PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI BUKU “GRAFIS FASHION INDONESIA” Rafidiono Rahmat School of Design Universitas Bina Nusantara
1 Irwan Harnoko, S.Sn., M.Des.
ABSTRAK TUJUAN PENELITIAN, ialah mengajak desainer grafis untuk mengenal industri fashion lewat edukasi, informasi dan sosialisasi dari buku ini agar pembaca mengetahui hal-hal unik dan menarik lainnya dibalik perkembangan industri fashion, sehingga pembaca dapat mendapat wawasan baru dan bisa berinovasi dalam berkarya. METODE PERANCANGAN, dalam proses perancangan, Penulis melakukan survei ke lapangan serta wawancara dengan narasumber baik dari bidang desainer grafis maupun desainer fashion, Penulis juga melakukan pencarian data melalui buku referensi serta internet dan merancang sebuah survey yang diberikan kepada target sasaran dari buku ini. ANALISIS, dalam proses analisa penulis menganalisa permasalahan yang ada dan mencari solusi yang tepat untuk memecahkan masalah. HASIL YANG DICAPAI, menghasilkan sebuah media publikasi berupa buku yang diolah secara visual yang menggabungkan antara elemen grafis dan fashion untuk memberikan wawasan baik melalui konten maupun visual tentang peran desainer grafis terhadap industri fashion. SIMPULAN, melalui visual dan konten yang sesuai diharapkan buku ini dapat meninjau keilmuan desain grafis yang diterapkan pada bidang fashion, serta menambah wawasan dan membuka peluang desainer grafis untuk bisa bekerja di industri fashion. (RR) Kata Kunci : Publikasi; Buku; Grafis Fashion; Fashion; Grafis; Graphic; Indonesia.
PENDAHULUAN Perkembangan desain grafis di Indonesia belakangan ini tidak hanya menumbuhkan studio - studio desain dan dibukanya fakultas desain komunikasi visual dimana - mana, melainkan juga menimbulkan usaha usaha baru dibidang fashion. Istilah clothing atau yang sering disebut dengan Distro hadir mewarnai industri ini, Desainer fashion di Indonesia juga kerap berkolaborasi dengan desainer grafis untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda dalam pencitraan ranah fashion Indonesia di mata dunia. Kebutuhan akan peran desainer grafis dalam industri inipun kian meningkat, desainer grafis diajak berkolaborasi dengan desainer fashion untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi yang berkaitan dengan urusan pencitraan dan image, sayangnya tidak banyak desainer grafis dan desainer fashion yang bisa berkolaborasi dan bekerja sama di Indonesia. Terjadinya ketidaknyambungan dan ketidak serasian dalam cara berpikir keduanya yang sangat subyektif dan sensitif dan menyinggung perihal estetika terlebih pada taste dan feel dalam sebuah desain. Banyak pertentangan antara desainer fashion dan grafis yang disebabkan oleh kedua aspek tesebut, oleh karenanya tidak sedikit dari desainer grafis di Indonesia yang tidak berhasil menjalankan perannya sebagai pemecah masalah dan cenderung tidak ingin melibatkan diri dalam industri ini. Disaat masa transisi pada era desain Modern dan timbulnya sebuah paham Postmodern, yang diketahui sebagai zaman dimana manusia mencapai sebuah gerbang kebebasan dalam berfikir dan mengkritisi apapun tanpa batas, sekaligus menunjukkan bahwa dunia yang kian terbuka baik dalam berpikir dan bertindak. Pengetahuan semakin banyak dan terus berkembang seiring dengan tekhnologi
yang berkembang saat itu. Begitu juga dengan perkembangan desain grafis dan desain fashion saat itu, banyak pertentangan dan perdebatan yang timbul saat transisi berlangsung. Salah satu perdebatan timbul dari dunia desain grafis, sudut pandang berbeda diutarakan oleh kedua bapak desain, Milton Glaser dan Massimo Vignelli. Bermula dari subjektifitas dan objektifitas seorang desainer dalam sebuah praktek sebenarnya hingga menyinggung dan memperdebatkan Style dan Fashion dalam desain. Massimo meyakini bahwa style pada profesinya seperti tulisan tangan, kita bisa mengatur tulisan tangan kita diawal secara rapi tetapi pada akhirnya tulisan tangan itu menjadi kembali seperti tulisan tangan kita sebenarnya, perumpamaan tersebut yang diyakininya. Milton menyetujui tanggapan Massimo sebagian besar, ia percaya bahwa adanya Style, pendapatnya akan Style diyakininya pada cara berpikir manusia yang setiap individunya mempunyai cara tersendiri. Berbicara soal Style tentunya bersinggungan dengan tren, menurut pandangan Massimo, terkadang sebagai desainer kita butuh melihat tren dalam sebuah kondisi tertentu, tetapi jika terlalu trendy kita harus melepasnya. Pendapatnya ini menimbulkan sebuah argumen dari Milton yang menyatakan bahwa jika kita tidak memahami tren, kita tidak bisa berkembang dalam bisnis desain, tren adalah dimana bisnis desain hidup dan Fashion lives on trends. Menanggapi tanggapan tersebut, Masimo meyakini bahwa Fashion lives on trends, but not Design !, begitulah perdebatan kedua bapak desain tersebut yang terus melebar membicarakan soal desain pada masa transisi saat itu. Melalui sudut pandang yang berbeda dari kedua bapak desain tersebut menimbulkan perdebatan yang menyinggung pada masalah Desain dan Fashion, menyimpulkan bahwa banyak persamaan dan pertentangan yang terjadi didalamnya. Salah satu pertentangan yang juga paling terlihat adalah dari percakapan dan pandangan Wim Crouwel dan Massimo Vignelli di New School (AIGA) yang menyatakan bahwa “Fashion is the enemy of design, because fashion equals obsolescence” dan “Cleverness and Fashionability will be forgotten while intelligence and style live forever”. Seperti yang diperdebatkan oleh kedua bapak desain Milton dan Massimo sebelumnya, fashion memang identik dengan style dan trend, tapi bukan berarti desain grafis yang cenderung dikelilingi banyak ‘pagar’ (dalam style dan trend), dan tidak dapat bersinergi secara konkrit dengan fashion. Bagaimana pun juga, desain dan fashion adalah sebuah teman dekat yang selalu berdampingan seiring dengan perkembangan sejarah yang jika kita kembali melihat perkembangan yang terjadi, selama beberapa abad dalam perkembangan sejarah, fashion dan desain grafis telah hadir dalam setiap detik perkembangan yang ada. Desain Grafis menjadi teman setia bagi industri Fashion. Desain grafis mempunyai peran untuk mempresentasikan sesuatu yang tidak hanya pakaian saja, tetapi juga sebagai pencitraan image dari desainer fashion-nya. Berdasarkan latar belakang tersebut dan dilihat dari pendekatan Desain Komunikasi Visual, penulis akan membuat sebuah bentuk publikasi buku dengan tujuan sebagai penambah wawasan desain grafis Indonesia yang dibuat secara menarik yakni dalam pengolahan layout, tipografi, fotografi dan ilustrasi yang mempunyai esensi visual yang kuat dan diolah secara eksploratif agar pembaca merasa tertarik untuk membaca, bisa mendapat wawasan dan informasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi jika berkolaborasi dengan industri ini.
METODE PENELITIAN Dalam proses pembuatan makalah ini, diperlukan beberapa beberapa metode, yaitu : A. Tinjauan Umum 1. Wawancara Wawancara dilakukan guna mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi dan untuk mendapatkan wawasan lebih mengenai topik yang bersangkutan. Beberapa narasumber yang diwawancarai, yaitu : a.
Desainer Grafis yang pernah bekerja di Industri Fashion Hermawan Tanzil, Firman Lie, Ykha Amel, Eko Nugroho, Emte, Sandy Karman, Diaz, Agra Satria, Diela Maharanie, Randy Raharja, Ryan Tandya, Irwan Ahmett, Yasser Rizky, Nicoline Patricia, Julius Bramanto, Rio Prasetia
b.
Desainer Fashion yang pernah berkolaborasi dengan Desainer Grafis Patricia Phalie Studio, Taruna Kusmayadi, Itang Yunasz, Poppy Dharsono, Sebastian Gunawan, Oscar Lawalata, Priyo Oktaviano, Friderich Herman, Tex Saverio, Identite, Nikicio, Billy Tjong, Cotton Ink.
2. Literatur a. Media Cetak - Majalah Concept Vol.03 Edisi.15 Tahun 2007 Graphics in Fashion Industries - Majalah Concept Vol.07 Edisi.39 Tahun 2010 Fashion Graphics b. -
Media Elektronik / Internet How Fashion and Graphic Design Are Related ehow.com/about_6704955_fashion-graphicdesign-related.html Fashionably Graphic creativereview.co.uk/cr-blog/2011/january/graphic-design-for-fashion The Graphic Design behind Fashion Design 99designs.com/designer-blog/2013/07/08/the-graphic-design-behind-fashion-design/ Graphic Design for Fashion Design dazeddigital.com/fashion/article/8848/1/graphic-design-for-fashion History of Fashion Design en.wikipedia.org/wiki/History_of_fashion_design Fashion and Graphics fashionandpower.blogspot.com/2011/03/fashion-and-graphics.html Fashion & Graphic = Brand fashionartdaily.blogspot.com/2009/10/brand.html
c.
Kajian Pustaka Buku Berupa data yang didapat terkait dengan desain grafis dan desain fashion yang didapat dari buku dan buku elektronik (e-book), diantaranya adalah :
-
Buku Kajian Desain Grafis - Meggs History of Graphic Design - Philip B. Meggs dan Alston W. Purvis, 2011 - No More Rules: Graphic Design and Postmodernism – Rick Poynor, 2003 - Publication Design Workbook - Timothy Samara, 2007 - Basic design : layout - Gavin Amborse & Paul Harris, 2011 - Making and Breaking the Grid - Timothy Samara, 2005 - Tinjauan Desain Grafis - Arief Adityawan & Tim Litbang Concept, 2010 - Desain Komunikasi Visual Terpadu - Yongky Safanayong, 2006 - Typography Workbook – Timothy Samara, 2004 - Color Graphic - Karen Triedman, 2002
-
Buku Kajian Desain Fashion Fashion as Communication - Malcolm Barnard, 2002
-
B. Tinjauan Umum 1.
Riset dan Data Umum a.
Sekilas mengenai Desain Grafis Secara per-kata, Desain Grafis terdiri dari 2 kata yaitu Desain dan Grafis, Desain berarti proses dan pola berpikir dalam mengatur segala sesuatu sebelum perancangan. Sedangkan Grafis adalah
titik/garis yang saling berhubungan. Secara kesimpulan, Jessica Helfand mendefinisikan desain grafis sebagai kombinasi kompleks kata, angka, grafik, dan image yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-elemen ini, sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu yang khusus, sangat berguna, dan sesuatu yang mudah diingat. Tanpa disadari pengaruh desain grafis terhadap kehidupan sehari-hari sangat berpengaruh sedikit ataupun banyak. Kebutuhan industri akan Desain Grafis-pun meningkat, tak sedikit juga lowongan kerja desain grafis dilihat di media surat kabar ataupun elektronik (internet). Lingkup pekerjaan desain grafis jika ditinjau-pun terbuka luas, terbukti dengan tumbuh dan menjamurnya pendidikan tinggi desain grafis bahkan hingga ke jenjang pendidikan yang lebih bawah lagi (SMA/SMK) yang mendirikan sekolah kejuruan khusus desain komunikasi visual. b.
Hubungan antara Desain Grafis dan Fashion Dalam buku Graphic Design for Fashion, Jay Hess & Simmon Pasztorek berpendapat bahwa fashion merupakan salah satu bidang yang sangat luas dan memiliki banyak potensi di dalamnya untuk bisa dikembangkan. Begitu juga dengan Desain Grafis yang mempunyai jangkauan wilayah yang cukup besar. Bukan hal asing lagi jika dunia grafis dan fashion memiliki ikatan yang erat dalam mendukung kemajuan di industrinya masing-masing. Walter Van Beirendonck seorang desainer fashion yang berasal dari Belgia, melihat desain grafis dan desain fashion sebagai dua hal yang saling berkaitan. Fashion membutuhkan grafis untuk mempresentasikan hasil akhirnya. Tentunya, peran desainer grafis sangat penting karena ini adalah yang menghubungkan antara desainer fashion dengan publik. Sudut pandang positifnya, desainer grafis hadir di dunia fashion membawa sudut pandang dan prespektif baru.
c.
Sejarah Perkembangan Desain Grafis di Industri Fashion Sejarah mencatat, selama beberapa abad dalam perkembangan industri fashion, bahwa desain grafis telah menjadi teman setia bagi lingkup bidang industri ini untuk mempresentasikan sesuatu yang tidak hanya pakaian saja, tetapi juga sebagai pencitraan image dari desainernya. Sejak sekitar abad ke-19, ide ide fashion mulai banyak beredar di media kabar di Eropa, Rusia, dan Amerika. Perkembangan ini kemudian semakin didukung dengan peningkatan teknologi cetak yang terjadi dan berkembang pada saat itu.
d.
Desain Grafis dan Fashion sebagai Komunikasi Desain grafis dan fashion merupakan bidang yang sedikit banyak berbicara soal komunikasi. Komunikasi yang diciptakan oleh kedua bidang tersebut tentu berbeda dan mempunyai prespektif tersendiri bagi pelakunya. Menurut Claude Shannon dan Warren Weaver dalam teori komunikasi, Komunikasi sendiri berarti suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi antara dua pihak (pengirim dan penerima). Tujuannya adalah untuk membangun keinginan, menciptakan kesadaran, meningkatkan sikap dan mempengaruhi niat.
2.
Survei Lapangan Penulis melakukan survei lapangan dengan membagikan kuisioner kepada 100 orang responden untuk mengetahui minat target sasaran terhadap Desain Grafis Indonesia di Industri Fashion.
3.
Tinjauan Khusus
a.
Pengertian Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari proses komunikasi yang dipublikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis berupa gambar (ilustrasi dan fotografi), huruf dan tipografi, warna, komposisi dan layout. Menurut Yongky Safanayong, desain komunikasi visual tidak hanya berfungsi mekanikal tetapi ada fungsi lainnya, yaitu memberi inspirasi, informasi dan menggerakkan kita untuk beraksi, selain memiliki fungsi sosial, desain komunikasi visual juga memiliki fungsi fisik dan fungsi pribadi.
b.
Pengertian Buku Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku / bu·ku / n adalah lembaran kertas yg berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan menurut Oxford Dictionary, buku adalah hasil karya yang ditulis atau
dicetak dengan halaman-halaman yang dijilid pada satu sisi atau dua hasil karya yang ditujukan untuk penerbitan. Berbeda dengan padangan Roger Fawcett Tang dalam buku New Book Design, menurutnya buku yang baik adalah buku yang didesain dengan memperhatikan : Kemasan, Tampilan luar suatu buku merupakan salah satu faktor yang penting. Suatu kemasan buku yang baik mampu menarik rasa keingintahuan orang untuk melihat buku tersebut diantara buku-buku yang lain. Fungsi utama kemasan buku sebagai pelindung bisa diolah menjadi menarik. Menggunakan image yang mampu menarik perhatian (to persuade). Struktur, Isi buku dibentuk oleh tiga elemen desain yaitu tipografi, grid, dan image. Navigasi, Dalam suatu buku, meletakkan informasi-informasi dalam komposisi yang baik merupakan hal yang penting agar tidak membingungkan pembaca. c. Pengertian Publikasi Menurut Timothy Samara dalam bukunya “Publication Design Workbook”, Publikasi pada buku adalah aplikasi yang diperluas dari teks dan image, yang berarti perlu berbagai pertimbangan dan perhatian lebih dari seorang desainer, tidak seperti single-format item, seperti poster atau iklan. Desainer perlu memperhatikan masalah kemudahan membaca dan kenyamanan pembacaan pada desain multipage dengan banyak halaman. Hal-hal yang harus diperhatikan tersebut, antara lain adalah muatan informasi, muatan setiap konten halaman, integrasi antara image dan tipografi untuk mencapai suatu bentuk kesatuan, pengaturan tipografi yang baik untuk kenyamanan membaca, namun tetap menarik untuk terus menerus dibaca hingga akhir, dan lain sebagainya agar dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif. (Timothy Samara 2005 : 11). d. Pengertian Layout Dalam buku basic design : layout, Gavin Amborse & Paul Harris menerangkan bahwa layout adalah pengaturan elemen-elemen desain dalam kaitannya dengan ruang atau bidang di mana elemen - elemen tersebut berada, dan dalam keserasian dengan tampilan secara keseluruhan dari segi estetis. (Gavin Amborse & Paul Harris 2011 : 15) e. Pengertian Grid Menurut Timothy Samara dalam bukunya "Making and Breaking the Grid", grid merupakan gabungan dari 2 struktur dimensional yang dipertemukan antara garis vertikal dan horisontal yang digunakan untuk struktur konten. Dan grid merupakan awal dan dasar dari sebuah proses desain yang kemudian akan tidak terlihat atau invisible pada audience. Grid sistem sangat membantu untuk mendesain sebuah buku untuk repetisi elemen-elemen yang ada pada tiap halaman sebuah buku. Sistem ini dirancang agar flexible, dimana terkadang sebuah elemen desain akan keluar dari sistem tersebut, namun ini tergantung dari seberapa banyak variasi yang diinginkan. (Timothy Samara 2005 : 30). f. Pengertian Tipografi Dalam perancangan publikasi buku ini, penulis memakai prinsip dasar tipografi yang diutarakan oleh David E. Carter dan melakukan pendekatan visual secara eksperimental dengan mengolah tipografi sebagai image. Dalam buku Typography Workbook karangan Timothy Samara, Type as Image adalah istilah yang digunakan dalam layout untuk menggambarkan tipografi/text yang diolah menjadi image. Type as image dilakukan untuk menciptakan peluang besar dan memperlihatkan pendekatan visual yang berbeda bagi desainer. Menurut Timothy Samara, Membuat Type menjadi sebuah image berarti mendefenisikan hubungan sederhana antara bentuk intrinsik dari huruf dengan beberapa ide visual lainnya. Type dapat berubah menjadi suatu image dengan menggunakan berbagai pendekatan. Masingmasing memberikan eksplorasi yang berbeda dan dapat mengkomunikasikan sesuatu. g. Pengertian Ilustrasi Kolase Collage berasal dari kata kerja bahasa Perancis, Coller (to glue). Kolase atau photomerge mempunyai arti menempel, yaitu tekhnik yang mempergunakan kertas, kain, gambar, ataupun bermacam-macam
benda lainnya yang ditempelkan pada suatu permukaan dan menjadi kesatuan. Gaya gambar ini pertama kali dipopulerkan Pablo Piccaso dan Braque yang beraliran kubisme pada awal seni masa modern. Sedangkan photomontage, menerapkan prinsip yang sama dengan kolase, namun tekhnik ini menggunakan fotografi. Dari perkembangan sejarah, Photomontage juga banyak digunakan pada gaya Punk, Surealism, Pop Art dan Dadaism. (Francis Frascina 1993 : 88) h. Pengertian Warna Terdapat beberapa hal mengenai warna yang dijelaskan oleh Karen Triedman dan Cheryl Dangel pada bukunya yang berjudul Color Graphic : The Power of Color in Graphic Design, yaitu : Warna sebagai pembangkit emosi, Kehidupan yang penuh warna dalam keseharian manusia berpengaruh pada emosi, perasaan dan hal semacamnya. Untuk memperkuat desain diperlukan satu pemahaman atas respon seseorang terhadap warna dan pengertian terhadap target market yang dituju. Faktor sosiologis, histories, politis, geografis, psikologis dan budaya juga menentukan respon target terhadap warna. Warna yang mengandung makna, Pesan utama dari sebuah warna dapat digunakan sebagai identitas yang kuat dari sebuah brand. Penggunaan warna corporate dapat memberikan produk sebuah posisi yang lebih kuat di pasar. Warna sebagai media penarik perhatian, Warna adalah elemen utama yang dapat digunakan untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang yang melihatnya. Kekuatan dari warna dapat menarik perhatian dan memotivasi penjualan, warna dapat digunakan memberikan identitas pada sebuah brand.
HASIL DAN BAHASAN Format Teknik Buku Ukuran buku adalah 21 X 20 cm. Dengan alasan dari segi efisiensi, buku ini dicetak dengan ukuran yang efisien, secara fungsional bentuk buku juga tidak terlalu besar dan cukup ringan untuk dibawa oleh pembaca. Material buku menggunakan bahan kertas Pro Photo 190gsm agar dapat mendukung keseluruhan tampilan buku serta halaman buku tidak mudah rusak. Binding yang digunakan adalah perfect binding dengan hardcover agar buku dapat terbuka sempurna dan dapat mendukung tampilan buku. Hasil Desain
Gambar 1. Logo Grafis Fashion Indonesia
Logotype terbentuk dari berbagai elemen bentuk, seperti lingkaran, persegi, dan segitiga, dengan tujuan untuk memvisualkan kata grafis fashion dan logo ini dibuat dengan warna yang kontras agar mata pembaca langsung tertuju kepada logo dan tertarik untuk membaca.
Gambar 2. Desain cover buku Grafis Fashion Indonesia Desain cover dibuat dengan penempatan logo buku di kiri tengah buku, dan logo penerbit agar pembaca mengenal jelas buku ini beserta penerbitnya. Keseluruhan cover ingin menunjukkan elemen grafis dan fashion sehingga terkesan grafis fashion dan eksploratif.
Gambar 3. Daftar isi buku Grafis Fashion Indonesia Layout daftar isi menggunakan grid modular ditujukan untuk memberikan kesan dinamis kepada pembaca. Ukuran tulisan juga dibuat variatif antara 5pt hingga 40 pt untuk memberikan dimensi pada layout. Selain itu perlakuan ini juga dapat dijadikan cara untuk memberikan penekanan pada bab-bab tertentu di buku ini.
Gambar 4. Pengaplikasian grid pada Layout Sistem yang digunakan adalah modular grid. Layout halaman - halaman buku ini menggunakan grid yang cukup fleksibel untuk memberikan kesan dinamis dan tidak monoton. Halaman-halaman difokuskan pada ilustrasi grafis dan fashion sebagai elemen utama untuk memperjelas penyampaian informasi. Pengambilan grid tidak kaku namun tetap pada aturan grid-nya.
Divider merupakan halaman spread yang berisi judul bab, pengantar bab, dan dilengkapi dengan ilustrasi dengan elemen grafis, Indonesia dan fashion.
Gambar 5. Divider buku Grafis Fashion Indonesia
Ilustrasi digunakan untuk memvisualkan grafis fashion dan memperlihatkan bahwa desain grafis dan desain fashion bisa berkolaborasi untuk menciptakan sebuah image dan identitas.
Gambar 6. Ilustrasi Grafis Fashion Indonesia
Post card (kartu pos) yang merupakan item pelengkap dari buku ini ditujukan sebagai salah satu media promosi. Walaupun kartu pos telah jarang digunakan pada zaman sekarang, kartu pos tetap menjadi item menarik untuk dimiliki, terutama bagi kolektor.
Gambar 7. Kartu Pos buku Grafis Fashion Indonesia
Poster berukuran 20 x 42 cm bertujuan sebagai sarana promosi buku ini. Poster dibuat dengan menggabungkan elemen grafis, fashion dan Indonesia untuk menggambarkan grafis fashion Indonesia sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai buku ini. Selain itu copywriting mempermudah pembaca untuk mendapat gambaran mengenai garis besar buku dan mempermudah pencarian buku ini.
Gambar 8. Poster buku Grafis Fashion Indonesia
Pembatas buku dapat menjadi sebuah item promosi yang memiliki nilai guna yang lama, serta mempunyai kesempatan untuk dilihat berulang-ulang. Selain sebagai item promosi, pembatas buku sangat berguna dalam membaca sebuah buku. Keseluruhan pembatas buku menggunakan elemen grafis, fashion, dan Indonesia untuk memvisualkan Grafis Fashion Indonesia.
Gambar 9. Seri pembatas buku Grafis Fashion Indonesia Buku “Grafis Fashion Indonesia” akan diletakkan pada packaging yang akan diproduksi sebagai edisi terbatas. Item bonus seperti postcard, bookmark, dan compact disc akan disertakan bersama dengan buku.
Gambar 10. Packaging buku Grafis Fashion Indonesia Tote Bag juga merupakan sebagai sebuah item promosi yang memiliki nilai guna yang lama, disamping bisa digunakan untuk membawa buku “Grafis Fashion Indonesia”, tote bag ini juga dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan pembaca.
Gambar 11. Totebag item promosi buku Grafis Fashion Indonesia
Sketch Book dapat menjadi sebuah item promosi yang memiliki nilai guna yang berhubungan dengan pembaca, sketch book bisa digunakan oleh pembaca untuk menuangkan ide dan berkreasi, disamping itu sketch book ini juga dapat digunakan sebagai dokumen untuk mengumpulkan beberapa portfolio yang berhubungan dengan grafis dan fashion.
Gambar 12. Sketchbook item promosi buku Grafis Fashion Indonesia X - Banner ini nantinya akan ditempatkan pada pintu masuk toko buku untuk mempromosikan buku “Grafis Fashion Indonesia” dan bisa juga digunakan sebagai media untuk mempromosikan buku ini pada saat penerbitan buku.
Gambar 13. X-Banner buku Grafis Fashion Indonesia
Mini Banner ini berfungsi sebagai media promosi yang didalamnya terdapat informasi cara untuk pemesanan buku ini.
Gambar 14. Mini Banner buku Grafis Fashion Indonesia
T-Shirt digunakan sebagai item pendukung yang digunakan pada saat launching buku, disamping itu TShirt juga dapat digunakan sebagai souvenir / merchandise tambahan, jika target sasaran sudah membeli buku ini.
Gambar 15. T-Shirt item pendukung buku Grafis Fashion Indonesia Pin sebagai item pendukung yang berguna sebagai souvenir / merchandise tambahan, jika target sasaran sudah membeli buku ini. Pin menampilkan name style dari buku grafis fashion Indonesia.
Gambar 16. Pin item pendukung buku Grafis Fashion Indonesia
Gambar 17. Brosur buku Grafis Fashion Indonesia
Brosur digunakan untuk mempromosikan buku “Grafis Fashion Indonesia” dan sebagi media untuk menyampaikan informasi, jika target sasaran ingin memesan buku ini secara online.
SIMPULAN DAN SARAN Perancangan Visual ini dibuat sebagai salah satu buku informasi bagi desainer grafis dalam mengenal peran dan lingkup pekerjaannya dalam perkembangan industri fashion. Selain itu perancangan visual ini diharapkan dapat membantu desainer grafis dalam memecahkan masalah jika menghadapi permasalahan dalam batas lingkup pekerjaanya di industri fashion. Dan dengan adanya buku “Grafis Fashion Indonesia” ini juga diharapkan agar para desainer grafis di Indonesia dapat lebih tertarik untuk mengenal industri fashion. Perancangan visual ini harus dipromosikan, ditempatkan dan dijual di tempat yang tepat agar sampai kepada target sasaran dengan baik, yaitu desainer grafis. Hal ini dilakukan agar desainer grafis mengetahui bahwa sudah adanya informasi seputar dunia fashion terkait dengan peran mereka sebagi desainer grafis. Disamping itu, dibutuhkan sebuah dukungan dari kedua belah pihak, baik dari pihak desainer grafis maupun desainer fashion agar Grafis Fashion Indonesia dapat lebih maju dan berkembang di dunia desain international dan membawa nama baik Indonesia di mata dunia baik dari sisi dunia desain grafis maupun dunia desain fashion.
REFERENSI Bradley, S (2010, April 5). The Meaning of Shapes; Developing Visual Grammar. vanseodesign. Retrieved June 13, 2012, from www.vanseodesign.com/webdesign/visual-grammar-shapes/ Carter, David. (1995). How to Improve Your Corporate Identity : The Businessman’s Guide to Creating a Better Company Image. Art Direction Book Co., New York. Tang, Roger Fawcett. (2004). New Book Design. Laurence King Pub, London. Triedman, Karen. (2002). Color Graphics : The Power of Color in Graphic Design. Rockport Publishers, Gloucester.
RIWAYAT PENULIS Rafidiono Rahmat lahir di kota Jakarta pada 10 November 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Komunikasi Visual peminatan New Media pada tahun 2014.