PERBEDAAN EFEKTIVITAS FILTER ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM PENURUNAN KADAR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU INDUSTRI RUMAH TANGGA
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
AYU TRIANINGSIH J 410 090 057
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
PERBEDAAN EFEKTIVITAS FILTER ZEOLIT DAN KARBON AKTIF DALAM PENURUNAN KADAR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU INDUSTRI RUMAH TANGGA Ayu Trianingsih J 410 090 057 Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57162
Abstrak Tingginya kadar TSS dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Kadar TSS limbah cair tahu di Dukuh Kanoman sudah melebihi standar, yaitu 900 mg/l. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat efektivitas media zeolit dan karbon aktif dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan penelitian pretestpostest dengan kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh industri tahu yang tidak mempunyai pengolahan limbah yang berada di dukuh kanoman yang berjumlah 12 industri. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 50 liter, masing-masing perlakuan membutuhkan 5 liter limbah dengan 3 kali pengulangan. Uji statistik menggunakan uji t-tes Independent yang menunjukkan ada perbedaan rata-rata antara nilai sebelum proses filtrasi dengan setelah proses filtrasi menggunakan media zeolit dan karbon aktif dalam menurunkan kadar TSS. Hasil uji laboraturium pada kontrol, rata-rata kadar TSS sebesar 833 mg/l. Perlakuan dengan media zeolit rata-rata kadar TSS sebesar 233 mg/l, perlakuan dengan media karbon aktif rata-rata kadar TSS sebesar 366 mg/l. Penurunan kadar TSS belum memenuhi standart baku mutu yang telah ditentukan oleh Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5 tahun 2012 dengan kadar maksimal 100 mg/l. Kata Kunci
: limbah cair tahu, TSS, zeolit dan karbon aktif
Abstract The high content of TSS can cause environmental pollution. The TSS content in tofu’s liquid waste in Kanoman is higher than the standard value accepted which is 900 mg/l. The purpose of this research is to compare find out the effectiveness of zeolit media and carbon active in decreasing TSS content of tofu’s liquid waste. The research method used is experiment with research design of pretest-posttest with the control group. The population in this research is all tofu’s industries which do not take waste disposal processing in Kanoman village as many as 12 industries. Total sample taken is 50 liters with needs 5 liters for each treatment and 3 times repetition. The statistics test uses Independent T-Test which shows
that there is an average range of values before filtration process and after process using zeolit media and active carbon in decreasing the content of TSS. The result of laboratory test to the control shows that the average content of TSS is 833 mg/l. the treatment using zeolit results the average content of TSS is 233 mg/l. Meanwhile, the treatment using active carbon media results the average content of TSS is 366 mg/l. The decrease of TSS content has not accomplished the quality standard issued by Central Java Law Number 5 of 2012 which states that the maximum content of TSS is 100 mg/l.
Key Words
: Tofu’s liquid waste, TSS, zeolit, active carbon
A. PENDAHULUAN Hasil uji pendahuluan yang dilakukan di Laboratorium kimia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta terhadap limbah cair tahu yang diambil dari Dukuh Kanoman, Kelurahan Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali menunjukkan kadar TSS sebesar 700 mg/l. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri Tahu dan Tempe syarat kandungan TSS dalam limbah cair industri tahu sebesar 100 mg/l yang berarti telah melebihi baku mutu yang telah ditentukan. Bahan organik yang terdapat dalam limbah dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dan mengakibatkan kehidupan didalam air akan terganggu serta dapat menimbulkan pencemaran sehingga kualitas air menjadi menurun sehingga air tidak sesuai peruntukkannya. Proses filtrasi merupakan pengolahan limbah cair yang sering digunakan dalam pengolahan limbah cair setelah mengalami proses biologis atau proses fisika kimia (Sugiharto, 2008). Menurut Asmadi dkk (2011),
kadar Fe dan Mn yang terdapat dalam air dapat diturunkan melalui proses filtrasi menggunakan media zeolit dan karbon aktif dengan ketebalan 60-80 cm. Penelitian yang dilakukan oleh Suyata dan Irmanto (2009), zeolit dapat menurunkan kadar TSS limbah tahu dengan sifat basa sebesar 84,38% dan sifat asam sebesar 83,348%. Penelitian lain dilakukan oleh Sihombing (2007), karbon aktif dapat menurunkan kadar TSS limbah pencucian umbi dengan tingkat efektivitas sebesar 93,93%. Berdasarkan pendapat yang dikemukan oleh Asmadi dkk (2011) dan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain maka penulis ingin mengetahui tingkat efektivitas antara zeolit dan karbon aktif sebagai media filtrasi dengan ketebalan 60 cm dalam penurunan kadar TSS limbah cair tahu di Dukuh Kanoman, Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan pada subjek penelitian dengan tujuan menilai pengaruh suatu perlakuan pada variabel independent dan terhadap variabel dependent (Budiman, 2011). Sempel limbah cair tahu diambil dari industri milik Bapak Saimin di Dukuh Kanoman, Kelurahan Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali pada bulan Juli 2013. Populasi dalam penelitian sebanyak 12 industri yang membuang limbah cairnya langsung kesumgai. Setiap perlakuan mengambil 1 liter sampel limbah
cair tahu sehingga jumlah seluruh sampel sebanyak 50 liter. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. analisis data kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik t-test independen dan paired t-test untuk mengetahui tingkat keefektifan zeolit dan karbon aktif dalam penurunan kadar TSS limbah cair tahu dengan menggunakan bantuan komputer SPSS versi 21 dengan tingkat signifikan (nilai p), yaitu: a. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian Ha diterima. b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian Ha ditolak.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Analisis Univariat 1) Pengukuran pH Limbah Cair Tahu Hasil pengukuran pH limbah sebelum dan sesudah filtrasi dapat dilihat pada Tabel 1: pH Replikasi 1 2 3 Rata-rata
Sebelum
4,72 4,72 4,72 4,72
Setelah Perlakuan Kontrol 4,43 4,52 4,48 4,47
Zeolit 4,23 4,51 4,22 4,32
Karbon aktif 4,25 4,18 4,49 4,30
Perda Prov. Jateng No. 5 Th 2012
6,0-9,0
Pada Tabel 1 diketahui pH limbah sebelum dan sesudah perlakuan terjadi penurunan. Rata-rata pH limbah sebelum perlakuan sebesar 4,72 sedangkan setelah perlakuan dengan media zeolit maupun karbon aktif
mempunyai pH rata-rata yang tidak jauh berbeda yaitu sebesar 4,32 dan 4,30. Jika dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5 tahun 2012, pH limbah cair tahu yang diperbolehkan berkisar antara 6,0-9,0, maka dapat disimpulkan bahwa pH rata-rata limbah cair tahu sebelum maupun sesudah filtrasi masih belum memenuhi baku mutu. 2) Pengamatan Suhu Limbah Cair Tahu Pengukuran suhu limbah sebelum dan sesudah filtrasi terdapat pada Tabel 2: Suhu (0C) Replikasi 1 2 3 Rata-rata
Sebelum
40 40 40 40
Setelah Perlakuan Kontrol 33 34 33 33,33
Zeolit 30 31 31 30,67
Karbon aktif 31 30 31 30,67
Perda Prov. Jateng No. 5 Th 2012
Max. 380C
Pada Tabel 2 diketahui rata-rata suhu limbah sebelum perlakuan sebesar 400C. Sedangkan suhu rata-rata setelah filtrasi menggunakan media zeolit maupun karbon aktif mengalami penurunan dan mempunyai suhu yang stabil yaitu 30,670C. Jika dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5 tahun 2012, suhu sebelum filtrasi belum memenuhi baku mutu yang telah ditentukan sedangkan setelah filtrasi telah memenuhi baku mutu yang telah ditentukan yaitu 380C. 3) Pengukuran kadar TSS limbah cair Tahu a) Hasil kadar TSS sebelum filtrasi dan kontrol
Kadar TSS sebelum filtrasi dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 3: Kadar TSS (mg/l) Replikasi
1 2 3 Rata-rata
Perda Prov. Jateng No. 5 Th 2012 Sebelum 900 900 900 900
Kontrol 900 800 800 833
100 mg/l
Pada Tabel 3 diketahui rata-rta pada kontrol sebesar 833 mg/l sedangkan pada kontol 900 mg/l. Dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5 Tahun 2012 kadar tersebut belum memenuhi baku mutu yang telah ditentukan yaitu sebesar 100 mg/l. b) Hasil kadar TSS sebelum filtrasi dan zeolit Kadar TSS sebelum filtrasi dan zeolit dapat dilihat pada Tabel 4: Kadar TSS (mg/l) Replikasi
1 2 3 Rata-rata
Perda Prov. Jateng No. 5 Th 2012 Sebelum 900 900 900 900
Zeolit 200 300 200 233
100 mg/l
Pada Tabel 4, rata-rata kadar TSS sebelum filtrasi adalah 900 mg/l sedangkan sesudah filtrasi dengan zeolit sebesar 233 mg/l. Jika dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5 Tahun 2012, kadar TSS tersebut masih belum memenuhi baku mutu yang telah ditentukan yaitu 100 mg/l. c) Hasil kadar TSS sebelum filtrasi dan karbon aktif
Kadar TSS sebelum filtrasi dan karbon aktif dapat dilihat pada Tabel 5: Kadar TSS (mg/l) Replikasi
1 2 3 Rata-rata
Perda Prov. Jateng No. 5 Th 2012 Sebelum 900 900 900 900
Karbon aktif 400 400 300 366
100 mg/l
Tabel 5 menunjukkan setelah proses filtrasi menggunakan media karbon aktif, terjadi penurunan kadar TSS sebesar 366 mg/l dari kadar sebelum filtrasi sebesar 900 mg/l. Dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa tengah Nomer 5 tahun 2012 kadar TSS sebelum dan sesudah filtrasi dengan menggunakan media karbon aktif belum memenuhi baku mutu yang ditentukan yaitu 100 mg/l. d) Hasil kadar TSS antara kontrol dengan zeolit Kadar TSS antara kontrol dengan zeolit dapat dilihat pada Tabel 6: Kadar TSS (mg/l) Replikasi
1 2 3 Rata-rata
Perda Prov. Jateng No. 5 Th 2012 Kontrol 900 800 800 833
Zeolit 200 300 200 233
100 mg/l
Pada Tabel 6, rata-rata kadar TSS kontrol 833 mg/l sedangkan rata-rata pada zeolit sebesar 233 mg/l. Dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5 Tahun 2012 kedua kadar tersebut belum memenuhi baku mutu yang ditentukan yaitu 100 mg/l.
e) Hasil kadar TSS antara kontrol dengan karbon aktif Kadar TSS antara kontrol dengan karbon aktif dapat dilihat pada Tabel 7: Kadar TSS (mg/l) Replikasi
1 2 3 Rata-rata
Perda Prov. Jateng No. 5 Th 2012 Kontrol 900 800 800 833
Karbon Aktif 400 400 300 366
100 mg/l
Pada Tabel 7, rata-rata pada kontrol sebesar 733 mg/l sedangkan rata-rata pada karbon aktif sebesar 366 mg/l. Dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5 Tahun 2012 kedua kadar tersebut belum memenuhi baku mutu yang ditentukan yaitu 100 mg/l. f) Hasil kadar TSS antara zeolit dengan karbon aktif Kadar TSS antara zeolit dengan karbon aktif dapat dilihat pada Tabel 8: Kadar TSS (mg/l) Replikasi
1 2 3 Rata-rata
Perda Prov. Jateng No. 5 Th 2012 Zeolit 200 300 200 233
Karbon Aktif 400 400 300 366
100 mg/l
Tabel 8, rata-rata kadar TSS dengan media zeolit sebesar 233 mg/l sedangkan dengan media karbon aktif 366 mg/l.Kedua kadar TSS tersebut jika dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer
5 Tahun 2012 masih belum memenuhi baku mutu yang ditentukan yaitu 100 mg/l. b. Analisis Bivariat 1. Hasil uji Paired T-Test pengukuran kadar tss limbah cair tahu sebelum filtrasi dengan kontrol dapat dilihat pada Tabel 9:
Pair 1 pretes-kadar TSS
T -10.000
Df 2
Sig. (2-tailed) .010
Nilai sig yang dihasilkan dari uji Paired t-test adalah 0,010 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan ratarata antara nilai sebelum filtrasi dengan kontrol dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu. 2. Hasil uji Paired T-Test pengukuran kadar tss limbah cair tahu sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan media zeolit dapat dilihat pada Tabel 10:
Pair 1 pretes-kadar TSS
T -5.000
Df 2
Sig. (2-tailed) .038
Nilai sig yang dihasilkan dari uji paired t-test adalah 0,38 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan rata-rata antara nilai sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan media zeolit dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu. 3. Hasil uji Paired T-Test pengukuran kadar tss limbah cair tahu sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan media karbon aktif dapat dilihat pada Tabel 11:
Pair 1 pretes-kadar TSS
T -2.739
df 5
Sig. (2-tailed) .041
Nilai sig yang dihasilkan dari uji paired t-test adalah 0,41 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan rata-rata antara nilai sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan media karbon aktif dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu. 4. Hasil uji t-test Independent pengukuran kadar TSS limbah cair tahu antara kontrol dengan media zeolit
kadar Equal variances assumed TSS Equal variances not assumed
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means Sig. (2F Sig. T Df tailed) .000 1.000 6.364 4 .003 6.364 4.000 .003
Nilai sig yang didapat adalah 0,003 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan rata-rata yang signifikan kadar TSS limbah cair tahu antara kontrol dengan proses filtrasi menggunakan media zeolit.
5. Hasil uji t-test Independent pengukuran kadar TSS limbah cair tahu antara kontrol dengan media karbon aktif Levene's Test for Equality of Variances
kadar Equal variances assumed TSS Equal variances not assumed
F Sig. .000 1.000
t-test for Equality of Means
T 4.950
Df 4
4.950 4.000
Sig. (2tailed) .008 .008
Nilai sig yang didapat adalah 0,008 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan rata-rata yang signifikan kadar TSS limbah cair tahu antara kontrol dengan proses filtrasi menggunakan media karbon aktif. 6. Hasil uji Independent pengukuran kadar TSS limbah cair tahu antara zeolit dengan media karbon aktif Levene's Test for Equality of Variances
kadar Equal variances assumed TSS Equal variances not assumed
F Sig. 3.200 .148
t-test for Equality of Means
T -5.814
Df 4
-5.814 2.941
Sig. (2tailed) .004 .011
Nilai sig yang didapat adalah 0,004 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan rata-rata yang sig kadar TSS limbah cair tahu antara media zeolit dengan media karbon aktif.
7. Hasil tingkat efektivitas Penurunan Kadar TSS Limbah Cair Tahu Pada Kontrol, Media Zeolit dan Karbon Aktif Kadar TSS (mg/l)
Media Filtrasi
Sebelum
Sesudah
Penurunan
Kontrol Zeolit Karbon Aktif
900 900 900
833 233 366
67 667 534
Efektivitas Pengolahan (%) 7,44 74,11 59,33
Tingkat efektivitas penurunan kadar TSS pada kontrol sebesar 7,44, tingkat efekvitas penurunan dengan menggunakan media zeolit sebesar 74,11%, dan tingkat efektivitas penurunan kadar TSS dengan menggunakan media karbon aktif sebesar 59,33%. 2. Pembahasan a. Pengukuran pH limbah cair tahu Rata-rata pH limbah sebelum filtrasi sebesar 4,72 dan ratarata pH setelah filtrasi menggunakan media zeolit sebesar 4,32 sedangkan menggunakan media karbon aktif sebesar 4,30. Penurunan pH yang terjadi karena limbah cair tersebut bersifat asam. Penambahan bahan kimia seperti kapur dan tawas perlu dilakukan agar pH limbah mendekati normal karena pH yang baik untuk limbah adalah netral yaitu 7 (Asmadi dan Suharno, 2012). Dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 pH yang diperbolehkan berkisar antara 6,0–9,0 sehingga pH sebelum dan sesudah filtrasi menggunakan media zeolit dan karbon aktif belum sesuai baku mutu.
b. Pengukuran suhu limbah cair tahu Suhu limbah cair tahu sebelum filtrasi 400C, sedangkan suhu rata-rata setelah filtrasi menggunakan media zeolit maupun karbon aktif mempunyai suhu yang sama yaitu 30,670C. Suhu tinggi dapat diatasi dengan cara didiamkan dalam bak penampung. Suhu sebelum dan sesudah filtrasi tersebut jika dibandingkan dengan Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa suhu rata-rata sebelum
filtrasi belum
memenuhi nilai baku mutu yang telah ditentukan sedangkan setelah filtrasi menggunakan media zeolit dan karbon aktif
sudah
memenuhi baku mutu yang ditentukan. c. Kadar TSS limbah cair tahu sebelum filtrasi Kadar TSS sebelum filtrasi sebesar 900 mg/l. Kadar TSS tersebut menurut perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5 tahun 2012 telah melampaui baku mutu yang ditentukan sehingga perlu dilakukannya pengolahan agar limbah cair yang dihasilkan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan d. Kadar TSS limbah cair tahu dengan kontrol Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kontrol ratarata kadar TSS limbah cair tahu yaitu 833 mg/l. Menurut perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 5 tahun 2012, kadar TSS pada kontrol tersebut masih melampaui baku mutu yang ditentukan yaitu 100 mg/l. Tingkat efektivitas 7,44% dengan penurunan 67 mg/l.
Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji paired t-test didapatkan nilai signifikan 0,010 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan rata-rata antara nilai sebelum filtrasi dengan kontrol dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu. e. Kadar TSS limbah cair tahu dengan media zeolit dan karbon aktif Rata-rata kadar TSS menggunakan media zeolit mengalami penurunan menjadi 233 mg/l dengan tingkat efektivitas sebesar 74,11 %. Sedangkan dengan media karbon aktif rata-rata kadar TSS limbah cair tahu menjadi 366 mg/l dengan tingkat efektivitas 59,33 %. Penurunan kadar TSS limbah cair tahu yang terjadi pada masing-masing media filtrasi dikarenakan zeolit dan karbon aktif dapat menyerap zat organik dan anorganik yang terdapat dalam limbah (Kusnaedi, 2010). Pengujian Paired t-test dilakukan sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan media zeolit mempunyai nilai sig 0,38 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan rata-rata antara nilai sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan media zeolit dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu. Pengujian yang dilakukan pada sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan media karbon aktif mempunyai nilai sig 0,41 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan
rata-rata antara nilai sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan media karbon aktif dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu.
D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Media filter zeolit lebih efektif dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu jika dibandingkan dengan media karbon aktif dengan tingkat efektivitas 74,11% sedangkan tingkat efektivitas karbon aktif 59,11% b. Kadar TSS limbah cair tahu sebelum dilakukan proses filtrasi dengan menggunakan media zeolit maupun karbon aktif yaitu 900 mg/l. c. Kadar TSS limbah cair tahu setelah dilakukan proses filtrasi menggunakan media zeolit mengalami penurunan sebesar 233 mg/l, sedangkan dengan menggunakan media karbon aktif turun menjadi 366 mg/l. d. Signifikan sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi menggunakan media zeolit 0,038 dimana sig ≤ 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya ada perbedaan rata-rata antara nilai sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi dengan media zeolit dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu.
2. Saran 1. Bagi masyarakat Dukuh Kanoman, Kelurahan Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali: a) Diharapkan masyarakat dapat melakukan pengolahan limbah tahap awal seperti pengolahan secara kimia atau biologi sebelum melakukan metode filtrasi dengan sistem komunal. b) Diharapkan masyarakat khususnya produsen tahu menampung limbah cair yang dihasilkan sebelum dibuang kesungai. c) Diharapkan masyarakat mengolah limbah cair tahu menjadi biogas dengan sistem komunal agar biaya yang diperlukan lebih terjangkau, d) Diharapkan masyarakat dapat menetralkan pH limbah cair tahu yang dihasilkan dengan menambahkan tawas atau kapur. e) Diharapkan masyarakat mendinginkan suhu limbah cair yang dihasilkan dengan cara didiamkan dalam bak penampung. 2. Bagi peneliti lain: a) Diharapkan
melakukan
penelitian
lanjutan
dengan
menggunakan kombinasi dari media zeolit dan karbon aktif untuk mengetahui tingkat efektivitas dalam menurunkan kadar TSS limbah cair tahu. b) Diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan menggunakan media selain zeolit dan karbon aktif dalam menurunkan parameter selain TSS.
DAFTAR PUSTAKA Asmadi dan Suharno. 2012. Dasa-Dasar Teknologi Pengolahan Air limbah. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Asmadi, Khayan, Kasjono, Heru Subaris. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung: Refika Aditama. Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Depok: Penebar Swadaya
Perda Provinsi Jateng Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah Sihombing, Johannes Bangun Fernando. 2007. Penggunaan Media Filtran Dalam Upaya Mengurangi Beban Cemaran Limbah Cair Industri Kecil Tapioka. (Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian Institusi Pertanian. (Diakses pada tanggal 21 Mei 2013 pukul 18.08). Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Pres). Suyata dan Irmanto. 2009. Penurunan TSS, BOD, COD Limbah Cair Tahu Di Desa Cilongok Kabupaten Banyumas Menggunakan Sistem Zeolit Teraktivasidan Teraktivasi dan Terimpregnasi TiO2. Molekul, Vol. 4. No. 2. November, 2009 : 83-93.