PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
ISSN: 2337-9227
PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS ANAK M. Husin Dosen PGSD FKIP Usyiah ABSTRAK Bakat dan kreativitas anak dalam belajar adalah termasuk salah satu faktor yang sangat penting untuk dapat mendorong keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Apabila faktor ini kurang diperhatikan, biasanya akan membawa akibat pada diri anak didik dan guru yaitu tidak dapat mencapai tujuan pendidikan sekolah secara baik. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak dalam belajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah pekerjaan ini sangat banyak tantangannya baik dari segi pengetahuan, pengalaman, fasilitas dan sistem kerja-sama yang baik dituntut dari berbagai pihak. Dalam melaksanakan tugas ini adakalanya berjalan lancar, hal ini boleh jadi karena adanya faktor penunjang terhadap apa yang diperlukan dan begitu juga sebaliknya. Peran guru untuk mengembangkan bakat dan kreativitas anak dalam belajar, terutama dengan cara membimbing, mengadakan kokurikuler dan memotivasi anak yang memiliki bakat dan kreativitas dalam pembelajaran di sekolah. Kata Kunci: Guru, mengambangkan, bakat dan kreativitas Pendahuluan Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah untuk pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang bercita-cita hendak mewujudkan suatu masyarakat yang adil makmur merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan maksud tersebut di atas, yang khususnya dalam upaya mencerdaskan bangsa, maka dewasa ini pemerintah sudah melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan salah satu diantaranya adalah sektor pendidikan. Dalam mengikuti kemajuan perkembangan pendidikan, pemerintah telah berusaha memberikan petunjuk dan penyuluhan kepada para guru sejak dari jenjang pendidikan keluarga maupun sekolah dan masyarakat harus dapat memperhatikan bakat agar setiap anak didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal bagi anak didik tidaklah mudah sebagaimana yang dipikirkan akan
tetapi perlu adanya berbagai faktor pendukung termasuk kemampuan guru dalam usaha membangkitkan minat serta mengembangkan bakat dan kreativitas anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Kemudian harus didukung pula adanya suatu kebiasaan cara mengajar dan belajar yang tepat dengan memperkecil berbagai macam kendala yang ada. Bakat dan minat serta kreativitas anak didik adalah termasuk salah satu faktor yang sangat penting untk mendorong keberhasilan pelaksanaan suatu pendidikan. Bila faktor ini kurang diperhatikan, biasanya membawa akibat kepada murid tidak dapat mencapai tujuan pendidikan secara baik bahkan sering dianggap suatu hambatan bagi seorang guru dalam menyampaikan pelajaran terhadap pendidikan di sekolah. Dalam usaha mengembangkan bakat dan minat serta kreativitas anakdidik perlu adanya serangkaian peraturan pembinaan, latihan dan dorongan bahkan hukuman yang sifatnya sistimatis terjadwal dan berencana agar segala yang dimilik sertiap anak didik 1
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
dapat menjadi aktual serta berfungsi dengan sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai dengan azas kematangannya saja, biasanya dapat menyebabkan perkembangannya tidak menjadi sempurna. Kemampuan berpikir kritis akan berubah menjadi berpikir raguragu dan berubah menjadi sikap pembosan bahkan acuh terhadap tugas-tugas rutin yang diberikan di sekolah. Sebagai salah satu usaha dalam mengembangkan bakat, minat dan kreativitas anak didik di sekolah, guruguru perlu untuk melakukan berbagai macam usaha dengan cara penerapan disiplin sekolah, pelatihan keterampilan, memberikan motivasi dalam belajar melalui pemberian hadiah dan penghargaan bagi setiap peserta didik yang mempunyai prestasi. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa bakat, minat dan kreativitas merupakan salah satu faktor yang sangat penting diperhatikan oleh setiap guru dalam mengajar di sekolah, guna untuk mencapai pelaksanaan tujuan pendidikan di sekolah secara baik. Apabila faktor ini diabaikan begitu saja, biasanya akan membawa pengaruh sulitnya untuk mencapai hasil pelaksanaan pendidikan secara optimal. Karena hal ini sama artinya ibarat merubah emas untuk menjadi perak adalah suatu pekerjaan yang tidak mungkin untuk dilaksanakan. Bahkan bakat, minat dan kreativitas termasuk sebagai suatu komponen untuk pencapaian mutu proses belajar dan mengajar bagi setiap guru di sekolah. Proses Pengembangan Antara Bakat dan Kreativitas Bakat dan kreativitas adalah dua istilah serangkai yang mempunyai hubungan timbal balik yang berarti hubungannya itu sangat erat sekali bagi keduanya tidak dapat dipisahkan untuk berdiri secara sendiri-sendiri dalam suatu proses untuk mencapai tuujuan yang nyata. Misalnya seseorang yang mempunyai bakat dalam bidang kesenian yaitu melukis ataupun menggambar, akan
ISSN: 2337-9227
tetapi ia tidak pernah untuk melukis atau menggambarkan sesuatu yang dia pikirkan untuk melahirkan pada karya lukisan sebagai suatu kenyataan, hal ini boleh jadi karena ia tidak mempunyai kesempatan atau dana yang diperlukan tidak ada. Anak tentunya bakat yang dia miliki tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya untuk mencapai titik puncak yang optimal. Sebagai contoh lain yang menguntungkan misalnya bahwa ada orang yang berbakat dalam bidang kesenian yaitu bidang seni tarik suara. Kepadanya selalu diberikan latihan dan belajar serta penilaian secara terus menerus yang akhirnya anak berbakat tersebut dapat menjadi seorang penyanyi yang terkenal. Orang yang berbakat akan mudah berkembang kemampuan berpikirnya apabila kepadanya diberikan berbagai macam kesempatan serta didukung oleh berbagai faktor penunjang yang diperlukan. Akan tetapi lain halnya dengan orang-orang yang tidak berbakat atau tidak mampu berpikir walaupun kepadanya diberikan berbagai macam kesempatan baik belajar maupun latihan bahkan ditunjang pula oleh berbagai faktor pendukung yang diperlukan. Namun kebiasaannya orang yang tidak berbakat berkreativitas baik yang menyangkut dengan bidang kesenian, ketrampilan maupun teknologi. Mengingat eratnya sifat keterkaitan antara bakat dan kreativitas yaitu tidaklah mungkin kreativitas itu dapat lahir tanpa daya bakat atau sebaliknya bakat itu muncul tanpa ada krativitas. Maka karena itulah bakat dan kreativitas merupakan dua istilah serangkai yang tidak dapat dipisahkan, kemudian untuk melahirkan kedua istilah tersebut bukanlah suatu pekerjaan yang mudah yaitu harus benarbenar memerlukan peran aktif guru secara baik di sekolah dalam berbagai bidang tentang disiplin ilmu. Untuk mencapai arah dan tujuan keberhasilan penerapan berbagai bidang disiplin ilmu bagi siswa di sekolah, guru 2
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
harus mampu membangkitkan semangat dan dorongan baik melalui pemberian hadiah, pemberian piagam penghargaan maupun pujian kepada siswa yang berprestasi. Sedangkan bagi siswa yang prestasinya jauh menurun atau tidak pernah tepat dapat menyelesaikan tugas pada waktunya, maka kepada mereka harus diberikan hukuman ynag bersifat mendidik seperti penyelesaian tugas pelajaran tambahan, menyuruh menulis sebuah judul karangan yang menyangkut dengan jenis kesalahan baik yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain, menyuruh membayar denda, pembersihan pekarangan, bahkan jika perlu menyuruh melakonkan sebuah drama tentang sebab akibat terhadap orang-orang yang melanggar suatu disiplin namun semua jenis penghargaan maupun hukuman yang akan diberikan hendaknya dilihat sesuai atau tidak dengan situasi karakter jiwanya. Melalui berbagai latihan penetapan disiplin dan pemberian reinforcemen seperti pemberian hadiah, penghargaan, dan pujian ataupun hukuman kepada anak didik. Biasanya bakat pada setiap anak akan dididik. Biasanya bakat pada setiap anak akan cepat berkembang, maka semakin tinggi pula terjadi perkembangan kreativitas pada diri anak didik tersebut. Kemudian begitu juga sebaliknya yaitu jika seseorang tidak pernah diberikan latihan tertentu yang menyangkut dengan bidang pengembangan bakatnya, niscaya bakatnya itu dapat berkembang menuju ketitik yang optimal. Hal ini sudah barang tentu tanpa adanya bakat bagi seseorang pada salah satu bidang keterampilan tertentu mustahil pula orang tersebut sempurna. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa bakat dan kreativitas mempunyai suatu kaitan yang sangat erat bahkan tidak dapt dipisahkan untuk berdiri secara sendiri-sendiri melainkan selalu berjalan secara berdampingan yaitu semakin berkembang-nya bakat maka semakin jelas lahirnya suatu kreativitas dalam bidang yang tertentu.
Cara Mengidentifikasi Kreativitas Anak Didik
ISSN: 2337-9227
Bakat
dan
Cara untuk mengetahui bakat dan kreativitas anak didik secara tepat pasti bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena pekerjaan ini memerlukan suatu persyaratan pendidikan khusus bidang psikologi ataupun bimbingan dan konseling dan konselor terampil dan profesional melalui pengalaman kerjanya lebih dari lima tahun. Akan tetapi tenaga yang berpengalaman seperti ini kelihatannya masih sedikit dijumpai di sekolah-sekolah. Sebagai langkah untuk menutupi tenaga langka yang dimaksud di atas, bahwa para guru yang sudah berpengalaman mengajar lebih dari dua tahun juga dapat untuk mengidentifikasi bakat dan kreativitas anak didik di sekolah. Terutama adalah dengan cara melihat setiap bidang kegiatan yang selalu menonjol yang diperlihatkan oleh setiap anak didik di sekolah baik melalui hasil tes maupun sikap, gagasan, hasil karya, serta informasi tentang dirinya dari berbagai pihak. Kemudian untuk lebih jelas tentang cara mengidentifkasi bakat serta kreativitas anak didik, maka penulis akan menguraikan kedua istilah tersebut dengan sistematika sebagai berikut. Cara mengidentifikasi bakat anak didik Keberhasilan seorang guru mengajar di sekolah adalah ditentukan oleh banyak faktor, dan termasuk salah satu diantaranya adalah kemampuan guru memperhatikan bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Dengan memahami bakat anak didik masingmasing, maka guru akan lebih mudah untuk menentukan metode yang sesuai atau pendekatan yang tepat harus dipergunakan saat menyampaikan suatu materi pelajaran. Cara untuk mengidentifikasi bakat anak didik banyak sekali dikemukakan oleh para ahli yang bermacam-macam, namun sebagai suatu batasan tentang maksud mengidentivikasi bakat yang penulis maksudkan disini, 3
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
penulis mengutip beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Muhammad Nur (2002:9) bahwa secara umum untuk mengidentifikasi bakat dapat ditempuh melalui 2 macam cara yang masingmasing sebagai berikut: 1. Identifikasi melalui pengentasan (psikomotorik maupun prestasi belajar), yang meliputi dua tahap: - Tahap “screening” yaitu pengetasan massal dengan menggunakan tes kelompok. - Tahap seleksi atau mengidentifikasi dengan menggunakan tes individual yang memungkinkan pengukuran yang lebih tepat dan teliti. 2. Identifikasi melalui studi kasus yaitu memperoleh sebanyak mungkin informasi tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumbersumber yang berbeda, misalnya dari guru, orang tua, teman sebaya atau dari anak itu sendiri. Sehubungan menurut pendapat tokoh di atas tentang cara mengidentifikasi bakat anak didik, berikut ini Conny Semiawan (1987:24) menyebutkan: Sebagai langkah persiapan dalam prosedur identifikasi harus ditentukan dahulu kriteria keberbakatan (ciri-ciri apa yang diinginkan), kemudian dikembangkan alat-alat untuk mengukur ciri-ciri itu, dan ditentukan sumbersumber yang dapat memberikan informasi mengenai siapa saja yang memenuhi kriteria keberbakatan yang telah ditentukan dan sejauh mana terpenuhi kriteria itu.
Berdasarkan kedua pendapat tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa cara mengidentifikasi bakat anak didik adalah harus meliputi suatu kriteria tertentu, kemudian melalui sesuatu kriteria tersebut akan mudah untuk mengukur tentang apa yang hendak diukur ataupun menilai apa yang sebenarnya yang hendak dinilai. Secara umum kriteria mengidentifikasi bakat ataupun kemampuan anak didik biasanya adalah harus ditempuh melalui peniliaan hasil belajar anak didik itu sendiri dengan cara
ISSN: 2337-9227
melakukan tes kelompok, tes individual, wawancara dan mengumpulkan informasi yang sebanyak mungkin dari berbagai pihak mengenai keadaan perkembangan garis kehidupan terhadap anak didik yang bersangkutan. Dalam proses belajar mengajar di sekolah, secara sederhana guna dapat mengidentifikasi bakat anak didik dengan berbagai macam cara termasuk diantaranya adalah dengan menilai bermacam hasil karya atau prestasi yang menonjol dalam setiap bidang kegiatan serta menilai hasil penyelesaian terhadap tugas-tugas yang diberikan baik tugas yang diberikan di sekolah ataupun tugas pekerjaan rumah bahkan lebih luas dari itu lagi yaitu meliputi tugas ekstra kurikuler seperti pramuka, organisasi, kerja sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Maka melalui tugas-tugas tersebut guru-guru akan mudah untuk mendapatkan suatu gambaran terhadap bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Kemudian gambaran mengenai bakat tersebut, guru harus dapat menyalurkan pengembannya pada bidangnya masing-masing. Bagi anak yang berbakat dalam olah raga, kepadanya harus diberikan berbagai kesempatan dan latihan dengan menyediakan berbagai macam fasilitas olahraga baik dalam bidang olahraga bola kaki, bola volly, tenis meja, tenis, basket, bulutangkis, maupun golf. Untuk anak-anak yang berbakat dalam bidang kesenian, baik seni suara maupun seni lukis. Kepada mereka juga harus diberikan suatu perhatian yang serius dengan memberikan berbagai kesempatan dan latihan yang terarah dan teratur dengan menyediakan berbagai macamn sarana dan fasilitas yang diperlukan yaitu sebagai faktor penunjang pengembangan bakat mereka. Sedangkan bagi anak-anak yang berbakat dalam bidang olahraga seni bela diri seperti pencak silat, karate, tinju, ataupun bidang atletik seperti loncat tinggi, loncat indah, loncat jauh, lempar lembing, lempar cakram, tolak peluru, 4
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
semua ini perlu sarana dan fasilitas serta kerjasama dengan pihat terkait. Cara Mengidentifikasi Kreatifitas Anak Didik Mengidentifikasi kreativitas anak didik secara tepat disekolah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah namun bagi setiap guru dituntut agar dapat memahami keadaan diri anak didik secara jauh dan mendalam. Tuntutan ini bertujuan agar seseorang guru dapat berhasil dalam melakukan proses belajar dan mengajar di sekolah secara baik dan sempurna. Kendala yang sering dihadapi oleh guru dalam mengidentifikasi anak didik adalah sifat dan sikap pada setiap diri sering dapat berubah atau manipulasi diri apabila anak didik itu tahu dirinya itu hendak dinilai. Bahkan boleh jadi apa saja yang diamati pada diri anak didik ia bukan melakukan suatu karya yang berasal dari hati nuraninya yang sebenarnya secara mutlak. Hal ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya ia tahu bahwa dirinya akan dinilai atau dibebankan oleh suatu peraturan yang apabila gagal ia mendapat hukuman juga sebaliknya apabila berhasil ia mendapat hadiah atau piagam penghargaan. Sehingga ia melakukan bermacam usaha untuk mencapai tujuan, ada yang sifatnya positif yaitu melahirkan suatu karya yang berdasarkan kemampuan pikiran yang berasal dari lubuk hati nuraninya. Akan tetapi juga ada kreatifitas itu lahir karena faktor negatif yaitu apabila anak didik merasa takut terhadap hukuman kalau ia tidak menyelesaikan suatu karya. Maka ia akan berusaha memanipulasi diri yaitu mencaplak hasil karya buah pikiran hati nurani dari diri orang lain untuk memperoleh nilai tentang dirinya secara yang lebih baik serta menguntungkan. Sekalipun cara mengindentifikasi kreatifitas anak didik di sekolah merupakan suatu pekerjaan yang sulit, namun masih ada cara yang dapat dilakukan untuk memperhatikan ciri-ciri
ISSN: 2337-9227
anak yang memiliki kreativitas dalam belajar. Mengenai ciri tersebut secara jelas Conny Semiawan (1987:29) menyebutkan bahwa ciri-ciri anak didik yang memiliki kreativitas adalah dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: Dorongan ingin tahu besar; sering mengajukan pertanyaan yang baik; memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah; bebas dalam menyatakan pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya; tidak mudah terpengaruh orang lain; daya imajinasi kuat; orisinalitas tinggi; dapat kerja sendiri dan senang mencoba hal-hal baru.
Ciri-ciri anak didik yang memiliki kreativitas dalam belajar dapat ditandai muculnya suatu sifat dan sikap agresif pada diri anak didik tersebut karean didorong oleh daya imajinasinya yang kuat serta mampu melahirkan ide atau gagasan dalam melaksanakan suatu kegiatan bahkan sering juga tertarik kepada hal-hal yang baru, kemudian ia sering kelihatan menonjol jika dibandingkan dengan anak-anak yang kurang kreatif bahkan sering adanya kelebihan yang lain misalnya kelihatan menonjol dalam salah satu bidang kesenian. Untuk berkembangnya kreativitas anak didik di sekolah secara baik adalah perlu adanya peran aktif guru dalam proses belajar dan mengajar dan dorongan kepada anak didik yang kelihatan memiliki ciri-ciri kreativitas dalam bekerja. Untuk merealisasi ciri kreativitas menjadi nyata, perlu adanya usaha guru menyediakan fasilitas serta peralatan yang seimbang untuk mendukung pelaksanaan pengembangan kreativitas anak dalam belajar terutama adalah yang menyangkut dengan pengembangan profesi yang sedang ditekuni. Kegiatan tersebut boleh jadi menyangkut dengan lomba penelitian karya ilmiah remaja, pramuka, olah raga, rekreasi, pelatihan kepemimpinan koperasi sekolah, kegiatna bakti sosial, palang merah remaja, kesenian dan pencinta alam, diskusi, pengadaan kursus 5
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
dan belajar kelompok yang semuanya ini dapat memberikan manfaat bagi diri anak didik itu sendiri serta juga untuk lingkungan masyarakat di tempat ia berada. Jika semua fasilitas dan peralatan yang seimbang telah disediakan, namun perkembangan kreativitas anak didik dalam belajar masih belum dapat mencapai titik puncak optimal. Maka guru harus dapat berperan secara lebih luas lagi yaitu harus mampu menjalin hubungan dengan berbagai pihak instansi yang terkait bila memang diperlukan. Akan tetapi yang lebih penting adalah dengan pihak orang tua dari anak didik itu sendiri, karena keberhasilan anak didik bukan saja merupakan tanggung jawab guru atau sekolah secara mutlak, akan tetapi menyangkut tanggung jawab bersama antara sekolah dan keluarga dari anak didik yang bersangkutan. Kualifikasi Guru dalam Membina Bakat dan Kreativitas Anak Didik Keberhasilan pelaksanaan program pendidikan di sekolah adalah ditentukan oleh berbagai faktor, kemudian salah satu diantaranya adalah termasuk kwalifikasi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar disuatu sekolah. Kwalifikasi yang harus dimiliki oleh seorang guru bukan hanya disatu segi saja, melainkan harus meliputi pendidikan, kepribadian dan kemampuan berkomunikasi yang baik serta mampu melakukan hubungan sosial dengan masyarakat secara baik dimanapun ia berada. Untuk lebih jelas mengenai batasan kwalifikasi guru yang penulis maksudkan, maka penulis mengutip pendapat seorang ahli yaitu Conny Semiawan (1987:63) yang menyebutkan agar proses belajar dan mengajar dapat berhasil secara lebih baik, maka seorang guru harus memiliki kwalifikasi yang meliputi persyaratan sebagai berikut: 1.
Persyaratan profesional/pendidikan, yaitu minimal sarjana (S1), berpengalaman dalam mengajar, menguasai teknik dan model penilaian, mempunyai kegemaran membaca dan belajar.
2.
3.
ISSN: 2337-9227
Persyaratan kepribadian, yaitu mempunyai sifat toleransi, bersikap terbuka, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan yang luas, penuh pengertian, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu, adil dan jujur, berdisiplin tinggi. Persyaratan hubungan sosial, yaitu suka dan pandai bergaul, dapat menyesuaikan diri, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang.
Untuk memperluas maksud pendapat yang dikemukakan oleh tokoh di atas tentang kwalifikasi guru yang diperlukan dalam proses belajar mengajar di sekolah, berikut ini penulis mengutip kembali pendapat Muhammad Nur (2002:75) yang menyebutkan pendidikan di sekolah adalah perlu adanya guru yang memiliki kwalifikasi yang meliputi: 1. Mempunyai kwalifikasi sebagai guru profesional, 2. Mempunyai kemampuan cukup untuk oto-kritik, 3. Dapat bekerja secara mandiri, 4. Tahan tetapi cukup tanggap terhadap kritik, 5. Penuh inisiatif, 6. Kreatif dan inofatif, 7. Mempunyai kemampuan verbal tinggi, 8. Memiliki kemampuan numerik tinggi, 9. Memiliki minat yang luas variasinya, 10. Mempunyai kegemaran membaca dan belajar, 11. Memiliki pengetahuan yang luas mengenai berbagai perkembangan dalam ilmu dan teknologi, 12. Mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk melakukan analisis mengenai kejadiankejadian sosial ekonomi, 13. Bersikap tidak dogmatik dan domokratik, 14. Memiliki dorongan ingin tahu (curiocity) besar dan suka bereksperimen, 15. Mudah bergaul dan memahami dengan cepat mengenai tingkah laku orang lain.
6
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
Berhasilnya pembinaan bakat dan kreatifitas anak didik di sekolah melalui proses belajar dan mengajar, seorang guru dituntut harus memiliki kualifikasi diri baik, karena dengan kualifikasi diri yang baik seorang guru akan menarik simpati para anak didik terhadap apa saja yang akan diajarkan kepadanya. Bahkan dalam proses belajar dan mengajar tingginya rasa simpatisan anak didik kepada guru hal ini biasanya akan membawa suatu pengaruh positif terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Kemudian sikap simpatisan ini juga termasuk salah satu faktor yang paling penting dalam menentukan berhasil tidaknya proses belajar dan mengajar terutama dalam membina bakat dan kreatifitas anak didik dalam belajar. Melalui kualifikasinya setiap guru dituntut untuk menjalankan peran aktifnya sebagai komunikator, motivator, dan fasilitator. Karena ketiga peran ini secara umum dapat dikatakan sangat diperlukan oleh anak didik dalam mengembangkan bakat dan kreatifitasnya diberbagai bidang, baik dalam lingkungan sekolah maupun keluarga dan lingkungan sosialnya. Sebagai komunikator, dalam mengajarkan ilmu pengetahuan, guru harus dapat menciptakan dan mempunyai kemampuan untuk menstransfer berbagai informasi, sikap dan keterampilan kepada anak didiknya dengan melatih berbagai macam metode pendekatan yang mampu menghayati, menyerap nilai serta mengembangkan ilmu dan keterampilan secara mandiri. Sebagai fasilitator, guru harus berusaha agar dirinya benar-benar menjadi orang yang dapat membantu anak didik jika mengalami suatu hambatan dalam mengembangkan bakat dan kreatifitasnya, hal ini bertujuan untuk mempermudah serta memperlancar proses belajar yang sedang ditekuni oleh anak. Usaha Pembinaan Pengembangan Bakat dan Kreatifitas Anak Didik di Sekolah
Bakat dan kreatifitas adalah dua istilah yang mempunyai arti yang
ISSN: 2337-9227
berlainan, namun istilah tersebut sering digandeng bersama. Karena munculnya istilah kreatifitas sebab adanya bakat dan begitu juga sebaliknya yaitu munculnya bakat berkat adanya kreatifitas, berarti kedua istilah ini sulit dipisahkan dalam arti berdiri sendiri- sendiri tanpa ada suatu hubungan antara bakat dan kreatifitas. Bakat adalah suatu kemampuan yang sifatnya heraditer atau sudah ada semenjak lahir dan akan berkembang apabila adanya respon (pengaruh) bekerjasama dengan lingkungan alam sekitarnya atau enviroment. Kemudian untuk lebih jelas mengenai bakat yang penulis maksudkan disini, penulis mengutip pendapat ahli yaitu Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan (2012:82) yang menyebutkan bakat adalah sebagai berikut : “Bakat adalah sifat-sifat yang heraditer telah ada semenjak lahir diturunkan oleh suatu generasi kepada generasi yang menggantikannya, misalnya yang diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya dan sebagainya. Bakat adalah suatu kemampuan dasar yang diperoleh dari sejak lahir melalui suatu keturuanan dari orang tuanya, kemampuan ini akan berkembang apabila diberikan pengaruh luar atau lingkungan misalnya belajar, latihan teratur secara terjadwal. Sedangkan yang dimaksudkan dengan kreatifitas adalah hasil daripada perkembangan bakat akibat dari proses belajar dan latihan serta pelatihan keterampilan yang akhirnya melahirkan suatu karya melalui hasil pemikiran dari akibat belajar. Dalam proses belajar dan mengajar, bakat dan kreatifitas adalah termasuk salah satua faktor yang sangat penting untuk menentukan berhasil tidaknya seorang guru di dalam menyampaikan pelajaran, karena kalau anak tidak berbakat tidak mungkin ia dapat dididik dan ini sama halnya dengan seperti merubah emas untuk menjadi perak dan hal ini tidak mungkin untuk dilakukan kemudian begitu juga sebaliknya yaitu siswa yang tidak memiliki bakat tentu ia tidak 7
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
sanggup untuk mencapai suatu tujuan pendidikan karena disebabkan tidak mempunyai kemampuan. Mengingat adanya kenyataan tentang anak yang kurang berbakat dan kreatifitas dalam belajar di sekolah dengan ditandai dengan gejala rendahnya suatu prestasi, tidak mampu untuk berfikir, sering tinggal kelas, bahkan ada yang tidak berhasil lulus dalam mengikuti tes ujian akhir. Maka guru perlu melakukan berbagai macam usaha pembinaan pengembangan bakat serta kreatifitasnya anak didik dalam belajar. Mengenai cara pembinaan pengembangan bakat serta kreatifitasnya anak didik dalam belajar. Mengenai cara pembinaan pengembangan bakat dan kreatifitas anak didik di dalam belajar. Mengenai cara pembinaan pengembangan bakat dan kreatifitas anak didik di dalam belajar, Conny Semiawan (1987:11) ia menyebutkan sebagai berikut: 1. Pendidik dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala ketentuan dan kelemahannya serta memberi kepercayaan kepadanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu. 2. Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa dinilai oleh orang lain. 3. Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan, dan perilaku anak yang dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang anak.
Sehubungan dengan pendapat tokoh di atas tentang usaha serta cara pembinaan pengembangan bakat dan kreatifitas anak didik dalam belajar, berikut ini Kartini Kartono (1987:10) ia menyebutkan bahwa cara untuk pembinaan pengembangan bakat dan kreatifitas anak didik dalam belajar di sekolah, adalah dapat ditempuh melalui usaha dengan cara sebagai berikut: 1. Pengembangan kognitif, antara lain dengan merangsang kelancaran, kelenturan dan keaslian dalam berfikir.
ISSN: 2337-9227
2. Pengembangan efektif, dilakukan dengan memupuk sikap dan minat untuk bersibuk diri secara kreatif. 3. Pengembangan psikomotorik, dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasana pendidikan yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya yang produktif dan inovatif.
Usaha untuk pengembangan bakat dan kreatifitas anak didik dalam belajar terutama di sekolah, maka bagi seorang guru perlu menenmpuh berbagai macam cara untuk usaha membantu diri anak didik dalam kegiatan belajar terutama adalah yang menyangkut dengan pembinaan pengembangan bakat dan kreatifitas anak didik dalam belajar. Dalam usaha pembinaan pengembangan bakat dan anak didik melalui proses belajar mengajar di sekolah seorang guru dituntut harus mampu memperhatikan kedua sisi pada saat belajar. Sisi yang pertama adalah menyangkut dengan diri guru itu sendiri pendidik dan sisi yang kedua adalah menyangkut dengan diri anak didik sebagai orang yang belajar. Sebagai seorang pendidik, guru harus dapat menunjukkan dirinya sebagai orang dewasa yang terbaik terutama pada saat mengajar atau menyampaikan segala pelajaran kepada anak didik, maka pada saat itu guru harus benar-benar dapat memperlihatkan kepribadiannya yang menarik dan menyenangkan diri anak didik, dan kepribadian yang dimaksudkan itu diantaranya adalah termasuk memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang luas, mempuyai kemampuan untuk memperhatikan kekuatan dan kelemahan anak didik, mampu merangsang pola berpikir anak didik, mampu membina sikap serta merangsang minat sibuk bekerja secara kreatif, dapat menyediakan saran dan prasarana pendidikan dalam usaha memberikan kesempatan pengembangan keterampilan untuk membuat karya-karya yang produktif dan inovatif. Sebagai anak didik yang sedang belajar, disini seorang guru dituntut harus 8
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
memberikan perhatian secara adil dan merata artinya adalah seorang guru tidak hanya senang pada anak didiknya yang baik-baik, yang cantik-cantik ataupun yang pandai-pandai saja. Akan tetapi seorang guru yang baik di dalam proses belajar dan mengajar di sekolah, ia harus mampu menerima anak didiknya itu sebagaimana apa adanya, hal ini mempunyai arti bahwa seorang guru dalam usaha membina bakat dan kreatifitas anak dalam belajar tidak melakukan penilaian atau dengan kata lain bahwa anak didik tidak merasa dirinya sedang dinilai. Melainkan ia merasa bahwa guru terus berusaha melakukan kebaikan dan memperkecil kelemahan bahkan menghilangkannya. Penutup Mendapatkan keseragaman tentang cara untuk belajar, guru perlu bekerjasama dengan semua guru bidang studi dari pihak lain yang dianggap perlu untuk menyusun suatu naskah tentang cara-cara mengembangkan bakat dan kreativitas anak dalam belajar. Untuk lebih sempurna cara dalam menentukan bakat dan kreativitas anak dalam belajar, guru tidaklah cukup menilai satu faktor saja tentang hasil belajar dan kreativitas yang ditonjolkan anak didik di sekolah. Melainkan lebih luas dari itu lagi yaitu mengadakan tes bakat, mengumpul-kan informasi dari keluarganya, serta teman dekatnya dari anak didik yang bersangkutan. Memotivasi anak mengembangkan bakat dan kreativitas di sekolah, guru perlu bekerjasama dengan pihak lain dalam melaksanakan tes bakat terutama tenaga tes dari Psikologi. Kemudian guru harus dapat melakukan pendekatan dengan anak didik secara lebih terbuka dalam mengemukakan suatu permasalahan.
ISSN: 2337-9227
Psikologi Terapan 3 Teknik Bimbingan Praktis, Jakarta: CV. Rajawali. _____ 1985. Bimbingan bagi Anak-anak dan Remaja yang Bermasalah, Sri Psikologi Terapan 6, Jakarta: CV. Rajawali. Muhammad Nur 2002. Psikologi Pendidikan: Fondasi Untuk Pengajaran. Surabaya. PSMS Program Pascasarjana Unesa Natawijaya, Rochman 1981. Pedoman Pembinaan Program Bimbingan di Sekolah, Jilid I dan II, Jakarta: PT. Kencana Nusantara. Partowisastro, Koestoer 1984. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, Jilid I, II dan III, Jakarta: Erlangga. Roestiya, NY. 1982. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Edisi Pertama, Jakarta: PT. Bina Aksara. Semiawan, Conny 1987. Perkembangan Bakat dan Kreativitas Anak. Jakarta: PT. Bina Aksara. Slameto 1987. Perkembangan Bakat Anak Didik. Jakarta: CV. Rajawali. Suardiman 1981. Psikologi Konseling. Yogyakarta: Indonesia Suryabrata, Sumadi 1982. Perkembangan Individu. Edisi Pertama, Jakarta: CV. Rajawali. Zainal Arifin & Adhitiyawan 2012. Pengembangan Pembelajaran Aktif dengan ICT. Yokyakarta: Skripta
Daftar Pustaka Kartono, Kartini 1981. Teori Kepribadian, Bandung: Alumni. _____ 1985. Bimbingan dan Dasardasar Pelaksanaannya, Seri 9
PESONA DASAR
Vol. 1 No. 3, April 2014
ISSN: 2337-9227
10