PENINGKATAN SKILL PENGOPERASIAN KAMERA DSLR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA MATA PELAJARAN KOMPOSISI FOTO DIGITAL SISWA KELAS XI MULTIMEDIA SMK NEGERI 1 KLATEN
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan HALAMAN SAMPUL
Oleh: Mega Yuliantika NIM 13520241036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
i
PENINGKATAN SKILL PENGOPERASIAN KAMERA DSLR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA MATA PELAJARAN KOMPOSISI FOTO DIGITAL SISWA KELAS XI MULTIMEDIA SMK NEGERI 1 KLATEN Oleh: Mega Yuliantika NIM. 13520241036 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR pada siswa kelas XI Multimedia (MM) 2 di SMK Negeri 1 Klaten setelah diterapkan model pembelajaran direct instruction pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan menggunakan model spiral Kemmis & Mc Taggart. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian siswa kelas XI MM 2 di SMK Negeri 1 Klaten berjumlah 36 siswa. Obyek penelitian peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dokumentasi, dan catatan lapangan. Metode analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada pertemuan pertama siklus I sebesar 53,06 dan meningkat menjadi 61,02 pada pertemuan kedua. Sedangkan nilai rata-rata skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada pertemuan pertama siklus II sebesar 73,61 dan meningkat menjadi 81,02 pada pertemuan kedua. Sedangkan persentase jumlah siswa yang mencapai nilai KKM pada tes kognitif sebesar 86,11% pada siklus I dan meningkat menjadi 91,67% pada siklus II. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR siswa kelas XI MM 2 pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital.
Kata Kunci: skill pengoperasian kamera DSLR, komposisi foto digital, direct instruction
ii
iii
iv
v
MOTTO
Lakukanlah apa yang mampu kamu amalkan. Sesungguhnya Allah tidak jemu sehingga kamu sendiri jemu. (HR. Bukhari)
Keberanian itu ada jika kita mau mencari, terkubur dalam diri masing-masing, terhalang ketakutan yang kita buat sendiri. (Penulis)
One day or day one. You decide. (Anonim)
One must still chaos in oneself to be able to give birth to a dancing star. (Friedrich Nietzsche)
There is nothing either good or bad but thingking makes it so. (William Shakespeare)
Don’t think to much, you’ll create a problem that wasn’t even there in the first place. (Anonim)
Don’t be trapped in someone else’s dream. (V)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orangtua tercinta, Suparno dan Sumarni yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasehat, semangat, perhatian, dan dukungan baik secara moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. 2. Kakakku tersayang, Noni Ayu Safitri yang selalu memberikan dukungan, semangat dan masukan dalam pengerjaan skripsi ini. 3. Sahabat-sahabatku tersayang Ayu Parameswara, Fatma Indah Rahmawati, dan Nurul Febriani yang selalu memberikan semangat, nasehat, dan dukungan dengan bersedia membantu baik waktu maupun tenaga demi pengerjaan skripsi ini. 4. Teman-teman program studi Pendidikan Teknik Informatika Kelas E angkatan 2013, atas semua pengalaman selama kurang lebih 4 tahun ini. 5. Universitas Negeri Yogyakarta, atas semua ilmu dan pengalaman yang didapatkan penulis selama kurang lebih 4 tahun ini.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Peningkatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR dengan Model Pembelajaran Direct Instruction pada Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital Siswa Kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Klaten” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dr. Putu Sudira, M.P. selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. 2. Rendi Purwangga, A.Md. selaku Validator Instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. 3. Dr. Sri Waluyanti, M.Pd. dan Bekti Wulandari, M.Pd. selaku Penguji Utama dan Sekretaris yang memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini. 4. Dr. Fatchul Arifin, S.T., M.T. dan Handaru Jati, S.T., M.M., M.T., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika dan Informatika dan Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Informatika beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.
viii
5. Dr. Widarto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi. 6. Drs. Budi Sasangka, M.M. selaku Kepala SMK Negeri 1 Klaten yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini. 7. Para guru dan staf SMK Negeri 1 Klaten yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini. 8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.
Yogyakarta, ..................................... Penulis,
Mega Yuliantika NIM. 13520241036
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i ABSTRAK......................................................................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN............................. Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iv SURAT PERNYATAAN ................................................................................iv MOTTO ........................................................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................. x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1 A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah.................................................................................. 4 C. Batasan Masalah ..................................................................................... 4 D. Rumusan Masalah ................................................................................... 4 E. Tujuan...................................................................................................... 4 F. Manfaat .................................................................................................... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 6 A. Deskripsi Teori ......................................................................................... 6 1. Pendidikan Kejuruan ................................................................................ 6 2. Pembelajaran Kejuruan.......................................................................... 10 3. Model Pembelajaran .............................................................................. 14 4. Model Pembelajaran Direct Instruction................................................... 16 5. Skill (Keterampilan) ................................................................................ 24 6. Kamera DSLR ........................................................................................ 26 7. Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital................................................... 35 B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................................ 37 C. Kerangka Pikir........................................................................................ 39
x
D. Hipotesis ................................................................................................ 41 BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 42 A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 42 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 44 C. Subjek Penelitian ................................................................................... 44 D. Jenis Tindakan....................................................................................... 44 E. Teknik dan Instrumen Penelitian ............................................................ 48 F. Teknik Analisis Data............................................................................... 52 1. Analisis Data Observasi ......................................................................... 52 2. Analisis Tes Kognitif ............................................................................... 54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 58 A. Prosedur Penelitian................................................................................ 58 B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 72 C. Pembahasan.......................................................................................... 82 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 96 A. SIMPULAN............................................................................................. 96 B. SARAN .................................................................................................. 96 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 98 LAMPIRAN ............................................................................................... 100
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Direct Instruction (Arends, 2015: 313) .. 19 Tabel 2. Sintaks Model Pembelajaran Direct Instruction (Kardi dan Nur dalam Trianto, 2010: 43) .............................................................................. 19 Tabel 3. Kompetensi Inti, Materi Pokok, dan Pembelajaran Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital ....................................................................... 36 Tabel 4. Skenario Penelitian Tindakan Kelas................................................... 45 Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR ..... 49 Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Tes Kognitif Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siklus I dan Siklus II........................................................................... 51 Tabel 7. Kategori Nilai Rata-rata Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa.... 53 Tabel 8. Hasil Perhitungan Kategori Nilai Rata-rata Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa ...................................................................................... 53 Tabel 9. Nilai r dan Tafsirannya ....................................................................... 54 Tabel 10. Tafsiran Daya Pembeda .................................................................... 55 Tabel 11. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal......................................................... 56 Tabel 12. Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ................. 59 Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa untuk Tiap-tiap Aspek pada Siklus I............................................................. 73 Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Siklus I............................................................................ 74 Tabel 15. Rekapitulasi Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa untuk Tiap-tiap Aspek pada Siklus II............................................................ 76 Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Siklus II........................................................................... 77
xii
Tabel 17. Hasil Tes Kognitif Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa............. 80 Tabel 18. Rata-Rata Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Masing-Masing Aspek yang Diamati .................................................. 91
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistem Kamera DSLR (Mulyanta, 2008: 66)................................... 30 Gambar 2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis&Mc Taggart .. 42 Gambar 3. Pelaksanaan Penyampaian Materi pada Siklus I............................ 61 Gambar 4. Siswa Latihan Menggunakan Kamera DSLR pada Siklus I ............ 62 Gambar 5. Pelaksanaan Tes Kognitif pada Siklus I ......................................... 63 Gambar 6. Pelaksanaan Pengamatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Siklus I .................................................................................. 64 Gambar 7. Pelaksanaan Penyampaian Materi pada Siklus II........................... 68 Gambar 8. Siswa Latihan Menggunakan Kamera DSLR pada Siklus II ........... 69 Gambar 9. Pelaksanaan Tes Kognitif pada Siklus II ........................................ 70 Gambar 10. Pelaksanaan Pengamatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Siklus II ................................................................................. 71 Gambar 11. Diagram Rata-Rata Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus I dan Siklus II pada Masing-Masing Aspek yang Diamati ..... 92 Gambar 12. Diagram Rata-Rata Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus I dan Siklus II ....................................................................... 93
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa.... 102 Lampiran 2. Soal Tes Kognitif ........................................................................ 103 Lampiran 3. Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif ............................................... 109 Lampiran 4. Analisis Butir Soal Tes Kognitif................................................... 110 Lampiran 5. Validasi Instrumen...................................................................... 128 Lampiran 6. Silabus Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital .......................... 130 Lampiran 7. RPP ........................................................................................... 136 Lampiran 8. Materi......................................................................................... 168 Lampiran 9. Hasil Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa........ 179 Lampiran 10. Catatan Lapangan...................................................................... 183 Lampiran 11. Dokumentasi Hasil Foto Siswa................................................... 198 Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian .................................................................... 201
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang SMK Negeri 1 Klaten merupakan sekolah menengah kejuruan di bidang Bisnis Manajemen dan Teknologi Informasi Komunikasi. Salah satu kompetensi keahlian yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Klaten yaitu Multimedia (MM). Tujuan kompetensi keahlian Multimedia di SMK Negeri 1 Klaten adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar kompeten dalam (1) mengembangkan citra dan animasi digital, (2) mengembangkan halaman (web) interaktif, (3) merekam dan menyunting audio-video, dan (4) mengembangkan aplikasi multimedia interaktif. Komposisi Foto Digital menjadi mata pelajaran produktif wajib bagi siswa kelas XI jurusan Multimedia dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Klaten. Mata pelajaran Komposisi Foto Digital secara garis besar memiliki materi pokok yaitu fotografi. Skill yang harus dikuasai dalam fotografi antara lain: (1) memahami jenis-jenis fotografi; (2) memahami jenis-jenis kamera; (3) memahami berbagai jenis alat bantu fotografi; (4) memahami dan mampu melakukan perawatan peralatan fotografi; (5) memahami dan mampu melakukan prosedur pengoperasian kamera digital antara lain pengaturan tombol dan menu serta teknik pengambilan gambar (highspeed, lowspeed, zooming, panning, dan blurring); (6) memahami ukuran bidang pandang pengambilan gambar; serta (7) mampu memahami sudut pengambilan gambar. Pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital pokok materi fotografi, siswa dituntut mampu menguasai skill-skill fotografi sebagai salah satu bekal untuk memasuki dunia kerja. Namun
1
kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang belum menguasai skill-skill fotografi tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas XI Multimedia (MM) 2 SMK Negeri 1 Klaten diketahui bahwa sekitar 80% siswa masih belum menguasai skill-skill fotografi terutama skill pengoperasian kamera DSLR. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain keterbatasan fasilitas selama proses pembelajaran fotografi. Di kelas XI MM 2 hanya tersedia satu buah kamera DSLR tipe Canon 600D yang digunakan untuk praktik 36 siswa secara bergantian. Kurangnya alat selama praktik fotografi ini mengakibatkan alokasi waktu yang kurang efektif sehingga membuat siswa merasa jenuh selama kegiatan pembelajaran, bahkan tidak sedikit siswa yang tidak sempat melaksanakan praktik pada hari itu. Faktor penyebab lainnya yaitu kurang adanya variasi model pembelajaran efektif yang digunakan. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa guru kelas XI di SMK Negeri 1 Klaten, model pembelajaran yang digunakan ketika mengajar di kelas masih konvensional karena kurangnya informasi
guru
tentang
macam-macam
model
pembelajaran
dan
cara
penerapannya. Dalam proses pembelajaran fotografi di SMK Negeri 1 Klaten, guru masih menggunakan model pembelajaran ceramah dimana siswa hanya diam dan mendengarkan penjelasan dari guru dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan. Model pembelajaran ceramah cenderung membuat siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa tentang pembelajaran fotografi diketahui bahwa dengan model pembelajaran ceramah suasana pembelajaran fotografi di kelas menjadi terlalu
2
serius dan terkesan menegangkan sehingga membuat siswa semakin pasif selama proses pembelajaran. Ketika guru memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, dari keseluruhan siswa kelas XI MM 2 yang berjumlah 36 siswa, hanya 2 orang yang mau mengajukan pertanyaan dari materi yang belum dipahami. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR pada siswa kelas XI MM 2 menggunakan model pembelajaran efektif yang sesuai. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya yaitu model pembelajaran direct instruction atau pembelajaran langsung. Direct instruction merupakan model pembelajaran yang cocok digunakan untuk melatih pengetahuan deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan pola kegiatan bertahap selangkah demi selangkah. Hal tersebut didasarkan dari pemaparan yang disampaikan oleh Arends (2015: 305), bahwa “direct instruction was designed to promote mastery of skills (procedural knowledge) and declarative knowledge that can be taught in a step-by-step fashion”, dimana lebih lanjut Arends menyebutkan “direct instruction draws it’s theoretical support from behavioral theory, social cognitive theory, and teacher effectiveness research. Direct instruction has been widely used and tested in school and nonschool settings ”. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih menerapkan konsep dan keterampilan tentang materi yang telah dipelajarinya ketika proses pembelajaran menggunakan model direct instruction. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR dengan Model Pembelajaran Direct Instruction pada Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital Siswa Kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Klaten”.
3
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut. 1. Keterbatasan fasilitas mengakibatkan alokasi waktu pembelajaran kurang efektif. 2. Guru kelas XI di SMK Negeri 1 Klaten masih menggunakan model pembelajaran konvensional ketika mengajar di kelas. 3. Skill pengoperasian kamera DSLR siswa masih perlu ditingkatkan. C. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini yaitu pada masalah ketiga yaitu meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR siswa. Batasan masalah yang lebih spesifik yaitu upaya peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR dengan model pembelajaran direct instruction. Upaya tersebut akan diterapkan pada kelas XI MM 2 di SMK Negeri 1 Klaten mata pelajaran Komposisi Foto Digital khususnya materi blurring. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dihasilkan rumusan masalah yaitu bagaimana peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa kelas XI MM 2 di SMK Negeri 1 Klaten pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital dengan model pembelajaran Direct Instruction? E. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR pada siswa kelas XI MM 2 di SMK Negeri 1 Klaten setelah diterapkan model pembelajaran Direct Instruction pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital. 4
F. Manfaat 1. Secara Praktis a. Untuk Guru Sebagai motivasi agar lebih kreatif dan inovatif dalam penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan model Direct Instruction pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital. b. Untuk Siswa Meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR sebagai modal untuk memasuki dunia kerja atau usaha.
2. Secara Teoritis a. Untuk mengembangkan dan meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan tentang penggunaan model pembelajaran efektif yang dapat digunakan sebagai sarana edukasi pada tingkat SMK. b. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan kajian atau bahan referensi untuk penelitian dengan permasalahan yang sejenis.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Kejuruan a. Pengertian Pendidikan Kejuruan Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pendidikan kejuruan termasuk dalam pendidikan menengah jalur formal. Pendidikan kejuruan mencakup Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Pasal 15 UU Sisdiknas menyatakan pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu (Sudira, 2016: 16). Menurut Rupert Evans (dalam Damarjati, 2016), “pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya”. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 1 Ayat 15 menyebutkan Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Pendidikan kejuruan memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan keterampilan peserta didik agar menjadi calon tenaga kerja
6
yang memiliki keahlian pada bidang tertentu untuk dapat memperoleh pekerjaan sesuai spesialisasinya. PP Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 76 menyebutkan bahwa pendidikan menengah kejuruan berfungsi: a. Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur; b. Meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air; c. Membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat; d. Meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni; e. Menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga, baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun prestasi; dan f. Meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di masyarakat dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah jalur formal yang mempersiapkan peserta didik dengan membentuk dan melatih keterampilan pada bidang tertentu sehingga dapat bekerja sesuai dengan spesialisasinya. b. Pendidikan Kejuruan sebagai Pendidikan Dunia Kerja Djojonegoro
(dalam
Damarjati,
2016),
menyebutkan
karakteristik
pendidikan kejuruan sebagai berikut. 1. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja. 2. Pendidikan kejuruan didasarkan atas “demand-driven” (kebutuhan dunia kerja). 3. Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja. 4. Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa harus pada “hands-on” atau performa dalam dunia kerja. 5. Hubungan erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan kejuruan.
7
6. Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi. 7. Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing” dan “hands-on experience”. 8. Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik. 9. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum. Berdasarkan karakteristik pendidikan kejuruan menurut Djojonegoro tersebut dapat diketahui bahwa erat hubungan antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja. Selama ini banyak lulusan pendidikan tidak atau belum memperoleh pekerjaan. Hal ini antara lain disebabkan karena lapangan pekerjaan yang tidak dapat dipenuhi oleh angkatan kerja dikarenakan adanya kesenjangan antara kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh angkatan kerja dengan kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Disini peran pendidikan kejuruan sangat strategis dalam mempersiapkan calon tenaga kerja yang memiliki keterampilan pada bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan
dunia
kerja.
Pendidikan
menengah kejuruan
mengutamakan
penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Sudira (2016: 21), menyebutkan Pendidikan kejuruan sebagai pendidikan untuk dunia kerja dalam mengisi peluang-peluang kerja yang ada perlu menjalankan fungsi-fungsi dasar pendidikan kejuruan yaitu: (1) melakukan transmisi kultur (budaya); (2) transmisi skills/kemampuan; (3) transmisi nilai dan keyakinan; (4) persiapan untuk hidup produktif; (5) pemupukan interaksi kelompok; (6) pengembangan kearifan dan keunggulan lokal. Keberhasilan pendidikan kejuruan dalam menghasilkan tenaga kerja yang terampil merupakan strategi pengembangan sumber daya manusia melalui
8
pembekalan peserta didik dengan pengetahuan dan skill yang diperlukan dalam dunia kerja. Pelatihan ketenagakerjaan dilakukan dengan pembelajaran di dunia kerja dimana setiap peserta didik bekerja langsung (learning by doing) pada pekerjaan yang sesungguhnya dalam pelaksanaan pendidikan kejuruan. Pelatihan ini dinamakan
Pendidikan
Sistem
Ganda
(PSG)
dimana
bentuk
penyelenggaraannya memadukan program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai keahlian profesional tertentu. c. Pendidikan Kejuruan sebagai Pengembangan Skill Perubahan tuntutan dunia kerja mengakibatkan munculnya kebutuhan pelatihan dan pengembangan skill tenaga kerja. Sebagai contoh Sudira (2016: 56), menyebutkan Di Australia tenaga kerja yang bisa diterima dan memperoleh pekerjaan adalah tenaga kerja yang memiliki: (1) skill melakukan analisis dan problem solving; (2) skill melakukan pemrosesan informasi dan komputasi; (3) pemahaman peran ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) memahami dan konsern pada pengembangan yang seimbang pada lingkungan global; (5) berlatih dalam moralitas, etika, dan kepekaan dan keadilan sosial. Tenaga kerja dituntut untuk memiliki keterampilan yang mutlak harus dimiliki (basic skills) di dalam dunia kerja. Misalnya saja keterampilan dalam menggunakan komputer mutlak harus dimiliki oleh seorang lulusan pendidikan kejuruan dalam bekerja di bidang apapun. Hanafi (2012: 109), menyebutkan “selain tuntutan basic skills dan juga technical skills atau keterampilan dalam bidang yang ditekuni, dunia kerja dan industri menuntut adanya keterampilan employabilitas
atau
generic
skills....”
Lebih
jauh
Hanavi
menyebutkan,
“keterampilan employabilitas secara khusus terkait dengan kemampuan bekerja seseorang dengan berbagai situasi dan memiliki kemampuan berpikir kritis, 9
berkomunikasi secara efektif, dan memiliki kekuatan dan semangat untuk terus belajar dan bekerja.” Dunia kerja tidak hanya menuntut tenaga kerja yang memahami dengan baik bidang yang ditekuninya tetapi juga keterampilan untuk mempertahankan pekerjaannya tersebut agar dapat berlangsung dalam kondisi yang lebih baik. Sebagai contoh kasus dari kajian literatur singkat yang dilakukan terhadap iklan permintaan karyawan baru pada koran harian The New Straits Times – Malaysia, Bakar dan Hanafi (dalam Hanavi, 2012: 112), menyebutkan Permintaan karyawan baru oleh dunia usaha dan industri di Malaysia berturut-turut sebagai berikut (1) keterampilan komunikasi; (2) keterampilan interpersonal; (3) menguasai komputer; (4) kerjasama dalam tim; (5) independen; (6) potensi kepemimpinan; (7) berfikir logis; dan (8) motivasi diri, jujur, dan komitmen yang tinggi. Menurut Sudira (2016: 83), “perencanaan pelatihan dan pembelajaran pelatihan skill penting sekali memperhatikan kebutuhan skill dan persyaratan kualifikasi kerja.” Agar tidak terjadi kesenjangan (mismatch) antara permintaan dunia kerja dengan penyiapan tenaga kerja yang terampil, maka peran pendidikan kejuruan sangat strategis. Dalam hal ini pendidikan kejuruan digunakan sebagai sarana dalam pengembangan skill peserta didik melalui proses pembelajaran dan pelatihan. 2. Pembelajaran Kejuruan a. Struktur Kurikulum Pembelajaran Kejuruan Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan Pasal 1 menyebutkan kurikulum pada Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Kurikulum 2013 Sekolah
10
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan terdiri atas: (1) Kerangka Dasar Kurikulum, (2) Struktur Kurikulum, (3) silabus, dan (4) pedoman mata pelajaran. Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 3 menyebutkan Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti terdiri atas: (1) kompetensi Inti sikap spiritual, (2) kompetensi Inti sikap sosial, (3) kompetensi Inti pengetahuan, dan (4) kompetensi Inti keterampilan. Sedangkan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 berisi kemampuan dan muatan pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan yang mengacu pada Kompetensi Inti. b. Struktur Mata Pelajaran Kejuruan Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 menyebutkan mata pelajaran Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dikelompokkan atas: (1) mata pelajaran umum kelompok A, (2) mata pelajaran umum kelompok B, dan (3) mata pelajaran peminatan kejuruan kelompok C. Mata pelajaran umum kelompok
A
merupakan
program
kurikuler
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran umum kelompok
B
merupakan
program
11
kurikuler
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni. Mata pelajaran peminatan kejuruan kelompok C merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan dalam Bidang Kejuruan, Program Kejuruan, dan Paket Kejuruan. Dijelaskan lebih lanjut dalam Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014, mata pelajaran umum kelompok A terdiri atas: (1) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, (2) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Matematika, (5) Sejarah Indonesia, dan (6) Bahasa Inggris. Mata pelajaran umum kelompok B terdiri atas: (1) Seni Budaya, (2) Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan (3) Prakarya dan Kewirausahaan. Mata pelajaran peminatan kejuruan kelompok C Dasar Bidang Kejuruan dikelompokkan atas: (1) Bidang Kejuruan Teknologi dan Rekayasa, (2) Bidang Kejuruan Teknologi Informasi dan Komunikasi, (3) Bidang Kejuruan Kesehatan, (4) Bidang Kejuruan Agribisnis dan Agroteknologi, (5) Bidang Kejuruan Perikanan dan Kelautan, (6) Bidang Kejuruan Bisnis dan Manajemen, (7) Bidang Kejuruan Kejuruan dan Pariwisata, (8) Bidang Kejuruan Seni Rupa dan Kriya, dan (9) Bidang Kejuruan Seni Pertunjukan. Mata pelajaran peminatan kejuruan Kelompok C Dasar Program Kejuruan merupakan muatan-substantif pengikat yang berfungsi sebagai fokus utama dari Program Kejuruan tersebut. Sedangkan mata pelajaran untuk Paket Kejuruan merupakan muatan kejuruan spesifik dalam lingkup Paket Kejuruan.
12
c. Pelaksanaan Pembelajaran Kejuruan Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 8 menyebutkan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan dapat menyelenggarakan program pendidikan dengan 3 (tiga) tingkatan kelas, yaitu kelas X (sepuluh), kelas XI (sebelas), dan kelas XII (dua belas), atau dengan 4 (empat) tingkatan yaitu kelas X (sepuluh), kelas XI (sebelas), kelas XII (dua belas), dan kelas XIII (tiga belas) sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Menurut Damarjati (2016), model penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut. 1) Model Sekolah Model ini berasumsi bahwa segala hal yang terjadi di tempat kerja dapat diajarkan sepenuhnya dalam sekolah dimana segala sumber belajar berasal dari sekolah. Pada model ini segala kegiatan pembelajaran sepenuhnya berada dan dilaksanakan di dalam lingkungan sekolah. 2) Model Magang Pada
model
ini
pembelajaran
dasar-dasar
keterampilan
kejuruan
dilaksanakan di sekolah kemudian inti kejuruannya diajarkan dengan terjun langsung di industri melalui sistem magang kerja. 3) Model Sistem Ganda Model sistem ganda merupakan kombinasi antara pemberian pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman kerja secara langsung di dunia usaha. Dalam sistem ini pelaksanaan pembelajaran tersistem dan terpadu dengan pelaksanaan praktik kerja di DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri).
13
4) Model School-based Enterprise Di Indonesia model ini dikenal dengan moel unit industri. Model ini dilaksanakan dengan mengembangkan dunia usaha di dalam sekolah untuk memberikan pengalaman kerja secara langsung kepada peserta didik. Model ini ditujukan untuk mengurangi ketergantungan sekolah kejuruan kepada industri. 3. Model Pembelajaran Setiap guru pasti menghadapi berbagai permasalahan di kelas. Guru yang kreatif akan memiliki strategi untuk memecahkan permasalahan tersebut agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran. Joyce dan Weill (dalam Huda, 2015: 73), mendeskripsikan “models of Teaching are really models of learning. As we helps students acquire information, ideas, skills, values, ways of thingking, and means of expressing themselves, we also teaching them how to learn.” Eggen dan Kauchak (2012: 5) menyebutkan model pembelajaran sebagai instruksi yang memiliki tiga karakteristik sebagai berikut. a. tujuan
model
pembelajaran
dirancang
untuk
membantu
siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai suatu konten atau keadaan yang spesifik, b. tahapan model pembelajaran mengandung tahap-tahap yang bertujuan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran, c. landasan model pembelajaran didukung oleh teori dan penelitian mengenai pembelajaran dan motivasi.
14
Model pembelajaran ada yang berpusat pada guru sebagai penyampai materi (teacher center) dan ada juga yang berpusat pada siswa (student center) . Baik teacher center maupun student center keduanya bertujuan membantu siswa agar dapat belajar lebih mudah dan efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam pelaksanaannya model pembelajaran merupakan bagian dari proses pengajaran yaitu interaksi antara mengajar dan proses belajar. Menurut Joyce dan Weill (dalam Huda, 2015: 75-76) implementasi model pengajaran dideskripsikan dalam lima aspek sebagai berikut. a. Sintak (Tahap-Tahap) Model pengajaran merupakan rangkaian sistematis implementasi aktivitas atau kegiatan di lapangan. Setiap model pengajaran memiliki sintak atau tahapan-tahapan yang berbeda. b. Sistem Sosial Sistem sosial mengarah pada peran mana yang lebih dominan dalam model pengajaran yang diterapkan. Apakah lebih dominan peran guru atau lebih dominan peran siswa atau guru dan siswa berperan seimbang. c. Tugas/ Peran Guru Peran guru disini yaitu memberikan respon pada apa yang dilakukan oleh siswanya apakah sesuai dengan instruksi yang diberikan berdasarkan model pengajaran yang digunakan. d. Sistem Dukungan Sistem dukungan merujuk pada hal-hal atau kondisi-kondisi yang mendukung penerapan model pengajaran. Dukungan tersebut dapat berupa buku, perangkat laboratorium, materi rujukan, dan sebagainya.
15
e. Pengaruh Pengaruh merujuk pada efek-efek yang ditimbulkan setelah penerapan model pengajaran tertentu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan serangkaian instruksi yang digunakan guru untuk membantu siswa dalam mengolah informasi, ide, pengetahuan, keterampilan, dan cara berpikir agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. 4. Model Pembelajaran Direct Instruction a. Pengertian Model Pembelajaran Direct Instruction Menurut Arends (2015: 305), “direct instruction was designed to promote mastery of skills (procedural knowledge) and declarative knowledge that can be taught in a step-by-step fashion”. Arends juga menyebutkan bahwa model pengajaran langsung sering dikenal dengan nama model pengajaran aktif (active teaching model), training model, mastery teaching, dan explicit instruction. Sedangkan menurut Kuhn et al. (dalam Eggen & Kauchak, 2012: 266), “direct Instruction is a model that uses teacher demonstration and explanation combined with student practice and feedback to help learners acquire well-defined knowledge and skills needed for later learning.” Menurut Nur (dalam Kurniawan & Budijono,
2013:
193),
“pembelajaran
langsung
merupakan
salah
satu
pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.” Model pembelajaran langsung dapat diimplementasikan pada mata pelajaran apapun namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang membutuhkan skill atau kinerja seperti menulis, bermusik, dan pendidikan
16
jasmani. Model ini berpusat pada guru akan tetapi guru harus menjamin adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Kurniawan dan Budijono (2013: 193), “... model pembelajaran langsung dapat berupa ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik dan kerja kelompok.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung atau direct instruction adalah model pembelajaran yang menunjang siswa dalam proses belajar pengetahuan yang bersifat deklaratif dan prosedural yang dapat diajarkan dengan pola bertahap selangkah demi selangkah. b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Direct Instruction Menurut Arends (2015: 305), “... direct instruction can be described in terms of three features: (1) the type of learner outcomes it produces, (2) its syntax or overall flow of instructional activities, and (3) its learning environment”. Sedangkan menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010: 41-42), ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut. 1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar. 2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; dan 3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. Trianto (2010: 42), mengemukakan bahwa “pengajaran langsung harus memenuhi
suatu
persyaratan
antara
lain:
(1)
ada
alat
yang
akan
didemonstrasikan; dan (2) harus mengikuti tingkah laku mengajar (sintaks).” Direct instruction secara umum dikenal dengan pengajaran teacher centered, namun bukan berarti motivasi siswa dalam proses pembelajaran tidak penting. Penerapan model pembelajaran direct instruction memberikan keuntungan untuk meningkatkan motivasi siswa dimana dengan meningkatnya motivasi siswa ini juga akan meningkatkan kemampuan belajar siswa secara umum. Menurut
17
Eggen dan Kauchak (2012: 280), beberapa faktor yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar antara lain: “(1) helping students be successful in learning activities, (2) creating a sense of challenge in students, (3) using personalized and concrete examples, (4) involving students in learning activities.” Beberapa faktor yang dapat meningkatkan motivasi siswa tersebut dapat dilihat dalam pengaplikasian model pembelajaran direct instruction. Menurut Huda (2015: 137-138), implementasi model direct instruction dilihat dari lima aspek pengajaran yaitu sebagai berikut. 1) Sintak dalam model instruksi langsung terdiri dari lima tahapan yaitu: (1) tahap orientasi, (2) tahap presentasi, (3) tahap praktik yang terstruktur, (4) tahap praktik di bawah bimbingan guru, dan (5) tahap praktik mandiri. 2) Sistem sosial dalam implementasi model pembelajaran instruksi langsung sangat terstruktur. 3) Tugas/ peran guru dalam model instruksi langsung yaitu menyediakan informasi
dan
pengetahuan,
mendorong
siswa
untuk
mandiri
serta
memberikan umpan balik. 4) Sistem dukungan dalam pembelajaran instruksi langsung berupa lingkungan yang mengacu pada pembelajaran sebagai fokus utama dan tugas-tugas akademik dalam waktu tertentu. 5) Pengaruh model instruksi langsung yaitu meningkatkan dan memelihara motivasi belajar siswa melalui aktivitas praktik serta penguatan ingatan pada materi-materi yang telah dipelajari. c. Sintaks atau Langkah-langkah Model Pembelajaran Direct Instruction Menurut Arends (2015: 305), “direct instruction is mainly teacher-centered and proceeds in five steps: establishing set, explanation and/or demonstration,
18
guided practice, feedback, and extended practice”. Lebih lengkap Arends (2015: 313), menyebutkan sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran direct instruction terdiri dari lima tahapan yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Direct Instruction (Arends, 2015: 313) Phase Teacher Behavior Phase 1:
Teacher gains student’s attention and
Gain attention, clarify goals, and
ensures they are ready to learn by
establish set.
going over goals for the lesson, giving background information, and explaining why the lesson is important.
Phase 2:
Teacher demonstrates the skill
Demonstrate knowledge or skill.
correctly or presents step-by-step information.
Phase 3:
Teacher structures initial practice.
Provide guided practiced. Phase 4:
Teacher checks to see if students are
Check for understanding and provide
performing correctly and provides
feedback.
feedback.
Phase 5: Provide extended practice
Teacher sets conditions for extended
and transfer.
practice with attention to transfer of the skill to more complex situations.
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010: 43), sintaks model pengajaran langsung disajikan dalam lima tahap seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 2. Sintaks Model Pembelajaran Direct Instruction (Kardi dan Nur dalam Trianto, 2010: 43) Fase Peran Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
19
Fase Fase 2
Peran Guru Guru mendemonstrasikan
Mendemonstrasikan pengetahuan
keterampilan dengan benar, atau
dan keterampilan
menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3 Membimbing pelatihan Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan pelatihan khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Lebih lengkap Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010: 47-52), menjelaskan langkah-langkah pengajaran langsung yang meliputi tahapan sebagai berikut. 1) Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa Penyampaian tujuan dilakukan agar siswa memahami mengapa mereka berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan serta apa yang harus mereka capai setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru dapat menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menuliskannya di papan tulis, melalui slide powerpoint, atau menempelkannya di papan bulletin. Sedangkan kegiatan menyiapkan siswa bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk dapat berperan aktif selama kegiatan pembelajaran.
20
2) Presentasi dan Demonstrasi Presentasi dan demonstrasi dilakukan oleh guru pengajar dengan tahaptahap sejelas mungkin sehingga siswa dapat memahami dan mengikuti tahaptahap tersebut dengan benar. 3) Mencapai Kejelasan Kemampuan guru untuk menjelaskan pengetahuan secara jelas dan spesifik kepada siswa sangat berpengaruh pada proses belajar siswa. Jika penjelasan dari guru semakin kabur maka akan semakin sulit bagi siswa untuk memahami pengetahuan yang diajarkan. 4) Melakukan Demonstrasi Untuk dapat memberikan demonstrasi yang jelas dan benar, guru harus menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan. Dengan belajar melalui demonstrasi dapat menghemat waktu dan mencegah siswa belajar melalui trial and error. 5) Mencapacai Pemahaman dan Penguasaan Guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang didemonstrasikan jika ingin siswanya dapat melakukan tahap-tahap sesuai demonstrasi. Banyak kasus yang menyatakan bahwa anak melakukan kesalahan karena meniru tingkah laku orang lain. Oleh karena itu guru harus mendemonstrasikan pengetahuan yang diajarkan dengan sebenar-benarnya. 6) Memberikan Latihan Terbimbing Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010: 50), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan. (a) menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna, (b) memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep/ keterampilan yang dipelajari,
21
(c) hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan yang dilakukan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa, dan (d) memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari. 7) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik Tahap ini disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa kemudian guru memberikan respon atau umpan balik terhadap jawaban siswa. Umpan balik yang diberikan oleh guru dapat berupa lisan atau komentar tertulis. Tahap ini merupakan aspek penting karena tanpa mengetahui hasil pembelajaran proses pembelajaran akan sia-sia bagi siswa. 8) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri Tahap ini merupakan tahap dimana guru memberikan tugas mandiri bagi siswa untuk menerapkan keterampilan yang diperoleh secara mandiri. Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010: 52), beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas mandiri yaitu: (1) tugas rumah bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran tetapi kelanjutan dari pembelajaran berikutnya, (2) akan lebih baik jika guru menginformasikan kepada orang tua siswa untuk terlibat dalam proses membimbing siswa selama melakukan pelatihan di rumah, dan (3) guru perlu memberikan umpan balik untuk hasil tugas yang diberikan di rumah. Menurut Huda (2015: 136-137), sintaks dari model instruksi langsung adalah sebagi berikut. Tahap 1: Orientasi 1) Guru menentukan materi pelajaran 2) Guru meninjau pelajaran sebelumnya 3) Guru menentukan tujuan pelajaran 4) Guru menentukan prosedur pengajaran
22
Tahap 2: Presentasi 1) Guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru 2) Guru menyajikan representasi visual atas tugas yang diberikan 3) Guru memastikan pemahaman Tahap 3: Praktik yang Terstruktur 1) Guru menuntun siswa dengan contoh dan praktik dalam beberapa langkah 2) Siswa merespon pertanyaan 3) Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat praktik yang telah benar Tahap 4: Praktik di Bawah Bimbingan Guru 1) Siswa berpraktik secara semi-independen 2) Guru menggilir siswa untuk melakukan praktik dan mengamati praktik 3) Guru memberikan tanggapan balik berupa pujian, bisikan, maupun petunjuk Tahap 5: Praktik Mandiri 1) Siswa melakukan praktik secara mandiri di rumah atau di kelas 2) Guru menunda respons balik dan memberikannya di akhir rangkaian praktik 3) Praktik mandiri dilakukan beberapa kali dalam periode waktu yang lama Dari beberapa pendapat yang sudah dijelaskan penelitian ini menggunakan sintak direct instruction yang dikemukakan oleh Arends dimana pelaksanaan pembelajaran terdiri dari 5 fase yaitu: (1) gain attention, clarify goals, and establish set, (2) demonstrate knowledge or skill, (3) provide guided practiced, (4) check for understanding and provide feedback, dan (5) provide extended practice and transfer. d. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Direct Instruction Menurut
Huda
(2015:
135),
“kritik
terhadap
instruksi
langsung
memperingatkan pada kita bahwa pendekatan ini seharusnya tidak digunakan setiap saat, untuk semua bidang pendidikan, atau untuk semua siswa.” Sedangkan beberapa keunggulan terpenting dari instruksi langsung menurut Huda (2015: 135-135), yaitu adanya fokus akademik, adanya arahan, bimbingan, dan kontrol dari guru, adanya harapan yang tinggi terhadap perkembangan kemampuan atau keterampilan siswa, sistem manajemen waktu yang baik, serta
23
atmosfer pembelajaran yang relatif stabil. Menurut Good dan Brophy (dalam Muijs & Reynolds: 2008), “pengajaran langsung ditemukan merupakan metode terbaik untuk mengajarkan tentang aturan, prosedur, dan keterampilan dasar khususnya untuk murid-murid belia”. 5. Skill (Keterampilan) a. Pengertian Skill (Keterampilan) Skill
atau keterampilan merupakan kecakapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. Skill yang terus diasah dan dilatih akan membuat seseorang menjadi ahli dalam penyelesaian tugas-tugas tertentu. Menurut Tarigan (dalam Novitasari & Ranu, 2014: 5), “keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, pikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.” Skill erat hubungannya dengan kompetensi dimana pengertian kompetensi sendiri menurut Wagiran (2007: 45), merupakan “segala bentuk motif, sikap, ketrampilan, pengetahuan, perilaku atau karakteristik pribadi lain yang penting, untuk melaksanakan pekerjaan....” Sedangkan menurut Spencer dan Spencer (dalam Wagiran, 2007: 45), kompetensi kerja terdiri dari 5 komponen yaitu: (1) Knowledge, yaitu ilmu yang dimiliki individu dalam bidang pekerjaan atau area tertentu, (2) Skill, yaitu kemampuan untuk unjuk kerja fisik atau mental, (3) self Concept, yaitu sikap individu, nilai-nilai yang dianut serta citra diri, (4) Traits yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten atas situasi dan informasi tertentu, dan (5) Motives yaitu pemikiran atau niat dasar yang konstan yang mendorong individu untuk bertindak atau bererilaku tertentu. Menurut Sudira (2016: 80), “skill adalah abilitas seseorang untuk tampil dalam suatu aktivitas yang melibatkan fisik dan mental. Skill seseorang diukur
24
dari performance yang ditunjukkan pada saat beraktivitas.” Skill masuk ke dalam ranah psikomotor yang berkaitan dengan kemampuan bertindak seseorang dari pengalaman tertentu. Skill sering disebut hard competencies atau kemampuan untuk bekerja dalam bidangnya. Kompetensi sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu hard skills dan soft skills. Menurut Wibowo (2016: 47), “kompetensi hard skills merupakan keterampilan yang digunakan untuk bekerja sesuai bidang keahlian, sedangkan kompetensi soft skills digunakan untuk mendukung pekerja menyelesaikan tugasnya.” Skill sering disebut juga sebagai kemampuan. Menurut Sugihartono et al. (2013: 40-41), Kemampuan umum didefinisikan sebagai prestasi komparatif individu dalam berbagai tugas, termasuk memecahkan masalah dengan waktu yang terbatas. Lebih jauh dari itu kemampuan juga meliputi kapasitas individu untuk memahami tugas, dan untuk menemukan strategi pemecahan masalah yang cocok, serta prestasi individu dalam sebagian besar tugas-tugas belajar. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa skill atau keterampilan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk tampil dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan tertentu yang melibatkan fisik dan mental. b. Klasifikasi Skill (Keterampilan) Menurut Hamalik (2010: 174), “keterampilan dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik rangkaian respons, yakni koherensi, kontinuitas, dan kompleksitas.” Penjelasan lebih jauh tentang karakteristik rangkaian respon tersebut sebagai berikut. 1) rangkaian respon yang koheren bergantung pada bentuk-bentuk respon yang bertahap, misalkan gerakan berjalan dan berbicara lebih tinggi tingkat koherensinya dibandingkan gerakan berenang dan menulis,
25
2) kontinuitas
menunjukkan
adanya
gerakan
respons
bertahap
dan
berkelanjutan, misalnya keterampilan ketika mengemudikan kendaraan, 3) kompleksitas rangkaian respons yang berbeda-beda dalam jangka waktu dan tempat secara padat. Misalkan belajar abjad bahasa Korea lebih kompleks dibandingkan belajar abjad bahasa Indonesia. c. Tahap-tahap Belajar Skill (Keterampilan) Menurut Hamalik (2010: 174-175), “mempelajari keterampilan yang kompleks melalui tiga tahap, yaitu kognitif, fiksasi, dan autonomous.” Dalam tahap kognitif siswa berusaha mengintelektualisasikan keterampilan yang akan dilakukan. Pada tahap ini guru bertindak sebagai penentu apa yang akan dilakukan, menentukan tahapan-tahapan dan melakukan umpan balik dengan memberikan informasi kesalahan yang terjadi. Pada tahap fiksasi pola-pola tingkah laku yang sudah benar dilatih hingga tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan lagi. Tahap autonomous ditandai dengan peningkatan kecepatan pada keterampilan. Pada tahap ini kekeliruan-kekeliruan atau kesalahan-kesalahan sudah tidak terjadi lagi. Peningkatan yang terjadi dilakukan melalui latihan-latihan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pengembangan keterampilan lebih kompleks pada siswa tidak cukup hanya dengan menggunakan kondisi-kondisi eksternal, namun diperlukan juga keterampilan-keterampilan dasar yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. 6. Kamera DSLR a. Kamera 1) Pengertian Kamera Kamera merupakan alat yang paling utama dan paling populer dalam kegiatan fotografi. Burhanuddin (2014: 25), menyatakan “nama ini didapat dari
26
kamera obscura, bahasa latin untuk “ruang gelap”.” Kamera obscura merupakan prinsip kuno kamar gelap yang menjadi dasar fotografi modern saat ini. Pada kamera obscura sinar akan masuk melalui lubang kecil sehingga membentuk objek dari luar menjadi bayangan objek yang terbalik di dinding kamar gelap. Kamera merupakan alat yang digunakan untuk merekam momen atau kejadian dalam bentuk visual. Menurut Warren (2013: 3), “a camera is basically a light-tight box that holds the digital sensor and has a lens that gathers light from the subject, forming an image of the subject on the sensor.” Di pasaran kini telah beragam jenis kamera yang ditawarkan, dari mulai yang masih menggunakan film sebagai media rekam hingga yang sudah digital. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kamera merupakan kotak kedap cahaya yang memiliki sensor untuk menangkap cahaya dari objek dan merekam objek tersebut dalam bentuk visual. 2) Jenis-jenis Kamera Secara garis besar jenis kamera dibedakan menjadi dua yaitu kamera analog atau kamera film dan kamera digital. Perbaedaan kamera ini terletak pada sensornya dimana kamera analog atau film masih menggunakan sensor berupa film sedangkan kamera digital sudah menggunakan sensor digital. Burhanuddin (2014: 24-35) membagi jenis kamera menjadi: (a) Subminature Camera Merupakan kamera dengan format film yang sangat kecil. Format yang paling dikenal yaitu Minox (8 x 11 mm), Kodak disc (8 x 11 mm), Super 16 mm (12 x 17 mm), 110 Film (13 x 17 mm) dan Tessina (14 x 21 mm).
27
(b) Kamera Poket Kamera ini berukuran kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku. Jenis kamera ini memiliki lensa yang menyatu dengan badan kamera. (c) Kamera Sekali Pakai Kamera ini ditujukan untuk penggunaan sekali pakai. Ketika kita akan mencetak foto maka kamera ini akan dikembalikan ke studio untuk dibuka dan diambil filmnya. Jika proses cetak sudah selesai kita hanya menyerima hasil foto saja sedangkan kamera akan didaur ulang untuk dijual kembali. (d) Twin-Lens Reflex (TLR) Merupakan kamera yang mempunyai dua lensa yang sama panjang. Satu lensa digunakan untuk mengambil gambar sedangkan lensa lainnya digunakan sebagai viewfinder. (e) Single Lens Reflex (SLR) Pada kamera ini kita bisa melihat subjek dan mengambil gambar melalui satu lensa yang sama. (f) Rangefinder Camera Sistem bidik kamera ini sama dengan kamera poket. (g) Kamera Format Sedang (Medium Format/ MF) Keuntungan dari kamera ini yaitu dapat menghasilkan gambar dengan ukuran cetak yang besar. (h) Large Format Camera Kamera ini berukuran sangat besar dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk belajar menggunakannya. Film yang digunakan berbentuk lembaran dimana satu lembar film ditujukan untuk satu foto.
28
(i)
Kamera Instan Kamera instan ditujukan untuk menghasilkan foto tanpa harus mencetaknya. Di dalam badan kamera terdapat bahan kimia yang dapat men-developing sendiri gambar yang diambil.
(j)
Kamera Stereo Kamera stereo merupakan kamera yang menggunakan dua atau lebih lensa kamera.
(k) Mirrorless Camera Kamera ini hanya ditemukan pada sistem digital dan dapat diganti-ganti lensa. Mirorrless camera tidak memiliki cermin refleks dan viewfinder. Sedangkan
menurut
Nugrahajati
dan
Targo
(2011:
3),
“dalam
perkembangannya, kamera digital mempunyai banyak varian. Ada kamera saku (pocket) digital, kamera SLR (single lens reflector) digital atau lebih sering disebut DSLR, dan ada pula kamera prosumer.” Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis-jenis kamera secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu kamera dengan sensor analog atau film dan kamera dengan sensor digital. b. Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) 1) Pengertian Kamera DSLR Kamera DSLR atau Digital Single Lens Reflex merupakan kamera digital yang menggunakan sistem cermin pentaprisma atau cermin segi lima untuk meneruskan cahaya dari lensa menuju ke jendela bidik atau viewfinder. Mulyanta (2008: 66) menyebutkan bahwa cara kerja kamera DSLR yaitu “saat tombol pelepas rana ditekan, kaca akan melenting ke atas secara mekanis sehingga
29
sinar akan langsung mengenai sensor dan kemudian gambar direkam pada media yang telah tersedia.”
Gambar 1. Sistem Kamera DSLR (Mulyanta, 2008: 66) Ciri utama dari sebuah kamera DSLR yaitu adanya pantulan dari cermin pada
jendela viewfinder sehingga membuat ukuran kamera ini lebih besar
daripada jenis-jenis kamera lainnya. Dari penjelasan yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan bahwa kamera DSLR merupakan kamera yang menggunakan
sistem
cermin
pentaprisma
yang
cara
kerjanya
dengan
meneruskan sinar menuju ke sensor kemudian gambar akan direkam pada media yang tersedia. 2) Kelebihan Kamera DSLR Kelebihan kamera DSLR menurut Mulyanta (2008: 63-64) antara lain sebagai berikut. (a) Kamera DSLR memungkinkan penggunanya untuk mengganti lensa kamera sesuai dengan tujuan pengambilan gambar. Fitur “ganti lensa” ini menjadikan kamera DSLR semakin fleksibel sesuai kebutuhan pengguna, misalkan pengguna ingin mengambil foto pemandangan maka lensa diganti
30
menjadi lensa wide, sedangkan untuk menghasilkan foto sport maka lensa diganti menggunakan lensa tele. (b) Kamera DSLR memiliki konsumsi daya yang baik. Kamera DSLR mampu mengambil gambar hingga ribuan jumlahnya hanya dalam sekali charge. LCD yang digunakan pada kamera DSLR hanya berfungsi untuk menampilkan gambar sehingga tidak banyak menghabiskan daya. (c) Komposisi pada kamera DSLR benar-benar nyata, yakni apa yang kita bidik melalui viewfinder maka gambar itulah yang kita dapatkan. (d) Viewfinder pada kamera DSLR memberikan luas pandang yang mendekati 100% serta mampu melakukan preview depth of field atau tingkat kedalaman ruang. 3) Kelemahan Kamera DSLR Beberapa kelemahan kamera DSLR menurut Mulyanta (2008: 64-65) sebagai berikut. (a) Penggunaan lensa super wide pada kamera DSLR kurang baik. Kamera DSLR memiliki perbedaan focal length lensa jika dibandingkan dengan kamera 35 mm biasa. Kamera DSLR dengan lensa 200 mm setara dengan kamera biasa 300 mm sehingga cakupan gambar yang diambil seolah-olah luas. Untuk pengguna yang ingin menggunakan lensa fish eye harus waspada dengan kelemahan ini. Untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal dalam menerapkan efek fish eye maka pengguna harus menggunakan lensa dengan range yang lebih kecil, dan tentunya akan lebih mahal dan sulit dicari pada kamera DSLR. (b) Fitur lensa kamera DSLR yang dapat diganti-ganti dengan mudah dan banyaknya jenis lensa primer yang dapat digunakan mengakibatkan
31
kebutuhan penggantian lensa yang semakin banyak pula. Penggantian lensa secara terus menerus mengakibatkan penumpukan debu dan kotoran pada sensor kamera maupun kaca bagian dalam kamera. (c) LCD view pada kamera DSLR masih memiliki faktor jeda waktu atau delay factor, serta focusing yang kurang akurat ketika menggunakan LCD viewfinder saat pengambilan gambar. c. Indikator Keterampilan Pengoperasian Kamera DSLR Indikator keterampilan pengoperasian kamera DSLR digunakan untuk mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR. Indikator ini digunakan sebagai acuan apakah proses pembelajaran telah berhasil atau belum. Menurut Abdi (2012: 57), pengoperasian kamera dalam fotografi meliputi aspek teknis dan non teknis. Aspek teknis terdiri dari pemahaman tentang fokus tajam, tidak shake, dan tidak blur. Fokus yang tajam berkaitan dengan teknik focusing sedangkan tidak shake dan blur berkaitan dengan teknik exposure dimana exposure sendiri meliputi bukaan difragma (aperture) dan shutter speed. Sedangkan aspek non teknis antara lain meliputi komposisi, latar, angle, format gambar, warna, dan substansi. Aspek dasar dalam pengoperasian kamera DSLR dalam fotografi menurut Abdi (2012: 94-96), yaitu sebagai berikut. 1) ISO ISO merupakan tingkat sensitivitas sensor terhadap cahaya. Semakin tinggi nilai ISO maka sensor semakin peka terhadap cahaya, begitu juga sebaliknya semakin rendah ISO maka sensor semakin kurang tingkat kepekaannya. 2) Depth of Field (DoF) Ruang Tajam
32
Ketika mengambil gambar dan memposisikan fokus pada sebuah objek maka objek yang difokus tersebut yang dinamakan ruang tajam. 3) Aperture Aperture pada kamera berfungsi untuk mengatur seberapa banyak cahaya yang masuk ke sensor. Nilai aperture yang semakin kecil menandakan semakin banyak cahaya yang masuk begitu juga sebaliknya. 4) Penggunaan Lensa Penggunaan lensa disesuaikan dengan hasil yang diinginkan. Lensa dengan sudut lebar memberi ruang tajam yang luas. Menurut Hadiiswa (2008: 22-37), pengetahuan dasar fotografi meliputi beberapa aspek sebagai berikut. 1) Resolusi Kamera Resolusi kamera berkaitan dengan ukuran dan kualitas foto yang dihasilkan. Semakin tinggi resolusi kamera maka hasil jepretan foto akan semakin bagus. 2) Shutter Speed Kecepatan shutter membuka dan menutup berpengaruh pada kecepatan membekukan atau menangkap objek. 3) Aperture Aperture merupakan besarnya bukaan difragma yang berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke kamera. Nilai aperture dinyatakan dalam skala F-stop. 4) Shooting Mode Shooting mode merupakan beberapa pilihan pengaturan yang ada pada kamera. Mode yang paling sering digunakan yaitu Auto, dimana pengguna tidak perlu untuk melakukan pengaturan apapun pada kamera. Beberapa
33
shooting mode yang lain yaitu Manual, Aperture Priority Auto Exposure (A/Av), dan Shutter Speed Priority Auto Exposure (S/Tv). 5) ISO Semakin besar nilai ISO maka semakin banyak pula cahaya yang masuk begitupun sebaliknya. 6) Zoom-In dan Zoom-Out Zoon-in digunakan untuk membuat objek yang difoto menjadi seolah-olah semakin dekat dengan lensa kamera, sedangkan zoom-out digunakan untuk membuat objek seolah-olah menjauhi lensa kamera. 7) White Balance White balance ditujukan untuk pengaturan warna sesuai dengan hasil foto yang diinginkan. 8) Menentukan Format Foto Format foto hendaknya disesuaikan dengan objek yang akan diambil. Untuk objek pemandangan maka format yang digunakan horizontal, sedangkan untuk mengambil foto potrait maka format yang digunakan vertikal. Sedangkan menurut Mulyanta (2008: 71-79), aspek pengaturan aliran cahaya dalam pengoperasian kamera DSLR yang berpengaruh pada hasil akhir fotografer meliputi: 1) Aperture Aperture digunakan untuk menambah atau mengurangi cahaya yang melewati lensa. Sistem kerja aperture sangat mirip dengan retina manusia.
34
2) Focal Length Focal length atau jarak titik bakar lensa merupakan karakteristik lensa yang paling
penting untuk menentukan kekuatan lensa ketika melakukan
pemfokusan objek. 3) Depth of Field (DOF) DOF merupakan area yang sangat tajam atau fokus dibandingkan dengan area disekelilingnya. 4) Shutter Shutter digunakan untuk mengatur durasi cahaya yang masuk hingga mengenai sensor. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar pengoperasian kamera DSLR, peningkatan skill atau keterampilan siswa dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu (1) ketepatan penggunaan aperture, (2) ketepatan penggunaan shutter speed, (3) ketepatan penggunaan ISO, (4) ketepatan pengaturan focal length, (5) ketepatan pemilihan lensa, dan (6) ketepatan komposisi foto. 7. Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital SMK Negeri 1 Klaten merupakan sekolah menengah kejuruan di bidang Bisnis Manajemen dan Teknologi Informasi Komunikasi. SMK Negri 1 Klaten memiliki enam kompetensi keahlian, salah satunya yaitu Multimedia (MM). Tujuan kompetensi keahlian Multimedia di SMK Negeri 1 Klaten adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar kompeten
dalam:
(1)
mengembangkan
citra
dan
animasi
digital,
(2)
mengembangkan halaman (web) interaktif, (3) merekam dan menyunting audiovideo, dan (4) mengembangkan aplikasi multimedia interaktif.
35
Mata pelajaran Komposisi Foto Digital merupakan salah satu mata pelajaran produktif wajib yang harus ditempuh siswa kelas XI kompetensi keahlian Multimedia SMK Negeri 1 Klaten. Mata pelajaran Komposisi Foto Digital secara garis besar memiliki materi pokok yaitu: (1) pengenalan fotografi, (2) jenis-jenis kamera, (3) alat bantu fotografi, (4) perawatan peralatan fotografi, (5) pengoperasian kamera digital, (5) ukuran bidang pandang pengambilan gambar, (6) zooming dan panning, (7) sudut pengambilan gambar, (8) blurring. Penelitian ini hanya akan membahas materi tentang pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan gambar dengan teknik blurring. Dimana untuk dapat menghasilkan gambar dengan teknik blurring, terlebih dahulu siswa harus menguasai teknik dasar pengoperasian kamera DSLR. Tabel 3. Kompetensi Inti, Materi Pokok, dan Pembelajaran Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital Kompetensi Inti
Materi Pokok
Pembelajaran Mengamati Mengamati proses pengoperasian kamera digital Menanya Mendiskusikan hal-hal pokok dalam pengoperasian kamera digital Mengeksplorasi
3.5 Memahami prosedur
Pengoperasian Mengoperasikan kamera untuk
pengoperasian
kamera DSLR
kamera digital
memperoleh gambar dengan kriteria tertentu Mengasosiasi Menganalisis prosedur pengoperasian kamera dan dibandingkan dengan manual book Mengomunikasikan Membuat laporan tertulis
36
Kompetensi Inti
Materi Pokok
Pembelajaran Mengamati - Mengamati hasil pemotretan dengan teknik blurring - Mengamati cara melakukan pemotretan dengan teknik blurring
3.9 Memahami pengambilan
Menanya
gambar dengan
Mendiskusikan syarat/kondisi untuk
teknik blurring
Blurring
menghasilkan foto blurring Mengeksplorasi
4.9 Menyajikan
Melakukan pemotretan dengan teknik
gambar dengan
blurring
teknik blurring
Mengasosiasi Menganalisis hasil pemotretan dengan teknik blurring Mengomunikasikan Membuat laporan tertulis
B. Hasil Penelitian yang Relevan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, perlu kiranya dikemukakan bahan perbandingan yang sifatnya mendukung diantaranya. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rio Anggoro Pangestu (2015) mengenai “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Kolombo Sleman Yogyakarta”. Responden dalam penelitian ini berjumlah 26 siswa. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan keterampilan menulis naskah drama siswa kelas XI IPA 1 SMA Kolombo Sleman Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan 37
nilai rata-rata keterampilan menulis naskah drama siswa sebelum tindakan adalah 48,9, setelah diberi tindakan pada siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis naskah drama siswa menjadi 72,6. Nilai rata-rata keterampilan menulis naskah drama siswa pada akhir siklus II sebesar 78,6. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 33,3. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yuni Ayu Rahmawati (2014) mengenai “Peningkatan Kompetensi Membuat Tutup Gallon pada Mata Pelajaran Keterampilan
Tata
Busana
dengan
Model
Pembelajaran
Langsung
Berbantuan Jobsheet di MAN Yogyakarta III”. Responden dalam penelitian ini berjumlah 24 siswa kelas XI IPA 3 dan 4 yang mengikuti mata pelajaran keterampilan tata busana. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa model pembelajaran langsung berbantuan jobsheet dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam membuat tutup gallon pada mapel keterampilan tata busana. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian pada pra siklus baru mencapai 37,5% atau 9 siswa yang mencapai KKM, setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I kompetensi siswa mengalami peningkatan menjadi 79,2% atau 19 siswa telah mencapai KKM, dan pada siklus II pencapaian kompetensi siswa meningkat menjadi 87,5% atau 21 siswa telah mencapai KKM. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Novia Elok Pigarti (2013) mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Kliping dalam Peningkatan Kompetensi Mencipta Desain Busana Pesta Siswa Kelas XI Busana Butik SMK Negeri 2 Blora”. Responden dalam penelitian ini berjumlah 35 siswa kelas XI Busana Butik. Tenik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis
deskriptif.
Hasil
penelitian
38
menunjukkan
bahwa
ada
peningkatan kompetensi mencipta desain busana pesta dengan penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) berbantuan media kliping siswa SMK Negeri 2 Blora. Hai ini dibuktikan dengan peningkatan pencapaian KKM pada pra siklus hanya 22,9% atau 8 siswa yang sudah memenuhi KKM, setelah dikenai tindakan pada siklus I pencapaian kompetensi siswa meningkat menjadi 85,7% atau 30 siswa yang sudah memenuhi KKM, pada siklus kedua pencapaian kompetensi siswa 100% atau seluruh siswa sudah memenuhi KKM. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Risa Dwi Lestari (2012) mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Media Job Sheet untuk Meningkatkan Kompetensi Pembuatan Saku Passepoile di SMK N 6 Purworejo”. Responden dalam penelitian ini berjumlah 31 siswa kelas XI Busana 1. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan media job sheet dapat meningkatkan kompetensi pembuatan saku passepoile siswa. Hal ini dibuktikan dengan presentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal kompetensi pada pra siklus sebesar 54,84% atau 17 siswa, pada siklus I meningkat menjadi 80,65% atau 25 siswa sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 100% atau 31 siswa dan sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan yang ingin dicapai yaitu jumlah siswa yang mencapai kompetensi dasar minimal 75%. C. Kerangka Pikir Pendidikan kejuruan merupakan jalur pendidikan menengah untuk mempersiapkan peserta didik membentuk keahlian di bidang tertentu. Skill atau keterampilan merupakan poin penting dalam pendidikan di sekolah kejuruan ini.
39
Dalam kompetensi keahlian multimedia, keterampilan pengoperasian kamera DSLR merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. Keterampilan pengoperasian kamera DSLR ini nantinya akan digunakan sebagai bekal siswa dalam memasuki dunia kerja. Mengingat pentingnya penguasaan skill pengoperasian kamera DSLR, maka diperlukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran yang efektif dan efisien bisa dicapai salah satunya dengan menggunakan
model
pembelajaran
yang
sesuai.
Dalam
pelaksanaan
pembelajaran di sekolah kejuruan yang menitik beratkan pada penguasaan skill peserta didik, model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan yaitu model pembelajaran
praktikum.
Dalam
pembelajaran
praktikum,
peserta
didik
mendapatkan kesempatan untuk mengasah keterampilan yang dimiliki dengan terjun langsung melakukan praktik di lapangan. Berdasarkan kajian teori, pengembangan skill pengoperasian kamera DSLR melalui pembelajaran praktikum paling efektif dilaksanakan menggunakan model pembelajaran direct instruction. Model pembelajaran direct instruction atau pembelajaran langsung merupakan model yang dirancang khusus untuk menunjang
proses
pembelajaran
yang
berkaitan
dengan
pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik. Model pembelajaran ini dirasa cocok untuk meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR untuk siswa kelas XI MM 2 di SMK Negeri 1 Klaten, mengingat skill pengoperasian kamera DSLR merupakan pengetahuan prosedural dimana pola kegiatan pembelajarannya bersifat bertahap, selangkah demi selangkah. Pada kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran direct instruction sistem pengelolaan yang dilakukan oleh guru harus menjamin
40
keterlibatan aktif siswa baik dalam bentuk memperhatikan, mendengarkan, tanya jawab, maupun praktik. Lingkungan dalam model pembelajaran ini membantu siswa agar tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, penerapan
model
pembelajaran
direct
instruction
diharapkan
dapat
meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR siswa kelas XI MM 2 di SMK Negeri 1 Klaten. D. Hipotesis Berdasarkan uraian pada deskripsi teori, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: Keterampilan atau skill pengoperasian kamera DSLR siswa kelas XI MM 2 di SMK Negeri 1 Klaten dapat ditingkatkan menggunakan model pembelajaran direct instruction.
41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroon Action Research. Desain penelitian ini menggunakan model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart yang disajikan dalam bagan berikut ini.
Gambar 2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc Taggart
Terdapat empat komponen pada model Kemmis & Mc Taggart yaitu perencanaan, perlakuan, pengamatan, dan refleksi yang dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Perencanaan Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas serta alternatif tindakan penyelesaian masalah. Pada
tahap
perencanaan
ini
dilakukan
42
penyusunan
skenario
kegiatan
pembelajaran, penyusunan RPP, penyusunan materi pembelajaran, penyusunan instrumen penilaian, serta penetapan indikator ketercapaian peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa. 2. Perlakuan Pada tahap ini guru pengajar melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan. Tindakan yang dilakukan sebanyak dua siklus. Pada pelaksanaan tindakan diterapkan model pembelajaran direct instruction pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital pokok materi pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring. Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai sintak model pembelajaran direct instruction. 3. Pengamatan Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap perlakuan atau pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap skill pengoperasian kamera DSLR siswa selama kegiatan pembelajaran praktikum sesuai dengan pedoman observasi skill siswa. Data pengamatan diambil menggunakan instrumen penelitian, catatan lapangan, serta dokumentasi. 4. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis secara keseluruhan tindakan yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini guru pelaksana merefleksikan pengalamannya kepada pengamat selama melakukan tindakan. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa setelah diberikan tindakan serta untuk menemukan hambatan yang terjadi selama tindakan.
43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Klaten. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 yang dimulai pada bulan Maret 2017 hingga Mei 2017. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MM 2 SMK Negeri 1 Klaten yang berjumlah 36 siswa, terdiri atas 6 siswa laki-laki dan 30 siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital pada materi pokok pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring. D. Jenis Tindakan Jenis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kolaborasi antara guru dengan peneliti, dimana guru berperan sebagai pelaksana tindakan di kelas sedangkan peneliti bertindak sebagai pengamat yang mengamati berlangsungnya proses tindakan. Penelitian ini dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kondisi lapangan. Dalam implementasi tindakan peneliti menggunakan dua siklus dimana setiap siklus meliputi perencanaan, perlakuan atau tindakan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur pelaksanaan tindakan di lokasi penelitian diuraikan dalam skenario penelitian sebagai berikut.
44
Tabel 4. Skenario Penelitian Tindakan Kelas No. 1.
Uraian Tindakan Pra Tindakan
Kegiatan
Indikator Keberhasilan
a. Mengamati kondisi kegiatan pembelajaran Komposisi Foto Digital di kelas XI MM2 sebelum diberikan tindakan. b. Mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran Komposisi Foto Digital.
a. Peneliti
c. Mengomunikasikan kepada guru pengajar mengenai alternatif tindakan penyelesaian masalah dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction. d. Mendiskusikan materi yang akan diajarkan menggunakan model pembelajaran direct instruction.
c. Guru dan peneliti
e. Menyusun instrumen penelitian berupa lembar observasi skill siswa dan tes kognitif. Instrumen akan divalidasi oleh ahli materi. f. Menyusun RPP serta materi pembelajaran. RPP akan divalidasi oleh guru pengajar.
e. Guru dan Peneliti
d. Menetapkan materi yang akan diajarkan yaitu pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan gambar dengan teknik blurring. e. Instrumen penelitian telah disusun dan telah divalidasi oleh ahli materi.
f. Guru dan peneliti
f. RPP dan materi telah disusun dan telah divalidasi oleh guru pengajar.
2. a. Perencanaan
Pelaksana
a. Mempersiapkan instrumen penilaian skill siswa, tes kognitif serta lembar catatan lapangan. b. Mempersiapkan RPP dan materi yang akan diajarkan. c. Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan.
b. Peneliti
d. Guru dan peneliti
Siklus I a. Peneliti
b. Peneliti
c. Guru dan Peneliti
45
a. Mengetahui kondisi pembelajaran Komposisi Foto Digital di kelas XI MM2.
Instrumen a. Catatan lapangan
b. Menemukan permasalahan yang ada dalam pembelajaran Komposisi Foto Digital. c. Guru memiliki pemahaman yang sama dengan peneliti dan menyetujui penggunaan model pembelajaran direct instruction.
a. Instrumen penilaian skill siswa, tes kognitif, dan lembar catatan lapangan telah dipersiapkan. b. RPP serta materi skill dasar pengoperasian kamera DSLR telah dipersiapkan. c. Alat dan media pembelajaran berupa kamera DSLR, lensa, dan objek yang akan diambil gambarnya telah dipersiapkan.
a. Lembar observasi skill siswa b. Tes kognitif c. Catatan lapangan d. Dokumentasi
No.
Uraian Tindakan b. Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
Kegiatan a. Guru membuka kegiatan pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan mempersiapkan siswa. b. Guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan dasar pengoperasian kamera DSLR secara benar tahap demi tahap. c. Guru memandu siswa melaksanakan praktik keterampilan dasar pengoperasian kamera DSLR. d. Guru mengecek apakah siswa sudah melakukan tugas dengan benar dan memberikan umpan balik. e. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan praktik secara mandiri satu per satu menggunakan kamera DSLR. f. Guru menutup pelajaran.
Pelaksana a. Guru dan siswa
b. Guru dan siswa
c. Guru dan siswa
Indikator Keberhasilan
Instrumen
a. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai tersampaikan dan siswa dalam kondisi siap menerima pelajaran. b. Pengetahuan dan keterampilan dasar pengoperasian kamera DSLR tersampaikan pada siswa secara benar tahap demi tahap. c. Siswa melakukan praktik terstruktur dengan dipandu oleh guru pengajar.
a. Lembar observasi skill siswa b. Tes kognitif c. Catatan lapangan d. Dokumentasi
d. Guru dan siswa
d. Tugas siswa diperiksa oleh guru dan siswa memperoleh umpan balik sesuai tugas yang dikerjakan.
e. Guru dan siswa
e. Siswa melakukan praktik secara mandiri tanpa dipandu oleh guru pengajar.
f. Guru
f. Kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. a. Peneliti dan a. Skill pengoperasian kolaborator kamera DSLR siswa selama kegiatan pembelajaran praktikum teramati sesuai dengan pedoman observasi skill siswa.
a. Peneliti dan kolaborator mengamati skill pengoperasian kamera DSLR siswa selama kegiatan pembelajaran praktikum sesuai dengan pedoman observasi skill siswa. b. Peneliti dan b. Peneliti dan kolaborator mencatat kolaborator hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Peneliti dan guru Guru dan melakukan evaluasi peneliti terhadap implementasi tindakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I secara keseluruhan.
46
b. Hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran tercatat dan kegiatan pembelajaran didokumentasikan dalam bentuk foto. Analisis keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang diterapkan. Hasil evaluasi siklus I digunakan untuk menentukan rancangan siklus II dengan menguatkan
No.
Uraian Tindakan
Kegiatan
Pelaksana
Indikator Keberhasilan
Instrumen
keberhasilan yang telah dicapai dan mencari solusi untuk memecahkan hambatan yang ada. 3. a. Perencanaan
b. Tindakan
a. Mempersiapkan instrumen penilaian skill siswa, tes kognitif serta lembar catatan lapangan. b. Mempersiapkan RPP dan materi yang akan diajarkan.
Siklus II a. Peneliti
b. Peneliti
c. Mendiskusikan perbaikan-perbaikan untuk kegiatan pembelajaran pada siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I. d. Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan.
c. Guru dan peneliti
a. Guru membuka pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan mempersiapkan siswa. b. Guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring secara benar tahap demi tahap. c. Guru memandu siswa melaksanakan praktik pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring. d. Guru mengecek apakah siswa sudah melakukan tugas dengan benar dan memberikan umpan balik. e. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan praktik secara mandiri
a. Guru dan siswa
d. Guru dan Peneliti
b. Guru dan siswa
a. Instrumen penilaian skill siswa, tes kognitif, dan lembar catatan lapangan telah dipersiapkan. b. RPP serta materi skill dasar pengoperasian kamera DSLR telah dipersiapkan. c. Guru memahami perbaikan-perbaikan yang akan diterapkan pada kegiatan pembelajaran siklus II. d. Alat dan media pembelajaran berupa kamera DSLR, lensa, dan objek yang akan diambil gambarnya telah dipersiapkan. a. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai tersampaikan dan siswa dalam kondisi siap menerima pelajaran. b. Pengetahuan dan keterampilan pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring tersampaikan pada siswa secara benar tahap demi tahap.
c. Guru dan siswa
c. Siswa melakukan praktik terstruktur dengan dipandu oleh guru pengajar.
d. Guru dan siswa
d. Tugas siswa diperiksa oleh guru dan siswa memperoleh umpan balik sesuai tugas yang dikerjakan.
e. Guru dan siswa
e. Siswa melakukan praktik secara mandiri tanpa
47
a. Lembar observasi skill siswa b. Tes kognitif c. Catatan lapangan d. Dokumentasi
No.
Uraian Tindakan
Kegiatan
Pelaksana
Satu per satu untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring menggunakan kamera DSLR. f. Guru menutup pelajaran.
e. Pengamatan
f. Refleksi
a. Peneliti dan kolaborator mengamati skill pengoperasian kamera DSLR siswa untuk menghasilkan gambar dengan teknik blurring selama kegiatan pembelajaran praktikum sesuai dengan pedoman observasi skill siswa. b. Peneliti dan kolaborator mencatat hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Peneliti dan guru melakukan evaluasi terhadap implementasi tindakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II secara keseluruhan.
Indikator Keberhasilan dipandu oleh guru pengajar untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring.
f. Guru
f. Kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. a. Peneliti dan a. Skill pengoperasian kolaborator kamera DSLR siswa untuk menghasilkan gambar dengan teknik blurring selama kegiatan pembelajaran praktikum teramati sesuai dengan pedoman observasi skill siswa.
Instrumen a. Lembar observasi skill siswa b. Tes kognitif c. Catatan lapangan d. Dokumentasi
b. Peneliti dan b. Hal-hal penting yang kolaborator terjadi selama proses pembelajaran tercatat dan kegiatan pembelajaran didokumentasikan dalam bentuk foto. Guru dan peneliti
Analisis keberhasilan dan hambatan pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus II.
E. Teknik dan Instrumen Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi Observasi atau disebut juga dengan pengamatan adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2010: 199). Teknik observasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan menghasilkan
data gambar
tentang dengan
skill
pengoperasian
teknik 48
blurring
kamera selama
DSLR
untuk
tindakan
pada
pembelajaran Komposisi Foto Digital menggunakan model pembelajaran direct instruction. Observasi dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi
skill
pengoperasian
kamera
DSLR
yang
telah
dipersiapkan
sebelumnya. Lembar observasi yang digunakan diisi sesuai dengan skill pengoperasian kamera DSLR siswa selama tindakan dilaksanakan. Kriteria penilaian yang digunakan untuk mengukur skill pengoperasian kamera DSLR siswa yaitu dengan skor 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang baik, dan 1 = sangat kurang. Lembar observasi ini diisi oleh peneliti dan kolaborator yang bertindak sebagai observer selama tindakan dilakukan sesuai dengan skill masing-masing siswa. Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR No.
1.
2.
3.
Aspek
Aperture
Shutter speed
ISO
Nilai
Kategori
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5 4 3 2 1
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik Sangat Kurang
49
Keterangan Aperture sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture cukup sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture kurang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture sangat tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Nilai shutter speed tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed cukup tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed kurang tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed sangat tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Exposure tepat dan tidak ada noise Exposure tepat dan ada sedikit noise Exposure tepat tetapi cukup noise Exposure kurang tepat dan sangat noise Exposure tidak tepat dan sangat noise
No.
Aspek
Focal length
4.
5.
Lensa kamera
Komposisi foto
6.
Nilai
Kategori
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
Keterangan Focal length sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length cukup sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length kurang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length sangat tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Sangat mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Cukup mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Kurang mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Tidak mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Komposisi foto yang diambil sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil cukup sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil kurang sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil tidak sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil sangat tidak sesuai dengan konsep komposisi foto
2. Tes Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah melakukan praktikum. Tes diberikan setiap akhir siklus berupa soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban, dimana untuk jawaban benar diberi skor 1 dan untuk jawaban salah diberi skor 0.
50
Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Tes Kognitif Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siklus I dan Siklus II a. Siklus I Kompetensi Dasar 3.5 Memahami prosedur pengoperasian kamera digital
Materi Pokok Pengoperasian kamera DSLR
Indikator Memahami pengertian kamera DSLR dan menu di dalamnya Mampu melakukan pengaturan tombol dan menu pada kamera DSLR Mampu menghasilkan foto dengan kriteria yang ditentukan
C1 1,2, 11
Nomor Item C2 C3 7,18 19
C4 15
Jml Soal 7
8
3,4, 6
5,9
20
7
10
12
16, 17
13, 14
6
5
6
5
4
20
C4 16
Jml Soal 7
Jumlah
b. Siklus II Kompetensi Dasar 3.9 Memahami pengambilan gambar dengan teknik blurring
Materi Pokok
Indikator
Blurring - Setting aperture - Setting shutter speed
Memahami pengertian dan cara menghasilkan foto dengan teknik blurring Mampu melakukan pengaturan aperture Mampu melakukan pengaturan shutter speed
Jumlah
C1 1,13
Nomor Item C2 C3 2,15 7,17
4,14
5
8,20
3
6,10
5
5
7
9,12
11,1 8 19
6
4
20
6
Butir soal yang dicetak tebal adalah butir soal yang gugur. Dalam uji coba instrumen di kelas XI MM 1, dari 20 butir soal untuk siklus I yang diuji coba sebanyak 16 soal valid dan 4 soal gugur yaitu nomor 2, 7, 12, dan 13. Sedangkan uji coba soal untuk siklus II, dari 20 soal yang diuji coba sebanyak 15 soal valid dan 5 soal gugur yaitu nomor 1, 4, 7, 17 dan 20. Butir soal yang gugur akan dibuang dan yang valid akan digunakan dalam penelitian. 3. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan yang terjadi selama proses tindakan dilakukan serta sebagai bukti hasil yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam dokumentasi ini yaitu foto kegiatan selama tindakan dan foto hasil dari praktik siswa.
51
4. Catatan Lapangan Catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian selama proses pembelajaran berlangsung dari awal sampai akhir proses untuk mendapatkan informasi yang sedetail mungkin. Kegiatan yang dicatat dalam catatan lapangan ini berupa perubahan-perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran yang tidak tercantum dalam pedoman observasi. F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Observasi Penilaian
skill
pengoperasian kamera
DSLR
diukur
dengan cara
memberikan skor 1 sampai dengan 5 terhadap masing-masing aspek yang diamati. Selanjutnya dari skor yang diperoleh dilakukan analisis data sebagai berikut. 1. Menghitung jumlah skor siswa untuk keenam aspek skill pengoperasian kamera DSLR yang diamati. Total skor maksimum siswa adalah 30 dan skor minimum adalah 6. 2. Menghitung nilai siswa dari total skor yang diperoleh dengan rumus berikut. Nilai siswa =
x 100
3. Menghitung rerata nilai dari keenam aspek skill pengoperasian kamera DSLR seluruh siswa. 4. Membandingkan dengan nilai total maksimal.
52
Tabel 7. Kategori Nilai Rata-rata Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Rentang Nilai
Kategori
(M + (1,5 x SD)) < X
Sangat Tinggi
(M + (0,5 x SD)) < X < (M + (1,5 x SD))
Tinggi
(M - (0,5 x SD)) < X < (M + (0,5 x SD))
Cukup
(M - (1,5 x SD)) < X < (M - (0,5 x SD))
Rendah
X < (M - (1,5 x SD))
Sangat Rendah
(Sudijono, 2011: 329) Keterangan: M (rerata ideal)
: (nilai maksimum ideal + nilai minimum ideal)
SD (simpangan baku ideal)
: (nilai maksimum ideal – nilai minimum ideal)
X
: nilai empiris Berdasarkan hasil perhitungan dari Tabel 6, maka nilai rata-rata skill
pengoperasian kamera DSLR siswa dapat dikategorikan sebagai berikut. Tabel 8. Hasil Perhitungan Kategori Nilai Rata-rata Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Rentang Nilai
Kategori
80 < X
Sangat Tinggi
67 < X < 80
Tinggi
53 < X < 67
Cukup
40 < X < 53
Rendah
X < 40
Sangat Rendah
Keterangan: X
: nilai empiris
53
2. Analisis Tes Kognitif a. Analisis Butir Soal 1) Validitas Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2010: 211). Uji validitas yang dilakukan peneliti adalah validitas isi. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan kisi-kisi instrumen. Validitas isi dilakukan dengan pertimbangan para ahli yang kompeten. Peneliti melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran Komposisi Foto Digital dan meminta saran atas hasil validasi dengan pembimbing. Hasil yang diperoleh yaitu soal tes pilihan ganda yang siap digunakan untuk penelitian. Tahap selanjutnya yaitu analisis butir soal dengan menggunakan program Anates versi 4.0.9. 2) Reliabilitas Reliabilitas adalah keajegan suatu tes untuk mengukur sesuatu yang menjadi objek ukur. Pedoman untuk menentukan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen didasarkan pada klasifikasi berikut. Tabel 9. Nilai r dan Tafsirannya No. Besarnya nilai r 1. 0,00-0,199 2. 0,20-0,399 3. 0,40-0,599 4. 0,60-0,799 5. 0,80-1,00 (Sugiyono, 2010: 231)
Interpretasi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan program Anates, diperoleh reliabilitas 0,88 pada soal siklus I dan 0,87 pada soal siklus II. Menurut Sugiono (2010: 231) nilai reliabilitas soal pilihan ganda tersebut termasuk kategori sangat tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 111 dan 120. 54
3) Kelompok unggul dan kelompok asor Untuk keperluan analisis butir soal menggunakan Anates, butir soal yang dianalisis adalah 27% dari kelompok unggul dan 27% dari kelompok asor. Berdasarkan hasil analisis, 9 orang siswa yang temasuk dalam kelompok unggul pada analisis soal siklus I yaitu siswa dengan nomor subjek 5, 6, 7, 8, 10, 12, 17, 20, dan 22, yang termasuk kelompok asor yaitu siswa dengan nomor subjek 4, 9, 13, 16, 19, 25, 28, 30, dan 31. Sedangkan pada analisis soal siklus II, 9 orang siswa yang temasuk dalam kelompok unggul yaitu siswa dengan nomor subjek 13, 18, 20, 21, 23, 24, 26, 31, dan 32, yang termasuk kelompok asor yaitu siswa dengan nomor subjek 4, 8, 9, 10, 11, 15, 19, 27, dan 29. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 112 dan 121. 4) Daya pembeda Daya pembeda merupakan perbandingan jawaban siswa kelompok unggul da kelompok asor. Kriteria daya pembeda ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 10. Tafsiran Daya Pembeda Daya Pembeda Kriteria 0,00-0,20 Jelek 0,21-0,40 Cukup 0,41-0,70 Baik 0,71-1,00 Baik Sekali Hasil analisis menggunakan program Anates menunjukkan pada soal siklus I, soal nomor 8 dan 13 dalam kriteria jelek, soal nomor 2, 10, 12, 15, 16, dan 19 dalam kriteria cukup, soal nomor 1, 3, 4, 5, 6, 8, 11, 14, 17, dan 20 dalam kriteria baik, soal nomor 9 dan 18 dalam kriteria baik sekali. Sedangkan pada analisis soal siklus II, soal nomor 1, 4, dan 7 dalam kriteria jelek, soal nomor 3, 9, 11, 18, dan 19 dalam kriteria cukup, soal nomor 2, 5, 8, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 20 dalam kriteria baik, dan soal nomor 6 dalam kriteria baik sekali. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 114 dan 123. 55
5) Tingkat kesukaran Tingkat kesukaran merupakan perbandingan antara jumlah jawaban benar dari setiap nomor soal dengan jumlah subjek. Kriteria untuk menafsirkan tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Kriteria Tingkat Kesukaran Tafsiran 0%-15% Sangat Sukar 16%-30% Sukar 31%-70% Sedang 71%-85% Mudah 86%-100% Sangat Mudah Hasil analisis tingkat kesukaran soal menggunakan program Anates menunjukkan pada soal siklus I, soal nomor 2, 8, 10, 11, 12, 15, 16 dan 19 termasuk kategori sangat mudah, soal nomor 1, 3, 6, 7, 9, 14, 17, dan 20 termasuk kategori mudah, soal nomor 4, 5, 13, dan 18 termasuk kategori sedang. Sedangkan pada analisis soal siklus II, soal nomor 1, 3, 4, 7, 9, 14, 15, 18, dan 19 termasuk kategori sangat mudah, soal nomor 2, 6, 8, 10, 11, 12, dan 17 termasuk kategori mudah, soal nomor 5, 13, 16, dan 20 termasuk kategori sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 115 dan 124. 6) Korelasi nilai butir dengan nilai total Butir soal yang memiliki korelasi tinggi dianggap sebagai signifikan untuk digunakan pada tes berikutnya. Pada penelitian ini nilai jumlah subjek sebanyak 32 sehingga batas signifikansi koefisien korelasi sebesar 0,349 untuk P=0,05 dan 0,449 untuk P=0,01. Hasil analisis menggunakan program Anates pada soal siklus I menunjukkan soal nomor 2, 7, 12, dan 13 tidak signifikan, soal nomor 3, 4, 5, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19 signifikan, soal nomor 1, 6, 8, 9, dan 20 sangat signifikan. Sedangkan pada analisis soal siklus II, soal nomor 1, 4, 7, 17,
56
dan 20 tidak signifikan, soal nomor, 5, 11, 12, 13, 15, 16, dan 19 signifikan, soal nomor 2, 3, 6, 8, 9, 10, 14, dan 18 sangat signifikan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 116 dan 125. b. Analisis Hasil Tes Kognitif Siswa Langkah-langkah dalam proses analisis data hasil tes kognitif siswa sebagai berikut. 1) Menghitung nilai dari total jawaban siswa yang benar dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Nilai siswa =
x 100
2) Membandingkan nilai siswa dengan nilai Kriteria Ketuntasan Mininum (KKM) sebesar 80. 3) Siswa dinyatakan tuntas apabila telah memenuhi nilai KKM. 4) Indikator keberhasilan dari tes kognitif ini yaitu apabila siswa yang memenuhi nilai KKM mencapai minimal 75%.
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Penelitian 1. Kondisi Awal Sebelum Tindakan (Pra Tindakan) Kegiatan pra tindakan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kelas dan menemukan permasalahan yang ada selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pra tindakan ini meliputi kegiatan observasi kelas dan diskusi dengan guru pengajar. Kegiatan observasi dilakukan pada kelas yang akan diteliti yaitu kelas XI MM 2 ketika proses pembelajaran Komposisi Foto Digital sedang berlangsung. Setelah mengetahui kondisi pembelajaran Komposisi Foto Digital di kelas XI MM 2 dan menemukan permasalahan berupa rendahnya skill atau keterampilan siswa dalam pengoperasian kamera DSLR, dilakukan diskusi dengan guru pengajar. Diskusi dilaksanakan untuk membahas permasalahan yang ada dan menentukan alternatif cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah dilakukan diskusi bersama dengan guru pengajar, disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran direct instruction paling sesuai diterapkan untuk meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR siswa. Selain menentukan model pembelajaran yang akan digunakan, dipilih juga materi pembelajaran yang akan diajarkan menggunakan model pembelajaran direct instruction yaitu pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan gambar dengan teknik blurring. Setelah menentukan model pembelajaran serta materi yang
akan
diajarkan,
dilakukan
penyusunan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan materi ajar. Kegiatan pembelajaran pada tiap RPP
58
disusun menggunakan model pembelajaran direct instruction. Materi ajar yang digunakan sejumlah dua materi pokok, satu materi digunakan untuk satu siklus. Pada siklus I materi yang diajarkan yaitu Prosedur Pengoperasian Kamera DSLR (teknik dasar kamera DSLR), sedangkan pada siklus II materi yang diajarkan yaitu teknik Blurring. Setelah selesai disusun RPP dan materi ajar divalidasi dan disetujui oleh guru pengajar. Selain penyusunan RPP, disusun pula instrumen penelitian berupa lembar observasi skill siswa yang menilai keterampilan siswa dalam mengoperasikan kamera DSLR serta tes kognitif berupa soal pilihan ganda untuk menilai pemahaman siswa pada materi yang sudah dipelajari. Setelah disusun, instrumen penelitian divalidasi oleh ahli materi. Sebelum
penelitian
tindakan
kelas
dilaksanakan,
disusun
jadwal
pelaksanaan penelitian yang dimulai pada tanggal 1 April 2017 sampai dengan 12 Mei 2017. Rincian jadwal penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 12. Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus
Pertemuan
Hari dan
Waktu
Materi
Tanggal
1
Sabtu, 1 April 2017
Prosedur Pengoperasian 08.30 - 11.45
dasar kamera DSLR)
I 2
1 II 2
Sabtu, 29 April 2017 Jumat, 5 Mei 2017 Jumat, 12 Mei 2017
Kamera DSLR (teknik
Prosedur Pengoperasian 08.30 - 11.45
Kamera DSLR (teknik dasar kamera DSLR)
08.20 - 11.15
Blurring
08.20 - 11.15
Blurring
59
2. Siklus I Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Sabtu, 1 April 2017 dan 29 April 2017. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I sebagai berikut. a. Perencanaan 1) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi skill siswa dan tes kognitif untuk menilai perkembangan skill pengoperasian kamera DSLR siswa. Instrumen telah divalidasi oleh ahli materi. 2) Bersama dengan guru pengajar mendiskusikan kegiatan pembelajaran Komposisi Foto Digital pada siklus I menggunakan model pembelajaran direct instruction. 3) Mempersiapkan RPP serta materi yang akan diajarkan pada siklus I yaitu Prosedur Pengoperasian Kamera DSLR (teknik dasar kamera DSLR). 4) Mempersiapkan alat yang diperlukan berupa kamera DSLR, lensa kamera, serta objek yang akan diambil gambarnya. 5) Mensosialisasikan cara menilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa kepada observer. b. Tindakan Tindakan pada siklus I didasarkan pada RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan. Deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut. 1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam dan memimpin siswa untuk berdoa bersama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Setelah itu guru menyampaikan apersepsi terkait materi yang dipelajari. Setelah menyampaikan
60
apersepsi, guru menyampaikan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar serta tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Kemudian disampaikan teknis pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran direct instruction. Karena keterbatasan jumlah kamera yang ada, siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok dimana dalam satu kelompok masing-masing memegang 1 kamera DSLR yang nantinya akan digunakan bergantian dengan anggota kelompoknya. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti dimulai dengan penyampaian materi prosedur pengoperasian kamera DSLR oleh guru. Dalam penyampaian materi, guru mendemonstrasikan secara langsung prosedur pengoperasian kamera DSLR kepada siswa secara benar tahap demi tahap. Prosedur pengoperasian kamera yang diajarkan meliputi pengaturan shutter speed, aperture, ISO serta teknik pemilihan lensa, focal length dan komposisi foto. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum jelas.
Gambar 3. Pelaksanaan Penyampaian Materi pada Siklus I Bersama dengan kelompoknya, masing-masing siswa latihan memegang kamera DSLR dan mengatur settingan kamera meliputi shutter speed, aperture, dan ISO. Selain itu siswa juga berlatih cara mengganti lensa kamera DSLR agar
61
sesuai dengan foto yang akan diambil. Guru bertindak sebagai trainer yang memandu siswa melaksanakan praktik pengoperasian kamera DSLR secara terstruktur. Selama kegiatan latihan, guru memberikan waktu latihan yang lebih lama untuk siswa yang lambat dalam menguasai teknik pengoperasian kamera DSLR. Setelah berlatih beberapa kali dengan pengaturan kamera DSLR, siswa diberikan tugas untuk mengambil gambar objek yang ada di sekitar lingkungan sekolah dengan menerapkan exposure yang tepat (kombinasi shutter speed, aperture, dan ISO), pemilihan lensa, focal length dan komposisi foto yang benar dengan pengaturan kamera secara manual.
Gambar 4. Siswa Latihan Menggunakan Kamera DSLR pada Siklus I Setelah siswa selesai mengambil gambar bersama dengan kelompoknya, guru mengecek apakah tugas yang diberikan sudah dilaksanakan dengan benar. Setelah mengecek hasil pekerjaan siswa, guru memberikan umpan balik sesuai dengan hasil pekerjaan siswa. Guru memberikan umpan balik pada hasil pekerjaan siswa dengan memberikan penguatan terhadap foto yang memenuhi kriteria dan memberikan koreksi untuk foto yang belum memenuhi kriteria. Secara lebih lengkap, hasil penelitian pada siklus I dapat dilihat pada halaman 73-75.
62
Setelah proses latihan bersama guru dilaksanakan, guru mengarahkan siswa untuk dapat latihan secara mandiri satu per satu menggunakan kamera DSLR. Siswa bersama dengan kelompoknya secara bergantian mengambil gambar untuk menghasilkan foto dengan tingkat exposure yang tepat, penggunaan lensa yang benar serta komposisi foto yang tepat. Setelah melakukan praktik mengambil gambar, siswa menyampaikan kesimpuan secara berkelompok tentang teknik pengoperasian kamera DSLR yang telah dipelajari. Pada akhir kegiatan siklus I dilakukan tes kognitif untuk mengecek pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari. Tes berupa soal pilihan ganda sejumlah 15 butir soal yang telah divalidasi melalui uji coba soal di kelas XI MM1.
Gambar 5. Pelaksanaan Tes Kognitif pada Siklus I 3) Kegiatan Penutup Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan materi dan praktik yang telah dipelajari. Guru kemudian menyampaikan materi pertemuan selanjutnya. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan salam. c. Pengamatan Pengamatan
dilakukan
untuk
mengetahui
perkembangan
skill
pengoperasian kamera DSLR siswa pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital
63
menggunakan model pembelajaran direct instruction. Tahap pengamatan ini dilakukan bersamaan ketika tindakan sedang dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang observer yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dari program studi Pendidikan Teknik Informatika. Masingmasing observer mengamati 2 kelompok. Pada tahap pengamatan ini, observer menilai skill masing-masing siswa sesuai dengan lembar observasi skill pengoperasian kamera DSLR. Penilaian skill siswa berdasarkan pada kriteria penilaian berskala 5.
Gambar 6. Pelaksanaan Pengamatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Siklus I d. Refleksi Pada tahap refleksi, dilakukan analisis serta evaluasi terhadap seluruh tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan. Berdasarkan pelaksanaan pengamatan tindakan, permasalahan dan hambatan yang muncul selama proses pembelajaran pada siklus I sebagai berikut. 1) Guru masih belum terbiasa untuk menerapkan model pembelajaran direct instruction dalam kegiatan pembelajaran sehingga beberapa siswa belum mendapatkan umpan balik dari tugas yang dilakukan. 2) Waktu pengerjaan tugas pada pertemuan pertama yang kurang mencukupi. Hai ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum terbiasa mengoperasikan 64
kamera DSLR, sehingga siswa mengalami kesulitan untuk mengambil gambar dengan kriteria yang ditentukan. 3) Siswa paham dengan konsep namun masih terlihat kebingungan dengan pengaturan kamera DSLR secara langsung. Ketika melakukan pengaturan dengan menggunakan kamera DSLR secara langsung, siswa masih sulit membedakan tombol mana yang digunakan untuk mengatur aperture, shutter speed, dan ISO sehingga banyak siswa yang terbalik ketika melakukan pengaturan. Terlebih siswa malu untuk bertanya pada trainer dan lebih memilih untuk mencoba-coba tombol yang ada (trial and error). 4) Masih terdapat beberapa siswa yang kurang bisa bekerjasama dengan anggota dalam kelompoknya ketika berlatih mengoperasikan kamera DSLR. Hasil analisis terhadap data hasil pengamatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital menggunakan model pembelajaran direct instruction menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa pada pertemuan pertama hanya sebesar 53,06 sedangkan pada pertemuan kedua sebesar 61,02. Sedangkan untuk hasil tes kognitif, sebanyak 31 siswa mencapai nilai KKM sedangkan 5 siswa belum mencapai nilai KKM, ini menunjukkan ketercapaian kriteria keberhasilan dengan melebihi 75% siswa yang mencapai KKM yaitu sebesar 86%. Namun nilai rata-rata skill pengoperasian kamera DSLR siswa yang hanya mencapai 53,06 dan 61,02 tentunya masih jauh dari kriteria keberhasilan penelitian yaitu 80 atau mencapai klasifikasi tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan tindakan lanjutan yaitu siklus II untuk mencapai kriteria keberhasilan tindakan dengan melakukan perbaikan sesuai hasil refleksi pada siklus I. Langkah perbaikan yang diambil untuk melaksanakan siklus II sebagai berikut.
65
a. Guru diarahkan untuk memberikan umpan balik secara menyeluruh kepada masing-masing siswa dalam kelompoknya. Sehingga semua siswa dapat memahami mana yang sudah benar dan mana yang masih salah dari pengaturan kamera DSLR yang sudah dilakukan. b. Guru diarahkan untuk bersikap lebih komunikatif dan responsif saat melakukan bimbingan ketika siswa melaksanakan latihan pengoperasian kamera DSLR, sehingga siswa terbangun kepercayaan dirinya untuk tidak malu bertanya ketika mengalami kesulitan dan mencegah siswa latihan berdasarkan trial and error. c. Siswa diarahkan untuk bisa saling bekerjasama ketika melakukan latihan pengoperasian kamera DSLR secara kelompok dengan arahan yang diberikan oleh guru. 3. Siklus II Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Jumat, 5 Mei 2017 dan 12 Mei 2017. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II sebagai berikut. a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi yang didapatkan pada siklus I, perencanaan tindakan pada siklus II sebagai berikut. 1) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi skill siswa dan tes kognitif untuk menilai perkembangan skill pengoperasian kamera DSLR siswa. Instrumen telah divalidasi oleh ahli materi.
66
2) Bersama dengan guru pengajar mendiskusikan tindakan pada siklus II sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I dengan menerapkan langkah-langkah perbaikan yang sudah ditetapkan sebelumnya. 3) Mempersiapkan RPP serta materi yang akan diajarkan pada siklus II yaitu teknik Blurring. 4) Mempersiapkan alat yang diperlukan berupa kamera DSLR, lensa kamera, serta objek yang akan diambil gambarnya. Pada siklus II, objek yang akan diambil gambarnya berupa toys (mainan) serta produk kecantikan. 5) Mensosialisasikan kembali cara menilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa kepada observer. b. Tindakan Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II pada dasarnya sama seperti pelaksanaak siklus I. Hal yang membedakan siklus I dengan siklus II yaitu pada siklus II terdapat upaya untuk memperbaiki permasalahan dan hambatan yang muncul pada siklus I. Pada tahap ini guru pengajar melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun sebagai berikut. 1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam dan memimpin siswa untuk berdoa bersama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Setelah itu guru menyampaikan apersepsi terkait materi yang dipelajari. Setelah menyampaikan apersepsi, guru menyampaikan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar serta tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Selanjutnya siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok sama seperti siklus sebelumnya. Setiap kelompok memiliki satu kamera DSLR yang akan digunakan secara bergantian dengan anggota kelompoknya.
67
2) Kegiatan Inti Kegiatan inti dimulai dengan penyampaian materi prosedur pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan gambar dengan teknik blurring oleh guru. Dalam penyampaian materi, guru mendemonstrasikan secara langsung prosedur pengoperasian kamera DSLR dengan teknik blurring kepada siswa secara benar tahap demi tahap. Prosedur pengoperasian kamera yang diajarkan meliputi pengaturan shutter speed, aperture, ISO serta teknik pemilihan lensa, focal length dan komposisi foto untuk menghasilkan foto blurring. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum jelas.
Gambar 7. Pelaksanaan Penyampaian Materi pada Siklus II Bersama dengan kelompoknya, masing-masing siswa latihan mengatur settingan kamera meliputi shutter speed, aperture, dan ISO untuk menghasilkan foto blurring dengan objek yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Selain itu siswa juga berlatih cara mengganti lensa kamera DSLR agar sesuai dengan foto yang akan diambil. Guru bertindak sebagai trainer yang memandu siswa melaksanakan praktik pengoperasian kamera DSLR secara terstruktur. Selama membimbing siswa, guru bersikap lebih komunikatif dan responsif sehingga menimbulkan kepercayaan diri siswa untuk berani bertanya ketika mengalami kesulitan. Setelah berlatih beberapa kali dengan pengaturan kamera DSLR untuk
68
menghasilkan foto blurring, siswa diberikan tugas untuk mengambil gambar objek yang telah disediakan yaitu toys (mainan) dan produk kecantikan dengan menerapkan exposure (kombinasi shutter speed, aperture, dan ISO), pemilihan lensa, focal length dan komposisi foto yang benar untuk menghasilkan foto blurring dengan pengaturan kamera secara manual.
Gambar 8. Siswa Latihan Menggunakan Kamera DSLR pada Siklus II Setelah siswa selesai mengambil gambar bersama dengan kelompoknya, guru mengecek apakah tugas yang diberikan sudah dilaksanakan dengan benar. Guru memeriksa hasil pekerjaan siswa secara menyeluruh satu per satu dan memberikan umpan balik sesuai dengan hasil pekerjaan siswa. Guru memberikan umpan balik pada hasil pekerjaan siswa dengan memberikan penguatan terhadap foto yang memenuhi kriteria dan memberikan koreksi untuk foto yang belum memenuhi kriteria. Secara lebih lengkap, hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada halaman 76-78. Setelah proses latihan bersama guru dilaksanakan, guru mengarahkan siswa untuk dapat latihan secara mandiri satu per satu menggunakan kamera DSLR. Siswa bersama dengan kelompoknya secara bergantian mengambil gambar untuk menghasilkan foto dengan tingkat exposure yang tepat, penggunaan lensa yang benar serta komposisi foto yang tepat untuk
69
menghasilkan foto blurring. Pada siklus II siswa dapat bekerjasama dengan lebih baik dalam kelompoknya setelah mendapat pengarahan dari guru. Setelah melakukan praktik mengambil gambar, siswa menyampaikan kesimpuan secara berkelompok tentang teknik pengoperasian kamera DSLR yang telah dipelajari. Pada akhir kegiatan siklus II dilakukan tes kognitif untuk mengecek pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari. Tes berupa soal pilihan ganda sejumlah 15 butir soal yang telah divalidasi melalui uji coba soal di kelas XI MM1.
Gambar 9. Pelaksanaan Tes Kognitif pada Siklus II 3) Kegiatan Penutup Guru dan siswa secara bersama-sama menyimpulkan materi dan praktik yang telah dipelajari. Guru kemudian menyampaikan materi pertemuan selanjutnya. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan salam. c. Pengamatan Pengamatan
dilakukan
untuk
mengetahui
perkembangan
skill
pengoperasian kamera DSLR siswa pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital menggunakan model pembelajaran direct instruction. Tahap pengamatan ini dilakukan bersamaan ketika tindakan sedang dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang observer yang merupakan mahasiswa Universitas
70
Negeri Yogyakarta dari program studi Pendidikan Teknik Informatika. Masingmasing observer mengamati 2 kelompok. Pada tahap pengamatan ini, observer menilai skill masing-masing siswa sesuai dengan lembar observasi skill pengoperasian kamera DSLR. Penilaian skill siswa berdasarkan pada kriteria penilaian berskala 5.
Gambar 10. Pelaksanaan Pengamatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Siklus II d. Refleksi Hasil refleksi pada siklus II menunjukkan bahwa proses pembelajaran secara umum sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran perkembangan skill siswa dalam pengoperasian kamera DSLR lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Siswa mulai terbiasa untuk mengatur settingan pada kamera DSLR sehingga waktu pengerjaan tugas menjadi lebih efektif. Pada siklus II siswa mulai percaya diri untuk bertanya pada trainer ketika mengalami kesulitan serta siswa dapat bekerjasama dengan lebih baik dengan teman-teman dalam kelompoknya untuk bergiliran mengambil gambar menggunakan kamera DSLR. Pada siklus II, ketika kegiatan pendampingan, trainer atau guru bersikap lebih komunikatif dan responsif sehingga siswa juga semakin aktif merespon. Jika pada siklus I guru kurang memberikan umpan balik secara menyeluruh pada 71
masing-masing anggota kelompok, pada siklus II guru mulai memberikan umpan balik secara menyeluruh untuk masing-masing siswa dalam satu kelompok. Dengan adanya pemberian umpan balik secara menyeluruh pada masing-masing siswa, skill pengoperasian kamera DSLR siswa dapat lebih berkembang karena siswa mengetahui bagian mana yang sudah benar dan bagian mana yang masih salah dari tugas yang dikerjakan. Hasil analisis terhadap data hasil pengamatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital menggunakan model pembelajaran direct instruction menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa pada pertemuan pertama sebesar 73,61 sedangkan pada pertemuan kedua sebesar 81,02. Sedangkan untuk hasil tes kognitif, sebanyak 33 siswa mencapai nilai KKM sedangkan 3 siswa belum mencapai nilai KKM, ini menunjukkan ketercapaian kriteria keberhasilan dengan melebihi 75% siswa yang mencapai KKM yaitu sebesar 91%. Tindakan pada siklus II telah berhasil meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR siswa dengan mencapai kriteria keberhasilan penelitian sebesar lebih dari 80 atau dalam klasifikasi sangat tinggi. Karena pada siklus II kriteria keberhasilan penelitian telah tercapai maka penelitian tindakan kelas dapat diakhiri. B. Hasil Penelitian 1. Siklus I Hasil penelitian skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14. Hasil rekapitulasi skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada tiap aspek meliputi jumlah nilai dan rata-rata masingmasing aspek per pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua..
72
Secara lebih lengkap, perolehan nilai masing-masing siswa untuk tiap-tiap aspek pada siklus I dapat dilihat di Lampiran 9 pada halaman 179 dan 180. Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa untuk Tiap-tiap Aspek pada Siklus I Pertemuan 1 No.
Aspek yang Diamati
Jumlah Nilai
Pertemuan 2
Rata-rata
Jumlah Nilai
Rata-rata
1.
Aperture
1820
50,56
1940
53,89
2.
Shutter speed
2060
57,22
2100
58,33
3.
ISO
1680
46,67
2060
57,22
4.
Focal length
2000
55,56
2120
58,89
5.
Pemilihan lensa
2240
62,22
2460
68,33
6.
Komposisi foto
1660
46,11
2500
69,44
1910,00
53,06
2196,67
61,02
Rata-rata
Berdasarkan Tabel
13,
diketahui
bahwa
terjadi
peningkatan
skill
pengoperasian kamera DSLR pada tiap-tiap aspek per pertemuan pada siklus I. Pada siklus I pertemuan pertama, aspek skill pengoperasian kamera DSLR yang memiliki nilai paling tinggi yaitu aspek pemilihan lensa dengan jumlah nilai 2240 dan rata-rata 62,22. Aspek skill pengoperasian kamera DSLR paling rendah pada pertemuan pertama yaitu aspek komposisi foto dengan jumlah nilai 1660 dan rata-rata 46,11. Pada pertemuan kedua siklus I, aspek skill pengoperasian kamera DSLR yang memiliki nilai paling tinggi yaitu aspek komposisi dengan jumlah nilai 2500 dan rata-rata 69,44. Sedangkan aspek skill pengoperasian kamera DSLR paling rendah pada pertemuan kedua yaitu aspek aperture dengan jumlah nilai 1940 dan rata-rata 53,89. Pada Tabel 13 dapat dilihat pula rata-rata jumlah nilai tiap aspek pada siklus I. Rata-rata jumlah nilai dari semua aspek pada pertemuan pertama yaitu
73
53,06. Sedangkan rata-rata jumlah nilai dari semua aspek pada pertemuan kedua yaitu 61,02. Terjadi peningkatan rata-rata nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua, namun jumlahnya masih jauh dari kriteria keberhasilan penelitian yaitu 80 atau dalam klasifikasi tinggi. Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Siklus I Pertemuan 1 No.
Nama Siswa
Jumlah Skor
Pertemuan 2
Nilai
Ket
Jumlah Skor
Nilai
Ket
Ket
1.
AFE
14
46,67
R
17
56,67
C
Meningkat
2.
AVP
14
46,67
R
16
53,33
R
Meningkat
3.
AFP
15
50,00
R
19
63,33
C
Meningkat
4.
AS
18
60,00
C
20
66,67
C
Meningkat
5.
AAP
19
63,33
R
20
66,67
C
Meningkat
6.
AKK
14
46,67
R
16
53,33
R
Meningkat
7.
DZR
13
43,33
R
16
53,33
R
Meningkat
8.
DM
16
53,33
R
17
56,67
C
Meningkat
9.
DAP
14
46,67
R
17
56,67
C
Meningkat
10.
FBP
17
56,67
C
21
70,00
T
Meningkat
11.
FD
15
50,00
R
16
53,33
R
Meningkat
12.
FL
13
43,33
R
15
50,00
R
Meningkat
13.
GDS
13
43,33
R
15
50,00
R
Meningkat
14.
HN
18
60,00
C
19
63,33
C
Meningkat
15.
HAM
15
50,00
R
19
63,33
C
Meningkat
16.
IKC
18
60,00
C
21
70,00
T
Meningkat
17.
II
15
50,00
R
19
63,33
C
Meningkat
18.
IAD
15
50,00
R
18
60,00
C
Meningkat
19.
IAP
16
53,33
R
18
60,00
C
Meningkat
20.
KW
15
50,00
R
18
60,00
C
Meningkat
21.
MNF
15
50,00
R
19
63,33
C
Meningkat
74
Pertemuan 1 No.
Nama Siswa
Jumlah Skor
Pertemuan 2
Nilai
Ket
Jumlah Skor
Nilai
Ket
Ket
22.
M
13
43,33
R
16
53,33
R
Meningkat
23.
NS
15
50,00
R
17
56,67
C
Meningkat
24.
PAM
19
63,33
C
19
63,33
C
Tetap
25.
RIW
20
66,67
C
19
63,33
C
Menurun
26.
RKA
14
46,67
R
14
46,67
R
Tetap
27.
RL
15
50,00
R
16
53,33
R
Meningkat
28.
RND
16
53,33
R
18
60,00
C
Meningkat
29.
SN
15
50,00
R
20
66,67
C
Meningkat
30.
SS
14
46,67
R
17
56,67
C
Meningkat
31.
SN
18
60,00
C
20
66,67
C
Meningkat
32.
SU
20
66,67
C
20
66,67
C
Tetap
33.
SP
18
60,00
C
22
73,33
T
Meningkat
34.
VLO
20
66,67
C
22
73,33
T
Meningkat
35.
VDNP
18
60,00
C
21
70,00
T
Meningkat
36.
WGR
16
53,33
R
22
73,33
T
Meningkat
15,92
53,06
18,31
61,02
Rata-rata Keterangan:
Jumlah skor merupakan total skor yang diperoleh siswa dari semua aspek yang diamati, dimana skor maksimum 30 dan skor minimun 6. SR
: Sangat Rendah
T
: Tinggi
R
: Rendah
ST
: Sangat Tinggi
C
: Cukup Dari Tabel 14 diketahui bahwa pada siklus I pertemuan pertama sebanyak
12 orang siswa masuk dalam kategori cukup, sedangkan 24 siswa masuk dalam kategori rendah. Sedangkan pada pertemuan kedua sebanyak 6 siswa masuk dalam kategori tinggi, 21 siswa masuk dalam kategori cukup, sedangkan 9 siswa masuk dalam kategori rendah. Sebanyak 32 siswa mengalami peningkatan nilai skill pengoperasian kamera DSLR dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua, 75
3 siswa dengan nilai tetap sedangkan terdapat satu siswa dengan nilai yang menurun. Rata-rata nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa secara keseluruhan pada siklus I mengalami peningkatan dari 53,06 pada pertemuan pertama menjadi 61,02 pada pertemuan kedua. 2. Siklus II Hasil penelitian skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16. Hasil rekapitulasi skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada tiap aspek meliputi jumlah nilai dan rata-rata masingmasing aspek per pertemuan yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Secara lebih lengkap, perolehan nilai masing-masing siswa untuk tiap-tiap aspek pada siklus II dapat dilihat di Lampiran 9 pada halaman 181 dan 182. Tabel 15. Rekapitulasi Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa untuk Tiap-tiap Aspek pada Siklus II Pertemuan 1 No.
Aspek yang Diamati
Jumlah Nilai
Pertemuan 2
Rata-rata
Jumlah Nilai
Rata-rata
1.
Aperture
2460
68,33
2860
79,44
2.
Shutter speed
2500
69,44
2600
72,22
3.
ISO
2560
71,11
2920
81,11
4.
Focal length
2820
78,33
3100
86,11
5.
Pemilihan lensa
2700
75,00
2760
76,67
6.
Komposisi foto
2860
79,44
3260
90,56
2576,67
73,61
2916,67
81,02
Rata-rata
Berdasarkan Tabel
15,
diketahui
bahwa
terjadi
peningkatan
skill
pengoperasian kamera DSLR pada tiap-tiap aspek per pertemuan pada siklus II. Pada siklus II pertemuan pertama, aspek skill pengoperasian kamera DSLR yang memiliki nilai paling tinggi yaitu aspek komposisi foto dengan jumlah nilai 2860
76
dan rata-rata 79,44. Aspek skill pengoperasian kamera DSLR paling rendah pada pertemuan pertama yaitu aspek aperture dengan jumlah nilai 2460 dan rata-rata 68,33. Pada pertemuan kedua siklus II, aspek skill pengoperasian kamera DSLR yang memiliki nilai paling tinggi yaitu aspek komposisi foto dengan jumlah nilai 3260 dan rata-rata 90,56. Sedangkan aspek skill pengoperasian kamera DSLR paling rendah pada pertemuan kedua yaitu aspek shutter speed dengan jumlah nilai 2600 dan rata-rata 72,22. Pada Tabel 15 dapat dilihat pula rata-rata jumlah nilai tiap aspek pada siklus II. Rata-rata jumlah nilai dari semua aspek pada pertemuan pertama yaitu 73,61. Sedangkan rata-rata jumlah nilai dari semua aspek pada pertemuan kedua yaitu 81,02. Terjadi peningkatan rata-rata nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua, dimana rata-rata skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada pertemuan pertama masuk dalam kategori tinggi sedangkan pada pertemuan kedua masuk dalam kategori sangat tinggi. Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Siklus II Pertemuan 1 No.
Nama Siswa
Jumlah Skor
Pertemuan 2
Nilai
Ket
Jumlah Skor
Nilai
Ket
Ket
1.
AFE
22
73,33
T
22
73,33
T
Tetap
2.
AVP
21
70,00
T
23
76,67
T
Meningkat
3.
AFP
19
63,33
C
26
86,67
ST
Meningkat
4.
AS
26
86,67
ST
26
86,67
ST
Tetap
5.
AAP
24
80,00
T
25
83,33
ST
Meningkat
6.
AKK
22
73,33
T
23
76,67
T
Meningkat
7.
DZR
23
76,67
T
24
80,00
T
Meningkat
8.
DM
20
66,67
C
23
76,67
T
Meningkat
77
Pertemuan 1 No.
Nama Siswa
Jumlah Skor
Pertemuan 2
Nilai
Ket
Jumlah Skor
Nilai
Ket
Ket
9.
DAP
21
70,00
T
24
80,00
T
Meningkat
10.
FBP
23
76,67
T
24
80,00
T
Meningkat
11.
FD
22
73,33
T
24
80,00
T
Meningkat
12.
FL
17
56,67
C
25
83,33
ST
Meningkat
13.
GDS
20
66,67
C
22
73,33
T
Meningkat
14.
HN
25
83,33
ST
28
93,33
ST
Meningkat
15.
HAM
23
76,67
T
25
83,33
ST
Meningkat
16.
IKC
24
80,00
T
24
80,00
T
Tetap
17.
II
24
80,00
T
25
83,33
ST
Meningkat
18.
IAD
24
80,00
T
25
83,33
ST
Meningkat
19.
IAP
18
60,00
C
25
83,33
ST
Meningkat
20.
KW
20
66,67
C
24
80,00
T
Meningkat
21.
MNF
19
63,33
C
23
76,67
T
Meningkat
22.
M
23
76,67
T
23
76,67
T
Tetap
23.
NS
22
73,33
T
26
86,67
ST
Meningkat
24.
PAM
22
73,33
T
23
76,67
T
Meningkat
25.
RIW
24
80,00
T
25
83,33
ST
Meningkat
26.
RKA
21
70,00
T
22
73,33
T
Meningkat
27.
RL
21
70,00
T
25
83,33
ST
Meningkat
28.
RND
22
73,33
T
23
76,67
T
Meningkat
29.
SN
23
76,67
T
26
86,67
ST
Meningkat
30.
SS
21
70,00
T
23
76,67
T
Meningkat
31.
SN
20
66,67
C
23
76,67
T
Meningkat
32.
SU
26
86,67
ST
27
90,00
ST
Meningkat
33.
SP
24
80,00
T
25
83,33
ST
Meningkat
34.
VLO
24
80,00
T
27
90,00
ST
Meningkat
35.
VDNP
23
76,67
T
23
76,67
T
Tetap
36.
WGR
22
73,33
T
24
80,00
T
Meningkat
22,08
73,61
24,31
81,02
Rata-rata
78
Keterangan: Jumlah skor merupakan total skor yang diperoleh siswa dari semua aspek yang diamati, dimana skor maksimum 30 dan skor minimun 6. SR
: Sangat Rendah
T
: Tinggi
R
: Rendah
ST
: Sangat Tinggi
C
: Cukup Dari Tabel 16 diketahui bahwa pada siklus II pertemuan pertama sebanyak
3 orang siswa masuk dalam kategori sangat tinggi, 25 siswa masuk dalam kategori tinggi, sedangkan 8 siswa masuk dalam kategori cukup. Sedangkan pada pertemuan kedua sebanyak 16 siswa masuk dalam kategori sangat tinggi dan 20 siswa masuk dalam kategori tinggi. Sebanyak 31 siswa mengalami peningkatan nilai skill pengoperasian kamera DSLR dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua, sedangkan 5 siswa dengan nilai tetap. Nilai rata-rata skill pengoperasian kamera DSLR siswa secara keseluruhan pada siklus II mengalami peningkatan dari 73,61 pada pertemuan pertama menjadi 81,02 pada pertemuan kedua. 3. Tes Kognitif Hasil tes kognitif skill pengoperasian kamera DSLR siswa dapat dilihat pada Tabel 17. Tes kognitif dilaksanakan setiap akhir siklus atau pada tiap pertemuan kedua pada siklus I dan siklus II. Pada Tabel 17, disajikan hasil rekapitulasi nilai masing-masing siswa pada siklus I dan siklus II. Selain itu juga disajikan rata-rata jumlah nilai siswa pada tiap siklus.
79
Tabel 17. Hasil Tes Kognitif Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus I Nama Siswa
Siklus II
1.
AFE
Jumlah Jawaban Benar 9
2.
AVP
12
80,00
L
12
80,00
L
3.
AFP
12
80,00
L
12
80,00
L
4.
AS
12
80,00
L
13
86,67
L
5.
AAP
14
93,33
L
14
93,33
L
6.
AKK
12
80,00
L
12
80,00
L
7.
DZR
13
86,67
L
13
86,67
L
8.
DM
12
80,00
L
12
80,00
L
9.
DAP
12
80,00
L
13
86,67
L
10.
FBP
13
86,67
L
14
93,33
L
11.
FD
12
80,00
L
12
80,00
L
12.
FL
12
80,00
L
9
60,00
TL
13.
GDS
12
80,00
L
12
80,00
L
14.
HN
13
86,67
L
13
86,67
L
15.
HAM
12
80,00
L
12
80,00
L
16.
IKC
13
86,67
L
14
93,33
L
17.
II
12
80,00
L
12
80,00
L
18.
IAD
12
80,00
L
13
86,67
L
19.
IAP
11
73,33
TL
12
80,00
L
20.
KW
13
86,67
L
12
80,00
L
21.
MNF
12
80,00
L
9
60,00
TL
22.
M
12
80,00
L
12
80,00
L
23.
NS
12
80,00
L
12
80,00
L
24.
PAM
8
53,33
TL
12
80,00
L
25.
RIW
14
93,33
L
14
93,33
L
26.
RKA
13
86,67
L
12
80,00
L
27.
RL
12
80,00
L
12
80,00
L
28.
RND
12
80,00
L
12
80,00
L
No.
Nilai
Ket
TL
Jumlah Jawaban Benar 12
80,00
L
Nilai
Ket
60,00
80
Siklus I Nama Siswa
Siklus II
29.
SN
Jumlah Jawaban Benar 12
30.
SS
12
80,00
L
12
80,00
L
31.
SN
12
80,00
L
13
86,67
L
32.
SU
12
80,00
L
8
53,33
TL
33.
SP
10
66,67
TL
13
86.67
L
34.
VLO
12
80,00
L
12
80,00
L
35.
VDNP
12
80,00
L
12
80,00
L
36.
WGR
9
60,00
TL
12
80,00
L
Rata-rata
11,92
79,44
12,14
80,93
No.
Nilai
Ket
L
Jumlah Jawaban Benar 12
80,00
L
Nilai
Ket
80,00
Keterangan: TL
: Tidak Lulus
L
: Lulus Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa pada siklus I dan siklus II nilai
terendah sebesar 8 dengan nilai 53,33 sedangkan nilai tertinggi sebesar 14 dengan nilai 93,33. Terjadi peningkatan pada rata-rata nilai siswa dari 79,44 pada siklus I menjadi 80,93 pada siklus II. Berdasarkan data pada Tabel 17, dapat diketahui pula sebanyak 31 siswa lulus tes sedangkan 5 siswa tidak lulus tes pada siklus I. Sedangkan pada siklus II, sebanyak 33 siswa lulus tes dan 3 siswa tidak lulus tes. Terjadi peningkatan presentase jumlah siswa yang lulus tes dari siklus I sebesar 86,11% menjadi 91,67% pada siklus II. Baik pada siklus I maupun siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan tes yaitu sebanyak 75% siswa mencapai nilai KKM.
81
C. Pembahasan Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan pada Hasil Penelitian menunjukkan adanya peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada proses pembelajaran Komposisi Foto Digital menggunakan model pembelajaran direct instruction atau pembelajaran langsung pada kelas XI MM2 di SMK Negeri 1 Klaten. Peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus II. Hasil observasi pada tahap pra tindakan menunjukkan bahwa rendahnya skill pengoperasian kamera DSLR siswa disebabkan karena keterbatasan alat selama praktik yang mengakibatkan alokasi waktu yang kurang efektif sehingga tidak sedikit siswa yang tidak sempat melaksanakan praktik pada hari itu. Akibatnya banyak siswa yang belum memahami cara pengoperasian kamera DSLR secara benar. Keterbatasan jumlah alat juga mengakibatkan guru sulit untuk menyampaikan materi tentang bagaimana mengoperasikan kamera DSLR sehingga guru menyampaikan materi hanya dengan metode ceramah dan siswa tidak bisa mengaplikasikan langsung apa yang diterangkan oleh guru. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka diperlukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini yaitu model pembelajaran direct instruction dimana deskripsi pelaksanaannya sebagai berikut. 1. Siklus I a. Pertemuan 1 Berdasarkan data hasil pengamatan pada pertemuan pertama siklus I, skill pengoperasian kamera DSLR siswa paling tinggi berada pada aspek pemilihan lensa yaitu sebesar 2240 dengan rata-rata 62,22. Pada pertemuan pertama
82
siswa yang belum mendapat giliran dalam kelompoknya untuk berlatih menggunakan kamera DSLR, memanfaatkan waktu dengan mempelajari lensa kamera yang disediakan sesuai dengan kegunaan masing-masing lensa sehingga pada pertemuan pertama skill siswa banyak yang terfokus pada pemilihan lensa. Ketika mengerjakan tugas yang diberikan, banyak siswa yang masih belum terbiasa mengoperasikan kamera DSLR sehingga waktu pengerjaan tugas kurang mencukupi. Dalam proses praktikum dengan pendampingan guru, beberapa siswa belum mendapatkan umpan balik dari hasil foto yang diambil. Hal ini dikarenakan guru yang belum terbiasa untuk menggunakan model pembelajaran direct instruction, sehingga beberapa siswa belum mendapatkan perhatian. Ketika sesi latihan bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing, terdapat kelompok yang kurang bisa bekerja sama. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa dalam kelompok tersebut ingin mendapatkan waktu yang lebih lama untuk berlatih menggunakan kamera DSLR sehingga anggota kelompok yang lain mendapat waktu yang lebih sedikit untuk berlatih. Namun dalam prosesnya, masing-masing anggota kelompok dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Pada pertemuan pertama banyak siswa yang sudah paham dengan konsep teknik dasar pengoperasian kamera DSLR namun dalam pelaksanaan praktik yang sebenarnya menggunakan kamera DSLR siswa masih terlihat kebingungan. Terlebih siswa cenderung malu untuk bertanya pada trainer. Ketika menemukan kesulitan dengan pengaturan tombol pada kamera DSLR, siswa lebih memilih untuk mencoba-coba tombol yang ada (trial and error) daripada
83
bertanya pada trainer. Hal ini disebabkan karena guru (trainer) yang kurang komunikatif dan responsif pada siswa sehingga siswa enggan untuk bertanya ketika mengalami kesulitan. Skill pengoperasian kamera DSLR siswa yang diamati pada pertemuan pertama meliputi aspek aperture, shutter speed, ISO, focal length, pemilihan lensa, dan komposisi foto. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya berada pada aspek pemilihan lensa dengan rata-rata 62,22, sedangkan menyusul dibawahnya aspek shutter speed dengan rata-rata 57,22, kemudian disusul aspek focal length dengan rata-rata 55,56, disusul oleh aspek aperture dengan rata-rata 50,56, kemudian aspek ISO dengan rata-rata 46,67, dan yang paling rendah yaitu aspek komposisi foto dengan rata-rata 46,11. Secara keseluruhan rata-rata skill pengoperasian kamera DSLR siswa sangat rendah jika dibandingkan dengan nilai maksimal yaitu sebesar 100. Pada pertemuan pertama, siswa belum bisa menyesuaikan posisi objek yang akan diambil gambarnya dengan kaidah komposisi foto yang benar. Pada awal pertemuan siswa masih terfokus pada menyesuaikan exposure (kombinasi aperture, shutter speed, dan ISO) untuk menghasilkan foto yang diinginkan sehingga aspek komposisi foto belum terlatih. Pada aspek aperture, shutter speed, dan ISO beberapa siswa masih keliru dalam mengaplikasikannya. Terdapat siswa yang masih terbalik mengartikan fungsi aperture sebagai fungsi ISO maupun sebaliknya fungsi ISO sebagai fungsi aperture. Namun beberapa siswa lainnya sudah mampu untuk memahami fungsi masing-masing aspek dasar pengoperasian kamera DSLR. Berdasarkan hasil pengamatan tercatat 3 orang siswa mampu menjawab secara benar pertanyaan dari guru pada akhir
84
pertemuan sedangkan 1 orang siswa masih kurang tepat dalam memberikan jawaban. b. Pertemuan 2 Materi pembelajaran pada siklus I pertemuan kedua sama dengan pada pertemuan pertama yaitu prosedur dasar pengoperasian kamera DSLR. Hal ini bertujuan untuk membiasakan siswa untuk mengoperasikan kamera DSLR dan memperkuat pemahaman siswa mengenai fungsi-fungsi aspek pengaturan kamera DSLR melalui tombol-tombol dan menu yang ada pada kamera. Masingmasing kelompok menggunakan kamera yang sama seperti yang digunakan pada pertemuan pertama, agar siswa benar-benar paham dengan pengaturan pada kamera DSLR yang digunakan. Berdasarkan data hasil pengamatan pada pertemuan kedua siklus I, skill pengoperasian kamera DSLR siswa paling tinggi berada pada aspek komposisi foto yaitu sebesar 2500 dengan rata-rata 69,44. Rata-rata aspek komposisi foto pada pertemuan kedua ini meningkat dari pertemuan pertama, dimana pada pertemuan pertama aspek komposisi foto menempati rata-rata paling rendah dibandingkan aspek yang lain. Pada pertemuan kedua ini, siswa diberikan pemahaman materi lebih tentang pengaplikasian komposisi foto yang tepat. Mengingat pada pertemuan pertama banyak siswa yang belum bisa mengatur objek pada posisi yang pas untuk menghasilkan komposisi foto yang benar, sehingga pertemuan kedua terfokus pada pengaturan komposisi foto. Terdapat beberapa komposisi foto yang diajarkan pada siswa, namun banyak dari siswa yang lebih memahami dan banyak menggunakannya selama praktikum yaitu rule of third.
85
Ketika mengerjakan tugas yang diberikan, siswa mulai terbiasa dengan pengaturan pada kamera DSLR meskipun ada beberapa siswa yang masih terlihat kebingungan saat mengoperasikan kamera DSLR. Pada pertemuan kedua guru mulai terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran direct instruction dengan bersikap lebih memperhatikan masing-masing siswa dan aktif memeriksa hasil pekerjaan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan tercatat 7 siswa aktif bertanya kepada guru (trainer) sedangkan sisanya hanya saling berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Skill pengoperasian kamera DSLR siswa yang diamati pada pertemuan kedua sama seperti pada pertemuan pertama yaitu aspek aperture, shutter speed, ISO, focal length, pemilihan lensa, dan komposisi foto. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya berapa pada aspek komposisi foto dengan rata-rata 69,44 sedangkan menyusul dibawahnya aspek pemilihan lensa dengan rata-rata 68,33, kemudian disusul aspek focal length dengan rata-rata 58,89, disusul oleh aspek shutter speed dengan rata-rata 58,33, kemudian disusul aspek ISO dengan ratarata 57,22, dan yang paling rendah yaitu aspek aperture dengan rata-rata 53,89. Secara keseluruhan, aspek skill pengoperasian kamera DSLR siswa mengalami peningkatan rata-rata jika dibandingkan dengan pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua, banyak siswa yang mencoba untuk mengambil gambar dengan mengaplikasikan Depth of Field (DOF) atau ruang yang tajam, dimana DOF sendiri berhubungan erat dengan pengaturan nilai aperture. Beberapa siswa gagal dalam mengaplikasikan pengaturan nilai aperture yang tepat akibatnya foto yang diambil memiliki exposure yang kurang tepat. Siswa cenderung terbalik dalam mengatur nilai aperture karena pengaturan aperture
86
sendiri berbeda dengan prinsip shutter speed maupun ISO, dimana pada aperture semakin kecil angkanya maka bukaan lensa akan semakin besar begitu juga sebaliknya. Pada pertemuan kedua dilakukan uji pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari melalui tes kognitif berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 15 butir soal. Soal pilihan ganda tersebut sebelumnya sudah di uji cobakan di kelas XI MM 1 untuk menguji validitas masing-masing butir soal. Dari 25 soal yang diujikan terdapat 16 butir soal yang valid sedangkan 4 butir soal gugur. Berdasarkan hasil tes kognitif siswa pada siklus I diketahui bahwa nilai tertinggi sebesar 14 dengan nilai 93,33 sedangkan nilai terendah sebesar 8 dengan nilai 53,33. Sebanyak 31 siswa lulus tes dan 5 siswa tidak lulus tes. Presentase siswa yang lulus tes sebesar 86,11% dimana sudah mencapai kriteria keberhasilan tes yaitu sebanyak 75% siswa mencapai nilai KKM. Banyak siswa yang mencapai nilai KKM dikarenakan banyak siswa yang sudah mulai memahami konsep prosedur pengoperasian kamera DSLR, akan tetapi untuk praktik secara langsung menggunakan kamera DSLR beberapa siswa masih belum benarbenar terbiasa. 2. Siklus II a. Pertemuan 1 Pada siklus II, materi yang diajarkan yaitu prosedur pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring. Sama seperti pada siklus I, anggota serta kamera DSLR yang digunakan dalam satu kelompok tidak berubah. Berdasarkan data hasil pengamatan pada pertemuan pertama siklus II, skill pengoperasian kamera DSLR siswa paling tinggi berada pada aspek komposisi foto yaitu sebesar 2860 dengan rata-rata 79,44. Pada pertemuan
87
pertama siklus II ini aspek komposisi foto masih menjadi aspek yang menempati rata-rata tertinggi dari pertemuan kedua siklus I. Siswa mulai terbiasa untuk menempatkan objek pada kaidah komposisi yang tepat. Tugas yang diberikan pada pertemuan kedua yaitu pengambilan gambar dengan menggunakan teknik blurring. Teknik blurring diaplikasikan pada fotografi fotografi produk (product photography). Jenis fotografi produk merupakan fotografi yang fokus dalam menonjolkan produk yang difoto dengan beberapa cara diantaranya membuat background foto menjadi blur serta dengan pengaturan posisi produk (komposisi foto). Dalam pendampingan praktikum, guru bersikap semakin aktif dan responsif sehingga siswa tidak malu-malu lagi untuk benyak bertanya kepada guru ketika ada yang belum dipahami. Berdasarkan hasil pengamatan tercatat 17 siswa aktif bertanya kepada guru ketika sesi praktikum dengan pendampingan guru dilaksanakan, sedangkan sisanya saling berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Skill pengoperasian kamera DSLR siswa yang diamati pada pertemuan pertama siklus II sama seperti pada siklus I yaitu aspek aperture, shutter speed, ISO, focal length, pemilihan lensa, dan komposisi foto. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya berada pada aspek komposisi foto dengan rata-rata 79,44 sedangkan menyusul dibawahnya aspek focal length dengan rata-rata 78,33, kemudian disusul aspek pemilihan lensa dengan rata-rata 75,00, disusul oleh aspek ISO dengan rata-rata 71,11, kemudian disusul oleh aspek shutter speed dengan rata-rata 69,44, dan yang paling rendah yaitu aspek aperture dengan rata-rata 68,33. Secara keseluruhan, aspek skill pengoperasian kamera DSLR
88
siswa mengalami peningkatan rata-rata jika dibandingkan dengan pertemuan kedua pada siklus I. Pada pertemuan pertama siklus II ini siswa dilatih untuk menghasilkan gambar dengan teknik blurring yang sangat berkaitan erat dengan pengaturan aperture atau bukaan lensa serta pengaturan focal length. Beberapa siswa masih kesulitan dengan pengaturan nilai aperture untuk teknik blurring dimana seharusnya untuk menghasilkan foto dengan background blur nilai aperture diatur pada angka yang paling kecil yang artinya bukaan lensa paling lebar. Akan tetapi beberapa siswa manaikkan nilai aperture dari yang seharusnya karena ketika bukaan lensa berada pada posisi paling lebar cahaya yang masuk ke sensor kamera akan semakin banyak sehingga foto menjadi over exposure. Untuk mengatasi over exposure tersebut siswa malah menaikkan angka aperture daripada mengatur aspek yang lain seperti nilai shutter speed dan ISO. b. Pertemuan 2 Materi pembelajaran pada siklus II pertemuan kedua sama dengan pada pertemuan pertama yaitu prosedur pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan gambar dengan teknik blurring. Hal ini bertujuan untuk memantapkan skill siswa dalam melakukan pengaturan kamera DSLR untuk menghasilkan foto blurring yang tepat. Berdasarkan data hasil pengamatan pada pertemuan kedua siklus II, skill pengoperasian kamera DSLR siswa paling tinggi berada pada aspek komposisi foto yaitu sebesar 3260 dengan rata-rata 90,56. Aspek komposisi foto masih menjadi aspek dengan rata-rata tertinggi dari pertemuan pertama siklus II. Tugas yang diberikan pada pertemuan kedua sama dengan pertemuan pertama yaitu fotografi produk sehingga siswa terfokus pada komposisi foto,
89
pengaturan aperture serta focal length. Pada pertemuan kedua siklus II, skill pengoperasian kamera DSLR siswa jauh meningkat dibandingkan pada siklus I. Siswa mulai terbiasa mengatur setting pada kamera serta mulai hafal fungsi masing-masing tombol yang ada pada kamera DSLR. Pengerjaan tugas menjadi lebih cepat dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya karena siswa mulai terbiasa menggunakan kamera DSLR. Guru juga sudah terbiasa menerapkan model pembelajaran direct instruction selama kegiatan belajar mengajar. Selama sesi praktikum dengan pendampingan guru, tercatat 21 siswa aktif bertanya kepada guru, sedangkan sisanya saling berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Skill pengoperasian kamera DSLR siswa yang diamati pada pertemuan kedua siklus II sama seperti pada pertemuan pertama yaitu aspek aperture, shutter speed, ISO, focal length, pemilihan lensa, dan komposisi foto. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya berada pada aspek komposisi foto dengan rata-rata 90,56 sedangkan menyusul dibawahnya aspek focal length dengan rata-rata 86,11, kemudian disusul aspek ISO dengan rata-rata 81,11, disusul oleh aspek aperture dengan rata-rata 79,44, kemudian disusul oleh aspek pemilihan lensa dengan rata-rata 76,67, dan yang paling rendah yaitu aspek shutter speed dengan rata-rata 72,22. Secara keseluruhan, aspek skill pengoperasian kamera DSLR siswa mengalami peningkatan rata-rata jika dibandingkan dengan pertemuan pertama pada siklus II. Pada pertemuan kedua dilakukan uji pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari melalui tes kognitif berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 15 butir soal. Soal pilihan ganda tersebut sebelumnya sudah di uji cobakan di
90
kelas XI MM 1 untuk menguji validitas masing-masing butir soal. Dari 25 soal yang diujikan terdapat 15 butir soal yang valid sedangkan 5 butir soal gugur. Berdasarkan hasil tes kognitif siswa pada siklus I diketahui bahwa nilai tertinggi sebesar 14 dengan nilai 93,33 sedangkan nilai terendah sebesar 8 dengan nilai 53,33. Sebanyak 33 siswa lulus tes dan 3 siswa tidak lulus tes. Presentase siswa yang lulus tes sebesar 91,67% dimana sudah mencapai kriteria keberhasilan tes yaitu sebanyak 75% siswa mencapai nilai KKM. Berdasarkan data hasil pengamatan skill pengoperasian kamera DSLR masing-masing siswa pada siklus II, jumlah nilai rata-rata semua aspek mengalami peningkatan dari rata-rata 73,61 pada pertemuan pertama menjadi 81,02 pada pertemuan kedua. Selain peningkatan jumlah rata-rata semua aspek tiap siklus, setiap aspek yang diamati juga mengalami peningkatan. Berdasarkan pembahasan di atas, setiap aspek mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Rata-Rata Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa pada Masing-Masing Aspek yang Diamati No.
Aspek yang Diamati
Siklus I
Siklus II
P1
P2
P1
P2
1.
Aperture
50,56
53,89
68,33
79,44
2.
Shutter speed
57,22
58,33
69,44
72,22
3.
ISO
46,67
57,22
71,11
81,11
4.
Focal length
55,56
58,89
78,33
86,11
5.
Pemilihan lensa
62,22
68,33
75,00
76,67
6.
Komposisi foto
46,11
69,44
79,44
90,56
Rata-rata
53,06
61,02
73,61
81,02
Keterangan: P1
: Pertemuan 1
P2
: Pertemuan 2
91
Berdasarkan hasil penelitian, skill pengoperasian kamera DSLR siswa secara umum mengalami peningkatan. Rata-rata nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada siklus I pertemuan pertama sebesar 53,06 meningkat menjadi 61,02 pada pertemuan kedua, sedangkan pada siklus II pertemuan pertama sebesar 73,61 meningkat menjadi 81,02 pada pertemuan kedua. Pencapaian skill pengoperasian kamera DSLR siswa dengan jumlah rata-rata lebih dari 80 masuk dalam kategori sangat tinggi menandakan bahwa penelitian tindakan kelas telah berhasil. Peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa secara umum dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada diagram pada Gambar 11 dan Gambar 12. RATA-RATA NILAI SKILL PENGOPERASIAN KAMERA DSLR SISW A SIKLUS I DAN SIKLUS II PADA MASING -MASING ASPEK YANG DIAMATI
APERTURE
SHUTTER SPEED
FOCAL LENGTH
69,44 79,44 90,56 46,11
55,56 58,89
46,67 57,22 ISO
Siklus II Pertemuan 2
62,22 68,33 75 76,67
78,33 86,11
Siklus II Pertemuan 1
71,11 81,11
Siklus I Pertemuan 2
57,22 58,33 69,44 72,22
50,56 53,89
68,33 79,44
Siklus I Pertemuan 1
PEMILIHAN LENSA
KOMPOSISI
Gambar 11. Diagram Rata-Rata Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus I dan Siklus II pada Masing-Masing Aspek yang Diamati
92
Rata-Rata Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus I dan Siklus II 90
81,02
80
73,61
70 60
61,02 53,06
50 40 30 20 10 0
Siklus I
Siklus II Pertemuan 1
Pertemuan 2
Gambar 12. Diagram Rata-Rata Nilai Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus I dan Siklus II Dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction pada pembelajaran Komposisi Foto Digital antara siklus I (pertemuan pertama dan kedua) dan siklus II (pertemuan pertama dan kedua) diketahui bahwa rata-rata nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada siklus II lebih tinggi dibandingkan dengan siklus I. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain yaitu perbedaan tingkat materi yang diajarkan pada tiap siklus. Seperti yang dikemukakan oleh Arends bahwa model pengajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Pada siklus I pertemuan pertama, rata-rata nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa hanya mencapai 53,06 dan pada pertemuan kedua hanya mencapai 61,02. Hal ini dikarenakan materi yang disampaikan memang belum 93
semua disampaikan oleh guru karena penyampaian materi dilakukan secara bertahap. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama, rata-rata nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa mencapai 73,61 dan pada pertemuan kedua telah mencapai 81,02 atau dalam kategori sangat tinggi. Hal ini dikarenakan pada siklus II materi telah disampaikan semuanya oleh guru. Skill pengoperasian kamera DSLR siswa pada proses pembelajaran menggunakan model direct instruction membantu siswa dalam mempelajari keterampilan secara bertahap selangkah demi selangkah. Model pembelajaran direct instruction berpusat pada guru akan tetapi guru harus menjamin adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Yang dimaksud berpusat pada guru dalam proses pembelajaran dengan model direct instruction lebih kepada adanya arahan, bimbingan, serta kontrol dari guru secara langsung sehingga siswa dapat mengerti bagian mana yang sudah dilakukan dengan benar dan bagian mana yang masih salah. Penguasaan skill menjadi hal yang sangat penting terutama dalam pembelajaran di pendidikan kejuruan, dimana skill ini nantinya akan menjadi bekal siswa dalam memasuki dunia kerja. Dalam proses pembelajaran keterampilan dengan model direct instruction, pelatihan skill siswa mendapatkan arahan langsung dari guru melalui demonstrasi dan pelatihan terbimbing untuk mencegah siswa belajar melalui trial and error. Dari pemaparan pelaksanaan siklus I pertemuan pertama, beberapa siswa masih melakukan trial and error ketika mengalami kesulitan dalam mengoperasikan kamera DSLR. Hal ini dikarenakan pada awal pertemuan, guru belum terbiasa menggunakan model pembelajaran direct instruction sehingga beberapa siswa belum mendapatkan perhatian. Faktor lainnya yaitu siswa yang masih kurang percaya diri atau malu
94
untuk bertanya pada guru. Namun setelah melakukan evaluasi, pada pertemuanpertemuan selanjutnya guru mulai aktif dan responsif sehingga siswa mulai terbangun kepercayaan dirinya untuk berani bertanya maupun menanggapi. Berdasarkan pada hasil penelitian mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, dapat dilihat peningkatan rata-rata pada setiap aspek skill pengoperasian kamera DSLR yang diamati. Peningkatan ini dapat terjadi karena dalam pelaksanaan model pembelajaran direct instruction, kegiatan belajar mengajar siswa diberikan kesempatan untuk melakukan latihan lanjutan secara mandiri. Dalam pelatihan mandiri ini guru tidak ambil bagian untuk memberikan pengarahan melainkan bertindak sebagai pengamat dan menunda respon balik untuk kemudian memberikannya di akhir rangkaian praktik. Berdasarkan hasil pengamatan, selama pelatihan secara mandiri siswa terlihat saling berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Hal ini memungkinkan pemahaman siswa lebih bertambah karena yang mengajarkannya adalah teman sebayanya. Karena apabila mengalami kesulitan, ia tidak perlu sungkan untuk bertanya dan berbagi pengetahuan dengan temannya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan keterampilan atau skill pengoperasian kamera DSLR siswa kelas XI MM 2 SMK Negeri 1 Klaten pada mata pelajaran Komposisi Foto Digital. Jumlah nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa memenuhi kriteria keberhasilan penelitian dengan kriteria sangat tinggi atau melebihi nilai rata-rata 80. Selain peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa, aspek kognitif atau pemahaman akan materi yang telah dipelajari juga dapat terpenuhi, yaitu 75% dari seluruh siswa.
95
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR siswa kelas XI MM 2 SMK Negeri 1 Klaten dalam proses pembelajaran Komposisi Foto Digital. Skill tersebut diwujudkan dalam beberapa aspek yang diamati saat penelitian yaitu aspek aperture, shutter speed, ISO, focal length, pemilihan lensa kamera, dan komposisi foto. Pada siklus I, rata-rata nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa meningkat dari 53,06 pada pertemuan pertama menjadi 61,02 pada pertemuan kedua. Pada siklus II, rata-rata nilai skill pengoperasian kamera DSLR siswa meningkat dari 73,61 pada pertemuan pertama menjadi 81,02 pada pertemuan kedua. Sedangkan persentase jumlah siswa yang mencapai nilai KKM pada tes kognitif mengalami peningkatan dari 86,11% pada siklus I menjadi 91,67% pada siklus II. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, berikut disampaikan beberapa saran dalam upaya peningkatan skill pengoperasian kamera DSLR siswa: 1. Pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran direct instruction, guru hendaknya dapat memberikan umpan balik pada masing-masing siswa. Terutama pada siswa yang lambat dalam menguasai keterampilan yang diajarkan sehingga kegiatan pembelajaran
96
dapat berlangsung dengan efektif, efisien, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. 2. Pada saat kegiatan praktikum dengan bimbingan dari guru, guru hendaknya lebih aktif dan responsif berinteraksi dengan siswa sehingga siswa terbangun kepercayaan dirinya untuk tidak malu bertanya pada guru ketika ada yang belum dipahami. 3. Penelitian lebih lanjut dapat membandingkan penerapan model pembelajaran direct
instruction
dengan
model
pembelajaran
lainnya
pada
proses
pembelajaran Komposisi Foto Digital untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan skill pengoperasian kamera DSLR siswa.
97
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Y. (2012). Photography from My Eyes. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Arends, R.I. (2015). Learning to Teach Tenth Edition. United States of America: McGraw-Hill Education. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Burhanuddin. (2014). Fotografi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Damarjati, T. (2016). Konsep Pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan. Diakses dari http:// psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konseppembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan. Pada tanggal 28 Januari 2017, Jam 09.46 WIB. Eggen, P & Kauchak, D. (2012). Strategies and Models for Teacher. United States of America: Pearson. Hadiiswa. (2008). Fotografi Digital. Jakarta: Mediakita. Hamalik, O. (2010). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hanafi, I. (2012). Re-Orientasi Keterampilan Kerja Lulusan Pendidikan Kejuruan. Jurnal Pendidikan Vokasi (Vol 2, Nomor 1). Hlm. 107-116. Huda, M. (2015). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Kemdikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Diakses dari http:// sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Kur/Permen%20Nomor%2060 %20th%202014%20ttg%20Kurikulum%20SMK.pdf. Pada tanggal 28 Januari 2017, Jam 11.07 WIB. Kemenkeu. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses dari http:// www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2003/20TAHUN2003UU.htm. Pada tanggal 28 Januari 2017, Jam 10.47 WIB. Kurniawan, W.D. & Budijono, A.P. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mekatronika Berbasis Komputer Pokok Bahasan Programmable Logic Controller Berorientasi pada Pembelajaran Langsung. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Volume 21 Nomor 3). Hlm. 191-202. Lestari, R.D. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Media Job Sheet untuk Meningkatkan Kompetensi Pembuatan Saku Passepoile di SMK N 6 Purworejo. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. 98
Muijs, D. & Reynolds, D. (2008). Effective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyanta, E.S. (2008). Teknik Modern Fotografi Digital. Yogyakarta: ANDI. Nugrahajati, P & Targo, E. (2011). Buku Pintar Fotografi dengan Kamera DSLR. Yogyakarta: Indonesia Tera. Pangestu, R.A. (2015). Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Kolombo Sleman Yogyakarta. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Pigarti, N.E. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Media Kliping dalam Peningkatan Kompetensi Mencipta Desain Busana Pesta Siswa Kelas XI Busana Butik SMK Negeri 2 Blora. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Rahmawati, Y.A. (2014). Peningkatan Kompetensi Membuat Tutup Gallon pada Mata Pelajaran Keterampilan Tata Busana dengan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Jobsheet di MAN Yogyakarta III. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta. Ristekdikti. (2016). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Diaskses dari http:// kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/PP17-2010Lengkap.pdf. Pada tanggal 28 Januari 2017, Jam 10.58 WIB. Sudijono, A. (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudira, P. (2016). TVET Abad XXI. Yogyakarta: UNY Press. Sugihartono, Fathiyah, K.N., Harahap, F., Setiawati, F.A. dan Nurhayati, S.R. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tim Tugas Akhir Skripsi FT UNY. (2013). Pedoman Penyusunan Tugas Akhir Skripsi. Yogyakarta: FT UNY. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Wagiran. (2007). Inovasi Pembelajaran dalam Penyiapan Tenaga Kerja Masa Depan. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Vol 16, Nomor 1). Hlm. 41-55. Warren, B. (2013). Digital Photography. Canada: Nelson Education. Wibowo, N. (2016). Upaya Memperkecil Kesenjangan Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Tuntutan Dunia Industri. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (Vol 23, Nomor 1). Hlm. 45-50.
99
LAMPIRAN
100
Lampiran 1. Lembar Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Lampiran 2. Soal Tes Kognitif Lampiran 3. Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif Lampiran 4. Analisis Butir Soal Tes Kognitif Lampiran 5. Validasi Instrumen Lampiran 6. Silabus Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital Lampiran 7. RPP Lampiran 8. Materi Lampiran 9. Hasil Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Lampiran 10.Catatan Lapangan Lampiran 11.Dokumentasi Hasil Foto Siswa Lampiran 12.Surat Ijin Penelitian
101
Lampiran 1. Lembar Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Lembar Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Nama Siswa
Aspek Shutter Focal Lensa Komposisi Aperture ISO Speed Length Kamera Foto
AFE AVP AFP AS AAP AKK DZR DM DAP FBP FD FL GDS HN HAM IKC II IAD IAP KW MNF M NS PAM RIW RKA RL RND SN SS SN SU SP VLO VDNP WGR
102
Total Nilai
Lampiran 2. Soal Tes Kognitif Soal Tes Kognitif Siklus I
Petunjuk: a. Sifat tes close book, hanya alat tulis dan kertas tes yang ada di atas meja. b. Pilihlah jawaban yang tepat dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e. c. Selamat mengerjakan. 1.
2.
DSLR merupakan singkatan dari... a. Digital Single Lens Reflex b. Digital Single Lines Reflex c. Digital Single Large Reflex d. Digital Shoot Lans Reflex e. Digital Shoot Lens Reflex
4.
Berdasarkan gambar diatas, penggunaan ISO yang benar adalah... a. 600-1000 b. 1000-1600 c. 1600-3200 d. 3200-6400 e. 6400-12800
Berikut ini akibat dari semakin rendahnya shutter speed yang kita gunakan, kecuali... a. Terjadi efek bokeh b. Foto shaking c. Foto blur d. Over exposure e. Foto tajam 5.
3.
Semakin tinggi ISO yang kita gunakan akan mengakibatkan... a. Kamera yang kita gunakan membutuhkan lampu blitz b. Foto yang dihasilkan under exposure c. Foto yang dihasilkan menjadi tidak tajam d. Kepekaan kamera terhadap cahaya semakin besar e. Kepekaan kamera terhadap cahaya kurang
103
Semakin besar angka shutter speed semakin cepat waktu jendela shutter membuka dan menutup yang akan menimbulkan efek foto... a. Slow action b. Zoom in c. Freeze d. Zoom out e. Panning
6.
a. b. c. d. e.
10. Ketika kita memotret pada malam hari hasil foto cenderung kasar (noise) dan pecah-pecah. Kita dapat mengatasinya dengan cara... a. Setting ISO secara manual, pilih ISO yang rendah b. Setting ISO secara manual, pilih ISO yang tinggi c. Gunakan Auto ISO d. Setting aperture secara manual, pilih nilai Fstop yang rendah e. Gunakan Auto aperture
Berdasarkan gambar kamera tipe Canon EOS 70D di atas, bagian kamera yang ditunjuk berfungsi untuk... a. Melepaskan lensa b. Membidik gambar c. Membuka flash d. Mengatur diafragma e. Mengatur ISO 7.
8.
9.
11.
Pengaturan diafragma berikut untuk menghasilkan DOF (Depth of Field) paling luas yaitu... a. F16 b. F11 c. F8 d. F4 e. F3.5
Lensa pada gambar di atas merupakan lensa... a. Zoom b. Tele c. Fix d. Fish eye e. Makro
Berikut merupakan komponen kamera digital yang digunakan untuk menambah intensitas cahaya saat memotret di tempat gelap yaitu... a. Lensa b. Lens hood c. Flash d. LCD panel e. Shutter Cahaya masuk kamera melalui...
ke
Lensa Blitz Viewfinder LCD panel Diafragma
12. Untuk menghasilkan foto dengan objek panorama (landscape), lensa yang sebaiknya digunakan yaitu lensa... a. Zoom b. Wide
dalam
104
c. Fix d. Fish eye e. Makro 13. Untuk menangkap foto dalam kegiatan olahraga jenis lensa yang sebaiknya digunakan yaitu... a. Wide b. Zoom c. Fix d. Fish eye e. Tele 14. Berikut ini merupakan mode metering pada kamera DSLR, kecuali... a. Matrix metering b. Evaluative metering c. Spot metering d. Incident metering e. Radial metering 15. Penggunaan nilai ISO yang tinggi akan mengakibatkan... a. Gambar tajam b. Gambar kurang cahaya c. Gambar shaking d. Gambar noise e. Gambar under exposure
105
Soal Tes Kognitif Siklus II
Petunjuk: a. Sifat tes close book, hanya alat tulis dan kertas tes yang ada di atas meja. b. Pilihlah jawaban yang tepat dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e. c. Selamat mengerjakan. 1.
Teknik fotografi blurring sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut, kecuali... a. Setting aperture b. Setting flash c. Setting shutter speed d. Setting ISO e. Pemilihan lensa
4.
Berikut ini merupakan jumlah ISO standar pada kamera, kecuali... a. 25 b. 100 c. 200 d. 400 e. 640
2.
Shutter speed berfungsi untuk... a. Mengatur seberapa banyak cahaya yang masuk mengenai sensor b. Mengatur kepekaan sensor terhadap cahaya c. Mengatur seberapa lama cahaya masuk mengenai sensor d. Mengukur kekuatan cahaya di sekitar objek e. Mengatur sensor untuk menangkap cahaya
5.
Pengaturan aperture menghasilkan DOF yaitu... a. F2.8 b. F4 c. F8 d. F11 e. F16
3.
untuk sempit
6. Pengaturan shutter speed berikut ini yang sesuai untuk menghasilkan teknik blurring yaitu... a. 1s b. 1/125 c. 1/200 d. 1/250 e. 1/320
Untuk menghasilkan tenik blurring pada foto, pengaturan bukaan lensa yang benar yaitu... a. Gunakan bukaan lensa F8 b. Gunakan bukaan lensa F16 c. Gunakan bukaan lensa F32 d. Gunakan bukaan lensa yang paling besar e. Gunakan bukaan lensa yang paling kecil
7.
106
Pengaturan shutter speed yang terlalu rendah akan mengakibatkan... a. Foto kurang cahaya b. Foto freeze c. Foto noise d. Foto over exposure e. Foto under exposure
8.
12. Dalam pengambilan gambar agar kamera tidak goyang digunakan alat bantu yang dinamakan... a. Blitz b. Tripod c. Spot light d. Drive e. Filter
Berdasarkan gambar di atas, nilai aperture yang benar secara urut yaitu... a. F4, F3, F2, F1 b. F2, F8, F4, F16 c. F16, F4, F8, F2 d. F16, F8, F4, F2 e. F2, F4, F8, F16 9.
13. Lensa yang tidak dapat di zoom in atau zoom out, tetapi memiliki diafragma besar seperti F1.2, F1.4, dan F1.8 merupakan lensa... a. Tele b. Wide c. Makro d. Kit e. Zoom
Ketika memotret dalam kondisi yang kurang cahaya, menaikkan nilai ISO akan menimbulkan noise. Solusi yang dapat dilakukan yaitu... a. Menggunakan bukaan kecil b. Menaikkan nilai shutter speed c. Menurunkan nilai shutter speed d. Mengatur metering e. Menggunakan filter
14.
10. Salah satu alternatif untuk memotret dengan teknik blurring yaitu dengan mengatur kamera menggunakan mode... a. AV b. TV c. Drive d. ISO e. Backlight
Gambar tersebut menggunakan nilai aperture sebesar... a. F32 b. F16 c. F8 d. F4 e. F2.8
11. Tombol yang digunakan untuk mengatur bukaan diafragma yaitu... a. Tombol Backlight b. Tombol ISO c. Tombol Drive d. Tombol TV e. Tombol AV 107
15.
Gambar di atas menggunakan shutter speed sebesar... a. 1/1600 b. 1/640 c. 1/400 d. 1/125 e. 1/30
108
Lampiran 3. Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif Kunci Jawaban Soal Tes Kognitif
Siklus I:
Siklus II:
1.
A
1.
B
2.
E
2.
C
3.
D
3.
D
4.
C
4.
A
5.
C
5.
A
6.
A
6.
A
7.
A
7.
D
8.
C
8.
E
9.
E
9.
C
10. A
10. A
11. C
11. E
12. B
12. B
13. E
13. C
14. E
14. E
15. D
15. E
109
Lampiran 4. Analisis Butir Soal Tes Kognitif Analisis Butir Soal Tes Kognitif Siklus I
110
111
112
113
114
115
116
117
118
Analisis Butir Soal Tes Kognitif Siklus II
119
120
121
122
123
124
125
126
127
Lampiran 5. Validasi Instrumen
128
129
130
Lampiran 6. Silabus Mata Pelajaran Komposisi Foto Digital SILABUS MATA PELAJARAN KOMPOSISI FOTO DIGITAL SMK-MAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK Kelas
: XI
Kompetensi Inti KI 1
: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2
: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. : Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban,terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. : Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
KI 3
KI 4
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
1.1 Memahami nilainilai keimanan dengan menyadari
131
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya Mendeskripsikan kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik bunyi gelombang, gas, fenomena optik, gelombang, listrik, dan magnet 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap
132
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
dalam melakukan percobaan dan berdiskusi 2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas seharihari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan 3.5 Memahami prosedur pengoperasian kamera digital. 4.5 Menyajikan hasil analisis pengamatan terhadap tomboltombol dan pengaturan kamera digital
Pengoperasian kamera digital
Pengoperasi an kamera saku Pengoperasi an kamera DSLR
Mengamati
Tugas
Mengamati proses pengoperasian kamera digital
Menyelesaikan masalah berkaitan dengan pengoperasian kamera digital
Menanya Mendiskusikan hal-hal pokok dalam pengoperasian kamera digital Mengeksplorasi Mengoperasikan kamera untuk memperoleh gambar
133
Observasi Lembar pengamatan kegiatan eksplorasi
24 JP
Buku teks pelajaran Lembar Kerja Kamera digital
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Pembelajaran
Penilaian
dengan criteria tertentu
Portofolio
Mengasosiasi
Laporan tertulis
Menganalisis prosedur pengoperasian kamera dan dibandingkan dengan manual book
Tes
Mengomunikasikan Membuat laporan tertulis
134
Tertulis Uraian dan/atau Pilihan Ganda tentang pengoperas ian kamera digital Praktik mengopera sikan kamera digital
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Kompetensi Dasar 3.9 Memahami pengambilan gambar dengan teknik bluring. 4.9 Menyajikan gambar dengan teknik bluring
Materi Pokok Bluring
Setting aperture Setting shutter speed
Pembelajaran
Penilaian
Mengamati
Tugas
Mengamati hasil pemotretan dengan teknik bluring Mengamati cara melakukan pemotretan dengan teknik bluring Menanya
Menyelesaikan masalah berkaitan dengan teknik bluring
Mendiskusikan syarat/kondisi untuk menghasilkan foto bluring
Lembar pengamatan kegiatan eksplorasi
Mengeksplorasi Melakukan pemotretan dengan teknik bluring Mengasosiasi
Observasi
Portofolio
Menganalisis hasil pemotretan dengan teknik bluring Mengomunikasikan Membuat laporan tertulis
135
Tes
Laporan tertulis File hasil pemotretan
Tertulis Uraian dan/atau Pilihan Ganda tentang teknik bluring
Alokasi Waktu 12
Sumber Belajar
Buku teks pelajaran Lembar Kerja Kamera digital
Lampiran 7. RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan
: SMK Negeri 1 Klaten
Program/Komp. Keahlian
: Multimedia
Mata Pelajaran
: Komposisi Foto Digital
Kelas/Semester
: XI MM2/4
Siklus/Pertemuan Ke-
: I/1
Topik/Materi Pokok
: Pengoperasian Kamera DSLR
Waktu
: 4 x 45 Menit
A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
136
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Ketercapaian No. 1.
Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai dan
Indikator Ketercapaian 1.1.1 Menunjukkan rasa syukur secara
menghayati ajaran
verbal maupun non verbal
agama yang
setelah mengerjakan tugas atau
dianutnya
menyelesaikan masalah 1.1.2 Menunjukkan ekspresi kekaguman secara verbal maupun non verbal terhadap keunikan dan keteraturan ciptaan Tuhan, khususnya terkait teknik dasar fotografi kamera DSLR
2.
2.1 Menunjukkan sikap
2.1.1 Bertanggung jawab dalam
logis, kritis, analitik,
menyelesaikan masalah atau
konsisten dan teliti,
tugas
bertanggung jawab,
2.1.2 Tidak mudah menyerah dalam
responsif, dan tidak
menyelesaikan masalah atau
mudah menyerah
tugas
dalam memecahkan masalah 2.2 Memiliki rasa ingin
2.2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu
tahu, percaya diri,
dalam menyelesaikan masalah
dan ketertarikan pada
atau tugas untuk memperoleh
Komposisi Foto
pengetahuan baru dengan
Digital yang terbentuk
membaca sumber belajar lain
melalui pengalaman
atau bertanya pada guru atau
belajar
teman. 2.2.2 Percaya diri dalam mengemukakan ide atau pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dari teman maupun guru
137
3.
3.5 Memahami prosedur
3.5.1 Menjelaskan pengertian kamera
pengoperasian kamera digital
DSLR dan menu di dalamnya 3.5.2 Mampu melakukan pengaturan tombol dan menu pada kamera DSLR 3.5.3 Mampu menghasilkan foto dengan kriteria yang ditentukan
4.
4.5 Menyajikan hasil
4.9.1 Menjelaskan konsep teknik
analisis pengamatan
pengaturan shutter speed,
terhadap tombol-
aperture, dan ISO.
tombol dan
4.9.2 Mengambil gambar dengan
pengaturan kamera
kamera DSLR menggunakan
digital
teknik fotografi kamera DSLR shutter speed, aperture, dan ISO
C. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran terkait KI 1 dan KI 2 sebagai berikut,
1.1.1 Siswa dapat menunjukkan rasa syukur secara verbal maupun non verbal setelah mengerjakan tugas atau menyelesaikan masalah
1.1.2 Menunjukkan ekspresi kekaguman secara verbal maupun non verbal terhadap keunikan dan keteraturan ciptaan Tuhan, khususnya terkait keterampilan fotografi kamera DSLR 2.1.1 Bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah atau tugas 2.1.2 Tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah atau tugas 2.2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dalam menyelesaikan masalah atau tugas untuk memperoleh pengetahuan baru dengan membaca sumber belajar lain atau bertanya kepada guru atau teman 2.2.2 Percaya diri dalam mengemukakan ide atau pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dari teman maupun guru
138
Tujuan pembelajaran terkait KI 3 sebagai berikut, 3.9.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian kamera DSLR dan menu di dalamnya 3.9.2 Siswa dapat melakukan pengaturan tombol dan menu pada kamera DSLR 3.9.3 Siswa dapat menghasilkan foto dengan kriteria yang ditentukan
Tujuan pembelajaran terkait KI 4 sebagai berikut, 4.9.1 Siswa dapat menjelaskan konsep teknik pengeturan shutter speed, aperture, dan ISO 4.9.2 Siswa dapat mengambil gambar dengan kamera DSLR menggunakan teknik fotografi kamera DSLR shutter speed, aperture, dan ISO D. Materi Pembelajaran Teknik dasar pengoperasian kamera DSLR 1. Aperture
4. Focal length
2. Shutter speed
5. Pemilihan lensa
3. ISO
6. Komposisi foto
E. Metode Pembelajaran
F.
Pendekatan
: Scientific
Metode
: Direct Instruction
Media/Alat dan Sumber Pembelajaran Media/Alat 1. Kamera DSLR 2. Lensa kamera 3. Objek yang akan difoto Sumber Belajar 1. Buku Teknik Modern Fotografi Digital, Edi S. Mulyanta, Edisi 2008. 2. Modul Photography, Yachya Imam, Edisi Mei 2015, diunduh dari http://issuu.com 3. Internet (http://kelasfotografi.com). 139
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan 1.
2. 3. Inti
1.
Alokasi Waktu (menit) Guru memberi salam, memimpin berdoa, dan 10 mengecek presensi. Siswa menjawab salam dan berdoa. Guru menyampaikan apersepsi. Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Mengamati 30 Guru menjelaskan materi teknik dasar fotografi dan pengaplikasiannya pada kamera DSLR. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan guru dan mencatat hal yang penting.
2. Menanya a. Siswa memberikan tanggapan dan bertanya mengenai hal yang belum jelas. b. Berdiskusi sesuai dengan kelompok (yang telah ditentukan) mengenai materi yang disampaikan.
10
3. Mencoba a. Sebelum latihan dilaksanakan, siswa harus diberi penjelasan mengenai cara memegang dan menggunakan kamera DSLR secara benar. b. Siswa latihan memegang dan mengatur settingan kamera meliputi shutter speed, aperture, dan ISO menggunakan kamera DSLR dengan kelompoknya dan mengambil gambar secara bergantian. Guru bertindak sebagai trainer dan membantu siswa yang kesulitan. c. Ketika siswa latihan mengambil gambar dengan kamera DSLR, guru memantau secara langsung hasil pekerjaan siswa serta memberikan umpan balik dari pekerjaan siswa. d. Siswa latihan secara mandiri tanpa dipandu oleh guru.
90
140
Penutup
4. Mengasosiasi Siswa membuat kesimpulan tentang teknik fotografi kamera DSLR yang telah dipelajari.
10
5. Mengkomunikasikan Siswa menyampaikan kesimpulan atau mempresentasikan secara berkelompok tentang teknik fotografi kamera DSLR yang telah dipelajari. 1. Siswa menyimpulkan dan evaluasi materi serta praktik yang telah diberikan. 2. Guru menyampaikan materi pertemuan selanjutnya dan siswa mendengarkan penjelasan guru. 3. Guru menutup pelajaran. 4. Guru memimpin doa dan siswa berdoa.
15
15
H. Penilaian Penilaian Keterampilan a. Teknik penilaian
: Pengamatan pengambilan gambar menggunakan
kamera DSLR b. Bentuk instrumen
: Lembar observasi
Nama Aspek Total Lensa Komposisi No. Peserta Aperture Shutter ISO Focal Nilai Speed Lenght Kamera Foto Didik
c. Kisi-kisi No.
1.
Aspek
Aperture
: Nilai
Kategori
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
141
Keterangan Aperture sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture cukup sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture kurang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture sangat tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan
2.
Shutter speed
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
5 4 3
Sangat Kurang Sangat Baik Baik Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
1
3.
ISO
5 4 4.
Focal length
3 2 1
5
4
5.
Lensa kamera
3
2
1
Nilai shutter speed tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed cukup tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed kurang tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed sangat tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Exposure tepat dan tidak ada noise Exposure tepat dan ada sedikit noise Exposure tepat tetapi cukup noise Exposure kurang tepat dan sangat noise Exposure tidak tepat dan sangat noise
Focal length sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length cukup sesuai dengan Baik teknik foto yang telah ditentukan Focal length kurang sesuai dengan Cukup teknik foto yang telah ditentukan Focal length tidak sesuai dengan Kurang Baik teknik foto yang telah ditentukan Focal length sangat tidak sesuai Sangat dengan teknik foto yang telah Kurang ditentukan Sangat mampu untuk memilih lensa Sangat Baik kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Mampu untuk memilih lensa kamera Baik yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Cukup mampu untuk memilih lensa Cukup kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Kurang mampu untuk memilih lensa Kurang Baik kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Tidak mampu untuk memilih lensa Sangat kamera yang sesuai dengan teknik Kurang foto yang telah ditentukan Sangat Baik
142
6.
Komposisi foto
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
Komposisi foto yang diambil sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil cukup sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil kurang sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil tidak sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil sangat tidak sesuai dengan konsep komposisi foto
Klaten,
Maret 2017
Mengetahui Guru Pembimbing,
Mahasiswa,
Rendi Purwangga, A.Md.
Mega Yuliantika
NIGTT. 991000039
NIM. 13520241036
143
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan
: SMK Negeri 1 Klaten
Program/Komp. Keahlian
: Multimedia
Mata Pelajaran
: Komposisi Foto Digital
Kelas/Semester
: XI MM2/4
Siklus/Pertemuan Ke-
: I/2
Topik/Materi Pokok
: Pengoperasian Kamera DSLR
Waktu
: 4 x 45 Menit
A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
144
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Ketercapaian No. 1.
Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai dan
Indikator Ketercapaian 1.1.1 Menunjukkan rasa syukur secara
menghayati ajaran
verbal maupun non verbal
agama yang
setelah mengerjakan tugas atau
dianutnya
menyelesaikan masalah 1.1.2 Menunjukkan ekspresi kekaguman secara verbal maupun non verbal terhadap keunikan dan keteraturan ciptaan Tuhan, khususnya terkait teknik dasar fotografi kamera DSLR
2.
2.1 Menunjukkan sikap
2.1.1 Bertanggung jawab dalam
logis, kritis, analitik,
menyelesaikan masalah atau
konsisten dan teliti,
tugas
bertanggung jawab,
2.1.2 Tidak mudah menyerah dalam
responsif, dan tidak
menyelesaikan masalah atau
mudah menyerah
tugas
dalam memecahkan masalah 2.2 Memiliki rasa ingin
2.2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu
tahu, percaya diri,
dalam menyelesaikan masalah
dan ketertarikan pada
atau tugas untuk memperoleh
Komposisi Foto
pengetahuan baru dengan
Digital yang terbentuk
membaca sumber belajar lain
melalui pengalaman
atau bertanya pada guru atau
belajar
teman. 2.2.2 Percaya diri dalam mengemukakan ide atau pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dari teman maupun guru
145
3.
3.5 Memahami prosedur
3.5.1 Menjelaskan pengertian
pengoperasian
kamera DSLR dan menu di
kamera digital
dalamnya 3.5.2 Mampu melakukan pengaturan tombol dan menu pada kamera DSLR 3.5.3 Mampu menghasilkan foto dengan kriteria yang ditentukan
4.
4.5 Menyajikan hasil
4.5.1 Menjelaskan konsep teknik
analisis pengamatan
pengaturan shutter speed,
terhadap tombol-
aperture, dan ISO.
tombol dan
4.5.2 Mengambil gambar dengan
pengaturan kamera
kamera DSLR menggunakan
digital
teknik fotografi kamera DSLR shutter speed, aperture, dan ISO
C. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran terkait KI 1 dan KI 2 sebagai berikut,
1.1.1 Siswa dapat menunjukkan rasa syukur secara verbal maupun non verbal setelah mengerjakan tugas atau menyelesaikan masalah
1.1.2 Menunjukkan ekspresi kekaguman secara verbal maupun non verbal terhadap keunikan dan keteraturan ciptaan Tuhan, khususnya terkait keterampilan fotografi kamera DSLR 2.1.1 Bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah atau tugas 2.1.2 Tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah atau tugas 2.2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dalam menyelesaikan masalah atau tugas untuk memperoleh pengetahuan baru dengan membaca sumber belajar lain atau bertanya kepada guru atau teman 2.2.2 Percaya diri dalam mengemukakan ide atau pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dari teman maupun guru
146
Tujuan pembelajaran terkait KI 3 sebagai berikut, 3.5.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian kamera DSLR dan menu di dalamnya 3.5.2 Siswa dapat melakukan pengaturan tombol dan menu pada kamera DSLR 3.5.3 Siswa dapat menghasilkan foto dengan kriteria yang ditentukan Tujuan pembelajaran terkait KI 4 sebagai berikut, 4.5.1 Siswa dapat menjelaskan konsep teknik pengeturan shutter speed, aperture, dan ISO 4.5.2 Siswa
dapat
mengambil
gambar
dengan
kamera
DSLR
menggunakan teknik fotografi kamera DSLR shutter speed, aperture, dan ISO D. Materi Pembelajaran Teknik dasar pengoperasian kamera DSLR 1. Aperture
4. Focal length
2. Shutter speed
5. Pemilihan lensa
3. ISO
6. Komposisi foto
E. Metode Pembelajaran
F.
Pendekatan
: Scientific
Metode
: Direct Instruction
Media/Alat dan Sumber Pembelajaran Media/Alat 1. Kamera DSLR 2. Lensa kamera 3. Objek yang akan difoto Sumber Belajar 1. Buku Teknik Modern Fotografi Digital, Edi S. Mulyanta, Edisi 2008. 2. Modul Photography, Yachya Imam, Edisi Mei 2015, diunduh dari http://issuu.com 3. Internet (http://kelasfotografi.com). 147
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan 1.
2. 3. Inti
1.
Alokasi Waktu (menit) Guru memberi salam, memimpin berdoa, dan 10 mengecek presensi. Siswa menjawab salam dan berdoa. Guru menyampaikan apersepsi. Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Mengamati 30 Guru menjelaskan materi teknik dasar fotografi dan pengaplikasiannya pada kamera DSLR. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan guru dan mencatat hal yang penting.
2. Menanya a. Siswa memberikan tanggapan dan bertanya mengenai hal yang belum jelas. b. Berdiskusi sesuai dengan kelompok (yang telah ditentukan) mengenai materi yang disampaikan.
10
3. Mencoba a. Sebelum latihan dilaksanakan, siswa harus diberi penjelasan mengenai cara memegang dan menggunakan kamera DSLR secara benar. b. Siswa latihan memegang dan mengatur settingan kamera meliputi shutter speed, aperture, dan ISO menggunakan kamera DSLR dengan kelompoknya dan mengambil gambar secara bergantian. Guru bertindak sebagai trainer dan membantu siswa yang kesulitan. c. Ketika siswa latihan mengambil gambar dengan kamera DSLR, guru memantau secara langsung hasil pekerjaan siswa serta memberikan umpan balik dari pekerjaan siswa. d. Siswa latihan secara mandiri tanpa dipandu oleh guru.
90
148
Penutup
4. Mengasosiasi Siswa membuat kesimpulan tentang teknik fotografi kamera DSLR yang telah dipelajari.
10
5. Mengkomunikasikan Siswa menyampaikan kesimpulan atau mempresentasikan secara berkelompok tentang teknik fotografi kamera DSLR yang telah dipelajari. 1. Siswa menyimpulkan dan evaluasi materi serta praktik yang telah diberikan. 2. Guru menyampaikan materi pertemuan selanjutnya dan siswa mendengarkan penjelasan guru. 3. Guru menutup pelajaran. 4. Guru memimpin doa dan siswa berdoa.
15
15
H. Penilaian 1. Penilaian Keterampilan a. Teknik penilaian
: Pengamatan pengambilan gambar menggunakan
kamera DSLR b. Bentuk instrumen
: Lembar observasi
Nama Aspek Total Lensa Komposisi No. Peserta Aperture Shutter ISO Focal Nilai Speed Lenght Kamera Foto Didik
c. Kisi-kisi No.
1.
Aspek
Aperture
: Nilai
Kategori
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
149
Keterangan Aperture sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture cukup sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture kurang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture sangat tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan
2.
Shutter speed
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
5 4 3
Sangat Kurang Sangat Baik Baik Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
1
3.
4.
5.
ISO
Focal length
Lensa kamera
150
Nilai shutter speed tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed cukup tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed kurang tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed sangat tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Exposure tepat dan tidak ada noise Exposure tepat dan ada sedikit noise Exposure tepat tetapi cukup noise Exposure kurang tepat dan sangat noise Exposure tidak tepat dan sangat noise Focal length sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length cukup sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length kurang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length sangat tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Sangat mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Cukup mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Kurang mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Tidak mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan
6.
Komposisi foto
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
Komposisi foto yang diambil sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil cukup sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil kurang sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil tidak sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil sangat tidak sesuai dengan konsep komposisi foto
2. Penilaian Kognitif a. Bentuk instrumen
: Tes pilihan ganda
b. Kisi-kisi
:
Kompetensi Dasar 3.5 Memahami prosedur pengoperasian kamera digital
Materi Pokok
Indikator
Pengoperasian Memahami kamera DSLR pengertian kamera DSLR dan menu di dalamnya Mampu melakukan pengaturan tombol dan menu pada kamera DSLR Mampu menghasilkan foto dengan kriteria yang ditentukan Jumlah
C1 1, 11
Nomor Item C2 C3 C4 18 15
8
3,4 ,6
10
4 Klaten,
4
5,9
20
7
16, 17
14
4
4
3
15
Maret 2017
Mengetahui Guru Pembimbing,
Mahasiswa,
Rendi Purwangga, A.Md.
Mega Yuliantika
NIGTT. 991000039
NIM. 13520241036
151
Jml Soal 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan
: SMK Negeri 1 Klaten
Program/Komp. Keahlian
: Multimedia
Mata Pelajaran
: Komposisi Foto Digital
Kelas/Semester
: XI MM2/4
Siklus/Pertemuan Ke-
: II/1
Topik/Materi Pokok
: Blurring
Waktu
: 4 x 40 Menit
A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
152
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Ketercapaian No. 1.
Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai dan
Indikator Ketercapaian 1.1.1 Menunjukkan rasa syukur secara
menghayati ajaran
verbal maupun non verbal
agama yang
setelah mengerjakan tugas atau
dianutnya
menyelesaikan masalah 1.1.2 Menunjukkan ekspresi kekaguman secara verbal maupun non verbal terhadap keunikan dan keteraturan ciptaan Tuhan, khususnya terkait teknik dasar fotografi kamera DSLR
2.
2.1 Menunjukkan sikap
2.1.1 Bertanggung jawab dalam
logis, kritis, analitik,
menyelesaikan masalah atau
konsisten dan teliti,
tugas
bertanggung jawab,
2.1.2 Tidak mudah menyerah dalam
responsif, dan tidak
menyelesaikan masalah atau
mudah menyerah
tugas
dalam memecahkan masalah 2.2 Memiliki rasa ingin
2.2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu
tahu, percaya diri,
dalam menyelesaikan masalah
dan ketertarikan pada
atau tugas untuk memperoleh
Komposisi Foto
pengetahuan baru dengan
Digital yang terbentuk
membaca sumber belajar lain
melalui pengalaman
atau bertanya pada guru atau
belajar
teman. 2.2.2 Percaya diri dalam mengemukakan ide atau pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dari teman maupun guru
153
3.
3.9 Memahami
3.9.1 Menjelaskan konsep teknik
pengambilan gambar
pengaturan aperture pada
dengan teknik
kamera DSLR
blurring 4.
4.9
Menyajikan gambar
4.9.1 Mengambil gambar dengan
dengan teknik
kamera DSLR menggunakan
blurring
teknik fotografi blurring
C. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran terkait KI 1 dan KI 2 sebagai berikut,
1.1.1 Siswa dapat menunjukkan rasa syukur secara verbal maupun non verbal setelah mengerjakan tugas atau menyelesaikan masalah
1.1.2 Menunjukkan ekspresi kekaguman secara verbal maupun non verbal terhadap keunikan dan keteraturan ciptaan Tuhan, khususnya terkait keterampilan fotografi kamera DSLR 2.1.1 Bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah atau tugas 2.1.2 Tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah atau tugas 2.2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dalam menyelesaikan masalah atau tugas untuk memperoleh pengetahuan baru dengan membaca sumber belajar lain atau bertanya kepada guru atau teman 2.2.2 Percaya diri dalam mengemukakan ide atau pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dari teman maupun guru
Tujuan pembelajaran terkait KI 3 sebagai berikut, 3.9.1 Siswa
dapat
mengatur
aperture pada kamera
DSLR
untuk
menghasilkan foto dengan teknik blurring
Tujuan pembelajaran terkait KI 4 sebagai berikut, 4.9.1 Siswa
dapat
mengambil
gambar
menggunakan teknik fotografi blurring
154
dengan
kamera
DSLR
D. Materi Pembelajaran Teknik fotografi kamera DSLR blurring 1. Aperture 2. DOF (Depth of Field) E. Metode Pembelajaran
F.
Pendekatan
: Scientific
Metode
: Direct Instruction
Media/Alat dan Sumber Pembelajaran Media/Alat 1. Kamera DSLR 2. Lensa kamera 3. Objek yang akan difoto Sumber Belajar 1. Buku Teknik Modern Fotografi Digital, Edi S. Mulyanta, Edisi 2008. 2. Buku Belajar Fotografi untuk Hobi dan Bisnis, Rangga Aditiawan Dan Ferren Bianca, Edisi 2010. 3. Internet (http://kelasfotografi.com).
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan 1.
2. 3. Inti
1.
Alokasi Waktu (menit) Guru memberi salam, memimpin berdoa, dan 10 mengecek presensi. Siswa menjawab salam dan berdoa. Guru menyampaikan apersepsi. Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Mengamati 25 Guru menjelaskan materi teknik dasar fotografi blurring dan pengaplikasiannya pada kamera DSLR. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan guru dan mencatat hal yang penting.
2. Menanya a. Siswa memberikan tanggapan dan bertanya mengenai hal yang belum jelas. 155
10
b. Berdiskusi sesuai dengan kelompok (yang telah ditentukan) mengenai materi yang disampaikan.
Penutup
3. Mencoba a. Sebelum latihan dilaksanakan, siswa harus diberi penjelasan mengenai cara memegang dan menggunakan kamera DSLR secara benar. b. Siswa latihan memegang dan mengatur settingan kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring dengan kelompoknya dan mengambil gambar secara bergantian. Guru bertindak sebagai trainer dan membantu siswa yang kesulitan. c. Ketika siswa latihan mengambil gambar dengan kamera DSLR, guru memantau secara langsung hasil pekerjaan siswa serta memberikan umpan balik dari pekerjaan siswa. d. Siswa latihan secara mandiri tanpa dipandu oleh guru.
80
4. Mengasosiasi Siswa membuat kesimpulan tentang teknik fotografi kamera DSLR blurring yang telah dipelajari.
10
5. Mengkomunikasikan Siswa menyampaikan kesimpulan atau mempresentasikan secara berkelompok tentang teknik fotografi kamera DSLR blurring yang telah dipelajari.
15
1. Siswa menyimpulkan dan evaluasi materi serta praktik yang telah diberikan. 2. Guru menyampaikan materi pertemuan selanjutnya dan siswa mendengarkan penjelasan guru. 3. Guru menutup pelajaran. 4. Guru memimpin doa dan siswa berdoa.
10
156
H. Penilaian Penilaian Keterampilan a. Teknik penilaian
: Pengamatan pengambilan gambar menggunakan
kamera DSLR b. Bentuk instrumen
: Lembar observasi
Nama Aspek Total Lensa Komposisi No. Peserta Aperture Shutter ISO Focal Nilai Speed Lenght Kamera Foto Didik
c. Kisi-kisi No.
1.
2.
Aspek
Aperture
Shutter speed
: Nilai
Kategori
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
5 4 3
Sangat Kurang Sangat Baik Baik Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
1
3.
ISO
157
Keterangan Aperture sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture cukup sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture kurang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture sangat tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Nilai shutter speed tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed cukup tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed kurang tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed sangat tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Exposure tepat dan tidak ada noise Exposure tepat dan ada sedikit noise Exposure tepat tetapi cukup noise Exposure kurang tepat dan sangat noise Exposure tidak tepat dan sangat noise
4.
5.
6.
Focal length
Lensa kamera
Komposisi foto
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
158
Focal length sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length cukup sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length kurang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length sangat tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Sangat mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Cukup mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Kurang mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Tidak mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Komposisi foto yang diambil sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil cukup sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil kurang sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil tidak sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil sangat tidak sesuai dengan konsep komposisi foto
Klaten,
Maret 2017
Mengetahui Guru Pembimbing,
Mahasiswa,
Rendi Purwangga, A.Md.
Mega Yuliantika
NIGTT. 991000039
NIM. 13520241036
159
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan
: SMK Negeri 1 Klaten
Program/Komp. Keahlian
: Multimedia
Mata Pelajaran
: Komposisi Foto Digital
Kelas/Semester
: XI MM2/4
Siklus/Pertemuan Ke-
: II/2
Topik/Materi Pokok
: Blurring
Waktu
: 4 x 40 Menit
A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
160
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Ketercapaian No. 1.
Kompetensi Dasar 1.1 Menghargai dan
Indikator Ketercapaian 1.1.1 Menunjukkan rasa syukur secara
menghayati ajaran
verbal maupun non verbal
agama yang
setelah mengerjakan tugas atau
dianutnya
menyelesaikan masalah 1.1.2 Menunjukkan ekspresi kekaguman secara verbal maupun non verbal terhadap keunikan dan keteraturan ciptaan Tuhan, khususnya terkait teknik dasar fotografi kamera DSLR
2.
2.1 Menunjukkan sikap
2.1.1 Bertanggung jawab dalam
logis, kritis, analitik,
menyelesaikan masalah atau
konsisten dan teliti,
tugas
bertanggung jawab,
2.1.2 Tidak mudah menyerah dalam
responsif, dan tidak
menyelesaikan masalah atau
mudah menyerah
tugas
dalam memecahkan masalah 2.2 Memiliki rasa ingin
2.2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu
tahu, percaya diri,
dalam menyelesaikan masalah
dan ketertarikan pada
atau tugas untuk memperoleh
Komposisi Foto
pengetahuan baru dengan
Digital yang terbentuk
membaca sumber belajar lain
melalui pengalaman
atau bertanya pada guru atau
belajar
teman. 2.2.2 Percaya diri dalam mengemukakan ide atau pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dari teman maupun guru
161
3.
4.
3.9 Memahami
3.9.1 Menjelaskan konsep teknik
pengambilan gambar
pengaturan aperture pada
dengan teknik blurring
kamera DSLR
4.9 Menyajikan gambar
4.9.1 Mengambil gambar dengan
dengan teknik blurring
kamera DSLR menggunakan teknik fotografi blurring
C. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran terkait KI 1 dan KI 2 sebagai berikut,
1.1.1 Siswa dapat menunjukkan rasa syukur secara verbal maupun non verbal setelah mengerjakan tugas atau menyelesaikan masalah
1.1.2 Menunjukkan ekspresi kekaguman secara verbal maupun non verbal terhadap keunikan dan keteraturan ciptaan Tuhan, khususnya terkait keterampilan fotografi kamera DSLR 2.1.1 Bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah atau tugas 2.1.2 Tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah atau tugas 2.2.1 Menunjukkan rasa ingin tahu dalam menyelesaikan masalah atau tugas untuk memperoleh pengetahuan baru dengan membaca sumber belajar lain atau bertanya kepada guru atau teman 2.2.2 Percaya diri dalam mengemukakan ide atau pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan dari teman maupun guru
Tujuan pembelajaran terkait KI 3 sebagai berikut, 3.9.1 Siswa
dapat
mengatur
aperture pada kamera
DSLR
untuk
menghasilkan foto dengan teknik blurring
Tujuan pembelajaran terkait KI 4 sebagai berikut, 4.9.1 Siswa
dapat
mengambil
gambar
menggunakan teknik fotografi blurring
162
dengan
kamera
DSLR
D. Materi Pembelajaran Teknik fotografi kamera DSLR blurring 1. Aperture 2. DOF (Depth of Field) E. Metode Pembelajaran
F.
Pendekatan
: Scientific
Metode
: Direct Instruction
Media/Alat dan Sumber Pembelajaran Media/Alat 1. Kamera DSLR 2. Lensa kamera 3. Objek yang akan difoto Sumber Belajar 1. Buku Teknik Modern Fotografi Digital, Edi S. Mulyanta, Edisi 2008. 2. Buku Belajar Fotografi untuk Hobi dan Bisnis, Rangga Aditiawan Dan Ferren Bianca, Edisi 2010. 3. Internet (http://kelasfotografi.com).
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan 1.
2. 3. Inti
1.
Alokasi Waktu (menit) Guru memberi salam, memimpin berdoa, dan 10 mengecek presensi. Siswa menjawab salam dan berdoa. Guru menyampaikan apersepsi. Guru menyampaikan kompetensi inti, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Mengamati 25 Guru menjelaskan materi teknik dasar fotografi blurring dan pengaplikasiannya pada kamera DSLR. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan guru dan mencatat hal yang penting.
2. Menanya a. Siswa memberikan tanggapan dan bertanya mengenai hal yang belum jelas. 163
10
b. Berdiskusi sesuai dengan kelompok (yang telah ditentukan) mengenai materi yang disampaikan.
Penutup
3. Mencoba a. Sebelum latihan dilaksanakan, siswa harus diberi penjelasan mengenai cara memegang dan menggunakan kamera DSLR secara benar. b. Siswa latihan memegang dan mengatur settingan kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring dengan kelompoknya dan mengambil gambar secara bergantian. Guru bertindak sebagai trainer dan membantu siswa yang kesulitan. c. Ketika siswa latihan mengambil gambar dengan kamera DSLR, guru memantau secara langsung hasil pekerjaan siswa serta memberikan umpan balik dari pekerjaan siswa. d. Siswa latihan secara mandiri tanpa dipandu oleh guru.
80
4. Mengasosiasi Siswa membuat kesimpulan tentang teknik fotografi kamera DSLR blurring yang telah dipelajari.
10
5. Mengkomunikasikan Siswa menyampaikan kesimpulan atau mempresentasikan secara berkelompok tentang teknik fotografi kamera DSLR blurring yang telah dipelajari.
15
1. Siswa menyimpulkan dan evaluasi materi serta praktik yang telah diberikan. 2. Guru menyampaikan materi pertemuan selanjutnya dan siswa mendengarkan penjelasan guru. 3. Guru menutup pelajaran. 4. Guru memimpin doa dan siswa berdoa.
10
164
H. Penilaian 1. Penilaian Keterampilan a. Teknik penilaian
: Pengamatan pengambilan gambar menggunakan
kamera DSLR b. Bentuk instrumen
: Lembar observasi
Nama Aspek Total Lensa Komposisi No. Peserta Aperture Shutter ISO Focal Nilai Speed Lenght Kamera Foto Didik
c. Kisi-kisi No.
1.
2.
Aspek
Aperture
Shutter speed
: Nilai
Kategori
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
5 4 3
Sangat Kurang Sangat Baik Baik Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
1
3.
ISO
165
Keterangan Aperture sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture cukup sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture kurang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Aperture sangat tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Nilai shutter speed tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed cukup tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed kurang tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Nilai shutter speed sangat tidak tepat dengan teknik foto yang ditentukan Exposure tepat dan tidak ada noise Exposure tepat dan ada sedikit noise Exposure tepat tetapi cukup noise Exposure kurang tepat dan sangat noise Exposure tidak tepat dan sangat noise
4.
5.
6.
Focal length
Lensa kamera
Komposisi foto
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
5
Sangat Baik
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang Baik
1
Sangat Kurang
Focal length sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length cukup sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length kurang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Focal length sangat tidak sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Sangat mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Cukup mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Kurang mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Tidak mampu untuk memilih lensa kamera yang sesuai dengan teknik foto yang telah ditentukan Komposisi foto yang diambil sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil cukup sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil kurang sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil tidak sesuai dengan konsep komposisi foto Komposisi foto yang diambil sangat tidak sesuai dengan konsep komposisi foto
2. Penilaian Kognitif a. Bentuk instrumen
: Tes pilihan ganda
b. Kisi-kisi
:
166
Kompetensi Dasar 3.9 Memahami pengambilan gambar dengan teknik blurring
Materi Pokok Blurring - Setting aperture - Setting shutter speed
Indikator Memahami pengertian dan cara menghasilkan foto dengan teknik blurring Mampu melakukan pengaturan aperture Mampu melakukan pengaturan shutter speed
Jumlah
Nomor Item C1 C2 C3 C4 13 2, 16 15
14
5
8
11, 18
5
3
6, 10
9, 12
19
6
5
3
4
15
3
Klaten,
Maret 2017
Mengetahui Guru Pembimbing,
Mahasiswa,
Rendi Purwangga, A.Md.
Mega Yuliantika
NIGTT. 991000039
NIM. 13520241036
167
Jml Soal 4
Lampiran 8. Materi Materi Komposisi Foto Digital Siklus I Pengoperasian Kamera DSLR
Exposure secara bebas disebut juga pencahayaan. Exposure merupakan inti dalam fotografi yang juga memainkan peran utama dalam menentukan baik atau buruknya kualitas foto. Pada kamera DSLR telah disediakan beberapa pilihan mode exposure khusus yang bekerja secara auto untuk keperluan tertentu seperti memotret olahraga, kembang api, close up, dan sebagainya. Secara keseluruhan mode exposure pada kamera disebut juga sebagai mode pemotretan. Namun mode auto atau mode lainnya hanya bekerja sesuai kehendak program, bukan sesuai kemauan fotografer. Sehingga terkadang hasil foto menggunakan mode auto ini berbeda dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu, pengaturan exposure yang lebih baik adalah yang dibentuk secara manual sesuai keinginan fotografer. Exposure terbentuk dari tiga elemen pengaturan utama yaitu: 1. Aperture Aperture atau diafragma atau bukaan lensa berfungsi mengatur jumlah volume cahaya yang masuk ke sensor kamera. Aperture terdapat di belakang lensa, terbentuk dari 5-8 lempengan logam yang tersusun melingkar. Aperture dapat diatur agar terbuka lebar atau sempit. Diafragma dapat dianalogikan seperti sebuah jendela, semakin dibuka semakin banyak cahaya yang masuk.
Gambar 1. Pengaruh Bukaan Lensa Kamera Aperture dinyatakan dalam satuan f-stop. Ukuran aperture dapat dilihat dari angka di belakang huruf “f” tersebut. Misalnya f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, dst. Namun jangan salah, dalam pengukuran aperture semakin kecil angka, semakin lebar bukaan lensa. Begitu juga sebaliknya semakin besar angkanya 168
maka semakin sempit bukaan lensa. Jadi jika aperture disetting pada f/2.8 maka bukaan lensa akan lebih besar dibandingkan f/8. 2. Shutter Speed Shutter atau rana merupakan pintu masuk cahaya ke dalam kamera. Jika kita menjepret kamera, shutter akan terbuka dan memasukkan cahaya ke sensor. Sedangkan shutter speed atau kecepatan shutter adalah durasi lamanya shutter terbuka dan tertutup kembali dan akan mempengaruhi jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera. Semakin lama shutter dibuka maka semakin banyak cahaya yang masuk, sebaliknya semakin cepat shutter dubuka maka semakin sedikit cahaya yang masuk.
Gambar 2. Shutter pada Kamera DSLR
Gambar 3. Pengaruh Nilai Shutter Speed
Satuan shutter speed dihitung dalam detik. Pada body kamera biasanya ada skala yang dapat disetting mulai dari 1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/15, 1/30, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, dst. Jika memilih 1/100, artinya shutter akan membuka selama 1/100 detik.
3. ISO 169
ISO adalah ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Singkatnya ISO adalah pengaturan untuk menentukan tinggi rendahnya pencahayaan pada hasil foto. Semakin besar angka ISO maka semakin peka sensor terhadap cahaya. Rata-rata kamera memulai angka ISO-nya dari 100, artinya jika angka ISO di set pada angka itu, sensor memiliki kepekaan minimum. Semakin canggih kamera digital, semakin tinggi kepekaan ISO-nya. Tapi hati-hati jika mengatur ISO pada nilai yang tinggi makin ada kemungkinan adanya noise atau bintik-bintik warna pada gambar.
Gambar 4. Pengaruh Nilai ISO
Selain pengaturan nilai exposure, proses pengambilan gambar dalam fotografi juga ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini. 1. Focal Length Karakteristik lensa yang paling penting adalah jarak titik bakar lensa tersebut. Jarak titik bakar digunakan untuk menentukan kekuatan lensa dalam hal pemfokusan objek. Jarak fokus lensa dalam milimeter sama dengan jarak fokus (f) lensa tersebut. Focal length merupakan jarak lensa ke film atau sensor saat fokus pada objek. Dengan kata lain focal length juga merupakan jarak objek dari kamera. Lensa pada kamera DSLR dapat digeser-geser untuk mendapatkan tingkat fokus yang paling tajam. Secara umum nilai focal length pada lensa adalah 18-55mm yang disebut dengan lensa kit. Focal length berhubungan erat dengan nilai aperture. Misalkan jika sebuah lensa memiliki focal length 18-55mm dan aperture f/3.54.5, hubungannya yaitu ketika menggunakan focal length 18mm maka nilai maksimal aperture-nya adalah f/3.5. Namun jika menggunakan focal length 170
terpanjang yaitu 55mm maka otomatis nilai maksimal aperture berpindah di f/4.5, dan pada kondisi tersebut nilai aperture tidak bisa dirubah ke f/3.5. Jadi apabila nilai focal length dirubah maka nilai aperture juga akan ikut berubah. 2. Lensa Keunggulan kamera DSLR dibanding kamera lainnya adalah lensa yang dapat diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan saat memotret. Lensa pun terdiri dari berbagai jenis. Setiap lensa akan memberikan efek serta karakteristik berbeda disesuaikan dengan kebutuhan fotografer. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis lensa. a. Lensa Standart Lensa standart atau biasa disebut juga lensa normal merupakan lensa yang paling banyak dipakai. Berukuran 50-55mm dan memberikan karakter bidikan natural sebab gambar yang dihasilkan tidak berbeda jauh dengan apa yang dilihat oleh mata. Lensa standart banyak digunakan untuk memotret wajah atau portrait. Selain itu lensa ini juga cocok digunakan untuk memotret di dalam maupun luar ruangan. b. Lensa Tele Lensa tele berfungsi untuk mendekatkan objek sehingga objek yang berada di kejauhan menjadi lebih besar. Lensa yang termasuk dalam jenis ini adalah lensa berukuran 70mm keatas. Lensa tele biasanya digunakan untuk fotografi olahraga, satwa liar, pemandangan, serta memotret objek yang tidak dapat didekati. c. Lensa Wide Lensa wide memiliki karakteristik dapat menangkap objek yang luas dalam ruang relatif sempit. Dengan lensa ini objek terlihat lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Ukuran lensa wide beragam mulai dari 17mm. 24mm, 28mm, dan 35mm. d. Lensa Zoom Jika lensa lainnya memiliki satu focal length pada lenza zoom nilai focal length bisa berubah-ubah cukup dengan memutar gelang zoom. Lensa zoom memiliki kelebihan praktis digunakan, sebab tidak perlu mendekati objek foto yang berada jauh dari fotografer. Contoh ukuran dari lensa zoom ini yaitu 80-200mm. 171
e. Lensa Fix Lensa fix hanya memiliki satu jangkauan focal length dan memiliki bukaan lensa yang relatif besar dengan jarak fokus sangat pendek. Pada lensa fix tidak ada fitur zoom sehingga fotografer harus lebih aktif bergerak maju atau mundur untuk mendekati atau menjauhi objek. Contoh ukuran lensa fix yaitu 50mm. f.
Lensa Fish Eye Lensa fish eye membuat gambar terdistorsi menjadi oval dan terlihat seperti gepeng. Lensa ini merupakan lensa wide angle dengan diameter 816mm, yang memberikan pandangan 180 derajat.
g. Lensa Macro Jenis lensa ini digunakan untuk memotret objek dengan ukuran kecil. Lensa macro murni memiliki perbandingan pembesaran 1:1, yang berarti ukuran objek sama ukurannya dengan ukuran sensor kamera. Jika memotret bunga dengan diameter 1,5cm, maka ukuran bunga yang ditangkap sensor kamera juga sama.
3. Komposisi Komposisi mengacu pada cara mengatur dan menata berbagai elemen dari sebuah adegan dalam frame. Elemen yang dimaksud di sini meliputi subjek dan objek dari adegan, sedangkan adegan yang dimaksud adalah apa yang akan difoto. Komposisi telah membantu banyak fotografer profesional untuk mencapai gambar dengan perspektif yang menarik. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik-teknik komposisi. a. Rule of Third (Aturan Pertiga) Aturan rule of third sangat sederhana yaitu hanya dengan membagi frame menjadi 3 bagian vertikal dan 3 bagian horizontal, sehingga keseluruhan menghasilkan 9 bagian (kotak). Dengan garis rule of third fotografer bisa menempatkan objek penting dari foto pada titik-titik perpotongan garis vertikal dan horizontal atau pada sepanjang satu garis vertikal atau horizontal.
172
Gambar 5. Contoh Foto dengan Komposisi Rule of Third b. Komposisi Simetri Pada komposisi simetri objek foto berada di tengah-tengah frame. Penggunaan komposisi simetri tergantung pada posisi objek yang akan difoto, bisa jadi menarik di pusat atau malah justru sebaliknya. Untuk beberapa adegan, komposisi objek di tengah akan bekerja lebih baik.
Gambar 6. Contoh Foto dengan Komposisi Simetri
c. Leading Lines Leading lines dapat membantu orang-orang untuk melihat sepanjang gambar dan memusatkan perhatian pada elemen-elemen penting. Adapun yang menjadi jalur dapat berupa dinding, lantai, atau pola yang digunakan sebagai pembimbing leading lines.
173
Gambar 7. Contoh Foto dengan Komposisi Leading Lines
d. Pola dan Tekstur Manusia secara alamiah tertarik pada pola. Pola dapat dibuat oleh manusia seperti serangkaian bangunan lengkung atau alami seperti kelopak bunga. Menggabungkan pola-pola dan tekstur pada foto adalah alternatif lainnya untuk membuat komposisi yang menarik.
Gambar 8. Contoh Foto dengan Komposisi Pola dan Tekstur
174
e. Rule of Odds Aturan rule of odds menunjukkan bahwa gambar akan menarik secara visual apabila ada yang “ganjil” pada gambar. Teknik ini memanfaatkan kekurangan pada adegan, seperti yang kita ketahui bahwa sesuatu yang ganjil itu akan lebih mudah mencuri perhatian.
Gambar 9. Contoh Foto dengan Komposisi Rule of Odds
175
Materi Komposisi Foto Digital Siklus II Teknik Fotografi Blurring Berbagai macam teknik ada di dalam fotografi. Teknik-teknik tersebut dapat memperindah hasil dan menambah kesan artistik dalam foto yang dibuat. Variasi dan kombinasi teknik yang tepat dalam membuat sebuah foto dapat menjadikan foto itu enak dilihat. Sebuah foto pada dasarnya dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu foreground dan background. Foreground adalah bagian utama yang ada di suatu foto. Bagian ini berada paling depan dalam komposisi foto. Background adalah latar yang berada paling belakang dalam komposisi foto. Permainan yang jeli terhadap penempatan foreground dan background akan membuat foto menjadi tidak monoton. Selain itu fotografer juga harus mengetahui teknik-teknik yang bisa dipakai untuk menambah daya tarik foto. Salah satu teknik yang dapat digunakan yaitu teknik blurring.
Gambar 1. Contoh Foto dengan Penggunaan Teknik Blurring
Dalam teknik blurring, blur disini bukan berarti tidak jelas semuanya. Ada beberapa bagian foto yang ditegaskan, ada juga bagian foto yang dikaburkan. Teknik blurring berkaitan erat dengan DOF atau Depth of Field. DOF atau ruang ketajaman atau ruang kedalaman adalah penjelasan tentang seberapa luas area yang tajam dan area yang tidak tajam (blur) pada sebuah gambar. Faktor dasar yang membentuk DOF terdiri dari aperture dan jarak fokus (focal length). Penggunaan aperture yang besar menghasilkan runag tajam yang pendek, sedangkan penggunaan aperture yang kecil memperluas wilayah ketajaman. 176
DOF dibedakan menjadi dua yaitu: 1. DOF Luas Merupakan teknik fotografi dengan menggunakan bukaan lensa kecil sebagai prioritas utama (f/11, f/16, f/22, f/32). Penggunaan teknik DOF luas akan menampilkan sebagian besar objek pada foto dari objek terdekat dengan kamera sampai objek terjauh akan terlihat tajam dan fokus. Gunakan bukaan lensa yang lebih kecil untuk mencapai kedalaman atau ketajaman maksimum untuk memastikan semua elemen berada dalam fokus.
Gambar 2. Contoh Foto dengan DOF Luas 2. DOF Sempit Merupakan teknik fotografi dengan menggunakan bukaan lensa lebar sebagai prioritas utama (f/2.8, f/3.5). penggunaan teknik DOF yang sempit berarti hanya bagian objek pada titik tertentu saja yang tajam sementara sisanya akan blur atau tidak fokus. Teknik DOF sempit menarik perhatian penikmat foto dengan fokus pada subjek utama serta menutup latar belakang yang mengganggu. Inti dari DOF sempit adalah semakin dekat objek dalam fokus ke kamera sehingga ruang ketajaman semakin sempit.
177
Gambar 3. Contoh Foto dengan DOF Sempit
Untuk memahami konsep pengaturan aperture atau bukaan lensa terhadap Depth of Field, perharikan gambar berikut ini.
Gambar 4. Pengaruh Nilai Aperture pada DOF
178
Lampiran 9. Hasil Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Hasil Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus I Pertemuan 1 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Siswa
AFE AVP AFP AS AAP AKK DZR DM DAP FBP FD FL GDW HN HAM IKC II IAD IAP KW MNF M NS PAM RIW RKA RL RND SN SS SN SU SP VLO VDNP WGR Jumlah Rata-rata
Aperture 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 2 91 2,53
Shutter Speed 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 4 3 4 2 2 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 103 2,86
Aspek Focal ISO Length 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 84 100 2,33 2,78
179
Lensa Kamera 2 2 3 4 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2 112 3,11
Komposisi Foto 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 83 2,31
Total Skor
Nilai
14 14 15 18 19 14 13 16 14 17 15 13 13 18 15 18 15 15 16 15 15 13 15 19 20 14 15 16 15 14 18 20 18 20 18 16 573 15,92
46,67 46,67 50,00 60,00 63,33 46,67 43,33 53,33 46,67 56,67 50,00 43,33 43,33 60,00 50,00 60,00 50,00 50,00 53,33 50,00 50,00 43,33 50,00 63,33 66,67 46,67 50,00 53,33 50,00 46,67 60,00 66,67 60,00 66,67 60,00 53,33 1910,00 53,06
Hasil Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus I Pertemuan 2 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Siswa
AFE AVP AFP AS AAP AKK DZR DM DAP FBP FD FL GDW HN HAM IKC II IAD IAP KW MNF M NS PAM RIW RKA RL RND SN SS SN SU SP VLO VDNP WGR Jumlah Rata-rata
Aperture 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 97 2,69
Shutter Speed 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 105 2,92
Aspek Focal ISO Length 3 2 2 2 4 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 4 3 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 5 3 103 106 2,86 2,94
180
Lensa Kamera 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 123 3,42
Komposisi Foto 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 5 4 4 4 5 125 3,47
Total Skor
Nilai
17 16 19 20 20 16 16 17 17 21 16 15 15 19 19 21 19 18 18 18 19 16 17 19 19 14 16 18 20 17 20 20 22 22 21 22 659 18,31
56,67 53,33 63,33 66,67 66,67 53,33 53,33 56,67 56,67 70,00 53,33 50,00 50,00 63,33 63,33 70,00 63,33 60,00 60,00 60,00 63,33 53,33 56,67 63,33 63,33 46,67 53,33 60,00 66,67 56,67 66,67 66,67 73,33 73,33 70,00 73,33 2196,67 61,02
Hasil Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus II Pertemuan 1 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Siswa
AFE AVP AFP AS AAP AKK DZR DM DAP FBP FD FL GDW HN HAM IKC II IAD IAP KW MNF M NS PAM RIW RKA RL RND SN SS SN SU SP VLO VDNP WGR Jumlah Rata-rata
Aperture 3 3 3 5 4 2 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 5 3 3 4 3 4 3 4 4 5 4 3 123 3,42
Shutter Speed 3 3 3 4 3 4 5 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 125 3,47
Aspek Focal ISO Length 4 4 3 4 3 3 4 4 4 5 5 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 4 5 3 5 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 5 2 4 3 4 4 5 3 5 4 3 3 5 4 3 128 141 3,56 3,92
181
Lensa Kamera 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 135 3,75
Komposisi Foto 4 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 5 3 4 5 4 4 4 5 143 3,97
Total Skor
Nilai
22 21 19 26 24 22 23 20 21 23 22 17 20 25 23 24 24 24 18 20 19 23 22 22 24 21 21 22 23 21 20 26 24 24 23 22 795 22,08
73,33 70,00 63,33 86,67 80,00 73,33 76,67 66,67 70,00 76,67 73,33 56,67 66,67 83,33 76,67 80,00 80,00 80,00 60,00 66,67 63,33 76,67 73,33 73,33 80,00 70,00 70,00 73,33 76,67 70,00 66,67 86,67 80,00 80,00 76,67 73,33 2576,67 73,61
Hasil Observasi Skill Pengoperasian Kamera DSLR Siswa Siklus II Pertemuan 2 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Siswa
AFE AVP AFP AS AAP AKK DZR DM DAP FBP FD FL GDW HN HAM IKC II IAD IAP KW MNF M NS PAM RIW RKA RL RND SN SS SN SU SP VLO VDNP WGR Jumlah Rata-rata
Aspek Aperture 3 3 5 5 4 2 3 3 3 5 3 4 3 5 4 5 5 3 4 5 4 3 4 4 5 3 5 5 3 5 3 4 5 5 4 4 143 3,97
Shutter Speed 3 3 4 4 3 4 5 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 130 3,61
ISO 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 146 4,06
182
Focal Length 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 3 4 4 5 4 3 3 4 3 5 3 5 5 4 5 5 4 155 4,31
Lensa Kamera 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 138 3,83
Komposisi Foto 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 163 4,53
Total Skor
Nilai
22 23 26 26 25 23 24 23 24 24 24 25 22 28 25 24 25 25 25 24 23 23 26 23 25 22 25 23 26 23 23 27 25 27 23 24 875 24,31
73,33 76,67 86,67 86,67 83,33 76,67 80,00 76,67 80,00 80,00 80,00 83,33 73,33 93,33 83,33 80,00 83,33 83,33 83,33 80,00 76,67 76,67 86,67 76,67 83,33 73,33 83,33 76,67 86,67 76,67 76,67 90,00 83,33 90,00 76,67 80,00 2916,67 81,02
Lampiran 10. Catatan Lapangan Catatan Lapangan
Siklus
: Pra Tindakan
Tanggal
: 4 Maret 2017
Waktu
: 08.30 - 11.45 (4 x 45 menit)
Jumlah Siswa
: 36 Siswa
Materi
: Teknik Dasar Kamera DSLR
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, kegiatan belajar mengajar dimulai pada pukul 08.35 WIB. Ketika kegiatan pembelajaran dimulai semua siswa sudah hadir di dalam kelas dan duduk di tempat masing-masing. Kegiatan pembelajaran diawali salam oleh guru kemudian dilanjutkan dengan berdoa bersama. Setelah itu guru menyampaikan pokok materi apa yang akan dipelajari pada hari ini serta tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Kegiatan inti pembelajaran dimulai pukul 08.47 WIB. Dalam penyampaian materi guru menggunakan media papan tulis untuk mencatat pokok-pokok dari materi yang diterangkan. Selama penjelasan materi, sebagian besar siswa memperhatikan dengan baik apa yang dijelaskan oleh guru. Walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru dengan melakukan kegiatan lain di luar pelajaran seperti bermain handphone. Selama menyampaikan materi, guru melarang siswa untuk mencatat agar siswa dapat fokus mendengarkan penjelasan dari guru. Setelah guru selesai menjelaskan satu pokok bahasan, guru memberikan waktu tersendiri bagi siswa untuk mencatat. Setelah
selesai
menyampaikan
materi,
guru
memberikan
beberapa
pertanyaan quiz kepada siswa seputar materi yang telah dijelaskan tadi. Siswa 183
yang berani menanggapi akan diberikan nilai tambah untuk keaktifannya. Berdasarkan hasil observasi, tercatat hanya sebanyak 2 siswa yang mau menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru atas inisiatifnya sendiri, sedangkan siswa lainnya baru mau menanggapi setelah ditunjuk oleh guru. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan praktikum dengan menggunakan aplikasi simulasi kamera DSLR. Masing-masing siswa diberikan tugas untuk mengambil gambar dengan menggunakan aplikasi simulasi kamera DSLR sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh guru sebelum praktik menggunakan kamera DSLR sungguhan. Praktikum dilaksanakan menggunakan 4 buah laptop yang diletakkan di depan kelas. Sesuai dengan nomor presensi, 4 orang siswa maju bergantian untuk melaksanakan praktik. Kegiatan praktikum dimulai pukul 09.20 WIB. Selama kegiatan praktikum suasana kurang kondusif karena siswa yang belum mendapat giliran melaksanakan praktik melakukan kegiatan masing-masing diluar pelajaran seperti mengobrol dan berjalan-jalan di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa yang dapat mengambil gambar sesuai dengan kriteria yang ditentukan hanya sebanyak 9 orang siswa sedangkan 27 siswa lainnya belum mampu menghasilkan foto sesuai kriteria. Kegiatan praktikum dengan menggunakan simulasi selesai pukul 10.15 WIB. Praktik kemudian dilanjutkan dengan mengenalkan siswa pada kamera DSLR sungguhan. Karena keterbatasan jumlah kamera yang ada yaitu hanya ada satu kamera DSLR yang disediakan di sekolah, kegiatan praktik berjalan kurang efektif karena memakan waktu lama. Hingga akhir pelajaran pukul 11.45 sebanyak 12 siswa masih belum mendapat kesempatan untuk melaksanakan praktik dengan menggunakan kamera DSLR.
184
Kegiatan pembelajaran kemudian ditutup dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh guru. Berdasarkan diskusi yang dilakukan antara peneliti dan guru mata pelajaran, selama kegiatan pembelajaran mayoritas siswa sudah memperhatikan pada saat guru menyampaikan penjelasan materi. Suasana ketika penyampaian materi cukup kondusif akan tetapi ketika pelaksanaan praktikum suasana menjadi kurang kondusif karena terdapat keterbatasan jumlah alat yang digunakan untuk praktik sehingga siswa yang belum mendapat giliran mempunyai kesempatan untuk melakukan kegiatan diluar pembelajaran seperti mengobrol dengan temannya dan berjalan-jalan di kelas. Dilihat dari pengerjaan tugas saat kegiatan praktik, mayoritas siswa belum mampu menyelesaikan tugas dengan benar sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
185
Catatan Lapangan
Siklus / Pertemuan
: Siklus I / Pertemuan 1
Tanggal
: 1 April 2017
Waktu
: 08.30 - 11.45 (4 x 45 menit)
Jumlah Siswa
: 36 Siswa
Materi
: Pengoperasian Kamera DSLR
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 April 2017. Pertemuan pertama dilaksanakan mulai pukul 08.30 WIB dengan bertempat di ruang kelas selama penyampaian materi. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan salam dan berdoa bersama yang dipimpin oleh guru. Kemudian guru mengecek apakah ada siswa yang absen atau tidak. Pada pertemuan pertama siklus I ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 36 siswa. Guru kemudian menyampaikan apersepsi serta materi pokok dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Kegiatan inti pembelajaran dimulai pukul 08.42 WIB. Pada penyampaian materi guru menjelaskan tentang aperture, shutter speed, ISO, focal length, pemilihan lensa dan yang terakhir komposisi foto. Penjelasan dilakukan secara singkat untuk masing-masing aspek yang diajarkan meliputi kegunaan setiap aspek dan juga cara penerapannya pada kamera DSLR. Pada pertemuan sebelumnya waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan praktik kurang karena jumlah kamera DSLR yang terbatas. Pada pertemuan kali ini siswa diminta untuk membawa kamera DSLR bagi yang memiliki. Berdasarkan pengamatan tercatat 5 orang siswa yang membawa kamera DSLR sehingga diputuskan untuk membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok terdapat 1
186
orang siswa yang membawa kamera. Kelompok tanpa siswa yang membawa kamera akan menggunakan kamera DSLR milik sekolah. Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan di studio foto. Guru kemudian mendemostrasikan prosedur pengoperasian kamera DSLR kepada siswa tahapan demi tahapan. Siswa secara berkelompok memperhatikan langkahlangkah yang diajarkan oleh guru dengan membandingkannya dengan kamera DSLR yang ada pada kelompoknya masing-masing. Selama pelaksanaan demostrasi siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum jelas. Berdasarkan pengamatan terlihat hanya satu orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Penyampaian materi berakhir pada pukul 09.35 WIB. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan praktikum secara berkelompok dengan bimbingan dari guru. Pada kegiatan praktikum siswa berlatih untuk memegang kamera DSLR dan mengatur setting kamera meliputi aperture, shutter speed, ISO, dan focal length. Selain itu siswa juga berlatih cara melepas dan memasang lensa serta mengganti lensa sesuai dengan kebutuhan foto yang akan diambil. Karena masih belum terbiasa menggunakan kamera DSLR beberapa siswa terlalu antusias untuk berlatih sehingga mengakibatkan teman dalam kelompoknya mendapatkan waktu yang lebih sedikit untuk berlatih menggunakan kamera DSLR. Siswa yang belum mendapatkan giliran dalam menggunakan
kamera
DSLR
umumnya
memanfaatkan
waktu
dengan
mempelajari kegunaan masing-masing lensa yang disediakan di studio. Guru kemudian memberikan tugas untuk mengambil foto dengan objek yang ada di sekitar lingkungan sekolah dengan menerapkan exposure, focal length, lensa, dan komposisi yang tepat. Siswa secara berkelompok kemudian keluar menuju halaman sekolah untuk mencari objek yang akan diambil fotonya.
187
Berdasarkan pengamatan, banyak siswa yang masih kebingungan dalam mengaplikasikan pengaturan melalui tombol-tombol pada kamera DSLR secara langsung. Siswa sering terbolak-balik dalam pengaplikasiannya, terlebih siswa kurang percaya diri untuk menunjukkan hasil fotonya yang salah kepada guru sehingga siswa malu untuk bertanya dan lebih memilih untuk mencoba-coba tombol yang ada. Dalam kegiatan praktik terbimbing, guru hanya mengecek beberapa hasil dari anggota kelompok sehingga masih ada siswa yang belum mendapatkan umpan balik dari hasil foto yang diambil. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan latihan mandiri yang dilakukan oleh masing-masing siswa untuk membiasakan siswa mengoperasikan kamera DSLR. Pada pertemuan pertama ini, berdasarkan hasil pengamatan banyak siswa yang belum menggunakan prinsip komposisi yang benar dalam mengambil foto karena terfokus pada menyesuaikan exposure yang pas. Kegiatan praktikum berakhir pada pukul 11.30 WIB karena siswa masih belum terbiasa dalam penggunaan kamera DSLR sehingga waktu pengerjaan tugas cukup lama. Karena waktu yang tinggal 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, hanya perwakilan pada tiap-tiap kelompok yang menyampaikan kesimpulan tentang teknik pengoperasian kamera DSLR yang sudah dipelajari. Guru kemudian memberikan evaluasi dan menyampaikan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Pada pukul 11.45 WIB kegiatan pembelajaran kemudian ditutup dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan salam.
188
Catatan Lapangan
Siklus / Pertemuan
: Siklus I / Pertemuan 2
Tanggal
: 29 April 2017
Waktu
: 08.30 - 11.45 (4 x 45 menit)
Jumlah Siswa
: 36 Siswa
Materi
: Pengoperasian Kamera DSLR
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 April 2017. Pertemuan kedua
dilaksanakan
3
minggu setelah
pertemuan pertama
dikarenakan selama bulan April siswa kelas XI menjalankan Praktik Pengalaman Lapangan (PKL) dari hari Senin sampai hari Jumat, sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah hanya dilaksanakan pada hari Sabtu dengan jadwal yang berbeda-beda setiap minggunya dan mata pelajaran Komposisi Foto Digital mendapatkan jadwal pada tanggal 1 dan 29 April 2017. Pertemuan kedua dilaksanakan mulai pukul 08.30 WIB dengan bertempat di ruang kelas selama penyampaian materi. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan salam dan berdoa bersama yang dipimpin oleh guru. Kemudian guru mengecek apakah ada siswa yang absen atau tidak. Pada pertemuan kedua siklus I ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 36 siswa. Guru kemudian menyampaikan apersepsi serta materi pokok dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Kegiatan inti pembelajaran dimulai pukul 08.40 WIB. Materi yang dijelaskan guru pada pertemuan kedua ini sama dengan pada pertemuan pertama yaitu prosedur pengoperasian kamera DSLR, untuk membiasakan siswa dalam mengoperasian tombol-tombol pengaturan pada kamera. Pada pertemuan kali ini guru memberikan materi lebih pada aspek komposisi foto mengingat pada
189
pertemuan pertama belum banyak siswa yang mengaplikasikan komposisi ketika mengambil foto. Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan di studio foto. Guru kemudian mendemostrasikan prosedur pengoperasian kamera DSLR kepada siswa dengan memperhatikan
aspek
komposisi
foto.
Siswa
secara
berkelompok
memperhatikan langkah-langkah yang diajarkan oleh guru. Selama pelaksanaan demostrasi siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum jelas. Berdasarkan pengamatan terlihat hanya satu orang siswa yang mengajukan pertanyaan.Penyampaian materi berakhir pada pukul 09.37 WIB. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan praktikum secara berkelompok dengan bimbingan dari guru. Pada kegiatan praktikum kali ini sama seperti pertemuan pertama, siswa berlatih mengoperasiakan kamera DSLR dengan melakukan pengaturan untuk menghasilkan foto dengan setting yang pas. Siswa terlihat mulai terbiasa dengan pengaturan tombol-tombol pada kamera DSLR meskipun masih ada siswa yang terlihat kaku saat mengoperasikan kamera DSLR namun jumlahnya sudah berkurang. Pada latihan kali ini siswa mulai menerapkan komposisi pada foto yang diambil. Guru terlihat lebih komunikatif pada siswa sehingga beberapa siswa tidak malu-malu lagi untuk bertanya ketika mengalami kesulitan. Guru kemudian memberikan tugas untuk mengambil foto dengan objek yang ada di sekitar lingkungan sekolah dengan menerapkan exposure, focal length, lensa, dan komposisi yang tepat. Siswa secara berkelompok kemudian keluar menuju halaman sekolah untuk mencari objek yang akan diambil fotonya. Berdasarkan pengamatan, guru sudah memberikan umpan balik secara menyeluruh pada masing-masing siswa dalam kelompoknya. Kegiatan kemudian
190
dilanjutkan dengan latihan mandiri yang dilakukan oleh masing-masing siswa untuk lebih membiasakan siswa mengoperasikan kamera DSLR. Pada pertemuan kedua ini, berdasarkan hasil pengamatan siswa mulai terbiasa melakukan pengaturan pada kamera DSLR dan mulai menggunakan prinsip komposisi ketika mengambil foto terutama prinsip komposisi rule of third. Kegiatan praktikum berakhir pada pukul 11.15 WIB. Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan tes kognitif untuk menguji pemahaman siswa mengenai materi yang sudah dipelajari. Uji tes kognitif dilaksanakan di ruang kelas XI MM 2. Siswa diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan 15 soal pilihan ganda. Pada akhir kegiatan, guru memberikan evaluasi dan menyampaikan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya yaitu pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring. Pada pukul 11.45 WIB kegiatan pembelajaran kemudian ditutup dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan salam.
191
Catatan Lapangan
Siklus / Pertemuan
: Siklus II / Pertemuan 1
Tanggal
: 5 Mei 2017
Waktu
: 08.20 - 11.15 (4 x 40 menit)
Jumlah Siswa
: 36 Siswa
Materi
: Blurring
Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 5 Mei 2017. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat karena siswa kelas XI sudah selasai melaksanakan PKL dan mulai bulan Mei jadwal pembelajaran kembali pada jadwal aslinya dimana mata pelajaran Komposisi Foto Digital ada setiap hari Jumat jam ke 3 sampai 6. Dikarenakan proses pembelajaran berlangsung pada hari Jumat sehingga satu jam pelajaran hanya 40 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan mulai pukul 08.20 WIB dengan bertempat di ruang kelas selama penyampaian materi. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan salam dan berdoa bersama yang dipimpin oleh guru. Kemudian guru mengecek apakah ada siswa yang absen atau tidak. Pada pertemuan pertama siklus II ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 36 siswa. Guru kemudian menyampaikan apersepsi serta materi pokok dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Kegiatan inti pembelajaran dimulai pukul 08.37 WIB. Materi yang dijelaskan guru pada pertemuan pertama yaitu prosedur pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring. Guru menjelaskan bahwa teknik blurring akan diaplikasikan pada jenis fotografi produk (product photography). Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan di studio foto. Guru kemudian mendemostrasikan prosedur pengoperasian kamera DSLR kepada siswa untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring tahap demi tahap. Siswa secara 192
berkelompok memperhatikan langkah-langkah yang diajarkan oleh guru. Selama pelaksanaan demostrasi siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum jelas. Berdasarkan pengamatan terlihat 3 orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Penyampaian materi berakhir pada pukul 09.00 WIB. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan praktikum secara berkelompok dengan bimbingan dari guru. Pada kegiatan praktikum kali ini siswa berlatih untuk melakukan pengaturan aperture, shutter speed, ISO, focal length, pemilihan lensa serta komposisi foto untuk menghasilkan foto blurring. Teknik blurring berkaitan erat dengan pengaturan aperture dimana nilai aperture harus diatur pada angka paling kecil atau bukaan paling lebar. Berdasarkan pengamatan, beberapa siswa cenderung menaikkan nilai aperture dikarenakan ketika bukaan aperture lebar cahaya yang masuk akan makin banyak sehingga foto menjadi over exposure, untuk mengatasinya siswa malah menurunkan nilai aperture daripada melakukan pengaturan aspek lainnya seperti ISO atau shutter speed. Guru kemudian memberikan tugas untuk mengambil foto dengan tema fotografi produk dengan menerapkan teknik blurring. Produk yang akan difoto berupa toys
(mainan) serta produk kecantikan yang
sudah disiapkan
sebelumnya. Siswa bersama dengan kelompoknya masing-masing diberikan kebebasan untuk menentukan backgroud foto yang akan digunakan. Beberapa kelompok terlihat menuju taman sekolah untuk mendapatkan backgroud rumput dan dedaunan, sedangkan kelompok lainnya membuat studio mini dengan meletakkan kaca sebagai alas dan kertas putih sebagai backgroud. Berdasarkan pengamatan, guru sudah memberikan umpan balik secara menyeluruh pada masing-masing siswa dalam kelompoknya. Kegiatan kemudian dilanjutkan
193
dengan latihan mandiri yang dilakukan oleh masing-masing siswa untuk lebih membiasakan siswa mengoperasikan kamera DSLR. Pada pertemuan pertama ini, berdasarkan hasil pengamatan siswa semakin terbiasa melakukan pengaturan pada kamera DSLR. Kegiatan praktikum berakhir pada pukul 10.40 WIB. Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi tiap-tiap kelompok untuk menyampaikan kesimpulan tentang teknik pengoperasian kamera DSLR yang sudah dipelajari. Guru kemudian memberikan evaluasi dan menyampaikan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Pada pukul 11.15 WIB kegiatan pembelajaran kemudian ditutup dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan salam.
194
Catatan Lapangan
Siklus / Pertemuan
: Siklus II / Pertemuan 2
Tanggal
: 12 Mei 2017
Waktu
: 08.20 - 11.15 (4 x 40 menit)
Jumlah Siswa
: 36 Siswa
Materi
: Blurring
Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Mei 2017. Dikarenakan proses pembelajaran berlangsung pada hari Jumat sehingga satu jam pelajaran hanya 40 menit. Pertemuan kedua dilaksanakan mulai pukul 08.20 WIB dengan bertempat di ruang kelas selama penyampaian materi. Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan salam dan berdoa bersama yang dipimpin oleh guru. Kemudian guru mengecek apakah ada siswa yang absen atau tidak. Pada pertemuan kedua siklus II ini seluruh siswa hadir dengan jumlah 36 siswa. Guru kemudian menyampaikan apersepsi serta materi pokok dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Kegiatan inti pembelajaran dimulai pukul 08.35 WIB. Materi yang dijelaskan guru pada pertemuan kedua sama dengan pada pertemuan pertama yaitu prosedur pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring. Hai ini ditujukan untuk memantapkan skill siswa dalam melakukan pengaturan kamera DSLR untuk menghasilkan teknik blurring. Kegiatan pembelajaran
kemudian
dilanjutkan
di
studio
foto.
Guru
kemudian
mendemostrasikan prosedur pengoperasian kamera DSLR kepada siswa untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring tahap demi tahap sama seperti pada pertemuan pertama hanya saja pada kali ini guru lebih memantapkan pemahaman siswa pada pengaturan nilai aperture. Siswa secara berkelompok 195
memperhatikan langkah-langkah yang diajarkan oleh guru. Selama pelaksanaan demostrasi siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum jelas. Berdasarkan pengamatan terlihat 2 orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Penyampaian materi berakhir pada pukul 08.50 WIB. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan praktikum secara berkelompok dengan bimbingan dari guru. Pada kegiatan praktikum kali ini sama seperti sebelumnya, siswa berlatih untuk melakukan pengaturan aperture, shutter speed, ISO, focal length, pemilihan lensa serta komposisi foto untuk menghasilkan foto blurring. Siswa terlihat mulai terbiasa mengatur setting pada kamera dan mulai hafal fungsi masing-masing tombol yang ada pada kamera DSLR. Sama seperti pertemuan pertama, guru kemudian memberikan tugas untuk mengambil foto dengan tema fotografi produk dengan menerapkan teknik blurring. Siswa bersama dengan kelompoknya masing-masing diberikan kebebasan untuk menentukan backgroud foto yang akan digunakan. Waktu pengerjaan
tugas
menjadi
lebih
cepat
daripada
pertemuan-pertemuan
sebelumnya karena siswa sudah terbiasa untuk melakukan pengaturan pada kamera DSLR. Berdasarkan pengamatan, guru sudah memberikan umpan balik secara menyeluruh pada masing-masing siswa dalam kelompoknya. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan latihan mandiri yang dilakukan oleh masing-masing siswa untuk lebih membiasakan siswa mengoperasikan kamera DSLR. Pada pertemuan kedua ini, berdasarkan hasil pengamatan siswa semakin terbiasa melakukan pengaturan pada kamera DSLR. Kegiatan praktikum berakhir pada pukul 10.30 WIB. Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan tes kognitif untuk menguji pemahaman siswa mengenai materi yang sudah dipelajari. Uji tes kognitif dilaksanakan di ruang kelas XI MM 2. Siswa diberikan waktu 30 menit
196
untuk mengerjakan 15 soal pilihan ganda. Pada akhir kegiatan, guru memberikan evaluasi dan menyampaikan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya. Pada pukul 11.15 WIB kegiatan pembelajaran kemudian ditutup dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan salam.
197
Lampiran 11. Dokumentasi Hasil Foto Siswa Dokumentasi Hasil Foto Siswa pada Siklus I Pertemuan 1
198
Dokumentasi Hasil Foto Siswa pada Siklus I Pertemuan 2
199
Dokumentasi Hasil Foto Siswa pada Siklus II Pertemuan 1
200
Dokumentasi Hasil Foto Siswa pada Siklus II Pertemuan 2
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian
201
Lampiran 12
202
203
204
205
206