eJournal Ilmu Komunikasi, 2015 : 3 (4) 88-102 ISSN 0000-0000, ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2014
PERAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM MINAPOLITAN KEPADA PEMBUDIDAYA IKAN DI KECAMATAN LOA KULU KUTAI KARTANEGARA Masliana1 Abstrak Masliana, Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Dalam Mensosialisasikan Program Minapolitan Kepada Pembudidaya Ikan Di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Di bawah bimbingan Hj. Hairunnisa, S. Sos., M.M dan Annisa Wahyuni A,S.Ip., M.M. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran Dinas Kelautan Dan Perikanan dalam melakukan sosialisasi serta faktor yang menjadi penghambat dan pendukung peran Dinas Kelautan Dan Perikanan dalam mensosialisasikan program minapolitan kepada pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Jenis penelitian yang digunankan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan melakukan pendekatan kualitatif,pendekatan kualitatif yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok. Data yang akan disajikan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu, data yang diperoleh dari penelitian langsung dilapangan berupa data dari wawancara langsung serta data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui beberapa sumber-sumber informasi lain yang masih bersangkutan dengan fokus penelitian yang dipersiapkan peneliti. Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah metode analisis interaktif yang merupakan rangkaian dari proses pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian data dan menarik kesimpulan/ verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dinas Kelautan Dan Perikanan Kutai Kartanegara menjalankan perannya dengan tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi, tugas dekonsentrasi di bidang kelautan dan perikanan menjalankan fungsi pelaksanaan kebijakan operasional, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang kelautan dan perikanan.. Namun Dinas Kelautan Dan Perikanan berupaya lebih baik lagi dengan melakukan sosialisasi informal agar pesan dan informasi yang disampaikan bisa di terima oleh pembudidaya ikan dan masyarakat di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Namun Dinas Kelautan Dan Perikanan selalu berupaya untuk melakukan penertiban dengan baik dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Keywords: Peran, Mensosialisasikan,Program Minapolitan
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email.
[email protected]
Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Mensosialisasikan Minapolitan (Masliana)
PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah untuk dimanfaatkan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, diantaranya adalah berbagai potensi sumber daya kelautan dan perikanan. Indonesia memilikiperairan yang luas, baik perairan laut maupun perairan air tawar berupa perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Potensi perikanan jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80–90 % dari potensi produksi lestari. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan dimaksudkan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan, sehingga produksi ikan dapat dipertahankan dari tahun ke tahun. produksi perikanan tertinggi di dunia setelah China dan Peru.Amrullah S, 2013. “Perikanan Indonesia diambang Over Fishing” (http://wajahbahariku.blogspot.com/2013/05/solusi-alternatif-mengatasi-over.html, diakses 19 Maret 2015) Kementerian Kelautan dan Perikanan mengampanyekan program andalan minapolitan. Kini pamor minapolitan, yang berbasis komoditas perikanan unggulan tersebut banyak rintangan yang di hadapi tahun 2009, Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan 41 lokasi percontohan pengembangan kawasan minapolitan. Sebanyak 24 kabupaten/kota untuk perikanan budidaya, 9 kabupaten/kota untuk perikanan tangkap, dan 8 kabupaten/kota untuk budidaya garam. Dengan alasan persiapan pelaksanaannya diundur hingga tahun 2011. Lemahnya komitmen pemerintah daerah sebagai pemicu hambatan pelaksanaan minapolitan. Minapolitan merupakan manajemen ekonomi kawasan berbasis komoditas perikanan unggulan dengan fokus pelaksanaan di daerah. Setiap kawasan terdiri atas sentra produksi terintegrasi dari hulu hingga hilir. Berdasarkan data Dinas kelautan dan perikanan kutai kartanegara, Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki posisi strategis karena dilewati oleh DAS Mahakam dan dilintasi oleh jalan raya, dimana masyarakatnya sebagian menjadi nelayan pencari ikan maupun pembudidaya ikan air tawar atau kolam. Kecamatan loa kulu memiliki luas 1.045,7 km² dengan kondisi wilayah berbukit dan bergunung dengan ketinggian wilayah dari permukaan laut sampai 2.150 m, budidaya ikan yang dikembangkan model minapolitan adalah budidaya ikan tawar dalam keramba dan kolam. ( Penyusunan masterplan kawasan minapolitan Kabupaten Kutai Kartanegara). Peran Dinas Kelautan dan Perikanan diperlukan dalam mengkomunikasikan program minapolitan untuk membina, memotivasi bagi nelayan yang ada di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara, dengan diberikan penyuluhan oleh pegawai penyuluh lapangan (PPL) maka kegiatan usaha pemberdayaan nelayan akan menjadi lebih baik.Sektor perikanan merupakan sumber perekonomian utama Kecamatan Loa Kulu, hal ini hanya dapat dicapai apabila pelaku utama dan pelaku usaha perikanan memiliki kemampuan komunikator, manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis yang handal sehingga pelaku pembangunan perikanan mampu membangun usaha yang berdaya saing tinggi dan mampu berperan serta dalam melestarikan lingkungan hidup sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. 89
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 88-102
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Dalam Mengkomunikasikan Program Minapolitan Kepada Pembudidaya Ikan Di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara”agar dapat melihat seperti apa dan seberapa efektifnya komunikasi Dinas Kelautan dan Perikanan dalam menjalankan perannya untuk mencapai keberhasilan dari program minapolitan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana Peran Dinas Kelautan dan Perikanan dalam mensosialisasikan program minapolitan kepada pembudidaya ikan di Kecamatan Loa kulu Kutai Kartanegara? 2. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung dalam mensosialisasikan program minapolitan kepada pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara? TEORI DAN KONSEP Komunikasi Sosial dan Pembangunan Komunikasi Sosial dan Pembangunan sesungguhnya merupakan gabungan dari dua istilah, yakni Komunikasi Sosial dan Komunikasi Pembangunan. Secara substansial, kedua istilah tersebut tidak mengandung perbedaan. Artinya, materi bahasan yang terkandung di dalamnya sama-sama berbicara tentang bagaimana komunikasi harus dilakukan, sehingga berperan sebagai penunjang pelaksanaan program-program pembangunan dalam rangkan menciptakan perubahan pada suatu sistem sosial, yakni perubahan sosial (social changes). Secara teoritis, pembangunan merupakan upaya untuk menciptakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga program-program pembangunan yang dicanangkan senantiasa bersifat ide-ide pembaruan (inovasi), baik yang berupa fisik maupun nonfisik. Program pembangunan yang bersifat fisik, misalnya berupa pembangunan infrastruktur, sedangkan program pembangunan yang brsifat nonfisik misalnya pembangunan suprastruktur dan pemberdayaan manusia (sumber daya manusia). Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Berdasarkan jenisnya sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). (kamanto sunarto, 90
Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Mensosialisasikan Minapolitan (Masliana)
1993:23). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi yaitu: 1. Sosialisasi formal Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang dibentuk melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat. 2. Sosialisasi informal Sosialisasi informal adalah sosialisasi yang terdapat dalam pergaulan seharihari yang bersifat kekeluargaan Peran Biddle dan Thomas (1994:7) menyepadankan peristiwa peran ini dengan pembawaan lakon seorang pelaku dalam panggung sandiwara sebagaimana patuhnya seorang pelaku terhadap skenario, instruksi, dari sutradara, peran dari sesama pelaku, pendapat dan reaksi umum penonton, serta dipengaruhi bakat pribadi si pelaku, seorang pelaku peran dalam kehidupan sosial pun mengalami hal yang hampir sama. Dalam kehidupan sosial nyata, membawakan peran berarti menduduki suatu posisi sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini seorang individu juga harus patuh pada skenario, yang berupa norma sosial, tuntutan sosial dan kaidah-kaidah. Dalam Kanfer (1987:197) menyebutkan 5 aspek penting dari peran, yaitu: 1. Peran itu bersifat impersonal. 2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja. 3. Peran itu sulit dikendalikan. 4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan menghasilkan perubahan perilaku. 5. Peran dan pekerjaan itu tidaklah sama. Peran Pemerintah Sebagai Komunikator Pembangunan Dengan perannya yang sangat besar dalam memberdayakan masyarakat pelaku utama, maka perlu adanya pembinaan bagi petugas teknis perikanan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan berbagai metode dan media. Hal tersebut salah satunya dengan melaksanakan kegiatan percontohan di kawasan mendukung Industrialisasi Kelautan dan Perikanan tersebut. Siaran Pers Tujuannya adalah untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi para penyuluh perikanan; memfasilitasi percontohan/demonstrasi sebagai media petugas kelautan dan perikanan.
91
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 88-102
Teori S-M-C-R Model komunikasi ini dikenal dengan S-M-C-R. S adalah source yaitu pengirim pesan, M adalah Message yaitu pesan itu sendiri, Channel yaitu saluran atau cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan R yaitu Receiver atau penerima pesan yang menjadi sasaran kita. Deddy Mulyana (2007:150-151) Dalam model komunikasi David K. Berlo (1960), diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 proses utama yaitu SMCR (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 proses sekunder yaitu feedback, efek, dan lingkungan. Minapolitan Minapolitan adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan sistem dan manajemen kawasan dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi.jadi bisa dikatakan bahwa minapoitan adalah suatu kegiatan peningkatan perikanan yang teratur. Minapolitan merupakan kerangka berpikir dalam pengembangan agribisnis berbasis perikanan di suatu daerah. Minapolitan adalah wilayah yang berisi sistem agribisnis berbasis perikanan dengan penggeraknya usaha agribisnis. Kawasan Minapolitan adalah kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan komoditas kelautan dan perikanan, jasa, perumahan dan kegiatan terkait lainnya. Sub sistem pengembangan minapolitan yang berbasis perikanan. Pengembangan minapolitan tetap mencakup pengembangan ke empat sub sistem dari sistem dan usaha agri bisnis berbasis perikanan. (http://karyatulisilmiah.com/pengertianminapolitan/ diakses 17 Desember 2014) Tujuan Minapolitan Dalam minapolitan terdapat beberapa tujuan yaitu: 1. Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas. 2. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan yang adil dan merata. 3. Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah. Secara umum minapolitan bertujuan untuk peningkatan,kesejahteraan masyarakat,dan peningkatan ekonomi. Karakteristik Minapolitan Minapolitan terdapat beberapa karakteristik, yaitu terdiri dari sentra-sentra produksi dan pemasaran berbasis perikanan dan mempunyai multiflier effect tinggi terhadap perekonomian disekitarnya sebagai berikut: 1. Mempunyai keanekaragaman kegiatan ekonomi, produksi, perdagangan, jasa pelayanan, kesehatan dan sosial yang saling terkait. 2. Mempunyai sarana dan prasarana memadai sebagai pendukung keanekaragaman aktifitas ekonomi sebagai layaknya sebuah kota.
92
Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Mensosialisasikan Minapolitan (Masliana)
Persyaratan Minapolitan Wilayah yang bisa dilakukan peningkatan perikan/menoplitan terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu: 1. Komitmen Daerah : ditetapkan Bupati/Walikota sesuai perencanaan strategis. 2. Komoditas Unggulan : Seperti udang, patin, rumput laut dan lainnya. 3. Letak Geografis : Lokasi strategis dan secara alami. 4. Sistem dan Mata Rantai : Keberadaan sentra produksi yang aktif seperti lahan budidaya dan pelabuhan perikanan. 5. Kelayakan Lingkungan : Tidak merusak lingkungan Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan Dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan secara terintegrasi, perlu disusun masterplan pengembangan kawasan minapolitan yang akan menjadi cuan penyusunan program pengembangan. Adapun muatan yang terkandung didalamnya adalah: 1. Penetapan pusat minapolitan yang berfungsi sebagai (Douglas 1986): a. Pusat perdagangan dan transportasi perikanan (aquacultural trade/transport center). b. Penyedia jasa pendukung perikanan (aquacultural support services). c. Pasar konsumen produk non-perikanan (non aquacultural consumers market). d. Pusat industri perikanan (aqua based industry). e. Penyedia pekerjaan non perikanan (non-aquacultural employment). f. Pusat minapolitan dan hinterlandnya terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi, dan kabupaten. 2. Penetapan unit-unit kawasan pengembangan yang berfungsi sebagai (Douglas, 1986): a. Pusat produksi perikanan (aquacultural production). b. Intensifikasi perikanan (aquacultural intensification). c. Pusat pendapatan perdesaan da permintaan untuk barang-barang dan jasa non-perikanan (rural income and demand for non-aquacultural goods and services). d. Produksi ikan siap jual dan diversifikasi perikanan (cash fish production andaquacultural diversification). 3. Penetapan sektor unggulan Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor hilirnya. Kegiatan minabisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling besar (sesuai dengan kearifan lokal). Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan orientasi ekspor. 4. Dukungan sistem infrastruktur Dukungan infrastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya: jaringan jalan, irigasi, sumber-sumber air, dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi). 93
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 88-102
5. Dukungan sistem kelembagaan Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan minapolitan yang merupakan bagian dari pemerintah daerah dengan fasilitasi pemerintah pusat. Pengembangan sistem kelembagaan insentif dan disinsentif pengembangan kawasan minapolitan. Melalui keterkaitan tersebut, pusat minapolitan dan kawasan produksi perikanan berinteraksi satu sama lain secara menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini diharapkan untuk meningkatkan niali tambah (value added) produksi kawasan minapolitan sehingga pembangunan perdesaan dapat dipacu dan migrasi desa-kota yang terjadi dapat dikendalikan. Definisi Konsepsional Peran dinas kelautan dan perikanan dalam mensosialiasikan program minapolitan berdasarkan penyerahan dan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah secara khusus untuk keperluan pembangunan berkelanjutan di bidang kelautan dan perikanan kepada pembudidaya ikan kecamatan loa kulu kutai kartanegara dengan menyiapkan petugas teknis sebagai komunikator yang memberi informasi langsung kelapangan. Berdasarkan keterampilan berkomunikasi dalam sistem sosial yakni perwujudan perubahan sosial dalam bidang pengembangan masyarakat untuk mensosialisasikan progam minapolitan sesuai dengan PERDA Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 15 Tahun 2011 mengenai usaha perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara tentang sumber daya kelautan dan perikanan yaitu pemanfaatannya diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan tentang perizinan usaha, perlindungan, dan pengawasan, secara berdaya guna dan berhasil guna dengan tetap memperhatikan kelestariannya. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi, perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kawasan minapolitan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode dengan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian seseorang, pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peran Dinas Kelautan dan Perikanan a. Tugas Pokok Melaksanakan kewenangan desentralisasi tugas dekonsentrasi di bidang kelautan dan perikanan. b. Fungsi pelaksanaan kebijakan operasional, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang kelautan dan perikanan.
94
Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Mensosialisasikan Minapolitan (Masliana)
2. Sosialisasi a. Sosialisasi Formal Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang dibentuk melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat. b. Sosialisas Informal Sosialisasi informal adalah sosialisasi yang terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat kekeluargaan. Artinya bahwasanya sosialisasi informal ini bisa terjalin dalam sesama masyarakat. 3. Faktor penghambat dan pendukung peran Dinas Kelautan dan Perikanan dalam mensosialisasikan program minapolitan kepada pembudidaya di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Sumber Data Dalam penelitian ini penunjukan informan menggunakan metode: 1. Teknik Purposive Sampling. Teknik purposive sampling ini digunakan untuk memperoleh Key Informan. Adapun Key Informan dan informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Key Informan Ir. Armeinadi (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan) Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara. b. Informan : Pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki kriteria sebagai pembudidaya ikan yang memiliki keramba/ kolam ikan tawar seperti ikan nila dan ikan mas yang berada di kawasan minapolitan di kecamatan Loa Kulu dan berjumlah 3 (tiga) orang : 1. Sunarno 2. Nanang 3. Ancah Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 April 2015 s/d 13 April 2015. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Kepustakaan 2. Penelitian Lapangan – Observasi – Wawancara 95
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 88-102
– Dokumentasi Tehnik Analisis Data Analisa data kualitatif terdiri dari 4 komponen, antara lain : 1. Pengumpulan Data 2. Reduksi Data 3. Penyajian Data 4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini peneliti akan mencoba menggambarkan dan menganalisis Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Dalam Mensosialisasikan Potensi perikanan di Kecamatan Loa Kulu yang diarahkan oleh model minapolitan adalah budidaya ikan nila dan ikan mas dalam kolam dan keramba. Program minapolitan tidak hanya memfokuskan untuk produksi ikan saja melainkan mempertahankan keunggulan produktifitas dengan melakukan pengolahan hasil perikanan seperti dengan mengerikan ikan asin, usaha ini tidak hanya dilakukan untuk perseorangan melainkan sudah terbentuk dalam usaha yang terhimpun dalam kelompok-kelompok usaha. Sebagaimana sudah dijelaskan kecamatan loa kulu sebagai satu lokasi yang potensial untuk pembudidayan ikan namun menurut analisis data perikanan kabupaten belum menepati urutan teratas sehingga dengan adanya penetepan kawasan minapolitan di Kecamatan Loa Kulu dapat meningkatkan produksi ikan, minat pasar dari kota utama menjadi lebih baik sehingga tercapainya tujuan program minapolitan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara dan dapat menjadi daerah percontohan untuk perkembangan pembudidaya ikan di tahap pertama dan dapat mengikuti tahap-tahap berikutnya agar bisa di terapkan di kawasan perikanan lainnya di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dari gambaran diatas diharapkan Peran Dinas Kelautan dan Perikanan Kutai Kartanegera dalam mensosialisasikan program minapolitan terhadap pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara lebih efektif dan efisian agar tujuan dari program minapolitan dapat tersampaikan dengan baik dan tepat tujuan. peran dinas kelautan dan perikanan dengan penelitian Model S-M-CR david k Berlo (wenburg dan Wilmot, 1973:49-50) merupakan singkatan dari Source (sumber) Message (pesan) Channel ( melalui media apa) dan Receiver (penerima). Source merupakan informasi atau pihak yang menciptakan pesan baik seseorang atau kelompok dimana dalam penelitian ini source-nya adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara, Message merupakan pesan yang disampaikan oleh sumber dalam suatu kode simbolik, seperti bahasa, atau isyarat. Pesan dalam penelitian ini adalah berupa informasi-informasi tentang program minapolita berserta kegiatan-kegiatanya untuk bisa sampai kepada masyarakat yang ada di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara.
96
Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Mensosialisasikan Minapolitan (Masliana)
Channel adalah media yang membawa informasi kepada khalayak media yang membawa informasi tentang tentang program minapolitan untuk bisa sampai kepada masyarakat yang dituju dengan menggunakan berbagai macam media seperti komunikasi tatap muka/komunikasi interpersonal kepada para pembudidaya ikan dan masyarakat di Kecamatan Loa Kulu dengan mengadakan seminar-seminar, pelatihan dan bimbingan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dengan mudah mengetahui informasi tentang program minapolitan tersebut. Receiver adalah seseorang atau kelompok yang menjadi sasaran komunikasi. penerima dari sasaran Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara dalam mensosialisasikan tentang program minapolitan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara adalah masyarakat yang berada di kecamatan loa kulu agar bisa berpartisipasi dalam kegiatan minapolitan sehingga tercapainya tujuan program minapolitan di kawasan Kecamata Loa Kulu Kutai Kartanegara agar dapat meningkatkan perekonomian dan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar agar lebih mandiri. Didalam penelitian ini juga menggunakan teori difusi invosi yang mana model teori difusi inovasi sekarang ini sering digunakan dalam komunikasi pembangunan Everett M. Rogers Diffusion Of Innovations yang memperkenalkan sebuah model komunikasi yang disebut model atau model difusi inovasi. Teori difusi inovasi yang menjelaskan proses suatu inovasi disampaikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada seseorang atau sekelompok anggota dari sistem sosial. Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: Inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu dan sistem sosial. inovasi adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata dinas kelautan dan perikanan kabupaten kutai kartanegara sudah melakukan sosialisasi program minapolitan yang telah disampaikan kepada pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Adapun cara yang ditempuh dinas kelautan dan perikanan kutai kartanegara sebagai komunikator dalam menyampaikan informasi tentang program minapolitan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara antara lain melalui media Komunikasi tatap muka yang dimana suatu bentuk komunikasi yang mempertemukan secara tatap muka pihak komunikator dan komunikan. Pesan disampaikan secara langsung dari komunikator, dan secara langsung dapat langsung menerima umpan balik dari komunikan. Sehingga dapat melihat respon balik atau umpan balik komunikan saat melakukan proses interaksi. Seperti melakukan kegiatan seminar, pelatihan lapangan dan melakukan bimbingan ke keramba atau kolam pembudidaya ikan yang ada di Kecamatan Loa Kulu. Sehingga informasi yang dinas kelautan dan perikanan sampaikan dengan mudah diterima oleh masyarakat dan pembudidaya ikan. Dinas Kelautan Dan Perikanan melakukan sosialisasi pada saat-saat yang sudah dijadwalkan setiap tahunnya dalam kurun waktu (3) tiga bulan sekali 97
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 88-102
melakukan kegiatan seminar, pelatihan dan bimbingan sehingga sudah terencana oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan Kutai Kartanegara, selain itu kegiatan juga di lakukan diluar jadwal agar semua keluhan-keluhan pembudidaya ikan dapat segera ditindak lanjuti oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan Kutai Kartanegara. Mensosialisasikan program minapolitan kepada masyarakat dan pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara karena karakter yang berbeda-beda dalam menerima pesan yang telah disampaikan kepada mereka dank arena suatu informasi atau pesan tidak bisa secara sekaligus diberikan kepada semua pembudidaya ikan dan masyarakat yang ada di Kecamatan Loa Kulu, maka diperlukan bantuan dari masyarakat dan pembudidaya ikan itu sendiri untuk memberitahukan kepada pembudidaya ikan lainnya sehingga informasi yang disampaikan bisa diterima oleh semua masyarakat dan pembudidaya ikan yang ada di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Berdasarkan hasil penelitian mengenai sosialisasi yang diselenggarakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dalam melakukan sosialisasi, didapati hasil yang positif dari pembudidaya ikan yakni keaktifan petugas dinas kelautan dan perikanan yang salah satunya untuk mencoba ikut terlibat dalam pelatihan langsung pada bidang perikanan. Hal ini menunjukkan adanya kepedulian Dinas Kelautan Dan Perikanan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara terhadap pembudidaya ikan yang berada di kawasan minapolitan untuk ikut serta dalam mensukseskan program minapolitan. Dari hasil pengamatan peneliti menilai sosialisasi formal dan informal sudah dijalankan oleh petugas Dinas Kelautan dan perikanan dalam melakukan sosialisasi mengenai program minapolitan untuk pembudidaya ikan dan sosialisasi formal dianggap paling efektif dalam mensosialisasikan program minapolitan karena para pembudidaya mendapatkan seminar dan pelatihan langsung sehingga tercapainya tujuan minapolitan. Dalam pelaksanaan sosialisasi program minapolitan Dinas Kelautan Dan Perikanan Kutai Kartanegara melakukan sosialisasi formal dam informal. Sosialisasi formal yang diselenggarakan dinas kelautan dan perikanan ditujukkan ke lembanga-lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk memberdayakan masyarakat (dalam rangka pembangunan) pada bidang perikanan. Sosialisasi formal dilakukan agar masyarakat yang menggeluti usaha perikanan lebih terampil dalam pembudidayaan ikan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai sosialisasi informal yang diterapkan kepada pembudidaya ikan dengan mengarah kepada sikap kekeluargaan yang sifatnya mempererat kekeluargaan antara Dinas Kelautan dan perikanan dan pembudidaya ikan. hal ini menunjukkan kepedulian Dinas Kelautan dan Perikanan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara terhadap pembudidaya ikan. Dari hasil wawancara kepada pembudidaya ikan, sosialisasi informal yang dijalankan oleh petugas dinas kelautan dan perikanan, dengan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan terhadap pembudidaya yang satu dengan lainnya dijalankan dengan sangat profesionalisme. Hal ini ditunjukan dinas kelautan dan perikanan kepada pembudidaya ikan dapat dilihat seperti melakukan pemantauan langsung 98
Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Mensosialisasikan Minapolitan (Masliana)
ke keramba/kolam pembudidaya ikan serta memberi informasi tentang program minapolitan dan perkembangan pasar terhadap bibit ikan dan teknologi terbaru untuk menunjang budidaya ikan. Idealnya petugas menyadari benar bahwasanya sikap kekeluargaan untuk mempererat kedekatan antara kedua belah pihak yang saling memerlukan. Dengan demikian sosialisasi informal didalam menyampaikan informasi tentang program minapolitan dapat sukses kedepannya seperti yang diharapkan Dinas Kelautan Dan Perikanan Di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Pada Dinas Kelautan dan Perikanan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara dalam menjalankan perannya untuk program minapolitan kepada pembudidaya ikan tidak selalu berjalan baik, yang mana dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapatnya beberapa kesenjangan yaitu berupa kendala yang dihadapi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dalam mewujudkan program minapolitan kepada pembudidaya ikan terdapat pada masalah yaitu masyarakat yang memiliki pola pikir yang begitu tinggi sehingga keinginan mereka sulit untuk di realisasikan karena membayangkan hal-hal yang belum tentu hasilnya sesuai dengan program minapolitan dikarenakan kurangnya wawasan dan kesadaran yang dimiliki sebagaian pembudidaya ikan sehingga dapat menimbulkan kegagalan dalam memproduksi hasil ikan, selain itu masalah lain yaitu sumber daya manusia tenaga kerja yang kurang dalam melakukan penyuluhan, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan bahwa “Kurangnya tenaga teknis perikanan dan adanya fenomena air yang bau atau bangar dan harga pangan yang tinggi membuat masyarakat sulit untuk membudidayakan ikan”. Sedangkan faktor pendukungnya apabila seluruh pembudidaya ikan mengerti akan adanya program minapolitan dengan terus menerus menerapkan tahapan-tahapan dalam program minapolitan untuk diterapkan membudidayakan ikan sehari-hari. Pembudidaya ikan lebih mengerti dan mengetahui daerah-daerah yang ditetapakn sebagai kawasan minapolitan, maka pembudidaya ikan diberikan penyuluhan, pelatihan, dan koordinasi yang sering dilakukan pada saat melakukan sosialisasi di seluruh desa di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. Berdasarkan pendapat pembudidaya ikan kebanyakan baik tidaknya sosialisasi yang dijalankan Dinas Kelautan dan Perikanan tergantung dari aparat Dinas Kelautan dan Perikanan itu sendiri, atau dalam skala dilapangan tergantung pada petugas yang berhubungan langsung dengan pembudidaya ikan, sehingga faktor pendukung maupun faktor penghambat peran dinas kelautan dan perikanan dalam mensosialisasikan program minapolitan terletak pada bagaimana petugas dinas itu sendiri didalam menjalankan tugasnya. Komitmen dinas kelautan dan perikanan untuk mengwujudkan tugasnya dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah yang dapat berdaya guna dan berhasil guna dalam pembangunan daerah, maka perlu diupayakan percepatan pembangunan pada masing-masing sektor secara efektif dengan memberdayakan potensi kelautan dan perikanan, merupakan salah satu faktor yang mendukung terwujudnya sosialisasi program
99
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 88-102
minapolitan yang lebih efektif dengan dapat mudah dipahami dan dimengerti oleh pembudidaya ikan. Dengan demikian, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam peran Dinas Kelautan Dan Perikanan dalam mensosialisasikan program minapolitan kepada pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara adalah terletak pada kemampuan petugas pada saat mensosialisasikan program minapolitan dilapangan. Tetapi peran pembudidaya ikan juga dibutuhkan yang mampu mengartikulasikan kepentingan pemerintah untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berbasis perikanan berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti kemukakan maka dapat disimpulkan bahwa peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Kutai Kartanegara dalam mensosialisasikan program minapolitan kepada pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara sebagai berikut : 1. Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Kutai Kartanegara dalam mensosialisasikan program minapolitan kepada pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara dapat dikatakan telah melaksanakan sosialisasi program minapolitan kepada pembudidayaikan dikecamatan loa kulu dengan menyampaikan informasi – informasi tentang program minapolitan yang diperlukan oleh masyarakat dan pembudidaya ikan di Kecamatan Loa Kulu Kutai Kartanegara. 2. Dinas kelautan dan perikanan kutai kartanegara juga melakukan sosialisasi formal dan informal yang menggunakan media komunikasi tatap muka karena diangap dapat dengan mudah menggetahui respon dari pembudidaya ikan. sosialisasi formal yaitus osialisasi yang terjadwal seperti seminar dan pelatihan sedangkan sosialisasi informal yaitu sosialisasi yang tak terjadwal. 3. Faktor penghambat peran dinas kelautan dan perikanan dalam mensosialisasikan program minapolitan kepada pembudidayaikan di Kecamatan Loa kulu Kutai Kartanegara yaitu masyarakat yang beranekaragam dan memiliki pola pikir yang begitu tinggi sehingga sulit untuk merealisasikan keinginan mereka dan fenomena air yang bau dan keruh akibat tambang batubara dan kelapa sawit menyebabkan kegagalan panen. 4. Faktor pendukung Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan dalam mensosialisasikan program minapolitan kepada pembudidaya ikan di Kecamatan Loa kulu Kutai Kartanegara yaitu seluruh pembudidayaikan mengerti akan program minapolitan tersebut yang sudah di informasikan oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan dalam memberi bimbingan dan pembinaan dibidang perikanan.
100
Peran Dinas Kelautan Dan Perikanan Mensosialisasikan Minapolitan (Masliana)
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Supaya menjadi referensi bagi dinas kelautan dan perikanan kutai kartanegara untuk lebih memperhatikan peran dinas kelautan dan perikanan dalam melakukan sosialisasi program minapolitan kepada pembudidaya ikan agar dapat menyampaikan maksud dan tujuan program minapolitan dengan menjalankan fungsi pelaksanaan kebijakan operasional, pembimbingan dan pembinaan di bidang kelautan dan perikanan seperti: a. Lebih meningkatkan perannya untuk meningkatkan kinerja petugas teknis lapangan perikanan untuk melakukan sosialisasi program minapolitan. b. Diharapkan dinas kelautan dan perikanan menambah petugas teknis lapangan agar dinas kelautan dan prikanan dapat melaksanakan perannya. 2. Diharapkan kegiatan komunikasi secara langsung dan harus terus dilakukan oleh dinas kelautan dan perikanan, karena cara ini lebih efektif jika dibandingkan dengan menggunakan brosur dan sepanduk saja, karena tidak semua memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga keterbatasan informasi dan pemahaman yang sangat minim seperti: a. Melakukan seminar-seminar dan pelatihan dalam membudidayakan ikan. b. Rutin mengadakan musyawarah untuk saling bertukar pedapat dengan pembudidaya agar tercapainya tujuan dari visi dan misi program minapolitan 3. Direferensikan supaya dinas kelautan dan perikanan lebih banyak melakukan kegiatan sosialisasi formal karena lebih membantu pembudidaya dalam meningkatkan sumberdaya pembudidaya ikan dalam melakukan budidaya ikan agar mendapat hasil produksi ikan yang lebih baik dan menjadi masyarakat yang mandiri. 4. Diharapkan Dinas Kelautan Dan Perikanan Kutai Kartanegara untuk menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap untuk digunakan dan pembudidaya ikan dalam melaksanakan kegiatan pembudidayaan Karena apa yang telah diberikan oleh dinas kelautan dan perikanan dianggap kurang oleh pembudidaya ikan. Daftar Pustaka Astrid.S. Susanto, Ilmu Komunikasi suatu pengantar, Bumi Aksara Jakarta. Cangara, Hafied, 2006. Pengantar Ilmu komunikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Cahyono Bambang, 2001, Komunikasi Pembangunan. Rajawali Pers. Jakarta. Effendy, Onong Uchjana, 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Ilyas dkk, 2002, Budi Daya Ikan Nila Merah dalam keramba Jaring Apung. Balai Pengkajian Tekhnologi perikanan, Semarang. Koentjaraningrat, 2001, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Balai Pustaka, Jakarta. 101
eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 88-102
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Remaja Rosada Karya. Dokumen-dokumen Peraturan Menteri Nomor 35 Tahun 2009/ Permenkan/ OT/ 140/ 7/ 2009 tanggal 24 Juli Tahun 2009 Tentang Pengertian Pegawai Penyuluhan Lapangan (PPL). Undang–Undang Republik Indonesia, Nomor 36 Tahun 2004 Tentang Budi Daya Perikanan. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara, Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Usaha Perikanan. Penyusunan masterplan kawasan minapolitan Kabupaten Kutai Kartanegara. Sumber Internet http://www.vivaborneo.com/tag/pengembangan-minapolitan (diakses 16 Desember 2014) http://www.vivaborneo.com/minopolitan-loa-kulu-hasilkan-5-235-ton-ikan.htm (diakses 16 Desember 2014) http://karyatulisilmiah.com/pengertian-kawasan-minapolitan/ (diakses 17 Desember 2014) http://wajah-bahariku.blogspot.com/2013/05/solusi-alternatif-mengatasiover.html, (diakses 19 Maret 2015) http://prospekperikananindonesiasma4.weebly.com diakses 20 Maret 2015) http://regional.kompas.com/read/2010/10/21/03434854/twitter.com(diakses20 maret 2015) (http://www.scribd.com/doc/62088064/KEP-18-MEN-2011#scribd Diakses19 Maret 2015) http://farikh-punya.blogspot.com/2011/12/minapolitan-tak-mampu sejahterakan.html diakses 20 Maret 2015) (http://www.demiindonesia.co.id/berita/detail/115454-disambangi-kppnkeluhkan-kurang-penyuluh.html diakses 16 Desember 2014
102