PENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII SMP
AHMAD ALMUNAWAR Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar Lempar Lembing dengan menggunakan penerapan Pendekatan Bermain pada siswa kelas VIII SMP SWASTAGKPS 1 PEMATANG RAYA tahun ajaran 2015/2016. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I setelah tes hasil belajar I dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan teknik lempar lembing masih rendah. Dari 25 orang siswa terdapat 10 orang (40%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 15 orang (60%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 60,97. Sedangkan pada siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam melakukan tes hasil belajar secara klasikal sudah meningkat. Dari 25 orang siswa terdapat 22 orang (88%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 3 orang (12%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 80,16. Berdasarkan hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran melalui Penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar Lempar Lembing pada siswa kelas VIII SMP SWASTAGKPS 1 PEMATANG RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN AJARAN 2015/2016. KATA KUNCI : Hasil belajar Lempar Lembing, Pendekatan Bermain
PENDAHULUAN Pendidikan
peningkatan prestasi belajar dan prestasi jasmani
merupakan
dibidang yang lain buat anak didik terutapa
wahana pendidikan, yang memberikan
pendidikan
jasmani.
kesempatan bagi anak untuk mempelajari
kegiatannya ada proses pembelajaran yang
beberapa hal-hal yang penting. Oleh
merupakan
karena itu, pelajaran pendidikan jasmani
kesuluruhan
tidak kalah penting dibandingkan dengan
disekolah. Hal ini berarti berhasil tidaknya
pelajaran lain seperti : matematika, bahasa,
pencapaian
IPA, IPS dan lainnya. Sekolahadalah
bentuk terjadinya perubahan tingkah laku,
sebagai lembaga formal dalam system
pengetahuan, maupun keterampilan siswa
pendidikan tidak telepas dari usaha-usaha
tergantung
kegiatan kegiatan
tujuan
pada
Yang
pokok
dalam
dalam
pendidikan
pendidikan
bagaimana
dalam
proses
pembelajaran yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
guru
jasmani
sebagai
komponen pendidikan secara keseluruhan
Namun demikian tidak semua guru terutama
Pendidikan
pendidikan
jasmani
telah
disadari
oleh
kalangan.Namun,
semua
pelaksanaannya
menyadari hal tersebut, sehingga banyak
pendidikan jasmani berjalan belum efektif
anggapan bahwa pendidikan jasmani boleh
seperti yang diharapkan.Peran pendidikan
dilaksanakan secara asal-asalan atau tidak
jasmani sangat penting, yakni memberikan
terprogram. Hal ini tercermin dari berbagai
kesempatan kepada siswa terlibat langsung
hal negatif tentang pelajaran pendidikan
dalam aneka gerak pengalaman belajar
jasmani, mulai dari kelemahan dari proses
melalui aktivitas jasmani.Hal tersebut
penetap,
merupakan
misalnya
membiarkan
anak
media
untuk
mendorong
bermain sendiri hingga rendahnya mutu
perkembangan
hasil pelajaran dan kebugaran jasmani
kemampuan
yang sangat rendah.
penalaran, penghayaan nilai-nilai (sikap
Pendidikan
jasmani
keterampilan fisik,
motorik,
pengetahuan
dan
bagian
mental, emosional, spiritual dan sosial),
terpenting dari sebuah proses pendidikan.
serta membiasakan pola hidup sehat yang
Melalui
bermuara untuk merangsang pertumbuhan
pendidikan
jasmani
yang
diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan
keterampilan
dan perkembangan yang seimbang.
yang
Keunikan
pendidikan
jasmani
berguna bagi pengisian waktu senggang,
adalah terletak pada proses pengajarannya
terlibat dalam aktivitas yang kondusif
yang menekankan aktifitas siswanya, dan
untuk
mengembangkan
hidup
sehat,
memenafaatkan aktifitas jasmani sebagai
social,
dan
alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
menyumbang pada kesehatan fisik dan
Karena tujuannya bersifat menyeluruh dan
mentalnya.
lengkap yang mencakup perkembangan
berkembang
secara
Pendidikan
jasmani
merupakan
mata pelajaran yang diajarkan mulai pendidkan
dasar
sampai
total, berupa : fisik, intelektual, emosional, sosial, moral dan spiritual.
pendidikan
Pendidikan
jasmani
dapat
menengah atau kejuruan. Melalui proses
dipandang sebagai bagian yang integral
pendidikan jasmani, olahraga, kesehatan
dari
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
memberikan
fisik,
perkembangan individu melalaui medium
keterampilan
pengetahuan.
motorik
serta
pendidikan
menyeluruh kontribusi
yang kepada
gerak manusia.Adapun gerak manusiayang dimanfaatkan oleh pendidikan jasmani itu
bukanlah
sembarang
gerak.Gerakan-
pembelajaran, maka dianggap pendidikan
gerakan itu yang sudah dikemas dalam
ini hanyalah sebagai pelengkap karena
paket-paket
diperuntukkan bagi kebutuhan jasmani
tertentu
berupa
berbagai
cabang olahraga dan permainan.
saja. Melalaui aktivitas jasmani akan
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani peserta didik akan memperoleh pengalaman yang erat kaitannya dengan kesan
pribadi
berbagai
yang
ungkapan
hidup
kreatif,
sehat,
inovatif,
pengetahuan
dan
pemehaman terhadap gerak manusia, juga akan membentuk kepribadian yang positif. Proses belajar mengajar (PMB) merupakan intekrasi berkelanjutan antara prilaku guru dan peserta didik. Dalam pelaksanaan
proses
belajar
mengajar
pendidikan jasmani keempat faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu : tujuan, materi, metoda, dan evaluasi.
Salah
satu
dalampendidikan
prinsip
jasmani
penting adakah
pastisipasi peserta didik secara penuh dan merata.Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani harus memperhatikan kepentingan setiap peserta didik. Pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan
melalaui
aktifitas
jasmani.Namun hal ini, masih banyak pihak
yang
pendidikan
salah
kaprah
jasmani,
tentang
dikarenakan
pendidikan ini menggunakan gerak atau aktivitas
jasmani
untuk menuju manusia Indonesia yang seutuhnya. Berdasarkan
menyenangkan
keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pola
disusun secara sistematik dan terencana
sebagai
sarana
observasi
Lempar
Lembing siswa Swasta Gkps 1 Pematang Raya Kabupaten Simalungun , masih banyak di temukan siswa yang mengalami kesulitan
pada
teknik
dasar
lempar
lembing, hal ini terbukti banyak siswa yang belum memahami cara memegang lembig yang benar, sikap awal dan akhir siswa pada saat melempar lembing juga kurang tepat. Hal ini disebabkan karena guru
kurang
memberikan
metode
pembelajaran yang optimal guru tidak menggunakan
media
atau
alat
yang
membantu agar siswa dapat memahami dan melakukan pembelajaran secara baik dan benar. Informasi yang diperoleh dari guru penjas dari 25 siswa yang ada di kelas VIII2 hanya ada 5 siswa yang tuntas (20%) dan 20 siswa yang tidak tuntas (80%) siswa yang paham tentang teknik lempar lembing dengan KKM adalah 75. Berarti dari data tersebut sekurangnya hanya sekitar 32% dari jumlah siswa yang ada, yang berhasil memahami tentang cara memegang lembing, melempar lembing,
sikap badan saat melempar dan sikap badan setelah melempar lembing. Namun nilai itu belum memenuhi
Salah satu prinsip penting pelajaran pendidikan jasmani
harus menekankan
berpartisipasi
dan merata
aktif
serta
kriteria ketuntasan minimal secara klasikal
berpusat pada anak didik, artinya adalah
yang ditetapkan sekolah yaitu sekitar 85%
bahwa seorang guru pendidikan jasmani
dari keseluruhan siswa. Melihat kondisi
harus menyajikan materi sesuai dengan
belajar tersebut ada beberapa upaya yang
tingkat kemampuan anak didik. Materinya
dapat dilakukan salah satunya adalah
meliputi gerak sehari-hari, mulai dari :
pembelajaran
merayap, merangkak, melempar, berjalan,
dengan
menerapkan
pendekatan bermain.
berlari, melompat, meloncat, memanjat,
Penyelenggaraan
pendidikan
berayun,
berguling,
jasmani di sekolah menengah pertama
menggendong,
berpotensi untuk mengembangkan peserta
berjingkat,
melempar,
menangkap,
memukul,
mengangkat,
menahan,
didik ke arah yang lebih optimal, karena
mendorong,
menekan,
dengan pendidikan jasmani peserta didik
seterusnya.
akan memperoleh tempat yang paling tepat untuk
mengungkapkan
Yusuf
A.
dan
Sasmita
pribadi,
(1992:96),
Lempar
ungkapan yang kreatif, serta memiliki
merupakan
salah
pengetahuan dan pemahaman terhadap
diperlombakan dalam cabang olahraga
gerak
atletik dan merupakan kelompok field
manusia.
pembelajaran sekolah
Tujuan
pendidikan
menengah
memantau
kesan
Menurut
menarik
peserta
utama
jasmani
di
pertama
adalah
didik
agar
lembing satu
adalah
nomor
yang
(lapangan), lempar lembing juga termasuk dalam kelompok nomor-nomor lempar. Kemampuan
lempar
lembing
meningkatkan keterampilan gerak mereka,
yang maksimal didukung oleh kondisi fisik
disamping agar mereka merasa senang dan
dan kemampuan fisik seperti kekuatan,
mau
kelincahan
berpartisipasi
dalam
berbagai
aktivitas. Khusus
daya
ledak,
koordinasi,
kemampuan fisik yang dimiliki individu pelajaran
sebagai hasil belajar dan latihan akan
dan
tampak kalau memiliki bakat dasar berupa
kesehatan, guru pendidikan jasmani di
karakteristik individu. Adapun lapangan
SMP tidak menampilkan pembelajaran
lembing dapat dilihat dari gambar dibawah
yang menarik sehingga disini perlu dibuat
ini:
pendidikan
dalam
mata
jasmani,olahraga
model pembelajaran yang menarik dan terprogram dengan baik.
(melilit pada badan lembing) berada di titik pusat gravitasi dan tidak melebihi garis tengah badan lembing dari 8 mm. Lilitan tali pegangan lembing harus sama tebal dan bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan. Gambar 2.I. Ukuran Lapangan Lembing Sumber :http//Tunas63.wonderpress.com
Teknik dalam olahraga lempar lembing
meliputi:
cara
memegang,
lemparan dari sikap berdiri, dan lemparan dengan tiga atau lima langkah. a. Lembing
Gambar 2.II : Ukuran Lembing
Menurut
Roji.
(2006:94)
Sumber : Adi Winendra (2008 : 69)
Ukuran Lembing Putra dan Putri yang berukuran sebagai berikut : Untuk Putra • Berat Lembing 700- 850 gram • Panjang 260 -270 cm • Panjang Lilitan Untuk Pegangan 15 – 16 cm
• • •
Untuk Putri Berat Lembing 600 gram Panjang 220 -230 cm Panjang Lilitan Untuk Pegangan 14 – 15 cm
b. Cara Memegang Lembing Menurut Roji (2006:95) “Untuk melempar lembing yang sesungguhnya diperlukan cara memegang dan membawa lembing dengan baik dan benar, yakni:
Gambar 2.3 : Cara memegang Kontruksi: Lembing terdiri dari 3 bagian : (1) mata lembing, (2) badan lembing dan (3) tali pegangan. Badan lembing dibuat dari metal dan pada ujung depan terpasang kokoh sebuah mata lembing yang runcing. Tali pegangan
Lembing Sumber : Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Cara Memegang Lembing Dibagi 3 cara yaitu cara amerika,cara filandia dan cara pengangan
tang,
namun
peneliti
menggunakan cara amerika yag sesuai dengan karakter peserta didik di SMP cara amerika adalah sebagai berikut: 1. Cara Amerika Adapun
cara
pegangan
amerika
adalah: •
Gambar 2.4 : Cara membawa
Lembing di pegang pada bagian
Lembing
belakang lilitan tali •
Sumber : Roji. 2006. Pendidikan
Kelima jari dilatakkan pada lilitan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan
tali •
Jari
tengah
dan
ibu
jari
menggenggam lilitan tali pada
1.
Mata Lembing Serong Ke Bawah a. Diawali sikap berdiri tegak
lembing •
Cara Membawa Lembing dibagi 2 :
Jari telunjuk menempel
pada
b. Lembing
dipegang,
kemudian
lembing, hingga posisilembing
diangkat setinggi telinga dengan
tepat berada pada garis tengah
sikut ditekuk c. Mata lembing mengarah ke depan
telapak tangan. Peneliti
memilih
untuk
cara
serong ke bawah
memegang dengan cara Amerika, karena
2. Mata Lembing Serong Ke Atas
cara ini lebih mudah dimengerti siswa
a. Diawali sikap berdiri tegak
sehingga lembing mudah dikuasai dan
b. Lembing
mudah
untuk
untuk
pembelajaran
dimengerti
meskipun
seluruh
pembelajaran lembing akan dikenakan kepada siswa tapi penelitian menyatakan
dipegang,
kemudian
diangkat setinggi telinga dengan sikut ditekuk c. Mata lembing mengarah ke depan serong ke atas
agar siswa dapat menggunakan cara d. Cara
Amerika dalam proses pembelajaran. c. Cara
Amerika
Membawa
Melakukan
Awalan
Lempar Lembing Teknik melakukan awalan dalam
Lembing Menurut Muhajir (2006:123) “Cara
melempar
lembing
Membawa Lembing perlu diperhatikan
dilakukan
dengan
dengan
menggunakan awalan langkah jingkat dan
benar
agar
pada
merentangkan lembing tidak kaku”.
saat
pada dua
dasarnya
cara,
yaitu
awalan langkah silang besar. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan
awalan langkah jingkat. Awalan langkah
e.
Cara Melempar Lembing
jingkat sangat mudah dilakukan karena
Menurut Roji. (2006:96) cara melempar
tidak membutuhkan posisi tubuh yang
lembing adalah sebagai berikut :
menyulitkan bagi pemula dan pelajar. Pada
1.
Berdiri menghadap arah lemparan,
awalan langkah jingkat ini hanya tinggal
lakukan awalan lari dengan cepat
melakukan lemparan dengan awalan lari
kearah lemparan.
menjingkat.
2.
Seperti yang dikemukakan oleh
Pada saat kaki kanan sampai pada tanda yang telah ditentukan, tangan
Roji. (2006:96) cara melakukan awalan
kanan
Langkah jingkat ini adalah sebagai berikut
belakang, Pada saat kaki kiri
:
melangkah ke depan dan mendarat, 1.
2.
mulai
diluruskan
ke
Berdiri menghadap arah gerakan
lakukan gerak berjingkat (hop)
lemparan)
menggunakan kaki kanan.
Lembing dipengang dan diangkat setinggi
telinga
dengan
3.
sikut
Setelah
kaki
melakukan
kanan gerak
berakhir jingkat
ditekuk
(hop)/mendarat, langkah kaki kiri
3.
Mata lembing serong ke atas
selebar/sejauh mungkin ke kiri,
4.
Lari dengan cepat kearah lemparan
Pada saat kaki mendarat, pindahkan berat badan pada kaki kanan hingga lututnya rendah dan lengan kanan lurus ke belakang serong bawah. 4.
Dengan didahului sikut menekuk, lembing dibawa ke depan melalui atas bahu bersamaan kaki kanan lurus, diikuti dengan majunya kaki kiri dan tangan kanan mangayun lembing
Gambar 2.4: Cara melakukan awalan lempar lembing Sumber : Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
serong
lembing dari
atas,
pegangan
setelah lengan posisi lurus.
lepaskan tangan
Gambar 2.6: serangkaian gerakan badan Gambar 2.5 : Cara melakukan lempar
setelah melempar lembing
lembing Sumber : Muhajir. 2006. Pendidikan
PEMBAHASAN
Jasmani Olahraga dan Kesehatan f. Gerakan
Badan
Penelitian
Setelah
Melempar Lembing
ini
dilaksanakan
di
lapangan SMP Swasta Gkps 1 Pematang Raya Kabupaten Simalungun. Sebelum
Saat melakukan teknik lempar
penelitian
dilakukan,
terlebih
dahulu
lembing, kekuatan lemparn tidak hanya
peneliti
bertumpu pada tangan, namun dorongan
mendapatkan data awal yang bertujuan
koordinasi kaki dan badan pun turut
untuk melihat dan merumuskan masalah
menentukan akhir dari sebuah lemparan.
yang diperoleh dari hasil data awal yang
Menurut Roji. (2006:97) posisi
melakukan
observasi
dan
dilakukan.
badan setelah melempar lembing adalah sebagai berikut : 1.
Langkahkan kaki kanan ke depan dan kaki kiri ditarik ke belakang
1
badan 2.
Sikap kaki kiri tergantung rileks di 2
belakang badan 3.
No
Posisi badan menyamping arah
Tabel 4.1 Deskripsi Data Awal Lempar Lembing Hasil Tes Jumlah Persentase Siswa < 70 20 80% (Tidak tuntas) ≥ 70 5 20% (Tuntas)
lemparan 4.
Keluar
Berdasarkan tabel deskripsi Data melalui
perpanjangan pinggir.
samping diameter
garis garis
Awal Lempar Lembing dapat dilihat bahwa
kemampuan
pembelajaran
siswa
dalam
Lempar Lembing belum
mencapai nilai KKM yang ditentukan.
Dari 25 siswa yang menjadi Sabjek dalam
bahwa ada peningkatan hasil belajar
penelitian ini, ternyata hanya 5 siswa
Lempar Lembingdi lihat dari siklus 1
(20%) yang memiliki ketuntasan belajar,
dibandingkan dengan siklus 2. Lebih
sedangkan selebihnya 20 orang siswa
jelasnya
(80%) belum memiliki ketuntasan belajar.
histogram berikut ini:
Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa
dapat
dilihat
dari
Siswa tidak lulus
diagram
Siswa lulus
adalah 63,8.
22
Peningkatan sebanyak 22 siswa yang lulus
15
atau 88% dari jumlah 10
keseluruhan siswa menunjukkan terjadinya Kemajuan
siswa
dalam
mengikuti
3
pembelajaran Lempar Lembing dengan gaya
Mengajar
pendekatan
bermain
Siklus I Siklus II
peneliti dan kolaborator telah menemukan
Gambar 4. Histogram hasil belajar Lempar
jawaban yang menjadi bahan penelitian,
Lembing
yaitu penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan
hasil
belajar
Lempar
Lembing.
3.
penelitian berhenti sampai disini dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya, karena
Tabel. 3 Hasil penilaian Lempar
permasalahannya sudah terjawab yaitu
Lembing
melalui penelitian penerapan pembelajaran
No Kategori 1. 2.
Menurut peneliti dan kolaborator,
Lulus Tidak lulus ∑
Nilai Siklus 1 kelulusan F % > 70 15 60 < 70 10 40
Siklus 2 F % 22 88 3 22
25 100 25 100
pendekatan
terhadap
proses
belajar mengajar. Penelitian ini dianggap berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal
Dilihat dari tabel di atas dapat
bermain
inilah
yang
menjadi
indikator
keberhasilan penelitian yang dilakukan.
disimpulkan bahwa pada pada siklus 1
Hasil
bahwa siswa yang lulus 15 (60%) siswa
melalui pendekatan bermain mengalami
dan yang tidak lulus 10 (40%) siswa, pada
peningkatan dari sebelumnya.
siklus
2
bahwa
Sebelum melaksanakan penelitian,
lulus
peneliti telah melakukan observasi awal
berjumlah 22 (88%) dan yang tidak lulus
terhadap kemampuan hasil belajar Lempar
berjumlah 3 (22%), jadi dapat disimpulkan
Lembing.
bahwa
peningkatan
menunjukan
yang
signifikan
terlihat
penelitian
siswa
yang
Observasi
awal
dilakukan
sebagai acuan dalam merancang bentuk pembelajaran,
yang
diharapkan
dapat
jenuh. 3. Penerapan
teknologi
dalam
menjadi salah satu solusi dalam proses
pendidikan jasmani juga diperlukan
pembelajaran untuk meningkatkan hasil
untuk meningkatkan kualitas proses
belajar Lempar Lembing.
pembelajaran
Kesimpulan
4. Penyampaian
Berdasarkan hasil penelitian yang
hendaknya
pembelajaran disesuaikan
dengan
telah dipaparkan, secara umum dapat
keadaan siswa di masing-masing
disimpulkan bahwa:
sekolah,
Adanya peningkatan hasil belajar siswa
melalui
pendekatan
Lembing pada
siswa
dapat
mengerti serta menguasai apa yang
bermain
pembelajaran pendidikan jasmani Lempar
supaya
disampaikan oleh guru. 5. Guru dapat menerapkan metode
siswa kelas VII Swasta
pembelajaran
pendidikan jasmani
Gkps 1 Pematang Raya. Pada siklus I
dengan pola Penerapan Pendekatan
siswa cukup antusias dalam mengikuti
Bermain
pembelajaran Lempar Lembing Sesuai
pendekatan dalam mengajar, agar
dengan refleksi, dengan nilai rata-rata
siswa tidak bosan, dan lebih aktif
kelas pembelajaran
dalam proses pembelajaran.
Lempar Lembing
sebagai
salah
satu
adalah 70 dengan persentase ketuntasan 60% siswa yang lulus dan hasil belajar siswa pada siklus kedua adalah 80 dengan persentase
ketuntasan
88%
DAFTAR PUSTAKA
Adi,
Winendra.(2008).Seni
disimpulkan adanya peningkatan yang
Atletik.
signifikan hasil belajar pada siklus II.
Madani.
Saran
Peneliti dapat memberikan saran-saran sebagi berikut : 1. Guru
pendidikan
jasmani
harus
kreatif dalam menyikapi kekurangan sarana dan prasarana pembelajaran yang ada di sekolahnya. 2. Guru
hendaknya
memiliki
Olahraga
dapat Yogyakarta:
Pustaka
Insan
Agung, Sunarno. (2005). Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Jasmani.Diktat perkuliahan FIK Universitas Negeri Medan. Agus,
Kristiyanto,
(2010)
Penelitian
dan
mendesain berbagai macam model-
Tindakan
model pembelajran, agar siswa tidak
Pendidikan
Kelas Jasmani
Dalam dan
Kepelatihan Olahraga : UNS
Sutikno,
Press. Arikunto. S, (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Sobry (2009).
Belajar
Pembelajaran.
Bandung
Suryabrata,
S,
(2005).
Pendidikan,
Grafindo Persada, Jakarta.
Persada, Jakarta.
Endang Mulyatiningsih (2011. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. : Alfabeta, Bandung Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga. Muhajir. (2006). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Yudistira ; Jakarta ;. Purwanto, Pendidikan.
Ngalim.(2000). Bandung
Psikologi Remaja
Rosdakarya. Roji,
(2006). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta ; Erlangga
Slameto, 2003. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta; Rineka Cipta. Sudjana, Nana. (2009). Penelitian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Jakarta, Remaja Rosdakarya.
;
Prospect
Arsyad,A. (1997). Media Pengajara, Raja
Djamara, SB. Dan Aswan Zain, (2006). Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
dan
Suryosubroto
Raja
(1997).
Mengajar,
Psikologi Grafindo
Proses
Belajar
Penerbit
Rineka
Cipta, Jakarta. Syah,
Muhibbin. Belajar.
(2003). Jakarta,
Grafindo Persada.
Psikologi PT.
Raja