PENINGKATAN KEMAMPUAN BERDISKUSI DENGAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER SISWA KELAS VIII F SMPN 1 PADANG PANJANG Oleh: Fitria Mandasari1, Emidar2, Ermawati Arief3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: manda_cute40 @yahoo.co.id
ABSTRACT The research is to describe the increasing of the learning discuss the use of cooperative learning methods Numbered Heads Together type of student in the class VIII F SMPN 1 Padang Panjang wich is from indicators of pronunciation, grammar, liveliness ask class in questions, connection and topic, and the conversation. This research was classroom action research that descriptive methods. The data obtained through observation sheets, field notes, questionnaires, and performance tests. This study was conducted in three cycles, each cycle conducted in two meetings. Based on the results of this research obtained conclude that the use of cooperative learning methods of the type Numbered Heads Together to improve the learning ability of students to discuss class VIII F SMPN 1 Padang Panjang. The increase is seen in the acquisition value of the average room in the count is significant, prasiklus 53.90%, 63.62% first cycle and the second cycle of 76.62%. Kata kunci: berdiskusi, metode pembelajaran, numbered head together
A. Pendahuluan Arsjad dan Mukti (1991:37) menyatakan bahwa diskusi pada dasarnya merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dikatakan berdiskusi apabila: a) ada masalah yang dibicarakan, b) ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi, c) ada peserta sebagai anggota diskusi, d) setiap anggota mengemukakan pendapatnya dengan teratur, dan e) kalau ada kesimpulan atau keputusan hal itu disetujui semua anggotanya. Menurut Hendrikus (1991:96), diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam proses ini orang menemukan titik tolak pendapatnya, menjelaskan alasan dengan hubungan antarmasalah. Tarigan (2008:40) menyatakan bahwa diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan permasalahan dengan Mahasiswa penulis skripsi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, wisuda periode September 2012 Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 3 Pembimbing II, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 1 2
654
Peningkatan Kemampuan Berdiskusi dengan Metode Numbered Heads Together–Fitria Mandasari, Emidar, dan Ermawati Arief
proses berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan suatu kegiatan kerjasama atau aktivitas koordinatif yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kolompok. Latar berlakang penelitian ini dilakukan adalah berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SMPN 1 Padang Panjang. Hasil pengamatan tersebut ditemukan beberapa permasalahan di lapangan sebagai berikut. Pertama, pada saat siswa diajak berbicara dalam menyampaikan gagasan masih sering tersendat-sendat. Kedua, kegiatan berdiskusi yang selama ini dilakukan oleh guru masih terdapat kekurangan, antara lain apabila sudah duduk berkelompok siswa tidak lagi membahas apa yang akan didiskusikan secara klasikal tetapi mereka bercerita dengan sesama. Ketiga, sarana berupa media yang kurang diperhatikan oleh guru sebagai penunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan di atas, perlu adanya pembaharuan serta perbaikan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya dalam pembelajaran berdiskusi. Untuk itu, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan untuk melihat peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam berdiskusi adalah pada, standar kompetensi 10. Mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler dan kompetensi dasar 10.1. Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti dan alasan. Untuk itu salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berdiskusi siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Menurut Lie (2010:60-61) menyatakan bahwa teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua kegiatan usia anak didik. Menurut Suprijono (2010:92) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering atau pemberian nomor. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 35 orang terbagi menjadi 7 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 5 orang. Tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-5. Setelah kelompok terbentuk, guru mengajukan beberapa pernyataan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberikan kesempatan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diterima dari guru. Hal ini dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian merasa perlu ini untuk melakukan penelitian. Khususnya dalam pembelajaran berdiskusi dengan baik berdasarkan indikator penilaian dalam penelitian, yakni lafal, struktur bahasa, keaktifan bertanya jawab, hubungan isi dengan topik, dan jalan pembicaraan. Metode pembelajaran kooperatif masih jarang dilakukan oleh guru bidang studi bahasa Indonesia di SMPN 1 Padang Panjang. Oleh karena itu, metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang khususnya kemampuan berdiskusi. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan berdiskusi siswa di kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Arikunto (2010:57) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan 655
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri H 600 - 686
oleh guru, bekerja sama dengan peneliti atau dilakukan oleh guru sendiri yang bertindak sebagai peneliti di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan dan penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif walaupun dibantu oleh data bersifat kuantitatif. Dalam uraiannya peneliti menggunakan metode deskriptif. Arikunto (2010:16), penelitian tindakan kelas terdiri dari empat unsur yaitu (1) perecanaan atau planning, (2) tindakan atau action, (3) pengamatan atau observer, dan (4) refleksi. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan berdiskusi yang dilakukan dengan memberikan teks kemudian didiskusikan. Kemampuan berdiskusi harus memenuhi beberapa hal yaitu lafal, struktur bahasa, hubungan topik pembicaraan dengan isi, dan jalannya pembicaraan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang dengan subjek penelitian sebanyak 32 orang siswa, pada mata pelajaran bahasa Indonesia semester 2 tahun pelajaran 2012/2012. Sekolah ini terletak di Jalan. Jenderal Sudirman No. 41 Kota Padang Panjang. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam tiga siklus. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berkolaborasi dengan guru bidang studi bahasa Indonesia yakni Hendriati, S.Pd. Pengumpulan data dilakukan melalui dua alat utama, yaitu tes dan nontes. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berdiskusi, sedangkan nontes digunakan untuk mengumpulkan data penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam pembelajaran berbicara khususnya dalam pembelajaran berdiskusi. Penganalisisan data dilakukan secara deskriptif-analistis sesuai dengan penerapan konsep penelitian tindakan kelas. C. Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan per siklus. Sebelum melakukan siklus I, peneliti terlebih dahulu melaksanakan prasiklus tanpa penggunaan metode pembelajaran koopertif tipe Numbered Heads Together. Setelah prasiklus dilaksanakan, maka dilakukan siklus I. Pelaksanaan siklus I, masih terdapat kekurangan maka peneliti melakukan siklus II. siklus I dilakukan sebagai pelaksanaan tindakan yang merupakan perbaikan dari siklus I. Pelaksanaan siklus prasiklus dilakukan pada tanggal 30 April 2012 (11.10−12.30 WIB) untuk pertemuan I dan pertemuan II dilakukan pada tanggal 4 Mei 2012 (09.30−11.50 WIB). Hal pertama yang dilakukan guru, pada saat melaksanakan proses belajar mengajar di kelas adalah menjelaskan prosedur pelaksanaan diskusi kelompok. Tujuannya untuk membuka dan membangun skemata siswa terhadap pembelajaran berbicara khususnya dalam pembelajaran berdiskusi. Kemudian guru melaksanakan tes unjuk kerja pada tahap prasiklus dengan mengamati dan mencatat hal-hal yang terjadi pada saat diskusi kelompok berlangsung. Pada saat proses belajar mengajar dilakukan terlihat beberapa aktivitas siswa yang belum menunjukkan partisipasi aktif dan bahkan terkesan tidak memperdulikan proses berdiskusi dengan diam. Meskipun dari beberapa siswa memang sudah mulai menguasai materi serta permasalahan yang dibahas dalam berdiskusi kelompok. Tes unjuk kerja dari pembelajaran berdiskusi dengan tema “Penyebab dan Dampak Air Oleh Limbah Pemukiman” dilakukan untuk mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran berdiskusi. Berdasarkan hasil lembar observasi, catatan lapangan, dan angket selama proses pembelajaran, serta hasil unjuk kerja pembelajaran berdiskusi menunjukkan kemampuan siswa yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.
656
Peningkatan Kemampuan Berdiskusi dengan Metode Numbered Heads Together–Fitria Mandasari, Emidar, dan Ermawati Arief
Tabel 1 Kualifikasi Kemampuan Berdiskusi Siswa Tahap Prasiklus
No. Kualifikasi
1 F
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. 9 10
Sempurna Baik Sekali Baik Lebih dari Cukup Cukup Hampir Cukup Kurang Kurang Sekali Buruk Buruk Sekali
Jumlah
2 %
F
%
Indikator 3 4 F % F %
0 0 4 0 15 0 8 0 3 0
0 0 12,5 0 46,87 0 25 0 9,37 0
0 0 5 0 14 0 7 0 4 0
0 0 15,52 0 43,75 0 21,88 0 12,5 0
0 0 7 0 11 0 9 0 3 0
0 0 21,88 0 34,37 0 28,12 0 9,37 0
0 0 6 0 15 0 6 0 3 0
0 0 18,75 0 46,87 0 18,75 0 9,37 0
30
100
30
100
30
100
30
100
5 F 0 0 6 0 11 0 12 0 1
0 30
% 0 0 18,75 0 34,37 0 37,5 0 3,12
0 100
Keterangan: F= Frekuensi, %= Persentase, 1= Lafal, 2= Keaktifan Bertanya Jawab, 3= Struktur Bahasa, 4= Jalan Pembicaraan, 5= Hubungan Isi dengan Topik.
Nilai Rata-rata Prasiklus
Berdasarkan pada tabel 1, diperoleh gambaran bahwa kemampuan berdiskusi siswa untuk keseluruhan indikator yang dicapai berada pada kualifikasi cukup. Belum ada siswa yang mencapai kualifikasi sempurna. Perolehan tertinggi hanya berada pada kualifikasi baik yaitu pada indikator pertama sebanyak 4 orang, indikator kedua sebanyak 5 orang, indikator ketiga sebanyak 7 orang, indikator keempat sebanyak 6 orang, dan indikator kelima sebanyak 6 orang. Nilai rata-rata untuk kelima indikator yang ditetapkan menjadi penilaian kemampuan berdiskusi siswa adalah sebagai berikut. a) Kemampuan melafalkan kata adalah 53,75. c) Kemampuan menggunakan struktur bahasa adalah 53,75. b) Kemampuan keaktifan bertanya adalah 52, 5. d) Kemapuan mengaturnya jalannya pembicaraan pada saat berbica adalah 54,37. e) Kemampuan dalam menghubungkan isi pembicaraam dengan topik yang dibahas dan ratarata kemampuan berdiskusi siswa tahap prasiklus ini adalah 53, 90. Hal ini tergambar dapat dilihat pada grafik batang berikut.
56 55 54 53 52 51 50
Hubungan Isi Keaktifan dengan Jalan Bertanya, 55Topik, 55.62 Pembicaraan, 5 Struktur 3.75 Bahasa, 53.12 Lafal , 52.5
Indikator yang Dinilai Prasiklus Gambar 1 Grafik Batang Rata-rata Kemampuan Berdiskusi Siswa pada Prasiklus Apabila kita melihat grafik batang di atas, diperoleh gambaran bahwa siswa sangat kesulitan dalam lafal dan struktur bahasa. Masih banyak siswa yang menggabungkan bahasa ibu dengan bahasa Indonesia. Selain itu, lafal yang diujarkan juga kental dengan bahasa ibu. Keterampilan siswa pada indikator yang lain pun masih di bawah KKM hanya ada beberapa siswa yang dapat dikategorikan lebih dari cukup. Dapat disimpulkan bahwa siswa secara
657
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri H 600 - 686
keseluruhan belum mampu mencapai KKM ≤ 65. Berdasarkan data pada prasiklus ini diperoleh bahwa kemampuan berbicara khususnya dalam pembelajaran berdiskusi masih kurang maka peneliti melaksanakan siklus I diharapkan nantinya setelah penggunaan metode pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak khususnya dalam pembelajaran berdiskusi kelompok. 1.
Peningkatan Kemampuan Berdiskusi Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang Secara Umum Pada Siklus I Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Siklus I Pertemuan I dilakukan pada tanggal 11 Mei 2012 (09.30−11.50 WIB). Penelitian pada siklus I meliputi empat tahapan kegiatan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan kemudian merefleksikan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Untuk itu, perencanaan yang dilakukan pertama kali yakni dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan secara kolaboratif, yakni peneliti dengan kolaborator; Hendriati S.Pd. Peneliti berperan langsung sebagai guru yang memberikan tindakan, sedangkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang berperan sebagai kolaborator dan pengamat. Siklus I pertemuan II dilakukan pada tanggal 18 Mei 2012 (09.30−11.50 WIB). Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan langkah-langkah sebagai berikut; a) guru membagi siswa menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa. b) guru memberikan penomoran kepada siswa, c) guru mengajak anak untuk mengingat nomornya. Tujuannya untuk mempelancar proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, d) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan tema yang menjadi permasalahan diskusi sekitar 10 menit dalam anggota kelompoknya masingmasing, e) setelah diskusi kelompok dilaksanakan dalam kelompok masing-masing, dan f) guru memanggil kembali nomor begitu seterusnya sampai semua siswa memiliki kesempatan untuk berbicara dalam pembelajaran berdiskusi. Siklus I pada pertemuan II dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini adalah tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang ditemukan pada prasiklus. Perbaikan ini dilakukan karena ditemukan beberapa permasalahan pada saat proses belajar mengajar pada siklus I pertemuan II. Permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I pertemuan II ini, adalah siswa kurang merespon baik diskusi yang dilaksanakan. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran berdiskusi kelompok yang belum maksimal. Walaupun sebelumnya guru memperkenalkan langkah-langkah yang dilakukan selama pelajaran berlangsung. Selain itu, membangun skemata siswa mengenai prosedur pelaksanaan pembelajaran berdiskusi kelompok dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Hasil penilaian kemampuan berdiskusi siswa kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Toogether secara keseluruhan pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Kualifikasi Kemampuan Berdiskusi Siswa Tahap Siklus I No.
Indikator 1
1
X 2
F 3
XF 4
1.
100
1
100
658
Indikator 2
Indikator 3
X 5
F 6
XF 7
X 8
F 9
XF 10
100
1
100
100
1
100
Indikator 4 X 1 1 -
Indikator 5
F 12
XF 13
X 14
-
-
100
F 1 5 1
XF 16 100
Peningkatan Kemampuan Berdiskusi dengan Metode Numbered Heads Together–Fitria Mandasari, Emidar, dan Ermawati Arief
Tabel Lanjutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 2. 80 11 880 80 11 880 80 14 1120 80 15 1200 80 12 960 3. 60 16 960 60 15 900 60 11 660 60 13 780 60 16 960 4. 40 2 80 40 3 120 40 3 120 40 2 80 40 1 40 Jumlah 2020 Jumlah 2120 Jumlah 2000 Jumlah 2060 Jumlah 2060 Rata-rata 63,12 Rata-rata 70,66 Rata-rata 66,66 Rata-rata 68,66 Rata-rata 68,66 Keterangan: X= Jumlah nilai rata-rata, F=Frekuensi, 1=Lafal, 2=Keaktifan Bertanya Jawab, 3= Struktur
Bahasa, 4=Jalan Pembicaraan, dan 5= Hubungan Isi dengan Topik
Nilai Rata-rata Siklus I
Berdasarkan dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa kemampuan berdiskusi siswa secara umum berada pada kualifikasi kurang dengan jumlah tertinggi banyak siswa ada 3 orang siswa dengan persentase 10%. berada pada kualifikasi cukup sebanyak dengan jumlah tertinggi banyak siswa ada 16 orang siswa dengan persentase 53,33%. berada pada kualifikasi baik dengan jumlah tertinggi banyak siswa ada 15 orang siswa dengan persentase 50%. berada pada kualifikasi baik dengan jumlah tertinggi banyak siswa ada 1 orang siswa dengan persentase 36,66%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik tabung berikut.
72 70 68 66 64
Jalan Hubungan Isi Struktur Pembicaraan, 6 dengan Bahasa, 70.66 8.66 Topik, 68.66 Keaktifan Lafal , 67.33 Bertanya, 66.66
Indikator yang dinilai Siklus I Gambar 2 Grafik Batang Kemampuan Berdiskusi Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang Secara Keseluruhan Setiap Indikator pada Siklus I Berdasarkan grafik tabung di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berdiskusi sebagian besar siswa berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Rentang nilai kualifikasi lebih dari cukup adalah 63 sampai 70, sedangkan KKM adalah ≥ 70. Karena sebagian besar dari siswa masih banyak memperoleh nilai di bawah KKM. Setelah melakukan penelitian tindakan kelas pada tahap prasiklus sampai dengan siklus I. Terdapat beberapa peningkatan, namun masih berkualifikasi kurang. Untuk itu perlu ditingkatkan kembali dengan memperbaiki serta memecahkan permasalah yang ditemukan pada prasiklus dan siklus I dengan melakukan siklus II. Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus sampai dengan siklus I kemampuan siswa kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Tabel 3 Peningkatan Kemampuan Berdiskusi Siswa dari Tahap Prasiklus ke Siklus I
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Indikator Lafal Struktur Bahasa Keaktifan Bertanya Jalan Pembicaran Hubungan Isi dengan Topik
Prasiklus 52,5 53,12 55 55,62 53,75
Siklus I 67,33 70,66 66,66 68,66 68,66
Keterangan Naik 14,83% Naik 17,54% Naik 11,66% Naik 13,04% Naik 14,91%
659
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri H 600 - 686
80 60
67.33 70.66 66.66 68.66 68.66 55.62 53.75 55 52.5 53.12
40 20 0 1
2 Siklus I
3
4
5
Siklus II
Gambar 3 Grafik Batang Peningkatan Kemampuan Berdiskusi Siswa dari Prasiklus Ke Siklus I Keterangan :1= Lafal, 2= Keaktifan Bertanya Jawab, 3= Struktur Bahasa, 4= Jalan Pembicaraan, dan 5= Hubungan Isi dengan Topik Berdasarkan grafik batang di atas, dapat digambarkan bahwa rata-rata kemampuan berbicara pada setiap indikator mengalami peningkatan dari penelitian tindakan siklus dari prsiklus ke siklus I. Indikator yang mengalami peningkatan, yakni indikator (1): lafal, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 14,83%, indikator (2): keaktifan bertanya jawab, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 17,54%, indikator (3): struktur bahasa, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 11,66%, indikator (4): jalan pembicaraan, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 13,04%, dan indikator (5) hubungan isi dengan topik, mengalami peningkatan dengan pada naik rata-rata sebanyak 14,91%. Meskipun peningkatan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan yang sangat jelas, namun dapat dikatakan bahwa dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together telah dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran diskusi kelompok. Berdasarkan hasil data siklus I inilah dilaksanakan siklus II. 2.
Peningkatan Kemampuan Berdiskusi Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang Secara Umum Pada Siklus II Pelaksanaan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2012 (09.30−11.50 WIB) dan pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2012 (09.30−11.50 WIB). Tindakan pada siklus II ini dilaksanakan karena data yang diperoleh dari nilai rata-rata pada siklus belum mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I. Penelitian pada siklus II meliputi empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan adalah sebagai berkut. Pertama, membaca dan memahami kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII semester II. Kedua, membuat silabus. Ketiga, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tujuan pembelajaran yang akan diharapkan adalah siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti dan alasan yang tepat terhadap berita, Anarkisme Dan Kegagalan Remaja yang menjadi tema permasalahan pada siklus II ini. Perencanaan disusun dan dikembangkan berdasarkan program semester II. Perencanaan dibuat untuk dua kali pertemuan atau 4 x 40 menit. Penyusunan RPP dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan kolaborator. Peneliti berperan langsung sebagai guru yang memberikan tindakan, sedangkan guru bidang studi bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang berperan sebagai kolaborator dan observer atau pengamat. Hasil penilaian kemampuan berbicara dalam
660
Peningkatan Kemampuan Berdiskusi dengan Metode Numbered Heads Together–Fitria Mandasari, Emidar, dan Ermawati Arief
pembelajaran berdiskusi siswa kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Toogether secara keseluruhan atau semua indikator pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Kualifikasi Kemampuan Berdiskusi Siswa Tahap Siklus II No.
Indikator 1 X F XF
X
Indikator 2 F XF
Indikator 3 X F XF
Indikator 4 X F XF
Indikator 5 X F XF
1. 2.
100 80
3 21
300 1680
100 80
3 19
300 1520
100 80
1 14
500 1520
100 80
2 15
200 1760
100 80
1 25
100 2000
3. 4.
60 40
8 0
480 0
60 40
10 0
600 0
60 40
11 0
480 0
60 40
13 0
480 0
60 40
6 0
360 0
Jumlah Rata-rata
2420 75,62
Jumlah Rata-rata
2460 76,87
Jumlah 2500 Rata-rata 78,12
Jumlah 2440 Rata-rata 76,25
Jumlah 2460 Rata-rata 76,87
Keterangan:X= Jumlah nilai rata-rata, F= Frekuensi, 1= Lafal, 2= Keaktifan Bertanya Jawab, 3= Struktur Bahasa, 4= Jalan Pembicaraan, dan 5= Hubungan Isi dengan Topik
Nilai Rata-rata Siklus II
Berdasarkan dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa kemampuan berdiskusi siswa setiap indikator dengan mengambil jumlah siswa yang paling banyak. Siswa yang mendapatkan kualifikasi sempurna paling banyak 3 orang siswa dengan persentase 9,37%. Siswa yang mendapatkan kualifikasi baik paling banyak 25 orang siswa dengan persentase 78,12%. Siswa yang mendapatkan kualifikasi cukup paling banyak 13 orang siswa dengan persentase 40,62%. Sedangkan masing masing indikator memiliki nilai rata-rata. Indikator 1 (lafal) dengan nilai rata-rata 76,87, indikator 2 (struktur bahasa) dengan nilai rata-rata 75,62. Indikator 3 (keaktifan bertanya) dengan nilai rata-rata 78,12. Indikator 4 (keaktifan bertanya) dengan nilai rata-rata 76,25. Indikator 5 (hubungan isi dengan topik) dengan nilai rata-rata 76,87. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik batang berikut.
79 78 77 76 75 74
Keaktifan Jalan Bertanya,Hubungan 78.12 IsiPembicaraan, 7 dengan Lafal, 76.87 6.87 Struktur Bahasa Topik, 76.25 , 75.62
Indikator yang Dinilai Siklus II Gambar 4 Grafik Batang Kemampuan Berdiskusi Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang Secara Keseluruhan Setiap Indikator pada Siklus II Keterangan:1=Lafal, 2=Keaktifan Bertanya Jawab, 3= Struktur Bahasa, 4= Jalan Pembicaraan, dan 5= Hubungan Isi dengan Topik Berdasarkan grafik tabung di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara dalam pembelajaran berdiskusi sudah menunjukkan perubahan yang berarti, baik dari keaktifan siswa belajr maupun hasil belajar siswa dalam berdiskusi. Karena sebagian besar dari siswa masih banyak memperoleh nilai di atas KKM. Peningkatan rata-rata nilai kemampuan berbicara siswa khususnya dalam pembelajaran berdiskusi dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Toogether secara keseluruhan atau semua indikator pada siklus I ke siklus II dapat dilihat pada grafik batang dan tabel berikut ini.
661
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri H 600 - 686
Tabel 5 Peningkatan Kemampuan Berdiskusi Siswa dari Tahap Siklus I ke Siklus II
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Indikator
Siklus I 67,33 70,66 66,66 68,66 68,66
Lafal Struktur Bahasa Keaktifan Bertanya Jalan Pembicaran Hubungan Isi dengan Topik
Siklus II 76,87 75,62 78,12 76,25 76,25
Keterangan Naik 9,54% Naik 4,96% Naik 11,46% Naik 7,59% Naik 7,59%
Gambar 5 Grafik Batang Kemampuan Berdiskusi Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang Secara Keseluruhan Setiap Indikator dari Siklus I ke Siklus II
80
70
76.87
67.33
75.62 70.66
78.12 66.66
76.25 68.66
76.25 68.66
60 1
2
3 Siklus I
4
5
Siklus II
Keterangan:1=Lafal, 2=Keaktifan Bertanya Jawab, 3= Struktur Bahasa, 4= Jalan Pembicaraan, dan 5= Hubungan Isi dengan Topik Berdasarkan tabel 5, dapat digambarkan bahwa rata-rata kemampuan berbicara pada setiap indikator mengalami peningkatan dari penelitian tindakan siklus dari prsiklus ke siklus I. Indikator yang mengalami peningkatan, yakni indikator (1): lafal, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 48,97%, indikator (2): keaktifan bertanya jawab, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 9,54%, indikator (3): struktur bahasa, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 11,46%, indikator (4): jalan pembicaraan, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 7,59%, dan indikator (5) hubungan isi dengan topik, mengalami peningkatan dengan pada naik rata-rata sebanyak 7,59%. Peningkatan kemampuan berdiskusi siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus II dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 6 berikut. Tabel 6 Peningkatan Kemampuan Berdiskusi Siswa dari Tahap Prasiklus Ke Siklus I Sampai dengan Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5.
Indikator Lafal Struktur Bahasa Keaktifan Bertanya Jalan Pembicaran Hubungan Isi dengan Topik
Prasiklus 52,5 53,12 55 55,62 53,75
Siklus I 67,33 70,66 66,66 68,66 68,66
Siklus II 76,87 75,62 78,12 76,25 76,25
Keterangan Naik 24,37% Naik 22,5% Naik 23,12% Naik 20,63% Naik 22,77%
Perbandingan kemampuan berdiskusi siswa juga dapat dilihat pada grafik batang berikut.
662
Peningkatan Kemampuan Berdiskusi dengan Metode Numbered Heads Together–Fitria Mandasari, Emidar, dan Ermawati Arief
Gambar 6 Grafik Batang Peningkatan Kemampuan Berdiskusi siswa Pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
80
60
78.12 76.87 76.25 76.25 75.62 70.66 68.66 68.66 67.33 66.66 55.62 55 53.75 53.12 52.5
40 20 0 1
2 Prasiklus
3 Siklus I
4 Siklus II
5
Keterangan:1=Lafal, 2=Keaktifan Bertanya Jawab, 3= Struktur Bahasa, 4= Jalan Pembicaraan, dan 5= Hubungan Isi dengan Topik Berdasarkan grafik batang dan tabel di atas, dapat digambarkan bahwa rata-rata kemampuan berbicara pada setiap indikator mengalami peningkatan dari penelitian tindakan siklus dari prsiklus ke siklus I. Indikator yang mengalami peningkatan, yakni indikator (1): lafal, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 24,37%, indikator (2): keaktifan bertanya jawab, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 22,5%, indikator (3): struktur bahasa, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 23,12%, indikator (4): jalan pembicaraan, mengalami peningkatan dengan naik rata-rata sebanyak 20,63%, dan indikator (5) hubungan isi dengan topik, mengalami peningkatan dengan pada naik rata-rata sebanyak 22,77%. Dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together telah dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran diskusi kelompok. Hal ini dikarenakan nilai siswa sudah berada di atas nilai KKM yaitu 70. D. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian peningkatan kemampuan berdiskusi siswa kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan kemampuan berdiskusi siswa. Kedua, kemampuan berdiskusi siswa kelas VIII F SMPN 1 Padang Panjang Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukkan peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Peningkatan kemampuan berdiskusi anak terlihat dari perubahan nilai rata-rata dari prasiklus, ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II. Pada prasiklus, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 53,90 yang hanya berada pada kualifikasi hampir cukup. Setelah pembelajaran dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together diterapkan dalam pembelajaran berdiskusi nilai siswa menjadi berkualifikasi baik yakni 76,62. Kemampuan berdiskusi siswa mencapai kualifikasi baik setelah siklus II dilaksanakan. Berdasarkan hasil simpulan, maka peneliti menyampaikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh berbagai pihak, yaitu sebagai berikut. (1) bagi guru bahasa Indonesia SMPN 1 Padang Panjang, dapat memanfaatkan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pembelajaran berdiskusi. (2) bagi peneliti selanjutnya untuk membahas penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam pembelajaran kemampuan berdiskusi lebih mendalam lagi. 663
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri H 600 - 686
Catatan: artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian untuk penulisan skripsi penulis dengan Pembimbing I Dra. Emiar, M.Pd., dan Pembimbing II Dra. Ermawati Arief, M.Pd.
Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi,. dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Asma, Nur. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press. Hendrikus, Wuwur Dori P. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkas Bandung.
664