridhajati. 4. Komposisi Tahap komposisi merupakan tahap akhir dalam membuat karya tari yaitu membuat susunan beberapa gerak tari dari beberapa ragam gerak tari yang diperoleh pada tahap pengembangan dan pemilihan gerak. Beberapa ragam gerak yang telah dikembangkan dan dipilih kemudian disusun dengan menggabungkan gerak tersebut menjadi satu tarian baru. Pada tari Kridhajati diawali dengan ragam gerak bapang srisig, kemudian ulap-ulap, ngukir, mlitur, dan diakhiri dengan srisig masuk. Susunan ini adalah membuat urutan gerak dalam tari menjadi satu urutan tarian yang baru sesuai dengan temanya. Dalam komposisi tari, menyangkut beberapa komponen atau disebut juga elemen-elemen komposisi tari. Elemen-elemen yang digunakan dalam penciptaan karya tari antara lain, 1) gerak, 2) desain musik, 3) tema, 4) rias dan busana, 5) tempat pentas, dan 6) perlengkapan yang digunakan.
47
1. Gerak Dalam sebuah karya tari, gerak merupakan komponen yang utama, karena tari merupakan susunan dari beberapa gerak. Gerak dalam tari merupakan gerak yang diperindah, artinya gerak yang sudah mengalami pengembangan atau penggubahan. Koreografer meniru gerak dalam proses kinerja seni ukir, tidak langsung gerak apa adanya, melainkan gerak tersebut digubah agar menjadi indah namun tetap dapat menunjukkan maksud dari gerakan tersebut. Gerak dalam tari yang dimaksud, meliputi gerak kepala, badan, tangan, dan kaki. Koreografer menggunakan teknik gerak putra gagah pada tari klasik gaya Surakarta, karena koreografer merupakan seniman yang memiliki latar belakang studi di STSI Surakarta. Endang Murtining Rahayu selaku koreografer tari Kridhajati menggunakan jenis tari klasik karena ia merasa lebih mampu menari dan membuat karya tari yang klasik dibandingkan dengan tari kerakyatan. Tari Kridhajati merupakan tari klasik putra gagah gaya Surakarta, maka dalam tariannya sering dijumpai gerak kaki junjung tekuk di dalamnya. Endang Murtining Rahayu mengembangkan gerak tari berdasarkan gagasannya sendiri dengan gambaran seseorang yang sedang bekerja sebagai seniman ukir. Selain junjung tekuk, juga terdapat teknik gerak lain seperti srisig dan kengser. Untuk ragam, terdapat ragam memahat kayu dalam tari Kridhajati yang dilakukan dengan kedua tangan ngepel, tangan kiri ditekuk membuat siku-siku di depan badan menggambarkan seseorang yang memegang pahat, dan tangan kanan
48
diayun ke atas dan bawah menggambarkan seniman ukir sedang memukul pahat dengan menggunakan gandhen.
Gambar 5 : Pose dalam ragam gerak bapang (Foto : Dianita, 2014)
49
Gambar 6 : Pose dalam ragam gerak tranjalan (Foto : Dianita, 2014) 2. Iringan / Musik Musik adalah iringan yang digunakan untuk mengiringi sebuah tarian. Selain berfungsi untuk mengiringi tari, musik juga berfungsi untuk memberikan suasana. Dalam proses kreatif tari Kridhajati, Endang Murtining Rahayu selaku koreografer tidak membuat iringan sendiri karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan dalam bidang musik. Koreografer dibantu oleh komunitas pengrawit Taman Budaya Surakarta, yakni dengan menggunakan seperangkat gamelan lengkap serta ditambah dengan vokal sindhen. Dalam tari Kridhajati, iringannya diawali dengan intro/buka, kemudian dilanjutkan dengan Lancaran Gagah dan Lancaran Golek Kayu. Pada bagian tengah atau inti, tari Kridhajati diiringi dengan Ladrang Kridhajati dan vokal
50
sindhen yang membawakan Lelagon Golek Kayu. Kemudian kembali pada Lancaran Gagah sampai selesai. 3. Tema Tema adalah pokok pikiran, gagasan utama atau ide dasar. Sumber tema dalam tari Kridhajati yaitu mengambil dari kegiatan sehari-hari, dalam hal ini berkaitan dengan mata pencaharian yaitu seniman ukir. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para seniman ukir di Kabupaten Jepara, ditiru dan dituangkan dalam gerak tari, sehingga penonton akan memahami maksud dari tarian tersebut yaitu menggambarkan tentang pekerjaan seniman ukir kayu. 4. Rias dan Busana Fungsi rias antara lain adalah untuk memperkuat karakter, ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan. Pada tari Kridhajati baik penari putra maupun penari putri menggunakan rias panggung dengan bentuk alis sedikit naik ke atas atau alis branyak, dengan tujuan untuk mempertegas karakter sebagai tokoh yang gagah. Busana yang digunakan dalam tari Kridhajati cenderung sederhana karena gerak-geraknya menggunakan teknik gerak putra gagah. Busana pada tari Kridhajati tidak menggunakan kain jarik atau mekak yang dalam pemakaiannya rumit, tetapi menggunakan kostum yang langsung pakai sehingga mudah untuk dikenakan. Busana yang digunakan dalam tari Kridhajati antara lain; celana kuning dengan panjang selutut, rapek, baju yang disebut etrok, dan sabuk atau slepe. Untuk kepala menggunakan sanggul jegul, jamang kulit, grodo mungkur, sumping, dan cundhuk mentul. Sedangkan
51
assesoris yang digunakan antara lain; kalung, gelang tangan, gelang kaki atau binggel, suweng, dan klat bahu. Busana dan perlengkapan pada tari Kridhajati dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 7 : Celana selutut (Foto : Dianita, 2014)
52
Gambar 8 : Rapek tampak depan (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 9 : Rapek tampak belakang (Foto : Dianita, 2014)
53
Gambar 10 : Etrok tampak depan (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 11 : Etrok tampak belakang (Foto : Dianita, 2014)
54
Gambar 12 : Slepe / ikat pinggang (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 13 : Jamang Kulit (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 14 : Sanggul Jegul (Foto : Dianita, 2014)
55
Gambar 15 : Grodo Mungkur (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 16 : Sumping (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 17 : Cundhuk Mentul (Foto : Dianita, 2014)
56
Gambar 18 : Gelang tangan (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 19 : Gelang kaki / Binggel (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 20 : Klat Bahu (Foto : Dianita, 2014)
57
Gambar 21 : Kalung (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 22 : Suweng (Foto : Dianita, 2014) Ada sedikit perbedaan antara busana yang digunakan penari putra dan penari putri, antara lain; penari putri memakai baju etrok, slepe, dan kalung putri, sedangkan penari putra tidak memakai baju, melainkan memakai sabuk cinde, epek timang, dan kalung ulur, serta tidak memakai suweng dan cundhuk mentul.
58
Gambar 23 : Sabuk Cinde (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 24 : Epek Timang (Foto : Dianita, 2014)
Gambar 25 : Kalung Ulur (Foto : Dianita, 2014)
59
5. Tempat Pentas Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara cenderung fleksibel dan dapat disajikan di mana saja, artinya dapat dipentaskan baik di arena terbuka seperti lapangan, maupun di arena tertutup atau panggung pertunjukan (stage). Tari Kridhajati juga pernah dipentaskan di Pendopo Kabupaten Jepara. Tari Kridhajati dapat diiringi baik oleh gamelan langsung (live) maupun dengan kaset. Waktu penyajiannya pun fleksibel, dapat dipentaskan di pagi, siang, sore, atau malam hari. Durasi tari Kridhajati antara 9-10 menit.
Gambar 26 : Pendopo Kabupaten Jepara (Foto : Dianita 2014) 6. Properti Tari Kridhajati tidak menggunakan properti apapun atau perlengkapan yang digunakan untuk menari.
60
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Kreatif Tari Kridhajati Tari Kridhajati dalam proses penciptaannya melalui tahap-tahap yang cukup panjang sebelum tari tersebut dikenal oleh masyarakat luas. Selain tahap-tahap proses kreatif yang telah dijelaskan di atas, terdapat pula faktorfaktor yang mempengaruhi proses kreatif seorang seniman dalam menciptakan karya seninya. Faktor-faktor tersebut lah yang membuat sebuah karya tari memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses kreatif antara lain adalah faktor internal dan faktor eksternal, seperti, faktor lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan apresiasi. 1. Lingkungan Faktor lingkungan terdiri atas lingkungan luar dan lingkungan dalam. Lingkungan luar adalah pengaruh yang datang dari luar pribadi seseorang yang mempengaruhi
proses
kreatif,
sedangkan
lingkungan
dalam
adalah
kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh seorang koreografer atau penata tari. a. Lingkungan Luar Lingkungan luar atau ekstern yang mempengaruhi proses kreatif tari Kridhajati adalah lingkungan atau tempat di mana koreografer itu berada atau tinggal. Endang Murtining Rahayu adalah seorang seniwati asli Jepara, ia lahir di Jepara dan hingga saat ini ia tetap tinggal di Kabupaten Jepara. Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang tidak memiliki ciri khas tarian tersendiri seperti tari Banyumasan yang berasal dari
61
wilayah bagian barat provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, tari-tarian yang ada di Kabupaten Jepara mengikuti gaya Surakarta. Sehingga Endang sebagai koreografer tari Kridhajati, menciptakan tari gaya Surakarta, dan lingkungan di mana ia tinggal juga mengikuti tari gaya Surakarta. Selain itu, Kabupaten Jepara memiliki ciri khas daerah yaitu seni ukir. Oleh karena itu, tari Kridhajati menceritakan atau menggambarkan tentang proses kinerja seni ukir. Bupati Jepara bersama Endang Murtining Rahayu selaku koreografer tari Kridhajati ingin memvisualisasikan proses penggarapan seni ukir di dalam sebuah gerak-gerak tari yang indah. Sehingga tari Kridhajati menjadi tari khas daerah Jepara atau sebagai ikon Kabupaten Jepara. Tari Kridhajati juga disebut dengan Tari Ukir. b. Lingkungan Dalam Lingkungan dalam/intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri koreografer itu sendiri, misalnya kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh seorang pencipta karya seni. Lingkungan dalam atau intern dalam proses kreatif tari Kridhajati adalah faktor yang berasal dari diri koreografer atau pencipta tari Kridhajati yaitu Endang Murtining Rahayu. Pada proses penciptaan tari Kridhajati, Endang melakukan perenungan tentang penggambaran tari yang akan dibuat, yaitu dengan memikirkan kemampuan yang ia punya dalam penciptaan tari Kridhajati. Endang adalah seorang seniman tari yang berlatar belakang tari gaya Surakarta, karena ia telah menempuh studinya di SMKI Surakarta dan STSI Surakarta (sekarang ISI Surakarta). Oleh karena hal itu, ia lebih mampu
62
dan menguasai teknik tari klasik gaya Surakarta, sehingga tari Kridhajati berpijak pada gaya Surakarta. Endang mengatakan bahwa ia merasa tari klasik gaya Surakarta adalah tari yang lebih mudah dipelajari dibandingkan dengan jenis tari lainnya. Selain itu, Endang juga lebih berbakat dan berminat pada tari klasik dibandingkan tari kerakyatan atau modern. Ia mengatakan bahwa ia lebih menyukai tari klasik dibandingkan dengan tari kerakyatan yang gerakannya enerjik, selain itu memang bidangnya lebih cenderung ke tari klasik gaya Surakarta. Oleh karena itu, ia menggarap tari Kridhajati dengan teknik gerak klasik Surakarta sesuai dengan bakat dan kemampuannya. 2. Sarana atau Fasilitas Sarana atau fasilitas adalah suatu media atau alat yang digunakan untuk mencapai maksud atau tujuan tertentu. Dalam proses kreatif tari Kridhajati ini, sarana atau fasilitas tersebut dapat berupa fisik maupun non fisik. Fisik misalnya, bentuk postur tubuh dan kondisi tubuh, sedangkan non fisik misalnya peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa tari Kridhajati merupakan tari klasik gaya Surakarta. Selain kemampuan dan bakat Endang Murtining Rahayu di bidang tari klasik gaya Surakarta, ia juga merasa bahwa kondisi fisiknya lebih mampu untuk menciptakan tari berjenis klasik karena tari klasik itu lebih halus dibandingkan dengan jenis tari lainnya. Dikarenakan usianya yang semakin bertambah, maka ia tidak mampu untuk melakukan gerak yang lebih enerjik seperti pada tari kerakyatan dan modern.
63
Selain fisik seperti postur dan kondisi tubuh, sarana non fisik seperti peralatan dan perlengkapan yang memfasilitasi juga berpengaruh dalam proses kreatif tari Kridhajati. Endang Murtining Rahayu sebagai pencipta tari Kridhajati bekerja secara mandiri pada tahap eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan komposisi. Komposisi merupakan tahapan terakhir dalam proses penciptaan karya tari, yaitu tahapan di mana seluruh gerakan-gerakan telah disusun berurutan sesuai tema atau cerita. Setelah gerakan-gerakan tersebut sudah membentuk sebagai sebuah tarian yang utuh, tahapan selanjutnya adalah bekerja sama dengan penata iringan. Endang Murtining Rahayu difasilitasi oleh Kabupaten Jepara berlatih di aula Museum Kartini. Di aula tersebut terdapat seperangkat gamelan Jawa lengkap dan tempatnya cukup luas untuk bekerja sama dengan penata iringan. Oleh karena itu, Endang mengatakan bahwa sarana yang memfasilitasinya dalam proses kreatif tari Kridhajati sudah cukup memadai. 3. Keterampilan Keterampilan atau skill merupakan suatu kemahiran atau kemampuan terlatih sebagai modal untuk mengerjakan seseuatu secara efektif dan efesien. Keterampilan atau skill yang dimiliki oleh seseorang sering tergantung pada hubungan antara sarana dan kemampuan pribadi. Dalam hal ini, yaitu keterampilan yang mempengaruhi proses kreatif tari Kridhajati tergantung pada hubungan antara sarana dan kemampuan pribadi Endang Murtining Rahayu selaku koreografer tari Kridhajati. Seperti pada faktor dalam/intern yang mempengaruhi proses kreatif tari Kridhajati, bahwa
64
Endang Murtining Rahayu memiliki kemampuan dan bakat di bidang tari klasik gaya Surakarta, karena ia menyelesaikan studinya di SMKI Surakarta dan STSI Surakarta jurusan Seni Tari. Endang selama bertahun-tahun belajar dan mengembangkan bakatnya di bidang seni tari khususnya tari klasik gaya Surakarta. Selain itu, sarana baik fisik maupun non fisik yang mempengaruhi proses kreatif tari Kridhajati juga turut mendukung Endang untuk mengembangkan kemampuan dan bakatnya di bidang tari klasik gaya Surakarta. Oleh karena itu, sudah tidak diragukan lagi bahwa Endang Murtining Rahayu memiliki keterampilan di bidang tari klasik gaya Surakarta. 4. Identitas Identitas adalah suatu gaya dan cara seseorang yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, baik masyarakatnya maupun alamnya. Seperti pada faktor lingkungan luar yang telah dijelaskan bahwa lingkungan di mana Endang lahir, tumbuh, dan tinggal adalah di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Meskipun ia menyelesaikan studinya di Surakarta, namun ia tetap kembali dan mengembangkan ilmunya di Jepara. Selain itu, masyarakat di Kabupaten Jepara sebagian besar bermatapencaharian sebagai pengrajin ukir. Hal ini lah yang membuat Kabupaten Jepara dikenal sebagai Kota Ukir. Sehingga Bupati Jepara mengutus Endang Murtining Rahayu selaku seniman tari untuk menciptakan tarian khas daerah Jepara yang menggambarkan tentang seni ukir.
65
Jadi, kondisi lingkungan dan masyarakat di Kabupaten Jepara lah yang mempengaruhi identitas kepada tari Kridhajati, bahwa tari Kridhajati merupakan tarian khas dan asli dari Kabupaten Jepara Jawa Tengah yang menggambarkan tentang seni ukir. 5. Orisinalitas Orisinalitas adalah keaslian sebuah karya seni. Untuk hal ini, Endang Murtining Rahayu selaku koreografer tari Kridhajati hanya bisa menciptakan sebuah tarian sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Endang hanya mencari dan mengembangkan gerak serta mendesain rias dan busana, selain itu juga ia dibantu oleh komunitas Taman Budaya Surakarta untuk membuat iringan tari Kridhajati. Jadi, ilmu dan kemampuan yang dimiliki oleh Endang masih sangat terbatas, sehingga keorisinalitas atau keaslian sebuah karya tari itu masih sulit untuk diwujudkan. 6. Apresiasi Apresiasi merupakan sebuah penghargaan terhadap suatu karya seni yang sangat dibutuhkan untuk merangsang proses kreatif. Dalam proses kreatif tari Kridhajati ini tentunya mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi, baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat Kabupaten Jepara. Tari Kridhajati ini dapat terwujud karena keinginan Bupati Jepara sendiri dengan tujuan agar Kabupaten Jepara memiliki ikon atau tarian khas daerah. Oleh karena itu, dalam proses penciptaan tari Kridhajati tentu saja mendapatkan banyak dukungan baik moral maupun material dari pemerintah
66
daerah Kabupaten Jepara. Dengan tujuan agar dalam proses penciptaan tari Kridhajati dapat berjalan lancar sampai proses itu selesai. Dengan proses penciptaan yang panjang dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses kreatif, tari Kridhajati menjadi salah satu tarian di Kabupaten Jepara yang selalu dipentaskan dalam kegiatan apapun. Tari Kridhajati menjadi sebuah tarian yang menarik untuk dinikmati dan menjadi salah satu tarian di Jepara yang menggambarkan ciri khas daerah Kabupaten Jepara, yaitu seni ukir. Tentu saja masih banyak jenis tari lainnya di Jepara yang menggambarkan ciri khas daerah Kabupaten Jepara, selain Tari Kridhajati sebagai Tari Ukir.
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Proses kreatif yang dilakukan oleh Endang Murtining Rahayu selaku koreografer tari Kridhajati, dilakukan melalui tahap-tahap penggarapan dengan menggunakan rangsang visual dan kinestetik. Pada tahap penggarapan dengan menggunakan rangsang visual yaitu ketika Endang melihat secara langsung dan mengamati apa yang sedang dilakukan oleh seniman ukir, dan rangsang kinestetik diperoleh ketika Endang menirukan gerak-gerak yang dilakukan oleh seniman ukir pada saat membuat karya seni ukir kayu. Tahap-tahap yang dilakukan oleh Endang Murtining Rahayu meliputi tahap eksplorasi yaitu proses penjajakan atau proses berpikir/berimajinasi, tahap improvisasi yaitu proses pencarian gerak secara spontan dan pengembangannya, tahap evaluasi yaitu proses seleksi atau pemilihan gerak, dan tahap komposisi yaitu proses penyusunan gerak. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kreatif tari Kridhajati antara lain adalah faktor lingkungan, sarana, keterampilan, identitas, orisinalitas, dan apresiasi. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan luar dan lingkungan dalam. Lingkungan luar adalah faktor yang datang dari luar diri koreografer seperti kondisi lingkungan atau alam, sedangkan lingkungan dalam adalah faktor yang berasal dari dalam diri koreografer yang mempengaruhi proses kreatif , seperti kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh koreografer.
68
Faktor lingkungan luar yang mempengaruhi Endang Murtining Rahayu dalam proses kreatif tari Kridhajati adalah karena lingkungan dan masyarakat di Kabupaten Jepara sebagai seniman ukir. Sedangkan lingkungan dalam yaitu kemampuan dan bakat Endang Murtining Rahayu lebih cenderung menguasai tari gaya Surakarta, oleh karena itu tari Kridhajati digarap dalam bentuk tari gaya Surakarta. Sedangkan faktor sarana baik fisik maupun non fisik juga sangat mendukung Endang dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya di bidang tari gaya Surakarta. Untuk faktor keterampilan, Endang lebih menguasai tari gaya Surakarta dibandingkan dengan jenis tari lainnya. Faktor identitas yang mempengaruhi proses kreatif tari Kridhajati, hampir sama dengan faktor lingkungan luar yang telah dijelaskan bahwa Endang tinggal di Kabupaten Jepara yang masyarakatnya sebagian besar bermatapencaharian sebagai seniman ukir. Keorisinalitasan atau keaslian suatu karya seni masih sulit untuk diwujudkan karena keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh seorang seniman. Faktor apresiasi juga didapatkan oleh Endang dalam proses penciptaan tari Kridhajati baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat di Kabupaten Jepara. Kabupaten Jepara terkenal dengan sebutan Kota Ukir karena sebagian besar masyarakat Jepara adalah seniman ukir, oleh karena itu tari Kridhajati diciptakan untuk dijadikan tari yang mencerminkan ciri khas daerah Kabupaten Jepara yaitu seni ukir. Gerakan-gerakannya menirukan gerakan-gerakan seniman ukir yang sedang membuat karyanya, misalnya; mencari kayu di
69
hutan, menggambar objek di kayu, memahat, diplitur, dan kemudian dipasarkan untuk dijual. Tari Kridhajati menjadi sebuah bentuk tarian khas daerah dan menjadi ikon bagi Kabupaten Jepara. B. Saran 1. Untuk koreografer/penata tari, agar senantiasa mengembangkan ilmu dan bakatnya dalam menciptakan karya tari. Tidak hanya berhenti pada satu karya saja, namun terus melanjutkan dengan menciptakan karya-karya baru yang lain agar kesenian tari khususnya di Kabupaten Jepara tetap berkembang dan lestari. 2. Untuk Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, agar selalu mendukung dan mengapresiasi kesenian-kesenian yang ada di Kabupaten Jepara, khususnya seni tari. Senantiasa memfasilitasi setiap kegiatan yang berhubungan dengan upaya pelestarian seni budaya yang berkembang di Kabupaten Jepara. 3. Untuk masyarakat Kabupaten Jepara, agar selalu mengapresiasi, menerima, dan tidak memandang sebelah mata kesenian-kesenian yang ada di Kabupaten Jepara, sebagai wujud kecintaan dan pelestarian seni budaya. Keseniankesenian tersebut merupakan ciri khas daerah Kabupaten Jepara dan menjadikan Jepara semakin dikenal oleh masyarakat luas.
70
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ke-3. Jakarta : Balai Pustaka Doubler, N.H.M. 1985. Tari Pengalaman Seni Yang Kreatif. (Terjemahan Tugas Kumorohadi). Surabaya : Senat Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesenian Wilmatika Ellfeldt, L. 1997. Pedoman Dasar Penata Tari. (Terjemahan Sal Murgiyanto). Jakarta : Lembaga Pendidikan Kesenian Hadi, Sumandiyo. 1983. Pengantar Kreativitas Tari. Yogyakarta : Akademi Seni Tari Indonesia _____. 1996. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta : Mantili Hawkins, M.A. 1990. Mencipta Lewat Tari. (Terjemahan Sumandiyo Hadi). Yogyakarta : ISI Yogyakarta Jazuli, M. 1994. Telaah Teoretis Seni Tari. IKIP Semarang : Semarang Press Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta : Depdikbud Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Smith, J. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru. (Terjemahan Ben Suharto). Yogyakarta : Ikalasti Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Widyosiswoyo, Supartono. Indonesia
2004.
Ilmu
Budaya
Dasar.
Bogor:
Ghalia
Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara
71
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jepara diunduh pada Sabtu, 24 Mei 2014 pukul 19.00 WIB http://www.jeparakab.go.id/ diunduh pada Sabtu, 24 Mei 2014 pukul 19.00 WIB
68
LAMPIRAN
69
Lampiran 1 Glosarium
Binggel
: assesoris gelang kaki yang dipakai oleh penari
Branyak
: gagah
Cundhuk mentul
: hiasan kepala yang terbuat dari logam kuningan, menyerupai pegas
Epek timang
: assesoris ikat pinggang yang dipakai oleh penari putra
Etrok
: baju atasan yang dipakai dalam tari Kridhajati
Gandhen
: alat yang menyerupai martil namun terbuat dari kayu, fungsinya untuk memukul pahat
Gendhing
: musik
Grodo mungkur
: hiasan kepala yang dipakai menempel di belakang sanggul
Jamang kulit
: hiasan kepala yang terbuat dari kulit, dipakai dengan cara diikat
Jati
: nama jenis kayu yang di Kabupaten Jepara
Junjung tekuk
: sikap kaki diangkat dan ditekuk membentuk siku-siku
Kengser
: gerak penghubung dalam tarian yang dilakukan dengan jalan kecil-kecil ke kanan atau ke kiri
70
Kridha
: karya (dalam Bahasa Sanskerta)
Lighting
: tata cahaya
Mekak
: kemben, pakaian wanita yang menutup bagian dada sampai perut
Mlaku telu
: gerak dalam tari yang dilakukan dengan melangkahkan kaki kanan-kiri-kanan
Mlitur
: memberi warna pada hasil ukiran kayu
Ngepel
: sikap tangan seperti sedang menggenggam
Ngukir
: memahat kayu
Nuding
: gerak yang memiliki arti marah
Properti
: alat yang digunakan untuk menari
Rapek
: kostum yang digunakan untuk menutup badan bagian perut sampai lutut
Sampur
: selendang berupa kain yang digunakan untuk menari
Sindhen
: penyanyi wanita dalam karawitan
Skill
: keterampilan
Slepe
: sabuk, ikat pinggang
Sound System
: tata suara
71
Srisig
: penghubung dalam tarian yang dilakukan dengan lari kecil-kecil
Staging
: pemanggungan
Sumping
: hiasan kepala terbuat dari kulit, dipakai dengan cara dikaitkan di kedua telinga penari
Suweng
: subang
Tumpang tali
: sikap pangkal tangan kanan di atas tangan kiri atau sebaliknya
Ulap-ulap
: gerak yang memiliki arti seseorang sedang melihat sesuatu yang jauh letaknya
Wantah
: gerak murni, gerak yang tidak mempunyai arti
72
Lampiran 2
Pedoman Observasi
A. Tujuan Peneliti melakukan observasi yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang “Proses Kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah”. B. Pembatasan Peneliti melakukan observasi dengan memutar video tari Kridhajati dengan mendapatkan informasi secara langsung dari narasumber. C. Kisi-kisi Observasi No.
Aspek yang Dikaji
1.
Pengamatan tentang gerak
2.
Pengamatan tentang iringan
3.
Pengamatan tentang tata rias
4.
Pengamatan tentang tata busana
5.
Pengamatan tentang pola lantai
Hasil
73
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
A. Tujuan Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang “Proses Kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah”. B. Pembatasan Dalam melakukan wawancara, peneliti dibatasi dengan “Proses Kreatif Tari Kridhajati di Kabupaten Jepara Jawa Tengah”. C. Kisi-kisi Wawancara No. 1.
Aspek yang Dikaji Sejarah
atau
latar
Hasil Wawancara belakang
diciptakannya tari Kridhajati 2.
Gambaran umum tentang tari Kridhajati
3.
Proses kreatif tari Kridhajati, meliputi tahap, eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan komposisi.
4.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
proses kreatif tari Kridhajati.
74
Lampiran 4
Pedoman Dokumentasi
A. Tujuan Dokumentasi ini dilakukan untuk menambah kelengkapan data yang berkaitan dengan tari Kridhajati di Kabupaten Jepara. B. Pembatasan Dalam melakukan dokumentasi ini peneliti membatasi dokumen sebagai sumber data berupa : 1. Rekaman video tari Kridhajati 2. Foto-foto 3. Buku catatan dan referensi. C. Kisi-kisi Dokumentasi No. 1.
Dokumentasi
Hasil Dokumentasi
Rekaman :
Rekaman video tari Kridhajati
Rekaman iringan tari Kridhajati
Rekaman
wawancara
berupa
tulisan 2.
Foto-foto tari Kridhajati
3.
Buku catatan iringan tari Kridhajati
75
Lampiran 5
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal
: Selasa, 29 April 2014
Jam
: 18.30 WIB
Tempat
: Jalan Kenanga RT 01 RW XI Kec. Bangsri Kab. Jepara
Narasumber
: Aninda Kusumaningtyas
Topik
: Gambaran umum tari Kridhajati
Deskripsi hasil wawancara
:
Tari Kridhajati adalah tarian khas daerah Jepara yang menggambarkan tentang seniman yang sedang mengukir kayu. Tarian ini menjadi ikon di Kabupaten Jepara. Tari Kridhajati merupakan tari yang dapat ditarikan baik secara tunggal, maupun kelompok atau massal. Tari Kridhajati dapat ditarikan baik penari putra maupun penari putri, karena di Jepara kekurangan penari putra dan mungkin saja tidak ada. Hampir semua tari-tarian yang ada di Kabupaten Jepara adalah tari putri. Fungsi tari Kridhajati adalah sebagai tari penyambutan tamu-tamu kehormatan yang datang ke Kabupaten Jepara. Selain itu tari Kridhajati juga dipentaskan pada saat hari jadi Kota Jepara. Saya ikut berperan dalam acara tersebut, saya ikut menarikan tari Kridhajati yang ditarikan secara massal dengan jumlah penari sebanyak 300 orang. Saya ikut menjadi 20 penari terdepan dengan menggunakan rias dan busana lengkap. Acara tersebut diselenggarakan di Alun-Alun Kota Jepara. Tari Kridhajati berdurasi sekitar 10 menit, dan menurut saya tari Kridhajati tidak terlalu sulit untuk dipelajari.
76
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal
: Minggu, 4 Mei 2014
Jam
: 16.00 WIB
Tempat
: Jalan Shima 03 RT 01 RW VI Kel. Pengkol Kab. Jepara
Narasumber
: Endang Murtining Rahayu, S. Kar
Topik
: Gambaran umum dan sejarah tari Kridhajati
Deskripsi hasil wawancara
:
Tari Kridhajati diciptakan pada tahun 2006, berdasarkan perintah Bupati Jepara agar dibuatkan sebuah tarian yang menceritakan tentang seni ukir, dalam rangka mengikuti lomba tari tingkat nasinal di Jakarta. Kabupaten Jepara mendapatkan urutan ke-16 dari 37 provinsi di Indonesia dalam lomba tingkat nasinal tersebut. Tari Kridhajati adalah jenis tari klasik gaya Surakarta yang menggunakan teknik gerak putra gagah. Tari Kridhajati dapat ditarikan baik secara tunggal, berpasangan, kelompok, maupun massal. Meskipun menggunakan teknik gerak putra gagah, tari Kridhajati juga dapat ditarikan oleh penari putri. Hal ini dikarenakan minimnya jumlah penari putra yang ada di Kabupaten Jepara, oleh karena itu tari Kridhajati dapat ditarikan oleh penari putri dan gerakannya tetap sama yaitu menggunakan teknik gerak putra gagah. Hanya saja terdapat perbedaan sedikit pada segi rias dan busana. Tari Kridhajati mempunyai arti Kridha dalam bahasa Sanskerta yang berarti “karya” dan Jati adalah nama jenis kayu di Kabupaten Jepara dan terkenal dengan ukiran kayu jatinya. Dengan demikian tari Kridhajati adalah ”Karya yang terbuat dari kayu jati”. Tari Kridhajati menceritakan kegiatan orang mengukir, dari proses pencarian kayu di hutan, kemudian kayu tersebut digergaji, dilanjutkan menggambar obyek di kayu, memahat hingga diplitur, kemudian dipasarkan atau dijual. Tari Kridhajati mempunyai fungsi sebagai tari penyambutan dan sebagai hiburan. Tari Kridhajati sering dipertunjukan dalam acara-acara penting yang diadakan oleh pihak PEMDA dan Dinas Pariwisata, misalnya kunjungan Gubernur Jawa Tengah ke Jepara dalam acara pembukaan
77
Pameran kerajinan ukir yang diadakan di pendopo kabupaten pada tanggal 14 Agustus 2010, yang ditarikan oleh tujuh orang di plataran depan pendopo. Tari Kridhajati juga dipentaskan pada acara peresmian PLTU di Desa Kaliaman Kec. Kembang dan dipentaskan untuk penyambutan tamu dalam acara apresiasi seni di Karimunjawa. Tari Kridhajati juga dipentaskan untuk keperluan hiburan, misalnya tari Kridhajati yang dipentaskan secara massal dalam acara hari jadi Jepara pada tanggal 10 April 2009 yang bertempat di Alun-Alun Jepara dan diikuti oleh 300 penari dari sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Jepara. Rias yang digunakan adalah rias panggung, baik penari putra maupun putri. Namun agar dapat menunjukkan karakter gagah, digunakan alis branyak. Busana yang digunakan dalam tari Kridhajati antara lain; celana kuning dengan panjang selutut, rapek, baju yang disebut etrok, dan sabuk atau slepe. Untuk kepala menggunakan sanggul jegul, jamang kulit, grodo mungkur, sumping, dan cundhuk mentul. Sedangkan assesoris yang digunakan antara lain; kalung, gelang tangan, gelang kaki atau binggel, suweng, dan klat bahu. Untuk penari putra tidak menggunakan baju etrok, melainkan atasannya dibiarkan terbuka kemudian dipakaikan sabuk cinde, epek timang, dan kalung ulur. Penari putra juga tidak menggunakan assesoris seperti yang dipakai oleh penari putri, seperti kalung dan suweng.
78
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal
: Jumat, 9 Mei 2014
Jam
: 19.30 WIB
Tempat
: Jalan Shima 03 RT 01 RW VI Kel. Pengkol Kab. Jepara
Narasumber
: Endang Murtining Rahayu, S. Kar
Topik
: Proses kreatif/penciptaan tari Kridhajati
Deskripsi hasil wawancara
:
Setelah mendapat perintah dari bapak Bupati, saya langsung membuat proposal karya tari untuk memberikan gambaran tari apa yang akan diciptakan kepada Bupati Jepara. Setelah direvisi dan diberikan pengarahan, saya langsung mulai bekerja untuk membuat tari Kridhajati. Pada tahap pertama saya mulai menjajaki tentang kerajinan seni ukir, saya melihat secara langsung apa yang dilakukan oleh seniman ukir. Saya memperhatikan gerak-gerik seniman ukir itu dalam membuat karya ukir kayu. Setelah menjajaki tentang proses kinerja seni ukir, saya mulai bekerja di rumah. Saya mulai memikirkan urutan-urutan gerak tari yang akan dibuat. Urutan-urutan dalam tari Kridhajati antara lain adalah, proses mencari kayu di hutan, kemudian dibawa pulang, kayu tersebut dipotong-potong dengan gergaji, selanjutnya menggambar objek di kayu dan dipahat serta diplitur. Setelah itu karya ukir kayu tersebut dipasarkan dan dijual baik ke dalam maupun ke luar negeri. Hal yang saya lakukan selanjutnya yaitu mencari-cari gerak yang sesuai, dan mulai mengembangkan gerak yang saya dapatkan dari gerakan-gerakan seniman ukir pada tahap penjajakan sebelumnya. Gerakan-gerakan seniman ukir itu saya tirukan, namun sudah distilirisasi atau diperhalus seperti gerak-gerak pada tari Jawa. Setelah mendapatkan gerak sebanyak mungkin, saya mulai menyeleksi gerak yang sesuai. Misalnya ada gerak yang kurang pas, maka akan saya ganti dengan gerak lain atau gerak tersebut dibuang. Tahap selanjutnya, yaitu tahap komposisi. Pada tahap ini saya mulai menyusun gerak dan mengurutkan adegan-adegan proses kinerja seni ukir dalam tari Kridhajati. Setelah terbentuk sebuah tarian yang utuh,
79
saya dibantu dengan komunitas pengrawit Taman Budaya Surakarta untuk membuat iringan tari, karena saya tidak bisa membuat iringan tari sendiri. Setelah membuat iringan tari, saya juga mulai memikirkan untuk membuat kostum tari untuk tari Kridhajati. Untuk lomba tingkat nasional di Jakarta, saya membuat 16 pasang kostum tari Kridhajati. Namun hanya beberapa saja yang kembali lengkap di Jepara.
80
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal
: Minggu, 11 Mei 2014
Jam
: 07.30 WIB
Tempat
: Jalan Shima 03 RT 01 RW VI Kel. Pengkol Kab. Jepara
Narasumber
: Endang Murtining Rahayu, S. Kar
Topik
: Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kreatif tari Kridhajati
Deskripsi hasil wawancara
:
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kreatif antara lain adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor yang berasal dari luar. Faktor yang berasal dari dalam diri, yang utama adalah skill atau keterampilan yang saya miliki. Saya adalah lulusan SMKI Surakarta dan STSI Surakarta, maka saya lebih menguasai tari klasik gaya Surakarta. Sehingga dalam proses penciptaan tari Kridhajati, saya lebih memilih menggunakan teknik gerak klasik Surakarta. Saya malah tidak bisa membuat tarian yang modern dan enerjik karena selain usia yang bertambah, pasca saya kecelakaan dan koma, saya memiliki keterbatasan dalam bergerak. Untuk faktor dari luar atau ekstern, faktor utama adalah faktor lingkungan. Karena lingkungan kita berada di Kabupaten Jepara, maka tari Kridhajati menceritakan tentang seni ukir yang menjadi ciri khas daerah Kabupaten Jepara. Selain itu taritarian Jepara baik klasik maupun kerakyatan selalu mengikuti teknik gerak tari gaya Surakarta, sehingga semakin menguatkan bahwa tari Kridhajati merupakan tari klasik gaya Surakarta. Sebelum tari Kridhajati, tari Gambyong selalu dipentaskan di Jepara dalam acara apapun, baik sebagai penyambutan tamu maupun sebagai hiburan. Namun setelah tari Kridhajati muncul, tari Kridhajati lah yang selalu dipentaskan dalam kegiatan apapun di Jepara. Saat tempuk gendhing, saya biasanya berlatih di aula samping museum R.A. Kartini, karena di sana terdapat seperangkat gamelan Jawa. Menurut saya pihak PEMDA kurang lebih sudah cukup dalam memfasilitasi saya dan rekan-rekan TBS Surakarta dalam proses penciptaan Tari
81
Kridhajati. Hanya saja, setelah tarian jadi, pihak pemerintah kurang menjaga dan melestarikan kesenian-kesenian yang ada di Jepara. Mereka tidak selalu mendokumentasikan kesenian-kesenian yang ada di Jepara. Bahkan saya sendiri tidak memiliki video tari Kridhajati, hanya iringannya saja yang saya punya. Selain itu, kostum tari yang dipinjam untuk acara tertentu, mereka tidak bertanggung jawab. Saya berikan 16 pasang, tapi yang kembali utuh dan lengkap hanya beberapa saja. Ada yang jamangnya hilang, bajunya hilang, dan lain-lain. Sehingga saya harus membuat lagi. Namun dalam memfasilitasi proses penciptaan tari Kridhajati, pihak pemerintah daerah sudah cukup memadai.
82
Lampiran 6
Notasi Iringan Tari Kridhajati
83
84
85
86
Lampiran 7
Foto
87
Gambar 27 : Tari Kridhajati saat acara peresmian (Foto : Endang, 2009)
Gambar 28 : Tari Kridhajati sebagai tari penyambutan (Foto : Endang, 2009)
88
Gambar 29 : Penari tari Kridhajati (Foto : Endang, 2009)
89
Lampiran 8
Surat Keterangan
90
91
92
93
94
Lampiran 9
Surat Izin Penelitian
95
96
97
98
99