e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)
PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK KELOMPOK B TK SEBANA SARI Ni Nyoman Darminiasih, A.A. Istri Ngurah Marhaeni, Made Sutama Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email: {nyoman.darminiasih, agung.marhaeni, made.sutama}@pasca.undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan pe-ningkatan kemampuan berbahasa dan sosial emosional anak melalui peng-gunaan metode bermain permainan tradisional. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah anak kelompok B TK Sebana Sari Denpasar, yang berjumlah 20 orang anak. Data tentang kemampuan berbahasa dan sosial emosional anak dikumpulkan melalui observasi. Analisis data menggunakan deskripsi dan pemaknaan secara kualitatirf. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pada akhir tindakan siklus II dicapai ketuntasan kemampuan berbahasa anak sebesar 100% dan sosial emosional sebesar 100%. Ini berarti penggunaan metode bermain permainan tradisional dapat secara bermakna meningkatkan kemampuan berbahasa dan sosial emosional anak kelompok B TK Sebana Sari Denpasar tahun ajaran 2013/2014. Kata Kunci: metode bermain permainan tradisional, kemampuan berbahasa, sosial emosional.
ABSTRACT This study aims to analyze and describe a rise in emotional and social language skills of children, through through the use of traditional methods of playing the game. This study is an action research Kels, research subjects Sebana kindergarten children in group B Sari Denpasar, totaling 20 children. Data were collected through observation and social emotional child language skills, data analysis using the description and analysis. In the present study found the final act of social emotional completeness of 100 %, and 100% proficiency. This means that the use of traditional methods of playing games can significantly improve the social and emotional child language skills significantly. Keywords : using traditional methods of playing games, social emotional language skills .
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan jaman, maupun kecerdasan spiritual sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini bisa dimulai dari TK (Permendiknas nomor 58, 2009). Selain itu dalam rangka meletak kan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta anak didik guru perlu memahami kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai anak didik. Kemampuankemampuan yang harus dikuasai anak TK merupakan tugas per-kembangan tahap masa kanak-kanak awal yang harus diselesaikan. Salah satu dari tugas perkembangan masa kanak-kanak awal yang harus dijalani anak taman kanakkanak tersebut adalah tugas yang berkait an dengan pengembangan kemampuan dasar berbahasa dan perkembangan sosial emosional anak. Pentingya pengembangan kemampuan dasar berbahasa dan sosial emosional ini adalah karena kemampuan dasar ini merupakan bekal pengetahuan bagi anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial disekitarnya (Permendiknas nomor 58, 2009).. Agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan TK, maka guru harus menguasai strategi, metode, teknik pembelajaran bagi anak TK. Pemilihan metode pembelajaran harus dapat mengakomodasi perkembangan kognitif, berbahasa, kreativitas, emosional dan sosial emosional anak. Salah satu metode yang paling banyak digunakan dan tidak boleh ditinggalkan ketika mengajar anak di TK adalah metode bermain. Karena bermain dapat menumbuh kembangkan mereka secara patut dan utuh, bahwa masa pendidikan di TK merupakan masa usia emas (golden age). Pemberian pendidik an yang tepat pada masa ini berpengaruh sangat signifikan bagi prestasi belajar pada jenjang pendidikan berikutnya. Pendidikan TK dapat memberi andil bagi
peningkatan mutu sumber daya manusia. Pada fase usia emas ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik motorik, perkembangan watak, moral, berbahasa dan sosial emosi-onalnya (Siskandar, 2003). Perkembangan sosial dan emosional anak diarahkan pada anak untuk mengontrol dirinya, mengenal perasaan dan meng-ekspresikan melalui cara-cara yang dapat diterima baik secara sosial maupun kultural. Untuk mengembangkan emosi yang sehat anak membutuhkan dasar rasa aman dari lingkungannya serta teman sebaya yang sehat. Perkembangan sosial dan emosional pada dasarnya adalah perubahan pemaham an anak tentang diri dan lingkungannya kearah yang lebih sempurna (Nurul Octavia, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di TK Sebana Sari Denpasar, didapatkan hasil observasi terhadap 20 orang anak, bahwa 12 orang anak terlihat aktif dan lebih mampu bersosialisasi dan mampu menunjukan sosial emosi onalnya dengan guru dan teman disekolah, mereka tidak pernah marah dengan teman selalu memberi salam kepada guru kalau bertemu, tidak pernah berebut mainan begitu juga dikelas tidak pernah mengganggu dan usil kepada teman. Mereka selalu bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang diberi kan oleh guru, selalu mau bekerja sama bila bermain dengan kelompok, dan selalu berbahasa yang sopan. Sedang kan sisanya lagi 8 orang terkadang menunjuk kan emosionalnya secara berlebihan, menangis kalau tidak ditunggu, tidak mau main kalau tidak diberi mainan yang mereka sukai walaupun mainan itu masih dipakai teman, selalu berebut mainan kalau bermain diluar, dan ada juga yang tidak mau bermain dengan temannya, selalu minta ditemani oleh pengasuh kalau tidak mereka marah dan menangis sampai jerit-jerit semuanya ini menanda kan anak mampu mengendalikan emosi onalnya. Selain mengembangkan kemam puan sosial emosional, pengembangan kemampu an berbahasa anak juga perlu dikembang kan karena kemampuan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014) berbahasa merupakan rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan serta sikap. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pembinaan dan pengem bangan bahasa Indonesia secara terarah. Pengajaran bahasa di Sekolah memiliki arti dan peran penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, dan kemampuan dasar yang diperlukan anak serta membantu anak mengembangkan keterampilan berbahasa yang dimiliki yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Ketika anak telah menggunakan bahasa, anak telah mulai dapat berpikir dengan simbol-simbol. Pada saat ini apa yang dilihat dan dirasakan diungkapkan dengan bahasa, perkembangtan berbahasa diarahkan pada peningkatan kemampuan anak untuk: (1) mendengar secara aktif dengan berkomuni ksi menggunakan bahasa; dan (2) memahami bahwa sesuatu dapat diwakilkan dengan tulisan dan dapat dibaca, mengetah ui abjad, menulis angka dan huruf. Meski pun anak sudah memiliki kemampuan berbahasa dalam otaknya namun per-kembanganya dipengaruhi stimulasi bahasa dari lingkung annya. Orang tua, pendidik serta orang dewasa dilingkungannya merupaka model bagi anak untuk megembangkan kemampuan berbahasanya melaui percakapan seharihari. Karena per-kembangan berberbahasa sangat penting pada anak dan mem-butuhkan perhatian yang serius oleh guru TK, sehingga guru TK dapat mem-bangkitkan motivasi anak sejak dini agar mampu mendengarkan dan berbahasa secara baik dan benar serta senang belajar menulis mes kipun masih dalam bentuk simbol-simbol yang dapat mengekspresikan kemampuan nya. Pada kenyataannya, saat ini pembelajaran berbahasa kurang men-dapat perhatian dengan baik, kurang ditangani secara sungguh-sungguh yang mengakibatkan kemampuan berbahasa anak menjadi kurang dan rendah. Suatu realita yang penulis hadapi sehari-hari di kelompok B TK Sebana Sari Denpasar, bahwa kemampuan anak dalam berbahasa secara umum masih rendah, baik dalam hal mengemukakan
pendapatnya, menjawab pertanyaan secara sederhana, berbagi pengalaman, menirukan beberapa kata masih kurang. Demikian juga dalam perkembangan sosial emosional anak penulis rasakan masih kurang berkembang dengan optimal, karena masih ada beberapa anak yang kurang mampu mengendalikan emosinya misalnya dalam hal berebut mainan atau menunggu giliran untuk bermain, masih sering ada yang menangis, minta ditunggui oleh pengantarnya atau peng asuhnya, ini menyebabkan sikap sosial emosional dan kemampuan berbahasa anak menjadi rendah. Dengan demikian apabila sosial emosional dan kemampuan berbahasa anak ini mengalami masalah, dan tidak ditangani secara serius, tentu akan berdampak pada tujuan pendidik-an yaitu tidak dapat mengembangkan berbagai potensi anak. Supaya sikap sosial emosional dan kemampuan berbahasa anak berkembang sesuai dengan aspekaspek perkembangan anak, maka pemilihan metode pem-belajaran yang paling tepat dalam pengembangan sosial emosional anak dan kemampuan berbahasa di TK adalah dengan menerapkan metode bermain. Metode bermain merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan pem belajaran atau proses kegiatan pem belajaran yang menyenangkan mem bantu anak mengenal dunianya, me-ngembangkan konsep-konsep baru, yang mampu meningkatkan keterampil an sosial, dan membentuk perilaku. Disamping itu bermain juga merupakan cara yang paling tepat untuk me-ngembangkan kemampuan anak TK sesuai kompetensinya seperti metode bermain permainan tradisional (Moeslichatoen, 2004:11). Dewasa ini permainan tradisi- onal sudah sangat jarang dimainkan. Padahal dalam permainan tradisional terkadang terkandung nilai-nilai edukasi dan sosial yang lebih tinggi dari pada permainan moder, karena permainan tradisional dilakukan banyak melibatkan aktivitas fisik, pengaturan strategi, kerjasama tim,
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014) kemampuan berbahasa seperti sambil bernyanyi dan interaksi sosial emosionalnya, seperti marah bila mereka kalah, menangis bila mereka tidak mau menjalankan konse-kuensi, malu bila mereka menerima kekalahannya (Husna, 2009: 221). Jadi permainan tradisional adalah merupakan suatu permainan yang mirip dengan olahraga yakni memiliki aturan main seperti olah-raga yang memberi kesenang an, rileksasi, kegembiraan, dan tantangan. Permain an tersebut membutuhkan gerakan-gerakan dan aturan-aturan yang jelas (Nurlaila, 2004: 6) Menurut Made Taro (2002), permainan tradisional adalah aktivitas budaya yang terdiri dari unsur-unsur gerak, seni nilai lokal dan budaya yang tersebar dimasyarakat. Permainan tradisional ini sejalan dengan tujuan pendidikan usia dini yakni memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial budaya yang selaras dalam upaya pembentu-kan serta mengembangkan kemampuan dan keperibadian yang berwawasan lingkungan khususnya didalam pendidikan TK. Permainan tradisional merupa kan warisan dari leluhur kita pada zaman dahulu yang sudah hampir punah (mengalami kepunahan). Untuk menjaga kelestarian dari permainan tradisional ini maka kita sebagai generasi hendaknya selalu menjaga kelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa. Jenis-jenis permainan tradisi onal antara lain; 1) permainan yang dilakukan didalam kelas, misalnya bermain congkak, ular tanga, monopoli, halma, bermain boneka kerta, dan lainlain, 2) permainan yang dilakukan diluar kelas misalnya goak maling taluh, miongmiongan, ular naga panjang, dan adu jangkrik, dan lain-lain. Bermain permainan radisional merupakan cermin perkembangan anak, tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Karena melalui bermain permainan radisional anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai,
dan sikap sosial emosionalnya. Melalui kegiatan bermain anak dapat melaku kan koordinasi otot kasar, bermacam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, melompat, menendang, melempar, dan lain sebagainya. Melaui kegiatan ber-main anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecah kan berbagai masalah seperti kegiatan mengukur isi, mengukur berat, mem-bandingkan, mencari jawaban yang berbeda dan sebagainya. Melalui kegiat an bermain anak dapat mengembang kan kreativitasnya, yaitu melakukan kegitan yang mengandung kelenturan; memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru dan sebagainya. Dengan demikian manfaat dari metode bermain permainan tradisional untuk perkembangan fisik, kognitif, sosial emosional dan ber-bahasa, bermain juga mempunyai man-faat yang besar bagi perkembangan anak secara keseluruhan. Seperti ber-main memicu kreativitas dan menemu-kan ide-ide serta menggunakan daya khayalnya, bermain juga bermanfaat mencerdaskan otak, bermanfaat menanggulangi konflik, bermain juga bermanfaat untuk melatih empati, dan bermanfaat mengasah panca indra serta bermain itu melaku kan penemuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan kualitas sosial emosional dan kemampuan berbahasa anak setelah digunakan metode bermain permainan tradisional pada anak kelompok B TK Sabana Sari Denpasar tahun pelajaran 2013/2014. Manfaat dari penelitian ini secara teoritis, mengkaji tentang penerepan metode bermain permainan tradisional dapat memberi wawasan yang lebih luas bagi guru dalam memperkaya pengalamannya ataupu dalam hal pengetahuan yang berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkat kan profesionalismenya sehingga kegiat an pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dan menyenangkan bagi anak dalam rangka meningkatkan kemampuan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014) berbahasa dan pengem- bangan sosial emosional anak.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan 2 siklus.Lokasi penelitian ini di TK Sabana Sari Denpasar, dengan subjek penelitian adalah anak kelompok B tahun ajaran 2013/2014, yang ber-jumlah 20 oarang, dilaksanakan dalam semester genap. Pada penelitian ini melibatkan variabel bebas adalah penggunaan metode bermain per-mainan tradisional yang merupakan suatu permainan yang terdiri dari unsur gerak, seni nilai lokal dan budaya, yang mirip dengan olahraga yakni memiliki aturan main dan memberi kesenangan, rileksasi, kegembiraan, dan tantangan kepada anak. Permainan tersebut membutuhkan gerakan-gerakan dan aturan-aturan yang jelas yang tersebar di masyarakat. Permainan tradisional ini sejalan dengan tujuan pendidikan usia dini yakni memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, ber-bahasa, emosional dan sikap sosial anak agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berbahasa dan perkembang an sosial emosional anak. Konsepsi kemampuan berbahasa merupakan salah satu bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkat kan kemampuan berbahasa anak yang sesuai dengan tahap perkembangan nya. Tingkat pencapaian perkembangan berbahasa di TK yaitu: 1) pada aspek menerima bahasa dengan indikator; a) mendengarkan teman berbicara, b) memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu, menirukan kembali 3-4 utrutan kata, 2) mengungkapkan bahasa dengan indikator; menirukan kalimat yang disampaikan secara sederhana, b) mengulang kembali kalimat sederhana, c) menjawab pertanyaan tentang informasi/ kejadian secara sederhana, d) dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di-
mana, e) menyanyikan lagu anak-anak, (Permendiknas nomor 58, tahun 2009). Sedangkan perkembangan sikap sosial emosional anak merupakan proses pembentukan pribadi dalam masyarakat, yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterus nya, untuk melatih kepekaan diri mengendalikan emosi dan mengajarkan anak-anak untuk selalu peka terhadap rangsangan sosial yang berhubungan dengan tuntutan sosial sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial. Perkembangan sikap sosial emosional yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu dengan aspek sosial emosional yaitu; a) menunjukkan sikap kooperatif dengan indikator: (1). Mengikuti lomba dalam permainan, (2). Bersikap sportif dalam brmain, b) mentaatu aturan dalam permainan dengan indikator; 1) mengikuti aturan dalam permainan, 2) berhenti bermain pada waktunya, c) aspek mengendalikan perasaan, dengan indikator; 1)sabar menunggu giliran, 2) mengendalikan emosi dengan cara yang wajar, 3) dapat dibujuk juka menangis, 4) Tidak cengeng, 5) senang bila mensapatkan sesuatu. (Permendiknas Nomor 58. 2009). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan metode observasi. Instrumen yang digunakan adalah instrumen observasi dengan teknik penilaian menggunakan lima alternatif pilihan jawaban yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa dan sosial emosional anak. Pengolahan data dilakukan dengan teknik deskripsi-analitis. Pensekoran terhadap hasil observasi kemampuan berbahasa dan sosial emosional, menggunakan model skala Likert, bentuk gradasinya mulai dari Selalu (SL) skornya 5, Sering (SR) skornya 4, Kadang-kadang (KD) skornya 3, (JR) Jarang skornya 2, dan Tidak Pernah (TP) skornya 1. Pernyataan yang digunakan sebagai butir di dalam pengamatan kemampuan berbahasa dan sosial emosional anak menunjuk kan indikasi yang mendukung indikator dari variabel yang akan diungkap, apabila anak TK dalam keseharian selalu melakukan sampai tidak pernah sama sekali. Sehingga jumlah skor jawaban untuk
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014) masing-masing butir bergerak dari 5 sampai dengan 1, dengan menggunakan rubrik. Oleh karena itu, rata-rata skor ideal dari semua subjek penelitian dibandingkan dengan rata-rata kenyataan. Dari rerata tersebut dikelompokkan kecenderungan nya menjadi lima kategori dengan norma kerangka teoretik kurva normal ideal, seperti berikut. 1. 2. 3. 4. 5.
Mi + 1,5 SDi Sangat Baik Mi + 0,5 SDi --< Mi + 1,5 SDi Baik Mi – 0,5 SDi --< Mi+0,5 SDi Cukup Mi–1,5 SDi--<Mi–0,5 SDi Kurang < Mi – 1,5 SDi Sangat Kurang
Keterangan: Mi = ½ (skor maksimum +skor minimun) Sdi =1/6(skormaksimum–skorminimum) (Dantes, 1983: 25) Indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini adanya peningkatan nilai rata-rata ketuntasan kemampuan berbahasa dan sosial emosional anak pada akhir siklus sebesar ≤ 65% . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sosial emosional anak setelah dilaksanakan kegiatan melalui penggunaan merode bermain permainan tradisional pada anak kelompok B TK Sabana Sari Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini disebabkan karena melalui kegiatan melalui penggunaan metode bermain permainan tradisional anak dapat melatih sosial emosional dengan cara menunjukkan sikap kooperatif saar bermain, mentaati peraturan dalam permainan dan mengendalikan perasaan pada saat bermain permainan tradisi-onal. Melalui penggunaan merode ber-main permainan tradisional, anak dapat meningkatkan semua aspek yang ditingkatkan seperti menunjukkan sikap kooperatif saar bermain, mentaati peraturan dalam permainan dan mengendalikan perasaan. Melalui penggunaan merode bermain permainan tradisional anak dapat mengembangkan
sosial emosionalnya, seperti mau m,engikuti permainan dengan tuntas, bersikap sportif didalam bermain, mengikuti aturan dalam permainan, berhenti bermain pada waktunya, sabar menunggu giliran, mengendalikan emosi dengan cara yang wajar, dapat dibujuk jika menangis tidak cengeng saat mengikuti kegiatan pembelajaran, senang bila mendapat kan sesuatu. Kegiatan pembelajaran dengan penggunaan merode bermain permain an tradisional, anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan kemampuan beriteraksi, melatih kesabaran dan keberanian. Hasil analisis pada awal tindakan yaitu pra PTK dari 20 orang anak yang diberikan tindakan, 3 orang anak (15%) dengan katagori baik, 7 orang (35%) cukup, dan 10 orang (50%) kurang. Pada akhir siklus I mengalami peningkatan 6 orang anak (30%) dengan katagori baik, 14 orang (70%) dengan cukup. Sedangkan pada akhir siklus II mengalami peningkatan yaitu 13 orang anak (65%) dengan katagori sangat baik, 7 orang (35%) baik dan tidak ada anak dengan katagori cukup, dan kurang. Hasil analisis nilai rata-rata sosial emosional anak dari sebelum tindakan yaitu 41.0 dengan katagori kurang, sedangkan akhir siklus I yaitu 58.89 dengan katagori cukup, dan akhir siklus II yaitu 80.18 dengan katagori sangat baik. Selanjutnya mulai dari awal tindakan sosial emosional anak mencapai ketuntasan 15% meningkat akhir siklus II mencapai 100%, semua anak tuntas sesuai indikator keberhasilan yang diharapkan dengan nilni minimal 65 dengan katagori sangat baik dan tuntas. Hasil penelitian juga menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan berbahasa anak setelah digunakan metode bermain permainan tradisional pada anak kelompok B TK Sabana Sari, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini disebabkan karena melalui kegiatan dengan penggunaan metode bermain permainan tradisional, anak dapat meningkatkan kemampuan mendengar-kan teman berbicara, meniru kembali 3-4 urautan kata, mengerti perintah yang diberikan bersamaan, memahami per-mainan yang
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014) akan dimainkan, mengenal perbedaan kata mengenai kata sifat, menirukan kalimat yang disampaikan secara sederhana, men-jawab pertanyaan tentang permainan yang dimainkan secara sederhana, mengutarakan pendapat kepada orang lain, menceritakan kembali permainan yang telah dimainkan secara sederhana, mengenal suara-suara yang ada sisekitarnya. Melalui kegiatan penggunaan metode bermain permainan tradisional anak dapat berlatih mening katkan aspek-aspek yang ditingakatkan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa seperti menerima bahasa, dan mengungkapkan bahasa. Hasil analisis setelah diadakan pengukuran, kemampuan berbahasa pada awal tindakan yaitu pra PTK dari 20 orang anak yang diberikan tindakan, 2 orang anak (10%) dengan katagori baik, 7 orang (35%) cukup, dan 11 orang (55%) dengan katagori kurang. Pada akhir siklus I mengalami peningkatan kemampuan berbahasa anak dengan katagori baik ,7 orang anak (35%), 13 orang (65%) dengan katagori cukup. Sedangkan pada akhir siklus II mengalami peningkatan menjadi 20 orang anak (100%) dengan katagori sangat baik, dan tidak ada anak dengan katagori baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Hasil analisis nilai rata-rata kemampuan berbahasa anak dari sebelum tindakan yaitu 38.25 dengan katagori kurang, sedangkan akhir siklus I meningkat menjadi 58.25 dengan katagori cukup, dan akhir siklus II menjadi 83.40 dengan katagori sangat baik. Selanjutnya mulai dari awal tindakan kemampuan berbahasa anak mencapai ketuntasan 10% meningkat akhir siklus II menjadi 100%, semua anak tuntas sesuai indikator keberhasilan yang diharapkan dengan nilai minimal 65 dengan katagori baik dan tuntas. Dengan demikian amat besar peranan penggunaan metode bermain permainan tradisional dalam mengembangkan sosial emosional dan kemampuan berbahasa anak. Keberhasilan penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Sundra (2007) dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 4, No. 2, Hal. 922, Singaraja, tahun 2007, dengan judul
penelitian”Determinasi Pemaham an NilaiNorma-Moral Pancasila, Sikap Sosial, dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMAN Se-Kota Mataram Tahun Pembelajaran 2006/ 2007. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan dan determinasi yang signifikan antara pemahaman nilai-norma-moral Pancasila, sikap sosial, dan motivasi berprestasi baik secara sendiri-sendiri maupun simulasi terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan . Keberhasilan penelitian ini didukung juga oleh penelitian dari Nurul Octavia (2011) dalam Jurnal penelitian PAUDIA Volume 1, No.1, tahun 2011, dengan judul penelitian analisis kemampuan berbahasa didalam penguasaan kosa kata baru pada anak POS PAUD Mutiara Semarang melalui metode bercerita. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian jenis kualitatif yang difokuskan pada satu fenomena saja yang akan ditelaah secara mendalam. Dengan demikian penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran di TK dapat disesuaikan dengan bidang pengembangan yang akan ditingkatkan, yang mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan berpikir, menalar, mampu menarik kesimpulan, dan mem-buat generalisasi. Caranya adalah dengan memahami lingkungan di sekitarnya, mengenal orang dan benda-benda yang ada, memahami tubuh dan perasaan mereka sendiri, melatih memahami untuk mengurus diri sendiri. Selain itu, anak dapat dilatih mengguna- kan bahasa untuk berhubungan dengan orag lain, dan melakukan apa yang dianggap benar berdasar nilai yang ada dalam masyarakat Hildebrand (dalam Wirelawati, 2011) Sedangkan untuk mengembang kan emosi anak yaitu menggunakan metodemetode yang menggerakkan anak untuk mengekspresikan perasaan yang menyenangkan secara verbal dan tepat. Sedangkan untuk mengembang kan nilai dan sikap sosial anak dapat dipergunakan metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasa ankebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014) agama dan moral pancasila agar anak dapat menjalani hidup sesuai dengan norma yang dianut masyarakat. Pemberian pengalaman belajar yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan kerja, kebiasaan menghargai waktu, dan kebiasaan memelihara lingkungan. Anak memerlukan kesempatan untuk menggunakan tenaga sepenuhnya untuk melakukan kegiatan. Untuk itu, diperlukan tersedianya ruang dan alat (Moeslichatoen, 2004: 11). Dengandemikian dapat disimak bahwa penggunaan metode bermain permainan tradisional yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sangat menumbuhkan aspek sosial emosional yaitu didalam menunjukkan sikap kooperatif didalam bermain, mentaati peraturan didalam bermain permainan tradisional dan mengendali kan perasaan saat bermain permainan tadisional dengan teman-temannya. Begitu juga dapat meningkat kan aspekaspek kemampuan ber-bahasa anak seperti mengungkapkan bahasa dan menerima bahasa. Dengan demikian
penggunaan metode bermain permain an tradisional memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatih, mengeksplotasi, merekayasa, latihan apa pun yang dapat dilakukan untuk mentransformasi berimajinasi, memecahkan masalah dan bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman yang menye nangkan. Jelas sekali bahwa kegiatan pembelajaran dengan penggunaan metode bermain permain an tradisional dapat meningkatkan sosial emosional dan kemampuan berbahasa anak TK Saba Sari Kecamatan Denpasar Baret Kota Denpasar. Dengan demikian hipotesis tindakan yang dirumuskan dapat teruji dan terjawab. Untuk melihat hasil hanalisis ketuntasan sosial emosional dan kemampuan bahasa anak, dimulai dari sebelum dilakukan tindakan (pra PTK), maupun pada setiap akhir siklus dapat dilihat melalui grafik berikut.
Ketuntasan Sikap Sosial Emosional Ketuntasan Kemampuan Bahasa 100%
Persentase
80% 60% 40% 20% 0% Refleksi Awal
Akhir Siklus I
Akhir Siklus II
Gambar. Grafik Ketuntasan Akhir Tindakan
Berdasarkan gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis ketuntasan sosial emosional dan kemampuan berbahasa anak semakin meningkat persentasenya, mulai dari awal tindakan sosial emosional anak mencapai
ketuntas an 15% meningkat akhir siklus II menjadi 100%, begitu juga dengan kemampuan berbahasa anak pada refleksi awal persentasenya men-capai 10%, dan meningkat diakhir siklus II menjadi 100%, yaitu semua anak dengan nilai rata-rata
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014) diatas indikator yang diharapkan minimal 65 dengan katagori baik, jadi hasil analisis ketuntasan alhir siklus II 100% anak tuntas didalam melak-sanakan kegiatan melalui pengguna-an merode bermain permainan tradisional. PENUTUP Sesuai analisis hasil tindakan dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1) Terjadinya peningkatan sosial emosional anak melalui penggunaan metode bermain permainan tradisi- onal pada anak kelompok B TK Sabana Sari, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014, ini terbukti dari hasil analisis mulai dari refleksi awal yaitu sebelum tindakan, dari 20 orang anak, 3 orang anak (15%) dengan katagori baik, 7 orang (35%) cukup, dan 10 orang (50%) dengan katagori kurang. Pada akhir siklus I mengalami peningkatan 6 orang (30%) katagori baik, 14 orang (70%) dengan katagori cukup. Sedangkan pada akhir siklus II mengalami peningkatan yaitu 13 orang anak (65%) dengan katagori sangat baik, 7 orang (35%) dengan katagori baikp, dan tidak ada anak dengan katagori cukup, kurang dari siklus I. Begitu juga nilai rata-rata sosial emosional anak dari sebelum tindakan yaitu 41.00 dengan katagori kurang, sedangkan akhir siklus I mengalami peningkatan yaitu 58.89 dengan katagori cukup, dan akhir siklus II yaitu 80.18 dengan katagori sangat baik. Sedangkan untuk hasil analisis ketuntasan sesuai indikator keberhasilan (minimal 65) maka hasil ketuntasan pra PTK mencapai 15%, dari jumlah anak 20 orang, akhir siklus I meningkat mencapai ketuntasan 20%, dan meningkat dengan drastis diakhir siklus II menjadi 100% tuntas. 2) Terjadi peningkatan kemam puan berbahasa anak melalui peng gunaan metode bermain permainan tradisional pada anak kelompok B TK Sabana Sari, Kecamatan Denpasar Barat, Kota
Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014,, dari sebelum tindakan yaitu refleksi awal 2 orang (10%) dengan katagori baik, dengan katagori cukup 7 orang anak (35%) dan dengan katagori kurang 11 orang (55%), pada akhir siklus I mengalami peningkatan yaitu 7 orang (35%) dengan katagori baik, cukup 13 orang (65%) dan tidak ada anak dengan katagori kurang. Sedangkan pada akhir siklus II yaitu anak dengan katagori sangat baik 5 orang (25%) anak dengan katagori baik 15 orang (75%). Dengan demikian melalui kegiatan pem-belajaran penggunaan metode ber-main permainan tradisional, mampu meningkatkan kemampuan ber-bahasa anak dengan nilai rata-rata dari pra PTK 38.25 dengan katagori kurang, meningkat men-jadi 58.25 diakhir siklus I dengan katagori cukup, dan 83.40 dengan katagori sangat baik di akhir siklus II. Selanjutnya hasil analisis ketuntasan (minimal 65) sesuai indikator keberhasilan, mencapai 100% tuntas sesuai pencapaian yang indikator yang diharapkan. Ini menanda-kan bahwa pemberian tindakan relah berhasil menumbuhkan kemampuan berbahasa anak. Selain itu terjadi juga peningkatan aspek kemampuan menetima bahasa, dan meng-ungkapkan bahasa anak secara signifikan pada anak kelompok B TK Sabana Sari, Kecamatan Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014. 3) Kendala didalam penggunaan metode bermain per-mainan tradisional. Kendala dalam menerap kan permainan tradisional, sehingga menjadikan sebuah kelemahan dalam penerapannya, yaitu memerlu kan persiapan yang matang, ter-utama dalam menyiap kan beberapa permainan tradisional, Menyiapkan lagu-lagu tradisional yang sesuai dengan permainan tradisional, karena setiap permainan ampir harus dibarengi dengan lagu yaitu anak-anak dengan bernyanyi ber-sama, memerlukan referensi yang banyak, dan motivasi yang kuat untuk memulai penggunaan metode bermain permainan tradisional
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014) ini. Perlu dilakukan pembinaan dan pemantapan ter adap para guru agar memiliki kemauan dan kemampuan dalam menggunakan permainan tradisional, dan langkah-langkah yang diperlukan adalah memerlukan permainan yang lebih inovatif, sehingga tidak membosan kan anak.
DAFTAR PUSTAKA Dantes
Nyoman. 1983a. Pariabel Penelitian dan Perumusan Hipotesis. FKIP,Unud Singaraja
. Wirelawati. 2012. Penerapan Metode Bercerita Dengan Media Gambar Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak TK Tunas Mekar Sari Denpasar ”Tesis” ProgramPascasarjana:Universitas Pendidikan Ganesha. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009. Tentang Standar Pendidi kan Anak Usia Dini, Jakarta. Siskandar. 2003. Kurikulim Berbasis Kompetensi Untuk Anak Usia Dini, Buletin PADU, Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Menu Pembelajaran PADU, vol.2.No. 01. April 2003. Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Nasution, Farid. 2006. Hubungan Metode Mengajar, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa, Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 8 Nomor 8.
Nurlaila,2004.Pendidikan Anak Usia Dini untuk Mengembangkan Multipel Intelegensi. Dharma Graha Group. Nurul Octavia I. Analisis Kemampu- an Penguasaan Kosa Kata Baru pada Anak Pos PAUD Mutiara Semarang melalui Metode Glenn Doman. Jurnal Penelitian PAUDIA Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini IKIP PGRI Semarang, Volume 1 No.1. 2011.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4 Tahun 2014)