PENINGKATAN MINAT BERBAHASA JAWA MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA ANAK KELOMPOK TK B DI TK PEDAGOGIA YOGYAKARTA
ARTIKEL JURNAL SKRIPSI
Oleh Destrika Nurtanti NIM 11111247043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER 2015
09 197803 1 001
Peningkatan Minat Berbahasa... (Destrika Nurtanti) 1
PENINGKATAN MINAT BERBAHASA JAWA MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA ANAK KELOMPOK TK B DI TK PEDAGOGIA YOGYAKARTA IMPROVING JAVANESE LANGUAGE READING INTEREST THROUGH STORYTELLING METHOD USING CARTOON PUPPET MEDIA OF GROUP B STUDENTS OF KINDERGARTEN PEDAGOGIA YOGYAKARTA Oleh:
Destrika Nurtanti, paud/pg paud fip uny
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat berbahasa Jawa anak melalui metode bercerita dengan media wayang kartun pada anak kelompok TK B di TK Pedagogia Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif. Desain penelitian yang digunakan mengadopsi model spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek Penelitian Tindakan Kelas berjumlah 18 anak yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Objek penelitian adalah minat berbahasa Jawa melalui metode bercerita menggunakan media wayang kartun. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara dan lembar observasi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan bercerita menggunakan media wayang kartun dapat meningkatkan minat berbahasa Jawa anak. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya minat berbahasa Jawa anak pada tahap Pra Siklus terlihat 5 anak (28%) yang memiliki minat tinggi terhadap bahasa Jawa, pada Siklus I terdapat 7 anak (41%) yang memiliki minat tinggi terhadap bahasa Jawa, pada Siklus II 14 anak (80%) memiliki minat tinggi terhadap bahasa Jawa, sehingga tindakan dihentikan karena minat berbahasa Jawa anak sudah mencapai indikator keberhasilan. Kata kunci: minat berbahasa jawa, bercerita dengan wayang kartun, TK Kelompok b Abstract This study aims to improve children's interest in the Java language through storytelling with puppets cartoon media in group B students of kindergarten Pedagogia Yogyakarta. This research is a collaborative classroom action research. The research’s design including four stages: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects were 18 children consisting of 10 girls and 8 boys. The object is the interest of the Java language through storytelling using puppets cartoon media. Data collecting technique used were interviews and observation. Data analyses technique used was qualitative descriptive. The results shows that storytelling using puppets media cartoons can improve children's interest in the Java language. It can be seen from the improving interest in Javanese of children at the pre-cycle of 5 children (28%) who have high interest to the Java language, in the first cycle there is a slight increase in that 7 children (41%), then on the second cycle increased 14 children (80%) have high interest, then the action is stopped because the Java language children's interest has reached an indicator of success. Keywords: interest in the javanese language, storytelling with puppets cartoon, kindergarten group b
2 Jurnal Pendidikan Guru PAUD Edisi 9 Tahun ke-4 2015
PENDAHULUAN Bahasa merupakan sarana komunikasi yang tidak lepas dari berbagai aspek kehidupan. Keberagaman bahasa dipengaruhi faktor kemampuan anak dan lingkungan yang digunakan dalam keseharian. Secara alami, bahasa telah dimiliki oleh manusia sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat ahli yaitu Ginishi (dalam Mary R. Jalongo, 2007: 51) bahwa kehidupan anak-anak sangat dipengaruhi oleh pembelajaran keaksaraan karena berpengaruh pada pembentukan identitas dan kehidupan sosial anak. Keaksaraan yang diperoleh anak akan menumbuhkan kepercayaan diri dan keterampilannya sebagai pembelajar bahasa. Pengenalan bahasa daerah sangat penting untuk anak usia dini karena dengan mengenal bahasa daerah anak akan lebih dapat menghargai, dan mampu turut melestarikan bahasa daerah. Pada penelitian ini difokuskan pada bahasa Jawa. Penelitian Tadkiroatun Musfiroh, dkk (2006: 7) mengenai bahasa Jawa menunjukkan bahwa bahasa Jawa telah mulai terdesak oleh bahasa Indonesia. Keluarga-keluarga Jawa pun kini mulai tidak menggunakan bahasa Jawa ketika berkomunikasi dengan anak-anak. Akibatnya, bahasa Jawa tidak lagi menjadi bahasa pertama sebagian keluarga Jawa. Pada Kurikulum 2013, pelajaran Bahasa Jawa untuk Sekolah Dasar akan dihapus dan dimasukkan dalam pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan. Sedangkan di jenjang SMP akan dimasukkan dalam Seni Budaya dan Keterampilan. Terlebih di jenjang SMA, pelajaran Bahasa Jawa yang dimasukkan dalam pelajaran Muatan Lokal sudah tidak dibahas lagi apakah tetap termasuk sebagai mata pelajaran atau tidak. Hal tersebut terjadi karena Bahasa Jawa dianggap tidak penting dan dianggap membebani para siswa. Untuk itu, kapan lagi kita dapat mengenalkan bahasa Jawa pada anak selain kita kenalkan sejak dini yaitu pada anak usia dini
karena mereka adalah aset generasi yang akan turut serta melestarikan kebudayaan. Berdasarkan observasi di TK Pedagogia Kelompok B banyak anak-anak yang belum memiliki minat terhadap bahasa Jawa karena kurangnya stimulasi yang diterima anak baik di sekolah maupun di rumah. Hurlock (1980: 88) juga berpendapat bahwa minat merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka memilih. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, maka anak akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat atau merasa bosan. Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat memberikan kepuasan terhadap seseorang. Minat sangat berhubungan erat dengan beberapa aspek, yakni: aspek kognitif, afektif, dan motorik yang merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan. Semakin sering minat diekspresikan dalam suatu kesempatan maka akan semakin berkembang baik minat tersebut, tetapi akan terjadi sebaliknya jika tidak ada kesempatan untuk mengekspresikan suatu minat maka minat yang muncul tidak akan berkembang (Yudrik Jahja, 2011: 63). Jumlah siswa TK Kelompok B ada 18 anak dimana baru 4 anak yang memiliki minat tinggi terhadap bahasa Jawa dan selebihnya sama sekali belum memiliki minat terhadap bahasa Jawa. Anak-anak lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah. Pada kenyataannya memang dari pihak orangtua sendiri juga lebih mengutamakan pengenalan bahasa Indonesia pada anak. Hal tersebut disebabkan karena orangtua juga belum menguasai bahasa Jawa secara baik. Orangtua belum bisa membedakan antara bahasa Jawa ngoko dan bahasa Jawa krama, sehingga mereka takut jika mengenalkan pada anak justru akan merubah makna dari setiap kata-kata bahasa Jawa. Di TK Pedagogia, ada salah satu program pengenalan bahasa Jawa yaitu setiap hari sabtu baik guru maupun anak-anak
Peningkatan Minat Berbahasa... (Destrika Nurtanti) 3
berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi meski program tersebut rutin dilaksanakan, masih banyak anak-anak yang belum memiliki minat terhadap bahasa Jawa. Guru tetap berusaha mengajak anak berkomunikasi dengan bahasa Jawa tetapi anak tetap menjawab dengan bahasa Indonesia. Dari hasil observasi tersebut perlu adanya suatu pemilihan kegiatan yang menyenangkan, sehingga anak mempunyai minat terhadap bahasa Jawa. Dalam hal ini peneliti memilih salah satu kegiatan yang menyenangkan untuk meningkatkan minat berbahasa Jawa anak, yaitu dengan kegiatan bercerita menggunakan media wayang kartun. Kegiatan bercerita menggunakan media wayang ini dipilih karena mudah digunakan dan lebih dekat dengan budaya Jawa. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian yang dipakai adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam bahasa Inggris PTK diartikan dengan Classroom Action Research disingkat CAR. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2009: 3). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B2 TK Pedagogia Yogyakarta yang beralamat di Kampus 3 UPP II Jl.Bantul No.50 Yogyakarta pada bulanAgustus 2015. Subyek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelompok B2 TK Pedagogia Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 18 anak. Kelompok ini terdiri dari 10 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini mengacu pada prosedur atau desain Penelitian Tindakan Kelas
dari pendapat Suharsimi Arikunto, dkk (2006: 16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Masing-masing tahapan mempunyai peran dan fungsinya. Adapun penjabaran pelaksanaan penelitian meningkatkan minat berbahasa Jawa anak melalui metode bercerita ini mengadopsi model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart (dalam Sukardi 2004: 214) yang diaplikasikan pada penelitian peningkatan minat berbahasa Jawa di lapangan. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen observasi yang didukung dengan wawancara dimana hal tersebut dirancang oleh peneliti guna mengetahui kriteria minat anak berbahasa Jawa. Adapun kriteria yang akan diamati dalam observasi adalah: a) rasa senang, b) ketertarikan, dan c) perhatian. Kategori penilaian yang dilakukan dalam setiap ketiga unsur berbahasa Jawa ini adalah kriteria baik, cukup, dan kurang. Keterangan kriteria baik, cukup dan kurang Analisis Data Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis berupa data dari lembar observasi aktivitas anak saat kegiatan bercerita dengan bahasa Jawa. Teknik analisis data kualitatif yang diperoleh melalui pengamatan selama kegiatan berlangsung, melalui diskusi, dan hasil akhir dari pengamatan kegiatan pada akhir siklus dianalisis dengan memberikan skor pada masing-masing komponen penilaian. Tujuan analisis data kualitatif untuk mengolah data dengan cara mendeskripsikan agar lebih jelas dan bermakna dalam menggambarkan data hasil penelitian. Kriteria Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila 80% siswa memiliki minat yang tinggi terhadap bahasa Jawa. Hal ini dapat
4 Jurnal Pendidikan Guru PAUD Edisi 9 Tahun ke-4 2015
dilihat dari adanya peningkatan jumlah anak pada setiap aspek yang dinilai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Prapenelitian Dalam penelitian ini, pratindakan dari minat berbahasa Jawa anak dilakukan dengan mengamati aspek-aspek yaitu rasa senang, perhatian, dan penerapan. Peneliti juga melakukan wawancara kepada anak yang meliputi aspek pengetahuan, penerapan, dan ketertarikan/ rasa senang. Dari ketigas aspek di pra siklus yang dinilai yaitu: ketertarikan/rasa senang anak terhadap bahasa Jawa masih terlihat kriteria tinggi sebanyak 5 anak dari 18 anak yang hadir pada hari tersebut. Untuk kriteria sedang ada 5 anak sedangkan yang memiliki minat rendah terhadap bahasa Jawa ada 8 anak. Pada kriteria rendah ini disebabkan karena masih banyak anak yang menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di hari Sabtu. Dari hasil observasi dan wawancara tersebut diperoleh beberapa data yang dapat ditampilkan pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pratindakan Minat Berbahasa Jawa Minat Berbahasa Jawa No 1. 2. 3.
Kriteria Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Jumlah Anak 5 5 8 18
Secara umum minat berbahasa Jawa anak masih rendah
Dari data observasi pada Tabel 1 kemampuan berbahasa Jawa anak pra siklus dengan menggunakan instrumen lembar observasi menunjukkan bahwa minat berbahasa Jawa anak TK B2 masih belum berkembang dengan baik. Keadaan ini menjadi suatu alasan peneliti melakukan tindakan untuk meningkatkan minat berbahasa Jawa bagi anak. Siklus 1
Siklus 1 Pertemuan 1 Tema yang digunakan pada pertemuan pertama siklus I ini adalah Diri Sendiri, dan sub temanya adalah Aku dan Keluargaku. Kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan minat berbahasa Jawa anak adalah bercerita menggunakan media wayang kartun. Dalam kegiatan pembelajaran ini, guru bercerita menggunakan bahasa Jawa di depan anak-anak, kemudian anak diminta untuk bercerita di depan menggunakan bahasa Jawa dengan media wayang kartun. Proses pembelajaran dengan bercerita menggunakan wayang kartun memiliki peranan yang berdampak pada munculnya minat berbahasa Jawa pada anak. Anak diajak untuk mendengarkan cerita guru yang berjudul “Aku lan keluargaku”. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah menunjukkan media yang akan digunakan ketika bercerita yaitu wayang kartun. Kemudian guru bertanya “Putra-putra, menapa putra-putra mangertos napa ingkang dibeta bu Guru?” Anak mulai menebak tentang wayang kartun yang dibawa oleh guru. Beberapa anak menjawab dengan bahasa Indonesia, ada juga anak yang menjawab dengan bahasa Jawa ngoko, seperti “Aku ngerti bu Guru, wayang kui ki” jawab Danendra dan ada juga yang justru hanya terdiam saja. Selanjutnya guru memulai bercerita “Ana ing salah sawijining dina, ana bocah ingkang duwe jeneng Siti dolan karo kangmase yaiku Seto. Siti karo Seto dolan ono ing daleme Simbah putrine ingkang daleme adoh seka omahe. Siti, Seto lan Bapak Ibune omah ono ing kutha. Ananging daleme simbah putrine ana ing desa. Tekan daleme simbah, Siti ngucap salam karo salim kaliyan simbah putri. Siti matur kaliyan simbah ngagem basa Jawa kang alus, Siti tanglet kaliyan simbah ‘Simbah nembe menapa? Kula kaliyan mas Seto badhe dolan mriki dugi mangkih sonten mbah..’. Simbah putrine Siti sumringah banget, simbah seneng amarga wayahe utawa putune iso nganggo boso Jawa kang alus. Sakwise Siti matur karo simbah, simbah takon karo Seto ‘Le..awakmu karo adimu mau menyang mrene numpak apa?’ Seto garuk-
Peningkatan Minat Berbahasa... (Destrika Nurtanti) 5
garuk sirah lan bingung arep jawab pitakon seka simbahe. Emm...emm..apa mbah? Aku tidak tahu simbah bilang apa? Simbah putri kaget lantaran jawaban seka Seto ora kaya adine Siti sing iso nganggo boso Jawa alus. Banjur simbah takon karo Siti ‘Kangmasmu kui muni piye nduk?‘ Simbah kok ora ngerti. Banjur Siti jawab pertanyaane simbah kanggo Seto nganggo basa Jawa. Setelah selesai guru bercerita, guru memberikan beberapa pertanyaan untuk anakanak “Nah..putra-putra, basa Jawa niku penting mboten? Basa Jawa niku kegunaane kagem menapa?” Beberapa anak mau tunjuk jari dan menjawab pertanyaan dari guru. Beberapa anak menjawab bahwa bahasa Jawa itu penting karena sopan. Ada juga anak yang mengutarakan pengalamannya bahwa setiap ke rumah nenek selalu memakai bahasa Jawa karena simbah tidak bisa memakai bahasa Indonesia. Setelah itu, guru memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba bercerita dengan bahasa Jawa menggunakan media wayang kartun di depan teman-temannya. Hampir semua anak tunjuk jari ingin mencoba, namun beberapa anak masih menggunakan bahasa Indonesia ketika bercerita. Pada kegiatan ini, guru memberikan motivasi kepada semua anak dan memberikan bantuan kepada anak yang memerlukan bantuan. Peneliti mengamati dan mencatat sesuai dengan instrumen penilaian yang telah disiapkan. Selain itu peneliti juga mendokumentasikan kegiatan tersebut. Pada kegiatan inti, guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut yaitu proyek membuat boneka dari botol bekas. Anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok kemudian anak-anak dipersilakan mengerjakan dengan cara bekerjasama dengan teman-teman di kelompoknya. Siklus 1 Pertemuan 2 Guru adalah menunjukkan media wayang kartun yang akan digunakan dalam kegiatan bercerita. Setelah itu memulainya dengan bertanya pada anak-anak “Putra-putra, sinten
sing purun mirengke bu guru crito?”. Lalu ada anak yang bertanya “Cerita napa bu guru?”, ada juga beberapa anak yang menjawab “Purun bu guru..”. Kemudian guru menjawab kembali “Cerita dino iki judule yaiku Seneng tetulung, dimiringke sik ya putra-putra..”. Anak-anak pun menjawab, “nggih bu guru..”. Setelah itu guru mulai untuk bercerita “Nalika isuk-isuk, ana bocah cilik jenenge Rini mangkat sekolah bareng karo kancane jenenge Joko. Rini karo Joko mangkat sekolah kanthi mlaku bareng saka omahe. Ono ing tengah dalan, Rini karo Joko weruh simbah-simbah ingkang badhe tindak ono ing pasar. Simbah kui bingung arep nyabrang dalan, banjur Rini ngajak Joko nulungi simbah mau nyabrang dalan. Rini omong karo Joko “Joko, ayo nulungi simbah kae nyabrang dalan”. Banjur Joko nyauri “Ora usah Rin, mengko awake dewe telat menyang sekolah lho..aku yo ora iso ngomong nganggo boso Jawa alus Rin”. Banjur Rini ngomong karo Joko “Oalah Joko, koe ki ora gelem nulungi simbah kae mergo ora iso boso Jawa alus to? Yo wis, mengko aku sik matur karo simbahe koe mbantu aku nyabrangke wae”. Bocah loro mau banjur nyedaki simbah kang arep nyabrang. Rini ngomong karo simbah “Mbah..badhe tindak peken nggih? Kula Rini kaliyan Joko mbah, monggo kita bantu simbah nyabrang mergi niki mbah”. Rini karo Joko nggandeng simbah mau, banjur simbah mau ngomong karo Rini lan Joko “Matur nuwun ya nduk..thole..wis mbantu simbah nyebrang dalan. Wis kono gek dho mangkat sekolah mengko ndak telat”. Rini karo Joko jawab “nggih mbah..”, ono ing dalan Joko takon karo Rini “Rin, kok kowe iso nganggo boso Jawa alus?”. Rini jawab “Yo iso to..awake dewe ki wong Jogja, manggone yo neng Jogja kudu iso nganggo boso Jawa ngoko utawa alus. Lha wong turis kae dho sinau boso Jawa lho. Mosok awake dewe kalah to? Kowe gelem ora ajar boso Jawa sing alus?”. Joko berkata “Aku gelem Rin, basa Jawa kan keren ta? Hehehe..” jawab Joko sambil tertawa. Setelah selesai bercerita, guru bertanya pada anak-anak “Putra-putra remen mboten kalih ceritane bu guru?”. Anak-anak menjawab “Remen bu
6 Jurnal Pendidikan Guru PAUD Edisi 9 Tahun ke-4 2015
guru..”. Setelah itu guru bercakap-cakap sedikit tentang pentingnya bahasa Jawa, apalagi untuk anak-anak yang berasal dari Jogja sebaiknya bisa berbahasa Jawa. Kegiatan inti pada hari Selasa ini guru membuka sentra persiapan. Guru membagi anak menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 anak. Setiap kelompok diminta untuk bercerita dengan bahasa Jawa menggunakan media wayang. Setiap anak dalam satu kelompok akan bergantian untuk bercerita didepan temantemannya. Beberapa anak sangat antusias untuk bercerita menggunakan bahasa Jawa meskipun terkadang masih bercampur dengan bahasa Indonesia. Anak juga banyak bertanya pada guru maupun teman ketika tidak tahu tentang bahasa Jawa yang ingin diucapkan. Pada pertemuan kedua anak terlihat antusias saat mendengarkan guru bercerita. Ada beberapa anak yang dengan langsung bertanya tentang bahasa Jawa dari kata-kata yang belum pernah didengar oleh anak-anak. Anak juga menunjukkan rasa senangnya terhadap bahasa Jawa ketika bercerita dengan teman-teman dikelompoknya. Anak juga memberikan perhatian ketika temannya sedang bercerita dengan bahasa Jawa. Pada pertemuan kedua ini terjadi peningkatan, di Pra Siklus yang berkriteria tinggi dari 5 anak menjadi 7 anak, pada kriteria sedang dari Pra Siklus 5 anak menjadi 8 anak, dari kriteria kurang yang pada Pra Siklus 8 anak menjadi 3 anak. Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Minat Berbahasa Jawa Melalui Metode Bercerita Menggunakan Media Wayang Kartun Pada Siklus I Kriteria Tinggi Sedang Rendah Keterangan
Pra Siklus 5 anak 5 anak 8 anak Prasiklus pada kondisi kurang
Siklus I 7 anak 8 anak 3 anak Siklus I pada kondisi sedang
Pada siklus ini diharapkan memberikan perubahan yang baik terhadap proses
pembelajaran dan hasil penelitian pada Siklus II. Peneliti berdiskusi dengan guru kelas mengenai pembelajaran yang sudah dilakukan. Ada kendala yang muncul dan berpengaruh terhadap ketercapaian minat berbahasa Jawa dengan optimal. Beberapa kendala yang peneliti hadapi adalah: a) beberapa anak kesulitan untuk memahami bahasa Jawa, b) masih ada beberapa anak yang melakukan aktivitas lain ketika pembelajaran berlangsung, c) suasana atau penataan lingkungan yang monoton dilakukan di dalam kelas. Berdasarkan masalah tersebut peneliti dan guru kelas telah mencari solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Adapun solusi dari permasalahan tersebut antara lain: a) guru lebih sering mengajak berkomunikasi dengan bahasa Jawa, b) berusaha meningkatkan jumlah anak yang mendapatkan kriteria baik dengan cara lebih banyak memberikan kesempatan pada anak untuk bercerita, c) suasana atau penataan lingkungan juga dilakukan di luar kelas disesuaikan dengan kegiatan RPPH yang akan dilaksanakan. Berdasarkan refleksi yang dilakukan, peneliti merencanakan kembali tindakan agar minat berbahasa Jawa pada anak lebih optimal lagi. Itu berarti siklus II harus dilaksanakan. Siklus II Siklus II Pertemuan 1 Guru mengajak anak-anak untuk bernyanyi dan tepuk tentang binatang, kemudian dilanjutkan guru bercerita dengan bahasa Jawa menggunakan media wayang kartun yang berjudul “Aku Pengin Ngerti Kabeh Kewan Ingon”. Sebelumnya guru memperlihatkan wayang kartun yang sudah disiapkan, kemudian guru menyampaikan pada anak-anak “Putraputra, bu Guru nggawa wayang kang apik lho..sapa pengin mirengke cerita seka bu guru nganggo wayang iki?”. Banyak anak yang menjawab “Kula bu guru”, ada juga yang menjawab “Saya purun bu Guru”. Kemudian guru mulai bercerita “Yanti duwe kanca sik jenenge Dewi, ono ing sawijining dina nalika
Peningkatan Minat Berbahasa... (Destrika Nurtanti) 7
dolanan Yanti takon karo Dewi. Dewi, opo kowe neng ngomah ngingu kewan?”. Banjur Dewi jawab “Aku ora seneng ngingu kewan Yan, nanging kakangku seneng ngingu manuk, pitik, marmut karo kucing”. “Opo kui marmut Wi, aku kok durung tau ngerti..” pitakon seka Yanti. “Kowe ora ngerti marmut Yan? Marmut kui kelinci, kewan sik lucu mangane wortel kae (Dewi lho..kaya ngeneki lho marmut menunjukkan gambar kelinci)”. Banjur Dewi ngajak Yanti dolan neng omahe kanggo ndelok kewan sik diingu karo kakangne Dewi. Tekan ngomahe Dewi, Yanti akeh sinau opo wae kewan ingon lan jeneng-jenenge nganggo basa Jawa. Setelah guru selesai bercerita, guru bertanya pada anak-anak “Nah..putra-putra, sapa kang duwe kewan ingon neng ngomah? Coba putra-putra sebutke nganggo basa Jawa”. Hampir semua anak tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan dari guru, beberapa menyebutkan binatang dengan bahasa Jawa seperti: bebek, iwak, guguk. Dari situ guru mengajak anak-anak untuk belajar bahasa Jawa dengan harapan minat berbahasa Jawa anak dapat meningkat. Pada kegiatan inti guru membuka sentra persiapan. Anak diminta untuk bercerita dengan bahasa Jawa menggunakan media wayang kartun bersama teman yang diinginkan. Anak-anak bercerita secara bergantian, banyak anak terlihat sangat memperhatikan dan aktif ketika menanggapi teman yang sedang bercerita. Pada kegiatan ini guru dan peneliti memberikan bimbingan dan motivasi pada anak supaya mau mencoba berbahasa Jawa tanpa contoh dari guru. Anak diberi kesempatan untuk bercerita bebas dengan bahasa Jawa menggunakan media wayang kartun. Siklus II Pertemuan 2 Guru mengajak anak-anak bernyanyi dan tepuk ikan. Guru memperlihatkan media wayang bergambar orang dan hewan peliharaan. Guru mengajak anak untuk bercerita dengan bahasa Jawa menggunakan media wayang kartun. Anak diberi kesempatan untuk berekspresi secara bebas, dan guru mempersilakan anak untuk
bercerita di depan. Guru memperbolehkan anak bercerita sendiri atau dengan teman. Semua anak tunjuk jari untuk bercerita, tapi ada 4 anak yang belum terlihat minat untuk berbahasa Jawa karena bercerita ke depan masih menggunakan bahasa Indonesia yang terkadang ada teman mengingatkan untuk memakai bahasa Jawa. Pada kegiatan inti, guru membuka sentra kreativitas. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan oleh anak-anak yaitu proyek membuat ikan menggunakan kardus dan kertas bekas. Anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 6 anak. Guru mempersiapkan alat dan bahasa dalam satu keranjang supaya memudahkan anak untuk mengerjakan. Hasil rekapitulasi perkembangan antara Prasiklus, Siklus I dan Siklus II sebagai berikut: Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Minat Berbahasa Jawa Anak Melalui Metode Bercerita Menggunakan Media Wayang Kartun Kriteria Tinggi Sedang Rendah Keterangan
Prasiklus (anak) 5 5 8 Prasiklus pada kondisi rendah
Siklus I (anak) 7 8 3 Siklus I pada kondisi sedang
Siklus II (anak) 14 3 1 Siklus II pada kondisi tinggi
Dari tabel di atas dapat diketahui lebih jelas pada diagram di bawah ini.
Gambar 1. Diagram Hasil Minat Berbahasa Jawa Melalui Metode Bercerita Menggunakan Media Wayang Kartun Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
8 Jurnal Pendidikan Guru PAUD Edisi 9 Tahun ke-4 2015
Berdasarkan hasil observasi keberhasilan telah mencapai sesuai dengan instrumen yang sudah ditentukan, dapat diketahui bahwa pada indikator keberhasilan mencapai 14 anak atau 80%. Data tersebut peneliti peroleh dengan melakukan analisis data dengan berkolaborasi bersama guru kelas di TK B2 untuk melakukan Siklus II. Hal ini dikarenakan pada siklus I hanya 7 anak atau 40% dari jumlah siswa, sehingga diputuskan kembali untuk melakukan penelitian pada Siklus II. Peningkatan keberhasilan ini diketahui dari hasil perbandingan Siklus I dan Siklus II. Pada pelaksanaan Siklus II dapat diamati bahwa melalui kegiatan bercerita menggunakan media wayang kartun, anak memiliki minat untuk berbahasa Jawa dengan baik. Dari hasil pengamatan Siklus II telah menunjukkan hasil keberhasilan yaitu 80%, maka penelitian ini dihentikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti selama dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II sebanyak empat hari yang berkolaborasi dengan guru kelas TK B2, sedangkan satu hari dilakukan di Pra Siklus. Pada pengamatan yang dilakukan peneliti terkait dengan minat berbahasa Jawa selama observasi saat pembelajaran berlangsung, anak kurang tertarik terhadap bahasa Jawa sehingga stimulasi dan bimbingan dari guru dibutuhkan saat anak melakukan kegiatan bercerita, hal ini terlihat pada awal penelitian dilakukan yaitu di Siklus I, karena pada saat itu tema yang diberikan ke anak adalah Diri Sendiri dan lebih banyak guru yang berbicara menggunakan bahasa Jawa. Anak tidak memberikan perhatian terhadap cerita yang digunakan oleh guru, banyak anak yang melakukan aktivitas lain ketika guru bercerita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sri Rumini (1998: 158) yang menyatakan bahwa minat terhadap suatu pelajaran dapat berkembang karena pengaruh guru, teman sekelas, atau keluarga. Mengacu pada pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa guru, teman sekelas, maupun keluarga dapat mempengaruhi perkembangn minat belajar anak.
Minat adalah bagian ranah afektif mulai dari kesadaran sampai dengan pilihan nilai menurut Crites (Djaali, 2012: 122). Sesuai dengan pendapat tersebut maka minat merupakan salah satu ranah afektif yang penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Peningkatan minat berbahasa Jawa anak dalam penelitian ini akan ditingkatkan melalui 3 aspek yaitu ketertarikan/rasa senang, perhatian dan penerapan. Dalam penelitian pra siklus ada 5 anak yang menjawab salam dari guru dengan bahasa Jawa yang baik, ketika bermain dengan teman anak juga berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Pada pra siklus ini disimpulkan bahwa minat berbahasa Jawa anak masih kurang. Hal tersebut dikarenakan 13 anak yang lain masih belum memperlihatkan minatnya terhadap bahasa Jawa. Pada siklus I terdapat 7 anak yang memiliki minat tinggi terhadap bahasa Jawa dimana semula berjumlah 5 anak. Hal tersebut berarti bahwa antara Pra Siklus dengan Siklus I mengalami peningkatan. Pada Siklus ini dapat disimpulkan minat berbahasa Jawa anak dianggap cukup tinggi. Pada Siklus II kenaikan terlihat dari aspek ketertarikan/ rasa senang yang semula 7 anak menjadi 14 anak, pada aspek perhatian yang semula 8 anak menjadi 15 anak, lalu untuk aspek penerapan yang tadinya 7 anak menggunakan bahasa Jawa menjadi 14 anak. Pada siklus ini dapat disimpulkan bahwa anak-anak di kelas TK B2 memiliki minat yang tinggi terhadap bahasa Jawa. Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan. Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data melalui wawancara yang ditujukan pada anak-anak masih terdapat kelemahan-kelemahan seperti kurang mampu mengungkapkan kenyataan yang ada dikarenakan usia anak usia TK yang memiliki berbagai macam karakter dan memungkinkan jawaban yang diberikan pada peneliti adalah asalasalan atau hanya meniru teman-temannya saja.
Peningkatan Minat Berbahasa... (Destrika Nurtanti) 9
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan berkolaborasi antara peneliti dengan guru kelas TK B2 dapat disimpulkan bahwa minat berbahasa Jawa melalui metode bercerita menggunakan media wayang kartun pada kelompok TK B mengalami peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Sebagai bukti pencapaian nilai anak pra siklus terdapat 4 anak atau sebesar 28% dari jumlah anak yang memiiki minat tinggi terhadap bahasa Jawa. Sedangkan pada Siklus I terdapat 7 anak atau 41%. Pada Siklus I ini mengalami peningkatan dari pra siklus. Peningkatan juga terlihat pada Siklus II dimana terdapat 14 anak yang memiliki minat tinggi terhadap bahasa Jawa atau sebesar 80%. Langkah pembelajaran yang peneliti lakukan adalah menggunakan metode bercerita dengan media wayang kartun dimana anak mendengarkan terlebih dahulu kemudian anak diberikan kesempatan untuk mencoba bercerita dengan bahasa Jawa di depan teman-temannya. Media wayang kartun dapat menunjang kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan minat berbahasa Jawa masing-masing dengan menggunakan aspek ketertarikan/rasa senang, perhatian, dan penerapan. Saran Minat berbahasa Jawa anak melalui metode bercerita menggunakan media wayang kartun pada anak kelompok TK B dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan anak. Penelitian selanjutnya akan efektif bila dicobakan juga pada kelompok TK A. Hal ini dikarenakan pentingnya pengenalan bahasa Jawa untuk anak-anak dan juga untuk mendukung program sekolah pada hari Sabtu untuk menggunakan bahasa Jawa dalam proses kegiatan belajar mengajar. DAFTAR PUSTAKA Djaali. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Jalongo, Mary R. (2007). Early Childhood Language Arts. USA: Pearson. Suharsimi Arikunto, Suharjono, dan Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sri
Psikologi Umum. Rumini. (1998). Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Tadkiroatun Musfiroh. (2006). Implementasi Imersi Bahasa untuk Mengembangkan Kecakapan Bertindak Tutur Bahasa Jawa Krama Anak Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: Laporan Penelitian. Yudrik Jahja. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group