Telah Dipublikasikan di Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 10 No. 22 Ed. Mar - Mei 2012
PERANCANGAN TATA LETAK PROYEKTOR YANG ERGONOMIS PADA RUANG KULIAH UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG Sukanta, ST., MT. dan Winarno, ST. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Unsika, Karawang
ABSTRAK Proses pembelajaran yang lebih efektif dalam suatu ruang belajar adalah harus didukung oleh sarana-sarana proses pembelajaran yang lengkap. Salah satu sarana proses pembelajaran adalah proyektor yang ditempatkan pada ruang kelas yang permanen agar proses pengoperasianya lebih sederhana dan mengurangi tingkat resiko terhadap kerusakan proyektor. Untuk pemasangan dan instalasi proyektor yang ergonomis bagi pengguna, maka diperlukan suatu kajian agar hasil penempatan (tata letak) dan instalasi proyektor nyaman bagi penggunanya. Hasil kajian melalui perancangan tata letak proyektor yang ergonomis dibutuhkan data-data dan analisa tentang tinggi mata duduk (TMD), tinggi mata berdiri (TMB) dan jangkauan tangan ke atas (JTA) dengan sampel masing-masing hasil pengukuran 200 data. Hasil pengujian keseragaman, kenormalan dan kecukupan data untuk masing-masing variable tersebut sudah cukup. Kemudian dilakukan uji persentil 5 (P5), persentil 50 (P50) dan persentil 95 (P95) dengan hasil yang optimal dari semua hasil ukuran dengan ketinggian stop kontak 153,71 cm dari lantai, ketinggian proyektor 233.15 cm dari lantai, ketinggian layar display/screen 130.89 cm dari lantai, Jarak proyektor ke screen disesuaikan dengan spesifikasi proyektor yang 196 cm dan tegak lurus menghadap screen dan jarak atap dengan proyektor 110 cm. Kata kunci : tata letak proyektor, ergonomis,
PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang kelas yang ergonomis merupakan faktor penting dalam menciptakan proses belajar mengajar agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Suatu ruang kelas biasanya terdiri dari sarana fisik dan nonfisik. Sarana fisik terdiri dari kursi kuliah, papan tulis, AC, bahkan ruang kuliah yang sudah maju dilengkapi dengan proyektor dan layar display untuk meningkatkan proses transfer ilmu dan pengetahuan dari dosen kepada para mahasiswanyav lebih efektif. Sedangkan sarana nonfisik seperti suasanan perkuliahan, pencahayaaan, kebisingan, kegaduhan, temperatur dan lain juga mempengaruhi nuansa proses belajar yang efektif. Sarana-sarana tersebut yang paling berpengaruh adalah sarana fisik , sarana fisik tidak hanya sekedar ada di dalam ruang kuliah tetapi harus ditata sedemikian rupa sehingga menimbulkan suasana proses belajar yang nyaman. Saat ini Universitas Singaperbangsa Karawang sedang membangun ruang kuliah bersama, dimana ruang-ruang kuliah dari berbagai fakultas memiliki ruang kuliah pada gedung yang sama (gedung baru), sedangkan ruang kuliah sebelumnya masih terkelompokan sesuai yang dimiliki oleh masing-masing fakultas. Ruang-ruang kuliah tersebut masih sebagian kecil menggunakan proyektor secara permanaen. Ruang kuliah yang sudah dipasang proyektor secara permanen seperti di ruang kuliah Pasca sarjana, fakultas ekonomi, fakultas hukum dan fakultas pertanian dan sebagian fakultas lain. Dalam pemasangan/instalasi proyektor dan layar display tersebut setiap fakultas saat ini
1
2 belum dirancang penempatan proyektor secara ergonomis atau pemasangan hanya kirakira saja dan tidak ditempatkan secara ilmiah. Dengan demikian, maka rencana pengembangan ruang kuliah Universitas Singaperbangsa Karawang akan di instalasi proyektor setiap ruang kuliah, sehingga dibutuhkan suatu rancangan tata letak proyektor secara ergonomis. Saat ini, ruang-ruang kuliah lainnya akan dipasang proyektor pada saat diperlukan saja sehingga terjadi proses pemasangan dan penyesuaian yang mengakibatkan adanya waktu perkuliahan yang terbuang untuk proses tersebut. Selain itu, sering terjadinya bongkar pasang tersebut juga mengakibatkan cepat rusaknya kabel vga karena sering mengalami gaya tarik yang terjadi pada kabel tersebut. Jika hal ini tetap dilakukan maka sarana proyektor tersebut tidak akan mampu bertahan lama sehingga biaya pengadaan yang harus ditanggung universitas juga tinggi. Sesuai dengan rencana dari bagian pengadaan rektorat Unsika, bahwa setiap ruang kuliah bersama pada gedung baru (gedung rektorat) yang sedang dibangun akan dilengkapi proyektor dan layar displaynya yang akan dipasang secara permanaen untuk mendukung proses belajar mengajar yang efisien dan nyaman baik bagi dosen maupun bagi mahasiswa. Saat ini ada 28 ruang kelas yang akan segera dipasang proyektor dan dispalynya. Biaya untuk pengadaa dan perawatan proyektor cukup tinggi, sehingga dibutuhkan perencanaan yang baik yang sesuai dengan spesifikasi proyektornya. Dan yang lebih mahal lagi adalah dampak terhadap efektifitas dan kualitas sistem pembelajaran yang kurang tercerna oleh mahasiswa. Perumusan Masalah Penempatan dan instalasi proyektor dan display (screen) yang sesuai dan tepat sasaran sangat mendukung kelancaran dalam proses belajar mengajar. Teknik instalasi proyektor dan display ada kaidah-kaidah ilmiah sesuai dengan ergonomis bagi pemakai, maka perumusan masalah ini adalah “Bagaimana perancangan tata letak proyektor dan display yang ergonomis pada ruang kuliah di Universitas Singaperbangsa Karawang?”
Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian Dalam perancangan tata letak proyektor pada ruang kelas kuliah yang ergonomis akan dipengaruhi beberapa factor, seperti jenis dan merk proyektor, spesifikasi, harga dan ruang kelas yang standar dengan kapasitas 40 mahasiswa. Disamping itu, dengan asumsi : 1. Prasarana fisik seperti kursi kuliah, papan tulis, dan meja dosen dimensi dan tata letaknya sudah ergonomis (standar). 2. Tingkat pencahayaan, kebisingan, sirkulasi udara, dan suhu ruangan tidak masuk dalam bahan kajian. 3. Warna lantai, warna dinding dan warna langit-langit telah mendukung proses belajar mengajar yang nyaman. 4. Dimensi dan tata letak pintu serta jendela telah memenuhi syarat ergonomis.
3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. untuk merancang tata letak proyektor dan display yang ergonomis. b. Untuk menentukan langkah-langkah pengendalian resiko terhadap kerusakan proyektor tersebut dapat diminimalisir c. Untuk membantu proses penggunaan dan perawatan yang lebih baik Adapun manfaat yang dapat diambil adalah : a. Pemanfaatan waktu kuliah yang efektif karena tidak ada waktu yang terbuang untuk proses penyetelan proyektor. b. Memaksimalkan usia proyektor, proses pengoperasian dan perawatan akan dilakukan oleh PIC tertentu. c. Proses Belajar Mengajar (PBM) lebih efektif sehingga kualitas dan kuantitas lebih tercapai. d. Memaksimalkan penggunaan dana investasi peralatan yang telah dianggarkan
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Berfikir Ruang kuliah di suatu perguruan tinggi merupakan ruangan dimana terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa secara langsung. Dengan tingginya beban satuan kredit semester di perguruan tinggi maka jumlah materi yang harus disampaikan oleh seorang dosen juga banyak. Dengan tuntutan ini tidak cukup seorang dosen hanya menulis di papan tulis kemudian memberikan penjelasan seperlunya, tentunya dengan cara mengajar seperti ini materi kuliah yang dapat disampaikan hanya sebagian kecil dari silabus yang telah ditetapkan program studi. Dengan demikian target dari kurikulum tidak akan tercapai. Sebagai sarana fisik di dalam ruang kuliah, proyektor harus diletakkan sedemikian rupa sehingga si pemakai baik mahasiswa maupun dosen merasa nyaman baik saat akan dipakai maupun saat dipakai artinya tata letak proyektor tersebut harus menyesuaikan keterbatasan manusia sebagai penggunanya. Dasar pemikiran inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Obyek dan Sampel Penelitian Sebagai obyek kajian dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen di lingkungan Universitas Singaperbangsa Karawang. Sedangkan sampel penelitiannya adalah data anthropometri dari mahasiswa peserta praktikum mata kuliah Perancangan Sistem Kerja 2 dari tahun 2004 sampai tahun 2008 pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Singaperbangsa Karawang. Sedangkan dari pihak dosen tidak dilakukan pengukuran data anthropometri karena diasumsikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh antara para mahasiswa dan para dosen secara umum. Data anthropometri yang dipakai antara lain Tinggi Mata Duduk (TMD), Tinggi Mata Berdiri (TMB) dan Jangkauan Tangan Ke Atas (JTA). Data-data anthropometri tersebut disesuaikan dengan keperluan perancangan tata letak proyektor.
4 Metode Pemecahan Masalah Untuk melakukan perancangan tata letak proyektor tersebut data anthropometri yang telah diperoleh diolah secara statistik berupa uji kenormalan data, uji keseragaman data dan uji kecukupan data. Pengujian secara statistik ini dilakukan untuk menjamin bahwa data yang akan dijadikan dasar perancangan berasal dari satu sistem sebab yang sama. Selanjutnya setelah memenuhi syarat uji statistik, data anthropometri tersebut dijadikan acuan untuk menentukan dimensi yang diperlukan dengan menggunakan konsep persentil. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini merupakan semua sarana yang dipakai dalam pengukuran maupun pengumpulan data. Instrumen penelitian tersebut antara lain : a. Meteran stainless panjang 300 cm. b. Kursi anthropometri c. Alat tulis d. Lembar pengamatan (check sheet). Lembar pengamatan ini sebagai alat untuk mengumpulkan semua data hasil pengukuran. Diagram alir metodologi Penelitian Studi Ruang Kuliah Unsika
Tujuan
Landasan Teori
Penelitian
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data Anthropometri
Uji Kenormalan Data
T Normal ?
Y Uji Keseragaman Data
Buang Data Di Luar Batas Kontrol
T Seragam ?
Y Uji Kecukupan Data
T Cukup ?
Y Menentukan Nilai-Nilai Persentil
Merancang Tata Letak Proyektor
Analisa Dan Pembahasan
Kesimpulan Dan Saran
5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Data Anthropometri Data anthropometri merupakan data untuk pengukuran ergonmisnya suatu rancangan yang disesuaiakan dengan kondisi kebutuhan manusia. Data-datayang dibutuhkandalam perancangan tata letak proyektor ini adalah data Tinggi Mata Duduk (TMD), Tinggi Mata Berdiri (TMB) dan Jangkauan Tangan Ke Atas (JKA) dengan jumlah masing-masing pengukuran sebanyak 200 sampel hasil pengukuran badan orang Indonesia (data pengukuran tidak dilampirkan dalam laporan ini). Pengujian Data untuk Tinggi Mata Duduk (TMD) Hasil perhitungan dan pengujian untuk data mata duduk meliputi pengujian kenormalan data, keseragaman data dan kecukupan data. a. Pengujian Kenormalan Data : 1. Menghitung range (R) , nilai data terbesar 83 cm dikurangi nilai data terkecil 68 cm sama dengan 15 cm. 2. Menghitung jumlah kelas interval (K) K = 1 + 3,3 log 200 = 8,6 kelas Dipilih jumlah kelas sebanyak 8 sehingga K = 8 3. Menentukan panjang interval kelas (P) P = 15/8 = 1,875 dibulatkan 1,9 4. Menyusun tabel distribusi frekuensi, lihat table 1.1. di bawah ini). Tabel 1.1 Tabel Distribusi Frekuensi Data Tinggi Mata Duduk
Batas Bawah
Batas Atas
Fi
LCB
UCB
68,0
69,8
8
67,95
69,85
69,9
71,7
20
69,85
71,75
71,8
73,6
30
71,75
73,65
73,7
75,5
44
73,65
75,55
75,6
77,4
45
75,55
77,45
77,5
79,3
30
77,45
79,35
79,4
81,2
16
79,35
81,25
81,3
83,1
7
81,25
83,15
Total
200
Hipotesis untuk kenormalan data Untuk hipotesis pengujian kenormalan data ini untuk Tinggi Mata Duduk (TMD) tersebut mengikuti distribusi normal atau tidak, karena karakteristik distribusi normal yang tanpa batas (unboundary distribution), maka jumlah kelas akan bertambah dari 8 kelas interval menjadi 10 kelas interval. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
6 a. b. c. d.
e. f.
b.
H0 : Data Tinggi Mata Duduk mengikuti distribusi normal H1 : Data Tinggi Mata Duduk tidak mengikuti distribusi normal α = 0,05 Wilayah kritis : X2hitung > X2α;df Df = jumlah kelas – k – 1 = 8 – 2 – 1 = 5 X20,05;5 = 11,0705, jadi wilayah kritis X2hitung > 11,0705 Nilai X2hitung seperti pada tabel 5.5 sebesar = 2,54 Keputusan : terima H0 dan disimpulkan bahwa data tinggi mata duduk mengikuti distribusi normal
Pengujian Keseragaman Data Untuk Data Tinggi Mata Duduk (TMD) dikelompokkan menjadi 20 sub grup dan setiap sub grup terdiri dari 10 data. Pembentukan sub grup tersebut dibuat secara berurut dimana data ke-1 sampai dengan data ke-10 sebagai sub grup ke-1, data ke11 sampai data ke-20 sebagai sub grup ke-2 dan seterusnya sampai data ke-191 sampai data ke-200 sebagai sub grup ke-20, selengkapnya disajikan dalam tabel 1.2. Tabel 1.2 Pengelompokan Data Tinggi Mata Duduk Sub Grup
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
1
74
81
76
74
74
74
76
77
77
74
75,7
2
70
76
75
72
77
74
80
76
71
74
74,5
3
71
76
71
76
76
76
73
76
76
76
74,7
4
75
75
71
76
76
76
71
74
75
72
74,1
5
75
74
72
71
71
75
72
76
81
81
74,8
6
76
76
76
77
76
75
76
74
76
75
75,7
7
75
74
74
74
75
72
75
74
72
74
73,9
8
74
76
72
72
75
72
76
76
74
78
74,5
9
76
72
74
74
74
81
78
68
75
68
74,0
10
75
72
81
74
72
77
77
74
72
78
75,2
11
82
72
76
76
76
78
76
78
71
76
76,1
12
83
78
78
68
82
68
75
72
78
74
75,6
13
72
83
82
80
72
78
71
72
76
76
76,2
14
80
78
76
78
72
71
78
78
78
68
75,7
15
82
68
75
72
78
74
72
79
79
80
75,9
16
72
78
79
72
76
76
80
78
76
78
76,5
17
81
80
71
78
78
68
70
68
75
72
74,1
18
78
74
72
70
70
80
72
78
82
72
74,8
19
76
76
80
78
76
78
81
71
71
78
76,5
20
78
70
71
70
75
72
78
74
72
80
74,0
7 Total
1502,5
. Rata-rata seluruh sub grup : =
,
= 75,125
Melakukan uji keseragaman data Perhitungan berikut mengacu pada data pada tabel 1.2 di atas. 1.1 Menghitung standar deviasi keseluruhan data ( σ X ) ,
σX =
,
…
,
= 3,36
1.2 Menghitung standar deviasi dari rata rata-rata sub grup ( σ X )
σX =
,
√
= 0,75
1.3 Menghitung batas-batas batas kendali Dari perhitungan sebelumnya diketahui bahwa
= 75,125; σ X = 0,75 dan
α ditentukan sebesar 0,05 sehingga Z0,025 = 1,96, dengan demikian : BKA = 75,125 + 1,96 x 0,75 = 76,59 BKB = 75,125 - 1,96 x 0,75 = 73,65 1.4 Mengeplot rata-rata rata sub grup ke dalam peta kendali
Gambar 1.2 Peta Kendali Data Tinggi Mata Duduk c.
Pengujian Kecukupan Data (N’) Jika tingkat keyakinan 95%, maka : 1-α = 0,95
α = 1-0,95 = 0,05
Zα/2 = Z0,025 = 1,96. Tingkat ketelitian (β) : 0,05 Berdasarkan tabel 1.2 dapat dihitung nilai nilai-nilai sebagai berikut : N = 200
ΣXi = 15025 (ΣXi)2 = 225750625
ΣXi2 = 1131011
8 Maka jumlah data minimal yang dibutuhkan untuk perancangan (N’) : 2
1,96 (200)(1131011) − (15025)2 0 , 05 = 3,07 N’ = 15025 Syarat minimal data yang diperlukan adalah 3,07, sementara data yang telah diambil sebanyak 200 pengukuran, sehingga jumlah data dikatakan cukup. Pengujian Data untuk Tinggi Mata Berdiri (TMB) Data Tinggi Mata Berdiri (TMB) meliputi pengujian kenormalan data, keseragaman data dan kecukupan data sebagai berikut : a. Pengujian Kenormalan Data 1. Menghitung range (R), R = 163 – 144 = 19 cm 2. Menghitung jumlah kelas interval (K) K = 1 + 3,3 log 200 = 8,6 kelas. Dipilih jumlah kelas sebanyak 8 sehingga K = 8 3. Menentukan panjang interval kelas (P) P = 19/8 = 2,375 dibulatkan 2,4 4. Menyusun tabel distribusi frekuensi. Tabel 1.3 Tabel Distribusi Frekuensi Data Tinggi Mata Berdiri (TMB) Batas Bawah
Batas Atas
Fi
LCB
UCB
144,0
146,3
10
143,95
146,35
146,4
148,7
16
146,35
148,75
148,8
151,1
29
148,75
151,15
151,2
153,5
42
151,15
153,55
153,6
155,9
45
153,55
155,95
156,0
158,3
31
155,95
158,35
158,4
160,7
19
158,35
160,75
160,8
163,1
8
160,75
163,15
Total
200
5. Uji kenormalan data Untuk pengujian kenormalan data ini hasil pengukuran Tinggi Mata Berdiri tersebut mengikuti distribusi normal atau tidak, karena karakteristik distribusi normal yang tanpa batas (unboundary distribution), maka jumlah kelas akan bertambah dari 8 kelas interval menjadi 10 kelas interval. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : a. H0 : Data Tinggi Mata Duduk mengikuti distribusi normal b. H1 : Data Tinggi Mata Duduk tidak mengikuti distribusi normal c. α = 0,05 d. Wilayah kritis : X2hitung > X2α;df Df = jumlah kelas – k – 1 = 8 – 2 – 1 = 5
9 X20,05;5 = 11,0705, jadi wilayah kritis X2hitung > 11,0705 Nilai X2hitung seperti pada tabel 5.8 sebesar = 0,94 (kurang dari 11,0705) Keputusan : terima H0 dan disimpulkan bahwa data Tinggi Mata Berdiri mengikuti distribusi normal
e. f.
b.
Pengujian Keseragaman Data Data Tinggi Mata Berdiri pada tersebut dikelompokkan menjadi 20 sub grup dan setiap sub grup terdiri dari 10 data. Pembentukan sub grup tersebut dibuat secara berurut dimana data ke-1 sampai dengan data ke-10 sebagai sub grup ke-1, data ke11 sampai data ke-20 sebagai sub grup ke-2 dan seterusnya sampai data ke-191 sampai data ke-200 sebagai sub grup ke-20, selengkapnya disajikan dalam tabel 1.4. Tabel 1.4 Pengelompokan Data Tinggi Mata Berdiri Sub Grup
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
1
149
154
154
154
156
158
155
150
159
148
153,7
2
153
150
147
153
158
155
150
154
154
153
152,7
3
154
154
159
156
153
152
153
153
155
154
154,3
4
156
158
153
154
159
148
154
149
147
153
153,1
5
158
153
150
154
153
153
154
153
159
156
154,3
6
153
152
154
154
154
153
156
158
155
153
154,2
7
159
148
154
149
147
154
158
154
150
154
152,7
8
149
160
154
154
159
156
153
152
154
153
154,4
9
153
153
156
158
153
154
159
148
155
144
153,3
10
147
153
158
155
146
154
155
154
155
155
153,2
11
159
156
153
152
153
153
153
154
156
158
154,7
12
153
160
159
148
159
144
147
159
158
149
153,6
13
146
154
149
163
151
146
159
156
153
152
152,9
14
149
151
151
163
156
158
149
163
159
148
154,7
15
163
144
147
163
158
149
146
154
149
163
153,6
16
151
163
159
156
153
152
149
151
151
153
153,8
17
156
158
149
153
159
148
154
144
147
154
152,2
18
158
149
146
154
149
154
151
154
159
156
153,0
19
153
152
153
153
151
154
156
158
149
154
153,3
20
159
148
153
144
147
153
158
149
163
154
152,8
Total
Rata-rata seluruh sub grup : =
,
= 153,125
3070,5
10 Melakukan uji keseragaman data Perhitungan berikut mengacu pada data pada tabel 1.4 di atas. a.
Menghitung standar deviasi keseluruhan data ( σ X )
b.
…
,
= 4,21
Menghitung standar deviasi dari rata-rata sub grup ( σ X )
σX = c.
,
,
σX = ,
√
= 0,94
Menghitung batas-batas kendali
Dari perhitungan sebelumnya diketahui bahwa
= 153,525; σ X = 0,94 dan α ditentukan
sebesar 0,05 sehingga Z0,025 = 1,96, dengan demikian : BKA = 153,525 + 1,96 x 0,94 = 155,37. BKB = 153,525 - 1,96 x 0,94 = 151,68. a. Mengeplot rata-rata sub grup ke dalam peta kendali 156,00
TMB (cm)
155,00 154,00
BKA
153,00
Data Rata-Rata
152,00
BKB 151,00 1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 Sub Grup
Gambar 1.3. Peta Kendali Data Tinggi Mata Berdiri c.
Pengujian Kecukupan Data Dalam penelitian ini ditentukan bahwa untuk tingkat keyakinan 95%, sehingga 1-α = 0,95 α = 1-0,95 = 0,05 Zα/2 = Z0,025 = 1,96 Tingkat ketelitian (β) : 0,05 Berdasarkan tabel 1.4 di atas dapat dihitung nilai-nilai sebagai berikut : N = 200 ΣXi = 30.705 ΣXi2 = 4.717.525 Maka jumlah data minimal yang dibutuhkan untuk perancangan (N’) :
11 1,96 (200)(4.717.525) − (30.705)2 0,05 N’ = 30.705
2
= 1,15
Syarat minimal data yang diperlukan adalah 1,15, sementara data yang telah diambil sebanyak 200 pengukuran, sehingga jumlah data dikatakan cukup.
Pengujian Data untuk Jangkauan Tangan Ke Atas (JTA) Data Jangkauan Tangan Ke Atas (JTA) akan dilakukan pengujian secara statistik meliputi pengujian kenormalan data, keseragaman data dan kecukupan data dengan langkahlangkah sebagai berikut : a. Pengujian Kenormalan Data 1. Menghitung range (R), R = 239 – 194 = 45 cm 2. Menghitung jumlah kelas interval (K) K = 1 + 3,3 log 200 = 8,6 kelas Dipilih jumlah kelas sebanyak 8 sehingga K = 8 3. Menentukan panjang interval kelas (P) P = 45/8 = 5,625 dibulatkan 5,7 4. Menyusun tabel distribusi frekuensi.
Tabel 1.5 Tabel Distribusi Frekuensi Data Jangkauan Tangan Ke Atas
Batas Bawah
Batas Atas
Fi
LCB
UCB
194,0
199,6
15
193,95
199,65
199,7
205,3
22
199,65
205,35
205,4
211,0
33
205,35
211,05
211,1
216,7
39
211,05
216,75
216,8
222,4
40
216,75
222,45
222,5
228,1
26
222,45
228,15
228,2
233,8
17
228,15
233,85
233,9
239,5
8
233,85
239,55
Total
200
5. Menguji kenormalan data Untuk pengujian kenormalan data hasil pengukuran Jangakauan Tangan Ke Atas tersebut mengikuti distribusi normal atau tidak, karena karakteristik distribusi normal yang tanpa batas (unboundary distribution), maka jumlah kelas akan bertambah dari 8 kelas interval menjadi 10 kelas interval. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
12 a. b. c. d.
e. f.
b.
H0 : Data Tinggi Mata Duduk mengikuti distribusi normal H1 : Data Tinggi Mata Duduk tidak mengikuti distribusi normal α = 0,05 Wilayah kritis : X2hitung > X2α;df Df = jumlah kelas – k – 1 = 9 – 2 – 1 = 6 X20,05;6 = 12,5916, jadi wilayah kritis X2hitung > 12,5916 Nilai X2hitung seperti pada tabel 5.11 sebesar = 7,98 (kurang dari 12,5916) Keputusan : terima H0 dan disimpulkan bahwa data Jangkauan Tangan Ke Atas mengikuti distribusi normal
Pengujian Keseragaman Data 1. Pengelompokan data ke dalam sub grup Data Jangkauan Tangan Ke Atas (JTA) tersebut dikelompokkan menjadi 20 sub grup dan setiap sub grup terdiri dari 10 data. Pembentukan sub grup tersebut dibuat secara berurut dimana data ke-1 sampai dengan data ke-10 sebagai sub grup ke-1, data ke-11 sampai data ke-20 sebagai sub grup ke-2 dan seterusnya sampai data ke-191 sampai data ke-200 sebagai sub grup ke-20, selengkapnya disajikan dalam tabel 1.6. Tabel 1.6 Pengelompokan Data Jangkauan Tangan Ke Atas Sub Grup
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
1
208
213
201
222
213
213
215
223
225
208
214,1
2
230
195
230
223
214
214
230
214
201
229
218,0
3
213
229
228
215
213
214
213
225
201
213
216,4
4
213
216
215
223
232
194
233
195
200
223
214,4
5
208
213
230
214
201
231
215
231
231
215
218,9
6
215
215
215
213
201
222
214
225
213
223
215,6
7
218
194
220
195
200
223
224
214
230
208
212,6
8
201
221
210
222
218
215
210
208
208
218
213,1
9
201
222
211
224
213
223
218
194
220
195
212,1
10
200
223
239
224
230
208
201
221
210
222
217,8
11
218
215
210
208
208
218
201
222
211
239
215,0
12
224
223
218
194
220
195
200
223
239
225
216,1
13
230
208
201
221
210
222
218
215
210
208
214,3
14
208
218
201
222
211
239
224
223
218
194
215,8
15
220
195
200
223
214
213
230
208
201
221
212,5
16
210
222
218
215
210
208
239
218
201
222
216,3
17
211
239
214
223
218
194
220
195
200
223
213,7
18
239
213
230
208
201
221
210
222
218
215
217,7
13 19
210
208
208
218
201
222
211
239
213
223
215,3
20
218
194
220
195
200
223
214
217
230
208
211,9
Total
4301,6
Rata-rata seluruh sub grup : =
,
= 215,08
2. Melakukan uji keseragaman data Perhitungan berikut mengacu pada data pada tabel 1.6. 2.1. Menghitung standar deviasi keseluruhan data ( σ X ) ,
,
σX =
…
,
= 10,90
2.2. Menghitung standar deviasi dari rata-rata sub grup ( σ X )
σX =
√
,
= 2,44
2.3. Menghitung batas-batas kendali Dari perhitungan sebelumnya diketahui bahwa
= 215,08; σ X = 2,44 dan
α ditentukan sebesar 0,05 sehingga Z0,025 = 1,96, dengan demikian : BKA = 215,08 + 1,96 x 2,44 = 219,86 BKB = 215,08 - 1,96 x 2,44 = 210,30 2.4. Mengeplot rata-rata sub grup ke dalam peta kendali
221 219 Sub Grup
JTA (cm)
217 215
BKA
213
Data
211
Rata-Rata
209
BKB 1
3
5
7 9 11 13 15 17 19 Sub Grup
14 Gambar 1.4 Peta Kendali Data Jangkauan Tangan Ke Atas c.
Pengujian Kecukupan Data Untuk tingkat keyakinan 95%, maka 1-α = 0,95 α = 1-0,95 = 0,05 Tingkat ketelitian (β) : 0,05
Zα/2 = Z0,025 = 1,96
Berdasarkan tabel 1.6 dapat dihitung nilai-nilai sebagai berikut : N = 200 ΣXi = 43.016 ΣXi2 = 9.275.660 Maka jumlah data minimal yang dibutuhkan untuk perancangan (N’) : 1,96 (200)(9.275.660) − (43.016)2 N’ = 0,05 43.016
2
= 3,95
Syarat minimal data yang diperlukan adalah 3,95, sementara data yang telah diambil sebanyak 200 pengukuran, sehingga jumlah data dikatakan cukup.
Penentuan Nilai-Nilai Persentil (TMD) Untuk keperluan perancangan, sekumpulan data yang telah diuji secara statistik. Nilainilai persentil yang dihitung tergantung dari tujuan perancangan. Dalam penelitian ini akan dihitung persentil 5 (P5), persentil 50 (P50) dan persentil 95 (P95). a. Nilai-nilai persentil tinggi mata duduk Untuk menghitung nilai-nilai persentil tersebut akan digunakan tabel penolong seperti pada tabel 1.7. di bawah ini. Tabel 1.7 Tabel penolong untuk menghitung nilai persentil tinggi mata duduk (TMD) Batas Bawah
Batas Atas
Fi
Fk
LCB
UCB
68,0
69,8
8
8
67,95
69,85
69,9
71,7
20
28
69,85
71,75
71,8
73,6
30
58
71,75
73,65
73,7
75,5
44
102
73,65
75,55
75,6
77,4
45
147
75,55
77,45
77,5
79,3
30
177
77,45
79,35
79,4
81,2
16
193
79,35
81,25
81,3
83,1
7
200
81,25
83,15
Total
200
Berdasarkan tabel 1.7 tersebut dapat dihitung nilai-nilai persentil sebagai berikut : 1. Nilai persentil 5
15 Letak P5 =
= 10,05
Nilai P5 =69,85 + 1,9 2.
Jadi Nilai Persentil 5 = 70,04 Nilai Persentil 50 Letak P50 =
20
= 100,05
Nilai P5 =73,65 + 1,9 3.
200"5 −8$ 100
200"50 −58$ 100
Jadi Nilai Persentil 50 = 75,46 Nilai persentil 95 Letak P95 =
44
= 190,95
Nilai P5 =79,35 + 1,9
200"95 −177$ 100
Jadi Nilai Persentil 95 = 80,89 d.
16
Nilai-nilai persentil tinggi mata berdiri (TMB) Untuk menghitung nilai-nilai persentil tersebut akan digunakan tabel penolong seperti pada tabel 1.8. Tabel 1.8 Tabel penolong untuk menghitung nilai persentil tinggi mata berdiri Batas Bawah
Batas Atas
Fi
Fk
LCB
UCB
144,0
146,3
10
10
143,95
146,35
146,4
148,7
16
26
146,35
148,75
148,8
151,1
29
55
148,75
151,15
151,2
153,5
42
97
151,15
153,55
153,6
155,9
45
142
153,55
155,95
156,0
158,3
31
173
155,95
158,35
158,4
160,7
19
192
158,35
160,75
160,8
163,1
8
200
160,75
163,15
Total
200
Berdasarkan tabel 1.8 tersebut dapat dihitung nilai-nilai persentil sebagai berikut : 1. Nilai persentil 5 Letak P5 =
= 10,05
Nilai P5 =146,35 + 2,4
200"5 −10$ 100
16
16 2.
Jadi Nilai Persentil 5 = 146,35 Nilai Persentil 50 = 100,05
Letak P50 =
Nilai P5 =153,55 + 2,4 3.
200"50 −97$ 100
Jadi Nilai Persentil 50 = 153,71 Nilai persentil 95 Letak P95 =
= 190,95
Nilai P5 =158,35 + 2,4
200"95 −173$ 100
Jadi Nilai Persentil 95 = 160,50 e.
45
19
Nilai-nilai persentil jangkauan tangan ke atas (JTA) Untuk menghitung nilai-nilai persentil tersebut akan digunakan tabel penolong seperti pada tabel 1.9 . Tabel 1.9 Tabel penolong untuk menghitung nilai persentil jangkauan tangan ke atas Batas Bawah
Batas Atas
Fi
Fk
LCB
UCB
194,0
199,6
15
15
193,95
199,65
199,7
205,3
22
37
199,65
205,35
205,4
211,0
33
70
205,35
211,05
211,1
216,7
39
109
211,05
216,75
216,8
222,4
40
149
216,75
222,45
222,5
228,1
26
175
222,45
228,15
228,2
233,8
17
192
228,15
233,85
233,9
239,5
8
200
233,85
239,55
Total
200
Berdasarkan tabel 1.9 tersebut dapat dihitung nilai-nilai persentil sebagai berikut : 1. Nilai persentil 5 Letak P5 =
= 10,05
Nilai P5 =193,95 + 5,7 2.
200"5 −0$ 100
Jadi Nilai Persentil 5 = 197,75 Nilai Persentil 50 Letak P50 =
15
= 100,05
17 Nilai P5 =211,05 + 5,7 3.
200"50 −70$ 100
Jadi Nilai Persentil 50 = 215,43 Nilai persentil 95 Letak P95 =
39
= 190,95
Nilai P5 =228,15 + 5,7
200"95 −175$ 100
Jadi Nilai Persentil 95 = 233,18
17
Perancangan Tata Letak Proyektor Yang Ergonomis Perancangan tata letak proyektor yang ergonomis ini meliputi penentuan letak stop kontak proyektor, penentuan jarak tegak lurus proyektor dari lantai ke langit-langit, jarak screen dari lantai dan jarak proyektor dengan screen. a. Letak stop kontak proyektor Syarat letak stop kontak proyektor yang ergonomis adalah sebagai berikut : 1. Secara umum stop kontak proyektor diletakkan bersebelahan dengan stop kontak lampu ruangan yang menempel di dinding di dekat pintu masuk. 2. Ketinggian stop kontak tersebut sejajar dengan tinggi mata berdiri orang dewasa. 3. Warna stop kontak harus kelihatan lebih jelas daripada warna dinding. Berdasarkan syarat tersebut tinggi stop kontak sebaiknya setinggi mata berdiri yaitu pada persentil 50 (P50). Sesuai dengan perhitungan persentil di atas maka letak stop kontak proyektor setinggi 153,71 cm. b.
Jarak tegak lurus proyektor dari lantai ke langit-langit Syarat letak proyektor yang ergonomis adalah sebagai berikut : 1. Proyektor harus terpasang secara permanaen di langit-langit ruang kuliah. 2. Letak Proyektor harus di atas kepala manusia tetapi masih terjangkau sehingga mudah dijangkau pada saat mengoperasikannya. 3. Sisi proyektor yang ada panel kontrol (pengoperasian) harus diletakkan di bawah sehingga mudah dijangkau pada dipakai. 4. Posisi proyektor (lensa) harus tegak lurus dengan screennya. 5. Proyektor harus dilengkapi kerangka dan dipasang kunci sebagai pengaman agar proyektor tidak mudah dilepas dari tempatnya. Dari uraian tersebut dimensi tubuh yang diperguanakan untuk menentukan tinggi proyektor dari lantai adalah jangkauan tangan ke atas dengan persentil 95 (P95). Dengan demikian jarak tegak lurus proyektor dari lantai ke langit-langit sebesar 233,15 cm
c.
Jarak screen dari lantai Syarat letak screen yang ergonomis adalah sebagai berikut : 1. Atur letak screen yang memudahkan pekerjaan (sebelah kiri, berhimpit atau sebelah kanan white board)
18 2. 3.
Pertimbangkan objek lain yang ada di sekitar screen tersebut. Atur ketinggian screen sehingga sudut penglihatan berkisar 10-20 derajat, atau sejajar dengan pandangan mata. 4. Atur kemiringan permukaan s`creen sehingga membentuk sudut 90 derajat dengan proyektor. Penentuan tinggi screen dari lantai mengacu persentil 95 (P95) tinggi mata duduk ditambah toleransi 50 cm untuk mengantisipasi mahasiswa yang duduk paling belakang (sekitar 8 meter dari screen), jadi tinggi screen dari lantai sebesar 80,89 cm + 50 cm = 130,89 cm. d.
Jarak proyektor dengan screen Jarak screen dengan proyektor mengikuti spesikasi proyektor yang dipakai biasanya jarak proyektor dengan screen rata-rata 5 meter.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perancangan Tinggi Proyektor Dari Lantai Proyektor ini dalam pengoperasiannya on-off (menghidupkan atau mematikan) menggunakan remote control. Namun dalam kondisi tertentu proyektor harus dihidupkan secara manual maka tinggi proyektor dari lantai perlu dirancang sedemikian rupa sehingga pada saat akan menyalakan secara manual atau melakukan setting awal dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengakibatkan cidera otot. Perancangan tinggi proyektor ini menggunakan persentil 95 (P95) dari dimensi jangkauan tangan ke atas. Persentil 95 merupakan nilai ekstrim atas maksudnya adalah hanya manusia (pengguna) yang memiliki jangkauan tangan ke atas pada nilai tersebut atau lebih yang mampu mengoperasikan proyektor. Alasan pemilihan persentil tersebut adalah bahwa letak proyektor harus setinggi mungkin di atas kepala para pengguna namun proyektor tersebut harus tetap dapat dijangkau dengan mudah untuk mengoperasikannya. Dengan pemilihan persentil 95 ini mengakibatkan hanya sebagian kecil saja yang bisa menjangkau proyektor secara mudah tanpa bantuan alat apapun. Hal ini tidak menjadi persoalan mengingat pengoperasian proyektor tersebut hanya pada saat awal dan akhir saja. Perancangan Letak Stop Kontak Proyektor Untuk mengoperasikan proyektor dengan remote control perlu adanya sambungan sumber arus listrik terlebih dahulu sehingga proyektor bisa dalam kondisi standby. Maka dari itu diperlukan stop kontak untuk menghubungkan arus listrik ke proyektor. Letak dari stop kontak ini menempel di dinding bersebelahan dengan stop kontak lampu maupun AC. Dengan demikian letak stop kontak tersebut tidak menghalangi penglihatan ke depan pengguna pada saat menggunakan proyektor meskipun posisinya tidak terlalu tinggi. Alasan inilah yang mendasari perancangan tinggi stop kontak menggunakan persentil 50 (rata-rata) dari dimensi tinggi mata berdiri.
19 Perancangan Letak Screen Screen dapat diletakkan di sebelah kiri, sebelah kanan atau berhimpit dengan whiteboard. Letak screen tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga pada saat ada orang keluar masuk ruangan tidak mengganggu penggunaan proyektor dalam aktivitas belajar mengajar. Jadi sebaiknya letak screen berjauhan dengan pintu ruangan dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Jika pintu ada di sisi depan ruangann maka sebaiknya screen diletakkan di sebelah kanan whiteboard begitu juga sebaliknya. b. Jika menggunakan screen yang fleksibel dapat ditarik ke atas atau ke bawah dengan mudah, screen tersebut dapat diletakkan berhimpit dengan whiteboard tanpa dipengaruhi dengan letak pintu ruangan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data serta pembahasan yang telah dilakukan, maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Perancangan tata letak proyektor dan peralatan pendukung lainnya sebaiknya memperhatikan keterbatasan dimensi tubuh manusia agar manusia sebagai pengguna peralatan tersebut merasa aman dan nyaman pada saat menggunakannya. b. Tinggi letak stop kontak proyektor yang ergonomis adalah 153,71 cm dari lantai. c. Jarak tegak lurus dari lantai ke proyektor yang ergonomis adalah 233,15 cm dari lantai. d. Jarak dari lantai ke sisi bawah screen sebesar 130,89 cm (Panjangnya screen). e. Jarak proyektor ke screen disesuaikan dengan spesifikasi proyektor yang 196 cm f. Proyektor harus terpasang tegak lurus menghadap screen dan jarak atap dengan proyektor 110 cm. Saran-saran Pada akhir penulisan laporan ini penulis sampaikan saran-saran sebagai tindak lanjut penelitian ke depan antara lain : a. Dalam penelitian ini data yang dijadikan acuan dalam perancangan menggunakan data anthropometri mahasiswa sebagai peserta praktikum mata kuliah Perancangan Sistem Kerja, artinya data hanya dari dimensi tubuh mahasiswa saja, alangkah baiknya pada penelitian berikutnya data anthropometri yang digunakan berasal dari dimensi tubuh para dosen karena aktual pengguna proyektor adalah mahasiswa dan dosen. b. Dalam penelitian ini hanya mengkaji tata letak proyektor saja, padahal untuk merancang suatu ruang kelas yang ergonomis diperlukan sarana-sarana fisik lainnya seperti AC, jendela, lemari buku, whiteboard, lampu ruangan dan lain-lain. Diharapkan penelitian berikutnya mempertimbangkan sarana-sarana tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
20 1. 2.
3.
Kroemer, K.H.E., Kroemer, H.B., dan Kroemer-Elbert, K.E (2001), Ergonomics : How to design for ease and efficiency, Prentice Hall, Second Edition, New Jersey. Marcella Lawiarso, Wawan Yudiantyo, dan Lestari Yuli Hastuti, (2004), Analisis Ergonomis Serta Usulan Perbaikan Terhadap Fasilitas Dan Lingkungan Non Fisik Pada Laboratorium Komputer Di Ruang A301 Gedung Administrasi Pusat Universitas Kristen Maranatha, Jurnal Teknik. Woodson, Wesley E., Tillman Barry, Tillman Peggy, (1992), Human Factors Design Handbook : Information and Guidelines for the design systems, facilities, equipment, and products for human use, Mc Graw Hill, Second Edition, New York.