PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013
BUKU 2 (14 KAB/KOTA PULAU SUMATERA)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013
KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Sekretariat Jenderal, Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2012/2013, Buku 2/Disusun oleh: Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data dan Statistik Pendidikan. – Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Setjen, 2013 xvi, 445 hal, bbl, ilus, 23 cm ISBN 979 401 573 3 1. 2. 3. 4. I. II.
DATA PROFIL JAWA NONPENDIDIKAN Judul PDSP
5. DIKDASMEN 6. MISI PENDIDIKAN 5K 7. KINERJA
Tim Penyusun Pengarah: 1. Siti Sofiah 2. Sudarwati Penulis: 1. Ida Kintamani 2. Fitri Sumairawati 3. Dian Dwilestari 4. Bambang Suardi Joko 5. Noorman Sambodo 6. Seruni Sintia Fati 7. Ikrar Pramudya Penyunting: Ida Kintamani Edison Pandjaitan Desain Sampul: Fitri Sumairawati
© PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN, 2013 iii
KATA PENGANTAR Buku “Profil Pendidikan Dasar dan Menengah, Tahun 2012/2013” ini merupakan salah satu hasil pendayagunaan data pendidikan dari Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Publikasi ini disusun untuk memberikan gambaran tentang profil pendidikan dari pendidikan dasar dan menengah pada tahun pelajaran 2012/2013. Buku ini terdiri dari 5 jenis, yaitu buku 1, buku 2, buku 3, buku 4, dan buku 5. Masing-masing buku berisi data kabupaten/kota sampel terpilih yang berbeda. Buku ini adalah buku 2 yang berisi 14 kabupaten/kota di pulau Sumatera, yaitu Kabupaten Aceh Besar, Kota Sabang, Kabupaten Simeuleu, kabupaten serdang berdagai, Kota Medan, Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kaupaten Pelalawan, Kabupaten Kampar, Kota Payakumbuh, Kabupaten Bintan, Kota Batam, dan Kabupaten Batanghari. Sumber data yang digunakan dalam penyusunan buku ini adalah hasil isian instrumen Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2012/2013 yang diambil dari survai pada tahun 2013. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan instrumen yang telah disusun. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif dilengkapi dengan penjelasan cara membaca indikator. Buku ini menyajikan pendahuluan, keadaan nonpendidikan, keadaan pendidikan yang terdiri dari data pendidikan, indikator pendidikan, dan analisis indikator serta dilengkapi dengan simpulan dan saran. Indikator pendidikan disusun berdasarkan Rencana Strategi Pendidikan Tahun 2010-2014 yang ditekankan pada misi pendidikan 5K, yaitu meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, meningkatkan kualitas layanan pendidikan, mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini diucapkan terima kasih. Saran dan masukan sangat diharapkan dalam rangka penyempurnaan publikasi yang akan datang. Jakarta, Desember 2013 Kepala,
Dr.-Ing, Ir. Yul Yunazwin Nazaruddin NIP 19570715 1987031001
iv
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR PETA/GRAFIK PENJELASAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
iv v vi vii viii
Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Aceh Besar Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Sabang Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Simeuleu Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Serdang Berdagai Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Medan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Padang Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Pariaman Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Tanah Datar Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Pelalawan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Kampar Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Payakumbuh Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Bintan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Batam Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Batanghari
v
1 34 58 103 138 171 205 240 275 311 346 381 416 445
DAFTAR TABEL
Tabel 1
:
Tabel 2 Tabel 3
: :
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
: : : : : : : : : : : : :
Tabel Tabel Tabel Tabel
17 18 19 20
: : : :
Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun Penduduk , Penduduk Usia Sekolah menurut Jenis Kelamin, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Usia Sekolah Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD Data Prasarana Sekolah menurut Variabel Data Sumber Daya Manusia menurut Variabel Guru menurut Kelayakan Mengajar Ruang Kelas Milik menurut Kondisi Perpustakaan menurut Kondisi Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi Ruang Komputer menurut Kondisi Laboratorium menurut Kondisi Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan Pencapaian Kinerja Dikdasmen
vi
DAFTAR PETA/GRAFIK
Peta 1
:
Peta Kabupaten/Kota
Grafik 1 Grafik 2 Grafik 3 Grafik 4 Grafik 5 Grafik 6 Grafik 7 Grafik 8 Grafik 9 Grafik 10 Grafik 11 Grafik 12 Grafik 13
: : : : : : : : : : : : :
Grafik 14 Grafik 15 Grafik 16 Grafik 17 Grafik 18
: : : : :
Grafik 19
:
Grafik 20 Grafik 21 Grafik 22 Grafik 23
: : : :
Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Proporsi Penduduk Usia Sekolah Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk Keadaan Ekonomi Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor Prasarana Sekolah menurut Jenjang Pendidikan Sumber Daya Manusia menurut Jenjang Pendidikan Mengulang dan Putus Sekolah menurut Jenjang Pendidikan Guru menurut Kelayakan Mengajar dan Jenjang Pendidikan Ruang Kelas Milik menurut Kondisi dan Jenjang Pendidikan Perpustakaan menurut Kondisi dan Jenjang Pendidikan Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi dan Jenjang Pendidikan Ruang Komputer menurut Kondisi dan Jenjang Pendidikan Laboratorium menurut Kondisi dan Jenjang Pendidikan Rasio Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan Persentase Prasarana Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan Persentase Mutu Sumber Daya Manusia menurut Jenjang Pendidikan Persentase Mutu Prasarana Sekolah menurut Jenjang Pendidikan PG dan IPG APK menurut Jenjang Pendidikan APK, AMM.AM, AB5/AB, dan RLB menurut Jenjang Pendidikan Kinerja Dikdasmen menurut Misi Pendidikan Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi K1 sampai K5
vii
PENJELASAN Setiap profil kabupaten/kota menggunakan sistematika yang sama, yaitu: A.
Pendahuluan
B.
Keadaan Nonpendidikan 1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi 2. Tingkat Pendidikan Penduduk 3. Ekonomi 4. Sosial Budaya dan Agama
C.
Keadaan Pendidikan 1. Data Pendidikan 2. Indikator Pendidikan a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 c. Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K3 d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 3. Analisis Indikator
D.
Simpulan dan Saran
viii
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN ACEH BESAR
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data Dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman Dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (RS/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) 1
persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja Dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai 2
menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja Dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di tingkat SD. Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja Dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kabupaten Aceh Besar maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kabupaten Aceh Besar. Peta 1 Kabupaten Aceh Besar
3
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kabupaten Aceh Besar terdapat sejumlah 23 kecamatan dan 604 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 2.974 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kabupaten Aceh Besar sebesar 351.418 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 118,16 orang per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 13.559 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 4,56 orang per km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 38.503 anak dengan rincian laki-laki sebesar 19.889 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 18.614 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 12,95 orang per km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 19.708 orang dengan rincian laki-laki sebesar 10.241 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 9.467 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 6,63 orang per km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 20.563 orang dengan rincian laki-laki sebesar 10.672 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 9.891 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 6,91 orang per km2. Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 No. 1 2 3
4
5
6
Variabel Penduduk Penduduk 6-7 tahun Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 351,418 13,559 38,503 19,889 18,614 19,708 10,241 9,467 20,563 10,672 9,891 2,974
% 100.00 3.86 10.96 51.66 48.34 5.61 51.96 48.04 5.85 51.90 48.10
Kepadatan 118.16 4.56 12.95
6.63
6.91
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar, 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
4
140.00
120.00
118.16
100.00 80.00 60.00 40.00
20.00
12.95
4.56
6.63
6.91
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
-
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun Usia 7-12 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 3.86
10.96 5.61 5.85
73.73
P6-7 th
P7-12 th
P13-15 th
P16-18 th
Pusia lainnya
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kabupaten Aceh Besar. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 3,86%, usia 7-12 tahun sebesar 10,96%, usia 13-15 tahun sebesar 5,61%, dan 16-18 tahun sebesar 5,85% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 73,73%. Dengan demikian, usia sekolah di Dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 22,42% atau 78.774 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Aceh Besar. Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SMA sebesar 86.505 orang atau 27,84% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tamat SMK sebesar 4.306 orang atau 1,39%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 289.595 orang atau 93,21% sedangkan yang buta huruf sebesar 21.089 orang atau 6,79%. 5
Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 3.57 5.59 - 4.81 1.39 15.98 27.84 21.11 19.72
Tidak pernah sekolah
Tidak/belum tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat SMK
Tamat Diploma
Tamat Sarjana
Tidak Terjawab
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten Aceh Besar sebesar 222.787 orang. Angkatan kerja sebesar 174.337 orang atau 78,25% yang bekerja sebanyak 174.100 orang atau 78,15% dan pengangguran terbuka sebanyak 237 orang atau 0,11%. Bukan angkatan kerja sebesar 48.450 orang dan terbesar adalah mengurus rumah tangga sebesar 19.140 orang atau 8,59% dan bersekolah sebesar 14.978 orang atau 6,72%, dan terkecil adalah lainlain sebesar 14.332 orang atau 6,43%. Penduduk miskin di Kabupaten Aceh Besar sebesar 61.210 atau 17.42% dengan rincian di kota sebesar 636 atau 0,18% dan di desa sebesar 60.574 atau 17,24%. Sumber daya alam Kabupaten Aceh Besar sebesar 4 buah. Keadaan alam dilihat dari curah hujan sebesar 1000 mm dan hari hujan per tahun adalah 15 hari. 3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kabupaten Aceh Besar dengan PAD sebesar Rp 49.738.339 juta, PBB sebesar Rp 40.299.431 juta, APBD sebesar Rp 499.484.594 juta, PDRB sebesar Rp 104.604.049 juta, dan pendapatan per kapita
6
yang dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya sebesar Rp 2.976.628 sedangkan UMR sebesar Rp 800.000. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 499,484,594
500,000,000 450,000,000 400,000,000 350,000,000 300,000,000 250,000,000 200,000,000 150,000,000 100,000,000 50,000,000 0
104,604,049 49,738,339 40,299,431 2,976,628
PAD (juta)
PBB (juta)
APBD (juta)
PDRB (juta)
P/Kapita
800,000
UMR
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kabupaten Aceh Besar sebesar Rp 518.642.000 ribu. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SD sebesar Rp 104.491.000 atau 20,15% dan terkecil adalah lainnya sebesar Rp 24.168.000 atau 4,66%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Aceh Besar prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SD dalam rangka wajib belajar pendidikan dasar. Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan PAUD PNF SD SMP SM Lainnya Jumlah
Jumlah 192,000,000 84,000,000 104,491,000 69,961,000 44,022,000 24,168,000 518,642,000
% 37.02 16.20 20.15 13.49 8.49 4.66 100.00
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar, 2013
7
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 4.66 8.49
37.02
13.49
20.15 16.20
PAUD
PNF
SD
SMP
SM
Lainnya
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 6, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Aceh Besar yang terbesar adalah pada pertanian sebesar 134.630 orang atau 39,83% sedangkan mata pencaharian terkecil pada keuangan sebesar 970 orang atau 0,29%. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan sektor primer di Kabupaten Aceh Besar. Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
25.33
37.52
0.56 5.21 16.26 0.73
9.50
0.49 4.40
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Keuangan
Jasa
4. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk
8
di Kabupaten Aceh Besar yang terbesar beragama Islam sebesar 345.535 orang atau 99,71% dan beragama Khonghucu yang terkecil sebesar 6 orang atau 0,00%. Berdasarkan kesehatan maka di Kabupaten Aceh Besar terdapat sejumlah 1 rumah sakit dan 28 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman Dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman Dikdasmen. Data Dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 257 1,444 1,910 201 83 2 30
SMP 69 523 559 34 27 28 42 12
SM 35 335 362 34 23 27 27 12
Dikdasmen 361 2,302 2,831 269 133 57 69 54
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar, 2013
9
Berdasarkan Tabel 5 di Kabupaten Aceh Besar terdapat jumlah sekolah Dikdasmen sebesar 361 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 257 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 35 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 3,000 2,500
2,000 1,500 1,000
500 0 SD
SMP
SM
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6
Variabel Siswa Baru Siswa Lulusan Guru Mengulang Putus Sekolah
SD 7,558 38,842 5,358 3,947 1,099 25
SMP 3,586 18,582 6,092 1,492 76 131
SM 3,924 13,235 3,908 1,591 10 53
Dikdasmen 15,068 70,659 15,358 7,030 1,185 209
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar, 2013
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 38.842, tersedia 257 sekolah dan 1.910 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 1.444. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 18.582 orang, tersedia 69 sekolah dan 559 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 523. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 13.235 orang, tersedia sebesar 35 sekolah dan 362 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 335. Dengan demikian, untuk Dikdasmen telah menampung sebanyak 70.659 orang di 361 sekolah dan 2.831 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 2.302. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas semua jenjang lebih besar jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada. Bila satu rombongan belajar 10
harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kelebihan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten Aceh Besar, untuk jenjang SD kelebihan 466 ruang, jenjang SMP kelebihan 36 ruang kelas, dan jenjang SM kelebihan 27 ruang sehingga untuk Dikdasmen kelebihan 529 ruang. Terjadinya kelebihan ruang kelas di semua jenjang tersebut hendaknya dimanfaatkan untuk meningkatkan paritisipasi siswa sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 20102014. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 80,000
70,659
70,000 60,000 50,000
38,842
40,000
30,000 20,000 10,000
18,582
15,068 15,358
13,235 7,558 5,358 3,947
3,586
6,092 1,492
3,924 3,908 1,591
7,030
0 SD
SMP
Siswa Baru
SM
Siswa
Lulusan
Dikdasmen
Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kabupaten Aceh Besar masih kekurangan 56 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 35 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 1 perpustakaan sehingga Dikdasmen masih kekurangan 92 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 174 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 42 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 12 ruang UKS sehingga Dikdasmen kekurangan 228 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 255 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 41 ruang komputer dan jenjang SM kekurangan 8 ruang komputer sehingga Dikdasmen kekurangan 304 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 27 laboratorium dan jenjang SM kekurangan 148 laboratorium sehingga Dikdasmen kekurangan 175 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 227 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 57 ruang, dan jenjang SM kekurangan 23 ruang sehingga Dikdasmen kekurangan 307 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 3.2 dan Grafik 3.3 ternyata di Kabupaten Aceh Besar mengulang terbesar 11
pada jenjang SD sebesar 1.099 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SM sebesar 10 orang sehingga jumlah mengulang di Dikdasmen menjadi sebesar 1.185 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SMP sebesar 131 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SD sebesar 25 orang sehingga jumlah putus sekolah di Dikdasmen menjadi sebesar 209 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SMP hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket B dalam rangka peningkatan partisipasi jenjang SMP. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 1,200
1,185
1,099
1,000
800 600 400 200
25
76
131
209 10 53
0 SD
SMP
SM
Mengulang
Dikdasmen
Putus Sekolah
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Layak 2,409 1,236 1,455 5,100 2 Tidak Layak 1,538 256 136 1,930 Jumlah 3,947 1,492 1,591 7,030 1 % Layak 61.03 82.84 91.45 72.55 2 % Tidak Layak 38.97 17.16 8.55 27.45 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar, 2013
12
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 8,000
7,030
7,000 6,000
5,100
5,000
3,947
4,000 3,000
2,000
2,409 1,538
1,236
1,000
1,492
1,455
1,591
256
136
SMP
SM
1,930
0 SD
Layak
Tidak Layak
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kabupaten Aceh Besar terdapat di jenjang SM sebesar 1.455 orang atau 91,45% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SD sebesar 2.409 orang atau 61,03%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 1.538 orang atau 38,97% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 136 orang atau 8,55%. Dengan demikian, untuk Dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 5.100 orang atau 72,55% dan tidak layak sebesar 1.930 orang atau 27,45%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang kelas di Kabupaten Aceh Besar ternyata semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SD sebesar 1.377 atau 72,09% sedangkan ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 301 ruang atau 83,15%. Sebaliknya, jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SMP sebesar 49 ruang atau 8,77% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terkecil di jenjang SD sebesar 136 ruang atau 7,12%.
13
Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 1 2 3
Variabel Baik Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah % Baik % Rusak Ringan % Rusak Berat
SD 1,377 397 136 1,910 72.09 20.79 7.12
SMP 439 71 49 559 78.53 12.70 8.77
SM 301 33 28 362 83.15 9.12 7.73
Dikdasmen 2,117 501 213 2,831 74.78 17.70 7.52
Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar, 2013
Jadi, untuk Dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 2.117 atau 74,78% dan rusak berat sebesar 213 atau 7,52%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan jenjang SM prasarana yang dimiliki terbaik karena merupakan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 2,500
2,117
2,000 1,500
1,377
1,000
500
397 136
501
439
301
71 49
33 28
213
0
SD Baik
SMP
SM
Rusak Ringan
Rusak Berat
Dikdasmen
Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kabupaten Aceh Besar, ternyata semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 33 atau 97,06% dan terkecil di jenjang SM sebesar 30 ruang atau 88,24%. Hal yang sama untuk jumlah perpustakaan yang rusak terbesar di jenjang SM sebesar 4 ruang atau 11,76% dan terkecil di jenjang SMP sebesar 1 ruang atau 2,94%. Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik 14
dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kabupaten Aceh Besar, ternyata jenjang SMP dan SM memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 83 semua dalam keadaa baik dan terkecil di jenjang SM sebesar 21 ruang atau 91,30%. Hal yang sama untuk jumlah ruang UKS yang rusak terbesar di jenjang SM sebesar 2 ruang atau 8,70% dan terkecil di jenjang SMP sebesar 2 ruang atau 7,41%. Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 194 7 201 96.52 3.48
SMP 33 1 34 97.06 2.94
SM 30 4 34 88.24 11.76
Dikdasmen 257 12 269 95.54 4.46
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 300
269
257
250
201
194 200 150 100 50
34
33
34
30
7
1
4
SD
SMP
SM
12
0
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 83 0 83 100.00 -
15
SMP 25 2 27 92.59 7.41
SM 21 2 23 91.30 8.70
Dikdasmen 129 4 133 96.99 3.01
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 133
129
140 120 100
83
83
80 60
40
27
25
20
23
21
0
2
2
SD
SMP
SM
4
0
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 2 0 2 100.00 -
SMP 27 1 28 96.43 3.57
SM 21 6 27 77.78 22.22
Dikdasmen 50 7 57 87.72 12.28
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 57
60
50
50
40 28
27
30
27 21
20 10
2
0
2
6
7
1
0 SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kabupaten Aceh Besar, ternyata jenjang SMP dan SM memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SD semuanya dalam kondisi baik dan terkecil di jenjang SM sebesar 21 ruang atau 77,78%. Hal yang 16
sama untuk jumlah ruang komputer yang rusak terbesar di jenjang SM sebesar 6 ruang atau 22,22% dan terkecil di jenjang SMP yang rusak sebesar 1 ruang atau 3,57%. Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SMP 31 11 42 73.81 26.19
SM Dikdasmen 23 54 4 15 27 69 85.19 78.26 14.81 21.74
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kabupaten Aceh Besar, ternyata jenjang SMP dan SM memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium yang baik di jenjang SMP sebesar 31 atau 73,81% dan di jenjang SM sebesar 23 ruang atau 85,19%. Hal yang sama untuk jumlah laboratorium yang rusak di jenjang SMP sebesar 11 ruang atau 26,19% dan di jenjang SM sebesar 4 ruang atau 14,81% Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 69 70 54
60 42
50 40
31
27
23
30 20
15
11
4
10 0 SMP
SM Baik
Rusak
Dikdasmen Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 17
Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1 Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
Satuan siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD 151 27 0.76 78.21 32.30 0.78 11.67
SMP 269 36 0.94 49.28 39.13 40.58 60.87 17.39
SM Dikdasmen 378 196 40 31 0.93 0.81 97.14 74.52 65.71 36.84 77.14 15.79 15.43 28.28 34.29 14.96
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kabupaten Aceh Besar sangat bervariasi antara 151 di jenjang SD yang terjarang sampai 378 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata Dikdasmen sebesar 196. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 151 atau mencapai 62,97% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 269 atau mencapai 74,81% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM sebesar 378 siswa atau mencapai 78,78% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang terbaik adalah jenjang SM walaupun juga belum maksimal dan paling buruk adalah jenjang SD. Grafik 16 Rasio Pendidikan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013
18
378
400 350
269
300 250 200
196 151
150 100
27
50
40
36 0.94
0.76
31
0.93
0.81
0
SD
SMP
SM
Rasio S/Sek
Rasio S/K
Dikdasmen
Rasio K/RK
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kabupaten Aceh Besar untuk jenjang SD sebesar 27, untuk jenjang SMP sebesar 36, dan untuk jenjang SM sebesar 40 sehingga rata-rata Dikdasmen sebesar 31 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 62,97% atau belum maksimal, di jenjang SMP sebesar 111,03% atau sudah maksimal karena melebihi 100 sedangkan jenjang SM sebesar 123,46% atau sudah maksimal karena sudah melebihi 100%. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin lebih efisien dan lebih padat atau sudah di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kabupaten Aceh Besar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,76 di jenjang SD dan sampai 0,94 di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 24,40% ruang kelas yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, jenjang SMP sebesar 6,44% ruang kelas yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dan jenjang SM sebesar 7,46% yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Untuk R-K/RK Dikdasmen sebesar 0,81 ternyata masih terdapat 18,69% ruang kelas yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 -
97.14 78.21
77.14 60.87 49.28
74.52
65.71
40.58
39.13
34.29
32.30 17.39
11.67
15.43
36.84 28.28
15.79 14.96
0.78 SD %Perpus
SMP %RUKS
SM %Rkom
%Lab
Dikdasmen %ROR
%Perpus di Kabupaten Aceh Besar pada kenyataannya juga sangat bervariasi 19
dari 49,28% di jenjang SMP sampai 97,14% di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 21,79% sekolah belum memiliki perpustakaan, jenjang SMP terdapat 50,72% sekolah belum memiliki perpustakaan, dan jenjang SM terdapat 2,86% sekolah belum memiliki perpustakaan sehingga Dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 25,48%. %RUKS di Kabupaten Aceh Besar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 32,30% di jenjang SD sampai 65,71 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 67,70% sekolah belum memiliki ruang UKS, jenjang SMP terdapat 60,87% sekolah belum memiliki ruang UKS, dan jenjang SM terdapat 34,29% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga Dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 63,16%. %RKom di Kabupaten Aceh Besar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,78% di jenjang SD sampai 77,14% di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 99,22% sekolah belum memiliki ruang komputer, jenjang SMP terdapat 59,42% sekolah belum memiliki ruang komputer, dan jenjang SM terdapat 22,86% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga Dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 84,21%. %Lab di Kabupaten Aceh Besar pada jenjang SMP sebesar 39,13% sedangkan %Lab SM sebesar 15,43%. Untuk jenjang SMP terdapat 39,13% sekolah belum memiliki laboratorium dan jenjang SM terdapat 84,57% belum memiliki laboratorium sehingga Dikdasmen yang belum memiliki %Lab sebesar 71,72%. %ROR di Kabupaten Aceh Besar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 65,71% di jenjang SM sampai 88,33% di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 88,33% sekolah belum memiliki ruang olahraga, jenjang SMP terdapat 82,61% sekolah belum memiliki ruang olahraga, dan jenjang SM terdapat 65,71% sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga Dikdasmen yang belum mempunyai ruang olahraga sebesar 85,04%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada Tabel 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kabupaten Aceh Besar yang berasal dari TPS terkecil adalah jenjang SD sebesar 43 sedangkan TPS terbesar adalah jenjang SMP dan SM masing-masing sebesar 65. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SMP dan SM yang lebih buruk jika dibandingkan dengan jenjang SD. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 588 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 150 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar Rp 3.419.450 dan terbesar adalah jenjang SMP sebesar Rp 3.921.808. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp 3.780.154.
20
Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2 Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator TPS DT SB
Satuan siswa siswa rupiah
SD 43 150 3,864,169
SMP SM Dikdasmen 65 65 58 286 588 375 3,912,808 3,419,450 3,780,154
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, guru, yaitu %GL, dari sudut siswa sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3 Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Indikator % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
Satuan persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD 86.25 61.03 10 98.95 2.97 0.07 95.36 75.49 32.30 0.78 -
SMP 82.84 12 99.22 0.40 0.70 83.94 47.83 36.23 39.13 44.93
SM Dikdasmen 91.45 72.55 8 10 99.31 99.15 0.08 1.73 0.42 0.31 89.85 91.96 85.71 71.19 60.00 35.73 60.00 13.85 17.04 22.13
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 86,25% sangat bagus. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 91,45% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 61,03%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 91,45% juga belum mencapai 100% dari guru yang ada. Oleh karena itu, Kabupaten Aceh Besar harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL Dikdasmen hanya tercapai 72,55%. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 27,45% 21
guru Dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 8 di jenjang SM sampai 12 di jenjang SMP dan rata-rata Dikdasmen sebesar 10. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 17, SMP sebesar 15, dan SM sebesar 12 maka untuk SD sebesar 10 atau 57,89% sudah lebih kecil dari standar berarti sudah kelebihan guru. Untuk SMP sebesar 12 atau 83,03% sudah lebih kecil dari standar berarti sudah kelebihan guru, dan SM sebesar 8 atau 69,32% sudah lebih kecil dari standar berarti sudah kelebihan guru. AL di Kabupaten Aceh Besar yang terbesar terjadi di jenjang SM sebesar 99,31% dan terkecil pada jenjang SD sebesar 98,95% sedangkan jenjang SMP sebesar 99,22%. Kecilnya AL di jenjang SD perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang yang lebih tinggi. AU di jenjang SM yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,08% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SD sebesar 2,97%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,07% sedangkan jenjang SMP yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,70% walaupun tidak mencapai 1,0%. Dengan demikian, AL Dikdasmen sebesar 99,15%, AU Dikdasmen sebesar 1,73%, dan APS Dikdasmen sebesar 0,31%. Grafik 18 Persentase Kualitas SDM Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 %Glayak
R-S/G SD
SMP
AL SM
AU
APS
Dikdasmen
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SD sebesar 95,36% dan terkecil di jenjang SMP sebesar 83,94%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SMP yang terkecil, kemudian jenjang SM dan jenjang SD yang cukup baik karena mencapai 95,36%. %Rkb Dikdasmen mencapai 91,96% sudah cukup bagus. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Aceh Besar terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera direhabilitasi.
22
Grafik 19 Persentase Kualitas Prasarana Pendidikan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 %RKb
%Perpusb SD
SMP
%RUKSb SM
%Rkomb
%Labb
Dikdasmen
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SM sebesar 85,71%yang berarti terdapat 14,29% sekolah memiliki perpustakaan dalam kondisi rusak dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 47,83% yang berarti terdapat 52,17% sekolah memiliki perpustakaan dalam kondisi rusak. %RUKSb terbaik pada jenjang SM sebesar 60,00% dan yang terburuk di jenjang SD sebesar 32,30%. %Rkomb terbaik pada jenjang SM sebesar 60,00% dan terburuk pada jenjang SD sebesar 0,78%. Sebaliknya, %Lab pada jenjang SMP sebesar 44,93% lebih besarl daripada jenjang SM sebesar 17,04%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Aceh Besar terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan rehabilitasinya. Dengan demikian, untuk Dikdasmen %perpusb sebesar 37,40% sehingga masih diperlukan rehabilitasi sebesar 62,60%, %RUKS sebesar 40,42% sehingga masih diperlukan rehabilitasi sebesar 59,58%, %Rkomb sebesar 13,52% sehingga diperlukan rehabilitasi sebesar 86,48%, dan %Labb sebesar 29,18% sehingga diperlukan rehabilitasi sebesar 70,82%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt.
23
Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4 Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator PG APK IPG APK % S-Swt
Satuan persentase indeks persentase
SD 4.59 0.96 5.16
SMP 3.99 0.96 6.13
SM Dikdasmen (4.57) 1.99 1.07 0.98 33.68 10.76
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SMP sebesar 3,99% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SD sebesar 4,59% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan. Dengan demikian, PG APK Dikdasmen sebesar 1,99% dan laki-laki lebih baik daripada perempuan. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik pada jenjang SD dan SMP masing-masing sebesar 0,96 yang berarti belum setara sedangkan jenjang SM juga belum setara sebesar 1,07 yang berarti perempuan lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK Dikdasmen mencapai 0,98 yang berarti mendeakti setara antara laki-laki dan perempuan dalam bersekolah di Dikdasmen. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar 33,68% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 5,16%. Dengan demikian, %S-Swt Dikdasmen sebesar 10,76%. Grafik 20 PG dan IPG APK Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 6.00
4.59
3.99
4.00 1.99
2.00
0.96
1.07
0.96
0.98
SD
SMP
SM
Dikdasmen
(2.00) (4.00)
(4.57)
(6.00) PG
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. 24
Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 81,78%, jenjang SMP sebesar 68,9% dan jenjang SM sebesar 45,45% sehingga Dikdasmen sebesar 69,09%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi terdapat pada jenjang SD sebesar 100,88% sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar 64,36% sehingga Dikdasmen sebesar 89,70%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5 Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan persentase persentase persentase persentase tahun
SD 81.78 100.88 54.22 99.32 6.21
SMP 68.99 94.29 66.93 98.75 3.01
SM Dikdasmen 45.45 69.09 64.36 89.70 64.41 99.31 3.00 -
Catatan: AMM: SD, AM: SMP dan SM, AB5: SD dan AB: SMP dan SM
AMM jenjang SD sudah ideal sebesar 54,22%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP sebesar 66,93% sedangkan lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 64,41% sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 120.00
100.88 99.32
100.00 80.00 60.00
94.29
98.75
96.68
99.31 99.91
99.60 66.93
89.70
64.36 64.41
54.22
40.00 20.00
0.00 SD
SMP APK
SM
AMM/AM
25
AB5/AB
Dikdasmen RLB
AB5 SD mencapai mendekati ideal sebesar 99,32 sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan AB SMP sebesar 98,75 dan SM sebesar 99,31. RLB jenjang SD sebesar 6,21 tahun dan jenjang SMP sebesar 3,01 sedangkan SM mencapai ideal sebesar 3,00 tahun. RLB jenjang SD melebihi standar atau 6,21 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk Dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai rata-rata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan R-K/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB.
26
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 151 27 0.76 78.21 32.30 0.78 11.67 43 150 3,864,169 86.25 61.03 10 98.95 2.97 0.07 95.36 75.49 32.30 0.78 4.59 0.96 5.16 100.88 54.22 99.32 6.21
27
SMP 269 36 0.94 49.28 39.13 40.58 60.87 17.39 65 286 3,912,808 82.84 12 99.22 0.40 0.70 83.94 47.83 36.23 39.13 44.93 3.99 0.96 6.13 94.29 66.93 98.75 3.01
SM 378 40 0.93 97.14 65.71 77.14 15.43 34.29 65 588 3,419,450 91.45 8 99.31 0.08 0.42 89.85 85.71 60.00 60.00 17.04 (4.57) 1.07 33.68 64.36 64.41 99.31 3.00
Dikdasmen 196 31 0.81 74.52 36.84 15.79 28.28 14.96 58 375 3,780,154 72.55 10 99.15 1.73 0.31 91.96 71.19 35.73 13.85 22.13 1.99 0.98 10.76 89.70 -
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 62.97 96.07 75.60 78.21 32.30 0.78 11.67 98.94 90.25 17.34 86.25 61.03 57.89 98.95 97.03 99.93 95.36 75.49 32.30 0.78 95.41 95.55 56.14 87.72 98.59 100.00 96.68
SMP 74.81 100.00 93.56 49.28 39.13 40.58 60.87 17.39 98.65 78.47 24.53 82.84 83.03 99.22 99.60 99.30 83.94 47.83 36.23 39.13 44.93 96.01 95.86 25.67 94.29 66.93 98.75 99.60
SM 78.78 100.00 92.54 97.14 65.71 77.14 15.43 34.29 98.97 98.04 35.09 91.45 69.32 99.31 99.92 99.58 89.85 85.71 60.00 60.00 17.04 95.43 93.15 71.05 64.36 64.41 99.31 99.91
Dikdasmen 72.19 98.69 87.23 74.52 36.84 15.79 38.15 14.96 98.85 88.92 25.66 72.55 70.08 99.15 98.27 99.69 91.96 71.19 35.73 13.85 22.13 98.01 97.80 50.95 89.70 76.64 99.35 98.73
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 62,97, jenjang SMP menjadi 74,81, dan jenjang SM menjadi 78,78 sehingga Dikdasmen menjadi 72,19. R-S/K jenjang SD menjadi 96,07, jenjang SMP dan SM menjadi 100,00 sehingga Dikdasmenmenjadi 98,69. R-K/RK jenjang SD menjadi 75,60, jenjang SMP menjadi 93,56, dan jenjang SM menjadi 92,54 sehingga Dikdasmen menjadi 87,23. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SM sebesar 97,14 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 49,28, %RUKS terbaik pada jenjang SM sebesar 65,71 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 32,30, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 77,14 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 0,78. %lab jenjang SMP sebesar 60,87 lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 15,43. %ROR terbaik pada jenjang SM sebesar 34,29 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 11,67. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS 28
jenjang SM sebesar 98,97 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SMP sebesar 98,65 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,85. DT yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 98,04 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 78,47 sedangkan Dikdasmen sebesar 88,92. SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 35,09 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 17,34. Dengan demikian, SB Dikdasmen sebesar 25,66 sangat kecil yang berarti di semua jenjang biaya sangat mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SMP sebesar 83,03 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 57,89. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 86,25 cukup besar. %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 91,45 dan terburuk jenjang SD sebesar 61,03 sedangkan Dikdasmen sebesar 72,55. AL terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,31 dan terkecil jenjang SD sebesar 98,95 sedangkan Dikdasmen sebesar 99,15. AU terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,92 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 97,03 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,27. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,93 dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 99,30 sedangkan Dikdasmen sebesar 99,69 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SD sebesar 95,36 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 83,94 sedangkan Dikdasmen sebesar 91,96. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SM sebesar 85,71 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 47,83 sedangkan Dikdasmen sebesar 71,19%. Untuk %RUKSb jenjang SM sebesar 60,00 terbesar dan jenjang SD sebesar 32,30 sedangkan Dikdasmen sebesar 35,73. Untuk %Rkomb jenjang SD terburuk sebesar 0,78 dan terbaik jenjang SM sebesar 60,00 sedangkan Dikdasmen sebesar 13,85. %Lab di jenjang SMP sebesar 44,93 lebih baik daripada jenjang SM sebesar 17,04 sedangkan Dikdasmen sebesar 22,13. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 96,01 dan jenjang SD yang terkecil sebesar 95,41 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,01. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 95,86 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 93,15 dengan Dikdasmen sebesar 97,80. % S-Swt terbaik adalah jenjang SM sebesar 71,05 karena terbesar partisipasi swasta dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 25,67 sedangkan Dikdasmen sebesar 50,95 berarti partisipasi swasta hanya separuh. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SMP sebesar 94,29 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 64,41 sedangkan Dikdasmen sebesar 89,70. AMM SD sebesar 98,59 berarti sudah maksimal sedangkan AM SMP sebesar 66,93 lebih besar daripada AM SM sebesar 64,41 sedangkan Dikdasmen sebesar 76,64. AB5 SD sudah ideal sedangkan AB SMP dan SM masing-masing sebesar 98,75 dan 99,31 telah mendekati ideal. RLB terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,91 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 96,68 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,73. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 74,65 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 59,45 sehingga untuk layanan Dikdasmen tercapai sebesar 68,08 termasuk kategori kurang. Untuk misi K2 maka 29
keterjangkauan jenjang SM yang terbaik sebesar 77,37 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 67,22 sehingga Dikdasmen tercapai sebesar 71,14 termasuk kategori kurang. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SM yang terbaik sebesar 77,22 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 70,50 sehingga untuk kualitas layanan Dikdasmen tercapai sebesar 73,11 termasuk kategori kurang. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SM yang terbaik sebesar 86,54 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 72,51 sehingga kesetaraan Dikdasmen tercapai sebesar 80,47 termasuk kategori pratama. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SD yang terbaik sebesar 95,75 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 82,00 sehingga kepastian layanan untuk Dikdasmen tercapai sebesar 89,21 termasuk kategori madya. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K4, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikan SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5 sehingga Dikdasmen tercapai sebesar 76,40 termasuk kategori kurang. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD 74.65 68.84 70.50 82.37 95.75 78.42 KURANG
SMP 59.45 67.22 71.60 72.51 89.89 72.14 KURANG
SM Dikdasmen 70.13 68.08 77.37 71.14 77.22 73.11 86.54 80.47 82.00 89.21 78.65 76.40 KURANG KURANG
Jenis KURANG KURANG KURANG PRATAMA MADYA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SM yang terbaik sebesar 78,65 termasuk kategori kurang dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 72,14 juga termasuk kategori kurang sehingga untuk Dikdasmen tercapai sebesar 76,40 juga termasuk kategori kurang, demikian juga SD sebesar 78,42 juga termasuk kategori kurang. Kinerja Dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K1 yang terburuk sebesar 68,08 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 89,21 termasuk kategori madya sehingga kinerja Dikdasmen sebesar 76,40 termasuk kategori kurang.
30
Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 120.00 100.00
80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 Misi K1 100.00 80.00 60.00 Misi K5
40.00
Misi K2
20.00 0.00
Misi K4
Misi K3
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012/2013 SD 78.42
72.14
SM
78.65
31
SMP
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SM yang terbaik sebesar 79,67 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar 73,34 sehingga kinerja Dikdasmen sebesar 77,`4 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K5 jenjang SD yang terbaik dengan nilai Dikdasmen sebesar 89,21 berarti kinerjanya termasuk kategori madya. Sebaliknya, misi K1 jenjang SMP yang terburuk sebesar 59,45 termasuk kinerja kategori kurang. Selain itu, misi K2 jenjang SMP yang terburuk sebesar 67,22 termasuk kinerja kategori kurang. Selanjutnya, misi K3 jenjang SD yang terburuk sebesar 70,50 termasuk kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SM sebesar 78,65 termasuk kategori kurang dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 72,14 termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja Dikdasmen Kabupaten Aceh Besar sebesar 76,40 juga termasuk kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kabupaten Aceh Besar termasuk kategori kurang untuk itu misi K1, K2, dan K3, oleh karena itu perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 68,08, 71,14, dan 73,11. Untuk misi K1 maka semua jenjang perlu dilakukan peningkatan. Untuk ketersedian layanan SD maka diperlukan peningkatan pada indikator %Ruang UKS, % R.Komputer, dan %Ruang Olahraga karena nilainya kurang dari 50 melalui cara penyediaan ruang UKS, ruang komputer, dan ruang olahraga dalam jumlah yang cukup besar. Demikian juga, jenjang SMP diperlukan peningkatan pada indikator %Perpus, %Ruang UKS, % R.Komputer, dan %Ruang Olahraga karena nilainya kurang dari 50 melalui cara penyediaan perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SM diperlukan peningkatan pada indikator %Lab dan %Ruang Olahraga karena nilainya kurang dari 50 melalui cara penyediaan laboratorium sesuai ketentuan dan ruang olahraga. Untuk misi K2 maka semua jenjang perlu dilakukan peningkatan. Untuk keterjangkauan SD, SMP, maupun SM perlu ditinjau kembali satuan biaya karena semua jenjang dalam kondisi mahal sehingga tidak terjangkau. Untuk misi K3 maka semua jenjang perlu dilakukan peningkatan. Untuk kualitas layanan SD maka diperlukan peningkatan pada %RUKS dan %Rkom melalui cara meningkatkan rehabilitasi ruang UKS dan ruang komputer. Untuk jenjang SMP maka diperlukan peningkatan indikator %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb melalui cara rehabilitasi perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan 32
laboratorium. Untuk jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator %Labb melalui cara rehabilitasi laboratorium. Untuk misi K4 maka kesetaraan layanan jenjang SMP perlu dilakukan peningkatan pada indikator %S-Swt melalui keikutsertaan swasta dalam pendidikan. Bila perbaikan dari misi K1 sampai K4 dapat dilaksanakan maka diharapkan kinerja SD, SMP, SM maupun Dikdasmen dapat meningkat.
33
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA SABANG
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka 34
Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di 35
tingkat SD. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00
B. Keadaan Nonpendidikan 36
Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kota Sabang maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kota Sabang Peta 1
Kota Sabang
Sumber: id.wikipedia.org
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kota Sabang terdapat sejumlah 2 kecamatan dan 18 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 122 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kota Sabang sebesar 31.355 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 257,01 per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 1.329 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 28,84 km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 3.518 anak dengan rincian laki-laki sebesar 1.798 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 1.720 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 28,84 km2. Jumlah penduduk usia 1315 tahun sebesar 1.442 orang dengan rincian laki-laki sebesar 735 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 707 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 11,82 km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 1.308 orang dengan rincian laki-laki sebesar 662 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 646 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 122 km2.
37
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah Kota Sabang Tahun 2013 No. 1 2 3
4
5
6
Variabel Penduduk Penduduk 6-7 tahun Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 31.355 1.329 3.518 1.798 1.720 1.442 735 707 1.308 662 646 122
% 100,00 4,24 11,22 51,11 48,89 4,60 50,97 49,03 4,17 50,61 49,39
Kepadatan 257,01 10,89 28,84
11,82
10,72
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Sabang 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah
Kota Sabang Tahun 2013
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah
Kota Sabang Tahun 2013
38
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kota Sabang. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 4,24%, usia 7-12 tahun sebesar 11,22%, usia 13-15 tahun sebesar 4,60%, dan 16-18 tahun sebesar 4,17% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 75,77%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 19,99% atau 6.268 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kota Sabang Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SD sebesar 2.999 orang atau 36,24% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tidak/belum tamat SD sebesar 2.129 orang atau 28,72%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 10.965 orang atau 93,22% sedangkan yang buta huruf sebesar 797 orang atau 6,78%. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kota Sabang Tahun 2013
39
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kota Sabang tidak ada rincian datanya. Penduduk miskin di Kota Sabang sebesar 1.844 dan lebih besar di daerah desa daripada di daerah kota masing-masing sebesar 1.294 dan 550. Keadaan alam dilihat dari curah hujan sebesar 189 mm. 3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kota Sabang dengan PAD sebesar Rp. 22.389.740, PBB, APBD, PDRB, pendapatan per kapita dan UMR sebesar tidak ada rincian datanya. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kota Sabang Tahun 2013
40
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung tidak ada rincian datanya. Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 6, mata pencaharian penduduk di Kota Sabang yang terbesar adalah pada pertanian sebesar 3.975 orang atau 42,93% sedangkan mata pencaharian terkecil pada listrik sebesar 22 orang atau 0,24%. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan sektor primer di Kota Sabang. Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor
Kota Sabang Tahun 2013
4. Sosial Budaya dan Agama
41
Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kota Sabang yang terbesar beragama Islam sebesar 31.107 orang atau 99,21% dan beragama Budha yang terkecil sebesar 90 orang atau 0,29%. Berdasarkan kesehatan maka di Kota Sabang terdapat sejumlah 2 rumah sakit dan 6 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kota Sabang Tahun 2012/2013 42
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 31 206 234 28 18 0 0
SMP 11 94 79 8 7 6 8 0
SM 5 70 70 5 2 5 11 0
Dikdasmen 47 370 383 41 27 11 19 0
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Sabang Tahun 2012/2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kota Sabang terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 47 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 31 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 5 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 740 524 289 1.553 2 Siswa 4.070 1.496 1.896 7.462 3 Lulusan 547 430 390 1.367 4 Guru 696 256 178 1.130 5 Mengulang 117 18 17 152 6 Putus Sekolah 0 5 8 13 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Sabang Tahun 2012/2013
43
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 4.070 tersedia 31 sekolah dan 234 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 206. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 1.496 orang, tersedia 11 sekolah dan 79 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 94. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 1.896 orang, tersedia sebesar 5 sekolah dan 70 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 70. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 7.462 orang di 47 sekolah dan 383 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 370. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang SD dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kota Sabang, untuk jenjang SD kelebihan 28 ruang, namun jenjang SMP kekurangan 15 ruang kelas, dan jenjang SM tidak kekurangan/kelebihan sehingga untuk dikdasmen kekurangan 13 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SMP tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SMP sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SD yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM 44
sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kota Sabang masih kekurangan 3 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 3 perpustakaan, dan jenjang SM tidak kekurangan/kelebihan sehingga dikdasmen masih kekurangan 6 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 13 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 4 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 3 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 20 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 31 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 5 ruang komputer dan jenjang SM tidak kekurangan/kelebihan ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 36 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 3 laboratorium dan jenjang SM kekurangan 14 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 17 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 31 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 11 ruang, dan jenjang SM kekurangan 5 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 47 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 3.2 dan Grafik 3.3 ternyata di Kota Sabang mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 117 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SM sebesar 17 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 152 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SM sebesar 8 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SD sebesar 0 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 13 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SM hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kota Sabang Tahun 2012/2013
45
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Layak Tidak Layak Jumlah % Layak % Tidak Layak
SD 221 475 696 31,75 68,25
SMP 227 29 256 88,67 11,33
SM 174 4 178 97,75 2,25
Dikdasmen 622 508 1.130 55,04 44,96
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Sabang Tahun 2012/2013
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kota Sabang terdapat di jenjang SM sebesar 174 orang atau 97,75% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SD 46
sebesar 221 orang atau 31,75%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 475 orang atau 68,25% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 4 orang atau 2,25%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 622 orang atau 55,04% dan tidak layak sebesar 508 orang atau 44,96%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang kelas di Kota Sabang ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik hanya ada di jenjang SM sebesar 66 ruang atau 94,29%. Tidak ada ruangan yang rusak berat. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Baik 0 0 66 66 Rusak Ringan 234 79 4 317 Rusak Berat 0 0 0 0 Jumlah 234 79 70 383 1 % Baik 94,29 17,23 2 % Rusak Ringan 100,00 100,00 5,71 82,77 3 % Rusak Berat Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kota Sabang Tahun 2012/2013
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 66 atau 17,23% dan tidak ada yang rusak berat. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin buruk prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SM banyak yang berada di daerah pinggiran dan yang sulit dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kota Sabang, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang 47
baik terbesar di jenjang SD sebesar 28 atau 100,00% sedangkan perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 5 ruang atau 100,00%. Tidak terdapat ruang perpustakaan yang rusak. Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 28 0 28 100,00 -
SMP 8 0 8 100,00 -
SM 5 0 5 100,00 -
Dikdasmen 41 0 41 100,00 -
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan 48
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kota Sabang, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 18 atau 100,00% sedangkan ruang UKS yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 2 ruang atau 100,00% yang terbesar. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 18 0 18 100,00 -
SMP 7 0 7 100,00 -
SM 2 0 2 100,00 -
Dikdasmen 27 0 27 100,00 -
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 0 0 0 -
49
SMP 6 0 6 100,00 -
SM 5 0 5 100,00 -
Dikdasmen 11 0 11 100,00 -
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kota Sabang, ternyata di semua jenjang pendidikan tidak memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 5 atau 100,00% sedangkan ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 6 ruang atau 100,00%. Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SMP 8 0 8 100,00 -
SM Dikdasmen 9 17 2 2 11 19 81,82 89,47 18,18 10,53
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kota Sabang, ternyata hanya jenjang SM yang memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 9 atau 81,82% sedangkan laboratorium yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 8 ruang atau 100,00%.
50
Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Sabang Tahun 2012/2013
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
131 20 0,88 90,32 58,06 0,00 0,00
136 16 1,19 72,73 63,64 54,55 72,73 0,00
379 27 1,00 100,00 40,00 100,00 44,00 0,00
Dikdasmen 159 20 0,97 87,23 57,45 23,40 52,78 0,00
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kota Sabang sangat bervariasi antara 131 di jenjang SD yang terjarang sampai 379 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 159. 51
Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 131 atau mencapai 54,70% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 136 atau mencapai 37,78% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 379 siswa atau mencapai 79,00% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SM dan paling buruk adalah jenjang SMP. Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kota Sabang untuk jenjang SD sebesar20, untuk jenjang SMP sebesar 16, dan untuk jenjang SM sebesar 27 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 20 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 70,56% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 49,73% atau belum maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 84,64% atau belum maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin lebih efisien dan lebih padat atau belum di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kota Sabang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 52
0,88 di jenjang SD dan sampai 1,19 di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 11,97% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 18,99% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 3,39% sudah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SMP, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SMP akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 0,97 ternyata masih terdapat 3,39% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kota Sabang Tahun 2012/2013
%Perpus di Kota Sabang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 72,7% di jenjang SMP sampai 100,00 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 9,7% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 27,3% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 0% sekolah belum memiliki perpustakaan sehingga dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 12,8%. %RUKS di Kota Sabang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 40,0% di jenjang SM sampai 63,6 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 41,9% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 36,4% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 60,0% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 42,6%. %RKom di Kota Sabang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0% di jenjang SD sampai 100,00 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 100,00% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 45,5% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 53
0% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 46,6%. %Lab di Kota Sabang pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SM sebesar 44,0% sedangkan %Lab SMP sebesar 72,7% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 52,8%. %ROR di Kota Sabang tidak ada rincian datanya. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kota Sabang yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SD sebesar 34 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SMP sebesar 27. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SMP yang paling buruk sedangkan jenjang SD yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 262 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 113 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB tidak ada rincian datanya. Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
SD
SMP
SM
TPS DT SB
siswa siswa rupiah
34 113 0
27 131 0
33 262 0
Dikdasmen 32 182 0
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
54
Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
% SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
85,68 31,75 6 100,00 3,04 0,00 0,00 90,32 58,06 0,00 -
88,67 6 99,31 1,26 0,35 0,00 72,73 63,64 54,55 72,73
97,75 11 98,98 1,35 0,63 94,29 100,00 40,00 100,00 16,36
Dikdasmen 55,04 7 99,49 2,32 0,20 17,84 87,23 57,45 23,40 47,22
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 85,68 cukup karena lebih dari separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 97,75% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 31,75%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kota Sabang. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 97,75% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kota Sabang harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 55,04% belum cukup tinggi karena mencapai 1.130 dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 44,96% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 6 di jenjang SD dan SMP sampai 11 di jenjang SM dan rata-rata dikdasmen sebesar 7. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 6 atau 34,4% belum mencapai standar atau kekurangan guru. Untuk SMP sebesar 6 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 39,0% atau kekurangan guru, dan SM belum didayagunakan secara maksimal karena mencapai 88,8% atau kekurangan guru. AL di Kota Sabang yang terbesar terjadi di jenjang SD sebesar 100,00% dan terkecil pada jenjang SM sebesar 99,0% sedangkan jenjang SMP sebesar 99,3%. Kecilnya AL di jenjang SM perlu menjadi perhatian pihak 55
pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SD yang terbaik dengan nilai terbesar sebesar 3,0% dan yang terburuk dengan nilai terkecil di jenjang SMP dan SM sebesar 1,3%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SMP yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,3% sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,6%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 99,5%, AU Dikdasmen sebesar 2,3% dan APS Dikdasmen sebesar 0,2%. Grafik 18 Persentase Kualaitas SDM
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb hanya di jenjang SM sebesar 94,3%. %Rkb dikdasmen mencapai 17,8% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Sabang terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti. Grafik 19 Persentase Kualaitas Prasarana Pendidikan
Kota Sabang Tahun 2012/2013
56
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SM sebesar 100% yang berarti terdapat 0% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 72,7%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SM sebesar 100% lebih baik daripada jenjang SMP sebesar 54,5%. Sebaliknya, %Lab jenjang SMP sebesar 72,7% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 27,3% sekolah memiliki laboratorium lebih dari 1 padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 16,4%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Sabang terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 87,2%, %Rkomb sebesar 23.4%, dan %Labb sebesar 47,2%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
8,52 0,93 7,44
-5,97 1,06 11,23
91,57 0,52 2,06
Dikdasmen 22,43 0,83 6,83
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SD sebesar 8,52% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SM sebesar 91,57% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 22,43% dan perempuan lebih buruk dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka 57
IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SD sebesar 0,93 yang berarti belum seimbang sedangkan jenjang SM makin jauh dari seimbang sebesar 0,52 yang berarti laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 0,83 yang berarti belum seimbang dan laki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SMP untuk memperoleh siswa sebesar 11,23% yang terbesar sedangkan jenjang SM yang terkecil sebesar 2,06%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 6,83.. Grafik 20 PG dan IPG APK
Kota Sabang Tahun 2012/2013 100,00
91,57
80,00
60,00 40,00
22,43 20,00
8,52 0,93
1,06
0,52
0,83
SD
(20,00)
SMP (5,97)
SM
PG
Dikdasmen
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 94,03%, jenjang SMP sebesar 63,80% dan jenjang SM sebesar 114,91% sehingga dikdasmen sebesar 91,43%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SM sebesar 144,95% sedangkan yang terendah pada jenjang SMP sebesar 103,74% sehingga dikdasmen sebesar 119,05% telah melewati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena 58
anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kota Sabang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
94,03 115,69 53,80 99,87 6,18
63,80 103,74 95,80 99,66 3,05
114,91 144,95 67,21 98,77 3,05
Dikdasmen 91,43 119,05 -
Catatan: AMM untuk SD dan AM untuk SMP dan SM, AB5 untuk SD dan AB untuk SMP dan SM
AMM jenjang SD sudah/belum ideal sebesar 53,80%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 95,80% baik karena mendekati 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 67,21% sangat rendah jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kota Sabang agak berbeda karena AM ke SMP dan SM lebih dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kota Sabang atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SMP dan SM di Kota Sabang termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang selanjutnya di Kota Sabang Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kota Sabang Tahun 2012/2013
59
160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 SD
SMP APK
SM
AMM/AM
AB5/AB
Dikdasmen RLB
RLB jenjang SMP dan SM sebesar 3,05 tahun sudah ideal karena sesuai standar dan jenjang SD paling buruk sebesar 6,18 tahun. RLB jenjang SD melebihi standar atau 6,18 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. RLB jenjang SMP dan SM sebesar 3,05 tahun sudah ideal karena sesuai standar. 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. 60
Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB. Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kota Sabang Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
SD
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
131 20 0,88 90,32 58,06 34 113 85,68 31,75 6 100,00 3,04 90,32 58,06 8,52 0,93 7,44 115,69 53,80 99,87 6,18
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
61
SMP 136 16 1,19 72,73 63,64 54,55 72,73 27 131 88,67 6 99,31 1,26 0,35 72,73 63,64 54,55 72,73 (5,97) 1,06 11,23 103,74 95,80 99,66 3,05
SM 379 27 1,00 100,00 40,00 100,00 44,00 33 262 97,75 11 98,98 1,35 0,63 94,29 100,00 40,00 100,00 16,36 91,57 0,52 2,06 144,95 67,21 98,77 3,05
Dikdasmen 159 20 0,97 87,23 57,45 23,40 52,78 32 182 55,04 7 99,49 2,32 0,20 17,84 87,23 57,45 23,40 47,22 22,43 0,83 6,83 119,05 -
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kota Sabang Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 54,70 70,56 88,03 90,32 58,06 98,68 68,36 85,68 31,75 34,40 100,00 96,96 100,00 90,32 58,06 91,48 92,89 80,92 100,00 97,82 100,00 97,09
SMP 37,78 49,73 84,04 72,73 63,64 54,55 72,73 96,79 36,01 88,67 38,96 99,31 98,74 99,65 72,73 63,64 54,55 72,73 94,03 94,41 46,99 100,00 95,80 99,66 98,50
SM Dikdasmen 79,00 84,64 100,00 100,00 40,00 100,00 44,00 98,00 45,42 97,75 88,76 98,98 98,65 99,37 94,29 100,00 40,00 100,00 16,36 8,43 51,85 4,34 100,00 67,21 98,77 98,44
57,16 68,31 90,69 87,23 57,45 23,40 58,36 97,82 49,93 55,04 54,04 99,49 97,68 99,80 17,84 87,23 57,45 23,40 47,22 77,57 82,75 44,08 100,00 86,94 99,48 98,01
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 54,70, jenjang SMP menjadi 37,78, dan jenjang SM menjadi 79,00 sehingga dikdasmen menjadi 57,16. R-S/K jenjang SD menjadi 70,56, jenjang SMP menjadi 49,73, dan jenjang SM menjadi 84,64. R-K/RK jenjang SD menjadi 88,03, jenjang SMP menjadi 84,04, dan jenjang SM menjadi 62
100,00. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SM sebesar 100,00 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 72,73, %RUKS terbaik pada jenjang SMP sebesar 63,64 dan terburuk pada jenjang SM sebesar 40,00, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 100,00 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 54,55, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 72,73 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 44,00. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SD sebesar 98,68 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SMP sebesar 96,79 sedangkan Dikdasmen sebesar 97,82. DT yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 68,36 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 36,01 sedangkan dikdasmen sebesar 49,93. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SM sebesar 88,76 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 34,40. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 85,68, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 97,75 dan terburuk jenjang SD sebesar 31,75 sedangkan dikdasmen sebesar 55,04. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SD sebesar 100,00 dan terburuk jenjang SM sebesar 98,98 sedangkan dikdasmen sebesar 99,49. AU terbaik adalah jenjang SMP sebesar 98,74 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 96,96 sedangkan dikdasmen sebesar 97,68. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 100,00 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 99,37 sedangkan dikdasmen sebesar 99,80 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SM sebesar 94,29 sedangkan dikdasmen sebesar 17,84. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SM sebesar 100,00 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 72,73 sedangkan dikdasmen sebesar 87,23%. Untuk %RUKSb jenjang SMP sebesar 63,64 lebih besar daripada jenjang SM sebesar 40,00 sedangkan dikdasmen sebesar 57,45. Untuk %Rkomb jenjang SM sebesar 100,00 lebih besar daripada jenjang SMP sebesar 54,55 sedangkan dikdasmen sebesar 23,40. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 72,73 daripada jenjang SM sebesar 16,36 sedangkan dikdasmen sebesar 47,22. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 94,03 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 8,43 sedangkan dikdasmen sebesar 77,57. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 94,41 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 51,85 dengan dikdasmen sebesar 82,75%. S-Swt terbaik adalah jenjang SD sebesar 80,92 belum optimal dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 4,34 sedangkan dikdasmen sebesar 44,08. 63
Indikator Misi K5, APK terbaik adalah semua jenjang sebesar 100,00 sedangkan dikdasmen sebesar 100,00. AMM SD sebesar 97,82 berarti belum maksimal sedangkan AM SMP sebesar 95,80 pada jenjang SM yang terkecil lebih buruk daripada AM SM sebesar 67,21 sedangkan dikdasmen sebesar 86,94. RLB terbaik adalah jenjang SMP sebesar 98,50 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 97,09 sedangkan dikdasmen sebesar 98,01. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SM yang terbaik sebesar 78,23 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 54,70 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 65,04. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SD yang terbaik sebesar 55,68 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 44,27 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 49,25. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SM yang terbaik sebesar 83,42 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 59,72 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 70,68. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SD yang terbaik sebesar 88,43 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 21,54 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 62,81. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SD yang terbaik sebesar 98,73 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 91,10 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 96,11. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kota Sabang Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD 54,70 55,68 59,72 88,43 98,73 71,45 KURANG
SMP
SM
62,17 44,27 68,90 78,47 98,49 70,46 KURANG
78,23 47,80 83,42 21,54 91,10 64,42 KURANG
Dikdasmen 65,04 49,25 70,68 62,81 96,11 68,78 KURANG
Jenis KURANG KURANG KURANG KURANG PARIPURNA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 71,45 termasuk kategori kurang dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 64,42 termasuk kategori kurang 64
sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 68,78 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K2 yang terburuk sebesar 49,25 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 96,11 termasuk kategori paripurna sehingga kinerja dikdasmen sebesar 68,78 termasuk kategori kurang. Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kota Sabang Tahun 2012/2013
65
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kota Sabang Tahun 2012/2013
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 71,45 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 64,42 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 68,78 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a.
Simpulan
Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K5 jenjang SD yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 96,11 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori paripurna. Sebaliknya, misi K2 jenjang SMP yang terburuk sebesar 44,27 termasuk kinerja kategori kurang dibandingkan misi K lainnya dengan jenjang SD yang terburuk sebesar 54,70 termasuk kinerja kategori kurang dan jenjang SM sebesar 21,54 termasuk kinerja kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SD sebesar 71,45 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 64,42 namun kesemuanya termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kota Sabang termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kota Sabang termasuk kategori kurang, untuk itu 66
misi K2, K4, dan K1 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 49,25, 62,81, dan 65,04. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan pada indikator SD melalui cara meningkatkan ketersediaan rasio S/Sek. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SMP maka diperlukan peningkatan indikator SMP melalui cara meningkatkan DT. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator SD melalui cara meningkatkan %GL dan R-S/G. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator SM melalui cara meningkatkan PG APK dan %S-Swt. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator SM melalui cara meningkatkan AMM.
67
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KAB. SIMEULUE
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan 68
dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di tingkat SD. 69
Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi
No. Jenis Indikator
Satuan
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD
SMP
SM Dikdasmen Penjelasan
240 360 480 28 32 32 1 1 1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 45 88 67 166 364 576 670.000 960.000 1.200.000 100 100 100 100 17 15 12 100 100 100 0 0 0 0 0 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 0 1 1 1 9,2 23,9 47,4 115 100 100 55 100 100 94 100 100 6 3 3
- SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal - Angka nasional 2011/2012 - Angka nasional 2011/2012 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan - Ideal 100 Ideal - Angka nasional 2011/2012 100 Ideal 0 Ideal 0 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 0 Ideal 1 Ideal - Angka nasional 2011/2012 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. Jenis Kinerja 1 2 3 4 5
Paripurna Utama Madya Pratama Kurang
Nilai 95.00 ke atas 90.00-94.99 85.00-89.99 80.00-84.99 kurang dari 80.00
70
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kabupaten Simeulue maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kabupaten Simeulue Peta 1
Kabupaten Simeulue
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kabupaten Simeulue terdapat sejumlah 10 kecamatan dan 138 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 198.021 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 1618 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kabupaten Simeulue sebesar 86.190 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 0,44 per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 4.212 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 0,02 km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 11.400 anak dengan rincian laki-laki sebesar 5.952 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 5.448 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 0,06 km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 5.436 orang dengan rincian laki-laki sebesar 2.781 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 2.655 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 0,03 km2. Jumlah penduduk usia 1618 tahun sebesar 5.019 orang dengan rincian laki-laki sebesar 2.583 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 2.436 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 0,03 km2
71
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kabupaten Simeulue Tahun 2013 No. 1 2 3
4
5
6
Variabel Penduduk Penduduk 6-7 tahun Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 86.190 4.212 11.400 5.952 5.448 5.436 2.781 2.655 5.019 2.583 2.436 198.021
% 100,00 4,89 13,23 52,21 47,79 6,31 51,16 48,84 5,82 51,46 48,54
Kepadatan 0,44 0,02 0,06
0,03
0,03
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Simeulue 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Simeulue Tahun 2013 0,50 0,45
0,44
0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10
0,06 0,02
0,05
0,03
0,03
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kabupaten Simeulue. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 4,89%, usia 7-12 tahun sebesar 13,23%, usia 13-15 tahun sebesar 6,31%, dan 16-18 tahun sebesar 5,82% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 69,76%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 25,36% atau 21.855 orang.
72
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Simeulue Tahun 2013 P6-7 th 5%
P7-12 th 13%
Pusia lainnya 70%
P13-15 th 6%
P16-18 th 6%
2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Simeulue. Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SD sebesar 29.632 orang atau 34,38% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tamat Diploma sebesar 2.474 orang atau 2,87%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 78.892 orang atau 98,13% sedangkan yang buta huruf sebesar 1.500 orang atau 1,87%. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kabupaten Simeulue Tahun 2013 Tamat Sarjana Tidak Terjawab Tidak Tidak/belum Tamat Diploma 5% 0% pernah tamat SD 3% Tamat SMK sekolah 8% 8% 6%
Tamat SMA 18%
Tamat SD 34%
Tamat SMP 18%
73
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten Simeulue sebesar 55.903 orang. Angkatan kerja sebesar 20.882 orang atau 37,35% yang bekerja sebanyak 19.178 orang atau 34,31% dan pengangguran terbuka sebanyak 1.704 orang atau 3,05%. Bukan angkatan kerja sebesar 35.021 orang dan terbesar adalah bersekolah sebesar 24.008 orang atau 42,95% dan lain-lain sebesar 7.504 orang atau 13,42%, dan terkecil adalah mengurus RT sebesar 3.509 orang atau 6,28%. Penduduk miskin di Kabupaten Simeulue sebesar 4.399 dan lebih besar di desa daripada di kota masing-masing sebesar 2.696 dan 1.703. Sumber daya alam Kabupaten Simeulue sebesar 4 keadaan alam dilihat dari curah hujan sebesar 3.475 mm dan hari hujan per tahun adalah 179 hari. 3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kabupaten Simeulue dengan PAD sebesar Rp 407.387.549.508, PBB sebesar Rp 1.455.425.649, APBD sebesar Rp 337.884.737.773, sedangkan UMR sebesar Rp 1.000.000. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kabupaten Simeulue Tahun 2013 1.600.000.000
1.455.425.649
1.400.000.000
1.200.000.000 1.000.000.000 800.000.000 600.000.000 407.387.550 400.000.000
337.884.738
200.000.000
0
0
1.000.000
0 PAD (juta)
PBB (ribu)
APBD (juta)
74
PDRB (ribu)
P/Kapita
UMR
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kabupaten Simeulue sebesar Rp 20.430.357.342. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah PAUD sebesar Rp 6.690.105.000 atau 32,75% dan terkecil adalah SMP sebesar Rp 2.266.645.342 atau 11,09%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Simeulue prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan PAUD dalam rangka pengingkatan mutu pendidikan sedangkan biaya untuk lainnya sebesar Rp 2.645.600.000 atau 12,95%. *(SD (wajib belajar 9 tahun), SMP dan SM ( Peningkatan Mutu Pendidikan)).
Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kabupaten Simeulue Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan Jumlah % PAUD 6.690.105.000 32,75 PNF SD 3.261.550.000 15,96 SMP 2.266.645.342 11,09 SM 5.566.457.000 27,25 Lainnya 2.645.600.000 12,95 Jumlah 20.430.357.342 100,00 Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Simeulue Tahun 2013
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013
Lainnya 13%
PAUD 33%
SM 27%
SMP 11%
SD 16%
PNF 0%
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) 75
pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 6, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Simeulue yang terbesar adalah pada Jasa sebesar 7.204 orang atau 37,56% sedangkan mata pencaharian terkecil pada Angkutan sebesar 465 orang atau 2,42%. Dengan demikian, sektor Jasa Kemasyarakatan merupakan sektor primer di Kabupaten Simeulue. Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor
Kabupaten Simeulue Tahun 2013
Pertanian 24%
Jasa 38%
Pertambangan 3% Industri 7% Keuangan 5% Angkutan 2%
Listrik 5% Perdagangan Bangunan 8% 8%
4. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kabupaten Simeulue yang terbesar beragama Islam sebesar 85.969 orang atau 99,74% dan beragama Katolik yang terkecil sebesar 4 orang atau 0,005%. Berdasarkan kesehatan maka di Kabupaten Simeulue terdapat sejumlah 1 rumah sakit dan 8 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan 76
tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 127 788 775 124 0 0 0
SMP 54 232 297 34 0 5 51 0
SM 32 195 207 19 0 19 51 0
Dikdasmen 213 1.215 1.279 177 0 24 102 0
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kabupaten Simeulue terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 213 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 127 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 32 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin
77
tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 1.400
1.200 1.000 800 600 400
200 0 SD
SMP
SM
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 2.228 1.952 1.696 5.876 2 Siswa 12.882 5.641 4.867 23.390 3 Lulusan 1.742 1.431 1.160 4.333 4 Guru 477 707 510 1.694 5 Mengulang 324 31 29 384 6 Putus Sekolah 12 6 6 24 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 12.882, tersedia 127 sekolah dan 775 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 788. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 5.641 orang, tersedia 54 sekolah dan 297 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 232. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 4.867 orang, tersedia sebesar 32 sekolah dan 207 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 195. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 23.390 orang di 213 sekolah dan 1.279 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 1.215. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang SD dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus 78
menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten Simeulue, untuk jenjang SD kekurangan 13 ruang, namun jenjang SMP kelebihan 65 ruang kelas, dan jenjang SM kelebihan 12 ruang sehingga untuk dikdasmen kelebihan 64 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SD tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SMP sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SM dan SMP yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 23.390
25.000
20.000 15.000
12.882
10.000 5.641 5.000
5.876
4.867
2.228 1.742 477
1.952 1.431 707
SD
SMP
1.696 1.160 510
4.333 1.694
0
Siswa Baru
SM
Siswa
Lulusan
Dikdasmen
Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kabupaten Simeulue masih kekurangan 3 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 20 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 13 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 36 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 127 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 54 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 32 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 213 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 127 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 49 ruang komputer dan jenjang SM kekurangan 79
13 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 189 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 3 laboratorium dan jenjang SM kekurangan 109 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 112 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 127 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 54 ruang, dan jenjang SM kekurangan 32 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 213 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 6 dan Grafik 9 ternyata di Kabupaten Simeulue mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 324 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SM sebesar 29 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 384 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SD sebesar 12 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SMP dan SM sebesar 6 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 24 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SD hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 384
400 350
324
300 250 200 150
100 12
50
31
29
6
6
24
0
SD
SMP
SM
Mengulang
Dikdasmen
Putus Sekolah
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013
80
No. 1 2
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Layak 186 472 423 1.081 Tidak Layak 291 235 87 613 Jumlah 477 707 510 1.694 1 % Layak 38,99 66,76 82,94 63,81 2 % Tidak Layak 61,01 33,24 17,06 36,19 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 1.694
1.800 1.600
1.400 1.081
1.200 1.000
707
800 477
600 400 200
186
472
291
510
423
613
235 87
0 SD
SMP Layak
SM
Tidak Layak
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kabupaten Simeulue terdapat di jenjang SMP sebesar 472 orang atau 66,76% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SD sebesar 186 orang atau 38,99%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 291 orang atau 61,01% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 87 orang atau 17,06%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 1.081 orang atau 63,81% dan tidak layak sebesar 613 orang atau 36,19%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang 81
kelas di Kabupaten Simeulue ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 154 atau 74,40% sedangkan ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 480 ruang atau 61,94%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SM sebesar 23 ruang atau 11,11% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SD sebesar 66 ruang atau 8,52%. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 1 2 3
Variabel Baik Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah % Baik % Rusak Ringan % Rusak Berat
SD 480 229 66 775 61,94 29,55 8,52
SMP 193 53 51 297 64,98 17,85 17,17
SM 154 30 23 207 74,40 14,49 11,11
Dikdasmen 827 312 140 1.279 64,66 24,39 10,95
Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 827 atau 64,66% dan rusak berat sebesar 140 atau 64,66%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin buruk prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SM banyak yang berada di daerah pinggiran dan yang msulit dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kabupaten Simeulue, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan baik terdapat pada semua jenjang SD sebesar 124 atau 100%, SMP sebesar 34 atau 100% dan SM sebesar 19 atau 100% Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013
82
827
900 800
700 600
480
500 400
312 229
300 200
193 66
100
154 53 51
140 30 23
0 SD
SMP Baik
SM
Rusak Ringan
Dikdasmen
Rusak Berat
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 124 0 124 100,00 -
SMP 34 0 34 100,00 -
SM 19 0 19 100,00 -
Dikdasmen 177 0 177 100,00 -
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 177
177
180 160 140
124
124
120 100 80 60
34
40 20
34
19 0
0
19 0
0
0 SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kabupaten Simeulue, ternyata semua semua jenjang pendidikan tidak memiliki ruang UKS. 83
Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 0 0 0
SMP 0 0 0 -
-
SM 0 0 0 -
Dikdasmen 0 0 0 -
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0
0 SD
0
0
0
0
0
SMP
0
0
SM
Baik
Rusak
0
0
0
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kabupaten Simeulue, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang komputer yang baik. Jumlah ruang komputer yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 5 atau 100% sedangkan ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 19 ruang atau 100%. Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 0 0 0 -
84
SMP 5 0 5 100,00 -
SM 19 0 19 100,00 -
Dikdasmen 24 0 24 100,00 -
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 24
25 19
20
24
19
15 10 5
5
5 0
0
0
0
0
0
0 SD
SMP
SM
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue No. 1 2 1 2
Tahun 2012/2013 SMP 51 0 51 100,00 -
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SM Dikdasmen 51 102 0 0 51 102 100,00 100,00 -
Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 120
102
102
100 80
60
51
51
51
51
40 20
0
0
0
0
SMP
SM Baik
Rusak
Dikdasmen Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di 85
Kabupaten Simeulue, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang baik. Jumlah laboratorium berjumlah sama pada jenjang SMP dan SMP masing-masing sebesar 51 atau 100%. 2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
101 16 1,02 97,64 0,00 0,00 0,00
104 24 0,78 62,96 0,00 9,26 94,44 0,00
152 25 0,94 59,38 0,00 59,38 31,88 0,00
110 19 0,95 83,10 0,00 11,27 47,66 0,00
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kabupaten Simeulue sangat bervariasi antara 101 di jenjang SD yang terjarang sampai 152 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 110. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 101 atau mencapai 42,26% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 104 atau mencapai 29,02% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM 86
hanya sebesar 152 siswa atau mencapai 31,69% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SD dan paling buruk adalah jenjang SMP. Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK
SD 101
SMP 104
SM 152
Dikdasmen 110
16
24
25
19
1,02
0,78
0,94
0,95
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kabupaten Simeulue untuk jenjang SD sebesar 16, untuk jenjang SMP sebesar 24, dan untuk jenjang SM sebesar 25 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 19 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 58,38% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 75,98% atau belum maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 78% atau belum maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin lebih efisien dan lebih padat tetapi belum di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kabupaten Simeulue pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,78 di jenjang SMP dan sampai 1,02 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 1,68% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 0,78% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 0,94% belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SMP, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SMA akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 0,95 ternyata masih terdapat 5% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali untuk 87
proses belajar-mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
%Perpus
SD 97,6
SMP 63,0
SM 59,4
Dikdasmen 83,1
%RUKS
0,0
0,0
0,0
0,0
%Rkom
0,0
9,3
59,4
11,3
%Lab
0,0
94,4
31,9
47,7
%ROR
0,0
0,0
0,0
0,0
%Perpus di Kabupaten Simeulue pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 62,96% di jenjang SMP sampai 97,64 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 97,64% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 62,96% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 59,38% sekolah belum memiliki perpustakaan sehingga dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 83,10%. %RKom di Kabupaten Simeulue pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 9,26% di jenjang SMP sampai 59,38% di jenjang SM. Untuk jenjang SMP terdapat 9,26% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 59,38% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 11,27%. %Lab di Kabupaten Simeulue pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 94,44% sedangkan %Lab SM sebesar 31,88% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 47,66%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kabupaten Simeulue yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SM sebesar 34 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SMP sebesar 29. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SMP yang paling buruk sedangkan jenjang SM yang paling baik. Bila 88
dilihat dari DT maka jenjang SD sebesar 90 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SM sebesar 157 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SD sebesar Rp 281.265.091 dan terbesar adalah jenjang SM sebesar Rp 1.211.943.610. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp 530.413.173. Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
SD
SMP
SM
Dikdasmen
TPS DT SB
siswa siswa rupiah
32 90 281.265.091
29 101 479.408.913
34 157 1.211.943.610
32 127 530.413.173
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
% SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
77,33 38,99 27 83,59 2,45 0,09 60,91 97,64 0,00 0,00 -
66,76 8 79,50 0,56 0,11 83,19 62,96 0,00 9,26 94,44
82,94 10 84,92 0,67 0,14 78,97 59,38 0,00 59,38 20,00
63,81 14 82,53 1,66 0,10 68,07 83,10 0,00 11,27 47,66
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 77,33 cukup kecil 89
karena ada separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 82,94% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 38,99%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten Simeulue. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 82,94% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kabupaten Simeulue harus benarbenar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 63,81% belum cukup tinggi karena mencapai separuh lebih dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 36,19% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 8 di jenjang SMP sampai 27 di jenjang SD dan rata-rata dikdasmen sebesar 14. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 27 atau 100% sudah mencapai standar atau kelebihan guru. Untuk SMP sebesar 8 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 53,19%% atau kekurangan guru, dan SM belum didayagunakan secara maksimal karena mencapai 79,53% atau kekurangan guru. AL di Kabupaten Simeulue yang terbesar terjadi di jenjang SM sebesar 84,92% dan terkecil pada jenjang SMP sebesar 79,50% sedangkan jenjang SD sebesar 83,59%. Kecilnya AL di jenjang SMP perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SMP yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,56% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SD sebesar 2,45%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,09% sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,14%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 8,23%, AU Dikdasmen sebesar 1,66% dan APS Dikdasmen sebesar 0,10%. Grafik 18 Persentase Kualitas SDM
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013
90
100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 -
%Glayak 38,99
R-S/G 100,00
AL 83,59
AU 2,45
APS 0,09
SMP
66,76
53,19
79,50
0,56
0,11
SM
82,94
79,53
84,92
0,67
0,14
Dikdasmen
63,81
77,57
82,53
1,66
0,10
SD
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SMP sebesar 83,19% dan terkecil di jenjang SD sebesar 60,91%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SM dan jenjang SMP cukup baik karena mencapai lebih dari 50%. %Rkb dikdasmen mencapai 68,07% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Simeulue terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti. Grafik 19 Persentase Kualitas Prasarana Pendidikan
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 SD
%RKb 60,91
%Perpusb 97,64
%RUKSb -
%Rkomb -
%Labb -
SMP
83,19
62,96
SM
78,97
59,38
-
9,26
94,44
-
59,38
Dikdasmen
68,07
83,10
20,00
-
11,27
47,66
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SD sebesar 97,64% lebih kurang dari 100% yang berarti terdapat 2,36% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SM sebesar 59,38%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SMP sebesar 9,26% lebih buruk daripada jenjang SM sebesar 59,38%. Sebaliknya, %Lab jenjang SMP sebesar 94,44% lebih kecil dari 100% yang berarti terdapat 5,56% sekolah memiliki laboratorium lebih dari 1 padahal 91
peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 20%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Simeulue terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 83,190%, %Rkomb sebesar 11,27%, dan %Labb sebesar 47,66%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
0,36 1,00 4,88
-3,97 1,04 12,36
1,21 0,99 10,44
-0,42 1,00 7,84
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SD sebesar 0,36% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SMP sebesar 3,97% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 0,42% dan perempuan lebih baik dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SD sebesar 1 yang berarti sudah seimbang sedangkan jenjang SMP makin jauh dari seimbang sebesar 1,04 yang berarti laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 1 yang berarti sudah seimbang dan laki/perempuan sama kedudukannya. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SMP untuk memperoleh siswa sebesar 12,36% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 4,88%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 7,84%.
92
Grafik 20 PG dan IPG APK
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 2,00
1,21
1,04
1,00 1,00
0,99
1,00
0,36
(1,00)
SD
SMP
SM
Dikdasmen (0,42)
(2,00) (3,00) (4,00) (3,97) (5,00) PG
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 94,78%, jenjang SMP sebesar 30,67% dan jenjang SM sebesar 71,77% sehingga dikdasmen sebesar 73,55%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SD sebesar 113% sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar 96,97% sehingga dikdasmen sebesar 107,02% telah melewati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013
93
No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
Dikdasmen
94,78 113,00 49,22 99,47 6,15
30,67 103,77 112,06 99,98 3,02
71,77 96,97 118,52 99,77 3,02
73,55 107,02 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 49,22%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 112,06% sangat baik karena telah lebih dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 118,52% sangat tinggi jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kabupaten Simeulue agak berbeda karena AM ke SD kurang dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kabupaten Simeulue atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SM di Kabupaten Simeulue termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SM di Kabupaten Simeulue Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 120,00 100,00
80,00 60,00 40,00
20,00 0,00
SD
SMP APK
SM
AMM/AM
AB5/AB
Dikdasmen RLB
RLB jenjang SMP dan SM sebesar 3,02 tahun sudah ideal karena sudah melebihi standar dan jenjang SD paling buruk sebesar 6,15 tahun. RLB semua jenjang melebihi standar atau SD sebesar 6,15, SMP sebesar 3,02 dan SM sebesar 3,02 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam 94
waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. RLB semua jenjang belum ideal karena melebihi standar. 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB.
95
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD
SMP
101 16 1,02 97,64 32 90 281.265.091 77,33 38,99 27 83,59 2,45 0,09 60,91 97,64 0,36 1,00 4,88 113,00 49,22 99,47 6,15
96
104 24 0,78 62,96 9,26 94,44 29 101 479.408.913 66,76 8 79,50 0,56 0,11 83,19 62,96 9,26 94,44 (3,97) 1,04 12,36 103,77 112,06 99,98 3,02
SM 152 25 0,94 59,38 59,38 31,88 34 157 1.211.943.610 82,94 10 84,92 0,67 0,14 78,97 59,38 59,38 20,00 1,21 0,99 10,44 96,97 118,52 99,77 3,02
Dikdasmen 110 19 0,95 83,10 11,27 47,66 32 127 530.413.173 63,81 14 82,53 1,66 0,10 68,07 83,10 11,27 47,66 (0,42) 1,00 7,84 107,02 -
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 42,26 58,38 98,35 97,64 98,60 54,07 0,24 77,33 38,99 100,00 83,59 97,55 99,91 60,91 97,64 99,64 99,68 52,99 98,26 89,48 100,00 97,59
SMP 29,02 75,98 78,11 62,96 9,26 94,44 96,96 27,66 0,20 66,76 53,19 79,50 99,44 99,89 83,19 62,96 9,26 94,44 96,03 96,25 51,70 100,00 100,00 99,98 99,33
SM Dikdasmen 31,69 78,00 94,20 59,38 59,38 31,88 98,01 27,23 0,10 82,94 79,53 84,92 99,33 99,86 78,97 59,38 59,38 20,00 98,79 98,76 22,02 96,97 100,00 99,77 99,32
34,32 70,79 90,22 83,10 11,27 63,16 97,85 36,32 0,18 63,81 77,57 82,53 98,34 99,90 68,07 83,10 11,27 47,66 99,58 99,61 42,24 100,00 96,49 99,92 98,74
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 42,26, jenjang SMP menjadi 29,02, dan jenjang SM menjadi 31,69 sehingga dikdasmen menjadi 34,32. R-S/K jenjang SD menjadi 58,38, jenjang SMP menjadi 75,98, dan jenjang SM menjadi 98. R-K/RK jenjang SD menjadi 97
98,35, jenjang SMP menjadi 78,11, dan jenjang SM menjadi 94,20. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SD sebesar 97,64 dan terburuk pada jenjang SM sebesar 59,38, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 59,38 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 9,26, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 94,44 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 31,88. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SD sebesar 98,60 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SMP sebesar 96,96 sedangkan Dikdasmen sebesar 97,85. DT yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 54,07 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 27,23, sedangkan dikdasmen sebesar 36,32. SB yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 0,24 walaupun mencapai separuh dan terburuk adalah jenjang SM masingmasing sebesar 0,10 karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 0,18 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SD sebesar 100 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 53,19. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 77,33, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 82,94 dan terburuk jenjang SD sebesar 38,99 sedangkan dikdasmen sebesar 63,81. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SM sebesar 84,92 dan terburuk jenjang SMP sebesar 79,50 sedangkan dikdasmen sebesar 82,53. AU terbaik adalah jenjang SMP sebesar 99,44 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 97,55 sedangkan dikdasmen sebesar 98,34. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,91 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 99,86 sedangkan dikdasmen sebesar 99,90 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SMP sebesar 83,19 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 60,91 sedangkan dikdasmen sebesar 68,07. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SD sebesar 97,64 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 59,38 sedangkan dikdasmen sebesar 59,38%. Untuk %Rkomb jenjang SM sebesar 59,38 lebih besar daripada jenjang SMP sebesar 9,26 sedangkan dikdasmen sebesar 11,27. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 94,44 daripada jenjang SM sebesar 20 sedangkan dikdasmen sebesar 47,66. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,64 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar 96,03 sedangkan dikdasmen sebesar 99,58. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,68 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 96,25 dengan dikdasmen sebesar 99,61%. S-Swt terbaik adalah jenjang SD sebesar SD belum optimal dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 22,02 sedangkan dikdasmen sebesar 98
42,24. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SMP sebesar 100 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 96,97 sedangkan dikdasmen sebesar 100. AMM SMP dan SM sebesar 100 berarti sudah maksimal masing-masing sebesar 100 pada jenjang SD yang terkecil lebih buruk daripada AM SM sebesar 89,48 sedangkan dikdasmen sebesar 96,49. RLB terbaik adalah jenjang SMP sebesar 99,33 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 97,59 sedangkan dikdasmen sebesar 98,74. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SM yang terbaik sebesar 50,64 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 42,26 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 47,63. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SD yang terbaik sebesar 50,97 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 41,60 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 44,78. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SMP yang terbaik sebesar 64,86 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 66,43 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 65,63. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SD yang terbaik sebesar 84,01 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 73,19 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 79,54. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 99,83 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 96,33 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 98,39. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD 42,26 50,97 65,59 84,10 96,33 67,85 KURANG
SMP
SM
49,97 41,60 64,86 81,33 99,83 67,52 KURANG
50,64 41,78 66,43 73,19 99,02 66,21 KURANG
Dikdasmen 47,63 44,78 65,63 79,54 98,39 67,19 KURANG
Jenis KURANG KURANG KURANG KURANG PARIPURNA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan 99
bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 67,85 termasuk kategori kurang dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 66,21 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 67,19 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00
20,00 0,00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K1 yang terburuk sebesar 42,63 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 98,39 termasuk kategori paripurna sehingga kinerja dikdasmen sebesar 67,19 termasuk kategori kurang. Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 Misi K1 100,0 80,0 60,0 40,0
Misi K5
Misi K2
20,0 0,0
Misi K4
Misi K3
100
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Simeulue Tahun 2012/2013 67,9 SD
66,2 SM
SMP 67,5
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 67,9 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 66,2 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 67,2 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a.
Simpulan
Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K5 jenjang SMP yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 98,39 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori paripurna. Sebaliknya, misi K2 jenjang SMP yang terburuk sebesar 41,60 termasuk kinerja kategori kurang dibandingkan misi K lainnya dengan jenjang SD yang terburuk sebesar 42,26 termasuk kinerja kategori kurang dan jenjang SM sebesar 41,78 termasuk kinerja kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SD sebesar 67,85 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 66,21 namun kesemuanya termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kabupaten Simeulue termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kabupaten Simeulue termasuk kategori kurang, 101
untuk itu misi K1 , K2, K3 dan K4 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 47,63, 44,87, 65,63 dan 79,54. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan pada indikator yang terkait melalui cara meningkatkan jumlah yang mempengaruhi indikator. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SMP maka diperlukan peningkatan indikator yang terkait melalui cara meningkatkan jumlah yang mempengaruhi indikator. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SMP maka diperlukan peningkatan indikator yang terkait melalui cara meningkatkan jumlah yang mempengaruhi indikator. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator yang terkait melalui cara meningkatkan jumlah yang mempengaruhi indikator. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator yang terkait melalui cara meningkatkan jumlah yang mempengaruhi indikator.
102
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN SERDANG BERDAGAI
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan 103
dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di tingkat SD. 104
Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00
105
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kabupaten Serdang Berdagai maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kabupaten Serdang Berdagai Peta 1
Kabupaten Serdang Berdagai
Sumber: wikimedia.org
1.
Administrasi Pemerintahan dan Demografi
Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kabupaten Serdang Berdagai terdapat sejumlah 17 kecamatan dan 243 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 1.900,22 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kabupaten Serdang Berdagai 599.941 orang dengan kepadatan penduduk 316 orang sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 14.481 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 7,62 km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 82.222 anak dengan rincian laki-laki sebesar 42.023 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 40.199 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 43,27 km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 34.918 orang dengan rincian laki-laki sebesar 17.587 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 17.331 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 18,38 km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 21.325 orang dengan rincian laki-laki sebesar 12.622 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 8.703 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 11,22 km2. 106
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2013 No. 1 2 3
Variabel Jumlah % Kepadatan Penduduk 599.941 100,00 315,72 Penduduk 6-7 tahun 14.481 2,41 7,62 Penduduk 7-12 tahun 82.222 13,71 43,27 a. Laki-laki 42.023 51,11 b. Perempuan 40.199 48,89 4 Penduduk 13-15 tahun 34.918 5,82 18,38 a. Laki-laki 17.587 50,37 b. Perempuan 17.331 49,63 5 Penduduk 16-18 tahun 21.325 3,55 11,22 a. Laki-laki 12.622 59,19 b. Perempuan 8.703 40,81 6 Luas Wilayah (Km2) 1.900 Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Serdang Berdagai 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2013 350,00
315,72
300,00
250,00 200,00 150,00 100,00
43,27
50,00
18,38
11,22
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
7,62 -
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2013 P6-7 th 2% P7-12 th 14%
P13-15 th 6%
P16-18 th 4% Pusia lainnya 74%
107
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kabupaten Serdang Berdagai. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 2,41%, usia 7-12 tahun sebesar 13,71%, usia 13-15 tahun sebesar 5,82%, dan 16-18 tahun sebesar 3,55% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 74,51%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 23,08% atau 138.465 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 ternyata tidak ada rincian datanya. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2013 Tamat Tamat Sarjana Tamat SMK Diploma 5% 3% 8%
Tamat SMA 18%
Tidak pernah Tidak sekolah Terjawab 6% 0%
Tidak/belum tamat SD 8%
Tamat SD 34%
Tamat SMP 18%
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten Serdang Berdagai sebesar 546.586 orang. Angkatan kerja sebesar 301.165 orang atau 55,10% yang bekerja sebanyak 286.425 orang atau 52,40% dan pengangguran terbuka sebanyak 14.740 orang atau 2,70%. Bukan angkatan kerja yang terbesar adalah sebesar 245.421 orang dan bersekolah sebesar 137.887 orang atau 25,23% dan mengurus RT sebesar 107.534 orang atau 19,67%. 108
Keadaan alam dilihat dari curah hujan sebesar 92 mm dan hari hujan per tahun adalah 12 hari. 3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Namun, di kab Serdang Berdagai ternyata tidak ada rincian datanya. Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kabupaten Serdang Berdagai sebesar Rp. 49.097.675.441. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SD sebesar Rp. 20.568.786.241 atau 41,89% dan terkecil adalah PNF sebesar Rp. 371.187.200 atau 0,76%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Serdang Berdagai prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SD dalam rangka wajib belajar 9 tahun sedangkan biaya untuk lainnya sebesar Rp. 6.090.265.659 atau 12,40%. Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan PAUD PNF SD SMP SM Lainnya Jumlah
Jumlah 1.253.967.400 371.187.200 20.568.786.241 18.568.786.241 2.244.682.700 6.090.265.659 49.097.675.441
% 2,55 0,76 41,89 37,82 4,57 12,40 100,00
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2013
109
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 PAUD PNF 2% 1% SM 5%
Lainnya 12%
SD 42%
SMP 38%
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 6, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Serdang Berdagai yang terbesar adalah pada pertanian sebesar 257.193 orang atau 42,87% sedangkan mata pencaharian terkecil pada industri sebesar 129 orang atau 0,02%. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan sektor primer di Kabupaten Serdang Berdagai. Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2013 Angkutan Keuangan Jasa 1% 0% 1%
Perdagangan 32%
Pertanian 43%
Bangunan 21%
4. Sosial Budaya dan Agama
110
Pertambangan Listrik Industri 0% 2% 0%
Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kabupaten Serdang Berdagai yang terbesar beragama Islam sebesar 504.626,00 orang atau 84,11% dan beragama Khonghucu yang terkecil sebesar 43,00 orang atau 0,01%. Berdasarkan kesehatan maka di Kabupaten Serdang Berdagai terdapat sejumlah 6 rumah sakit dan 20 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 111
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 491 3.294 2.975 130 23 5 0
SMP 144 951 947 59 26 47 66 8
SM 90 605 571 39 18 58 55 4
Dikdasmen 725 4.850 4.493 228 67 110 121 12
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kabupaten Serdang Berdagai terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 725 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 491 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 90 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000
0 SD
SMP
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
SM
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 14.717 6.523 7.779 29.019 2 Siswa 82.615 32.944 22.282 137.841 3 Lulusan 11.871 9.064 5.660 26.595 4 Guru 5.540 2.582 1.770 9.892 5 Mengulang 2.641 63 16 2.720 6 Putus Sekolah 178 164 303 645 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 82.615, tersedia 491 sekolah dan 2.975 ruang kelas serta 112
rombongan belajar sejumlah 3.294. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 32.944 orang, tersedia 144 sekolah dan 947 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 951. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 22.282 orang, tersedia sebesar 90 sekolah dan 571 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 605. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 137.841 orang di 725 sekolah dan 4.493 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 4.850. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SD, SMP dan SM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten Serdang Berdagai, untuk jenjang SD kekurangan 319 ruang, namun jenjang SMP kekurangan 4 ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 34 ruang sehingga untuk dikdasmen kekurangan 357 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang dikdasmen tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang dikdasmen sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 137.841
140.000 120.000 100.000
82.615
80.000 60.000 40.000 20.000
32.944 29.01926.595 22.282 14.71711.871 9.892 7.779 5.660 5.540 6.523 9.064 2.582 1.770
0 SD
SMP Siswa Baru
SM
Siswa
Lulusan
Dikdasmen Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk 113
jenjang SD Kabupaten Serdang Berdagai masih kekurangan 361 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 85 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 51 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 497 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 468 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 118 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 72 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 658 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 486 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 97 ruang komputer dan jenjang SM kelebihan 32 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 615 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 78 laboratorium dan jenjang SM kekurangan 395 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 473 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 491 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 136 ruang, dan jenjang SM kekurangan 86 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 713 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 3.2 dan Grafik 3.3 ternyata di Kabupaten Serdang Berdagai mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 2.641 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SM sebesar 16 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 2.720 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SM sebesar 303 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SMP sebesar 164 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 645 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SM hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket B dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013
114
3.000
2.720
2.641
2.500 2.000 1.500 1.000
645
500
178
303
63 164
16
0
SD
SMP
SM
Mengulang
Putus Sekolah
Dikdasmen
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No. 1 2
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Layak 2.625 1.974 1.514 6.113 Tidak Layak 2.915 608 256 3.779 Jumlah 5.540 2.582 1.770 9.892 1 % Layak 47,38 76,45 85,54 61,80 2 % Tidak Layak 52,62 23,55 14,46 38,20 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 12.000 9.892
10.000
8.000
4.000
6.113
5.540
6.000
3.779 2.915 2.625
2.000
1.974
2.582
608
1.514 1.770 256
0 SD
SMP Layak
Tidak Layak
SM
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kabupaten Serdang Berdagai terdapat di jenjang SD sebesar 2.625 orang atau 47,38% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SM sebesar 1.514 orang atau 85,54%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. 115
Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 2.915 orang atau 52,62% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 256 orang atau 14,46%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 6.113 orang atau 61,80% dan tidak layak sebesar 3.779 orang atau 38,20%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang kelas di Kabupaten Serdang Berdagai ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 475 atau 83,19% sedangkan ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 2.046 ruang atau 68,77%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SD sebesar 266 ruang atau 8,94% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SM sebesar 19 ruang atau 3,33%. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Baik 2.046 767 475 3.288 Rusak Ringan 663 139 77 879 Rusak Berat 266 41 19 326 Jumlah 2.975 947 571 4.493 1 % Baik 68,77 80,99 83,19 73,18 2 % Rusak Ringan 22,29 14,68 13,49 19,56 3 % Rusak Berat 8,94 4,33 3,33 7,26 Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 3.288 atau 73,18% dan rusak berat sebesar 326 atau 7,26%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin rendah jenjang pendidikan ternyata makin baik prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SD banyak yang berada di daerah kota dan yang mudah dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kabupaten Serdang Berdagai, ternyata 116
hampir semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 39 atau 100% sedangkan perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SD besar 130 ruang atau 100%. Tidak ada rincian data untuk perpustakaan yang rusak di Kabupaten Serdang Berdagai. Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 3.288
3.500 3.000 2.500
2.046
2.000 1.500 475
266
500
879
767
663
1.000
139 41
326 77 19
0 SD Baik
SMP
SM
Rusak Ringan
Rusak Berat
Dikdasmen
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 130 0 130 100,00 -
SMP 59 0 59 100,00 -
SM 39 0 39 100,00 -
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 228
250
228
200 150
130
130
100 59
59 39
50
39
0
0
0
SD
SMP
SM
0
0
Baik
Rusak
117
Jumlah
Dikdasmen
Dikdasmen 228 0 228 100,00 -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kabupaten Serdang Berdagai, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 26 atau 100% sedangkan ruang UKS yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 18 ruang atau 100% yang terbesar. Tidak ada rincian data untuk ruang UKS yang rusak di Kabupaten Serdang Berdagai. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 23 0 23 100,00 -
SMP 26 0 26 100,00 -
SM 18 0 18 100,00 -
Dikdasmen 67 0 67 100,00 -
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 67
70
67
60 50 40 30
23
23
26
26 18
18
20 10
0
0
SD
SMP
0
0
0
Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kabupaten Serdang Berdagai, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer 118
yang baik terkecil di jenjang SD sebesar 5 atau 100% sedangkan ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 58 ruang atau 100%. Tidak ada rincian data untuk ruang komputer yang rusak di Kabupaten Serdang Berdagai. Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 5 0 5 100,00 -
SMP 47 0 47 100,00 -
SM 58 0 58 100,00 -
Dikdasmen 110 0 110 100,00 -
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 110
120
110
100 80
58 60
47
58
47
40
20
5
0
5
0
0
0
0 SD
SMP
Baik
SM
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SMP 66 0 66 100,00 -
SM Dikdasmen 55 121 0 0 55 121 100,00 100,00 -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan 119
rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kabupaten Serdang Berdagai, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 55 atau 100% sedangkan laboratorium yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 66 ruang atau 100%. Tidak ada rincian data untuk laboratorium yang rusak di Kabupaten Serdang Berdagai. Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 140
121
121
120 100 80
66
66
55
55
60 40
20
0
0
0
0
SMP
SM Baik
Rusak
Dikdasmen Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013
120
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
168 25 1,11 26,48 4,68 1,02 0,00
229 35 1,00 40,97 18,06 32,64 45,83 5,56
248 37 1,06 43,33 20,00 64,44 12,22 4,44
190 28 1,08 31,45 9,24 15,17 20,37 1,66
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kabupaten Serdang Berdagai sangat bervariasi antara 168 di jenjang SD yang terjarang sampai 248 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 190. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 1,11 atau mencapai 10,72% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 1,00 atau mencapai 0,42% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 1,06 siswa atau mencapai 5,95% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SD dan paling buruk adalah jenjang SMP. Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 250 200
150 100 50
0 Rasio S/Sek
Rasio S/K Rasio K/RK
SD 168
SMP 229
SM 248
Dikdasmen 190
25
35
37
28
1,11
1,00
1,06
1,08
121
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kabupaten Serdang Berdagai untuk jenjang SD sebesar 25, untuk jenjang SMP sebesar 35, dan untuk jenjang SM sebesar 37 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 28 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 89,57% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 108,25% atau sudah maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 115,09% atau sudah maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin lebih efisien dan lebih padat atau sudah di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kabupaten Serdang Berdagai pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 1,00 di jenjang SMP dan sampai 1,11 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 10,72% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 0,42% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 5,95% sudah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SM, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SM akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 1,08 ternyata masih terdapat 7,95% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0
SD 26,5
SMP 41,0
SM 43,3
%RUKS
4,7
18,1
20,0
9,2
%Rkom
1,0
32,6
64,4
15,2
%Lab
0,0
45,8
12,2
20,4
%ROR
0,0
5,6
4,4
1,7
%Perpus
Dikdasmen 31,4
%Perpus di Kabupaten Serdang Berdagai pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 26,48% di jenjang SD sampai 43,33 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 26,48% sekolah belum memiliki perpustakaan. 122
Pada jenjang SMP terdapat 40,97% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 43,33% sekolah belum memiliki perpustakaan sehingga dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 31,45%. %RUKS di Kabupaten Serdang Berdagai pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 4,68% di jenjang SD sampai 20,00 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 4,68% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 18,06% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 20,00% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 9,24%. %RKom di Kabupaten Serdang Berdagai pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 1,02% di jenjang SD sampai 64,44 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 1,02% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 32,64% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 64,44% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 15,17%. %Lab di Kabupaten Serdang Berdagai pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 45,83% sedangkan %Lab SM sebesar 12,22% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 20,37%. %ROR di Kab. Malang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 4,44% di jenjang SM sampai 5,56 di jenjang SMP. Pada jenjang SMP terdapat 5,56% sekolah belum memiliki ruang olahraga dan jenjang SM terdapat 4,44% sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang olahraga sebesar 1,66%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kabupaten Serdang Berdagai yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SMP sebesar 57 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SD sebesar 26. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SD yang paling buruk sedangkan jenjang SMP yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SMP sebesar 242 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 167 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar Rp 776.644.203 dan terbesar 123
adalah jenjang SM sebesar Rp 118.384.194. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp 341.804.371. Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
SD
SMP
SM
Dikdasmen
TPS DT SB
siswa siswa rupiah
26 167 263.027.957
57 242 776.644.203
56 237 118.384.194
47 222 341.804.371
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
% SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
56,37 47,38 15 93,93 3,20 0,22 62,11 26,48 4,68 1,02 -
76,45 13 85,84 0,20 0,51 80,65 40,97 18,06 32,64 45,83
85,54 13 93,40 0,08 1,50 78,51 43,33 20,00 64,44 20,00
61,80 14 90,90 2,02 0,48 67,79 31,45 9,24 15,17 20,37
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 56,37 sangat kecil karena tidak ada separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 85,54% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 47,38%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SMP yang belum layak mengajar harus disetarakan dan 124
merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten Serdang Berdagai. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 85,54% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kabupaten Serdang Berdagai harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 61,80% belum cukup tinggi karena mencapai 9.892 dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 14,46% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 13 di jenjang SMP dan SM sampai 15 di jenjang SD dan rata-rata dikdasmen sebesar 14. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 15 atau 87,7% belum mencapai standar atau kekurangan guru. Untuk SMP sebesar 13 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 85,1% atau kekurangan guru, dan SM sudah didayagunakan secara maksimal karena mencapai 100% atau kelebihan guru. AL di Kabupaten Serdang Berdagai yang terbesar terjadi di jenjang SD sebesar 93,93% dan terkecil pada jenjang SMP sebesar 85,84% sedangkan jenjang SM sebesar 93,40%. Kecilnya AL di jenjang SMP perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 3,20% dan yang terburuk dengan nilai terkecil di jenjang SM sebesar 0,08%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SM yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 1,50% sedangkan jenjang SD yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,22%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 90,90%, AU Dikdasmen sebesar 2,02% dan APS Dikdasmen sebesar 0,48%. Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SMP sebesar 80,65% dan terkecil di jenjang SD sebesar 62,11%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SM cukup baik karena mencapai lebih dari 78,51%. %Rkb dikdasmen mencapai 67,79% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Serdang Berdagai terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti.
125
Grafik 18 Persentase Kualaitas SDM
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 -
SD
%Glayak 47,4
R-S/G 87,7
AL 93,9
AU 3,2
APS 0,2
SMP
76,5
85,1
85,8
0,2
0,5
SM
85,5
100,0
93,4
0,1
1,5
Dikdasmen
61,8
90,9
90,9
2,0
0,5
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SM sebesar 43,33% kurang dari 100% yang berarti terdapat 56,67% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SD sebesar 26,48%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SM sebesar 64,44% lebih baik daripada jenjang SMP sebesar 32,64%. Sebaliknya, %Lab jenjang SM sebesar 20,00% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 80,00% sekolah memiliki laboratorium lebih dari 1 padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SMP hanya sebesar 45,83%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Serdang Berdagai terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 31,45%, %Rkomb sebesar 15,17%, dan %Labb sebesar 20,37%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. Grafik 19 Persentase Kualaitas Prasarana Pendidikan
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013
126
90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 SD
%RKb 62,1
%Perpusb 26,5
%RUKSb 4,7
%Rkomb 1,0
%Labb -
SMP
80,7
41,0
18,1
32,6
45,8
SM
78,5
43,3
20,0
64,4
20,0
Dikdasmen
67,8
31,4
9,2
15,2
20,4
d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
3,07 0,97 9,34
-2,09 1,02 44,97
-35,57 1,40 48,87
-3,72 1,04 24,25
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SM sebesar 35,57% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SMP sebesar 2,09% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 3,72% dan perempuan lebih baik dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SM sebesar 1,40 yang berarti belum seimbang sedangkan jenjang SD makin jauh dari seimbang sebesar 0,97 yang berarti laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 1,04 yang berarti belum seimbang dan laki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar 48,87% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 9,34%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 24,25%.
127
Grafik 20 PG dan IPG APK
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 5,00
3,07
0,97
1,40
1,02
1,04
(5,00)
SD
SMP (2,09)
SM
Dikdasmen (3,72)
(10,00) (15,00)
(20,00) (25,00)
(30,00) (35,00) (35,57)
(40,00)
PG
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 68,32%, jenjang SMP sebesar 50,11% dan jenjang SM sebesar 54,88% sehingga dikdasmen sebesar 61,66%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SM sebesar 104,49% sedangkan yang terendah pada jenjang SMP sebesar 94,35% sehingga dikdasmen sebesar 99,55% hampir mencapai 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013
128
No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
Dikdasmen
68,32 100,48 95,70 98,92 6,20
50,11 94,35 54,95 99,57 3,01
54,88 104,49 85,82 98,34 3,00
61,66 99,55 -
Catatan: AMM untuk SD dan AM untuk SMP dan SM, AB5 untuk SD dan AB untuk SMP dan SM
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 95,70%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 54,95% kurang baik karena jauh dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 85,82% sangat tinggi jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kabupaten Serdang Berdagai agak berbeda karena AM ke SM mendekati 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kabupaten Serdang Berdagai atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SM di Kabupaten Serdang Berdagai termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SM di Kabupaten Serdang Berdagai. RLB jenjang SM sebesar 3,00 tahun sudah ideal karena sesuai standar dan jenjang SD paling buruk sebesar 6,20 tahun. RLB jenjang SD melebihi standar atau 6,20 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 3 tahun, 4 tahun dan 5 tahun. RLB jenjang SM sebesar 3,00 tahun sudah ideal karena sudah sesuai standar. Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 120,00 100,00 80,00 60,00
40,00 20,00 0,00 SD
SMP APK
AMM/AM
129
SM AB5/AB
Dikdasmen RLB
3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB.
130
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
SD
SMP
SM
Dikdasmen
Rasio S/Sek 168 229 248 190 Rasio S/K 25 35 37 28 Rasio K/RK 1,11 1,00 1,06 1,08 % Perpustakaan 26,48 40,97 43,33 31,45 % Ruang UKS 4,68 18,06 20,00 9,24 % R. Komputer 1,02 32,64 64,44 15,17 % Laboratorium 45,83 12,22 20,37 % Ruang Olahraga 5,56 4,44 1,66 TPS 26 57 56 47 DT 167 242 237 222 SB 263.027.957 776.644.203 118.384.194 341.804.371 % SB TK 56,37 % GL 47,38 76,45 85,54 61,80 R-S/G 15 13 13 14 AL 93,93 85,84 93,40 90,90 AU 3,20 0,20 0,08 2,02 APS 0,22 0,51 1,50 0,48 % RKb 62,11 80,65 78,51 67,79 % Perpus baik 26,48 40,97 43,33 31,45 % RUKS baik 4,68 18,06 20,00 9,24 % RKom baik 1,02 32,64 64,44 15,17 % Lab baik 45,83 20,00 20,37 PG APK 3,07 (2,09) (35,57) (3,72) IPG APK 0,97 1,02 1,40 1,04 % S-Swt 9,34 44,97 48,87 24,25 APK 100,48 94,35 104,49 99,55 AMM/AM 95,70 54,95 85,82 AB5/AB 98,92 99,57 98,34 RLB 6,20 3,01 3,00 -
131
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 70,11 89,57 90,32 26,48 4,68 1,02 98,29 99,13 0,25 56,37 47,38 87,72 93,93 96,80 99,78 62,11 26,48 4,68 1,02 96,93 96,99 100,00 87,37 100,00 100,00 96,80
SMP 63,55 100,00 99,58 40,97 18,06 32,64 45,83 5,56 98,46 66,62 0,12 76,45 85,06 85,84 99,80 99,49 80,65 40,97 18,06 32,64 45,83 97,91 97,81 100,00 94,35 54,95 99,57 99,83
SM Dikdasmen 51,58 100,00 94,38 43,33 20,00 64,44 12,22 4,44 98,81 41,14 1,01 85,54 100,00 93,40 99,92 98,50 78,51 43,33 20,00 64,44 20,00 64,43 71,66 100,00 100,00 85,82 98,34 99,91
61,75 96,52 94,76 31,45 9,24 15,17 29,03 1,66 98,52 68,96 0,46 61,80 90,93 90,90 97,98 99,52 67,79 31,45 9,24 15,17 20,37 96,28 96,33 100,00 99,55 80,26 99,30 98,85
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 70,11, jenjang SMP menjadi 63,55, dan jenjang SM menjadi 51,58 sehingga dikdasmen menjadi 61,75. R-S/K jenjang SD menjadi 89,57, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 100. R-K/RK jenjang SD menjadi 90,32, jenjang SMP menjadi 99,58, dan jenjang SM menjadi 94,38. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalami konversi. %perpus terbaik pada jenjang SM sebesar 43,33 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 26,48, %RUKS terbaik pada jenjang SM 132
sebesar 20,00 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 4,68, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 64,44 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 1,02, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 45,83 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 12,22. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SM sebesar 98,81 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SD sebesar 98,29 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,52. DT yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,13 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 41,14 sedangkan dikdasmen sebesar 68,96. SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 1,01 walaupun mencapai separuh dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 0,12 karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 0,46 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SM sebesar 100 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 85,06. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 56,37, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 85,54 dan terburuk jenjang SD sebesar 47,38 sedangkan dikdasmen sebesar 61,80. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SD sebesar 93,93 dan terburuk jenjang SMP sebesar 85,84 sedangkan dikdasmen sebesar 90,90. AU terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,92 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 96,80 sedangkan dikdasmen sebesar 97,98. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,78 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 98,50 sedangkan dikdasmen sebesar 99,52 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SMP sebesar 80,65 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 62,11 sedangkan dikdasmen sebesar 67,79. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SM sebesar 43,33 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 26,48 sedangkan dikdasmen sebesar 31,45%. Untuk %RUKSb jenjang SM sebesar 20,00 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 4,68 sedangkan dikdasmen sebesar 9,24. Untuk %Rkomb jenjang SM sebesar 64,44 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 1,02 sedangkan dikdasmen sebesar 15,17. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 45,83 daripada jenjang SM sebesar 20,00 sedangkan dikdasmen sebesar 20,37. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 97,91 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 64,43 sedangkan dikdasmen sebesar 96,28. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 97,81 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 71,66 dengan dikdasmen sebesar 96,33. %. S-Swt terbaik adalah jenjang SD, SMP dan SM sebesar 100 sudah optimal sedangkan dikdasmen sebesar 100. 133
Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SM sebesar 100 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 87,37 sedangkan dikdasmen sebesar 99,55. AMM SD sebesar 100 berarti sudah maksimal sedangkan AM SM sebesar 85,82 pada jenjang SMP yang terkecil lebih buruk daripada AM SM sebesar 54,95 sedangkan dikdasmen sebesar 80,26. RLB terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,91 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 96,80 sedangkan dikdasmen sebesar 98,85. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 70,11 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 55,14 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 60,83. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SD yang terbaik sebesar 65,89 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 46,99 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 55,98. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SM yang terbaik sebesar 70,36 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 57,63 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 64,82. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SMP yang terbaik sebesar 98,57 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 78,70 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 91,75. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SD yang terbaik sebesar 96,04 dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 87,17 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 93,08. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K4, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K4, sedangkan jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 77,53 termasuk kategori kurang dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 69,44 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 69,44 termasuk kategori kurang. Tabel20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD 70,11 65,89 57,63 97,98 96,04 77,53 KURANG
SMP
SM
57,23 55,07 66,48 98,57 87,17 72,90 KURANG
55,14 46,99 70,36 78,70 96,02 69,44 KURANG
134
Dikdasmen 60,83 55,98 64,82 91,75 93,08 73,29 KURANG
Jenis KURANG KURANG KURANG UTAMA UTAMA KURANG
Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 120,00 100,00 80,00
60,00 40,00 20,00 0,00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K2 yang terburuk sebesar 55,98 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 93,08 termasuk kategori utama sehingga kinerja dikdasmen sebesar 73,29 termasuk kategori kurang. Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013 Misi K1 100,0 80,0 60,0
40,0
Misi K5
Misi K2
20,0 0,0
Misi K4
Misi K3
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Serdang Berdagai Tahun 2012/2013
135
77,5 SD
69,4 SM
72,9 SMP
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 77,53 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 69,44 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 73,29 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran b. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K4 jenjang SMP yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 91,75 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori utama. Sebaliknya, misi K2 jenjang SM yang terburuk sebesar 55,98 termasuk kinerja kategori kurang dibandingkan misi K lainnya dengan jenjang SM yang terburuk sebesar 69,44 termasuk kinerja kategori kurang dan jenjang SMP sebesar 72,90 termasuk kinerja kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SD sebesar 77,53 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 69,44 namun kesemuanya termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kabupaten Serdang Berdagai termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kabupaten Serdang Berdagai termasuk kategori kurang, untuk itu misi K1 ,K2, dan K3 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 60,83, 55,98, dan 64,82. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan pada indikator % Ruang Olahraga melalui cara penyediaan ruang olahraga. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator DT melalui cara meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan 136
Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator % RKom baik melalui cara penyediaan ruang Komputer yang baik. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator PG APK melalui cara meningkatkan kesetaraan layanan pendidikan. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SMP maka diperlukan peningkatan indikator AM melalui cara peningkatan kepastian memperoleh layanan pendidikan.
137
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA MEDAN
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan 138
dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di tingkat SD. 139
Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00 140
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kota Medan maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kota Medan. Peta 1
Kota Medan
1.
Administrasi Pemerintahan dan Demografi
Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kota Medan terdapat sejumlah 21 kecamatan dan 151 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 265,10 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kota Medan sebesar 2.117.224 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 7.986,51 per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 76.462 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 288,43 km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 228.643 anak dengan rincian laki-laki sebesar 113.024 anak lebih kecil daripada perempuan sebesar 115.624 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 862,50 km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 116.076 orang dengan rincian laki-laki sebesar 57.378 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 58.698 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 437,86 km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 125.639 orang dengan rincian laki-laki sebesar 62.104 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 62.535 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 473,93 km2. 141
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kota Medan Tahun 2013 No. 1 2 3
4
5
6
Variabel Penduduk Penduduk 6-7 tahun Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 2,117,224 76,462 228,648 113,024 115,624 116,076 57,378 58,698 125,639 62,104 63,535 265
% 100.00 3.61 10.80 49.43 50.57 5.48 49.43 50.57 5.93 49.43 50.57
Kepadatan 7,986.51 288.43 862.50
437.86
473.93
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Medan 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah
Kota Medan Tahun 2013 9,000.00
7,986.51
8,000.00 7,000.00 6,000.00
5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 862.50
1,000.00
288.43
437.86
473.93
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah
Kota Medan Tahun 2013 P6-7 th 4%
P7-12 th 11%
P13-15 th 5%
P16-18 th 6%
Pusia lainnya 74%
142
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kota Medan. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 3,61%, usia 7-12 tahun sebesar 10,80%, usia 13-15 tahun sebesar 5,48%, dan 16-18 tahun sebesar 5,93% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 74,17%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 22,22% atau 470.363 orang. 2. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 3 menunjukkan kondisi ekonomi di Kota Medan dengan PAD sebesar Rp. 995, PBB sebesar Rp.216.716.217, APBD sebesar Rp.3.041, PDRB sebesar Rp.94, dan pendapatan per kapita yang dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya sebesar Rp.44 sedangkan UMR sebesar Rp.1.200. Grafik 3 Keadaan Ekonomi Kota Medan Tahun 2013 250,000,000
216,716,217
200,000,000 150,000,000 100,000,000
50,000,000 995
3,041
94
44
1,200
0 PAD (juta)
PBB (ribu)
APBD (juta)
PDRB (ribu)
P/Kapita
UMR
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 4. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kota Medan. sebesar Rp.270.546.634. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SD 143
sebesar Rp.100.670.406 atau 37,21% dan terkecil adalah PAUD sebesar Rp.460.192 atau 0,17%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kota Medan prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SD dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun sedangkan biaya untuk lainnya sebesar Rp.55.704.514 atau 20,59%. *(SD (wajib belajar 9 tahun), SMP dan SM ( Peningkatan Mutu Pendidikan)).
Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kota Medan Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan Jumlah % PAUD 460,192 0.17 PNF 2,879,485 1.06 SD 100,670,406 37.21 SMP 67,113,604 24.81 SM 43,718,442 16.16 Lainnya 55,704,514 20.59 Jumlah 270,546,643 100.00 Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Medan Tahun 2013
Grafik 4 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kota Medan Tahun 2012/2013 PAUD 0%
PNF 1%
Lainnya 21%
SD 37%
SM 16%
SMP 25%
3. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kota Medan yang terbesar beragama Islam sebesar 1.448.444 orang atau 68,41% dan beragama Khonghucu yang terkecil sebesar 377 orang atau 0,02%. 144
C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 807 15,969 4,651 329 235 265 0
SMP 351 3,432 3,139 228 184 310 731 23
SM 347 5,135 3,715 240 191 388 1,144 50
Dikdasmen 1,505 24,536 11,505 797 610 963 1,875 73
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Medan Tahun 2012/2013
145
Berdasarkan Tabel 5 di Kota Medan terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 1.505 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 807 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 347 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 5 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kota Medan Tahun 2012/2013 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 SD
SMP
SM
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 46,134 41,825 46,586 134,545 2 Siswa 268,650 117,075 129,373 515,098 3 Lulusan 40,553 30,547 34,104 105,204 4 Guru 12,790 8,352 10,422 31,564 5 Mengulang 3,512 206 255 3,973 6 Putus Sekolah 453 333 965 1,751 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Medan Tahun 2012/2013
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 268.650, tersedia 807 sekolah dan 4.651 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 15.969. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 117.075 orang, tersedia 351 sekolah dan 3.139 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 3.432. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 129.373 orang, tersedia sebesar 347 sekolah dan 3.715 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 5.135. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung 146
sebanyak 515.098 orang di 1.505 sekolah dan 11.505 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 24.536. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SD, SMP, dan SM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kota Medan, untuk jenjang SD kekurangan 11.318 ruang, jenjang SMP kekurangan 293 ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 1.420 ruang sehingga untuk dikdasmen kekurangan 13.031 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SD, SMP dan SM tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SD, SMP, dan SM sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Grafik 6 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Medan Tahun 2012/2013 600,000
515,098
500,000
400,000 300,000
268,650
200,000
100,000
117,075
134,545 105,204
129,373
46,58634,104 46,13440,553 41,82530,547 12,790 10,422 8,352
31,564
0 SD
SMP Siswa Baru
Siswa
SM Lulusan
Dikdasmen Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kota Medan masih kekurangan 478 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 123 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 107 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 708 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 572 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 167 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 156 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 895 ruang UKS. Hal yang sama 147
dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 542 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 41 ruang komputer dan jenjang SM kelebihan 41 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 542 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kelebihan 380 laboratorium dan jenjang SM kekurangan 591 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 211 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 807 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 328 ruang, dan jenjang SM kekurangan 297 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 1.432 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 6 dan Grafik 7 ternyata di Kota Medan mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 3.512 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SMP sebesar 206 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 3.973 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SM sebesar 965 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SMP sebesar 333 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 1.751 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SM hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 7 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kota Medan Tahun 2012/2013 3,973 4,000
3,512
3,500 3,000
2,500 1,751
2,000 1,500
965
1,000
453
500
206 333
255
0
SD
SMP
SM
Mengulang
Putus Sekolah
148
Dikdasmen
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Layak Tidak Layak Jumlah % Layak % Tidak Layak
SD 9,015 3,775 12,790 70.48 29.52
SMP 7,411 941 8,352 88.73 11.27
SM 9,771 651 10,422 93.75 6.25
Dikdasmen 26,197 5,367 31,564 83.00 17.00
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Medan Tahun 2012/2013
Grafik 8 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Medan Tahun 2012/2013 35,000
31,564
30,000
26,197
25,000
20,000 12,790
15,000 10,000 5,000
9,015
7,411
8,352
9,771 10,422 5,367
3,775
941
651
0 SD
SMP Layak
SM
Tidak Layak
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 8. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kota Medan terdapat di jenjang SM sebesar 9.771 orang atau 93,75% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SMP sebesar 7.411 orang atau 88,73%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 3.775 orang atau 29,52% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 651 orang atau 6,25%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 26.197 orang atau 83% dan tidak layak sebesar 5.367 orang atau 17%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih
149
lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 9. Berdasarkan ruang kelas di Kota Medan ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 2.787 atau 88,79% sedangkan ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 3.772 ruang atau 81,10%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SD sebesar 320 ruang atau 6,88% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SM sebesar 23 ruang atau 0,62%. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Baik 3,772 2,787 3,543 10,102 Rusak Ringan 559 274 149 982 Rusak Berat 320 78 23 421 Jumlah 4,651 3,139 3,715 11,505 1 % Baik 81.10 88.79 95.37 87.81 2 % Rusak Ringan 12.02 8.73 4.01 8.54 3 % Rusak Berat 6.88 2.48 0.62 3.66 Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kota Medan Tahun 2012/2013
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 10.102 atau 87,81% dan rusak berat sebesar 421 atau 3,66%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SM banyak yang berada di daerah kota dan yang mudah dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 9. Berdasarkan perpustakaan di Kota Medan, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 228 atau 100% sedangkan perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SD besar 329 ruang atau 100%. 150
Grafik 9 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 12,000
10,102
10,000 8,000
6,000 3,772 4,000
3,543
2,787
2,000
559320
274 78
982 421
149 23
0 SD Baik
SMP
SM
Rusak Ringan
Rusak Berat
Dikdasmen
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 329 0 329 100.00 -
SMP 228 0 228 100.00 -
SM 240 0 240 100.00 -
Dikdasmen 797 0 797 100.00 -
Grafik 10 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 797
797
800 700 600 500 400
329
329
300
228
228
240
240
200 100
0
0
0
0
0 SD
SMP
Baik
SM
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan 151
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang UKS di Kota Medan, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 235 atau 100% sedangkan ruang UKS yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 184 ruang atau 100% yang terbesar. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 235 0 235 100.00 -
SMP 184 0 184 100.00 -
SM 191 0 191 100.00 -
Dikdasmen 610 0 610 100.00 -
Grafik 11 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 700
610
610
600 500 400
300
235
235 184
184
191
191
200 100
0
0
0
SD
SMP
SM
0
0
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 11 Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan
Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 12. Berdasarkan ruang komputer di Kota Medan, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 388 atau 100% sedangkan ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 265 ruang atau 100%. 152
Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 265 0 265 100.00 -
SMP 310 0 310 100.00 -
SM 388 0 388 100.00 -
Dikdasmen 963 0 963 100.00 -
Grafik 12 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
963
388
265
265
310
963
388
310
0
0
0
SD
SMP
SM
Baik
Rusak
0 Dikdasmen
Jumlah
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SMP 731 0 731 100.00 -
SM Dikdasmen 1,144 1,875 0 0 1,144 1,875 100.00 100.00 -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 13. Berdasarkan laboratorium di Kota Medan, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 731 atau 100% sedangkan laboratorium yang baik terbesar di jenjang SM sebesar SM ruang atau 1.144%. 153
Grafik 13 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Medan Tahun 2012/2013 1,875
2,000 1,500 1,000
1,144 731
1,875
1,144
731
500 0
0
SMP
SM
0
0
Baik
Rusak
Dikdasmen Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
333 17 3.43 40.77 29.12 32.84 0.00
334 34 1.09 64.96 52.42 88.32 208.26 6.55
373 25 1.38 69.16 55.04 111.82 65.94 14.41
342 21 2.13 52.96 40.53 63.99 89.88 4.85
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 14 maka R-S/Sek di Kota Medan sangat bervariasi antara 333 di jenjang SD yang terjarang sampai 373 di 154
jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 342. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 333 atau mencapai 138,71% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 334 atau mencapai 92,65% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 373 siswa atau mencapai 77,67% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SD dan paling buruk adalah jenjang SM. Grafik 14 Rasio Pendidikan
Kota Medan Tahun 2012/2013 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK
SD 333
SMP 334
SM 373
Dikdasmen 342
17
34
25
21
3.43
1.09
1.38
2.13
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kota Medan untuk jenjang SD sebesar 17, untuk jenjang SMP sebesar 34, dan untuk jenjang SM sebesar 25 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 21 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 60,08% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 106,60% atau sudah maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 78,73% atau belum maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin kurang efisien 155
dan kurang padat atau belum di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kota Medan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 1,09 di jenjang SD dan sampai 3,43 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 243,35% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 9,33% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 38,22% belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SD, SMP, dan SM adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang tersebut akan meningkat. Grafik 15 Persentase Prasarana Pendidikan
Kota Medan Tahun 2012/2013 250.00 200.00 150.00 100.00
50.00 0.00
%Perpus
SD 40.77
SMP 64.96
SM 69.16
Dikdasmen 52.96
%RUKS
29.12
%Rkom
32.84
52.42
55.04
40.53
88.32
111.82
%Lab
63.99
0.00
208.26
65.94
%ROR
89.88
0.00
6.55
14.41
4.85
%Perpus di Kota Medan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 40,77% di jenjang SD sampai 69,16 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 59,23% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 35,04% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 30,84% sekolah belum memiliki perpustakaan sehinggat dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 47,04%. %RUKS di Kota Medan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 29,12% di jenjang SD sampai 55,04 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 70,88% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 47,58% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 44,96% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 59,47%. %RKom di Kota Medan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 32,84% di jenjang SD sampai 111,82 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 67,16% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang 156
SMP terdapat 11,68% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 11,82% sekolah yang memiliki ruang komputer lebih dari 1 sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 36,01%. %Lab di Kota Medan pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 208,26% sedangkan %Lab SM sebesar 65,94% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 10,12%. %ROR di Kota Medan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 6,55% di jenjang SMP sampai 14,41 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 100% sekolah belum memiliki ruang olahraga. Pada jenjang SMP terdapat 93,45% sekolah belum memiliki ruang olahraga dan jenjang SM terdapat 85,59% sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang olahraga sebesar 95,15%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kota Medan yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SMP sebesar 53 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SD sebesar 29. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SD yang paling buruk sedangkan jenjang SMP yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 362 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 283 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar Rp.337.926 dan terbesar adalah jenjang SMP sebesar Rp.573.253. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp.410.606. Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
SD
SMP
SM
Dikdasmen
TPS DT SB
siswa siswa rupiah
29 283 374,727
53 331 573,253
40 362 337,926
41 344 410,606
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima 157
indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kota Medan Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
% SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
73.41 70.48 21 92.05 1.29 0.17 23.62 40.77 29.12 32.84 -
88.73 14 80.87 0.18 0.29 81.21 64.96 52.42 88.32 208.26
93.75 12 89.81 0.17 0.66 69.00 69.16 55.04 111.82 20.00
83.00 16 87.82 0.75 0.33 41.17 52.96 40.53 63.99 89.88
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 73,41 cukup kecil karena lebih dari separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 93,75% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 70,48%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kota Medan . Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 93,75% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kota Medan harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 83% belum cukup tinggi karena belum mencapai seluruh guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 17% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 14 di jenjang SMP sampai 21 di jenjang SD dan rata-rata dikdasmen sebesar 16. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 21 atau 116,69% sudah mencapai standar atau kekurangan guru. Untuk 158
SMP sebesar 14 sudah didayagunakan secara maksimal sebesar 116,67% atau kekurangan guru, dan SM telah didayagunakan secara maksimal karena mencapai 120% atau kelebihan guru. AL di Kota Medan yang terbesar terjadi di jenjang SD sebesar 92,05% dan terkecil pada jenjang SMP sebesar 80,87% sedangkan jenjang SM sebesar 89,81%. Kecilnya AL di jenjang SMP perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SM yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,17% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SD sebesar 1,29%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,17% sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,66%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 87,82%, AU Dikdasmen sebesar 0,75% dan APS Dikdasmen sebesar 0,33%. Grafik 16 Persentase Kualaitas SDM
Kota Medan Tahun 2012/2013 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 -
SD
%Glayak 70.5
R-S/G 100.0
AL 92.1
AU 1.3
APS 0.2
SMP
88.7
93.5
80.9
0.2
0.3
SM
93.8
100.0
89.8
0.2
0.7
Dikdasmen
83.0
97.8
87.8
0.7
0.3
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 16 maka %RKb terbesar di jenjang SMP sebesar 81,21% dan terkecil di jenjang SD sebesar 23,62%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SM dan jenjang SMP cukup baik karena mencapai lebih dari 50%. %Rkb dikdasmen mencapai 41,17% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Medan terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti.
159
Grafik 17 Persentase Kualaitas Prasarana Pendidikan
Kota Medan Tahun 2012/2013 250.0
200.0 150.0 100.0 50.0 SD
%RKb 23.6
%Perpusb 40.8
%RUKSb 29.1
%Rkomb 32.8
%Labb -
SMP
81.2
65.0
52.4
88.3
208.3
SM
69.0
69.2
55.0
111.8
20.0
Dikdasmen
41.2
53.0
40.5
64.0
89.9
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SM sebesar 69,16% lebih kurang dari 100% yang berarti terdapat 30,84% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SD sebesar 40,77%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SD sebesar 32,84% lebih buruk daripada jenjang SM sebesar 111,82%. Sebaliknya, %Lab jenjang SMP sebesar 208,26% lebih besar dari 100% yang berarti tedapat 108,26% sekolah memiliki laboratorium lebih dari 1 padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 20%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Medan terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 52,96%, %Rkomb sebesar 63,99%, dan %Labb sebesar 89,88%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt.
160
Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
10.95 0.91 50.90
-126.74 4.45 67.07
-129.42 4.45 90.60
-60.53 1.77 64.55
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 18, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang sebesar SD% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SM sebesar 129,42% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada laki-laki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 60,53% dan perempuan lebih baik dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SD. sebesar 0,91 yang berarti belum seimbang sedangkan jenjang SMP dan SM makin jauh dari seimbang sebesar 4,42 yang berarti perempuan lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 1,77 yang berarti belum seimbang dan perempuan lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar 90,60% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 50,90%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 64,55%. Grafik 18 PG dan IPG APK
Kota Medan Tahun 2012/2013 20.00
10.95
0.91
4.45
4.45
1.77
(20.00)
SD
SMP
SM
Dikdasmen
(40.00) (60.00)
(60.53)
(80.00) (100.00) (120.00)
(140.00)
(126.74) PG
(129.42) IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5
161
Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 97,14%, jenjang SMP sebesar 57,12% dan jenjang SM sebesar 65,30% sehingga dikdasmen sebesar 78,89%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SD sebesar 117,50% sedangkan yang terendah pada jenjang SMP sebesar 100,86% sehingga dikdasmen sebesar 109,51.% telah lebih dari 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kota Medan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
Dikdasmen
97.41 117.50 59.56 99.18 6.08
57.12 100.86 103.14 99.68 3.01
65.30 102.97 152.51 98.92 3.01
78.89 109.51 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 59,56%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua belummemprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 103,14% sangat baik karena telah lebih dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 152,51% sangat tinggi jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kota Medan agak berbeda karena AM ke SD kurang dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di 162
Kota Medan atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SM di Kota Medan termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SM di Kota Medan. Grafik 19 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kota Medan Tahun 2012/2013 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 SD
SMP APK
SM
AMM/AM
AB5/AB
Dikdasmen RLB
RLB jenjang SMP dan SM sebesar 3,01 tahun belum ideal karena belum standar dan jenjang SD paling buruk sebesar 6,08 tahun. RLB jenjang SD melebihi standar atau 6,08 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. RLB jenjang SD sebesar 6,08 tahun belum ideal karena belum standar. 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan.
163
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kota Medan Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 333 17 3.43 40.77 29.12 32.84 29 283 374,727 73.41 70.48 21 92.05 1.29 0.17 23.62 40.77 29.12 32.84 10.95 0.91 50.90 117.50 59.56 99.18 6.08
SMP 334 34 1.09 64.96 52.42 88.32 208.26 6.55 53 331 573,253 88.73 14 80.87 0.18 0.29 81.21 64.96 52.42 88.32 208.26 (126.74) 4.45 67.07 100.86 103.14 99.68 3.01
SM 373 25 1.38 69.16 55.04 111.82 65.94 14.41 40 362 337,926 93.75 12 89.81 0.17 0.66 69.00 69.16 55.04 111.82 20.00 (129.42) 4.45 90.60 102.97 152.51 98.92 3.01
Dikdasmen 342 21 2.13 52.96 40.53 63.99 89.88 4.85 41 344 410,606 83.00 16 87.82 0.75 0.33 41.17 52.96 40.53 63.99 89.88 (60.53) 1.77 64.55 109.51 -
Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai 164
K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB. Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kota Medan Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 100.00 60.08 29.13 40.77 29.12 32.84 98.43 58.59 98.21 73.41 70.48 100.00 92.05 98.71 99.83 23.62 40.77 29.12 32.84 89.05 91.10 100.00 100.00 100.00 100.00 98.70
SMP 92.65 100.00 91.46 64.96 52.42 88.32 100.00 6.55 98.35 90.85 98.33 88.73 93.45 80.87 99.82 99.71 81.21 64.96 52.42 88.32 100.00 (26.74) 22.49 100.00 100.00 100.00 99.68 99.81
SM Dikdasmen 77.67 78.73 72.35 69.16 55.04 100.00 65.94 14.41 98.32 62.86 96.45 93.75 100.00 89.81 99.83 99.34 69.00 69.16 55.04 100.00 20.00 (29.42) 22.48 100.00 100.00 100.00 98.92 99.79
90.11 79.61 64.31 52.96 40.53 63.99 82.97 4.85 98.37 70.77 97.66 83.00 97.82 87.82 99.25 99.67 41.17 52.96 40.53 63.99 89.88 39.47 56.59 100.00 100.00 100.00 99.53 99.43
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD 165
menjadi 100, jenjang SMP menjadi 92,62, dan jenjang SM menjadi 77,67 sehingga dikdasmen menjadi 90,11. R-S/K jenjang SD menjadi 60,08, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 78,73. R-K/RK jenjang SD menjadi 29,13, jenjang SMP menjadi 91,46, dan jenjang SM menjadi 72,35. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SM sebesar 69,16 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 40,77, %RUKS terbaik pada jenjang SM sebesar 55,04 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 29,12, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 100 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 32,84, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 100 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 69,54. %ROR terbaik pada jenjang SM sebesar 14,41 jika dibandingkan dengan jenjang SMP sebesar 6,55. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SD sebesar 98,43 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SM sebesar 98,32 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,37. DT yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 90,85 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 58,89 sedangkan dikdasmen sebesar 70,77. SB yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 98,33 walaupun mencapai separuh dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 96,45 karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 97,66 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SD dan SM sebesar 100 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 93,45. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 73,41, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 93,75 dan terburuk jenjang SD sebesar 70,48 sedangkan dikdasmen sebesar 83. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SD sebesar 92,05 dan terburuk jenjang SMP sebesar 80,87 sedangkan dikdasmen sebesar 87,82. AU terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,83 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 98,71 sedangkan dikdasmen sebesar 99,25. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,83 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 99,34 sedangkan dikdasmen sebesar 99,67 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SMP sebesar 81,21 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 23,62 sedangkan dikdasmen sebesar 41,17. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SM sebesar 69,16 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 40,77 sedangkan dikdasmen sebesar 52,96%. Untuk %RUKSb jenjang SM sebesar 55,04 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 29,12 sedangkan dikdasmen sebesar 40,53. Untuk %Rkomb jenjang SM sebesar 100 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 32,84 sedangkan dikdasmen sebesar 63,99. Sebaliknya, 166
%Lab di jenjang SMP sebesar 100 daripada jenjang SM sebesar 20 sedangkan dikdasmen sebesar 89,88. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 89,05 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar 26,74 sedangkan dikdasmen sebesar 39,74. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 91,10 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 22,48 dengan dikdasmen sebesar 56,59%. S-Swt terbaik adalah jenjang SD, SMP dan SM sebesar 100 Telah optimal sedangkan dikdasmen sebesar 100. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SD, SMP, dan SM sebesar 100 sedangkan dikdasmen sebesar 100. AMM SD sebesar 100 berarti sudah maksimal sedangkan AM SMP sebesar 100 AM SM sebesar 100 sedangkan dikdasmen sebesar 100. RLB terbaik adalah jenjang SMP sebesar 99,81 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 99,70 sedangkan dikdasmen sebesar 99,43. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 100 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 74,13 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 86,13. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SMP yang terbaik sebesar 95,84 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 85,08 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 88,93. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SMP yang terbaik sebesar 84,95 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 66,08 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 76,88. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SD yang terbaik sebesar 93,39 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 31,02 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 52,11. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 99,97 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 99,67 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 99,74. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K1, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 88,84 termasuk kategori madya dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 74,06 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 80,76 termasuk kategori pratama.
167
Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kota Medan Tahun 2012/2013 Misi
SD
Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
100.00 85.08 66.08 93.39 99.67 88.84 MADYA
SMP
SM
84.26 95.84 84.95 31.91 99.87 79.37 KURANG
Dikdasmen
74.13 86.13 85.88 88.93 79.59 76.88 31.02 52.11 99.68 99.74 74.06 80.76 KURANG PRATAMA
Jenis MADYA MADYA KURANG KURANG PARIPURNA PRATAMA
Grafik 20 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kota Medan Tahun 2012/2013 120,00 100,00 80,00
60,00 40,00 20,00 0,00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 21, menunjukkan bahwa misi K4 yang terburuk sebesar 52,11 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 99,74 termasuk kategori paripurna sehingga kinerja dikdasmen sebesar 80,76 termasuk kategori pratama. Grafik 21 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kota Medan Tahun 2012/2013
168
Misi K1 100.00 80.00 60.00
40.00
Misi K5
Misi K2
20.00 0.00
Misi K4
Misi K3
Grafik 22 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kota Medan Tahun 2012/2013 88.8 SD
74.1 SM
79.4 SMP
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 88,84 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 74,06 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 80,76 termasuk dalam kategori pratama. 5. Simpulan dan Saran a. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K5 jenjang SMP yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 99,74 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori paripurna. Sebaliknya, misi K4 jenjang SM yang terburuk sebesar 31,02 termasuk kinerja kategori kurang dibandingkan misi K lainnya dengan jenjang SM yang terburuk sebesar 74,26 termasuk kinerja kategori kurang dan jenjang SD sebesar 88,84 termasuk 169
kinerja kategori madya. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SD sebesar 88,84 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 74,26. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kota Medan termasuk kinerja kategori pratama. b. Saran Kinerja pendidikan di Kota Medan termasuk kategori pratama, untuk itu misi K3 dan K4 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 77,21 dan 52,11. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan pada indikator %lab melalui cara penambahan ruang laboratorium. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator TPS melalui cara meningkatkan pelayanan sekolah pada jenjang SD. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator %UKS baik dan %Rkom baik melalui cara penambahan ruang UKS baik dan ruang komputer. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SMP maka diperlukan peningkatan indikator %s-swt melalui cara meningkatkan pelayananpada SMP negeri. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator RLB melalui cara meningkatkan prestasi siswa agar dapat lulus tepat waktu.
170
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA PADANG
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan 171
dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di tingkat SD. 172
Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00 173
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kota Padang maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kota Padang Peta 1
Kota Padang
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kota Padang terdapat sejumlah 11 kecamatan dan 105 desa, dengan luas wilayah 695 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kota Padang sebesar 878.089 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 1.263.51 per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 30.719 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 44,20 km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 92.153 anak dengan rincian laki-laki sebesar 49.951 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 42.202 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 132,60 km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 48.989 orang dengan rincian laki-laki sebesar 25.714 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 23.276 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 70,49 km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 51.562 orang dengan rincian laki-laki sebesar 25.094 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 26.467 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 74,19 km2. Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kota Padang 174
Tahun 2013 No. Variabel 1 Penduduk 2 Penduduk 6-7 tahun 3 Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan 4 Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan 5 Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan 6 Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 878,089 30,718 92,153 49,951 42,202 48,989 25,714 23,276 51,562 25,094 26,467 695
% Kepadatan 100.00 1,263.51 3.50 44.20 10.49 132.60 54.20 45.80 5.58 70.49 52.49 47.51 5.87 74.19 48.67 51.33
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Padang 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah
Kota Padang Tahun 2013 1,400.00
1,263.51
1,200.00
1,000.00 800.00 600.00 400.00 132.60
200.00
44.20
70.49
74.19
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah
Kota Padang Tahun 2013 P6-7 th 3%
P7-12 th 10%
P13-15 th 6% P16-18 th 6%
Pusia lainnya 75%
175
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kota Padang. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 3,50%, usia 7-12 tahun sebesar 10,49%, usia 13-15 tahun sebesar 5,58%, dan 16-18 tahun sebesar 5,87% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 74,56%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 21,95% atau 192.704 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kota Padang Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah Tamat SD sebesar 15.540 orang atau 37,40% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tidak pernah sekolah sebesar 37 orang atau 0,09%. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kota Padang Tahun 2013 Tidak pernah sekolah 0%
Tamat SMK Tamat Diploma 9% 0%
Tidak/belum Tidak Tamat Sarjana tamat SD Terjawab 0% 9% 0%
Tamat SMA 12%
Tamat SD 38%
Tamat SMP 32%
3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran 176
(DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kota Padang sebesar Rp.31.027.757.829. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SD sebesar Rp.17.664.952.056 atau 56,93% dan terkecil adalah PNF sebesar Rp.99.140.000 atau 0,32%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kota Padang prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan PNF sedangkan biaya untuk lainnya sebesar Rp.39.022.593 atau 0,13 %. Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kota Padang Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan PAUD PNF SD SMP SM Lainnya Jumlah
Jumlah 948,987,500 99,140,000 17,664,952,056 8,919,727,550 3,355,928,130 39,022,593 31,027,757,829
% 3.06 0.32 56.93 28.75 10.82 0.13 100.00
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Padang Tahun 2013
Grafik 4 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kota Padang Tahun 2012/2013 Lainnya 0%
PAUD PNF 3% 0%
SM 11%
SMP 29% SD 57%
4. Sosial Budaya dan Agama 177
Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kota Padang yang terbesar beragama Islam sebesar 851.746 orang atau 97% dan beragama Hindu yang terkecil sebesar 878 orang atau 0,10%. Berdasarkan kesehatan maka di Kota Padang terdapat sejumlah 26 rumah sakit dan 81 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah.
178
Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 248 2,900 2,900 267 159 19 0
SMP 103 1,320 1,320 118 50 67 53 3
SM 99 1,245 950 43 21 84 152 0
Dikdasmen 450 5,465 5,170 428 230 170 205 3
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota PadangTahun 2012/2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kota Padang terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 450 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 248 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 99 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 5 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kota Padang Tahun 2012/2013 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 SD
SMP
SM
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 100.629, tersedia 248 sekolah dan 2.900 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 2.900. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 45.648 orang, tersedia 103 sekolah dan 1.320 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 1.320. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 44.576 orang, tersedia sebesar 99 sekolah dan 950 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 179
1.245. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 190.853 orang di 450 sekolah dan 5.170 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 5.465. Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 16,520 14,245 13,608 44,373 2 Siswa 100,629 45,648 44,576 190,853 3 Lulusan 15,540 15,025 14,502 45,067 4 Guru 7,315 5,078 2,870 15,263 5 Mengulang 233 191 1,101 1,525 6 Putus Sekolah 1 447 138 586 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Padang Tahun 2012/2013
Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang SD dan SMP dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kota Padang, untuk jenjang SD ruang kelas mencukupi jumlah rombongan belajar yang ada begitu pula untuk jenjang SMP dan jenjang SM kekurangan 295 ruang sehingga untuk dikdasmen kekurangan 295 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SM tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SM sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SM yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Grafik 6 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Padang Tahun 2012/2013
180
200,000 180,000 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0
190,853
100,629
45,648
44,37345,666
44,576
16,52015,540 14,24515,624 13,60814,502 7,315 5,078 2,870 SD
SMP Siswa Baru
Siswa
SM Lulusan
15,263
Dikdasmen Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kota Padang kelebihan 19 perpustakaan, jenjang SMP kelebihan 15 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 56 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 22 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 89 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 53 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 78 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 220 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 229 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 36 ruang komputer dan jenjang SM kekurangan 15 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 280 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 50 laboratorium dan jenjang SM kelebihan 53 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 245 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 248 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 100 ruang, dan jenjang SM kekurangan 99 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 447 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 3.2 dan Grafik 9 ternyata di Kota Padang mengulang terbesar pada jenjang SM sebesar 1.101 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SMP sebesar 191 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 1.525 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SMP sebesar 447 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SD sebesar 1 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 586 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SM harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SMP hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval 181
sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kota Padang Tahun 2012/2013 1,525
1,600 1,400
1,101
1,200
1,000 800
586
447
600
400
233
200
191
138
1
0
SD
SMP
SM
Mengulang
Putus Sekolah
Dikdasmen
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Layak 3,246 4,468 2,735 10,449 Tidak Layak 4,069 610 135 4,814 Jumlah 7,315 5,078 2,870 15,263 1 % Layak 44.37 87.99 95.30 68.46 2 % Tidak Layak 55.63 12.01 4.70 31.54 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Padang Tahun 2012/2013
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Padang Tahun 2012/2013 18,000 15,263
16,000
14,000 12,000
10,449
10,000 7,315
8,000
6,000 4,000
4,069 3,246
4,468
5,078
4,814 2,735
2,000
610
2,870
135
0 SD
SMP Layak
Tidak Layak
182
SM Jumlah
Dikdasmen
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kota Padang terdapat di jenjang SD sebesar 3.246 orang atau 44,37% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SM sebesar 2.735 orang atau 95,30%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 4.069 orang atau 55,63% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 135 orang atau 4,70%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 10.449 orang atau 68,46% dan tidak layak sebesar 4.814 orang atau 31,54%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang kelas di Kota Padang ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 41 atau 95,35% sedangkan ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 41 ruang atau 95,35%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SMP sebesar 50 ruang atau 42,37% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SM sebesar 2 ruang atau 4,65%. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 253 14 267 94.76 5.24
SMP 68 50 118 57.63 42.37
SM 41 2 43 95.35 4.65
Dikdasmen 362 66 428 84.58 15.42
Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kota Padang Tahun 2012/2013
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 362 atau 183
84,58% dan rusak berat sebesar 66 atau 15,42%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik/buruk prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang .. banyak yang berada di daerah kota/pinggiran dan yang mudah/sulit dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kota Padang, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 253 atau 94,76% sedangkan perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SM besar 41 ruang atau 95,35%. Hal yang sama untuk jumlah perpustakaan yang rusak terbesar di jenjang SMP sebesar 50 ruang atau 42,37% sedangkan perpustakaan yang rusak terkecil di jenjang SM sebesar 2 ruang atau 4,63%. Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013 4,230
4,500 4,000
3,500 3,000
2,471
2,500 2,000
1,500 1,000 500
969 356
790 282
73
69
734 206
96 64
0 SD Baik
SMP
SM
Rusak Ringan
Rusak Berat
Dikdasmen
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 253 14 267 94.76 5.24 184
SMP 68 50 118 57.63 42.37
SM 41 2 43 95.35 4.65
Dikdasmen 362 66 428 84.58 15.42
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013 428
450
362
400 350 300
267
253
250 200 118
150 68
100 50
50
43
41
14
66
2
0 SD
SMP
Baik
SM
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kota Padang, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 131 atau 82,39% sedangkan ruang UKS yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 21 ruang atau 86,96% yang terbesar. Hal yang sama untuk jumlah ruang UKS yang rusak terbesar di jenjang SD sebesar 28 ruang atau 17,61% sedangkan ruang UKS yang rusak terkecil di jenjang SM sebesar 2 ruang atau 4%. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 131 28 159 82.39 17.61
185
SMP 48 2 50 96.00 4.00
SM 21 0 21 100.00 -
Dikdasmen 200 30 230 86.96 13.04
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013 230
250 200
200 150
159 131
100
50
48 50
28
21 2
21
30
0
0 SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kota Padang, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer yang baik terkecil di jenjang SD sebesar 19 atau 100% sedangkan ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 82 ruang atau 97,62%. Hal yang sama untuk jumlah ruang komputer yang rusak hanya ada di jenjang SM sebesar 2 ruang atau 2,38%. Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 19 0 19 100.00 -
SMP 67 0 67 100.00 -
SM
Dikdasmen 82 168 2 2 84 170 97.62 98.82 2.38 1.18
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013
186
170
168
180 160 140 120 84
82
100 67
80
67
60 40
19
20
19 0
2
0
2
0
SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SMP 53 0 53 100.00 -
SM Dikdasmen 152 205 0 0 152 205 100.00 100.00 -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kota Padang, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 53 atau 100% sedangkan laboratorium yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 152 ruang atau 100%. Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Padang Tahun 2012/2013 250
205
205
200 152
152
150 100
53
53
50 0
0
0
0 SMP
SM Baik
Rusak
187
Dikdasmen Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
406 35 1.00 107.66 64.11 7.66 0.00
443 35 1.00 114.56 48.54 65.05 51.46 2.91
450 36 1.31 43.43 21.21 84.85 30.71 0.00
Dikdasmen 424 35 1.06 95.11 51.11 37.78 34.28 0.67
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kota Padang sangat bervariasi antara 406 di jenjang SD yang terjarang sampai 450 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 424. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 406 atau mencapai 169,07% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 443 atau mencapai 123,11% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 450 siswa atau mencapai 93,80% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang 188
pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SD dan SMP dan paling buruk adalah jenjang SM. Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kota Padang Tahun 2012/2013 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK
SD 406
SMP 443
SM 450
Dikdasmen 424
35
35
36
35
1.00
1.00
1.31
1.06
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kota Padang untuk jenjang SD sebesar 35, untuk jenjang SMP sebesar 35, dan untuk jenjang SM sebesar 36 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 35 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 123,93% atau sudah maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 108,07% atau sudah maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 111,89% atau sudah maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin lebih efisien dan lebih padat atau sudah di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kota Padang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 1 di jenjang SD dan SMP dan sampai 1,31 di jenjang SM. Untuk jenjang SM sebesar 31,05% sudah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 1,06 ternyata masih terdapat 5,71% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali untuk proses belajarmengajar. %Perpus di Kota Padang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 43,43% di jenjang SM sampai 114,56% di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 7,66% sekolah yang memiliki perpustakaan lebih dari satu. Pada jenjang SMP terdapat 14,56% sekolah yang memiliki perpustakaan lebih dari satu dan SM terdapat 56,57% sekolah belum memiliki perpustakaan sehinggat dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 4,89% 189
Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kota Padang Tahun 2012/2013 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0
SD 107.7
SMP 114.6
SM 43.4
Dikdasmen 95.1
%RUKS
64.1
48.5
21.2
51.1
%Rkom
7.7
65.0
84.8
37.8
%Lab
0.0
51.5
30.7
34.3
%ROR
0.0
2.9
0.0
0.7
%Perpus
%RUKS di Kota Padang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 21,21% di jenjang SM sampai 64,11 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 35,89% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 51,46% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 78,79% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 48,89%. %RKom di Kota Padang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 7,66% di jenjang SD sampai 84,85 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 92,34% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 34,95% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 15,15% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 62,22%. %Lab di Kota Padang pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 51,46% sedangkan %Lab SM sebesar 30,71% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 34,26%. %ROR di Kota Padang pada kenyataannya hanya ada di jenjang SMP yaitu 2,91%. Sekolah pada jenjang SD dan SM belum memiliki ruang olahraga. Pada jenjang SMP terdapat 97,09% sekolah belum memiliki ruang olahraga. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kota Padang yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SMP sebesar 71 sedangkan TPS terkecil adalah 190
jenjang SD sebesar 64. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SD yang paling buruk sedangkan jenjang SMP yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 521 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 372 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SD sebesar Rp.183.667.454 dan terbesar adalah jenjang SMP sebesar Rp.235.119.476. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp.171.615.802 Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
SD
SMP
SM
TPS DT SB
siswa siswa rupiah
64 372 183,667,454
71 476 235,119,476
70 521 83,176,646
Dikdasmen 68 489 171,615,802
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 79,35 cukup baik karena sudah ada separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 95,30% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 44,37%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kota Padang . Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 95,30% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kota Padang harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 68,46% belum cukup tinggi karena mencapai 100% dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 191
31,54% guru dikdasmen. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Indikator % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
Satuan persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD 79.35 44.37 14 94.03 0.23 0.00 85.21 102.02 52.82 7.66 -
SMP 87.99 9 98.49 0.62 1.44 73.41 66.02 46.60 65.05 51.46
SM 95.30 16 97.60 2.49 0.31 63.45 41.41 21.21 82.83 20.00
Dikdasmen 68.46 13 96.62 0.87 0.34 77.40 80.44 44.44 37.33 34.28
R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 9 di jenjang SMP sampai 16 di jenjang SM dan rata-rata dikdasmen sebesar 13. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 14 atau 76,43% belum mencapai standar atau kelebihan guru. Untuk SMP sebesar 9 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 75% atau kelebihan guru, dan SM telah didayagunakan secara maksimal karena mencapai 155,32% atau kelebihan guru. AL di Kota Padang yang terbesar terjadi di jenjang SMP sebesar 98,49% dan terkecil pada jenjang SD sebesar 94,03% sedangkan jenjang SM sebesar 97,60%. Kecilnya AL di jenjang SD perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,23% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SM sebesar 2,49%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD ang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0% sedangkan jenjang SMP yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 1,44%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 96,62%, AU Dikdasmen sebesar 0,87% dan APS Dikdasmen sebesar 0,34%.
192
Grafik 18 Persentase Kualitas SDM
Kota Padang Tahun 2012/2013 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 -
SD
%Glayak 44.4
R-S/G 80.9
AL 94.0
AU 0.2
APS 0.0
SMP
88.0
59.9
98.5
0.6
1.4
SM
95.3
100.0
97.6
2.5
0.3
Dikdasmen
68.5
80.3
96.6
0.9
0.3
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SD sebesar 85,21% dan terkecil di jenjang SM sebesar 63,45%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SM yang terkecil, kemudian jenjang SMP dan jenjang SD. %Rkb dikdasmen mencapai 77,40% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Padang terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti. Grafik 19 Persentase Kualaitas Prasarana Pendidikan
Kota Padang Tahun 2012/2013 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 SD
%RKb 85.2
%Perpusb 102.0
%RUKSb 52.8
%Rkomb 7.7
%Labb -
SMP
73.4
66.0
46.6
65.0
51.5
SM
63.5
41.4
21.2
82.8
20.0
Dikdasmen
77.4
80.4
44.4
37.3
34.3
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SD sebesar 102,02% lebih besar dari 100% yang berarti terdapat 2,02% sekolah memiliki lebih 193
dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SM sebesar 41,41%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SD sebesar 7,66% lebih buruk daripada jenjang SM sebesar 82,83%. Sebaliknya, %Lab jenjang SMP sebesar 51,46% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 48,54% sekolah yang belum memiliki laboratorium padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 20%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Padang terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 80,44%, %Rkomb sebesar 37,33%, dan %Labb sebesar 34,28%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
-19.27 1.19 16.12
-10.43 1.12 38.12
2.90 0.97 45.67
-10.20 1.11 28.28
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SM sebesar 2,90% yang berarti laki-laki lebih buruk daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SD sebesar 19,27% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 10,20% dan perempuan lebih baik dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SM sebesar 0,97 yang berarti cukup seimbang sedangkan jenjang SD makin jauh dari seimbang sebesar 1,19 yang berarti laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 1,11 yang berarti belum seimbang dan laki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka 194
kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar 45,67% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 16,12%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 28,28%. Grafik 20 PG dan IPG APK
Kota Padang Tahun 2012/2013 5.00
1.19
2.90
1.12
1.11
0.97
SD
SMP
SM
Dikdasmen
(5.00) (10.00) (10.20)
(10.43) (15.00) (20.00)
(19.27)
(25.00) PG
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 96,41%, jenjang SMP sebesar 87,24% dan jenjang SM sebesar 64,48% sehingga dikdasmen sebesar 85,54%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SD sebesar 109,20% sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar 90,57% sehingga dikdasmen sebesar 99,04% belum mendekati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi.
195
Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kota Padang Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
Dikdasmen
96.41 109.20 47.49 100.00 6.01
87.24 93.18 91.67 98.62 3.01
64.48 86.45 90.57 99.74 3.08
85.54 99.04 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 47,49%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 91,67% cukup baik walaupun belum lebih dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 86,45% sangat rendah jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kota Padang agak berbeda karena AM ke SD, SMP, dan SM kurang dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kota Padang atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SMP di Kota Padang termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SMP di Kota Padang Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kota Padang Tahun 2012/2013 120.00 100.00 80.00 60.00
40.00 20.00 0.00 SD
SMP APK
SM
AMM/AM
196
AB5/AB
Dikdasmen RLB
RLB jenjang SD sebesar 6,01 tahun belum ideal karena belumsesuai standar dan jenjang SM paling buruk sebesar 3,08 tahun. RLB jenjang SM melebihi standar atau 3,08 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. RLB jenjang SM sebesar 3,08 tahun belum ideal karena belum standar 3 tahun. 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB.
197
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kota Padang Tahun 2012/2013 Misi
No.
Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
SD
SMP
406 35 1.00 107.66 64.11 7.66 64 372 183,667,454 79.35 44.37 14 94.03 0.23 0.00 85.21 102.02 52.82 7.66 (19.27) 1.19 16.12 109.20 47.49 100.00 6.01
198
443 35 1.00 114.56 48.54 65.05 51.46 2.91 68 476 235,119,476 87.99 9 98.49 0.62 1.44 73.41 66.02 46.60 65.05 51.46 (10.43) 1.12 38.12 93.18 91.67 98.62 3.01
SM
Dikdasmen
450 424 36 35 1.31 1.06 43.43 95.11 21.21 51.11 84.85 37.78 30.71 34.28 0.67 70 67 521 489 83,176,646 171,615,802 95.30 68.46 16 13 97.60 96.62 2.49 0.87 0.31 0.34 63.45 77.40 41.41 80.44 21.21 44.44 82.83 37.33 20.00 34.28 2.90 (10.20) 0.97 1.11 45.67 28.28 86.45 99.04 90.57 99.74 3.08 -
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kota Padang Tahun 2012/2013 Misi
No.
Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
SD
SMP
SM
100.00 100.00 100.00 100.00 64.11 7.66 70.81 44.67 0.36 79.35 44.37 80.92 94.03 99.77 100.00 85.21 100.00 52.82 7.66 80.73 83.89 100.00 94.95 86.35 100.00 99.80
100.00 100.00 100.00 100.00 48.54 65.05 51.46 2.91 98.71 76.53 0.41 87.99 59.93 98.49 99.38 98.56 73.41 66.02 46.60 65.05 51.46 89.57 89.43 100.00 93.18 91.67 98.62 99.60
93.80 100.00 76.31 43.43 21.21 84.85 30.71 95.87 90.42 1.44 95.30 100.00 97.60 97.51 99.69 63.45 41.41 21.21 82.83 20.00 97.10 96.70 96.36 86.45 90.57 99.74 97.51
Dikdasmen 97.93 100.00 92.10 95.11 51.11 37.78 41.08 0.67 88.46 70.54 0.74 68.46 80.28 96.62 99.13 99.66 77.40 80.44 44.44 37.33 34.28 89.80 90.23 98.79 99.04 89.53 99.45 98.97
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 100, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 93,80 sehingga dikdasmen menjadi 97,93. R-S/K jenjang SD menjadi 100, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 100. R-K/RK jenjang SD menjadi 100, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 76,31. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SD dan SMP sebesar 100 dan terburuk pada jenjang SM 199
sebesar 43,43, %RUKS terbaik pada jenjang SD sebesar 64,11 dan terburuk pada jenjang SM sebesar 21,21, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 84,85 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 7,66, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 51,46 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 30,71. %ROR hanya di jenjang SMP sebesar 2,91. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SM sebesar 95,87 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SD sebesar 70,81 sedangkan Dikdasmen sebesar 88,46. DT yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 90,42 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 44,67 sedangkan dikdasmen sebesar 70,54. SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 1,44 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 0,36. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 0,74 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SM sebesar 100 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 59,93. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 79,35, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 95,30 dan terburuk jenjang SD sebesar 44,37 sedangkan dikdasmen sebesar 68,46 Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SMP sebesar 98,49 dan terburuk jenjang SD sebesar 94,03 sedangkan dikdasmen sebesar 96,62. AU terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,77 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar sedangkan dikdasmen sebesar 99,66. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 100 dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 98,56 sedangkan dikdasmen sebesar 99,66 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SD sebesar 85,21 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 63,45 sedangkan dikdasmen sebesar 77,40. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SD sebesar 100 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 41,41 sedangkan dikdasmen sebesar 80,44%. Untuk %RUKSb jenjang SD sebesar 52,82 lebih besar daripada jenjang SMP sebesar 46,60 sedangkan dikdasmen sebesar 44,44. Untuk %Rkomb jenjang SM sebesar 82,83 lebih besar daripada jenjang SMP sebesar 65,05 sedangkan dikdasmen sebesar 7,66. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 51,46 daripada jenjang SM sebesar 20 sedangkan dikdasmen sebesar 34,28. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 97,10 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 80,73 sedangkan dikdasmen sebesar 89,80. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 96,70 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 83,89 dengan dikdasmen sebesar 90,23%. S-Swt terbaik adalah jenjang SD dan SMP sebesar 100 Telah optimal dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 96,36 sedangkan dikdasmen sebesar 200
98,79. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SD sebesar 94,95 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 86,45 sedangkan dikdasmen sebesar 99,04. AMM SD sebesar 86,35 berarti belum maksimal sedangkan AM SMP sebesar 91,67 pada jenjang SD yang terkecil lebih buruk sebesar 86,53 sedangkan dikdasmen sebesar 89,53. RLB terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,80 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 97,51 sedangkan dikdasmen sebesar 98,97. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 100 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 64,33 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 81,68. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SM yang terbaik sebesar 62,58 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 38,61 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 53,25. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SMP yang terbaik sebesar 74,69 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 71,90 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 73,67. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SM yang terbaik sebesar 96,72 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 88,21 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 92,64. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 95,77 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 93,57 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 94,87. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K1, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikanSM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K4. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kota Padang Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD
SMP
SM
100.00 80.72 38.61 58.55 74.41 74.69 88.21 93.00 95.28 95.77 79.30 80.54 KURANG PRATAMA
64.33 62.58 71.90 96.72 93.57 77.82 KURANG
Dikdasmen 81.68 53.25 73.67 92.64 94.87 79.22 KURANG
Jenis PRATAMA KURANG KURANG UTAMA UTAMA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 80,54 termasuk kategori 201
pratama dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 77,82 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 79,22 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kota Padang Tahun 2012/2013 120.00 100.00 80.00 60.00
40.00 20.00 0.00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi yang terburuk sebesar 53,25 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 94,87 termasuk kategori utama sehingga kinerja dikdasmen sebesar 94,87 termasuk kategori utama. Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kota Padang Tahun 2012/2013 Misi K1 100.00 80.00 60.00
40.00
Misi K5
Misi K2
20.00 0.00
Misi K4
Misi K3
202
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kota Padang Tahun 2012/2013 SD 79.30
77.82 SM
SMP 80.54
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 80,54 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 77,82 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 79,22 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K1 jenjang SD yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 81,68 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori pratama Sebaliknya, misi K2 jenjang SD yang terburuk termasuk kinerja kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SMP sebesar 80,54 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 77,82 namun kesemuanya termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kota Padang termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kota Padang termasuk kategori kurang, untuk itu misi K2 dan K3 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 53,25 dan 73,67. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan pada indikator %perpustakaan, %ruang UKS, 203
%laboratorium, dan %ruang olahraga melalui cara penambahan saranasarana tersebut. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator TPS melalui cara meningkatkan pelayanan di jenjang SD. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator AU, %perpus baik, %RUKS baik, dan %lab baik melalui cara menekan angka ulang dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana tersebut. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator PG IPK dan IPG APK melalui cara meningkatkan peserta didik laki-laki. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator AMM/AM melalui cara manjaring lebih banyak murid yang akan melanjutkan ke jenjang SD.
204
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA PARIAMAN
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka 205
Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di 206
tingkat SD. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00
207
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kota Pariaman maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kota Pariaman. Peta 1
Kota Pariaman
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kota Pariaman terdapat sejumlah 4 kecamatan dan 71 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 72 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kota Pariaman sebesar 80.711 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 1.100 orang per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 3.635 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 50 orang per km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 10.866 anak dengan rincian laki-laki sebesar 5.681 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 5.185 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 148 orang per km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 5.490 orang dengan rincian laki-laki sebesar 2.792 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 2.698 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 75 orang per km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 5.051 orang dengan rincian laki-laki sebesar 2.492 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 2.559 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 69 orang per km2. 208
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kota Pariaman Tahun 2013 No. Variabel 1 Penduduk 2 Penduduk 6-7 tahun 3 Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan 4 Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan 5 Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan 6 Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 80,711 3,635 10,866 5,681 5,185 5,490 2,792 2,698 5,051 2,492 2,559 73
% Kepadatan 100.00 1,100 4.50 50 13.46 148 52.28 47.72 6.80 75 50.86 49.14 6.26 69 49.34 50.66
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Pariaman2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah
Kota Pariaman Tahun 2013 1,200.00
1,100.20
1,000.00 800.00 600.00 400.00
148.12
200.00 49.55
74.84
68.85
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kota Pariaman Tahun 2013 P6-7 th 5% P7-12 th 13%
Pusia lainnya 69%
P13-15 th 7%
P16-18 th 6%
209
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kota Pariaman. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 4,50%, usia 7-12 tahun sebesar 13,46%, usia 13-15 tahun sebesar 6,80%, dan 16-18 tahun sebesar 6,26% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 68,57%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 26,52% atau 21.407 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kota Pariaman. Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SMP sebesar 14.052 orang atau 17,41% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tidak pernah sekolah sebesar 807 orang atau 1%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 58.696 orang atau 98,64% sedangkan yang buta huruf sebesar 807 orang atau 1,36%. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kota Pariaman Tahun 2013 Tidak pernah sekolah 1%
Tidak/belum tamat SD 11% Tamat SD 10%
Tidak Terjawab 32%
Tamat SMP 17% Tamat Sarjana 3% Tamat Tamat SMK 9%
Diploma 4%
Tamat SMA 13%
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk 210
yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kota Pariaman sebesar 55.156 orang. Angkatan kerja sebesar 35.791 orang atau 64,89% yang bekerja sebanyak 33.379 orang atau 60,52% dan pengangguran terbuka sebanyak 2.412 orang atau 4,37%. Bukan angkatan kerja sebesar 19.365 orang dan terbesar adalah mengurus rumah tangga sebesar 9.897 orang atau 17,49% dan bersekolah sebesar 5.714 orang atau 10,36%, dan terkecil adalah lain-lain sebesar 3.754 orang atau 6,81%. Penduduk miskin di Kota Pariaman sebesar 4.531 dan lebih besar di desa daripada di kota masing-masing sebesar 2.531 dan 2.000. Keadaan alam dilihat dari curah hujan sebesar 6 mm dan hari hujan per tahun adalah 6 hari. 3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kota Pariamandengan PAD sebesar Rp.17.638.056, PBB sebesar Rp.750.048.993, APBD sebesar Rp.465.174.340, PDRB sebesar Rp.766.603.160, dan pendapatan per kapita yang dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya sebesar Rp.9.498.124.915 sedangkan UMR sebesar Rp.1.350.000. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kota Pariaman Tahun 2013 9,498,124,915
10,000,000,000 9,000,000,000 8,000,000,000 7,000,000,000 6,000,000,000 5,000,000,000 4,000,000,000
3,000,000,000 2,000,000,000 1,000,000,000
766,603,160 750,048,993 465,174,340 17,638,056
1,350,000
0 PAD (juta)
PBB (ribu)
APBD (juta)
211
PDRB (ribu)
P/Kapita
UMR
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kota Pariaman sebesar Rp.34.999.757.829. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SD sebesar Rp.16.664.952.056 atau 47,61% dan terkecil adalah PNF sebesar Rp.99.140.000 atau 0,28%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kota Pariamanprioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SD dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun sedangkan biaya untuk lainnya sebesar Rp.41.022.593 atau 0,12%. *(SD (wajib belajar 9 tahun), SMP dan SM ( Peningkatan Mutu Pendidikan)).
Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kota Pariaman Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan PAUD PNF SD SMP SM Lainnya Jumlah
Jumlah 918,987,500 99,140,000 16,664,952,056 6,919,727,550 10,355,928,130 41,022,593 34,999,757,829
% 2.63 0.28 47.61 19.77 29.59 0.12 100.00
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota PariamanTahun 2013
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 Lainnya PAUD PNF 0% 3% 0%
SM 29%
SD 48%
SMP 20%
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 212
6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 6, mata pencaharian penduduk di Kota Pariaman yang terbesar adalah pada sektor jasa sebesar 8.774 orang atau 26,29% sedangkan mata pencaharian terkecil pada sektor listrik sebesar 210 orang atau 0,63%. Dengan demikian, sektor jasa merupakan sektor primer di Kota Pariaman Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor
Kota Pariaman Tahun 2013
Jasa 26%
Pertanian 20% Pertambangan 2%
Keuangan 2% Angkutan 4%
Industri 16% Perdagangan 22% Bangunan 7%
Listrik 1%
4. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kota Pariamanyang terbesar beragama Islam sebesar 80.664 orang atau 99,94% dan beragama Kristen Protestan yang terkecil sebesar 47 orang atau 0,06%. Berdasarkan kesehatan maka di Kota Pariamanterdapat sejumlah 1 rumah sakit dan 6 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang 213
terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD
SMP
80 526 497 57 34 9 28
18 212 243 57 34 9 15 1
SM 17 246 242 11 6 21 21 1
Dikdasmen 115 984 982 125 74 39 36 30
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Pariaman Tahun 2012/2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kota Pariaman terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 115 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 80 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 17 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah.
214
Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 1,200 1,000 800 600 400 200 0 SD
SMP
SM
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6
Variabel Siswa Baru Siswa Lulusan Guru Mengulang Putus Sekolah
SD 1,749 11,397 1,811 907 319 2
SMP 2,438 6,666 1,958 613 30 18
SM Dikdasmen 2,821 7,008 8,165 26,228 2,234 6,003 817 2,337 56 405 0 20
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota PariamanTahun 2012/2013
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 11.397, tersedia 80 sekolah dan 497 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 526. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 6.666 orang, tersedia 18 sekolah dan 243 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 212. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 8.165 orang, tersedia sebesar 17 sekolah dan 242 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 246. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 26.228 orang di 115 sekolah dan 982 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 984. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SD dan SM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang SMP dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang 215
kelas. Kondisi di Kota Pariaman, untuk jenjang SD kekurangan 29 ruang, namun jenjang SMP kelebihan 31 ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 4 ruang sehingga untuk dikdasmen kekurangan 2 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SD dan SM tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SD dan SM sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SMP yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 30,000
26,228
25,000 20,000
15,000
11,397
10,000
5,000
8,165
6,666 1,749 1,811 907
2,438 1,958 613
SD
SMP
7,008 6,003
2,821 2,234 817
2,337
0
Siswa Baru
SM Siswa
Lulusan
Dikdasmen Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kota Pariaman masih kekurangan 23 perpustakaan, jenjang SMP kelebihan 39 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 6 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kelebihan 10 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 46 ruang UKS, jenjang SMP kelebihan 16 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 11 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 41 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 71 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 9 ruang komputer dan jenjang SM kelebihan 4 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 76 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 3 laboratorium dan jenjang 216
SM kekurangan 64 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 67 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 52 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 17 ruang, dan jenjang SM kekurangan 16 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 8 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 6 dan Grafik 8 ternyata di Kota Pariaman mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 319 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SMP sebesar 30 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 405 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SMP sebesar 18 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SD sebesar 2 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 20 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SMP hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 405
450 400 350
319
300
250 200 150 100 50
2
56
30
18
0
20
0 SD
SMP
SM
Mengulang
Dikdasmen
Putus Sekolah
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Layak 2 Tidak Layak Jumlah 1 % Layak 2 % Tidak Layak
SD 615 292 907 67.81 32.19 217
SMP 534 79 613 87.11 12.89
SM
Dikdasmen 776 1,925 41 412 817 2,337 94.98 82.37 5.02 17.63
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota PariamanTahun 2012/2013
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 2,337
2,500
1,925
2,000
1,500 907
1,000 615 500
613
534
817
776
412
292 79
41
0 SD
SMP Layak
SM
Tidak Layak
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kota Pariaman terdapat di jenjang SM sebesar 776 orang atau 94,98.% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SD sebesar 615 orang atau 67,81%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 292 orang atau 32,19% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 41 orang atau 5,02%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 1.925 orang atau 82,37% dan tidak layak sebesar 412 orang atau 17,63%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang kelas di Kota Pariaman ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 185 atau 76,13% sedangkan ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 345 atau 69,42%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SD sebesar 218
62 ruang atau 12,47% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SM sebesar 22 ruang atau 9,09%. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik 345 185 192 722 2 Rusak Ringan 90 32 28 150 3 Rusak Berat 62 26 22 110 Jumlah 497 243 242 982 1 % Baik 69.42 76.13 79.34 73.52 2 % Rusak Ringan 18.11 13.17 11.57 15.27 3 % Rusak Berat 12.47 10.70 9.09 11.20 Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kota PariamanTahun 2012/2013
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 722 atau 73,52% dan rusak berat sebesar 110 atau 11,20%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SM banyak yang berada di daerah kota dan yang mudah dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kota Pariaman, seluruhnya dalam kondisi baik. Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 800
722
700
600 500 400
345
300 200
192
185 90
100
62
32 26
150
110
28 22
0 SD
SMP Baik
SM
Rusak Ringan
219
Rusak Berat
Dikdasmen
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 57 0 57 100.00 -
SMP
SM
57 0 57 100.00 -
11 0 11 100.00 -
Dikdasmen 125 0 125 100.00 -
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 140
125
125
120 100 80 57
57
57
57
60 40 11
20
11
0
0
0
SD
SMP
SM
0
0
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kota Pariaman, ternyata seluruh ruang UKS pada setiap jenjang dalam kondisi baik. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 34 0 34 100.00 -
220
SMP
SM
34 0 34 100.00 -
6 0 6 100.00 -
Dikdasmen 74 0 74 100.00 -
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 74
80
74
70 60 50 34
40
34
34
34
30 20 6
10
0
0
SD
SMP
6 0
0
0
SM
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kota Pariaman, ternyata seluruh ruang computer pada setiap jenjang dalam kondisi baik. Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 9 0 9 100.00 -
SMP
SM
9 0 9 100.00 -
21 0 21 100.00 -
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 39
39
40 35 30 21
25
21
20 15
9
9
9
9
10 5
0
0
SD
SMP
0
0
0
Baik
SM Rusak
221
Jumlah
Dikdasmen
Dikdasmen 39 0 39 100.00 -
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. Variabel SMP SM Dikdasmen 1 Baik 15 21 36 2 Rusak 0 0 0 Jumlah 15 21 36 1 % Baik 100.00 100.00 100.00 2 % Rusak -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kota Pariaman, ternyata seluruh ruang laboratorium pada seluruh jenjang dalam kondisi baik. Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 36
40
36
35 30 21
25 20
15
21
15
15 10 5
0
0
0
0
SMP
SM Baik
Rusak
Dikdasmen Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana 222
seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
142 22 1.06 71.25 42.50 11.25 35.00
370 31 0.87 316.67 188.89 50.00 83.33 5.56
480 33 1.02 64.71 35.29 123.53 24.71 5.88
228 27 1.00 108.70 64.35 33.91 34.95 26.09
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kota Pariaman sangat bervariasi antara 142 di jenjang SD yang terjarang sampai 480 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 228. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 142 atau mencapai 59,36% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 370 atau mencapai 102,87% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 480 siswa atau mencapai 100% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SMP dan SM dan paling buruk adalah jenjang SD. Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kota Pariaman untuk jenjang SD sebesar 22, untuk jenjang SMP sebesar 31, dan untuk jenjang SM sebesar 33 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 27 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 77,38% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 98,26% atau sudah maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 103,72% atau sudah maksimal. 223
Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin lebih efisien dan klebih padat atau sudah di atas standar R-S/K. Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK
SD 142
SMP 370
SM 480
Dikdasmen 228
22
31
33
27
1.06
0.87
1.02
1.00
R-K/RK di Kota Pariaman pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,87 di jenjang SMP dan sampai SD di jenjang 1,06 Untuk jenjang SD terdapat 5,84% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 12,76% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 1,65% belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SD dan SM, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SD dan SM akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 1 ternyata masih terdapat 0,20% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 350.00 300.00 250.00
200.00 150.00 100.00 50.00 0.00
%Perpus
SD 71.25
SMP 316.67
SM 64.71
Dikdasmen 108.70
%RUKS
42.50
%Rkom
11.25
188.89
35.29
64.35
50.00
123.53
%Lab
33.91
0.00
83.33
24.71
%ROR
34.95
35.00
5.56
5.88
26.09
224
%Perpus di Kota Pariaman pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 64,71% di jenjang SM sampai 316,67 di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 28,75% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 216,67% sekolah yang memiliki perpustakaan lebih dari 1 dan SM terdapat 35,29% sekolah belum memiliki perpustakaan sehinggat dikdasmen yang sudah mempunyai perpustakaan 8,70 %. %RUKS di Kota Pariaman pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 35,29% di jenjang SM sampai 188,89 di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 57,50% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 88,89% sekolah memiliki ruang UKS lebih dari 1 dan SM terdapat 64,71% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 35,65 %. %RKom di Kota Pariaman pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 23,53% di jenjang SM sampai 88,75% di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 88,75% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 50% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 23,53% sekolah yang memiliki ruang komputer lebih dari 1 sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 66,09%. %Lab di Kota Pariaman pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 83,33% sedangkan %Lab SM sebesar 24,71% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 65,05%. %ROR di Kota Pariaman pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 5,66% di jenjang SM sampai 35 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 65% sekolah belum memiliki ruang olahraga. Pada jenjang SMP terdapat 94,44% sekolah belum memiliki ruang olahraga dan jenjang SM terdapat 94,12% sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang olahraga sebesar 73,21%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kota Pariaman yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SM sebesar 54 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SD sebesar 41. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SD yang paling buruk sedangkan jenjang SM yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SMP sebesar 305 memiliki jangkauan terluas jika 225
dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 136 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar Rp.1.351.595.945 dan terbesar adalah jenjang SD sebesar Rp.1.532.409.384. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp.1.467.892.385 Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator TPS DT SB
Satuan siswa siswa rupiah
SD 41 136 1,532,409,384
SMP
SM
48 305 1,509,209,935
Dikdasmen
54 297 1,351,595,945
48 261 1,467,892,385
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
Satuan
SD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
% SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase -
75.47 67.81 13 98.42 2.78 0.02 65.59 71.25 42.50 11.25
SMP
SM -
87.11 11 93.37 0.46 0.28 87.26 316.67 188.89 50.00 83.33
Dikdasmen -
94.98 10 90.01 0.70 0.00 78.05 64.71 35.29 123.53 20.00
82.37 11 93.52 1.56 0.08 73.37 108.70 64.35 33.91 34.95
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 75,47 cukup kecil karena tidak ada walaupun lebih dari separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 94,98% dan yang 226
terkecil pada jenjang SD sebesar 67,81%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kota Pariaman. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 94,98% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kota Pariaman harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 82,37% belum cukup tinggi walalupun mencapai dari separuh dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 17,63% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 10 di jenjang SM sampai 13 di jenjang SD dan rata-rata dikdasmen sebesar 11. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 13 atau 67,81% belum mencapai standar atau kelebihan guru. Untuk SMP sebesar 11 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 72,50% atau kelebihan guru, dan SM belum didayagunakan secara maksimal karena mencapai 83,28% atau kelebihan guru. AL di Kota Pariaman yang terbesar terjadi di jenjang SD sebesar 98,42% dan terkecil pada jenjang SM sebesar 90,01% sedangkan jenjang SMP sebesar 93,37%. Kecilnya AL di jenjang SM perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SMP yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,46% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SD sebesar 2,78%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SM yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0% sedangkan jenjang SMP yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,28%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 93,52%, AU Dikdasmen sebesar 1,56% dan APS Dikdasmen sebesar 0,08%. Grafik 18 Persentase Kualaitas SDM
Kota Pariaman Tahun 2012/2013
227
100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 -
%Glayak 67.81
R-S/G 73.92
AL 98.42
AU 2.78
APS 0.02
SMP
87.11
72.50
93.37
0.46
0.28
SM
94.98
83.28
90.01
0.70
-
Dikdasmen
82.37
76.56
93.52
1.56
0.08
SD
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SMP sebesar 87,26% dan terkecil di jenjang SD sebesar 67,81%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SM dan jenjang SMP cukup baik karena mencapai lebih dari 50%. %Rkb dikdasmen mencapai 73,37% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Pariamanterhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti. Grafik 19 Persentase Kualaitas Prasarana Pendidikan
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 350.0 300.0
250.0 200.0
150.0 100.0 50.0 SD
%RKb 65.6
%Perpusb 71.3
%RUKSb 42.5
%Rkomb 11.3
%Labb -
SMP
87.3
316.7
188.9
50.0
83.3
SM
78.0
64.7
35.3
123.5
20.0
Dikdasmen
73.4
108.7
64.3
33.9
35.0
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SMP sebesar 316,37% lebih besar dari 100% yang berarti terdapat 216,67% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SM sebesar 64,71%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SM. %Rkomb di jenjang SM sebesar 123,53% lebih baik daripada jenjang SD sebesar 11,25%. Sebaliknya, %Lab jenjang SMP sebesar 83,33% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 16,67% sekolah memiliki laboratorium 228
lebih dari 1 padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 20%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Pariamanterhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 108,70%, %Rkomb sebesar 33,91%, dan %Labb sebesar 34,95%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
6.43 0.94 5.62
-8.82 1.08 5.88
-7.47 1.05 7.03
-1.84 1.02 6.13
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SD sebesar 6,43% yang berarti laki-laki lebih buruk daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SMP sebesar 8,82% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 1,84% dan perempuan lebih baik dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SD sebesar 0,94 yang berarti belum seimbang sedangkan jenjang SMP makin jauh dari seimbang sebesar 1,08 yang berarti laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 1,02 yang berarti belum seimbang dan laki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar 7,03% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 5,62%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 6,13%.
229
Grafik 20 PG dan IPG APK
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 8.00
6.43
6.00 4.00
2.00
1.08
0.94
1.05
1.02
-
(2.00)
SD
SMP
SM
(4.00)
Dikdasmen (1.84)
(6.00) (8.00)
(10.00)
(7.47)
(8.82) PG
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 88,26%, jenjang SMP sebesar 84,06% dan jenjang SM sebesar 117,86% sehingga dikdasmen sebesar 94,17%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SM sebesar 161,55% sedangkan yang terendah pada jenjang SD sebesar 104,89% sehingga dikdasmen sebesar 122,52% telah lebih dari 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kota Pariaman Tahun 2012/2013
230
No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
Dikdasmen
88.26 104.89 46.35 99.79 6.17
84.06 121.42 134.62 99.81 3.02
117.86 161.65 144.08 100.00 3.02
94.17 122.52 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 46,35%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa masih banyak orang tua yang belum memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 134,62% sangat baik karena telah lebih dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 144,08% sangat tinggi jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kota Pariaman agak berbeda karena AM ke SD kurang dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kota Pariaman atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SMP dan SM di Kota Pariaman termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SMP dan SM di Kota Pariaman Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00
80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 SD
SMP APK
SM
AMM/AM
AB5/AB
Dikdasmen RLB
RLB jenjang SMP dan SM sebesar 3,02 tahun belum ideal karena belum standar dan jenjang SD paling buruk sebesar 6,17 tahun. RLB jenjang SD melebihi standar atau 6,17 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. 231
3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB.
232
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD
SMP 142 22 1.06 71.25 42.50 11.25
35.00 41 136 1,532,409,384 75.47 67.81 13 98.42 2.78 0.02 65.59 71.25 42.50 11.25 6.43 0.94 5.62 104.89 46.35 99.79 6.17
233
370 31 0.87 316.67 188.89 50.00 83.33 5.56 48 305 1,509,209,935 87.11 11 93.37 0.46 0.28 87.26 316.67 188.89 50.00 83.33 (8.82) 1.08 5.88 121.42 134.62 99.81 3.02
SM 480 33 1.02 64.71 35.29 123.53 24.71 5.88 54 297 1,351,595,945 94.98 10 90.01 0.70 78.05 64.71 35.29 123.53 20.00 (7.47) 1.05 7.03 161.65 144.08 100.00 3.02
Dikdasmen 228 27 1.00 108.70 64.35 33.91 34.95 26.09 48 261 1,467,892,385 82.37 11 93.52 1.56 0.08 73.37 108.70 64.35 33.91 34.95 (1.84) 1.02 6.13 122.52 -
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 Misi
No.
Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
SD
SMP
SM
59.36 77.38 94.49 71.25 42.50 11.25 35.00 98.91 81.82 0.04 75.47 67.81 73.92 98.42 97.22 99.98 65.59 71.25 42.50 11.25 93.57 94.04 61.13 91.21 84.28 100.00 97.19
100.00 98.26 87.24 100.00 100.00 50.00 83.33 5.56 98.18 83.79 0.06 87.11 72.50 93.37 99.54 99.72 87.26 100.00 100.00 50.00 83.33 91.18 92.99 24.60 100.00 100.00 99.81 99.45
100.00 100.00 98.37 64.71 35.29 100.00 24.71 5.88 98.77 51.58 0.09 94.98 83.28 90.01 99.30 100.00 78.05 64.71 35.29 100.00 20.00 92.53 95.48 14.83 100.00 100.00 100.00 99.22
Dikdasmen 86.45 91.88 93.37 100.00 64.35 33.91 54.02 26.09 98.62 72.40 0.07 82.37 76.56 93.52 98.44 99.92 73.37 100.00 64.35 33.91 34.95 98.16 98.51 33.52 100.00 94.76 99.94 98.62
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 59,36, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 100 sehingga dikdasmen menjadi 86,45. R-S/K jenjang SD menjadi 77,38, jenjang SMP menjadi 98,26, dan jenjang SM menjadi 100. R-K/RK jenjang SD menjadi 94,49, jenjang SMP menjadi 87,24, dan jenjang SM menjadi 98,37. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SMP sebesar 100 dan terburuk pada jenjang SM sebesar 64,71, %RUKS terbaik pada jenjang SMP sebesar 100 dan terburuk pada jenjang SM sebesar 35,29, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 100 dan terburuk 234
pada jenjang SD sebesar 11,25, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 83,33 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 24,71. %ROR terbaik pada jenjang SD sebesar 35 jika dibandingkan dengan jenjang SMP sebesar 5,56. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SD sebesar 98,91 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SMP sebesar 98,18 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,62. DT yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 83,79 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 51,58 sedangkan dikdasmen sebesar 72,40. SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 0,09 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 0,04 karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 0,07 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SM sebesar 83,28 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 72,50. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 75,47, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 94,98 dan terburuk jenjang SD sebesar 67,81 sedangkan dikdasmen sebesar 82,37. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SD sebesar 98,42 dan terburuk jenjang SM sebesar 90,01 sedangkan dikdasmen sebesar 93,52. AU terbaik adalah jenjang SMP sebesar 99,54 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 97,22 sedangkan dikdasmen sebesar 98,44. APS terbaik adalah jenjang SM sebesar 100 dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 99,72 sedangkan dikdasmen sebesar 99,92 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SMP sebesar 87,26 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 65,59 sedangkan dikdasmen sebesar 73,37. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SMP sebesar 100 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 64,71 sedangkan dikdasmen sebesar 100%. Untuk %RUKSb jenjang SMP sebesar 100 lebih besar daripada jenjang SM sebesar 35,29 sedangkan dikdasmen sebesar 64,35. Untuk %Rkomb jenjang SM sebesar 100 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 11,25 sedangkan dikdasmen sebesar 33,91 Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 83,33 daripada jenjang SM sebesar 20 sedangkan dikdasmen sebesar 34,95. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 93,57 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar 91,18 sedangkan dikdasmen sebesar 98,16. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 95,48 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 92,99 dengan dikdasmen sebesar 98,51%. S-Swt terbaik adalah jenjang SD sebesar 61,13 belum optimal dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 14,83 sedangkan dikdasmen sebesar 235
33,52. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SMP dan SM sebesar 100 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 91,21 sedangkan dikdasmen sebesar 100. AMM SD sebesar 84,28 berarti belum maksimal sedangkan AM SMP sebesar 100 pada jenjang SM AM SM sebesar 100 sedangkan dikdasmen sebesar 94,76. RLB terbaik adalah jenjang SMP sebesar 99,45 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 97,19 sedangkan dikdasmen sebesar 98,62. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 94,36 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 74,73 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 85,83. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SMP yang terbaik sebesar 60,68 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 50,15 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 57,03. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SMP yang terbaik sebesar 87,28 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 70,34 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 73,37. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SD yang terbaik sebesar 82,91 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 67,61 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 73,37 Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 99,82 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 93,17 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 97,60. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K1, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikanSM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD
SMP
SM
94.36 88.41 60.26 60.68 70.34 87.28 82.91 69.59 93.17 99.82 80.21 81.15 PRATAMA PRATAMA
74.73 50.15 76.56 67.61 99.80 73.77 KURANG
Dikdasmen 85.83 57.03 78.06 73.37 97.60 78.38 KURANG
Jenis MADYA KURANG KURANG KURANG PARIPURNA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 81,15 termasuk kategori pratama dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 73,77 termasuk kategori 236
kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 78,38 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 120.00 100.00 80.00 60.00
40.00 20.00 0.00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K2 yang terburuk sebesar 57,03 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 97,60 termasuk kategori paripurna sehingga kinerja dikdasmen sebesar 73,38 termasuk kategori kurang. Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 Misi K1 100.0 80.0 60.0
40.0
Misi K5
Misi K2
20.0 0.0
Misi K4
Misi K3
237
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kota Pariaman Tahun 2012/2013 SD 80.2
73.8 SM
SMP 81.2
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 81,15 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 73,77 sehingga kinerja dikdasmen sebesar kurang termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a.
Simpulan
Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K5 jenjang SMP yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 97,60 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori paripurna. Sebaliknya, misi K2 jenjang SM yang terburuk sebesar 57,03 termasuk kinerja kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SMP sebesar 81,15 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 73,77 dan termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kota Pariaman termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kota Pariaman termasuk kategori kurang, untuk itu misi K2 , K3, dan K4 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 57,03, 78,06, dan 73,37. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SM 238
maka diperlukan peningkatan pada indikator %RUKS melalui cara penambahan ruang UKS. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator DT melalui cara meningkatkan daya tampung pada jenjang SM. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator %RUKSB dan %Rkom baik melalui cara penambahan ruang UKS dan komputer pada jenjang SD atau perbaikan ruang UKS dan komputer yang rusak pada jenjang SD. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator %S-Swt melalui cara peningkatan mutu di jenjang SM agar banyak siswa yang memilih sekolah di SM negeri dibandingkan dengan SM swasta. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator RLB melalui cara menurunkan angka RLB dengan cara meningkatkan kualitas belajar siswa agar mereka bisa lulus tepat waktu.
239
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANAH DATAR
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka 240
Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di 241
tingkat SD. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00 242
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kabupaten Tanah Datar maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kabupaten Tanah Datar Peta 1
Kabupaten Tanah Datar
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kabupaten Tanah Datar terdapat sejumlah 14 kecamatan dan 75 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 1.336 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar sebesar 340.073 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 254,55 per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 13.832 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 10,32 km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 42.468 anak dengan rincian laki-laki sebesar 21.933 anak lebih kecil daripada perempuan sebesar 20.535 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 31,79 km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 22.262 orang dengan rincian laki-laki sebesar 11.253 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 11.009 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 16,66 km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 17.295 orang dengan rincian laki-laki sebesar 8.451 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 8.844 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 12,95 km2. 243
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2013 No. 1 2 3
4
5
6
Variabel Penduduk Penduduk 6-7 tahun Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 340,073 13,832 42,468 21,933 20,535 22,262 11,253 11,009 17,295 8,451 8,844 1,336
% 100.00 4.07 12.49 51.65 48.35 6.55 50.55 49.45 5.09 48.86 51.14
Kepadatan 254.55 10.35 31.79
16.66
12.95
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Tanah Datar 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2013 300.00 254.55 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00
31.79
16.66
12.95
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
10.35
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2013 P6-7 th 4% P7-12 th 12%
P13-15 th 7% P16-18 th 5%
Pusia lainnya 72%
244
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kabupaten Tanah Datar. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 4,07%, usia 7-12 tahun sebesar 12,49%, usia 13-15 tahun sebesar 6,55%, dan 16-18 tahun sebesar 5,09% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 71,81%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 24,12% atau 82.025 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Tanah Datar. Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SMP sebesar 53.283 orang atau 34,25% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tidak terjawab sebesar 441 orang atau 0,28%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 232.404 orang atau 98,10% sedangkan yang buta huruf sebesar 4.510 orang atau 1,90%. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2013 Tamat SMKTamat Tamat Sarjana 1% Diploma 7% 2% Tamat SMA 10%
Tidak Terjawab Tidak pernah Tidak/belum 0% sekolah tamat SD 1% 18%
Tamat SD 27%
Tamat SMP 34%
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk 245
yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten Tanah Datar sebesar 238.571 orang. Angkatan kerja sebesar 155.550 orang atau 62,50% yang bekerja sebanyak 149.038 orang atau 62,47% dan pengangguran terbuka sebanyak 6.512 orang atau 2.73%. Bukan angkatan kerja sebesar 83.021 orang dan terbesar adalah mengurus RT sebesar 44.409 orang atau 18,61% dan lainlain sebesar 19.355 orang atau 8,11%, dan terkecil adalah bersekolah sebesar 19.257 orang atau 8,07%. Penduduk miskin di Kabupaten Tanah Datar sebesar 20.678 dan lebih besar di desa daripada di kota masing-masing sebesar 221 dan 20.457. 3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kabupaten Tanah Datar dengan PAD sebesar Rp.53.202.578, PBB sebesar Rp.6.084.743.180, APBD sebesar Rp.809.818.358, PDRB sebesar Rp.2.766, dan pendapatan per kapita yang dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya sebesar Rp.16.720.811 sedangkan UMR sebesar Rp.1.350.000. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kabupaten Tanah Datar Tahun 2013 7,000,000,000
6,084,743,180
6,000,000,000 5,000,000,000
4,000,000,000 3,000,000,000 2,000,000,000 1,000,000,000
809,818,358 53,202,578
2.766 16,720,8111,350,000
0 PAD (juta)
PBB (ribu)
APBD (juta)
246
PDRB (ribu)
P/Kapita
UMR
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kabupaten Tanah Datar sebesar Rp.45.695.472.490. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SD sebesar Rp.26.575.837.525 atau 56,91% dan terkecil adalah PNF sebesar Rp.219.800 atau 0,0%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Tanah Datar prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SD dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun sedangkan biaya untuk lainnya sebesar Rp.3.798.360.010 atau 8,13%. *(SD (wajib belajar 9 tahun), SMP dan SM ( Peningkatan Mutu Pendidikan)).
Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan Jumlah % PAUD 508,000 0.00 PNF 219,800 0.00 SD 26,575,837,525 56.91 SMP 13,091,084,155 28.04 SM 3,229,463,000 6.92 Lainnya 3,798,360,010 8.13 Jumlah 46,695,472,490 100.00 Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Tanah Datar Tahun 2013
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 Lainnya PAUD 8% 0% SM 7%
PNF 0%
SD 57%
SMP 28%
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) 247
pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 6, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Tanah Datar yang terbesar adalah pada bangunan sebesar 2.535.628 orang atau 89,38% sedangkan mata pencaharian terkecil pada industri sebesar 290 orang atau 0,01%. Dengan demikian, sektor bangunan merupakan sektor primer di Kabupaten Tanah Datar. Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2013 Perdagangan Keuangan Jasa 1% 0%Angkutan 1% 1%
Pertanian Pertambangan 5%2% Industri 0%
Listrik 1%
Bangunan 89%
4. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kabupaten Tanah Datar yang terbesar beragama Islam sebesar 329.130 orang atau 99,99% dan beragama Budha yang terkecil sebesar 5 orang atau 0,002%. Berdasarkan kesehatan maka di Kabupaten Tanah Datar terdapat sejumlah 3. rumah sakit dan 23 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan 248
tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 309 2,043 2,078 154 92 39 0
SMP 100 820 843 60 35 50 69 0
SM 51 552 532 35 25 25 101 0
Dikdasmen 460 3,415 3,453 249 152 114 170 0
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kabupaten Tanah Datar terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 460 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 309 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 51 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. 249
Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 4,000 3,500
3,000 2,500 2,000
1,500 1,000 500 0 SD
SMP
SM
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6
Variabel Siswa Baru Siswa Lulusan Guru Mengulang Putus Sekolah
SD 12,582 43,577 6,237 3,330 3,833 77
SMP 6,486 18,274 5,503 2,412 154 96
SM 4,803 13,087 3,559 1,791 165 141
Dikdasmen 23,871 74,938 15,299 7,533 4,152 314
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 43.577, tersedia 309 sekolah dan 2.078 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 2.043. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 18.274 orang, tersedia 100 sekolah dan 843 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 820. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 13.087 orang, tersedia sebesar 51 sekolah dan 532 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 552. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 74.938 orang di 460 sekolah dan 3.453 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 3.415. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang SD dan SMP dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten Tanah Datar, untuk jenjang SD kelebihan 35 250
ruang, namun jenjang SMP kelebihan 23 ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 20 ruang sehingga untuk dikdasmen kelebihan 38 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SM tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SM sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SD dan SMP yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 74,938
80,000
70,000 60,000 50,000
43,577
40,000 23,871
30,000 20,000 10,000
18,274 12,582 6,237 3,330
6,486 5,503 2,412
13,087 4,803 3,559 1,791
15,299 7,533
0 SD
SMP Siswa Baru
SM Siswa
Lulusan
Dikdasmen Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kabupaten Tanah Datar masih kekurangan 155 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 40 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 16 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 211 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 217 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 65 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 26 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 308 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 270 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 50 ruang komputer dan jenjang SM kekurangan 26 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 346 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 31 laboratorium dan 251
jenjang SM kekurangan 154 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 185 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 309 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 100 ruang, dan jenjang SM kekurangan 51 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 460 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 6 dan Grafik 9 ternyata di Kabupaten Tanah Datar mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 3.883 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SMP sebesar 154 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 4.152 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SM sebesar 141 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SD sebesar 77 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 314 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SM hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 4,500 4,000
4,152 3,833
3,500 3,000 2,500
2,000 1,500
1,000 77
500
314
165 141
154 96
0
SD
SMP
SM
Mengulang
Putus Sekolah
Dikdasmen
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013
252
No. 1 2 1 2
Variabel Layak Tidak Layak Jumlah % Layak % Tidak Layak
SD 2,130 1,200 3,330 63.96 36.04
SMP 1,969 443 2,412 81.63 18.37
SM 1,642 149 1,791 91.68 8.32
Dikdasmen 5,741 1,792 7,533 76.21 23.79
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 7,533
8,000
7,000 5,741
6,000 5,000
4,000 3,000 2,000
3,330 2,130
1,969
2,412
1,642
1,200 443
1,000
1,791
1,792
149
0 SD
SMP Layak
Tidak Layak
SM
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kabupaten Tanah Datar terdapat di jenjang SD sebesar 2.130 orang atau 63,96% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SM sebesar 1.642 orang atau 91,68%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 1.200 orang atau 36,04% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 149 orang atau 8,32%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 5.741 orang atau 76,21% dan tidak layak sebesar 1.792 orang atau 23,79%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas 253
menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang kelas di Kabupaten Tanah Datar ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 1.452 atau 69,87% sedangkan ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 447 ruang atau 84,02%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SD sebesar 120 ruang atau 5,77% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SM sebesar 10 ruang atau 1,88%. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 1 2 3
Variabel Baik Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah % Baik % Rusak Ringan % Rusak Berat
SD 1,452 506 120 2,078 69.87 24.35 5.77
SMP 675 133 35 843 80.07 15.78 4.15
SM 447 75 10 532 84.02 14.10 1.88
Dikdasmen 2,574 714 165 3,453 74.54 20.68 4.78
Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 2.574 atau 74,54% dan rusak berat sebesar 165 atau 4,78%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SM banyak yang berada di daerah kota dan yang mudah dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kabupaten Tanah Datar, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 35 atau 100% sedangkan perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SD besar 154 ruang atau 100%.
254
Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 3,000
2,574
2,500 2,000 1,452 1,500
1,000 500
714
675
506
447 133 35
120
165
75 10
0 SD Baik
SMP
SM
Dikdasmen
Rusak Ringan
Rusak Berat
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 154 0 154 100.00 -
SMP 60 0 60 100.00 -
SM 35 0 35 100.00 -
Dikdasmen 249 0 249 100.00 -
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 249
249
250 200
154
154
150 100 60
60 35
50 0
0
35 0
0
0 SD
SMP
Baik
SM
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga 255
terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kabupaten Tanah Datar, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 92 atau 100% sedangkan ruang UKS yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 25 ruang atau 100% yang terbesar. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 92 0 92 100.00 -
SMP 35 0 35 100.00 -
SM 25 0 25 100.00 -
Dikdasmen 152 0 152 100.00 -
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 152
160
152
140 120
100
92
92
80 60
35
40 20
0
35 0
25
25
0
0
0 SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kabupaten Tanah Datar, ternyata semua jenjang pendidikan memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 25 atau 100% sedangkan ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 50 ruang atau 100%.
256
Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 39 0 39 100.00 -
SMP 50 0 50 100.00 -
SM 25 0 25 100.00 -
Dikdasmen 114 0 114 100.00 -
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 114
120
114
100 80 60
50 39
50
39
40 20
25 0
0
25 0
0
0
SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
Tahun 2012/2013 SMP 69 0 69 100.00 -
SM Dikdasmen 100 169 1 1 101 170 99.01 99.41 0.99 0.59
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kabupaten Tanah Datar, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 69 atau 100% sedangkan laboratorium yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 100 ruang atau 99,01%. Hal yang sama 257
untuk jumlah laboratorium yang rusak terbesar di jenjang SM sebesar 1 ruang atau 0,99%. Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 170
169
180 160 140 100 80
101
100
120 69
69
60 40 1
0
20
1
0 SMP
SM Baik
Rusak
Dikdasmen Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase 258
SD
SMP
141 21 0.98 49.84 29.77 12.62 0.00
183 22 0.97 60.00 35.00 50.00 69.00 0.00
SM Dikdasmen 257 24 1.04 68.63 49.02 49.02 39.61 0.00
163 22 0.99 54.13 33.04 24.78 47.89 0.00
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kabupaten Tanah Datar sangat bervariasi antara 141 di jenjang SD yang terjarang sampai 257 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 163. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 141 atau mencapai 58,67% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 183 atau mencapai 50,76% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 257 siswa atau mencapai 53,46% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SM dan paling buruk adalah jenjang SD. Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 300 250 200 150
100 50 0 Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK
SD 141
SMP 183
SM 257
Dikdasmen 163
21
22
24
22
0.98
0.97
1.04
0.99
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kabupaten Tanah Datar untuk jenjang SD sebesar 21, untuk jenjang SMP sebesar 22, dan untuk jenjang SM sebesar 24 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 22 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan 259
demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 76,18% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 69,64% atau belum maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 74,09% atau belum maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin kurang efisien dan kurang padat atau belum di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kabupaten Tanah Datar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,97 di jenjang SMP dan sampai 1,04 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 1,68% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 2,73% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 3,76% sudah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SM, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SM akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 0,99 ternyata masih terdapat 1,10% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 70.00 60.00 50.00
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
%Perpus
SD 49.84
SMP 60.00
SM 68.63
Dikdasmen 54.13
%RUKS
29.77
35.00
49.02
33.04
%Rkom
12.62
50.00
49.02
24.78
%Lab
0.00
69.00
39.61
47.89
%ROR
0.00
0.00
0.00
0.00
%Perpus di Kabupaten Tanah Datar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 49,84% di jenjang SD sampai 68,63 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 50,16% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 40% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 31,37% sekolah belum memiliki perpustakaan sehinggat dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 45,87%. %RUKS di Kabupaten Tanah Datar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 29,77% di jenjang SD sampai 49,02% di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 70,23% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada 260
jenjang SMP terdapat 65% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 50,98% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 66,96%. %RKom di Kabupaten Tanah Datar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 12,62% di jenjang SD sampai 50% di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 87,38% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 50% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 50,98% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 75,22%. %Lab di Kabupaten Tanah Datar pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 69% sedangkan %Lab SM sebesar 39,61% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 52,11%. %ROR di Kabupaten Tanah Datar seluruh sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang olahraga sebesar 100%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kabupaten Tanah Datar yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SD sebesar 40 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SMP dan SM sebesar 39. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SMP dan SM yang paling buruk sedangkan jenjang SD yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 339 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 137 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar Rp.300.219.671 dan terbesar adalah jenjang SMP sebesar Rp.1.029.173.283. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp.647.131.671. Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
SD
SMP
SM
Dikdasmen
TPS DT SB
siswa siswa rupiah
40 137 620,785,740
39 223 1,029,173,283
39 339 300,219,671
39 254 647,131,182
261
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
% SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
42.57 63.96 13 99.22 8.72 0.18 71.07 49.84 29.77 12.62 -
81.63 8 95.57 0.85 0.53 82.32 60.00 35.00 50.00 69.00
91.68 7 96.58 1.31 1.12 80.98 68.63 49.02 49.02 19.80
76.21 10 97.27 5.56 0.42 75.37 54.13 33.04 24.78 47.61
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 42,71 sangat kecil karena tidak ada separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 91,68% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 63,96%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten Tanah Datar . Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 91,68% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kabupaten Tanah Datar harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 76,21% belum cukup tinggi karena belum mencapai seluruh dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 23,79% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 7 di jenjang SM sampai 262
13 di jenjang SD dan rata-rata dikdasmen sebesar 10. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 13 atau 72,22% belum mencapai standar atau kelebihan guru. Untuk SMP sebesar 8 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 66,67% atau kelebihan guru, dan SM belum didayagunakan secara maksimal karena mencapai 70% atau kelebihan guru. AL di Kabupaten Tanah Datar yang terbesar terjadi di jenjang SD sebesar 99,22% dan terkecil pada jenjang SMP sebesar 99,57% sedangkan jenjang SM sebesar 96,58%. Kecilnya AL di jenjang SM perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SMP yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,85% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SD sebesar 8,72%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,18% sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 1,12%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 97,27%, AU Dikdasmen sebesar 5,56% dan APS Dikdasmen sebesar 0,42%. Grafik 18 Persentase Kualaitas SDM
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 -
%Glayak 64.0
R-S/G 77.0
AL 99.2
AU 8.7
APS 0.2
SMP
81.6
50.5
95.6
0.8
0.5
SM
91.7
60.9
96.6
1.3
1.1
Dikdasmen
76.2
62.8
97.3
5.6
0.4
SD
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SMP sebesar 82,32% dan terkecil di jenjang SD sebesar 71,07%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SM dan jenjang SMP cukup baik karena mencapai lebih dari 50%. %Rkb dikdasmen mencapai 75,37% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten 263
Tanah Datar terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti. Grafik 19 Persentase Kualaitas Prasarana Pendidikan
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 SD
%RKb 71.1
%Perpusb 49.8
%RUKSb 29.8
%Rkomb 12.6
%Labb -
SMP
82.3
60.0
35.0
50.0
69.0
SM
81.0
68.6
49.0
49.0
19.8
Dikdasmen
75.4
54.1
33.0
24.8
47.6
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SM sebesar 68,63% kurang dari 100% yang berarti terdapat 31,37% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SD sebesar 49,48%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SMP sebesar 50% lebih baik daripada jenjang SD sebesar 12,62%. Sebaliknya, %Lab jenjang SMP sebesar 69% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 31% sekolah memiliki laboratorium lebih dari 1 padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 19,80%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Tanah Datar terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 54,13%, %Rkomb sebesar 24,78%, dan %Labb sebesar 47,61%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt.
264
Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
4.34 0.96 1.47
-5.59 1.07 15.60
-15.75 1.23 14.03
-2.11 1.02 7.11
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SD sebesar 4,34% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SM sebesar 15,75% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 2,11% dan perempuan lebih baik dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SD sebesar 0,96 yang berarti cukup seimbang sedangkan jenjang SM makin jauh dari seimbang sebesar 1,23 yang berarti laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 1,02 yang berarti belum seimbang dan laki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SMP untuk memperoleh siswa sebesar 15,60% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 1,47%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 7,11%. Grafik 20 PG dan IPG APK
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 10.00 5.00
4.34 1.23
1.07
0.96
1.02
SD
SMP
SM
(5.00)
Dikdasmen (2.11)
(5.59) (10.00) (15.00)
(15.75) (20.00) PG
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani 265
melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 91,47%, jenjang SMP sebesar 63,20% dan jenjang SM sebesar 58,18% sehingga dikdasmen sebesar 76,78%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SD sebesar 102,61% sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar 75,67% sehingga dikdasmen sebesar 91,36% telah mendekati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
Dikdasmen
91.47 102.61 46.69 97.21 6.50
63.20 82.09 103.99 99.32 3.03
58.18 75.67 87.28 97.82 3.04
76.78 91.36 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 46,69%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 103,99% sangat baik karena telah lebih dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 87,28% sangat rendah jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kabupaten Tanah Datar agak berbeda karena AM ke SD dan SM kurang dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kabupaten Tanah Datar atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SMP di Kabupaten Tanah Datar termasuk sekolah favorit dengan melihat 266
banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SMP di Kabupaten Tanah Datar. Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 120.00 100.00 80.00 60.00
40.00 20.00 0.00 SD
SMP APK
SM
AMM/AM
AB5/AB
Dikdasmen RLB
RLB jenjang SMP sebesar 3,03 tahun belum ideal karena belum standar dan jenjang SD paling buruk sebesar 6,50 tahun. RLB jenjang SD melebihi standar atau 6,50 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan.
267
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD
SMP
141 21 0.98 49.84 29.77 12.62 40 137 620,785,740 42.57 63.96 13 99.22 8.72 0.18 71.07 49.84 29.77 12.62 4.34 0.96 1.47 102.61 46.69 97.21 6.50
SM
Dikdasmen
183 257 163 22 24 22 0.97 1.04 0.99 60.00 68.63 54.13 35.00 49.02 33.04 50.00 49.02 24.78 69.00 39.61 47.89 39 39 39 223 339 254 1,029,173,283 300,219,671 647,131,182 81.63 91.68 76.21 8 7 10 95.57 96.58 97.27 0.85 1.31 5.56 0.53 1.12 0.42 82.32 80.98 75.37 60.00 68.63 54.13 35.00 49.02 33.04 50.00 49.02 24.78 69.00 19.80 47.61 (5.59) (15.75) (2.11) 1.07 1.23 1.02 15.60 14.03 7.11 82.09 75.67 91.36 103.99 87.28 99.32 97.82 3.03 3.04 -
Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai rata268
rata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB. Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 58.76 76.18 98.32 49.84 29.77 12.62 98.87 82.79 0.11 42.57 63.96 76.98 99.22 91.28 99.82 71.07 49.84 29.77 12.62 95.66 95.86 15.99 89.23 84.89 100.00 92.35
269
SMP 50.76 69.64 97.27 60.00 35.00 50.00 69.00 97.75 61.16 0.09 81.63 50.51 95.57 99.15 99.47 82.32 60.00 35.00 50.00 69.00 94.41 93.42 65.28 82.09 100.00 99.32 98.98
SM Dikdasmen 53.46 74.09 96.38 68.63 49.02 49.02 39.61 98.27 58.87 0.40 91.68 60.89 96.58 98.69 98.88 80.98 68.63 49.02 49.02 19.80 84.25 81.10 29.60 75.67 87.28 97.82 98.56
54.33 73.30 97.32 54.13 33.04 24.78 54.30 98.30 67.61 0.20 76.21 62.79 97.27 94.44 99.58 75.37 54.13 33.04 24.78 47.61 97.89 97.71 36.95 91.36 90.72 99.05 96.63
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 58,76, jenjang SMP menjadi 50,76, dan jenjang SM menjadi 53,46 sehingga dikdasmen menjadi 54,33. R-S/K jenjang SD menjadi 76,18, jenjang SMP menjadi 69,64, dan jenjang SM menjadi 74,09. R-K/RK jenjang SD menjadi 98,32, jenjang SMP menjadi 97,27, dan jenjang SM menjadi 96,38. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SM sebesar 68,63 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 49,84, %RUKS terbaik pada jenjang SM sebesar 49,02 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 29,22, %RKom terbaik pada jenjang SMP sebesar 50 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 12,62, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 69 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 39,61. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SD sebesar 98,87 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SMP sebesar 97,75 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,30. DT yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 98,87 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 58,87 sedangkan dikdasmen sebesar 67,61. SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 0,40 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 0,11 karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 0,20 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SD sebesar 76,98 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 50,51. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 42,57, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 91,68 dan terburuk jenjang SD sebesar 63,96 sedangkan dikdasmen sebesar 76,21. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,22 dan terburuk jenjang SMP sebesar 95,57 sedangkan dikdasmen sebesar 97,27. AU terbaik adalah jenjang SMP sebesar 99,15 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 91,28 sedangkan dikdasmen sebesar 94,44. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,82 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 98,88 sedangkan dikdasmen sebesar 99,58 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SMP sebesar 82,32 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 71,07 sedangkan dikdasmen sebesar 75,37. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SM sebesar 68,63 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 49,84 sedangkan dikdasmen sebesar 54,13%. Untuk %RUKSb jenjang SM sebesar 49,02 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 29,77 sedangkan dikdasmen sebesar 33,04. Untuk %Rkomb jenjang SMP sebesar 50 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 12,65 sedangkan dikdasmen sebesar 24,78. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 69 daripada jenjang SM sebesar 19,80 270
sedangkan dikdasmen sebesar 47,61. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 95,66 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 84,25 sedangkan dikdasmen sebesar 97,89. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 95,86 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 81,10 dengan dikdasmen sebesar 97,71%. S-Swt terbaik adalah jenjang SMP sebesar 65,28 belum optimal dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 15,99 sedangkan dikdasmen sebesar 36,95.. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SD sebesar 89,23 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 75,67 sedangkan dikdasmen sebesar 91,36. AMM SD sebesar 84,89 berarti belum maksimal sedangkan AM SMP sebesar 100, AM SM sebesar 87,28 sedangkan dikdasmen sebesar 90,72. RLB terbaik adalah jenjang SMP sebesar 98,89 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar SD sedangkan dikdasmen sebesar 92,35. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SMP yang terbaik sebesar 61,67 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 58,76 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 60,63. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SD yang terbaik sebesar 60,59 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 52,51 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 55,37. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SMP yang terbaik sebesar 72,27 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 63,71 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 69,13. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SMP yang terbaik sebesar 84,37 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 64,98 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 72,84. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 95,10 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 89,83 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 92,18. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikanSM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013
271
Misi
SD
Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SMP
58.76 60.59 63.71 69.17 91.62 68.77 KURANG
SM
61.67 53.00 72.27 84.37 95.10 73.28 KURANG
Dikdasmen
61.46 52.51 71.42 64.98 89.83 68.04 KURANG
60.63 55.37 69.13 72.84 92.18 70.03 KURANG
Jenis KURANG KURANG KURANG KURANG UTAMA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 73,28 termasuk kategori kurang dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 68,04 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 70,03 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K2 yang terburuk sebesar 55,37 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 92,18 termasuk kategori utama sehingga kinerja dikdasmen sebesar 70,03 termasuk kategori kurang.
272
Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 Misi K1 100.0 80.0 60.0
40.0
Misi K5
Misi K2
20.0 0.0
Misi K4
Misi K3
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Tanah Datar Tahun 2012/2013 SD
68.8
68.0 SM
SMP
73.3
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 73,28 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 68,04 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 70,03 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a. Simpulan
273
Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K5 jenjang SMP yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 92,18 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori utama. Sebaliknya, misi K2 jenjang SM yang terburuk sebesar 52,51 termasuk kinerja kategori kurang dibandingkan misi K lainnya dengan jenjang SM yang terburuk sebesar 68,04 termasuk kinerja kategori kurang dan jenjang SMP sebesar 73,28 termasuk kinerja kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SMP sebesar 73,28 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 68,04 namun kesemuanya termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kabupaten Tanah Datar termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kabupaten Tanah Datar termasuk kategori kurang, untuk itu misi K1 , K2, K3 dan K4 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 60,63, 55,37, 69,13 dan 72,84. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan pada indikator % ruang UKS, R. Komputer dan ruang laboratorium melalui cara penambhan ruangan tersebut diatas untuk menunjang proses belajar mengajar. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator SB melalui cara menurunkan biaya pendidikan pada jenjang SM agak tidak terlalu mahal. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator %Ruks baik, %Rkom baik melalui cara memperbaiki ruangan tersebut agar bisa digunakan kembali. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator %S-Swt melalui cara meningkatkan pelayanan pada jenjang SM agar lebih banyka siswa yang mendaftar disekolah negeri. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator %RLB melalui cara meningkatkan prestasi belajar siswa agar dapat lulus tepat waktu.
274
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN PELALAWAN
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 275
1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di tingkat SD.
276
Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi
No. Jenis Indikator
Satuan
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD
SMP
SM Dikdasmen Penjelasan
240 360 480 28 32 32 1 1 1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 45 88 67 166 364 576 670.000 960.000 1.200.000 100 100 100 100 17 15 12 100 100 100 0 0 0 0 0 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 0 1 1 1 9,2 23,9 47,4 115 100 100 55 100 100 94 100 100 6 3 3
- SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal - Angka nasional 2011/2012 - Angka nasional 2011/2012 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan - Ideal 100 Ideal - Angka nasional 2011/2012 100 Ideal 0 Ideal 0 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 0 Ideal 1 Ideal - Angka nasional 2011/2012 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. Jenis Kinerja 1 2 3 4 5
Paripurna Utama Madya Pratama Kurang
Nilai 95.00 ke atas 90.00-94.99 85.00-89.99 80.00-84.99 kurang dari 80.00
277
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kabupaten Pelalawan maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kabupaten Pealawan. Peta 1
Kabupaten Pelalawan
Sumber: http://sistan.pelalawankab.go.id
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kabupaten Pelalawan terdapat sejumlah 12 kecamatan dan 106 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 13.924 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kabupaten Pelalawan sebesar 420.913 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 30 orang per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 183.068 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 13,15 orang per km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar144.632 anak dengan rincian laki-laki sebesar 64.978 anak lebih kecil daripada perempuan sebesar 79.654 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 10,39 km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 47.313 orang dengan rincian laki-laki sebesar 18.981 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 28.332 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 3,40 orang per km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 45.900 orang dengan rincian laki-laki sebesar 18.389 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 27.531 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 3,30 orang per km2. 278
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kabupaten Pelalawan Tahun 2013 No. 1 2 3
Variabel Jumlah % Kepadatan Penduduk 420.913 100,00 30,23 Penduduk 6-7 tahun 183.068 43,49 13,15 Penduduk 7-12 tahun 144.632 34,36 10,39 a. Laki-laki 64.978 44,93 b. Perempuan 79.654 55,07 4 Penduduk 13-15 tahun 47.313 11,24 3,40 a. Laki-laki 18.981 40,12 b. Perempuan 28.332 59,88 5 Penduduk 16-18 tahun 45.900 10,90 3,30 a. Laki-laki 18.369 40,02 b. Perempuan 27.531 59,98 6 Luas Wilayah (Km2) 13.924 Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Pelalawan 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Pelalawan Tahun 2013 35,00 30,23 30,00 25,00 20,00 13,15
15,00
10,39
10,00 5,00
3,40
3,30
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Pelalawan Tahun 2013 P16-18 th Pusia lainnya 0% 11% P13-15 th 11% P6-7 th 44%
P7-12 th 34%
279
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kabupaten Pelalawan. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 43,49%, usia 7-12 tahun sebesar 34,36%, usia 13-15 tahun sebesar 11,24%, dan 1618 tahun sebesar 10,90%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 56,51% atau 237.845 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Pelalawan tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SD sebesar 144.710 orang atau 34,38% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tamat Diploma sebesar 12.080 orang atau 2,87%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 416.652 orang atau 98,99% sedangkan yang buta huruf sebesar 4.261 orang atau 1,01%. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kabupaten Pelalawan Tahun 2013 Tamat Sarjana Tidak pernah sekolah Tidak/belum Tamat Diploma5% 6% tamat SD 3% 8% Tamat SMK Tidak Terjawab 8% 0%
Tamat SMA 18% Tamat SD 34% Tamat SMP 18%
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja 280
dan bukan angkatan kerja Kabupaten Pelalawan sebesar 343.888 orang. Angkatan kerja sebesar 261.534 orang atau 76,05% yang bekerja sebanyak 254.402 orang atau 73,98% dan pengangguran terbuka sebanyak 7.132 orang atau 2,07%. Bukan angkatan kerja sebesar 82.354 orang dan terbesar adalah mengurus RT sebesar 48.697 orang atau 14,16% dan bersekolah sebesar 19.249 orang atau 5,60%, dan terkecil adalah lain-lain sebesar 14.408 orang atau 4,19%. Penduduk miskin di Kabupaten Pelalawan sebesar 20.761 dan lebih besar di Desa daripada di kota masing-masing sebesar 18.761 dan 2.000. Keadaan alam Kabupaten Pelalawan dilihat dari curah hujan sebesar 21.145 mm dan hari hujan per tahun adalah 89 hari. 3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kabupaten Pelalawan dengan PAD sebesar Rp 107.836.348, PBB sebesar Rp 2.100.000, APBD sebesar Rp 15.877.209, PDRB sebesar Rp 505.421, dan pendapatan per kapita yang dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya sebesar Rp 37.720.881 sedangkan UMR sebesar Rp 910.000. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kabupaten Pelalawan Tahun 2013 120.000.000 107.836.348 100.000.000 80.000.000 60.000.000 37.720.881 40.000.000
15.877.209
20.000.000
2.100.000
910.000
505.421
0 PAD (juta)
PBB (ribu)
APBD (juta)
281
PDRB (ribu)
P/Kapita
UMR
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kabupaten Pelalawan sebesar Rp 231.766.753. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SD sebesar Rp 107.630.624 atau 46,44% dan terkecil adalah PAUD dan PNF sebesar Rp 250.000 atau 0,11%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Pelalawan prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SD dalam rangka wajib belajar 9 tahun sedangkan biaya untuk lainnya sebesar Rp 41.022.593 atau 17,70%. *(SD (wajib belajar 9 tahun), SMP dan SM ( Peningkatan Mutu Pendidikan)).
Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kabupaten Pelalawan Tahun 2013 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan PAUD PNF SD SMP SM Lainnya Jumlah
Jumlah 250.000 250.000 107.630.624 34.006.416 48.607.120 41.022.593 231.766.753
% 0,11 0,11 46,44 14,67 20,97 17,70 100,00
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Pelalawan Tahun 2013
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 PAUD PNF 0% 0% Lainnya 18% SD 46% SM 21%
SMP 15%
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 282
6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 6, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Pelalawan yang terbesar adalah pada pertanian sebesar 111.832 orang atau 43,96% sedangkan mata pencaharian terkecil pada pertambangan sebesar 158 orang atau 0,06%. Dengan demikian, sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan merupakan sektor primer di Kabupaten Pelalawan. Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor
Kabupaten Pelalawan Tahun 2013 Keuangan 2% Angkutan 3%
Jasa 11%
Pertanian 44%
Perdagangan 17%
Bangunan 9% Listrik 0%
Industri 14% Pertambangan 0%
4. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kabupaten Pelalawan yang terbesar beragama Islam sebesar 398.340 orang atau 94,64% dan beragama Hindu yang terkecil sebesar 1.123 orang atau 0,27%. Berdasarkan kesehatan maka di Kabupaten Pelalawan terdapat sejumlah 4 rumah sakit dan 20 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan 283
tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 341 2.100 1.912 106 102 1 3
SMP 50 523 559 34 27 28 42 12
SM 45 335 356 34 23 27 29 13
Dikdasmen 436 2.958 2.827 174 152 56 71 28
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kabupaten Pelalawan terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 436 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 341 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 45 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. 284
Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 3.500
3.000 2.500 2.000 1.500 1.000
500 0 SD
SMP
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
SM
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 6.303 6.700 4.083 17.086 2 Siswa 39.906 18.582 13.242 71.730 3 Lulusan 5.857 6.092 3.908 15.857 4 Guru 3.585 1.492 1.592 6.669 5 Mengulang 986 76 10 1.072 6 Putus Sekolah 14 131 53 198 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013
Pada Tabel 5 dan Tabel 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 39.906, tersedia 341 sekolah dan 1.912 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 2.100. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 18.582 orang, tersedia 50 sekolah dan 559 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 523. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 13.242 orang, tersedia sebesar 45 sekolah dan 356 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 335. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 71.730 orang di 436 sekolah dan 356 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 2.958. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SD yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang SMP dan SM dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten Pelalawan, untuk jenjang SD 285
kekurangan 188 ruang, namun jenjang SMP kelebihan 36 ruang kelas, dan jenjang SM kelebihan 21 ruang sehingga untuk dikdasmen kekurangan 131 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SD tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SMP sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SMP dan SM yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 80.000
71.730
70.000 60.000 50.000
39.906
40.000 30.000 20.000 10.000
18.582 6.700 6.303 5.857 3.585
13.242 6.092 4.083 3.908 1.492 1.592
17.086 15.857 6.669
0 SD
SMP
Siswa Baru
SM
Siswa
Lulusan
Dikdasmen
Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kabupaten Pelalawan masih kekurangan 235 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 16 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 11 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 262 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 239 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 23 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 22 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 284 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 340 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 22 ruang komputer dan jenjang SM kekurangan 18 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 380 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 8 laboratorium dan 286
jenjang SM kekurangan 196 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 204 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 338 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 38 ruang, dan jenjang SM kekurangan 32 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 408 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 3.2 dan Grafik 3.3 ternyata di Kabupaten Pelalawan mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 986 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SM sebesar 10 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 1.072 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SMP sebesar 131 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SD sebesar 14 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 198 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SMP hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 1.200
1.072
986 1.000 800 600 400 200
14
76
198
131 10
53
0 SD
SMP
SM
Mengulang
Putus Sekolah
Dikdasmen
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013
287
No. Variabel 1 Layak 2 Tidak Layak Jumlah 1 % Layak 2 % Tidak Layak
SD 1.967 1.618 3.585 54,87 45,13
SMP 1.236 256 1.492 82,84 17,16
SM 1.457 135 1.592 91,52 8,48
Dikdasmen 4.660 2.009 6.669 69,88 30,12
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 8.000 6.669
7.000 6.000 4.660
5.000 3.585
4.000 3.000 2.000
1.967 1.618
1.236
1.000
1.492
1.457
256
1.592
2.009
135
0 SD
SMP Layak
Tidak Layak
SM
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kabupaten Pelalawan terdapat di jenjang SD sebesar 1.967 orang atau 54,87% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SMP sebesar 1.236 orang atau 82,84%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 1.618 orang atau 45,13% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 135 orang atau 8,48%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 4.660 orang atau 69,88% dan tidak layak sebesar 2.009 orang atau 31,12%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang 288
kelas di Kabupaten Pelalawan ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 305 atau 85,67% sedangkan ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 1.293 ruang atau 67,10%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SD sebesar 244 ruang atau 12,76% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SM sebesar 18 ruang atau 5,06%. Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 2.027 atau 71,70% dan rusak berat sebesar 311 atau 11%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SM banyak yang berada di daerah kota dan yang sulit dijangkau. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Baik 1.283 439 305 2.027 Rusak Ringan 385 71 33 489 Rusak Berat 244 49 18 311 Jumlah 1.912 559 356 2.827 1 % Baik 67,10 78,53 85,67 71,70 2 % Rusak Ringan 20,14 12,70 9,27 17,30 3 % Rusak Berat 12,76 8,77 5,06 11,00 Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013
Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kabupaten Pelalawan, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 31 atau 91,18% sedangkan perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SD besar 101 ruang atau 95,28%. Hal yang sama untuk jumlah perpustakaan yang rusak terbesar di jenjang SD sebesar 5 ruang atau 4,72% sedangkan perpustakaan yang rusak terkecil di jenjang SMP sebesar 1 ruang atau 2,94%.
289
Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 2.500 2.027
2.000 1.283
1.500 1.000
385
500
489
439 244
311
305 71 49
33 18
0 SD Baik
SMP
SM
Rusak Ringan
Rusak Berat
Dikdasmen
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 101 5 106 95,28 4,72
SMP 33 1 34 97,06 2,94
SM 31 3 34 91,18 8,82
Dikdasmen 165 9 174 94,83 5,17
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 174
165
180 160 140
120
106
101
100 80 60 20
34
33
40
34
31
5
1
3
SD
SMP
SM
9
0
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga 290
terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kabupaten Pelalawan, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 91 atau 89,22% sedangkan ruang UKS yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 21 ruang atau 91,30%. Hal yang sama untuk jumlah ruang UKS yang rusak terbesar di jenjang SD sebesar 11 ruang atau 10,78% sedangkan ruang UKS yang rusak terkecil di jenjang SMP dan SM sebesar 2 ruang atau 7,41 dan 8,70%. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 91 11 102 89,22 10,78
SMP 25 2 27 92,59 7,41
SM 21 2 23 91,30 8,70
Dikdasmen 137 15 152 90,13 9,87
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 152
160
137
140
120 100
102
91
80 60
20
27
25
40 11
23
21
2
2
SMP
SM
15
0 SD
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kabupaten Pelalawan, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer yang baik terkecil di jenjang SD sebesar 1 atau 100% sedangkan ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 27 ruang atau 291
96,43%. Hal yang sama untuk jumlah ruang komputer yang rusak terbesar di jenjang SM sebesar 6 ruang atau 22,22% sedangkan ruang komputer yang rusak terkecil di jenjang SMP yang rusak sebesar 1 ruang atau 3,57%. Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 1 0 1 100 -
SMP 27 1 28 96,43 3,57
SM 21 6 27 77,78 22,22
Dikdasmen 49 7 56 87,50 12,50
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 56
60
49 50 40
28
27
30
27 21
20 10
6 1
0
1
7
1
0 SD
SMP
Baik
SM
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SMP 31 11 42 73,81 26,19
SM Dikdasmen 24 55 5 16 29 71 82,76 77,46 17,24 22,54
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di 292
Kabupaten Pelalawan, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 24 atau 82,76% sedangkan laboratorium yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 31 ruang atau 73,81%. Hal yang sama untuk jumlah laboratorium yang rusak terbesar di jenjang SMP sebesar 11 ruang atau 26,19% sedangkan laboratorium yang rusak terkecil di jenjang SM sebesar 5 ruang atau 17,24%. Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 71
80 70
55
60 42
50
40
31
29
24
30
16
11
20
5
10 0
SMP
SM Baik
Rusak
Dikdasmen Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kabupaten Pelalawan sangat bervariasi antara 117 di jenjang SD yang terjarang sampai 372 di jenjang SMP yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 165. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 117 atau mencapai 48,76% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap 293
ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 372 atau mencapai 100% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 294 siswa atau mencapai 61,31% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SMP dan paling buruk adalah jenjang SD. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
SD
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SMP
117 19 1,10 31,09 29,91 0,29 0,88
SM
372 36 0,94 68,00 54,00 56,00 84,00 24,00
294 40 0,94 75,56 51,11 60,00 12,89 28,89
Dikdasmen 165 24 1,05 39,91 34,86 12,84 25,82 6,42
Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK
SD 117
SMP 372
SM 294
Dikdasmen 165
19
36
40
24
1,10
0,94
0,94
1,05
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kabupaten Pelalawan untuk jenjang SD sebesar 19, untuk jenjang SMP 294
sebesar 36, dan untuk jenjang SM sebesar 40 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 24 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 67,87% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 111,03% atau sudah maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 123,53% atau sudah maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin lebih efisien dan lebih padat atau sudah di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kabupaten Pelalawan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,94 di jenjang SM dan sampai 1,10 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat -9,83% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 6,44% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 5,90% belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SM dan SMP, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SM dan SMP akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 1,05 ternyata masih terdapat -4,63% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
%Perpus
SD 31,09
SMP 68,00
SM 75,56
Dikdasmen 39,91
%RUKS
29,91
54,00
51,11
34,86
%Rkom
0,29
56,00
60,00
12,84
%Lab
0,00
84,00
12,89
25,82
%ROR
0,88
24,00
28,89
6,42
%Perpus di Kabupaten Pelalawan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 31,1% di jenjang SD sampai 75,6% di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 31,1% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 68% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 75,6% sekolah belum memiliki perpustakaan sehinggat dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 39,9%. 295
%RUKS di Kabupaten Pelalawan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 29,9% di jenjang SD sampai 54% di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 29,9% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 54% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 51,1% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 34,9%. %RKom di Kabupaten Pelalawan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,3% di jenjang SD sampai 60% di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 0,3% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 56% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 60% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 12,8%. %Lab di Kabupaten Pelalawan pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 84% sedangkan %Lab SM sebesar 12,9% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 25,8%. %ROR di Kabupaten Pelalawan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,9% di jenjang SD sampai 28,9 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 0,9% sekolah belum memiliki ruang olahraga. Pada jenjang SMP terdapat 24% sekolah belum memiliki ruang olahraga dan jenjang SM terdapat 28,9% sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang olahraga sebesar 6,4%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kabupaten Pelalawan yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SD sebesar 523 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SMP sebesar 65. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SMP yang paling buruk sedangkan jenjang SD yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 1.020 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 424 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar Rp 1.901.925 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar Rp 3.775.604. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp 2.722.830.
296
Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator TPS DT SB
Satuan siswa siswa rupiah
SD 523 424 2.751.575
SMP 65 946 1.901.925
SM 66 1.020 3.775.604
Dikdasmen 218 811 2.722.830
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Indikator % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
Satuan persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD 79,72 54,87 11 90,23 2,45 0,03 61,10 29,62 26,69 0,29 -
SMP 82,84 12 99,22 0,40 0,70 83,94 66,00 50,00 54,00 62,00
SM 91,52 8 99,31 0,08 0,42 91,04 68,89 46,67 46,67 16,55
Dikdasmen 69,88 11 95,72 1,50 0,28 68,53 37,84 31,42 11,24 20,00
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 79,72 cukup besar karena lebih dari separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 91,52% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 54,87%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten Pelalawan. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus 297
dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 91,52% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kabupaten Pelalawan harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 69,88% belum cukup tinggi karena mencapai setengah lebih dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 30,12% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 8 di jenjang SM sampai 12 di jenjang SMP dan rata-rata dikdasmen sebesar 11. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 17, SMP sebesar 15, dan SM sebesar 12 maka untuk SD sebesar 11 atau 65,48% belum mencapai standar atau kekurangan guru. Untuk SMP sebesar 12 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 83,03% atau kekurangan guru, dan SM belum didayagunakan secara maksimal karena mencapai 69,32% atau kekurangan guru. AL di Kabupaten Pelalawan yang terbesar terjadi di jenjang SM sebesar 99,31% dan terkecil pada jenjang SD sebesar 90,23% sedangkan jenjang SMP sebesar 99,22%. Kecilnya AL di jenjang SD perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SM yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,08% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SD sebesar 2,45%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,03% sedangkan jenjang SMP yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,70%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 95,72%, AU Dikdasmen sebesar 1,50% dan APS Dikdasmen sebesar 0,28%. Grafik 18 Persentase Kualaitas SDM
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 -
%Glayak 54,87
R-S/G 65,48
AL 90,23
AU 2,45
APS 0,03
SMP
82,84
83,03
99,22
0,40
0,70
SM
91,52
69,32
99,31
0,08
0,42
Dikdasmen
69,88
72,61
95,72
1,50
0,28
SD
298
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SM sebesar 91,04% dan terkecil di jenjang SD sebesar 61,10%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SMP dan jenjang SM cukup baik karena mencapai lebih dari 91,04%. %Rkb dikdasmen mencapai 68,53% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Pelalawan terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti. Grafik 19 Persentase Kualitas Prasarana Pendidikan
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 -
%RKb
SD
61,10
%Perpus b 29,62
%RUKSb
%Rkomb
%Labb
26,69
0,29
-
SMP
83,94
66,00
50,00
54,00
62,00
SM
91,04
68,89
46,67
46,67
16,55
Dikdasmen
68,53
37,84
31,42
11,24
20,00
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SM sebesar 68,89% kurang dari 100% yang berarti terdapat 31,11% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SD sebesar 29,62%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %UKSb di jenjang SMP sebesar 50% lebih baik dari jenjang SD sebesar 26,69%. %Rkomb di jenjang SMP sebesar 54% lebih baik daripada jenjang SD sebesar 0,29%. Sebaliknya, %Labb jenjang SMP sebesar 62% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 38% sekolah memiliki laboratorium lebih dari 1 padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 83,45%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Pelalawan terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 37,84%, %UKSb sebesar 31,24%, %Rkomb
299
sebesar 11,24%, dan %Labb sebesar 20%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator PG APK IPG APK % S-Swt
Satuan
SD
persentase indeks persentase
SMP
0,13 1,00 17,20
21,09 0,59 6,13
SM 12,10 0,66 34,04
Dikdasmen 6,17 0,82 17,44
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SD sebesar 0,13% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SMP sebesar 21,09% karena makin jauh dari angka 0 dan laki-laki lebih baik daripada perempuan. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 6,17% dan laki-laki lebih baik dari perempuan. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SD sebesar 1 yang berarti sudah seimbang sedangkan jenjang SMP makin jauh dari seimbang sebesar 0,59 yang berarti laki-laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 0,82 yang berarti belum seimbang dan lakilaki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar 34,04% yang terbesar sedangkan jenjang SMP yang terkecil sebesar 6,13%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 17,44%. Grafik 20 PG dan IPG APK
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013
300
25,00 21,09 20,00
15,00
12,10
10,00
6,17 5,00 0,13
1,00
0,66
0,59
0,82
SD
SMP PG
SM
Dikdasmen
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 82,99%, jenjang SMP sebesar 78,53% dan jenjang SM sebesar 58,69% sehingga dikdasmen sebesar 76,80%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SMP sebesar 39,27% sedangkan yang terendah pada jenjang SD sebesar 27,59% sehingga dikdasmen sebesar 30,16% belum mendekati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
82,99 27,59 3,16 99,76 6,15
78,53 39,27 114,39 98,75 3,01
58,69 28,85 67,02 99,31 3,00
301
Dikdasmen 76,88 30,16 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 3,16%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua belum memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 114,39% sangat baik karena telah lebih dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 67,02% sangat rendah jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kabupaten Pelalawan agak berbeda karena AM ke SD kurang dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kabupaten Pelalawan atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SMP di Kabupaten Pelalawan termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SMP di Kabupaten Pelalawan Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 120,00 100,00
80,00 60,00 40,00
20,00 0,00
SD
SMP APK
SM
AMM/AM
AB5/AB
Dikdasmen RLB
RLB jenjang SD, SMP dan SM sebesar 6,15, 3,01 dan 3,00 tahun sudah ideal karena sesuai standar. RLB jenjang SD melebihi standar atau kelebihan tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. RLB jenjang SM sebesar 3 tahun sudah ideal karena sesuai standar. 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 302
digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB.
303
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD
SMP
117 372 19 36 1,10 0,94 31,09 68,00 29,91 54,00 0,29 56,00 84,00 0,88 24,00 523 65 424 946 2.751.575 1.901.925 79,72 54,87 82,84 11 12 90,23 99,22 2,45 0,40 0,03 0,70 61,10 83,94 29,62 66,00 26,69 50,00 0,29 54,00 62,00 0,13 21,09 1,00 0,59 17,20 6,13 27,59 39,27 3,16 114,39 99,76 98,75 6,15 3,01
304
SM 294 40 0,94 75,56 51,11 60,00 12,89 28,89 66 1.020 3.775.604 91,52 8 99,31 0,08 0,42 91,04 68,89 46,67 46,67 16,55 12,10 0,66 34,04 28,85 67,02 99,31 3,00
Dikdasmen 165 24 1,05 39,91 34,86 12,84 25,82 6,42 218 811 2.722.830 69,88 11 95,72 1,50 0,28 68,53 37,84 31,42 11,24 20,00 6,17 0,82 17,44 30,16 -
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD
SMP
48,76 67,87 91,05 31,09 29,91 0,29 0,88 8,60 39,14 24,35 79,72 54,87 65,48 90,23 97,55 99,97 61,10 29,62 26,69 0,29 99,87 99,52 100,00 23,99 5,75 100,00 97,53
100,00 100,00 93,56 68,00 54,00 56,00 84,00 24,00 98,65 38,47 50,48 82,84 83,03 99,22 99,60 99,30 83,94 66,00 50,00 54,00 62,00 78,91 59,37 25,67 39,27 100,00 98,75 99,60
SM Dikdasmen 61,31 100,00 94,10 75,56 51,11 60,00 12,89 28,89 98,98 56,47 31,78 91,52 69,32 99,31 99,92 99,58 91,04 68,89 46,67 46,67 16,55 87,90 66,50 71,81 28,85 67,02 99,31 99,91
70,02 89,29 92,90 39,91 34,86 12,84 48,44 6,42 68,75 44,69 35,54 69,88 72,61 95,72 98,50 99,72 68,53 37,84 31,42 11,24 20,00 93,83 81,67 65,82 30,16 57,59 99,35 99,01
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 48,76, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 61,31 sehingga dikdasmen menjadi 70,02. R-S/K jenjang SD menjadi 67,87, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 100. R-K/RK jenjang SD menjadi 91,05, jenjang SMP menjadi 93,56, dan jenjang SM menjadi 94,10. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalami konversi. %perpus terbaik pada jenjang SM sebesar 75,56 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 31,09, %RUKS terbaik pada jenjang SMP sebesar 54 dan terburuk pada jenjang SD 305
sebesar 29,91, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 60 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 0,29, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 84 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 12,89. %ROR terbaik pada jenjang SM sebesar 28,89 jika dibandingkan dengan jenjang SD sebesar 0,88. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SM sebesar 98,98 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SD sebesar 8,60 sedangkan Dikdasmen sebesar 68,75. DT yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 56,47 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 38,47 sedangkan dikdasmen sebesar 44,69. SB yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 50,48 walaupun mencapai separuh dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 24,35 karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 35,54 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SMP sebesar 83,03 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 65,48. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 79,72, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 91,52 dan terburuk jenjang SD sebesar 54,87 sedangkan dikdasmen sebesar 69,88. Demikian, AL terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,31 dan terburuk jenjang SD sebesar 90,23 sedangkan dikdasmen sebesar 95,72. AU terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,92 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 97,55 sedangkan dikdasmen sebesar 98,50. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,97 dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 99,30 sedangkan dikdasmen sebesar 99,72 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SM sebesar 91,04 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 61,10 sedangkan dikdasmen sebesar 68,53. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SM sebesar 68,89 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 29,62 sedangkan dikdasmen sebesar 37,84%. Untuk %RUKSb jenjang SMP sebesar 50 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 26,69 sedangkan dikdasmen sebesar 31,42. Untuk %Rkomb jenjang SMP sebesar 54 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 0,29 sedangkan dikdasmen sebesar 11,24. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 62 daripada jenjang SM sebesar 16,55 sedangkan dikdasmen sebesar 20. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,87 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar 78,91 sedangkan dikdasmen sebesar 93,83. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,52 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 59,37 dengan dikdasmen sebesar 81,67.%S-Swt terbaik adalah jenjang SD sebesar 100 telah optimal dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 25,67 sedangkan dikdasmen sebesar 306
65,82. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SMP sebesar 39,27 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 23,99 sedangkan dikdasmen sebesar 30,16. AMM SD sebesar 5,75 berarti belum maksimal sedangkan AM SMP sebesar 100 pada jenjang SM yang terkecil lebih buruk daripada AM SMP sebesar 67,02 sedangkan dikdasmen sebesar 57,59. RLB terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,91 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 97,53 sedangkan dikdasmen sebesar 99,01. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SMP yang terbaik sebesar 79,37 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 49,64 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 64,67. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SMP yang terbaik sebesar 62,53 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 24,03 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 49,66. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SMP yang terbaik sebesar 77,99 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 60,55 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 70,50. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SD yang terbaik sebesar 99,80 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 54,65 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 76,62. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 84,41 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 56,82 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 71,67. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K4, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikanSM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K4. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD 49,64 24,03 60,55 99,80 56,82 58,17 KURANG
SMP
SM
79,37 62,53 77,99 54,65 84,41 71,79 KURANG
64,99 62,41 72,95 75,40 73,77 69,91 KURANG
Dikdasmen 64,67 49,66 70,50 76,62 71,67 66,62 KURANG
Jenis KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 71,79 termasuk kategori kurang 307
dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 58,17 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 66,62 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00
20,00 0,00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K2 yang terburuk sebesar 49,66 termasuk kategori kurang dan misi K4 yang terbaik sebesar 79,62 termasuk kategori kurang sehingga kinerja dikdasmen sebesar 66,62 termasuk kategori kurang. Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 Misi K1 80,00 60,00 40,00 Misi K5
Misi K2
20,00 0,00
Misi K4
Misi K3
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Pelalawan Tahun 2012/2013 308
SD 58,2
SM 69,9
SMP 71,8
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 71,79 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 58,17 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 66,62 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a.
Simpulan
Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K4 jenjang SD yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 76,62 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori kurang. Begitu juga dengan misi K2 jenjang SD yang terburuk sebesar 24,03 termasuk kinerja kategori kurang. dibandingkan misi K lainnya dengan jenjang SD yang terburuk sebesar 58,17 termasuk kinerja kategori kurang dan jenjang SM sebesar 69,91 termasuk kinerja kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SMP sebesar 71,79 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 58,17. namun kesemuanya termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kabupaten Pelalawan termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kabupaten Pelalawan termasuk kategori kurang, untuk itu semua misi K dari misi K1, K2, K3, K4 dan K5 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 64,67, 49,66, 70,50, 76,62, dan 71,67. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di semua jenjang maka diperlukan peningkatan pada indikator ketersediaan layanan 309
pendidikan melalui cara meningkatkan tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di semua jenjang maka diperlukan peningkatan indikator keterjangkauan layanan pendidikan melalui cara meningkatkan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di semua jenjang maka diperlukan peningkatan indikator kualitas layanan pendidikan melalui cara meningkatkan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SMP dan SM maka diperlukan peningkatan indikator kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan melalui cara meningkatkan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SD dan SM maka diperlukan peningkatan indikator kepastian memperoleh layanan pendidikan melalui cara meningkatkan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB.
310
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN KAMPAR
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 311
1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di tingkat SD.
312
Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi
No. Jenis Indikator
Satuan
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD
SMP
SM Dikdasmen Penjelasan
240 360 480 28 32 32 1 1 1 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 45 88 67 166 364 576 670,000 960,000 1,200,000 100 100 100 100 17 15 12 100 100 100 0 0 0 0 0 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 0 0 1 1 1 9.2 23.9 47.4 115 100 100 55 100 100 94 100 100 6 3 3
- SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal - Angka nasional 2011/2012 - Angka nasional 2011/2012 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan - Ideal 100 Ideal - Angka nasional 2011/2012 100 Ideal 0 Ideal 0 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 100 Ideal 0 Ideal 1 Ideal - Angka nasional 2011/2012 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. Jenis Kinerja 1 2 3 4 5
Paripurna Utama Madya Pratama Kurang
Nilai 95.00 ke atas 90.00-94.99 85.00-89.99 80.00-84.99 kurang dari 80.00
313
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kabupaten Kampar maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kabupaten Kampar Peta 1
Kabupaten Kampar
Sumber: http://ppsp.nawasis.info/dokumen/profil/profil_kota/kab.kampar/
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kabupaten Kampar terdapat sejumlah 21 kecamatan dan 227 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 11.289 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 1618 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kabupaten Kampar sebesar 672.350 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 59,56 orang per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 33.237 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 2,94 orang per km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 93.201 anak dengan rincian lakilaki sebesar 44.881 anak lebih kecil daripada perempuan sebesar 48.320 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 8,26 orang per km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 42.564 orang dengan rincian laki-laki sebesar 20.468 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 22.096 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 3,77 orang per km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 36.264 orang dengan rincian laki-laki sebesar 17.515 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 18.749 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 3,21 orang per km2. 314
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kabupaten Kampar Tahun 2013 No. 1 2 3
Variabel Jumlah % Kepadatan Penduduk 672,350 100.00 59.56 Penduduk 6-7 tahun 33,237 4.94 2.94 Penduduk 7-12 tahun 93,201 13.86 8.26 a. Laki-laki 44,881 48.16 b. Perempuan 48,320 51.84 4 Penduduk 13-15 tahun 42,564 6.33 3.77 a. Laki-laki 20,468 48.09 b. Perempuan 22,096 51.91 5 Penduduk 16-18 tahun 36,264 5.39 3.21 a. Laki-laki 17,515 48.30 b. Perempuan 18,749 51.70 6 Luas Wilayah (Km2) 11,289 Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Kampar 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Kampar Tahun 2013 70.00 60.00
59.56
50.00 40.00 30.00 20.00
8.26
10.00
2.94
3.77
3.21
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Kampar Tahun 2013 P6-7 th 5%
P7-12 th 14%
P13-15 th 6%
Pusia lainnya 70%
P16-18 th 5%
315
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kabupaten Kampar. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 4,94%, usia 7-12 tahun sebesar 13,86%, usia 13-15 tahun sebesar 6,33%, dan 16-18 tahun sebesar 5,39% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 69,47%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 25,29% atau 172.029 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kampar. Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SD sebesar 231.154 orang atau 34,38% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tamat Diploma sebesar 19.296 orang atau 2,87%. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kabupaten Kampar Tahun 2013 Tamat Sarjana Tidak pernah Tidak Terjawab Tamat Diploma 5% sekolah 0% 3% 6% Tidak/belum tamat SD Tamat SMK 8% 8%
Tamat SMA 18%
Tamat SD 34%
Tamat SMP 18%
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Tidak terdapat data pada Kabupaten Kampar. 3. Ekonomi 316
Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kabupaten Kampar tetapi data yang diperoleh untuk menjelaskannya. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kabupaten Kampar Tahun 2013 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
PAD (juta) PBB (ribu)
APBD (juta)
PDRB (ribu)
P/Kapita
UMR
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kabupaten Kampar sebesar Rp 12.777.355.100. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SM sebesar Rp 11.700.441.000 atau 91,57% dan terkecil adalah PAUD sebesar Rp 768.356.700 atau 6,01%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Kampar prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SM dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kabupaten Kampar Tahun 2013
317
No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan PAUD PNF SD SMP SM Lainnya Jumlah
Jumlah 768,356,700 308,557,400 0 0 11,700,441,000 0 12,777,355,100
% 6.01 2.41 91.57 100.00
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Kampar Tahun 2013
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 Lainnya PAUD PNF 6% 2% 0% SD SMP 0% 0%
SM 92%
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Pada mata pencaharian penduduk di Kabupaten Kampar tidak diperoleh data, sehingga tidak bisa menjelaskannya. 4. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Berdasarkan penduduk dan kesehatan di Kabupaten Kampar tidak diperoleh data, sehingga tidak dapat menjelaskannya.
318
C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 488 4,197 3,714 203 120 55 0
SMP 108 922 940 58 26 25 102 0
SM 58 680 429,486 33 20 36 116 0
Dikdasmen 654 5,799 434,140 294 166 116 218 0
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013
319
Berdasarkan Tabel 5 di Kabupaten Kampar terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 654 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 488 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 58 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 6 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0 SD
SMP
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
SM
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 18,392 9,079 6,956 34,427 2 Siswa 100,124 25,553 19,873 145,550 3 Lulusan 14,014 4,380 4,427 22,821 4 Guru 7,115 5,005 3,579 15,699 5 Mengulang 3,849 121 47 4,017 6 Putus Sekolah 121 91 197 409 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 100.124, tersedia 488 sekolah dan 3.714 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 4.197. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 25.553 orang, tersedia 108 sekolah dan 940 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 922. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 19.873 orang, tersedia sebesar 58 sekolah dan 459.486 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 680. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung
320
sebanyak 145.550 orang di 654 sekolah dan 434.140 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 5.799. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SD yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang SMP dan SM dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten Kampar, untuk jenjang SD kekurangan 483 ruang, namun jenjang SMP kelebihan 18 ruang kelas, dan jenjang SM kelebihan 428. ruang sehingga untuk dikdasmen kelebihan 428.341 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SD tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SMP sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SMP dan SM yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Grafik 7 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 145,550
160,000 140,000 120,000
100,124
100,000 80,000 60,000 40,000
20,000
34,427 25,553 19,873 22,821 18,392 14,014 15,699 6,956 4,427 7,115 9,079 4,380 5,005 3,579
0 SD
SMP Siswa Baru
Siswa
SM Lulusan
Dikdasmen Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kabupaten Kampar masih kekurangan 285 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 50 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 25 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 360 perpustakaan. 321
Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 368 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 82 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 38 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 488 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 433 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 83 ruang komputer dan jenjang SM kekurangan 22 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 538 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 6 laboratorium dan jenjang SM kekurangan 174 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 180 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 488 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 108 ruang, dan jenjang SM kekurangan 58 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 654 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 6 dan Grafik 8 ternyata di Kabupaten Kampar mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 3.849 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SM sebesar 47 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 4.017 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SM sebesar 197 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SMP sebesar 91 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 409 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SM hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 8 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 4,500
4,017
3,849
4,000 3,500 3,000 2,500
2,000 1,500
1,000 121
500
121 91
47
197
409
0
SD
SMP
SM
Mengulang
Putus Sekolah
322
Dikdasmen
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Layak 3,799 2,117 2,201 8,117 Tidak Layak 3,316 2,888 1,378 7,582 Jumlah 7,115 5,005 3,579 15,699 1 % Layak 53.39 42.30 61.50 51.70 2 % Tidak Layak 46.61 57.70 38.50 48.30 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013
Grafik 9 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 18,000
15,699
16,000
14,000 12,000 10,000
6,000 4,000
8,117 7,582
7,115
8,000
3,799 3,316
2,117
5,005 2,888
3,579 2,201
2,000
1,378
0 SD
SMP Layak
Tidak Layak
SM
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 9. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kabupaten Kampar terdapat di jenjang SD sebesar 3.799 orang atau 53,39% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SMP sebesar 2.117 orang atau 42,30%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 3.316 orang atau 46,61% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 1.378 orang atau 38,50%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 8.117 orang atau 51,70% dan tidak layak sebesar 7.582 orang atau 48,30%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. 323
Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 10. Berdasarkan ruang kelas di Kabupaten Kampar ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 756 atau 80,43% sedangkan ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 429.391 ruang atau 99.98%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SD sebesar 349 ruang atau 9,40% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SM sebesar 32 ruang atau 0,01%. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 1 2 3
Variabel Baik Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah % Baik % Rusak Ringan % Rusak Berat
SD 2,325 1,040 349 3,714 62.60 28.00 9.40
SMP 756 139 45 940 80.43 14.79 4.79
SM 429,391 63 32 429,486 99.98 0.01 0.01
Dikdasmen 432,472 1,242 426 434,140 99.62 0.29 0.10
Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 432.472 atau 99,62% dan rusak berat sebesar 426 atau 0,10%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SM banyak yang berada di daerah kota dan yang mudah dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kabupaten Kampar, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang baik. Jumlah perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 24 atau 72,73% sedangkan perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SD besar 141 ruang atau 69,46%. Hal yang sama untuk jumlah perpustakaan yang rusak terbesar di jenjang SD sebesar 62 ruang atau 30,54% sedangkan perpustakaan yang rusak terkecil di jenjang SM sebesar 9 ruang atau 324
27,27%. Grafik 10 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 432,472
429,391
450,000 400,000 350,000 300,000
250,000 200,000 150,000 100,000
1,040 2,325 349
50,000
756 139 45
63 32
1,242 426
0 SD
SMP Baik
SM
Rusak Ringan
Dikdasmen
Rusak Berat
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 141 62 203 69.46 30.54
SMP 33 25 58 56.90 43.10
SM 24 9 33 72.73 27.27
Dikdasmen 198 96 294 67.35 32.65
Grafik 11 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 294 300 250 203
198
200 150
141
96 100
62
58 33 25
50
24
33 9
0 SD
SMP
Baik
SM
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan 325
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kabupaten Kampar, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 96 atau 80% sedangkan ruang UKS yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 17 ruang atau 65,38%. Hal yang sama untuk jumlah ruang UKS yang rusak terbesar di jenjang SD sebesar 24 ruang atau 20% sedangkan ruang UKS yang rusak terkecil di jenjang SM sebesar 9 ruang atau 34,62%. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 96 24 120 80.00 20.00
SMP 17 9 26 65.38 34.62
SM 20 0 20 100.00 -
Dikdasmen 133 33 166 80.12 19.88
Grafik 12 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 166
180 160
133
140 120
120 96
100
80 60 40
24
20
17
26 9
33 20
20
0
0 SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kabupaten Kampar, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer 326
yang baik terkecil di jenjang SD sebesar 37 atau 67,27% sedangkan ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 17 ruang atau 68%. Hal yang sama untuk jumlah ruang komputer yang rusak terbesar di jenjang SD sebesar 18 ruang atau 32,73% sedangkan ruang komputer yang rusak terkecil di jenjang SM yang rusak sebesar 5 ruang atau 13,89%. Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 37 18 55 67.27 32.73
SMP 17 8 25 68.00 32.00
SM 31 5 36 86.11 13.89
Dikdasmen 85 31 116 73.28 26.72
Grafik 13 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 116
120 100
85
80
55
60
37 40 18
20
25
17
36
31
8
5
SMP
SM
31
0
SD
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SMP 82 20 102 80.39 19.61
SM 109 7 116 93.97 6.03
Dikdasme n 191 27 218 87.61 12.39
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas 327
No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kabupaten Kampar, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 82 atau 80,39% sedangkan laboratorium yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 109 ruang atau 93,97%. Hal yang sama untuk jumlah laboratorium yang rusak terbesar di jenjang SMP sebesar 20 ruang atau 19,61% sedangkan laboratorium yang rusak terkecil di jenjang SM sebesar 7 ruang atau 6,03% Grafik 14 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 250
218 191
200
150 100
116
109
102 82
50
27
20
7
0 SMP
SM
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013
328
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
205 24 1.13 41.60 24.59 11.27 0.00
237 28 0.98 53.70 24.07 23.15 94.44 0.00
343 29 0.00 56.90 34.48 62.07 40.00 0.00
223 25 0.01 44.95 25.38 17.74 54.77 0.00
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kabupaten Kampar sangat bervariasi antara 205 di jenjang SD yang terjarang sampai 343 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 223 Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 205 atau mencapai 85,49% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 237 atau mencapai 65,72% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 343 siswa atau mencapai 71,38% yang berarti juga belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SD dan paling buruk adalah jenjang SMP. Grafik 15 Rasio Pendidikan
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 350 300 250 200 150
100 50
0 Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK
SD 205
SMP 237
SM 343
Dikdasmen 223
24
28
29
25
1.13
0.98
0.00
0.01
329
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kabupaten Kampar untuk jenjang SD sebesar 24, untuk jenjang SMP sebesar 28, dan untuk jenjang SM sebesar 29 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 25 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 85,20% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 86,61% atau belum maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 91,33% atau belum maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin lebih efisien dan lebih padat tetapi belum di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kabupaten Kampar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,00 di jenjang SM dan sampai 1,13 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 13% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 0,98% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 0% belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SD, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SD akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 0,01 ternyata masih terdapat 98,66% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. Grafik 16 Persentase Prasarana Pendidikan
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
%Perpus
SD 41.6
SMP 53.7
SM 56.9
Dikdasmen 45.0
%RUKS
24.6
24.1
34.5
25.4
%Rkom
11.3
23.1
62.1
17.7
%Lab
0.0
94.4
40.0
54.8
%ROR
0.0
0.0
0.0
0.0
%Perpus di Kabupaten Kampar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 41,60% di jenjang SD sampai 56,90 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 41,60% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada 330
jenjang SMP terdapat 53,70% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 56,90% sekolah belum memiliki perpustakaan sehinggat dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 44,95%. %RUKS di Kabupaten Kampar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 24,07% di jenjang SMP sampai 34,48 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 24,59% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 24,07% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 34,48% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 25,38%. %RKom di Kabupaten Kampar pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 11,27% di jenjang SD sampai 62,07 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 11,27% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 23,15% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 62,07% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 17,74%. %Lab di Kabupaten Kampar pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 94,44% sedangkan %Lab SM sebesar 40% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 54,77%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kabupaten Kampar yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SD sebesar 48 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SMP sebesar 28. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SMP yang paling buruk sedangkan jenjang SD yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 625 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 191 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB hanya terdapat pada jenjang SM sebesar Rp 588.760.680. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp 80.872.848.
331
Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
SD
SMP
SM
Dikdasmen
TPS DT SB
siswa siswa rupiah
48 191 0
28 394 0
0 625 588,760,680
25 426 80,872,848
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
% SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
72.59 53.39 14 104.88 3.99 0.13 55.40 28.89 19.67 7.58 -
42.30 5 54.24 0.48 0.36 82.00 30.56 15.74 15.74 75.93
61.50 6 78.58 0.24 1.02 85.15 41.38 34.48 53.45 18.79
51.70 9 84.30 2.84 0.29 63.11 30.28 20.34 13.00 47.99
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 72,59 cukup besar karena ada separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 17, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 61,50% dan yang terkecil pada jenjang SMP sebesar 42,30%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten Kampar. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di semua jenjang SD, SMP dan SM masing-masing sebesar 332
53,39%, 42,30% dan 61,50% belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kabupaten Kampar harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 51,70% sudah cukup tinggi karena mencapai separuh dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 48,30% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 5 di jenjang SMP sampai 14 di jenjang SD dan rata-rata dikdasmen sebesar 9. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 14 atau 82,78% belum mencapai standar atau kekurangan guru. Untuk SMP sebesar 5 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 34,04% atau kekurangan guru, dan SM sebesar 6 belum didayagunakan secara maksimal karena mencapai 46,27% atau kekurangan guru. AL di Kabupaten Kampar yang terbesar terjadi di jenjang SD sebesar 104,88.% dan terkecil pada jenjang SMP sebesar 54,24% sedangkan jenjang SM sebesar 78,58%. Kecilnya AL di jenjang SMP perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SM yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,24% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SD sebesar 3,99%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,13% sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 1,02%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 84,30%, AU Dikdasmen sebesar 2,84% dan APS Dikdasmen sebesar 0,29%. Grafik 17 Persentase Kualitas SDM
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 SD
%Glayak 53.39
R-S/G 82.78
AL 104.88
AU 3.99
APS 0.13
SMP
42.30
34.04
54.24
0.48
0.36
SM
61.50
46.27
78.58
0.24
1.02
Dikdasmen
51.70
54.36
84.30
2.84
0.29
333
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 18 maka %RKb terbesar di jenjang SM sebesar 85,15% dan terkecil di jenjang SD sebesar 55,40%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SMP dan jenjang SM cukup baik karena mencapai lebih dari 85%. %Rkb dikdasmen mencapai 63,11% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Kampar terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti. Grafik 18 Persentase Kualitas Prasarana Pendidikan
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 SD
%RKb 55.40
%Perpusb 28.89
%RUKSb 19.67
%Rkomb 7.58
%Labb -
SMP
82.00
30.56
15.74
15.74
75.93
SM
85.15
41.38
34.48
53.45
18.79
Dikdasmen
63.11
30.28
20.34
13.00
47.99
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SM sebesar 41,38% lebih kurang dari 100% yang berarti terdapat 71,11% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SD sebesar 28,89%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SM sebesar 53,45% lebih baik daripada jenjang SD sebesar 7,58%. Sebaliknya, %Labb jenjang SMP sebesar 75,93% lebih kecil dari 100% yang berarti terdapat 24,07% sekolah memiliki laboratorium lebih dari 1 padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 53,45%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Kampar terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 30,28%, %Rkomb 334
sebesar 13%, dan %Labb sebesar 47,99%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
16.53 0.86 5.37
6.38 0.90 14.55
6.40 0.89 16.64
11.86 0.87 8.52
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 19, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SMP sebesar 6,38% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SD sebesar 16,53% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih buruk daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 11,86% dan perempuan lebih buruk dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SD sebesar 0.86 yang berarti belum seimbang sedangkan jenjang SMP makin jauh dari seimbang sebesar 0,90 yang berarti laki-laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 0,87 yang berarti belum seimbang dan lakilaki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar 16,64% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 5,37%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 8,52%. Grafik 19 PG dan IPG APK
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013
335
18.00
16.53
16.00 14.00
11.86
12.00
10.00 8.00
6.40
6.38
6.00
4.00 2.00
0.90
0.86
0.89
0.87
SD
SMP
SM
PG
Dikdasmen
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 20 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 107,43%, jenjang SMP sebesar 60,03% dan jenjang SM sebesar 54,80% sehingga dikdasmen sebesar 84,61%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SD sebesar 107,43% sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar 54,80% sehingga dikdasmen sebesar 84,61% telah mendekati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
Dikdasmen
94.70 107.43 52.51 99.21 6.23
45.55 60.03 64.79 99.72 3.02
39.63 54.80 158.81 98.93 3.01
70.93 84.61 -
336
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 52,51%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 64,79% kurang baik karena belum lebih dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 158,81% sangat tinggi jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kabupaten Kampar agak berbeda karena AM ke SD kurang dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kabupaten Kampar atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SM di Kabupaten Kampar termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SM di Kabupaten Kampar. Grafik 20 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 160.00 140.00 120.00
100.00 80.00 60.00 40.00 20.00
0.00 SD
SMP
APK
SM
AMM/AM
AB5/AB
Dikdasmen
RLB
RLB semua jenjang SD, SMP dan SM masing-masing sebesar 6,23, 3,02, 3,01 tahun sudah ideal karena melebihi standar karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat 337
dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18 Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB.
338
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 205 24 1.13 41.60 24.59 11.27 48 191 72.59 53.39 14 104.88 3.99 0.13 55.40 28.89 19.67 7.58 16.53 0.86 5.37 107.43 52.51 99.21 6.23
339
SMP 237 28 0.98 53.70 24.07 23.15 94.44 28 394 42.30 5 54.24 0.48 0.36 82.00 30.56 15.74 15.74 75.93 6.38 0.90 14.55 60.03 64.79 99.72 3.02
SM 343 29 1.01 56.90 34.48 62.07 40.00 39 625 588,760,680 61.50 6 78.58 0.24 1.02 85.15 41.38 34.48 53.45 18.79 6.40 0.89 16.64 54.80 158.81 98.93 3.01
Dikdasmen 223 25 1.09 44.95 25.38 17.74 54.77 38 426 80,872,848 51.70 9 84.30 2.84 0.29 63.11 30.28 20.34 13.00 47.99 11.86 0.87 8.52 84.61 -
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD
SMP
85.49 85.20 88.49 41.60 24.59 11.27 94.71 86.92 72.59 53.39 82.78 100.00 96.01 99.87 55.40 28.89 19.67 7.58 83.47 85.75 58.35 93.42 95.47 100.00 96.27
65.72 86.61 98.09 53.70 24.07 23.15 94.44 96.85 92.36 42.30 34.04 54.24 99.52 99.64 82.00 30.56 15.74 15.74 75.93 93.62 89.92 60.86 60.03 64.79 99.72 99.46
SM Dikdasmen 71.38 91.33 99.12 56.90 34.48 62.07 40.00 98.28 92.12 0.20 61.50 46.27 78.58 99.76 98.98 85.15 41.38 34.48 53.45 18.79 93.60 88.99 35.10 54.80 100.00 98.93 99.75
74.20 87.71 95.23 44.95 25.38 17.74 67.22 96.61 90.47 0.07 51.70 54.36 84.30 97.16 99.71 63.11 30.28 20.34 13.00 47.99 88.14 86.93 51.44 84.61 86.75 99.55 98.49
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 85,49, jenjang SMP menjadi 65,72, dan jenjang SM menjadi 71,38 sehingga dikdasmen menjadi 74,20. R-S/K jenjang SD menjadi 85,20, jenjang SMP menjadi 86,61, dan jenjang SM menjadi 91,33. R-K/RK jenjang SD menjadi 88,49, jenjang SMP menjadi 98,09, dan jenjang SM menjadi 99,12. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. 340
%perpus terbaik pada jenjang SM sebesar 56,90 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 41,60, %RUKS terbaik pada jenjang SM sebesar 34,48 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 24,07, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 62,07 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 11,27, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 94,44 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 40. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SM sebesar 98,28 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SD sebesar 94,71 sedangkan Dikdasmen sebesar 96,61. DT yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 92,36 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 86,92 sedangkan dikdasmen sebesar 90,47. SB hanya terdapat paad jenjang SM sebesar 0,20 masih terlalu kecil karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 0,07 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SD sebesar 82,78 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 34,04. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 72,59, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 61,50 dan terburuk jenjang SMP sebesar 42,30 sedangkan dikdasmen sebesar 51,70. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SD sebesar 100 dan terburuk jenjang SMP sebesar 54,24 sedangkan dikdasmen sebesar 84,30. AU terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,76 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 96,01 sedangkan dikdasmen sebesar 97,16. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,87 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 98,98 sedangkan dikdasmen sebesar 99,71 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SM sebesar 85,15 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 5,40 sedangkan dikdasmen sebesar 63,11. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SM sebesar 41,38 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 28,89 sedangkan dikdasmen sebesar 30,28%. Untuk %RUKSb jenjang SM sebesar 34,48 lebih besar daripada jenjang SMP sebesar 15,74 sedangkan dikdasmen sebesar 20,34. Untuk %Rkomb jenjang SM sebesar 53,45 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 7,58 sedangkan dikdasmen sebesar 13. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 75,93 daripada jenjang SM sebesar 18,79 sedangkan dikdasmen sebesar 47,99. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 93,62 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 83,47 sedangkan dikdasmen sebesar 88,14. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 89,92 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 85,75 dengan dikdasmen sebesar 86,93. S-Swt terbaik adalah jenjang SMP sebesar 60,86 belum 341
optimal dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 35,10 sedangkan dikdasmen sebesar 51,44. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SD sebesar 93,42 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 54,80 sedangkan dikdasmen sebesar 84,61. AMM SM sebesar 100 berarti sudah maksimal sedangkan AM SM sebesar 95,47 pada jenjang SMP yang terkecil lebih buruk daripada AM SM sebesar 64,79 sedangkan dikdasmen sebesar 86,75. RLB terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,75 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 96,27 sedangkan dikdasmen sebesar 98,49. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 85,49 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 63,68 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 71,40. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SM yang terbaik sebesar 63,54 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 60,54 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 62,38. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SM yang terbaik sebesar 61,83 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar 54,97 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 59,47. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SMP yang terbaik sebesar 81,47 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 72,56 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 76,63. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SD yang terbaik sebesar 96,29 dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 81 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 88,55. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, jenjang pendidikan SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD 85.49 60.54 61.62 75.86 96.29 75.96 KURANG
SMP
SM
63.68 63.07 54.97 81.47 81.00 68.84 KURANG
65.04 63.54 61.83 72.56 88.37 70.27 KURANG
Dikdasmen 71.40 62.38 59.47 76.63 88.55 71.69 KURANG
Jenis KURANG KURANG KURANG KURANG MADYA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan 342
bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 75,96 termasuk kategori kurang dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 68,84 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 71,69 termasuk kategori 71,69. Grafik 21 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 Misi K1
Misi K2
SD
Misi K3
SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K3 yang terburuk sebesar 59,47 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 88,55. termasuk kategori madya sehingga kinerja dikdasmen sebesar 71,69 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 Misi K1 100.0
80.0 60.0 40.0
Misi K5
Misi K2
20.0 0.0
Misi K4
Misi K3
343
Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Kampar Tahun 2012/2013 SD 75.96
70.27
68.84
SM
SMP
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 75,96 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar 68,84 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 71,69 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a.
Simpulan
Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K5 jenjang SD yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 88,55 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori madya. Sebaliknya, misi K2 jenjang SMP yang terbaik sebesar 81,47 termasuk kinerja kategori kurang dibandingkan misi K lainnya. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SD sebesar 75,96 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 68,84 namun kesemuanya termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kabupaten Kampar termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kabupaten Kampar termasuk kategori kurang, untuk itu misi K1, K2, K3 dan K4 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 71,40, 62,38, dan 59,47 dan 76,63. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SMP 344
dan SM maka diperlukan peningkatan pada indikator terkait di jenjang SMP dan SM melalui cara memperbaiki indikator yang terkait. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di semua jenjang maka diperlukan peningkatan indikator terkait dengan semua jenjang melalui cara memperbaiki indikator yang terkait. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di semua jenjang maka diperlukan peningkatan indikator yang terkait dengan semua jenjang melalui cara memperbaiki indikator yang terkait. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SD dan SM maka diperlukan peningkatan indikator yang terkait dengan jenjang SD dan SM melalui cara memperbaiki indikator yang terkait dengan jenjang SD dan SM. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di semua jenjang maka diperlukan peningkatan indikator yang terkait dengan semua jenjang melalui cara memperbaiki dan meningkatkan kembali kinerjanya.
345
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA PAYAKUMBUH
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka 346
Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di 347
tingkat SD. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. Jenis Kinerja Nilai 1 Paripurna 95.00 ke atas 2 Utama 90.00-94.99 3 Madya 85.00-89.99 4 Pratama 80.00-84.99 5 Kurang kurang dari 80.00 348
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kota Payakumbuh maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kota Payakumbuh. Peta 1
Kota Payakumbuh
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kota Payakumbuh terdapat sejumlah 5 kecamatan dan 76 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 80,43 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kota Payakumbuh sebesar 37.970 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 472,09 orang per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 4.913 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 61,09 orang km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 16.585 anak dengan rincian laki-laki sebesar 8.618 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 7.967 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 206,20 orang km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 6.689 orang dengan rincian laki-laki sebesar 3.829 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 2.860 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 83,17 orang km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 9.783 orang dengan rincian laki-laki sebesar 5.039 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 4.744 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 121,63 orang km2. 349
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kota Payakumbuh Tahun 2013 No. 1 2 3
4
5
6
Variabel Penduduk Penduduk 6-7 tahun Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 37,970 4,913 16,585 8,618 7,967 6,689 3,829 2,860 9,783 5,039 4,744 80.43
% 100.00 12.94 43.68 51.96 48.04 17.62 57.24 42.76 25.76 51.51 48.49
Kepadatan 472.09 61.09 206.20
83.17
121.63
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Payakumbuh 2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kota Payakumbuh Tahun 2013 500.00 450.00
436.27
400.00 350.00 300.00 250.00 170.38
200.00
121.63
150.00 100.00
83.17
61.09
50.00
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Usia 13-15 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kota Payakumbuh Tahun 2013 Pusia lainnya 0%
P6-7 th 13%
P16-18 th 26%
P13-15 th 17%
P7-12 th 44%
350
Usia 16-18 tahun
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kota Payakumbuh. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 12,94%, usia 7-12 tahun sebesar 43,67%, usia 13-15 tahun sebesar 17,62%, dan 16-18 tahun sebesar 25,76% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 69,06%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 87,06% atau 33.057 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kota Payakumbuh Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SD sebesar 21.731 orang atau 24,27% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tidak terjawab sebesar 441 orang atau 0,49%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 20.431 orang atau 75,37% sedangkan yang buta huruf sebesar 6.677 atau 24,63%. Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kota Payakumbuh sebesar 55.374 orang. Angkatan kerja sebesar 27.108 orang atau 48,95% yang bekerja sebanyak 6.677 orang atau 12,06% dan pengangguran terbuka sebanyak 20.431 orang atau 36,90%. Bukan angkatan kerja sebesar 28.266 orang dan terbesar adalah lain-lain sebesar 20.431 orang atau 36,90% dan bersekolah sebesar 6.677 orang atau 12,06%, dan terkecil adalah mengurus RT sebesar 1.158 orang atau 2,09%.
351
Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kota Payakumbuh Tahun 2013 Tamat Tidak Terjawab Diploma Tamat 3% 0% Sarjana Tamat SMK 9%
Tidak pernah sekolah Tidak/belum 1% tamat SD 21%
2%
Tamat SMA 18% Tamat SD 24%
Tamat SMP 22%
3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kota Payakumbuh dengan PAD sebesar Rp.42.951.662 juta, PBB sebesar Rp.3.939.639.000, APBD sebesar Rp.398.615.302, PDRB sebesar Rp.1.981.886.973,3, dan pendapatan per kapita yang dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya sebesar Rp.16.445.830 sedangkan UMR sebesar Rp.1.000.000. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kota Payakumbuh Tahun 2013 3,939,639,000 4,000,000,000 3,500,000,000 3,000,000,000
2,500,000,000 2,000,000,000 1,500,000,000 1,000,000,000 500,000,000
398,615,302 42,951,662
1,981,88616,445,8301,000,000
0 PAD (juta)
PBB (ribu)
APBD (juta)
352
PDRB (ribu)
P/Kapita
UMR
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kota Payakumbuh sebesar Rp.19.299.334. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SD sebesar Rp.8.721.523.309 atau 45,19% dan terkecil adalah PAUD sebesar Rp.236.557.500 atau 1,23%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kota Payakumbuh prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SD dalam rangka peningkatan wajib belajar 9 tahun sedangkan biaya untuk lainnya sebesar Rp.1.798.360.010 atau 9,32%, ternyata lebih besar dari pada dana untuk PAUD san PNF. Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kota Payakumbuh Tahun 2013 Lainnya PAUD 9% 1%
PNF 4%
SM 17% SD 45%
SMP 24%
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Payakumbuh Tahun 2013
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan PAUD PNF SD SMP SM Lainnya Jumlah
Jumlah 236,557,500 678,175,000 8,721,523,309 4,551,511,009 3,313,207,700 1,798,360,010 19,299,334,528
% 1.23 3.51 45.19 23.58 17.17 9.32 100.00
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) 353
pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 6, mata pencaharian penduduk di Kota Payakumbuh yang terbesar adalah pada perdagangan sebesar 32.628 orang atau 39,01% sedangkan mata pencaharian terkecil pada pertambanga sebesar 290 orang atau 0,35%. Dengan demikian, sektor perdagangan merupakan sektor primer di Kota Payakumbuh Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor
Kota Payakumbuh Tahun 2013 Keuangan 1%
Jasa 13%
Pertambangan 0% Industri Pertanian 14%
Listrik 0%
6%
Bangunan 7%
Angkutan 20%
Perdagangan 39%
C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan
354
Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD 74 613 611 8 54 0 0
SMP 21 288 285 19 10 21 22 0
SM 21 376 329 14 12 21 57 0
Dikdasmen 116 1,277 1,225 41 76 42 79 0
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kota Payakumbuh terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 116 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 74 sekolah dan terkecil adalah jenjang SMP dan SM sebesar 21 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 17.198, tersedia 74 sekolah dan 611 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 613. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 8.467 orang, tersedia 21 sekolah dan 285 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 288. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 11.064 orang, tersedia sebesar 21 sekolah dan 329 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 376. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 10.066 orang di
355
116 sekolah dan 1.225 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 1.277. Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 2,000
1,500 1,000 500 0 SD
SMP
SM
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6
Variabel Siswa Baru Siswa Lulusan Guru Mengulang Putus Sekolah
SD 2,822 17,198 2,364 1,006 1,061 16
SMP 3,230 8,467 2,473 753 152 75
SM 4,014 11,064 3,097 1,112 50 143
Dikdasmen 10,066 36,729 7,934 2,871 1,263 234
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013
Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas semua jenjang dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka untuk jenjang SD masih terdapat kekurangan 2 ruang, namun jenjang SMP kekurangan 3 ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 47 ruang sehingga untuk dikdasmen kelebihan 52 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas terutama di jenjang SMP dan SM tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SMP dan SM sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014.
356
Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 36,729
40,000
35,000 30,000 25,000
20,000
17,198
15,000
5,000
11,064
8,467
10,000 2,822 2,364 1,006
10,066
3,230 2,473 753
4,014 3,097 1,112
SMP
SM
7,934 2,871
0 SD Siswa Baru
Siswa
Lulusan
Dikdasmen Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kota Payakumbuh masih kekurangan 66 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 2 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 7 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 75 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 20 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 11 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 9 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 40 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 74 ruang komputer, sedangkan jenjang SMP dan SM sudah ideal. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kelebihan 1 laboratorium dan jenjang SM kekurangan 48 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 47 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 74 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 21 ruang, dan jenjang SM kekurangan 21 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 116 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 6 dan Grafik 9 ternyata di Kota Payakumbuh mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 1.061 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SM sebesar 50 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 1.263 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SM sebesar 143 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SD sebesar 16 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 234 orang. Dalam rangka meningkatkan 357
mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SM hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 1,263
1,400 1,061
1,200 1,000 800
600 400
152 200
16
75
50
143
234
0
SD
SMP
SM
Mengulang
Putus Sekolah
Dikdasmen
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Layak Tidak Layak Jumlah % Layak % Tidak Layak
SD 626 380 1,006 62.23 37.77
SMP 630 123 753 83.67 16.33
SM 1,002 110 1,112 90.11 9.89
Dikdasmen 2,258 613 2,871 78.65 21.35
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013
358
3,500 2,871
3,000
2,258
2,500
2,000 1,500 1,000 500
1,006 626
753
630
1,002
1,112 613
380 123
110
0 SD
SMP Layak
Tidak Layak
SM
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kota Payakumbuh terdapat di jenjang SM sebesar 1.002 orang atau 90,11% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SD sebesar 626 orang atau 62,23%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 380 orang atau 37,77% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 110 orang atau 9,89%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 2.258 orang atau 78,65% dan tidak layak sebesar 613 orang atau 21,35%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang kelas di Kota Payakumbuh ternyata semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SD sebesar 549 atau 48,58% sedangkan ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 249 ruang atau 87,37%. Namun jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SM sebesar 31 ruang atau 9,42% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SD sebesar 31 ruang atau 2,79%.
359
Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 1 2 3
Variabel Baik Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah % Baik % Rusak Ringan % Rusak Berat
SD 549 550 31 1,130 48.58 48.67 2.74
SMP 249 27 9 285 87.37 9.47 3.16
SM 237 61 31 329 72.04 18.54 9.42
Dikdasmen 1,035 638 71 1,744 59.35 36.58 4.07
Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 1.035 atau 59,35% dan rusak berat sebesar 71 atau 4,07%. Dengan kondisi seperti ini berarti, semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan jenjang SMP memiliki prasarana yang lebih baik karena termasuk dalam wajib belajar 9 tahun. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kota Payakumbuh, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan di jenjang SD, SMP, dan SM sebesar 8, 19 , dan 14. Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 1,200
1,035
1,000 800 600
638 549550
400
249
200
31
237 27 9
61 31
71
0 SD Baik
SMP
SM
Rusak Ringan
Rusak Berat
360
Dikdasmen
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 8 0 8 100.00 -
SMP 19 0 19 100.00 -
SM 14 0 14 100.00 -
Dikdasmen 41 0 41 100.00 -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kota Payakumbuh, ternyata semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS di jenjang SD, SMP dan SM sebesar 54, 10, dan 12. Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 41
45
41
40 35
30 25
19
19
20
14
14
15
10 5
8
8 0
0
SD
SMP
0
0
0
Baik
SM
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kota Payakumbuh, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer yang baik di jenjang SMP dan SM masing-masing sebesar 21 atau 100%.
361
Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kota Payakumbuh No. 1 2
Tahun 2012/2013 SD SMP 54 10 0 0 54 10 100.00 100.00 -
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
1 2
SM 12 0 12 100.00 -
Dikdasmen 76 0 76 100.00 -
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 76
80
76
70 60
54
54
50 40 30 20 10
10
12
10
12
0
0
0
SD
SMP
SM
0
0
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0!
362
SMP 21 0 21 100.00 -
SM 21 0 21 100.00 -
Dikdasmen 42 0 42 100.00 -
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 42
45
42
40 35 30 21
25
21
21
21
20 15 10 5
0
0
0
0
0
0
0 SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Payakumbuh No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
Tahun 2012/2013 SMP 22 0 22 100.00 -
SM Dikdasmen 57 79 0 0 57 79 100.00 100.00 -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kota Payakumbuh, ternyata jenjang SMP dan SM tidak memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium di jenjang SMP sebesar 22 dan 57. Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013
363
79
79
80 70
57
57
60 50 40
30
22
22
20 10
0
0
0
0
SMP
SM Baik
Dikdasmen
Rusak
Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan lima jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
SD
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
232 28 1,00 10.81 72.97 0.00 0.00
SMP 403 29 1.01 90.48 47.62 100.00 104.76 0.00
SM 527 29 1.14 66.67 57.14 100.00 54.29 0.00
Dikdasmen 317 29 0.73 35.34 65.52 36.21 62.70 0.00
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kota Payakumbuh sangat bervariasi antara 232 di jenjang SD yang terjarang sampai 527 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 317. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada 364
kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 232 atau mencapai 96,84% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 403 atau mencapai 112% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM sebesar 527 siswa atau mencapai 109,76% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SMP dan paling buruk adalah jenjang SD. Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 600.00 500.00 400.00 300.00
200.00 100.00 0.00 Rasio S/Sek
SD 232.41
SMP 403.19
SM 526.86
Dikdasmen 316.63
Rasio S/K
28.06
29.40
29.43
28.76
1.00
1.01
1.14
1.04
Rasio K/RK
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kota Payakumbuh untuk jenjang SD sebesar 28, untuk jenjang SMP sebesar 29, dan untuk jenjang SM sebesar 29 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 29 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 100,20% atau sudah maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 91,87% atau belum maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 91,95% atau belum maksimal. Hal ini menunjukkan jenjang SD telah efisien jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. R-K/RK di Kota Payakumbuh pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 1,00 di jenjang SD dan sampai SM di jenjang 1,14. Untuk jenjang SD 365
terdapat 99,5% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 1,05% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 14,29% digunakan lebih dari sekaliuntuk kegiatan belajar mengajar. Semua jenjang masih kekurangan kelas. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 1,04 ternyata masih terdapat 4,24% ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
%Perpus
SD 10.81
%RUKS
72.97
%Rkom
0.00
%Lab
0.00
%ROR
0.00
SMP 90.48
SM 66.67
Dikdasmen 35.34
47.62
57.14
65.52
100.00
100.00
36.21
104.76
54.29
62.70
0.00
0.00
0.00
%Perpus di Kota Payakumbuh pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 10,81% di jenjang SD sampai 90,48% di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 89,19% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 9,52% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 33,33% sekolah belum memiliki perpustakaan sehinggat dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan sebesar 64,66%. %RUKS di Kota Payakumbuh pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 47,62 % di jenjang SMP sampai 72,97% di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 27,03% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 52,38% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 42,86% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS sebesar 34,48%. %RKom di Kota Payakumbuh pada kenyataannya sudah ideal sebesar 100% namun hanya di jenjang SMP dan SM. Untuk jenjang SD seluruh sekolah belum memiliki ruang komputer. %Lab SMP di Kota Payakumbuh sebesar 104,76% lebih besar dari %Lab SM sebesar 54,29% sehingga dikdasmen masih kekurangan %Lab sebesar 37,30%. 366
Seluruh sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga dikdasmen juga belum mempunyai ruang olahraga. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada tabel 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kota Payakumbuh yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SMP sebesar 52 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SD sebesar 30. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SD yang paling baik sedangkan jenjang SMP yang paling buruk. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 362 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 224 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar Rp.345.846.315 dan terbesar adalah jenjang SMP sebesar Rp.712.732.698. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp.508.749.218. Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
SD
SMP
SM
Dikdasmen
TPS DT SB
siswa siswa rupiah
30 224 524,256,030
52 354 712,732,698
49 362 345,846,315
44 334 508,749,218
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, dari segi guru seperti R-S/G dan %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
367
Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
% SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
91.50 62.23 17 99.16 6.25 0.09 89.56 10.81 72.97 0.00 -
83.67 11 96.94 1.89 0.93 86.46 90.48 47.62 100.00 104.76
90.11 10 97.54 0.49 1.41 63.03 66.67 57.14 100.00 20.00
78.65 13 97.83 3.59 0.67 81.05 35.34 65.52 36.21 62.70
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 91,50 cukup baik karena mendekati 100. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 90,11% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 62,23%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kota Payakumbuh . Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 90,11% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kota Payakumbuh harus benarbenar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 78,65% cukup tinggi tetapi belum mencapai dari seluruh guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 21,35% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 10 di jenjang SM sampai 17 di jenjang SD dan rata-rata dikdasmen sebesar 13. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 17, SMP sebesar 15, dan SM sebesar 12 maka untuk SD sebesar 17 atau sudah mencapai standar. Untuk SMP sebesar 11 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 75,00% atau kelebihan guru, dan SM sebesar 82,39% juga belum didayagunakan secara maksimal. AL di Kota Payakumbuh yang terbesar terjadi di jenjang SD sebesar 99,16% dan terkecil pada jenjang SMP sebesar 96,94% sedangkan jenjang 368
SM sebesar 97,54%. AU di jenjang SM yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,49% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SD sebesar 6,25%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,09% sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 1,41%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 97,83%, AU Dikdasmen sebesar 3,59% dan APS Dikdasmen sebesar 0,67%. Grafik 18 Persentase Kualaitas SDM
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 -
%Glayak 62.2
R-S/G 100.0
AL 99.2
AU 6.2
APS 0.1
SMP
83.7
75.0
96.9
1.9
0.9
SM
90.1
82.9
97.5
0.5
1.4
Dikdasmen
78.6
86.0
97.8
3.6
0.7
SD
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SD sebesar 89,56% dan terkecil di jenjang SM sebesar 63,03%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SM yang terkecil, kemudian jenjang SMP dan jenjang SD cukup baik karena mencapai lebih dari 85%. %Rkb dikdasmen mencapai 81,05% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Payakumbuh terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera direhabilitasi. Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SMP sebesar 90,48% dan terburuk pada jenjang SD sebesar 10,81%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas rehabilitasi perpustakaan SD. %RUKSb terbaik di jenjang SD sebesar 73,00% dan terburuk pada jenajng SMP sebesar 47,6%.%Rkomb di jenjang SMP dan SM sebesar 100% lebih baik daripada jenjang SD sebesar 0%. Sebaliknya, %Lab jenjang SMP sebesar 104,76% lebih besar dari 100% yang berarti tedapat 4,67% sekolah memiliki laboratorium lebih dari 1 padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya 369
sebesar 20,00%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Payakumbuh terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 35,54%, %RUKSb sebesar 65,5%, %Rkomb sebesar 36,21%, dan %Labb sebesar 62,70%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. Grafik 19 Persentase Kualaitas Prasarana Pendidikan
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 SD
%RKb 89.6
%Perpusb 10.8
%RUKSb 73.0
%Rkomb -
%Labb -
SMP
86.5
90.5
47.6
100.0
104.8
SM
63.0
66.7
57.1
100.0
20.0
Dikdasmen
81.0
35.3
65.5
36.2
62.7
d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
0.93 0.99 14.55
-19.51 1.19 19.70
-40.91 1.32 20.10
-13.55 1.12 17.41
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SD sebesar 0,93% yang berarti laki-laki lebih baik daripada 370
perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SM sebesar 40,91% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 13,55% dan perempuan lebih baik dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SD sebesar 0,99 yang berarti cukup seimbang sedangkan jenjang SM makin jauh dari seimbang sebesar 1,32 yang berarti perempuan lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 1,12 yang berarti belum seimbang dan laki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar 20,10% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 14,55%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 17,41%. Grafik 20 PG dan IPG APK
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 5.00
0.93 0.99
1.32
1.19
1.12
(5.00)
SD
SMP
SM
Dikdasmen
(10.00) (15.00) (20.00) (25.00)
(13.55) (19.51)
(30.00) (35.00)
(40.00) (40.91)
(45.00) PG
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 91,93%, jenjang SMP sebesar 93,09% dan jenjang SM sebesar 85,57% sehingga dikdasmen sebesar 95,04%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SMP sebesar 136,63% sedangkan yang terendah pada jenjang SD sebesar 103,70% sehingga dikdasmen sebesar 116,20% 371
telah lebih dari 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SD menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SM mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SD dan jenjang SMP karena anak yang bersekolah di jenjang SM paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih rendah, berarti banyak siswa dari luar daerah yang berselo;ah di SM Kota Payakumbuh. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
Dikdasmen
91.93 103.70 57.43 99.00 6.37
93.09 126.58 136.63 98.55 3.06
87.57 113.09 162.31 98.10 3.01
90.87 111.11 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 57,43%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 136,63% sangat baik karena telah lebih dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 162,31% sangat \tinggi jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kota Payakumbuh agak berbeda karena AM SMP dan SM lebih dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kota Payakumbuh atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SM di Kota Payakumbuh termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SM di Kota Payakumbuh
372
Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 180.00 160.00 140.00 120.00 100.00
80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 SD
SMP APK
SM
AMM/AM
AB5/AB
Dikdasmen RLB
RLB jenjang SM sebesar 3,01 tahun mendekati ideal karena belum standar dan jenjang SD paling buruk sebesar 6,37 tahun. RLB jenjang SD melebihi standar atau 6,37 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. Demikian juga RLB SMP sebesar 3,06 tahun karena 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18. Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh 373
layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB. Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 232 28 1.00 10.81 72.97 26 224 524,256 91.50 62.23 17 99.16 6.25 0.09 89.56 10.81 72.97 0.93 0.99 14.55 103.70 57.43 99.00 6.37
374
SMP
SM
403 29 1.01 90.48 47.62 100.00 104.76 52 319 712,732 83.67 11 96.94 1.89 0.93 86.46 90.48 47.62 100.00 104.76 (51.60) 1.49 19.70 126.58 136.63 98.55 3.06
527 29 1.14 66.67 57.14 100.00 54.29 49 466 345,846 90.11 10 97.54 0.49 1.41 63.03 66.67 57.14 100.00 20.00 (24.06) 1.24 20.10 113.09 162.31 98.10 3.01
Dikdasmen 317 29 1.04 35.34 65.52 36.21 62.70 42 389 508,749 78.65 13 97.83 3.59 0.67 81.05 35.34 65.52 36.21 62.70 (16.27) 1.16 17.41 111.11 -
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 96.84 100.00 100.00 10.81 72.97 98.28 74.07 100.00 91.50 62.23 100.00 99.16 93.75 99.91 89.56 10.81 72.97 99.07 99.11 100.00 90.17 100.00 100.00 94.20
SMP 100.00 91.87 98.96 90.48 47.62 100.00 100.00 98.29 87.51 100.00 83.67 74.96 96.94 98.11 99.07 86.46 90.48 47.62 100.00 100.00 48.40 66.95 82.43 100.00 100.00 98.55 98.10
SM Dikdasmen 100.00 98.95 91.95 94.61 87.50 96.15 66.67 35.34 57.14 65.52 100.00 36.21 54.29 77.14 98.64 98.40 80.88 80.82 100.00 100.00 90.11 78.65 82.91 85.96 97.54 97.83 99.51 96.41 98.59 99.33 63.03 81.05 66.67 35.34 57.14 65.52 100.00 36.21 20.00 62.70 75.94 83.73 80.83 86.41 42.41 74.94 100.00 100.00 100.00 100.00 98.10 98.88 99.53 97.28
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 96,84, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 100 sehingga dikdasmen menjadi 98,95. R-S/K jenjang SD menjadi 100, jenjang SMP menjadi 91,87, dan jenjang SM menjadi 91,95 sehingga dikdasmen menjadi 94,61. R-K/RK jenjang SD menjadi 100, jenjang SMP menjadi 98,96, dan jenjang SM menjadi 87,50 sehingga dikdasmen menjadi 96,15. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SMP sebesar 90,48 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 375
10,81, %RUKS terbaik pada jenjang SD sebesar 72,97 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 47,62, %RKom pada jenjang SMP dan SM sebesar 100 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 0, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 100 jika dibandingkan dengan jenjang SMP sebesar 54,29. %ROR disemua jenjang 0 karena tidak ada datanya. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SM sebesar 98,64 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SMP sebesar 98,29 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,48. DT yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 97,19 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 62,78 sedangkan dikdasmen sebesar 78,01. SB yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 0,35 walaupun belum mencapai separuh dan terburuk adalah jenjang SD dan SMP sebesar 0,13 karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 0,20 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SD sebesar 100 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 74,96. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 91,50, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 90,11 dan terburuk jenjang SD sebesar 62,23 sedangkan dikdasmen sebesar 78,65. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,16 dan terburuk jenjang SMP sebesar 96,94 sedangkan dikdasmen sebesar 97,83. AU terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,51 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 93,75 sedangkan dikdasmen sebesar 96,41. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,91 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 98,59 sedangkan dikdasmen sebesar 99,33 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SD sebesar 89,56 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 63,03 sedangkan dikdasmen sebesar 81,05. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SMP sebesar 90,48 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 10,81 sedangkan dikdasmen sebesar 35,34%. Untuk %RUKSb terbaik pada jenjang SD sebesar 72,97 terkecuali pada jenjang jenjang SMP sebesar 47,62 sedangkan dikdasmen sebesar 65,52. Untuk %Rkomb jenjang SMP dan SM sebesar 100 sudah ideal, SD sebesar 0 sedangkan dikdasmen sebesar 36,21. %Lab di jenjang SMP sebesar 100 sudah ideal sedangkanjenjang SM sebesar 20 dan dikdasmen sebesar 62,70. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,07 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 59,09 sedangkan dikdasmen sebesar 86,45. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,11 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 75,57 dengan dikdasmen sebesar 89,01%. S-Swt terbaik adalah jenjang SD sebesar 100 telah optimal dan 376
terkecil adalah jenjang SM sebesar 42,41 sedangkan dikdasmen sebesar 74,94. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SMP dan SM sebesar 100 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 90,17 sedangkan dikdasmen sebesar 100. AMM SD sebesar 90,04 berarti belum maksimal sedangkan AM SMP sebesar 100 begitu pula pada jenjang SM sebesar 100 sedangkan dikdasmen sebesar 96,80. SBS SD sudah ideal sedangkan AS SMP dan SM masing-masing sebesar 98,55 dan 98,10. RLB terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,53 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 94,20 sedangkan dikdasmen sebesar 97,28. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 96,48 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 76,65 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 88,78. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SMP yang terbaik sebesar 65,20 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 53,92 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 58,30. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SMP yang terbaik sebesar 87,73 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 71,99 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 7909. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SD yang terbaik sebesar 99,39 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 59,02 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 80,27. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SM yang terbaik sebesar 99,41 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 93,69 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 97,42. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K4, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD SMP 54.37 78.61 90.82 98.49 71.99 87.73 99.39 65.92 96.09 99.16 82.53 85.98 PRATAMA PRATAMA
SM Dikdasmen Jenis 69.69 63.99 KURANG 87.14 92.16 UTAMA 77.55 79.09 KURANG 66.39 77.24 KURANG 99.41 98.22 PARIPURNA 80.04 82.14 PRATAMA KURANG PRATAMA
377
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 84,87 termasuk kategori pratama dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 73,91 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 80,89 termasuk kategori pratama. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 120.00 100.00 80.00 60.00
40.00 20.00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K1 yang terburuk sebesar 69,69 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 99,41 termasuk kategori paripurna sehingga kinerja dikdasmen sebesar 82,14 termasuk kategori pratama. Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 Misi K1 100.0 80.0 60.0
40.0
Misi K5
Misi K2
20.0 0.0
Misi K4
Misi K3
378
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kota Payakumbuh Tahun 2012/2013 SD 82.5
80.0 SM
SMP 86.0
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 84,98 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 80,04 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 82,14 termasuk dalam kategori pratama. 5. Simpulan dan Saran a.
Simpulan
Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K5 jenjang SM yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 99,41 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori paripurna. Sebaliknya, misi K1 jenjang SD yang terburuk sebesar 54,37 termasuk kinerja kategori kurang dibandingkan misi K lainnya dengan jenjang SM yang terburuk sebesar 80,04 termasuk kinerja kategori kurang dan jenjang SMP sebesar 85,98 termasuk kinerja kategori pratama. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SMP sebesar 85,98 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 80,04 namun kesemuanya termasuk kinerja kategori pratama. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kota Payakumbuh termasuk kinerja kategori pratama. b. Saran Kinerja pendidikan di Kota Payakumbuh termasuk kategori pratama, untuk itu misi K1 dan K4 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masingmasing 69,69 dan 66,39. 379
Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan pada indikator %ruang Olahraga melalui cara membuat sarana untuk berolahraga pada jenjang SM. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator TPS melalui cara meningkatkan pelayanan sekolah pada jenjang SM. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator %rkom baik melalui cara menambah ruang komputer. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator PG IPK melalui cara menyetarakan antara siswa yang masuk antara laki-laki dan perempuan. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator RLB melalui cara meningkatkan prestasi belajar siswa agar bisa lulus tepat waktu.
380
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA BINTAN
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan 381
dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di tingkat SD. 382
Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00
383
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kota Bintan maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kota Bintan. Peta 1
Kota Bintan
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kota Bintan terdapat sejumlah kecamatan dan 51 desa, dengan luas wilayah 87.717 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kota Bintan sebesar 159.116 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 2 orang per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 9.738 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 1,81 orang per km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 19.761 anak dengan rincian laki-laki sebesar 10.219 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 9.542 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 0,23 orang per km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 8.055 orang dengan rincian laki-laki sebesar 4.202 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 3.853 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 0,09 orang per km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 6.869 orang dengan rincian laki-laki sebesar 3.522 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 3.347 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 0,08 orang per km2.
384
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kota Bintan Tahun 2012 No. Variabel 1 Penduduk 2 Penduduk 6-7 tahun 3 Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan 4 Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan 5 Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan 6 Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 159,116 9,738 19,761 10,219 9,542 8,055 4,202 3,853 6,869 3,522 3,347 87,718
% Kepadatan 100.00 1.81 6.12 0.11 12.42 0.23 51.71 48.29 5.06 0.09 52.17 47.83 4.32 0.08 51.27 48.73
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Bintan2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kota Bintan Tahun 2012 2.00
1.81
1.80
1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40
0.23
0.11
0.20
0.09
0.08
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
Kepadatan Penduduk
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kota Bintan Tahun 2012 P6-7 th 6%
P7-12 th 13% P13-15 th 5% P16-18 th 4%
Pusia lainnya 72%
385
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kota Bintan. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 6,12%, usia 7-12 tahun sebesar 12,42%, usia 13-15 tahun sebesar 5,06%, dan 16-18 tahun sebesar 4,32% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 72%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 72,08% atau 34.685 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kota Bintan. Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SMA sebesar 36.931 orang atau 23,21% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tamat sarjana sebesar 3.882 orang atau 2,44%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 153.579 orang atau 96,52% sedangkan yang buta huruf sebesar 5.537 orang atau 3,48%. Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kota Bintan sebesar 318.232 orang. Angkatan kerja sebesar 159.116 orang atau 50% yang bekerja sebanyak 146.991 orang atau 92,38% dan pengangguran terbuka sebanyak 12.125 orang atau 7,62%. Bukan angkatan kerja sebesar 159.116 orang dan terbesar adalah mengurus rumah tangga sebesar 105.255 orang atau 66,15% dan bersekolah sebesar 39.111 orang atau 24,58%, dan terkecil adalah lainlain sebesar 14.750 orang atau 9,27%. Penduduk miskin di Kota Bintan sebesar 9.547. Keadaan alam dilihat dari curah hujan sebesar 324 mm dan hari hujan per tahun adalah 17 hari. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kota Bintan Tahun 2012 386
Tidak Terjawab 0% Tamat SMK 10%
Tamat Tamat Sarjana Diploma 2% 4%
Tamat SMA 23%
Tidak/belum tamat SD 21%
Tidak pernah sekolah 3%
Tamat SD 20% Tamat SMP 17%
3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kota Bintandengan PAD sebesar Rp 141.000, PBB sebesar Rp.18.000, APBD sebesar Rp.841.000, PDRB sebesar Rp.3.502, dan pendapatan per kapita yang dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya sebesar Rp.22 sedangkan UMR sebesar Rp.975. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kota Bintan Tahun 2012 18,000 18,000
16,000 14,000 12,000 10,000
8,000 6,000 4,000
2,000
841
141
4
22
975
0 PAD (juta)
PBB (ribu)
APBD (juta)
PDRB (ribu)
P/Kapita
UMR
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 4 387
dan Grafik 5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kota Bintan sebesar Rp.454.542. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SMP sebesar Rp.217271. atau 47,80% dan terkecil adalah SM sebesar Rp. 95.000 atau 20,90%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kota Bintan prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SM dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. *(SD (wajib belajar 9 tahun), SMP dan SM ( Peningkatan Mutu Pendidikan)).
Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kota Bintan No. 1 2 3 4 5 6
Tahun 2012 Jenjang Pendidikan Jumlah PAUD 0 PNF 0 SD 142,271 SMP 217,271 SM 95,000 Lainnya 0 Jumlah 454,542
% 31.30 47.80 20.90 100.00
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Bintan2013
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kota Bintan Tahun 2012 Lainnya PAUD PNF 0% 0% 0% SM 21%
SD 31%
SMP 48%
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. 388
Berdasarkan Grafik 6 mata pencaharian penduduk di Kota Bintan yang terbesar adalah pada pertanian sebesar 39.620 orang atau 24,90% sedangkan mata pencaharian terkecil pada keuangan sebesar 4.726 orang atau 2,97%. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan sektor primer di Kota Bintan Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor
Kota Bintan Tahun 2012 Jasa 19%
Keuangan 3%
Pertanian 25%
Angkutan 4% Pertambangan 6%
Perdagangan 20%
Industri 13%
Bangunan 9%
Listrik 1%
4. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kota Bintan yang terbesar beragama Islam sebesar 136.980 orang atau 86,10% dan beragama Hindu yang terkecil sebesar 248 orang atau 0,16%. Berdasarkan kesehatan maka di Kota Bintan terdapat sejumlah 1 rumah sakit dan 58 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. 389
Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Sekolah Rombongan Belajar Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Ruang Komputer Laboratorium Ruang Olahraga
SD
SMP
95 836 652 70 40 14 80
35 238 243 18 13 10 15 34
SM 17 159 141 12 9 11 27 16
Dikdasmen 147 1,233 1,036 100 62 35 42 130
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Bintan 2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kota Bintan terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 147 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 95 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 17 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah.
390
Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kota Bintan Tahun 2012/2013 1,400
1,200 1,000 800 600 400 200 0 SD
SMP
SM
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Siswa Baru 3,226 2,362 1,606 7,194 Siswa 17,759 6,503 4,355 28,617 Lulusan 2,190 1,866 1,105 5,161 Guru 1,321 577 432 2,330 Mengulang 801 69 37 907 Putus Sekolah 33 16 15 64 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Bintan2013
Pada Tabel 5 dan Tabel 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 17.759, tersedia 95 sekolah dan 652 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 836. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 6.503 orang, tersedia 35 sekolah dan 243 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 238. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 4.355 orang, tersedia sebesar 17 sekolah dan 141 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 159. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 28.617 orang di 147 sekolah dan 1.036 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 1.233. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SD dan SM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang SMP dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kota Bintan, untuk jenjang SD kekurangan 184 ruang, 391
namun jenjang SMP kelebihan 5 ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 18 ruang sehingga untuk dikdasmen kekurangan 197 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SD dan SM tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SD dan SM sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SMP yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kota Bintan masih kekurangan 25 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 17 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 5 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 47 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 55 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 22 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 8 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 85 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 81 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 25 ruang komputer dan jenjang SM kekurangan 6 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 112 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 20 laboratorium dan jenjang SM kekurangan 58 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 78 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 15 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 1 ruang, dan jenjang SM kekurangan 1 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 17 ruang Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 6 dan Grafik 9 ternyata di Kota Bintan mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 801 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SM sebesar 37 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 907 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SD sebesar 33 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SM sebesar 15 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 64 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar 392
pada jenjang SD hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Bintan Tahun 2012/2013 28,617
30,000 25,000 20,000
17,759
15,000 10,000
5,000
7,194
6,503 3,226
2,190 1,321
2,362 1,866 577
4,355 1,606 1,105 432
SMP
SM
5,161 2,330
0 SD Siswa Baru
Siswa
Lulusan
Dikdasmen Guru
Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kota Bintan Tahun 2012/2013 1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
907 801
33
SD
69
37
16
15
SMP
SM
Mengulang
Putus Sekolah
393
64
Dikdasmen
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Layak 599 468 401 1,468 2 Tidak Layak 722 109 31 862 Jumlah 1,321 577 432 2,330 1 % Layak 45.34 81.11 92.82 63.00 2 % Tidak Layak 54.66 18.89 7.18 37.00 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Bintan2012
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Bintan Tahun 2012/2013 2,330
2,500 2,000
1,468
1,321
1,500 1,000 599
862
722
577
468
500
109
432
401
31
0 SD
SMP Layak
SM
Tidak Layak
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kota Bintan terdapat di jenjang SMP sebesar 468 orang atau 81,11% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SD sebesar 599 orang atau 45,34%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 722 orang atau 54,66% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 31 orang atau 4,23%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 1.468 orang atau 63% dan tidak layak sebesar 862 orang atau 37%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam
394
rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang kelas di Kota Bintan ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 467 atau 71,63% sedangkan ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 133 ruang atau 94,33%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SD sebesar 27 ruang atau 4,14% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SM sebesar 4 ruang atau 2,84%. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik 467 193 133 793 2 Rusak Ringan 158 35 4 197 3 Rusak Berat 27 15 4 46 Jumlah 652 243 141 1,036 1 % Baik 71.63 79.42 94.33 76.54 2 % Rusak Ringan 24.23 14.40 2.84 19.02 3 % Rusak Berat 4.14 6.17 2.84 4.44 Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kota Bintan2012
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 793 atau 76,54% dan rusak berat sebesar 46 atau 4,44%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SM banyak yang berada di daerah kota dan yang mudah dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kota Bintan, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 10 atau 83,33% sedangkan perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 64 ruang atau 91,43%. Hal yang sama untuk jumlah perpustakaan yang rusak terbesar di 395
jenjang SD sebesar 6 ruang atau 8,6% sedangkan perpustakaan yang rusak terkecil di jenjang SM sebesar 2 ruang atau 6,0%. Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 793 800 700
600 500
467
400 300
133 35 15
27
100
197
193
158
200
4
46
4
0 SD
SMP Baik
SM
Rusak Ringan
Dikdasmen
Rusak Berat
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 64 6 70 91.43 8.57
SMP 16 2 18 88.89 11.11
SM 10 2 12 83.33 16.67
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 100 100
90
90 80
70
70
64
60 50 40 30
20 10
18
16 6
12
10 2
2
SMP
SM
10
0 SD
Baik
Rusak
396
Jumlah
Dikdasmen
Dikdasmen 90 10 100 90.00 10.00
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kota Bintan, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang untuk semua jenjang dalam kondisi baik. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SD 40 0 40 100.00 -
SMP
SM
13 0 13 100.00 -
9 0 9 100.00 -
Dikdasmen 62 0 62 100.00 -
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 70
62
62
60 50
40
40
40 30 20 10
13
13
9
9
0
0
0
SD
SMP
SM
0
0
Baik
Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kota Bintan, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer untuk semua jenjang dalam kondisi baik.
397
Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 SD SMP 14 10 0 0 14 10 100.00 100.00 -
No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SM 11 0 11 100.00 -
Dikdasmen 35 0 35 100.00 -
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 35
35
35 30 25 20
14
14
15
10
11
10
11
10 5
0
0
SD
SMP
0
0
0
Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SMP 31 11 42 73.81 26.19
SM Dikdasmen 20 51 3 14 23 65 86.96 78.46 13.04 21.54
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kota Bintan, ternyata semua jenjang pendidikan tidak memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium dalam kondisi baik
398
Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
SMP 15 0 15 100.00 -
SM 27 0 27 100.00 -
Dikdasmen 42 0 42 100.00 -
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No.
Jenis Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
Satuan siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD 187 21 1.28 73.68 42.11 14.74 84.21
SMP 186 27 0.98 51.43 37.14 28.57 42.86 97.14
SM 256 27 1.13 70.59 52.94 64.71 31.76 94.12
Dikdasmen 195 23 1.19 68.03 42.18 23.81 35.00 88.44
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kota Bintan sangat bervariasi antara 186 di jenjang SMP yang terjarang sampai 256 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 195. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 187 atau mencapai 77,89% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP 399
menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 186 atau mencapai 51,61% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 256 siswa atau mencapai 53,37% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SD dan paling buruk adalah jenjang SMP. Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kota Bintan Tahun 2012/2013 300 250 200 150
100 50 0 Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK
SD 187
SMP 186
SM 256
Dikdasmen 195
21
27
27
23
1.28
0.98
1.13
1.19
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kota Bintanuntuk jenjang SD sebesar 21, untuk jenjang SMP sebesar 27, dan untuk jenjang SM sebesar 27 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 23 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 75,87% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 85,39% atau belum maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 85,59% atau belum maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin kurang efisien dan kurang padat atau belum di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kota Bintan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,98 di jenjang SMP dan sampai 1,28 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 28,22% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 2,06% ruang kelas 400
yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 12,77% belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SD dan SM, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SD dan SM akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 1,19 ternyata masih terdapat 19,02% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kota Bintan Tahun 2012/2013 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
%Perpus
SD 73.68
SMP 51.43
SM 70.59
Dikdasmen 68.03
%RUKS
42.11
37.14
52.94
42.18
%Rkom
14.74
28.57
64.71
23.81
%Lab
0.00
42.86
31.76
35.00
%ROR
84.21
97.14
94.12
88.44
%Perpus di Kota Bintan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 51,43% di jenjang SMP sampai 73,68% di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 26,32% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 48,57% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 29,41% sekolah belum memiliki perpustakaan sehinggat dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 31,97%. %RUKS di Kota Bintan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 51,43% di jenjang SMP sampai 73,68 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 57,89% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 62,86% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 47,06% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 42,18%. %RKom di Kota Bintan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 14,74% di jenjang SD sampai 64,71 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 82,26% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 71,43% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 35,29% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 76,19%. 401
%Lab di Kota Bintan pada kenyataannya juga bervariasi.%Lab SM sebesar 31,76% sedangkan %Lab SMP sebesar 42,86% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 76,19 %. %ROR di Kota Bintan pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 84,21% di jenjang SD sampai 97,14 di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 15,79% sekolah belum memiliki ruang olahraga. Pada jenjang SMP terdapat 2,86% sekolah belum memiliki ruang olahraga dan jenjang SM terdapat 5,88% sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang olahraga sebesar 11,56%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada Tabel 14 Keterjangkauan layanan pendidikan di Kota Bintan yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SD sebesar 70 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SM sebesar 42. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SM yang paling buruk sedangkan jenjang SD yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 404 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 208 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SD sebesar Rp.8.265 dan terbesar adalah jenjang SMP sebesar Rp.38.272. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp.16.773. Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kota Bintan Tahun 2012/2012 No. 1 2 3
Jenis Indikator TPS DT SB
Satuan siswa siswa rupiah
SD
SMP
SM
Dikdasmen
70 208 8,265
46 230 38,272
42 404 22,571
53 303 16,773
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat 402
dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kota Bintan Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Indikator % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
Satuan persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD 67.36 45.34 13 89.83 4.62 0.19 55.86 67.37 42.11 14.74 -
SMP 81.11 11 92.79 1.09 0.25 81.09 45.71 37.14 28.57 42.86
SM 92.82 10 84.29 0.87 0.35 83.65 58.82 52.94 64.71 20.00
Dikdasmen 63.00 12 89.60 3.25 0.23 64.31 61.22 42.18 23.81 35.00
Berdasarkan Tabel 15, %SB TK ternyata sebesar 67,36 cukup kecil walaupun sudah ada separuh. Berdasarkan Tabel 15 dan Grafik 18, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 92,82% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 45,34%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kota Bintan. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 92,82% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kota Bintanharus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 63% belum cukup tinggi karena mencapai separuh dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 37% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 13 di jenjang SD sampai 10 di jenjang SM dan rata-rata dikdasmen sebesar 12. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 13 atau 72,22% belum mencapai standar atau kekurangan guru. Untuk 403
SMP sebesar 11 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 91,67% atau kekurangan guru, dan SM telah didayagunakan secara maksimal karena mencapai 100%. AL di Kota Bintan yang terbesar terjadi di jenjang SMP sebesar 92,79% dan terkecil pada jenjang SM sebesar 84,29% sedangkan jenjang SD sebesar 89,83%. Kecilnya AL di jenjang SM perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SM yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,87% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SD sebesar 4,62%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,19% sedangkan jenjang SM. yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,35%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 89,60%, AU Dikdasmen sebesar 3,25% dan APS Dikdasmen sebesar 0,23%. Grafik 18 Persentase Kualitas SDM
Kota Bintan Tahun 2012/2013 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 -
%Glayak 45.3
R-S/G 79.1
AL 89.8
AU 4.6
APS 0.2
SMP
81.1
75.1
92.8
1.1
0.3
SM
92.8
84.0
84.3
0.9
0.4
Dikdasmen
63.0
79.4
89.6
3.3
0.2
SD
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SM sebesar 83,65% dan terkecil di jenjang SD sebesar 55,86%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SMP dan jenjang SM cukup baik karena mencapai lebih dari %. %Rkb dikdasmen mencapai 64,31% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Bintan terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti.
404
Grafik 19 Persentase Kualaitas Prasarana Pendidikan
Kota Bintan Tahun 2012/2013 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 SD
%RKb 55.9
%Perpusb 67.4
%RUKSb 42.1
%Rkomb 14.7
%Labb -
SMP
81.1
45.7
37.1
28.6
42.9
SM
83.6
58.8
52.9
64.7
20.0
Dikdasmen
64.3
61.2
42.2
23.8
35.0
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SD sebesar 67,37% namun kurang dari 100% yang berarti terdapat 32,63% sekolah yang belum memiliki perpustakaan dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 45,71%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SM sebesar 64,71% lebih baik daripada jenjang SD sebesar 14,74%. Sebaliknya, %Lab jenjang SMP sebesar 42,86% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 57,14 % sekolah yang belum memiliki laboratorium. Peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 20%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Bintanterhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 61,22%, %Rkomb sebesar 23,81%, dan %Labb sebesar 35%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt.
405
Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kota Bintan Tahun 2012/2012 No. 1 2 3
Jenis Indikator PG APK IPG APK % S-Swt
Satuan
SD
persentase indeks persentase
SMP
3.82 0.96 3.65
SM
1.82 0.98 8.52
-11.54 1.20 13.59
Dikdasmen 0.37 1.00 6.27
Berdasarkan Tabel 3.12 dan Grafik 3.14, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SMP sebesar 1,82% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SM sebesar -11,54% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang/cukup bagus sebesar 0,37% dan laki-laki lebih baik dari perempuan. arti belum seimbang sedangkan jenjang SM makin jauh dari seimbang sebesar -11,54 yang berarti perempuan lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 1 yang berarti sudah seimbang dan laki/perempuan lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar 13,59% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 3,65%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 6,27%. Grafik 20 PG dan IPG APK
Kota Bintan Tahun 2012/2012 6.00 4.00 2.00
3.82 0.96
1.82
1.20
0.98
0.37
1.00
(2.00)
SD
SMP
SM
Dikdasmen
(4.00) (6.00) (8.00) (10.00)
(12.00)
(11.54)
(14.00) PG
IPG
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa 406
yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 78,72%, jenjang SMP sebesar 56,35% dan jenjang SM sebesar 47,82% sehingga dikdasmen sebesar 67,40%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SD sebesar 89,87% sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar 63,40% sehingga dikdasmen sebesar 82,51% belum mendekati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kota Bintan Tahun 2012/2012 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
78.72 89.87 30.83 98.81 6.27
56.35 80.73 107.85 99.72 3.04
47.82 63.40 86.07 99.71 3.03
Dikdasmen 67.40 82.51 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 30,83%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 107,85% sangat baik karena telah lebih dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 86,07% sangat rendah jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kota Bintan agak berbeda karena AM ke SD dan SM kurang dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kota Bintan atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SMP di Kota Bintan termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SMP di Kota Bintan. 407
Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kota Bintan Tahun 2012/2013 120.00 100.00 80.00 60.00
40.00 20.00 0.00 SD
SMP APK
SM
AMM/AM
AB5/AB
Dikdasmen RLB
RLB jenjang SM sebesar 3,03 tahun belum ideal karena belum standar dan jenjang SD paling buruk sebesar 6,27 tahun. RLB seluruh jenjang melebihi standar karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. RLB jenjang SM sebesar 3,03 tahun belum ideal karena belum standar. 3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kota Bintan Tahun 2012/2013
408
Misi
No.
Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
SD 187 21 1.28 73.68 42.11 14.74 84.21 70 208 8,265 67.36 45.34 13 89.83 4.62 0.19 55.86 67.37 42.11 14.74 3.82 0.96 3.65 89.87 30.83 98.81 6.27
SMP 186 27 0.98 51.43 37.14 28.57 42.86 97.14 46 230 38,272 81.11 11 92.79 1.09 0.25 81.09 45.71 37.14 28.57 42.86 1.82 0.98 8.52 80.73 107.85 99.72 3.04
SM 256 27 1.13 70.59 52.94 64.71 31.76 94.12 42 404 22,571 92.82 10 84.29 0.87 0.35 83.65 58.82 52.94 64.71 20.00 (11.54) 1.20 13.59 63.40 86.07 99.71 3.03
Dikdasmen 195 23 1.19 68.03 42.18 23.81 35.00 88.44 53 303 16,773 63.00 12 89.60 3.25 0.23 64.31 61.22 42.18 23.81 35.00 0.37 1.00 6.27 82.51 -
Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18. Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 18 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai rata409
rata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB. Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kota Bintan Tahun 2012/2013 Misi
No.
Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
SD
SMP
SM
77.89 75.87 77.99 73.68 42.11 14.74 84.21 64.39 79.80 18.93 67.36 45.34 79.08 89.83 95.38 99.81 55.86 67.37 42.11 14.74 96.18 95.84 39.72 78.15 56.05 100.00 95.74
51.61 85.39 97.94 51.43 37.14 28.57 42.86 97.14 98.09 63.23 74.92 81.11 75.14 92.79 98.91 99.75 81.09 45.71 37.14 28.57 42.86 98.18 97.77 35.64 80.73 100.00 99.72 98.81
53.37 85.59 88.68 70.59 52.94 64.71 31.76 94.12 98.39 70.15 46.83 92.82 84.01 84.29 99.13 99.65 83.65 58.82 52.94 64.71 20.00 88.46 83.36 28.68 63.40 86.07 99.71 99.09
410
Dikdasmen 60.96 82.28 88.20 68.03 42.18 23.81 37.31 88.44 86.96 71.06 46.89 63.00 79.41 89.60 96.75 99.77 64.31 61.22 42.18 23.81 35.00 99.63 99.55 34.68 82.51 80.71 99.81 97.88
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 77,89, jenjang SMP menjadi 51,61, dan jenjang SM menjadi 53,37 sehingga dikdasmen menjadi 60,96. R-S/K jenjang SD menjadi 75,87, jenjang SMP menjadi 85,39, dan jenjang SM menjadi 82,28. R-K/RK jenjang SD menjadi 77,99, jenjang SMP menjadi 97,94, dan jenjang SM menjadi 88,68. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SD sebesar 73,68 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 51,43, %RUKS terbaik pada jenjang SM sebesar 52,94 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 37,14, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 64,71 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 14,74, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 42,86 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 31,76. %ROR terbaik pada jenjang SMP sebesar 97,14 jika dibandingkan dengan jenjang SD sebesar 84,21. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SM sebesar 98,39 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SD sebesar 64,39 sedangkan Dikdasmen sebesar 86,96. DT yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 79,80 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 63,23 sedangkan dikdasmen sebesar 71,06. SB yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 74,92 walaupun mencapai separuh dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 18,93 karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 46,89 sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SM sebesar 84,01 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 75,14. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 67,38, %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 92,82 dan terburuk jenjang SD sebesar 45,34 sedangkan dikdasmen sebesar 63. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SMP sebesar 92,79 dan terburuk jenjang SM sebesar 84,29 sedangkan dikdasmen sebesar 89,60. AU terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,13 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 95,38 sedangkan dikdasmen sebesar 96,75. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,81 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 99,65 sedangkan dikdasmen sebesar 99,77 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SM sebesar 83,65 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 55,86 sedangkan dikdasmen sebesar 64,31 Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SD sebesar 67,37 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 45,71 sedangkan dikdasmen sebesar 61,22%. Untuk %RUKSb jenjang SM sebesar 52,94 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 42,11 sedangkan dikdasmen sebesar 411
42,18. Untuk %Rkomb jenjang SM sebesar 64,71 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 14,74 sedangkan dikdasmen sebesar 23,81. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 42,86 daripada jenjang SM sebesar 20 sedangkan dikdasmen sebesar 23,81. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 96,14 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 88,46 sedangkan dikdasmen sebesar 0,37. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 99,77 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 99,55 dengan dikdasmen sebesar 99,55%. S-Swt terbaik adalah jenjang SM sebesar 13,59 belum optimal dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 3,65 sedangkan dikdasmen sebesar 6,27. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SD sebesar 89,87 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 63,40 sedangkan dikdasmen sebesar 82,51. AMM SD sebesar 30,83 berarti belum maksimal sedangkan AM SMP sebesar 107,85 pada jenjang SD yang terkecil lebih buruk daripada AM SM sebesar 86,07. RLB terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,09 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 6,27. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 162,10 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 56,42 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 94,16. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SMP yang terbaik sebesar 78,74 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 54,37 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 68,30. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SM yang terbaik sebesar 74 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 65,69 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 69,33. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SD yang terbaik sebesar 77,25 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 66,83 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 73,76. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 94,82 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 82,49 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 88,12. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K1, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikanSM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5.
412
Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kota Bintan Tahun 2012/2013 Misi
SD
Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
162.10 54.37 65.69 77.25 82.49 88.38 MADYA
SMP
SM
56.42 78.74 68.31 77.20 94.82 75.10 KURANG
Dikdasmen
63.95 71.79 74.00 66.83 87.07 72.73 KURANG
94.16 68.30 69.33 73.76 88.12 78.73 KURANG
Jenis UTAMA KURANG KURANG KURANG MADYA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 88,38 termasuk kategori madya dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 72,73 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 78,73 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kota Bintan Tahun 2012/2013 180.00
160.00 140.00 120.00
100.00 80.00
60.00 40.00 20.00
0.00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K2 dan K3 yang terburuk sebesar 68,30 dan 69,33 termasuk kategori kurang dan misi K1 yang terbaik sebesar 94,16 termasuk kategori utama sehingga kinerja dikdasmen sebesar 78,73 termasuk kategori kurang.
413
Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kota Bintan Tahun 2012/2013 Misi K1 100.0 80.0 60.0
40.0
Misi K5
Misi K2
20.0 0.0
Misi K4
Misi K3
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kota Bintan Tahun 2012/2012 SD 88.4
SM72.7
SMP 75.1
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.26, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 88,38 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 72,73 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 78,73 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a.
Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K1 414
jenjang SD yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 94,16 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori utama. Sebaliknya, misi K2 jenjang SD yang terburuk sebesar 54,37 termasuk kinerja kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SD sebesar madya dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 72,73 namun kesemuanya termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kota Bintan termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SMP maka diperlukan peningkatan pada indikator %Perpustakaan, %Ruang UKS, %R.Komputer, %Lab dan %Ruang Olahraga melalui cara pembangunan ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang Komputer, ruang laboratorium dan ruang olahraga. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator SB (Rp) melalui cara penambahan subsidi dari pemerintah. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator %RUKS baik, Rkom baik dan %Lab baik melalui cara rehabilitasi UKS, Komputer dan laboratorium. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator PG APK melalui cara peningkatan jumlah siswa perempuan. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator RLB melalui cara menekan angka mengulang agar RLB bisa ideal.
415
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA BATAM
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kota Batam, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan 416
dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di tingkat SD. 417
Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Satuan Rasio S/Sek Siswa Rasio S/K Siswa Rasio K/RK Kelas % Perpustakaan Persentase % Ruang UKS Persentase % R. Komputer Persentase % Laboratorium Persentase % Ruang Olahraga Persentase TPS Siswa DT Siswa SB Rupiah % SB TK Persentase % GL Persentase R-S/G Siswa AL Persentase AU Persentase APS Persentase % RKb Persentase % Perpus baik Persentase % RUKS baik Persentase % RKom baik Persentase % Lab baik Persentase PG APK Persentase IPG APK Indeks % S-Swt Persentase APK Persentase AMM/AM Persentase AB5/AB Persentase RLB Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00 418
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kota Batam maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kota Batam Peta 1
Kota Batam
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kota Batam terdapat sejumlah 12 kecamatan dan 64 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 1.038.840 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kota Batam sebesar 1.198.232 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 1,15 orang per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 68.481 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 102.118 orang per km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 102.118 anak dengan rincian laki-laki sebesar 48.579 anak lebih kecil daripada perempuan sebesar 53.539 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 0,10 orang per km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 31.325 orang dengan rincian laki-laki sebesar 13.680 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 17.645 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 0,03 orang per km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 27.273 orang dengan rincian laki-laki sebesar 11.301 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 15.972 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 0,03 orang per km2. 419
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kota Batam Tahun 2012 No. 1 2 3
4
5
6
Variabel Penduduk Penduduk 6-7 tahun Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 1,198,232 68,481 102,118 48,579 53,539 31,325 13,680 17,645 27,273 11,301 15,972 1,038,840
% 100.00 5.72 8.52 47.57 52.43 2.61 43.67 56.33 2.28 41.44 58.56
Kepadatan 1.15 0.07 0.10
0.03
0.03
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kota Batam2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kota Batam Tahun 2012 1.40 1.20
1.15
1.00 0.80 0.60
0.40 0.20
0.07
0.10
Usia 6-7 tahun
Usia 7-12 tahun
0.03
0.03
Usia 13-15 tahun
Usia 16-18 tahun
Kepadatan Penduduk
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kota Batam Tahun 2012 P6-7 th P7-12 th 6% 8% P13-15 th 3% P16-18 th 2%
Pusia lainnya 81%
420
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kota Batam. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 5,72%, usia 7-12 tahun sebesar 8,52%, usia 13-15 tahun sebesar 2,61%, dan 16-18 tahun sebesar 2,28% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 81%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 2,28% atau 27.273 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kota Batam. Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah SD sebesar 102.118 orang atau 8,52% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah SM sebesar 27.273 orang atau 2,28%. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kota Batam Tahun 2012 Tamat Diploma Tamat Sarjana 2% 3%
Tidak Terjawab 0%
Tidak pernah sekolah 26%
Tamat SMK 30%
Tamat SMA 15%
Tidak/belum tamat SD 8% Tamat SD 7%
Tamat SMP 9%
3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. 421
Grafik 4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kota Batam dengan PAD sebesar Rp.1.417.124, PDRB sebesar Rp.30.130.949, dan pendapatan per kapita yang dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya sebesar Rp.25.146.173 sedangkan UMR sebesar Rp.1.402.000. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kota Batam Tahun 2012 35,000,000
30,130,949
30,000,000
25,146,173
25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000
1,417,124
0
1,402,000
0
0 PAD (juta)
PBB (ribu)
APBD (juta)
PDRB (ribu)
P/Kapita
UMR
4. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kota Batam yang terbesar beragama islam sebesar 863.032 orang atau 72,03% dan beragama konghucu yang terkecil sebesar 1.362 orang atau 0,11%. Berdasarkan kesehatan maka di Kota Batam terdapat sejumlah 14 rumah sakit dan 15 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C.
422
Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Sekolah 317 124 86 527 Rombongan Belajar 3,538 990 891 5,419 Ruang Kelas 2,514 909 625 4,048 Perpustakaan 141 74 40 255 Ruang UKS 184 90 45 319 Ruang Komputer 0 99 103 202 Laboratorium 76 118 194 Ruang Olahraga 316 106 49 471 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Batam 2013
Berdasarkan Tabel 5 di Kota Batam terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 527 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 317 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 86 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah.
423
Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kota Batam Tahun 2012/2013 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000
1,000 0 SD
SMP
SM
Sekolah Ruang Kelas Ruang UKS Laboratorium
Dikdasmen
Rombongan Belajar Perpustakaan Ruang Komputer Ruang Olahraga
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Siswa Baru 21,974 12,662 8,254 42,890 Siswa 114,262 35,360 25,510 175,132 Lulusan 13,822 9,752 7,384 30,958 Guru 3,777 1,741 1,331 6,849 Mengulang 15 24 89 128 Putus Sekolah 24 9 38 71 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Batam 2013
Pada Tabel 5 dan 6 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 114.262, tersedia 317 sekolah dan 2.514 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 3.538. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 35.360 orang, tersedia 124 sekolah dan 909 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 990. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 25.510 orang, tersedia sebesar 86 sekolah dan 625 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 891. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 175.132 orang di 527 sekolah dan 4.048 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 5.419. Dari Tabel 5 juga diketahui ruang kelas jenjang SD yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kota Batam, untuk jenjang SD kekurangan 1.024 ruang, jenjang SMP kekurangan 81 ruang kelas, dan 424
jenjang SM kekurangan 266 ruang sehingga untuk dikdasmen kekurangan 1.371 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di semua jenjang tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang selanjutnya sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kota Batam Tahun 2012/2013 175,132
180,000 160,000 140,000 120,000
114,262
100,000 80,000 60,000 40,000 20,000
35,360 25,510 21,974 13,822 12,662 9,752 8,254 7,384 3,777 1,741 1,331
42,890 30,958 6,849
0 SD
SMP
Siswa Baru
Siswa
SM
Lulusan
Dikdasmen
Guru
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kota Batam masih kekurangan 176 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 50 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 46 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 272 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan133 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan34 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 41 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 208 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 25 ruang komputer dan jenjang SM kekurangan 17 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 325 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 48 laboratorium dan jenjang SM kelebihan 32 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 333 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 1 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 18 ruang, dan jenjang SM kekurangan 37 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 56 ruang. 425
Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 6 dan Grafik 9 ternyata di Kota Batam mengulang terbesar pada jenjang SM sebesar 89 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SD sebesar 15 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 128 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SM sebesar 38 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SMP sebesar 9 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 71 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SM harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SM hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen
Kota Batam Tahun 2012/2013 128
140
120 89
100
71
80 60
38
40 20
15
24
24 9
0
SD
SMP
SM
Mengulang
Dikdasmen
Putus Sekolah
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Layak 691 1,683 1,236 3,610 Tidak Layak 3,086 58 95 3,239 Jumlah 3,777 1,741 1,331 6,849 % Layak 18.29 96.67 92.86 52.71 % Tidak Layak 81.71 3.33 7.14 47.29 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kota Batam 2012
426
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kota Batam Tahun 2012/2013 8,000
6,849
7,000 6,000 5,000 4,000
3,777 3,086
3,610 3,239
3,000 1,000
1,741
1,683
2,000 691
1,331
1,236 95
58
0 SD
SMP Layak
Tidak Layak
SM
Dikdasmen
Jumlah
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 7 dan Grafik 10. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kota Batam terdapat di jenjang SM sebesar 1.236 orang atau 92,86% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SD sebesar 691 orang atau 18,29%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 3.086 orang atau 81,71% dan yang terendah di jenjang SMP sebesar 58 orang atau 3,33%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 3.610 orang atau 52,71% dan tidak layak sebesar 3.239 orang atau 47,29%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 8 dan Grafik 11. Berdasarkan ruang kelas di Kota Batam ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 600 atau 96% sedangkan ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 2.514 ruang atau 100%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat hanya ada di jenjang SM sebesar 5 ruang atau 0,80%.
427
Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 1 2 3
Variabel Baik Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah % Baik % Rusak Ringan % Rusak Berat
SD 2,514 0 0 2,514 100.00 -
SMP 898 11 0 909 98.79 1.21 -
SM 600 20 5 625 96.00 3.20 0.80
Dikdasmen 4,012 31 5 4,048 99.11 0.77 0.12
Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kota Batam 2012
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 4.012 atau 96% dan rusak berat sebesar 5 atau 0,80%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik/buruk prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang SM banyak yang berada di daerah kota/pinggiran dan yang mudah/sulit dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 9 dan Grafik 12. Berdasarkan perpustakaan di Kota Batam, ternyata semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang baik. Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 4,500
4,012
4,000 3,500 3,000
2,514
2,500 2,000 1,500
898
600
1,000 500
0
11 0
0
20 5
31 5
0 SD Baik
SMP
SM
Rusak Ringan
Rusak Berat
428
Dikdasmen
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 141 0 141 100.00 -
SMP 74 0 74 100.00 -
SM 40 0 40 100.00 -
Dikdasmen 255 0 255 100.00 -
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 300
255
255
250
200 150
141
141 74
100
74
40
50 0
0
40 0
0
0 SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 10 dan Grafik 13. Berdasarkan ruang UKS di Kota Batam, ternyata semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang baik. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 184 0 184 100.00 429
SMP 90 0 90 100.00 -
SM 45 0 45 100.00 -
Dikdasmen 319 0 319 100.00 -
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 319
350
319
300 250 200
184
184
150 90
100
90 45
50
0
45
0
0
0
0 SD
SMP Baik
SM Rusak
Dikdasmen
Jumlah
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 11 dan Grafik 14. Berdasarkan ruang komputer di Kota Batam, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang komputer yang baik. Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0!
SMP 99 0 99 100.00 -
SM 103 0 103 100.00 -
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 250 202
202
200 150
99
99
103
103
100
50 0
0
0
0
0
SMP
SM
0
0 SD
Baik
Rusak
430
Jumlah
Dikdasmen
Dikdasmen 202 0 202 100.00 -
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SMP 76 0 76 100.00 -
SM Dikdasmen 118 194 0 0 118 194 100.00 100.00 -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 12 dan Grafik 15. Berdasarkan laboratorium di Kota Batam, ternyata semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang baik. Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kota Batam Tahun 2012/2013 194
194
200 150
100
118 76
118
76
50 0
0
0
0
SMP
SM Baik
Rusak
Dikdasmen Jumlah
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR. 431
Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Indikator
Satuan
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase persentase
SD
SMP
SM
Dikdasmen
360 32 1.41 44.48 58.04 0.00 99.68
285 36 1.09 59.68 72.58 79.84 61.29 85.48
297 29 1.43 46.51 52.33 119.77 27.44 56.98
332 32 1.34 48.39 60.53 38.33 35.02 89.37
Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 16 maka R-S/Sek di Kota Batam sangat bervariasi antara 285 di jenjang SMP yang terjarang sampai 360 di jenjang SD yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 332. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 1,41 atau mencapai 40,73% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 1,09 atau mencapai 8,91% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 1,43 siswa atau mencapai 42,56% yang berarti sudah didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SMP dan paling buruk adalah jenjang SM. Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kota Batam untuk jenjang SD sebesar 32, untuk jenjang SMP sebesar 36, dan untuk jenjang SM sebesar 29 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 32 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 115% atau sudah maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 111,62% atau sudah maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 89,47% atau sudah maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin kurang efisien dan kurang padat. 432
Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kota Batam Tahun 2012/2013 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK
SD 360
SMP 285
SM 297
Dikdasmen 332
32
36
29
32
1.41
1.09
1.43
1.34
R-K/RK di Kota Batam pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 1,43 di jenjang SM dan sampai 1,09 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 40,73% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 8,91% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 42,56% sudah digunakan lebih dari sekali untuk kegiatan belajar mengajar. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 1,34 ternyata masih terdapat 33,87% ruang kelas yang sudah digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kota Batam Tahun 2012/2013 120.0 100.0 80.0 60.0
40.0 20.0 0.0
%Perpus
SD 44.5
SMP 59.7
SM 46.5
Dikdasmen 48.4
%RUKS
58.0
%Rkom
0.0
72.6
52.3
60.5
79.8
119.8
%Lab
38.3
0.0
61.3
27.4
%ROR
35.0
99.7
85.5
57.0
89.4
%Perpus di Kota Batam pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 44,5% di jenjang SD sampai 59,7 di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 55,5% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP 433
terdapat 40,3% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 53,5% sekolah belum memiliki perpustakaan sehingga dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 51,6%. %RUKS di Kota Batam pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 52,3% di jenjang SM sampai 72,6 di jenjang SMP. Untuk jenjang SD terdapat 42% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 27,4% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 47,7% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 39,5%. %RKom di Kota Batam pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 79,8% di jenjang SMP sampai 119,8 di jenjang SM. Pada jenjang SMP terdapat 20,2% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 19,8% sekolah memiliki ruang komputer lebih dari satu sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 61,7 %. %Lab di Kota Batam pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 61,3% sedangkan %Lab SM sebesar 27,4% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 35%. %ROR di Kota Batam pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 99,7% di jenjang SD sampai 57 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 0,3% sekolah belum memiliki ruang olahraga. Pada jenjang SMP terdapat 14,5% sekolah belum memiliki ruang olahraga dan jenjang SM terdapat 43% sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang olahraga sebesar 10,6%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada Tabel 14. Keterjangkauan layanan pendidikan di Kota Batam yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SD sebesar 116 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SM sebesar 50. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SM yang paling buruk sedangkan jenjang SD yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SD sebesar 322 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SMP sebesar 253 memiliki jangkauan terkecil.
434
Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator TPS DT SB
Satuan
SD
siswa siswa rupiah
SMP
116 322 0
SM
59 253 0
50 317 0
Dikdasmen 75 300 0
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kota Batam Tahun 2012/2013 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Indikator % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % R. Kom baik % Lab baik
Satuan persentase persentase siswa persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase persentase
SD 32.22 18.29 30 142.36 0.02 0.03 71.06 44.48 58.04 0.00 -
SMP 96.67 20 91.50 0.07 0.03 90.71 59.68 72.58 79.84 61.29
SM
Dikdasmen
92.86 19 97.43 0.38 0.16 67.34 46.51 52.33 119.77 20.00
52.71 26 110.78 0.09 0.05 74.04 48.39 60.53 38.33 35.02
Berdasarkan Tabel 3.11, %SB TK ternyata sebesar 32,22 sangat kecil karena tidak ada separuh. Berdasarkan Tabel 3.11 dan Grafik 3.12, %GL tertinggi terdapat di jenjang SMP sebesar 96,67% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 18,29%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kota Batam. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena 435
%GL tertinggi di jenjang SMP sebesar 96,67% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kota Batam harus benar-benar memprioritaskan guru-guru SD nya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 52,71% belum cukup tinggi. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 47,29% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 30 di jenjang SD sampai 19 di jenjang SM dan rata-rata dikdasmen sebesar 26. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 30 atau 166,67% sudah mencapai standar atau kekurangan guru. Untuk SMP sebesar 20 sudah didayagunakan secara maksimal sebesar 166,67% atau kekurangan guru, dan SM telah didayagunakan secara maksimal karena mencapai 190% atau kekurangan. AL di Kota Batam yang terbesar terjadi di jenjang SD sebesar 142,36% dan terkecil pada jenjang SMP sebesar 91,50% sedangkan jenjang SM sebesar 97,43%. Kecilnya AL di jenjang SMP perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,02% dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SM sebesar 0,38%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD dan SMP yang terbaik dengan nilai terkecil masing-masing sebesar 0,03% sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,16%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 110,78%, AU Dikdasmen sebesar 0,09% dan APS Dikdasmen sebesar 0,05%. Grafik 18 Persentase Kualitas SDM
Kota Batam Tahun 2012/2013 160.0 140.0 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 -
%Glayak 18.3
R-S/G 100.0
AL 142.4
AU 0.0
APS 0.0
SMP
96.7
100.0
91.5
0.1
0.0
SM
92.9
100.0
97.4
0.4
0.2
Dikdasmen
52.7
100.0
110.8
0.1
0.1
SD
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang 436
terdapat pada Tabel 15 dan Grafik 19 maka %RKb terbesar di jenjang SMP sebesar 90,71% dan terkecil di jenjang SM sebesar 67,34%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SM yang terkecil, kemudian jenjang SD dan jenjang SMP cukup baik karena mencapai lebih dari 90,71%. %Rkb dikdasmen mencapai 74,04% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Batam terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti. Grafik 19 Persentase Kualitas Prasarana Pendidikan
Kota Batam Tahun 2012/2013 120.0 100.0 80.0
60.0 40.0 20.0 SD
%RKb 71.1
%Perpusb 44.5
%RUKSb 58.0
%Rkomb -
%Labb -
SMP
90.7
59.7
SM
67.3
46.5
72.6
79.8
61.3
52.3
119.8
Dikdasmen
74.0
48.4
20.0
60.5
38.3
35.0
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SMP sebesar 59,68% kurang dari 100% yang berarti terdapat 40,32% sekolah tidak memiliki perpustakaan. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SD sebesar 79,84% lebih buruk daripada jenjang SM sebesar 119,77%. Sebaliknya, %Lab jenjang SM sebesar 80% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 20% sekolah belum memiliki laboratorium, sehingga peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kota Batam terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 48,39%, %Rkomb sebesar 38,33%, dan %Labb sebesar 35,02%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 437
Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kota Batam Tahun 2012/2012 No. 1 2 3
Jenis Indikator PG APK IPG APK % S-Swt
Satuan
SD
persentase indeks persentase
SMP
10.27 0.91 41.05
SM
24.98 0.80 30.79
33.37 0.70 40.00
Dikdasmen 17.45 0.85 38.83
Berdasarkan Tabel 16 dan Grafik 20, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SD sebesar 10,27% yang berarti laki-laki lebih besar daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SM sebesar 33,37% karena makin jauh dari angka 0 dan laki-laki lebih baik daripada perempuan. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 17,45% dan laki-laki lebih baik dari perempuan. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SD sebesar 0,91 yang berarti belum seimbang sedangkan jenjang SM makin jauh dari seimbang sebesar 0,70 yang berarti laki-laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 0,85 yang berarti belum seimbang dan laki-laki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SD untuk memperoleh siswa sebesar 41,05% yang terbesar sedangkan jenjang SMP yang terkecil sebesar 30,79%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 38,83%. Grafik 20 PG dan IPG APK
Kota Batam Tahun 2012/2013 40.00
33.37
35.00 30.00
24.98
25.00 17.45
20.00 15.00
10.27
10.00 5.00
0.91
0.80
0.70
0.85
SD
SMP PG
438
SM IPG
Dikdasmen
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 17 dan Grafik 21 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 97,29%, jenjang SMP sebesar 76,73% dan jenjang SM sebesar 54,90% sehingga dikdasmen sebesar 86,09%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SMP sebesar 112% sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar 93,54% sehingga dikdasmen sebesar 108,97% telah melewat1 angka 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kota Batam Tahun 2012/2012 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
97.29 111.89 17.55 99.96 6.00
76.73 112.88 91.61 99.99 3.00
54.90 93.54 84.64 99.83 3.01
Dikdasmen 86.09 108.97 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 17,55%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 91,61% cukup baik karena mendekati dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 84,64% rendah jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang 439
SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. RLB jenjang SD sebesar 6 tahun sudah ideal karena sesuai standar dan jenjang SMP juga udah ideal sebesar 3 tahun. RLB jenjang SM melebihi standar atau 3,01 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kota Batam Tahun 2012/2013 120.00 100.00
80.00 60.00 40.00
20.00 0.00
SD
SMP APK
AMM/AM
SM AB5/AB
Dikdasmen RLB
3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 18. Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi.
440
Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kota Batam Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
SD
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
360 32 1.41 44.48 58.04 99.68 116 322 32.22 18.29 30 142.36 0.02 0.03 71.06 44.48 58.04 10.27 0.91 41.05 111.89 17.55 99.96 6.00
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SMP 285 36 1.09 59.68 72.58 79.84 61.29 85.48 59 253 96.67 20 91.50 0.07 0.03 90.71 59.68 72.58 79.84 61.29 24.98 0.80 30.79 112.88 91.61 99.99 3.00
SM 297 29 1.43 46.51 52.33 119.77 27.44 56.98 50 317 92.86 19 97.43 0.38 0.16 67.34 46.51 52.33 119.77 20.00 33.37 0.70 40.00 93.54 84.64 99.83 3.01
Dikdasmen 332 32 1.34 48.39 60.53 38.33 35.02 89.37 75 300 52.71 26 110.78 0.09 0.05 74.04 48.39 60.53 38.33 35.02 17.45 0.85 38.83 108.97 -
Tabel 19 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 441
tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB. Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kota Batam Tahun 2012/2013 Misi
No.
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Jenis Indikator
SD
Rasio S/Sek 100.00 Rasio S/K 100.00 Rasio K/RK 71.06 % Perpustakaan 44.48 % Ruang UKS 58.04 % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga 99.68 TPS 38.75 DT 51.53 SB (Rp) #DIV/0! % SB TK 32.22 % GL 18.29 R-S/G 100.00 AL 100.00 AU 99.98 APS 99.97 % RK baik 71.06 % Perpus baik 44.48 % RUKS baik 58.04 % RKom baik % Lab baik PG APK 89.73 IPG APK 91.24 % S-Swt 100.00 APK 97.30 AMM/AM 31.91 AB5/AB 100.00 RLB 99.99
SMP
SM
Dikdasmen
79.21 100.00 91.82 59.68 72.58 79.84 61.29 85.48 98.51 69.40 #DIV/0! 96.67 100.00 91.50 99.93 99.97 90.71 59.68 72.58 79.84 61.29 75.02 80.32 100.00 100.00 91.61 99.99 99.94
61.80 89.47 70.15 46.51 52.33 100.00 27.44 56.98 98.65 55.06 #DIV/0! 92.86 100.00 97.43 99.62 99.84 67.34 46.51 52.33 100.00 20.00 66.63 70.49 84.40 93.54 84.64 99.83 99.58
80.34 96.49 77.67 48.39 60.53 38.33 44.37 89.37 78.64 58.66 #DIV/0! 52.71 100.00 100.00 99.91 99.95 74.04 48.39 60.53 38.33 35.02 82.55 85.27 94.80 100.00 69.38 99.94 99.84
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD 442
menjadi 100, jenjang SMP menjadi 79,21, dan jenjang SM menjadi 61,80 sehingga dikdasmen menjadi 80,34. R-S/K jenjang SD menjadi 100, jenjang SMP menjadi 100, dan jenjang SM menjadi 89,47. R-K/RK jenjang SD menjadi 71,06, jenjang SMP menjadi 91,82, dan jenjang SM menjadi 70,15. Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SMP sebesar 59,68 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 44,48, %RUKS terbaik pada jenjang SMP sebesar 72,58 dan terburuk pada jenjang SM sebesar 52,33, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 100 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 79,84, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 61,29 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 27,44. %ROR terbaik pada jenjang SD sebesar 99,68 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 56,98. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SM sebesar 98,65 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SD sebesar 38,75 sedangkan Dikdasmen sebesar 78,64. DT yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 69,40 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 51,53 sedangkan dikdasmen sebesar 58,66. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai seluruh jenjang sebesar 100. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 32,22. %GL terbaik adalah jenjang SMP sebesar 96,67 dan terburuk jenjang SD sebesar 18,29 sedangkan dikdasmen sebesar 52,71. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SD sebesar 100 dan terburuk jenjang SMP sebesar 91,50 sedangkan dikdasmen sebesar 100. AU terbaik adalah jenjang SMP sebesar 99,62 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 99,98 sedangkan dikdasmen sebesar 99,91. APS terbaik adalah jenjang SD dan SMP masing-masing sebesar 99,97 dan terbesar adalah jenjang SM sebesar 99,84 sedangkan dikdasmen sebesar 99,95 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SMP sebesar 90,71 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 67,34 sedangkan dikdasmen sebesar 74,04. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SMP sebesar 59,68 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 44,48 sedangkan dikdasmen sebesar 48,39%. Untuk %RUKSb jenjang SMP sebesar 72,58 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 58,04 sedangkan dikdasmen sebesar 60,53. Untuk %Rkomb jenjang SD sebesar 79,84 lebih kecil daripada jenjang SM sebesar 100 sedangkan dikdasmen sebesar 38,33. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 61,29 lebih besar daripada jenjang SM sebesar 20 sedangkan dikdasmen sebesar 35. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 89,73 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 66,63 sedangkan dikdasmen sebesar 82,55. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 91,24 443
dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 70,49 dengan dikdasmen sebesar 85,27%. S-Swt terbaik adalah jenjang SD dan SMP sebesar 100. Yang belum optimal dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 84,40 sedangkan dikdasmen sebesar 94,80. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SMP sebesar 100 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 93,54 sedangkan dikdasmen sebesar 100. AMM SD sebesar 31,91 berarti belum maksimal sedangkan AM SMP sebesar 91,61 pada jenjang SMP yang terkecil lebih buruk daripada AM SM sebesar 84,64 sedangkan dikdasmen sebesar 69,38. RLB terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,99 dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 99,94 sedangkan dikdasmen sebesar 99,84. Berdasarkan Tabel 20 dan Grafik 22 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 199,68 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 63,96 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 113,80. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SMP yang terbaik sebesar 85,22 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 62,41 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 75,07. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SD yang terbaik sebesar 93,66 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 73,84 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 84,20. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 97,88 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 82,30 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 91,53. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K1, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kota Batam Tahun 2012/2013 Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD 199.68 62.41 93.66 82.30 87.61 MADYA
SMP
SM
77.77 85.22 85.11 97.88 69.20 KURANG
63.96 77.59 73.84 94.40 61.96 KURANG
Dikdasmen 113.80 75.07 84.20 91.53 72.92 KURANG
Jenis PARIPURNA KURANG PRATAMA UTAMA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 87,61 termasuk kategori madya 444
dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 61,96 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 72,92 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kota Batam Tahun 2012/2013 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 Misi K1
Misi K2 SD
Misi K3 SMP
SM
Misi K4
Misi K5
Kinerja
Dikdasmen
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 23, menunjukkan bahwa misi K3 yang terburuk sebesar 62,41 termasuk kategori kurang dan misi K1 yang terbaik sebesar 199,68 termasuk kategori paripurna sehingga kinerja dikdasmen sebesar 72,92 termasuk kategori kurang. Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 87,61 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 61,96 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 72,92 termasuk dalam kategori kurang. Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kota Batam Tahun 2012/2013 Misi K1 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0
Misi K5
Misi K4
Misi K2
Misi K3
445
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kota Batam Tahun 2012/2013 199.7 SD
SM
64.0
77.8
SMP
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 24, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terbaik sebesar 87,61 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 61,96 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 72,92 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a.
Simpulan
Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K1 jenjang SD yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 113,80 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategori pratama. Sebaliknya, misi K3 jenjang SD yang terburuk sebesar 62,41 termasuk kinerja kategori. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SD sebesar 87,61 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 61,96. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kota Batam termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kota Batam termasuk kategori kurang, untuk itu misi K3, dan K4 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 75,07 dan 84,20. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator guru layak melalui cara meningkatkan pendidikan guru SD. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SM 446
maka diperlukan keseimbangan indikator PG APK dan IPG APK melalui cara meningkatkan jumlah siswa perempuan.
447
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN BATANGHARI
A. Pendahuluan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2013 yang menyajikan data pada Tahun 2012/2013. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 8 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka 448
Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5K terdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atas 8 jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (R-S/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), 7) persentase laboratorium (%Lab), dan persentase ruang olahraga (%ROR). Indikator pendidikan termasuk misi K2 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasuk misi K3 terdiri atas 11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase laboratorium baik (%Lab). Indikator pendidikan termasuk misi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%S-Swt). Indikator pendidikan termasuk misi K5 terdiri atas empat jenis, yaitu 1) angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni (AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan (AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada 29 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka dihasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K. Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit delapan indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K3 kualitas layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10 indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tiga indikator. Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SB-TK pada misi K3 untuk tingkat SD termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen sebagai pengganti %Lab yang tidak ada di 449
tingkat SD. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 45 88 67 - Angka nasional 2011/2012 166 364 576 - Angka nasional 2011/2012 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 - Ideal 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2011/2012 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 9.2 23.9 47.4 - Angka nasional 2011/2012 115 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2011/2012 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun No. Jenis Kinerja Nilai 1 Paripurna 95.00 ke atas 2 Utama 90.00-94.99 3 Madya 85.00-89.99 4 Pratama 80.00-84.99 5 Kurang kurang dari 80.00 450
B. Keadaan Nonpendidikan Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan Kabupaten Batanghari maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 1 Kabupaten Batanghari Peta 1
Kabupaten Batanghari
Sumber: id.wikipedia.org
1. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kabupaten Batanghari terdapat sejumlah 8 kecamatan dan 113 desa/kelurahan, dengan luas wilayah 5.803 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 1 dan Grafik 1 maka jumlah penduduk Kabupaten Batanghari sebesar 247.383 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 42,63 per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 33.134 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 5,71 km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 33.134 anak dengan rincian laki-laki sebesar 17.673 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 15.461 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 13,39 km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 13.079 orang dengan rincian laki-laki sebesar 6.747 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 6.332 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 2,25 km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 14.705 orang dengan rincian laki-laki sebesar 7.830 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 6.875 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 2,53 km2. 451
Tabel 3 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah
Kabupaten Batanghari Tahun 2012 No. 1 2 3
4
5
6
Variabel Penduduk Penduduk 6-7 tahun Penduduk 7-12 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 13-15 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Penduduk 16-18 tahun a. Laki-laki b. Perempuan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah 247.383 33.134 33.134 17.673 15.461 13.079 6.747 6.332 14.705 7.830 6.875 5.803
% 100,00 13,39 13,39 53,34 46,66 5,29 51,59 48,41 5,94 53,25 46,75
Kepadatan 42,63 5,71 5,71
2,25
2,53
Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Batanghari2013
Grafik 1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Batanghari Tahun 2012
Grafik 2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Batanghari Tahun 2012
452
Berdasarkan Tabel 2.1 dan Grafik 2.2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Kabupaten Batanghari. Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 5,71%, usia 7-12 tahun sebesar 5,71%, usia 13-15 tahun sebesar 2,25%, dan 16-18 tahun sebesar 2,53% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 61,98%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 24,62% atau 60,918 orang. 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 2.3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Batanghari Tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SD sebesar 54.668 orang atau 22,10% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tamat sarjana sebesar 3.543 orang atau 1,43%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 188.614 orang atau 100% sedangkan yang buta huruf sebesar 0 orang atau 0%. Grafik 3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk
Kabupaten Batanghari Tahun 2012
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten Batanghari sebesar 236.732 orang. 453
Angkatan kerja sebesar 121.859 orang atau 51,48% yang bekerja sebanyak 112.419 orang atau 47,49% dan pengangguran terbuka sebanyak 9.440 orang atau 3,99%. Bukan angkatan kerja sebesar 114.873 orang dan terbesar adalah bersekolah sebesar 59.552 orang atau 25,16% dan mengurus RT sebesar 52.278 orang atau 22,08%, dan terkecil adalah lainlain sebesar 3.043 orang atau 1,29%. Penduduk miskin di Kabupaten Batanghari sebesar 22.243 dan lebih besar di Kota daripada di Desa masing-masing sebesar 18.192 dan 4.051. Sumber daya alam Kabupaten Batanghari sebesar 156.485. Keadaan alam dilihat dari curah hujan sebesar 27,2 mm dan hari hujan per tahun adalah 123 hari. 3. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu 1) pendapatan asli daerah (PAD), 2) pajak bumi dan bangunan (PBB), 3) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), 4) produk domestik regional bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai program-program pendidikan. Grafik 2.4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kabupaten Batanghari dengan PAD sebesar Rp. 35.729.359, PBB sebesar Rp. 1.784.777.370, APBD, PDRB, dan pendapatan per kapita yang dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya tidak ada rincian datanya sedangkan UMR sebesar Rp. 1.200.000. Grafik 4 Keadaan Ekonomi Kabupaten Batanghari Tahun 2012
454
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 2.2 dan Grafik 2.5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kabupaten Batanghari sebesar Rp. 38.902.187.915. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah lainnya sebesar Rp. 33.461.978.915 atau 86,02% dan terkecil adalah PAUD sebesar Rp. 432.828.500 atau 1,11%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Batanghari prioritas diberikan pada jenis satuan pendidikan SMP dan SM dalam rangka Pengingkatan Mutu Pendidikan sedangkan biaya untuk lainnya sebesar Rp. 33.461.978.915 atau 86,02%. Tabel 4 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD
Kabupaten Batanghari Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6
Jenjang Pendidikan Jumlah % PAUD 432.828.500 1,11 PNF 2.072.712.500 5,33 SD 1.039.522.000 2,67 SMP 1.039.522.000 2,67 SM 855.624.000 2,20 Lainnya 33.461.978.915 86,02 Jumlah 38.902.187.915 100,00 Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Batanghari2013
Grafik 5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Batanghari Tahun 2012 PAUD 1%
Lainnya 86%
455
PNF SD SMP SM 5% 3% 3% 2%
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 2.6, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Batanghari yang terbesar adalah pada pertanian sebesar 107.618 orang atau 68,77% sedangkan mata pencaharian terkecil pada jasa sebesar 1.359 orang atau 0,87%. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan sektor primer di Kabupaten Batanghari Grafik 6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor
Kabupaten Batanghari Tahun 2012
4. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kabupaten Batanghari yang terbesar beragama Islam sebesar 243.358 orang atau 98,37% dan beragama Budha yang terkecil sebesar 1.268 orang atau 0,51%. Berdasarkan kesehatan maka di Kabupaten Batanghari terdapat sejumlah 1 rumah sakit dan 91 puskesmas. C. Keadaan Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator 456
pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB dan Paket A, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan yang Paket B, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. 1. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, dan 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 10) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 14 variabel data pada Tahun 2012/2013. Sebanyak 8 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 5 Data Prasarana Dikdasmen
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Sekolah 219 80 38 337 2 Rombongan Belajar 1.543 459 317 2.319 3 Ruang Kelas 1.130 411 292 1.833 4 Perpustakaan 86 31 17 134 5 Ruang UKS 27 16 18 61 6 Ruang Komputer 11 10 15 36 7 Laboratorium 44 32 76 8 Ruang Olahraga 31 1 50 82 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Batanghari 2013
Berdasarkan Tabel 3.1 di Kabupaten Batanghari terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 337 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 219 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 38 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata 457
makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 7 Prasarana Sekolah Dikdasmen
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Tabel 6 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 34.457 4.371 3.354 42.182 2 Siswa 34.475 12.405 9.664 56.544 3 Lulusan 4.510 2.272 2.617 9.399 4 Guru 2.945 1.138 715 4.798 5 Mengulang 1.390 28 38 1.456 6 Putus Sekolah 30 28 21 79 Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Batanghari 2013
Pada Tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 34.475, tersedia 219 sekolah dan 1.130 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 1.543. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 12.405 orang, tersedia 80 sekolah dan 411 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 459. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 9.664 orang, tersedia sebesar 38 sekolah dan 292 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 317. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 56.544 orang di 337 sekolah dan 1.833 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 2.319. 458
Dari Tabel 3.1 juga diketahui ruang kelas jenjang SM yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang SD dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten Batanghari, untuk jenjang SD kekurangan 413 ruang, namun jenjang SMP kekurangan 48 ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 25 ruang sehingga untuk dikdasmen kekurangan 486 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SD, SMP dan SM tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SD, SMP dan SM. sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, apabila ada jenjang pendidikan yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Grafik 8 Sumber Daya Manusia Dikdasmen
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium), dan ruang olahraga maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, laboratorium, dan ruang olahraga. Untuk jenjang SD Kabupaten Batanghari masih kekurangan 133 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 49 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 21 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 203 perpustakaan. 459
Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan 192 ruang UKS, jenjang SMP kekurangan 64 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 20 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 276 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, jenjang SD kekurangan 208 ruang komputer, jenjang SMP kekurangan 70 ruang komputer dan jenjang SM kekurangan 23 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 301 ruang komputer. Untuk laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan 36 laboratorium dan jenjang SM kekurangan 158 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 194 laboratorium. Untuk ruang olahraga, jenjang SD masih kekurangan 188 ruang, jenjang SMP masih kekurangan 79 ruang, dan jenjang SM kelebihan 12 ruang sehingga dikdasmen kekurangan 255 ruang. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 3.2 dan Grafik 3.3 ternyata di Kabupaten Batanghari mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 1.390 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SMP sebesar 28 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 1.456 orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang SD sebesar 30 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SM sebesar 21 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 79 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SD hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Grafik 9 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
460
Tabel 7 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Batanghari No. 1 2 1 2
Variabel Layak Tidak Layak Jumlah % Layak % Tidak Layak
Tahun 2012/2013 SD SMP 1.357 889 1.588 249 2.945 1.138 46,08 78,12 53,92 21,88
SM 637 78 715 89,09 10,91
Dikdasmen 2.883 1.915 4.798 60,09 39,91
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Batanghari 2012
Grafik 10 Guru menurut Kelayakan Mengajar
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Grafik 3.4. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kabupaten Batanghari terdapat di jenjang SM sebesar 637 orang atau 89,09% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SD sebesar 1.357 orang atau 46,08%. Kecilnya guru layak di jenjang SD karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 1.588 orang atau 53,92% dan yang terendah di jenjang SM sebesar 78 orang atau 10,91%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 2.883 orang atau 60,09% dan tidak layak sebesar 1.915 orang atau 39,91%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu 461
diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 3.4 dan Grafik 3.5. Berdasarkan ruang kelas di Kabupaten Batanghari ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 272 atau 93,15% sedangkan ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SD sebesar 862 ruang atau 76,28%. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas rusak berat yang terburuk di jenjang SD sebesar 77 ruang atau 6,81% sedangkan ruang kelas rusak berat yang terbaik di jenjang SM sebesar 3 ruang atau 1,03%. Tabel 8 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Variabel SD SMP SM Dikdasmen Baik 862 339 272 1.473 Rusak Ringan 191 54 17 262 Rusak Berat 77 18 3 98 Jumlah 1.130 411 292 1.833 1 % Baik 76,28 82,48 93,15 80,36 2 % Rusak Ringan 16,90 13,14 5,82 14,29 3 % Rusak Berat 6,81 4,38 1,03 5,35 Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Batanghari 2012
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 1.473 atau 80,36% dan rusak berat sebesar 98 atau 5,35%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik/buruk prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah jenjang .. banyak yang berada di daerah kota/pinggiran dan yang mudah/sulit dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 3.5 dan Grafik 3.6. Berdasarkan perpustakaan di Kabupaten Batanghari, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 17 atau 100% sedangkan perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SD besar 86 ruang 462
atau 100%. Tidak terdapat perpustakaan yang rusak. Grafik 11 Ruang Kelas Menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Tabel 9 Perpustakaan menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 86 0 86 100,00 -
SMP 31 0 31 100,00 -
Grafik 12 Perpustakaan Menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
463
SM 17 0 17 100,00 -
Dikdasmen 134 0 134 100,00 -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terdapat pada Tabel 3.6 dan Grafik 3.7. Berdasarkan ruang UKS di Kabupaten Batanghari, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS yang baik terbesar di jenjang SD sebesar 27 atau 100,00% sedangkan ruang UKS yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 18 ruang atau 100,00% yang terbesar. Tidak ada ruang UKS yang rusak. Tabel 10 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013 No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SD 27 0 27 100,00 -
SMP 16 0 16 100,00 -
SM 18 0 18 100,00 -
Dikdasmen 61 0 61 100,00 -
Grafik 13 Ruang UKS Menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak dan terda[at [ada Tabel 3.7 dan Grafik 3.8. Berdasarkan ruang komputer di Kabupaten Batanghari, ternyata tidak ada semua jenjang 464
pendidikan yang memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar 10 atau 100,00% sedangkan ruang komputer yang baik terbesar di jenjang SM sebesar 15 ruang atau 100,00%. Tabel 11 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari No. 1 2 1 2
Tahun 2012/2013 SD SMP 11 10 0 0 11 10 100,00 100,00 -
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
SM 15 0 15 100,00 -
Dikdasmen 36 0 36 100,00 -
Grafik 14 Ruang Komputer Menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Tabel 12 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari No. 1 2 1 2
Variabel Baik Rusak Jumlah % Baik % Rusak
Tahun 2012/2013 SMP 44 0 44 100,00 -
SM Dikdasmen 32 76 0 0 32 76 100,00 100,00 -
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas 465
No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 3.8 dan Grafik 3.9. Berdasarkan laboratorium di Kabupaten Batanghari, ternyata tidak ada di jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium yang baik terkecil di jenjang SM sebesar 32 atau 100,00% sedangkan laboratorium yang baik terbesar di jenjang SMP sebesar 44 ruang atau 100,00%. Grafik 15 Laboratorium Menurut Kondisi
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
2. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. a. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untuk mengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 8 indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, R-K/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, %Lab, dan %ROR.
466
Tabel 13 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2012 No.
Jenis Indikator
1 2 3 4 5 6 7
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga
8
SD
SMP
SM
siswa siswa ruang kelas persentase persentase persentase persentase
157 22 1,37 39,27 12,33 5,02 -
155 27 1,12 38,75 20,00 12,50 55,00
254 30 1,09 44,74 47,37 39,47 16,84
Dikdas men 168 24 1,27 39,76 18,10 10,68 28,15
persentase
14,16
1,25
131,58
24,33
Satuan
Berdasarkan Tabel 3.9 dan Grafik 3.10 maka R-S/Sek di Kabupaten Batanghari sangat bervariasi antara 157 di jenjang SD yang terjarang sampai 254 di jenjang SM yang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 168. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) dapat digunakan untuk menampung 240 siswa. Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 1,37 atau mencapai 35,55% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 1,12 atau mencapai 11,68% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa. Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 1,09 siswa atau mencapai 8,56% yang berarti belum didayagunakan secara maksimal. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SM dan paling buruk adalah jenjang SD Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kabupaten Batanghari untuk jenjang SD sebesar 22, untuk jenjang SMP sebesar 27, dan untuk jenjang SM sebesar 30 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 24 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD tercapai 79,80% atau belum maksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar 84,46% atau belum maksimal sedangkan jenjang SM sebesar 95,27% atau 467
belum maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin lebih efisien dan lebih padat atau sudah di atas standar R-S/K. Grafik 16 Rasio Pendidikan
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
R-K/RK di Kabupaten Batanghari pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 1,09 di jenjang SM dan sampai 1,37 di jenjang SD. Untuk jenjang SD terdapat 36,55% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 11,68% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SM sebesar 8,56% belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang SD, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SD akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 1,27 ternyata masih terdapat 26,51% ruang kelas yang belum digunakan lebih dari sekali untuk proses belajar-mengajar. %Perpus di Kabupaten Batanghari pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 38,8 % di jenjang SMP sampai 44,7 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 60,7% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 61,3% sekolah belum memiliki perpustakaan dan SM terdapat 55,3% sekolah belum memiliki perpustakaan sehingga dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan 60,2%.
468
Grafik 17 Persentase Prasarana Pendidikan
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
%RUKS di Kabupaten Batanghari pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 12,3% di jenjang SD sampai 47,4 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 87,7% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 80,0% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 52,6% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 81,9%. %RKom di Kabupaten Batanghari pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 5,0% di jenjang SD sampai 39,5 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 95,0% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 87,5% sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 60,5% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 89,3%. %Lab di Kabupaten Batanghari pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 55,0% sedangkan %Lab SM sebesar 16,8% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 71,9%. %ROR di Kabupaten Batanghari pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 1,3% di jenjang SMP sampai 131,6 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 85,8% sekolah belum memiliki ruang olahraga. Pada jenjang SMP terdapat 98,8% sekolah belum memiliki ruang olahraga dan jenjang SM terdapat 0% sekolah belum memiliki ruang olahraga sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang olahraga sebesar 75,7%. b. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2 Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB yang terdapat pada Tabel 3.10.
469
Keterjangkauan layanan pendidikan di Kabupaten Batanghari yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SD sebesar 219 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SMP sebesar 30. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SMP yang paling buruk sedangkan jenjang SD yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 387 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 151 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SD sebesar Rp 31.053.682 dan terbesar adalah jenjang SM sebesar Rp. 119.142.923. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp. 59.090.448. Tabel 14 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2012 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
SD
SMP
SM
Dikdasmen
TPS DT SB
siswa siswa rupiah
129 151 31.053.682
30 163 119.142.923
50 387 114.633.441
69 259 59.090.448
c. Kualitas Layanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat dari sumber daya manusia terdiri dari masukan, yaitu %SB TK, %GL, dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Kualitas pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Tabel 15 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
470
Berdasarkan Tabel 3.11, %SB TK ternyata sebesar 11,34 sangat kecil karena tidak ada separuh. Berdasarkan Tabel 3.11 dan Grafik 3.12, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar 89,09% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar 46,08%. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten Batanghari. Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar 89,09% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kabupaten Batanghari harus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 60,09% belum cukup tinggi karena mencapai 4.798 dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 39,91% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 11 di jenjang SMP sampai 14 di jenjang SM dan rata-rata dikdasmen sebesar 12. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. Bila digunakan standar SD sebesar 18, SMP sebesar 12, dan SM sebesar 10 maka untuk SD sebesar 12 atau 46,08% belum mencapai standar atau kekurangan guru. Untuk SMP sebesar 11 belum didayagunakan secara maksimal sebesar 78,12% atau kekurangan guru, dan SM belum didayagunakan secara maksimal karena mencapai 89,09% atau kekurangan guru. AL di Kabupaten Batanghari yang terbesar terjadi di jenjang SD sebesar 96,95% dan terkecil pada jenjang SMP sebesar 63,04% sedangkan jenjang SM sebesar 96,57%. Kecilnya AL di jenjang SMP perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SD yang terbaik dengan nilai terbesar sebesar 4,11% dan yang terburuk dengan nilai terkecil di jenjang SMP sebesar 0,23%. Sebaliknya, untuk APS jenjang SD 471
yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,09% sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,24%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 85,71%, AU Dikdasmen sebesar 2,66% dan APS Dikdasmen sebesar 0,14%. Grafik 18 Persentase Kualaitas SDM
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 3.11 dan Grafik 3.12 maka %RKb terbesar di jenjang SM sebesar 85,8% dan terkecil di jenjang SD sebesar 55,9%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SMP dan jenjang SM belum baik karena belum mencapai 100,00%. %Rkb dikdasmen mencapai 63,5% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Batanghari terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diganti. Grafik 19 Persentase Kualaitas Prasarana Pendidikan
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
472
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjang SM sebesar 44,7% kurang dari 100% yang berarti terdapat 55,3% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 38,8%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkomb di jenjang SD sebesar 5,0% buruk daripada jenjang SM sebesar 39,5%. Sebaliknya, %Lab jenjang SM sebesar 20,0% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 80,00% sekolah memiliki laboratorium lebih dari 1 padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 20,0%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Batanghari terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpusb sebesar 39,8%, %Rkomb sebesar 10,7%, dan %Labb sebesar 28,1%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. d. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti PG APK dan IPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt. Tabel 16 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013 No. 1 2 3
Jenis Indikator
Satuan
PG APK IPG APK % S-Swt
persentase indeks persentase
SD
SMP
SM
-6,13 1,06 3,78
-9,44 1,10 21,93
-15,73 1,27 21,09
Dikdasmen -9,16 1,10 10,72
Berdasarkan Tabel 3.12 dan Grafik 3.14, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SD sebesar 6,13% yang berarti laki-laki lebih buruk daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SM sebesar 15,73% karena makin jauh dari angka 0 dan perempuan lebih baik daripada lakilaki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen juga kurang bagus sebesar 9,16% dan perempuan lebih baik dari laki-laki. Sesuai dengan PG maka IPG 473
APK yang terbaik juga pada jenjang SD sebesar 1,06 yang berarti belum seimbang sedangkan jenjang SM makin jauh dari seimbang sebesar 1,27 yang berarti laki lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 1,10 yang berarti belum seimbang dan laki lebih diuntungkan. Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SMP untuk memperoleh siswa sebesar 21,93% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 3,78%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 10,72%. Grafik 20 PG dan IPG APK
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
e. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 3.13 dan Grafik 3.15 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 84,99%, jenjang SMP sebesar 66,07% dan jenjang SM sebesar 45,64% sehingga dikdasmen sebesar 71,43%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SD sebesar 104,05% sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar 65,72% sehingga dikdasmen sebesar 92,82% belum mendekati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang 474
lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Tabel 17 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2012 No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator
Satuan
APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
persentase persentase persentase persentase tahun
SD
SMP
SM
84,99 104,05 27,97 99,06 6,25
66,07 94,85 96,92 99,61 3,01
45,64 65,72 147,62 99,53 3,02
Dikdasmen 71,43 92,82 -
Catatan: AMM untuk SD dan AM untuk SMP dan SM, AB5 untuk SD dan AB untuk SMP dan SM
AMM jenjang SD sudah/belum ideal sebesar 27,97%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 96,92% baik karena hampir dari 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 147,62% sangat tinggi jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kabupaten Batanghari agak berbeda karena AM ke SD kurang dari 100% karena adanya siswa dari daerah lain yang bersekolah di Kabupaten Batanghari atau sekolah terletak di daerah perbatasan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa jenjang SD di Kabupaten Batanghari termasuk sekolah favorit dengan melihat banyaknya siswa yang melanjutkan ke jenjang SD di Kabupaten Batanghari. RLB jenjang SMP sebesar 3,01 tahun belum ideal karena belum standar dan jenjang SD paling buruk sebesar 6,25 tahun. RLB jenjang SMP belum standar atau 3,01 tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. RLB jenjang SMP sebesar 3,01 tahun sudah ideal karena sesuai standar.
475
Grafik 21 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
3. Analisis Indikator Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas layanan pendidikan, indikator Misi K4 digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan indikator Misi K5 digunakan untuk menilai kepastian memperoleh layanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 3.14. Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi K5) karena APM mengukur yang sama dengan APK agar tidak terjadi duplikasi. Tabel 3.15 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1.1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastian dalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. 476
Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan RK/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang mengalami konversi adalah RLB. Tabel 18 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
SD
SMP
Rasio S/Sek 157 155 Rasio S/K 22 27 Rasio K/RK 1,37 1,12 % Perpustakaan 39,27 38,75 % Ruang UKS 12,33 20,00 % R. Komputer 5,02 12,50 % Laboratorium 55,00 % Ruang Olahraga 14,16 1,25 TPS 129 30 DT 151 163 SB 31.053.682 119.142.923 % SB TK 11,34 % GL 46,08 78,12 R-S/G 12 11 AL 96,95 63,04 AU 4,11 0,23 APS 0,09 0,23 % RKb 55,87 73,86 % Perpus baik 39,27 38,75 % RUKS baik 12,33 20,00 % RKom baik 5,02 12,50 % Lab baik 55,00 PG APK (6,13) (9,44) IPG APK 1,06 1,10 % S-Swt 3,78 21,93 APK 104,05 94,85 AMM/AM 27,97 96,92 AB5/AB 99,06 99,61 RLB 6,25 3,01
.
477
SM
Dikdasmen
254 168 30 24 1,09 1,27 44,74 39,76 47,37 18,10 39,47 10,68 16,84 28,15 131,58 24,33 50 69 387 259 114.633.441 59.090.448 89,09 60,09 14 12 96,57 85,71 0,43 2,66 0,24 0,14 85,80 63,52 44,74 39,76 47,37 18,10 39,47 10,68 20,00 28,15 (15,73) (9,16) 1,27 1,10 21,09 10,72 65,72 92,82 147,62 99,53 3,02 -
Tabel 19 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013 Misi
No. Jenis Indikator
Misi K1
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 1 2 3 4
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium % Ruang Olahraga TPS DT SB (Rp) % SB TK % GL R-S/G AL AU APS % RK baik % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK % S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
SD 65,59 79,80 73,23 39,27 12,33 5,02 14,16 34,93 91,14 2,16 11,34 46,08 68,86 96,95 95,89 99,91 55,87 39,27 12,33 5,02 93,87 94,29 41,08 90,48 50,86 100,00 96,07
SMP 43,07 84,46 89,54 38,75 20,00 12,50 55,00 1,25 97,04 44,91 0,81 78,12 72,67 63,04 99,77 99,77 73,86 38,75 20,00 12,50 55,00 90,56 90,53 91,74 94,85 96,92 99,61 99,66
SM Dikdasmen 52,98 95,27 92,11 44,74 47,37 39,47 16,84 100,00 98,65 67,18 1,05 89,09 100,00 96,57 99,57 99,76 85,80 44,74 47,37 39,47 20,00 84,27 78,77 44,49 65,72 100,00 99,53 99,47
53,88 86,51 84,96 39,76 18,10 10,68 35,92 24,33 76,87 67,75 1,34 60,09 80,51 85,71 97,34 99,86 63,52 39,76 18,10 10,68 28,15 90,84 90,62 59,11 92,82 82,59 99,71 98,40
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sek jenjang SD menjadi 65,59, jenjang SMP menjadi 43,07, dan jenjang SM menjadi 52,98 sehingga dikdasmen menjadi 53,88 R-S/K jenjang SD menjadi 79,80, jenjang SMP menjadi 84,46, dan jenjang SM menjadi 95,27. R-K/RK jenjang SD menjadi 73,23, jenjang SMP menjadi 89,54, dan jenjang SM menjadi 92,11. 478
Sebanyak lima indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SM sebesar 44,74 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 388,75, %RUKS terbaik pada jenjang SM sebesar 47,37 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 12,33, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 39,47 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 5,02, %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 55,00 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 16,84% ROR terbaik pada jenjang SM sebesar 100,00 jika dibandingkan dengan jenjang SMP sebesar 1,25. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjang SM sebesar 98,65 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SD sebesar 34,93 sedangkan Dikdasmen sebesar 76,87. DT yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 91,14 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 44,91 sedangkan dikdasmen sebesar 97,75. SB yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 2,16 walaupun mencapai separuh dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 0,81 karena hanya mencapai seperempat. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar SMP sangat kecil yang berarti di semua jenjang masih mahal sehingga keterjangkauannya kecil. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SM sebesar 100,00 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 68,86. Untuk sumber daya manusia maka %SB TK jenjang SD sebesar 11,34. %GL terbaik adalah jenjang SM sebesar 89,09 dan terburuk jenjang SD sebesar 46,08 sedangkan dikdasmen sebesar 60,09 Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SD sebesar 96,95 dan terburuk jenjang SMP sebesar 63,04 sedangkan dikdasmen sebesar 85,71. AU terbaik adalah jenjang SM sebesar 99,57 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 95,89 sedangkan dikdasmen sebesar 97,34. APS terbaik adalah jenjang SD sebesar 99,91 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 99,76 sedangkan dikdasmen sebesar 99,86 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SM sebesar 85,80 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 55,87 sedangkan dikdasmen sebesar 63,52 Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SM sebesar 44,74 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 38,75 sedangkan dikdasmen sebesar 39,76%. Untuk %RUKSb jenjang SM sebesar 47,37 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 12,33 sedangkan dikdasmen sebesar 18,10. Untuk %Rkomb jenjang SM sebesar 39,47 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 5,02 sedangkan dikdasmen sebesar 10,68. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMP sebesar 55,00 daripada jenjang SM sebesar 20,00 sedangkan dikdasmen sebesar 28,15. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 93,87 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 84,27 sedangkan dikdasmen sebesar 479
90,84. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SD sebesar 94,29 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 78,77 dengan dikdasmen sebesar 90,62%. S-Swt terbaik adalah jenjang SMP sebesar 91,74 belum optimal dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 41,08 sedangkan dikdasmen sebesar 59,11. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SMP sebesar 94,85 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 65,72 sedangkan dikdasmen sebesar 92,82. AMM SD sebesar 50,86 berarti belum maksimal sedangkan AM SMP sebesar 96,82 sedangkan pada jenjang SM yang terbesar dan sudah maksimal sebesar 100,00 sedangkan dikdasmen sebesar 82,59. RLB terbaik adalah jenjang SMP sebesar 99,66 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 96,07 sedangkan dikdasmen sebesar 98,40. Berdasarkan Tabel 3.16 dan Grafik 3.16 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SD yang terbaik sebesar 79,75 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 49,05 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 61,44. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SM yang terbaik sebesar 55,63 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 42,74 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 48,65. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SM yang terbaik sebesar 72,24 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 53,15 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 62,25. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SMP yang terbaik sebesar 90,95 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 69,18 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 78,85. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 97,76 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 84,35 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 91,10. Bila dilihat dari jenjang pendidikan, SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5, sedangkan jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K5. Tabel 20 Pencapaian Kinerja Dikdasmen
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
480
Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
SD 79,75 42,74 53,15 76,42 84,35 67,28 KURANG
SMP
SM
49,05 47,59 61,35 90,95 97,76 69,34 KURANG
Dikdasmen
55,54 55,63 72,24 69,18 91,18 68,75 KURANG
61,44 48,65 62,25 78,85 91,10 68,46 KURANG
Jenis KURANG KURANG KURANG KURANG UTAMA KURANG
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 69,34 termasuk kategori kurang dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 67,28 termasuk kategori kurang sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 68,46 termasuk kategori kurang. Grafik 22 Kinerja Program Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.20, menunjukkan bahwa misi K2 yang terburuk sebesar 48,65 termasuk kategori kurang dan misi K5 yang terbaik sebesar 91,10 termasuk kategori utama sehingga kinerja dikdasmen sebesar 68,46 termasuk kategori kurang.
481
Grafik 23 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Grafik 24 Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan
Kabupaten Batanghari Tahun 2012/2013
Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.26, menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 69,3 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 67,3 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 68,5 termasuk dalam kategori kurang. 5. Simpulan dan Saran a.
Simpulan
Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K5 jenjang SM yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 91,10 berarti 482
kinerjanya termasuk kinerja kategori utama. Sebaliknya, misi K2 jenjang SD yang terburuk sebesar 48,74 termasuk kinerja kategori kurang dibandingkan misi K lainnya dengan jenjang SMP yang terburuk sebesar 49,05 termasuk kinerja kategori kurang dan jenjang SM sebesar 55,54 termasuk kinerja kategori kurang. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SMP sebesar 69,34 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 67,28 namun kesemuanya termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kabupaten Batanghari termasuk kinerja kategori kurang. b. Saran Kinerja pendidikan di Kabupaten Batanghari termasuk kategori kurang, untuk itu misi K2, K1, dan K3 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 48,65; 61,44; dan 2,25. Untuk misi K1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan di jenjang SMP maka diperlukan peningkatan pada indikator SMP melalui cara menambah Rasio Siswa per Sekolah. Untuk misi K2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator SD melalui cara meningkatkan faktor SB. Untuk Misi K3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator SD melalui cara meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sehingga menjadi baik. Untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan di jenjang SM maka diperlukan peningkatan indikator SM melalui cara meningkatan faktor %S-Swt. Hal yang sama untuk Misi K5, dalam rangka peningkatan kepastian di jenjang SD maka diperlukan peningkatan indikator SD melalui cara meningkatkan faktor AMM/AM.
483