PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SATU BABAK MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA TOKOH WAYANG KERTAS PADA SISWA KELAS VIIIC SMP NEGERI 3 SINGOROJO Skripsi diajukan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Nama
: Indriyani
NIM
: 2101407091
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan
: Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
SARI Indriyani. 2011. “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas pada Siswa Kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Mukh. Doyin, M. Si., Pembimbing II: Suseno, S. Pd., M. A. Kata kunci
: naskah drama satu babak, pendekatan keterampilan proses, media tokoh wayang kertas
Dalam kegiatan belajar mengajar, pembelajaran menulis naskah drama ternyata masih dijumpai banyak kesulitan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan pada saat wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo. Bagi siswa, menulis naskah drama adalah kegiatan yang sulit untuk dilakukan sebab waktu yang tersedia hanya sedikit dan relatif singkat. Keadaan tersebut membuat siswa kurang leluasa ketika berupaya mencari ide untuk tulisannya. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama siswa dan mengamati bagaimana perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Permasalahan penelitian ini yaitu 1) bagaimana peningkatan kemampuan menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas pada siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo 2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsi kedua rumusan masalah tersebut. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus pembelajaran. Instrumen yang digunakan berupa tes dan nontes. Instrumen tes menghasilkan data kuantitatif berupa nilai tes menulis naskah drama satu babak siswa, sedangkan instrumen nontes menghasilkan data kualitatif berupa perilaku siswa selama pembelajaran. Data kuantitatif dianalisis melalui analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai tes antara siklus I dan siklus II, sedangkan data kualitatif dianalisis melalui analisis deskriptif kualitatif, yaitu mengamati perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan menulis naskah drama satu babak siswa dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari hasil siklus I dan siklus II bahwa hasil data dari tes siklus I dan siklus II meningkat. Hasil tes siklus I diperoleh skor rata-rata sebesar 73,09 dalam kategori cukup. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,39 termasuk dalam kategori baik dan melebihi nilai rata-rata klasikal yang ditetapkan yaitu 75. Jadi, dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 5,3 atau 4,27%.
i
Berdasarkan data nontes dapat diketahui adanya perubahan perilaku belajar siswa ke arah positif. Pada siklus I siswa masih belum terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa kurang aktif bertanya dan diskusi kelompok juga kurang maksimal. Suasana kelas pun kurang mendukung karena beberapa siswa cukup ramai sehingga mengganggu konsentrasi siswa lain. Keadaan ini berbeda dengan siklus II, siswa lebih antusias dibanding dengan siklus I. Rasa ketertarikan mereka terhadap materi menulis naskah drama satu babak pun semakin besar. Aktivitas di luar pembelajaran juga berkurang, hal ini membuat suasana kelas semakin kondusif. Simpulan yang dapat diambil adalah adanya peningkatan hasil tes dan perubahan tingkah laku siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo setelah mengikuti proses pembelajaran menulis naskah drama satu babak pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Berdasarkan hal tersebut, saran yang dapat diberikan peneliti kepada guru adalah agar menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas pada pembelajaran menulis naskah drama. Bagi peneliti khususnya yang menekuni bidang penelitian bahasa dan sastra Indonesia dapat melakukan penelitian pengembangan lebih lanjut mengenai kemampuan menulis naskah drama agar dapat mengembangkan khasanah ilmu sastra dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada hari
:
tanggal
: Panitia Ujian Skripsi Ketua,
Sekretaris,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum.
Sumartini, S. S., M. A.
NIP 196008031989011001
NIP 197307111998022001
Penguji I,
Dra. Nas Haryati S., M. Pd. NIP 195711131982032001 Penguji II,
Penguji III,
Suseno, S. Pd., M. A.
Drs. Mukh Doyin, M. Si.
NIP 197805142003121002
NIP 196506121994121001 iii
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Agustus 2011 Penulis,
Indriyani NIM 2101407091
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto: 1. Belajarlah berbahagia dengan apa yang anda miliki sambil mengejar apa yang anda inginkan (Jim Rohn) 2. Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak (Indriyani)
Persembahan: Skripsi ini penulis persembahkan kepada 1. keluarga tersayang 2. almamater tercinta, Universitas Negeri Semarang
v
PRAKATA Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya karena penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas pada Siswa Kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo”. Banyak uluran tangan dan doa yang membantu serta memotivasi penulis selama menyusun skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak sebagai berikut. 1. Drs. Mukh. Doyin, M. Si., Dosen Pembimbing I, yang telah berkenan memberikan kesempatan, bimbingan, saran, kritik, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Suseno, S. Pd., M. A., Dosen Pembimbing II yang telah berkenan pula memberikan kesempatan, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dra. Nas Haryati S., M. Pd., Dosen Penguji utama, yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 4. Ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang. 5. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. 6. Bapak, Ibu, Mbak Susi, Dek Taufik, Dek Ryan, Dek Della serta segenap keluarga besarku tercinta atas segala doa, semangat, dan dukungannya selama ini.
vi
7. sahabat-sahabatku Devi, Indah, Nofi, dan Hima atas kebersamaannya selama ini. 8. adik-adik Hidayah Kos atas dorongan dan motivasinya selama ini. 9. teman-teman PBSI angkatan 2007 atas dukungan, semangat, dan doanya. Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan karunia-Nya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan dunia pendidikan. Amin.
Semarang, Juli 2011
Indriyani
vii
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................................
ii
PENGESAHAN ........................................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN .........................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................
v
PRAKATA ................................................................................................
vi
SARI ..........................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xvi
DAFTAR DIAGRAM ..............................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................
6
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................................
8
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................
9
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................
9
1.6 Manfaat Penelitian ...............................................................................
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ............
12
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................
12
2.2 Landasan Teoretis ................................................................................
17
2.2.1 Hakikat Drama ..................................................................................
17
viii
2.2.1.1 Naskah Drama .................................................................................
19
2.2.1.2 Naskah Drama Satu Babak..............................................................
21
2.2.1.3 Unsur Pembangun Naskah Drama .................................................
21
2.2.2 Menulis Naskah Drama Satu Babak ..................................................
32
2.2.2.1 Langkah-Langkah Menulis Naskah Drama Satu Babak .................
33
2.2.2.2 Kaidah Penulisan Naskah Drama Satu Babak ................................
36
2.2.3 Pendekatan Keterampilan Proses ......................................................
38
2.2.4 Media Pembelajaran Tokoh Wayang Kertas......................................
40
2.2.5 Pembelajaran Menulis Naskah Drama Satu Babak Melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas ............. 39 2.2.6 Penilaian Pembelajaran Menulis Naskah Drama Satu Babak ............
46
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................
48
2.4 Hipotesis Tindakan ...............................................................................
49
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................
50
3.1 Desain Penelitian ..................................................................................
50
3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ....................................................................
51
3.1.1.1 Perencanaan.....................................................................................
51
3.1.1.2 Tindakan ..........................................................................................
53
3.1.1.3 Pengamatan atau Observasi.............................................................
55
3.1.1.4 Refleksi ...........................................................................................
57
3.1.2 Proses Tindakan Siklus I ....................................................................
58
3.1.2.1 Perencanaan.....................................................................................
58
3.1.2.2 Tindakan ..........................................................................................
59
3.1.2.3 Pengamatan atau Observasi.............................................................
60
3.1.2.4 Refleksi ...........................................................................................
61
ix
3.2 Subjek Penelitian...................................................................................
62
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................
63
3.3.1 Variabel Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak .............
63
3.3.2 Variabel Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas ...................................................................................
63
3.4 Indikator Kinerja ...................................................................................
64
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................
65
3.5.1 Instrumen Tes ....................................................................................
65
3.5.2 Instrumen Nontes ..............................................................................
71
3.5.2.1 Pedoman Observasi .........................................................................
71
3.5.2.2 Pedoman Jurnal ...............................................................................
72
3.5.2.3 Pedoman Wawancara ......................................................................
73
3.5.2.4 Pedoman Dokumentasi....................................................................
74
3.6 Teknik Pengambilan Data ....................................................................
74
3.6.1 Teknik Tes ..........................................................................................
71
3.6.2 Teknik Nontes ...................................................................................
75
3.6.2.1 Observasi .........................................................................................
75
3.6.2.2 Jurnal ...............................................................................................
76
3.6.2.3 Wawancara ......................................................................................
77
3.6.2.4 Dokumentasi Foto ...........................................................................
78
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................
78
3.7.1 Analisis Kuantitatif ...........................................................................
79
3.7.2 Analisis Kualitatif ..............................................................................
79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................
82
4.1 Hasil Penelitian .....................................................................................
82
x
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ....................................................................
83
4.1.1.1 Hasil Tes Siklus I ............................................................................
83
4.1.1.2 Hasil Nontes Siklus I.......................................................................
92
4.2.2 Hasil Penelitian Siklus II ...................................................................
105
4.2.3.1 Hasil Tes Siklus II ...........................................................................
106
4.2.3.2 Hasil Nontes Siklus II .....................................................................
114
4.2 Pembahasan ..........................................................................................
126
4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Singorojo ...........................
127
4.2.2 Perubahan Tingkah Laku Siswa ........................................................
134
BAB V PENUTUP ....................................................................................
149
5.1 Simpulan ..............................................................................................
149
5.2 Saran ....................................................................................................
150
Daftar Pustaka ..........................................................................................
153
Lampiran ..................................................................................................
156
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Naskah Drama ...............
66
Tabel 2 Pedoman Rentang Nilai dan Kategori dalam Penilaian Kemampuan Menulis Naskah Drama ................................................................
69
Tabel 3 Pedoman Rentang Skor dan Kategori Tiap Aspek dalam Penilaian Keterampilan Menulis Naskah Drama .........................................
70
Tabel 4 Hasil Menulis Naskah Drama Satu Babak Siklus I........................
85
Tabel 5 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema Siklus I .................
85
Tabel 6 Hasil Tes Aspek Tokoh Siklus I ...................................................
86
Tabel 7 Hasil Tes Aspek Penokohan Siklus I ............................................
87
Tabel 8 Hasil Tes Aspek Latar/Setting Siklus I .........................................
88
Tabel 9 Hasil Tes Aspek Alur Siklus I ......................................................
89
Tabel 10 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Penggunaan Teks Samping Siklus I
90
Tabel 11 Hasil Tes Aspek Kaidah Penulisan Naskah Drama Siklus I .......
90
Tabel 12 Nilai Perolehan Skor Tiap Aspek Siklus I .................................
91
Tabel 13 Hasil Menulis Naskah Drama Siklus II ......................................
106
Tabel 14 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema Siklus II .............
108
Tabel 15 Hasil Tes Aspek Tokoh Siklus II ................................................
109
Tabel 16 Hasil Tes Aspek Penokohan Siklus II .........................................
110
Tabel 17 Hasil Tes Aspek Latar/Setting Siklus II ......................................
111
Tabel 18 Hasil Tes Aspek Alur Siklus II ...................................................
112
Tabel 19 Hasil Tes Aspek Kesesuaian Penggunaan Teks Samping Siklus I
112
Tabel 20 Hasil Tes Aspek Kaidah Penulisan Naskah Drama Siklus II ......
113
Tabel 21 Nilai Perolehan Skor Tiap Aspek Siklus II .................................
114
Tabel 22 Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama .....................
129
xii
Tabel 23 Perbandingan Nilai Tiap-Tiap Aspek Kemampuan Menulis Naskah Drama ........................................................................................... 131
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Aktivitas Siswa Pada Awal Pembelajaran Siklus I ....................
100
Gambar 2 Aktivitas Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru .....................
100
Gambar 3 Keaktifan Siswa Bertanya dan Berkomentar .............................
101
Gambar 4 Aktivitas Siswa Membentuk Kelompok ....................................
102
Gambar 5 Aktivitas Siswa Berdiskusi Membuat Kerangka Karangan Naskah Drama ......................................................................................... 102 Gambar 6 Siswa Menilai Hasil Naskah Drama Temannya .........................
103
Gambar 7 Aktivitas Siswa pada Awal Pembelajaran ..................................
122
Gambar 8 Aktivitas Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru ......................
123
Gambar 9 Keaktifan Siswa Bertanya dan Berkomentar .............................
123
Gambar 10 Aktivitas Siswa Membentuk Kelompok ..................................
124
Gambar 11 Aktivitas Siswa Berdiskusi Membuat Kerangka Karangan Naskah Drama ......................................................................................... 124 Gambar 12Aktivitas Siswa Berdiskusi Membuat Kerangka Naskah Drama Satu Babak .................................................................................
125
Gambar 13Aktivitas Siswa Menilai Pekerjaan Teman ...............................
125
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Hasil Menulis Naskah Drama Siklus I ......................................
85
Diagram 2 Hasil Menulis Naskah Drama Siklus II ....................................
108
Diagram 3 Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama ................
127
Diagram 4 Persentase Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dari Siklus I ke Siklus II ...............................................
xv
133
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I ..........................
156
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II ........................
163
Lampiran 3 Contoh Naskah Drama ............................................................
170
Lampiran 4 Contoh Wayang Kertas ............................................................
173
Lampiran 5 Daftar Nama Siswa .................................................................
175
Lampiran 6 Instrumen Tes Menulis Naskah Drama ..................................
177
Lampiran 7 Pedoman Observasi Siklus I dan II..........................................
180
Lampiran 8 Pedoman Jurnal Siswa Siklus Idan II ......................................
186
Lampiran 9 Pedoman Jurnal Guru Siklus I .................................................
186
Lampiran 10 Pedoman Jurnal Guru Siklus II..............................................
187
Lampiran 11 Pedoman Wawancara Siklus I ...............................................
188
Lampiran 14 Pedoman Wawancara Siklus II .............................................
189
Lampiran 13 Hasil Tes Menulis Naskah Drama ........................................
190
Lampiran 14 Hasil Observasi Siklus I .......................................................
192
Lampiran 15 Hasil Observasi Siklus II ......................................................
193
Lampiran 16 Hasil Jurnal Siswa Siklus I ...................................................
194
Lampiran 17 Hasil Jurnal Siswa Siklus II ...................................................
196
Lampiran 18 Hasil Jurnal Guru Siklus I ...................................................
198
Lampiran 19 Hasil Jurnal Guru Siklus II ..................................................
200
Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus I ....................................................
202
Lampiran 21 Hasil Wawancara Siklus II ..................................................
204
Lampiran 22 Contoh Hasil Karya Siswa ...................................................
205
Lampiran 23 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing.............
210
xvi
Lampiran 24 Surat Izin Penelitian ..............................................................
211
Lampiran 25 Surat Keterangan Selesai Penelitian .....................................
212
Lampiran 26 Surat Keterangan Selesai Bimbingan .................................
213
Lampiran 27 Kartu Bimbingan .................................................................
214
xvii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan ruang
lingkup pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mencakup empat aspek. Keempat aspek tersebut meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal tersebut merupakan sebuah bentuk perhatian pemerintah akan pentingnya penguasaan keterampilan menulis. Melalui pengajaran menulis diharapkan siswa memiliki
kegemaran
menulis
untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
pengalamannya. Menulis butuh proses, tidak instan dan asal menulis. Sama halnya dengan kemampuan berbahasa yang lainnya, menulis pun dapat dipelajari. Oleh karena itu, adanya anggapan sebagian orang bahwa menulis hanya dimiliki oleh orang yang memiliki bakat tidak sepenuhnya benar. Kemampuan menulis dapat dikuasai dengan latihan-latihan. Penguasaan kemampuan menulis dibutuhkan di berbagai jenjang pendidikan. Dengan penguasaan kemampuan menulis, siswa memilki peluang besar untuk terus meningkatkan dan mengembangkan keterampilan yang lainnya. Penguasaan keterampilan berbahasa akan memperlancar dan mempermudah siswa untuk menyerap materi pelajaran di sekolah.
1
2
Menulis sastra merupakan kegiatan menulis kreatif. Menulis kreatif melibatkan emosi dan hati nurani di dalamnya, demikian halnya dengan menulis naskah drama. Pengarang menggunakan emosi dan hati nuraninya untuk mengungkapkan pemikirannya tentang kehidupan melalui naskah drama karena pada hakikatnya drama merupakan cerminan kehidupan di atas pentas. Dalam perkembangannya, pembelajaran sastra sering diabaikan dalam praktik pembelajaran. Hal tersebut disebabkan belajar sastra lebih sulit dari belajar bahasa. Padahal dalam perkembangan peradaban saat ini, sastra memiliki kedudukan yang penting dalam pembentukan watak dan kepribadian seseorang. Kedudukan yang penting tersebut dapat dilihat dari fungsi sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan, rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, menumbuhkan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tulis. Melalui sastra siswa diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya sastra (Depdiknas 2003:10). Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan (Tarigan 1983:21). Pengekspresian diri melalui tulisan, salah satunya bisa dalam bentuk karya sastra berupa menulis naskah drama. Pada dasarnya, menulis naskah drama merupakan kemampuan menulis yang memerlukan latihan, bimbingan, dan arahan secara terus-menerus dan
3
bertahap yang penyajiannya logis dan objektif sesuai dengan benda dan situasi keadaan yang diamati. Selain itu keterampilan dalam hal menulis naskah drama memerlukan ketelatenan dan kesabaran para pengajar agar dapat mengarahkan siswa dengan baik sehingga menghasilkan tulisan yang memuaskan. Oleh karena itu, menulis naskah drama satu babak sebagai salah satu keterampilan bersastra perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Pembelajaran menulis naskah drama dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tingkat SMP terdapat pada kelas VIII semester I, yakni (1) menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan keaslian ide dan (2) menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. Berdasarkan pertimbangan ketuntasan dan hasil wawancara dengan beberapa guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP N 3 Singorojo diketahui bahwa kompetensi dasar menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama belum dikuasai siswa. Oleh karena itu, peneliti merasa tertantang mengadakan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi hal tersebut. Hasil wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 3 Singorojo diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa dalam menulis naskah drama satu babak khususnya siswa kelas VIIIC masih rendah. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari guru pengampu mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis naskah drama. Kesulitan yang dihadapi siswa tersebut antara lain tampak
4
pada saat siswa akan mengawali menulis naskah drama. Siswa kesulitan dalam menemukan ide dan menuangkan ide tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh minat baca siswa mengenai sastra masih rendah dan latihan menulis naskah drama masih kurang sehingga berdampak pada rendahnya pemahaman terhadap materi, cakupan bahasa (kosakata) yang sedikit, dan tidak adanya ide atau gagasan yang akan ditulis. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa di SMP Negeri 3 Singorojo, kekurangefektifan dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak disebabkan cara mengajar guru yang masih menggunakan metode klasikal/ceramah, dengan langkah-langkah pembelajaran yang monoton seperti hanya memberikan penjelasan apa itu drama, bagaimana langkah-langkah menulis drama, melihat contoh drama di buku panduan dan memberi tugas pada siswa untuk menulis naskah drama. Strategi pembelajaran yang dipakai oleh guru tersebut kurang dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa agar secara leluasa dapat mengekspresikan perasaannya. Pembelajaran menulis naskah drama yang diterapkan guru cenderung bersifat teoretis informatif, bukan apresiatif produktif. Artinya, belajar yang diciptakan guru di dalam kelas hanya sebatas memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang sastra dan kurang memberi ruang bagi pengembangan kemampuan mengapresiasi dan memproduksi karya sastra. Hal itulah yang memicu kejenuhan siswa terhadap pembelajaran sastra. Siswa kesulitan dalam menemukan ide cerita dan kesulitan dalam menuangkan ide tersebut.
5
Melalui penelitian ini peneliti mencoba memberikan solusi lain dalam hal pengajaran menulis naskah drama satu babak, terutama kesulitan siswa dalam menemukan ide cerita dan kesulitan dalam menuangkan ide tersebut menjadi naskah drama satu babak. Peneliti akan menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. pendekatan dan media yang peneliti gunakan ini akan sangat membantu siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak. Media tokoh wayang kertas akan memudahkan siswa dalam menemukan ide, sedangkan pendekatan keterampilan proses akan membantu siswa dalam menuliskan ide menjadi naskah drama. Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan
dan
mengkomunikasikan
pemerolehannya
(Subana,
dalam
Romandhasari 2009). Dalam praktik pembelajaran menulis naskah drama, siswa dibimbing untuk menentukan tema, konflik, tokoh dan penokokan, alur dan unsurunsur naskah drama lain. Dengan adanya tahapan-tahapan tersebut siswa mampu menulis naskah drama satu babak dengan mudah. Media tokoh wayang kertas merupakan suatu usaha kreatif peneliti untuk mempermudah siswa menuangkan gagasan atau ide mereka dalam bentuk naskah drama satu babak. Menurut Rendra (2007:127) wayang kulit adalah boneka pipih terbuat dari kulit dengan pahatan yang halus dan indah serta diwarnai dengan cat. Dalam perkembangannya saat ini, wayang tidak hanya terbuat dari kulit atau kayu tetapi juga bisa terbuat dari kertas. Kertas adalah barang lembaran terbuat dari rumput, jerami, atau kayu (KBBI 2003:557). Jadi dapat diambil kesimpulan
6
bahwa tokoh wayang kertas adalah boneka pipih berupa tokoh-tokoh baik manusia, hewan, maupun benda-benda lain yang terbuat dari kertas. Dalam tokoh wayang kertas ini, kertas dibentuk menjadi tokoh-tokoh tertentu dan diberi warna/dicat sesuai tokoh yang diperlukan. Tokoh-tokoh tersebut kemudian dibuat menjadi wayang kertas dengan diberi bambu atau kayu sebagai pegangan. Di lihat dari bentuknya, media ini sangat menarik. Hal ini sesuai bila diterapkan pada siswa SMP kelas VIII yang senang bila dihadapkan pada variasi-variasi pembelajaran sehingga dapat memotivasi dan menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran. Berdasarkan paparan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP N 3 Singorojo. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas pada siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo
1.2 Identifikasi Masalah Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru selalu dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar khususnya pembelajaran menulis naskah drama satu babak. Keterampilan menulis drama satu babak pada siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor internal
dan faktor eksternal. Secara garis besar masalah-
masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut.
7
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa, pertama adalah sebagian siswa beranggapan bahwa pembelajaran menulis naskah drama satu babak merupakan pembelajaran yang sulit sehingga siswa kurang berminat mengikuti pelajaran. Kesulitan tersebut disebabkan karena siswa belum terbiasa menuangkan pikiran, perasaan, dan imajinasinya dalam bentuk naskah drama satu babak. Beberapa siswa kesulitan untuk mengawali menulis naskah drama satu babak. Mereka tidak menemukan ide atau gagasan yang cocok untuk dikembangkan menjadi sebuah naskah drama satu babak. Kedua, kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Hal ini disebabkan oleh ketidakaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan kurangnya belajar mandiri. Siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru tanpa ada inisiatif untuk menambah khazanah pengetahuan. Siswa kurang terbiasa membaca karya sastra terutama naskah drama. Ketiga, kurangnya penguasaan bahasa (kosakata). Hal ini disebabkan oleh siswa pasif dan kurang memiliki kegemaran membaca. Minimnya penguasaan bahasa tersebut sangat tampak saat siswa kebingungan untuk mengawali menulis naskah drama sehingga sangat sulit menuangkan ide atau gagasan dan imajinasinya dalam bentuk tulisan. Keempat, rendahnya minat siswa terhadap menulis sastra. Sebagian besar siswa menganggap menulis sastra kurang memiliki manfaat karena pada saat ujian jarang sekali diujikan. Siswa juga menganggap bahwa menulis sastra sangat sulit dan menbutuhkan waktu yang lama. Kurangnya semangat siswa menyebabkan
8
pembelajaran kurang berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran khususnya menulis drama satu babak tidak tercapai maksimal. Faktor eksternal merupakan faktor dari guru yaitu guru dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak masih bersifat klasikal (ceramah) sehingga monoton dan siswa merasa jenuh. Pembelajaran tersebut kurang mendukung untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa agar siswa leluasa dalam mengekspresikan perasaannya. Pembelajaran menulis naskah drama satu babak cenderung bersifat teoretis dan informatif bukan apresiatif produktif. Artinya guru lebih menekankan pada pemberian informasi pengetahuan tentang sastra drama sehingga kemampuan mengapresiasi dan mencipta kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu, dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak guru diharapkan benar-benar kreatif untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif, kondusif dan menyenangkan, serta memotivasi siswa agar mampu berpikir aktif, kreatif, dan produktif. Kemahiran guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang tepat dan menarik akan mempengaruhi perilaku siswa dalam pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.
1.3
Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang muncul sangat
kompleks, sehingga perlu dibatasi. Permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian adalah keterampilan menulis naskah drama satu babak pada siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo yang masih rendah, disebabkan oleh kesulitan siswa dalam mencari ide cerita dan menuangkan ide cerita ke dalam bentuk tulisan.
9
Permasalahan tersebut akan diatasi dengan penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Penggunaan pendekatan keterampilan proses
dengan
media
tokoh
wayang
kertas
akan
sangat
membantu
mengembangkan imajinasi dan kreativitas siswa.
1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis naskah drama satu babak pada siswa kelas VIII-C SMP N 3 Singorojo setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas? 2) Bagaimanakah perubahan perilaku pada siswa kelas VIII-C SMP N 3 Singorojo setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas?
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Mendeskripsi peningkatan keterampilan menulis naskah drama satu babak pada siswa kelas VIII-C SMP N 3 Singorojo setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas.
10
2) Mendeskripsi perubahan tingkah laku siswa kelas VIII-C SMP N 3 Singorojo setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas.
1.6 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai peningkatan kemampuan menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas pada siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo ini diharapkan memberikan manfaat bagi siswa, guru, peneliti, dan lembaga pendidikan baik secara teoretis maupun praktis. 1) Manfaat Teoretis a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya pembelajaran menulis naskah drama satu babak. b. Menambah dan mengembangkan model pembelajaran menulis naskah drama dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya pembelajaran menulis naskah drama satu babak. 2) Manfaat Praktis a. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar dalam menulis naskah drama satu babak. b. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan alternatif inovasi pembelajaran dalam menulis naskah drama satu babak.
11
c. Bagi peneliti yaitu dapat memperkaya wawasan dan memberikan alternatif data untuk kajian lanjutan. d. Bagi lembaga pendidikan, adanya peningkatan kualitas pembelajaran menulis naskah drama satu babak sebagai bahan pertimbangan, perbaikan, dan penyempurnaan dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di tingkat Sekolah Menengan Pertama.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu upaya kreatif yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan meningkatkan hasil belajar siswa. PTK sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti termasuk penelitian tentang menulis naskah drama. Berbagai strategi pembelajaran telah diterapkan mulai dari pendekatan, teknik, metode, dan media dalam pembelajaran menulis naskah drama. Beberapa penelitian tentang menulis naskah drama yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain: Penelitian berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Berdasarkan Anekdot melalui Teknik Latihan Terbimbing Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 2 Kalijambe, Sragi, Pekalongan Tahun 2007/2008 (Lestari 2008). Penelitian tersebut mengkaji tentang bagaimana peningkatan serta perubahan perilaku siswa dalam menulis naskah drama berdasarkan anekdot melalui teknik latihan terbimbing. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil tes prasiklus menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 62,04, hasil tes pada siklus I diperoleh hasil dengan nilai rata-rata kelas sebesar 68,83, dan pada siklus II diperoleh hasil dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,88. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari prasiklus ke siklus I, yaitu sebesar 6,79 atau 16,16% dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,05 atau 16,78%. Peningkatan juga 12
13
diikuti dengan perubahan perilaku belajar siswa yang pada awalnya negatif menjadi positif. Berdasarkan analisis data dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan anekdot melalui teknik latihan terbimbing dapat meningkatkan keterampilan menulis naskah drama. Penelitiannya berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Mengubah Teks Cerpen Menjadi Teks Drama melalui Pendekatan Keterampilan Proses Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 13 Semarang (Rifai 2009). Penelitian tersebut mengkaji tentang bagaimana peningkatan serta perubahan perilaku siswa dalam menulis naskah drama dengan mengubah teks cerpen menjadi teks drama. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 61,2 sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 77. Jadi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,7 atau sebesar 25,6 % dari rata-rata siklus I. Selain itu, perubahan perilaku dalam penelitian ini adalah para siswa menjadi tampak senang, lebih semangat, dan aktif mengikuti pembelajaran. Berdasarkan analisis data dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan mengubah teks cerpen menjadi teks drama melalui pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keterampilan menulis teks drama. Penelitiannya berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 3 Rembang Dengan Media Kartu Gambar melalui Teknik Picture and Picture (Romandhasari 2009). Penelitian tersebut mengkaji tentang bagaimana peningkatan serta perubahan perilaku siswa dalam menulis naskah drama dengan menggunakan media kartu gambar melalui teknik picture and picture. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata
14
menulis naskah drama satu babak siklus I sebesar 54,57 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 72,71. Perilaku siswa menunjukkan perubahan ke arah positif. Siswa menjadi lebih aktif, semangat, dan antusias dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak. Berdasarkan analisis data dalam penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media kartu gambar melalui teknik picture and picture keterampilan menulis naskah drama satu babak menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Penelitian berjudul Peningkatan keterampilan menulis naskah drama menggunakan strategi sinektik dengan media gambar komik pada siswa kelas VIII smp negeri 2 Nulumsari Jepara (Hidayati 2009). Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana peningkatan serta perubahan siswa dalam menulis naskah drama menggunakan strategi sinektik dengan media gambar komik. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama. Pada siklus I rata-rata kelas sebesar 63,18. Peningkatn terjadi pada siklus II, yaitu nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 70,42 terjadi peningkatan dari siklus I sebesar 7,42%. Pembelajaran menulis naskah drama menggunakan strategi sinektik dengan media gambar komik mampu mengubah perilaku siswa SMP N 2 Nulumsari. Siswa yang sebelumnya tidak memperhatikan pembelajaran menulis menjadi lebih kreatif untuk menulis. Penelitian berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Melalui Media Lagu dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Model Numbered Heads Together Siswa Kelas VIII SMPN 2 Tengaran (Priyatno 2010).
15
Permasalahan yang diangkat adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis naskah drama dan perubahan perilaku siswa kelas VIII SMPN 2 Tengaran setelah menggunakan media lagu dengan pendekatan kooperatif model numbered heads together. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama pada siklus I, nilai rata-rata kelas mencapai 55,1. Pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 72, ada peningkatan sebesar 16,9 atau 30,7%. Penelitian ini juga mengubah perilaku siswa kearah yang lebih baik atau positif dalam pembelajaran. Penelitiannya berjudul Model Pendekatan Proses dalam Pembelajaran Menulis (Enrire) Wacana Naratif pada Mahasiswa Semester III Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Asing Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis (Santoso dan Widayanti 2009). Penelitian tersebut mengkaji tentang penerapan model pendekatan proses dalam pembelajaran menulis (enrire) wacana naratif. Hasil dari penelitian tersebut, model pendekatan proses dalam menulis wacana naratif untuk mahasiswa semester III menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendapat nilai baik (B) sebanyak 36,84% dan nilai sedang (C) sebanyak 42,10%. Nilai tersebut meningkat dari sebelumnya yakni ada yang mendapat nilai kurang (D). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pendekatan proses dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis (enrire) wacana naratif. Penelitian yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi dengan Basis Pengalaman Pribadi melalui Pendekatan Keterampilan Proses Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus (Faristiyanto 2008). Penelitian ini
16
mengkaji tentang bagaimana peningkatan serta perubahan perilaku siswa dalam menulis kreatif puisi melalui pendekatan keterampilan proses. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran menulis
puisi
dengan
menggunakan
pendekatan keterampilan proses, rata-rata nilai siswa dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan sebesar 16,31%. Pada siklus I nilai rata-rata klasikal sebesar 71,87 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata klasikal sebesar 83,56. Peningkatan keterampilan menulis puisi juga diikuti dengan perubahan perilaku siswa dari perilaku yang negatif ke arah yang lebih positif. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keterampilan menulis kreatif puisi. Penelitian yang berjudul The Playwright’s Guidebook: An Insightful Primer On The Art Dramatic Writing, yang dimuat pada Theatre Journal, Vol. 56, Edisi 1, March 2004 (Stuart 2004). Penelitian ini membahas tentang penulisan drama secara lebih mendalam dengan mempertimbangkan struktur alat drama menjadi tindakan, konflik, dan peristiwa. Peneliti menekankan perlunya setiap karakter memiliki tindakan. Ini termasuk latihan kelas yang sangat baik bagi siswa untuk mengembangkan gagasan tentang karakter yang diinginkan. Siswa juga disarankan untuk merujuk pada perubahan, pengakuan, dan klimaks. Efek dimaksud tidak menggunakan istilah yang lebih umum dipahami seperti krisis, komplikasi, dan bencana agar menemukan puncak sukses untuk drama. Dari beberapa penelitian menulis naskah drama tersebut, ada beberapa aspek yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu mengenai menulis naskah drama satu babak, pendekatan keterampilan proses, dan
17
penggunaan media. Namun penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan
penelitian-penelitian
yang telah
dilakukan
sebelumnya.
Peneliti
menawarkan satu alternatif untuk pembelajaran menulis naskah drama satu babak, yaitu melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi terhadap rendahnya keterampilan menulis naskah drama satu babak khususnya siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo.
2.2 Landasan Teoretis Kegiatan penelitian tidak terlepas dari teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup: hakikat drama, menulis naskah drama satu babak, pendekatan keterampilan proses, media pembelajaran tokoh wayang kertas, dan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas.
2.2.1
Hakikat Drama Suharianto (1982:68-69) mengungkapkan bahwa drama adalah seni yang
dasar karyanya adalah kehidupan manusia dengan serbanekanya. Cara menikmati dan memahami karya sastra ini adalah dengan cara menontonnya. Membaca naskah atau skenario drama bukanlah cara menikmati drama dalam arti yang sesungguhnya. Sebuah naskah atau skenario drama pada hakikatnya bukanlah
18
sebuah drama, karena unsur-unsur esensial sebuah seni drama belum kelihatan lengkap dan sempurna sebelum naskah itu dipentaskan. Berbeda dengan Suharianto, Tarigan (1985) mengungkapkan bahwa drama adalah terjemahan dari bahasa Greek draomai yang berarti sesuatu yang telah diperbuat; teater adalah alihan dari bahasa Greek theatron yang berarti tempat menonton. Membicarakan drama tidak bisa terlepas dari istilah text play, repertoire, dan theatre, sebab dalam sejarah perkembangannya pengertian drama mengalami berbagai pengaruh. Dalam sastra Indonesia drama mengandung dua pengertian, yaitu (1) drama sebagai text play atau repertoire, dan (2) drama sebagai theatre atau performance. Setiap theatre membutuhkan text play. Dengan kata lain setiap pertunjukan harus mempunyai naskah yang akan dipentaskan, sebaliknya tidak otomatis bahwa setiap naskah merupakan teater. Sebab mungkin saja suatu naskah sukar atau tidak mungkin untuk dimainkan. Dengan demikian naskah seperti itu hanyalah berfungsi sebagai bahan bacaan saja, bukan untuk dipertunjukkan. Tokoh lain yang mengemukakan pendapatnya mengenai drama adalah Wiyanto (2007) mengemukakan asal usul bentuk kata drama, kata drama berasal dari bahasa Yunani „dram‟ yang mempunyai makna gerak. Tontonan drama menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (acting) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memeragakan cerita yang tersaji dalam naskah drama. Dengan demikian penonoton tidak perlu terlalu lama berimajinasi untuk mengikuti maksud cerita. Berbeda dengan cerita pendek dan novel yang
19
pembacanya harus aktif dalam membayangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, melalui kata atau untaian kalimat yang membangun cerita. Fauzi (2007:1-9) mengemukakan bahwa drama ialah bentuk sastra tulis yang dibuat dengan menyajikan dialog dan perintah pentas, sehingga drama harus ditulis berdasarkan persyaratan pentas agar dapat dimainkan oleh para pemeran. Sebuah teks yang ditulis namun tidak berdasarkan pengaturan pentas dan tidak dapat dimainkan tidak dapat disebut drama. Sunarti dan Maryani (2007:220-221) mengungkapkan bahwa drama adalah karangan yang menggunakan dialog-dialog sebagai bentuk alurnya. Dialog dalam drama tidak jauh beda dengan percakapan sehari-hari. Bedanya hanyalah dialog drama telah diatur oleh penulis naskah atau skenario. Drama adalah bentuk karangan yang berpijak pada dua cabang kesenian, yakni (1) seni sastra dan (2) seni pentas. Penulisan drama sebagai sastra harus memerhatikan persyaratanpersyaratan pementasan. Oleh karena itu selain cerita dialog-naratif, dalam sebuah naskah drama juga terdapat petunjuk tentang bagaimana keadaan panggung, petunjuk gerak pelaku, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa drama mempunyai dua pengertian, yaitu drama sebagai seni sastra atau disebut juga dengan naskah drama dan drama sebagai pertunjukan atau seni pentas. Naskah drama merupakan sastra tulis yang menggunakan dialog-dialog sebagai bentuk alurnya, sedangkan drama sebagai seni pentas adalah peragaan cerita yang tersaji dalam naskah drama.
20
2.2.1.1 Naskah Drama Menurut Wiyanto (2004:31-32), naskah drama merupakan karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah termuat nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang juga dilengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu (lighting), dan tata suara. Dasar naskah drama adalah konflik manusia yang digali dari kehidupan. Konflik yang terjadi terbangun oleh pertentangan-pertentangan para tokohnya Penuangan kehidupan itu digali dan diolah sedemikian rupa oleh penulisnya. Sisi dominan dari sebuah lakon ditentukan oleh penulisnya, tergantung bagaimana pengarang memandang kehidupan. Kreativitas seorang pengarang terlihat dari kemahiran pengarang menjalin konflik, menjawab konflik dengan surprise, dan memberikan kebaruan dalam jawaban itu (Waluyo 2003:7-8). Komaidi (2007:228-231) menegaskan pengertian naskah drama adalah panduan dalam bermain drama atau teater. Naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung, melainkan melalui penuturan dialog para tokoh. Naskah berisi percakapan (dialog) para tokoh dan keterangan atau petunjuk pementasan secara lengkap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa naskah drama merupakan karangan yang berisi cerita atau lakon dan digunakan sebagai panduan dalam bermain drama atau teater. Naskah drama berisi dialog para tokoh dan petunjuk pementasan secara lengkap.
21
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa naskah drama merupakan karangan yang berisi cerita atau lakon dan digunakan sebagai panduan dalam bermain drama atau teater. Naskah drama berisi dialog para tokoh dan petunjuk pementasan secara lengkap. 2.2.1.2 Naskah Drama Satu Babak Dalam sebuah naskah drama utuh terdapat pembagian-pembagian cerita yang disajikan dalam bentuk babak dan adegan. Menurut Waluyo (2003) adegan adalah bagian dari babak. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian suasana-suasana dalam babak. Setiap kali terjadi penggantian adegan tidak selalu diikuti dengan penggantian setting. Menurut Wiyanto (2002:12) babak merupakan bagian dari lakon drama. Dalam pementasan, batas antara babak satu dan lain ditandai dengan turunnya layar atau lampu penerang panggung yang dimatikan sejenak. Bila lampu dinyalakan atau layar dibuka kembali biasanya ada perubahan penataan panggung yang menggambarkan setting yang berbeda baik tempat, waktu, maupun suasana. Itulah yang dinamakan pergantian babak. Waluyo (2003: 12), mengatakan bahwa perbedaan babak berarti perbedaan setting, baik berupa waktu, tempat maupun ruang. Jadi dapat disimpulkan bahwa naskah drama satu babak adalah karangan yang berisi cerita atau lakon dan digunakan sebagai panduan dalam bermain drama atau teater yang terjadi pada satu setting baik tempat, waktu, maupun suasana.
22
2.2.1.3 Unsur Pembangun Naskah Drama Menurut Waluyo (2003:8-29), unsur-unsur naskah drama terdiri atas plot atau kerangka cerita, penokohan atau perwatakan, dialog (percakapan), setting/landasan/tempat
kejadian,
tema/nada
dasar
cerita,
amanat/pesan
pengarang, petunjuk teknis, dan drama sebagai interpretasi kehidupan. Menurut Fauzi (2007:25-33), unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah naskah drama adalah, tokoh, alur (plot), dialog (percakapan), setting, proposisi (logika dari plot), karakterisasi (perwatakan) dan tema. Secara umum dapat disimpulkan bahwa naskah drama tersusun atas: tema, alur, latar/setting, perwatakan/karakter, dialog, amanat, dan petunjuk teknis. Drama sebagai interpretasi kehidupan dan proposisi bukanlah termasuk dalam unsur drama. Drama sebagai interpretasi kehidupan hanyalah interpretasi seorang pengarang terhadap sebuah sisi kehidupan. Tontonan atau naskah yang dihasilkan ditentukan oleh sikap penulis dalam menginterpretasikan kehidupan ini. Proposisi adalah logika dari plot, artinya alur drama tidak memberikan kesempatan pada permasalahan lain yang tidak ada hubungannya dengan masalah utama. Propisisi tercakup dalam unsur alur/plot. Penjelasan mengenai tiap-tiap unsur adalah sebagai berikut. (1) Tema Setiap cerita yang baik tidak hanya berisi perkembangan suatu peristiwa atau kejadian, tetapi cerita itu juga menyiratkan pokok pikiran yang akan
23
dikemukakan pengarang kepada pembaca (Sutarno 2008:107-108). Menurut Wiyanto (2002: 23) tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik. Tema sebagai dasar cerita tentu masih terlalu luas, untuk menyempitkannya perlu dipilih topik. Jadi, seorang penulis harus menentukan lebih dulu tema yang akan dikembangkannya. Menurut Scharbach (dalam Aminuddin 2009:91), tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Sebelum melakukan proses kreatif penciptaan, seorang pengarang harus memahami benar tema cerita yang akan ditulisnya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah titik permasalahan yang digunakan pengarang untuk menulis cerita atau drama. Tema ini merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan terkandung di dalam teks yang menjadi dasar pengembangan seluruh cerita yang juga menjiwai seluruh cerita itu. (2) Plot/ kerangka berpikir/alur cerita Menurut Waluyo (2003:8) plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Sifat dua tokoh utama itu bertentangan, misalnya tokoh baik kontra tokoh jahat, tokoh pembela kebenaran kontra bandit, tokoh kesatria kontra tokoh
24
penjahat. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks, dan setelah klimaks lakon akan menuju penyelesaian. Wiyanto (2007:25-27) menyatakan bahwa roh sebuah drama adalah konflik, artinya drama memang selalu mengandung pertentangan. Pemain dengan pemain lainnya, pemain dengan kemauannya, pemain dengan lingkungannya, atau antara pemain dan nasibnya. Adanya pertentangan-pertentangan menimbulkan bentrokan dan bentrokan menimbulkan peristiwa. Munculnya sebuah peristiwa memunculkan peristiwa-peristiwa lain sehingga menjadi rangkaian peristiwa. Rangkaian peristiwa inilah yang membentuk alur/plot drama. Aminuddin (2009:83) mengungkapkan bahwa plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Secara struktural, cerita atau tahapan-tahapan peristiwa dalam drama terdiri atas lima bagian (Suharianto 2005:59). Tahapan-tahapan tersebut meliputi: a) Eksposisi, yakni bagian lakon drama yang berisi pembeberan atau penjelasan mengenai situasi awal suatu cerita. Bagian awal atau pembukaan dari sebuah kisah. Pada bagian ini akan ditampilkan hal-hal yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan aspek-aspek psikologis tokoh, atau pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita dan pemberian informasi awal. Melalui bagian inilah tema cerita atau yang sering disebut pula dengan premis diperkenalkan sedemikian rupa sehingga penonton atau penikmatnya mengetahui bahwa kejadian-kejadian dalam cerita tersebut
25
mengandung konflik, walaupun selama berlangsung pemaparan tersebut situasi masih dalam keseimbangan artinya belum terjadi konflik yang sebenarnya.
Itulah sebabnya bagian ini sering pula disebut dengan
pembenihan peristiwa. b) Komplikasi, yakni bagian-bagian yang secara jelas menunjukkan adanya konflik yang sebenarnya.
Masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang
menyulut timbul dan konflik mulai dimunculkan. Dalam bagian ini tampak keseimbangan mulai terganggu, terutama karena adanya atau munculnya perbuatan-perbuatan
perangsang.
Pada
bagian
inilah
pengarang
mempertemukan protagonis dengan antagonis untuk membangun konflik yang merupakan dasar sebuah cerita drama. Konflik tersebut dikembangkan terus dan akan berlangsung semakin menanjak menuju ke titik puncak. Karena itu bagian ini sering disebut pula dengan penanjakan atau rising action. c) Krisis, yakni bagian cerita yang merupakan puncak ketegangan cerita, merupakan titik perselisihan paling tinggi antara protagonis dengan antagonis. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencengkam dan menegangkan. Bagian ini merupakan bagian cerita paling genting. Dengan demikian sudah tidak mungkin diperhebat lagi. Cerita atau konflik harus segera diakhiri. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi, yakni hancurnya salah satu pihak, atau pulihnya keseimbangan antara dua pihak yang semula bertentangan. d) Resolusi, yakni bagian tempat pengarang mengetengahkan pemecahan konflik, atau bagian cerita yang berisi proses pemecahan masalah yang memunculkan
26
konflik. Mulai bagian ini, pengarang drama secara bertahap membuka rahasia yang selama ini disembunyikan. Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, atau ketegangan mulai dikendorkan, dan konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. e) Keputusan, yakni bagian cerita yang berfungsi mengembalikan lakon pada keseimbangan awal, atau bagian cerita yang berisi penyelesaian akhir dari masalah yang memunculkan konflik. Bagian ini merupakan bagian tempat pengarang mengakhiri seluruh kejadian dalam lakon, sekaligus merupakan tempat pengarang memberikan jawaban bagi para penikmat atau penontonnya atas berbagai masalah yang terjadi pada bagian-bagian sebelumnya. Fauzi (2007:26-29) mengungkapkan bahwa pada dasarnya plot dimulai dengan timbulnya konflik atau perbenturan kehendak dan keinginan di antara tokoh-tokohnya. Drama yang baik selalu mengandung konflik atau konflikkonflik. Drama selalu menggambarkan perbenturan antara dua kehendak atau dua nilai yang berbeda. Mungkin perbenturan itu terjadi antara manusia dan manusia lain, antara dua pribadi yang berlainan, antara manusia dan keadaan yang melingkunginya, antara kemauan-kemauan yang saling berlawanan, atau perbenturan antara perasaan, minat dan kekuatan lain di luar manusia. Perbenturan ini membentuk serentetan peristiwa yang membentuk lakon atau cerita drama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian jalinan peristiwa dalam drama yang memerhatikan hubungan sebab akibat, sehingga membentuk kepaduan, kebulatan, dan keutuhan cerita. Jalinan rangkaian cerita itu
27
tersusun atas berbagai peristiwa yang secara rinci dapat dibagi menjadi eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan. (3) Perwatakan atau Penokohan Tokoh cerita (character) menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 2007:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Menurut Waluyo (2003:14) penokohan erat hubungannya dengan perwatakan.
Susunan tokoh adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam
drama itu. Tokoh dalam cerita yaitu orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot. Dari pengertian mengenai tokoh dan penokohan, istilah penokohan memiliki pengertian yang lebih luas sebab sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Watak tokoh itu akan menjadi nyata terbaca dalam dialog dan teks samping. Aminuddin (2004:79-80) mengungkapkan bahwa perwatakan adalah penggambaran sikap dan sifat seorang tokoh. Perwatakan dapat dilihat melalui (1) tuturan langsung pengarang, (2) gambaran lingkungan kehidupan tokoh atau cara berpakaiannya, (3) melihat bagaimana tokoh tersebut berbicara tentang dirinya sendiri, (4) menunjukkan bagaimana perilakunya, (5) memahami bagaimana jalan pikirannya, (6) melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya, (7) melihat
28
bagaimana tokoh lain berbincang dengannya, (8) melihat bagaimana tokoh-tokoh lain memberikan reaksi terhadapnya, dan (9) melihat bagaimana tokoh itu mereaksi tokoh yang lainnya. Wiyanto
(2007:27-28)
mengungkapkan
bahwa
karakter
adalah
keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Karakter diciptakan oleh penulis naskah untuk diwujudkan oleh pemain (aktor) yang memerankan tokoh itu. Dari beberapa pendapat yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwaperistiwa dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dalam sebuah naskah drama, setiap tokoh harus memiliki peran yang efektif sesuai dengan cerita dalam naskah drama tersebut. Sedangkan perwatakan adalah pelukisan sikap dan sifat seorang tokoh untuk diwujudkan oleh pemain yang memerankan tokoh itu. (4) Dialog (Percakapan) Menurut Waluyo (2003:20-21) dialog adalah ciri khas drama naskah. Sebuah dialog yang baik hendaknya komunikatif, merupakan ragam bahasa tutur, bukan ragam bahasa tulis, sesuai dengan dramatic-action dari plot itu, estetis, dan memiliki nilai literer. Selain itu, dialog dalam naskah drama juga harus hidup. Artinya mewakili tokoh yang dibawakan. Watak secara psikologis, sosiologis, maupun fisiologis dapat diwakili oleh dialog itu.
29
Sunarti dan Maryani (2007: 221) mengatakan bahwa inti sebuah drama adalah dialog. Sebagaimana halnya kegiatan berbicara dalam kehidupan seharihari, hanya saja dialog dalam drama sudah diatur sebelumnya oleh sutradara atau penulis skenario. Dialog adalah percakapan yang terjadi antarpelaku drama. Dialog dalam drama mempunya dua tujuan, pertama sebagai sarana pengembangan cerita, dan yang kedua sebagai penjelasan karakter para pelaku. (Fauzi 2007: 29). Secara sederhana dialog dapat diartikan sebagai ciri khas sebuah drama yang merupakan percakapan yang terjadi antartokoh dalam drama dan berfungsi sebagai pengembangan cerita. Dialog dalam drama haruslah komunikatif, memilki kesesuaian dengan ragam bahasa tutur, plot, dan karakter para tokoh, serta memiliki nilai estetis dan literer. (5) Setting/ tempat kejadian Menurut Waluyo (2003:23) setting atau tempat kejadian cerita sering pula disebut latar cerita. Setting biasanya meliputi tiga dimensi, yaitu tempat, ruang, dan waktu. Dijelaskan kembali oleh Waluyo bahwa setting tempat tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan waktu dan ruang. Sedangkan setting waktu berarti apakah lakon tersebut terjadi di waktu pagi, siang, sore atau malam hari. Setting ruang berarti ruang dalam rumah atau luar rumah. Lutters (2004:56) mengatakan bahwa setting adalah lokasi tempat cerita ingin ditempatkan atau diwadahi. Abrams (dalam Nurgiyantoro 2007:216) mengatakan bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
30
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Menurut Aminuddin (2009:67) setting adalah latar peristiwa baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis yang mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atu aspek kejiwaan pembacanya. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa setting adalah latar peristiwa yang mencakup tempat, waktu, dan suasana. Setting tempat berarti dimana peristiwa tersebut berlangsung, setting waktu mengandung arti kapan peristiwa tersebut berlangsung, dan setting suasana berarti bagaimana suasana saat kejadian tersebut berlangsung. Latar memberikan pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar membuat pembaca merasa dipermudah untuk mengoperasikan daya imajinasinya, di samping dimungkinkan untuk berperan secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar. Pembaca dapat menilai dan merasakan kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab. (6) Amanat/ pesan pengarang Menurut Wiyanto (2002:24) amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama. Pesan disampaikan secara tidak langsung melalui lakon naskah drama. Itulah mengapa drama disebut juga dengan sandiwara, karena drama mengandung ajaran-ajaran
31
moral yang disampaikan secara tidak terang-terangan (rahasia). Dengan demikian pembaca atau penonton drama sebenarnya tidak hanya dihibur, melainkan juga diajari. Menurut Waluyo (2003:28) amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui dramanya harus dicari oleh pembaca atau penonton. Amanat sebuah drama akan mudah dihayati penikmat jika drama itu dipentaskan. Setiap pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna karya itu bagi dirinya, dan semuanya cenderung dibenarkan. Dari kedua pendapat di atas, untuk mengetahui amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui dramanya harus dicari baik oleh pembaca maupun penonton. Amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat jika drama itu dipentaskan. Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan praktis. Setiap pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna karya itu bagi dirinya. (7) Petunjuk Teknis Menurut Waluyo (2003:29) dalam naskah drama diperlukan juga petunjuk teknis, yang sering pula disebut teks samping. Teks samping ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana, suara, musik, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, warna suara, perasaan yang mendasari dialog, dan sebagainya. Teks samping ini biasanya ditulis berbeda dari dialog, misalnya dengan huruf miring, huruf besar semua, atau diletakkan di dalam kurung, dan berfungsi untuk memperjelas suatu adegan yang akan dilakukan oleh tokoh.
32
Sejalan pendapat dengan Waluyo, Komaidi (2007: 231) juga menyebutkan bahwa dalam naskah drama terdapat petunjuk pementasan. Petunjuk itu meliputi gerakan-gerakan yang harus dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda yang diperlukan pada setiap babak, dan keadaan panggung dalam setiap babak. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah, ataukah dengan berbisik. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa petunjuk teknis atau teks samping adalah petunjuk yang tidak hanya mengatur para pemain dalam bertindak, akan tetapi juga memberikan petunjuk penggambaran panggung pada setiap babak.
2.2.2
Menulis Naskah Drama Satu Babak Dalam bukunya, Komaidi (2007: 6) mendefinisikan bahwa menulis kreatif
adalah proses bagaimana sebuah gagasan lahir dan diciptakan oleh seorang penulis menjadi sebuah karya tulis. Menurut Sumarjo (dalam Komaidi 2007:6) menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan. Sedangkan Zuhri (2008:10-12) mengungkapkan bahwa menulis sesungguhnya hanya sebuah bentuk dari komunikasi manusia. Inti dari komunikasi adalah menyampaikan ide, gagasan, atau apa saja yang ada dalam tubuh kita untuk dikeluarkan sehingga bisa ditangkap, diterima, dimengerti oleh orang. Zuhri menambahkan bahwa menulis merupakan kemampuan. Ada dua hal yang menjadi sifat dasar dari sebuah kemampuan. Pertama, kemampuan tidak muncul secara bim sala bim atau langsung bisa, tetapi melalui
33
proses atau tahapan-tahapan yang sistematis. Sifat kedua dari kemampuan adalah didapat melalui sebuah latihan berulang-ulang yang tidak jarang diwarnai kegagalan. Suparno dan Yunus (dalam Santoso dan Widayanti 2009:141-142) ada beberapa konsep menulis, antara lain (1) menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis sebagai medianya kepada pihak lain, (2) menulis merupakan suatu proses pemikiran tentang gagasan penulis yang akan disampaikan kepada pembaca yang dibatasi oleh ruang dan waktu, (3) menulis adalah bentuk komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap, (4) menulis adalah ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan “piranti” kohesi, ejaan, dan tanda baca. Selanjutnya, pesan itu sendir adalah isi atau muatan atau maksud penulis. Jadi, dalam komunikasi tulis terdapat empat unsur, yakni penulis sebagai penyampai pesan, pesan, media, dan pembaca sebagai penerima pesan. Dari uraian tentang menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu proses komunikasi tertulis untuk menyampaikan ide atau gagasan dilakukan dengan latihan terus menerus untuk melahirkan tulisan yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik dan sistematis. Pada subbab sebelumnya telah dibahas mengenai naskah drama satu babak, yang didefinisikan sebagai karangan yang berisi cerita atau lakon dan digunakan sebagai panduan dalam bermain drama atau teater yang terjadi pada satu setting baik tempat, waktu, maupun suasana. Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis naskah drama satu babak adalah suatu proses komunikasi tertulis untuk menyampaikan ide atau gagasan yang berisi cerita atau lakon dan digunakan
34
sebagai panduan dalam bermain drama atau teater yang terjadi pada satu setting baik tempat, waktu, maupun suasana. 2.2.2.1 Langkah-Langkah Menulis Naskah Drama Satu Babak Salah satu cara yang terbaik untuk memulai menulis naskah drama adalah dengan menggali nilai-nilai dramatik dari naskah drama yang kaya akan dialog dan situasi dramatik (Rahmanto 2003:120). Menurut Komaidi (2007:231) ada unsur-unsur fundamental dalam naskah drama, antara lain: 1) penciptaan latar (creating setting); 2) penciptaan tokoh yang hidup (freshing out characters); 3) penciptaan konflik-konflik (working with conflicts); penulisan adegan; dan secara keseluruhan disusun ke dalam sebuah skenario. Menurut Fauzi (2007:93-94) langkah pertama untuk menulis drama, kita dapat memulainya langsung menulis adegan demi adegan dalam dialog yang berurutan. Kedua, membuat ringkasan cerita atau sinopsis terlebih dahulu sebagai patokan. Ketiga, mengembangkan sinopsis menjadi sebuah kerangka yang menggambarkan perkembangan laku setiap babak atau adegan. Menurut Hariningsih (2008:11) langkah-langkah menulis naskah drama adalah 1) menentukan tema/topik, 2) menentukan isi cerita, 3) menentukan alur, 4) membuat kerangka, 5) mengembangkan kerangka, dan 6) melakukan evaluasi dan pembenahan. Menurut Sarwiji (2008:18) langkah-langkah menulis naskah drama adalah 1) menentukan tema, 2) menciptakan latar (setting), 3) menciptakan tokoh, 4) menciptakan dialog antartokoh, 5) menciptakan teks samping, 6) menulis serangkaian adegan dalam draft sehingga membentuk alur, dan 7)
35
menyunting draf awal, kemudian menulis naskah drama berdasarkan draf awal tersebut. Kramadibrata (2008:29) juga menjelaskan tentang langkah-langkah dalam menulis naskah drama berdasarkan konflik, yaitu: 1) Identifikasi konflik Banyak konflik yang dapat diperoleh dengan merasakan dan melihat, baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Peristiwa itu bisa di rumah, sekolah, maupun di masyarakat. 2) Susunlah cerita berdasar konflik yang dipilih Setelah menentukan konflik, langkah selanjutnya kita mengembangkan konflik itu menjadi rangkaian cerita. Hal-hal yang tidak boleh dilupakan ialah menentukan tokoh-tokoh dan perwatakannya. 3) Rumuskan peristiwa yang akan ditulis dalam bentuk percakapan (dialog) 4) Mengembangkan dalam bentuk naskah drama Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam menulis naskah drama satu babak diperlukan langkah-langkah sesuai dengan penelitian yang dilakukan yaitu menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Langkahlangkah tersebut meliputi:1) menentukan tema, 2) menentukan konflik, 3) menentukan tokoh dan penokohannya, 4) menentukan setting, 5) menyusun alur cerita/kerangka karangan, dan 6) mengembangkan alur cerita/ kerangka karangan menjadi naskah drama satu babak
36
Langkah pertama dalam menulis naskah drama satu babak yaitu dengan menentukan tema terlebih dahulu. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa SMP yang masih cenderung tematik. Tema tersebut juga untuk membatasi agar pembahasan dalam naskah drama yang dibuat tidak melebar, artinya tetap fokus pada tema yang telah ditentukan tersebut. Langkah kedua yaitu menentukan konflik yang akan dimunculkan dalam naskah drama tersebut. Selanjutnya menentukan tokoh dan perwatakannya serta setting baik tempat, waktu, maupun suasana. Setelah itu menyusun alur cerita atau kerangka karangan. Hal tersebut dilakukan agar cerita yang dibuat dapat runtut dan tidak ada pengulangan cerita. Langkah terakhir adalah mengembangkan kerangka karangan menjadi naskah drama satu babak yang utuh. 2.2.2.2 Kaidah Penulisan Naskah Drama Satu Babak Untuk
menulis
naskah
drama
dengan
baik
dan
benar,
harus
memperhatikan kaidah-kaidah penulisan naskah drama. Penulisan naskah drama sangat penting untuk memperdalam pembelajaran tentang drama. Aktivitas ini akan melahirkan gagasan-gagasan yang murni untuk menulis naskah drama yang baru (Waluyo 2003:201). Menurut Wiradarma (2008:99) beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan kaidah penulisan naskah drama, yaitu: a. Penulisan dialog harus diawali dengan nama tokoh yang mengungkapkan dialog. b. Penggunaan tanda baca titik dua untuk mengungkapkan dialog tokoh.
37
c. Petunjuk lakuan dituliskan dengan tanda kurung atau diletakkan sebagai paragraf tersendiri. d. Penulisan perpindahan babak, adegan, atau setting drama ditulis tersendiri atau tidak digandeng dengan dialog tokoh. e. Pada awal kisahan biasanya disertakan prolog sebagai pengantar cerita dan epilog sebagai penutup cerita. Menurut Laksono (2008:35) menulis naskah drama berbeda dengan ceritacerita fiksi yang bersifat naratif, drama mempunyai kaidah sendiri, yaitu: a. Drama disajikan berbentuk babak dan adegan. Babak terdiri atas beberapa adegan. Adegan ditandai dengan pergantian pelaku dalam satu peristiwa (satu kali tutup layar dalam drama tradisional). b. Dalam naskah drama terdapat pelaksanaan (narasi) yang menunjukkan latar, suasana, lakuan para tokoh dalam drama. c. Dalam naskah drama dituliskan nama-nama pelaku yang berbicara di depan kalimat-kalimat dialog . Dari beberapa pendapat di atas, ketentuan-ketentuan umum dalam kaidah penulisan naskah drama dapat dikaji sebagai berikut: (1) penulisan judul naskah pada awal setiap kata menggunakan huruf kapital, (2) pada setiap dialog atau pergantian peran pelaku ditulis nama pelakunya, (4) kalimat percakapan atau dialog dalam naskah drama berupa kalimat langsung dengan tanda petik diawal dan akhir, dan diawali huruf kapital, (5) sebelum petikan langsung percakapan tokoh, diawali titik dua dan penulisannya sejajar dengan tokoh yang lain dalam naskah, (6) Teks samping ditulis berbeda dari dialog, misalnya dengan huruf
38
miring, huruf besar semua, atau diletakkan di dalam kurung, dan berfungsi untuk memperjelas suatu adegan yang akan dilakukan oleh tokoh. Teks samping bisa diletakkan di depan, ditengah, atau di akhir kalimat langsung sesuai dengan urutan-urutan lakuan tokoh atau warna suara serta intonasi yang perlu dideskripsikan untuk memperjelas isi drama, (7) penulisan perpindahan babak ditulis tersendiri atau tidak digandeng dengan dialog tokoh, dan (8) pada awal kisahan biasanya disertakan prolog sebagai pengantar cerita dan epilog sebagai penutup cerita. 2.2.3
Pendekatan Keterampilan Proses Menurut Sapani, dkk (1997:51) pendekatan pengajaran adalah suatu
ancangan atau kebijakan dalam memulai pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan. Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pada pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan pemerolehannya. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran atau nalar sebagai perbuatan yang efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil termasuk kreativitas. Dengan demikian, pendekatan keterampilan proses belajar mengajar dengan menggunakan daya pikir dan kreasi secara efisien dan efektif guna mencapai tujuan. Pendekatan ini berfungsi memberikan penekanan kepada segi pembentukan keterampilan dan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya (Subana, dalam Romandhasari 2009).
39
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14) Menurut Semiawan, dkk (dalam Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-
kemampuan
yang mendasar
yang dimiliki,
dikuasai
dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dimyati
dan
Mudjiono
(dalam
Sumantri,
1998/1999:
113)
mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki peserta didik. Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar sehingga mampu menumbuhkan dan mengembangkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik. Pendekatan keterampilan proses merupakan
pendekatan interaksi
edukasi
yang bertujuan
untuk
40
meningkatkan kemampuan dalam menyadari, memahami, dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai. Pendekatan keterampilan proses memberi arahan bahwa esensi dari pendekatan tersebut adalah adanya langkah-langkah yang jelas dalam menulis. Seperti yang diungkapkan oleh Santoso dan Widayanti (2009) bahwa penerapan pendekatan ini dalam pembelajaran menulis adalah siswa dibantu untuk memahami proses menulis dan membangun repertoir strategi pra-menulis, menulis, meninjau, dan menulis ulang. Dalam sebuah analisis-meta terhadap sejumlah penelitian tentang pembelajaran menulis yang dilakukan oleh Hillock (dalam Santoso dan Widayanti 2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis yang didasari oleh pendekatan proses lebih berhasil dibandingkan dengan pembelajaran menulis yang berorientasi pada produk. Dalam praktik pembelajaran, pendekatan keterampilan proses dilakukan secara bertahap agar penulis mudah mempelajari dan memahami dalam menulis naskah drama. Pendekatan keterampilan proses lebih menekankan pada segi pembentukan keterampilan yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Artinya yang dilihat adalah bagaimana proses atau langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai hasil, yaitu berupa naskah drama satu babak.
2.2.4
Media Pembelajaran Tokoh Wayang Kertas Dalam subbab ini akan dibahas mengenai media pembelajaran secara
umum yang selanjutnya akan membicarakan mengenai media pembelajaran yang
41
diterapkan peneliti untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama satu babak, yaitu media pembelajaran tokoh wayang kertas. Garlach dan Ely (dalam Arsyad 2003: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus lagi Garlach dan Ely mengatakan bahwa pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. Pendapat Achsin (dalam Arsyad 2004:74) bahwa media pengajaran secara luas dapat diartikan setiap orang, bahan, alat, atau kejadian yang memantapkan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah adalah media. Djamarah dan Zain (2006) media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Menurut Solihatin dan Raharjo (2008: 22) media berasal dari bahasa latin, yaitu bentuk jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. Media pembelajaran sifatnya lebih mengkhusus, maksudnya media
42
pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus. Pentingnya media pembelajaran menurut Lannon (dalam Arsyad 2004:75), antara lain: (1) menarik minat siswa, (2) meningkatkan pengertian siswa, (3) memberikan data yang kuat/terpercaya, (4) memadatkan informasi, dan (5) memudahkan menafsirkan data. Menurut Arsyad (2003:26-27) manfaat media pembelajaran, yaitu: (1) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) Media pengajaran dapat meningkatkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, (3) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, a. Objek yang terlalu besar atau objek yang sangat kecil untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, atau model, b. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam sepuluh tahun c. Objek atau proses yang sangat rumit
43
d. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media e. Peristiwa alam seperti letusan gunung berapai dapat ditampilkan menggunakan media (4) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar menunjukkan perbedaan yang berarti antar pengajaran tanpa media dengan pengajaran menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Begitu pula dengan media pembelajaran wayang kertas yang diterapkan oleh peneliti. Dalam KBBI (2003:1271) wayang merupakan boneka tiruan yang terbuat dari kulit atau kayu yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan tradisional. Menurut Rendra (2007:127) wayang kulit adalah boneka pipih terbuat dari kulit dengan pahatan yang halus dan indah serta diwarnai dengan cat. Dalam perkembangannya saat ini, wayang tidak hanya terbuat dari kulit atau kayu tetapi juga bisa terbuat dari kertas. Kertas adalah barang lembaran terbuat dari rumput, jerami, atau kayu (KBBI 2003:557). Jadi tokoh wayang kertas adalah boneka pipih berupa tokoh-tokoh baik manusia, hewan, maupun benda-benda lain yang terbuat dari kertas.
44
Dalam tokoh wayang kertas ini, kertas dibentuk menjadi tokoh-tokoh tertentu dan diberi warna/dicat sesuai tokoh yang diperlukan. Dari tokoh-tokoh tersebut kemudian dibuat menjadi wayang kertas dengan diberi bambu atau kayu sebagai pegangan.
2.2.5
Pembelajaran
Menulis
Naskah
Drama
Satu
Babak
Melalui
Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas Pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dilakukan melalui langkah-langkah yang runtut dan teratur. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan siswa dalam belajar dan memahami objek yang dipelajari. Langkahlangkah tersebut adalah 1) menentukan tema, 2) menentukan konflik, 3) menentukan tokoh dan perwatakannya, 4) menentukan setting, 5) menyusun alur cerita/kerangka karangan, dan 6) mengembangkan alur cerita/kerangka karangan menjadi naskah drama satu babak. Langkah-langkah tersebut diterapkan pada pembelajaran menulis naskah drama satu babak yang dilakukan dalam satu pertemuan (dua jam pelajaran). a. Kegiatan awal Pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama, guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti
pembelajaran. Guru
melakukan apersepsi
dengan
menanyakan pendapat siswa mengenai menulis naskah drama. Selain itu guru juga
45
menanyakan pengalaman siswa tentang menulis. Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran dan manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran ini. Untuk menarik minat siswa terhadap pembelajaran tersebut, guru membagikan contoh naskah drama satu babak pada siswa. b. Kegiatan inti Kegiatan inti diawali dengan penjelasan materi mengenai menulis naskah drama satu babak dengan melihat contoh yang sudah dibagikan. Penjelasan tersebut dimaksudkan agar siswa paham mengenai kegiatan yang akan dilakukannya. Siswa bersama guru menemukan unsur-unsur drama dalam contoh naskah drama satu babak tersebut. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Setelah dirasa semua siswa paham, guru membentuk kelompok dalam kelas tersebut yang terdiri atas 4 (empat) siswa. Guru kemudian membagikan media tokoh wayang kertas pada tiap kelompok. Masing-masing kelompok berdiskusi membuat kerangka karangan naskah drama satu babak dengan bimbingan guru. Dimulai dari guru membimbing tiap kelompok untuk menentukan tema, setelah tema ditentukan, guru membimbing siswa untuk menentukan konflik apa yang hendak dimunculkan. Langkah selanjutnya adalah menentukan tokoh dan penokohannya, dan latar/setting. Siswa boleh menambah tokoh apabila median yang dibagikan dirasa kurang. Tiap siswa mengembangkan kerangka naskah drama yang telah dibuat. Selanjutnya hasil pekerjaan siswa ditukarkan dengan temannya untuk dinilai. Kemudian naskah drama beserta lembar penilaiannya dikumpulkan untuk dikaji guru.
46
c. Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir, guru memberikan simpulan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru dan siswa juga merefleksikan pembelajaran pada hari itu. Refleksi digunakan sebagai acuan untuk perbaikan pada tindakan yang akan dilakukan pada siklus II. Guru juga memberikan motivasi pada siswa agar mereka senang menulis naskah drama. Langkah-langkah pembelajaran di atas dilakukan dalam dua siklus. Siklus I sebagai langkah awal dalam upaya penindaklanjutan terhadap kompetensi dasar yang akan ditingkatkan, sedangkan siklus II merupakan upaya untuk memperbaiki hasil pembelajaran yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I. Dalam pelaksanaannya baik peneliti maupun guru mengupayakan agar terwujud kondisi belajar yang terkendali sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien. Serta hasil yang diperoleh adalah hasil yang sesuai dengan tujuan dan harapan.
2.2.6
Penilaian Pembelajaran Menulis Naskah Drama Satu Babak Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah
drama adalah penilaian proses dan hasil. Hal ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran dengan hasil yang lebih berkualitas. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar
47
peserta didik terlibat secara aktif. Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila ada perubahan perilaku yang positif dari peserta didik seluruhnya atau sebagian besar. Penilaian proses dilakukan dengan menilai perilaku dan respon siswa pada saat pembelajaran berlangsung, yang dapat diambil dari data observasi, catatan harian, dokumentasi foto, dan wawancara. Penilaian hasil dilakukan dengan menilai naskah drama yang ditulis siswa, yaitu menitikberatkan pada aspek-aspek yang terdapat dalam unsur-unsur drama dan kaidah penulisan naskah drama. Unsur-unsur yang dimaksud meliputi: kesesuaian isi dengan tema, tokoh, penokohan/perwatakan, alur/plot, latar/setting, penggunaan teks samping, dan kaidah penulisan. Berikut adalah kriteria penilaian naskah drama siswa. a. Kesesuaian isi dengan tema Sebuah naskah drama akan dapat dinikmati dengan baik oleh pembacanya apabila terdapat pokok permasalahan yang mendasari cerita tersebut. Pokok permasalahan tersebut membuat cerita lebih fokus pada apa yang diceritakan.
b. Tokoh Kriteria penilaian untuk tokoh difokuskan pada keefektifan tokoh tersebut pada cerita naskah drama yang dibuat dan apakah kehadiran tokoh tersebut mendukung jalannya cerita atau tidak. c. Penokohan/perwatakan
48
Kriteria penilaian untuk penokohan atau perwatakan difokuskan pada karakter tokoh yang digambarkan secara jelas agar pelaku yang ditampilkan dapat memberikan efek yang nyata dan menarik. Penggambaran pelaku dapat dilakukan melalui penggambaran pikiran, sikap, suasana batin, perilaku, cara berhubungan dengan orang lain, dialog, monolog, komentar atau penjelasan langsung dengan bahasa yang sesuai dengan karakter masing-masing tokoh. d. Alur/Plot Pembicaraan mengenai alur menekankan bahwa jalan cerita hendaknya tidak boleh tesendat-sendat, tetapi mengalir secara lancar. Dalam hal ini, rangkaian kejadian hendaknya merupakan jalinan peristiwa sebab-akibat yang runtut (Waluyo 2003:23). e. Latar/setting Menurut Pardjimin (2005:105), latar/Setting meliputi tempat, waktu, dan ruang. Penentuan latar harus cermat dan jelas, sebab naskah drama juga harus memberi kemungkinan untuk dipentaskan. f.
Penggunaan teks samping Teks samping adalah petunjuk yang tidak hanya mengatur para pemain dalam bertindak, akan tetapi juga memberikan petunjuk penggambaran panggung pada setiap babak. Penilaian teks samping ini difokuskan pada kesesuaian dan mendukung tidaknya teks samping tersebut pada cerita yang dibuat.
g. Kaidah penulisan naskah drama
49
Kriteria penilaian penggunaan kaidah naskah drama yang benar, seperti 1) ketepatan penggunaan tanda baca (penggunaan tanda titik, koma, tanda tanya, tanda seru, tanda petik, titik dua, dsb) dan 2) ketepatan penggunaan huruf kapital. 2.3 Kerangka Berpikir Keterampilan menulis naskah drama siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang memengaruhinya, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, sedangkan faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Oleh karena itu, perlu dicari solusi atas permasalahan tersebut. Peneliti mencoba memberikan solusi lain dalam hal pengajaran menulis naskah drama, terutama kesulitan siswa dalam menemukan ide cerita dan kesulitan dalam menuangkan ide tersebut
menjadi naskah drama. Peneliti
menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Pendekatan keterampilan proses yang dilakukan secara bertahap membantu siswa dalam menuliskan ide menjadi naskah drama, sedangkan media tokoh wayang kertas memudahkan siswa dalam menemukan ide. Dalam pendekatan keterampilan proses, siswa dibimbing langsung oleh guru untuk membuat kerangka karangan naskah drama sehingga akan memudahkan siswa untuk menulis naskah drama satu babak dengan mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Media tokoh wayang
50
kertas yang dibuat juga tokoh-tokoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang akan memudahkan siswa untuk menemukan ide cerita. Dalam kegiatan inti pembelajaran, guru membagikan contoh naskah drama. Siswa dan guru mengidentifikasi unsur-unsur naskah drama dan kaidahkaidah penulisan naskah drama untuk mengetahui cara menulis naskah drama yang benar. Selanjutnya siswa berkelompok terdiri atas 4-5 siswa. Guru membagi media tokoh wayang kertas pada tiap kelompok. Siswa mengidentifikasi konflik yang terdapat dalam media cerita bergambar secara kelompok. Dengan bimbingan guru, siswa secara kelompok menyusun kerangka naskah drama. Langkahlangkah penyusunan kerangka adalah siswa menentukan tema, menentukan konflik, tokoh dan penokohan, latar/setting dan alur cerita. Kemudian siswa menulis naskah drama berdasarkan kerangka secara individu. Pembelajaran ditutup dengan membuat kesimpulan hasil pembelajaran dan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh siswa dan guru. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan menulis naskah drama siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo akan meningkat jika dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas.
51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini
sifatnya berbasis kelas, yang melibatkan komponen yang ada di dalam kelas yaitu siswa, guru, materi pelajaran, dan teknik pembelajaran yang terangkum dalam proses belajar mengajar di kelas. Tujuan penelitian ini adalah memperbaiki pembelajaran menulis naskah drama agar siswa mampu memeroleh hasil belajar secara maksimal. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I dilakukan untuk mengetahui kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Siklus I dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat tahap tersebut tampak seperti pada bagan berikut.
51
52
RP OP
P
Siklus I
R
O
T
R
Siklus II
T
O
Bagan 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas Keterangan : P
: Perencanaan
T
: Tindakan
O
: Observasi
R
: Refleksi
RP
: Revisi Perencanaan Secara lebih rinci kegiatan tiap siklus akan dipaparkan sebagai berikut.
3.1.1
Proses Tindakan Siklus I Proses tindakan pada siklus I terdiri atas empat tahapan, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
3.1.1.1 Perencanaan Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap perencanaan. Perencanaan dilakukan sebagai upaya memecahkan segala
53
permasalahan yang ditemukan pada refleksi awal dan segala sesuatu yang perlu dilakukan pada tahap tindakan. Dengan adanya perencanaan, tindakan pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah dan sistematis. Pada tahap perencanaan, hal yang pertama dilakukan adalah mengurus surat izin penelitian. Setelah izin disetujui, peneliti melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Selanjutnya peneliti (yang selanjutnya akan disebut guru) melakukan kolaborasi, yakni dengan berdiskusi dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo maupun teman sejawat untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam penelitian khususnya dalam penyusunan rencana pembelajaran. Rencana
pembelajaran
merupakan
pedoman
bagi
guru
dalam
melaksanakan proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Setelah rencana pembelajaran dibuat oleh guru, rencana pembelajaran tersebut dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo. Hal ini dilakukan agar perencanaan pembelajaran lebih matang sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut dapat dicapai dengan maksimal. Setelah rencana pembelajaran disetujui oleh guru bahasa dan sastra Indonesia kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo, guru menyiapkan instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, yaitu berupa instrumen tes dan nontes. Setelah menyiapkan instrumen tes dan nontes, guru berkoordinasi dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas VIIIC SMP N 3
54
Singorojo mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru (peneliti) juga bekerja sama dalam menentukan dan memilih waktu dalam hal ini hari dan jam yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran lebih baik. Setelah hal
tersebut
disepakati,
guru juga
menyiapkan media
pembelajaran yang mendukung kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini guru membuat tokoh wayang kertas dengan tokoh yang berbeda-beda. Tokoh-tokoh dalam wayang kertas dibuat sebanyak kelompok yang ada pada kelas tersebut. Wayang kertas yang dibuat guru hanya sebagai media untuk mempermudah siswa membuat naskah drama dan apabila tokoh-tokoh dalam wayang kertas yang dibuat guru tidak sesuai dengan ide atau gagasan siswa, siswa dapat menambahkan tokoh yang lain.
3.1.1.2 Tindakan Implementasi tindakan merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan membutuhkan peran aktif antara siswa dan guru selaku peneliti. Keduanya saling berkaitan dan mendukung. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan sebagai solusi terhadap keterampilan menulis naskah drama satu babak untuk siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo. Tahap pembelajaran dalam tindakan dibagi menjadi tiga tahap kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Tindakan ini sesuai dengan
55
rencana pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Dalam pelaksanaannya pembelajaran dilaksanakan dalam satu pertemuan. Dengan rincian sebagai berikut: d. Kegiatan awal Pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama, guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti
pembelajaran. Guru
melakukan apersepsi
dengan
menanyakan pendapat siswa mengenai menulis naskah drama. Selain itu guru juga menanyakan pengalaman siswa tentang menulis. Guru kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran dan manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran ini. Untuk menarik minat siswa terhadap pembelajaran tersebut, guru membagikan contoh naskah drama satu babak pada siswa. e. Kegiatan inti Kegiatan inti diawali dengan penjelasan materi mengenai menulis naskah drama satu babak dengan melihat contoh yang sudah dibagikan. Penjelasan tersebut dimaksudkan agar siswa paham mengenai kegiatan yang akan dilakukannya. Siswa bersama guru menemukan unsur-unsur drama dalam contoh naskah drama satu babak tersebut. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Setelah dirasa semua siswa paham, guru membentuk kelompok dalam kelas tersebut yang terdiri atas 4 (empat) siswa. Guru kemudian membagikan media tokoh wayang kertas pada tiap kelompok. Masing-masing kelompok berdiskusi membuat kerangka karangan naskah drama satu babak dengan bimbingan guru mulai dari menentukan tema, konflik, tokoh dan penokohannya, setting, hingga membuat alur cerita berdasarkan tokoh
56
wayang kertas yang diperoleh. Siswa boleh menambah tokoh apabila dirasa kurang. Tiap siswa mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat menjadi naskah drama satu babak. Selanjutnya hasil pekerjaan siswa ditukarkan dengan temannya untuk dinilai. Kemudian naskah drama beserta lembar penilaiannya dikumpulkan untuk dikaji guru. f. Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir, guru memberikan simpulan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru dan siswa juga merefleksikan pembelajaran pada hari itu. Refleksi digunakan sebagai acuan untuk perbaikan pada tindakan yang akan dilakukan pada siklus II. Guru juga memberikan motivasi pada siswa agar mereka senang menulis naskah drama. Langkah-langkah pembelajaran di atas dilakukan dalam dua siklus. Siklus I sebagai langkah awal dalam upaya penindaklanjutan terhadap kompetensi dasar yang akan ditingkatkan, sedangkan siklus II merupakan upaya untuk memperbaiki hasil pembelajaran yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I. Dalam pelaksanaannya baik peneliti maupun guru mengupayakan agar terwujud kondisi belajar yang terkendali sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien. Serta hasil yang diperoleh adalah hasil yang sesuai dengan tujuan dan harapan.
3.1.1.3 Pengamatan atau Observasi Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas berlangsung. Pengamatan dilakukan secara cermat terhadap setiap tindakan
57
yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui pedoman observasi, guru mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dinilai adalah keterampilan siswa menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas serta perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Pengamatan juga didukung dengan dokumentasi sebagai bukti pelaksanaan kegiatan yang sudah dilakukan dalam penelitian pada siklus I. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa terhadap materi, proses, dan media pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Jurnal siswa ini dapat digunakan
sebagai acuan memperbaiki
tindakan pada siklus berikutnya. Selain jurnal siswa, guru juga menyiapkan jurnal guru yang meliputi respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung, hambatan yang dialami guru, pesan dan kesan guru ketika pembelajaran berlangsung. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, guru juga melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran terutama kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sikap positif dan negatif dalam kegiatan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas.
58
Keseluruhan data-data hasil observasi di atas kemudian dianalisis dan dideskripsikan untuk memperoleh hasil pengamatan yang optimal. Hal ini dapat menjadi petujuk perbaikan dalam pelaksanaan siklus II.
3.1.1.4 Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir proses tindakan siklus I. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang telah terjadi pada tindakan yang dilakukan pada siklus I ini. Setelah proses tindakan siklus I berakhir, guru melakukan analisis mengenai hasil tes perbuatan, observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi. Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar keterampilan menulis naskah drama, bagaimana sikap siswa selama mengikuti pembelajaran, dan kendala apa yang ditemui guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dilakukan evaluasi yang meliputi (1) keterampilan menulis siswa pada siklus I, (2) pengungkapan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran, dan
(3) pengungkapan tindakan-
tindakan yang telah dilakukan guru selama mengajar. Hasil evaluasi yang diperoleh dijadikan dasar untuk melakukan refleksi. Refleksi dilakukan dengan pengungkapan hasil tes, pengamatan, pengungkapan tindakan–tindakan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. Dari hasil tes dan nontes (observasi, jurnal guru, jurnal siswa, wawancara, dan dokumentasi) dalam siklus I dapat digunakan sebagai pembenahan dan perbaikan untuk tindakan pada siklus II. Hal-hal positif yang mendukung
59
peningkatan keterampilan menulis naskah drama pada siklus I dipertahankan pada siklus II, sedangkan faktor yang negatif diperbaiki.
3.1.2
Proses Tindakan Siklus II Berdasarkan refleksi pada sikus I, guru melakukan perbaikan terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Pada siklus II, guru membenahi hal-hal yang kurang sesuai pada siklus I. Pada siklus II, penelitian juga dilakukan melalui tahap yang sama dengan siklus 1, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
3.1.2.1 Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah memperbaiki dan menyempurnakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I. Dalam tahap perencanaan pada siklus II, guru menyusun rencana pembelajaran dengan tindakan yang berbeda dengan tindakan pada siklus I. Guru juga menyiapkan instrumen penelitian seperti pedoman observasi yang didukung dengan dokumentasi, pedoman jurnal guru maupun siswa, pedoman wawancara, dan pedoman tes perbuataan (tes menulis naskah drama). Kemudian guru berkoordinasi dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II. Hal-hal yang dibahas seperti rencana pembelajaran dan waktu pelaksanaan penelitian.
60
3.1.2.2 Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus II merupakan penerapan dari perencanaan yang sudah diperbaiki. Tindakan ini difokuskan pada hal-hal yang penting bagi peningkatan keterampilan menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Kegiatan pembelajaran pada tindakan siklus II dilakukan dalam satu kali pertemuan ysng terdiri atas tiga tahapan kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. a. Kegiatan awal Kegiatan awal pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama dimulai dengan guru mengkondisikan siswa dilanjutkan dengan apersepsi. Guru membahas hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I. Guru menjelaskan kesalahan dan kekurangan yang terjadi dari kegiatan menulis naskah drama siswa pada siklus I. b. Kegiatan inti Pada kegiatan inti, guru menegaskan kembali mengenai pendekatan dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. Setelah semua siswa paham, siswa berkelompok seperti sebelumnya (pada kegiatan siklus I). Guru kembali membagikan media tokoh wayang kertas. Setiap kelompok mendapatkan media tokoh wayang kertas. Kemudian dengan bimbingan guru siswa berdiskusi membuat kerangka naskah drama berdasarkan tokoh wayang kertas yang diperoleh. Kegiatan inti selanjutnya adalah tiap siswa mengembangkan kerangka naskah drama menjadi naskah drama satu babak. Hasil tiap siswa ditukarkan dengan temannya lain untuk dinilai sesuai
61
dengan kriteria penilaian yang ditetapkan guru. Guru memantau dan membimbing siswa. Setelah selesai dikoreksi, beberapa siswa membacakan di depan kelas. Selanjutnya, guru dan siswa membahas kesulitan yang dialami dan manfaat menulis naskah drama yang telah dilakukan. c. Kegiatan akhir Kegiatan akhir pembelajaran siswa bersama dengan guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu guru juga membimbing siswa untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dilanjutkan dengan guru menutup pembelajaran.
3.1.2.3 Observasi Pada siklus II, masih dilakukan pengamatan untuk melihat peningkatan keterampilan menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas setelah dilakukan tindakan pada siklus II. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dapat dilakukan melalui observasi (pengamatan), wawancara, jurnal, dan dokumentasi. Berdasarkan pedoman observasi, guru mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pengamatan, guru dibantu teman. Aspek yang dinilai adalah keterampilan menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas serta perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
62
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan lembar jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa terhadap materi, proses, metode, dan media pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Selain jurnal siswa, guru juga menyiapkan jurnal guru yang meliputi respon siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung, hambatan yang dialami oleh guru, serta pesan dan kesan. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, guru juga melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran terutama kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini untuk mengetahui sikap positif dan negatif dalam kegaiatan menulis naskah drama satu babak.
3.1.2.4 Refleksi Refleksi siklus II dilakukan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil refleksi digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai siswa selama proses pembelajaran menulis naskah drama. Refleksi ini juga dilakukan untuk mengetahui ketelamahan-kelemahan yang terjadi pada siklus II. Kemajuan yang dicapai pada siklus II merupakan peningkatan siswa menulis naskah drama dan perubahan perilaku siswa dari negatif menjadi positif.
63
3.2
Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan dalam menulis
naskah drama satu babak siswa kelas VIII. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo Tahun Ajaran 2010/ 2011. Secara keseluruhan siswa kelas VIII SMP N 3 Singorojo berjumlah 98 siswa yang terbagi menjadi 3 kelas. Penelitian hanya dilakukan di kelas VIIIC yang berjumlah 31 siswa, yang terdiri atas 14 siswa putra dan 17 siswa putri. Pertimbangan dipilihnya kelas VIIIC sebagai fokus subjek penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut (1) hasil pengamatan bersama guru ketika hendak menentukan kelas, dari hasil pengamatan ketika ikut mengajar bersama guru, ditemukan bahwa kelas VIIIC adalah kelas yang keterampilan menulis naskah drama siswanya rendah, (2) hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang menguatkan hasil pengamatan peneliti. Karena tingkat keterampilan siswa menulis naskah drama satu babak masih rendah, maka perlu dicarikan pendekatan dan media pembelajaran yang sesuai. Kesulitan yang dihadapi siswa pada umumnya adalah siswa tidak tahu apa yang akan ditulis untuk mengawali cerita dikarenakan siswa kesulitan menemukan ide atau gagasan. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan dan media adalah salah satu alternatif yang dapat mengatasi masalah tersebut.
64
3.3
Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel,
yakni variabel keterampilan menulis naskah drama satu babak dan variabel pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Kedua variabel tersebut akan dijelaskan berikut ini.
3.3.1.
Variabel Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Keterampilan menulis naskah drama satu babak yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah menulis naskah drama satu babak yang dimulai dari memperhatikan media tokoh wayang kertas, proses menulis naskah drama satu babak yang dilakukan secara bertahap, hingga mengkomunikasikan hasilnya kepada teman dan guru. Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yaitu (1) kesesuaian isi dengan tema, (2) tokoh, (3) penokohan, (4) latar/setting, (5) alur, (6) kesesuaian penggunaan teks samping, dan (7) kaidah penulisan naskah drama.
3.3.2.
Variabel Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas Variabel pendekatan keterampilan proses adalah salah satu dari beberapa
pendekatan pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar secara menyenangkan dan mudah. Pendekatan keterampilan proses dilakukan secara bertahap agar siswa mudah mempelajari dan memahami
65
dalam menulis naskah drama satu babak. Pendekatan ini berfungsi memberikan penekanan kepada segi pembentukan keterampilan dan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Pemilihan media tokoh wayang kertas sebagai alat bantu dalam pembelajaran mengandung maksud agar media tersebut dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga berlangsung proses belajarmengajar yang efektif dan efisien.
3.4
Indikator Kinerja Indikator kinerja yang diharapkan dari penelitian menulis naskah drama
satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas bersifat kuantitatif dan kualitatif. Indikator kinerja tersebut berkaitan langsung dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Indikator kuantitatif dalam kompetensi menulis naskah drama satu babak dalam penelitian ini, yaitu siswa mampu menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Dalam penelitian ini, indikator kinerja yang harus dicapai siswa secara klasikal dalam satu kelas sebesar 75 atau 75%. Indikator yang bersifat kualitatif merupakan penilaian terhadap perilaku belajar siswa ke arah yang positif atau negatif. Siswa dikatakan berhasil apabila didukung dengan perubahan perilaku ke arah yang positif. Perubahan perilaku tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi penilaian kuantitatif. Hal
66
tersebut ditandai dengan 75% siswa memperhatikan penjelasan guru dan sebagainya.
3.5
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengetahui keterampilan menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Adapun instrumen nontes digunakan dengan tujuan mengetahui perubahan sikap atau perilaku siswa setelah diadakan proses pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas.
3.5.2
Instrumen Tes Instrumen
tes
digunakan
untuk
mengungkapkan
data
tentang
keterampilan menulis naskah drama satu babak pada siswa. Untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menulis naskah drama satu babak diperlukan alat ukur yang berupa tes menulis naskah drama satu babak. Tes menulis naskah drama satu babak ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa kelas VIII SMP. Penilaian hasil dalam penelitian ini menggunakan alat tes yang berkaitan dengan materi menulis naskah drama satu babak. Penilaian hasil dalam kompetensi dasar menulis naskah drama satu babak sesuai dengan indikator pembelajaran yang harus dicapai siswa, yaitu (1) mampu menentukan unsur-unsur drama berdasarkan media tokoh wayang kertas, (2) mampu menulis naskah drama
67
satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. Kedua indikator tersebut dapat dicapai apabila pembelajaran dilakukan dengan strategi dan media yang tepat. Penilaian untuk kedua indikator tersebut dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Pedoman Kriteria dan Skor dalam Penilaian Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas No 1
Aspek
Kriteria
Kesesuaian isi
Baik jika isi sangat sesuai dengan tema
dengan tema
Baik jika isi sesuai dengan tema namun ada 1-2 adegan yang tidak sesuai dengan tema
Skor 4 3
Cukup baik jika isi cukup sesuai dengan tema namun ada ≥3 adegan yang tidak
2
sesuai dengan tema Tidak baik jika isi tidak sesuai dengan tema 2
Tokoh
Baik jika semua tokoh memiliki peran yang efektif dan mendukung jalannya cerita
1 4
Cukup baik jika terdapat 1-2 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
3
mendukung jalannya cerita Kurang baik jika terdapat 3-4 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
2
mendukung jalannya cerita Tidak baik jika terdapat >4 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
1
mendukung jalannya cerita 3
Penokohan
Karakter semua tokoh digambarkan dengan
4
68
jelas Terdapat 1-2 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas Terdapat 3-4 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas Terdapat >4 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas 4
Latar/setting
Baik jika menuliskan tiga aspek dalam latar (tempat, waktu, dan suasana) Cukup baik jika hanya menuliskan dua dari tiga aspek dalam latar Kurang baik jika hanya menuliskan salah satu dari tiga aspek dalam ruang Tidak baik jika sama sekali tidak menuliskan tiga aspek dalam latar
5
Alur
3
2
1
4
3
2
1
Baik jika dalam alur memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki jalan cerita yang
4
runtut Cukup baik jika: Memiliki hubungan sebab akibat tetapi jalan ceritanya kurang runtut Kurang memiliki hubungan sebab akibat
3
tetapi memiliki jalan cerita yang runtut Kurang memiliki hubungan sebab akibat dan jalan ceritanya juga kurang runtut Kurang baik jika dalam alur tidak memiliki hubungan sebab akibat tetapi memiliki jalan cerita yang runtut atau memiliki hubungan sebab akibat tetapi jalan ceritanya tidak yang runtut
2
69
Tidak baik jika dalam alur tidak memiliki hubungan sebab akibat dan jalan ceritanya
1
juga tidak yang runtut 6
Kesesuaian
Baik jika semua teks samping sesuai dan
penggunaan teks
mendukung jalannya cerita
samping
Cukup baik jika terdapat 1-2 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung
4
3
jalannya cerita Kurang baik jika terdapat 3-4 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung
2
jalannya cerita Tidak baik jika terdapat >4 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung jalannya cerita dan/atau tidak ada sama
1
sekali 7
Kaidah penulisan
Baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 0-3
naskah drama
kesalahan berdasarkan kaidah penulisan
4
naskah drama Cukup baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 4-6 kesalahan berdasarkan kaidah
3
penulisan naskah drama Kurang baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 7-9 kesalahan berdasarkan kaidah
2
penulisan naskah drama Tidak baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki ≥10 kesalahan berdasarkan kaidah
1
penulisan naskah drama
Berdasarkan tabel 1, tes pada kompetensi dasar menulis naskah drama satu babak memilki tujuh aspek penilaian. Tiap-tiap aspek penilaian tersebut
70
memiliki skor empat. Jadi, skor maksimal delapan aspek dalam penilaian kompetensi menulis naskah drama satu babak tersebut adalah 36. Kemudian, nilai akhir diperoleh dari jumlah skor yang diperoleh dibagi jumlah skor maksimal dikali 100 Jumlah skor yang diperoleh X 100
Nilai akhir = Jumlah skor maksimal
Rentang nilai dan kategori yang diperoleh pada penilaian dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama satu babak dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Pedoman Rentang Nilai dan Kategori dalam Penilaian Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas No.
Rentang Nilai
Kategori
1.
85-100
Sangat baik
2.
75-84
Baik
3.
65-74
Cukup
4.
55-64
Kurang
5.
≤ 55
Gagal
Berdasarkan tabel 2 di atas, rentang nilai pada penilaian keterampilan menulis naskah drama satu babak terdiri atas lima kategori. Rentang nilai 85-100 termasuk kategori sangat baik. Kemudian rentang 75-84 termasuk dalam kategori baik. Selanjutnya 65-74 termasuk dalam kategori cukup. Berikutnya 55-64
71
termasuk kategori kurang dan nilai kurang dari 55 termasuk dalam kategori gagal atau tidak lulus dan kompetensi dasar ini. Selanjutnya, persentase skor setiap aspek penilaian juga dapat diketahui dengan cara berikut ini. ∑N NP=
X 100% ∑(nxs)
Keterangan: NP
= Skor persentase kemampuan siswa
∑N
= jumlah skor satu kelas
n
= skor maksimal tes
s
= jumlah responden dalam satu kelas Persentase rentang skor dan kategori yang diperoleh pada tiap aspek
penilaian keterampilan menulis naskah drama satu babak dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Pedoman Rentang Skor dan Kategori Tiap Aspek dalam Penilaian Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas
No.
Rentang Nilai
Kategori
1.
85-100
Sangat baik
2.
75-84
Baik
3.
65-74
Cukup
4.
55-64
Kurang
5.
≤ 55
Gagal
72
Berdasarkan tabel 3 di atas, rentang nilai pada penilaian keterampilan menulis naskah drama satu babak terdiri atas lima kategori. Rentang nilai 85-100 termasuk kategori sangat baik. Kemudian rentang 75-84 termasuk dalam kategori baik. Selanjutnya 65-74 termasuk dalam kategori cukup. Berikutnya 55-64 termasuk kategori kurang dan nilai kurang dari 55 termasuk dalam kategori gagal atau tidak lulus dan kompetensi dasar ini.
3.5.2
Instrumen Nontes Instrumen nontes digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Instrumen nontes meliputi pedoman observasi, pedomana jurnal guru dan siswa, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi foto.
3.5.2.1 Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai perubahan perilaku, sikap, dan aktivitas siswa selama penelitian berlangsung. Lembar observasi hanya digunakan untuk mendata sikap atau perilaku positif siswa yang diharapkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Perilaku positif yang diamati, yaitu (1) keantusiasan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru, (2) keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab, (3) keaktifan siswa membuat kerangka karangan dalam kelompoknya, (4) keseriusan siswa
73
membuat naskah drama satu babak, dan (5) keseriusan siswa menilai naskah drama milik temannya.
3.5.2.2 Pedoman Jurnal Pedoman jurnal digunakan untuk mencatat dan mengambil data perubahan yang terjadi baik dari siswa maupun kejadian-kejadian yang terjadi dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Jurnal siswa diisi setelah kegiatan pembelajaran selesai. Guru membagikan lembar jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Pedoman jurnal siswa yang harus diisi meliputi lima aspek, yaitu (1) senang atau tidaknya siswa dengan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (2) kejelasan guru dalam menyampaikan materi menulis naskah drama, (3) penggunaan media tokoh wayang kertas, (4) kesulitan siswa saat pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (5) saran dan harapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis naskah drama. Selain jurnal siswa, guru juga menyiapkan jurnal guru. Jurnal guru berisi mengenai uraian kejadian yang dilihat atau kondisi kelas saat pembelajaran berlangsung. Jurnal guru mengungkap tentang (1) kesiapan siswa terhadap
74
pembelajaran menulis naskah drama satu babak, (2) respon dan perasaan siswa terhadap materi pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (3) keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran, (4) situasi kelas dan suasana belajar ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, (5) peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi selama pembelajaran, dan (6) hambatan yang dialami guru dalam proses pembelajaran berikutnya.
3.5.2.3 Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan untuk mengambil data penelitian setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Wawancara dilakukan oleh guru dengan bantuan seorang teman untuk mendapatkan informasi atau pendapat siswa melalui tanya jawab dan diskusi mengenai pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Dalam pedoman wawancara ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui pemahaman dan kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Wawancara dilaksanakan pada siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sedang, dan terendah. Hal yang dicakup dalam wawancara diantaranya: (1) pendapat siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (2) pendapat siswa tentang penjelasan guru dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama
75
satu babak, (3) kesulitan dan hambatan yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak serta penyebabnya, (4) manfaat apa yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak, dan (5) ketertarikan siswa dengan kegiatan pembelajaran dan media yang digunakan, (6) saran siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak.
3.5.2.4 Pedoman Dokumentasi Dalam pelaksanaan observasi, pedoman observasi juga didukung dengan dokumentasi foto yang mendeskripasikan secara umum sejumlah aktivitas pembelajaran tertentu dari siklus I hingga siklus II. Hal-hal yang perlu didokumentasikan adalah (1) pada kegiatan awal pembelajaran, (2) pada saat siswa mendengarkan penjelasan guru, (3) pada saat siswa bertanya dan berkomentar, (4) pada saat siswa membentuk kelompok, (5) pada saat siswa berdiskusi membuat kerangka karangan naskah drama, dan (6) pada siswa saat menyunting pekerjaan teman. Dokumentasi tersebut disusun sesuai dengan urutan peristiwa dalam pembelajaran.
3.6
Teknik Pengambilan Data Pengambilan data dilakuan dengan dua teknik, yaitu teknik tes dan teknik
nontes.
76
3.6.1
Teknik Tes Data tes diperoleh dengan mengadakan tes menulis naskah drama satu
babak. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes pada siklus I dan tes pada siklus II. Soal tes dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar yang diajarkan, yaitu menulis naskah drama satu babak. Oleh karena itu bentuk tes yang digunakan adalah praktik menulis naskah drama satu babak. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam melaksanakan tes yaitu (1) menyiapkan alat tes, berupa panduan penilaian, (2) guru memberikan materi tentang menulis naskah drama satu babak, (3) siswa berkelompok terdiri atas 4-5 siswa, (4) siswa berdiskusi menentukan unsur-unsur drama dan membuat kerangka karangan naskah drama, (5) tiap siswa mengembangkan kerangka karangan naskah drama menjadi naskah drama satu babak, (6) siswa menanggapi naskah drama yang dibuat temannya.
3.6.2
Teknik Nontes Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
jurnal guru dan siswa, wawancara, dan dokumentasi foto.
3.6.2.1 Observasi Observasi digunakan untuk mengetahui perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran berakhir. Observasi dilakukan oleh guru bersama dengan bantuan seorang teman.
77
Adapun tahap observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) menyiapkan lembar obsevasi yang berisi butiran-butiran sasaran pengamatan tentang keantusiasan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru, keaktifan siswa dalam bertanya dan berkomentar, keaktifan siswa membuat kerangka karangan dalam kelompoknya, keseriusan siswa dalam mengembangkan kerangka karangan menjadi naskah drama satu babak, dan keseriusan dan keaktifan siswa menanggapi naskah drama yang dibuat temannya, (2) melakukan obsevasi selama proses pembelajaran, yaitu dari awal pembelajaran sampai pembelajaran berakhir dengan bantuan teman, (3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah disiapkan. Untuk memudahkan guru mengamati keadaan siswa dilakukan dengan memberi tanda chek list (√) pada lembar panduan yang berisi segala macam tindakan yang menggambarkan perilku positif siswa selama proses pembelajaran, (4) menganalisis hasil observasi yang dideskripsikan dalam bentuk kalimat.
3.6.2.2 Jurnal Pengambilan jurnal dilakukan pada akhir tiap siklus. Jurnal tersebut terdiri atas jurnal siswa dan jurnal guru. Jurnal yang diisi siswa berisi tentang catatan keaktifan selama proses pembelajaran. Jurnal tersebut berisi tentang kritik, pesan, dan kesan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Jurnal siswa diisi oleh siswa sesuai dengan pendapatnya dan tidak diperbolehkan mencontoh pendapat siswa lain.
78
Jurnal guru diisi oleh guru ketika pembelajaran sudah berakhir. Jurnal ini digunakan oleh guru untuk mendeskripsikan atau mencatat kejadian-kejadian pada saat menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Setelah semua jurnal terisi, jurnal tersebut dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk kalimat.
3.6.2.3
Wawancara Wawancara merupakan salah satu alat pengambil data dengan sistem
tanya jawab. Wawancara dilakukan setelah pembelajaran menulis naskah drama satu babak. Teknik ini digunakan untuk mengungkap penyebab dan hambatan yang dialami siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Sasaran dari kegiatan wawancara ini adalah para siswa dengan nilai tinggi, sedang, dan rendah dalam tes. Sebelum melakukan wawancara guru menyiapkan pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaaan yang akan diajukan kepada siswa yang akan diwawancara, dan lembar untuk mencatat hasil wawancara. Wawancara dilakukan terhadap 6 siswa, yaitu 2 siswa yang mendapatkan nilai tinggi, 2 siswa yang mendapatkan nilai sedang, dan 2 siswa yang mendapatkan nilai rendah. Wawancara dilakukan oleh guru dibantu dengan seorang teman. Wawancara dilakukan tiap-tiap akhir siklus dan di luar jam pembelajaran melalui tatap muka langsung dengan siswa. Siswa yang diwawancarai bebas menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti tanpa ada rasa
79
terikat. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih lengkap dan terperinci. Dari hasil wawancara ini diharapkan diketahui respon siswa terhadap pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, hasil wawancara dideskripsikan dalam bentuk kalimat.
3.6.2.4 Dokumentasi Foto Dalam pelaksanaan observasi juga didukung dengan dokumentasi foto yang mendeskripsikan secara umum sejumlah aktivitas pembelajaran tertentu yang dimulai dari siklus I hingga siklus II. Dokumentasi bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Selain itu, dokumnetasi foto juga berfungsi sebagai bukti keaktifan dan ketidakaktifan siswa selama proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya guru dibantu oleh seorang teman dalam pengambilan gambar yang dilakukan pada saat-saat tertentu dalam kegiatan pembelajaran menulis naskah drama satu babak berdasarkan pedoman dokumentasi yang sudah ada.
3.7
Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Untuk data yang berasal dari data tes akan dianalisis secara kuantitatif, sedangkan data yang bersumber dari data nontes akan dianalisis secara kualitatif. Pemaparan mengenai kedua teknik analisis data tersebut sebagai berikut.
80
3.7.1
Analisis Kuantitatif Data kuantitatif yang akan dianalisis pada teknik kuantitatif ini diperoleh
dari hasil tes menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas pada siklus I dan siklus II. Nilai hasil dari tiap-tiap aspek kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ∑N NP=
X 100% ∑(nxs)
Keterangan: NP
= Skor presentase kemampuan siswa
∑N
= jumlah skor satu kelas
n
= skor maksimal tes
s
= jumlah responden dalam satu kelas Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dikumpulkan dan dibandingkan
antara siklus I dan siklus II. Hasil perbandingan itulah yang kemudian memberikan gambaran sekaligus menentukan seberapa besar peningkatan keterampilan menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas.
3.7.2
Analisis Kualitatif Data yang dianalisis secara kualitatif merupakan data nontes yang
diperoleh dari data observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Data observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto dianalisis untuk mendapatkan
81
deskripsi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Dari data ini akan diketahui perubahan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Hasil observasi akan memberikan gambaran mengenai kesulitan yang dialami siswa. Tingkah laku siswa direkam dalam observasi sehingga data yang diperoleh lebih lengkap dan akurat. Data jurnal siswa digunakan untuk mengetahui kesan, pesan, tanggapan, serta saran dari siswa terhadap proses pembelajaran. Sementara jurnal guru dapat dijadikan acuan untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Kejadian-kejadian khusus yang dicatat guru akan memberi tambahan informasi ketika guru menganalisis hasil tes siswa. Data wawancara juga memberikan gambaran keantusiasan siswa selama pembelajaran. Selain itu, data wawancara juga dapat mengungkap kesulitankesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak. Adapun langkah penganalisan data wawancara dengan melihat kembali catatan wawancara kemudian mendeskripsikan dalam bentuk tulisan. Dokumentasi foto merupakan bukti sekaligus gambaran keadaan selama pembelajaran berlangsung. Hasil analisis data tersebut digunakan sebagai pelengkap dan penguat data kuantitatif. Dokumentasi foto akan memperkuat bukti analisis penelitian tiap siklus. Selain itu, data yang diambil melalui dokumentasi foto ini juga memperjelas data lain yang hanya terdeskripsikan melalui tulisan dan angka. Data-data
nontes
ini
digunakan
untuk
mengetahui
keefektifan
penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas.
82
Dengan menganalisis data nontes, peneliti dapat mengetahui peningkatan keterampilan dan perubahan perilaku pada siswa. Hasil ini dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan.
83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diuraikan pada bagian ini meliputi hasil tes dan
nontes, baik pada siklus I maupun siklus II. Hasil siklus I dan II berupa kemampuan menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas disajikan dalam bentuk data kuantitatif, sedangkan hasil penelitian nontes disajikan dalam bentuk deskriptif data kualitatif. Sistem penyajian data hasil data tes keterampilan menulis naskah drama yang berupa angka disajikan dalam bentuk tabel dan diagram, kemudian diuraikan dan dianalisis dari laporan tabel dan diagram tersebut. Sedangkan data nontes dipaparkan dalam bentuk rangkaian kalimat secara deskriptif. Data nontes yang dipaparkan dalam siklus I meliputi observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Demikian juga pada siklus II data nontes dipaparkan meliputi observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto.
4.1.1
Hasil Penelitian Siklus I Siklus I merupakan tindakan awal pembelajaran keterampilan menulis
naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Tindakan siklus ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang
83
84
kertas. Pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama satu babak pada siklus I terdiri atas hasil tes dan hasil nontes. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara rinci sebagai berikut.
4.1.1.1 Hasil Tes Siklus I Hasil tes menulis naskah drama satu babak siklus I ini merupakan data awal setelah dilakukannya tindakan pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Hasil karya siswa yang dinilai yaitu berupa naskah drama satu babak. Kriteria penilaian pada siklus I ini meliputi tujuh aspek penilaian, yaitu kesesuaian isi dengan tema, tokoh, penokohan, latar/setting, alur, kesesuaian penggunaan teks samping, dan kaidah penulisan naskah drama. Hasil tes siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4 Hasil Menulis Naskah Drama Satu Babak Siklus I Rentang
Bobot
No
Kategori
Frekuensi
Skor
Rata-rata Persentase
Skor
Nilai
1.
85-100
Sangat baik
2
175
8,60%
2034/28=
2.
75-84
Baik
12
922
45,34%
73
3.
65-74
Cukup baik
9
559
27,48%
Kategori
4.
55-64
Kurang
5
378
18,58%
cukup baik
5
<55
Gagal
-
-
-
28
2034
100%
Jumlah
85
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan menulis naskah drama satu babak secara klasikal mencapai nilai rata-rata 73, yaitu dalam kategori cukup baik. Siswa yang berhasil memperoleh nilai sangat baik dengan rentang nilai 85-100 sebanyak 2 siswa atau 8,60%. Siswa dengan nilai baik dengan rentang nilai 75-84 sebanyak 12 siswa atau 45,33%. Siswa yang memperoleh nilai cukup baik dengan rentang nilai 65-74 sebanyak 9 siswa atau 27,48%. Siswa yang memperoleh nilai kurang dengan rentang nilai 55-64 sebanyak 5 siswa atau 18,58%. Dari data di atas keterampilan menulis naskah drama satu babak siswa termasuk dalam kategori cukup baik. Sebagian siswa masih belum mampu mencapai standar ketuntasan minimal yaitu 75. Masih kurangnya nilai keterampilan menulis naskah drama satu babak pada siswa ini dikarenakan kurang aktifnya siswa pada saat pembelajaran. Ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi sehingga siswa menjadi tidak paham dan tidak mau bertanya mengenai kesulitan yang dihadapinya. Supaya lebih jelas, nilai yang telah dicapai siswa dinyatakan pada diagram 1 sebagai berikut.
86
Diagram Pie Hasil Menulis Naskah Drama Siklus I
8.6 18.58 85-100 75-84 65-74 55-64
45.34
27.48
Diagram 1 Hasil Menulis Naskah Drama Satu Babak Siklus I Nilai tes siklus I ini merupakan penjumlahan skor delapan aspek yang diujikan, yaitu (1) kesesuaian isi dengan tema, (2) tokoh, (3) penokohan, (4) setting/latar, (5) alur, (6) kesesuaian penggunaan teks samping, dan (7) kaidah penulisan naskah drama. Hasil masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut.
4.1.1.1.1 Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema Siklus I Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama satu babak aspek kesesuaian isi dengan tema ditunjukkan pada tabel 5 berikut. Tabel 5 Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema Siklus I Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
12
42,86%
2.
Baik
3
16
57,14%
96 x100% 112
87
3.
Cukup baik
2
-
-
= 86
4.
Kurang baik
1
-
-
Kategori
sangat
baik Jumlah
28
100%
Data pada tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek kesesuaian isi dengan tema yang diperoleh siswa sebesar 86. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori sangat baik. Pada penguasaan aspek tersebut, 12 siswa atau sebesar 42,86% memperoleh nilai dengan kategori sangat baik dan 16 siswa atau sebesar 57,14% memperoleh nilai dengan kategori baik.
4.1.1.1.2 Perolehan Skor Aspek Tokoh Siklus I Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama satu babak aspek tokoh ditunjukkan pada tabel 6 berikut. Tabel 6 Perolehan Skor Aspek Tokoh Siklus I Frekuensi No.
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
18
64,29%
2.
Baik
3
8
28,57%
98 x100% 112 = 88
3.
Cukup baik
2
2
7,14%
Kategori
4.
Kurang baik
1
-
-
28
100%
Jumlah
baik
sangat
88
Penilaian pada aspek tokoh berdasarkan tabel 6 di atas, sebanyak 18 siswa atau sebesar 64,29% mendapatkan nilai dengan kategori sangat baik. Sebesar 28,57% atau 8 siswa mendapatkan nilai dengan kategori baik, dan 2 siswa atau 7,14% mendapatkan nilai dengan kategori cukup baik. Jadi secara keseluruhan, penilaian pada aspek tokoh memperoleh nilai rata-rata 88 yang termasuk dalam kategori sangat baik.
4.1.1.1.3 Perolehan Skor Aspek Penokohan Siklus I Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama satu babak aspek penokohan ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 7 Perolehan Skor Aspek Penokohan Siklus I Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
7
25%
2.
Baik
3
16
57,14%
89 x100% 112 = 79
3.
Cukup baik
2
5
17,86%
Kategori baik
4.
Kurang baik
1
-
-
28
100%
Jumlah
Data pada tabel 7 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek penokohan yang diperoleh siswa, yaitu sebesar 79. Hasil tersebut termasuk dalam kategori baik. Pada aspek penokohan tersebut, 7 siswa atau 25% mendapatkan nilai dengan kategori sangat baik, sebanyak 116 siswa atau 57,14% mendapatkan nilai dengan
89
kategori baik, dan 5 siswa atau 17,86% mendapatkan nilai dengan kategori cukup baik.
4.1.1.1.4 Perolehan Skor Aspek Latar/Setting Siklus I Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama satu babak aspek latar/setting ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 8 Perolehan Skor Aspek Latar/setting Siklus I Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
3
10,71%
2.
Baik
3
10
35,71%
3.
Cukup baik
2
14
50%
4.
Kurang baik
1
1
3,57%
28
100%
Jumlah
69 x100% 112 = 61 Kategori
kurang
baik
Data pada tabel 8 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek latar/setting yang dicapai siswa sebesar 61. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori kurang baik. Pada penguasaan aspek latar/setting, 3 siswa atau 10,71% memperoleh nilai dengan kategori sangat baik, 10 siswa atau sebesar 35,71% mendapatkan nilai baik, 14 siswa atau sebesar 50% mendapatkan nilai cukup baik, dan 1 siswa atau sebesar 3,57% memperoleh nilai dengan kategori kurang baik.
90
4.1.1.1.5 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus I Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama satu babak aspek alur ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 9 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus I Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
1
3,57%
2.
Baik
3
18
64,29%
77 x100% 112 = 69
3.
Cukup baik
2
8
28,57%
Kategori
4.
Kurang baik
1
1
3,57
28
100%
Jumlah
cukup
baik
Data pada tabel 9 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek latar/setting yang dicapai siswa sebesar 69. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori cukup baik. Pada penguasaan aspek latar/setting, seorang
siswa atau 3,57%
memperoleh nilai dengan kategori sangat baik, sebanyak 18 siswa atau 64,29% mendapatkan nilai baik, 8 siswa atau sebesar 28,57% memperoleh nilai dengan kategori cukup baik, dan 1 siswa atau sebesar 3,57% memperoleh nilai dengan kategoro kurang baik.
4.1.1.1.6 Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Penggunaan Teks Samping Siklus I Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama satu babak aspek kesesuaian penggunaan teks samping ditunjukkan pada tabel berikut.
91
Tabel 10 Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Penggunaan Teks Samping Siklus I Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
3
10,71%
2.
Baik
3
15
53,57%
76 x100% 112 = 69
3.
Cukup baik
2
10
35,71%
Kategori
4.
Kurang baik
-
-
-
28
100%
Jumlah
cukup
baik
Data pada tabel 10 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek kesesuaian penggunaan teks samping yang dicapai siswa sebesar 69. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori gagal. Pada penguasaan aspek kesesuaian penggunaan teks samping, 3 siswa atau 10,71% memperoleh nilai dengan kategori sangat baik, sebanyak 15 siswa atau 53,57% mendapatkan nilai dengan kategori baik, dan 10 siswa atau sebesar 35,71% mendapatkan nilai dengan kategori cukup baik.
4.1.1.1.7 Perolehan Skor Aspek Kaidah Penulisan Naskah Drama Siklus I Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama satu babak aspek kaidah penulisan naskah drama ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 11 Perolehan Skor Aspek Kaidah Penulisan Naskah Drama Siklus I Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
-
-
66 x100% 112
92
2.
Baik
3
10
35,71%
= 59
3.
Cukup baik
2
18
64,29%
Kategori
4.
Kurang baik
1
-
-
28
100%
Jumlah
Data pada tabel 11 menunjukkan
kurang
baik
nilai rata-rata dalam aspek kaidah
penulisan naskah drama yang dicapai siswa sebesar 59. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori kurang baik. Pada penguasaan aspek kaidah penulisan naskah drama, 10 siswa atau sebesar 35,71% memperoleh nilai dengan kategori baik dan sebanyak 18 siswa atau 64,29% mendapatkan nilai dengan kategori cukup baik. Tabel 13 Nilai Perolehan Skor Tiap Aspek Siklus I No.
Aspek Penilaian
Nilai Rata-Rata
Kategori
Kesesuaian Tema dengan 1.
Isi
86
Sangat Baik
2.
Tokoh
3.
Penokohan
4.
Latar/Setting
5.
Alur
69
Cukup Baik
6.
Kesesuaian Teks Samping
69
Cukup Baik
59
Kurang Baik
73
Cukup Baik
88 79 61
Baik Baik Kurang Baik
Kaidah Penulisan Naskah 7. Drama Nilai Rata-Rata Akhir
93
4.1.1.2 Hasil Nontes Siklus I Hasil penelitian nontes siklus I ini diperoleh dari hasil observasi, hasil wawancara, jurnal dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini.
4.1.1.2.1 Hasil Observasi Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk mengetahui respon perilaku siswa dalam menerima pembelajaran. Objek sasaran yang diamati adalah perilaku positif. Perilaku positif siswa yang diamati terdiri atas lima aspek, yaitu (1) keantusiasan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru, (2) keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab, (3) keaktifan siswa diskusi membuat kerangka karangan dalam kelompoknya, (4) keseriusan siswa membuat naskah drama satu babak berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat, dan (5) keseriusan siswa menanggapi naskah drama yang dibuat temannya. Hasil observasi pada siklus I perilaku siswa selama pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, sebagian besar siswa sudah siap dalam mengikuti pembelajaran, namun tidak semua siswa dapat mengikuti dengan baik. Hal
94
tersebut dapat dimaklumi karena pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti merupakan hal baru bagi siswa, sehingga perlu proses untuk menyesuaikannya. Sasaran observasi yang pertama yaitu keantusiasan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. Dari 28 siswa, hampir sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru, ditunjukkan dengan persentase sebesar 82,14% atau 23 siswa yang terlihat sangat memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, dan hanya 5 siswa atau sebesar 17,86% yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Dari hasil observasi awal, hal ini sudah baik. Perhatian siswa sudah menunjukkan ketertarikan terhadap materi yang diajarkan. Sasaran yang kedua yaitu keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab. Berdasarkan hasil observasi, keaktifan siswa secara keseluruhan masih kurang. Pada aspek ini baru sekitar 10,71% dari 28 siswa atau 3 siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru, sedangkan siswa lain masih kurang aktif dalam kegiatan tanya jawab dan mengajukan pertanyaan yang tidak relevan dengan materi. Sasaran yang ketiga yaitu keaktifan siswa membuat kerangka karangan dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil observasi, dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 28, sekitar 23 siswa atau sebesar 82,14% aktif dalam aspek ini. Sebesar 17,86% terlihat kurang aktif dalam kegiatan kelompok, yaitu membuat kerangka karangan naskah drama satu babak. Sasaran observasi yang keempat yaitu aspek keseriusan siswa membuat naskah drama satu babak berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat. Pada aspek ini, sebesar 60,71% atau 17 siswa serius dalam membuat naskah drama satu
95
babak, sedangkan 11 siswa kurang serius dalam membuat naskah drama satu babak. Sasaran observasi yang kelima yaitu keseriusan siswa menilai naskah drama satu babak milik teman. Pada aspek ini sebesar 82,14% atau 23 siswa serius dalam menilai hasil karya teman, dan 5 siswa atau sebesar 17,86% kurang serius. Kelima siswa tersebut terlihat sibuk bercanda dengan temannya.
4.1.1.2.2 Hasil Jurnal Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan siswa dan guru selama pembelajaran menulis naskah drama berlangsung. Jurnal siswa diisi siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo, sedangkan jurnal guru diisi oleh guru kelas yang ikut mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. a. Jurnal Siswa Jurnal siswa diisi setelah kegiatan pembelajaran selesai. Guru membagikan lembar jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Pedoman jurnal siswa yang harus diisi meliputi lima aspek, yaitu (1) senang atau tidaknya siswa dengan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (2) kejelasan guru dalam menyampaikan materi menulis naskah drama, (3) penggunaan media tokoh wayang kertas, (4) kesulitan siswa saat pembelajaran menulis naskah drama
96
satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (5) saran dan harapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis naskah drama. Sebagian besar siswa yaitu sebesar 92,86% atau 26 siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis teks drama adalah pembelajaran yang cukup menyenangkan. Hal ini terlihat dari ketertarikan dan keseriusan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama. Sedangkan yang menyatakan bahwa pembelajaran menulis naskah drama tidak menyenangkan hanya 2 orang siswa atau sebesar 7,14%. Berdasarkan hasil jurnal siswa, diketahui bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yang telah dilaksanakan. Respon positif tersebut terlihat dari pernyataan siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran tersebut menyenangkan dan mereka tertarik. Kesan siswa mengenai pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yang digunakan oleh guru adalah siswa merasa senang dan tertarik karena mereka lebih paham dan lebih mudah dalam menulis naskah drama. Sekitar 25 siswa atau sebesar 89,29%
menjawab tertarik dan
menyenangkan mengenai pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Selanjutnya sekitar 3 siswa atau 10,71% menjawab kurang senang karena bagi mereka menulis naskah drama adalah hal yang sangat sulit.
97
Meskipun dalam pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas saat langsung mendapatkan respon yang positif, tetapi siswa masih menemui beberapa kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain siswa masih sulit menuangkan ide dan memilih kata-kata untuk dituangkan ke dalam naskah drama. Kesulitan yang dihadapi siswa merupakan hal yang wajar karena tidak semua siswa dapat menyerap materi dengan mudah, namun hal ini tetap menjadi tugas guru untuk mencari solusi pemecahannya melalui siklus berikutnya. b. Jurnal Guru Jurnal guru berisi seluruh kejadian yang dilihat dan dirasakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Jurnal guru mengungkap tentang (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak, (2) respon dan perasaan siswa terhadap materi pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (3) keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran, (4) situasi kelas dan suasana belajar ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, (5) peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi selama pembelajaran, dan (6) hambatan yang dialami guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil jurnal guru pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas berjalan cukup baik. Berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran, sebagian besar siswa sudah terlihat aktif dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Beberapa siswa ada yang bertanya ketika
98
mengalami kesulitan dan juga ada yang menanggapi selama pembelajaran berlangsung. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa terlihat sudah cukup siap untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari keseriusan siswa dalam memperhatikan guru mulai dari apersepsi hingga akhir pembelajaran. Namun demikian, masih terdapat beberapa siswa yang kurang siap dan masih terlihat bercanda dengan temannya. Tanggapan atau respon siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas sangat beragam. Sebagian besar siswa merasa senang dan merespon dengan baik selama pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses dan media tokoh wayang kertas memudahkan siswa dalam menuangkan ide ke dalam naskah drama dan membuat suasana belajar tidak jenuh. Siswa aktif dan antusias selama mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dan mengerjakan tugas menulis naskah drama. Perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama terlihat sudah baik. Siswa secara keseluruhan terlihat tenang dan bisa diatur, tetapi masih ada 4 siswa yang terlihat ramai dan sibuk berbicara dengan temannya serta tidak memperhatikan penjelasan guru. Suasana pembelajaran menulis naskah drama sudah cukup baik, namun masih ada beberapa siswa yang kurang berpartisipasi dalam kegiatan kelompok dan bercanda dengan temannya. Selama pembelajaran ada beberapa siswa yang suka menyeletuk dan bertanya hal-hal
99
yang tidak berhubungan dengan materi, ada juga yang memperhatikan guru tetapi tidak fokus pada penjelasan guru.
4.1.1.2.3 Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran pada siklus I. Sasaran wawancara difokuskan pada tiga siswa, yaitu satu orang siswa yang mendapat nilai tertinggi, satu orang siswa yang mendapat nilai sedang/cukup, dan satu orang siswa yang mendapat nilai kurang. Tujuan peneliti melakukan wawancara pada siklus I ini adalah untuk mengetahui tanggapan atau sikap siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Wawancara ini terdiri atas enam pertanyaan, yaitu (1) pendapat siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (2) pendapat siswa tentang penjelasan guru dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama satu babak, (3) kesulitan dan hambatan yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak serta penyebabnya, (4) manfaat apa yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak, dan (5) dan ketertarikan siswa dengan kegiatan pembelajaran dan media yang digunakan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap tiga siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa tertarik dengan pembelajaran menulis naskah drama. Siswa yang mendapat nilai tinggi mengungkapkan ketertarikannya karena merasa mudah dalam menulis naskah drama, siswa yang
100
mendapat nilai cukup mengungkapkan tertarik namun kesulitan dalam mengembangkan ide, dan siswa yang mendapat nilai kurang mengungkapkan sangat tertarik dengan pembelajaran menulis drama, namun sangat sulit untuk menuangkan idenya ke dalam naskah drama. Pada pertanyaan kedua, ketiga siswa mengungkapkan bahwa mereka cukup jelas dengan pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Dengan ungkapan yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran menulis naskah drama yang diterapkan oleh peneliti. Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, mereka merasa lebih mudah dalam menulis naskah drama, dan merasa tidak jenuh dalam pembelajaran. Mereka menyatakan ada perubahan cara guru mengajar. Pengajarannya tidak harus selalu teoretis dan duduk mendengarkan di dalam kelas. Mereka bisa belajar lebih santai tetapi tetap serius dan menyenangkan.
4.1.1.2.4 Dokumentasi Foto Pada siklus I ini dokumentasi foto digunakan sebagai bukti otentik dari kegiatan pembelajaran menulis naskah drama yang telah dilakukan. Dokumentasi foto yang diambil pada siklus I meliputi (1) pada kegiatan awal pembelajaran, (2) pada saat siswa mendengarkan penjelasan guru, (3) pada saat siswa bertanya dan berkomentar, (4) pada saat siswa membentuk kelompok, (5) pada saat siswa berdiskusi membuat kerangka karangan naskah drama, dan (6) pada siswa saat menyunting pekerjaan teman.
101
Gambar 1 Aktivitas Siswa Pada Awal Pembelajaran Siklus I Gambar 1 merupakan gambar aktivitas siswa pada awal pembelajaran. Beberapa siswa terlihat cukup antusias dan tertarik dengan pembelajaran, namun juga ada beberapa siswa yang kurang siap menerima pelajaran. Terlihat beberapa siswa masih mengenakan seragam olahraga.
102
Gambar 2 Aktivitas Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru Gambar 2 merupakan gambar aktivitas siswa ketika guru memberikan penjelasan. Beberapa siswa terlihat memperhatikan penjelasan guru dengan baik, namun ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, bahkan ada yang berbicara dengan temannya.
Gambar 3 Keaktifan Siswa Bertanya dan Berkomentar Gambar 3 merupakan dokumentasi aktivitas siswa saat bertanya dan berkomentar. Sebagian besar siswa masih kurang aktif mengajukan pertanyaan atau berkomentar. Hal ini dimungkinkan siswa tidak terbiasa bertanya atau berkomentar karena malu atau takut.
103
Gambar 4 Aktivitas Siswa Membentuk Kelompok Gambar 4 merupakan dokumentasi aktivitas siswa membentuk kelompok. Siswa masih terlihat kebingungan untuk membentuk kelompok sendiri.
Gambar 5 Aktivitas Siswa Berdiskusi Membuat Kerangka Karangan Naskah Drama Gambar 5 merupakan dokumentasi aktivitas siswa berdiskusi membuat kerangka karangan. Dalam kelompok tersebut terlihat ada siswa yang bermain
104
sendiri dengan tokoh wayang kertas, juga ada yang sibuk mengerjakan tugas sendiri.
Gambar 6 Aktivitas Siswa Menilai Hasil Naskah Drama Temannya Gambar 6 merupakan dokumentasi aktivitas siswa ketika menilai naskah drama milik teman. Beberapa siswa terlihat berkonsentrasi dan sungguh-sungguh menyunting puisi teman, namun ada juga siswa yang masih berbicara temannya.
4.1.1.2.5 Refleksi Siklus I Pembelajaran menulis naskah drama satu babak pada siklus I ini merupakan upaya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam menulis naskah drama satu babak. Namun setelah dilakukan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas pada siklus I ini, guru merasa belum puas karena masih adanya permasalahan-permasalahan yang menyebabkan hasil pembelajaran
105
kurang maksimal. Nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus I baru mencapai 73 dengan kategori baik, dan belum mencapai target yang ditentukan yaitu 75. Pada pembelajaran siklus I ini masih ditemukan kesalahan yang dilakukan oleh tiga siswa, yaitu seorang siswa tidak menulis naskah drama satu babak melainkan lebih dari satu babak dan dua siswa tidak menulis dalam bentuk naskah drama satu babak melainkan menulis karangan narasi yang di dalam karya tersebut terdapat dialog. Tiga siswa tersebut tidak nilai karena tidak sesuai dengan instrumen yang telah dibuat. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis naskah drama satu babak pada siklus I ini terutama dalam memahami naskah drama satu babak, menentukan alur, aspek kesesuaian penggunaan teks samping, dan kaidah penulisan naskah drama. Kesulitan yang ditemui siswa tersebut dapat dimaklumi guru karena pembelajaran menulis naskah drama yang dilakukan merupakan pengalaman baru bagi siswa SMP N 3 Singorojo karena sebelumnya siswa tidak pernah melakukan pembelajaran seperti yang diterapkan oleh guru. Situasi dan suasana kelas saat pembelajaran berlangsung pada siklus I cukup tenang dan dapat terkendali dengan baik. Meskipun demikian, masih terdapat perilaku negatif dari siswa pada saat guru memberikan penjelasan tentang materi dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Perilaku negatif inilah yang menyebabkan pembelajaran menulis naskah drama kurang berjalan dengan lancar sehingga hasil yang diperoleh juga belum memuaskan. Guna mencapai pembelajaran yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, maka kesulitan-kesulitan tersebut kiranya harus dicari jalan keluarnya
106
untuk kemudian diterapkan pada pembelajaran selanjutnya. Hal-hal yang dilakukan guru berkenaan dengan upaya perbaikan untuk kemudian diterapkan pada pembelajaran selanjutnya, yaitu guru memberikan motivasi pada siswa dengan membuat pembelajaran menjadi lebih santai sehingga siswa merasa senang untuk mengikuti pembelajaran, guru menjelaskan materi terutama mengenai naskah drama satu babak, alur, teks samping, dan kaidah penulisan naskah drama, guru memberikan penguatan mengenai langkah-langkah menulis naskah drama, guru menjelaskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada saat menulis naskah drama, sehingga siswa lebih paham dan dapat memperbaiki kesalahannya. Perbaikan-perbaikan ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam menulis naskah drama pada siklus II nantinya.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II Hasil tes siklus I menunjukkan bahwa keterampilan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo belum mencapai target yang diharapkan. Selain itu, beberapa siswa juga masih menunjukkan perilaku negatif, seperti berbicara dengan teman sebangku dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu, diperlukan tindakan siklus II untuk mengatasi masalah yang ada pada siklus I tersebut. Penelitian pada siklus II ini dilakukan dengan rencana dan persiapan yang lebih matang. Dengan adanya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran di siklus II ini, maka diharapkan hasil penelitian yang berupa hasil tes keterampilan menulis naskah drama mengalami peningkatan dan termasuk dalam kategori baik. Meningkatnya hasil tes ini diharapkan juga dapat
107
meningkatkan perubahan perilaku siswa ke arah positif. Siswa lebih aktif dan kreatif serta lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Berikut hasil tes dan nontes pada siklus II.
4.1.2.1 Hasil Tes Siklus II Hasil tes menulis naskah drama pada siklus II merupakan data kedua setelah diterapkan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yang disertai upaya perbaikan dari hasil tes siklus I. Kriteria penilaian keterampilan menulis naskah drama pada siklus II ini masih sama dengan siklus I yang meliputi delapan aspek penilaian, yaitu (1) kesesuaian isi dengan tema, (2) tokoh, (3) penokohan, (4) latar/setting, (5) alur, (6) kesesuaian penggunaan teks samping, dan (7) kaidah penulisan naskah drama. Tabel 14 Hasil Menulis Naskah Drama Satu Babak Siklus II Rentang No.
Bobot Kategori
Frekuensi
Skor
Rata-rata Persentase
Skor
Nilai
1.
85-100
Sangat baik
5
16,67%
2390/30
2.
75-84
Baik
25
83,33%
= 79
3.
65-74
Cukup baik
-
-
-
Kategori
4.
55-64
Kurang
-
-
-
baik
5
<55
Gagal
-
-
-
30
2390
100%
Jumlah
108
Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan menulis naskah drama secara klasikal mencapai nilai rata-rata 79, yaitu dalam kategori baik. Siswa yang berhasil memperoleh nilai sangat baik dengan rentang nilai 85100 sebanyak 5 siswa atau 16,67%, siswa dengan nilai baik dengan rentang nilai 75-84 sebanyak 28 siswa atau sebesar 83,33%, dan tidak ada siswa memperoleh nilai cukup baik, kurang baik, ataupun gagal. Berdasarkan hasil tes menulis naskah drama tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis naskah drama pada siklus II ini berhasil karena nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 79 dan termasuk dalam kategori baik. Hal ini melebihi target yang ditetapkan oleh guru yang semula hanya 75. Hasil tes secara klasikal sebagaimana dalam tabel tersebut merupakan gabungan dari delapan aspek kemampuan menulis naskah drama yang diujikan. Untuk lebih jelasnya nilai yang telah berhasil dicapai siswa dinyatakan pada diagram 2 berikut ini. Diagram Pie Hasil Menulis Naskah Drama Siklus II 00 16.67 85-100 75-84 65-74 55-64 83.33
109
Diagram 2 Hasil Siklus II Tes Menulis Naskah Drama Nilai tes siklus II ini merupakan penjumlahan skor tujuh aspek yang diujikan, yaitu (1) kesesuaian isi dengan tema, (2) tokoh, (3) penokohan, (4) setting/latar, (5) alur, (6) kesesuaian penggunaan teks samping, dan (7) kaidah penulisan naskah drama. Hasil masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut.
4.1.2.1.1 Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema Siklus II Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama aspek kesesuaian isi dengan tema ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 15 Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Isi dengan Tema Siklus II Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
21
70%
2.
Baik
3
9
30%
3.
Cukup baik
2
-
-
Kategori
4.
Kurang baik
1
-
-
baik
30
100%
Jumlah
110 x100% 120 = 92 sangat
Data pada tabel 15 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek kesesuaian isi dengan tema yang dicapai siswa sebesar 92. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori sangat baik. Pada penguasaan aspek ini, 21 siswa atau sebesar 70% memperoleh nilai dengan kategori sangat baik dan siswa mendapatkan nilai dengan kategori baik.
110
4.1.2.1.2 Perolehan Skor Aspek Tokoh Siklus II Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama aspek tokoh ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 16 Perolehan Skor Aspek Tokoh Siklus II Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
24
80%
2.
Baik
3
16
20%
3.
Cukup baik
2
-
-
Kategori
4.
Kurang baik
1
-
-
baik
30
100%
Jumlah
112 x100% 120 = 93 sangat
Data pada tabel 16 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek tokoh yang dicapai siswa sebesar 93. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori sangat baik. Pada penguasaan aspek ini, 24 siswa atau sebesar 80% memperoleh nilai dengan kategori sangat baik, sebanyak 6 siswa atau 20% mendapatkan nilai dengan kategori baik.
4.1.2.1.3 Perolehan Skor Aspek Penokohan Siklus II Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama aspek penokohan ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 17 Perolehan Skor Aspek Penokohan Siklus II
111
Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
13
43,33%
2.
Baik
3
17
56,67%
3.
Cukup baik
2
-
-
Kategori
4.
Kurang baik
1
-
-
baik
30
100%
Jumlah
102 x100% 120 = 85 sangat
Data pada tabel 17 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek penokohan yang dicapai siswa sebesar 85. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori baik. Pada penguasaan aspek ini, 13 siswa atau sebesar 43,33% memperoleh nilai dengan kategori sangat baik dan 17 siswa atau sebesar 56,67% mendapatkan nilai dengan kategori baik. 4.1.2.1.4 Perolehan Skor Aspek Latar/Setting Siklus II Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama aspek latar/setting ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 18 Perolehan Skor Aspek Latar/Setting Siklus II Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
4
13,33%
2.
Baik
3
24
80%
93 x100% 120 = 78
3.
Cukup baik
2
2
6,67%
Kategori baik
4.
Kurang baik
1
-
-
112
Jumlah
30
100%
Data pada tabel 18 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek latar/setting yang dicapai siswa sebesar 78. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori baik. Pada penguasaan aspek latar/setting, 4 siswa atau 13,33% memperoleh nilai dengan kategori sangat baik, sebanyak 24 siswa atau sebesar 80% mendapatkan nilai dengan kategori baik, dan 2 siswa atau 6,67% mendapatkan nilai dengan kategori cukup baik.
4.1.2.1.5 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus II Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama aspek alur ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 19 Perolehan Skor Aspek Alur Siklus II Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
-
-
2.
Baik
3
23
76,67%
83 x100% 120 = 69
3.
Cukup baik
2
7
23,33%
Kategori
4.
Kurang baik
1
-
-
30
100%
Jumlah
baik
cukup
113
Data pada tabel 19 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek kesesuaian penggunaan teks samping yang dicapai siswa sebesar 69. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori cukup baik. Pada penguasaan aspek alur, 23 siswa atau sebesar 76,67% memperoleh nilai dengan kategori sangat baik dan 7 siswa atau 23,33% mendapatkan nilai dengan kategori baik.
4.1.2.1.6 Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Penggunaan Teks Samping Siklus II Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis naskah drama aspek kesesuaian penggunaan teks samping ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 20 Perolehan Skor Aspek Kesesuaian Penggunaan Teks Samping Siklus II Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
1
3,33%
2.
Baik
3
19
63,33%
84 x100% 120 = 70
3.
Cukup baik
2
10
33,34%
Kategori
4.
Kurang baik
1
-
-
30
100%
Jumlah
cukup
baik
Data pada tabel 20 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek kesesuaian penggunaan teks samping yang dicapai siswa sebesar 70. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori cukup baik. Pada penguasaan aspek kesesuaian penggunaan teks samping, 1 siswa atau 3,33% memperoleh nilai dengan kategori sangat baik,
114
19 siswa atau sebesar 63,33% mendapatkan nilai dengan kategori baik, dan 10 siswa atau sebesar 33,34% mendapatkan nilai dengan kategori cukup baik.
4.1.2.1.7 Perolehan Skor Aspek Kaidah Penulisan Naskah Drama Siklus II Hasil pengukuran keterampilan siswa dalam menulis teks drama aspek kaidah penulisan naskah drama ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 21 Perolehan Skor Aspek Kaidah Penulisan Naskah Drama Siklus II Frekuensi No
Katagori
Skor
Rata – rata
Frekuensi persen
1.
Sangat baik
4
-
-
2.
Baik
3
25
83,33%
87 x100% 120 = 71
3.
Cukup baik
2
5
16,67%
Kategori
4.
Kurang baik
1
-
-
30
100%
Jumlah
cukup
baik
Data pada tabel 21 menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek kaidah penulisan naskah drama yang dicapai siswa sebesar 71. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori cukup baik. Pada penguasaan aspek kaidah penulisan naskah drama, 25 siswa atau sebesar 83,33% memperoleh nilai dengan kategori baik dan 5 siswa atau sebesar 16,67% mendapatkan nilai dengan kategori cukup baik. Tabel 23 Nilai Perolehan Skor Tiap Aspek Siklus II No. 1.
Aspek Penilaian Kesesuaian Isi dengan Tema
Nilai Rata-Rata 92
Kategori Sangat Baik
115
2.
Tokoh
3.
Penokohan
4.
Latar/Setting
5.
Alur
69
Cukup Baik
6.
Kesesuaian Teks Samping
70
Cukup Baik
71
Cukup Baik
79
Baik
93 85 78
Sangat Baik Baik Baik
Kaidah Penulisan Naskah 7. Drama Nilai Rata-Rata Akhir
4.1.2.2 Hasil Nontes Hasil dari nontes pada siklus II ini diperoleh dari hasil observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini.
4.1.2.2.1 Hasil Observasi Pada siklus II ini, berdasarkan observasi yang dilakukan mengenai pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, terdapat perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Beberapa siswa yang pada siklus I tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu, pada siklus II ini siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan guru.
116
Berdasarkan hasil observasi, dapat dideskripsikan bahwa hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Respon siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Dari jumlah keseluruhan yaitu 30 siswa sudah aktif dalam mendengarkan penjelasan guru, suasana kelas juga lebih kondusif selama proses pembelajaran. Beberapa siswa yang pada siklus I tidak mendengarkan penjelasan guru, pada siklus II serius dalam mengikuti pembelajaran. Pada aspek ini mengalami peningkatan sebesar 17,86% dari hasil observasi siklus I atau semua siswa sudah mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Pada kegiatan tanya jawab, berdasarkan hasil observasi, keaktifan siswa juga mengalami peningkatan sebesar 45,96% menjadi 56,67% yaitu sekitar 17 siswa dari 30 siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru, dan 13 siswa kurang aktif dalam kegiatan tanya jawab dan mengajukan pertanyaan yang tidak relevan dengan materi. Sasaran yang ketiga yaitu keaktifan siswa membuat kerangka karangan dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil observasi, dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 30, sekitar 29 siswa atau sebesar 96,67% aktif dalam aspek ini. Sebesar 3,33%
atau 1 siswa terlihat kurang aktif dalam kegiatan diskusi mengenai
kerangka karangan bersama kelompoknya. Jika dibandingkan dengan siklus I pada aspek keaktifan siswa dalam mencatat hal-hal penting mengalami peningkatan sebesar 14,53%.
117
Sasaran observasi yang keempat yaitu aspek keseriusan siswa membuat naskah drama satu babak berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat. Pada aspek ini, sebesar 93,33% atau 28 siswa serius dalam membuat naskah drama satu babak, 2 siswa yang lain atau sebesar 6,67% kurang serius dalam membuat naskah drama satu babak. Sasaran observasi yang kelima yaitu keseriusan siswa menilai naskah drama satu babak milik teman. Pada aspek ini secara keseluruhan siswa mampu memberikan penilaian terhadap karya teman. Sebesar 96,67% atau 29 siswa aktif dalam menilai hasil karya teman, dan 1 siswa atau sebesar 3,33% masih kurang aktif dalam menilai karya teman. Jika dibandingkan dengan siklus I, pada aspek keseriusan siswa menilai naskah drama satu babak milik teman mengalami peningkatan sebesar 14,53%.
4.1.2.2.2 Hasil Jurnal Jurnal yang digunakan pada siklus I dengan yang digunakan pada siklus II adalah jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan siswa dan guru selama pembelajaran menulis naskah drama berlangsung. Jurnal siswa diisi siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo, sedangkan jurnal guru diisi oleh guru (peneliti). a.
Jurnal Siswa Jurnal siswa berisi pertanyaan yang semuanya harus diisi oleh siswa, yaitu
(1) senang atau tidaknya siswa dengan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang
118
kertas, (2) kejelasan guru dalam menyampaikan materi menulis naskah drama, (3) penggunaan media tokoh wayang kertas, (4) kesulitan siswa saat pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (5) saran dan harapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis naskah drama. Sebagian besar siswa yaitu sebesar 96,67% atau 29 siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis naskah drama adalah pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini terlihat dari ketertarikan dan keseriusan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama. Sedangkan yang menyatakan bahwa pembelajaran menulis naskah drama tidak menyenangkan hanya 1 orang siswa atau sebesar 3,33%. Berdasarkan hasil jurnal siswa, diketahui bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yang telah dilaksanakan. Respon positif tersebut terlihat dari pernyataan siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran tersebut menyenangkan dan mereka tertarik. Kesan siswa mengenai pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yang digunakan oleh guru adalah siswa merasa senang dan tertarik karena mereka lebih paham dan lebih mudah dalam menulis naskah drama. Sebanyak 30 siswa atau sebesar 100%
menjawab tertarik dan
menyenangkan mengenai pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas.
119
Siswa juga berpendapat bahwa melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas menjadi lebih mudah dalam menuangkan idenya menjadi sebuah dialog drama karena guru menyediakan tokoh wayang kertas dan juga diberi contoh naskah drama. Mereka juga mengatakan selain diberi penjelasan, guru juga memberi pengarahan bagaimana cara menulis naskah drama sehingga siswa lebih mudah untuk menulis naskah drama. b. Jurnal Guru Jurnal guru memuat aspek yang sama seperti pada siklus I. Jurnal guru berisi seluruh kejadian yang dilihat dan dirasakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung, jurnal ini diisi oleh guru yang menyampaikan meteri pelajaran, dalam hal ini adalah peneliti sendiri. Hal-hal yang terdapat dalam jurnal guru yaitu: (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak, (2) respon dan perasaan siswa terhadap materi pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (3) keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran, (4) situasi kelas dan suasana belajar ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, (5) peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi selama pembelajaran, dan (6) hambatan yang dialami guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil jurnal guru pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas berjalan dengan baik. Berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran, sebagian besar siswa sudah terlihat aktif dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa yang bertanya
120
juga ketika mengalami kesulitan dan ada yang menanggapi selama pembelajaran berlangsung. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa sudah siap untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari keseriusan siswa dalam memperhatikan guru mulai dari apersepsi hingga akhir pembelajaran. Sudah tidak ada lagi siswa yang bercanda seperti pada siklus I. Tanggapan atau respon siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas sangat beragam. Sebagian besar siswa merasa senang dan merespon dengan baik selama pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas memudahkan siswa dalam menuangkan ide ke dalam naskah drama dan membuat suasana belajar tidak jenuh. Siswa aktif dan antusias selama mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab, diskusi kelompok, dan mengerjakan tugas menulis naskah drama. Perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama terlihat semakin baik. Siswa secara keseluruhan terlihat tenang dan bisa diatur, tidak ada lagi siswa yang ramai dan sibuk berbicara dengan temannya serta tidak memperhatikan penjelasan guru. Pada siklus II ini guru (peneliti) tidak mengalami hambatan dalam mengelola kelas juga dalam penyampaian materi. Hal tersebut dapat dilihat dari kondusifnya
suasana
menyampaikan materi.
belajar
dan
lancer
serta
akuratnya
guru
dalam
121
4.1.2.2.3 Wawancara Pada siklus II sasaran wawancara difokuskan pada tiga siswa , yaitu satu orang siswa yang mendapat nilai sangat baik, satu orang siswa yang mendapat nilai sedang baik, dan satu orang siswa yang mendapat nilai cukup. Tujuan peneliti melakukan wawancara pada siklus II ini adalah untuk membandingkan tanggapan atau sikap siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas pada siklus I. Wawancara ini terdiri atas enam pertanyaan, yaitu (1) pendapat siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (2) pendapat siswa tentang penjelasan guru dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama satu babak, (3) kesulitan dan hambatan yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak serta penyebabnya, (4) manfaat apa yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak, dan (5) ketertarikan siswa dengan kegiatan pembelajaran dan media yang digunakan. Tiga siswa yang diwawancarai menyatakan senang terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Siswa yang mendapat nilai sangat baik menyatakan bahwa melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat mempermudah siswa dalam menulis naskah drama. Siswa mengatakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat mengatasi kesulitan dalam menulis naskah drama karena dilakukan secara bertahap dan dengan media yang disediakan dapat mempermudah mendapatkan
122
ide sehingga dapat menulis naskah drama yang lebih baik. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik mengemukakan bahwa mereka pernah mengalami kesulitan dalam menulis naskah drama, tetapi melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas kesulitan itu sudah dapat diatasi. Siswa mengalami kemudahan yaitu dapat dengan mudah menuangkan ide yang ada. Siswa mengatakan bahwa melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat mengatasi kesulitan yang dialami karena lebih mudah dalam membuat garis besar isi cerita
dan mengembangkannya
menjadi naskah drama. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup mengatakan mengalami kesulitan karena bingung dalam menentukan tema dan menuangkannya kedalam dialog, kesulitan merangkai kata-kata, dan juga penggunaan teks samping serta kaidah menulis naskah drama. Melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat membantu kesulitan tersebut, karena dilakukan secara bertahap dan dengan media tokoh wayang kertas dapat mempermudah siswa untuk menemukan ide dan mengembangkannya. Keadaan ini membuktikan adanya perubahan perilaku siswa pada siklus II. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa memang selalu ada, namun pada siklus II sebagian besar siswa sudah dapat mengatasi kesulitanya masing-masing.
4.1.2.2.4 Dokumentasi Foto Pada siklus II ini dokumentasi foto yang diambil sama seperti pada siklus I, meliputi (1) Pada kegiatan awal pembelajaran, (2) pada saat siswa
123
mendengarkan penjelasan guru, (3) pada saat siswa bertanya dan berkomentar, (4) pada saat siswa membentuk kelompok, (5) pada saat siswa berdiskusi membuat kerangka karangan naskah drama, (6) pada siswa saat menyunting pekerjaan teman, dan (7) pada saat siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Gambar 7 Aktivitas Siswa pada Awal Pembelajaran Gambar 7 merupakan gambar aktivitas siswa pada awal pembelajaran. Pada siklus II ini siswa terlihat siap untuk mengikuti pembelajaran.
124
Gambar 8 Aktivitas Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru Gambar 8 merupakan gambar aktivitas siswa pada saat guru memberikan penjelasan. Siswa terlihat memperhatikan penjelasan guru dengan baik, dengan melihat contoh naskah drama yang telah dibagikan.
Gambar 9 Keaktifan Siswa Bertanya dan Berkomentar Gambar 9 merupakan dokumentasi aktivitas siswa saat bertanya. Pada siklus II ini, siswa yang merasa tidak paham atau kesulitan dalam menulis naskah drama satu babak berani untuk bertanya pada guru.
Gambar 10 Aktivitas Siswa Membentuk Kelompok Gambar 10 merupakan dokumentasi aktivitas siswa membentuk kelompok. Siswa langsung membentuk kelompok sesuai dengan kelompok pada siklus I.
125
Gambar 11 Kegiatan Siswa Berdiskusi Membuat Kerangka Karangan Naskah Drama
Gambar 12 Kegiatan Siswa Berdiskusi Membuat Kerangka Karangan Naskah Drama Gambar 11 dan 12 merupakan dokumentasi aktivitas siswa saat berdiskusi membuat kerangka karangan dalam kelompoknya. Siswa twerlihat sangan antusiak dan aktif dalam menyumbangkan ide dan pendapatnya.
126
Gambar 13 Aktivitas Siswa Menilai Pekerjaan Teman Gambar 13 merupakan dokumentasi kegiatan siswa ketika menilai naskah drama milik teman. Seluruh siswa sudah mampu mengoreksi pekerjaan temannya dengan baik.
4.1.2.2.5 Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil penelitian pada
siklus II telah banyak terjadi
peningkatan nilai dan perubahan perilaku siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Singorojo. Pada siklus II ini, nilai rata-rata siswa mencapai 79. Nilai tersebut sudah melebihi standar nilai yang ditargetkan. Hal ini disebabkan karena siswa sudah dapat memahami menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Siswa sudah terbiasa dengan pendekatan dan media yang telah diterapkan oleh guru atau peneliti. Namun ada satu siswa yang masih menulis bukan dalam bentuk naskah drama satu babak sehingga tidak dinilai. Perilaku siswa pada siklus II ini sudah mengalami banyak perubahan. Siswa sangat aktif memperhatikan hal-hal yang
127
diterangkan oleh guru. Karena hasil penelitian pada siklus II sudah memenuhi target, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.
4.2 Pembahasan Pembahasan hasil penelitian ditujukan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Permasalahan pertama, yaitu adakah peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Permasalahan yang kedua, yaitu adakah perubahan perilaku siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. 4.2.1
Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Tokoh Wayang Kertas Siswa Kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan menulis naskah drama
satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas pada siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut tampak pada tahapan penelitian tindakan kelas yaitu tes siklus I dan siklus II. Peningkatan nilai rata-rata kelas hasil menulis naskah drama dari tes siklus I ke siklus II, tampak pada diagram 3 berikut.
128
80 70 60 50 40 30 20 10 0
73
79
Siklus I
Siklus II Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama
Diagram 3 Peningkatan Hasil Menulis Naskah Drama Satu Babak Secara Klasikal Dari diagram 3 dapat dilihat bahwa hasil tes menulis naskah drama dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes pada siklus I mencapai nilai rata-rata 73 dari jumlah keseluruhan siswa atau berada dalam kategori cukup dengan rentang nilai 65-74. Hasil tes pada siklus II mencapai nilai ratarata 79 dari jumlah keseluruhan siswa dalam satu kelas berada pada kategori baik dengan rentang nilai 75-84. Pada siklus I siswa sudah mendapatkan tindakan yang berbeda dengan cara guru mengajar selama ini, yaitu menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Pemberian tindakan pada siklus I menyebabkan minat siswa terhadap materi sastra khususnya drama meningkat. Mereka antusias dan serius dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hasil yang dicapai sudah termasuk kategori cukup baik. Meskipun demikian, rata-rata yang dicapai siswa pada siklusi I belum mencapai target nilai yang telah
129
ditentukan. Hal ini disebabkan siswa belum sepenuhnya serius dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus I masih ada tiga siswa yang tidak menulis naskah drama satu babak sehingga tidak mendapat nilai. Nilai rata-rata diambil dari keseluruhan siswa yang membuat naskah drama satu babak dalam kelas tersebut. Selain itu masih ada sebagian siswa yang ramai sendiri, berbicara dengan teman, dan juga tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan alur, membuat teks samping, dan kaidah penulisan naskah drama. Hasil tes menulis naskah drama siklus II mencapai nilai rata-rata 79. Nilai rata-rata pada siklus II ini berada pada kategori baik dengan rentang nilai 75-84. Hasil tes menulis naskah drama siswa siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 6. Peningkatan ini dikarenakan siswa dapat menyesuaikan diri dengan pendekatan dan media yang digunakan oleh guru. Namun ada tiga siswa yang nilainya turun dibandingkan pada siklus I. Hal tersebut dikarenakan kurang telitinya siswa seperti pembelajaran pada siklus I. Secara keseluruhan pada siklus II, siswa lebih antusias dan serius dalam mengikuti pembelajaran dibanding siklus I. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas layak digunakan. Melalui pembelajaran tersebut, siswa lebih semangat dan senang dalam mengikuti pembelajaran. Hasil tiap siklus kompetensi menulis naskah drama satu babak siswa dapat dilihat juga pada tabel berikut : Tabel 24 Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama
130
Siklus I No
Siklus II
Kategori Frek
%
Frek
%
1.
Sangat baik
2
8,6
5
16,67
2.
Baik
14
45,34
25
83,33
3.
Cukup
9
27,48
-
-
4.
Kurang
5
18,58
-
-
5.
Gagal
-
-
-
-
Jumlah
28
100
30
100
Nilai rata-rata
73
79
Berdasarkan hasil rekapitulasi tes menulis naskah drama siswa dari siklus I dan siklus II sebagaimana terlihat pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Uraian tabel 24, dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut. Hasil tes menulis naskah drama siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo pada siklus I menunjukkan bahwa secara klasikal mencapai nilai rata-rata 73, yaitu dalam kategori cukup baik. Siswa yang berhasil memperoleh nilai sangat baik dengan rentang nilai 85-100 sebanyak 2 siswa atau 8,6%. Siswa dengan nilai baik dengan rentang nilai 75-84 sebanyak 12 siswa atau 45,34%. Siswa yang memperoleh nilai cukup baik dengan rentang nilai 65-74 sebanyak 9 siswa atau 27,48%. Siswa yang memperoleh nilai kurang dengan rentang nilai 55-64 sebanyak 5 siswa atau 18,58%.
131
Pada siklus II menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan menulis naskah drama secara klasikal mencapai nilai rata-rata 79, yaitu dalam kategori baik. Siswa yang berhasil memperoleh nilai sangat baik dengan rentang nilai 85-100 sebanyak 5 siswa atau 16,67%, siswa dengan nilai baik dengan rentang nilai 75-84 sebanyak 25 siswa atau sebesar 83,33%, dan tidak ada siswa memperoleh nilai cukup baik, kurang baik, ataupun gagal. Berdasarkan hasil tes menulis naskah drama satu babak tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis naskah drama satu babak pada siklus II ini berhasil karena nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 79 dan termasuk dalam kategori baik. Hal ini melebihi target yang ditetapkan oleh guru yang semula hanya 75. Berdasarkan deskripsi pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Singorojo. Perolehan nilai rata-rata tiap aspek pada siklus I dan siklus II beserta perbandingan dan peningkatanya disajikan dalam tabel 25 berikut ini. Tabel 25 Perbandingan Nilai Tiap-Tiap Aspek Kemampuan Menulis Naskah Drama Nilai rata-rata
Peningkatan
Aspek S.I
S.II
S.I-S.II
132
1.Kesesuaian Isi dengan Tema
86
92
6
2.Tokoh
88
93
5
3.Penokohan
79
85
6
4.Latar/Setting
61
78
17
5.Alur
69
69
0
6.Kesesuaian Teks Samping
69
70
1
7.Kaidah Penulisan Naskah Drama
59
71
12
73,09
78,38
Nilai rata-rata
Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes kemampuan menulis naskah drama siklus I dan siklus II dapat dijadikan bukti bahwa kemampuan menulis naskah drama mengalami peningkatan. Uraian tabel 25 dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut. Hasil tes menulis naskah drama siklus I dengan nilai rata-rata klasikal 73 termasuk dalam kategori cukup baik dengan rentang nilai 65-74. Hasil tersebut belum mencapai target yang ditetapkan, yaitu nilai rata-rata 75. Pada aspek kesesuaian isi dengan tema diperoleh nilai rata-rata 86 temasuk dalam kategori sangat baik. Pada aspek tokoh diperoleh nilai rata-rata 88 termasuk dalam kategori baik. Pada aspek penokohan diperoleh nilai rata-rata 79 termasuk dalam kategori baik. Pada aspek latar/setting diperoleh nilai rata-rata 61 termasuk dalam kategori kurang. Pada aspek alur diperoleh nilai rata-rata 69 termasuk dalam kategori cukup. Pada aspek kesesuaian penggunaan teks samping diperoleh nilai rata-rata
133
69 termasuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan pada aspek kaidah penulisan naskah drama diperoleh nilai rata-rata 59 termasuk dalam kategori kurang. Hasil tes menulis naskah drama siklus II dengan nilai rata-rata klasikal 79 termasuk dalam kategori baik dengan rentang nilai 75-84. Artinya, kemampuan siswa dalam menulis naskah drama sudah baik. Hasil tersebut bahkan melebihi target yang ditetapkan, yaitu nilai rata-rata 75. Hasil perolehan nilai dari masingmasing aspek pada siklus II diuraikan sebagai berikut. Pada aspek kesesuaian isi dengan tema diperoleh nilai rata-rata 92 temasuk dalam kategori sangat baik dan mengalami peningkatan sebesar 6 dari nilai ratarata siklus I. Pada aspek tokoh diperoleh nilai rata-rata 93 termasuk dalam kategori sangat baik dan mengalami peningkatan sebesar 5 dari nilai rata-rata siklus I. Pada
aspek penokohan diperoleh nilai rata-rata 85 termasuk dalam
kategori sangat baik dan mengalami peningkatan sebesar 6 dari nilai rata-rata siklus I. Pada aspek latar/setting diperoleh nilai rata-rata 78 termasuk dalam kategori baik dan mengalami peningkatan sebesar 17dari nilai rata-rata siklus I. Pada aspek alur diperoleh nilai rata-rata 69 termasuk dalam kategori cukup dan nilai rata-rata tersebut sama seperti yang diperoleh pada siklus I. Pada aspek kesesuaian penggunaan teks samping diperoleh nilai rata-rata 70 termasuk dalam kategori cukup dan mengalami peningkatan sebesar 1 dari nilai rata-rata siklus I. Sedangkan pada aspek kaidah penulisan naskah drama diperoleh nilai rata-rata 71 termasuk dalam kategori cukup dan mengalami peningkatan sebesar 12 dari nilai rata-rata siklus I.
Persentase Peningkatan
134
100 80 60 40
SI
20
SII
0
I
II
II
IV
V
VI
VII
Aspek Penilaian
Diagram 4 Persentase Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama SI-SII Keterangan : I. II.
= Kesesuaian Isi dengan Tema = Tokoh
III.
= Penokohan
IV.
= Latar/Setting
V. VI. VII.
= Alur = Teks Samping = Kaidah Penulisan Naskah Drama Dari diagram 4, dapat diketahui bahwa peningkatan keterampilan menulis
naskah drama pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 6. Nilai masing-masing aspek diuraikan sebagai berikut. Pada aspek kesesuaian isi dengan tema dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 6 dari nilai rata-rata siklus I. Pada aspek tokoh dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 5 dari nilai rata-rata siklus I. Pada aspek penokohan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 6 dari nilai rata-rata siklus I. Pada aspek
135
latar/setting dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 17 dari nilai rata-rata siklus I. Pada aspek alur dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 0 dari nilai rata-rata siklus I atau tidak mengalami peningkatan. Pada aspek teks samping dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 1 dari nilai rata-rata siklus I. Sedangkan pada aspek kaidah penulisan naskah drama dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 12 dari nilai rata-rata siklus I. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas terbukti mampu membantu siswa dalam
meningkatkan
kualitas,
kreatifitas,
produktifitas
dan
efektifitas
pembelajaran siswa dalam menulis naskah drama dan menjadikan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
4.2.2 Perubahan Tingkah Laku Siswa Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo selalu bersemangat untuk mengikutinya. Hal ini terlihat ketika guru memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan materi tentang naskah drama. Semua siswa dari siklus I hingga siklus II menjadi lebih antusias mengikuti pembelajaran Hasil observasi pada siklus I perilaku siswa selama pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, sebagian besar siswa sudah siap dalam mengikuti pembelajaran, namun tidak semua siswa dapat mengikuti dengan baik. Hal
136
tersebut dapat dimaklumi karena pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti merupakan hal baru bagi siswa, sehingga perlu proses untuk menyesuaikannya. Sasaran observasi yang pertama yaitu keantusiasan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. Dari 28 siswa, hampir sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru, ditunjukkan dengan persentase sebesar 82,14% atau 23 siswa yang terlihat sangat memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, dan hanya 5 siswa atau sebesar 17,86% yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Dari hasil observasi awal, hal ini sudah baik. Perhatian siswa sudah menunjukkan ketertarikan terhadap materi yang diajarkan. Sasaran yang kedua yaitu keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab. Berdasarkan hasil observasi, keaktifan siswa secara keseluruhan masih kurang. Pada aspek ini baru sekitar 10,71% dari 28 siswa atau 3 siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru, sedangkan siswa lain masih kurang aktif dalam kegiatan tanya jawab dan mengajukan pertanyaan yang tidak relevan dengan materi. Sasaran yang ketiga yaitu keaktifan siswa membuat kerangka karangan dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil observasi, dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 28, sekitar 23 siswa atau sebesar 82,14% aktif dalam aspek ini. Sebesar 17,86% terlihat kurang aktif dalam kegiatan kelompok, yaitu membuat kerangka karangan naskah drama satu babak. Sasaran observasi yang keempat yaitu aspek keseriusan siswa membuat naskah drama satu babak berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat. Pada aspek ini, sebesar 60,71% atau 17 siswa serius dalam membuat naskah drama satu
137
babak, sedangkan 11 siswa kurang serius dalam membuat naskah drama satu babak. Sasaran observasi yang kelima yaitu keseriusan siswa menilai naskah drama satu babak milik teman. Pada aspek ini sebesar 82,14% atau 23 siswa serius dalam menilai hasil karya teman, dan 5 siswa atau sebesar 17,86% kurang serius. Kelima siswa tersebut terlihat sibuk bercanda dengan temannya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan siswa dan guru selama pembelajaran menulis naskah drama berlangsung. Jurnal siswa diisi siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo, sedangkan jurnal guru diisi oleh guru bahasa dan sastra Indonesia yang mengajar kelas tersebut. Jurnal siswa berisi pertanyaan yang semuanya harus diisi oleh siswa, yaitu (1) senang atau tidaknya siswa dengan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (2) kejelasan guru dalam menyampaikan materi menulis naskah drama, (3) penggunaan media tokoh wayang kertas, (4) kesulitan siswa saat pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (5) saran dan harapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis naskah drama. Sebagian besar siswa yaitu sebesar 92,86% atau 26 siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis naskah drama adalah pembelajaran yang cukup menyenangkan. Hal ini terlihat dari ketertarikan dan keseriusan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama. Sedangkan yang menyatakan
138
bahwa pembelajaran menulis naskah drama tidak menyenangkan hanya 2 orang siswa atau sebesar 7,14%. Berdasarkan hasil jurnal siswa, diketahui bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yang telah dilaksanakan. Respon positif tersebut terlihat dari pernyataan siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran tersebut menyenangkan dan mereka tertarik. Kesan siswa mengenai pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yang digunakan oleh guru adalah siswa merasa senang dan tertarik karena mereka lebih paham dan lebih mudah dalam menulis naskah drama. Sekitar 25 siswa atau sebesar 89,29%
menjawab tertarik dan
menyenangkan mengenai pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Selanjutnya sekitar 3 siswa atau 10,71% menjawab kurang senang karena bagi mereka menulis naskah drama adalah hal yang sangat sulit. Meskipun dalam pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas saat langsung mendapatkan respon yang positif, tetapi siswa masih menemui beberapa kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain siswa masih sulit menuangkan ide dan memilih kata-kata untuk dituangkan ke dalam naskah drama. Kesulitan yang dihadapi siswa merupakan hal yang wajar karena tidak semua siswa dapat menyerap materi dengan mudah, namun hal ini tetap menjadi tugas guru untuk mencari solusi pemecahannya melalui siklus berikutnya.
139
Jurnal guru berisi seluruh kejadian yang dilihat dan dirasakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Jurnal guru mengungkap tentang (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak, (2) respon dan perasaan siswa terhadap materi pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (3) keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran, (4) situasi kelas dan suasana belajar ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, (5) peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi selama pembelajaran, dan (6) hambatan yang dialami guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil jurnal guru pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas berjalan cukup baik. Berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran, sebagian besar siswa sudah terlihat aktif dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Beberapa siswa ada yang bertanya ketika mengalami kesulitan dan juga ada yang menanggapi selama pembelajaran berlangsung. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa terlihat sudah cukup siap untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari keseriusan siswa dalam memperhatikan guru mulai dari apersepsi hingga akhir pembelajaran. Namun demikian, masih terdapat beberapa siswa yang kurang siap dan masih terlihat bercanda dengan temannya. Tanggapan atau respon siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas
140
sangat beragam. Sebagian besar siswa merasa senang dan merespon dengan baik selama pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses dan media tokoh wayang kertas memudahkan siswa dalam menuangkan ide ke dalam naskah drama dan membuat suasana belajar tidak jenuh. Siswa aktif dan antusias selama mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dan mengerjakan tugas menulis naskah drama. Perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama terlihat sudah baik. Siswa secara keseluruhan terlihat tenang dan bisa diatur, tetapi masih ada 4 siswa yang terlihat ramai dan sibuk berbicara dengan temannya serta tidak memperhatikan penjelasan guru. Suasana pembelajaran menulis naskah drama sudah cukup baik, namun masih ada beberapa siswa yang kurang berpartisipasi dalam kegiatan kelompok dan bercanda dengan temannya. Selama pembelajaran ada beberapa siswa yang suka menyeletuk dan bertanya hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi, ada juga yang memperhatikan guru tetapi tidak fokus pada penjelasan guru. Kegiatan wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran pada siklus I. Sasaran wawancara difokuskan pada tiga siswa, yaitu satu orang siswa yang mendapat nilai tertinggi, satu orang siswa yang mendapat nilai sedang/cukup, dan satu orang siswa yang mendapat nilai kurang. Tujuan peneliti melakukan wawancara pada siklus I ini adalah untuk mengetahui tanggapan atau sikap siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Wawancara ini terdiri atas enam pertanyaan, yaitu (1) pendapat siswa terhadap pembelajaran menulis
141
naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (2) pendapat siswa tentang penjelasan guru dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama satu babak, (3) kesulitan dan hambatan yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak serta penyebabnya, (4) manfaat apa yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak, dan (5) dan ketertarikan siswa dengan kegiatan pembelajaran dan media yang digunakan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap tiga siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa tertarik dengan pembelajaran menulis naskah drama. Siswa yang mendapat nilai tinggi mengungkapkan ketertarikannya karena merasa mudah dalam menulis naskah drama, siswa yang mendapat nilai cukup mengungkapkan tertarik namun kesulitan dalam mengembangkan ide, dan siswa yang mendapat nilai kurang mengungkapkan sangat tertarik dengan pembelajaran menulis drama, namun sangat sulit untuk menuangkan idenya ke dalam naskah drama. Pada pertanyaan kedua, ketiga siswa mengungkapkan bahwa mereka cukup jelas dengan pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Dengan ungkapan yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran menulis naskah drama yang diterapkan oleh peneliti. Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, mereka merasa lebih mudah dalam menulis naskah drama, dan merasa tidak jenuh dalam pembelajaran. Mereka menyatakan ada perubahan cara guru mengajar. Pengajarannya tidak
142
harus selalu teoretis dan duduk mendengarkan di dalam kelas. Mereka bisa belajar lebih santai tetapi tetap serius dan menyenangkan. Pada siklus II ini, berdasarkan observasi yang dilakukan mengenai pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, terdapat perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Beberapa siswa yang pada siklus I tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu, pada siklus II ini siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan guru. Berdasarkan hasil observasi, dapat dideskripsikan bahwa hasil observasi pada siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Respon siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Dari jumlah keseluruhan yaitu 30 siswa sudah aktif dalam mendengarkan penjelasan guru, suasana kelas juga lebih kondusif selama proses pembelajaran. Beberapa siswa yang pada siklus I tidak mendengarkan penjelasan guru, pada siklus II serius dalam mengikuti pembelajaran. Pada aspek ini mengalami peningkatan sebesar 17,86% dari hasil observasi siklus I atau semua siswa sudah mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Pada kegiatan tanya jawab, berdasarkan hasil observasi, keaktifan siswa juga mengalami peningkatan sebesar 45,96% menjadi 56,67% yaitu sekitar 17 siswa dari 30 siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
143
dari guru, dan 13 siswa kurang aktif dalam kegiatan tanya jawab dan mengajukan pertanyaan yang tidak relevan dengan materi. Sasaran yang ketiga yaitu keaktifan siswa membuat kerangka karangan dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil observasi, dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 30, sekitar 29 siswa atau sebesar 96,67% aktif dalam aspek ini. Sebesar 3,33%
atau 1 siswa terlihat kurang aktif dalam kegiatan diskusi mengenai
kerangka karangan bersama kelompoknya. Jika dibandingkan dengan siklus I pada aspek keaktifan siswa dalam mencatat hal-hal penting mengalami peningkatan sebesar 14,53%. Sasaran observasi yang keempat yaitu aspek keseriusan siswa membuat naskah drama satu babak berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat. Pada aspek ini, sebesar 93,33% atau 28 siswa serius dalam membuat naskah drama satu babak, 2 siswa yang lain atau sebesar 6,67% kurang serius dalam membuat naskah drama satu babak. Sasaran observasi yang kelima yaitu keseriusan siswa menilai naskah drama satu babak milik teman. Pada aspek ini secara keseluruhan siswa mampu memberikan penilaian terhadap karya teman. Sebesar 96,67% atau 29 siswa aktif dalam menilai hasil karya teman, dan 1 siswa atau sebesar 3,33% masih kurang aktif dalam menilai karya teman. Jika dibandingkan dengan siklus I, pada aspek keseriusan siswa menilai naskah drama satu babak milik teman mengalami peningkatan sebesar 14,53%. Jurnal yang digunakan pada siklus I dengan yang digunakan pada siklus II adalah jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan siswa
144
dan guru selama pembelajaran menulis naskah drama berlangsung. Jurnal siswa diisi siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo, sedangkan jurnal guru diisi oleh guru bahasa dan sastra Indonesia di kelas tersebut. Jurnal siswa berisi pertanyaan yang semuanya harus diisi oleh siswa, yaitu (1) senang atau tidaknya siswa dengan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (2) kejelasan guru dalam menyampaikan materi menulis naskah drama, (3) penggunaan media tokoh wayang kertas, (4) kesulitan siswa saat pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (5) saran dan harapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis naskah drama. Sebagian besar siswa yaitu sebesar 96,67% atau 29 siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis naskah drama adalah pembelajaran yang
menyenangkan. Hal ini terlihat dari ketertarikan dan keseriusan siswa
selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama. Sedangkan yang menyatakan bahwa pembelajaran menulis naskah drama tidak menyenangkan hanya 1 orang siswa atau sebesar 3,33%. Berdasarkan hasil jurnal siswa, diketahui bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yang telah dilaksanakan. Respon positif tersebut terlihat dari pernyataan siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran tersebut menyenangkan dan mereka tertarik. Kesan siswa mengenai pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas yang digunakan oleh guru adalah siswa merasa senang dan tertarik karena mereka lebih paham dan lebih
145
mudah dalam menulis naskah drama. Sekitar 30 siswa atau sebesar 100% menjawab tertarik dan menyenangkan mengenai pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Siswa juga berpendapat bahwa melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas menjadi lebih mudah dalam menuangkan idenya menjadi sebuah dialog drama karena guru menyediakan tokoh wayang kertas dan juga diberi contoh naskah drama. Mereka juga mengatakan selain diberi penjelasan, guru juga memberi pengarahan bagaimana cara menulis naskah drama sehingga siswa lebih mudah untuk menulis naskah drama. Jurnal guru memuat aspek yang sama seperti pada siklus I. jurnal guru berisi seluruh kejadian yang dilihat dan dirasakan oleh guru bahasa dan sastra Indonesia selama proses pembelajaran berlangsung, jurnal ini diisi oleh guru kelas yang ikut menyaksikan peneliti saat mengajar. Hal-hal yang terdapat dalam jurnal guru yaitu: (1) kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak, (2) respon dan perasaan siswa terhadap materi pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (3) keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran, (4) situasi kelas dan suasana belajar ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, (5) peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi selama pembelajaran, dan (6) hambatan yang dialami guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil jurnal guru pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas berjalan dengan baik. Berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran, sebagian besar siswa
146
sudah terlihat aktif dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa yang bertanya juga ketika mengalami kesulitan dan ada yang menanggapi selama pembelajaran berlangsung. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa sudah siap untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari keseriusan siswa dalam memperhatikan guru mulai dari apersepsi hingga akhir pembelajaran. Sudah tidak ada lagi siswa yang bercanda seperti pada siklus I. Tanggapan atau respon siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas sangat beragam. Sebagian besar siswa merasa senang dan merespon dengan baik selama pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas memudahkan siswa dalam menuangkan ide ke dalam naskah drama dan membuat suasana belajar tidak jenuh. Siswa aktif dan antusias selama mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab, diskusi kelompok, dan mengerjakan tugas menulis naskah drama. Perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama terlihat semakin baik. Siswa secara keseluruhan terlihat tenang dan bisa diatur, tidak ada lagi siswa yang ramai dan sibuk berbicara dengan temannya serta tidak memperhatikan penjelasan guru. Dilihat dari perilaku siswa pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dalam pengajaran menulis naskah drama dapat merubah tingkah laku siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo. Perubahan tingkah laku yang terjadi adalah perubahan
yang positif. Menurut guru bahasa dan sastra Indonesia di kelas
tersebut, siswa kesulitan dalam mencari dan menuangkan ide yang tepat,
147
kemudian pada siklus I siswa kesulitan menentukan alur yang baik, kesulitan cara menulis naskah drama yang sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama, dan kesulitan dalam membuat teks samping. Pada siklus II siswa sudah dapat menulis naskah drama dengan baik sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama. Pada siklus II sasaran wawancara difokuskan pada tiga siswa , yaitu satu orang siswa yang mendapat nilai sangat baik, satu orang siswa yang mendapat nilai sedang baik, dan satu orang siswa yang mendapat nilai cukup. Tujuan peneliti melakukan wawancara pada siklus II ini adalah untuk membandingkan tanggapan atau sikap siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas pada siklus I. Wawancara ini terdiri atas enam pertanyaan, yaitu (1) pendapat siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, (2) pendapat siswa tentang penjelasan guru dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama satu babak, (3) kesulitan dan hambatan yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak serta penyebabnya, (4) manfaat apa yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak, dan (5) ketertarikan siswa dengan kegiatan pembelajaran dan media yang digunakan. Tiga siswa yang diwawancarai menyatakan senang terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Siswa yang mendapat nilai sangat baik menyatakan bahwa melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat mempermudah siswa dalam menulis naskah drama. Siswa
148
mengatakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat mengatasi kesulitan dalam menulis naskah drama karena dilakukan secara bertahap dan dengan media yang disediakan dapat mempermudah mendapatkan ide sehingga dapat menulis naskah drama yang lebih baik. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik mengemukakan bahwa mereka pernah mengalami kesulitan dalam menulis naskah drama, tetapi melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas kesulitan itu sudah dapat diatasi. Siswa mengalami kemudahan yaitu dapat dengan mudah menuangkan ide yang ada. Siswa mengatakan bahwa melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat mengatasi kesulitan yang dialami karena lebih mudah dalam membuat garis besar isi cerita
dan mengembangkannya
menjadi naskah drama. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup mengatakan mengalami kesulitan karena bingung dalam menentukan tema dan menuangkannya kedalam dialog, kesulitan merangkai kata-kata, dan juga penggunaan teks samping serta kaidah menulis naskah drama. Melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat membantu kesulitan tersebut, karena dilakukan secara bertahap dan dengan media tokoh wayang kertas dapat mempermudah siswa untuk menemukan ide dan mengembangkannya. Keadaan ini membuktikan adanya perubahan perilaku siswa pada siklus II. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa memang selalu ada, namun pada siklus II sebagian besar siswa sudah dapat mengatasi kesulitannya masing-masing.
149
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, kemampuan menulis naskah drama satu babak siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas mengalami peningkatan pada setiap siklusnya (siklus I dan siklus II). Peningkatan aspek-aspek tiap siklus dapat dilihat dari perolehan rata-rata siswa yang meningkat dari siklus I ke siklus II. 1. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil siklus I dan siklus II bahwa hasil data dari tes siklus I dan siklus II meningkat. Hasil tes siklus I menunjukkan skor rata-rata sebesar 73,09 dan pada siklus II diperoleh skor rata-rata sebesar 78,39. Jadi, dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 5,3 atau 4,27% . 2. Analisis data nontes melalui observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto menunjukkan bahwa siswa kelas kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo memberikan respon positif setelah pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Mereka merasa lebih mudah menulis naskah drama dikarenakan siswa lebih mudah mendapatkan ide. Dilihat dari tingkah laku
siswa selama
kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II, dapat diketahui bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang
149
150
kertas dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak dapat merubah tingkah laku siswa kelas VIIIC SMP N 3 Singorojo. Perubahan tingkah laku siswa yang terjadi adalah perubahan positif. Siswa semula kesulitan dalam menemukan suatu gagasan yang tepat, dalam penggunaan teks samping, serta dalam kaidah penulisan naskah drama kemudian pada siklus II siswa menjadi lebih baik dalam menulis naskah drama satu babak pada lembar kerja, siswa menjadi senang dengan kegiatan menulis, dan juga termotivasi untuk mempraktikan menulis naskah drama satu babak dirumah atau kehidupan sehari-sehari.
5.2 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1. Guru a. Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas terbukti mampu meningkatkan nilai serta perilaku siswa dalam menulis naskah drama. Oleh karena itu, disarankan bagi guru terutama guru bahasa dan sastra Indonesia untuk menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dalam pembelajaran menulis naskah drama. b. Guru khususnya guru bahasa dan sastra Indonesia seharusnya berperan aktif sebagai inovator untuk memilih pendekatan, teknik, metode, maupun media pembelajaran yang paling tepat sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman yang paling bermakna bagi siswa.
151
2. Siswa a. Siswa disarankan lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran agar dapat mengatasi kesulitan dalam belajar. b. Siswa hendaknya selalu berlatih menulis terutama menulis naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama. 3. Peneliti a. Pendekatan keterampilan proses merupakan salah satu strategi pembelajaran yang sangat menarik karena pembelajaran dilakukan secara bertahap sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Selain itu, media tokoh wayang kertas memiliki kekhasan dalam bentuk dan tampilannya sehingga mampu memudahkan dan juga menggugah selera belajar siswa. Apabila pendekatan maupun media pembelajaran tersebut digunakan dalam proses pembelajaran akan menjadi suatu hal yang baru dan menarik bagi siswa. Oleh karena itu, pendekatan dan media tersebut dapat dijadikan alternatif bagi peneliti atau praktisi di bidang
pendidikan
untuk
melakukan
penelitian
menggunakan
pendekatan keterampilan proses maupun menggunakan media pembelajaran tokoh wayang kertas pada topik penelitian yang berbeda. b. Para peneliti atau praktisi dibidang pendidikan bahsa dan sastra Indonesia dapat melakukan penelitian serupa dengan menggunakan pendekatan atau media yang berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif.
152
c. Penelitian mengenai keterampilan menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas penting dilakukan penelitian lanjutan sehingga terlihat keefektifannya.
153
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. Kasim. 1990. Pendidikan Seni Teater. Jakarta: PT Tema Baru. Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. ___________. 2004. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2003 mata pelajaran bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. _________. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. _________. 2006. Kurikulum 2006 mata pelajaran bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Syaiful Bahri, dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Faristiyanto, Akhmad Lazuardi. 2008. ”Peningkatan Kemampuan Menulis Ktreatif Puisi dengan Basis Pengalaman Pribadi melalui Pendekatan Keterampilan Proses Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kudus”. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Fauzi, Harry D. 2007. Bagaimana Menulis Drama?. Bandung: CV. Armiko. Hariningsih, Dwi, Bambang Wisnu, dan Septi Lestari. 2008. Membuka Jendela Ilmu dan Pengetahuan dengan Bahasa dan Sastra Indonesia 2. Depdiknas: Pusat Perbukuan. Hidayati, Novita Nur. 2009. “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Menggunakan Strategi Sinektik dengan Media Gambar Komik pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Nulumsari Jepara”. Skripsi Universitas Negeri Semarang. 153
154
Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis. Yogyakarta: Sabda Media. Kosasih, E. 2009. Mantap Bersastra Indonesia. Bandung: Yrama Widya. Kramadibrata, Dewaki, Dewi Indrawati, dan Didik Durianto. 2008. Terampil berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII. Depdiknas: Pusat Perbukuan. Laksono, Kisyani, dkk. 2008. Contekstual Teaching And Learning Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII Edisi 4. Depdiknas: Pusat Perbukuan. Lestari, Wiji. 2008. “Peningkatan Keterampilan Menulis Drama berdasarkan Anekdot melalui Teknik Latihan Terbimbing Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 2 Kalijambe, Sragi, Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008”. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Lutters, Elizabeth. 2006. Kunci Sukses Menulis Skenario. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD. Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Prasmadji. 1984. Drama Konvensional. Jakarta: Balai Pustaka. Priyatno, Joko. 2010. “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Melalui Media Lagu dengan Menggunakan Pendekatan Cooperative Model Numbered Heads Together Siswa Kelas VIII SMPN 2 Tengaran”. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Rahmanto, B. 2003. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rendra. 2007. Seni Drama untuk Remaja. Jakarta: Burungmerak Press. Rifai, Ahmad. 2009. ”Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama dengan Mengubah Teks Cerpen Menjadi Teks Drama melalui Pendekatan
155
Keterampilan Proses Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 13 Semarang”. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Romandhasari. 2009. “Peningkatan Keteampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 3 Rembang Dengan Media Kartu Gambar melalui Teknik Picture and Picture”. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Santoso, Wahyudi Joko dan Diah Vitri Widayanti. 2009. “Model Pendekatan Proses dalam Pembelajaran Menulis (Enrire) Wacana Naratif pada Mahasiswa Semester III Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Asing Program Studi Pendidikan Bahasa Perancis”. Lingua. Juli 2009. Volume V/2. Hlm. 139-157. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sapani, Suardi, dkk. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud. Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. Stone, Robin. 2004. “Perfect 10: Writing and Producing The 10-minute Play/Writing Your First Play/The Playwright‟s Guidebook: An Insightful Primer On The Art Dramatic Writing”. http://proquest.umi.com/pqdweb?did=601493071&sid=7&Fmt=3&clientI d=120889&RQT=309&VName=PQD. Diunduh tanggal 17 Januari 2011. Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: CV. Widya Karya. Suharianto, S. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta. . 2005. Dasar-Dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia. Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD. Sunarti dan Yani Maryani. 2007. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Sutarno. 2008. Menulis yang Efektif. Jakarta: Badan Arpus Prov. Jateng. Suwandi, Sarwiji dan Sutarmo. 2007. Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku untuk SMP/MTs Kelas VIII. Depdiknas: Pusat Perbukuan.
156
Tarigan, Henri Guntur. 1983. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. .1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Waluyo, Herman J. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. Wijayanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Zuhri, Amiruddin. 2008. Sukses menjadi Penulis Independen. Yogyakarta: Genius.
157
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
Satuan Pendidikan
: SMP Negeri 3 Singorojo
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: VIII/I
Alokasi waktu
: 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Standar Kompetensi : Menulis 8. mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama Kompetensi Dasar
: 8.2 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama
Indikator
: 1. Menentukan unsur-unsur drama berdasarkan media tokoh wayang kertas 2. Menulis naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama
A. Tujuan pembelajaran Siswa dapat menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama B. Materi pembelajaran 1. Contoh naskah drama satu babak 2. Unsur-unsur naskah drama : a. Tema b. Tokoh dan penokohan c. Plot/alur cerita d. Latar/setting e. Dialog f. Amanat
158
g. Petunjuk teknis/teks samping h. Bahasa 3. Langkah-langkah menulis naskah drama 4. Kaidah penulisan naskah drama C. Metode pembelajaran Pendekatan
: Pendekatan keterampilan proses
Metode
: Ceramah, tanya jawab, inkuiri, diskusi, unjuk kerja,
penugasan D. Langkah-langkah pembelajaran No. 1.
Kegiatan
Metode Pembelajaran
Waktu
Kegiatan Awal a. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
Ceramah Tanya jawab
10 menit
b. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan pendapat siswa mengenai menulis naskah drama. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan manfaat menulis naskah drama. d. Guru mendeskripsikan materi pokok. e. Guru membagikan contoh naskah drama satu babak pada siswa. 2.
Kegiatan Inti Eksplorasi a. Guru menyampaikan
materi Tanya jawab mengenai menulis naskah drama Ceramah Inkuiri satu babak dengan melihat contoh Penugasan yang sudah dibagikan. Diskusi b. Guru bersama siswa menentukan Unjuk kerja
15„
159
unsur-unsur naskah drama pada contoh yang telah dibagikan. c. Guru
memberikan
kesempatan
kepada siswa untuk bertanya. Elaborasi a. Guru membentuk kelompok dalam
40„
kelas tersebut yang terdiri atas 4 (empat) siswa. b. Guru membagikan media tokoh wayang kertas pada tiap kelompok. c. Guru membimbing tiap kelompok menentukan tema dan konflik yang akan dimunculkan. d. Guru membimbing tiap kelompok menentukan
tokoh
dan
penokohannya. e. Guru membimbing tiap kelompok menentukan setting. f. Siswa berdiskusi membuat kerangka naskah drama. g. Tiap
siswa
mengembangkan
kerangka naskah drama yang telah dibuat menjadi naskah drama satu babak. Konfirmasi
10‟
a. Hasil pekerjaan siswa ditukarkan dengan temannya untuk dinilai b. Naskah
drama
beserta
lembar
penilaiannya dikumpulkan 3.
Kegiatan Akhir a. Guru
dan
siswa
memberikan Ceramah
5„
160
simpulan
terhadap
kegiatan Tanya jawab Penugasan pembelajaran yang telah dilakukan. b. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran pada hari itu.
E. Sumber dan Media Belajar a. Sumber belajar: 1. Contoh naskah drama satu babak 2. Buku panduan bahasa dan sastra Indonesia SMP kelas VIII b. Media pembelajaran : Tokoh wayang kertas F. Penilaian a. Jenis tagihan : Tugas individu b. Bentuk
: Produk
c. Instrumen
:
Buatlah sebuah naskah drama satu babak berdasarkan media tokoh wayang kertas yang sudah dibagikan!
Pedoman Penilaian No 1
Aspek
Kriteria
Kesesuaian isi
Baik jika isi sangat sesuai dengan tema
dengan tema
Baik jika isi sesuai dengan tema namun ada 1-2 adegan yang tidak sesuai dengan tema
Skor 4 3
Cukup baik jika isi cukup sesuai dengan tema namun ada ≥3 adegan yang tidak
2
sesuai dengan tema Tidak baik jika isi tidak sesuai dengan tema 2
Tokoh
Baik jika semua tokoh memiliki peran yang efektif dan mendukung jalannya cerita Cukup baik jika terdapat 1-2 tokoh yang
1 4 3
161
tidak memiliki peran yang efektif dan tidak mendukung jalannya cerita Kurang baik jika terdapat 3-4 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
2
mendukung jalannya cerita Tidak baik jika terdapat >4 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
1
mendukung jalannya cerita 3
Penokohan
Karakter semua tokoh digambarkan dengan jelas Terdapat 1-2 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas Terdapat 3-4 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas Terdapat >4 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas
4
Latar/setting
Baik jika menuliskan tiga aspek dalam latar (tempat, waktu, dan suasana) Cukup baik jika hanya menuliskan dua dari tiga aspek dalam latar Kurang baik jika hanya menuliskan salah satu dari tiga aspek dalam ruang Tidak baik jika sama sekali tidak menuliskan tiga aspek dalam latar
5
Alur
4
3
2
1
4
3
2
1
Baik jika dalam alur memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki jalan cerita yang
4
runtut Cukup baik jika: Memiliki hubungan sebab akibat tetapi jalan ceritanya kurang runtut
3
162
Kurang memiliki hubungan sebab akibat tetapi memiliki jalan cerita yang runtut Kurang memiliki hubungan sebab akibat dan jalan ceritanya juga kurang runtut Kurang baik jika dalam alur tidak memiliki hubungan sebab akibat tetapi memiliki jalan cerita yang runtut atau memiliki hubungan
2
sebab akibat tetapi jalan ceritanya tidak yang runtut Tidak baik jika dalam alur tidak memiliki hubungan sebab akibat dan jalan ceritanya
1
juga tidak yang runtut 6
Kesesuaian
Baik jika semua teks samping sesuai dan
penggunaan teks
mendukung jalannya cerita
samping
Cukup baik jika terdapat 1-2 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung
4
3
jalannya cerita Kurang baik jika terdapat 3-4 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung
2
jalannya cerita Tidak baik jika terdapat >4 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung jalannya cerita dan/atau tidak ada sama
1
sekali 7
Kaidah penulisan
Baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 0-3
naskah drama
kesalahan berdasarkan kaidah penulisan
4
naskah drama Cukup baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 4-6 kesalahan berdasarkan kaidah penulisan naskah drama
3
163
Kurang baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 7-9 kesalahan berdasarkan kaidah
2
penulisan naskah drama Tidak baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki ≥10 kesalahan berdasarkan kaidah penulisan naskah drama
Nilai Akhir :
Perolehan Skor Skor Maksimal
x Skor Ideal (100)
Singorojo, 15 Mei 2011 Guru kelas,
Peneliti,
Puji Hartik, S.Pd.
Indriyani
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 3 Singorojo
Drs. Sutomo, M. Pd.
1
164
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Satuan Pendidikan
: SMP Negeri 3 Singorojo
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: VIII/I
Alokasi waktu
: 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Standar Kompetensi : Menulis 8. mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif naskah drama Kompetensi Dasar
: 8.2 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama
Indikator
: 1. Menentukan unsur-unsur drama berdasarkan media tokoh wayang kertas 2. Menulis naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama
G. Tujuan pembelajaran Siswa dapat menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama H. Materi pembelajaran 5. Contoh naskah drama satu babak 6. Unsur-unsur naskah drama : a. Tema b. Tokoh dan penokohan c. Plot/alur cerita d. Latar/setting e. Dialog f. Amanat
165
g. Petunjuk teknis/teks samping h. Bahasa 7. Langkah-langkah menulis naskah drama I. Metode pembelajaran Pendekatan
: Pendekatan keterampilan proses
Metode
: Ceramah, tanya jawab, inkuiri, diskusi, unjuk kerja, penugasan
J. Langkah-langkah pembelajaran Pertemuan Pertama No. 1.
Kegiatan
Metode Pembelajaran
Waktu
Kegiatan Awal f. Guru mengondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran.
Ceramah Tanya jawab
10 menit
g. Guru melakukan apersepsi. h. Guru membahas hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I. i. Guru menjelaskan kesalahan dan kekurangan yang terjadi dari kegiatan menulis naskah drama siswa pada siklus I. 2.
Kegiatan Inti Eksplorasi a. Guru menegaskan kembali mengenai pendekatan dan media yang digunakan dalam pembelajaran. b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
10 menit Tanya jawab Ceramah Inkuiri Penugasan Diskusi Unjuk kerja
Elaborasi a. Siswa berkelompok seperti sebelumnya (pada kegiatan siklus I).
50 menit
166
b. Guru kembali membagikan media tokoh wayang kertas. c. Setiap kelompok mendapatkan media tokoh wayang kertas. d. Guru membimbing tiap kelompok menentukan tema dan konflik yang akan dimunculkan. e. Guru membimbing tiap kelompok menentukan tokoh dan penokohannya. f. Guru membimbing tiap kelompok menentukan setting. g. Siswa berdiskusi membuat kerangka naskah drama. h. Tiap siswa mengembangkan kerangka naskah drama yang telah dibuat menjadi naskah drama satu babak. Konfirmasi
15 menit
a. Hasil tiap siswa ditukarkan dengan temannya lain untuk dinilai sesuai dengan kriteria penilaian yang ditetapkan guru. b. Guru memantau dan membimbing siswa. c. Setelah selesai dikoreksi, beberapa siswa membacakan di depan kelas. d. Kemudian guru dan siswa membahas kesulitan yang dialami dan manfaat menulis naskah drama yang telah dilakukan. 3.
5 menit
Kegiatan Akhir a. Siswa bersama dengan guru
Ceramah
167
menyimpulkan kegiatan pembelajaran
Tanya jawab
yang telah dilakukan. b. Guru membimbing siswa untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. K. Sumber dan Media Belajar c. Sumber belajar: 1. Contoh naskah drama satu babak 2. Buku panduan bahasa dan sastra Indonesia SMP kelas VIII d. Media pembelajaran : Tokoh wayang kertas L. Penilaian d. Jenis tagihan : Tugas individu e. Bentuk
: Produk
f. Instrumen
:
Buatlah sebuah naskah drama satu babak berdasarkan media tokoh wayang kertas yang sudah dibagikan! Pedoman Penilaian No 1
Aspek
Kriteria
Kesesuaian isi
Baik jika isi sangat sesuai dengan tema
dengan tema
Baik jika isi sesuai dengan tema namun ada 1-2 adegan yang tidak sesuai dengan tema
Skor 4 3
Cukup baik jika isi cukup sesuai dengan tema namun ada ≥3 adegan yang tidak
2
sesuai dengan tema Tidak baik jika isi tidak sesuai dengan tema 2
Tokoh
Baik jika semua tokoh memiliki peran yang efektif dan mendukung jalannya cerita
1 4
Cukup baik jika terdapat 1-2 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak mendukung jalannya cerita
3
168
Kurang baik jika terdapat 3-4 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
2
mendukung jalannya cerita Tidak baik jika terdapat >4 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
1
mendukung jalannya cerita 3
Penokohan
Karakter semua tokoh digambarkan dengan jelas Terdapat 1-2 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas Terdapat 3-4 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas Terdapat >4 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas
4
Latar/setting
Baik jika menuliskan tiga aspek dalam latar (tempat, waktu, dan suasana) Cukup baik jika hanya menuliskan dua dari tiga aspek dalam latar Kurang baik jika hanya menuliskan salah satu dari tiga aspek dalam ruang Tidak baik jika sama sekali tidak menuliskan tiga aspek dalam latar
5
Alur
4
3
2
1
4
3
2
1
Baik jika dalam alur memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki jalan cerita yang
4
runtut Cukup baik jika: Memiliki hubungan sebab akibat tetapi jalan ceritanya kurang runtut Kurang memiliki hubungan sebab akibat tetapi memiliki jalan cerita yang runtut
3
169
Kurang memiliki hubungan sebab akibat dan jalan ceritanya juga kurang runtut Kurang baik jika dalam alur tidak memiliki hubungan sebab akibat tetapi memiliki jalan cerita yang runtut atau memiliki hubungan
2
sebab akibat tetapi jalan ceritanya tidak yang runtut Tidak baik jika dalam alur tidak memiliki hubungan sebab akibat dan jalan ceritanya
1
juga tidak yang runtut 6
Kesesuaian
Baik jika semua teks samping sesuai dan
penggunaan teks
mendukung jalannya cerita
samping
Cukup baik jika terdapat 1-2 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung
4
3
jalannya cerita Kurang baik jika terdapat 3-4 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung
2
jalannya cerita Tidak baik jika terdapat >4 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung jalannya cerita dan/atau tidak ada sama
1
sekali 7
Kaidah penulisan
Baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 0-3
naskah drama
kesalahan berdasarkan kaidah penulisan
4
naskah drama Cukup baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 4-6 kesalahan berdasarkan kaidah
3
penulisan naskah drama Kurang baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 7-9 kesalahan berdasarkan kaidah
2
170
penulisan naskah drama Tidak baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki ≥10 kesalahan berdasarkan kaidah penulisan naskah drama
Nilai Akhir :
Perolehan Skor Skor Maksimal
x Skor Ideal (100)
Singorojo, 15 Mei 2011 Guru kelas,
Peneliti,
Puji Hartik, S.Pd.
Indriyani
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 3 Singorojo
Drs. Sutomo, M. Pd.
1
171
Lampiran 3
Pensi? Para pelaku: 1. Adi 2. Indah 3. Banu 4. Fitri 5. Sukma 6. Seluruh siswa
Jam di dinding depan kelas telah menunjukkan pukul 13.00. Udara panas, banyak siswa yang mengibas-ngibasi tengkuknya dengan kertas, buku, bahkan tangannya sendiri. Di sudut kanan dua orang asyik mengerumpi tentang grup band Kangen Band. Begitu pula banyak siswa lain, terutama yang duduk di deretan belakang, asyik ngobrol ke sana ke sini. Tampak di papan tulis deretan agenda rapat siang itu. Rapat diawali dengan doa pembuka, pembukaan oleh ketua rapat, diskusi, dan penutup. Banu
: (Menghela napas dalam-dalam, lalu membusungkan dada dan tatapannya menyapu seluruh ruangan) "Teman-teman. Saya tegaskan,
siang
ini
juga
kita
harus
menyepakati
untuk
menentukan apakah kita akan melakukan bakti sosial atau akan ber-pensi ria…." Adi
: "Saudara Banu (sambil mengangkat kelima jarinya) walau bagaimanapun kita harus melakukan bakti sosial. Banyak saudara kita di sana yang membutuhkan uluran tangan kita. Ada fakir miskin, korban puting beliung, tertimpa gempa, hingga korban
penggusuran.
Kita
harus
memiliki
kepekaan
dan
kepedulian sosial. Coba bayangkan seandainya kita yang tertimpa musibah?" Beberapa peserta : (Tanpa dikomando, seperti koor) "Betul…."
172
Indah
: "Interupsi…. (Sambil berdiri dan tatapan mata tajam) Saudara Adi, sekadar mengingatkan. Bukankah bakti sosial pernah kita laksanakan?"
Adi
: "Maksud Saudari?"
Indah : "Kita kan pernah mengumpulkan baju pantas pakai, buku, dan tetek bengek lainnya yang pernah kita sumbangkan. Kita kan lagi merayakan sebuah perhelatan, sebuah perayaan ultah. Jadi tidak ada salahnya kita senang-senang sebentar, sambil tiap kita mengaktualisasikan bakat seni masing-masing. Bukan begitu Saudara pimpinan rapat?" Banu : (Hanya mengangguk) Indah : "Maksud Saudara?" Banu : "Bisa iya bisa tidak". Seluruh peserta : (Kompak) "Huu…" Indah : (Menggerutu) "Saudara mesti tegas dalam menentukan sikap dong!" Banu : "Oke kedua usul itu kita tampung. Fitri!" Fitri
: "Iya Saudara pimpinan."
Banu : "Tolong dua usul itu dicatat dalam notulen." Fitri
: "Siap!"
Sukma: "Maaf. Saya sependapat dengan Adi. Iya kita boleh-boleh aja pensi. Tapi, apakah pantas kita rayakan di saat seperti ini." Indah
: "Kenapa tidak? Bukankah ini kita adakan sendiri di lingkungan kita. Tanpa publikasi besar-besaran kan."
Adi
: "Iya. Betul Sukma. Bukankah akan bermanfaat uang yang kita keluarkan untuk bikin panggung bla bla bla kita sumbangkan ke tempat bencana."
Indah
: (Dengan nada tinggi) "Oke kita beramal, tapi bukankah kita juga butuh berpesta biar kita tidak ketinggalan zaman."
Sukma : "Maaf Indah jangan terbawa emosi." Indah
: "Aku tidak emosi kok. Aku hanya menandaskan."
173
Banu
: "Sudah…sudah. Tenang, kita selesaikan ini dengan kepala dingin. Baiklah semua usulan kita tampung. Rapat ini saya tunda. Kita harus menghadirkan Bapak Pembina sebagai penengah."
Seluruh peserta : (Kompak lagi) "Huuuuuuuuu……………"
174
Lampiran 4 Contoh Wayang Kertas
Tokoh Wayang Kertas 1
Tokoh Wayang Kertas 2
Tokoh Wayang Kertas 3
175
Tokoh Wayang Kertas 4
Tokoh Wayang Kertas 5
Tokoh Wayang Kertas 6
176
Lampiran 5 Daftar Nama Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 3 Singorojo No
Nama Siswa
L/P
1
Agus Rudiyanto
L
2
Alan Mualif
L
3
Ananda Adi Pangestu
L
4
Arif Budiyanto
L
5
Bagus Kurniawan S.W.
L
6
Chidlir
L
7
Devi Puji Astuti
P
8
Dicky Bayu Raharjo
L
9
Dwi Agus Setiawan
L
10
Eva Rumiyati
P
11
Fitriyanto
L
12
Ita Nurjanah
P
13
Laelatul Arifah
P
14
Mas‟ud Nurhidayat
L
15
Melinda Reza H.
P
16
Moneterisia Pipit D.U.
P
17
Muh Mu‟til Adib
L
18
Muhammad Fatikin
L
19
Nur Yajib
L
177
20
Muhammad Nursalim
L
21
Pipit Monikwati
P
22
Rezza Ahmad M.
L
23
Siti Harianti M.
P
24
Supriati
P
25
Surya Pridiyanto
L
26
Susana Deva Ariantika
P
27
Utari Mutiara Ningsih
P
28
Wana Dwi Lestari
P
29
Windi Tri Lestari
P
30
Wiwit Nia Kusuma
P
31
Wulan Nopita Sari
P
178
Lampiran 6 Instrumen Tes Menulis Naskah Drama No 1
Aspek
Kriteria
Kesesuaian isi
Baik jika isi sangat sesuai dengan tema
dengan tema
Baik jika isi sesuai dengan tema namun ada 1-2 adegan yang tidak sesuai dengan tema
Skor 4 3
Cukup baik jika isi cukup sesuai dengan tema namun ada ≥3 adegan yang tidak
2
sesuai dengan tema Tidak baik jika isi tidak sesuai dengan tema 2
Tokoh
Baik jika semua tokoh memiliki peran yang efektif dan mendukung jalannya cerita
1 4
Cukup baik jika terdapat 1-2 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
3
mendukung jalannya cerita Kurang baik jika terdapat 3-4 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
2
mendukung jalannya cerita Tidak baik jika terdapat >4 tokoh yang tidak memiliki peran yang efektif dan tidak
1
mendukung jalannya cerita 3
Penokohan
Karakter semua tokoh digambarkan dengan jelas Terdapat 1-2 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas Terdapat 3-4 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas Terdapat >4 tokoh yang karakternya tidak digambarkan dengan jelas
4
Latar/setting
Baik jika menuliskan tiga aspek dalam latar
4
3
2
1 4
179
(tempat, waktu, dan suasana) Cukup baik jika hanya menuliskan dua dari tiga aspek dalam latar Kurang baik jika hanya menuliskan salah satu dari tiga aspek dalam ruang Tidak baik jika sama sekali tidak menuliskan tiga aspek dalam latar 5
Alur
3
2
1
Baik jika dalam alur memiliki hubungan sebab akibat dan memiliki jalan cerita yang
4
runtut Cukup baik jika: Memiliki hubungan sebab akibat tetapi jalan ceritanya kurang runtut Kurang memiliki hubungan sebab akibat
3
tetapi memiliki jalan cerita yang runtut Kurang memiliki hubungan sebab akibat dan jalan ceritanya juga kurang runtut Kurang baik jika dalam alur tidak memiliki hubungan sebab akibat tetapi memiliki jalan cerita yang runtut atau memiliki hubungan
2
sebab akibat tetapi jalan ceritanya tidak yang runtut Tidak baik jika dalam alur tidak memiliki hubungan sebab akibat dan jalan ceritanya
1
juga tidak yang runtut 6
Kesesuaian
Baik jika semua teks samping sesuai dan
penggunaan teks
mendukung jalannya cerita
samping
Cukup baik jika terdapat 1-2 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung jalannya cerita
4
3
180
Kurang baik jika terdapat 3-4 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung
2
jalannya cerita Tidak baik jika terdapat >4 teks samping yang tidak sesuai dan tidak mendukung jalannya cerita dan/atau tidak ada sama
1
sekali 7
Kaidah penulisan
Baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 0-3
naskah drama
kesalahan berdasarkan kaidah penulisan
4
naskah drama Cukup baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 4-6 kesalahan berdasarkan kaidah
3
penulisan naskah drama Kurang baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki 7-9 kesalahan berdasarkan kaidah
2
penulisan naskah drama Tidak baik jika hasil pekerjaan siswa memiliki ≥10 kesalahan berdasarkan kaidah penulisan naskah drama
1
181
Lampiran 7 PEDOMAN OBSERVASI SIKLUS I Mata Pelajaran Kelas Tahun Ajaran Hari/tanggal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31
: Bahasa dan Sastra Indonesia : VIIIC SMP Negeri 3 Singorojo : 2010/2011 : Jumat, 13 Mei 2010
Aspek Pengamatan 1 2 3 4 5
Keterangan 1. Keantusiasan siswa memperhatikan
dalam
penjelasan
guru. 2. Keaktifan
siswa
dalam
bertanya dan berkomentar. 3. Keaktifan siswa berdiskusi membuat kerangka karangan dalam kelompoknya. 4. Keseriusan siswa membuat naskah drama satu babak berdasarkan
kerangka
karangan yang telah dibuat. 5. Keseriusan
siswa
menilai
naskah drama satu babak milik teman.
*Berikan tanda (√) pada aspek pengamatan yang dianggap sesuai dengan keterangan yang ada.
182
PEDOMAN OBSERVASI SIKLUS II Mata Pelajaran Kelas Tahun Ajaran Hari/tanggal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31
1
: Bahasa dan Sastra Indonesia : VIIIC SMP Negeri 3 Singorojo : 2010/2011 : Sabtu, 14 Mei 2010
Aspek Pengamatan 2 3 4 5
Keterangan 6. Keantusiasan siswa memperhatikan
dalam
penjelasan
guru. 7. Keaktifan
siswa
dalam
bertanya dan berkomentar. 8. Keaktifan siswa berdiskusi membuat kerangka karangan dalam kelompoknya. 9. Keseriusan siswa membuat naskah drama satu babak berdasarkan
kerangka
karangan yang telah dibuat. 10. Keseriusan
siswa
menilai
naskah drama satu babak milik teman.
*Berikan tanda (√) pada aspek pengamatan yang dianggap sesuai dengan keterangan yang ada.
183
Lampiran 8 PEDOMAN JURNAL SISWA SIKLUS I Nama siswa
:
No. Absen
:
Kelas/semester: VIII/II Hari/tanggal
: Jumat, 13 Mei 2011
1. Senang atau tidaknya siswa dengan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Senang karena media tokoh wayang kertas yang digunakan sangat menarik. 2. Kejelasan guru dalam menyampaikan materi menulis naskah drama. Guru menerangkan dengan jelas. Suara sangat lantang sehingga yang belakang juga mendengar. 3. Efektif atau tidaknya penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. 4. Kesulitan siswa saat pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. Saran dan harapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis naskah drama. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….
184
PEDOMAN JURNAL SISWA SIKLUS II Nama siswa
:
No. Absen
:
Kelas/semester: VIII/II Hari/tanggal
: Sabtu, 14 Mei 2011
1. Senang atau tidaknya siswa dengan pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….. 2. Kejelasan guru dalam menyampaikan materi menulis naskah drama. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. Efektif atau tidaknya penggunaan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Kesulitan siswa saat pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. Saran dan harapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran menulis naskah drama. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….
185
Lampiran 9 PEDOMAN JURNAL GURU SIKLUS I Sekolah
: SMP Negeri 3 Singorojo
Kelas/semester: VIIIC/II Hari/tanggal
: Jumat, 13 Mei 2011
1. Kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….. 2. Respon dan perasaan siswa terhadap materi pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Situasi kelas dan suasana belajar ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. Peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi selama pembelajaran. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 6. Hambatan yang dialami guru dalam proses pembelajaran. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………….
186
Lampiran 10 PEDOMAN JURNAL GURU SIKLUS II Sekolah
: SMP Negeri 3 Singorojo
Kelas/semester: VIIIC/II Hari/tanggal
: Sabtu, 14 Mei 2011
1. Kesiapan siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….. 2. Respon dan perasaan siswa terhadap materi pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. Keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Situasi kelas dan suasana belajar ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. Peristiwa-peristiwa khusus yang terjadi selama pembelajaran. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 6. Hambatan yang dialami guru dalam proses pembelajaran. ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………….
187
Lampiran 11 PEDOMAN WAWANCARA SIKLUS I Nama siswa No. absen Kelas Mapel Hari/tanggal
: : : VIIIC : Bahasa dan Sastra Indonesia : Jumat, 13 Mei 2011
Pertanyaan: 1. Bagaimana pendapat Anda terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas? Jawab: ..………………………………………………………………………... ……………………….………………………………………………………… 2. Bagaimana pendapat Anda tentang penjelasan guru dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama satu babak? Jawab: ………………………………………………………………………... ……………………….………………………………………………………… 3. Apa kesulitan dan hambatan yang Anda dialami selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak? Jawab: ….……………………………………………………………………... ……………………….………………………………………………………… 4. Apa manfaat yang Anda diperoleh setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak? Jawab: ………………………………………………………………………... ……………………….………………………………………………………… 5. Apakah Anda tertarik dengan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dalam menulis naskah drama satu babak? Jawab: …….…………………………………………………………………... ……………………….…………………………………………………………
188
Lampiran 12 PEDOMAN WAWANCARA SIKLUS II Nama siswa No. absen Kelas Mapel Hari/tanggal
: : : VIIIC : Bahasa dan Sastra Indonesia : Sabtu, 14 Mei 2011
Pertanyaan: 1. Bagaimana pendapat Anda terhadap pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas? Jawab: ..………………………………………………………………………... ……………………….………………………………………………………… 2. Bagaimana pendapat Anda tentang penjelasan guru dalam pembelajaran keterampilan menulis naskah drama satu babak? Jawab: ………………………………………………………………………... ……………………….………………………………………………………… 3. Apa kesulitan dan hambatan yang Anda dialami selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak? Jawab: ….……………………………………………………………………... ……………………….………………………………………………………… 4. Apa manfaat yang Anda diperoleh setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama satu babak? Jawab: ………………………………………………………………………... ……………………….………………………………………………………… 5. Apakah Anda tertarik dengan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dalam menulis naskah drama satu babak? Jawab: …….…………………………………………………………………... ……………………….…………………………………………………………
189
Lampiran 13 HASIL TES MENULIS NASKAH DRAMA SIKLUS I Siklus I
No Responden
1
2
3
4
5
6
7
R-01
3
4
3
2
3
2
R-02
4
4
3
2
3
R-03
3
3
3
2
R-04
4
4
3
R-05
3
3
R-06
4
R-07
Jumlah
Skor
Kriteria
T/ BT
2
21
75
Baik
T
2
2
20
71
Cukup
BT
3
2
3
19
68
Cukup
BT
2
2
3
2
20
71
Cukup
BT
3
1
3
2
3
18
64
Kurang
BT
4
3
2
3
3
2
21
75
Baik
T
3
4
4
2
3
2
3
21
75
Baik
T
R-08
3
3
3
3
4
3
3
22
79
Baik
T
R-09
3
4
2
2
3
3
3
20
71
Cukup
BT
R-10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
R-11
3
4
3
2
2
3
2
19
68
Cukup
BT
R-12
3
4
4
3
3
4
3
24
86
Sangat Baik
T
R-13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
R-14
4
3
3
2
2
2
2
18
64
Kurang
BT
R-15
4
4
3
3
3
2
2
21
75
Baik
T
R-16
3
4
3
3
2
3
3
21
75
Baik
T
R-17
4
4
2
2
2
3
2
19
68
Cukup
BT
R-18
3
3
3
1
3
3
2
18
64
Kurang
BT
R-19
3
3
2
1
3
3
2
17
61
Kurang
BT
R-20
4
3
2
3
2
1
2
17
61
Kurang
BT
190
R-21
3
4
3
3
3
2
2
20
71
Cukup
BT
R-22
4
4
3
3
3
3
3
23
82
Baik
T
R-23
4
4
4
4
3
2
2
23
82
Baik
T
R-24
4
3
4
3
2
3
2
21
75
Baik
T
R-25
4
2
3
2
3
4
2
20
71
Cukup
BT
R-26
3
4
4
4
3
4
3
25
89
Sangat Baik
T
R-27
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
R-28
3
2
2
3
3
3
2
18
64
Cukup
BT
R-29
3
2
4
4
3
3
2
21
75
Baik
T
R-30
4
4
4
2
2
3
3
22
79
Baik
T
R-31
3
4
3
3
3
3
2
21
75
Baik
T
Jumlah
96
98
89
69
77
76
66
2034
Rata-rata
86
88
79
61
69
69
59
73
Baik
BT
Skor
Kriteria
T/ BT
Keterangan: T : Tuntas BT : Tidak Tuntas HASIL TES MENULIS NASKAH DRAMA SIKUS II Siklus II
Jumlah
No Responden
1
2
3
4
5
6
7
R-01
4
4
3
3
3
2
3
22
79
Baik
T
R-02
4
4
4
2
3
2
2
21
75
Baik
T
R-03
3
4
3
3
3
3
3
22
79
Baik
T
R-04
4
4
4
3
2
3
2
22
79
Baik
T
R-05
3
4
3
3
3
2
3
21
75
Baik
T
R-06
4
4
4
3
3
3
3
24
86
Sangat Baik
T
191
R-07
4
3
3
3
3
3
3
22
79
Baik
T
R-08
4
4
3
3
3
3
3
23
82
Baik
T
R-09
4
4
4
3
3
3
3
24
86
Sangat Baik
T
R-10
3
4
3
3
2
3
3
21
75
Baik
T
R-11
3
4
3
3
2
3
3
21
75
Baik
T
R-12
4
4
4
3
3
4
3
25
89
Sangat Baik
T
R-13
3
4
3
2
3
3
3
21
75
Baik
T
R-14
4
4
3
4
2
2
3
22
79
Baik
T
R-15
4
4
3
3
3
2
3
23
82
Baik
T
R-16
4
4
4
3
2
2
3
22
79
Baik
T
R-17
4
3
4
3
2
3
3
22
79
Baik
T
R-18
3
4
3
3
3
2
3
21
75
Baik
T
R-19
4
3
3
3
3
3
3
22
79
Baik
T
R-20
4
4
3
3
2
2
3
21
75
Baik
T
R-21
3
4
4
3
3
2
3
22
79
Baik
T
R-22
4
3
3
3
3
3
3
22
79
Baik
T
R-23
4
4
4
4
3
2
3
24
86
Sangat Baik
T
R-24
4
3
4
3
3
3
2
22
79
Baik
T
R-25
4
4
3
3
3
3
2
22
79
Baik
T
R-26
4
4
3
4
3
3
3
24
86
Sangat Baik
T
R-27
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
R-28
3
3
4
3
3
3
3
22
79
Baik
T
R-29
3
3
4
4
3
3
2
22
79
Baik
T
R-30
4
4
3
3
3
3
3
23
82
Baik
T
R-31
4
3
3
4
3
3
3
23
82
Baik
T
192
Jumlah
110
112
102
93
83
84
87
2385
Rata-rata
92
93
85
78
69
70
71
79
Keterangan: T : Tuntas BT : Tidak Tuntas
Baik
T
193
Lampiran 14 HASIL OBSERVASI SIKLUS I Mata Pelajaran Kelas Tahun Ajaran Hari/tanggal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
: Bahasa dan Sastra Indonesia : VIIIC SMP Negeri 3 Singorojo : 2010/2011 : Jumat, 13 Mei 2010
Aspek Pengamatan 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√
5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan 1. Keantusiasan siswa memperhatikan
dalam
penjelasan
guru. 2. Keaktifan
siswa
dalam
bertanya dan berkomentar. 3. Keaktifan siswa berdiskusi membuat kerangka karangan dalam kelompoknya. 4. Keseriusan siswa membuat naskah drama satu babak
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √ -
√ √ √
-
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √ √
berdasarkan
kerangka
karangan yang telah dibuat. 5. Keseriusan
siswa
menilai
naskah drama satu babak milik teman.
*Berikan tanda (√) pada aspek pengamatan yang dianggap sesuai dengan keterangan yang ada.
194
Lampiran 15 HASIL OBSERVASI SIKLUS II Mata Pelajaran Kelas Tahun Ajaran Hari/tanggal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
: Bahasa dan Sastra Indonesia : VIIIC SMP Negeri 3 Singorojo : 2010/2011 : Sabtu, 14 Mei 2010
Aspek Pengamatan 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan 1. Keantusiasan siswa memperhatikan
dalam
penjelasan
guru. 2. Keaktifan
siswa
dalam
bertanya dan berkomentar. 3. Keaktifan siswa berdiskusi membuat kerangka karangan dalam kelompoknya. 4. Keseriusan siswa membuat naskah drama satu babak berdasarkan
kerangka
karangan yang telah dibuat. 5. Keseriusan
siswa
menilai
naskah drama satu babak milik teman.
√ √ √ √
*Berikan tanda (√) pada aspek pengamatan yang dianggap sesuai dengan keterangan yang ada.
195
Lampiran 18 Jurnal Guru Siklus I
Berdasarkan hasil jurnal guru pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas berjalan cukup baik. Berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran, sebagian besar siswa sudah terlihat aktif dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Beberapa siswa ada yang bertanya ketika mengalami kesulitan dan ada yang menanggapi selama pembelajaran berlangsung. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa terlihat sudah cukup siap untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari keseriusan siswa dalam memperhatikan guru mulai dari apersepsi hingga akhir pembelajaran. Namun demikian, masih terdapat beberapa siswa yang kurang siap dan masih terlihat bercanda dengan temannya. Tanggapan atau respon siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas sangat beragam. Sebagian besar siswa merasa senang, dan merespon dengan baik selama pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas memudahkan siswa dalam menuangkan ide ke dalam naskah drama dan membuat suasana belajar tidak jenuh. Siswa aktif dan antusias selama mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dan mengerjakan tugas menulis naskah drama.
196
Perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama terlihat sudah baik. Siswa secara keseluruhan terlihat tenang dan bisa diatur, tetapi masih ada beberapa siswa yang terlihat ramai dan sibuk berbicara dengan temannya serta tidak memperhatikan penjelasan guru. Suasana pembelajaran menulis naskah drama satu babak sudah cukup baik, namun masih ada beberapa siswa yang tidak konsentrasi dalam menganalisis cerpen dan bercanda dengan temannya. Selama pembelajaran ada beberapa siswa yang suka menyeletuk dan bertanya hal-hal yang tidak berhubungan dengan materi, ada juga yang memperhatikan guru tetapi tidak fokus pada penjelasan guru. Kesulitan yang dialami ketika pembelajaran yaitu ada empat siswa yang sangat sulit untuk dikendalikan. Hal tersebut dikarenakan peneliti baru pertama kalinya bertatap muka dengan kelas tersebut sehingga belum mengetahui kondisi kelas tersebut.
197
Lampiran 19 Jurnal Guru Siklus II
Berdasarkan hasil jurnal guru pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas berjalan dengan baik. Berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran, sebagian besar siswa sudah terlihat aktif dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Banyak siswa yang bertanya juga ketika mengalami kesulitan dan ada yang menanggapi selama pembelajaran berlangsung. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa siap untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat dari keseriusan siswa dalam memperhatikan guru mulai dari apersepsi hingga akhir pembelajaran. Sudah tidak ada lagi siswa yang bercanda seperti pada siklus I. Tanggapan atau respon siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama satu babak melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas sangat beragam. Sebagian besar siswa merasa senang, dan merespon dengan baik selama pembelajaran. pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas memudahkan siswa dalam menuangkan ide ke dalam naskah drama dan membuat suasana belajar tidak jenuh. Siswa aktif dan antusias selama mengikuti pembelajaran, hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dan mengerjakan tugas menulis naskah drama.
198
Perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran menulis naskah drama terlihat semakin baik. Siswa secara keseluruhan terlihat tenang dan bisa diatur, tidak ada lagi siswa yang ramai dan sibuk berbicara dengan temannya serta tidak memperhatikan penjelasan guru. Pada siklus II ini guru sudah tidak mengalami hambatan dalam mengelola kelas sehingga pembelajaran berlangsung kondusif.
199
Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus I
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap tiga siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan siswa tertarik dengan pembelajaran menulis naskah drama. Siswa yang mendapat nilai tinggi mengungkapkan ketertarikannya karena merasa mudah dalam menulis naskah drama, siswa yang mendapat nilai cukup mengungkapkan tertarik namun kesulitan dalam mengembangkan ide, dan siswa yang mendapat nilai kurang mengungkapkan sangat tertarik dengan pembelajaran menulis puisi, namun sangat sulit untuk menuangkan idenya ke dalam teks drama. Pada pertanyaan kedua, ketiga siswa mengungkapkan bahwa mereka cukup jelas dengan pembelajaran menulis naskah drama melalui pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas. Dengan ungkapan yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran menulis naskah drama yang diterapkan oleh peneliti. Siswa yang mendapatkan nilai cukup dan kurang mengungkapkan bahwa mereka masih kesulitan dalam membuat teks samping dan penggunaan kaidah penulisan naskah drama sedang siswa yang mendapatkan nilai baik sudah merasa mudah dalam menulis naskah drama. Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas, mereka merasa lebih lancer dalam menulis naskah drama karena mudah mendapatkan ide dan merasa tidak jenuh dalam pembelajaran. Mereka menyatakan ada perubahan cara guru mengajar. Pengajarannya tidak harus selalu
200
teoretis dan duduk mendengarkan di dalam kelas. Mereka bisa belajar lebih santai tetapi tetap serius dan menyenangkan.
201
Lampiran 21 Hasil Wawancara Siklus II
Tiga siswa yang diwawancarai menyatakan senang terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Siswa yang mendapat nilai sangat baik menyatakan bahwa dengan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat mempermudah siswa dalam menulis naskah drama. Siswa mengatakan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat mengatasi kesulitan dalam menulis naskah drama karena lebih mudah dalam mendapatkan ide dan dapat menulis naskah drama yang lebih baik. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik mengemukakan bahwa mereka pernah mengalami kesulitan dalam menulis naskah drama, tetapi dengan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas kesulitan itu sudah dapat diatasi. Siswa mengalami kemudahan yaitu dapat dengan mudah menuangkan ide yang ada. Siswa mengatakan bahwa dengan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat mengatasi kesulitan yang dialami karena lebih mudah dalam membuat garis besar isi cerita
dan mengembangkannya
menjadi naskah drama satu babak. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup mengatakan mengalami kesulitan karena tidak mendengarkan penjelasan guru dengan baik namun siswa tersebut mengatakan bahwa dengan pendekatan keterampilan proses dengan media tokoh wayang kertas dapat membantu memudahkan mereka karena mudah mendapatkan ide dan media tokoh wayang kertas yang digunakan menambah semangat mereka dalam belajar.