LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45 Penilaian Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Asing Ni Wayan Nandaliana Indratayana email:
[email protected] Program Studi Magister Linguistik I Wayan Simpen email:
[email protected] Program Studi Magister Linguistik I Nyoman Sedeng email:
[email protected] Program Studi Magister Linguistik Abstrak—Artikel ini berjudul “Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing”. Penelitian ini bertujuan untuk menilai keterampilan berbicara pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Indonesia setelah dilakukan proses pembelajaran aktif yang memotivasi pembelajar untuk terlibat secara aktif. Selain itu, juga bertujuan agar pembelajar dapat mendominasi aktivitas pembelajaran dan mencapai kompetensi dasar yang dimuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan teori penyusunan rubrik yang dikemukakan oleh Airasian (2005). Data-data dikumpulkan dengan metode observasi dan tes. Teknik yang digunakan, yaitu check list, tes tulis, dan tes berbicara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% pembelajar dapat terlibat secara aktif dan tujuan pembelajaran dapat dipenuhi. Persentase keberhasilan siswa dalam menguasai tata bahasa sebesar 60% dan pemahaman terhadap topik-topik pembejaran yang telah diberikan dalam proses pembelajaran aktif sebesar 80%. Faktor-faktor yang menghambat pembelajar dalam kedua aspek tersebut adalah ketidakmampuan pembelajar dalam membedakan dan membandingkan tata bahasa bahasa ibunya dengan tata bahasa Indonesia. Di samping itu, juga kesibukan pembelajar sehingga tidak dapat mengikuti keseluruhan dari sepuluh kali pertemuan sebelum dilakukan proses penilaian dengan teknik check list, tes tulis, dan tes berbicara. Kata kunci—pembelajaran aktif, check list, rating scale, dan rubrik penilaian Abstract—This article entitled Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. The aim of this research is to assess learners‟ speaking skill in learning Indonesian language after an active learning process had been done that motivates the learners to actively involved, thus the learners can dominate the learning activity and can achieve the basic competency which contained in the lesson plan. The main theory of this research is a rubric design theory proposed by Airasian (2005). The data was collected by using observation and test methods. The techniques used in this articles are check list, written test, and spoken test. The result of this research showed that 80% of the learners actively involved and the aim of learning activity was attained. The learners‟ achievement of grammar comprehension is 60% and the comprehension of learning topics that were given in active learning process is 85%. Some factors that obstructed the learners in both aspects mentioned above are the inability of the learners in differentiating and comparing the grammar of their mother language and the Indonesian 184
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45 grammar, the learners‟ activities and schedules that made them unable to attend the whole ten meetings before the assessment process by using check list technique, written and spoken test was done. Key word—active learning, check list, rating scale, and assessment rubric
PENDAHULUAN Pembelajaran aktif (active learning) merupakan pembelajaran yang mengajak pembelajar untuk belajar secara aktif. Belajar dengan aktif berarti pembelajar mendominasi aktivitas pembelajaran, baik untuk menemukan ide pokok materi pelajaran, memecahkan persoalan, maupun mengaplikasikan materi yang baru dipelajari ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata (Zaini, 2008: xvi). Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melakukan aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran (Silberman, 1996:6). Dengan kata lain, pembelajaran aktif adalah suatu model pembelajaran yang membuat pembelajar menjadi aktif. Di samping itu, dalam pembelajaran aktif pembelajar diajak menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan menerapkan apa yang telah dipelajari (Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas, 2010:2). Penelitian ini dilakukan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Proses pembelajaran pada kelas yang dijadikan subjek penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan berbicara, yaitu kemampuan berkomunikasi pembelajar dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam lisan. Namun, kerap kali dalam mempelajari suatu bahasa, pembelajar tidak cukup aktif sehingga tujuan pembelajaran, khususnya kemampuan produktif pembelajar, yaitu keterampilan berbicara dan keterampilan menulis tidak tercapai dengan baik. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif sehingga pembelajar dapat meningkatkan keterampilan produktifnya, yaitu keterampilan berbicara. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memaksimalkan pencapaian pembelajar terhadap keterampilan berbicara sesuai dengan rubrik penilaian yang telah disusun sebelumnya untuk kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Tujuan lainnya, yakni penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi guru atau fasilitator dalam suatu pembelajaran bahasa untuk dapat menciptakan suatu proses pembelajaran bahasa yang aktif. Artinya, tidak hanya bermanfaat bagi guru, pembelajar pun dapat memanfaatkan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam mempelajari suatu bahasa. METODE PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di Hotel The Westin, Nusa Dua, Bali. Data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari hasil tes menulis dan berbicara pembelajar asing yang mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan tes. Metode tersebut dilaksanakan dengan teknik catat, tes berbicara, dan tes tulis (Sanjaya, 2013:247). Penyusunan tes yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini mengedepankan empat aspek, yaitu: pemilihan jenis tes, penilaian pada tes, interpretasi terhadap hasil tes, dan penginformasian kepada pembelajar sebagai test takers (American Educational Research Association (AERA), American Psychological Association & National Council on Measurement in Education, 1999:35). Metode analisis data 185
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45 menggunakan descriptive qualitative method. Teknik yang digunakan, yaitu klasifikasi. Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal. Teknik yang digunakan, yaitu narasi. PEMBAHASAN
menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Terdapat beberapa prinsip dasar pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan akurat, antara lain sebagai berikut: tujuan pembelajaran, aktivitas dan pengetahuan awal siswa, integritas pokok bahasan, alokasi waktu dan sarana penunjang, jumlah siswa, serta pengalaman dan kewibawaan guru (Sanjaya, 2008:17). Berdasarkan penjabaran tersebut, adapun contoh information gap yang diterapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Jenis: information gap Nama Permainan: Commuters (Perjalanan ke Tempat Kerja) Tujuan Pembelajaran: Pembelajar dapat bertanya dan berbicara mengenai cara/bagaimana mereka berangkat kerja (tempat kerja, dengan kendaraan apa, seberapa jauh jarak kantor dari rumah, dan lama perjalanan) Prosedur Pelaksanaan 1. Pembelajar dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A dan Kelompok B. 2. Tiap-tiap kelompok diberikan selembar kertas yang berbeda berisikan tabel dengan beberapa bagian rumpang. 3. Kelompok A dan B saling bertukar informasi dengan memberikan pertanyaan satu sama lain sehingga dapat mengisi bagian rumpang pada lembaran kertas yang dimiliki.
Pada tahap awal penelitian ini, pembelajaran aktif diterapkan pada kelas pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Pembelajaran aktif merupakan aktivitas pembelajaran yang diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk memotivasi siswa agar lebih mendominasi proses belajar mengajar (Purwono, 2010:4). Untuk menciptakan pembelajar yang dapat berpikir kritis, terdapat tiga komponen, yaitu: komponen bertanya, menemukan, dan refleksi yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan model (pemodelan) yang ada, kemudian mengkonstruksi pemahaman sendiri (konstruktivis) terhadap apa yang dipelajarinya. Tentunya penilaian yang dilakukan tidak terpaku pada hasil akhir saja, namun mempertimbangkan juga proses selama pembelajaran berlangsung demi mewujudkan penilaian yang menyeluruh dan sebenar-benarnya (Johnson, 2010:6). Pada penelitian ini, pembelajaran aktif yang diterapkan berupa pemberian aktivitas pembelajaran yang memotivasi pembelajar untuk mampu memproduksi ujaran-ujaran dalam bahasa Indonesia sesuai dengan topik pembelajaran dan kompetensi dasar yang ingin dicapai pada setiap pertemuan. Aktivitas-aktivitas tersebut berupa role play dan information gap. Selain aktivitas pembelajaran, metode pembelajaran juga menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Metode Kelompok A adalah sebuah realisasi praktis sebuah pendekatan. Seseorang yang menemukan sebuah metode telah No. Nama sampai pada keputusan tentang tipe-tipe aktivitas, peran guru dan pembelajar, jenis-jenis materi yang 1. akan membantu proses pembelajaran, dan beberapa Made model pengorganisasian silabus. Metode termasuk berbagai jenis prosedur dan teknik sebagai bagian 2. standar dari suatu metode tersebut (Harmer, Ayu 2006:78). Metode pembelajaran merupakan bagian 3. dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran Oka berfungsi sebagai cara untuk menyajikan,
Jarak KantorRumah
Lama Perjalanan
…… …
25 km
………
……..
Taksi
……..
35 menit
Guru
……..
50 km
……….
Pekerj aan
Kenda raan
Polisi
186
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45
Kelompok B No.
1.
Nama
Jarak Kanto rRuma h
Lama Perjalana n
Mo tor
……
20 menit
Ayu
…… … Pega wai Bank
… ….
30 km
………
Oka
…… …
Mo bil
…… …
1 jam 10 menit
Made
2. 3.
Ke Pekerj nda aan raa n
Setelah aktivitas tersebut diterapkan, tahapan penelitian selanjutnya adalah pengumpulan data. Data dalam penelitian ini berupa hasil tes menulis dan berbicara pembelajar. Dalam penyusunan suatu tes, guru dapat mengimplementasikan strategi yang efektif untuk membantu siswa, khususnya siswa yang memiliki kecenderungan untuk menjadi gugup saat mengerjakan suatu tes. Dengan memperhatikan siswa yang memiliki kebiasaan atau perilaku seperti itu, guru yang menggunakan faktor formatif, pengelolaan kebiasaan (habitual prudence), pengalaman pembelajaran yang terfokus (purposeful learning experiences), dan tata cara penyusunan tes yang sesuai, maka dapat membantu siswa untuk meningkatkan performansi akademik dan dengan signifikan mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam mengerjakan tes yang diberikan (Linn dan Gronlund, 2000:46). Tes berbicara merupakan tes berbahasa untuk mengukur kemampuan dalam berkomunikasi dengan bahasa lisan. Tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara adalah tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar, wawancara, bercerita, diskusi, dan ujian terstruktur. Alat penilaian berbicara berwujud penilaian yang terdiri atas komponen-komponen tekanan, tata bahasa, kosakata, kelancaran, dan pemahaman (Nurgiyantoro, 2010:325). Terdapat beberapa pilihan bagi guru untuk menyimpulkan hasil pengamatan terhadap performansi yang ditujukan
oleh murid dalam mengerjakan suatu tugas yang diberikan, yaitu checklist, skala penilaian, dan rubrik penilaian (Airasian, 2005:108). Berdasarkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang tercakup dalam penilaian keterampilan berbicara seperti yang telah disebutkan di atas, maka penilaian keterampilan berbicara pembelajar dalam mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian. Rubrik penilaian yang dirancang hanya menilai kriteria tata bahasa, kosakata, dan pemahaman. Hal ini disebabkan oleh kriteria tekanan dan kelancaran belum dianggap tepat untuk dinilai karena pembelajar baru mengikuti sepuluh kali pertemuan. Dengan demikian, kriteria tekanan dan kelancaran dianggap cukup sulit untuk dinilai pada tahapan ini. Selain itu, dalam menyusun tes yang diberikan kepada pembelajar, taksonomi Bloom digunakan sebagai panduan. Terdapat enam tahapan dalam taksonomi Bloom yang harus diperhatikan guru dalam menilai pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun enam tahapan tersebut adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Bloom, 1956:7). Dengan memperhatikan taksonomi Bloom, maka rubrik penilaian yang dirancang setelah proses belajar mengajar dilakukan menjadi lebih bermanfaat dalam menjamin penskoran yang cepat dan akurat. Namun, beberapa faktor lainnya dapat mempengaruhi hasil tes siswa, yaitu: (a) penilaian guru yang eksperimental menunjukkan realisme yang lebih baik dan kemampuan reaksi guru terhadap perkembangan siswa, (b) struktur instruksional guru dalam proses belajar mengajar menunjukkan peningkatan pencapaian siswa yang lebih baik, dan (c) siswa yang lebih memperhatikan perkembangan dan tujuan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan (Thorndike, 2004:304). Berikut diuraikan persentase pencapaian hasil belajar siswa beserta skala penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran aktif berdasarkan kompetensi dasar yang termuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang diadaptasi dari Evaluasi Pendidikan (Sukardi, 2010:112). 187
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45
1. Persentase Penguasaan Tata Bahasa = 60% Skala Penilaian Penguasaan Tata Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing a. 5 sangat baik : Tata bahasa yang digunakan telah benar, baik secara morfologis maupun sintaksis. b. 4 baik : Tata bahasa yang digunakan telah benar secara morfologis saja atau secara sintaksis saja. c. 3 cukup baik : Tata bahasa yang digunakan belum benar, baik secara morfologis maupun sintaksis, tetapi masih dapat dimengerti oleh pendengar/petutur. d. 2 kurang baik: Tata bahasa yang digunakan belum benar, baik secara morfologis maupun sintaksis dan tidak dapat dimengerti oleh pendengar/petutur. e. 1 tidak baik : Pembelajar sama sekali tidak dapat memproduksi/mengujarkan frasa atau kalimat yang diinginkan oleh guru/fasilitator. Berdasarkan skala penilaian di atas, untuk sepuluh kali pertemuan yang diadakan pada proses pembelajaran, hasil penilaian keterampilan pembelajar dari kriteria tata bahasa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No.
Nama
Skala Penilaian 1
1.
Priti
2. 3. 4.. 5. 6.
Valerio Murali Marc Jorge Lalita
2
3
4 √
5
√ √ √ √ √
Adapun rubrik penilaian keterampilan berbicara pembelajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dari aspek tata bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Priti No.
Nama
1
Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat yang diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva Penggunaan verba berimbuhan me- dan berPenggunaan kata ganti (pronouns) Penggunaan negasi tidak dan bukan Jumlah skor
Skala Penilaian 1
2
3 4 5
2
3
4
5 √
√
√ √ √
Tabel 1 Nilai Penguasaan Tata Bahasa dalam 22 Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing e. 1 tidak baik : Pembelajar lupa sama sekali tentang kosakata yang Tabel 3 Rubrik Penilaian Keterampilan dalam Pembelajaran Bahasa diinginkan oleh guru/fasilitator Berbicara Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Valerio agar diujarkan olehnya. 188
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45 Jumlah skor No.
Nama
Skala Penilaian 1
1.
2.
3. 4.. 5. 6.
2
Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat yang diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva Penggunaan verba berimbuhan me- dan berPenggunaan kata ganti (pronouns) Penggunaan negasi tidak dan bukan Jumblah Skor
3
4 5 √
Tabel 5 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Marc No.
Nama
1
Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat yang diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva Penggunaan verba berimbuhan me- dan berPenggunaan kata ganti (pronouns) Penggunaan negasi tidak dan bukan Jumlah skor
√
2 √ √ √
3
18 4
1
2
3 4 5
Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat yang diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva Penggunaan verba berimbuhan me- dan berPenggunaan kata ganti (pronouns) Penggunaan negasi tidak dan bukan
2 √
3
√
Skala Penilaian 1
Tabel 4 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Murali No. Nama Skala Penilaian 1
12
4 5
5
4 5
√ √ √ 17
Tabel 6 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Jorge No.
Nama
1
Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat yang diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva
√ 2
√
3 √
√
Skala Penilaian 1
√
2
2
3 √
4 5
√
189
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45 3 4 5
Penggunaan verba berimbuhan me- dan berPenggunaan kata ganti (pronouns) Penggunaan negasi tidak dan bukan Jumlah skor
√
6. √ √
17
Tabel 7 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Lalita No. Nama Skala Penilaian 1 1
2
3 4 5
2
Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat yang diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva Penggunaan verba berimbuhan me- dan berPenggunaan kata ganti (pronouns) Penggunaan negasi tidak dan bukan Jumlah skor
3
4 5 √
√
√ √ √ 20
Tabel 8 Nilai Penguasaan Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai B. Asing No. Nama Skala Penilaian 1 1. 2. 3. 4.. 5.
Priti Valerio Murali Marc Jorge
2
3 √ √
√ √ √
4
5
Lalita
√
Tidak berbeda dari nilai penguasaan tata bahasa yang diperoleh pembelajar, nilai penguasaan kosakata pun dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang dimaksud adalah kesibukan pembelajar, umur pembelajar, dan latar belakang pekerjaan pembelajar. 2. Persentase Pemahaman Konteks Pembicaraan = 50% Skala Penilaian Pemahaman Konteks Pembicaraan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing a. 5 sangat paham : Pembelajar dapat mengerti pertanyaan atau konteks percakapan yang diberikan serta dapat memberikan respons yang tepat sesuai dengan konteks tersebut. b. 4 paham : Pembelajar dapat mengerti pertanyaan atau konteks percakapan yang diberikan. Namun, dalam memberikan respons terhadap pertanyaan tersebut, pembelajar masih perlu mengulang dan mengonfirmasi maksud pertanyaan tersebut. Contoh: Guru/fasilitator : “Dari mana Anda berasal?” Pembelajar : “Berasal, do you mean „asal‟? originality?” c. 3 cukup paham : Pembelajar dapat mengerti pertanyaan atau konteks percakapan yang diberikan. Namun, tidak dapat memberikan respons yang tepat terhadap pertanyaan atau konteks yang diberikan tersebut. Contoh: Guru/fasilitator : “Berapa jam Anda kerja kemarin?” Pembelajar : “Jam 12.” (yang dimaksud oleh pembelajar adalah dia 190
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45 bekerja selama 12 jam Tabel 10 Rubrik Penilaian Keterampilan kemarin, tetapi karena tata Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa bahasa yang kurang tepat, Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Priti No. Nama Skala Penilaian maka respons yang diberikan menjadi tidak tepat) d. 2 kurang paham : Pembelajar tidak dapat 1 2 3 4 5 mengerti pertanyaan atau 1. Pemahaman konteks percakapan yang tentang diberikan serta tidak dapat percakapan memberikan respons yang sederhana, yaitu tepat. Hal itu terjadi karena pertanyaan tentang keluarga pembelajar hanya mengingat dan kehidupan sebagian kata dalam pembelajar yang pertanyaan tersebut. Contoh: diajukan untuk Guru/fasilitator : dirinya, seperti, “Siapa nama ibu Anda?” Di mana tinggal? Berapa punya Pembelajar : “Nama saudara? dan means name. Nama saya sebagainya. Jorge.” 2. Pemahaman e. 1 tidak paham : Pembelajar tidak mengerti tentang sama sekali pertanyaan atau penggunaan kata puluh, belas, konteks yang diberikan serta ratus, dan ribu tidak dapat memberikan pada respons sama sekali. bilangan/angka Tabel 9 Nilai Pemahaman Konteks Pembicaraan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing No.
Nama 1
1. 2. 3. 4.. 5. 6.
Priti Valerio Murali Marc Jorge Lalita
3.
Skala Penilaian 2
3 √ √
4
5
√ √ √ √
Adapun rubrik penilaian keterampilan berbicara pembelajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dari aspek pemahaman bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
4.
beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anakanak, bukan 5 anak-anak. Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan me(yang memerlukan objek/patient) dan verba berimbuhan ber- (yang tidak memerlukan objek/patient) Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari. Jumlah Skor
191
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45 Tabel 11 Rubrik Penilaian Keterampilan Tabel 12 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Valerio Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Murali No.
Nama
1.
Pemahaman tentang percakapan sederhana, yaitu pertanyaan tentang keluarga dan kehidupan pembelajar yang diajukan untuk dirinya, seperti, Di mana tinggal? Berapa punya saudara? dan sebagainya. Pemahaman tentang penggunaan kata puluh, belas, ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anakanak, bukan 5 anak-anak. Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan me(yang memerlukan objek/patient) dan verba berimbuhan ber- (yang tidak memerlukan objek/patient) Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari. Jumlah Skor
Skala Penilaian
1
2.
3.
4..
2
3
4
√
1.
Pemahaman tentang percakapan sederhana, yaitu pertanyaan tentang keluarga dan kehidupan pembelajar yang diajukan untuk dirinya, seperti Di mana tinggal? Berapa punya saudara? dan sebagainya. Pemahaman tentang penggunaan kata puluh, belas, ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anakanak, bukan 5 anak-anak. Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan me(yang memerlukan objek/patient) dan verba berimbuhan ber- (yang tidak memerlukan objek/patient) Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari. Jumlah Skor
Skala Penilaian
1
2.
3.
√
16
Nama
5
√
√
No.
4.
2
3
4
5
√
√
√
√
10
192
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45 Tabel 13 Rubrik Penilaian Keterampilan Tabel 14 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Marc Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Jorge No.
Nama
1.
Pemahaman tentang percakapan sederhana, yaitu pertanyaan tentang keluarga dan kehidupan pembelajar yang diajukan untuk dirinya, seperti, Di mana tinggal? Berapa punya saudara? dan sebagainya. Pemahaman tentang penggunaan kata puluh, belas, ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anakanak, bukan 5 anak-anak. Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan me(yang memerlukan objek/patient) dan verba berimbuhan ber(yang tidak memerlukan objek/patient) Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari. Jumlah Skor
Skala Penilaian
1
2.
3.
4.
2
3
4
√
No.
5
2.
√
3.
15
Skala Penilaian
1 1.
√
√
Nama
Pemahaman tentang percakapan sederhana, yaitu pertanyaan tentang keluarga dan kehidupan pembelajar yang diajukan untuk dirinya, seperti Di mana tinggal? Berapa punya saudara? dan sebagainya. Pemahaman tentang penggunaan kata puluh, belas, ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anakanak, bukan 5 anak-anak. Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan me(yang memerlukan objek/patient) dan verba
2
3
4
5
√
√
√
193
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45
4.
berimbuhan ber(yang tidak memerlukan objek/patient) Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari. Jumlah Skor
√
4.
memerlukan objek/patient) dan verba berimbuhan ber- (yang tidak memerlukan objek/patient) Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari. Jumlah Skor
√
16
12
Dari sepuluh kali pertemuan yang diadakan Tabel 15 Rubrik Penilaian Keterampilan untuk melakukan penelitian ini, dengan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa menggunakan metode observasi, tampak bahwa Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Lalita Priti dan Lalita tidak pernah terlambat, dan dapat No. Nama Skala Penilaian dengan aktif, antusias, serta berkonsentrasi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Namun, Valerio, Murali, Marc, dan Jorge terkadang datang 1 2 3 4 5 terlambat dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah 1. Pemahaman √ yang diberikan serta sering kali tidak cukup tentang berkonsentrasi pada saat proses pembelajaran percakapan berlangsung. Hal ini disebabkan oleh kesibukan sederhana, yaitu pertanyaan mereka bekerja di hotel tempat penelitian ini tentang keluarga dilakukan. Di pihak lain, Priti dan Lalita tidak dan kehidupan memiliki kesibukan lain yang terlalu menyita waktu pembelajar yang karena mereka adalah istri expatriate yang bekerja diajukan untuk di hotel tersebut. dirinya, seperti Di
2.
3.
mana tinggal? Berapa punya saudara? dan sebagainya. Pemahaman tentang penggunaan kata puluh, belas, ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anakanak, bukan 5 anak-anak. Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan me(yang
SIMPULAN √
√
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% pembelajar dapat terlibat secara aktif dan tujuan pembelajaran dapat dipenuhi. Persentase keberhasilan siswa dalam menguasai tata bahasa Indonesia sebesar 60%, persentase penguasaan kosakata sebesar 56,66%, persentase pemahaman konteks pembicaraan sebesar 50%, persentase pengorganisasian urutan kata dalam kalimat dan penggunaan verba berimbuhan me- dan ber-masingmasing sebesar 60%, dan persentase pemahaman pembelajar terhadap pembicaraan sederhana sebesar 85%. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian ini, faktor-faktor yang memengaruhi penguasaan pembelajar terhadap tata 194
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016
ISSN: 0854-9613 Vol. 23. No. 45 bahasa Indonesia sebagai bahasa asing adalah komitmen pembelajar untuk dapat memanfaatkan waktu belajar dan me-review materi pelajaran di tengah kesibukan pekerjaan, umur pembelajar, dan latar belakang pekerjaan pembelajar. Priti menunjukkan penguasaan tata bahasa yang baik dibandingkan dengan pembelajar lainnya karena dia adalah seorang ibu rumah tangga sehingga memiliki waktu lebih banyak untuk dapat belajar di luar jam pertemuan dengan guru. Di samping itu, Priti memiliki latar belakang sebagai seorang guru bahasa Inggris di India sebelum pindah ke Bali. Di sisi lain, Murali adalah seorang kepala chef di hotel tempat penelitian ini dilakukan. Selain itu, Murali berumur 60 tahun yang merupakan pembelajar yang paling tua sehingga cukup mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Faktor-faktor penghambat lainnya yang memengaruhi pencapaian aspek-aspek yang dinilai dalam rubrik penilaian adalah ketidakmampuan pembelajar membedakan dan membandingkan tata bahasa ibunya dengan tata bahasa Indonesia.
Linn, R.L. & Gronlund, N.E. 2000. Measurement and Assessment in Teaching (8th ed.). Upper Saddle, NJ: Prentice Hall. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Purwono, U., Randall, J., Magnus, B., Lee, M., & Wells, C. 2010. Asesmen dalam Pembelajaran Aktif (Modul untuk Para Guru). Bandung: Universitas Padjadjaran. Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010. Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar Aktif; Buku I Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Silberman, M. 1996. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston, MA: Allyn & Bacon. DAFTAR PUSTAKA Sukardi, H.M. 2010. Evaluasi Pendidikan (Prinsip Airasian, P. W. 2005. Classroom Assessment: dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara. th Concepts and Applications (5 ed.). New Thorndike, R.M. 2004. Measurement and York: McGraw-Hill. Evaluation in Psychology and Education (7th ed.). Upper Saddle, NJ: Prentice Hall. American Educational Research Association Zaini, Hisyam & Munthe, B. 2008. Strategi (AERA), American Psychological Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD. Association & National Council on Semi, M. A. 2007.Dasar-dasar Keterampilan Measurement in Education. 1999. Standars Menulis.Bandung: Angkasa. for Educational and Psychological Testing. Washington, DC: American Educational Research Association. Bloom, B.S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1 Cognitive Domain. New York: Mckay. Harmer, Jeremy. 2006. The Practice of English Language Teaching. Edinburg: Pearson Education Limited. Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center, 195