No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2016, NTP BALI TURUN 0,54 PERSEN
Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Maret 2016 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,54 persen, dari 105,42 pada bulan Februari 2016, menjadi 104,86. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat penurunan sebesar 0,26 persen, dari 127,26 di bulan sebelumnya menjadi 126,93. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,28 persen, dari 120,71 menjadi 121,04.
Pada bulan Maret 2016, tercatat penurunan NTP hampir di semua subsektor, kecuali peternakan. Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan terbesar mencapai 1,59 persen. Sedangkan Subsektor Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, dan Perikanan masing-masing turun sebesar 0,73 persen, 0,27 persen, dan 1,49 persen. Subsektor Peternakan tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen.
NTP Nasional bulan Maret 2016 mencapai 101,32, mengalami penurunan sebesar 0,89 persen terhadap bulan sebelumnya. Penurunan ini secara umum didorong oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang turun sebesar 0,22 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,68 persen.
Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Maret 2016, daerah pedesaan di Bali tercatat inflasi sebesar 0,33 persen. Sedangkan secara nasional, daerah perdesaan mengalami inflasi yang lebih tinggi, yaitu 0,95 persen.
Bulan Maret 2016, tercatat inflasi perdesaan terjadi di seluruh provinsi di Indonesia. Inflasi tertinggi tercatat di Provinsi Sumatera Barat sebesar 1,82 persen, dan terendah di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,05 persen.
NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Pada bulan Maret 2016 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat mengalami penurunan sebesar 0,54 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 105,42, menjadi 104,86. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat penurunan sebesar 0,26 persen, dari 127,26 di bulan sebelumnya menjadi 126,93. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,28 persen, dari 120,71 menjadi 121,04. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
1
1. a.
NTP Subsektor Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)
NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) pada bulan Maret 2016 kembali mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumya, yaitu dari 99,62 menjadi 98,04 atau turun sebesar 1,59 persen. NTP Subsektor Tanaman Pangan masih berada dibawah nilai 100, yang berarti nilai yang diterima dari hasil pertanian tanaman pangannya tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tagga dan biaya produksinya. Indeks harga yang diterima petani (It) pada subsektor Tanaman Pangan turun sebesar 1,21 persen. Penurunan ini terjadi pada kelompok Padi mencapai 2,64 persen, kendatipun terjadi kenaikan pada Palawija sebesar 2,87 persen. Di sisi lain, indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,38 persen. Kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga (IHKP) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masingmasing sebesar 0,39 persen dan 0,36 persen. b.
Subsektor Hortikultura (NTP-H)
NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) mengalami penurunan pada bulan Maret 2016, yaitu sebesar 0,73 persen dari 104,96 pada bulan lalu menjadi 104,20. Penurunan ini terjadi karena indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,45 persen, sementara indeks harga yang harus dibayar oleh petani (Ib) mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,28 persen. Penurunan yang terjadi pada It dipengaruhi oleh turunnya harga di kelompok buah-buahan sebesar 1,82 persen, meskipun terjadi kenaikan pada kelompok sayur-sayuran dan tanaman obat masing-masing sebesar 2,28 persen dan 0,99 persen. Beberapa komoditas yang memberikan andil kenaikan pada It, antara lain jeruk, pisang, wortel, salak, kol/kubis, dan mangga. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,31 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,21 persen. c.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)
NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) pada bulan Maret 2016 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,27 persen dari 99,94 menjadi 99,67. Secara umum, penurunan NTP-Pr dipicu oleh naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,03 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan lebih besar, yaitu 0,30 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya It di subsektor ini yaitu kelapa, kopi, dan biji jambu mete. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM yang mengalami kenaikan masingmasing sebesar 0,25 persen dan 0,49 persen.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Subsektor (1)
Bulan
Persentase
Februari 2016
Maret 2016
Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan (NTP-P)
99.62
98.04
-1.59
a. Indeks Diterima Petani
123.94
122.45
-1.21
- Padi
123.20
119.95
-2.64
- Palawija
126.12
129.73
2.87
b. Indeks Dibayar Petani
124.42
124.90
0.38
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
125.67
126.16
0.39
- Indeks BPPBM
118.62
119.05
0.36
2. Hortikultura (NTP-H)
104.96
104.20
-0.73
a. Indeks Diterima Petani
127.59
127.02
-0.45
- Sayur-sayuran
138.28
141.43
2.28
- Buah-buahan
122.87
120.63
-1.82
- Tanaman Obat
123.79
125.01
0.99
121.56
121.90
0.28
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
124.36
124.74
0.31
- Indeks BPPBM
113.96
114.20
0.21
b. Indeks Dibayar Petani
3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)
99.94
99.67
-0.27
a. Indeks Diterima Petani
120.77
120.81
0.03
120.77
120.81
0.03
120.84
121.20
0.30
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
124.94
125.25
0.25
- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks Dibayar Petani - Indeks BPPBM
108.52
109.05
0.49
4. Peternakan (NTP-Pt)
114.13
114.33
0.17
a. Indeks Diterima Petani
133.90
134.34
0.33
- Ternak Besar
137.72
138.68
0.70
- Ternak Kecil
131.30
131.06
-0.19
- Unggas
132.12
131.47
-0.49
- Hasil Ternak
119.84
119.59
-0.21
117.32
117.50
0.16
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
124.98
125.42
0.35
- Indeks BPPBM
110.60
110.57
-0.02
5. Perikanan (NTP-Pi)
102.66
101.13
-1.49
a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
125.98
124.78
-0.96
- Tangkap
137.22
135.68
-1.12
- Budidaya
109.33
108.61
-0.66
122.72
123.38
0.54
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
128.98
129.98
0.77
- Indeks BPPBM
110.80
110.79
-0.01
NTP Gabungan
105.42
104.86
-0.54
a. Indeks Diterima Petani
127.26
126.93
-0.26
b. Indeks Dibayar Petani
b. Indeks Dibayar Petani
120.71
121.04
0.28
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
125.03
125.45
0.33
- Indeks BPPBM
112.68
112.94
0.23
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
3
d.
Subsektor Peternakan (NTP-Pt)
Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) merupakan satu-satunya subsektor yang mengalami kenaikan pada bulan Maret 2016, yaitu sebesar 0,17 persen, yaitu dari 114,13 menjadi 114,33. Secara umum kenaikan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,33 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan yang lebih kecil, yaitu 0,16 persen. Terjadinya kenaikan It dipicu oleh naiknya harga di kelompok ternak besar mencapai 0,70 persen, meskipun kelompok ternak kecil, unggas dan ternak besar mengalami penurunan. Secara umum, beberapa komoditas peternakan yang mendorong kenaikan It, antara lain sapi potong, telur itik, telur ayam buras dan itik / bebek . Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipicu oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,35 persen meskipun indeks BPPBM turun sebesar 0,02 persen. e.
Subsektor Perikanan (NTP-Pi) Subsektor Perikanan mencakup kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Pada bulan Maret 2016, NTP Subsektor Perikanan juga mengalami penurunan, yaitu sebesar 1,49 persen, dari 102,66 menjadi 101,13. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,96 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,54 persen. Penurunan It dipicu oleh turunnya harga-harga pada kelompok perikanan tangkap dan budidaya perikanan masing-masing sebesar 1,12 persen dan 0,66 persen. Secara umum, beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga, antara lain tongkol, rumput laut, lemuru, lele, nila, dan pari. Sementara itu, kenaikan pada Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,77 persen sekalipun terjadi penurunan indeks BPPBM sebesar 0,01 persen. 2.
Perbandingan Terhadap Angka Nasional Pada bulan Maret 2016, NTP gabungan secara nasional mengalami penurunan sebesar 0,89 persen. Secara umum, penurunan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) nasional mengalami penurunan sebesar 0,22 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat naik sebesar 0,68 persen. Jika dibandingkan dengan NTP Gabungan secara nasional, NTP Bali masih berada di atas NTP Gabungan secara nasional. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Indeks
4
Provinsi Bali
Nasional
Februari 2016
Maret 2016
%
Februari 2016
Maret 2016
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Indeks yang Diterima Petani
127.26
126.93
-0.26
125.08
124.81
-0.22
Indeks yang Dibayar Petani
120.71
121.04
0.28
122.35
123.18
0.68
NTP
105.42
104.86
-0.54
102.23
101.32
-0.89
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
3.
Perbandingan NTP di Jabalnusra Pada bulan Maret 2016, dari sembilan provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra), seluruhnya tercatat mengalami penurunan nilai NTP. Provinsi dengan penurunan NTP terbesar tercatat di Provinsi Banten (1,72 persen) sedangkan penurunan terkecil tercatat di provinsi Nusa Tenggara Timur (0,40 persen). NTP di Jabalnusra lebih lengkap disajikan pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Antar Provinsi di Jabalnusra Februari 2016 - Maret 2016 (2012=100) Provinsi (1)
Bulan
Persentase
Februari 2016
Maret 2016
Perubahan
(2)
(3)
(4)
DKI Jakarta
99.57
98.88
-0.70
Jawa Barat
107.42
105.84
-1.47
Jawa Tengah
100.53
99.40
-1.12
Yogyakarta
103.90
102.57
-1.28
Jawa Timur
105.32
103.77
-1.48
Banten
106.57
104.74
-1.72
Bali
105.42
104.86
-0.54
NTB
104.85
104.38
-0.44
NTT
101.13
100.73
-0.40
4.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Kondisi NTUP Maret 2016 tercatat mengalami penurunan sebesar 0,49 persen, dari 112,94 pada bulan sebelumnya menjadi 112,39. Penurunan NTUP terjadi hampir di semua subsektor, kecuali Peternakan yang mengalami kenaikan sebesar 0,35 persen. Sementara itu, NTUP Subsektor Tanaman Pangan tercatat mengalami penurunan terbesar, mencapai 1,56 persen, disusul oleh Perikanan sebesar 0,95 persen, Hortikultura 0,66 persen, dan Tanaman Perkebunan Rakyat 0,46 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
5
Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Februari 2016 - Maret 2016 (2012 = 100) Bulan Februari 2016
Maret 2016
Persentase Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
104.49
102.85
-1.56
2. Hortikultura
111.97
111.23
-0.66
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
111.29
110.78
-0.46
4. Peternakan
121.07
121.50
0.35
5. Perikanan
113.70
112.62
-0.95
a Perikanan Tangkap
121.56
120.29
-1.04
b. Perikanan Budidaya
101.49
100.73
-0.75
112.94
112.39
-0.49
Subsektor (1)
Gabungan
5.
Indeks Harga Konsumen Perdesaan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,95 persen. Berdasarkan pengamatan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di perdesaan pada bulan Maret 2016, tercatat seluruh provinsi di Indonesia mengalami inflasi. Inflasi perdesaan tertinggi tercatat di Provinsi Sumatera Barat sebesar 1,82 persen dan terendah di Sulawesi Barat sebesar 0,05 persen. Grafik 1 Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Menurut Provinsi di Indonesia, Maret 2016
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
Pada Maret 2016, Provinsi Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,33 persen yang disebabkan oleh naiknya rata-rata harga di semua kelompok komoditas, Inflasi tertinggi tercatat di kelompok makanan jadi mencapai 0,57 persen. Sementara itu kelompok komoditas bahan makanan, perumahan, sandang, kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,41 persen, 0,11 persen, 0,51, persen, 0,42 persen, 0,001 persen dan 0,09 persen. Secara umum, komoditas penyumbang inflasi pada bulan Maret 2016, antara bawang merah, cabai rawit, bawang putih, ikan pindang tongkol, rokok putih filter, dan cabai merah. Selanjutnya persentase perubahan indeks harga konsumen perdesaan menurut kelompok komoditas dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Maret 2016
Kelompok
Bali
Nasional
(2)
(3)
Bahan Makanan
0.41
1.88
Makanan Jadi
0.57
0.48
Perumahan
0.11
0.18
Sandang
0.51
0.25
Kesehatan
0.42
0.29
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
0.001
0.09
Transportasi dan Komunikasi
0.09
0.03
Gabungan
0.33
0.95
(1)
6.
Perubahan IHK Perdesaan (%)
Harga Gabah Bulan Maret 2016 Turun
Berdasarkan hasil pencatatan harga gabah di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng selama bulan Maret 2016, harga gabah (GKP) di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 7,71 persen, dari Rp 4.768,84 per kg pada bulan sebelumnya menjadi Rp 4.401,26 per kg. Sementara itu, rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan turun sebesar 7,64 persen dari Rp 4.837,17 per kg menjadi Rp 4.467,46 per kg. Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga tertinggi di tingkat petani tercatat di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 4.885,71 per kg untuk varietas Ciherang, sementara transaksi terendah tercatat di Kabupaten Gianyar dengan harga Rp 4.060,00/Kg untuk varietas yang sama.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
7
Grafik 2 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Maret 2015 – Maret 2016 5,000.00 4,800.00 4,600.00 4,400.00 4,200.00 4,000.00 3,800.00 3,600.00 3,400.00 3,200.00
Tk. Petani
Tk. Penggilingan
HPP Tk. Petani
Mar '16
Feb '16
Jan '16
Des '15
Nov '15
Okt '15
Sep '15
Ags '15
Jul '15
Jun '15
Mei '15
Apr '15
Mar '15
3,000.00
HPP Tk. Penggilingan
Tabel 6 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Maret 2015 – Maret 2016 No
Bulan
(1)
(2)
Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) (3)
Perubahan (%)
Harga di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Perubahan (%)
(4)
(5)
(6)
1
Maret 2015
4,310.36
-2.46
4,456.36
-0.68
2
April 2015
3,785.53
-12.18
3,857.96
-13.43
3
Mei 2015
3,797.24
0.31
3,861.71
0.10
4
Juni 2015
4,161.03
9.58
4,217.76
9.22
5
Juli 2015
4,281.91
2.90
4,349.42
3.12
6
Agustus 2015
4,363.01
1.89
4,424.41
1.72
7
September 2015
4,515.38
3.49
4,622.89
4.49
8
Oktober 2015
4,642.89
2.82
4,709.09
1.86
9
Nopember 2015
4,654.41
0.25
4,727.68
0.39
10
Desember 2015
4,735.63
1.74
4,802.57
1.58
11
Januari 2016
4,816.54
1.71
4,890.96
1.84
12
Februari 2016
4,768.84
-0.99
4,837.17
-1.10
13
Maret 2016
4,401.26
-7.71
4,467.46
-7.64
*) HPP GKP (Mulai Maret 2015) Rp 3.700,00/kg di tingkat petani Rp 3.750,00/kg di tingkat penggilingan
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
Tahun (1) 2014 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2015 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2016 Januari Februari Maret
Tabel 7 Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2014 – 2015 Bali Nasional Bulanan Kumulatif Bulanan Kumulatif (2) (3) (4) (5) 0.88 0.32 0.42 0.05 0.39 0.36 0.56 0.49 0.49 0.24 1.52 2.85
0.88 1.20 1.63 1.68 2.07 2.44 3.01 3.51 4.02 4.27 5.85 8.86
1.16 0.45 0.19 -0.05 0.23 0.74 0.82 0.37 0.45 0.43 1.49 2.72
1.16 1.62 1.81 1.76 1.99 2.74 3.58 3.96 4.43 4.88 6.41 9.30
-0.90 -0.53 0.88 0.25 -0.20 0.17 0.64 0.64 0.52 -0.02 0.41 1.08
-0.90 -1.42 -0.55 -0.30 -0.49 -0.32 0.31 0.96 1.48 1.46 1.88 2.98
-0.03 -0.73 0.48 0.21 0.60 0.82 0.89 0.47 -0.02 -0.04 0.43 1.14
-0.03 -0.76 -0.29 -0.08 0.52 1.35 2.24 2.72 2.70 2.66 3.10 4.28
1.01 0.38 0.33
1.01 1.40 1.73
0.83 0.09 0.95
0.83 0.92 1.88
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 25/04/51/Th. X, 1 April 2016
9