PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE KARYA WISATA
Agustian SDN 02 Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Desain PTK dipilih mengingat selama ini siswa mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SDN 02 Curup Timur yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode karyawisata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Kata Kunci: menulis, karangan deskripsi, metode karyawisata
Pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar sangat mengandalkan penggunaan metode-metode yang menarik. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua setelah bahasa ibu. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa. Bagi sebagian siswa, pembelajaran Bahasa Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut. Penulis sebagai guru Bahasa Indonesia sangat merasakan problem pembelajaran yang terjadi selama ini. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (untuk Siswa Kelas V SD) menegaskan bahwa standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis. Salah satu kemampuan menulis deskriptif yang harus dikuasai oleh siswa adalah mampu mendeskripsikan tempat kejadian seperti yang tertuang dalam Kompetensi
Dasar. (Depdiknas, 2006). Untuk mencapai tuntutan kurikulum tersebut, guru diharapkan dapat menemukan / menggunakan metode yang kreatif agar siswa mudah memahami materi yang disampaikan guru. Dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa tulis bagi seseorang mutlak diperlukan. Namun, kenyataannya dalam pembelajaran menulis di sekolah kurang begitu mendapat perhatian yang memadai. Akibatnya kemampuan menulis siswa kurang memadai. Kemampuan siswa untuk menulis karangan juga tidak bisa kita andalkan, terutama dalam menulis karangan deskripsi. Kemampuan mendeskripsikan sesuatu secara tertulis pada siswa kurang terarah dan karangannya tidak dapat digolongkan dalam karangan deskripsi melainkan masih karangan narasi. Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Agar menghasilkan tulisan yang bermutu, maka siswa harus diarahkan umtuk menulis kalimat 62
Agustian, Peningkatan Kemampuan MenulisKarangan Deskripsi, 63
efektif, salah satunya adalah memilih kata yang tepat. Dalam kaitan itu, Keraf (1983) menyatakan bahwa pemilihan dan pendayagunaan kata mengacu pada kesanggupan sebuah kata menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun isi tulisannya dalam ragam bahasa tulis. Dibalik kerumitannya, menulis banyak mengandung manfaat bagi pengembangan mental, intelektual, dan kemampuan sosial seseorang. Menulis dapat meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas, menumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata tentang suatu benda, tempat, suasana atau kejadian. Tujuan deskripsi ini agar seolah-olah pembaca “melihat” hal yang dilihatnya, dapat “mendengar” apa yang didengarnya, dapat “mencium bau” hal yang diciumnya, dapat “mencicipi” sesuatu yang dimakannya, dapat “merasakan” hal yang dirasakannya sehingga pembaca memiliki kesimpulan yang sama dengan penulis. Selain pendapat tersebut Gorys Keraf (1995: 26), menyatakan bahwa; “deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan pembaca, seolah-olah pembaca melihat sendiri objek itu.” Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi adalah karangan atau tulisan yang bertujuan menggambarkan atau menyajikan suatu objek sedemikian rupa secara detail kepada pembaca atau pen-
dengar sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah melihat, merasakan, mendengar, mencicipi, mencium langsung objek yang digambarkan oleh penulis melalui tulisannya itu, dengan demikian antara pembaca atau pendengar dengan penulis memiliki kesimpulan yang sama tentang objek tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi itu adalah kecakapan seseorang untuk mengungkapkan ide, pengetahuan dan perasaan secara rasional dengan menggunakan bahasa tulis dalam menggambarkan atau menyajikan suatu objek sedemikian rupa secara detail kepada pembaca atau pendengar sehingga pendengar atau pembaca seolah-oleh melihat, merasakan, mendengar, mencicipi, mencium langsung objek yang digambarkan oleh penulis melalui tulisannya itu. Berdasarkan temuan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa sangat rendah. Banyak siswa yang menulis karangan deskripsi mengalami kesulitan untuk menuangkan ide-ide yang tepat sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan karangan deskripsi. Jelas sekali siswa tidak mampu menghubungkan antara paragraf satu dengan yang lainnya, akhirnya siswa banyak yang tidak tahu cara mendeskripsikan sesuatu ataupun tempat kejadian. Selain itu, siswa juga kurang mampu untuk merangkai kalimat ke dalam sebuah paragraf sehingga menjadi sebuah karangan deskripsi yang baik sesuai kaidah-kaidah yang berlaku. Hal itu disebabkan dalam menyampaikan materi menulis karangan deskripsi guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan. Guru tidak menggunakan metode yang dapat menarik minat siswa untuk aktif berbicara dan bertanya. Guru juga kurang memperhatikan segi kemampuan siswa di dalam kelas. Setelah menjelaskan, guru langsung mem-
64, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
beri tugas membuat karangan deskripsi kepada siswa dengan tema bebas dan dikerjakan di dalam kelas dengan ruangan yang tertutup dan media yang terbatas tanpa menjelaskan urutan kerja yang tepat, misalnya dengan menentukan kalimatkalimat pokok atau kalimat utama setiap paragraf. Setelah selesai menulis karangan deskripsi, siswa diminta untuk mengumpulkan tugasnya masing-masing tanpa ada tindak lanjut. Pembelajaran berlangsung membosankan, siswa lebih banyak bermain dan bersenda gurau dengan temantemannya sehingga banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya, karena belum jelas cara menulis karangan deskripsi, siswa langsung dijejali dengan definisi karangan deskripsi dan contohcontoh karangan deskripsi, sehingga yang tergambar dalam pikiran siswa mengarang deskripsi itu sangat sulit, siswa tidak memiliki gambaran atau inspirasi untuk menulis karangan deskripsi yang tepat di dalam kelas. Berdasarkan pengamatan diatas menunjukkan banyak siswa kelas V SDN 02 Curup Timur pada tahun pelajaran 2012/2013 belum tuntas dalam menulis karangan deskripsi. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tepat untuk menuangkan ide-ide yang ada dalam pikiran siswa dan bersifat aktif. Selama ini siswa kurang dilatih untuk menulis yang sebenarnya sehingga siswa selalu mengalami kesulitan dalam menulis. Untuk itu, menulis merupakan keterampilan yang tidak bisa diabaikan dan harus dilatih secara terus menerus. Mulai yang mudah sampai pada tingkat yang lebih kompleks. Untuk mengembangkan kemampuan menulis karangan deskripsi, terdapat bermacam-macam bentuk cara pengembangannya, di antaranya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa, situasi
dan kondisi yang menunjang guna mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode mengajar adalah karyawisata. Karyawisata dalam arti metode mengajar, mempunyai arti sendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Berikut ini beberapa pengertian metode karyawisata menurut pakar. Menurut Zahara Idris, karyawisata ialah “suatu metode dalam mengajar yaitu anak didik di bawah bimbingan pendidik dengan perumusan tujuan yang tegas dan rencana yang konkrit pergi ke suatu tempat atau daerah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.” Sementara itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa “metode karyawisata tidak lain adalah membawa murid ke luar kelas untuk mempelajari sesuatu (kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar mengajar)”. Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan bahwa “metode karyawisata ialah suatu cara pengusaan bahan pelajaran oleh para anak didik dengan jalan membawa mereka langsung ke objek yang terdapat di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata, agar mereka dapat mengamati atau mengalami secara langsung.” Hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata adalah para siswa akan mempelajari suatu objek di luar kelas. Dari beberapa pendapat pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa metode karyawisata adalah suatu metode yang dilaksanakan di luar kelas untuk melihat, mempelajari, memperhatikan benda nyata atau lingkungan yang nyata sehingga siswa dapat memilki gambaran dan pengetahuan yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN 02 Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong Dalam pembelajaran menulis deskripsi, guru belum pernah menerapkan metode karyawisata padahal lokasi sekolah sangat memungkinkan untuk melakukan karyawisata. Di sekitar sekolah tersebut
Agustian, Peningkatan Kemampuan MenulisKarangan Deskripsi, 65
terdapat jalan, pasar, swalayan, dan kantor lurah. Siswa dapat mengamati keadaan nyata secara langsung. Mereka dapat melihat, mendengar, mencium, meraba, bahkan merasakan secara langsung benda-benda yang ada di alam nyata sekitar sekolah. Siswa lebih mudah mendapatkan inspirasi, tema, dan menuangkan ide kreatifnya dalam menulis karangan deskripsi, sehingga kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa diharapkan menjadi meningkat dan lebih baik dari sebelumnya. Mengacu pada paparan di atas maka penulis mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Metode Karyawisata pada Siswa Kelas V SDN 02 Curup Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”. Sesuai dengan uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan kemampuan siswa kelas V dalam menulis karangan deskripsi melalui metode karyawisata, (2) mengetahui jenis kesulitan siswa kelas V di SDN 02 Curup Timur dalam menulis karangan deskripsi, dan (3) mengetahui penyebab kesulitan siswa kelas V SDN 02 Curup Timur dalam menulis karangan deskripsi. METODE Pendekatan dan desain penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan, yakni kualitatif dan kuantitatif. Sementara itu, desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar 02 Curup Timur sebanyak 34 orang yang terdiri dari 19 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki. Siswa kebanyakan berasal dari lingkungan sekitar. Orang tua mereka kebanyakan pedagang kecil dan hanya sebagian kecil sebagai PNS, dan wiraswas-
ta. Keadaan ini memungkinkan mereka sangat bebas dan cara belajarnya kurang terkontrol sehingga siswa jarang melakukan kegiatan menulis. Mata pelajaran yang menjadi subjek penelitian adalah Bahasa Indonesia kelas V semester II dengan Kompetensi Dasar menulis dengan pilihan kata yang tepat. Karakteristik siswa kelas V SDN 02 Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong hampir sama denga siswa SD pada umumnya yang bersifat heterogen dan dari latar belakang social ekonomi yang berbeda. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 15 anak dan perempuan berjumlah 19 anak. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuis atau tes prestasi belajar yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa atau kualitas hasil belajar siswa. Instrumen ini disajikan setiap siklus penelitian. Dalam hal ini guru atau peneliti telah mempersiapkan instrumen tersebut. Selain tes hasil belajar, untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa, guru juga menyiapkan format penilaian, misalnya:lembar observasi, lembar pengamatan, dan lain-lain. Data Penelitian Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, metode observasi. Menurut Purwanto (1985:150), observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis menganai tingkah laku dengan melihat atau mengamati secara langsung. Observasi dilakukan pada saat siklus berlangsung. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kegiatan menyimak siswa, menulis, mendeskripsikan sesuatu pada
66, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SDN 02 Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong. Kedua, metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2004: 231) “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai halhal atau variable benda-benda tertulis yang berupa dokumen, transkrip, buku-buku, peraturan-peraturan, catatan harian dan sebagainya:. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daftar nama dan presensi.
HASIL Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara seksama oleh peneliti bersama teman sejawat terhadap kegiatan tindakan perbaikan pembelajaran, menulis karangan deskripsi dengan metode karyawisata selama pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I menghasilkan temuan sebagai berikut.
Tabel 1. Perolehan Hasil Belajar Siswa dalam menuliskan kalimat pokok atau kalimat utama pada Siklus I
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Regu
Nama Kelompok
Anggota
I II III IV V VI VII VIII
4 4 4 5 4 4 4 5 34
A
B Jumlah
Sedangkan dari hasil pengamatan yang dilakukan teman sejawat terhadap kegiatan siswa dalam menentukan kalimat pokok atau kalimat utama dan perilaku .
Kalimat pokok yang ditemukan 4 5 4 5 4 4 4 4
guru mengajar selama pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I ditemukan hal-hal sebagai berikut
Tabel 2. Hasil Pengamatan Siswa Menulis kalimat Pokok atau Kalimat Utama dan Perilaku Guru Mengajar
No
Aspek yang Diamati
Komentar
1
Minat dan Perhatian siswa
Kurang
2
Kontak guru dengan siswa
Baik
3
Cara siswa memilih kata untuk kalimat pokok atau kalimat utama pada obyek
Kurang
Keterangan Masih ada beberapa siswa yang bercakap dengan temannya dan menganggap rekreasi sehingga tidak perduli dengan pengamatan yang harus dilakukan Terganggu teman yang berbicara sambil bermain
Agustian, Peningkatan Kemampuan MenulisKarangan Deskripsi, 67
Pengamatan yang dilakukan peneliti, teman sejawat, dan supervisor terhadap perolehan hasil belajar siswa dari menentukan kalimat pokok atau kalimat uta-
ma selama pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II ditemukan hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Perolehan Hasil Belajar Siswa dalam menuliskan kalimat pokok atau kalimat utama pada Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Regu
Nama Kelompok
Anggota
I II III IV V VI VII VIII
4 4 3 4 3 4 4 4 30
A
B Jumlah
Dari hasil pengamatan yang dilakukan teman sejawat, serta supervisor terhadap kegiatan siswa dalam menyimak dan menanggapi pesan serta perilaku guru me-
Kalimat pokok yang ditemukan 5 5 4 5 4 5 5 4
ngajar selama pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II ditemukan hal-hal sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Hasil Pengamatan Siswa Menulis kalimat Pokok atau Kalimat Utama dan Perilaku Guru Mengajar
N o
Aspek yang Diamati
Komentar
Keterangan
1
Minat dan Perhatian siswa
Baik
-
2
Kontak guru dengan siswa
Baik
-
3
Cara siswa memilih kata untuk kalimat pokok atau kalimat utama pada obyek
Baik
-
PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Penelitian Siklus I Berdasarkan temuan dari hasil penelitian siklus I, peneliti (guru) mengadakan diskusi dengan teman sejawat dan supervisor, telah diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dalam siklus I telah terjadi peningkatan. Hasil yang ditunjukkan yaitu dengan semakin meningkatnya perolehan hasil belajar siswa dari cara menentukan kalimat pokok atau kali-
mat utama. Sebelum diadakan tindakan perbaikan pembelajaran banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam menuliskan kalimat-kalimat pokok, apalagi untuk menuliskan karangan deskripsi. Dari 34 siswa sekitar 15 siswa (44,12) yang hampir dapat menemukan kalimat pokok meningkat menjadi 21 siswa (61,76). Begitu juga tampak semakin meningkatnya perolehan hasil belajar siswa dari jumlah kalimat pokok yang ditemukan yang sebelum
68, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
diadakan tindakan perbaikan pembelajaran, nilai hasil akhir rata-ratanya 64,6. Setelah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran mencapai 77,9. Peningkatan lain yang terjadi pada siklus I yaitu dari perilaku siswa dalam menemukan kalimat pokok dan perilaku guru mengajar, terutama kontak guru dengan siswa dalam membimbing / mengarahkan siswa cara menuliskan kalimat pokok atau kalimat utama setiap paragraf untuk karangan deskripsi sudah baik. Walaupun pada siklus I terjadi peningkatan dibanding sebelum diadakan tindakan perbaikan pembelajaran, tetapi masih perlu lebih ditingkatkan lagi. Dua hal berikut perlu mendapat perhatian. Pertama, berdasarkan jumlah siswa kelas V SDN 02 Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong, 34 siswa yang dapat menemukan kata yang tepat sebanyak 21 siswa setelah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, berarti meningkat menjadi 61,76%. Dan perolehan nilai hasil akhir rata-ratanya juga meningkat mencapai 77.9. Hal ini belum mencapai keberhasilan standar. Kedua, dari hasil pengamatan yang dilakukan teman sejawat dan supervisor yang perlu diperbaiki adalah dalam hal kegiatan siswa dalam menentukan kalimat pokok atau kalimat utama dan perilaku guru mengajar tentang minat dan perhatian siswa dalam menulis karangan deskripsi, karena masih ada beberapa siswa yang bercakap dengan temannya dan bermain-main ketika para siswa lain mencoba untuk menuliskan kalimat pokok atau kalimat utama melalui penjelasan guru ataupun petunjuk tugas yang diberikan secara tertulis, sehingga konsentarsi siwa untuk memilih kata yang sesuai sebagian siswa terganggu. Atas dasar pengamatan dan alasan di atas, maka secara selektif guru memutuskan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Yang men-
jadi pusat penekanan pada siklus II yakni kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I yaitu jumlah siswa yang dapat menuliskan kalimat pokok atau kalimat utama, perolehan nilai rata-rata kelas dari menuliskan kalimat pokok atau kalimat utama, minat dan perhatian siswa, serta cara siswa merangkaikan kata-kata yang tepat untuk jadi sebuah karangan. Pembahasan Hasil Penelitian Siklus II Menindaklanjuti temuan hasil penelitian pada siklus II, peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat dan supervisor telah diketahui bahwa pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II menunjukkan peningkatan yang sangat baik. Hal ini tampak dengan semakin banyaknya siswa yang mampu menuliskan kalimat pokok atau kalimat utama yang tepat untuk dijadikan karangan deskripsi semakin meningkat dan meningkatnya nilai rata-rata kelas dalam menulis karangan deskripsi. Sebagaimana tampak pada hasil pengamatan terhadap perolehan hasil belajar siswa dari menulis karangan deskripsi tercatat 28 siswa dari 34 siswa yang dapat menulis karangan deskripsi dengan baik melalui melalui karyawisata. Hal ini menunjukkan peningkatan yang baik menjadi 82,35%, begitupun nilai hasil akhir rata-rata kelasnya mencapai 82,8. Peningkatan lain juga ditunjukkan pada siklus II, yakni perilaku siswa dalam kegiatan menulis karangan deskripsi melalui karyawisata ini menjadi lebih mudah karena kalimat pokok atau kalimat utama yang ditemukannya sendiri, perilaku guru mengajar telah memenuhi harapan yaitu minat dan perhatian siswa untuk menulis karangan deskripsi sudah baik, karena sebagian besar siswa sudah mengikuti dan memperhatikan petunjuk yang ada. Atas dasar analisis dan interpretasi terhadap hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan tindakan perbaikan pembela-
Agustian, Peningkatan Kemampuan MenulisKarangan Deskripsi, 69
jaran siklus II, peneliti sampai pada beberapa kesimpulan, sebagai berikut. Pertama, berdasarkan jumlah siswa kelas V SDN 02 Curup Timur 34 siswa maka 28 siswa (82, 35%) dapat menulis karangan deskripsi dengan baik. Jika dilihat dari perolehan nilai hasil akhir rata-rata kelas pada siklus II telah mencapai 85,8. Hal ini menunjukkan bahawa telah memenuhi standar keberhasilan. Kedua, Sebagaimana yang tercatat dari hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam mendeskripsikan benda tiga dimensi dan perilaku guru mengajar selama berlangsungnya tindakan perbaikan pembelajaran siklus II, ternyata guru telah melaksanakan model pembelajarn yang baik, yaitu pembelajaran yang banyk melibatkan siswa untuk mengoptimalkan kemampuan siswa untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi dapat terlaksana dengan baik. Hasil analisa dan interpretasi terhadap hasil yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II, sebagaimana yang dikemukakan di atas maka tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran sudah tercapai. Atas dasar hasil analisis dan interpretasi tersebut, maka peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan perbaikan pemDAFTAR RUJUKAN Arikunto, S., Suhardjomo,Supardi. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
belajaran siklus II, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Secara umum, perolehan hasil belajar siswa dalam menulis karangan deskripsi meningkat yang ditunjukkan dari makin meningkatnya nilai rata-rata kelas dengan metode karyawisata. Secara khusus, bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi siswa meningkat tampak dari minat dan perhatian siswa, serta cara siswa menentukan kalimat pokok atau kalimat utama yang tepatntuk menulis karangan deskripsi melalui metode karyawisata dengan baik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi pokok Menulis karangan dengan bahasa sendiri. Saran Atas dasar kesimpulan tersebut di atas, maka sebagai saran tindak lanjut dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi pokok Menulis karangan dengan bahasa sendiri sebagai berikut. Guru hendaknya menggunakan metode yang variatif dalam pembelajaran yang menarik bagi siswa demi meningkatnya keterampilan menulis karangan deskripsi. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang mudah dimengerti oeh siswa dan terdapat di sekitar siswa. Guru hendaknya dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, perlu teman sejawat atau semacam kelompok tempat berdiskusi dan bertukar pengalaman yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas sehari-hari di sekolah.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Enggus Subarman (ed), Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991.
70, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
Imam Syafi’e. 1993. Terampil Berbahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mulyati, Y., dkk. 2003. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: UT. Purwadarminta. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwanto, N. 1985. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remadjakarya.
Santosa, Puji. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: UT. Tarigan, Djago. 1997. Materi Pokok Kependidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: UT. Tim Didaktik. 1984. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM,. Jakarta: Rajawali Wardhani, IGAK. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: UT.