PERSEPSI REMAJA TERHADAP PROGRAM VARIETY SHOW “LET’S DANCE” DI GLOBAL TV (Studi Deskriptif Persepsi Remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh : Nama
: Sef Marnida
NIM
: 04102-072
Bidang Studi
: Jurnalistik
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN JURNALISTIK
Sef Marnida (04102 -072) Persepsi Remaja Terhadap Program Variety Show Let’s Dance di Global TV (Studi Deskriptif Persepsi Remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang) X hal + 80 hal + 11 lampiran + riwayat hidup Bibliografi : 33 buku (Tahun. 1983 – 2005)
ABSTRAKSI Program Variety Show mempunyai daya tarik tersendiri bagi khalayaknya, khususnya remaja. Salah satu program Variety Show yang diminati oleh remaja penggemar tarian Modern Dance di tanah air adalah program Let’s Dance yang ditayangkan di Global TV setiap hari Kamis malam pukul 20.00 WIB. Alasan dilakukannya penelitian ini karena tidak ada program lain di Indonesia yang menampilkan atau mengutamakan dunia dancer sebagai media utamanya dalam dunia entertainment. Meskipun ada program Talent search yang dikemas secara variety show namun belum ada yang mencari bakat dalam seni tarian modern. Seperti diketahui tayangan yang berjenis talent search di Indonesia lebih mengandalkan pencarian bakat dalam bidang menyanyi contohnya: AFI dan MamaMia (Indosiar), Indonesian Idol (RCTI), KDI (TPI), dan sebagainya. Pokok permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang terhadap program variety show Let’s Dance di Global TV, pada tahapan perhatian, pengetahuan, dan penafsiran. Persepsi yang dimaksud pada penelitian ini adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif untuk menggambarkan dan menjelaskan respon khalayak atas stimulus tertentu dengan menggunakan daftar pertanyaan (que sioner). Quesioner ini disebarkan kepada 52 responden yang menonton program Let’s Dance di Global TV dengan teknik penarikan sample yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling , yakni memilih orang-orang tertentu sebagai sampel dari jumlah populasi yang mewakili segmentasi, target audience dan berdasarkan penilaian tertentu. Kemudian data yang diperoleh dari responden tersebut diolah secara manual dan dianalisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang terhadap program variety show Let’s Dance di Global TV sebanyak 94 % memiliki persepsi positif.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada ‘Yang Maha Segala-galanya’ Allah SWT atas segala rahmat, karunia, hidayah yang Ia limpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Persepsi Remaja Terhadap Program Variety Show
“Let’s Dance” di Global Tv (Studi
Deskriptif Persepsi Remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang)”, dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih yang tak terhingga kepada Papa dan Mama yang ‘sangat’ tercinta, Herman Willis Bahar dan Erni atas segala do’a, dukungan, bantuan secara moril dan materiil, kasih sayang dan mukjizat yang mereka berikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan ( if I have another chance to live n choose my destiny one more time… I will always want to be ur daughter… no matter what. I Love You Mom ‘n Dad …!). My lovely Little Sister ‘n Little brother Meldayanti dan Harif Rahman untuk segala hiburan, dukungan, dan pengertian. My Granpa and Grann y ( I know u watch me from heaven..). Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Dra. Diah Wardhani, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta
2.
Bapak Drs. Riswandi M.Si, selaku ketua bidang studi Jurnalistik / Broadcasting FIK OM UMB
ii
3.
Bapak Ponco Budi Sulistyo. S.Sos., M.Comm, selaku pembimbing I, yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
4.
Bapak Drs. Morissan S.H., M.A, selaku pembimbing II, yang telah memberikan masukan, dukungan, kritik dan saran-saran yang membangun kepada penulis .
5.
Seluruh dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana yang telah memberikan ilmu pengetahuannya selama ini
6.
Seluruh staff Tata Usaha FIKOM UMB Mas Mawi, Mas Erphan, Pak Hari, Mbak Lila dan lainnya. yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus segala administrasi dan surat-surat penting yang penulis butuhkan.
7.
Bapak Rahmad Hartono, selaku Production Manager Global TV atas semangat, bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis pada awal mulai magang sampai dengan tahap penyelesaian skripsi ini.
8.
Mas Andi Aditya Dhanardi, selaku Produser Program Let’s Dance yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dari produksi acara ini... Makasih atas bantuannya selama ini yaaa..... Chayooo...!!!
9.
Bapak Agus Masrukhin, selaku Ketua RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Tangerang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Komplek Griya Sangiang Mas, Tangerang dan terima kasih juga atas semangat, dukungan moril, sharing-sharing , kritik dan saran yang membangun kepada penulis.
10.
Sahabat dekat penulis : Endah, Valencia, Lia (Dombret), Moses, Dewo Nugroho (Bro... I think, I’m fallin’ luv with u right now but I don’t know this
iii
is real or not… ), thnx bgt karena udah mau bersedia menemani dalam suka dan duka. Luv y’all…!!!!! 11.
Teman-teman penulis : Dian Devico (thnx udah mau ngebantuin skripsi gw yak….), Wiji (thnx udah mau nyemangatin gw dalam pengerjaan skripsi ini…), Reni, Tuti, Farhan, Mahdi, Beto ; Heru, Huzen, Hakam, Cherry, Hendra, dkk (kapan-kapan jalan bareng lagi yaaa ?? ‘N tete p low profile walopun ‘ilmunya’ udah pada tinggi ok….^_^), and all my frenz.. Thanx a lot guyz…!!!
12.
Brigade BKPRMI, Masjid Raya Al-A’zhom, n DPD BKPRMI Kota Tangerang’s Family : Ust. H. Sofyan Rosada (Sesepuh, guru spiritual dan penasehat), Budi ‘Budel’ (I just like callin’ ur name that way), Toni (thnx udah mau sempa t mampir dalam kehidupan gw…), Adi (thnx atas semua saran dan masukan yg membangun buat gw ‘n minta gw jadi cewek yang lebih feminin), Anto, Heri, Anisa, Deny “N -cex”, Lisa “bon-bon”, Rendy, Iyan, Heru, H. Syaiful, Ipoel, Irwan, Rama, Firman, Karya Wiguna, Santi, and all (Akhirnya gw lulus juga kan hehehe…).
13.
Brigade BKPRMI Propinsi Banten & Nasional, DPW & DPP BKPRMI’s Family : Bang Ali Muchtar Ngabalin (Ketua Umum DPP BKPRMI), Bang Said Aldi Al-Idrus (Komandan Brigade BKPRMI Nasional ; Kapan – kapan bolehlah ajak aku lagi ke Malaysia ‘n Singapore ok bang…), Bang Arippudin (Ketua Umum DPW BKPRMI ; Gimana niy janjinya ke Baduy dalam???), Bang Ilyas (Komandan Brigade BKPRMI Prop. Banten), Abdul, Bang Harris, Bang Mansyur (thnx atas masukannya tentang menja di seorang jurnalis yang baik ‘n support-nya supaya saya bisa menyelesaikan skripsi
iv
dengan baik), Safarudin, Wahyu ‘Jogja’ (my secret admirer) , thnx a lot guys.. Akhirnya gw bisa lulus juga salah satu ujian dalam hidup gw hehehe.. 14.
Semua
teman-teman
yang
berada
dalam
satu
perjuangan
untuk
menyelesaikan skripsi di FIKOM Jurnalistik 2002, Good luck yaa guyz…!!! 15.
Teman-teman di semua Fakultas di Universitas Mercu Buana, yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
16.
My so called friend at Friendster, Myspace, Fupei, Hi5, Liveconnector, YM, Tagged, Astaga, etc : Dea (th nx 2 believe me 4 share your all “great” story), Detta Wira (Sir, i’m finish ma major paper yet…), Ichal (Akhirnya gw lulus juga kan brow…!!!), Indra, Mido, Ahmad Satiri, Guys….!! U all so care about me.. Thnx for that.. wish u a ll the best..!!
17.
Dan kepada semua teman, saudara, rekan, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selama mengerjakan skrpsi ini. Terima kasih banyak....
Akhir kata, penulis ingin memohon maaf apabila selama proses pengerjaan skr ipsi, mulai dari persiapan hingga penulisan tahap akhir ini, penulis banyak melakukan kesalahan. Baik yang penulis sengaja maupun tidak sengaja, baik dalam kata kata maupun perbuatan. Demikian skrpsi ini penulis susun untuk dapat dipergunakan dengan sebaik baiknya.
Tangerang, 31 Juli 2007
Penulis
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
: Quesioner
Lampiran 2.
: Coding Book
Lampiran 3.
: Coding Sheet
Lampiran 4.
: Surat Keterangan dari Producer Program Let’s Dance
Lampiran 5.
: Surat Keterangan dari HRD Global Tv
Lampiran 6.
: Surat Keterangan dari Ketua RW.09
Lampiran 7.
: Struktur Organisasi Global Tv
Lampiran 8.
: Grid Program Bulan Juli 2007
Lampiran 9.
: Program Performance by Segment
Lampiran 10.
: Top Program Station National ( Global Tv )
Lampiran 11.
: Performance by Day Part
x
DAFTAR ISI ABSTRAKSI………………………………………………………………..…… i KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ii DAFTAR ISI………………………………………………………………..…... vi DAFTAR TABEL…….…………………………………………………......... viii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….........… x BAB I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………... 1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………. 7 1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….. 7 1.4 Signifikansi Penelitian……………………………………….. 7 1.4.1 Signifikansi Akademis……………..………………… 8 1.4.2 Signifikansi Praktis……………………..………….… 8
BAB II.
KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Komunikasi.……………………………………………..…… 9 2.2 Komunikasi Massa.…………………………………….…… 11 2.3 Media Massa.…………………………………………….…. 14 2.4 Televisi.………………………………………………..…..... 17 2.4.1 Sifat / Karakteristik Televisi.……………..……...…. 18 2.4.2 Keunggulan dan Kelemahan televisi.………..…...…. 20 2.5 Khalayak.……………………………………………………. 21 2.6 Persepsi.……………………………………………………... 23
BAB III.
METODOLOGI 3.1 Tipe atau Sifat Penelitian.………………………………...… 28 3.2 Metode Penelitian.………………………………………….. 28 3.3 Populasi dan Sample.……………………………….....……. 29 3.3.1 Populasi.……………………..………………...……. 29 3.3.2 Sampel…………………………..……………...…… 30 3.4 Teknik Pengumpulan Data.……………………………...….. 31 vi
3.5 Definisi dan Operasionalisasi Konsep.…………………..….. 32 3.5.1 Definisi Konsep……………………...…………..….. 32 3.5.2 Operasionalisasi Konsep……………...…………….. 33
BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sekilas tentang Global TV.…………………………………. 40 4.1.1 Visi Global TV............................................................ 41 4.1.2 Misi Global TV........................................................... 41 4.1.3 Tujuan Global TV....................................................... 41 4.1.4 Pimpinan PT. Global Informasi Bermutu (Global TV)................................................................. 42 4.2 Program Variety Show Let’s Dance....………................…… 42 4.3 Hasil Penelitian. …………………………….................……. 44 4.3.1
Karakteristik Responden.…………..…………..…… 45
4.3.2 Pola Menonton.………………………..…………..... 48 4.3.3 Perhatian dan Pengetahuan terhadap tayangan program Let’s Dance.……………………..………… 54 4.3.4 Penafsiran terhadap tayangan program Let’s Dance.………………………………………..…........ 64 4.3.5 Persepsi terhadap program Let’s Dance…………...... 74 4.4 Pemba hasan.…………………………………………...……. 75
BAB V.
PENUTUP 5.1 Kesimpulan.…………………………………………….…… 78 5.2 Saran.………………………………………………………... 79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL Judul Tabel
Halaman
v Tabel 4.1. ( Jenis Kelamin Responden )………………………………... ………. 45 v Tabel 4.2. ( Pendidikan Terakhir )…………………………………...…………. 46 v Tabel 4.3. ( Pekerjaan )…………………………………………...……………... 47 v Tabel 4.4. ( Berapa Jam menonton tv )……………………………………..…... 48 v Tabel 4.5. ( Acara yang sering ditonton )………………………………...……... 49 v Tabel 4.6. ( Frekwensi menonton Let’s Dance dalam sebulan )…………..……. 50 v Tabel 4.7. ( Alasan menonton Let’s Dance )…………………………...……….. 51 v Tabel 4.8. ( Intensitas menonton )…………………………………...………….. 52 v Tabel 4.9. ( Biasanya menonton dengan siapa )………………...………………. 53 v Tabel 4.10. ( Perhatian dan pengetahuan terhadap Host dan Co-Host )…...……. 54 v Tabel 4.11. (Perhatian dan pengetahuan terhadap gaya bicara Host dan CoHost).......................................................................................................................55 v Tabel 4.12. ( Perhatian dan pengetahuan terhadap hari dan jam penayangan program Let’s Dance )…………………………………………………………... 56 v Tabel 4.13. ( Perhatian dan pengetahuan terhadap durasi program Let’s Dance ).57 v Tabel 4.14. ( Perhatian dan pengetahuan terhadap jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance )…………………………………..…………………. 58 v Tabel 4.15. ( Perhatian dan pengetahuan terhadap slogan dari program Let’s Dance )…………………………...……………………………………………… 59 v Tabel 4.16. ( Perhatian dan pengetahuan terhadap juri utama program Let’s Dance)…………………...………………………………………………………. 60 v Tabel 4.17. ( Perhatian dan pengetahuan terhadap jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance )……………………..…………………... 61
viii
v Tabel 4.18. ( Tingkat Perhatian dan pengetahuan terhadap tayangan program Let’s Dance )…………………………………………………...……………………… 63 v Tabel 4.19. ( Penafsiran terhadap Host dan Co-Host program Let’s Dance )...… 64 v Tabel 4.20. ( Penafsiran terhadap gaya bicara Host dan Co-Host )………..…… 65 v Tabel 4.21. ( Penafsiran terhadap hari dan jam penayangan program Let’s Dance ). ……………………………………………………………………………………66 v Tabel 4.22. ( Penafsiran terhadap durasi tayangan progra m Let’s Dance )…..… 67 v Tabel 4. 23. ( Penafsiran terhadap jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance )……………………………………………………….…………… 68 v Tabel 4.24. (Penafsiran terhadap slogan dari program Let’s Dance )………...… 69 v Tabel 4.25. ( Penafsiran terhadap juri utama program Let’s Dance )……..……. 70 v Tabel 4. 26. (Penafsiran terhadap jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance )…………………………………………………………... 71 v Tabel 4.27.( Tingkat Penafsiran terhadap tayangan program Let’s Dance )...….. 73 v Tabel 4.28. ( Persepsi terhadap program Let’s Dance )……………………..….. 74
ix
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah. Perkembangan media komunikasi massa begitu cepat, hal ini disebabkan karena media sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam komunikasi manusia. Media komunikasi massa dapat dan memang telah mempengaruhi perubahan apalagi jika itu menyangkut orang banyak. Karena tuntutan pasar, media berusaha untuk menyajikan hiburan yang bisa memenuhi selera umum. Sehingga perusahaan televisi dituntut untuk dapat menyajikan sesuatu yang bisa menghibur dari berbagai kalangan. Di kebanyakan negara, terutama yang masyarakatnya bersifat Agraris, fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran tampaknya dominan, sebagian besar dari alokasi masa siaran diisi oleh acara hiburan. Pada saat ini televisi juga telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mengobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Televisi juga memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini. Ringkasnya, televisi mampu memasuki relung-relung kehidupan kita lebih dari yang lain. 1 Bermula dengan ditemukannya Electrisce telescope sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin, Paul Nipkow, untuk mengirim gambar 1
Morissan, Jurnalistik Telev isi Mutakhi r, Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2004, hal. 1
2
melalui udara dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini terjadi antara tahun 18831884. Prestasi Nipkow ini menjadikan ia diakui sebagai “Bapak Te levisi”. Sekarang, setelah masa lebih dari 100 tahun, media televisi telah berkembang dengan sangat pesat dan bahkan telah menggeser media massa lainnya dalam hal keunggulannya. 2 Menurut Marshall Mc.Luhan , “Media televisi telah mampu menggiring masyaraka t pada corak berpikir seperti “kaca spion” (rearview). Segala sesuatunya dilihat sebagai realitas yang bukan sebenarnya”. 3 Sebagai sebuah alat yang dapat dimanfaatkan untuk mengkonsumsikan informasi, kini televisi merupakan media dominan komunikasi massa diseluruh dunia, dan sampai sekarang masih terus mengalami perkembangan. Sejalan dengan perkembangannya yang begitu cepat seiring dengan semakin berkembangnya teknologi elektronika telah menjadi fenomena besar abad ini, perannya amat besar dalam membentuk pola dan pendapat umum, termasuk pendapat umum untuk menyenangi produk-produk tertentu, demikian pula perannya amat besar dalam pembentukan perilaku dan pola berpikir. Televisi mulai diperkenalkan kepada publik pada acara Pameran Dunia tahun 1939. Perjalanannya terus melaju, sehingga tahun 1950-an dikenal sebagai “television’s golden era”. Sejalan dengan sebutan zaman keemasan itu, televisi terus berkembang pesat dan semakin pouler di masyarakat. 4 Di penghujung dekade 80-an dan awal dekade 90-an, industri pertelevisian di Indonesia menjadi semakin lebih meriah dengan munculnya stasiun televisi 2
Morissan, Ibid, hal. 2 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik ; Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta. Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 98 4 Asep Saeful Muhtadi, Loc.cit. 3
3
swasta yang dikelola masyarakat setelah kehadiran TVRI pada tahun 1962 yang dikelola oleh pemerintah. Bermula dari hanya satu stasiun televisi milik pemerintah, kini telah berkembang menjadi belasan televisi swasta yang berada di Jakarta dan Daerah, dan suasana pertelevisian dengan hadirnya televisi swasta tersebut sangat menggembirakan, karena program acara yang ditayangkan pun lebih variatif, sehingga masyarakat dapat memilih program acara yang beragam. Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan TPI, SCTV, Indosiar, dan ANTV. Sejak tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro TV, Trans TV, TV-7, Lativi, dan Global TV) serta ditambah dengan bermunculnya stasiun televisi lokal seperti : O-Channel, Jak-Tv, Space Toon, Jawa TV, Bali TV, CTV Banten, dan Riau TV. Kalau sebelum tahun 1998 jumlah stasiun televisi swasta hanya ada enam, maka sejak tahun 2000 jumlah televisi swasta telah menjadi 11. Kini penonton televisi Indonesia memiliki banyak pilihan dalam menikmati berbagai program acara televisi. Dengan semakin banyaknya keberadaan stasiun televisi tersebut maka stasiun-stasiun televisi bersaing dan berusaha untuk memberikan programprogram yang terbaik seperti film, musik, maupun berita bagi masyarakat karena televisi memiliki fungsi sebagai sarana penyebaran informasi dan pendidikan, meneruskan nilai- nilai sosial, melakukan kontrol sosial maupun sebagai sarana promosi. Hal itulah yang menyebabkan semakin tingginya ketergantungan masyarakat akan program-program yang dijanjikan oleh televisi.
4
Diantara semua stasiun televisi swasta di Indonesia, salah satunya yang ingin dibahas oleh penulis adalah PT. Global Informasi Bermutu atau yang lebih dikenal masyarakat luas dengan nama Global TV, merupakan salah satu stasiun televisi swasta yang hadir ditengah maraknya persaingan industri pertelevisian di Indonesia. Stasiun televisi yang diresmikan pada 8 Oktober 2001 itu memiliki visi yaitu sebagai satu-satunya media televisi yang menjadi sumber inspirasi, informasi dan hiburan bagi orang muda dan mengerti serta memahami keinginan dan kebutuhan pemirsa yang sekaligus menjadi media terefektif bagi agencies dan pemasang iklan khususnya produk anak muda. Sedangkan misi yang diemban oleh Global TV adalah sebagai media untuk menyalurkan energi, dinamika dan proses kreatif anak muda Indonesia dengan memadukan tatanan perkembangan informasi dan hiburan yang berlandaskan etika dan budaya bangsa Indonesia melalui tayangan program yang mencakup kebutuhan informasi, pendidikan dan hiburan yang sesuai dengan generasi muda sebagai segmen utama pemirsa. 5 Salah satu program acara di Global TV yang menjadi fokus penelitian penulis adalah Let’s Dance. Let’s Dance merupakan salah satu program variety show yang ditayangkan di Global TV setiap hari Kamis malam pukul 20.00 WIB. Target audience dari Program Let’s Dance ini adalah remaja dan orang-orang yang masih berjiwa muda. Program tersebut juga tidak menghilangkan konsep dasarnya yang memiliki idealisme tetapi menambahkan apa yang akhir-akhir ini menjadi kecenderungan dari pemirsanya yang tergolong masih muda belia. Dari pengamatan yang penulis lakukan terhadap program Let’s Dance pada setiap episodenya pemirsa dapat menyaksikan segmen-segmen menarik yang
5
http:// www.globaltv.co.id
5
disajikan dalam Let’s Dance, seperti: penampilan 6 tim yang akan berkompetisi dan akan diseleksi untuk pertama kalinya. Masing-masing tim terdiri dari 3 orang peserta. Dalam program ini ada 6 segmen, pada tiap segmen mempertemukan timtim breakers dan segmen yang lain memperlihatkan kemampuan tim-tim modern dance, dimana keenam tim ini tidak membedakan jenis kelamin. Jadi tidak menutup kemungkinan untuk seorang wanita ikut serta dalam persaingan tim -tim breakers, begitu pula dengan pria yang ingin mengikuti modern dance karena skillnya yang terkadang melebihi kemampuan wanita. Setiap tim diminta membawakan tarian dengan dua jenis musik yang berbeda. Pemenang akan ditentukan dari gaya dan tingkatan kreativitas. Dari setiap episode akan dipilih satu pemenang yang mampu melakukan berbagai jenis dancer dengan berbagai jenis musik ya ng berbeda. Setelah terkumpul 12 pemenang, kompetisi akan memasuki babak Grand final. Let’s Dance berbeda dengan program-program lain di Global TV karena program ini merupakan ajang pencarian bakat atau wadah untuk penari – penari muda terutama mereka yang menggeluti dunia street dance. Acuan program ini diadaptasi dari salah satu program di stasiun MTV Internasional yaitu “Wade Robson Project” tetapi lebih dikembangkan lagi dengan menampilkan kompetisi dance secara berkelompok. Dan acara ini dipandu oleh dua orang host yakni Adi Nugroho dan Ayushita, dimana Host dan co-host harus bisa memandu, membawakan acara sekaligus membangun athmosphere selayaknya kompetisikompetisi street dance di negeri asalnya. Acara ini juga menghadirkan tiga orang juri dari kala ngan penari, pengajar seni tari modern, dan bahkan dari breakers profesional itu sendiri yang beraliran street dance (hiphop, breakdance, tarian
6
kontemporer, dll). Tidak ketinggalan juga dengan kehadiran seorang DJ yaitu DJ Boim Ghetto yang menghidupkan persaingan antara tim-tim breakers dan tim -tim modern dance dengan menyuguhkan lagu-lagu bernuansa hip -hop dan R ‘n B yang sangat kental di telinga anak muda. Let’s Dance juga merupakan tayangan yang tergolong masih jarang disiarkan oleh stasiun televisi lain di Indonesia bahkan tidak ada program lain di Indonesia yang menampilkan atau mengutamakan dunia dancer sebagai media utamanya dalam dunia entertainment.. Meskipun ada program Talent search yang dikemas secara variety show namun belum ada yang mencari bakat dalam seni tarian modern. 6 Seperti diketahui tayangan yang berjenis talent search di Indonesia lebih mengandalkan pencarian bakat dalam bidang menyanyi contohnya: AFI dan MamaMia (Indosiar), Indonesian Idol (RCTI), KDI (TPI), dan sebagainya. Oleh karena itu remaja tertarik untuk menyaksikan program Let’s Dance baik secara langsung datang ke lokasi ataupun sekedar menonton melalui televisi. Remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang merupakan khalayak dari media televisi yang berperan sebagai komunika n. Let’s Dance sebagai program acara yang berformat variety show lebih banyak menyajikan hiburan melalui kompetisi dance, baik itu yang beraliran hiphop, breakdance, tarian kontemporer, dan lain-lain. Tidak ketinggalan juga dengan kehadiran bintang tamu yang selalu berganti dalam setiap episodenya supaya lebih menarik animo dari masyarakat sekitar untuk menonton let’s dance secara langsung di setiap kota – kota yang dikunjungi oleh let’s dance dan di setiap
6
Has il dari wawancara langsung dengan Producer Program Let’s Dance Andi Aditya Dhanardi
7
session ada 7 kota ya ng dikunjungi serta penampilan seorang DJ yang menghidupkan persaingan antara tim-tim breakers dan tim-tim modern dance dengan menyuguhkan lagu-lagu bernuansa hip -hop dan R‘nB yang saat ini sedang digemari oleh para remaja. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui persepsi remaja terhadap program tersebut melalui suatu penelitian. Dan berkaitan dengan bidang studi yang penulis tekuni, maka penulis mencoba meneliti tentang program Let’s Dance ini terhadap remaja yang mendapatkan terpaannya, khususnya Remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Persepsi Remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang terhadap Program Variety Show Let’s Dance Di Global TV?”
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah ingin mengetahui Persepsi Remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang terhadap Program Variety Show Let’s Dance Di Global TV.
1.4. Signifikansi Penelitian Adapun Signifikansi penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu :
8
1.4.1.Signifikansi Akademis Secara Akademis, hasil dari penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan penelitian terhadap ilmu komunikasi khususnya tentang kajian dibidang komunikasi massa yang menyangkut persepsi khalayak terhadap program televisi serta fungsi dan peranannya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu dalam kajian Jurnalistik mengenai persepsi remaja terhadap acara variety show di media televisi swasta di Indonesia.
1.4.2. Signifikansi Praktis Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan, informasi serta pertimbangan bagi insan pertelevisian di Indonesia khususnya kepada pihak yang memproduksi program Let’s Dance di Global TV, agar kedepannya dapat memberikan sajian yang lebih baik, sesuai dengan keinginan khalayak.
9
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Komunikasi Komunikasi
adalah
suatu
proses,
artinya
komunikasi
merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan atau bertahap yang berkaitan satu sama lain dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses komunikasi tidak statis tetapi dinamis dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus menerus. Proses komunikasi sebagai proses “Transfer Informasi” antara komunikator dengan komunikan bertujuan untuk mencapai saling pengertian antara dua belah pihak. 1 Efek komunikasi pada khalayak, tentunya mempengaruhi perubahan sikap. Dalam mempelajari sikap baru ada 3 variabel penting yang menunjang proses belajar. a. Perhatian. b. Pengertian. c. Penerima. 2
1
Rosady Ruslan SH. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Jakarta : Raja Garfiandi Persada, 1999, hal. 69 2 Mar’at, Sikap Manusia Perubahan dan Pengukurannya, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984, hal. 26
10
Proses Komunikasi menurut Melvin Defleur digambarkan sebagai berikut:3 Stimulus
Organisme • Perhatian • Pengertian • Penerimaan
Respon • Perubahan Sikap Keterangan : v S (Stimulus) : Sebuah isi pernyataan berupa isi pesan dan informasi visual yang persuasif mengenai program Let’s Dance yang siap ditujukan kepada komunikan atau khalayak banyak. v O (Organisme) : Seorang komunikan / pemirsa menerima isi pernyataan media massa sehingga timbul pembentukan sikap. v R (Respon) : Perubahan sikap yang dicapai oleh komunikan / pemirsa merupakan petunjuk bagi perubahan tingkah laku. 4 Berdasarkan pemahaman konseptual dari gambar diatas dapat disebutkan bahwa sesuai dengan Teori S-O-R program acara televisi merupakan stimulus yang akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perrhatian dari komunikan, proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. 3 4
Mar’at, Op.cit, hal. 34 A. Soehoet, Teori Komunikasi, Yayasan Kampus Tercinta IISIP, Jakarta, hal. 26
11
Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan untuk menonton atau memper hatikan program acara yang telah disaksikan di televisi. Pada perubahan sikap perlu ada pengaruh personal, penyebaran dan efekefek media massa terhadap pemirsa dapat diterapkan melalui prinsip stimulus respon yaitu model yang dikembangkan oleh De Fleur (1970). Lalu keterangan diatas dapat ditambahkan melalui teori perbedaan individu dari De Fleur yang menjelaskan bahwa perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal. Psikologi individu akan menentukan bagaimana tiap-tiap individu memilih stimuli dari lingkungan dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Hal ini membuktikan setiap orang mempunyai potensi Biologis pengalaman belajar dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media massa yang be beda pula. 5 Jadi, model S-O-R dari De Fleur ini menyatakan bahwa komunikasi massa semata -mata merupakan proses pembujukan serta kemampuan mengubah struktur psikologis terhadap perorangan, sehingga didapat reaksi tingkah laku
2.2. Komunikasi Massa. Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya
(gabungan
antara
tujuan,
organisasi
dan
kegiatan
yang
sebenarnya). Proses lain yang kedudukannya hampir sama dalam pengertian ruang lingkup dan keberadaannya yang muncul dimana-mana adalah pemerintahan, pendidikan, dan agama. Masing-masing memiliki jaringan institusional sendiri 5
Jalaluddin Rakhmat M.Sc, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 203-204
12
yang kadangkala sangat banyak berkaitan dalam proses transmisi atau tukar menukar informasi dan gagasan. Terlepas dari itu, dewasa ini komunikasi massa lebih banyak melibatkan orang untuk waktu yang lebih banyak, meskipun intensitasnya lebih rendah. Karena, komunikasi tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan masyarakat (bangsa) secara keseluruhan, maka komunikasi sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan peristiwa sejarah. Mempelajari komunikasi massa secara menyeluruh sama dengan mempelajari masyarakat secara keseluruhan. 6 Media massa dalam cakupan komunikasi massa itu adalah komunikasi yang dilakukan media massa. Media massa dapat dikelompokkan kedalam media massa cetak (surat kabar, tabloid, dan majalah) dan media massa elektronik (radio, televisi, dan Internet). Jadi, media massa modern sebagai produk teknologi yang selalu berkembang menuju kesempurnaan. Dalam pada itu Joseph A. Devito dalam bukunya Communicology : An Introduction to the study of Communication menampilkan definisinya mengenai komunikasi lebih tegas yakni sebagai berikut : 1. Komunikasi Massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau menonton televisi. 2. Komunikasi Massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar. Seperti dikatakan oleh Severin dan Tankard Jr. Bahwa komunikasi itu adalah keterampilan seni dan ilmu. Apabila dikaitkan dengan pendapat
6
Dennis Mc.Quail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1994, hal. 7
13
Devito, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan sifat-sifat komponennya. 7 Charles R. Wright, seorang pakar komunikasi mendefinisikan komunikasi massa adalah dengan melihat karakteristik-karakteristik terlebih dahulu secara singkat adalah : 1. Komunikasi massa ditujukan kepada khalayak luas yang heterogen dan anonim khalayak heterogen dalam arti jenis kelamin, pengalaman, agama, pendidikan, kebudayaan, ideologi, hobby, pandangan hidup, cita -cita, dan sebagainya. Sedangkan anonim dalam pengertian sumber (pengirim pesan) tidak mengenal khalayak secara pribadi. 2. Pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai khalayak secara serentak dan bersifat selintas. Komunikasi massa adalah komunikasi umum yang bersifat selintas, dalam arti pesan yang komunikasikan biasanya dibuat untuk dapat dikonsumsi segera. 3. Komunikator cenderung merupakan suatu organisasi yang komplek dan melibatkan pembiayaan yang besar. Seorang komunikator di media massa bekerja melalui suatu organisasi yang kompleks dan mengandung suatu pembagian kerja yang eksentif dan suatu biaya tertentu bersamaan dengan pekerjaan tersebut. Berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan dari komunikator yang biasanya merupakan suatu organisasi tertentu, kepada penerima pesan yaitu khalayak yang lebih luas, heterogen dan anonym melalui media massa diharapkan
7
Onong Uchjana, Op.cit, hal. 14
14
dapat memberikan efek berupa reaksi atau respon khalayak atas isi pesan yang diterimanya, reaksi atau respon khalayak ini kemudian dikirim kembali dalam bentuk feed back atau umpan balik.
2.3. Media Massa Secara Etimologi media massa adalah sarana atau saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. 8 Dalam kamus himpunan istilah komunikasi, media massa berarti komunikasi dengan menggunakan sarana atau peralatan yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan area seluas-luasnya.9 Jadi segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sarana atau saluran untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dalam berkomunikasi, disebut media massa. Adapun bentuk dan jenisnya dapat berupa cetak maupun elektronik. Media massa sebagaimana yang diungkapkan oleh Djafar Assegaf, adalah saluran untuk menyampaikan pesan yang dapat mencapai jumlah massa yang besar dan heterogen. 10 Kebutuhan untuk memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Masyarakat yang membutuhkan informasi tersebut tentunya mengharapkan informasi yang selalu paling aktual. Yakni informasi yang jarak dan waktunya paling dekat dengan peristiwa. Dengan informasi yang paling aktual, kita mengetahui perkembangan lingkungan dan masyarakat tempat kita hidup, lingkungan yang jauh dari jangkauan mata kita. 8
Dept. Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, Cet,ke3, hal. 3 9 Y.S. Gunadi. Djoni Heryan, Himpunan Istilah Komunikasi, Grassindo, Jakarta, 1999, hal. 75 10 Djafar Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Universitas Terbuka, Jakarta, 1991, hal. 10
15
Media sering menjadi defining agency11 bagi konsepsi yang kita miliki tentang realitas sosial merupakan media made reality. Segala yang ada, dapat kita ketahui melalui medai massa. Media massa memiliki peranan sebagai berikut : v Jendela pengalaman, maksudnya bahwa media dapat memperluas pandangan kita tentang berbagai pengalaman yang tidak kita alami. v Juru Bahasa, yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa atau hal yang terpisah, kurang jelas. v Pembawa dan pengantar, informasi dan pendapat. v Jaringan Interaktif, yang menghubungkan pengirim dan penerima melalui berbagai macam umpan balik v Papan petunjuk jalan, aktif menunjukkan arah, memberikan bimbingan atau instruksi. v Penyaring, yang menyeleksi bagian-bagian dari pengalaman yang harus diberi perhatian khusus atau dibuang. v Cermin, memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat itu sendiri. Biasanya pantulan citra itu mengalami perubahan karena adanya penonjolan terhadap segi yang ingin dilihat oleh anggota masyarakat, atau sering kali segi yang ingin mereka hakimi atau cela. v Tirai atau penutup, menyembunyikan kebenaran untuk melaksanakan tujuan propaganda atau pelarian dari kenyataan. 12
11
Dedy N. Hidayat, Aplikasi Penelitian Komunikasi Dalam Menunjang Kebijaksanaan Isi Surat Kabar. As Achad dan SS Ecip. Komunikasi Pembangunan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1985, hal. 165 12 Dennis Mc.Quail, Peng antar Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1985, hal. 52-53
16
Media massa sebagai alat penyampaian pesan yang berbagai macam bentuknya seperti media cetak (koran, majalah dan tabloid) dan media elektronik (radio, televisi dan internet) dimana masing-masing media tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan. Kala u media cetak mengandalkan kekuatan visualnya saja, objek tidak bergerak yang ditampilkan hanya gambar dan tulisannya saja. Radio mengandalkan kekuatan audio nya saja, gambar tidak terlihat, hanya penjelasan melalui gelombang udara. Televisi memiliki kekuatan audio visual sehingga khalayak bisa mengerti oleh unsur gambar dan suara akan penjelasan tersebut sehingga membuat media ini menjadi kuat. Televisi tidak hanya dapat dilihat dan didengar, akan tetapi bisa dinikmati secara audio visual. Media massa yaitu sarana atau saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Dan televisi sendiri merupakan bagian dari media massa, yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa maka televisi disini merupakan penelitian yang akan dibahas sebagai alat media untuk menyebarkan pesan-pesan komunikasi. Seorang pakar komunikasi lain Charles R. Wright mengemukakan pendapatnya tentang fungsi media massa seperti yang dinyatakan dalam bukunya Mass Communication A Siciologycal Perspective, antara lain bahwa media massa mempunyai fungsi sebagai media hiburan. Schramm menyatakan bahwa fungsi media massa dapat dimanfaatkan sebagai to sell goods for us, artinya bahwa media massa dapat dimanfaatkan sebagai ajang promosi. Dari hasil pengamatan para pakar tadi dapat disimpulkan dan saling melengkapi, sehingga fungsi media adalah: v Sebagai media Penerangan v Sebagai media Pendidikan
17
v Sebagai media Hiburan v Sebagai media Promosi. 13
2.4. Televisi Menurut J.B.Wahyudi pengertian televisi adalah merupakan sebagai stasiun penyiaran yaitu proses kegiatan Point to Audience, yaitu proses pengiriman informasi / isi pesan dari seorang / produser kepada khalayak melalui gelombang tinggi misalnya cahaya. Penyiaran adalah semua kegiatan yang memungkinkan adanya siaran radio dan televisi yang meliputi segi ideal, perangkat keras dan lunak yang menggunakan sarana pemancar atau transmisi, baik di darat maupun di antariksa, dengan menggunakan gelombang elektromagnetik atau jenis gelombang yang lebih tinggi untuk dipancar luaskan dan dapat diterima oleh khalayak melalui pesawat penerima radio atau televisi, dengan atau tanpa alat bantu. Televisi merupakan salah satu media elektronik dari media massa yang mempunyai keunggulan tersendiri dibanding dengan media massa lainnya. Sama halnya media massa lainnya, televisi berperan dalam proses komunikasi antara komunikantor dengan komunikannya. Istilah televisi berasal dari kata “tele” yang berarti jauh dan “visi” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip radio sedangkan segi penglihatannya diwujudkan dengan prinsip-prinsip kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam bentuk gambar hidup atau bergerak (moving picture), maupun gambar diam (still picture). Isyarat televisi (television signal) terdiri dari dua bagian yang terpadu, yakni saluran suara yang termodulasi secara 13
Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, Duta Wacana University Press, Yogyakarta, 1994, hal. 17
18
frekwensi (frequency-modulated sound channel), dan saluran video (video channel). Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiarannya (broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada prinsip-prinsip radio yang mentransmisikannya dan tidak mungkin melihat gambar yang bergerak jika tidak ada unsur film yang menvisualisasikannya.
2.4.1. Sifat / Karakteristik Televisi Televisi merupakan sarana komunikasi massa, dan televisi dianggap mampu menyiarkan informasi secara memuaskan. Hal ini disebabkan dua faktor yang terdapat pada media massa tersebut, yakni : 1. Immediacy, menyangkut pengertian langsung dan dekat, yakni peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa tersebut berlangsung, seakan akan berada ditempat itu terjadi. 2. Realism, mengandung makna kenyataan informasi yang sesuai dengan apa yang terjadi (baik didengar ataupun dilihat).14 Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataan. 15 Komunikator dalam hal penyelenggara siaran televisi harus menjalankan proses komunikasi efektif, yaitu melalui sajian-sajian yang menarik sesuai
14
Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Alumni Bandung, Bandung, 1984, hal. 8 15 Onong Uchjana, Op.cit, hal. 21
19
dengan ideologi, norma, etika dan estetika yang berlaku agar kepentingan komunikan
dapat
berhimpit (overlapping)
dengan
kepentingan
pihak
komunikator. Bila kepentingan ini berhimpit berarti khalayak akan menonton siaran itu. Agar kepentingan komunikator dapat berhimpit dengan kepentingan komunikan, maka pihak komunikator sebelum melakukan proses komunikasi, perlu mengadakan langkah empati, yaitu berusaha mengetahui sebanyakbanyaknya tentang komunikan melalui langkah penelitian khalayak. Selera khalayak yang diperoleh melalui penelitian tadi dituangkan dalam bentuk mata acara program siaran. Program yang disajikan harus berorientasi pada selera khalayak, karena khalayak merupakan konsumen komoditas siaran dan merekalah yang menentukan menonton atau tidak. Khalayak tidak dapat dipaksa dan mereka memiliki hak sepenuhnya untuk menonton acara yang diinginkan. Televisi memiliki sejumlah Sifat dan Karakteristik antara lain adalah sebagai berikut : v Informasi
disampaikan
kepada
komunikan
melalui
proses
pemancaran / transmisi. v Isi pesan audio visual. Artinya dapat didengar dan dilihat secara bersamaan pada waktu ada siaran. v Sifatnya periodik, tidak dapat diulang. v Sifatnya transitory (hanya meneruskan). Pesan-pesan yang diterima hanya bisa dilihat dan didengar secara sekilas. v Serentak dan global v Meniadakan jarak dan waktu.
20
v Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi secara langsung/orisinil. v Bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur). v Kalimat singkat, padat, jelas, sederhana. Tujuan akhir dari penyampaian pesan untuk menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi. 16
2.4.2. Keunggulan dan Kelemahan tele visi. Sama seperti media massa lainnya, televisi juga memiliki beberapa keunggulan dan kekurangannya tersendiri, keunggulan televisi menurut Dr. Alatas Fahmi dari sisi progmatis dan teknologis adalah sebagai berikut : v Menyangkut isi dan bentuk. Media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi, realistis dan tidak terbatas. v Memiliki khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya dan intim. v Keunggulan televisi dari sisi teknologis adalah kemampuan televisi dalam me njangkau wilayah yang sangat luas dalam waktu yang bersamaan. Sehingga televisi dapat mengantarkan langsung suatu peristiwa disuatu tempat lain yang berjarak sangat jauh. Televisi juga mampu menciptakan suasana yang bersamaan diberbagai wilayah jangkauannya, mendorong pemirsa untuk mendapatkan informasi dan berinteraksi secara langsung.
16
J.B. Wahyudi, Dasar -dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Graffiti, Jakarta, 1996, hal. 8
21
Dibalik keuntungan / kelebihan, televisi juga memiliki kelemahankelemahan, ini berkaitan langsung dengan kelebihannya. Kelemahan itu adalah: v Kecenderungan televisi untuk menempatkan khalayaknya sebagai objek yang pasif, sebagai penerima pesan. v Mendorong proses alih nilai dan pengetahuan yang cepat. Hal ini terjadi tanpa mempertimbangkan perbedaan tingkat perkembangan budaya dan peradaban yang ada menjadikannya sulit untuk dikontrol dampak negatifnya. v Pergerakan teknologi penyiaran televisi yang begitu cepat mendahului perkembangan masyarakat dan budaya khalayak pemirsanya. Hal ini pada gilirannya melahirkan pro-kontra tentang implikasi kultural dari televisi. v Kecenderungan para pengelola televisi yang memanfaatkan kelebihankelebihan televisi dan lebih berorientasi pada pertimbangan komersil / bisnis, sehingga mengesampingkan faktor pendidikan. 17
2.5. Khalayak Istilah khalayak media berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagi media. Kumpulan ini disebut sebagai khalayak dalam bentuk yang paling dikenali dan versi yang diterapkan dalam hampir selur uh penelitian media itu sendiri. Clausse (1968) menunjukkan beberapa kerumitan untuk membedakan beberapa kadar keikutsertaan dan keterlibatan khalayak.
17
Drs. Alatas Fahmi, Ibid, hal. 32
22
1. Khalayak pertama dan terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian, semua yang memiliki pesawat televisi adalah audience televisi dalam artian tertentu. 2. Khalayak kedua, terdapat khalayak yang menerima hal-hal yang ditawarkan dengan kadar yang berbeda-beda seperti pemirsa televisi reguler, pembeli surat kabar, dan sebagainya. 3. Khalayak ketiga, ada bagian khalayak yang mencatat penerimaan isi dan masih ada bagian lebih kecil yang mengendapkan pesan yang ditawarkan. 18 Bagi khalayak, yang diperhatikan hanyalah siaran. Khalayak tidak mau tahu liku-liku penyelenggaraan siaran. Bagi khalayak hanya ada satu sikap, yaitu “siaran harus baik” dan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka tentang informasi dan hiburan. Khalayak sebagai konsumen bersifat heterogen, sehingga sangat sulit memenuhi selera khalayak melalui siaran. Bagi khalayak, siaran yang baik adalah wajar, tetapi kalau siaran tidak baik bahkan salah, khalayak akan langsung menuding kesalahan itu. Keinginan dan kebutuhan khalayak harus menjadi salah satu acuan dalam merencanakan siaran, namun pengelola siaran pun harus bijaksana, janganlah semua selera khalayak dipenuhi mengingat sifat khalayak yang heterogen, homogen dan cluster. Di salah satu pihak, khalayak menghendaki siaran yang berkualitas, menarik dan menghibur , tetapi dilain pihak pengelola siaran menyadari betapa besar pengaruh siaran terhadap khalayak.
18
Dennis Mc.Quail, Op.cit, hal.7
23
Khalayak hanya akan memperhatikan mata acara yang memang menarik dan bermanfaat bagi dirinya. Itulah sebabnya, salah satu cara untuk “memaksa” agar mau memperhatikan program acara siaran, yakni dengan menyajikan program yang dinamis, menarik, bermanfaat, komunikatif dan tidak menyinggung perasaan khalayak. Manajemen yang diterapkan kedalam tubuh organisasi penyiaran perlu disesuaikan dengan sifat kerja penyiaran. Dengan demikian, sifat kerja dibidang penyiaran adalah cepat, tepat dan kreatif tanpa meninggalkan prinsip dasar manajemen, yaitu efektif dan efisien yang harus melandasi proses kerja penyelenggaraan penyiaran. Mengingat sifat kerja dibidang penyiaran bersifat koloektif (team) , yang terdiri atas berbagai tenaga yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan profesi, maka penyelenggaraan penyiaran memerlukan pimpinan yang menguasai ilmu ekonomi, psikologi, dan komunikasi. 19
2.6. Persepsi “Persepsi merupakan proses Psikologis dengan menginterpretasikan dan pemberian makna terhadap orang atau objek.” 20 Pengertian lainnya yaitu “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan opini, persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensor stimuli).”21 Pendapat lain mengatakan bahwa “Persepsi merupakan penginderaan terhadap suatu kesan yang
19
JB. Wahyudi, Op.cit, hal. 5 Soerjono Soekanto, K amus Sosiologi, CV. Rajawali, Jakarta, 1983, hal. 364 21 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya, Bandung, 1988, hal. 57 20
24
timbul dalam lingkungannya, penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan.” 22 Pada tahun 1976, Desiderato mendefinisikan mengenai pe rsepsi yang menurutnya persepsi itu adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensor stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas bahwa sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya me libatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. 23 Kemampuan persepsi / pengamatan manusia itu tidak hanya terbatas pada rangsangan yang berasal dari benda -benda / objek-objek yang berasal dari alam luar, tetapi juga dapat mengenali rangsangan yang merupakan fakta -fakta objektif dari dalam diri kita yang tidak terwujud tetapi gejalanya dapat kita rasakan, seperti: lapar, haus, dan sakit. Dalam berkomunikasi dapat terjadi salah paham kalau yang dikomunikasikan adalah persepsi tanpa perincian. 24 Persepsi dalam pengertian Psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami melalui alat penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau Koginisi. Dalam hal perse psi mengenai orang dan untuk memahaminya maka persepsi itu dinamakan persepsi sosial dan kognisinya pun dinamakan kognisi sosial. 25
22
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remadja Karya, Bandung, 1986, hal. 6 Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit, hal. 51 24 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Pedoman Ilmu Jaya, 2001, hal. 40 25 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosia ; Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial, Balai Pustaka, 1997, hal. 94 23
25
Cohen mendefinisikan persepsi sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek external. Persepsi menurutnya adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada diluar sana. 26 Menurut Jalaluddin Rakhmat, persepsi ditentukan oleh beberapa faktor yang berasal dari stimulus, yaitu : 1. Perhatian (Attention) Kebiasaan, serta faktor Psikologis seperti kemauan, keinginan, motivasi, pengharapan, dan sebagainya. Sedangkan atensi yang dipengaruhi oleh faktor external, yakni atributatribut objek yang dipersepsi seperti gerakan, intesitas, kontras, kebaruan, dan perulangan objek yang dipersepsi. Menurut Aaker dan Mayer, menyaring atensi atau perhatian dijalankan pada beragam tingkat usaha dan kesadaran. “Pada tingkat yang ekstrim adalah proses pencarian aktif (active search) dimana penerima mencari informasi.Ia mungkin mencari pendapat temanteman atau mencari melalui majalah yang sebenarnya tidak dibaca. Pada tingkat lain, dapat diistilahkan sebagai pencarian pasif (passive search). Seseorang mencari informasi hanya dari sumber-sumber yang biasa menerpanya selama ini. Pada tingkat akhir, disebut perhatian pasif (passive attention). Pada tingkat ini, penerima mempunyai sedikit kebutuhan informasi dan tidak berusaha untuk mencarinya.” 27 2. Pengetahuan (Kognitif) Kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsikan oleh khalayak. Kognitif terjadi pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Yang termasuk kegiatan psikis pengetahuan
26 27
Aubrey Fisher dan Katherine L. Adams, Interpesonal Communication, 1994, hal. 55 David Aaker and Mayer, Advertising Management, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1996, hal. 218
26
adalah gejala-gejala jiwa, seperti: pengamatan, tanggapan, ingatan, asosiasi, fantasi berpikir, dan inteligensia. 28 Kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi, bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa dapat diperoleh berbagai informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah dikunjungi. Hal ini berkaitan dengan usaha -usaha memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang lingkungan external. Kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, dapat diperoleh berbagai informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah dikunjungi. Hal ini berkaitan dengan usaha -usaha memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang lingkungan external. Berdasarkan uraian sejumlah operasionalisasi tentang persepsi tersebut, maka persepsi khalayak menjadi variabel akibat penggunaan media yang mengakibatkan berbagai efek psikologis.
3. Penafsiran (Interpretation) Penafsiran merupakan proses dimana penerima memberi arti terhadap pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya dan
28
Alisuf Sabri, Op.Cit, hal. 40
27
mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi. 29 Penafsiran pribadi didasarkan pada pengalaman masa lalu si penerima, asumsi tentang perilaku manusia, pengetahuan mengenai keadaan lingkungan orang lain, suasana hati / keinginan / kemauan pada saat itu, serta harapan. Seseorang individu dalam menafsirkan sesuatu tidak sama dengan individu lainnya, dikarenakan setiap individu mengorganisasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan kenyataan yang ada pada dirinya, dan bermacammacam penafsiran akan muncul pada setiap individunya walaupun stimulinya sama. Penulis melihat sejumlah efek yang ditimbulkan oleh tayangan program variety show Let’s Dance di Global TV dalam menyajikan informasi kepada pemirsanya dalam mempengaruhi persepsi mereka, maka penulis mengambil responden yaitu remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang.
29
David Aaker and Mayer, Op.Cit, hal. 101
28
BAB III METODOLOGI
3.1. Tipe atau Sifat Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian Deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlangsung. Penelitian deskriptif hanyalah melaporkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 1 Bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala, kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekwensi adanya hubungan antara gejala yang satu dengan gejala yang lainnya dalam masyarakat”.2 Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang hasilnya berupa laporan yang menggunakan bilangan atau angka. Pendekatan kuantitatif yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. 3
3.2. Metode Penelitian Dalam penelitia n ini metode yang digunakan adalah metode penelitian survey. 1
Dalam
metode
survey,
informasi
dikumpulkan
dari
responden
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal. 24 2 Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, cet. Ke VIII, PT. Gramedia, Jakarta, 1985, hal. 30 3 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Universitas Terbuka Depdikbud, Jakarta, 1995, hal. 114
29
menggunakan quesioner pada umumnya. Dikumpulkan dari sebagian populasi (sample) untuk mewakili seluruh populasi. 4 Penelitian survey yang bersifat deskriptif bertujuan mencari data seluas mungkin dalam rangka mempelajari kondisi sosial dari salah satu kelompok manusia dan juga pola kelakuan manusia. 5
3.3. Populasi dan Sample 3.3.1. Populasi Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan menjadi perhatian penulis. Objek Penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda -benda sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain.6 Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berada di lingkungan RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang yang berusia 13-19 tahun. 7 Total keseluruhan usia tersebut adalah 262 orang. 8 Alasan penulis memilih populasi yang berusia 13-19 tahun karena pada usia tersebut merupakan masa transisi manusia yang cenderung memiliki penghasilan yang masih rendah, masih mencari hiburan, masih mencari informasi tentang berbagai hal, mulai memasuki perguruan tinggi9 dan juga dikarenakan berdasarkan dari target audience pemirsa yang menonton Let’s Dance di Global TV yaitu Remaja. 4
Masri Singarimbun dan Sifian, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, LP3ES, Jakarta, 1983, hal. 18 5 J.V. Rendenbergt, Op.cit, hal. 45 6 Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Thesis, Penerbit PPM, Jakarta. 7 Berdasarkan dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, pasal. 65 8 Data yang diperoleh dari Ketua RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kel. Gebang Raya Tangerang, November 2006 9 Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi, Targetting & Positioning, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, Hal. 200
30
Responden dalam penelitian ini tidak hanya terbatas pada remaja putra namun juga remaja putri. Karena responden yang diinginkan oleh peneliti adalah mereka yang menonton program Let’s Dance di Global TV.
1.3.2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian, dimana merupakan bagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Menurut Koentjaraningrat, bagian-bagian dari keseluruhan (oleh para ahli statistik disebut population atau universe), yang menjadi objek sesungguhnya dari penelitian itulah disebut sample, dan metodologi untuk menyeleksi individu-individu masuk kedalam sample yang representatif itulah disebut sampling.10 Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik purposive sampling, yakni memilih orang-orang tertentu sebagai sampel dari jumlah populasi yang mewakili segmentasi, target audience dan berdasarkan penilaian tertentu. 11
Serta
berdasarkan
karakteristik
penelitian
yang
dianggap
mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi. 12 Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto13 : “Sekedar Ancar-ancar, maka apabila subyeknya lebih besar kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
10
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Sosial, PT. Gramedia, Jakarta, 1985, hal. 89 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2001, hal. 81 12 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis Bisnis, PT. Raja Grafindo Persada, 1999, hal. 92 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 120 11
31
populasi.” Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10% hingga 15% atau 20% hingga 25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari : 1. Kemampuan peneliti dari waktu, tenaga dan dana. 2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. 3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar akan lebih baik. Melalui pendapat tersebut, penulis mengambil sampel sebesar 20% dari jumlah populasi, karena pengambilan sampel minimal 10% maka penulis memilih 20% dan hal tersebut dianggap sudah cukup mewakili populasi yaitu : 262 x 20% = 52,4 Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 52 orang.
3.4. Teknik Pengumpulan Data - Data Primer Teknik pengambilan data primer dilakukan penulis dengan membuat dan membagikan quesioner. Quesioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah yang menyangkut kepentingan orang banyak, dengan jalan mengedarkan formulir, daftar pertanyaan secara tertulis dan diajukan secara tertulis pada sejumlah responden, secara tertulis untuk mendapatkan jawaban, tanggapan dan juga respon tertulis seperlunya. 14 Jenis pertanyaan yang diajukan kepada responden terdiri dari pertanyaan tertutup dan terbuka. Yakni dengan memberikan jawaban pilihan yang sudah ditentukan dan beberapa uraian jawaban yang diperlukan.
14
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, Alumni, Bandung, 1990, hal. 217
32
- Data Sekunder Data Sekunder diperoleh dari wawancara dan studi kepustakaan. Wawancara dilakukan terhadap pihak Global TV yaitu Produser program Let’s Dance yang memahami objek yang sedang diteliti dan untuk memperoleh data-data serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan program tersebut. Studi kepustakaan diperoleh dari data-data dan teori-teori dari buku, jurnal, internet, riset-riset dan referensi lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.
3.5. Definisi dan Operasionalisasi Konsep 3.5.1. Definisi Konsep a. Persepsi Persepsi adalah merupakan proses Psikologis khalayak, dengan menginterpretasikan dan pemberian makna terhadap orang atau objek, dimana persepsi mencakup penginderaan (sensasi) melalui alat-alat/panca indera (mata, telinga, hidung, kulit dan lidah), atensi dan interpretasi.
b. Remaja Remaja adalah suatu masa yang dim ulai ketika seseorang mengalami perubahan diri (transisi) dari anak-anak menuju dewasa. Sedangkan dalam penelitian ini remaja sebagai penerima, sasaran, audience, decoder, dan komunikan. Remaja yang akan dijadikan objek penelitian adalah yang berada dilingkungan RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang.
33
c. Program Variety Show Let’s Dance Program
berasal
dari
kata
programa
yang
berarti
acara
(pertunjukkan siaran, pagelaran, dan sebagainya). Variety Show adalah Format acara TV yang mengkombinasikan berbagai format lainnya, seperti Talk Show, Magazine Show, Kuis, Game Show, Music Concert, Drama, dan Sit-Com. Variasi acara tersebut dipadukan
dalam
sebuah
pertunjukkan
dalam
bentuk
Siaran
Langsung (Live) maupun Siaran Rekaman (Tapping).15 Let’s Dance adalah salah satu program variety show yang ditayangkan di Global TV setiap hari Kamis malam pukul 20.00 WIB. Program acara ini merupakan ajang pencarian bakat untuk penari penari muda terutama mereka yang menggeluti dunia street dance.
3.5.2. Operasionalisasi Konsep Konsep yang dioperasionalisasikan adalah persepsi, yaitu proses internal penonton remaja program variety show Let’s Dance di Global TV dalam tahap perhatian, pengetahuan, dan penafsiran mereka terhadap isi dari program tersebut sebagai lingkungan eksternal mereka yang merupakan ukuran bagi operasionalisasi persepsi. a. Perhatian (Attention) dan Pengetahuan (Kognisi / Knowledge) - Perhatian (Attention)
15
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera, 2004, hal. 190
Grasindo, Jakarta,
34
Bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan input-input melalui alat indera lain, maka akan terjadi suatu perhatian. Sedangkan perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat
stimuli
lainnya
melemah.
Perhatian
terjadi
bila
kita
mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera kita. - Pengetahuan (Kognisi / Knowledge) Kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan oleh khalayak. Keingintahuan komunikasi terhadap sesuatu yang informatif bagi dirinya maka dinamakan proses kognitif. Pada dimensi ini terdapat 8 pertanyaan. Pengukuran pada setiap pertanyaan tersebut menjadi benar diberi nilai 3, separuh benar diberi nilai 2, tidak benar semua diberi nilai 1. Kemungkinan responden menjawab total nilai terendah adalah 8 dan tertinggi 24. Jika dilihat, maka jarak antara 8 ke 24 adalah 14 point, kemudian penulis membagi selisih nilai tersebut menjadi 3 kate gori sebagai berikut : 1. High Attention apabila jawaban memiliki nilai 20 hingga 24 point. 2. Medium Attention apabila jawaban memiliki nilai 14 hingga 19 point. 3. Low Attention apabila jawaban memiliki nilai 8 hingga 13 point.
35
b. Penafsiran (Interpretation) Penafsiran adalah proses dimana receiver memberi makna terhadap pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya, dan mengisinya dengan interpretasi yang sebenarnya dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi. Pada dimensi penafsiran terdapat 8 pertanyaan. Pengukuran pada setiap pertanyaan tersebut menjadi suka diberi nilai 3, tidak ada pendapat diberi nilai 2, tidak suka/tidak setuju diberi nilai 1. Kemungkinan responden menjawab total nilai terendah adalah 8 dan tertinggi 24. Jika dilihat, maka jarak antara 8 ke 24 adalah 14 point. Kemudian penulis membagi selisih nilai tersebut menjadi 3 kategori sebagai berikut : 1.High Interpretation apabila jawaban memiliki nilai 20 hingga 24 point. 2.Medium Interpretation apabila jawaban memiliki nilai 14 hingga 19 point. 3.Low Interpretation apabila jawaban memiliki nilai 8 hingga 13 point.
c. Pada operasionalisasi konsep, indikator yang digunakan merupakan pengembangan dari isi program variety show Let’s Dance di Global TV yang meliputi : a. Yang menjadi Host dan Co -Host pada program Let’s Dance. b. Gaya bicara Host dan Co-Host pada program Let’s Dance. c. Hari dan waktu penayangan program Let’s Dance. d. Durasi dari tayangan program Let’s Dance. e. Jenis tarian ya ng diperlombakan dalam program Let’s Dance.
36
f. Slogan dari program Let’s Dance. g. Yang menjadi juri utama pada program Let’s Dance. h. Jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance. Dalam penelitian ini penulis akan membuat pertanyaan berupa quesioner yang berasal dari ilustrasi program variety show Let’s Dance di Global TV. Data yang telah diperoleh dilapangan melalui quesioner tersebut akan direduksi dengan mengacu pada pokok permasalahan yaitu bagaimanakah persepsi remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang terhadap tayangan program tersebut. Penelitian ini menggunakan tingkat ukuran yang mencoba mengurutkan responden dari tingkat rendah ke tingkat tinggi. Pada penelitian ini terdapat tiga tingkatan, dimula i dari benar / suka, dilanjutkan dengan separuh benar / tidak punya pendapat, dan terakhir adalah tidak benar semua / tidak suka. Untuk mengukur persepsi seseorang, peneliti menggunakan skala Likert, yaitu setiap pilihan jawaban yang diberikan atas setiap pertanyaan dari setiap item variabel mempunyai gradasi dari positif sampai negatif. Jawaban positif diberi nilai paling tinggi yaitu 3, jawaban netral diberi nilai 2, jawaban negatif diberi nilai paling rendah yaitu 1. Semua kategori yang berhasil dikumpulkan kemudian dikomputasikan untuk mendapatkan satu kesatuan tentang persepsi yang meliputi persepsi positif, persepsi netral, dan persepsi negatif. Persepsi dinyatakan positif apabila tingkat perhatian, pengetahuan dan penafsiran responden terhadap program variety show Let’s Dance tinggi. Persepsi netral, jika tingkat perhatian, pengetahuan dan penafsiran responden
37
terhadap program tersebut sedang. Dan persepsi negatif apabila tingkat perhatian, pengetahuan dan penafsiran responden terhadap program tersebut rendah. Operasionalisasi konsep dapat dijelaskan dengan tabel sebagai berikut : Variabel Persepsi
Dimensi A. Perhatian
Indikator a. Memperhatikan dan Mengetahui
(Attention)
siapa ya ng menjadi Host dan Co-
dan
Host pada program Let’s Dance.
Pengetahuan (Knowledge)
Skala
b. Memperhatikan dan Mengetahui gaya bicara Host dan Co-Host pada program Let’s Dance. c. Memperhatikan dan Mengetahui Hari dan waktu penayangan program Let’s Dance. d. Memperhatikan dan Mengetahui Durasi dari tayangan program Let’s Dance. e. Memperhatikan dan Mengetahui
Benar (Positif) (3) Separuh benar (Netral) ( 2)
jenis tarian yang diperlombakan pada Program Let’s Dance f. Memperhatikan dan Mengetahui Slogan dari program Let’s Dance. g. Memperhatikan dan Mengetahui siapa yang menjadi juri utama pada program Let’s Dance. i. Memperhatikan dan Mengetahui jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance.
Tidak benar semua (Negatif) (1)
38
B. Penafsiran (Interpretation)
a. Menyukai siapa yang menjadi Host dan Co-Host pada program Let’s Dance. b. Menyukai gaya bicara Host dan Co Host pada program Let’s Dance. c. Menyukai hari dan waktu penayangan program Let’s Dance d. Menyukai durasi dari tayangan program Let’s Dance. e. Menyukai jenis tarian yang diperlombakan pada Program Let’s
Suka (Positif) (3)
Tidak ada pendapat (Netral) (2)
Dance. f. Menyukai slogan dari program Let’s Dance. g. Menyukai siapa yang menjadi juri utama pada program Let’s Dance.
Tidak Suka (Negatif) (1)
i. Menyukaijumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance.
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data Setelah diperoleh hasil quesioner, maka data yang masuk kemudian diolah dengan cara manual yaitu dengan menghitung jawaban-jawaban untuk setiap kategori dari setiap pertanyaan yang diajukan. Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya data-data tersebut diolah dan dianalisa dengan membuat tabel tunggal yang isinya pertanyaan-pertanyaan sebagai jawaban terhadap permasalahan. Hasil yang diperoleh kemudian disederhanakan kedalam bentuk tabel yang terlebih dahulu membuat coding book dan coding sheet. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembuatan tabel tunggal.
39
Setelah itu diadakan analisa kuantitatif yang bersumber dari teori-teori yang relevan. Dan terakhir menarik kesimpulan dari jawaban dan pembahasan.
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Sekilas tentang Global TV PT Global Informasi Bermutu atau Global TV dimiliki oleh Bimantara dan Bhakti Investama secara tidak langsung di bawah bendera Media Nusantara Citra (MNC), yang dimiliki oleh Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo. Didirikan pada tanggal 22 Maret 1999 sebagai stasiun TV swasta dengan pangsa pasar anak muda dan memulai debutnya di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2001. Tayangan perdananya dimulai pada tanggal 15 Januari 2005 dan awal kegiatan operasionalnya sebagai Broadcaster dari program musik MTV selama 24 jam nonstop dengan jangkauan area di Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya, Semarang dan Yogyakarta. Menambah warna baru dalam gaya hidup entertainment dengan kombinasi program-program luar nege ri dan lokal. Dengan jam tayang Global TV adalah jam 03.00-07.00 WIB pagi dan dilanjutkan pada jam 15.00-23.00 WIB. Adapun target audience dari Global TV yang terdiri dari para pemirsa muda usia 15-34 tahun, 5-14 tahun (tambahan) serta pemirsa berjiwa muda (Young at Heart). Hingga kini sudah ada 18 pemancar yang dapat ditangkap oleh sekitar 110 juta jiwa pemirsa di 142 kota di Indonesia. Adapun program-program Global TV kini dapat dikategorikan menjadi beberapa genre diantaranya Sinetron, variety show, reality show, teen animation, infotainment, news, newstainment, sport, komedi, film dan lain sebagainya. Dalam menyediakan sebagian program acara, Global TV selain memproduksi sendiri programnya, juga membeli program dari production house.
41
Untuk program yang dibuat sendiri oleh Global TV, dibagi menjadi dua divisi yaitu: in house production dan news.
4.1.1. Visi Global TV Sebagai satu-satunya media televisi yang menjadi sumber inspirasi, informasi dan hiburan bagi anak muda dan mengerti serta memahami keinginan dan kebutuhan pemirsa yang sekaligus menjadi media terefektif bagi agencies dan pemasang iklan khususnya produk anak muda.
4.1.2. Misi Global TV Sebagai media untuk menyalurkan energi, dinamika dan proses kreatif anak muda Indonesia dengan memadukan tatanan perkembangan informasi dan hiburan yang berlandaskan etika dan budaya bangsa Indonesia melalui tayangan program yang mencakup kebutuhan informasi, pendidikan dan hiburan yang sesuai dengan generasi muda sebagai segmen utama pemirsa.
4.1.3. Tujuan Global TV Dengan tujuan, menjadikan Global TV sebagai sumber inspirasi, trend setter dan preferensi utama bagi generasi muda Indonesia dalam menyalurkan energi, dinamika dan proses kreatif serta cost effective media bagi pemasang iklan yang berdampak pada peningkatan shareholder value.1
1
Data dari Company Profile Global Tv
42
4.1.4. Pimpinan PT. Global Informasi Bermutu (Global TV) Global TV merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Bimantara dan Bhakti Investama, yang secara tidak langsung melalui PT. Media Nusantara Citra (MNC). Jajaran Komisaris dan direksi Global TV terdiri dari : Komisaris Utama
: Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo
Komisaris
: SN Suwisma
Komisaris
: Nurhadijono Nurjadin
Direktur Utama
: Stephen K. Sulistyo
Direktur Sales, Marketing & Program : Agus Sjafrudin Direktur Keuangan
: Satya Ganeswara
Direktur Operasional
: Budi Irawan Djalal
4.2.Program Variety Show Let’s Dance. Let’s Dance adalah salah satu program variety show yang ditayangkan di Global TV secara reguler dengan basis weekly pada setiap hari Kamis malam pukul 20.00 WIB. Program acara ini merupakan ajang pencarian bakat untuk penari penari muda terutama mereka yang menggeluti dunia street dance. Pada setiap episodenya akan ditampilkan penampilan 6 tim yang akan berkompetisi dan akan diseleksi untuk pertama kalinya. Masing-masing tim terdiri dari 3 orang peserta. Dalam program ini ada 6 segmen, pada tiap segmen mempertemukan tim -tim breakers dan segmen yang lain memperlihatkan kemampuan tim-tim modern dance, dimana keenam tim ini tidak membedakan jenis kelamin. Jadi tidak menutup kemungkinan untuk seorang wanita ikut serta
43
dalam persaingan tim-tim breakers, begitu pula dengan pria yang ingin mengikuti modern dance karena skillnya yang terkadang melebihi kemampuan wanita. Setiap tim diminta membawakan tarian dengan dua jenis musik yang berbeda. Pemenang akan ditentukan dari gaya dan tingkatan kreativitas. Dari setiap episode akan dipilih satu pemenang yang mampu melakukan berbagai jenis dancer dengan berbagai jenis musik yang berbeda. Setelah terkumpul 12 pemenang, kompetisi akan memasuki babak Grand final. Let’s Dance berbeda dengan program-program lain di Global TV karena program ini merupakan ajang pencarian bakat atau wadah untuk penari – penari muda terutama mereka yang menggeluti dunia street dance. Acuan program ini diadaptasi dari salah satu program di stasiun MTV Internasional yaitu “Wade Robson Project” tetapi lebih dikembangkan lagi dengan menampilkan kompetisi dance secara berkelompok. Dan acara ini dipandu oleh dua orang host yakni Adi Nugroho dan Ayushita, dimana Host dan co-host harus bisa memandu, membawakan acara sekaligus membangun athmosphere selayaknya kompetisikompetisi street dance di negeri asalnya. Acara ini juga menghadirkan tiga orang juri dari kalangan penari, pengajar seni tari modern, dan bahkan dari breakers profesional itu sendiri yang beraliran street dance (hiphop, breakdance, tarian kontemporer, dll). Tidak ketinggalan juga dengan kehadiran seorang DJ yaitu DJ Boim Ghetto yang menghidupkan persaingan antara tim-tim breakers dan tim-tim modern dance dengan menyuguhkan lagu-lagu bernuansa hip -hop dan R ‘n B yang sangat kental di telinga anak muda. Let’s Dance juga menggunakan penempatan kamera pada para penari dan breakers dengan angle -angle yang tepat, sehingga gerakan-gerakan yang unik dan
44
kreatif akan tertangkap mata penonton. begitu pula halnya dengan artis-artis pendukung, seorang Dj yang menghidupkan suasana, serta juri-juri yang sesekali mempertunjukkkan kebolehannya akan terlihat sangat ekspresif, yang pada akhirnya menjadikan program Let’s Dance sangat berbeda, memiliki content yang sangat menarik untuk anak muda, dan menjadi program pertama yang mempertemukan penari-penari street dance dalam satu acara. 2
Adapun susunan produksi program Let’s Dance adalah sebagai berikut : Production Manager
: Cipta Panca Laksana
Executive Producer
: Hendrata Yudha
Producer
: Andi Aditya Dhanardi.
Production Assistant
: Kristoforus Erlangga Yanawiza
Creative
: Andr i Raditya
4.3. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 April – 24 Mei
2007 pada remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas
Tangerang, adalah sebagai berikut :
2
Hasil dari wawancara langsung dengan Producer Program Let’s Dance Andi Aditya Dhanardi Tanggal 17 Juli 2007.
45
4.3.1. Karakteristik Responden 1. Jenis Ke lamin Responden Tabel 4.1. Jenis Kelamin Responden N = 52 Frekwensi No.
Persen
Jenis Kelamin Responden (f)
(%)
1.
Laki-laki
22
42 %
2.
Perempuan
30
58 %
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 1
Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin responden yaitu laki-laki dan perempuan, kelompok responden yang berjenis kelamin perempuan merupakan kelompok dengan jumlah terbesar, yaitu sebesar 58 %. Sedangkan yang menjadi urutan kedua adalah responden yang berjenis kelamin laki- laki, yaitu sebesar 42 %.
46
2. Pendidikan Terakhir Tabel 4.2. Pendidikan Terakhir N = 52
No.
Frekwensi
Persen
(f)
(%)
-
-
Pendidikan Terakhir
1.
SD
2.
SMP
10
19 %
3.
SMA
30
58 %
4.
Perguruan Tinggi
12
23 %
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 2
Mayoritas responden pada penelitian ini yang berpendidikan akhir SMA yaitu sebesar 58 %. Responden yang bependidikan akhir di perguruan tinggi berada diurutan kedua yaitu sebesar 23 %. Dan yang berada diurutan ketiga responden yang bependidikan akhir SMP yaitu sebesar 19 %. Sedangkan tidak ada responden yang bependidikan akhir SD.
47
3. Pekerjaan Tabel 4.3. Pekerjaan N = 52
No.
Frekwensi
Persen
(f)
(%)
Pekerjaan Responden
1.
Pelajar
21
40 %
2.
Mahasiswa
14
27 %
3.
Karyawan / Bekerja
12
23 %
4.
Tidak Bekerja
5
10 %
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 3
Pada penelitian ini, diketahui bahwa mayoritas responden adalah pelajar dengan jumlah 21 responden atau 40 %. Selanjutnya yang menjadi urutan kedua dan ketiga adalah responden mahasiswa dengan jumlah 14 responden atau 27 % dan responden yang bekerja dengan jumlah 12 responden atau 23 %. Yang menjadi urutan terakhir adalah responden yang tidak bekerja dengan jumlah 5 responden atau 10 % Dari hasil ini dapat dilihat bahwa responden pelajar paling tinggi daripada responden lainnya dikarenakan tayangan program Let’s Dance memang lebih diminati oleh pelajar jika dibandingkan dengan responden mahasiswa, yang bekerja dan yang tida k bekerja.
48
4.3.2. Pola Menonton 1. Berapa jam menonton televisi Tabel 4.4. Berapa jam menonton televisi N = 52 Frekwensi Persen No.
Berapa jam menonton televisi (f)
(%)
1.
< 1 jam
-
-
2.
1 – 3 jam
9
17 %
3.
3 – 5 jam
17
33 %
4.
> 3 – 5 jam
26
50 %
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 4
Dari hasil klasifikasi diatas dapat diketahui bahwa responden yang menonton televisi lebih dari 3 – 5 jam dengan jumlah terbesar yaitu 26 responden atau 50 %. Selanjutnya yang menjadi urutan kedua adalah responden yang menonton televisi 3 – 5 jam dengan jumlah 17 responden atau 33 %. Dan yang menjadi urutan ketiga adalah responden yang menonton televisi 1 – 3 jam dengan jumlah 9 responden atau 17 %. Sedangkan tidak ada responden yang menonton televisi kurang dari 1 jam.
49
2. Acara yang sering ditonton Tabel 4.5. Acara yang sering ditonton N = 52 Frekwensi Persen No.
Acara yang sering ditonton (f)
(%)
1.
Berita / Informasi
17
33 %
2.
Kuis
-
-
3.
Olahraga
8
15 %
4.
Sinetron / Film
18
35 %
5.
Talk Show
5
9%
6.
Lainnya ….
4
8%
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 5
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang paling tertinggi adalah responden yang menonton sinetron atau film sebesar 18 responden atau 35 %. Selanjutnya yang menjadi urutan kedua dan ketiga adalah responden yang menonton berita atau informasi sebesar 17 responden atau 33 % dan yang menonton tayangan olah raga sebesar 8 responden atau 15 %. Pada urutan keempat adalah responden yang menonton talk show sebesar 5 responden atau 9 %. Sedangkan pada urutan terakhir responden yang menonton selain dari tayangantayangan tersebut sebesar 4 responden atau 8 % dan mereka memilih tayangan program musik
50
3. Frekwensi menonton Let’s Dance dalam sebulan Tabel 4.6. Frekwensi menonton Let’s Dance dalam sebulan N = 52 Frekwensi menonton Let’s Dance
Frekwensi Persen
No. dalam sebulan
(f)
(%)
1.
Satu kali
22
42 %
2.
Dua kali
22
42 %
3.
Tiga kali
7
14 %
4.
Empat kali
1
2%
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 6
Dari hasil klasifikasi penelitian ini pada urutan pertama ada keseimbangan frekwensi antara jumlah responden yang menonton program Let’s Dance satu kali dalam sebulan dan 2 kali dalam sebulan yaitu sama-sama berjumlah 22 responden atau 42 %. Pada urutan kedua responden yang menonton program Let’s Dance tiga kali dalam sebulan memiliki jumlah 7 responden atau 14 %. Selanjutnya urutan ketiga responden yang menonton program Let’s Dance empat kali dalam sebulan dengan jumlah 1 orang responden atau 2 %.
51
4. Alasan menonton Let’s Dance Tabel 4.7. Alasan menonton Let’s Dance N = 52
No.
Frekwensi
Persen
(f)
(%)
Alasan menonton Let’s Dance
1.
Untuk memperoleh informasi
2
4%
2.
Untuk memperoleh hiburan
34
65 %
3.
Mengisi waktu senggang
16
31 %
4.
Lainnya …..
-
-
52
100 %
Total Sumber : Quesioner No. 7
Mayoritas responden pada penelitian ini memberikan alasan menonton program Let’s Dance karena untuk memperoleh hiburan dengan jumlah 34 responden atau 65 %. Pada urutan kedua alasannya karena untuk mengisi waktu senggang memiliki jumla h 16 responden atau 31 %. Selanjutnya urutan ketiga alasannya karena untuk memperoleh informasi dengan jumlah 2 responden atau 4 %. Sedangkan untuk alasan lainnya tidak dipilih oleh responden.
52
5. Intensitas menonton program Let’s Dance Tabel 4.8. Intensitas menonton N = 52 Frekwensi Persen No.
Intensitas menonton (f)
(%)
1.
Menonton kurang dari separuh acara
18
35 %
2.
Menonton separuh acara
21
40 %
3.
Menonton keseluruhan acara
13
25 %
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 8
Dari hasil klasifikasi diatas dapat diketahui bahwa jumlah terbesar adalah responden yang memiliki intensitas menonton separuh acara dari program Let’s Dance sejumlah 21 responden atau 40 % diikuti dengan responden yang memiliki intensitas menonton kurang dari separuh acara sejumlah 18 responden atau 35 % dan yang terakhir adalah responden yang memiliki intensitas menonton keseluruhan acara program Let’s Dance sejumlah 13 responden atau 25 %.
53
6. Biasanya menonton Let’s Dance dengan siapa Tabel 4.9. Biasanya menonton Let’s Dance dengan siapa N = 52 Biasanya menonton Let’s Dance
Frekwensi Persen
No. dengan siapa
(f)
(%)
1.
Keluarga
16
31 %
2.
Teman
11
21 %
3.
Sendiri
25
48 %
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 9
Dari hasil klasifikasi diatas dapat diketahui bahwa jumlah terbesar adalah responden yang menonton program Let’s Dance sendiri memiliki frekwensi sebesar 25 responden atau 48 %, diikuti dengan responden yang menonton program Let’s Dance bersama keluarga memiliki frekwensi sebesar 16 responden atau 31 % dan terakhir adalah responden yang menonton program Let’s Dance bersama teman sebesar 11 responden atau 21 %.
54
4.3.3. Perhatian dan Pengetahuan terhadap tayangan program Let’s Dance 1. Perhatian dan Pengetahuan terhadap Host dan Co-Host. Tabel 4.10. Perhatian dan Pengetahuan terhadap Host dan Co-Host N = 52 Perhatian dan Pengetahuan terhadap
Frekwensi Persen
No. Host dan Co -Host
(f)
(%)
1.
Ayushita dan Adi Nugroho (3)
50
96 %
2.
Masayu Anastasia dan Ari K. Untung
2
4%
Ayushita dan Dwi Andhika (2)
-
-
Total
52
100 %
(1) 3.
Sumber : Quesioner No. 10
Hasil Quesioner menunjukkan bahwa 50 responden atau 96 % memberikan perhatian dan mengetahui Ayushita dan Adi Nugroho adalah Host dan Co-Host program Let’s Dance. Sebanyak 2 responden atau 4 % dari responden memilih Masayu Anastasia dan Ari K. Untung adalah Host dan Co-Host program Let’s Dance. Sedangkan untuk Ayushita dan Dwi Andhika tidak dipilih oleh responden. Jadi
dapat
disimpulkan
responden
terbanyak
adalah
responden
yang
memperhatikan dan mengetahui nama Host dan Co-Host program Let’s Dance yaitu Ayushita dan Adi Nugroho sebanyak 96 %.
55
2. Perhatian dan Pengetahuan terhadap gaya bicara Host dan Co-Host. Tabel 4.11. Perhatian dan Pengetahuan terhadap gaya bicara Host dan Co-Host N = 52 Perhatian dan Pengetahuan terhadap Frekwensi Persen No. gaya bicara Host dan Co-Host
(f)
(%)
1.
Formal (2)
2
4%
2.
Tidak Formal (3)
50
96 %
3.
Tradisional / Daerah (²)
-
-
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 11
Pada penelitian ini, sebanyak 50 responden atau 96 % dari responden memberikan perhatian dan mengetahui gaya bicara Host dan Co-Host pada program Let’s Dance adalah tidak formal. Responden yang memilih gaya bicara Host dan Co-Host pada program Let’s Dance adalah formal sebanyak 2 responden atau 4 %. Sedangkan tidak ada responden yang memilih gaya bicara Host dan CoHost pada program Let’s Dance tradisional atau daerah. Jadi dapat disimpulkan responden terbanyak adalah responden yang memperhatikan dan mengetahui gaya bicara Host dan Co-Host program Let’s Dance yaitu Tidak Formal sebanyak 96 %.
56
3. Perhatian dan Pengetahuan terhadap hari dan jam penayangan program Let’s Dance. Tabel 4.12. Perhatian dan Pengetahuan terhadap hari dan jam penayangan program Let’s Dance. N = 52 Perhatian dan Pengetahuan terhadap Frekwensi Persen No.
hari dan jam penayangan program (f)
(%)
Let’s Dance. 1.
Kamis, 20.00 WIB (3)
45
87 %
2.
Kamis, 22.00 WIB (2)
5
10 %
3.
Minggu, 20.00 WIB (1)
2
4%
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 12
Hasil Quesioner menunjukkan bahwa 45 responden atau 87 % responden memberikan perhatian dan mengetahui program Let’s Dance ditayangkan pada hari kamis pukul 20.00 WIB. Sebanyak 5 responden atau 10 % program Let’s Dance ditayangkan pada hari kamis pukul 22.00 WIB. Sedangkan hanya 2 responden atau 4 % yang memilih program Let’s Dance ditayangkan pada hari minggu pukul 20.00 WIB. Jadi dapat disimpulkan responden memperhatikan dan mengetahui hari dan jam penayangan program Let’s Dance yaitu Kamis, 20.00 WIB sebanyak 87 %.
57
4. Perhatian dan Pengetahuan terhadap durasi program Let’s Dance. Tabel 4.13. Perhatian dan Pengetahuan terhadap durasi program Let’s Dance N = 52 Perhatian dan Pengetahuan terhadap Frekwensi Persen No. durasi program Let’s Dance
(f )
(%)
1.
30 Menit (2)
4
8%
2.
60 Menit (3)
43
83 %
3.
120 menit (1)
5
9%
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 13
Hasil Quesioner menunjukkan bahwa responden yang memperhatikan dan mengetahui durasi program Let’s Dance adalah 60 menit sebanyak 43 responden atau 83 %. Mereka pada umumnya memperhatikan dan mengetahui durasi program Let’s Dance yaitu 60 menit. Responden yang memilih durasi program Let’s Dance adalah 120 menit sebanyak 5 responden atau 9 %. Sedangkan minoritas responden sebanyak 4 responden atau 8% memilih durasi program Let’s Dance adalah 30 menit. Jadi dapat disimpulkan responden memperhatikan dan mengetahui durasi program Let’s Dance yaitu 60 Menit sebanyak 83 %
58
5. Perhatian dan Pengetahuan terhadap jenis tarian yang diperlombakan. Tabel 4.14. Perhatian dan Pengetahuan terhadap jenis tarian yang diperlombakan N = 52 Perhatian dan Pengetahuan terhadap
Frekwensi
Persen
jenis tarian yang diperlombakan
(f)
(%)
No.
1.
Tradisional (1)
-
-
2.
Kontemporer (2)
-
-
3.
Modern Dance (3)
52
100 %
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 14
Perhatian dan pengetahuan terhadap jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance adalah Modern Dance ditujukan oleh semua responden, yaitu sebanyak 52 responden atau 100 %. Semua responden ini, dapat dengan mudah menyebutkan jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance yaitu Modern Dance. Sedangkan tidak ada satupun responden yang memilih jenis tarian tradisional dan kontemporer adalah jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance. Jadi dapat disimpulkan responden terbanyak adalah responden yang memperhatikan dan mengetahui jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance yaitu Modern Dance sebanyak 100 %.
59
6 . Perhatian dan Pengetahuan terhadap slogan dari program Let’s Dance. Tabel 4. 15. Perhatian dan Pengetahuan terhadap slogan dari program Let’s Dance N = 52 Perhatian dan Pengetahuan terhadap
Frekwensi Persen
No. slogan dari program Let’s Dance
(f)
(%)
1.
Keep on goin’ with da dancing (3)
50
96 %
2.
Keep on walkin’ with da dancing (2)
1
2%
3.
Keep on walkin’ with da breakers (²)
1
2%
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 15
Pada penelitian ini, diketahui bahwa sebanyak 50 responden atau 96 % memberikan perhatian dan mengetahui “Keep on goin’ with da dancing” adalah slogan dari program Let’s Dance. Sebanyak 1 responden atau 2 % memilih “Keep on walkin’ with da dancing”. Dan sebanyak 1 responden juga atau 2 % memilih “Keep on walkin’ with da breakers”. Jadi dapat disimpulkan responden memperhatikan dan mengetahui slogan dari program Let’s Dance yaitu “Keep on goin’ with da dancing” sebanyak 96 %.
60
7. Perhatian dan Pengetahuan terhadap juri utama program Let’s Dance. Tabel 4.16 Perhatian dan Pengetahuan terhadap juri utama program Let’s Dance. N = 52 Perhatian dan Pengetahuan terhadap Frekwensi Persen No. juri utama program Let’s Dance.
(f)
(%)
1.
Mustafa Jackson (2)
2
4%
2.
Jacko Siompo (3)
50
96 %
3.
Alam “Mbah Dukun” (1)
-
-
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 16
Hasil Quesioner menunjukkan, sebanyak 50 responden atau 96 % memberikan perhatian dan mengetahui Jacko Siompo adalah juri utama program Let’s Dance. Responden yang memilih juri utama program Let’s Dance adalah Mustafa Jackson sebanyak 2 responden atau 4 %. Sedangkan tidak ada responden yang memilih Alam “Mbah Dukun” adalah juri utama program Let’s Dance . Jadi dapat disimpulkan responden terbanyak adalah responden yang memperhatikan dan mengetahui juri utama pada program Let’s Dance yaitu Jacko Siompo sebanyak 96 %.
61
8. Perhatian dan Pengetahuan terhadap jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance. Tabel 4.17. Perhatian dan Pengetahuan terhadap jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance. N = 52 Perhatian dan Pengetahuan terhadap No. jumlah breaker dalam satu kelompok
Frekwensi Persen (f)
(%)
pada program Let’s Dance. 1.
5 orang (2)
14
27 %
2.
3 orang (3)
38
73 %
3.
10 orang (1)
-
-
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 17
Pada penelitian ini, sebanyak 38 responden atau 73 % memberikan perhatian dan mengetahui jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance adalah 3 orang. Responden yang memilih 5 orang jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance sebanyak 14 responden atau 27 %. Sedangkan tidak ada responden yang memilih jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance adalah 10 orang. Jadi dapat disimpulkan responden terbanyak adalah responden yang memperhatikan dan mengetahui jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance yaitu 3 orang sebanyak 73 %.
62
9. Tingkat Perhatian dan Pengetahuan terhadap tayangan program Let’s Dance Tabel 4.18. Tingkat Perhatian dan Pengetahuan terhadap tayangan program Let’s Dance N = 52 Tingkat Perhatian dan Pengetahuan Frekwensi Persen No.
terhadap tayangan program Let’s (f)
(%)
Dance 1.
Tinggi ( Point 20 – 24 )
52
100 %
2.
Sedang ( Point 14 – 19 )
-
-
3.
Rendah ( Point 8 – 13 )
-
-
Total
52
100 %
Sumber : Akumulasi Data Quesioner
Tabel diatas menunjukkan hasil bahwa : -
Untuk titik tertinggi menurut coding sheet sebanyak 52 responden atau 100 % dari responden yang memperhatikan dan mengetahui Host dan CoHost program Let’s Dance, gaya bicara Host dan Co-Host, hari dan jam penayangan program Let’s Dance, durasi pr ogram Let’s Dance, jenis tarian yang diperlombakan, slogan dari program Let’s Dance, juri utama program Let’s Dance, dan jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance.
-
Sedangkan tidak ada titik sedang dan rendah dalam penelitian ini.
63
4.3.4. Penafsiran terhadap tayangan program Let’s Dance 1. Penafsiran terhadap Host dan Co-Host program Let’s Dance . Tabel 4.19. Penafsiran terhadap Host dan Co-Host program Let’s Dance N = 52 Penafsiran terhadap Host dan Co-
Frekwensi Persen
No. Host program Let’s Dance
(f)
(%)
1.
Positif (suka)
45
87 %
2.
Netral (tidak berpendapat)
7
13 %
3.
Negatif (tidak suka)
-
-
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 19
Hasil Quesioner menunjukkan bahwa responden yang menyukai Host dan Co-Host program Let’s Dance adalah sebanyak 45 responden atau 87 %. Responden yang tidak berpendapat sebanyak 7 responden atau 13 % karena mereka tidak begitu memperhatikan Host dan Co-Host program Let’s Dance secara seksama sedangkan tidak ada responden yang tidak menyukai Host dan Co-Host program Let’s Dance.
64
2. Penafsiran terhadap gaya bicara Host dan Co-Host program Let’s Dance . Tabel 4.20. Penafsiran terhadap gaya bicara Host dan Co-Host program Let’s Dance N = 52 Penafsiran terhadap gaya bicara Frekwensi Persen No.
Host dan Co-Host program Let’s (f)
(%)
Dance 1.
Positif (suka)
35
67 %
2.
Netral (tidak berpendapat)
16
31 %
3.
Negatif (tidak suka)
1
2%
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 20
Hasil Quesioner menunjukkan bahwa responden yang menyukai gaya bicara Host dan Co-Host program Let’s Dance adalah sebanyak 35 responden atau 67 %. Responden yang tidak berpendapat sebanyak 16 responden atau 31 % karena mereka kurang menyukai gaya bicara Host dan Co-Host sedangkan minoritas reponden sebanyak 1 responden atau 2 % tidak menyukai.
65
3. Penafsiran terhadap tayangan program Let’s Dance . Tabel 4.21. Penafsiran terhadap tayangan program Let’s Dance N = 52 Penafsiran terhadap tayangan
Frekwensi Persen
No. program Let’s Dance
(f)
(%)
1.
Positif (suka)
49
94 %
2.
Netral (tidak berpendapat)
3
6%
3.
Negatif (tidak suka)
-
-
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 21
Hasil dari Quesioner menunjukkan bahwa responden yang menyukai tayangan program Let’s Dance adalah sebanyak 49 responden ata u 94 %. Responden tidak berpendapat sebanyak 3 responden atau 6 %, karena mereka kurang menyukai tayangan program Let’s Dance sedangkan tidak ada responden yang tidak menyukai tayangan program Let’s Dance.
66
4. Penafsiran terhadap durasi tayangan program Let’s Dance. Tabel 4.22 Penafsiran terhadap durasi tayangan program Let’s Dance N = 52 Penafsiran terhadap durasi tayangan
Frekwensi Persen
No. program Let’s Dance
(f)
(%)
1.
Positif (suka)
35
67 %
2.
Netral (tidak berpendapat)
14
27 %
3.
Negatif (tidak suka)
3
6%
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 22
Pada penelitian ini, diketahui bahwa sebanyak 35 responden atau 67 % menyukai durasi tayangan program Let’s Dance. Sebanyak 14 responden atau 27 % kurang menyukai durasi tayangan program Let’s Dance. Sedangkan responden yang tidak menyukai durasi tayangan program Let’s Dance sebanyak 3 responden atau 6 %.
67
5. Penafsiran terhadap jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance. Tabel 4.23. Penafsiran terhadap jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance N = 52 Penafsiran terhadap jenis tarian yang Frekwensi Persen No.
diperlombakan pada program Let’s (f)
(%)
Dance 1.
Positif (suka)
50
96 %
2.
Netral (tidak berpendapat)
1
2%
3.
Negatif (tidak suka)
1
2%
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 23
Dari hasil Quesioner ini menunjukkan bahwa 50 responden atau 96 % menyukai jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance. Bagi responden, jenis tarian yang diperlombakan pada program Let’s Dance merupakan jenis tarian yang sedang digandrungi oleh remaja -remaja masa kini sehingga membuat mereka menjadi terkesima. Responden yang tidak berpendapat dan responden yang tidak setuju sama-sama sebanyak 1 responden atau 2 %.
68
6. Penafsiran terhadap slogan pada program Let’s Dance. Tabel 4.24. Penafsiran terhadap slogan pada program Let’s Dance N = 52 Penafsiran terhadap slogan pada
Frekwensi Persen
No. program Let’s Dance
(f)
(%)
1.
Positif (suka)
40
77 %
2.
Netral (tidak berpendapat)
11
21 %
3.
Negatif (tidak suka )
²
2%
Total
52
100 %
Sumber : Que sioner No. 24
Pada penelitian ini, sebanyak 40 responden atau 77 % memiliki tingkat penafsiran yang tinggi terhadap slogan pada program Let’s Dance. Tingkat penafsiran yang sedang ditunjukkan oleh 11 responden atau 21 %, sedangkan tingkat penasfsiran yang rendah sebanyak 1 orang atau 2 %.
69
7. Penafsiran terhadap juri utama pada program Let’s Dance. Tabel 4.25. Penafsiran terhadap juri utama pada program Let’s Dance N = 52 Penafsiran terhadap juri utama pada
Frekwensi Persen
No. program Let’s Dance
(f)
(%)
1.
Positif (suka)
32
62 %
2.
Netral (tidak berpendapat)
13
25 %
3.
Negatif (tidak suka)
7
13 %
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 25
Hasil Quesioner menunjukkan bahwa 32 responde n atau 62 % menyukai juri utama pada program Let’s Dance. Responden yang kurang menyukai sebanyak 13 responden atau 25 %, sedangkan responden yang tidak menyukai juri utama pada program Let’s Dance sebanyak 7 responden atau 13 %.
70
8. Penafsiran terh adap banyaknya jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance. Tabel 4.26. Penafsiran terhadap banyaknya jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance N = 52 Penafsiran terhadap banyaknya Frekwensi Persen No. jumlah breaker dalam satu kelompok (f)
(%)
pada program Let’s Dance 1.
Positif (suka)
31
60 %
2.
Netral (tidak berpendapat)
18
34 %
3.
Negatif (tidak suka)
3
6%
Total
52
100 %
Sumber : Quesioner No. 26
Pada penelitian ini, diketahui bahwa sebanyak 31 responden atau 60 % menyukai banyaknya jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance. Sebanyak 18 responden atau 34 % kurang menyukai banyaknya jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance. Sedangkan responden yang tidak menyukai banyaknya jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance sebanyak 3 responden atau 6 %.
71
9. Tingkat Penafsiran terhadap program Let’s Dance Tabel 4.27. Tingkat Penafsiran terhadap program Let’s Dance N = 52 Tingkat Penafsiran terhadap
Frekwensi Persen
No. program Let’s Dance
(f)
(%)
1.
Tinggi
46
88 %
2.
Sedang
6
12 %
3.
Rendah
-
-
Total
52
100 %
Sumber : Akumulasi Data Quesioner
Tabel diatas menunjukkan hasil bahwa : -
Untuk titik tertinggi menurut coding sheet sebanyak 46 responden atau 88 % yang memiliki penafsiran terhadap Host dan Co-Host program Let’s Dance, gaya bicara Host dan Co-Host, hari dan jam penayangan program Let’s Dance,
durasi
program
Let’s
Dance,
jenis
tarian
yang
diperlombakan, slogan dari program Let’s Dance, juri utama program Let’s Dance, dan jumlah breaker dalam satu kelompok pada program Let’s Dance. -
Untuk titik sedang menurut coding sheet sebanyak 6 responden atau 12 %.
-
Sedangkan tidak ada titik rendah dalam penelitian ini.
72
4.3.5. Persepsi terhadap program Let’s Dance Tabel 4.28. Persepsi terhadap program Let’s Dance N = 52 Persepsi terhadap program Let’s
Frekwensi Persen
No. Dance
(f)
(%)
1.
Persepsi Positif
49
94 %
2.
Persepsi Netral
3
6%
3.
Persepsi Negatif
-
-
Total
52
100 %
Setelah memperoleh hasil dari quesioner, penulis dapat mengolah data dan hasilnya menunjukkan bahwa pada penelitian ini, responden memberikan persepsi yang positif terhadap program Let’s Dance. Hal tersebut ditunjukkan oleh 94 % dari total responden. Persepsi netral terhadap program Let’s Dance diberikan oleh 6 % responden, sedangkan tidak ada responden yang memberikan persepsi yang negatif. Jadi, hasil dari penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa Persepsi Remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang menunjukkan persepsi positif.
73
4.4. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian langsung dari lapangan, dengan penyebaran Quesioner, dan telah dibuktikan dengan perhitungan dalam tabel-tabel tunggal pada bab IV (empat), maka penulis mendapatkan jawaban seperti yang diharapkan dalam tujuan penelitian skripsi ini. Berkaitan dengan persepsi remaja RW.09 komplek Griya Sangiang Mas Tangerang terhadap program variety show Let’s Dance di Global tv, penulis dapat menghubungkan dengan salah satu teori komunikasi yang penulis pakai dalam penelitian ini sebagai acuan, yaitu teori Stimulus – Organisme – Respon (S–O-R). Masih dalam kaitannya dengan teori S–O–R, stimulus (rangsangan) yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tentang variety show yang disajikan oleh tayangan program Let’s Dance. Didalam variety show terdapat kata-kata, musik, jenis-jenis tarian dan tindakan-tindakan tertentu yang akan merangsang penontonnya untuk merespon dengan cara tertentu seperti: (saat peserta dalam program Let’s Dance memperagakan tariannya, dll), rasa senang ketika para peserta memperagakan tarian-tarian dari jenis modern dance yang saat ini sedang digandrungi oleh para remaja di Indonesia . Sedangkan organisme (komunikan) yang dimaksud adalah remaja RW.09 komplek Griya Sangiang Mas Tangerang yang menonton program Let’s Dance di Global tv. Tahap terakhir pada proses teori ini adalah respon (pengaruh), yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi remaja RW.09 komplek Griya Sangiang Mas Tangerang yang meliputi perhatian, pengetahuan dan penafsiran. Tahap perhatian (attention) dimana remaja RW.09 komplek Griya Sangiang Mas Tangerang memperhatikan stimulus yaitu mengenai isi dari program
74
Let’s Dance dan gaya penyajiannya. Dan setelah menimbulkan perhatian atau attention lalu berla njut terhadap tahap penafsiran (interpretation), dimana remaja yang telah memperhatikan tayangan Let’s Dance memberi tanggapan atau pendapat pada setiap isi dari program, gaya penyajiannya dan pengetahuan tentang seluruh program Let’s Dance. Setelah melalu i tahap penafsiran barulah tanggapan atau pendapat terhadap tayangan Let’s Dance yang dipersepsikan akan mendapatkan kognisi yaitu isi dari program yang lengkap dari tayangan Let’s Dance yang akan disimpan dalam ingatan remaja yang menonton tayangan Let’s Dance. Dalam penelitian ini mengenai Persepsi remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang terhadap program Let’s Dance di Global Tv dalam tahap perhatian, pengetahuan dan penafsiran. Peneliti menyebarkan quesioner untuk diisi oleh responden remaja di RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang, pada tanggal 23 Mei – 24 Mei 2007. Setiap quesioner dibagikan oleh peneliti dengan terlebih dahulu menanyakan apakah mereka pernah menonton program Let’s Dance di Global Tv, sehingga dapat diketahui bagaimana persepsi remaja terhadap program Let’s Dance di Global TV. Untuk memperoleh gambaran yang jelas pada pembahasan ini, penulis telah memberikan quesioner kepada 52 responden yang merupakan remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang. Hasil Quesioner menunjukkan bahwa pada tingkat perhatian dan pengetahuan, 100 % responden memberikan perhatian yang tinggi terhadap tayangan Let’s Dance. Sedangkan tidak ada tingkat perhatian dan penge tahuan yang sedang dan rendah pada penelitian ini.
75
Pada tingkat penafsiran, sekitar 88 % responden memberikan penafsiran yang tinggi terhadap program Let’s Dance. 12 % responden memberikan penafsiran yang sedang dan tidak ada responden memberikan penafsiran yang rendah terhadap program Let’s Dance. Setelah memperoleh hasil dari ketiga tahap tersebut, peneliti kemudian mengolahnya untuk mendapatkan satu kesatuan tentang persepsi, yang hasilnya adalah sebagai berikut : Sebanyak 94 % responden pada penelitian ini memberikan persepsi yang positif terhadap program Let’s Dance. Pada responden yang memberikan persepsi positif ini, memiliki perhatian, penafsiran, dan pengetahuan yang tinggi terhadap program Let’s Dance. Jawaban-jawaban yang mereka berikan melalui quesioner yang dibagikan oleh peneliti menunjukkan hal tersebut. Sedangkan 6 % responden pada penelitian ini, memberikan persepsi netral terhadap program Let’s Dance dan tidak ada responden yang memberikan persepsi negatif. Melalui hasil yang diperoleh dari penelitian ini, akhirnya diketahui bahwa program Let’s Dance di persepsikan secara positif oleh mayoritas responden. Hal tersebut diketahui dari tingginya tingkat perhatian, penafsiran, dan pengetahuan para responden terhadap program Let’s Dance.
78
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian pada tanggal 23 April – 24 Mei 2007, untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi Remaja RW.09 Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya, Tangerang terhadap program Let’s Dance di Global TV, pada tahap perhatian, penafsiran, dan pengetahuan, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Pada tahap perhatian dan pengetahuan, mayoritas responden memiliki perhatian tinggi terhadap program Let’s Dance. Hal tersebut ditunjukkan oleh 100 % responden yang memiliki perhatian penuh terhadap Host dan Co-Host pada program Let’s Dance , gaya bicara Host dan Co-Host, hari dan waktu penayangan, durasi dari tayangan program Let’s Dance, jenis tarian yang diperlombakan, s logan dari program Let’s Dance , yang menjadi juri utama, jumlah breaker dalam satu kelompok. yang diberikan oleh program Let’s Dance.
2. Pada tahap penafsiran, responden yang memberikan penafsiran tinggi terhadap program Let’s Dance berjumlah 88 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini memberikan penafsiran yang tinggi yang ditunjukkan oleh rasa suka mereka terhadap Host dan CoHost pada program Let’s Dance, gaya bicara Host dan Co-Host, hari dan waktu penayangan, durasi dari tayangan program Let’s Dance, jenis tarian yang diperlombakan, slogan dari program Let’s Dance , yang menjadi juri
79
utama, jumlah breaker dalam satu kelompok. yang diberikan oleh program Let’s Dance. 3. Setelah mengetahui hasil dari ketiga tahapan terebut, penulis kemudian mengolahnya, dan pada akhirnya penulis mendapatkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini, yaitu sebanyak 94 %, memberikan persepsi yang positif terhadap program Let’s Dance. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya tingkat perhatian, penafsiran, dan pengetahuan para responden terhadap program Let’s Dance.
5.2. Saran Adapun saran-saran dari penulis kepada pihak stasiun Global TV yang menayangkan program Let’s Dance. Penulis menyarankan sebagai berikut : 1. Secara Akademis, hasil dari penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan penelitian terhadap ilmu komunikasi khususnya tentang kajian dibidang komunikasi massa yang menyangkut persepsi khalayak terhadap program televisi serta fungsi dan peranannya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu da lam kajian Jurnalistik mengenai persepsi remaja terhadap acara variety show di media televisi swasta di Indonesia. 2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan, informasi serta pe rtimbangan bagi insan pertele visian di Indonesia khususnya kepada pihak yang memproduksi program Let’s Dance di Global TV, agar kedepannya dapat memberikan sajian yang lebih baik, sesuai dengan keinginan khalayak.
80
Penelitian ini diharapkan dapat ditingkatkan lagi dengan penggunaan metode atau pendekatan yang berbeda, maupun penambahan kategori yang lebih bervariatif dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik ; Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta. Logos Wacana Ilmu, 1999
A. Soehoet, Teori Komunikasi, Yayasan Kampus Tercinta IISIP, Jakarta
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Pedoman Ilmu Jaya, 2001
Aubrey Fisher dan Katherine L. Adams, Interpesonal Communication , 1994
Dennis Mc.Quail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1994 Dept. Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002, Cet,ke -3
Djafar Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Universitas Terbuka, Jakarta, 1991
Dedy N. Hidayat, Aplikasi Penelitian Komunikasi Dalam Menunjang Kebijaksanaan Isi Surat Kabar. As Achad dan SS Ecip. Komunikasi Pembangunan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1985
Dennis Mc.Q uail, Pengantar Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1985 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, Duta Wacana University Press, Yogyakarta, 1994 David Aaker and Mayer, Advertising Management, Prentice Hall Inc, New Jersey, 1996
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis Bisnis, PT. Raja Grafindo Persada, 1999
Jalaluddin Rakhmat M.Sc, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung J.B. Wahyudi, Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Graffiti, Jakarta, 1996
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya, Bandung, 1988
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Universitas Terbuka Depdikbud, Jakarta, 1995 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, Alumni, Bandung, 1990
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, cet. Ke VIII, PT. Gramedia, Jakarta, 1985
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Sosial, PT. Gramedia, Jakarta, 1985 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2004
Mar’at, Sikap Manusia Perubahan dan Pengukurannya , Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984
Masri Singarimbun dan Sifian, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, LP3ES, Jakarta, 1983 Naratama, Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi Camera, Grasindo, Jakarta, 2004
Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Alumni Bandung, Bandung, 1984
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remadja Karya, Bandung, 1986 Rosady Ruslan SH. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Jakarta : Raja Garfiandi Persada, 1999
Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Thesis, Penerbit PPM, Jakarta.
Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi, Targetting & Positioning , PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, CV. Rajawali, Jakarta, 1983 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosia ; Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial, Balai Pustaka, 1997
Suharsimi Arikunto, Prosedur Pen elitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta
Y.S. Gunadi. Djoni Heryan, Himpunan Istilah Komunikasi, Grassindo, Jakarta, 1999
Sumber lain : v http:// www.globaltv.co.id v Company Profile PT. Global Informasi Bermutu (Global Tv) v Wawancara langsung dengan Andi Aditya Dhanardi (Produser Program Let’s Dance), Tanggal 17 Juli 2007. v Data dari Ketua RW.09 dan Ketua Karang Taruna Komplek Griya Sangiang Mas, Kelurahan Gebang Raya , Tangerang, November 2006