Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DI DEPAN KELAS MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN Setyo Ambarwati (10220151) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMAKesatrian 2, terdiri dari 8 anak, 5 laki-laki dan 3 perempuan yang tergabung dalam anggota kelompok bimbingan kelompok, serta Guru BK SMA Kesatrian 2 yang bernama Fikie Saputro, S.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak di depan kelas melalui bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran.Hasil yang diharapkan untuk meningkatkan kemampuan berbicara di depan kelas yang masih rendah menjadi lebih baik.Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Mei sampai dengan Juli 2014.Analisis data pada penelitian ini adalah kualitatif. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa kemampuan berbicara siswa di depan kelas dari kondisi awal yaitu pra siklus, siklus I, siklus II dan pasca siklus meningkat. Hal ini ditampilkan pada kondisi awal yaitu pra siklus terdapat6 siswa yang minat belajarnya termasuk dalam kategori “sedang” dan 2 siswa dalam kategori “baik”, dan kategori keseluruhan “sedang”, pada siklus I mencapai kategori keseluruhan “baik”. Pada siklus II mencapai peningkatan tetapi masih di kategori “baik”.Sedangkan pra siklus juga mendapatkan kategori “baik”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwasanya layanan bimbingan kelompok dapat dijadikan sebagai peningkatan kemampuan berbicara siswa di depan kelas kelas XI IPSSMA Kesatrian 2 Tahun Ajaran 2013/2014 menjadi 48,7% pada pra siklus, 61,4%pada siklus I, 72,9% pada siklus II dan 73,01% pada pasca siklus, sesuai dengan indikator keberhasilannya minimal 70%.Serta dapat meningkatkan kualitas tindakan Guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok menjadi 52% pada siklus I dan 67,7% pada siklus II dari indikator keberhasilan minimal 70%.Saran yang peneliti berikan kepada pihak-pihak yang terkait adalah (1) Bagi siswa hendaknya mengembangkan wawasan baru mengenai fungsi dan manfaat layanan bimbingan dan konseling terutama layanan bimbingankelompok untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa terutama dalam aspek pengembangan pribadi. (2)Bagi guru hendaknya mendorong peningkatan kualitas pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa khususnya dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan. (3) Bagi sekolah hendaknya menambah wacana dalam pengembangan layanan bimbingan dan konseling melalui peningkatan kualitas pembelajaran bimbingan dan konseling. Kata Kunci : Layanan Bimbingan Kelompok, Peningkatan Kemampuan Berbicara di Depan Kelas, teknik bermain peran. PENDAHULUAN Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan keada siswa di kelas karena materi yang diperolehnya tidak selalu sesuai dengan perkembangan masyarakatnya. Yang dibutuhkannya adalah kemampuan untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengejar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan siswa agar tujuan pengajaran dapat tercapai dengan optimal. Mengajar dalam pemahaman seperti itu perlu suatu strategi belajar mengajar yang tepat. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat bagi tujuan yang ingin dicapai, terutama dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap siswa. Untuk itu, perlu dibina dan 34
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
dikembangkan kemampuan profesional guru untuk mengelola program pengajaran dengan strategi belajar mengajar. Kemampuan berbicara di depan kelas adalah suatu keterampilan ide atau gagasan secara lisan didepan kelas yang dapat diamati dari segi keaktifan seseorang
dalam berbicara. Berbicara
merupakan bentuk komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusunnya dalam pikiran. Berbicara melibatkan aspek keterampilan berbahasa yaitu aspek lisan produktif. Dengan kata lain berbicara merupakan suatu bentuk komunikasi lisan dengan menggunakan bahasa lisan, teknik berbicara yang komunikatif, jelas, dan efektif dalam pembelajaran yang terorganisir.
TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori Terkait Layanan Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok ialah suatu layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Layanan bimbingan kelompok diberikan kepada individu untuk mencegah terjadinya masalah yang akan timbul pada diri individu. Adapun pengertian lain dari Dewa Ketut Sukardi (2008:64) menyatakan hal yang sama mengenai bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu ( terutama dari pembimbing / konselor ) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyrakat serta untu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Menurut Prayitno (2004:112) tujuan layanan bimbingan kelompok mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan bimbingan kelompok secara umum untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi khususnya kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan disekitarnya. Sedangkan tujuan bimbingan kelompok secara khusus itu untuk mendorong pengembangan perasaan, emosional, pikiran, presepsi, wawasan, dan sikap menunjang tingkah lakuyang lebih efektif yaitu peningkatan kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal bagi para siswa. Pengertian Berbicara didepan kelas Setelah memperhatikan pengertian berbicara, maka kita bisa mengutarakan apa itu arti berbicara didepan kelas. Berbicara didepan kelas sangatlah penting sekali untuk bagi generasi muda saat ini, karena dengan berlatih untk berbicara didepan kelas dapat menguji keberanian untuk menyampaikan ide-ide, pengetahuan, dan pengalaman kepada orang banyak auatu guru mata pelajaran yang sedang mengajar di depan kelas baik berbentuk pertanyaan maupun pernyataa, dan jawaban. Inilah salah satu obsesi penulis, bagaimana membantu generasi penerus ini supaya terampil 35
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
berkomunikasi langsung di depan kelas maupun publik. Kecakapan ini lebih menjamin terciptanya masyarakat yang saling menghargai, saling memahami, dan bersama-sama menuju ke pembangunan nasional. Beberapa pengertian mengenai public speaking adalah sebagai berikut : 1. Cara berkomunikasi mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, perasaan, dan keinginandengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata ( Tarigan dalam Balqis Khayyirah : 2013 ) 2. Ekspresi dari gagasan-gagasan pribadi seseorang ( Powers dalam Balqis Khayyirah : 2013 ) Berbicara didepan kelas merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan, pengalaman, cita-cita, keinginan, perasaan, dan sebagainya itu akan disampaikan di depan kelas dalam suasana formal maupun nonformal. Tujuan siswa berbicara didepan kelas adalah agar melatih kepercayaan diri dalam mengungkapkan pendapatnya untuk kelak terjun ke dunia kerja dan lingkungan masyarakat. Selain itu, menurut Balqis Khayyirah (2013) ada tips-tips yang menunjang keberhasilan dalam berbicara di depan public, dan juga dapat dugunakan sebagai acuan untuk siswa dalam mamulai melatih diri dalam meningkatkan kemampuan bebicara didepan kelas. adapun tips-tips tersebut adalah: a. Managemen emosi b. Menguasai materi yang hendak disampaikan c. Meningkatkan rasa percaya diri d. Menghilangkan rasa grogi dan cemas e. Menguasai teknik-teknik berbicara kelas dunia f. Menguasai teknik bahasa tubuh g. Membuat audiens menjadi terkesima h. Menguasai teknik membuka dan menutup pembicaraan i. Menguasai teknik cerdas menjawab pertanyaan ( khusus pertanyaan ) j. Membuat slide yang memukau dan memikat k. Berlatih, berlatih, dan berlatih. Pengertian bermain peran Mengutip pendapat dari Sudjana (2000 : 76) yang mengemukakan bahwa cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh keran itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatanbelajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik jika siswa banyak yang aktif dibandingkan dengan guru oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.
36
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
Bermain peran ( Role Playing ) menurut Hasyam Zaini, dkk (2008) adalah suatu aktifitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang spesifik. Bermain peran berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari – hari : 1. Mengambil peran ( Role-taking ) yaitu : tekanan ekspektasi – ekspektasi sosial terhadap pemegang peran, contoh : berdasar pada hubungan keluarga ( apa yang harus dikerjakan anak perempuan ), atau berdasar tugas jabatan ( bagaimana seorang agen polisi harus bertindak ), dalam situasi – situasi sosial 2. Membuat peran ( Role-making ), yaitu kemampuan memegang peran untuk berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain danmenciptakan serta memodifikasi peran sewaktu – waktu diperlukan. 3. Tawar menawar peran ( Role-negotiation ), yaitu : tingkat dimana peran – peran dinegosiasikan dengan pemegang – pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial. Dalan bermain peran, peserta melakukan tawar – menawar antara ekspektasi – ekspektasi sosial suatu peran tertentu, interpretasi dinamik mereka tentang peran tersebut, dan tingkat dimana orang lain menerima pandangan mereka tentang pern tersebut. Sebagaimana peserta didik yang memiliki pengalaman peran dalam kehidupannya biasanya dapat melakukan bermain peran. Dalam proses bermain peran peserta diminta untuk : a. Mengandaikan suatu peran khusus, apakah sebagai mereka sendiri atau sebagai orang lain. b. Masuk dalam suatu situasi yang bersifat simulasi atau scenario, yang dipilih berdasar relevansi dengan pengetahuan yang sedang dipelajari peserta atau materi kurikulum c. Bertindak persis sebagaimana pandangan mereka terhadap orang yang diperankan dalam situasi – situasi tertentu ini, dengan menyepakati untuk bertindak “seolah – olah” peran – peran tersebut adalah peran – peran mereka sendiri dan bertindak berdasar asumsi tersebut. Dan d. Menggunakan pengalaman – penagalaman peran yang sama pada masa lalu untuk mengisi gap yang hilang dalam suatu peran singkat yang ditentukan. Bermain peran dapat membuktikan diri sebagai suatu media pendidikan yang ampuh, di mana saja terdapat peran – peran yang dapat didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin dieksplirasi dalam keadaan yang bersifat simulasi ( scenario ). Hasil dari interaksi pembuat peran dengan scenario, individu – individu, atau teman lain dalam kelas, atau kedua – duanya belajar sesuatu tentang seseorang, problem dan/atau situasi yang spesifik dari bidang studi tersebut. Tujuan Metode Bermain Peran Ali (2000 : 84) menyatakan bahwa tujuan bermain peran adalah menggambarkan suatu peristiwa masa alampau atau dapat pula cerita dimulai dengan bebagai kemungkinan yang terjadi baik kini maupun mendatang kemudian ditunjuk beberapa siswa untuk melakukan peran sesuai dengan tujuan cerita. Pemeran melakukan sendiri peranannya sesuai dengan daya imajinasi tentang pokok yang diperankannya.
37
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
Lain halnya dengan Hamalik (2002 : 138) yang mengatakan bahwa tujuan bermain peran adalah menciptakan kembali gambaran historis masa silam, peristiwa yang mungkin terjadi pada masa mendatang, peristiwa-peristiwa sekarang yang berarti atau situasi-situasi bayangan pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sudjana (2000 : 90) menjelaskan bahwa tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat menghargai dan menghayati perasan orang lain, memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat mengyahati perasaan orang lain dan menciptakan kembali gambaran historis masa silam, peristiwa yang mungkin terjadi pada masa mendatang, peristiwa-peristiwa sekarang yang berarti atau situasi-situasi bayangan pada suatu tempat dan waktu tertentu.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan ini merupakan penelitian PTBK / penelitian tindakan bimbingan konseling ( classroom action research ), merupakan penelitian tindakan jenis partisipan, ialah apabila orang yang akan melakukan penelitian harus terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan penelitian. Setting penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas XI SMA KESATRIAN 2 SEMARANG pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Penelitian akan dilaksanakan bulan Mei selama 3 minggu di SMA KESATRIAN 2 SEMARANG yang berada pada alamat jl. Gajah Raya 58. Semarang. Jawa tengah. Indonesia. Subyek penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS yang dipilih berdasarkan rekomendasi dari Bapak Fikie Saputro, S.Pd selaku guru BK SMA KESATRIAN 2. Subjek berjumlah 8 siswa, diambil secara random pada kelas XI IPS yang terdiri 4 kelas dan setiap kelas diambil 2 orang. Mereka ini terdiri dari siswa/siswi yang kemampuan berbicara didepan kelasnya rendah. Dan tergabung dalam anggota kelompok bimbingan kelompok Prosedur Penelitian ( siklus ) Karena
penelitian
ini
merupakan
penelitian
tindakan
kelas,
maka
pelaksanaannya
dilaksanakannya secara bersiklus. Tiap siklus dilakukan perubahan sesuai dengan tujuan yang dicapai. Berikut ini disajikan diagram siklus pelaksanaan tindakan : penelitian dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan, dimana masing – masing siklus terdiri dari 2x kegiatan tatap muka, sehingga total kegiatan tatap muka selama 2 siklus terdapat 4x kegiatan tatap muka. Siklus I bermaksud untuk mengetahui kemampuan berbicara melalui metode bermain peran. Sedangkan siklus II bermaksud untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran.
38
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
Teknik Pengumpulan Data Teknik Observasi ( pengamatan ) Observasi dilaksanakaan terhadap fenomena geografis SMA KESATRIAN 2 juga terhadap gejalagejala siswa yang diamati selama penelitian. Observasi adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang keadaan yang menjadi subjek penelitian yaitu siswa kelas XI SMA KESATRIAN 2 SEMARANG. Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang situasi kegiatan belajar mengajar dikelas, dan kesulitan – kesulitan siswa dalam keterampilan berbicara. Teknik observasi yang digunakan peneliti adalah check list yang terdiri dari lembar pengamatan untuk siswa dan lembar pengamatan untuk guru
HASIL PENELITIAN Tabel 1 Daftar Anggota Bimbingan Kelompok No
Nama
Inisial
1
Muhammad Rafli Hanif
MR
2
Rahadian Ichsan Pratama
RIP
3
Nurina Hanadya Utama
NH
4
Hugo Riyanto Putro
HR
5
Ratih Ika Aprilia
RIA
6
Yasir Izul Rohman
YI
7
Asri Riana
AR
8
Dimas Saputra
DS
Langkah-langkah Penelitian 1. Persiapan penelitian a. Proses penelitian 1) Untuk mengawali persiapan penelitian, peneliti berkonsultasi dengan guru BK SMS KESATRIAN 2 Semarang dengan rencana penelitian dan perijinan penelitian. Kemudian baru maju ke kepala sekolah untuk mengurus perijinan. 2) Peneliti mengadakan wawancara dengan Guru Pembimbing guna mendapatkan informasi dan data-data yeng berhubungan dengan objek penelitian maupun permasalahanpermasalahan yang akan diteliti. 3) Peneliti mengajukan Proposal penelitian yang diajukan oleh dosen Pembimbing I dan Pembimbing II, yang kemudian disyahkan oleh Ketua Jurusan BK dan Dekan Falkultas ilmu Pendidikan IKIP Veteran Semarang. 4) Surat permohonan penelitian secara resmi dari IKIP Veteran Semarang ditujukan kepada Kepala SMA KESATRIAN 2 Semarang. 39
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
Adapun proses dan hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 2 Perbandingan Perolehan Skor Guru-Siswa Pada Siklus I-II Dan Skor test kemampuan berbicara siswa di depan kelas pada Pra -Pasca Siklus Guru No
Siklus I
Siswa
Siklus II
Siklus I
Siklus II
Pra
Pasca
Siklus
Siklus
1
Skor Perolehan
50
65
59
70
343
514
2
Presentase (%)
52 %
67,7%
61,4%
72,9%
48,7 %
73,01 %
3
Kriteria
Baik
Baik
Baik
Baik
Sedang
Baik
Grafik 1 : Perbandingan Perolehan Skor Siswa Pada Siklus I-II Dan Skor test kemampuan berbicara siswa di depan kelas pada Pra Siklus-Pasca Siklus
Perbandingan 80% 60% 40% 20% 0% pra siklus
Siklus 1
Siklus 2
Pasca Siklus
Grafik 2 : Perbandingan untuk perolehan guru dari siklus 1 dan siklus 2
Perbandingan 80% 60% 40% 20% 0% siklus 1
40
siklus 2
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
KESIMPULAN Berdasarkan dengan pembahasan pada Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling dan analisis data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Guru pembimbing dapat meningkatkan kualitas proses layanan bimbingan belajar menjadi 52% pada siklus I dan 67,7% pada siklus II, sedangkan indikator keberhasilannya minimal 70% sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan Layanan bimbingan belajar pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan dan Layanan bimbingan kelompok pada siklus II juga belum dapat mencapai indikator keberhasilan hasil tindakan guru BK yang ditentukan. 2. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan kemampuan berbicara siswa di depan kelas setelah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok siklus I menunjukkan bahwa kemampuan berbicara siswa di depan kelas yang termasuk kategori “baik”. 3. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan menunjukkan pada siklus II kemampuan berbicara siswa di depan kelas kategori “baik” juga. Berdasarkan data yang ada pada pra siklus kemampuan berbicara siswa di depan kelas termasuk dalam kategori “sedang”. Dengan demikian maka dapat dinyatakan dengan adanya peningkatan yang cukup berarti pada kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Balqis Khayyirah. 2013. Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik. Jogjakarta : DIVA Press Didik Tuminto. 2007. Keterampilan Berbahasa. Jakarta : Rajawali Press Hamzah B. Uno. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Heri Jauhari. 2007. Pedoman Penelitian Karya Ilmiah. Bandung : Pustaka Setia Hisyam Ziani, Bermawy Munthel et.al. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Insan Madani Juntika et.al. 2008. Panduan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Mangkunegara. 2000. Psikologi pendidikan. Jakarta : Rineke cipta Muhammad Anshari. Model Pembelajaran Role Playing. 9 November 2013.at 05.35 AM. Http./pendidikanuntukindonesiaku.blogspot.com// Muhammad Faiq. Model Pembelajaran Bermain Peran(Role Playing), Sebuah Strategi Pembelajaran Aktif. 16 Januari 2013. Http./penelitiantindakankelas.blogspot.com// Ngainun Naim. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan. Jogjakarta : AR-Ruzz Madia Nurhasnah. 2007. Kemampun Berbahasa Indonesia. 2007. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Prayitno.dan Erman, Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konsiling. Jakarta : Rineke Cipta Purwadaminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. 2007. Jakarta : Balai pustaka 41
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Vol. 2 No. 1, Oktober 2014
Ridwan. 2008. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Rinoto Rin. Pengertian Metode Bermain Peran Dalam Pengajaran. 16 januari 2014.at.05.38. Http./modelpembelajaransd.blogspot.com/. Sri Redjeki. 2007. Penulisan Karya Ilmiah. Salatiga : Widyasari Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang : UNNES PRESS Sugiyono. 2005. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (pendekatan kualitatif, kualitatif, dan R&B). bandung : Alfabeta Suherman. 2008. Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling. Bandung : Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP. Universitas Pendidikan Indonesia Sukiman. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Pembimbing (bimbingan dan konseling). Yogyakarta : Paramitra Utomo Dananjaya. 2012. Media Pembelajaran Aktif. Bandung : Nuansa Winkel dan Sri hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Yogyakarta : Media abadi
42
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING