Pilihan Kompas
DEPARTE:\
fASIONAL
\
CERPEN-CERPEN PILIHAN KOMPAS1992—2002: ANALISIS STRUKTUR
Maini Trisna Jayawati Atisah
Jonner Sianipar
IKFiI.A
PERPUSTAKAAN
PUSAT BAHASA
BAHAa^
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
DEPAAii-ivlKN F£NDiDIKAN KASlCTUt
Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta 2004
l-t 00006392
V
Penyunting Djamari
Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta 13220
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
Katalog dalam Terbitan(KDT)
899.213
JAY
c
JAYAWATI, Maini Trisna
Cerpen Pilihan Kompas 1992--2002: Analisis Struktur/Maini Trisna Jayawati, Atisah, Joner Sianipar.-Jakarta: Pusat Bahasa, 2004 ISBN 979 685 458 9
1. CERITA PENDEK INDONESIA
PERPUSTAKAAN PUSAT BAHASA Klasifikasi
Pft 835. ^13 CI95
No.Induki-^'^^ Tgl. Ttd.
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT BAHASA
Sastra merapakan cermin kehidupan suatu masyarakat, sastra juga menjadi simbul kemajuan peradaban suatu bangsa. Oleh karena itu,
inasalah kesastraan di Indonesia tidak terlepas dari kehidupan masya rakat pendukungnya. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah
terjadi berbagai perubahan, baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi maupun sebagai dampak perkembangan teknologi informasi yang amat pesat. Sementara itu, gerakan reformasi yang bergulir sejak 1998 telah mengubah paradigma tatanan ke
hidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Tatanan kehidupan yang serba sentralistik teiah berubah ke desentralistik, masyarakat ba-
wah yang menjadi sasaran (objek) kini didorong menjadi pelaku (subjek) dalam proses pembangunan bangsa. Sejalan dengan per kembangan yang terjadi tersebut, Pusat Bahasa berupaya mewujudkan peningkatan mutu penelitian, pusat informasi, serta pelayanan ke sastraan kepada masyarakat.
Untuk mencapai tujuan itu, telah dan sedang dilakukan (1) pene litian, (2) penyusunan, (3) penerjemahan karya sastra daerah dan
karya sastra dunia ke dalam bahasa Indonesia, (4) pemasyarakatan sastra melalui berbagai media-antara lain melalui televisi, radio, surat
kabar, dan majalah~(5) pengembangan tenaga, bakat, dan prestasi dalam bidang sastra melalui penataran, bengkel sastra, sayembara mengarang, serta pemberian penghargaan.
Di bidang penelitian, Pusat Bahasa telah melakukan penelitian sastra Indonesia melalui kerja sama dengan tenaga peneliti di perguruan tinggi di wilayah pelaksanaan penelitian. Setelah melalui proses pe111
nilaian dan penyuntingan, hasil penelitian itu diterbitkan dengan dana Bagian Proyek Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan. Penerbitan itu diharapkan dapat memperkaya bahan dokumentasi dan informasi tentang penelitian sastra di Indonesia. Penerbitan buku Cerpen Pilihan Kompas 1992—2002:Analisis Struktur ini merupakan salah satu upaya ke arah itu. Kehadiran buku ini tidak terlepas dari kerja sama yang baik dengan berbagai pihak, terutama para peneliti. Untuk itu, kepada para peneliti, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Drs. Djamari selaku penjmnting naskah laporan penelitian ini. Demikian juga ke pada Dra. Ebah Suhaebah, M.Hum., Pemimpin Bagian Proyek Pe nelitian Kebahasaan dan Kesastraan beserta staf yang menq)ersiapkan penerbitan ini, saya sampaikan ucapan terima kasih. Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat bagi peminat sastra serta masyarakat pada umumnya.
Jakarta, November 2004
IV
Dr. Dendy Sugono
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada tahun anggaran 2003 kami dipercaya untuk meneliti Cerpen Pilihan Kompas 1992—2002\ Alinalisis Struktur. Sehubungan dengan itu, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mengarahkan dan membantu pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih ini terutama kami sampaikan kepada Dr. Dendy Sugono, Kepala Pusat Bahasa; Drs. Abdul Rozak Zaidan, M.A., Kepala Bidang Pengembangan Bahasa dan Sastra; Dra. Siti Zahra Yundiafi, M.Hum., Kepala Subbidang Sastra; dan Drs. Prih Suharto, M.Hum., Pemimpin Bagian Proyek Pene litian Kebahasaan dan Kesastraan.
Akhirnya, penelitian ini akan berarti apabila mendapat saran dan kritik dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini bermanfaat. Jakarta, Desember 2003
Tim Peneliti
DAFTARISI
Kata Pengantar Kepala Pusat Bahasa Ucapan Terima Kasih
iii v
Daftarisi
vi
Bab I Pendahuluan
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2Masalah
2
1.3 Tujuan dan Hasil yang Diharapkan 1.4 Ruang Lingkup 1.5 Kerangka Teori
2 2 2
1.6 Metode dan Teknik Penelitian 1.7 Sumber Data
3 3
Bab n Gambaran Umum Kumpulan Cerpen 1992—20027
5
Bab III Analisis
3.1 Kado Istimewa {\992) 3.2 Pelajaran Mengarang(1993) 3.3 Lampor(\994) 3.4 Laki-Lakiyang Kawin dengan Peri(1995) 3.5 PistolPerdamaian {\996) 3.6 Anjing-AnjingMenyerbuKuburan {\991) 3.1 Derabat{\999) 3.8 Dua TengkorakKepala(2000) 3.9 MatayangIndah(200\) 3.\0Jejak Tanah(2002)
VI
12
•.
13 34 44 47 52 78 80 92 96 121
Bab IV Gagasan Pengarang dalam Cerpen Pilihan Kompas 1992—2002
123
Bab V Simpulan
138
Daftar Pustaka
141
Lampiran
145
Vll
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Cerita pendek (cerpen) merupakan salah satu bentuk karya sastra di samping novel, puisi, dan drama. Perkembangan cerpen di Indonesia dekade 90an lebih maju jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu terbukti dengan banyaknya media massa yang memuat cerpen dalam setiap penerbitannya. Salah satu media itu adalah surat kabar ATo/wpaj. Penerbitan cerpen dalam Kompas muncul setiap hari Minggu. Dari banyaknya cerpen yang muncul setiap hari Minggu itu timbullah gagasan dari sastrawansastrawan yang tinggal di Jakarta seperti Ikranegara, Sutardji Calzoum
Bachri, Afrizal Malna, dan Hamsad Rangkuti agar Kompas menerbitkan cerpen-cerpen pilihan setiap tahunnya. Salah satu dari cerpen-cerpen pilihan itu diberi penghargaan khusus dengan menjadikan cerpen itu sebagaijudul dari buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tersebut. Penerbitan cerpen-cerpen dalam surat kabar Kompas dimulai sejak tahun 1992. Padatahun 1998 Kompas tidak menerbitkan kumpulan cerpen pilihannya. Kumpulan cerpen pilihan Kompas tersebut adalah (1) Kado Istimewa(1992),(2)Pelajaran Mengarang(1993),(3)Lampor(1994),(4) Laki-Laki yang Kawin dengan Peri(1995),(5)Pistol Perdamaian(1996), (6)Anjing-Anjing Menyerhu Kuburan(1997),(7)Derabat(1999),(8)Dua Tengkorak Kepala (2000),(9) Mata yang Indah (2001), dan (10) Jejak Tanah (2002).
Dalam penelitian ini dipilih surat kabar Kompas dengan pertimbangan, antara lain,(1)Kompas surat kabar pemula yang memilih cerpen terbaik setiap tahunnya, dan(2)Kompas memberikan penghargaan khusus atas cerpen terbaik.
Pembicaraan tentang cerpen di Indonesia pemah dilakukan, antara lain, oleh Pamusuk Eneste dengan karyanya Cerpen Indonesia Mutakhir: Antologi Esai dan Kritik{\9Ki), Ajip Rosidi dengan karyanya Cerita Pen-
dek Indonesia (1968), H.B. Jassin dengan karyanya Analisa dan Sorotan Cerita Pendek (1961), Korrie Layun Rampan dengan V&ry&nydi Apresiasi Cerita Pendek(1991), dan Erli Yetti dengan kaiyanya "Analisis Struktur Pistol Perdamaian: Cerpen Pilihan Kompas 1996"(2002). 1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Gagasan apa yang diangkat oleh pengarang sehingga cerpen itu terpilih menjadi cerpen pilihan Kompas. (2) Adakah benang merah yang menghubungkan cerpen-cerpen itu ke da lam gagasan yang sama setiap tahunnya. 1.3 Tujuan dan HasU yang Diharapkan Penelitian ini bertujuan mengungkapkan gagasan yangterdapat dalam cer
pen pilihan Kompas tahun 1992—2002. Dengan tujuan itu, hasil yang di harapkan adalah sebuah naskah yang memberikan informasi mengenai ga gasan yang terdapat dalam cerpen pilihan Kompas 1992—^2002. 1.4 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup penelitian ini meliputi gagasan yang disampaikan penga rang dalam cerpen-cerpen pilihan Kompas tahun 1992—2002. Gagasan itu dapat diketahui melalui penokohan, pengaluran, dan peiataran yang membangun keutuhan cerita. 1.5 Kerangka Teori Dalam menganalisis cerpen pilihan KompastaUmn 1992—2002 ini teori yang
digunakan adalah teori strukturalisme yang terfokus pada keutuhan karya sastra. Sapardi Djoko Damono dalam bukunya Sosiologi Sastra(1978:38) menyatakan bahwa kaum strukturalis percaya bahwa totalitas lebih penting daripada bagian-b^iannya. Totalitas dan bagian-bagiannya bisa dijelaskan dengan sebaik-baiknya hanya apabila dipandang dari segi hubungan yang ada antarbagian itu. Analisis itu akan semakin jelas dan dapat ditangkap maknanya apabila terlihat pertautan antarunsur yang membangun karya sastra itu (Culler, 1975:171). Oleh karena itu, unsur-unsur struktur cerpen yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, dan latar akan mendapat per-
hatian awal sebelum menentukan keterkaitannya dalam suatu keutuhan. Panuti Sudjiman dalam buku Memahami Cerita Rekaan(1988) menyebutkan bahwa tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar dalam suatu karya, sedangkan penokohan adalah penyajian watakto-
koh dan penciptaan citratokoh. Pengaluran adalah pengaturan urutan peristiwa tertentu dan berakhir dengan peristiwa tertentu lainnya, tanpa terikat pada urutan waktu. Dan, pelataran/latar adalah secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan de ngan ruang, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra(Sudjiman, 1988:23, 31,45, 50).
Dalam menelaah struktur ini tahap pertama yang dilakukan adalah mengenal bagian-bagian yang terpisah, misalnya pendeskripsian tema, pengaluran, dan pelatarannya serta pada tahap akhir yang dilakukan adalah penggalian makna karya sastra yang dianalisis (Kenney, 1986:5 melalui Haniah 1990:5). 1.6 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data penelitian itu disusun lalu diklasifikasikan berdasarkan tujuan. Setelah itu ditafsirkan sesuai de
ngan tujuan yang hendak dicapai. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. 1.7 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1992-2002. Buku kumpulan cerpen tersebut adalah (1)Kado Istimewa, 1992,(2)Pelajaran Mengarang, 1993,(3)Lampor, 1994,(4)LakiLaki yang Kawin dengan Peri, 1995,(5) Pistol Perdamaian, 1996,(6) Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan, 1997, (7) Derabat, 1999, (8) Dua TengkorakKepala,2000,(9)MatayangIndah,2001,dan(\0)JejakTanah, 2002.
Dalam kesepuluh buku kumpulan cerpen itu terdapat 167 cerpen. Dari 167 cerpen itu diambil tiga puluh cerpen sebagai sumber data penelitian ini.
Adapun kriteria pemilihan sumber data tersebut adalah (1) cerpen yang menjadi judul buku dari kumpulan cerpen tersebut,(2) karya dari setiap pengarang hanya akan diteliti satu cerpen. Namun, untuk pengarang yang sangat produktif, cerpennya akan diteliti lebih dari satu judul, dan (3)
cerpen yang memuat gagasan tentang manusia atau masyarakat yang dapat direfleksikan dalam dunia nyata. Dalam situasi sosial masyarakat Indonesia yang terpuruk, nasib kelas bawah senantiasa menarik untuk dibicarakan. Hal itu disebabkan kaum tersebutlah yang paling dominan mendapatkan imbas dari keterpurukan itu. Ketiga puluh cerpen tersebut adalah(1)"Kado Istimewa" karya Jujur Prananto {Kado Istimewa,\992),(2)"Petaka Kampar" oleh Hudri Hamdi {Kado Istimewa, 1992),(3)"Ke Solo, ke Njati" oleh Umar Kayam {Kado Istimewa, 1992),(4)"Sket" karya Putu Wijaya {Kado Istimewa, 1992),(5) "Paing" oleh Edi Haryono {Kado Istimewa, 1992),(6)"Mata yang Enak Dipandang" oleh Ahmad Tohari {Kado Istimewa, 1992),(7)"Titin Pulang dari Saudi" oleh Radhar Panca Dahana {Pelajaran Mengarang, 1993),(8) "Pelajaran Mengarang" oleh Seno Gumira Ajidarma {Pelajaran Menga rang, 1993), (9) "Lampor" oleh Joni Ariadinata {Lampor, 1994), (10) "Rambutnya Juminten" oleh Ratna Indraswari Ibrahim {Lampor, 1994),(11) "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" oleh Kuntowijoyo {Laki-Laki yang Kawin dengan Peri, 1995),(12)"Ziarah Lebaran" oleh Umar Kayam {LakiLaki yang Kawin dengan Peri, 1995), (13) "Pistol Perdamaian" oleh Kuntowijoyo {Pistol Perdamaian, 1996),(14) "Penumpang Kelas Tiga" oleh A.A. Navis {Pistol Perdamaian, 1996),(15)"Orok Dani" oleh Aria Kamandaka {Pistol Perdamaian, 1996),(16)"Waning Pinggir Jalan" oleh Lea Pamungkas{PistolPerdamaian, 1996),(17)"Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan" oleh Kuntowijoyo {Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan, 1997), (18) "Derabat" oleh Budi Darma {Derabat, 1999), (19) "Menjelang Lebaran" oleh Umar Kayam {Derabat, 1999),(20)"Tiwul" oleh Gerson Poyk {Derabat, 1999),(21)"Lebaran Ini Saya Harus Pulang" oleh Umar Kayam {Dua TengkorakKepala,2000),(22)"UsahaBeras Jrangking" oleh Prasetyohadi {Dua Tengkorak Kepala, 2000),(23)"Darmon" oleh Harris Eifendi Thahar {Dua Tengkorak Kepala, 2000), (24) "Dua Tengkorak
Kepala" oleh Motinggo Busye {Dua Tengkorak Kepala,2000),(25)"Mata yang Indah" oleh Budi Darma{MatayangIndah,2001),(26)"Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari" oleh Jujur Prananto {Mata yang Indah, 2001),(27) "Umairah" oleh Yanusa Nugroho {Mata yang Indah, 2001),(28) "Elegi Untuk Anwar Saeedy" oleh Martin Aleida {Mata yang Indah, 2001),(29)
"Inyik Lunak Si Tukang Canang" oleh A.A. Navis {Mata yang Indah, 2001), dan(30)"Jejak Tanah" oleh Danarto {Jejak Tanah,2002).
BAB II
GAMBARAN UMUM KUMPULAN CERPEN KOMPAS1992-2002
Sejak tahun 1992 Kompas secara rutin setiap tahun memilih cerpen-cerpen yang pemah dimuat dalam edisi Minggu harian itu. Sampai tahun 2002 Kompas sudah menghasilkan sepuluh buku kumpulan cerpen. Kesepuluh buku tersebut adalah(\)Kado Istimewa(1992),(2)Pelajaran Mengarang (1993),(3)hamper(1994),(4)Laki-Lakiyang Kawin dengan Peri(1995), (5) Pistol Perdamaian (1996), (6) Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997),(7)Derabat(1999),(8)Dua Tengkorak Kepala (2000),(9)Mata yang Indah(2001), dan(10)Jejak Tanah(2002).
Kado Istimewa(1992)adalah buku kumpulan cerpen pilihan Kompas yang terbit bertepatan dengan hari ulang tahun harian Kompas pada tanggai 28 Juni 1992. Dalam buku kumpulan cerpen itu terdapat lima belas cerpen yang pemah dimuat dalam edisi Minggu harian Kompas. Cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan ini merupakan hasil pilihan Kompas sendiri. Terpilihnya cerpen-cerpen tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa temanya dapat ditanggapi oleh pembaca umum harian Kompas, berkaitan dengan kehidupan sosial di Indonesia. Selain itu, nilai estetika
juga menentukan dimuatnya cerpen tersebut dan patut ditampilkan sebagai karya sastra.
Cerpen-cerpen yang terdapat dalam Kado Istimewa adalah(1)"Kado Istimewa" oleh Jujur Prananto,(2)"Petaka Kampar" oleh Hudri Hamdi,(3) "Penipu yang Keempat" oleh Ahmad Tohari,(4) "Nurjanah" oleh Jujur Prananto,(5)"Ke Solo, ke NJati" oleh Umar Kayam,(6)"Perempuan Itu Cantik" oleh Ratna Indraswari Ibrahim,(7)"Mak dan Ikan Teri" karya Santyarini,(8)"Sket" karya Putu Wijaya,(9)"Cengkehpun Berbunga di Natuna" oleh BM Syamsudin,(10)"Burung Ketitiran" oleh Abrar Yusra, (11) "Ngarai" oleh Harris Efendi Thahar,(12)"Randu Alas" oleh Agus
Vrisaba,(13)"Pumama dan Ringkik Kuda" oleh Yanusa Nugroho,(14) "Paing" oleh Edi Haryono,(15)"Mata yang Enak Dipandang" oleh Ahmad Tohari.
"Pelajaran Mengarang" adaiah sebuah cerpen karya Seno Gumira Ajidarma yang terdapat dalam kumpulan cerpen yang diterbitkan oleh Harian Kompas tahun 1996. Selain itu, "Pelajaran Mengarang" menjadi judul buku kumpulan cerpen pilihan Kompas 1993. Buku Pelajaran Mengarang(1993) merupakan buku kedua yang terbit(kumpulan cerpen kedua yang terbit,Kompas bermula memillh cerpen-cerpen itu tahun 1992). Dalam buku Pelajaran Mengarang terdapat tujuh belas cerpen, yaitu (1) "Pelajaran Mengarang" karya Seno Gumira Ajidarma,(2)"Sepotong Senja untuk Pacarku" karya Seno Gumira Ajidarma,(3)"Burung-Burung Pulang ke Sarang" karya Harris Effendi Tahar,(4)"Katuranggan" karya Slamet Nurzaini,(5)"Seorang Wanita dan Pangeran dari Utara" karya Bre Redana,(6)"Tumpeng" karya Bakdi Soemanto,(7)"Pencuri" karya Julius R. Siyaranamual,(8)"Minggu Legi di Kyoto" karya Satyagraha Hoerip,(9) "Dunia Transparan" karya Beni Setia,(10)"Telinga" karya Seno Gumira Ajidarma,(11)"Kunang-Kunang" karya Hamsad Rangkuti,(12)"Dasar" karya Putu Wjaya,(13)"Maria" karya Seno Gumira Ajidarma,(14)"Titin Pulang dari Saudi" karya Radhar Panca Dahana,(15)"Jerat" karya Ratna Indraswari Ibrahim,(16)"Arloji Sumiani" karya Gde Aryantha Soethama, dan (17)"Santa" karya Bondan Winarno. "Lampor" adaiah cerpen karya Joni Ariadinata yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1994. Selain itu,"Lampor"
menjadijudul buku kumpulan cerpen pilihan Kompas 1994. Buku Lampor (1994) merupakan buku ketiga yang terbit.
Dalam buku Lampor terdapat enam belas cerpen, yaitu(1)"Lampor" oleh Joni Ariadinata,"(2)"Salvador" oleh Seno Gumira Ajidarma,(3)"Dari Paris" oleh Harris Effendi Thahar,(4)"Tamu dari Jakarta" oleh Jujur Prananto,(5)"Telagasari" oleh Bre Redana,(6)"Parang Garudo" oleh Satya graha Hoerip,(7)"Reuni" oleh Jujur Prananto,(8)"Tsim-Tsa-Tsui" oleh Yanusa Nugroho,(9)"Peang" oleh AgusNoor,(10)"Rambutnya Juminten" oleh Ratna Indraswari Ibrahim, (11) "Klandestin" oleh Seno Gumira
Ajidarma,(12)"Jaksa Agung Artogo" oleh Satyagraha Hoerip,(13)"Ibu Bonar" oleh Palti R. Tamba,(14)"Telinga Rustam" oleh Adek Alwi,(15) "Mati 'Salah Pati'" oleh Gde Aryantha Soethama, dan (16)"Misteri Kota
Ningi" oleh Seno Gumira Ajidarma. Laki-Laki yang Kawin dengan Peri(1995)adalah judul buku kum-
pulan cerpen pilihan Kompas tahun 1995, berisi tujuh belas cerpen yang pernah dimuat dalam Harian Kompas Minggu tahun 1994. Ketujuh belas judul cerpen tersebut adalah (1)"Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" oleh Kuntowijoyo,(2) "Namanya Massa" oleh Ratna Indraswari Ibrahim,(3) "Yang Tersisa" oleh Rayni N. Massardi,(4)"Ziarah Lebaran" oleh Umar Kayam,(5)"Paduan Suara" oleh Jujur Prananto,(6)"Sapi" oleh Beni Setia, (7)"Rampok" oleh Harris Effendi Thahar,(8)"Sahabat yang Hilang" oleh Adek Alwi,(9)"Putri Keraton" oleh Marselli Sumarno,(10)"DuaTelinga Saya, Rasanya Cukup" oleh YanusaNugroho,(11)"MbokNah 60 Tahun" oleh Lea Pamungkas,(12)"Pernikahan" oleh Putu Wijaya,(13)"Bulan di Atas Kampung" oleh Seno Gumira Ajidarma,(14)"Wirid" oleh M.Dawam Rahardjo,(15) "Bantuan" oleh Jujur Prananto,(16)"Warung 'Penajem'" oleh Ahmad Tohari, dan (17)"Bu Yati" oleh Bre Redana. "Pistol Perdamaian" adalah sebuah cerpen karya Kuntowijoyo yang terdapat dalam kumpulan cerpen yang diterbitkan oleh Harian Kompas tahun 1996. Selain itu,"Pistol Perdamaian" menjadijudul buku kumpulan cerpen pilihan Kompas 1996. Buku PistolPerdamainan(1996)merupakan buku kelima yang terbit (kumpulan cerpen kelima yang terbit, Kompas bermula memilih cerpen-cerpen itu tahun 1992). Dalam buku PistolPerdamaian terdapat tujuh belas cerpen, yaitu(1)
"Pistol Perdamaian" karya Kuntowijoyo,(2)"Doa Seorang Perawan" karya Bondan Winarno,(3)"Dongeng Sebelum Tidur" karya Seno Gumira Aji darma,(4) "Eksperimen Moral" karya T.B. Raharjo, (5) "Mang Santa" karya Joni Ariadinata,(6)"Menanam Karen di Tengah Hujan"karya Afrizal Malna,(7)"Meteor" karya Sony Karsono,(8)"Orang Besar" karya Jujur Prananto, (9) "Sampan Asmara" karya Kuntowijoyo, (10) "Penumpang Kelas Tiga" karya A.A. Navis,(11)"Rong" karya Gendut B Riyanto,(12) "Orok Dani" karya Aria Kamandaka,(13)"Sang Pengeluh" karya Yusrizal K.W., (14) "Sentimentalisme Calon Mayat" karya Sony Karsono, (15) "Separo Jalan" karya Ismet Fanany,(16)"Sukab dan Sepatu" karya Seno Gumira Ajidarma,dan(17)"Warung Pinggir Jalan" karya Lea Pamungkas. Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997) adalah judul buku kum pulan cerpen pilihan Kompas tahun 1997. Dalam buku itu terdapat delapan belas cerpen yang pemah dimuat dalam Harian Kompas Minggu selama
tahun 1997. Kedeiapan belas judul cerpen tersebut adalah (1) "AnjingAnjing Menyerbu Kuburan" oleh Kuntowijoyo, (2) "Jangan Dikubur Sebagai Pahlawan" oleh Kuntowijoyo,(3)"Rumah yang Terbakar" oleh Kuntowijoyo,(4)"Maria" oleh A.A. Navis,(5)"Penangkapan" oleh A.A. Navis,(6)"Tujuh Belas Tahun Lebih Empat Bulan" oleh Ratna Indraswari Ibrahim,(7)"Hadiah dari Rantau" oleh Ismet Fanany,(8)"Kang Sarpin Minta Dikebiri" oleh Ahmad Tohari,(9)"Menembus Gemawan Irian Jaya" oleh Gerson Poyk,(10)"Sphinx" oleh Umar Kayam,(11)"Sapar Pulang" oleh Aba Mardjani,(12)"Gauhati" oleh Budi Darma,(13)"Sambutan di Pemakaman Ayah" oleh Jujur Prananto,(14) "Calon Kuat" oleh Harris Effendi Thahar, (15) "Ella" oleh Bre Redana, (16) "Usaha Membuat
Telinga" oleh Airizal Malna, (17) "Seorang Ibu yang Menunggu Atau Sangkuriang" oleh A.S. Laksana, dan (18)"Sembilan Semar" oleh Seno Gumira Ajidarma.
Derabat(1999)adalah judul buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1999. Dalam buku itu terdapat dua puluh cerpen hasil seleksi dari 87 cerpen asli(bukan terjemahan, bukan saduran) yang pemah dimuat dalam harian Kompas Minggu selama tahun 1997 dan 1998. Biasanya, buku kumpulan cerpen pilihan Kompas berisi lima belas cerpen. Karena sesuatu hal, tahun 1998 Kompas tidak menerbitkan buku kumpulan cerpennya sehingga cerpen yang dimuat dalam harian Kompas Minggu selama tahun 1998 diseleksi dan diterbitkan berstuna-samaHen^an cerpen-cerpen pilihan dari tahun 1997. Dari dua puluh cerpen terpilih,cerpen "Derabat" karangan Budi Darma adalah cerpen yang dinilai terbaik sehingga, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan,judul cerpen itu berhak menjadi judul buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1999. Sembilan belas cerpen lainnya ialah(1)"Nasib Seorang Pendengar Setia"karangan Jujur Prananto, (2)"Aaa! lii! Eee! Ooo!" karya Rainy M.P. Hutabarat,(3)"Perempuan Suamiku" oleh Sirikit Syah,(4)"Lembu di Dasar Laut" karangan Afrizal Malna,(5)"Ulat dalam Sepatu"oleh Gus tfSakai,(6)"Menggambar Ayah" karangan A.S. Laksana,(7)"Menjelang Lebaran" karya Umar Kayam,(8) "Tamu yang Datang di Hari Lebaran" oleh A.A. Navis,(9)"Perkawinan" karya Herlino Soleman,(10)"Maukah Kau Menghapus Bekas Bibimya di Bibirku dengan Bibirmu?" karangan Hamsad Rangkuti,(11)"Surat untuk Wai Tsz" oleh Leila S. Chudori,(12)"Penjaja Air Mata" kaiya Prasetyohadi,(13)"Saran 'Groot Majoor' Prakoso" karangan Y.B. Mangunwijaya,
(14)"Tiwul" karya Gerson Poyk,(15)"Cerita Beium Selesai" oleh Radhar
Panca Dahana,(16)"Panggil Aku:Pheng Hwa"oleh Veven Sp. Wardhana, (17)"Bukan Kabangan" karya Bre Redhana,(18)"Partita No 3 in E for
Solo Violin" karya Cecep Syamsul Hari, dan (19)"Tujuan: Negeri Senja" karangan Seno Gumira Adjidarma.
Tiga dari sembilan belas cerpen tersebut akan dibahas dalam penelitian ini. Selain cerpen "Derabat", dua cerpen lainnya yang akan dibahas ialah "Menjelang Lebaran" karangan Umar Kayam dan "Tiwul" karangan Gerson Poyk.
Dua Tengkorak Kepala (2000) adalah buku yang kedelapan dalam sejarah penerbitan buku kurnpulan cerpen Kompas yang tradisinya sudah dimulai sejak tahun 1992. Buku itu diluncurkan bersamaan dengan ulang tahun ke-35 Harian Umum Kompas,tanggal 28 Juni 2000.
Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun 2000 Kompas menyeleksi cerpen-cerpen yang dimuat dalam Kompas edisi Minggu. Dari
sejumlah cerpen itu dewan juri menominasikan 38 cerpen. Mengingat jumlah cerpen yang akan dimuat dalam buku kumpulan ini telah disepakati sebany^ enam belas cerpen, berarti 22 cerpen harus digugurkan. Setelah melalui berbagai pertimbangan, dewan juri akhirnya untuk memutuskan mencoret salah satu karya pengarang yang cerpennya masuk nominasi lebih
dari satu buah. Atas kesepakatan dewan juri, cerpen Motinggo Boesje yang berjudul "Dua Tengkorak Kepala" dipilih sebagai cerpen terbaik dalam
buku kumpulan cerpen pilihan Kompas 2000 dan dikukuhkan menjadijudul buku kumpulan cerpen tersebut.
Cerpen-cerpen yang terdapat dalam Dua Tengkorak Kepala adalah (1) Dua Tengkorak Kepala",(2)"Anjing",(3)"Santan Durian",(4)"Le baran Ini, Saya Harus Pulang",(5)"Usaha Beras Jrangking",(6)"Darmon",
(7)"Salmayang Terkasih",(8)"Mawar, Mawar",(9)"Metropolitan Sakai",' (10)"Seusai Revolusi",(11)"Telepon dari Aceh",(12)"Bulan Angka 11",' (13) "Wanita yang Ditelan Malam",(14) "Ruang Belakang",(15) "Dua Orang Sahabat", dan (16)"Laba-Laba".
Mata yang Indah (2001)adalah buku ke-9 kumpulan cerpen pilihan Kompas yang sudah diterbitkan. Mata yang Indah pertama kali diterbitkan
dalam bahasa Indonesia oleh penerbit buku Kompas, PT Kompas Media Nusantara, Juni 2001, suntingan Kenedi Nurhan dan kawan-kawan. Mata
yang Indah selahjutnya akan diterbitkan dalam bahasa Inggris teijemahan
Dr. Rebecca Fanany, dosen Bahasa Indonesia di Deakin University. Rebecca adalah istri cerpenis Dr. Ismet Fanany, Koordinator Indonesian Language and Culture Studies, Deakin University, Melbourne, Australia.
Melalui penerbitan itu diharapkan khazanah sastra Indonesia dapat memberikan kepada dunia luar gambaran sisi-sisi baik dari sebuah negara dan bangsa bernama Indonesia. Buku kumpulan cerpen Mata yang Indah berisi enam belas cerpen
pilihan yang ditulis oleh enam belas cerpenis. Dari 48judul cerpen terpilih karya asli pengarang, yang berhasil dimuat dalam harian Kompas edisi Minggu selama tahun 2000. Mata yang Indah karangan Budi Darma terpilih sebagai cerpen terbaik dan menjadi judul buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2001, sekaligus menghantar penulisnya menerima penghargaan dari Kompas. Lima penghargaan serupa sebelumnya sudah diberikan kepada Satyagraha Hoerip (aim.), Gerson Poyk, Umar Kayam, A.A. Navis (aim.), dan Hamsad Rangkuti. Adapun lima belas judul cerpen lainnya yang terdapat dalam kum pulan cerpen Mata yang Indah ialah (1)"Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari" karangan Jujur Prananto;(2)"Umairah" karya YanusaNugroho;(3) "Elegi untuk Anwar Saeedy" oleh Martin Aleida;(4)"Bunga Kopi"karang an Ratna Indraswari Ibrahim;(5)"Krueng Semantoh" kaiya Sori Siregar; (6)"Ikan di dalam Batu" oleh K. Usman; atau (7)"Deja vu; Kathmandu" karangan Veven Sp. Wardhana [judul ini sempat bersaing ketat dengan "Mata yang Indah" untuk merebut posisi cerpen terbaik]. Kemudian,(8) "Upit" karya Gus tf Sakai; (9)"Rahim" karya Cok Sawitri; (10) "Inyik Lanak si Tukang Canang" karya A.A. Navis;(I I)"Ziarah Arwah-Arwah Bayi" karangan Indra Tranggono; (12) "Tabir Kelam" karya Flerlino Soleman;(13)"Burung Senja" oleh Wilson Nadeak;(14)"Seperti Koin Seratus" oleh Harris Effendi Thahar; dan (15)"Lebaran di Karet, di Karet" karangan Umar Kayam. Jejak Tanah (2002) adalah judul buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2002. Buku itu memuat lima belas cerpen yang pernah dimuat dalam Harian Kompas Minggu selama tahun 2002. Kelima belas judul cerpen tersebut adalah (1)"Jejak Tanah" oleh Danarto,(2)"Drupadi Seda" oleh Seno Gumira Ajidarma,(3)"Akhirnya Kutemukan Merekayang Hilang" oleh Jujur Prananto, (4) "Di Atas Bumi di Atas Langit" oleh Danarto,(5) "Kain Batik dari Ibu" oleh Harris Effendi Thahar,(6)"Doa PERPUSTAKAAN
PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
yang Mengancam" oleh Jujur Prananto,(7)"Sulastri" oleh Bre Redana,(8) "Tawanan" oleh Kuntowijoyo, (9) "Bintang Gerilya" oleh Rachmat H Cahyono,(10)"Pipa Darah" oleh Abel Tasman,(11)"Pohon dan Istrinya" oleh Eka Budianta,(12)"Mak Pekok" oleh A.A. Navis,(13)"Batu Menangis" oleh Ismet Fanany,(14)"Gambar Bertulisan 'Kereta Lebaran'" oleh Gus tf Sakai, dan (15)"Anak Kecil yang Gemar Menjilati Pipimu" oleh Yanusa Nugroho.
11
BAB III
ANALISIS
Dalam bab ini akan dianalisis tiga puluh cerpen dari 167 ceqien yang ter-
dapat dalam sepuluh buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 19922002. Analisis ketiga puluh cerpen tersebut meliputi alur, tokoh dan penokohan, serta latar.
Dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1992 yang berjudul Kado Istimewa dipilih enam cerpen, yaitu(1)"Kado Istimewa" oleh Jujur Prananto,(2)"Petaka Kampar" oleh Hudri Hamdi,(3)"Ke Solo, ke Njati" oleh Umar Kayam,(4)"Sket" karya Putu Wijaya,(5)"Paing" oleh Edi Haryono, dan (6)"Mata yang Enak Dipandang" oleh Ahmad Tohari. Dalam buku kumpulan cerpen^pilihan Kompas tahun 1993 yang berjudul Pelajaran Mengarang dipilih'rlua cerpen, yaitu(1)"Titin Pulang dari Saudi" oleh Radhar Panca Dahana dan(2)"Pelajaran Mengarang" oleh Seno Gumira Ajidarma. Dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1994 yang
berjudul Lampor dipilih dua cerpen, yaitu (1)"Lampor" oleh Joni Ariadinata, dan (2)"Rambutnya Juminten" oleh Ratna Indraswari Ibrahim. Dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1995 yang
berjudul Laki-Laki yang Kawin dengan Peri dipilih dua cerpen, yaitu (1) "Laki-laki yang Kawin dengan Peri" oleh Kuntowijoyo dan (2) "Ziarah Lebaran" oleh Umar Kayam.
Dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1996 yang
berjudul Pistol Perdamaian dipilih empat cerpen, yaitu (1) "Pistol Perdamaian" oleh Kuntowijoyo,(2)"Penumpang Kelas Tiga" oleh A.A.Navis,
(3)"Orok Dani" oleh Aria Kamandaka,(4)"Warung Pinggir Jalan" oleh Lea Pamungkas. Dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1997 yang ber
judul Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan dipilih satu cerpen, yaitu "Anjing12
Anjing Menyerbu Kuburan" oleh Kuntowijoyo.
Dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1999 yang berjudul Derabat dipilih tiga cerpen, yaitu(1)"Derabat" oleh Budi Darma, (2)"Menjeiang Lebaran" oleh Umar Kayam, dan (3)"Tiwu!" oleh Gerson Poyk.
Dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2000 yang berjudul Dua Tengkorak Kepala dipilih empat cerpen, yaitu (1)"Lebaran Ini Saya Harus Pulang" oleh Umar Kayam,(2)"Usaha Beras Jrangking" oleh Prasetyohadi,(3)"Darmon" oleh Harris Effendi Thahar, dan(4)"Dua Tengkorak Kepala" oleh Motinggo Busye.
Dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2001 yang berjudul MatayangIndah dipilih lima cerpen, yaitu(1)"Matayang Indah" oleh Budi Darma,(2) "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari" oleh Jujur Prananto,(3)"Umairah" oleh Yanusa Nugroho,(4)"Elegi Untuk Anwar Saeedy" oleh Martin Aleida, dan(5)"Inyik Lunak Si Tukang Canang" oleh A.A. Navis.
Dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2002 yang ber judul Jejak Tanah dipilih satu cerpen, yaitu "Jejak Tanah" oleh Danarto. 3.1 Kado Istimewa (1992)
3.1,1 "Kado Istimewa","Petaka Kampar","Ke Solo, ke Njati", "Sket","Paing",dan "Mata yang Enak Dipandang" Menulis cerpen di surat kabar memerlukan strategi yang khusus, yakni bagaimana memaparkan masalah kecil menjadi masalah yang hangat dan menarik pembaca. Untuk itu, diperlukan penjelasan yang cukup memadai tentang tokoh atau situasi sehingga pembaca tidak dibiarkan dalam pe-
mikiran yang abstrak. Anton Chekov dalam Nirwan Dewanto (1992:157) pernah menyatakan bahwa jika seseorang selesai menulis cerpennya sebaiknya ia membuang awal dan penutup cerpennya agar ia dapat menemukan kebenaran imajinasi. Menulis cerpen adalah seakan mulai dari tengah dan dengan itu dapatlah dihindari kerumitan dan kebertele-telean bercerita. Keenam cerpen pilihan Kompas yang terdapat dalam Kado Istimewa
(1992)menggunakan teknik sorot balik. Cerita dimulai pada bagian tengah. Para pengarang cerpen tersebut membawa para tokoh itu dalam peristiwa tertentu. Kemudian,para tokoh itu berkembang dalam peristiwa berikutnya sambil mengingat pengalaman masa lampau mereka. Teknik ini digunakan 13
pengarang bukan untuk merumitkan alur, tetapi untuk mencari daya tarik cerpen-cerpen tersebut. Hal itu tampak dalam cerpen Umar Kayam yang berjudul "Ke Solo, ke Njati". Alur cerita sangat sederhana sehingga peristiwa pokok hanya disinggung secara sepintas. Pengarang tidak menggambarkan secara detail kesia-siaan pembantu rumah tangga itu ketika hendak naik bis yang penuh dengan penumpang. Seakan-akan tidak ada tindakan (diam)dari tokohnya untuk mengatasi permasalahan. Pengarang hanya mengedepankan peristiwa pulang dan pergi seorang ibu yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga dengan kedua anaknya yang masih kecilkecil dari rumahnya di kampung kumuh ke terminal bis. Kutipan berikut menunjukkan hal itu. Kita nggak jadi mudik ya, Bu. Besok kita coba lagi, ya? Itulah keputusannya kemarin. Anak-anaknya pada menggerutu dan man menangis. Sekarang kita mau ke mana, Bu? Ya, pulang, Ti. Pulang.Itu berarti pulang ke kamar sewaan yang terselip di tengah kampung yang agak kumuh di bilangan Kaiimalang. Anak-anaknya yang sudah lelah menurut saja digandeng ibunya dan kemudian didorong masuk ke sebuah bajaj yang pada sore hari itu memungut biaya entah berapa kali lipat dari biasa.(Umar Kayam, 1992:55) Itu kemarin, pada hari lebaran pertama. Sekarang pada hari lebaran kedua, mereka gagal lagi. Kemungkinan itu bahkan iebih tidak ada lagi. Karcis yang dibelinya dari calo, seperti kemarin memang sudah di tangan. Tetapi orang-orang itu kok malah jauh iebih banyak dari kemarin .... Dan akhimya dengan berdiri termangu di pinggir-pinggir warung,dilindungi kain terpal, di bawah hujan,mereka melihat bis terakhir ke Wonogiri berangkat. Ya,kita nggak jadi betul ke Njati ya, Bu. Ibunya melihat anak-anaknya de
ngan senyum yang dipaksakan. lya, Nak. Nggak apa, ya? Tahun depan kita coba lagi. Ya.(Umsir Kayam, 1992:58)
Dalam keadaan diam itu justru terasa betapa pedihnya nasib ibu de ngan kedua anaknya yang hanya berbekal sangu yang kurang hendak pulang ke desa asalnya di Jawa Tengah. Akhirnya, pengarang menutup cerita de ngan kerelaan hati ibu itu untuk membatalkan kepulangannya ke kampung asalnya itu. Kutipan berikut menunjukkan hal itu.
14
Ibunya melihat anak-anaknya dengan senyum yang dipaksakan. lya,Nak.Nggak apa, ya? Tahun depan kita coba lagi. Ya. lya dong. Ibu harus kumpul uang lagi, kan? Memangnya sekarang sudah habis, Bu? Ibunya menggigit bibimya. Tersenyum lagi. Masih. Masih. Tetapi hanya bisa ke Kebon Binatang besok. Ke Njati tahun depan saja, ya? Anak-anaknya diam. Hujan mulai agak reda. Dilihatnya hujan yang mereda itu agak menggembirakan anaknya. Yuk, kita keluar cari bajaj, yuk. (UmarKayam, 1992:58~59).'
Hal serupajuga tampak dalam cerpen Jujur Prananto yang berjudul "Kado Istimewa" yang merupakan karya yang paling baik menurut pilihan Kompas sehingga menjadi judul kumpulan cerpen ini. Sejak awal diceritakan bahwa Bu Kustiyah yang menjadi penghuni kota kecil Kalasan
berkeinginan sekali untuk menghadiri resepsi perkawinan putra Pak Hargi, mantan atasannya di zaman gerilya yang tingga! di Jakarta. Dari peristiwa
itu pembaca sudah dapat menduga bahwaJarak waktu yang begitu lama dan perbedaan sosial tidak akan mempertemukan lagi batin kedua orang yang dahulunya pemah berkenalan dengan akrab itu. Sekaiipun Bu Kustiyah masih merasa hubungannya begitu dekat dengan laki-laki yang kini telah hidup mewah itu. Namun begitulah-menurut Bu Kus-setelah ibukota kem-
bali ke Jakarta, keadaan banyak berubah. Pak Hargi ditugaskan di pusat dan Bu Kus hanya sesekali saja mendengar kabar tentang beliau. Waktu terus berlalu tanpa ada komunikasi. Ke-
kacauan menjelang dan sesudah Gestapu serasa makin merenggangkanjarak Kalasan-Jakarta. Lalu tumbangnya rezim Orla dan bangkitnya rezim Orde Baru yang mengukuhkan peran Pak Gi di
lingkungan pemeritah pusat. Dan ini berarti makin tertutupnya kemungkinan komunikasi langsung antara Bu Kus dengan Pak Gi. Tetapi bukan berarti Bu Kus merasa jauh dengan Pak Gi. Sebab dalam istilah Bu Kus~kesamaan cita-cita merupakan pengikat hubungan yang tak terputuskan.(Jujur Prananto, 199220)
Cerita terus berkembang dengan munculnya Bu Kus di pesta pemi-
kahan putra Pak Hargi dengan membawa kado yang menurutnya sangat 15
istimewa, yakni tiwul. Dia berharap kado itu akan memancing ingatan Pak Hargi akan peristiwa revolusi fisik yang pemah dilaluinya bersama Bu Kus. Berhari-hari saya mencari kado yang tepat untuk putranya Pak Gi. Sesuatu yang khusus, yang istimewa, dan terpenting yang bermakna. Baru kemarin saya menemukan piiihan yang tepat. Kenapa bukan makanan zaman perjuangan? Melihat kado yang isinya lain dari yang lain ini nanti tentulah putra Pak Gi akan beitanya pada bapaknya. Pak Gi pasti akan terkesan sekali dan menerangkan panjang lebar makna makanan ini dalam masa peijuangan.(Jujur Prananto, 1992:25)
Sementara,Pak Hargi menyambut kedatangan Bu Kus dengan biasabiasa saja, bahkan sudah melupakan Bu Kus. Pengarang mengakhiri cerita dengan dibuangnya kado istimewa itu oleh anak dan menantu Pak Hargi. Kutipan berikut menunjukkan hal itu. Di berbagai sudutnya nampak basah. Kado itu pun dibuka. Mereka tak tabu apa nama makanan dalam nampan bambu yang ditutup kain putih berbordir itu, sebab rupanya sudah tak keruan dan berjamur di sana-sini. Ada selembar kertas bertuliskan tangan yang sulit terbaca karena tintanya sudah menyebar kena lelehan gula merah. Ibu Kus, Kustiyah, Kustiyah. Siapa sih dia? Pengantin pria mengamati kado ini. Mana gua tahu. Imah! Pembantu perempuan muncul. Bawa keluar, nih! Man disimpan di mana, Mas! Disimpan? Buang!(Jujur Prananto, 1992:29)
Berbeda halnya dengan cerpen Putu Wijaya yang berjudul "Sket". Dalam cerpen itu justru banyak terdapat peristiwa-peristiwa yang menge-
jutkan. Kejadian yang menimpa Udin, anak seorang gembel yang diperlakukan secara tidak manusiawi oleh para hansip, suruhan keluarga ge-
dongan memicu kerukunan antarwarga kampung. Kerukunan itu tiba-tiba mengakhiri ketegangan, kecurigaan, iri hati, dan kejengkelan yang ditujukan kepada keluarga gedongan. Kejadian ini merupakan pemecahan masalah yang tidak disangka-sangka yang oleh pembaca terasa sebagai kejutan yang melegakan. Kutipan berikut menunjukkan hal itu.
16
Selanjutnya malam itu nyaris seperti pertemuan arisan. Banyak warga yangjarang bertemu sebelumnya,salam-salaman. Saling bertegur sapa, lalu terlibat pembicaraan hangat .... Kemalangan si Udin raenyeret penduduk bernostalgia. Kumpulkumpul lagi seperti ketika mereka masih kanak-kanak. Udin kagak digebukin. Udin disuruh jerit-jerit aja. Katanya supaya mama si Tony itu senang. Udin malah ditraktir makan mie kocok sama Bang hansip itu. Enak deh di situ. Udin juga mau kalau disuruh ke situ lagi. Semua orangnyap-nyap. Belum habis cerita Udin,semua lebih kaget lagi melihat sebuah Mercy Benz berhenti di depan gang. Ternyata mama dan papa si Tony. Mereka muncul bersama-sama si Tony yang terbebat kepalanya, tetapi langsung berteriak senang memanggil si Udin, Dinnnnnnn! Sambil mengangguk ramah-tamah kepada setiap orang kedua orang tua Tony langsung mendekati Udin. Udin tersenyum-senyum malu-malu. Setelah memperhatikan dengan seksama,setelah melihat si Udin tak apa-apa, kedua orang tua Tony lalu mengelus-elus Udin, begitu sayang, begitu akrab. Lalu mereka menyalami orang tua Udin .... Orang-orangjadi bingung. Anak-anak muda yang menyanyikan lagu protes, sudah lama berhenti menyanyi. Mereka meletakkan gitamya seperti meletakkan sandal tua, lalu mengagumi Baby Benz yang nangkring di depan gang. Memandang, menatapnya bagaikan menatap dewa. Kagum,teler, ngiler, dan rendah did. Sejak malam itu hidup si Udin berubah. la bukan anak kere lagi.(Putu Wijaya, 1992:87-88)
Hudri Hamdi dalam cerpennya yang berjudul "Petaka Kampar" memulai cerita dari tengah. Cerita dimulai dengan kecelakaan yang menimpa Abang, seorang buruh perkebunan di daerah Kampar, Pekanbaru. Abang sibuk bekerja kali pertama Kampar kuinjak. Abang bersama rekan sekerja sibuk bergantian menggergaji sebatang pohon raksasa di kawasan itu, kawasan hutan belantara yang konon angker di dekat Pekanbaru, Sumatera.... Dan pohon itulah saat matahari hampir tenggelam mula bencana bagi abang. Ketika akan tumbang angin kencang sekonyong-konyong menghembus dan aku berteriak nyaring, awas, Mas. Dan abang seketika lari menghindar. Pun rekan-rekan yang lain. Pohon tum17
bang menggelegar. Namun salah satu dahannya tepat saat itu gelegar runtuh pula dari langit yang mendung. Abang lagi dikehendaki Putri, ujar teman-teman sekerja abang. Dan temanteman yang lain berkomentar. Semalam sudah membawaMamo masih jugabelum puas.(Hudri Hamdi, 1992:31)
Selanjutnya, pengarang mulai memperkenalkan tokoh Abang dan keluarganya. Tokoh ini merupakan pelopordi keluarganya. Diayangmengarahkan adik-adiknya hingga mendapat kehidupan yang layak. Kutipan berikut menunjukkan hal itu. Abanglah yang memberi jalan bagi adik-adik untuk bekerja, membuka iapangan pekerjaan, menabung, mengajari kerukunan serta semangat yang tak pemah padam untuk terus bekerja dan bekerja. Urip musti gawe, petuah yang kuingat. Tetapi bagi abang, Kampar temyata teramat kejam. (Hudri Hamdi, 1992:32)
Pengarang menghadirkan konflik mencapai klimaks, yakni ketika kaki Abang gagai dioperasi. Kegagalan ini membuat adiknya sangat terpuku! dan Abang harus dioperasi uiang di Jakarta. Kutipan berikut menunjukkan hal itu. Telah seminggu abang dirawat. Menunggu kondisi bagus
buat pelaksanaan operasi. Aku tak tabu. Aku tak mengerti mengapa gagal. Jadinya melayang-layang saja benakku. Membayang-bayang bagaimana platina itu diambil, selain daging hams disayat, dibelek. Ampun,gustil Iba sungguhlah melihat keadaan abang. Kehendak takdir begitu lama. Kasihan. Wajah abang kerap murung. Hanya memaksa-maksa tersenyum di hadapanku sehingga aku sering melamun merasa-rasakan sakitnya.(Hudri Hamdi, 1992:35).
Pada bagian akhir digambarkan kepasrahan Abang dan keluarganya dalam menerima musibah itu.
Liliput-liliput kemudian bemntun menengok abang mengantarkan dan sekaligus mendoakan kesembuhan abang. Abang di mata mereka tidaklah beda di mataku. Kemuliaan abang tidaklah 18
tersangsikan, tidaklah terpungkiri, mengiringi langkah-langkah gontaiku menuju pesawat yang akan terbang ke Jakarta. Dan di
dalam pesawat yang baru sekali itu. terbang kurasakan tanpa biaya, kupandangi abang sambil membatin: bagaimanapun abang telah menyerahkan- seluruh kemuliaan abang buat keluarga. Kemuliaan yang amat bermakna bagi kehidupan dan masa depan.(Hudri Hamdi, 1992:37)
Cerpen "Paing" karya Edi Haryono beralur datar. Dalam cerpen ini tidak tampak adanya klimaks cerita dan pada bagian akhir tidak ada penyelesaian cerita yang memuaskan. Pengarang menjadikan tokoh-tokoh terns bergulat dengan permasalahan-permasalahannya. Cerita ini berawai dari kedatangan Paing ke Jakarta. DIJakarta tokoh
ini bekerja sebagai buruh harian di sebuah toko yang menjual perabot rumah tangga. Berkat kerajinan dan keuletannya, dalam waktu yang relatif singkat dia dapat membawa anak dan istrinya ice Jakarta. Tiba di Jakarta pertama kali ia nyangkut di bengkel mebel
dan bekerja sebagai buruh harian. Majikannya lekas jatuh simpati karena ia rajin dan jujur. Ia diajari menabung di sebuah bank. Meski kecii ia setorkan upahnya tiap minggu. Benar kata teman-temannya ia ulet bagai rotan. Belum dua tahun ia sudah
memboyong istri dan seorang anaknya dari kampung. Temantemannya melongo mengakui tak mampu seberani itu. (Edi Haiyono, 1992:134)
Konflik mulai terjadi ketika Paing ingin mempunyai usaha sendiri.
Dengan tabungan yang dimilikinya, dia beralih profesi menjadi pedagang buah. Sewaktu menjadi pedagang buah, dia harus berhadapan dengan orang-orang kasar dan licik di pasar. Selain itu, ketika ada penggusuran pedagang kaki lima, dia termasuk salah satu pedagang yang kena gusur. Ia mulai melirik untuk menjadi penjual buah-buahan. Se-
belum subuh ia pergi ke pasar menghadang para tengkulak menurunkan dagangannya. Ia cari akal bagaimana caranya bisa berjualan tanpa harus mengeluarkan banyak modal, la menghadapi orang sangar dan sangat licin. Ya,kelicinan seperti itu ia merasa
belum bisa.... Namun,benar kata orang,cobaan selaiu menimpa 19
siapa saja. Di pasarjualannya kena gusur. la termasuk pedagang kaki lima yang kena penertiban. Tubuhnya lemas dan istrinya pun cemas.(Edi Haryono, 1992:135)
Selanjutnya, Paing beralih profesi menjadi pedagang makanan. Sewaktu dia tidak berjualan dalam beberapa waktu karena istrinya melahirkan, tempat dagangannya diambil alih oleh sahabatnya sendiri. Muncul sebuah gagasan. Lekas iateliti sekitamya,temyata belum seorang pun berjualan di situ, la girang dan buru-buru pulang menemui istrinya. Lalu berdua lari ke sana kemari menyiapkan segala sesuatunya. Tengah malam istrinya memasak nasi uduk dan lauk pauknya. Juga gorengan tahu, tempe, dan
pisang. Sebelum matahari nongol ia berangkat dan siap melayani pembeli. Dugaannya tak secuil pun meleset. Sopir-sopir berebut mengisi perutnya. Ia bemapas lega. Angan-angannya untuk memperoleh anak perempua Juga terkabul. Istrinya melahirkan anaknya yang ketiga dengan mulus di rumah bidan. Untuk sementara ia serahkan jualan pada orang lain untuk membantu istrinya.
Namun, ketika ia akan mulai jualan lagi terkejut bukan main. Tempatnya telah dikuasai oleh teman yang semula sangat dipercaya.(Edi Haryono, 1992:137)
Konflik terus terjadi ketika Paing yang beralih profesi menjadi tukang kebun di sebuah keluarga kaya tidak disukai oleh pembantu-pembantu lainnya karena dia sangat disayang oleh majikannya. la tenggelam di dalam mobil kelas satu. Di tangannya segepok uang dari bankjumlahnya berlipat-lipat gajinya sendiri. Alangkah kecil diriku, gajiku cuma sekali biaya ke laundry pun belum Gukup. Hati kecilnya teraduk-aduk. Sementara itu, di sebelahnya sopir dibakar cemburu dan marah. Mulutnya ngocol terus. Dia akan melawan siapa saja yang mencurigai dan mem-
fitnahnya sebagai pencuri. Dia siapkan golok di bawah bagasi mobil.(Edi Haryono, 1992:143)
Pengarang mengakhiri cerita dengan menggambarkan berhentinya Paing dari pekerjaannya sebagai tukang kebun di rumah orang kaya itu. Ia 20
memilih kembali bekerja di pasar dan siap untuk menghadapi segala bentuk kekerasan yang ada di pasar.
la serahkan amplop itu pada istrinya. Anak-anaknya menghambur penuh kerinduan. Suka cita membayang di wajah mereka. la sendiri hambar. Ada apa,kang? selidik istrinya. la menggertakkan gigi, besok, mau kembali pagi sekali ya, aku ingin ke pasar lagi, berkelahi.(Edi Haryono, 1992:144)
Cerpen Ahmad Tohari yang berjudul "Mata yang Enak Dipandang" menggunakan teknik sorot balik untuk mengungkapkan pikiran masa lalu tokohnya.
Pengarang mengawali cerita dengan menggambarkan konflik yang terjadi antara Mirta dan Tarsa. Oleh karena buta, Miita sangat tergantung kepada penuntunnya, Tarsa. Dia tidak dapat melawan Tarsa ketika anak itu memerasnya.
Namun Mirta segera sadar bahwa Tarsa memang sengaja meninggalkan dirinya di tempat yang terik dan sulit itu. Mem^ggang Mirta di atas aspal gili-gili adalah pemerasan dan kali
ini untuk segelas es limim. Tadi pagi Tarsa sengaja membimbing Mirta demikian rupa sehingga kaki Mirta menginjak tahi anjing. Mirta boleh mendesis dan mengumpat sengit. Tetapi Tarsa tertawa, bahkan mengancam akan mendorong Mirta ke dalam got kecuali Mirta mau memberi sebatang rokok.(Ahmad Tohari 1992:145)
Selanjutnya, Mirta jatuh sakit karena tidak sanggup terus-menerus
diterpa sinar matahari. Melihat keadaan Mirta, Tarsa tidak sampai hati. Anak itu menuntun Tarsa dan membawanya ke tempat yang lebih teduh. Sewaktu kereta api memasuki stasiun, Tarsa mengajak Mirta untuk mengemis di atas kereta api itu. Akan tetapi, Mirta menolaknya. Dia merasa sudah tidak sanggup untuk berdiri.
Dan bel stasiun bedentang nyaring. Pengumuman ber-
kumandang,kereta akan segera masuk. Tarsa menggulung yoyoya dan berbalik ke arah Mirta. Kereta datang, Kang. Ayo masuk
stasiun. Mirta tak memberi tanggapan. la hanya menggoyang21
goyangkan kepala untuk mengusir pening. Tarsa tak sabar, diraihnya tangan Mirta. Kere picek ini harus apa lagi kalau tidak mengemis kepada para penumpang, pikir Tarsa. Tetapi Tarsa terkejut ketika menyentuh tangan Mirta. Panas. Tarsa juga meihat bibir Mirta sangat pucat.(Ahmad Tohari, 1992:148-149)
Klimaks cerita terjadi ketika Mirta meninggal dunia. Tarsa tidak tabu apa yang harus diperbuatnya dengan kematian Mirta itu. Tak ada reaksi apapun dari tubuh lunglai itu. Matahari makin miring ke barat namun panasnya masih menyengat. Tarsa gagap, tak tahu apa yang harus diiakukannya.(Ahmad Tohari, 1992:152)
Pada bagian akhir pengarang menggambarkan penyesalan Tarsa teradap sikapnya yang telah memeras Mirta, sebagaimana terungkap dalam kutipan berikut. Dalam ketakutannya Tarsa berpikir bahwa dia iebih baik tidak lagi menyiksa Mirta.(Ahmad Tohari, 1992:152)
3.1.2 Tokoh dan Penokohan dalam Cerpen "Kado Istimewa","Petaka
Kampar","Ke Solo,ke Njati","Sket","Paing",dan "Mata yang Enak Dipandang"
Tokoh-tokoh utama yang menggerakkan enam cerpen dalam Kado Istimewa
ini pada umumnya merupakan tokoh "wong cilik" yang hidupnya penuh dengan kesengsaraan. Ha! itu dapatdilihat dalam cerpen "Petaka Kampar". Tokoh utama, Abang,dalam cerpen "Petaka Kampar" digambarkan sebagai tokoh yang mengalami nasib malang. Sebagai penebang kayu di hutan Kampar, tokoh ini tertimpa pohon sehingga pangkal pahanya patah. Dia terpaksa dibawa ke Jakarta untuk dioperasi.
Dan nahas abang temyata amatiah berkepanjangan. Tiga belas bulan belum jua sembuh. Operasi sambung tulang dengan platina temyata tidak mampu meiekatkan tulang yang patah itu. Busuk membara di dalam. Dan di antara kerenggangan tulang apabila digerakkan sedikit saja betapa muka abang merintih 22
menahan sakit bukan buatan. Abang, oh, abang. Nasib abang sungguh malang. Tak ada celah bagi betas kasihan. Mencari nafah betapa harus meninggalkan beban.(Hudri Hamdi, 1992:32)
Selain itu, tokoh Abangjuga digambarkan sebagai panutan di keluarganya. Tokoh ini yang memberi lapangan pekerjaan buat adik-adiknya dan mengajari adik-adiknya itu untuk berhemat. Abanglah yang memberi jalan bagi adik-adik untuk be-
kerja, membuka lapangan pekerjaan, menabung, mengajari kerukunan serta semangat yang tak pernah padam untuk terus bekerja dan bekerja.(Hudri Hamdi, 1992:32)
Tokoh utama,Bu Kus, dalam cerpen "Kado Istimewa" digambarkan sebagai tokoh kurang beruntung. Tokoh ini jika dibandingkan dengan teman-teman seperjuangannya kurang beruntung. Sebagai mantan pejuang, diatidak mendapatkan fasilitas dari pemerintah. Sementara tokoh lain, Pak
Hargi teman seperjuangannya mendapatkan jabatan penting dan hidup mewah di Jakarta.
Lalu tumbangnya rezim Orla dan bangkitnya Orde Baru mengukuhkan peran Pak Gi di lingkungan pemerintah pusat. Dan ini berarti makin tertutupnya kemungkinan komunikasi langsung antara Bu Kus dengan Pak Gi.(Jujur Prananto, 1992: 20)
Di samping itu, tokoh ini digambarkan sebagai perempuan lugu. Sikapnya itu tampak ketika dia hadir di pesta pernikahan putra temannya, Pak Hargi. Sementara itu, Pak Hargi tidak mengundangnya, bahkan sudah melupakan Bu Kus.
Ya,Tuhan! Ibu mau datang ke resepsi itu? Kamu sendiri
yang bercerita Pak Mau mantu. Kenapa ibu tidak mengatakannya di surat? Apa-apakok mesti laporan. Bukan begitu, Bu, Wawuk sedikit ragu melanjutkan ucapannya. Ibu kan tidak diundang? Lho kalau tidak pakai undangan apa ya aku ditolak? (Jujur Prananto, 1992:22)
23
Tokoh utama, Mbok,dalam cerpen "Ke Solo,ke Njati" digambarkan
sebagai seorang janda miskin yang mempunyai dua orang anak. Untuk menghidupi keluarganya,tokoh ini menjadi pembantu rumah tangga. Suaminya yang semasa hidupnya adalah buruh bangunan
pada sebuah perusahaan pemborong meninggal kira-kira tiga tahun yang lain. Dia meninggal tertimpa dinding yang roboh.... Pendapatnya sebagai pembantu di rumah kompleks perumahan itu mepet sekali untuk mengongkosi hidup mereka. Apalagi, Ti, anak sulungnya itu sudah harus sekolah.(Umar Kayam, 1992: 56)
Selain itu,tokoh Mbokjuga digambarkan sebagai tokoh yang pasrah
dengan nasib. Sikap pasrahnya tampak ketika dia dan kedua anak-anaknya tidak dapat mudik di hari Lebaran. Dan akhimya,dengan berdiri termangu di pinggir-pinggir warung, dilindungi kain terpal, di bawah hujan, mereka melihat bis teraldiir keWonogiri berangkat. Ya,kita nggakjadi betul ke Njati ya,Bu.Ibunya melihat anak-anaknya dengan senyum yang dipaksakan. lya, Nak, Nggak apa, ya? Tahun depan kita coba lagi. Ya.(Umar Kayam, 1992:58)
Meskipun tokoh ini hidup penuh kekurangan, dia berusaha untuk memberi kesenangan atau hiburan kepada kedua anaknya. Tinggal lagi sisa untuk beberapa hari. Wah. Tidak apa, pikimya. Uang itu cukup untuk ongkos ke Kebon Binatang. Saya akan ke gedong malam ini, pikimya. Fasti masih banyak pekerjaan, pastinya. Siapa tahu tamu-tamu belum pada pulang dan banyak persennya, harapnya. Di kamar sewaannya, anak-anak nya segera ditidurkannya dan sekali lagi dibisikkannya Janjinya untuk ke Kebon Binatang besok. Lekas tidur. Besok kita ke Kebon Binatang.(Umar Kayam, 1992:59)
Tokoh utama, Mirta, dalam cerpen "Mata yang Enak Dipandang"
digambarkan sebagai tokoh yang bemasib malang. Tokoh yang digambar kan pengarang sebagai seorang tokoh buta yang sehari-harinya mengemis di 24
dalam kereta. Nasibnya tergantung kepada penuntunnya, seorang bocah laki-laki, Tarsa. Tadi pagi Tarsa sengaja membimbing Mirta demikian rupa sehingga kaki Mirta menginjak tab! anjing. Mirta boleh tnendesis dan mengupat akan mendorong Mirta ke dalam got kecuali Mirta mau memberi sebatang rokok. Sebelum itu Tarsa menoiak perintah Mirta agar berjalan agak lambat. Perintah itu
baru dipenuhi setelah Mirta membeiikannya lontong ketan. (Ahmad Tohari, 1992:145)
Tokoh ini mengalami nasib tragis. Dia meninggal karena kelelahan dan kelaparan. Ditolehnya Mirta yang masih menggeletak di tanah. Mu-
lut Mirta setengah terbuka, bibimya sangat pucat. Napasnya pendek-pendek. Ketika diraba tubuh Mirta masih terasa sangat panas.... Kang Mirta bangun. Kereta api kelas tiga datang. Aye, kita cari orang-orang yang matanya enak dipandang. Tak ada reaksi apapun dari tubuh lunglai itu. Matahari
makin miring ke barat namum panasnya masih menyengat.Tarsa gagap tak tahu apa yang hams dilakukannya.(Ahmad Tohari, 1992:152)
Tokoh utama Paing dalam cerpen "Paing" digambarkan sebagai tokoh yang rajin, hemat,dan pekerja keras. Sikapnya itu tampak ketika dia bekeija
sebagai buruh harian di sebuah toko perabot. Karena sikapnya itu, dia dapat membawa anak dan istrinya tinggal bersamanya di Jakarta. Tiba di Jakarta pertama kali ia nyangkut di bengkel mebel
dan bekerja sebagai bumh harian. Majikannya lekas jatuh simpati karena ia rajin dan Jujur. la diajari menabung di sebuah bank. Meski kecil ia setorkan upahnya tiap minggu. Benar kata teman-temannya dia ulet bagai rotan. Belum dua tahun dia sudah
memboyong istri dan seorang anaknya dari kampung. Temantemannya melongo mengakui tak mampu seberani itu. (Edi Haiyono, 1992:134)
25
Namun,sikap positif yang dimilikinya malahan mendatangkan malapetaka. Dia dibenci oleh rekan kerjanya karena cemburu. Daiatn waktu kurang dua minggu saja kebun sudah berubah indah. Tanaman serta bunga-bunga memancar segar. Rum-
put di lereng terpangkas rapi. Beberapa kran dan peralatan yang rusak diperbaiki sendiri. Semua nampak teratur dan rapi. Pekerjaan pun cepat ia rampungkan sehingga banyak waktu untuk istirahat. Tetapi rupanya hal ini malah menerbitkan kecemburaan pembantu-pembantu yang tinggal sama-sama di situ. Mereka hampir tak pemah bisa istirahat dari pagi hingga tengah malam ada saja perintah mengerjakan tetek bengek. (Edi Haryono, 1992: 142)
Tokoh utama, Udin, yang mewakili masyarakat miskin digambarkan
sebagai tokoh yang hidup serba kekurangan dan tinggal di perkampungan kumuh. Sikap hidup masyarakat yang demikian mudah terbakar emosi Jika kaumnya disakiti oleh masyarakat kelas atas. Sewaktu Udin yang disangka disakiti oleh hansip yang bekerja di keluarga Tony yang kaya itu, masya rakat miskin itu beramai-ramai mendatangi rumah Tony dan berencana akan merusak rumah mewah itu.
Mereka tidak punya tepo sliro. Mentang-mentang punya
duit banyak, masak enak-enakan naik Baby Benz, padahal kita orang banyak yang tidak makan! Jangan memancing-mancing keresahan sosial dong! Fasti basil kekayaannya itu karena ko-
rupsi. Paling sedikit main belakang. Kalau tidak bagaimana dia bisa memiliki harta seabrek-abrek gitu? Tabu nggak, kabamya
piring makannya berlapis emas!(Putu Wijaya, 1992:84—85)
Akan tetapi, emosi yang cukup tinggi itu segera hilang ketika kedua
orang tua Tony datang ke rumah Udin. Mereka mohon maaf dan bersedia menyekolahkan Udin serta memberikan modal kepada ayahnya. Orang-orang Jadi bingung. Anak-anak muda yang menya-
nyikan lagu protes, sudab lama berbenti menyanyi. Mereka meletakkan gitamya seperti meletakkan sandal tua, iaiu mengagumi Baby Benz yang nangkring di depan gang. Memandang, menatapnya bagaikan menatap dewa. Kagum,teler, ngiler,dan rendab 26
diri. Sejak tnalam itu, hidup si Udin berubah. la bukan anak kere
iagi. la sudah jadi anak tuan. Pakaiannya bagus, perutnya kenyang dan hidupnya pun diarahkan pada masa depan yang cerah. Bukan hanya Udin. Orang tuanya pun naik daun. Rumahnya diperbaiki. Mereka diberikan modal untuk dagang rokok di depan gang. Gembel itu sudah mengalahkan nasibnya.(Putu Wijaya, 1992:88)
3.1.3 Latar dalam Cerpen "Kado Istimewa","Petaka Kampar", "Ke Solo, ke Njati","Sket","Paing",dan "Mata yang Enak Dipandang" 1)Latar Waktu
Latar waktu yang disebutkan secara tersurat dalam cerpen-cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1992 yang berjudul Kado Istimewa hanya empat cerita yang menunjuk pada satuan waktu atau bagian darl satuan waktu atau keadaan waktu saja,seperti sehari, seminggu, pagi, slang, sore, atau malam. Dengan tidak menyebutkan latar waktu secarajelas tampaknya pengarang ingin menyatakan bahwa kejadian yang dikisahkan dalam cerpen-cerpen itu dapat terjadi kapan saja. Keempat cerpen tersebut adalah(1)"Petaka Kampar",(2)"Sket",(3)"Paing",dan(4) "Mata yang Enak Dipandang". Sementara itu, dua cerpen lainnya, yaitu "Kado Istimewa" dan "Ke Solo,ke Njati",secara tersurat menyebutkan latar waktu kejadian.
Dalam cerpen "Kado Istimewa", latar waktu terjadi pada masa revolusi fisik. Pada masa itulah terjadi hubungan kerjayang baik antara Bu Kus dan Pak Gi,sebagaimana terungkap dalam kutipan berikut. Seal cita-cita ini dulu kami sering mengobrolkannya bersama para gerilyawan lain, demikian kenang Bu Kus. Dan pada kesempatan seperti itu, pada saat orang-orang lain memimpikan betapa indahnya kalau kemenangan berhasil tercapai, Pak Gi
sering menekankan bahwa yang tak kalah penting dari perjuangan menentang kembalinya Belanda adalah perjuangan melawan kemiskinan dan kebodohan.(JujurPrananto, 1992:2021)
Dalam cerpen "Ke Solo, ke Njati" disebutkan latar waktu cerita ter
jadi pada hari Idul Fitri. Pengarang menggambarkan pada saat hari raya Idul 27
Fitri, tokoh Mbok ingin mudik ke kampung halamannya, Njati. Suasana
seperti itu tidak memungkinkan bagi tokoh Mbok untuk mudik bersama dengan anak-anaknya ke kampung halamannya. Itu kemarin, pada hari Lebaran pertama. Sekarang pada hari Lebaran kedua, mereka gagal lagi. Kemungkinan itu bahkan
lebih tidak ada lagi. Karcis yang dibelinya dari calo, seperti kemarin, memang sudah di tangan. Tetapi orang-orang itu kok malah jauh lebih banyak dari kemarin. Bahkan lebih beringas. Dia dan anak-anaknya genteyongan barang mereka seperti ke marin,ditarik, didesak,digencet,sehinggaakhimyatersisih jauh ke pinggir lagi. Satu, dua bis dicobanya. Gagal lagi. (Umar Kayam, 1992:58) 2)Latar Tempat
Pada umumnya cerpen yang terdapat dalam Kado Istimewa, kum-
pulan cerpen pilihan Kompas tahun 1992, pengarang dengan jelas menyebutkan latar tempat dalam cerita, kecuali cerpen "Mata yang Enak Dipandang". Tempat-tempat yang disebutkan dalam cerpen-cerpen tersebut memang sungguh-sungguh menipakan nama tempat yang secara fisik ada. Dengan kata lain, latar tempat dalam keenam cerpen tersebut adalah latar realistis. Pengarang berusaha menyatakan kepada pembacanya bahwa cerpen-cerpennya itu adalah cerpen-cerpen realistis, bukan cerpen absurd. Berikut ini akan dideskripsikan latar tempat dari keenam cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Kado Istimewa. Latar tempat cerpen "Kado Istimewa" terjadi di beberapa tempat, yaitu Kalasan, Jakarta, dan hotel Sahid Jaya. Kota Kalasan merupakan tempat tinggal tokoh Bu Kustiyah. Sejak Indonesia merdeka, Bu Kustiyah memilih untuk tinggal di kota Kalasan. ... Bu Kus hanya sesekali saja mendengar kabar tentang beliau. Waktu terus berlalu tanpa ada komunikasi. Kekacauan
menjelang dan sesudah Gestapu serasa makin merenggangkan jarak Kalasan-Jakarta.(Jujur Prananto, 1992:20)
Kota Jakarta merupakan tempat tinggal tokoh Pak Hargi. Di kota ini Pak Hargi menetap dan bekerja di sebuah departemen.
28
Namun begitulah-menurut Bu Kus-setelah ibukota kem-
bali ke Jakarta, keadaan banyak berubah. Pak Hargi ditugaskan di pusat dan Bu Kus hanya sesekali saja mendengar kabar tentang beliau.(Jujur Prananto, 1992:19—20)
Pengarang menggambarkan Hotel Sahid Jaya sebagai tempat berlangsungnya pernikahan putra Pak Hargi. Di tempat itulah Pak Hargi dan Bu Kus bertemu setelah sekian lama tidak pernah bertemu. Pengarang menggambarkan secara rinci tempat beriangsungnya pesta perkawinan Putra Pak Hargi di hotel itu. Bu Kus makin lincah saja memasuki ruang resepsi. Decaknya berkali-kali terdengar menyertai kekagumannya melihat ruangan yang teramat indah, besar, dan megah int. Di sana-sini bertebaran meja panjang berisi hidangan makanan dan minuman, berhiaskan susunan lilin wama-wami dan ukiran-ukiran dari
balok es raksasa. Dan nun Jauh di dalam sana, di tempat yang agak ketinggian, di pelaminan berwama keemasan,duduklaJi sepasang pengantin dan para orang tua masing-masing. Sepanjang Jalan menuju ke sana tergelar permadani merah bertabur kembang melati, yang kiri kanannya berdiri belasan pemuda pemudi cantik pager bagus dan pager ayu, berseragam sutera kuning berhiaskan Juntai-juntai renda merah tua.... Setelah kurang lebih sejam berdesak-desakan, sampai jugalah Bu Kus di tempat pelaminan. Perasaannya berbinar dan ia pim berbisik dalam hati mengucap syukur pada Yang Maha Kuasa. Dengan tangan gemetar Bu Kus menghaturkan salam pada Pak Gi.(Jujur Prananto, 1992:26-27)
Latar tempat cerpen "Petaka Kampar" terjadi di Kampar,Pekanbaru. Pengarang menggambarkan daerah itu sebagai kawasan hutan belantaradan
terkenal angker. Sudah belasan pekerja yang terkena musibah di tempat itu, termasuk tokoh Abang. Abang sibuk bekerja, kali pertama Kampar kuinjak. Abang bersama rekan sekerja sibuk bergantian menggergaji sebatang pohon raksasa di kawasan ini, kawasan hutan belantara yang konon angker di dekat Pekanbaru, Sumatra....
\ Bukan sekali-dua kecelakaan patah tulang atau tulang re29
muk atau tneninggal seketika tertindih pohon-pohon tumbang di kawasan hutan angker itu. Belutn lagi pekerja-pekerja yang tercabik-cabik dadanya dilahap kebuasan haritnau Sumatra. Sekali abang hampir terenggut setahun yang lalu ketika si raja hutan itu tiba-tiba muncui di pintu kemah.
Tercatat enam belas orang dari seratus dua puluh pekerja yang mendapat nasib nahas. Tiga orang diterkam harimau, me-
ninggai seketika, dan tiga belas orang tertimpa pohon. Dan abang adalah seorang yang patah pangkal pahanya tertimpa dahan pohon raksasa itu.(Hudri Hamdi, 1992:30-31)
Selain itu, latar tempat cerita inijugaterjadi di Jakarta. Tokoh Abang yang gagal dioperasi di Pekanbaru, terpaksa dibawa ke Jakarta dengan menggunakan pesawat terbang. Jakarta. Dan di dalam pesawat yang baru sekali itu ter bang kurasakan tanpa biaya, kupandangi abang sambil membatin, bagaimana pun abang telah menyerahkan seluruh kemuliaan abang buat keluarga. Kemuliaan yang amat bermakna bagi kehidupan dan masa depan.(Hudri Hamdi, 1992:37)
Latar tempat cerpen "Ke Solo, ke NJati" di seputar Jakarta. Pengarang menyebut beberapa tempat, misalnya terminal bis dan daerah Kalimalang. Pengarang menggambarkan terminal bis yang penuh dengan penumpang yang akan mudik pada hari Lebaran. Tokoh "Aku" dan anak-
anaknya berjuang keras untuk mendapatkan bis yang akan membawa mereka ke NJati. Bis jurusan Wonogiri mulai bergerak meninggalkan ter minal. Habis sudah harapannya untuk ikut terangkut. Orang begitu berjejal, berebut masuk. Tidak mungkin dia akan dapat peluang, betapapun kecil itu, untuk dapat menyeruak masuk di antara desakan berpuluh manusia yang man naik. Bawaannya bergenteyongan di pundak dan punggungnya,belum lagi tangannya yang mesti menggandeng kedua anak-anaknya yang masih kecil.(UmarKayam, 1992:54)
Sementara itu, latar tempat daerah Kalimalang merupakan tempat tinggal tokoh "Aku" dan kedua anaknya. Tempat tinggal tokoh itu digam30
barkan sebuah kamar sewaan yang terselip di tengah kampung yang agak kumuh.
Pulang. Itu berarti pulang ke kamar sewaan yang terselip di tengah kampung yang agak kumuh di bilangan Kalimalang. (UmarKayam, 1992:55)
Latartempatcerpen "Sket" terjadi di seputar Jakarta. Pengarangtidak secara tersurat menyatakan bahwa latar tempat cerlta terjadi di Jakarta,
tetapi dari dialek tokoh-tokohnya (dialek Betawi) dan penyebutan kata 'ibukota' kita dapat mengetahui bahwa latar tempat cerita terjadi di Jakarta. Bagaimana kalau rumah mereka yang terlalu tinggi itu dibakardikit! Setuju! Ayo,gue mau nyumbang bensin! Lhuyang naik! Kita semua dong .... Kemalangan si Udin menyeret penduduk bemostalgia. Kumpul-kumpul lagi seperti ketika mereka masih kanak-kanak. Ketika ibukota masih sepi dan banyak rimbanya. Semua tertawa dan ha-ha-hi-hi. Udin bahkan sama sekali
tidak dibicarakan lagi.(Putu Wijaya, 1992:85)
Latar tempat cerpen "Paing" terjadi di Jakarta. Di kota ini tokoh Paing mengadu nasibnya. Untuk mencari kehidupan yang lebih baik, tokoh ini
berganti-ganti profesi, seperti buruh harian di sebuah toko perabot, pedagang buah di pasar, pedagang makanan, dan terakhir menjadi tukang kebun di sebuah keluarga kaya. Tiba di Jakarta pertama kali ia nyangkut di bengkel mebel dan bekerja sebagai buruh harian .... Ia mulai melirik untuk
menjadi penjual buah-buahan.(Edi Haryono, 1992:134-135) 3)Latar Sosial
Keenam cerpen yang menjadi sumber data penelitian ini mengetengahkan masyarakat yang berlatar sosial kelas bawah. Masyarakat yang berlatar sosial kelas bawah itu digambarkan hidup di kota kecil dan kampung-kampung di pinggiran kota. Mereka tidak mempunyai rumah sendiri. Hidup mereka penuh kemiskinan. Akan tetapi, mereka mudah bersosialisasi
dan komunikasi antarmereka sangat lancar. Hal itu tampak dalam cerpen "Sket" karya Putu Wijaya. 31
Karena rumah orangtua si Udin begitu memprihatinkan
banyak yang terharu. Ada yang tergerak untuk pulang lalu datang kembali membawa beras dan pakaian bekas. Tak pemah mereka sadari sebelumnya, di samping mereka ada kemiskinan sedalam itu. Tak terbayang dalam keadaan sepapa Udin, hidup bisa bertahan dan bahkan melimpahkan senyum, seperti terpancar dari muka orangtuanya.(Putu Wijaya, 1992:84) Selanjutnya malam itu nyaris seperti pertemuan arisan. Banyak warga yangjarang bertemu sebelumnya,salam-salaman. Saling bertegur sapa,lalu terlibat pembicaraan hangat. Ada yang bercanda, jualan anekdot. Di antara pembicaraan itu terselip urusan bisnis. Bahkan yang lima orang mengelompok dan mulai main domino. Walhasil rumah Udin menjadi beranda kongkowkongkow.(Putu Wijaya, 1992:85)
Gambaran masyarakat kelas bawah yang hidup serba kekurangan dan tidak mempunyai tempat tinggal, serta kebutuhan hidup sehari-hari diperoleh dengan cara mengemis tampak dalam cerpen "Mata yang Enak Dipandang" karya Ahmad Tohari. Ada bunyi keruyuk dari perut. Tarsa menelan ludah. la mencoba melupakan semua dengan yoyonya. Tetapi bunyi dari perutnya makin sering terdengar. Tarsa keluar dari bayangan kerai payung, berjalan tak menentu dan berbalik lagi. la ingin mengajak Mirta, untung-untungan mengemis kepada penumpang kereta yang baru datang.(Ahmad Tohari, 1992:150-151)
Gambaran masyarakat kelas bawah yang lugu dan polos tampak dari sosok tokoh Bu Kus dalam cerpen "Kado Istimewa". Bu Kus yang semasa revolusi fisik sangat akrab dengan Pak Hargi merasa bahwa hubungan itu masih tetap terpelihara. Dengan kepolosannya dia datang ke pesta pernikahan anak Pak Hargi, meskipun dia tidak diundang. Sikap kepolosan Bu Kus tampak dalam kutipan berikut. Rasanya ingin secepatnya ia sampai di Jakarta dan bersalam-salaman dengan Pak Gi. Berbincang-bincang tentang masa lalu. Tentang kenangan-kenangan manis di dapur umum. Tentang nasi yang terpaksa dihidangkan setengah matang, tentang kurir Ngatimin yang pintar menyamar, tentang Nyai 32
Kemuning penghuni tangsi pengisi mimpi-mimpi para bujangan. Ah, begitu banyaknya cerita-cerita lucu yang rasanya takkan terlupakan biar pun terlibas oleh berputamya roda zaman.(Jujur Prananto, 1992: 21)
Tengah malam giliran Wawuk yang tak bisa tidur. Dalam
dirinya berkecamuk berbagai perasaan yang tidak keruan. Ingin sekali la melarang ibunya datang,tetapi sungguh tidak ada alasan
untuk itu. Tak mungkin ia mengatakan kenapa harus mendatangi pestanya orang yang bisajadi telah melupakan kita atau mereka
toh tidak mengharapkan kita datang atau alasan-alasan lain yang salah-salahjustru akan berbalik melipatkan semangat ibunya un tuk datang hanya demi membuktikan bahwa pendapatmu itu salah, Wuk!(Jujur Prananto, 1992:24)
Edi Haryono dalam cerpennya yang berjudul "Paing"juga menampilkan gambaran masyarakat kelas bawah. Melalui tokoh Paing kita dapat mengetahui kehidupan masyarakat kelas bawah yang terpaksa harus ber-
ganti-ganti profesi untuk mendapatkan suatu kehidupan yang "layak". Ke hidupan yang keras dan penuh tipu dayajuga mewarnai kehidupan mereka, seperti yang terungkap dalam kutipan berikut.
Sebelum subuh ia pergi ke pasar, menghadang para tengkulak menurunkan dagangannya. la cari akal bagaimana caranya bisa beijualan tanpa harus mengeluarkan banyak modal, la menghadapi orang-orang yang sangar dan sangat licin. (Putu Wijaya, 1992:135)
Gambaran masyarakat kelas bawah yang senantiasa harus bertarung dan hanya sedikit peluang untuk menang atau berhasil tampak dalam cerpen Umar Kayam yang berjudul "Ke Solo, ke Njati". Bis Jurusan Wonogiri muiai bergerak meninggalkan ter
minal. Habis sudah harapannya untuk ikut terangkut. Orang begitu berjejal, berebut masuk. Tidak mungkin dia akan dapat peluang, betapa pun kecil itu untuk dapat menyeruak masuk di antara desakan berpuiuh manusia yang mau naik. Bawaannya bergenteyongan di pundak dan punggungnya belum lagi tangannya yang mesti menggandeng kedua anak-anaknya yang masih
kecil. Kemarin pada hari lebaran pertama dia sudah hampir bisa 33
masuk. Tangaimya memegang erat-erat anak-anaknya,tangannya sebelah sudah memegang pinggiran pintu. Tiba-tiba anaknya berteriak mainannya jatuh dan sekelebat dilihatnya sebuah tangan ingin merenggut tasnya.(Umar Kayam, 1992:54)
Melalui tokoh seorang ibu yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta itu, pengarang ingin mengungkapkan betapa sulitnya untuk mudik di hari lebaran untuk orang-orang kecil yang tidak mempunyai kendaraan pribadi. Gambaran masyarakat kelas bawah yang rajin menabung, bekerja keras,tabah, dan pantang menyerah tampak dari cerpen Hudri Hamdi yang berjudu!"Petaka Kampar". Dan becak itu dijalankan Wasdi sejak abang berangkat ke Sumatra. Tetapi akujuga. Hanya sekali-kali. Wasdi yang sering. Petuah abang kami pegang,tak usah persoalkan ongkos.Dibayar lebih,syukur. Dibayar murah,syukur.Pokoknya genjot dan genjot. Tuhan bersama orang-orang yang bersyukur,ujar abang.Dan hasilnya alhamdulilah. Setiap hari uang lumayan terkumpul. Me nabung di simpedes pun tak pemah terlupakan. Kalau ditotal hasi!tabungan dari becak,waning,dan kerajinan tangan,amatlah cukup buat melamar. Sekaligus ketiga calon, caionku, calon Wasdi,dan calon abang. Sayang,bapak sebagai perintis pekerja keras tak sempat melihat kebahagiaan kami. (Hudri Hamdi, 1992:34-35)
3.2 Pelajaran Mengarang(1993) 3.2.1 Alur Cerpen "Pelajaran Mengarang" dan "Titin Pulang dari Saudi"
Dua cerpen dalam Pelajaran Mengarang yang dianalisis, keduanya memiliki alur lurus. Cerita dimulai dari awal hingga akhir dengan akhir cerita tertutup. Alur bergerak maju dengan cepat. Cerpen "Pelajaran Mengarang" memiliki alur konvensional. Alur da lam cerpen ini sederhana dan bergerak maju secara cepat. Bermula dari Bu
Guru Tati yang menyuruh anak-anak kelas V SD mengarang dalam waktu 60 menit dengan tiga judul karangan. Perhatikan kutipan berikut ini.
34
Pelajaran mengarang sudah dimulai. "Kalian punya 60 menit," ujar Ibu Guru Tati. Anak-anak kelas V menulis dengan kepala hampir menyentuh meja(Seno Gumira Ajidama, 1993:9).
Perstiwa berlanjut dan konflik muncul saat salah seorang siswa kelas lima, Sandra, 10-40 menit kertas karangannya masih kosong. Bu Guru Tati menyuruh murid yang telah menyelesaikan karangannya boleh mengumpulkan karangannya. Di samping itu, Bu Guru Tati bertanya pada Sandra kenapa masih kosong. Perhatikan kutipan ini. Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya.... LIMA belas menit telah berlalu. Sandra tak mengerti apa yang hams dibayangkannya tentang sebuah keluarga yang
TIGA puluh menit lewat tanpa permisi. Sandra mencoba berpikir tentang Ibu.(Seno Gumira Ajidama, 1993:9,10,11)
Klimaks cerita dari masalah yang muncul itu saat Bu Guru Tati me nyuruh semua murid mengumpulkan karangannya karenawaktu telah habis. Semua siswa berdiri menumpuk karangannya. Sandra pun menyelipkan kertasnya di tengah milik kawan-kawannya. "Waktu habis,kumpulkan semua ke depan," ujar Ibu Gum Tati.
Semua anak berdiri dan menumpuk karangannya di meja gum. Sandra menyelipkan kertasnya di tengah.(Seno Gumira Ajidama, 1993:15)
Pengarang mengakhiri ceritanya, saat Bu Guru Tati memeriksa ka-
rangan murid-muridnya. Setelah membaca separuh tumpukan karangan Bu Tati berkesimpulan bahwa murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak yang indah. Bu Tati belum sampai memeriksa karangan Sandra yang hanya menulis "Ibuku seorang pelacur...". Di rumahnya,sambil nonton RCTl, Ibu Gum Tati yang belum berkeluarga memeriksa pekerjaan murid-muridnya. 35
Setelah membaca separuh dari tumpukan karangan itu, Ibu Guru Tati berkesimpulan, murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak yang indah. la memang belum sampai pada karangan Sandra, yang hanya berisi kalimat sepotong: Ibuku seorang pelacur....(Seno Gumira Ajidama, 1993:15)
Cerpen "Titin Pulang dari Saudi" memiliki alur konvensional. Alur dalam cerpen ini bergerak maju secara lurus dan cepat. Bermula dari Titin yang pulang dari Saudi, dia dijemput saudara sepupu ibunya. Pengarang merangkai peristiwa yang kemudian menimbulkan konflik saat sampai di Baros,Sukabumi,semua orang berkepentingan dengan uang hasil jerih payahnya. Perhatikan kutipan berikut ini. Pukul tiga dini hari, kutengok jam tanganku merk citi zen beraksara Arab. Sudah hampir empatjam sejak aku menjejakkan kaki di Bandara Cengkareng, Tangerang. Soheh, lelaki di sebelah, adalah sepupu garis ibuku. la menjemputku di kantor agen pengirim tenaga kerja. (Radhar Panca Dahana, 1993:118) ... Malam kelima aku di rumah,semuaanggotakeluarga temyata kumpui lagi. Entah bagaimana, mereka tahu, malam itu aku mau menghitung hasil keringatku selama empat tahun. "Banyak juga ya, Tin," kata ibuku, tersenyum. "Bisa beli angkot, Teh!" sambung Deden adikku. ''Entong, peserkeun wae sawaK kakak lelaki ikutan. "Cenah,'rek kawin deui," susul kakak perempuan,Ema. "Husy!" Ibu membentak. Aku tercenung .... (Radhar Panca Dahana. 1993:119, 120)
Kutipan pertama menunjukkan bahwa sudah empatjam Titin tiba di
Cengkareng. la dijemput oleh Soheh, sepupu ibunya di agen pengirim te naga kerja. Kutipan kedua menunjukkan semua orang (keluarga Titin) "sangat berkepentingan" dengan uang yang didapat oleh Titin. Klimaks dari masalah yang muncul itu saat adiknyayang masih tujuh belas tahun ingin pergi ke Arab saudi. Padahal, Titin yang sudah pengalaman saja takut untuk kembali. Namun apa daya, uang sudah habis, tak tahan sindiran tetangga, dan tuntutan keluarga makin banyak.
36
... Aku tak menanggapinya,dan sesungguhnya aku kapok, lebih tepat lagi takut. Begitupun beberapa teman, bekas sesama tekawe....
Tapi apalah jadi. Uang habis, namun rengekan belumjuga berhenti. ...
Suatu kali, saat mencuci di Cimandiri, Avi menyela dan
bicara, "Urang hayang angkat ka Saudi, Teh." Aku hampir teriompat. Cucianku jatuh. Ibu tampak seolah sibuk, seolah tak mendengar. Aku mengerti. "Berapa sih umurmu. Pi?" tanyaku. "Tujuh belas jalan." (Radhar Panca Dahana, 1993:125, 126).
Pengarang tnengakhiri ceritanya, Titin memutuskan akan kembali mengadu nasib menjadi tekawe di Arab Saudi selama enam tahun atau lebih.
"Kumaha, Teh?"
Aku sempat melirik ibu yang juga sedang mencuri pandang ke arahku. Aku menghela napas. Membenahi cucian yang belum semua tercuci.
"Biar Teteh saja yang berangkat. Besok Juga mau diurus paspomya."
"Benar, Tin?" Ibu sekonyong berdiri. Sampingnya basah semua.
"Hmh."
"Berapa lama?"
"Enam tahun. Mungkin lebih." (Radhar Panca Dahana, 1993:126)
3.2.2 Tokoh dan Penokohan dalam Cerpen "Pelajaran Mengarang" dan "Titin Pulang dari Saudi"
Dari kedua cerpen dalam kumpulan Pelajaran Mengarangysxig diteliti, pe ngarang menggabungkan teknik analitik dan dramatik. Teknik analitik,
yaitu pengarang langsung mengomentari ciri, keadaan, sikap, dan sifat tokoh. Teknik dramatik, yaitu pengarang menyampaikan ciri, keadaan, si kap, dan sifat tokoh melalui dialog atau melalui lakuan tokoh yang bersangkutan.
37
Dalam cerpen "Pelajaran Mengarang", pengarang menampilkan sosok Sandra, seorang anak perempuan berusia 10 tahun. Dia sebagai pusat permasalahan dan perhatian dalam cerpen ini. Dia murid SD kelas V. Sandra sangat benci pada pelajaran mengarang sebab dia harus benar-benar mengarang. Sementara, teman-temannya yang lain dapat menuliskannya secara nyata. Sandra tidak dapat melakukannya karena pengalaman hidupnya berbeda dari teman-temannya. ... Tapi Sandra, 10 tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya.... Sandra memandang Ibu Gura Tati dengan benci. Setiap kali tiba saatnya pelajaran mengarang, Sandra selalu merasa mendapat kesulitan yang besar, karena ia harus betul-betu! mengarang. Ia tidak bisa bercerita apa adanya seperti anak-anak yang lain. Untuk judul apa pun yang ditawarkan Ibu Guru Tati, anak-anak sekelasnya tinggal menuliskan kenyataan yang mereka alami. Tapi Sandra tidak,Sandra harus mengarang. Dan kini Sandra mendapat piiihan yang semuanya tidak menyenangkan.(Seno Gumira Ajidarma, 1993:9,10)
Sebagai seorang anak, Sandra adalah anak yang baik dan patuh. Dia sangat rindu kasih sayang akan orang tuanya.Namun,apa daya,dia seorang anak yang bapaknya tidak jelas sebab ibunya seorang pelacur. Jadi, hanya ibunya yang bisa memberikan kasih sayang. Ini pun tidak didapatkannya secara penuh karena ibunya lebih banyak memaki dan sibuk bekeija melayani para tamunya. "Mama,apakah Sandra punya Papa?" "Tentu saja punya anak setan! Tapi tidakjelas siapa! Dan kalaupun jelas siapa, belum tentu ia maujadi Papa kamu!Jelas? Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Talk kucing dengan Papa!"
..."Jangan rewel anak setan! Manti kamu kuajak ke tempatku kerja, tapi awas ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas!" ... Sandra selalu belajar untuk menepatijanjinya dan ia memang menjadi anak yang patuh.(Seno Gumira Ajidarma, 1993: 9,10,11)
38
Sementara itu, Ibu Sandra digambarkan sebagai perempuan cantik. Dia sering merokok, mabuk-mabukan, bangun selalu siang. Kalau makan selalu memakai tangan dan kakinya selalu naik ke atas kursi. Sebagai seorang pelacur, dia tidak mengerti mendidik anak secara baik. Kata-kata
kasar, umpatan selalu keluar dari mulutnya. Apakah ia akan menulis tentang ibunya? Sandra melihat seorang wanita yang cantik. Seorang wanita yang cantik. Seorang wanita yang selalu merokok, selalu bangun siang, yang kalau makan selalu pakai tangan dan kaki kanannya selalu naik ke atas kursi.
Apakah wanita itu ibuku? la pemah terbangun malammalam dan melihat wanita itu menangis sendirian. "Mama, Mama,kenapa menangis Mama?" Wanita itu tidak menjawab, ia hanya menangis, sambil
memeluk Sandra. Sampai sekarang Sandra masih teringat kejadian itu, namun ia tak pemah bertanya-tanya lagi. Sandra tahu, setiap pertanyaan hanya akan dijawab dengan, "Diam anak setan!" atau "Bukan urusanmu anak jadah!" atau "Sudah untung kamu kukasih makan dan kusekolahkan baik-baik,jangan cerewet kamu anak sialan!"
Suatu malam wanita itu pulang merangkak-rangkak karena mabuk. Di mang depan ia muntah-muntah dan tergeletak tidak bisa bangun lagi. Sandra mengepel muntahan-muntahan itu tanpa bertanya-tanya. Wanita yang dikenalnya sebagai ibunya itu
sudah biasa pulang dalam keadaan mabuk.(Seno Gumira Ajidarma, 1993:11,12)
Ibu Sandra juga berlaku tidak cermat. Dia mengira anaknya telah tidur, tapi ternyata belum. Anaknya dipindahkannya ke kolong ranjang, kemudian ibu Sandra melayani tamunya di atas ranjang itu. Sementara, di kolong ranjang anaknya yang belum tidur itu mengetahui kelakuan ibunya. lajuga hanya berbisik malam itu, ketika terbangun karena
dipindahkan ke kolong. Wanita itu barangkali mengira ia masih tidur. Wanita itu barangkali mengira, karena masih tidur maka
Sandra tak akan pemah mendengar suara lenguhannya yang panjang maupun yang pendek di atas ranjang. Wanita itu juga tak 39
mengira bahwa Sandra masih terbangun ketika dirinya terkapar tanpa daya dan lelaki yang sudah memeluknya sudah mendengkur keras sekali. Wanita itu tak mendengar lagi ketika di kolong
ranjang Sandra berbisik tertahan-tahan, "Mama, Mama," dan pipinya basah oleh air mata mabuk.(Seno Gumira Ajidarma, 1993:15)
Di samping watak negatif yang muncul,sebenamya ibu Sandrajuga memiliki watak positif, yaitu sebagai ibu sebenamya dia menyayangi dan mencintai anaknya. Jika hari Minggu,Sandra diajakjalan-jalan ke plaza.Di Sana dia dibelikan makanan dan mainan. Kadang-kadang sebelum tidur, Sandra dibacakan sebuah cerita berbahasa Inggris yang gambaraya berwarna-wami. Sebagai seorang ibu, waiaupun profesinya sebagai pelacur(sampah masyarakat), ibu Sandra menginginkan anaknya menjadi perempuan baik-baik. Hanya sayang keberadaan dirinya seperti itu. Jadi, dia tidak me miliki altemalif lain. Tidak ada siapa pun yang memiliki perhatian atas nasibnya. Hanya seorang mami (yang jadi germonya) yang mau dititipi Sandra,jika dirinya harus melayani tamu di luar kota. Tentu,tentu Sandra tabu wanita itu mencintainya. Setiap hari Minggu wanita itu mengajaknyajalan-jalan ke plaza ini dan ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapatkan boneka, baju,es krim, kentang goreng dan ayam goreng. Dan setiap kali Sandra makan wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan se
perti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra yang berlepotan dengan es krim sambil berbisik,Sandra,Sandra II
Kadang-kadang, sebelum tidur wanita itu membacakan sebuah cerita, dari sebuah buku berbahasa Inggris dengan gambar-gambar berwama. Seiesai membacakan cerita, wanita itu akan mencium Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi anak baik-baik.
"Beijanjilah pada Mama,kamu akanjadi wanita baik-baik Sandra."
"Seperti Mama?" "Bukan, bukan seperti Mama. Jangan seperti Mama" (Seno Gumira Ajidarma, 1993:15)
40
Dalam cerpen "Titin Pulang dari Saudi" pengarang menampilkan sosok Titin sebagai pusat permasalahan dan perhatian. Pulang dari Arab Saudi, perempuan itu membawa uang cukup banyak. Keluarganya,saudaranya, dan tetangganya ikut campur atas jerih payah Titin. Padahal sebenarnya Titin punya rencana sendiri dengan uang itu.
Selain itu, Titin digambarkan sebagai perempuan yang berwatak halus, cenderung tidak tegas. Tidak kuasa dan tidak berdaya menolak ke-
inginan orang lain, sampai-sampai uangnya habis gara-gara keluarganya punya keinginan sendiri-sendiri.
Aku kurang memperhatikan pembicaraan itu lagi. Karena di sementara lain, kakak,adik,dan beberapa saudara sudah mendekatiku. Mereka temyata juga punya rencana sendiri-sendiri
bagi uang hasiljerih payahku. Bahkan mereka hampir tak pemah memberiku kesempatan menjelaskan rencana yang kususun sendiri,sejakdulu,sejakdi Saudi.(Radhar PancaDahana, 1993: 120)
Cerpen "Titin Pulang dari Saudi" yang menjadi tokoh utamanya adalah Titin, seorang perempuan suku Sunda yang berasal dari Baros, Sukabumi. la menjadi tekawe di Arab Saudi selama empat tahun. Saat menjadi tekawe,suaminya selingkuh dengan perempuan lain. Padahal,suaminyalah yang menyuruh Titin menjadi tekawe. Titin benar-benar menjadi perempu an penuh masalah.
... Setelah melewati 120 kilometer, taksi ini kini keluar
dari kota Sukabumi dan memasuki daerah Kecamatan Baros di
bagian selatan, atau searah denganjalan menuju daerah Jampang di pedalaman....
Empattahun terakhir ini memang kuhabiskan dengan kerja sebagai pembantu rumah tangga Syekh Akhmad di Arab Saudi.(Radhar Panca Dahana, 1993:117)
Ujang, bekas suamiku, memang sudah meninggalkanku dua tahun lalu. Katanya, tak tahan ia menungguku. Tapi semen tara tetangga bilang, ia tergoda Ceu Adah,janda mandor penggilingan. Padahal Kang Ujangjuga yang dulu menyuruh akujadi tekawe. Tapi hampir tiap bulan ia menyuratiku minta dikirim uang. Aku tak kasih. Kata ibu dia marah-marah dan hampir adu 41
bedog dengan Kang Ades, kakakku. (Radhar Panca Dahana, 1993:120)
Perilaku orang-orang di sekitar Titin (ibunya, saudara-saudaranya, tetangganya) mencerminkan perilaku yang tidak baik. Bahkan, suaminya tega mengkhianatinya, seiingkuh dengan perempuan lain, dan minta dikirimi uang. Padahai, lelaki itu pulalah yang mendorong Titin menjadi tekawe.
Perilaku yang tidak baik dari orang-orang sekitamya, yaitu dari sisi tertentu (tradisi negatif)semua orang terlalu turut.campur akan urusan orang lain. Hal ini berkaitan dengan latar kampung (bahwa di kampung semua urusan menjadi urusan bersama "gotong royong"). Di satu sisi (tradisi positif) kebiasaan orang desa adalah adanya kebersamaan atau kegotongroyongan.
3.2.3 Latar dalam Cerpen "Felajaran Mengarang"dan "Titin Pniang dari Saudi"
Dari kedua cerpen dalam kumpulan Pelajaran Mengarang yang diteliti, la tar yang ditampilkan pengarang adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
1)Latar Tempat
Latar tempat dalam cerpen "Pelajaran Mengarang" pertama dilukiskan di ruangan kelas V SD. Latar waktunya tidak disebutkan dengan jelas sehingga tidak diketahui tahun berapa cerha itu terjadi. Latar tempat dalam cerpen "Titin Pulang dari Saudi" pertama dilukiskan di jalan raya yang menuju ke kampung Baros, tempat tinggal Titin. Jalan itu kini telah di hot mix. Bahkan, presiden pun pemah melewatijalan itu saat akan meresmikan proyek di Jampang. Jalanan berkelok itu basah, mengkilap ditimpa gerimis sisa hujan sore hari. Setelah melewati 120 kilometer, taksi ini kini keluar dari kota Sukabumi dan memasuki daerah Kecamatan
Baros di bagian selatan,atau searah dengan jalan menuju daerah Jampang di pedalaman. Jalan beraspal batu, yang bukan hanya kasar, namun juga sudah merusak puluhan truk dan berbagai mobil jenis pick up itu, kini sudah mulus dibalut hot mix. "Pak
42
Presiden pemah lewat jalan ini untuk merestnikan proyek bendungan di Jampang," lelaki di sebelahku menjelaskan tanpa kuminta. Seolah tape recorder yang selalu Ai-rewind pada tiap pendatang baru atau siapa pun yang barn melihat keberadaan hot mix itu.(Radhar Panca Dahana, 1993:117)
Latar tempatyang mencerminkan status sosial(orang miskin),seperti rumah keluarga Titin yang telah rapuh dan hanya layak disebut gubuk. Gubuk itu pun atapnya telah belong dan kapur biliknya telah rontok. Di tengah riuh suara mereka, aku mengedarkan pandangan. Pada dinding bilik yang rontok separuh kapurnya, lemari makanan yang tak berpasak lagi engselriya,lampu tempel, petromaks hitam, lantai tanah, risbang peot, bilik atap bolong, (Radhar Panca Dahana, 1993:117) 2)Latar Sosial
Latar sosial dalam cerpen "Titin Pulang dari Saudi" menampilkan status sosial orang-orang miskin. Hal itu tercermin dari sesuatu yang dimiliki paratokoh-tokohnya,seperti baju yang dimiliki saudaraTitin sudah kumal dan daster adiknya sudah berwarna. Daster adikku yang pucat, samping ibu yang kumal, dan
ah ... sederet panjang lagi pemandangan yang membutuhkan uangku.(Radhar Panca Dahana, 1993:117) 3)Latar Waktu
Sementara itu, latar waktu dalam cerpen "Titin Pulang dari Saudi" tidak disebutkan secara jelas, di akhir cerita hanya disebutkan Pasar Jum'at
1992. Tampaknya memang kisah dalam cerpen ini terjadi seputartahun 90an, hal ini bisa kita ambil dari cerita itu sendiri yang di dalamnya, antara lain, terdapat kata/istilah RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), salah satu stasiun tv di Indonesia yang hadir seputar tahun 1990-an. Perhatikan kutipan berikut.
... Bahkan pernah sekali, desaku masuk RCTI gara-gara ada tekawe yang mengadu daniaya majikannya Bahkan Deden menyambungnya, minta dibelikan er ce te i, sebagai kado ulang tahun.(Radhar Panca Dahana, 1993:122, 123). 43
3.3 Lampor(1994)
3.3.1 Alur dalam Cerpen "Lampor" dan "Rambutnya Juminten" Cerpen "Lampor" memiliki alur konvensional. Alur dalam cerpen in!sederhana dan bergerak sangat pelan. Mulanya dikisahkan kesibukan pagi-pagi keluarga Abah Marsum. Istri Abah Marsum marah-marah karena uangnya dicuri oleh anak bungsunya. Konflik muncul saat tidak ada minyak tanah untuk memasak dan
makanan di rumah. Sumiah mengomel dan mengumpat. Konflik menaik saat Abah Marsum tidak bergerak, malah meramal buntut nalo dan bercerita tentang batu merah delima yang membawa keberuntungan. Klimaks cerita dari masalah yang muncul,saat Abah Marsum marah-
marah pada Rohanah karena minta dibelikan nasi satu bungkus tidak dibelikan.
Pengarang mengakhiri ceritanya, saat malam tiba, Tito dan Rohanah
pulang nonton film. Tito masih terbayang-bayang film yang ditontonnya, sedangkan Rohanah telah tertidur. Sementara itu, Tito mendengar suara dipan yang berderit-derit. Tito mendekati Rohanah, ia ingin berbagi rasa. Cerpen "Rambutnya Juminten" memilik alur konvensional. Alur da
lam cerpen ini sederhana dan bergerak cepat. Mulanya dikisahkan Juminten yang memiliki rambut panjang karena menuruti kehendak Panuwun,suaminya.
Konflik muncul saat Nardi tertarik pada Juminten dan sering mengajaknya bercanda jika Juminten tengah mencuci di pancuran. Konflik menaik saat Juminten tidak boleh lagi mencuci ke pancuran. Panuwun cemburu karena istrinya disenangi Nardi.Nardi marah mendengar hal itu.
Klimaks cerita dari masalah yang muncul,saat Juminten sama sekali tidak boleh keluar rumah jika tidak dengan suaminya. Juminten sudah tidak mengikuti kegiatan RT, voli, padahal sebentar lagi pertandingan voli di kelurahan akan digelar.
Pengarang mengakhiri ceritanya saat Juminten disuruh memotong rambutnya sependek mungkin. Padahal,selama ini dia berusaha keras me-
manjangkan rambut dan menahan rasa tidak enak akibat bau penyubur rambut.
44
3.3.2 Tokoh dan Penokohan "Lampor" dan "Rambutnya Juminten" Dalatn cerpen "Lampor" pengarang menampilkan sosok manusia-manusia gembel, Abah Marsum, Sumiah, Tito, Rohanah,dan Rois. Porsi kehadiran
semua tokoh hampir sama. Semua tokoh muncui sebagai pusat permasa-
lahan dan perhatian dalam cerpen ini. Semua tokoh bicaranya kasar dan jorok. Mereka semua keluarga orang-orang kecil, bahkan gembel. Mereka dapat makan dari basil menjadi pemulung. Tidak semua tokoh berperiiaku
jelek, Tito muncui menjadi tokoh baik. Dia masih menghargai ibunya (Sumiah), memiliki perhatian kepada saudaranya, Rois, yang tidak pulang dan menyu-ruh adiknya, Rohanah, membantu ibunya memasak.Begitu pula menurut komentar tokoh lain(Sumiah,ibunya Tito)bahwa Tito berperiiaku baik, Rohanah menunjukkan bakatnya menjadi pelacur, sedangkan Rois yang baru berumur sebelas tahun menunjukkan bakatnya menjadi bajingan. Dia mencuri uang ibunya, nyopet, minum-minuman keras, dan telah berani mencolek pantat perempuan yang tengah mandi di sungai.
Abah Marsum dan Sumiah pun tampil sebagai orang tua yang tidak memberikan contoh yang baik. Sebagai kepala keluarga, Abah Marsum tidak mau mencari nafkah, malahan duduk meramal nomor buntut. Padahal,
di rumahnya tidak ada makanan apa pun. Sementara itu, Sumiah sebagai ibu terlalu banyak mengomel dan mengumpat. Sebagai ibu, Sumiah juga membeda-bedakan kasih sayang. Dia kelihatan sekali hanya menyayangi Tito karena anak itu anak yang baik.
Dalam cerpen "Rambut Juminten" pengarang menampilkan sosok Juminten sebagai tokoh utama. Juminten muncui sebagai pusat permasalahan dan perhatian dalam cerpen ini. Juminten sebagai sosok yang cantik, seperti Nawangwulan. Juminten seorang istri yang baik, rela berkorban demi
kehendak suaminya. Dia menuruti apa yang diinginkan Panuwun walaupun Juminten tidak tahan/alergi dengan obat penyubur rambut. Juminten tetap memanjangkan rambutnya. Namun,Juminten juga harus rela saat suaminya tidak membolehkan dia keluar rumah karena Panuwun cemburu. Bahkan, usaha keras Juminten selama ini harus buyar seketika saat suaminya menyuruh memotong rambutnya menjadi pendek supaya tidak ditaksir oleh orang lain.
Di satu sisi sebagai perempuan, Juminten menjadi istri yang baik yang penurut, tetapi di sisi lain dia lahir menjadi perempuan yang bodoh menurut komentar tokoh lain (Marni).
45
Panuwun muncul sebagai tokoh pembantu bagi tokoh utama. Panuwun adalah sosok laki-laki yang sekehendaknya sendiri. Dia tidak mem-
pertimbangkan kehendak istrinya. Baru setelah Pak RT memperingatkannya, Panuwun menyadari perilakunya. Hal ini pun membawa akibat fatal kepada Juminten, yakni perempuan ini harus memotong rambutnya hingga pendek.
3.3.3 Latar "Lampor" dan "Rambutnya Juminten" 1)Latar Tempat
Latar tempat dalam cerpen "Lampor" pertama ditukiskan di gubuk keluarga Abah Marsum. Gubuk itu berantakan,tidak beraturan. Gubuk itu berada di seputar Kali Comber. Di dekat gubuk keluarga Abah Marsum ada warung Paijah tempat keluarga itu berutang dan nonton televisi. Sementara itu, dari perumahan kumuh di Kali Comber itu ada perumahan elit namanya Griya Arta. Berkaitan dengan perumahan tetangga ini, Abah Marsum berkhayaljika nomor buntutnya berhasil keluar dia akan membangun rumah seperti yang ada di perumahan elit itu. Latar tempat dalam cerpen "Rambutnya Juminten" pertama dilukiskan di rumah Juminten dan Panuwun,lalu pancuran tempat Juminten mencuci pakaian. 2)Latar Sosial
Latar sosial dalam cerpen "Lampor" menampilkan status sosial orang-
orang gembel. Hal itu tercermin dari sesuatu yang dimiliki para tokohnya, seperti gubuk reot, profesi tokohnya sebagai pemulung. Latar sosial dalam cerpen "Rambutnya Juminten" menampilkan status
sosial orang-orang kecil dan menengah. Hal itu tercermin dari profesi to kohnya yang bekerja sebagai buruh pabrik (Panuwun). Kelompok mene ngah diwakili oleh Nardi yang pernah menjadijuragannya Panuwun. 3)Latar Waktu
Latar waktu dalam cerpen "Lampor" tidak disebutkan dengan jelas.
Hanya di dalamnya disebutkan tokoh-tokohnya (anak-anak) menonton tv stasiun RCTI. Stasiun tv itu muncul di Indonesia seputar tahun 1990-an.
Sementara di akhir cerpen pengarang mencantumkan data tempat dan tahun: Yogyakarta,Juni-Agustus 93,Kompas,10 Oktober 1993. 46
Latar waktu dalam cerpen "Rambutnya Juminten" tidak disebutkan
dengan jeias. Hanya di dalamnya disebutkan Senin Legi sama dengan Anggoro Kasih(Pada bar! itu, Nawang wuian turun dari kayangan), maiam bar! saat nonton film. Sementara di akbir cerpen pengarang mencantumkan data tempat dan tabun: Malang,11 Juni 1993,Kompas,18 Juli 1993. 3.4 Laki-Lakiyang Kawin dengan Peri(1995) 3.4.1 Alur "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" dan "Ziarah Lebaran"
Cerpen "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" dibangun dengan alur konvensiona! yang disebut alur erat, alur ketat, atau dengan istilah asing organic plot. Jalinan peristiwanya sangat padu dan merupakan hubungan sebab-akibat atau klausal. Seandainya sebagian peristiwa dalam cerita itu ditiadakan akan sangat mengganggu keutuban cerita. Lebib kbas alur cerpen tersebut adalab alur menanjak atau risingplot. Cerita diawali dengan paparan memperkenalkan tokob utama, Kromo Busuk,dan suasana ban busuk yang melanda desa itu yang tidakjelas sumbernya. Ban busuk merupakan isu utama cerpen tersebut. Alur cerita kemudian mulai bergerak menanjak memaparkan suasana yang ditimbulkan oleh ban busuk itu, yang terus menanjak dengan tudingan babwa sumber ban busuk
itu adalab Pak Kromo sebingga disebut Kromo Busuk. Suasana bergerak naik dengan masalab yang melingkupi nasib Kromo Busuk. la terpaksa menyingkir dari desanya itu, lalu mendirikan gubug di tengah sawah dan tinggal di sana.
Bau busuk malab menjadi-jadi. Tegangan ini membangun suasana semakin memuncak yang ditandai oleb peristiwa penting yang dialami Kromo Busuk. la malab menikab dengan peri yang suatu malam tiba-tiba muncul di sampingnya. Perkawinan itu membuat warga desa penasaran dan gosip pun merebak. Klimaks suasana itu ialab ketika terdengar suara ledakan di tempat Kromo Busuk bertemu peri, dan bersamaan dengan itu Kromo Busuk pun lenyap. Warga desa pun mereka-reka, Kromo Busuk telah ter-
angkat ke dunia lelembut. Suasana dalam cerita pun mulai menurun dengan paparan beberapa peristiwa yang terjadi setelab Kromo Busuk lenyap, seperti pageblug atau epidemi yang melanda desa itu, dan berbagai kejadian aneb serta kegiatan warga sedesa menyikapi kejadian-kejadian itu. Sementara itu, alur cerpen "Ziarab Lebaran"juga dibangun dengan
47
alur menanjak atau rising plot. Diawali dengan suasana makan hidangan lebaran yang lezat di pagi hari lebaran. Sebelum menanjak ke inti cerita, yaitu suasana hati Yusufyang sudah duda,ada sekilasflashback. Yusufterbayang hubungannya yang sudah selayak suami istri dengan Yatti, pacamya. Suasana hati Yusuf mendominasi bagian alur mundur ini, yakni keteguhannya untuk memperistri Yatti, untuk menjadi ibu Eko,anak Yusuf, mengganti Siti, istrinya yang sudah mendiang. Paparan kisah kemudian dilanjutkan dengan kebiasaan di hari lebaran, yakni sembahyang led, sungkem dan maaf-maafan, menikmati hidangan, dan diakhiri dengan ziarah ke makam mertua dan istri Yusuf. Kisahan
cerpen ini diselesaikan dengan lamunan Yusuf akan Yatti ketika Yusuf berada di atas kereta dalam perjalanan kembali ke Jakarta. 3.4.2 Tokoh dan Penokohan Cerpen "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" dan "Ziarah Lebaran"
Ada beberapa tokoh dalam cerpen "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri". Kromo Busuk adalah tokoh utama. Secara fisik ia digambarkan sebagai
seorang laki-laki tua yang tidak punya istri atau keluarga. Namun,konon ia pernah menikah dan mempunyai anak di desa lain. Disebut Kromo Busuk karena seperti isu utama dalam cerpen itu, ia dituduh sebagai sumber ban busuk yang secara aneh melanda seluruh pelosok desa tempatnya tinggal. Padahal, ia tidak berpenyakit kusta dan ia pun rajin mandi. Secara psikis,Pak Kromo atau Kromo Busuk adalah tokoh yang "teraniaya" oleh warga sedesanya yang disebabkan ban busuk dari tubuhnya
meskipun ia sendiri tidak merasa berbau busuk. Namun, ia adalah tokoh yang man mengalah demi kepentingan orang banyak sehingga ia menyingkir ke pinggir desa. Meskipun demikian, hal itu belum menyelesaikan masalah. Bau menyengat itu masih tetap tercium di seluruh pelosok desa. Di sisi lain, Kromo Busuk adalah tokoh yang mendapat perlindungan
dari sesosok peri dan mau menikah dengannya. Sebelumnya, tokoh yang terkucil itujuga mendapat pembelaan dari seorang manusia misterius layak-
nya seorang pangeran yang menampakkan diri kepada warga desa itu. Orang selayak pangeran itu menyebut Pak Kromo adalah seorang yang baik, tidak pemah menyakiti orang, selalu berkata lembut, menundukkan muka,suka menolong,tidak sombong, bahkan dermawan walau miskin. Akhimya, Pak Kromo menjadi tokoh yang misterius yang tak tentu 48
nasibnya. Sebab ketika warga desa menganggapnya sudah mati,jasadnya tidak ditemukan. Bermacam spekulasi pun muncul yang mengatakan bahwa Pak Kromo menjadi lebih muda, menjadi pengawal, menjadi pangeran, menjadi sais, menjadi tukang rumput, atau menjadi rakyat biasa saja di dunia ielembut.
Beberapa tokoh figuranjuga dihadirkan pengarang daiam cerpen tersebut, seperti tetangga Pak Kromo beserta anak perempuan dan menantunya. Si menantu inilah yang pertama kali menghembuskan isu ban busuk itu
dan yang menuding Pak Kromo sebagai sumbernya. Kemudian, tokoh orang-orang dari gardu jaga yang datang mencari tabu asai-usul bau bbusuk itu, an beberapa tokoh figuran iainnya termasuk tokoh Naib Kecamatan
yang menikahkan Pak Kromo dengan sang peri. Semua tokoh figuran itu sifatnya pasif, tetapi cukup mempengaruhi jalannya cerita.
Sebagaimanajudul cerpen itu,"Laki-Laki yang Kawin dengan Peri", cerpen itu menghadirkan tokoh-tokoh supranatural, yakni peri, laki-laki selayak pangeran, dan juga kyai yang muncul tiba-tiba. Tokoh peri, seorang wanita cantik, muncul membebaskan Pak Kromo
dari penderitaannya, sedangkan laki-laki selayak pangeran membela Pak
Kromo sebagai laki-laki yang baik. Kyai muncul menginsyafkan warga desa agar melakukan tradisi mohon ampun atas dosa-dosa mereka yang telah menyusahkan Pak Kromo.
Cerpen "Ziarali Lebaran" menghadirkan Yusufsebagai tokoh utama. laadalah seorang lelaki yang sudah tigatahun menduda,tinggal dan bekerja di Jakarta, ayah dari Eko, anak tunggalnya yang diasuh oleh Eyang Putri, ibu mertuanya di kampung. la terpaut kasih dengan Yatti, wanita sejawatnya. Hubungan cinta mereka temyata sudah cukupjauh sebab beberapa kali mereka sudah pernah menginap di hotel. Ini menandakan bahwa dalam hal-
hal tertentu, Yusuftampaknya merupakan tipe duda yang kurang bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu alias kurang bermoral.
Tidak ada penjelasan tesntang fisik Yusuf, tetapi secara psikis tergambar bahwa ia adalah sosok pria yang kurang berani berterus terang perihal hubungannya dengan Yatti, yang sudah selayaknya suami-istri. Semula ia ingin memberitahukan sekaligus mohon izin ibu mertuanya untuk memperistri Yatti, untuk menjadi ibu bagi Eko, anaknya. Akan tetapi, ketika ia bertemu dengan sang mertua, ia urung mengutarakan niatnya tersebut
sampai ia pulang kembali ke Jakarta. Di sisi lain, ia adalah sosok seorang 49
duda yang tidak mau gegabah untuk menikah lagi. Dalam cerita tidak dijelaskan berapa lama hubungan Yusuf UUdengan Yatti. Natnunjelas dikisahkan tentang sifat Yusuf yang cukup sabar dalam ha! mendalami pribadi Yatti, calon istri keduanya. Tokoh lainnya ialah Eko, anak tunggal Yusuf. Tidak disebutkan be
rapa usianya, tetapi tampaknya ia adalah anak yang cerdas dan secara naluriah merindukan sang ayah senantiasa berada di sisinya. la sengaja mendaulat diri untuk mengucapkan Ao&Al Fatihah ketika ziarah di makam ibunya. Doa itu diucapkannya dengan lancar dan bangga karena didengar ayah dan eyang putrinya. Ciri khas psikis atau periiaku kanak-kanak.Dalam cerpen itu, Eko adalah termasuk tipe anak yang malang karena terlalu dini menjadi anak piatu. Eyang Putri adalah ibu mertua Yusufdan nenek dari Eko. Dia adalah tokoh tipikal sosok seorang ibu atau nenek yang sangat mengayomi atau melindungi cucunya. Dialah yang mengasuh Eko, sang cucu. Dia pintar memasak dan senang memanjakan cucu dan menantunya dengan masakan yang lezat-lezat,seakan sisa hidupnya hanya dibaktikan untuk memanjakan dua insan kesayangannya itu. Kemudian ada tokoh pasif, yakni Yatti. Tokoh ini tidak muncul se cara nyata. Ia hanya ada dalam bayangan Yusufkarena sebagai kekasihnya. Tokoh ini hanya diidentifikasi pengarang ketika memaparkan hubungan intim di luar nikah antara Yatti dengan tokoh Yusuf. Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa tokoh Yatti menggambarkan wanita yang tidak dapat menjaga harga diri atau kehormatannya. Dalam status hubungan mereka yang masih pacaran ternyata mereka telah beberapa kali melakukan hu bungan intim suami-istri di hotel. Pengarang tidak menjelaskan lebih jauh tentang ciri-ciri fisik tokoh Yatti. 3.4.3 Latar "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" dan "Ziarah Lebaran"
1)Latar Tempat
Cerpen "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" dikemas dengan latar tempat yang tidak jelas. Pengarang tidak menyebutkan secara konkret tempat terjadinya peristiwa, kecuali sebuah desa, pinggiran desa, dan di tengah sawah yang terdapat di desa itu. Selain itu, disebutkan juga latar tempat seperti rumah, warung, dan gardu Jaga yang terdapat di desa itu.
50
Dalam cerpen "Ziarah Lebaran", latar tempat terjadinya peristiwa iaiah pada sebuah rumah di suatu kompleks perumahan di Pulau Jawa. Keberadaan kompleks perumahan itu tidak dijeiaskan secara konkret, kecuali disebutkan bahwa untuk mencapai tempat tersebut memeriukan
waktu satu hari dengan naik kereta. Selain itu, adajuga latar tempat berupa lapangan tempat berlangsung sembahyang led pada hari lebaran, dan juga latar tempat kuburan, dan yang lebih jelas lagi ialah makam Siti, yakni mendiang istri Yusuf. Di makam itu para tokoh melakukan ziarah. Latar
tempat lainnya ialah kereta api,tempat Yusuf melamunkan Yatti kekasihnya ketika dalam perjalanannya pulang berlebaran dari Jawa ke Jakarta. Latar tempat yang sangat nyata dalam cerpen itu ialah kota Jakarta tempat Yusuf tinggal dan bekerja. 2)Latar Waktu
Berbeda dengan latar waktu yang disebutkan lebih konkret, yakni malam hari, malam pertama sepasang pengantin anak tetangga Pak Kromo, sekaligus malam pertama kali bau busuk itu tercium. Selebihnya tidak ada disebutkan latar waktu lain, tetapi dari alur cerita tampaknya latar waktu terjadinya beberapa peristiwa dalam cerpen itu Juga berlangsung di waktu siang. Misalnya ketika Pak Kromo datang ke warung, lalu orang-orang yang berada di warung itu saling menjauh karena tak kuat mencium bau busuk yang diyakini berasal dari tubuh Pak kromo. Latar waktu cerpen "Ziarah Lebaran"tidak disebutkan secara konkret.
Namun, latar waktu pagi hingga siang hari dapat dirasakan dari kegiatan sembahyang led yang dilakukan para tokoh bertepatan dengan hari lebaran, hingga acara ziarah. Latar waktu malam hari juga dapat ditangkap dalam cerita itu, yakni ketika disebut bahwa Yusuf menginap di rumah ibu mertuanya. Selain itu, tidak ada deskripsi tentang latar waktu. Meskipun demikian, momen hari raya lebaran dapatjuga dikategorikan sebagai latar waktu. 3)Latar Sosial
Adapun latar sosial dalam kedua cerpen tersebut adalah sebagai berikut. Dalam cerpen "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" tergambar potret masyarakat pedesaan yang miskin, berpikir tidak rasional, bahkan sebaliknya gampang terhasut atau cenderung peka terhadap hal-hal baru, aneh,dan
gaib walaupun hal tersebut sifatnya menghasut. Masyarakat pedesaan itu juga digambarkan masih mempercayai dengan kuat hal-hal berbau takhyul. 51
Kehadiran tokoh seorang laki-laki selayak pangeran menggambarkan masyarakat yang masih menjunjung tradisi kekeratonan, warisan sosial dari kejayaan sistem kerajaan masa lampau. Sedangkan, pemunculan seorang kyai yang memberi wejangan kepada warga desa yang menghina Pak Kromo, menggambarkan sikap hormat masyarakat pedesaan terhadap ulama atau pemimpin agamanya. Kehadiran kyai yang menganjurkan bersyukur, bersedekah, mengaji layaknya tahliian menghantar roh orang yang baru meninggal, serta upacara kenduri, sekaligus menggambarkan latar agama Islam dalam cerpen "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" itu. Sementara itu, cerpen "Ziarah Lebaran" menggambarkan latar sosial masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal itu didukung oleh status sosial tokoh utama, Yusuf, yakni sebagai seorang pekerja di kota Jakarta. la mampu menginap beberapa kali di hotel bersama kekasihnya, Yatti,terlepas dari kelas hotel dimaksud. Selain itu,juga diperkuat oleh latar tempattinggal ibu mertua Yusuf, yakni sebuah kompleks perumahan. Pemukiman yang ditata dalam sebuah kompleks di kawasan Jawa tentu menggambarkan ciri kelas sosial tertentu dan berkesan terhormat. Berdasarkan deskripsi latar sosial tokoh Yusufdan ibu mertuanya maka dapat disimpulkan bahwa latar cerpen tersebut menggambarkan kelas sosial menengah ke bawah. 3.5 Pistol Perdamaian (1996)
3.5.1 Alur Cerpen "Orok Dani","Penumpang Kelas Tiga","Warung Pinggir Jalan" dan "Pistol Perdamaian" Dari keempat cerpen dalam kumpulan cerpen Pistol Perdamaian tiga di antaranya memiliki alur lurus dan sorot balik satu. Untuk lebih jelasnya kita lihat pembahasan berikut. Cerpen "Orok Dani" memiliki alur lurus. Cerita berawal dari lima orang istri Weakmotok Gozina menggali ubiJalar dengan sekop kayu untuk kebutuhan makan mereka, kemudian mereka menanaminya kembali. Se mentara istri-istrinya bekerja keras, sang suami tengah jalan-jalan menghibur diri di keramaian kota.
Lima orang wanita berpakaian adat yang amat minim itu terus saja bekerja menggali hipere untuk kebutuhan makan me reka dan menanaminya kembali. Mereka adalah istri-istri Weak motok Gozina.
52
Tentu saja sang suami saat ini sedang jalan-jalan atau menghibur dirinya di keramaian pasar kota.(Aria Kamandaka. 1996:94)
Konflik muncul saat Hanno Watlaqa diteriaki oleh suatninya karena dia tidak bekerja keras. Hanno diam saja, dla hanya memandang suaminya. Suaminya semakin marah, dia melemparkan tanah ke arah istri ketiganya itu.
-memandang istri yang ketiga sedang mengayunkan sekop lambat-tambat. la berteriak dalam bahasa Dani,"Way,kau kenapa?! ... Begitu mendengar teriakan suaminya rasa takut di benaknya timbul. Hanya matanya saja yang memandang, mengeluarkan pancaran aneh antara marah, takut dan rasa sakit yang amat hebat. Namun ia tidak pula menjawab.(Aria Kamandaka, 1996:96).
Konflik menaik saat Hanno akan melahirkan, ia menuju weisa, hutan larangan bagi laki-laki. Dia harus menoiong kelahiran anaknya sendiri. Madu Hanno, istri pertama Weakmotok Gozina menolongnya. Namun, Weakmotok Gozina memarahinya. Wanita itu merayap duduk sambil memegangi perutnya. Istri yang lainnya ingin menoiong, tetapi segera dibentak agar meneruskan pekerjaan. ... Tempat yang ditujunya adalah weisa yaitu hutan larangan bagi kaum laki-laki.(Aria Kamandaka, 1996:97)
Klimaks cerita saat Hanno berusaha menghalangi proses kelahiran anaknya karena dia didatangi babi hutan yang tertarik dengan ban darah. Namun, bayi itu tetap keluar dan Hanno pingsan. Babi hutan mengambil daging plasenta yang berselimut darah dengan moncongnya. Tiba-tiba babi itu terkejut karena ada orang (istri pertama Weakmotok Gozina) yang mengusirnya. Mereka saling menyerang dan akhirnya babi itu pergi meninggalkan mangsanya.
53
Babi itu hanya mundur beberapa langkah dan kembali menatap Hanno.Wanita itu berusaha untuk menghalangi proses kelahiran, namun kehendak alatn sulit dibendung. Dengan tangis melengking, bayi mungil telah menerjang keluar,sedang ibunya tak sadarkan diri. ... Babi hutan yang mendengus mencium bau
darah, tnencapai tempat si orok yang menangis. Sekejap telah diraihnya daging plasenta yang terselimuti darah itu dengan moncongnya. Orok iemah pun ikut tergoyang oleh sentakan kepala babi. Tiba-tiba hewan itu mendongakkan kepala sambil mene-
gakkan telinga. Mungkin mendengar ada sesuatu yang datang. Hewan itu siap menyerang saingannya. Temyata yang datang seorang wanita yang membawa hisok. Babi hutan itu terkejut, wanita itu lebih terkejut. Keduanya siap menyerang.
Dengan menahan sakit wanita itu mengangkat tinggitinggi dan mengayunkan hisok tepat di punggung hewan itu yang lalu kesakitan dan lari meninggalkan mangsanya.(Aria Kamandaka, 1996:98,99)
Akhir cerita, saat Hanno mengeluarkan orok mungil dari tas kulit
kayu, Weakmotok Gozina tercengang karena istrinya melahirkan anak perempuan. Lelaki itu tertawaterbahak-bahak kesenangan mendapatkan anak perempuan yang bisa mengangkat derajatnya. "Apa kubunuh saja anak perempuan ini?" sela Hanno tibatiba mengeluarkan orok mungil dari tas kulit kayu. Orok itu tersentak menangis mendadak. Weakmotok mengamati anaknya. Ternyata ia tercengang. "Kau,kau dapat beranak? Ah,aku punya anak perempuan.
Aku punya anak perempuan." Direngkuhnya satu-satunya anak perempuan itu. Ia lalu tertawa lepas, kebiasaan marah seperti hilang.
... "Hei,aku punya anak perempuan. Anakku perempuan" ....(Aria Kamandaka, 1996:100)
Cerpen "Warung Pinggir Jalan" memiliki alur lurus. Cerita bergerak dari awal hingga akhir. Alur konvensional,tetapi akhir cerita tidak berupa sebab akibat. Emak tiba-tiba kehilangan suara(membisu). Kebisuan Emak ini tidak terdeteksi sejak awal. Kebisuan Emak terkesan terjadi tiba-tiba. 54
Cerita "Warung Pinggir Jalan" bermula dari Idah yang tersedak nasi karena dipanggil emaknya disuruh untuk mengambil daunjeruk purut untuk sate. Sementara itu, Idah tengah memperhatikan Mira (seorang pelacur) yang baru saja diantar laki-laki pulang. Idah tersedak, butiran nasi yang sudah sedikit lembek me-
loncat dari mulutnya. Panggilan emak mengganggunya.Padahal perempuan seberangjalan itu baru muncul.... Leiaki-lelaki yang mengantamya pun tak bakal lama. Tetapi yang hanya sebentar
ituiah yang ditunggu Idah: dalam ketergesaan mereka sating berciuman merapatkan diri.
Idah, ambilkan daun jeruk," kali ini suara emak agak keras.(Lea Pamungkas, 1996:132)
Konflik muncul saat Idah ingin menjadi seperti Mira, perempuan seberang Jalan, yang menjadi pelacur. Yang setiap subuh diantar laki-laki yangberganti-ganti. Di sisi lain, Idah juga tertarik kepada Emet. Idah memberi perhatian khusus kepada sopir truk yang satu ini. Betapa ingin Idah menjadi seperti dia
Hati kecil Idah
selalu menjawab,"Inginjadi Mira."Seorang pelacur Rasanya tak terlalu salah kalau ingin menjadi seperti dia," pikir Idah.... Idah sering mengingat Emet.... Emak lama-lama tabu,Emetjuga lama-lama tahu, para pembeli lain lama-lama tabu, babwa selalu ada yang berbeda yang dilakukan Idab untuk Emet.(Lea Pa mungkas, 1996:135, 136, 138)
Klimaks cerita terjadi ketika sumur Emak Idah tidak lagi keluar airnya, kering. Mereka bingung karena tidak bisa lagi berjualan. Bahkan, masak pun tidak bisa. Emak Idah meminta maaf kepada pelanggan yang hendak makan di warungnya karena dia tidak bisa berjualan. Hal ini membuat Emak Idah tersiksa.
Kegiatan "meningkatkan wawasan"Idah menjadi terganggu ketika suatu bari sumur-yang bukan cuma dipakai Emak
Idab-tiba-tiba kering."Sepanjang saya bidup,air sumur tak pernab begini.
Kalau musim kemarau paling-paling aimya surut. Seka-
55
rang, belum juga kemarau sudah seperti ini," Emak Idah meng-
gerutu. Wajah Emak Idah semakin cemberut ketika sudah lebih
dari tiga hari air tak kunjung muncul. Tambahan pada panjang tali timba pun, tetap tak menghasilkan apa-apa. Sumur-suntiur
milik tetangga pun dan kampung tetangga pun tak beda nasibWaning terpaksa tutup. Piring-piring bekas sate dan gule
menyebarkan bau busuk, dan mengundang puluhan lalat. "Aduh maaf Pak,tak ada air. Jadi beberapa hari ini tidak masak dan buka warung," Emak Idah dengan terbata-bata
berkata pada Mang Sarkon. Wajahnya tampak sangat malu. Berhari-hari Emak harus mengulangi kalimat yang sama kepada
setiap orang yang hendak makan di warungnya. Ini membuatnya begitu tersiksa.(Lea Pamungkas, 1996: 138, 139)
Sebagai ieraian, Idah memlnta tolong Emet untuk menggali sumur. Emet menyambut gembira kehendak Idah. Idah bicara hanya berdua saja
dengan Emet,kemudian ielaki itu menciumnya dan Idah duduk di pangkuan Emet. Emet mengajak Idah berkeliling waduk mengambil peralatan untuk menggali sumur. Idah pun hanya mengangguk atas ajakan Emet itu. Emet menyambut gembira permintaan Idah. "Neng,ja-
ngankan masuk sumur. Masuk lubang kubur Mang mau, kalau Neng yang minta," Emet tertawa lebar, dan tangannya mencubit pipi Idah. Telapak tangan Idah tiba-tiba berkeringat."Tapi,tapi Mang... Emak nggak punya uang buat bell makanan,buat bayar ..." Idah merasa gugup, sebab baru pertama kali ini ia bicara sedikit panjang kepada Emet. Cuma berdua lagi. "Duduk sini Neng," Emet menepuk-nepuktempat di sam-
pingnya. Idah ragu-ragu sejenak,tetapi kemudian dia tersenyum mendekati Emet."Supaya cepat, antar Mang ambil peralatan di
waduk.Neng Idah mau kan?" Mata Emet berbinar,tiba-tiba saja Idah sudah ada di pangkuannya. Pipi Idah diciumnya sekilas. Idah terperangah, tanpa disadarinya kepalanya langsung meng angguk.(Lea Pamungkas, 1996: 140)
Akhir cerita, Idah tidak lagi melayani tamu warung Emak. Kini dia
tampil selalu wangi dan gembira. Sementara itu, Emak Idah kehilangan suara, dia menjadi bisu. 56
Kini tak ada yang mampu mengingat lagi. Juga untuk tnenyebut sejak kapan Idah menjadi selalu wangi dan lebih gembira dari siapa pun di situ. Mereka tak lagi punya waktu untuk bertanya usil, mengapa Idah tak pemah tampak melayani para pembeli di waning Emak. Dan tak lagi fasih merunut ceritabagaimana Emak Idah kehilangan suara menjadi bisu. (Lea Pamungkas, 1996:142)
Cerpen "Penumpang Kelas Tiga" memiliki aiur sorot balik. Gaya sorot balik ini membawa pembaca ke masa lalu tokoh-tokohnya. Cerita bermula dari pertermuan dua orang teman(Dali dan Nuan)yang sudah lama tidak pemah berjumpa. Pertemuan itu membuat Dali teringat akan masa lalunya.
Si Dali bertemu teman lamanya di kapal Kerinci yang berlayar dari Padang ke Jakarta, sebagai penumpang kelas tiga. Bertemu setelah berlayar semalam, waktu lagi antre ke kakus. (A.A. Navis, 1996:80)
Cerita berlanjut, pencerita merangkai masa lalu Nuan dan saudara kembarnya, Nain. Nuan dan Nain ke mana-mana selalu bersama. Mereka
mempunyai selera yang sama, begitu juga saat naksir Wati, gadis tetangga mereka. Namun,Wati tidak memberikan perhatian terhadap kedua orang itu karena Nuan dan Nain berpangkat rendah. Nuan dan Nain berpangkat sersan satu dengan tugas melatih TKR bagi prajurit baru. Nuan punya saudara kembar,Nain namanya.... Ke manamana selalu bersama. Kata orang, orang bersaudara kembar sering punya selera sama,termasuk terhadap perempuan.... Yang menjadi idola pada awal revolusi,terutama oleh para gadis,iaiah prajurit yang di pinggangnya tergantung pedang samurai dan
kakinya dibalut kaplars. Nuan dan Nain hanya dapat pangkat sersan satu dengan tugas sebagai pelatih TKR bagi prajurit baru. Karena pangkatnya yang rendah, mereka tidak berhak memakai kedua perangkat perwira yang bergengsi itu. Keduanya pun sama merasa tidak mendapat perhatian si Wati, gadis di sebelah rumahnya.(A.A. Navis, 1996:82)
Konflik muncul saat Komandan Pasukan Hizbullah mengajak Nuan bergabung dengan pangkat letnan dua,Nuan pun meninggalkan tugasnya di 57
TKR. Karena ingin pangkat yang sama dengan saudara kembarnya, Nain pun bergabung dengan Tentara Merah Indonesia. ... Dan ketika Komandan Pasukan Hizballah, Kolonel
Hasan, mengajak bergabung dengan pangkat letnan dua, Nuan meninggalkan tugasnya di TKR. Agar dapat pangkat yang sama Nain pun bergabung dengan Tentara Merah Indonesia. (A.A. Navis, 1996:82) Konflik menaik saat Nuan dan Nain berseteru karena berada dalam
pasukan yang berbeda. Perseteruan menimbulkan persaingan dalam merebut Wati, tetapi keduanya belum ada yang berani "menebarkan jala" untuk mendapatkan Wati. Jika Nuan berkunjung ke rumah Wati, ia selalu bicara perang jihad, sedangkan Nain selalu bicara tentang revolusi rakyat. Kian lama bergabung dengan pasukan yang berbeda ideologi perjuangan itu, malah menumbuhkan perseteruan diam dalam diri keduanya,sekaligus menimbulkan persaingan dalam merebut hati Wati. Namun belum ada yang berani menebarkan jala untuk mendapat Wati. Nuan selalu bicara tentang perangjihad bila bertandang ke rumah Wati. Sedangkan Nain bicara tentang revolusi rakyat.(A.A. Navis, 1996:82)
Klimaks cerita saat Wati memutuskan menikah dengan Nuan. Padahal, sebelumnya Wati membalas ciuman Nain. Yang memutuskan hal pemilihan jodoh itu adalah ayah Wati. Nain sangat kecewa atas keputusan itu. Walaupun Wati telah menjadi milik saudara kembarnya, Nain tetap "bergumul" dengan Wati. Pergumulan mereka reda, setelah Wati menyadari bahwa ia telah menjadi istri Nuan. "Padahal engkau membalas ciumanku.Tapi Nuan yang
kau jadikan suami," tempelak Nain kepada Wati."Apa dayaku, kalau ayah mau Nuan?" jawab Wati dengan nada memelas. ...Wati dirangkulnya erat. Dan mereka bergumul dengan dada masing-masing bergemuruh. Dan ketika akan melampaui tapal batas, Wati sadar dia telah jadi istri Nuan. Pergumulan reda. (A.A. Navis, 1996:83)
58
Akhir cerita, Nuan membuka pintu kamar Inna (istri Nain) yang ikut menumpang di rumalinya. Ketika itu suami Inna (Nain) tengah berada di
penjara karena ikut ideoiogi komunis. Melihat Inna menangis, Nuan yang tadinya ingin "meniduri" Inna, tidak jadi. Nuan keiuar sambil membanting pintu kamar. Dia menyusuri jalan rayayang gelap karena iistriknya mati. Tiba-tiba letak panggung sejarah berobah. Pemberontakan
kaum komunis pun pecah. Nain yang kapten dan baru diangkat jadi mayor ikut komunis. Kini dialah yang dikalahkan. Ditangkap lalu dipenjarakan. ... Haruskah membalas dendam
karena Wati ditiduri Nain, lalu meniduri Inna, istri Nain, yang cantik dan lebih muda, yang kini menumpang di rumahnya? (A.A. Navis, 1996:84)
Cerpen "Pistol Ferdamaian" memiiiki alur konvensional. Alur dalam
cerpen ini sederhana dan bergerak pelan karena pengarang sering kembali ke masa lain (mengenang kehebatan senjata itu). Mulanya, tokoh "Saya" diberi tahu oleh ayahnya bahwa sudah waktunya membuka peti warisan dari kakek. "Saya" menyediakan tempat, tetapi istrinya keberatan. Akhirnya, disepakati senjata warisan itu ditaruh di perpustakaan. Ayah memberitahu bahwa sudah sampai waktunya mem-
buka-buka peti kakek untuk membagi warisan. Ada satu peti penuh berisi senjata, seperti keris, cundrik, ujung tombak, dan sebagainya.
Saya segera menyiapkan tempat. Maksud saya senjatasenjata itu dapat sebagai hiasan jika ditaruh dengan baik di tembok. Tapi istri saya keberatan untuk menaruh senjata di kamar tidur, kamar tamu, kamar makan, dan ruang keluarga.... Akhimya disepakati saya akan menaruh senjata-senjata warsan kakek di kamar perpustakaan lantai atas. Saya akan menyimpannya di salah satu rak buku.(Kuntowijo, 1996:13, 14)
Perstiwa berlanjut dan konflik muncul saat istri "Saya" merasa takut karena mendengar suara gaduh pada malam hari di perpustakaan. Istri "Saya" yakin kalau kegaduhan itu berasai dari senjata-senjata yang bertengkar."Saya" membantah karena hal itu tidak nalar. Perhatikan kutipan ini.
59
... Istri saya mengatakan bukan peraturan itu yang mem-
buatnyatakut. Tetapi suara. Suara? Menurut istri sayaadasuara gaduh di perpustakaan pada malam hari. Menurut dia itu pasti ulah keris dan tombak yang berkelahi dengan pistol. Saya
mengira ada tikus di perpustakaan. Tapi tidak. Kata istri saya suara itu terulang kembali,hampir tiap malam."Begitu konkret, tidak mungkin itu hanya ilusi." Saya memang sering menuduhnya berpikir dengan perasaannya, tidak dengan nalar.(Kuntowijoyo, 1996:18)
Klimaks ceritadari masalah yang muncul,saat istri "Saya" menyuruh
membuang pistol. Pistol dibuang sampai dua kali, tetapi pistol itu kembali iagi ke tempat"Saya". Pertama ditemukan oleh tukang sampah. Lalu tukang sampah dan Ketua RT datang ke rumah "Saya". Kedua, dibawa oleh Pak Lurah.
"ISTRI saya begitu yakin tentang ketidaksesuaian antara keris dan tombak di satu pihak dengan pistol di pihak lain. Diputuskan bahwa salah satu harus dibuang. Dengan cepat saya memilih keris dan tombak, karena tidak ada pabrik yang mem-
buat barang-barang itu lagi, sedangkan pistol selain masih dibuat juga banyak yang lebih canggih. Walhasil saya bertugas membuang pistol itu. ... Malam hari saya bungkus pistol itu dan saya buang di bak
sampah. ... Dua orang itu bersumpah-sumpah tidak memiliki barang terlarang. Temyata bungkusan pistol saya ditemukan dua tukang sampah itu. Pistol itu diserahkan pada saya untuk diproses sesuai prosedur yang berlaku. Setelah mereka pergi saya tunjukkan pistol itu pada istri. Katanya saya membuangnya kurang jauh. ... Saya disuruhnya lagi membuang, kali ini lebih jauh lagi. Maka kembali saya harus mencium pistol itu Han mengucapkan good luck di luar perumnas pada malam hari. ... Dalam rapat kelurahan,... Pak Lurah membuka kertas koran dan berkata tanpa interupsi, "Sebaiknya barang ini saya serahkan pada teman kita yang ahli sejarah." Dia memberikan bung kusan itu pada saya. Isinya sebuah pistol, masya Allah. Jadi
pistol yang saya buang ke kelurahan Juga Jatuhnya. (Kuntowijoyo, 1996:18, 19)
Pengarang mengakhiri ceritanya,saat"Saya" menunjukkan pistol ke60
pada istrinya untuk yang kedua kalinya sambil berkata bahwa mungkin keluarga "Saya" telah ditakdirkan untuk menyimpan senjata-senjata warisan itu. Saat malam tiba suara-suara gaduh itu pun menghilang. Saya tunjukkan pistol itu pada istri saya dengan ucapan bahwa barangkali sudah takdir untuk menyimpan pistol itu. Anehnya suara-suara di perpustakaan itu menghilang.(Kuntowijoyo, 1996:19)
3. 5.2 Tokoh dan Penokohan dalam Cerpen "Orok Dani","Warung Pinggir Jalan","Penumpang Kelas Tiga", dan "Pistol Perdamaian"
Dari kelima cerpen dalam kumpulan Pistol Perdamaian yang diteliti, pengarang menggabungkan teknik analitik dan dramatik. Teknik analitik,
yaitu pengarang langsung mengomentari ciri, keadaan, sikap, dan sifat to koh. Teknik dramatik, yaitu pengarang menyampaikan ciri, keadaan,sikap, dan sifat tokoh melalui dialog atau melalui lakuan tokoh yang bersangkutan. Nama-nama tokoh dalam cerpen "Orok Dani" ini adalah nama-nama
khas-menunjukkan warna lokal Irian Jaya-suku Dani,seperti Weakmotok Gozina dan Hanno Watlaqa. Hal itu berarti bahwa ada kaitan antara latar ce-
rita dan tokoh-tokoh yang dimunculkan oleh pengarang. Yang menjadi tokoh utama dalam cerpen "Orok Dani" ini bukanlah si
orok itu sendiri, tetapi Hanno Watlaqalah yang menjadi ibunya si orok tersebut.
Pengarang menampilkan Hanno Watlaqa sebagai pusat permasalahan dan perhatian. Sebagai istri dari laki-laki suku Dani, Hanno Watlaqa seharusnya tampil "kuat" dalam bekerja, tetapi menurut Weakmotok Gozina, suami Hanno, istri ketiganya itu tidaklah sekuat seperti istri yang lainnya. Ketidakkuatan Hanno secara fisik disebabkan karena perempuan itu sedang hamil besar(akan melahirkan). Padahal,sebenarnya, Hanno adalali perem puan yang cukup kuat. Tangannya kekar, kakinya perkasa, bibirnya tebal, bahunya kuat karena terbiasa bekerja bakti kepada suaminya. Perhatikan kutipan berikut ini.
... memandang istri yang ketiga sedang mengayunkan sekop lambat-lambat. la berteriak dalam bahasa Dani,"Way,kau kenapa?"
61
Hanno Watlaqa, istrinya, merupakan wanita yang cukup kuat. Tangannya kekar; bahunya sangat kuat karena terbiasa bekerja bakti pada suaminya. ...
Kaki perkasa yang menopang segala aktivitas tubuhnya bagaikan tak ada, la gemetar dan luruh jatuh terguling di tanah sambil memegangi perutnya yang besar. ... Hanno menggigit bibimyayang tebal hinggaberdarah....(Aria Kamandaka, 1996: 96).
Sementara itu, Hanno digambarkan sebagai seorang yang penakut. la takut saat suaminya marah-marah. la hanya bisa diam, tidak bisa membela diri. Suami Hanno marah-marah ketika melihat perempuan itu tidak bekerja keras, seperti ketiga istrinya yang lain. ... Begitu mendengar teriakan suaminya rasa takut di benaknya timbul. Hanya matanya saja yang memandang, mengeluarkan pancaran aneh antara marah, takut dan rasa sakit yang amat hebat. Namun ia tidak pula menjawab. Weakmotok marah pertanyaannya tidak dijawab. la berteriak-teriak hingga menggema di sore hari berseiimut kabut itu. (Aria Kamandaka, 1996:96)
Sebenarnya, Hanno termasuk perempuan yang kuat dan tegar. Se
bagai seorang perempuan suku Dani, ia harus menolong kelahiran anaknya sendiri di hutan larangan. Jika perempuan itu melahirkan sendirian-ia bisa
pingsan -padahal babi hutan suka sekali darah dan makan daging(plasenta bayi). Perhatikan kutipan berikut. Tempat yang ditujunya adalah weisa yaitu hutan larangan bagi kaum laki-laki. ... Secara adat, perempuan harus mampu menolong persalinannya sendiri. Untuk itulah sebelum mengambil istri harus dipilih wanita yang kuat. ... Ah, hush! Pergi kau!" ucapnya melihat seekor babi hutan kerempeng yang memandang tajam ke arahnya. Cuping hidungnya kembang-kempis mencium aroma darah yang bagi babi tentu sangat menggairahkan. Babi itu hanya mundur beberapa langkah dan kembali menatap Hanno. Wanita itu berusaha untuk menghalangi proses ke62
lahiran, namun kehendak alam sulit dibendung. Dengan tangk melengking, bayi mungil telah menerjang keluar,sedang ibunya tak sadarkan diri. ...
Babi hutan yang mendengus mencium bau darah, men-
capai tempat si orok yang menangis. Sekejap telah diraihnyadaging plasenta yang terselimuti darah itu dengan moncongnya. (Aria Kamandaka, 1996:97, 98,99)
Dalam cerpen "Orok Dani", tokoh-tokoh perempuan begitupenurut, HHair
berdaya, teraniaya, dan merasa terpenjara seluruh jiwa raganya. Bahkan, para perempuan itu bisa diperbudak. Hal itu terjadi karena para perempuan itu telah dibeli dengan mas kawin yang sangat tinggi. ... Emas kawin menjadikan istri bagai terpenjara seluruh
jiwa raga dan dapat diperbudak sekalipun!... Perempuan taktahu diri. Kerja sembarangan. Dikira kau belum kubayar? Emas kawn untuk kau belum impas...."(Aria Kamandaka, 1996:94,96,99).
Anak perempuan dalam suku Dani dipandang lebih berhargadaripada anak laki-laki di mata ayahnya. Jadi,jika seorang ayah mengetahui istrinya melahirkan anak perempuan dia akan bergembira (seperti Weakmotok
Gozina)karena anak perempuan mempunyai nilai "ekonomi". Artinya,jika anak itu sudah gadis akan dilamar laki-laki. Anak itu bisa mendatangkan uang melalui mas kawin yang dibayarkan oleh pihak laki-laki kepada keluarpnya. Uang dari mas kawin itu bisa digunakan oleh si ayah untuk kawin lagi. Jadi, si ayah bisa beristri banyak. Perhatikan kutipan berikut. Anak? Huh,percuma saja. Sudah kutanyakan pada dukun,
Hanno tidak dapat beranak perempuan.... "Kau, kau dapat beranak perempuan? Ah, aku punya anak perempuan. Aku punya anak perempuan." Direngkuhnya satu-satunya anak perempuan itu. la lalu tertawa lepas, kebiasaan marah hilang. "Hei. Mengapa kamu diam saja, kita semua pulang. Undang tetua adat dan kita rayakan dengan pesta...." ... Di benak sang suami hanya terdapat obsesi, anak perempuannya mendatangkan kekayaan. la menunggu ada yang mem-
beri uang ijon untuk emas kawin anaknya. Tujuannya hanya satu; untuk kawin lagi!(Aria Kamandaka, 1996:99)
63
Yang unik dari para perempuan suku Dani, mereka lebih suka dimadu supaya beban hidupnya ringan (berkurang). Padahal, bagi perempuan dari suku lain dimadu oleh laki-laki itu suatu pantangan, hal yang tidak diharapkan. Bahkan mungkin suatu bencana. ... Oleh karena itu wanita Dani lebih suka dimadu agar
beban hidupnya dapat berkurang.(Aria Kamandaka, 1996:96)
Solidaritas perempuan atas perempuan dalam cerpen "Orok Dani" sangat baik. Walaupun status mereka itu satu sama lain "madu/rival",tapi ternyata ssiat ada salah seorang madu mereka sakit, mereka turun tangan. Demi solidaritas, tiga orang wanita yang masih di kebun mengatakan istri pertama pergi buang hajat. Mendengar semua itu suaminya bertambah ganas. la pergi mencari istrinya ke tepi hutan untuk dipukulnya.(Aria Kamandaka, 1996:99)
Istri-istri Weakmotok Gozina yang lain mengadakan "rapat darurat"
di kebun tempat mereka bekerja. Rapat itu memutuskan bahwa istri pertamalah yang akan menolong Hanno Watlaqa. Saat suaminya bertanya, para perempuan itu sepakat mengatakan bahwa istri pertama tengah buang hajat ke hutan. Perhatikan kutipan berikut. Empat orang istri yang lainnya merasa kasihan. Mereka masih memilki rasa setia kawan meski dibelenggu oleh suami.
Dengan tanpa sepengetahuan suaminya, mereka mengadakan rapat darurat di kebun itu juga. Akhimya mereka memberikan mandat kepada istri pertama untuk melihat madunya yang hamil dan kelihatan sakit. Tujuannya telah jelas bagi sesama wanita Dani: weisa.
Demi solidaritas, tiga orang wanita yang masih di kebun
mengatakan istri pertama pergi buang hajat di tepi hutan yang memang biasa untuk buang hajat. Mendengar semua itu suami nya bertambah ganas.(Aria Kamandaka, 1996:98,99) Sementara itu, Weakmotok Gozina, tokoh pendukung dalam cerpen "Orok Dani" ini tampil sebagai seorang suami yang memiliki istri banyak.
la sangat galak kepada istri-istrinya, kasar, dan tidak punya rasa kasihan. 64
Weakmotok marah pertanyaannya tidak dijawab. Dia berteriak-teriak hingga menggema di sore hari berselimut kabut itu. Diambilnya sebongkah tanah dan dilemparkannya ke arah Hanno Watlaqa. Tanah itu melayang di atas kepala. Lelaknya hanya menakut-nakuti, karena wanita itu berdiri hanya setengah pelemparan namun Weakmotok melempamya dengan kekuatan penuh. Istri yang lain semua terdiam takut, memang tak jarang suaminya tidak hanya sekadar menggertak Weakmotok Gozina
karena hidup di alam bebas, seperti orang Dani pada umumnya. (Aria Kamandaka, 1996:98,99)
Lelaki itu tidak mengenakan busana. Dia hanya memakai koteka saja. Tubuhnya hitam legam berhiaskan coretan dari arang kayu yang dicampur lemak babi. Hal itu dilakukan untuk mengusir udara dingin. Matanya tajam setajam mata burung rajawali. Hal ini karena terbiasa hidup di alam bebas. ... Lelaki itu nyaris telanjang bulat, hanya koteka saja yang menutupi batang kejantanannya. Tubuhnya yang hitam semakin legam dengan hiasan arang kayu yang dicampur lemak
babi. Tentu saja ini mempunyai maksud untuk mengusir hawa dingin. Matanya yang setajam mata rajawali-karena terbiasa hidup di alam bebas-(Aria Kamandaka, 1996:96)
Cerpen "Warung Pinggir Jalan" berbicara tentang tokoh perempuan miskin yang bercita-cita ingin menjadi pelacur supaya tubuhnya bisa selalu wangi dan tampil gembira. Selain itu, dia bisa punya baju banyak, sepatu
banyak, dan barang-barang lainnya, tidak seperti orang-orang yang benarbenar(hanya)berjualan di warung pinggirjalan yang hidupnyatetap miskin walaupun sudah bekerja keras.
Dalam cerpen ini, pengarang menampilkan sosok Idah sebagai pusat permasalahan dan perhatian. Idah kecil hidupnya berbaur dengan "perem puan warung" di pinggirjalan. Mulanya dia anak yang penurut, membantu
ibunya berjualan, kemudian Idah tumbuh menjadi seorang gadis remaja "montok". Perangainya pun berubah karena setiap hari selalu menyaksikan perilaku di lingkungannya. Ibunya yang berusaha keras, hidupnyatetap susah. Sementara itu, tetangganya(Mira)tidak bekerja keras, hidupnya tidak susah. Bahkan, tetangganya selalu tampil wangi dan gembira. Selalu berganti laki-laki yang mengantarnya setiap subuh dan semua itu diperhatikan 65
oleh Idah kecil. Idah ingin seperti tetangganya. Dia tidak peduli Mira itu pelacur atau bukan. Bagi Idah, pelacur atau dokter sama saja. Tak ada yang kurang di mata Idah tentang perempuan seberang jalan, eh, Mira ini. Lebih bersih dari setnua perempuan yang ada di desa ini, lebih cantik, iebih wangi, pakaiannya banyak, sepatunya banyak, tetapi lebih dari segalanya Mira lebih gembira. Idah memang jarang bertemu dia, apalagi siang hari. Tetapi jika remang senja beranjak dan Idah menyapu tanah depan warung Emak, maka kegembiraan di wajah Mira adalah sesuatu yang ditunggunya. Betapa ingin Idah seperti dia. la tak peduli setiap kali seseorang membicarakan Mira, maka mulut orang itu akan maju ke depan paling tidak dua senti. Mencibir. Hati kecil Idah selalu menjawab,"Ingin jadi Mira". Seorang pelacur.... Tapi buatnya, Mira tak ada bedanya dengan dokter atau banyak orang kaya di kampungnya. Lagi pula,siapa sih yang tak pemah digunjingi di kampung ini.(Lea Pamungkas, 1996:135)
Pengidolaan Idah atas "perempuan seberang jalan" itu memang beralasan sebab perempuan itu ingin meningkatkan kehidupan ekonominya. Idah merasa tidak bersalah jika bercita-cita ingin seperti Mira yang menjadi seorang pelacur itu. Memang dari sisi ekonomi,kehidupan pelacur itu—^walaupun zaman susah-tidakterkena imbasnya. Rupanyagodaan materi inilah yang bisa membuat seseorang berubah perilakunya. ... Tapi yang paling enak sih si Mira, mau waduk nggak jadi dibangun, mau proyeknya selesai dibangun, dia sih tenangtenang saja,"jawab seseorang yang lain. ... Idah mencuci piring di dekat mereka,kepalanyatertunduk diam-diam. Busa sabun berjatuhan ke dalam gelas. "Nah kan,
Mira lagi yang paling beruntung. Rasanya tak terlalu salah kalau ingin menjadi seperti dia," pikir Idah.(Lea Pamungkas, 1996: 136)
Apalagi setelah Idah mulai merindukan kehadiran Emet. Belaian Emet,terasa sampai di sekolah.Idah juga mau saja dipeluk dan dicium oleh Emet. Idah diam saja diperlakukan begitu. Dia sudah menjadi perempuan
yang tidak memperhitungkan baik dan buruk. 66
... Apalagi kalau Emet yang mengatakannya. Rosidah akan tersipu-sipu, tak sabar tnenunggu kopi selesai diseduh,dan mengantarkannya. Dan nanti elusan Emet pada pantatnya, akan terasa sampai Idah duduk di bangku sekolah siang nanti....(Lea Pamungkas, 1996:134)
Ada kaitan antara jalan cerita dan perilaku tokoh, yaitu pada saat pengarang mengakhiri ceritanya, yakni di sisi lain berkaitan dengan perilaku tokoh yang memiiiki cita-cita ingin jadi pelacur dan cita-cita si tokoh utama itu tampaknya kesampaian. Kini, dia selalu tampil wangi dan gembira dari siapa pun di lingkungannya. Idah tidak lagi melayani para pembeli di warung Emak dan tidak fasih lagi merunut cerita Emak kehilangan suara(men|adi bisu). Kini tak ada yang mampu mengingat lagi. Juga untuk menyebut sejak kapan Idah menjadi selalu wangi dan lebih gembira dari siapa pun di situ. Mereka tak lagi punya waktu untuk bertanya usii, mengapa Idah tak pemah tampak melayani para pem beli di warung Emak. Dan tak lagi fasih merunut cerita bagaimana Emak Idah kehilangan suara menjadi bisu.(Lea Pamung kas, 1996:142).
Sebagai tokoh pendukung, Emak tampil sebagai "orang tua tunggal" yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup keluarganya. Dia bekerja keras, berjualan di pinggir jalan. Walaupun fisik Emak tidak cantik,
dia tampil sebagai perempuan yang tegas. Saat mengetahui suaminya selingkuh dengan Mira (pelacur), Emak langsung mengusir suaminya. ... Sepagi ini keringat sudah berleleran di wajah Emak.
Bau keringat Emak menyerbu ke hidungnya. Udara subuh yang baru dihirupnya di luar, membuat bau itu terasa begitu tajam. Wajah Emak mengkilat, helai daun jeruk segera disambar dari tangan Idah.
Warung sate-gule milik Emak harus buka pukul enam pagi.(Lea Pamungkas, 1996:134)
... Tidak, Emiet tentu tak mau kawin dengan Emak yang berbibir sumbing. ... Emak yang berkulit kuning, pendiam, dan tampak selalu tergesa-gesa ini, tak pernah banyak bicara. Tetapi
67
toh Idah segera tahu dari para tetangganya yang bocor mulut itu: bapaknya pengangguran dan tak berani kawin. diusir gara-gara kepergok nyeleweng dengan "perempuan seberang jalan".(Lea Pamungkas, 1996:134, 135)
Emet tampil sebagai tokoh pendukung. Kehadirannya sangat penting dalam cerita ini karena Emet sumber permasalahan bagi Idah,tokoh utama. Idah menyenangi Emet dan lelaki ini "digandrungi" perempuan-perempuan warung pinggir jalan. Cerpen "Penumpang Keias Tiga" berbicara tentang tokoh kembar Nuan dan Nain yang selalu bersama-sama. Yang membedakan keduanya hanyalah flsik, salah satunya lebih gempal. Nuan dan Nain memiliki keinginan yang sama, bahkan memiliki selera yang sama atas kesenangannya terhadap perempuan. Nuan dan Nain sama-sama memperebutkan Wati,gadis tetangga mereka. .... Nuan punya saudara kembar. Nain namanya. Untuk menandai perbedaannya, yang satu tidak segempal yang lain. Ke mana-mana selalu bersama. Kata orang, orang bersaudara kem bar sering punya selera sama, termasuk terhadap perempuan. Kata orang, itu baru ketahuan kemudian,yaitu ketika terjadi persaingan untuk mendapati hati-hati seorang gadis. ... Keduanya pun sama merasa tidak mendapat perhatian Si Wati, gadis di sebelah rumahnya.(A.A. Navis, 1996:82)
Dalam cerpen ini, pengarang menampilkan sosokNuan dan Nain se bagai tokoh utama. Kedua saudara kembar ini menjadi pusat perhatian pe ngarang. Selain bersaing dalam memperebutkan perempuan,kedua lelaki itu bersaing pula dalam masalah ideologi. Mulanya mereka sama-sama dalam ketentaraan, dengan pangkat rendah (sersan satu). Nasib kedua saudara kembar itu berubah setelah Nuan diajak bergabung oleh Kolonel Hasan, Komandan Pasukan Hizbullah. Nuan meninggalkan tugasnya di TKR, kemudian masuk Pasukan Hizbullah dan mendapat pangkat letnan dua. Nain rupanya tidak mau kalah dengan Nuan, ia ingin menyamai pangkat saudaranya. Untuk itu, ia bergabung dengan Tentara Merah Indonesia. Nuan dan Nain hanya dapat pangkat sersan satu dengan tugas sebagai pelatih TKR bagi prajurit baru. ... Dan ketika 68
Komandan Pasukan Hizbuliah, Kolonel Hasan, mengajak bergabung dengan pangkat letnan dua, Nuan meninggalkan tugasnya di TKR.Agar dapat pangkat yang sama Nain pun bergabung dengan Tentara Merah Indonesia.(A.A. Navis, 1996:82) Jika dibandingkan, watak kedua saudara kembar Nuan dan Nain ada-
lah sebagai berikut. Nuan agak lebih baik perilakunya, agak bermoral, dan maslh mempertimbangkan nilai persaudaraan. Sementara Nain,tidak mau
tersaingi atau terkalahkan,tidak bermoral,suka bertindak radikal, dan pendendam (ia tega meniduri Wati, istri saudara kembamya). Sementara itu, Nuan ingin membalas kelakuan Wati dan Nain, ia ingin pula meniduri Inna yang menumpang di rumahnya karena saat itu Nain tengah dipenjara.
Namun, hal itu tidak dilakukannya karena ia melihat Inna membuka baju sambil menangis.
Tidak. Dia tidak dapat melakukannya. Inna adalah istri saudara kembamya. Mengapa dia harus membalas dendam ke-
pada saudara kembamya sendiri yang kini tengah mengalami siksa akibat ideologinya sendiri. Akan tetapi, ketika dia ingat Wati pemah mengkhianatinya, luka hatinya menganga. Ditinggalkannya Wati yang lagi berbaring di sisinya. Dia pergi ke kamar Inna dengan nafsu dendam yang menyala-nyala kepada Wati.
Namun Nuan hanya tegak termangu melihat Inna mem
buka baju sambil tersedu. Lalu dia keluar sambil membanting pintu menyusuri Jalan raya yang gelap karena listrik sudah lama mati oleh mesin sentralnya yang sudah usang. (A.A. Navis 1996: 85)
Wati tampil sebagai tokoh pendukung. Kehadirannya sangat penting dalam cerita ini karena Watilah sebenarnya sumber permasalahan bagi Nuan dan Nain. Kedua tokoh kembar ini memperebutkan Wati,perempuan yang tidak punya pendirian tegas dan kuat sehingga terombang-ambing oleh :^an. Di satu sisi, ia menerima Nuan menjadi suaminya karena hasil pilih^ ayahnya. Di sisi lain, Wati maujugaditiduri oleh Nain.laberpendapat lebih baik melayani Nain daripada melayani prajurit lain yang tengah mabuk kemenangan. Jadi, dalam hidupnya, ia tidak mempertimbangkan moral. Sebenarnya, pada awalnya, Wati sadar bahwa dia telah jadi istri 69
Nuan, tetapi semakin lama, la hanyut dengan keadaan, tanpa memiliki kekuatan sebagai perempuan yang seharusnya menjaga harga dirinya. ... Keduanya pun sama merasa tidak mendapat perhatian Si Wati, gadis di sebelah rumahnya. ... Wati dirangkulnya erat. Dan mereka bergumul dengan dada masing-masing bergemuruh. Dan ketika akan melampaui tapal batas, Wati sadar dia telah jadi istri Nuan.
Pergumulan pun reda....
... Ketika Nain datang mendapati Wati, yang ketika itu telah beranak dua, api dalam dada keduanya menyala lagi. Me reka bergumul lagi. Berulangkali.... Menurut Wati, meski bernafsu dia hanya menjalaninya dengan pertimbangan: daripada melayani prajurit lain yang lagi mabuk kemenangan,lebih baik dia menerima Nain yang sekaligus menjadi pelindung. Pikiran
dan perasaan yang beracuan moral, dia tekan jauh ke dalam lubuk hatinya. Bila mengambang menjadijeritan, diredam oleh keharusan berdamai dengan situasi.(A.A. Navis, 1996:85)
Dali tampil sebagai tokoh pendukung. Kehadirannya sangat penting dalam cerita ini karena berkat kehadiran Dalilah cerita Nuan dan Nain
terungkap. Dali hadir sebagai tokoh yang melancarkan kisah kedua saudara kembar itu. Pertemuan Dali dan Nuan di kapal Kerinci mengingatkan pertemanan mereka di masa lalu. Kini, mereka telah tua, tapi mereka tidak akan lupa akan pertemanan itu. Mereka saling bertanya-tanya dan saling berjawab-jawab. Dengan asyik. Sampai beberapa orang sudah keluar dan masuk kakus, mereka masih bertanya-tanya dan berjawab-jawab. Dalam pada itu pikiran Si Dali berjalan ke masa lalu yang sudah lama sekali. ...
"SUDAH lama sekali, ya, kita tidak bertemu?" kata salah
seorang setelah sama menopang dagu ke pagar haluan kapal sambil memandang ke gelombang laut lepas. "Ya,sudah lama sekali."
"Tiba-tiba saja kita telah menjadi tua." "Meski begitu, kita tidak bisa sepenuhnya lupa." "Memang."(A.A. Navis, 1996:80, 85)
70
Dalam cerpen "Pistol Perdamaian" pengarang menampilkan sosok Saya sebagai tokoh utama. "Saya" muncul sebagai pusat peimasalahan dan perhatian dalam cerpen ini. "Saya" seorang laki-laki yang telah berumah tangga, berasal dari daerah Jawa Tengah."Saya" mendapat warisan dari kakeknya, yaitu satu peti senjata, keris, cundrik, ujung tombak, dan pistol. Sebagai kepala keluarga,"Saya" sangat menjaga ketenteraman ke-
luarga. Jadi, jika istrinya, tidak sependapat terutama dalam hal penyimpanan senjata warisan Saya"sedikit mengalah pada kehendak istrinya dan akhirnya mencari kesepakatan yang terbaik.
Akhimya disepakati saya akan menaruh senjata-senjata warisan kakek di kamar perpustakaan lantai atas Tetapi subjektif atau tidak, kalau taruhanny'a adalah ketentraman rumah tangga, saya akan mengalah.(Kuntowijoyo, 1996:14, 18)
Saya adalah akhli sejarah dan saya tidak percaya akan
hal-hal yang gaib, tetapi saya tetap menghormati adat. Saya Juga ikut menayuh senjata warisan dari kakeknya. Saya hanya pamit istri kalau akan menginap di desa,... Tentu saja saya tidak menceritakan pada istri bahwa saya akan
menayuh. ... Saya juga tidak percaya hal-hal yang gaib, tetapi saya melakukannya sebagai adat.
Jadilah saya tidur dengan sebilah keris,sebuah ujung tom bak, dan sebuah pistol. Saya terima pistol itu karena saudara yang lain menolak....
"Sebaiknya barang ini saya serahkan pada teman kita yang ahli sejarah. Dia memberikan bungkusan itu pada saya. Isinya sebuah pistol.(Kuntowijoyo, 1996:14, 19)
Sementara itu,"Saya" berpikir secara rasional dalam hal menanggapi pendapat saudaranya yang saat menayuh senjata-senjata itu didatangi oleh laki-l^i tua, perempuan tua, atau gadis kencur. Sementara,"Saya" tidak bermimpi apa pun. Selain itu, saat "Saya" menanggapi istrinya yang menyatakan bahwa senjata-senjata warisan itu gaduh pada saat malam hari.
Mereka bertengkar karena berasal dari produk budaya yang berbeda. Tom bak dan keris berasal dari produk budaya agraris, sedangkan pistol berasal
dari produk industrial. Jadi, senjata-senjata itujikadicampurakan berteng kar. Waktu kanak-kanak,"Saya"termasuk rajin membantu kakeknya membersihkan senjata.
71
Adapun sayatidak mimpi apa-apa, barangkali sayaterlalu rasional atau karena saya hafal satu per satu riwayat senjata-
senjata itu, karena saya rajin membantu kakek ketika pada bulan Suro ia membersihkan....
Menurut istri saya ada suara gaduh di perpustakaan pada malam hari. Menurut dia itu past! ulah keris dan tombak yang
berkelahi dengan pistol. Saya mengira ada tikus di perpust^aan. Tapi tidak. Kata istri saya suara itu terulang lagi, harnpir tiap malam."Begitu konkret, tidak mungkin itu hanya ilusi." Saya memang sering menuduhnya berpikir dengan perasaannya,tidak nalar.(Kuntowijoyo, 1996:16, 18)
Istri "Saya" muncul sebagai tokoh pembantu bag! tokoh utama. Istri
"Saya" adalah sosok perempuan pendamping yang pendapatnya selalu diperhatikan oleh suaminya. Bahkan,kadang-kadang pendapat \str\"Saya"lah yang dilaksanakan. Seperti, membuang pistol sainpai dua kali. Menurut tokoh "Saya", istrinya itu takut akan senjata. Jadi, istri "Saya" itu tidak ingin melihat senjata di ruang makan, ruang tidur, atau kamar keluarga. Istri "Saya"adalah perempuan yang bekerja dan pernah belajar di bidang pendidikan. Istri "Saya"juga kelihatannya mengetahui hal-hal yang menyangkut agama Islam sampai-sampai suaminya "tidak enak" untuk berterus terang saat akan menayuh senjata. Hal ini tercermin dari petikan berikut.
Saya hanya pamit istri kalau akan menginap di desa, dan tidak mungkin istri ikut, karena paginya ia harus bekerja. Tentu
saja saya tidak menceritakan pada istri bahwa saya akan me nayuh. Dapat diduga istri saya akan melarang saya dengan alasan itu takhayul yang pasti tidak benar, syirik yang tak diampuni dosanya, atau hanya akan mengundang jin saja (Kuntowijoyo, 1996:14, 16)
3.5.3 Latar dalam Cerpen "Orok Dani","Warung Pinggir Jalan", "Penumpang Kelas Tiga",dan "Pistol Perdamaian"
Dari keempat cerpen dalam kumpulan PistolPerdamaian yang diteliti, latar
yang ditampilkan pengarang adalah latar tempat, waktu, dan latar sosial. Latar tempat dari keempat cerpen itu umumnya di daerah pinggiran dan kumuh. Di samping itu, adajuga latar tempat perkotaan,tetapi sosok manu-
sia yang tampil adalah manusia marginal (pelacur). Latar waktu dari ke72
empat cerpen itu umumnya tidak disebut secarajelas,sedangkan latar sosial
dari keempat cerpen itu tokoh yang tampil adalah manusia kelas menengah ke bawah. Untuk lebih jelasnya kita perhatikan cerpen-cerpen tersebut. 1) Latar Tempat Latar tempat dalam cerpen "Orok Dani" pertama dilukiskan di kebun hipere (ubi jalar) yang menghampar. Kebun itu berada di antara dua buah
bukit. Bagi orang baru pemandangan seperti itu akan terkesan indah,sejuk, dan damai. Namun, bagi penduduk asli, suasana seperti itu merupakan hal yang biasa, bahkan terkesan menjemukan. Di hamparan kebun itulah para istri Weakmotok Gozina bekerja keras, berbakti kepada suami. Hamparan kebun terbentang antara dua bukit yang sama
besamya hingga terbentuk sepasang payudara raksasa. Bagi yang belum biasa memandang tentu akan merasa kagum pada keindahan alamnya yang amat sejuk dan terkesan damai.Namun bagi penduduk suku Dani yang tinggal di sana itu merupakan hal biasa, bahkan sering kali jemu berada di tempat itu. (Aria Kamandaka, 1996:94)
Pengarang menampilkan latar suku Dani yang khas berkaitan erat
dengan penampilan tokoh-tokohnya,seperti mereka menggunakan pakaian adat yang minim dan pekerjaannya menggali hipere untuk kebutuhan makan mereka.
Lima orang wanita berpakaian adat yang amat minim itu terus saja bekerja menggali hipere untuk kebutuhan makan me reka dan menanaminya kembali. Mereka adalah istri-istri Weak motok Gozina.(Aria Kamandaka, 1996:94)
Latar tempat selanjutnya adalah hutan larangan atau weisa tempat perempuan suku Dani melahirkan. Hanya perempuanlah yang berhak masuk ke hutan larangan itu. Di hutan itu, perempuan berjuang sendirian antara
hidup dan mati. Dia harus menolong kelahiran anaknya sendiri. Di samping itu, dia juga harus mengusir binatang(babi hutan) yang haus darah. ... Tujuannya telah jelas bagi sesama wanita Dani: weisa.
... Tentu saja ia tak berani menuju hutan larangan bagi laki-lak~ 73
barangkali takut kualat—ia hanya menunggu saja.(Aria Kamandaka, 1996:99)
Pengarang dengan cermat menggambarkan peralatan melahirkan model suku Dani, seperti noken (tas dari kuiit kayu untuk tempat tidur bayi), rumput rawa yang kering untuk alas, umbut kulit kayu untuk mengeringkan darah yang melekat di tubuh bayi, dan sebilah bambu hutan untuk memotong tali pusat. Adapula pohon adat dan salli. Hanno telah mencapai pohon itu dan segera duduk di bawahnya. Di samping pohon itu terdapat perlengkapan persalinan ala suku Dani yang teramat tradisional: noken atau tas dari kulit kayu untuk tempattidur bayi,rumput rawa yang kering sebagai alasnya, umbut kulit kayu untuk mengeringkan darah
yang melekat di tubuh si bayi, serta sebilah bambu hutan untuk memotong tali pusat.... Sesaat perutnya merasa mulas, darah mulai mengaliri bagian bawah yang tak pemah terjamah kajn. Diangkatnya tinggi-tinggi salli yang seperti portal men^alangi jalan ke luar kampung. Ia bersandar di pohon adat itu. (Aria Kamandaka, 1996:97,98).
Latar tempat dalam cerpen "Waning Pinggir Jalan" pertama dilukiskan deretan warung-warung pinggir jalan. Warung-warung itu selalu disinggahi oleh supir-supir truk yang akan mengantarkan bahan-bahan ke waduk (proyek). Emet digandrungi perempuan-perempuan warung yang berjajar di desa Itu. ... Tetapi minggu-minggu ini, tak banyak truk parkir di depan warung. Proyek pembuatan waduk di Selatan dikurangi kegiatannya.(Lea Pamungkas, 1996:136)
Latar tempat dalam cerpen ini berkaitan pula dengan moral dan latar
sosial. Temyata tempat-tempat seperti itu (warung pinggir Jalan) tidak hanya menjual makanan,tetapi Juga "menjual tubuh". Muncullah pelaeuran yang tersamar karena banyak dari warung-warung itu yang menyediakan "pelayan", seolah-olah para perempuan itu menjadi pelayan atau pemilik warung, tetapi yang sebenarnya mereka pelayan nafsu birahi, yang tentu 74
saja memiliki moral yang tidak baik. Pelacuran tersamar ini terjadi karena latar sosial(jika dilihat dari sisi ekonomi)mereka adalah masyarakat miskin yang bekerja keras untuk menyambung hidup. Peianggan mereka pun umumnya hanya seputar supir truk yang beristirahat sebentar, yang badannya ban keringat dan ban oil.
Setiap malam adalah hari pasar: setiap hari adalah hari libur di satu pihak,sementara kerja keras untuk pihak lain. Pada beberapa rumah yang kebetulan sudah kena aliran listrik, sinar lampu kekuningan atau putih, mencuri kegelapanjalan raya. Dan perhatian orang yang lewat tersita para perempuan yang duduk di balik tuples berbungkus kertas minyak berwaraa merah,botolbotol bir, dan lagu dangdut yang diputar keras-keras. Tak ada panen yang ditunggu seluruh desa. Sebagai gantinya, banyak waning dadakan muncul. Bahkan sejak proyek waduk itu mempekerjakan orang-orang dari iuar daerah, mereka pun mengimbangi dengan mempekerjakan tenaga-tenaga baru
dari desatetangga. Ya,sekalian supaya bisa buka24Jam penuh. "Tahu begitu, nggak bakalan saya panggil si Euis ke sini.
Yang cantik dan bahenol, sudah nggak ada gunanya lagi, kalau supir-supir itu nggak lagi ke sini," Ceu lyam menggerutu.... "lya, tapi langganan dia kan yang itu-itu lagi. Kalau kita
banyak, bisa merasakan yang macam-macam," sahut lyam. "Macam-macam. Tapi tetap supir truk Juga. Kalau nggak bau oli, ya bau keringat," kata-kata itu diucap dengan pahit oleh seseorang.(Lea Pamungkas, 1996:135, 136)
Latar tempat dalam cerpen "Penumpang Kelas Tiga" pertama dilukiskan dalam kapal Kerinci, khususnya antrean di kamar mandi, kakus. Di tempat inilah Dali dan Nuan bertemu. Kemudian, ingatan mereka kembali ke masa lalu.
Si Dali bertemu teman lamanya di kapal Kerinci yang
berlayar dari Padang ke Jakarta,sebagai penumpang kelas tiga Bertemu setelah berlayar semalam, waktu lagi antre ke kakus (A.A. Navis, 1996:85)
Latar tempat dalam cerpen "Pistol Perdamaian" pertama dilukiskan di ruangan perpiistakaan lantai atas untuk menaruh senjata-senjata warisan dari 75
kakek "Saya". Di perpustakaan itu terdapat rak buku. Latar tempat ini mencerminkan status sosial pemiliknya, bahwa tokoh "Saya" termasuk orang intelek.
2)Latar Waktu
Latar waktu dalam cerpen "Orok Dani" tidak disebutkan secarajelas, pengarang hanya menyebutkan sejak pagi hari. Pada pagi hari matahari muncul bergumul dengan kabut. Lalu pengarang menyebutkan sore hari yang berselimut kabut. Sore itu Weakmotok Gozina marah-marah dan melemparkan sebongkah tanah pada istri ketiganya. Belum mencapai satu orbit bulan.
... la berteriak-teriak hingga menggema di sore hari ber selimut kabut itu. Diambilnya sebongkah tanah dan dilemparkannya ke arah Hanno Watlaqa (Aria Kamandaka, 1996:96)
Latar waktu dalam cerpen "Warung Pinggir Jalan" tidak disebutkan secarajelas, pengarang hanya menyebutkan subuh. Waktu subuh Mira baru diantar oleh laki-laki pelanggannya. Sementara itu, Idah dan Emak Idah sudah harus bangun dan bekerja, mempersiapkan dagangannya yang akan dijual. Warung mereka buka pada pukul enam pagi. Padahal perempuan seberang jalan itu baru muncul. Subuh ini dia bersepatu putih,... Lelaki-lelaki yang mengantarnya pun tak bakal lama. Sepagi ini keringat sudah berleleran di wajah Emak. ... Udara subuh yang baru dihirupnya di luar, membuat bau terasa begitu tajam. Wajah Emak mengkilat, helai daun jeruksegeradisambar dari tangan Idah.(Lea Pamungkas, 1996:132, 134)
Latar waktu dalam cerpen "Penumpang Kelas Tiga" tidak disebutkan secara jelas, pengarang hanya memberikan penanda waktu (1) pemerintah melakukan kebijakan rasionalisasi dengan cara menggabungkan seluruh kesatuan pejuang ke dalam TNI,(2) muncul peristiwa PRRI, dan (3) pemberontakan kaum komunis pecah. Peristiwa-peristwa itu dapat kita perkirakan bahwa latar waktu cerita ini terjadi seputar tahun 1950~60an. Latar waktu dalam cerpen "Pistol Perdamaian" saat pengarang menengok masa lalu, ia menyebutkan tahun kejadian, yaitu 1965 dan waktu revo76
lusi. Sementara diakhir cerpen pengarang mencantumkan data tempat dan tahun, Yogyakarta, 4-8-1994. Perhatikan kutipan berikut. ... Pada tahun 1965 pistol itu selalu dibawa kakek meronda dan temyata desa kami aman. ... Yogyakarta, 4-8-1994. (Kuntowijoyo, 1996:13, 14)
3)Latar Sosial
Latar sosial dalam cerpen "Penumpang Kelas Tiga" terjadi pada tokoh-tokoh/manusia kelas menengah (dari segi pangkat). Mereka berpangkat rendah (sersan, kemudian meningkat letnan dua). Setelah rasionalisasi pangkat Nuan diturunkan lagi dua tingkat. la menjadi staf biasa pada bagian logistik, sedangkan Nain difront. Waktu PRRI, pangkat Nuan
diturunkan lagi menjadi pembantu letnan. Sementara Nain, naik menjadi kapten. Saat komiinis pecah, Nain yang pangkatnya telah naik (mayor) terlibat dalam gerakan itu. ... Itu terjadi setelah pemerintah melakukan kebijaksanaan
rasionalisasi dengan menggabungkan seluruh kesatuan pejuang ke dalam TNI. Oleh kebijaksanaan pemerintah itu, pangkat semua perwira luar TNI diturunkan dua tingkat. Nuan mendapat tugas baru sebagai staf pada bagian logistik, sedang Nain dalam kesatuan tempur difront....
Ketika kemelut militer berjangkit dalam bentuk peristiwa PRRI,sekali lagi kesatuan Nain ditugaskan menumpas. Sedang kan Nuan yang ikut PRRI mundur ke hutan....
Akhimya setelah kalah perang, Nuan kembali bergabung ke TNI dengan pangkat baru yang diturunkan lagi dua tingkat, menjadi pembantu letnan. Dia bertatapan dengan Nain yang sudah kapten yang menang perang,...
Pemberontakan kaum komunis pun pecah. Nain yang kap ten dan baru diangkatjadi mayor ikut komunis. Kini dialah yang dikalahkan.(A.A. Navis, 1996:84, 85)
Latar sosial dalam cerpen "Pistol Perdamaian" menampilkan status sosial orang-orang menengah. Hal itu tercermin dari sesuatu yang dimiliki para tokoh-tokohnya, seperti rumah yang memiliki perpustakaan pribadi, senjata-senjata warisan. Suami dan istri bekerja. 77
... Tapi istri saya keberatan untuk menaruh senjata di kamar tidur, kamar tamu, kamar makan, dan ruang keluarga. ...
Akhimya disepakati saya akan menaruh senjata-senjata warisan kakek di kamar perpustakaan iantai atas. Saya akan menyimpannya di salah satu rak buku.(Kuntowijoyo, 1996:13, 14)
3.6 Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997) 3.6.1 Alur
Cerpen "Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan" karya Kuntowijoyo dibangun dengan alur ketat atau organic plot. Cerita diawali dengan suasana pada malam persiapan tokoh utama akan menjalankan aksinya, yakni hendak menuju lokasi pekuburan untuk membongkar makam yang baru. Pada suasana itu terjadi dialog antara tokoh utama dengan istrinya. Setelah itu, ada sedikit flashback yakni bayangan tokoh utama akan perintah gurunya, supaya membawa sepasang telinga mayat wanita muda yang mati di hari Selasa Kliwon.Flashback ini malah digunakan pengarang untuk menjelaskan topik
cerpen tersebut. Selanjutnya, alur bergerak wajar menuju klimaks sesuai urutan-urutan logis tindakan tokoh utama untuk mencapai maksudnya. Alur cerpen ini termasuk konvensional terlepas dari unsur-unsur gaib atau mistis yang meiatarinya. 3.6.2 Tokoh dan Penokohan
Tokoh utama yang dihadirkan pengarang dalam cerpen "Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan" ialah "Dia",seorang lelaki yangtidak disebutkan usianya. Dia memiliki seorang istri, adik, keponakan,dan anak-anak yang masih sekoiah. Tokoh miskin ini bekerja sebagai kuli serabutan, dan terobsesi ingin segera kaya-raya. Maka ia menempuh jalan pintas dengan berguru kepada seorang guru pengikut Raden Indrajit, lalu bertapa tujuh hari tujuh malam. Tokoh ini adalah gambaran manusia pengkhayal yang bercita-cita tinggi.
Tokoh lainnya ialah para penjaga kuburan yang seharusnya berjaga sepanjang malam selama tujuh hari tujuh malam. Kenyataannya para pen jaga kubur itu berhasil ditidurkan oleh tokoh "Dia" berkatjimat ajipenyirep "begananda", aji yang diturunkan Raden Indrajit, Pangeran dari Alengkadiraja. Konon jimat aji penyirep itu pernah membuat tidur prajurit Rama. 78
Dalam cerpen ini muncul tokoh hewan,yaitu anjing-anjingyang men-
jadi tokoh antagonis. Walaupun sebagai tokoh hewan, penokohan anjing tersebut sangat penting membangun alur cerita. Semula hanya dua ekor
anjing kemudian bertambah menjadl empat ekor,tujuh ekor,dan seterusnya. Hewan itu menjadl tokoh yang menentang maksud tokoh utama, walau tanpa dialog kecuali lewat tindakan-tindakan, yakni dengan menggonggong dan menyerang tokoh utama. Ucapan mohon izin dari tokoh utama kepada penunggu makam yang tak kelihatan(gaib), malah menambah galak hewan-
hewan itu, seakan tokoh anjing tersebut dipersonifikasikan dengan sifat
manusia yang bisa jadi semakin berang atau marah ketika menghadapi perilaku "gila" dari seseorang yang sebenamya masih waras.
Selain itu, terdapat beberapa tokoh yang sifatnya hanya ilustrasi cerita. Misainya, istri tokoh utama, guru tokoh utama menuntut ilmu,kakek berjanggut putih yang muncul dalam pandangan tokoh utama pada malam terakhir pertapaannya, penduduk desa, orang pencari ikan,dan sebagainya. 3.6.3 Latar
1)Latar Tempat
Cerpen "Anjing-AnjingMenyerbu Kuburan"dikemaspengarang tanpa latar tempat yang konkret. Pangarang hanya menyebut latar tempat secara umum seperti di sebuah rumah,desa, dan tempat pertapaan. Demiki-
an juga latar tempat berupa kuburan tetapi lebih teridentifikasi sebagai ma kam seorang wanita muda yang meninggal pada hari Selasa Kliwon.
Kemudian, ada latar tempat semacam dangau beratap daun kelapa yang didirikan di sekitar makam itu tempat penjaga kuburan tersebut selama
tujuh hari tujuh malam. Meskipun demikian, semua latar tempat itu berhubungan langsung dengan kegiatan atau peristiwa yang dilakukan oleh tokoh utama atau yang terjadi padanya. 2)Latar Waktu
Adapun mengenai latar waktu dijelaskan oleh pengarang secara lebih konkret, y^ni hari Selasa Kliwon atau hari Anggara Kasih,yakni hari meninggalnya seorang wanita muda di sebuah desa yang dikisahkan. Latar waktu lain ialah waktu sepanjang malam saat tokoh utama menggali kubur
an itu dengan susah payah hingga pagi hari. Di pagi hari itu si lelaki penggali kuburan ditemukan oleh para penjaga kuburan dalam keadaan pingsan. 79
3)Latar Sosial
Sementara itu, latar sosial daiam cerpen itu lalah gambaran masyarakat lapis bawah yaitu masyarakat di pedesaan, yang percaya tentang kekuatan jimat dan semacamnya, serta diyakini mampu mengubah hidup mereka secara instan. Di sisi lain, latar sosial yang menjunjung tinggi hidup bertoleransi dan gotong-royong sebagaimana ciri sosial yang khas pada masyarakat desa, sangat menonjol dalam cerpen tersebut. Dari cerpen tersebut tidak sedikit pun terdapat data yang menggambarkan latar agama para tokoh.
3.7 Derabat(1999)
3.7.1 Alur Cerpen "Derabat","Mejelang Lebaran",dan "Tiwul"
Alur cerpen "Derabaf dikemas dalam lima subbagian. Semua kisah
diceritakan oleh tokoh "Saya" yang seolah sebagai jelmaan si pengarang. Subbagian pertama menceritakan tentang seorang pemburu bernama Matropik. Karena perangai dan perilakunya yang jelek,jahat, bahkan kejam, Matropik pun dibenci semua warga kampung. Pada subbagian kedua, diceritakan pula tentang pengalaman tokoh "Saya". Sebagai tukang pedati yang turun-temurun,tokoh itu sangat menguasai seluk-beluk tentang pedati.
Subbagian ketiga, keempat,dan kelima menceritakan tentang seekor burung jahanam, yang oleh tokoh "Saya" menyebutnya dengan burung derabat. Burung derabat itu selalu mengganggu "Saya" manakala melakukan pekerjaannya sebagai tukang pedati. Keberadaan burung derabat yang kelihatan misterius, terjawab dalam cerita subbagian kelima atau yang terakhir. Ternyata, Matropik adalah burung derabat itu sendiri.
Alur cerpen "Derabat"adalah jenis alur longgar. Artinya,jika satu peristiwa dalam cerita itu dihilangkan tidak terlalu mempengaruhijalan cerita. Sebaliknya,alur cerita itu kelihatannyaterbuka. Artinya, beberapaperistiwa lagi dapat saja dimasukkan ke dalam alur cerita walaupun tanpa pautan temporal (waktu) atau klausal (sebab-akibat) dengan alur sebelumnya. Sebab peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita itu terasa seakan
berkelebat begitu saja, seolah semau pengarang sendiri. Lebih menonjol lagi, peristiwa-peristiwa itu dibiarkan oleh pengarang kehilangan logikanya. Baik tokoh (wujud, perilaku, dan kehadirannya) maupun peristiwa yang dialaminya terjadi di luar dugaan. Misalnya, tokoh Matropik, si pemburu, dan tokoh burung derabat, keduanya ternyata adalah sama tetapi wujudnya berbeda. Keduanya bahkan bertempur layaknya cerita silat, mistis, horor, 80
atau cerita supranatural. Berkelebatnya beberapa peristiwa aneh dan unik dalam cerpen itu seakan menjadi ciri si pengarang yang senang memasukkan berbagai pemikiran dan tindakan fisik para tokoh secara bebas dalam karya-karyanya.
Mengenai judul cerpen "Derabat" diambil dari nama tokoh burung
dalam cerpen itu, yang menurut pengarang adalah sejenis burung liar yang ganas. Hal itu mungkin menunjukkan keinginan pengarang yang memfokuskan gagasannya tentang gambaran moral yang sangatjelek yang begitu kuat dapat mempengaruhi moral yang baik menjadi jelek pula, terutama bagi kalangan generasi muda yangjiwanya masih relatif labil.
Selanjutnya adalah deskripsi tentang alur cerpen "Menjelang Lebaran". Cerpen ini dibangun dengan alur erat atau organicplot. Dari awal hingga akhir cerita, peristiwa saling padu dalam hubungan klausal (sebabakibat)dan temporal(waktu). Cerita diawali dengan rumitan yakni suasana PHK yang baru dialami Kamil, suami Sri, dari perusahaan tempatnya bekerja. Rumitan terus berkembang pada hal-hal yang terjadi sebagai akibat dari PHK itu. Rumitan itu begitu penting dalam cerita karena keluarga kecil dari kelas menengah itu sedang berada pada latar suasana menjelang lebaran. Suasana PHK dan menjelang lebaran menjadi sesuatu yang dilematis bagi keluarga Kamil dan Sri yang beranak dua itu, menuju suatu suasana klimaks.
Klimaks pertama ialah saat Sri menyampaikan konsekuensi PHK itu
kepada pembantu mereka bernama Nah. Sedangkan, klimaks utamanya ialah tentang PHK itu yang harus dikabarkan Sri ataupun Kamal kepada anak-anak mereka, Mas dan Ade. Persoalannya ialah bahwa akibat PHK yang menimpa ayah mereka maka mereka terpaksa urung mudik berlebaran
ke kampung eyang. Pengarang tidak menyelesaikan klimaks utama itu, tetapi menyerahkannya kepada pembaca. Cerita akhimya diselesaikan dengan kegalauan hati Sri, istri Kamil yang belum bisa tidur lelap, karena
kesulitan memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan kabar kepada anak-anak, bahwa mudik ke kampung untuk berlebaran batal. Alur cerpen "Menjelang Lebaran" secara keseluruhan bergerak wajar, ringan, dan lancar, dengan diksi yang sederhana, tetapi tepat sehingga ceritanya mudah dipahami.
Sementara itu, klimaks dari peristiwa yang dikisahkan dalam cerpen
"Tiwul" ialah tragedi perkosaan terhadap dua anak gadis tokoh "Aku"yang 81
cantik-cantik. Perkosaan dilakukan oleh massayang meneriakkan reformasi sambil membakar-bakar bangunan pada suatu peristiwa yang pernah nyata terjadi di Jakarta, bahkan di beberapa kota besar di Indonesia pertengahan tahun 1998.
Sebelum klimaks terjadi, pengarang memunculkan klimaks-klimaks
kecil yang menggerakkan alur menuju rumitan yang lebih kompleks dan memuncak. Misalnya,saat anak-anak muda orang kaya Rote menertawakan tokoh "Aku" karena berdagang ikan dengan sepeda berkeliling kota Kupang. Di sini pengarang ingin menunjukkan "budaya" anak-anak muda
masa kini, dalam hal ini di Kupang, yang sudah "terbius" oleh budaya kota dengan pola hidup senang yang serba instan tanpa kerja keras.
Rumitan atau subklimaks lainnya ialah saat tokoh "Aku" dihadang seorang berpakaian pejabat yang mengenderai mobil "Timor" berplat merah, ciri mobil milik pemerintah. Peristiwa ini mendekatkan tokoh "Aku"
kepada rumitan paling puncak atau klimaks. Si tokoh pejabat itu muncul untuk memborong semua ikan dagangan tokoh "Aku" berikut sepeda tuanya. Ha! penting dalam peristiwa ini adaiah bahwa harga yang dibayarkan tokoh pejabat itu cukup untuk membeli sebuah truk bekas. Peristiwa se-
macam ini bisa saja terjadi kepada pedagang mana pun. Atau, setiap pedagang boleh saja berangan-angan mengalami peruntungan seperti yang dialami tokoh "Aku". Jelas terlihat bahwa kehadiran tokoh pejabat merupakan tokoh yang sengaja dipersiapkan pengarang untuk menyampaikan pesan moral, nurani, atau pesan kemanusiaan yang hendak disuguhkan pengarang dalam cerpennya kepada pembaca. Kemunculan tokoh pejabat itu juga sekaligus menggerakkan alur cerita kepada gagasan utama yang ingin disampaikan pengarang, yakni kebrutalan perkosaan oleh massayang bertamengkan reformasi di segala bidang. Secara umum, alur cerpen "Tiwul" adaiah alur erat, alur ketat, atau organicplot. Peristiwa-peristiwanya terjadi secara wajar,salingterkait, dan logis. Jalinan peristiwanya sangat padu sehingga tidak mungkin menghilangkan salah satu atau sebagian peristiwa dalam cerita itu karena hal itu akan sangat menganggu keutuhan cerita. Menjelang pertengahan cerita, ada sedikitflashback ymg mengungkapkan penyebab tokoh "Aku" pulang kampung ke Timor dalam usia 70 tahun. la meninggalkan istri dan kedua anak gadisnya di Jakarta. Alur mundur itu seakan dimaksudkan pengarang untuk mengingatkan pembaca ten-
82
tang keruwetan dan kericuhan masalah pertanahan di Indonesia,khususnya di Jakarta, yang konon akibat ulah mafia pertanahan.
3.7.2 Tokoh dan Penokohan Cerpen "Derabat","Menjelang Lebaran", dan "Tiwui"
Ada dua macam tokoh dalam cerpen "Derabat", yaitu tokoh manusia dan
tokoh hewan. Tokoh manusia ialah "Saya", Matropik si pemburu,penduduk kampung di kediaman tokoh "Saya", anak-anak muda di kampung "Saya", orang-orang di pasar ikan, dan tokoh si perampok. Tokoh hewan ialah bu-
rung-burung sahabat tokoh "Saya",dan burung derabat. Burung derabat dan Matropik merupakan satu tokoh antagonis dalam dua wujud. Tokoh manusia paling menonjol dan karenanya sebagai tokoh utama atau protagonis ialah "Saya". Usianya dan jenis kelaminnya tidak disebut-
kan.Namun,dari profesinya ia adalah seorang laki-laki."Saya"adalah pen duduk asli suatu kampung yang berprofesi sebagai penarik pedati kudayang diwarisinya turun-temurun. Oleh karena itu,"Saya" sangat memahami seluk-beluk pedati kuda. Karena tugasnya sehari-hari mengangkut ikan-ikan segar dari pelabuhan ke pasar ikan di kota, dan karena selalu bertemu
burung-burung di ruasjalan sama yang dilaluinya, maka ia sangat mengenal baikjenis-jenis burung, bahkan mengenal bau burung.labersahabatdengan sekawanan burung dan oleh karena itu ia selalu membiarkan burung-burung itu memakani beberapa ekor ikan segar dari dalam pedatinya Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tokoh "Saya" adalah seorang penyayang binatang dalam hal ini burung.
"Saya"juga seorang pekerja ulet yang ditandai dengan ketekunannya setiap hari mengangkut ikan-ikan segar dari pelabuhan ke pasar ikan di kota."Saya" termasuk tokoh yang cinta damai, berkarakter tenang, sekaligus pemberani dan percaya diri. Artinya,"Saya" adalah tokoh ideal yang bersahaja dan sabar.
Tokoh antagonis ialah Matropik,yaitu seorang pemburu sekaligus se bagai pendatang ke sebuah desa untuk berburu binatang. Tidak disebutkan
ciri-ciri llsiknya tetapi secara psikis jelas terurai bahwa ia adalah seorang yang sangatjahat dan sadis. Sebagai pemburu, ia selalu menyiksa binatang buruannya lebih dulu sebelum membunuhnya. Cara makannya rakus dan senang berkata-kata cabul atau kotor,serta suka mabuk-mabukan. Mungkin ia seorang yang berkelainan jiwa. Perangainya sangat tidak terpuji. Kalau mabuk ia suka menelanjangi diri sendiri lalu mengejar-ngejar wanita. Selain 83
senang mengganggu istri orang-orang kampung, ia juga pemah memperkosa beberapa gadis kampung. Oleh karena itu, sebenarnya ia sangat dibenci oleh penduduk kampung.
Dengan terang-terangan ia mengajar anak-anak muda kampung untuk ikut berkata-kata cabul dan berlaku kurang ajar. Karena pengajarannya, ba-
nyak anak-anak muda kampung itu menjadi kurang ajar pula seperti dirinya. Mereka suka mencuri ke rumah-rumah lain basil curian itu mereka gunakan untuk mabuk-mabukan.
Melalui mimpi "Saya" terungkap bahwa Matropik temyata adalah burung derabat, dan burung derabat itu adalah Matropik sendiri. Ia adalah
gambaran ibiis yang selalu menggoda manusia dan menggiringnya kepada perilaku kejahatan. Pengarang menjelmakan Matropik yang kontroversial dalam sosok seekor burungJahanam,sangat besar,sangat hitam,dan sangat cekatan. Tokoh "Saya" menyebut burung itu secara spontan dengan "dera bat" meskipun ia sendiri tidak tahu apa artinya. Mata burung itu menyorotkan sinar kejahatan, nafsu mencuri, dan dorongan untuk merusak serta mencelakakan siapa pun karena baginya siapa pun adalah benar-benar musuh.
Anak-anak muda kampung adalah bagian dari tokoh warga kampung
dan merupakan gambaran suatu generasi yang terjerumus dalam moral bejat karena dirusak secara tersistem. Tokoh anak-anak muda itu mungkin me
rupakan gambaran sebuah generasi yang akan hilang karena seolah sudah kehilangan masadepan. Tokoh-tokoh lain dalam cerita itu iaiah warga kam pung, orang-orang di pasar ikan, serta para perampok. Namun, kehadiran tokoh-tokoh figuran itu tidak terlalu menentukan alur cerita. Cerpen "Menjelang Lebaran" menghadirkan tokoh-tokoh Kamil sebagai ayah atau kepala keluarga, Sri sebagai istri Kamil, Mas dan Ade selaku anak-anak keluarga itu, serta Nah, si pembantu. Kamil adalah tokoh antagonis tetapi sifamya tidak menentang tokoh protagonis. Tokoh protagonis adalah istrinya, Sri, bersama Mas dan Ade, serta Nah si pembantu. Ketokohan Kamil sebagai antagonis bukan dalam bentuk pertentangan fisik terhadap tokoh protagonis, melainkan pertentangan suasana dan konflik batin akibat PHK yang dia alami dari tempatnya bekerja. Pengarang sama sekali tidak mengidentifikasikan ciri fisik para tokoh secara khusus,sedangkan ciri psikis mereka tergambar melalui penceritaan pengarang tentang tindakantindakan dan dialog antartokoh. Lebih rinci dijelaskan dalam uraian berikut. 84
Tokoh Katnil digambarkan sebagai seorang suami,ayah, majikan,dan seorang kaiyawan.PHK yang dialaminya di saat keluarganya membutuhkan biaya ekstra karena menjelang lebaran,tidak membuathya panik,emosional, atau bertindak di luar hal wajar. Berarti ia adalah sosok seorang yang tawakal, tabah, tenang, dan tetap menclntai keluarganya. lajuga man memuji niiai balk yang terdapat pada pribadi istrinya. Sebagai ayah, ia melindungi jiwa kedua anaknya sehingga tidak memberitahukan seal PHK dirinya kepada anak-anaknya, walaupun hal itu meniinbulkan konflik batin dalam dirinya. Sebagai seorang majikan, ia menghargai orang yang lemah. Kamil menyelami lebih dalam lubuk hati pembantunya yang butuh makan dan pekerjaan. Tampaknya iajuga seorang yang bersikap teguh dalam iman dan taat beribadah sekalipun dalam masa sangat sulit. Artinya, ia adalah sosok yang taat beragama. Sementara itu,tokoh Sri, istri Kamil, merupakan tipe istri yang meng hargai Jerih payah suaminya yang sabar dan pandai menabung uang sisa pemberian suaminya walaupun sedikit demi sedikit dari gaji suaminya. Ketika problem keuangan menimpa keluarganya, ia tetap optimis dan tegar sehingga berhasil menenangkan suaminya, anak-anaknya, bahkan pem bantunya. Berarti, ia dapat tetap berpikir realis di masa krisis. Nah adalah tokoh pembantu pada keluarga Kamil selama sepuluh tahunan. la wanita beranak satu yang ia titipkan pada mboknya di kampung. Ia mendapat pujian dari majikannya karena kinerjanya yang baik selaku pembantu. Ia tidak materialistis karena bersedia bekerja tanpa gaji sampai menunggu kondisi keuangan majikannya pulih. Hal itu tentu berkat pengertian yang dijelaskan oleh tokoh Sri, majikannya. Pengarang menggambarkan sedikit tentang fisik Nah, yakni berkulit hitam dan berambut hitam
kemerahan karena kurang vitamin. Seperti diakui Sri, majikannya, Nah adalah pembantu yang baik dan setia. Kemudian, ada tokoh Mas dan Ade, yaitu dua anak pasangan Kamil dan Sri. Kedua tokoh ini adalah yang paling merasakan dampak PHK atas
ayah mereka. Sebagai anak lelaki, Mas tampak lebih egois dan mau menang sendiri. Sedangkan Ade, menunjukkan tipe remaja perempuan yang mulai mengerti tentang pribadi wanita. Dia terasa lebih matang dibandingkan usianya yang menjelang remaja. Dalam cerpen "Tiwul"terdapat beberapa ragam wujud tokoh,seperti
85
manusia, hewan,serta tokoh supranatural, baik sebagai tokoh ideal maupun sebagai tokoh figuran. Penokohan yang beragam wujud,karakter,dan status sosial itu, membuat cerpen "Tiwul"kaya dengan fenomena kemasyarakatan Indonesia dari berbagai lapisan sosial saat ini. Ada tokoh pejabat. Walaupun tidakjelas identitasnya, kemuncuiannya menjadi sosok pejabat ideal yang didambakan masyarakat, di tengah terpuruknya nama baik dan mental para pejabat Indonesia saat ini. Dengan uangnya yang banyak,tokoh ini memborong semua dagangan tokoh "Aku" bahkan berikut sepeda tuanya dengan harga yang cukup untuk membeli sebuah truk bekas. Hal yang mungkin sering dikhayalkan para pedagang kecil.
Kemudian ada tokoh anak-anak muda etnik Rote yang menggambarkan sosok tepat kalangan anak-anak muda di Indonesia Timur saat ini yang sedang menggandrungi budaya modern. Derasnya arus informasi global karena teknologi dan sistem informasi canggih saat ini, seolah melontarkan kaum muda itu ke dunia baru,sekaligus membuang pola-pola hidup mereka yang khas daerah. Pola-pola hidup kaum muda metropolis yang modis yang mereka saksikan melalui media massa, begitu cepat menyeruak kejiwa me reka dan mengubah cara hidup mereka. Gambaran generasi hedonis berpola pikir serba instan yang mengagungkan gengsi dan kenikmatan. Tokoh figuran lain ialah Pak Makmur, penduduk Curug,Tangerang,
yang menjual tanahnya yang luas sedikit demi sedikit untuk biaya sembilan anaknya sehingga tanahnya ludes terjual. Bersama tokoh "Aku", kedua tokoh ini menggambarkan penduduk Jakarta, asli dan pendatang, yang berkaitan dengan kedudukan "tuan tanah". Aksi aparat kota Jakarta membuldoser rumah tokoh "Aku", menggambarkan fenomena penggusuran ter-
hadap masyarakat lapis bawah di Jakarta. Hal itu sekaligus menggambarkan kondisi administrasi pertanahan di Indonesia yang terkenal ruwet. Walau hanya sekilas, pengarangjuga menghadirkan para tokoh penjual jamu bahkan para pelacur asal Jawa yang mencari uang di Kupang, yang mampu membayar ongkos pesawat untuk mudik ke kampung asalnya pada masa-masa tertentu. Begitu juga para pejabat yang ditempatkan di Kupang. Fenomena seperti itu bukan hal baru bagi semua etnik di Indonesia yang secara relatif sukses di daerah perantauannya. Tokoh massa yang membakar-bakar bangunan sambil meneriakkan reformasi, tetangga tokoh "Aku" yang olehnya mensinyalir turut menjarah
86
pada peristiwa kerusuhan, para perempuan penjaga toko swalayan korban perkosaan, bahkan yang mati terbakar, menggambarkan peristiwa yang pernah terjadi di Jakarta(kemudian merembet ke berbagai daerah di Indonesia) pada pertengahan tahun 1998.
Seiain itu, ada tokoh figuran, yakni istri tokoh "Aku", yang tidak disebutkan namanya kecuaii ciri fisiknya yang disebutkan pengarang sebagai seorang wanita Sunda yang di masa mudanya cantiknya luar biasa. Kemu
dian,kedua anak gadis tokoh "Aku"yangjuga cantik-cantik seperti ibunya. Tidak dijelaskan identitas lain kedua anak gadis itu, kecuaii yang sulung sarjana pertanian, sedangkan adiknya sarjana peternakan. Mungkin karena latar belakang ilmunya, kedua anak itu menganjurkan tokoh "Aku" agar pulang ke tanah kelahirannya, Kupang, untuk hidup sebagai petani. Mengenai tokoh figuran supranatural hadir dalam wujud Pak Tiwul.
Tokoh ini muncul dalam mimpi tokoh utama, lalu mengilhaminya mengolah tanah-kebun di daerah asalnya. Tokoh supranatural ini diangkat pe ngarang menjadi judul cerpennya. Cara yang cukup sederhana namun mampu membawa berbagai gagasan kompleks dari situasi sosial bernuansa politik.
Sementara itu, seekor kucing merupakan tokoh hewan yang dimunculkan pengarang dalam cerpen "Tiwul". Hewan peliharaan tokoh utama itu
digambarkan berperilaku seperti manusia, misalnya sebagai pengusir tikus dari gubuk yang ditempati tokoh utama.
Adapun tokoh penting dalam cerpen "Tiwul"adalah "Aku",sekaligus sebagai tokoh utama atau protagonis. Istri dan dua anak gadis tokoh "Aku"
juga merupakan tokoh penting, tetapi sangat pasif karena sepenuhnya dikendalikan oleh pengarang. Tidak ada tindakan-tindakan mereka yang secara langsung megubah alur cerita. Secara fisik,tokoh "Aku"digambarkan
sebagai seorang laki-laki Timor asal Kupang,Nusa Tenggara Timur(NTT) berusia 70 tahun. Alur menggambarkan,semasa mudanya, ia sudah berada
di Jakarta, menikah dengan wanita Sunda, dan memiliki dua anak gadis. Rumah tempat tinggalnya di Curug, Tangerang, yang dibeli dari Pak Makmur, baru saja dibuldoser aparat kota Jakarta. Terpaksa lahan berikut rumah itu, dijualnya. Hasilnya, seiain dibuat mendirikan rumah darurat rawan
gusur di bantaran sebuah kali di sudut Jakarta,Juga sebagai modal istri dan kedua anak gadisnya membuka warung kecil-kecilan di kota. Kerjanya sebagai pedagang ikan keliling dengan sepeda tua di Ku87
pang, menandak^n tokoh "Aku" merupakan pekerja keras dan ulet. Diajuga kreatifsebab membuat sendiri gantungan ikan parang yang panjang-panjang di boncengan sepeda tuanya sedemikian rupa sehingga ketika ia berkeliling dengan sepedanya, ikan parang itu bergoyang-goyang pada gantungannya, menggoda hati ibu-ibu untuk membelinya. Tokoh utama inijuga menggambarkan profil ideal seorangtuayangarif. lajelaskan pekerjaan dan jati dirinya apa adanya kepada anak-anak muda etnik Rote yang terkesan menertawakan dirinya sebagai pedagang ikan keliling karena mengira dirinya adalah seorang "mas Jawa".
"Aku"adalah sosok yang tetap cinta kampung halaman walaupun hal itu dilakukannya setelah terbentur masalah pelik dan pahit selama puluhan tahun hidup di kota Jakarta yang "keras". Ia sekaligus menjadi contoh tokoh yang siap menerima perubahan lingkungan sosialnya. Dari uraian di atas jelas tergambar bahwa tokoh "Aku" adalah sosok masyarakat perkotaan dari lapisan bawah, pasrah pada nasib, tetapi tidak menyerah pada hidup yang menghimpit. Sayang sekali, pengarang tidak menyelesaikan penokohan "Aku" dalam cerita yang dikisahkan sehingga tidak tergambar bagaimana reaksinya ketika ia kembali ke Jakarta menemukan kedua anak gadisnya menjadi korban perkosaan massa. Perkosaan itu terjadi ketika sekelompok massa meneriakkan yel-yel reformasi sambil membakar-bakar bangunan di seantero Jakarta pertengahan tahun 1998,dan kejadian itu banyak disitir media massa nasional waktu itu. Tokoh "Aku" beristrikan seorang wanita Sunda yang tidak disebutkan identitasnya, yang menurut"Aku",semasa mudanya cantiknya luar biasa. Ia mempunyai dua anak gadis. Si sulung sarjana pertanian,sedangkan adiknya sarjana petemakan. Tidak dijelaskan identitas lainnya, kecuali disebut keduanya cantik seperti ibunya waktu muda. Kedua anak gadisnya itu menjadi korban perkosaan massa ketika terjadi kerusuhan. 3.7.3 Latar Cerpen "Derabat","Menjelang Lebaran",dan "Tiwul" Ada empat latar yang akan dibahas, yakni latar tempat, latar waktu, latar sosial, dan latar agama yang tidak ditemukan secara konkret dalam cerpen "Derabat". Latar tempat, misalnya, hanya disebutkan sebagai latar alamiah, seperti sebuah kampung yang dihubungkan oleh sebuah ruas Jalan ke pelabuhan ikan sampai ke pasar ikan di kota. Nama kampung, nama pelabuhan, dan nama kota itu tidak teridentifikasi secara Jelas. Selain itu, adajuga disebutkan latar hutan dan angkasa. 88
Tempat kejadian peristiwa dalam cerita "Menjelang Lebaran"juga tidak dapat teridentifikasikan secara konkret, kecuali latar tempat rumah, pasar, dan swalayan, itu pun tidak dijelaskan letaknya. Rumah yang dimaksud iaiah tempat tinggal keluarga Kamil,sedangkan pasar atau swalayan itu iaiah tempat Sri bersama Nab berbeianja kebutuhan keluarga. Memang disebutkan juga latar tempat,seperti Jawa, Yogya,dan kota Solo,tetapi masih sebatas wacana dialog antartokoh, sebagai rencana tempat tujuan mudik berlebaran ke Jawa.
Latar tempat lain yang disinggung dalam cerita itu iaiah ruangan dan
meja makan tempat para tokoh sholat maghrib berjamaah dan menyantap makanan berbuka puasa. Kemudian,tempat tidur, tempat tokoh utama dan tokoh antagonis berdialog sekilas tentang pemecahan situasi terakhir ke
luarga mereka menjelang lebaran. Tentu terdapat beberapa latar tempat lainnya yang dapat dibayangkan berdasarkan rangkaian alur, seperti kantor Kamil atau rumah eyang dan mbok si Nah di kampung. Namun demikian, latar tempat para tokoh mengalami peristiwa menjelang lebaran itu, adalah di suatu kota, tanpa dapat teridentifikasikan lagi secara nyata nama dan letak kota itu.
Sementara itu, dalam cerpen "Tiwul", kejadian berlangsung di dua latar tempat yang nyata, yakni kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan Jakarta. Latar tempat di Kupang disebutkan lebih khusus, yakni di sekitar pelabuhan Kupang. Selain itu, juga diceritakan latar tempat peristiwa di sebuah rumah gubug berdinding pelepah gewang,di rumah seorang pejabat
kota Kupang, dan di atas areal tanah kebun milik tokoh utama di Kupang. Beberapa latar tempat yang disebutkan di sekitar Jakarta adalah di Curug, Tangerang, di sebuah rumah rawan gusur di bantaran sebuah kali, dan di sebuah warung di sudut koa. 1) Latar Waktu
Adapun latar waktu dalam cerpen "Derabat" hanya digambarkan dengan sebutan yang kurang konkret, yaitu 'setiap hari','setiap malam','sebelum fajar', dan 'beberapabulan terakhir'. Hal itu menunjukkan bahwa pengarang lebih mengutamakan gagasan yang ingin disampaikan dibandingkan berbagai elemen struktur yang membangun ceritanya. Sementara itu, latar waktu terjadinya peristiwa dalam cerpen "Men jelang Lebaran" juga tidak disebutkan secara nyata kecuali disebut pada
89
pukul lima sore dan malam hari. Pengarang tidak menyebutkan tentang hari, bulan, atau tahun terjadlnya peristiwa. Mungkin karena pengarang lebih mengutamakan gagasannya, yakni suasana sulit yang melingkupi sebuah keluarga kecil, karyawan swasta yang baru mengalami pemutusan hubungan kerja(PHK), di saat-saat keluarga itu membutuhkan biaya ekstra untuk merayakan hari raya lebaran. Secara implisit, pengarang menggunakan iatar waktu bulan Ramadhan,.saat umat muslim melaksanakan ibadah puasa. Bahkan, lebih detil
lagi pengarang menyebutkan latar waktu berbuka puasa atau saat sholat maghrib berjamaah, sedangkan hari raya lebaran sebagai bagian dari latar waktu kisahan cerita, masih merupakan wacana dalam pemikiran atau dia log para tokoh. Artinya, hari raya lebaran sebenarnya bukan merupakan latar waktu dalam cerpen itu, melainkan suasana menjelang lebaran itulah yang menjadi latar waktu yang utama. Latar waktu bulan puasa, salat maghrib berjamaah,dan wacana hari raya lebaran,sekaligus menggambarkan latar agama para tokoh, yaitu Islam. 2) Latar Sosial
Mengenai latar sosial para tokoh cerpen "Derabat"dapat dilihat,antara lain, dari status sosial tokoh "Saya"sebagai tukang pedati yang diwarisi-
nya turun-temurun. Untuk ukuran sosial saat ini, hal itu adalah gambaran status sosial kelas bawah. Akan tetapi, jika latar waktu peristiwa berasal
dari masa yang sudah lama berlalu, bisa jadi tokoh tersebut merupakan keturunan dari keluarga berada atau terhormat pada masanya. Status sosial
pemilik kereta pedati zaman dulu mungkin sama dengan status sosial pemilik beberapa unit kenderaan roda empat saat ini. Agak sulit menduga kelas sosial tokoh Matropik sebab kejahatan ti dak hanya dilakukan oleh seseorang dari kelas sosial tertentu, melainkan mungkinjuga dilakukan oleh siapa saja dan dari kelas sosial apa saja. Selain menelaah kelas sosial kedua tokoh itu, mungkin kurang pentingnya menelusuri kelas sosial tokoh-tokoh lainnya. Hal itu disebabkan oleh makna
yang dapat direfleksikan dari cerpen "Derabat" itu, kelihatannya tidak memiliki pautan sebab-akibat dengan status sosial para tokohnya. Ada hal-hal lain yang mungkin lebih spesifik yang mempengaruhi timbulnya berbagai kejahatan seperti yang diturunkan Matropik kepada anak-anak muda kampung "Saya". Demikian juga latar agama,dalam cerpen "Derabat"sama se90
korak kepala kakeknya bertambah menjadi memindahkan tengkorak kepala AM.
KHmaks cerita terjadi ketika kedua tengkorak kepala itu dibongkar tampak ada kesamaan dl dahi kedua tengkorak itu, keduanya sama-sama beriubang akibat tembakan.Pengarang mengakhiri cerita dengan menggantungkan harapan agar kedua orang yang sama-sama terbunuh oleh tembakan itu diberi penghargaan sepantasnya.
3.8.2 Tokoh dan Penokohan Cerita "Dua Tengkorak Kepala", "Lebaran Ini Saya Hams Pulang","Usaha Beras Jrangking", dan "Darmon"
Tokoh-tokoh utama yang menggerakkan keempat cerpen dalam Dua Teng korak Kepala umumnya merupakan tokoh "wong cilik" yang hidupnya penuh dengan kesengsaraan. Hal itu tampak dalam cerpen "Lebaran Ini Saya Harus Pulang". Dalam cerpen ini, tokoh utamanya digambarkan seorang pembantu rumah tangga yang setiap tahun selalu bercita-cita untuk
pulang kampung. Namun,iajuga sadar bahwa kepulangannya ke kampung halamannya sama sekali tidak menjanjikan kesentosaan di hari tuanya. Harta yang dikumpulkannya dengan susah payah sudah dijual oleh sanak keluarganya di kampung. Kehidupan di kampungnya makin hari makin susah, sebagaimana terungkap dalam kutipan berikut. Pada malam harinya di kamar Nem yang kecil di bagian belakang rumah majikannya, di tempat tidur yang sempit itu, Nem merasa lega tetapi sekaligus juga gelisah dan kepanasan. Lega,karena sudah dapat melaporkan keinginannya untuk pamit pulang seterusnya ke desanya. Tetapi Juga gelisah membayangkan bagaimana di desa itu. Waktu dalam kunjungannya yang terakhir di desanya dia menyaksikan kerbaunya dan sawahnya sebagian dijuali kemenakan-kemenakannya....Tetapi dari ceritacerita yang dia dengar kanan dan kiri, desa-desa semakain rusuh
dan melarat keadaannya.(Umar Kayam,2000:33)
Sama halnya dengan cerpen "Usaha Beras Jrangking",tokoh utama
nya,Simarjuga digambarkan sebagai"wong cilik" yang sehari-harinya berdagang berasjrangking. Dengan modal yang pas-pasan,tokoh ini menjalankan usahanya. Tokoh ini belum sempat menikmati hasil usahanya karena truk yang mengangkut berasjrangking dirampok orang. 93
Jangan nyerocos dulu, suami agak kesal melihat istrinya memandang tajam. Truk yang mengirim beras jrangking kita dirampok diperjalanan. Isinya, beras-berasjrangking kita, dijarah massa sampai habis tandas. Supir dianiaya kini dirawat. Kita harus ikut menanggung biayanya dan membantu membetulkan kerusakan truk.(Prasetyohadi, 2000:39)
Tokoh utama dalam cerpen "Darmon" digambarkan seorang anak
pegawai rendahan. Tokoh yang digambarkan mahasiswa Fakultas Pertanian ini sangat menyukai politik. Dia sering terlibat dalam demonstrasi maha siswa di DPR. Tokoh ini mewakili tokoh kaum muda yang berani, polos, dan bersemangat. Saya mulai kagum dengan keberaniannya,kepolosannya, dan kelancarannya berbicara. Selama ini tidak ada anak muda
yang bicara dengan saya selancar dan sejujur dia, apalagi anak buah di kantor. Tiba-tiba saja saya menginginkan anak buah saya
seperti Darmon. Tidak perlu membungkuk-bungkuk dan mengucapkan maafberulang kali padahal tidak dalam posisi membuat kesalahan. Mengucapkan terima kasih padahal yang diterimanya adalah haknya sendiri.(Prasetyohadi,2000:44)
Tokoh utama dalam cerpen "Dua Tengkorak Kepala" digambarkan to
koh yang malang. Kedua tokoh yang menjadi tokoh utama dalam cerpen ini mati secara tragis. Tokoh Ali dibunuh karena diduga terlibat Gerakan Aceh Merdeka,sementara itu tokoh kakek"Aku"dibunuh oleh penjajah. Dahi ke dua tokoh ini sama-sama ditembus oleh peluru,sebagaimana terungkap da lam kutipan berikut. Tetapi cerita yang sama terjadi. Tengkorak kepala kakekku Juga berlubang tepat di tengah keningnya sebagaimana lubang di kening tengkorak kepala Ali. Lubang itu cukup besar. Dan dalam batok kepala Inyik tidak kutemukan butir peluru. Yang ada Justru di belakang batok kepala Inyik lubang yang lebih besar lagi. Agaknya peluru itu menembus bagian belakang batok kepala kakekku.(Motinggo Busye, 2000:10-11)
94
3.8.3, Latar Cerita "Dua Tengkorak Kepala", "Lebaran Ini Saya Harus Pulang","Usaha Beras Jrangking",dan "Darmon" 1)Latar Tempat
Keempat cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen pilihan Kompas Dua Tengkorak Kepala memiliki latar tempat. Umumnya latar tempat cerpen-cerpen tersebutterjadi di ibukota,Jakarta. Hanyasatu cerpen, yaitu cerpen "Dua Tengkorak Kepala", yang terjadi di Aceh. 2)Latar waktu
Latar waktu dalam cerpen-cerpen yang terdapat dalam kumpulan cer pen pilihan Kompas Dua Tengkorak Kepala tiga cerita yang hanya menunjuk pada satuan waktu atau bagian dari satuan waktu atau keadaan wak
tu saja, seperti sehari, seminggu, pagi, siang, sore, atau malam. Dengan tidak menyebutkan latar waktu secara jelas tampaknya pengarang ingin menyatakan bahwa kejadian yang dikisahkan dalam cerpen-cerpen itu dapat terjadi kapan saja. Hanya satu cerita yang menunjukkan latar waktu secara
tersurat, yaitu cerpen "Lebaran Ini Saya Harus Pulang". Cerpen ini terjadi pada saat menjelang lebaran. 3)Latar Sosial
Umumnya keempat cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cer pen pilihan Kompas Dua Tengkorak Kepala menggambarkan masyarakat bawah yang hidupnya penuh dengan kesengsaraan dan selalu ditimpa musibah. Hal itu tampak dalam cerpen "Lebaran Ini Saya Harus Pulang". Da lam cerpen ini pengarang menggambarkan kehidupan seorang pembantu
rumah tangga yang ingin sekali pulang ke kampungnya. Sementara itu, di kampungnya iajugatidak mempunyai harapan karena harta bendayangselama ini dikumpulkannyatelah habis.
Cerpen "Usaha Beras Jrangking" juga menggambarkan masyarakat kelas bawah yang selalu dirundung duka nestapa. Usaha beras jrangking yang dirintis Simar dan suaminya terpaksa harus berakhir karena truk yang mengangkut berasnya dirampok.
Berbeda halnya dengan cerpen "Darmon", dalam cerpen ini penga rang menggambarkan gerakan mahasiswa di era reformasi. Melalui tokoh
Darmon,tampak bahwa generasi muda bersikap lebih terbuka, berani, dan penuh semangat.
Cerpen "Dua Tengkorak Kepala" menggambarkan keadaan masya95
rakat pada masa penetapan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer. Banyak masyarakat yang dituduh sebagai aiiggota Gerakan Aceh Merdeka, seperti yang dialami oleh tokoh All. Pemuda itu dituduh sebagai anggota Gerakan Aceh Merdeka.
3.9 Mata yang Indah (2001)
3.9.1 Alur Cerpen "Mata yang Indah", "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari", "Umairah", "Elegi nntuk Anwar Saeedy", dan "Inyik Lanak si Tukang Canang"
Cerpen "Mata yang Indah"dikemas dengan alurflashback yang melingkar, berulang, bahkan berputar-putar. Unik,sebab ceritadimulai dari akhir peristiwa. Keseluruhan alur cerita berlatar supranatural sehingga peristiwanya
bebas terjadi begitu saja dan sering tiba-tiba. Secara umum di dalamnyaterkandung pesan moral,tetapi pesan lebih khusus adalah menekankan refleksi atas masa lalu.
Dikisahkan, Haruman si tokoh utama, pernah salah diperkosa oleh istri Gues, seorang laki-laki buta, karena menyangka Haruman adalah suaminya. Lantas di bagian lain diceritakan, di saat meregang nyawa,ibu si tokoh utama mengaku dosa kepada tokoh utama,anaknya,bahwa suatu kali
ia pernah memperkosa seorang lelaki, entah siapa, karena lelaki itu memiliki sepasang mata indah yang melebihi keindahan kelereng mainan para dewa. Diceritakannya juga sebuah mimpinya yang dulu pernah terjadi. Dalam mimpi itu ia mengandung seorang bayi laki-laki,tetapi bayi itu tidak mempunyai ayah, dan oleh karena itu, kelak ia akan hidup tanpa mata. Masih dalam mimpinya, waktu itu tiba-tiba datanglah satu malaikat mengusung sepasang mata indah untuk dijadikan mata bayinya. Di sini terdapat kesamaan motif, yakni perkosaan. Perkosaan itu sama-sama dilakukan oleh perempuan yang berarti korban perkosaan itu adalah sama-sama laki-laki. Memang tidak disebutkan adanya hubungan
antara kedua perempuan pelaku perkosaan ataupun hubungan kedua lakilaki korban perkosaan. Akan tetapi,fenomena kedua peristiwa perkosaan itu sangat menonjol dalam cerpen tersebut. Bahkan, perkosaan itu seolah satu
peristiwa yang sama tetapi dipaparkan oleh pengarang dengan motif yang berbeda. Cerita tentang keseluruhan kisah para tokohnya mungkin akan
kehilangan logikanya ketika secara tiba-tiba kedua mata tokoh utama menjadi buta tanpa sesuatu sebab. Lebih mencengangkan karena kebutaan itu bersamaan ketika ibunya yang dari tadi sudah sekarat tetapi masih 96
mampu mengaku dosa bahkan menceritakan kembali mimpi-mimpinya, menghembuskan napas terakhirnya. Selain itu, kehadiran malaikat yang
membawa sepasang mata indah setelah mencongkel mata itu dari kepala seseorang secara paksa, merupakan suatu yang semakin kontradiksi sebab idealnya malaikat adalah gambaran kebaikan.
Peristiwa-peristiwa itu membuat pembaca awam semakin jauh dari peristiwa ideal yang dicari pembaca dalam cerpen itu. Peristiwa-peristiwa itu begitu misterius dan membingungkan logika. Demikian juga dengan karakter para tokoh yang hadir dalam beragam bentuk dan beragam suasana misteri yang diciptakannya. Ada tokoh manusia yang sejak pemunculannya dalam cerita, sudah buta. Ada juga tokoh manusia pengembara bermata indah namun tiba-tiba buta. Tokoh malaikat pun muncul untuk menjemput Jiwa manusia yang sedang meregang nyawa. Selain itu,tokoh bidadari yang sudah lama dinanti-nanti untuk dijadikan mempelai, pun datang tiba-tiba menjemput tokoh utama. Namun,kedatangannya tidak diselesaikan pengarang, untuk menjemput mempelai pria atau justru untuk mencabut nyawanya. Kedatangan bidadari yang tiba-tiba dan membingungkan logika itu, mengakhirijalan cerita.
Profil dan karakter para tokoh serta peristiwa supranatural yang serba tiba-tiba membuat cerita itu utuh dalam bentuknya yang absurd. Sampai cerita berakhir,sulit menemukan imaji ideal pengarang di dalamnya. Putaran peristiwa-peristiwa aneh dari masa lalu {flashback)dan masa kini,seolah berkaitan, tetapi realitanya sulit dipertemukan. Ada kekaburan dan misteri
antara tokoh utama bermata indah yang akhirnya buta, dengan bayi tanpa mata dalam kandungan ibu tokoh utama, pria yang diperkosa ibu tokoh utama karena keindahan matanya, dan juga dengan Haruman sendiri yang pernah salah diperkosa oleh istri Gues. Misteri hubungan peristiwa supranatural itu seolah dapat dihubungkan satu sama lain meskipun kesamaannya niscaya.
"Mata yang Indah" tampaknya membawa ciri kontemporer cerpen modern Indonesia yang patut dikembangkan. Akan tetapi, keragaman peris tiwa dan tahap penyelesaiannya hendaknya tidak dimunculkan begitu saja. Cerpen Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari" memiliki alur yang padu dengan grafik yang lurus menanjak, tetapi selesaiannya terhenti pada tegangan peristiwa saat ayah Wanti, Mudakir, yaitu seorang pensiunan pegawai negeri rendahan, yang semestinya segera ditemukan, temyata tidak 97
diketahui di mana berada.
Sebelumnya terdapat beberapa rumitan dalam alur cerita. Pertama, saat Wanti berdiplomasi menjawab surat ayahnya bahwa situasi tidak memungkinkan dia dan suaminya, Hasmanan, melakukan perjalanan bersama-sama ke luar kota, yaitu ke kampung Wanti atau ke rumah ayahnya di Mageiang. Tanggapan Wanti menimbulkan beberapa tafsiran atau spekulasi pembaca, misalnya, Wanti dan suaminya sedang tidak akur. Mudakir yang merindukan anak, menantu,dan cucunya itu, maiah menafsirkannya karena kondisi ekonomi anak-menantunya itu yang kurang baik. Rumitan kedua iaiah saat Mudakir terdampar ke sebuah hotel melati di sekitar Tanah Abang, Jakarta, dan akhirnya tak berdaya menjadi objek pemerasan wanita pemijat bertubuh gembrot di hotel itu. Di akhir cerita berbagai spekulasi terjawab melalui ucapan tokoh Hasmanan,suami Wanti. Keengganan Wanti pulang ke Mageiang melawat ayahnya ternyata disebabkan konflik batin Wanti sendiri yang menaruh curiga secara sepihak bahwa ayahnya yang sudah balu itu, hendak kawin lagi. Konflik ini akhirnya diredakan oleh keterangan tetangga ayah Wanti di kampung bahwa ayahnya tidak pernah berniat kawin lagi. Ijum,wanita yang pernah tinggal di rumah ayah Wanti setelah balu, yang dicurigai Wanti akan diperistri oleh ayahnya, ternyata sudah menikah setelah yakin bahwa ayah Wanti tidak man menikah lagi. Lantas di manakah adanya ayah Wanti, Mu dakir, si duda yang malang itu? Mestinya tegangan itu diselesaikan penga-
rang, tetapi selesaian itu berakhir begitu saja. Keberadaan Mudakir dibiarkan pengarang tetap kabur. Seperti itulah salah satu teknik pengarang membangun alur cerita yang meninggalkan rasa penasaran pada diri pembaca sehingga menggugah imaji atau perasaannya. Cerpen konvensional beralur sederhana ini berhasil mengungkap gagasan tentang dilema kehidupan seorang duda tua yangjujur dan lugu sebagai abdi negara. Sementara itu, alur cerpen "Umairah" ialah alur menanjak atau rising
plot yang dimulai dari kisahflashback tokoh utama, Umairah.Flashback itu ialah kenangan masa kecilnya saat nenek bercerita tentang teladan Kanjeng Nabi Muhammad yang begitu menghargai istrinya. Nuansa religius itu seolah sebagai isyarat pertobatan tokoh utama dari hidup masa lalunya yang amat kelam. Selanjutnya, cerita bergerak dalam tuaian konflik batin tokoh utama maupun konflik sosial di seputar kekinian hidup tokoh utama.
98
sebagai bias dari alb masa lalu kehidupannya.
Ada klimaks-kiimaks kecil dalam alur yang dihilangkan pengarang, yaitu saat warga kampung hendak mengarak bahkan merajam tokoh utama setelah ketahuan bahwa ia bekas pelacur. Tegangan ini hanya disampaikan pengarang lewat seorang dari 10 orang tokoh iaki-laki beringas, yang untuk kedua kalinya masuk paksa ke rumah tokoh utama. Klimaks-kiimaks kecil
itu dihilangkan pengarang dan hanya dijadikan sebagai pengantar menuju klimaks utama cerita. Alur akhimya diselesaikan secara baik oleh penga rang bersamaan dengan berakhimya kehidupan Umairah, yang terindikasi disebabkan oleh penyakit yang diwarisinya dari lumpur dosa masa lalunya sebagai pelacur. Dengan demikian,dapatlah disimpulkan bahwa alur cerpen "Umairah" merupakan peristiwa teraktual tentang kehidupan tokoh utama yang bersumber A&nflashback siaa masa lalu kehidupannya,yang dikemas pengarang dalam bentuk rising plot.
Cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy"dibangun dengan alur ketatatau organic plot. Jalinan peristiwanya cukup padu dan saling terkait. Namun,
ceritanya diakhiri dengan subalur berbentuk rising plot atau alur yang semakin menanjak, yaitu berita gantung diri di koran yang oleh tokoh Iain ditengarai sebagai Anwar Saeedy.
Alur cerpen"Elegi untuk Anwar Saeedy"juga memilikiflashback berupa tegangan sekilas tentang perjuangan tokoh utama,Anwar Saeedy,yang
dilakukannya di pelabuhan New York, Amerika Serikat, dalam bentuk pemogokan buruh pelabuhan sebagai protes terhadap penjajahan Belanda di Indonesia. Alur cerita sebenamya dibangun berdasarkan tegangan ini. Se-
lanjutnya, alur dibangun secara sistematis hingga ke selesaian dengan te gangan puncak atau klimaks tewasnya Anwar Saeedy karena gantung diri. Sampai cerita berakhir, alur didominasi bentuk monolog pengarang sendiri
dan hanya dengan sedikit dialog. Artinya, alur cerpen itu umumnya diba ngun dengan muatan konflik batin pada diri tokoh utama, Anwar Saeedy. Sepotong realitas sejarah di Indonesia, yakni masa pemberontakan PRRI(Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia)di Sumatera Barat
(Padang),dicuplik A.A.Navis memulai cerpennya,"Inyik Lanak si Tukang Canang". Jadi,cerpen ini mengandung nilai fakta sejarah. Pelecehan seksual oleh anggota tentara yang menang perang, menjadi latar kisahan. Kisah di bangun dalam alur yang memikat, menyentuh nurani dan moral sehat. Na
mun, kisahan terasa juga dikemas agak lucu, yang mungkin merupakan 99
satire pengarang kepada kaum etniknya sendiri, yaitu etnik Padang. Gerak alur cerpen tersebut pada umumnya didomlnasi kisah pasangsurut kehidupan Otang selaku tokoh utama, seolah sepen^al biografinya yang dipaparkan lewattuturan pen^iang sendiri atau penuturan tokoh lain. Tokoh utamajustni pasif.
Ada sedikit flashback saat dicerhakan periha! Otang yang pemah dikirim Pak Natsir magang di sebuah perusahaan petemakan di Florida, Amerika Serikat. Kemudian, cerha ditutup dengan^asA2>ocitjuga, yakni tentang Inyik Lanak si tukang canang yang popular di kampung halaman sebagai semacam media penyampai pengumuman kepiula warga desa. Inyik Lanak si tukang canang itu terungkap kembali lewat dialog para pembesuk Otang yang opname di rumah sakit kaiena stroke Penyebutan kembali nama Inyik Lanak si tukang canang, menuiut sinyalemen I>ali, salah seorang teman Otang semasa kecil, membawa in^ttan Otang ke masa lalunya yang getir. Terbayanglah masa Buter Talib beikuasa di desa Otang dulu. Buter Talib adalah komandan APRl di kecamatan. Bersama seorang kopral, mereka menzinahi paksa istri Otang yang cantiknya seperti bintang film Thin Sumarni. Kisahan diakhiri dengan kejadian di rumah sakit ketika kesehatan
Otang mengkhawatirkan,tanpa penyelesaian bagaimana selanjutnya nasib Otang akibat penyakitnya. Ini menandakan bahwa pen^iang sebenamya
bukan hendak mengungkap keprihatinan hidup tokoh utamanya,melaink^ ada gagasan-g^asan lain yang ingin disampaikannya. Mungkin di antaranya iaiah dampiak negatif bagi masyarakat yang memihak kepada suatu ke-
lompok bersenjatayang kalah peiang.Perl^uan moral bejatseolah menjadi fenomena biasa atau sebagai pelampiasan amarah yang biasa, warisan dari kolonialisme. Selain itu, mungkin pengarang juga ingin menyampaikan kepada pembaca perihal kelihaian perantau dari etnik tertentu di dalam
mempertahankt^hidupnya di Jakarta. Secara umiiin, alur cerpen ini ^lalah alur biasa atau konvensional. Klimaksnya terjadi di awal cerita, yakni saat Atun,istri tokoh utama, men
jadi ^rban pelecehan seksual anggota tentara sehingga Otang meninggalkan istri dan anaknya dan pergi ke kota ikut Bupati Kasdut,teman sekolahnya waktu kecil. Sesudah itu alur masih panjang,tetapi sebenamya hanya
merupakan selesaian setelah klimaks karena jjengarang ingin menyampai kan beberapa gagasannya melalui cerpen ini. Dalam selesaian ini tidak
terdapat konflik yang berarti, kecuali konflik batin tokoh utama yang se-
100
dang sakit stroke. Ketika ia mendengar lagi nama Inyik Lanak si tukang canang, penyakitnya tiba-tiba kambuh dan tubuhnya kejang-kejang. Tegangan in! menjadi sub-klimaks tetapi tidak berdaya kejut karena terdapat dalam apa yang disebut: alur bawahan, yakni alur tersendiri yang terdapat dalam totalitas sebuah alur. Pengarang membiarkan alur ceritanya terbuka, tidak menyelesaikannya dengan jelas bagaimana nasib Otang selanjutnya. Memang terdapat alur menanjak (rising plot), tetapi tidak utuh dan kurang bernilai kejut, karena terdapat di antara dua alur bawahan,yakni saat Otang meninggalkan Atun (istrinya), anak, dan mertuanya karena istrinya itu sudah Jatuh ke tangan Talib yang bejat. Kemudian, saat tokoh utama kritis di rumah sakit terserang stroke. 3.9.2 Tokoh dan Penokohan "Mata yang Indah", "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari", "Umairah", "Elegi untuk Anwar Saeedy",dan "Inyik Lanak si Tukang Canang" Ada beberapa macam tokoh dan karakter yang dihadirkan pengarang dalam "Mata yang Indah". Terdapat lima tokoh manusia biasa yang dominan menggerakkan alur cerita, dan dua tokoh supranatural yakni malaikat dan bidadari, dan satu tokoh hewan, yakni burung besar. Tokoh manusia ialah Haruman yang juga melakonkan tokoh "Saya" sebagai tokoh utama, kemudian tokoh ibu "Saya". Gues adalah tokoh lelaki buta pemilik perahu tambang tempat "Saya" bekerja, sedangkan istri Gues adalah tokoh yang memperkosa si tokoh utama. Bayi tak punya mata dalam kandungan ibu "Saya" dapat digolongkan sebagai tokoh manusia. Karakter kelima tokoh manusia itu sangat unik, tidak seperti karakter biasa tokoh-tokoh dalam cerita konvensional."Saya"digambarkan memiliki karakter yang labil, polos, pasrah kepada takdir, dan percaya kekuatan supranatural,tetapi tahan menderita. Demikian Juga ibu "Saya",selain tahan menderita, pasrah akan takdir dan percaya kekuatan supranatural,Juga di gambarkan berkarakter keras. Sebagai ibu ia bertanggung Jawab kepada anaknya yang ditunjukkannya melalui nasihat-nasihatnya dan kebertahanannya dalam sekarat menunggu anaknya kembali pulang dari mengembara. Karakter tokoh Gues terbilang gelap. la hanya muncul sekilas lantas
menghilang entah ke mana setelah membawa tokoh "Saya" bekerja sebagai pengayuh di perahu tambang miliknya. Istrinya Juga hanya tergambarkan sekilas. Penyesalannya yang salah memperkosa terhadap tokoh "Saya" 101
menunjukkan karakternya yang takut akan dosa. la tidak berdaya menghalau nafsu birahinya walaupun pemerkosaan itu tampaknya dilakukannya
lebih karena dipicu nasibnya yang tidak mendapatkan anak dari sui^minya, Gues,dan karena menyangka bahwa korbannya itu adalah suaminyasendiri. Tokoh bayi dalam k^dungan tokoh ibu "Saya"i sehakikat dengan
keberadaannya sebagai riiariusia putih yang belurti memiliki karakter yang jelas. Janin itu digambarkan bernasib malang tanpa mata, tetapi kemudian nasibnya dipulihkan dengan kehadiran bidadari yang membawa sepasang
mata indah baginya.
'^
Seianjutnya, tokoh malaikat hadir dengan karakter ideal religius se bagai utusan Yang Agung. Oleh karena itu, tentu sulit membandingkan ka rakter malaikat dengan karakter ideal manusia. Sementara itu, tokoh bida dari dilukiskan dengan karakter yang paradoks. Di satu sisi ia menaruh be-
las kasih kepada ibu "Saya" karena mengandung bayi tak bermata meskipun hanya dalam mimpi. Namun, di sisi lain sang bidadari telah berbuat keke-
jaman, yaitu mencomot paksa mata seseorang untuk diberikan kepada bayi tak bermata dalam kandungan itu. Hakikat kecantikannya sebagai bidadari tidak disinggung dalam cerita itu.
Dalam cerpen "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari" terdapat dua tokoh penting, yakni Mudakir,sebagai tokoh utama(protagonis)dan Wanti, anak Mudakir, sebagai tokoh antagonis. Tokoh figuran yang perannya cukup penting mengendalikan alur cerita ialah Hasmanan, suami Wanti, wanita pemijat di hotel, dan warga tetangga sekampung Wanti. Semua
tokoh itu memiliki karakter bulat sesuai dengan peranan masing-masing dalam membangun alur cerita,tanpa kendali ketat dari pengarang. Gambaran karakter para tokoh tentu tidaklah terlalu kompleks karena media cerita tempat mereka berperan hanyalah sebuah cerita pendek. Tokoh lain yang disebut dalam cerpen itu, tetapi hampir tidak ber peran membangun alur cerita adalah Bayu anak Wanti, dan petugas kereta api. Oleh karena itu, kedua tokoh itu tidak perlu dibicarakan di sini. Tokoh-
tokoh yang dibicarakan hanyalah yang berperan membangun alur cerita cerpen-cerpen tersebut. Mudakir
Mudakir adalah tokoh utama atau tokoh protagonis cerpen "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari". Ia seorang duda beranak empat, pensiunan 102
pegawai negeri dari Magelang, yang sudah sangat rindu kepada anak dan cucunya, sehingga ia nekad berangkat sendiri ke Jakarta tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepada anak yang akan dikunjunginya. Di satu sisi ia digambarkan sebagai sosok orang desa yang polos, tidak menaruh curiga terhadap perilaku orang di kota. Di sisi lain ia menjadi potret orang yang bukan hanya lugu,tetapi mungkin juga bodoh. Meskipun demikian,sebagai seorang pensiunan pegawai negeri yang jujur, ia menjadi profil duda tua yang masih menghargai moral. Ia berhasil membendung hasrat libidonya ketika kesempatan untuk itu ada. Berdasarkan penceritaan si pengarang serta melalui dialog tokoh utama dengan wanita pemijat di hotel, tergambar karakter Mudakir yang lugu atau polos dan cepat percaya kepada orang lain. Walau bersifat pasrah, logika berpikir dan intelektualitasnya sebagai pegawai negeri masih tersisa. Ia cepat-cepat meninggalkan hotel tempatnya bermalam setelah mengetahui gelagat wanita pemijat di hotel itu yang telah memperdayainya. Ia tidak mengusut kerugiannya yang diakibatkan wanita pemijat di hotel itu. Muda kir seolah sebagai tipikal tokoh Umar Bakri dalam lagu Iwan Fals, sosok pegawai negeri yang jujur walau hidup pas-pasan dan hidup relatif menderita.
Want!
Wanti adalah anak bungsu Mudakir dan menjadi tokoh antagonis yang karakternya berbenturan dengan ayahnya sendiri. Dia mempunyai satu orang anak bernama Bayu. Sebenarnya dia menaruh hormat dan sayang kepada orang tuanya, tetapi cenderung berpikiran negatif{negative think ing)terhadap orang tuanya sendiri walau belum punya bukti. Sebagai wanita yang lahir di desa, dia tergolong sukses dalam hidupnya terutama tampak setelah dia menjadi istri Hasmanan, yaitu seorang pengusaha restoran. Namun, kelihatannya ia tidak menjadi sombong. Ter-
bukti ketika dia tiba di desanya, para tetangga menyambutnya dengan ramah dan memuji-muji keberhasilannya. Ketika tahu kekeliruannya yang menuduh ayahnya berperangai bukan-bukan, dia pun insyafdan menyesali kesalahan dan dosanya. Wanti adalah sosok wanita yang mencintai ibunya yang sekaum de-
ngannya, dan relatif menentang kaum pria, khususnya yang berhubungan dengan tindakan pelecehan terhadap wanita. Oleh karena itu, diajuga ada-
103
lah sosok wanita yang menghargai emansipasi tanpa meiupakan kodrat kewanitaan itu sendiri. Sebagai seorang istri, diatetap patuh kepadasuaminya, Hasmanan.
Hasmanan
Hasmanan iaiah suami Wanti. Sepanjang kepenokohannya dalam cerpen "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari", ia memperiihatkan tipe se orang suami sekaiigus sebagai menantu yang baik. Hal itu terbukti dari usahanya memberi pengertian dan membujuk istrinya agar mengalah terhadap ayahnya sendiri. Akhirnya, memang hati Wanti dapat menerima penjelasan dan bujukan suaminya untuk sudi mudik ke Magelang mejenguk ayahnya. Hal itu sekaiigus menggambarkan bahwa sebagai menantu, Hasmanan menaruh hormat kepada mertuanya meskipun pada saat iebaran ia lebih sering memboyong keluarganya mudik ke Bukittinggi, daerah asalnya.
Peranan penokohan Hasmanan mempengaruhi aiur cerita hanya muncul sekali, yakni saat ia membujuk istrinya, Wanti, mengunjungi ayahnya sendiri di Magelang. Tampaknya ia seorang yang cerdas, berpikiran tenang, dan objektif. Hasmanan adalah juga tokoh yang sukses menjalankan bisnis restoran. Selain di daerah Roxy,Jakarta, iajuga baru saja membuka restoran cabang di daerah Gombel, Semarang. Wanita Pemijat di Hotel Tokoh ini memang tidak diberi nama oleh pengarang,tetapi kehadirannya cukup memberi tegangan pada alur cerita,terlebih karena pemunculannya berkenaan dengan tokoh utama, Mudakir. Dia adalah wanita berumur lima puluhan tahun. Entah bagaimana masa lalunya, namun di usianyayang hampir uzur, dia masih mencari nafkah sebagai pemijat curang di sebuah hotel kelas melati di kawasan Tanah Abang, Jakarta. Mungkin karena pekerjaannya itu, dia digambarkan sebagai seorang yang ramah. Namun, di balik itu ia menyimpan suatu rencana, yaitu mem-
perdaya tamunya untuk mendapatkan uang lebih banyak dari yang semestinya. Perangainya yangjelek seperti yang berakibat terhadap Mudakir tentu merupakan karakter umum yang mungkin dimiliki seorang pemijat tuayang sudah kehilangan pasar di kota Jakarta yang metropolis. Secara fisik, dia digambarkan berbadan gemuk. Faktor usia dan fisik
104
yang sudah tidak tnenarik, menunjukkan bahwa ia sebenarnya menjalankan pekerjaannya karena terpaksa, demi menyambung hidup sekaligus membuatnya tidak kunjung sempat bertobat. Oleh karena itu,cara-caranya men-
jerat mangsa dilakukannya dengan untung-untungan saja, terpaksa mengobrai jasa, mungkin agak memaksa, bahkan cenderung licik. Dia menjadi profil wanita pekerja seks yang tidak pernah man "pensiun",yang mungkin gampang ditemukan di sudut-sudut kumuh kota Jakarta.
Kemudian,dalam cerpen "Umairah"tokoh-tokohnya hadir dalam dua
wujud, yakni wujud manusia dan wujud rob. Tokoh yang berwujud rob berkaitan dengan unsur religius. Tokob penting dalam wujud manusia adalah Umairab, Umi,dan sepulub laki-laki beringas. Beberapa tokob manusia lainnya yang tidak begitu penting berperan dalam cerpen itu antara lain dokter, massa di sekitar tempat tinggal Umairab,seorang lelaki yang baru selesai salat subub, serta seorang ibu yang memungut Umi penub ke-
lembutan. Berikut ini analisis tentang tokob-tokob penting dalam cerpen "Umairab".
Umairab
Umairab adalab tokob utama dalam cerpen "Umairab". Ia seorang bekas pelacur yang sedang bertobat, dan mempunyai seorang anak perempuan tanpa ayab berusia bampir empattabun. Ia sangat mengasibi anaknya.
Umairah mewakili sosok wanita pelacur yang bertobat, tetapi di masa pertobatan itu dia menuai derita, baik secarajasmaniab maupun robaniab. Secara jasmaniab Umairab mengalami kekerasan fisik dari sepulub laki-laki beringas, dan juga tekanan psikis dari massa. Ia juga mengidap penyakit (tidak disebutkan sebagai penyakit kelamin atau efek dari kerusakan ke-
lamin) yang membawanya ke kematian. Secara robaniab, tentu sangat tersiksa Jiwanya mengenang masa lalunya yang kelam. Kekerasan psikis dari massa yang mengatasnamakan masa lalunyajuga sangat menyiksa batinnya.
Sebagai wanita, sebenarnya dia sangat mendambakan seorang suami yang penub kasib, bormat, dan mengbargainya, atau suami yang teladannya seperti ditunjukkan Kanjeng Nabi Muhammad kepada istrinya. Lingkungannya menjadi tantangan bagi pertobatannya sebab seorang dari sepulub laki-laki yang mendatangi rumabnya pada suatu dini bari, masib menganggapnya sebagai pelacur sebingga mengajaknya berbuat mesum meskipun bal itu berbasil ditolaknya. Umairab kokob dalam pertobatannya 105
dan pasrah dalam penderitaannya. Dia masih sempat bertobat meskipun mungkin sudah terlambat karena ajal segera datang menjemputnya. Dia pun mati pada saat menjalani peitobatannya. Umairah adaiah sosok wanita lemah iman, yang gagal mempertahankan hargadiri kewanitaannya,dan gampang memilih jalan pintas hidupnya karena dia telah menyerahkan tubuhnya kepada mungkin beratus laki-laki. Akhir hidup Umairah digambarkan pengarang cukup tragis. Umi
Umi adaiah seorang anak perempuan berusia hampir empat tahun, satu-satunya anak Umairah yang tidak jelas ayahnya. Meskipun lahir tanpa
ayah karena ibunya adaiah bekas pelacur, Umi sangat mendapat kasih sayang dari ibunya. Kehadiran tokoh Umi dalam cerpen itu sebenarnya tidak begitu mempengaruhi alur cerita kecuali supaya kehidupan tokoh utama, Umairah,semakin dramatis. Pemunculan tokoh Umi cukup berhasil
mendukung maksud pengarang dalam menyampaikan gagasannya, yakni hidup seorang pelacur yang berakhir tragis. Sesuai dengan usianya yang baru tiga tahunan,Umi tidak memahami penderitaan yang dialami ibunya. la hanya menangis ketika 10 laki-laki beringas berbuat gaduh di rumahnya. Tangisnya sewaktu ibunya meninggal mungkin bukan karena pemahamannya akan arti kematian. Dia menangis mungkin karena sedang ketakutan di tengah kegelapan yang sunyi, atau karena hawa dingin dan embun subuh,saat ibunya meninggal ia mendekapnya di tengah sebuah lapangan. Si bocah Umi belum tahu dan belum mengerti apa-apa. Ia adaiah potret bocah-bocah malang yang tidak Jelas ayahibunya, yang tidak Jelas masa depannya, dan yang "mewarisi" banyak hal yang tidak Jelas. Tindakan seorang tokoh ibu lain yang memungutnya setelah ibunya meninggal, malah membuat nasib Umi semakin tidak Jelas. Sepuluh Laki-Laki Beringas Pengarang tidak mengidentifikasi tokoh sepuluh laki-laki dalam cer
pen "Umairah". Mereka digambarkan sebagai sosok-sosok manusia keras, gambaran sekelompok masyarakat berperilaku menyimpang dari normanorma kepatutan dengan mengedepankan kekuatan fisik atau otot. Salah seorang di antaranya bahkan digambarkan memiliki hasrat seks yang rendah. Sepuluh laki-laki itu kurang lebih ibarat potret massa dan preman106
isme yang cenderung dan gemar main hakim sendiri.
Penokohan kesepuluh laki-Iaki beringas itu cukup mendukung gagasan yang ingin disampaikdn pengarang, yakni tentang kehidupan seorang bekas pelacur yang sedang bertobat dengan tantangan yang berat. Potret carut-marutnya sistem sosiai khususnya pada lapisan bawah, atau sebagai potret masyarakat lapisan bawah yang seolah tidak mempunyai sistem
sosiai, atau yang memang sistem sosialnya adalah hal-hal yang carut-marut itu sendiri.
Tokoh-tokoh lain dalam cerpen "Umairah" ialah massasekitartempat tinggal Umairah yang kehadirannya tidak banyak mempengaruhi alurcerita, namun memperkuat gagasan cerita. Kehadiran massa itu digambarkan turut
membuat tokoh utama ketakutan sehingga ia menghambur keluar dari rumahnya. Kemudian, ada tokoh laki-laki yang baru usai salat subuh mendengar tangisan Umi dari sebuah gardu di ujung jalan. Ia menemukan
Umairah sudah meninggal kemudian melaporkan ke pos polisi terdekat. Satu tokoh lagi ialah seorang ibu yang pada waktu subuh itu berjalan-jalan sebagaimana kebiasaan orang-orang di bulan puasa selesai salat subuh.
Tokoh ibu itu mendengar Umi menangis dan pertama kali mengetahui bahwa Umairah sudah meninggal. Ibu itulah yang meraih dan menggendong bocah Umi yang baru saja menjadi piatu, dengan penuh kelembutan. Keha diran tokoh-tokoh itu ibarat jawaban bahwa sebenamya masih terdapat sistem sosiai yang mapan dan benar meskipun masih harus dikaji sistem itu berada di lapisan masyarakat yang bagaimana. Anwar Saeedy
Anwar Saeedy adalah tokoh utama dalam cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy". Ia adalah seorang laki-laki tua yang berasal dari Pidie, Aceh. Sewaktu perjaka ia pernah bekerja di pelabuhan New York, Amerika Serikat.
Bersamaan waktu itu, negerinya,Indonesia,sedang dijajah Belanda. Ia per nah memimpin aksi pemogokan buruh di pelabuhan New York untuk menunjukkan perlawannya terhadap Belanda.
Karakternya keras sebab ia seorang pejuang kemerdekaan yang lahir
dan dibesarkan pada masa-masa sulit. Sejak usia muda ia sudah hidup mandiri di negeri asing. Sebagai bekas pejuang, ia adalah seorang nasionalis dan
idealis sejati yang dibawanya sampai mati. Hal itu terlihat dari sikapnya yang tak bergeming mengurus sertifikat perintis kemerdekaan atas namanya 107
sendiri setelah iataliu bahwa banyak bekas pengkhianat di negerinyajustru berhasil mendapatkan sertifikat semacam itu melalui berbagai spekulasi koiusi, nepotisme, bahkan suap. Kegagalannya mendapatkan sertifikat pejuang seakan mewakili para mantan pejuang di negerinya yang konon ba nyak tidak diakui kepejuangannya karena bukti-bukti administrasi yang kurang mendukung. Anwar Saeedy sebenarnya adalah sosok seorang tua yang enerjik dan senantiasa berjuang hidup mandiri karena tidak mau bergantung kepada orang lain. la terampil meracik ramiian Aceh terbuat dari daun pandan, bakung, dan jahe, menjadi minyak oles penawar patah tulang atau terkiiir. Di satu sisi, ia menjadi potret korban kebijakan penguasa kota metropolis yang tidak terampil membuat solusi hak-hak hidup warganya yang lemah, yang lebih mementingkan keindahan kota dengan mengedepankan kekuatan dan kekuasaan, lalu mengorbankan rakyat kecil yang tak berdaya. Di sisi lain ia juga potret kaum marginal yang membuat bopeng wajah ibukota karena keberadaannya mencari hidup di tempat tidak resmi. Anwar Saeedy sekaligus sebagai gambaran seorang idealis dan JuJur, yang oleh karena itu tidak mendapat tempat di negerinya yang bemama Indonesia. Lewat tokoh dan penokohannya tergambar bahwa idealisme dan kejujuran di Indonesia sudah mati, lebih-lebih pada saat ia sangat mendambakan hal itu. Meskipun demikian, ia tetap kukuh dalam idealismenya sampai dibawanya mati dengan caranya sendiri. Tokoh Figuran Lain Dalam cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy"terdapat beberapa tokoh lain yang beragam asal-usulnya, tetapi identitasnya tidak dideskripsikan pengarang. Kehadiran tokoh-tokoh itu terasa sekilas saja,tetapi dapat menciptakan beberapa peristiwa dalam cerita. Hal itu karena penokohan mereka terlibat langsung dengan tokoh utama yang menimbulkan konflik batin dalam diri tokoh utama semakin memuncak. Tokoh-tokoh itu, antara lain, Murad, tokoh petugas kantor dinas Jawatan sosial di Jakarta, petugas dan komandan tramtib ibukota, para pedagang kaki lima di pasar Jatinegara, orang-orang yang lalu-lalang di pasar Jatinegara yang sempat berhenti menonton Anwar Saeedy ketika menjajakan dagangannya, dan tokoh seorang pemuda yang membisikkan kepada Anwar Saeedy bahwa kejujuran tidak berlaku di sini, yang maksudnya di Jakarta atau di negeri ini.
108
Murad hanya digambarkan sekilas, namun cukup berperan mertiper-
kuat peranan tokoh utama, Anwar Saeedy. Oleh karena itu, kepenokohannya tidak dapat terdeskripsikan lebih jauh di sini. la adalah keponakan sekaligus anak angkat Anwar Saeedy. Disebutkan juga, ia terampil membantu pamannya meracik ramuan Aceh sebagai obat patah tuiang dan terkilir. Selebihnya tidak ada deskripsi lain tentang tokoh dan penokohan Murad. Ia adalah tokoh pasif.
Kemudian,dalam cerpen itu dihadirkan juga tokoh parapetugas kantor dinasjawatan sosial, Jakarta. Tokoh-tokoh itu juga tidak dideskripsikan secara jelas oleh pengarang. Pemunculannya dalam cerita pun sekilas saja. Meskipun demikian. kepenokohannya terasa menjiwai hampir seluruh alur cerita, seolah sebagai ilham bagi penulis untuk mengembangkan alur cerita serta membuat keragaman konflik atau tegangan dalam cerita. Tokoh petugas kantor jawatan sosial itu seolah mewakili gambaran buruk birokrasi dan pelayanan rendah aparat serta lembaga-lembaga pemerintah terhadap rakyat. Bahkan, hal itu dapat menggambarkan budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme(KKN)di lingkungan birokrasi dan jajaran aparat pemerintah. Tokoh figuran lain ialah petugas dan komandan tramtib. Pengarang tidakjuga mengidentifikasikan tokoh petugas dan komandan tramtib secara jelas. Akan tetapi, kepenokohannya sangat mempengaruhi tegangan cerita dan serasa menjiwai hampir seluruh alur cerita, yang juga menimbulkan konflik batin tokoh utama secara serius. Kemunculan tokoh figuran itu dalam cerita untuk mewakili lembaga pemerintah tempatnya mengabdi serta menggambarkan kesetiaan seorang aparat terhadap lembaganya karena merasa memiliki kekuatan dan kekuasaan yang tinggi. Secara individu,sosok tokoh komandan tramtib itu memiliki karakter tidak terpuji, menggambarkan arogansi kekuatan dan kekuasaan sehingga tidak dapat membedakan antara tugas, pengayoman, etika, dan nurani, terutama dalam menghadapi pihak yang lemah. Ia adalah sosok aparat peme rintah yang tidak memiliki sopan santun. Selain tokoh-tokoh figuran seperti dideskripsikan di atas, juga ada tokoh seorang pemuda yang tidakjelas identitasnya. Tokoh ini muncul tibatiba dan menciptakan tegangan baru dalam alur cerita. Dengan serta-merta ia mengingatkan dan menginsyafkan tokoh utama dengan kata-kata bahwa tokoh utama bukan sedang berada di tanah tumpah darahnya, Pidie, Aceh, melainkan di Jatinegara, Jakarta. Juga bukan sedang berada di New York.
109
Pemuda itu pula yang mengingatkan tokoh utama bahwa"di sini" kejujuran tidak berlaku dan tidak mendapat tempat. Peringatan si pemuda kepada tokoh utama itu menunjukkan bahwa ia seorang yang cerdas, dan mungkin juga mewakili kaum muda atau mahasiswa yang idealis. Selain itu, ia seolah mengingatkan bahwa kebenaran tidak selamanya berbuah baik. Sesuatu yang diucapkannya seolah pemicu tokoh utama mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Maka dalam hal itu tokoh si pemuda dapat terjebak dalam kategori tokoh provokator.
Tokoh para pedagang kaki lima Pasar Jatinegara iebih pasif lagi dan tidak memiliki identitas jelas dalam cerita. Mereka hanya digambarkan sebagai potret masyarakat marginal,rakyat lemah,atau pedagang kecil yang sering menjadi objek gusuran dan buruan dinas ketenteraman dan ketertiban
(tramtib) ibukota. Kehadiran mereka dalam cerita menggambarkan elemen masyarakat yang oleh penguasa kota dianggap sebagai "cacar" yang membuat bopeng wajah ibukota. Meskipun demikian,secara komunitas, mereka
adalah gambaran masyarakat metropolis yang memiliki rasa solidaritas tinggi. Hal itu terlihat dari makna dialog antarmereka setelah mengetahui dari berita di koran bahwa Anwar Saeedy telah tewas gantung diri. Tokoh figuran lain ialah orang-orang yang lalu-lalang dan beberapa di antaranya sempat berkerumun mendengar"celotehan"Anwar Saeedy ketika menjajakan ramuan Aceh dagangannya. Karena itu identitas mereka pun tidak jelas sehingga tidak mungkin dideskripsikan lebih jauh di sini. Namun, kepenokohan mereka sangat mempengaruhi tegangan akhir cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy". Meskipun mereka sempat berkerumun di
depan dagangan Anwar Saeedy, satu per satu mereka akhirnya meninggalkan Anwar Saeedy tanpa satu orang pun membeli dagangan Anwar Saeedy. Sikap tokoh-tokoh pasif itu menjadikan akhir cerita sad ending (berakhir dengan kesedihan) yang dialami tokoh utama. Bisa Jadi hal itu sebagai potret ketidakpedulian atau penolakan masyarakat kota metropolis terhadap obat patah tulang dan terkilir dari ramuan tradisional.
Otang
Sementara itu, dalam cerpen "Inyik Lanak si Tukang Canang"tokoh Otang adalah tokoh utamanya. Akan tetapi, sangat terasa bahwa ia begitu kuat dikendalikan oleh si pengarang sehingga menjadikan Otang tokoh utama yang pasif. Tidak sepotong pun dialog yang terucap dari mulut tokoh 110
utama ini. Semua dialog dan ruang geraknya semata-mata diatur dan di-
jeiaskan melalui monolog pengarang. Oleh karena itu, agak sulit menemukan karakter utuh tokoh utama ini.
Pengalaman tokoh utama yang pernah magang di sebuah peternakan
di Florida, Amerika Serikat, misalnya, sama sekaii tidak mempengaruhi karakternya danjuga tidak menyebabkan perubahan alur cerita. Semestinya, ia bermain menurut karakternya. Akan tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya, sebab selaku tokoh utama ia malah kehilangan karakternya. Apa dan bagaimana warna karakter tokoh utama itu hanya tampak lewat penuturan pengarang dan penuturan tokoh lain.
Pengarang menggambarkan Otang sebagai orang Padang yang sudah mengecap pendidikan di luar negeri. Otang menjadikan istrinyayang cantik sebagai ukuran masa depannya. Maka ketika terjadi pemberontakan PRRI yang merenggut kehormatan istrinya yang cantik seakan hal sama dengan hilangnya masa depan Otang.
Kemudian, Otang digambarkan pula sebagai orang Padang yang su dah mengecap pendidikan di luar negeri. Akan tetapi, karena faktor ekono-
mi dan sosial budaya maka ilmu tentang peternakan yang dimilikinya tidak dapat diterapkan di daerahnya, Padang. Peristiwa yang menimpa istrinya dan kegagalan menerapkan ilmu peternakan yang diperolehnyadi Amerika Serikat menyebabkan jalan hidup Otang akhirnya tidak menentu. Ia akhir-
nya terdampar di Jakarta. Di tengah ketidakstabilan emosi dan logikanya atau di tengah ketidakmenentuan hidup dan masa depannya, akhirnya ia menjadi rajin mengunjungi keluarga-keluarga perantau asal Padang yang ada di Jakarta, terlepas dari motivasi pribadinya. Dari satu keluarga ia membawa berita atau isu ke keluarga lain yang dikunjunginya. Dia Juga menambah berita atau isu lain dari pengetahuannya sendiri. Sering pula ia menyitir ayat-ayat dari kitab suci sebagai bumbu penyedap berita yang disampaikannya. Otang malah menjadi cukup pandai memilih kabar atau isu
yang akan disiarkannya tergantung pada keadaan atau sifat keluarga-ke luarga yang dikunjunginya. Akibat kunjungan-kunjungan Otang itu, banyak perantau Minangkabau di Jakarta menjadi saling kenal atau saling tahu alamatnya, pekerjaannya, kondisinya, kekayaannya, dan sebagainya. Artinya, kehadiran Otang dalam keluarga-keluarga itu selalu dinantikan ibarat
menunggu loper koran karena selain selalu membawa informasi baru yang menarik,dengan sendirinya Otangjuga telah mempererat ikatan persaudara111
an para perantau Padang di Jakarta. Bisajadi, kepenokohan Otang menimbulkan primordialisme baru di kalangan perantau-perantau Padang yang sukses di Jakarta.
Sersan Mayor Thalib
Kepenokohan Buter Sersan Mayor Thalib sebagai tokoh antagonis sangat penting dalam cerpen "Inyik Lanak si Tukang Canang"karena tokoh inilah yang menyebabkan kehancuran masa depan tokoh utama, Otang. Sebenarnya ia hanyalah tokoh pasif. Mamun,seperti disebutkan di atas bahwa melalui kendali yang kuat oleh pengarang terhadap para tokohnya maka tindakan-tindakan tokoh utama dapat terungkap melalui narasi pengarang. Sejak awal tokoh Thalib tidak terlibat dialog langsung dengan tokoh lainnya. Antarsemua tokoh nyaris tanpa dialog dan digantikan dengan bentuk narasi oleh pengarang sendiri. Sama seperti ketokohan Otang, ketokohan Thalib juga sepenuhnya berdasarkan penuturan pengarang sehingga karakternya pun ditentukan pengarang. Tokoh ini tidak bergerak menuruti karak-
temya, tetapi sebaliknya, perilakunya ditentukan oleh pengarang dan di sanalah kelihatan wama karaktemya. Atas kendali pengarang, ketokohan
Thalib sebagai tokoh antagonis akhimya malah tersembunyi dalam diri tokoh lain, yakni Inyik Lanak si tukang canang sebab suara canang si Inyik Lanak telah menjadi pengganti komando dari Thalib. Inyik Lanak si Tukang Canang
Tokoh Inyik Lanak si tukang canang adalah gambaranjuru siar berita yang terdapat di kampung-kampung sebagai salah satu perangkat sosialbudaya masyarakat Minangkabau. Konon,si tukang canang khusus bertugas menyampaikan berita buruk. Dalam cerpen ini karakter Inyik Lanak si tu kang canangjuga tidak utuh dan tidak jelas. Kepenokohannya sama seperti tokoh-tokoh lainnya, yakni bergerak sesuai dengan kendali pengarang. Ke tokohan Inyik Lanak sebagai tukang canang seolah dapat disejajarkan de ngan ketokohan Otang yang rajin "bertugas" mengunjungi keluarga-keluarga Padang perantau di Jakarta sambil membawa berbagai cerita atau berita. Otang seolah menjadi tukang canang dengan materi siar yang berbeda.
112
Atun
Tokoh iainnya iaiah Atun. Istri tokoh utama ini digambarkan sebagai profil wanita yang menjadi objek kekerasan seksual pada situasi perang. Sama seperti karakter tokoh-tokoh di atas, karakter tokoh Atun juga gelap, tidak berwujud, dan tidak tergambarkan. Bagaimana ia menyikapi kekeras an seksual yang diaiaminya, bahkan karena itu ia ditinggalkan suaminya, Otang, reaksinya tidak jelas atau tidak ada, dan tidak juga dijelaskan oleh pengarang.
Bupati Kasdut
Tokoh lain cerpen "Inyik Lanak si Tukang Canang"iaiah Bupati Kas dut, yaitu teman satu sekolah Otang semasa kecil. Kasdut yang berhasii menjadi pejabat bupati menyadarkan Otang bahwa segala bentuk kekerasan di masa perang,khususnya bagi pihak yang kalah, adaiah takdir dari hukum perang.
Dialog singkat antara tokoh utama, Otang, dan Bupati Kasdut yang dinarasikan oleh pengarang sendiri, justru telah menentukan jalan hidup tokoh utama selanjutnya. Betapa Otang percaya akan ucapan Bupati Kasdut sehingga ia menerima begitu saja bahwa pelecehan seks dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap pihak yang kalah perang adaiah takdir yang harus diterima. Di sini semakin tergambar karakter Otang yang tidak jelas atau tidak utuh karena tokoh ini sepenuhnya dikendalikan oleh pengarang. Maka karaktemya pun ditentukan pengarang demi gagasan yang hendak dikemukakan pengarang. Bupati Kasdut adaiah profil pejabat yang setia pada garis komando
dari atasan sehingga tidak berbuat apa-apa ketika Otang mengadukan perilaku Buter Thalib yang menjadikan Atun, istri Otang, sebagai objek seks Buter Thalib. Bupati Kasdut memang berasal dari kalangan tentara dengan pangkat kolonel. Oleh karena itu, secara korps, bisa jadi bahwa perilaku Thalib adaiah juga bagian dari perilaku Kasdut. Dali
Selain tokoh-tokoh di atas, adajuga tokoh Dali, mantan teman Otang dulu yang muncul di akhir cerita. Ia hadir bersama tokoh-tokoh samar Iain
nya, yakni keluarga-keluarga perantau Padang, yang sedang membesuk Otang. Dalam diri tokoh Dali juga tidak tampak karakter yang jelas. Sama
113
seperti tokoh lain, la dipakai pengarang sebagai alat untuk merangkaikan keselarasan jaian cerita. Berdasarkan analisis di atas, keseiuruhan tokoh dalam cerpen "Inyik
Lanak si Tukang Canang"adalah tokoh pasif, karena sepenuhnya dikendalikan pengarang dengan gaya penceritaan yang berpusat pada pengarang sendiri. Karakter yang mereka perankan adalah karakter bentukan penga rang sendiri. Tokoh-tokoh itu hanya dijadikan pengarang semacam boneka untuk berperan sesuai dengan keinginan pengarang sendiri. Itulah sebabnya, sulit menentukan keutuhan karakter semua tokoh yang bermain dalam
cerpen "Inyik Lanak si Tukang Canang" itu. 3.9.3 Latar Cerpen "Mata yang Indah", "Jakarta Snnyi Sekali di Malam Hart", "Umairah", "Elegi untuk Anwar Saeedy", dan "Inyik Lanak si Tukang Canang"
Absurditas cerpen "Mata yang Indah" membuat empat latar yang dibahas di sini, yakni latar tempat, latar waktu, latar sosial, dan latar agama sulit di-
desicripsikan secara ideal. Meskipun demikian,dapatlah dijelaskan sebagai berikut.
1)Latar Tempat
Kejadian berlangsung di beberapa desa yang tidak disebutkan nama-
nya sehingga tidak dapat diindentifikasikan. Pertama ialah desa tokoh utama yang akhirnya ditinggal pergi oleh seluruh penduduknya kecuali ibu tokoh utama,dalam keadaan sekarat, bertahan sendiri di rumahnya. Kedua,
desa pengembaraan tokoh utama yang sistem transportasinya masih menggunakan perahu tambang yang dikayuh. Kemudian,disebutjuga latar tem pat berupa rumah, yakni rumah tempat ibu tokoh utama sedang sekarat meregang nyawa. Selain itu, ada latar tempat berupa tempat tumbuh sebuah pohon rindang di desa pengembaraan tokoh utama. Di bawah pohon rindang itu, tokoh utama tertidur lalu tanpa sengaja tertubruk oleh tokoh yang buta bernama Cues, yaitu pemilik perahu tambang tempat tokoh utama bekerja sebagai tukang kayuhnya. Perahu tambang itu sendirijuga merupakan satu latar tempat.
Sementara itu, cerpen "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari" ditulis secara konvensional sehingga beberapa latar tempat peristiwanya amat
jelas. Latar tempat kejadiannya berlangsung di Jakarta, lebih spesifik lagi sebuah kamar hotel kelas melati di Tanah Abang yang terletak hanya be114
berapa belas meter dari stasiun kereta api. Kereta api dan stasiunnya tentu termasuk latar tempat dalam cerpen tersebut. Selain itu, Juga disebut latar tempat daerah Gombel di kota Semarang, dan sebuah desa di kawasan Magelang. Latar kota Bukit Tinggi di Sumatera Barat juga disebutkan, tetapi hanya dalam wacana monolog atau narasi pengarang sendiri. Oleh karena itu, latar tempat dalam cerpen ini tidak mempengaruhi alur cerita. Dalam cerpen "Umairah" latar tempat tidak ditemukan secara jelas sehingga semakin memperkuat sifatnya yang flktif atau rekaan. Pengarang hanya menggambarkan peristiwanya terjadi di sebuah desa, tepatnya di sebuah lingkungan sosial yang sistem kemasyarakatannya carut-marut. Disebutkan sistem kemasyarakatan yang carut-marut karena masyarakatnya hidup dalam kendali kekuatan bersama bukan di atas kekuatan hukum. Itulah sebabnya ketika warga desa tahu bahwa ada warga baru di lingkungan mereka, yaitu seorang bekas pelacur, dengan serta-merta mereka berkehendak mengarak bahkan merajamnya. Akan tetapi, kehendak itu berhasil digagalkan seorang laki-laki yang dalam cerpen itu disebut sebagai bagian dari sepuluh Jaki-laki beringas. Latar tempat yang lebih nyata dan spesiflk dalam cerpen "Umairah" ialah di dalam rumah, di sebuah reruntuhan bangunan di tengah sebuah lapangan, dan di sebuah gardu yang terdapat di ujung jalan. Dalam cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy", latar tempat yang dapat ditemukan antara lain adalah kota Jakarta, tepatnya salah satu sudut trotoar atau kaki lima Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. Latar tempat ini merupakan tempat tokoh utama mencari nafkah dan latar tempat terjadinya tegangan yang menimbulkan konflik batin bagi tokoh utama. Di tempat itu ia dibisiki seorang pemuda bahwa kejujuran tidak berlaku di sini. Di tempat itu Juga ia mendapat penghinaan dari petugas tramtib kota. Konflik batin yang ditimbulkan oleh beberapa tegangan itu telah mengubah hidup tokoh utama yang kemudian menyebabkan munculnya te gangan baru dalam cerita. Sebelumnya, tegangan baru yang menyebabkan konflik batin dalam diri tokoh utama,sudah terjadi pada latar lain, yakni di kantor dinasJawatan sosial, Jakarta. Tidak disebutkan secara rinci titik lokasi latar tempat kantor dinas Jawatan sosial dimaksud. Beberapa latar tempat lain Juga disebutkan, seperti Pidie di Aceh, Paris, dan pelabuhan New York, Amerika Serikat. Latar tempat Pidie dise butkan hanya untuk menjelaskan asal-usul tokoh utama karena tidak ber-
115
kaitan dengan peristiwa cerita. Hal itu berbeda dengan latar tempat New York yang disebutkan sebagai tempat kegiatan tokoh utama di masa perjakanya, yaitu ketika ia mengerahkan pemogokan buruh di pelabuhan tempatnya bekerja tersebut sebagai bentuk penentangannya terhadap pendudukan Belanda di Indonesia. Sementara itu, latar tempat kota Paris diceritakan sebagai tempat transit tokoh utama ketika pulang dari New York puluhan tahun ialu. Latar tempat di Paris itu iatah di sebuah cafe tempat ia me-
lihat satu prasasti bertuliskan beberapa peristiwa sejarah. Prasasti itu akan selalu bicarajujur tentang apa yang tertulis di situ. Ha! itu menjadi perbandingan bagi tokoh utama ketika ia diingatkan seorang pemuda di Pasar Jatinegara yang membisikkan bahwa kejujuran tidak berlaku di sini, yang maksudnya adalah di negeri ini pada latar waktu itu. Selain latar tempat yang dideskripsikan di atas, tidak ditemukan lagi latar tempat lain pada cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy". Berbeda dengan latar cerpen-cerpen yang sudah dibahas sebelumnya, dalam cerpen "Inyik Lanak si Tukang Canang" ada dua latar tempat utama, yaitu Padang dan Jakarta. Sedangkan,latar tempat berupa lokasi petemakan di Florida, Amerika Serikat, hanya sebagai ilustrasi cerita saja tanpa mempengaruhi alur.
Latar tempat di Padang, Sumatera Barat, meliputi desa terjadinya pemberontakan PRRI. Kemudian,juga terdapat latar tempat berupa rumahrumah para anggota dan pendukung PRJU,tempat Buter Talib melampiaskan nafsu bejatnya. Lokasi tempat di Jakarta meliputi rumah-rumah perantau asal Padang yang tersebar di pelosok kota metropolitan Jakarta. Namun, lokasi rumah-rumah perantau itu tidak teridentifikasi secara konkret. 2)Latar Waktu
Hampir tidak ada deskripsi latar waktu dalam cerpen "Mata yang Indah" kecuali waktu malam hari. Dinarasikan bahwa suasana sudah sampai
menjelang malam, tetapi belum ada seorang pun datang menumpang di perahu tambang yang dikayuh tokoh utama. Namun, suasana desa yang lengang dengan pemandangan mengerikan, yaitu rumah-rumah yang sudah roboh,tanah yang retak-retak, dan sebagainya itu, mendekatkan latar waktu ke suasana siang hari, yang memungkinkan semua pemandangan itu dapat terlihat lebih jelas. Adapun latar waktu diceritakan pada malam hari, dini hari, pagi hari, dan juga siang hari. 116
Dalam cerpen "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari", sepertr judul tersebut, berkenaan dengan latar waktu malam hari, tetapi beberapa peristiwanyajugaterjadi padapagi dan slang hari. Selain itu, latar waktunyajuga berhubungan dengan hari-hari penting di Indonesia, yaitu hari lebaran, persisnya H + 3. Latar waktu hari lebaran H +3 itu sangat mendukung latar suasana cerpen tersebut. Misalnya, suasana arus mudik yang digambarkan
di sekitar stasiun kereta api Tanah Abang. Kemudian,wanita gemuk pemijat di sebuah hotel yang disebutkan pengarang menggantikan resepsionisnya yang mudik ke kampungnya karena hari lebaran. Juga mobil yang dikendarai ke Semarang oleh Wanti bersama suami dan anaknya,baru mereka beli menjelang lebaran. Dengan demikian, momen hari raya Lebaran merupakan latar waktu yang terdapat dalam cerpen tersebut sebagai hari raya besar di Indonesia.
Dalam cerpen "Lfmairah" latar waktu disebutkan pada waktu dini hari sampai waktu subuh,tepatnya pada pukul tiga dini hari sampai waktu usai
sholat subuh. Disebutkan juga latar waktu sehubungan dengan penanggalan kalender, yakni masa bulan puasa. Pemilihan latar waktu bulan puasa itu oleh pengarang mungkin dimaksudkan pengarang agar sangat mendukung terhadap suasana pertobatan tokoh utama yang dilakukannya di bulan suci Ramadhan. Pada bulan suci itu manusia diingatkan kembali agar mendekat-
kan diri kepada khaliknya, mempersiapkan diri untuk kembali ke fitrahnya, serta membuka hati untuk menyesali dosa-dosanya dan dengan niat yang tulus sanggup memperbaharui Jalan hidupnya di Jalan yang diridai sang pencipta.
Dalam cerpen itu tidak ada penggambaran latar waktu siang hari. Pemakaian latar waktu dini hari sampai subuh mungkin dimaksudkan pe ngarang untuk mendukung efek dramatis dan mengerikan yang telah direkayasa pengarang akan dialami oleh tokoh utama dan anaknya. Misalnya, latar waktu tokoh utama, Umairah, meninggal di pagi buta itu, atau efek me-
nakutkan dari suasana teror oleh sepuluh laki-laki beringas, dan juga teror massa terhadap tokoh utama.
Perihal latar waktu dalam cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy" tidak
begitu berpengaruh terhadap ide atau gagasan pengarang ataupun terhadap alur cerita. Gagasan yang ingin diangkat pengarang dapat terungkap secara lugas tanpa tergantung pada pemakaian latar waktu. Meskipun demikian, pengarang tetap menggunakan latar waktu untuk membangun alur cerita-
17
nya, yaitu kecenderungan latar waktu siang hari yang meliputi waktu pagi, siang, dan sore hari. Penyebutan waktu pagi dan malam hari secara lugas hanya sekali, sedangkan selebihnya digambarkan dengan memakai frasa kiasan seperti, 'pangkai malam', atau menggunakan frasa religius seperti "adzan maghrib". Demikian juga waktu sore sampai petang, pengarang
menyebutnya dengan frasa religius, yakni 'selepas sembahyang asar'. Namun, latar waktu digambarkan juga dengan sebutan 'sekarang','kemarin','besok hari','besok pagi','besok sore', dan 'beberapa hari kemudian'. Masih perihal latar waktu, dalam cerpen itu disebutkan juga latar
waktu yang berhubungan dengan hakikat waktu hidup tokoh utama, yakni sewaktu perjaka. Di bagian lain juga disebutkan waktu yang berkaitan dengan peristiwa sejarah Indonesia yakni masa pendudukan Belanda. Sementara itu, dalam cerpen "Inyik Lanak si Tukang Canang",penga
rang nyaris tidak mengidentifikasi latar waktunya,seperti pagi, siang,sore, atau malam hari. Cerita dibangun tanpa pengaruh latar waktu. Kondisi ini
sinkron dengan tujuan utama pengarang, yakni keinginan mengungkapkan gagasannya sehingga selain masa bodoh terhadap karakter utuh masingmasing tokoh yang dimainkannya, pengarangjuga tidak ambil pusing soal waktu bermainnya. Pengarang hanya mengambil latar waktu konkret bernuansa sejarah, yakni masa pemberontakan PRRI di Sumatera, yaitu yang terjadi di era 1960-an. Namun, dari kisahan yang disampaikan pengarang, umumnya kejadian berlangsung di siang hari. Hal itu didukung oleh, misalnya, suasana gotong-royong oleh kaum lelaki pendukung PRRI yang ditaklukkan APRI. Latar waktu malam hari hanya teridentifikasi pada ki
sahan ketika Buter Talib menginap di rumah Otang(dalam arti menggauli istri Otang)di saat Otang mendapat giliran ronda malam. 3)Latar Sosial
Latar sosial yang dapat ditangkap dalam cerpen "Mata yang Indah" ialah kemiskinan masyarakat desa. Akan tetapi, masyarakat desa yang dimaksud adalah paradoks dengan ciri masyarakat desa yang umumnya lugu,
polos, terbuka, dan gampang percaya. Masyarakat desa dalam cerpen tersebut digambarkan penuh curiga kepada orang asing, pengembara, yakni Haruman si tokoh utama.
Meskipun tidak disebutkan dari keluarga miskin, pengembaraan tokoh utama dan kondisi ibunyayang ditinggalkannya di desamenunjukkan
118
bahwa kondisi sosial mereka berada di tataran bawah. Selebihnya, sulit mendeskripsikan latar sosial dalam cerpen tersebut. Kelihatannya, pengarang tidak mementingkan status sosial para tokohnya tnelainkan lebih pada soal ideologi, pandangan-pandangan,dan moral. Warna supranatural dalam cer-pen itu mendukung tindakan para tokoh tentang pencarian terhadap ideologi, pandangan hidup, dan moral. Dalam cerpen "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari", latar sosial yang dilukiskan cukup menarik dan termasuk kompleks. Secara relatif, para tokoh merupakan gambaran masyarakat kalangan atas, menengah, dan ba wah. Kalangan menengah ke atas dideskripsikan lewat tokoh pasangan Hasmanan dan Wanti yang disebutkan sukses mengelola rumah makan atau restoran di Jakarta, dan karenakemajuan bisnisnya,sudah membukacabang di daerah Semarang. Mudakir sendiri, karena statusnya sebagai pensiunan pegawai negeri, menurut ukuran desa, dapat mewakili kalangan menengah. Namun, dari struktur pegawai negeri^ ia menjadi gambaran pegawai negeri kelas bawah. Sedangkan wanita gemuk pemijat di hotel menjadi potret masyarakat kelas bawah dengan status sosial yang lebih spesifik. Adapun latar sosial yang diangkat dalam cerpen "Umairah" iaiah gambaran masyarakat lapis bawah dalam beberapa status sosial yang lebih spesifik. Ada bekas pelacur, preman, dan massa. Umairah mewakili sosok wanita pelacur yang sedang menjalani masa pertobatannya. Sedangkan 10 laki-laki beringas menghadirkan ciri-ciri premanisme. Massa yang berkerumun di sekitar rumah Umairah, bahkan beberapa sudah menerobos masuk ke dalam rumah, menggambarkan suasana kekerasan sosial yang mengedepankan kekuatan otot, dan gambaran karakter sosial lapis bawah yang labil, yang gampang dihasut dan terhasut sekaligus pandai menghasut. Sementara itu, latar sosial yang tergambar dalam cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy" cukup kompleks. Ada gambaran masyarakat kelas bawah atau pinggiran kota metropolitan yang acap digelari sebagai masyarakat marjinal. Dalam hal ini mereka diwakili oleh tokoh utama, Anwar Saeedy, dan rekan-rekannya sesama pedagang kaki lima di pinggiran Pasar Jatinegara, Jakarta. Adajuga gambaran masyarakat kelas menengah perkotaan yang secara samar terwakili dalam sosok para pegawai kantorJawatan dinas sosial, Jakarta. Dalam pekerjaannya melayani masyarakat, mereka sangat setia terhadap doktrin-doktrin negara. Akan tetapi, untuk urusan
119
kepentingan pribadinya berkaitan dengan pekerjaannya, mereka cenderung melanggar doktrin-doktrin itu. Latar sosial yangjugajelas tergambar lewat penokohan dalam cerpen tersebut adalah keberadaan para mantan pejuang kemerdekaan yang konon banyak menghadapi kesulitan birokrasi untuk memperoleh sertifikat pe juang sebagai pengakuan atas perjuangan mereka mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah kiranya gagasan pokok yang hendak disampaikan pengarang dalam cerpen "Eiegi untuk Anwar Saeedy", yaitu latar sosial para mantan pejuang kemerdekaan Indonesia yang hidupnya terlunta-lunta.
Kehadiran seorang pemuda yang membisiki tokoh utama bahwa 'di sini kejujuran tidak mendapat tempat', menggambarkan tokoh dari kalangan sosial terpelajar atau mahasiswa. Sementara itu, lewat orang-orang yang sempat berkerumun di depan Anwar Saeedy ketika ia menggelar dagangannya, menjadi potret masyarakat kota metropolitan yang senang tontonan, keramaian, hiburan, atau mungkin juga gosip, tetapi sekaligus juga yang
egois dan kurang memiliki rasa solidaritas. Menurut asal-usul daerah tokoh utama, Anwar Saeedy, yakni dari kota Pidie di Provinsi Aceh, yang diperkuat dengan kisahan pengarang
bahwa Anwar Saeedy adalah orang Aceh, menguatkan bahwa agama yang dianutnya adalah Islam. Latar agama Islam juga terdukung, yakni ucapan tokoh utama dengan: "Bismillahittoriqi ...." atau dengan ucapan "Torsi soifi...!" ketika meracik ramuan tradisional Aceh. Adapun latar sosial yang tergambar dalam cerpen "Inyik Lanak si Tukang Canang" ialah kondisi sosial pada masa perang, yang lebih tepat dikatakan sebagai latar sosial-politik. Kondisi sosial itu ialah gambaran ma syarakat yang kalah perang yang mengalami beragam kekerasan, ketidakadilan, kerja paksa, bahkan pelecehan seksual dan kehormatan. Lebih spesifik digambarkan juga latar sosial masyarakat lUperantau Minangkabau yang maju dan berhasil di Jakarta. Kesatuan etnik Minangkabau di perantauan dan kepedulian mereka kepada sesama perantau, sangat jelas tergambar. Misalnya, banyak yang membesuk Otang di rumah sakit, banyak pula kiriman krans bunga tanda simpati, bahkan bantuan keuangan untuk perawatan Otang. Berkat bantuan-bantuan solidaritas sesama perantau Minang kabau yang pemah dikunjungi Otang itu, maka Otang yang tidak mempu-
nyai pekerjaan menetap itu dapat dirawat di ruang VIP sebuah rumah sakit 120
di Jakarta. Ini menggambarkan latar sosial masyarakat yang rasa solidaritas etniknya sangat tinggi. Secara lebih khusus,cerpen ini selain menggambar kan kehidupan tokoh utama dari kaiangan menengah ke bawah, sekaligus juga gambaran solidaritas masyarakat kelas atas dan terpelajar dalam sistem kemasyarakatan etnis Padang atau Minangkabau di perantauan dalam hal di Jakarta.
3.10/eyflArawa/r (2002) 3.10.1 Alur Cerpen "Jejak Tanah"
Cerpen "Jejak Tanah" memilik alur yang meloncat-loncat. Peristiwanya digambarkan secara nyata dan tidak nyata. Di samping itu, alur cerpen ini ganda. Ada alur utama yang berkisah tentang keluarga "Saya" dan ada alur tambahan,khusus mengisahkan kehidupan Pak Kiai yang menjadi penasihat spiritual keluarga "Saya". Alur dalam cerpen ini sederhana dan bergerak secara cepat. Pertama sudah muncul konflik yang mengagetkan, yakni munculnya Jenazah ayah "Saya" yang baru saja dikuburkan siang harinya di pelataran rumahnya. Je nazah itu mengapung di atas air karena hujan deras. Jenazah kembali ke rumah sampai beberapa kali secara dunia nyata, tampaknya tidak ada. Ini merupakan kepiawaian pengarang untuk menyampaikan gagasannya. Jadi, dalam cerita ini alur bukanlah sesuatu yang biasa. Konfilk terus menaik, bahkan mencapai klimaksnya saatjenazah itu berulang kali muncul, padahal setiap kali muncul terus dikubur kembali. Klimaknya,"Saya" menyeberangkan jenazah ayahnya ke Pulau Seribu. Di
situlah kuburan ayahnya dibeton,tetapi ternyatajenazahnya tetap datang ke pelataran rumahnya. Sebagai peleraian, pengarang pergi ke rumah Pak Kiai untuk menanyakan jenazah ayahnya yang kembali lagi ke rumah. Pak Kiai memberi nasihat kepada "Saya". Pengarang mengakhiri ceritanya, saat "Saya" dan keluarganya tidak peduli lagi akan jenazah ayahnya. Namun, ketidakpedulian itu tidak bisa terus-menerus karena pagi harinya bau busuk jenazah itu menyebar ke mana-mana.
3.10.2 Tokoh dan Penokohan dalam Cerpen "Jejak Tanah"
Dalam cerpen "Jejak Tanah" pengarang menampilkan sosok "Saya"."Saya"
adalah tokoh utama dalam cerpen ini. "Saya" seorang anak pertama, l^i121
laki yang penuh tanggung jawab dalam keluarganya. Sebagai seorang anak laki-laki, "Saya", adalah anak yang baik dan berbakti kepada orang tuanya."Saya" bersama keluarganya berjuang keras dan penuh kesulitan saat memasukkan kembali jenazah ayahnya. Untuk menunjukkan rasa baktinya,"Saya"juga bertanya kepada Pak Kiai tentang jenazah ayahnya yang kembali lagi. Pak Kiai menjelaskan bahwa saat hidupnya, ayah "Saya" banyak menyengsarakan orang miskin. Menanggapi pemyataan Pak Kiai,"Saya"Juga bersikap obyektif. Dia berpihak kepada kebenaran, tidak berpihak kepada ayahnya. 3.10.3 Latar dalam Cerpen "JejakTanah"
Dalam cerpen "JejakTanah" latar yang akan diteliti, latar yang ditampilkan pengarang, adalah latar tempat, waktu, dan latar sosial. Latar tempat dalam cerpen "Jejak Tanah" pertama dilukiskan di rumah keluarga "Saya", di pelataran rumah,tempat kedatangan jenazah. Selain itu, dilukiskan juga latar tempat pekuburan yang kebanjiran,
suasana alam yang tidak bersahabat, hujan deras, angin kencang, dan geledek.
Latar sosial dalam cerpen "Jejak Tanah" menampilkan status sosial orang-orang kaya (masyarakat kelas atas), seperti rumah real-estate, memiliki satpam pribadi, pemiliknya mempunyai pengawal, supir, dan sebagainya. Sementara itu, latar waktu dalam cerpen "Jejak Tanah"tidak disebut-
kan secarajelas, di akhir cerita hanya disebutkan Tangerang, 11 Desember 2000. Sebagai penanda waktu dalam cerita, pengarang hanya menyebutkan malam hari, saatjenazah itu datang ke pelataran rumah,siang hari saat ke luarga memasukkan kembali jenazah ke pekuburan.
122
BAB IV
GAGASAN PENGARANG
DALAM CERPEN PILIHAN KOMPAS1992-2002
Setelah membahas tiga puluh cerpen yang terdapat dalam sepuluh buku kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 1992-2002 dapat dicermati bahwa
kesemua cerpen-cerpen tersebut mengetengahkan manusia-manusia yang terpinggirkan atau dunia orang kecil. Hal itu dapat dilihat dalam kumpulan cerpen Kado Istimewa (1992).
Keenam cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen KadoIstimewa
mengetengahkan tiga dunia yang berbeda,tempat para tokoh cerita bergerak
y^g sekaligus menentukan tema cerita. Ketiga dunia yang berbeda itu adalah (1) dunia perkebunan dan peladangan terdapat dalam cerpen "Petaka ampar ,(2) dunia rakyat kecil dengan segala suka dan dukanya terdapat
dalam cerpen "Kado Istimewa","Matayang Enak Dipandang" dan "Penipu
yang Keempat",(3) dunia pengalaman rakyat di kampung dan kota kecil yang dilatarbelakangi oleh kehidupan modern dan berkecukupan di kota terdapat dalam cerpen "Sket","Paing", dan "Ke Solo, ke Njati".
Cerpen "Kado Istimewa" berkisah tentang seorang pekerja di dapur umuin di masa revolusi fisik yang menganggap bahwa atasan masih ingat kepadanya. Bu Kustiyah yang menjadi penghuni kota Kalasan berkeinginan sekah menghadiri perhelatan perkawinan anak Pak Hargi, mantan atasannya di zaman revolusi fisik yang kini tinggal di Jakarta. Kedua orang yang dahulu pernah akrab itu sudah lama dipisahkan oleh jarak dan waktu. Meski-
pun demikian,Bu Kustiyah tetap menganggap bahwa Pak Hargi masih ingat
kepadanya. Berbeda halnya dengan Pak Hargi, laki-laki itu sekarang telah
menjadi pejabat di Jakarta dan telah hidup dengan kemewahan. Sewaktu Pak Hargi melangsungkan perkawinan anaknya, laki-laki itu pun tidak mengundarig Bu Kustiyah. Akan tetapi, Bu Kustiyah tetap datang ke pesta
Itu karena dia sangat ingin bertemu dengan Pak Hargi. Sewaktu keduanya bertemu, Bu Kustiyah begitu antusias bernostalgia, tetapi Pak Hargi me123
nanggapinya dengan dingin. Gagasan cerita itu adalah perbedaan status dan lamanyatidak bertemu dapat memutuskan silaturahmi. Kutipan berikutmenunjukkan hal itu.
Namun begituiah—menurut Bu Kus—setelah ibukotakembali ke Jakarta keadaan banyak berubah. Pak Hargi ditugaskan di
pusat dan Bu Kus hanya sesekali saja mendengar kabar tentang beliau. Waktu terus berlalu tanpa ada komunikasi. Kekacauan
menjelang dan sesudah Gestapu serasa makin merenggangkan jarak Kalasan-Jakarta. Laiu tumbangnya rezim Orla dan bangkitnya Orde Baru mengukuhkan peran Pak Gi di lingkungan pemerintahan pusat. Dan ini berarti makin tertutupnya kemungkinan komunikasi langsung antara Bu Kus dengan Pak Hargi. (Jujur Prananto, 1992:19—20)
Cerpen "Petaka Kampar" berkisah tentang ketabahan seorang buruh
di perkebunan dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Sejak tidak menarik beca di Gresik,"Abang" bekerja di sebuah perusahaan di Kampar, Pekanbaru. Sewaktu bekerja "Abang" mengaiami musibah. Dia tertimpa
pohon kayu besar hingga pangkai pahanya patah. Dalam keluarganya, "Abang" merupakan panutan. Diaseialu mengajarkan kepadaadik-adiknya untuk hidup hemat dan bekerja keras. Meskipun dalam keadaan sakit, dia ti dak pernah menunjukkan penderitaannya. Kejadian yang menimpa"Abang" membuat keluarganya terpukul. Gagasan cerita ini adalah orang yang baik akan selalu dikenang,sebagaimana terungkap dalam kutipan berikut. Melihat abang terbaring dengan terbungkus kain di seku-
jurtubuhnya,jiwakutergoncangsejadi-jadinya. Dahsyat. Lebihlebih mata abang berkaca-kaca memandangku sayu dan amat kasihan. Dan tubuhku serasa lunglai memandang abang. Tetapi entah kekuatan dari mana, air tak keluar dari mataku.
Liliput-liliput kemudian beruntun menengok abang mengantarkan dan sekaligus mendoakan kesembuhan abang.Abang di mata mereka tidaklah beda dengan di mataku. Kemuliaan abang tidaklah tersangsikan, tidaklah terpungkiri, mengiringi langkah-
langkah gontaiku menuju pesawat yang akan membawaku ke Jakarta. Dan di dalam pesawat, yang baru sekali itu terbang ku-
rasakan tanpa biaya, kupandangi abang sambil membatin: bagaimanapun abang telah menyerahkan seluruh kemuliaan abang 124
buat keluarga. Kemuliaan yang amat bermakna bagi kehidupan dan masa depan.(Hudri Hamdi, 1992:37)
Cerpen "Ke Solo, ke Njati" berkisah tentang kegagaian seorang pernbantu rumah tangga bersama kedua anaknya untuk mudik ke kampung halamannya di Njati. Tokoh "Aku"yang telah janda itu terpaksa bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta. Dia berusaha untuk mengumpuikan uang agar dapat mudik di hari Lebaran. Akan tetapi, mudik di hari Lebaran bukanlah ha! yang mudah. Dia tidak dapat beradu otot dengan penumpang yang berjubel karena keterbatasan angkutan mudik. Akhirnya, pembantu rumah tangga itu gaga! mudik. Gagasan cerita ini adaiah orang lemah dan miskin sulit untuk mendapatkan peiuang atau kesempatan. Kutipan berikut menunjukkan ha! itu. Itu kemarin, pada hari lebaran pertama. Sekarang pada hari lebaran kedua, mereka gagal lagi. Kemungkinan itu bahkan iebih tidak ada lagi. Karcis yang dibelinya dari calo, seperti ke marin memang sudah di tangan. Tetapi orang-orang itu kok
malah Jauh lebih banyak dari kemarin.... Dan akhirnya dengan berdiri termangu di pinggir-pinggir warung, diiindungi kain terpal, di bawah hujan, mereka melihat bis terakhir ke Wonogiri berangkat. Ya,kita nggakjadi betul ke Njati ya, Bu. Ibunya me lihat anak-anaknya dengan senyum yang dipaksakan. lya, Nak. Nggak apa, ya? Tahun depan kita coba lagi. Ya.(Umar Kayam, 1992:58)
Cerpen "Sket" berkisah tentang perkelahian antara dua anak, Udin dan Tony yang berbeda status sosial. Udin berasal dari golongan bawah, sedangkan Tony berasal dari golongan atas. Amarah warga kampung sempat terpancing ketika mengetahui bahwa Udin telah dianiaya oleh satpam yang bertugas di rumah Tony. Warga kampung berkumpul di rumah Udin untuk merencanakan memberi pelajaran kepada keluarga Tony yang kaya itu. Akan tetapi, niat itu urung dilakukan karena ternyata Udin tidak diani aya oleh satpam keluarga Tony. Udin kembali ke rumah orang tuanya dalam keadaan sehat walafiat. Warga juga heran ketika Tony dan kedua orang tuanya datang ke rumah Udin. Mereka mengulurkan tangan untuk membantu keluarga Udin. Gagasan cerita ini adaiah kecurigaan dan iri hati dapat menimbulkan ketegangan, sebagaimana terungkap dalam kutipan berikut. 125
Kita tidak boleh diatn, kita harus tegakkan kewarasan! Kalau dibiarkan lama-lama semua akan kacau! Ayo,beitindak! Ini akibatnya kalau hansip dibiayai orang. Kan sudah aku bilang dulu! Kita jadi tidak berani bersikap. Protes saja!
Semua orang setuju. Lalu mereka bergerak. Tetapi mereka tidak pergi ke pos hansip. Mereka mendatangi rumah si Tony. Semua berteriak-teriak di depan pagamya yang tinggi dan kukuh. Konglomerat edan! Konglomerat bejat! Kamu kejam! Karena
Jengkelnya ada yang menggedor, memukul-mukulkan batu ke pagar. Dan akhimya melemparkan kotoran ketembok.(Putu Wijaya, 1992:82-83)
Cerpen "Paing" berkisah tentang perjaianan hidup pemuda desa yang mengadu nasib di kota metropolitan. Setiba di Jakarta tokoh Paing bekerja sebagai buruh harian di toko perabot. Merasa ingin mendapat penghasilan yang lebih, tokoh ini berkerja sebagai penjual buah-buahan di pasar. Sewaktu ada penertiban pedagang kali lima, Paing kena gusur. Selanjutnya, dia membuka warung makan. Usahanya ini tidak dapat dilanjutkan karena teman yang selama ini dipercayainya mengambil warung tempatnya berjualan. Berkat bantuan istrinya, dia bekerja di keluarga kaya sebagai tukang kebun. Di keluarga itu,Paing bekerja dengan rajin,jujur,dan penurut. Oleh karena itu, dia menjadi orang kepercayaan majikannya. Hal itu menimbulkan iri hati pembantu-pembantu lainnya,termasuk supir pribadi majikannya itu. Paing merasa tidak tenang bekerja di rumah keluarga kaya itu. Dia memutuskan untuk berhenti bekerja dan kembali berdagang di pasar. Gagasan cerita ini adalah perjuangan dan kerja keras tidak selalu berjalan dengan mulus.
Dalam waktu kurang dua minggu saja kebun sudah berubah indah. Tanaman serta bunga-bunga memancar segar. Rumput di lereng terpangkas rapi. Beberapa kran dan peralatan yang rusak diperbaiki sendiri. Semua nampak teratur dan rapi. Pekerjaan pun ' cepat ia rampungkan sehinggabanyak waktu untuk istirahat. Tetapi rupanya hal ini malah menerbitkan kecemburuan pembantu-pem
bantu yang tinggal sama-sama di situ. Mereka hampir tak pemah bisa istirahat dari pagi hingga tengah malam ada saja perintah mengerjakan tetek bengek.(Edi Haryono, 1992:142) Ketika akhir bulan semua dikumpulkan dari pembantu sampai supir. Satu persatu dipanggil untuk menerima gaji. Tiba pada 126
giliran dia segalanya terasa hambar. la yakin isi amplop itujumlahnya pas seperti didengar istrinya di telepon rumah tante.
la serahkan amplop itu pada istrinya. Anak-anaknya menghambur penuh kerinduan. Suka cita membayang di wajah mereka. la sendiri hambar.
Ada apa, Kang? selidik istrinya. la menggertakkan gigi. Besok. Man kembali pagi sekali, ya? Aku ingin ke pasar iagi, berkelahi!(Edi Haryono, 1992:143—144)
Cerpen "Mata yang Enak Dipandang" berkisah tentang kepahitan hidup seorang pengemis buta, Mirta. Mirta yang sehari-harinya mengemis dengan dituntun oleh seorang bocah laki-laki, Tarsa. Tarsaselalu memeras
Mirta. Oleh karena itu, Mirta ingin tidak bergantung iagi dengan anak lakilaki yang nakal itu. Dia berusaha untuk berjalan sendiri, tetapi hal itu tidak mudah dilakukannya. Sewaktu dia ingin menyeberang jalan, dirinya nyaris ditabrak mobil yang melaju dengan kencangnya. Mirta yang sudah kelelehan berjalan, akhirnya tergolek.
Sewaktu kereta kelas tiga berhenti di stasiun, Tarsa mengajak Mirta untuk mengemis di dalam kereta itu. Mirta lebih senang mengemis di dalam kereta kelas tiga dibandingkan kereta kelas satu. Menurutnya, penumpang kereta kelas tiga lebih berperikemanusiaan daripada penumpang kereta
kelas satu atau mata penumpang kelas tiga lebih enak dipandang daripada mata penumpang kereta kelas satu. Gagasan cerita ini adalah orang yang
berduit belum tentu lebih dermawan daripada orang yang ekonominya paspasan.
Percuma mengemis di kereta api utama. Aku sudah berpengaiaman. Jadi turutilah apa yang kubilang. Tunggu saja kereta kelas tiga. Tarsa diam meski hatinya jengkel bukan main. Bukan hanya jengkel kepada Mirta melainkan juga kepada kata-katanya yang benar belaka. Tarsa ingat. memang sulit mencari orang yang matanya enak dipandang dalam kereta kelas satu. Melalui jendela ia sering melihat berpasang-pasang mata di balik kaca tebal itu, mata yang dingin seperti mata bambu, mata yang menyesal karena telah menatap kere picek dan penuntunnya, mata yang bagi Tarsa membawa kesan dari dunia yang amatjauh.(Ahmad Tohari, 1992:150)
Sama halnya dengan kumpulan cerpen terdahulu, dalam kumpulan cerpen Pelajaran Mewgarang(1993)Juga potret orang miskin masih domi127
nan diketengahkan pengarang. Pengarang menampilkan gagasan-gagasan,
seperti perempuan dirundung masalah,kehidupan orang-orang miskin,anak yang kurang kasih sayang karena orang harus bekerja keras, pelacur yang menyayangi anaknya dan tidak ingin anaknya mengikuti jejak langkahnya. Cerpen "Pelajaran Mengarang" menampilkan gagasan anak yang merindukan kasih sayang orang tua. Ironisnya,anak itu iahir sebagai anak yang bapaknya tidak jelas dan ibunya seorang pelacur. Gagasan selanjutnya adalah pelacur yang mencintai anak. Walaupun profesi Ibu Sandra itu pelacur, tetapi ia masih bisa mencintai dan memperhatikan anaknya. Dia tidak ingin anaknya mengikutijejaknya. Dia ingin anaknya menjadi perempuan baik-baik. Selain itu, cerpen ini juga menam pilkan bahwa tidak semua orang menyukai pelajaran mengarang. Seperti dalam cerpen "Titin Pulang dari Saudi" pengarang menampil kan gagasan perempuan yang tertimpa berbagai masalah. Titin pulang dari Saudi setelah menjadi tekawe selama empat tahun.Ia membawa uang cukup banyak. Semua keluarganya memiliki keinginan sendiri-sendiri. Akhimya,
uang Titin habis dan iaterpaksa berangkat lagi menjadi pembantu di Saudi. Padahal, tadinya ia tidak lagi bercita-cita untuk kembali. Campur tangan
pihak lain ternyata membawa akibat tidak baik bagi kehidupan seseorang. Masalah selanjutnya yang menimpa perempuan ini adalah penyelewengan suaminya Selama Titin menjadi tekawe, suaminya selingkuh dengan pe rempuan lain. Akhimya,Titin pun ditinggal. Selain itu, cerpen inijuga me nampilkan bahwa profesi pembantu adalah profesi yang halal dan dapat menghasilkan uang banyak apabila bekerja di negara lain (tidak di negeri sendiri).
Dalam kumpulan cerpen Lampor(1994)potret kehidupan kaum miskin itu masih tergambar, bahkan terasa "lebih kasar". Namun, dari kekasaran itu masih ada sisi kebaikan yang muncul. Cerpen "Lampor", misalnya,
menampilkan gagasan bahwa kehidupan gembel umumnya kehidupan yang kasar. Tidak ada sopan santun, pergaulan anak-anak tidak pada tempatnya,
munculnya pelacuran pada usia dini, dan muncul pula bajingan-bajingan kecil. Selain itu, muncul tokoh-tokoh pengkhayal, ngutak-atik nomor bun-
tut, dan sebagainya. Walaupun demikian, dari kesemrawutan itu masih muncul hal baik, misalnya, seorang anak yang menghargai ibunya dan me miliki perhatian kepada saudaranya.
Dalam cerpen "Rambut Juminten" menampilkan gagasan lain, yaitu di kalangan suami istri kelas menengah ke bawah, bahwa kehidupan istri 128
sangat tergantung kepada suaminya, istri sangat penurut dan rela berkorban.
Istri juga selalu mengalah dan begitu penyabar. Sebaliknya, suami sangat diktator, mengatur segalanya tidak mempertimbangkan perasaan istrinya. Dalam kumpulan cerpen Laki-Lakiyang Kawin dengan Pm (1995), gagasan pengarang yang terasa mencuat adalah potret orang lemah atau ma-
syarakat lapisan bawah yang dikucilkan baik oleh warga lingkungan masyarakat itu sendiri maupun oleh penyelenggara negara. Dalam cerpen "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri", misalnya, pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa rasa setia kawan saat ini sudah hiiang tidak kecuali di kaiangan masyarakat bawah. Artinya, pengarang hendak mengingatkan kepada kita (pembaca) agar masyarakat kembali menghidupkan dalam diri dan periiakunya tentang rasa solidaritas yang tinggi antarsesama sebagai ciri dari sistem kemasyarakatan Indonesia pada umumnya. Sementara itu, dalam cerpen "Ziarah Lebaran" pengarang menyodorkan isu tanggungjawab seorang ayah terhadap anaknya-anaknya. Mungkin pengarang ingin mengatakan bahwa seorang laki-laki yang ditinggal mati oleh istrinya tidaklah harus gegabah mencari istri pengganti. Masalah yang dihadapi seorang duda belum serta-merta dapat selesai dengan baik, bahkan dapat sebagai awal timbulnya suatu masalah baru yang lebih pelik. Sebab
paling tidak anak-anak sang duda akan hidup di bawah pengawasan seorang ibu tiri, dan hal seperti itu merupakan suatu mimpi buruk bagi setiap anak. Artinya, kehadiran istri pengganti yang utama adalah hanya akan menyelesaikan masalah tertentu yang dihadapi seorang duda secara pribadi saja. Selebihnya, berbagai masalah biasanya malah akan bertambah-tambah.
Dalam kumpulan cerpen Pistol Perdamaian (1996) benang merah manusia terpinggirkan masih terjalin dengan kuat kehidupan orang-orang pinggiran, perempuan yang dikalahkan sejarah, perempuan yang bercita-cita menjadi pelacur untuk meningkatkan taraf hidupnya,dan perempuan teraniaya.
Seperti dalam cerpen "Orok Dani" pengarang menampilkan gagasan perempuan dewasa yang teraniaya. Ini diwakili oleh para istri Weakmotok Gozina. Para perempuan itu merasa teraniaya dan terpenjara karena sudah
"terbeli" dengan mas kawin. Mas kawin telah menjerat dan memenjarakan jiwa mereka. Selain itu, kedudukan anak perempuan di mata masyarakat suku Dani sangat berharga bagi keluarganya. Anak perempuan bisa mengangkat derajat keluarga dan anak perempuan bernilai ekonomis karena mas
kawin yang akan diterima oleh ayah anak itu besar dan bisa digunakan 129
untuk kawin lagi. Hal itu terjadi pada Weakmotok Gozina. Dia sangat bergembira memiliki anak perempuan.
Dalam cerpen "Warung Pinggir Jalan" pengarang menampilkan ga-
gasan perempuan miskin yang bercita-clta menjadi peiacur supaya bisa tampil wangl dan gembira. Perempuan yang ingin meningkatkan tarafhidup yang lebih baik. Dia ingin mengubah kemiskinan walaupun harus bertabrakan atau mengabaikan moral. Bahkan, moral tidak ada dalam benaknya. ... Hati kecil Idah selalu menjawab,"Ingin jadi Mira." Seorang peiacur. ...
Tapi buatnya, Mira tak ada bedanya dengan dokter atau banyak orang kaya di kampungnya. Lagi pula, siapa sih yang tak pemah digunjingi di kampung ini?
Dalam cerpen "Penumpang Kelas Tiga", pengarang menampilkan
gagasan perjalanan hidup dua laki-laki kembar. Kedua saudara kembar itu seleranya sama, begitu pula selera terhadap perempuan. Ini diwakili oleh Nuan dan Nain yang selalu hampir sama dalam segala hal (karier samasama di ketentaraan, hanya bedanya Nuan di Pasukan Hizbullah, Nain di Tentara Merah Indonesia), Nuan di hadapan Wati bicara tentang perang
jihad,sedangkan Nain bicara tentang revolusi rakyat. Masa PRRI Nuan ikut pergerakan itu, sedangkan Nain menumpasnya. Saat komunis pecah Nain ikut gerakan komunis, sedangkan Nuan tidak ikut. Di samping itu, penga rang menampilkan gagasan tentang pentingnya persaudaraan dan moral. Nuan selalu mempertimbangkan persaudaraan Jika ia ingin membalas rasa sakitnya atas pengkhianatan istrinya. Selain menampilkan gagasan perjalanan hidup dua saudara kembar
yang saling berseteru, cerpen ini juga menyinggung peran orang tua dalam menentukan pasangan hidup anaknya. Nain kelihatan marah saat mengetahui Wati memilih Nuan sebagai suami. Padahal, menurut Wati, ayahnya-
lah yang menentukan jodohnya. Ayah Wati berpandangan praktis dalam hal itu. Dipilihnya Nuan oleh ayah Wati karena saat itu Nuan memegang staf logistik. Dalam pandangan orang tua itu, Nuan bisa menjamin kebutuhan rumah tangga terpenuhi. Sementara itu, ayah Wati tidak memilih Nain karena lelaki itu bertugas difront. Hal itu akan memungkinkan Wati cepat
jadi janda karena bertugas di front langsung bertempur. Pada dasarnya, pilihan orang tua itu semata-mata berdasarkan atas pertimbangan ekonomi 130
(pemenuhan materi dalam rumah tangga), bukan pada rasa senang si anak atas pasangannya.
Selain itu, cerpen ini juga berbicara tentang "nasib perempuan yang dikalahkan sejarah". Ini diwakili oleh Wati. Pendapat ini sebenamya pendapat Nuan (suaminya) yang berusaha membujuk hatinya untuk menerima Wati kembaii dan dua anaknya. Wati teiah mengkhianati cintanya. Hal ini
sebenarnya sangat mengecewakan Nuan sebagai seorang suami."Kalahnya" Wati dalam roda sejarah karena dia tidak memiiiki prinsip yang kuat. la terbawa arus.
Dalam cerpen "Pistol Perdamaian" pengarang menampilkan gagasan lain, yaitu tidak semua senjata menimbulkan huru-hara. Buktinya tahun 1965 pistol yang kini dimiiiki "Saya"(warisan dari kakeknya)pada zaman dulu, saat revolusi dan tahun 1965, Justru menimbulkan rasa aman dan
keamanan bagi penduduk desa. Pistol itu menjadi perisai kedamaian bagi penduduk di desa "Saya". Pistol itu dibawa kakek "Saya" meronda. Tidak
ada yang terbunuh dan pembunuhan karena pistol itu memang tidak berpeluru.
Demikianlah seiama revolusi kakek selalu membawanya, tanpa harus mengurus isinya. Tidak seorang pun tahu kalau pis tol itu kosong. Pada tahun 1965 pistol itu selalu dibawa kakek meronda dan ternyata desa kami aman,tidak ada yang terbunuh,
tidak ada pembunuh. Dengan bangga kakek menyebutnya Pistol Perdamaian.(Kuntowijoyo, 1996:17)
Gagasan selanjutnya adalah di dalam rumah tangga,suami istri tidak
selalu berpendapat sama atau sepaham, mereka harus mencari kesepakatan terbaik untuk kedamaian rumah tangga. Seperti "Saya" dan istrinya, mulanya si istri tidak menyukai senjata (pistol), tetapi akhirnya istrinya bersedia menyimpan pistol itu. Pistol itu telah dibuang dua kali dan kembaii lagi. Pistol itu pun menjadi sarana perdamaian antara suami dan istri.
Cerpen ini juga menampilkan gagasan bahwa sebagai manusia biasa
kita percaya akan adanya takdir dan rela menerimanya. Di samping itu, dalam cerpen ini juga terdapat gagasan bahwa ada hal misteri di dalam hi-
dup ini yang tidak bisa dicerna secara nalar. Seperti senjata-senjata yang mengandung kekuatan gaib. Selain itu, budaya kekerasan banyak ditayangkan di televisi.
131
Sementara itu, dalam cerpen "Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan"
pengarang hendak menampilkan gagasan tentang ambisi dan keserakahan manusia. Kelihatannya setiap orang ingin menjadi kaya-raya secara instan. Untuk mewujudkan angan-angan itu orang pun sudah tidak enggan melakukan cara-cara yang berkategori "gila" dan menakutkan. Cara-cara "hitam", mistis, atau gaib yang meiumpukan akal sehat atau logika sering dijadikan alat untuk mencapai tujuan. Pemakaian metafor"anjing" oleh pengarang sebagaijudul bahkan to-
koh dalam cerpen itu, sangat tepat. Semua orang mengenal binatang itu sehingga dengan demikian setiap orang yang perilakunya layak dimetaforakan dengan hewan semacam itu, tergugah hati nuraninya dan dapat merasakan dirinya hina sehingga perilakunya yang membeiakangi akhlak dan budi pekertinya dapat menemukan dirinya kembali dalam derajat dan kehormatan sebagai manusia. Selanjutnya, cerpen "Derabat" membawa gagasan tentang ancaman terhadap moral generasi muda yang secara mental dan psikologis belum kokoh di atas akar jatidirinya, atau dengan kata lain masih labil, sehingga secara relatif gampang dijerumuskan. Generasi muda yang masih dalam
proses pencarian jatidiri dan kejiwaan semacam itu berisiko tinggi terjerumus kepola hidup negatif. Artinya, kalangan tersebut merupakan sasaran empuk untuk penghancuran sebuah generasi bangsa. Tokoh-tokoh hitam putih, artinya tokoh kejahatan (seperti Matropik)
yang secara terus-menerus betul-betul jahat, dan tokoh baik seperti "Saya" yang dalam cerita terus baik, serta banyaknya tindakan jasmani para tokoh, baik Matropik, burung derabat, maupun tokoh "Saya",secara umum menggambarkan gagasan tentang pertarungan yang jahat dan yang buruk dalam mempertahankan posisinya masing-masing. Di akhir cerita, pengarang mengalahkan kejahatan melalui tokoh yangjahat pula, yakni wujud burung derabat yang menyerang wujud manusianya. Sebab menurut pengarang, Matropik yangjahat adalah burung derabat itu sendiri. Hal ini menggambarkan, ada kalanya kejahatan dikalahkan oleh kejahatan itu sendiri. Artinya, pada saatnya, kejahatan akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan hilangnya sosok pelaku kejahatan itu. Sebaliknya, lebih baik membiarkan kejahatan itu terjadi daripada turut mendukung kejahatan itu sendiri. Secara umum tema yang dapat ditangkap dalam cerpen yang semi absurd itu ialah kejahatan yang merusak fondasi penting suatu masyarakat 132
dan dapat melebar pada rusaknya fondasi penting suatu bangsa. Rusaknya generasi muda dapat merupakan penghancuran secara tersistem sebuah generasi suatu bangsa. Akan halnya cerpen "Menjelang Lebaran"secara umum mengangkat gagasan tentang problem serius yang dihadapi sebuah keluarga karena tulang punggung keluarga itu baru terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal khusus yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerpen ini iaiah, kearifan dan tanggung jawab seorang istri dalam menyikapi kondisi ekonomi keluarga setelah suaminya kehilangan pekerjaannya.
Istri atau perempuan pada umumnya dipersepslkan sebagai profil manusia konsumtlf yang terampil menuntut suami dan kurang atau tidak menghargai keringat sang suami, yang betah berbelanja tetapi tidak kerasan menabung atau menghemat. Dalam cerpen "Menjelang Lebaran"tokoh Sri digambarkan sebagai sosok istri yang mampu membuat situasi rumah tangga yang sedang mengkhawatirkan menjadi lebih nyaman. Di saat hati dan pikiran suami sedang "kacau", istri Justru membawa sikap tenang dan op-
timis. Ketika keuangan keluarga runyam,si istri hadir dengan uang tabungan yang sudah disiapkan Jauh hari sebelumnya. Dengan demikian, istri ideal yang arif dan bijaksana yang didambakan setiap suami merupakan tema khusus cerpen "Menjelang Lebaran" itu. Cerpen "Tiwul" karangan Gersok Poyk lebih memfokuskan gagasannya pada masalah-masalah sosial perkotaan dan pedesaan, khususnya masyarakat lapisan bawah dan menengah. Temanya yang lebih khusus iaIah masalah pertanahan yang sangat ruwet di Jakarta yang mungkin melebihi keruwetan kota Jakarta. Pada bagian lain, cerpen "Tiwul"juga merekam sekilas peristiwa yang pernah terjadi di Jakarta bahkan menyebar ke seluruh pelosok Indonesia, yakni aksi-aksi kekerasan ketika menuntut reformasi pada pertengahan 1998. Reformasi itu serta-merta menimbulkan berbagai persoalan termasuk, konon, tragedi perkosaan massal, seperti dialami beberapa tokoh figuran cerpen "Tiwul". Dari bermacam gagasan dalam cerpen
"Tiwul", kiranya gagasan paling menonjol yang ingin diungkapkan pengarangnya adalah pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Dari keempat cerpen dalam kumpulan cerpen Dua TengkorakKepala yang diteliti, pengarang menampilkan gagasan-gagasan,seperti, kehidupan orang-orang miskin, para korban salah sasaran, dan reformasi.
Gagasan mengenai kehidupan orang-orang miskin tampak dalam 133
cerpen "Lebaran Ini Saya Harus Pulang" dan "Usaha Beras Jrangking". Dalam cerpen "Lebaran Ini Saya Harus Pulang" sosok pembantu rumah tangga, Nem, mewakili orang miskin yang tidak tabu nasibnya di masa mendatang. Kepulangannya ke kampung tidak menjanjikan kesentosaan di masa tua bahkan kemiskinan dan kenistaan disadarinya akan menghadang karena harta bendanya sudah habis dijual ataupun dijarah.
Tetapijuga gelisah membayangkan bagaimana di desa itu. Waktu dalam kunjungannya yang terakhir di desanya, dia menyaksikan kerbaunya dan sawahnya sebagian dijuali kemenakankemenakannya. Memang itu untuk keperluan yang mendesak karena itu Nem ikhlas saja. Tetapi dari cerita-cerita yang dia de-
ngar dari kiri dan kanan, desa-desa semakin rusuh dan melarat keadaannya. Kerbaunya, sawahnya, rumah kemenakan-kemenakannya bagaimana? Jangan-jangan kerbau dan sawahnya su dah habis dijual untuk biaya makan sehari-hari dan rumah tempat tinggal kemenakannya sudah disewakan separuh kepada tengkulak tembakau untuk dijadikan gudang. Nem tidak berani membayangkan lagi. Kaki-kakinya yang sudah sering encok, terasa sakit lagi malam ini.(Umar Kayam,2000:33)
Dalam cerpen "Usaha Beras Jrangking" juga tampak gagasan me-
ngenai orang miskin yang gagal untuk menaikkan taraf hidupnya karena usaha yang dirintisnya dengan susah payah dirampok orang. Ketika usaha suami makin susah, mereka sepakat me-
ngembangkan pembuatan nasi jrangking dan berhasil. Mereka bisa menabung, membiayai anak, dan beli tanah di kampung. Mak ada kabar buruk dari Pak Haji lewattelepon teman di
pangkalan truk,suami menghampiri Simardijemuran nasi. Mendung menggantung. Kenapa lagi, apa Pak Haji mau mebayar sekaligus kiriman kemarin?
Jangan nyerocos dulu, suami agak kesal melihat istrinya memandangtajam.Truk yang mengirim berasjrangking kita di rampok di perjalanan. Isinya, beras-berasjrangking kita dijarah massa sampai habis tandas. Supir dianiaya, kini dirawat. Kita harus ikut menanggung biayanya dan membantu membetulkan kerusakan tmk.
Simar dengan wajah legam berminyak dan tubuh gemuk 134
menahan geram. Tangan mengepal kuat-kuat meninju keras dasar nyiru di para-para sampai jebol. Beras jrangking mulai mengering tumpah berhamburan ke tanah becek. Tangan Simar berdarah-darah oleh tusukan bambu, gigi menggigit bibir menahan isak tangis.(Prasetyohadi, 2000:39-40)
Harris Effendi Thahar dalam cerpennya "Darmon" mengetengahkan suara-suara lantang mahasiswa yang menuntut reformasi total. Melalui tokoh Darmon, pengarang ingin mengemukakan pentingnya idealisme. Ini lasting saya saja Pak, ya. Menurut saya kalau tidak terjadi perang karena tidak puas, karena curang lag! misalnya, ekonomi kita bakal merangkak pelan sekali. Butuh waktu tiga sampai lima tahun. Hitung-hitung sejak dijerumuskan Soeharto, kita baru bisa bangkit lagi setelah tujuh tahun, ujamya lancar. Saya mulai kagum dengan keberaniannya, kepolosannya, dan kelancarannya berbicara. Selama ini tidak ada anak muda yang bicara dengan saya selancar dan sejujur dia, apalagi anak buah di kantor. Tiba-tiba saja saya menginginkan anak buah saya seperti Darmon. Tidak perlu membungkuk-bungkuk dan mengucapkan maafberulang kali padahal tidak dalam posisi membuat kesalahan. Mengucapkan terima kasih padahal yang diterimanya adalah haknya sendiri (Harris Effendi Thahar, 2000:44).
Cerpen "Dua Tengkorak Kepala" mengetengahkan masalah pembantaian massal di desa Dayah Baureuh, Aceh Timur. Banyak korban yang bukan anggota Gerakan Aceh Merdeka terbunuh dalam aksi pembantaian itu, seperti yang dialami oleh tokoh All dalam cerpen Motinggo Boesje ini. Tokoh ini merupakan korban yang salah sasaran seperti tampak dalam kutipan berikut. Dan kini di rumah Mak Toha, si All hanya tinggal kenangan. Bahasa Inggrisnya yang bagus, sampai-sampai dia menguasai sastra Inggris tingkat bahasa William Shakespeare. Ka lau aku ingat semasa SMA dengan segala kelebihannya, Ali tak pantas dituduh memegang senajata dan dibunuh. Harusnya mereka tak membunuh Ali, melainkan mengagumi Ali membaca puisi.(Motinggo Busye,2000:3)
135
Dalam kumpulan cerpen Matayang Indah (2001) pasang-surut kehidupan manusia yang miskin haita benda masih mendominasi topik yang disorot pengarang. Berbagai keremangan peristiwa serta paradoks profil dan karakter para tokoh dalam cerpen "Mata yang Indah", misalnya, dimuati berbagai pesan mulai seputar supranaturai, dosa dan amoral, nasihat dan moral, penyesalan, hakikat manusia, sampai takdir dan kepolosan hati. Sepasang mata yang indah dalam cerita itu menjadi sebuah motif sebagai simbol terang atau simbol pengetahuan. Mata yang buta dapat merupakan simbol dunia yang gelap dan hitam, atau yang masih menyimpan berbagai misteri. Oleh karena itu, beragam gagasan dapat direka-reka dalam cerpen itu. Gagasan-gagasan itu, antara lain, ialah kebenaran yang digelapkan atau dikaburkan, pencarian terhadap kebenaran itu sendiri, atau sugesti kekuatan supranaturai. Artinya, dalam kondisi tertentu manusia terpaksa berhadapan dengan kekuatan-kekuatan gaib atau kekuatan lain yang bersifat adikodrati. Demikian juga halnya dengan gagasan yang tampak dalam cerpen "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari". Gagasan yang muncul adalah nasib malang hidup menduda yang penuh dilematis. Karena statusnya yang duda,
tanpa ia ket^ui rupanya Mudakir secara sepihak telah menuai fitnah oleh anak perempuannya sendiri, yakni Wanti. Hal itu menimbulkan tegangan cerita, yakni konflik batin dalam diri Wanti sekaligus ilasib yang mengombang-ambingkan perjalanan Mudakir ke Jakarta. Sebab jika bukan demi kian, Wanti, anak bungsunya, tentu akan memberi tahu ayahnya kalau me-
reka sudah pindah dari rumah lamanya sehingga Mudakir tidak tersesat di Jakarta.
Kemudian,cerpen "Umairah" pada dasamya berceritatentang moral dalam berbagai bentuk, misalnya moral yang mencuat dari suasana amoral, yakni ketika seorang pelaku amoral insyaf lalu bertobat. Sosok Umairah bekas pelacur yang sedang bertobat dan sepuluh lelaki beringas yang melakukan kekerasan terhadap wanita,tetapi dengan tendensi seksual, adalah gambaran dua sisi dari perilaku yang bermoral dan tidak bermoral. Kehadiran massa yang turut mengobrak-abrik rumah Umairah, malah menggambarkan perilaku sosial yang sok moralis. Penggambaran beragam corak amoral dalam cerpen itu, bisa jadi dimaksudkan pengarang sebagai ilustrasi tentang betapa sulitnya melakukan pertobatan atau betapa manusia mengatasnamakan moral untuk menghambat pertobatan. Dengan demikian, tema yang dapat disimpulkan dari cerpen "Umairah" adalah moralitas dan pertobatan. Mahalnya sebuah per136
tobatan sehingga menjadi sebuah dilema akibat faktor-faktor sosial, me-
rupakan sebuah gagasan lain yang mungkin ingin disampaikan pengarang lewat cerpennya itu.
Sementara itu, berdasarkan uraian atas cerpen "Elegi untuk Anwar
Saeedy", gagasan yang dapat disimpulkan adalah tentang nasib para pejuang kemerdekaan yang hidup terlunta-lunta di zaman kemerdekaan yang mereka perjuangkan. Sebuah ironi yang mungkin dialami oieh banyak pejuang perintis kemerdekaan Indonesia, meski tidak harus bunuh diri, seperti yang dialami Anwar Saeedy, tokoh pejuang dari Aceh, sebagaimana dikisahkan dalam cerpen itu. Tidaklah berlebihan jika nasib mereka digubah dalam bentuk sebuah nyanyian, sebuah elegi ratapan duka cita yang tidak terperikan.
Dalam cerpen yang berjudul "Inyik Lanak si Tukang Canang", pengarangnya, yaitu A.A.Navis, ingin mengemukakan beberapagagasannya, misalnya mempertanyakan keabsahan pelanggaran moral oleh anggota militer
terhadap pihak yang kalah perang. Cerpen itu menggambarkan arogansi pihak militer yang memenangkan perang lalu menciptakan suasananelangsa nasib penduduk sipil yang sebelumnya memihak kepada pihak yang kebetulan kalah berperang melawan pihak militer. Penderitaan panjang kaum sipil yang diakibatkan perang merupakan gagasan pokok dalam cerpen tersebut. Di samping itu, pengarangjuga mengungkapkan pandangannya ten tang karakter etnik Padang yang tidak kehabisan akal dalam mempertahankan hidup di daerah perantauannya seperti kota metropolitan Jakarta. Selain
itu, mungkin pengarangjuga ingin menginsyafkan pembaca bahwa kemajuan teknologi di bidang peternakan seperti yang dibawa tokoh utama dari
Amerika, belum tentu cocok diterapkan di bidang peternakan khususnya di Padang atau Sumatera Barat. Faktor ekonomi dan sosial budaya lokal belum tentu dapat merespons gagasan teknologi maju itu.
Dalam kumpulan cerpen Jejak Tanah (2002) ditampHkan gagasangagasan, seperti hidup di dunia ini harus berbuat baik dan tidak boleh me-
rampas hak orang miskin, tanah tidak mau menerimajenazah orang jahat, seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, suasana unjuk rasa para demonstran mengakibatkan terbunuhnya orang penting.
137
BAB V SIMPULAN
Berdasarkan penelitian terhadap tiga puluh cerita yang terdapat dalam kumpulan cerpen pilihan Kompas 1992—2002 yang meliputi alur, tokoh, latar, dan gagasan cerita dapat diambil simpuian sebagai berikut. Umumnya cerpen pilihan Kompas 1992—2002 menggunakan teknik sorot balik. Cerita dimulai pada bagian tengah. Para pengarang cerpen tersebut membawa para tokoh itu dalam peristiwa tertentu. Kemudian, para tokoh itu berkembang dalam peristiwa berikutnya sambi! mengingat pengalaman masa lampau mereka. Teknik ini digunakan pengarang bukan untuk merumitkan alur, tetapi untuk mencari daya tarik dari cerpen-cerpen tersebut. Selain itu, terdapat pula alur cerpen datar dan meloncat-loncat. Tokoh-tokoh utamayang menggerakkan cerpen-cerpen yang menjadi sumber data penelitian ini pada umumnya merupakan tokoh-tokoh yang terabaikan. Pengarang-pengarang cerpen di dalam buku kumpulan ini ber-
pihak pada kaum yang tersisih dan terabaikan, kepada para underdog. Se lain itu, pengarang juga menampilkan tokoh-tokoh yang masih mengedepankan idealisme. Tokoh Juminten dalam cerpen "Rambutnya Juminten",tokoh Umairah dalam cerpen "Umairah", tokoh Hanno Watlaqa dalam cerpen "Orok Dani" adalah perempuan-perempuan yang tidak dimengerti dan dihargai oleh laki-laki. Tokoh "Abang" dalam cerpen "Petaka Kampar" adalah to koh-tokoh penebang kayu yang mengalami nasib malang, tidak diperhatikan, dan telantar. Tokoh Abang Marsum dan keluarganya dalam cerpen
"Lampor",tokoh Udin dalam cerpen "Sket",tokoh Nem dalam cerpen "Lebaran Ini Saya Harus Pulang",tokoh Paing dalam cerpen "Paing",dan tokoh Mirta dalam cerpen "Mata yang Ena Dipandang" adalah tokoh-tokoh rakyat miskin yang tidak kebagian rezeki dari mereka yang berkuasa dan berduit. Mereka menanggung nasib mereka dengan diam,tanpa perlawanan nyata, bahkan terhibur oleh kegembiraan-kegembiraan yang kecil. Tokoh 138
pejuang yang tersia-sia dalam cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy", tokoh korban pemutusan kerja, korban salah sasaran tembak dalam cerpen "Menjelang Lebaran" dan "Dua Tengkorak Kepala". Secara umum tokoh-tokoh yang ditampilkan pengarang dalam sumber data penelitian ini adalah tokoh-tokoh nyata secara fisik. Namun, ada beberapa cerpen yang menampilkan tokoh-tokoh imajiner, seperti malaikat, nabi, peri, jin, dan bidadari. Tokoh-tokoh imajiner itu ditemukan dalam cerpen "Mata yang Indah","Laki-Laki yang Kawin dengan Peri","Anjing-
Anjing Menyerbu Kuburan", "Tiwul", "Umairah", dan "Derabat". Cerpen "Derabat" menampilkan tokoh manusia yang menjelma menjadi burung. Latar waktu umumnya hanya menunjuk pada satuan waktu atau
bagian dari satuan waktu atau keadaan waktu saja,seperti sehari,seminggu, pagi,siang,sore, atau malam. Dengan tidak menyebutkan latar waktu secara
jelas tampaknya pengarang ingin menyatakan bahwa kejadian yang dikisahkan dalam cerpen-cerpen itu dapat terjadi kapan saja. Selain itu, terdapat pula cerpen yang secara tersurat menyebutkan latar waktu kejadian. Sementara itu, pada umumnya cerpen yang menjadi sumber data pe nelitian ini dengan jelas menyebutkan latar tempat terjadi cerita. Tempattempat yang disebutkan dalam cerpen-cerpen itu memang sungguh-sungguh merupakan nama tempat yang secara fisik ada. Dengan kata lain, latar tempat dalam tiga puluh cerpen tersebut adalah latar realistis. Pengarang berusaha menyatakan kepada pembacanya bahwa cerpen-cerpennya itu adalah cerpen-cerpen realistis, bukan cerpen absurd. Cerpen-cerpen yang menjadi sumber data penelitian ini pada umum nya mengetengahkan masyarakat yang berlatar sosial kelas bawah. Adajuga cerpen yang mengetengahkan masyarakat yang berlatar sosial kelas menengah dan kelas atas, seperti cerpen "Jejak Tanah".
Ketiga puluh cerpen yang menjadi sumber data penelitian ini dapat dikelompokkan dalam lima dunia yang berbeda, tempat para tokoh cerita bergerak yang sekaligus menentukan gagasan cerita. Kelima dunia yang berbeda itu adalah (1) dunia wanita, seperti dalam cerpen "Orok Dani", "Usaha Beras Jrangking","Waning Pinggir Jalan","Rambutnya Juminten", dan "Umairah",(2)dunia perkebunan, seperti dalam cerpen "Petaka Kampar",(3)dunia rakyat kecil dengan segala suka dan dukanya yang terdapat
dalam cerpen "Mata yang Enak Dipandang", "Lebaran Ini Saya Harus Pulang", "Usaha Beras Jrangking", "Titin Pulang dari Saudi", "Lampor", "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri","AnjingU-Anjing Menyerbu Kuburan", 139
"Tiwul","Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari",dan "Inyik Lanaksi Tukang Canang",(4)dunia pengalaman rakyat di kampung dan kota kecil yang dilatarbelakangi oleh kehidupan modem dan berkecukupan di kota terdapat dalam cerpen "Kado Istimewa","Sket", "Paing", dan "Ke Solo, ke Njati", (S)dunia mistik atau alam gaib, seperti dalam cerpen "Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan", "Laki-laki yang Kawin dengan Peri", "Pistol Perdamaian", dan "Jejak Tanah".
140
DAFTAR PUSTAKA
Culler, Jonathan. 1975. Structuralist Poetics. London: Routledge and Kegan Paul.
Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Eneste, Pamusuk. 1983. Cerpen Indonesia Mutakhir: Antologi Esei dan Kritik. Jakarta: Gramedia.
Hoerip, Satyagraha. 1979. Cerita Pendek Indonesia. Jakarta: Pusat Pem binaan dan Pengembangan Bahasa.
Jassin, H.B. 1965. Analisa, Sorotan Cerita Pendek. Jakarta: Gunung Agung.
K.S., Yudiono. 1986. Telaah Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.
Rosidi, Ajip. 1968. Cerita Pendek Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. Saad, Saleh. 1967. "Tjatatan Ketjil Sekitar Penelitian Kesusastraan" dalam Bahasa dan Kesusastraan sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung.
Simatupang, Iwan. 1978. "'T' Sebuah Tanggung Jawab". Dalam Hoerip (Ed.)Persoalan Sastra. Jakarta: Taman Ismail Marzuki.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Sundari, Siti dkk. 1984. Memahami Cerpen-Cerpen Danarto. Jakarta: Pusat Bahasa.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1982."Teori Sastra". Yogyakarta: KMSI UGM.
Zoeltom, Andy(Ed.) 1984. Budaya Sastra. Jakarta: CV Rajawali.
141
PUSTAKA DATA
1. Jujur Prananto. 1992. "Kado Istimewa" dalam Kado Istimewa, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1992. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
2. Hudri Hamdi. 1992. "Petaka Kampar" dalam Kado Istimewa, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1992. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
3. Umar Kayam. 1992. "Ke Solo, ke Njati" dalam Kado Istimewa, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1992. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
4. Putu Wijaya. 1992. "Sket" dalam Kado Istimewa, Buku Kumpulan
Cerpen Pilihan Kompas tahun 1992. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 5. Edi Haryono. 1992. "Paing" dalam Kado Istimewa, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1992. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 6. Ahmad Tohari. 1992. "Mata yang Enak Dipandang" dalam Kado Isti mewa,Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1992. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 7. Radhar Panca Dahana. 1993."Titin Pulang dari Saudi" dalam Pelajaran Mengarang, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1993. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 8. Seno Gumira Ajidarma. 1993."Pelajaran Mengarang" dalam Pelajaran Mengarang, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1993. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 9. Joni Ariadinata. 1994."Lampor"da[miLampor,Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1994. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 10. Ratna Indraswari Ibrahim. 1994."Rambutnya Juminten" dalam Lampor, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1994. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
11. Kuntowijoyo. 1995. "Laki-laki yang Kawin dengan Peri" dalam LakiLaki yang Kawin dengan Peri, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1995. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 12. Umar Kayam. 1995. "Ziarah Lebaran" dalam Laki-Laki yang Kawin dengan Peri, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1995. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
142
13. Kuntowijoyo. 1996. "Pistol Perdamaian" dalam Pistol Perdamaian, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1996. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
14. oleh A.A. Navis. 1996. "Penumpang Kelas Tiga" dalam Pistol Perda maian,Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1996.Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
15. Aria Kamandaka. 1996."Orok Dani" dalam PistolPerdamaian, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1996. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
16.LeaPamungkas. 1996."WarungPinggir Jalan" dalam Pwro/Peri/ama/an, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1996. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
17. Kuntowijoyo. 1997. "Anjing-Anjing Menyerbu Kubuian" dalam Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1997. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
18. Budi Darma. 1999."Derabat" dalam Derabat,Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1999. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 19. Umar Kayam. 1999."Menjelang Lebaran" dalam Derabat, Buku Kum pulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1999. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
20. Gerson Poyk. 1999. "Tiwul" dalam Derabat, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 1999. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 21. Umar Kayam. 2000. "Lebaran Ini Saya Harus Pulang" dalam Dua Tengkorak Kepala, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 2000. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
22. Prasetyohadi. 2000. Usaha Beras Jrangking" dalam Dua Tengkorak Kepala, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 2000. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
23. Harris EfFendi Thahar.2000."Darmon" dalam Dua Tengkorak Kepala, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 2000. Jakarta: Pe nerbit Buku Kompas.
24. Motinggo Busye. 2000. "Dua Tengkorak Kepala" dalam Dua Tengkorak Kepala, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 2000. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
25. Budi Darma. 2001."Mata yang Indah" dalam Matayang Indah, Buku Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 2001. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 143
26. Jujur Prananto.2001."Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari" dalam Mata yang Indah, Buku Kumputan Cerpen Piiihan Kompas tahun 2001. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
27. Yanusa Nugroho. 2001. "Umairah" dalam Mata yang Indah, Buku Kumpulan Cerpen Piiihan Kompas tahun 2001. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
28. Martin Aleida. 2001. "Elegi untuk Anwar Saeedy" dalam Mata yang Indah,Buku Kumpulan Cerpen Piiihan Kompas tahun 2001.Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
29. A.A. Navis. 2001."Inyik Lunak Si TukangCanang" AsAam Mata yang Indah,Buku Kumpulan Cerpen Piiihan Kompastahun 2001.Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
30. Danarto. 2002. "Jejak Tanah" dalam Jejak Tanah, Buku Kumpulan Cerpen Piiihan Kompastahun 2002.Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
144
Lampiran
RINGKASAN CERITA CERPEN PILIHAN KOMPAS1992-2002 I.KADOISTIMEWA (1992) a)"Kado Istimewa"
"Kado Istimewa" berkisah tentang Bu Kustiyah dan Pak Hargi samasama berjuang pada masa revolusi fisik. Bu Kustiyah sangat menaruh hormat kepada Pak Hargi karena semasa revolusi Pak Hargi adalah atasannya. Setelah kemerdekaan, hubungan antara Bu Kustiyah dan Pak Hargi terputus. Hal itu disebabkan kekacauan menjelang dan sesudah Gestapu serta tumbangnya Orde Lama yang digantikan oleh Orde Baru. Meskipun sudah lama tidak bertemu, Bu Kustiyah tetap merasa dekat dengan Pak
Hargi. Oleh karena itu, ketika Bu Kustiyah mendengar bahwa Pak Hargi akan menikahkan putrinya,Bu Kustiyah merasa bahwa saat ini yang paling tepat untuk berjumpa dengan Pak Hargi.
Bu Kustiyah begitu bersemangat untuk segera bertemu dengan Pak Hargi. Meskipun kereta yang akan membawanya menuju Jakarta akan berangkat pukul 18.00, Bu Kustiyah sudah berada di stasiun pukul 15.00. la sud^ tidak sabar ingin segera bertemu dengan Pak Hargi. Selama berada di
stasiun, Bu Kustiyah mengingat-ingat kenangan-kenangan saat ia bertugas bersama-sama dengan Pak Hargi.
Sesampainya di Jakarta, Bu Kustiyah tinggal di rumah anak perempuannya, Wawuk. Kebetulan suami Wawuk, Totok, satu departemen de ngan Pak Hargi. Dari Totoklah diketahui bahwa resepsi pernikahan anak
Pak Hargi berlangsung di sebuah hotel mewah. Secara resmi Pak Hargi tidak mengundang Bu Kustiyah. Oleh karena itu, Wawuk ingin sekali melarang ibunya untuk datang ke pesta itu. Akan tetapi, ketika hal itu dikemu-
kakan oleh Wawuk,Bu Kustiyah tetap bersikukuh akan datang ke pesta itu. Bu Kustiyah menganggap bahwa pernikahan anak Pak Hargi ini merupakan momen yang tepat baginya dan Pak Hargi untuk bernostalgia. Oleh karena itu, ia bemiat akan memberikan sebuah kado yang sangat istimewa, yaitu tiwul gaplek. Dia berharap kado itu dapat membangkitkan ingatan Pak Hargi kepada masa-masa perjuangan. Pesta pernikahan itu berlangsung dengan meriah. Di antara tamu-
tamu yang hadir tampak Bu Kustiyah dan anak serta menantunya. Untuk 145
dapat bersalaman dengan kedua mempelai serta Pak Hargi, Bu Kustiyah harus antri berjam-jam. Begitu dia sampai di hadapan Pak Hargi, dia menjabat tangan Pak Hargi erat-erat. Dia meiuapkan rasa kerinduan terhadap Pak Hargi. Dengan bersemangat dia menceritakan teman-teman mereka semasa perjuangan. Sementara itu, Pak Hargi menanggapi Bu Kustiyah dengan biasa-biasa saja. Sikap Pak Hargi yang dingin itu tidak ditanggapi oleh Bu Kustiyah. Dia merasa sangat lega karena sudah bertemu dengan Pak Hargi dan telah menyerahkan kado yang istimewa kepada kedua mem
pelai. Setelah mencicipi hidangan,dia dan anak serta menantunya meninggalkan tempat resepsi pemikahan itu.
Seminggu kemudian, anak dan menantu Pak Hargi mulai membuka kado-kado yang mereka terima dari undangan yang datang di pesta pemi kahan itu. Di antara tumpukan kado-kado itu mereka mencium bau busuk. Kemudian, mereka menemukan sumber bau itu dari sebuah kado. Setelah dibuka ternyata kado itu milik Bu Kustiyah. Anak dan menantu Pak Hargi tidak mengenal nama itu dan mereka menyuruh pembantunya untuk membuang kado yang berisi tiwul gaplek itu. b)"Petaka Kampar"
"Petaka Kampar" berkisah tentang Abang bekerja sebagai buruh di kawasan angker daerah Kampar,Pekanbaru. Kawasan yang terkenal angker itu sudah banyak menelan korban jiwa. Menurut catatan perusahaan tempat Abang bekerja sudah tercatat enam belas orang dari seratus buruh yang mendapat kecelakaan sewaktu bertugas. Tiga di antaranyaditerkam harimau dan selebihnya sebanyak tiga belas orang tertimpa pohon besar. Nasib naas itu kini menimpa Abang. Sewaktu hari menjelang sore,
angin bertiup sangat kencang hingga menumbangkan beberapa pohon yang besar. Abang yang telah diperingatkan oleh rekan sekerjanya tidak mampu menghindar dari reruntuhan pohon besar itu. Sebuah dahan yang cukup besar menimpa pangkal paha Abang. Tubuh yang tinggi besar itu tersungkur ke tanah sambil menahan rasa sakit. Ternyata peristiwa itu sangat fatal
buat Abang selanjutnya. Sudah setahun lebih Abang belum Juga sembuh. Operasi penyambungan tulang yang dilakukan oleh dokter di Pekanbaru gagal. Keluarga Abang sangat terpukul atas^cejadian yang menimpa Abang. Bagi keluarganya, Abang merupakan tumpuan dan sekaligus panutan. Dialah yang mengarahkan adik-adiknya sehingga adik-adiknya itu menjadi mandiri dan mempunyai penghasilan tetap. 146
Sejak gagal dalam operasi pertama, dokter di Pekanbaru menganjurkan agar Abang melakukan operasi kedua dan operasi kedua ini akan di-
laksanakan di Jakarta. Menurut dokter yang merawat Abang,operasi kedua ini akan lebih berisiko daripada operasi pertama karena piatina yang ditanamkan di paha Abang akan diambil dan kaki abang akan diamputasi. Walaupun kenyataan yang akan dihadapi Abang sangat mengenaskan, Abang pasrah dan dia masih dapat tersenyum kepada keluarganya. Berbeda dengan adik-adiknya, mereka sangat sedih dengan kondisi Abang yang sangat mereka cintai itu.
c)"Ke Solo, ke Njati"
"Ke Solo,ke Njati" berkisah tentang seorangJanda yang harus menghidupi anak-anaknya. Sejak suaminya,seorang buruh bangunan meninggal dunia, perempuan itu bekeija sebagai pembantu rumah tangga. Dengan gaji yang kecil itu, dia menyewa sebuah kamar dan tinggal di kamar itu dengan anak-anaknya. Sudah iama dia tidak pemah pulang ke kampung halamannya di Njati. Oleh karena itu, lebaran tahun ini, dia bemiat akan membawa anak-anaknya untuk pulang ke kampung.
Temyata mudik di hari lebaran bukanlah suatu ha! yang gampang. Pagi-pagi sekali, di hari lebaran pertama perempuan itu dengan anak-anak nya sudah tiba di terminal. Dia langsung membeli tiket. Temyata, manusia yang akan mudik sangat banyak dan bus yang mengangkut para pemudik itu tidak mencukupi. Oleh karena itu, para pemudik saling berebut untuk mendapatkan tempat duduk di dalam bus. Perempuan itu sudah berusaha semampunya untuk dapat terangkut bersama dengan pemudik lainnya, tetapi usahanya itu gagal. Tiket yang sudah dibelinya dari seorang calo dan de ngan harga berlipat itu sudah tidak berguna lagi. Perempuan itu terpaksa
pulang ke rumah sewaannya dengan hati yang kecewa. Akan tetapi, dia masih menaruh harapan keesokan hari, di hari lebaran kedua. Sama halnya dengan hari lebaran pertama, di hari lebaran kedua ini juga perempuan itu kembali datang ke terminal dan membeli karcis dari se
orang calo di terminal itu. Manusia-manusia yang akan mudik jumlahnya lebih banyak dan lebih beringas dari kemarin. Namun,dengan sekuat tenaganya dia menarik anak-anaknya untuk dapat masuk ke dalam bus. Sudah
dua bus yang dicobanya, tetapi gagal. Dia kalah bersaing dengan pemudik lainnya. Dengan wajah kuyu,dia menatap bus terakhir yang berangkat dari terminal itu. 147
Usahanya untuk mudik lebaran tahun itu gagal. Sebagai seorang ibu yang baik,dia membujuk anak-anaknya untuk tidak bersedih. Dia menjanjikan anak-anaknya untuk pergi ke kebun binatang. Oleh karena gagal mudik, perempuan itu kembali bekerja. Majikannya yang semuia sangat bingung ketika perempuan itu memutuskan untuk pulang kampung,kini sangat gembira. Di saat-saat lebaran, peran dirinya sebagai pembantu rumah tangga sangat diperlukan karena rumah majikannya itu ramai didatangi oleh tamutamu.
d)"Sket"
"Sket" berkisah tentang persahabatan dua anak kecil, Udin dan Tony yang dapat menyatukan kalangan atas dengan kalangan bawah. Udin anak seorang gembel,sedangkan Tony anak orang kaya. Perbedaan status sosial yang bagaikan langit dan bumi itu tidak menghalangi persahabatan kedua anak kecil itu. Setiap sore kedua anak itu selalu bermain bersama-sama. Se-
waktu keduanya asik bermain kejar-kejaran,tanpa sengaja Udin mendorong tubuh Tony hingga terjatuh dan kepalanya berdarah karena membentur
pagar besi. Melihat keadaan Tony itu, para hansip yang sedang bertugas dengan sigap langsung menangkap Udin. Udin dibawa ke pos keamanan dan dari dalam pos itu terdengar para hansip itu membentak-bentak, bahkan terdengar suara pukulan dan Jeritan Udin yang mengatakan permintaan ampun. Sementara itu, kedua orang tua Tony buru-buru membawa Tony ke rumah sakit.
Mendengar Udin diperlakukan secara kasar oleh para hansip yang bertugas di rumah orang tua Tony itu, warga di sekitar tempat tinggal Udin marah. Mereka menganggap bahwa tidak sepantasnya anak sekecil Udin di perlakukan secara kasar. Mereka beramai-ramai datang ke rumah Tony dan kemudian melempari rumah megah itu dengan batu, bahkan ada di antara
mereka yang melemparkan kotoran manusia. Dengan sekejap rumah yang
sangat megah itu terlihat rusak dan kotor. Rupanya perl^uan kasar terhadap Udin terdengarJuga ke warga kampung sebelah. Terpanggil oleh rasa solidaritas yang tinggi, warga kampung sebelah mendatangi rumah Tony. Salah satu di antara mereka menyarankan agar rumah Tony itu sebaiknya dibakar saja. Akan tetapi, rencana itu urung dilakukan dan serta merta ama-
rah yang tadinya begitu meluap-luap menjadi mereda. Mereka hanya melakukan kumpul bersama. Sewaktu para warga itu berkumpul,tiba-tiba Udin muncul. Keadaan 148
Udin tidak seperti yang mereka bayangkan. Udin tampak segar bugar dan di tubuhnya tidak terlihat tanda-tanda penganiayaan. Ternyata di pos keamanpara hansip itu hanya berpura-pura menganiaya Udin. Mereka hanya ingin agar kedua orang tua Tony menganggap bahwa mereka telah melakukan kerja dengan benar. Dan,sumbangan-sumbangan yang telah diberikan oleh kedua orang Tony kepada para hansip itu tidak dianggap sia-sia. Pada
T^y
mencari muka di hadapan kedua orang tua
Warga semakin terkejut lagi ketika muncui kedua orang Tony dengan membawa anaknya, Tony yang kepaianya dibalut kain putih. Kedua orang
tua Tony mohon maafkarena para hansip telah berlaku kasar kepada Udin. Untuk menunjukkan tanda persaudaraan, kedua orang Tony akan membiayai pendidikan Udin dan tidak hanya itu, orang tua Udin juga diberi modal untuk berdagang rokok, bahkan rumah Udin juga diperbaiki oleh kedua orang tua Tony. Warga yang lain berharap agar mereka pada suatu saat bernasib mujur seperti halnya keluarga Udin. e)"Paing
"Paing" berkisah tentang perjuangan seorang laki-laki perantauan Paing,dalam menghadapi kehidupan. Pertama kali Paing tinggal di Jakarta'
Dia bekerja sebagai buruh harian di bengkel perabot rumah tangga. Sebagai seorang buruh, Paing bersikap baik,jujur, dan rajin. Oleh karena itu, majikannya sangat sayang kepadanya. Oleh majikannya dia diajarkan untuk menabung. Meskipun kecil, gaji yang diperolehnyasetiap minggu ditabungnya. Belum genap dua tahun,Paing sudah dapat membawa istrkdan anak ke
Jakarta dan untuk sementara menumpang di rumah majikannya. Istrinya juga tidak tinggal diam, dia membantu mencari nafkah dengan menjadi tukang cuci dan seterika di rumah majikannya.
Setelah beberapa tahun tinggal di rumah majikannya,timbul keinginan Paing untuk mandiri. Dia meninggalkan rumah majikannya dan menyewa rumah. Dia beralih profesi sebagai pedagang buah. Belum sempat meraih kesuksesan,tempat berdagangnya digusur. Dia beralih menjadi penjual makanan. Usahanya ini berjalan lancar. Banyak pelanggan yang makan di warungnya. Sewaktu istrinya melahirkan anak ketiga, untuk sementara
Paing mempercayakan temannya untuk menggantikannya berjualan. Namun,temannya itu mengkhianatinya. Warungnya yang selama ini menjadi sumber mata pencahariannya direbut oleh temannya sendiri. 149
Paing kehilangan semangat hidupnya. Untunglah istrinya dapat mencarikan pekerjaan untuknya. Paing bekerja sebagai tukang kebun di rumah seorang peragawati terkenal. Sama halnya dengan perlakuan majikannya yang terdahulu, majikannya yang peragawati ini juga sangat baik kepadanya. Dia menjadi orang kepercayaan. Oleh karena itu, para pembantu dan supir yang bekerja di rumah majikannya sangat iri kepadanya. Puncak keirian yang diperlihatkan oleh mereka ketika Paing dipercaya oleh maji kannya untuk mengambil uang ke bank. Supir yang membawa merasa terhina karena majikan lebih percaya kepada Paing daripada dirinya. Dalam perjalanan, supir itu meluapkan amarah kepada Paing. Paing merasa tidak nyaman untuk tetap bekerja di rumah peragawati itu. Dia memutuskan un tuk berhenti bekerja.
f)"Mata yang Enak Dipandang" "Matayang Enak Dipandang" berkisah tentang pengemis buta, Mirta,
dan penuntunnya, Tarsa. Suatu siang hari yang sangat terik di sebuah trotoar, Tarsa meninggalkan Mirta seorang diri. Anak laki-Iaki itu sengaja berbuat demikian karena berulang kali Mirta menolak untuk membelikannya rokok atau makanan kecil. Mirta berusaha untuk tidak bergantung kepada
penuntunnya itu. Dia berusaha berjalan mencari tempat yang lebih teduh. Namun,sebelum telapak kakinya turun dari trotoar itu, suara klakson yang demikian keras menyambutnya. Dia menghentikan niatnya untuk berjalan. Mirta kembali berdiri mematung. Kepalanya terasa pusing dan tenggorok-
annya kering. Dia kembali berjalan menyusuri trotoar dan tiba-tiba tubuhnya menabrak sepeda yang diletakkan di trotoar itu. Mirta terjatuh dan dia berusaha menggapai sesuatu agar dapat berdiri. Namun, kini dia benarbenar tidak sanggup. Dia merasa kepalanya seperti gasing yang berputarjJuJar.
Tarsa yang sejak tadi mengamati Mirta dari kejauhan, segera mendekati pengemis itu. Dia menuntun Mirta ke tempat yang teduh dan sebagai imbalannya Mirta harus membelikannya segelas es limun. Sementara itu, Mirta minum beberapa gelas air putih untuk menurunkan suhu tubuhnya. Rupanya air putih itu tidak dapat menurunkan suhu tubuhnya. Dia merintihrintih dan tidak lama kemudian pingsan. Mirta baru siuman ketika men-
dengar suara Tarsa memanggil-manggilnya yang menyatakan bahwa kereta telah masuk dan mengajak untuk mengemis di atas kereta yang baru datang itu. 150
Ajakan Tarsa itu tidak ditanggapi oleh Mirta. Dia hanya menggelenggelengkan kepalanya. Tarsa heran melihat sikap Mirta yang tidak seperti biasanya. Tarsa menarik tangan Mirta dan betapa terkejutnya anak itu ketika dia merasakan tangan Mirta sangat panas. Meskipun Tarsa tahu bahwa Mirta sakit, dia tetap memaksa pengemis buta itu untuk mengemis di atas kereta karena kereta yang baru masuk di stasiun itu adalah kei^ta kelas satu.
Umumnya penumpang yang naik di kereta kelas satu itu adalah oiang-orang yang berduit. Mirta yang merasa badannya sudah tidak kuat untuk berdiri
itu tidak menanggapi ajakan Tarsa. Dia malah pesimis untuk mengemis di kereta kelas satu karena menurut pengamatan Mirta selama bertahun-tahun
dia menjadi pengemis, orang-orang berduit itu malah lebih pelit daripada penumpang kereta kelas tiga. Tarsa yang semula memaksa-maksa Mirta
akhimya menurut dengan perkataan Mirta dan membiarkan Mirta tidur.
Tidak lama setelah kereta kelas satu meninggalkan stasiun,kereta ke-
1^ tiga tiba di stasiun itu. Tarsa membangunkan Mirta, tetapi tubuh Mirta tidak bergerak. Tarsa kebingungan dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.
2.Pelajaran Mengarang(1993) a)"Pelajaran Mengarang"
Ibu Guru Tati menyuruh anak-anak kelas V SO mengarang dengan judul(1)Keluarga Kami yang Berbahagia,(2)Liburan ke Rumah Nenek, dan(3)Ibu. Lama waktu mengarang 60 menit.
Ibu Guru Tati memandang 40 anak-anak yang tengah beipikir untuk mengarang. Sepuluh menit telah berlalu,tapi Sandra belum menulis sepatah
kata pun.la memandang Ibu Guru Tati penuh kebencian. Jikatiba pelajaran mengarang, Sandra merasa kesulitan karena ia harus benar-benar menga
rang. Sementara, teman-temannya hanya menuliskan pengalamannya, kenyataan yang mereka alami.
Waktu Sandra berpikirtentangjudul karangan "Keluarga Kami yang Berbahagia", ia hanya mendapat gambaran yang bertolak belakang dengan keadaan keluarganya,rumahnyayang berantakan, bapaknya pun tidakjelas, dan mamanya selalu membentak dan mengeluarkan kata-kata kasar. Saat Sandra berpikir tentangjudul karangan "Liburan ke Rumah Ne
nek" yang muncul di benaknya seorang wanita tua yang tengah merias dirinya dengan make-up yang tebal dan minyak wangi yang memabukkan. Mamanya Sandra memanggil orang ini dengan sebutan Mami. Sandra se151
ring dititipkan mamanya kepada sang Mami. Di tempat Mami ini banyak sekali perempuan berpelukan dengan lelaki, musik yang keras, dan perempuan yang berada di dalam ruangan kaca yang ditdnton oleh para iaki-iaki. Saat itu, Sandra belum mengerti tempat ibunya bekerja.
Tiga puluh menit telah berlalu, tetapi kertas Sandra masih kosong. Lain Sandra berpikir tentang judui karangan yang ketiga, yaitu "Ibu". la melihat sosok ibunya seorang wanita cantik, selalu merokok, bangunnya siang hari, makan selalu pakai tangan dan kakinya selalu naik ke atas kursi, suka mabuk,dan pager yang berbunyi. Pemah suatu malam Sandra melihat mamanya menangis,ia menanya-
kan sebab-sebabnya,tapi mamanya malah marah-marah. Walaupun begitu, Sandra tabu kalau mamanya itu sayang padanya.
Empat puluh menit telah berlalu, beberapa teman Sandra telah menyerahkan karangannya kepada Bu Guru Tati. Sementara itu,Bu Guru mendekati Sandra. Ia melihat kertas Sandra masih kosong. Bu Guru menanya-
kan apa sebabnya, Sandra hanya diam saja. Bu Guru mengumumkan bahwa waktu mengarang sudah habis dan
semua karangan hams dikumpulkan. Sandra menyelipkan karangannya di tengah-tengah. Bu Gum Tati memeriksa karangan anak-anak,tetapi bam selesai se-
pamhnya.Ia berkesimpulan bahwa anak didiknya mengalamai masa kanakkanak yang indah. Bu Guru Tati belum sampai pada karangan Sandra. Sandra hanya menulis kalimat "Ibuku seorang pelacur..." b)"Titin Pulang dart Saudi"
Cerpen "Titin Pulang dari Saudi" berkisah tentang Titin dijemput oleh Soheh(sepupu ibunya)di agen pengirim tenaga kerja. Titin pulang ke Baros (Sukabumi)setelah empat tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi. Jalan menuju daerahnya kini telah diaspal. Bahkan, menurut
informasi supir taksi, Presiden pun pernah melewati jalan itu untuk meresmikan proyek bendungan di Jampang. Rumah Titin terang benderang karena tiga lampu petromak menyala
sekaligus. Bahkan, kabel menyambung dari rumah Mang A'an dan bohlam lampu 25 watt menyala di mang tengah. Kedatangan Titin disambut tawa riang oleh saudara, teman, dan tetangganya. Saat mereka membuka oleholeh Titin, perhatian mereka terpecah antara oleh-oleh dan si pemberi oleholeh. Sementara itu, Titin terpumk kelelahan. 152
Titin ingin berziarah ke makam ayahnya. Ayah Titin meninggal saat ia baru empat bulan bekerja di Arab Saudi. Namun, ibunya menyarankan agar Titin tidur dahulu karena masih capek, Titin pun menuruti nasihat ibunya.
Hanya tiga hari suasana di rumah ibu Titin tidak seperti biasanya. Setelah itu mereka kembali ke dalam kegiatan rutinnya. Ibunya pergi ke penggilingan padi, dua adiknya sekolah, dan dua kakaknya kembali ke rumahnya,sedangkan adik langsungnya, Avi,drop out-an SMP tengah memasak di dapur. Sementara itu, para tetangga membicarakan Titin dengan uang yang didapatnya dari Arab.
Malam kelima keluarga Titin berkumpul, entah dari mana mereka tahu Titin akan menghitung basil keringatnya selama empat tahun dari Arab Saudi. Setelah dihitung-hitung, penghasilannyatergolong banyak,jumlah-
nya sekitar Rpl4.400.000. Keluarga Titin semuanya turut campur atas uang dari Arab itu. Ada yang menyuruh beli angkot, membeli sawah, dan membetulkan rumah. Bahkan, ada yang mengusulkan kawin lagi karena suami Titin (Ujang)tergoda perempuan lain, saat Titin berada di Arab saudi. Se muanya merasa berhak mengatur uang Titin. Si pemilik sendiri tidak diberi
kesempatan menjelaskan rencananya. Titin mengedarkan pandangan ke gubuknya yang telah reot, pakaian ibunya yang kumal, dan Iain-Iain, yang semuanya memerlukan uang basil jerih payahnya.
Jika di kampung Titin banyak rumah bagus, pada umumnya uang untuk pembangunan rumah itu basil kerja dari Arab Saudi. Di Baros pembangunan rumah menjadi hal yang penting karena akan menaikkan penampilan, prestise. Tenaga kerja yang berasal dari daerah.ini sangat banyak. Titin telah memutuskan sepertiga dari penghasilannya untuk memperbaiki rumah. Lalu dia akan bayar utang ayahnya, membeli perabotan, dan modal buka warung sayuran. Namun,saudara-saudaranya mempunyai keinginan yang lain. Ada yang ingin dibelikan tv berwarna,alat-alat kosmetik, pakaian, alat-alat dapur, dan mainan anak-anak(tamiya). Baru tiga minggu di Baros Titin sudah merasa tidak enak dan uangnya makin menyusut. Se mentara itu, rummah ibunya belum selesai diperbaki. Terakhir saudara-saudara Titin mendesak supaya Titin mengajak piknik ke Taman Safari dan
Dunia Fantasi. Karena tak tahan rengekan saudara-saudaranya termasuk ibunya, Titin pun menuruti kehendak mereka. Uang pun keluar lagi dan simpanan makin menipis. Sejak Titin datang, perilaku saudaranya—terutama adik-adiknya—berubah. Adik-adiknya kalau makan harus dengan ikan atau 153
daging. Titin belum bisa menemukan jalan keluarjika uangnya benar-benar habis. Ibu dan saudara-saudaranya menganjurkan agar Titin kembali lagi ke Arab Saudi. Hal itu tidak diinginkannya. la sebenarnya takut kembali lagi ke Arab.Namun,apa hendak dikata,tuntutan atau rengekan belum juga berhenti, sementara uang sudah habis. Dua bulan hampir berlalu, hari-hari Titin di Baros kini terasa sepi dan hanya bisa termenung. Tak ada senyum, pujian, atau kunjungan. Tidak seperti ketika ia baru datang dan banyak uang. Kini,adik-adiknya telah berani membantah perintahnya. Belum lagi sindiran tetangga tentang rumahnya yang hanya setengah jadi. Suatu waktu,saat Titin, Avi,dan ibunya mencuci pakaian di kali Cimandiri, Avi, mengemukakan keinginannya untuk berangkat ke Arab Saudi. Titin terkejut mendengar keinginan adiknya yang baru berumur 17 tahun itu. Ia memandang adiknya dengan tajam dan getir. Saat adiknya minta kepastian, dengan spontan Titin menjawab bahwa dirinyalah yang akan ber angkat lagi. Mendengar anaknya akan berangkat lagi, ibunya kelihatan bersemangat dan bertanya berapa lama anaknya itu di Arab Saudi. Titin menjawab ia akan bekerja enam tahun atau lebih dari itu. 3.Lampor(1994) a)"Lampor"
Cerpen "Lampor" berkisah tentang tukang akik di kali Comber yang menghuni gubuk secara berdesakan. Jika malam, anak-anak tidur di lantai menggunakan tikar, sedangkan di atas dipan lapuk tidur bapak dan ibunya (Abah Marsum dan Sumiah). Tito anak yang paling besar,sudah berangkat kerja sebagai pemulung. Rohanah anak kedua antre mengambil air bersih untuk memasak. Abah Marsum bangun dari tidurnya sambil batuk-batuk. Sementara itu, Sumiah mengomel dan mengumpat sambil berjalan kian kemari karena uangnya dicuri Rois, anaknya yang ketiga. Abah Marsum menyuruh Rohan^ mencari Rois,tetapi menurut Ro
hanah percuma sebab Rois pasti tengah menenggak KTI(sejenis minuman keras).
Rohanah menyusul Sumiah yang tengah mandi di sungai. Diamelihat Jumri melambaikan tangannya. Rohanah menghampirinya. Selesai mandi, Sumiah marah-marah lagi kepada suaminya yang tengah duduk meramal nomor buntut. Ia menyuruh suaminya usaha karena tidak punya minyak 154
tanah untuk memasak dan bahan makanan. Abah Marsum tidak bergerak sebab sedang menunggu Parjo. la menyuruh Sumiah mengutang lagi ke warung Paijah. Sumiah tIdak mau sebab utangnya sudah menumpuk. Mbah Marsum menjeiaskan bahwa Sumiah tidak mengerti tentang batu merah deiima. Menurut Abah Marsum kalau buntut nalonya menang, ia akan membangun rumah seperti perumahan Griya Arta yang berada tidak jauh dari kali Comber.
Sumiah berubah pikiran, menurutnya tidak akan ada hasiinya bertengkar dengan iaki-laki tua. Ia teringat hari itu adalah hari Rabu. Sumiah bertanya kepada suaminya, apa sudah mendapat info. Abah Marsum me-
nyampaikan mimpi dan maknanya kepada Sumiah. Menurutnya, ia harus membeli, paling tidak satu kupon dan akan meminjam uang kepada Parjo. Sumiah pergi, ia berpura-pura akan berutang kepada Paijah. Padahaj, sebenarnya ia pergi ke pasar membeli dua lembar kupon. Sampai siang, Parjo yang ditunggu-tunggu Abah Marsum tidak juga datang. Abah Marsum membanting gelas karena Rohanah membuatnya jengkel. Rohanah membawa nasi bungkus, tetapi tidak mau berbagi, sementara di gubuk itu tidak ada makanan apa pun. Abah Marsum menyangka Rohanah mendapat uang dari si Rois. Rohanah berterus terang bahwa ia dikasih uang Rp500 dari si Jumri. Abah Rohanah marah-marah, ia tidak setuju anaknya bergaul dengan si Jumri. Rohanah pergi sambil menghabiskan nasinya.
Rohanah terlentang di dipan. Dia membayangkan Jumri seperti bintang film yang ia tonton di rumah tetangganya dengan membayar Rp200. Rohanah bermimpi tentang Jumri. Dia tersentak saat Tito menghempaskan tubuhnyadi dipan itu. Sumiah marah-marah lagi karena gelasnyapecah. Dia baru saja pulang dari pasar membawa belanjaan. Tito menyuruh Rohanah membantu ibunya memasak,tetapi Rohanah bermalas-malasan.
Sambil memasak,Sumiah membanding-bandingkan ketiga anaknya. Tito anak yang baik, Rohanah sudah menunjukkan bakatnya menjadi pelacur, dan Rois menunjukkan bakatnya menjadi bajingan. Ketika masakan hampir matang, Abah Marsum muncul. Ia gagaI membeli kupon. Padahal, ia yakin nomor buntut itu akan keluar. Rohanah
pergi menonton film. Pukul sebelas Tito pulang lampu sudah dipadamkan. Tidak lama kemudian, Rohanah muncul. Kedua anak itu masih dibayangbayangi film dewasa yang baru saja ditontonnya. Ada desakan yang tidak
155
dimengerti Tito dalam dirinya. Saat itu, Tito mendengar derit dipan berbunyi. Tito ingin berbagi rasa dengan adiknya. Tito menghela napas berat. b)Ringkasan Cerpen "Rambutnya Juminten" Cerpen "Rambutnya Juminten" berkisah tentang Juminten yang memiliki rambut panjang yang sangat bagus. Juminten ingin memotong ram
butnya semodel dengan Marni,tetapi Panuwun(suaminya)tidak menyetujui keinginan istrinya. Panuwun menginginkan Juminten rambutnya panjang dan selalu memakai penyubur rambut yang baunya tidak enak. Namun, Juminten tetap mengikuti kehendak suaminya.
Sebagai teman baik Juminten, Marni tidak setuju Juminten mengikuti kehendak suaminya, tetapi Juminten sendiri merasa tersiksa.
Sepulang Juminten dan suaminya menonton layar tancap, banyak orang berkomentar bahwa Juminten itu cantik seperti bintang film dengan rambut panjangnya. Bahkan,seperti Dewi Nawang Wulan kataNardi bekas anak majikan suaminya.
Setiap Juminten mencuci di pancuran,Nardi selalu mengajak Jumin ten bercanda. Hal itu disampaikannya kepada suaminya.Panuwun cemburu, Juminten tidak boleh lagi mencuci di pancuran. Akhimya, Juminten tidak
lagi keluar rumah. Kegiatan voli RT pun dia tinggalkan. Nardi marah mendengar Juminten tidak boleh keluar rumah oleh Pa nuwun. Mereka pun berseteru. Juminten membujuk Panumun supaya tidak berantem dengan Nardi. Ketegangan antara Panuwun dan Nardi makin menjadi-jadi.
Marni datang disuruh ibu RT menanyakan keadaan Juminten. Marni menasihati Juminten. Juminten merasa omongan Marni benar,tetapi Marni
tidak mengerti sepenuhnya tentang keadaan Juminten. Juminten tidak ingin Panuwun masuk penjara gara-gara akan membunuh Nardi. Panuwun pulang kerja, Juminten laporan bahwa dia diminta ibu RT untuk latihan voli. Panuwunjuga berterus terang bahwa dia ketemu Pak RT dan menyuruh Juminten latihan. Panuwun menyuruh Juminten memotong rambutnya sependek mungkin. Juminten menangis karena selama ini dia sudah bersusah payah me-
manjangkan rambut dan menahan bau penyubur rambut. Malam itu Jumin ten mimpi menjadi Nawang Wulan yang terbang kembali ke kahayangan karena Joko Tarub melukai hatinya. Nawang Wulan turun ke bumi pada
hari Anggoro Kasih atau Senin Legi, sama dengan kelahiran Juminten. 156
4.Laki-Lakiyang Kawin dengan Peri(1995) a)"Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" Cerpen "Laki-Laki yang Kawin dengan Peri" karya Kuntowijoyo berkisah tentang Pak Kromo. Leiaki tua itu hidup sendiri di rumahnya walaupun kabarnya ia pernah kawin dan mempunyai anak, tetapi berada di desa lain. Ia mempunyai sepetak sawah. Selain berkebun ia juga memelihara ayam. Sesekali ia ke pasar menukarkan basil kebunnya dengan garam dan pakaian. Nama Kromo Busuk bermula ketika menantu tetangganya pada malam pengantinnya mencium ban busuk. Setelah mencari tabu asal-usul bau itu, menantu tetangganya itulab yang pertama kali menudub babwa sumber bau itu adalab Pak Kromo,entab itu bau busuk luka di kaki Pak Kromo atau
bau keringatnya, wallabu'alam. Yangjelas,semua penduduk desa itu sudab mengelub karena bau busuk yang menyebar ke selurub pelosok desa. Suatu malam orang-orang dari gardu pos kamling melakukan pemeriksaan dari rumab ke rumah untuk mencari tabu sumber bau busuk itu.
Akbirnya ditemukan babwa sumber bau busuk itu adalab Pak Kromo. Pak
Kromo menolak tuduban itu. Walaupun begitu, demi kenyamanan warga desa, ia terpaksa mendirikan gubug di pinggir desa lalu tinggal di situ. Ternyata bau busuk itu belum juga hilang. Gardu ronda pun tidak dijaga lagi karena para peronda tak taban mencium bau busuk itu. Akibatnya, pencuri merajalela. Pak Kromo menyadari bal itu sebingga setiap malam ia tidur di tengab sawab yang terbengkalai yang oleb penduduk desa menganggap tempat itu angker.
Suatu malam tiba-tiba seorang wanita cantik muncul di samping Pak Kromo. Rupanya, wanita cantik itu adalab peri. Sang peri menanyakan ikbwal Pak Kromo menginap di tempat itu dan ia pun menceritakan penyebabnya. Anebnya, malam berikutnya ia malab kawin dengan peri itu di badapan pengbulu Naib Kecamatan yang sudab dikenalnya, lengkap dengan saksisaksi. Malam itu juga Pak Kromo menikmati bulan madunya. Malam berikutnya beberapa warga desa ingin tabu keadaan Pak Kro mo. Mereka mengikuti Kromo, tetapi ketika Kromo memasuki tengab sawab yang dipercayai angker itu, ia pun mengbilang. Begitulab seterusnya sebingga orang-orang tidak tabu persis apa yang terjadi pada diri Pak Kromo. Lama-kelamaan, Pak Kromo bampir dilupakan orang. Pada suatu malam,dua orang penunggang kuda layaknya seorang pa-
157
ngeran dan pembantunya,tiba-tiba muncul di gardu ronda. Seorang dari penunggang kuda itu, yaitu yang berpakaian ksatria mempertanyakan ikhwal Pak Kromo. Sebentar kemudian kedua orang itu lenyap bersama kuda tung-
ganggan mereka. Tiba-tiba terdengar suara ledakan keras yang disusul semerbak mewangi yang tercium di mana-mana. Orang-orang berduyun-duyun menuju sawah asal suara ledakan itu dan masih sempat menyaksikan asap membubung ke atas. Mereka mahfum kaiau Pak Kromo sudah meninggal walaupun jasadnya tidak ditemukan. Mereka berkesimpulan bahwa jasad kromo telah dibawa ke dunia ielembut dan mereka merasa berdosa telah menyebabkan Pak Kromo sengsara. Sejak itu warga desa terserang pageblug atau epidemi. Anak bayi, re-
maja,dan orang tua,semua kena. Pagi sakit sore mati. Sore sakit pagi mati. Ibu-ibu pun kehabisan air susu. Mereka berusaha menangkal dengan tradisi mereka, yakni dengan membawa obor berkeliling desa. Bahkan kaum perempuannya bertelanjang mengelilingi rumah sambil menyanyikan "dandanggula". Akan tetapi, situasi malah semakin buruk. Akhimya, datanglah seorang kyai yang menganjurkan agar warga desa itu melakukan upacara sedekah. Mereka lalu mengadakan kenduri dan mengaji layaknya menghantar arwah orang baru meninggal. Namun,entah bagaimana sebenamya nasib Pak Kromo. Ada yang mengatakan jadi pengawal atau jadi pangeran sehingga pakaiannya bagus-bagus. Adajuga yang mengatakan bahwa Pak Kromojadi sais,jadi tukang rumput,atau jadi rakyat biasa di dunia Ielembut. Konon ada yang pemah berjumpa dan mengajaknya pulang tetapi waktu itu Pak Kromo menangis karena Pak Kromo sudah terikat daiam suatu perjanjian sehingga tidak mungkin dapat kembali ke dunia. Demikianlah kisah Pak Kromo.
b)"Ziarah Lebaran" Cerpen "Ziarah Lebaran"karya Umar Kayam mengisahkan sepenggal suka duka Yusuf yang hidup menduda. la bekerja dan tinggal di Jakarta. Dari mendiang istrinya, Siti, ia mempunyai seorang anak bemama Eko. Sejak ibunya meninggal, Eko diasuh oleh eyang putrinya di Jawa. Sebenamya Yusufsudah mempunyai seorang kekasih bemama Yatti. Hubungan mereka pun sudah cukup intim sebab beberapa kali mereka
sudah pernah menginap di hotel. Setelah mereka saling mendalami pribadi dan status masing-masing, Yusuf sudah berkesimpulan bahwa ia akan 158
mempersunting Yatti agar menjadi ibu bagi Eko.
Sebagaimana biasa, setiap menyambut hari pertama lebaran Vusuf
menginap di rumah mertuanya di Jawa sekaligus untuk melepas rindu kepada anaknya. Seperti biasa pula, pada pagi hari pertama lebaran itu, mereka sembahyang led bersama di lapangan. Seusai salat mereka bermaaf-
maafan dan dilanjutkan dengan menikmati makanan yang lezat-lezat. Kemudian, mereka ziarah bersama ke makam ayah mertuanya dan ke makam
Siti. Di makam Siti mereka kemudian berdoa dan Eko mendaulat diri mengucapkan "A1 Fatihah". Eko sangat iancar mengucapkan "A!Fatihah" yang membuat Vusufsadar bahwa Eko sudah bertambah besar,sedangkan eyang putri bercucuran air mata karenanya.
Vusuf kemudian pulang ke Jakarta. Dalam perjaianannya ke Jakarta dengan kereta, ia termenung karena ada sesuatu yang masih terganjal dalam hatinya yang seharusnya sudah disampaikannya kepada ibu mertuanya. Se-
benarnya ia hendak menyampaikan kepada ibu mertuanya bahwa ia ingin menikah lagi. Akan tetapi, hal itu tidak pernah disampaikannya sampai ia pulang ke Jakarta. Dalam lamunannya ia bertekad bahwa pada lebaran tahun depan ia akan memberanikan diri mengemukakan kepada ibu mertua nya bahwa ia akan memperistri Vatti menjadi ibu Eko dan akan mengasuh Eko di rumahnya di Jakarta.
5.P^tolPerdamaian (1996) a)"Orok Dani"
Cerpen Orok Dani" berkisah tentang lima orang wanita berpakaian adat suku Dani tengah bekerja menggali hipere(ubijalar) untuk kebutuhan makan. Kemudian, mereka menanaminya kembali. Kelima wanita itu ada-
lah para istri Weakmotok Gozina. Sementara itu, suaminya sedang jalanJalan atau menghibur diri di keramaian pasar.
Kelima wanita itu rajin bekerja karena takut kepada suaminya. Mas kawin menjadikan para istri terpenjara dan bisa dijadikan budak. Untuk itu, wanita Dani lebih suka dimadu untuk meringankan bebannya. Weakmotok pulang dari kota, ia memandang istrinya yang ketiga, Hanno Watlaqa, sedang mengayunkan sekop lambat-lambat. Weakmotok
berteriak, mengapa Hanno Watlaqa berlaku seperti itu. Mendengar teriakan suaminya rasa takutnya muncul. Hanno Watlaqa tidak menjawab. Weakmotok marah karena tidak dijawab, kemudian berteriak-teriak.
Dia mengambil sebongkah tanah lalu dilemparkan ke arah Hanno Wat159
laqa.Tanah itu melayang di atas kepalanya. Keempat istrinya yang lain diam karena takut. Hanno memandang suaminyatak berkedip. Tiba-tiba saja Hanno pandangannya nanar, kakinya tidak iagi dapat menopang perutnya yang gendut(hamil)latu jatuh. Melihat Istrinya jatuh, Weakmotok bertambah marah. Hanno bangun dengan jaian merayap. Keempat istri yang lain menolong,tetapi segera dibentak oleh suaminya. Weakmotok pergi ke arah bukit, ia takut ada orang lain yang melihat peristiwa itu. Hanno menggigit bibirnya hingga berdarah. Ia berjalan tertatih-tatih. Hanno menuju sebuah hutan larangan bagi laki-laki(weisa) yang jaraknya lima kali lemparan tombak. Hanno berusaha tegar, ia tabu sulitnya menjalani hidup sebagai perempuan Dani. Di samping itu, ia merasa takut bayi yang dilahirkannya laki-laki lagi, suaminya pasti akan marah. Bagi suku Dani anak laki-laki tidak menghasilkan apa-apa, sedangkan anak perempuan bisa mengangkat derajat orang tuanya.
Hanno menuju sebuah pohon lalu duduk di bawahnya. Di samping
pohon itu telah ada peralatan melahirkan khas suku Dani. Secara adat, pe rempuan Dani hams menolong persalinannya sendiri. Hanno merasa waswas karena belum lama ini ada perempuan yang melahirkan,tetapi bayinya mati dikoyak-koyak babi hutan. Hanno merasa mulas, darah telah mengaliri bagian bawahnya. Apa
yang ditakutkannya menjadi kenyataan. Seekor babi hutan datang karena mencium aroma darah. Hanno berusaha mengusimya,tetapi babi itu hanya mundur beberapa langkah. Perempuan itu berusaha mengumngkan kelahiran anaknya,tetapi bayi itu tetap keluar. Hanno pun pingsan. Sementara itu, keempat istri Weakmotok merasa kasihan kepada Hanno dan mereka memiliki rasa setia kawan. Mereka mengadakan rapat darurat tanpa sepengetahuan suaminya. Mereka sepakat istri pertamalah
yang akan menolong Hanno. Saat suami mereka menanyakan istri pertamanya, ketiga perempuan itu sepakat menjawab bahwa istri pertamanyatengah buang air besar. Mendengar Jawaban ketiga istrinya, Weakmotok sangat marah. Ia mencari istri pertamanya ke tepi hutan untuk dipukul. Namun, Weakmotok tidak berani menuju hutan larangan. Sementara itu, babi hutan telah mengambil plasenta dengan moncong-
nya. Babi itu tiba-tiba terkejut karena ada orang yang menyerangnya dengan hisok(sekop dari kayu). Babi dan orang itu (istri pertama Weakmotok)saling menyerang. Babi itu terluka dan perempuan itu pun kakinya terluka. 160
Dengan menahan sakit, perempuan itu berhasil mengusir binatang itu. Istri peitama Weakmotok segera menolong bayi yang telah terseret babi dari tempat ibunya. Hanno sadar dari pingsannya.la melihat madu pertamanya terseok-seok menuju ke arahnya. Hanno mendapat kabar bahwa bayinya perempuan dan ia pun merasa senang. Mereka berusaha keluar dari hutan larangan. Sesampainya di tepi hutan, suaminya menghadang kedua perempuan itu sambil marah-marah. Dengan gemetar istri pertama Weak motok menjawab, tetapi Weakmotok tetap marah. Namun, setelah Weak motok mendengar Hanno akan membunuh bayi perempuannya, lelaki itu tercengang lalu mengamati bayi itu. Weakmotok sangat gembira, ia tertawa
lepas. Weakmotok mengajak semua istrinya pulang dan menyuruh mengundang tetua adat. Dia akan mengadakan pesta menyambut kedatangan bayinya. Kedua istrinya saling berpandangan,ternyata suami mereka masih menyenangkan. Sepanjang perjalanan Weakmotok berteriak bahwa dia punya anak perempuan. Weakmotok mempunyai obsesi bahwa anak perem puan mendatangkan kekayaan. Dia menunggu seorang iaki-laki memberi uang ijon untuk mas kawin anaknya. Tujuannya hanya satu supaya dia bisa kawin lagi.
b)"Waning Pinggir Jalan" Cerpen "Waning Pinggir Jalan" berkisah tentang kehidupan Idah
(Rosidah)dan emaknya yang hidup dari usaha warung di pinggir jalan. Idah tersedak, butiran nasi dari mulutnya keluar saat emaknya memanggil dan menyuruh Idah mengambil daun Jeruk purut. Padahal, dia tengah memperhatikan Mira, perempuan di seberangjalan yang baru muncul saat subuh tiba. Mira seorang pelacur. Laki-laki yang mengantarnya pulang selalu berganti-ganti. Jika Mira dan lelaki yang mengantarnya akan berpisah mereka berciuman dan saling merapatkan diri. Hal inilah yang menarik bagi Idah.
Idah dan ibunya berjualan sate. Mereka harus bangun pagi karena wa rung buka pukul enam pagi. Pelanggan warung sate mereka adalah supirsupir truk yang mengantar barang-barang ke proyek. Idah sering digoda oleh para supir. Tidak selamanya godaan supir itu mengesalkan bagi Idah,apalagi kalau supir Emetyang menggodanya,gadis itu akan tersipu-sipu dibuatnya. Idah merasa elusan tangan Emet di pantatnya akan terasa sampai di bangku sekolah. Memang Emet disenangi oleh perempuan-perempuan warung pinggirjalan di desa itu. Bahkan,dulu sebe161
lum Mira membangun rumahnya, dia sering meminta Emet menginap, tetapi setelah Mira membangun rumah, mempunyai televisi berwarna, dan mempunyai laki-taki yang baru, dia mengusir Emet. Idah sering mengingat Emet. Lelaki itu mendapat julukan "si Jaiu" dari perempuan-perempuan warung pinggirjalan. Idah menginginkan Emet setiap hari ada di warungnya. Dari tetangganya, Idah mengetahui kaiau bapaknya itu, dulu diusir oleh emaknya karena ketahuan menyeleweng dengan Mira.Namun,di mata Idah, Mira adaiah perempuan yang tidak ada kekurangannya, cantik, kaya, dan wajahnya selalu gembira. Idah ingin seperti Mira, ia tidak peduli akan cibiran perempuan lain kepada Mira yang pelacur itu. Bagi Idah, pelacur atau dokter, tidak ada bedanya. Malam tiba, lampu petromak sudah dinyaiakan. Begitu pula rumahrumah yang sudah menggunakan aliran listrik. Setiap malam selalu ramai, perhatian orang tersita oleh para perempuan yang duduk di balik toples berbungkus kertas minyak. Namun, minggu ini kegiatan proyek di selatan dikurangi. Jadi,tak banyak truk parkir di depan warung. Sebulan kemudian, warung pinggir jalan makin sunyi. Ada yang pindah, ada juga yang tidak. Idah dan emaknya tidak terpengaruh dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Idah memperlakukan Emet secara istimewa. Ia memotong daging sate lebih besar dari yang lainnya untuk diberikan kepada Emet. Emak mengingatkan Idah,tapi anak itu tidak peduli akan nasihat ibunya. Sumur-sumur di pinggir jalan tidak ada airnya, begitu pula sumur Emak Idah. Mereka tidak lagi berjualan karena tidak ada air. Idah menyarankan agar Emak meminta tolong Emet menggali sumur. Emak ragu-ragu atas usul Idah,tetapi Idah akan mencobanya. Saat esok harinya Emet datang ke warungnya, Idah meminta tolong dan Emet pun man menolong Idah. Emet menyuruh Idah duduk di sampingnya. Idah duduk,tetapi ragu-ragu. Emet mengajak Idah mengambil peralatan menggali sumur di waduk. Tibatiba saja Idah telah berada di pangkuan Emet dan lelaki itu menciumnya. Emet dan Idah pergi ke waduk mengambil peralatan. Setelah Emet memasukkan peralatan ke dalam truk, dia mengajak Idah mengelilingi wa duk. Pikiran gadis itu melayang-layang, bayangan Mira melekat dalam benaknya. Saat truk sampai di depan warung emaknya, Idah tidak tahu apa yang berkecamuk dalam perasaannya. Gadis itu hanya mengangguk saat Emet meremasjemarinya dan besok baru dia akan mulai menggali sumur. Emet sibuk menggali sumur. Idah menyediakan kopi di bibir sumur, 162
sampai siang kopi itu belum diminumnya. Hari itu Idah merasa gembira, tid^ lama sumumya sudah berair lagi. Hari-hari berikutnya, Emet masih sering singgah di warung Emak Idah. Warung yang bertahan di pinggir jalan itu tinggal dua, warung Emak Idah dan Ceu lyam. Pembangunan waduk telah berjalan hampir tiga tahun, tetapi belum
mengubah kehidupan masyarakat di sekitarnya. Beberapa orang warga gencar membicarakan ganti rugi tanah yang tidak pernah selesai. Kadang-kadang datang beberapa keluarga berpamitan ke rumah Emak dan Idah. Ka-
dang-kadang mereka pergi ke kota membawa spanduk. Karena banyaknya peristiwa yang terjadi, orang tidak ingat lagi sejak kapan tubuh Idah menjadi seialu wangi dan gembira. Mereka juga tak punya waktu untuk bertanya, mengapa Idah tak pernah melayani para pembeli di warung Emak.
Idah pun tak bisa lagi secara runut mengisahkan Emak yang kehilangan suara(menjadi bisu).
c)"Penumpang Kelas Tiga"
Cerpen "Penumpang Kelas Tiga" berkisah tentang pertemuan Dali dengan teman lamanya di kapal Kerinci yang berlayar dari Padang menuju Jakarta. Dali dan temannya(Nuan) itu naik kelas tiga. Mereka saling bertegur sapa ketika antri di kamar kecil. Dali dan Nuan bercerita panjang
lebar. Mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Mereka kini telah tua,tetapi mereka tidak lupa akan pertemanan mereka. Dali teringat masa lalunya. Nuan mempunyai saudarakembar,Nain namanya. Mereka seialu bersama-sama. Kata orang,orang yang bersaudara kembar sering punya selera sama,termasuk selera terhadap perempuan. Hal itu benar-benar dibuktikan
oleh Nuan dan Nain. Pada awal revolusi, Nuan dan Nain memperebutkan seorang gadis, Wati. Yang menjadi idola para gadis pada saat itu adalah pra-
Jurit yang di pinggangnya tergantung samurai dan kakinya dibalut kaplars. Nuan dan Nain hanya dapat pangkat sersan satu dengan tugas sebagai pelatih TKR bagi prajurit baru. Oleh karena pangkat mereka rendah,Nuan dan Nain tidak berhak memakai kedua perangkat perwira yang bergengsi itu. Jadi, Nuan dan Nain tidak mendapat perhatian dari Wati.
Ketika Komandan Pasukan Hizbullah, Kolonel Hasan, mengajak bergabung dengan pangkat letnan dua, Nuan meninggalkan tugasnya di TKR. Sementara itu, Nain agar dapat pangkat yang sama, bergabung de ngan Tentara Merah Indonesia. Setelah bergabung dengan pasukan yang berbeda, perseteruan dua saudara kembar ini makin seru. Apalagi,Jika di163
kaitkan dengan persaingan untuk mendapatkan Wati. JikaNuan berkunjung ke rumah Wati, dia akan bicara tentang perang jihad. Sementara itu, Jika Nain berkunjung ke rumah Wati, dia akan bicara tentang revolusi rakyat. Akhirnya, Nuanlah yang berhasil merebut Wati. Itu terjadi setelah pemerintah menggabungkan seiuruh kesatuan pejuang ke dalam TNI. Kebijakan pemerintah itu membuat pangkat Nuan dan Nain turun dua tingkat. Nuan mendapattugas baru sebagai staf bagian logistik,sedangkanNain mendapat tugas baru dalam kesatuan difront. Ayah Wati menetapkan supaya anaknya memilih Nuan. Hal itu atas pertimbangan agar kebutuhan rumah tangga anaknya lebih terjamin dari segi ekonomi. Sementara itu,jika Wati memilih Nain, kemungkinan anak nya itu cepatjadi janda. Nain menyalahkan Wati kenapa perempuan itu memilih Nuan. Wati telah membalas ciuman Nain. Menurut perkiraan Nain, Wati tentu akan memilihnya. Namun, Wati tidak berdaya karena ayahnya turutjuga menentukan pasangan hidupnya. Nain merangkul Wati, kedua orang itu bergumul dengan dada yang bergelora. Saat akan melampaui batas, Wati sadar bahwa dia telah menjadi istri Nuan. Pergumulan kedua orang itu pun berhenti. Sejak itu mereka tidak pemah bertemu lagi. Nain sering berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau lain yang dilanda kemelut militer. Sewaktu terjadi peristiwa PRRI, Nain ditugaskan untuk menumpas gerakan itu. Sementara, Nuan yang terlibat PRRI ikut mundur ke hutan. Namun, Wati tetap tinggal di kota. Dia telah mempunyai anak dua orang. Kesempatan bagi Nain terbuka,dia mendatangi Wati. Mereka bergumul lagi berulang kali. Api dalam dada Nain membara bercampur antara cinta yang terampas, permusuhan ideologi,dan dendam terhadap saudara kembarnya. Sementara itu, Wati berpendapat daripada melayani prajurit lain yang mabuk kemenangan, lebih baik melayani Nain yang sekaligus bisa menjadi pelindung. Setelah kalah perang, Nuan bergabung kembali dengan TNI pangkatnya diturunkan lagi dua tingkat, kini dia menjadi pembantu letnan. Se mentara Nain sudah menjadi kapten yang menang perang. Di hadapan Wati, kedua saudara kembar itu saling memandang, kemudian mereka saling berangkulan. Melihat keadaan itu, Wati lari meninggalkan mereka. Nuan dengan penuh keyakinan menyimpulkan bahwa antara istrinya dan saudara kembarnya telah terjadi suatu hubungan " istimewa". Hal itu membuat Nuan sakit hati, benci,dan dendam. Namun,Nuan tidak bisa ber164
tindak apa pun sebab dirinya telah tidak berdaya, dia hanyalah seorang prajurit yang kalah perang. Bagi Nuan tidak ada pilihan lain kecuali menerima kembali Wati dan kedua anaknya. Panggung sejarah berubah lagi, pemberontakkan kaum komunis pecah. Nain yang baru saja diangkat jadi mayor ikut gerakan komunis. Dia
ditangkap lalu dipenjarakan. Nuan merasa senang di satu sisi, tapi di sisi lain ia sedih sebab bagaimana pun bencinya dia, Nain itu adalah saudara kembarnya.
Nuan ingin membalas dendam dengan cara meniduri istri Nain. Inna
yang cantik dan iebih muda itu, ketika suaminya dipenjara, menumpang di rumah Nuan. Apalagi kalau Nuan ingat pengkhianatan Wati dengan Nain. Suatu malam, Nuan meninggalkan Wati. Dia pergi ke kamar Inna dengan nafsu dendam yang menyaia-nyala. Di kamar Inna, Nuan hanya termangu melihat Inna membuka baju sambil menangis tersedu. Nuan lalu keluar kamar sambil membantlng pintu. Ia lalu menyusuri jalan raya yang gelap karena listriknya padam. d)"Pistol Perdamaian"
Cerpen "Pistol Perdamaian" berkisah tentang ayah "Saya" memberi tabu "Saya" bahwa sudah sampai waktunya untuk membuka peti warisan kakek yang penuh berisi senjata."Saya" menyiapkan tempat,tetapi istrinya keberatan."Saya" dan istrinya sepakat menyimpan senjata warisan itu, yaitu di perpustakaan lantai atas. "Saya" akan menyimpannya di salah satu rak buku.
Kecocokan seseorang dengan senjata yang dimilikinya harus ditayuh (dites). Artinya, si pemilik senjata harus tidur dengan senjata. Nanti si pemilik itu akan mimpi didatangi orang yang mau ikut dengan si pemilik senjata. Jika tidak menayuh, senjata itu akan berakibat tidak baik. "Saya" pamit kepada istrinya akan menginap di desa. Padahal, sebe9
¥
narnya "Saya" akan menayuh senjata warisan itu. "Saya" pun tidur dengan '' sebilah keris, sebuah ujung tombak, dan sepucuk pistol. Namun, "Saya" tidak bermimpi apa pun. Sementara saudara-saudara "Saya", yang samasama mendapat warisan senjata bermimpi macam-macam. Senjata-senjata itu pun akhirnya disimpan di perpustakaan. "Saya" merasa sayang sebenarnya,«tetapi keputusan istrinya tidak bisa ditawar lagi. "Saya" mencerita-
kan riw|^at kesaktian keris Kiai Samudra dan tombak Kiai Sela sangat hebat. K,i«j Samudra konon dapat mendatangkan hujan,sedangkan Kiai Sela 165
dapat mengalahkan musuh. Sementara pistol, datang sendiri pada zaman Jepang. Pada zaman itu, orang sipll takut memiliki senjata karena hanya tentara yang boleh memilikinya. Saat itu ada orang ribut membuang pistol, kemudian orang yang dekat dengan pistol itu membuangnya lagi. Kakek "Saya" mengambil pistol itu disaksikan oleh Pak Lurah. Namun, istri "Saya" berpandangan Iain, ia selalu mempunyai cara untuk merendahkan Jasa senjata-senjata warisan itu. Pada masa revolusi, kakek "Saya" selalu membawa pistol itu. Tidak seorang pun tahu kalau pistol itu kosong,tidak ada pelurunya. Tahun 1965 jika kakek"Saya" meronda, pistol itu selalu dibawanya. Hasiinya desa"Sa ya" aman, tidak ada yang terbunuh dan tidak ada pembunuhan. Dengan bangga kakek "Saya" menyebutnya pistol perdamaian. Istri "Saya" merasa takut karena di perpustakaan pada malam hari sering terdengar suara gaduh. Istri "Saya" berpendapat bahwa suara itu pasti ulah keris dan tombak yang berkelahi dengan pistol karena keris dan tombak basil budaya agraris,sedangkan pistol basil budaya industrial. Jadi, ada ketidaksesuaian sebingga senjata-senjata itu bertengkar. Demi ketenteraman rumab tangga,"Saya"terpaksa membuang pistol
itu di tempat sampab.Pagi-pagi Pak RT dan duatukang sampab datang menyerabkan pistol itu untuk diproses sesuai prosedur yang berlaku. Setelab mereka pergi, "Saya" menunjukkan kepada istrinya babwa pistol itu kembali lagi ke rumab. Istri "Saya" menyurub membuang lebib jauh lagi pistol warisan itu. Saya pun menurut lalu keluar kompleks perumahan untuk membuangnya. Beberapa bari "Saya" merasa terbebas dari urusan senjata itu. Namun,suatu bari, saat rapat di keluraban, Pak Lurab membuka kertas koran dan berkata sebaiknya benda di dalam bungkusan itu diserabkan ke pada"Saya" karena "Saya" abli sejarab. "Saya" pun menunjukkan kembali pistol itu kepada istrinya sambil berkata babwa mungkin sudab takdir keluarga "Saya" harus menyimpan senjata-senjata warisan itu. Selanjutnya,suara-suara gadub itu bilang,tidak terdengar lagi. 6.Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan {1997) "Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan" Cerita berbau mistis alam gaib ini mengisabkan usaba dan nasib tokob "Dia" atau "la"(begitu pengarang menyebut tokobnya), yakni seorang
laki-laki yang baru saja menyelesaikan pertapaan tujub bari ti^ubk^lam 166
agar segera menjadi kaya-raya. Untuk itu, guru tapanya mensyaratkan bah-
wa dengan mulutnya"la" harus membawa kepada gurunya sepasang telinga mayat wanita mudayang baru meninggal pada hari Anggara Kasih atau hari Selasa Kliwon.
"la" pun mengincar sebuah makam yang memenuhi syarat seperti itu. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, la pun berangkat menuju makam sasaran. Makam itu rupanya masih dijaga oleh beberapa orang sampai malam ketujuh setelah dikuburkan agar tidak dicuri orang yang sedang memperdalam ilmu hitam. Dengan mengendap-endap dan sangat hari-hati,"la" menebarkan beras kuning aji penyirep begananda ke arah penjaga makam
itu sambil mengucapkan mantra-mantra. Tidak lama kemudian para penjaga kubur itu pun tertidur pulas.
Dengan cepat-cepat dan sekuat tenaga, "la" mulai menggali kiibur dan tidak lama kemudian menemukan mayat wanita muda yang sudah kaku dan berbau amis bercampur kapur barus itu. Dengan sekuat tenaga"la" berhasil mengangkat mayat itu ke atas permukaan tanah kuburan. Akan tetapi, dua ekor anjing temyata sudah menunggu di atas kuburan dan langsung menyerang laki-laki itu persis ketika "la" menunduk hendak menggigit te
linga mayat itu. Dengan bersusah payah "la" menghalau anjing-anjing itu lalu berusaha menggigit telinga mayat itu lagi, tetapi selalu sia-sia karena anjing-anjing itu selalu menyerbunya lagi. Jumlah anjing-anjing itu malah bertambah dan semakin banyak bergerombol."la" menghalau anjing-anjing itu lagi dan begitulah seterusnya. Mungkin karena kelelahan, laki-laki itu
akhirnyajatuh pingsan. Bersamaan dengan itu, anjing-anjing itu pun menjauh dan akhirnya menghilang.Para penjaga kubur yang tadi terbius oleh aji penyirep begananda dan mantra beras kuning, terbangun dan menemukan
laki-laki yang pingsan itu. Ada yang berkata bahwa laki-laki pingsan itu adalah pencuri mayat,tetapi ada pulayang mengatakan bahwa laki-laki itu telah menyelamatkan mayat. 7.Derabat(1999) a)"Derabat"
Cerpen "Derabat"karangan Budi Darma mengisahkan kehidupan tokoh "Saya"sebagai seorang penarik pedati. Pekerjaan itu diwarisinya secara turun-temurun. Setiap hari ia bekerja mengangkut ikan-ikan segar dari pe-
labuhan ke pasar ikan di kota dengan selalu menempuh ruas jalan yang sama. Di ruasjalan itu ia selalu bertemu dengan sekawanan burung sehing167
ga ia kenal betul dengan burung-burung itu bahkan sudah hapal bau burungburung itu, sampai-sampai ia menganggap burung-burung itu sebagai sahabat-sahabatnya. Maka setiap bertemu kawanan burung itu, ia selaiu mem-
buka tutup ikan di atas pedatinya dan membiarkan burung-burung itu memakan beberapa ekor ikannya.
Suatu hari tidak seekor pun dari kawanan burung sahabatnya itu yang kelihatan. Sebaiiknya muncul seekor burung sangat besar dan hitam yang
belum pemah dikenalnya dan dengan rakus memakani ikan-ikan segar di atas pedatinya. Selain rakus, burung-burung itu tampak ganas dan sorot matanya pun tampak kejam."Saya" menghardiknya dengan,"derabat",tanpa ia tabu makna dan asal-usul sebutan itu. Kemudian "Saya" mengusir burung itu dengan cemeti dan burung derabat itu terbang menghindar. Namun,sebentar kemudian burung itu menukik lagi ke atas pedati dan mencuri ikan-ikan. Bahkan, beberapa kali burung itu mencoba menyerang "Saya"
seolah ingin mencakar wajah "Saya" hendak mencongkei matanya. Demikianlah, burung derabat itu semakin hari semakin berani mengganggunya.
Selain mengobrak-abrik dan mencuri ikan-ikan dari pedati, burung derabat itu bahkan memberaki ikan-ikan bahkan kepala "Saya".
Burung derabat itu memang sempat menghilang, tetapi kemudian tampak kembali dengan terbang manis berkelayapan di udara. Namun, bersamaan dengan itu,"Saya" pun menemukan bangkai-bangkai burung sa habatnya bergeletakan di atasjalan padajarak-jarak tertentu. Dengan sabar "Saya" menguburkan burung-burung itu. Karena penasaran atas kematian burung-burung sahabatnya,"Saya"sengaja menginap beberapa kali di hutan secara berpindah-pindah di sekitar jalan yang biasa dilaluinya itu. Ketika itulah "Saya" bermimpi bahwa burung derabat itu rupanya adalah Matropik dan Matropik adalah burung derabat itu sendiri. Memang,akhir-akhir ini,"Saya"dan seluruh warga kampung sedang resah karena ulah seorang pendatang di desa mereka, yakni seorang
pemburu binatang bemama Matropik. Rupanya, Matropik sangatjahat dan selaiu membuat keresahan sehingga semua warga kampung sangat mem-
bencinya. Celakanya,tidak satu pun warga kampung yang berani menghadapi Matropik sehingga kejahatannya menjadi-jadi. Ia senang berkata-kata cabul dan kotor serta menjijikkan. Ia Juga suka mabuk-mabukan dan cara-
nya makan pun sangat rakus. Kalau sedang mabuk,ia akan bertelanjang lalu mengejar-ngejar wanita. Selain sering menganggu istri orang, ia bahkan 168
sudah pemah memperkosa beberapa gadis kampung. Anak-anak muda kampung itu pun sudah banyak yang menjadi kurang ajar karena dipengaruhi oleh Matropik.
Demikianlah, suatu kali ketika "Saya" mengangkut ikan-ikan segar menuju kota, tiba-tiba Matropik muncul menenteng senapan dan menghadang"Saya".la mengancam "Saya"dan menghardik dengan kata-kata kotor dan hendak merampas uang hasil penjualan ikan-ikan milik "Saya". Akan tetapi, semua caci maki Matropik dijawab oleh "Saya" dengan sopan dan baik sebagaimana pernah "Saya" lakukan ketika dihadang perampok, dan waktu itu si perampok menjadi insyafsampai akhimya mereka bersahabat. Ketika sedang berhadap-hadapan dengan Matropik,tiba-tiba"Saya" meiihat burung derabat muncul di angkasa dan menukik dengan tajam ke arah Matropik. Burung derabat itu memang benar-benar menyerang Matro pik dengan dahsyat. Matropik tidak tahu kalau burung derabat itu sedang menyerangnya sehingga tidak sempat mengelak serangan itu. Senapannya tercampak dan "Saya" memungutnya lalu menghantamkannya ke batu se hingga rusak. Matropik dan derabat itu pun bertempur. Akhimya "Saya" meninggalkan tempat pertarungan itu sebab "Saya" sudah tahu bahwa Matropik adalah burung derabat itu sendiri. Biarlah iblis bertempur melawan iblis.
b)"Menjelang Lebaran"
Cerpen "Menjelang Lebaran" karangan Jujur Prananto berkisah ten-
tang situasi sebuah keluarga muda sederhana yang sedang menunggu hari raya lebaran tiba. Kamil dan Sri adalah suami istri yang mempunyai dua anak, yaitu si Mas sebagai anak sulung dan Ade, adik perempuannya. Da-
lam keluarga itu Juga ada Nah yang sudah sepuluh tahunan sebagai pembantu. Nah mempunyai seorang anak berusia 10 tahun bemama Rejeki yang diasuh oleh mboknya di kampung di Jawa.
Tiga hari menjelang lebaran, keluarga kecil itu mendapat kesulitan serius. Kamil terkena pemutusan hubungan kerja(PHK)karena perusahaan tempatnya bekerja bangkrut. Itu artinya, kondisi keuangan keluarga itu menjelang sampai selesai lebaran ini akan menjadi sulit. Padahal, kepada anak-anak sudah dijanjikan sebelumnya bahwa mereka akan mudik ke Jawa
merayakan lebaran bersama eyang kakung dan eyang putri. Wajarlah kalau
anak-anak itu sudah tidak sabar lagi ingin segera mudik. Selain itu, kepada Nah pun sudah sempat dijanjikan akan diberikan tunjangan hari raya(THR) 169
sebulan gaji sebagaimana biasa setiap lebaran. Nah pun tidak kalah gembira sebab ia akan bertemu dengan mboknya teriebih anaknya yang diasuh mbok di kampung. Setelah mendengar kabar PHK suaminya itu,tidak bisa tidak, Sri pun
agak kebingungan. Akan tetapi, rupanya Sri adalah seorang istri yang bijak. Dia berusaha menenangkan hati suaminya dengan memberi tabu bahwa sejak dulu dia selalu menabung sisa-sisa uang belanja rumah tangganya sedikit demi sedikit. Kalau dihitung-hitung uang tabungan itu cukuplah buat bekal untuk mudik lebaran teimasuk membayar gaji dan THR Nah. Rencana mudik lebaran dirasa-rasa beium begitu terganggu. Kekhawatiran Sri
hanya pada uang belanja bulanan mereka setelah lebaran. Akan tetapi, ketenangan Sri mulai buyar ketika berbelanja di pasar bersama Nah. Harga bahan-bahan pokok temyata sudah naik dan sebagian bahan pokok sudah mulai langka bahkan ada yang sudah menghilang. Seusai makan malam, dengan bijaksana Kamil dan Sri memanggil Nah untuk menyampaikan hal penting. Kamil yang berbicaradan mengatakan bahwa karena dirinya di-PHK maka keluarga itu tidak mampu lagi menggaji Nah Rp 150.000,00 per bulan. Oleh karena itu, setelah lebaran, Nah dianjurkan tidak ikut lagi bersama keluarga Kamil. Mendengar itu Nah menangis tersedu-sedu. Dia membayangkan anak dan mboknya di kampung yang tidak lagi bisa dikirimi uang setiap bulan. Uang Rp50.000,00 yang dikirimkannya ke kampung setiap bulan temyata cukup bermanfaat bagi mbok dan anaknya. Menurut kabar,keadaan di desanya pun sudah semakin susah.
MelihatNah menangis sedih, hati Kamil terenyuh dan di luar dugaan
ia mengusulkan, karena Nah sudah dianggap seperti keluarga sendiri, Nah boleh tetap tinggal bersama mereka asalkan Nah mau tanpa digaji sampai Kamil mendapat pekerjaan baru lagi. Kalau keuangan keluarga itu sudah normal kembali Nah akan mendapatkan gajinya seperti sediakala. Sri yang merasakan anak-anaknya tidak mau lagi dipisah dari Nah, mendukung usul suaminya dengan gembira. Nah pun menerima usul majikannya itu dengan tulus.
Sukses mengatasi Nah, kini pasangan suami-istri itu kembali risau,
bagaimana cara mengabarkan kepada anak-anak bahwa berlebaran di kam pung eyang tidak jadi. Sampai Kamil mengorok dalam tidur pulasnya, Sri belum bisa memejamkan matanya. Hatinya pilu membayangkan kesedihan
170
anak-anak jika mendengar kabar bahwa mereka tidak jadi berlebaran di kampung eyang. Sebelum terlelap, Sri masih mendengar suara berisik anakanak dari kamar sebelah. Kedua buah hatinya, Mas dan Ade,sedang memperebutkan sebuah tas ransel sebagai tempat pakaian masing-masing untuk dibawa mudik berlebaran ke kampung. c)"Tiwul"
Cerpen "Tiwul" karangan Gerson Poyk berkisah tentang tokoh "Aku", yaitu seorang lelaki berusia 70 tahun yang berasal dari Kupang, Timor. la beristrikan wanita Sunda yang semasa mudanya sangat cantik. Mereka tinggal di Curug, Tangerang, bersama dua anak gadisnya yang keduanya cantik-cantik dan sudah sarjana, yaitu si kakak sarjana pertanian dan adiknya sarjana petemakan. Baru-baru ini aparat pemda kota membuldoser rumah mereka se-
hingga rumah tersebut berikuttanahnya merekaJual sekaiian. Atas prakarsa kedua anak gadisnya,"Aku" kemudian pulang kampung ke Kupang, sedangkan istri dan kedua anak gadisnya sementara tinggal di sebuah rumah rawan gusur di bantaran sebuah kali di sudut Jakarta sambil membuka warung kaki lima di kota.
Sudah enam bulan "Aku" hidup sendiri di Kupang hanya ditemani seekor kucing dan tinggal di sebuah gubug berdinding pelepah."Aku" hi dup dari menjual ikan parang berkeliling kota dengan sepeda. Suatu hari, ketika berkeliling menjajakan ikannya, "Aku" dihentikan sebuah mobil
"Timor" berplat merah yang dikemudikan seorang berpakaian pejabat. De ngan alasan uangnya ada di rumah, lelaki itu meminta "Aku" ikut ke rumahnya. Sepeda dan ikan-ikan ditaruh di bagasi dan "Aku"duduk di de-
pan. Di rumahnya, lelaki itu rupanya membeli semua ikan berikut sepeda milik "Aku"dengan harga sangat tinggi sehingga cukup untuk membeli se buah truk bekas. Entah kenapa, lelaki itu menasihati "Aku" agar jangan berjualan ikan lagi sebab suatu saat bisa tertabrak supir ugal-ugalan yang lagi mabuk. Pulang dari sana, istri pejabat itu membekali"Aku"sebuah tas
berisi bermacam pakaian perempuan termasuk payung, katanya untuk istri "Aku".
Dengan uang itu,"Aku" membeli sebuah radio bekas dan sebuah se
peda tua bekas lalu kembali berjualan ikan-ikan kecil yang bisa dibuat lawar. Hasilnya pun lumayan."Aku"melamun tentang wanita penjualjamu asal Jawa, para pelacur dari Jawa, atau para pejabat yang ada di Kupang, 171
yang punya uang sehingga bisa naik pesawat kala pulang ke kampungnya. Maka dengan uang yang masih banyak tersisa,"Aku" membeli tiga hektar tanah menambah tanahnya yang sudah ada sebelumnya sehingga seluruh tanah miliknya menjadi lima hektar."Aku" mengolah tanah itu dan menanaminya dengan palawija. Kelak hasilnya akan dibuat menjemput istri dan kedua anak gadisnya di Jakarta dengan naik pesawat. Suatu malam,"Aku" bermimpi, atap gubugnya tiba-tiba terbuka dan dari langit turun seorang ielaki yang mengaku bernama Pak Tiwul, sambil bernyanyi-nyanyi: "Kembali ke tiwul, kembali ke tiwul... Dalam mimpi itu,Pak Tiwuljuga membawa oleh-oleh manisan dan"Aku"mengunyahnya sampai "Aku" kemudian terbangun. "Aku" menafsirkan mimpinya dan mengartikannya agar tanah-kebunnya ditanami singkong yang kelak dapat dibuat menjadi empek-empek,'lalu dimakan dengan lawar asam dan ikan. Setelah membuat pagar dan menyewa traktor untuk mengolah lahan itu, "Aku"kemudian menyewa sepasang suami istri muda untuk menjagakebun itu. Kemudian,"Aku" berangkat ke Jakarta naik kapal motor"Dobonsolo" yang melayari rute Tanjung Priok-Kupang untuk menjemput istri dan kedua anak gadisnya. Sesampainya di rumah (di Jakarta),"Aku" menemukan kedua anak gadisnya tertidur pulas di kamar karena diberi obat penenang oleh dokter. Sambil menangis, istrinya bercerita bahwa kedua anak gadis mereka telah menjadi korban perkosaan di saat massa meneriakkan reformasi sambil membakar-bakar bangunan di Jakarta. 8.Dua Tengkorak Kepala(2000) a)Ringkasan Cerpen "Dua Tengkorak Kepala" Cerpen "Dua Tengkorak Kepala" berkisah tentang seorang pemuda, "Aku" yang disuruh oleh ibunya untuk pulang ke kampung halamannya di Aceh. Ibunya menyuruh untuk memindahkan tengkorak kepala milik kakeknya. Namun,sesampainya di Aceh,"Aku" mempunyai tugas baru lagi. Dia diminta oleh ibu Ali untuk membongkar kuburan anaknya, Ali. All dibunuh oleh tentara RI karena dituduh terlibat dalam organisasi Gerakan Aceh Merdeka(GAM). Atas kesepakatan keluarga, kuburan Ali dibongkar. Dari tengkorak kepala Ali jelas terlihat bahwa Ali dibunuh dengan menggunakan peluru Vickers. Peluru tersebut menempel di dahi Ali. Begitu juga halnya ketika "Aku" membongkar kuburan kakeknya. Di dahi kakeknya juga tampak 172
lubang peluru. Berbeda halnya dengan Ali, kakek "Aku"terbunuh karena
kekejaman tentara penjajah di masa revolusi fisik. Kedua tengkorak kepala itu dibersihkan dan kemudian disalatkan. Setelah itu, dikuburkan kembali.
b)"Lebaran Ini Saya Hants Pulang"
Cerpen "Lebaran Ini Saya Harus Pulang" berkisah tentang Nem,seorang pembantu rumah tanggayangtelah bertahun-tahun mengabdi kepada majikannya. Sudah dua tahun dia tidak pulang ke desanya. Terakhir kali dia pulang ke desanya ketika dijemput oleh keponakannya, Djan,dan cucunya, Giman. Dia masih ingat betapa sulitnya perjalanan untuk sampai ke desa nya. Dia dan keponakan serta cucunya naik kereta api yang sangat padat, kemudian disambung dengan oplet dan dilanjutkan dengan naik ojek sepeda motor.
Lebaran tahun ini dia berencana akan pulang ke desanya. Niatnya untuk pulang ke desa itu sudah berulang kali diutarakannya kepada maji kannya,tetapi majikannya belum memberikan izin. Nem yang sudah rindu akan desanya itu tidak berputus asa. Untuk kesekian kalinya,dia mohon izin kepada majikannya agar Lebaran tahun ini dirayakan di desanya. Nem yang sudah mendapat izin dari majikannya merasa lega, tetapi juga gelisah membayangkan keadaan di desanya. Dari berita-berita yang didengamya bahwa kehidupan di desanya semakin hari semakin sulit. Sa-
wah dan kerbau miliknya di desa telah dijual oleh keponakannya untuk menutupi biaya kehidupan sehari-hari. Meskipun beban hidup begitu menghimpit keluarganya, Nem masih bisa tersenyum. c)"Usaha Beras Jrangking"
Cerpen "Usaha Beras Jrangking" berkisah tentang keuletan keluarga Simar dalam menjalankan usaha beras jrangking. Simar dengan dibantu oleh suaminya berdagang beras jrangking, yaitu sejenis beras yang diolah dari nasi basi. Beras jrangking Simar dipasarkan tidak hanya di Jakarta, tetapi juga sampai ke Karawang, Indramayu, Blora, bahkan sampai ke Pacitan di pantai selatan Jawa Timur.
Sebagai pedagang kecil, Simar banyak mengalami suka dan duka.
Dengan modal yang kecil serta untung yang tidak seberapa, Simar harus berjuang untuk mempertahankan usahanya itu. Dia sangat tergantung de ngan kelancaran pembayaran yang dilakukan oleh rekan bisnisnya. Oleh karena itu, ketika Pak Haji, salah seorang rekan bisnisnya sedikit terlambat 173
melakukan pembayaran,dia langsung datang ke rumah Pak Haji untuk menagih.
Dl samping itu, Simar merasa kewalahan menghadapi ulah para preman yang meminta uang dengan dalih sebagai pengamanan wilayah. Berbeda dengan suami Simar, laki-laki separuh baya itu sangat tabah mengha dapi persoalan-persoalan yang dihadapi keluarganya itu. Sewaktu dia men-
jadi mandor bangunan, dia sudah terbiasa menghadapi banyak tukang, supir, kenek, bahkan preman. Pada suatu ketika,suami Simar mendapat telepon dari Pak Haji yang
mengabarkan bahwatruk yang membawa beras jrangking dirampok di tengahjalan. Semua beras dijarah oleh massa dan supir truk tersebut dianiaya. Mendengar kabar itu Simar sangat kesal dan untuk melampiaskan amarahnya dia meninju bambu tempat penjemuran beras jrangkingnya sampai tangannya berdarah-darah. d)"Darmon"
Cerpen "Darmon" berkisah ketertarikan Bapak Mayaterhadap teman anaknya, Darmon. Darmon seorang mahasiswa Fakultas Pertanian yang dikenal Maya ketika demonstrasi di DPR. Sewaktu Darmon berkunjung ke rumah Maya, pada awalnya Bapak Maya kurang simpati kepada Darmon. Hal itu disebabkan penampilan Darmon yang kumai yang sama sekali tidak menunjukkan seorang intelektuai. Akan tetapi,setelah lama bercakap-cakap
dengan pemuda hu,Bapak Maya yang semula tidak simpati berubah menJadi simpati. Meskipun Darmon bukan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,tetapi wawasannya tentang politik sangat bagus. Pikiran-pikirannya san^ cemerlang dalam menanggapi situasi politik di negerinya. Dia merupakan gambaran pemuda yang berani berkatajujur. Oleh karena itu, muncul keinginan Bqiak Maya untuk menjadikan Darmon sebagai bawahannya dikantor.
Ketertarikan Bapak Maya terhadap Darmon diceritakannya kepada
Sanip, anak buahnya di kantor. Dia menyuruh Sanip agar bersikap seperti Darmon.Temyata Darmon adalah putra Sanip. 9.Mata yang Indah (2001) a)"Mata yang Indah"
Cerpen "Mata yang Indah" karangan Budi Darma berkisah tentang pengembaraan Haruman.Setelah mengembara cukup lama, bahkan sempat 174
melupakan ibunya, akhiiya Haruman pulang dan mendapati ibunyasedang sekarat hampir meninggal. Pada saat menunggui ibunya menyongsong ajal, tiba-tiba terciumlah oleh Haraman bau amat lembut dan segar entah dari mana datangnya. la lalu teringat cerita ibunya semasa ia kecil dulu bahwa
kelak menjelang ibunya meninggal akan ada tercium bau yang dikirim dari surga ke dunia melalui malaikat yang diutus menjemputnya. Cerita dan nasihat-nasihat ibunya bermunculan kembali dalam ingatannya. Ibunya pemah berpesan, Haruman harus selalu berbuat baik dengan hati bereih kepada semua orang supaya kelak ia juga dijemput malaikat yang baik.Ibujuga yang menyuruhnya pergi mengembara ke tempat-tempat jauh mencari pengalaman. Dengan mengutip ucapan orang-orang suci, ibunya berpesan bahwa pengembara ditakdirkan untuk tinggal di suatu tempattidak lebih tiga hari sebab akan menimbulkan kekacauan,danjangan pemah menggantungkan diri kepada orang lain.
Selama mengembara,Haruman sudah melakukan bermacam pekeqaan dan banyak kejadian telah dialaminya. Ia pemah menjadi penebang pohon di hutan-hutan lebat, menjadi tukang atap rambia, pengayuh perahu tambang, dan entah apa lagi. Sesuai dengan nasihat ibunya ia pun selalu berbuat baik dengan hati bersih kepada semua orang. Namun,orang-orang malah menarah curiga kepadanya sehingga membuatnya merasa bersalah dan berdosa.
Ketika suatu kali ia berjalan dari satu desa ke desa lain, mendadak ia
diserang seekor burang besar. Dengan cakamya bumng itu hendak mencongkel kedua biji mata Hamman sehingga ia melindungi matanyaden^
kedua tangamya. Serangan bumng itu membuatnya cacat, tetapi ia tetap bekerja menjadi pendayung perahu tambang karena ia tidak mau menjadi bebOT bagi orang lain. Perahu tambang terakhir tempat ia bekeija adalah milik Gues,seorang lelaki buta. Haruman mengenal Cues setelah laki-laki
itu suatu kali tanpa sengaja menubmk tubuhnya yang sedang tertidur di bawah sebuah pohon rindang.
Suatu hari, waktu sudah menjelang malam,tetapi belum ada seorang pun penumpang yang naik ke perahu tambang yang dikayuhnya.Ia beianjak
meninggalkan perahunya lalu menuju ke sebuah pohon rindang sampai akhimya ia tertidur di sana. Ia baru terjaga setelah merasa mulutnya dipagut sepasang bibir dengan napas mendesah-desah ganas. Rupanya istri Gues
telah bemsaha memperkosanya karena mengira ia adalah Gues suaminya 175
yang belutn memberinya anak. Mengetahui bahwa korbannya bukan Gues, istri Gues lalu menyesali dirinya karena dia telah salah perkosa. Haruman pun menjadi merasa berdosa sekali sehingga ia meninggalkan desa itu dan pergi lagi mengembara. Suatu saat ia teringat ibunya yang sudah iama ditinggalkannya.Ia pun pulang, tetapi ia menemukan desanya sangat mengerikan. Hampir semua rumah sudah roboh. Pohon-pohon mati,tanah retak-retak, debu beterbangan, seorang pun manusia tidak keiihatan bahkan seekor hewan pun tidak ada. Rupanya semua penduduk sudah meninggalkan desa itu. Tinggallah ibu Haruman seorang diri yang sedang meregang nyawa menunggu kepulangan Haruman,anaknya.Ibunya mengelus-elus kepala Haruman sambii meminta maaf karena gagal mendatangkan bidadari untuk dijadikan istrinya. Saat itu, mendadak mata Haruman pedih sampai akhimya benar-benar buta, tidak dapat melihat apa pun lagi. Sambii terus meminta maaf, ibunya terus bercerita bahwa ia pernah memperkosa seorang laki-laki, entah siapa, karena tertarik pada mata indah laki-laki itu, yang terus berkilat mengirimkan cahaya-cahaya indah. Mata
itu jauh lebih indah daripada kelereng mainan para dewa. Ketika tidur, ia juga pernah bermimpi telah mengandung bayi tanpa ayah dan tanpa mata. Dalam mimpi itu muncullah bidadari membawa sepasang mata indah. Bida dari itu mengaku telah mencomot mata indah seseorang untuk diberikan kepada bayi tanpa mata di dalam kandungan ibu Haruman. Tepat pada saat ibunya mendesahkan napasnya yang terakhir, Ha ruman pun memaafkan dan mengikhlaskan ibunya pergi dengan damai, ka rena bidadari yang selama ini diharapkan ibunya, telah pula datang menjemput Haruman.
b)"Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari" Cerpen "Jakarta Sunyi Sekali di Malam Hari" ditulis oleh Jujur Prananto yang bercerita tentang nasib Mudakir, seorang duda tua, pensiunan pegawai negeri dari Magelang yang pada saat dini hari dua bulan setelah lebaran ia baru tiba di stasiun kereta api Tanah Abang, Jakarta. Ia ingin
melepas rindunya kepada Wanti (anak bungsunya), Hasmanan (menantunya),dan Bayu(cucunya),setelah dua kali lebaran mereka tidak pernah mudik dan bertemu.
Suasana malam hari dan kepesatan pembangunan di sekitar rumah Wanti yang sudah pernah dikunjunginya itu, membuat Mudakir tidak ber176
hasil menemukan lagi letak rumah anaknya itu. la akhirnya terdampar ke sebuah hotel melati di sekitar Tanah Abang yang sedang ditunggui seorang wanita lebih parch baya, menggantikan resepsionis yang katanya sedang mudik lebaran.
Keiuguan Mudakir membuatnya tidak berkutik ketika wanita gemuk itu berhasil memijati tubuhnya. Selain membayar Rp40.000,00 tarifkamar, atau naik Rpl5.000,00 dari tarifyang tertulis di loket, Mudakirjuga dipaksa membayar Rp20.000,00 lagi sebagai uang pijat.
Ketika bangun keesokan harinya, Mudakir menemukan dompetnya di lantai. Uangnya yang tadi malam masih tersisa Rp40.000,00 sudah pula amblas, bersamaan raibnya wanita pemijat yang gembrot itu. Mudakir cepat-cepat meninggalkan hotel itu dan kembali mencari rumah Wanti. la
akhirnya menemukan rumah yang dulu dihuni Wanti, tetapi kelihatannya sudah lama tidak berpenghuni.
Dua bulan kemudian, Wanti dan anaknya diajak oleh suaminya ke Semarang untuk meresmikan pembukaan restoran cabang baru milik mereka
di daerah Gombel. Kesempatan itu digunakan Hasmanan mengajak istrinya melawat mertuanya, Mudakir, di Magelang,tetapi disambut Wanti dengan dingin. Alasannya,ayahnya kurang dapat membahagiakan ibunya sehingga menderita sampai akhirnya meninggal dunia. Lebih dari itu, Wanti malah menuding,setelah balu, ayahnya masih ingin kawin lagi, dan sudah ada se orang wMita bernama Ijum yang tinggal di rumah ayahnya. Lalu Hasmanan
memberi pengertian kepada istrinya bahwa sebenamya ibu mertuanya yang terlalu berambisi hendak menyekolahkan tinggi-tinggi anaknya,sedangkan ayah mertuanya terlalu jujur pula sebagai seorang pegawai negeri. Itulah sebabnya ibu mertuanya merasa bahwa suaminya kurang bisa membahagiakannya.
Berkat penjelasan Hasmanan akhirnya mobil sedan yang mereka tum-
pangi yang baru dibeli menjelang lebaran lalu itu, meluncur menuju Mage lang. Sesampainya di desa, Wanti lagi-lagi curiga kepada ayahnya setelah para tetangga mempertanyakan keberadaan ayah Wanti. Kata para tetangga, dua bulan lalu Mudakir berangkat ke Jakarta dengan alasan untuk mene-
ngok Wanti. Mereka mengira, kedatangan Wanti adalah untuk mengantar ayahnya pulang. Jangan-jangan ayah ke tempat Ijum untuk menikah diam-
diam, pikir Wanti lagi. Wanti baru kaget dan merasa berdosa hingga lemas setelah para tetangga berkabar bahwa Ijum sudah menikah dengan pria lain 177
karena tahu bahwa ayah Wanti ternyata tidak mau menikah lagi. Sampai cerita berakhir tidak diketahui dengan jelas ke mana rimbanya Mudakir yang malang, ayah Wanti itu. c)"Umairah"
Cerpen "Umairah" karangan YanusaNugroho adalah kisah seorang wanita muda bekas peiacur yang sedang bertobat bemama Umairah. Dia
hidup bersama anak perempuannya bernama Umi berusia hampir empat tahun yang tidak jelas siapa ayahnya. Dia menyebut Umi sebagai si malaikat, pancaran cahaya hidupnya,dara mungil berpipi merah merona,permata satu-satunya, dan yang membuatjalan hidupnya menjadi Jelas. Sudah sebulan Umairah diserang demam dahsyat sampai-sampai membuatnya meng-
gigil terguncang. Setiap dokter yang memeriksanya hanya tersenyum sedangkan penyakitnya tidak sembuh Juga. Umairah akhirnya pasrah bahwa suatu saat sesuatu akan tiba pada dirinya. Pada suatu malam Umairah sulit tertidur padahal waktu itu sudah
pukul tiga dini hari. Dengan sepenuh cinta, dia masih menjagai Umi yang sedang tidur pulas. Pada saat itu dia menjadi teringat cerita neneknya dulu tentang tutur sapa Kanjeng Nabi Muhammad kepada istrinya, yang lembut semanis madu dan sesejuk embun pagi. Suatu kali ketika sang nabi pulang
tengah malam, beliau tidak tega membangunkan istrinya yang sedang tidur lelap sehingga beliau memilih tidur di beranda rumah. Bagi Umairah,cerita itu adalah gambaran sikap cinta dan kasih nabi yang sangat menghargai istrinya dan sikap seperti itu adalah dambaan setiap wanita dari suaminya. Sambil menjagai Umi, Umairah mencoba menggoreskan titian masa lalunya ke atas kertas. Namun,lembaran demi lembaran kertas itu diremasnya karena merasa tidak berisi perasaannya. Tiba-tiba di pagi buta itu, Umairah terkejut mendengar suara gedoran bernada marah di pintu rumahnya. Sepuluh orang laki-laki beringas menerobos paksa masuk ke dalam rumah. Ini kedua kalinya rumahnya didatangi sepuluh laki-laki beringas itu
yang oleh Umairah menyebut mereka para binatang, anjing yang tak bisa menggonggong, babi hutan yang tak bisa menguik. Dengan berdalih mencari seorang pria, kesepuluh pria beringas itu mengobrak-abrik rumah Umairah. Mereka memfitnah bahwa Umairah telah menyembunyikan se
orang pria yang mereka cari-cari. Namun, seorang di antaranya malah memelototi buah dada.Umairah penuh gairah, lalu laki-laki itu mengajak Umairah berbuat mesum dengan berlagak menagih utang budi bahwa ia 178
pernah menyelamatkan Umairah dari arakan dan rajaman massa, ketika
warga tahu bahwa ia seorang bekas pelacur. Umairah menolak sehingga bukan saja ia hampir disetubuhi paksa, tetapi juga makian dan tamparan didaratkan laki-laki itu di wajah Umairah. Kedatangan kesepuluh laki-laki beringas itu menimbulkan suara
gaduh yang membuat Umi terusik dari pulasnya. Dia terbangun lantas menangis histeris karena ketakutan. Suara-suara gaduh dan tangisan Umi membuat warga lainnya terbangun. Sebentar saja kemudian sudah banyak warga berkerumun di sekitar rumah Umairah. Beberapa orang di antaranya bahkan ada yang menerobos masuk ke rumah Umairah dan menghancurkan apa saja yang ditemukan di dalamnya. Hal itu membuat Umi semakin me-
nangis histeris. Umairah lalu menggendong Umi dan menghambur keluar rumah.
Setelah berjalan terseok-seok, dia terjajar di dinding reruntuhan sebuah rumah di tengah sebuah lapangan sambil mendekap Umi penuh cinta. Dadanya terasa sesak dan pandangan matanya mulai berkunang-kunang. Untuk beberapa saat Umairah menahan rasa sakit di tubuhnya. Akan tetapi, ketika dia hampir terlelap, dia mendengar bisikan-bisikan halus semacam
doa. Mula-mula dia mendengarnya dari kerisikan daun ilalang di sekitamya. Bulan di langit tampak bagaikan seiris semangka kuning, sedangkan di ufuk timur seberkas garis mulai tampak memberi tanda kemunculan sang f^ar. Antara sadar dan tidak, Umairah serasa melihat bayangan sesosok pria muda, berambut legam ikal berkilau-kilau. Sosok itu berjongkok dan membelai wajah Umairah. Dari sosok laki-laki itu terucap sebaris kalimat lembut semanis madu sesejuk embun pagi, seperti selama ini ia dambakan. Beberapa orang yang sedang berjalan pagi selesai sahur dan salat subuh, mendengar suara tangisan Umi. Mereka menemukan Umairah sudah
tidak bernyawa lalu melaporkannya ke pos polisi terdekat. Seorang ibu dari antara orang-prang itu lalu memungut dan menggendong Umi penuh kelembutan.
d)"Elegi untuk Anwar Saeedy"
Cerpen "Elegi untuk Anwar Saeedy" karya Martin Aleida adalah se-
penggal kisah seorang lelaki tua bernama Anwar Saeedy yang berasal dari Pidie, Aceh. Ia hidup terlunta-lunta bersama Murad, keponakannya, di Ja
karta. Semasa perjaka, ia turut berjuang dengan caranya sendiri mengusir penjajah Belanda dari negerinya. Sejumlah kliping koran berbahasa Inggris 179
dan beberapa buku seputar proklamasi masih disimpannya, yangjelas-jelas mencantumkan namanya sebagai bukti bahwa ia pernah mengerahkan pemogokan buruh di pelabuhan New York sebagai aksi protesnya menentang
penjajahan Belanda di tanah airnya. Sederet nama lainjuga masih disimpan nya yang dapat memberi kesaksian atas perjuangannya. Berbekal berkas-berkas kliping koran dan bukti-bukti lain yang dimi-
likinya, Anwar Saeedy mencoba mengurus sertifikat perintis kemerdekaan atas namanya sendiri ke kantor dinas sosial di Jakarta. Ia sebenarnya tabu bahwa untuk mendapatkan sertifikat itu, yang penting diperlukan adalah kemampuannya berkolusi dan nepotisme. Ituiah sebabnya sejak dulu ia sudah bersumpah kepada dirinya sendiri bahwa ia berpantang untuk mengurus sertifikat perintis kemerdekaan atas namanya sendiri itu. Akan tetapi, karena biaya hidupnya sehari-hari di Jakarta selalu terancam apalagi demi hidup Murad, keponakannya sekaligus anak angkatnya, ia terpaksa melanggar sumpahnya sendiri. Kaki Anwar Saeedy yang gontai membawanya ke kantorjawatan so sial di Jakarta. Namun, di kantor itu,jangankan ia mendapat sertifikat pe-
juang kemerdekaan maiah ia mendapat olok-olok dari pegawai kantor itu sebagai pejuang kliping. Sumpah serapah hatinya yang sakit tak terperikan dan buncah ludah dari mulutnya pun menyemburat begitu saja ketika ia
meninggalkan kantorjawatan sosial itu. Ia pun menyumpahi dirinya sendiri yang telah menjatuhkan martabat semua orang Aceh, yang pantang mengemis. Padahal, selama ini ia beranggapan bahwa darah orang Aceh adalah simbol perlawanan di negerinya.
Akhirnya, Anwar Saeedy menjadi penjual ramuan Aceh hasil racikannya sendiri bersama si Murad keponakannya. Obat patah tulang dan terkilir itu dijajakannya di trotoar Pasar Jatinegara. Pilu hatinya ketika tak seorang pun yang bergeming membelinya begitu Juga pada besok hari dan besoknya lagi. Suatu hari, ia malah terkena penertiban oleh aparat tramtib dan dinas kebersihan kota. Semua barang dagangannya beserta kliping
koran perjuangannya yang ikut dipajang Anwar Saeedy untuk menarik minat orang membeli ramuan racikannya, turut diangkut tim kebersihan kota. Kesakitan yang dialaminya ketika berjuang seolah tak seberapa di-
bandingkan kesakitan yang disebabkan ucapan komandan tim tramtib yang membentaknya sebagai si tua bangka bermulut dan berbicara culas. Akhir nya ia pulang dengan tangan hampa, bukan hanya tanpa barang dagangan180
nya tetapi juga tanpa berkas kliping bukti-bukti perjuangannya. Esoknya, trotoar Pasar Jatinegara kembali ditempati para pedagang
kaki lima. Namun,sampai beberapa hari kemudian kapling yang biasa di tempati Anwar Saeedy masih kosong. Suatu hari beberapa pedagang di situ dikagetkan berita sebuah koran. "Seorangpria tua ditemukan tewas gantungdiri", demikian berita koran pagi tersebut. Alamat dan ciri-ciri lelaki
malang itu persis seperti yang dimiliki Anwar Saeedy. Para pedagang kaki lima itu tidak percaya kalau Anwar Saeedy melakukan tindakan bunuh diri itu. Mereka mengira Anwar Saeedy sudah puiang ke Aceh. e)"Inyik Lanak si Tukang Canang"
Cerpen "Inyik Lanak si Tukang Canang" karya A.A.Navis mengisah-
kan nasib Otang, seorang pria Padang yang pemah beiajar tentang peternakan di Florida, Amerika Serikat,dan mempunyai istri bemama Atun yang cantiknya seperti bintang film Titin Sumarni. Ternyata ilmunya tersebut ti dak dapat ia terapkan di kampungnya karena faktor ekonomi dan sosial
budaya. Oleh karena itu, Otang dan keluarganya terpaksa tinggal di Jakarta untuk beberapa lama tanpa pekerjaan menetap. Waktu itu kebetulan di Sumatera Barattengah terjadi pemberontakan
PRRI(Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia). Otang yang mendukung PRRI mengira bahwa pemberontakan itu akan dimenangkan oleh pihak pemberontak yang didukungnya, yaitu PRRI,sehingga ia bermaksud kembali ke Padang. Selain itu, ia juga merasa solider kepada Pak Natsir yang dulu mengirimnya ke Florida. Otang pun memboyong istri dan anaknya puiang ke Padang.
Ternyata dugaan Otang meleset. Angkatan Perang Republik Indone
sia(APRI) di Sumatera Barat Justru sedang gencar-gencarnya menumpas PRRI. Banyak anggota PRRI ditangkap,sebagian menyingkir ke hutan dan
tidak sedikit yang menyerah kepada APRI. Otang termasuk yang menyerahkan diri kepada APRI. Mereka dipaksa bergotong-royong yang dikomandoi Sersan Mayor Thalib,seorang anggota APRI dari kecamatan yangjabatannya disebut Bintara Urusan Teritorial atau disingkat Buter. Buter Thalib yang bersenjata tentu ditakuti warga dan hal itu mem-
buatnya leluasa berbuat sekehendaknya. Lama kelamaan tindak-tanduknya semakin berani dan tidak bermoral. Siang atau malam ia bersama seorang kopralnya rajin keluar-masuk kampung dan keluar-masuk rumah-rumah anggota atau pendukung PRRI,terutama yang nyonya rumah itu muda atau 181
cantik dan yang suaminya sedang bersembunyi di hutan atau sudah dibunuh,sedang ditahan, bergotong-royong,atau sedang giliran ronda malam. Pimpinan dan komando gotong-royong atau ronda malam diserahkan kepada Inyik Lanak si tukang canang, yaitu sebutan untuk orang dari perangkat kampung di Sumatera Barat yang bertugas menyampaikan pengumuman kampung(biasanya berita buruk). la meneriakkan pengumuman itu dengan berkeiiiing kampung sambil memukul-mukul canang di tangannya. Begitulah Inyik Lanak menjaiankan tugas atas nama Buter Thaiib. la berteriak-teriak sambil memukui canangnya untuk mengerahkan dan me-
mimpin gotong-royong atau ronda malam. Biasanya, Inyik Lanak adalah sahabat warga kampung karenajasanya menyampaikan berita-berita penting
kepada warga kampung. Akan tetapi, dalam hal mengatasnamakan Buter Thaiib, Inyik Lanak kini dibenci oleh warga kampung yang kalah perang. Buter Thaiib bersama kopralnya rupanya sibuk mengurusi nafeu syah-
watnya. Meieka menjinahi dengan paksa istri-istri keluarga PRRI. Atun, istri Otang, yang cantiknya seperti bintang film Titin Sumami, tentu tak
luput dari sasaran syahwat Talib dan kopralnya. Berkali-kali wanita itu ditiduri paksa oleh Thaiib ketika Otang bergotong-royong.Ketika Otang gilir an jaga malam Thaiib malah menginap di rumah Otang. Ibu mertua Otang yang menyaksikan peristiwa itu, tidak mampu berbuat apa-apa. Ulah Buter
Thaiib sangat men^ancurkan hati Otang. Namun,iajuga tidak dapat ber buat apa-apa kecuali hanya memendam semua amarahnya dan luka hatinya. Nyalinya ciut dan kejantanannya tak berkutik menghadapi Thaiib yang tentara. Ia hanya bisa membenci dan jijik melihat Thaiib dan kopralnya,juga kepada Inyik Lanak si tukang canang, yang karena keseti^nnya sebagai Juru siar kampung,Thaiib menjadi leluasa menyalurkan syahwatnya. Suatu kali, bupati Kasdut, mantan teman sekolah Otang yang sudah
berpangkat kapten,melakukan inspeksi ke kampung Otang.Kesempatan itu digunakan Otang melaporkan perangai Thaiib kepada bupati Kasdut. Na mun,jawaban sang bupati membuat Otang semakin putus asa. Itu risiko buruk bagi yang kalah perang, demikian kata Kasdut. Ketika bupati Kasdut akan kembali ke kota,Otang akhimya minta ikut. Ia meninggalkan anak dan istrinya di rumah ibu mertuanya.
Otang ikut terus bersama keluarga Kasdut sampai bupati itu pensiun dan memilih tinggal menetap di Jakarta. Di Jakarta, awalnya Otang tidak mau keluar rumah. Berita koran pun dihindarinya. Trauma Buter Thaiib 182
begitu berbekas di hatinya. la mengurung diri di dalam rumah dan mengambil kesibukan sendiri, seperti membersih-bersihkan atau memperbaiki hal-hai kecil di dalam rumah. Pekerjaan di iuar rumah paling-paling dilakukannya merapikan halaman dan bunga-bunga. Waktu senggangnya hanya ia gunakan membaca buku-buku agama yang tidak pemah mengajarkan konflik apalagi dosa dan hal itu dapat menyejukkan hatinya. Otang menjadi sangat alim. Sholatnya tak pernah terlambat apalagi tertinggal. Jenggotnya pun mulai dipelihara hingga memutih mirip Haji Agus Salim. Di kepalanya selalu bertengger kopiah hitam.
Sekali waktu ia keluar rumah karena harus mengikuti pemakaman seorang kemenakannya. Namun, sejak itu Otang malah keterusan keluar rumah dan akhirnya jarang di rumah. Rupanya ia sibuk mengunjungi keluarga-keluarga Padang di Jakarta terutama yang sekampung atau sedaerah
asal dengannya. Otang menjadi teman keluarga-keluarga itu berbagi cerita. Semakin banyak keluarga yang dikunjunginya semakin banyak pula bahan cerita yang dipungutnya, lalu dipindahceritakan kepada keluarga-keluarga lain. Jadilah Otang seperti loper koran yang setiap hari dinanti kaum bapak yang memang sudah kehabisan kesibukan sehingga butuh teman bercerita,
atau kaum ibu yang senang cerita perjodohan, rezeki, atau tentang keadaan hidup orang-orang etnis Padang di Jakarta.
Melalui satu keluarga yang rutin dikunjunginya, pada usia 50-an tahun akhirnya Otang mendapat istri baru,seorang janda. Atas ide istrinya, Otang sengaja mengacaukan jadwal kunjungannya dengan alasan harus lebih banyak memikirkan kebutuhan rumah tangganya. Strategi itu berhasil sebab dalam kunjungannya kemudian, keluarga-keluarga itu memberinya uang yang tidak sekadar ongkos opiet tetapi sudah lebih dari ongkos taksi. Begitulah Otang. Ibarat seorang da'i, dalam sehari ia sanggup me ngunjungi tiga atau empat keluarga di antaranya keluarga pejabat, pengusaha, orang terkenal, dan sebagainya yang berasal dari Padang. Hasil dari pemberian keluarga-keluarga itu, Otang sanggup dua kali naik haji dan sekali bersama istri barunya.
Malang bagi Otang,suatu saat ia masuk rumah sakit karena terserang stroke. Hanya satu malam ia dirawat di ruang biasa sedangkan esok harinya ia sudah dirawat di ruang vip atas jaminan seseorang yang pernah dikun junginya. Banyak keluarga Padang yang membesuk Otang. Si Dali, teman Otang dulu,juga datang membesuknya. Dali sangat kagum pada Otang ka183
rena ia meiihat selain pembesuknya banyak dan orang-orang kaya, juga krans bunga dan buah-buah keranjang berjejer di dalam dan di luar kamar perawatannya yang dibawa atau dikirim oleh profesor terkenal, pejabattinggi, staf ahli menteri, pengusaha top,termasuk mantan bupati Kasdut. Para pembesuk itu pun semua mengkhawatirkan kondisi Otang dan takut kehilangan Otang. Mereka memuji-muji Otang dan kunjungan-kunjungannya kepada keluarga-keluarga Padang sudah mereka anggap sebagai perangkat komunikasi hidup. Bahkan, ada yang menjulukinya bagai Inyik Lanak si tukang canang yang seialu setia berkeliling kampung menyiarkan berita kepada warga kampung. Namun,julukan itu justru disanggah pem besuk lainnya karena Inyik Lanak hanya membawa kabar buruk,sedangkan Otang justru membuat hari-hari kosong menjadi berisi dan serasa lebih panjang.
Dali yang dari tadi menggenggam tangan Otang,tiba-tiba merasakan tubuh Otang bergetar hebat. Para pembesuk Jadi bingung. Dokter pun segera
dipanggii. Dali menduga,demi mendengar nama Inyik Lanak si tukang ca nang disebut-sebut para pembesuk, ingatan Otang kembali ke masa-masa berkuasa Buter Talib dulu. Otang seolah meiihat Buter Thalib dan kopral-
nya menyeringai puas seusai meniduri Atun, istrinya. Tekanan darah Otang melonjak naik karena kebencian dan amarahnya kepada Thalib kembali bergemuruh. Penyakit stroke-nya kumat. 10. Jejak Tanah (2002)
"Saya" meloncat dari tempat tidur saat mendengar bel berdering tengah malam. Hujan sangat deras disertai angin puyuh dan geledek menggelegar."Saya" bam saja tidur setelah dua hari dua malam tidak tidur. Begitu pintu terbuka, hujan dan angin menerpa keras, tubuh "Saya" terhuyung. Tampak sesuatu mengapung di depan pintu. Secepat kilat "Saya" membangunkan ibunya. "Saya" membuka pintu kamar tamu. Ibu dan adik-adik"Saya" menjerit karena meiihatjenazah suaminya mengapung di halaman mmah. Kemudian, ibu menghambur memeluk jenazah ayah.
"Saya" dan keluarganya sepakat kembali ke kuburan untuk menguburkan ayah mereka. Perjalanan menuju kuburan sangat sulit karena hujan masih sangat deras, dan angin menggila. "Saya" dan keluarganya tersandung beberapa kali sehinggajenazah ayahnya itu terlepas. Lubang kubur itu akhimya ketemu juga,jenazah ayah "Saya" pun dimasukkan kembali. Pagi hari "Saya" menyuruh satpam untuk menengok kuburan ayah184
nya. Tidak lama kemudian, satpam menelepon, mengabarkan bahwa ku-
buran ayah telah kosong. Ini berarti jenazah ayah "Saya" teiah kabur lagi. "Saya" pergi kepada seorang kiai penasihat keluarganya. "Saya" diberi nasihat oleh kiai itu bahwa bumi menoiak jenazah ayahnya karena ayahnya menyengsarakan orang miskin. Tidak memindahkan kuburan,tidak peduli pada masjid, sumur, yang ada di tanah yang dibebaskan itu. Semua-
nya dirobohkan begitu saja. Pendapat Pak Kiai tentang ayah "Saya" memang tidak menyenangkan, tetapi "Saya" mengambi! hikmahnya. Bagi "Saya", kehidupan kiai sendiri sangat unik. Dia selalu menghidangkan makan kepada tamu-tamunya. Sambil makan ituiah Pak Kiai memberi nasihat melain i cerita.
Saat masih hidup, ayah "Saya" adalah pengusaha real-estate. Sekitar
seribu demonstran menentang pembebasan tanah yang akan dibangun perumahan mewah. Mereka menuduh ayah "Saya" penindas rakyat miskin. Pada saat demonstrasi yang menentukan ayah "Saya" tertembak. Masalah ini
menjadi melebardan dikaitkan puladengan pembunuhan poiitik. Sejumlah demonstran ditahan, mereka jadi tersangka atas pembunuhan ayah "Saya". Mereka menoiak tuduhan itu dan yang lain berunjuk rasa untuk membebaskan teman-temannya yang ditahan.
Malam tiba, bel pintu bordering panjang."Saya" dan keluarganya keluar, mereka menyaksikan Jenazah ayah "Saya" mengapung kembali di halaman rumahnya. Mereka bertangisan sambil memasukkan jenazah itu ke dalain mobil lalu memasukkan kembali ke dalam kuburnya. Keesokan harinya jenazah itu datang lagi ke pelataran rumah "Saya". Akhirnya,jenazah Itu kuburnya dipindahkan ke pulau seribu dan dibeton. Dua satpam menunggui kubur ayah "Saya". Beberapa hari kemudian satpam menelepon karena kuburan ayah "Saya" telah kosong.
Saat malam tiba, seperti biasannya,jenazah ayah "Saya"telah berada
kembali di pelataran rumahnya. Namun,keluarganya sudah tidak peduli lagi akan nasib jenazah ayahnya karena mereka sudah kelelahan. Walaupun be gitu, saat pagi hari tiba mereka jadi ribut karena jenazah ayah "Saya" itu masih berada di pelataran dan bau busuk.
PERPUSTAKAAN
PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
d- ifof
Hi
VfA^TSU^lflai
AeAMAS tA8U