Prolog Gadis hitam, pendek, gendut tak bisa apa-apa jelek atau apalah itu yang burukburuk, terserah mau kalian katakan apa. Terlahir dengan fisik pas-pasan membuatku sangat susah beradaptasi dengan sekitarku. Apalagi orang-orang disini yang sangat keberatan untuk menerimaku. Disaat aku bodoh aku tak diterima, disaat aku pintar orang-orang justru membenciku, Tuhan mengapa begini?? Mengapa Tuhan menciptakanku seperti ini? Apakah Tuhan kurang matang untuk merencanakan kehidupanku? Hanya itu ,, iya hanya itu pertanyaan yang selalu menyelimuti kegelapan hatiku. Namun, sampai saat ini aku belum juga menemui jawaban dari dua pertanyaanku tersebut. Oh Tuhan,,,,,, sampai kapan aku menjadi bahan hinaan, bahan cacian orang-orang yang sok sempurna itu??????
2
I. Impian Semu
2 tahun yang lalu…………….
“Dia itu jelek,, hitam lihat saja penampilannya udik, dekil mana bisa ikut seleksi vocal group ini,, apalagi ini kan untuk mewakili sekolah kita, malu-maluin tau!!!” Kata Bianka memakiku. Dan begitu banyak orang menggunjing kedatanganku di tempat itu. Memang benar pilihan yang salah aku mengikuti seleksi ini. Modal skill dan suara doang mana laku??? Gerutuku dalam hati. Paling-paling juga tenar Cuma penyiar radio gak perlu tunjukin wajah yahh eloh benar. Antrian begitu panjang banyak yang keluar dari ruangan dengan muka kecewa bahkan menangis, membuatku menerka-nerka bagaimanakah wajah jurinya?? Apakah segalak macan?? Semut mungkin?? 3
Aduh itu mah nggk seram, dan tibalah saat Bianka keluar dari ruangan juri. Wajahnya tampak murung,, penyanyi dangdut ini rupanya ditolak juga oleh dewan juri. Beberapa menit kemudian akhirnya giliran gue masuk kandang macan,, ehh ruang juri maksudnya. Dengan bermodal suara dari lahir dan gitar pemberian abang gue akupun memulai. “Heii?? Ikut audisi??” Kata seorang juri. “ Iyaa mbak, Kenapa??”. Jawabku. “Kamu nggak menarik!! PD banget sih???” Katanya memaki. “Memangnya persyaratannya harus orang yang menarik??? Kemarin saya baca enggak kok!!” jawabku membela. Tampak riuh tertawaan dari luar menertawakanku. Rasa amarah dan dendam dalam diriku membuatku bangkit dan mulai memainkan gitarku tanpa memperhatikan juri 4
itu. Lagu sederhana berjudul symphony yang indah aku nyanyikan dengan seluruh kemampuanku. Jreng,,,,, syair,, dan melodi!!!!!,,,,,,,,,,,,kau kau bagai aroma penghapus pilu,,,,,,,,,,,,,,,,,, Gelora.. di hati,,, bak mentari kau sejukakkan hatiku……… ( symphoni yang indah- once ). Maaf bang lagunya ikut tenar hahaha. begitulah sampai selesai. Semua orang terdiam begitupun aku yang tak mengerti apaapa. Tiba-tiba salah satu juri berdiri dan memberi tepuk tangan yang meriah. Disinilah awal aku dikenal oleh satu sekolah. Sekarang seluruh sekolah mengenalku,, bahkan siswa sekolah lain juga mengenalku karena aku selalu diikutkan even-even tentang vocal group atau menyanyi tunggal dan semacam itulah. Menjadi terkenal memang impianku,, namun di sisi lain aku tetap merasa 5
terhina di kelasku. Masuk kelas favorit itu mungkin dambaan seluruh siswa, namun nyatanya aku justru tak pernah sedikitpun menyukainya. Di sini bagaikan neraka,, sekali kau menginjakkan kakimu pasti anak-anak pintar itu menggunjingmu, dan merasa malas jika satu kelompok denganmu termasuk aku. Meskipun aku berprestasi dalam hal vocal namun teman satu kelasku tak ada yang bangga. Bagi mereka non akademik itu tidak berguna,, beda lagi kalau juara Sains,, matematika dan apalah itu yang aku sedikitpun tidak tahu apa-apa. Yah beginilah……… bahkan guru-gurupun mengecapku sebagai anak paling bodoh di kelas. Menyakitkan memang namun itulah kenyataannya. Waktu pahit itu akhirnya berlalu saat aku dinyatakan lulus dari SMP ini. Ada rasa senang yang luar biasa, namun di sini aku mulai berfikir dan bangkit mengingat kehidupanku saat itu. Aku harus menjadi orang berprestasi 6
saat SMA begitu tekad dalam diriku. Dengan nilai yang tidak begitu jelek aku berhasil masuk salah satu SMA favorit di Kotaku. Tes penjurusanpun dimulai karena sekolah ini sudah menggunakan kurikulum 2013. Dalam hati aku sudah bulat untuk memilih IIS karena aku takut anak-anak MIA nantinya sama seperti teman-temanku waktu SMP. Dan beruntung aku masuk IIS favorit. Di sini aku sangat berhasil, menjadi juara umum setiap tahun bahkan mengikuti olimpiade-olimpiade yang bergengsi untuk mewakili sekolah. Seluruh warga sekolah memujiku bahkan guru-gurupun tidak ada yang tidak mengenalku. Ini sangatlah kontras dengan kehidupan SMP ku dulu. Namun disaat aku sudah menjadi murid berprestasi ada hal kecil yang terbesit dalam benakku untuk ingin bermusik seperti dulu namun justru hinaan yang aku dapatkan. Mereka menghinaku,, mereka bilang orang kayak dia mah makannya 7
buku, mandi bareng buku mana bisa main musik?? Hinaan itu membuatku mengurungkan niat meskipun sebenarnya aku memang bisa. ternyata orang-orang disini sama saja, mereka selalu menghina sesama, bahkan orang pintarpun disini disingkirkan karena tidak eksis seperti penyanyi ataupun anggota band lainnya. Tuhan,, mengapa hidupku selalu salah?? Dimanakah tempatku???? Apa aku salah tinggal di sini?? Apa aku salah selalu masuk sekolah favorit??? Lanjutannya beli bukunya langsung aja ya??? Hehehehe Alvi Lailatil Q.S.
8