PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA DUKUH GEDONGKIWO, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Resti Lupita Sari NIM 10111241001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESEMBER 2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA DUKUH GEDONGKIWO, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Resti Lupita Sari NIM 10111241001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESEMBER 2014
i
ii
iii
iv
MOTTO “La hawla wala quwwata illa billahi” Tidak ada kehendak, daya, pertolongan, bantuan, jalan keluar, kecukupan, dan kemapuan kecuali semua itu adalah dari Allah Yang Maha Agung (Dr. ‘Aidh al-Qarni, La Tahzan)
Sebaik-baik manusia adalah orang yang mampu memperhitungkan dan memperhatikan setiap kata yang diucapkannya (Anonim)
v
PERSEMBAHAN Karya tulis skripsi ini, saya persembahkan kepada: 1. Allah SWT 2. Ibunda Robiyati dan Ayahanda Supriyanto, Bsc 3. Kakak Niken Pertiwi dan Adik Reni Triandini 4. Muhammad Mustaghfiri 5. Almamater UNY
vi
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA DUKUH GEDONGKIWO, YOGYAKARTA Oleh Resti Lupita Sari NIM 10111241001 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak melalui media boneka tangan pada anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif yang menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini sebanyak 13 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara melalui media boneka tangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi (lembar observasi), wawancara (kisi-kisi wawancara untuk guru), dan dokumentasi (catatancatatan selama proses kegiatan berlangsung, video, gambar atau foto, dan RKH). Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini apabila keterampilan berbicara anak telah mencapai 80% dengan kriteria sangat baik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada keterampilan berbicara melalui melalui media boneka tangan pada anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo. Hasil observasi yang dilakukan pada saat Pratindakan menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak mencapai 44,87% dengan kriteria cukup, pada Siklus I meningkat mencapai 58,54% dengan kriteria cukup, dan pada Siklus II meningkat mencapai 89,73% dengan kriteria sangat baik. Langkahlangkah yang ditempuh untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui media boneka tangan yaitu sebagai berikut: 1) Guru bercerita menggunakan boneka tangan; 2) Guru mengelompokkan anak, tiap kelompok terdiri dari tiga anak; 3) Anak-anak mengulang kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru; serta 4) Guru memberikan motivasi dan reward berupa “Tanda Bintang”. Kata kunci: Keterampilan berbicara, media boneka tangan, anak Kelompok B
vii
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dorongan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi pada prodi PG PAUD UNY.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
3.
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan pengarahan dan memberikan izin dalam melakukan penelitian.
4.
Ibu Nelva Rolina, M.Si., dan Ibu Arumi Safitri F., S. Psi, MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam penulisan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan laporan penelitian dalam bentuk tugas akhir skripsi.
5.
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan berlangsung.
6.
Ibu Nurfauziyah, S. Pd., selaku Kepala Sekolah dan Ibu Tutik Sumarni, S. Pd. AUD., selaku Kolaborator yang telah memberikan izin penelitian dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di TK ABA Dukuh Gedongkiwo Yogyakarta.
7.
Ibu, bapak, keluarga, serta teman-teman tercinta yang telah memberikan dorongan, semangat, dan doa restunya.
8.
Teman-teman PG PAUD dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
viii
ix
DAFTAR ISI
hal HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN MOTTO .................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR..................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 9 C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 9 D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 10 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10 F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara .............................................................................. 12 1. Pengertian Keterampilan Berbicara ...................................................... 12 2. Hakikat Perkembangan Berbicara Anak ............................................... 15 3. Aspek-aspek Keterampilan Berbicara................................................... 19 4. Faktor-faktor Pemerolehan Keterampilan Berbicara ............................ 20 5. Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Taman Kanak-kanak ........... 22 6. Cara untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara.............................. 24
x
7. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Belajar Berbicara.................... 28 B. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun ............................................................ 29 C. Media Boneka Tangan ................................................................................ 31 1. Pengertian Boneka Tangan ................................................................... 31 2. Manfaat Boneka Tangan ....................................................................... 33 3. Langkah-langkah Pembelajaran Media Boneka Tangan....................... 34 D. Kerangka Pikir ............................................................................................ 35 E. Definisi Operasional.................................................................................... 39 F. Hipotesis Tindakan...................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 42 A. Jenis Penelitian........................................................................................... 42 B. Rencana Pelaksanaan Penelitian................................................................. 44 C. Subjek Penelitian........................................................................................ 47 D. Setting Penelitian........................................................................................ 48 E. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 48 F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 50 G. Metode Analisis Data ................................................................................ 53 H. Indikator Keberhasilan ............................................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................ 55 B. Hasil Penelitian........................................................................................... 55 1. Pelaksanaan Pratindakan........................................................................ 55 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I .............................................................. 58 a. Perencanaan Tindakan Siklus I .......................................................... 58 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I .......................................................... 59 c. Observasi Siklus I............................................................................... 67 d. Refleksi ............................................................................................. 70 3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II............................................................. 71 a. Perencanaan Tindakan Siklus II ......................................................... 71
xi
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ......................................................... 73 c. Observasi Siklus II ............................................................................. 77 d. Refleksi ............................................................................................. 79 C. Pembahasan ................................................................................................. 79 D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 83
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................. 85 B. Saran ............................................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 87 LAMPIRAN..................................................................................................... 90
xii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Peningkatan Keterampilan Berbicara………………………………………………… ………... 49 Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara untuk Guru Kelompok B1 .............................. 50 Tabel 3. Instrumen Lembar Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 ........... 51 Tabel 4. Rubrik Penilaian tentang Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan)...................................................................... 52 Tabel 5. Rubrik Penilaian tentang Kemampuan Membuat Kalimat Sederhana dalam Bahasa Lisan dan Struktur Lengkap .................... 52 Tabel 6. Kategori Predikat Tingkat Keterampilan Berbicara Usia 5-6........... 54 Tabel 7. Pencapaian Pratindakan Keterampilan Berbicara Usia 5-6 .............. 56 Tabel 8. Pencapaian Keterampilan Berbicara Siklus I.................................... 69 Tabel 9. Pencapaian Keterampilan Berbicara Siklus II .................................. 78 Tabel 10. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Media Tangan Sebelum dan Sesudah Tindakan ....................................................... 80
xiii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 38 Gambar 2. Alat dan Bahan Boneka Tangan ................................................... 40 Gambar 3. Boneka Tangan.............................................................................. 40 Gambar 4. Model Kemmis dan Mc Taggart ................................................... 43 Gambar 5. Histogram Pencapaian Keterampilan Berbicara Pratindakan ....... 57 Gambar 6. Kegiatan Tanya Jawab Melalui Boneka Tangan........................... 62 Gambar 7. Kegiatan Bercerita Individu di Depan Kelas................................. 65 Gambar 8. Kegiatan Boneka Tangan secara Berpasangan.............................. 67 Gambar 9. Histogram Pencapaian Keterampilan Berbicara Siklus 1 ............. 69 Gambar 10. Kegiatan Bercerita Melalui Boneka Tangan dalam Kelompok .... 74 Gambar 11. Kegiatan Bercerita Melalui Boneka Tangan dalam Kelompok .... 77 Gambar 12. Histogram Pencapaian Kelompok B1 Siklus II .......................... 78 Gambar 13. Histogram Pencapaian Kelompok B1 Keterampilan Berbicara Pratindakan, Siklus I, Siklus II .................................................... 80
xiv
DAFTA R LAMPIRAN hal Lampiran 1. Alur Cerita .................................................................................. 91 Lampiran 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban.................................................. 104 Lampiran 3. Instrumen Penelitian ................................................................... 109 Lampiran 4. Surat Expert Judgement.............................................................. 111 Lampiran 5. Ijin Penelitian.............................................................................. 113 Lampiran 6. Daftar Nama Anak...................................................................... 117 Lampiran 7. Rencana Kegiatan Harian ........................................................... 119 Lampiran 8. Hasil Wawancara........................................................................ 143 Lampiran 9. Hasil Observasi........................................................................... 145 Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Observasi...................................................... 152 Lampiran 11. Foto Penelitian............................................................................ 159
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal, dan informal (Maimunah Hasan, 2010: 15). Anak usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, usia ini disebut sebagai usia emas (golden age). Perkembangan aspek fisik/motorik, sosialemosional, bahasa, serta kognitif anak saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lain. Hariyadi dan Zamzami (dalam Suhartono, 2005: 20), menyatakan bahwa salah satu aspek perkembangan yang sangat penting bagi anak yaitu bahasa. Melalui bahasa anak dapat menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, maupun permintaan serta dapat bergaul dengan sesama di lingkungan anak. Ketika anak mempelajari bahasa maka anak akan memiliki keterampilan bahasa yang baik, sehingga dengan mudah berkomunikasi dengan lingkunganya. Perkembangan bahasa anak itu sendiri menurut Hildebran (1986: 289290) adalah untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi-bunyi verbal merupakan hal utama untuk menghasilkan bicara. Kemampuan bicara anak juga akan meningkat melalui pengucapan suku kata yang
1
berbeda-beda dan diucapkan secara jelas. sedangkan menurut Bromley (1992: 1.15 ) ada empat macam bahasa antara lain menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Bromley (1992: 1.15) bahasa juga memiliki dua sifat (yaitu bahasa reseptif (dimengerti dan diterima) dan bahasa ekspresif (dinyatakan). Berbicara dan menulis termasuk dalam bahasa ekspresif, sedangkan menyimak dan membaca termasuk dalam bahasa reseptif. Kegiatan membaca merupakan bahasa reseptif karena dalam kegiatan ini makna bahasa diperoleh dan diproses melalui simbol visual dan verbal. Suhartono (2005: 20), menyatakan bahwa anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik melalui bahasa anak dapat membangun hubungan dengan orang lain, sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Seorang anak yang baru lahir akan berusaha untuk mendengarkan bunyibunyi bahasa yang ada di sekelilingnya (Suhartono, 2005: 1). Setelah ia terbiasa mendengarkan bunyi-bunyi, ia akan berusaha mencoba untuk melakukan aktivitas bicara. Aktivitas mendengarkan dan berbicara tersebut umumnya terjadi di lingkungan keluarga dan lingkungan tempat bermain. Setelah anak memasuki dunia pendidikan (sekolah) ia akan mempelajari aktivitas membaca dan menulis. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Suhartono, 2005: 20).
2
Henry Guntur Tarigan (dalam Suhartono, 2005: 21), berpendapat bahwa berbicara termasuk pengembangan bahasa yang merupakan salah satu bidang yang perlu dikuasai anak usia dini. Pada masa ini anak usia dini memerlukan berbagai rangsangan yang dapat meningkatkan perkembangan bahasa anak, sehingga dengan pemberian rangsangan yang tepat maka bahasa anak dapat tercapai secara optimal. Mengacu pada pendapat di atas, maka keterampilan berbicara penting bagi anak, sebab berbicara bukan hanya sekedar penguapkan kata atau bunyi saja tetapi dengan berbicara anak dapat mengungkapkan kebutuhannya dan keinginannya. Selain berperan pada kemampuan individunya, anak yang memiliki kemampuan berbicara ini pun berpengaruh pada penyesuaian diri dengan lingkungan sebaya agar dapat diterima sebagai kelompok (Stewart dan Kenner Zimmer dalam Suhartono, 2005: 21). Bromley (1992: 1.18), salah satu hal yang penting bagi anak adalah berbicara. Bagi anak berbicara memberi manfaat yang sangat besar salah satunya agar anak dapat berinteraksi dengan teman lain. Melalui berbicara anak juga dapat mengetahui pengetahuan-pengetahuan baru yang belum pernah diperoleh sebelumnya baik dari teman lain maupun dari orang yang lebih tua. Nurbiana Dhieni, Lara Firdani, Gusti Yarmi, dan Nany Kusniaty (2005: 3.7), menyatakan keterampilan berbicara erat kaitannya dengan lingkungan sekitar anak, dimulai dari lingkungan keluarga terutama orangtua. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dapat menumbuhkan kemampuan berbicara anak, dan merupakan pembelajaran bahasa yang alamiah serta model atau contoh yang pertama ditiru oleh anak. Keterampilan berbicara yang dimaksud menurut
3
pendapat-pendapat sebelumnya dapat diartikan sebagai kecakapan anak dalam mengungkapkan ide/gagasan yang ada dalam diri anak secara lisan kepada orang lain. Pengungkapan ide tersebut dapat dilihat dari kemampuan anak dalam mengeluarkan pendapatnya. Nurbiana Dhieni, dkk., (2005: 3.8), menyatakan bahwa setelah memasuki Taman Kanak-kanak peran teman sebaya sangat membantu perkembangan bahasa anak. Melalui interaksi dalam kegiatan belajar maupun bermain, anak secara tidak langsung belajar untuk meningkatkan kemampuan berbicaranya. Pendidik atau guru seharusnya memfasilitasi dengan cara menggunakan model kegiatan yang dapat merangsang minat anak untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik atau guru mengidentifikasi dan mengeksplorasi pengembangan sumber belajar untuk dijadikan media bagi peningkatan keterampilan berbicara anak. Rita Kurnia (2009: 138), menyebutkan anak usia TK berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang mempunyai karakteristik unik. Salah satu karakteristik unik tersebut adalah mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan antusias terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya. Pada usia 4-6 tahun anak akan selalu bertanya, memperhatikan, dan membicarakan semua hal yang didengar maupun yang dilihatnya. Ketika melihat suatu hal yang menarik perhatiannya, maka secara spontan anak langsung bertanya kepada orangtuanya. Rasa ingin tahu dan antusias terhadap sesuatu tersebut akan diungkapkan melalui kata-kata atau yang disebut berbicara. Tujuan keterampilan berbicara anak Taman Kanak-kanak menurut Suhartono (2005: 123), menyatakan bahwa terdapat lima tujuan umum dalam pengembangan berbicara anak, yaitu memiliki perbendaharan kata yang cukup
4
sehingga dapat digunakan untuk berkomuniksi sehari-hari, masa mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat, mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat, berminat menggunakan bahwa yang baik, dan anak berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan. Kenyataan yang ada di lapangan peningkatan keterampilan berbicara anak di Taman Kanak-kanak belum maksimal dalam peningkatan keterampilan berbicara. Ketidakmampuan anak berkomunikasi secara lisan ini dikarenakan beberapa alasan, salah satu alasan tersebut yaitu kegiatan pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan bahasa anak. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk., (2005: 9.2), menyatakan bahwa perkembangan keterampilan berbicara anak sangat menarik untuk diperhatikan karena dengan memperhatikan bicara anak, kita dapat mengetahui berbagai perkembangan-perkembangan
bahasa
dan
perilaku
yang
dilakukannya.
Kurangnya kemampuan berbicara anak terlihat dari kemampuan anak yang sulit berkomunikasi dengan bahasa lisan, sulit mengemukakan pendapat dengan sederhana, sulit untuk menceritakan pengamalan yang sederhana, dan kemampuan kosa kata anak pun masih terbatas. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk., (2005: 9.1), menyatakan bahwa anak pada usia Taman Kanak-kanak umumnya sudah bisa berbicara dengan lancar dan jelas sehingga apa yang diungkapkan anak dapat dipahami oleh orang lain. Namun kenyataannya banyak anak yang kurang bisa berbicara dengan lancar jelas ketika di depan kelas, sehingga apa yang diutarakan anak kurang di pahami oleh orang lain. Padahal ketika anak-anak berada di belakang kelas, anak mau berbicara dengan teman-temannya.
5
TK ABA Dukuh Gedongkiwo terletak di pinggiran kota Yogyakarta tepatnya berada di Jalan Bantul km 98. TK ABA Dukuh Gedongkiwo berada satu gedung dengan Mesjid At Taq’arr yang terletak di Kecamatan Mantrijeron, Daerah Istimewa Yogyakarta. TK ABA Dukuh Gedongkiwo ini merupakan TK gabungan dari TK ABA Mentrijeron. TK ini berada pada satu lingkungan dengan rumah-rumah warga. Meskipun letakkan berada di pinggir jalan namun TK ABA Gedongkiwo ini tetap menjadi minat warga dalam lingkungannya. Observasi yang dilakukan peneliti pada 27 Februari 2014 di Kelompok B1, TK ABA Dukuh Gedongkiwo terdiri dari 13 anak berada pada rentang usia 5-6 tahun, yang terdiri dari 4 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Hasil obervasi juga menunjukkan bahwa Keterampilan berbicara dari 13 anak di Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo 8 anak masih malu-malu berbicara di depan kelas serta belum mampu menyampaikan (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dalam komunikasi lisan dan 1 anak mengalami cadel. Sementara 4 anak lainnya sudah mampu menyampaikan (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dalam komunikasi lisan dengan teman-temannya. Salah satu penyebabnya adalah proses pembelajarannya masih lebih dominan dengan menggunakan pembelajaran individu dibandingkan dengan kelompok terutama pada Kelompok B1. Hal inilah yang membuat anak kurang berkomunikasi dengan teman lainnya. Kemudian pembelajaran di Kelompok B1 ini masih sering terpaku kepada Lembar Kerja Anak (LKA) di banding kegiatan-kegiatan yang membuat anak senang dan tertarik mengikuti pembelajaran. Apabila perasaan anak senang dan gembira maka pada saat pembelajaran di kelas anak lebih tertarik untuk mendengarkan guru yang ada di kelas.
6
Tidak hanya pembelajaran menggunakan lembar kerja anak saja yang sering digunakan namun pembelajaran metode ceramah pun sering diterapkan pada Kelompok B1, anak hanya diminta untuk mendengarkan apa yang telah diucapkan guru, diam di tempat dan mengerjakan tugas apabila diperintah. Hal ini juga membuat keterampilan berbicara anak kurang meningkat karena guru lebih aktif dibanding anak, serta metode yang kurang menarik membuat keterampilan berbicara anak belum optimal. Kemudian, anak masih belum mampu menyusun kalimat dalam bahasa lisan dengan baik dan benar. Hal tersebut dapat dilihat dari bahasa yang masih sering dicampur-campur dengan bahasa lainnya misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Hal ini membuat penyusunan kalimat tidak sempurna. Berdasarkan permasalahan tersebut, keterampilan berbicara pada anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo masih belum optimal. Belum optimalnya
keterampilan
berbicara
anak
dikarenakan
masih
sedikitnya
memberikan kesempatan untuk anak mengungkapkan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) melalui komunikasi lisan, metode pembelajaran masih kurang bervariasi sehingga anak cepat merasa jenuh atau bosan mengikuti pembelajaran. Hal ini juga dikarenakan belum adanya media yang menarik dan berupaya untuk melatih keterampilan berbicara pada anak di Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo. Menurut Heinich, Molenda, dan Russell (2005: 4) media merupakan saluran komunikasi, media berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Contoh media tersebut bisa
7
dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Umar Hamalik (1997: 10.3), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan, minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Media yang baik dan yang tepat dalam pembelajaran dapat meningkatkan aspek perkembangan salah satunya adalah aspek bahasa dalam hal peningkatan keterampilan berbicara. Media yang digunakan peneliti untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak yaitu menggunakan media boneka tangan. Cucu Eliyawati (2005: 71), menyatakan keunggulan boneka tangan yaitu dapat mengembangkan bahasa anak, mempertinggi keterampilan dan kreatifitas anak, belajar bersosialisasi dan bergotong-royong di samping itu melatih keterampilan jari jemari tangan. Boneka tangan yang digunakan peneliti adalah dari berbagai macam bentuk hewan yaitu boneka tangan berbentuk hewan yang ada di darat yaitu kelinci, monyet, dan kucing, boneka tangan berbentuk hewan yang ada di laut yaitu ikan paus, ikan hiu, dan gurita, dan yang terakhir boneka tangan berbentuk hewan yang ada di udara yaitu burung, lebah, dan kupu-kupu. Melalui boneka tangan secara tidak langsung anak akan belajar mengenai keterampilan berbicara tanpa disadari. Dengan penggunaan boneka tangan diharapkan anak akan lebih tertarik untuk mencoba menggunakan, senang memainkannya secara langsung dengan tangannya, dan akan meningkatkan minat anak untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
8
Dalam rangka meningkatkan persoalan di atas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara anak taman kanak-kanak melalui media boneka tangan, yang penulis rumuskan dalam judul penelitian, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Media Boneka Tangan Pada Kelompok B1 Di TK ABA Dukuh Gedongkiwo, Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah Setelah dilihat dari paparan latar belakang masalah dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul pada anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh adalah: 1. Keterampilan berbicara anak Kelompok B1 masih belum meningkat. 2. Keterampilan
berbicara
anak
kurang
lancar
dan
jelas
dalam
hal
menyampaikan (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dalam komunikasi lisan. 3. Keterampilan anak dalam menyusun kalimat masih kurang baik dan benar. 4. Media pembelajaran yang kurang menarik, kurang memberikan kesempatan
anak untuk mengembangkan keterampilan berbicaranya, terutama untuk bertukar pendapat dan gagasan. 5. Media boneka tangan belum dimanfaatkan dalam pembelajaran di TK ABA
Dukuh Gedongkiwo. 6. Ada beberapa anak yang perlu dimotivasi dalam keterampilan berbicara.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka perlu dilaksanakan pembatasan masalah. Hal ini dilaksanakan agar hasil penelitian
9
mendapatkan hasil yang fokus. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan berbicara anak melalui media boneka tangan pada Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo, Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah Masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan menggunakan media boneka tangan dalam rangka meningkatan keterampilan berbicara di Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo? 2. Apakah media boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan berbicara di Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo melalui media boneka tangan. 2. Mengetahui sejauh mana efektivitas kegiatan pembelajaran melalui media boneka tangan dalam rangka peningkatan keterampilan berbicara Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo.
10
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diuraikan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagi guru: Guru lebih mudah mengajarkan keterampilan berbicara anak, karena memakai media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Memotivasi peranan guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak untuk menciptakan media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna agar anak banyak terlibat dalam kegiatan aktivitas berbicara. 2. Bagi lembaga pendidikan: Hasil penelitian diharapkan menjadi sumbangsih kepada seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, dan khususnya bagi Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo, Yogyakarta. 3. Bagi peneliti: Dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya
dan
menjadi
inspirasi
serta
pengembangan pendidikan bagi anak usia dini.
11
motivasi
bagi
kemajuan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Berbicara 1.
Pengertian Keterampilan Berbicara Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai
aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial emosional, kognitif, dan efektif (Yudha M. Saputra & Rudyanto, 2005: 7). Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan, terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Keterampilan adalah kepandaian untuk menyelesaikan tugas dengan cepat dan benar. Keterampilan mencakup segala aspek, termasuk keterampilan berbahasa. Henry Guntur Tarigan (1985: 95), mengungkapkan keterampilan berbahasa dalam bahasa Indonesia meliputi empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut disebut juga sebagai “catur tunggal” keterampilan berbahasa, karena keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan, dan tidak bisa dilepaskan, namun berbeda antara dengan yang lainnya dan juga berbeda dari segi prosesnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi anak, sehingga perlu distimulasi agar keterampilan berbicara anak dapat berkembang dengan baik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Suhartono, 2005: 20), mengatakan bahwa berbicara secara umum diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan orang lain. Selain itu menurut Hurlock (1978: 176), mengemukakan bahwa berbicara
12
adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan ide yang akan diungkapkan. Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan hidup manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia akan berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat utamanya. Berbicara adalah kegiatan berbahasa yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berbicara seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan (Djiwandono dalam Suhartono, 2005: 60). Berbicara merupakan keterampilan yang berkembang dalam kehidupan anak. Aktivitas berbicara anak dimulai melalui keterampilan menyimak sejak masih bayi dan pada masa tersebutlah belajar berbicara dimulai dengan mengucapkan bunyi-bunyi dan menirukan kata-kata yang didengarnya. Serta menurut Henry Guntur Tarigan (1983: 15), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Suhartono (2005: 21), mengemukakan bahwa bicara pada anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan menggunakan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar dan di sekitarnya. Bunyi tangisan bayi sebenarnya juga mampunyai maksud tertentu, mungkin memanggil orangtuanya, mungkin kedinginan mungkin lapar, mungkin haus, dan sebagainya. Hampir semua bunyi yang diucapkan anak mempunyai maksud tertentu, walaupun bunyi bukan merupakan bunyi berbentuk kata atau kalimat. Jadi yang dimaksud bicara anak lebih luas maknanya dengan makna bicara, tetapi bicara anak lebih diartikan bunyi yang diucapkan oleh anak, baik
13
bunyi bahasa maupun bunyi-bunyi yang bukan bahasa tetapi diucapkan oleh alat ucap. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dalam Suhartono, 2005: 20), Bicara pada umumnya dapat diartikan sebagai penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan manggunakan bahasa lisan sehingga maksud itu dapat dipahami oleh orang lain. Pengertian bicara secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Begitu pentingnya berbicara bagi anak, maka anak harus distimulasi agar dapat terampil dalam berbicara. Keterampilan berbicara yang dimaksud menurut pendapat-pendapat sebelumnya dapat diartikan sebagai kecakapan anak dalam mengungkapkan ide/gagasan yang ada dalam diri anak secara lisan kepada orang lain. Pengungkapan ide tersebut dapat dilihat dari kemampuan anak dalam mengeluarkan pendapatnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Keterampilan berbicara merupakan kemampuan anak dalam menyampaikan maksud melalui kata-kata tentang ide, gagasan, dan perasaan yang ada dalam diri anak. Anak belajar bersosialisi dengan lingkungan melalui bicara, sehingga berbicara menjadi alat komunikasi dan sumber informasi bagi anak. Melalui berbicara anak dapat mengenal lingkungan dan dunianya serta dapat merangsang aspek perkembangan yang dimiliki anak.
14
2.
Hakikat Perkembangan Berbicara Anak Suhartono (2005: 48), menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak
adalah pemahaman dan komunikasi dan komunikasi melalui kata, ujuran, dan tulisan. Pemahaman kata-kata yang dikomunikasikan melalui ujaran aktivitasnya berwujud mendengarkan dan berbicara, sedangkan mengkomunikasikan kata-kata melalui tulisan aktivitasnya berbentuk membaca dan menulis. Berdasarkan uraian di atas, maka berbicara termasuk dalam bahasa yang dikomunikasikan melalui ujran. Berbicara dapat berkembang sejak anak usia dini dan terus berkembang. Berbicara
mengenai
perkembangan
bicara
anak
tidak
dengan
perkembangan perolehan (akuisisi) bahasa anak. Perkembangan akuisisi bahasa anak lebih menekankan pada pemerolehan bahasa yang biasanya ditandai oleh awal kelahiran bayi; sedangkan perkembangan bicara anak mempersoalkan bagaimana perkembangan kemampuan bicara yang berhubungan dengan fonologi, morpologi, sintaksis, dan sematik. Menurut Mansoer Pateda (1990: 59), berikut ini adalah penjelasan tentang fonologi, morpologi, sintaksis, dan sematik a. Fonologi adalah sistem suara bahasa, termasuk suara-suara yang digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut dikombinasikan. b. Morfologi adalah unit terkecil yang masih memiliki makna yang berupa kata (bagian kata) yang dapat dipecahkan lagi menjadi bagian bermakna yang lebih kecil. Sebagaimana aturan yang menentukan fonologi mendeskripsikan rangkaian suara yang terjadi dalam suatu bahasa, atura morfologi mendeskripsikan bagaimana unit-unit bermakna (morfem-morfem) dapat dikombinasikan dalam kata-kata.
15
c. Sintaksis meliputi bagaimana kata-kata dikombinasi sehingga membentuk frase-frese dan kalimat yang dapat dimengerti. d. Semantik membahas mengenai makna bahasa. Analisis makna dalam hal ini dimulai dari suku kata sampai kalimat. Aktivitas sehari-hari yang dilakukan anak yaitu mendengarkan bunyibunyi bahasa yang ada di sekitarnya. Dari hasil mendengarkan bunyi-bunyi itulah yang digunakan anak sebagai awal kegiatan bicara yaitu dengan menirukan ujaran yang telah didengarnya. Suhartono (2005: 29), menyatakan bahwa saat bayi memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun bayi memperhatikan maka orang dewasa dan meresponnya dengan senyuman maupun tangisan. Senyuman maupun tangisan anak merupakan bahasa menurut anak akan tetapi bukan dalam arti sebenarnya. Ketika berumur satu tahun, bayi mulai mengoceh, bermain dengan bunyi seperti bahaya bermain dengan jari-jari kakinya. Selanjutnya perkembangan anak umur dua tahun adalah anak bisa mengucapkan kalimat dan kata. Setelah mengetahui kurang lebih lima puluh kata, kebanyakan anak mulai mencapai tahap kombinasi dua kata-kata. Kata-kata yang diucapkan ketika mencapai tahap satu kata dikombinasi dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lalu yang sebenarnya digunakan. Contoh: anak mengucapkan satu kalimat dua kata yaitu ucapan anak “bu mimik”. Maksud anak adalah ibu, saya minta minum. Pada waktu mulai anak Taman Kanak-kanak, anak-anak telah memiliki sejumlah besar kosakata. Anak sudah membuat pertanyaan negatif, kalimat mejemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Anak memahami kosakata lebih banyak.
16
Anak dapat bergurau, bertengkar, dengan teman-temannya dan berbicara sopan dengan orang tua serta guru. Suhartono (2005: 22), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan bicara anak adalah usaha meningkatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan sesuai dengan situasi yang dimasukinya. Usaha meningkatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan dapat dilakukan oleh orang tua maupun guru, sehingga peran orang yang ada di sekeliling anak sangat penting, yaitu dalam membimbing anak dalam belajar berbicara. Hal tersebut karena pengembangan berbicara berguna bagi anak untuk memperlancar kemampuan berbicara anak itu sendiri sehingga dapat terampil berbicara. Berkaitan dengan pentingnya pengembangan berbicara, maka berbicara perlu dikembangkan. Suhartono (2005: 123), menyatakan bahwa terdapat lima tujuan umum dalam pengembangan berbicara anak, yaitu: (1) Supaya anak memiliki perbendaharan kata yang cukup sehingga dapat digunakan untuk berkomuniksi sehari-hari; (2) Supaya anak masa mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat; (3) Supaya anak mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat; (4) Supaya anak berminat menggunakan bahwa yang baik; dan (5) Supaya anak berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan. Henry Guntur Tarigan (1985: 15), menyatakan bahwa tujuan berbicara adalah berkomunikasi, agar menyampaikan pikiran secara efektif. Maka pembicaraan harus memahami makna segala sesuatu yang dikomunikasikan atau disampaikan, di mana pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya
17
dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan baik secara umum maupun perorangan. Suhartono (2005: 122), mengungkapkan bahwa kegiatan pengembangan bicara anak akan mempunyai manfaat dalam kegiatan berbahasa lisan anak. Secara umum tujuan pengembangan bicara anak usia dini yaitu agar anak mampu menggunakan isi hatinya (pendapat dan sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk kepentingan berkomunikasi. Bila dipelajari dari tujuan tersebut, paling tidak ada
tujuan
umum
dalam
pengembangan
bicara
anak.
Tujuan
umum
pengembangan bicara tersebut ialah: 1.
Agar anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat. Maksudnya adalah anak dapat secara tepat dalam mengucapkan dan melafaskan kata-kata yang diucapkan anak.
2.
Agar anak mempunyai pembendaharaan kata yang memadahi untuk keperluan berkomunikasi. Pembendaraan kata yang dimaksud adalah anak dapat mengucapkan banyak kata yang berbeda dalam menyampaikan pendapat.
3.
Agar anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan. Kalimat yang baik untuk anak adalah dalam mengucapkan pendapat anak dapat secara urut dan lancar dalam mengucapkan kalimat. Tidak terputus-putus dan lacar dalam mengungkapkan pendapatnya. Tujuan umum pengembangan bicara anak itu ada yang membaginya
menjadi bermacam-macam. Menurut Hartono (1992: 58) terdapat lima tujuan umum dalam pengembangan bicara anak, yaitu supaya anak: a) Memiliki perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-
18
hari; b) Mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat; c) Mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat; d) Berminat menggunakan bahasa yang baik; dan e) Berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya perkembangan berbicara anak dimulai sejak lahir dan berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu, keterampilan berbicara anak perlu ditingkatkan sejak anak usia dini. 3.
Aspek-aspek Keterampilan Berbicara Anak Perkembangan bahasa 3-5 tahun adalah di mana anak sudah dapat
berbicara dengan baik. Anak mampu menyebutkan nama panggilan orang lain, mengerti perbandingan dua hal, memahami konsep timbal balik dan dapat menyanyikan lagu sederhana, juga anak dapat menyusun kalimat sederhana. Pada usia ini anak mulai senang mendengarkan cerita sederhana dan mulai banyak bercakap-cakap, banyak bertanya seperti apa, mengapa, bagaimana, juga dapat mengenal tulisan sederhana. Nurbiana Dhieni, dkk., (2005: 9.2-9.3), menyatakan bahwa aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan berbicara lisan adalah sebagai berikut: a)
Kosa kata Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan pesat.
b) Sintak (tata bahasa) Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa akan tetapi melalui contohcontoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak di lingkungannya, anak
19
telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan kalimat yang baik. Misalnya: “Rita memberi makan kucing” bukan “Kucing Rita makan memberi”. c)
Sematik Sematik adalah penggunaan kata yang sesuai dengan tujuannya. Anak Taman Kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang cepat. Misalnya: “Tidak mau” untuk menyatakan penolakan.
d) Fonem (bunyi kata) Anak Taman Kanak-kanak sudah memiliki kemampuan untuk meningkatkan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata yang mengandung satu kata yang mengandung arti. Misalnya: i, b, u menjadi ibu. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek keterampilan berbicara anak dibedakan menjadi empat aspek yaitu kosa kata, sintak (tata bahasa), sematik, dan fonem (bunyi kata). 4. Faktor-faktor Pemerolehan Keterampilan Berbicara Bicara merupakan keterampilan bagi anak, sehingga berbicara dapat dipelajari dengan beberapa metode yang berbeda. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemerolehan keterampilan berbicara anak. Hal penting yang perlu disiapkan dalam belajar bicara adalah persiapan fisik untuk berbicara, kesiapan mental untuk berbicara, model yang baik untuk ditiru, kesempatan untuk berpraktik, motivasi dan bimbingan, media yang baik untuk diperagakan, kesempatan untuk berpraktik, motivasi dan bimbingan. Dari hal-hal tersebut,
20
pengkodisian anak dalam belajar berbicara harus diperhatikan secara seksama terutama dalam proses pembelajaran di sekolah. Sabarti Akhadiyah, Mukti U.S, Maidar G. Arsjad, Sakura N. Rindwan, dan Zulfanur Z.F (1992: 154-160), menyatakan bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang dinilai berdasarkan kedua faktor penunjang keaktifan berbicara, seperti berikut : a.
Faktor kebahasaan meliputi: pengucapan vokal, penempatan tekanan, penempatan persendian, penggunaan nada/ irama, pilihan kata, pilihan ungkapan, variasi kata, tata bentukan, struktur kalimat, dan ragam kalimat.
b.
Faktor non kebahasaan meliputi: keberanian, kelancaran, kenyaringan suara, pandangan mata, gerak-gerik dan mimik, keterbukaan, penalaran, dan penguasaan topik. Brooks (dalam Suhartono, 2005: 28), menyatakan bahwa dalam
mengevaluasi
keterampilan
berbicara
seseorang
pada
prinsipnya
harus
memperhatikan lima faktor, seperti berikut: a)
Apakah bunyi vokal dan konsonan diucapkan dengan baik? Kata-kata yang diucapkan anak dalam berbicara harus sesuai dengan bunyi yang sebenarnya, misalnya anak tidak cedal dan jelas dalam melafalkan huruf-huruf dalam pengucapannya.
b) Apakah pola-pola intonasi, naik turunnya suara tekanan suku kata memuaskan? Pola intonasi yang dimaksud adalah dalam penekanan atau pengucapan pada akhir kata atau kalimat. Apakah anak sudah bisa memberi penekanan pada kata-kata tertentu atau hanya datar dalam pengucapan kata.
21
c)
Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang dipergunakan? Untuk anak hal ini bisa dipahami dengan apakah anak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan atau hanya asal mengucapkan saja. Anak-anak kadang hanya meniru orang lain tanpa memahami arti kata yang mereka ucapkan.
d) Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat? Dalam pengucapan kalimat apakah anak sudah dapat mengucapkan sesuai dengan pola subjek predikat objek atau terbalik-balik bahkan diulang-ulang. e)
Sejauh manakah kelancaran yang tercermin bila seseorang berbicara? Kelancaran yang dimaksud untuk anak adalah ketika dalam berbicara anak tidak tersendat-sendat, tidak terbata-bata, dan tidak banyak diam. Berdasarkan uraian di atas, faktor yang mempengaruhi keterampilan
berbicara anak dibedakan menjadi dua, yaitu kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kualitas berbicara anak, sehingga faktor tersebut mempengaruhi kualitas berbicara anak, sehingga faktor tersebut harus diperhatikan manakala pendidik sedang mengajarkan keterampilan berbicara. 5.
Pembelajaran Keterampilan Berbicara di Taman Kanak-kanak Pembelajaran berbahasa secara lisan pada anak usia dini diperlukan guna
untuk
memperlancar
kemampuan
berbahasa
anak
itu
sendiri.
Untuk
mengembangkan kemampuan berbahasa lisan (berbicara) anak terdapat berbagai aspek kegiatan. Menurut Suhartono (2005: 138), aspek-aspek kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara di TK antara lain:
22
a. Merangsang minat anak untuk berbicara Merangsang minat anak untuk berbicara dimaksudkan supaya anak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan apa-apa yang ada dipikirannya sesuai dengan kegiatan sehari-hari. Kegiatan ini dapat dilakukan meminta mengutarakan pendapat mengenai suatu cerita atau peristiwa. b. Latihan menggabungkan bunyi bahasa Latihan menggabungkan bunyi bahasa diawali dengan melakukan pengenalan bunyi-bunyi bahasa. Pengenalan dapat dilakukan secara bertahap dari peniruan bunyi huruf vocal dan peniruan bunyi huruf konsonan. c. Memperkaya perbendaharaan kata Memperkaya perbendaharaan kata dapat dilakukakan dengan mengenalkan kaa-kata mulai dari yang sederhana. Keraf (dalam Suhartono, 2005: 194) berpendapat bahwa ada empat jenis kata dalam bahasa Indonesia yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Contoh kata-kata yang dapat dikenalkan pada anak antara lain, kata benda yang berhubungan dengan nama anggota badan seperti kepala, mata, dan gigi. Contoh kata kerja yang dapat dikenalkan pada anak antara lain, kata kerja berbentuk kata dasar seperti buat, beli, kerja dan kata kerja berbentuk jadian berawalan me- seperti mewarnai, mendapat, dan menjemput. Contoh kata sifat yang dapat dikenalkan pada anak antara lain kata sifat yang berkaitan warna dan rasa. Sementara itu, contoh kata tugas yang dapat dikenalkan pada anak, antara lain kata tugas yang berfungsi sebagai kata penghubung dan kata depan seperti dan, sesudah, di, ke, tetapi, dan karena. Keterampilan berbicara merupakan bagian dari keterampilan berbahasa anak. Keterampilan berbicara tidak serta merta dapat diperoleh anak secara
23
langsung, melainkan melalui belajar. Teori Experiential Learning dari Rogers (dalam Slamet Suyanto, 2005a: 9) menyatakan bahwa kunci utama belajar ialah guru menghubungkan kegiatan pembelajaran dengan kebutuhan dan keseharian anak. Agar memberikan pengalaman langsung dan nyata, maka pembelajaran di TK banyak memberikan kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan berbagai objek maupun orang. Senada dengan teori tersebut, Slamet Suyanto (2005b: 175), menyatakan bahwa untuk melatih anak berkomunikasi secara lisan yaitu dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan teman dan orang lain. Guru dapat mendesain berbagai kegiatan yang memungkinkan anak mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, dan perasaannya. Dalam penelitian ini akan membahas mengenai pembelajaran untuk keterampilan berbicara yaitu kunci utama ialah guru menghubungkan kegiatan pembelajaran dengan kebutuhan dan keseharian anak. Anak dapat dilatih berkomunikasi secara lisan yaitu dengan cara melakukan kegiatan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan temannya maupun orang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara di Taman Kanak-kanak terdiri dari beberapa aspek-aspek kegiatan yaitu merangsang minat anak untuk berbicara, latihan menggabungkan bunyi bahasa, dan memperkaya pembendaharaan kata. 6. Cara untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Cara untuk meningkatkan keterampilan berbicara menurut Suhartono (2005: 59), meliputi hal-hal di bawah ini: a.
Membiasakan untuk berbicara dengan anak
24
Jika anak ingin cepat bisa bicara, sebagai orang tua membiasakan diri untuk berbicara walaupun anak itu masih bayi dan belum bisa bicara. Armstrong (dalam Suhartono, 2005: 61), menyatakan bahwa tidak akan terlalu dini untuk memulai berbicara kepada anak. Ia menambahkan semakin sering berbicara dengan anak, maka akan semakin cepat perkembangan jalur auditoris yang ada di dalam otak anak. b.
Memandang mata anak Melakukan kontak langsung dengan cara memandang mata anak berarti kita mengajarkan kepada anak bahasa isyarat dan ekspresi muka yang akan dijadikan bekal untuk meningkatkan kemmapuan bicara. Hal ini penting terutama dalam memberi instruksi dan menyuruh anak-anak.
c. Menghindari kebiasaan bicara pada anak dengan pengejaan yang dibuat-buat Ada kecenderungan seorang ibu mengucapkan kata-kata tertentu kepada anaknya dengan ucapan yang dibuat-buat. Pengucapan yang demikian mengakibatkan anak tidak terbiasa mendengarkan ucapan yang sebenarnya. Hal yang demikian menjadikan perkembangan bahasa anak menjadi lambat. Anak akan belajar lebih akurat dan efisien jika kita berusaha secara benar dan jelas mengeja setiap kata yang kita ucapkan. d. Berbicara apa yang benar-benar dilakukan dan dialami anak Jika sebagai orang tua melakukan aktivitas dan diikuti oleh anak, deskripsikanlah apa yang kita lakukan dan dialami anak. Pada waktu kita sedang memberi makan, mandi, atau menggendong anak, deskripsikan apa yang dialami anak.
25
e. Berkata lebih banyak daripada yang diminta Jika anak meminta sesuatu kepada orangtua, sebaiknya orangtua menjawab secara lebih panjang dan jelas. Kata-kata yang digunakan dalam kalimat orangtua sebaiknya lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kata-kata yang diucapkan anak. Hal tersebut memungkinkan anak tidak akan mengetahui secara detail, namun beberapa dari informasi baru itu sudah masuk dalam memorinya. Selain itu, kosa kata anak akan semakin bertambah banyak. f. Menggunakan tata bahasa yang benar dalam berbicara Pada periode kritis untuk menguasai tata bahasa terjadi sebelum umur tiga tahun. Anak anda akan meniru struktur bahasanya sesuai dengan pola-pola yang ia dengar selama kehidupan sehariannya. Oleh karena itu, gunakan ucapan yang secara tata bahasa benar. g. Dengan lembut membetulkan kesalahan anak Daripada menunjuk dengan kasar kesalahan ejaan dan tata bahasa seorang anak, orangtua bisa menawarkan pembenaran yang lembut namun efektif sebagai bagian dari percakapan. Setiap anak akan meniru bentuk tata bahasa yang benar dan membetulkan kesalahan. h. Melakukan percakapan dengan anak Kadang-kadang dalam percakapan ada kalanya kita menggunakan bahasa isyarat atau gerakan-gerakan anggota badan. Anak mungkin tidak akan menggunakan kata-kata, namun ia dapat berpartisipasi dalam percakapan yang saling mengisi. Ikutlah ambil bagian ketika berbicara atau berinteraksi dengan anak. Saling bertukar senyum atau kata-kata dari canda merupakan langkah
26
awal, namun hal itu penting bagi anak untuk mempelajari struktur dasar percakapan. i. Tidak memaksa anak menghafalkan kata Menghafalkan kata merupakan bagian dari kegiatan anak sehari-hari. Anak biasanya senang menghafal kata-kata tertentu yang baru dikenalnya. Kesadaran untuk menghafal kata pada diri anak untuk muncul bila ada rangsangan. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk menghafal kata. Usahakan anak sadar sendiri akan kebutuhan kata-kata baru yang belum diketahuinya. j.
Berhati-hati dengan infeksi telinga Anak-anak yang memiliki penyakit kronis atau kambuhan sebelum berumur empat tahun akan mengalami kehilangan pendengaran secara temporal yang dapat mengganggu perkembangan kemampuan bicara dan kemampuan membaca. Anak-anak ini mungkin tidak akan mampu membedakan antara suara tertentu, seperti “eh” dan “sih” tanpa melalui terapi ucapan. Apabila anak menderita infeksi telinga yang kronis, hati-hati dengan gejala hilangnya pendengaran. Berdasarkan uraian di atas, para orangtua dan guru dapat mengetahui cara
untuk meningkatkan keterampilan berbicara yang terdiri dari membiasakan berbicara dengan anak, memandang mata anak, menghindari kebiasan bicara anak dengan pengejaan, bicarakan apa yang benar-benar dialami, memberikan banyak informasi kepada anak, tata bahasa yang benar dalam berbicara, membetulkan kesalahan pada pengucapan anak, percakapan dengan anak, jangan memaksa anak menghafalkan kata, dan hati-hati dengan infeksi pada telinga anak.
27
7. Hal-hal Perlu diperhatikan dalam Belajar Berbicara Berbicara merupakan keterampilan bagi anak, sehingga berbicara dapat dipelajari dengan beberapa metode yang berbeda. Hurlock (1978: 183), menyatakan bahwa berbicara dapat diperoleh anak dengan cara: (a) meniru yaitu mengamati suatu model baik dari teman sebaya maupun dari orang yang lebih tua, (b) pelatihan, yaitu dengan bimbingan dari orang dewasa. Selanjutnya menurut Hurlock (1978: 85), menyatakan bahwa ketika seseorang belajar, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a.
Persiapan fisik untuk berbicara: Keterampilan berbicara bergantung pada kematangan mekanisme bicara. Pada waktu lahir, saluran suara kecil, langitlangit datar, dan lidah terlalu besar untuk saluran udara. Sebelum semua sarana itu mencapai bentuk yang lebih matang, syaraf dan otot mekanisme suara tidak dapat menghasilkan bunyi yang diperlukan bagi kata-kata.
b.
Kesiapan mental untuk berbicara: Kesiapan mental untuk berbicara bergantung pada kematangan otak, khususnya bagian-bagian asosiasi otak. Biasanya kesiapan tersebut berkembang antara umur 12 dan 18 bulan dan dalam perkembangan bicara dipandang sebagai “saat dapat diajar”.
c.
Model yang baik untuk ditiru: Agar anak tahu mengucapkan kata kemudian menggabungkan menjadi kalimat yang betul, maka anak harus memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Model tersebut mungkin orang di lingkungan anak, penyiar radio atau televisi, dan aktor film. Jika anak kekurangan model yang baik, maka anak akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai berada di bawah kemampuan anak.
28
d.
Kesempatan untuk berpraktek: Jika anak tidak diberi kesehatan untuk berbicara, maka dapat menjadikan anak putus asa dan marah. Hal ini dapat melemahkan motivasi anak untuk belajar berbicara.
e.
Motivasi: Jika anak mengetahui bisa memperoleh sesuatu yang diinginkan tanpa memintanya (dengan bahasa isyarat, seperti menangis), maka dorongan untuk belajar berbicara akan melemah.
f.
Bimbingan: Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah: menyediakan model yang baik, mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan memberikan bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap kesalahan mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut. Berdasarkan uraian diatas, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara
antara lain: persiapan fisik untuk berbicara, kesiapan mental untuk berbicara, model yang baik untuk ditiru, kesempatan untuk berpraktek, motivasi, dan bimbingan.
B. Karakteristik Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Suhartono (2005: 43), mengatakan pada waktu anak masuk Taman Kanakkanak, anak telah memiliki sejumlah besar kosakata. Anak sudah dapat membuat pertanyaan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Anak dapat bergurau, bertengkar dengan teman-temannya dan berbicara sopan dengan orangtua serta guru. Nurbiana Dhieni, dkk., (2005: 3.7), menyatakan bahwa karakteristik umum kemampuan bahasa pada anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut; (1)
29
Kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik; (2) Melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar; (3) Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya; (4) Menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi; (5) Menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan; (6) Membandingkan dua hal; (7) Memahami konsep timbal balik; (8) Menyusun kalimat; (9) Mengucapkan lebih dari tiga kalimat; serta (10) Mengenal tulisan sederhana. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 58 Tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini (2010: 48), menyebutkan
bahwa tingkat
pencapaian perkembangan dalam hal mengungkapkan bahasa ada beberapa, yaitu; (a) Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks; (b) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang hampir sama; (c) Berkomunikasi secara lisan, memiliki pembendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca; (d) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap; (e) Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain; (f) Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan. Ernawulan Syaodih (2005: 49), mengemukakan bahwa perkembangan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah anak sudah dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat menyusun kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti kata-kata sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia Taman Kanak-kanak umumnya anak sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana,
30
cara berbicara anak telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti bahasa walaupun masih melakukan kesalahan bahasa. Beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa berbicara untuk Kelompok B (usia 5-6 tahun) meliputi menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, berkomunikasi secara lisan, menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap, dan memiliki lebih banyak kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain. Keterampilan berbicara untuk anak harus dilakukan dengan kegiatan yang mampu menarik perhatian anak karena memiliki daya konsentrasi yang pendek, serta mampu memenuhi rasa ingin tahu anak yang besar. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran dibuat semenarik mungkin agar rasa ingin tahu anak dalam kegiatan pembelajaran akan muncul
yaitu menggunakan media boneka tangan.
Karakteristik berbicara anak usia 5-6 tahun adalah anak dapat menyampaikan menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dengan lancar dan jelas serta dapat membuat kalimat sederhana dalam bahasa lisan dengan struktur lingkup. Karakteristik tersebut dijadikan pedoman dalam penyusunan kisi-kisi observasi keterampilan berbicara.
C. Media Boneka Tangan 1. Pengertian Boneka Tangan Tadkiroatun Musfiroh (2005: 115), menyatakan bahwa boneka tangan adalah boneka yang terbuat dari kain yang dibentuk menyerupai wajah dan bentuk tubuh dari berbagai bentuk dengan berbagai macam jenis sifat yang dimainkan dengan menggunakan tangan dan digerakkan menggunakan jari-jari tangan. Boneka tangan juga merupakan media yang dapat membuat anak berimajinasi.
31
Alat peraga yang paling sederhana salah satunya adalah boneka. Menurut Bachtiar S. Bachri (2005: 138) boneka merupakan representatif wujud dari banyak objek yang disukai anak. Boneka dapat mewakili langsung berbagai objek yang akan dilibatkan dalam cerita. Di samping itu boneka juga memiliki daya tarik yang sangat kuat pada anak. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk., (2005: 9.38), boneka tangan banyak digunakan di sandiwara-sandiwara, untuk mengisahkan sebuah kisah kehidupan atau berimajinasi. Anak-anak menggunakan boneka tangan untuk mengungkapkan apa yang ada dipikiran mereka. Boneka tangan mendorong anak untuk menggunakan bahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut Tadkiroatun Musfiroh (2005: 128), mengemukakan bahwa boneka menjadi alat peraga yang dianggap mendekati naturalitas bercerita. Ada beberapa jenis boneka yang dapat digunakan sebagai alat peraga untuk bercerita, yaitu: a. Boneka tangan adalah boneka tangan mengandalkan keterampilan dalam menggerakkan ibu jari dan telunjuk yang berfungsi sebagai tulang tangan. Boneka tangan biasanya kecil dan dapat digunakan tanpa alat bantu yang lain. b. Boneka
gagang
adalah
boneka
gagang
mengandalkan
keterampilan
mensinkronkan gerak gagang dengan tangan kanan dan kiri. Satu tangan dituntut untuk dapat mengatasi tiga gerakan sekaligus sehingga dalam satu adegan guru dapat memainkan dua tokoh sekaligus. c. Boneka gantung adalah boneka gantung mengandalkan keterampilan menggerakan boneka dan benang yang diikatkan pada materi tertentu seperti kayu, lidi, atau panggung boneka
32
d. Boneka
tempel adalah
boneka
tempel
mengandalkan
keterampilan
memainkan gerakan tangan. Boneka tempel tidak leluasa bergerak karena ditempelkan pada panggung dua dimensi. Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian boneka tangan adalah boneka yang terbuat dari kain yang dibentuk menyerupai wajah dan bentuk tubuh dari berbagai bentuk dengan berbagai macam jenis sifat yang dimainkan dengan menggunakan tangan dan digerakkan menggunakan jari-jari tangan. Boneka tersebut terbagi menjadi 4 jenis boneka yaitu boneka tangan, boneka gagang, boneka gantung, dan boneka tempel sedangkan yang digunakan peneliti yaitu boneka tangan. 2. Manfaat Boneka Tangan Ada beberapa manfaat yang diambil dari permainan menggunakan media boneka tangan ini, antara lain menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005: 22) adalah : a. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya, dan persiapan yang terlalu rumit. b. Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat dibuat cukup kecil dan sederhana. c. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi pemakaiannya. d. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan menambah suasana gembira. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat boneka tangan begitu banyak salah satunya adalah dapat membantu anak dalam mengeluarkan pendapat, melalui boneka tangan ini juga anak tidak memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkannya cukup dengan boneka tangan
33
sebagai alat media bermain anak. Boneka tangan juga dapat mendorong untuk berani berimajinasi karena imajinasi penting sebagai salah satu kemampuan mencari pemecahan masalah. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Media Boneka Tangan Boneka tangan digunakan dalam kegiatan belajar, harus dipersiapkan dengan matang sesuai dengan tema yang dipergunakan. Hal ini agar tujuan pembelajaran terlaksana dengan baik. Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005: 78), maka perlu kita perhatikan beberapa hal, antara lain: a. Rumuskan tujuan pembelajaran yang jelas, dengan demikian akan dapat diketahui
apakah
tepat
penggunaan
boneka
tangan
untuk
kegiatan
pembelajaran. b. Buatlah naskah atau skenario sandiwara boneka tangan dengan jelas dan terarah. c. Hendaknya diselingi nyanyian agar menarik perhatian penonton dan penonton diajak untuk bernyanyi bersama-sama. d. Permainan boneka ini hendaknya jangan lama. e. Isi cerita sesuai dengan umur dan daya imajinasi anak. f. Selesai
permainan
hendaknya
berdiskusi
tentang peran
yang telah
dilaksanakan. Tadkiroatun Musfiroh (2005: 50), berpendapat bahwa pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka tangan akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Tetapi, boneka tangan secara spontan dapat langsung digunakan anak tanpa ada skenario khusus dari guru. Guru hanya mengenalkan benda, cara menggunakan boneka dan menyiapkan alat peraga pendukungnya seperti jarum
34
suntik, jika temanya tentang main dokter-dokteran, kemudian anak dibiarkan sendiri memainkan boneka. Guru hanya memotivasi saja atau guru turut bermain agar suasana bermain boneka tangan dapat lebih menarik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran boneka tangan harus memiliki tujuan yang jelas. Pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya pembelajaran boneka tangan jangan terlalu lama karena anak akan cepat bosan terhadap kegiatan yang memakan waktu yang lama. Akan lebih baik ketika bercerita menggunakan boneka tangan diselingi dengan lagu atau mengajak penonton agar ikut bernyanyi agar penonton tidak bosan. Setelah selesai kegiatan pembelajaran boneka tangan hendaknya guru melakukan dialog atau tanya jawab kepada anak supaya anak memahami dari semua kegiatan tersebut. Setelah kegiatan tanya jawab, anak diberikan kesempatan untuk menggunakan boneka tangan tersebut.
D. Kerangka Pikir Taman Kanak-kanak merupakan salah satu jalur pendidikan anak usia dini, yang berupaya untuk meningkatkan segala aspek perkembangan anak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan anak tersebut dijabarkan dalam sebuah program. Dilihat dari fokus sasarannya, program pendidikan anak Taman Kanakkanak diarahkan untuk membantu mengembangkan sikap, keterampilan, kreativitas, dan kemampuan lain yang akan membantu mereka menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dan mandiri. Perkembangan anak meliputi, perkembangan bahasa, kognitif, fisikmotorik, sosial-emosional, serta nilai moral dan agama. Perkembangan bahasa
35
anak meliputi: keterampilan berbicara, menulis, membaca, dan berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu keterampilan bahasa yang penting untuk dikembangkan pada anak usia TK adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara perlu dikembangkan pada anak usia TK agar anak mempunyai bekal untuk kehidupannya kelak. Dari pengamatan yang telah dilakukan di Taman Kanak-kanak ABA Dukuh Gedongkiwo, peneliti menemukan berbagai macam permasalahan yaitu keterampilan berbicara anak kurang lancar dan jelas dalam hal menyampaikan (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dalam komunikasi lisan. Hal ini dikarenakan pada saat pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah di mana guru lebih aktif daripada anak. Anak lebih sering diminta untuk mendengarkan apa yang telah diucapkan guru, diam di tempat, dan mengerjakan tugas apabila diperintah, keterampilan anak dalam menyusun kalimat masih kurang baik dan benar. Hal tersebut dapat dilihat dari bahasa yang masih sering dicampur-campur dengan bahasa lainnya misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Hal ini membuat penyusunan kalimat tidak sempurna, media pembelajaran yang kurang menarik,
kurang
memberikan
kesempatan
anak
untuk
mengembangkan
keterampilan berbicaranya, terutama untuk bertukar pendapat dan gagasan. Hal ini dikarenakan media pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah Lembar Kerja Anak (LKA) daripada media yang membuat anak senang dan tertarik mengikuti pembelajaran, media boneka tangan belum dimanfaatkan dalam pembelajaran di TK ABA Dukuh Gedongkiwo. Hal ini terlihat ketika peneliti melihat berbagai media yang digunakan guru dalam pembelajaran, di sana belum adanya media boneka tangan, ada beberapa anak
36
yang perlu di motivasi dalam keterampilan berbicara. Hal ini terlihat ada sekitar 4-5 anak yang masih perlu bimbingan ekstra karena anak tersebut manja masih sering mengandalkan gurunya dalam mengerjakan sesuatu. Salah
satu
teknik
media
boneka
tangan
yang
sesuai
untuk
mengembangkan keterampilan berbicara anak adalah menggunakan media boneka. Di mana pada teknik ini, setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapat dan ide yang ada dalam diri anak. Kesempatan tersebut dilakukan dengan memberikan kesempatan anak untuk menceritakan alur cerita yang telah dicontohkan menggunakan media boneka tangan. Hal ini, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak, khususnya anak TK karena masing-masing anak akan dapat mengeluarkan perasaan anak ketika anak bercerita menggunakan boneka tangan.
37
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat diperjelas dengan bagan pada Gambar 1 sebagai berikut:
Keterampilan berbicara penting untuk anak. Pada saat anak berbicara, anak dapat memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman sehingga paham terhadap makna ucapan orang lain. Selain itu, anak juga akan memiliki kebahasaan yang tinggi sehingga memiliki keunggulan akademik di jenjang pendidikan selanjutnya.
Anak yang berusia 5-6 tahun sudah harus memiliki kosakata yang banyak dan percaya diri dalam menyampaikan (ide, pikiran, dan perasaan) kepada orang lain di dalam lingkungannya baik di sekolah, di rumah maupun lingkungan masyarakat.
Keterampilan berbicara anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo, Yogyakarta masih kurang. Hal ini dapat terlihat dari masih banyaknya anak yang belum mampu menyusun kalimat dengan benar dan jelas.
Mengajarkan kegiatan keterampilan berbicara untuk anak usia dini dapat dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan media boneka tangan. Media boneka tangan yang dapat melatih keterampilan berbicara dalam mengungkapkan (ide, pikiran, dan perasaan) dalam bahasa lisan.
Boneka tangan ini dapat digunakan untuk mengungkapkan apa yang ada dipikiran mereka. Boneka tangan juga mendorong anak untuk menggunakan bahasa. Boneka tangan ini dapat mengungkapkan ekspresi yang ada dalam diri anak.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
38
F. Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat istilah yang menjadi variabel penelitian dan muncul dalam penulisan. Istilah tersebut adalah: 1. Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara yang dimaksud adalah keterampilan dalam menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) kepada orang lain menggunakan bahasa lisan dengan jelas, sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. Data mengenai peningkatan keterampilan berbicara tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Observasi berpedoman pada lembar observasi berupa panduan observasi yang berisi indikator keterampilan berbicara. Wawancara yang dilakukan yaitu antara peneliti dan guru kelas dan pertanyaan yang digunakan yaitu tentang keterampilan berbicara di Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo. Dokumentasi kegiatan berupa lembar observasi, RKH, foto, dan video kegiatan selama pembelajaran berlangsung. 2. Media Boneka Tangan Boneka tangan adalah salah satu media visual dengan ukuran 15 cm x 40 cm, namun biasanya tergantung pembuat terkadang ada yang lebih kecil dan ada yang lebih besar. Boneka ini terbuat dari kain flanel yang dibentuk menyerupai wajah dan bentuk tubuh dari berbagai bentuk dengan berbagai macam jenis sifat yang dimainkan dengan menggunakan tangan dan digerakkan menggunakan jarijari tangan.
39
Media boneka tangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah boneka tangan yang dibuat khusus dengan standar, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sehingga boneka ini dapat masuk kedalam tangan anak dan guru yaitu dengan ukuran 15 cm x 40 cm yang berupa bentuk dari berbagai hewan yang ada di air, darat, dan udara. Pada bentuk depan dan belakang boneka tangan ini menirukan bentuk hewan yang ada di air, darat, dan udara. Pada bagian kanan dan kiri terdapat lubang untuk menggerakkan jari tangan. Alat dan bahan yang digunakan peneliti dalam membuat boneka tangan ini yaitu kain flanel berwarnawarni, dakron, lem tembak, mata yang telah jadi, benang, jarum, dan gunting. Alat dan Bahan yang telah disiapkan penelitian sebelum membuat boneka tangan yaitu pada Gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2. Alat dan Bahan Boneka Tangan
Boneka tangan yang telah dibuat dan akan digunakan peneliti terdapat pada Gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Boneka Tangan
40
G. Hipotesis Penelitian Hipotesis tindakan yang dapat peneliti ajukan adalah sebagai berikut: Media boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo, Yogyakarta.
41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian
praktis
yang
dimaksudkan
untuk
memperbaiki
pembelajaran di kelas (Kasihani Kasbolah, 1998: 12). Penelitian ini bersifat kolaboratif karena peneliti bekerja sama dengan guru kelas dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pihak yang melakukan tindakan adalah guru kelas, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007: 98). Secara partisipasif peneliti dan guru bekerja sama dalam penyusunan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan refleksi tindakan. Dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun. Strategi yang dipilih dalam penelitian ini adalah penggunaan media boneka tangan dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang dapat disajikan dalam bagan Gambar 4 berikut ini:
42
Gambar 4. Model Kemmis dan Mc Taggart (Sumber: Suharsimi Arikunto, 2002: 84)
Hubungan dari ketiga tahapan-tahapan tersebut sebagai suatu siklus spiral. Apabila pelaksanaan tindakan awal (Siklus I) terdapat kekurangan dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan, dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya hingga target yang diinginkan tercapai. Namun apabila pada siklus berikutnya telah memenuhi target keberhasilan maka penelitin diberhentikan. Adapun keempat tahapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut ini (Suharsimi Arikunto, dkk., 2007: 17-19): 1. Perencanaan (planning) Peneliti menentukan titik-titik atau fokus masalah yang perlu mendapatkan perhatian khusus kemudian mencari alternatif tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. 2. Pelaksanaan Tindakan (action) dan Pengamatan (observing) Tahap tindakan ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang berupa mengenakan tindakan di kelas. Peneliti dan guru melaksanakan tindakan yang telah disusun sebelumnya pada proses pembelajaran. Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tema dan Rencana Kegiatan
43
Harian (RKH) pada hari tersebut yang telah dibuat bersama dengan peneliti. Proses pengamatan dilakukan bersamaan dengan waktu tindakan berlangsung. Pengamatan ini bertujuan memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. 3. Refleksi (reflecting) Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan selesai serta dilakukan dengan memperhatikan hasil obervasi yang dilakukan pada Siklus I. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan, kelemahan, kendala, maupun masalah yang timbul saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi pada Siklus I digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan tindakan yang lebih baik pada siklus berikutnya.
B. Rencana Pelaksanaan Penelitian 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi: a. Berdiskusi dengan guru kelas tentang kegiatan yang akan dilakukan dan media boneka tangan yang akan digunakan. b. Membuat RKH yang digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. RKH memuat kegiatan pembelajaran menggunakan media boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. c. Peneliti menyiapkan media boneka tangan yang sesuai dengan tema yang terdapat dalam RKH.
44
d. Peneliti menyiapkan instrumen pengamatan dalam bentuk panduan observasi untuk meningkatan keterampilan berbicara anak dalam menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan dan perasaan) dengan lancar dan jelas, keterampilan berbicara anak membuat kalimat sederhana dalam bahasa lisan dan struktur lengkap. e. Prosedur penelitian adalah: Siklus I: Pertemuan Pertama: Metode tanya jawab. Guru menceritakan alur cerita dan anak sebagai pendengar cerita. Pada kegiatan pertama, guru akan bertanya kepada tiap anak berkaitan dengan cerita yang telah disampaikan (Lampiran 2). Pertemuan Kedua: Metode individu. Guru meminta anak maju satu-per satu bercerita menggunakan media boneka tangan. Pertemuan Ketiga: Metode berpasangan. Guru meminta tiap pasangan bercerita menggunakan boneka tangan dengan temannya. Siklus II: Pertemuan Pertama: Metode berkelompok. Guru membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari tiga anak, masing-masing kelompok bercerita menggunakan boneka tangan. Pertemuan Kedua: Metode berkelompok. Guru membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari tiga anak, masing-masing kelompok bercerita menggunakan boneka tangan.
45
2. Pelaksanaan dan Pengamatan Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru kelas, sedangkan peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran. Guru melakukan proses pembelajaran sesuai dengan yang tercantum dalam RKH yang sudah dibuat dengan peneliti. Pembelajaran yang dilaksanakan terdapat penggunaan media boneka tangan yang sebelumnya telah disiapkan peneliti. Dalam satu siklus, penelitian dilakukan dalam tiga kali pertemuan, dengan durasi waktu masingmasing kurang lebih 60 menit. Tahap pengamatan dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti. Pelaksanaan tahap ini dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan yang memuat kegiatan pembelajaran menggunakan media boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun. Tujuan dilakukannya pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan yang sudah dilaksanakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan bagi pengamat dalam melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus berikutnya. Pengamatan berpedoman pada lembar instrumen pengamatan berupa panduan observasi yang berisi tentang keterampilan berbicara yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak mampu untuk menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dengan lancar dan jelas, kemampuan siswa membuat kalimat sederhana dalam bahasa lisan dan struktur lengkap. 3. Refleksi Refleksi merupakan bagian untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Peneliti melakukan refleksi setelah tahap pelaksanaan tindakan dan
46
pengamatan selesai dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi ini adalah: a. Pengumpulan data atau hasil observasi, baik berupa lembar observasi, lembar wawancara, dan dokumentasi kegiatan. b.
Diskusi antara peneliti dengan guru yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan dengan cara melakukan penelitian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan
c. Mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul agar dapat dibuat perbaikan pada siklus selanjutnya. d. Pengambilan keputusan. Apabila dari hasil pengamatan ternyata belum mencapai target, maka dengan demikian tindakan berikutnya yaitu berlanjut pada Siklus II dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Siklus tersebut dilakukan berkelanjutan sampai ada peningkatan seperti yang diharapkan dalam keterampilan berbicara. e. Jika penelitian dianggap cukup karena sudah mencapai target yang diharapkan, maka refleksi terakhir dilakukan dengan membuat catatan-catatan secara rinci. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi siapapun yang akan melaksanakan penelitian dalam kesempatan lain.
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah 13 anak Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo dengan usia 5-6 tahun, yang terdiri dari 9 anak laki-laki 4 anak perempuan.
47
D. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di Kelompok B1 Taman Kanakkanak ABA Dukuh Gedongkiwo, Daerah Istimewa Yogyakarta. TK ABA Dukuh Gedongkiwo berdiri pada 1 Agustus 1982, TK ABA Dukuh Gedongkiwo ini masih naungan dari TK ABA Mentrijeron. Letaknya strategis di pinggir kota Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas dilaksanakan kurun waktu 1 bulan, antara bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2014. Kurun waktu kurang lebih 1 bulan tersebut digunakan penelitian untuk melakukan observasi guna mengetahui keterampilan berbicara anak, melakukan perencanaan (menyusun RKH, menyiapkan media boneka tangan, dan menyiapkan instrumen pengamatan), pelaksanaan tindakan penelitian, melakukan pengamatan dan refleksi.
E. Metode Pengumpulan data Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data penelitian bersumber pada pencapaian belajar anak yang dihasilkan dari tindakan keterampilan berbicara pada anak Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo menggunakan media boneka tangan. 1. Observasi Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk memantau guru dan anak selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti bersamaan dengan berlangsungnya tindakan, yaitu penggunaan media boneka tangan dalam
48
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi yang diisi dengan tanda centang atau checklis. Adapun kisi-kisi lembar pengamatan untuk keterampilan berbicara yang akan digunakan pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak melalui Media Boneka Tangan Variabel Sub Variabel Indikator Keterampilan Kemampuan dalam Anak dapat menyampaikan maksud (ide, berbicara menyampaikan maksud pikiran, gagasan, dan perasaan) dengan lancar (ide, pikiran, gagasan, dan dan jelas perasaan) kepada orang lain menggunakan bahasa lisan Anak dapat membuat kalimat sederhana dalam dengan lancar dan jelas bahasa lisan dan struktur lengkap sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain
2. Wawancara Wawancara (interview) adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab dengan lisan juga. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak berstruktur (unstructured interview). Menurut Sugiyono (2007: 320), wawancara tidak berstruktur yaitu wawancara menggunakan pedoman wawancara berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dinyatakan. Sugiyono (2007: 148) mengatakan instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dalam bentuk checklist dan pedoman wawancara. Wawancara ditujukan kepada sumber data yang terlibat dalam peningkatan keterampilan berbicara di Kelompok B1. Teknik wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.
49
Sumber data dalam teknik wawancara adalah guru kelas. Kegiatan wawancara dilakukan di TK ABA Dukuh Gedongkiwo Yogyakarta dengan menggunakan pedoman wawancara yang disesuaikan dengan sumber dan peneliti berdasarkan kisi-kisi wawancara pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara untuk Guru Kelompok B1 No Komponen Aspek yang ditanyakan 1. Latar a. Indikator keterampilan berbicara yang telah dicapai anak belakang b. Berapa anak yang belum mampu terampil dalam berbicara 2. Evaluasi a. Kendala dalam pembelajaran berbicara b. Faktor pendukung dalam pembelajaran berbicara
3. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis (Suharsimi Arikunto, 2010: 201). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa yang dimaksud dokumentasi dalam penelitian ini adalah berbagai benda tertulis yang dapat dipakai untuk mengumpulkan data hasil penelitian. Secara khusus dalam penelitian peningkatan keterampilam berbicara melalui media boneka tangan ini dokumentasi yang dimaksud antara lain catatan-catatan selama proses kegiatan berlangsung, video, gambar atau foto selama kegiatan berlangsung serta bukti tertulis berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH).
F. Instrumen Penelitian Suharsimi Arikunto (2010: 101), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Intrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan checklist berupa lembar observasi.
50
Checklist atau daftar cek menurut Wina Sanjaya (2011: 93) adalah pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda cek () tentang aspek yang diobservasi. Pedoman observasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data tentang pengembangan keterampilan berbicara pada anak Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo Yogyakarta. Pedoman observasi digunakan sebagai panduan yang dapat membantu peneliti untuk melakukan pengamatan secara terarah dan sistematis. Adapun pedoman observasi yang digunakan pada penelitian ini berupa kisi-kisi instrumen penelitian observasi dan rubrik pengamatan terhadap keterampilan berbicara terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Menyampaikan Maksud Membuat (ide, pikiran, gagasan, dan Nama Kalimat Sederhana No perasaan) Siswa 3 2 1 3 2 1. Abl 2. Alik
1
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Arn Dni Fth Hfd Ihsn Khls Lqmn Mlk Nbl Rhn Wdya Jumlah Rata-rata Persentase (%)
Adapun Tabel 4 berisi tentang rubrik penilaian yang menjelaskan tentang indikator menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dengan lancar dan jelas, sebagai berikut ini:
51
Tabel 4. Rubrik Penilaian tentang Menyampaikan Maksud (Ide, Pikiran, Gagasan, dan Perasaan) dengan Lancar dan Jelas No 1.
Kriteria
Skor
Deskripsi
Anak menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan dan perasaan) dengan lancar dan jelas.
3
Jika anak menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) secara lisan (verbal) pada orang lain dengan lancar
Anak dapat menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) secara lisan verbal) pada orang lain dengan lancar
2
Jika anak menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) secara lisan pada orang lain dengan belum lancar dan tersendat-sendat. Jika anak belum dapat menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan), anak hanya senyum atau diam tanpa/tidak berbicara
Anak menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) secara lisan pada orang lain dengan belum lancar dan tersendat-sendat. Anak belum dapat menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan), anak hanya senyum atau diam tanpa/tidak berbicara
1
Keterangan
Adapun Tabel 5 berisi tentang rubrik penilaian yang menjelaskan tentang indikator kemampuan membuat kalimat sederhana dalam bahasa lisan dan struktur lengkap: Tabel 5. Rubrik Penilaian tentang Kemampuan Membuat Kalimat Sederhana dalam Bahasa Lisan dan Struktur Lengkap No
Kreteria
Skor
Deskripsi
Keterangan
1.
Anak dapat membuat kalimat sederhana dengan terstruktur yaitu S-P-O-K atau K-S-P-O
3
Jika anak telah benar dan dapat membuat kalimat sederhana dengan terstruktur (S-P-O-K atau K-S-P-O, dan S-P-O)
Anak dapat membuat kalimat sederhana dengan terstruktur (S-P-O-K atau K-S-P-O, dan S-P-O)
2.
Anak hanya dapat membuat kalimat sederhana dengan struktur S-P-O Anak belum dapat membuat kalimat sederhana dengan terstruktur
2
Jika anak hanya dapat membuat kalimat sederhana dengan struktur (S-P, atau P-O) Jika anak dapat membuat kalimat namun hanya mengucapkan satu kata mewakili satu kalimat (subjek saja/ predikat saja/ objek saja)
Anak hanya dapat membuat kalimat sederhana dengan struktur (S-P, atau P-O) Anak hanya dapat membuat kalimat namun hanya mengucapkan satu kata mewakili satu kalimat (subjek saja/ predikat saja/ objek saja)
3.
1
52
G. Metode Analisis Data Metode analisis data adalah menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi dan catatan lapangan sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiono, 2007: 245). Tujuan analisis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan, atau perubahan sebagaimana yang diharapkan bukan untuk membuat generalisasi atau pengujian teori. Penelitian tindakan kelas ini mengandung campuran data kuantitatif serta data kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan melalui perhitungan persentase hasil penelitian yang dilakukan sedangkan analisis kualitatif dilakukan berupa hasil observasi lapangan. Adapun rumus penilaian menurut Ngalim Purwanto (2008: 102) sebagai berikut:
Keterangan: NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap Selain itu juga penelitian ini menentukan kriteria dalam pengkategorian hasil penelitian dilihat berdasarkan skor persentase. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana keterampilan berbicara anak pada Kelompok B1. Dalam penelitian ini menganalogikan kriteria dalam pengkategorian hasil penelitian merujuk pada pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 269). Lima kategori predikat tersebut terdapat dalam Tabel 6 berikut ini:
53
Tabel 6. Kategori Predikat Tingkat Keterampilan Berbicara No. Kesesuaian Kriteria (%) 1. 81-100 % 2. 61-80 % 3. 41-60 % 4. 21-40 % 5. 0-20 %
Keterangan Sangat baik Baik Cukup Kurang Tidak Baik
H. Indikator Keberhasilan Perumusan indikator digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini mengenai keterampilan berbicara pada anak di Kelompok B1 melalui boneka tangan akan terlihat dari proses pembelajaran yang sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan dapat dikatakan berhasil apabila keterampilan berbicara anak mengalami peningkatan sebesar 80% dari 13 jumlah anak kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo, yaitu 11 anak mencapai indikator keberhasilan keterampilan berbicara dengan kriteria baik.
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK ABA Dukuh Gedongkiwo yang letaknya berada di pinggiran kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Bantul km 98. TK ABA Dukuh Gedongkiwo Satu Atap dengan Masjid At Taq’arr yang terletak di Kecamatan Mantrijeron, Daerah Istimewa Yogyakarta. TK ABA Dukuh Gedongkiwo ini berada pada naungan TK ABA Mentrijeron. TK ABA Dukuh Gedongkiwo TK terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelompok A 13 anak, Kelompok B1 13 anak, Kelompok B2 14 anak, dan Kelompok B3 13 anak dengan jumlah siswa sebanyak 53 anak. Siswa Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo yang berjumlah 13 anak, yang terdiri dari 4 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Anak-anak di Kelompok B1 terdiri dari 3 anak berusia 6 tahun lebih, 8 anak 5 tahun lebih, dan 2 anak berusia 5 tahun (Lampiran 6).
B. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Pratindakan Sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan pengambilan skor terhadap keterampilan berbicara melalui media boneka tangan dengan menggunakan teknik observasi. Pelaksanaan Pratindakan ini dilakukan untuk mengetahui keterampilan berbicara anak melalui media boneka tangan sebelum dilakukannya tindakan. Guru sebagai pelaksana pembelajaran melakukan Pratindakan sebelum Siklus I yaitu pada hari Rabu tanggal 3 Juni 2014. Pelaksanaan Pratindakan ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu
55
observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berupa lembar observasi check list, catatan-catatan selama proses kegiatan berlangsung, video, gambar atau foto selama kegiatan berlangsung serta bukti tertulis berupa Rencana Kegiatan Harian, dan lembar wawancara. Pelaksanaaan Pratindakan berupa kegiatan bermain boneka tangan dilanjutkan dengan menyebutkan masing-masing nama-nama boneka tangan yang telah diberikan guru melalui lembar observasi yang berupa checklist digunakan untuk menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain dan membuat kalimat sederhana dalam bahasa lisan dan struktur lengkap). Hasil keterampilan berbicara pada Pratindakan ini menunjukkan bahwa keterampilan berbicara melalui media boneka tangan pada anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo Yogyakarta perlu ditingkatkan. Upaya peningkatan keterampilan berbicara yaitu dengan media boneka tangan. Kegiatan bermain boneka tangan dikemas dengan pembagian kelompok yang selalu diawasi dan didampingi oleh guru. Hasil keterampilan berbicara Pratindakan disajikan dalam Tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7. Pencapaian Keterampilan Berbicara Pratidakan Indikator Menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) Membuat kalimat sederhana Rata-rata ketercapaian anak
Persentase Pratindakan
Kriteria
43,78% 46,15% 44,87%
Cukup Cukup Cukup
Persentase peningkatan pencapaian keterampilan berbicara Pratindakan dapat dijelaskan pada Gambar 5 berikut ini:
56
46,15%
44,87%
43,78%
Gambar 5. Histogram Pencapaian Keterampilan Berbicara Pratindakan
Keterangan: 1= Dapat menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) 2= Dapat membuat kalimat sederhana 3= Rata-rata ketercapaian anak Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa hasil dari Pratindakan menggunakan lembar observasi (checklist) pada indikator menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) pada anak Kelompok B1 masih rendah yaitu 43,78%, sedangkan pada indikator membuat kalimat sederhana mencapai 46,15%. Rata-rata keterampilan berbicara pada anak sebelum tindakan hanya mencapai 44,87%, hal ini merupakan termasuk kriteria kurang baik. Keadaan seperti ini menjadi suatu landasan bagi peneliti untuk melakukan sebuah tindakan dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara. Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran maka peneliti bersama kolaborator (guru kelas) TK ABA Dukuh Gedongkiwo bersama-sama merancang tindakan untuk kegiatan pembelajaran pada Siklus I. Berdasarkan pengamatan di atas, disepakati bahwa tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara yaitu dengan menggunakan media boneka tangan. Melalui bermain boneka tangan ini anak dapat mengenal macam-macam hewan dan macam-macam suara-suara hewan.
57
Saat bermain menggunakan media boneka tangan anak mendengarkan guru bercerita. Setelah mendengarkan guru bercerita, guru menanyakan kepada anak-anak tentang apa yang diceritakan oleh guru (Lampiran 2). Selanjutnya, setelah tanya jawab anak akan memainkan boneka tangan berpasangan dengan temannya sesuai dengan alur cerita yang telah dibuat (Lampiran 1). Kegiatan ini tentunya dapat melatih keterampilan berbicara anak sehingga anak mampu menerapkan keterampilan berbicara dalam kehidupan sehari-hari. 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I Perencanaan dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan yaitu pada hari Senin tanggal 3 Juni 2014. Dalam pelaksanaan perencanaan penelitian ini kegiatannya
yaitu
mengkoordinasikan
terlebih
dahulu
tentang
kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas Kelompok B1. Koordinasi pembelajaran yang dilakukan yaitu sebelumnya menentukan tema dan sub tema pembelajaran. Tema pembelajarannya yaitu “Alam semesta” dan sub tema pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu “Benda alam semesta”. Kemudian setelah menentukan tema dan sub tema, dilanjutkan memilih indikator dan merumuskannya ke dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH). Setelah peneliti dan guru kelas menentukan tema pembelajaran kemudian merumuskan RKH. Indikator-indikator yang ada pada Rencana Kegiatan Harian (RKH). mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2006, indikator yang dikembangkan yaitu dari aspek bahasa, karena untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui media boneka tangan. Dalam menggunakan media boneka tangan ini memerlukan perlengkapan antara lain
58
boneka tangan yang terbuat dari kain flanel yang disesuaikan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Kegiatan Siklus I Pertemuan Pertama adalah metode tanya jawab, dimana cerita yang telah disampaikan guru akan ditanyakan kembali sesuai dengan daftar pertanyaan yang telah dibuat peneliti. Kegiatan Siklus I Pertemuan Kedua adalah metode menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan guru, tiap anak dipanggil satu-satu untuk maju ke depan dan menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan ibu guru menggunakan media boneka tangan. Kegiatan Siklus I Pertemuan Ketiga adalah metode menceritakan kembali, anak dibuat kelompok tiap kelompok terdiri dari 2 anak, masing-masing kelompok bergantian maju ke depan kelas bercerita dengan boneka tangan dan alur cerita yang telah dibuat oleh peneliti. Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh guru Kelompok B1, sebelum memulai kegiatan pembelajaran melakukan apreseasi kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan pembelajaran yang salah satu kegiatan belajarnya adalah bercerita menggunakan media boneka tangan. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan Siklus I dilakukan selama tiga kali pertemuan. Adapun jadwal pelaksanaan Siklus I yaitu Pertemuan Pertama dilaksanakan pada hari Senin 17 Juni 2014. Pertemuan Kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 Juni 2014. Dan Pertemuan Ketiga hari Rabu tanggal 19 Juni 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu pada pukul 08.00-11.00 WIB dan sudah tercantum dalam RKH sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.
59
Deskripsi pelaksanaan penelitian Siklus I adalah sebagai berikut: 1. Pertemuan Pertama Siklus I Pelaksanaan Pertemuan Pertama pada Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 Juni 2014. Dengan tema ”Alam Semesta” dan sub tema “Benda Alam Semesta”. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB. Kegiatan sebelum pembelajaran diisi dengan upacara bendera karena Siklus I dilakukan pada hari Senin maka kegiatan pertama adalah upacara bendera. Pada kegiatan pembelajaran awal seluruh anak melakukan kegiatan sholat sunnah dhuha bersama di masjid. Setelah selesai sholat seluruh anak memasuki kelas masing-masing. Ketika di kelas anak mendengarkan instruksi dari guru. Guru mengucap salam, menyapa, mengabsen dan langsung menanyakan kabar. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan apresiasi tentang “Macammacam benda yang ada di alam semesta”. Guru menanyakan kepada anak-anak mengenai macam-macam benda yang ada di alam semesta yang diketahui anak. Tidak semua anak menjawab benar pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai tema yang sedang dibahas. Kegiatan inti dimulai dengan memberikan penjelasan mengenai kegiatan menggunakan media boneka tangan yang akan disampaikan oleh guru. Guru juga menjelaskan peraturan kegiatan hari ini. “Anak-anak hari ini ibu guru mempunyai boneka tangan, sekarang ibu akan memberi tahu hewan apa saja yang ibu bawa hari ini, tolong diperhatikan sebentar ya!” . “Ibu hari ini mempunyai dua hewan yaitu kelinci dan monyet”. “Nah...ada yang mau mendengarkan ibu cerita?”. ketika anak sudah dapat dikondisikan maka guru akan memulai bercerita dengan
60
menggunakan boneka tangan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan alur cerita yang telah dibuat yaitu cerita “Si Kelinci dan Si Monyet”. Anak-anak diminta mendengarkan cerita yang disampaikan guru. Kemudian setelah guru bercerita, ibu guru melakukan tanya jawab sesuai dengan alur cerita (Lampiran 1). Pertanyaan pertama yaitu “Apa saja hewan yang ada pada cerita yang telah disampaikan oleh ibu guru tadi?”. Beberapa anak menjawab “Monyet bu,” ada beberapa anak lagi menjawab “Kelinci bu”. Guru memberikan pujian kepada anak yang telah dapat menjawab, “Pintar..iya benar”. Kemudian pertanyaan kedua “Di mana monyet dan kelinci itu tinggal?”. Ada satu anak yang menjawab “di hutan bu”. Guru menjawab, “Iya benar”. Lalu anak lain pun tidak mau kalah menjawab “hutan bu…di hutan”. Guru menjawab, “Iya…pinter semuanya”. Kemudian pertanyaan ketiga yaitu “Mengapa monyet itu berpura-pura sakit kaki dihadapan si kelinci?”. Satu anak menjawab “Karena ingin pisangnya kelinci bu”, anak lain pun ikut menjawab seperti yang telah diucapkan temannya. Guru menjawab “Iya pinter benar”. Kemudian pertanyaan keempat yaitu “Bagaimana perasaan kelinci setelah mendapatkan pisang yang ia inginkan?”. Ada dua anak menjawab “Senang bu, ya…pasti senang”. Anak lain pun ikut-ikutan menjawab”. Guru membantu menjawab “Iya benar, monyet merasa senang telah mendapatkan pisang milik kelinci”. Kemudian pertanyaan kelima yaitu “Siapa yang mengalami sakit perut ya?”. Anak-anak menjawab pertanyaan bersamaan, “Monyet bu guru”. “Iya, benar sekali…” Kata bu guru. Pertanyaan keenam yaitu “Kapan peristiwa itu terjadi, siang hari atau malam hari?”. “ada anak yang menjawab “Siang bu”, ada yang menjawab “Malam bu”. Guru pun membenarkan jawaban, “Iya peristiwa itu terjadi pada siang hari, semua pintar”. Kemudian pertanyaan terakhir yaitu “Apa
61
hikmah dari cerita “Si Kelinci dan Si Monyet?”. Satu anak menjawab, “Tidak boleh berbohong bu”. Guru menjawab, “Iya benar hari ini semua anak B1 pintar sekali”. Kemudian guru akan memberikan penghargaan (reward) berupa stiker bintang berwarna merah untuk anak yang sudah dapat menjawab pertanyaan dari ibu guru dan yang telah memperhatikan ibu guru. Adapun Gambar 6 tentang Siklus I Pertemuan Pertama yaitu metode tanya jawab:
Gambar 6. Kegiatan Tanya Jawab melalui Media Boneka Tangan
Kegiatan akhir pembelajaran, guru mengajak anak-anak untuk berdiri membuat 2 baris. Setelah itu guru menjelaskan kuku yang sehat dan bersih. Kemudian setelah kegiatan berakhir anak-anak diminta membuat bentuk lingkaran untuk bersama-sama mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran dengan tanya jawab dan diskusi tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan pada hari itu. Anak-anak menjawab pertanyaan guru dengan cukup baik. Kegiatan tanya jawab antara guru dan anak bertujuan untuk menggali tentang keterampilan berbicara anak. Anak diberikan kesempatan untuk bercerita mengenai kegiatan yang telah dilakukannya pada hari itu. Setelah melakukan sesi tanya jawab, pada kegiatan akhir guru memberikan beberapa nasehat pada anak-anak mengenai perilaku yang kurang baik terhadap orangtua. Kegiatan selanjutnya yaitu
62
bernyanyi dan melakukan tepuk tangan dan dilanjutkan dengan do’a sebelum pulang. Peneliti mengamati perkembangan keterampilan berbicara anak dengan aspek penilaian yang ada di dalam instrumen penelitian yaitu menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dengan lancar dan jelas membuat kalimat sederhana dalam bahasa lisan dan struktur lengkap. Pada pertemuan ini anak masih kesulitan tidak tahu apa yang harus anak ucapkan di karenakan masih malu-malu ketika berbicara dengan temannya yang ada di kelas. Belum semua anak mampu untuk menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dengan lancar dan jelas membuat kalimat sederhana dalam bahasa lisan dan struktur lengkap. 2. Pertemuan Kedua Siklus I Pertemuan Kedua Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Juni 2014 dari pukul 08.00-11.00 WIB. Tema pembelajaran yang disampaikan yaitu masih sama seperti pertemuan pertama yaitu “Alam Semesta.” Kegiatan sebelum pembelajaran diisi dengan bernyanyi, tanya jawab mengenai tema pada hari itu, dan tata tertib mengenai aturan memakai seragam sekolah. Pada kegiatan awal pembelajaran, anak diminta merangkak di bawah meja satu-persatu. Setelah selesai, anak mendengarkan instruksi guru. Guru mengucap salam, menyapa, mengabsen anak-anak, dan langsung menanyakan kabar dengan bernyanyi. Kegiatan belajar dilanjutkan dengan apresiasi tentang “Macam-macam bendabenda alam semesta”. Guru menanyakan kepada anak mengenai berbagai macam benda-benda alam semesta. Tidak semua anak menjawab pertanyaan dari guru mengenai tema pada hari itu.
63
Kegiatan inti dimulai dengan menyampaikan materi-materi yang akan di ajarkan pada hari ini sesuai dengan RKH yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan media boneka tangan. Pada Pertemuan Kedua, kegiatan yang dilakukan adalah anak diminta bercerita satu persatu di depan kelas sesuai dengan alur cerita yang telah dibuat. Sebelum anak bercerita, guru menceritakan cerita yang akan disampaikan anak. “Anak-anak hari ini ibu guru mempunyai 2 boneka lagi yaitu katak dan penyu laut.” “Nah..ibu minta anak-anak mendengarkan cerita kembali, cerita yang akan ibu sampaikan hari ini adalah “Katak Sombong Dan Penyu Laut Yang Bijak.” Kemudian setelah ibu bercerita, anak-anak diminta untuk menceritakan kembali cerita yang disampaikan ibu guru ya?” Anak diminta satu persatu untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan guru ke depan kelas. Namun masih banyak sekali anak yang malu-malu. Ada beberapa anak yang mau maju ke depan yaitu Arn, Wdy, Fth, dan lainnya. Ketika Arn maju ke depan kelas, anak tersebut sudah mampu mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan, namun masih sedikit malu-malu. “Si katak itu tidak mau pergi dari tempat tinggalnya, karena si katak merasa nyaman berada di dalam kolam kecil itu,” kata salah satu anak yang maju kedepan. Saat anak berbicara, anak sudah sedikit mampu menyampaikan maksud namun belum mampu membuat kalimat sederhana. Masih banyak anak yang butuh dibimbing guru dan peneliti, tetapi banyak juga anak yang telah mengalami peningkatan. Adapun Gambar 7 yang menjelaskan tentang kegiatan bercerita individu pada Siklus I Pertemuan Kedua:
64
Gambar 7. Kegiatan Bercerita Individu di Depan Kelas
Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru mengajak anak-anak bercakapcakap tentang bagaimana cara kita mendoakan teman yang sedang sakit. Kemudian setelah kegiatan berakhir, anak diminta membuat lingkaran untuk bersama-sama mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran dengan berdiskusi dan tanya jawab tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan pada hari itu. Anak merespon pertanyaan guru dengan cukup baik. Kegiatan tanya jawab antara guru dan anak bertujuan untuk menggali keterampilan berbicara anak. Anak diberi kesempatan untuk bercerita mengenai kegiatan yang telah dilakukannya pada waktu itu. Setelah melakukan sesi tanya jawab, guru memberikan beberapa nasehat pada anak-anak mengenai perilaku yang kurang baik terhadap orang tua. Kegiatan selanjutnya yaitu bernyanyi dan melakukan tepuk tempat bekerja dan dilanjutkan do’a sebelum pulang dan salam. 3. Pertemuan Ketiga Siklus I Pelaksanaan Pertemuan Ketiga pada Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Juni 2014 dengan tema yang sama yaitu “Alam Semesta” dan sub tema “Benda Alam Semesta”. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB. Kegiatan sebelum pembelajaran diisi dengan bernyanyi, tanya jawab mengenai tema pada hari itu dan tata tertib. Guru mengucapkan salam, menyapa dan mengabsen anak-anak sekaligus menanyakan kabar pada hari itu. Pada kegiatan pembelajaran pertama anak melakukan kegiatan melambungkan
65
bola sambil berjalan. Seluruh anak diminta berbaris dengan rapi dan melambungkan bola sambil berjalan. Bola terus dilambungkan sampai kepada anak yang berada di belakang. Setelah kegiatan awal tersebut selesai, langsung dilanjutkan dengan kegiatan inti. Kegiatan inti dimulai dengan menyampaikan materi-materi yang akan di ajarkan pada hari tersebut sesuai dengan RKH yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan media boneka tangan. Pada Pertemuan Ketiga kegiatan yang dilakukan adalah anak diminta bercerita berpasangan dengan teman sekelasnya. Tiap anak dibagi kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 2 anak. Setelah itu, ibu guru memberikan peraturan kegiatan pada hari tersebut. Guru menceritakan kembali cerita yang berbeda dari hari sebelumnya. Cerita hari ini berjudul “Kupu-kupu dan Burung Nuri yang Sombong”. “Disini ibu guru akan menceritakan kembali cerita yang berbeda dengan judul kupu-kupu dan burung nuri yang sombong. Setelah sampaikan dengan teman satu kelompok kalian, dengar baik-baik ya!”. Anak-anak pun menjawab dengan serentak, “Iya bu guru”. Setelah ibu guru selesai bercerita, ibu guru menunjuk kelompok pertama yaitu Abl dan Ihsn. Abl dan Ihsn sudah cukup mampu bercerita di depan teman-temannya. Hanya saja masih belum sempurna menyusun kalimat sederhananya yang lebih sering campur-campuran bahasanya seperti “Si burung nuri itu jatuh, lalu si burung kui teriak minta tolong”. Anak sering memasukkan bahasa jawa pada tiap kalimat yang anak ucapkan. Kemudian guru membenarkan kata-kata yang salah. Namun guru tetap memberikan reward kepada anak yang telah berani maju ke depan kelas. Keterampilan berbicara anak sudah sedikit membaik dari pertemuan sebelumnya dan anak sudah mulai berani tanpa harus malu-malu lagi. Ada pun
66
Gambar 8 yang menjelaskan tentang penelitian pada Pertemuan Ketiga Siklus I yaitu bercerita menggunakan media boneka tangan berpasangan:
Gambar 8. Kegiatan Bercerita melalui Boneka Tangan secara Berpasangan
Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru menjelaskan tentang toleransi kepada agama lain. Anak dijelaskan bagaimana cara kita bertolerasi kepada agama lain. Kemudian setelah kegiatan berakhir anak diminta membuat lingkaran untuk bersama-sama mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran dengan tanya jawab dan diskusi tentang kegiatan pada hari itu. Dan anak menjawab pertanyaan guru dengan cukup baik. Kegiatan tanya jawab antara guru dan anak bertujuan untuk menggali tentang keterampilan berbicara anak. Anak diberi banyak kesempatan untuk bercerita mengenai kegiatan yang telah dilakukannya pada hari itu. Setelah itu pada kegiatan akhir, guru memberikan beberapa nasehat pada anak-anak mengenai perilaku yang kurang baik terhadap orangtua. Dan kegiatan selanjutnya yaitu bernyanyi dan melakukan tepuk tangan di tempat kemudian dilanjutkan dengan do’a sebelum pulang dan salam. c. Observasi Siklus I Setelah melakukan perencanaan dan pelaksanaan tahap selanjutnya dari penelitian tindakan kelas ini adalah observasi dan refleksi. Observasi dilakukan
67
bersamaan dengan berlangsungnya tindakan yaitu ketika bercerita menggunakan boneka tangan. Peneliti menggunakan panduan instrumen checklist untuk mengetahui keterampilan berbicara anak melalui media boneka tangan. 1) Proses pembelajaran Proses pembelajaran dalam satu hari terdiri dari pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dilakukan peneliti pada siklus I terhadap keterampilan berbicara dapat dijabarkan sebagai berikut. Pada indikator menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dengan lancar dan jelas anak sedikit mengalami kesulitan. Hal ini karena anak masih malu-malu atau belum percaya diri untuk berbicara kedepan kelas dikarenakan pembelajaran sering menggunakan (LKA) dibandingkan anak unjuk berbicara kedepan kelas sehingga masih banyak anak yang canggung dan tidak percaya diri dengan kemampuannya. Pada pertemuan pertama, kedua, ketiga keterampilan berbicara pada anak indikator menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) hanya mencapai 65,80% dan indikator membuat Kalimat Sederhana mencapai 55,55%. Anak masih malu untuk kegiatan berbicara di depan kelas. Pada saat pembelajaran menggunakan media boneka tangan ada beberapa anak yang tidak mau mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru dan asyik mengobrol dengan temannya. Hal ini menyebabkan pembelajaran tidak kondusif, karena anak begitu ramai di kelas. Hasil observasi pencapaian keterampilan berbicara pada anak di Siklus I disajikan dalam Tabel 8 sebagai berikut:
68
Tabel 8. Pencapaian Keterampilan Berbicara Siklus I Indikator Menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) Membuat kalimat sederhana Rata-rata ketercapaian anak
Persentase Siklus I
Kriteria
65,80% 55,55% 60,68%
Baik Cukup Cukup
Persentase pencapaian keterampilan berbicara Siklus I dapat dijelaskan pada Gambar 9 berikut ini:
65,80%
60,68% 55,55%
Gambar 9. Histogram Pencapaian Keterampilan Berbicara Siklus I
Keterangan: 1= Dapat menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) 2= Dapat membuat kalimat sederhana 3= Rata-rata ketercapaian anak Dari hasil nilai pada Tabel 8, menunjukkan bahwa keterampilan berbicara menggunakan media boneka tangan pada Siklus I dapat diketahui bahwa indikator dalam mengetahui keterampilan berbicara anak meliputi menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) mencapai 65,80%. Sementara indikator membuat kalimat sederhana mencapai 55,55%. Rata-rata keterampilan berbicara pada Siklus I mencapai 60,68% atau termasuk kriteria cukup. Hasil tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan keterampilan berbicara sebelum tindakan yang hanya mencapai 42,30%.
69
d. Refleksi Refleksi pada Siklus I dilakukan oleh peneliti dan kolaborator pada akhir Siklus I. dalam refleksi ini dibahas mengenai kendala-kendala yang terjadi setelah penelitian berlangsung. Adapun berbagai kendala yang di hadapi oleh guru dan peneliti yaitu sebagai berikut: 1.
Ketika tanya jawab guru mengalami kesulitan mengatur anak untuk tidak ramai di kelas, karena di kelas lebih banyak anak laki-laki dibanding perempuan.
2.
Pada saat anak diminta maju satu per satu kedepan kelas anak masih malu belum percaya diri.
3.
Pada saat Pertemuan Kedua, guru kurang menarik perhatian dalam meminta anak untuk mendengarkan cerita sehingga anak kurang menarik untuk mendengarkan guru padahal media sudah membuat anak menarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Kendala tersebut membuat peneliti belum mampu mengetahui kemampuan
anak yang sebenarnya dalam keterampilan berbicara. Berbicara anak dalam menyampaikan maksud (ide, gagasan, pikiran, dan perasaan) belum lancar dan dalam membuat kalimat sederhana masih sering mencampur-campur bahasa dan terbalik-balik strukturnya. Begitu juga saat menganalisis, anak masih dipandu saat kegiatan berbicara dengan teman di depan kelas. Dengan melihat hasil Siklus I terjadi peningkatan anak dalam keterampilan berbicara. Namun dari hasil yang diperoleh dari Siklus I belum mencapai pada indikator yang diinginkan sehingga memerlukan perbaikan agar terjadi peningkatan kearah yang diharapkan pada Siklus II.
70
Adapun perbaikan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan Siklus II adalah sebagai berikut: a.
Dari dua anak yang maju kemudian guru membuat kelompok menjadi tiga anak maju secara bergantian untuk melakukan kegiatan berbicara yang menggunakan media boneka tangan dengan alur cerita yang telah dibuat. Tiap kelompok terdiri anak laki-laki dan perempuan yang digabung jadi satu tidak dipisah-pisah.
b.
Guru memberikan motivasi dan reward lebih banyak lagi berupa “tanda bintang”, sehingga diharapkan anak lebih berani lagi dalam kegiatan berbicara.
c.
Guru membuat boneka tangan yang lebih besar dan berwarna yang lebih cerah, sehingga membuat perhatian anak.
d.
Guru membuat jenis hewan lain yang lebih banyak disukai anak laki-laki seperti ikan paus, ikan hiu, dan harimau. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan Siklus I
terlihat peningkatan keterampilan berbicara pada anak, akan tetapi hasil yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Upaya-upaya perbaikan diperlukan agar terjadi peningkatan keterampilan berbicara kearah yang diharapkan. Oleh karena itu penelitian ini dilanjutkan pada Siklus II agar mencapai hasil yang diharapkan. 3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II Perencanaan dalam penelitian Siklus II merupakan hasil refleksi dari Siklus I yaitu dengan membentuk kelompok kecil. Kelompok kecil yang terdiri
71
dari tiga anak untuk bercerita menggunakan media boneka tangan secara bergiliran. Kelompok tersebut telah diacak oleh guru dan peneliti agar anak yang sering ramai di kelas dipisahkan tidak digabungkan. Perencanaan tindakan dilakukan pada hari Senin, 24 Juni 2014. Tema pembelajaran pada waktu itu adalah “Alam Semesta” dengan sub tema “Gejala Alam”. Peneliti membuat RKH dan instrumen yang akan digunakan dalam pelaksanaan Siklus II yang selanjutnya didiskusikan bersama guru kelas Kelompok B1 untuk menyepakati bersama pelaksanaan yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan tindakan Siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan dengan rencana pelaksanaan yaitu Pertemuan Pertama hari Senin tanggal 24 Juni 2014, dan Pertemuan Kedua hari Selasa tanggal 25 Juni 2014. Kegiatan penelitian dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu pada pukul 08.00 WIB sampai 11.00 WIB. Teknis pelaksanaan penelitian dilakukan oleh guru Kelompok B1 yang sebelum memulai kegiatan terlebih dahulu melakukan apersepsi mengenai tema yang akan dibahas dan dilanjutkan dengan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu yang salah satunya adalah bercerita menggunakan media boneka tangan. Kegiatan Pertemuan Pertama Siklus II adalah metode menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan guru. Anak dibuat kelompok lebih banyak yaitu tiap kelompok terdiri dari tiga anak yang masingmasing kelompok bercerita menggunakan media boneka tangan dengan alur cerita yang telah dibuat oleh peneliti. Kegiatan Siklus II Pertemuan Kedua adalah sama seperti pertemuan pertama metode menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan guru, anak dibuat kelompok lebih banyak yaitu tiap kelompok terdiri
72
dari 3 anak, masing-masing kelompok bercerita menggunakan media boneka tangan dengan alur cerita yang telah dibuat oleh peneliti, namun bedanya adalah cerita tiap pertemuan berbeda-beda b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan Siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan. Adapun jadwal pelaksanaan Siklus II yaitu Pertemuan Pertama hari Senin tanggal 24 Juni 2014 dan Pertemuan Kedua hari Selasa tanggal 25 Juni 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu pada pukul 08.00 - 11.00 WIB dan sudah tercantum dalam RKH sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Deskripsi pelaksanaan penelitian Siklus II sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Siklus II Pelaksanaan Pertemuan Pertama pada Siklus II dilaksanakan pada hari Senin 24 Juni 2014 dengan tema “Alam Semesta” dengan sub tema “Gejala Alam”. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada pukul 08.00 WIB sampai 11.00 WIB. Kegiatan awal sebelum pembelajaran guru mengucap salam, dilanjutkan dengan berdo’a, bernyanyi sambil berdiri dan membuat lingkaran di tengah. Anak-anak bernyanyi dan bertepuk tangan dengan senang. Kegiatan selanjutnya dilanjutkan dengan apersepsi mengenai sub tema pada hari itu yaitu tanya jawab dan diskusi mengenai gejala alam yang belum diketahui anak. Kegiatan inti dimulai dengan penjelasan yang diberikan oleh guru kelas mengenai kegiatan apa saja yang akan dilakukan. Guru memberikan penjelasan kembali kepada anak mengenai tata cara bercerita menggunakan media boneka tangan secara perlahan-lahan. Setelah itu guru membagi menjadi kelompok yang
73
terdiri dari 3-4 anak. Pembagian kelompok ditujukan agar anak dapat berinteraksi dengan teman-temannya melatih lebih efektif lagi keterampilan berbicara anak. Adapun Gambar 10 yang menjelaskan tentang kegiatan Pertemuan Pertama Siklus II sebagai berikut:
\\
Gambar 10. Kegiatan Bercerita melalui Boneka Tangan Anak dalam Kelompok
Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi-materi yang akan diajarkan pada hari itu sesuai dengan RKH yang telah dibuat sebelumnya menggunakan media boneka tangan. Pada pertemuan ini kegiatan berbicara menggunakan media boneka tangan dengan judul cerita berbeda yaitu “Cerita Si Kelinci Mencuri Wortel”. Langkah-langkah kegiatan yaitu berbicara menggunakan media boneka tangan. Tahap pertama guru menjelaskan kepada anak bagaimana berbicara dengan menggunakan media boneka tangan. Tahap kedua, ketika guru telah mencontohkan cerita yang akan diceritakan kembali oleh anak, tiap kelompok yaitu tiga anak maju untuk kegiatan berbicara di depan kelas menggunakan media boneka tangan. Dengan kegiatan berbicara seperti ini maka anak akan lebih mudah dalam keterampilan berbicara karena anak mulai antusias untuk menggunakan media boneka tangan tersebut. Setelah semua anak maju untuk kegiatan berbicara dengan menggunakan media boneka tangan, anak diberi
74
penjelasan oleh guru tentang kegiatan berbicara yang sudah dilakukan. Kemudian sebelum makan siang anak mencuci tangan terlebih dahulu dan berdoa sebelum makan. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru menjelaskan tentang cara memegang pensil yang baik seperti apa. Setiap anak dibagikan pensil kemudian guru mencontohkan cara memegang pensil yang benar dan tepat seperti apa. Kemudian setelah kegiatan berakhir anak diminta membuat lingkaran untuk bersama-sama mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran dengan tanya jawab dan diskusi tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan pada hari itu. Anak menjawab pertanyaan guru dengan cukup baik. Kegiatan tanya jawab antara guru dan anak bertujuan untuk menggali tentang keterampilan berbicara anak. Anak diberi kesempatan untuk bercerita mengenai kegiatan yang telah dilakukannya pada waktu itu. Setelah melakukan sesi tanya jawab, pada kegiatan akhir guru memberikan beberapa nasehat pada anak-anak mengenai perilaku yang kurang baik terhadap orangtua. Kegiatan selanjutnya yaitu bernyanyi dan melakukan tepuk tangan di tempat dan dilanjutkan do’a sebelum pulang dan salam. 2) Pertemuan Kedua Siklus II Pelaksanaan Pertemuan Kedua pada Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 25 Juni 2014 dengan tema ”Alam Semesta” dan sub tema “Gejala Alam”. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada pukul 08.00 WIB sampai 11.00 WIB. Setelah bel masuk berbunyi anak langsung menuju ke kelas dan duduk dengan rapi di lantai yang beralaskan tikar sambil menunggu guru masuk ke dalam kelas. Kegiatan awal sebelum pembelajaran guru masuk ke kelas sambil mengucap salam, memanggil nama anak satu per satu, dilanjutkan dengan berdo’a dan
75
bernyanyi. Dan anak-anak pun bernyanyi dan bertepuk tangan dengan senang. Kegiatan selanjutnya dilanjutkan dengan apersepsi mengenai sub tema pada hari itu yaitu tanya jawab dan diskusi mengenai gejala alam yang belum diketahui anak. Saat apersepsi berlangsung anak-anak cukup antusias, anak-anak sudah mulai bercerita mengenai hal yang mereka ketahui tentang tema yang dibahas. Kegiatan inti dimulai dengan penjelasan yang diberikan oleh guru kelas mengenai kegiatan apa saja yang akan dilakukan. Guru memberikan penjelasan kembali kepada anak tentang materi-materi yang diajarkan pada hari itu sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan media boneka tangan. Pada pertemuan kedua, kegiatan berbicara yang dilakukan yaitu mengenai cerita dengan judul “Si Paus yang Kesepian dan Malang Sekali”. Guru meminta anak kembali membentuk kelompok seperti pertemuan sebelumnya, namun guru meminta anak membuat kelompok dengan anggota yang berbeda. Hal ini bertujuan agar anak tidak hanya terampil berbicara dengan satu teman saja namun seluruh yang ada di kelas. Guru kembali mencontohkan gerakan serta cerita kepada anak-anak. Setelah guru selesai bercerita, tiap kelompok diminta maju ke depan untuk bercerita menggunakan media boneka tangan dengan alur cerita yang telah disampaikan guru. Kelompok pertama yang maju ke depan kelas adalah Fth, Arn, dan Wdy, “Ikan paus bersedih karena paus merasa kesepian, paus ingin mengakhiri hidupnya dengan meminta saran kepada hewan lainnya yaitu gurita dan hiu”. Kelompok pertama ini telah mampu berbicara dengan baik. Anak sudah dapat mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan serta sudah mampu menyusun kalimat sederhana secara struktur. Namun ada juga beberapa anak yang belum mampu dan masih minta
76
bimbingan guru hanya saja tidak sebanyak pertemuan sebelumnya. Berikut ini adalah Gambar 11 yang menjelaskan kegiatan pada Pertemuan Kedua Siklus II:
Gambar 11. Kegiatan Bercerita melalui Boneka Tangan dalam Kelompok
Kegiatan akhir pembelajaran, guru menjelaskan tentang cara menghormati hari besar agama lain. Kemudian setelah kegiatan berakhir anak-anak diminta membuat bentuk lingkaran untuk bersama-sama mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya diskusi tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan pada hari itu. Anak menjawab pertanyaan guru dengan cukup baik. Kegiatan tanya jawab antara guru dan anak bertujuan untuk menggali tentang keterampilan berbicara anak. Anak diberi banyak kesempatan untuk bercerita mengenai kegiatan yang telah dilakukannya pada hari itu. Setelah melakukan sesi tanya jawab, pada kegiatan akhir guru memberikan beberapa nasehat mengenai perilaku yang kurang baik terhadap orangtua. Kegiatan selanjutnya yaitu bernyanyi, tepuk tangan, do’a sebelum pulang, dan salam. c. Observasi Siklus II Seperti halnya pada Siklus I, observasi dilaksanakan selama pembelajaran di kelas dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Dalam kegiatan observasi yang diamati adalah keterampilan berbicara tentang
77
menyampaikan maksud (ide, gagasan, pikiran, dan perasaan) dengan lancar, serta membuat kalimat sederhana dalam bahasa lisan dengan struktur lengkap. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan Siklus II apabila dibandingkan dengan Siklus I terlihat ada peningkatan yang cukup signifikan dan telah mencapai indikator keberhasilan lebih dari 80%. Rekapitulasi hasil Siklus II dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Pencapaian Keterampilan Berbicara Siklus II Indikator Menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) Membuat kalimat sederhana Rata-rata ketercapaian anak
Persentase Siklus I
Kriteria
89,74% 89,73% 89,73%
Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Persentase pencapaian keterampilan berbicara Siklus II dapat dijelaskan pada Gambar 12 berikut ini:
89,74%
89,73%
89,73%
Gambar 12. Histogram Pencapaian Keterampilan Berbicara Siklus II
Keterangan : 1= Dapat menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) 2= Dapat membuat kalimat sederhana 3= Rata-rata ketercapaian anak Berdasarkan hasil observasi dan Siklus II dapat dilihat persentase keterampilan berbicara pada Tabel 9 dan Gambar 12. Pencapaian keterampilan berbicara sebelum tindakan pada indikator menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, perasaan) dengan lancar dan jelas sebesar 89,74%, membuat kalimat
78
sederhana dengan bahasa lisan dan struktur lengkap mecapai 89,73%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata pencapaian keterampilan berbicara pada Siklus II mencapai 89,73% dengan mencapai kriteria baik. d. Refleksi Refleksi pada Siklus II dilakukan oleh peneliti dan kolaborator pada akhir Siklus II. Dalam refleksi ini dibahas mengenai data yang diperoleh pada pelaksanaan Siklus II. Anak begitu antusias mengikuti pembelajaran karena pembelajaran dari guru membuat anak senang dan tertarik mengikutinya, sehingga anak tidak ramai sendiri. Pada Siklus II keterampilan berbicara pada anak Kelompok B1 sudah mengalami peningkatan lebih dari 80% dengan indikator menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dengan lancar dan jelas mencapai 89,74%, membuat kalimat sederhana dengan bahasa lisan dan struktur lengkap mencapai 89,73% dan telah memenuhi indikator keberhasilan sehingga penelitian dirasa cukup dan dihentikan sampai Siklus II.
C. Pembahasan Dari hasil penelitian dapat dilihat adanya peningkatan keterampilan berbicara anak melalui media boneka tangan. Penelitian ini dilakukan selama lima kali tatap muka yang terbagi dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dan Siklus II dilakukan selama dua kali pertemuan. Hal ini telihat adanya peningkatan pada Siklus II yaitu mencapai kriteria tingkat keberhasilan sebesar 80%.
79
Adapun hasil rekapitulasi hasil keseluruhan keterampilan berbicara dari pratindakan dan kedua siklus yang telah dilaksanakan. Tabel 10. Pencapaian Keterampilan Berbicara Melalui Media Boneka Tangan Sebelum dan Sesudah Tindakan Persentase
Indikator Menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) Membuat kalimat sederhana Rata-rata ketercapaian anak
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
43,58%
65,80%
89,74%
46,15% 44,87%
55.55% 60,68%
89,73% 89,73%
Perbandingan peningkatan keterampilan berbicara Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II dapat dijelaskan pada Gambar 13 berikut ini:
89,73% 60,68% 44,87%
Gambar 13. Histogram Pencapaian Keterampilan Berbicara Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan berkolaborasi dengan guru Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo yang dilakukan selama lima kali pertemuan dalam dua siklus. Siklus I dan Siklus II dengan tema yang sama yaitu Alam Semesta. Menunjukan bahwa keterampilan berbicara anak melalui media boneka tangan mengalami peningkatan. Pembelajaran menyenangkan.
di
Banyak
Taman hal
Kanak-kanak
yang
dapat
harus
dilakukan
dilakukan agar
dengan
pembelajaran
menyenangkan. Misalnya dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik bagi anak. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk
80
keterampilan berbicara pada TK ABA Dukuh Gedongkiwo Kelompok B1 yaitu dengan menggunakan media boneka tangan. Dengan bentuk yang menarik dan anak dapat memainkan bonekanya dengan mudah sehingga efektif untuk digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet Suyanto (2005b: 175) menyatakan bahwa untuk melatih anak berkomunikasi secara lisan yaitu dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan teman dan orang lain. Guru dapat mendesain berbagai kegiatan yang memungkinkan anak untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, dan perasaannya serta membuat kalimat sederhana. Penggunaan media tersebut diharapkan anak merasa senang dan ingin mencoba menggunakan media tersebut. Rasa ingin tahu anak yang sangat besar terlihat apabila guru mempunyai media pembelajaran yang baru. Senada dengan pendapat Cucu Eliyawati (2005: 4) bahwa rasa ingin tahu dan antusias yang besar terhadap suatu hal yang baru dilihat oleh anak akan lebih memperhatikan dengan serius apabila media yang digunakan oleh guru menarik dan baru dilihat oleh anak. Anak akan antusias bertanya dan daya ingin tahu anak akan lebih besar. Hal ini terlihat ketika anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo dikenalkan dengan media boneka tangan oleh peneliti. Anak merasa senang, tertarik, dan lebih aktif dalam berbahasa. Ketika anak bermain boneka tangan secara tidak langsung aspek bahasa anak terlatih. Media boneka tangan ini membuat anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo ini lebih tertarik lagi mengikuti pembelajaran terlihat pada Siklus II tingkat pencapaian indikator anak meningkat dari sebelum anak menggunakan media boneka tangan.
81
Media yang digunakan peneliti adalah media yang jenisnya berbentuk hewan misal hewan yang ada di darat, hewan yang ada di air, dan hewan yang ada di udara. Kemudian pada saat Siklus II variasi jenis boneka anak diubah yang awalnya lebih banyak hewan yang diminati perempuan diubah dengan hewan yang lebih banyak diminati dan disukai anak laki-laki. Hal ini dikarenakan pada Kelompok B1 lebih banyak anak laki-laki daripada anak perempuan. Nurbiana Dhieni, dkk., (2005: 9.38), menyatakan bahwa boneka tangan banyak digunakan disandiwara-sandiwara untuk mengisahkan sebuah kisah kehidupan atau berimajinasi. Anak-anak menggunakan boneka tangan untuk mengungkapkan apa yang ada dipikiran mereka. Boneka tangan mendorong anak untuk menggunakan bahasa. Boneka tangan digunakan sebagai media bermain dan belajar untuk anak yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Peningkatan keterampilan berbicara pada anak dapat dilihat dengan meningkatnya keterampilan berbicara anak saat menggunakan media boneka tangan yaitu pada saat anak menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan), dan membuat kalimat sederhana. Senada dengan pendapat Henry Guntur Tarigan (1983: 15), bahwa keterampilan berbicara adalah mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pada saat penelitian dilakukan tingkat keberhasilan anak tentang menyampaikan maksud (ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) lebih meningkat dibandingkan membuat kalimat sederhana. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah anak lebih tertarik untuk menyampaikan maksud
82
(ide, pikiran, gagasan, dan perasaan) dibandingkan dengan membuat kalimat sederhana. Hal ini terlihat dengan presentase sebesar 89,74%. Ada beberapa faktor yang menunjang keaktifan berbicara menurut Sabarti Akhadiyah, dkk., (1992: 154-160) yaitu: a. Faktor kebahasaan meliputi: pengucapan vocal, penempatan tekanan, penempatan persendian, penggunaan nada/ irama, pilihan kata, pilihan ungkapan, variasi kata, tata bentukan, struktur kalimat, dan ragam kalimat; b. Faktor non kebahasaan meliputi: keberanian, kelancaran, kenyaringan suara, pandangan mata, gerak-gerik dan mimik, keterbukaan, penalaran, penguasaan topik. Pada saat dilapangan faktor-faktor tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sabarti Akhadiyah, dkk., (1992: 154-160) bahwa pada saat anak bermain boneka tangan pengucapan vocal anak jelas, baik dari intonasi, nada/irama, dan pemilihan ungkapan kata. Kemudian dalam segi non bahasa anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo telah dapat mengekspresikan diri dalam memainkan media boneka tangan.
E. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan pada anak Kelompok B1 di TK ABA Dukuh Gedongkiwo Yogyakarta ini telah diupayakan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Namun pada kenyataannya masih terdapat kekurangan yang disebabkan oleh beberapa keterbatasan. Diantaranya: 1) Bentuk boneka tangan yang lebih banyak diminati oleh anak perempuan dibandingkan anak laki-laki seperti kucing, kelinci, dan kupu-kupu. Pada kenyataannya anak Kelompok B1 lebih banyak anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan boneka
83
tangan yang disukai anak laki-laki seperti harimau, singa, dan paus; 2) Warna boneka tangan yang kurang cerah dan kurang diminati oleh anak. Sedangkan warna yang diminati anak seperti merah, kuning, dan hijau; 3) Waktu pembelajaran yang kurang memadai dalam melakukan penelitian.
84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan media boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Hal ini terbukti dari hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara dengan rata-rata ketercapaian anak Pratindakan mencapai 42,30%, Siklus I mencapai 58,54%, Siklus II mencapai 89,73%. Hal tersebut telah mencapai kriteria keberhasilan penelitian sebesar 80%. Adapun
langkah-langkah
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan
keterampilan berbicara melalui boneka tangan yaitu: (1) Guru bercerita menggunakan boneka tangan; (2) Guru mengelompokkan anak, tiap kelompok terdiri dari tiga anak; (3) Anak-anak mengulang kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru; serta (4) Guru memberikan motivasi dan reward berupa “Tanda Bintang”.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, sebaiknya guru diharapkan menggunakan media boneka tangan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak.
85
2. Bagi Sekolah Memberikan dan menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran menggunakan media boneka tangan. Mendukung upaya guru dalam menggunakan media boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Perlu adanya penelitian ulang tentang keterampilan berbicara melalui boneka tangan minimal setelah 1 bulan penelitian dilakukan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah tingkat keberhasilan anak masih tetap, berkurang atau meningkat. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian mengenai peningkatan keterampilan berbicara melalui media boneka tangan masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, menjadi motivasi bagi peneliti selanjutnya untuk melengkapi penelitian ini dengan beberapa variasi boneka tangan yang lebih baik. Seperti warna boneka, jenis boneka, variasi tokoh boneka yang menarik bagi anak laki-laki dan perempuan, serta besar kecil boneka tangan, sehingga lebih meningkatkan keterampilan berbicara.
86
DAFTAR PUSTAKA Bachtiar S. Bachri. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita Di Taman Kanakkanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Bromley, Karen D’Angelo. (1992). Language Arts: Eksploring Conections. (Alih bahasa: Sayogyo). Boston: Allyn and Bacon. Cucu Eliyawati. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Ernawulan Syaodih. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Hartono. (1992). Anak Anda di TK?. Jakarta: BPK Gunung Mulya. Hildebrand, Verna. (1986). Introduction to Early Chilhood Education, 4 th, ed. (Alih bahasa: Moesliehatoen). New York: Mac Millan Publishing Company. Heinich, M. & Russell, S. (2005). Media Pembelajaran. (Alih bahasa: Sayogyo). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Henry Guntur Tarigan. (1983). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Henry Guntur Tarigan. (1985). Psikolinguistik. Bandung: Angkasa. Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak. (Alih bahasa: Agus Dharma). Jakarta: Erlangga.
Kasihani Kasbolah. (1998). Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Maimunah Hasan. (2010). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Penerbit Diva Press. Mansoer Pateda. (1990). Aspek-aspek Psikolinguistik. Ende Flores: Nusa Indah. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009. Diakses dari
87
http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/2012/08/permen_ 58_2009-ttg-standar-PAUD.pdf pada tanggal 04 Januari 2014 jam 13.00 WIB. Nurbiana Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, & Nany Kusniaty. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Ngalim Purwanto. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif (Cetakan 1). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rita Kurnia. (2009). Metodologi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jakarta: Cendekia Insani. Sabarti Akhadiyah, Mukti U.S, Maidar G. Arsjad, Sakura N. Rindwan, & Zulfanur Z.F. (1992). Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Slamet Suyanto. (2005a). Dasar–dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat. Slamet Suyanto. (2005b). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, & Supardi. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Tadkiroatun Musfiroh. (2005). Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Umar Hamalik. (1997). Media Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
88
Yudha M Saputra, & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Yeni Rachmawati & Euis Kurniati. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
89
LAMPIRAN
90
LAMPIRAN 1 Alur Cerita
91
Lampiran 1. Alur Cerita
Si Kelinci dan Si Monyet
Di sebuah hutan yang amat tentram tinggallah beberapa hewan di sana, diantaranya adalah kelinci dan monyet. Walau keduanya termasuk hewan yang cerdik, namun kecerdikan monyet jauh lebih menjurus ke arah negatif dibanding kecerdikan si kelinci yang sering menolong. Suatu hari si monyet datang menemui kelinci, ternyata si monyet ingin meminjam beberapa makanan milik kelinci."Hai kelinci, bolehkah aku meminjam beberapa pisang milikmu, nanti akan aku kembalikan setelah aku bisa mencari pisang kembali, karena kakiku sedang sakit”. Kelinci kemudian memperhatikan kaki si monyet dan ternyata monyet hanya pura-pura saja. "Sebenarnya pisang ini bukan milikku, ini adalah kepunyaan para kera di hutan yang sedang pergi untuk mencari tempat barunya, tapi tidak apalah kalau kau ingin memakannya, ambillah". Si monyet sangat gembira, karena sangat gembira ia lupa kalau ia tadi bilang kakinya sedang sakit, ia langsung berjingkrak-jingkrak. “Loh monyet, kenapa kau berjingkrak-jingkrak?, bukankankah kau tadi bilang kalau kakimu sedang sakit?" tanya si kelinci. Monyet langsung berhenti dan tertawa, "Oops, aku lupa kelinci, tapi aku sekarang sudah sembuh kok…hehehe", si monyet menjawab dengan muka liciknya. Lalu si kelinci pergi meninggalkan monyet sambil tertawa terbahak-bahak, "Hahaha, akhirnya kena juga kau kelinci aku tipu, memangnya kamu saja yang cerdik", ledek si Monyet pergi ke atas pohon sambil memegang beberapa pisang. 92
Tak lama kemudian terdengar teriakan, "Aduuh...aduhh tolong perutku sakit" si monyet pun terjatuh dari pohon karena memegang perutnya," kelinci menghampiri si monyet, “kenapa kau monyet?" tanya si kelinci, Si monyet tak bisa menjawab ia hanya meringis kesakitan sambil memegang perutnya. "Hahaha..makanya kau jangan suka menipu, tahu sendiri akibatnya, pisang tadi adalah pisang beracun yang tidak boleh dimakan oleh siapapun".
93
Cerita Si Kelinci Mencuri Wortel
Suatu hari di tengah hutan yang sejuk pemandangan serta alam yang masih alami. Pohon bergoyang akibat angin sepoi-sepoi yang menerpa dedaunan. Burung-burung berkicau dengan indah, semua hewan yang ada di hutan tersebut merasakan kenyamanan suasana hutan pada siang terik hari itu. Di bawah pohon yang rindang, ada seekor kelinci yang sedang beristirahat. Rupanya si kelinci amat sangat menikmati hari yang sangat cerah saat itu. Semilir angin membuat matanya terasa berat dan dia merasa sangat mengantuk sekali. Rupanya kelinci sangat berbahagia tinggal di dalam hutan yang sangat rimbun dan tenang. Namun tiba-tiba terdengar suara bergemuruh datang menghampiri tempat di mana si kelinci istirahat. "Kebakaran....kebakaran...!" Teriak beberapa anggota hutan yang berlari pontang-panting menuju arah si kelinci yang sedang beristirahat. "Ayo cil, lari ..selamatkan dirimu, ada kebakaran hebat di ujung hutan sebelah sana". teriak si monyet yang lari pontang-panting sambil disusul oleh harimau, monyet, serta hewan-hewan hutan lainnya. Si kelinci yang sedang santai, langsung bangkit dan berlari bersama sama hewan hutan lainnya. Si kelinci berlari di antara anggota hewan hutan lainnya untuk segera menjauh dari terjangan api yang membakar hutan. Setelah jauh berlari, si kelinci dan hewan lainnya terlihat sangat letih sekali. Merekapun berhenti dan mencari tempat untuk beristirahat.
94
Setelah lama beristirahat, si kelinci merasa sangat kelaparan dan ingin sekali menyantap wortel pak tani yang sering kelinci curi di ladang pak tani. Dan ternyata hewan-hewan hutan tersebut berlari menuju arah ladang wortel yang juga milik pak tani. "Wah sungguh beruntung aku, ternyata aku sudah dekat dengan ladang wortel milik pak tani yang lain…hmm …kali ini mungkin wortelnya besar-besar dan enak semua" kembali niat buruk kelinci mencuri wortel milik pak tani terbersit di benaknya. Si kelinci teringat wortel milik pak tani yang sering ia curi dan ia selalu lolos dari jebakan yang dipasang oleh pak tani di kebun wortel miliknya di desa sebelah hutan sana. Nah kali ini kembali si kelinci mencuri timun petani, karena laparnya akibat berlari-lari menjauh dari api yang membakar hutan tadi. Sementara teman-temanya membubarkan diri dan kembali setelah hutan bebas dari kobaran api, tinggal si kelinci yang masih membayangkan nikmatnya wortel pak tani yang besar-besar tadi. Tiba-tiba dari belakang kelinci ada seekor monyet yang menegur kelinci agar kembali ke dalam hutan, sebab api sudah reda akibat hujan yang turun sore itu. "Ayo kita balik ke dalam hutan, kita bereskan rumah kita di sana", ajak si monyet kepada si kelinci. "Tidak ah, nyet,..aku mau disini saja, aku mau menjaga hutan dari para pencuri kayu" kata si kelinci sok pahlawan. Akhirnya si monyet meninggalkan si kelinci sendiri di tepi kebun timun tersebut. "Asyik, si monyet pergi, pasti dia mau tahu apa yang akan kukerjakan malam ini, yah…aku mau pesta wortel malam ini…horee...", si kelinci kegirangan, malam ini ia akan mencuri wortel milik pak tani. Dan mulailah si kelinci mencuri timun pak tani dengan bebasnya.
95
Keesokan harinya betapa kagetnya pak tani melihat ladang wortelnya berantakan dan semua wortelnya ludes serta banyak wortel yang tidak habis dimakan. "Arrrghh... pak tani pun marah”. Pak tani pun tidak kehilangan akal, ia memasang perangkap yaitu sebuah boneka yang ia taruh di ladang wortel miliknya, dan kali ini ia tambahkan beberapa lem yang sangat lengket di sekitar boneka tersebut. Keesokan harinya si kelinci pun tertangkap menempel pada si boneka tersebut. Dan akhirnya kelinci pun di bawa oleh pak tani ke dalam rumahnya dan ditaruh di dalam kandang dan menyuruh kucingnya untuk menjaga si kelinci semalaman, karena keesokan harinya si kelinci akan menjadi sate dan opor oleh pak tani. Memang kelinci licik dan pintar, dengan akal siasatnya ia berhasil menipu kucing milik pak tani dan berhasil lolos dari perangkap maut tersebut. Awalnya si kucing tidak tahu kalau kelinci mencuri wortel milik pak tani. "Hei kucing tampan, tahukah kamu, malam ini aku diajak berpesta dengan pak tani, tapi aku males sekali untuk pergi bersamanya", kata kelinci dari balik kerangkeng. Si kucing awalnya cuek namun karena pujian kelinci ia menjawabnya. "kenapa kamu tidak mau cil?, bukannya enak diajak pesta?" kata si kucing. "Aku sih mau aja pergi tapi kandang ini sangat bagus sekali untuk ditinggalkan, mau kah kau menjaganya selagi aku pergi?,. ku tahu kau kucing yang pintar dan baik hati" kata si kelinci memelas dan memuji si kucing. Akhirnya si kucing bersedia menggantikan si kancil untuk masuk ke dalam kerangkeng, dan akhirnya si kelinci pun lolos dari jeratan maut pak tani pemilik ladang wortel. Si kelinci pun senang dan keluar dari rumah pak tani.
96
Katak Sombong dan Penyu Laut yang Bijak. Di sebuah kolam yang sangat kecil tinggallah seekor katak yang selalu gembira dengan tempat tinggalnya. Semua kebutuhannya tersedia di sana, mulai dari lalat, serangga seperti nyamuk, dan kumbang ada semua di sana. Sang katak selalu senang berada di kolam kecil itu, sehingga ia sangat suka dengan tempat tinggalnya tersebut. Berbeda dengan teman-temannya yang mengajaknya berpindah tempat untuk mencari makanan di tempat lainnya. "Aku tidak bisa pindah ketempat lain, di sinilah surgaku, aku bisa makan apa saja yang aku mau, tidak perlu pergi kemana-mana, semuanya tersedia disini", ujar sang katak kepada seekor penyu yang sedang lewat di kolam. Singkat cerita, suatu hari datang hujan lebat dan menyebabkan banjir, akhirnya sang katak terseret hingga pinggir pantai. Di pantai sang katak melihat seekor penyu laut yang sedang pergi berenang menuju laut lepas. Tiba-tiba sang katak memanggil penyu laut dan berkata, "Hai penyu, mau kemana kau?,. apa kau tidak melihat disana?, laut itu tidak ada apa-apanya ketimbang kolam ku yang penuh dengan makanan serta memenuhi semua keinginanku, kalau kau ingin tinggal bersamaku, ayo ikut aku" Si penyu berbalik badan sambil tersenyum sembari berkata " Kau baru kali ini melihat laut ya?, Tahukah kau laut itu adalah kebebasan yang hakiki, kau tidak pernah bisa mencapai dasar laut, tapi kau bisa mencapai tempat-tempat yang jauh di seberang sana lewat laut.
97
"Di laut kau bisa bebas berenang ke mana saja dan kau bisa makan apa saja di dalam laut tanpa harus takut kelaparan". Sambung si Penyu sambil berlalu dari hadapan si Katak yang sombong itu. Mendengar penjelasan penyu laut, sang katak hanya bisa ternganga. Mulutnya terbuka lebar dan matanya terbelalak mendengar keindahan lautan biru yang terhampar di depannya. "Ternyata ada yang lebih indah dari pada kolam kecil ku" si katak meringis.
98
Si Paus yang Kesepian dan Malang Sekali Pad suatu hari ada seekor paus yang telah lama hidup dari pada penghuni laut lainnya, paus tersebut sedang bernyanyi. Ia menyanyikan sebuah lagu yang paling sendu yang pernah terdengar oleh para penghuni laut lainnya. Semenjak kematian pasangannya beberapa tahun silam tak ada kebahagiaan terpancar dari raut wajahnya. Ia hanya mengitari samudra lepas diiringi kesepiannya. Hiu dan gurita seolah ikut merasakan apa yang tengah dirasakan ikan paus itu. Tapi mereka tidak tahu harus melakukan apa demi menolong si paus yang telah hidup lebih lama dari pada penghuni laut lainnya. Saat itulah, ikan paus menghampiri teman-temannya dan meminta pertolongan.“Hai gurita,” kata paus kepada gurita, “bunuhlah aku.” Gurita yang dipanggil pun menjawab, “mana mungkin?! aku takkan sanggup membunuhmu, lihat saja, testikelku yang paling besar hanya sanggup mencengkeram salah satu dari siripmu saja.” Mendapat jawaban tersebut, ikan Paus pun pergi. Ia menghadap ikan Hiu yang terkenal sebagai ikan buas yang haus darah. “Hiu, tolonglah aku,” kata paus kepada hiu, “bunuhlah aku.” Hiu pun menjawab, “hahaha…kau becanda bukan? Lihatlah tubuhku ini jauh lebih kecil dibandingkan tubuhmu yang besar, gigi-gigiku ini tak mungkin bisa menembus kulitmu yang tebal.” “Cobalah…”, desak paus dengan mimik memohon…akhirnya hiu mencobanya tetapi seperti yang dikatakannya, hal tersebut sia-sia. “Sia-sia saja.” Kata hiu menyerah. Ikan paus itu pun pergi meninggalkan ikan hiu diiringi nyanyian yang sama. Nyanyian paling sendu di seluruh jagad samudra. Ia bosan telah hidup terlalu lama, sedangkan teman-teman sezamannya telah mati lebih dulu. “Kau
99
sungguh ingin mati?” Tanya hiu. Kemudian paus pun mengangguk, “tunggulah besok, saat badai bulan ini datang. Kemudian naiklah ke permukaan laut dan janganlah menggerakkan siripmu. Biarkan gelombang menyapu tubuhmu.” Besoknya, tepat ketika badai mulai bergemuruh di samudra lepas, ikan paus muncul ke permukaan. Si paus mengikuti saran hiu tersebut. Badai tersebut adalah badai terdashyat yang pernah dilihatnya, badai yang menjuntai-juntai. Dimana kilat saling sambar-menyambar dan air laut bergelombang sangat tinggi. Bagaikan membentuk Poseidon, si dewa laut. Mengerikan, setiap sapuannya menimbulkan bunyi yang menyiutkan nyali makhluk-makhluk darat, tetapi paus itu tidak peduli hal tersebut, ia hanya memikirkan tentang kematian yang akan ia hadapi. Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu datang. Sebuah ombak tertinggi datang mengarah padanya. Kemudian, menyapu paus yang telah mematikan seluruh gerakannya. Ikan paus itu pun terhuyung-huyung, bergulung tersapu ombak. Meluncur cepat menuju pantai, dan terdampar. Akhirnya ikan paus terdampar didaratan dan di ambil oleh manusia. Di laut, kedua temannya yaitu gurita dan hiu muncul ke permukaan ikut berbahagia, meskipun air mata tak mampu mereka bendung. Bagaimana pun juga ikan paus tua itu adalah bagian dari mereka.
100
Kupu-Kupu dan Burung Nuri yang Sombong
Pad suatu hari burung nuri dan kupu-kupu sedang mencari makan di tengah hutan. Suatu ketika kupu-kupu masuk ke dalam hutan tanpa disengaja karena dia sibuk mencari bunga untuk dihisap sari bunganya. Sesampai di dalam hutan si kupu-kupu merasa lelah dan hinggap di sebuah tangkai pohon yang besar. Ketika sang kupu-kupu hinggap di tangkai pohon besar tersebut, tampak seekor burung nuri yang sedang mengawasinya sejak kupu-kupu masuk ke dalam hutan itu. Lalu si burung nuri menghampiri sang kupu-kupu sambil berkata, "Hai kupu-kupu sedang apa kau disini, bukankah seharusnya kau ada di taman bunga?", si kupu kupu sangat kaget mendengar suara lengkingan burung nuri. “Ya aku tidak bisa menemukan bunga yang seharusnya aku hisap hari ini". "Haahha...memang kau makhluk kecil yang tidak berguna, masak cuma mencari bunga saja kau tidak bisa", kata burung nuri dengan sangat sombongnya. "Bukan aku tidak bisa, aku hanya tersesat karena tadi aku terbawa angin yang sangat kencang", bela si kupu-kupu. "Lihatlah diriku, aku terbang dengan sangat tinggi, membelah awan dan angin di atas hutan, dan aku sanggup melihat benda kecil dari atas langit", sekali lagi burung nuri berkata dengan sombongnya. "Baiklah engkau memang makhluk yang sangat hebat, tidak seperti aku, aku kecil dan sayapku sangat tipis sekali", kata kupu-kupu sambil pergi berlalu dari burung elang yang sombong itu. Kupu-kupu melanjutkan perjalanannya untuk mencari bunga, namun tidak berapa
lama,
ia
dikejutkan
oleh
suara
benda
jatuh
dari
langit."Buuuuummmmmm.....", “Hah, suara apa itu", kupu-kupu lalu mencari dari
101
mana suara itu berasal. Ternyata suara itu adalah suara burung nuri yang jatuh ketika sedang terbang di atas hutan. "Tolong...tolongg...." rintih burung nuri kesakitan, “Hah, engkau burung nuri yang tadi?, kenapa kau terjatuh?, apakah kau tadi bilang kau sangat pandai terbang?”, tanya kupu-kupu. "Memang aku tadi berkata demikian, tetapi ketika aku terbang setelah bertemu dengan kau, tiba-tiba ada busur panah dari pemburu hutan yang nyaris melukai sayapku, dan aku tidak bisa terbang dengan baik." Akhirnya burung nuri menyadari kalau dia sangat sombong dan angkuh di hadapan si kupu-kupu yang kecil, akan tetapi sangat besar sekali jasa kupu-kupu dalam lingkungan hidup kita.
102
Persahabatan Si lebah, Si Kupu-Kupu, dan Si Kumbang Di sebuah hutan yang sangat tenang hiduplah beberapa hewan yang sangat rukun, salah satu hewan-hewan itu adalah lebah, kupu-kupu dan kumbang. Mereka sangat rukun sekali. Di pagi yang cerah si lebah keluar dari sarangnya untuk berolahraga, dan tiba-tiba bertemu dengan si kumbang yang lagi terburu-buru membawa sebongkah makanan yang akan dibawanya ke dalam rumah. “Hei...kumbang sini aku bantu”, “ohh…terimakasih lebah kamu baik sekali”, jawab si kumbang. Gara-gara pertolongan lebah tugas si kumbang selesai dengan cepat. Siang harinya ketika si lebah dan kumbang hendak pergi ke seatu tempat, si lebah dan kumbang berjalan bersama dan melihat satu sahabat mereka yaitu si kupu-kupu. “Loh… bukannya itu sahabat kita si kupu-kupu?, kupu-kupu apakah itu kamu?”, teriak si kumbang dengan kencang. “Iya kumbang ini aku, sayapku patah setelah aku menghindar dari beberapa manusia yang ingin berusaha menangkapku”, jawab si kupu-kupu. “Sini aku bantu berjalan sahabat”, lalu dengan cepat si lebah dan kumbang menolong dan memopong si kupu-kupu dengan
berjalan
perlahan-lahan.
Akhirnya
si
kupu-kupu
terselamatkan.
Terimakasih sahabat kalian memang sahabat yang baik, kata si kupu-kupu kepada si lebah dan kumbang.
103
LAMPIRAN 2 Daftar Pertanyaan dan Jawaban
104
Lampiran 2 Daftar pertanyaan Judul cerita: Si Kelinci dan Si Monyet No 1 2 3 4 5 6 7
Pertanyaan Sebutkan apa saja hewan yang ada pada cerita yang telah disampaikan oleh ibu guru? Di mana monyet dan kelinci itu tinggal? Mengapa kelinci itu berpura-pura sakit kaki di hadapan monyet? Bagaimana persaan kelinci setelah mendapatkan pisang yang ia inginkan? Siapa yang mengalami sakit perut? Kapan peristiwa itu terjadi? apakah di siang hari? atau malam hari? Apa hikmah dari cerita “Si Kelinci dan Si Monyet” ?
Judul cerita : Cerita Si Kelinci Mencuri Wortel No 1 2 3 4 5 6 7
Pertanyaan Apa judul dari cerita yang telah disampaikan ibu guru? Mengapa kelinci tidak mau di ajak monyet kembali ke hutan? Siapa yang mencuri wortel pak tani? Dimana kelinci mencuri wortel pak tani? Bagaimana cara pak tani menjebak kelinci? Kapan peristiwa itu terjadi? apakah di siang hari? atau malam hari? Apa hikmah dari cerita “Si Kelinci Mencuri Wortel” ?
Judul cerita : Katak Sombong dan Penyu Laut yang Bijak No 1 2 3 4 5 6 7
Pertanyaan Sebutkan apa saja hewan yang ada pada cerita yang telah disampaikan oleh ibu guru? Siapa yang senang berada di kolam kecil itu? Mengapa katak senang dan selalu gembira berada di kolam kecilnya itu? Dimana penyu itu tinggal? Bagaimana cara penyu laut memberi tahu katak kalau laut itu lebih indah dari kolam kecilnya itu? Kapan peristiwa itu terjadi? apakah di siang hari? atau malam hari? Apa hikmah dari cerita “Katak Sombong dan Penyu Laut yang Bijak” ?
Judul cerita : Si Paus yang Kesepian dan Malang Sekali No 1 2 3 4 5 6 7
Pertanyaan Apa penyebab ikan paus bersedih dan ingin mengakhiri hidupnya? Siapa aja hewan yang diminta paus untuk membunuhnya? Mengapa si paus sedih dan tidak ada semangat hidup? Dimana paus itu mengakhiri hidupnya Bagaimana cara paus mengakhiri hidupnya? Kapan peristiwa itu terjadi? apakah di siang hari? atau malam hari? Apa hikmah dari cerita “Si Paus yang Kesepian dan Malang Sekali”?
Judul cerita : Kupu-kupu dan Burung Nuri yang Sombong No 1 2 3 4 5
Pertanyaan Apa yang membuat burung nuri merasa sombong? Bagaimana kupu-kupu menjawab ejekan dari burung nuri tersebut? Dimana burung nuri bertemu dengan kupu-kupu? Mengapa burung nuri jatuh dari atas pohon? Siapa yang menolong burung nuri pada saat burung nuri terkena busur panah si pemburu
105
6 7
hutan Kapan peristiwa itu terjadi? apakah di siang hari? atau malam hari? Apa hikmah dari cerita “Kupu-kupu dan Burung Nuri yang Sombong”?
Judul cerita : Persahabatan Si Lebah, Si Kupu-Kupu, dan Si Kumbang No 1 2 3 4 5 6 7
Pertanyaan Apa judul ceita yang disampaikan oleh ibu guru? siapa saja hewan yang saling tolong menolong pada cerita ini? Dimana si lebah bertemu si kumbang? Mengapa sayap sikupu-kupu patah? Bagaimana cara lebah dan kumbang menolong kupu-kupu? Kapan peristiwa itu terjadi? apakah di siang hari? atau malam hari? Apa hikmah dari cerita “Si Lebah, Si Kupu-Kupu, dan Si Kumbang”?
106
Daftar Jawaban
Judul cerita: Si Kelinci dan Si Monyet No 1 2 3 4 5 6 7
Jawaban Hewan yang telah disampaikan ibu guru adalah Kelinci dan Monyet. Monyet dan Kelinci itu tinggal di sebuah hutan yang amat tentram. Karena monyet ingin meminta pisang yang dimiliki kelinci. Dengan cara berbohong bahwa kaki si monyet sedang sakit. Yang mengalami sakit perut adalah Monyet. Peristiwa itu terjadi pada siang hari. Hikmah cerita Si Kelinci dan Si Monyet adalah tidak boleh berbohong dengan siapa pun itu,, apabila kita berbohong maka kita akan mendapatkan akibatnya.
Judul cerita: Cerita Si Kelinci Mencuri Wortel No 1 2 3 4 5 6 7
Jawaban Judul cerita yang telah disampaikan ibu guru adalah Cerita Si Kelinci Mencuri Wortel. Karena kelinci ingin mencuri wortel milik pak tani. Yang mencuri wortel pak tani adalah kelinci. Kelinci mencuri wortel pak tani di lading milik pak tani di desa sebelah hutan. Pak tani menjebak kelinci dengan cara memasang perangkap yaitu dengan boneka yang ia taruh di lading miliknya. Peristiwa itu terjadi pada siang hari. Hikmah dari cerita “Si Kelinci Mencuri Wortel” kecerdasan tidak boleh digunakan dengan berbagai kejahatan, apabila kita gunakan dengan kejahatan maka akan mendapatkan hukumannnya.
Judul cerita: Katak Sombong dan Penyu Laut yang Bijak No 1 2 3 4 5 6 7
Jawaban Hewan yang ada pada cerita yang telah disampaikan oleh ibu guru adalah Katak dan Penyu Laut. Yang senang berada di kolam kecil itu adalah Katak Karena semua kebutuhannya tersedia di sana, mulai dari lalat, serangga, dan lain-lainnya. Penyu itu tinggal di kolam yang sangat kecil. Penyu laut memberi tahu katak kalau laut itu lebih indah dari kolam kecilnya itu dengan cara mencceritakan keindahan laut yang indah dan bebas. Peristiwa itu terjadi pada siang hari. Hikmah dari cerita “Katak Sombong dan Penyu Laut yang Bijak” adalah janganlah merasa sombong dengan apa yang telah kita miliki kepada orang lain.
Judul cerita: Si Paus yang Kesepian dan Malang Sekali No 1 2 3 4 5 6 7
Jawaban Penyebab ikan paus bersedih dan ingin mengakhiri hidupnya adalah paus merasa kesepian semenjak kematian pasangannya beberapa tahun yang lalu. Hewan yang diminta paus untuk membunuhnya adalah sahabatanya guritadan hiu. Si paus sedih dan tidak ada semangat hidup karena si paus kesepian. Paus itu mengakhiri hidupnyadi samudra lepas. Paus mengakhiri hidupnya dengan cara muncul di permukaan badai samudra lepas. Peristiwa itu terjadi, siang hari. Hikmah dari cerita “Si Paus yang Kesepian dan Malang Sekali” adalah janganlah putus asa.
107
Judul cerita: Kupu-kupu dan Burung Nuri yang Sombong No 1 2 3 4 5 6 7
Jawaban Yang membuat burung nuri merasa sombong adalah memiliki sayap yang bisa terbang bebas lepas tidak seperti kupu-kupu. Kupu-kupu menjawab ejekan dari burung nuri tersebutdengan merendahkan dan tidak sombong seperti burung nuri. Burung nuri bertemu dengan kupu-kupu di tangkai pohon besar. Burung nuri jatuh dari atas pohon karena busur panah dari pemburu. Yang menolong burung nuri pada saat burung nuri terkena busur panah si pemburu hutan adalah kupu-kupu. Peristiwa itu terjadi pada siang hari. Hikmah dari cerita “Kupu-kupu dan Burung Nuri yang Sombong” adalah tidak boleh sombong dengan apa yang telah kita miliki.
Judul cerita: Persahabatan Si Lebah, Si Kupu-Kupu, dan Si Kumbang No 1 2 3 4 5 6 7
Jawaban Judul ceita yang disampaikan oleh ibu guru adalah Persahabatan Si Lebah, Si Kupu-Kupu, dan Si Kumbang. Hewan yang saling tolong menolong pada cerita ini adalah Si Lebah, Si Kupu-Kupu, dan Si Kumbang. Si lebah bertemu si kumbang di hutan. Sayap sikupu-kupu patah karena menghindar dari beberapa manusia yang ingin berusaha menangkap kupu-kupu. Lebah dan kumbang menolong kupu-kupu dengan cara membantu berjalan perlahan-lahan. Peristiwa itu terjadi pada siang hari. Hikmah dari cerita “Si Lebah, Si Kupu-Kupu, dan Si Kumbang” adalah persahabatan atau pertemanan yang baik adalah persabahatan atau pertemanan yang saling suka menolong ketika temannya mengalami kesulitan.
108
LAMPIRAN 3 Instrumen Penelitian
109
Instrument Penelitian Tabel 2. Instrumen lembar observasi Keterampilan Berbicara
No
Nama Siswa
1.
Abl
2.
Alik
3.
Arn
4.
Dni
5.
Fth
6.
Hfd
7.
Ihsn
8.
Khls
9.
Lqmn
10.
Mlk
11.
Nbl
12.
Rhn
13.
Wdy
Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan persaan) 3 2 1
Jumlah Rata-rata Presentase (%)
110
Membuat Kalimat Sederhana 3
2
1
LAMPIRAN 4 Surat Expert Judgement
111
112
LAMPIRAN 5 Surat Ijin Penelitian
113
114
115
116
LAMPIRAN 6 Daftar Nama Anak Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo Yogyakarta
117
Lampiran 4. Daftar Nama Anak Kelompok B1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
NAMA ANAK Abl Alik Arn Dni Fth Hfd Ihsn Khls Lqmn Mlk Nbl Rhn Wdya
JENIS KELAMIN L P P L L L L L L L L P P
118
UMUR (Th) 5,3 Tahun 5,1 Tahun 6,1 Tahun 5,0 Tahun 6,1 Tahun 5,6 Tahun 5,0 Tahun 5,3 Tahun 5,5 Tahun 5,4 Tahun 5,3 Tahun 5,5 Tahun 6,2 Tahun
LAMPIRAN 7 Rencana Kegiatan Harian (RKH) TK ABA Dukuh Gedongkiwo Yogyakarta
119
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok Tema/SubTema Semester Hari, tanggal
Indikator
NAM 2.1.3 Melakukan gerakan ibadah sesuai dengan agamanya
Kegiatan pembelajaran Kegiatan awal ± 30 menit Berbaris, berdoa, salam Meniru Gerakan 1. Pertama-tama anak dikumpulkan untuk berbaris tiap Kelas A B1, B2 yang dipimpin salah satu anak yang telah dipilih guru. 2. Pemimpin menertibkan seluruh siswa. 3. Selanjutnya pemimpin memlih salah satu anak yang sudah tertib untuk masuk ke masjid duluan untuk melakukan sholat sunnah Dhuha. 4. Setelah semua anak masuk di Mesjid, seluruh anak membanca doa-doa dan surat-surat pendek.
: B : Alam Semesta/Benda Alam Semesta : II : Senin, 17 Juni 2014 Alat peraga/ sumber belajar
Alat penilaian
Anak Anak Sajadah
120
Unjuk Kerja
** **
Hasil ** ** *
*
** **
Analisis ** ** *
*
5. Setelah selesai anak melakukan gerakan sholat Dhuha yang biasa anak lakukan yang telah dicontohkan imam. 6. Anak yang telah pintar atau sudah dapat melakukan sholat Dhuha akan diberikan Reward (Hadiah). Kegiatan inti ± 60 menit B.1.1.2 Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa bagaimana yang disampaikan guru
MH 8.1.8 Merobek bebas kertas dan ditempel dengan pola
Tanya jawab tentang cerita yang disampaikan guru. Skenario pembelajaran: 1. Guru mengenalkan masingmasing boneka tangan sebgai media dalam bercerita 2. Guru meminta anak untuk mendengarkan cerita yang telah dismpaikan guru. 3. Guru melakukan tanya jawab kepada anak-anak sesuai dengan cerita yang disampaikan guru. 4. Anak yang dapat menjawab mendapatkan reward dari guru PT. Merobek kertas dan diTempel Skenario Pembelajaran 1. Guru menunjukkan beberapa gambar tanaman pangan beserta
Boneka tangan, skenario cerita, daftar pertanyaan, dan lembar instrumen
Observasi
LKA, pensil
Penugasan
121
`
KBLBH 3.1.2 Mengenal lambing bilangan 1-20 SE 7.1.1 Melaksanakan tugas sendiri sampai selesai
KBWUP 2.1.1 Menunjuk dan mencari sebanyakbanyaknya benda, hewan, tanaman, yang memperhatikan bentuk warna, ukuran atau ciricirinhya
tulisan di bawahnya. 2. Anak-anak diminta menyebutkan. 3. Guru menjelaskan cara menebalkan huruf di bawah gambar sambil mengajak anak mengeja satu per satu hurufnya. 4. Anak-anak diminta menebalkan huruf di bawah gambar tanaman pangan. PT. Mengecap dengan pelepah pisang. Skenario pembelajaran: 1. Guru menunjukkan gambar cap yang sudah jadi. 2. Guru menunjukkan alat-alat yang dibutuhkan untuk mendapatkan gambar tersebut. 3. Guru mendemonstrasikan cara mencap. 4. Anak-anak diminta mencap dengan pelepah pisang.
Kertas, Pelepah pisang, pewarna makanan, air, palet, kapas
Istirahat ± 30 menit Cuci tangan, makan bekal, bermain bebas
Air, serbet, bekal, alat permainan 122
Hasil karya
123
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok Tema
Semester Hari, tanggal
Indikator
MK 1.1.7 Merayap dan merangkak dengan berbagai variasi
Kegiatan pembelajaran Kegiatan awal ± 30 menit Berbaris, berdoa, salam Merayap dan merangkak di kolong meja Skenario pembelajaran: 1. Guru menyiapakan alatalat yang akan digunakan. 2. Guru menjelaskan kegiatan apa yang dilakukan. 3. Setelah anak terkondisikan anak-anak segera diminta satu persatu untuk merangkak satu-satu.
Alat peraga/ sumber belajar
Meja
: B : Alam Semesta/Benda Alam Semesta : II : Selasa, 18 Juni 2014 Alat penilaian
Unjuk Kerja
124
Nama anak
** **
Hasil ** ** *
*
** **
Analisis ** ** *
*
Kegiatan inti ± 60 menit MH 8.2.4 Membuat mainan dengan teknik melipat, menggunting, dan menempel
PT. Menggunting gambar matahari: Skenario pembelajaran: 1. Guru menyiapkan alat yang akan digunakan 2. Masing-masing anak mendapatkan gambar matahari dan gunting 3. Anak diminta untuk menggunting gambar matahari yang telah dibagikan guru. 4. Bagi anak yang telah menyelesaikan duluan maka mengerjakan tugas selanjutnya.
Gambar matahari, gunting, LEM buku
Penugasan
B.6.1.2 Mendengrkan dan menceritakn kembali secara urut
Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali cerita Skenario pembelajaran: 1. Guru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan 2. Guru menunjukkan macam-macam boneka
Boneka tangan, skenario cerita, daftar pertanyaan, dan lembar instrumen
Observasi
125
`
SE.1.1.1 Dapat melaksanakan tugas kelompok
tangan yang akan dijadikan sebagai media dalam bercerita. 3. Setelah guru selesai bercerita, guru meminta masing-masing anak maju kedepan kelas bergantian untuk bercerita dengan temantemannya. 4. Bagi anak yang berceritanya bagus guru akan memberikan reward yaitu stiker bintang berwarna merah. PT. Kerja kelompok membuat matahari Skenario Pembelajaran 1. Guru menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan. 2. Guru meminta anak membuat kelompok, masing-masing kelompok minimal 3 anak. 3. Anak diminta untuk
Kertas warna, LEM, HVS
Hasil karya
126
menggambar matahari dan kemudian mewarnai mataharinya. Istirahat ± 30 menit Cuci tangan, makan bekal, bermain bebas
Air, serbet, bekal, alat permainan
Kegiatan akhir ± 30 menit SE.6.1.2 Mendoakn teman yng sakit
Anak Mendoakan teman yng sakit. Skenario pembelajaran: 1. Guru melakukan tanya jawab kepada anak-anak tentang bagaikan cara mendoakan teman yang sedang sakit. 2. Guru meminta anak menyebutkan doanya. 3. Anak menyebutkan doadoa untuk teman yang sakit. Tanya jawab kegiatan sehari
Observasi
127
128
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok Tema
Semester Hari, tanggal
Indikator
MK.4.1.2 Melambungkan dan menangkap bola/kantong biji sambil berjalan/bergerak
Kegiatan pembelajaran
Alat peraga/ sumber belajar
Kegiatan awal ± 30 menit Berbaris, berdoa, salam Bola Melambungkan dan menangkap bola sambil berjalan Skenario pembelajaran: 1. Guru menjelaskan aturan permainan. 2. Guru meminta anak berbaris dengan rapi. 3. Tiap anak akan di berikan atau dilambungkan bola sambil berjalan. 4. Anak yang sudah bisa dengan baik akan diberi
: B : Alam Semesta/Benda Alam Semesta : I : Rabu, 19 Juni 2014 Alat penilaian
Observasi
129
Nama anak
** **
Hasil ** ** *
*
** **
Analisis ** ** *
*
reward. Kegiatan inti ± 60 menit MH.7.1.7 Menjiplak bentuk sederhana
PU5.6.1.1 Mengerjakan moze (mencari jejak) yang lebih kompleks (3-4 jalan)
PT.Pemberian tugas menjiplak gambar pemandangan. Skenario pembelajaran: 1. Guru menyebutkan peraturan dan kegiatan apa yang akan dilakukan.. 2. Guru meminta masingmasing anak untuk menjiplak gambar pemandangan. 3. Anak yang telah menyelesaikan terlebih dahulu, melanjutkan tugas selanjutnya PT. Mencari jejak Skenario pembelajaran: 1. Guru menyebutkan peraturan dan kegiatan apa yang akan dilakukan. 2. Masing-masing anak mendapatkan majalah
Gambar Penugasan pemandangan, pensil kertas
Majalah edisi, spidol
Penugasan
130
`
B.6.1.3 Melanjukan cerita/dongeng yang telah didengar sebelumnya
edisi untuk mencari jejak 3. Guru meminta anak mengerjakan tugas ke dua 4. Anak mencari jejak yang ada di majalah edisi Melanjukan cerita/dongeng yang telah didengar sebelumnya Skenario pembelajaran: 1. Guru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan 2. Guru menunjukkan macam-macam boneka tangan yang akan dijadikan sebagai media dalam bercerita. 3. Setelah guru selesai bercerita, guru meminta membuat kelompok tiap kelompok terdiri dari 2 anak maju kedepan kelas bergantian untuk bercerita dengan temantemannya.
Boneka tangan, skenario cerita, daftar pertanyaan, dan lembar instrumen
Observasi
131
4. Bagi anak yang berceritanya bagus guru akan memberikan reward yaitu stiker bintang berwarna merah. Istirahat ± 30 menit Cuci tangan, makan bekal, bermain bebas
NAM.6.1.2 Dapat hidup berdampingan dengan teman agama lain
Air, serbet, bekal, alat permainan
Kegiatan akhir ± 30 menit Anak TJ menjelaskan tolerasi dengan agama lain. Skenario pembelajaran: 1. Guru menjelaskan tentang agama yang ada di indonesia. 2. Guru meminta anak menyebutkan kembali apa yang telah dijelaskan guru 3. Guru memberikan penjelasan lagi tentang tolerasi beragama 4. Anak diminta mendengarkan.
Observasi
132
133
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok Tema/SubTema Semester Hari, tanggal
Indikator
MK.3.1.4 Melompat dengan tali
Kegiatan pembelajaran Kegiatan awal ± 30 menit Berbaris, berdoa, salam Melompati karet tali Skenario pembelajaran 7. Guru menjelaskan aturan permainan 8. Guru membuat barisan unuk anak. 9. Setelah semua anak berbaris rapi, 2 guru kelas memegang ujung tali 10. Kemudian dari barisan anak pertama atau anak yang paling depan melompati tali hingga anak barisan terakhir.
: B : Alam Semesta/Gejala Alam : II : Senin, 24 Juni 2014 Alat peraga/ sumber belajar
Alat penilaian
Anak Anak
134
Unjuk Kerja
** **
Hasil ** ** *
*
** **
Analisis ** ** *
*
Kegiatan inti ± 60 menit B.6.1.3 Melanjukan cerita/dongeng yang telah didengar sebelumnya
MH 12.1.1 Mewarnai bentuk gambar sederhana NAM 4.1.3 Menyebutkan perbuatan yang baik dan buruk
Melanjukan cerita/dongeng yang telah didengar sebelumnya Skenario pembelajaran: 5. Guru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan 6. Guru menunjukkan macammacam boneka tangan yang akan dijadikan sebagai media dalam bercerita. 7. Setelah guru selesai bercerita, guru meminta membuat kelompok tiap kelompok terdiri dari 2 anak maju kedepan kelas bergantian untuk bercerita dengan teman-temannya. 8. Bagi anak yang berceritanya bagus guru akan memberikan reward yaitu stiker bintang berwarna merah. PT. Merobek kertas dan ditempel Skenario Pembelajaran 5. Guru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan 6. Guru membagikan tiap anak gambar yang akan diwarnai dengan robekan kertas
Boneka tangan, skenario cerita, daftar pertanyaan, dan lembar instrumen
Observasi
LKA, pensil, kertas robek berwarna-warni
Hasil karya
135
`
MH.6.1.1 Menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis, pensil warna, krayon arang, dan bahanbahan alam lainnya
berwarnaa. 7. Guru meminta anak mengerjakan. 8. Anak yang telah menyelesaikan terlebih dahulu melanjutkan tugas selanjutnya. PT. Menggambar tentang gejala alam Skenario pembelajaran: 5. Guru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan 6. Guru membagikan tiap anak alat pewarna yang akan digunakan. 7. Guru meminta anak mengerjakan. 8. Anak yang telah menyelesaikan terlebih dahulu diperbolehkan mengambil makanan.
Spidol dan HVS
Hasil karya
Istirahat ± 30 menit Cuci tangan, makan bekal, bermain bebas
Air, serbet, bekal, alat permainan
Kegiatan akhir ± 30 menit MH 9.1.1 Memegang pensil dengan benar
Demonstrasi cara memegang pensil dengan benar
Pensil
136
Unjuk kerja
137
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok Tema
Semester Hari, tanggal
Indikator
MK.4.1.2 Melambungkan dan menangkap bola/kantong biji sambil berjalan/bergerak
Kegiatan pembelajaran
: B : Alam Semesta/Gejala Alam : II : Selasa, 25 Juni 2014
Alat peraga/ sumber belajar
Kegiatan awal ± 30 menit Berbaris, berdoa, salam Kantong biji Melampungkan dan menangkap kantong biji sambil berjalan maju mundur. Skenario pembelajaran: 5. Guru menjelaskan aturan permainan. 6. Guru meminta anak berbaris dengan rapi. 7. Tiap anak akan di berikan atau dilambungkan kantong berisi biji-bijian. Anak yang sudah bisa dengan
Alat penilaian
Unjuk kerja
138
Nama anak
** **
Hasil ** ** *
*
** **
Analisis ** ** *
*
baik akan diberi reward. Kegiatan inti ± 60 menit B.6.1.3 Melanjukan cerita/dongeng yang telah didengar sebelumnya
Melanjukan cerita/dongeng yang telah didengar sebelumnya Skenario pembelajaran: 4. Guru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan 5. Guru menunjukkan macam-macam boneka tangan yang akan dijadikan sebagai media dalam bercerita. 6. Setelah guru selesai bercerita, guru meminta membuat kelompok tiap kelompok terdiri dari 2 anak maju kedepan kelas bergantian untuk bercerita dengan temantemannya. 7. Bagi anak yang berceritanya bagus guru akan memberikan reward yaitu stiker
Boneka tangan, skenario cerita, daftar pertanyaan, dan lembar instrumen
Observasi
139
MH 8.1.5 Permainan warna dengan berbagai media
SE 7.1.5 Bersikap optimis
bintang berwarna merah. PT. Permaianan mewarnai dengan cat air Skenario pembelajaran: 5. Guru menyebutkan peraturan dan kegiatan apa yang akan dilakukan. 6. Masing-masing anak mendapatkan kertas dan cat air. 7. Guru meminta anak mengerjakan tugas ke dua 8. Anak mewarnai dengan cat air TJ. Penjelasan tentang sikap optimis Skenario pembelajaran: 1. Guru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan. 2. Guru menjelaskan apa itu sikap optimis. 3. Guru mencontoh sikap optimis itu seperti apa. 4. Anak diminta
Cat air dan HVS
Hasil karya
Anak
Percakapan
140
`
mendengarkan apa yang telah dijelaskan guru. Istirahat ± 30 menit Cuci tangan, makan bekal, bermain bebas
NAM.6.1.3 Menghormati perayaan hari besar agama lain
Air, serbet, bekal, alat permainan
Kegiatan akhir ± 30 menit Anak Bercakap-cakap cara menghormati hari besar agama lain Skenario pembelajaran: 5. Guru menjelaskan tentang perayaan agama hari besar agama lain, seperti kriten, budha, hindu, dll 6. Guru memberikan penjelasan lagi tentang tolerasi beragama 7. Anak diminta mendengarkan. Tanja jawab kegiatan sehari
Percakapan
Pesan-pesan, doa pulang, salam 141
142
LAMPIRAN 8 Hasil Wawancara Keterampilan Berbicara Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo Yogyakarta
143
Catatan Wawancara Hari/Tanggal
: Senin, 24 Juni 2014
Waktu
: 11.00-11.30
Tempat
: Ruang kelas B1
Sumber
: ibu Tuti Sumarni, S. Pd (Guru Kelompok B1)
No 1
Pertanyaan Bagaimana gambaran indikator keterampilan berbicara pada anak kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo?
2
Berapa anak yang belum terampil dalam berbicara?
3
Apa saja faktor yang menghambat pengembangan keterampilan berbicara pada anak Kelompok B1 TK ABA Dukuh Gedongkiwo? Bagaimana solusi guru untuk menangani masalah tersebut?
4
144
Hasil Wawancara
Refleksi
Untuk berbicara biasanya anak di B1 sudah dibiasakan tanya jawab mengenai pembelajaran yang yang sudah disiapkan pada hari itu. Kalau di Kelompok B1 sekitar 3-4 anak yang masih belum terampil dalam kegiatan berbicara, masih perlunya bimbingan. Faktor nya mungkin karena media yang digunakan lebih sering kepada Lembar Kerja Anak (LKA) Menggunakan media yang menarik perhatian anak sehigga anak akan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya dalam kegiatan keterampilan berbicara
Keterampilan berbicara anak pada Kelompok B1 sudah bagus namun masih perlu ditingkatkan lagi. Perlu bimbingan untuk anak yang belum terampil dalam berbicara. Media yang digunakan kurang menarik perhatian anak. Untuk menangani anak yang belum terampil berbicara dengan media yang menarik dan kegiatan yang mengacu anak berbicara misal tanya jawab.
LAMPIRAN 9 Hasil Observasi Lampiran 7.1 Hasil Observasi Keterempilan Berbicara Sebelum Tindakan. Lampiran 7.2 Hasil Observasi Keterempilan Berbicara Permulaan Siklus I. Lampiran 7.3 Hasil Observasi Keterempilan Berbicara Permulaan Siklus II.
145
Lampiran 7.1 Hasil Observasi Keterempilan Berbicara Sebelum Tindakan Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan persaan) No Nama Siswa 3 2 1 1. Abl 2. Alik 3. Arn 4. Dni 5. Fth 6. Hfd 7. Ihsn 8. Khls 9. Lqmn 10. Mlk 11. Nbl 12. Rhn 13. Wdy Jumlah 1 2 10 Rata-rata 0.08 0.15 0.77 Presentase (%) 8% 15% 77%
146
Membuat Kalimat Sederhana 3 2 1
1 0.08 8%
3 0.23 23%
9 0.69 69%
Lampiran 7.2 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Tindakan Siklus I Tindakan Kesatu Menyampaikan Maksud Membuat (ide, pikiran, gagasan, dan persaan) Kalimat Sederhana No Nama Siswa 3 1. 2.
Abl Alik
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Arn Dni Fth Hfd Ihsn Khls Lqmn Mlk Nbl Rhn Wdya Jumlah Rata-rata Presentase (%)
2
1
3
2
1
1 0,08 8%
2 0,15 15%
147
10 0,77 77%
2 0,15 15%
3 0,23 23%
8 0,61 61%
Lampiran 7.2 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Tindakan Siklus I Tindakan Kedua Menyampaikan Maksud Membuat (ide, pikiran, gagasan, dan persaan) Kalimat Sederhana No Nama Siswa 3 2 1 3 2 1 1. Abl 2. Alik 3. Arn 4. Dni 5. Fth 6. Hfd 7. Ihsn 8. Khls 9. Lqmn 10. Mlk 11. Nbl 12. Rhn 13. Wdya Jumlah 5 5 3 3 6 2 Rata-rata 0,38 0,38 0,23 0,23 0,46 0,15 Presentase (%) 38% 38% 23% 38% 46% 15%
148
Lampiran 7. 3 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Tindakan Siklus I Tindakan Ketiga Menyampaikan Maksud Membuat (ide, pikiran, gagasan, dan persaan) Kalimat Sederhana No Nama Siswa 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Abl Alik Arn Dni Fth Hfd Ihsn Khls Lqmn Mlk Nbl Rhn Wdya Jumlah Rata-rata Presentase (%)
2
1
3
2
9 0,69 69%
1
2 0,15 15%
2 0,15 15%
149
9 0,69 69%
1 0,08 8%
3 0,23 23%
Lampiran 7. 3 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Tindakan Siklus II Tindakan Kesatu Menyampaikan Maksud Membuat (ide, pikiran, gagasan, dan persaan) Kalimat Sederhana No Nama Siswa 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Abl Alik Arn Dni Fth Hfd Ihsn Khls Lqmn Mlk Nbl Rhn Wdya Jumlah Rata-rata Presentase (%)
2
1
3
2
9 0,69 69%
1
3 0,23 23%
150
1 0,08 8%
9 0,69 69%
3 0,23 23%
1 0,08 8%
Lampiran 7. 3 Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Anak pada Tindakan Siklus II Tindakan Kedua No
Nama Siswa
Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan persaan) 3
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Abl Alik Arn Dni Fth Hfd Ihsn Khls Lqmn Mlk Nbl Rhn Wdya Jumlah Rata-rata Presentase (%)
2
Membuat Kalimat Sederhana
1
3
2
11 0,85 85%
1
1 0,08 8%
151
1 0,08 8%
11 0,85 85%
1 0,08 8%
1 0,08 8%
LAMPIRAN 10 Rekapitulasi Hasil Observasi Lampiran 8.1 Hasil Observasi Keterempilan Berbicara Sebelum Tindakan. Lampiran 8.2 Hasil Observasi Keterempilan Berbicara Permulaan Siklus I. Lampiran 8.3 Hasil Observasi Keterempilan Berbicara Permulaan Siklus II.
152
Lampiran 8.1 Hasil Keterampilan Berbicara Sebelum tindakan Nama Siswa
Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan persaan)
Membuat Kalimat Sederhana
Jumlah skor
1
Abl
1
1
2
2
Alik
1
1
2
3
Arn
3
3
6
4
Dni
1
1
2
5
Fth
2
2
4
6
Hfd
1
1
2
7
Ihsn
1
1
2
8
Khls
1
1
2
NO
9
Lqmn
1
1
2
10
Mlk
1
1
2
11
Nbl
1
2
3
12
Rhn
1
1
2
13
Wdy
2
2
4
17
18
35
Jumlah Skor maksimal Persentase keberhasilan
78 43,6
153
46,1
44,87
Lampiran 8.2 Hasil Keterampilan Berbicara Siklus I Tindakan kesatu NO
Nama Siswa
Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan persaan)
Membuat Kalimat Sederhana
Jumlah skor
1
Abl
2
1
3
2
Alik
1
1
2
3
Arn
3
3
6
4
Dni
1
1
2
5
Fth
3
2
5
6
Hfd
1
1
2
7
Ihsn
1
1
2
8
Khls
1
1
2
9
Lqmn
1
1
2
10
Mlk
1
2
3
11
Nbl
2
2
4
12
Rhn
1
1
2
13
Wdy
3
2
5
21
19
40
48,71
78 51,28
Jumlah Skor maksimal Persentase keberhasilan
53,84
154
Lampiran 8.2 Hasil Keterampilan Berbicara Siklus I Tindakan kedua NO
Nama Siswa
Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan persaan)
Membuat Kalimat Sederhana
Jumlah skor
1
Abl
2
1
3
2
Alik
3
1
4
3
Arn
3
3
6
4
Dni
1
1
2
5
Fth
3
2
5
6
Hfd
1
1
2
7
Ihsn
2
1
3
8
Khls
1
1
2
9
Lqmn
1
1
2
10
Mlk
1
2
3
11
Nbl
3
2
5
12
Rhn
2
1
3
13
Wdy
3
2
5
Jumlah
26
19
45
Skor maksimal Persentase keberhasilan
66,66
48,71
78 57,69
155
Lampiran 8.2 Hasil Keterampilan Berbicara Siklus I Tindakan ketiga NO
Nama Siswa
Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan persaan)
Membuat Kalimat Sederhana
Jumlah skor
1
Abl
3
3
6
2
Alik
3
2
5
3
Arn
3
3
6
4
Dni
2
1
3
5
Fth
3
3
6
6
Hfd
1
1
2
7
Ihsn
3
2
5
8
Khls
2
2
4
9
Lqmn
1
1
2
10
Mlk
1
2
3
11
Nbl
3
3
6
12
Rhn
2
1
3
13
Wdy
3
3
6
30
27
57
Jumlah Skor maksimal Persentase keberhasilan
78 76,92
156
69,23
73,07
Lampiran 8.2 Hasil Keterampilan Berbicara Siklus II Tindakan kesatu NO
Nama Siswa
Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan persaan)
Membuat Kalimat Sederhana
Jumlah skor
1
Abl
3
3
6
2
Alik
3
3
6
3
Arn
3
3
6
4
Dni
2
2
4
5
Fth
3
3
6
6
Hfd
1
2
3
7
Ihsn
3
3
6
8
Khls
3
2
5
9
Lqmn
1
1
2
10
Mlk
2
3
5
11
Nbl
3
3
6
12
Rhn
3
3
6
13
Wdy Jumlah
3
3
6
33
34
67
Skor maksimal Persentase keberhasilan
78 84,61
157
87,17
85,89
Lampiran 8.2 Hasil Keterampilan Berbicara Siklus II Tindakan kedua NO
Nama Siswa
Menyampaikan Maksud (ide, pikiran, gagasan, dan persaan)
Membuat Kalimat Sederhana
Jumlah skor
1
Abl
3
3
6
2
Alik
3
3
6
3
Arn
3
3
6
4
Dni
3
2
5
5
Fth
3
3
6
6
Hfd
2
2
4
7
Ihsn
3
3
6
8
Khls
3
3
6
9
Lqmn
2
2
4
10
Mlk
3
3
6
11
Nbl
3
3
6
12
Rhn
3
3
6
13
Wdy
3
3
6
Jumlah
37
36
73
Skor maksimal Persentase keberhasilan
78 94,87
158
92,30
93,58
LAMPIRAN 11 Foto Penelitian
159
Lampiran 11. Foto Kegiatan Anak pada Saat Menggunakan Media Boneka Tangan Pada saat Pratindakan
Tahapan Siklus I (Pertemuan Pertama) Metode Tanya Jawab
160
Tahapan Siklus I (Pertemuan Kedua) Metode Individu
Tahapan Siklus I (Pertemuan Ketiga) Metode Berpasangan
161
Tahapan Siklus II (Pertemuan Pertama) Metode Berkelompok
Tahapan Siklus II (Pertemuan Kedua) Metode Berkelompok
162