POHON PALEM SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA KERAMIK
JURNAL KARYA SENI
Oleh: Meta Fitriana NIM :1111593022
JURNAL ILMIAH PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2016
1
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
Jurnal Ilmiah Penciptaan karya Seni Berjudul: POHON PALEM SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KERAMIK diajukan oleh Meta Fitriana, NIM 1111593022, Program Kriya Seni, Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Yogyakarta, telah disetujui Tim Pembina Tugas Akhir pada .................................
KARYA Studi S-1 Indonesia tanggal:
Pembimbing I / Anggota
Dra. Dwita Anja Asmara,M.Sn.
NIP. 19640720 199303 2 001 Pembimbing II / Anggota
Retno Purwandari, S.S.,M.A.
NIP. 19810307 200501 2 001
Mengetahui: Ketua Jurusan Kriya Program Studi S-1 Kriya Seni Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Arif Suharson, S.Sn., M.Sn. NIP. 19750622 200312 1 003
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
POHON PALEM SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA KERAMIK Oleh: Meta Fitriana 1111593022
INTISARI Pohon palem adalah pohon yang menarik dilihat dari sisi bentuk, karakteristik, teksturnya dan keunikan tanaman ini dapat bertahan hidup meskipun tanpa adanya air pada cuaca ekstrim sekalipun. Hal tersebut yang membuat penulis mengambilnya sebagai sumber ide. Kebutuhan manusia tersebut penulis analogikan dengan kebutuhan pohon palem/palm, Pembedanya terletak pada ketidakmampuan tumbuhan untuk bergerak, juga membela diri, sedangkan manusia dapat bergerak serta mampu membela diri. Dalam proses penciptaan penulis memulainyanya ekplorasi mencari sumber ide, data acuan diantaranya Nipah (Nypa fruticans), Kelapa (Cocos nucifera), Palem Botol kuning (Hyophorbe lagenicaulis), Siwalan/Lontar (Borassus flabellifer), Aren (Arenga pinata), dan Salak (Salacca zalacca). lalu terpilihnya sketsa, menyiapkan bahan–bahan dasar, selanjutnya ke proses pembentukan dengan teknik pinch, coil, slab, juga cetak tuang, lalu penulis menggunakan teknik dekorasi yakni peircing, combing, impressing, dan relief, untuk menyempurnakan karya sampai masuk ke proses pengeringan, ke pembakaran dalam proses ini penulis menggunakan tiga jenis pembakaran yakni biscuit, glasir, dan single firing. Kekaguman penulis terhadap pohon palem, bagaimana tumbuhan ini bisa bertahan hidup dari kerasnya dunia. Penulis menganalogikan dengan kebutuhan manusia melalui bagaimana pohon ini bertahan hidup. Visualisasi yang dihadirkan dalam penciptaan berupa bentuk pohon palem yang melewati seleksi alam juga hidup berdampingan dengan manusia kedalam bentuk karya Dekoratif. Pembentukan dekorasi diterapkan untuk memunculkan bentuk, karakteristik, dan teksturnya pohon palem agar karya lebih terasa hidup. Kata Kunci : pohon palem, keramik, seni.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
ABSTRACT
Palm tree is a visually captivating tree observed from its shape, characteristic, and texture. The plant unique characteristic comes from its ability to survive without water even in extreme weather. Palm tree's characteristic is analogous with human's characteristics. The difference is the plant cannot move and protect itself, whereas human can move and protect himself. The artworks creation process began with exploring source of ideas and finding data references, among others nipa palm (Nypa fruticans), coconut palm (Cocos nucifera), yellow bottle palm (Hyophorbe lagenicaulis), lontar palm (Borassus flabellifer), sugar palm (Arenga pinata), and salak (Salacca zalacca). The next process were sketching, preparing basic materials, and forming the works with pinch, coil, slab, and slip casting technique. Then, decorative techniques such as peircing, combing, impressing, and relief were applied to perfect the works. The works later went into drying, glazing, and firing process. The works were fired using three types of firing, namely bisque firing, glaze firing, and single firing. Amazement towards palm trees, how the plant can survive violent world, drove the writer to draw an analogy between human needs and trees on how both survive. The form of palm tree and its perceived conceptual nature of how the tree survive and live side by side with human were visualized into decorative works. Decoration in the works were applied to reveal the shape, characteristic, and texture of the palm trees so that the works appeared more alive. Keywords: palm tree, ceramic, art
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
5
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penciptaan Masyarakat mungkin sudah terbiasa dengan pohon palem, walaupun sebenarnya ada beberapa orang yang belum begitu mengenalnya, Menurut Alwi (2002: 815–816), “Palem merupakan tumbuhan yang tidak memerlukan banyak air serta palem merupakan jenis tumbuhan tropis, tidak bercabang, pada puncak daun batang terdapat daun yang melekat pada pelepahnya (enau, kurma, nyiur, pinang)”.
Gambar 01. Palem Botol kuning (Hyophorbe Lagenicaulis) (Sumber: Dokumentasi Meta Fitriana)
Mungkin pohon palem merupakan satu jenis pohon yang biasa bagi orang umum dan kurang diperhatikan, tetapi bagi penulis pohon palem adalah pohon yang menarik dilihat dari sisi warna, bentuk, karakteristik, dan teksturnya. Selain itu, keunikan tanaman ini dapat bertahan hidup meskipun tanpa adanya air pada cuaca ekstrim sekalipun. Kebutuhan manusia tersebut penulis analogikan dengan kebutuhan pohon palem, seperti kebutuhan terhadap air, mineral, dan zat hara untuk dapat tumbuh. Pembedanya terletak pada ketidakmampuan tumbuhan untuk bergerak, juga membela diri, sedangkan manusia dapat bergerak serta mampu membela diri. Sepengetahuan penulis belum banyak seniman keramik yang menjadikan pohon palem sebagai karya penciptaan. Oleh karena itu, penulis akan mencoba menciptakan karya keramik yang inovatif, kreatif, baik dari segi bentuk, tekstur, karakteristik, maupun warna dari pohon palem tersebut ke dalam karya seni keramik. 2. Tujuan Penciptaan Selain menerapkan konsep pohon palem dengan bentuk simbol kebertahanan hidup dalam karya keramik, juga sebagai media untuk memperkenalkan pohon–pohon palem yang hidup di Indonesia ditinjau dari segi keunikan masing–masing pohon palem telah terpilih yakni dari warna, bentuk, tekstur, dan karakteristiknya melalui wujud karya keramik tiga dimensi. Menerapkan konsep pohon palem dengan simbol kebertahanan hidup dalam karya keramik.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
3. Landasan teori dan Metode Penciptaan a. Landasan Teori Kriya sebagai ekspresi kriyawan untuk memenuhi kepuasan jiwanya. Penulis mencoba meniru keunikan dari pohon palem yang hidup di Indonesia, dalam prosesnya agar memperkuat konsep penulis Seni dalam pandangan Plato sejauh massa yang dianggap sebagai sebuah Mimesis (Peniruan). Peniruan akan memberikan kesempurnaan dalam keindahan ketika memperhatikan ukuran dan proses. Seni yang indah adalah peniruan dengan ukuran yang benar dan proporsi yang benar (Djelantik, 2004: 86). “keramos” merupakan nama salah satu Dewa Yunani. Dalam mitologi Yunani, keramos merupakan dewa pelindung dari para pembuat kerajinan tanah liat atau keramik adalah putra Dewa Baccus dan Dewi Ariadne, tanah liat adalah bahan tambang yang memiliki sifat plastis utamanya bahan tanah liat dan batuan silica, kaolin, flespat, pasir kuarsa (Astuti, 2008: 56). Dalam sebuah jurnal terdapat salah satu pendapat yang menjelaskan mengenai titik penting dalam menghias atau dekorasi Harvey Littleton menjelaskan: Titik penting untuk diingat adalah bahwa hiasan pot khusus, untuk membuatnya menarik dan enak di pandang, seperti dengan menambahkan dekorasi relief patung, gambar dicat, atau smeary desain membuat objek lebih bagus juga meningkatkan bentuk objek. Dalam pembuatan dekorasi teather-hard pada body keramik setengah kering atau magel, akan menggunakan dua teknik dekorasi keramik, yaitu dengan penerapan langsung ke body dan satu teknik dekorasi warna (Littleton, 1981: 43). Estetis adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu keindahan, sedangkan dalam dasar - dasar seni rupa diawali proses pembuatan karya bertujuan menciptakan suatu yang indah untuk kepuasan diri senimannya atau bertujuan untuk umum. Untuk memperkuat penjelasan di atas penulis memiliki salah satu pendapat, yaitu Menurut Sanyoto (2009: 262), Didalamnya mengemukakan sebuah gagasan tentang “mekanisme evolusi”: seleksi alam. Seleksi alam membahas seputar gagasan bahwa mahluk hidup paling kuatlah yang mampu menyesuaikan diri dengan tempat hidup mereka akan tetap hidup. Sedangkan varietas mahluk hidup yang tidak bisa bertahan akan binasah/punah oleh seleksi alam Ira Tri Onggo (2015: 75-124). Dalam keterangan mengenai seleksi alam buku lain juga menjelaskan bahwa; Pemahaman mengenai bagaimana organisme berevolusi lewat seleksi alam, merupakan satu wilayah dalam ilmu pengetahuan yang mempunyai banyak aplikasi praktis, seleksi untuk memperoleh jenis yang dengan sengaja menyeleksi sifat – sifat tertentu yang terdapat pada populasi organisme (Haryono, 2009: 20).
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
b. Metode Pendekatan dan Metode penciptaan Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis diantaranya adalah pendekatan empiris, pendekatan estetis, dan pendekatan semiotika, penjelasannya sebagai berikut: Pendekatan empiris adalah metode pendekatan yang mengedepankan pengalaman secara langsung terhadap sosial lingkungan pohon palem yang ada disekitar dan pengalaman pribadi penulis dengan pohon palem yang diambil sebagai sumber ide. Pendekatan estetis adalah metode pendekatan yang fokus pada Ilmu estetika/estetis selalu mengacu pada aspek dasar–dasar unsur bentuk keindahan. Elemen – elemen dasar seni rupa mememiliki beberapa kategori yaitu garis (line), bentuk (form), tekstur (textur), warna (colour), kesatuan (unity),dan irama (rhythm). Pendekatan semiotika adalah metode pendekatan yang mengkaji fungsi tanda dalam ilmu semiotika adalah basis referensi dari seluruh komunikasi. Komunikasi dilakukan melalui pengamatan langsung dari segi bentuk dan karakteristik serta kehidupan dari palem, dan mengamati lingkungan sekitar hidup pohon palem. Metode penciptaan yang digunakan oleh penulis adalah metode dari Gustami (2007: 329-330), proses penciptaan seni kriya dalam konteks metodologi diawali dengan Ekplorasi, Penggalian landasan teori, tahap perancangan, tahap evaluasi rancangan, tahap perwujudan, dan tahap evaluasi karya. Penjelasan tahap-tahap tersebut diantaranya sebagai berikut: Ekplorasi dilakukan dengan cara menelusuri juga mengamati langsung dimana pohon palem tersebut hidup atau mengamati secara tidak langsung dengan menonton program acara televisi tentang pohon palem, pengamatan dilakukan untuk menggumpulkan data tentang pohon palem. Penggalian landasan teori, sumber dan referensi, serta acuan visual yang dapat digunakan sebagai material analisis, sehingga diperoleh konsep pemecahan yang signifikan agar mudah ketahap selanjutnya. Penulis menggunakan beberapa sumber dari studi pustaka, seperti buku teori, sumber web, dan studi lapangan. Menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk rancangan dua dimensional yakni rancangan sketsa di atas kertas. Perancangan sketsa karya dengan pertimbangan berbagai aspek, menyangkut kompleksitas nilai seni kriya agar tidak ada kesalahn dalam proses pewujudan Dari rancangan sketsa dua dimensi. Penulis berusaha memvisualalisasikan ke dalam sketsa alternatif pohon palem, kemudian setelah itu dipilih beberapa sketsa terpilih yang telah disetujui oleh Dosen Pembimbing, lalu akan masuk ke proses perwujudan.Tahap ini diawali dengan terpilih nya sketsa lalu masuk ketahap selanjutnya menyiapkan bahan–bahan dasar, selanjutnya membuat model cetak untuk pembuat bodi dengan tanah tuang, selain itu penulis melakukan pembentukan dengan teknik slab, pinch, coil, untuk pembentuk bodi dengan manual, yang selanjutnya didekorasi setelah dua jenis pembentukan global bodi jadi, lalu setelah selesai dikeringkan, kemudian masuk proses pembakaran dengan suhu sekitar 900 - 1175°C.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
Langkah ini mencakup pengujian berbagai aspek, baik dari segi tekstual maupun kontekstual, baik karya seni maupun karya kriya yang dirancang berfungsi praktis maupun karya yang bersifat ekspresi pribadi. Penciptaan karya seni ini berfungsi sebagai ungkapan pribadi, yang kekuatannya terletak pada kesuksesannya dalam mengemas spirit, ruh, dan jiwa berkesenian, termasuk penuangan wujud fisik, makna, dan pesan sosial kultural yang dikandungnya. B. Hasil dan Pembahasan 1. Data acuan
Gambar 02. a. Palem Siwalam (Borassus Flabellifer), b. Palem Kelapa (Cocos Nucifera), c. Palem Botol (Hyophorbe Lagenicaulis) (Sumber: Dokumentasi Meta Fitriana)
Gambar 03. d. Palem Nipah (Nypa fruticans), e. Palem Palem Salak (Salacca Zalacca), f. Palem Enau atau Aren (Arenga Pinata) (Sumber: (d.) http://alamendah.files.wordpress.com dan (e dan f) Dokumentasi Meta Fitriana)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
2. Rancangan
Gambar 03. Sketsa terpilih 1 (Sumber foto oleh: Meta Fitriana)
Gambar 03. Sketsa terpilih (Sumber foto oleh: Meta Fitriana)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
10
3. Proses Perwujudan a. Bahan dan Alat Bahan baku utama yang dipergunakan dalam karya ini adalah tanah liat Pacitan dan tanah liat Sukabumi, tanah cetak tuang yang terbuat dari bahan tanah liat Sukabumi penulis membelinya dalam bentuk siap pakai. Bahan pembantu pembentukan karya antara lain: Tanah Liat Kebumen, Grog (Chaomotte) Biscuit Keramik, Pasir Pantai Depok, Gips SGP (Siam Gysum Plaster), Silica (SiO2), Glasir TGS (siap pakai), Talk, Feldspat, dan Pigmen (Stain) Hijau. Untuk menciptakan karya kriya seni keramik ini, digunakan beberapa alat, antara lain: Roll Kayu, Papan Bilah, Butsir Kayu (Wood Modeling Tools), Butsir Kawat (Wire Modeling Tools), Alat Putar Manual (Banding wheel), Senar Pemotong, Spon (sponges), dan Spray air. b. Teknik Pengerjaan Teknik pembentukan karya ini menggunakan cetak tuang (hollow casting), pijit (pinch), pilin (coil) dan lempengan (slab). Sedangkan teknik dekorasi menggunakan dekorasi krawang (peircing), dekorasi menggores–nggores nyisir (combing), dekorasi cap (impressing), dan dekorasi relief, dan dekorasi tempel (sprig decoration). c. Tahap Perwujudan Tahap awal perwujudan yang dilakukan adalah mengolah bongkahan tanah liat sukabumi dan pacitan menjadi bentuk padat plastis (setengah kering) dengan perbandingan 1:2, Pembuatan model dengan tanah liat dan pembuatan cetakan global pohon palem botol dengan bahan gips untuk membuat karya dengan teknik cetak tuang (hollow casting). Selanjutnya tanah liat yang diolah dalam bentuk padat dilakukan pengulian/kneading terlebih dahulu sebelum digunakan agar kondisi tanah menjadi lebih homogen untuk proses pembuatan karya secara manual dengan teknik pijit (pinch), pilin (coil) dan lempengan (slab). Tahap selanjutnya memerlukan beberapa proses pengerjaan antara lain: pembentukan, dekorasi, pengeringan karya keramik, pembakaran biscuit, penggelasiran dan pembakaran glasir.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
11
4. Hasil Karya
Gambar 4 Karya 5 dari 9 karya (Foto oleh: Dewi, 2016)
Judul Ukuran Bahan Teknik Finishing Suhu Pembakaran Tahun Pembuatan
: “Alur” : 37 cm x 12cm x 25cm : Stoneware Sukabumi dan pacitan, Grog Biscuit dan Pasir Pantai Depok : coil-slab-pinch : Glasir : 1170ºC : 2016
Deskripsi : Definisi Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan – tahapan pada sebuah peristiwa sehingga membentuk sebuah cerita. Urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang sambung menyambung berdasarkan hubungan sebab-akibat. Dalam karya ini menceritakan alur kehidupan dari palem kelapa dari mulai buah, tumbuh tunas, pohon muda, pohon yang sedang berbuah, pohon tua. Cerita ini mewakili setiap Palem–palem yang telah terpilih, alur Palem sebagian dimulai dari sebuah buah yang lemah lalu muncul tunas lalu masuk ke alur menjadi Palem yang kokoh pelan–pelan ke arah akhir klimaks menjadi Palem rapuh lemah hingga akhirnya mati dimakan usia. warna–warna yang digunakan umum pada tumbuhan seperti hijau tua, coklat, kuning, dan hijau muda.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
12
Gambar 5 Karya 9 dari 9 karya (Foto oleh: Dewi, 2016)
Judul Ukuran Bahan Teknik Finishing Suhu Pembakaran Tahun Pembuatan
: “Tumbuh dengan Kerasnya Alam” : 40 cm x 27cm x 35cm : Stoneware Sukabumi dan Pacitan, Grog Biscuit dan Pasir Pantai Depok : coil-slab-pinch : Glasir : 1170ºC : 2016
Deskripsi : Hampir sebagian pohon Palem buah cikal bakal bibit Palem baru hidup dengan dua hal yakni secara alami dengan jatuh ke tanah lalu tumbuh dengan sendirinya atau tumbuh dengan campur tangan manusia dibudidayakan, dirawat, dikawinsilangkan bibitnya. Karya ini merupakan gambaran dari Palem nipah buah cikal bakal bibit Palem nipah baru hidup secara alami dengan jatuh ke tanah lalu tumbuh dengan sendirinya melewati kerasnya seleksi alam, sebuah buah yang tumbuh menjadi Palem yang kokoh tanpa kawalan air yang melimpah, pupuk, bibit yang berusaha menyengkram tanah mencari air juga mineral hara untuk terus bertahan hidup.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
13
Gambar 5 Karya 1 dari 9 karya (Foto oleh: Dewi, 2016)
Judul Ukuran Bahan
: “Bila Aku (Palem) Bisa Bicara” : 25 cm x 12 cm x 12 cm : Stoneware Sukabumi, Grog Pasir Pantai Depok, Grog Biscuit Teknik : coil-slab-pinch-cetak tuang Finishing : Glasir Suhu Pembakaran : 1170ºC Tahun Pembuatan : 2015 Foto Oleh : Dewi, 09 Juni 2016 Deskripsi : Karya ini berbentuk Palem botol yang ada delapan buah karya, masing–masing karya mengekspresikan dan mewakili pohon Palem yang terpilih seandainya sebuah bohon palem bisa bicara, mereka bisa mengungkapkan perasaannya selayaknya manusia yang ikut melewati seleksi alam yang begitu keras, perasaan dari mulai sedih, gembira, menderita, bertahan hidup, dan tersakiti. Sebuah gambaran kritik sosial bahwa hal yang harusnya dilindungi tetapi justru dirusak juga sekaligus gambaran bahwa kehidupan ini begitu keras sebuah teori evolusi membahas sebuah gagasan bahwa mahluk hidup paling kuatlah yang mampu menyesuaikan diri dengan tempat hidup mereka untuk tetap hidup. Sedangkan varietas mahluk hidup (flora, fauna, manusia) yang tidak bisa bertahan akan binasa atau punah oleh seleksi alam. Bentuk Palem pada karya ini dibuat gemulai dengan tekstur memesis (meniru) pada bentuk palem botol, warna–warna yang digunakan umum pada tumbuhan seperti hijau, coklat dan kuning, warna emas dan perak digunakan untuk menunjukan warna pada logam mulia, warna–warna tersebut diterapkan pada rit, paku, kampak, dan celurit, tekstur daun dibuat berirama.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
14
C. Kesimpulan Masyarakat mungkin sudah terbiasa dengan pohon palem, walaupun sebenarnya ada beberapa orang yang belum begitu mengenalnya. Pohon palem adalah pohon yang menarik dilihat dari sisi bentuk, karakteristik, serta teksturnya. Palem merupakan jenis tumbuhan tropis, tidak bercabang, pada puncak daun batang terdapat daun yang melekat pada pelepahnya (enau, kurma, nyiur, pinang). Keunikan tanaman ini tidak banyak memerlukan air, dapat bertahan hidup meskipun tanpa adanya air pada cuaca ekstrim sekalipun. Kebutuhan manusia tersebut penulis analogikan dengan kebutuhan pohon palem, pembedanya terletak pada ketidakmampuan tumbuhan untuk bergerak, juga membela diri, sedangkan manusia dapat bergerak serta mampu membela diri. Visualisasi yang dihadirkan dalam penciptaan karya seni keramik ini berupa bentuk keramik–keramik dekoratif dikombinasi dengan detail dekorasi untuk memunculkan bentuk, karakteristik, dan teksturnya pohon palem agar karya lebih terasa hidup. Perlunya mengenal lebih baik karakter pohon palem yang terpilih agar memperkuat juga tidak mempersulit pada proses pembentukan, dalam proses pembentukan keramik penulis mencoba berexperimen menggunakan tanah pacitan dengan sukabumi 2:1, kadang kala sulit untuk memperprediksi terjadinya retak pada karya, untuk menghasilkan karya yang sempurna dalam setiap tahap sangat penting, sedikit sulit apabila kita blm begitu mengenal bahan, teknik, dan proses yang benar dalam pembentukan keramik. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka PT.Persero, 2000 Astuti, Ambar, Keramik Ilmu dan Proses Pembuatan, Yogyakarta: Jurusan Kriya FSR ISI, 2008 _____________, Keramik Bahan Cara Pengerjaan Glasir, Yogyakarta: Arindo Nusa Media, 2008 Darwin, Carles, The Origin of The Species, Indonesia: Yayasan Obor, 1989 Onggo, Tri, Ira, The Origin of Species, By Mean of Natural Selections, Yogyakarta: Indoliterasi, 2015
Gutami, SP, Proses Penciptaan Seni Kriya Umum Metodologi, Yogyakarta: Program Penciptaan Pascasarjana ISI Yogyakarta, 2004 __________, Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia Butir – butir Mutiara Estetika Timur, Yogyakarta: Prastita, 2007
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
15
Hartono, Sudarnadi, Tumbuhan Monokotil, Jakarta: PT. Penebar Swadaya, Anggota IKPI, jln. Gunung Sahari III/7, 1996 Littleton, Harvey, Archives of America Art Journal, Amerika: Study Center Craft, 1981
Nasution, S, dan Thomas, M, Buku Penutun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, Makalah, Jakarta: PT. Bumi Angkasa, 1988 Poerwandarminta, W .J .S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976 Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, penerjemah Drs.alimandan, Jakarta: CV. Rajawali, 1980
Sabur, Alex, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2003 S, Dhigra dan Soetresno, Ari, Dunia Tumbuhan dan Hewan, Jakarta: Intimedia dan Ladang Pustaka, 2011 Semangun, Haryono, Cakrawala Pemikiran Teori Evolusi Dewasa Ini, Salatiga: Program Studi Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana, BioS – Majalah Biologi Populer, 2009 Sumbo, Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,Yogyakarta: Jalasutra, 2008 Sutrisno, Mudji, Estetika Filsafat Keindahan, Yogyakarta: Kanisius, 1993 Visser, H, B, Matthijs, 100 Macam Palem di Indonesia, Malang: Ministry of Education and Sains The Netherlands, 1991 Wartaya, Winangun, Masyarakat Bebas Suktrural, Yogyakarta: Kansius, 1990
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta