PERAN BIMBINGAN TERHADAP SANTRI YANG MENGALAMI KESULITAN MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN BAITUL QUR’AN KENDARI BUBUN BUNYAMIN NIM: 09 03 01 02 024
PENDAHULUAN Al-Qur’an biasa didefinisikan sebagai firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai dengan redaksinya kepada Nabi Muhammad Saw, dan diterima oleh umat Islam secara mutawatir dan dijadikan sebagai pedoman hidup.1 Hal ini sejalan dengan al-Qur’an Q.S. al-Baqarah/1: 185, sebagai berikut :
Terjemahnya : “Bulan Ramdhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil ”.2
Sejak al-Qur’an diturunkan sampai sekarang, terjadi banyak peristiwa besar, bencana yang mencemaskan, peperangan dan permusuhan antar umat manusia. Al-Qur’an
juga
melewati suatu masa dimana umat Islam sendiri seringkali terjadi bentrok. Namun bagaimanapun yang telah terjadi, al-Qur’an tetap utuh seperti saat awal diturunkan karena keaslian dan kemurnian al-Qur’an selalu dijaga oleh Allah Swt hingga hari akhir nanti. Hal demikian tercermin dalam Q.S. al-Hijr /15 : 9. Sebagai berikut :
1 2
M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 2007), h. 45. Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1996), h. 1.
Terjemahnya : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya kami telah memeliharanya”.3
Ayat ini menunjukan bahwa Allah akan selalu dan senantiasa menjaga kemurnian al-Qur’an baik dalam setiap kalimatnya, setiap ayatnya ataupun setiap hurufnya serta segala isi yang terkandung didalamnya. Karenanya, Umat Islam memiliki tanggung jawab serta diwajibkan untuk menaruh perhatian terhadap al-Qur’an dalam menjaga kemurnian dan keasliannnya dari tangan-tangan jahil musuh Islam yang tak pernah lelah dan berhenti untuk berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat al-Qur’an. Usaha yang dilakukan bisa dengan cara membacanya, menghafalnya, mengamalkan maupun menafsirkannya. Menghafal al-Qur’an merupakan pekerjaan yang cenderung sulit dari pada membaca dan memahaminya. Hal ini terjadi karena selain memiliki lembaran yang sangat banyak, al-Qur’an memiliki nuansa bahasa yang relatif sulit untuk difahami dan memiliki banyak ayat-ayat yang mirip. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam At-Turmudzi, sebagai berikut :
َا ْﻟﻘُرْ آن ْ ﻣَن Artinya : “sebaik-baik di antara kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya ”.4
Menghafalkan al-Qur’an prosesnya yang membutuhkan waktu lama, ketekunan dan kesungguhan sangat diperlukan sekali usaha keras, ingatan yang kuat serta minat dan motivasi yang besar yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang. Sehingga tidak jarang banyak sekali para santri yang berhenti di tengah jalan sebelum menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz. Oleh karena itu dalam mencapai tujuan untuk menghafalkan al-Qur’an 30 juz dalam jangka waktu tertentu dalam prosesnya membutuhkan motivator yang sekaligus sebagai pembimbing, serta metode yang pas, dan untuk membantu calon hafidz dalam menyelesaikan hafalannya sangat diperlukan 3
Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1996), h.
4
Iman Turmudzi, Sunan At-Turmuzi¸ Jus X, (Beirut : Daarul Fikri, 1994). H. 149.
316.
adanya bimbingan dan pembinaan secara terus menerus untuk mengontrol sejauh mana tingkat hafalan yang telah dicapai oleh santri. Pembinaan terhadap calon hafidz biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan agama yang mengkhususkan diri dalam bidang al-Qur’an dan juga pondok pesantren. Seperti halnya Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kelurahan Anggoeya Kecamatan Poasia Kota Kendari merupakan salah satu pondok yang memberikan suatu perhatian yang lebih kepada para santrinya dalam menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an. Oleh karena itu peneliti ingin menganalisis peran bimbingan terhadap santri yang kesulitan dalam menghafal al-Qur’an dan bagaimana faktor – faktor yang mempengaruhi santri kesulitan dalam menghafal al-Qur’an . Penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode pengambilan data dilakukan dengan Observasi, wawancara terhadap santi dan pembina, serta dokumentasi.
PEMBAHASAN A. Konsep Peran Pembimbing 1. Definisi Peran Definisi peran secara etimologi merupakan suatu bagian yang memegang peranan atau bertindak terhadap terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seperangkat tingkah laku diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.5 Dalam hal ini peran bimbingan guru di pesantren yang memberikan layanan atau bantuan kepada santri yang mengalami masalah yang dihadapinya melalui proses bimbingan. Tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial, pribadi, intektual dan pemberian nilai.6 2. Definisi Pembimbing Mengenai definisi bimbingan, banyak pendapat para tokoh mendefinisikannya diantaranya, menurut Dewa Ketut Sukardi mendefiniskan bimbingan sebagai proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu memperkembangkan potensi (bakat, minat, dan kemampuan) yang dimiliki, mengenai dirinya sendiri mengatasi
5
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 854. 6 http; Luthfis, wordpress. Com/ 2008/ 04/ 21/ peran–bimbingan dan konseling-dalam meningkatkanmutu-pendidikan. Diakses pada, 13 Januari 2016.
persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan kehidupannya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain. Sedangkan menurut Jumhur dan Moh. Surya, menguraikan bahwa Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah hidupnya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self under standing), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction), dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai dengan dirinya atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, Pesantren maupun masyarakat. Bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidangnya.7 Dari berbagai pendapat tersebut, meskipun berbeda-beda dalam menyampaikan pendapatnya tetapi mempunyai persamaan arti dan tujuannya. Perbedaan tersebut terletak pada penggunaan istilah dan tekanannya saja, sedangkan pada prinsipnya adalah sama. Menurut penulis bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan secara kontinyu agar individu atau sekelompok dapat mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi. Dalam hal ini bimbingan yang diberikan kepada santri yang kesulitan menghafalkan al-qur’an di Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kelurahan Anggoeya Kecamatan Poasia Kota Kendari. 3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan a)
Fungsi Bimbingan di pondok/Pesantren Bimbingan merupakan fungsi integral dalam proses belajar mengajar. Fungsi
bimbingan menurut Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Pesantren adalah :Fungsi Pencegahan (Preventif), Fungsi Penyaluran, Fungsi penyesuaian, Fungsi perbaikan, Fungsi Pengembangan b)
Tujuan Bimbingan dan Konseling Proses bimbingan dan konseling di Pesantren dapat berhasil apabila mempunyai
tujuan yang jelas yang akan dicapainya. Tujuan yang ingin dicapai dari adanya bimbingan itu adalah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adapun tujuan Bimbingan dan Konseling adalah :
7
I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance and Conseling, (Bandung : CV. Ilmu, 1981 ), h. 28.
-
Membantu santri untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat pribadi, hasil belajar serta kesempatan yang ada.
-
Membantu proses sosialisasi dan sensitifitas kepada kebutuhan orang lain.
-
Membantu santri-santri untuk mengembangkan motif-motif intrinsik dalam belajar sehingga tercapai kemajuan pelajaran yang berarti dan bertujuan.
-
Memberikan dorongan di dalam pengarahan dini, pencegahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan di dalam proses pendidikan.
-
Mengembangkan perasaan dan sikap secara menyeluruh serta perasaan santri dan penerimaan diri (self acceptance).
-
Membantu dalam memahami tingkah laku manusia.
-
Membantu santri-santri untuk memperoleh kepuasan pribadi dan dalam penyesuaian diri secara maksimum kepada masyarakat.
-
Membantu santri-santri untuk hidup di dalam perasaan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.8
c)
Asas-asas bimbingan Menurut Prayitno dan Erman amti asas-asas yang harus dijalankan dalam
layanan Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut :9 -
Asas kerahasiaan, artinya bahwa segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain.
-
Asas kesukarelaan, artinya proses Bimbingan dan Konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan.
-
Asas keterbukaan, maksudnya antara klien dan konselor bersedia membuka diri dan berkata secara jujur terdapat permasalahan yang dihadapinya demi kepentingan pemecahan masalah.
-
Asas kekinian, artinya masalah yang dihadapi oleh individu pada masa sekarang, bukan masalah yang lampau atau masalah yang akan datang.
-
Asas kemandirian, maksudnya layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain apalagi konselor.
8
Djumhur dan Drs. Moh Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance and Conseling, (Bandung: CV. Ilmu, 1981) 9 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1999), h.114-120.
-
Asas kegiatan artinya usaha Bimbingan dan Konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatannya.
d)
Jenis layanan Pelayanan Bimbingan Menurut Dewa Ketut Sukardi, jenis-jenis pelayanan Bimbingan beserta
kegiatannya adalah sebagai berikut :10 Layanan Orientasi, Layanan informasi, Layanan penempatan dan Penyaluran, Layanan bimbingan belajar.
B. Konsep Kesulitan Menghafal Al-Qur’an 1. Definisi Menghafal Al-qur’an Dalam bahasa Arab menghafal yaitu Al-Hifdz yang berasal dari kata Hafadza, yahfadzu, hifdzan yang berarti menghafal, memelihara, dan menjaga.11 Sedangkan menurut Sumardi Suryabrata, menghafal berarti aktivitas mencamkan dengan sengaja dan sungguh-sungguh.12 Jadi menghafal al-qur’an adalah proses mencamkan ayat-ayat al-qur’an kedalam ingatan kemudian melafadzkannya kembali tanpa melihat tulisan dan dan berusaha meresapkannya kedalam fikiran agar selalu ingat. Menurut Ahsin W. Al-Hafidz, Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seseorang sebelum memasuki periode menghafal al-qur’an, yaitu : a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran atau permasalahanpermasalahan yang sekiranya akan mengganggunya. b. Niat yang ikhlas c. Memiliki keteguhan dan kesabaran d. Istiqomah menjauhkan diri dari maksiat dan sifat tercela e. Izin orang tua, wali dan suami. f. Harus berguru pada yang ahli yaitu seseorang yang sudah hafal al-Qur’an.13
Dalam proses menghafal al-Qur’an ada dua sistematika, pertama menghafal alQur’an program khusus yaitu mengkonsentrasikan menghafal secara khusus tanpa mempelajari ilmu lain. Kedua program menghafal diikuti dengan program studi ilmu lain 10
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di sekolah, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h. 43. 11 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, cet 1, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara, Penerjemah alQur’an, 1973),h.105. 12 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h. 45. 13 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 4854.
secara berjenjang dari tiga sampai empat tahun. Materi hafalan yang telah dihafal sangatlah rawan untuk lupa dan hilang. Untuk itu dibutuhkan waktu yang cukup disiplin untuk mengulang juz-juz yang sudah dihafal. Usaha yang perlu dilakukan yaitu muroja’ah dan do’a. 2. Metode Menghafal Al-qur’an Faktor metode tidak boleh diabaikan dalam proses menghafal al-qur’an, karena metode akan ikut menentukan berhasil atau tidaknya tujuan menghafal al-Qur’an. Makin baik metode, makin efektif pula dalam pencapaian tujuan. Menurut Ahsin W. Al-hafidz ada beberapa metode menghafal al-Qur’an yaitu metode wahdah, metode kitabah, metode sima’i, metode gabungan, metode jama’ 3. Strategi Menghafal al-Qur’an Untuk membantu mempermudah membentuk kesan dalam ingatan terhadap Ayatayat yang dihafal, maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Strategi itu antara lain :Strategi pengulangan ganda, tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar hafal, menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal ayatnya, menggunakan satu jenis mushaf, memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya, memperhatikan ayat-ayat yang serupa, disetorkan kepada seorang pengampu (Muwajjih)14
4. Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Menghafal al-Qur’an a)
Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi santri kesulitan dalam menghafalkan al-Qur’an adalah sebagai berikut : Cinta dunia dan terlalu sibuk dengannya, tidak dapat merasakan keni’matan al-Qur’an, hati yang kotor dan terlalu banyak maksiat, tidak sabar, malas, dan putus asa, semangat dan keinginan yang lemah, banyaknya kesibukan, gangguan kesehatan, lupa, niat yang tidak ikhlas.15
14
Ahsin W. Al-hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h. 67-
15
Abdul Aziz Abdul Rauf, Lz, Kiat Sukses Menjadi Hafidz, (Bandung : Syamil Cipta Media, 2004), h.
73. 63-83.
b) Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi santri kesulitan dalam menghafalkan al-Qur’an adalah tidak dapat membaca dengan baik, tidak dapat mengatur waktu, ayat-ayat yang sulit (Tasyabahul Ayat), banyaknya ayat yang serupa tetapi tidak sama, pengulangan yang sedikit, tidak ada Pembimbing (muwajjih).16
C. Penelitian Relevan Hasil – hasil penelitian relevan yang berkaitan dengan judul yang hendak diteliti adalah sebagai berikut : 1. Skripsi yang disusun oleh Budi Widaryanti, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga tahun 2004, yang berjudul “Pengembangan Metode Pengajaran Tahfiz dalam meningkatkan Prestasi Menghafal al-Qur’an Santri di PP. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta”.17 2. Skripsi yang disusun oleh Umu Han, Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014 yang berjudul “Peran Pengasuh Dalam Meningkatkan Prestasi Menghafal al-Qur’an Santri PP. Nurul Ummahat Kota Gede Yogyakarta”.18
Hasil penelitian yang relevan di atas, maka hal yang menjadi pokok permasalahan penting dalam penelitian ini adalah peran pembimbing terhadap santri yang kesulitan menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Baitul Qur’an. Sedangkan perbedaan dari penelitian yang telah diuraikan diatas dengan penelitian yang telah peneliti lakukan adalah terletak pada strategi dan metode yang dilakukan pembimbing dalam menanggani kesulitan menghafal al-Qur’an santri, serta kemampuan santri seacara individu dalam menerima bimbingan pembimbing.
16
Ibid, h. 84-89. Budi Widaryanti, Pengembangan Metode Pengajaran Tahfiz Dalam Meningkatkan Prestasi Menghafal al-Qur’an Santi di PP. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, 2004). Diakses 13 Januari 2016. 18 Umu Han, Peranpengasuh Dalam Meningkatkan Prestasi Menghafal al-Qur’an Santri PP. Nurul Ummahat Kota Gede Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta : 2014). Diakses 14 Januari 2016. 17
D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.
Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari
Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari Berdiri pada tahun 2012,19 yang terletak di jalan Wuaeha Kelurahan Anggoeya Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan pendirian yakni dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan, perlu adanya pembenahan dari berbagai komponen yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi dalam proses kegiatan belajar mengajar kecuali tenaga kependidikan yang harus mempunyai kompetensi, motivasi, minat bakat anak yang harus dikembangkan. 2.Visi dan Misi Visi Pondok Pesantren Tahfid Baitul Qur’an adalah : -
Membentuk insani yang memiliki kualitas iman dan taqwa yang berakhlakul karimah.
Misi Pondok Pesantren Tahfid Baitul Qur’an adalah : -
Menjadi pusat pengkajian ilmu-ilmu al-Qur’an.
-
Mensyi'arkan dan memasyarakatkan al-Qur’an dalam setiap momentum
-
Memberantas penyakit buta aksara al-Qur’an yang terjadi dalam berbagai lapisan masyarakat.
-
Melahirkan generasi qurani yang tidak hanya ahli dalam baca tulis al-Qur’an tetapi juga ahli di bidang tajwid, penerjemah, tafsir, tilawah dan tahfidz.
-
Mendalami dan menerjemahkan makna dan kandungan al-Qur’an, melalui berbagai kajian dan pelatihan.
-
Bekerja sama untuk mencari jalan keluar terhadap problematika kehidupan masyarakat, melalui pengkajian al-Qur’an dan ilmu keislaman lainnya.20 3.Keadaan Pembimbing/Pembina Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari Muh. Nur Alfiq SQ, S.Sos I ia adalah pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Baitul
Qur’an Poasia Kendari, lahir di Kendari 30 September 1979, merupakan Alumni PTIQ Jakarta, memiliki isteri yang bernama Serli, S.PdI yang merupakan Alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kendari, dan telah dikarunia satu orang putri yang bernama Hafidzatun Nafi’ah dan seorang putra yang bernama Muh. Hudzaifah.
19 20
Data Dokumen Pondok Pesantren, 2016 Data Dokumen Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari, 2016.
4.Tujuan Pembangunan Pondok Pesantren Tahfidz Baitul Qur’an Adapun tujuan pembangunan/pendirian pondok pesantren yang dimaksud yaitu21 : 1. Meningkatkan sumber daya manusia yang dibutuhkan di pondok pesantren. 2. Meningkatkan kualitas pembinaan, bimbingan dan latihan. 3. Meningkatkan dan output yang memiliki kemampuan agamis dan kepedulian sosial yang tinggi. 4. Mendorong seluruh komponen pondok pesantren untuk lebih mandiri dan kreaktif. 5. Dapat menambah penghasilan pesantren dan meningkatkan kesejahteraan seluruh komponen pondok pesantren.
B. Pembahasan 1. Peran Bimbingan Terhadap Santri Yang Kesulitan Dalam Menghafal Al-Qur’an Peran Bimbingan dalam mengatasi kesulitan menghafal al-Qur’an santri pada Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari antara lain yaitu : 1) Melakukan bimbingan individu Hal ini sesuai dengan pernyataan Abdul Aziz, mengemukakan bahwa : “Bimbingan yang kami berikan kepada santri yang berada di Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari salah satunya dengan cara melakukan bimbingan individu, dengan melakukan bimbingan satu persatu secara bergantian secara rutin, walaupun terkadang kegiatan bimbingan ini dapat menghabiskan waktu yang banyak”22.
Lebih lanjut dikemukakan oleh pimpinan (H.M. Nur Alfik SQ, S.Sos.I), bahwa : “Di Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari yang saya pimpin ini, para ustadz sebagai Pembina senantiasi memberikan bimbingan secara individu kepada para santri, agar santri dapat dengan mudah memahami materi-materi hafalan yang diberikan oleh ustadz, begitu pula ustadz memberikan bimbingan secara individu agar supaya ustadz dapat dengan mudah mengetahui santri yang mampu dan
21 22
Data Profil Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari, 2016. Abdul Aziz, Ustad, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari 11 April 2016.
santri yang masih kurang mampu dalam penerimaan materi hafalan dari pondok”.23 Pernyataan informan di atas mengindikasikan bahwa dalam tahap ini, ustadz mengajar santri secara bergantian, santri yang belum mendapat panggilan dari ustadz, disuruh belajar secara mandiri kalau tidak ustadz menyuruh temannya yang sudah mampu membaca al-Qur’an untuk membimbingnya. Karena sifatnya individu, maka tingkat dan hasil yang dicapainya tidak sama antara santri satu dan santri lainnya, maka ustadz mencatatnya dalam sebuah buku lembar penilaian. 2) Penerapan metode sima’i Penerapan metode sima’i disini yang dimaksudkan oleh peneliti adalah santri diharapakan mendengarkan atau merekam bacaan yang disampaikan oleh ustadz kemudian santri mengikutinya dengan seksama, juga menjadi salah satu upaya ustadz dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-Qur’an santri, di mana strategi ini dilakukan dengan secara satu persatu yang dipandu oleh ustadz terlebih dahulu baru santrinya mengikuti. Hal ini sejalan dengan pernyataan informan mengemukakan bahwa : “Penerapan metode ini yang diberikan ustadz kepada santri dalam mempelajari ayat-ayat al-Qur’an, merupakan salah satu langkah baik untuk memudahkan santri dalam memahami dan menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an, dengan harapan metode dilakukan ini, membaca huruf hijaiyah satu persatu yang senantiasa dipandu oleh ustadz terlebih dahulu, kemudian santri mengikutinya dengan seksama”24.
Pernyataan informan di atas, menjelaskan bahwa dengan metode sima’i santri, diharapakan akan mempermudah santri di dalam menguasai dan memudahkan santri menghafalkan pelajaran yang telah diberikan ustadz, walaupun metode sima’i ini akan membutuhkan waktu dalam yang secara kontinyu dalam menjalankan, akan tetapi hasil yang dicapai akan maksimal. 3) Pemberian tugas individu Pemberian tugas yang dikerjakan setelah kegiatan pembelajaran santri, bukan bermaksud untuk menambah beban belajar santri, namun sebagai langkah untuk
23
H.M nur Alfik SQ, Pimpinan Pondok, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari, 12 April 2016. 24 Al Amin, Ustad, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari 12 April 2016.
memotivasi santri untuk terus belajar apa yang telah didapatkan di pesantrennya. Pernyataan Ustadz Zulfikar mengemukakan bahwa : “Untuk lebih menambah waktu belajar santri, kami juga memberikan tugas-tugas individu setelah proses jam pembelajaran berakhir, agar santri bisa mengulangulangi pelajaran yang telah diberikan di pondok pesantren, serta waktu luang dipondok pesantren bisa dimanfaatkan santri untuk belajar tugas-tugas individu”.25
Dengan pemberian tugas individu dirumah, yang telah diberikan oleh ustadz seperti halnya menghafalkan surat-surat pendek bagi mereka yang sudah bisa membaca alQur’an dan menghafalkan huruf hijaiyah bagi mereka yang belum bisa membaca alQur’an. Tugas rumah yang lain yang berkaitan dengan al-Qur’an, semisal ustadz menyuruh santri membaca ayat al-Qur’an bagi yang sudah bisa dan mendengarkan bacaan al-Qur’an bagi yang belum bisa membaca serta menyuruhnya mencari bacaanbacaan tajwid yang terkandung didalamnya atau nama-nama tanda waqof yang ada dalam ayat yang dibacanya, setiap ada tugas harus ditunjukan pada pertemuan selanjutnya. 4) Pemberian motivasi Pemberian motivasi adalah salah satu upaya ustadz agar santri lebih semangat dalam belajar membaca al-Qur’an. Motivasi yang diberikan oleh ustadz, menurut pengamatan penulis sudah baik, Dimana ustadz tidak pernah marah dengan santri yang lambat dalam belajar al-Qur’an, namun ustadz selalu memberi semangat untuk terus belajar. Pemberian motivasi lain seperti apa yang disampaikan salah seorang informan, menuturkan bahwa : “Salah satu strategi ustadz untuk memberi semangat santri dalam belajar menghafalkan al-Qur’an yaitu santri selalu diajak untuk semangat, santri selalu dipuji-puji dalam belajar agar nanti bisa menjadi perwakilan pondok pesantren dalam
kegiatan
lomba-lomba
tingkat
pondok
pesantren
yang
sering
diperlombakan”26.
25 26
Zulfikar, Ustad, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari 12 April 2016. Laenre Manna, Ustad, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari 12 April 2016.
Begitu pula halnya dengan pernyataan salah satu ustadz, menguraikan bahwa : “Selain itu, ketika ada santri membaca dan menghafalkan al-Qur’an dengan baik maka ustadz menyuruh para santri-santri lainnya untuk memberikan tepuk tangan yang meriah dan santri-santri lainnya disuruh untuk mencontohnya”27.
Dari pemberian motivasi itu akan membawa dampak positif bagi jiwa santri agar lebih bersemangat dalam belajar menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an sehingga sedikit demi sedikit masalah kesulitan menghafalkan al-Qur’an akan teratasi. 5) Memperbanyak latihan (Drill) Ustadz sebagai mediator harus bisa menjembatani santri pada saat belajar. Salah satu upaya yang dilakukan ustadz adalah dengan memperbanyak pemberian latihan. Dimana dengan latihan santri akan memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajarinya. Pernyataan salah satu informan, mengemukakan bahwa : “Dengan banyak memberikan latihan materi-materi ayat-ayat qur’an kepada santri, pada setiap akhir pelajaran maka akan dapat meningkatkan daya serap dan daya tangkap santri terhadap materi-materi hafalan, dan ini juga merupakan strategi kami selaku ustadz didalam mengurangi kesulitan menghafal qur’an santri”28.
Upaya lain ustadz dalam mengatasi kesulitan belajar membaca dan meghafalkan al-Qur’an santri yaitu dengan memperbanyak latihan, dimana santri diajak untuk memahami simbol-simbol huruf hijaiyah dan melafazkan huruf-huruf al-Qur’an tersbeut sesuai dengan makhorijul hurufnya. Pernyataan santri, mengemukakan bahwa: “Saya sangat senang karena disetiap akhir pelajaran di pondok kami selalu diberikan latihan menghafalkan ayat-ayat qur’an dan juga selalu dinilai serta dihafalkan didepan kelas dihadapan santri-santri lainnya, begitu selesai santri lainnya santri yang lain lagi tampil didepan, sehingga kami bisa melihat kemampuan santri didalam menyelesaikan hafalannya”29. Pernyataan santri di atas menggambarkan bahwa antusias santri dalam mengikuti dan menghafalkan tugas-tugas yang telah diberikan pembimbing sangat baik, disebabkan 27
Khamim Khairul Anwar, Ustad, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari 12 April
28
Al Amin, Ustad, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari 12 April 2016. Erniyatin, Santri, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari 12 April 2016.
2016. 29
karena santri berlomba-lomba untuk memperlihatkan kemampuannya dihadapan ustadz bahkan dihadapan teman-teman santri lainnya. Dengan demikian ketika hal seperti ini dapat berjalan dengan baik dan berjalan secara kontinyu, maka dengan sendirinya kesulitan santri di Pondok Pesantren Baitu Qur’an Kendari dalam menghafalkan qur’an akan perlahan-lahan bisa teratasi. 2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Santri Kesulitan Dalam Menghafal AlQur’an a.
Lemahnya pemahaman santri terhadap huruf hijaiyah Salah satu penyebab kesulitan menghafalkan dan membaca al-Qur’an santri
adalah lemahnya pemahaman mengenai hal-hal yang berkaitan dengan al-Qur’an seperti sulitnya mengenali huruf hijaiyah yang berjumlah 28, padahal dasar utama belajar membaca al-Qur’an adalah menghafalkan huruf-huruf hijaiyah dengan baik sehingga ia akan bisa membaca al-Qur’an meskipun secara perlahan-lahan. b.
Kurangnya perhatian orang tua Salah satu faktor yang dapat menghambat upaya ustadz dalam mengatasi kesulitan
menghafal dan membaca al-Qur’an adalah perhatian. Perhatian di sini yang paling utama adalah perhatian dari orang tua di rumah. Dimana perhatian orang tua menjadi nomor satu, baru setelah itu dorongan dari pihak pondok pesantren untuk memotivasi santri belajar. Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang informan, menguraikan bahwa : “Perhatian orang tua merupakan faktor utama penentu santri dalam menempuh pendidikannya, begitu halnya dengan kesulitan santri dalam menghafalkan qur’an, orang tualah yang menjadi motivator utama santri, seberapa pedulinya orang tua terhadap anaknya, kalau orang tua selalu memberikan motivasi dan mengajarkan anaknya sudah pasti anak itu bisa mengatasi kesulitan yang ada pada dirinya dalam menghafalkan pelajaran dipondok”30.
Keluarga terutama orang tua (Bapak/ Ibu) adalah salah satu faktor pendorong yang dapat memberi respon yang besar bagi seorang santri dalam belajar. Karena dengan perhatian akan merangsang seorang santri untuk mencoba melaksanakan apa yang menjadi keinginan orang tua.
30
Zulfikar, Ustad, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari, 13 April 2016.
Begitu juga sebaliknya, lemahnya perhatian keluarga terhadap anak akan membuat anak kurang termotivasi. Kesibukan orang tua dalam bekerja juga menjadikan kurangnya perhatian terhadap jam belajar anak-anaknya di luar jam belajar di pondok pesantren khususnya belajar al-Qur’an.
c.
Waktu pembelajaran yang sedikit
Belajar adalah sebuah proses yang harus dilewati tahap demi tahap yang membutuhkan waktu cukup banyak begitu juga dengan belajar membaca dan menghafalkan al-Qur’an. Pernyataan santri, mengemukakan bahwa : “Waktu belajar di Pondok Pesantren Baitu Qur’an Kendari, tidak banyak, sehingga kami juga tidak terlalu banyak memahami apa yang telah diberikan ustadz kepada kami, pada saat proses pembelajaran begitu singkat waktunya,”31. Meskipun di Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari sudah diupayakan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk mengajarkan santri dalam pembelajaran menghafalkan al-Qur’an dengan berbagai cara ataupun metode yang dianggap mampu meminimalisir santri didalam menghafalkan qur’an. d. Lemahnya kemauan santri untuk menghafalkan al-Qur’an
Dalam proses belajar mengajar harus ada kesepakatan untuk belajar yang serius antara ustadz dan santri. Salah satu penghambat upaya ustadz itu sendiri adalah lemahnya kemauan santri untuk belajar al-Qur’an, dimana ketika kemauan sudah tidak ada dalam diri santri maka seberapapun besar upaya dan strategi ustadz pasti akan mengalami kesulitan. Hasil wawancara peneliti dengan informan/ustadz, mengemukakan bahwa : “Santri-santri saya itu susah sekali mau belajar al-Qur’an dengan berbagai macam alasan yang diutarakannya seperti mengantuklah, mau tidurlah, mau bermain dululah, terkadang kami juga selaku ustadz bingung dengan keberadaan santrisantri kami ini, yang sulit sekali mau belajar atapun mau menghafalkan al-Qur’an harus di turuti dulu kemauannya. Padahal harapan kami sebagai ustadz menginginkan santri-santri itu pandai menghafalkan/membaca al-Qur’an”32.
31 32
Sakti, Santri, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari, 13 April 2016. Romli, Ustad, “Wawancara”, Pondok Pesantren Baitul Qur’an, 12 April 2016.
Pernyataan ustadz di atas, mengambarkan bahwa kemauan ustadz berbanding terbalik dengan kondisi santri yang lemah kemauannya dalam menhafalkan al-Qur’an, walaupun ustadz selalu memenuhi keinginan santri agar mau belajar membaca dan menghafalkan al-Qur’an
PENUTUP Dari sekian banyak uraian yang telah dikemukakan maka penulis menarik kesimpulan bahwa bimbingan yang harus diterapkan pada santri yang mengalami kesulitan dalam proses menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an harus memperhatikan kemampuan santri agar santri tidak jenuh dan santri dapat dengan mudah mengetahui materi-materi yang diajarkan oleh ustadz. Santri kesulitan dalam menghafal ayat – ayat al-Qur’an, dikarenakan lemahnya pemahaman santri terhadap huruf hijaiyah, dimana pemahaman santri yang kurang terhadap huruf-huruf hijaiyah sangat berpengaruh dengan kelancaran santri dalam menghafalkan ayatayat al-Qur’an, kurangnya perhatian orang tua, perhatian orang tua sangat diharapkan oleh santri baik dalam proses pendidikan, maupun dalam kegiatan-kegiatan santri, seperti kurangnya orang tua dalam menilai hasil belajar santri, hasil hapalan santri, waktu pembelajaran yang sedikit, faktor penghabat santri dalam menghafalkan qur’an adalah waktu belajar yang kurang di pondok pesantren. Sehingga materi yang diberikan oleh ustad tidak langsung dengan mudah diterimah oleh santri dengan baik. Cara-cara yang harus dilakukan ustadz dalam membimbing santri pada pondok pesantren memberikan pembelajaran secara satu persatu secara bergantian kepada santri. Memberikan tugas individu, tugas individu ini diberikan santri untuk dikerjakan setelah kegiatan pondok selesai, agar santri dapat memaksimalkan waktu belajarnya dengan baik serta memanfaatkan waktu senggangnya dipondok pesantren untuk memperdalam menghafal, pemberian motivasi, dimana dengan pemberian motivasi kepada santri disini sangat berpengaruh didalam menanggulangi kesulitan menghafal qur’an santri, khususnya pada santri, yang memiliki kesulitan dalam menghafalkan al-Qur’an. Memperbanyak latihan, dengan banyaknya memberikan santri latihan-latihan, diharapkan akan menambah kemampuan menghafal qur’an, seperti latihan-latihan menghafalkan surah-surah pendek, huruf huruf hijaiyah, menghafalkan do’a-do’a lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis perlu mengemukakan saran-saran, kepada para santri diharapkan untuk senantiasa aktif meningkatkan kegiatan pembelajaran al-Qur’an dan pembelajaran lainnya, demi menunjang pemahaman dan daya ingat santri. Kepada orang tua agar senantiasa mendukung keberadaan santri/anaknya dalam meningkatkan kualitas
membaca dan menghafal al-Qur’an baik itu di pondok pesantren maupun dirumah. Kepada pihak pondok pesantren agar selalu memberikan motivasi dukungan maupun materil, sebagai salah satu wujud pembangunan masyarakat yaitu pembangunan mental dan kualitas santri dalam meneti ilmu pengetahuan pada pondok pesantren Baitul Qur’an Kendari.
DAFTAR PUSTAKA Al-Hafidz, Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) Departemen Agama RI, al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1996) Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance and Conseling, (Bandung : CV. Ilmu, 1981 ) Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, cet 1, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara, Penerjemah al-Qur’an, 1973) Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1999) Rauf ,Abdul Aziz Abdul, Lz, Kiat Sukses Menjadi Hafidz, (Bandung : Syamil Cipta Media, 2004) Shihab M. Quraish, Mukjizat al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 2007) Sukardi Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di sekolah, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2002) Suryabrata, Sumardi, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993) Turmudzi Iman, Sunan At-Turmuzi¸ Jus X, (Beirut : Daarul Fikri, 1994) Umu Han, Peran pengasuh Dalam Meningkatkan Prestasi Menghafal al-Qur’an Santri PP. Nurul Ummahat Kota Gede Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta : 2014). Diakses 14 Januari 2016. Widaryanti, Budi, Pengembangan Metode Pengajaran Tahfiz Dalam Meningkatkan Prestasi Menghafal al-Qur’an Santi di PP. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, 2004).
Data Dokumen Pondok Pesantren, 2016
Data Dokumen Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari, 2016. Data Profil Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kendari, 2016. http; Luthfis, wordpress. Com/ 2008/ 04/ 21/ peran–bimbingan dan konseling-dalam meningkatkan-mutu-pendidikan. Diakses pada, 13 Januari 2016.