PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B RA GUPPI LEGUNDI PLANJAN SAPTOSARI GUNUNG KIDUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh: Febrian Wahyu Wulandari NIM 12111241049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MEI 2017
i
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN 12111241049 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Pembimbing I,
Yogyakarta, Maret 2017 Pembimbing II,
Sungkono, M. Pd. NIP. 19611003 198703 1 001
Nur Hayati, M. Pd. NIP. 19811211 200604 2 001
ii
PERNYATAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan ini adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, 18 Mei 2017 Yang Menyatakan
Febrian Wahyu Wulandari NIM 12111241049
iii
PENGESAHAN
Skripsi
yang
berjudul
“PENINGKATAN
KEMAMPUAN
MEMBACA
PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B RA GUPPI LEGUNDI PLANJAN SAPTOSARI GUNUNGKIDUL” yang disusun oleh Febrian Wahyu Wulandari, NIM. 12111241049 ini telah di pertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 13 April 2017 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI Nama
Jabatan
Tanda Tangan
Tanggal
Sungkono, M. Pd.
Ketua Penguji
……………….
……….
Rina Wulandari, M. Pd.
Sekretaris Penguji
……………….
……….
Dr. Ch. Ismaniati, M. Pd.
Penguji Utama
……………….
……….
Nur Hayati, M. Pd.
Penguji Pendamping
……………….
……….
Yogyakarta, ……………...... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan
Dr. Haryanto, M. Pd. NIP. 19600902 198702 1 001
iv
MOTTO „„Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya‟‟. (Terjemahan Al Qur‟an Surat. Al „Alaq: 1-5)
v
PERSEMBAHAN Dengan penuh puji syukur dan ridho Allah SWT, karya Skripsi ini ku persembahkan untuk : 1. Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa mendukung penulisan skripsi ini dengan tulus dan sepenuh hati. 2. Anakku tercinta yang selalu menjadi penyemangat agar Skripsi ini selesai 3. Almamaterku Fakultas Ilmu Pendidikan yang membanggakan 4. Agama, Nusa, dan Bangsa,
vi
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B RA GUPPI LEGUNDI PLANJAN SAPTOSARI GUNUNG KIDUL Oleh Febrian Wahyu Wulandari NIM 12111241049 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi Planjan Saptosari Gunung Kidul. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan membaca permulaan anak, sehingga diperlukan lebih banyak stimulasi pada anak agar kemampuan anak dapat meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif dengan menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Tagart, dimana peneliti bekerja sama dengan guru kelas selama 2 Siklus. Subjek penelitian ini berjumlah 15 anak usia antara 5-6 tahun yang tergabung dalam Kelompok B RA Guppi Legundi, diantaranya 6 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Sedangkan Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan teknik dekriptif kualitatifkuantitatif. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila anak yang berkategori Berkembang Sangat Baik minimal sebanyak 76%. Hasil Penelitian menunjukkan kemampuan membaca permulaan dapat ditingkatkan melalui penggunaan media kartu kata bergambar. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi awal saat Pra Tindakan kemampuan membaca permulaan anak pada kategori Berkembang Sangat Baik sebanyak 6,67% meningkat pada Siklus I menjadi sebanyak 40,00%, kemudian dilanjutkan lagi pada Siklus II menjadi 100,00%. Adapun langkah-langkah untuk mencapai target kriteria keberhasilan yaitu anak bermain kartu kata bergambar sesuai instruksi dari guru, di antaranya (1) mengucapkan bunyi huruf (2) membedakan bentuk huruf (3) menyebutkan huruf awal yang sama (4) melafalkan kata dengan tepat dan jelas. Kata kunci : kemampuan membaca permulaan, kartu kata bergambar
vii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayat, serta karunia-Nya sehingga penulis selesai menyusun Tugas Akhir Skripsi ini sebagai persyaratan guna memperoleh gelas sarjana pendidikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih setulustulusnya kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberi ijin penelitian 3. Koordinator Program Studi PG-PAUD yang telah memberi arahan dalam penyusunan penulisan skripsi 4. Bapak Sungkono, M. Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberi bimbingan, arahan, serta motivasi dalam penulisan skripsi ini 5. Ibu Nur Hayati, M. Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberi bimbingan, arahan, serta motivasi dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Isma Hidayati, S. Pd. I, selaku kepala RA Guppi Legundi serta Ibu Yeni Astuti, S. Pd, selaku guru kelas yang telah memberi ijin serta bantuan selama penelitian berlangsung. viii
7. Segenap keluargaku tercinta (Anindya, Dito Saputra, Bapak Awan Purnomo, S. E, Ibu Siti Rahayu, Khafid Pradana, Saiful Islam , Dra. Sri Haryanti, Bapak Ngadikin, S. Pd) yang telah memberikan motivasi dan semangat agar penulisan skripsi ini selesai. 8. Sahabat-sahabatku (Mira, Ninik, Nurul, dan Vivi) serta teman-temanku PG-PAUD Kelas A Angkatan 2012 yang selalu memberikan do‟a dan dukungan. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga do‟a, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan mendapat balasan yang sempurna dari Allah SWT. Penulis berharap semoga tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan dunia pendidikan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta, 18 Mei 2017 Penulis
Febrian Wahyu Wulandari NIM 12111241049
ix
DAFTAR ISI
hal HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………..
ii
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………...
iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………...
iv
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………
vi
ABSTRAK ……………………………………………………………….
vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………...
1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………..
6
C. Batasan Masalah………………………………………………………
6
D. Rumusan Masalah …………………………………………………….
7
E. Tujuan Penelitian …………………………………………………….
7
F. Manfaat penelitian …………………………………………………….
7
G. Definisi Operasional ………………………………………………….
9
BAB II. KAJIAN TEORI A. Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ……………………….
10
1. Pengertian Bahasa ………………………………………………….
10
2. Perkembangan Anak Usia Dini …………………………………….
11
3. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak ……………………………..
12
B. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini ………………….
15
1. Pengertian Kemampuan Membaca ………..……………………….
15
x
2. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini………………..
16
3. Tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini ………….………
17
4. Perilaku Membaca Anak Usia Dini ……………………………….
22
5. Karakteristik Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini ...
24
C. Hakikat Anak Usia Dini ………………………………………………
27
1. Pengertian Anak Usia Dini ………………………………………...
27
2. Karakteristik Anak Usia Dini ………………………………………
28
D. Kajian Mengenai Media Kartu Kata Bergambar …………………….
30
1. Pengertian Media …………………………………………………..
30
2. Jenis-jenis Media …………………………………………………..
31
3. Pengertian Kartu Kata Bergambar …………………………………
32
4. Kelebihan Media Kartu Kata Bergambar …………………………..
33
5. Langkah-langkah Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar ……..
34
E. Landasan Teoritis Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Media Kartu Bergambar …………………………………….. 1. Teori Pengalaman Belajar Anak …………………………………
36 36
2. Teori Pemrosesan Informasi …………………………………….
37
3. Teori Pembelajaran dalam Pengajaran Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Bergambar ………………………….
38
F. Penelitian yang Relevan …...…………………………………………
40
G. Kerangka Pikir ……………………………………………………….
41
H. Hipotesis …………………………………………………………….
43
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……………………………………………………….
44
B. Rancangan Penelitian …………………………………………………
45
C. Rancangan Tindakan ………………………………………………….
47
D. Subjek dan Objek Penelitian ………………………………………….
49
E. Setting Penelitian ..................………………………………………….
49
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………
50
G. Pengembangan Instrumen Penelitian ………………………………..
51
H. Teknik Analisis Data …………………………………………………
52
I. Indikator Keberhasilan ………………………………………………...
53
xi
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……………………………………………………….
54
1. Lokasi Penelitian …………………………………………………
54
2. Kemampuan Membaca Permulaan saat Pra Tindakan ……………
54
3. Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Permulaan setelah Tindakan ………………………………………………………….. 1) Tindakan Siklus I ……………………………………………….
58 58
a. Perencanaan ……………………………………………………..
58
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I ………………….
59
c. Refleksi ………………………………………………………….
70
2) Tindakan Siklus II ……………………………………………….
72
a. Perencanaan ……………………………………………………...
72
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I …………………..
72
c. Refleksi …………………………………………………………..
83
D. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………………
84
E. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………….
88
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………………..
89
B. Saran ………………………………………………………………….
90
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
91
LAMPIRAN …………………………………………………………….
95
xii
DAFTAR TABEL
hal Kisi-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Membaca Permulaan ……………………………………………….
5
Tabel 2
Kriteria Keberhasilan ……………………………………
53
Tabel 3
Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada Pra Tindakan……………………………………………..
55
Tabel 4
Data Perkembangan Membaca Permulaan Anak pada Pra Tindakan…………………………………………………
56
Tabel 5
Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada Siklus I ………………………………………………….
65
Data Perkembangan Membaca Permulaan Anak pada Pertemuan 1 Siklus I ……………………………………...
66
Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Siklus I ………………………………………………………….
69
Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada Siklus II …………………………………………………
77
Data Perkembangan Membaca Permulaan Anak pada Pertemuan 1 Siklus II ……………………………………
78
Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Siklus II ………………………………………………………….
81
Perbandingan Kemampuan Membaca Permulaan pada saat Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II………………..
82
Instrumen Observasi (Checklist) Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Kartu Kata Bergambar …………….
104
Tabel 13
Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan ….
106
Tabel 14
Lembar Instrumen Observasi saat Pra Tindakan ………
123
Tabel 15
Lembar Instrumen Observasi saat Siklus I ………………
124
Tabel 1
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
xiii
Tabel 16
Lembar Instrumen Observasi saat Siklus II …………….
125
Tabel 17
Instrumen Pengumpulan Data pada Saat Pra Tindakan..
126
Tabel 18
Instrumen Pengumpulan Data pada saat Siklus I …………………………………………………..
127
Instrumen Pengumpulan Data pada saat Siklus II ………………………………………………….
128
Tabel 19
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1
Kerucut Pengalaman Edgar Dale …………………………
36
Gambar 2
Skema Kerangka pikir …………………………………..
42
Gambar 3
Model Penelitian …………………………………………
46
Gambar 4
Grafik Perbandingan Kemampuan Membaca Permulaan
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
saat Pra Tindakan, Siklus I,dan Siklus II …………………
83
Guru Memberi Penjelasan dan Contoh Bermain Kartu Kata Bergambar …………………………………………
130
Anak Berkelompok Bergantian Maju ke Depan Kelas untuk Bermain Kartu Kata Bergambar……………....
130
Anak Bermain Kartu Kata Bergambar Sesuai dengan Indikator Kemampuan Membaca Permulaan …………
131
Guru Menunjukkan Kartu Kata Kemudian Anak Mengucapkan Bunyi Huruf yang Ditunjuk……………
131
Anak Menjodohkan Tulisan dengan Gambar yang Terdapat di Papan Kartu ………………………………
132
Anak Berkreasi dengan Menggambar Gambar Benda Yang Ada di Kartu Kemudian Menyalin Tulisa yang Tertera pada Kartu ………………………………………
132
xv
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1
Surat Izin Penelitian …………………………………….
96
Lampiran2
Surat Keterangan Penelitian …………………………….
99
Lampiran 3
Surat Pernyataan Validasi ………………………………
101
Lampiran 4
Instrumen Lembar Observasi …………………………..
103
Lampiran 5
Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan …..
105
Lampiran 6
Rencana Kegiatan Harian ………………………………
109
Lampiran 7
Lembar Observasi Hasil Penelitian ……………………..
122
Lampiran 8
Foto Kegiatan Anak …………………………………….
129
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa fundamental bagi anak usia dini, hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Yuliani Nurani Sujiono (2009: 6) Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak pada masa-masa fundamental, yaitu sejak anak lahir hingga anak berusia 6 tahun. Pada masa ini anak-anak berada pada fase perkembangan yang sangat pesat. Di dalamnya terdapat tahap-tahap perkembangan kemampuan awal yang dapat distimulasi dengan pemberian rangsangan pendidikan secara maksimal. Selanjutnya rangsangan tersebut dapat membantu anak dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya, baik itu fisik maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama bagi anak usia dini yang berada pada masa emas ditahap perkembangannya (golden age). Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Pasal 28 ayat 3 menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/ motorik, dan seni untuk siap memasuki Sekolah Dasar (Depdiknas, 2007:2).
1
Di dalam setiap proses pembelajarannya, anak merupakan individu yang aktif sehingga setiap stimulasi yang diberikan kepada anak kemudian diserap dan dieksplor. Namun tidak terlepas dari hal tersebut, setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda antara satu sama lain, hal tersebut pada nantinya menentukan bagaimana strategi pendidik atau orang dewasa yang ada di sekitar anak. Seperti yang diungkapkan oleh John Locke bahwa anak usia dini adalah ibarat kertas kosong tanpa coretan. Kertas kosong tersebut akan diisi dengan coret-coretan orang dewasa yang ada di sekitar anak. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan anak akan berkembang tergantung dari bagaimana orang dewasa di sekitar anak memberi stimulasi. Aspek perkembangan yang perlu distimulasi pada anak sejak dini adalah perkembangan bahasa. Salah satu bagian dari perkembangan bahasa tersebut adalah kemampuan membaca. Dalam Hermawita (2012: 03) berpendapat bahwa dewasa ini orang tua menganggap bahwa kemampuan membaca harus dimiliki anak sejak usia pra sekolah. Penyebabnya yaitu adanya tuntutan pada jenjang sekolah dasar terhadap calon siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Ari Musodah (2014: 3) yang mengatakan bahwa
syarat anak untuk memasuki
pendidikan formal lanjut harus memiliki kemampuan membaca. Mengingat tingkat kemampuan setiap anak berbeda serta daya konsentrasi anak usia dini masih terbatas pada satu topik bahasan, hal ini tentu tidak sesuai dengan prinsip anak usia dini yang mengedepankan pembelajaran dengan pendekatan yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Kemampuan
membaca
khususnya
membaca
permulaan
penting
distimulasikan kepada anak sejak usia dini. Hal ini bertujuan agar menciptakan 2
generasi yang gemar membaca. Anak yang memiliki kegemaran membaca buku pada nantinya akan memiliki rasa kebahasaan yang sangat tinggi, seperti yang diungkapkan Montessori dan Hainstock bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah bisa diajarkan membaca dan menulis (Leonhart dalam Nurbiana Dhieni, 2009: 5.4). Moleong dalam Nurbiana Dhieni (2009 : 5.3) berpendapat bahwa salah satu aspek kemampuan yang harus dikembangkan anak TK adalah kemampuan membaca. Dalam Martha Christianti (2013: 313) mengungkapkan bahwa membaca bertujuan untuk membantu anak mengkomunikasikan ide dan perasaannya kepada orang lain serta melakukan interpretasikan dari komunikasi yang sudah terjalin. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca dapat digunakan sebagai dasar untuk menguasai berbagai bidang. Dalam artian bahwa dengan membaca anak akan memperoleh informasi serta pengetahuan, sehingga kemampuan membaca khususnya permulaan dapat distimulasikan kepada anak sejak Taman Kanak-kanak. Kemampuan membaca berdasarkan Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 Raudhatul Athfal (2015: 120) dalam lingkup perkembangan keaksaraan yaitu mengenal suara huruf awal, menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai suara/ bunyi, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, mengenal arti kata gabungan beberapa huruf konsonan dan vocal,
membaca nama sendiri, dan mengenal perubahan bunyi dan arti
berdasarkan perubahan huruf dan posisi huruf. Dari data yang diperoleh pada saat wawancara guru dan pengamatan pada tanggal 29 Agustus – 03 September 2016, menunjukkan bahwa beberapa 3
perkembangan bahasa seperti menyimak, menulis, bercerita, kecuali membaca telah sesuai dengan tingkat pencapaian seharusnya. Maka dari itu permasalahan pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi Planjan Saptosari Gunungkidul lebih ditekankan pada kemampuan membaca
khususnya permulaan. Hal ini
dikarenakan hanya 1 dari 15 anak yang sudah berkembang sesuai dengan tingkat pencapaian seharusnya. Kelemahan dalam hal membaca permulaan pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi Saptosari Gunungkidul ditunjukkan dari kurangnya pemahaman anak mengenai konsep huruf dan membaca kata yang diajarkan oleh guru. Di antaranya seperti anak belum mampu mengucapkan bunyi huruf sesuai dengan simbol huruf, anak belum mampu membedakan bentuk simbol huruf, anak belum mampu menyebutkan huruf awal yang sama, serta anak belum dapat melafalkan kata dengan jelas dan tepat. Hal tersebut diperlihatkan pada saat kegiatan pembelajaran, ketika anak diajari oleh guru anak kesulitan dalam mengenal bentuk dan bunyi huruf. Setelah diamati, penyebab dari pembelajaran yang tidak efektif tersebut adalah belum optimalnya penggunaan media pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak menarik bagi anak dan tidak mendukung proses kegiatan pembelajaran. Teknik yang masih konvensional yaitu guru menjadi pusat pembelajaran dan bukan anak yang aktif membuat anak tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Guru hanya menggambar di papan tulis kemudian menulis kata-kata di sampingnya, gambarnya pun sederhana, tidak berwarna dan cenderung membuat anak bosan. Mengenalkan kosa kata kepada anak dengan menuliskan di papan tulis membuat anak tidak memperhatikan dan akhirnya anak 4
gaduh dan ribut sendiri karena tidak tertarik dengan penyampaian materi pembelajaran yang ada.
Hal ini sesuai dengan Sukmawati (2012: 10) yang
mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi rendahnya pemusatan perhatian anak adalah media yang kurang menarik. Di dalam
mengembangkan aspek kemampuan membaca permulaan
hendaknya dilakukan melalui aktivitas belajar sambil bermain, dan bermain sambil belajar. Menurut Slamet Suyanto (2005: 114) bermain merupakan faktor penting dalam kegiatan pembelajaran dan esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini. Oleh karena itu, sebaiknya pembelajaran yang digunakan oleh guru dilakukan melalui pendekatan informal seperti permainan kartu kata, tebak-tebakan, atau pun melalui metode lainnya. Dengan demikian tahap mengembangkan aspek kemampuan bahasa di Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan mengintegrasikan antara bermain seraya belajar melalui media pembelajaran (Sharifah Nor Puteh dan Aliza Ali, 2011: 5). Media pembelajaran berfungsi untuk memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan memperkaya anak dengan menggunakan berbagai pilihan media belajar, selain itu juga untuk membantu mengenalkan anak pada lingkungan serta mengajarkan anak untuk dapat mengenal kekuatan maupun kelemahan dirinya. Dengan menggunakan media belajar memungkinkan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan dapat menumbuhkan motivasi belajar anak sehingga perhatian anak menjadi meningkat. Dalam Yulinar (12 : 2012) mengungkapkan bahwa salah satu media yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran secara optimal yaitu dengan media kartu kata bergambar.
Kartu kata bergambar dapat digunakan 5
untuk mengenalkan gambar-gambar dan kata-kata yang nantinya memudahkan proses penyampaian materi, terutama dalam membaca permulaan. Media kartu kata bergambar ini dapat dikreasikan menjadi sebuah media visual yang menarik, misalnya dari warna, gambar, dan bentuk tulisan-tulisan yang beraneka ragam dapat menarik perhatian untuk diamati anak. Selain itu media ini dapat dielaborasi oleh guru guna menstimulasi anak untuk mengenal abjad, fonem, dan menambah perbendahaan kosa kata. Walaupun anak belum dapat membaca secara lancar namun anak dapat membaca melalui gambar yang terdapat pada kartu.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan di dalam latar belakang, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Anak masih mengalami kesulitan dalam mengenal bunyi huruf. 2. Anak masih mengalami kesulitan dalam membedakan bentuk huruf. 3. Anak belum memahami konsep membaca kata. 4. Pembelajaran masih terpusat pada guru bukan pada anak sehingga anak tidak aktif. 5. Media yang digunakan kurang menarik perhatian anak sehingga kesiapan anak untuk mengikuti pembelajaran masih kurang.
C. Batasan Masalah Agar pembahasan masalah mengarah pada tujuan yang akan di capai maka dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dibuat batasan masalah pada nomor 1, 2, 3, dan 5. 6
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut. “Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar pada anak
Kelompok B RA Guppi Legundi
Saptosari Gunungkidul ?”
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar pada anak
Kelompok B RA Guppi Legundi Saptosari
Gunungkidul ”.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
pertimbangan peneliti lain dalam menggunakan teori yang mengkaji tentang kemampuan membaca permulaan dan media kartu kata bergambar. Selain itu, penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan ilmu dalam perkembangan dunia pendidikan.
7
2. Praktis a) Bagi sekolah Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan siswa di RA Guppi Legundi Saptosari Gunungkidul, khususnya dalam pembelajaran dalam rangka menstimulasi perkembangan kemampuan membaca pada anak kelompok B dengan penggunaan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yang dapat
menunjang
proses pembelajaran siswa, serta kemajuan sekolah dapat tercapai.
b) Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki serta meningkatkan pembelajaran yang dikelola guru, sehingga keterampilan guru dapat berkembang dengan menciptakan pembelajaran yang kreatif, menarik, dan menyenangkan.
c) Bagi anak didik Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan serta meningkatkan minat anak Kelompok B RA Guppi Legundi Saptosari Gunungkidul dalam kegiatan membaca. Oleh karena itu, kemampuan dan hasil belajar anak sesuai dengan tahapan perkembangan seharusnya.
8
G. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Kemampuan membaca permulaan Kemampuan
membaca
permulaan
adalah
kecakapan
anak
pada
perkembangan aspek bahasa, khususnya membaca permulaan. Hal tersebut dilakukan pada anak usia pra sekolah atau anak Taman Kanak-kanak secara terpadu dengan menitik beratkan kegiatan mengajarkan anak pada kemampuan pengucapan bunyi huruf, kemampuan membedakan bentuk huruf, kemampuan menyebutkan huruf awal yang sama, dan kemampuan melafalkan kata dengan jelas dan tepat. Ke empat kemampuan tersebut diinterpretasikan dalam 4 kategori predikat, diantaranya Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), dan Berkembang Sangat Baik (BSB). 2. Media Kartu Kata Bergambar Media kartu kata bergambar adalah kertas tebal berukuran 15 cm x 10 cm. Kartu tersebut hanya satu sisinya saja yang digunakan. Sisi tersebut berupa gambar kemudian di bawahnya tertera huruf yang membentuk kata. Gambar yang digunakan pada kartu ini merupakan gambar benda-benda yang sesuai dengan tema pembelajaran.
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Bahasa Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting karena bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang mendasari bagaimana individu dapat berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa menurut Mohammad Zain dan Badudu (1996: 107) adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Hal ini juga diungkapkan oleh Syamsu Yusuf (2006: 118) bahwa bahasa merupakan kemampuan komunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup cara untuk berkomunikasi sehingga pikiran, perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian. Sedangkan pendapat dari Badudu (Dhieni, 2009: 1.11) mengungkapkan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Sejalan dengan pendapat Hurlock (2000 : 176) bahasa merupakan sarana komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk disampaikan kepada orang lain. Sedangkan menurut Jo Ann Brewer (2007:268) mengatakan : “Language is defined as a system of communication used by human. it is either produced orally or by sign, and it can be extended to its written form” 10
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan suatu alat yang dijadikan sebagai sarana komunikasi antara manusia satu dengan yang lainnya dalam sebuah masyarakat. Bahasa tersebut bisa berupa dalam bentuk lambang atau simbol baik berupa lisan maupun tulisan guna mengekspresikan pikiran, perasaan, maupun keinginan manusia tersebut.
2. Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini Menurut Nurbiana Dhieni (2009: 3.1) perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak yang terdiri dari beberapa tahapan yang sesuai dengan dengan usia dan karakteristik anak. Dalam hal ini, menurut Martini Jamaris (2006: 30) menekankan bahwa anak usia dini berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini menunjukkan bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginan, penolakan, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa dalam bentuk verbal atau pun kata-kata yang bermakna. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, menurut Rita Eka Izzaty (2008: 107) kemampuan bahasa anak terus tumbuh pada masa anak usia dini karena pada masa ini anak mampu menginterpretasikan komunikasi dalam lisan dan tulisan. Pada masa ini kemampuan perbendaharaan anak semakin beraneka ragam, kemudian diterapkan pada penggunaannya, misalnya penggunaan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan suatu tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa anak tumbuh secara pragmatis dalam komunikasi. Menurut Slamet Suyanto (2005a: 120) anak sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi maupun sekedar menyatakan pikirannya (thinking aloud), 11
seperti ketika anak mengucapkan kata-kata seakan-akan bercakap-cakap dengan dirinya sendiri. Hal ini menggambarkan anak sedang “membahasakan” apa yang ada di dalam pikirannya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini sudah memiliki kecakapan bahasa bahkan sejak anak itu lahir di dunia. Semakin anak berkembang maka kemampuan bahasa anak juga semakin meningkat dan lebih kompleks. Seperti halnya anak yang baru lahir telah berbahasa melalui tangisan, ketika anak mulai tumbuh maka kemampuan bahasanya semakin berkembang. Pada masa usia dini inilah kemampuan bahasa anak berada dalam fase yang krusial karena anak sudah mampu berbahasa dengan tujuan mengungkapkan pikiran anak.
3. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Dalam perkembangan bahasanya, anak usia dini melewati tahap-tahap perkembangan bahasa sesuai dengan usia dan karakterisiknya. Menurut Dhieni (2009: 3.1) anak usia dini sudah mampu mengembangkan kosa kata secara mengagumkan. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan pengulangan, yaitu sering mengulang-ulang kosakata yang baru dan unik walaupun anak belum memahami arti dan makna kata tersebut. Pada masa inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat. Pada usia 4-5 tahun anak rata-rata sudah dapat menggunakan 900 sampai 1000 kosa kata yang berbeda. Anak dapat menggunakan 4-5 kata dalam sebuah kalimat dalam berbagai bentuk kalimat, baik itu pernyataan atau pertanyaan negative maupun positif. Kemudian pada usia di atas 5 tahun percakapan anak 12
berkembang lagi dimana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit. Serupa dengan pendapat Templin (Slamet Suyanto, 2005b: 162) bahwa anak usia 5 tahun ke atas mampu menguasai 14.000 kosa kata sehingga pada prinsipnya anak sudah dapat berkomunikasi dengan baik. Menurut Vigotsky (Martini Jamaris, 2006: 34) mengemukaan bahwa tahap perkembangan bahasa anak harus mempertimbangkan 3 hal, diantaranya: a. Tahap eksternal Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, dalam hal ini yang dimaksud adalah kemampuan bahasa secara eksternal dan menjadi dasar bagi kemampuan berkomunikasi kepada dirinya sendiri. b. Tahap Internal Transisi dari kemampuan berkomunikasi secara eksternal kepada kemampuan berkomunikasi secara internal membutuhkan waktu yang lebih lama. c. Tahap egosentris Pada perkembangan selanjutnya anak akan bertindak tanpa berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa anak mampu menginternalisasi percakapan egosentris ke dalam percakapan di dalam diri sendiri. Secara umum proses perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam beberapa rentang usia, yang masing-masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri. Menurut Guntur (Ahmad Susanto 2011: 75) menyatakan bahwa tahap perkembangan bahasa anak sebagai berikut : a. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahun ini trerdiri dari : 1) Tahap meraba-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari anak lahir sampai anak usia enam bukan, pada masa ini anak sudah mulai tertawa, menangis, dan menjerit. 2) Tahap meraba-2 (pralinguistik kedua). Pada tahap ini anak mulai menggunakan kata, tetapi masih kata yang belum ada maknanya dari bulan ke-6 hingga 1 tahun. 13
b. Tahap II (linguistik kedua). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu : 1) Tahap-1 holafrastik (1tahun), pada tahap ini anak mulai menyataakan makana keseluruhan kalimat dalam satuan kata. Perbendahaaan kata yang dimiliki anak kurang lebih 50 kosa kata. 2) Tahap-2 frase (1-2 tahun), pada tahap ini anak dapat mengucapkan dua kata, perbendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50-100 kosa kata. c. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu anak prasekolah dasar 3, 4, 5 tahun). Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat. Dilihat dari asoek perkembangan tata bahasa seperti: S-P-O, anak dapat memperpanjang kata menjadi suatu kalimat. d. Tahap IV (tata bahaasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap ini kemampuan anak upsudah lebih sempurna, anak sudah dapat menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat kompleks. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan bahasa anak sesuai dengan perkembangan usia. Dimulai dari anak mengenal tangisan, jeritan, maupun tertawa pada usia 0-6 bulan, kemudian tahapan selanjutnya pada usia anak di atas 6 bulan perkembangan bahasa anak mulai tumbuh pesat hingga usia 3 tahun seperti perbendaharaan kosa kata yang semakin banyak serta dapat membuat frasa-frasa sederhana. Selanjutnya pada usia 3 tahun ke atas anak sudah mulai berkomunikasi lancar dengan orang dewasa dengan membuat kalimat dari beberapa kata.
B. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini 14
1. Pengertian Kemampuan Membaca Menurut Mohammad Zain dan Badudu (1996:854) kemampuan diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan seseorang melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Nurbiana Dhieni (2009: 3.16) membaca erat kaitannya dengan perkembangan bahasa pada anak usia ini, karena membaca merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa reseptif yang membentuk arti. Pada masa ini anak-anak akan berfikir
mengenai kata-kata dan berkurangnya kaitan antara
kegiatan dan dimensi pengamatan yang berhubungan dengan kata menjadi lebih analitis dalam hal penggunaan kata-kata (Rita Eka Izzaty, 2008: 108). Farida Rahim (2008: 2) mengungkapkan bahwa pada hakikatnya membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan melainkan juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sedangkan menurut Burns (Mohammad Fauzil Addhin, 2004: 25) membaca merupakan sebuah proses yang kompleks. Dalam hal ini tidak hanya proses membaca itu saja yang kompleks, melainkan setiap aspek yang ada selama proses membaca juga bekerja dengan sangat kompleks. Hartati
dalam
buku
yang dikutip
Ahmad
Susanto
(2011:
84)
mengungkapkan bahwa membaca pada hakikatnya merupakan kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, meskipun dalam kegiatannya yang terjadi adalah pengenalan huruf-huruf. Menurut Crawley dan Mountain (Farida Rahim, 2008: 3) mengungkapkan bahwa membaca merupakan gabungan proses perceptual dan kognitif. Sejalan dengan hal tersebut, pendapat Klein (Farida Rahim, 2008: 3) mengatakan bahwa definisi membaca mecakup 3 hal, di antaranya , 1) membaca merapakan suatu proses, 2) membaca adalah strategis, 3) 15
membaca adalah interaktif, sehingga dari ketiganya dapat membaca merupakan suatu proses yang dimaksudkan sebagai informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca yang peranan utamanya untuk membentuk sebuah makna. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca merupakan kemampuan dalam memproduksi bahasa reseptif berwujud aktivitas kompleks yang melibatkan berbagai aspek baik mental maupun fisik. Pada anak usia dini, membaca merupakan kegiatan yang bersifat analitis berkaitan dengan kata, huruf sebagai lambang bunyi, fonem, dan lainnya sebagainya yang apabila dianalisa terdapat makna di dalamnya.
2. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini Steinberg dalam Ahmad Susanto (2011: 83) mengungkapkan membaca dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini menumpukkan pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantara pembelajaran. Sabarti Akhadiah, dkk (1993: 11), mengungkapkan bahwa pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Kemampuan dasar membaca tersebut yaitu kemampuan untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Sejalan Anderson (Nurbiana Dhieni, dkk 2009:5.5) mengungkapkan membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terpadu, yang menitik beratkan pada pengalaman huruf dan kaya, menghubungkan dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenaik maksud bacaan. 16
Sedangkan menurut Slamet Suyanto (2005b: 165) mengungkapkan bahwa membaca bagi anak usia dini merupakan hal yang masih sulit bagi anak, karena anak harus belajar huruf (morfem) dan bunyi huruf (fonem). Selanjutnya pengenalan cara membaca bagi anak usia dapat dilakukan dengan cara fonik, yaitu mengajarkan anak mulai dari lembaga huruf. Menurut Elliason, et al. dalam Ahmad Susanto (2011: 86) menjelaskan bahwa membaca membutuhkan waktu dan kesiapan dan kesabaran, seperti anak yang menyukai gambar dan huruf sejak awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar karena mereka tahu bahwa membaca, membuka pintu baru, membenahi informasi, dan menyenangkan. Maka dari itu, bahan-bahan untuk membaca dini harus sesuai dengan bahasa dan pengalaman anak. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak usia dini merupakan kecakapan membaca pada anak usia pra sekolah atau anak Taman Kanak-kanak yang dilakukan secara terpadu dengan menitik beratkan kegiatan mengajarkan anak mengenal huruf, menyuarakan huruf, suku kata, dan kata yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan kemampuan pengucapan bunyi huruf, kemampuan membedakan bentuk huruf, kemampuan menyebutkan huruf awal yang sama, dan kemampuan melafalkan kata dengan jelas 3. Tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini Steinberg (1982: 28) mengatakan bahwa kemampuan membaca anak usia dini terdiri atas 4 tahap perkembangan, di antaranya : a) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan
17
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa buku ini penting, melihat-lihat buku dan membalik-balikkan buku, kadangkadang anak membawa buku kemana-mana tempat kesenangannya. b) Tahap membaca gambar Anak usia Taman Kanak-kanak sudah bisa memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca
buku, memberi makna
gambar,
membaca buku
dengan
menggunakan bahasa buku walaupun tidak cocok dengan tulisannya. Anak Taman Kanak-kanak juga menyadari bahwa sebuah buku memiliki karakteristik khsusus, seperti judul, halaman, huruf, kata dan kalimat serta tanda baca walaupun anak belum paham semua. c) Tahap pengenalan bacaan Pada tahap ini anak TK telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa, seperti fronem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau aturan kalimat) secara bersama-sama. Anak yang sudah dapat tertarik pada bahan bacaan mulai mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya. Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda di lingkungannya. d) Tahap membaca lancar Pada tahap ini anak sudah dapat membaca secara lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat Chocraine Efal (Slamet Suyanto, 2005b: 168 ) perkembangan membaca anak yaitu terdiri dari beberapa tahap, diantaranya sebagai berikut : a) Tahap Magis Pada tahap ini anak belajar memahami fungsi dari bacaan. Ia mulai menyukai bacaan, menganggap bacaan itu penting,sering menyimpan 18
b)
c)
d)
e)
bacaan yang ia sukai dan membawanya kemana pun anak mau. Anak usia dua tahun biasanya sudah memperlihatkan tahap ini. Orang tua maupun guru dapat memacu perkembangan tahap ini dengan membacakan cerita atau bacaan kepada anak. Tahap Konsep Diri Pada tahap ini anak memandang dirinya sudah dapat membaca (padahal belum). Sering berpura-pura membaca buku. Ia sering menerangkan isi atau gambar dalam buku yang ia sukai kepada anak lain seakan sudah dapat membaca. Anak usia tiga tahun biasanya sudah bisa mencapai tahap ini. Tahap Membaca Peralihan Anak mulai mengingat huruf atau kata yang sering ia jumpai, misalnya buku cerita yang sering diceritakan orangtuanya. Ia dapat menceritakan kembali alur cerita dalam buku sebagaimana yang diceritakan orangtuanya kepadanya. Ia juga mulai tertarik tentang jenis-jenis huruf dalam alphabet. Anak usia dini empat tahun biasanya sudah mencapai tahap ini. Tahap Membaca Lanjut Anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Ia mulai tertarik dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada di lingkungannya. Misalnya, anak mulai mengeja dan membaca kata dalam papan iklan yang ada gambar anak bertanya atau menjawab pertanyaan orangtuanya dengan mengeja tulisan. Tahap Membaca Mandiri Anak mulai dapat membaca secara mandiri. Ia mulai sering membaca buku sendirian. Ia juga mencoba memahami makna dari apa yang ia baca. Ia mencoba menghubungkan apa yang ia baca dengan pengalamannya. Anak usia 6-7 tahun biasanya sudah mencapai tahap membaca mandiri.
Sedangkan menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 36) perkembangan membaca terdiri dari beberapa tahapan, di antaranya : a. Tahap diferensiasi yaitu pada tahap ini anak memperhatikan tulisan dan membedakan dengan gambar. Anak dapat menyebut gambar dan tulisan sebagai tulisan. b. Tahap membaca pura-pura yaitu terdapat 2 tahapan di antaranya : 1) Tahap atensi menulis yaitu pada tahap ini anak memperhatikan berbagai model tulisan di berbagai media yang dilihat dan tertarik dengan bentuk tulisan tertentu. Anak menyukai buku cetak dan 19
membawa ke sana ke mari. 2) Tahap membaca diskursif yaitu pada tahap ini anak mengetahui bahwa tulisan dapat dilafalkan dan memiliki informasi c. Tahap membaca gambar yaitu anak memperhatikan tanda-tanda visual seperti gambar tetapi belum menguasai simbol. Anak “membaca” Koran dengan melihat gambar, membaca label, dengan memperhatikan barang dan gambarnya. Anak menjabarkan gambar/ informasi visual lain dalam bentuk satu kalimat atau lebih. d. Tahap membaca acak yaitu pada tahap ini terdapat 2 tahap, di antaranya : 1) Tahap membaca acak total yaitu anak menanyakan tulisan yang menarik perhatiannya, seperti label, nama, judul. Anak memperhatikan gaya tulisan, dan fitur-fitur lainnya. Anak dapat mengenal kembali tulisan tersebut. Apabila menemukan tulisan yang dikenal anak membaca kata tersebut dan menebak tulisan selanjutnya. 2) Tahap membaca semi acak yaitu ketertarikan anak terhadap tulisan di televise (nama stasiun TV), nama took, nama majalah, nama merk sepatu, merk alat elektronik sangat terlihat. Anak aktif bertanya dan cepat mengenali tulisan. Pada tahap ini anak mungkin mengira kalau kata tertentu hanya engacu pada benda tertentu. Anak terkejut ketika mendapati kata Sony pada pembungkus kaos dalam, padahal sebelumnya mengenal tulisan Sony pada kkamera dan televisi. Anak mengenal huruf dan mencoba menggabungkan menjadi suku kata meskipun kadang belum tepat.
20
e. Tahap membaca lepas landas yaitu pada tahap ini terdiri dari 3 sub tahap, di antaranya : 1) Tahap mengeja huruf lepas yaitu pada tahap ini anak dapat membaca dengan mengeja kata-kata yang dikenal sebelumnya. Anak dapat menggabungkan huruf menjadi suku kata terbuka (tapi terhambat dalam suku kata tertutup). 2) Tahap mengeja silabel kata yaitu anak dapat mengeja kata-kata baru. Anak dapat menggabungkan suku kata menjadi kata. Anak bisa mengeja suku terbuka tetapi lambat dalam suku kata tertutup. 3) Membaca Lambat tanpa nada yaitu anak dapat membaca teks baru secara lambat tetapi relatif cepat untuk kata yang sudah dikenal. Anak mungkin berhenti beberapa saat pada kata baru yang belum dikenal (bentuk maupun maknanya). Anak tidak langsung dapat memahami apa yang dibaca, tetapi pengulanangan dapat membantu mereka memahami tulisan pendek. Sementara itu, lagu kalimat juga belum diperoleh secara alamiah. Anak masih berfokus pada pelafalan teks. f. Tahap independen yaitu pada tahap ini dapat dikategorikan dalam 2 tahap, diantaranya : 1) Tahap independen awal yaitu hasil bacaan masih lambat, tetapi anak dapat memahami apa yang dbaca. Sudah ada lagu kalimat (koma dan titik), meskipun belum sempurna. Tahap ini dikenal sebagai tahap hamper sempurna. Tahap ini ditemukan pada sebagian kecil anak TK pedesaan dan beberapa anak perkotaan dengan fasilitas baca yang baik.
21
2) Tahap independen yaitu hasil bacaan anak relative cepat, sudah memiliki lagu dan nada yang tepat. Anak sudah menguasai komponen tanda baca dan makna teks juga sudah diperoleh. Dari uraian di atas, disimpulkan tahapan-tahapan membaca dari beberapa ahli sebenarnya hampir sama, dimulai dari anak memperhatikan tulisan dan gambar. Selanjutnya anak mulai membaca gambar dengan memaknai gambar yang dilihat, kemudian anak mulai mengenal simbol dan bunyi huruf yang membentuk tulisan. Setelah itu anak mulai mengeja tulisan yang membentuk kata dan terakhir anak dapat membaca secara lancar. Pada penelitian anak berada pada tahap mulai mengenal simbol dan bunyi huruf yang membentuk tulisan.
4. Perilaku Membaca Anak Usia Dini Menurut Nurbiana Dhieni (2009: 5.17), anak TK yang memiliki kesiapan membaca dapat ditunjukkan dengan beberapa perilaku, yaitu diantaranya : a. Mampu memahami bahasa lisan, dalam hal ini anak mampu memahami kalimat sederhana dalam konteks komunikasi dan sesuai perkembangan bahasa anak b. Melafalkan kata dengan jelas, anak mampu dengan jelas mengatakan kata dan dapat dimengerti oleh orang lain. c. Mengingat kata yang didengar, anak mampu mengulang atau mengingat kata yang telah didengarnya, sehingga apabila ia ditanya kembali anak mampu mengingat dan menjawabnya. d. Mampu melafalkan bunyi huruf, anak mampu melafalkan huruf huruf abjad dengan baik setelah orang tua/ pendidik memberinya contoh. 22
e. Mampu membedakan bunyi dengan baik, kemampuan yang dimaksud yaitu penglihatan dan pendengaran. Anak dapat membedakan bunyi huruf karena anak mengetahui bentuk huruf. Sedangkan Tzu (Ahmad Susanto, 2011: 84) mengungkapkan bahwa agar dapat membaca dengan baik maka perlu disertai dengan persiapan membaca yang dapat diidentifikasi dari berbagai perilaku yang diperlihatkan anak, seperti sebagai berikut : a) Rasa ingin tahu tentang benda-benda di dalam lingkungan, manusia, proses, dan sebagainya. b) Mampu menerjemahkan atau membaca gambar dengan mengidentifikasi dan menggambarnya. c) Menyeluruh dalam pembelajaran. d) Melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan khususnya dalam kalimat. e) Memiliki kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan dalam suara secara cukup baik untuk mencocokkan atau suara dengan lainnya. f) Memiliki kematangan emosional yang cukup untuk dapat konsentrasi dan terus menerus dalam suatu tugas. g) Memiliki percaya diri dan stabilitas emosi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan dapat diterapkan pada usia Taman Kanak-kanak. Anak yang memiliki kesiapan untuk membaca permulaan menunjukkan perilaku-perilaku yang menggambarkan anak siap untuk menerima stimulasi dari guru, diantaranya meliputi kemampuan anak dalam bahasa reseptif secara mental dan fisik anak. 23
Dengan anak memiliki kesiapan membaca maka anak lebih mudah untuk menyerap stimulasi yang guru berikan pada anak.
5. Karakteristik Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini Martini
Jamaris
(2006:
53)
mengemukakan
bahwa
karakteristik
kemampuan dasar membaca pada anak usia Taman Kanak-kanak antara lain: a) Kemampuan dalam melakukan koordinasi gerakan visual dan koordinasi gerakan motorik. Gerakan ini secara khusus dapat dilihat pada waktu anak menggerakan bola matanya bersamaan dengan tangan dalam membalik buku gambar atau buku lainnya b) Kemampuan dasar membaca dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam melakukan diskriminasi secara visual. Kemampuan ini sebagai dasar untuk dapat membedakan bentuk-bentuk huruf. c) Kemampuan dalam kosa kata. Anak usia Taman Kanak-kanak telah memiliki kosa kata yang cukup luas. d) Kemampuan diskriminasi auditoria atau kemampuan membedakan suara yang didengar. Kemampuan ini berguna untuk membedakan suara atau bunyi huruf. Kemampuan dasar membaca ini merupakan fondasi yang melandasi pengembangan kemampuan membaca. Berdasarkan Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 Raudhatul Athfal (2015: 120), mengemukakan Kompetensi Dasar aspek bahasa dalam lingkup perkembangan keaksaraan sebagai indikator kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun (Kelompok B) sebagai berikut: a) menunjuk bentuk-bentuk simbol (pra menulis); b) mengenal suara huruf awal; c) menyebutkan lambang24
lambang huruf sesuai suara/ bunyi; d) menulis huruf-huruf dari nama sendiri; e) menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama; f) mengenal arti kata gabungan beberapa huruf konsonan dan vocal; g) membaca nama sendiri; h) mengenal perubahan bunyi dan arti berdasarkan perubahan huruf dan posisi huruf; i) menulis cerita sendiri berdasarkan karya yang dibuat; dan j) menyebut angka bila diperlihatkan lambang bilangan (menyebutkan bunyi lambang bilangan). Rubin dalam Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuchdi yang dikutip oleh Ratna Arini Dewi (2012: 17), mengatakan bahwa pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Anak usia Taman Kanak-kanak sudah mampu mengikuti kegiatan-kegiatan pengajaran membaca seperti di bawah ini, yaitu: a) Peningkatan Ucapan Pada
kegiatan
ini
difokuskan
pada
peningkatan
kemampuan
anak
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Anak yang mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi tertentu perlu dilatih secara terpisah. b) Kesadaran Fonemik (Bunyi) Pada kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan. c) Hubungan antara Bunyi-huruf Syarat utama untuk dapat membaca adalah mengetahui tentang hubungan bunyi-bunyi. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menghubungkan tulisan dengan simbol atau gambar yang melambangkannya. Anak yang 25
mengalami kesulitan dalam hal hubungan bunyi huruf maka pengajaranya secara terpisah. d) Membedakan Bunyi-bunyi Membedakan bunyi-bunyi merupakan kemampuan yang penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca. e) Kemampuan Mengingat Kemampuan mengingat yang dimaksud lebih mengarah pada kemampuan untuk menilai apakah dua bunyi atau lebih itu sama atau berbeda. f) Membedakan huruf Membedakan huruf adalah kemampuan membedakan huruf-huruf (lambang bunyi). Jika anak masih kesulitan membedakan huruf, berarti ia belum siap untuk membaca. g) Orientasi dari Kiri ke Kanan Anak perlu disadarkan bahwa kegiatan membaca dalam bahasa Indonesia menggunakan sistem dari kiri ke kanan. h) Keterampilan Pemahaman Anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan kognitifnya juga mengalami kesulitan dalam membaca, sebab membaca pada dasarnya merupakan kegiatan berpikir. i) Penguasaan Kosa Kata Pengenalan
kata
merupakan
proses
yang
melibatkan
kemampuan
mengidentifikasi simbol tulisan, mengucapkan dan menghubungkan dengan makna.
26
Dari uraian di atas maka didapat kesimpulan bahwa pembelajaran membaca permulaan diterapkan pada anak Taman Kanak-kanak dengan didasarkan pada kebutuhan dan karakteristik anak. Indikator yang digunakan oleh peneliti mengacu pada beberapa pendapat tersebut. Oleh karena itu, indikator yang dipakai dalam upaya meningkatkan membaca permulaan adalah kemampuan pengucapan bunyi huruf, kemampuan membedakan bentuk huruf, kemampuan menyebutkan huruf awal yang sama, dan kemampuan melafalkan kata dengan jelas dan tepat .
C. Hakikat Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini Batasan tentang masa anak cukup bervariasi. Dalam pandangan yang mutakhir yang lazim dianut di Negara maju istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun (Ernawulan Syaodih, 2005 : 7). Pada masa anak usia dini merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Maka dari itu masa anak usia dini seperti ini sering dipandang sebagai masa emas bagi penyelenggara pendidikan. Hal ini dikarenakan pada anak berusia dini merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan dini karena pada fase inilah terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang (Soemiarti, Padmonodewo, 2003: 11). Hal sejalan juga seperti yang diungkapkan oleh Harun Rasyid (2012: 54) bahwa masa anak usia dini merupakan masa keemasan (golden age). Pada masa ini sangat potensial untuk melatih dan mengembangkan berbagai potensi multi 27
kecerdasan yang dimiliki anak. Hal serupa juga diungkapan oleh National Assosiation Education for Young Children (NAEYC) bahwa pada usia dini anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek, baik itu fisik, kognitif, sosioal-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi khususnya sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui anak tersebut (Sofia Hartati, 2005: 8). Bila dilihat jari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah meliputi anak usia SD kelas rendah, taman kanak-kanak, kelompok bermain. Masa Indonesia Biechler dan Snowman (Soemiarti Padmonodewo, 2003: 19) mengungkapkan bahwa pada usia 3-6 tahun anak berada pada tahap prasekolah pada jenjang Taman Kanak-kanak. Pada masa tersebut anak adalah sosok individu yang sedang dalam suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya (Ernawulan Syaodih, 2005: 12).
2. Karakteristik Anak Usia Dini Menurut pandangan psikologis anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lain yang berada di atas usia 8 tahun. Menurut Richard D. Kellough (Martini Jamaris, 2006: 8) mengungkapkan bahwa karakteristik anak usia dini yang khas yaitu seperti : (a) bersifat egosentris, (b) memiliki rasa ingin tahu yang besar, (c) anak merupakan makhluk sosial, (d) anak bersifat unik, (e) anak kaya akan fantasi, (f) memiliki daya konsentrasi yang pendek, dan (g) anak merupakan masa belajar yang potensial.
28
Hal serupa juga diungkapkan oleh Kartini Kartono (1986: 113) bahwa anak usia dini memiliki karakter yaitu sebagai berikut : a. Bersifat Egosentris Anak belum dapat memahami bahwa suatu peristiwa tertentu bagi orang lain mempunyai arti berbeda, yang lain dengan pengertian anak tersebut. b. Relasi Sosial yang Primitif Anak belum dapat membedakan antara kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain di luar dirinya. c. Kesatuan jasmani dan rohani Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan, dan jujur baik mimic, tingkah laku maupun bahasanya. Anak tidak dapat berbohong atau bertingkah laku purapura, anak mengekspresikannya secara terbuka. d. Sifat hidup fisiognomis Anak belum dapat membedakan antara benda mati dan benda hidup. Di sini anak menganggap segala sesuatu yang ada disekitarnya merupakan makhluk hidup yang memiliki jiwa secara jasmani maupun rohani, seperti dirinya sendiri. Oleh karena itu, anak pada usia ini sering bercakap-cakap denga binatang, boneka, dan sebagainya. Dari uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak usia dini meliputi aspek fisik, sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan mental. Pada usia 5-6 tahun anak berada pada fase pra operasional sehingga anak mulai berpikir simbolis. Anak mulai dapat berpikir mengenai suatu objek atau peristiwa meskipun objek dan peristiwa tersebut tidak dilihat secara nyata. Dengan demikian pada masa ini anak lebih mudah untuk menyerap segala informasi dan 29
pengetahuan sehingga kemampuan anak berkembangan dengan peast.
D. Kajian Media Kartu Kata Bergambar 1. Pengertian Media Kata media diambil dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang memiliki arti sesuatu yang terletak di tengah atau suatu alat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 880) diijelaskan bahwa media merupakan alat atau perantara. Media disebut juga sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Mudhofir dalam Nelva Rolina (2012: 1) menjelaskan bahwa yang dimaksud informasi atau pesan dapat berupa sumber belajar seperti pengetahuan atau pengalaman yang digunakan untuk memecahkan masalah belajar, sehingga media dijadikan sebagai wahana untuk mendekatkan persepsi dan pemahaman guru dengan daya tangkap anak. Selain itu media berfungsi sebagai alat bantu untuk mengirim pesan, yang dalam hal ini guru adalah pengirim pesan dan anak merupakan penerima pesan. (Nurbiana Dieni, 2009: 10.1) Selain itu, Slamet Suyanto (2005b: 144), mengungkapkan media belajar anak usia dini umumnya merupakan alat permainan, dan penggunaan media belajar di Taman Kanak-kanak berguna untuk memudahkan anak belajar memahami atau menyederhanakan sesuatu yang sulit dan kompleks. Media belajar anak usia dini tidak harus mahal, dan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak dipakai.
30
2. Jenis-jenis Media Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 28), mengemukakan bahwa terdapat beberapa jenis media yang biasa digunakan di Indonesia yaitu: a) media grafis merupakan media visual yang sederhana, mudah dan relatif murah untuk diperoleh, salah satunya adalah gambar atau foto. b) media audio yaitu media yang berkaitan dengan indera pendengaran. Media yang termasuk media audio antara lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam; dan c) media proyeksi diam yaitu media yang menyajikan rangsangan visual, namum media proyeksi harus diproyeksikan dulu dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran. Jenis-jenis media proyeksi antara lain film bingkai, media transparasi, film, televisi, dan video. Dari jenis-jenis media yang telah dijelaskan tersebut, media yang paling disukai anak adalah media gambar. Cucu Eliyawati (2005:114) mengungkapkan bahwa media gambar juga sering digunakan oleh guru pendidikan anak usia dini untuk dapat menyampaikan isi dari tema pembelajaran yang sedang disampaikan. Seperti yang diungkapkan oleh Levio dan Lentz (Azhar Arsyad, 2007: 17) menjelaskan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar tujuan memahami dan mengingat informasi dan pesan yang terkandung dalam gambar, media visual (gambar) juga dapat mempermudah anak yang sedang belajar atau membaca teks yang bergambar. Selain itu, Bredecam dan Copple dalam Masitoh dkk (2005: 1.12 – 1.13) mengungkapkan bahwa anak usia dini memiliki daya perhatian yang pendek. Untuk itu media menjadi solusi permasalahan tersebut, sebagaimana Encyclopedia of Educatioanal Reseach dalam Hamalik yang dikutip Azhar 31
Arsyad (2007: 25) mengatakan bahwa salah satu fungsi media adalah untuk memperbesar perhatian anak. Hal serupa juga diungkapkan oleh Levio dan Lentz (1982) bahwa media pembelajaran memiliki fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yanag berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
3. Pengertian Kartu Kata Bergambar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 621), kartu adalah kertas tebal, berbentuk persegi panjang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Sedangkan menurut Agus Haryanto (2009: 34) mengungkapkan bahwa kartu adalah tempat menuliskan kata dan atau gambar yang tercetak cukup besar serta dapat ditunjukkan secara cepat kepada anak. Dalam penelitian ini, media yang digunakan merupakan pengembangan dari kartu kata dan kartu gambar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 625) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil. Sedangkan menurut Amir Hamzah Sulaiman (1985: 27) gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat serta konkret dengan masalah yang digambarkannya. Pada penelitian ini kartu kata bergambar yaitu media kartu yang berupa kertas berukuran 15 cm x 10 cm. Di kedua sisi kartu tersebut terdapat gambar di 32
sisi depan dan tulisan kata di sisi belakang. Gambar yang digunakan pada kartu ini merupakan gambar benda-benda yang sesuai dengan tema pembelajaran saat hari itu.
4. Kelebihan dan Kelemahan Media Kartu Kata Bergambar Kelebihan media kartu kata bergambar sebagai media gambar menurut Arief S. Sadiman dkk (2006: 29) mengemukakan sebagai berikut: a) Sifatnya konkrit gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. b) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. c) Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak selalu bisa dibawa (diperlihatkan) ke obyek peristiwa tersebut d) Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. e) Dapat memperjelas suatu masalah dibidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membentuk pemahaman. f) Murah harganya dan mudah untuk didapat dan digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Sejalan dengan pendapat Amir Hamzah Sulaiman (1985:22) yang menyatakan bahwa kelebihan kartu kata bergambar sebagai media gambar yaitu: a) Gambar mudah untuk diperoleh, gambar dapat digunting dari majalah atau di buat sendiri dan mudah untuk digunakannya. b) Penggunakan gambar merupakan hal yang wajar c) Koleksi gambar dapat diperoleh terus d) Mudah mengatur pilihan untuk media pengajaran
33
Selain kelebihan-kelebihan di atas, kartu kata bergambar juga mempunyai beberapa kelemahan sebagai media gambar. Arif Sadiman (2006: 31), mengatakan bahwa kelemahan tersebut antara lain: a. Hanya menekankan persepsi indera mata atau hanya bisa untuk dilihat karena media ini berupa gambar dan disertai tulisan. Penggunaan media gambar tidak mampu untuk didengar, dirasa, diraba, dan dibau. b. Terlalu kompleks dan kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. c. Ukurannya sangat terbatas bila dilakukan saat proses pembelajaran dalam kelompok besar.
5. Langkah-langkah Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar Menurut Slamet Suyanto (2005b: 180), langkah penggunaan media kartu bergambar dalam pembelajaran membaca sebagai berikut: a. Bahan-bahan 1) Sediakan berbagai kartu gambar yang namanya cukup pendek, beberapa dimulai dari huruf yang sama dan tidak ada konsonan ganda, seperti topi, toko, bola, baju, paku, pipa, kaca, kue, meja, dan mata. 2) Menyediakan kartu kata dengan tulisan nama-nama benda tadi. b. Prosedur 1) Gunakan permainan ini dalam kelompok 2) Menyediakan kartu gambar dan kartu nama benda 3) Guru menunjukan gambar benda dan anak diajak mencari kartu nama benda tersebut. 4) Setelah anak tahu cara bermainnya, biarkan anak bermain dalam kelompok. 34
Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukaan di atas, maka penelitii mengembangkan langkah penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran di antaranya sebagai berikut : a) mempersiapkan media yang akan digunakan sesuai dengan tema hari ini dan tema sebelumnya yang belum dikuasai oleh anak. b) Anak dikondisikan sebelum pembelajaran dimulai dengan membagi kelas menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 anak c) guru menjelaskan tema dan permainan yang akan dilakukan hari ini d) kartu kata dikocok acak kemudian dibagikan satu per satu kepada anak, anak yang mendapat kartu yang sama maju ke depan kelas, permainan ini dimainkan secara bergilir e) anak memilih salah satu kartu gambar yang berada di kantung
papan
membaca dengan posisi kata tertutup dan meminta anak menyebutkan nama benda pada gambar tersebut f) kartu gambar yang telah dipilih anak kemudian diambil, kemudian anak menyebutkan huruf yang membentuk kata gambar tersebut secara berurut. g) anak menyebutkan kartu yang memiliki huruf awal yang sama seperti kartu yang dipilih h) guru menyebutkan secara acak huruf yang tertera di kartu kemudian anak menunjuk huruf tersebut sesuai huruf yang disebut guru i) guru meminta anak membaca kata dengan dengan melafalkan suku kata, misalnya ma-tahari, ma-jalah, ma-nusia, ma-ta.
35
E. Landasan Teoritis Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Media Kartu Bergambar 1. Teori Pengalaman Belajar Anak Menurut Dina Indriana dalam Ari Musodah (2014: 47), mengungkapkan bahwa media berfungsi mengarahkan anak untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar. Arief S. Sadiman (2006: 7) mengungkapkan bahwa untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret hingga paling abstrak dalam sebuah kerucut yang dikenal dengan nama Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience). Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri.
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Arief S. Sadiman, 2006: 8)
36
Salah satu media yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada anak yaitu media kartu kata bergambar. Hal ini karena media kartu bergambar memiliki sifat yang konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal. Semakin konkret siswa dalam proses pembelajaran, seperti melalui pengalaman langsung, maka pengalaman yang diperoleh akan semakin banyak. Namun, sebaliknya apabila semakin abstrak memperoleh pengalaman, seperti hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh (Wina Sanjaya, 2008:165).
2. Teori Pemrosesan Informasi Menurut C. Asri Budiningsih (2002: 78) mengungkapkan bahwa belajar merupakan proses pengolahan informasi dengan tujuan yang ditekankan pada penambahan pengetahuan. Proses pengolahan informasi disini adalah dimulai dari suatu informasi (pesan pengajaran) yang diterima, kemudian dilanjutkan proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval) serta dimanfaatkan jika diperlukan. Hal serupa juga dikemukakan James M. Clark dan Allan Paivio (1991) dengan teori yang disebut Teori dual coding. Teori ini menyatakan bahwa informasi yang diterima seseorang diproses melalui salah satu dari dua channel, yaitu channel verbal seperti teks dan suara, dan channel visual (nonverbal image) seperti diagram, gambar, dan animasi. Kedua channel ini dapat berfungsi baik secara independen, secara paralel, atau juga secara terpadu bersamaan. 37
Dari teori yang diuraikan tersebut, media kartu bergambar berperan sebagai sumber pengetahuan. Ketika belajar membaca menggunakan media kartu kata bergambar, media kartu yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa media. Di sini yang dimaksud dengan dua media pada kartu kata bergambar adalah gambar sebagai channel visual dan tulisan huruf sebagai channel verbal. Anak akan belajar lebih baik ketika media belajar yang digunakan merupakan perpaduan dari channel verbal dan nonverbal karena kedua channel pemrosesan informasi (verbal dan nonverbal) tersebut dimungkinkan untuk bekerja secara paralel atau bersama-sama. Selanjutnya, informasi yang diperoleh dari dua channel tersebut disimpan dalam memori anak, sehingga apabila diperlukan informasi yang diterima anak akan muncul kembali sebagai suatu pengetahuan.
3. Teori Pembelajaran dalam Pengajaran Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Bergambar Pada hakikatnya dunia anak merupakan dunia bermain, dalam belajar anak pun tetap ada esensi dari bermain sehingga anak bermain seraya belajar. Menurut Papalia dalan Harun Rasyid (2012: 65) mengatakan: “through play children grow, they learn how to use their muscles, they coordinate what they see with what they do, and they are like. They acquire new skills and learn to use them. They try out different aspects of life. They cope with complex and conflicting emotion by reenacting real life”. Selain dengan belajar sambil bermain, kemampuan anak berkembang pesat karena mendapat stimulus yang berulang-ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan kepada anak maka semakin mudah anak untuk mengimitiasi atau 38
pun merespon stimulus tersebut. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Thorndike dalam C. Asri Budiningsih (2002: 18) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses interaksi antara stimulus (yaitu dapat berupa rangsangan seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal yang ditangkap oleh indera), dengan respon (yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/ tindakan). Selain teori dari Thorndike dalam penelitian ini juga menggunakan Teori Humanistik. Salah satunya Kolb dalam C. Asri Budiningsih (2002: 73) mengungkapkan bahwa empat tahap dalam belajar diantaranya pengalaman konket, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. Dari uraian yang dikemukakan di atas, maka didapat simpulan bahwa pembelajaran membaca permulaan melalui media kartu bergambar dapat dilakukan dengan bentuk permainan. Permainan kartu kata bergambar tersebut sebagai stimulus yang diberikan agar anak lebih mudah untuk merespon. Hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang dengan peran guru hanya sebagai pembimbing, sedangkan anak belajar secara aktif melalui permainan kartu kata bergambar tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan Harun Rasyid (2012: 200) bahwa anak usia dini dapat membedakan ratusan bunyi/ suara dan kata sekaligus mengenal fonem yang diulang-ulang. Maka dari itu, Burnett dalam Harun Rasyid (2012: 200) mengungkapkan bahwa melatih anak mengucapkan bunyi huruf mesti harus diulang-ulang.
39
F. Penelitian yang Relevan Berdasarkan hasil penelitian Ari Musodah yang dilakukan pada anak kelompok B2 RA Ma‟arif NU Karang Tengah Kertanegara Purbalingga dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar, didapat simpulan bahwa penggunaan media kartu kata bergambar merupakan cara efektif dalam pembelajaran sehingga kemampuan membaca permulaan pada anak dapat meningkat. Pada tahap Pratindakan persentase ratarata ketercapaian anak baru mencapai presentase 42,59%, pada pelaksanaan Siklus I presentase yang dicapai sebesar 68,34%, dan pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus II sebesar 95,57%. Peningkatan dari Pratindakan ke Siklus I sebesar 25,75%, dan peningkatan dari Siklus I ke Siklus II sebesar 27,23%. Dengan demikian, dapat diajukan rekomendasi bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B (usia 5-6 tahun) dapat diatasi dan ditingkatkan melalui media kartu kata bergambar. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudari Ari Musodah, namun dari segi variabel yang membedakan diantaranya : a. Pada penelitian sebelumnya menggunakan 2 kartu, yaitu kartu kata dan kartu gambar. Pada kartu gambar tampilannya dibuat dalam dua sisi, yaitu sisi depan berupa gambar dan di sisi belakang berupa suku kata. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan satu kartu kata bergambar yang hanya satu sisinya saja yang digunakan. Sisi tersebut berupa gambar kemudian dibawahnya tertera kata yang dieja berdasar suku kata.
40
b. Penelitian sebelumnya penerapan media menggunakan model lembaga kata, sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan model whole language dan lembaga kata. c. Pada penelitian sebelumnya, tampilan kata dijadikan satu, misalnya radio, raket, randu, dan lain sebagainya. Sedangkan pada penelitian ini kata yang ditampilkan dibuat secara terpisah dengan mengeja per suku kata, misalnya: ko-pi, ko-ran, ko-ki, dan lain sebagainya.
G. Kerangka Pikir Membaca permulaan merupakan kegiatan membaca yang dilaksanakan sejak anak berada pada masa pra sekolah. Di sini anak tidak berarti membaca secara utuh seperti halnya yang terjadi di sekolah dasar. Melainkan anak diajari kemampuan-kemampuan dasar membaca yang menitik beratkan pada aspek mengenal huruf, bunyi huruf, suku kata, ketepatan membaca, dan mengartikan tulisan ke dalam bentuk lisan. Kemampuan membaca permulaan seperti ini sudah mulai dilaksakan di Taman Kanak-kanak. Namun dengan adanya keterbatasan dan kelemahan dalam pelaksanaannya membuat tingkat kemampuan membaca permulaan menjadi masih rendah. Kemampuan membaca permulaan pada kelompok B masih kurang sesuai dengan tingkat pencapaian seharusnya. Hal ini disebabkan karena kurang efektifnya pembelajaran yang dilaksanakan, baik dari segi strategi pembelajaran, media yang digunakan, serta kurangnya kesiapan anak dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, diperoleh data bahwa media yang digunakan oleh guru kurang bervariasi sehingga tidak menarik minat 41
anak mengikuti pembelajaran. Selain itu strategi yang digunakan guru kurang tepat sehingga anak-anak yang lebih banyak gaduh menimbulkan kurangnya kesiapan dan konsentrasi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Dari uraian di atas, maka peneliti mencoba meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar. Hal ini dikarenakan gambar merupakan media visual yang disukai anak-anak. Dengan media tersebut diharapkan anak tertarik, dan mampu menyampaikan materi pembelajaran pada anak dengan cara yang menyenangkan. Apabila divisualisasikankan dalam sebuah skema adalah sebagai berikut:
Kemampuan membaca permulaan masih rendah
Kondisi awal
Tindakan
Media kartu kata bergambar
Kondisi akhir Peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar Gambar 2. Skema Kerangka Pikir
42
G. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut, “Kemampuan membaca permulaan pada
anak
Kelompok B RA Guppi Legundi Saptosari Gunung Kidul dapat ditingkatkan melalui penggunaan Media Kartu Kata Bergambar ”.
43
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian Suatu
penelitian
selalu
memerlukan
metode/
cara
untuk
melaksanakannya. Pada bagian metodologi penelitian ini, peneliti akan memaparkan tentang metode yang digunakan. Menurut Sutrisno Hadi (2002: 211) metodologi dalam pengertian luas adalah : “Cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan, dan menganalisis data penyelidikan yang berwujud angka-angka”. Sedangkan metode penelitian menurut Sugiyono (2007:3) pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif. Menurut Sujati (2000: 2) mengartikan penelitian tindakan sebagai salah satu strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Hal tersebut kemudian diperjelas lagi oleh Kasihani Kasbolah (1998: 13) yang menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya dalam bentuk berbagai kegiatan ulang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas. Sedangkan Penelitian Tindakan Kelas secara kolaboratif adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan bukan dari inisiatif guru kelas, melainkan dari pihak luar yang berkeinginan memecahkan masalah pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009: 59). Dalam penelitian ini peneliti memilih penelitian tindakan kelas kolaboratif
dengan alasan bahwa terdapat permasalahan di Kelompok B RA 44
Guppi Legundi, khususnya membaca permulaan pada anak. Selain itu, disebut kolaboratif karena peneliti bekerja sama dengan Guru Kelas dalam setiap tahapan tindakan, mulai dari peyusunan rencana pembelajaran hingga dalam evaluasi dan refleksi. Dalam penelitian ini Guru Kelas berperan sebagai pelaksana tindakan dalam proses pembelajarannya, sedangkan peneliti bertugas sebagai observer. Selanjutnya peneliti melakukan analisis dan refleksi dengan Guru Kelas terhadap hasil observasi pada setiap akhir siklus yang telah dilakukan. Apabila tindakan pada siklus pertama belum muncul peningkatan yang diinginkan, maka dilanjutkan perbaikan pada tindakan siklus berikutnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dibuat sebelumnya. Pada nantinya terdapat pemecahan masalah sebagai perbaikan dari adanya masalah tingkat kemampuan membaca permulaan pada anak.
B. Rancangan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada model penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan McTaggart yang merupakan pengembangan dari Kurt Lewin. Model penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem spiral yang terdiri dari 3 tahapan yang harus dilalui pada setiap siklus. Ketiga tahapan tersebut diantaranya : 1) perencanaan; 2) pelaksanaan dan pengamatan; dan 3) refleksi
45
Berikut ini ditampilkan model Penelitian Tindakan Kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart.
Gambar 3. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 93)
Pada penelitian ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan oleh guru kelompok B RA Legundi kemudian peneliti bertindak sebagai observer. Rancangan pada penelitian ini di antaranya : a.
Penyusunan rencana, yaitu merupakan tahap awal sebelum melakukan
tindakan, Pada tahap ini guru kelas bersama peneliti bersama-sama menyusun rencana
pembelajaran
berdasarkan
pokok
bahasan
dan
masalah
yang
teridentifikasi sebelumnya. b.
Pemberian tindakan dan pengamatan
(a) Tindakan merupakan penerapan atau implementasi dari perencanaan, Pelaksanaan tindakan berpedoman dengan rencana yang telah disusun di awal. (b) Pengamatan merupakan proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan sesuai dengan panduan observasi yang telah dibuat serta mencatat kelemahan dan 46
kekuatan guru dalam melaksanakan tindakan, hal ini dilakukan sebagai pengumpulan informasi yang nantinya dapat bermanfaat sebagai masukan dan pengambilan keputusan apakah pelaksanaan pembelajaran sudah tepat atau perlu diadakan perbaikan. c. Refleksi merupakan aktivitas pasca tindakan, hal ini dilakukan dengan cara menganalisis apa saja kekurangan dan kelebihan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Selain itu, guru juga menyampaikan hasil evaluasi yang diperoleh pada saat kegiatan pembelajaran, sehingga kedua hal ini harus didiskusikan bersamasama
antara peneliti dengan guru. Berdasarkan hasil diskusi tersebut maka
direfleksikan dengan menyusun perencanaan lanjut untuk perbaikan permasalah yang masih ada.
C. Rancangan Tindakan Rancangan tindakan pada penelitian ini terdapat 2 siklus, namun apabila pada dua siklus tersebut belum menunjukkan peningkatan, maka akan dilanjutkan pada tahap siklus berikutnya hingga kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B tercapai sesuai dengan aspek pada indikator yang telah ditentukan.. Pembelajaran pada siklus I dijadikan sebagai acuan pada siklus II dan selanjutnya. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, dan refleksi Adapun rancangan tindakan pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut : 1. Perencanaan yaitu sebagai berikut : 1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) bersama guru kelas sejumlah 3 kali pertemuan untuk setiap satu siklus. 47
2) Mempersiapkan media kartu kata bergambar yang akan digunakan pada pembelajaran kemampuan membaca permulaan. 3) Memberi pelatihan kepada guru kelas tentang penggunaan kartu kata bergambar, hal ini dilakukan agar ketika guru mempraktikan dalam proses pembelajaran guru telah terampil. 4) Menyusun panduan observasi yang akan digunakan dalam pengamatan selama tindakan dilaksanakan. 2. Pemberian tindakan dan pengamatan (a) Tindakan 1) Guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata bergambar sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. 2) Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan apersepsi tentang benda-benda di sekitar anak, kemudian siswa di bentuk 5 kelompok yang terdiri dari 3 anak. 3) masing-masing kelompok diberi giliran untuk maju ke depan kelas untuk bermain kartu kata bergambar benda yang telah disediakan. 4) Setelah permainan kartu kata bergambar, guru memberikan LKA sebagai pemantapan pemahaman tentang kemampuan membaca permulaan. (b) Pengamatan 1) Peneliti mengamati langsung kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh anak dengan guru. 2) Peneliti mengobservasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan instrument yang telah dibuat sebelumnya.
48
3. Refleksi Pada tahap ini guru bersama peneliti mengevaluasi hasil pemangatan yang telah dilakukan. Apabila pembelajaran membaca permulaan belum tercapai sesuai indikator yang telah ditentukan, maka kekurangan yang terdapat pada tindakan pertama dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil langkah pada siklus selanjutnya.
D. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B di RA Guppi Legundi yang berjumlah 15 anak, dan terdiri dari 9 anak perempuan dan 6 anak laki-laki. Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan dengan media kartu kata bergambar.
E. Setting, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian dan Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di anak Kelompok B di RA Guppi Legundi, desa Planjan, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunung Kidul. Sedangkan untuk setting penelitian yaitu di lakukan di dalam kelas untuk mempermudah pengamatan kepada siswa mengenai perkembangan kemampuan membaca permulaannya. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada bulan Januari 2017.
49
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik observasi. Menurut Wina Sanjaya (2009: 86) mengungkapkan bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Sehingga pada penelitian ini peneliti akan mengamati kemampuan siswa selama proses kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan berdasarkan instrument penelitian sebagai pedoman dalam melakukan pengamatan terhadap siswa. Pada penelitian ini peneliti sebagai observer sehingga peneliti hanya mengamati siswa ketika guru sedang memberikan pokok bahasan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Untuk mempermudah peneliti dalam mengobservasi kemampuan membaca permulaan setiap siswa maka siswa memakai name tag.
2. Dokumentasi Selain teknik observasi peneliti menggunakan teknik dokumentasi dalam penelitian tindakan kelas ini. Menurut Sugiyono (2007: 329) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang. Dalam penelitian ini dokumentasi berupa dokumen tertulis hasil analisis data dan gambar pada saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung. Hal ini bertujuan agar hasil obsevasi berupa data dan informasi yang diperoleh akan lebih dipercaya karena ditunjang dengan buktibukti yang konkret. 50
G. Pengembangan Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, pengembangan instrumen yang digunakan adalah Check List atau daftar cek. Check List merupakan alat pengambilan data yang praktis digunakan karena semua aspek yang akan diteliti sudah ditentukan terlebih dahulu sebagai pedoman dalam observasi, sehingga peneliti kemudian tinggal memberikan tanda centang pada aspek observasi yang telah dicapai. Panduan observasi seperti ini
bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan
dengan pelaksanaan kegiatan membaca permulaan. Data yang didapat dari observasi ini memberikan informasi tentang kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata gambar. Kisi-kisi instrumennya sebagai berikut : Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Aspek kemampuan membaca Deskripsi permulaan Mengucapkan bunyi huruf Anak mampu mengucapkan bunyi huruf dengan benar, lancar, dan tepat. Membedakan bentuk huruf
Anak dapat membedakan bentuk huruf dengan benar, lancar, dan tepat.
Menyebutkan Benda yang Memiliki
Anak dapat menyebutkan huruf awal
Huruf Awal yang Sama
yang sama pada beberapa kelompok kata pada gambar dengan lancar, benar, dan tepat.
Melafalkan Kata dengan Jelas dan tepat
Anak dapat melafalkan kata dengan jelas dan tepat
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi menggunakan checklist guna mengetahui aspek membaca permulaan mana saja yang telah dikuasai oleh siswa. Adapun instrument sebagai pedoman observasi adalah terlampir (Lampiran 4. Hal 104). 51
Selanjutnya instrument kemampuan membaca permulaan tersebut dituangkan ke dalam rubrik. Rubrik penilaian ini agar mempermudah penilaian pada aspek pencapaian yang dilakukan oleh anak. Adapun rubrik penilaian kemampuan membaca permulaan anak adalah terlampir (Lampiran 5. Hal. 106).
H. Teknik Analisis Data Menurut Wina Sanjaya (2009: 106), analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasikan data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah kuantitatif.
Disebut kualitatif
deskriptif
kualitatif dan
yaitu penelitian bertujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Deskripsi tersebut merujuk pada suatu predikat yang menunjukkan suatu keadaan dan kualitas. Predikat yang digunakan pada penelitian ini adalah Berkembang Sangat Baik (BSB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Mulai Berkembang (MB), dan Belum Berkembang (BB). Analisis kuantitatif pada penelitian ini yaitu menggunakan perhitungan dalam menentukan hasil persentase pada pencapaiannya. Adapun rumus yang digunakan dalam analisis data dengan teknik diskriptif kuantitatif menurut Anas Sudijono (2010: 43) adalah sebagai berikut:
Keterangan : 52
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = number of cases (jumlah frekuensi) p = angka persentase
Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kriteria yang diambil dari Acep Yoni (2010: 175-176) yang kemudian disesuaikan dengan kategori yang digunakan oleh peneliti. Kriteria interpretasinya adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kriteria Keberhasilan No Kriteria
Nilai
Persentase
1
Kriteria Belum Berkembang (BB)
1-4
0% – 25%
2
Kriteria Mulai Berkembang (MB)
5-8
26% - 50%
3
Kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
9-12
51% - 75%
4
Kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB)
13-14
76% - 100%
I. Indikator Keberhasilan Penelitian ini
dikatakan berhasil
apabila
anak yang kemampuan
membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar pada kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) minimal sebanyak 76%.
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Lokasi Penelitian RA Guppi Legundi terletak di dusun Legundi, Desa Planjan, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunung Kidul. RA ini merupakan sekolah untuk jenjang anak usia dini di bawah Yayasan Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam sehingga setiap kegiatannya berbasis agama Islam. Di RA Guppi Legundi terdapat satu gedung yang terdiri dari beberapa ruang, di antaranya 1 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang UKS, dan 1 kamar mandi. Sedangkan kelas yang dimaksud di RA Guppi Legundi ini yaitu kelas untuk kelompok usia 5-6 tahun atau Kelompok B dengan jumlah siswa sebanyak 15 anak yang terdiri dari 9 anak perempuan dan 6 anak laki-laki. Selain itu, tenaga pendidik di RA Guppi Legundi berjumlah 2 orang ustadzah, masing-masing ustadzah bertugas sebagai Guru kelas sekaligus Kepala Sekolah dan sebagai guru pendamping.
2. Kemampuan Membaca Permulaan saat Pra Tindakan Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu mencari data saat Pra Tindakan pada anak kelompok B RA Guppi Legundi. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat
mengetahui
kondisi awal yang nantinya
digunakan untuk membandingkan hasil pengamatan setelah tindakan penelitian dilakukan. Tujuannya agar permasalahan dan kendala yang terdapat di kelas dapat diperbaiki dengan mengetahui peningkatan kemampuan membaca 54
permulaan pada anak. Pada saat Pra Tindakan peneliti melakukan pengamatan pada saat berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dari observasi Pra Tindakan tersebut diperoleh
data bahwa pembelajaran yang
diselenggarakan di Kelompok B RA Guppi Legundi masih belum efektif, terutama pada kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menstimulasi kemampuan membaca permulaan. Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar anak belum mencapai beberapa aspek indikator membaca permulaan yang diantaranya meliputi mengucapkan bunyi huruf, membedakan bentuk huruf, menyebutkan benda dengan huruf awal yang sama, dan melafalkan kata dengan jelas dan tepat. Hasil pengamatan dari proses kegiatan pembelajaran membaca permulaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 3. Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada Pra Tindakan
Total skor kemampuan membaca permulaan Jumlah anak Persentase anak
jumlah anak
Anak yang memperoleh skor 1-4
4
26.67%
Anak yang memperoleh skor 5-8
7
46.67%
Anak yang memperoleh skor 9-12
3
20.00%
Anak yang memperoleh skor 13-16
1
6.67%
Jumlah
15
100%
Keterangan : Total Skor 1-4 : Belum Berkembang (BB) Total Skor 5-8: Mulai Berkembang (MB) Total Skor 9-12 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Total Skor 13-16 : Berkembang Sangat Baik (BSB)
Dari data tabel tersebut diketahui bahwa anak yang telah mencapai indikator membaca permulaan dengan kriteria Berkembang Sangat Baik adalah 1 anak atau sebanyak 6,67%, sedangkan anak pada kriteria Berkembang Sesuai 55
Harapan sebanyak 3 anak atau 20.00%. Selanjutnya anak pada kriteria Mulai Berkembang sebanyak 7 anak atau 46.67%, sedangkan 4 anak atau 26.67% berada pada kriteria Belum Berkembang. Adapun data perkembangan kemampuan membaca permulaan anak pada saat Pra Tindakan lebih terperinci lagi diperlihatkan pada tabel berikut : Tabel 4. Data Perkembangan Membaca Permulaan Anak pada Pra Tindakan
No
Indikator Mengucapkan bunyi huruf
Membedakan bentuk huruf
Menyebutkan huruf awal yang sama
Melafalkan kata dengan jelas dan tepat
Kriteria BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
Jumlah Anak
Persentase
5 7 2 1 5 6 3 1 4 8 2 1 11 2 1 1
33.33% 46.67% 13.33% 6.67% 33.33% 40.00% 20.00% 6.67% 26.67% 53.33% 13.33% 6.67% 73.33% 13.33% 6.67% 6.67%
Dari data di atas diketahui bahwa kemampuan anak dalam mengucapkan bunyi huruf sebagian besar pada kriteria Mulai Berkembang sebanyak 7 anak atau 46.67%. Selanjutnya kemampuan membedakan huruf sebagian besar pada kriteria Mulai Berkembang sebanyak 6 anak atau 40.00%, kemampuan menyebutkan huruf awal yang sama sebagian besar pada kriteria Mulai Berkembang sebanyak 8 anak 53,33%. Sedangkan kemampuan melafalkan kata dengan jelas dan tepat sebagian besar pada kriteria Belum Berkembang sebanyak 11 anak atau 73,33%.
56
Dari data pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian anak masih belum mencapai indikator dari Kompetensi Dasar pada pedoman pembelajaran di RA. Beberapa anak masih kesulitan dalam mengenal dan menguasai huruf yang membentuk kata, seperti anak sulit membedakan huruf b, d, p, m, n, p, q, dan u serta anak masih sulit mengenal huruf w dan y. Selain itu sebagian anak masih belum lancar dalam melafalkan kata, ditunjukkan dengan anak melafalkan kata secara lirih, ragu-ragu, bahkan beberapa masih ada anak yang salah melafalkan kata seperti huruf r dilafalkan menjadi “el” atau”ey”. Pada kegiatan pembelajaran membaca guru menstimulasi anak dengan kegiatan yang monoton, yaitu guru menggambar benda sesuai tema pada hari itu yaitu tanaman, anak ditunjukkan gambar pohon jagung dengan cara guru menggambar pada papan tulis di depan kelas. Setelah itu ditulis bagian-bagian dari pohon di samping gambar. Anak-anak memperhatikan guru dari belakang bangku masing-masing kemudian guru membimbing anak membaca bagianbagian pohon tersebut dengan mengeja huruf yang membentuk kata. Setelah itu guru bertanya kepada anak dengan menunjuk huruf yang ditulis di papan, namun sebagian besar anak masih bingung dan tidak jelas. Banyak anak yang mengeluh karena tulisan kurang besar dan tidak terlihat karena guru hanya menggunakan spidol hitam, ditambah lagi papan silau karena pantulan sinar matahari. Pada akhirnya anak berebut maju ke depan kelas sehingga mengakibatkan kelas gaduh, beberapa anak menjadi jenuh dan tidak semangat untuk mengikuti pembelajaran. Dari uraian kegiatan tersebut menunjukkan stimulasi yang diberikan oleh guru belum tepat, khususnya pada media yang digunakan dalam pembelajaran. Media spidol dan papan tulis belum mampu menarik antusiasme anak dalam 57
mengikuti pembelajaran membaca permulaan. Pembelajaran juga masih berpusat pada guru. Guru tersebut berperan aktif dalam kegiatan sedangkan peran anak sebagai pasif. Dari permasalahan yang terdapat di kelompok B RA Legundi maka diperlukan solusi untuk memperbaiki pembelajaran membaca permulaan agar kemampuan anak dapat meningkat. Peneliti dan guru berkolaborasi dengan memanfaatkan media yang dapat menarik anak yaitu dengan menggunakan media kartu kata bergambar. Diharapkan dengan penggunaan media kartu kata bergambar ini dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, anak kemudian tertarik dan termotivasi sehingga kemampuan anak meningkat sesuai indikator membaca permulaan.
3. Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Permulaan setelah Tindakan 1) Siklus I a. Perencanaan Pada bagian ini peneliti bersama guru membuat tahap awal yaitu menyusun perencanaan tindakan apa saja yang akan dilaksanan pada tahap tindakan. Adapun dalam perencanaan tindakan pada siklus I dilakukan selama tiga kali pertemuan, di antaranya pertemuan pertama pada hari Senin tanggal 9 Januari 2017, pertemuan kedua pada hari Kamis tanggal 12 Januari 2017, dan pertemuan ketiga pada hari Sabtu tanggal 14 Januari 2017. Pada 3 kali pertemuan tersebut Peneliti beserta guru sebelumnya menyiapkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut :
58
1) menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH)
sesuai tema yaitu Alam
Semesta. 2) Menyiapkan perlengkapan sarana prasanana serta media pembelajaran yaitu kartu kata bergambar yang akan digunakan, 3) menentukan indikator keberhasilan 4) membuat instrument penilaian sebagai pedoman observasi dalam bentuk checklist untuk mengetahui peningkatan membaca membaca permulaan 5) menyiapkan kamera yang untuk mengambil gambar anak selama proses pembelajaran sebagai dokumentasi dalam penelitian. b. Pelaksanaan tindakan dan Observasi Siklus I a) Pelaksanaan Tindakan 1) Pelaksanaan Pertemuan ke-1 Siklus I Pelaksanaan tindakan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Januari 2017 dengan tema Alam Semesta serta sub tema Hujan membawa B arokhah. Pada pelaksanaan tindakan pertama pada siklus I meliputi 3 kegiatan, yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan aktifitas diluar ruangan, pada hari Senin anak biasanya mengikuti upacara bendera dilanjutkan baris berbaris sebelum masuk ke kelas. Ketika kegiatan awal di luar kelas selesai, maka anak dan guru masuk menuju kelas dan anak dipersilakan duduk melingkar di tikar. Selanjutnya guru mengajak anak untuk memulai kegiatan dengan berdo‟a. Usai berdo‟a guru bertanya kepada anak mengenai hari, tanggal, serta tema yang akan dilaksanakan pada pembelajaran hari itu. Setelahnya guru mengabsen anak dengan bernyanyi bersama-sama. Kegiatan berikutnya yaitu pembiasaan sesuai tema pada setiap hari 59
Senin. Pembiasaan setiap hari Senin biasanya diisi dengan hafalan surat-surat pendek, sehingga pada hari Seni tanggal 9 Januari 2017 anak belajar hafalan surat An-Nashr. Setelah pembiasaan selesai, guru melakukan apersepsi kepada anak yaitu menyanyikan lagu Abjad serta menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pada pembelajaran hari itu sehingga anak merasa tertarik mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti pertama yaitu mengajak anak untuk bermain kartu kata bergambar. Pada kegiatan ini anak belum terbiasa mengikuti permainan karena pertemuan ini masih merupakan tindakan awal sehingga guru lebih banyak untuk membimbing anak. Setiap pertemuan terdapat 6 kartu kata yang digunakan dalam permainan. Kartu kata yang digunakan pada hari itu adalah kartu kata yang semua berawalan dari huruf A, diantaranya awan, angsa, ayam, apel, air, dan api. Anakanak sangat antusias karena tertarik dengan gambar kartu yang bagus dan berwarna. Dalam permainan ini anak bergantian maju ke depan kelas sehingga anak dibagi anak menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 anak. Anak yang maju diminta guru memilih salah satu kartu kata bergambar, kemudian membaca gambar yang terdapat pada kartu. Selanjutnya guru bertanya kepada anak mengenai huruf apa saja yang tertera pada kartu. Anak dapat menjawab dengan mengucapkan bunyi huruf yang ditunjuk guru pada kartu kata bergambar tersebut. Setelah itu anak diminta menyebutkan kartu kata bergambar yang memiliki huruf awal yang sama, anak dapat melakukannya dengan menunjuk beberapa kartu. Selanjutnya guru mengambil satu atau dua kartu dan bertanya kepada anak secara acak tentang huruf yang tertera pada kartu. Terakhir anak diminta melafalkan kata yang ada pada kartu tersebut. 60
Kelompok yang belum mendapat giliran maju ke depan melaksanakan kegiatan inti kedua yaitu menyusun potongan kertas huruf agar membentuk tulisan awan-hujan-pelangi. Hal ini bertujuan agar kondisi dan suasana kelas tetap terjaga dan kondusif. Setelah kegiatan pertama dan kedua selesai anak membuat hasil karya, yaitu membuat gambar pelangi dengan menggunakan teknik finger painting. Kegiatan akhir yaitu berupa percakapan dan diskusi antara anak dengan guru mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari itu. Guru bertanya kepada anak bagaimana perasaan anak ketika belajar dengan bermain kartu kata. Beberapa anak menjawab masih bingung bermain kartu kata karena belum menguasai beberapa indikator kemampuan membaca permulaan. Namun guru tetap memberikan motivasi bahwa belajar dengan kartu kata bergambar dapat dilakukan lagi di lain hari. Usai berdiskusi dilanjutkan dengan berdo‟a sesudah belajar dan do‟a penutup majelis.
2) Pelaksanaan tindakan pertemuan ke-2 Siklus I Pelaksanaan tindakan pertemua kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12 Januari 2017, pada pertemuan kedua kali ini Tema pembelajaran adalah Alam semesta dengan sub tema yang masih sama, yaitu Hujan Membawa Barokhah. Adapun kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua terdiri dari 3 kegiatan, diantara kegiatan awal, inti, dan akhir. Pada kegiatan awal seperti biasa anak berbaris di depan kelas, kemudian masuk dan dilanjutkan berdo‟a. Usai berdoa‟a guru bertanya mengenai hari, tanggal tema serta mengisi absensi kehadiran anak. Usai percakapan dilanjutkan 61
kegiatan pembiasaan sesuai tema pada hari Kamis yaitu hafalan do‟a harian. Pada hari itu do‟a yang dihafalkan yaitu do‟a ketika turun hujan. Setelahnya guru memberikan apersepsi kepada anak mengenai kegiatan yang akan dilakukan dengan menyanyikan lagu bintang kejora, kemudian anak diajak bercakap-cakap mengenai bintang. Pada kegiatan inti yang pertama anak diajak bermain kartu kata bergambar di depan kelas secara bergilir. Kartu kata bergambar yang digunakan pada hari itu adalah kartu yang semua berawalan huruf B. Kata-kata dan gambar yang digunakan diantaranya Bintang, Burung, Buah, Buaya, Buku, dan Badak. Cara bermain kartu kata bergambar masih sama dengan pertemuan sebelumnya, yaitu anak dibuat berkelompok. Kelompok anak yang maju kedepan bermain kartu kata bergambar, kemudian guru meminta anak untuk mengucapkan bunyi huruf yang tertera pada kartu. Setelah itu anak menyebutkan huruf awal yang sama. Selanjutnya guru menyebutkan huruf secara acak dan anak menunjuk huruf yang dimaksud guru. Setelahnya anak diminta melafalkan kata yang terdapat pada kartu kata bergambar. Beberapa anak sudah mulai menunjukkan peningkatan kemampuan membaca dan sebagian masih perlu bimbingan dari guru. Kegiatan inti selanjutnya yaitu anak bermain warna dengan pewarna kue. Anak bermain menciptakan warna dengan pencampuran warna kemudian mencelupkan kain ke dalam pewarna yang dimainkan. Pada kegiatan akhir diisi dengan berdiskusi mengenai kegiatan belajar hari itu juga. Anak bercakap-cakap dengan guru bagaimana perasaan anak ketika belajar membaca permulaan dengan menggunakan kartu kata bergambar yang baru dan berbeda dengan pertemuan yang pertama. Sebagian besar anak merasa 62
tertarik dan antusias, sedangkan beberapa masih bingung. Usai berdiskusi dilanjutkan dengan bernyanyi Sholatullah dan ditutup dengan berdo‟a setelah belajar dan do‟a penutup majelis.
3) Pelaksanaan Tindakan Pertemuan ke-3 Siklus I Pelaksanaan tindakan pertemuan ketiga siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 Januari 2017, pada pertemuan ketiga kali ini Tema pembelajaran adalah Alam semesta dengan sub tema Musim Kemarau. Adapun kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua terdiri dari 3 kegiatan, diantara kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal biasanya diawali dengan berbaris kemudian masuk kelas. Anak duduk melingkar di tikar dan berdo‟a, kemudian menyanyikan lagu mars RA dilanjutkan guru bertanya tentang hari, tanggal, dan absensi siswa. Usai pembukaan dilanjutkan dengan pembiasaan harian, setiap hari Sabtu diisi dengan menghafal hadist-hadist sederhana sehingga pada hari Sabtu, 14 Januari 2017 anak belajar mengenai hadist bersyukur. Setelah pembiasaan guru melakukan apersepsi mengenai materi pembelajaran yang akan dilakukan. Pada hari itu guru mengajak anak bercakap-cakap mengenai musim kemarau dan bernyanyi lagu Alhamdulillah serta menjelaskan kegiatan apa saja yang akan dilakukan hari ini. Kegiatan inti pertama yaitu gerak dan lagu, anak diajak untuk bernyanyi lagu AIUEO, anak bernyanyi sambil menari atau menggerakkan badan. Kegiatan inti selanjutnya yaitu bermain kartu kata bergambar. Kartu kata bergambar yang digunakan pada hari itu adalah kartu bergambar benda yang semua berawalan K, diantaranya yaitu Kemarau, Kelinci, Katak, Kucing, Kubis dan Kendang. Agar 63
kondisi kelas tetap kondusif serta anak dapat fokus pada kegiatan maka anak bergantian maju ke depan kelas untuk bermain kartu kata bergambar secara berkelompok. Kegiatan bermain kartu kata bergambar masih sama dengan pertemuan sebelumnya, yaitu anak memilih kartu kata bergambar dan mengucapkan bunyi huruf yang menyusun kata pada kartu tersebut. Selanjutnya anak menyebutkan kartu yang memiliki huruf awal yang sama, anak dapat melakukannya dengan membaca gambar terlebih dahulu. Setelah itu anak diminta menunjukkan huruf
yang disebut acak oleh guru dan yang terakhir anak
melafalkan kata pada kartu kata bergambar yang telah dipilih. Kelompok anak yang belum mendapat giliran maju maka mengerjakan kegiatan inti ketiga yaitu meronce sedotan menggunakan sedotan es. Anak meronce berdasarkan warna sedotan (misalnya: 4 warna putih-4 warna biru-4 warna kuning-4 warna merah kemudian diulang). Pada kegiatan akhir, yaitu evaluasi
yang diisi dengan berdiskusi
mengenai kegiatan pembelajaran. Guru menawarkan kepada anak untuk bercerita mengenai kegiatan yang telah dilakukan tadi di depan kelas. Selanjutnya menyanyikan AIUEO bersama-sama. Usai evaluasi, maka ditutup dengan do‟a selesai belajar dan do‟a penutup majelis.
b) Observasi Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran sedang dilakukan. Peneliti bertugas sebagai observer menggunakan instrument observasi berupa checklist sebagai pedoman selama melakukan pengamatan. Instrument yang digunakan berisi beberapa aspek kemampuan membaca permulaan sebagai 64
indikator keberhasilan, diantaranya mengucapkan bunyi huruf, membedakan bentuk huruf, menyebutkan benda dengan huruf awal yang sama, dan melafalkan kata dengan jelas dan tepat. Berdasarkan data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka diperoleh data rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 5. Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada Siklus I
Total
skor
kemampuan
membaca Jumlah
permulaan anak
anak
Persentase jumlah anak
Anak yang memperoleh skor 1-4
0
0.00%
Anak yang memperoleh skor 5-8
2
20.00%
Anak yang memperoleh skor 9-12
6
40.00%
Anak yang memperoleh skor 13-16
6
40.00%
Jumlah
15
100%
Keterangan : Total Skor 1-4 : Belum Berkembang (BB) Total Skor 5-8: Mulai Berkembang (MB) Total Skor 9-12 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Total Skor 13-16 : Berkembang Sangat Baik (BSB)
Dari data tabel tersebut diketahui bahwa anak yang telah mencapai indikator membaca permulaan dengan kriteria Berkembang Sangat Baik adalah 6 anak atau sebanyak 40,00%, kriteria Berkembang Sesuai Harapan sebanyak 6 anak atau 40,00%, kriteria Mulai Berkembang sebanyak 3 anak atau 20,00%, sedangkan 0 anak atau 00,00% berada pada kriteria Belum Berkembang.
65
Adapun rincian data peningkatan kemampuan membaca permulaan anak diperlihatkan pada tabel berikut : Tabel 6. Data Perkembangan Membaca Permulaan Anak Siklus I
No
Indikator
1
Mengucapkan bunyi huruf
2
Membedakan bentuk huruf
3
Menyebutkan huruf awal yang sama
4
Melafalkan kata dengan jelas dan tepat
Kriteria BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
Jumlah Anak 0 4 8 3 0 5 7 3 0 4 5 6 0 7 5 3
Persentase 0.00% 26.67% 53.33% 20.00% 0.00% 33.33% 46.67% 20.00% 0.00% 26.67% 33.33% 40.00% 0.00% 46.67% 33.33% 20.00%
Berdasarkan data pengamatan pada Siklus I tersebut maka dapat dapat diuraikan secara jelas dan terperinci lagi sebagai berikut : Pada indikator mengucapkan bunyi anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Baik berjumlah 3 anak atau sebanyak 20,00%. Ketiga anak tersebut di antaranya RN, ZHW, dan KSY. Hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan ketiganya yang lancar mengucapkan bunyi huruf secara berurutan ketika guru bertanya kepada anak mengenai tulisan huruf yang tertera pada kartu kata bergambar. Selanjutnya pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan berjumlah 8 anak atau 53,33% diantaranya DN, ERS, ARD, ERLN, AFN, CHL, DMR, dan CHK. Kedelapan anak tersebut sudah mulai lancar mengucapkan bunyi huruf walau belum secara utuh dan sempurna. Masih ada kendala yaitu anak masih sering lupa beberapa bunyi huruf sehingga anak hanya mampu mengucapkan 66
sekitar 75% dari huruf yang tertera pada kartu kata bergambar. Selanjutnya pada kriteria Mulai Berkembang terdapat 4 anak atau 26,67% ke empat anak tersebut di antaranya AFG, DNY, LY, dan AVT. Kemampuan mengucapkan bunyi huruf anak tersebut meningkat meski belum terlalu lancar namun sudah mulai tepat. Anak masih sering lupa beberapa diantaranya huruf t, g, k dan h, sehingga guru sedikit-sedikit tetap membimbing dan membantu anak. Selanjutnya pada kriteria Belum Berkembang terdapat 0 anak. Pada indikator membedakan bentuk huruf anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Baik berjumlah 3 orang atau 20% diantaranya RN, ZHW, dan KSY. Ditunjukkan pada saat guru
bertanya kepada anak dengan
mengucapkan bunyi huruf secara acak kemudian anak mampu menunjukkan bentuk huruf yang diucapkan oleh guru secara baik dan lancar. Selanjutnya pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan terdapat 7 anak atau 46,67% diantaranya DN, ERS, ARD, ERLN, AFN, CHL, dan DMR. Ke tujuh anak tersebut sudah mulai memahami abjad namun beberapa huruf
anak terkadang masih lupa.
Ketika guru bertanya secara acak kepada anak agar anak menunjukkan bentuk hurufnya, anak mampu menjawab sekitar 75% dari pertanyaan guru. Sedangkan pada kriteria Mulai Berkembang terdapat 5 anak atau 33,33%, ke lima anak tersebut diantaranya AFG, DNY, LY, CHK, dan AVT. Kelima anak tersebut mampu membedakan bentuk huruf dengan bantuan dari guru. Anak mampu membedakan sekitar 25% karena anak masih bingung dengan beberapa huruf, diantaranya huruf n dengan m dan huruf b dengan d. Selanjutnya pada kriteria Belum Berkembang adalah 0 anak.
67
Pada indikator menyebutkan huruf awal yang sama anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Baik berjumlah 6 anak atau 40,00% diantaranya RN, DN, ZHW, ERS, AF, dan KSY. Ke enam anak tersebut mampu menyebutkan kata yang memiliki huruf awal yang sama dengan lancar dan tepat lebih dari 5 kartu kata bergambar. Selanjutnya pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan terdapat 5 anak atau sebanyak 33,33% diantaranya ARD, ERLN, CHL, DMR, dan AVT. Kelima anak tersebut dengan tepat mampu menyebutkan 4 atau 5 kata yang memiliki huruf awal yang sama. Sedangkan pada kriteria Mulai Berkembang terdapat 4 anak atau sebanyak 26,67% diantaranya AFG, DNY, LY, dan CHK. Ke empat anak tersebut mampu menyebutkan 2 atau 3 kata yang memiliki huruf awal yang sama. Meski belum belum lancar dan masih dibimbing oleh guru namun ke empat anak ini mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan dibanding pada saaat Pra Tindakan. Selanjutnya, pada kriteria Belum Berkembang terdapat 0 anak. Pada indikator melafalkan kata anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Baik berjumlah 3 anak atau sebanyak 20,00% di antaranya RN, ZHW, dan KSY. Pada dasarnya ketiga anak ini sudah menguasai dan memahami abjad sehingga anak mampu melafalkan kata dengan lancar, baik, jelas dan tepat. Sedangkan pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan terdapat 5 anak atau sebanyak 33,33% diantaranya DN, ERS, ERLN, AFN, dan CHL. Anak mampu melafalkan anak dengan tepat namun masih terdengar belum jelas, karena anak masih ragu-ragu dan ketika melafalkan kata anak mengucapkannya secara lirih, sehingga guru terkadang bertanya beberapa kali agar anak melafalkan kata dengan jelas. Selanjutnya pada kriteria Mulai Berkembang diantaranya terdapat 7 68
anak atau sebanyak 46,67% yaitu AFG,ARD, DNY, LY, DMR, CHK, dan AVT. Ke tujuh anak tersebut kurang jelas dalam melafalkan kata yang tertera pada kartu kata bergambar. Anak masih ragu dan malu ketika ditanya guru bagaimana melafalkan kata yang dimaksud. Selain itu, sebagian anak masih salah dalam melafalkan kata namun masih bisa dipahami oleh guru. Misalnya pada kata kemarau
beberapa
anak melafalkan kata tersebut menjadi kemayau atau
kemalau. Hasil observasi selama tindakan Siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 7. Hasil Observasi Perkembangan Membaca Permulaan Anak pada Siklus I
No Aspek yang di amati
1 2 3 4
Mengucapkan bunyi huruf Membedakan bentuk huruf Menyebutkan huruf awal yang sama Melafalkan kata dengan jelas dan tepat
Pratindakan Persentase (Jumlah Kriteria anak)
Siklus I Persentase (jumlah Kriteria anak)
MB
46.67% (7 anak)
BSH
MB
40.00% (6 anak)
BSH
MB
53.33% (8 anak)
BSB
BB
73.33% (11 anak)
MB
53.33% (8 anak) 46.67% (7 anak) 40.00% (6 anak) 46.67% (7 anak)
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dapat dilihat bahwa kemampuan membaca permulaan anak mengalami peningkatan. Pada indikator mengucapkan bunyi saat Pra Tindakan sebagian besar anak pada kategori MB sebanyak 46,67%, kemudian meningkat pada Siklus I dengan kategori BSH sebesar 53,33%. Pada indikator membedakan bentuk huruf sebagian besar anak berada pada kategori MB sebesar 40,00% dan meningkat pada siklus I pada kategori BSH sebanyak 69
46,67%. Pada indikator menyebutkan huruf awal yang sama saat Pra Tindakan sebagian besar anak pada kategori MB sebanyak 53,55%, kemudian meningkat pada Siklus I pada kategori BSB sebanyak 40,00%. Sedangkan pada indikator melafalkan kata dengan jelas dan tepat saat Pra Tindakan sebagian besar anak berada pada kategori BB sebanyak 73,33% kemudian meningkat pada Siklus I pada kategori MB 46,67%.
c. Refleksi Data yang diperoleh dari pengamatan atau observasi
pada siklus I
digunakan sebagai pedoman peneliti untuk melakukan refleksi terhadap kendala apa saja yang muncul selama tindakan. Tahap refleksi ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas, dengan cara mengevaluasi tindakan selama siklus I. Selanjutnya, kendala dan permasalahan yang muncul pada tindakan siklus I tersebut kemudian dicari solusi yang tepat. Hal tersebut dilakukan sebagai perbaikan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan data yang telah diperoleh beberapa hal diantaranya: a) Kemampuan membaca permulaan anak pada kriteria BSB meningkat dari sebelumnya 1 anak atau sebesar 6,67% pada saat Pra Tindakan meningkat menjadi 6 anak atau sebesar 40,00% pada saat Siklus I. b) Dari data penelitian selama tindakan diketahui bahwa penggunaan media kartu kata bergambar mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak secara efektif. c) Kesiapan anak kurang ketika bermain kartu kata bergambar.
70
d) Meski telah terjadi peningkatan namun peningkatan tersebut belum memenuhi target indikator keberhasilan. e) Dua anak masih lambat merespon stimulasi yang diberikan guru saat pembelajaran menggunakan kartu kata bergambar karena huruf yang digunakan font huruf yang digunakan masih asing oleh siswa. f) Kondisi sebagian anak yang selalu berubah-ubah membuat antusiasme anak belajar membaca permulaan berkurang dan masih mengalami hambatan. Berdasarkan pada beberapa hal di atas, peneliti dan guru kelas menyimpulkan agar ada tindakan lebih lanjut dengan melaksanakan kegiatan penelitian kembali pada putaran Siklus yaitu Siklus II. Dengan kelanjutan siklus tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan mengenal huruf anak sehingga dapat mencapai target yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah perencanaan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut: a) Guru menstimulasi anak secara bertahap, menambah ukuran dan mengubah bentuk huruf pada kartu kata bergambar. b) Guru berusaha lebih keras lagi untuk memotivasi anak dengan memberi reward meski tidak harus secara fisik seperti lebih banyak memberi pujian atau menghadiahi anak dengan lagu agar anak semakin antusias mengikuti pembelajaran. Sebagaimana Anita Woolfolk (2009: 309) mengungkapkan bahwa perilaku yang dilakukan oleh peserta didik yang dianggap sesuai kemudian diikuti oleh penguat (reinforcement). c) Guru memberikan bimbingan khusus kepada anak yang perkembangan kemampuannya masih lambat. 71
2) SIKLUS II a. Perencanaan Siklus II dilakukan dalam 3 pertemuan. Sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan dan tindakan, peneliti bersama guru kelas menyusun perencanaan yang akan diimplementasikan pada pelaksanaan tindakan. Perencanaan ini berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I. Adapun perencaan yang dibuat oleh peneliti berkolaborasi dengan guru kelas di antaranya sebagai berikut : 1) menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH)
sesuai tema yaitu Alam
Semesta. 2) Menyiapkan perlengkapan sarana prasanana serta media pembelajaran yaitu kartu kata bergambar yang akan digunakan, 3) menentukan indikator keberhasilan 4) membuat instrument penilaian sebagai pedoman observasi dalam bentuk checklist untuk mengetahui peningkatan membaca membaca permulaan 5) menyiapkan kamera yang untuk mengambil foto atau gambar anak selama proses pembelajaran sebagai dokumentasi dalam penelitian. b. Pelaksanaan tindakan dan Observasi Siklus II 1) Pelaksanaan Tindakan a) Tindakan Pertemuan ke-1 Siklus II Pelaksanaan tindakan pertemuan Pertama Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Januari 2017, pada pertemuan pertama pada Siklus II ini masih menggunakan Tema pembelajaran adalah Alam semesta dengan sub tema Musim Kemarau. Adapun kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua terdiri dari 3 kegiatan, diantara kegiatan awal, inti, dan akhir. 72
Kegiatan awal pada hari Senin diisi dengan Upacara bendera dilanjutkan dengan berbaris dan masuk menuju kelas. Selanjutnya, kegiatan pembukaan dilakukan anak di dalam kelas kemudian anak duduk melingkar di tikar kemudian berdo‟a mau belajar, dilanjutkan menyanyikan lagu mars RA. Usai berdo‟a guru bertanya kepada anak mengenai hari, tanggal, dan tema pembelajaran hari itu, serta guru mengabsen siswa satu persatu dengan nyanyian. Usai pembukaan dilanjutkan dengan pembiasaan harian, setiap hari Senin diisi dengan membaca surat-surat pendek sehingga pada hari Senin, 16 Januari 2017
anak belajar
mebaca surat An-Nas, Al Falaq, dan Al Ikhlas. Setelah pembiasaan guru melakukan apersepsi mengenai materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan guru mengajak anak bercakap-cakap mengenai musim kemarau. Kegiatan inti pertama yaitu bermain kartu kata bergambar. Kartu kata bergambar yang digunakan pada hari itu adalah kartu bergambar benda yang semua berawalan M, diantaranya yaitu Malam, Majalah, Meja, Mata, Mulut, dan Matahari. Anak bergantian maju ke depan kelas untuk bermain kartu kata bergambar secara berkelompok. Kelompok anak yang belum mendapat giliran maju maka mengerjakan kegiatan inti kedua yaitu mewarnai pohon dan mengurutkannya berdasarkan warna pelangi. Kelompok anak yang maju ke depan kelas satu per satu memilih kartu kata bergambar pada papan kartu. Setelahnya anak ditanya guru mengenai huruf apa saja yang tertera pada kartu sehingga membentuk kata. Anak kemudian menjawab dengan mengucapkan huruf yang tertera pada kartu tersebut. Selanjutnya anak diminta menyebutkan kartu yang memiliki huruf awal yang sama, kemudian guru secara acak menyebut bunyi huruf dan anak diminta untuk menunjuk bentuk huruf yang dimaksud oleh guru. 73
Terakhir anak diminta untuk melafalkan kata yang terdapat pada kartu kata bergambar tersebut.
Setelah kegiatan pertama dan kedua selesai anak diajak
untuk menyimak cerita yang dibacakan oleh guru kemudian anak ditugaskan untuk menceritakan kembali di depan kelas. Pada kegiatan akhir, yaitu ditutup dengan berdiskusi atau evaluasi yang mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada hari itu. Usai evaluasi, maka ditutup dengan do‟a selesai belajar dan do‟a penutup majelis. b) Tindakan Pertemuan ke-2 Siklus II Pelaksanaan tindakan pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19 Januari 2017, pada pertemuan kedua pada Siklus II ini Tema pembelajaran adalah Alam semesta dengan sub tema Gunung Meletus. Adapun kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua terdiri dari 3 kegiatan, diantara kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal diisi dengan kegiatan rutin yaitu berbaris di luar kelas dan masuk menuju kelas. Setelah semua anak masuk kelas dilanjutkan dengan kegiatan pembukaan, anak duduk melingkar di tikar kemudian berdo‟a mau belajar. Kemudian guru bercakap-cakap dengan anak mengenai hari, tanggal, dan tema pembelajaran hari itu, serta mengabsen siswa satu persatu. Selanjutnya guru mengajak anak bernyanyi Asmaul Husna dan Nama-nama Surat. Usai pembukaan dilanjutkan dengan pembiasaan harian, setiap hari Kamis diisi dengan belajar gerakan dan bacaan Sholat. Setelah pembiasaan guru melakukan apersepsi mengenai materi pembelajaran yang akan dilakukan. Pada
hari itu guru
mengajak anak bercakap-cakap mengenai macam-macam bencana alam.
74
Kegiatan inti pertama yaitu bercerita mengenai gunung Meletus. Anak antusias ketika guru menunjukkan contoh gunung berapi pada kartu kata bergambar. Kemudian anak bercakap-cakap mengenai bencana Gunung Meletus yang permah di alami, misalnya bencana gunung Kelud pada tanggal 14 Februari 2014. Kegiatan Kedua
yaitu bermain kartu
kata bergambar. Kartu kata
bergambar yang digunakan pada hari itu adalah kartu bergambar benda yang semua berawalan G, diantaranya yaitu Gunung, Gurun, Guci, Gong, Garpu, dan Gajah. Kegiatan bermain kartu kata bergambar masih sama dengan pertemuan sebelumnya. Pertama anak memilih kartu kata bergambar kemudian anak mengucapkan bunyi huruf pada kartu tersebut. Selanjutnya anak menyebutkan kartu mana saja yang memiliki huruf awal yang sama. Setelah itu guru bertanya secara acak dengan menyebut bunyi huruf sedangkan anak menjawab dengan menunjuk huruf yang dimaksud guru. Selanjutnya anak diminta melafalkan kata yang terdapat pada kartu kata bergambar tersebut. Kegiatan bermain kartu kata bergambar dilakukan anak dengan bergantian
maju
ke depan kelas secara
berkelompok. Kelompok anak yang belum mendapat giliran maju maka mengerjakan kegiatan inti ketiga yaitu mewarnai macam-macam gunung berapi. Pada kegiatan akhir, yaitu evaluasi
yang diisi dengan berdiskusi
mengenai kegiatan pembelajaran kemudian menyanyikan ABCD. Usai evaluasi, maka ditutup dengan do‟a selesai belajar dan do‟a penutup majelis. c) Tindakan Pertemuan ke-3 Siklus II Pelaksanaan tindakan pertemuan ketiga siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 Januari 2017, pada pertemuan ketiga pada Siklus II ini masih menggunakan Tema
pembelajara Alam semesta dengan sub tema Gunung 75
Meletus. Adapun kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua terdiri dari 3 kegiatan, diantara kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal yaitu diisi dengan senam gembira dan berbaris kemudian dilanjutkan masuk ke dalam kelas. Setelah kegiatan pembukaan di luar kelas anak melanjutkan kegiatan pembukaan di dalam kelas, yaitu berdo‟a mau belajar dan absensi. Usai berdo‟a guru bertanya kepada anak mengenai hari, tanggal, dan tema pembelajaran hari itu. Selanjutnya pembiasaan harian, setiap hari Sabtu diisi dengan belajar membaca Iqra. Setelah pembiasaan guru mengajak anak untuk bernyanyi Lagu Abjad dan 10 Nama Malaikat, kemudian dilanjutkan apersepsi mengenai materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan melakukan percakapan mengenai cara menjaga kebersihan alam terutama Sungai. Kegiatan inti pertama dan kedua yaitu belajar dengan menggunakan kartu kata bergambar. Kartu kata bergambar yang digunakan pada hari itu adalah kartu bergambar benda yang semua berawalan S, diantaranya Sungai, Semangka, Sofa, Singa, Sapu, dan Stroberi. Disini kata yang tertera pada kartu kata bergambar ditutup agar anak dapat menjodohkan tulisan dengan gambar. Guru tetap menstimulasi anak agar mencapai indikator kemampuan membaca permulaan seperti mengucapkan bunyi, membedakan bentuk huruf, menyebutkan bunyi yang sama, dan melafalkan kata dengan jelas dan tepat. Anak diminta untuk mengucapkan bunyi huruf dan menunjuk bentuk huruf ketika guru bertanya secara acak tentang huruf yang tertera pada kartu. Selanjutnya anak menjodohkan kartu kata pada gambar yang terdapat pada papan. Setelah itu anak menyebutkan kartu yang memiliki huruf awal yang sama dan melafalkan kata pada kartu tersebut. Anak bermain kartu kata bergambar secara berkelompok, setiap 76
kelompok terdiri dari 3 anak. Kebetulan hari itu bertepatan dengan kunjungan KKN dari Universitas Atmajaya, sehingga kegiatan dipadatkan. Pada kegiatan akhir, yaitu evaluasi
yang diisi dengan berdiskusi
mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya dengan mengajak anak bercakap-cakap. Guru bertanya bagaimana perasaan anak setelah bisa membaca dengan lancar. Usai berdiskusi anak kembali menyanyikan menyanyikan lagu abjad dilanjutkan menyanyikan lagu 10 Nama Mailaikat. Sebagi penutup kegiatan anak dan guru berdo‟a do‟a selesai belajar dan do‟a penutup majelis. b) Observasi Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran sedang dilakukan. Peneliti bertugas sebagai observer menggunakan instrumen observasi berupa checklist sebagai pedoman selama melakukan pengamatan. Aspek yang diamati meliputi mengucapkan bunyi huruf, membedakan bentuk huruf, menyebutkan huruf awal yang sama dan melafalkan kata dengan jelas dan tepat. Berdasarkan data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka diperoleh data rekapitulasi sebagai berikut : Tabel 8. Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan pada Siklus II
Total skor kemampuan membaca permulaan Jumlah
Persentase jumlah
anak (kriteria)
anak
anak
Anak yang memperoleh skor 1-4
0
0.00%
Anak yang memperoleh skor 5-8
0
00.00%
Anak yang memperoleh skor 9-12
0
00.00%
Anak yang memperoleh skor 13-16
15
100.00%
Jumlah
15
100%
Keterangan :
77
Total Skor Total Skor Total Skor Total Skor
1-4 : Belum Berkembang (BB) 5-8: Mulai Berkembang (MB) 9-12 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 13-16 : Berkembang Sangat Baik (BSB)
Dari tabel data hasil pertemuan pertama siklus I diperoleh data bahwa anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) berjumlah 15 anak atau 100,00%. Selanjutnya anak yang berada pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH) berjumlah 0 anak atau 00,00%. Anak yang berada pada kriteria Mulai Berkembang (MB) sebanyak 0 anak atau 00,00% dan 0 anak atau 00,00% pada kriteria Belum Berkembang (BB). Adapun rincian data peningkatan kemampuan membaca permulaan anak diperlihatkan pada tabel berikut : Tabel 9. Data Perkembangan Membaca Permulaan Anak Siklus II
No 1
Indikator Mengucapkan bunyi huruf
2
Membedakan bentuk huruf
3
Menyebutkan huruf awal yang sama
4
Melafalkan kata dengan jelas dan tepat
Kriteria BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
Jumlah Anak 0 0 2 13 0 0 2 13 0 0 0 15 0 0 4 11
Persentase 00.00% 00.00% 13.33% 86.67% 00.00% 00.00% 13.33% 86.67% 00.00% 00.00% 00.00% 100.00% 00.00% 00.00% 26.67% 73.33%
Berdasarkan data pengamatan pada Siklus II tersebut maka dapat dapat diuraikan secara jelas dan terperinci lagi sebagai berikut : Pada indikator mengucapkan bunyi anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Baik berjumlah 13 anak atau sebanyak 86,67% antara lain 78
RN, DN, ZHW, ERS, AFG, ARD, ERLN, AFN, KSY, CHL, DMR, CHK, dan AVT.
Ditunjukkan
memahami abjad
dengan kemampuan anak
sehingga anak
sudah dapat menguasai dan
mampu mengucapkan bunyi huruf dengan
lancar dan tepat. Sebelumnya pada Siklus I anak yang berada pada kriteria BSB hanya 3 anak yaitu RN, ZHW, dan KSY. Sedangkan ke delapan anak lainnya sepert DN, ERS, ARD, ERLN, AFN, CHL, DMR, dan
CHK pada kriteria
Berkembang Sesuai Harapan serta AFG dan AVT pada kriteria Mulai Berkembang. Setelah dilakukan tindakan pada Siklus II maka kemampuan anak mengucapkan huruf pada kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) meningkat sebanyak 66,67%.
Selanjutnya pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan
berjumlah 2 anak atau 13,33% diantaranya DNY dan LY. Ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan anak dari Siklus I yang berada pada kriteria Mulai Berkembang kemudian naik pada Siklus II pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan. Ke dua anak tersebut mampu mengucapkan bunyi huruf yang tertera pada kartu kata bergambar sekitar 75% dari tulisan huruf yang tertera pada kartu dengan lancar dan tepat. Sedangkan pada kriteria Mulai berkembang dan Belum berkembang terdapat 0 anak. Pada indikator membedakan bentuk huruf anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Pesat berjumlah 13 anak atau 86,67%, ke tigabelas anak tersebut sama dengan indikator mengucapkan bunyi di antaranya RN, DN, ZHW, ERS, AFG, ARD, ERLN, AFN, KSY, CHL, DMR, CHK, dan AVT. Ke tiga belas anak tersebut mampu membedakan bentuk huruf dengan sangat baik, ditunjukkan dengan pemahaman anak pada saat guru bertanya huruf secara acak anak sudah tidak bingung lagi dan dapat menunjukkan huruf yang dimaksud guru dengan 79
tepat dan lancar. Sebelumnya pada Siklus I anak yang berada pada kriteria BSB berjumlah 3 anak yaitu RN, ZHW, dan KSY. Sedangkan 7 anak yaitu DN, ERS, AFG, ARD, ERLN, AFN, CHL dan DMR pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH) serta 3 anak yaitu AFG, CHK, dan AVT pada kriteria Mulai Berkembang (MB). Sehingga kemampuan anak dalam membedakan huruf meningkat sebesar 66,67% atau sebanyak 10 anak pada Siklus II. Selanjutnya, pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan terdapat 2 anak atau 13,33% yaitu DNY dan LY. Ke dua anak ini mampu membedakan bentuk huruf dengan lancar dan tepat sebanyak 75% dari tulisan huruf yang tertera pada kartu kata bergambar. Anak terkadang lupa dengan beberapa huruf sehingga anak masih bingung untuk membedakan bentuk huruf. Sedangkan, pada kriteria Mulai Berkembang dan Belum Berkembang terdapat 0 anak. Pada indikator menyebutkan huruf awal yang sama dapat dikuasai oleh semua anak. Dengan kata lain sebanyak 15 anak atau sebesar 100% dapat dikuassai anak dengan sangat baik. Ditunjukkan dengan anak mampu menyebutkan lebih dari 5 kartu kata bergambar yang memiliki huruf awal yang sama dengan tepat dan lancar tanpa adanya hambatan. Sebelumnya pada Siklus I hanya terdapat 6 anak pada kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) yaitu RN, DN, ZHW, ERS, AF, dan KSY. Sedangkan pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan terdapat 5 anak yaitu ARD, ERLN, CHL, DMR, dan AVT. Terakhir pada kriteria Mulai Berkembang terdapat 4 anak yaitu AFG, DY, LY dan CHK. Berdasarkan uraian tersebut maka diketahui bahwa peningkatan kemampuan menyebutkan huruf awal yang sama sebanyak 60,00%.
80
Pada indikator melafalkan kata anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Baik berjumlah 11 anak atau sebanyak 73,33% di antaranya RN, DN, ZHW, ERS, ARD, ERLN, AFN, KSY, CHL, CHK, dan AVT. Ditunjukkan dengan anak mampu melafalkan kata dengan lantang dan tepat sehingga jelas dan mudah dipahami oleh guru. Sedangkan pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 anak atau sebanyak 26,67% diantaranya AFG, DNY, LY, dan DMR. Anak mampu melafalkan anak dengan tepat namun masih terdengar belum jelas, karena anak masih ragu-ragu dan ketika melafalkan kata anak mengucapkannya secara lirih, sehingga guru terkadang bertanya beberapa kali agar anak melafalkan kata dengan jelas. Selanjutnya pada kriteria Mulai Berkembang dan Belum Berkembang terdapat 0 anak. Adapun hasil observasi pada tindakan selama Siklus II adalah sebagai berikut : Tabel 10. Hasil Observasi Perkembangan Membaca Permulaan Anak pada Siklus II
No Aspek yang di amati
1
2
3
4
Mengucapkan bunyi huruf Membedakan bentuk huruf Menyebutkan huruf awal yang sama Melafalkan kata dengan tepat dan jelas
Pratindakan PersenKrite tase -ria (Jumlah anak)
Siklus I PersenKrite tase -ria (jumlah anak)
Siklus II PersenKritetase (jumlah ria anak)
MB
46.67% (7 anak)
BSH
BSB
MB
40.00% (6 anak)
BSH
MB
53.33% (8 anak)
BSB
BB
73.33% (11 anak)
MB
81
53.33% (8 anak) 46.67% (7 anak) 40.00% (6 anak) 46.67% (7 anak)
BSB
BSB
BSB
86.67% (13 anak) 86.67% (13 anak) 100.00% (15 anak) 73.33% (11 anak)
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan membaca permulaan anak mengalami peningkatan. Dari data tabel di atas diketahui bahwa kemampuan anak dalam
mengucapkan bunyi huruf
sebagian besar pada kriteria Berkembang Sangat Baik sebanyak 13 anak atau 86,67%, kemampuan membedakan huruf pada kriteria Berkembang Sangat Baik sebanyak 13 anak atau 86,67%, kemampuan menyebutkan huruf awal yang sama pada kriteria Berkembang Sangat Baik sebanyak 15 anak atau 100,00%, serta kemampuan melafalkan kata dengan jelas dan tepat pada kriteria Berkembang Sangat Baik sebanyak 11 anak atau 73,33%. Apabila kondisi awal kemampuan membaca permulaan saat Pra Tindakan dibandingkan dengan Siklus I dan Siklus II maka diperoleh data sebagai berikut : Tabel 11. Perbandingan Kemampuan Membaca Permulaan pada saat Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Tindakan
Jumlah Anak
Persentase
Peningkatan
Pra Tindakan
1 anak
6,67%
-
Siklus I
3 anak
40,00%
33,33%
Siklus II
15 anak
100,00%
60,00%
Berdasarkan data hasil observasi yang diperoleh pada Siklus I menunjukkan anak yang kemampuan membaca permulaannya pada kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) sebanyak
40,00% (3 anak), sedangkan
kemampuan membaca permulaan dari kondisi awal saat Pra Tindakan hanya sebanyak 6,67% (1 anak).
Mengingat bahwa indikator keberhasilan adalah
apabila anak pada kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) minimal 76% maka dilanjutkan kembali pada tindakan Siklus II. Pada Siklus II ini kemampuan anak berkembang semakin pesat, ditunjukkan dengan peningkatan sebanyak 60,00% 82
dari Siklus I, sehingga pada saat Siklus II kemampuan membaca permulaan menjadi sebanyak 100,00% (15 anak). Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti dan guru memutuskan indikator kemampuan membaca permulaan telah tercapai pada Siklus II. Hal ini
karena keriteria keberhasilan sudah tercapai dengan
sempurna. Adapun perbandingan hasil pengamatan kemampuan membaca permulaan secara tersperinci dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik Perbandingan Kemampuan Membaca Permulaan saat Pra Tindakan, Siklus I,dan Siklus II
c. Refleksi Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada tindakan Siklus II, maka peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk menganalisis data yang diperoleh. Seperti yang diketahui bahwa target kriteria keberhasilan adalah apabila anak yang berada pada kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) minimal 76% maka berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 83
a) kemampuan membaca permulaan anak mengalami peningkatan yang signifikan. Ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada setiap tindakan sebagai stimulasi kepada anak. Pada setiap indikator anak hanya beberapa anak yang mendapat kriteria BSH. b) Kemampuan membaca permulaan meningkat sebanyak 60,00% dari kondisi saat tindakan siklus I 40,00% menjadi 100,00% pada siklus II. c) Dari data penelitian selama tindakan diketahui bahwa penggunaan media kartu kata bergambar mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak secara efektif.
B. Pembahasan Kemampuan membaca permulaan merupakan aspek penting dalam tahap perkembangan kemampuan bahasa reseptif anak. Salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tersebut yaitu dengan permainan
kartu
kata bergambar. Berdasarkan 6 kali tindakan yang telah
dilakukan selama Siklus I dan Siklus II, menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan mengalami peningkatan yang signifikan dibanding dengan kondisi awal anak. Dalam pemberian tindakan guru dan peneliti tidak lepas dari hambatan dan kendala yang terjadi. Pada saat kondisi awal, kemampuan membaca awal anak belum sesuai dengan perkembangan kemampuan seharusnya. Anak usia dini usia 5-6 tahun seharusnya mulai menunjukkan kesiapan dalam hal kemampuan membaca khususnya permulaan. Salah satu cara untuk menangani masalah tersebut maka guru dengan peneliti sepakat memanfaatkan kartu kata bergambar 84
sebagai media untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B RA Guppi Legundi. Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebagian anak mampu menunjukkan peningkatan yang mengagumkan dan beberapa lagi masih mengalami hambatan dalam membaca permulaan. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi guru dan peneliti untuk mencari dan membuat solusi sebagi pemecah masalah yang menjadi kendala tersebut. Anak-anak yang masih mengalami kesulitan untuk mengenal huruf dan merasa bingung ketika membedakan bentuk dan bunyi huruf, biasanya merupakan anak yang gaduh atau pun sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa memperhatikan guru. Sebagaimana yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Richard D. Kellough (Martini Jamaris, 2005: 8) bahwa anak memiliki karakteristik khas yaitu memiliki daya konsentrasi yang pendek. Hal ini juga didukung pendapat dari Bredecam dan Copple dalam Masitoh dkk (2005: 1.12 – 1.1). Oleh karena itu, guru menggunakan media pembelajaran untuk menarik perhatian anak. Penggunaan media kartu kata bergambar ini terbukti efektif dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan anak dengan guru di RA Guppi Legundi. Ditunjukkan dengan antusiasme anak ketika guru mengajak bermain dengan kartu kata bergambar. Hal pertama yang menarik perhatian anak adalah gambar yang berwarna warni pada kartu. Mengingat pada proses kegiatan pembelajaran sebelumnya anak hanya belajar membaca permulaan melalui gambar yang dibuat guru di papan tulis dengan hanya menggunakan spidol, maka hal ini berbanding terbalik dengan pendapat Arif S. Sadiman (2006: 31) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan kartu bergambar 85
terlalu kompleks dan mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak efektif. Melihat fenomena dan fakta yang ada, menunjukkan bahwa media kartu kata bergambar sebagai media pembelajaran berfungsi untuk menarik atensi anak sebagaimana yang diungkapkan oleh Levio dan Lentz. Selain itu, anak mendapatkan informasi dan pengetahuan melalui kartu kata bergambar karena anak dapat belajar memahami dan menyerap informasi melalui visual tanpa harus melihat langsung pada benda konkretnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Levio dan Lentz (Azhar Arsyad, 2007: 17) menjelaskan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar tujuan memahami dan mengingat informasi dan pesan yang terkandung dalam gambar, media visual (gambar) juga dapat mempermudah anak yang sedang belajar atau membaca teks yang bergambar. Di samping itu media yang paling sering digunakan di Taman Kanakkanak yaitu media visual salah satunya kartu kata bergambar sebagaimana pendapat yang dikemukakan Cucu Eliyawati (2005:114). Media kartu kata bergambar memberikan pengalaman langsung pada anak sehingga dengan menggunakan kartu kata bergambar anak dapat memperoleh pengetahuan dari informasi yang diperoleh. Hal ini sebagaimana Teori Pengalaman dari Edgar Dale dalam Arief S. Sadiman (2006: 8) dan Teori Pemrosesan Informasi yaitu salah satunya Dual Encoding Theory yang dikemukakn James M. Clark dan Allan Pavio (1991). Selain gambar yang menarik perhatian, gambar juga merupakan hal pertama yang dibaca oleh anak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Steinberg, Chochrane, dan Tadkiroatun Musfiroh yang menyatakan bahwa beberapa tahapan 86
perkembangan membaca yang harus dilampaui anak, salah satunya yaitu membaca gambar. Hal pertama yang dilakukan anak adalah membaca gambar kemudian anak diperkenalkan dengan lambang-lambang simbol serta bunyi yang menyusun sebuah kata. Selama proses pembelajaran saat tindakan berlangsung anak mulai menunjukkan perilaku-perilaku yang menunjukkan kesiapannya untuk belajaran membaca permulaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurbiana Dhieni (2009: 5.17) bahwa anak yang memiliki kesiapan membaca memiliki perilaku-perilaku khusus. Selama 2 Siklus dalam 6 kali pertemuan anak semakin menunjukkan perilaku kesiapan membaca. Selain itu, semakin banyak stimulasi atau tindakan yang diberikan pada anak, maka kemampuan anak semakin meningkat. Anak mampu mengananalisis tulisan yang membentuk kata yang tertera pada kartu kata bergambar. Hal ini menunjukkan bahwa anak telah sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Steinberg dalam Ahmad Susanto (2011: 83). Hal ini dilakukan dengan pemberian stimulus yang berulang-ulang sebagaimana yang diungkapkan Burnett dalam Harun Rasyid (2012: 200). Berdasarkan
teori-teori
yang
telah
dikemukakan,
maka
peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran kemampuan membaca permulaan efektif dengan menggunakan media kartu kata bergambar. Penggunakan media kartu bergambar mampu menarik antusiasme dan minat anak dalam belajar membaca, sehingga kemampuan anak dapat
meningkat sesuai dengan tahapan
perkembangan belajar seharusnya.
87
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara berkolaborasi dengan guru kelas dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media kartu bergambar. Namun dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan, diantaranya : a) Terbatasnya observer dalam mengamati proses pembelajaran dalam kelas. b) Data yang dianalisis merupakan data yang diperoleh pada pertemuan terakhir pada setiap Siklus, sehingga dimungkinkan adanya factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi data tersebut. c) Kartu kata bergambar yang digunakan belum tervalidasi meskipun buatan perusahaan, sehingga ada beberapa gambar yang kurang sempurna.
88
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan dapat ditingkatkan melalui media kartu kata bergambar. L angkah-langkah untuk mencapai target kriteria keberhasilan diantaranya (1) guru menjelaskan dan memberikan contoh permainan kepada anak dengan jelas dan semenarik mungkin (2) anak dibuat berkelompok kemudian maju ke depan kelas bergantian memainkan kartu kata bergambar di papan kartu (3) anak memilih gambar dan menebak nama gambar tersebut kemudian anak mengucapkan bunyi huruf yang tertera pada kartu gambar tersebut (4) anak mengelompokkan gambar yang memiliki huruf awalan yang sama kemudian anak mengucapkan huruf yang ditunjuk guru secara acak (5) anak melafalkan kata-kata pada kartu gambar yang terdapat di papan kartu (6) guru senantiasa memberi motivasi dan bimbingan kepada anak dengan memberi reward secara verbal maupun non verbal, misalnya dengan pujian. Bukti bahwa penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca adalah adanya peningkatan dari kondisi awal saat Pra Tindakan yaitu sebanyak 6,67% (1 anak) pada kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), kemudian meningkat pada Siklus I menjadi 40,00% (6 anak) pada kategori Berkembang Sangat Baik. Selanjutnya meningkat kembali hingga mencapai target kriteria keberhasilan pada Siklus II yaitu sebesar 100,00% (15 anak).
89
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disampaikan sebelumnya , peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Guru Guru hendaknya menggunakan kartu kata bergambar sebagai media dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Penggunaan media kartu kata bergambar efektif untuk menarik minat dan daya tarik anak agar anak memperhatikan kegiatan pembelajaran serta menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu media kartu bergambar juga mempermudah guru untuk menyampaikan materi dalam proses pembelajaran. 2. Bagi Siswa Bagi siswa disarankan agar lebih banyak bermain maupun belajar dengan menggunakan kartu kata bergambar. Selain dapat membantu untuk menarik atensi dan antusiasme anak dalam belajar membaca, siswa juga memperoleh pengetahuan melalui kata-kata yang terdapat pada kartu kata bergambar. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutkan disarankan kartu kata bergambar yang digunakan lebih divariasikan lagi serta langkah penggunaannya lebih dikembangkan lagi.
90
DAFTAR PUSTAKA
Acep Yoni. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. Agus
Hariyanto. (2009). Membuat Anak Anda Membaca.Yogyakarta: Diva Press (Anggota IKAPI).
Cepat
Pintar
Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Amir Hamzah Sulaiman. (1985). Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan. Jakarta: Gramedia. Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Ari Musodah. (2014). Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Bergambar pada Anak Kelompok B2 RA Ma‟arif Karang Tengah Kertanegara Purbalingga.. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Arif S. Sadiman, dkk. (2006). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Jakarta. Azhar Arsyad. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Bambang Sujiono, dkk. (2005). Metode pengembangan fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Brewer, Jo Ann. (2007). Introduction to Early Childhood Education: Preschool Through Primary Grades (6th edition). New York: Pearson. Clark, James M. and Allan Paivio. (1991) “ Dual Coding Theory and Education”. Educational Psychology Review, VoL 3, No. 3, 1991. Diakses dari www.csuchico.edu/~nschwartz/Clark%20%26%20Paivio.pdf, pada tanggal 02 Mei 2017 pukul 23:27 WIB. Cucu Eliyawati. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk AUD. Jakarta: Depdiknas. C. Asri Budiningsih. (20020. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY. Departemen Agama RI. (2002). Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Pustaka Amani. Depdiknas. (2007). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
91
Kementerian Agama Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. (2015). Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 Raudhatul Athfal (RA). Yogyakarta: Kementerian Agama Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Ernawulan Syaodih. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Farida Rahim. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Harun Rasyid, dkk (2012). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gama Media. Hermawita. (2012). “Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui Permainan Tata Balok Gambar di TK Negeri Pembina Agam”. Jurnal Pesona PAUD, Vol. 1. No. 1. Diakses dari https://ejurnal.unp.ac.id/index.php/paud/article/view/1662, pada tanggal 26 November 2016 pukul 20.15 WIB. Hurlock, Elizabeth B. 2000.Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kasihani Kasbolah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dekdibud RI. Martha Christianti. (2013).” Membaca dan Menulis Permulaan Anak Usia Dini”. Jurnal Pendidikan Anak, Volume II, Edisi Desember-2013. Diakses dari https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/download/3042/2534, pada tanggal 19 September 2016 pukul 04:24 WIB. Martini Jamaris. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Grasindo Anggota IKAPI. Masitoh, dkk. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Mohammad Fauzil Adhim. (2004). Membuat Anak Gila Membaca. Bandung: Mizan Pustaka. Mohammad Zain dan Badudu. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan. Nurbiana Dhieni. (2009). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Ratna Arini Dewi. 2012). Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Media Kartu Bergambar pada Anak Kelompok A di TK Masyitoh Kedungsari Kulon Progo. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
92
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sabarti Akhadiah, dkk. (1993). Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Sharifah Nor Puteh dan Aliza Ali. (2011). “ Pendekatan Bermain dalam Pengajaran Bahasa dan Literasi bagi Pendidikan Pra Sekolah”. Jurnal Bahasa Melayu, Vol. 1, Bil. 2 (Nov. 2011): 1-15. Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/11492174.pdf, pada tanggal 19 September 2016 pukul 05:26 WIB Slamet Suyanto. (2005a). Dasar–dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. _____. (2005b). Pembelajaran untuk Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Sofia Hartati. (2005). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Soemiarti Padmonodewo. (2003) Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Bumi Aksara. Sujati. (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: FIP UNY. Sukmawati. (2012). “Potret Pemusatan Perhatian Anak di Dalam Kegiatan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak Budi Mulia-Padang” Jurnal Pesona PAUD
Vol.
1
No.
1.
Diakses
dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=100847&val=1492, pada tanggal 26 Oktober 2016 pukul 11:04 WIB. Syamsu yusuf. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tadkiroatun Musfiroh. (2009). Menumbuh Kembangkan Baca Tulis Anak Usia Dini. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indones. Yuliani Nurani Sujiono. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
93
Yulinar. (2012). “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Permainan Kartu Bergambar Taman Kanak-kanak Pasaman Barat”. Jurnal Persona PAUD, Vol.1. No 1. Diakses dari https://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/viewFile/1705/1474, pada tanggal 26 November 2016 pukul 21:01 WIB. Wina Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. _____ (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Woolfolk, Anita. (2009). Educational Psycology Active Learning Education, terjemahan: Helly Prajitno S & Sri Mulyantini S,Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
94
LAMPIRAN
95
Lampiran1. Surat Izin Penelitian
96
97
98
Lampiran 2. Keterangan Penelitian
99
100
Lampiran 3. Surat Pernyataan Validasi
101
102
Lampiran 4. Instrumen Lembar Observasi
103
Tabel 12. Instrumen Observasi (Cheklist) Kemampuan Membaca Permulaan melalui Kartu Kata Bergambar Nama Anak
Mengucapkan bunyi huruf BB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
MB
BSH
BSB
Membedakan huruf BB
MB
BSH
BSB
RN DN ZHW ERS AFG ARD ERLN AFN KYS DNY CHL LY DMR CHK AVT Jumlah Persentase
Keterangan : BB : Belum Berkembang, MB : Mulai Berkembang, BSH : Berkembang Sesuai Harapan, BSB : Berkembang Sangat Baik 104
Menyebutkan huruf awal yang sama BB
MB
BSH
BSB
Melafalkan kata BB
MB
BSH
BSB
skor
No.
persentase
Aspek Penilaian
Lampiran 5. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan
105
Rubrik Penilaian Intrumen Kemampuan Membaca Permulaan
Tabel 13. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan No Deskripsi Kriteria 1
Mengucapkan
Anak dapat mengucapkan semua bunyi
Bunyi Huruf
huruf yang tedapat pada gambar dengan koordinasi mata dari kanan ke kiri secara
Skor
Kriteria
4
BSB
3
BSH
2
MB
1
BB
4
BSB
3
BSH
lancar, benar, dan tepat. Anak dapat mengucapkan 50% huruf yang terdapat pada gambar dengan koordinasi mata dari kanan ke kiri secara benar dan tepat. Anak
dapat
mengucapkan
25%
atau
sebagian kecil huruf yang tertera pada gambar dengan koordinasi mata dari kanan ke kiri secara benar dan tepat atau dengan bantuan guru. Anak dapat mengucapkan
mengenali
huruf kurang dari 25% pada huruf yang tertera pada gambar koordinasi mata dari kanan ke kiri dengan benar dan tepat.
Membedakan
Anak dapat membedakan semua huruf
Bentuk Huruf
yang ada dalam kartu dengan koordinasi antara mata dan tangan secara lancar, benar, dan
tepat ketika guru bertanya
tentang beberapa huruf secara acak (anak menunjuk huruf yang disebut oleh guru). Anak dapat membedakan sebagian besar (75%) huruf yang ada dalam kartu kata dengan koordinasi antara mata dan tangan secara benar, dan tepat ketika guru bertanya tentang beberapa huruf secara acak (anak menunjuk huruf yang disebut oleh guru). 106
Anak dapat membedakan beberapa huruf sekitar 25% dengan
koordinasi antara
mata dan tangan secara tepat ketika guru bertanya tentang beberapa huruf secara
2
MB
1
BB
4
BSB
3
BSH
2
MB
1
BB
4
BSB
3
BSH
2
MB
acak (anak menunjuk huruf yang disebut oleh guru). Namun dengan bantuan guru. Anak dapat menjawab dengan benar kurang dari 25%. Anak masih kesulitan dalam membedakan beberapa huruf. 3
Menyebutkan
Anak mampu menyebutkan lebih dari 5
Huruf Awal
benda yang mempunyai huruf awal yang
yang Sama
sama dengan benar, lancar, dan tepat. Anak mampu menyebutkan 4-5 benda yang mempunyai huruf awal yang sama dengan tepat dan benar. Anak mampu menyebutkan 2-3 benda yang mempunyai huruf awal yang sama dengan tepat dengan bimbingan guru. Anak hanya menyebutkan 1 atau belum mampu menyebutkan yang mempunyai huruf awal yang sama.
4
Melafalkan
Anak mampu melafalkan kata dengan
Kata dengan
lancar, benar, dan tepat (akurat sesuai
Jelas dan tepat
sasaran), sangat jelas , dan mantap tanpa ragu-ragu
sehingga
sangat
mudah
dipahami pendengar. Anak mampu
melafalkan kata dengan
benar dan tepat (akurat sesuai sasaran) dan jelas namun masih ragu-ragu dan masih mudah dipahami pendengar. Dalam melafalkan kata anak masih ragu sehingga kurang jelas namun masih bisa dipahami pendengar. Anak malu-malu dan tidak jelas dalam 107
1
BB
melafalkan kata sehingga sulit dipahami pendengar. Anak mampu melafalkan kata tersebut setelah guru melafalkan kata tersebut.
Keterangan : Total Skor Total Skor Total Skor Total Skor
1-4 : Belum Berkembang (BB) 5-8: Mulai Berkembang (MB) 9-12 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 13-16 : Berkembang Sangat Baik (BSB)
108
Lampiran 6. Rencana Kegiatan Harian
109
Kompetensi Dasar
Mempercayai adanya Tuhan Melalui (1.1)
-
Mengenal keaksaraan melalui bermain (3.12)
-
Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai karya (4.12)
-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK RA GUPPI LEGUNDI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 201/ 2017 Semester/ bulan/ minggu ke : II/ I/ I Hari/ Tanggal : Senin, 9 Januari 2017 Kelompok/ Jumlah anak : B/ 15 anak Tema/ Sub tema : Alam Semesta/ Hujan membawa barokhah Indikator PELAKSANAAN KEGIATAN BAHAN PENILAIAN PEMBELAJARAN DAN ALAT A. Kegiatan Penyambutan (SOP) (±15 menit) B. Pembukaan (±30 menit) Pengalaman Observasi Terbiasa menyebut nama Tuhan Anak sebagai pencipta SOP pembukaan Juz „Ama Terbiasa mengucapkan kalimat pujian Masuk kelas, berdo‟a, absen terhadap ciptaan Tuhan Hafalan surat pendek (Menghafal Surat An Nashr) Aperepsepsi (menyanyi abjad)
Menunjukkan bentuk-bentuk simbol (pra menulis) Menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai suara/ bunyi Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/ huruf awal yang sama Mengenal arti kata dari gabungan beberapa huruf konsonan dan vocal
C. Inti (±60 menit) Belajar dengan kartu kata bergambar : Anak mengucapkan bunyi huruf yang tertera pada kartu kata bergambar Anak membedakan bentuk huruf dengan cara menunjuk huruf yang disebutkan oleh guru Anak menyebutkan beberapa gambar yang memilliki huruf awal yang sama (huruf awal A) Anak melafalkan kata dengan jelas dan tepat
Memiliki perilaku yang
-
Mengerti masalah sederhana yang
110
Menyusun tulisan hujan, awan, pelangi, dll. Anak diberikan potongan kertas yang
Observasi Kartu kata bergambar
Penugasan
mencerminkan sikap kreatif (2.3) Menyelesaikan masalah seharihari secara kreatif (4.5) Menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan motoric kasar dan halus (4.3)
dihadapi -
Menyelesaikan tugas meskipun menghadapi kesulitan
tertera huruf-huruf Anak menyusun kerta yang tertera huruf menjadi sebuah kata
Finger painting Anak diberi contoh cara membuat gambar pelangi menggunakan pasta oleh guru Anak membuat gambar pelangi menggunakan pasta pelangi seperti yang dicontohkan oleh guru
Kertas huruf, lem kertas
-
Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab (2.12) -
Merapikan/ membereskan mainan ke tempat semula
Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat (2.1) -
Hasil karya
D. Recalling Merapikan peralatan Menanyakan perasaan selama kegiatan E. Istirahat (±30 menit) Berdo‟a dan cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Bermain bebas
Terbiasa memelihara kebersihan diri dan lingkungan.
Kertas, pasta pelangi
Unjuk kerja Pengalaman anak Unjuk kerja
F.
111
Penutup (±30 menit) Evaluasi kegiatan, bernyanyi abjad Berdoa‟a pulang.
Pengalaman anak
Kompetensi Dasar Melakukan kegiatan ibadah sehari-hari dengan tuntunan orang dewasa (4.1)
-
Mengenal keaksaraan melalui bermain (3.12)
-
Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai karya (4.12)
-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK RA GUPPI LEGUNDI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 201/ 2017 Semester/ bulan/ minggu ke :II/ I/ I Hari/ Tanggal : Kamis, 12 Januari 2017 Kelompok/ Jumlah anak : B/ 15 anak Tema/ Sub tema : Alam Semesta/ Hujan membawa barokhah Indikator PELAKSANAAN KEGIATAN BAHAN PENILAIAN PEMBELAJARAN DAN ALAT A. Kegiatan Penyambutan (SOP) (±15 menit) Menggunakan do‟a sehari-hari sesuai B. Pembukaan (±30 menit) dengan agamanya SOP pembukaan Pengalaman Observasi Masuk kelas, berdo‟a, absen Menghadal do‟a sehari-hari (do‟a ketika anak turun hujan) Menyanyikan lagu Bintang kejora Menunjukkan bentuk-bentuk simbol (pra menulis) Menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai suara/ bunyi Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/ huruf awal yang sama Mengenal arti kata dari gabungan beberapa huruf konsonan dan vocal
C. Inti (±60 menit) Belajar dengan kartu kata bergambar : Mengucapkan bunyi huruf yang tertera pada kartu kata bergambar Membedakan bentuk huruf dengan cara menunjuk huruf yang disebutkan oleh guru Menyebutkan beberapa gambar yang memilliki huruf awal yang sama (huruf awal B) Melafalkan kata dengan jelas dan tepat -
Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda disekitar
-
Mengenal benda dengan menghubungkan satu benda dengan
-
112
Permainan warna dengan pewarna kue Anak bermain menciptakan warna dengan pencampuran warna Anak mencelupkan kain ke dalam
Observasi Kartu kata bergambar
Hasil karya Cup, kain,
yang dikenal melalui berbagai hasil karya (4.6)
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab (2.12)
Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat (2.1)
benda yang lain
-
-
pewarna yang dimainkan
Merapikan/ membereskan mainan ke tempat semula
D. Recalling Merapikan peralatan Menanyakan perasaan selama kegiatan
E. Istirahat (±30 menit) Berdo‟a dan cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Bermain bebas
Terbiasa memelihara kebersihan diri dan lingkungan.
F.
Penutup (±30 menit) Evaluasi kegiatan, bernyanyi Sholatullah Berdoa‟a pulang. -
113
pewarna makanan
Observasi Pengalaman anak
Observasi
Pengalaman anak
Kompetensi Dasar Melakukan kegiatan ibadah sehari-hari dengan tuntunan orang dewasa (4.1)
Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan menggunakan berbagai media (4.15)
Mengenal keaksaraan melalui bermain (3.12) Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai karya (4.12)
-
-
-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK RA GUPPI LEGUNDI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 201/ 2017 Semester/ bulan/ minggu ke : II/ I/ II Hari/ Tanggal : Sabtu, 14 Januari 2017 Kelompok/ Jumlah anak : B/ 15 anak Tema/ Sub tema : Alam Semesta/ Musim Kemarau Indikator PELAKSANAAN KEGIATAN BAHAN PEMBELAJARAN DAN ALAT A. Kegiatan Penyambutan (SOP) (±15 menit) Menggunakan do‟a sehari-hari sesuai B. Pembukaan (±30 menit) dengan agamanya SOP pembukaan Pengalaman Masuk kelas, berdo‟a, absen anak Hafalan hadist sederhana (menghafal hadist bersyukur) Menyanyikan lagu Alhamdulillah Membuat karya seni sesuai kreativitasnya, misalnya gerak dan tari
Menunjukkan bentuk-bentuk simbol (pra menulis) Menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai suara/ bunyi Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/ huruf awal yang sama Mengenal arti kata dari gabungan beberapa huruf konsonan dan vocal
114
C. Inti (±60 menit) Mengenal huruf vocal (a, I, u, e, o ) Anak diajak untuk gerak dan lagu menyanyikan lagu A, I, U, E, O Anak diminta menari sesuai dengan gerakan kreativitas masing-masing di depan kelas
Belajar dengan kartu kata bergambar : Mengucapkan bunyi huruf yang tertera pada kartu kata bergambar Membedakan bentuk huruf dengan cara menunjuk huruf yang disebutkan oleh guru Menyebutkan beberapa gambar yang memilliki huruf awal yang sama (huruf
PENILAIAN
Observasi
Unjuk kerja Anak
-
Observasi Kartu kata bergambar
-
Menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan motoric kasar dan halus (4.3) Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab (2.12)
-
-
Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas
Meronce menggunakan sedotan es Anak meronce berdasarkan warna sedotan (misalnya: 4 warna putih-4 warna biru-4 warna kuning-4 warna merah kemudian diulang)
Hasil karya Sedotan, benang
Merapikan/ membereskan mainan ke tempat semula
D. Recalling Merapikan peralatan Menanyakan perasaan selama kegiatan
Pengalaman anak
Terbiasa memelihara kebersihan diri dan lingkungan.
E. Istirahat (±30 menit) Berdo‟a dan cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Bermain bebas F.
Pengalaman anak
Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat (2.1) -
awal K) Melafalkan kata dengan jelas dan tepat
-
Penutup (±30 menit) Evaluasi kegiatan, bernyanyi abjad Berdoa‟a pulang.
Obervasi
Observasi
Mengetahui Kepala RA
Keterangan: Jumlah anak yang hadir :
Legundi, 14 Januari 2017 Guru Kelas
ISMA HIDAYATI, S. Pd. I
Jumlah anak yang tidak hadir :
YENI ASTUTI, S. Pd
115
KOMPETENSI DASAR Mempercayai adanya Tuhan Melalui (1.1)
-
Mengenal keaksaraan melalui bermain (3.12)
-
Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai karya (4.12)
-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK RA GUPPI LEGUNDI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 201/ 2017 Semester/ bulan/ minggu ke :II/ I/ III Hari/ Tanggal : Senin, 16 Januari 2017 Kelompok/ Jumlah anak : B/ 15 anak Tema/ Sub tema : Alam Semesta/ Gunung Meletus INDIKATOR PELAKSANAAN KEGIATAN BAHAN PEMBELAJARAN DAN ALAT A. Kegiatan Penyambutan (SOP) (±15 menit) Terbiasa menyebut nama Tuhan B. Pembukaan (±30 menit) sebagai pencipta Juz „ama SOP pembukaan Terbiasa mengucapkan kalimat pujian terhadap ciptaan Tuhan Masuk kelas, berdo‟a, absen Bernyanyi Mars RA Menghafal surat-surat pendek (An Nas, Al Falaq, Al Ikhlas ) Menunjukkan bentuk-bentuk simbol (pra menulis) Menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai suara/ bunyi Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/ huruf awal yang sama Mengenal arti kata dari gabungan beberapa huruf konsonan dan vocal
C. Inti (±60 menit) Belajar dengan kartu kata bergambar : Mengucapkan bunyi huruf yang tertera pada kartu kata bergambar Membedakan bentuk huruf dengan cara menunjuk huruf yang disebutkan oleh guru Menyebutkan beberapa gambar yang memilliki huruf awal yang sama (huruf awal M) Melafalkan kata dengan jelas dan tepat
Menyampaikan tentang apa dan bagaimana benda-benda disekitar yang dikenal melalui berbagai
-
Mengurutkan lima seriasi atau lebih berdasarkan warna, bentuk, ukuran, atau jumlah
116
Mengurutkan gambar pohon dengan 7 warna Anak mewarnai gambar berdasarkan urutan warna pelangi
Kartu kata bergambar
PENILAIAN
Observasi
Observasi
Penugasa Kertas bergambar
hasil karya (4.6) Menunjukkan kemampuan berbahasa reseptif (4.2)
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab (2.12)
Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat (2.1)
-
-
Menceritakan kembali apa yang didengar dengan kosa kata lebih banyak
D. -
-
Membaca buku cerita Guru membacakan buku cerita bergambar kemudian anak menyimak cerita yang dibacakan Anak menceritakan kembali Recalling Merapikan peralatan Menanyakan perasaan selama kegiatan
pohon, crayon Unjuk kerja
Buku cerita, anak
Merapikan/ membereskan mainan ke tempat semula
Terbiasa memelihara kebersihan diri dan lingkungan.
E. Istirahat (±30 menit) Berdo‟a dan cuci tangan sebelum dan sesuadah makan. Bermain bebas F. -
Penutup (±30 menit) Evaluasi kegiatan, bernyanyi abjad Berdoa‟a pulang.
Mengetahui Kepala RA
Keterangan: Jumlah anak yang hadir :
Legundi, 16 Januari 2017 Guru Kelas
ISMA HIDAYATI, S. Pd. I
Jumlah anak yang tidak hadir :
YENI ASTUTI, S. Pd
117
KOMPETENSI DASAR Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari (3.1) Melakukan kegiatan ibadah sehari-hari dengan tuntunan orang dewasa (4.1)
-
Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan secara verbal dan non verbal). (4.11)
-
Mengenal keaksaraan melalui bermain (3.12)
-
Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai karya (4.12)
-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK RA GUPPI LEGUNDI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 201/ 2017 Semester/ bulan/ minggu ke :II/ I/ III Hari/ Tanggal : Kamis, 19 Januari 2017 Kelompok/ Jumlah anak : B/ 15 anak Tema/ Sub tema : Alam Semesta/ Gunung Meletus INDIKATOR PELAKSANAAN KEGIATAN BAHAN PEMBELAJARAN DAN ALAT A. Kegiatan Penyambutan (SOP) (±15 menit) Menggunakan do‟a sehari-hari sesuai B. Pembukaan (±30 menit) Pengalaman dengan agamanya anak SOP pembukaan Bernyanyi Asmaul husna dan namanama surat Gerakan dan bacaan sholat Mengungkapkan keinginan, perasaan, dan pendapat dengan kalimat sederhana dalam berkomunikasi dengan anak atau orang dewasa Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
C. Inti (±60 menit) Bercerita tentang bencana gunung meletus Anak bercakap-cakap dengan guru dan teman-temannya mengenai bencana gunung meletus
Menunjukkan bentuk-bentuk simbol (pra menulis) Menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai suara/ bunyi Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/ huruf awal yang sama Mengenal arti kata dari gabungan beberapa huruf konsonan dan vocal
118
Belajar dengan kartu kata bergambar : Mengucapkan bunyi huruf yang tertera pada kartu kata bergambar Membedakan bentuk huruf dengan cara menunjuk huruf yang disebutkan oleh guru Menyebutkan beberapa gambar yang memilliki huruf awal yang sama (huruf awal G) Melafalkan kata dengan jelas dan tepat
PENILAIAN
Observasi
Percakapan Pengalaman anak
-
Observasi Kartu kata bergambar
Menyelesaikan masalah seharihari secara kreatif (4.5)
-
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab (2.12)
-
Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat (2.1)
-
Menyelesaikan tugas meskipun menghadapi kesulitan
-
Merapikan/ membereskan mainan ke tempat semula
Terbiasa memelihara kebersihan diri dan lingkungan.
Mewarnai gambar gunung berapi. Anak diberi gambar macam-macam gunung berapi
D. Recalling Merapikan peralatan Menanyakan perasaan selama kegiatan
E. Istirahat (±30 menit) Berdo‟a dan cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Bermain bebas F. -
Penutup (±30 menit) Evaluasi kegiatan, bernyanyi abjad Berdoa‟a pulang.
Penugasan
Kertas, crayon
Observasi
Pengalaman anak
Observasi
Pengalaman anak
Mengetahui Kepala RA
Keterangan: Jumlah anak yang hadir :
Legundi, 19 Januari 2017 Guru Kelas
ISMA HIDAYATI, S. Pd. I
Jumlah anak yang tidak hadir :
YENI ASTUTI, S.Pd
119
KOMPETENSI DASAR Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari (3.1) Melakukan kegiatan ibadah sehari-hari dengan tuntunan orang dewasa (4.1)
-
Mengenal keaksaraan melalui bermain (3.12)
-
Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal dalam berbagai karya (4.12)
-
Menyelesaikan masalah seharihari secara kreatif (4.5)
-
-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK RA GUPPI LEGUNDI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 201/ 2017 Semester/ bulan/ minggu ke : Hari/ Tanggal : Sabtu, 21 Januari 2017 Kelompok/ Jumlah anak : B/ 15 anak Tema/ Sub tema : Alam Semesta/ Gunung Meletus INDIKATOR PELAKSANAAN KEGIATAN BAHAN PEMBELAJARAN DAN ALAT A. Kegiatan Penyambutan (SOP) (±15 menit) Menggunakan do‟a sehari-hari sesuai B. Pembukaan (±30 menit) dengan agamanya SOP pembukaan Iqra‟ Masuk kelas, berdo‟a, absen Bernyanyi nama-nama malaikat Belajar membaca Iqra‟ Menunjukkan bentuk-bentuk simbol (pra menulis) Menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai suara/ bunyi Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/ huruf awal yang sama Mengenal arti kata dari gabungan beberapa huruf konsonan dan vocal
C. Inti (±60 menit) Belajar dengan kartu kata bergambar : Mengucapkan bunyi huruf yang tertera pada kartu kata bergambar Membedakan bentuk huruf dengan cara menunjuk huruf yang disebutkan oleh guru Menyebutkan beberapa gambar yang memilliki huruf awal yang sama (huruf awal S) Melafalkan kata dengan jelas dan tepat -
Menyelesaikan tugas meskipun menghadapi kesulitan
Menghubungkan gambar dengan tulisan Anak menjodohkan kartu kata dengan kartu gambar yang ada di depan kelas
D. Recalling
120
PENILAIAN
Observasi
Kartu Kata bergambar
Observasi
Kartu kata dan kartu gambar
Observasi
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap tanggungjawab (2.12)
-
Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat (2.1)
-
-
Merapikan/ membereskan mainan ke tempat semula
Observasi
Merapikan peralatan Menanyakan perasaan selama kegiatan Pengalaman anak
Terbiasa memelihara kebersihan diri dan lingkungan.
E. Istirahat (±30 menit) Berdo‟a dan cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Bermain bebas F.
Penutup (±30 menit) Evaluasi kegiatan, bernyanyi abjad Berdoa‟a pulang.
Mengetahui Kepala RA
Keteangan: Jumlah anak yang hadir :
ISMA HIDAYATI, S. Pd. I
Jumlah anak yang tidak hadir :
121
Observasi
Pengalaman anak
Legundi, 21 Januari 2017 Guru Kelas
YENI ASTUTUI, S. Pd
Lampiran 7. Lembar Observasi Hasil Penelitian
122
Tabel 14. Instrumen Observasi Pra tindakan
No.
Nama Anak
Mengucapkan bunyi huruf BB
1 2 3 4 5
RN DN ZHW ERS AFG
MB
BSH
BSB
Aspek Penilaian Menyebutkan huruf awal Membedakan huruf yang sama BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
Melafalkan kata BB
7 ERLN 8 AFN
10 DNY 11 CHO 12 LY 13 DMR 14 CHK 15 AVT Jumlah Persentase
5 33.3 3%
7
2
46.67 %
13.33 %
BSB
9 KYS
BSH
6 ARD
MB
1
5
6
3
1
4
8
2
1
11
2
1
1
6.67%
33.33 %
40.00 %
20.00 %
6.67 %
26.67 %
53.33 %
13.33 %
6.67 %
73.33 %
13.33 %
6.67 %
6.67 %
123
Tabel 15. Instrumen Observasi Siklus I
No .
Nama Anak
Mengucapkan bunyi huruf BB
1 2 3 4 5
MB
RN DN ZHW ERS AFG
BSH
BSB
Aspek Penilaian Menyebutkan huruf awal Membedakan huruf yang sama BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
6 ARD
7 ERLN 8 AFN
9 KYS 10 DNY 11 CHO 12 LY 13 DMR 14 CHK 15 AVT Jumlah Persentase
0 0.00%
4
8
3
0
5
26.67 %
53.33 %
20.00 %
0.00 %
33.33 %
4
5
6
0
7
26.6 7%
33.33 %
40.00 %
0.00 %
46.67 %
7
3
0
46.67 %
20.00 %
0.00 %
124
BSB
BSH
MB
BB
Melafalkan kata
5
3
33.33 %
20.00 %
Tabel 16. Instrumen Observasi Siklus II
No .
Nama Anak
Mengucapkan bunyi huruf BB
1 2 3 4 5
MB
BSH
RN DN ZHW ERS AFG
BSB
Aspek Penilaian Menyebutkan huruf awal Membedakan huruf yang sama BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
Melafalkan kata BB
MB
BSH
BSB
6 ARD
7 ERLN 8 AFN
9 KYS
10 DNY 11 CHO 12 LY 13 DMR 14 CHK 15 AVT Jumlah
0
0
Persentase
00.00 %
00.00 %
0
0
0
00.00 %
00.00 %
00.00 %
100.0 0%
13
13.33 %
86.67 %
2
13
15
86.67 %
0 00.00 %
0
2 00.00 %
13.33 %
125
0
0
4
00.00 %
00.00 %
26.67 %
11 73.33 %
LEMBAR PENILAIAN Tabel 17. Instrumen Pengumpulan Data pada Saat Pra Tindakan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Anak RN DN ZHW ERS AFG ARD ERLN AFN KYS DNY CHL LY DMR CHK AVT
Mengucapkan bunyi huruf 4 2 3 2 1 2 2 2 3 1 2 1 2 1 1
Aspek Penilaian Membedakan bentuk Menyebutkan huruf huruf awal yang sama 4 4 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3 3 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1
Keterangan : Belum Berkembang (BB) antara 0%-25% : 26.67% (4 anak) Mulai Berkembang (MB) antara 26% - 50% : 46.67% (7 anak) Berkembang Sesuai Harapan (BSH) antara 51% - 75% :20.00% (3 anak) Berkembang Sangat Baik (BSB) antara 76% - 100% : 6.67% (1 anak) 126
Melafalkan kata 4 1 2 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 Jumlah Rata-rata
Skor
No.
Kriteria 16 7 11 7 4 7 7 9 12 4 7 5 7 4 4
111 46.25% (MB)
BSB MB BSH MB BB MB MB BSH BSH BB MB MB MB BB BB
Tabel 18. Instrumen Pengumpulan Data pada Saat Siklus I Nama Anak
1
RN
2
DN
3
ZHW
4
ERS
5
AFG
6
ARD
7
ERLN
8
AFN
9
KYS
10
DNY
11
CHL
12
LY
13
DMR
14
CHK
15
AVT
Mengucapkan bunyi huruf
4 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 2
Aspek Penilaian Membedakan bentuk Menyebutkan huruf huruf awal yang sama
4 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 2 2
4 4 4 4 2 3 3 4 4 2 3 2 3 2 3
Keterangan : Belum Berkembang (BB) antara 0%-25% : 0.00% (0 anak) Mulai Berkembang (MB) antara 26% - 50% : 20.00% (3 anak) Berkembang Sesuai Harapan (BSH) antara 51% - 75% : 40.00% (6 anak) Berkembang Sangat Baik (BSB) antara 76% - 100% : 40.00% (6 anak) 127
Melafalkan kata
4 3 4 3 2 2 3 3 4 2 3 2 2 2 2 Jumlah Rata-rata
Skor
No.
Kriteria
16 13 16 13 8 11 12 13 16 8 12 8 11 9 9 175 72.92% (BSH)
BSB BSB BSB BSB MB BSH BSH BSB BSB MB BSH MB BSH BSH BSH
Tabel 19. Instrumen Pengumpulan Data pada Saat Siklus II Nama Anak
1
RN
2
DN
3
ZHW
4
ERS
5
AFG
6
ARD
7
ERLN
8
AFN
9
KYS
10
DNY
11
CHL
12
LY
13
DMR
14
CHK
15
AVT
Mengucapkan bunyi huruf
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4
Aspek Penilaian Membedakan bentuk Menyebutkan huruf huruf awal yang sama
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Keterangan : Belum Berkembang (BB) antara 0%-25% : 00,00% (0 anak) Mulai Berkembang (MB) antara 26% - 50% : 00,00% (0 anak) Berkembang Sesuai Harapan (BSH) antara 51% - 75% : 00,00% (0 anak) Berkembang Sangat Baik (BSB) antara 76% - 100% : 100,00% (15 anak) 128
Melafalkan kata
Skor
No.
4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4
16 16 16 16 15 16 16 16 16 13 16 13 15 16 16
Jumlah Rata-rata
232 96.67%
Kriteria
BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB BSB
Lampiran 8. Foto Kegiatan Anak
129
Gambar 5. Guru memberi penjelasan dan contoh bermain kartu kata bergambar
Gambar 6. Anak berkelompok bergantian maju ke depan kelas untuk bermain kartu kata bergambar.
130
Gambar 7. Anak bermain kartu kata bergambar sesuai dengan indikator kemampuan membaca permulaan
Gambar 8. Guru menunjukkan kartu kata kemudian anak mengucapkan bunyi huruf yang ditunjuk 131
Gambar 9. Anak menjodohkan tulisan dengan gambar yang terdapat di papan kartu
Gambar 10. Anak berkreasi dengan menggambar gambar benda yang ada di kartu kemudian menyalin tulisan yang tertera pada kartu
132