PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA HEWAN TERNAK SAPI BERBASIS WEB
Relita Buaton,Akim Manaor Pardede, Agus Ardiansyah
Prodi Teknik Informatika, STMIK KAPUTAMA, Jl. Veteran No. 4A-9A, Binjai, Sumatera Utara, 20714,Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Sapi adalah salah satu hewan ternak yang memiliki kontribusi cukup besar bagi Indonesia. Permintaan akan susu dan daging yang dihasilkan dari peternakan sapi perah dan sapi potong meningkat setiap tahunnya. Namun peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan kemampuan para peternak sapi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging. Pada saat ini kebutuhan susu dan kebutuhan daging nasional harus diimpor. Dikarenakan rendahnya kemampuan peternakan dalam negri untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging yang bisa diakibatkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah penyakit yang menjangkit sapi. Para peternak sapi memiliki pengetahuan yang rendah mengenai berbagai macam penyakit sapi beserta gejala-gejalanya.Hal ini menyebabkan mereka bergantung pada pakar ternak sapi atau dokter hewan. Namun, pakar ternak sapi atau dokter hewan terbatas jumlahnya terutama didaerah pedesaan. Pada skrisipsi ini, penulis mencoba untuk mengalisa pokok-pokok bahasan tersebut dan hasilnya ditujukan untuk memberikan saran dan pengetahuan tentang gejala dan penyakit hewan ternak sapi bagi para peternak sapi dalam meningkatkan hasil produktifitas daging dan susu yang bersumber dari sapi, guna mencukupi kebutuhan dagin dan susu sapi di Indonesia. Dan meminimalisir biaya yang dikeluarkan peternak sapi untuk mengobati hewan ternaknya yang terjangkit penyakit Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Industri Kecil Menengah, Weighted Product ABSTRACT Kota Binjai memiliki banyak industri kecil menengah, selain untuk menambah kesejahteraan masyarakat, keberadaan industri kecil menengah juga berperan sebagai dasar pertumbuhan ekonomi daerah, namun sangat jarang upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh industri kecil menengah. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengoptimalkan potensi industri kecil menengah, mengingat banyaknya industri kecil menengah yang dimiliki masyarakat, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas pengembangan industri kecil menengah dengan membuat sistem pendukung keputusan dengan Metode Weighted Product (WP) dengan kriteria Nilai Investasi, Kapasitas Produksi, Nilai Produksi, Nilai Bahan Baku dan Tenaga Kerja. Dengan penerapan metode Weighted Product dapat disimpulkan bahwa jenis industri kecil menengah untuk Kota Binjai yang diperioritaskan dibantu dan dioptimalkan untuk dikembangkan lagi adalah jenis industri anyaman bambu. Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Industri Kecil Menengah, Weighted Product
1.1. Pendahuluan Indonesia adalah negara yang agraris dengan jumlah penduduk yang besar. Sektor pertanian memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan makanan, penghasil devisa, memberikan kesempatan kerja, dan juga sebagai pasar bagi produk-produk industri. Usaha peternakan merupakan sub sektor penting dari sektor pertanian. Hal ini penting karena selain berkontribusi terhadap tekanan ekonomi, sektor ini juga untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
penyakit. Seperti penyakit Antraks, penyakit sapi ngorok, penyakit Brucellosis dan penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit saluran pencernaan yang merupakan penyebab salah satu turunnya tingkat produksi daging dan susu sapi oleh peternak. Oleh sebab itu diperlukan sebuah sistem pakar yang dapat mendiagnosa penyakit pada hewan ternak sapi yang mudah dimengerti dan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat lewat internet. Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui pemeriksaan ternak yang diduga sakit. Namun sayangnya, para peternak sapi memiliki pengetahuan yang rendah mengenai teknis pemeliharaan sapi seperti mutu pakan, perkandangan, dan kesehatan atau penyakit sapi. Keadaan tersebut mengakibatkan para peternak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pakar ternak sapi atau dokter hewan yang ahli dalam menangani penyakit sapi. Akan tetapi, jumlah pakar ternak sapi atau dokter hewan saat ini jumlahnya terbatas, terutama di pedesaan. Biaya yang harus dikeluarkan juga tidak sedikit jumlahnya
Susu dan daging yang bersumber dari sapi adalah produk dari sektor peternakan yang perlu mendapatkan perhatian. Kebutuhan masyarakat akan susu dan daging meningkat setiap tahun namun industri susu dan daging nasional belum bisa memenuhi kebutuhan susu dan daging untuk masyarakatnya. Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhan susu dan daging nasional hingga sekarang, Indonesia tergantung pada susu dan daging impor dari luar negri. Rendahnya kemampuan peternakan dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan akan daging dan susu sapi disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah 1
karena Pakar ternak sapi atau dokter hewan harus bekerja secara on call.
1. Robotika (Robotics) 2. Penglihatan Komputer (Computer Vision) 3. Pengelolahan Bahasa (Natural Language Processing) 4. Pengenalan Pola (Pattern Recognittion) 5. Sistem Saraf Buatan (Artificial Neural System) 6. Pengenalan Suara (Speech Recognition) 7. Sistem Pakar (Expert System) 2.3 Pengertian Sistem Pakar
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah: 1.
2.
3.
4.
Bagaimana Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit pada Hewan ternak Sapi dapat dilakukan dengan Berbasis Web? Bagaimana merancang dan membuat sistem pakar diagnosa penyakit ternak sapi dapat digunakan oleh para peternak untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan ternak yang terjangkit penyakit? Bagaimana merancang Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Hewan Ternak Sapi Berbasis Web dapat menentukan jenis penyakit dengan melihat gejala-gejalanya? Bagaimana merancang Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Hewan Ternak Sapi Berbasis Web dengan menggunakan metode forward chaining?
Sistem Pakar adalah sebuah program komputer yang mencoba meniru atau mensimulasikan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) dari seorang pakar pada area tertentu. Selanjutnya sistem ini akan mencoba memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan kepakarannya. Menurut Muhammad Arhami (2004, hal. 2-3), menyatakan bahwa “Sistem Pakar merupakan sistem komputer yang menyamai (emulates) kemampuan pengambilan keputusan dari seorang pakar dan merupakan salah satu cabang dari AI yang khusus untuk penyelesaian masalah tingkat manusia yang pakar”.
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mempermudah user/pembaca memahami jenis penyakit yang diderita hewan ternak dan bagaimana cara mengobatinya. 2. Mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita hewan ternak tersebut. 3. Untuk mendapatkan analisa jenis penyakit yang lebih mendekati dengan penyakit yang diderita hewan ternak. 4. Memudahkan dalam mengenali jenis penyakit dan mengobati hewan yang terjangkit penyakit.
Seorang pakar dengan sistem pakar mempunyai banyak perbedaan. Berikut adalah perbedaan pakar manusia dengan sistem pakar : Tabel II.1 Perbedaan Kemampuan Seorang Pakar Dengan Sistem Pakar Factor
2.1. Penelitian Terdahulu Erwin Nofyan dan kawan-kawan (Edisi khusus juni 2010) dalam jurnalnya yang berjudul “Identitas Jenis Telur Cacing Penyakit Usus pada Ternak Sapi(BOS sp) dan Kerbau (Bubalus sp) Di rumah Potong Hewan Palembang” Berdasarkan survei dibeberapa pasar di Indonesia menunjukan bahwa 90% hewan ternak sapi mengidap penyakit cacing yaitu cacing hati (Fasciola hepatica), cacing gelang (Neoascaris vitulorum), dan cacing lambung (Haemonchus contortus) yang penyebab terjadinya cacingan pada hewan ternak sapi antara lain dikarenakan mengkonsumsi rerumputan hijau yang masih berembun dan tercemar vektor pembawa cacing. 2.2. Artificial Intelligence (AI) Artificial Intelligence (AI), merupakan kecerdasan buatan dari sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia. Menurut Sri Hartati (2008, hal. 1), menyatakan bahwa “Artificial Intelligence (AI) merupakan kecerdasan buatan yang salah satunya adalah bidang ilmu komputer yang mendayagunakan komputer sehingga dapat berprilakuan cerdas seperti manusia”. Aktifitas yang ditirukan seperti penalaran, pengilihatan, pembelajaran, pemecahan masalah, pemahaman bahasa alami, dan sebagainya. Susuai dengan defenisi tersebut adapun bidang yang terdapat dalam Artificial Intelligence (AI) adalah sebagai berikut:
Time avaibility
Human expert Hari kerja
Expert sistem Setiap saat
Geografis
Lokal/tertentu
Dimana saja
Keamanan
Tidak tergantikan Ya
Dapat diganti
Perishable/dapat habis Performansi
Tidak
Variable
Konsisten
Kecepatan
Variable
Konsisten
Biaya
Tinggi
Terjangkau
2.3.1 Komponen Sistem Pakar Untuk membangun sistem yang menirukan pakar manusia maka komponen-komponen yang harus dimiliki adalah sebagai berikut: 1. Antar Muka pengguna yang merupakan sistem pakar yang menggantikan seorang pakar dalam suatu situasi tertentu, dan menyediakan komunikasi antar sistem dan pemakainya. 2. Akuisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition) merupakan akumulasi, transfer dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan kedalam program komputer. 3. Basis Pengetahuan merupakan kumpulan bidang pengetahuan bidang tertentu pada tingkatan pakar dalam format tertentu. 4. Mesin Inferensi merupakan otak dari sistem pakar, berupa perangkat lunak yang melakukan tugas inferensi penalaran sistem pakar, yang biasa dikatakan sebagai mesin pemikir (Thinking Machine). 2
5. Memori Kerja merupakan bagian dari sistem pakar yang menyiapkan fakta-fakta inilah yang nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan pengetahuan yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk menentukan suatu keputusan pemecahan masalah. Konklusinya berupa hasil diagnosa, tindakan, akibat. 6. Fasilitas Penjelasan merupakan komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan sistem pakar dan menggambarkan penalaran sistem kepada pemakai. 7. Perbaikan Pengetahuan merupakan kemampuan untuk menganalisis dan meningkatkan kinerja serta kemampuan untuk belajar dari kinerjanya. 2.3.2 Struktur Sistem Pakar Sistem pakar disusun dalam dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar kedalam lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar guna memperoleh pengetahuan pakar.
memasukkan fakta baru ini ke dalam working memory. Jadi working memory menyimpan informasi tentang fakta-fakta yang dimasukkan oleh user ataupun fakta baru hasil kesimpulan dari sistem. 3. Inference engine bertugas mencari padanan antara fakta yang terjadi dalam working memory dengan fakta-fakta tentang domain knowledge tertentu yang ada di dalam knowledge base, selanjutnya inference engine akan menarik/mengambil kesimpulan dari problem yang diajukan kepada sistem. 2.4 Refrensentasi Pengetahuan Pengetahuan (Knowledge) merupakan pemahaman secara praktis maupun teoritis terhadap suatu obyek atau domain tertentu. Representasi dimaksudkan untuk mengorganisasikan pengetahuan dalam bentuk dan format tertentu untuk bisa dimengerti oleh komputer. Menurut Sri Hartati (2008, hal. 18), menyatakan bahwa “reprensentasi pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model mental yan menggambarkan obyek dengan tepat dan merepresentasikannya dalam aksi yang dlakukan terhadap obyek dengan cara mengumpulkan pengetahuan yang sesuai dengan domain keahlian misalnya dari media cetak, elektronik, maupun pengetahuan dari pakar keahlian dan pengalamannya”. 2.5. Model Refrensentasi Pengetahuan Untuk membuat sistem pakar yang efektif harus dipiliih refrensentasi pengetahuan yang tepat. Pemilihan refrensentasi yang tepat akan membuat sistem pakar dapat mengakses basis pengetahuan tersebut untuk keperluan pembuatan keputusan. Beberapa model refrensentasi pengetahuan yang penting : 1. Jaringan Simantik Jaringan Simantik merupakan teknik refrensentasi pengetahuan yang digunakan untuk informasi proporsional, sedangkan informasi proporsional merupakan pernyataan yang mempunyai nilai benar atau salah. 2. Bingkai(frame) Bingkai (frame) merupakan kumpulan slot-slot yang berisi atribut untuk mendeskripsikan pengetahuan yang berupa kejadian, lokasi, situasi, ataupun elemenelemen lainya. Kaidah Produksi 2.6. Penalaran Penalaran merupakan proses untuk menghasilkan inferensi dari fakta yang diketahui atau yang diasumsikan. Inferensi merupakan logis (logical conclusion) atau implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Terdapat 10 metode inferensi yaitu sebagai berikut :
Gambar II.1. Struktur Sistem Pakar Secara umum struktur sebuah sistem pakar terdiri atas 3 komponen utama, yaitu: knowledge base, working memory, dan inferenceengine. 1. Knowledge base (basis pengetahuan) adalah bagian dari sebuah sistem pakar yang mengandung/menyimpan pengetahuan (domain knowledge). Knowledge base yang dikandung oleh sebuah sistem pakar berbeda antara satu dengan yang lain tergantung pada bidang kepakaran dari sistem yang dibangun. Misalnya, medical expert system akan memiliki basis pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan medis. Knowledge base direpresentasikan dalam berbagai macam bentuk, salah satunya adalah dalam bentuk sistem berbasis aturan (ruled-based system). 2. Working memory mengandung/menyimpan fakta-fakta yang ditemukan selama proses konsultasi dengan sistem pakar. Selama proses konsultasi, user memasukkan fakta-fakta yang dibutuhkan. Kemudian sistem akan mencari padanan tentang fakta tersebut dengan informasi yang ada dalam knowledge base untuk menghasilkan fakta baru. Sistem akan
1. Deduksi merupakan proses penalaran dimana konklusi mengikuti premise. 2. Induksi merupakan inferensi dari hal-hal yang khusus menuju ke umum. 3. Intuisi merupakan jawaban atau hasil yang dapat kemungkinan berasal dari pengenalan pola yang ada tanpa disadari. 4. Abduction merupakan penalaran balik dari konklusi yang benar menuju ke premise yang menyebabkan terjadinya konklusi tersebut. 5. Default merupakan pengetahuan yang khusus kurang, secara default menggunakan pengetahuan yang umum. 3
6. Analogi menghasilkan konklusi berdasarkan kesamaan pada situasi yang lain. 7. Heuristic merupakan proses penalaran yang berdasar pada pengalaman, bersifat sangat subyektif. 8. Autoepistemic = self-knowledge merupakan konklusi yang dihasilkan sistem, akan dipakai sebagai bagian premis dari suatu kaidah baru secara mandiri dan biasanya berlaku pada sistem pakar yang kompleks. 9. Nonmonotomic merupakan pengetahuan yang sebelumnya kemungkinan menjadi salah. 10.Generate dan tes adalah inferensi berdasarkan pada trial and error, tipe inferensi ini sering digunakan untuk perencanaan yang bertujuan efisiensi.
Berdasarkan identifikasi masalah dapat disimpulkan bahwa prinsif kerja pada sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada hewan ternak sapi adalah sebagai berikut : 1. Membuat basis pengetahuan yang mampu menanpung data gejala-gejala penyebab penyakit pada hewan ternak sapi. 2. Membangun basis pengetahuan untuk menganalisa suatu masalah tertentu yang selanjutnya akan mencari jenis penyakit apa yang diderita oleh hewan ternak sapi dan bagaimana cara penanggulangannya. 3. Merancang antarmuka pemakai yang dapat menjangkau semua kebutuhan user tanpa mempersulit atau membingungkan user dalam penggunaan sistem. 3.2.1 Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak Spesifikasi kebutuhan fungsional dari perangkat lunak ini adalah : 1. Daftar ternak, yang berisikan jenis-jenis hewan ternak 2. Data penyakit terbagi atas dua data yaitu data gejala dan data penyakit. a. Data gejala, digunakan untuk proses meng-input, meng-edit, menambah dan menghapus dari datadata gejala-gejala yang terlihat pada hewan ternak yang terjangkit penyakit. b. Data penyakit, digunakan untuk proses meng-input, meng-edit, menambah dan menghapus dari datadata penyebab, penyebaran, pencegahan, dan solusi. 3. Sistem meliputi data analisis dan data user. a. Data analisis bertujuan untuk melihat data gejala, data Penyakit, dan penyakit yang telah diinput untuk dapat dihapus data tersebut agar tidak tampak pada hasil analisa dari program yang ditampilkan pada program. b. Data user digunakan untuk melihat data user yang telah menggunakan aplikasi tersebut. 4. Analisis, digunakan sebagai konsultasi dalam proses tanya jawab antara user dengan sistem untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang terlihat dari hewan yang terjangkit penyakit untuk memastikan jenis penyakit apa yang terjangkit pada hewan ternak sapi. 5. Login, hanya administrator yang berhak untuk menggunakan aplikasi ini, karena hanya administrator yang mengetahui username dan password yang sesuai dengan data base. 3.2.2 Kebutuhan Data Kebutuhan data dalam sistem pakar mengidentifikasi gejala-gejala dan jenis penyakit ternak sapi yaitu akuisi pengetahuan. Akuisi pengetahuan merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data pengetahuan akan suatu masalah dari pakar (wawancara dari seorang pakar, dari buku, artikel, internet, dan lain sebagainya). Data yang digunakan untuk mengidentifikasi gejala-gejala dan jenis penyakit ternak sapi adalah dari buku dan seorang pakarnya. Berikut ini adalah nama-nama jenis penyakit, gejala-gejala, penyebab, penyebaran, pencegahan, dan solusinya. 1. Septichaemia Epizooticae (Penyakit Ngorok) Penyebab : Bakteri Pasteurella multocsida Penyebaran : a. Melalui makanan yang terkena ingus atau air liur dari hewan yang terjangkit penyakit. b. Melalui minuman yang tercemar.
2.7. Ternak Sapi Ternak sapi, khususnya sapi potong dan sapi perah merupakan salah satu sumber daya penghasil daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat. Seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama bahan makanan berupa daging dan susu, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit dan tulang. Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008, hal. 23) menyatakan bahwa daging dan susu sangat besar gunanya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Sapi sebagai salah satu ternak pemakan rumput sangat berperan sebagai pengumpul bahan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk daging dan susu. Konsumsi protein hewani yang sangat rendah pada anak anak prasekolah dapat menyebabkan anak-anak yang berbakat normal menjadi subnormal. Oleh karena itu, protein hewani sangat menunjang kecerdasan, disamping diperlukan untuk daya tahan tubuh. 3.1. Metodologi Penelitian Ada dua cara dalam mengumpulkan data sesuai dengan kebutuhan system yang akan dibangun yaitu : 1. Penelitian kepustakaan ( library reserch ) adalah suatu proses penelitian yang penulis lakukan dengan mempelajari berbagai bentuk bahan-bahan tesrtulis baik berupa bentuk buku-buku, artikel-artikel, dan karya-karya ilmiah lainya. Data-data yang diperoleh adalah data yang bersifat teoritis. 2. Penelitian lapangan ( field reserch ) adalah suatu proses penelitian yang dilakukan langsung terhadap objek studi itu sendiri yang menjadi pokok permasalahan. Dalam penelitaian lapangan ini penulis melakukan pengumpulan data melalui: a. Wawancara ( interview ) Yaitu melakukan tanya jawab dengan dokter hewan untuk memperoleh keterangan tentang penyakit hewan ternak sapi dan bagaimana cara penanggulangan dengan melihat gejala-gejala yang terjadi pada hewan yang terjangkit penyakit. b. Melihat dan mengamati bagaimana cara dokter hewan melakukan pengobatan terhadap hewan ternak sapi yang terjangkit penyakit. 3.2 Analisis Sistem 4
c. Kontak langsung dengan hewan yang sakit. : a. Hewan demam (+40-410C). b. Nafsu makan turun. c. Pernapasan cepat. d. Pernapasan lambat. e. Hidung mengeluarkan cairan. f. Hewan ngorok. Pengobatan : a. Streptomycine + 10-20 mg/kg B.B.I.M b. Tetracycline + 4 mg/kg B.B.I.M c. Chloram phenicol + 4 mg/kg B.B.I.M d. Serum anti. Pencegahan : Dengan vaksinasi S.E 2. Antraks Penyebab : Bakteri Bacillus Antrxis Penyebaran : a. Melalui makanan dan minuman yang tercemar. b. Melalui pernapasan. c. Melalui kulit. d. Melalui penyebaran yang dibawa oleh lalat.
Gejala
: a. Kurus. b. Terjadi oedima didaerah bawah rahang . c. Mencret tidak berbau Pengobatan : Streptomycine + 50 mg/kg B.B.I.M tiap hari. Pencegahan : Sangat sulit karena masa inkubasi sangat panjang dan tanda – tanda tidak jelas maka harus menyingkirkan hewan yang sakit. 5. T.B.C (Tuber Culosis) Penyebab : Bakteri myco Bacterium sp. Penyebaran : a. Melalui udara yang disebabkan oleh hewan yang terjangkit penyakit. b. Melalui makanan dan minuman yang tercemar cairan dari hidung hewan yang terjangkit penyakit. c. Melalui susu dari hewan yang terjangkit penyakit. d. Melalui sment dari sperma dan alat-alat persusunan yang tercemar. Gejala : a. Hewan ternak lesu. b. Nafsu makan turun. c. Tanpak kurus. d. Batuk sifatnya kronis. e. Dari hidung keluar cairan. f. Bernapas susah. g. Kelenjar air susu dan ambing membengkak. Pengobatan : Streptomycine + 10-20 mg/kg B.B.I.M diberikan dalam waktu yang lama Pencegahan : a. Menjaga kebersihan kandang dan hewan yang sehat. b. Vaksinasi c. Memisahkan hewan yang terjangkit penyakit dengan hewan yang sehat. 6. Botulismus Penyebab : Bakteri Clostridium Botulinum. Penyebaran : Melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh tanah yang infected. Gejala : a. Kesullitan makan dan menelan . b. Kelemahan palyse. Pengobatan : a. Stimulasia b. Purgativa c. Beri Liver B Pencegahan : Pemberian makanan yang baik.
Gejala
Gejala
: Demam tremor (kejang-kejang). Nafsu makan turun. Denyut jantung tidak stabil Pernapasan cepat. Setelah mati telinga, hidung, mulut, dubur, dan kemaluan mengeluarkan darah Pengobatan : a. Streptomycine + 8-10 gr tiap 2 hari b. Anti Antrax serum 100-250 ml/hari Pencegahan : a. Menjaga kebersihan kandang b. Menjauhkan ternak yang sakit dengan hewan ternak yang sehat 3. Brucellosis Penyebab : Bakteri Brucella sp. Penyebaran : a. Melalui minuman yang tercemar. b. Kontak langsung melalui konjuctiva. c. Melalui pemerah air susu Gejala : a. Keguguran setelah 5bulan muda terulang lagi dimas berikutnya. b. Keluarnya plasenta tertunda. c. Terjadi radang uterus. d. Mengalami radang kemaluan. Pengobatan : a. Streptomycine + 10-20 mg/kg B.B.I.M b. Chlor tetracyclin Pencegahan : a. Menjaga kebersihan kandang b. Vaksinasi c. Menghilangkan sumber penyakit. 4. Para Turberculosis – Jhone’s Disease Penyebab : Bakteri Mycobakterium Paratuberculosis. Penyebaran : Melalui makanan dan minuman yang tercemar dari kotoran hewan yang terjangkit penyakit. a. b. c. d. e.
7. Mastitis ( Radang kelenjar air susu pada hewan yang sedang menyusui) Penyebab : Bakteri Streptococcus, Aureus, Escherichia Coli, Kleb Siella sp, Coryne bakterium sp, Mycobacterium sp. Penyebaran : 5
Melalui pekerjaan kebersihan alatalat persusunan.
b. Serta Intra Muscular c. Tetanus anti toxin dengan dosis 0.8 – 1 ml/kg berat badan setiap suntikan. Pencegahan : a. Penggunaan disenfektan pada kandang dan tanah. b. Hewan yang mati harus dibakar dan dikububur 10. Leptospirosis Penyebab : Bakteri Lepstospira sp. Penyebaran : a. Melalui air kencing hewan yang terjangkit penyakit. b. Melalui selaput lendir hidung, mata, mulut. c. Melalui kulit yang luka. d. Melalui air yang tercemar. Gejala : a. Nafsu makan turun. b. Demam. c. Air kencing berwarna merah. d. Keguguran pada hewan yang bunting 3 minggu. e. Pada ginjal tanpak belang. Pengobatan : Dengan menggunakan Tetra Cyline dan Streptomycin dengan dosis 15-25 mg/kg tiap hari selama 3 hari berturut-turut. Pencegahan : a. Kebersihan kandang yang harus dijaga. b. Kandang harus kering dan bersih dari hewan yang terjangkit penyakit. 11. listeriosis Penyebab : Bakteri Listeria Monocytogenus. Penyebaran : a. Sampai saat ini belum jelas penyebarannya dapat melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kotoran kandang dari hewan yang terjangkit penyakit. b. Penyakit ini dapat menyebar dan menular ke manusia. Gejala : a. Demam tremor (kejang-kejang). b. Hewan sempoyongan. c. Demam yang disertai gemetar. Pengobatan : a. Dengan Preparat Sulva. b. Dan disertai pemberian anti bodi. Pencegahan : Menjaga kebersihan kandang dan keadaan lingkungan. 12. Rabies Penyebab : virus rabies. Penyebaran : a. Melalui luka yang teersentuh oleh hewan yang terjangkit penyakit. b. Melalui gigitan hewan yang terjangkit penyakit. Gejala : a. Hewan menjadi ganas . b. Nafsu makan berkurang. c. Suka menggigit dan meronta jika diikat. d. Suka bersembunyi di tempat gelap.
Gejala
: a. Radang pada kelenjar air susu b. Pembebesaran tidak normal dari kelenjar air susu. c. Kelenjar air susu merah dan bila diraba terasa panas dan hewan merasa kesakitan. d. Bila diperah air susu kadang encer dan bercampur nanah. Pengobatan : a. Akhiri masa laktasi sapi b. Dengan anti biotik brood Spectrum. c. Chloram phenicol + 4 mg/kg B.B.I.M d. Penicillin. e. Streptomycine + 5-8 mg/kg B.B.I.M. Pencegahan : a. Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan. b. Kebersihan pekerja. 8. Tetanus Penyebab : Bakteri Clostridium Diloni. Penyebaran : a. Melalui luka yang tercemar oleh faeses. b. Melalui bekas luka jahitan operasi. Gejala : a. Kakunya pergerakan kelopak mata, b. Kakunya peergerakan telinga. c. Kakunya pergerakan tulang punggung. d. Kakunya pergerakan kaki depan dan kaki belakang. e. Lalu mati. Pengobatan : a. Dengan Pinicilin yang disuntikan di sekitar luka. b. Serta Intra Muscular c. Tetanus anti toxin dengan dosis 0.8 – 1 ml/kg berat badan setiap suntikan. Pencegahan : a. Penyuntikan toxoid agar dapat memberikan kekebalan 10-14 hari kemudian diinjeksi lagi. b. Setelah 1 tahun diInjeksi kembali untuk memberikan kekebalan yang abadi. c. Menjaga kebersihan kandang d. Mensteril alat-alat oprasi. 9. Eryspelas Penyebab : Bakteri Erysipwlothrix sp. Penyebaran : a. Melalui makanan dan minuman yang tercemar. b. Melalui selaput lendir c. Melalui luka pada kulit. Gejala : a. Demam b. Nafsu makan menurun. c. Hewan tampak lemah. d. Dalam waktu singkat hewan akan mati. e. Mencret bercampur darah. Pengobatan : a. Dengan Pinicilin yang disuntikan di sekitar luka. 6
e. Makan yang bukan makanannya. f. Takut air.
P2 Antraks
Pengobatan : Tidak ada obatnya, hewan yang terjangkit penyakit akan mati dalam waktu beberapa hari. Pencegahan : Dengan vaksinasi rabies secara teratur dan berkesinambungan. 13. Penyakit Mulut dan Kuku Penyebab: Virus yang hidup dalam daging dan susum tulang belakang yang bisa bertahan lama. Penyebaran : a. Kontak langsung antara hewan yang sakit dengan yang sehat. b. Lewat makanan dan air minum yang tercemar. c. Lewat air ludah dan kencing d. Lewat pembawa penyakit (carrier) Gejala : a. Terdapat selaput lendir di dalam mulut. b. Bibir dan gusi tampak merah, kesring dan panas. c. Dari mulut keluar ludah yang panjang seperti benang. d. Hewan demam ( + 40-410C). e. Badan lesu. f. Nafsu makan kurang. g. Bagian pergelangan kaki deket kuku bengkak. Pengobatan : a. Dengan injeksi antibiotik atau Sulva. b. Dengan piciline powder. c. Dan ditambah Vittamin A agar menguatkan jaringan. Pencegahan : a. Menjaga kebersihan kandang dan kebersihan semua peralatan kerja. b. Hindarkan tamu keluar masuk kedalam kandang. c. Pisahkan hewan yang sehat dengan yang terjangkit penyakit. d. Jika dipotong harus diawasi dengan ketat. 3.3. Pembentukan Aturan (Rule)
P3 Brucellosis
P4 Para Turberculosis – Jhone’s Disease P5 T.B.C(Tuber Culosis)
P6 Botulismus P7 Mastitis
P8 Tetanus
Aturan dibuat berdasarkan diagram pohon keputusan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan rule dapat dengan mudah mengetahui hasil akhir nanti berdasarkan rule-rule yang ada. Berikut adalah keterangan dari pohon keputusan : Tabel III.1. Pembentukan Rule Jenis Penyakit P1 SeptichaemiaEpizoot icae (Penyakit Ngorok)
P9 Eryspelas
Keterangan 1 : Hewan demam (+40410C). 3 : Nafsu makan turun. 4 : Pernapasan cepat. 5 : Hidung mengeluarkan cairan. 6 : Hewan ngorok.
P10 7
9 : Demam tremor (kejangkejang). 2 : Denyut jantung tidak stabil 3 : Nafsu makan turun. 4 : Pernapasan cepat. 11 : Keluar darah dari seluruh tubuh setelah mati 12 : Keguguran setelah 5bulan. 13 : Keluarnya plasenta tertunda. 14 : Terjadi radang uterus. 15 : Mengalami radang kemaluan. 16 : Kurus 17 : Mencret tidak berbau 18 : Hewan ternak lesu. 3 : Nafsu makan turun. 6 : Tanpak kurus. 19 : Batuk sifatnya kronis. 5 : Dari hidung keluar cairan. 20 : Bernapas susah. 21 : Kelenjar air susu dan ambing membengkak. 22 : Kesullitan makan dan menelan . 23 : Kelemahan palyse. 24 : Radang pada kelenjar air susu 25 : kelenjar air susu tidak normal 26 : Kelenjar air susu merah 27 : Kelenjar air susu terasa panas 28 : Kelenjar air susu sakit bila disentuh. 29 : Air susu encer dan bercampur nanah. 34 : Kakunya pergerakan kelopak mata, 35 : Kakunya pergerakan telinga. 36 : Kakunya pergerakan tulang punggung. 37 : Kakunya pergerakan kaki depan 38 : Kakunya pergerakan kaki belakang 40 : Mati perlahan. 8 : Demam 3 : Nafsu makan menurun. 18 : Hewan tampak lemah. 7 : Mati tiba-tiba. 39 : Mencret bercampur darah. 3 : Nafsu makan turun. 8 : Demam.
P11 Listeriosis
P12 Rabies
30 : Air kencing berwarna merah. 31 : Keguguran pada kehamilan 3 minggu. 32 : Pada ginjal tanpak belang. 9 : Demam tremor (kejangkejang). 47 : Hewan sempoyongan. 46 : Demam yang disertai gemetar. 48 : Hewan menjadi ganas . 03 : Nafsu makan berkurang. 49 : Suka menggigit dan meronta jika diikat. 50 : Suka bersembunyi di tempat gelap. 51 : Makan yang bukan makanannya. 52 Takut air.
3.4. Kaidah Produksi Representase kaidah produksi adalah dengan menghadirkan pengetahuan yang ada sebagai kaidah produksi dalam bentuk aksi yaitu pasangan IF kondisi (premis) terjadi THEN aksi (konklusi atau kesimpulan). Berikut adalah beberapa kaidah produksi untuk penyakit pada hewan ternak sapi. Kaidah 1 : IF hewan demam AND nafsu makan kurang AND pernapasan cepat AND hidung keluar cairan AND hewan ngorok THEN terserang penyakit ngorok ELSE tidak terserang penyakit ngorok Kaidah 2 : IF demam disertai kejang-kejang (tremor) AND nafas cepat AND denyut jantung tidak stabil AND nafsu makan turun AND setelah mati telinga, hidung, mulut, dubur, dan kemaluan keluar darah THEN terserang penyakit antraks ELSE tidak terserang penyakit antraks Kaidah 3 : IF keguguran setelah 5 bulan AND mudah terulang lagi dimasa bunting yang berikutnya AND keluar plasenta tertunda AND terjadi radang uterus AND mengalami radang kemaluan THEN terserang penyakit Brucella sp. ELSE tidak terserang penyakit Brucella sp Kaidah 4 : IF kurus AND mencret tidak berbau THEN terserang penyakit Para Turberculosis – Jhone’s Disease ELSE tidak terserang penyakit Para Turberculosis – Jhone’s Disease 3.5. Flowchart Proses Inferensi Penalaran Maju (Foward Chaining) Dalam hal ini, akan dijelaskan bagaimana aliran proses jika menggunakan metode forward chaining untuk mendiagnosa penyakit hewan ternak yang dapat dilihat pada flowchart di bawah ini:
4.1 Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan sebuah aplikasi. Dalam implementasi sistem pakar ini akan menampilkan implentasi antar muka. Implentasi rancangan antar muka ini menjadi dua bagian, yaitu implentasi rancangan antar muka user dan implementasi rancangan antar muka admin. Implementasi antar mukia user berdiri atas beberapa menu pilihan antara lain menu beranda, menu seputar web, menu analisa. Sedangkan pada implentasi antar muka admin terdiri dari input ternak, input gejala, input penyakit, edit ternak, edit gejala, edit penyakit, hapus ternak, hapus gejala, hapus penyakit, lihat dan hapus rekam medis, dan log on. Sebelum sistem ini dijalankan pada server internet anda harus mengaktifkan IIS 7 pada komputer Anda, atau IIS Express. Untuk IIS , Anda harus memiliki fitur Windows Authentication diinstal. Untuk menginstal IIS dan mengkonfigurasi otentikasi Windows untuk IIS 7, lihat IIS 7 dengan Windows Authentication. Untuk menginstal IIS Express, Anda dapat menggunakan Web Platform Installer. 4.1.1 Uji Coba Sistem dan Program 1. Pengujian White Box Pengujian white box merupakan metode untuk perancangan text case yang menggunakan struktur kontrol dari perancangan prosedural untuk mendapatkan text case. Tes ini dimaksudkan untuk meramalkan cara kerja perangkat lunak secara rinci. Karenanya logical path (jalu logika) perangkat lunak akan dites dengan menyediakan 8
tes case yang akan mengerjakan kumpulan kondisi dan atau pengulangan secara spesifik. Contoh bentuk uji coba white box adalah testing konversi. Ujicoba ini dinyatakan berhasil apabila fungsi pada perangkat lunak sesuai yang diharapkan pemakai. Contoh Analisa Penyakit Ternak :
Gambar IV.4 Tampilan Utama 3. Input Ternak Menu input ternak merupakan halaman untuk mengimput jenis ternak dan segala keterangan atau informasi mengenai hewan ternak yang akan diinput dan dalam hal pengimputan ini hanya seorang admin saja yang dapat mengimput data ternak hewan.
Gambar IV.1 Analisa Penyakit Ternak Pada saat pertanyaan tidak di pilih atau masih kosong, langsung ditekan Next. Maka akan muncul pesan pada form review “No Data Available” seperti pada gambar IV.2
Gambar IV.5 Input Ternak 4. Hasil Input Ternak Hasil input ternak merupakan halaman untuk dapat mengetahui jenis ternak dan segala keterangan atau informasi mengenai hewan ternak yang telah diinput.
Gambar IV.2 Review eror 4.1.2 Manual Program 1. Halaman Login admin Halaman ini berfungsi sebagai login admin untuk masuk ke server yang nantinya admin dapat mensettting semua kebutuhan dari perancangan sistem ini. Atribut yang terdapat di halaman ini yaitu username, password, dan tombol yang digunakan tombol log on yang berfungsi untuk melingkan kehalaman berikutnya atau tombol back untuk kembali ke menu utama.
Gambar IV.6 Hasil Input Ternak 5. Input Gejala Halaman ini digunakan untuk mengimput jenis gejala-gejala apa saja yang dapat terlihat pada hewan ternak agar nantinya dapat digunakan untuk menentukan jenis penyakit yang terjangkit oleh hewan ternak. Gambar IV. 3 Menu Log on 2. Tampilan Utama Tampilan utama merupakan halam utama untuk userr dan admin melakukan pekerjaan atau menjalankan sistem, menu tampilan utama ini terdiri dari menu bernada, menu seputar web, menu analisa, menu ternak, menu penyakit, menu sistem, dan log on. 9
Gambar IV.7 Input Gejala 6. Input Penyakit Input penyakit digunakan untuk mengimput jenis penyakit dan segala keterangan dari penyakit hewan ternak serta bagaimana cara penanggulangan yang harus dilakukan pada hewan ternak yang terjangkit penyakit seperti pada gambar IV.6 dibawah:
Gambar IV.10 Form Jenis Ternak
9. Informasi Ternak Setelah memilih jenis ternak pada menu jenis ternak di atas maka selanjutnya sistem akan menampilkan hasil informasi mengenai hewan ternak, yang sebelumnya telah di input pada menu input ternak dan informasi mengenai hewan ternak yang akan dianalisa dapat dilihat pada gamabar IV.9 dibawah:
Gambar IV.11 Informasi Ternak Gambar IV.8 Input Penyakit 7. Hasil Input Penyakit Setelah admin selesai melakukan pengimputan penyakit halaman menu input penyakit maka hasil dari input penyakit yang dilakukan oleh admin dapat terlihat pada gambar IV.7 dibawah:
10. Analisa Penyakit Ternak Analisa penyakit ternak merupakan pertanyaan dari gejala-gejala yang terlihat pada hewan ternak yang terjangkit penyakit, dan user dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini untuk dapat menetukan hewan ternaknya terjangkit suatu penyakit atau tidak.
Gambar IV.9 Hasil Input Penyakit 8. Form Jenis Ternak Pada saat memilih form analisa untuk menentukan jenis penyakit yang terjadi pada hewan ternak maka terlebih dahulu akan muncul menu untuk pilihan jenis ternak yang nantinya akan di analisa baik oleh user ataupun admin yang dapat dilihat pada gambar IV.8 dibawah: Gambar IV.12 Analisa Penyakit Ternak 10
dari hewan yang terjangkit penyakit, para peternak harus memanggil dokter atau mantri hewan untuk mengobati hewan ternaknya. Maka dengan adanya sistem ini para peternak tidak perlu memanggil dokter atau mantri hewan lagi karena mereka dapat mengobati hewan ternaknya sendiri dengan menggunakan sistem pakar ini. 2. Dengan diterapkannya perancangan perangkat lunak yang dirancang oleh penulis maka akan sangat membantu para peternak untuk menimalisir biaya yang dikeluarkan untuk mengobati hewan ternaknya yang terjangkit penyakit. 3. Dengan diterapkannya perancangan ini dalam bentuk website yang dapat diakses melalui internet maka akan lebih memudahkan para peternak untuk mengaksesnya dimanapun mereka berada selama masih didukung dengan sarana yang mendukung untuk mengaksesnya. 5.2 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah didapat oleh penulis, maka saran penulis adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada para peternak agar dapat menerapkan sistem yang telah dibangun oleh penulis, sehingga dapat memudahkan para peternak dalam mengenali jenis penyakit dan cara pengobatan ataupun penanggulangan dari hewan yang terjangkit penyakit. 2. Diharapkan adanya pengembangan lebih lanjut dari sistem pakar diagnosa penyakit pada hewan ternak sapi yang dirancang sehingga menjadi sistem yang lebih baik untuk menanggulangi pengolahan data di masa yang akan datang. 3. Agar informasi mengenai penyakit hewan ternak sapi dan cara penanggulangan dapat dilkukan dengan cepat, efektif dan efisien maka disarankan untuk memakai sistem yang telah dirancang.
11. Review Review digunakan untuk mengetahui jenis gejala apa saja yang telah di pilih, sebelum melanjutkan ke hasil analisa agar user dapat mengkoreksi apakah dari pertanyaan atau gejala yang terlihat pada hewan ternaknya sama seperti pada gejala yang dipilih dari sistem, dapat dilihat pada gambar IV.11.
Gambar IV.13 Review 12. Hasil Analisa Penyakit Ternak Hasil analisa penyakit ternak merupakan hasil dari pertanyaan atau gejala-gejala yang tanpak pada hewan ternak, dimana di hasil analisa penyakit akan diberitahukan penyakit yang terjangkit oleh hewan ternak, cara pengobatan dan bagaimana cara penanggulangan dari penyakit yang diderita hewan ternak, hasil analisa dari analisa penyakit dapat dilihat pada gambar IV.12 dibawah:
DAFTAR PUSTAKA Budi Raharjo, 2011, Belajar Otodidak Membuat Database Menggunakan MySQL, Informatika: Bandung Daihani., Dadan Umar,2001, Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. 2004. Rencana Induk Pengembangan IKM 2002-2004 Buku I Kebijakan Dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil menengah. Jakarta. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian, Perdagangan, Pendataan Binjai Timur, Binjai Barat, Binjai Utara, Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai : 2012. Hanif Alfatta, 2007, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, Andi Offset: Yogyakarta. Janner Simarmata, 2006,Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi, Andi Offset: Yogyakarta. Janner Simarmata, 2007, Perancangan Basis Data, Andi Offset: Yogyakarta. Peraturan Pemerintah, Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, Nomor 32 Tahun 1998. Peraturan Pemerintah, Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, Nomor 37/M-IND/PER/6/2006. RizaAlfita, Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Produk Unggulan Daerah Menggunakan metode Weighted Product,
Gambar IV.14 Hasil Analisa Penyakit Ternak 5.1 Kesimpulan 5.1. Kesimpulan Setelah penulis mempelajari sejumlah permasalahan yang di hadapi dan sekaligus mencari solusi pemecahaan masalah yang diajukan, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Dengan adanya Analisa dan Perancangan dari SistemPakar Diagnosa Penyakit Pada Hewan Ternak Sapi Berbasis Web, dimana sebelumnya para peternak untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pengobatan 11
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/ article/view/17/18, diakses tanggal 10 Januari 2013 Tata Sutabri, 2005, Sistem Informasi Manajemen”, Andi Offset: Yogyakarta. Edison Siregar; Aplikasi Berbasi Web dengan Asp.Net, Andi Offseet, Yogyakarta, 2008. Muhamad Arhami, Konsep Dasar Sistem Pakar, Andi, Yogyakarta, 2005 Ronny Mudigdo, Penyakit Bakteriawi, Proyek Pendidikan Penyakit Hewan Wilayah I, Medan, 1982/1983. Endang Susanto, Penyakit Parasister, Proyek Pendidikan Penyakit Hewan Wilayah I, Medan, 1982/1983. Agus Muhamad, Pemrograman Sql Server 2005, PT. Elex Media Kopindo, Cetakan Pertama, Jakarta, 2005. Intranet, Pengertian Internet. http://www.ilmukomputer.com akses 12 Agustus 2010. Localhost, Pengertian Localhost. http://www.ilmukomputer.com akses 12 Agustus 2010. Identitas Jenis Telur Cacing Parasit Usus Pada Ternak Sapi (Bos sp) dan Kerbau (Bubalus sp) Di Rumah Potong Hewan Palembang http://jpsmipaunsri.files.wordpress.com/2010/11/1143-46d-erwin-genap.pdf Implementasi algoritma rough set untuk deteksi Dan penanganan dini penyakit sapi http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-160465207100082-Paper.pdf
12