PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
ISSN 1693-3591
PENETAPAN KADAR TANIN DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum.L ) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET VISIBEL Dewi Andriyani, Pri Iswati Utami, Binar Asrining Dhiani Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
[email protected]
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian penetapan kadar tanin pada daun rambutan (Nephelium lappaceum) dengan metode spektrofotometri ultraviolet visibel. Penetapan kadar dilakukan untuk mengetahui jumlah kadar yang terkandung dalam daun rambutan. Metode yang digunakan untuk penyarian simplisia adalah metode maserasi. Ekstrak yang sudah didapat kemudian diencerkan, ditambahkan reagen Folin Denis dan Natrium Karbonat anhidrat, setelah itu dibaca pada panjang gelombang maksimum dan pada saat operating time tercapai. Reaksi pembentukan yang terjadi adalah reduksi oksidasi dimana tanin sebagai reduktor dan folin Denis sebagai oksidator. Hasil oksidasi akan membentuk warna biru yang dapat dibaca panjang gelombang maksimal. Hasil perhitungan rata-rata kadar pada daun rambutan muda adalah 6.25% dengan SD sebesar 0.08327 dan KV sebesar 1.3%. Kadar rata-rata daun rambutan tua adalah 6.62%, dengan SD sebesar 0.02309%. dan KV 0.35%. Hasil uji t menunjukkan bahwa kadar tanin daun rambutan dengan variasi umur mempunyai perbedaan kadar yang signifikan. Kata Kunci: Tanin, Daun Rambutan, Spektrofotometri Ultraviolet visibel
ABSTRACT A research on determination of tannin in rambutan leaf (Nephelium lappaceum) by the ultraviolet visible spectrophotometry method has been done. Determination was done to investigate the tannin content in rambutan leaf. Extraction method used in this research was maceration method. Extract was added by reagent Folin Denis and Natrium Carbonate anhydrate and subsequently read at particular maximum wavelength and operating time. Forming reaction that happened was oxidize reduction where tannin as reductor and folin Denis as oxidator. Result of oxidation formed blue color which could be read maximal wavelength. Result of the mean of tannin content in young rambutan leaf was 6.25 % with SD equal to 0.08327 and CV equal to 1.3 %. The mean of tannin content old rambutan leaf, SD, and CV was 6.62%, 0.02309% and CV 0.35%, respectively. T-test showed that there were differences of tannin content in young and old rambutan leaves. Keywords: Tannin, Rambutan Leaf, Ultraviolet visible spectrophotometry.
1
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
ISSN 1693-3591
Pendahuluan
tanaman. Hampir setiap famili tanaman
Banyak jenis tanaman yang
mempunyai spesies yang mengandung
tumbuh
yang
tanin. Tanin biasanya terdapat pada
digunakan
bagian tanaman yang spesifik seperti
sebagai sumber bahan obat alam dan
daun, buah, kulit dahan dan batang.
telah
oleh
Tanin adalah polifenol tanaman yang
temurun
berfungsi mengikat dan mengendapkan
dapat
sebagian
besar
Indonesia dapat
banyak
masyarakat untuk
di
digunakan
secara
keperluan
turun
pengobatan
guna
protein. Tanin juga dipakai untuk
mengatasi masalah kesehatan. Obat
menyamak
tradisional tersebut perlu diteliti dan
Dalam
dikembangkan
dapat
berfungsi
untuk
menghentikan
bermanfaat
sehingga
secara
peningkatan
optimal
kesehatan
masyarakat
dunia
(Harborne,
1987).
pengobatan,
tanin
mengobati
diare,
pendarahan,
dan
untuk
mengobati ambeien.
(Tjokronegoro dan Baziad, 1992). Rambutan
kulit
Penetapan kadar tanin dapat
(Nephelium
dilakukan
dengan
lappaceum L) merupakan tanaman
spektrofotometri
buah
pohon
Untuk dapat dibaca serapannya pada
dengan famili sapindaceae. Selain enak
daerah panjang gelombang ultraviolet
dimakan,
rambutan
memiliki
visibel maka tanin harus direaksikan
sejumlah
khasiat
kesehatan.
dengan reagen pembentuk warna, yaitu
menyebutkan,
folin denis. Pembentukan warnanya
khasiat rambutan yang baik untuk
berdasarkan reaksi reduksi oksidasi,
kesehatan tidak lepas dari kandungan
dimana tanin sebagai reduktor. Folin
kimia di dalamnya. Salah satu bagian
denis sebagai oksidator, tanin yang
dari tanaman rambutan yang dapat
teroksidasi akan mengubah fosmolibdat
berguna untuk kesehatan adalah daun
dalam
rambutan.
rambutan
fosmolibdenim yang berwarna biru
saponin
yang dapat menyerap sinar pada daerah
hortikultura
Berbagai
berupa
juga bagi
referensi
mengandung
Daun tanin
dan
(Dalimartha, 2007). Tanin
merupakan
folin
ultraviolet
metode
denis
visibel.
menjadi
panjang gelombang ultraviolet visibel. kelompok
besar dari senyawa kompleks yang
Metode Penelitian
didistribusikan merata pada berbagai
Tempat Penelitian
2
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
Penelitian
dilaksanakan
ISSN 1693-3591
di
Pemeliharaan Tanaman Obat (BPTO)
Laboratorium Kimia Analisis Fakultas
Tawangmangu Solo.
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Pembuatan Serbuk Daun
Yogyakarta.
Pembuatan
Bahan dan Alat Penelitian Daun lappaceum)
rambutan
buatan
cara
menggunakan
diperoleh dari Badan Pemeliharaan
setelah kering dibuat menjadi serbuk
Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu,
dengan menggunakan blender.
Asam tanat p.a. (E Merck), Folin Denis
Pembuatan Ekstrak Daun Rambutan
Merck),
tua
pengeringan
dengan
almari pengering dengan suhu 50° C,
(E
dan
(Nephelium
dilakukan
daun
yang
p.a
muda
rambutan
simplisia
Natrium
karbonat
Pembuatan rambutan
LP, NaCl 2%, H2SO4 encer p.a (E Merck),
maserasi. Caranya sebagai berikut :
akuades.
sebanyak 250,0 gram serbuk kering yang
dipakai
dengan
daun
anhidrat p.a (E Merck), gelatin LP, FeCl3
Alat
dibuat
ekstrak
metode
adalah
dimasukkan maserator atau toples
PharmaSpec uv vis 1700 (Shimadzu),
kaca, dilarutkan dengan etanol 96%
Seperangkat alat gelas (Iwaki Pyrex),
sebanyak 7 kali bobot serbuk dan
seperangkat alat maserasi
mesin
diaduk, kemudian dimaserasi dalam
pengaduk, sonikator (Ultrasonic LC
maserator tertutup dan diaduk dengan
30H), penangas air.
mesin pengaduk selama 10 jam. Setelah
Jalannya Penelitian
itu menyaring maserat dari ampas
Determinasi
dengan corong
Determinasi tanaman dilakukan di
Laboratorium
Universitas
Fakultas
Jenderal
bucner .
Maserat
diendapkan selama 2 hari, kemudian
Biologi
memisahkan maserat dari endapan
Soedirman
dengan
hati-hati. maserat
Setelah
itu
dalam
alat
Purwokerto.
menguapkan
Pengumpulan Bahan
evaporator. Setelah itu diuapkan dalam
Bahan yang digunakan dalam
cawan porselen dengan pemanasan di
penelitian ini adalah daun rambutan
atas penangas sambil diangin-anginkan
(Nephelium lappaceum) yang masih
dengan kipas angin.
basah yang diperoleh dari Badan
Pembuatan Larutan Pereaksi a. Gelatin LP
3
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
ISSN 1693-3591
Dilarutkan 1 gram gelatin ke
disaring melalui kertas saring (filtrat II).
dalam air hingga 10 ml aqudestilata lalu
Filtrat (II) ditambah 5 ml larutan Gelatin
dipanaskan (Depkes RI, 1995).
1%,
b. FeCl3 LP
menunjukkan adanya tanin.
Dilarutkan 9 gram Besi (III) Klorida
heksa
hidrat
P
bila
terjadi
Sebanyak
endapan
2
gram
putih
maserat
dalam
dipanaskan dengan 10 ml aqudestilata
aqudestilata hingga 100 m1 (Depkes RI,
selama 15 menit di atas penangas air,
1995).
kemudian disaring (Filtrat I). Lima ml
c. Larutan Na karbonat jenuh
filtrat I ditambahkan 1 ml larutan NaCl
Tiap 100,0 ml aquabidestilata
2%, bila terjadi suspensi atau endapan
ditambahkan dengan 35,0 gram Na
disaring melaui kertas saring (filtrat
Karbonat
kemudian
II).Filtrat (II). Ditambahkan beberapa
dipanaskan pada suhu 70-80° C dan
tetes FeCl3 LP, jika terbentuk wama
didinginkan semalam sampai didapat
hitam
larutan jenuh yang ditandai dengan
penambahan asam sulfat encer P
adanya kristal Na2CO3.10H2O. Setelah
menjadi endapan coklat kekuningan,
proses kristalisasi tersebut kemudian
menunjukkan adanya tannin.
larutan
Penetapan Panjang Gelombang Serapan
anhidrat,
disaring
dengan
glasswool
(Cunnif, 1996).
yang
hilang
pada
Maksimum
Larutan Standar Asam tanat 1 mg/ml
Dilakukan percobaan seperti
100 mg Asam tanat dilarutkan dalam100,0
kebirun
ml
pada no 3.5.7 dan diukur serapannya
aquabidestillata.
pada panjang gelombang antara 400-
Larutan standar ini harus selalu dibuat
900 nm setelah operating time tercapai.
baru tiap kali akan melakukan pengujian
Dibuat spektogram hubungan antara
(Cunnif, 1996)
serapan dengan panjang gelombang,
Uji Kualitatif Tanin
panjang gelombang serapan maksimum
Sebanyak
2
gram
maserat
adalah panjang gelombang dimana
dipanaskan dengan 10 ml aquadestilata
larutan sampel mempunyai serapan
selama 15 menit diatas pemanas air,
maksimum.
kemudian disaring (filtrat I).Lima
Penentuan Operating Time (OT)
ml
Filtrat (I) ditambahkan l ml larutan NaCl
Dipipet 1,0 ml larutan standar
2%, bila terjadi suspensi atau endapan
asam tanat dengan seksama, kemudian
4
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
ISSN 1693-3591
dimasukkan dalam wadah berukuran 10
Na2CO3 jenuh. Dicampur dengan baik,
ml
ml
kemudian dibaca serapannya pada
Kemudian
waktu serapan stabil (operating time)
yang
telah
berisi
aquabidestilata.
7,5
ditambahkan 0,5 ml pereaksi Folin denis
dan
dan 1,0 ml larutan Na2CO3 jenuh dan
maksimum.
diencerkan
Aquabidestilata
menggunakan kurva baku yang telah
sampai 10,0 ml dicampur dengan baik
didapat sehingga diketahui konsentrasi
dan diuji serapannya selama 1 jam pada
dari sampel yang diukur.
panjang gelombang 760 nm (Cunnif,
Analisis Data
dengan
1996)
panjang
gelombang
Dihitung
dengan
Untuk mengambil kesimpulan
Pembuatan Kurva Baku
suatu
Dibuat suatu seri larutan baku dari
pada
larutan
standar
asam
hasil
analisis
digunakan
parameter ketepatan dan ketelitian.
tanat
Ketepatan pengukuran adalah jauh
1mg/ml. Diambil dari larutan standar
dekatnya
penyimpangan
asam tanat yaitu: 0,020; 0,030; 0,040;
pengukuran dari harga sebenarnya.
0,050; 0,060; 0,070; 0,080 mg/ml dan
Ketelitian
dilakukan percobaan seperti no 3.5.8
sama.
merupakan
hasil
hasil
hampir
kemudian diukur serapannya pada
Analisis data yang digunakan
panjang gelombang serapan maksimum
adalah dengan uji paired sampel t test
setelah operating time tercapai.
yang dilakukan menggunakan program
Penetapan Kadar Tanin
SPSS versi 11.
Sebanyak 10,0 mg maserat ditimbang
dan
dilarutkan
dengan
Hasil dan Pembahasan
aquabidestilata sampai 10,0 ml. Jika
Penyiapan Bahan
belum larut sempurna bisa dibantu
Daun
rambutan
(Nephelium
dengan alat sonikator yang berfungsi
lappaceum) yang digunakan dalam
untuk
larutan.
penelitian ini diperoleh dari Badan
Dipipet 1,0 ml sampel dengan seksama,
Pemeliharaan Tanaman Obat (BPTO)
dimasukkan ke dalam wadah berukuran
Tawangmangu Solo Pada bulan Januari
10 ml yang telah berisi 7,5 ml
2009. Bagian daun rambutan yang
aquabidestilata . Ditambahkan 0,5 ml
digunakan adalah daun rambutan muda
menghomogenkan
pereaksi Folin Denis dan 1,0 ml larutan
5
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
ISSN 1693-3591
dan daun rambutan tua yang dibeli
akan lebih merata dan waktu yang
dalam keadaan basah.
diperlukan untuk pengeringan akan
Determinasi Tanaman
lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh
Determinasi tanaman bertujuan
keadaan cuaca (Depkes RI, 1985).
untuk mencocokan ciri-ciri morfologi
Setelah kering, simplisia dibuat menjadi
yang ada pada tanaman yang akan
serbuk. Penyerbukan sangat penting
diteliti dengan melihat pada buku Flora
karena
of Java agar tidak terjadi kesalahan
permukaan partikel yang kontak dengan
mengambil tumbuhan untuk penelitian.
pelarut sehingga pelarut dapat masuk
Determinasi
ke
Laboratorium Jendral
tanaman Biologi
Soedirman
Berdasarkan
hasil
dilakukan
di
dapat
dalam
meningkatkan
serbuk
dan
luas
akan
Universitas
mengeluarkan zat kimia yang akan
Purwokerto.
bercampur dengan zat penyari sehingga
determinasi
proses penyarian dapat berlangsung
menggunakan buku Flora of Java vol II
efektif.
(Backer & Bakhuizen Van Den Brink,
Pembuatan Ekstrak Daun Rambutan
1965) dinyatakan bahwa tumbuhan
(Nephelium lappaceum)
tersebut adalah tanaman rambutan.
Pembuatan ekstrak dilakukan
Pembuatan Simplisia
dengan menggunakan metode maserasi
Pembuatan simplisia dilakukan
dengan mesin pengaduk. Penggunaan
dengan cara pengeringan secara buatan
mesin pengaduk yang berputar terus
yaitu menggunakan almari pengering
menerus, waktu proses maserasi dapat
dengan suhu 50° C. Tujuan pengeringan
dipersingkat menjadi 6-24 jam. Pada
adalah untuk mendapatkan simplisia
penyarian dengan cara maserasi perlu
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
dilakukan
disimpan dalam waktu yang lama.
diperlukan
Dengan mengurangi kadar air dan
konsentrasi larutan di luar butir serbuk
menghentikan reaksi enzimatik akan
simplisia. Hingga dengan pengadukan
dicegah
atau
trersebut tetap terjaga oleh adanya
penurunan
mutu
pengadukan. untuk
Pengadukan melarutkan
perusakan
simplisia.
Dengan
derajat perbedaan konsentrasi sehingga
menggunakan
pengeringan
buatan
yang sekecil-kecilnya antara larutan sel
dapat diperoleh simplisia dengan mutu
dengan larutan sel (Depkes RI, 1986).
yang lebuh baik karena pengeringan
6
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
ISSN 1693-3591
Hasil penyarian dengan cara
Maserasi
merupakan
maserasi perlu dbiarkan dalam waktu
penyarian
tertentu,
untuk
digunakan untuk penyarian simplisia
tidak
yang mengandung zat aktif yang mudah
waktu
mengendapkan
tersebut
zat-zat
yang
sederhana.
cara
Maserasi
diperlukan tapi ikut terlarut dalam
larut dalam cairan penyari,
cairan penyari (Depkes RI, 1986).
mengandung
zat
yang
tidak mudah
mengembang dalam cairan penyari.
Tabel 1. Hasil uji kualitatif tanin Sampel Asam tanat Daun rambutan muda Daun rambutan tua
+NaCl +Gelatin
Jenis Pereaksi +NaCl +NaCl,+FeCl3 +FeCl3 +H2SO4 encer
Endapan putih Endapan putih Endapan putih
Hitam kebiruan Hitam kebiruan Hitam kebiruan
Hasil
Coklat kekuningan Coklat kekuningan Coklat kekuningan
+ + +
Keterangan: + menunjukkan adanya tanin pada sampel
Identifikasi Kualitatif Tanin
kompleks berwarna hitam kebiruan.
Untuk mengetahui tanin yang terkandung
dalam
daun
Sifat yang spesifik dari kompleks biru
rambutan
dari tanin yang berikatan dengan FeCl3
maka uji kualitatif yang dapat dilakukan
ini adalah kompleksnya tidak stabil
adalah dengan menambahkan gelatin
dengan
pada sampel. Gelatin adalah suatu
(Depkes RI, 1979).
protein, berdasarkan sifat tanin yang
Penetapan
dapat
Maksimum (λmax)
menggumpalkan
protein
(Robinson, 1995). Adanya
penambahan
H2SO4
Panjang
encer
Gelombang
Panjang gelombang maksimum putih
(λmax) adalah panjang gelombang pada
yang
saat serapannya maksimum dengan
menggumpalkan protein dari gelatin
cara membaca serapan larutan standar
(Robinson, 1995). Sedangkan reaksi
asam tanat dan kemudian diubah-ubah
FeCl3 melibatkan struktur tanin yang
panjang
merupakan senyawa polifenol, dimana
panjang gelombang yang tepat akan
dengan adanya gugus
meningkatkan kualitas hasil analisis,
menunjukan
endapan adanya
tanin
fenol
akan
berikatan dengan FeCl3 membentuk
sepanjang
7
gelombangnya.
tidak
Pemilihan
dipengaruhi
oleh
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
ISSN 1693-3591
komponen pengganggu atau variasi
penetapan
yang mungkin terjadi selama proses
menggunakan asam tanat 0,05 mg/ml
analisis (Afrianto, 2008).
menunjukkan
Penetapan panjang gelombang maksimum
bertujuan
mengetahui
besarnya
operating
serapan
stabil
untuk
bahwa semua pengukuran absorbansi
panjang
harus dilakukan pada waktu menit ke 59 dari proses perlakuan.
asam tanat untuk mencapai serapan
Pembuatan Kurva Baku
Pemilihan
gelombang karena
serapan
akan
maksimum,
panjang
maksimum
diperoleh yaitu
mulai
menit ke-59. Hasil ini menunjukkan
gelombang yang dibutuhkan larutan
maksimum.
time
Pembuatan
kurva
baku
ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan
sensitivitas
antara konsentrasi asam tanat dengan
panjang
serapan. Dari larutan standar asam
pada
gelombang perbedaan kadar yang kecil
tanat 1mg/ml dibuat seri
saja telah mampu memberikan serapan
dengan konsentrasi 0,020; 0,030; 0,040;
yang cukup besar, panjang gelombang
0,050; 0,060; 0,070 dan 0,080 mg/ml.
maksimum
memberikan
Persamaan kurva baku yang diperoleh
kesalahan serapan yang minimal atau
dari konsentrasi larutan asam tanat
memungkinkan
adalah: Y = 9,1714x + 0,0223, r = 0,999
tersebut
adanya
pengaruh
interferensi dari zat lain yang terlarut adalah
paling
persamaan kurva baku dan dibuat kurva
Suharman,1995). Panjang gelombang
hubungan antara konsentrasi serapan.
yang
serapan
Data yang didapat menunjukan bahwa
panjang
makin
tertinggi
(Mulja
Dari data yang diperoleh dibuat
dan
dapat
kecil
larutan
menghasilkan merupakan
gelombang
maksimumnya.
penetapan
gelombang
besar
Hasil
serapannya
serapan
persamaan
konsentrasi makin
yang
maka
besar.
diperoleh
Dari dapat
maksimum larutan standar asam tanat
digunakan sebagai dasar perhitungan
0,05 mg/ml adalah 743,0 nm.
kadar (sumbu x) dengan memasukkan
Penetapan Operating Time (OT)
harga serapan terukur (sumbu y). Uji ini
Uji ini untuk mengetahui lama
menggambarkan
kemampuan
pada
waktu yang dibutuhkan larutan baku
rentang tertentu untuk mendapatkan
asam tanat untuk mencapai serapan
hasil
konstan.
Dari
hasil
percobaan
8
uiji
yang
secara
langsung
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
proporsional
dengan
ISSN 1693-3591
konsentrasi
tereduksi menjadi molibdenim sehingga
(jumlah) analit dalam sampel.
terbentuk warna biru dengan nilai
Nilai koefisien korelasi hitung
serapan yang semakin besar.
sebesar r, dari data yang diperoleh
Hasil penetapan kadar tanin
dekat dengan garis regresi. Perhitungan
dari penelitian ini diperoleh kadar tanin
harga r hitung (0,999) dibandingkan
dalam daun rambutan muda sebesar
dengan r tabel (0,997) dengan taraf
6,16%, 6,28% dan 6,32% dengan kadar
kepercayaan 5% diperoleh harga r
rata-rata 6,25% (b/v) Kadar tanin pada
hitung lebih besar dari r tabel (Arikunto,
daun rambutan tua sebesar 6,64%,
2002: 328). Sehingga kurva baku di atas
6,60% dan 6,63% dengan kadar rata-
merupakan persamaan garis linear dan
rata 62,255 (b/v). Hasil perhitungan
dapat digunakan untuk menentukan
Standar Deviasi (SD) dan Koefisien
kadar tanin dalam sampel.
Variansi (KV) pada daun rambutan
Penetapan Kadar Tanin
muda sebesar 0,08327
Penetapan
tanin
sedangkan pada daun rambutan tua
metode
diperoleh Standar Deviasi (SD) 0,02309
visibel.
dan Koefisien Variansi (KV) sebesar
Untuk dapat dibaca serapannya pada
0,35%. Ketelitian (repeatability) dalam
daerah panjang gelombang ultraviolet
penelitian ini dapat dikatakan baik,
visibel maka tanin harus direaksikan
karena nilai Koefisien Variansi yang
dengan reagen pembentuk warna, yaitu
didapat
folin denis. Pembentukan warnanya
rambutan muda nilai KV 1,3%, dan daun
berdasarkan reaksi reduksi oksidasi,
rambutan tua 0,35%. Nilai KV yang kecil
dimana tanin sebagai reduktor. Folin
juga menunjukkan homogenity yang
denis sebagai oksidator, tanin yang
baik, karena hasil yang didapat tidak
teroksidasi akan mengubah fosmolibdat
berbeda jauh. Nilai KV < 2% dapat
dalam
dikatakan memberikan hasil yang baik
dilakukan
kadar
dan 1,3%
dengan
spektrofotometri
folin
ultraviolet
denis
menjadi
kecil
yaitu
(Gandjar,
yang dapat menyerap sinar pada daerah
menunjukan bahwa metode ini layak
panjang gelombang ultraviolet visibel.
digunakan dalam analisis penetapan
Semakin banyak tanin yang terkandung
kadar tanin.
semakin
Analisis Data
fosmolibdat
yang
9
Nilai
daun
fosmolibdenim yang berwarna biru
banyak
2007).
untuk
tersebut
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
ISSN 1693-3591
Analisis data bertujuan untuk
Daftar Pustaka
mengetahui apakah ada perbedaan
Afrianto, E. 2008. Pengaawasan Mutu
kadar tanin yang signifikan antara kadar
Bahan/ Produk Pangan jilid II
tanin daun rambutan muda dan kadar
Untuk
tanin
Kejuruan. Jakarta: Direktorat
daun
rambutan
dilakukan
tua,
pengujian
maka dengan
Sekolah
Menengah
Pembinaan SM
menggunakan uji t.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian
Analisis dengan menggunakan
Suatu Pendekatan Praktek edisi
uji t diperoleh nilai t hitung sebesar
Revisi V. Jakarta: PT. Asdi
6,718 lebih besar dibandingkan t tabel
Mahasatya P: 328,333
sebesar 2,13. nilai t hitung tersebut
Backer & Bakhuizen Van Den Brink,
menunjukkan adanya perbedaan yang
1963.
signifikan antara kadar tannin daun
(Spermatophytes only) Vol II.
rambutan muda dengan daun rambutan
The
tua.
Noordhoff-groningen P: 138
Rata-rata
kadar
tanin
daun
Flora
Of
Netherlands:
Java
N.V.P
rambutan muda sebesar 6,25% (b/v)
Cunnif, P., 1996. Official Method Of
sedangkan rata-rata kadar tanin daun
Analysis Of AOAC International
rambutan tua sebesar 6,62 % (b/v).
sixteeth edition Vol II, Published by AOAC international Suite
Kesimpulan
500,
Hasil penetapan kadar tanin
481
North
freederick
Avenue Gaithersburg: Maryland
dari penelitian ini diperoleh kadar rata-
20877-2417 USA
rata daun rambutan muda sebesar
Dalimartha, S. 2007.Atlas Tumbuhan
6,25% (b/v) sedangkan kadar tanin rata-
Obat Indonesia, Jakarta
rata daun rambutan tua sebesar 6,62%
Depkes RI, 1979.Farmakope Indonesia
(b/v) Kadar tanin daun rambutan
ed III. Jakarta : Departemen
dengan variasi umur daun mempunyai
Kesehatan RI P:59
perbedaan yang signifikan ( t hitung 7,483 > t
Depkes RI, 1985. Cara Pembuatan
2,13). Semakin tua daun
Simplisia. Jakarta: Direktorat
rambutan kadar tanin yang terkandung
Jendral Pengawasan Obat Dan
semakin besar
Makanan P: 10,14
tabel
10
PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010
ISSN 1693-3591
Depkes R1, 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI P: 2, 10-13 Harborne, S.B, 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB P: 21, 71,102-104 Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB P:71-73. Tjokronegoro, A., dan Baziad, A., 1992. Etik Penelitian Obat Tradisional. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta P:27
11