JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA TUNANETRA Oleh: Siti Rachmawati
[email protected]
ABSTRAK Hambatan peningkatan kemampuan berhitung pada siswa tunanetra terjadi karena kurangnya pemanfaatan alat dan metode berhitung yang sesuai dengan kondisi tunanetra. Jarimatika adalah tehnik berhitung dengan memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat hitung yang hasilnya dapat langsung dilihat atau dirasakan oleh tunanetra.
Penelitian terhadap peningkatan kemampuan
berhitung siswa tunanetra dilakukan penulis di SLB N Semarang tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode Jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa tunanetra kelas I SD di SLB N Semarang dan berapa besaran peningkatannya. Masing-masing siklus meliputi persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap proses pembelajaran dengan menghitung persentase. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan berhitung siswa tunanetra sebesar 16,7% untuk siswa low vision dan 13,3% untuk siswa buta total pada materi hitung satuan. Waktu yang diperlukan dalam pengerjaan soal berkurang 10 menit untuk siswa low vision dan bertambah 5 menit untuk siswa buta total. Persentase pengerjaan soal hitung puluhan meningkat 34,3% untuk siswa low vision
dan 31,5% untuk siswa buta total, dan waktu yang diperlukan dalam pengerjaan soal
berkurang 10 menit untuk siswa low vision dan berkurang 2 menit untuk siswa buta total.
Kata kunci: Metode Jarimatika, Tunanetra, Berhitung PENDAHULUAN
Siswa low vision SLB N Semarang
Siswa tunanetra berhitung dengan dua
melakukan metode operasi hitung seperti
cara yaitu dengan menggunakan alat bantu
operasi susun dalam menjumlah, mengurang,
hitung dan tanpa alat bantu hitung. Alat bantu
mengalikan dan membagi
hitung di SLB N Semarang untuk tunanetra
pada posisi yang sangat dekat. Sehingga
hanya Abacus. Abacus memiliki kelemahan
seringkali siswa kehilangan bacaannya atau
karena tidak boleh dibawa ketika ulangan dan
soal operasi hitungnya. Masalah tersebut diatasi
pelatihan secara khusus tidak dapat diadakan
dengan membacakan soal secara berjajar.
karena keterbatasan jumlah guru.
Penyelesaian masalah dengan cara seperti itu tidak cukup membantu
dengan
melihat
karena siswa sering
Siti Rachmawati-Metode Jarimatika merasa berat dalam mengingat operasi hitung yang
dibacakan.
pelaksanaan
Sementara
pembelajaran
itu
waktu
menjadi
tidak
efektif.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
memberikan kontribusi mengenai
temuan metode berhitung dengan jari sebagai alternatif baru dalam berhitung bagi siswa
Cara berhitung siswa buta total (Totally
tunanetra,
memberikan
informasi
Blind) di sekolah ini dilakukan dengan tanpa
pelaksanaan
menggunakan alat sama sekali yaitu dengan
efektif bagi Guru, dan dapat membantu
titian
mencapai visi dan misi layanan pendidikan
ingatan
dan
membilang
sehingga
diperlukan waktu sangat lama dan hasil
pembelajaran
tentang
berhitung
yang
bermutu bagi siswa tunanetra bagi sekolah.
hitungannyapun seringkali tidak tepat. Berdasarkan
kondisi-kondisi
di
atas
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
maka perlu diadakan kajian tentang bagaimana
TINDAKAN
menerapkan suatu metode berhitung
Siswa Tunanetra
yang
praktis dan tidak membebani memori siswa
Lowenfield (1974: 1) menyatakan bahwa
tunanetra. Wulandani (2007: v) menawarkan
tunanetra merupakan seseorang yang tidak
cara
dapat
berhitung
yang
praktis
dan
tidak
menggunakan
sebagian
Jarimatika adalah tehnik berhitung dengan
(Totally Blind) disebabkan oleh kerusakan
memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat
fungsional, struktural maupun kombinasi.
atau
dirasakan.
Anak-anak
awas
Vision)
Berdasarkan
uraian
atau
baik
membebani memori anak melalui Jarimatika.
hitung dan hasilnyapun dapat langsung dilihat
(Low
penglihatannya
di
sepenuhnya
atas
siswa
telah
tunanetra yang dimaksud adalah anak yang
membuktikan bahwa metode Jarimatika mampu
tidak dapat memanfaatkan penglihatannya baik
meningkatkan kemampuan berhitung mereka.
sebagian
maupun
keseluruhan
sehingga
Berdasarkan uraian di atas rumusan
memerlukan layanan pendidikan khusus. Siswa
masalah dalam penelitian ini adalah apakah
tunanetra di SLB N Semarang dalam penelitian
metode
ini adalah siswa low vision (masih memiliki
Jarimatika
dapat
meningkatkan
kemampuan berhitung siswa tunanetra kelas I SD di SLB N Semarang dan seberapa besar peningkatan setelah
kemampuan
menggunakan
berhitung
metode
siswa
Jarimatika.
sisa penglihatan) dan buta total (Totally Blind). Dalam layanan pendidikan, siswa low vision memerlukan berbagai modifikasi bahan ajar tulis
berupa tulisan yang disesuaikan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
dengan kondisi penglihatannya. Sedangkan
mengetahui apakah metode Jarimatika dapat
bagi siswa buta total memerlukan Braille
meningkatkan kemampuan berhitung siswa
sebagai bahan ajar tulisnya
tunanetra dan besaran peningkatan kemampuan
Kemampuan Berhitung Siswa Tunanetra
berhitung siswa tunanetra kelas I SD di SLB N Semarang.
Mengutip hasil penelitian Tilman ( dalam Lowenfeld, 1974: 150) yang membandingkan anak- anak tunanetra yang berpendidikan
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 dengan anak- anak normal memiliki beberapa perbedaan
dengan
menggunakan
skala
Metode Jarimatika Jarimatika
adalah
tehnik
berhitung
intelegensi anak-anak dari Weschler (WISC).
dengan menggunakan jari- jari tangan sebagai
Anak-anak tunanetra mendapat skor yang
alat bantu dalam berhitung berupa menambah,
hampir sama seperti yang normal pada subskala
mengurang,
berhitung, informasi, kosakata dan kemampuan
(Wulandani, 2007: 17).
dengan bilangan tapi
mengali
dan
membagi
kurang baik pada
Jari-jari dalam jarimatika merupakan
pengertian (comprehension) dan kesamaan
simbol dari bilangan, simbol tersebut adalah:
(Similarities).
tangan kanan menunjukkan satuan. Bilangan 1
Tingkat
tes
disimbolkan dengan jari telunjuk. Bilangan 2
tunanetra
disimbolkan dengan jari telunjuk dan jari
dinyatakan oleh Sumantri (1996: 60) sebagai
tengah. Bilangan 3 disimbolkan dengan jari
kurangnya
sosial
telunjuk, jari tengah dan jari manis. Bilangan 4
dalam kehidupannya, kurangnya pengalaman
disimbolkan dengan jari telunjuk, jari tengah,
berfikir abstrak dan ketidak mampuannya
jari manis dan jari kelingking. Bilangan 5
mengaplikasikan item-item soal sesuai realita.
disimbolkan
similarities
skor
dan
pengerjaan
sub
comprehension
pengalaman-pengalaman
dengan
jempol
(Ibu
Jari).
Berdasarkan uraian di atas maka siswa
Bilangan 6 disimbolkan dengan jempol dan jari
tunanetra memiliki kemampuan berhitung yang
telunjuk. Bilangan 7 disimbolkan dengan
sama dengan kemampuan anak normal namun
jempol, jari telunjuk dan jari tengah. Bilangan
demikian perlu pendekatan dan metode khusus
8 disimbolkan dengan jempol, jari telunjuk, jari
dalam
termasuk
tengah dan jari manis. Bilangan 9 disimbolkan
ketersediaan media untuk memperjelas hal
dengan semua jari tangan kanan. Tangan kiri
yang abstrak agar diperoleh pengertian yang
menunjukkan
sesuai dengan isi materi yang disampaikan.
disimbolkan dengan jari telunjuk. Bilangan 20
menyampaikan
Berdasarkan
konsep
Bilangan
10
Matematika
disimbolkan dengan jari telunjuk dan jari
kelas I SD materi berhitung dimulai dengan
tengah. Bilangan 30 disimbolkan dengan jari
pengenalan konsep bilangan dan konsep hitung
telunjuk, jari tengah dan jari manis. Bilangan
satuan dan puluhan. Indikator penguasaan
40 disimbolkan dengan jari telunjuk , jari
konsep bilangan meliputi: Menentukan banyak
tengah, jari manis dan jari kelingking.
benda,
kurikulum
puluhan.
menuliskan
membandingkan
dua
lambang kumpulan
bilangan, benda,
Bilangan 50 disimbolkan dengan jempol (Ibu Jari).
Bilangan 60 disimbolkan dengan
mengurutkan benda dan bilangan, menentukan
jempol dan jari telunjuk.
bilangan loncat. Sedangkan indikator konsep
disimbolkan dengan jempol, jari telunjuk dan
hitung
dan
jari tengah. Bilangan 80 disimbolkan dengan
dengan
jempol, jari telunjuk, jari tengah dan jari manis.
benda konkret dan menambah mengurang
Bilangan 90 disimbolkan dengan semua jari
berdasarkan kalimat matematika.
tangan kiri.
meliputi:
berkurang,
konsep
menambah
bertambah
mengurang
Bilangan 70
Siti Rachmawati-Metode Jarimatika Adapun
contoh
simbol
bilangan
memberatkan
memori
siswa.
Hambatan
gabungan puluhan dan satuan seperti: Bilangan
tersebut dapat diatasi dengan menyajikan
11 disimbolkan dengan jari telunjuk tangan
metode mudah dan media sederhana dalam
kanan dan jari telunjuk tangan kiri. Bilangan 99
pembelajaran berhitung. Jarimatika merupakan
disimbolkan dengan semua jari tangan kanan
metode yang mudah dengan jari jari tangan
dan semua jari tangan kiri.
sebagai media berhitung. Metode Jarimatika
Operasi
bilangan
pada
jarimatika
diyakini
dapat
meningkatkan
ditunjukkan dengan membuka dan menutup
berhitung siswa tunanetra.
jari. Menambah dalam jarimatika dilakukan
Hipotesis Tindakan
dengan membuka jari sedangkan mengurang
kemampuan
Jika siswa tunanetra kelas I SD di SLB
dilakukan dengan menutup jari
N Semarang menggunakan metode Jarimatika
Contoh:
maka
12 + 55
Formasi Jarimatikanya
adalah :
kemampuan
berhitungnya
akan
meningkat.
Tambah 12 buka jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dan jari telunjuk tangan kiri
METODE PENELITIAN
Tambah 55 buka jempol tangan kanan dan
Setting Penelitian
jempol tangan kiri. Hasilnya adalah jari jempol,
Penelitian ini dilaksanakan di SLB N
jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan
Semarang, dengan jumlah 2 orang siswa.
menunjukkan bilangan 7, sedang jari jempol
seorang siswa low vision, selanjutnya disebut
dan telunjuk tangan kiri menunjukkan bilangan
siswa LV dan seorang siswa buta total ,
6 jadi hasilnya adalah 67.
selanjutnya
Adapun
urut
dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011.
pengurangan
Penelitian dilaksanakan pada dua materi yaitu
adalah materi bilangan 1 sampai 4, penggunaan
materi penambahan pengurangan satuan dan
jempol, bilangan 6 sampai 9, teman kecil (dua
materi penambahan pengurangan puluhan.
bilangan yang bila dijumlah ada lima), hitung
Rancangan Penelitian
penambahan
materi
BL. Penelitian
dalam
Jarimatika
secara
disebut siswa
dan
puluhan, hitung puluhan dan satuan, teman
Metode
penelitian
yang
digunakan
besar ( dua bilangan yang bila dijumlah ada
adalah Penelitian Tindakan Kelas (Action
10),
Research
penggunaan
rumus
gabungan
dan
Classroom).
Prosedur
penelitian
penggunaan teman kecil dalam menambah
tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus.
mengurang puluhan
Masing-masing siklus dilaksanakan pada pokok
Kerangka Berfikir
bahasan berhitung yang berbeda. Silkus I
Siswa tunanetra mengalami hambatan
dilaksanakan pada pokok bahasan berhitung
dalam berhitung terutama dengan adanya
penambahan
keterbatasan fungsi alat hitung
Sedangkan
siklus
kesulitan dalam menerapkan metode berhitung
bahasan
berhitung
tanpa menggunakan alat bantu yang cenderung
pengurangan puluhan. Adapun secara lebih
dan adanya
dan
pengurangan II
satuan.
dilaksanakan
pokok
penambahan
dan
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 rinci prosedur penelitian tindakan siklus I dan
dilakukan siswa sudah sesuai dengan skenario
siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut:
pembelajaran dan apakah siswa telah mampu
Perencanaan (planning) meliputi: 1)
melakukan metode Jarimatika dengan benar
Membuat skenario pembelajaran Jarimatika. 2)
yang
dibuktikan
dengan
Membuat lembar observasi: untuk melihat
peningkatan
bagaimana kemampuan berhitung siswa. 3)
Selanjutnya hasil analisa yang dilakukan pada
Menyiapkan catatan lapangan. 4) Menyiapkan
tahap refleksi akan dipergunakan menilai
dan membuat alat bantu mengajar yang
keberhasilan tindakan yang dilakukan dan
diperlukan termasuk mengadakan adaptasi dan
sebagai acuan untuk merencanakan siklus
modifikasi buku latihan berhitung sesuai
berikutnya.
dengan kondisi siswa.
Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
kemampuan
apakah
ada
berhitungnya.
Pelaksanaan Tindakan (Action) pada
Untuk memperoleh data dalam penelitian
siklus I dan siklus II untuk materi penambahan
ini dilakukan dengan cara pengamatan secara
dan pengurangan satuan tahap 1 kegiatan
langsung
meliputi pengerjaan soal pre test,penjelasan
Adapun alat atau instrument yang digunakan
konsep bilangan dan konsep hitung dengan
untuk mengumpulkan data adalah: 1) Instrumen
benda konkret (pada siklus I konsep bilangan
Pembelajaran: Rencana Pembelajaran pada tiap
dan hitung satuan dan siklus II konsep bilangan
siklus. 2) Instrument Monitoring: Lembar Pre
dan hitung puluhan) dan latihan pengerjaan
test
soal. Tahap 2 meliputi penjelasan konsep
kemampuan menyelesaikan soal hitungan. 3)
bilangan dan konsep hitung (satuan untuk
Panduan Observasi, terdiri dari: pemahaman
siklus I dan puluhan untuk siklus II) dalam
konsep bilangan dan konsep hitung dan
Jarimatika, latihan menghitung dengan metode
pemahaman konsep bilangan dan konsep hitung
Jarimatika dan memberikan soal Post Test.
Jarimatika
Pada setiap tahap dilakukan observasi terhadap
pelaksanaan
tindakan
dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Lembar
observasi
kemampuan
berhitung siswa yaitu: 1. Pemahaman konsep
dan
terhadap
Post
dan
kegiatan
Test,
4)
pembelajaran.
untuk
Catatan
mengetahui
Lapangan
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal. Teknik Analisis Data Semua data dianalisis secara deskriptif dengan menghitung persentase. Indikator Keberhasilan
bilangan dan konsep hitung, 2. Pemahaman
Indikator keberhasilan dalam penelitian
konsep bilangan dan konsep hitung Jarimatika
tindakan ini adalah: Kemampuan siswa dalam
dan 3. Kemampuan siswa dalam mengerjakan
berhitung menambah mengurang satuan dan
soal.
puluhan 75%. Hasil yang didapatkan dalam tahap
observasi dikumpulkan dan dianalisa dalam
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
tahap refleksi.
Hasil Tindakan Siklus I
Dari hasil refleksi
dapat
diketahui apakah kegiatan pembelajaran yang
Siti Rachmawati-Metode Jarimatika Siklus
I
menggunakan
Persentase Pengerjaan soal LV BL
materi Pokok Bahasan
penambahan dan pengurangan bilangan satuan. Sebelum pembelajaran dimulai diadakan pre
Penambahan pengurangan 1-4
75, 3%
70, 5%
test untuk mengetahui pemahaman awal siswa
Penambahan pengurangan 5
80, 5%
85, 3%
Penambahan pengurangan 6-9
90, 3%
85, 3%
Penambahan pengurangan
95, 3%
88, 4%
terhadap
konsep
penambahan
bilangan
dan
dan
konsep
pengurangan
satuan.
Pembelajaran yang direncanakan pada tahap
dengan rumus teman kecil
Tabel 1. Rekap Pengerjaan Soal Latihan Siswa
pertama adalah menyampaikan pendahuluan
LV dan BL
tentang konsep bilangan dan konsep hitung
Berdasarkan tabel tampak semangat
penambahan dan pengurangan bilangan satuan
siswa dalam mengerjakan soal latihan dengan
dan mengerjakan soal latihan sesuai materi.
meningkatnya persentase pengerjaan soal.
Saat
siswa
mengerjakan soal latihan
Pada akhir dari pembelajaran diadakan
dilakukan pengamatan terhadap sikap, lama
Post Test untuk mengetahui pemahaman siswa
mengerjakan dan hasil latihannya. Berdasarkan
terhadap
pengamatan siswa tampak bersemangat. Siswa
satuan setelah pembelajaran. Berikut ini adalah
LV
hasil Pre test dan Post Test siswa.
menggunakan
seringkali
berhenti
bilangannya. membaca
cara
karena
Siswa soal
membilang
BL
dan
lupa
dan
materi penambahan pengurangan
urutan Persentase
Waktu
Pengerjaan Soal
Mengerjakan
berulang-ulang
membilang
dalam
menyelesaikan soal. Kemudian dilanjutkan dengan tahap
Pre test
Post Test
Pre test
Post Test
LV
73,3%
90%
20 Menit
10 Menit
BL
73,3%
86,6%
15 Menit
20 Menit
kedua yaitu memberikan penjelasan tentang
Tabel 2. Perbandingan Hasil Pre test dan Post
konsep bilangan dan konsep hitung satuan
Test Penambahan dan Pengurangan
dalam Jarimatika. Siswa menunjukkan sikap
Satuan Siswa LV dan BL
antusias
dan
mengikuti
Dari tabel di atas dapat diketahui
penjelasan. Pada tahap ini siswa mengalami
ternyata persentase pengerjaan soal mengalami
hambatan motorik jari yaitu dalam membuat
peningkatan sebesar 16,7% untuk siswa LV
formasi
dan
jari
senang
yang
bilangan. Setiap
dalam
menunjukkan
materi
simbol
penambahan
dan
13,3
%
Pembelajaran
untuk
siswa
Jarimatika.
BL Waktu
setelah yang
pengurangan satuan siswa melakukan latihan
diperlukan dalam pengerjaan soal berkurang 10
mengerjakan soal. Dalam mengerjakan soal
menit untuk siswa LV dan bertambah 5 menit
latihan siswa tampak berulang- ulang membaca
untuk siswa BL.
karena sering terlupa terutama untuk siswa BL
Refleksi Tindakan Siklus I
karena harus meraba sekaligus membentuk
Berdasarkan hasil pengamatan secara
formasi jari. Berikut rekapitulasi pengerjaan
langsung terhadap siswa dalam menggunakan
soal:
metode Jarimatika dalam berhitung satuan ternyata ada beberapa dukungan dan hambatan.
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 Dukungan
kelebihan
penggunaan
metode
dan hasil latihannya. Berdasarkan pengamatan
Jarimatika adalah sebagai berikut: 1) Siswa
siswa
tampak
mengerjakan siswa BL tampak beberapa kali
bersemangat
dan
mengikuti pembelajaran,
senang
dalam
2) Penguasaan
tampak
mencoba
bersemangat.
menggunakan
Selama
jarinya
dalam
konsep hitung yang sebelumnya telah dimiliki
mengerjakan soal latihan. Siswa LV masih
siswa menjadi faktor pendukung peningkatan
menggunakan
pemahaman siswa tentang penggunaan metode
pengelompokan bilangan puluhan dan satuan.
Jarimatika.
metode
membilang
dengan
Kemudian dilanjutkan dengan tahap
Adapun hambatan atau kelemahan yang
kedua yaitu memberikan penjelasan tentang
dialami dalam penggunaan metode berhitung
konsep bilangan dan konsep hitung puluhan
dengan
dalam Jarimatika. Pada setiap materi siswa
motorik
Jarimatika jari
adalah:1)
kaku
melakukan latihan kecepatan motorik dengan
mengakibatkan siswa mudah lelah dan 2) Soal-
waktu yang lebih lama dibandingkan pada
soal dalam buku latihan Jarimatika merupakan
siklus I, dan perhatian pada setiap kesulitan
soal yang panjang sehingga siswa sering
siswa senantiasa diberikan dan tidak dibatasi
merasa kerepotan dalam membaca.
waktunya. Siswa menunjukkan sikap antusias
Untuk
anak
yang
Kemampuan
mengatasi
masih
masalah-
masalah
tersebut pada siklus ke dua akan ditempuh beberapa cara antara lain: 1) Melakukan latihan
dan senang
dalam
mengikuti
Berikut rekapitulasi pengerjaan soal: Materi
kecepatan dan ketepatan motorik jari lebih banyak
dari
siklus
pertama
dan
2)
Memodifikasi kembali soal latihan dengan soal yang lebih pendek. Hasil Tindakan Siklus II Siklus II menggunakan materi
penambahan
dan pengurangan bilangan puluhan. Sebelum pembelajaran dimulai diadakan Pre test untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap konsep bilangan dan konsep penambahan dan pengurangan
puluhan.
direncanakan pada
Pembelajaran
tahap
yang
ke dua adalah
penjelasan.
Penambahan pengurangan bilangan puluhan sederhana Penambahan dengan rumus teman besar Pengurangan dengan rumus teman besar Penambahan dengan rumus gabungan Pengurangan dengan rumus gabungan Penerapan hitung satuan dan puluhan sederhana Penambahan dengan rumus teman kecil puluhan Pengurangan dengan rumus teman kecil puluhan
Persentase pengerjaan soal LV BL 100% 100% 89,1%
85,5%
85,3%
80,8%
82,5%
77,5%
85%
82,5%
100%
96,6%
80%
80%
89,5%
87,5%
Tabel 3. Rekap Pengerjaan Soal Latihan Penambahan pengurangan Puluhan
menyampaikan pendahuluan tentang konsep bilangan dan konsep hitung penambahan dan pengurangan
bilangan
puluhan
dan
mengerjakan soal latihan sesuai materi . Saat siswa mengerjakan soal latihan dilakukan pengamatan terhadap sikap, lama mengerjakan
Berdasarkan tabel tampak persentase pengerjaan soal yang semakin menurun dalam pengerjaan soal. Siswa
tampak
kesulitan
terutama dalam menerapkan rumus gabungan. Berdasarkan pengamatan
kesalahan
dalam
Siti Rachmawati-Metode Jarimatika pengerjaan soal lebih disebabkan karena siswa
dengan dilaksanakannya latihan kecepatan dan
sering lupa urutan penggunaan rumus. Namun
ketepatan motorik jari dan modifikasi buku
kondisi ini segera diatasi dengan penambahan
latihan dengan menyajikan soal yang lebih
waktu latihan dan pengulangan penjelasan
pendek.
sehingga pada materi berikutnya yaitu materi penambahan
dan
pengurangan
Namun
masih
ada
kendala
dalam
dengan
penggunaan rumus gabungan dalam berhitung
menggunakan rumus teman kecil pada puluhan
puluhan. Untuk mengatasi masalah ini diadakan
siswa dapat mengalami peningkatan persentase
pengulangan
pengerjaan soal.
waktu latihan.
penjelasan
dan
penambahan
Pada akhir dari pembelajaran diadakan Post Test untuk mengetahui pemahaman siswa
Pembahasan
terhadap
Siklus Pertama
materi penambahan pengurangan
puluhan setelah pembelajaran. Berikut ini adalah hasil Pre test dan Post Test siswa. Persentase
Waktu
Pengerjaan Soal
Mengerjakan
Pre test
Post Test
Pre test
Post Test
LV
51,4%
85,7%
30 menit
20 menit
BL
57,1%
88,6%
35 menit
32 menit
Tabel 4. Perbandingan Hasil Pre test dan Post
Proses pembelajaran pada siklus I telah berjalan sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah
disusun.
pembelajaran,
Menurut
kegiatan
skenario
pertama
yang
dilakukan siswa adalah mempelajari konsep bilangan
dan
konsep
penambahan
dan
pengurangan satuan. Materi konsep bilangan
Test Penambahan dan Pengurangan
meliputi
Puluhan Siswa LV dan BL
menentukan dan menuliskan lambang bilangan dari
Dari tabel di atas dapat diketahui ternyata persentase pengerjaan soal meningkat 34,3% untuk siswa LV dan 31,5% untuk siswa
:menentukan
kelompok
banyak
benda,
benda,
membandingkan
kumpulan benda, mengurutkan bilangan dan menentukan bilangan loncat. Kegiatan
pembelajaran
dilanjutkan
Jarimatika.
dengan pemahaman konsep hitung menambah
Sedangkan bilangan waktu yang diperlukan
dan mengurang satuan. Materi konsep hitung
dalam pengerjaan soal berkurang 10 menit
menambah
dan
untuk siswa LV dan berkurang 2 menit untuk
menentukan
bertambah
siswa BL.
menambah mengurang dengan benda konkret
BL
setelah
menggunakan
mengurang dan
meliputi: berkurang,
dan menambah mengurang berdasarkan kalimat Refleksi Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan pada siklus ke dua
matematikanya Berdasarkan
Buku
Pedoman
berjalan dengan lancar karena siswa sudah
Pembelajaran Matematika Tingkat SD dan
mulai terkondisi dengan penggunaan metode
SLTP Bagi Guru Pengajar Siswa Tunanetra (
Jarimatika dalam berhitung puluhan yaitu
Yayasan
Mitra
Netra,
2005
)
Operasi
penambahan pada bilangan cacah dan bilangan
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 asli pada dasarnya merupakan suatu aturan
pengurangan siswa tidak mengalami kesulitan
yang mengaitkan setiap pasangan bilangan
yang berarti bahkan hampir semua jawaban
dengan bilangan lain. Sedangkan pengurangan
dalam latihan benar. Hal ini dikarenakan
merupakan kebalikan dari penjumlahan. Hal ini
konsep hitung dalam Jarimatika sejalan dengan
dilakukan dengan cara menentukan cacah
konsep hitung dasar yang telah dikuasai siswa.
anggota suatu bilangan diambil sebanyak himpunan bilangan tertentu. Masalah
yang
Permasalahan
yang
muncul
adalah
kemampuan motorik jari siswa yang masih muncul
adalah
ketidaklancaran siswa dalam membaca soal
memerlukan latihan. Hal ini berpengaruh pada hasil pengerjaan soal.
terutama siswa BL. Hal ini mengakibatkan
Kegiatan terakhir dalam siklus I adalah
siswa lebih lama dalam pengerjaan soal latihan.
pengerjaan soal Post Test. Dari perbandingan
Setelah penanaman konsep bilangan dan
soal Pre test dan Post Test diketahui bahwa
konsep hitung satuan dikuasai siswa, proses
terjadi peningkatan persentase pengerjaan soal
berikutnya adalah pelaksanaan pembelajaran
dan penurunan waktu yang diperlukan untuk
Jarimatika untuk hitung satuan. Materi pertama
mengerjakan soal.
yang harus dipelajari siswa konsep bilangan
Berdasarkan pembahasan pada siklus I
dalam Jarimatika. Pada tahap ini siswa tidak
manfaat Jarimatika untuk hitung satuan dapat
mengalami kesulitan karena simbol bilangan
dirasakan langsung baik untuk siswa maupun
dalam Jarimatika mewakili konsep bilangan
untuk guru. Adapun hambatannya berupa masih
sebagai bilangan cardinal (urutan) yaitu simbol
belum lancarnya siswa membaca soal dan
satu, dua, tiga dan empat dan bilangan ordinal
gangguan motorik siswa menjadi acuan untuk
(kumpulan) simbol lima. Bila simbol lima
menyusun rencana tindakan pada siklus ke dua
ditambah dengan satu jari (telunjuk) maka akan
yaitu melakukan latihan kecepatan ketepatan
menjadi simbol enam. Bila simbol lima
motorik
ditambah dua jari (jari telunjuk dan jari tengah)
memodifikasi soal buku latihan agar lebih
maka
sederhana.
akan
menjadi
simbol
tujuh
dan
seterusnya. Materi kedua adalah konsep hitung penambahan
dan
pengurangan.
jari
sebelum
latihan
soal
dan
Siklus Ke Dua
Bahasa
Proses pembelajaran pada siklus II telah
menambah dalam Jarimatika adalah membuka
berjalan sesuai dengan skenario (rencana)
jari dan mengurang adalah menutup jari.
pembelajaran yang telah disusun. Menurut
Konsep bilangan dan konsep hitung satuan
skenario pembelajaran, kegiatan pertama yang
dalam Jarimatika mudah dipahami siswa.
dilakukan siswa adalah mempelajari konsep
Setelah konsep bilangan dan konsep
bilangan
dan
konsep
penambahan
dan
hitung Jarimatika dipelajari siswa, berikutnya
pengurangan puluhan. Materi konsep bilangan
adalah mempelajari materi hitung satuan. Pada
meliputi:
materi hitung 1-4, penggunaan simbol 5, materi
menentukan dan menuliskan lambang bilangan
hitung 6-9 dan teman kecil penambahan dan
dari
menentukan
kelompok
benda,
banyak
benda,
membandingkan
Siti Rachmawati-Metode Jarimatika kumpulan benda, mengurutkan bilangan dan
baik LV maupun BT adalah penggunaan rumus
menentukan bilangan loncat.
gabungan namun hambatan tersebut dapat
Kegiatan
pembelajaran
dilanjutkan
diatasi dengan cara memperbanyak waktu
dengan pemahaman konsep hitung menambah
latihan soal. Pada bagian akhir pembelajaran
dan mengurang puluhan. Materi konsep hitung
diadakan diskusi untuk membuat kesimpulan
menambah
dan
meliputi:
urut-urutan penggunaan rumus dan trik-trik
menentukan
bertambah
berkurang,
penggunaan Jarimatika yang mudah. Pada
menambah mengurang dengan benda konkret
proses ini siswa menunjukkan sikap yang
dan menambah mengurang berdasarkan kalimat
antusias karena kesulitan yang dihadapi dalam
matematikanya.
pemilihan rumus dapat diatasi.
mengurang dan
Setelah penanaman konsep bilangan dan
Kegiatan terakhir dalam siklus II adalah
konsep hitung puluhan dikuasai siswa, proses
pengerjaan soal Post Test. Dari perbandingan
pembelajaran berikutnya adalah pelaksanaan
soal Pre test dan Post Test diketahui bahwa
pembelajaran Jarimatika untuk hitung puluhan.
terjadi peningkatan persentase pengerjaan soal
Sebagaimana hasil refleksi tentang hambatan
dan waktu yang diperlukan dalam pengerjaan
motorik jari siswa maka di setiap materi
juga lebih sedikit.
diadakan latihan ketepatan dan kecepatan
Dengan
mengetahui
manfaat
dan
motorik dengan waktu yang lebih lama dari
hambatannnya, maka pembelajaran berhitung
siklus pertama. Materi pertama yang harus
dengan metode Jarimatika dapat dilanjutkan
dipelajari siswa adalah konsep bilangan dalam
untuk meningkatkan kemampuan berhitung
Jarimatika.
tidak
pada siswa yang lain dan diteliti kembali untuk
mengalami kesulitan karena simbol bilangan
pokok bahasan lebih lanjut baik menambah,
puluhan dalam Jarimatika mewakili nilai
mengurang, mengali dan membagi.
Pada
tahap
ini
siswa
tempat yang langsung dipisah dengan bantuan jari tangan kanan sebagai nilai tempat satuan
SIMPULAN DAN SARAN
dan jari tangan kiri sebagai nilai tempat
Simpulan
puluhan. Hal ini membantu siswa untuk lebih
Pembelajaran berhitung menambah dan
dapat mengingat nilai tempat dalam menambah
mengurang satuan dan puluhan dengan metode
dan mengurang.
Jarimatika setelah dua siklus memperoleh hasil
Setelah konsep bilangan dan konsep
dapat meningkatkan kemampuan berhitung
hitung Jarimatika dipelajari siswa, berikutnya
siswa tunanetra baik mereka yang low vision
adalah mempelajari materi hitung puluhan.
maupun mereka yang buta total.
Pada materi hitung bilangan puluhan bulat
penelitian menunjukkan adanya peningkatan
siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti
berhitung siswa tunanetra sebesar 16,7% untuk
karena hanya memindah konsep bilangan dan
siswa low vision dan 13,3% untuk siswa buta
hitung satuan di tangan kanan dengan puluhan
total pada materi hitung satuan. Waktu yang
ditangan kiri. Hambatan yang dialami siswa
diperlukan dalam pengerjaan soal berkurang
Hasil
JRR Tahun 24, No. 1, Juni 2015 10 menit untuk siswa low vision dan bertambah
konsep hitung dan kemampuan motorik jari
5 menit untuk siswa buta total. Persentase
untuk itu siswa hendaknya bersabar dalam
pengerjaan soal hitung puluhan meningkat
berlatih sehingga didapat hasil yang maksimal.
34,3% untuk siswa low vision dan 31,5% untuk
2) Para guru SLB khususnya guru anak
siswa buta total. Sedangkan waktu yang
tunanetra hendaknya mampu memilih metode
diperlukan dalam pengerjaan soal berkurang 10
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak
menit untuk siswa low vision dan berkurang 2
untuk mencapai kompetensi dasar yang telah
menit untuk siswa buta total.
direncanakan.
Saran
berhitung dengan metode Jarimatika hendaknya Berdasarkan hasil penelitian penulis
memberikan senantiasa
saran: melatih
1)
siswa
hendaknya
disesuaikan penguasaan
dengan konsep
pembelajaran
kondisi dasar
anak
serta
dan
langkah-
berhitung
langkah pembelajaran yang tepat agar dicapai
dengan memperhatikan potensi diri, terbuka
hasil yang maksimal. 3) Sekolah hendaknya
adanya kesulitan sehingga guru bisa mencari
senantiasa memfasilitasi pengembangan yang
alternatif
metode
Penggunaan
kemampuan
Pelaksanaan
berhitung
metode
yang
sesuai.
diperlukan dalam pembelajaran agar visi dan
Jarimatika
dalam
misi
layanan
pendidikan
dapat
tercapai.
berhitung harus didukung dengan penguasaan
DAFTAR PUSTAKA Berthold, Lowenfeld .1974. The Visually Handicapped Child in School. London: Constable London Direktorat Pendidikan Luar Biasa.TT. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Tunanetra Tingkat Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa Jarimatika Center Indonesia.TT. Buku Latihan Jarimatika Level I. Salatiga: Jarimatika Center Indonesia Jarimatika Center Indonesia.TT. Buku latihan Jarimatika Level 2. Salatiga: Jarimatika Center Indonesia Wulandani, Septi Peni.2007 Jarimatika Penambahan Dan Pengurangan. Jakarta: Kawan Pustaka Sumantri, Sutjihati 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud Yayasan Mitra Netra.2005. Buku Pedoman Matematika Tingkat SD Dan SLTP Bagi Guru Pengajar Siswa Tunanetra. Jakarta: Yayasan Mitra netra