*$&
0
PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN REMAJA MASJID DALAM UPAYA PENINGKATAN KECAKAPAN SOSIAL (S0CU.L SKILL) REMAJA (Kasus Kelompok Remaja Masjid Miftahul Huda, Kota Bandung)
DWI ASTUTY HANDAYAM
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMAS1
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Penguatan Kapasitas Kelembagaan Remaja Masjid Dalam Upaya Peningkatan Kecakapan Sosial (Social SkilZ) Remaja (Kasus Kelompok Remaja Masjid Miftahul Huda, Kota Bandung) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau &tip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, 12 Maret 2009 Dwi Astuty Handayani NRP. I. 354070065
ABSTRACT
DWI ASTUTY HANDAYANI. Capacity Strengthening of Mosque-Youth Institution For Youth Social Skill Improvement (Case at Mosque-Youth Group of Miftahul Huda, Bandung City). Supervised by SARWITITI S. AGUNG and NELSON ARITONANG. One of the human resources quality improvement program was done by communicational and collaborational skill who also known as social skill improvement. The mosque-youth institution of Miftahul Huda - KURMA- who contribute on young moslem empowerment program have not get an important potition yet on improving social skill member of group. The objectives of this research were 1) to identified KURMAs capacities, 2) to explore social skills which grow in KURMA 3) to formulate strategy of social skills improvement with member of groups participate. Data were collected by participative observation, indept interview and Focus Group Discussion (FGD). The figure of mosque-youth institution capacity were carried out by using descriptive analysis, strategy for institution strengthening were analyzed by SWOT, and institution strengthening program were formulated by FGD. The research generated some program for KURMA's strengthening program: 1) Strengthening group program to improve togetherness among member of group, 2) Fund raising program, 3) Basic Learning Leadershp program, and 4) Knowledge and skill improvement program, as a short term strategy; Qurban saving management program as a long term strategy. Controlling and evaluating will also needed to know progress report of the programs. Keywords: strengthening member of mosque-youth group, capacity building, social skill.
DWI ASTUTY HANDAYANI. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Remaja Masjid Dalam Upaya Peningkatan Kecakapan Sosial (Social Skill) Remaja (Kasus Kelompok Remaja Masjid Miftahul Huda, Kota Bandung). Dibimbing oleh SARWITITI S. AGUNG sebagai Ketua dan NELSON ARITONANG sebagai anggota Komisi Pembimbing. Salah satu tujuan pembangunan saat ini adalah pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). World Bank (2006) melihat bahwa pengembangan kualitas SDM melalui kaum muda atau remaja merupakan tantangan khusus untuk menyelamatkan generasi muda dari rantai kemiskinan yang selama ini ada. Latihan praktis yang menggabungkan keterampilan bekerja dan bertingkah laku menjadi pilihan yang dapat diarnbil sehingga remaja menjadi lebih bebas untuk bergerak. Intervensi pekejaan sosial dalam strategi pemberdayaan masyarakat dilakukan pada beberapa aspek seperti peningkatan kemampuan dasar (komunikasi, kepercayaan din, motivasi, kemandirian, dll), peningkatan interaksi sosial, penciptaan relasi sosial, pengembangan jaringan kerja, mobilisasi sumber sosial, dan peningkatan integrasi sosial. Pengembangan pada aspek komunikasi dan kerjasama dikenal sebagai lecakapan sosial. Hasil pemetaan sosial menunjukkan, Kebon Want memiliki komposisi penduduk remaja yang cukup besar, yaitu 32,37 persen dari total penduduk sebanyak 16.205 jiwa. Besamya potensi remaja di kelurahan ini pada gilirannya memunculkan bentuk-bentuk kelembagaan remaja yang tumbuh dan berkembang guna memenuhi tuntutan berbagai keinginan dan kebutuhan remaja baik pada bidang keagamaan, kesenian, ilmu pengetahuan, olahraga, ekonomi, dan sebagainya. Di bidang keagamaan, kelompok remaja masjid menjadi alternatif pembinaan remaja muslim yang diperlukan lingkungan dengan mayoritas penduduk beragama Islam tersebut. Berdasarkan penelusuran lapangan, dari 12 masjid dan mushola yang ada, 2 kelompok remaja masjid terlihat menonjol keberadaannya. Kelompok remaja masjid Miftahul Huda yang dikenal dengan nama KURMA menjadi pilihan kajian karena perkembangan kelembagaannya yang menarik untuk diteliti lebih lanjut berkaitan dengan regenerasi Madrasah dan cara remaja KURMA bertahan di tengah lingkungan masyarakat yang cukup sarat dengan permasalaban remaja. Hingga saat ini KURMA terus eksis dalam kegiatan Mushola dan Madrasah terutarna dalam kegiatan pengajaran Madrasah. Keberadaan para remaja ini sesungguhnya cukup banyak memberi kontribusi pada keberlangsungan Madrasah dan pemberdayaan remaja di sekitamya, namun dengan cara apa dan bagaimana metode pengembangan kemampuan komunikasi dan kerjasama yang terbangun di antara sesama anggota maupun anggota remaja dengan pihak lain belum jelas terlihat.
KURMA, serta merurnuskan strategi yang tepat bersama-sama anggota kelompok untuk meningkatkan kecakapan sosial anggota. Pendekatan kajian ini adalah kualitatif dengan keterlibatan masyarakat secara partisipatif. Teknik pengumpdan data melahi studi dokurnentasi, observasi kegiatan melalui pengamatan berperanserta, wawancara mendalam, dan diskusi terfokus yang dikenal dengan Focus Group Discussion (FGD). Hasil kajian menunjukkan bahwa potensi sumberdaya KURMA yang utama saat ini adalah sumber daya manusia yaitu para remaja masjid itu sendiri, keberadaan mereka yang berjumlah 18 orang dengan 4 remaja yang aktif dan rutin dalam kegiatan Madrasah sangat membantu keberlansungan kegiatan belajar mengajar di Madrasah Mifda, sedangkan 14 orang anggota sisanya lebih aktif dalam kegiatan besar keagamaan yang diselenggarakan Mushola dan Madrasah Mifda. Sarana dan infrastruktur seperti ruangan, bangunan, alat kantor serta sarana pendukung lain untuk menjalankan kegiatan KURMA masih menggunakan sarana Mushola dan Madrasah ataupun diupayakan secara swadaya oleh anggota. Dalam aspek kepemimpinan, pengambilan keputusan terkait perencanaan dan pelaksanaan kegiatan KURMA maupun subkegiatan Mushoia danhladrasah yang dibebankan kepada KURA masih cukup banyak didominasi oleh kepemimpinan pihak-pihak di luar KURMA yaitu oleh pengurus Mushola dan Madrasah. Dominasi terjadi karena kurangnya konsistensi kegiatan KURMA serta lemahnya kepemimpinan internal kelompok. Ketua sejauh ini hanya berfungsi sebagai simboi dan tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan kelompok sendiri. Dalam aspek perencanaan kegiatan, partisipasi anggota belum berjalan maksimal. Meski seluruh anggota sudah dilibatkan dalam proses perencanaan, anggota yang tidak rutin mengikuti kegiatan kelompok dan hanya aktif pada kegiatan yang bersifat insidentil lebih mengambil posisi sebagai pengikut hasil keputusan rapat dan bergerak sebagai pelaksana kegiatan. Kondisi ini baik langsung maupun tidak langsung berakibat pada pelaksanaan kegiatan. Tanggungjawab remaja dalam penyelesaian pekerjaan menjadi kurang. Kepatuhan anggota lebih besar kepada pengurus Mushola dan Madrasah daripada ketua kelompok atau koordinator kegtatan di dalam kelompok sendiri. Aspek lain yang berpengamh pada kapasitas kelembagaan adalah hubungan dengan pihak luar, dimana hubungan yang tejalin diantara KURMA dengan kelompok remaja lain lebih banyak terbangun karena adanya kerjasama penyelenggaraan kegiatan keagamaan diantara Mushola atau Masjid di lingkungan Mifda. Hasil kajian yang berkaitan dengan kecakapan komunikasi menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kecakapan komunikasi empati mulai turnbuh dan berkembang terutama pada anggota yang &if dalam kegiatan-kegiatan kelompok atau kegiatan Mushola dan Madrasah. Anggota mulai mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan yang dimiliki kepada orang lain, belajar mencari solusi, menghargai pendapat orang lain dalam diskusi, serta menghargai dan memberi dukungan bagi anggota kelompok yang terkena musibah. Kenlarnpuan ini terbangun terutama karena intensitas pertemuan anggota yang aktif dalam kegiatan kelompok, Mushola dan Madrasah cukup tinggi sehingga
mendorong anggota cukup waktu mengenal karakter pribadi anggota lain. Berbeda halnya dengan anggota yang kurang aktif. Kecakapan komunikasi empati dalam kelompok belurn berkembang secara maksimal. Karena tidak berpartisipasi aktif pada proses pengambilan keputusan dalam rapat internal, maka kornitmen melaksanakan kegiatan, tingkat kepercayaan, dan penghargaan terhadap koordinator kegiatan pun menjadi kurang. Kecakapan bekerjasama anggota kelompok berkembang bersamaan dengan berkembangnya kecakapan anggota membangun komunikasi dalam penyelesaian kegiatan. Kerjasama antaranggota berkembang diantaranya dalam ha1 pembagian waktu pelaksanaan tugas pengumpulan dana zakat, pengolahan dan pembagian daging qurban, pengaturan dan perlengkapan sholat pada kegiatan hari raya, serta penyelenggaraan kegiatan Romadhon bagi siswa Madrasah. Meski demikian, masih terasa a& kekurangsolidan terutama pada sisi penyelesaian tugas yang terjadi karena kurangnya pemahaman tugas pokok dan fimgsi masing-masing anggota. Akibatnya, kegiatan cenderung dilakukan dengan meraba-raba dan seringkali tumpangtindih satu sama lain. Posisi sebagai tenaga bantu menjadikan remaja bergerak kurang koordinasi dan tidak memiliki kontrol terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Analisis kapasitas kelembagaan KURMA yang dilakukan melalui teknis SWOT bersama anggota dalam kegiatan FGD berhasil mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang mempengaruhi kelompok. Kekuatan KURMA yaitu: kesiapan remaja untuk ikutserta dalam kegiatan-kegiatan rutin dan besar yang diadakan Mushola, keinginan untuk ikutserta dalam kegiatankegiatan rutin dan besar yang diadakan Madrasah, timbulnya kemampuan merencanakan kegiatan secara mandiri, timbulnya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain untuk mengutarakan pendapat, timbulnya kemampuan bekerjasama dalam penyelesaian kegiatan, dan kemampuan merekrut remaja sekitar untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan. Kelemahan KURMA yang berhasil diidentifikasi yaitu: kurangnya komunikasi antaranggota, kurangnya kekompakan untuk bekerjasama dalam penyelesaian pekerjaan, kurangnya tanggungiawab untuk hadir dalam pertemuan tepat waktu, pertemuan yang tidak dilaksanakan secara konsisten, kurangnya pemahaman akan visi dan misi, kurangnya pengetahuan anggota (pengajar) dalam metode pengajaran bagi siswa Madrasah, kurangnya improvisasi dan kreativitas anggota, ketiadaan sarana milik kelompok, aktivitas di luar KURMA masingmasing anggota berbeda-beda, ketiadaan dana untuk menunjang kegiatan, lemahnya faktor kepemimpinan internal, serta adrninistrasi/kearsipan yang tidak tersusun rapi. Pelnang yang berasal dari luar KURMA yang berhasil diidentifikasi yaitu: adanya dukungan moril orangtua untuk ikutserta &lam KURMA, dukungan sarana bagi kegiatan KURMA dan Mushola dan Madrasah berupa penyedikesediaan mendampingi setiap kegiatan KURMA, dukungan masyarakat sekitar Mushola baik moril maupun sarana, berkembangnya jejaring dan kerjasama dengan kelompok remaja lain, terbukanya program pengembangan remaja dan pemuda oleh Disdik Kota Bandung, serta kesiapan aparat setempat untuk
mengakomodir kebutuhan kelompok remaja. Sedangkan ancaman yang berasal dari luar KURMA yang berhasil diidentifikasi yaitu: ketiadaan dukungan dana dari orangtua, masyarakat, serta pihak donor lain, ketiadaan dukungan langsung dari Pemerintah dan aparat setempat herupa dana bantuan untuk pengembangan program remaja, kurangnya sosialisasi program pengembangan remaja di tingkat bawah, serta dorninasi pengambilan keputusan oleh pihak luar. Proses penyusunan program penguatan kelembagaan remaja masjid ini dihasilkan melalui FGD, diawali dengan mengidentifikasi potensi kelompok dan menganalisisnya melalui analisis SWOT yang berisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di dalam kelompok remaja KURMA, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rancangan program jangka pendek clan jangka : panjang. Rancangan program jangka pendek terdiri dari 1) Program penguatan kelompok untuk meningkatkan kebersamaan antaranggota, terdiri dari 3 subkegiatan yaitu kegiatan obrolan ringan, nonton bermanfaat, dan pelaksanaan kegiatan outbondlhiking; 2) Program penggalangan dana bagi kegiatan KURMA, yang terdiri dari 3 subkegiatan yaitu penarikan dana kepada orangtua clan masyarakat, penarikan dana tidak wajib ke anggota, dan iuran wajib anggota; 3) Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK); 4) Program peningkatan pengetahuan dan keterampilan remaja anggota, terdiri dari 2 suhkegiatan yaitu program peningkatan pengetahuan pengajaran Madrasah, dan pelatihan wiraswasta. Rancangan program jangka panjang yaitu Program pengelolaan tabungan qurban, dan Program Monitoring dan Evaluasi (Monev). Kata kunci: penguatan kapasitas kelembagaa, penguatan kapasitas, kecakapan sosial,
O Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang inengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau meizyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya iliniah, penyusunan laporan, penulisan kritik; atau tinjauan suatu masalah; dun pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN REMAJA MASJID DALAM UPAYA PENINGKATAN KECAKAPAN SOSIAL (SOCIAL SKILL) REMAJA (Kasus Kelompok Remaja Masjid Miftahul Huda, Kota Bandung)
DWI ASTUTY HANDAYANI
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh getar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tugas Akhir
: Penguatan Kapasitas Kelembagaan Remaja Masjid
Nama NRP
Dalam Upaya Peningkatan Kecakapan Sosial (Social Skill)Remaja (Kasus Kelompok Remaja Masjid Miftahul Huda, Kota Bandung). : Dwi Astuty Handayani : I. 354070065
Disetujui Komisi Pembimbing
~ k d s a r w i t i t S. i Agung, MS Ketna
Drs. Nelson Aritonanp;, MSW Anggota
Menyetujui Ketua Program Studi Magister Profesional pengembangan Masyarakat
Deltan Sekolah Pascasarjana
otodiputro, MS
Tanggal Ujian: 12 Maret 2009
Tanggal Lulus: 2 1 AP R 2@9
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wataala sehingga kajian pengembangan masyarakat dengan judul 'Penguatan Kapasitas Kelembagaan Remaja Masjid Dalam Upaya Peningkatan Kecakapan Sosial (Social Skill) Remaja' dapat diselesaikan tepat waktu. Kajian ini merupakan salah satu prasyarat yang harus ditempuh penulis untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada program studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penyusunan kajian ini merupakan kontribusi penulis dalarn pengembangan kualitas manusia melalui peningkatan kecakapan sosial bagi remaja dengan fokus komunitas remaja masjid Miftahul Huda Kota Bandung yang selama ini secara nyata berpartisipasi dalam kegiatan Mushola dan Madrasah Miftahul Huda, namun terbentur pada pengembangan konlpetensi diri dan organisasi. Kajian ini dibuat untuk menjawab wacana pengembangan kecakapan sosial dengan subjek pembangunan potensial dimulai dari kaum muda yaitu para remaja. Penghargaan setinggi-tingginya penulis berikan kepada seluruh pihak atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis: DR. 11. Sanvititi S. Agung, MS dan Drs. Nelson Aritonang, MSW, selaku Ketua dan anggota komisi pembimbing; DR. Djuara P. Lubis, MS, selaku Ketua Progranl Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat beserta seluruh jajarannya; Kepala Departemen Sosial serta Kepala Balatbangsos Depsos beserta selumh jajarannya; Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung beserta jajaran staf pengelola program MPM Bandung; Drs. Lukman Ismail, MA selaku Kepala BPS Provinsi Jawa Barat, Ir. Sri Daty selaku Kepala Bidang Statistik Sosial beserta keluarga besar Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat. Penghargaan yang sama diberikan kepada komunitas pembelajar Mushola dan Madrasah Miftahul Huda serta kelompok remaja KURMA atas kerjasama, penerimaan, serta keberanian yang tinggi untuk melaknkan perubahan; kawankawan MPM Bandung Angkatan 5 tahun 200712008; kedua orangtua beserta keluarga besar Kebon Jeruk serta keluarga Kujang Bandung; ~nypo~jerfeamsuami dan kedua anakku tercinta atas kerjasama tim yang solid; serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga setiap kontribusi yang diberikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan setimpal dari Allah SWT. Bandung, 12 Maret 2009 Dwi Astuty Handayani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Januari 1978, merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan Drs. Amat Djaeni dan Lugiyem. Berpartisipasi dalam pendidikan formal di SDN 01 Pagi Jakarta Barat (Tahun 1984-1990), SMPN 189 Jakarta Barat (Tahun 1990-1993), SMUN 65 Jakarta Barat (Tahun 1993-1996), Akademi Ilmu Statistik (AIS) Jakarta (Tahun 1996-1999), dan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta (Tahun 2002-2005). Tahun 2007 mendapatkan kesempatan meneruskan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan biaya pendidikan Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial (Balatbangsos) Departemen Sosial RI. Sejak akhir tahun 1999 hiigga sekarang penulis bekerja sebagai staf Bidang Statistik Sosial, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Menikah tanggal 9 September 2001 dengan Trisno Mardiyanto, ST, yang bekerja di PT. PINDAD Bandung dan telah dikaruniai 2 orang putri, Fathiyya Amalia Hanifa (6 tahun) dan Rana Nasyitha Hanania (4 tahun).
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................
iii
DAFTAR DIAGRAM .....................................................................................
iv
........................................................................................ v DAFTAR GAMBAR ................................................................ vi DAFTAR GRAFIK
.............................................................. vii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
DAFTAR LAMPIRAN
1.1. Latar Belakang ............................................................. 1 1.2. Permasalahan .. .................................................................................... 3 1.3. Tujuan Kajian ...................................................................................4 . . ... 1.4. Slgnlfikansl Kaj~an.......................................................................... 5 BAB I1. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2.1. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) ........................................ 2.1.1. Kecakapan Sosial (Social Skill) ............................................ 2.1.1.1. Kecakapan Komunikasi (Communication Skill) .... 2.1.1.12. Kecakapan Bekerjasama (Collaboration Skill) ..... 2.2.Remaja ........................................................................................... 2.3. Pemberdayaan dan Pekerjaan Sosial ............................................. 2.4. Kelembagaan ................................................................................. 2.5. Analisis SWOT .............................................................................. 2.6. Kerangka Pemikiran ......................................................
6 6 8 9 11 12 13 18 25 26
BAB I11. METODOLOGI KAJIAN ...............................................................
28 28 3.1. Strategi Kajian ............................................................................... .. 3.2. Subjek Kajian ............................................................................... 28 3.3. Lokasi dan Waktu Kajian ............................................................. 28 3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................30 3.5. Metoda Analisa Data .................................................................... 32 33 3.6. Rancangan Program ..................................................................... 33 3.7. Validitas dan Reliabilitas Data ......................................................
BAB IV . LINGKUNGAN SEKITAR MUSHOLA DAN MADRASAH MIFDA ..................................................................................
.. 4.1. Kondisi Geografis ......................................................................
36
36 4.2. Kependudukan ............................................................................... 37 4.3. Sistem Ekonomi......................................................................... 40 4.4. Struktur Komunitas......................................................................... 41 4.4.1. Kemampuan Materi ........................................................ 42 4.4.2. Jabatan .................................................................................. 43 4.4.3. Agama ............................................................................. 44
4.4.4. Pendidikan............................................................................. 44 . .............................. 45 4.5. Fungsi dan Kontrol Lembaga .................... .................................................... 46 4.6. Masalah Sosial ....................... . .
BAE3 V . EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAK DAN REMAJA OLEH MUSHOLA-MADRASAH MIFTAHUL HUDA (MIFDA)...................................................................... 49 5.1. Sejarah Pendirian Mushola dan Madrasah Mifda .......................... 49 .................. 51 5.2. Kegiatan Pembinaan Anak dan Remaja .................... . 5.3. Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial .......................... 53 BAB VI. KAPASITAS KELEMBAGAAN KURMA DAN GAMBARAN KECAKAPAN SOSIAL ANGGOTA .................................... 6.1. Kapasitas Kelembagaan .................................................................. 6.1.1. Sumber.Daya ...................................................................... . 6.1.2. Kepermmpman ................................................................... 6.1.3. Perencanaan Kegiatan .......................................................... 6.1.4. Pelaksanaan Kegiatan ........................................................... 6.1.5. Hubungan Dengan Pihak Luar ........................................... 6.2. Gambaran Kecakapan Sosial Anggota ................................ 6.2.1. Kecakapan Komunikasi (Communication Skill) .................. 6.2.2. Kecakapan Bekerjasama (Collaboration Skill) ................... 6.3. Analisis Kapasitas Kelembagaan KURMA ................................... 6.3.1. Kekuatan (Strengtlf) .............................................................. 6.3.2. Kelemahan (Weaknes) ......................................................... ......................... 6.3.3. Peluang (Opportunity) ......................... . . 6.3.4. Ancaman (Threat) ............................................................. 6.3.5. Hubungan Antar Kuadran dalam Matrik Analisis SWOT ...
58 58 59 60 62 64 66 68 68 75 77 79 80 83 84 85
BAE3 VII . PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KURMA ........... 94 7.1. Perumusan Program Penguatan Kelembagaan KURMA ................. 94 7.2. Rancangan Program......................................................................... 95 7.2.1. Program Jangka Pendek........................................................ 95 7.2.2. Program Jangka Panjang .......................................... 103 BAE WI. KESMPULAN DAN SARAN .................................................... 110
8.1. Kesimpulan .................................................................................... 110 8.2. Saran ................................................................................... 112
.........................114 LAMPIRAN - LAMPIRAN .......................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat ......................................................................... 29 2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Kajian Pengembangan Masyarakat ..................................................................................
32
3. Jumlah Penduduk Kelurahan Kebon Want Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008 ................................................
38
4. Rancangan Program KURMA ................................................
112
DAFTAR DIAGRAM Halaman
..
1. Kerangka Pem~kiran.............................................................................
26
2 . Matrik Kuadran Analisis SWOT ............................................
83
3 . Kekuatan (strenght)-Peluang (opportunity) ................................
92
4 . Kekuatan (strenght)- Ancaman (threat) ....................................
94
5. Kelemahan (weakness)-Peluang (opportunity) ............................ 96 6. Kelemahan (weakness)- Ancaman (threat) ................................
98
DAFTAR GRAFIK Halaman 1.
2.
Piramida Penduduk Kelurahan Kebon Waru Menurut Kelompok Umur Tahun 2008 ..... ...................... .................................
39
..............
40
Persentase Penduduk Menurut Kegiatannya Tahun 2008
DAFTAR GAMBAR
1.
Peta Mushola Dan Madrasah Mifda di Kelurahan Kebon Waru Tahun 2009 ......................................................................................
2. Kondisi Kelurahan Kebon Waru
...........................................
3 . Lembaga-lembaga di Kelurahan Kebon Waru
...........................
37
38 54
DAFTAR LAMPIRAN
....................................................... 2 . Sejarah Mushola-Madrasah Mifda ....................................... 3. Kepengurusan Madrasah Mifda Tahun 2005 ........................... 4 . Susunan KURMA .......................................................... 5 . Dokurnentasi (Foto-foto) Pelaksanaan Kegiatan ...................... 1. Instnunen Penelitian
118 122 123 124 125
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Salah
satu aspek
yang diperhitungkan
dalam
pencapaian
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) suatu wilayah adalah aspek pendidikan. Pendidikan disejajarkan dengan aspek ekonomi melalui kemampuan daya beli masyarakat dan aspek kesehatan melalui kemampuan hidup panjang dan sehat. Pendidikan merupakan perangkat penting dalam meningkatkan kesejahteraan warga melalui penguasaan pengetahuan, informasi, dan teknologi sebagai prasyarat masyarakat modern (Suha~to, 2007:lS). Kemajuan Kota Bandung dalarn pembangunan pendidikan manusia menurut kriteria di atas, saat ini relatif lebih baik dibandingkan daerah lainnya di Provinsi Jawa Barat. Data IPM Tahun 2006 mencatat, 99,3 1 persen penduduk Kota Bandung sudah melek huruf atau mampu membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya, serta rata-rata telah mengenyam pendidikan formal selama 10-1 1 tahun atau setara dengan SD dan SMP. Secara umum kedua indikator di atas merefleksikan keberhasilan pembangunan pendidikan terutama di sektor formal (bangku sekolah). Meski demikian, sesungguhnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan tidak selalu bisa disandarkan pada tanggungjawab pendidikan di tingkat formal. Pendidikan dengan tujuan mulianya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berperan sebagai pegangan dalam memperbaiki dan meningkatkan kapasitas diri agar daya adaptasi individu dengan lingkungan meningkat disamping sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan pribadinya. Pada konteks ini, pendidikan yang diterima seseorang di bangku sekolah akan terlihat hasilnya jika dipraktekkan dalam kehidupan di masyarakat secara langsung. Dari hasil interaksi dengan masyarakat, sangat dimungkinkan seseorang akan menerima ha1 yang berbeda dengan apa yang
telah dipelajarinya di dalam keluarga dan sekolah formal, sehingga lingkungan menjadi tempat belajar tersendiri bagi setiap orang disamping sekolah dan keluarga. Mengembangkan kualitas Snmber Daya Manusia (SDM) melalui kaum muda atau remaja merupakan tautangan khusus untuk menyelamatkan generasi muda dari rantai kemiskinan yang selama ini ada (World Bank, 2006). Remaja menjadi fokus perhatian pembangunan karena karakteristik yang dimilikinya seperti semangat dan keingintahuan yang tinggi serta kemudahan beradaptasi di tengah lingkungan menyebabkan
strategi pengembangan
kecakapan
sosial
sangat potensial
dikembangkan kepada remaja. Pengembangan SDM pada kaum mudalremaja pada gilirannya akan memudahkan mereka untuk mernulai suatu pekerjaan dan hidup di tengah masyarakat. Kebutuhan remaja diantaranya adalah keterampilan memecahkan masalah, bukan hanya supaya berhasil di pasar tenaga kerja, tetapi juga untuk memproses informasi untuk kehidupan yang sehat, untuk berpartisipasi sebagai warga negara, dan untuk peduli terhadap keluarga mereka (World Bank, 2006: 123). World Bank lebih lanjut melihat bahwa latihan-latihan praktis yang meuggabungkan keterampilan bekeija dan bertingkah laku menjadi pilihan yang dapat diambil sehingga remaja menjadi lebih bebas untuk bergerak. Intervensi pekerjaan sosial dalam strategi pemberdayaan masyarakat dilakukan pada beberapa aspek seperti peningkatan kemampuan dasar (komunikasi, kepercayaan diri, motivasi, kemandirian, dll), peningkatan interaksi sosial, penciptaan relasi-relasi sosial, pengembangan jaringan kerja, mobilisasi sumber sosial, d m peningkatan integrasi sosial @ubois dan Miley, 1996 dalam Hikmat, 2006:93). Aspek komunikasi dan berkerjasama merupakan dua aspek yang berperan dalam proses peningkatan kecakapan sosial remaja. Memenuhi kebutuhan remaja mengembangkan kecakapan sosialnya merupakan investasi yang perlu ditempuh seluruh pihak baik keluarga, sekolah, serta lingkungan. Investasi lingkungan berperan besar karena pembentukan karakter remaja berpeluang besar terjadi di tengah lingkungan tempat remaja tersebut tinggal. Sarana pengembangan diri melalui pendekatan kelompok memunculkan bentuk-bentuk
kelembagaan remaja di lingkungan masyarakat yang pada gilirannya memberi jalan remaja untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan optimal yang dimilikinya. Kelembagaan remaja masjid menjadi salah satu alternatif pembinaan kecakapan sosial remaja yang bertujuan akhir pada upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bawah naungan kaidah agama. Kelompok remaja masjid diyakini cukup memiliki dasar pemahaman tentang diri dan penciptaNya serta fungsi dirinya di
tengah
masyarakat, sehingga
diasumsikan
siap untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama sebagai pelengkap kecakapan dasar yang perlu dimiliki seseorang untuk bersosialisasi di tengah masyarakat. Data Dewan Masjid Indonesia (DMI) cabang Bandung menyebutkan, dari 4500 buah masjid dan mushola yang terdaftar di Kota Bandung, sekitar 600 buah diantaranya menaungi kelembagaan remaja masjid yang aktif melakukan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja di sekitar lingkungan masjid dan mushola tempat remaja tinggal.
1.2.
Permasalahan Data hasil pemetaan sosial menunjukkan, Kebon Waru memiliki komposisi
penduduk remaja yang cukup besar. Jumlah penduduk remaja (12-21 tahun) di awal tahun 2008 berjumlah sebesar 3.587 jiwa atau 32,37 persen dari total selumh penduduk sebanyak 16.205 jiwa. Besarnya potensi remaja di kelurahan ini pada gilirannya memunculkan bentuk-bentuk kelembagaan remaja yang tumbuh dan berkembang guna memenuhi tuntutan berbagai keinginan dan kebutuhan remaja, baik pada bidang keagamaan, kesenian, ilmu pengetahuan, olahraga, ekonomi dan sebagainya. Di bidang keagamaan, kelompok remaja masjid menjadi alternatif pembinaan remaja muslim yang diperlukan lingkungan dengan mayoritas penduduk beragama Islam tersebut. Berdasarkan penelusuran di lapangan, dari 12 masjid dan mushola yang ada di kelurahan Kebon Waru, 2 kelompok remaja masjid terlihat menonjol keberadaannya,
yaitu kelompok remaja masjid Baiturrahman RW 11 dan kelompok remaja masjid Miftahul Huda di RW 07. Kelompok remaja masjid Miftahul Huda yang dikenal dengan
nama
KURMA
menjadi
pilihan
kajian
karena
perkembangan
kelembagaannya menarik untuk diteliti lebih lanjut berkaitan dengan regenerasi Madrasah dan cara remaja KURMA bertahan di tengah lingkungan masyarakat yang cukup sarat dengan permasalahan remaja. Hingga saat ini KURMA terus eksis dalam kegiatan Mushola dan Madrasah terutama dalam kegiatan pengajaran Madrasah. Keberadaan para remaja ini sesungguhnya cukup banyak memberi kontribusi pada keberlangsungan Madrasah dan pemherdayaan remaja di sekitamya, namun dengan cara apa dan bagaimana metode pengembangan kemampuan komunikasi dan kerjasa~nayang terbangun di antara sesama anggota maupun antara anggota remaja dengan pihak lain belum jelas terlihat. Berdasarkan uraian inilah, penulis tertarik untuk menggali lebih mendalam eksistensi KURMA bagi pengembangan kapasitas remaja terutama dalarn upaya peningkatan kecakapan sosial (social skill). Kajian ini merumuskan pokok-pokok permasalahaii sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kapasitas kelembagaan KURMA? 2. Bagaimana gambaran kecakapan sosial remaja yang bemaung di dalam
KURMA? 3. Bagaimana strategi dan program yang perlu diupayakan KURMA menumbuhkembangkan kecakapan sosial anggotanya? 1.3.
Tujuan kajian Kajian Pengembangan Masyarakat ini dimaksudkan untuk:
1. Mengidentifikasi kapasitas kelembagaan KURMA. 2. Mengeksplorasi perkembangan kecakapan sosial remaja di dalam KURMA. 3. Merumuskan strategi yang tepat bersama-sama anggota kelompok untuk meningkatkan kecakapan sosial anggota.
1.4.
Signifikansi Kajian Kajian Pengembangan Masyarakat ini secara signifikan akan membantu
kelompok remaja masjid KURMA menerapkan strategi yang efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan berkerjasama antar anggota remaja masjid. Strategi yang berasal dari inisiatif kelompok dan dilaksanakan oleh kelompok itu sendiri secara efektif akan melahirkan tanggung jawab penuh dalam melaksanakan program-program yang direncanakan. Kajian ini juga akan membantu Pemerintah terutama Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung mengembangkan wacana peningkatan kecakapan sosial remaja di Kota Bandung.
BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)
Pendidikan kecakapan hidup (life skill) mulai populer dalam khasanah pendidikan Indonesia pada awal tahun 2000-an (Supriyono, 2006). Sedangkan gagasan tentang pendidikan kecakapan hidup menurut Santoso S Hamijoyo (dalam M Hasbi, 2006) dimulai UNESCO sejak tahun 1949 melalui konsepfunctional literacy. Konsepnya agar kemampuan baca-tulis-hitung dapat berfungsi memberi manfaat bagi yang hersangkutan untuk keluar dari kesengsaraan, yaitu kebodohan (ignorance), kepenyakitan (ill-health), dan kemelaratan (poverty). Broling mendefinisikan life skill sebagai interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang penting dimiliki seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri (Depdiknas, 2004: 5). Menurut konsep Broling, life skill terbagi dalam tiga kelompok kecakapan yaitu kecakapan hidup sehari-hari (daily living skill), kecakapan hidup pribadilsosial (personal/social skill), dan kecakapan hidup bekerja (occupational skill). Sedangkan WHO di tahun 1999 menjelaskan bahwa life skill merupakan kumpulan berbagai
keterampilanlkemampuan untuk dapat
beradaptasi dan
berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. Kecakapan hidup menurut WHO terbagi menjadi lima kelompok kecakapan, yaitu kecakapan mengenal diri (selfmvareness) atau kecakapan pribadi @ersonal skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan berpikir (thinking skill), kecakapan akademik (academic skill),
dan
kecakapan kejuruan (vocational skill). Kecakapan hidup (life skill) menurut definisi Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi, sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas, 2004:7). Depdiknas membagi kecakapan hidup ke dalam empat kelompok, yakni kecakapan pribadi (personal skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic skill), dan kecakapan vocational (vocational skill). Keempatnya dilandasi
oleh kecakapan spiritual yakni keimanan, ketaqwaan, moral, etka, dan budi pekerti luhur yang bersumber dari sila pertama Pancasila. Aspek-aspek kecakapan hidup mennrut Purwanto (2008) dapat diukur melalui beberapa indikator. Aspek kecakapan personal dapat dilihat melalui indikator individu beriman kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berpikir rasional, komitrnen, mandiri, percaya diri, bertanggung jawab, menghargai dan menilai diri, menggali informasi mengolah informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Aspek kecakapan sosial dapat dilihat melalui indikator individu bekerjasarna, menunjukkan tanggungjawab sosial, mengendalikan emosi, berinteraksi dalam masyarakat, mengelola konflik, berpartisipasi, membudayakan sikap sportif, disiplin, dan hidup sehat, mendengarkan, berbicara, membaca, menuliskan gagasanlpendapat, bekerjasarna dengan teman seksrja, dan memimpin. Purwanto lebih lanjut menyebutkan aspek kecakapan akademik dapat dilihat melalui indikator individu menguasai pengetahuan, merancang dan melaksanakan penelitian ilmiah, bersikap ilmiah, berpikir strategis, berkomunikasi ilmiah, menggunakan
teknologi,
mengambil
keputusan,
mengidentifikasi . dan
menghubungkan variabel kemampuan memuskan masalah, kemampuan bersikap kritis dan rasional. Sedangkan untuk melihat kecakapan vokasional pada individu dapat dilihat melalui indikator menguasai keterampilan tertentu sesuai prosedur, benvirausaha, menguasai TIK, dan merangkai alat. Pada konteks pendidikan non formal, kecakapan hidup memdiki tujuan utama
untuk mengentaskan kerniskinan dan menanggulangi pengangguran dengan penekanan upaya pembeiajaran yang dapat memberikan penghasilan (learning and earning). Bila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam lingkup
pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional skill yang intinya
terletak pada penguasaan keterampilan secara khususlspesifik @adang Yunus, 2008). Dalam pemaknaan program pendidikan nonformal, program life skill diharapkan mampu menolong masyarakat untuk mempunyai harga diri dalam mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya. Kecakapan atau keterampilan sosial menurut World Bank (2006:117) dikembangkan dari usia yang sangat awal sampai akhir masa remaja, mempunyai pengaruh yang lama di sekolah, pekerjaan, dan hubungan sosial. Keterampilan sosial seperti berkerjasama dan kemampuan untuk merundingkan masalah mempersatukan banyak sifat seperti motivasi, disiplin, percaya diri, kemampuan mempertimbangkan pilihan dan mencapai suatu keputusan (keterampilan berperilaku). Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecakapan hidup adalah serangkaian kemampuan dan keberanian yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menghadapi berbagai problema kehidupan, dan mencari solusi secara kreatif dan aktif untuk memecahkan masalah tersebut. Kecakapan ditonjolkan karena mengandung pengertian lebih mendalam daripada kemampuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) kecakapan selain berarti kemampuan dan kesanggupan, juga dimaknai sebagai kepandaian atau kemahiran dalam mengerjakan sesuatu. Dalam pengertiannya, kecakapan hidup lebih luas dari kecakapan untuk bekerja (Dikmenum, 2008; Muchlas Samani dalam M Hasbi, 2006). Baik orang yang bekerja maupun tidak bekerja tetap memerlukan kecakapan hidup, karena mereka pun menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Setiap orang dimanapun dan kapanpun, dengan berbagai mata pencaharian, pendidikan, maupun usia selalu menemui masalah yang memerlukan pemecahan.
2.1.1. Kecakapan Sosial (Social Skit)
Dikmenum (2008) menyatakan bahwa kecakapan sosial (social skill) merupakan salah satu bentuk kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life
skill/GLS) selain kecakapan personal (personal skill). Jika kecakapan personal
mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau memaharni diri (selfawareness) dan kecakapan berpikir (thinking skill), kecakapan sosial (social skill) mencakup kecakapan berkomunikasi dengan empati (communication skill) dan kecakapan berkerjasama (collaboration skill). Sebagai sebuah kecakapan hidup generik, kecakapan sosial disebut juga sebagai kecakapan dasar dalam belajar (basic learning skill) karena bersifat mudah ditularkan kepada orang lain (transferable) dan
merupakan landasan untuk belajar lebih lanjut (learning how to learn).
2.1.1.1. Kecakapan Komunikasi (Communication Skill) Bentuk kecakapan komunikasi berdasarkan konsep Dikmenun (2008) terbagi menjadi 2 bagian yakni kecakapan komunikasi secara lisan dan tulisan. Fakta di lapangan memperlihatkan seringkali seseorang tidalc mampu melakukan komunikasi lisan dengan baik, apalagi jika komunikasi lisan dilakukan dengan penuh empati. Kecakapan komunikasi lisan berkaitan dengan kecakapan memilih kata dan kalimat yang mudah dimengerti lawan bicara, sehingga setiap orang yang mendengarkan dapat memahami isi pembicaraan atau gagasan yang disampaikan. Konsep Dikmenun tentang kecakapan komunikasi dengan empati sebagai berikut: %inpati, odalah sikap penuh pengertiarz don seni komunikasi dua arah yang perlu ditekankan tidak hanya sekedar pada penyantpaian pesan, tapi juga disertai dengan kesan baik sehingga dapat menumbuhkan hubungan harmonis di antara dua pihak. Kecakapan mendengarkan dengan empati akan membuat orang mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan bicara merasa diperhatikan dun dihargai. Kecakapan menyampaikan gagasan dengan empati akan membuat orang dapat menyampaikan gagasan dengan jelas dun dengan kata-kata santun, sehingga pesannya sainpai dun lawan bicara merasa dihargai'
Di dalam tahapan yang lebih tinggi, bentuk kecakapan menyampaikan gagasan juga mencakup kemampuan meyakinkan orang lain. Salah satu bentuk komunikasi lisan adalah diskusi terarah dengan penyajian topik-topik tertentu sebagai subjek pembicaraan.
Kecakapan komunikasi dalam bentuk tulisan berdasarkan konsepnya adalah kecakapan menuangkan gagasan melalui tulisan yang mudah dipahami orang lain dan membuat pembaca merasa dihargai. Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan sarana pengembangan kecakapan komunikasi diantaranya: diskusi, presentasi, kerja lapangan, penulisan laporan, kemampuan menggunakan komputer dan internet. Kedua bentuk komunikasi tersebut akan berkembang jika keyakinan diri seseorang mulai tumbuh dan berkembang dengan baik, karenanya perpaduan antara keyakinan
diri dan kemampuan berkomunikasi akan menjadi modal berharga bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain (Dikmenum, 2008). Aspek empati sebagai aspek yang bisa mendukung lancamya komunikasi yang terkait pada pribadi masing-masing juga diyakini Eka (2004). Empati menurut Eka adalah kemampuan seseorang untuk dapat mendengar dan merasakan apa yang sedang dibicarakan, difikirkan dan dirasakan oleh lawan bicara. Kemampuan empati setiap orang berbeda, namun bisa dilatih dan dipelajari. Kunci komunikasi yang berhasil dengan anak-anak adalah dengan berempati. Aspek lain yang dibutuhkan untuk memperlancar komunikasi adalah kepercayaan (tnrst). Seperti dikatakan Samuels Smile (dalam Eka, 2004), 'what you are, communicates more eloquently than what you say or what you do' (apapun status dun kedudukanmu, penyampaian yang fasih -dengun kepercayaan- lebih baik daripadaperkataan ataupunperbuatan)
Hal yang sama dikemukakan Stephen R. Covey dalam The Seven Habits of Highly Effective People (1989), bahwa seseorang clapat menjadi efektif jika bisa
menjalankan habit ' understandfirst, then to be understood' atau 'pahami dulu, baru kemudian dipahmi'. Baker (2000) &lam Winarno (tanpa tahun) mengatakan bahwa kunci keberhasilan komunikasi adalah saling memahami atau saling mengerti mengenai apa yang dikomunikasikan. Komunikasi yang tidak menemui titik temu akan menyebabkan kesalahpahaman (miss-understanding).
Cara melakukan
komunikasi empati menurut Winarno adalah mau mendengarkan dan memperhatikan pembicaraan orang lain untuk kemudian berusaha memahmi apa yang ingin
disampaikan, serta berani mengungkapkan pandangan sendiri agar dipahami pihak lain.
2.1.1.2. Kecakapan Bekerjasama (Collaboration Skilo
Kecakapan kerjasama diperlukan setiap manusia sebagai makhluk sosial untuk berinteraksi dengan sesama manusia. Kerjasama yang dimaksud tidak hanya dalam bentuk bekerja bersama, tetapi juga kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai dan saling membantu (Dikmenum, 2008). Kerjasama dengan cara ini menurut studi mutakhir sangat bermanfaat dalam membangun semangat komunalitas yang harmonis. Seseorang disebut memiliki kecakapan berkerjasama diantaranya dalam posisi berkerjasama dengan rekan sejawat disaat seseorang mau mengambil tanggungjawab terhadap tugas yang dibebankan kepadanya, menghargai pekerjaan orang lain, ringan tangan membantu teman yang memerlukan, memiliki kemampuan, inisiatif, dan kreativitas kerja sesuai dengan tugas yang diberikan. Sedangkan sebagai seorang pimpinan tim kerja, kecakapan berkerjasama ditampakkan dengan bentuk kecakapan membimbing bawahan, kemampuan memperhatikan kesulitan yang terjadi pada anak buah atau kesulitan dalam kegiatan yang dilaksanakan, serta kemampuan menyelesaikan konflik yang terjadi dengan bijak. Kecakapanketerampilan sosial di Amerika Serikat
yang dilihat dari
keterampilan berperilaku menurunkan kemungkinan putus sekolah menengah atas dan meningkatkan kemungkinan untuk memasuki kuliah, yang mengarah pada gaji yang lebih besar (World Bank, 2006:117). Hal ini lebih lanjut dikatakan mempengaruhi pekerjaan dan pilihan pekerjaan, juga mengarah pada penurunan yang cukup berarti pada ha1 merokok, penggunaan mariyuana, keikutsertaan tindakan tidak taat hukum, serta kehamilan kaum muda dan perkawinan. Program lain yang dikembangkan dalam peningkatan kecakapan sosial dilakukan di 25 negara di dunia termasuk Brasil, Cina, Rusia, dan Afrika Selatan.
Program luar sekolah tersebut adalah program Make A Connection yang bertujuan untuk mempererat hubungan kaum muda dengan komunitas mereka, keluarga, teman sebaya, dan diri mereka sendiri. Program ini mengembangkan beberapa kemampuan berperilaku dan percaya diri, motivasi, kerjasama tim, dan pengendalian masalah sepetti berpikir kritis dan kreatif (World Bank, 2006:117).
2.2. Remaja
Dalam segi perkembangan biologis, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berusa usia 12-21 tahun (Zulkifli, 1986:64). Masa ini termasuk masa yang sangat menentukan karena anak-anak mengalami banyak perubahan baik psikis maupun fisik. Perubahan kejiwaan yang terjadi menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut orang Barat sebagai periode
sturiii
und
dra~zg,di mana remaja mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyi~iipangdari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat (Zulkifli, 1986: 63). Ciri-ciri
umum
yang
melekat
pada
remaja
diantaranya
adalah
keingintahuannya yang besar akan sesuatu, ingin menarik di lingkungannya, serta terikat dengan kelompok. karena ketertarikannya yang besar dengan lingkungan dan ketergantungannya yang tinggi dengan kelompok menyebabkan remaja dan pemuda lebih mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Situasi kaum mudalremaja ini sangat memungkinkan kesempatan mempercepat pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan berkembang. Definisi pemuda dalam kerangka struktur masyarakat tidak mudah. Keberagaman suku, adat, tingkatan sosial di masyarakat sebagian menggunakan istilah pemuda dan sebagian istilah remaja (Nur Endah, 2007). Berbagai istilah dikenakan pada keadaan transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa, 'puber' pada orang Barat, 'adolesensi' pada orang Amerika, 'akil balig, 'pubertas' pada orang Indonesia. masyarakat paling banyak menyebut masa ini sebagai 'remaja', sedangkan
panggilan adolesensi dapat diartikan sebagai pemuda yang keadaannya sudah mengalami ketenangan (Zulkifli, 1986:64). World Bank pada Laporan Pembangunan Dunia Tahun 2007, mendefinisikan remaja atau kaum muda adalah 'fase transisional dari anak-anak menuju orang dewasa ketika orang muda, melalui suatu proses perubahan fisiologis, psikologis, sosial, dan ekonomi yang intens, perlahan mulai dikenal -dan mengakui dirinya sendiri- sebagai 'orang dewasa'. Definisi World Bank melihat kaum muddremaja merupakan sebuah tahapan kehidupan daripada rentang usia yang penuh energi, antusiasme, dan kreativitas. Pada rentang usia ini, bentuk-bentuk kegiatan solidaritas dengan sesama, serta cara menyikapi orang yang berbeda dalam ha1 etnis maupun agama menjadi faktor penting dalam pencarian identitas diri serta bagaimana mereka berhubungan dengan oranglain dalam masyarakat. World Bank (2006) melihat masa muda sangat penting untuk mendorong terciptanya kesetaraan kesempatan dan memperbolehkan setiap remaja untuk menggali potensi mereka seutuhnya. Masa muda adalah suatu tahap penting dalam hidup untuk mengembangkan modal manusia yang memampukan kaum muda untuk hidup secara lebih baik dan lehih utuh. Modal manusia yang dibentuk di masa muda baik dalam tingkat keterampilan, kesehatan, maupun dalam keterlibatan sosial dan masyarakat merupakan faktor-faktor penentu dalam pertumbuhan jangka panjang.
2.3. Pemberdayaan dan Pekerjaan Sosial Pemberdayaan adalah sebuah 'proses menjadi', bukan sebuah 'proses instan' (Wrihatnolo, 2002:2). Gerakan ini mulai tampak ke permukaan sekitar dekade 70-an hingga kini sebagai bentuk perlawanan pembangunan altematif terhadap hegemoni developmentalisme, atau yang dikenal sebagai teori modemisasi yang diawaii dengan munculnya paradigma pembangunan berpusat pada manusidrakyat (Sutoro, 2001; Hikmat, 2006:l). Gerakan ini mulai muncul dan berkembang setelah pertanyaan besar tentang masih terjadinya kemiskinan di tengah-tengah gencamya proyek-
proyek pembangunan dilontarkan para ahli pembangunan berhaluan hitis 3 dekade yang lalu. Hikmat (2006) melihat pada wacana pembangunan yang melibatkan masyarakat, konsep pemberdayaan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Dari konsep-konsep yang ada, Craig dan Mayo (1995) berpendapat bahwa partisipasi merupakan komponen penting untuk membanglutkan kemandirian dan proses pemberdayaan (dalam Hikmat, 2006:3). Partisipasi dalam proses pemberdayaan dimat sebagai faktor penting oleh Rapaport (1987), yang melihat pemberdayaan sebagai pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik dan hak-haknya menurut undang-undang (dalam Hikmat, 2006: 3). Proses pemberdayaan sendiri memillki tiga tahapan, yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan (Wrihatnolo, 2007). Penyadaran dilakukan kepada target pemberdayaan dengan harapan target menyadari akan haknya melniliki 'sesuatu'. Dalam sebuah kelompok, target pernberdayaan adalah orangorang yang berada di dalam kelompok, penyadaran dilakukan agar para anggota kelompok kembali menyadari misi dan visi mereka bergabung dalam kelompok tersebut, kemudian menyadari apa peran yang dapat mereka jalankan, serta hakhaknya dalam perjalanan kelompok. Wrihatnolo mengatakan bahwa: Program-program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya ntemberikanpengetahuan yang bersifat kogiaisi, belief; dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu (membangun "demand'7 diberdayakan, dun proses peniberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka sendiri (fidak dari orang luar)
Strategi penyadaran yang digabungkan dengan penddikan juga diyakini Jim Ife (1995) sebagai salah satu strategi pemberdayaan masyarakat yang berguna mengembangkan pentingnya proses pendidikan yang dapat melengkapi masyarakat dalam meningkatkan kekuasaannya (Prasojo, 2008). Tahapan selanjutnya dalam pemberdayaan menurut Wrihatonolo adalah proses pemberian kapasitas. Sehingga pengkapasitasan adalah proses pemberian kapasitas kepada rnanusia atau kelompok untuk mampu menerima daya atau kekuasaan yang akan diberikan. Kapasitas sendiri
merupakan kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya secara efisien, efektif, dan terns menerus (Anneli M, 2006: 12). Proses ini dikenal sebagai pengkapasitasan atau capacity building. Proses pengkapasitasan bagi organisasi dilakukan dengan beberapa cara (Wrihatnolo, 2007: 4-6) yaitu: melakukan restrukturisasi, sisteln nilai dalam bentuk aturan main, dan
pemberian daya itu sendiri berupa pemberian daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang yang diberi sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki suatu organisasi. Pengkapasitasan (Capacity building) tidak hanya diberikan kepada manusia dan kelompok, namun yang juga
penting
dilakukan adalah. melakukan
pengkapasitasan pada sistem nilai. Sistem nilai yang dimaksud adalah aturan main (Wrihatonolo, 2007:5). Aturan main di dalam sebuah kelompok atau organisasi dibuat agar dalam menjalankan program yang telah ditetapkan, ada aturan main yang mengkat para anggota untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan yang telah disepakati, sehingga tidak akan melenceng dari tujuan awal didiiannya organisasi. Setelah kedua tahapan d~atas selesai, barulah program pemberdayaan dapat dilakukan. Pada tahapan ini, target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, dan peluang sesuai dengan kapasitas yang telah dimiliki dengan tujuan meningkatkan kapasitasnya. Yang seringkali diabaikan oleh para agensi pembangunan adalah pemberian daya yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kondisi target sasaran. Wrihatnolo (2007) melihat pokok gagasan pada pemberian daya adalah bahwa proses pemberian daya atau kekuasaan harus diberikan sesuai dengan kecakapan yang dimiliki si penerima. Anneli Milen (2006) melihat strategi dan langkah yang diambil untuk memperkuat kapasitas adalah melalui konsep fundamental manajemen dengan definisi yang digunakan oleh UNDP 1997 dan Komite Bantuan Pengembangau yaitn melalui pengembangan kapasitas. Pengembangan kapasitas menurutnya adalah proses di mana individu, kelompok, organisasi, institusi, dan masyarakat meningkatkan kemampuannya untuk melakukan 2 hal: pertama, menjalankan fungsi pokok,
memecahkan masalah, menentukan dan mencapai tujuan; kedua, memahami dan menghubungkan kebutuhan dan pengembangan mereka dalam konteks yang luas dan dengan cara yang terus menerus. Penguatan kapasitas meliputi penekanan pada seluruh sistem, lingkungan, atau kontek dimana individu, organisasi, dan masyarakat bertindak atau berinteraksi. Strategi pemberdayaan menjadi penting dilakukan karena strategi ini sejalan dengan tujuan pembangunan saat ini yang berpusat pada pembangunan manusia. David Korten (dalam Sutoro,2001) menyebutkan paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat memiliki ciri-ciri yaitu: kesatu, logka yang dominan dari paradigma ini adalah logika mengenai suatu ekoiogi manusia yang seimbang; kedua, sumber daya utama berupa sumber-sumber daya informasi clan prakarsa kreatif yang tak habis-habisnya; ketiga, tujuan utamanya adalah pertumbuhan manusia yang didefinisikan sebagai pertumbuhan yang lebih tinggi dari potensi manusia Korten lebih lanjut mengatakan bahwa pembangunan yang berpusat pada manusia memberi konsekuensi pada nilai yang sangat tinggi pada inisiatif lokal dan sistem-sistem yang
mengorganisaslkan
diri sendiri melalui
satuau-satuan
organisasional yang berskala manusiawi dan komunitas-komunitas yang mandiri. Ciri-ciri pembangunan yang berpusat pada rakyat menurut Moeljarto Tjokrowiuoto (dalam Sutoro, 2001) adalah: ciri pertama, adanya prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di mana dalam setiap tahapannya harus diletakkan pada masyarakat sendiri. Ciri kedua dari pembangunan yang berpusat pada rakyat memfokuskan pada peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasikan sumbersumber yang terdapat di komunitas untuk memenuhi kebutuban mereka; ciri ketiga, pendekatan ini mentoleransi variasi lokal dan karenanya, sifat fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lokal; ciri keempat, dalam pelaksanaan pembangunan, pendekatan ini menekankan pada proses social learning yang di dalamnya terhadap interaksi kolaboratif antara birokrasi dan komunitas mulai dari proses perencanaan sampai evaluasi proyek dengan mendasarkan diri saling belajar.
Ciri kelima, bahwa proses pembentukan jaringan (networking) antara birohasi dan lembaga swadaya masyarakat, satuan-satuan organisasi tradisional yang mandiri, lnerupakan bagian integral dari pendekatan ini, baik untuk meningkatkan kemampuan mereka mengidentifikasi dan mengelola berbagai sumber, maupun meujaga keseimbangan antara stntktur vertikal maupun horizontal. Moeljxto percaya proses
networking
menumbuhkan
bisa
simbiose
antara
struktur-struktur
pembangunan di tingkat lokal. Inti pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah pemberdayaan (empowerment) yang mengarah pada kemandirian masyarakat (Sutoro, 2001; m a t , 2006). Dimensi partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan mengandung &an keterlibatan masyarakat selain perlu didudukkan sebagai objek pelaksana pembangunan juga sebagai subjek yang menentukan jalannya pembangunan melalui keterlibatan dalam pembuatan keputusan dan proses perencanaan pembangunan. Program pemberdayaan masyarakat atau empowemtent secara barfiah mernpakan pemberian atau peuingkatan kekuasaan bower) kepada masyarakat yang lemah dan tidak beruntungldisadvantages (Huraeroh, 2008). Konsep pemberdayaan termasuk dalam pengembangan masyarakat dan terkait dengan konsep-konsep: kemandirian (self
help),
partisipasi
(participation), jaringan
kerja
(networking),
dan
pemerataanlequity (Craig and Mayo dalam Huraeroh, 2008: 82; Kikmat, 2006:4). Berkaitan dengan bentnk pekerjaan sosial, pelayanan pendidikan dalam konteks kebijakan sosial bukan saja ditujukan untnk menyiapkan dan menyediakan angkatan kerja yang sangat diperlukan oleh dunia kerja, melainkan pula untuk mencapai tujnan-tujuan sosial dalam arti luas, yakni membebaskan masyarakat dari kebodohan dan keterbelakangan (Suharto, 2007:18-19). Implikasi pelayanan pendidikan terkait dengan peranan para pekerja sosial menurut Suharto diantaranya adalah keterlibatan para pekerja sosial dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang terkait dengan pendidian, serta adanya interaksi yang positif oleh lingkungan ketiga domain penentu keberhasilan pendidikan anak dan remaja yaitu sekolah, rnmah, maupun masyarakat. Pada implikasi yang terakhir disebutkan, pekerja sosial dapat
berperan untuk menjembatani hubungan ketiga domain agar tercipta sinergi dalam menciptakan situasi kondusif bagi peningkatan pendidikan anak dan remaja. Pada strategi pemberdayaan masyarakat melalui intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan pada beberapa aspek seperti peningkatan kemampuan dasar (komunikasi, kepercayaan diri, motivasi, kemandirian, dll), peningkatan interaksi sosial, penciptaan relasi-relasi sosial, pengembangan jaringan kerja, mobilisasi sumber sosial, dan peningkatan integrasi sosial (Dubois dan Miley, 1996 dalam Hikmat, 2006:93)
Pemahaman terhadap konsep lembaga atau kelembagaan (institusi) sejauh ini lebih terpaku pada organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi non-formal (Suradisastra, 2005). Namun semenjak era 1950-an, menurut Syahyuti (2006) sesungguhnya sudah terlihat adanya perbedaan yang tegas antara kelembagaan (sosial irzstitution) dan organisasi sosial (social organization). Lebih lanjut dikatakan Syahyuti, istilah kelembagaan lebih sering digunakan orang karena istilah organisasi lebih menunjuk kepada suatu social form yang bersifat formal. Sedangkan istilah kelembagaan lebih disukai karena memberi kesan yang lebih sosial, lebih menghargai budaya lokal, dan lebih humanistis. Syahyuti (2006) melihat istilah kelembagaan memberi tekanan kepada lima ha1 yaitu: pertama, bahwa kelembagaan berkenaan dengan sesuatu yang permanen yang dipandang sebagai sesuatu yang rasional dan kebutuhannya disadari dalam kehidupan. Cooley menyimpulkan sesuatu yang permanen tersebut adalah norma dan tata cara, sedangkan Uphoff menyebutnya norma dan perilakukebiasaan (Syahyuti, 2006). Sesuatu yang bersifat permanen lebih jauh berguna sebagai stabilitas dan konsistensi di masyarakat yang berfungsi mengontrol dan mengatur perilaku. Kedua, penekanan dalam kelembagaan berkaitan dengan hal-ha1 abstrak yang menentukan
perilaku. Cooley, Koentjaraningrat, dan Johnson, melihat ha1 abstrak yang dimaksud adalahpublic mind, wujud ideal kebudayaan, ataupun czilfure (Syahyuti, 2006). Ketiga, kelembagaan adalah berkaitan dengan perilaku, atau seperangkat tata kelakuan (nzores), atau cara bertindak yang mantap yang berjalan di masyarakat (establish way of behaving). Aspek ketiga ini sepexti pendapat Hebding et al. (1994) melihat bahwa institusi sosial adalah sesuatu yang ada dan berguna di masyarakat untuk menyatukan berbagai kebutuhan dan tujuan sosial yang dmilai penting. Keberadaannya dibutuhkan sebagai sarana bertahan (survive) bagi masyarakat. Sedangkan aspek keempat clan kelima pada kelembagaan adalah penekanannya pada pola perilaku yang disetujui dan memiliki sanksi, serta penekanan pada kemampuannya untuk memecahkan masalah. Dari kelima penekanan tersebut Syahyuti merangkum bahwa kelembagaan berfokus pada pola perilaku yang sebagian besar datang dari norma-norma yang dianut di dalam masyarakat. Dengan berpatokan pada suatu prosedur, kepastian maupun panduan untuk inelakukan sesuatu, kelembagaan memusatkan perhatian pada tujuan, nilai maupun kebutuhan sosial yang utama dari suatu komunitas. Kelembagaan dibentuk oleh komunitas atau masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan sosial mereka. Pada gilirannya bemjung pada peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial. Yang kemudian perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya membuat kelembagaan yang efektif dan mengena sesuai dengan kebutuhan masyarakat? Bagaimana membuat agar kelembagaan yang sudah ada tetap berjalan, efektif dan berkelanjutan. Kelembagaan yang efektif dan berkelanjutan sangat diperlukan agar terbentuk struktur program yang stabil dan bisa dirasakan manfaatnya ole11 generasi-generasi mendatang. Para
praktisi
pengembangan
masyarakat percaya
bahwa
program
pembangunan akan berjalan baik jika program yang dikembangkan muncul dari inisiatif masyarakat atau rnendapat dukungan berupa peran serta aktif dari masyarakat sendiri. Seperti yang dikatakan Ginandjar Kartasasmita bahwa pemberdayaan adalah expanding the capacity of society, maka untuk mengetahui program apa yang
sebenarnya dibutuhkan masyarakat bagi peningkatan kapasitasnya dalam bidang pendidian, maka yang terbaik adalah menelurkan program yang berasal dari inisiatif masyarakat sendiri (bottom up planning), untuk memutuskan program apa yang terbak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sendiri. Sejalan dengan yang telah disebutkan di atas, salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat melalui kelompok adalah penguatan kapasitas kelembagaan. Lima faktor yang berperan dalam penguatan kapasitas snatu kelembagaan yaitu kepemimpinan, proses perencanaan program, pelaksanaan program, alokasi sumber daya, dan hubungan dengan pihak luar (Syahyuti, 2003: 87). Penelitian mengenai pemberberdayaan pemuddremaja melalui penguatan kapasitas kelembagaan pernah dilakukan Mira Yuliastuti (2005) pada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini melihat progam life skill melalui peningkatan keterampilan bagi pemuda yang berasal dari pengembangan kelembagaan lokal berupa kelompok usaha pembuatan meubel dari kayu ebony. Berdasarkan hasil penelitiannya, Mira melil~atpotensi PKBM Ebony Nagaya berjalan menggunakan sumber daya lembaga lokal yang sudah ada, seperti SDM, lahan tempat, serta peralatan-peralatan, sedangkan alokasi dana berasal dari Pemerintah. Faktor lain yang memperlancar berdirinya PKBM adalah adanya ikatan hubungan pertemanan atau penguatan jaringan (networking) di antara pengelola
PKBM dengan kelompok-kelompok lain di luar PKBM maupun dengan instansi Pemerintah. Kekurangan kelembagaan adalah kurangnya dukungan dari Pemerintahan setempat, belum sepenuhnya dapat diakses oleh pemuda-pemuda setempat dikarenakan kurangnya sosialisasi, tidak diikutsertakamya masyarakat dalam memilih jenis penbdikan clan pelatihan keterarnpilan yang sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri melalui perencanaan yang partisipatoris. Strategi pemberdayaan yang dilakukan adalah pendidikan dan pelatihan timbal balik, inobilisasi sumber daya dan pemberian sumber daya, konsultasi manajemen, pengembangan jaringan dengan
pihak ketiga, perluasan proses dan pengembangan gerakan, serta pemantauan dan evaluasi diri yang terus menerus. Pentingnya perencanaan yang partisipatoris sebagai salah satu tahapan proses pemberdayaan masyarakat ternyata memberi dampak pada program pemberdayaan perempuan Suku Bajo di Kabupaten Kendari. Kaji tindak yang d~lakukanAnwar Tahun 2002 dalam manajemen pemberdayaan perempuan dalam dimensi pendidikan menggunakan langkah awal berupa proses penyadaran yang diikuti oleh komponenkomponen manajemen lainnya. Langkah penyadaran dilaksanakan sebagai proses awal yang memungkinkan masyarakat untuk mampu mengidentifikasi kebutuhan dan merumuskan tujuan belajar dan tujuan hidupnya. Proses pemberdayaan tanpa diawali dengan penyadaran kelompok sasaran, maka kemnngkman akan memperolah hambatan baik oleh masyarakat maupnn oleh sumber-sumber belajar atau agen perubahan (Anwar 2007:92) Secara teknis di lapangan, pendekatan terhadap kelembagaan lokal yang ada masyarakat dilaksanakan untuk menemukan visi dan misi yang sama di dalam masyarakat yang mengarah pada pemahaman bahwa pendidikan formal hanya satu bagian dari proses yang mampu meningkatkan kapasitas diri, sehingga untuk melengkapi kapasitas pendidikan diperlukan peningkatan pendidikan pada tataran informal. Pendidkan formal memang mampu membnka wawasan dan cara pikit dalam peningkatan ilmu-ilmu pengetahuan secara akademis. Na~nunbagaimana menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan yang didapat di bangku sekolah dalam kehidupan sangat diperlnkan keterampilan-keterampilan yang umumnya diperoleh seseorang dari pendidikan nonformal dan informal. Seperti telah disebutkan di atas bahwa salah satu upaya pemberdayaan masyarakat adalah melalui penguatan kelembagaan. Berdasarkan lima faktor penentu keberhasilan penguatan kelembagaan, rnaka beberapa cara yang bisa dilakukan dalam proses penguatan kelembagaan adalah melalui pembahan peran dan fimgsi kelembagaan, penguatan nilai dan norma, serta penguatan dalam kelembagaan itu
sendiri seperti penguatan program, teknologi, jejaring, informasi, dan kepemimpinan Paryanto, 2004; Uphoff, 1986; Syahyuti, 2003 dalam Fadli, 2006). Kelembagaan pada intinya merupakan penyatuan nilai-nilai dan norma-norma yang dimiliki setiap individu yang bergabung dalam suatu ikatan dalam rangka memenub tujuan yang diinginkan. Berdasarkan ide awal inilah, maka salah satu proses penguatan kelembagaan dapat tercapai dengan cara melakukan penguatan pada nilai-nilai dan norma yang terjalin dan mengikat di antara anggota. Nilai-nilai dan norma yang paling mudah ditemukan dalam kelembagaan remaja masjid adalah nilainilai dan norma keagamaan, yaitu ajaran Islam. Selain penguatan nilai dan norma, penguatan kelembagaan juga dapat dilakukan melalui perubahan peran dan fungsi kelembagaan. Pembentukan kelembagaan oleh suatu komunitas pada dasarnya bertnjuan menjalankan suatu yang disepakati sebagai tujuan bersama. Tulisan Rianto (2008) mengenai Strategi Dakwah Kontemporer Remaja Masjid melihat fungsi remaja masjid sebagai sebuah wahana pembinaan dan pemberdayaan umat, serta berperan menyebarkan syiar Islam ke tengah-tengah masyarakat sekitarnya dengan program-program pembinaan dan pemakmwan masjid. Sependapat dengan Rianto (2008), Ikatan Remaja Masjid Assajadah melihat Remaja Masjid adalah salah satu alternatif pembinaan remaja terbaik, karena melalui lembaga ini seorang remaja akan memperoleh lingkungan yang islami serta dapat mengembangkan kreativitas. Lingknngan Islami ini akan mendukung perkenibangan imaji remaja secara positif dan menuntun mereka dalam kepribadian yang benar. Pembinaan yang islami juga akan memudahkan setiap orang tua memperoleh anak yang didambakannya, yaitu anak yang b d , beriman, berilmu, berketerampilan, dan berakWak mulia. Meski demikian, Rianto menyayangkan seringnya kegiatan remaja masjid yang terjebak dalam kegiatan yang bersifat rutinitas 'ubudiyah' semata, seperti kegiatan dalam memperingati kegiatan-kegiatan hari-hari besar Islam dan sejenisnya. Padahal jika dilihat lebih jauh berdasarkan fungsinya sebagai sarana pemberdayaan
remaja, banyak peran dan fungsi yang dimiliki dan dikembangkan oleh sebuah remaja masjid. Sehingga diperlukan kesungguhan dan keahlian yang seksama dalam mengelola sebuah remaja masjid. Proses penguatan dalam kelembagaan lain yang diyakini sangat berpengaruh dalam sebuah komunitas seperti komunitas remaja adalah proses penguatan kepemimpinan. Jika ditelaah lebih lanjuf ditemukan banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Mesld demikian, terdapat kesamaan di beberapa unsurnya. Seperti yang dikatakan Sarros dan Butchatsky (1996) berikut: Leadership is defined as the pusposefil behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good. Kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki tujttan tertentu yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain berpaHisipasi dalam rnencapai /!+tan bersama yang dapaf rnemberikan manfaat bag; indi~~idzr sebagaimana halrya organisasi.
Anderson (1988) melihat kepemimpinan sebagai berikut: Leadership means using power to influence the thoughts and actior~sof others in such a way that achieve high performance. Kepemimpinan artinya mengguirakan kekuasaan untuk mempengaruhi pemikiran dan aktivitas pihak lain sebagai sarana memperoleh kinerja yang memtiaskan
Kedua definisi di atas melihat kepemimpinan sebagai sebuah perilaku yang memiliki tujuan tertentu yang digunakan untuk mempengaruhi aktivitas dari setiap anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dapat memberikan manfaat bagi individu dan organisasi. kepemimpinan pada perjalanannya berimplikasi pada tiga hal, yakni, adanya keterlibatan orang atau pihak lain sebagai anak buah atau pengikut (followers); keberadaau kekuasaan yang mampu mendorong pengkut untuk bergerak inencapai lcinerja yang meinuaskan. Implikasi ketiga adalah kebutuhan pemimpin untuk memiliki perilaku seperti kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab dan tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan
keyakinan (commitment), kepercayaan kepada diri sendiri dan orang lain
(confidence), dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain dalam membangun organisasi melalui kemampuan berkomunikasi (communication) Implikasi yang dimiliki seorang pemimpin berupa kekuasaan menurut French dan Raven (1968) pada dasarnya bersumber dari berbagai persepsi anak buah atau p e n g h t terhadap pemimpin tersebut. Persepsi yang dimaksud berupa kemampuan dan sumberdaya pemimpin untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengkuti arahan-arahan yang diberikan (reward power), ataupun sebaliknya memiliki kemampuan memberi hukuman jika bawahan tidak mengkuti arahan yang dibenkan (coercive power). Pemimpin juga memiliki kompetensi dan keahlian di bidangnya (expert power) serta memiliki hak menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimiliki karena karakteristik pribadi, reputasi hingga karismanya terhadap anak buah dan lingkungan. Dalam dunia remaja, kepemimpinan sangat mempengaruhi pola perilaku dan berorganisasi remaja. Hal ini disebabkau adanya masa dimana seorang remaja mengalami 'masa merindu puja' (Zulkifli, 1987:69). Masa ini merupakan masa di mana seorang remaja sangat mengagumi sesuatu bak yang bersifat fislk seperti kekaguman kepada manusia, maupun sesuatu yang bersifat abstrak seperti keindahan alam, kebaikan, dan kecantikan. Zulkifli kemudian membagi masa merindu puja ke dalam dua proses, yaitu: pertama, seseorang dipuja karena bentuk, sifat-sifat lahir yang dimilikinya, dan sifat-sifat bafinnya; kedua, pujaan itu berdasarkan nilai Mtur yang didukung oleh individu itu sendiri, misalnya seorang pemimpin, seorang tokoh, seorang aktor, dan sebagainya. Sifat-sifat dan hentuk kepemimpinan yang diutarakan Zulkifli ini sejalan dengan pandangan T. Richard Chase dalam A.R. Kadir (2001) bahwa pemimpin yang dikuti rakyat adalah pemimpin yang menunjukkan kecakapan, perhatian kepada orang lain secara tulus, dan karakter yang terpuji. Dalam kehidupan remaja, sifat-sifat kepemimpinan menjadi panutan yang dominan membimbing remaja rnengisi kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya sebagai sebuah proses pematangan jasmani dan rohaninya.
2.5. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu alat bantu dalam teknik menganalisis data penelitian yang mempertemukan kekuatan (strength) dengan kelemahan (weakness) dari survei yang dilakukan secara internal, dan ancaman (threat) dengan peluangkesempatan (opportunity) dari survei yang dilakukan secara eksternal. Pemahaman secara sederhana terhadap analisis SWOT adalah pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternalnya. SWOT merupakan perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan (Johnson, dkk., 1989; Bartol dkk., 1991). Penerapan analisis SWOT di dunia pendidikan pernah digunakan Gorski (1991) untuk melihat minat masyarakat memasuki sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan khususnya sekolah kejuruan (Subroto, 2001). Empat komponen dasar SWOT dapat dijabarkan sebagai berikut: pertama, kekuatan (strength), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat itu; kedua, kelemahan (weaknes), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat analisis dilakukan; ketiga, peluang (opportunity), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luang organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan; keempat, ancaman (threat), yaitu situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa depan. SWOT dimulai dengan membuat lembaran kerja yang terbagi menjadi empat kuadran berisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, kemudian memuat dafiar item spesifik yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi di bawah topik masing-masing. Daftar dibatasi sampai 10 poin atau lebih sedikit dengan tujuan menghindari generalisasi yang berlebihan (Johnson, et al., 1989 dalam Subroto, 2001). Pada penerapannya, SWOT dapat dilaksanakan secara individual atau secara kelompok dalam organisasi. Sedangkan Glass (1991) melihat teknik secara kelompok
akan lebih efektif terutama dalam pengadaan struktur, objektivitas, kejelasan, dan fokus diskusi mengenai strategi, sehingga cenderung tidak melantur atau terkena pengaruh politik dan kesenangan (interest) pribadi yang kuat (Subroto, 2001).
2.6. Kerangka Pemikiran Upaya peningkatan kecakapan sosial (social skill) remaja, melalui penguatan yang akan kelembagaan lokal KURMA dalam program pengembangan'ma~~arakat dilakukan dalam kajian ini secara garis besar tersaji dalam bagan berikut:
Diagram 1. ICerangka Pemikiran
I I
-
-
Partisipasi anggota Sarana dan prasarana yang dimiliki Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Jaringan kerjasama dengan kelompok remaja masjid lain Pola kepemimpinan kelompok
.
Penyadaran mengenai kapasitas diri remaja
Kapasitas kelompok
: :
I
-
Sumber daya Kepemimpinan - Perencanaan kegiatan - Pelaksanaan kegiatan - Hubungan dengan pihak luar
Peningkatan kapasitas
Peningkatan Kecakapan Sosial Remaja
- Kemampuan komunikasi
,
- Kemampuan bekejasama
Kondisi yang ada selama ini di kelompok diantaranya partisipasi anggota baik dalam kegiatan kelompok maupun kegiatan Mushola dan Madrasah, aspek sarana dan prasarana, jaringan kerjasama yang terbentuk bersama kelompok remaja masjid lain, pola perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, maupun pola kepemimpinan yang ada di dalam kelompok sedikit banyak mempengaruhi kapasitas kelembagaan kelompok yang dikuknhkan keberadaannya sejak Tahun 2004 ini. Untuk mencapai tujuan pemberdayaan terhadap kelompok remaja ini, diyakini perlu upaya-upaya secara bertahap sehingga pemberdayaan yang dilakukan nantinya akan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan dari kelompok itu sendiri. Sejalan dengan pemikiran Anwar dalam upaya pemberdayaan perempuan
Suku Bajo dan tahapan pemberdayaan menurut Wrihatnolo maupun Jim Ife, maka langkah awal dalam usaha peningkatan kemampuan sosial remaja adalah melalui penyadaran remaja akan potensi dan lalalitas dirinya. Upaya penyadaran ini dilakukan agar remaja makin memahami kapasitas dirinya dan dan keberfungsian sosial dirinya dalam lingkungan. Dengan demikian, remaja diharapkan memiliki peningkatan motivasi untuk mengembangkan kemampuan din, dimulai dengan kemampuan komunikasi dan kerjasama yang diperlukamya untuk berinteraksi dengan orang lain. Penyadaran akan kapasitas diri ini dirancang pada awal kajian bersama stakeholder melalui metode presentasi di pekan pertama Bulan Romadhon Tahun
2008 bertempat di rnang Madrasah Mifda. Setelah strategi penyadaran dilakukan, strategi penguatan kelembagaan dilakukan dengan metode Focus Group Discussion
(FGD) bersama anggota KURMA dan stakeholder yang terkait langsung dengan kelompok KURMA.
BAB 111. METODE KAJIAN
3.1. Strategi Kajian Kajian Pengembangan masyarakat ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan keterlibatan masyarakat dan anggota kelompok secara partisipatif. Kajian ini berfokus pada 'how' dan 'why' dari kondisi kelembagaan kelompok KURMA dalam upayanya meningkatkan kecakapan sosial bagi para anggotanya. Pada kajian ini, fenomena yang diangkat adalah permasalahan kebutuhan akan kecakapan sosial bagi remaja sebagai pelengkap pendidikan yang telah diterima di bangku sekolah.
3.2. Subjek Kajian Subjek kajian pengembangan masyarakat ini adalah kelompok remaja masjid KURMA yang berada di bawah pembinaan Mushola dan Madrasah Mifda, Kelurahan Kebon Waru, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung.
3.3.
Lokasi dan Waktu Kajian KURMA bertempat di RW 07 Kelurahan Kebon Waru, Kecamatan
Batununggal di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena beberapa alasan berikut:
1. Menindaklanjuti hasil pemetaan sosial (social mapping) pada kegiatan Praktek Lapangan pertama (PL-1) yang dilakukan sebelumnya di Kelurahan Kebon Waru, penulis menemukan satu bentuk kelembagaan remaja masjid yang sedang tumbuh dan memerlukan bantuan dari setiap pihak yang peduli terhadap peningkatan kualitas SDM untuk berkembang. Hasil evaluasi program pengembangan masyarakat pada kegiatan PL-2 yang dilakukan di
tempat yang sama juga memperlihatkan KURMA memiliki beberapa kekurangan dalam pengelolaan organisasinya. 2. Adanya permintaan dari para pengurus Madrasah dan Mushola serta kesediaan anggota KURMA untuk bersama-sama mengembangkan kelompok. 3 . Hubungan baik yang telah terjalin, lokasinya yang berada di tengah kota dan
mudah dijangkau memudahkan penelitian dilakukan secara intensif serta pemantauan serta evaluasi bagi program-program yang dilaksanakan ke depan. Rangkaian kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat (KPM) di atas secara lengkap dapat dilihat dari bagan jadwal di bawah ini:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kaiian Pengembangan Masvarakat
3.4.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada Kajian Pengembangan Masyarakat ini dilakukan
melalui pendekatan kualitatif yang terbagi menjadi tiga tahapan kegiatan, berangkat dari kegiatan pemetaan sosial (social mapping) di wilayah penelitian (PL-I). Dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi program-program pengembangan masyarakat yang telah ada sebelumnya di wilayah penelitian (PL-2) serta tahap terakhir merupakan penelitian kajian pengembangan masyarakat. Seluruh kegiatan dilakukan di Kelurahan Kebon Waru Kecamatan Batununggal Kota Bandung, dengan wilayah penelitiail difokuskan pada Mushola Miftahul Huda dan masyarakat sekitar Mushola yang berada di RW 02 dan RW 07. Tahapan kegiatan pemetaan sosial (social mapping) merupakan tahapan awal dalam rangkaian kajian pengembangan masyarakat. Teknik pengumpulan data pada tahapan ini dilakukan melalui dua cara, yaitu: pertama, teknik pengumpulan data primer dengan cara melakukan pengamatan berperan serta maupun wawancara mendalam; kedua, teknik pengumpulan data sekunder melalui data demografis penduduk seperti luas wilayah, mata pencaharian, tingkat pendidikan, jumlah sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, perekonomian, hingga data kelembagaan yang berkembang di wilayah tersebut. Seluruh kegiatan pengumpulan data ini dilakukan untuk mengetahui potret sosial, budaya maupun struktur perekonomian masyarakat setempat. Tahapan
kegiatan
selanjutnya
adalah
tahapan
~ v a l u a s i Program
Pengembangan Masyarakat yang dilakukan untuk mengetahui beberapa program pengembangan masyarakat yang telah berjalan sebelumnya di wilayah penelitian dan melihat sejauh mana efektifitas program-program tersebut mencapai tujuannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada tahapan ini tidak berbeda jauh dengan teknik pengumpulan data di tahapan pertama. Pengumpulan data primer melalui pengamatan berperan serta dan
wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh melalui dokumen-dokumen yang relevan dengan program pengembangan masyarakat terpilih, yaitu program pemberdayaan remaja oleh Mushola dan Madrasah Miftahul Huda di RW 07. Informan yang berperan serta dalam kegiatan PLI dan PL2 ada sebanyak 14 orang informan yaitu: 1 orang sekretaris kelurahan, 3 orang remaja, 3 orangtua remaja, 1 orang pengurus LPM kelurahan, 2 orang pengurus BPM Kota Bandung, 1 orang pengurus Mushola, 1 orang Kepala Sekolah Madrasah Mifda, 1 orang pengajar Madrasah Mifda, clan 1 orang pengurus RW. Tahapan terakhir dari rangkaian tahapan kajian pengembangan masyarakat yang dilakukan adalah Penelitian Kajian Pengembangan Masyarakat yang difokuskan pada program penguatan kelembagaan remaja masjid Miftahul Huda. Penelitian tahap aH1ir pada kajian pengembangan masyarakat menggunakan teknik pengumpulan data primer dan sekunder, yaitu: 1. Observasi kegiatan KURMA melalui pengarnatan berperanserta peneliti di
dalaln kelompok, lnempelajari dokulneil dan studi dokumentasi, penyebaran angket kepada anggota kelompok, orangtua dan masyarakat sekitar Mushola. 2. Wawancara mendalam terhadap 7 orang anggota KURMA, 2 orang pengajar dan pengurus Madrasah Mifda, 1 orang pengurus Mushola Mifda, 2 orangtua remaja KURMA, 1 orang aparat RW, 1 orang staf Dinas Penhdikan (Disdik) Kota Bandung, 1 orang pengurus Dewan Masjid Indonesia (DIVE) Kota Bandung, 3 orang warga masyarakat. Untuk beberapa informan, wawancara mendalam dilakukan untuk mengkonfiimasi hasil angket yang masuk dan mendapatkan data tambahan yang belum tercakup di dalamnya.
3. Focus Group Discussion (FGD) dilakukan tanggal 27 Desember 2008 dan melibatkan 3 orang anggota KURMA, 2 orang pengurus dan pengajar Madrasah Mifda, 1 orang pengurus Mushola Mifda, serta peneliti sendiri.
Tabel 2. Sumber dan Teknik Pengumpnlan Data Kajian Pengembangan Masyarakat
3.5.
Metoda Analisis Data Proses analisis data merupakan proses mencari dan menyusun data yang
diperoleh di lapangan secara sistematis. Data yang diperoleh melalui hasil wawancara mendalam, catatan lapangan, dokumentasi, dan FGD tersebut menurut Sugiyono diorganisasikan ke dalam bentuk kategori, dijabarkan kedalam unit-unit, disintesa, disusun ke dalam pola, kemudian dipilih mana yang penting dan akan dipelajari, untuk kemudian dirumuskan ke dalam kesimpulan sehingga mudah dipahami baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain (2007:244). Nasution (1988) dalam Sugiyono (2007) menyatakan bahwa analisis data kualitatif telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun maupun selama proses penelitian berlangsung hingga penelitian berakhir.
Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti melakukan pengumpulan data, penggabungan dan pernilahan data yang relevan untuk kemudian dianalisis. Analisis kapasitas kelembagaan KURMA dibuat peneliti menggunakan analisis SWOT bersama-sama peserta FGD. Kegiatan FGD diawali dengan penyampaian hasil lapangan secara umum yang dikumpulkan peneliti berkaitan dengan gambaran kecakapan sosial anggota KURMA. Hasil penelitian kemudian diklasifikasikan peneliti ke dalam faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kelompok. Selanjutnya, peneliti menyerahkan kepada para peserta untuk menambahkan faktor-faktor lain yang belum teridentifikasi, mengurangi faktor-faktor yang tidak sesuai dengan kondisi kelompok, serta menempatkan faktor-faktor tersebut ke dalam diagram SWOT secara tepat.
3.6.
Rancangan Program Penyusunan rancangan program pengembangan masyarakat dilaksanakan
secara partisipatif melalui Focus Group Discussion (FGD) bersama remaja anggota KURMA sebagai subjek pengembangan masyarakat dan stakeholder yang terlibat langsung dalam proses penguatan kelembagaan KURMA yaitu pengurus Mushola dan Madrasah Miftahui Huda (Mifda). Berdasarkan faktor-faktor yang telah teridentifikasi ke dalam diagram SWOT, peneliti bersama para peserta menyusun rancangan program aksi yang akan dilaksanakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 3.7.
Validitas dan Reliabilitas Data Dalam suatu penelitian, pengujian terhadap keabsahan data dapat diukur
melalui tiga kriteria utama, yaitu valid, reliabel, dan obyektif. Dalam Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Sugiyono (2007) disebutkan bahwa suatu data dikatakan 'valid' dalam suatu penelitian jika data yang dilaporkan peneliti 'tidak berbeda' dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Validitas sendiri terbagi menjadi validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal
berkenaan dengan tingkat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Sedangkan validitas eksternal berkenaan dengan tingkat akurasi hasil penelitian untuk digeneralisasi atau diterapkan pada populasi dimana sampel dilakukan (Sugiyono, 2007:267). Pada kajian mengenai kelembagaan remaja masjid ini, validitas internal dapat dilaknkan untnk melihat tingkat akurasi bagaimana desain penelitian mengenai kelembagaan remaja masjid yang ada dapat meningkatkan kecakapan berkomunikasi dan bekerja yang dimiliki anggotanya menurut sudut pandang peneliti dengan realitas di lapangan. Sedangkan validitas eksternal dapat terlihat setelah penelitian berakhir, apakah hasil penelitian ini kemudian dapat diterapkan di kelompok tersebut ataukah tidak. Teknik pengujian validitas data secara internal atau yang lebih dikenal sebagai uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, metode triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, maupun membercheck. Sedangkan pengujian validitas data eksternal atau uji transferability
dapat dilakukan manakala hasil penelitian dapat diterapkan dalam kondisi sebenarnya di lapangan. Agar hasil penelitian dapat dipahami dan diterapkan orang lain, maka laporan penelitian harus diuraikan secara rinci, jelas, sistematis, dan terpercaya (Sugiyono, 2007: 276). Kriteria utama kedua untuk menguji keabsahan data adalah pengujian depenability atau reliabilitas. Susan Stainback (1988) dalam Sugiono (2007) menyatakan bahwa: reliability is often defrned as the consistenq andstability of data orfindings. From a posivitivistic perspective, reliability typically is considered to be synonymous with the consistency of data produced by observations made by dz@erent researchers (e.g interrater reliability), by the same researcher at diferent times (e.g test retesi), or by splitting a data set in two parts (splitham. Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dun stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (huntitah$, suatu data dikatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sarna
menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalant waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelonlpok data bila dipecah menjadi dtra rnentmnj~rkkandata yang tidak berbeda.
Uji depenability dapat dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian mulai dari penentuan masalaldfokus, proses lapangan, penentuan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan. Sanafiah Faisal(1990) dalam Sugiyono (2007) melihat depenabilitas penelitian tidak perlu diragukan jika peneliti mampu menunjukkan 'jejak aktivitas lapangannya'. Kriteria utama ketiga adalah konfirmability atau obyektivitas. Pengujian ini berkenaan dengan tingkat kesepakatan atau interpersonal agreement antar banyak orang dalam suatu data (Sugiyono, 2007: 268). Pengujian konfumability dapat dilakukan bersamaan dengan proses pengujian depenabilitas. Penelitian dianggap memenuhi standar konfimability jika hasil penelitian lnerupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan.
BAB IV. LINGKUNGAN SEKITAR MUSHOLA DAN MADRASAH MIFDA Sudut pandang sistem metihat masyarakat inerupakan suatu keseluruhan yang saling bergantung. Individu berinteraksi satu sama lain di dalam suatu lingkungan sosial, sehingga untuk mempelajari karakteristik remaja anggota KURMA d m kelembagaan yang menaunginya, dapat pula ditelusuri melalui karakteristik masyarakat manpun lingkungan tempat remaja tinggal, yaitu lingkungan kelurahan Kebon Waru terutama RW 02 clan RW 07.
4.1. Kondisi Geografis Kegiatan KURMA terkonsentrasi di bangunan Mushola dan Madrasah Mifda yang secara geografis berada di sebelah utara Kelurahan Kebon Waru. Letaknya di perbatasan antara RW 02 dan RW 07, sehingga Musllola dan Madrasah uli bersinggungan erat dengan kehidupan warga RW 02 meski secara administratif masuk ke dalam wilayah RW 07. Manfaat Mushola dan Madrasah Mifda dirasakan oleh rnasyarakat kedua RW ini terutarna masyarakat sekitmya. Letak Mushola dan Madrasah sangat dekat dengan Jalan raya Ahmad Yani, sehingga jarak dan akses masyarakatnya ke tempat-tempat pelayanan administrasi Pemerintah relatif mudah dijangkau. Untuk ke ibukota Kecamatan Batununggal cukup dekat, jaraknya 3 km dan secara normal bisa ditempuh dalam waktu 15 menit, dengan menggunakan kendaraan bermotor, bail umnm seperti angkutan kota (angkot) Ciwastra-Cicaheum, Cicadas-Cibirn, Ledeng-Margahayu, becak maupun kendaraan pribadi. Sedangkan untuk bisa ke ibukota Kota Bandung yang jaraknya sejauh 5 km, bisa ditempuh dalam waktu 20 menit dengan kendaraan pribadi maupun angkot seperti St-Hall-Sadangserang, dan St-Hall-Dago.
Gambar 1. Peta Mushola dan Madrasah Mifda di Kelurahan Kebon Waru Tahun 2009
Sumber: Google Earth, www.~ooele.com;dokumentasi pribadi
4.2.
Kependudukan Mushola dan Madrasah Mifda berada di wilayah kelurahan yang sangat padat
penduduknya. Data kependudukan Bulan Januari 2008 Kelurahan Kebon Waru mencatat ada 16.205 jiwa penduduk yang mendiami kawasan ini, dengan komposisi 8.083 jiwa (atau 49,9 persen) penduduk laki-laki dan 8.122 jiwa (atau 50,l persen) penduduk perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 96 Ha atau 0.96 km2, maka rata-
rata kepadatan wilayah ini adalah 16.880,21 jiwakm2. Mengacu kriteria kepadatan penduduk berdasarkan Undang-Undang No. 56 Tahun 1960, di mana wilayah dengan kepadatan penduduk di atas 400 jiwa/km2 termasuk pada kriteria wilayah yang sangat padat, maka dapat dikatakan wilayah Kelurahan Kebon Waru adalah wilayah yang sangat padat penduduknya.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Kebon Waru Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008
Beberapa indikator kependudukan yang bisa mencerminkan struktur lnasyarakat diantaranya rasio jenis kelamin antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan sebesar 99,5. Artinya atau 1000 orang penduduk perempuan berbanding dengan 995 orang penduduk Mi-laki. Jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak merupakan potensi yang positif bagi program-program pemberdayaan yang
ditujukan bagi kaum perempuan. S W u r umur memperlihatkan masyarakat Kebon Want mempakan peralihan dari struktur penduduk muda ke arah struktur penduduk
tua atau bisa disebut berstruktur penduduk dewasa, karena memiliki persentase penduduk ben~murkurang dari 15 tahun sebesar 30,31 persen, sedangkan persentase penduduk yang benunur lebih dari 64 tahun sebesar 1,32 persen, serta umur median berada di antara 20-30 tahun.
Grafii 1. Piramida Penduduk Kelurahau Kebon Waru Menurut Kelompok Umur Tahun 2008
Sumber: Data Kependudukan Kelurahan Kebon Waru Tahun 2008, diolah
Indikor kependudukan di atas memberikan gambaran Kelurahan Kebon Waru memiliki struktur penduduk dewasa dengan rasio beban tanggungan yang hampir mendekati kondisi paling kondusif untuk melakukan pembangunan yang ideal.
Artinya, program-program pemberdayaan masyarakat memiliki peluang yang besar untuk berhasil dikarenakan penduduk usia dewasa memiliki kematangan dalam berpikir dan bertindak, sehingga tidak saja mampu melaksanakan suatu program dengan baik dan bertanggungjawab, namun juga berpeluang melakukan inovasiinovasi baru untuk mencapai kesempuranaan tujuan suatu kegiatan.
4.3.
Sistem Ekonomi Perkembangan perekonomian di suatu komunitas masyarakat sedikit banyak
dipengaruhi oleh berbagai karakteristik demorafis, sosial, budaya, politik, bahkan ekologi yang tumbuh dan berkembang pada komunitas tersebut. Ramirez dkk (1998) dalam Sirait (2007) menyebutkan adanya hubungan timbal balik (two way relationship) antara modal manusia (human capital) dan pertumbuhan ekonomi. Dalam prosesnya, kinerja ekonomi diyakini akan berjalan lebih baik jika diimbangi oleh human capital yang berkualitas. Kualitas tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan, maupun faktor-faktor lain yang relevan. Kegiatan masyarakat Kelurahan Kebon Waru secara umum adalah pegawailkaryawan swasta (24 persen), dan pedagang (13 persen). Selebihnya adalah
PNS, ABRI, dan mata pencaharian lain seperti pengrajin, penjahit, montir, pengemudi becak, dan mata pencaharian lainnya. Gratik 2. Persentase Pentlutluk Menurut Kegiahnnya Tahun 2008 PNS
,ABRI
Sumber: Potensi Kelurahan Tahun 2008
Karakteristik kegiatan masyarakat sekitar Mushola dan Madrasah Mifda sendiri tidak berbeda jauh dengan kegiatan masyarakat Kebon Waru secara umum. Kelurahan Kebon Waru yang terletak di wilayah perkotaan dan strategis dengan daerah perdagangan Cicadas mayoritas dihuni oleh keluarga-keluarga yang menggantungkan hidupnya di sektor perdagangan, serta sisanya adalah keluargakeluarga yang bekerja di berbagai sektor seperti industri, jasa, maupun konstruksi. Keluarga-keluarga tersebut umumnya memiliki usaha-usaha sendiri dengan lingkup mikro seperti pedagang buah, pedagang warung makanan, pedagang susu, sendal, pakaian, membuka bengkel, industri makanan gorengan, industri karet, spare part
mainan,
dan
konveksi.
Sedangkan
keluarga
yang
bekerja
sebagai
buruhlkaryawan kebanyakan adalah buruh-buruh pabrik tekstil yang ada di dalam wilayah Kelurahan Kebon maru, atau karyawan-karyawan minimarketlsupermarket, toko-toko elektronik dan kelontong yang banyak tersebar di wilayah Cicadas, serta pegawai di instansi pemerintah maupun swasta. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan beberapa tokoh dan anggota masyarakat, lingkungan Mushola dan Madrasah Mifda didiami oleh masyarakat berpendapatan menengah ke bawah dengan profesi yang beragam. Orangtua dari 60 orang murid Madrasah Mifda yang sedikit banyak bisa merepresentasikan kegiatan masyarakat sekitar Mifda rata-rata bekerja di sektor perdagangan, industri dan jasa dengan status wirausahawan kecil atau pedagang, karyawan pabrik, dan karyawan swasta. Profesi masyarakat lainnya di sekitar Mushola dan Madrasah adalah pegawai negeri seperti guru dan tentara.
4.4.
Struktur Komunitas Kecakapan sosial sesungguhnya diperlukan sebagai dasar seseorang untuk
berinteraksi di tengah masyarakat. Indikator keberhasilan seseorang dapat beradaptasi di lingkungan bisa dilihat dari tingkat penerimaan masyarakat, secara umum
tercermin dari struktut komunitas yang ada di suatu wilayah. Struktur komunitas di sekitar Mushola dan Madrasah Mifda seperti umumnya di Kelurahan Kebon Waru terbentuk secara alami maupun secara buatan yang dirancang dengan sengaja demi tujuan-tujuan tertentu dengan kesamaan tujuan, status, rnata pencaharian, atau bentuk-bentuk kesamaan lainnya. Pelapisan sosial antara lain dilihat pada kepemilikan materi dan keberhasilan menjadikan anak-anaknya sebagai orang, jabatan, agama, dan pendidikan. 4.4.1. Kemampuan materi Hasil wawancara mendalam memberikan gambaran seseorang memiliki nilai lebh di mata masyarakat jika memiliki kemampuan dalam ha1 ekonomi, dengan kata lain hidup berkecukupan bahkan berlebih. Pelapisan sosial yang paling tinggi dilihat dari materi, apakah keluarga tersebut 'punya' atau tidak. Ukuran yang digunakan masyarakat untuk melihat apakah suatu keluarga itu sudah memiliki kemampnan materi berlebih, selain dilihat dari faktor fisik rumah, keluarga tersebut mampu mengantarkan anak-analcnya sebagai 'orang'. Ukuran kelnampuan materi ini seperti dituturkan responden Dad benkut: '... Orang yang berkualitas di bidangnya musing-masing salah sahrnya bisa dilihat dari materi .... Seperti tetangga pernah ngobrol, wah si anu mah sukses, soalnya anak-anaknya jadi semua, dun kerja, punya penghasilan sendiri punya rumah sendiri-sendiri ... Ukuran berhasil teh berpenghasilan karena ujungnya mah kan ke materi,.. '
Nilai lebih seseorang yang diukur dari tingkat kemampuan ekonomi juga diutarakan responden AF sebagai berikut:
:. RT/RW saja contohnya, saya dianggap mampu, punya rumah, warung ada, kontrakkan, saya dianggap punya kualitas ekonomi... anak beres semua ... ' Yang dimaksud mampu mengantarkan anak-anaknya sebagai 'orang' adalah keluarga tersebut dapat menyekolahkan an&-anaknya hingga ke jenjang pendidikan tertentu, memiliki rumah, pekerjaan yang tetap, ekonolni mapan, serta memiliki akhlak yang baik. Seperti dituturkan kembali oleh AF:
:.
Pengalaman saya, waktu itu sebelum punyak anakpunya niat memberi bekal ilmu daripada bekal harta. Sekarang terbukti! 'Anak-anak semua bisa kerja, ga ada yang nganggrr, anak terakhir meski tidak kerja di kantor, tetapi bantu saya mengelola rumah dun lvarung...' '..Menurut keluarga di luar Jmva, kami di sini tennasuk keltrarga yang paling majtr dun paling bagus nleng2rrus anak-anak. Orang yang berhasil di segala bidangnya itu berkualitas lagi ... '
Dan ukuran lain yang juga dilihat sebagai akibat kemampuan materi adalah jika keluarga sudah mampu melaksanakan ibadah haji.
4.4.2. Jabatan Masyarakat memiliki rasa hormat dan segan kepada seseorang yang memiliki jabatan, baik jabatan di tempatnya bekerja, jabatan dalam kepengurusan RT,RW, lembaga agama, lembaga pemerintahan, maupun kegiatan-kegiatan organisasi lain, baik jabatan formal maupun jabatan informal. Seperti dikatakan oleh Dad,: '... Ukuran berhasil teh belpenghasilan karena uj~rngnyamah kan ke nlateri, dun sebagainya dun kalo udah naik haji. dari materi dilihat juga da~i.jabatan.Cu~naitu tadi kalo akhlaknya r~rsakstisah.. '
Kepada orang-orang tersebut, masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi sehingga setiap kata clan perbuatannya dihargai dan dilaksanakan, terlebih kepada orang yaug ~nemilikikepedulian yang tinggi dalam pengembangan masyarakat sekitar. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya adalah Ketua RT, Ketua RW, aparat kelurahan yang tinggal di wilayah tempat tinggal, Pengurus Mushola, Pengurus Madrasah, hingga Pengurus K m g Taruna. Tokoh-tokoh pada jabatan formal memiliki peranan dalam masyarakat terutama yang menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat administratif. Misalnya membuat akte kelahiran, pengurusan KTP, swat keterangan tidak mampu, surat-swat jual beli, waris, dan sebagainya. Sedangkan tokoh-tokoh pada jabatan informal seperti tokoh-tokoh agama, sesepuh, dan pengurus-pengurus koperasi dan b a n g taruna membantu pengembangan masyarakat lewat kegiatan-kegiatan b&
sosial,
perlombaan 17 Agustusan, pertandingan-pertandingan olah raga, kepengnrusan kegiatan simpan pinjam, musyawarah, dan kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya.
4.4.3. Agama Masyarakat Sunda terkenal dengan masyarakat agamis. Sehingga tokoh agama juga memiliki tingkat penghargaan yang tinggi di mata masyarakat seperti Ustadz atau Kyai. Di Kelnrahan Kebon Waru terutama di kawasan-kawasan pemukiman penduduk banyak terdapat lembaga-lembaga pendidikan agama seperti Madrasah dan Tempat Pendidikan At-quran (TPA). Banyaknya anak-anak yang dititipkan untuk mengaji maupun belajar pendidikan agama d~ Madrasah maupun TPA memperlihatkan adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan akhlak bagi anak-anak mereka, serta penghargaan dan kepercayaan bahwa para guru (asatidz) memiliki kemampuan memberikan pendidikan akhlak di luar rumah melengkapi pendidikan yang diberikan orang tua di rumah. 4.4.4. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan, maka semakin tinggi posisi pelapisan sosialnya. Masyarakat memandang seseorang melalui pendidikan karena aspek pendidikan memegang peranan dalam pengembangan wawasan, cara berpikir, clan cara seseomng menangani suatu masalah yang dihadapi. Masyarakat menyadari, semakin tinggi pendidikan, kemampuan seseorang untuk mengolah informasi yang datang atas suatn masalah melalui beragam sudut pandang, sehingga dapat menangani masalah dengan tepat. Semakm tinggi pendidikan seseorang, maka semakm mudah dia menemukan satu benang merah dari kekusutan masalah yang dihadapinya. keberhasilan melalui jalur pendidikan juga dibarengi dengan pengalaman hidup yang dimiliki seseorang. Dad menuturkan contoh keberhasilan di bidang pendidikan: '..Cars mendidik Orang berkualitas itu bisa kelihatan dari anak-anak didikannya cenderrrr7g lebih baik karena berdasarkan pengala~nannya sendiri. Bukan c u m dari pengalarnan pendidikan tapi juga pengalarnan hidtip. ConfohPak Suharto, Cunta lulusan SMP, M s , tapi berkualitas.. '
Menurutnya pula, orang menjadi berkualitas jika pendidikan yang dimiliki dapat membuat orang tersebut menjad bijaksana. Bijaksana dalam berpikir maupun bertindak. Di lingkungan masyarakat Kelurahan Kebon Waru, tokoh-tokoh RW,
tokoh agama, Karang Taruna, maupun aparat Kelurahan rata-rata berpendidikan SLTA, sebagian sudah berpendidikan sarjana. Selain hasil dari pendidikan formal, tokoh-tokoh tersebut disegani dan dihormati karena pendidikan dan pengalaman berorganisasinya yang relatif lebih baik daripada masyarakat kebanyakan. Dalam pelapisan sosial yang terdapat di Kelurahan Kebon Waru, tokoh-tokoh dengan berbagai karakteristik baik secara formal maupun informal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya bahu membahu bersama masyarakat dalam pengembangan kegiatan-kegiatan yang diarahkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tokoh-tokoh formal dan informal bersama-sama menentukan prioritas pembangunan di daerahnya masingmasing untuk diusulkan dan dijalankan sebagai program pembangunan. Pembahasan mengenai pelaksanaan maupun evaluasi program pembangunan dalam lingkup Kelurahan diwujudkan dengan pertemuan 'minggon' yang dihadiri Lurah bersama seluruh Ketua RW
dan tokoh-tokoh masyarakat. Bentuk
pertemuan ini
memperlihatkan hubungan antara pemerintah daerah, dalam ha1 ini Lurah, dengan masyarakat secara vertikal. Jejaring sosial yang berkembang di Kelurahan Kebon Waru juga terbentuk dalam rangka kegiatan-kegiatan masyarakat, seperti kegiatan keagamaan, kegiatan 17 Agustusan, Maulid dan perayaan-perayaan hari besar lain. Bentuk jejaring yang dikembangkan seperti peran serta masyarakat sebagai sponsor dalam kegiatan pentas seni, maupun kegiatan keagamaan lain. Sedangkan bentuk jejaring lainnya belum tergali lebih banyak.
4.5. Fungsi dan Kontrol Lembaga
Sejalan dengan tujuan memenuhi kebutuhan remaja dalam peningkatan kemampuan dasar berupa kemampuan komunikasi dan kerjasama, lembaga-lembaga kemasyarakatan menjalankan fungsi dan peranannya berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan baik tertulis maupun tidak tertulis, maupun mengacu pada nilai-nilai
agama sesuai dengan keyakinannya. Bentuk fbngsi dan kontrol lembaga terhadap pengembangan kemampuan sosial awalnya dilakukan oleh kelembagaan keluarga sebagai institusi informal paling dasar dalam kehidupan remaja. Dalam penerapan pola pendidikan informal di dalam keluarga, orang tua dan anak-anak bersama-sama melakukan pembelajaran seperti nilai kejujuran, cinta kasih, toleransi, kesederhanaan, dan cara melakukan usaha, kerjasama. Bentuk pendidikan toleransi dan komunikasi yang dilakukan keluarga adalah dengan mengajak anak berdialog mencari sekolah yang tepat sesuai dengan kemampuan anak. Pendidikan kecerdasan emosi utama yang diajarkan orang tua adalah pentingnya berlaku jujur. Karena kejujuran dapat membawa kebaikan di manapun anak berada. Seperti penuturan AF, seorang warga masyarakat berikut: "...anak terakhir meski tidak kerja di kantor, tetapi bantu saya mengelola rumah dun warung. Saya minta dia bantu saya dengan upah sebesar UMR........ saya berikan kejujuran, kepercayaan....mereka juga saya beri pengarahan bagaitnana nyari kerja, usaha, dl1... "
Pendidikan informal keluarga berupa cara melakukan usaha dan kerjasama di antaranya terlihat pada pola pekerjaan yang cenderung sama di antara anggota keluarga. Anak-anak yang memiliki orang tua yang berusaha sendiri misalnya sebagai pedagang atau membuka usaha jasa juga memilih berusaha sendiri. Kemampuan komunikasi dan kerjasama remaja lainnya diperoleh melalui partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan seperti karang taruna, maupun berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang diadakan lembaga pada momen-momen tertentu seperti kegiatan-kegiatan bakti sosial, perlombaan
17 Agustusan,
pertandingan-pertandingan olah raga, kepengumsan kegiatan simpan pinjam, musyawarah, dan kegiatan-kegiatan masyarakat lain.
4.6. Masalah Sosial Permasalahan pertumbuhan penduduk yang cepat dan langkanya pekerjaan yang memberikan tingkat penghasilan yang layak menyebabkan makin banyak
penduduk yang hidup clan bekerja dalam keadaan
tidak menguntungkan bagi
kesejahteraannya. Data Bulan Januari 2008 memperlihatkan 68,37 persen penduduk Kebon Waru adalah penduduk usia produktif. Jumlah penduduk sebesar itu jika termanfaatkan seoptimal &an sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Jika potensi yang ada tidak tergarap secara optimal, bisa jadi
dip en gar^ dari faktor dalam individu maupun luar individu yaitu lingkungan Sebagai wilayah yang memiliki tingkat kepadatan tinggi, Kelurahan ini juga memiliki berbagai macam variasi permasalahan sosial di masyarakat, seperti permasalahan kerniskinan, kriminal, hingga permasalahan moral. Permasalahan kurangnya sosialisasi antar warga terutama di tingkat warga ekonomi menengah ke atas dituturkan aparat kelurahan, Pr: '...Yang jelas keteranggaan di konplek ga terlalu baik Sattr rumah ke runtah yang lain ketemurtyajuga susak, paling ngobrol3 hari sekali ketemu. Pendataan dari kelurahan dun progam pemerintah sulit ditembus. Hampir semtra komplek begitu.. '
Sedangkan permasalahan yang berkaitan dengan remaja seperti permasalahan mabuk, perkelahian, pencurian, hingga kurangnya keinginan bersosialisasi
dituturkan oleh AF, seorang warga masyarakat dan Mu,
pengurus RW sebagai berikut: '..Kefua jaman Megawati, di sini banyak yang mabok, keamanan kurang terjamin.. ' '..ada beberapa orang itu kan masih wajar lah. Kalo dari seratus orang, Cuma sekian persen lah anak yang punya masalah dengan orang tua, namun secara umum alhamdulillah...p ermasalahan anak dengan orangtua sekarang Alhamdulillah sudah jarang terjadi, kalo dulu kadang anak ada yang bertnasalah dengan orang tua dikarenakan keadaan mabok, ga tau karena saya jarang mengetahui, tntingkin karena semarak ntabohya ifu, mungkin karenafaktor ekononli atau kesadaran saya ga tau ... '
'.. saya sebagaipengums ~nelihatremaja juga awalnya bertanya-tanya, kok kenapa jiwa sosialiya kok seperti hilang, temyata ga tau faktorperga~rlan atau bagaimana, ora~tg-orangitu dalam otahya seperti nominal yang muncul,jadi kelihatan kalo diajak-ajak tentang sosial itu kaya sulit. Seperti saya ngajak kerja bakti, ga peritah ada retnaja, bahkan adanya bapakbapak, pa RT lagi, ibu-ibu, sekarang yang aktjf malah pengqjian ibu-ibu, kok kenapa remajanya ga bisa '
'..justru yang rawan saya perhatikan sering terjadi masalah itu remaja di perbatasan, antara RW 02, RW 07, .. remaja memang terkait, seperti ~vaktu itu, awal nrasalah nremang dari anak RW 07, salah paham ada salah persepsi..
Sejauh ini, permasalahan yang ada di masyarakat sebagian besar memang masih bisa ditangani di tingkat lokal, Seperti dituturkan aparat kelurahan, Pr: '... Tingkat kriminalitas di sini aman-aman aja lah. Masalah kesenjangan, permasalahan sosial nu kararitu bang seperti itu)? Ga pernah denger. Mungkin karena ga nyampe kesini. Atau sejauh ini sepertinya masih bisa ditangani oleh masyarakat sendiri ... '
Meski demikian, yang terlihat di lapangan, penanganan permasalahan sejauh ini dirasakan masih terbatas pada permasalahan yang sudah benar-benar meresahkan.
Belum terjun pada kondisi bagaimana mencegah agar ha1 itu tidak terjadi. Seperti penuturan Af, seorang warga masyaakat: '..kentarin saya nrergokin, orang belakang beli permen, pas ngambil tangan yang kana12 nyehrp ke toples, pas mau ambil lagi, yang di tangan di lempar ke tangan kiri dtrlrl. Pas bayar yang ditrmnjrikin Cuma yang di tangan kanan aja. Saya ga teglrr; biarin aja. Pingn liat aja, kenapa begihr.. '
Pengaruh sosial dan kultural sangat memainkan peranan besar dalam menentukan tingkah laku individu anggota masyarakat. Praktek-praktek penggunaan narkoba dan perilaku negatif yang semakin meluas saat ini merupakan peristiwa mash minimnya konformitas anggota masyarakat terhadap norma sosial yang tengah berlaku sebagai acuan perilaku kolektif. Kegagalan fungsi keluarga sebagai alat penting dalam kontrol sosial dan lemahnya sanksi-sanksi sosial dari masyarakat tanpa disadari telah melahirkan subkuitural perilaku menyimpang.
BAB V. EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAK DAN REMAJA OLEH MUSHOLAMADRASAH MIFTAHUL HUDA (MIFDA)
5.1. Sejarah Pendirian Mushola dan Madrasah Mifda
Mushola dan Madrasah Mifiahul Huda didirikan di tahun 1960 oleh H. Sas di lahan seluas 18 m2 (terlihat pada Gambar 4. di lampiran). Mushola dan Madrasah yang didirikan di tanah wakaf ini, sejak awal pendiriannya sudah berkomitmen menjalankan
program
pengembangan masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan
keagamaan dan pembinaan anak-anak sekitar Mushola melalui pendidikan Madrasah meski baru sebatas kegiatan sholat berjamaah dan belajar Al-Quran. Tahun 1965 Mushola ini direnovasi menjadi 2 lantai dengan konstruksi lantai kayu dan bertahan hingga saat ini. Kepengurusan Mushola yang awalnya dijalankan oleh keluarga H Sas kemudian bertambah dengan bergabungnya 3 orang masyarakat yang ingin bergabung mensejahterakan Mushola, yaitu Bapak Ma, Bapak Sar, dan Bapak Suj. Kegiatan pun kemudian bertambah tidak hanya kegiatan sholat berjamaah dan belajar AI-Quran, tapi juga melaksanakan kegiatan pelaksanaan Qurban dan kegiatan Ramadhan. Pembentukan kepengurusan Mushola dibuat pada tahun 1970 dengan penambahan pada kegiatan madrasah yaitu pengajian rutin Taman Pendidikan AlQuran (TPA). Saat itu jumlah siswa yang ikut serta baru berjumlah 10 orang siswa. Di tahun 1980an, jumlah siswa TPA bertambah menjadi 45 orang siswa dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Di tahun 2003, Mushola dan Madrasah kembali direnovasi serta kepengurusan Madrasah TPA mulai dibuat berpisah dari kepengurusan Mushola. Wacana kepengurusan Madrasah Mifda dimulai sejak adanya keinginan anak pendiri Mushola
Mifda, Ac untuk memiliki program pembinaan anak-anak madrasah secara leblh terarah. Untuk mewujudkan keinginannya, Ac merangkul Tr untuk menjalankan program madrasah sekaligus menjadi kepala sekolah. Seperti dituturkan oleh kepala sekolah Madrasah. Tr: '..Says mulai masukMfda tahtin 2003, itujuga karena diajak Ac. Awalnya kan saya aktifdi Al-Huda, sekitar 1 periode, setelah kegengurusun di AlHuda selesai, pindah ke Mijda. Awal-asval kepengurusan Mfda belum ada program apapun, karena masih penjajakan. Tapi waktu itu langsung didaulat jadi Kepsekpengajar yang akfif sampai sekarang Ibu Sus dan 11n... '
Karena tahun 2003 hingga pertengahan tahun 2004 merupakan masa transisi Madrasah menyiapkan program pengajaran secara lebih terarah, maka secara umuin tidak banyak perubahan yang terjadi dalam program pengajaran untuk tingkat TKSD. Jnmlah siswa Madrasah pada tahun ini ada sekitar 55 orang siswa dengan variasi pembelajaran mulai dari TK, SD, ditambah kelas SMP. Meski demikian, Madrasah Mifda mengalami perubahan terutana pada variasi metode pengajaran bagi SMP dan SMA yang mulai muucul dan aktif di tahun 2004. Peinbagian waktu untuk kegiatan Madrasah adalah hari Senin sampai Jumat untuk kelas TK-SMP, sedangkan kegiatan madrasah untuk SMA difokuskan di malam Ahad. Materi pengajaran madrasah berkembang mengikuti masukan-masukan dari model pengajaran madrasah modem, tapi tetap mengikuti panduan dari materi pengajaran Persatuan Islam (Persis) sebagaimana yang telah dilaksanakan Ac dan keluarganya. Di bulan Oktober tahun 2004, program Madrasah mulai disusun secara sistematis melalui rancangan kegiatan Madrasah yang pelaksanaannya dimulai pada awal Bulan Muharram di tahun masehi 2005. Kepengurusan Madrasah dibenahi dan disusun lebih baik dari sebelumnya (seperti pada Diagram 3. di lampuan). Tidak berbeda jauh dari waktu pembentukan program Madrasah inilah, kelembagaan remaja masjid Mifda ikut terbangun. Diawali dari keinginan remaja SMP dan SMA yang lkut dalam kegiatan Madrasah untuk beraktivitas dan bersosialisasi untuk menjalankan kegiatan sendiri selain dari kegiatan Madrasah yang
mereka ikuti. Perkumpulan remaja masjid Mifda yang pertama diberi nama Remaja Masjid Miftahul Huda (RISAMIA). Pada perjalanannya, RISAMIA kemudian berganti nama
menjadi KARMA di tahun 2007 dan berubah kembali menjadi
KURMA di tahun 2008 ini. Selain mewadahi remaja yang saat itu aktif di Mifda, kelompok ini pada perjalanannya terus aktif karena adanya desakan dari remaja keluaran Madrasah
yang ingin terus berkiprah dan menjaga silaturahmi dengan
Mushola-Madrasah Miftahul Huda setelah keluar dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
5.2. Kegiatan Pembinaan Anak dan Remaja
Sesuai dengan tujuan awal pendiriannya, Madrasah Mifda didirikan sebagai sarana pembinaan pendidikan agama Islam bagi masyarakat di lingkungan Madrasah Mifda. Kegiatan yang telah dijalankan Madrasah Mifda yang eksis hingga saat ini adalah kegiatan Madrasah yang dibagi menjadi 4 kelas, yaitu kelas TK, SD kelas 1-3, SD kelas 4-6, serta SMP. Sedangkan kegiatan SMA meski secara tertulis masih ada, namun tidak demikian dengan kegiatannya. Kegiatan SMA dan sebagian anak SMP lebih terfokus di bawah naungan kelembagaan remaja masjid Mifda dengan program kegiatan yang diprogramkan setiap malam Ahad. Pembinaan dan pengembangan potensi remaja dimulai Madrasah di tahun 2004 meialui kelompok RISAMIA cukup rutin dijalankan. Selain mengikutsertakan
remaja dalam kegiatan rutin Madrasah sebagai pengajar, Madrasah Mifda dan kelompok remaja masjid yang ada terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan Mushola,
seperti
kegiatan keagamaan berupa
ibadah ritual
sholat, juga
mengembangkan potensinya sebagai tempat pelayanan dan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat lain, seperti pembinaan mental spiritual berupa pengajian bagi kaum bapak dan kaum ibu, pelayanan zakat infak shodaqoh (ZIS) secara mtin, tabungan infak dan tabungan qurban. Seperti diakui pengurus Madrasah yang diamini oleh pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bandung, kegiatan madrasah bisa berjalan hingga kini karena ada partisipasi para remaja.
Meski tergolong organisasi informal yang tidak besar, Madrasah telah banyak berkiprah dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya bagi anak-anak dan remaja & sekitar Mushola-Madrasah Mtfda. Kegiatan-kegiatan bagi remaja yang penlah dilakukan antara lain: 1. Mengadakan pengajian mtin remaja SMP dan SMA serta pemuda yang
diadakan Madrasah Mifda. Waktu pengajian disesuaikan dengan waktu belajar sekolah formal, siang dan sore hari. 2. Mengadakan acara kumpul bersama remaja dan pemuda sekitar Mushola setiap sabtu sore dengan variasi kegiatan kursus memasak, membuat keterampilau, hingga pemutaran film edukatif. 3. Berperan serta aktif di kegiatan Mushola Mifda seperti kegiatan hari-hari
besar keagamaan Idul Adlia dan Idul Fitri setiap tahunnya dengan alokasi tugas yang bervariasi mulai dari pembagian pamflet sholaf penyelenggaraan Sholat Iedul Fitri dan Iedul Adha bekerja sama dengan Masjid Al-Hikmah dan Masjid Al-Huda, penyebaran brosur qurban, kegiatan inti, bingga pendistribusian daging qwban kepada para jemaah dan kaum duafa. 4. Mengadakan kegiatan tadabur alam dan hati dengan harapan menambah pemahaman akan penciptaan alam dan isinya serta sebagai upaya meningkatkan rasa syukur dan keimanan kepada pencipta. Kegiatan yang dilakukan seperti berkunjung ke panti tuna netra, dan panti sosial lain. Bentuk pembinaan dan pemberdayaan remaja di Mushola dan Madrasah Mifda berupa pembinaan moral dan memberdayakan tenaga para remaja pada kegiatan Mushola dan Madrasah Mifda cukup memberikan hasil pada peningkatan kemampuan remaja. Sebagai bagian dari kegiatan Madrasah, remaja diajak ikut merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan rutin. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya pelnbuatan modul materi pengajaran, berkomunikasi dengan orangtua siswa dalain kegiatan pemberian rapor dan forum komunikasi, merencanakan kegiatan Romadhon dan lomba.
Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini terus mendapat pantauan dan arahan dari Kepala Sekolah Madrasah dan pengurus Mushola. Menurut salah seorang pengurus, pembinaan moral yang dilakukan di Mifda menghasilkan remaja-remaja yang lebih bertahan di lingkungan daripada remaja lain. Indikator keberhasilan mendidik remaja yang dirasakan pengurus adalah tidak adanya remaja jebolan Madrasah dan Mushola Mifda yang menganggur, remaja juga terus meluangkan waktu di sela-sela bersekolah bekerja untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Mushola dan Madrasah.
5.3. Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial
Perkembangan kegiatan remaja masjid di Madrasah Mifda
sangat
berhubungan erat dengan modal sosial yang berkembang di sekeliling Madrasah dan Mushola Mifda. Kegiatan-kegiatan berjalan seiring dengan kepercayaan (trust) dari masyarakat kepada Mushola dan Madrasah dalam mengelola tabungan qurban, mengelola zakat, infaq, shodaqoh, menyerahkan sebagian tanggung jawab mendidik dan membina anak-anak mereka kepada Madrasah, hingga kepercayaan menerima pengajaran syariah bagi kehidupan beragama masyarakat. Kepercayaan masyarakat kepada Mushola dan Madarasah ini berbuah pada besarnya partisipasi masyarakat pada berbagai kegiatan yang dilakukan Mushola dan Madrasab. Sebagai contoh, jumlah hewan qurban yang dipotong pada hari raya Idul Adha di Mushola ini relatif banyak, bahkan melebihi jurnlah hewan qurban yang dipotong di masjid besar yang ada di lingkungan yang sama. Dalam proses pernotongan dan distribusi pun tidak pemah terjadi komplain dari masyarakat, karena seluruh duafa di lingkungan Mushola terdistribusikan secara adil. Bentuk modal sosial lain yang berkembang adalah adanya pertukaran kebaikan (reciprocity) di antara masyarakat dengan Mushola dan Madrasah Mifda. Contoh Reciprocity terlihat dari program pembagian sembako Bulan Mei 2008 lalu dimana sembako yang diberikan merupakan sumbangan dari donatur yang peduli
terhadap pengemhangan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pembagian semhako dari donatur salah satu anggota Yayasan Istiqomah Bandung tersebut agar lebih bermanfaat bagi masyarakat diintegrasikan dengan kegiatan peningkatan pendidikan masyarakat. Bentuk pendidikan masyarakat yang dilakukan berbeda dengan kegiatan pendidikan masyarakat yang umumnya dilaknkan oleh kelembagaan Madrasah yaitu ceramah dan pengajian. Kegiatan yang dilakukan lebih mengarah pada metode pengajian interaktif yang berupaya melakukan pencerahan pada apa yang sudah diketahui masyarakat pada umumnya. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 250 mmahtangga yang berada di sekitar Mushola Mifda, khususnya jamaah Mushola yang notabene merupakan masyarakat pada level ekonomi bawah. Kegiatan-kegiatan di Mushola dan Madrasah Mifda pada perjalanannya sangat mempengaruhi remaja yang berkumpul di bawah naungannya. Kegiatankegiatan Mifda yang selalu mengikutsertakan remaja KURMA maupun relnaja yang duangkul KURMA di lingkungan sekitar memberi kesempatan para remaja mengasali dan mempraktekan secara langsung kemampuan dan keterampilan yang dimiliki para remaja, seperti kemampuan mengorganisasikan kegiatan agar berjalan lancar. Meski demikian, kegiatan Mushola-Madrasah Wfda membina anak-anak
didik dan masyarakat bukan tanpa kendala. Kendala-kendala tersebut sangat dirasa perlu untuk dibenahi agar mampu memperkuat kelembagaan dan peran Mifda di tengah-tengah masyarakat, serta meningkatkan mutu lulusannya agar mampu herperan optimal saat kembali ke tengah-tengah kehidupannya. Beberapa ha1 yang duasa menjadi kendala pada kegiatan mushola-madrasah ini di antaranya adalah; 1. Kegiatan pendidikan yang telah berjalan selama 7 tahun tidak memiliki landasan hukum sebagai sebuah Madrasah yang terdaftar secara resmi meski keberadaannya diakui Pemerintah, dalam ha1 ini Departemen Agama @epag) Kota Bandung. Dari segi pendanaan, Madrasah ini bergantung kepada donatur baik tetap maupun tidak tetap yang berasal dari orangtua siswa, masyarakat
sekitar, dan Depag Kota Bandung dengan jumlah dana yang masih dirasakan h a n g mencukupi untuk memenuhi kebutuhan Madrasah.
2. Ketiadaan landasan hukum sebagai Madrasah resmi juga membuat lembaga pendidikan yang berada di bawah Mushola Mifda ini tidak memiliki silabus pendidikan dari Depag dan hanya mengandalkan kunkulum sederhana yang dibuat oleh para pengurusnya. Silabus pendidikan yang digunakan di madrasah Miftahul Huda hanyalah
kurkulum sederhana berdasarkan panduan kurikulum Persatuan Islam (Persis) yang memaparkan perihal praktek keagamaan yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, Madrasah ini menyusun beberapa program inovatif berdasarkan inisiatif para pengajar, antara lain pengadaan buku-buku suplemen, seperti GIKUHANI (Kegiatan Ku Hari h i ) . Buku ini berisi catatan shalat, tadarus A1 Qur-an, Kemajuan Belajar dan Media Komunikasi antara madrasah dengan orang tua. KUWANIKU (Buku Mewarnai Ku), Buku lainnya yaitu B-PROIL (Buku kumpulan Proyek Ilmiah yaitu sejenis buku praktikum ilmiah), BUPOTAKU @uku Laporan Prestasi Ku) dan program penerbitan selebaran Mifda, sebagai bagian dari program yang dibangun untuk senantiasa mencari, menemukan dan membagi bagi para murid, orang tua murid dan para donatur atau simpatisan yang peduli pada madrasah ini. Pada awal pelaksanaannya program-program pendidikan ini inovatif dijalankan secara rutin. Namun saat ini pelaksanaan program-program tersebut kurang terasa dikarenakan tidak adanya sumber daya yang kontinu menjalankannya. Sulitnya program berjalan juga dikarenakan partisipatif orang tua untuk membuat laporan prestasi anak di rumah yang dirasa sangat kurang. 3. Tingkat kemampuan dan keterampilan para guru yang masih dirasa kurang
bagi pengembangan pendidkan Madrasah Miftahul Huda
Saat ini Madrasah Miftahul Huda memiliki 5 orang guru, yaitu 2 orang guru wanita, dan 3 orang guru laki-laki. Satu orang guru yaitu Ibu Sus adalah pengajar tetap Madrasah Mifda dan memiliki latar belakang pendidikan agama (PGA). Empat orang pengajar lainnya yaitu 1 pengajar perempuan dan 3 orang pengajar laki-laki adalah remaja anggota KURMA yang eksis ikut
serta dalam pengajaran Madrasah. Namun mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan khusus. Sehingga pengajaran dan pengembangan metode pengajaran di Madrasah ini dilakukan berdasarkan insting clan pengalaman mengajar bertahun-tahun. 4. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kepada masyarakat sekitar Mushola
Miftahul Huda, sebagian besar bekerja sebaga buruh industri-industri garmenltekstil yang banyak tersebar di sekitar Kelurahan Kebon Waru dan berusaha sendiri sebagai pedagang kecil di pasar Cicadas yang letaknya dekat dengan pemukiman masyarakat. Kondisi ini menyebabkan peran serta masyarakat yang diinginkan pengurus terutama sod dana bagi pengembangan putra putri mereka tidak tergarap optimal. Kondisi ini tentunya memprihatinkan, Madrasah terus berjalan dengan langkah yang terseok-seok, bahkan
penghargaan
bagi
para
pengajar
dengan
memperhatikan
kesejahteraannya menjadi ha1 yang sangat berharga.
5. Ketergantungan remaja terhadap peranserta pengurus Madrasah maupun Mushola
dalam
pelaksanaan
kegiatan
menyebabkan
remaja
sulit
mengembangkan ide dan kreatiftasnya sendiri. Ide clan rencana program seringkali muncul dan digerakkan dari pihak Madrasah, barulah remaja berpartisipasi. Kondisi ini menyebabkan saat pengurus dan pengajar Madrasah tidak memiliki waktu penuh dikarenakan kesibukan masing-masing di luar Madrasah, kegiatan remaja berangsur berjalan di tempat (statis). Hal ini juga dianggap sebagai salah satu alasan meugapa kelembagaan remaja masjid Mifda pada akhirnya menjadi vakum pada rentang waktu tahun 20062007.
Permasalahan yang dihadapi Mushola clan Madrasah ini menyebabkan potensi kedua lembaga dalam proses pembinaan dan pemberdayaan remaja terasa belum tergarap secara optimal. Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi Mushola dan Madrasal~kiranya ha1 utarna yang perlu ditingkatkan adalah adanya partisipasi masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah resmi dalam menyediakan dana agar proses belajar-mengajar berjalan secara lebih efektif di bawah bimbingan para pengajar handal yang ada. Selain itu, Departemen Agama Oepag) Kota Bandung juga sangat berperan mengangkat status Madrasah sebagai lembaga resmi. Status ini diperlukan agar Madrasah memiliki kekuatan hukum dan memiliki silabus pendidikan yang terarah serta tersedia dana yang mencukupi yang membantu dalam kelancaran proses belajar-mengajar.
BAB VI. KAPASITAS KELEMBAGAAN KURMA DAN GAMBARAN KECAKAPAN SOSIAL ANGGOTA 6.1. Kapasitas Kelembagaan
Sebuah kelompok terbentuk pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sosialisasi. Kelompok KURMA pun pada awalnya terbentuk untuk memenuhi kebutuhan remaja di sekitar Mushola dan Madrasah Mifda, baik yang terdaftar dalam kelompok maupun yang tidak untuk saling bersosialisasi dan menjalin silaturahmi satu sama lain. Lebih utama dari kebutuhan tersebut, perjuangan remaja KURMA di tengah masyarakat adalah perjuangan dalam rangka penegakan dakwah Islamiyah untuk menyerukan kebenaran yang datangnya dari Allah melalui panduan Al-Quran dan Sunnah. KURMA yang didirikan awal Tahun 2008 berawal dari pemenuhan keinginan dan kebutuhan para remaja yang aktif di Mushola dan Madrasah Mifda untuk memiliki wadah beraktivitas dan bersosialisasi di luar kegiatan pendidikan mushola, serta desakan dari remaja dan pemuda keluaran mushola yang ingin terus berkiprah dan menjaga silaturahmi dengan Mushola dan Madrasah Mifda setelah keluar dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Remaja masjid Mifda dikembangkan kembali dengan nama baru setelah kelompok remaja Mifda yang pernah berdiri dan berkembang sejak tahun 2004 vakum dikarenakan kurangnya komunikasi, koordinasi dan tidak adanya kegiatan sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan anggotanya. Kelembagaan remaja masjid Mifda memang mengalami pasang surut, sejalan dengan berkurangnya aktivitas dan program-program yang pernah dilaksanakan sebelumnya. Seperti yang dituturkan Im dan Yo, dua remaja anggota KURMA sebagai berikut: '..girnana ya, dulu berentinya ya gara-gara itu, kurang komunikasi, tambah ga ada kegiatan, ga ada yang diobrolin.. '
:.Yo ikutan dari aval pembentukan itu, dulu tahun 2008, .. ga ada model dulu tuh dibuat s u p 9 ngobrol ttijuan K U M , atau mau ngapain aja,... narik remaja-remaja sekitar sini untuk aktiflagi.. '
Meski tergolong organisasi informal yang masih muda, KURMA mulai berkiprah dalam kegiatan Mushola-Madrasah Mifda dan turut andil dalam pemberdayaan para remaja dan pemuda di sekitar Mushola-Madrasah Mifda. Kegiatan-kegiatan yang pernah dan yang sedang dilakukan antara lain: 1. Berpartisipasi dalam kegiatan pengajaran bagi anak-anak Madrasah Mifda.
2. Aktif berperanserta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Mushola Mifda yang bersifat rutin, seperti penyelenggaraan sholat dan kegiatan Idul Adha, Idul Fitri, pemotongan hewan qurban, dan pengajian yang diselenggarakan Mushola. 3. Memfasilitasi program pengembangan motivasi bagi remaja dalam upaya penyadaran kualitas diri. Program ini dikenal remaja sebagai program kegiatan pemutaran film edukatif. Kegiatan-kegiatan para anggota KURMA di atas jika diamati lebih lanjut merupakan tunas-tunas bentuk pembinaan dan pemberdayaan remaja khususnya remaja di sekitar Mushola dan Madrasah Mifda yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan sosial dari remaja yang aktif di dalamnya. Upaya pembinaan para remaja melalui perkumpulan yang mereka buat sedikit banyak berbuah pada ketahanan para remaja anggota KURMA berinteraksi antar sesama anggota dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
6.1.1. Sumber Daya Potensi sumber daya KURMA saat ini adalah sumber daya manusianya yaitu para remaja masjid itu sendiri. Keberadaan mereka yang berjumlah 18 orang dengan
4 orang remaja yang aktif dan rutin ikut dalam kegiatan madrasah sebagai pengajar merupakan sumber daya manusia yang sangat membantu keberlangsungan Madrasah Mifda. Empat orang remaja yang ikut membantu kegiatan pengajaran anak-anak
Madrasah ini, yaitu Im, Am, Yo, dan And. Keempat orang ini menurut pengamatan mengalami peningkatan kemampuan berkomunikasi dan kerjasama yang lebih baik daripada anggota yang lain, terutama jika dikaitkan dengan proses kegiatan Mifda. Dibandingkan dengan 4 orang remaja yang aktif tersebut, 14 (empat belas) orang anggota lainnya bisa dikatakan lebih aktif mengikuti kegiatan Madrasah dan Mushola pada waktu-waktu tertentu seperti pada kegiatan hari-hari besar keagamaan yang diadakan di Mushola dan Madrasah Mifda. Selain sumber daya manusia, tidak ada sumber daya material yang dimiliki oleh KURMA. Sarana pendukung yang biasanya ada di dalam suatu kelompok untuk menjalankan administrasi atau kegiatannya seperti alat tulis kantor (ATK), alat elektronik, atau ruang pertemuan tidak dimiliki KURMA secara pribadi. Semua sarana dan prasarana pendukung kegiatan yang diperlukan remaja KURMA berkaitan dengan kegiatan Mushola dan Madrasah selama ini menggunakan sarana dan prasarana Mushola dan Madrasah sendiri. Sedangkan sarana dan prasarana yang digunakan khusus saat KURMA mengadakan kegiatan dipersiapkan secara swadaya oleh anggota.
6.1.2. Kepemimpinan Kepemimpinan di dalam kelembagaan KURMA yang dibahas berkaitan dengan pola kepemimpinan yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan KURMA, baik yang berasal dari kepemimpinan pengurus KURMA sendiri maupun kepemimpinan yang dilakukan oleh pihak-pihak lain di luar KURMA. Bentuk kepemimpinan terlihat saat pengambilan keputusan, penyusunan program, hingga pelaksanaan kegiatan. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara memperlihatkan, pengambilan keputusan terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan program KURMA maupun subprogram Mushola dan Madrasah yang dibebankan kepada KURMA masih cukup banyak didominasi oleh kepemimpinan pihak-pihak di luar KURMA, yaitu oleh pengurus Madrasah dan pengurus Mushola. Kepemimpinan pihak luar kelompok
paling dominan berasal dari pengnrus Mushola temtama terlihat pada saat pengambilan keputusan dalam menggolkan rencana kegiatan. Ide dan inisiatif segar remaja biasanya diarahkan dan lebih banyak ditampung pada kegiatan-kegiatan Madrasah. Untuk kegiatan-kegiatan Madrasah, peluang ide remaja dikomunikasikan kepada pihak Madrasah untuk kemudian dijalankan lebih besar daripada melontarkan ide dalam kegiatan Mushola. Hal ini dikarenakan rnang lingkup pelaksanaan kegiatan Madrasah hanya terkonsentrasi pada komunitas siswa madrasah dan tidak banyak bersinggungan dengan komunitas masyarakat yang lebih besar, sehingga lebih mudah ditanggulangi jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan. Untuk kegiatan Mushola, remaja anggota KURMA lebih banyak berada pada posisi menerirna perintah sebagai tenaga pelaksana. Remaja saling berinteraksi dan bernsaha bekerjasama dengan sesamanya atau dengan masyarakat lain yang aktif dalam kegiatan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan tanggungjawab pekerjaannya saja. Hingga saat ini, dominannya peranan pengurus Madrasah dan Mushola terjadi karena kurangnya konsistensi para anggota KURMA untuk mengadakan kegiatannya secara rutin, sehingga untuk mengembangkan kegiatan dan menghidupkan kegiatan remaja, pengurus Madrasah dan Mushola bernsaha melontarkan ide-ide yang dirasa akan disenangi dan direspon secara positif oleh remaja. Perencanaan programprogram KURMA yang muncul atas inisiatif pengnrus Madrasah Mifda dikemukakan pada momen-momen pengajaran di Madrasah maupun di kegiatan briefing pengajar. Ide-ide ini kemudian dibahas dan dikolaborasikan bersama ide-ide yang juga muncul di antara anggota KURMA. Pada pertemuan tersebut pengurus Madrasah memberikan panduan dan menarik anggota KURMA untuk berpendapat merespon setiap kegiatan yang akan direncanakan. Dengan cara memandu dan mendampingi anggota KURMA dalam pembahasan setiap kegiatan yang dilakukan, maka anggota KURMA belajar untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan yang akan dilaksanakan oleh kelompok mereka sendiri.
Dominasi kepemimpinan remaja KURMA oleh pengurus Madrasah dan Mushola juga dikarenakan lemahnya kepemimpinan internal di dalam kelompok
KURMA. Ketua kelompok dipilih berdasarkan keputusan rapat anggota, tanpa kesadaran penuh dari ketua kelompok untuk menjalankan hngsinya. Kondisi ini menyebabkan ketua sejauh ini hanya berfungsi sebagai simbol dan tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan kelompoknya sendiri. Kondisi kepemimpinan ketua kelompok ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan kondisi kepemimpinan yang ada di Mushola Mifda, seperti yang dituturkan Tr dan Sus dalam wawancara berikut: '...yang saya lihat orang-orang sini takut jadi ketua karena sebenarnya mereka paham konsekuensi jadi ketua, jadi takut memikul tanggungiavab saat ada kegiatan.. Kalau ada kegiatan di Mfda, setiap orang paembungembung (berlomba-lomba menolak)jadi koordinator, giliran diundang rapat ga pada datang pesertanya sedikit sekali, tapi giliran kegiatan itu berjalan, setiap orang berlomba-lomba ngasih perintah dun komentar..jelek tidaknya kenzampuan seseorang dinilai dari keberhasilan kegiatan, padahal barzyak ,fak?or yang bermain ... ' '...memang selama ini ketzia KURMA jaraitg hadir karena alasan diapunya pekerjaan, ihl juga dulu dipilih karena ga ada yang mazr jadi ketua. Tapi dia sudalz ngasih ijin anak-anak kalo nzau ngadain kegiatan silahkan saja ... '
Hal inilah yang kemudian menyebabkan keputusan-keputusan internal kelompok KURMA akhimya dilakukan oleh para anggota secara mandiri melalui bimbingan pengurus Madrasah Mifda tanpa kehadiran ketua. Dalam prosesnya, suara setiap anggota yang hadir didengar dan dipandang sebagai pendapat yang berharga untuk kemudian dijalankan bersama.
6.1.3. Perencanaan Kegiatan Sejak masa dikukuhkannya kembali kelompok remaja masjid Mifda dengan formasi yang baru dalam KURMA, baru satu kegiatan yang muncul atas ide anggota
KURMA yaitu pada kegiatan lomba bagi siswa madrasah pada Romadhon tahun 2008.
Selain itu, proses perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
KURMA lebih dominan muncul dari para pengurus Madrasah dan Mushola Mifda.
Ide dan inisiatif dari pihak luar ini kemudian dibahas berkolaborasi dengan ide dan inisiatif anggota untuk direncanakan bersama untuk dilaksanakan. Ide dan inisiatif anggota kelompok mengadakan lomba bagi siswa ~nadrasah muncul dari 4 orang anggota KURMA yang ikutserta dalam kegiatan Madrasah. Meskipun tujuan utama kegiatan adalah mengisi bulan Romadhon dengan kegiatankegiatan yang positif bagi siswa Madrasah, kegiatan ini juga dibuat untuk ~nenarik anggota kelompok untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan Madrasah dan meningkatkan kebersamaan antaranggota. Dalam proses perencanaan kegiatan, 4 orang anggota pengajar berperan aktif mengajak dan melibatkan seluruh anggota dalam proses perencanaan kegiatan. Meski proses perencanaan kegiatan telah melibatkan seluruh anggota, partisipasi anggota lain belum berjalan maksiinal. Anggota kelompok yang tidak rutin mengtkuti kegiatan dan hanya aktif pada kegiatan-kegiatan yang bersifat insidental saja lebih mengambil posisi sebagai 'followers' (pengikut). Meski seluruh anggota datang dan berpartisipasi dalam kegiatan perencanaan, anggota lain cendemng hanya mengkuti hasil keputusan rapat dan bergerak sebagai pelaksana kegiatan. Secara umum program yang dibuat oleh anggota kelompok belum dirancang secara mendetil dan tertulis. Program cenderung direncanakan dan diputuskan dalam pertemuan-pertemuan non formal, sehingga jadwal kegiatan sangat mudah berubahubah. Penyimpanan arsip-arsip kurang mendapat perhatian serius. Hal inilah yang disayangkan oleh pengurus Madrasah yang ikut mendampingi KURMA dalam kegiatamya, seperti yang dituturkan Tr berikut: '... ini salah satu keletnahan kami dihfadrasah, di KURMA satna juga. tidak pemah ada kearsipan untuk kegiatan-kegiatan yang sudalt jalan. ..ini karena kami ga punya orang yang bisa megang khustrs masalah dohimendokumen,jadipenelusuran kegiatan susah dijalaizkan.. '
'dulu Madrasah pemah &par bantuan Rp. 250 ribu. Oleh kattti yang I00 ribu diberikan untuk operasional RISAMA. Tapi sampai sekarang uang itzc ga tau ke mana ....Risarnia dulu pemah vakum, program g jalan, organ inti aja yang ada, makanya karena satu dan lain hal, lvaktu itri saya diundang untuk memberipengarahan untuk membentu kelompok remaja baru, ya yang ketuanya An itu... '
6.1.4. Pelaksanaan Kegiatan
Seperti yang dijelaskan pada subbab kepemimpinan dan perencanaan kegiatan, remaja KURMA adalah subjek-subjek utama kegiatan Madrasah, dan tenaga pelaksana dalam kegiatan Mushola. Kegiatan Romadhon di Mushola dan Madrasah Mifda tahun 2008 ini diikuti oleh sebagian besar anggota KURMA. Kegiatan Mushola yang dijalankan oleh remaja KURMA yaitu sholat subuh berjamaah dan kegiatan Kultum (kuliah tujuh menit) setiap hari, kegiatan madrasah untuk anak-anak yang dimajukan dari semula jam 16.00 hingga 19.00 menjadi jam 15.30 hingga sekitar jam 17.30. Kegiatan selanjutnya adalah persiapan berbuka puasa di mushola di mana remaja KURMA bertugas menjemput makanan untuk berbuka (Ifthor) dari masyarakat yang menyumbang hingga mempersiapkan dan merapihkan semua hidangan. Sedangkan kegiatan mengumpulkan dana zakat fitrah dilaksanakan anggota kelompok mulai dua minggu sebelum hari raya tiba. Selain acara kegiatan di atas, remaja juga mempersiapkan kegiatan lomba anak-anak yang dilaksakan sejak pekan kedua Romadhon hingga 2 hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan perlombaan yang dilakukan antara lain lomba azan, mewarnai, lomba membaca dan hapalan surat, lomba menari, dan lomba membuat kreasi anak. Untuk mendukung kelancaran kegiatan tersebut, para remaja bekerja sama mulai dari mencari tema dan gambar untuk lomba mewarnai, mencari dan melobi juri setiap lomba ke tokoh masyarakat maupun pengurus Madrasah dan Mushola, serta mempersiapkan bahan-bahan untuk lomba laeasi anak. Pada kegiatan ini, meskipun teknis pelaksanaan dilimpahkan kepada KURMA, namun KURMA tetap bergerak di bawah koordinator ketua Mushola dengan menggunakan dana kas DKM serta sarana dan prasarana Mushola. Kedua kegiatan yang diadakan KURMA secara insidentil di Bulan Romadhon ini cukup berhasil dalam pelaksanaannya. Animo anak-anak madrasah untuk ikut serta dalam setiap lomba yang diadakan cukup tinggi, terbukti dari sedikitnya anakanak madrasah yang absen datang setiap harinya. Hal ini dikarenakan variasi kegiatan lomba yang cukup banyak dan menarik yang ditawarkan KURMA. Selain itu,
kegiatan seperti mempersiapkan makanan berbuka puasa juga dilakukan remaja dengan penuh semangat. Hal ini dikarenakan remaja mendapat tanggung jawab penuh mengkoordinir dan mengawasi kegiatan berbuka maupun pengumpulan dana zakat dari pihak mushola. Pada kegiatan yang bersifat khusus seperti kegiatan bulan Romadhon dan Idul Adha, partisipasi sukarela remaja terlihat cukup besar. Tingginya partisipasi remaja pada kegiatan-kegiatan besar keagamaan menurut pandangan pengurus madrasah dikarenakan pada kegiatan besar peluang remaja untuk saling berkumpul dan bertemu teman-teman sepermainannya cukup besar. Berikut penuturan Sus, seorang pengurus Madrasah: '...pas acara Id~tlAdhakemarin, aya sekitar 25 remaja yang ihit ... ' '.. kalo saya rnelihaf pas acara Id711 Adha afa7i acara besar, kesempatan remaja bust izgunrpul besar. Gaperlu banyak disuruh mereka yang ga biasa datengj~rgakeluar,jadi bisa keternu tetnennya. Coba hari-hari biasa, belum tenhr dateng sernzra kan ... '
Sedangkan untuk kegiatan-kegiatan rutin KURMA, partisipasi anggota untuk berkumpul saat ini sangat rendah. Selma proses penelitian di lapangan, praktis tidak ada kegiatan rutin remaja yang berjalan, kecuali acara nonton bersama yang pada dasarnya dibuat dengan tujuan memberi motivasi dan penyadaran bagi remaja akan kapasitas diri yang dimilikinya. Acara nonton bareng ini mengundang kepala sekolah madrasah sebagai pengisi dan penyampai materi, remaja masjid Assajidin, remaja masjid Al-Huda, remaja masjid STT Tekstil, dan beberapa remaja sekitar yang berminat untuk ikut serta. Kegiatan yang dihadiri sebanyak 27 orang ini cukup mendapatkan respon yang positif dan berpeluang diadakan kembali di lain waktu. Dari kondisi-kondisi ini peneliti melihat sebagian besar anggota KURMA mash berslkap lebih senang menerima p e ~ t a hdan mengambil posisi sebagai pelaksana kegiatan. Pada kegiatan Mushola, anggota sudah mendapatkan rincian tanggungjawab kegiatan, sehingga mereka tinggal menjalankan kegiatan dan bertanggungjawab sesuai dengan beban tugasnya masing-masing. Pada kegiatan Madrasah, anggota kelompok belajar saling berkomunikasi untuk mencari format
kegiatan terbaik, serta menjalankan kegiatan sesuai dengan pembagian tugas yang telah disepakati. Kesepakatan pembagian tugas dan komunikasi tidak hanya dilakukan pada forum resmi, namun paling banyak dilakukan pada forum-forum tidak resmi seperti pada saat kegiatan pengajaran siswa. Kelemahan perencanaan kegiatan oleh kelompok yang belum dirancang secara mendetil dan tertulis menyebabkan anggota masih tumpangtindih dalam melaksanakan kegiatan. Seperti pada penjelasan faktor kepemimpinan di atas, bahwa dominasi pengambilan keputusan masih dipegang pengurus Mushola dan Madrasah, pelaksanaan kegiatan juga masih berjalan dikarenakan tingkat kepatuhan anggota KURMA pada pengurus Mushola dan Madrasah lebih besar daripada kepatuhan anggota terhadap ketua kelompok atau koordinator kegiatan di dalam kelompok sendiri. Seperti diutarakan beberapa anggota, mereka masih patuh kepada orang yang lebih tua daripada dengan kawan sebaya. ',.a im sama btc Sus, yanggede aja...sama yang lain biasa aja.. ' '..jadiyartg kerjanya ketztariyapadahal kan harusnya ketua yang ngasih perintah..karena kan kebetulan Yoya, karena mungkin karena teman ke teman,jadi ga mau ah kalo diperintah sama dia mah, mungkin karena sebnya. Dulu yang ngangkatjadi ketua banyakan gitu,.. '
6.1.5. Hubungan dengan Pihak Luar Hubungan dengan pihak luar KURMA mulai berkembang meski tidak terlalu intens dilakukan. Hubungan anggota KURMA dengan anggota remaja masjid lain di luamya
lebih
sering dilakukan terkait dengan
kegiatan
bersama
dalam
penyelenggaraan hari-hari besar Islam oleh Mushola Mifda bersama dengan Masjid lain. Contoh kegiatan yang dilakukan bersama antara Mushola Mifda, Masjid AlHuda dan Masjid Al-Hikmah adalah saat penyelenggaraan Sholat Iedul Fitri dan Iedul Adha yang dilaksanakan di Balai Besar Keramik RW 02. Ketiga lembaga ini bekerja menyelenggarakan sholat untuk warga sekitar mulai dari proses persiapan sholat hingga akhir.
Sedangkan hubungan yang terjalin antara KURMA dengan remaja masjid, dan remaja sehtar Madrasd~dan Mushola sejauh ini baru terlihat saat mereka mendukung kegiatan yang dilaksanakan KURMA seperti pada acara pemberian motivasi remaja atau acara nonton bersama yang diadakan di Bulan Romadhon tahun ini. Hubungan KURMA dengan masyarakat di sekitar Mushola dan Madrasab Wda lebih terlihat pada keikutsertaan masyarakat dari segi materi pada kegiatan keagamaan besar sepexti memberkan suinbangan makanan untuk berbuka (ifthor) bagi jamaah mushola, maupun dukungan dalam bentuk kerelaan meminjamkan barang-barang eleklronik jika KURMA memerlukan untuk kegiatan nonton bersama serta acara lomba. Timbal balik remaja KURMA pada kegiatan remaja masjid lain juga dilakukan. Silaturahmi antar remaja terjalin dengan keikutsertaan wakil KURMA pada kegiatan yang diadakan Risma Al-Huda seperti pengajian umumnya atau pada kegiatan seminar dan bazar Romadhon yang diadakan relnaja masjid Baabussdam STT Tekstil yang terletak dekat dengan Mushola Mifda. Partisipasi masyarakat yang
ditunjukkan pada kegiatan KURMA adalah dengan banyaknya orang tua yang menghtsertakan anak-anaknya pada acara yang diadakan remaja, serta tidak adanya komplain suara ribut dari masyarakat sekitar Mushola yang ditimbulkan remaja saat mengadakan kegiatan. Seperti yang dikatakan Sus, pengurus Madrasab berikut: '... Ga tu kalo tetangga mah, ya man ya, timpani aya kegiatan positiftara aya nu konplain nya, mun dari masyarakat n ~ a hteu aya, ngan nzun gandeng tah, carek ku parman.contoh siga keur urang ngadakeun mabid, feu aya nu komplain selama lingkungannya di mrftahul itu sendiri Tapi kalo kegiatannya sudah keluar dari mftahul itu, mungkin dari masyarakat akan konplain, seperti kegiatan waktu gerhana bulan geuning, gegerewekan barudak di lapang, dulu kan ada kejadian seperti itu. Nah orang-orang lapang kan ternyata komplain, ongkoh ieu gerhana meuni gararandeng, yah nantanyajuga kan anak-anaklah.
(tidak ada kalo tetangga mah, jika ada kegiatan positif tidak pernah ada yang komplain, kalau dari masyarakat ntah tidak ada, Cuma kalau mulai berisik, oleh Parinan dimarahi. Contohnya ketika kami mengadakan acara nabi id henna lam, tidak ada yang kon~plainselama berada di Iingkungan Miftahul itu sendiri. Tapi kalau kegiatannya sudah keluar dari M13ah1rlitu, mungkin dari masyarakat akan komplain, seperti kzgiatan waktu gerhana bulan ihi, anak-anak teriak-teriak di lapangan, dulu kafz ada kejadian
seperti itu. Nah orang-orang sekitar lapangan kan ternyata komplain, padahal tau sedang gerhana kok malah pada berisik, yah namanya juga kan anak-anak)
Dukungan orang luar kepada kegiatan KURMA sampai saat ini masih terbatas pada dukungan yang bersifat moril dan fisik seperti peminjaman alat-alat rumahtangga. Namun belum ada dukungan berupa dana yang sesungguhnya sangat diperlukan
oleh
kelompok
KURMA
dalam
menjalankan
keberlangsungan
kegiata~ya.
6.2. Gambaran Kecakapan Sosial Anggota Dalam proses awal pengembangan sumber daya manusia (SDM), penanaman kecakapan sosial merupakan salah satu dasar pijakan pengembangan kualitas sumber daya selanjutnya. Manusia sebagai makhluk sosial dituntut mampu mengatasi permasalahan yang timbul dari interaksinya dengan lingkungannya. Manusia sosial juga dituntut beradaptasi sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku di sekitamya. Kecakapan sosial ini semakin diperlukan seiring dengan semakin luasnya ruang lingkup interaksi sosial seseorang. Saat seseorang mulai menginjak masa remaja, dunia pergaulan dan pengaruh kawan serta lingkungan sosialnya sangat menentukan keberhasilannya beradaptasi dengan lingkungan. Kegagalan seorang remaja menguasai kecakapan sosial berpeluang menyebabkan dirinya sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di sekitarnya.
6.2.1 Kecakapan Kornunikasi (Communication Skill) Kecakapan komunikasi merupakan bentuk kecakapan dasar yang sangat diperlukan seseorang untuk dapat mengungkapkan apa yang dipikirkannya tentang sesuatu ha1 atau gagasan kepada orang lain. Disadari setiap orang memiliki kecakapan berkomunikasi yang berbeda-beda dikarenakan pembawaan yang dibawanya sejak lahir maupun karena faktor lingkungan keluarga. Yang paling
utama, kecakapan komunikasi berkembang dikarenakan pengalaman yang pernah didapat seseorang selama bersosialisasi di tengah masyarakat. Hasil lapangan memperlihatkan bentuk-bentuk kecakapan komunikasi dengan empati di dalam kelompok terlihat mulai tumbuh clan berkembang pada sebagian anggota, terutama anggota yang aktif ikutserta dalam kegiatan-kegiatan Mushola, Madrasah, maupun kegiatan kelompok sendiri. Anggota kelompok mulai mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan yang mereka miliki kepada orang lain, belajar mencari solnsi, dan menghargai pendapat orang lain dalam diskusi. Kemampuan ini terbangun terutama karena intensitas pertemuan mereka yang &f
dalam kegiatan
Madrasal~dan Mushola cukup tinggi, sehingga anggota cukup waktu untuk mengenal karakter pribadi anggota kelompok lainnya. Kondisi ini mendorong mereka saling memahami dan mempercayai satu sama lain, komunikasi juga menjadi lebih mudah dilakukan. Konflik yang terjadi di antara anggota sejauh ini hampir tidak pernah terjadi. Kesulitan mengkomunikasikan tugas dan bekerjasama yang bisa melahirkan bibit-bibit konflik selalu diredam dan tidak pernah berjalan berlarut-lamt, seperti penuturan Yo, anggota KURMA berikut: '... Cuma ga selalu begitu, ada mereka yang mau keva. KaIo ada masalah kaya gitu unttrk sementara kalo cuma sekali dua kali yo kerjain, tapi kalo nanti kaya gitu lagi, sama yo g akan dikerjain. .
Kondisi yang berbeda terjadi pada anggota yang tidak rutin clan hanya aktif pada kegiatan-kegiatan yang bersifat insidental saja. Dengan posisi sebagai
'followers' (pengdcnt), para anggota ini kurang memiliki inisiatif untuk memunculkan ide-ide untuk kegiatan kelompok. Meski ikut dalam kegiatan perencanaan, namun pada pelaksanaan perencanaan, mereka lebih cendemg menerima dan tidak banyak lkut ambil bagian dalam pengambilan keputusan. Sebagian besar anggota juga lebih banyak menjalankan tanggungjawab berdasarkan pembagian tugas yang telah ditetapkan. Karena tidak herpartisipasi pada proses pengambilan keputusan dalam rapat intern, maka komitmen melaksanakan tanggungjawab kegiatan, tingkat kepercayaan dan penghargaan terhadap koordinator kegiatan pun menjadi kurang. Yo melanjutkan:
'..kan trdah dibagi-bagi tugas, Cuma suka ada kambing hitamnya, itu sama kamir, jadi akhirnya kerjaannya teh dipegang samna satu orang. ga pada mau kerja, jadi trr kamnu ketuanya, jadi yang kerjanya ketuanya padalzal krm harusnya ketua yang ngasilt perintah..karena kan kebetulan Yo ya, karena m~rngkinkarena teman ke teman, jadi ga mat4 ah kalo diperintah sama dia malt, mr~ngkinkarena sebaya. Dtrltt yang ngangkat jadi ketua banyakan gitu, Qrma ga kornit. Ctrnta ga selalu begittr, ada mereka yang maid kerja...'
Intensitas pertelnuan kelompok yang dihadiri seluruh anggota bingga saat ini rendah menyebabkan anggota kurang mengenal karakter satu sama lain. Di dalam kelompok, mereka cendemg terikat dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Kondisi ini pula yang menyebabkan anggota kesulitan mengkomunikasikan kegiatan manpun mencari solusi atas permasalahan yang terjadi di lapangan saat mereka terikat bersama dalam satu kegiatan. Re, anggota KURMA menjelaskan: :.kayanya kurang komzrrrikasi, orangnnya diem-diem aja. Ketemu di jalan, kaya orangga kenal,jadi gemes pisan.. bikin kelompok-kelomnpokgitu. sok repol, sok kenal jtrga. Jadi kalo lagi ada kegiatan kaya serba repot padahal di sib1 (Mifa) diem aja.. '
Wujud kolnunikasi dengan empati lain yang berkernbang terlihat pada pemberian dukungan dan doa kepada sesama yang mengalami musibah. Kebiasaan madrasah yang ditularkan kepada anggota KURMA adalah kebiasaan mengunjungi anggota madrasah dm anggota KURMA yang sakit bersama-sama, seperti dikatakan
Tr, pengurus Madrasah dan Yo, anggota KURMA berikut: '..kalau di Mfda, kegiatan mengunjungi kmvan atau pengurus yang sakit sudah jadi kebiasaan ...empatinya lebih jalan ferufanta kolo ada musibah.. Anak-anak diajarkan untuk mendatangi dun mendoakan saudaranya yang sakit, tidak merepotkan tuan rumah..tidak d i a j a r h meminum atau memakon makanan dari tuan rumah..maksudnya memang supaya tuan rumah tidakperlu ngeluarkan apapun.. ' :.Kale mieltgok ka~vanyang sakit paling masih perorangan gitu kadang barengan..karena sekalian lvalaiipun ga ngasih juga, kaya waktu andi sakit kaki itu kan banyakyang nengok, ada yang rombongan ada yang individu.. '
Norma untuk tidak minum dan lnakan di rumah saudara yang sakit dilakukan untuk melatih rasa kepedulian yakni kesanggupan untuk peka terhadap kebutuhan orang lain, kesanggupan untuk turut merasakan perasaan orang lain serta
menempatkan dni dalam keadaan orang lain. Peduli atau empati tak berhenti sampai di situ, tapi dilanjutkan dalam tahap menanggapi dan melakukan perbuatan yang diperlukan orang lain. Persis sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Jalinan kasih sayang antara kaum muslimin ibarat satu tubuh. Bila ada satu anggota tubuh sakit inaka anggota tubuh laimya akan merasakan ha1 yang sama." (HR. Bukhari dan Muslim). Kegiatan mengunjungi saudara yang sakit cukup menjadi kebiasaan dalam kelompok, meski intensitasnya belum sesering yang dilakukan oleh Madrasah. Secara umum kecakapan komunikasi anggota KURMA hingga saat ini lebih banyak terasah melalui kegiatan-kegiatan yang baik rutin maupun insidental yang diselenggarakan Madrasah dan Mushola Mifda. Kecakapan komunikasi remaja yang
aktif di madrasah terasah berkat peranserta mereka sebagai pengajar untuk kelas prasekolah dan SD. Sebagai pengajar, remaja lebih banyak belajar menguasai kecakapan komunikasi secara lisan dibandingkan secara tertulis. Kecakapan lisan lebih banyak dipelajari karena remaja pengajar didorong untuk mampu menyampaikan materi pengajaran sesuai dengan silabus yang dibuat Madrasah agar siswa malnpu memahami materi yang diberikan. Tr, pengurus Madrasah menjelaskan: '..mereka masih apa adaizya, bayangkan karena ga tali tentang pedagogig (ilmupendidikadpengajaran),..cenderurtg alamiah ... '
Karena silabus dibuat hanya secara garis besar, maka remaja pengajar dituntut mampu mengembangkan kreativitas dan berimprovisasi dalam menjelaskan materi pelajaran. Untuk mengatasi kesulitan mengajar, remaja memperhatikan metode pembelajaran dari pengajar yang lebih tua untuk kemudian diikuti. Seperti dituturkan
Tr, pengurus Madrasah dan Am, anggota KURMA di bawah ini: '..impravisasi kawan-ka+i?anIebih ke metode penyampaiannya aja, bukan di mnateriizya..misal bahanrzya ini, nah mereka tinggal menjalankan aja..' '.. masih bingung cam ngajarnya, karena Am gapemah ngajar sebelumnya, harusnya dikasih tau atau diajarin dtrlu..sekamng baru ikutan mbantu dun ngeliatan cara Ibu Sus ngajar.. '
Setiap sekitar 3-4 bulan sekali, pengurus dan pengajar madrasah melakukan diskusi dan pertemuan untuk mengetahui perkembangan pengajaran yang dilakukan di Madrasah. Dalam diskusi tersebut, Kepala Sekolah memberikan arahan dan panduan kepada para pengajar untuk memperbaiki dan mengembangkan metode pembelajarannya. Sayangnya karena kesibukan kepala sekolah di l u x Madrasah, kegiatan ini pada akhirnya sangat jarang diadakan. Seperti yang dituturkan Tr benkut: :.ads lvaktunya katni ketemuan dengan guru-guru, biasanya waktunya malem setelah sekolah ... modelnya sharing aja, seperti diskusi.,ya isinya ngeliat barudak (anak-anak), bagaimana perkembangannya, masalahnya apa aja.. ' '..sekarang saya belum bisa menilai kemampuan mereka, karena saya rnemangjarang datang ke sana. tapi menlrrnt Ac kemamp~rannyasudahjauh lebih bark Improvisasinya sedikit-sedikit si~dahmulai kel~tor.Riasanya cuma nirlis, terangkezrn(menera~zgkan)sudah.. ' '..untuk ke rnadrasalt belumpemah lagi,..kegiatan kantor menyita waktu.. '
Kecakapan berkomunikasi secara lisan yang dipelajari remaja masjid melalui kegiatan-kegiatan Mushola m d a didapat melalui kegiatan remaja menyelesaikan tanggungjawab dalam pengumpulan dana zakat, pengumpulan makanan ifthor (berbuka) Romadhon, koordinasi pemotongan daging dan pengiriman daging kepada para muqoribin kequrban), maupun penyebaran undangan pengajian ke masyarakat sekitar Mushola. Pada kegiatan Mushola, remaja masjid laki-laki dan perempuan mendapatkan peluang yang sama untuk berpartisipasi. Kegiatan Mushola yang menjadi tanggungjawab pennh kelompok KUFMA adalah pengumpulan dana zakat pada kegiatan Bulan Romadhon tahun ini. Pada proses pengumpulan dana zakaf kelompok dibagi dua antara kelompok remaja lala-laki dan kelompok remaja perempuan. Untuk beberapa kegiatan yang tidak bisa dilakukan remaja wanita seperti memotong daging dan pengirimannya kepada para pequrban pada kegiatan Idul Adha, remaja putri mendapat tanggungjawab mempersiapkan inakanan untnk para petugas qurban serta
mengerjakan kegiatan yang lebih iingan lainnya seperti pembagian kupon qurban bagi masyarakat sekitar masjid. Yo, anggota KURMA menjelaskan: :.Yo ikutan bantu-bantu..awabzya Yo bantuin In1 nyebarin undangan ke rumah-rumah masyarakat Di rcrmah orang paling basa basi aja ngobrol gimana ini sehat ya rgobrol aja gitu..trus kita bilarrg tentang mfda ngadain zakat ... kegiatannya kalo a& yang datang, Yo kasih. Ngangkut-ngangkutin berasnya kesini. Zakat kemarin yang keku~npulada beras ada riang juga, berasnya diatnbil ke ~urnah-rumah..'
Bentuk komunikasi empati lain yang dulu cukup digemari dan diingdcan remaja Mifda adalah forum obrolan ringan yang sering mengisi kegiatan-kegiatan remaja. seperti dituturkan Sus, pengajar Madrasah: '..dulu kita sering ngadain forum curhat..ya isinya tentang keluarga, citacita,..ngobrol-ngobrol tentang remaja aja..dulu juga cukup banyak yang dateng teh ... mereka itu masih senengnya asal ngumpul-ngrnnpnl dzrl~i..kalo sekarang kurang jalan, alesanrya banyakan karena sekolah.sekarang udah jarang. '
Bentuk kecakapan komunikasi secara tulisan yang dipelajari anggota KURMA didapat melalui bentuk-bentuk kegiatan penulisan materi pelajaran bagi siswa. Kegiatan ini dilakukan karena remaja pengajar mendapatkan tanggungjawab mencari dan merangkum materi pengajaran yang dipergunakan untuk mengajar siswa Madrasah di kelas mereka masing-masing. Pengurus madrasah membenkan panduan pengajaran melalui silabus madrasah yang disarankan dari Persatuan Islam (Persis). Model dan metode pengajaran dibebaskan kepada masing-masing pengajar sehingga tidak tergantung pada pakem Persis yang sudah ada. TI, pengurus Madrasah menjelaskan: '..kmuan-kmuan yang ngajar diberi keleluasaan rnembuat materi sendiri..selama inipanduannya masih puke panduan yang itu. '
Teknologi yang paling banyak dipergunakan saat ini untuk membantu penulisan seperti komputer, pemakaiannya masih terbatas pada kebutuhan penulisan administrasi seperti surat-surat, jadwal sholat berjamaah, diagram kepanitiaan kegiatan Romadhon, dan jadwal perlombaan siswa. Keinginan untuk menuangkan
ide-ide dan gagasan dalam bentuk pamflet dan slogan pengingat belnm berkembang. Pamflet dan slogan yang banyak tertempel di ruang Madrasah semuanya masih dicuplik dari remaja masjid RISMA Al-Huda secara utuh, termasuk logonya. Kecakapan inenggunakan komputer dan internet diperoleh remaja anggota dari sekolah formal. Kecakapan menggunakan komputer memang sudah diajarkan sebagai wujud konsekuensi Pemerintah terhadap pengembangan kemampuan komunikasi di lembaga-lembaga pendidikan formal. Namun kecakapan ini belum seluruhnya dimiliki anggota KURMA terutama remaja yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah. Yo dan Am, dua anggota KURMA menjelaskan: '..unhikngerjairt soul-soul dan kegiatan anak-anak, Yo yang ngeijakan puke komprte~.Andjliga bisa.. setalr Yo, Ifn sama Iq bisa.. ' '..Amga bisa kompziter soalwa dulu di sekolah ga pernah belajar tentang komprrler..'
Sedangkan kecakapan menggunakan komputer untuk internet karena belum lama ini dikembangkan secara meluas d~sekolah-sekolah formal, hanya anggota yang mash bersekolah saja yang mempelajarinya secara kontinu, sebatas mata pelajaran di sekolali. Keinginan mencari bahan ajar bagi siswa Madrasah dan memperkenalkan m f d a ke dunia luar belum dilaksanakan karena terbentuk kendala dana dan pengetahuan yang dirasakan sangat terbatas. Kelompok KURMA sebagaimana Mushola dan Madrasah pun belum memiliki administrasi dan kearsipan yang baik. Setiap kegiatan yang pernah dilakukan belum memiliki laporan pertanggungiawaban secara tertnlis, sehingga laporan terl~adapketua panitia hanya berbentuk laporan lisan. Jejak-jejak kegiatan masa lalu sulit ditelusuri karena sekretaris belum terlatih menyimpan dokumen dengan baik, selain itn dokumen berbentuk file komputer masih tersebar di berbagai tempat dan belum disatukan dalam satu folder khusus. Laporan dalam bentuk dokumentasi lnasih lebh banyak dishpan oleh individu-individu anggota.
Secara umum perkembangan kemampuan komunikasi anggota KURMA dipicu oleh rasa kebersamaan dan 'saling memiliki' terhadap lembaga Madrasah Mifda, di mana ikatan antara remaja KURMA dengan pengurus dan pengajar Madrasah Mifda dipicu oleh tujuan menegakkan ajaran Islam melaiui pembinaan anak-anak dan remaja di dalaln Madrasah. Kecakapan ini memiliki dasar yang cukup kuat karena ditunjang oleh penerapan komunikasi kepada orang lain yang disertai oleh rasa empati atau kepedulian terhadap orang lain.
6.2.2. Kecakapan Bekerjasama (Collaboration Skill) Sebagairnana konsep dari Dikmenum, bahwa kecakapan kerjasama diperlukan setiap manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya, para remaja anggota KURMA menyadari keikutsertaannya dalam kelompok KURMA adalah untuk menjalin silaturahmi dengan remaja lain di lingkungan tempat tinggalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Madrasah dan Mushola yang melibatkan para remaja KURMA pada dasarnya tnerupaka~i kegiatan yang diarahkan untuk membangun solidaritas dan kerjasama diantara mereka sendiri. Seperti yang digambarkan pada subbab
di
atas,
kemampuan
kerjasama
berkembang
bersamaan
dengan
berkembangnya kemampuan anggota membangun komunikasi dalam penyelesaian kegiatan. Kerjasama terbangun dalam kegiatan pengumpulan dana zakat dalam ha1 pembagian waktu antara remaja KURMA putera dan puteri, pengolahan dan pembagian daging qurban, pengaturan perlengkapan sholat pada kegiatan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, penyelenggaraan kegiatan Romadhon bagi siswa Madrasah. Kerjasama yang terbangun antar anggota KURMA terlihat dari petikan wawancara dengan Sus dan Yo berikut: :.Pas kegiatan Romadhort kemarin dari rernaja, Mushola Cuma ngeliat aja, itu mah dari anak-anak aja..bikin rencananya anak-anak bikin sendiri, briefing sendiri, koordinatornya kita-kita aja yang ada disini, ketuanya Yo.. '
:.Kale masalah pembagian tugas ya kita kerja bareng bareng aja, nalangin, kita-kita aja yang kerja, justru pas kemarin itu, pas ngadain filnz, itu mah memang keinginan mereka yang dulu a k t s yang sudah pada kerja, trw yuk
ah ngerameikeun mushola (....trus yuk ah ngeramaikan nltishola ...), hayuu ... ' :.Kale kegiatan Romadhon kemarin kata Yo mah lancar,..kerjasama anakanak kalo disuruh mereka langsung kerja aja kalo ga disuruh ga ada inisiatif sendiri. Jadi slika ga ada inisiatif sendiri..tapi ya ga selalli disunrh..dari semzia panitia yang ada di dajiar selnua pada dateng, tapi ada jtrga yang macet ...ada sekitar seperempatnya, alesannya kalo ga nlales ya itganttik, tapi kalo pas acaranya di keramik, ada pertnuinan, paling rajin semtianya.. '
:.Pas kegiatan romadhon kemarin memang bukan atas nama KURMA, Cuma yang ngejalaninnya anak-anak KURMA. Kalo kegiatan Madrasah W paling Romadhon, zakat walaupun ga ama Mushola yang dikerjain K seinua, trus ini qurban...M o pas qurban kemarin ya bagi-bagi tugas, tiap orang tugasnya beda-beda..yogi pubdok, trus ada lagi misalnya And bagian peralatan, dia bagian yang beli, nyiapin peralatan, pokoknya peralatan itu harus ada, Im sarna piibdok sama sekreta~is,paling Am konsun~si,Iq pubdok, tapi ada halangan wkatzi itu sakit, kalo anak KURMA yang lain paling jeroan, anak KURMA tenaga pelaksana, koordinasinya dari M~ishola..'
Meskipun kemampuan kerjasama antara remaja anggota KURMA banyak berkembang melalui tanggunglawab pelaksanaan kegiatan Madrasah dan Musl~ola yang diserahkan kepada remaja, anggota KURMA hingga saat ini cenderung tnasih mengeluhkan adanya kekurangsolidadkerjasama maupun komunikasi di antara mereka terutama pada sisi penyelesaian tugas. Kondisi ini terjadi karena kurangnya pemaharnan akan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) secara mendalam dari masingmasing orang dalarn setiap kegiatan yang dijalankan. Akibatnya kegiatan cenderung dilakukan dengan meraba-raba dan seringkali tumpang tindih antara remaja yang satu dengan remaja yang lain. Keluhan ini juga terjadi karena instruksi yang kurang jelas
dari pihak lux, yakni Mushola untuk para remaja. Posisi sebagai tenaga bantu menjadikan remaja bergerak kurang terkoordinasi dan tidak memiliki kontrol terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
6.3. Analisis Kapasitas Kelembagaan KURMA Untuk membuat perencanaan program yang efektif bagi peningkatan kapasitas kelembagaan KURMA yang telah berjalan selama ini, para anggota KURMA perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kelembagaannya. Analisis kapasitas
kelembagaan
ini
dibuat
berdasarkan
dua
faktor
besar
yang
mempengaruhinya, yaitu faktor internal kelompok yang terdiri atas aspek kepemimpinan, proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan KURMA, serta aspek sumber daya kelompok. Faktor kedua adalah faktor yang mempengaruhi kelompok dari luar (ekstemal) berupa hubungan kelompok dengan pihak luar, baik berupa dukungan dari kelompok remaja masjid lain, orangtua, serta masyarakat sekitar Mushola dan Madrasah Mifda terhadap kegiatan KURMA. Analisis kapasitas kelembagaan KURMA digunakan melalui teknis analisis SWOT berdasarkan hasil penelusuran dokumen, wawancara mendalam, pengamatan
lapangan, dan terutama berdasarkan hasil diskusi terarah (FGD) yang dilakukan bersama-sama anggota KURMA, pengurus Madrasah dan Mushola Mifda pada tanggal 27 Desember 2008 di ruang Madrasah Mifda.
Diagram 2. Matrik Kuadran Analisis SWOT Kekuatan (Strength) 1 . Kesiapan remaja untuk ikut serta &lam kegiatan-kegiatan rutin dan besar yang diadakan Mushola; pelaksanaan Sbolat Iedul Fitri, Iedul Adha, qurban, pentas seni. 2. Keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan rutin dan besar yang diadakan Madrasah, pengajaran siswaMaiirasah, pelaksanaan kegiatan Romadhon 3. Timbulnya kemampuan nierencanakan kegiatan secara mandiii 4. Timbulnya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain untuk mengutarakan pendapat 5. Timbulnya kemampuan bekerja sama dalam penyelesaian kegiatan 6 . Kemampuan merelaut remaja sekitar berpartisipasi dlm kegiatan
Peluang (Opportunig) 1. Dukungan moril hrangtua untuk ikut serta dalam KURMA ? Dukungan Madrasah. pcnycd~aansardna bag1 keglatan KURMA kesedtaan rnendamorne~setino kematan KURMA 3. ~ u k u n g Musbbla: k penyediknsarana bagckegiatan kesediaan mendainpingi setiap kegiatan KUdMA 4. Dukungan masyarakat sekitar Mushola: moril, sarana 5. ~ e t k e m b a n g n ~ a j e j a rdan i n ~kdrjasama dengan kelompok renlaja lain: RISMA Al-Huda, temaja masjid Libasuttaqwa STT Tebtil, remaja masjid As-Sajidin 6. Terbukanya program pengembangan remaja dan pemuda oleh Disdik Kota Bandung 7. Kesiapan aparat detempat untuk mengakomodir kebutuhan kelompok remaja
Kelemahan (Weaknes) 1. Kurangnya komunikasi antar anggota 2. Kurangnya kekompakan untuk bekerjasatna dalam penyelejaian pekerjaan 3. Tanggungiawab untuk hadii dalam pertemuan tepat ulaktu 4. Pertemuan yang tidak dilaksanakan sec:ua konsisten 5. Kurangnya pemahaman akan visi dan niisi 6 . Kurangnya p e n g e t a h u anggota (pengajar) dalam metode pengajaran bagi siswaMadrasah 7. Kurangnya improvisasi dan kreatifitas anggota 8. Ketiadaan sarana milik kelompok 9. Aktivitas di luar KURMA masing-masing anggota berbeda-beda 10. Ketiadaan dana untuk menunjang kegiatan 11. Lemahnya faktor kepemirnpinan internal 12. Administrasi/kearsi~antidak tersusun raui
Ancaman (Threat ) 1. Ketiadaan dukunkan dana dari hrlu, masyarakat, serta pihak donor lain 2. Ketiadaan dukungan langsung dari Pemerintah d m aparat setempat berupa dana bantuan untuk pengembangan program reniaja 3. Kutangnya sosialisasi program pengembangm remaja di tihgkat ba*ah 4. Doininasi pengambilan keputusan oleh pihak lua
6.3.1. Kekuatan (strengtlz) Sumber daya manusia (SDM) remaja anggota KURMA diyakini merupakan kekuatan utama dalam keberlangsungan kelompok KURMA selama ini. Kuatnya keinginan untuk beribadah dan menyebarkan kebenaran menimbulkan semangat dan kebersamaan remaja untuk ikut dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan di masyarakat. Tumbuhnya rasa persaudaraan dirasakan para remaja anggota KURMA menimbulkan rasa saling menghormati dan menghargai antar anggota. Banyak manfaat yang dirasakan oleh remaja setelah ikut serta dalam KURMA diantaranya adanya tambahan wawasan pengetahuan bagi diri sendiri, mempunyai pengalaman dalam berorganisasi dan dapat menjalin silaturahmi dengan kawan-kawan remaja lain di sekitar mushola. Keaktifan
dan
kebersamaan
anggota
dalam
pelaksanaan
kegiatan
menimbullcail peningkatan rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama dengan orang lain, dan kemampuan berkomunikasi di kalangan anggota setelah mereka masuk ke dalam kelembagaan ini. Hal ini disebabkan program-program yang dilaksanakan menggiring remaja untuk terjun secara langsung dan berhadapan dengan masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan
Madrasah
dan
Mushola
seperti
mengajar,
~nenyeleiiggarakan kegiatan lomba dan panitia kegiatan Romadhon, hingga pengumpulan dana zakat langsung ke masyarakat. Faktor lain yang bisa menjadi kekuatan KURMA adalah timbulnya kemampuan merencanakan kegiatan secara mandiri meski baru terlihat pada sebagian anggota kelompok. Kemandirian dalrun merencanakan tidak hanya terlepas dari campur tangan pengurus Madrasah dan Mushola Mifda, namun juga kemampuan anggota merencanakan kegiatan tanpa keikutsertaan ketua kelompok. Proses perencanaan tersebut berjalan dikarenakan adanya solidaritas dan rasa persaudaraan yang tinggi di antara para remaja yang aktif di dalamnya, sehingga kegiatan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab hingga akhir kegiatan. Proses perencanaan kegiatan pun disusun berdasarkan aspirasi setiap pendapat yang muncul dan mengesampingkan keinginan dari satu pihak.
Potensi lain yang bisa menjadi kekuatan KURMA adalah kemampuan remaja anggota KURMA merekrut remaja-remaja sekitar Mushola untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Mushola, Madrasah, maupun KURMA sendiri. Perekrutan remaja sekitar dilakukan melalui penyebaran informasi secara lisan (mulut ke mulut) maupun secara tulisan (melalui undangan). Kemampuan merekrut remaja ini memperlihatkan tumbuhnya kemampuan berkomunikasi di beberapa anggota remaja KURMA tersebut.
6.3.2. Kelemahan (Weaknes) Ada banyak faktor-faktor yang berhasil diidentifikasi sebagai kelemahan (weaknes) dalam kelembagaan KURMA. Hal ini disadari para anggota dan
stakeholder lain sebagai faktor yang menyebabkan gerakan KURMA terlihat statis dan sulit mengalami kemajuan dari waktu ke waktu. Hasil lapangan dan FGD menemukan 10 faktor kelemahan di dalam KURMA yang selama ini menghambat perkembangan KURMA. Para anggota menyusun faktor-faktor tersebut berdasarkan prioritas kelemahan yang paling mudah untuk segera diatasi yaitu:
1. Kurangnya komunikasi antar anggota. Masih kurangnya komunikasi yang terbangun di antara anggota KURMA sangat terasa menghambat dalam pelaksanaan suatu kegiatan terutama di antara anggota perempuan dan laki-laki. Seperti penuturan Re berikut: '...Di KURMA tuh kayanya kurang bmunikasi, orangnnya diem-diem aja. Ketemu di jalan, kaya orang ga kenal ... di Mifda kan sering kete~nytapi Re ga pernah ngobrol. Jarang pisan. Adanya juga pada ngobrol sendirisendiri, bikin kelompok-kelompokgitu... Re mah liafnyaanak-anak kurang komunikasi ... '
2. Kurangnya kekompakan untuk bekerjasama dalam menyelesaikan kegiatan Kekompakan untuk bekerjasama baru terlihat pada anggota kelompok yang aktif dalam kegiatan Madrasah dan Mushola, dan kurang terlihat pada anggota kelompok lain. Kurangnya kerjasama satu sama lain dalam penyelesaian tugas-
tugas yang dibebankan menjadi salah satu faktor kelemahan yang sangat perlu untuk diselesaikan. 3. Tanggungjawab untuk hadir dalam pertemuan tepat waktu
Kelemahan lain yang menghambat dalam kegiatan-kegiatan KURMA adalah sulitnya anggota menepati janji untuk datang tepat waktu ke pertemuanpertemuan yang dilaksanakan, terutama berkaitan dengan proses perencanaan kegiatan. Si menjelaskan sebagai berikut: '..sub pada terlatnbat,.. h a m dipanggil b l o ga lewat HP hams dipanggil ke rumah.. '
4. Pertemuan yang tidak dilaksanakan secara konsisten Menurut Am, kegiatan anak-anak KURMA sejauh ini belum terselenggara secara kontinyu.
Seperti selama kegiatan bulan Romadhon, baru 1 kali
mengadakan kegiatan, yaitu kegiatan nonton bersama yang juga merupakan kegiatan pemberian motivasi bagi remaja. Keterangan senada dikatakan Yo bahwa kegiatan khusus yang diselenggarakan KURMA baru pada kegiatan Romadhon, selain itu, KURMA ikut berpartisipasi dalam kegiatan Madrasah dan Mushola Mifda. 5.
Knrangnya pemaliaman akan visi dan misi organisasi Knrangnya pemahaman akan visi dan misi organisasi yang mereka buat diakui anggota KURMA menyebabkan kurangnya 'rasa memiliki' pada organisasi yang mereka bangun. Seperti dkatakan Iman, Yogi, dan Andi, selama ini di antara anggota kelompok sendiri belum pernah berkumpul bersama membicarakan tentang visi dan misi Mifda secara formal maupun non formal. Sehingga bisa jadi banyak anggota KURMA yang tidak mengetahui misi dan visi organisasi mereka sendiri.
6. Kurangnya pengetahuan anggota KURMA daiam metode pengajaran
Kelemahan ini menjadi kendala terutama dirasakan oleh anggota KURMA yang
aktif dalam kegiatan pengajaran di madrasah. Ketidaktahuan akan cara mengajar dan kedalaman materi menyebabkan remaja cendemg kaku dan mengandalkan
materi yang ada di buku. Sejauh ini, pengajar madrasah memang lebih mengandalkan remaja untuk berkembang secara otodidak. Bimbingan untuk menyampailan materi diterima remaja melalui pengamatan bagaimana pengajar senior mengajar anak-anak madrasal~. 7.
Improvisasi dan kreativitas anggota Improvisasi clan kreativitas anggota baru berkembang pada sebagian anggota kelompok. Kurangnya improvisasi dan heativitas anggota KURMA terutama terlihat pada kurangnya pengembangan akan ide-ide yang dilontarkan pengurus madrasah untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan KURMA maupun ide yang dilontarkan oleh anggota kelompok sendiri.
8. Ketiadaan sarana dan prasarana milk kelompok
sarana dan prasarana seperti ATK, ruang KURMA sendiri, selama ini pusat kegiatan KURMA adalah di madrasah Mifda, ATK dan sarana lain untuk menunjang kegiatan menggunakan fasilitas madrasah dan inushola, serta menggunakan milik masing-masing anggota 9. Aktivitas di lnar KURMA dari anggota yang berbeda-beda
Saat ini sebagian besar anggota KURMA masih berstatus pelajar dengan jadwal sekolall yang berbeda-beda. Jadwal sekolah yang berbeda, banyaknya tugas sekolah yang harus dikerjakan, serta kegiatan lain di lnar kegiatan sekolah dan
KURMA menghambat anggota KURMA untuk mengadakan perkumpulan secara
10. Ketiadaan dana untuk menunjang kegiatan KURMA tidak memiliki dana kas sendiri. Selama ini kegiatan yang diadakan kelompok mengandalkan pengumpulan dana secara pribadi dari kantong masingmasing anggota, pengurus Mushola ataupun pengurus Madrasah. 11. Lemahnya faktor kepemimpinan internal Faktor kepemimpinan diaggap sebagai bentuk kelemahan, karena ketua yang ada selama ini hanya bersifat sebagai simbol saja, ketua sangat jarang ikut serta
dalam kegiatan KURMA dikarenakan kesibukannya dengan pekerjaan. Kemungkinan untuk diadakan pergantian hingga saat ini belum pernah dilakukan karena anggota tidak ada yang menginginkan jabatan ketua (tidak ada yang mau). Hal inilah yang kemudian menyebabkan pengambilan keputusan-keputusan KURMA banyak lahir atas kesepakatan bersama anggota yang hadir di dalam rapat, atau mengikuti keputusan yang diambil oleh pengurus Madrasah. 12. Administrasilkearsipan tidak tersusun rapi Kegiatan-kegiatan yang dipegang KURMA selama ini belum diarsipkan secara rapi. File rencana kegiatan maupun file arsip kegiatan masih bergabung menjadi satu sehingga menyulitkan dalam penelusurannya.
6.3.3. Pefuang (Opportunity)
Peluang adalah faktor yang berada di luar kelompok KURMA yang bisa jadi membuka kesempatan bagi kelompok mengembangkan kapasitasnya sebagai wadah bagi para remaja masjid mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasamanya. Faktor yang dianggap sebagai peluang bagi KURMA untuk bisa meningkatkan kapasitasnya di tengah masyarakat adalah adanya dukungan orangtua bagi anak-anaknya untuk ikut berperan serta dalam kegiatan-kegiatan Mifda karena para orangtua melihat keikutsertaan anak-anak mereka di Mifda memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kemampuan anak-anak mereka, anak anak menjadi lebih komunikatif dan jiwa sosialnya cenderung bertambah. Peluang lain yang bisa membantu peningkatan kapasitas KURMA adalah sudah adanya jalinan kerjasama dan jejaring KURMA dengan kelompok remaja masjid lain di sekitar KURMA meski belum cukup kental terasa, seperti dengan remaja masjid As-Sajidin, Al-Hikmah, Al-Huda, remaja-remaja sekitar mushola Mifda, Forum Pemberdayaan Pemuda (FPP), termasuk remaja masjid STT Tekstil. Jalinan kerjasama antara kelompok remaja masjid terutama terlihat pada kerjasama
penyelenggaraan kegiatan besar keagamaan seperti penyelenggaraan sholat, qurban, maupun bazar Romadhon. Dukungan yang diberikan Madrasah dan Mushola sangat terasa terutama dukungan sarana dan prasarana sang dimiliki Mushola dan Madrasah sejauh ini bisa digunakan oleh KURMA untuk melaksanakan kegiatan sejauh mengikuti aturan yaitu diperlakukan
dan
dirawat
secara
baik.
Dukungan
lain
adalah
dengan
mengikutsertakan remaja KURMA untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Mushola berupa kegiatan hari besar, maupun mengikutsertakan anggota KURMA sebagai staf pengajar di Madrasah Mifda. Dukungan yang diberikan oleh masyarakat kepada KURMA selain dukungan moral juga memberikan dukungan seperti kesediaan meminjamkan berbagai sarana seperti televisi, peralatan piring gelas, maupun perangkat elektronik lain jika KURMA membutuhkan saat acara nonton bareng, rapat-rapat koordinasi KURMA, dll. Peluang dari dari pihak di luar kelompok lainnya yang dapat ditangkap remaja anggota KURMA untuk mengembangkan kecakapan sosialnya melalui terbukanya program pengembangan pendidikan dan keterampilan remaja dan pemuda yang diadakan oleh Disdik Kota Bandung. Karena pengembangan remaja dan pemuda tersebut diperuntukkan untuk remaja dan pemuda secara umum, maka para remaja anggota KURMA memiliki peluang yang sama dengan remaja lainnya pada umumnya. Sedangkan peluang lain yang berhasil diidentifikasi adalah adanya kesiapan dari aparat RW setempat untuk mengakomodir kebutuhan kelompok remaja KURMA. Kesiapan ini untuk merupakan bentuk dukungan yang diberikan dari tokoh masyarakat maupun aparat setempat terhadap perkembangan program pemberdayaan remaja di wilayahnya.
6.3.4. Ancaman (threat) Faktor yang dirasakan dapat menjadi ancaman bagi KURMA untuk berkembang meningkatkan kapasitasnya diantaranya adalah tidak adanya dukungan
dana dari orang tua dan masyarakat untuk menjalankan kegiatan KURMA. Selama ini dukungan yang diberikan orangtua anggota KURMA dan masyarakat dirasakan baru sebatas dukungan moral dan sarana fisik sepeki barang-barang elektronik sajqnamun belum ada dukungan penuh dan riil yang berupa dana uang. Selain itu, KURMA juga belum merasakan adanya dukungan dari pihak pemerintah secara langsung terhadap kegiatan KURMA seperti dari RW setempat maupun dari pihak kelurahan, serta instansi pemerintah lain baik berupa pemberian dana bantuan untuk menjalankan program-program KURMA maupun bantuan berupa pelatihan ataupun pembinaan bagiremaja masjid.
6.3.5. Hubungan Antar Kuadran dalam Matrik Analisis SWOT Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan di dalam kelompok KURMA dan peluang serta ancaman yang berada di luar kelompok kemudian dikombinasikan satu sama lain untuk menemukan keadaan yang keberadaannya perlu dipelihara dengan baik oleh KURMA maupun keadaan yang memerlukan jalan keluar untuk mengurangi kelemahan atau ancaman bagi keberlangsungan kelompok. Kekuatan (strcngllz) - Peluang (opportunity) Dari faktor-faktor internal yang diidentifikasi anggota sebagai kekuatan yang dimiliki kelompok dan faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai peluang yang berasal dari pihak luar, terdapat tiga keadaan yang perlu dipelihara dengan baik supaya tetap ada, yaitu: peutama, keinginan anggota KURMA untuk ikutserta dalam kegiatankegiatan rutin dan besar yang diadakan Mushola dan Madrasah, timbulnya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain untuk mengutarakan pendapat, dan timbulnya kemampuan bekerjasama dalam penyelesaian kegiatan dapat dijadikan kekuatan untuk menangkap peluang dukungan yang ditawarkan Mushola dan Madrasah melalui keikutsertaan dalam kegiatan Mushola, kegiatan pengajaran di Madrasah, menerima pendampingan dari pengurus Mushola dan Madrasah dalam setiap kegiatan KURMA serta menggunakan sarana yang disediakan Mushola dan
Madrasah untuk melaksanakan kegiatan KURMA. Kondisi ini menjadi ha1 yang perlu dipelihara agar remaja terus memiliki peluang lneningkatkan kecakapan sosialnya dengan bantuan Mushola dan Madrasah Mifda.
Kedua, kemampuan KURMA lnerekrut remaja selatar Mushola untuk ikutserta dalam kegiatan yang diadakan dapat menjah kekuatan untuk menangkap peluang berkembangnya jejaring dan kerjasana dengan kelompok remaja lain seperti RISMA Al-Huda, remaja masjid As-Sajidin, dan remaja masjid Libasuttaqwa STT Tekstil. Kemampuan yang selalu dipergunakan dalam kegiatan Mushola dan Madrasah ini ke depan dapat dipergunakan untuk mengajak kelompok remaja masjid lain berpartisipasi dalam kegiatan yang sepenuhnya dilaksanakan KURMA. Ketiga, timhitlnya kemampuan merencanakan kegiatan secara mandiri dapat dijadikan kekuatan untuk menangkap peluang peningkatan dukungan moril orangtua terhadap relnaja untuk ikut serta dalarn kelolnpok ICURMA, serta metnperkuat kesiapan aparat setempat untuk mengakomodir icebutuflan kelompok remaja. Kondisi ini dapat ~nelnberipandangan kepada orangtua bahwa para remaja mulai mampu mengembangkan kegiatan sendlri dan untuk itu perlu mendapat dukungan b a k moril maupun materiil ke depannya. Aparat setempat pun telah berjanji mengupayakan pemberian dukungan bagi kegiatan KURMA sebagai bagian program pengembangan remaja di wilayah setempat.
Diagram 3. Kekuatau (Strerrgtll)- Peluang (Opportunity)
I
i\
/
Pdluang
1
Eikstemal
Kekuatan ~ l . 7 . ~ ~ -
C
.raLul
Internal
\
I
7
1. Dukunaan moril oranrrtua unhlk lkut s e a ditlam KURMA 2. ~uk$an ~usltolah:kegiatan,penyediaan sarana bagi kdgiatan Kkesediaan mendampingi setiap kegiat& KUl#A 3. Dukungan Madt'as'asah: pengajatan untuk siswa madrasah, penyediaan salana bagi kegiktan KURMA, kesediaan m e n d h ~ i n e setiad i keaiatan KURMA 4. Dukungan masyarakat sekitar Mushola: mofil, sarana 5. Bdrkembangnya jejaring- dan kerjasama dengan kelompok remaja lain: IUSMA Al-Hdda, Libasnttawa -~ STT Tekstil, remaja masjid AS-~ajidin 6. Tdrbukanya program pengemljangan remaja dan pemuda bleh Disdik Kota Bandung 7. KCiapan aparat,setempat unmk mengakomedir kebutuha) kelompok remaja
.-
. -
~~
\
1. kesiapan untuk ikut serta dalam keeiatan-keeiatanruth dan besat y&g diadal& Mdshola; pelaksahaan Shalat Iedul Fitri, Iedul Adha, qurban. 2. Keihginan untuk ikut serta dalard kegiatan-kegiatan ruth dan besat yang diadakan Madrasah; pengajaran siswa madras&, pelaksanaan kegiatan Romadhdn 3. Tkibulnya kemarnpuan met'encanakan kegiatan secara matidiri 4. Tinibulnya kemanlpuan berkomunikasi datgan orang laid untuk mengutarakan pendapat 5. Tinibnhya kemampuan bekeqa Sama d a l h penyelesaian kegiatan 6. Kemampuan m e r e h i remaja sekitar untuk ikuserta dlrn kegiatan
S1,2,4,5 ;02.3 Keinglnan untuk iutserta dalam kegiatan rutin dan besar yank diadakan Mushola dan MAdrasah, timbulnya kemGpuan berkonlunikasi dan bekerja sama atlggota dapat dijadikan kekuatan untuk mmangkap peluhg dukungan yang ditawarkan Mushola dan MadraGah melalui kdikutsertaan dalam kegiatan Mushola, pengajaran di Madrasah. menedma Dendam~inaan dari oenmrus Musholh dan Madras* dalam setiab keniatan serta . . menggunakan saranh yang disediakan Mushola-Madrasah
-
-
S6; 03,7 kemarnpuan merekrht remaja sekitar untuk ikutterta dalam kegiatan dapat nienjadi kekuatan untuk menangkap peluang berkembangnya jejaring clan kejasama dengan kelonipok remaja lain seperti RISMA Al-Hndai remaja masjid As-Sajidin, dan remaja mrisjid Libasuttaqwa S I T Tekstil
S3,5,01,7 T~rnbulnyakemampuan merencallah keglam s e a m mandln, dapat di~adlkankekuamn unmk menangkap peluang penlngkatan dukungan monl oran@ua terhadnp remala untuk ~kurs e m dalam kelompok KURMA serta rhemperkuat kesiapan aparat setempat unt~ikmengakombdir kebutuhal kelompok remaja
I
1
1
Kekuatan (Strength) - Ancaman (Threat) Kombinasi faktor kekuatan yang dimihki kelompok KURMA dengan faktor ancaman yang berasal dari pihak luar dapat memperlihatkan bahwa kekuatan yang dimililu dapat dipergunakan semaksimal mungkin untuk memperkecil ancaman yang datang dari pihak luar kelompok. Berdasarkan ma& analisis SWOT, didapatkan dua kombinasi keadaan yang sudah betjalan dan perlu diupayakan perbaikan dan peningkatan
yaitu: pertama,
timbulnya kemampuan kelompok
KURMA
merencanakan kegiatan secara mandiri merupakan kekuatan untuk memperkecil ancaman dominasi pengambilan keputusan oleh pihak lux. Kegiatan Romadhan tahun 2008 memperlihatkan KURMA mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan tanpa campurtangan pihak Mushola dan Madrasah Mifda. Kedua, kesiapan untuk ikutserta dalam kegiatan-kegiatan rutin dan besar yang diadakan Mushola Mifda men~pakan kekuatan untuk memperkecil ancaman ketiadaan dukungan dana dari orangtua, masyarakat, serta pihak donor lain, serta ketiadaan dukungan langsung dari Pernerintah dan aparat setempat berupa dana bantuan untuk pengembangan program remaja. Keikntsertaan KURMA dalam kegiatan Mushola sejauh ini cukup membantu para remaja yang bergabung di dalam KURMA uiltuk belajar mengembangan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama satu sama lain, seliingga ketiadaan dukungan dana pihak l u x tidak terlalu mematikan aktivitas kelompok.
Diagram 4. Kekuatan (Strength) - Ancaman (Threat) Ancaman Paktor Kekuatan Faktor internal
1. Ketiadaan dkmgan dana dari ortu, masyatakat, serta pihak donor lain 2. Ketiadaan duhmgan langsung dari Pemeribtah dan aparat setempat betupa dana bantuan untuk pengembangan program remaja 3. Kurangnya sosialisasi program pengembangan remaja di tingkat bawah 4. Dominasi pengambilan keputusan oleh pihak luar
1.kesirlpan untuk ikbt serta dalani
kegiatan-kegiatan mtin dan besar yang diadakan Mushola; pelalrsanaan SholAt Iedul Fitri, Iedul Adha, qurban. 2.Keinginan untuk ikut serta dalrtm kegiatan-kegiatan mtin dan begar yang diadakan Mddrasah, pengcjaran siswa madmsah, pelalrsanaan kegiiltan Romadhdn 3. Timhulnya kemarbpuan merencanakan kegiatan swam mandiri 4.Tihulnya kemampuan berkomunikasi dehgan orang lain untuk mengupendapat 5.Timt~ulnyakemampuan bekeja sama daiam penyelesaian kegiatan 6.Kemampuan meekrut remaja sekitar untuk ikutserta dlm kegiatan
--7-
.
Timbulnya kemampuan merencanakan kegiiltan secara mbdiri merupakan kekuatad untuk memperkecil ancaman d o m i n ~pengambilan i keputusan bleh pihak lu,?r. S1,2: T1,2 Kesiapan untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan rutin dan besar yank diadakan Mhdrasah dan ~ u s h o l mempakan a kekuatan untuk mempetkecil ancamAn ketiadaan dukungan dma dari oranytua, masyarskat, pihak donor lain, sertrl ketiadaan dukungan langsung dari Peaerintah dan aparat setempat berupa dana bantuan untuk pengembangan pro&ram remaja.
Kelemahan (Weakizes)- Peluang (Opportrcnily) Hasil matrik SWOT memperlihatkan adanya kelemahan di dalam kelompok KURMA yang sebenarnya dapat diatasi jika kelompok mampu menangkap peluang yang ada yang berasal dari pihak di luar kelompok. Kelemaban yang diakui peserta diskusi perlu diatasi agar KURMA dapat berkembang dan mempergunakan peluang yang ada yaitu: pertama, perlu adanya peningkatan komunikasi di antara anggota, kekompakan untuk bekerja sama dalam penyelesaian pekerjaan, memiliki tanggungjawab untuk hadir dalam pertemuan tepat waktu, dan peningkatan pemahaman visi dan misi organisasi yang didirikan. Jika KURMA mampu mengatasi permasalahan tersebut, maka kelompok remaja ini akan memiliki kekuatan untuk menangkap peluang dukungan yang diberikan Mushola dan Madrasah Mifda berupa penyediaan sarana, kemudahan ikut serta dalam setiap kegiatan yang diadakan, dan kesediaan pengunis dan pengajar dari Mushola dan Madrasab untuk mendarnpingi KURMA dalam setiap kegiatannya.
Kedua, perlu adanya peningkatan intensitas pertelnuan secara konsisten, berkembangnya improvisasi dan kreatifitas anggota, serta tersedianya dana untuk menunjang kegiatan-kegiatan KURMA. Hal ini akan memberi kekuatan untuk menangkap peluang dukungan dari masyarakat sekitar Mushola baik moril dan materiil, berkembangnya jejaring dan kerjasama dengan kelompok remaja lain, serta kesiapan aparat setempat untuk mengakomodir kebutuhan kelompok remaja.
Diagram 5. Kelemahaa ( Weakr~esr) - Peluang (Opporturtity) 1. Dukungan monl orangtua unfuk ikut serta &lam K U R ~ 2. Dukungan Madrasah: penyediaan sarana bagi kegiatan KtTRMq kesediaan mendampingi setiap kagiatan KURMA 3. Dukungan Mushola: penyediau sarana bagi kegiatan KURMA, kesediaan mendampingi setiap ktgiatan KURI\&4 4. Dukungan masyarakat sekitaf Mushola: maril, sarana 5. Berkembangnyk jejaring dan kejasama derlgan kelompok remaja lain: RISMA Al-Hllda, Libasuttaqm $TT Tekstil, remaja masjid As-Sajidin 6. Terbukanya pmgram pengembangan remajh dan pemnda oleh Disdik Kota Bandung 7. Kesiapan aparat setempat untgk mengakomodir kebutuhq kelompok remaja
1
1. K u r a n m a kom~lnikasiantar anggota 2. Kurangnya kekoinpakanuntuk bekejasama d a l m penyelesaiw oekeriaan 3. kan&ngjawab Untuk hadir ddam pertemuan tepat tnmktu 4. Peltemuan yang tidak dilaksanakan serata konsisten 5. Kurangnya pemahaman akan Visi dari misi 6. Kurangnya pengetahurn anggOta dalam metode p e n g a j m 7. Kurangnya imprbvisasi dan heatifitas anggota 8. Ketiadaan sarana milik kelompok 9. Aktivitas di luar KURMAmasingmasing anggota berbeda-beda 10.Ketiadaan dana Wtuk menunjang kegiatan 11. Lemahnya faktot kepemimpina internal 12. Administrasi tid* tersusun rapi
I
W1,2,3,5; 02,3 Peniagkatan komuhikasi antar anggota, kekompakan untuk bekej a sama dalam penyelesaian peke~jaan,tanggungjawab untuk hadir dalam pertemuan tepat m h , dan peningkatan pornahaman visi dan misi memPakan kekuatah untuk menahgkap peluang dukungan penyediaan saratla, ikut serta dalam setiap kegiafan yang diadakan, dan pendampingan dafi pihak Mushda dan Madrasah W4,7,10 ;04,5,7 Peniagkatan intensitas pertemuat1 secara konsisten, berkembkngnya improvisasi dan heatititas anggbta, serta tersedianya dana untuk menunjahg kegiatan merupakan kehatan untuk menangkap peluang dukungan dari masyarakat sekitar Mudhola baik motil dan materid, berkembangnyajejaring dan kerjasama dengan kelompok remaja lain, serta kesiapan aparat setempht untuk mengakomodir kebutuhan kelompbk remaja
I
Kelemahan (Weakizes)- Ancaman (Tltreat) Di antara faktor-faktor yang berhasil diidentifiisi sebelumnya terdapat
keadaan dimana kelemahan yang terdapat di dalam kelompok perlu segera diatasi untuk rnemperkecil ancaman yang datang dari luar kelompok. Dua kondisi kelemahan kelompok yang disadari anggota perlu segera ditingkatkan yaitu: pertarnu, diperlukan adanya peningkatan intensitas komunikasi antar anggota, kekompakan untuk bekerja sama dalam penyelesaian pekejaan, tanggungjawab untuk hadir dalam pertemuan tepat waktu, dan meningkatkan kepemimpinan internal kelompok. jika KURMA marnpu mengatasi pennasalahan ini, maka hal ini mempakan kekuatan untuk memperkecil bermainnya dominasi keputusan oleh pihak luar seperti yang selama ini terjadi terutama dari pihak Mushola dan Madrasah Mifda. Kedua, KURMA perlu mengembangkan improvisasi dan heatifitas, serta mencari dana untuk menunjang kegiatan kelompok. Hal ini merupakan kekuatan untuk me~nperkecilancaman ketiadaan dukungan dana dari ortu, masyarakat, pillak donor lain, serta kuangnya dukungan langsung dari Pemerintah dan aparat setempat berupa dana bantuan untuk pengembangan prograram remaja
Diagram 6. Kelemahan (Weaknes)- Ancaman (Threat)
Eksternal Faktor internal 1. Klirangnya komtmikasi antar angsota 2. Klirangnya kekompakan untu!i bekejasama d a l b penyelesaien pekejaan 3. Tanggungjawab untuk hadir dklam pehemuan tepat waktu 4. Pettemuan yang tidak dilaksariakan seGara konsisten 5. Kdrangnya pem.hhaman akan visi dah misi 6. Klirangnya pengetahuan anggata daiam metode pengajaran 7. Klirangnya improvisasi dan kreatifitas anggota 8. Ketiadaan saran* milik kelompok 9. Aktivitas di luar KURMA msingmasing anggota berbeda-beda 10. Ketiadaan alokasi dana untuk mdnunjang kegidtan 11. Lemahnya faktot kepemimpinkn internal 12. Administrasi tidsk tersusun rapi
1. Ketiadaan dukungan dana dari ortu, masyarakat, serta pihak donor lain 2. Ketiadaan dukungan langsung dari Pemerintah dan aparilt setempat behpa dana bantuan untuk pengembangan program remaja 3. Kurangnya sosialisasi program pengemhadgan remaja di tingkat hawah 4. Program pengembangan remaja yang tidak berjalan kontinu 5. dominasi pengambilan keputusan oleh pihak luar
S7,10; 012 Pengembangan ilhprovisasi dhn kreatifitas, serta menc&ri dana untuk menunjang;kegiatan menlpakan kekuatan untuk memperkecil ancaman kethdaan dukungan dana dari ortu, masyarakat, pihak donor lain, serta dukungan langsung dari Pemeritltah dan apatat setempat berupa dana bantuan untuk pengembangm program rerhaja S1,2,3,11; 0 5 Peningkatan intensitas komunikasi antar anggota, kekompakan untLlk bekerja sama dalam penyelesaian pekerjaan, tanggungjawab urituk hadir datam pertemuan tepat wakh, dan meningkatkan kepemimpinan intemal merupakan kekuatan untuk memperkecil ancaman adanya dominasi keputusan oleh pihak luar.
BAB VII. PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KURMA 7.1. Perumusan Program Penguatan Kelembagaan KURMA
Sejalan dengan keinginan meningkatkan kecakapan sosial remaja sebagai salah satu dasar peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka kapasitas kelembagaan remaja masjid sebagai tempat bernaungnya remaja masjid beraktivitas diharapkan mempunyai kualitas yang baik dan kuat. Berdasarkan tujuan program pengembangan masyarakat yang ingin dicapai, maka program penguatan kelembagaan remaja KURMA ini dirancang berdasarkan partisipasi aktif anggota kelompok yang berupaya meningkatkan kapasitas kelembagaan yang telah dibangun, serta mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di dalam tubuh lembaga sehingga menjadi lembaga yang kuat dan konsisten sebagai wadah pengembangan kecakapan sosial anggota remaja masjid yang ada di dalamnya. Sejalan dengan salah satu tujuan penulisan yaitu mendapatkan strategi yang tepat bagi KURMA dalam meningkatkan kecakapan sosial anggotanya melalui program yang disusun secara partisipasitif, maka telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang dimulai dari pemetaan sosial, evaluasi program pengembangan masyarakat yang sudah pernah dijalankan, serta analisis hasil lapangan mengenai kelembagaan remaja masjid yang melibatkan para stakeholder yaitu aparat kelurahan, tokoh masyarakat, beberapa remaja dan anggota masyarakat RW 02 dan 07, orang tua remaja masjid, aparat RW, aparat Dinas Pendidikan Kota Bandung, pengurus Mushola Mifda, pengurus dan pengajar Madrasah Mifda, serta remaja masjid anggota KURMA. Data yang didapatkan sejak awal terjun ke lapangan hingga akhir tersebut kemudian dibahas dalam diskusi terarah tanggal 27 Desember 2008 yang dihadiri organ inti KURMA, pengurus Madrasah dan Mushola Mifda bertempat di ruang Madrasah Mifda Pukul 19.35 - 22.50 WIB. Diskusi ini berjalan untuk mengkaji faktor-faktor internal maupun eksternal yang berkaitan dengan kelompok. Dengan analisis SWOT, peneliti dan peserta yang hadir bersama-sama mengelompokkan
faktor-faktor internal dan eksternal tersebut ke dalam aspek kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi kelangsungan KURMA ke depan. Pertemuan ini kemudian berusaha membuat strategi berdasarkan kekuatan yang dimiliki KURMA serta bemsaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang berhasil diidentifikasi dalam bentuk reucana program. Rencana program terbagi menjadi rencana program jangka pendek dan rencana program jangka panjang yang memuat: 1) program; 2) tujuan; 3) Indikator Kinerja; 4) alat verifikasi; 5) sasaranlobjek evaluasi; 6) pelaksana; 7) pendukung; 8) metoda pelaksanaan; 9) waktu, dan 10) sumber dana. Sebagai benhk tanggungjawab peneliti terhadap keberhasilan program yang direncanakan, serta kepedulian akan peningkatan kecakapan sosial remaja anggota KURMA, peneliti masih akan terns mendampingi KURMA untuk mengawasi dan membantu kelancaran pelaksanaan program hingga kelompok dirasakan cukup mampu untuk menjalankan program secara mandiri.
7.2. Rancangan Program
7.2.1. Program Jangka Pendek 1. Program penguatan antaranggota
ltelompok untuk meningkatkan kebersamaan
Program penguatan kelompok yang diinginkan anggota terdiri atas 3 sub kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan obrolan ringan (obras): berisi tema-tema seputar permasalahan dakwah, keluarga, dan remaja dengan model kegiatan berupa pembahasan, diskusi, maupun konsultasi.
2. Nonton bermanfaat (nomat): berisi pemutaran film-film edukatif, dan pejuangan dakwah.
3. Pelaksanaan kegiatan outbondhiking. Kegiatan hiking diharapkan akan dilaksanakan untuk mengisi waktu liburan sekolah. Tempat-tempat yang
direncanakan seperti Bukit Caringin di Banjaran serta daerah Curug Gunung Manglayang daerah Ujung Berung.
Latar Belakaug Salah satu permasalahan utama yang teriadi di dalam kelompok KURMA adalah tidak berjalannya kegiatan secara rutin sesuai jadwal yang disepakati pada awal-awal pembentukan kelompok. Aktivitas di luar kelompok remaja yang berbeda-beda, kesibukan bekerja dan sekotah menjadi penyebab kegiatan internal kelompok lebih banyak vakurn. Hilangnya rutinitas kegiatan menyebabkan anggota sulit menjalin komunikasi dan kekompakan di antara anggota kelompok sendiri. Komunikasi dan silaturahmi lebih banyak tejalin diantara anggota KURMA yang aktif dalam kegiatan Mushola dan Madrasah. Hal inilah yang mendorong sebagian anggota berusaha menjalankan kembali kegiatan-kegiatan yang diharapkan mampu mempererat jalinan komunikasi dan kebersamaan di antara mereka. Tujuan Kegiatan-kegatan yang akan dijalankan diharapkan akan mampu menjaga kekompakan, meningkatkan kerjasama kelompok, meningkatkan intensitas komunikasi anggota, dan menjaga intensitas pertemuan anggota. Kegiatankegatan ini juga bertujuan menjaga intensitas pertemuan anggota sehingga kelembagaan KURMA dapat berjalan lebih konsisten. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan progam dilihat dari semakin kua'mya j.alinan silaturahmi di antara anggota, meningkatnya kerjasama kelompok, intensitas pertelnuan anggota semakin konsisten, dan intensitas komunikasi meningkat. Alat Verifikasi Indikator keberhasilan diverifikasi melalui FGD Sasaran Rancangan program dikhususkan kepada para remaja anggota KURMA
Pelaksana Pelaksanaan program diserahkan sepenuhnya kepada remaja yang tergabung dalam kelompok KURMA. Pendukung Pendukung program adalah orangtua, pengurus Mushola dan Madrasah Mifda, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar Mushola. Metoda Pelaksanaan Metoda pelaksanaan kegiatan berupa diskusi, pemutaran film-film edukatif, clan kegiatan hiking. Waktu Pelaksanaan dimulai dari Januari 2009 sampai dengan Januari 2010, dengan waktu kegiatan sabtu malam setiap bulannya Sumber Dana Dana yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan bersumber dari Mushola dan Madrasah Mifda, dan swadaya anggota KURMA.
2. Program Penggalangan Dana Bagi Kegiatan KURMA Program pengadaan dana bagi kegiatan KURMA dibagi dalam 3 sub program, yaitu:
1. Penarikan dana kepada orangtua dan masyarakat 2. Penarikan dana tidak wajib ke anggota
3.
Iuran wajib anggota
Latar BeIakang KURMA selalu mengalami kendala dalam setiap kegiatan yang dilaksanakannya berupa ketidaktersediaan dana dalam kas kelompok. Seperti yang pernah dipaparkan anggota KURMA dalam FGD, program iuran rutin yang
pernah direncanakan tidak berjalan seperti yang diharapkan. Karenanya pada kepengurusan kelompok remaja masjid periode saat ini (KURMA), praktis belum pernah ada kegiatan remaja yang disponsori dan dikoordinasikan secara utuh oleh
KURMA. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan anggota KURMA masih disponsori oleh Madrasah dan Mushola, termasuk dari segi pendanaan. Dukungan dana juga belum pernah didapatkan dari orangtua, masyarakat, maupun aparat setempat. Tujuan Program pengadaan dana bagi kegiatan KURMA dharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi anggota dengan pihak di luar kelompok, meningkatkan kerjasama kelompok, menggalang dana kelompok, orangtua dan masyarakat, serta meningkatkan peranserta aktif oranma dan masyarakat daam kegiatan KURMA.
Indikator Kinerja Indikator keberhasilan program dilihat dari meningkatnya kemampuan komunikasi anggota, meningkatnya kemampuan kerjasama antaranggota, tergalangnya dana, dan ada peranserta aktif orangtua dan masyarakat dalam kegiatan KURMA. Alat Verifikasi Indkator keberhasilan diverifikasi melalui FGD Sasaran Sasaran program adalah anggota, orangtua anggota KURMA dan masyarakat yang turut serta dalam kegiatan Mushola dan Madrasah Mifda. Pelaksana Pelaksana program adalah para remaia anggota KURMA Pendukung Pendukung progam adalah pengurus Mushola dan Madrasah yang berperan penting dalam pembinaan dan pengawasan jalannya program, masyarakat selatar yang turut serta dalam kegiatan Mushola dan Madrasah Mifda.
Metode Pelaksanaan Metoda pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan dua cara yaitu melakukan penarikan dana iuran ke rumah anggota, dan melakukan penarikan dana pada saat ada kegiatan di Mushola Mifda Waktu Pelaksanaan kegiatan adalah Bulan Januari 2009 sampai dengan Januari 2010, dimana pelaksanaan pada sub kegiatan 1 dan 2 bersifat insidentil, sedangkan subkegiatan ke-3 dilakukan setiap bulan sekali. Sumber Dana Dana penunjang kegiatan berasal dari swadaya anggota KURMA.
3. Latihan Dasar Kepernimpinan (LDK)
Permasalahan kurangnya pengetahuan anggota tentang visi dan misi organisasi yang mereka ikuti menyebabkan anggota tidak memiliki komitmen secara penuh untuk ikut serta dalam kegiatan. Kurangnya komitrnen menjalankan organisasi seperti disebutkan Alan dan Meyer (1997) dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu, karakteristik organisasi, dan pengalaman selama berorganisasi. Anggota KURMA secara pribadi berusia remaja, belum memiliki pengalaman beroganisasi yang mencukupi dan tingkat pendidikan relatif masih rendah. Komitmen yang rendah juga disebabkan oleh ketiadaan sosialisasi akan visi dan misi organisasi KURMA kepada anggota saat pertama kali dibentuk. Selain itu, selama KURMA berjalan, tidak banyak anggota yang menyadari keberadaan KURMA dan manfaatnya bagi peningkatan kemampuan pribadi anggota termasuk kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Tujuan LDK dibuat untuk mengingatkan kembali visi dan misi organisasi kepada para anggota KURMA serta memberikan pemahaman dasar tentang organisasi. Dengan program ini diharapkan anggota KURMA mampu memahami visi dan misi yang mereka bangun bersama di dalam kelompok dan menyadari manfaat KURMA sebagai wadah beraktivitas dan meningkatkan kemampuan dirinya. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan progam yaitu pengehuan tentang ilmu pendidikan agama meningkat, anggota menguasai metode pengajaran, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan anggota. Alat Verifikasi Indikator keberhasilan diverifikasi melalui FGD Sasaran Sasaran program adalah seluruh anggota KURMA Pelaksana Pelaksana program kegiatan ini diserahkan sepenuhnya kepada anggota KURMA, pengums Madrasah Mifda dan peneliti yang akan bermusyawarah menentukan format yang tepat. Pendukung Pendukung program adalah aparat RW setempat, tokoh masyarakat, pengurus Mushola Mifda, dan masyarakat sekitar Mushola Mifda. Metoda Pelaksanaan Metoda yang ditempuh yaitu ceramah, kegiatan pembahasan materi, diskusi, games, muhasabah, dan penguatan komitmen bagi peserta. Kegiatan direncanakan menggunakan mang Madrasah dan aula Balai Besar Keramik Cicadas. Untuk kegiatan ini, remaja berencana menggalang dana secara mandiri melalui pengajuan proposal ke orangtua dan masyarakat yang peduli pada program yang akan dijalankan.
Waktu Waktu pelaksanaan 2 hari 1 malam pada pertengahan Bulan Maret atau Mei 2009 Sumber Dana Dana penunjang kegiatan berasal dari swadaya anggota, dana Mushola clan Madrasah Mifda, serta dana pengembangan masyarakat dari RW 07.
4. Program Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Remaja Anggota Program ini mencakup dua sub kegiatan yaitu: 1. Program peningkatan pengetahuan pengajaran Madrasah 2. Pelatihan wiraswasta
Latar belakang Anggota kelonipok KURMA notabene merupakan para remaja yang beluln memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup memadai untuk dapat berinteraksi di dalam lingkungan masyarakat yang luas. K m g n y a pengetahuan dan keterampilan anggota KURMA juga terlihat pada keikutsertaan anggota di program pengajaran Madrasah Mifda. Pengajaran remaja kepada para siswa cenderung seadanya dan belum dan pun mengalami kendala pada kurangnya pengetahuan anggota dalam metode pengajaran inaupun ilmu pendidikan Madrasah sendiri. Di dalam perjalanan kelompok, para anggota tidak memiliki intensitas pertemuan yang dilakukan secara konsisten. Selain itu, improvisasi dan kreatifitas anggota belum berkembang dengan baik. Sehingga untuk menyatukan dan menggiatkan kembali kegiatan anggota, sangat diperlukan adanya kegiatankegiatan positif yang mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota. Tiga k e ~ a t a nyang diajukan anggota adalah peningkatan pengetahuan bagi anggota KURMA yang mengajar di Madrasah Mifda, peningkatan pengetahuan wiraswasta, dan kegiatan pembuatan kerajinan untuk meningkatkan keterampilan remaja.
Tujuan Program peningkatan pengetahuan dan keterampilan remaja anggota dibuat untuk meningkatkan pengetahuan anggota KURMA yang berperan dan kegiatan pengajaran Madrasah tentang metode pengajaran dan ilmu pendidikan agama. Sedangkan bagi anggota KURMA secara umum, program ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan remaja sebagai bekal beradaptasi di tengah masyarakat clan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mempererat hubungan diantara sesama anggota kelompok, serta membuka peluang terkumpulnya dana bagi kegiatan KURMA. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan program yaitu pengetahuan anggota KURMA pengajar tentang ilmu pendidikan agarna meningkat, menguasai metoda pengajaran bagi siswa Madrasah Mifda, pengetahuan dan keterampilan anggota
KURMA secara umum meningkat. Alat Verifikasi Indikator keberhasilan diverifikasi melalui FGD Sasaran Sasaran program adalah seluruh anggota KURMA Pelaksana Pelaksana program kegiatan ini diserahkan sepenuhnya kepada anggota
KURMA, pengurus Madrasah Mifda dan peneliti yang akan bermusyawarah menentukan format yang tepat. Pendukung Pendukung program adalah aparat RW setempat, tokoh masyarakat, pengurus Mushola Mifda, dan masyarakat sekitar Mushola Mifda. Metoda Pelaksanaan Metoda yang dipergunakan untuk meningkatkan pengetahuan anggota
KURMA yang berstatus pengajar berupa pengarahan dan diskusi. Metoda
peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi anggota KURMA secara m u m berupa pemberian materi, diskusi, d m praktek langsung. Waktu Kegiatan dilaksanakan pada Bulan Januari 2009 sampai dengan Januari 2010. Subprogram pertaina dilaksanakan 1-2 kali setiap bulan, sedangkan subprogram kedua hingga saat ini belum ditentukan waktunya. Sumber Dana Dana penunjang kegiatan berasal dari swadaya anggota, dan Madrasah Mifda.
7.2.2. Program Jangka Panjang
1. Program Pengelolaan Tabungan Qurban Latar Belakang Beberapa hasil wawancaza d e w n peWrwmushala dan Kepala .&kalah Madrasah yang sedikit banyak mengetahui tentang program tabungan kurban, tahun ini saja jumlah peserta tabungan kurban menurun drastis dari tahun 2007 lalu (dari 9 ekor sapi yang dipotong tahun 2007 yang sebagian besar peserta kurbannya adaiah peserta. tabungan kurban, di tahun 2008 jumlah sapi yang dipotong menurun menjadi 5 ekor, dikarenakan jumlah peserta tabungan juga menurun). Kelemahan dari p e n m a n jumlah tabungan kurban yang terlihat adalah selain penarikan dana tabungan kurban yang tidak berjalan secara rutin, juga dikarenakan adanya kasus dana tabungan kurban peserta kurban yang dipakai oleh petugas penarik tabungan. Yang mengecewakan adalah saat menjelang tabungan akan dibuka untuk dipergunakan membeli sapi, petugas penarik tabungan tidak bisa mengembalikan dana tabungan masyarakat. Dari sinilah respon masyarakat terhadap tabungan kurban Mifda mulai menurun.
Tujuan Kegiatan ini sangat berguna untuk melatih kemampuan remaja mengatur keuangan dan belajar berkomunikasi dengan para calon muqonibin (calon pequrban) serta bekerjasama dalam menjalankan tanggungiawab mengelola tabungan qurban. Keikutsertaan remaja dalam program tabungan qurban menurut peserta yang hadir bisa menjadi angin segar dalam pola kepengurusan tabungan qurban yang selama ini dijalankan. Indikator ffinerja Indikator keberhasilan program yaitu anggota KURMA mampu mengatur keuangan, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama meningkat, Alat Verifikasi Indikator keberhasilan diverifikasi melalui FGD Sasaran Sasaran program adalah anggota KURMA, masyarakat calon muqorribin (pequrban) Pelaksana Pelaksana program kegiatan ini diserahkan sepenuhnya kepada anggota KURMA,
pengurus Madrasah Mifda dan pengurus Mushola yang akan
bermusyawarah untuk menentukan format yang tepat dalam proses pembentukan panitia pengelolaan tabungan qurban. Pendukung Pendukung program adalah aparat RW setempat, tokoh masyarakat, dan masyarakat selutar Mushola Mifda. Metoda Pelaksanaan Keikutsertaan remaja dalam pengelolaan tabungan qurban pada tahapan awal adalah sebagai tenaga pelaksana yang bertugas menjemput tabungan qurban dari setiap calon pequrban yang umumnya adalah masyarakat sekitar Mushola Mifda dan menyerahkannya kepada Bendahara tabungan qurban. Secara bertahap
remaja mendapatkan pengajaran cara pengelolaan tabungan sehingga mampu mengelola tabungan qurban secara mandiri. Kegiatan pengumpulan tabungan qurban dikoordinir oleh Ketua Mushola Mifda dan dilaksanakan setiap bulan. Waktu Waktu pelaksanaan adalah Bulan Resemba 2012 sampai dengan Desember 2017. Sumher naua Sumber dana berasal dari dana MusholaMifda.
2. Program Monitoring dan Evaluasi
Latar Belakaug Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan efisiensi program yang akan dan sedang dijalankan, perlu kiranya dibuat program monitoring dan evaluasi bagi setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Tujuan Kegiatan ini sangat berguna untuk mengetahui bagaimana rancangan program dijalankan serta mengetahui dampak rancangan program terhadap kelembagaan KURMA ke depan. Kegiatan monitoring dan evaluasi juga berguna sebagai
sarana pembelajaran bagi
anggota kelompok mengembangkan
kemampuan mengevaluasi potensi dan kebutuhan kelompok ke depan. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan program monitoring dan evaluasi adalah rancangan program dijalankan sesuai jadwal dan metode yang dilaksanakan. Indikator lainnya adalah didapatkannya manfaat dan kekurangan dari program yang dijalankan serta adanya partisipasi anggota kelompok mengidentifikasi kebutuhan kelompok ke depan.
AIat Verifikasi Indikator keberhasilan diverifikasi melalui survei, diskusi, dan pengamatan berperanserta peneliti di dalam kelompok KURMA, Madrasah, dan Mushola. Objek Evaluasi Objek yang akan dievaluasi adalah program-program yang dirancang pada FGD yaitu Program Penguatan Kelompok Untuk Meningkatkan Kebersamaan Antaranggota, Program Penggalangan Dana Bagi Kegiatan KURMA, Latihan Dasar Kepemimpinan
(LDK), Program Peningkatan Pengetahuan clan
Keterampilan Remaja Anggota, Program Pengelolaan Tabungan Qurban, serta para anggota KURMA sebagai objek utama dalam peningkatan kapasitas kelompok. Pelaksana Program pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan oleh anggota KURMA dan peneliti. Pendukung Pendukung program adalah pengurus Mushola, pengurus Madrasah, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar Mushola Mifda. Metoda Pelaksanaan Metoda pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah melalui diskusi, survei, dan FGD. Waktu Pelaksanaan manitaring dan evaluasi dilakukan sejak Februari 2QQQ hingga Desember 2017.
Sumher Dana Sumber dana kegiatan berasal dana pribadi peneliti serta dana hasil swadaya anggota kelompok.
-
g
*
r" L
gz
-
3
ng 3s
$ s0 v$l s8
5m-8 3 9nf 2
337% E Z m 3 -
u
...
m n
.z
Emu c 3 2 g.
2222
0
Srn
2 ~M a3 . ~
Z*-z ,U'C
e
0 OI
0
w
'5s +5 , .@3 ~ E a 0
I m a &
+,
,-.x, 3-m23 53
4
g
8 s.2
N'
3 a2 o*2. u- g. s2 ~33 'Ssz 3 o>""Tr"z
~
~ N . 5 2 4 38
s I N
p p
3
Ei*
3
.-
01
i3
*:
23
EEZ#
-
3 4
3 222 8 ~ 3
$z&$
u 0 *
-
"i
:
22% N
M
Ci
3
.. .
2q 8
.
CU
3 2
$3
&
2 3 M
-"
4 M
sz *". 3 aZuZ 22
2s
2 =
.?Z$ 3s 9
.?
Pi 2 a g cu rs
8
2022
2
om a
p p
z
& 'C
2
-
.z ?3
n
g
8 k
-
p p
m
a
,
c
, ,
c
p p
'9
$ -3
3 3 2 @ 5 .- u, 3 3% 3s sg j $
-
@?&3**5i'. s
N
- c g s Mgt:
e c
.c .= .8 .-2% c 5 M.-3 a &
t:
E8 E, 3 &0 . 9 s & &
.-3
a
35
0
2 9
2:
-3
3
~ j gK E , ~ $
35 Ei-
& Q g 3 338 ~2 3 g.izr+2 9 ~ nf* 8 m *
3 i$ 3 . .-~g 9 3a % 6.5%8$8~ a &&$. c am $$ 2 ~ E & F S ~ . - W~ ZS ~ E:%%> 8 E:
8i533~ 8
3
s
s%
u
39
3~~~3 i ggs u$s3 e8 8 ' a s8%3:g2p E
5e
bk
3 "5
3 'gr~~lsg d wr&pl.eEi,
ZusCi;
rj
"i
M
Tabel 4. Rancangan Program KURMA (sambungan) Program
,
Tujuan
L I (1) Latihan Dasar Kepemimpinan WK)
Indikator Kinerja
(2)
(3)
1.Mengingatkan 1. Anggota memahami visi dan misi visi dan misi organisasi, organisasi, 2. Memberi 2. Memiliki pemahaman pemahaman dasar dasar organisasi organisasi
Program peningkatan pengetahuan pengetahuan dan keterampilan remaja anggota 1.Peningkatan 1. Meningkatkan pengetahuan keteramoilan pengajaran anggota Madrasah 2. Pelatihan wiraswasta
Mat verifi -hi
Sasaran
(4)
(5) Anggota
FGD
Pelaksana
Anggota, pengurus Madrasah Mifda, peneliti
tentang Menguasai metoda pengajaran. Meningkatny
I
I
Metoda
(7)
(6)
Anggota Pengurus Madrasah * Peneliti u
Pengetahuan
keteramoilan anagota
Pendukung
(8) 1.Ceramah 2. Materi 3, Dishsi 4. Games 5. Muhasabah 6. Penguatan
Pengurus Mushola Aparat RW Tokoh
.
I Pengurus
1 1.Pengarahan
Mushola Mifda, tokoh masyarakat, aparat RW setempat, masyarakat sekitar
I
2. Diskusi 3. Materi 4. Dishsi 5. Praktek langsung
I
WaMu
Sumber Dana
ket
=I= Marat atau Mei 2009
Swadaya
Dana Mushola dan Madrasah
Dana masyarakat dari RW 07.
Januari 2009 - Januari 2010 (Subprogram 1 1-2x sebulan, Subprogram 2 belum ditentukan )
.
Swadaya anggota Madrasah Mifda
Kegiatan brieting pengajar sudah bejalan 3 kali
Tabel 4. Rancangan Program KURMA (sambungan) -
Program
Tujuan
Indikator Kinerja
-
Alat Verifikasi
Sasam
Pelaksana
Pendukung
FGD
Anggota, calon muqorribin
Anggota, pengurus Mushola dan Madrasah Mifda
Aparat RW setempat, tokoh masyarakat, masyarakat sekitar
Metoda
Waktu
Sumber Dana
Desember 2012 - Desember 2017
Mushola lviifda
Febtuari 2009
Pribadi Swadaya anggota KURMA
-
Program pengelolaan tabungan qwban
Monitoring dan Evaluasi Program KURMA
Melatib anggota mengatur keuangan Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama 1. Mengetahui bagaimana rancangan program dijalankan 2. Mengetahui dampak rancangan program terbadap KURMA 3. Sarana pembelajaran bagi anggota kelompok
Anggota mampu mengatur keuangan Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama meningkat
1. Rancangan program dijalankan sesuai jadwal dan metoda 2. Mendapatkan manfaat dan kekwangan P"gram 3. Ada partisipasi anggota kelompok mengidentifikasi kebutuhan kelompok ke
Swei * program Diskusi Hasil Pengama FGD tan berperan- *anggota serta (keduanya me~p&an objek evaluasi)
Anggota Peneliti
1. Tahap awal sebagai tenaga penjemput dana tabungan 2. Tahap selanjutnya mampu mengelola tabungan secara mandiii Pengurus Mushola Diskusi Pengurus Madrasah Survei Tokoh masyarakat PGD
.
- Desember 2017
ket
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan
Kajian yang telah dilakukan secara mendalam pada KURMA menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberdayaan remaja dalam upaya peningkatan kecakapan sosial sangat efektif dilakukan melalui pendekatan kelembagaan daripada individu. Pendekatan kelembagaan diambil karena di dalam kelembagaan sudah terbangun pola hubungan dan sistem nilai di antara anggota kelompok, sehingga memudahkan anggota kelompok menyusun dan melaksanakan rancangan program yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kelembagaan remaja masjid menjadi pilihan karena remaja masjid dianggap telah memiliki pemahaman kecakapan personal yang lebih baik daripada remaja umurnnya sehingga program peningkatan kecakapan sosial akan lebih mudah dilaksanakan. 2. Strategi pemberdayaan KURMA dijalankan dalam dua tahapan sejalan dengan dua tahapan dari tiga tahapan pemberdayaan yang diajukan Wrihatnolo (2007) yaitu tahapan penyadaran yang dilanjutkan dengan pengkapasitasan maupun strategi penyadaran yang diajukan Jim Ife. Strategi penyadaran dirasakan sangat penting dilakukan sebagai dasar agar anggota KURMA menyadari kembali keberadaannya di dalam kelompok dan memahami peran yang dapat dijalankannya dalam kelompok. Proses penyadaran yang dijalankan di tahapan awal kajian pada KURMA temyata cukup memberikan dampak pada pemahaman akan diri remaja dan kontribusinya dalam kehidupan sosial masyarakat. Proses ini pun mampu meningkatkan kesadaran bagi remaja anggota KURMA bahwa mereka
memiliki potensi dan kesempatan yang besar untuk mengembangkan kapasitas diri maupun kelompok. Hasil yang kemudian terlihat adalah munculnya partisipasi remaja anggota KURMA untuk ikutserta secara aktif memetakan kapasitas kelompok dan mengidentifiiasi kekuatan, kelemahan, peluang, maupun ancaman yang ada. Tahapan terakhir rangkaian tahapan pemberdayaan Wrihatnolo bernpa pendayaan atau pemberian daya kepada kelompok belum dapat dilaksanakan pada kelompok KURMA karena kapasitas kelembagaan KURMA yang masih perlu ditingkatkan. 3. Faktor-faktor yang berperan dalam kapasitas kelembagaan KURMA yang dikaji pada kajian ini sejalan dengal lima faktor yang berpengaruh dalam kapasitas kelembagaan Syahyuti (2003) yaitu kepemimpinan, proses perencanam dan pelaksanaan program, alokasi sumber daya, dan hubungan pihak luar. Dari kelima faktor tersebut, lcepemimpinan merupakan faktor yang dianggap berperan besar dalam kelangsungan kelompok. Dominasi kepemirnpinan ole11 pihak Mushola d m Madrasah disadari menjadikan KURMA sangat bergantung pada pihak luar terutama dalam proses pengambilan keputusan. Kondisi ini yang kemudian dianggap perlu untuk diperbaiki agar KURMA mampu mengambil keputusan secara mandiri dm sedikit demi sediit melepas ketergantungan dengan pihak luar. 4. Rancangan program penguatan kapasitas kelembagaan KURMA yang dibuat secara partisipatif diyakini telah cukup mengakomodir seluruh kebutuhan kelompok saat ini. Rancangan program utama yang dipilih adalah penguatan kapasitas kelembagaan untuk meningkatkan kebersamaan antaranggota. Strategi ini berbeda dengan strategi-strategi pengnatan kapasitas kelembagaan pada kajian pemberdayaan pada umurnnya yang mengarah pada penguatan kapasitas seperti kepemimpinan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, maupun jejaring. Rancangan program KURMA mengutamkan penguatan dasar yang sangat diperlukan kelompok untuk berinteraksi satn sama lain yaitu peningkatan kebersamaan. Ini memperlihatkan KURMA menyadari
bahwa kebutuhan untuk mampu memahami anggota satu sama lain merupakan modal dasar yang harus dipenuhi untuk mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya.
8.2. Saran Saran yang dapat diajukan dalam upaya peningkatan kecakapan sosial remaja ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mushola dan Madrasah Mifda: Faktor pendampingan masih sangat dibutuhkan remaja dalam menjalankan kegiatan. Pendampingan dari lembaga ataupun seseorang yang ahli diperlukan untuk memberi arahan dan mengawasi jalannya kegiatan sehingga aktivitas yang dijalankan remaja tidak melenceng jauh dari rencana yang telah ditetapkan. Karenanya, pihak Madrasah dan Mushola Mifda diharapkan terus berperan
mendampingi
dan
memberi
ruang
bagi
KURMA
untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi dan bekerjasama anggotanya serta dapat memantapkan eksistensinya di tengah masyarakat dengan cara: pertama, meningkatkan intensitas waktu pengajaran bagi remaja KURMA yang berperan dalam pengajaran siswa Madrasah; kedua, memberikan pengarahan secara kontinu bagi remaja pengajar; ketiga, menambah porsi kegiatan dalam Mushola- dan Madrasah yang dapat melibatkan remaja berperan aktif; keempat, memberikan uraian tugas secara jelas dan detil bagi remaja dalam kegiatan yang dilaksankaan; kelima, memberikan kesempatan KURMA melaksanakan tanggungiawab secara penuh pada sub-sub kegiatan Mushola dan Madrasah. 2. Bagi Masyarakat dan aparat setempat:
Masyarakat dan aparat setempat seperti RT dan RW agar dapat mendukung rancangan program yang dibuat KURMA. Dukungan baik berupa material
maupun moril sangat dibutuhkan remaja anggota KURMA untuk lebih berani dan bersemangat menjalankan kegiatan yang telah direncanakan dengan penuh tanggungiawab dan kemandirian. 3. BagiKURMA:
* KURMA hams terns melakukan koordmasi secara intensif di dalam kelompok untuk memantapkan visi dan misi organisasi, menjaga komitmen untuk meningkatkan kapasitas diri, serta menjadi barometer remaja muslim di tengah masyarakat. KURMA harus berani mengadakan kegiatan yang berguna untuk meningkatkan kerjasama dan memupuk komunikasi efektif di antara anggotanya sehingga tidak mengandalkan sokongan kegiatan dari pihak lux. Kegiatan yang dilakukan seyogyanya juga bersifat produktif sehingga dapat menghasilkan sumber dana mandiri. 4. Pemerintah Kelurahan Kebon Waru
Kelwahan Kebon Waru diharapkan dapat menjembatani kebutuhan para remaja anggota KURMA khususnya maupun remaja anggota kelembagaan lain untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan Pemerintah bagi pengembangan remaja dan pemuda dengan memberikan alokasi atau kuota yang pada pelaksanaannya seringkali diutamakan kepada remaja-remaja yang bemaung dalam kelembagaan bentukan Pemerintah seperti Karang Taruna. 5. Dinas Pendidikan Kota Bandung:
Instansi Pemerintah untuk terns bernpaya meningkatkan kecakapan sosial remaja melalui penambahan variasi program-program pendidikan dan keterampilan, menambah alokasi anggaran, serta menambah jumlah kuota peselta.
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2007. Membangun Jawa Barat dengan rumus IPM. Artikel November 2007. Diakses tanggal 15 Januari 2008 dari www.bapeda-iabar.~o.id. Anonimous, 2007. Pengertian Kepemimpinan (Leadership). Artikel tanggal 29 April 2007. Diakses tanggal 16 September 2007 dari httu://mvhad.blo~s~ot.com Anwar, 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta. 2007. Ardyani, Revita, 2007. Peningkatan Peran Ekonomi Perempuan dalam Memenuhi Pendapatan Keluarga Melalui Pendayagunaan Kelembagaan Lokal. Tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2007. Balai Pustaka, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Baiai Pustaka. 1995. Bakrie, Aburizal, 2006. Mengapa Pembangunan Manusia?. Diakses tanggal 24 November 2007 dari www.kom~as.com Bapeda, 2007. Warta Bapeda Volume 12 No. 21 April - Juni 2007. BPS, 2007. Data Basis Indeks Pembangnnan Manusia. Bandung: BPS. 2007 BPS Kota Bandung, 2007. Indeks Pembangunan Manusia per Kecamatan Kota Bandung 2007. Bandung: BPS. 2007 Brata, A.G. 2005. Investasi Sektor Pub& Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kerniskinan. Diakses tanggal 20 April 2007 dari httu://staf.uaiv.ac.id Brata, A.G. 2004. Analisis Hubungan Timbal Balk Antara Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Daerah Tk 11 di Indonesia. Diakses tanggal 20 April 2007 dari llttp://staf.uaiv.ac.id Covey, Stephen R. 1989. The Seven Habits of Highly Efective People. New York: Rockefeller Center. Depdiknas, 2004. Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup. Jakarta. 2004.
Dikmenum, 2008. Kecakapan Hidup. Artikel tanggal 13 Agustus 2008. Diakses tanggal 24 November 2008 dari www.dikrnenum.eo.id. Eka, 2004. The Amazing Fact of Communication. Artikel tanggal 9 November 2004. Diakses tanggal 18 Febrnari 2009 dari http://nu1risvifa.bloes1,0t.co1n/20O4/11 /a~nazing-facts-of-communicationselain.htm1 Eko, Sutoro, tanpa tahun. 'Pembangunan Politik, Pemberdayaan Politik dan Transformasi Politik', Makalah disampaikan dalam Seminar "Pemberdayaan Masyarakat Desa", kerjasama STPMD "APMD" dan The Ford Foundation, September 2001. Diakses tanggal 12 Juli 2007 dari I~~://www.irevoeva.ore/ire,~,h~,?about=cv sutoro.lltm Eko, Sutoro, 2005. Pemberdayaan Kaum Marjinal. Yogyakarta: APMD Press. 2005. E-Learning BPPLSP Regional V, 2007. Pendekatan Analisis SWOT. Artikel tanggal 6 Nopember 2007. Diakses tanggal20 Nopember 2008 dari http://elearn.b~~ls~-ree5.eo.id/cetak.~l11,?id=15 Hasbi, Muhammad, tanpa tahun. Evaluasi Penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah. Huraerah, M S . , Drs. Abu, 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. Bandung: Penerbit Humaniora. 2008 Hikmat, Harry, 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Penerbit Humaniora. 2006. Ihromi, T.O., 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004. Institut Manajemen Masjid, 2007. Peran dan Fungsi Masjid. Artikel 3 Mei 2007. Diakses tanggal 18 Oktober 2008 dari 11ttp://www.i1nmasiid.com Irmaas, 2007. Pembinaan Remaja Melalui Masjid. Artikel9 November 2007. Diakses tanggal 18 Oktober 2008 dari http://ir1naas.multi1,1v.c0rn. Jinarti, 2005. Sektor Informal dan Pengentasan Kemiskinan. Suara Kaqa : Selasa, 22 November 2005. Diakses tanggal 20 Juni 2008.
Kadir, A Rahman, 2001. Karakter Kepernimpinan Nasional. Diakses tanggal 22 September 2008 dari www.4l1an.files.wordpress.comi2008/Ol/karakterseorang-~en~iin~in-03-2001 .doc-. Kurniawan, Fadli, 2006. Upaya Peningkatan Kesejahteraan Melalui Penguatan Kelembagaan Musholla. Tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor,
2006. Nursahid, Fajar, 2006.Tanggung Jawab Sosial BUMN. Depok: Piramedia, 2006. Mikkelsen, Britha, 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003. Milen, Anneli, 2006. Capacity Building, Meningkatkan Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Peinbaruan, 2006. Purwanto, 2008. Pendidikan Kecakapan Hidup. Artikel tanggal 6 Maret 2008. Diakses tanggal 29 November 2008 dari httr,:Ninfopendidilta1~kita.bloes~ot.com/2008/03/~e11didikat1-kecakaua~1hiduo.htrn1 . P.M., Winarno, taupa tahun. Empathic Com~nzinicationdan Peranannya dala~n Kehidupan Sehari-hari. Artikel yang diakses pada tanggal 18 Februari 2009 dari hW://www.unimedia.ac.id/ Prasojo, Eko, 2008. People and Society Empowerment: Perspektif Membangun Partisipasi Publik. Artikel Maret 2008. Diakses tanggal 15 April 2009 dari http://iurnalskripsitesis.wordpress.corn
Riani, Nani, 2005. Pemberdayaan Komunitas Pesantren Melalui Penyelenggaraan Pendidikan Alternatif. Tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
2005. Rianto, MI, 2008. Strategi Dakwah Kontemporer Remaja Masjid. Artkel 22 Juli 2008.Diakses tanggal 18 Oktober 2008 dari htt~://riantoirvan.word~ress.co~n Setiawan, Danny. 2007.Refleksi Pembangunan Jawa Barat. Artikel November 2007 Diakses tanggal 5 Mei 2008 dari www.ba~eda-iabar.go.id. Sirait, Robbi A. 2007. Hubungan Antara Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi. Diakses dari tanggal 24 November 2007 dari
Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1990. Suharto, Edi, 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta, 2007. Suharto, Edi, 2005. Analisis Kebijakan Sosial. Baudung: Alfabeta, 2005.Fisher, Simon et all. 2000. Mengelola Konflik. Keterampilan dun Strategi Untuk Bertindak diterjemahkan dari Working with Conflict : Skills & Strategies for Action . Jakarta : The British Council Sutjipto, Hadi, 2007. Menyoroti masalah Ketenagakejaan. Artikel 2 januari 2007. Diakses tanggal 22 November 2007 di h~://www.kom~as.comkomoascetakf0701/02LTabar/9052.liti11 Syahyuti, 2006. Tinjauan Sosiologis Terhadap Konsep Kelembagaan dan Upaya Membanguu Rumusan yang Lebih Operasional. Diakses tanggal 15 Juni 2008 dari www.geocities.com. Syahyuti, 2006. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2006. Syahyuti, 2003. Bedah Konsep Kelembagaan. Strategi Pengembangan dan Penerapamya dalam Penelitian Pertanian. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. 2003. Uharsaputra, 2007. Memperkuat Pendidikan Informal. Diakses tanggal 14 April 2008 di l~ttp://ul~ars~utra.wordvress.com Wrihatnolo, Randy, et al., 2007. Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan nntuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Grarnedia. 2007. Widodo, Suko, 2006. Peran KIM Sebagai Agen Pembaharu. Artikel29 Agustus 2006. Diakses tanggal 16 September 2008 di httv://www.kotakedll-i.go.id World Bank, 2006. Laporan Pembangunan Dunia 2007: Pembangunan dan Generasi Meudatang. Salemba Empat. 2007. Yunus L, Dadang, 2008. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup. Artikel tanggal 6 Februari 2008. Diakses tanggal 13 Agustus 2008 dari http://pkbmpls.wordvress.com.
LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
Pedoman Wawancara (Remaja Masjid Miftahul Huda - KARMA RW 07 Kelurahan Kebon Waru Kecamatan Batununggal Kota Bandung) Pertanvaan Individu Nama responden: .................................................... umur: ................................................................... Pekerjaan: ............................................................. .. Pend~dlkan:...................... . . . ......................................... Tanggal: ............................................................... Untuk orang tua: 1) Apa arti pendidikan bagi anda?
2) Bentuk pendidikan seperli apa yang anda inginkan bagi anak-anak anda (fomallnon formal)? 3) Apa tujuan pendidikan yang anda inginkan bagi anak-anak anda? 4) Bagaimana pandangan anda terhadap lembaga pendidikan yang ada saat ini? 5) Jika anda diharuskan memilih menyekolahkan anak laki-laki atau perempuan disaat dana pendidikan yang ada banya dapat membiayai 1 orang anak, siapa yang anda pilih? Apa alasannya? 6 ) Bagaimana pandangan anda berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak-anak anda di luar rumah? 7) Apakah anak-anak terlibat dalam penetapan keputusan bagi keluarga? 8) Dalam hal-ha1 apa anda mengajak an&-anak berkomnnikasil 9) Apakah anak-anak terbiasa bekerja sama &lam menyelesaikan pekerjaan rumah? 10) Apakah anda merasakan adanya pembahan pada diri anak anda saat ini setelah mengkuti aktivitas di luar ~ m a hberkaitan dengan kemampuannya berkomunikasi dengan anggota keluarga di rumah maupun pada kemampuan bekerja sama dengan anggota keluarga di rumah? 11)Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap peluang mendapatkan pekejaan, dan peningkatan sikap anak-anak anda (dalam bekerja sama dan berkomunikasi)? 12)Bagaimana metode pendidikan yang diterapkan dalam keluarga?
13)Bagaimana seharusnya remaja masjid Miffahul Huda RW 07 berperan dalam masyarakat? 14)Bagaimana seharusnya sarana dan prasarana yang dimiliki remaja masjid Miftahul Huda RW 07 ? 15)Bagaimana alokasi sumber daya yang ada? Untuk remaja:
1. Apa arti pendidikan untnk anda? 2. Bentuk pendidikan yang anda ikuti saat ini? (sekolah formal, kursus, madrasah, lembaga non formal, dll) 3. Apa faktor pendorong anda ikut dalam kelembagaan KARMA? 4. Sejak kapan anda aktif dalam kelembagaan KARMA? 5. Bagaimana intensitas pertemuan para anggota KARMA untuk berdiskusi satu sama lain? 6. Bagaimana bentuk keterlibatan para anggota KARMA dalam kegiatan harihari besar keagamaan yang diadakan di Mushola Mifda? 7. Bagaiinana bentuk keterlibatan anda sebagai anggota KARMA dalam kegiatan Madrasah Mifda? 8. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki KARMA untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan? 9. Apa kelebihan yang anda rasakan dalam program-program KARMA? 10. Apa kekurangan yang anda rasakan dalam program-program KARMA? 11. Apakah yang anda rasakan sebelum menjadi anggota KARMA berkaitan dengan: rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, berkomunikasi dengan orang lain? 12. Apakah yang anda rasakan setelah menjadi anggota KARMA berkaitan dengan: rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, berkomunikasi dengan orang lain? 13. Bagaimana bentuk partisipasi anda dalam kegiatan-kegiatan Idul Fitri, Idul Adha, pemotongan hewan qurban, pembagian sembako, pembuatan spanduk, tabungan qurban, dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan deugan MusholaMadrasah, maupun kegiatan internal KARMA? 14. Bagaimana cara anggota KARMA dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kelompok? 15. Bagaimana duknngan dari luarikerjasama dengan pihak lux? 16. Sejauh mana peran serta pihak luar KARMA dalam mendukung kegiatankegiatan KARMA?
17.Apa kendala yang ditemui KARMA dalam menjalankan kegiatankegiatannya? 18. Bagaimana seharusnya peran KARMA menurut anda? 19. Bagaimana usul anda untuk mengatasi kendala tersebut? 20. Bagaimana alokasi surnber daya yang ada?
Untuk pengurus Madrasah:
1. Apa arti pendidikan untuk anda? 2. Bagaimana seharusnya peran remaja dalarn pembangunan menurut anda? 3. Bagaimana pandangan anda terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh KARMA selama ini? 4. Kegiatan-kegiatan Madrasah apa saja yang melibatkan para anggota KARMA? 5. Bagaimana bentuk keterlibatan para anggota KARMA dalam kegiatan Madrasah? 6. Bagaimana intensitas padsipasi KARMA terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan Madrasah, dan apa keuntungan yang diperoleh Madrasah dengan keikutsertaan KARMA? 7. Apa yang ibu/bpk lihat dari paxtisipasi anggota KARMA berkaitan dengan cara berkomunikasi dan cara bekerja sama anggota KARMA dengan sesama anggota maupun dengan pihak madrasah atau pihak lain dalam pelaksanaan kegiatan? 8. Bagaimana hubungan yang terjalin antara para anggota KARMA dengan pihak Madrasah? 9. Apa tanggapan anda tentang sarana dan prasarana yang dimiliki 10. Bagaimana menurut anda seharusnya KARMA berperan dalam peningkatan kecakapan sosial remaja? 11. Bagaimana alokasi surnber daya yang ada?
Untuk tokoh agama dan masyarakat: 1. Apa arti pendidikan bagi anda? 2. Bagaimana profl remaja di RW 07 Kebon Wan! pada umumnya? 3. Bagaimana keterlibatan para remaja di RW 07 terhadap berbagai kegiatankegiatan di masyarakat?
4. Bagaimana pandangan anda terkait interaksi di antara para remaja dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan? 5. Bagaimana seharusnya peran remaja dalam pembaugunan menurut anda? 6. Apa saja kelebihan-kelebihan remaja dalam berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan? 7. Apa saja hambatan yang biasanya ditemui remaja dalam berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan? 8. Bagaimana seharusnya kelembagaan remaja berperan dalam peningkatan kecakapan sosial remaja? 9. Bagaimana prospek kelembagaan remaja untnk tumbuh dan berkembang meningkatkan kecakapan sosial remaja? 10. Bagaimana harapan anda terhadap kelembagaan remaja masjid Miftahul Huda RW 07?
2. ~ejarahMushola-Madrasah Mifda
Sumber: dokumentasi Mushola Mifda, 2008
3. Kepengurusan Madrasah Mifda Tahun 2005
Ac Ka. Mushola Mifda
Tr Ka. Madrasah Mifda
Ev
Yn
Sekretaris
Bendahara
I Im
Sus
Sof
Ka. Bid. Kurikulum
Ka.Bid. Kemuridan
Ka.Bid. Humas
Sumber: dokumentasi Madrasah Mifda
4. Susunan KURMA Ketua
An
Divisi Olahraga
Aj, Iw, Riz
Sekretaris
Bendahara
Yo
Re
Divisi Publikasi Dokumentasi
Oivisi Pendidikan Agama Islam
And, De
Divisi Hubungan Masyarakat
Divisi Konsumsi
Al, In, Di
Am
Im, Iq
Sumber: Arsip KURMA, 2008
5. Dokumentasi (Foto-foto) Pelaksanaan Penelitian
Susunan organisasi dan tata kerja pengurus RW 07
Kegiatan pengajaran Madrasah, sembahyang Magrib
Kegiatan pengajaran Madrasah, kelas Usman Bin Affan
Wawancara rnendalamdengan Ketua RW 07, Mu
FGD di ruang Madrasah Mifda, 27 Desernber 2008
Pernbuatan rancangan program KURMAdalarn FGD, 27 Desernber 2008
Rernaja peserta FGD, 27 Desember 2008
ldentifikasi kelemahan KURMA dengan Analisis SWOT, FGD 27 Desember 2008
Hasil Analisis SWOT, FGD 27 Desember 2008
Hasil rancangan program KURMA pada FGD tanggal 27 Desember 2008
Suasana sore di pemukiman Kebon Waru
Kegiatan pemotongan dan pembagian daging qurban, ldul Adha November 2008
Kegiatan motivasi remaja, tahapan penyadaran di awal Ramadhan 2008