PERKEMBANGAN PENELITIAN PENYAKIT KERDIL PADA TANAMAN LADA Supriadi dan Sukamto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Penyakit kerdil sudah lama merupakan kendala pada tanaman lada, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Gejala serangan bervariasi, tetapi umumnya adalah bercakbercak kuning (khlorosis) pada permukaan daun dan di sepanjang pembuluh daun, daun lebih kecil, lebih tebal dari ukuran normal, rapuh, permukaan daun bergelombang, panjang ruas batang lebih pendek, jumlah bulir buah berkurang, dan akhirnya pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Sebelum tahun 2000, belum ada kejelasan tentang penyebab penyakit kerdil; ada yang menyebut mikoplasma atau virus. Namun, perkembangan terakhir sudah lebih memastikan bahwa penyebab penyakit kerdil adalah virus. Ada dua macam virus yang sudah diidentifikasi, yaitu CMV (cucumber mosaic virus) dan PYMV (piper yellow mottle virus). Kedua jenis virus tersebut dapat ditularkan oleh serangga vektor; tetapi hanya CMV yang juga dapat ditularkan secara mekanik. Usaha pengendalian belum banyak dilaporkan berhasil, sehingga untuk mengurangi kerugian hasil maka usaha pencegahan perlu dimaksimalkan, antara lain penggunaan bibit sehat, sanitasi kebun, dan pengendalian serangga vektor.
PENDAHULUAN Gejala penyakit kerdil (stunted disease) yang dicirikan dengan daun mengecil, permukaan bergelombang, dan ruas batang memendek sehingga tanaman terlihat kerdil sudah lama diketahui pada tanaman lada. Penyakit tersebut telah ditemukan hampir di semua daerah utama pertanaman lada
52
di Indonesia, seperti di Bangka, Kalimantan Barat, dan Lampung (Sitepu dan Kasim, 1976; Manohara dan Rizal, 2002). Akhir-akhir ini penyakit kerdil juga telah diketemukan pada pertanaman lada di Instalasi Penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) di Sukamulya, Sukabumi, Jawa Barat (Balfas et al., 2002). Penyakit kerdil juga telah dilaporkan ada di beberapa negara penghasil lada di Afrika, Asia Tenggara (India, Malaysia, Pilipina, Sri Lanka, dan Thailand), serta di Brazil (De Silva, 1999; Lockhart, , et al., 1997). Penyakit tersebut dapat menyerang pada semua kultivar lada di Brazil, India, dan Malaysia (Duarte et al., 2002; Bhat et al., 2003; dan Eng, 2002). Kejelasan penyebab penyakit kerdil belum ada kesepakatan, baik di Indonesia maupun mancanegara. Namun, sejalan dengan berkembangnya teknologi diagnosis penyakit, akhir-akhir ini ada kejelasan bahwa penyakt kerdil yang menyerang tanaman lada di Asia Selatan dan Tenggara, serta di Amerika Tengah adalah sama yaitu virus. Penyakit kerdil dapat berpengaruh langsung terhadap menurunnya produksi buah lada, karena tanaman sakit menjadi kerdil,
pembentukan buah berkurang dan vigor tanaman menurun. Kerugian produksi akibat penyakit kerdil di Indonesia menempati urutan ketiga setelah penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici dan penyakit kuning yang disebabkan oleh penyebab yang komplek yaitu oleh nematoda Rhadopolus similis dan Meloydogine incognita, jamur Fusarium oxysporium, dan faktor kekurangan hara (Firdausil, 1988; Manohara dan Rizal, 2002; dan Mustika et al., 1999). Kehilangan hasil pada tanaman lada akibat penyakit kerdil di Malaysia dapat mencapai 100% pada pertanaman lada yang berasal dari bibit yang telah terinfeksi penyakit. Sementara, apabila tanaman terinfeksi pada waktu sedang berproduksi maka kehilangan hasilnya dapat mencapai sekitar 5 - 10% (Eng, 2002). Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang gejala penyakit, penyebab dan kemungkinan pengendaliannya.
terhambat pertumbuhannya (kerdil), daun-daun berguguran, vigor tanaman menurun, dan pada tanaman yang sedang berbuah jumlah butir lada per tandan lebih sedikit (Balfas et al., 2002; Manohara dan Rizal, 2002; Supriadi et al., 2001). Gejala yang bervariasi tersebut sampai saat ini belum diteliti dan belum diketahui apakah ada hubungannya dengan jenis patogen penyebabnya. Di Brazil, India, dan Malaysia dilaporkan, bahwa gejala penyakit bervariasi tergantung dari jenis patogennya. Sementara gejala akan lebih parah apabila tanaman terinfeksi oleh lebih dari satu jenis patogen (Bhat et al., 2003; Duarte et al., 2002; Eng, 2002). Gejala penyakit kerdil yang diketemukan di Indonesia mirip dengan gejala penyakit pada tanaman lada yang dilaporkan di beberapa negara seperti di Afrika, Asia Tenggara (India, Malaysia, Sri Langka, Thailand, Pilipina), dan Brazil.
GEJALA PENYAKIT
Ada beberapa informasi yang berbeda mengenai penyebab penyakit kerdil di Indonesia. Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel dengan elektron mikroskop dan keberhasilannya untuk menularkan penyakit ini melalui penyambungan, Firdausil (1988) melaporkan, bahwa penyakit kerdil disebabkan oleh sejenis mikoplasma. Sementara Holliday dalam Kueh (1979) menduga bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus. Balfas et al., (2002) melaporkan, bahwa dari sampel
Gejala penyakit kerdil yang diketemukan di lapangan sangat bervariasi dari daun yang menjadi becak-becak kuning (khlorosis), daun lebih kecil, lebih tebal dari ukuran normal, dan rapuh, khlorosis disepanjang pembuluh daun (mosaic), kadang-kadang daun sakit tetap berukuran normal, daun menjadi keriting, tepi daun bergelombang. Tanaman lada yang sakit ruas-ruas batangnya menjadi lebih pendek,
PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT
53
daun tanaman lada sakit yang berasal dari Instalasi Penelitian Balittro di Sukamulya (Sukabumi, Jawa Barat), diidentifikasi penyebab penyakitnya adalah Piper Yellow Mosaic Virus (PYMV). Eng (2002) menemukan adanya PYMV dan CMV pada tanaman lada kerdil di Serawak. Di India, Sri Langka, dan Brazil dilaporkan bahwa, CMV sering berasosiasi dengan penyakit kerdil pada tanaman lada. (Bhat et al., 2003; De Silva, 2002; dan Duarte et al., 2002). Menurut De Silva (1999) dan Lockhart et al., (1997) PYMV adalah sejenis badnavirus dengan karakteristik berbentuk batang pendek, berukuran partikel 30 x (125 - 130) mm, tidak mempunyai selubung (amplop), dan terdiri atas double stranded DNA. Secara serologi, PYMV mempunyuai kemiripan dengan Banana Streak Virus (BSV) dan Sugacane Baciliform Virus (ScBV) (Bhat et al., 2003 dan Lockhart et al., 1997). Sementara CMV dari tanaman lada adalah sejenis cucumovirus dengan karakteristik berbentuk bulat, dan mempunyai ukuran diameter 30 nm (De Silva et al., 2002). PENULARAN DAN PENYEBARAN VIRUS Virus PYMV dapat ditularkan melalui bahan tanaman (bibit) dan oleh serangga vektor. Tanaman lada pada umumnya diperbanyak secara vegetatif, oleh karena itu apabila bibit berasal dari tanaman yang terinfeksi, maka akan menghasilkan tanaman
54
yang sakit. Dua macam serangga vektor yang sudah berhasil diuji kemampuannya untuk menularkan PYMV adalah kutu putih Ferrisia Virgata CKLL dan Planococcus sp. (Hemiptera; Coccoidea : Pseudococcidae) (Balfas et al., 2002). Pada tanaman lada Planococcus sp. merupakan serangga penghisap bunga, buah, serta pucuk yang masih muda. Kadang-kadang juga hidup pada akar yang tertutup oleh serasah atau bahan organik. Sedang Ferrisia virgata banyak diketemukan di bawah helaian daun. Kedua serangga vektor tersebut banyak diketemukan baik di pembibitan, tanaman di rumah kaca, dan pada pertanaman lada di lapang (Balfas et al., 2002). Di Sri Lanka PYMV ditularkan oleh serangga vektor Planococcus citri (citrus mealybug) dan Diconocoris distanti (pepper lice bug) (De Silva et al., 2002). Di Thailand dan India PYMV ditularkan oleh Planococcus citri dan Ferrisia virgata (Eng, 2002 dan Lockhart et al., 1997). Sementara di Brazil diduga ditularkan oleh Pseudococcus elisae (Duarte et al., 2003). De Silva et al. (2002) dan Eng (2002) melaporkan bahwa PYMV tidak dapat ditularkan secara mekanik dan melalui biji. Sementara CMV dapat ditularkan oleh serangga vektor Aphis gossypii dan secara mekanik dapat ditularkan ke tanaman indikator (De Silva et al., 2002). TANAMAN INANG PYMV termasuk kelompok badna virus yang kisaran inangnya
sangat sempit. Di samping menyerang tanaman lada, PYMV juga dapat ditularkan pada tanaman sirih (Piper betle) (De Silva, 1999) dan Lockhart et al., 1997). Menarik untuk diteliti tentang ketahanan dari jenis-jenis tanaman inang tersebut terhadap kedua virus yaitu CMV dan PYMV, yang diketahui berasosiasi dengan penyakit kerdil. Kelompok tanaman lada liar, misalnya, sering digunakan sebagai tanaman induk untuk memperbaiki sifat ketahanan atau sifat produksi lada. STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT KERDIL Penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus umumnya sangat sulit dikendalikan, oleh karena itu strategi pengendalian penyakit akan lebih efektif apabila dilakukan secara terpadu dan lebih diutamakan yang bersifat preventif, seperti penanaman bibit sehat (bebas patogen), mencegah masuknya serangga vektor, dan menjaga sanitasi kebun. Tanaman lada pada umumnya diperbanyak secara vegetatif, oleh karena itu penanaman bibit hasil perbanyakan vegetatif yang berasal dari tanaman yang sehat sangatlah mutlak dianjurkan. Bibit yang berasal dari tanaman sehat, tetapi dari kebun yang telah terinfeksi sebaiknya tidak ditanam. Untuk mendukung usaha-usaha pengendalian penyakit kerdil pada tanaman lada, maka perlu dilakukan karakterisasi terhadap PYMV dan CMV. Karakteristik yang penting diketahui yaitu ketahanan dan sebaran
virus di dalam jaringan tanaman. Ada dugaan bahwa populasi partikel PYMV dalam jaringan tanaman lada sangat rendah dan terkonsentrasi pada bagian jaringan yang masih muda saja (Lockhart et al., 1997). Apabila hal tersebut benar, maka pemotongan sebagian tanaman lada, terutama beberapa ruas di bawah bagian yang menunjukkan gejala penyakit akan dapat mengurangi kerugian dan penyebaran virus. Di samping itu, ada potensi diperoleh tanaman lada yang bebas virus apabila dilakukan perbanyakan melalui kultur jaringan dari bagian meristem pucuk tanaman lada. Untuk melindungi tanaman lada terutama di pembibitan dari seranggaserangga vektor, maka dapat dilakukan penyemprotan secara rutin dengan insektisida. Beberapa jenis insektisida sistemik cukup efektif untuk mengendalikan serangga vektor virus. Membuang tanaman sakit dan menjaga agar kebun lada selalu dalam pengawasan terhadap timbulnya gejala pada tunas-tunas daun muda, cukup efektif untuk menjaga masuknya patogen (Duarte, 2002; Eng et al., 2002). KESIMPULAN Penyakit kerdil sudah menjadi kendala umum pada pertanaman lada. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua macam virus yang berasosiasi dengan penyakit kerdil, yaitu CMV dan PYMV. Kedua virus tersebut ditularkan oleh serangga vektor; hanya CMV yang juga dapat
55
ditularkan secara mekanik. Teknologi pengendalian masih sangat terbatas sehingga usaha pencegahan harus diutamakan, misalnya penggunaan bibit sehat, sanitasi kebun, dan pengendalian serangga vektor. DARTAR PUSTAKA Balfas, R., Supriadi, T. L. Mardiningsih, dan E. Sugandi, 2002. Penyebab dan serangga vektor penyakit keriting pada tanaman lada. Journal Penelitian Tanaman Industri 8 (1): 7-11. Bhat, A. I., S. Devasahayam, Y. R. Sarma, dan R. P. Pant, 2003. Association of a badnavirus in black pepper transmitted by mealybug in India. Current Science, Vol 84 (12): 1547-1550. De Silva, D. P. P., 1999. Epidemiology and control of Pepper yellow mottle virus(PYMV) disease of black pepper (Piper nigrum L.) in Sri lanka. International Pepper News Bulletin. July-December 1999; 9194. De Silva, D. P. P., P. Jones, dan M. W. Shaw, 2002. Identification and transmission of Piper yellow mottle virus and cucumber mosaic virus infecting black pepper in Sri Lanka. Plant Pathology. (51): 537-545. Duarte, M. L. R., P. C. M. Filho, dan M. S. F. Dantas, 2002. Pests and disease of black pepper in Brazil. International Pepper News Bulletin. The Journal of the Pepper
56
Industry. July-December 2002: 2434. Eng, L., 2002. Viral disease and rootknot nematode problems of black pepper (Piper nigrum L. ) in Serawak, Malaysia. International Pepper News Bulletin. The Journal of the Pepper Industry. JulyDecember 2002: 39-44. Firdausil, B. A., 1988. Deteksi penyebab penyakit kerdil pada tanaman lada (Piper nigrum L. Thesis Pasca Sarjana IPB, Bogor. 38 hal. Kueh, T. K., 1979. Pest disease and disorders of black pepper in Serawak, Semongah Agric. Res. Cent. Serawak, East Malaysia. 68p. Lockhart, B. E. L., K. Kiratiya-Angul, P. Jones, L. Eng. P. De Silva, N. E. Olszewski, N. Lockhart, N. Deema, dan J. Sangalang, 1997. Identification of Piper yellow mottle virus, a mealybugtransmitted badnavirus infecting piper spp. in the Southeast Asiaropean. Journal of Plant Pathology. 103: 303-311. Manohara, D. dan M. Rizal, 2002. Pest and disease on pepper in Indonesia and their management. International Pepper News Bulletin. The Journal of the Pepper Industry. July-December 2002: 34-39. Mustika, I., U. Suparman, dan D. Sudrajat, 1999. Etiologi dan epidemiologi penyakit kerdil lada
serta pengendaliannya secara hayati. Laporan Teknis Penelitian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat APBN. Badan Litbang Kehutanan. Balai Penelitian Tanman Rempah dan Obat. (tidak dipublikasi) (Hal:133138). Sitepu, D. dan R. Kasim, 1976. Penyakit-penyakit lada (Piper
nigrum L.) di substation Natar, Lampung. Pemberitaan Littri 22: 72-80. Supriadi, R. Balfas; D. Sitepu; K. Mulya; dan E. M. Adhi, 2001. Patogen dan penularan penyakit kerdil pada tanaman lada. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Bogor 2224 Agustus 2001.
57