SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015
ISSN : 2301-4652
Potensi Hybrid Energy di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo 1
Ervan Hasan Harun, 2Jumiati Ilham, dan 3Lanto Mohamad Kamil Amali Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo, Indonesia 1
[email protected], 2
[email protected],
[email protected] Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi energi terbarukan hybrid (energi mikro hidro, energi surya dan energi angin) sebagai sumber energi alternatif di Kabupaten Bolango tulang dan Gorontalo. Metode penelitian ini dimulai dari koleksi dasar bahan referensi serta data teknis dan nonteknis, yang diikuti dengan metode observasi untuk mendapatkan data tentang profil dari lokasi dusun / desa potensi energi terbarukan hybrid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Energi listrik dapat dihasilkan oleh desa Energi Tapadaa PLT-Hybrid dari 643,59 kWh per hari, desa Tulabolo dari 1.553,69 kWh per hari, desa Liyodu 3.555,46 kWh per hari, dan desa Selatan Dulamayo 3.322,6 kWh per hari. 2). energi potensial hybrid yang tersedia cukup besar tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan kebutuhan saat ini energi untuk desa Tapada'a, desa desa Tulabolo, Liyodu, dan Desa Selatan Dulamayo maka ada cadangan energi: 605,76 kWh per hari untuk Tapada'a, 1.366,25 kWh per hari untuk Tulabolo, 3465, 88 kWh per hari untuk Liyodu, dan 3190,8 kWh per hari untuk South of Dulamayo. Kata kunci : potensi, energi hibrida, energi air, energi surya, energi angin. Abstract – This study aims to determine the potential of hybrid renewable energy (micro hydro energy, solar energy and wind energy) as an alternative energy source in the district of Bolango Bone and Gorontalo. This research method starts from a basic collection of reference materials as well as technical and non-technical data, which is followed by observations methods to obtain data on the profile of the hamlet / village location of hybrid renewable energy potential. The result showed that: 1) Electrical energy can be generated by the PLT-Hybrid Energy Tapadaa village of 643.59 kWh per day, Tulabolo village of 1553.69 kWh per day, the village Liyodu 3555.46 kWh per day, and the village South Dulamayo 3322.6 kWh per day. 2). Hybrid potential energy available is quite large but it has not been used optimally. With the current energy needs for Tapada'a village, village Tulabolo, Liyodu village, and the village of South Dulamayo then there are the energy reserves: 605.76 kWh per day for the Tapada'a, 1366.25 kWh per day for the Tulabolo, 3465,88 kWh per day for Liyodu , and 3190,8 kWh per day for the South of Dulamayo. Keywords : potential, hybrid energy, hydro energy, solar energy, wind energy. I. PENDAHULUAN Problem energi listrik umumnya di Indonesia saat ini cukup rumit, hal ini ditandai dengan seringnya dilakukan pemadaman bergilir seperti halnya di Provinsi Gorontalo, sehingga untuk beberapa tahun kedepan supply energi listrik ke pedesaan tidak bisa diharapkan, sehingga diperlukan usaha-usaha untuk mencari sumber alternative lain dengan tetap mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan lingkungan. Gorontalo sebagai propinsi pemekaran dari Sulawesi Utara saat ini terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan 1 (satu) kota yaitu Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo, KabupatenGorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo. Sampai dengan tahun 2012 rasio elektrifikasi di propinsi Gorontalo sebesar 64,35%, [1]. Potensi energi primer yang tersedia di Gorontalo untuk membangkitkanenergi listrik cukup besar dan mempunyai peluang untuk dikembangkanbaik itu tenaga air maupun tenaga panas bumi[2]. Khusus untuk potensi daya air di Gorontalo yang belum termanfaatkan untuk kebutuhan energi listrik
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh [5] sebesar 31,61 MW, begitu juga penelitian yang dilakukan oleh [6] memberikan kesimpulan bahwa potensi energi yang berasal dari sumber daya air cukup besar. Sesuai dengan sasaran kebijakan energi nasional yakni: terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional: 1) minyak bumi menjadi kurang dari 20%; 2) gas bumi menjadi lebih dari 30%; 3) batubara menjadi lebih dari 33%; 4) biofuel menjadi lebih dari 5%; 5) panas bumi menjadi lebih dari 5%; 6) energi baru dan terbarukan lainnya, khususnya, Biomasa, Nuklir, Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya, dan Tenaga Angin menjadi lebih dari 5%; 7) Bahan Bakar Lain yang berasal dari pencairan batubara menjadi lebih dari 2%[3]. Bauran Energi Nasional sampai dengan tahun 2050 menunjukkan bahwa peranan dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada tahun 2010 sebesar 5% kemudian di tahun 2012 menjadi 5,6% dan diharapkan pada tahun 2050 menjadi 31%[4]. 10
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015
ISSN : 2301-4652
Salah satu usaha dalam mengatasi persoalan energi listrik adalah melalui pemanfaatan pembangkit listrik tenaga hybrid yang merupakan kombinasi dua atau lebih sistem pembangkit tenaga listrik. Berdasarkan pemaparan di atas, maka akan dilakukan pemetaan potensi dan pemanfaatan hybrid energi yang merupakan gabungan dari energi hidro, surya, dan energi angin di kabupaten Bone Bolango dan kabupaten Gorontalo.
sampai 0.7 V dengan arus sekitar 20 mA dan jumlah energi yang diterima akan mencapai optimal jika posisi sel surya 900 (tegak lurus) terhadap sinar matahari selain itu juga bergantung dari konstruksi sel surya itu sendiri. Untuk menentukaan besarnya potensi energi surya suatu lokasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan [11]: (2)
II.
Sedangkan Area array (PV Area) diperhitungkan dengan menggunakan persamaan :
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hybrid Energi Terbarukan Sumber energy mikrohidro, energi surya dan angin merupakan sumber energi terbarukan yang cukup popular yang bersih dan tersedia secara bebas (free). Masalah utama dari ketiga jenis energi tersebut adalah tidak tersedia terus menerus. Energi mikrohidro hanya tersedia pada lokasi dengan kontur tanah yang mempunyai aliran dan ketinggian tertentu serta tergantung musim, Energi surya hanya tersedia pada siang hari ketika cuaca cerah, sedangkan energi angin tersedia pada waktu yang seringkali tidak dapat diprediksi (sporadic) dan sangat berfluktuasi bergantung cuaca atau musim. Untuk mengatasi permasalahan di atas, teknik hibrid banyak digunakan untuk menggabungkan beberapa jenis pembangkit listrik. Penelitian tentang pemanfaatan potensi hibrid energi sudah pernah dilakukan oleh [7], yakni meneliti tentang potensi Hybird Energi yang merupakan kombinasi antara sel surya dengan turbin angin savious. Dari hasil penelitian menggunakan sistem akuisisi data diperoleh bahwa energi terbangkitkan dari pembangkit Hybrid ini sebesar 7,5 Watt. Menurut [8], bahwa Energi hibrid dengan potensi panas matahari dan angin potensial dikembangkan di Indonesia. Penelitian yang serupa juga sudah pernah dilakukan oleh [9] yang meneliti tentang Pengembangan Teknologi Energi Terbarukan berdasarkan sumber daya lokal di Propinsi Riau. Dalam penelitian ini, dipeoleh bahwa hampir semua desa yang belum teraliri listrik memiliki potensi energi terbarukan dan memungkinkan untuk diterapkannya penggabungan dari beberapa sumber energi ke dalam satu sistem pembangkit listrik Hybrid Energi. 2.2. Potensi Energi Mikrohidro Pada dasarnya sebuah pembangkit listrik tenaga mikrohidro memerlukan dua data yang penting yaitu debit air dan ketinggian jatuh (Head) untuk menghasilkan tenaga yang bermanfaat. Bentang alam yang terjadi (lebar, aliran sungai, kontur tanah dan sungai) akan menentukan besar potensi energi listrik yang ada di daerah tersebut. Persamaan dasar dari pembangkit listrik mikrohidro ini adalah [10] : kW
(1)
2.3. Potensi Energi Surya Energi matahari dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik melalui peralatan konversi energi yakni sel surya. Dalam keadaan cuaca yang cerah, sebuah sel surya akan menghasilkan tegangan konstan sebesar 0.5 V 11
(3) 2.4. Potensi Energi Angin Energi angin dapat dikonversi atau ditransfer ke dalam bentuk energi lain seperti listrik atau mekanik dengan menggunakan kincir atau turbin angin, untuk besarnya potensi energy angin dapat digunakan persamaan berikut[12]: (4) Daya angin maksimum yang dapat diekstrak oleh turbin angin dengan luas sapuan rotor A adalah, (5) Angka 16/27 (=59.3%) ini disebut batas Betz (Betz limit, diambil dari ilmuwan Jerman Albert Betz). Angka ini secara teori menunjukkan efisiensi maksimum yang dapat dicapai oleh rotor turbin angin tipe sumbu horisontal. Pada kenyataannya karena ada rugi-rugi gesekan dan kerugian di ujung sudu, efisiensi aerodinamik dari rotor, ηrotor ini akan lebih kecil lagi yaitu berkisar pada harga maksimum 0.45 saja untuk sudu yang dirancang dengan sangat baik [12]. Menurut Brown,C.K. and Warne (1975) dalam [13] daya efektif dari angin yang mungkin dihasilkan oleh suatu kincir angin dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Watt
(6)
Selanjutnya Energi Listrik yang dapat dihasilkan oleh konversi energi angin per satuan luas sudu kincir angin dihitung dengan persamaan sebagai berikut [13]: Watt/m2
(7)
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pengambilan Data 3.1.1. Hidrologi Pengukuran hidrologi dilaksanakan pada musim kemarau dan musim penghujan. Pengukuran hidrologi meliputi pengukuran tinggi jatuh (Head) dan debit air. Dimana pengukuran tinggi jatuh (Head) dilakukan
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 dengan menggunakan Theodolite. Sedangkan pengukuran debit air dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Pengukuran Menggunakan current meter b. Pengukuran dengan Pelampung (Float Area c.
Methode) Pengukuran Debit Air dengan Metode Rasional
3.1.2. Intensitas radiasi matahari Pengukuran intensitas radiasi matahari diperoleh dengan menggunakan alat ukur actinograph dengan waktu pengukuran dimulai dari jam 06:00 s/d 18:00. 3.1.3. Kecepatan angin Kecepatan angin diukur menggunakan anemometer dengan waktu pengukuran dimulai dari jam 06:00 s/d 18:00. 3.1.4. Sosio Ekonomi Masyarakat Data diperoleh melalui pengumpulan data sekunder maupun data primer menggunakan lembar observasi dan wawancara pada penduduk lokal di lokasi potensi. Data tersebut meliputi:
1) Profil dusun/desa 2) Tingkat standar hidup dan sumber pendapatan 3) 4) 5) 6)
masyarakat. Profil usaha dan sumber-sumber ekonomi produktif berbasis sumber daya lokal. Kecepatan akses, kemampuan mengusahakan akses kepada pasar. Kapasitas lokal dan kemampuan berkembang dengan pemanfaatan potensi sumber daya lokal. Kondisi dan profil infrastruktur pelayanan publik yang ada
3.2. Lokasi Pengambilan data Lokasi pengambilan data pada penelitian ini adalah tempat yang memiliki potensi sumber energi alternatif yang terdiri atas tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin yang memungkinkan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid Enegi, di kabupaten Bone Bolango dan kabupaten Gorontalo. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Potensi Energi Hasil pengukuran karakteristik debit air, intensitas radiasi matahari, dan kecepatan angin yang dilakukan sebanyak 5 (lima) kali di 2 (dua) lokasi padasetiap kabupaten diberikan pada Tabel Is/d Tabel IV. TABELI Potensi Hidro, Surya, dan Angin desa Tapadaa
ISSN : 2301-4652 Debit Intensitas Radiasi Kec. Angin (m3/s) (W/m2) (knot) 1 0,19 360,32 1,92 2 0,23 318,48 1,46 3 0,12 342,24 2,15 4 0,25 387,08 1,31 5 0,13 436,56 1,54 368,94 1,68 Re rata 0,19 Data
TABELII Potensi Hidro, Surya, dan Angin desa Tulabolo Debit Intensitas Radiasi Kec. Angin (m3/s) (W/m2) (knot) 1 0,46 366,16 1,69 2 0,68 333,56 1,62 3 1,17 359,52 0,77 4 0,98 322,88 1,15 5 1,04 328,92 0,46 342,21 1,14 Re rata 0,86 Data
TABELIII Potensi Hidro, Surya, dan Angin desa Liyodu Debit Intensitas Radiasi Kec. Angin (m3/s) (W/m2) (knot) 1 1,1 461,72 2,08 2 0,74 459,12 0,69 3 0,94 331,16 1,23 4 0,83 368,12 1,54 5 0,82 383,88 1,69 400,80 1,45 Re rata 0,89 Data
TABELIV Potensi Hidro, Surya, dan Angin desa Dulamayo Selatan Debit Intensitas Radiasi Kec. Angin (m3/s) (W/m2) (knot) 1 3,63 270,68 1,62 2 2,46 347,76 1,62 3 2,04 405,48 1,00 4 1,43 411,72 1,00 5 2,78 318,88 0,92 350,90 1,23 Re rata 2,47 Data
4.2. Beban listrik berdasarkan sosio ekenomi masyarakat. Berdasarkan data kependudukan dan fasilitas umum yang ada, dan dengan menggunakan asumsi setiap rumah rata-rata membutuhkan energi listrik 200 VA, bangunan sekolah 450 VA, bangunan Puskesdes 900 VA, dan mesjid 200 VA maka dapat dibuat estimasi kebutuhan energi listrik untuk setiap lokasi diberikan pada tabel V s/d VIII sebagai berikut: TABELV Kebutuhan Energi Desa Tapadaa
12
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015
Jenis Fasilitas
ISSN : 2301-4652
Jumlah
Kebutuhan Energi Listrik
Jumlah
(unit)
(VA)
(VA)
TABEL IX Energi terbangkitkan dari PLTMH Energi dibangkitkan selama 24 jam
Output Generator
Lokasi
Rumah
31
200
6200
SD
1
450
450
PUSKESDES
1
900
900
Kabupaten Bone Bolango
Mesjid
1
200
200
Tapada'a
29,57
23,65
567,67
Tulabolo
61,95
49,56
1189,38
Liyodu
176,31
141,05
3385,13
Dulamayo Selatan
157,12
125,70
3016,78
Total Kebutuhan Listrik
7750
TABELVI Kebutuhan Energi Desa Tulabolo Jumlah
Kebutuhan Energi
(unit)
(VA)
(VA)
180
200
36000
SD
1
450
450
SMP
1
450
450
PUSKESMAS
1
900
900
Mesjid
3
200
600
Jenis Fasilitas Rumah
Total Kebutuhan Listrik
Jumlah
kVA
kW
kWh
Kabupaten Gorontalo
2. Energi Surya Energi listrik yang dihasilkan dari komponen surya (PLTS) dihitung menggunakan data intensitas radiasi matahari terendah. Selain itu estimasi dari kebutuhan listrik juga digunakan dalam merancang sistem PLTS yang akan digunakan. TABEL X Energi terbangkitkan dari PLTS Lokasi
38400
Energy Demand
PV Area
Watt-Peak
Energi dibangkitkan
(kWh)
m2
(kW-p)
(kWh-p)
Kabupaten Bone Bolango
Tabel VII. Kebutuhan Energi Desa Liyodu Jenis Fasilitas
Jumlah
Kebutuhan Energi
Jumlah
(unit)
(VA)
(VA)
Rumah
84
200
16800
SD
1
450
450
PUSKESDES
1
900
900
Mesjid
1
200
200
Total Kebutuhan Listrik
18350
Tabel VIII Kebutuhan Energi Desa Dulamayo Selatan Jumlah
Kebutuhan Energi
Jumlah
(unit)
(VA)
(VA)
125
200
25000
SD
1
450
450
SLTP
1
450
450
POLIDES
1
900
900
Mesjid
1
200
Jenis Fasilitas Rumah
Total Kebutuhan Listrik
200 27000
4.3. Energi Listrik yang dihasilkan oleh setiap komponen Hybrid Energi. 1. Hidro Energi Berdasarkan data tinggi jatuh dan debit air seperti yang diberikan pada tabel dan efisiensi dari setiap peralatan yang digunakan dapat dihitung energi listrik yang akan dihasilkan dari komponen hydro energi sebagai berikut: 13
Tapada'a
17,34
43,99
6,77
74,43
Tulabolo
85,91
215,01
33,07
363,75
Kabupaten Bone Bolango Liyodu
41,06
100,18
15,41
169,48
Dulamayo Selatan
60,41
180,33
27,74
305,09
3. Energi Angin. Berdasarkan pengukuran kecepatan angin yang dilakukan selama 5 (lima) hari desain diameter sudu dari kincir angin yang digunakan adalah 7 meter, maka energy yang dapat dibangkitkan dari PLT-Angin adalah sebagai berikut: TABEL XI Energi terbangkitkan dari PLT-Angin Lokasi
Energy Demand
P syst
(kWh)
(Watt)
(kWh)
Tapada'a
14,19
166,40
1,50
Tulabolo
70,29
70,01
0,56
Liyodu
33,59
94,03
0,85
Dulamayo Selatan
54,92
73,28
0,73
Kabupaten Bone Bolango
Kabupaten Gorontalo
4.4. Potensi Energi Listrik dari Hybrid Energi Dari hasil analisis potensi energi listrik yang dihasilkan oleh setiap komponen PLT – Hybrid Energy dapat dibuat tabel yang menunjukkan total potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan oleh PLT – Hybrid Energy di setiap lokasi baik di kabupaten Bone
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015
ISSN : 2301-4652
Bolango maupun di kabupaten Gorontalo. Hasil selengkapnya diberikan dalam tabel sebagai berikut: TABEL XII Potensi Energi Listrik yang dibangkitkan oleh PLTHybrid Energy Lokasi
Energy Demand
PLTMH
PLTS
PLT-Angin Total Energi
24 Jam
24 jam
11 jam
9 s/d 10 jam
24 jam
(kWh)
(kWh)
(kWh)
(kWh)
(kWh)
Energi dibangkitkan tiap komponen
Kabupaten Bone Bolango Tapada'a
37,83
567,67
74,43
1,50
643,59
Tulabolo
187,45
1189,38
363,75
0,56
1553,69
89,58
3385,13
169,48
0,85
3555,46
131,80
3016,78
305,09
0,73
3322,60
Kabupaten Gorontalo Liyodu Dulamayo Selatan
Dari tabel XII terlihat bahwa kebutuhan energi harian untuk setiap lokasi Hybrid Energi dapat dipenuhi oleh energi yang dibangkitkan komponen PLTMH, dan jika PLTMH tidak dapat beroperasi sama sekali, maka kebutuhan energi masih dapat diatasi oleh komponen PLTS. Konstribusi dari PLT-Angin pada PLT-Hybrid Energy ini sangat kecil, karena potensi energi angin di lokasi PLT-Hybrid Energy memang sangat kecil. Dari hasil pengukuran, rata-rata kecepatan angin di setiap lokasi kurang dari 2 knot yakni hanya berkisar antara 1,14 s/d 1,68 knot. Oleh karena itu, jika komponen PLTMH dan PLTS tidak dapat berfungsi sama sekali maka PLT-Angin tidak dapat diandalkan dalam melayani kebutuhan enegi harian konsumen. Disisi lain, terlihat bahwa di semua lokasi PLTHybrid Energy terdapat cadangan energi yang berkisar antara 605,76 kWh s/d 3465,88 kWh setiap hari, seperti ditunjukkan pada grafik berikut:
Gambar 1. Energy Demand vs Cadangan Energy Cadangan energy yang cukup besar ini dapat terjadi karena di setiap lokasi PLT-Hybrid Energi, komponen energi yang bersumber dari PLTMH sangat besar, dibandingkan dengan potensi surya maupun potensi angin, sedangkan kebutuhan energi (energy dmand) di setiap lokasi berdasarkan kondisi sosio ekonomi masyarakat sangat kecil. Kelebihan pembangkitan energi (cadangan energi) ini tentunya sangat menguntungkan jika energi yang dibangkitkan dapat dimanfaatkan secara maksimal, misalnya dialirkan ke desa-desa tetangga atau dijual ke PLN. V.
KESIMPULAN
1.
2.
Energi listrik yang dapat dibangkitkan oleh PLTHybrid Energi yakni desa Tapadaa sebesar 643,59 kWh per hari, desa Tulabolo sebesar 1553,69 kWh per hari, desa Liyodu 3555,46 kWh per hari, dan desa Dulamayo Selatan 3322,6 kWh per hari Potensi Hybrid Energi tersedia cukup besar tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan kebutuhan energi yang ada untuk desa Tapada’a, desa Tulabolo, desa Liyodu, dan desa Dulamayo Selatan maka terdapat cadangan energi yakni: 605,76 kWh per hari untuk desa Tapada’a, 1366,25 kWh per hari untuk desa Tulabolo, 3465,88 kWh per hari untuk desa Liyodu, dan 3190,8 kWh per hari untuk desa Dulamayo Selatan. DAFTAR PUSTAKA
[1] PT. PLN (Persero). 2013. “Statistik PLN 2012”. Sekretariat Perusahan PT PLN (Persero). Jakarta. [2] PT. PLN (Persero)., 2010., “Rencana UsahaPenyediaan Tenaga Listrik 2010 – 2019. [3] Pepres RI No 5 tahun 2006., Kebijakan Energi Nasional [4] Tumiran., Prof., Dr, 2014. Paradigma Baru Kebijakan Energi Nasional Menuju Ketahanan Dan Kemandirian Energi. Dewan Energi Nasional. [5] Harun, Ervan & Salim, Sardi. 2009, dkk “Pengembangan Sumber Daya air Untuk Peningkatan Ketenagalistrikan di Wilayah Propinsi Gorontalo”. Penelitian Hibah Strategis Nasional DIKTI. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. [6] Matoka, Arifin,dkk. 2009. “ Kajian Potensi Energi Listrik Mikrohidro Pada Saluran Irigasi Provinsi Gorontalo menunjang Elektrifikasi Pertanian”. Penelitian Hibah Strategis Nasional DIKTI. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. [7] Winarto, Eko Wismo., 2013., Potensi Pembangkitan Listrik Hybrid menggunakan Vertical Axis Wind Turbine tipe Savonius dan Panel Surya., Jurnal Tenologi Volume 6 No 2 Desember 2013. [8] Olivia Lewi Pramesti, 2012., “Energi Hibrid Potensial Dikembangkan di Indonesia”, http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/04/en ergi-hibrid-potensial-dikembangkan-di-indonesia [9] Tengku Dahril, Prof.,Dr., 2012. “Penelitian dan Pengembangan Teknologi Energi Terbarukan berdasarkan sumber daya lokal di Prpinsi Riau”Disampaikan pada Annual Forum Energy and Enviromental Partnership, Pekanbaru 30 – 31 Oktober 2012 [10] Harvey.2003. “Manual Desing Mycrohydro Report on Standarisation of Civil Works for Small Microhydro Power Plant”. UNINDO. [11] Manan Saiful.2010., Energi Matahari sumber energi alternatif yang efisien, handal, dan ramah lingkungan di indonesia., Laporan Penelitian 14
SETRUM – Volume 4, No. 2, Desember 2015 Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.Semarang [12] Arif Afifudiin, dkk., 2010., “Studi Ekperimental Performansi Vertical Axis Wind Turbin (VAWT) dengan Variasi Desain Turbin”. Teknik Fisika., ITS. [13] Sam, Alimuddin & Patabang, Daud. 2005. “Studi Potensi Energi Angin Di Kota Palu Untuk Membangkitkan Energi Listrik” Jurnal SMARTEK, Volume 3 No. 1 Pebruari 2005.
15
ISSN : 2301-4652