PROCEEDING Peningkatan Relevansi, Kualitas, dan Daya Saing Pendidikan dalam MEA
Seminar Nasional Ikatan Alumni (IKA) Universitas Negeri Yogyakarta 2016 Yogyakarta, Sabtu 14 Mei 2016
ISBN 978-602-6338-12-9
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 Yogyakarta, 14 Mei 2016
Halaman Sampul
“PENINGKATAN RELEVANSI, KUALITAS, DAN DAYA SAING PENDIDIKAN DALAM MEA” Muhammad Izzuddin Mahali, M. Cs. Supardi, M.Pd.
2016 I
II
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 14 Mei 2016
PENINGKATAN RELEVANSI, KUALITAS, DAN DAYA SAING PENDIDIKAN DALAM MEA ISBN : 978-602-6338-12-9 I. Artikel
II. Judul
III. Muhammad Izzuddin Mahali, M. Cs.,dkk.
Hak Cipta dilindungi Undang-undang memfotocopy atau memperbanyak dengan cara apapun, sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin penerbit adalah tindakan tidak bermoral dan melawan hukum
Judul Buku:
PENINGKATAN RELEVANSI, KUALITAS, DAN DAYA SAING PENDIDIKAN DALAM MEA
Penyunting:
Muhammad Izzuddin Mahali, M. Cs. Supardi, M.Pd.
Tata Letak / Cover :
Muhammad Izzuddin Mahali, M. Cs.
Penerbit:
UNY Press Kompleks Fak.Teknik UNY, Kampus Karangmalang Yogyakarta 55281 Phone: (0274) 589346 E-mail:
[email protected]
III
IV
Kata Pengantar Assalamu‘alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahi robbil alamin. Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, Tuhan yang Maha Esa, karena atas segala limpahan karunia-Nya kepada kita semua, maka kita bisa saling bertemu, bertukar ilmu, dan berdiskusi dalam kegiatan seminar nasional dalam rangka Dies Natalis UNY ke 52 yang dilaksanakan Ikatan Alumni (IKA) UNY ini. Kegiatan seminar nasional dalam rangka Dies Natalis UNY ke 52 merupakan salah satu dari agenda kegiatan Dies Natalis UNY yang ke-52. Panitia seminar nasional ini mengundang tiga pembicara utama, yakni Prof. Muhammad Nasir (Menteri Ristek dan Dikti Republik Indonesia), Prof. Ali Gufron (Dirjen SDM Kemenristekdikti), Prof. Dr.Sri Edy Swasono (Guru Besar Fakultas Ekonomi UI) dan Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec (Guru Besar FE UII). Mereka akan menyampaikan makalah yang terkait dengan Peningkatan Relevansi, Kualitas dan Daya Saing Pendidikan Menghadapi MEA yang menjadi tema seminar ini. Atas nama panitia, kami menghaturkan terima kasih kepada seluruh pembicara atas kesediannya menjadi pembicara utama. Seminar nasional kali ini diikuti oleh kalangan dosen, guru, peneliti, praktisi, dan pemerhati pendidikan yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Mereka telah menyiapkan 9 makalah pendamping yang siap dibahas pada sesi paralel setelah pembahasan makalah utama pada sesi pleno oleh pembicara utama. Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak/Ibu pemakalah yang telah berpartisipasi pada acara ini. Pada kesempatan ini, panitia menyampaikan rasa terima kasih yang tak terkira kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab atas dukungannya dan fasilitas yang disediakan. Tak lupa, sebagai ketua, saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada seluruh anggota panitia serta para mahasiswa yang telah bekerja keras secara ikhlas demi kelancaraan pelaksanaan seminiar ini. Atas nama panitia, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya bila dalam penyelenggaraan seminar nasional dan temu alumni ini kami terdapat hal-hal yang kurang berkenan, baik pada waktu pendaftaran, pelaksanaan, maupun pelayanan pasca seminar. Akhir kata, kami berharap semoga seminar nasional ini dapat memberikan sumbangan yang signifikan bagi peningkatan kualitas pendidikan indonesia. Selamat mengikuti seminar. Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.
V
memberikan sumbangan yang signifikan bagi peningkatan kualitas pendidikan indonesia. Selamat mengikuti seminar. Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.
VI
Sambutan Ketua Panitia Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahi Robbilalamiin, segala puji syukur kita panjatkan kehadlirat Allah SWT yang telah melimpahkanrakhmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga serangkaian Acara Seminar Nasional Ikatan Alumni (IKA) Universitas Negeri Yogyakarta dalam rangka Dies Natalis UNY ke 52 dapat terselenggara dengan baik sesuai jadwal yang direncanakan. Seminar Nasional Ikatan Alumni (IKA) UNY 2016 merupakan sebuah forum ilmiah, silaturahmi, komunikasi, sosialisasi, publikasi hasil penelitian dan diskusi perkembangan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan peningkatan relevansi, kualitas dam daya saing dunia pendidikan dalam menghadapi MEA 2016. Acara ini dapat terselenggara dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu melalui kesempatan ini diucapkan terimakasih kepada: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Peserta dan Pengirim makalah dalam proceeding Panitia Dies Natalis Ke-52 UNY Panitia Seminar Nasional Ikatan Alumni (IKA) UNY 2016 Peserta Seminar Nasional Ikatan Alumni (IKA) UNY 2016 Semua pihak yang membantu terlaksananya seminar ini
Seminar Nasional Ikatan Alumni (IKA) UNY 2016 diikuti oleh lebih dari 300 peserta yang terdiri dari mahasiswa, guru, kepala sekolah, dosen dan pemerhati pendidikan. Selain itu juga dihadiri oleh pemakalah pendamping yang akan mempresesntasikan hasil penelitian dan pemikiran. Makalah ini akan dipublikasikan pada proceeding Seminar Nasional Ikatan Alumni (IKA) UNY 2016. Pengirim makalah berasal berbagai kalangan, yaitu guru, dosen, pengajar diklat dan para peneliti dan pemerhati dunia pendidikan. Harapan kami, semoga makalah yang tersaji dapat memenuhi tujuan dari seminar ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Yogyakarta, 14 Mei 2016 Ketua Panitia
VII
VIII
Daftar Isi Halaman Sampul .................................................................................................. I Kata Pengantar ................................................................................................... V Sambutan Ketua Panitia ..................................................................................... VII Daftar Isi ........................................................................................................... IX PENINGKATAN KUALITAS SDM PESERTA DIDIK DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA MENGHADAPI MEA ASIYAH ...............................................................................................................1 ABSTRAK ........................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 2 PEMBAHASAN ................................................................................................. 2 PENUTUP ........................................................................................................ 7 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 7 KAJIAN WISATA UNGGULAN BERBASIS KESENIAN DAN KULINER DI KOTA CILEGON – BANTEN SEBAGAI WUJUD EKONOMI KREATIF UNTUK MENGHADAPI MEA Encep Supriatna ...................................................................................................9 ABSTRAK ........................................................................................................ 9 PENDAHULUAN ............................................................................................... 9 LANDASAN TEORETIS .................................................................................... 10 METODE PENELITIAN ..................................................................................... 11 HASIL PENELITIAN ......................................................................................... 13 KESIMPULAN ................................................................................................. 17 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18 PENDIDIKAN BERBASIS KECERDASAN SPIRITUAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Suhendra ........................................................................................................... 19 ABSTRAK ....................................................................................................... 19 PENDAHULUAN .............................................................................................. 20 MEA DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA .............................................. 21 SUMBER DAYA MANUSIA DAN KECERDASAN SPIRITUAL ................................... 22 PENDIDIKAN BERBASIS KECERDASAN SPIRITUAL ............................................ 24 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27 PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP SIKAP-SIKAP PADA PERUBAHAN ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI MEDIATOR Ade Rusman12 Haryadi1 Eko Suyono1 ................................................................... 29 ABSTRAK ....................................................................................................... 29 PENDAHULUAN .............................................................................................. 30 METODE PENELITIAN ..................................................................................... 32 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 33 EVALUASI DATA ............................................................................................. 35 KESIMPULAN ................................................................................................. 41 IX
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41 PEMBINAAN KARAKTER GURU SEKOLAH KRISTEN Slameto ............................................................................................................. 43 ABSTRAK ....................................................................................................... 43 PENDAHULUAN .............................................................................................. 43 TUJUAN DAN MANFAAT KAJIAN ...................................................................... 46 KAJIAN .......................................................................................................... 46 PENUTUP ....................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56 BAGI SISWA DI ERA MEA Happri Novriza Setya Dhewantoro ....................................................................... 59 ABSTRAK ....................................................................................................... 59 PENDAHULUAN .............................................................................................. 59 PEMBELAJARAN IPS ....................................................................................... 61 METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING ..................................... 64 IMPLEMENTASI PBL DALAM PEMBELAJARAN IPS .............................................. 66 SIMPULAN ..................................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68 INTERAKSI GURU-SISWA YANG EFEKTIF Enung Hasanah .................................................................................................. 69 ABSTRAK ....................................................................................................... 69 PENDAHULUAN .............................................................................................. 69 TIGA GAYA DASAR INTERAKSI GURU-SISWA ................................................... 70 INTERAKSI GURU-SISWA YANG POSITIF ......................................................... 75 PENUTUP ....................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79 HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PERSEPSI POLA ASUH ORANGTUA YANG AUTHORITATIF DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA Tri Sakti............................................................................................................. 81 ABSTRACT ..................................................................................................... 81 PENDAHULUAN .............................................................................................. 81 METODE PENELITIAN ..................................................................................... 86 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................................ 87 KESIMPULAN ................................................................................................. 90 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91
X
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
PENINGKATAN KUALITAS SDM PESERTA DIDIK DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA MENGHADAPI MEA ASIYAH SMP Negeri 5 Wates, Kulon Progo, DIY Email :
[email protected] ABSTRAK
Pada era MEA ini, persaingan di segala bidang semakin ketat. Baik di bidang ekonomi, perdagangan, sosial, pendidikan, dll. Agar negara kita mampu bersaing dengan negara lain, menjadi negara yang maju, kuat, dan bermartabat, semua pihak harus melakukan berbagai peningkatan. Peningkatan yang perlu segera dilakukan adalah peningkatan SDM. Karena SDM merupakan salah satu faktor penentu sukses tidaknya sesuatu. Begitu juga di bidang pendidikan, agar dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di berbagai bidang dengan peserta didik dari berbagai negara, maka perlu peningkatan kualitas SDM peserta didik. Peningkatan kualitas SDM peserta didik yang perlu segera ditingkatkan adalah pendidikan karakter kebangsaan. Berdasarkan kenyataan yang ada, peningkatan-peningkatan yang sering dilakukan oleh lembaga pendidikan hanya berfokus pada peningkatan kecerdasan pengetahuan saja, yang berfokus pada kerja otak kiri saja. Padahal, untuk menghadapi berbagai persaingan, sangat dibutuhkan kualitas pendidikan karakter akhlak mulia dan karakter bangsa agar mampu dan kuat menghadapi berbagai persaingan dan rintangan. Karena bagaimanapun pandainya peserta didik atau lulusan, tanpa diimbangi dengan kualitas akhlak mulia dan karakter kebangsaan percuma saja. Suatu bangsa dikatakan semakin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan memiliki kualitas pendidikan yang tinggi. Persaingan di era MEA bukan sekedar persaingan lokal dalam negeri, tetapi sudah merupakan persaingan antarnegara yang sifatnya lebih luas. Oleh karena itu, para peserta didik tidak cukup hanya dibekali teori dari berbagai mata pelajaran saja, tetapi yang lebih utama adalah bekal nilai-nilai akhlak mulia dan pendidikan karakter kebangsaan yang mampu menjadikan peserta didik atau lulusan yang kuat, terhormat, dan bermartabat. Adapun pendidikan karakter bangsa yang perlu ditingkatkan oleh peserta didik dalam menghadapi MEA yaitu (1) peningkatan akhlak mulia; (2) kejujuran; (3) toleransi; (4) pemanfaatan waktu; (5) kemandirian; (6) keterampilan; (7) kreatif ;dan (8) rasa malu untuk melakukan pelanggaran. Kata Kunci: kualitas SDM, pendidikan karakter bangsa, MEA
1
Untuk menghadapi MEA, peserta
PENDAHULUAN Pada era MEA ini, persaingan di
didik tidak cukup hanya berbekal teori-
segala bidang semakin ketat. Baik di
teori dari berbagai mata pelajaran. Tetapi
bidang
ekonomi,
harus diimbangi dengan berbagai bekal
perdagangan, sosial, dll. Agar negara kita
lainnya seperti, akhlak mulia, karakter
mampu bersaing dengan negara lain,
bangsa,
menjadi negara yang maju, kuat, dan
keterampilan,
bermartabat,
maupun Arab.
pendidikan,
melakukan
semua berbagai
pihak
harus
kemampuan dan
di
bidang
bahasa
IT,
Inggris
peningkatan.
Ada delapan pendidikan karakter
Peningkatan yang perlu segera dilakukan
bangsa yang menurut penulis perlu
adalah peningkatan SDM. Karena SDM
segera ditingkatkan oleh para peserta
merupakan salah satu faktor penentu
didik
sukses tidaknya sesuatu.
peningkatan:
Tujuan peningkatan kualitas SDM
dalam
menhadapi (1)
MEA,
akhlak
mulia;
waktu;
bangsa dalam menghadapi MEA adalah
keterampilan; (7) kreatif ;dan
agar peserta didik sudah membiasakan
malu untuk melakukan pelanggaran.
dengan
akhlak mulia
dan
karakter bangsa yang cinta dan bangga terhadap tanah airnya sendiri. Kalau SDM peserta didik sudah berkualitas akhlak dan
karakter
kebangsaannya,
muara
akhirnya diharapkan mampu bersaing dengan
peserta
didik
dari
berbagai
negara, dan lebih luas lagi jika sudah menjadi anggota masyarakat akhirnya mampu bersaing dengan berbagai negara baik di bidang pendidikan, ekonomi, perdagangan, soscial, dll.
2
(2)
kejujuran; (3) toleransi; (4) pemanfaatan
peserta didik dengan pendidikan karakter
sejak dini
yaitu
(5)
kemandirian;
(6)
(8) rasa
PEMBAHASAN 1. Karakter
bangsa
adalah
kualitas
perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, karsa dan perilaku berbangsa dan
bernegara
Indonesia
berdasarkan
nilai-nilai
norma
1945,
UUD
yang
Pancasila,
keberagaman
dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika,
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
dan
komitmen
terhadap
Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. Kualitas berarti tingkat baik buruknya
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
sesuatu (KBBI, Anton Moeliono 1991).
kreatif, mandiri, serta menjadi warga
3. SDM (Sumber Daya Manusia) adalah
negara yang demokratis dan bertanggung
potensi
manusia
yang
dapat
jawab. Jika SDM peserta didik sudah
dikembangkan untuk proses produksi
terbiasa terbangun dengan peningkatan
(KBBI, Anton Moeliono 1991).
akhlak
4. Era dapat diartikan masa (KBBI, Anton Moeliono 1991).
mulia,
niscaya
mereka
akan
mudah untuk dibimbing, santun, terbiasa tidak membuang-buang waktu, dll. Hal ini
5. MEA yaitu (Masyarakat Ekonomi Asean)
sejalan juga seperti yang diungkapkan oleh (Soemarno Soedarsono, 2008: 25)
Adapun pendidikan karakter bangsa yang perlu ditingkatkan oleh
peserta
Bangsa yang maju dan jaya tidak sematamata
disebabkan
oleh
kompetensi,
didik dalam menghadapi MEA yaitu (1)
teknologi
peningkatan akhlak mulia; (2) kejujuran;
alamnya, tetapi utama dan terutama
(3) toleransi; (4) pemanfaatan waktu; (5)
karena dorongan semangat dan karakter
kemandirian; (6) keterampilan; (7) kreatif
bangsanya. Di tangan generasi muda
; dan
yang berakhlak mulia inilah negara akan
(8) rasa malu untuk melakukan
pelanggaran.
canggih
ataupun
kekayaan
makmur dengan rakyat yang sejahtera.
1. Peningkatan Akhlak Mulia
Peserta didik harus selalu berakhlak
Akhlak mulia berarti budi pekerti
mulia. Akhlak mulia merupakan modal
yang baik. Rendahnya karakter akhlak
dasar dalam menghadapi persaingan
mulia
yang begitu ketat menghadapi era MEA.
sebagian
generasi
muda
kini
menjadi perhatian semua pihak, terutama
Karena
lembaga pendidikan. Oleh karena itu, hal
siapapun agar diterima, baik dengan
yang
pertama
ditingkatkan menghadapi
MEA
berinteraksi
dengan
utama
perlu
bangsa sendiri maupun bangsa lain
peserta
didik
akhlak mulia merupakan kunci untuk
peningkatan
pembuka hubungan yang baik. Peserta
dan oleh
untuk
yaitu
akhlak mulia. Hal ini senada dengan
didik
tujuan
yakni
akademiknya, tetapi akhlaknya tidak baik
berkembangnya potensi peserta didik
percuma. Kelak setelah dewasa mereka
pendidikan
nasional,
yang
hanya
pandai
bidang
3
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
akan tumbuh dan berkembang menjadi
untuk meningkatkan kejujuran. Seperti
pemimpin-pemimpin
yang diungkapkan Sri Yuliani FISIP UNS
yang
merugikan
orang lain dan Negara.
bahwa integritas atau kejujuran adalah
2. Peningkatan Kejujuran
kompas
yang
mengarahkan
perilaku
tidak
seseorang. Kejujuran adalah gambaran
berbohong (KBBI). Kejujuran adalah sifat
keseluruhan pribadi seseorang (integrity
(keadaan) jujur (KBBI). Akhir-akhir ini di
is who you are). Kriteria kejujuran sebagai
kalangan sebagian generasi muda dan
persyaratan
peserta didik kejujuran makin lama makin
pimpinan,
luntur. Seolah mereka tidak takut dosa
syarat
akibat tidak jujur. Bahkan, mereka rela
manajerial.
melakukakan suatu tindakan tidak jujur
3. Peningkatan Toleransi
Jujur
artinya
lurus
hati;
asalkan memberikan keuntungan bagi mereka.
Misalnya,
tidak
mengakui
pertama baru
dalam
berikutnya
kapabilitas
memilih menyusul
intelektual
dan
Toleransi adalah sifat atau sikap toleran
(KBBI).
Dalam
berhubungan
kesalahan kepada orang tua, minta uang
dengan orang lain sifat toleran penting
saku banyak, padahal untuk foya-foya,
dimiliki. Kita tidak boleh menganggap diri
mencontek saat ulangan atau ujian, dll.
kita yang paling benar, orang yang
Padahal, akibat tidak jujur yang rugi
berbeda dengan kita, kita anggap jelek.
bukan saja orang lain, tetapi diri kita juga
Karena kita sebagai makhluk sosial pasti
rugi yaitu tidak lagi dipercaya oleh orang
membutuhkan orang lain. Oleh karena
lain.
itu, unsur toleransi perlu diterapkan dan Karakter bangsa kejujuran penting
ditingkatkan dalam kehidupan sehari-
dimiliki dan ditingkatkan oleh peserta
hari, baik di lingkungan masyarakat
didik dalam menghadapi MEA. Kejujuran
maupun di sekolah. Para peserta didik di
sebagai modal utama dan bekal dalam
sekolah, untuk menghadapi MEA harus
menghadapi
meningkatkan toleransi terhadap sesama
MEA,
agar
orang
lain
percaya pada kita. Kejujuran
teman walau ada berbagai perbedaan. itu
tinggi.
Pada dasarnya semua manusia di
Kejujuran adalah cermin generasi muda
depan Tuhan itu tidak dibeda-bedakan
berkarakter.
baik karena perbedaan rupa,
Oleh
bernilai karena
itu,
agar
kualitas SDM peserta didik meningkat,
ataupun
para peserta didik harus sadar dan ikhlas
adalah karena taqwanya. Seperti yang
4
bangsa,
yang
suku,
membedakan
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
dijelaskan oleh (Sri Sultan Hamengku
yang beriman dan mengerjakan kebajikan
Buwono X, 2007: 33) bahwa ras, suku,
serta saling menasihati untuk kebenaran
dan bangsa pada dasarnya hanyalah soal
dan saling menasihati untuk kesabaran.
demografis, geografis, dan administratif
Waktu
yang akan mencair oleh aturan Allah.
berharga. “Time is money” waktu adalah
Tidak ada perbedaan antara mereka yang
uang, berarti kalau kita membuang waktu
berasal dari Jawa, Sumatra, Aceh, dll.
dapat digambarkan berarti membuang-
Mereka sama di hadapan Allah.
buang uang.
adalah
sesuatu
yang
sangat
Era MEA berarti yang kita hadapi
Para peserta didik, tidak boleh
tidak hanya sesama bangsa Indonesia,
membuang-buang waktu untuk hal-hal
tetapi antarbangsa yang berbeda-beda
yang tidak berguna. Peserta didik lengah
bahasa, adat-istiadat, budaya, bahkan
sebentar saja, maka peserta didik dari
agama.
negara
Jika
mempunyai
peserta toleransi
didik
lain
akan
segera
merebut
tinggi
kesempatan emas yang ada. Jadi, agar
terhadap orang lain yang berbeda agama,
kita tidak kalah bersaing, maka kita harus
suku, maupun bangsa, pasti mereka
selalu meningkatkan pemanfaatan waktu.
mengalami
5. Peningkatan Kemandirian
kesulitan
yang
tidak
untuk
bersaing
dengan peserta didik dari negara lain. Mereka akan menutup diri, seolah yang terbaik.
modern
Pemanfaatan dibutuhkan
segala
sesuatu serba cepat. Oleh karena itu, manajemen waktu harus diperhatikan secara matang. Orang yang tidak dapat memanfaatkan waktu secara benar akan rugi. Seperti yang ada dalam Alquran juga dikatakan
bangsa
yang
perlu
ditingkatkan oleh peserta didik dalam menghadapi MEA yang berikutnya adalah
4. Peningkatan Waktu Era
Karakter
tentang
pentingnya
waktu
dalam surat Al-Asr yang kurang lebih artinya demi masa, sungguh manusia
kemandirian. Peserta didik harus sejak dini
sudah
ditanamkan
kemandirian
terutama dalam hal belajar. Kita berada dalam
era
teknologi.
Peserta
didik
dibiasakan dan ditingkatkan kemandirian dalam segala hal, terutama dalam belajar. Dalam belajar, peserta didik tidak harus belajar dengan guru, tetapi bisa dengan internet, majalah, buku, bahkan video pembelajaran.
dalam kerugian, kecuali orang- orang
5
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Kemandirian dapat diartikan sebagai sikap
(perilaku)
memungkinkan
dan
mental yang
seseorang
untuk
6. Peningkatan Keterampilan Untuk menghadapi MEA, diperlukan SDM yang tidak hanya pandai, berakhlak
bertindak bebas, benar, dan bermanfaat;
mulia,
berusaha
sesuatu
Persaingan yang begitu ketat, faktor
dengan jujur dan benar atas dorongan
keterampilan juga sangat dibutuhkan.
dirinya sendiri dan kemampuan mengatur
Peserta
diri sendiri, sesuai dengan hak dan
keterampilan akan sulit bersaing dengan
kewajibannya,
sehingga
dapat
peserta didik dari negara lain. Oleh
menyelesaikan
masalah-masalah
yang
karena itu, peningkatan keterampilan
melakukan
segala
dihadapinya; serta bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambilnya
melalui
berbagai
Anak yang memiliki kemandirian yang kuat tidak akan mudah menyerah. Sikap kemandirian dapat ditunjukkan adanya
kemampuan
dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku maka anak juga memiliki
peningkatan
dalam
berfikir,
menganggap bahwa dalam belajar harus bisa
mandiri
tanpa
mengandalkan
bantuan dari orang lain terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru saja, tapi belajar juga bisa dari media cetak, lainnya.
6
elektronik,
alam,
didik
juga
yang
harus
tidak
terampil.
memiliki
mutlak diperlukan. 7. Peningkatan Kreatif Kreatif berarti memiliki daya cipta;
pertimbangan sebelumnya.
dengan
tetapi
atau
yang
memiliki kemampuan untuk mencipta (KBBI). SDM peserta didik harus selalu memunculkan
ide-ide
kreatif
dalam
berbagai hal, agar kelak mereka bisa hidup mencari nafkah sendiri tanpa harus jadi PNS. Bahkan kelak mereka akan dapat menciptakan berbagai lapangan kerja. Dengan demikian, pengangguran akan terkurangi, berarti bisa membantu pemerintah dalam menghadapi masalah sosial. Salah satu ciri peserta didik yang kreatif adalah memiliki rasa ingin tahu. Mereka tidak mudah menyerah.
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
1. Peningkatan Rasa Malu untuk Melakukan Pelanggaran Malu adalah merasa sangat tidak
waktu;
(5)
malu
untuk
dalam
berbuat
sesuatu
diperlukan.
(kurang
benar,
kebiasaan,
kurang
berbeda
mempunyai
baik
dengan
cacat
atau
malu
untuk
melakukan
menghadapi Karena
pelanggaran
MEA, era
MEA
mutlak berarti
persaingan antarnegara dalam segala hal semakin ketat.
kekurangan , dsb.) (KBBI). Rasa
(6)
keterampilan; (7) kreatif ;dan (8) rasa
enak hati (hina, rendah, dsb.) karena yang
kemandirian;
Jika SDM peserta didik sudah sejak melakukan
dini sudah dibekali dengan pendidikan
pelanggaran sudah mulai pudar pada
karakter kebangsaan, niscaya mereka
sebagian generasi muda pada umumnya
akan mudah bersaingan dengan peserta
dan pada peserta didik pada khususnya.
didik negara lain dalam menghadapi MEA.
Mulai dari memakai pakaian rok mini, baju tanpa lengan (bagi perempuan), memakai anting di hidung dan di telinga (bagi lakilaki),
pelanggaran
terlambat
masuk
sekolah, baju tidak dimasukkan ke dalam celana,
tawuran,
sampai
pelecehan
seksual. Hal ini kalau dibiarkan
Jadi untuk menghadapi era MEA, SDM
kualitas
peserta
didik
harus
ditingkatkan dengan pendidikan karakter bangsa, bersaing
agar kelak dengan
mereka mampu
peserta
didik
dari
berbagai negara.
tanpa
solusi, baik dari pihak keluarga, sekolah,
DAFTAR PUSTAKA
maupun pemerintah, maka generasi kita
Moeliono, Anton. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Soedarsono, Sumarno. 2008.
lambat
laun
akan
menjadi
generasi
terpuruk. Padahal jika seseorang sudah tidak mempunyai rasa malu, maka akhlak orang tersebut sudah lebih rendah dari binatang.
Peningkatan kualitas SDM peserta didik dengan pendidikan karakter bangsa peningkatan
Komputida. Sri Sultan Hamengku Buwono X. 2007.
Merajut Kembali Ke- Indonesiaan Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
PENUTUP
(1)
Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. Jakarta: PT Elex Media
akhlak
mulia;
(2)
kejujuran; (3) toleransi; (4) pemanfaatan
Utama. Suyanto.2006.
Nasioanal.
Dinamika
Pendidikan
Jakarta Pusat: PSAP Muhammmadiyah. http://www.academia.edu/8603565/KEJ UJURAN_CERMIN_GENERASI_MUD
7
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
A_BERKARAKTER diunduh 26 April 2016 http://www.academia.edu/10964748/PE RANAN_KREATIVITAS_DALAMBELA JAR diunduh 26 April 2016
8
http://ainamulyana.blogspot.co.id/2016/ 01/pengertian-kemandirian-belajardan.html diunduh 26 April 2016 http://dedi26.blogspot.co.id/2013/06/pe ndidikan-karakter-bangsa.html diunduh 26 April 2016
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
KAJIAN WISATA UNGGULAN BERBASIS KESENIAN DAN KULINER DI KOTA CILEGON – BANTEN SEBAGAI WUJUD EKONOMI KREATIF UNTUK MENGHADAPI MEA Encep Supriatna
Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Serang Email :
[email protected] ABSTRAK
Cilegon merupakan salah satu Kota yang berada di wilayah Provinsi Banten secara Geografis Kota ini merupakan daerah paling Barat dan berbatasan langsung dengan selat Sunda. Sebagai daerah jalur trans Sumatera jawa daerah ini merupakan daerah transit. Sebelum menajdi Kota Cilegon merupakan wilayah kota administratif yang bergabung dengan kabupaten serang. Secara umum tofografi wilayah Cilegon merupakan daerah berbukti, bergunungdan daratan rendah berupa pantai dan pesawahan. Di Kota Ini merupakan daerah industri karena banyak terdapat didirikan pabrik yang berskala nasional dan international. Salah satu pabrik yang terkenal adalah PT. Krakatau Steel Engineering (KS) pabrik baja ini merupakan salah satu project stategis nasional yang dikelola BPIS di Era B.J. Habiebie sebagai Menristek. Hasil penelitian masih menunjukan bahwa animo wisata yang berbasis alam yang telah dimodifikasi menjadi tempat hiburan keluarga, ke pantai atau pamandangan alam lainnya. Sedangkan dilihat dari status sosial mayoritas masih menengah ke bawah dari segi ekonomi sedangkan mereka yang tergolong kelas menengah ke atas di dominasi oleh para pendatang dari luar Cilegon dan Banten bahkan pekerja asing yang menduduki jabatan di manajer dan direksi. Kata Kunci: Wisata Unggulan, Alam, Ekonomi Kreatif, MEA Peningkatan ekonomi masyarakat Kota
PENDAHULUAN Pertumbuhan kawasan
perkotaan
semakin
pesat, hal
di
pembangunan
Cilegon serta mobilitas dan interaksi
Kota
penduduk
Cilegon
yang
tinggi
menjadikan
menandakan
masyarakat Kota Cilegon membutuhkan
pertumbuhan ekonomi yang semakin
ruang-ruanguntuk melepaskan diri dari
baik. Secara langsung.Secara langsung
rutinitas.Dengan
perkembangan tersebut ikut menaikkan
pariwisata merupakan suatu kebituhan
mobilitas
dan
masyarakat perkotaan, dan belakangan
sekitarnya. Hal tersebut akan diikuti
ini telah menjadi gaya hidup dan trend
dengan peningkatan interaksi penduduk
bagikalangan ekonomi mapan. Namun
lintas
demikian gambaran makro potensiwisata
masyarakat
dan
antar
ini
Cilegon
Kota
Cilegon.
demikian
kebutuhan
di Kota Cilegon tampak belum tergarap,
9
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
ikon Kota Perdagangan dan industry
diartikan
masih
Kota
dilakukan berkali-kali atau berputar-putar
Cilegon. Secara kultural, Kota Cilegon
dari suatu tempat ke tempat lain.(Yoeti,
memiliki kekuatan untuk dikembangkan
1996: 112).
sebagai daya tarik wisata, selain itu masih
1. Wisatawan
mendominasi
deskripsi
ada daya tarik kuliner, sejarah, religi dan seni budaya yang dapat dijadikan potensi pariwisata.Untuk itu sangat diperlukan pemetaan kawasan strategis dan potensi daerah yang dapat dipoles dikembangkan sebagai destinasi wisata, wisata Kota Cilegon.Pemetaan meliputi (a) deskripsi destinasiwisata, amenitasnya
(b)
(c)
tentang
perjalanan
yang
Selanjutnya tentang batasan yang diterima oleh Badan PBB pasal 5 Resolusi Deqan Ekonomi dan Sosial PBB No. 870 tentang pengunjung (visitor) yang dibagi atas dua macam: a. Wisatawan
ialah
pengunjung
dan
sementara yang tinggal paling sedikit
mendalam
selama 24 jam di Negara yang
akses
analisis
sebagai
potensi
yang
mungkindikembangkansebagaiikonwisata
dikunjungi dalam bentuk; • Pesiar (leisure) ialah orang yang
Cilegonserta (d) analisis objek wisata
berkunjung
yang saat ini sudah menjadi tujuan
rekreasi,
wisata. Hal tersebut ditujukan untuk
studi, keagamaan dan olah raga.
membuat database wisata dan informasi strategis langkah
untuk
mengambil
kebijakan
berkaitan
langkahdengan
pengembangan budaya dan wisata Kota Cilegon.
Secara Etymologis, kata “pariwisata” berasal dari bahasa Sansekerta. Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputarputar. Wisata berarti perjalanan. Atas
10
itu,
maka
kata
keperluan
berlibur,
kesehatan,
Bisnis, keluarga, konfrensi, misi.
b. Pelancong/
Exursionist
yaitu
pengunjung sementara yang kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi. Batasan yang dikemukakan di atas
LANDASAN TEORETIS
dasar
•
untuk
“pariwisata”
telah diterima oleh PBB atas ususl IOTO (International Union of Official Travel Organisation) di Roma tahun 1963, dan kemudian
tahun
1968
mengalami
perubahan yang diterima oleh The United Nations Commision dan berlaku bagi wisatawan Internasional.
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
2. Pariwisata Batasan pariwisata secara umum berdasarkan
Undang-Undang
No.
10
memenuhi
menurut para ahli (dalam Yoeti, 1982:
tersebut
115-118) antara lain:
yang
dilakukan
secara
bersifat sementara
E.
Gunyer
Freuler
Berpendapat
untuk menikmati objek dan daya tarik
Bahwa “Pariwisata dalam artian modern
wisata.
adalah
Wisatawan
ialah
orang
perjalanan
wisata
merupakan
phenomena
dari
yang
jaman sekarang yang didasarkan atas
ke
kebutuhan atas kesehatan dan pergantian
tempat-tempat objek wisata.
hawa,
Pariwisata ialah segala sesuatu yang
menumbuhkan
berhubungan dengan wiata, termasuk
keindahan alam dan pada khususnya
pengelola atau penyelenggara objek
disebabkan
serta daya tarik wisata sehingga
pergaulan berbagai bangsa dan kelas
dengan usaha itu orang/wisatawan
masyarakat manusia sebagai hasil dari
datang untuk mengunjunginya.
pada perkembangan perniagaan, industry
Kepariwisataan ialah segala sesuatu
perdagangan serta penyempurnaan dari
yang
alat-alat pengangkutan.”
berhubungan
dengan
Usaha wisata ialah kegiatan yang bertujuan pariwisata,
menyelenggarakan dengan
jasa
menyediakan,
mengusahakan objek dan daya tarik, mengusahakan sarana dan prasarana yang terkait dengan pariwisata.
untuk
atau
sebagian dari kegiatan perjalanan
penyelenggaraan pariwisata.
disediakan
dibangun
Beberapa pengertian kepariwisataan
melakukan
yang
Wisata ialah kegiatan perjalanan atau
sukarela serta
tertentu
kebutuhan pariwisata.
tahun 2009 tentang pariwisata adalah:
Kawasan pariwisata ialah kawasan
Objek dan daya tarik wisata ialah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
penilaian
yang (cinta)
oleh
sadar
dan
terhadap
bertamabhanya
METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian evaluasi (Evaluation Research). Menurut Singarimbun dan Effendi (1987 : 5 – 6) penelitian evaluasi semakin dikenal dewasa ini karena berbagai program dan kegiatan pelayanan masyarakat perlu diketahui manfaat dan efektivitasnya. Dengan demikian yang menjadi fokus penelitian evaluasi adalah seberapa jauh
11
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
tujuan yang telah ditetapkan pada awal
Kota
program tercapai atau mempunyai tanda-
pekerjaan dengan tujuan mencari bahan-
tanda akan tercapai.
bahan sebenarnya, bahan-bahan yang
Untuk mencapai tujuan penelitian
Cilegon
yang
menjadi
objek
lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date.
evaluasi digunakan metode penelitian
Konsultan
survai,
pekerjaan dengan cara sebagai berikut:
metode
survai
berupaya
menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi (Rusidi, 1996 : 3) dengan mengkaji
juga
melakukan
suatu
b. Observasi (Observation) Pengumpulan
dengan
sampel yang dipilih dari populasi untuk
mengamati
menemukan insidensi, distribusi, dan
eksisting objek-objek wisata yang dikelola
interelasi
saat ini, potensi objek wisata yang dapat
dari
variabel
yang
diteliti
secara
data langsung
(Kerlinger, 1992 : 660) adakalanya survai
dikembangkan.
seperti ini disebut survai deskriptif, yaitu
c. Wawancara (Interview)
pencarian fakta dengan interprestasi yang
Wawancara
kondisi
adalah
teknik
tepat dengan tujuan untuk membuat
pengumpulan data dengan mengajukan
gambaran secara sistematis, faktual dan
pertanyaan langsung oleh pewawancara
akurat
kepada responden, dan jawaban-jawaban
mengenai
fakta-fakta,
sebab-
sebab serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Nazir, 1985 : 63).
2. Teknik Analisa Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Analisa
Teknik pengumpulan data yang digunakan
oleh
konsultan
responden dicatat atau direkam.
data
merupakan
suatu
kegiatan yang mengacu pada penelaahan
dalam
atau pengujian yang sistematik mengenai
pekerjaan ini disesuaikan dengan fokus
suatu hal dalam rangka menentukan
dan tujuan pekerjaan, yaitu :
bagian-bagian atau hubungan antara
a. Studi Pustaka (Library Research)
bagian dalam keseluruhan. Peneliti dalam
Pekerjaan yang dilakukan dengan cara
menelaah
dan
menganalisis data, yaitu dengan cara
membandingkan
mengumpulkan data-data terlebih dahulu
sumber kepustakaan untuk memperoleh
sebelum diinterprestasikan artinya data
data yang bersifat teoritis.
diproses terlebih dahulu. Hal ini sejalan
Peninjauan yang dilakukan langsung pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
12
dengan pendapat Sugiono dalam bukunya Memahami
Pekerjaan
Kualitatif
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
menyebutkan ada tiga unsur dalam
sumber
kegiatan proses analisa data, sebagai
terkandung
berikut:
penyelenggaraan
a. Data Reducation (Redukasi data),
pembangunan. Sebagai kota yang secara
yaitu bagian dari proses analisis
geografis berada pada ujung barat Pulau
dengan
Jawa serta merupakan pintu gerbang
bentuk
mempertegas,
analisis
untuk
memperpendek,
utama
daya
dan
di
yang
aktifitas
dalamnya
yang melalui
pemerintahan
menghubungkan
dan
sistem
membuat fokus, membuang hal yang
Pulau Jawa dengan Sumatera, Kota
tidak penting dan mengatur data
Cilegon juga merupakan lokasi bagi
sehingga dapat disimpulkan.
berbagai kegiatan industri, baik industri
b. Data Display (Penyajian Data), yaitu susunan
informasi
berat ataupun menengah.
yang
Letak geografis daerah Cilegon yang
memungkinkan dapat diartikan suatu
juga
kesimpulan, sehingga memudahkan
berbatasan dengan Selat Sunda sehingga
untuk memahami apa yang terjadi.
hawa pantai yang panas menjadi salah
c. Conclutasion Verivication (Penarikan
satu cirinya. Wilayah administrasi sebagai
Kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan
salah satu modal dasar pembangunan
yang diverifikasi dengan cara melihat
bagi
dan
terletak antara 105°54’05” - 106°05’11”
mempertanyakan
kembali,
dikenal
Kota
sebagai
Cilegon
kota
secara
baja
ini
geografis
dengan meninjau kembali secara
Bujur Timur dan
5°52’24” - 6°04’07”
sepintas pada catatan lapangan untuk
Lintang Selatan, dengan luas 175,50 km2,
memperoleh pemahaman yang lebih
serta terdiri dari 8 kecamatan dan 43
cepat. (Sugiono, 2005: 92-99).
kelurahan Secara geografis, Kota ini berada
HASIL PENELITIAN Undang-
pada koordinat 5052’24”–6004’07” Lintang
undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang
Selatan dan 105054’05” – 106005’11”
Pembentukan
Bujur Timur, yang dibatasi oleh :
Sejak
Tingkat
Kotamadya Cilegon
Sebelah Barat : Selat Sunda
Daerah Tingkat II Depok, otonomi daerah
Sebelah Utara : Kab. Serang
di Kota Cilegon diawali dengan penataan
(Kecamatan Pulo Ampel)
pendayagunaan
dan
Daerah Kotamadya
dan
II
ditetapkannya
wilayah
beserta
13
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Sebelah Timur : Kab. Serang
Pemerintah
Kota
Cilegon
telah
(Kecamatan Bojonegara dan
mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda)
Kramatwatu)
Nomor
Sebelah Selatan : Kab. Serang
7
tahun
2007
tentang
pembentukan kelurahan di Kota Cilegon
(Kecamatan Waringinkurung, Mancak
yang menyatakan bahwa daerah Kota
dan Anyer)
Cilegon memiliki 43 (Empatpuluh tiga)
Kota utama
Cilegon untuk
merupakan Kawasan
pusat
Andalan
Bojonegara-Merak-Cilegon
Kelurahan dari 8 (delapan) Kecamatan, yaitu :
dan
1. Kecamatan Ciwandan berjumlah 6
sekitarnya.Sektor unggulan kawasan ini
Kelurahan (Gunung Sugih, Kepuh,
adalah
Randakari, Tegalratu, Banjarnegara,
industri,
pangan,
pertanian
pariwisata,
tanaman
perikanan,
dan
pertambangan. Dalam kawasan andalan ini Kota Cilegon ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) didukung oleh 2 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu Kota Pandeglang dan Rangkasbitung.
Kota
Cilegon
yang
merupakan
wilayah
berbatasan dengan Selat Sunda berhak atas 4 (empat) mil wilayah yang diukur dari garis pantai ke arah lautan lepas atau ke arah perairan kepulauan. Potensi kelautan yang dimiliki oleh Kota Cilegon yaitu wisata bahari, potensi perikanan, pelabuhan penyeberangan Merak yang menghubungkan
Pulau
Jawa
dan
Sumatera serta pelabuhan umum dan pelabuhan
bongkar
muat
untuk
dan Kubangsari). 2. Kecamatan Kelurahan
Kelurahan
14
(Suralaya,
Lebakgede,
Tamansari, dan Mekarsari). 4. Kecamatan Purwakarta berjumlah 6 Kelurahan (Ramanuju, Kebon Dalem, Kotabumi, Tegal Bunder, Pabean dan Purwakarta). 5. Kecamatan Kelurahan
Grogol
berjumlah
(Grogol,
4
Kotasari,
Rawaarum, dan Gerem). 6. Kecamatan Ketileng,
daerah,
Citangkil,
3. Kecamatan Pulomerak berjumlah 4
(Pelsus).
pemerintahan
(Warnasari,
7
Samangraya, dan Deringo).
Kelurahan
tentang
berjumlah
Tamanbaru, Kebonsari, Lebak Denok,
menunjang kegiatan industri yang ada
Berdasarkan Undang-undang No. 32
Citangkil
Bagendung).
Cilegon
berjumlah
(Ciwaduk, Bendungan,
5
Ciwedus, dan
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
7. Kecamatan Jombang berjumlah 5 Kelurahan (Jombang Wetan, Masigit, Sukmajaya,
Panggungrawi,
Gedongdalem) 8. Kecamatan
Cibeber
Kelurahan
berjumlah
(Kalitimbang,
Kedaleman,
Karangasem,
6
Cibeber Cikerai,
Bulakan)
Luas Wilayah, Tataguna Lahan dan Topografi Berdasarkan
data
spasial
yang
diperoleh dari peta penggunaan lahan yang dirilis oleh Dinas Pertanian dan Kelautan bahwa
Kota Luas
Cilegon wilayah
menunjukkan Kota
Cilegon
keseluruhan adalah sekitar 175,550 Km2 (17.550 Ha) dengan Kecamatan yang
Dilihat dari iklim yang terjadi secara
memiliki
wilayah
terluas
adalah
umum Kota Cilegon memiliki iklim tropis
Kecamatan Ciwandan dengan luas 5.185
dengan temperatur berkisar antara 22,1º
Ha atau 29,54 % dari seluruh wilayah
C - 34,0º C dan curah hujan rata-rata 116
Kota Cilegon, sedangkan kecamatan yang
mm per bulan.
memiliki
Untuk
lebih
jelasnya
peta
administratif Kota Cilegon diperlihatkan
wilayah
terkecil
adalah
Kecamatan Cilegon dengan luas 95 Ha atau hanya 5,21%.
pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Administratif Kota Cilegon
15
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Pola penggunaan lahan terbesar yang terdapat di kawasan Kota Cilegon
dampak positif yang diharapkan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat.
yaitu Pekarangan/lahan buat bangunan,
Selain obyek wisata alam yang
halaman sekitar dan lainnya dengan luas
menjanjikan, Kota Cilegon juga memiliki
4.671 Ha atau 26,62% dari keseluruhan
kekayaan seni dan budaya yang potensial
luas wilayah Kota Cilegon, sedangkan
untuk
yang
wisata.
terkecil
adalah
lahan
dijadikan Apalagi,
sebagai
komoditas
kultur
budaya
penggembalaaan padang rumput dan
masyarakat Cilegon masih terpelihara
Rawa-rawa yang tidak ditanami sebanyak
hingga saat ini, tak lekang oleh derasnya
11 Ha (0,06%). Selain itu di Kota Cilegon
arus industrialisasi di Kota Seribu Industri
saat ini
ini.
tidak memiliki lahan yang
ditanami kayu-kayuan.
Salah satu seni budaya yang paling dominan mewarnai berbagai kehidupan
Potensi Pariwisata Kota Cilegon Meski lebih dikenal sebagai daerah industri, Kota Cilegon juga memiliki potensi wisata yang tak kalah dibanding dengan daerah lain. Kini, potensi wisata, baik berupa obyek wisata alam maupun kekayaan
seni
dan
budaya,
terus
masyarakat Kota Cilegon adalah Pencak Silat. Kesenian ini masih terpelihara dengan baik di berbagai komunitas masyarakat
yang
masih
memelihara
budaya pencak silat, baik sebagai seni maupun sebagai olahraga bela diri.
dikembangkan. Diharapkan, sektor ini
Jenis – jenis kesenian tradisional
juga memberikan kontribusi positif bagi
yang terdapat di Kota Cilegon antara lain
pembangunan ekonomi di Kota Baja.
adalah sebagai berikut :
Sebagai salah satu sektor yang bisa mendukung
perekonomian
suatu
wilayah, pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk menopang
perekonomian
daerah.
Apalagi, kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan sektor ini terbuka
16
luas.
Sehingga
salah
satu
1. Bendrong Lesung 2. Debus 3. Patingtung /kendang pencak 4. Rudat 5. Ubrug 6. Gacle (Sulap ala Banten) 7. Rampak Dayak 8. Qiroat 9. Marawis 10. Reog 11. Gambus 12. Rebana (ketimpring/kasidah) 13. Terbang Gede
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
14. 15. 16. 17. 18. 19.
Rampak Bedug Angklung Buhun. Jaran Bilik/Kuda Lumping Bal-balan Geni (Bola Api) Pantun Wisata Kuliner
analisa di kegiatan ini potensi wisata alam atau agro wisata memiliki penilaian tertinggi 3838 sebagai obyek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan,
Selain berbagai lokasi dan objek
kemudian wisata sejarah, budaya atau
wisata alam yang ditawarkan kota ini,
ziarah
dengan
ataupun berbagai pengetahuan yang
selanjutnya
menceritakan sejumlah sejarah akan kota
dengan penilaian 2746, dan potensi
Cilegon, hal lain yang dapat kita nikmati
wisata bahari memiliki penilaian 2671,
adalah berbagai sajian makanan atau
serta wisata industri dengan penilaian
kuliner khas dari kota Cilegon.
2609. Posisi
Seperti yang sama-sama telah kita
penilaian
3612,
wisata
kuliner
potensi
strategis
berdasarkan
ketahui, wisata kuliner merupakan salah
pemetaan
satu kegiatan yang akan melengkapi
pariwisata sebagai destinasi wisata di
kegiatan berlibur kita disebuah kota
Kota Cilegon berada pada kuadran II
tertentu.
dapat digambarkan sebagai Grow dan
Dimana
diantara
berbagai
pengembangan
Strategi-strategi
potensi
kuliner khas yang menawarkan rasa
Build.
yang
lezat, serta dapat kita nikmati dikota
diterapkan dan dikembangkan adalah
Cilegon, yakni Rabeg Cilegon, Sate Bebek
strategi intensif, seperti ; merevitalisasi
Cibeber, Bekakak Ayam Kranggot, serta
infrastuktur
Kue Gipang.
meningkatkan kualitas SDM pengelola
penunjang
harus
pariwisata,
objek wisata dan peningkatan promosi KESIMPULAN
dan
pemasaran
potensi
pariwisata
Dari hasil analisa dan perumusan
sebagai objek wisata. Atau strategi-
masalah yang telah ditetapkan maka
strategi integrasi, seperti ; membangun
dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian
kemitraan
kepariwisataan
pariwisata
terhadap
lokasi-lokasi
pengelolaan sebagai
objek
potensi wisata,
yang memiliki potensi dikembangkan
menyusun zonasi pengembangan potensi
menjadi destinasi wisata, pada dasarnya
pariwisata sebagai bagian dari RTRW.
semua potensi wisata yang terdapat di Kota Cilegon cukup potensial untuk dikembangkan,
namun
berdasarkan
17
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian
BPS Kota Cilegon tahun 2013 Kerlinger, F.N. (1992). Asas Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University. Nazir, Moh. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.Profile Kota Cilegon tahun 2015 Singarimbun & Sofian, E. (1987). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Alfabeta. Undang-Undang No. 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Tingkat II Cilegon dan Kotamadya Depok Yoeti, O. A. (1996). Ekonomi Pariwisata:
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Introduksi, Informasi dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Kompas Gramedia.
18
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
PENDIDIKAN BERBASIS KECERDASAN SPIRITUAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA Suhendra Universitas Pendidikan Indonesia Email :
[email protected] ABSTRAK
MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) adalah sebuah situasi yang tidak dapat dielakan, karena MEA adalah tujuan akhir dari integrasi ekonomi di dalam Visi ASEAN 2020 yang berdasarkan atas konvergensi kepentingan anggota ASEAN untuk memperluas dan memperdalam integrasi ekonomi melaui inisiatif baru yang lebih progresif-komprehensif. Melalui pemberlakuan MEA diharapkan tercipta kawasan yang menjadikan arus lalu lintas barang, jasa, dan investasi berpeluang mewujudkan pembangunan ekonomi yang lebih merata sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi antar bangsa anggota ASEAN, sehingga terwujud wilayah yang kondusif,sejahtera, dan berdaya saing. Sesungguhnya pemberlakuan era MEA bukan sekadar persaingan produk bisnis, industri, barang, dan jasa, tetapi juga merupakan persaingan kualitas sumber daya manusia.Artinya, MEA tidak hanya berbicara tentang kebersamaan di antara anggota ASEAN, tetapi juga berkenaan dengan bagaimana sesama anggota ASEAN bersaing.Sebagai konsekuensinya, MEA menuntut daya saing Indonesia atas negaranegara anggota ASEAN lain. Hal ini merupakan tantangan yang tidak ringan, khususnya bagi dunia pendidikan di Indonesia.Oleh karena itu, segenap penentu kebijakan dan pelaku pendidikan di Indonesia harus fokus pada upaya menyediakan sumber daya manusia yang bermutu, unggul, dan berdaya saing global. Oleh karena itu, pembangunan pendidikan di Indonesia harus berdaya guna dan berhasil guna, sebagaimana prinsip pendidikan learning the treasure within yang menyatakan bahwa pendidikan harus mendorong peserta didik agar dapat belajar untuk mengetahui; belajar untuk berbuat; belajar untuk menjadi seseorang; dan belajar untuk dapat hidup bermasyarakat. Hal tersebut selaras dengan sebuah pandangan bahwa akhir dari sebuah proses pendidikan yang ideal adalah kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional yang dilandasi oleh kecerdasan spiritual. Dengan demikian, kecerdasan spiritual teramat penting kedudukannya, terutama dalam persaingan sumber daya manusia di era MEA.Oleh karena itu Pendidikan di Indonesia harus menjadikan kecerdasan spiritual sebagai landasan utama bagi setiap aktivitasnya sehingga menjadi nilai tambah bagi daya saing Indonesia terhadap anggota ASEAN lainnya. Kata Kunci: Pendidikan, Kecerdasan Spiritual, Daya Saing, MEA
19
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
patut diperhitungkan dan berpeluang
PENDAHULUAN Pemberlakuan
era
MEA
untuk dapat berbicara banyak di kancah
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada awal
internasional.Semua
tahun 2016 adalah sebuah keniscayaan
diharapkan bekerja keras dalam upaya
yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,
menciptakan kawasan ekonomi terpadu
termasuk bangsa Indonesia. Bangsa
yang stabil dan berdaya saing sehingga
Indonesia sebagai bagian dari komunitas
dapat mengurangi kesenjangan sosial-
ASEAN
ekonomi
tidak
pemberlakuan
bisa
menghindar
MEA
sebagai
dari salah
di
anggota
antara
ASEAN.Kawasan
ASEAN
anggota
(ekonomi)
yang
satutujuan dari integrasi ekonomi di
kondusif ini diharapkan dapat memberi
dalam Visi ASEAN 2020 yang merujuk
dampak
pada konvergensi kepentingan antar
keamanan, politik, sosial, dan budaya.
anggota
untuk
terhadap
bidang
dan
Dengan terbangunnyasituasi yang
memperdalam integrasi ekonomi melaui
kondusif diharapkan koordinasi di antara
inisiatif
sesama
baru
komprehensif.
memperluas
positif
yang
lebih
anggota
ASEANlebih
solid
pemberlakuan
sehingga terjadi peningkatkan partisipasi
MEA diharapkan isu-isu ekonomi ASEAN
anggota dalam berbagai kegiatan yang
menjadi lebih terpadu melalui sistem
bersifat
perdagangan
menciptakan
anggota
Melalui
progresif-
bebas
ASEAN
antar
sebagai
negara
komunitas
demikian,
kolektif
dalam
rangka
kebersamaan.Dengan
kinerja
dan
produktivitas
ekonomi yang terintegrasi dalam aspek:
semua lini lebih optimallagi.Selanjutnya
(1) single market and production base;
wilayah ASEAN yang aman dan nyaman
(2) highly competitive economic region;
diharapkandapat mewujudkan kawasan
(3) a region of equitable economic
(ekonomi) yang menjadikan arus lalu
development;
and
lintas
integrated
into
a
region the
fully global
economy(Djiwandono, 2014).
barang,
jasa,
investasipembangunan merata
sehingga
ekonomi
berpotensi
dan lebih untuk
Dengan jumlah PDB (Pendapatan
mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi
Domestik Bruto) sekitar 2,4 triliun dollar
di antaraanggota ASEAN yang pada
dan populasi penduduk yang relatif
gilirannya
besar, komunitas ASEAN adalah salah
bersama.
satu kekuatan ekonomi dunia baru yang
20
tercipta
kesejahteraan
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
MEA DAN KEBUTUHAN DAYA MANUSIA
SUMBER
Tujuan pemberlakuan MEA adalah upaya
meningkatkan
perekonomian
kawasan dengan meningkatkan daya saing
di
kancah
internasional
agar
regional ekonomi
dan
tumbuh
secara merata.Konsekuensinya adalah liberalisasi perdagangan barang, jasa, tenaga terampil tanpa hambatan tarif dan non-tarif.Tidak hanya itu, MEA juga membuka
pasar
tenaga
profesional.Oleh
kerja
karena
itu,
pemberlakuan era MEA sesungguhnya bukan lagi sekadar berbicara tentang persaingan
produk
bisnis,
industri,
barang, jasa, dan investasi semata, melainkan juga merupakan persaingan kualitas
sumber daya manusia.Maka
tidaklah mengherankan jika salah satu bentuk kerjasama dalam kerangka MEA adalah pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas. Berbicara tentang MEA sejatinya tidak
hanya
membahas
tentang
kebersamaan di antara anggota ASEAN saja, tetapi juga berkenaan dengan bagaimana
sesama
berkompetisi.Melalui dilandasi
dengan
anggota persaingan
rasa
ASEAN yang
kebersamaan
diharapkan terjadi iklim kompetisi yang sehat dan saling mendukung yang pada
gilirannya menghasilkan kualitas terbaik untuk
segala
konsekuensinya,
hal.Sebagai
Indonesia
dituntut
mempunyai daya saing atas negaranegara anggota ASEAN lain, tidak hanya terkait daya saing produk barang dan jasa tetapi juga daya saing sumber daya manusia. Persaingan kualitas sumber daya
manusia
pemberlakuan
sebagai era
akibat
MEA
dari
menjadikan
bangsa Indonesia tidak berada dalam situasi boleh memilih di antara sejumlah alternatif,
namun
bagaimana
kita
menerima
adanya
persaingan
dan
menyiasati
strategi
persaingan
tidak
pecundang,
namun
agar keluar di
dalam sebagai
penghujung
muncul sebagai pemenang. Jika
Indonesia
yang
saat
ini
berpenduduk sekira 255 juta jiwa dengan bonus demografi usia produktif yang luar biasa tidak mempersiapkan diri dan mengantisipasi berbagai situasi dengan sungguh-sungguh,
alih-alih
menjadi
penentu dan berada di urutan terdepan dalam merebut setiap kesempatan serta peluang yang ada, boleh jadi Indonesia malah
menjadi
pasar
dan
incaran
sembilan negara anggota ASEAN lainnya. Bagaimana
melahirkan
sumber
daya manusia yang unggul dan berdaya saing tidak bisa lepas dari pembicaraan
21
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
tentang
bagaimana
sumber
daya
manusia dihasilkan atau dengan kata lain
terampil, kooperatif, dan tentu saja yang juga berakhlak mulia.
kita membahas tentang kinerja dunia
Kebutuhan sumber daya manusia di
pendidikan. Sumber daya manusia yang
era MEA tidak hanya yang secara mental
unggul dan berdaya saing sudah barang
pandai
tentu berasal
pendidikan yang
lingkungan
berkualitas.Hanya
bangsa
masalah secara ilmiah dan logis serta
mempunyai
pendidikan
dari
sistem
yang dan
mampu
menyesuaikan yang
diri
baru,
memecahkan
dengan
memandang
masalah
yang
pengembangan sumber daya manusia
dihadapi secara cepat, tepat, dan terukur
yang
(cerdas secara intelektual), tetapiharus
berkualitaslah
menghasilkan
lulusan
yang
dapat
yang
unggul,
pula
mempunyai
kemampuan
untuk
mempunyai daya saing, dan memenuhi
mengendalikan perasaan dan emosi,
harapan pasar kerja.
menghargai perbedaan, dan berempati
Untuk menghasilkan keluaran yang
pada sesama(cerdas secaraemosional).
unggul dan berdaya saing dalam jumlah
Di samping itu, dia harus memiliki juga
besar, sebuah sistem pendidikan dan
kemampuan membedakan antara hal
pengembangan sumber daya manusia
yang baik dan hal yang buruk.Sayangnya
harus memiliki kelebihan dalam aspek
tidak setiap individu yang cerdas secara
pengetahuan
(knowledge)
kompetensi
belajar
competence).Oleh sistempendidikan
dan (learning
karena yang
dianut
itu,
intelektual
cerdas
emosional.Padahal (kecerdasan
juga
secara
apabila
intelektual)
akal
seimbang
harus
dengan kalbu (kecerdasan emosional)
merupakan sistem komprehensif yang
dan keduanya bekerja secara optimal,
tidak hanya menyangkut pengembangan
maka produk yang dihasilkan dari yang
yang bersifat fisik semata, namun lebih
bersangkutan
penting dari itu, juga pengembangan
terbaik.
yang diorientasikan pada peningkatan kualitas akademik yang terpadu.Sistem tersebutharus pula bersifat progresif sehingga
produk
yang
SUMBER DAYA MANUSIA KECERDASAN SPIRITUAL
DAN
Banyak yang meyakini bahwa orang
menyiapkan,
yang sukses itu adalah orang yang
mengembangkan
mempunyai kecerdasan intelektual (IQ)
sumber daya manusia yang cerdas,
yang tinggi.Salah satu buktinya adalah
menguatkan,
22
dapat
adalah
dan
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
hampir semua aktivitas manusia tolok
mengantisipasi pemberlakuan era MEA,
ukur kesuksesannya adalah IQ, misalnya
diperlukan individu-individu yang cerdas
NEM siswa dan IPK mahasiswa.Padahal
secara
menurut
pakar,
emosional. Namun demikian, untuk lebih
(IQ)hanya
dapat bersaing dan memenuhi harapan
penelitian
kecerdasan
para
intelektual
menyumbangkan5% hingga 10% untuk
situasi
menentukan
tersebut
kesuksesan
seseorang,
intelektual
maupun
keberadaan,
dua
belumlah
cukup
secara
kecerdasan jika
tidak
selebihnya adalah faktor lain(Agustian,
disertai dengan kecerdasan lain yaitu
2001).
ahlak mulia.
Tidak
dapat
dipungkiri
bahwa
Ciri seseorang yang berahlak mulia
kecerdasan intelektual berkorelasi positif
di antaranya memiliki kekayaan jiwa dan
dengan
kecerdasan
ruhaniah yang matang sehingga mampu
emosional. Jika kecerdasan intelektual
memaknai hidup dan kehidupan secara
seseorang bersinergi dengan kecerdasan
arief dan bijaksana atau biasa disebut
emosionalnya secara baik, maka dia akan
dengan
lebih
meraih
seseorang memiliki kecerdasan spiritual
kesuksesannya. Namun apabila terjadi
yang mumpuni, maka orang tersebut
sebaliknya,
akan
kecerdasan
mudah
dalam
maka
ketidakselarasan
akan
yang
timbul
kecerdasan
selalu
spiritual.
berhati-hati
Ketika
dalam
berpeluang
melakukan sesuatu. Oleh karenanya
menciptaan kegagalan. Banyak contoh
tidak mengherankan jika banyak yang
yang
ketika
meyakini bahwa kecerdasan spiritual
dan
adalah kecerdasan paling tinggi di antara
menunjukkan
seseorang
bahwa
menguasai
pengetahuan
namun
ilmu tidak
mampu
mengendalikan diri, maka dia akansulit
kecerdasan lainnya(Azzet, 2013). Banyak
orangpintar
dan
cakap
meraih keberhasilan. Dengan kata lain,
namun bermental buruk.Sebagai contoh,
kecerdasan
memberikan
seorang koruptorsudah pasti mempunyai
kecil
kecerdasan intelektual yang memadai
kontribusi kesuksesan intelektual
emosional yang
tidak
seseorang mumpuni,
bagi
yang
secara
demikian
pula
sebaliknya.
dia
pandai
berstrategi
dan
bernegosiasi.Dia tentu saja mempunyai kecerdasan emosional yang lumayan
Terkait dengan kebutuhan sumber daya
karena
manusiadalam
rangka
karena bisa berkompromi dengan hati kecilnya dan mempunyai kepercayaan
23
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
diri yang tinggi, namun sayang dia tidak
mensinergikan
punya integritas dan moralnya buruk
dan kecerdasan emosional yang dipandu
atau lemah kecerdasan spiritualnya.
oleh kecerdasan spiritual yang mewakili
Dengan
demikian,
kecerdasan
kecerdasan
intelektual
makna dan hubungan dengan yang tak
spiritual teramat penting kedudukannya
terbatas.
dalam menentukan kualitas diri dan karena
PENDIDIKAN BERBASIS KECERDASAN SPIRITUAL
kecerdasan spiritual adalah dasar bagi
Terkait pemberlakuan MEA, dalam
tumbuhnya harga diri dan nilai-nilai
rangka mengembangkan sumber daya
moral seseorang.Sejalan dengan hal
manusia Indonesia yang mempunyai nilai
tersebut, menurut Zohar dan Marshall
tambah dan kompetitif, dunia pendidikan
(2001),kecerdasan
spiritual
dituntut
kecerdasan
menghadapi
kesuksesan
seseorang
untuk
adalah dan
memecahkan persoalan makna dan nilai. kemampuan
seseorang
untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama
masalah
yang
menuntut
kemampuan pikiran. Kecerdasan spiritual memberi arah dan arti bagi kehidupan seseorang terkait dengan kepercayaan mengenai adanya kekuatan non-fisik yang lebih besar dari pada kekuatan
menyesuaikan
kebutuhan
pasar.
diri
Dunia
dengan
pendidikan
Indonesia mengemban peran penting memfasilitasi, mengembangkan
membina, peserta
dan
didik
agar
menjadi insan-insan yang paripurna. Pendidikan di negeri ini harus menjadi stimulus dalam upaya menumbuhkan potensi
peserta
didik
sehingga
kemampuan dan kapasitasnya terasah dan terkembangkan secara optimal.
yang
Untuk semua kepentingan tersebut,
bersangkutan
diperlukan usaha dan upaya semua pihak
langsung dengan Tuhan Maha Pencipta
yang didukung dengan sistem yang baik
dan Maha Kuasa. Terkait dengan hal ini,
sehingga dapat membekali para peserta
kecerdasan spiritual adalah pusat paling
didik, calon-calon sumber daya manusia
mendasar di antara kecerdasan yang
Indonesia masa depan, dengan ilmu,
lain,
sumber
pengetahuan, dan keterampilan yang
bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Oleh
memadai. Ketiga bekal tersebut harus
karena itu, untuk menjadi pribadi yang
ditunjang dengan rasa percaya diri
sukses
sehingga dapat bekerja secara individu
dirinya.
Suatu
menghubungkan
24
karena
kesadaran yang
dia
seseorang
menjadi
harus
mampu
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
yang disertai dengan keyakinan untuk mampu
bersaing
dapat
tersebut,
dalam
pendidikan yang progresif-komprehensif
kelompok untuk menghasilkan kinerja
disertai dengan regulasi yang dapat
kolektif terbaik yang optimal. Namun,
memudahkan
semua hal tersebut belum lengkap jika
mengembangkan
tidak disertai dengan bekal mental dan
dan
moral yang baik sebagai bagian dari
dengan kebutuhan lapangan. Pemerintah
kecerdasan spiritual.
bersama semua pemangku kepentingan
beradaptasi
dan
Kecerdasan adalah
namun
Untuk mewujudkan semua harapan
bekerja
di
atas
sebuah
peserta
didik
ilmu,
keterampilannya
sistem
dalam
pengetahuan, agar
selaras
sejatinya
dalam bidang pendidikan seyogianya
kecerdasan-
bekerja sama dan saling mengisi dalam
spiritual
pengawal
diperlukan
kecerdasan lainnya. Oleh karena itu,
mengembangkan
kecerdasan
Kurikulum tidak saja memfokuskan pada
spiritual
harus
memberi
sistem
warna pada setiap aktivitas pendidikan
bagaimana
dan
subject matter tetapi juga memberikan
senantiasa
diorientasikan
demi
peserta
pendidikan.
penekanan
kecerdasan
spiritual
proses
kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual
pendidikan
seyogianya
menjadikan
harus memfasilitasi peserta didik agar
peserta didik yang tidak hanya pintar,
dapat mengatasi persoalan dan berdamai
tetapi juga harus berahlak mulia; tidak
dengan persoalannya tersebut sehingga
hanya
harus
dia dapat menggunakan pengalamannya
berempati pada sesama; tidak hanya
sebagai alternatif solusi atas persoalan
cerdas,
tetapi
juga
terampil, tetapi juga harus jujur dan
aspek
menguasai
kemaslahatan orang banyak. Penanaman dalam
pada
didik
afeksi
atau
yang dia hadapi. Mereka pun harus
terbuka; tidak hanya kritis, tetapi juga
mempunyai sikap toleran dan fleksibel
harus senang dan tulus membantu
ketika menghadapi permasalahan agar
sesama; tidak hanya menjadi bekerja
dapat
keras, tetapi juga menjadi insan yang
lingkungan serta mampu mengambil
rendah hati; tidak hanya menjadikan
pelajaran dari setiap kejadian sehingga
orang yang rajin dan beretos kerja tinggi,
menjadikan dirinya senantiasa bijaksana
tetapi juga harus senantiasa melibatkan
dalam setiap langkahnya.
Tuhan dalam setiap aktivitasnya.
menyesuaikan
Penanaman
aspek
diri
dengan
kecerdasan
spiritual dalam proses pendidikan tidak
25
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
harus selalu secara langsung berkaitan
bermanfaat untuk orang lain dengan
dengan nilai-nilai agama, budaya, atau
berbagi kegembiraan dan kebahagiaan.
keyakinan, karena kecerdasan spiritual
Menurut Teasdale (dalam Chickering,
sejatinya
Dalton, & Stamm, 2006), kecerdasan
bersifat
berkenaan
universal
dengan
dan
kemampuan
spiritual
adalah
seseorang dalam membangun jati dirinya
personal
untuk
untuk
dan
pengembangan diri yang melibatkan
dengan
semua yang ada dalam dirinya secara
mengembangkan
mempertahankan
hubungan
sumber utama dari semua yang ada, yaitu
Tuhan
Yang
Maha
sebuah sebuah
komitmen proses
dari
total.
Kuasa.
Oleh karena itu, pembangunan
Kecerdasan spiritual harus membangun
pendidikan di Indonesia harus efektif
hati dan jati diri secara beretika sehingga
membangun sumber daya manusia yang
menjadi pendorong dalam menemukan
mumpuni, unggul, berdaya saing, dan
makna
hidup;
berahlak mulia. Sebagaimana prinsip
perasaan
dan
mengekspresikan potensi
dan
pendidikan learning the treasure within
mengejawantahkan nilai-nilai kehidupan
(Delors, 1996) yang menyatakan bahwa
pribadi dalam hubungan interpersonal
pendidikan harus mendorong seseorang
dengan
kita
agar dapat belajar untuk mengetahui
sebuah
(learning to know); belajar untuk berbuat
perspektif spiritual, maka kita melihat diri
(learning to do); belajar untuk menjadi
kita terhubung dengan sesuatu yang
seseorang (learning to be); dan belajar
lebih besar dari diri kita.
untuk
orang
memandang
hidup
Seseorang kecerdasan mempunyai
lain.
diri;
Ketika dari
yang spiritual
kecenderungan
dapat
hidup
bermasyarakat
memiliki
(learning to live together). Hal tersebut
lazimnya
selaras
dengan
selalu
bahwa
akhir
sebuah dari
pandangan
sebuah
proses
bersikap tenang dan bijaksana dalam
pendidikan yang ideal adalah insan-insan
menghadapi situasi apapun; berpikir
yang pintar secara intelektual, mantap
positif dan memandang segala sesuatu
secara emosional, dan cerdas secara
dari sisi baiknya; rendah hati dan selalu
spiritual. Semoga !!!
selaras perbuatannya; berkeinginan
26
antara ucapan dan menjadikan
dan senantiasa dirinya
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
DAFTAR PUSTAKA Agustian, A. G. (2001). Rahasia sukses
membangun kecerdasan emosi dan spiritual. Jakarta: Arga Publishing Azzet, A. M. (2013). Kecerdasan spiritual: kecerdasan tertinggi. Jakarta:
Amazzet Chickering, A. W., Dalton, J. C., & Stamm, L. (2006).Encouraging
authenticity and spirituality in higher education. San Francisco: Jossey-Bass.
Delors, J. (1996). Learning the treasure within. Paris: UNESCO Pubishing Djiwandono, S. (2014).Indonesia, MEA 2015, dan globalisasi. Jakarta: Unika Atma Jaya Nashori, F. (2003).Potensi-potensi manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zohar, D. & Marshall, I. (2001).SQ:
Memanfaatkan kecerdasan spiritual daam berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan. Bandung: Mizan
27
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
28
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
PENGARUH ETIKA KERJA ISLAM TERHADAP SIKAP-SIKAP PADA PERUBAHAN ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI MEDIATOR Ade Rusman12 Haryadi1 Eko Suyono1
1Prodi
2
Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK
Saat ini perubahan telah menjadi sebuah sumber frustasi bagi organisasi, sehingga perubahan organisasi kaitannya dengan komitmen organisasi menjadi bahan kajian yang cukup menarik untuk diteliti. Peran komitmen organisasi sebagai mediator atas hubungan antara etika kerja (khusunya etika kerja Islam) dan sikap terhadap perubahan organisasi. masih mendapat sedikit perhatian, sehingga penelitian ini masih perlu dilakukan dalam organisasi yang berbasiskan Islam, salah satunya adalah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris pengaruh etika kerja Islam terhadap komitmen organisasi (affective commitment, continuance commitment dan normative commitment); pengaruh etika kerja Islam terhadap sikap-sikap pada perubahan organissasi (cognitive attitude toward change, affective attitude toward change dan behavioral tendency attitude toward change); pengaruh komitmen organisasi (affective commitment, continuance commitment dan normative commitment) terhadap sikap pada perubahan organisasi (cognitive attitude toward change, affective attitude toward change dan behavioral tendency attitude toward change); pengaruh komitmen organisasi sebagai mediator antara etika kerja Islam dengan sikap terhadap perubahan organisasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap UMP per April 2012 sebesar 171 karyawan. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisoner, dengan 112 responden sebagai sampel. Data dianalisis dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian mendukung satu hipotesis dan menolak tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: etika kerja Islam berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi (affective commitment, continuance commitment dan normative commitment); etika kerja Islam tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap-sikap pada perubahan organissasi (cognitive attitude toward change, affective attitude toward change dan behavioral tendency attitude toward change); komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan (affective commitment, continuance commitment dan normative commitment) terhadap sikap pada perubahan organisasi (cognitive attitude toward change, affective attitude toward change dan behavioral tendency attitude toward change); komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan sebagai mediator antara etika kerja Islam dengan sikap terhadap perubahan organisasi. Kata Kunci: perubahan organisasi, komitmen, etika kerja, islam, sikap
29
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
terhadap
PENDAHULUAN Perubahan telah menjadi sebuah
perubahan
organisasi
(individual attitudes toward change).
sumber frustasi bagi organisasi berupa
Salah
tekanan
eksternal
mempengaruhi sikap individu terhadap
(peraturan pemerintah dan regulasi,
perubahan adalah komitmen mereka
produksi dan teknologi proses, politik dan
pada organisasi (Yousef, 2000). Terdapat
kegiatan
internasional)
pernyataan bahwa mereka yang lebih
(Yousef, 2000). Proses perubahan dalam
berkomitmen pada organisasinya adalah
setiap organisasi bersifat unik di setiap
lebih
situasi.
perubahan
internal
sosial,
Hal
ini
dan
bisnis
disebabkan
oleh
satu
faktor
mungkin
yang
dianggap
untuk
dari
pada
menerima
mereka
yang
perbedaan dalam budaya organisasi,
kurang berkomitmen pada organisasinya,
budaya bisnis, budaya kerja, dan nilai,
selama perubahan tersebut dianggap
manajemen dan tipe kepemimpinan dan
bermanfaat bagi organisasi dan tidak
juga perilaku dan sikap karyawan (Rashid
berpotensi mengubah nilai dasar dan
et al., 2004). Semuanya dengan tujuan
tujuan (goal) organisasi (Yousef, 2000).
untuk bertahan hidup dan bersaing,
Peran
dengan cara reorganisasi, reengineering,
mediator atas hubungan antara etika
downsizing dan penerapan teknologi
kerja (khusunya etika kerja Islam) dan
baru, dengan kata lain mereka konsisten
sikap terhadap perubahan organisasi
berusaha untuk berubah. Universitas
masih
Muhammadiyah
(UMP)
Beberapa penelitian di barat mengenai
sebagai sebuah organisasi tidak terlepas
etika kerja memfokuskan pada etika
dari tekanan internal dan eksternal yang
kerja Protestan (Yousef, 2000). Sikap
menyebabkan organisasi harus berubah,
seseorang terhadap perubahan secara
sebagi organisasi
yang menjalankan
umum terdiri dari kognisi (cognition),
nilai-nilai keislaman, maka perubahan
reaksi afektif (affective reaction), dan
yang terjadi tidak akan lepas dari aturan-
kecenderungan
aturan dalam konsep keislaman dalam
tendency). Respon afektif adalah besar
bekerja yang disebut sebagai etika kerja
atau kecilnya perasaan terkait dengan
islam. Sebagai konsekuensi, perhatian
kepuasan
sangat ditekankan pada faktor-faktor
tentang
yang
adalah
30
Purwokerto
mempengaruhi
sikap
individu
komitmen
organisasi
mendapat
sedikit
perilaku
dengan,
atau
perubahan. pendapat
sebagai
perhatian.
(behavioral
kecemasan
Respon
kognitif
seseorang
tentang
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
keuntungan dan kerugian, kegunaan dan
kehidupan sosial dan individu seseorang.
keperluan,
kebutuhan
Disamping itu kerja dipertimbangkan
menangani
sebagai
dan
pengatahuan
tentang untuk
sumber
kemandirian
perubahan. terakhir, respon instrumental
merupakan
adalah kesiapan bertindak untuk masa
kepribadian
depan atau untuk melawan perubahan.
kehormatan
Perubahan
kepuasan dan pemenuhan pribadi (self-
membawa
kepuasan,
sarana
dan
pengembangan
(personal
growth), (self-respect),
pribadi
kegembiraan dan keuntungan; untuk
fulfillment).
yang lain perubahan membawa rasa
menekankan kreatifitas kerja sebagai
sakit, tekanan mental, kerugian; yang
sumber kebahagiaan dan kesempurnaan.
lain tenang tidak merasa ada perubahan;
Kerja keras merupakan kebajikan, dan
sedangkan yang lainnya lagi perubahan
mereka
membawa kerugian (Yousef, 2000). Etika
mungkin
kerja protestan lebih menekankan peran
sebaliknya
tidak
bekerja
keras
aktif individu secara dinamis dan otonom
merupakan
suber
kegagalan
dalam
dalam
kehidupan.
meraih
keutamaan
moral.
Etika
yang
kerja
bekerja
maju
dalam
Alasan
keras
Islam
lebih
kehidupan
dilakukannya
Keutamaan moral di sini secara universal
penelitian ini adalah: Pertama, karena
manusia sepakat sebagai suatu kebaikan
bukti empiris pengaruh etika kerja Islam
hidup di dunia. Sedangkan etika kerja
dalam
Islam
pada
organisasi dengan komitmen organisasi
akhirat
sebagai mediator masih sangat terbatas
berdasarkan doktrin agama. Etika kerja
dalam literatur organisasi yang berbasis
Islam yang bersumber dari syariah
Islam.
mendedikasikan kerja sebagai kebajikan
menindaklanjuti
(Ali,
sebelumnya (Yousef, 2001; Fitria, 2003)
lebih
penyelamatan
1988).
berorientasi individu
Etika
di
kerja
Islam
sikap
terhadap
Kedua,
peneliti
juga
rekomendasi
menekankan kooperasi dalam kerja dan
untuk
konsultasi
untuk
menggunakan sampel yang berbeda dan
rintangan dan mencegah
kondisi dengan kultur yang berbeda guna
terjadinya error. Hubungan sosial dalam
memperkuat atau menyangkal temuan
kerja
memenuhi
dari penelitiannya. Ketiga, penelitian
dan
sudah pernah dilakukan di Indonesia tapi
menyempurnakan keseimbangan dalam
masih pada organisasi umum (tidak
mengatasi
merupakan
ditekankan
kebutuhan
jalan
guna
seseorang
melakukan
perubahan
penelitian
dengan
31
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
bebasiskan Islam). Keempat, penelitian
organissasi (cognitive attitude toward
ini perlu dilakukan pada organisasi yang
change, affective attitude toward
berbasiskan Islam, dalam hal ini peneliti
change dan behavioral tendency
memilih UMP. Alasan dijadikannya UMP
attitude toward change).
sebagai tempat penelitian, yaitu: UMP
3. Untuk menemukan bukti empiris
merupakan organisasi yang berbasiskan
pengaruh
Islam, adanya perubahan pada visi dan
(affective commitment, continuance
misi
commitment
“Menjadi
Universitas
Unggul,
komitmen
organisasi
normative
dan
Modern dan Islami” dan misi sebagai
commitment) terhadap sikap pada
berikut:
perubahan
(1)
Menyelenggarakan
(cognitive
organisasi
pendidikan, penelitian dan pengabdian
attitude toward change, affective
pada masyarakat secara professional
attitude
serta
behavioral tendency attitude toward
menjalankan
manajemen
universitas sesuai dengan prinsif Good
University
Governance.
Mengembangkan
(2)
ilmu pengetahuan,
toward
change
dan
change). 4. Untuk
menemukan
pengaruh
bukti
komitmen
empiris
organisasi
teknologi dan seni sesuai dengan tuntuan
sebagai mediator antara etika kerja
zaman. (3) Mengaktualisasikan prinsip-
Islam
prinsisp dan
perubahan organisasi.
nilai-nilai
Islam
penyelenggaraan Berdasarkan
dalam
universitas.
perumusan
masalah,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk
Penelitian
dilakukan
pada
karyawan tetap pada bulan Maret-April di
Universitas
Muhammadiyah
Purwokerto. Populasi dalam penelitian ini
pengaruh etika kerja Islam terhadap
adalah seluruh karyawan tetap UMP per
(affective
April 2012 sebesar 171 karyawan. Data
organisasi
commitment, commitment
continuance dan
normative
commitment). 2. Untuk
32
terhadap
empiris
komitmen
bukti
sikap
METODE PENELITIAN
2012
menemukan
dengan
dikumpulkan kuisoner.
dengan
Berdasarkan
menggunakan data
yang
diperoleh, diketahui bahwa besarnya
menemukan
bukti
empiris
populasi
berjumlah
171
karyawan
pengaruh etika kerja Islam terhadap
dengan rincian sebagai berikut: kantor
sikap-sikap
pusat 73 orang, fakultas 62 orang dan
pada
perubahan
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
unit lain 36 orang. maka jumlah sampel
untuk
untuk penelitian ini dengan margin of
menggunakan
error
Dengan
mengukur variabel etika kerja Islam,
uraian diatas dan
komitmen oraganisasi dan sikap-sikap
sebesar
5%
mempertimbangkan
.
memperoleh
data
dengan
kuesioner
untuk
keterbatasan yang ada pada diri penulis,
terhadap
maka sampel yang digunakan dalam
Pembahasan akan dibagi menjadi profil
penelitian ini adalah 120 karyawan tetap
responden, evaluasi data, uji hipotesis
dengan masa kerja satu tahun keatas
dengan uji pengukuran inner model.
yang diambil secara proporsional dari 3
Profil Responden
unit/bagian
dengan
jumlah
masing-
masing adalah sebagai berikut: kantor pusat: 51 orang, fakultas: 44 orang dan unit
lain:
25
orang.
Dengan
mempertimbangkan tidak semua daftar pertanyaan yang dibagikan kembali,
maka
sebagai
semua cadangan
dibagikan sejumlah 150 lembar daftar pertanyaan keseluruh karyawan tetap yang didistribusikan ke dalam 3 unit/ bagian. Kuisoner yang kembali adalah 120, Namun yang bisa digunakan hanya 112 kuisoner karena pengisian data yang tidak lengkap. Data dianalisis dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan taraf kepercayaan 95%.
perubahan
organisasi.
Untuk memperoleh informasi yang baik terkait dengan tujuan penelitian ini, maka kuesioner yang berisi 59 item pertanyaan valid tersebut di distribusikan sebanyak
150
karyawan tetap
kuesioner
kepada
UMP mulai tangal 15
Maret sampai dengan 30 April 2012, sebanyak 120 dikembalikan. Namun 8 buah jawaban diantaranya tidak dapat diikutsertakan karena penigsiannya tidak lengkap. Sehingga kuesioner yang layak di analisis sebanyak 112 kuesioner. Ringkasan pengiriman dan pengembalian kuesioner ditunjukkan
dalam dalam
penelitian
ini
pembahasan
selanjutnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ruang lingkup pembahasan disini merupakan hasil dari studi lapangan
33
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Pria
S1
Wanita
D3
SMA
SMP
SD
0-24
25-30
31-36
>36
6%
11%
9%
27%
10% 43% 57%
25%
60%
31%
21%
Gambar 2. Diagram pie responden berdasar jenis kelamin, usia dan pendidikan 0--5
6--10
11--15
>15
bisa
tidak bisa
menikah
belum menikah
7% 28%
17%
10% 27% 93%
28%
90%
Gambar 3. Diagram pie responden berdasar masa kerja, kemampuan membaca AlQuran dan status pernikahan
Pada
gambar
2
menunjukkan
pendidikan
tertinggi
ke
terendah
bahwa responden 112 terdiri dari 64 pria
berturut-turut S1, D3, SMA, SMP, SD
dan 48 wanita, lebih besar karyawan pria
adalah 30, 24, 35, 11, 12. Persentase
dibanding wanita. Karyawan dengan usia
terbesar adalah pendidikan SMA sebesar
diatas 36 tahun cukup besar (60%)
31% dan yang paling sedikit adalah SD
diikuti usia 31-36 tahun (25%), 25-30
sebesar 11%, dengan demikian yang
tahun (9%) dan kurang dari 24 tahun
memperoleh pendidikan tinggi (D3 dan
(6%).
S1) sebesar 48%. Dapat dilihat bahwa usia produktif
Pada
gambar
3
menunjukkan
(17-60 tahun) cukup dominan, di UMP
bahwa responden 112, terdapat 28% (31
masa pensiun sama dengan pegawai
responden) mempunyai masa kerja lebih
negeri yaitu 56 tahun. Dengan tingkat
dari 15 tahun, 28% (32 responden) masa
pendidikan
kerja 11-15 tahun, 27% (30 responden)
34
yang
beragam
dari
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
masa kerja 6-10 tahun dan 17% (19
bernilai tinggi. Validitas konvergen
responden) masa kerja 0-5 tahun sejak
terjadi jika skor yang diperoleh dari
diangkat menjadi pegawai tetap. Melihat
dua instrumen yang berbeda yang
data tersebut, masa kerja karyawan
mengukur
didominasi oleh masa kerja diatas 10
mempunyai korelasi tinggi. Validitas
tahun yaitu 56%. Dengan mayoritas
konvergen dalam PLS
mampu mambaca Al- Quran, yaitu 93%
pengukuran dengan menggunakan
(104
indikator reflektif dinilai berdasarkan
responden),
walaupun
masih
konstruk
sama
dari model
terdapat 8 responden (7%) yang belum
loading
mampu membaca Al-Quran. Data status
yang
pernikahan juga cukup menarik, yaitu
(Jogiyanto & Abdillah, 2009). Pada
90% (101 responden) telah menikah dan
penelitian ini terdapat 3 konstruk
sisanya
belum
(Etika Kerja Islam (IWE), Komitmen
menikah, dimana dalam Islam, membaca
(COMM), Sikap terhadap perubahan
Al-Quran
(ATC)) dengan jumlah indikator 3
10%
(8
adalah
responden) kewajiban,
serta
factor
yang
indikator-indikator
mengukur
konstruk
itu
menikah adalah sunnah yang sangat
(gambar 4). Indikator
dianjurkan karena mangikuti jejak Nabi
valid apabila skor komponen lebih
Muhammmad saw.
besar
minimum
EVALUASI DATA Analisis data dalam penelitian ini menggunakan permodelan persamaan struktural (Structural Equation Modeling
(SEM)) berbasis komponen atau varian yang dikenal dengan Partial Least Square
(PLS) untuk uji model maupun hipotesis. Analisis validitas, reliabilitas dipaparkan dibawah ini. 1. Uji
validitas
dibandingkan 0.500
dinyatakan nilai
kriteria
(Ghozali,
2008;
Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Hasil perhitungan
validitas
konvergen
dapat dilihat pada gambar 4
dan
tabel outer loading (tabel 2) maka indikator CATC, nilai loading -0.409 kita keluarkan dari model karena memiliki loading kurang dari 0.500 dan
tidak
model
signifikan.
Selanjutnya
dire-esitmasi
(gambar
konvergen.
Validitas
berhubungan
dengan
indikator CATC, dengan hasil pada
prinsip bahwa pengukur-pengukur
gambar 5 dan tabel 3. Hasil re-
dari
estimasi ini merupakan data yang
konvergen suatu
konstruk
seharusnya
5)kembali
dengan
mengeluarkan
35
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
digunakan untuk analisis selanjutnya
pada gambar 5. Sekarang hasilnya
karena sudah valid. Namun demikian
(tabel 3) telah memenuhi validitas
perlu
konvergen karena semua loading
didukung
hasil
validitas
diskriminan reliabeilitasnya dengan
factor berada di atas 0.500.
Partial Least Square Model 2 seperti Tabel 2. Outer Loadings 1 IWE AATC AC BATC CATC CC IWE IWExAC IWExCC IWExNC NC
COMM
MODERATING
ATC 0.897
0.873 0.820 -0.409 0.791 1.000 0.923 0.873 0.922 0.768
Gambar 4. Partial Least Square Model 1
36
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Gambar 5. Partial Least Square Model 2 Tabel 3. Outer Loading 2 IWE AATC AC BATC CC IWE IWExAC IWExCC IWExNC NC
COMM
ATC 0.910
0.864 0.823 0.791 1.000 0.917 0.873 0.927 0.778
2. Uji validitas diskriminan. Validitas diskriminan
MODERATING
berhubungan
dengan
menghasilkan skor yang memang tidak
berkorelasi.
Uji
validitas
prinsip bahwa pengukur-pengukur
diskriminan
konstruk yang berbeda seharusnya
membandingkan
tidak
average etracted (AVE) untuk setiap
berkorelasi
dengan
tinggi.
adalah
root
konstruk
instrumen
yang
berbeda
yang
konstruk dengan konstruk lainnya
mengukur
dua
konstruk
yang
dalam model. Model mempunyai
berkorelasi
validitas diskriminan yang cukup jika
tidak
korelasi
of
Validitas diskriminan terjadi jika dua
diprediksi
dengan
square
dengan
antar
37
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
akar AVE untuk setiap konstruk lebih
akurasi, konsistensi dan ketepatan
besar daripada
korelasi antara
suatu alat ukur dalam melakukan
konstruk dan konstruk lainnya dalam
pengukuran (Jogiyanto & Abdillah,
model (Ghozali, 2008; Jogiyanto &
2009). Uji reliabilitas dapat dari nilai
Abdillah,
hasil
composite reliablity. Blok indikator
perhitungannya dapat dilihat pada
dapat dikatakan reliable bila mampu
tabel 4 dan tabel 5. Dari tabel 4 dan
mengukur konstruk secara konsisten
5 dapat disimpulkan bahwa akar AVE
sehingga
konstruk
internal. Kriteria yang digunakan
2009).
Berikut
COMM
(commitement)
konsistensi
tinggi
adalah composite reliablity harus >
COMM
0.7 (Ghozali, 2008; Jogiyanto dan
dengan IWE yang hanya 0.551.
Abdillah, 2009) dan lebih baik lagi >
Konstruk Moderating 0.906 (“0.821)
0.8 (Dewi dan Bawono, 2008). Hasil
lebih tinggi dari pada korelasi antara
perhitungan
Moderating dengan IWE yang hanya
tampak
0.843 dan sama dengan korelasi
perhitungan
antara Moderating dengan COMM
menunjukkan
(commitmen)
0.906.
variabel mempunyai nilai lebih dari
Konstruk ATC 0.868 (“0.753) lebih
0.7 sehingga dinyatakan reliabel
tinggi dari pada korelasi antara ATC
sehingga
dengan IWE yang hanya 0.344, ATC
terjaga.
sebesar
0.815(“0.659)lebih
daripada
korelasi
antara
sebesar
dengan COMM sebesar 0.239 dan ATC dengan Moderating sebesar 0.326. Jadi semua konstruk dalam model yang diestimasi memenuhi kriteria validitas diskriminan. 3. Uji
reliabilitas.
reliabilitas
Dalam
digunakan
PLS
uji
untuk
mengukur konsistensi internal alat ukur.
38
tercapai
Reliabilitas
menunjukkan
composite
pada
tabel
reliablity
6.
Hasil
composite
reliablity
bahwa
seluruh
konsistensi
internalnya
Tabel 6. Composite Reliability
IWE COMM MODERATING ATC
Composite Reliability 1.000 0.853 0.932 0.859
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Tabel 4. Correlation of the latent variables IWE 1.000 0.551 0.843 0.344
IWE COMM MODERATING ATC
COMM
MODERATING
ATC
1.000 0.906 0.239
1.000 0.326
1.000
Tabel 5. Variance extracted (AVE)
IWE COMM MODERATING ATC
Average variance extracted (AVE) 1.000 0.659 0.821 0.753
Tabel 7. Inner Weight IWE -> COMM IWE -> ATC COMM -> ATC MODERATING -> ATC
original sample estimate 0.551 0.063 -0.239 0.489
mean of subsamples 0.586 0.034 -0.236 0.556
R-square
Model struktural (inner model) PLS
menggunakan
dievaluasi R2
untuk
konstruk
signifikansi antar konstruk dengan model struktural. Nilai R2 digunakan untuk mengukur
tingkat variasi
perubahan
variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan (Jogiyanto & Abdillah, 2009).
IWE COMM MODERATING ATC
dengan
dependen, nilai koefisien t untuk uji
T-Statistic 6.149 0.095 0.250 0.354
Tabel 8. R-Square
Uji Hipotesis dengan Uji Pengukuran Inner Model (Model Struktural) dalam
Standard deviation 0.090 0.662 0.953 1.381
0.304 0.124
Pengujian hipotesis H1: Etika kerja Islam secara langsung dan positif mempengaruhi affective
commitment, continuance commitment, normative commitment. Data Inner Weight merupakan data hubungan untuk menganalisis ada tidaknya signifikansi model struktural yang ada pada gambar 5 (PLS Model 2), dengan melihat nilai t statistik antara variabel
independen
ke
variabel
dependen dengan cara membandingkan
39
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
t hitung dengan t tabel. Dari output PLS
sedangkan sisanya 69.6% dijelaskan
tabel 7 (Inner Weight) yang disajikan kita
oleh variabel lain. Dari hasil analisis
melihat
tersebut penelitian ini menolak hipotesis
bahwa
pengaruh
etika
untuk kerja
hubungan islam
(IWE)
alternative yang menyatakan bahwa
terhadap komitmen (COMM) karyawan
etika kerja islam berpengaruh
UMP mempunyai nilai t hitung sebesar
signifikan
6.149 sehingga lebih besar dari t tabel
perubahan karyawan UMP.
(α =0.05 dan dk = 120 ) =1.658 (Hasan,
Pengujian hipotesis H3: Komitmen organisasi secara langsung dan positif mempengaruhi cognitive, affective dan behavioral tendency dari sikap terhadap perubahan organisasi.
2002;
Pramesti,
2006)
Besarnya
pengaruh diperlihatkan dengan nilai Rsquare
sebesar
0.304
atau
30.4%
sedangkan sisanya 69.6% dijelaskan oleh variabel lain Dari
Dari
output
sikap
PLS
terhadap
tabel
yang
disajikan kita melihat bahwa untuk tersebut
hubungan
penelitian ini dapat menerima hipotesis
organisasi
alternative yang menyatakan bahwa
terhadap perubahan (ATC) karyawan
etika kerja islam berpengaruh secara
UMP mempunyai nilai t hitung sebesar
signifikan terhadap komitmen karyawan
0.250 sehingga lebih kecil dari t tabel
UMP.
=1.658. Dari hasil analisis tersebut
Pengujian hipotesis H2: Etika kerja Islam secara langsung dan positif mempengaruhi cognitive, affective dan behavioral tendency dari sikap terhadap perubahan.
penelitian
Dari
hasil
terhadap
secara
output
analisis
PLS
tabel
yang
disajikan kita melihat bahwa untuk hubungan pengaruh etika kerja islam (IWE)
terhadap
perubahan
(ATC)
sikap
terhadap
karyawan
UMP
mempunyai nilai t hitung sebesar 0.095 sehingga lebih kecil dari t tabel =1.658.
pengaruh
komitmen
(COMM) terhadap sikap
ini
menolak
hipotesis
alternative yang menyatakan bahwa komitmen secara
organisasi signifikan
berpengaruh
terhadap
sikap
terhadap perubahan karyawan UMP. Pengujian hipotesis H4: Komitmen organisasi memediasi pengaruh etika kerja Islam pada cognitive, affective dan behavioral tendency dari sikap terhadap perubahan organisasi. Dari
output
PLS
tabel
yang
Besarnya pengaruh diperlihatkan dengan
disajikan kita melihat bahwa untuk
nilai R-square sebesar 0.304 atau 30.4%
hubungan
40
pengaruh
moderating
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
terhadap
sikap
perubahan
terhadap sikap-sikap pada perubahan
(ATC) karyawan UMP mempunyai nilai t
organissasi (cognitive attitude toward
hitung sebesar 0.354 sehingga lebih kecil
change, affective attitude toward change
dari t tabel =1.658. Dari hasil analisis
dan behavioral tendency attitude toward
tersebut penelitian ini menolak hipotesis
change); komitmen organisasi
alternative yang menyatakan bahwa
berpengaruh
komitmen
memoderasi
commitment, continuance commitment
etika kerja islam secara
dan normative commitment) terhadap
organisasi
berpengaruh signifikan
terhadap
terhadap
sikap
terhadap
sikap
pada
(cognitive
perubahan karyawan UMP.
signifikan
perubahan
attitude
tidak
(affective
organisasi
toward
change,
Hasil penelitian ini tidak sejalan
affective attitude toward change dan
dengan Dewi & Bawono (2008); Fitria
behavioral tendency attitude toward
(2003);
change); komitmen organisasi
Jamil
(2004);
yang
tidak
berkesimpulan bahwa etika kerja islam
berpengaruh signifikan sebagai mediator
berpengaruh positif terhadap masing-
antara etika kerja Islam dengan sikap
masing dimensi sikap dalam perubahan
terhadap perubahan organisasi.
organisasi. Begitu pula Yousef (2000)
DAFTAR PUSTAKA
dalam hasil analisis jalur menemukan
Ali, A., 1988, Scaling an Islamic Work Ethic, The Journal of Social Psychology, Vol. 128 No. 5, 575-583.
pula etika kerja islam secara langsung dan
positif
mempengaruhi
dimensi
kognitif, afektif, dan behavioral tendensi dari sikap dalam perubahan organisasi.
Intervenig
KESIMPULAN satu hipotesis dan menolak tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: etika kerja Islam berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi (affective
commitment, continuance commitment dan normative commitment); etika kerja tidak
Variable,
Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Kesimpulan penelitian mendukung
Islam
Fitria, A., 2003, Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Sikap Akuntan dalam Perubahan Organisasi dengan Komitmen Organisasi sebagai
berpengaruh
signifikan
Dewi, S.S. & Bawono, I.R., 2008, Analisis Pengaruh etika Kerja Islam terhadap Sikap Karyawan Bagian Akuntansi dalam perubahan organisasi (Studi Kasus pada Bank Umum non Syariah di Wilayah Eks karesidenan Banyumas Jawa Tengah), JAAI Vol. 12 No. 1, Juni 2008: 65-78. Damping, M. ME.W., 2004, “Pengaruh spiritualitas terhadap komitmen organisasi dan dampaknya pada
41
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
sikap karyawan dalam menghadapi perubahan organiasi, studi kasus pada karyawan RS. Tlogorejo Semarang”, Tesis, Prodi MM, Program Pasca Sarjana, UNDIP, Semarang. Ghozali, I., 2008, Structural Equation
Modeling Metode Aternatif dengan partial Least Square, Edisi 2, Program MM, UNDIP, UNDIP, Semarang
Penerbit
Pramesti, G., 2006, Panduan Lengkap
Mengolah SPSS 13.0 dalam Mengolah Data Statistik, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Hasan, M.I, 2002, Pokok-pokok Materi
Metodologi Aplikasinya
Penelitian
, Penerbit Indonesia anggota IKAPI.
dan
Ghalia
Irsyad, S, 2009, Laporan Rektor, Disampaikan pada Upacara Milad Ke44 Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jamil, A., 2007, Pengaruh Etika kerja Islam Terhadap Sikap-Sikap Pada Perubahan Organisasi Komitmen
42
Organisasi sebagai Mediator, Tesis, Prodi Magister Akuntansi, UNDIP. Jogiyanto & Abdillah, 2009, Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least Square) untuk Penelitian Empiris, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UGM. Rashid, Md.Z., Sambasivan, M., Rahman, A.A., 2004, “The influence of organizational culture on attitudes toward organizational change”, The
Leadership dan organizational development journal, Vol. 25 No. 2, pp. 161-179, Emerald Group Publishing Limited, 0143-7739.
Yousef, D.A., 2000, “Organizational commitment and job satisfaction as predictor of attitudes toward organizational change in a nonwestern setting, Personnel Review, Vol. 29 No. 5, pp. 567-592, MCB University Press, 0048-3486. Yousef, D.A., 2001, “Islamic work ethic A Moderator Between Organizational Commitment And Job Satisfaction in Cross-Cultural Context”, Personnel Review, Vol. 30 No.2, pp. 152-169, MCB University Press, 0048-3486.
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
PEMBINAAN KARAKTER GURU SEKOLAH KRISTEN Slameto
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
[email protected] ABSTRAK
Karakteristik penting pendidikan Kristen adalah berdasarkan Alkitab dan bertujuan membantu pembaharuan baik secara pribadi, kelompok dan struktur. Untuk itu guru yang dibutuhkan Sekolah Kristen adalah seorang guru yang berada pada tahap Impact yaitu yang mampu membuat perubahan dalam diri dan hidup muridnya. Alasan perlunya menampilkan karakter guru kristen: kemerosotan moral yang terjadi di masyarakat; bahaya pluralisme; dan pudarnya semangat keteladanan. Permasalahannya, mengingat demikian pentingnya karakter itu, apalagi bagi guru kristen, apa saja karakter guru kristen itu dan bagaimana dibentuk, dibina dan dikembangkan demi peningkatan kualitas layanan kita melalui pendidikan/sekolah kristen? Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar positif yang dimiliki seseorang, yang membedakannya dengan orang lain serta diwujudkan dalam perilaku kehidupanya sehari-hari. Nilai adalah sesuatu yang berharga bagi manusia untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dan gambaran mengenai apa yang diinginkan. Persyaratan guru yang dicari dan akan diangkat menurut Yayasan/Badan Penyelenggara Sekolah Kristen di Indonesia: adalah memiliki karakter, integritas kristiani & kepribadian yg baik; selain itu, harus bisa mengoperasikan/ memanfaatkan komputer dan internet. Selanjutnya secara spesifik: berpenampilan menarik dan sopan/berkepribadian menarik, cinta anak & memiliki hati melayani, memiliki etos kerja tinggi, bersedia bekerja keras/pekerja keras, & enerjik, mempunyai daya juang yang tinggi, hidup mandiri, dan dapat bekerjasama dalam tim. Pembinaan karakter guru melalui regenerasi sebagai pondasi karakter kristen, yaitu perubahan yang total yaitu mempengaruhi seluruh keberadaan kepribadian: pikiran, hati nurani, kehendak, emosi. Alkitab menyebutnya sebagai pemberian “hati yang baru” maka kita memerlukan suatu perubahan yang radikal dan menyeluruh yang memampukannya untuk dapat menjadi guru berkarakter kristen sehingga dapat melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Kata Kunci: Karakter Guru, Sekolah Kristen, Pembinaan. PENDAHULUAN Karakteristik penting pendidikan
Kristen
adalah
menyerupai
manusia
kehendak
Allah
yang yang
Kristen adalah berdasarkan Alkitab dan
dinyatakan sebagaimana diungkapkan
bertujuan membantu pembaharuan baik
Alkitab, terutama dalam pribadi Yesus
secara pribadi, kelompok dan struktur.
Kristus. Oleh karena itu, sifat usaha
Manusia yang dihasilkan Pendidikan
pendidikan Kristen adalah manusia dan
43
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Roh
Kudus.
dibutuhkan
Untuk
itu
Sekolah
guru
Kristen
yang
kita hidup disuatu zaman perjumpaan
adalah
global dan keragaman budaya, dan itu
seorang guru yang berada pada tahap
membutuhkan
Impact yaitu yang mampu membuat
beradaptasi; 3) Pudarnya semangat
perubahan
keteladan;
muridnya;
dalam Inilah
diri
dan
jati
diri
hidup
kemampuan
Karakter
untuk
dibentuk
oleh
seorang
orang-orang lain yang menjadi model
pendidik sejati, karakter guru Sekolah
atau mentor yang kita ikuti. Orang tua,
Kristen yang seharusnya.
guru, pembina, pelatih yang menjadi
Karakter atau watak adalah
model atau teladan bagi kita turut
sifat batin yang mempengaruhi segenap
membentuk
pikiran peri-laku, budi pekerti, dan tabiat
dituntun atau mengikuti dan meneladani
yang
ini
para pembina atau sosok lain yang layak
beberapa contoh karakter yang biasa
diteladani kita belajar mengenali dan
ditemui dalam kehidupan sehari-hari:
mewujudkan
pemarah, penyabar, ceria, pemaaf, tidak
kebiasaan, dan keterampilan emosional
percaya
dan intelektual yang dinyatakan oleh
dimiliki
diri,
manusia;
Berikut
bijaksana,
pendiam,
karakter
kita.
berbagai
disposisi,
pendendam, pengkhianat, penyayang,
berbagai
penakut,
rajin,
kebanyakan teori etika modern kurang
sombong, cuek, penghina, munafik,
memperhatikan pengaruh-pengaruh ini,
jujur, licik, egois, iri, tamak, setia, buas,
atau dengan kata lain semangat untuk
jinak, eksentrik, hemat, boros, pelit.
mewarisi keteladanan kebenaran ini
pembenci,
pemalas,
Alasan penting mengapa kita perlu
membahas
karakter
guru
dan kristen
menampilkan adalah:
1)
kebajikan.
Dengan
Sayangnya,
semakin memudar. Identitas orang Kristen, apalagi guru sekolah kristen, dikenal lewat dua
Kemerosotan moral; Karena saat ini
kualitas
sudah
yang
metaforis dinyatakan sebagai “garam”
kemerosotan
dan “terang” dunia (Matius 5:13,14).
moral. 2) Bahaya Pluralisme; Dalam
Kedua metafora ini mengacu kepada
zaman globalisasi dari postmodern saat
“perbedaan” dan “pengaruh” yang harus
ini kita semakin menyadari berbagai
dimanifestasikan
aturan
kepada
begitu
merasakan
luas
kalangan
terjadinya
moral
yang
berbeda
dari
berbagai budaya yang berbeda. Saat ini
44
transformatif
dunia
yang
murid-murid ini.
Implikasi
secara
Yesus dari
penegasan ini cukup serius, yaitu bahwa
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
orang Kristen harus memikul beban
Kita sebagai orang Kristen, apa lagi guru
moral dari metafora-metafora ini secara
sekolah
konsisten dan konsekuen. Lebih jauh,
hidup kepada orang-orang yang kita
implikasi
sebuah
didik, selain kita mengharapkan mereka
panggilan bagi orang Kristen untuk
memiliki hidup di dalam (inward life)
melibatkan diri dan memberi solusi
yang sudah dilahirkan kembali, mereka
dalam masalah-masalah dunia ini tanpa
juga
harus menjadi duniawi.
(outward
ini
Tetapi,
merupakan
pengaruh
kurangnya
kristen,
selain
membentuk
merupakan
memberikan
karakter
character). pekerjaan
Hidup Roh
diluar ini Kudus
karakter yang baik merupakan aspek
melalui firman yang kita kaberitakan,
yang dapat merusak kesaksian Kristen.
melalui Injil yang kita tegaskan sebagai
Jika garam menjadi tawar maka ia tidak
pusat iman, kita melahirkan mereka
berguna (Matius 5:13). Dan jika terang
melalui kuasa Injil dan Firman oleh Roh
disembunyikan di bawah gantang maka
Kudus di dalam kuasa Allah. Setelah itu
ia tidak dapat menerangi semua orang
kita mendidik mereka di dalam karakter
disekelilingnya (Matius 5:15). Karena itu
Kristen”(Tong, Stephen, 2010).
Kristus
menegaskan,
hendaknya
terangmu
“Demikianlah di
bahasan yang penting, tetapi jarang
depan orang, supaya mereka melihat
dibicarakan dan bahkan telah diabaikan,
perbuatanmu
dikalangan
yang
bercahaya
Tema tentang karakter adalah
baik
dan
Kristen
sekalipun.
Dua
memuliakan Bapamu yang di sorga”
kemungkinan alasan pengabaian ajaran
(Matius 5:16). “perbuatan yang baik”
ini adalah: (1) Bahasan ini dianggap
menunjuk kepada perbuatan baik dalam
kurang manarik dibanding dengan tema
pengertian moral, kualitas dan manfaat.
doktrinal lainnya; (2) Tidak semua orang
Dengan
suka membahas karakter karena ini
demikian,
perbuatan
baik
adalah cermin dari kualitas karakter
menyangkut
seseorang,
seseorang yang dianggap tidak boleh
karakter
guru
sekolah
kristen.
wilayah
“kepribadian”
diusik.
Pentingnya karakter hidup Kristen
Akibat dari pengabaian ini banyak
dijelaskan oleh Stephen Tong sebagai
orang Kristen yang tidak mengetahui
berikut, “Hal ini merupakan tugas dan
ajaran dari tema yang sangat penting
fungsi akhir dari pendidikan Kristen”.
ini, padahal Jerry C. Wofford telah
45
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
mengamati
bahwa
“bagi
seorang
kristen apa saja yang dibutuhkan, men-
pemimpin gereja, tidak ada atribut yang
deskripsikannya
lebih
karakter”.
fondasi pengembangan mutu sekolah-
Dalam pengajaran-Nya Yesus sangat
sekolah kristen, melalui serangkaian
menekankan karakter para muridNya.
pembinaan yang perlu dilakukan oleh
Surat Paulus kepada Timotius dan Titus
menajer sekolah kristen.
penting
juga
ketimbang
berbicara
mengenai
dan
menjadikannya
karakter
Hasil kajian ini akan sangat
pemimpin gereja. Karakter itu meliputi
bermanfaat bagi guru dan pembina yang
kualitas seperti: integritas, kemurnian
dalam hal ini adalah kepala sekolah yang
moral,
bersangkutan dan pengurus yayasan
kelemah-lembutan
kesabaran. sangat
Unsur
penting
mengambil
dan
karakter
Kristen
sehingga
Yesus
peningkatan
khusus
untuk
sekolah-sekolah yang dibina/asuhnya.
waktu
mengajarkannya kepada mereka yang akan
memimpin
gereja
mula-mula
(Wofford, J.C, 2001).Tragisnya, akibat ketidaktahuan ini, banyak orang Kristen tidak bertumbuh dalam karakter Kristen yang baik, dan lebih buruk lagi, tetap merasa bertumbuh padahal stagnan!
demikian
pentingnya
dalam
mutu
rangka
pendidikan
di
KAJIAN Karakter adalah nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan
dalam
(Kemendiknas,
perilaku
2010).
Karakter
merupakan totalitas ciri pribadi yang ciri personal mempunyai karakter terdiri
mengingat karakter
kristen
membentuk penampilan seseorang. Ciri-
TUJUAN DAN MANFAAT KAJIAN Permasalahannya,
sekolah
itu,
dari kualitas moral danetis; kualitas kejujuran, kebranian, integritas, reputasi
apalagi bagi guru kristen, apa saja
yang
karakter guru kristen itu dan yang lebih
merupakan
penting lagi, bagaimana karakter guru
melekat
Kristen
dibinadan
Karakter adalah sesuatu yang telah
peningkatan
dipahat dalam hati sehingga merupakan
itu
dikembangkan kualitas
dibentuk, demi
layanan
pendidikan/sekolah
kita kristen?
baik,
semua sebuahk
pada
melalui
tanda
yang
Dengan
moralitas
nilai
ualitas
kekhasan
khas,
tersebut individu.
mengacu
kehidupan
yang
pada
sehari-hari.
begitu, tujuan kajian ini adalah untuk
Karakter bukan merupakan kegiatan
mengidentifikasi karakter guru sekolah
sesaat, melainkan kegiatan konsisten
46
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
muncul
baik
rohaniah.
secara
Karakter
batiniah
masing-masing.
b)
Nilai
ekonomis,
pada
mempertimbangkan untung dan rugi.
berperasaan,
Objek yang ditimbang adalah harga dari
bersikap, berbuat, membentuk tekstur
suatu barang atau jasa. Nilai ini lebih
dan
seseorang.
mengutamakan kegunaan sesuatu bagi
Karakter erat dengan pola tingkah laku,
pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
kecenderungan pribadi untuk berbuat
c) Nilai estetika, menempatkan nilai
baik. Karakter
tertingginya
kebiasaan
mengacu
dan
berpikir,
motivasi
kehidupan
sebagai suatu yang
kepada
keindahan,
melekat pada personal yaitu totalitas
sehingga memunculkan penilaian indah
ide, aspirasi, sikap, yang terdapat dalam
atau tidak indah. Niali estetika ini lebih
individu dan telah mengkristal pada
diapresiasikan dan dijadikan orientasi
pikiran dan tindakan. Hanya individu itu
nilai
sendiri yang tahu dirinya. Karakter dapat
perancang model dan seniman lainnya.
dimaknai sebagai nilai dasar positif yang
d) Nilai sosial, menyangkut nilai-nilai
dimiliki
yang
yang dijunjung tinggi dalam masyarakat,
membedakannya dengan orang lain
yang sangat berguna bagi terciptanya
serta
interaksi sosial dan tatanan sosial yang
seseorang, diwujudkan
dalam
perilaku
kehidupanya sehari-hari.
oleh
para
musisi,
pelukis,
sehat. Nilai ini banyak dijadikan orientasi
Nilai adalah suatu yang berharga,
nilai
bagi
orang-orang
yang
suka
bermutu, menunjukan kualitas, dan
bermasyarakat, suka berderma, suka
berguna bagi manusia. Nilai adalah
menolong sesama atau sering disebut
sesuatu yang berharga bagi manusia
sosok filantropik.
untuk mencapai apa yang menjadi
Menurut Scerenko yang dikutip
tujuan dan gambaran mengenai apa
oleh Samani dan Hariyanto (2011),
yang diinginkan. Muchson dan Samsuri
karakter sebagai atribut atau ciri-ciri
(2013), menjelaskan bahwakategori nilai
yang membentuk dan membedakan ciri
mencakup empat hal yaitu:a) Nilai
pribadi, ciri
teoritis, melihatkan pertimbangan logis
mental dari seseorang, suatu kelompok,
dan
membentuk
atau bangsa.Nilai karakter adalah proses
kebenaran sesuatu. Nilai ini daidasarkan
dimana untuk mempersiapkan generasi
pada teori, konsep, dalil, atau prinsip
muda menjadi insan yang beriman,
yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
rasional
berlaku
dalam
dalam
bidang
kajian
etis, dan
kompleksitas
47
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
berilmu, cakap, mandiri, berakhlak mulia
bekerja keras/pekerja keras, & enerjik;
serta
5) mempunyai daya juang yang tinggi;
berbudaya.
Pada
dasarnya
karakter adalah sifat-sifat yang melekat
6)
hidup
mandiri;
dan
7)
dapat
pada kepribadian seseorang. Sedangkan
bekerjasama dalam tim.Uraian berikut
Kristen adalah sebutan bagi seseorang
ini memaparkan lebih lanjut beberapa
yang telah menerima Yesus Kristus
karakter guru yang disyaratkan sekolah
sebagai Tuhan dan Juru selamat secara
kristen di Indonesia.
pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya
dalam
kehidupan
Menjadi Pribadi yang Menarik Hati
sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu
kualitas
rohani
yang
dimiliki
seorang Kristen – baca guru kristen, apalagi di sekolah kristen. Berdasarkan guru
di
10
nyelenggara
iklan
perekrutan
Yayasan/Badan Sekolah
Kristen
Pedi
Indonesia, diperoleh persyaratan guru yang
dicari
dan
akan
diangkat
(Jobelist.com, 2015). Terkait dengan karakter yang dimaksud adalah seperti berikut ini: memiliki karakter, integritas kristiani dan kepribadian yang baik. Selain
itu
harus
bisa
mengoperasikan/memanfaatkan komputer dan internet; Lebih lanjut karakter yang dimaksud dieksplisitkan kedalam 7 nilai/sifat seperti berikut: 1) berpenampilan
menarik
dan
sopan/berkepribadian menarik; 2) cinta anak & memiliki hati melayani; 3) memiliki etos kerja tinggi; 4) bersedia
48
Kata diperhatikan
kunci
yang
dalam
harus
berhubungan
dengan orang lain adalah harga diri. Begitu pentingnya harga diri, sehingga tidak
sedikit
mempertaruhkan
orang
yang
nyawanya
demi
mempertahankan harga dirinya. Untuk menjadi pribadi yang disukai, harus terus belajar memuaskan harga diri orang lain. Karena dengan harga diri yang terpuaskan, orang bisa menjadi lebih baik, lebih menyenangkan, dan lebih bersahabat. Untuk menjadi pribadi yang menarik dan menyenangkan di mata orang lain, di antaranya 17 hal berikut biasakanlah untuk dilakukan: royallah dalam memberi pujian, buatlah orang lain merasa dirinya sebagai orang penting, jadilah pendengar yang baik, bersikap ramah dan bermurah hatilah, anda tidak akan menjadi miskin karena memberi dan tidak akan kekurangan karena berbagi. rendah hati, bersikaplah
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
asertif,
cintailah
diri
sendiri,
Kata etos berarti watak atau
peduli/perhatian dan senang membantu
karakter seorang individu atau kelompok
orang lain, be smart, menepati janji,
manusia yang berupa kehendak atau
hindari kebiasaan mengkritik, mencela
kemauan
atau menganggap remeh.
semangat yang tinggi guna mewujudkan
Etos Kerja
suatu keinginan dan cita-cita. Etos
yang
disertai
dengan
Wikipedia
Kerja adalah refleksi dari sikap hidup
bawa etos merupakan
yang mendasar, maka etos kerja pada
bahasa dari Yunani; akar katanya adalah
dasarnya juga merupakan cerminan dari
ethikos yang mengandung arti moral
pandangan
atau
pada
Dalam
Kamus
disebutkan
Dalam
menunjukkan bahasa
karakter
yunani
moral.
kuno
serta
modern, etos mempunyai arti sebagai
hidup
nilai-nilai
yang
berorientasi
yang
berdimensi
transenden (ilahiyah). Etos
kerja
dapat
keberadaan diri, jiwa dan pikiran yang
diartikan sebagai konsep tentang kerja
membentuk seseorang. Pada webster's
atau paradigma kerja yang diyakini oleh
New
seseorang
Word
Dictionary,
3rd
College
atau
sebagai
2016) etos mempunyai definisi sebagai
diwujudnyatakan melalui perilaku kerja
kecenderungan atau karakter; sikap,
mereka
kebiasaan, keyakinan, yang berbeda
2003,2).Menurut Toto Tasmara, (2002)
dari individu atau kelompok. Bahkan
etos kerja adalah totalitas kepribadian
dapat
dirinya serta caranya mengekspresikan,
bahwa
etos
pada
dasarnya adalah tentang etika. Dalam
dan
orang
Edition (Disnakertrans Provinsi Banten,
dikatakan
baik
sekelompok
secara
benar
khas
yang
(Sinamo,
memandang, meyakini dan memberikan
kamus bahasa Indonesia, Etos Kerja
makna ada sesuatu, yang mendorong
adalah semangat kerja yang menjadi ciri
dirinya untuk bertindak dan meraih amal
khas dan keyakinan seseorang atau
yang optimal sehingga pola hubungan
suatu
dengan
antara manusia dengan dirinya dan
demikian Etos adalah sikap yang tetap
antara manusia dengan makhluk lainnya
dan
dapat terjalin dengan baik. Etos kerja
kelompok, mendasar
yang
perbuatan-perbuatan
melahirkan
dengan
mudah
dalam pola hubungan antara manusia
berhubungan
dengan
beberapa
hal
penting seperti:
dengan dirinya dan di luar dirinya.
49
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
a. Orientasi ke masa depan, yaitu
selesai karena munculnya sifat tanggap
segala sesuatu direncanakan dengan
ketika akan melakukan perbuatan. 2)
baik, baik waktu, kondisi untuk ke
Penggairah dalam aktivitas; Dengan
depan agar lebih baik dari kemarin.
adanya etos kerja yang baik maka akan
b. Menghargai waktu dengan adanya
ada gairah dalam bekerja, sehingga
disiplin waktu merupakan hal yang
semangat kerja akan muncul.3) Etos
sangat penting guna efisien dan
kerja
efektivitas bekerja.
Penggerak, seperti mesin bagi mobil,
c. Tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi
bahwa
pekerjaan
yang
dilakukan merupakan sesuatu yang
berfungsi
besar
sebagai
kecilnya
Penggerak;
motivasi
akan
menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
harus dikerjakan dengan ketekunan
Cara Menumbuhkan Etos Kerja
dan kesungguhan. d. Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu
Guru Sekolah Kristen
yang berbeda dengan hidup boros,
Etos kerja guru kristen dapat
sehingga bagaimana pengeluaran itu
ditumbuhkan melalui berbagai strategi
bermanfaat untuk ke depan.
atau cara antara lain seperti berikut ini.
e. Persaingan
sehat,
yaitu
dengan
1. Menumbuhkan
sikap
optimis:
memacu diri agar pekerjaan yang
Mengembangkan semangat dalam
dilakukan
patah
diri, Peliharalah sikap optimis yang
semangat dan menambah kreativitas
telah dipunyai, Motivasi diri untuk
diri.
bekerja lebih maju,
Fungsi
tidak
dan
mudah
tujuan
etos
2. Jadilah diri anda sendiri: Lepaskan
kerja secara umum adalah sebagai alat
impian, Raihlah cita-cita yang anda
penggerak
harapkan
tetap
perbuatan
dan
kegiatan individu. Etos kerja mempunyai
3. Keberanian untuk memulai: Jangan
beberapa fungsi, diantaranya adalah:
buang
Pendorong timbulnya perbuatan; 1) Etos
bermimpi, Jangan takut untuk gagal,
kerja yang bagus akan mendorong
Merubah kegagalan menjadi sukses.
seseorang menjadi lebih baik dalam
4. Kerja dan waktu: Menghargai waktu
melakukan pekerjaan atau perbuatan.
(tidak akan pernah ada ulangan
Dengan demikian kerjaan akan cepat
waktu), Jangan cepat merasa puas
50
waktu
dengan
hanya
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
5. Kosentrasikan diri pada pekerjaan:
melingkupi suatu upaya yang terus
Latihan berkonsentrasi kalau perlu
dilakukan
multi
dalam menyelesaikan pekerjaan/yang
konsentrasi,
Perlunya
beristirahat
menjadi
6. Bekerja adalah sebuah panggilan Tuhan(Khasanah, 2004) dalam
diri,
untuk
meningkatkan etos kerja: 1. Kesadaran: keadaan mengerti akan pekerjaanya.
keinginan, kehendak dalam bekerja. 4. Komitmen:
perjanjian
melaksanakan
(2010:27),
tuntas.
menjelaskan
adalah
sebagai
kemampuan
mencurahkan
atau
mengerahkan
seluruh
kesungguhan,
potensi
usaha yang
dan dimiliki
sampai akhir masa suatu urusan hingga
pekerjaan
(1986:8)
kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan
seseorang
untuk
atas
dorongan
sendiri
dan
untuk
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh
banyak
menghasilkan
sesuatu bagi perusahaan. proses,
cara
meningkatkan dan
Masrun
(janji
dalam bekerja.
7. Peningkatan:
Menurut
bertindak bebas, melakukan sesuatu
5. Inisiatif: usaha mula-mula, prakarsa
sebagainya
inisiatif,
mampu
mempengaruhi
lingkungan, mempunyai rasa percaya atau
diri dan memperoleh kepuasan dari
usaha,
usahanya.
Mandiri
berarti
dalam
bertindak
sesuai
keadaan
bekerja. 8. Wawasan:
sampai
untuk
dalam bekerja).
kegiatan
menyerah)
tujuan tercapai.
3. Kemauan: apa yang diinginkan atau
perbuatan
tugasnya
Hidayatullah
2. Semangat: keinginan untuk bekerja.
6. Produktif:
pernah
bahwa kerja keras
Aspek kecerdasan yang perlu dibina
(tidak
mampu tanpa
meminta atau tergantung pada orang konsepsi
atau
cara
lain. Mandiri adalah dimana seseorang
pandang tentang bekerja(Siregar,
mau
dan
mampu
2000).
kehendak/keinginan
mewujudkan dirinya
yang
terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata
Kerja Keras dan Kemandirian Kerja keras menurut Kesuma,
guna
menghasilkan
(barang/jasa)
demi
sesuatu pemenuhan
dkk. (2011), adalah suatu istilah yang
51
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
kebutuhan hidupnya dan sesamanya
diselesaikan
sendiri
tanpa
meminta
(Anton Sukarno, 1999).
bantuan dari orang lain atau atasannya
Secara psikologis dan mentalis,
dan akan bertanggung jawab terhadap
kemandirian adalah keadaan seseorang
segala keputusan yang telah diambil
yang
melalui berbagai pertimbangan, maka
dalam
kehidupannya
mampu
memutuskan dan mengerjakan sesuatu
hal
tanpa
tersebut mampu untuk mandiri.
bantuan
dari
orang
lain.
ini
menunjukkan
Kemandirian
Kemampuan demikian hanya mungkin
bahwa orang
adalah
perilaku
dimiliki jika seseorang berkemampuan
mampu berinisiatif, mampu mengatasi
memikirkan dengan seksama tentang
hambatan atau masalah, mempunyai
sesuatu
atau
rasa percaya diri dan dapat melakukan
diputuskannya, baik dalam segi-segi
sesuatu tanpa bantuan orang lain,
manfaat atau keuntungannya, maupun
hasrat
segi-segi negatif dan kerugian yang
sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat
akan dialaminya (Hasan Basri,2000).
kemandirian mengandung pengertian:
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh
1. Suatu keadaan dimana seseorang
yang
dikerjakannya
seseorang
agar
keinginan
dirinya
berhasil maka
sesuai
diperlukan
untuk
mengerjakan
segala
yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikannya
adanya kemandirian yang kuat. Menurut
2. Mampu mengambil keputusan dan
Brawer dalam Chabib Toha (1993)
inisiatif untuk mengatasi masalah
kemandirian adalah suatu perasaan
yang dihadapi
otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam
3. Memiliki
kepercayaan
diri
dalam
mengerjakan tugas-tugasnya 4. Bertanggung jawab terhadap apa yang di lakukannya
karena
Kemandirian merupakan suatu
kekuatan dorongan dari dalam tidak
sikap individu yang diperoleh secara
karena terpengaruh oleh orang lain.
kumulatif selama perkembangan dimana
diri seseorang yang timbul
Menurut Kartini Kartono (1985)
individu
akan
terus
belajar
untuk
kemandirian seseorang terlihat pada
bersikap mandiri dalam menghadapi
waktu
berbagai situasi di lingkungan sehingga
orang
masalah.
52
Bila
tersebut masalah
menghadapi itu
dapat
individu pada akhirnya akan mampu
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
berpikir dan bertindak sendiri. Dengan
mengatasi rintangan yang dihadapi
kemandirian
dalam mencapai kesuksesan
seseorang
dapat
berkembang dengan lebih mantap.
2. Tanggung jawab, mampu bekerja
Kemandirian kerja adalah suatu
sendiri untuk mengerjakan tugas
nuansa yang mewujudkan karyawan
rutin yang dipertanggungjawabkan
mampu
padanya,
mengambil
langkah-langkah
strategis dalam memberikan pelayanan
tanpa
mencari-cari
pertolongan dari orang lain
yang tepat sebagai bentuk komitmen
3. Mampu berpikir secara kritis, kreatif
kerja karyawan yang afektif, normatif
dan inovatif terhadap tugas dan
dan berkelanjutan. Kemandirian kerja
kegiatan yang dihadapi
merupakan sikap yang memungkinkan seseorang
untuk
bebas,
harus berbeda pendapat dengan
melakukan
sesuatu
dorongan
orang lain, dan merasa senang
sendiri dan kemampuan mengatur diri
karena dia berani mengemukakan
sendiri,
pendapatnya
sesuai
kewajibannya
bertindak
4. Tidak merasa rendah diri apabila
atas
dengan
hak
sehingga
dan dapat
walaupun
nantinya
berbeda dengan orang lain
menyelesaikan sendiri masalah-masalah
5. Bangga dan memperoleh kepuasan
yang dihadapi tanpa meminta bantuan
dari pekerjaan dan pemberi kerjanya
atau tergantung dari orang lain dan
Untuk dapat mandiri seseorang
dapat
bertanggung
jawab
terhadap
membutuhkan kesempatan, dukungan,
segala keputusan yang telah diambil
dan
melalui
lingkungan di sekitarnya agar dapat
berbagai
pertimbangan
sebelumnya.
dorongan
dari
keluarga
serta
mencapai otonomi atas diri sendiri.
Kemandirian kerja mempunyai
Peran keluarga serta lingkungan di
ciri-ciri yang beragam, banyak dari para
sekitar dapat memperkuat untuk setiap
ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri
perilaku
kemandirian. Ciri-ciri kemandirian itu
dinyatakan pula oleh Robert havighurst
antara lain:
(Wahyuliansyah.
1. Percaya
diri
di
lakukan.
Hal
ini
2014)bahwa:
menguasai
Kemandirian merupakan suatu sikap
keahlian dan keterampilan sesuai
otonomi dimana seseorang secara relatif
dengan kerjanya, berinisiatif dalam
bebas
banyak
pendapat dan keyakinan orang lain.
hal,
karena
yang
sehingga
mampu
dari
pengaruh
penilaian,
53
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Dengan otonomi tersebut seorang guru
kelahiran
kristen
merupakan tindakan Allah.
diharapkan
bertanggung-jawab
akan
lebih
terhadap
dirinya
baru
ini;
sepenuhnya
1. Natur Regenerasi
sendiri sebagai guru profesional serta
Ada tiga natur dari regenerasi,
terhadap siswa dan sekolahnya.
yaitu: (1) Regenerasi merupakan
PEMBINAAN KARAKTER GURU
perubahan
Nilai karakter yang ada dalam
seketika,
yang
terjadi
secara
bukan
suatu
proses
masyarakat dan di sekolah haruslah
bertahap seperti pengudusan yang
tidak hanya bertanggungajawab untuk
progresif. (2) Regenerasi merupakan
mencerdasakan,
perubahan
melainkan
memberdayakan
guru
untuk
dan
sekolah
yang
(adikodrati);
supernatural
Secara
khusus
kristen agar memiliki nilai-nilai moral
merupakan karya Roh Kudus. (3)
yang
Regenerasi
bisa
membimbing
dalam
merupakan
kehidupan sehari-hari. Nilai karakter
yang
sangatlah
penting
dimiliki
oleh
regenerasi berarti: (a) penanaman
seseorang,
sekolah,
bahkan
untuk
(pemberian) kehidupan rohani yang
masyarakat.
Nilai
karakter
dapat
baru, karena pada dasarnya manusia
dilakukan budaya
atau sekolah,
sekolah
dan
radikal.
perubahan
diterapkan
melalui
telah
supervisi
kepala
perubahan
pengurus
yayasan,
kepemimpinan, atau media yang lain. Regenerasi (Samuel T. Gunawan,
mati
Dengan
demikian
secara
rohani,
yang
total
(b) yaitu
perubahan mempengaruhi seluruh keberadaan
kepribadian,
yaitu
pikiran, hati nurani, kehendak, emosi.
2013) adalah perubahan yang radikal
Alkitab
dan seketika yang diperlukan untuk
pemberian
“hati
memampukan manusia yang telah jatuh
(Yehezkiel
36:26).
ke dalam dosa untuk dapat kembali
Alkitab adalah inti rohani dari satu
melakukan hal yang benar menurut
pribadi, pusat dari seluruh aktivitas;
pandangan
Regenerasi
sumber yang darinya mengalir semua
merupakan suatu perubahan radikal dari
pengalaman mental dan spiritual,
kematian rohani menjadi kehidupan
berpikir, merasakan, menghendaki,
rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
mempercayai,
Tuhan.
Kita tidak memiliki peran apapun dalam
54
menyebutnya
dan
sebagai
yang Hati
baru” menurut
sebagainya
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
(Bandingkan dengan Amsal 4:23;
emosi,
dan
Matius 15:18-19).
menyebutnya
hati
nurani.
Alkitab
dengan
istilah
2. Regenerasi sebagai Awal dari Seluruh
“pengudusan”, yang bersifat dinamis
Proses Pembaharuan
bukan statis, yang progresif bukan
Dapat
dikatakan
bahwa
seketika;
yang
regenerasi adalah awal dari seluruh
pembaharuan,
proses
transformasi
pembaharuan
dalam
memelukan
pertumbuhan terus
dan
menerus
(1
kehidupan seorang Kristen. Karena
Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2
regenerasi
Petrus 3:18). Selanjutnya, Paulus
hidup
merupakan
yang
regenerasi
baru,
pemberian
maka
merupakan
artinya
awal
dari
dalam Efesus 4:23 mengingatkan orang
percaya
dibaharui
Dengan demikian, orang yang lahir
pikiranmu”. Dibaharui adalah bentuk
baru
langkah
present tense yang menunjuk kepada
pertama dari pembaharuan. Proses-
suatu proses yang berkelanjutan.
proses
hidup yang
Jadi, orang-orang percaya yang telah
itu
bersifat
lahir baru dan menjadi ciptaan baru di
progresif dan disebut “pengudusan
dalam Kristus masih diperintahkan
yang dinamis”. Lalu apakah yang
untuk
dimaksud Paulus dengan frase “terus
perbuatan daging dan segala sesuatu
menerus diperbaharui”? Walaupun
yang berdosa di dalam diri mereka
orang-orang percaya adalah pribadi-
berupa keinginan-keinginan daging,
mengalami
pembaharuan
mengikuti
regenerasi
pribadi baru, akan tetapi mereka
dalam
roh
kamu
proses-proses pembaharuan hidup. telah
di
“supaya
mematikan
dan
perbuatan-
serta menyucikan diri dari segala
belum mencapai kesempurnaan yang
sesuatu yang mencemari tubuh dan
tanpa dosa; mereka masih harus
roh.
bergumul
melawan
dosa.
Pembaharuan ini merupakan proses
3.Peranan
Regenerasi
dalam
Pembentukan Karakter Kristen
seumur hidup. frase ini menjelaskan
Regenerasi merupakan misteri
kepada kita bahwa setelah lahir baru
karena
kita harus terus menerus mengalami
semata-mata dan kita tidak pernah
proses
mencakup
dapat melihat dan merasakan; kita
kehendak,
tidak
pengudusan
pengudusan
pikiran,
merupakan
pernah
tahu
karya
persis
Allah
kapan
55
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
regenerasi itu terjadi. Kita hanya
kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan
dapat
dari
baik ini tidak digerakan oleh kasih
regenerasi itu saja; dan mengamati
kepada Allah dan tidak pula dilakukan
bukti-bukti
dengan ketaatan yang sukarela pada
mengamati dari
efek-efek perubahan
yang
terjadi. Berikut ini akibat-akibat dari regenerasi: seseorang percaya,
1)
Memampukan
untuk 2)
kehendak Allah.
bertobat
Perubahan
dan atau
Maka jelaslah bahwa manusia memerlukan suatu radikal
dan
perubahan yang
menyeluruh
yang
transformasi, 3) Pembaharuan pikiran
memampukannya untuk dapat menjadi
4) Menghasilkan buah Roh.
guru berkarakter kristen sehingga dapat melakukan hal yang benar menurut
PENUTUP Selain mengakibatkan kerusakan total
pada
manusia,
dosa
juga
pandangan Tuhan. Regenerasi adalah solusi yang disediakan Allah bagi sekolah
mengakibatkan ketidakmampuan total
kristen
(total inability), yaitu bahwa: (1) Orang
gurunya:
yang belum lahir baru tidak mampu
integritas kristiani dan kepribadian yang
melakukan,
baik,
mengatakan,
atau
untuk
meningkatkan
untuk
memiliki
berpenampilan
mutu
karakter,
menarik
dan
memikirkan hal yang sungguh-sungguh
sopan/ berkepribadian menarik; cinta
diperkenan
sungguh-
anak & memiliki hati melayani; memiliki
sungguh menggenapi hukum Allah; (2)
etos kerja tinggi; bersedia bekerja
Tanpa karya khusus dari Roh Kudus,
keras/pekerja
orang yang belum lahir baru tidak
mempunyai daya juang yang tinggi;
mampu mengubah arah hidupnya yang
hidup mandiri dan dapat bekerjasama
mendasar, dari dosa mengasihi diri
dalam tim.
Allah,
yang
sendiri menjadi kasih kepada Allah. Perlu ditegaskan
bahwa
ketidakmampuan
total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan
apa
yang
baik
dalam
pengertian apapun. Ini berarti, orang yang belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan
56
keras,
&
enerjik;
DAFTAR PUSTAKA Anton
Sukarno.
Kemandirian
1999.
Ciri-Ciri
Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Chabib Thoha. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Disnakertrans Provinsi Bnten, 2016. Pengertian Etos Kerja. http://disnakertrans.bantenp
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
rov.go.id/read/article-detail/tipsdunia-pencaker/62/PengertianEtos-Kerja.html. Eran, 2013. Filsafat Pendidikan Yahudi.http://rahidani.blogspot.co.i d/2013/10/ filsafat-pendidikanyahudi.html Hasan Basri. 2000. Remaja Berkualitas
(Problematika Remaja dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hidayatullah,
M
Furqon.
2010.
Pendidikan Karakter Membangun Peradabanuntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta. Jobelist.com, 2015.Karakter Seorang Guru Agama Kristen. http://jobelist.com/search/karakterseorang-guru-agama-kristen Kartono, K. 1985. Kepribadian: Siapakah Saya. Jakarta: CV. Rajawali Kesuma, Dharma, dkk. 2011. Pendidikan
Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Khasanah, Uswatun, 2006. Etos Kerja
Sarjana Menuju Puncak Prestasi. Jojakarta: Harum Group
Samani,
Muchlas.
Haryanto. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Samuel T. Gunawan, 2013. Membangun
Dan Mengembangkan Karakter Kristen Yang Kuat. Khotbah Ibadah
Raya GBAP El Shaddai Palangka Raya Sinamo, Jansen. 2005. 8 Etos kerja profesional. Jakarta: Spirit Mahardika Siregar, 2000. Sumber Daya Manusia
(Konsep
universal
Etos
Kerja).
Jakarta: Gramedia Tong, Stephen., 2010. Arsitek Jiwa II, Cetakan Ketujuh, Jakarta: Momentum Toto Tasmoro, 2002. Etos Kerja Muslim. Jakarta: Labmend Wahyuliansyah. 2014.Pengaruh
Kemandirian Siswa Terhadap Prestasi Belajar. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Wofford, J.C, 2001., Kepemimpinan
Kristen
Yang
Mengubahkan.
Terjemahan, penerbit Yokyakarta: Andi.
Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik
57
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
58
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS
BAGI SISWA DI ERA MEA Happri Novriza Setya Dhewantoro
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] ABSTRAK
Pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi global sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi global sosial masyarakat, pembelajaran IPS perlu mengembangkan aktivitas siswa. Dalam menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kreativitas merupakan salah satu kunci yang harus dimiliki. Pembelajaran IPS merupakan salah satu wahana mengembangkan kreativitas siswa. Metode pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS bagi siswa. Esensi dari penerapan Metode pembelajaran Problem Based Learning berpusat pada siswa untuk memecahkan masalah dan memfokuskan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran serta mendorong siswa kreatif memecahkan permasalahanpermasalahan. Kata Kunci: Problem Based Learning, Pembelajaran IPS, MEA kemampuan pengetahuan, sikap, dan
PENDAHULUAN Pendidikan yang ada pada era globalisasi
adalah
diupayakan
pendidikan
untuk
yang
mempersiapkan
keterampilan
yang
diharapkan.
Keberhasilan
pendidikan
sangat
berkaitan dengan prosesnya. Guru harus
kemampuan
mampu mewujudkan langkah-langkah
berpikir kritis, sehingga dengan dibekali
yang kreatif dan inovatif dalam proses
kemampuan berpikir kritis generasi muda
belajar
Indonesia
generasi
yang
persaingan Peningkatan
memiliki
mengajar,
menghadapi
bermanfaat
dimasa
mendatang.
mengajar tersebut bisa lebih bermakna.
pendidikan
akan
Pembelajaran
proses
tersebut
mampu mutu
agar
hal
adalah
belajar suatu
tercapai apabila proses belajar mengajar
kegiatan atau proses mentransfer ilmu
yang
benar-benar
dari guru kepada siswa agar tercapai
efektif dan berguna untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Pembelajaran
diselenggarakan
59
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
yang baik
adalah pembelajaran yang
diarahkan sesuai dengan pengetahuan,
mampu melibatkan seluruh komponen,
kemampuan, dan perkembangan potensi
tidak hanya guru namun juga siswa yang
siswa agar benar-benar berguna dan
secara
proses
bermanfaat bagi siswa di era Masyarakat
pembelajaran, pebelajarlah yang harus
Ekonomi ASEAN seperti pada saat ini.
mendapatkan penekanan. Pebelajarlah
Pada
yang
pembelajaran yang berlangsung masih
aktif
harus
belajar.
aktif
Dalam
mengembangkan
saat
ini
sebagian
pengetahuan mereka, bukan pembelajar
menggunakan
atau orang lain. Pebelajarlah yang harus
(konvensional) sehingga pembelajaran
bertanggung
hasil
berorientasi pada guru dan tidak terpusat
belajarnya. Penekanan belajar siswa
pada siswa. Hal itu menyebabkan siswa
secara aktif perlu dikembangkan.
cenderung
Ilmu
jawab
terhadap
Pengetahuan
Sosial
metode
besar
pasif
dan
ceramah
tidak
terlihat
(IPS)
aktivitasnya dalam belajar. Proses belajar
merupakan salah satu mata pelajaran
mengajar dituntut melibatkan peran aktif
yang membahas mengenai hubungan
guru
manusia dengan
membiasakan
lingkungannya dan
dengan
siswa siswa
yang untuk
dapat terlibat
berkaitan proses-proses sosial yang ada
langsung dalam proses belajar mengajar
di masyarakat seperti proses sosialisasi,
sesuai dengan kemampuan dan jalan
interkasi sosial, pranata sosial, dan lain-
pikirannya sendiri.
lain.
Pembelajaran
era
Masyarakat Ekonomi Asean 2015,
Masyarakat Ekonomi ASEAN memberikan
menuntut manusia sebagai Modal Kapital
pembekalan
(Human
pada
IPS
pada
siswa
dengan
Capital)
yang
berkualitas.
menekankan pada ketrampilan siswa
Kualitas manusia dapat diperoleh melalui
dalam
pendidikan, artinya sejak awal siswa
Pemecahan
memecahkan masalah
masalah. tersebut
dari
diajarkan
mengenal
berbagai
lingkup diri sampai pada masalah yang
permasalahan dan berusaha mencari
kompleks, tidak hanya materi yang
solusi dari permasalah tersebut. Metode
banyak dan menghafal saja, tetapi siswa
pembelajaran Problem Based Learning
diberi pembelajaran untuk bekal di
ditawarkan
kehidupan masyarakat.
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS
Dalam merancang
60
pembelajaran pembelajaran
IPS
guru yang
sebagai
solusi
unuk
bagi siswa di era MEA, karena pendidikan
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
memiliki peran penting dalam kehidupan
disengaja ataupun secara kebetulan.
bangsa.
Belajar
penguasaan
PEMBELAJARAN IPS Pengertian belajar seperti yang dikemukakan dikemukakan oleh BellGredler (1986:1). Ia menyatakan bahwa belajar adalah “the process by which
human beings acquire a vast variety of competencies,
skill
and
attitudes”.
Belajar merupakan proses yang melalui itu
manusia
memperoleh
berbagai
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Hergenhahn (1997: 3) mendeskripsikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif
permanen
sebagai
hasil
dari
proses pembelajaran. Selanjutnya Smith (Sudjana,
2000:
86)
dapat
menyimpulkan
bahwa:
“Learning, then, is an activity of one who learns. It may be intentional or random; it may involve acquiring new information or skill, new attitude, understandings or values. It usually is accompanied by change in behavior and goes on throughout life. It is often thought as both processes and outcomes. Education be defined as “the organized, systematic effort to foster learning, to establish the conditions and to provide the activities throught which learning can occur”. Kesimpulan di atas menyatakan
melibatkan
kegiatan
informasi
baru
atau
berbagai
sikap
baru,
keterampilan,
pengertian atau nilai. Belajar biasanya disertai perubahan perilaku yang terjadi di dalam dan sepanjang kehidupan. Belajar juga dipandang sebagai proses dan sebagai hasil. Sehubungan dengan itu, pendidikan dapat diartikan sebagai upaya terorganisasi dan sistematik untuk membangkitkan belajar, menumbuhkan kondisi-kondisi dan menyajikan berbagai kegiatan
sehingga
belajar
dapat
berlangsung. Hilgard (1975: 11) berpendapat bahwa
pembelajaran
adalah
suatu
proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena respons terhadap situasi.
Sementara
pembelajaran
menurut Hargreaves (Zuchdi, dkk, 2009: 59) menyatakan bahwa pembelajaran yang terintegrasi (dengan kecakapan hidup)
semakin
masyarakat
dibutuhkan
postmodern
pada
yang
cepat
berubah dan semakin kompleks. Proses pembelajaran mencakup:
teritegrasi a)
ini
kemampuan
harus berpikir
tingkat tinggi, b) kapasitas pemecahan masalah,
c)
penerapan
ilmu
untuk
bahwa belajar adalah kegiatan seseorang
mengatasi masalah riil yang dihadapi, d)
yang
kreativitas
belajar
baik
dilakukan
secara
dan
inventiveness,
e)
61
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
kemampuan
belajar
secara
mandiri
sekolah, IPS merupakan kajian yang
dalam kolaborasi, dan f) pembelajaran
terkoordinir dan sistematik sebagai suatu
sepanjang hayat dalam kehidupan nyata
bahasan yang dibangun dari berbagai
(life-long learning).
disiplin
Martorella
(1994:
ilmu
seperti:
antropologi,
6)
arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah,
mengidentifikasi IPS “Social Studies is an
hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi,
integration of experience and knowledge
agama,
concerning human relations for the
mencakup
purpose of citizenship education”. Ilmu
matematika, dan ilmu alam.
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
Mata
sosiologi,
selain
materi pelajaran
itu
juga
humaniora, IPS
mencakup
gabungan dari pengalaman dan ilmu
materi geografi, sejarah, sosiologi, dan
pengetahuan.
yang
ekonomi. Pembelajaran IPS di SMP
dideklarasikan National Council for Social
merupakan upaya agar siswa mampu
Studies (NCSS), sebuah asosiasi pendidik
menjadikan apa yang telah dipelajarinya
profesional
sebagai
Tujuan
dalam
IPS
bidang
sosial,
bekal
dalam
kehidupan
seringkali dipakai sebagai istilah Ilmu
bermasyarakat. Agar pembelajaran IPS
Pengetahuan
menjadi lebih bermakna bagi siswa maka
Sosial
(IPS).
Menurut
Savage (1996: 9):
materi pelajaran disesuaikan dengan
“Social Studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics and the natural sciences.” IPS
merupakan
kajian
terpadu
untuk ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan dalam
pengembangan
kewarganegaraan.
62
Dalam
kompetensi program
lingkungan, karakteristik dan kebutuhan siswa dalam dalam menanamkan nilai dalam kehidupan masyarakat. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
untuk
tingkat SMP
di
Indonesia memiliki salah satu tujuan untuk mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sebagaimana yang tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 (Supardi, 2011: 185) tujuan Pendidikan IPS adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik, sadar sebagai
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
2.
3.
4.
5.
makhluk ciptaan Tuhan, sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga bangsa, bersifat demokratis dan bertanggung jawab, memiliki identitas dan kebanggaan nasional. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inkuiri untuk dapat memahami, mengidentifikasi, menganalisis, dan kemudian memiliki ketrampilan sosial untuk ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Melatih belajar mandiri di samping berlatih untuk membangun kebersamaan melalui programprogram pembelajaran yang lebih kreatif inovatif. Mengembangkan kecerdasan, kebiasaan dan ketrampilan sosial. Pembelajaran IPS juga diharapkan dapat melatih siswa untuk menghayati nilai-nilai hidup yang baik dan terpuji termasuk moral, kejujuran, keadilan, dan lain-lain, sehingga memiliki akhlak mulia. Mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. Pembelajaran
karakteristik
IPS
tersendiri
mempunyai dibandingkan
juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multididipliner. 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. Berdasarkan karakteristik di atas, karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
integrasi
dari
berbagai
yang
disiplin ilmu-ilmu sosial. Rumusan Ilmu
lainnya. Menurut Trianto (2013: 174-
Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas
175) mata pelajaran IPS di SMP memiliki
dan fenomena sosial melalui pendekatan
beberapa
interdisipliner.
pembelajaran
mata
pelajaran
karakteristik
antara
lain
sebagai berikut: 1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan
63
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Menurut (2010:92),
Arends
dalam
Problem
Based
Trianto
Learning
Pendapat lain disampaikan oleh McConnell,
siswa
mengerjakan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri serta mengembangkan ketrampilan berpikir, kemandirian dan percaya diri. Penjelasan tersebut sejalan
Problem
dengan pendapat yang diungkapkan oleh (2010: 7) yang mengatakan
62)
yang
“Problem-based learning is carried out through an action research mode of learning, and is based on a philosophy wich acknowladges that people learn in different ways. The action learning/ research focus allows participants to make choices about the management, focus and direction of their learning.”
permasalahan yang autentik dengan
Barge
(2002:
mengatakan bahwa:
merupakan suatu metode pembelajaran dimana
D
merupakan
Based salah
Learning
satu
model
pembelajaran yang dilakukan secara
bahwa:
“A problem can be theoritical, practical, social, technical, symbolic-cultural and/ or scientific and grows out of students’ wondering within different disiplines and professional enviroments. The problem is the starting point directing the students’ learning process and situates the learning in a context.”
nyata melalui suatu tindakan dan di dalamnya terkandung makna bahwa seseorang dapat belajar dengan cara yang
berbeda.
umum
berdasarkan
pemaparan diatas, suatu masalah dapat
secara
nyata lebih terfokus pada partisipasi untuk
membuat
bagaimana
pilihan
mengelola,
memberi Secara
Pembelajaran
arahan
tentang
fokus
ketika
dan proses
pembelajaran berlangsung. Mengacu dari berbagai pengertian
berupa teori, praktis, masyarakat, teknik,
tersebut
simbol budaya atau pembelajaran nyata
Based Learning adalah metode mengajar
dan tumbuh pada diri siswa bersamaan
yang menggunakan masalah sebagai
dengan
fokus
perbedaan
kedisiplinan
and
dapat
untuk
disimpulkan
Problem
mengembangkan
lingkungan yang baik. Permasalahan
ketrampilan
merupakan langkah awal untuk seorang
materi, dan pengaturan diri. Metode
siswa melakukan proses pembelajaran
pembelajaran Problem Based Learning
dan
situasi
berpusat pada siswa untuk memecahkan
pembelajaran sesuai dengan konteksnya.
masalah dan memfokuskan siswa untuk
64
belajar
menghadapi
pemecahan
masalah,
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
Menurut
Trianto
(2010:
mendorong siswa agar lebih kreatif
mengatakan
dalam
pembelajaran Problem Based Learning
memecahkan
permasalahan-
permasalahan yang dihadapinya.
memiliki
McLinden, Mike, Steve, et.al (2006:
bahwa
94)
beberapa
membantu
siswa
metode
tujuan,
yaitu
mengembangkan
334) mengklasifikasikan kegiatan dalam
keterampilan berpikir dan keterampilan
Problem Based Learning dalam tiga hal
mengatasi masalah, belajar peranan
yang saling berhubungan secara luas,
orang dewasa yang autentik dan menjadi
yaitu:
pembelajar yang mandiri.
a) information-related learning activities (relating to individual research and resource-based search, selection, collection, analysis, synthesis, and presentation of activities); b) communication and collaboration activitie (including peer, tutor, and expert communications that questions, challenge, and co-construct knowledge); c) assessment-related activities”.
Berdasarkan
pendapat
di
atas,
peneliti memilih pendapat Trianto yang mengatakan
bahwa
metode
pembelajaran Problem Based Learning memiliki
beberapa
membantu
siswa
tujuan,
yaitu
mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi
Problem diklasifikasikan
Based menjadi
3
Learning
pembelajar yang mandiri. Maka tujuan
kegiatan
utama
dari
metode
pembelajaran
penting yang saling berhubungan, yaitu:
Problem Based Learning adalah untuk
a) memberikan informasi yang saling
mengembangkan kemampuan berpikir
berhubungan
kegiatan
siswa. Kemampuan pada diri siswa
membangun
tersebut akan mendorong siswa untuk
pembelajaran
dalam seperti
kerjasama antar siswa dalam penelitian
menjadi
dan
tergantung pada peran seorang guru.
mencari
sumber,
memilih,
mengumpulkan, menganalisis, menduga
siswa
Kelebihan
dan kegiatan presentasi; b) kegiatan
Problem
mengkolaborasikan
dilaksanakan
dan
mandiri metode
Based dalam
yang
tidak
pembelajaran
Learning
jika
pembelajaran
mengkomunikasikan; dan c) kegiatan
menurut Wina Sanjaya (2009: 220-221)
yang berhubungan dengan penilaian.
sebagai berikut: a) merupakan metode yang
bagus
untuk
memahami
isi
65
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
pelajaran,
b)
dapat
menantang
dapat
diterapkan
memusat
untuk
tertentu
(sains,
kemampuan siswa untuk menemukan
membahas
pengetahuan
dapat
matematika, sejarah, sosial atau yang
meningkatkan aktivitas pembelajaran, d)
lainnya), tetapi lebih dipilih pembahasan
membantu
masalah actual yang dapat diinvestigasi
baru,
c)
siswa
mentransfer
pengetahuan mereka dalam kehidupan
dari berbagai sudut disiplin ilmu.
nyata, e) metode pembelajaran Problem
Based
Kekuatan dari penerapan metode
lebih
Problem Based Learning ini antara
menyenangkan dan disukai siswa, f)
lain.Siswa akan terbiasa menghadapi
memberikan
masalah (Problem Posing) dan merasa
untuk
Learning
subjek
dianggap
kesempatan pada siswa
mengaplikasikan
pengetahuan
tertantang
untuk
menyelesaikan
yang mereka miliki dalam dunia nyata, g)
masalah, tidak hanya terkait dengan
mengembangkan
pembelajaran dalam kelas, tetapi juga
minat siswa untuk
terus belajar.
menghadapi masalah yang ada di dalam kehidupan sehari hari (real world).
IMPLEMENTASI PBL PEMBELAJARAN IPS
DALAM
Memupuk
solidaritas
sosial
dengan
terbiasa berdiskusi dengan tema-tema
Arends (1997) menyimpulkan ada
tertentu yang diadopsi dari isu global.
lima gambaran yang umum menjadi
Selain itu, model pembelajran Problem
identifikasi
Based Learning yang dilakukan dapat
masalah, pertanyaan
pembelajaran yaitu:
berbasis
Dikembangkan
atau
masalah.
dari
membangun kepekaan sosial para siswa
Daripada
dalam membangun kreatifitas individu
mengorganisasikan pelajaran di seputar
dalam
prinsipprinsip atau kecakapan akademik
mereka hadapi dalam masyarakat.
tertentu,
Problem
mengorganisasikan
Based
Learning
pengajaran
pada
menyelesaikan
masalah
yang
MEA merupakan peluang seklaigus tantangan bagi masyarkat Indonesia,
sejumlah pertanyaan atau masalah yang
sehingga
penting, baik secara sosial atau personal
mampu membentuk masyarkat dalam
bermakna bagi siswa. Pendekatan ini
hal ini generasi muda sebagai manusia
mengaitkan pembelajaran dengan situasi
yang
kehidupan
memanfaatkan
nyata.
Fokusnya
antar
disiplin, walau Problem Based Learning
66
lembaga
berkualitas
pendidikan
harus
dan
mampu
konsep
dalam
pelaksanan MEA. Pada titik ini setiap
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
lembaga
satuan
pendidikan
sekolah-sekolah
mulai
atau
dihadapkan
dengan upaya membentuk softskill para
terhadap
IPS
Problem Based Learning. Dengan
penerapan
metode
intektualitas,
pembelajaran tersebut siswa akan lebih
tetapi dari tingkah laku yang dapat
peka dalam menyikapi permasalahan-
dipertanggungjawabkan
kepada
permasalahan sosial bagi diri sendiri
masyarakat. Siswa segabagi bagian dari
pada khususnya dan kelak hidup di
generasi muda Indonesia memiliki peran
masyarakat
penting dalam masyarakat secara luas.
umumnya. Hal tersebut akan bermanfaat
Guru memiliki peran yang sangat penting
bagi kehidupan sehari-hari siswa ke
untuk mengarahkan kemampuan siswa
depannya yang sering mendapatkan
kearah yang lebih baik. Salah satu yang
“penilaian”
dapat membantu siswa untuk dapat
masyarakat sebagai seseorang yang
mengahdapi
memiliki
melalui
memanfaatkan
pembelajaran
seperti penerapan metode pembelajaran
siswa sebagai agent of change, bukan hanya
kualitas
arus
globalisasi
pembelajaran
menggunakan
metode
IPS
adalah dengan
relasi dan komunikasi yang bermutu antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa. Guru yang tidak menyampaikan kualitas dan makna hidupnya dalam setiap mata pelajaran yang diembannya siswa,
berpengaruh
Kualitas
tidak pada
akan
banyak
perkembangan
kepribadian siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pembelajaran yang berlangsung haruslah dilaksanakan dengan pemilihan metode pembelajaran
global
pada
“asumsi”
dari
lebih
pendidikan juga
pertumbuhan
Proses belajar hanya efektif jika ada
kepada
atau
kemampuan
signifikan
SIMPULAN
era
dari
masyarakat awam pada umumnya.
pembelajaran
Problem Based Learning.
atau
berperan
ekonomi
yang
secara dalam dapat
dilakukan pada pembangunan, yang pada
akhirnya
berdampak
pada
kesejahteraan suatu bangsa, manusia berkualitas, demikian juga pendidikan berkualitas dalam percaturan MEA sesuai dengan
tuntuan
kehidupan
global.
Dengan demikian, apabila siswa telah terbiasa dalam menyelesaikan masalahmasalah melalui proses pembelajaran
Problem Based Learning, maka siswa diharapkan
mampu
menghadapi
tantangan-tantangan di Era MEA.
yang tidak monoton yang berpengaruh
67
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
DAFTAR PUSTAKA Arends, R. I. 2007. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar (7th ed). Translated by Soetjipto, H. P & S. M. Soetjipto. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barge, S., (2010). Principles of Problem and Project based learning. Aalborg University: Harvad University Darmiyati
Zuchdi,
Dkk.
(2009).
Pendidikan Karakter: Grand design dan Nilai-Nilai Target. Yogyakarta: UNY Press
Hergenhann, B. R., & Mettew, H. O. (1997). An Introduction to the Theories of Learning. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Hilgard, E. R., & Bower, G. H. (1975). Theory of Learning. Englewood Cliffs: Prentice Hall. Inc. McConnell, D. (2002). Action Research and Distributed Problem-Based Learning in Continuing Profesional
68
Education. Distance Education, May 2002; 23, 1; ProQuest. Mortorela, P.H. (1994). Social Studies for Elementary School Children. New York: Macmillan College Publishing Company. Savage, T. V, & Amstrong, D. G. (1996).
Effective Teaching in Elementary Social Studies (Third Edition). New Jersey: Prentice Hall.
Sudjana. (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production. Supardi. (2011). Dasar-dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Trianto.
(2010).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. --------. (2013). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
INTERAKSI GURU-SISWA YANG EFEKTIF Enung Hasanah
Anggota Majelis Dikdasmen PWM DIY Email :
[email protected]
ABSTRAK
Untuk dapat mengoptimalkan potensi siswa, seorang guru harus mampu memberikan kesan yang positif bagi para siswa. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tentang dua hal pokok yaitu bagaimana gaya dasar interaksi guru dan siswa, serta gaya mendidik yang seperti apa yang mampu meningkatkan interaksi guru-siswa yang positif. Hasil kajian menunjukan bahwa 1) Terdapat tiga tipe gaya dasar interaksi guru dan siswa yaitu tipe permisif, tipe otoriter, dan tipe otoritatif. 2) Gaya dasar dalam mendidik siswa yang dapat menciptakan interaksi Guru-Siswa yang efektif dapat dilakukan oleh guru yang memiliki gaya mendidik tipe otoritatif. Kata kunci: Interaksi, efektif Kompetensi guru dalam mengelola
PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan
kelas mutlak diperlukan supaya proses
sebuah kegiatan yang jamak terjadi di
pembelajaran dapat berjalan dengan
Sekolah.
sedikitnya
baik sehingga proses pembelajaran di
harus melibatkan dua pihak yaitu guru
kelas benar-benar dapat menjadi proses
dan siswa. Dalam hal ini, peran dan
pendidikan,
tugas guru meliputi banyak hal yaitu
bahan ajar. Pendidikan itu memiliki
sebagai pendidik, pengajar, fasilitator,
makna yang sangat luas. Menurut Ki
pembimbing,
Hadjar
pengelola,
Proses
tersebut
pelayan, inovator
perancang, dan
penilai
bukan
sekedar
Dewantara,
transfer
“Pendidikan
hanyalah suatu tuntunan, sehingga para
(Suparlan, 2005: 22). Oleh sebab itu,
pendidik
hanya
dapat
menuntun
proses pembelajaran di kelas secara
tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-
langsung akan sangat dipengaruhi oleh
kekuatan kodrati yang ada dalam diri
keahlian seorang guru dalam mengelola
anak-anak, agar dapat memperbaiki
kelas.
lakunya (bukan dasarnya) hidup (Ki Soeratman, 1977:21). Peran dan fungsi guru sebagai ujung tombak dalam
69
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
penyelenggaraan semestinya
pendidikan
mampu
formal,
interaksi dengan siswanya?
Mengapa
mengoptimalkan
tidak semua guru memberikan kesan
segala potensi yang ada pada peserta
positif terhadap muridnya? Englehart
didik melalui proses pembelajaran tanpa
(2009:711)
memaksa
kepribadian
atau
mengubah
jati
diri
peserta didik. Untuk
menjelaskan seorang
bahwa
guru
akan
mempengaruhi cara guru berinteraksi mengoptimalkan
dengan siswanya. Meskipun demikian,
potensi siswa, seorang guru harus
kesadaran guru terhadap pentingnya
mampu memberikan kesan yang positif
aspek interaksi antara guru dengan
bagi para siswa, sehingga peserta didik
siswa
memiliki inspirasi untuk pengembangan
keberhasilan belajar siswa, sangatlah
dirinya dari sang guru. Tetapi faktanya,
penting. Selain itu, cara seorang guru
tidak semua guru mampu memberikan
berinteraksi
kesan yang luar biasa kepada para
dipengaruhi oleh pengetahuan mereka
murid.
mengenai teori-teori komunikasi. Oleh
Sebagai
dapat
gambaran,
tentunya
karena
dalam
itu
mempengaruhi
dengan
sebagai
upaya
menggugah
berinteraksi dengan guru memperoleh
mengenai betapa pentingnya interaksi
inspirasi dari guru semasa menempuh
positif antara guru-siswa pada saat
pendidikan. Hal tersebut tentu bukan
pembelajaran, maka pada kesempatan
sebuah kebetulan, tetapi kesan yang
ini penulis akan membahas mengenai
dalam itu sangat dipengaruhi oleh
dua hal pokok yaitu bagaimana gaya
adanya interaksi yang spesial antara
dasar interaksi guru dan siswa, serta
guru dengan muridnya baik dalam
gaya mendidik yang seperti apa yang
proses pembelajaran maupun dalam
mampu meningkatkan interaksi guru-
pergaulan guru siswa sehari-hari. Hal ini
siswa yang positif.
guru dan siswa dengan cara yang berbeda, dapat memberikan kesan yang berbeda. Mengapa
TIGA GAYA DASAR GURU-SISWA
guru
INTERAKSI
Dalam setiap proses pendidikan, pasti terjadi interaksi antara seorang
guru-guru
melakukan
cara yang berbeda dalam melakukan
70
kesadaran
untuk
setiap orang yang pernah sekolah dan
dapat diartikan bahwa Interaksi antara
rasa
siswanya
guru dengan peserta didiknya. Proses interaksi
ini
dilakukan
untuk
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
menyampaikan
pesan-pesan
(materi
itu juga ditentukan oleh berapa banyak
ajar) dari guru kepada siswa. Selain itu,
guru
interaksi guru siswa berfungsi sebagai
melakukan pembelajaran.
media
pembentukan
karakter
serta
optimalisasi potensi peserta didik. Interaksi
guru-siswa
itu
menuntut
otoritas
dalam
Englehart (2009:711) menjelaskan bahwa orang dewasa (guru) harus
sangat
memiliki
model
kontrol
berkaitan dengan komunikasi. Dalam
hubungannya
proses
istilah
Terdapat tiga jenis utama dari kontrol
komunikan dan komunikator. Hubungan
orang dewasa, yang dihasilkan dari
ini didasari karena untuk menyampaikan
berbagai
suatu pesan, diperlukan media. Jadi
kehangatan/kedekatan dengan kontrol.
interaksi baru dapat terjadi apabila ada
Secara rinci tipe kontrol hubungan orang
dua pihak yang sama-sama aktif dalam
dewasa terhadap anak-anak (gaya gaya
menyampaikan
dasar interaksi guru dan siswa) sebagai
komunikasi
dikenal
pesan-pesannya,
kepada komunikan dan komunikator
berikut:
serta dibutuhkan media atau alat agar
1. Tipe
dengan
dalam
anak-anak.
kombinasi
permisif,
antara
ditandai oleh
pesan-pesan tersebut dapat sampai
kehangatan tinggi dan kontrol yang
dengan
rendah.
baik,
utuh
dan
lengkap
Gaya
permisif
(http://rannurkyelektronik.blogspot.co.i
memungkinkan anak mendapatkan
d/2014/T. Bahrun). Selain media atau
kebebasan,
alat pembelajaran, gaya sang guru
dalam pengaturan diri, di lain pihak
dalam
tuntutan yang berkaitan dengan
melakukan
interaksi
dengan
muridnya sangat berpengaruh terhadap tersampaikan atau tidaknya suatu pesan kepada muridnya.
rendah.
pernah
satu
permisif,
berkata
tidak
kepada
Suatu
gaya
muridnya. Mereka termotivasi untuk
dilakukan
oleh
mengutamakan hubungan dengan
seorang guru dengan siswanya adalah
siswa di atas segala sesuatu yang
hasil dari bagaimana respon seorang
lain. Guru permisif merupakan guru
guru terhadap kebutuhan siswa, selain
yang memiliki tipe kepribadian yang
berinteraksi
lainnya.
yang
merupakan guru yang hampir tidak
dengan peserta didik berbeda antara dengan
keleluasaan
perilaku dan tanggung jawab sangat Guru
Gaya guru dalam berkomunikasi
diberi
yang
71
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
sangat
non-konfrontatif.
Guru
yang memberikan kehangatan tinggi
permisif ingin diterima dengan baik
dan
oleh muridnya, dan tidak ingin
otoritatif
berkonflik. Di bawah pengelolaan
daripada dua gaya lain yaitu:
guru permisif, perilaku siswa di kelas
a. Orang dewasa yang otoritatif
cenderung tidak terkendali.
kontrol
yang jauh
tinggi. lebih
Gaya
dinamis
berusaha untuk mengarahkan
2. Tipe otoriter, merupakan hubungan
kegiatan anak secara rasional,
yang terjalin dengan kehangatan
berorientasi pada masalah. Dia
yang rendah dan kontrol yang
mendorong anak untuk maju,
tinggi. Kombinasi ini menghasilkan
tapi mau menerima alasan dari
gaya orang dewasa yang berusaha
anak asal dengan alasan yang
untuk membentuk perilaku anak
rasional. Kedua belah pihak
sesuai dengan standar perilaku yang
saling
ditetapkan. Orang dewasa yang
masing-masing. Oleh karena itu,
menerapkan gaya otoriter adalah
anak diberikannya kontrol yang
orang
kuat dan point
yang
pantang
menyerah
otonomi
dalam harapannya dan memandang
b. Terdapat pembeda yang jelas
otonomi anak sebagai elemen yang
antara guru-siswa, tapi tidak
tidak perlu atau kontra-produktif
mengekang.
dalam perkembangan anak. Guru
perspektif sendiri sebagai orang
yang otoriter akan mendominasi
dewasa,
kelas.
kepentingan individu anak dan
Mereka
tidak
akan
memberikan kesempatan kepada para
murid
penyimpangan
untuk di
melakukan kelas.
Guru
Dia tapi
memaksa mengakui
kekhususan yang dimiliki anak. c. Dalam
menjalin
hubungan
dengan orang dewasa yang
mengendalikan semua gerak gerik
otoritatif,
siswa, sementara siswa tahu bahwa
batas-batas
ada konsekuensi tertentu untuk
ditegakkan dan apa yang pantas
setiap
dilakukan.
pelanggaran,
para
siswa
cenderung mudah dikendalikan. 3. Tipe ketiga adalah tipe otoritatif adalah jenis kontrol orang dewasa
72
memahami
dengan Hubungan
anak
menyadari
aturan
yang
Hal itu berbeda hubungan otoriatif
otoriter. akan
menegakkan aturan melalui akal
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
dan penjelasan bukan sekedar
bagaimana pembelajaran efektif dapat
melalui ketaatan buta terhadap
berlangsung.
aturan
yang
diberlakukan.
Hubungan
otoritatif
Guru otoriter pada sisi yang lain tidak
akan
mendapatkan
masalah
menyediakan kebebasan bagi
prilaku buruk di kelas, tetapi tidak ada
anak
hubungan yang hangat antara guru dan
untuk
keinginannya dipandu
menentukan sendiri,
dan
tetapi
dinegosiasikan
siswa.
Guru otoriter biasanya ditakuti
atau bahkan dibenci oleh para siswa, hal
dengan aturan yang diberikan
tersebut
akan
berpengaruh
pada
orang dewasa yang rasional.
efektifitas mengajarnya. Anak-anak di bawah guru otoriter cenderung memiliki
Setiap gaya mendidik, memiliki
perasaan tertekan, akibatnya tentu tidak
manfaat yang berbeda. Guru permisif
akan terjadi pembelajaran yang efektif.
akan membuat kelas menjadi lebih
Di
leluasa. Para siswa diberi kebebasan
bahkan
untuk berkespresi. Hal ini tentunya
seorang siswa memiliki motivasi belajar
sangat menyenangkan bagi para siswa
yang baik yang secara otomatis tidak
sebab di usia remaja merupakan masa
mungkin prestasi akademiknya baik.
peralihan dari masa anak dengan masa
Bahkan bisa saja, karena rasa takut
dewasa yang mengalami perkembangan
mendapat nilai jelek, anak di bawah
semua aspek/ fungsi untuk memasuki
guru
masa
kecurangan seperti menyontek.
dewasa.
Para
remaja
pada
umumnya mendambakan kesempatan
bawah
perasaan
rasa
benci,
otoriter Kelas
tertekan tidak
akan
atau
mungkin
melakukan
permisif
mungkin
khusus mengekspresikan diri. Akibatnya,
menyenangkan bagi siswa dan kelas
guru permisif mungkin sangat “disukai”
otoriter mungkin sangat memudahkan
oleh siswa. Makna
, tidak
guru untuk mengelola kelas. Kita harus
Dalam hal
ingat bahwa yang penting adalah apa
ini, guru harus ingat bahwa tugasnya
yang terbaik bagi siswa dan pendidikan
adalah sebagai pendidik bukan teman
mereka. Maka perlu diupayakan suatu
bermain untuk siswa. Tanpa beberapa
pengelolaan
pembentukan dan penegakan aturan
menenangkan
bagi siswa, sulit untuk membayangkan
membuat siswa belajar dengan baik
“disukai”
sama dengan "dihormati."
kelas siswa
yang
mudah,
tapi
mampu
73
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
sehingga gurunya mudah menguasai
tentang belajar, merasa nyaman di
kelas.
dalam kelas, dan pengalaman yang
Gaya otoritatif memberikan jalan
sesuai dengan tingakatannya. Ini
untuk interaksi yang melayani apa yang
termasuk
terbaik
yaitu
bagi
mereka.
siswa
dan
Seorang
pendidikan
guru
hal-hal
sebagai
berikut
yang
a. Iklim positif yaitu keadaan yang
mempertahankan sikap otoritatif dalam
memberikan rasa senang dan
berinteraksi
nya
hubungan emosional antar guru
yang
dengan siswa, serta sifat interaksi
dengan
menetapkan
siswa
batas-batas
diperlukan untuk hubungan hormat dan
dengan teman sebaya;
untuk pengaturan pembelajaran yang
b. Iklim negatif yaitu beberapa hal
efektif sementara pada saat yang sama
negatif dalam melakukan interaksi
guru menyediakan kesempatan kepada
belajar
siswa untuk mengutarakan keinginan
permusuhan atau agresi yang
dan kebutuhan yang diperlukan untuk
dipamerkan oleh guru dan / atau
kenyamanan
siswa di kelas;
dan
pengembangan
pribadi siswa secara optimal.
seperti
c. Sensitivitas
guru
marah,
yaitu
daya
Gaya otoritatif dapat dilaksanakan
tanggap guru terhadap kebutuhan
secara efektif jika para guru menyadari
akademik dan emosional siswa;
bahwa ada tiga hal penting yang perlu
serta memperhatikan perspektif
diperhatikan
siswa yaitu sejauh mana interaksi
seorang
guru
untuk
mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu
guru
dukungan emosional, organisasi kelas,
kegiatan
dan dukungan instruksional (Munthner,
penekanan terhadap motivasi dan
2008). Secara rinci ketiga hal tersebut
sudut pandang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
pembelajar.
1. Dukungan emosional mengacu pada
kelas
siswa
dalam
menempatkan siswa sebagai
2. Organisasi kelas mengacu pada cara-
cara-cara guru membantu anak-anak
cara
mengembangkan sikap peduli pada
mengembangkan keterampilan untuk
orang lain, menjalin hubungan yang
mengatur perilaku mereka sendiri,
baik
mendapatkan hasil belajar maksimal,
dengan
pengalaman
74
dengan
teman, dan
memiliki
kegembiraan
guru
membantu
anak-anak
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
dan mempertahankan minat dalam
tinggi siswa berbeda dengan
kegiatan pembelajaran. Ini termasuk:
fokus pada instruksi hafalan;
3. Perilaku manajemen - seberapa baik guru
memantau,
b. Kualitas umpan balik - bagaimana
mencegah, dan
guru memperluas partisipasi dan
mengarahkan perilaku;
belajar
a. Produktivitas - seberapa baik kelas
berjalan
melalui
umpan
balik
kepada siswa; dan
sehubungan
c. Bahasa pemodelan - sejauh mana
dengan rutinitas, seberapa baik
guru merangsang, memfasilitasi,
siswa
dan
memahami
rutinitas
belajar, dan sejauh mana guru memberikan kegiatan dan arahan sehingga waktu maksimum dapat dihabiskan
dalam
kegiatan
belajar; dan
mendorong
penggunaan
bahasa siswa. INTERAKSI POSITIF
GURU-SISWA
YANG
Hasil penelitian Baker (1999: 68) menunjukan bahwa kepuasan siswa
b. Format
pembelajaran
terhadap
Sekolah
dipengaruhi
oleh
instruksional - bagaimana guru
kualitas interaksi guru dengan murid.
melibatkan siswa dalam kegiatan
Interaksi guru-siswa yang positif dapat
pembelajaran dan memfasilitasi
dijadikan
kegiatan sehingga kesempatan
mengantisipasi
belajar dapat maksimal.
penyimpangan oleh siswa. Meskipun hal
4. Dukungan
instruksional
mengacu
tersebut
sebagai
jalan
untuk terjadinya
berorientasi
pada
praktik
pada cara-cara di mana guru secara
pembelajaran tetapi juga melibatkan
efektif
unsur
dan
mendukung
pembangunan
pertumbuhan
kemampuan
kognitif siswa. Ini termasuk: a. Pengembangan
psikologis.
-
untuk
menciptakan interaksi guru-siswa yang positif,
konsep
Sehingga
seorang
memahami
guru
hendaklah
perkembangan
psikologi
bagaimana guru menggunakan
peserta didiknya, dan mengenal kondisi
diskusi
para siswa secara keseluruhan.
dan
kegiatan
pembelajaran meningkatkan kemampuan
untuk kognisi berpikir
dan tingkat
Hal
tersebut
menjadi
sangat
penting karena kontribusi guru terhadap siswa
meliputi
banyak
hal.
Selain
kualitas pembelajaran, guru juga perlu
75
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
memiliki harapan terhadap siswanya,
hanya sebatas komunikasi lisan, tetapi
pandangan
menyangkut segala hal yang ada pada
yang
benar
mengenai
konsep belajar, mengajar, penilaian, dan peserta
didik,
keterbukaan
suasana
kelas,
guru,
pemahaman
guru
guru, termasuk performa Guru. Tidak setiap
dapat
guru
dipungkiri
memiliki
cara
bahwa dan
mengenai kriteria sukses dan prestasi,
kepribadian yang berbeda, sehingga
usaha-usaha
untuk
setiap guru memiliki performa yang
perkembangan
peserta
membantu dan
berbeda. Meskipun demikian, setiap
kesepakatan dari seluruh peserta didik
guru harus memiliki performa yang baik
(Hattie, 2009:34). Semua itu merupakan
sebab ketika pertama kali seorang
sarana
tujuan
pelajar masuk ke dalam kelas, mereka
pendidikan global yaitu menanamkan
akan melihat bagaimana kemampuan,
kecerdasan
estetika, daya tarik dan sikap para guru
untuk
didik,
tercapainya
intelektual,
kecerdasan
sosial, dan pembangunan moral individu dalam kelompok (Dimitriadis, 2006:9). Ketiga hal tersebut idealnya dapat
dalam pembelajaran. Performa guru hendaknya diatur sedemikian
rupa
sehingga
akan
dilakukan secara terintegrasi oleh guru
menggugah rasa keingintahuan siswa
melalui pembelajaran. Sehingga hasil
dan ketertarikan siswa untuk terus
pembelajaran
bukan
berpikir
pengetahuan,
melainkan
hanya
berupa
dan
belajar.
Pengaturan
kecerdasan
tersebut antara lain melalui penggunaan
sikap dan mental. Yang secara lebih
strategi pembelajaran yang bervariasi,
nyata, tujuan pendidikan ini dijelaskan
memasang
oleh UNESCO bahwa setiap proses
dengan kegiatan intelektual di dinding,
pendidikan harus dapat mencapai empat
menggunakan
pilar utama tujuan pendidikan, yaitu
yang sesuai, menggunakan tabel dan
learning to know, learning to do,
daftar ceklist untuk mencatat semua
learning to be, dan learning to live
kegiatan yang sudah dilakukan dalam
together.
pembelajaran, dan tak kalah penting
Kunci utama keberhasilan guru dalam
interaksi
yang
media
berkaitan
pembelajaran
bahwa para guru hendaknya memiliki
dalam
meja sendiri sehingga memudahkan
pembelajaran adalah melalui kegiatan
para siswa untuk berkonsultasi maupun
komunikasi efektif. Komunikasi ini bukan
mengumpulkan
76
melakukan
poster
semua
hasil
karya
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
mereka untuk kemudian diteliti dan
mengeksplorasi ide-ide siswa dalam
diberi masukan oleh para guru (Giroux,
konteks pelajaran.
2006:7). Jadi langkah pertama yang harus dilakukan untuk menciptakan
d. Termasuk waktu yang cukup untuk melakukan diskusi yang bermakna.
interaksi guru-siswa yang positif adalah
Selain
penataan
kelas,
untuk
seorang guru harus mempertimbangkan
menciptakan interaksi guru-siswa yang
penataan kelas.
positif
Penataan kelas merupakan hal
diperlukan
perhatian
dan
kemauan guru untuk terus belajar serta
yang sangat penting untuk memberikan
mencoba
berbagai
pendekatan
kesan pertama yang menarik bagi siswa.
pembelajaran. Seperti pendapat Nemser
Jadi jangan dianggap spele. Seorang
& Buchmann (2005:223) bahwa:
Effective
guru perlu memikirkan kelasnya. Guru
teacher
perlu berpikir bahwa secara psikologis
preparation
setiap
aman,
attention to the prior beliefs of
merasa diterima, merasa penting, dan
candidates and prepare them to
merasa dihargai di kelas anda (Alane,
learn from their teaching in ways
2010:245). dikelola
anak
harus
merasa
Setidaknya
oleh
seorang
needs
to
pay
kelas
yang
that go beyond the typical trial
guru
harus
and error approach and reliance on personal preference.
memiliki karakter sebagai berikut: a. Berisi kegiatan di mana guru dapat menerima umpan balik siswa untuk
Berdasarkan
pernyataaan
menentukan apakah ada kebutuhan
tersebut, jelaslah bahwa pembelajaran
untuk dapat beradaptasi dengan
yang efektif perlu persiapan dan perlu
tujuan pembelajaran.
keyakinan. Mengajar bukanlah sekedar
b. Memiliki beberapa peluang untuk berinteraksi
antara
guru-siswa
mentransfer pengetahuan melainkan harus mampu menciptakan sesuatu
secara individual, kelompok kecil
perubahan
siswa, dan klasikal.
berbagai proses belajar yang didasari
c. Mengkapitalisasi pada keragaman pengalaman
siswa
yang
positif
melalui
oleh keyakinan guru itu sendiri.
untuk
Semua
anak
di
kelas
Anda
menghasilkan solusi alternatif (open-
memerlukan perhatian Anda sebagai
ended)
guru.
masalah
dan
untuk
Maka
gunakanlah
metode
77
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
pembelajaran yang bervariasi untuk
yang lain yang menjadi habit seorang
mengakomodir
guru,
perbedaan
karakter
tentunya
akan
lebih
mudah
siswa. Sehingga semua siswa merasa
diserap oleh peserta didik, daripada
diperhatikan.
sekedar ajakan persuasif.
Pada akhir proses pembelajaran,
Hubungan baik antar guru dengan
seorang guru perlu mengetahui apakah
siswa, dapat mempengaruhi motivasi
keyakinan dan tujuan pembelajaran
dan prestasi belajar siswa (Pennings,
sudah tercapai atau belum, guru harus
2006). Oleh karena itu supaya dapat
melakukan refleksi. Salah satu cara yang
memperoleh
unik bagi guru untuk melakukan refleksi
optimal, maka proses pendidikan perlu
adalah dengan melakukan kontrol sosial.
dilaksanakan dengan tiga prinsip utama,
Guru dan siswa secara bersama-sama
yakni cinta kasih, kepercayaan, dan
berlatih untuk menjadi bagian dari
kewibawaan (Suparlan, 2014:113). Guru
sebuah komunitas, semua memiliki hak
otoritatif memiliki ketiga hal tersebut.
yang
Guru otoritatif dapat menjadi guru yang
sama
untuk
mengeluarkan
pendapat.
hasil
pendidikan
efektif yaitu guru yang
Dalam
hal
ini,
guru
mungkin
melihat
diri
mereka
yang
percaya diri, sebagai,
dan
memiliki pengetahuan atau pengalaman
bertindak sebagai seorang profesional
yang lebih dibanding muridnya (paling
terkemuka
tidak dalam beberapa hal), akan tetapi
Tindakan profesional tersebut secara
perannya adalah sebagai fasilitator, dan
langsung dapat dilihat ketika seorang
bukan sebagai sumber ataupun penilai
guru melakukan interaksi dalam proses
dari
pembelajaran.
apa
yang
dikerjakan
pembelajaran. sehingga
dalam
2008:26).
harus
Menurut Ella Yulaelawati (2007:13)
memberikan kesempatan yang luas bagi
bahwa selain mengembangkan sikap
peserta didik untuk untuk menemukan
dan
nilai-nilai
mengembangkan
tersebut
guru
(Swainston,
melalui
berbagai
cinta
kasih,
para
guru
kompetensi
perlu yang
pengalaman. Tidak kalah penting dari
sesuai dengan moralitas akademik dan
hal tersebut adalah suri tauladan dari
sikap
para
mengembangkan kemampuan berikut:
guru
itu
sendiri.
Ketulusan,
keikhlasan, kejujuran, cinta tanah air, karakter intelek dan nilai-nilai kebaikan
78
ilmiah,
misalnya
1. Meneliti dan konsultasi
dengan
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
2. Analisis, sintesis, menghubungkan, dan memilih
muridnya. Gaya berinteraksi seorang guru merupakan efek dari cara pandang
3. Negosiasi.
guru mengenai kebutuhan siswa, dan
4. Merencanakan,
mendesain,
dan
menciptakan (kreativitas).
berapa
banyak
otoritas pembelajaran.
6. Melaksanakan,
maupun
dan
bertindak.
maka
8. Menyajikan,
menggunakan
dan
mengomunikasikan Dengan
demikian
perpaduan
sikap guru yang profesional, dapat memberikan kesan yang luar biasa dari para siswa terhadap gurunya. Sehingga, guru akan lebih mudah menyampaikan pesan (materi ajar) dengan baik, utuh, dan lengkap, serta mampu menguggah cipta, karsa, dan rasa para murid. PENUTUP Interaksi guru-siswa yang positif membantu
terciptanya
pembelajaran yang efektif. Kesan positif seorang siswa terhadap gurunya, sangat dipengaruhi oleh gaya berinteraksi dan gaya komunikasi sang guru ketika mereka berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik ketika
mereka
cara
merasa
otoritasnya, para
guru
otoritatif
interaksi
guru
dengan
dalam para
peserta didik. Dengan demikian maka
antara pengetahuan, keterampilan, dan
dapat
sebaiknya
melakukan
agar
sama-sama
kehendak
7. Menilai dan melakukan perbaikan. menjelaskan,
menuntut melakukan
Sehingga
siswa
terakomodir menampilkan,
itu
dalam
5. Mengira, menilai, dan memutuskan. membuat,
guru
berinteraksi
interaksi positif akan tercapai. DAFTAR PUSTAKA Alane Jordan Starko (2010). Creativity in
the Classroom Schools of Curious
Delight Fourth Edition: Motivation, Creativity, and Classroom Organization. Routledge 270 Madison Ave, New York. Baker, Jean A. (1999). “Teacher-Student
Interaction Classrooms: Relationship Satisfaction
in Urban At-Risk Differential Behavior, Quality, and Student with School”. The
Elementary School Journal, Vol. 100, No. 1 (Sep., 1999). University of Chicago Press. Dimitriadis, G. & Kamberelis, G. (2006), Theory For Education, New York: Routledge. Ella Yulaelawati (2007), Kurikulum dan pembelajaran, Jakarta: Pakaraya Pustaka. Englehart,
“Student
Joshua
Teacher
M.
(2009).
Interaction”,
Iternational Handbook Of Research On Teachers And Teaching, springer. USA
dengan
79
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Giroux, H. A. ( 2006), Amerika On The Edge, Macmilan: Palgrave. Giroux, H. A. ( 2006), Amerika on the edge, Macmilan: Palgrave. Hattie. J.A.C. (2009), Visible Learning, New York: Routledge. Ki Soeratman, dkk. (1977). Karya Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Muntner, M. (2008). Teacher-Student
Interactions: The Key To Quality Classrooms. The University of Virginia Center for Advanced Study of Teaching and Learning (CASTL).
http://www.readingrockets.org Nemser, S.F. & Buchmann, M. (2005), “Knowing, Thinking and Doing in Learning to Teach”, Teacher Thinking and Professional Action, New York: Routledge.
80
Pennings, Helena. J. & friends. Real-time
teacher–student interactions: A Dynamic Systems approach. http://www.sciencedirect.com. Diunduh tanggal 23 Januari 2016.
Pola Interaksi Guru dan Murid dalam Khazanah Pendidikan Islam. http://rannurkyelektronik.blogspot.c o.id/2014/T. Bahrun. (diunduh tangggal 12 Januari 2016) Suparlan (2004), Mencerdaskan Anak Bangsa, Yogyakarta: Hikayat Publishing. Suparlan. (2005). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Swainston, T. (2008), Effective Teachers in Secondary Schools, Network Continum: Newyork.
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PERSEPSI POLA ASUH ORANGTUA YANG AUTHORITATIF DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA Tri Sakti Guru BK SMPN 1 Yogyakarta
[email protected] ABSTRACT
This study examined the relationship between self-esteem to adolescent attitudes toward drug abuse then the relationship between perceptions of authoritative parenting parents with adolescent attitudes toward drug abuse and the relationship of self-esteem and perception of authoritative parenting with adolescent attitudes toward drug abuse. The first hypothesis of this study there is a negative relationship between self-esteem in adolescent attitudes toward drug abuse, the higher the self-esteem, more negative attitudes toward adolescent drug abuse and vice versa. Secondly there is a negative relationship between perceptions of authoritative parenting with adolescent attitudes toward drug abuse, the more positive perceptions of authoritative parenting, the more negative parental attitudes toward adolescent drug abuse and vice versa. Thirdly there is the relationship between self-esteem and perceptions of authoritative parenting parents with adolescent attitudes toward drug abuse. The subject are 127 students. Methods of data collection using three scales, namely selfesteem scale, the scale of authoritative parenting parents perception and attitude scales teens against drug abuse. Methods data analysis is using multiple correlations. The result is that self-esteem has a negative and significant relationship with adolescent attitudes toward drug abuse with r = -0.466 (p <0.01), so the higher the self-esteem tend to be more negative attitudes toward adolescent drug abuse. Perceptions of parenting authoritative parenting has a negative and significant relationship to drug abuse premises attitude r = - 0.427 (p <0.01) means parenting authoritative parenting subjects perceived the adolescents tended to increasingly negative attitudes toward drug abuse. There is a relationship between self-esteem and perceptions of authoritative parenting parents with adolescent attitudes toward drug abuse by multiple regression test the value of F is 22.766 and p <0.01 so the selfesteem and perceptions of authoritative parenting parents together have a relationship with a teenager attitude against drug abuse. Keywords: self-esteem, perceptions of parenting parents’ authoritative, adolescent attitudes toward drug abuse. korbannya tidak terbatas pada pelajar
PENDAHULUAN di
atau mahasiswa tetapi sudah merambah
Indonesia cenderung meningkat dan
pada tatanan pemerintah. Kasus bupati
Penyalahgunaan
narkoba
81
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
yang pesta sabu dan kasus oknum
menggunakan atau tidak menggunakan
perwira polisi yang mengkonsumsi sabu-
narkoba. Salah satu faktor internal
sabu
munculnya
adalah
sedikit
contoh
yang
sikap
remaja
terhadap
membuat kita semua prihatin. Korban
penyalahgunaan narkoba adalah harga
penyalahgunaan narkotika mencakup
diri dan salah satu faktor eksternal
tidak hanya terbatas pada kelompok
munculnya
masyarakat yang mampu tetapi juga
penyalahgunaan narkoba
telah merambah kelompok masyarakat
asuh orang tua.
yang kurang mampu baik di kota maupun
di
desa.
Tidak
hanya
sikap
Penelitian mengetahui
remaja
ini
sikap
terhadap
adalah pola
penting remaja
untuk
terhadap
melibatkan pelajar/mahasiswa namun
penyalahgunaan narkoba. Apabila sikap
telah merambah pelajar setingkat SMP
remaja positif terhadap penyalahgunaan
dan SD. Penggunaan pertama narkoba
narkoba maka diprediksi perilakunya
terjadi karena penawaran, bujukan, atau
cenderung
tekanan seseorang atau sekelompok
penyalahgunaan
orang, misalnya teman sebaya. Pada
bahwa apabila remaja mempunyai sikap
awalnya didorong rasa ingin tahu, ingin
positif
mencoba, atau ingin memakai, akhirnya
narkoba dan perilakunya cenderung
individu mau menerima tawaran itu.
mendekati
terlibat
dalam
narkoba,
terhadap
artinya
penyalahgunaan
keterlibatan
terhadap
Akibat penyalahgunaan narkoba
penyalahgunaan narkoba maka harus
bagi diri remaja adalah terganggunya
diwaspadai dan perlu pencegahan sedini
fungsi otak dan perkembangan mental
mungkin. Upaya pencegahannya perlu
emosional dan sosial remaja terhambat.
dari faktor dalam individu yaitu salah
Oleh karena itu, upaya pencegahan
satunya peningkatan harga diri. Menurut
harus dilakukan sedini mungkin, yaitu
Afiatin(2010)
pada masa usia SD, SMP, SMA sebagai
remaja yang paling penting dalam
upaya yang berkesinambungan.
menolak bujukan penggunaan narkoba
Hasil
penelitian
personal
dan
adalah harga diri. Menurut BNN (2009),
koleganya (Baron dan Byrne, 2004)
untuk pencegahan bahaya narkoba pada
membuktikan
remaja
bahwa
Orbell
kompetensi
sikap
seorang
salah
satunya
adalah
remaja sejak awal akan menentukan
meningkatkan harga diri. Faktor dari luar
kecenderungan
individu
82
subjek
dalam
salah
satunya
pola
asuh
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
orangtua, dalam penilitian ini sesuai
dan
persepsi
pola
dengan survei bahwa 28 siswa dari 30
authoritatif
siswa SMP N 1 Yogyakarta pola asuh
terhadap penyalahgunaan narkoba.
dengan
asuh
orangtua
sikap
remaja
orangtuanya menggunakan pola asuh
Adapun tujuan dari penelitian ini
authoritatif. Sesuai dengan penelitian
adalah (1) Untuk mengetahui hubungan
Affandi dkk (2009), bahwa dukungan
antara harga diri dengan sikap remaja
keluarga
dukungan
terhadap penyalahgunaan narkoba; (2)
orangtua dapat menjadi faktor protektif
Untuk mengetahui hubungan antara
remaja dalam penyalahgunaan narkoba.
persepsi pola asuh orangtua authoritatif
dalam
artian
Berdasarkan uraian di atas maka
dengan
sikap
remaja
terhadap
permasalahan yang akan diteliti adalah
penyalahgunaan narkoba; (3) Untuk
sebagai
ada
mengetahui hubungan harga diri dan
hubungan negatif antara harga diri
persepsi pola asuh authoritatif dengan
dengan
berikut
:(1)
sikap
penyalahgunaan
Apakah
remaja
terhadap
sikap remaja terhadap penyalahgunaan
narkoba.
Semakin
narkoba.
tinggi harga diri, semakin negatif sikap remaja
terhadap
narkoba,
dan
penyalahgunaan
tiga
aspek
yaitu aspek kognitif yang berhubungan
semakin
dengan pengetahuan, pandangan dan
rendah harga diri semakin positif sikap
keyakinan terhadap objek sikap. Aspek
remaja
penyalahgunaan
afektif berhubungan dengan emosional
narkoba.(2) Apakah ada hubungan yang
individu terhadap objek sikap. Aspek
negatif
konatif
terhadap antara
authoritatif terhadap
sebaliknya
Sikap mengandung
persepsi
dengan
pola
sikap
penyalahgunaan
asuh remaja
berhubungan
kecenderungan
bertindak
dengan individu
narkoba.
terhadap objek sikap (Azwar, 2013).
Semakin positif persepsi pola asuh orang
Dalam penelitian ini objek sikap adalah
tua authoritatif maka semakin negatif
penyalahgunaan narkoba. Jadi aspek
sikap remaja terhadap penyalahgunaan
kognitif
narkoba dan sebaliknya semakin negatif
narkoba
persepsi pola asuh orang tua authoritatif
pandangan,
maka semakin positif sikap remaja
bahaya penyalahgunaan narkoba, aspek
terhadap penyalahgunaan narkoba.(3)
afektif
Apakah ada hubungan antara harga diri
narkoba
terhadap
penyalahgunaan
meliputi dan
terhadap
pengetahuan,
keyakinan
tentang
penyalahgunaan
berhubungan
dengan
83
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
emosional
individu
terhadap
rasa percaya diri, harga diri maupun
penyalahgunaan narkoba, aspek konatif
gambaran diri (Santrock, 1998). Adapun
terhadap
menurut Beane (Woolfolk, 2009) harga
penyalahgunaan
narkoba
berhubungan dengan kecenderungan
diri
bertindak
manusia
individu
terhadap
penyalahgunaan narkoba.
adalah
fitur
dan
oleh
sentral
martabat
karenanya
juga
merupakan pemberian hak manusia
Azwar(2013) menyatakan bahwa
yang tidak dapat dicabut. Jadi harga diri
sikap mengandung tiga aspek yaitu:
secara akurat merupakan produk pikiran
aspek kognitif, afektif, dan konatif.
dan tindakan individu yang mencakup
Aspek sikap terhadap penyalahgunaan
nilai-nilai,
narkoba ada tiga yaitu:
individu
a. Aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang membuat persepsi terhadap objek sikap. Aspek kognitif dalam sikap terhadap penyalahgunan narkoba meliputi pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, penilaian dan persepsi individu terhadap penyalahgunaan narkoba. b. Aspek afektif yaitu aspek yang berhubungan dengan emosional subjektif terhadap obyek. c. Aspek konatif yaitu kecenderungan individu bertindak terhadap obyek. Aspek konatif dalam sikap terhadap penyalahgunaan narkoba terkait dengan kecenderungan individu untuk bertindak terhadap penyalahgunaan narkoba. Harga diri dapat diartikan sebagai
dengan orang lain. Menurut Bandura
dimensi evaluatif yang menyeluruh dari seseorang, dapat pula diartikan sebagai
84
ide-ide, maupun
dan
keyakinan
interaksi
individu
dalam Woolfook (2009), harga diri dipengaruhi oleh budaya di sekitar yang menghargai karakteristik dan kapasitas tertentu dari remaja. Harga diri sering diukur sebagai peringkat dalam dimensi yang berkisar dari negatif sampai positif atau
dari
rendah
sampai
tinggi.
Coopersmith (1967) menyatakan bahwa harga diri merupakan keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian yang diterapkan individu pada dirinya sendiri dalam bentuk perasaan positif
dan
negatif.
Harga
diri
menunjukkan
tingkat
kepercayaan
individu terhadap dirinya bahwa individu yang bersangkutan merasa mampu dan
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
ditunjukan
melalui
sikap
terhadap
dirinya.
Menurut Walgito (2003) persepsi merupakan proses pengorganisasian,
Dalam penelitian ini menggunakan
penginterpretasian terhadap stimulus
aspek harga diri menurut Coopersmith
yang diterima oleh individu sehingga
(Sandha dkk, 2012) yaitu :
merupakan sesuatu yang berarti, dan
a. Significance (keberartian) Keberartian menyangkut
merupakan aktivitas yang intergrated
seberapa besar seseorang percaya
objek yang dipersepsi adalah pola asuh
bahwa
authoritatif.
dirinya
berhasil,
dan
mampu, berharga
berarti, menurut
standar nilai dan pribadi.
dan mempengaruhi individu lainnya didasari
oleh
adanya
pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu lainnya. c. Virtue (kebijakan) Ketaatan kepada standar moral dan etika yang berlaku, individu berusaha menjauhi tingkahlaku yang harus
dihindari
dan
Reuter & Conger (Santrock, 2007) menjelaskan
b. Power (kekuasaan) Kemampuan untuk mengatur yang
dalam diri individu. Dalam penelitian ini
melakukan
tingkahlaku yang diperolehkan atau diharuskan oleh moral, etika dan agama. d. Competence (kemampuan) Menunjukan kemampuan yang
orangtua
menerapkan
pola
yang
asuh
authoritatif
menerapkan keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi, sehingga memberi
anak
membentuk
kesempatan
kemandirian.
untuk Menurut
Erawati (2004) pola asuh authoritatif memiliki karakteristik sebagai berikut: orangtua secara tegas dan rasional, orangtua memberi kebebasan tetapi juga
menetapkan
aturan,
orangtua
cenderung bersikap fleksibel, orangtua memperlakukan anak secara rasional dengan
menegakkan
aturan
secara
konsisten, sering mendiskusikan serta mendengarkan
pendapat
anak
terbaik dalam meraih tujuan untuk
menerapkan
memenuhi tuntutan prestasi.
nilai terpenting bagi anak. Baumrind
Selanjutnya aspek-aspek harga diri
tanggungjawab
dan
sebagai
(Santrock, 2007) mengemukakan bahwa
menurut Coopersmith akan digunakan
pengasuhan
authoritatif
dalam penelitian ini untuk mengukur
anak
mandiri
untuk
mendorong
namun
masih
harga diri.
85
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
menerapkan batasan dan kontrol atas tindakan mereka. Dari
penelitian
ini
keempat
aspek pola asuh orangtua dari Sigelman persepsi
& Shaffer yang akan digunakan untuk
terhadap pola asuh authoritatif adalah
mengukur persepsi pola asuh orang tua
bagaimana
authoritatif.
hasil
uraian
Dalam
di
individu
atas
mempersepsikan
pengorganisasian
dan
pengintreprestasian terhadap pola asuh orangtuanya authoritatif yang memiliki karakteristik mengarahkan secara tegas dan
rasional,
menunjukkan
kasih
sayang, memberi kebebasan tetapi juga menetapkaan aturan, oran tua bersikap fleksibel,
memandirikan
anak
serta
menegakkan aturan secara konsisten, mendengarkan
pendapat
dan
menerapkan tanggungjawab pada anak. Aspek-aspek persepsi pola asuh authoritatif mengacu pada aspek-aspek objek
persepsi
yaitu
pola
asuh
authoritatif menurut Sigelman & Shaffer (Erawati, 2004) membagi aspek pola asuh authoritatif menjadi empat aspek meliputi: a. Ketegasan yaitu adanya kedisplinan dan aturan dalam keluarga. b. Kehangatan yaitu adanya kasih sayang dan cinta dalam hubungan orangtua dan anak. c. Kebebasan yaitu adanya dorongan untuk membentuk kemandirian atau otonomi anak. d. Tidak ada kekerasan yaitu tidak adanya unsur kekerasan fisik dan non fisik dalam berinteraksi dengan anak.
86
METODE PENELITIAN Populasi adalah
siswa
dalam kelas
penelitian VIII
SMPN
ini 1
Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 8 kelas sejumlah 250 siswa. Sampel dalam penelitian ini ditentukan
dengan
metode
cluster
random sampling. Kelas yang dijadikan sampel penelitian ditentukan secara acak, dari 8 kelas kemudian diambil 4 kelas untuk penelitian dengan jumlah subjek keseluruhan dari 4 kelas tersebut adalah 127 siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah harga diri dan persepsi pola asuh orangtua
authoritatif,
sedangkan
variabel terikatnya adalah sikap remaja terhadap
penyalahgunaan
narkoba.
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala harga diri dan skala persepsi pola asuh authoritatif dan skala
sikap
remaja
terhadap
penyalahgunaan narkoba. Harga diri akan diungkap dengan menggunakan skala harga diri yang mengacu pada aspek harga diri dari
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Coopersmith (Sandha dkk, 2012) yaitu
dalam pembuatan kategorisasi data
meliputi: (1) Significance, (2) Power, (3)
penelitian.
Virtue,
statistik harga diri, persepsi pola asuh
dan
Competence.
(4)
Adapun
deskripsi
Selanjutnya skala persepsi pola asuh
orangtua
authoritatif,
orangtua authoritatif mengacu pada
terhadap
penyalahgunaan
aspek-aspek
dapat dilihat pada tabel 1.
persepsi
pola
asuh
orangtua authoritatif dari Sigelman dan
Perhitungan
pada
dan
data sikap
narkoba
skor
data
Shaffer ( Erawati, 2004) yang meliputi:
empirik pada hasil perhitungan dari
(1) Ketegasan, (2) Kehangatan, (3)
SPSS pada hasil analisis deskripsi di
Kebebasan,
ada
mana data tersebut merupakan hasil
kekerasan. Sedangkan, sikap remaja
dari data penelitian di lapangan. Pada
terhadap
data hipotetik perhitungan hasil skor
dan
(4)
Tidak
penyalahgunaan
menggunakan
aspek
narkoba
sikap
dari
maksimal dan minimal didapatkan dari
Azwar(2010) yaitu: (1) Aspek kognitif,
perhitungan jumlah aitem dikalikan skor
(2) Aspek afektif, dan (3) Aspek konatif.
maksimal dan minimal dari skor per-
Teknik analisis data yang digunakan
item.
adalah analisis korelasi product moment dan analisis regresi ganda.
korelasi, dapat diketahui bahwa variabel
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN Data-data
yang
Hasil penelitian berdasarkan uji
DAN
diperoleh
dari
harga diri mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan sikap terhadap penyalahgunaan narkoba dengan nilai
skala harga diri, skala persepsi pola asuh
r=
orangtua authoritatif, dan skala sikap
menunjukkan bahwa ada hubungan
terhadap
negatif antara harga diri dengan sikap
digunakan
penyalahgunaan sebagai
narkoba
acuan
dalam
-0,466
remaja
(
p<
terhadap
0,05).
Hal
ini
penyalahgunaan
mendeskripsikan hasil penelitian dengan
narkoba. Semakin tinggi harga diri
menggunakan
semakin negatif sikap remaja terhadap
skor
hipotetik
dan
empirik, hal tersebut untuk mengetahui
penyalahgunaan
nilai minimum, nilai maksimum, jarak
sebaliknya. Adapun harga diri memberi
sebaran (range), standar deviasi, dan
sumbangan
rata-rata
(mean).
kemudian
digunakan
Hasil
tersebut
sebagai
dasar
narkoba
efektif
penyalahgunaan
terhadap
narkoba
dan sikap sebesar
21,7%
87
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Tabel 1. Deskripsi Statistik Harga Diri, Persepsi Pola Asuh Orangtua Authoritatif, dan Sikap terhadap Penyalahgunaan Narkoba Skor Hipotetik Variabel
Skor
Mean
Maks
Min
Harga Diri
96
24
60
Persepsi Pola Asuh Orangtua Authoritatif
92
23
Sikap terhadap Penyalahgunaa n Narkoba
116
29
Skor Empirik SD
Skor
Mean
SD
Maks
Min
12
85
56
71,24
5,969
57,5
11,5
91
44
73,03
7,571
72,5
14,5
63
29
40,86
8,023
Keterangan : -
Skor Hipotetik yaitu skor yang diperkirakan akan diperoleh oleh subjek Skor Empirik yaitu skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian
Variabel persepsi pola asuh orangtua
Hasil uji regresi ganda diketahui
authoritatif mempunyai hubungan yang
bahwa ada hubungan antara harga diri
negatif dan signifikan terhadap sikap
dan persepsi pola asuh authoritatif
remaja
dengan
terhadap
penyalahgunaan
sikap
remaja
terhadap
narkoba dengan nilai r = - 0,427 ( p<
penyalahgunaan
narkoba.
Besarnya
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada
sumbangan efektif variabel harga diri dan
hubungan negatif antara persepsi pola
persepsi pola asuh orangtua authoritatif
asuh authoritatif dengan sikap remaja
secara bersama-sama terhadap sikap
terhadap
penyalahgunaan narkoba sebesar 26,9
penyalahgunaan
Semakin
tinggi
perspesi
orangtua
authoritatif
negatif
sikap
narkoba. pola
maka
remaja
penyalahgunaan
asuh
%.
semakin
Dari hasil penelitian bahwa variabel
terhadap
harga diri mempunyai hubungan negatif
narkoba
dan
dengan
sikap
remaja
terhadap
sebaliknya. Adapun persepsi pola asuh
penyalahgunaan narkoba. Hasil ini sesuai
orangtua
authoritatif
dengan hasil penelitian Afiatin(2010)
sumbangan
efektif
remaja
terhadap
terhadap
sikap
penyalahgunaan
narkoba sebesar 18,2%.
88
memberi
bahwa remaja dengan harga diri rendah memiliki
risiko
penyalahgunaan
tinggi
terhadap
narkoba.
Sebaliknya
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
remaja yang memiliki harga diri tinggi
mampu
akan memiliki pertahanan diri yang kuat
Penggunaan
dari pengaruh penyalahgunaan narkoba.
kesehatan
Sejalan juga dengan hasil
penelitian
pelanggaran norma hukum (BNN. 2010).
Anindyajati dan Karima (2004) yaitu
Sesuai dengan hasil penelitian Affandi
semakin tinggi harga diri maka remaja
dkk (2009) bahwa dukungan keluarga
akan
dengan
dalam artian dukungan orangtua dapat
kemampuannya sendiri dan tidak mudah
menjadi faktor protektif remaja dalam
dipengaruhi oleh orang lain untuk tidak
penyalahgunaan
menggunakan narkoba. Remaja dengan
keluarga dengan pola asuh authoritatif
harga diri tinggi akan memiliki keyakinan
akan
bahwa penyalahgunaan narkoba adalah
bersikap
yang merugikan dirinya. Dari penjelasan
penyalahgunaan narkoba.
di
memiliki
atas
keyakinan
harga
berhubungan
diri
dengan
yang sikap
sesuai
narkoba atau
norma.
bukan
untuk
pengobatan
adalah
narkoba,
memunculkan
dukungan
remaja
negatif
yang
terhadap
tinggi
Hasil uji regresi ganda ada hubungan
negatif
antara harga diri dan persepsi pola asuh
terhadap penyalahgunaan narkoba. Dari hasil penelitian ini
bertindak
dapat
orangtua
authoritatif
remaja
terhadap
dengan
sikap
penyalahgunaan
diketahui bahwa variabel persepsi pola
narkoba. Artinya harga diri dan persepsi
asuh orangtua authoritatif mempunyai
pola asuh orangtua authoritatif secara
hubungan negatif dengan sikap remaja
bersama-sama mempunyai hubungan
terhadap
dengan
Artinya
penyalahgunaan pola
asuh
narkoba.
orangtua
yang
dipersepsikan remaja adalah pola asuh authoritatif negatif
maka cenderung semakin sikap
penyalahgunaan
sikap
remaja
terhadap
penyalahgunaan narkoba. Menurut teori kognitif sosial dari Bandura ( Feist & Feist, 2008) tentang
remaja
terhadap
resiprodik
triadik
bahwa
narkoba.
Menurut
individu hasil interaksi tiga variabel yaitu
Gunarsa & Gunarsa (1983) dengan cara
lingkungan,
pengasuhan authoritatif anak tumbuh
Menurut Bandura ketiga faktor yang
rasa tanggungjawab dan bersikap sesuai
resiprok tidak perlu sama kuat atau
norma
yang
memiliki konstribusi setara. Meskipun
mempersepsikan pola asuh orangtua
perilaku dan lingkungan terkadang bisa
authoritatif tinggi berarti remaja tersebut
menjadi
artinya
remaja
perilaku,
konstribusi
dan
tindakan
terkuat
pribadi.
namun
89
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
menurut Bandura kognisilah (variabel
menetapkan disiplin secara jelas dan
kepribadian) konstributor paling kuat.
konsisten.
Dalam penelitian ini dikaitkan dengan teori
resiprok
triadik
yaitu
variabel
lingkungan adalah pola asuh orangtua authoritatif, perilaku adalah sikap negatif terhadap penyalahgunaan narkoba yang memunculkan perilaku menjauh dari penyalahgunaan narkoba. Jadi harga diri dan pola asuh orangtua authoritatif secara bersamasama
mempunyai
mempengaruhi terhadap
hubungan
sikap
negatif
dan remaja
penyalahgunaan
narkoba
sehingga perilakunya akan menjauh dari penyalahgunaan
narkoba.
Menurut
Martono dan Joewana (2006) faktor pelindung
individu
terhadap
penyalahgunaan narkoba dari faktor internal
antara
lain
individu
berani
menghadapi tantangan hidup (tidak lari dari masalah), memiliki penilaian positif terhadap diri sendiri, memiliki kehidupan keagamaan
yang
baik,
diterima
dilingkungan temannya. Adapun faktor eksternal yaitu ikatan dalam keluarga positif, orangtua melibatkan diri dalam kehidupan terbuka
anak, dan
orangtua ramah,
bersikap kehidupan
keagamaan keluarga kuat, orangtua bersikap terbuka dan ramah, kehidupan keagamaan keluarga kuat, orangtua
90
KESIMPULAN Dari hasil pembahasan mengenai penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara harga diri dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan narkoba. Artinya makin tinggi harga diri maka semakin
negatif
sikap
remaja
terhadap penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan
hasil
analisis
dapat
diketahui sumbangan efektif variabel harga diri terhadap variabel sikap remaja terhadap penyalahgunaan narkoba yakni 21,7 %. 2. Hasil Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara persepsi
pola
asuh
orangtua
authoritatif dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan narkoba. Artinya semakin tinggi persepsi pola asuh orangtua authoritatif semakin negatif
sikap
remaja
terhadap
penyalahgunaan Berdasarkan
narkoba.
hasil
analisis
dapat
diketahui sumbangan efektif variabel persepsi
pola
asuh
terhadap
variabel
authoritatif
sikap
remaja
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
terhadap penyalahgunaan narkoba yakni 18,2 %. 3. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara harga diri dan persepsi pola asuh orangtua authoritatif dengan
secara
sikap
bersama-sama
remaja
penyalahgunaan Berdasarkan
terhadap narkoba.
hasil
analisis
sumbangan efektif harga diri dan persepsi
pola
asuh
orangtua
authoritatif terhadap sikap remaja terhadap penyalahgunaan naarkoba pada penelitian ini sebesar 26,9%, sisanya
73,1%
dipengaruhi
oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Afandi, D., Chandra, F.& Kurniawan, L. (2009). Correlation between social supports and drug abuse screening Test-10 among senior high school student at Pekanbaru district Riau Province,Indonesia. Jurnal Ilmu Kedokteran , 2 (1), 1-12. Afiatin, T.(2010). Pencegahan
penyalahgunaan narkoba dengan program AJI( Asertif Jaya Inovatif).Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Anindyajati,M.& Karima, C.M. (2004). Peran harga diri terhadap asertivitas remaja penyalahguna narkoba ( Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba di Tempattempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba). Jurnal Psikologi ,2(1) , 49 – 73.
Azwar, S.(2013). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R.A & Byrne,Dn.(2004). Psikologi sosial.diterjemahkan oleh Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga. BNN.(2010). Advokasi pencegahan penyalahgunaan narkoba. Jakarta: BNN. Coopersmith, S.(1967). The antecedents of self esteem. San Francisco: W.H.Freeman and Company Erawati,M.( 2004). Gaya Pengasuhan Authoritatif, Perkembangan Kognisi dan Gender Typing Anak. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Feist,J,& Feist,G,J. (2008). Theories of Personality. Diterjemahkan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gunarsa, D., & Gunarsa, Y. (1983).
Psikologi perkembangan: anak dan remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Martono, L. H & Joewana, S. (2006).
Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah. Jakarta: Balai Pustaka.
Sandha, T. P & Sri Hartati, Naiful, F. (2012). Hubungan antara self esteem dengan penyesuaian diri pada siswa tahun pertama SMA Krista Mitra Semarang. Jurnal Psikologi ,1 (1),47 -82. Santrock, J.W. (1995). Life-span
development ( Perkembangan masa hidup). Edisi ke lima. Jakarta:
Erlangga. Santrock, J.W.
(2011). Masa perkembangan anak children. Edisi 11. Jakarta: Salemba Humanika. Santrock, J.W.(2007). Remaja.Edisi 11. Jakarta: Erlangga. Syah, M. (2010). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Syamsu,Y.(2011). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: ROSDA
91
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
Walgito, B. (2003). Psikologi sosial (
Suatu
Pengantar
Edisi
Revisi).
Yogyakarta: Andi Offset Woolfolk A.(2008). Educational
psychology
92
(Active
Learning
Edition)
edisi kesepuluh diterjemahkan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL NASIONAL IKATAN ALUMNI (IKA) UNY TAHUN 2016 ISBN : 978-602-6338-12-9
93
ISBN 602-6338-12-8
IKATAN ALUMNI
Universitas Negeri Yogyakarta
Alamat : Grha Alumni, Kantor IKA UNY, Kompleks Kampus UNY, Karangmalang, Yogyakarta 55281 | Telp./Fax: 0274 552060 | Email:
[email protected] Website : simfoni.uny.ac.id | www.ikauny.org
9 786026 338129