© 2016 Biro Penerbit Planologi Undip Volume 12 (3): 336 – 346 September 2016
Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel Pradipta Pratama Diterima : 17 Januari 2014 Disetujui : 18 Juli 2016 ABSTRACT Pahlawan streets and Pemuda streets has recently experienced significant improvements in improving the quality of public space in particular pedestrian ways. Significant improvements were addressed by the government of Semarang that all segments of society could use it more comfortable and safe, but in reality both pedestrian ways in the two corridors is still rarely seen used by people with disabilities. Referring to the problems it is the thought that research is needed to evaluate the use of pedestrian ways on Pahlawan streets and Pemuda streets for people with disabilities. The purpose of this study was to evaluate the use of pedestrian ways for people with disabilities as well as obtain the factors that cause minimal numbers people with disabilities who access the pedestrian ways. Research targets are to be achieved by identifying the feasibility s tudy of literature and the public perception of disability. The research method uses deductive research methods with qualitative descriptive analysis techniques. This technique is done by commenting on the feasibility of the elements contained in the pedestrian ways based on the literature and the public perception of disability. Based on a literature review that refers to problems in the field of research obtained variables which are divided into two focus the observation were variables pedestrian ways and variables public perception disabilities. For people with disabilities who selected were the physically disabled, visually impaired, hearing impaiired and ederly with perception measurement include comfort, convenience, safety, achievement, usability, sensitivity and independence. Based on the results of the analysis it is known that both the pedestrian ways on Pahlawan streets and Pemuda streets can not be said to be feasible for handicapped due to the lack of quality of both the pedestrian ways. It is also known that there are external and internal factors that dominate cause the minimum number of people with disabilities ranging from pedestrian ways conditions, their own motivation or desire, age and availability of transportation. Under these conditions, the improvements in both the pedestrian ways is necessary to improve the quality of its use for people with disabilities. Keywords: Use of Public Space, Pedestrian Ways, Disabled ABSTRAK Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda belum lama ini telah mengalami perbaikan yang signifikan dalam memperbaiki kualitas ruang publiknya khususnya jalur pejalan kaki. Perbaikan yang cukup signifikan itu ditujukan oleh pemerintah Kota Semarang agar semua golongan masyarakat da pat menggunakan dengan lebih nyaman dan aman, akan tetapi kenyataannya jalur pejalan kaki di kedua koridor tersebut masih jarang terlihat dipergunakan oleh masyarakat difabel. Metode penelitian menggunakan metode penelitian deduktif dengan teknik analisis kualitatif deskriptif. Teknik ini dilakukan dengan mengomentari kelayakan elemen-elemen yang terdapat di jalur pejalan kaki berdasarkan literatur dan persepsi masyarakat difabel. Berdasarkan ka jian literatur yang merujuk pada permasalahan di lapangan maka diperoleh variabel penelitian yang terbagi menjadi dua fokus pengamatan yakni variabel jalur pejalan kaki dan variabel persepsi masyarakat difabel. Untuk masyarakat difabel yang dipilih yakni tuna daksa, tuna netra, tuna rungu wicara dan lansia dengan ukuran persepsi meliputi kenyamanan, kemudahan, keselamatan, pencapaian, kegunaan, kepekaan dan kemandirian. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh diketahui bahwa kedua jalur pejalan kaki yakni di Jalan Pahlawan dan Pemuda belum dapat dikatakan layak bagi difabel dikarenakan minimnya kualitas kedua jalur pejalan kaki tersebut. Selain itu juga diketahui bahwa terdapat faktor eksternal dan internal yang mendominasi minimnya jumlah masyarakat difabel mulai dari kondisi jalur pejalan kaki, motivasi atau keinginan sendiri, usia serta ketersediaan transportasi. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan perbaikan di kedua jalur pejalan kaki tersebut guna meningkatkan kualitas penggunaannya bagi masyarakat difabel. Kata kunci: Penggunaan Ruang Publik, Jalur Pejalan Kaki, Difabel 1 Divisi
Teknik - Pelindo III, Jl. Tanjung Perak Timur 610. Surabaya 60165 Kontak Penulis :
[email protected] © 2016 Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota
JPWK 12 (3) Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel
PENDAHULUAN Koridor Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda belum lama ini telah mengalami perbaikan yang signifikan di dalam memperbaiki kualitas ruang publik khususnya jalur pejalan kaki. Di penghujung tahun 2010 Pemerintah Kota Semarang telah berhasil mempercantik jalur pejalan kaki di kedua koridor jalan tersebut. Perbaikan pada kedua jalur pejalan kaki di koridor Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda yang memakan dana hingga 3,7 milyar ini dilakukan dengan memperlebar luasan jalur pejalan kaki, mengganti lantai jalur pejalan kaki yang pecah maupun berlubang dan memperbaharui street furniture yang ada. Alhasil kondisi jalur pejalan kaki yang tadinya sempit dan rusak berubah menjadi jalur pejalan kaki yang nyaman yang bertujuan agar dapat diakses bagi semua orang. Lalu bagaimana dengan masyarakat difabel? Perbaikan yang cukup signifikan itu ditekankan oleh pemerintah Kota Semarang agar semua golongan masyarakat dapat menggunakan, akan tetapi kenyataannya kedua jalur pejalan kaki yang telah diperbaiki tersebut masih jarang terlihat dipergunakan oleh masyarakat golongan berkebutuhan khusus yakni masyarakat difabel. Jika diamati aktifitasnya pada siang dan malam hari mayoritas pengguna kedua jalur pejalan kaki tersebut adalah masyarakat normal. Dengan melihat fenomena tersebut maka timbul pertanyaan bagaimanakah kelayakan jalur pejalan kaki di Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda bagi masyarakat difabel? Apa yang menyebabkan minimnya jumlah masyarakat difabel yang mengakses kedua jalur pejalan kaki tersebut?
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif.
metode
penelitian
deduktif
dengan
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Jalur Pejalan Kaki Jalan Pahlawan Berdasarkan masterplan penataan jalur pejalan kaki di Koridor Jalan Pahlawan terdapat enam tipe perbaikan jalur pejalan kaki yang dilakukan di sepanjang di koridor tersebut. Perbedaan dari masing-masing tipe disesuaikan dengan kondisi eksisting jalur pejalan kaki sebelumnya yang kemudian diperlebar berdasarkan kebutuhan dan perencanaan pemerintah terhadap kenyamanan pengguna jalan di koridor tersebut. Berdasarkan masterplan tersebut perbaikan jalur pejalan kaki pada sisi timur dan barat memiliki lebar yang berbeda yakni pada sisi timur memiliki lebar maksimum sebesar 11 meter dan minimum sebesar 7 meter sedangkan dan sisi barat memiliki lebar maksimum sebesar 11 meter dan minimum sebesar 4,8 meter. Lebar pedestrian tersebut diharapkan pemerintah Kota Semarang dapat mengakomodir kenyamanan berjalan kaki bagi semua golongan masyarakat tak terkecuali masyarakat difabel.
337
Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel JPWK 12 (3)
Sumber : Dinas Binamarga, 2013
GAMBAR 1. TIPE LEBAR JALUR PEJALAN KAKI YANG TERDAPAT PADA JALAN PAHLAWAN SEMARANG
Jalur pejalan kaki yang menjadi tempat penelitian adalah jalur pejalan kaki yang terletak di sisi timur dan barat yang menjadi bagian dari koridor Jalan Pahlawan Semarang. Untuk mempermudah penelitian maka jalur pejalan kaki di sepanjang Jalan Pahlawan ini dibagi menjadi tiga segmen berdasarkan penggal jalannya. Segmen pertama merupakan jalur pejalan kaki dari Lapangan Simpang Lima hingga Jl. Imam Barjo dan Jl.Menteri Supeno. Segmen kedua merupakan jalur pejalan kaki dari penggal Jl. Imam Barjo dan Jl. Menteri Supeno hingga berbatasan pada penggal Jalan Kusumawardhani. Dan segmen ketiga meliputi jalur pejalan kaki yang berbatasan dari penggal Jalan Kusumawardhan hingga Perempatan Siranda.
Sumber : Peta Citra,2013
GAMBAR 2. SEGMEN PEMBAGIAN LOKASI PENELITIAN JALAN PAHLAWAN 338
JPWK 12 (3) Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel
Jalur Pejalan Kaki Jalan Pemuda Serupa dengan koridor Jalan Pahlawan, pemerintah Semarang telah memperbaiki jalur pejalan kaki di koridor ini sepanjang ±850 meter dengan menelan biaya sekitar 2 milyar rupiah. Sama halnya dengan koridor Jalan Pahlawan, perbaikan tersebut dilakukan untuk memperbaiki wajah dan citra kota demi mewujudkan slogan Semarang Setara. Perbaikan jalur pejalan kaki di koridor ini dengan memperlebar jalur pejalan kaki, perbaikan street furniture jalan dan jalur pejalan kaki serta pemberian fitur khusus bagi masyarakat difabel. Berdasarkan masterplan penataan jalur pejalan kaki di Koridor Jalan Pemuda dibagi menjadi dua tipe dengan pembagian tipe berdasarkan letak jalur pejalan kaki di sepanjang Jalan Pemuda. Pembagian tersebut adalah letak sisi barat jalan Pemuda dan sisi timur Jalan Pemuda. Sisi bagian barat memiliki lebar mulai 3,3 meter dan 5 meter, sedangkan sebelah timur memiliki lebar sebesar 6,9 meter hingga 14,3 meter. Pelebaran yang terjadi pada jalur pejalan kaki ini disesuaikan dengan kondisi jalur pejalan kaki sebelum diperbaiki. Perbaikan pada jalur pejalan kaki juga disesuaikan berdasarkan kapasitas akan penggunaan jalur pejalan kaki di Jalan Pemuda yang didominasi oleh para pelajar dan pekerja di sekitar Jalan Pemuda. Jalur pejalan kaki yang menjadi tempat penelitian adalah jalur pejalan kaki yang terletak di sisi timur dan barat yang menjadi bagian dari koridor Jalan Pemuda Semarang. Kedua pedestrian tersebut memiliki panjang ±850 meter yang terletak di sisi barat Jalan Pemuda di sepanjang Gedung Pandanaran hingga pertokoan/ ruko-ruko dibagian paling utara Jalan Pahlawan sebelum lampu merah taman bundaran PLN, Sedangkan di sisi timur Jalan Pemudajalur pejalan kaki terletak di sepanjang Lawang Sewu hingga tempat perbelanjaan Paragon Mall.
339
Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel JPWK 12 (3)
Sisi Timur Jalan Pemuda terletak di sepanjang Lawang Sewu hingga Paragon Mall. Sisi Barat Jalan Pemuda terletak disepanjang Gedung Pandanaran hingga pertokoan sebelum lampu merah taman bundaran PLN. Sumber : Binamarga, 2013
GAMBAR 3. MASTERPLAN DAN DETAIL JALUR PEJALAN KAKI JALAN PEM
340
JPWK 12 (3) Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel
KAJIAN TEORI Berikut ini adalah penjabaran secara singkat teori- teori yang digunakan yang dirangkum menjadi suatu sintesa teori. TABEL 1. SINTESA KAJIAN TEORI no 1
2
Kajian Masyarakat Difabel
Materi Pengertian Masyarakat Difabel dalam Ruang Publik berdasarkan: DPI UU no 4 tahun 1997 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Carmona (2003) tentang tipologi ruang publik Pengelompokkan Masyarakat Difabel yang Menggunakan Ruang Publik
Kajian Jalur Pejalan Kaki bagi Masyarakat Difabel
Uraian Menyimpulkan pengertian masyarakat difabel secara garis besar dan mengetahui tipologi ruang publik.
Manfaat Memahami makna disabilitas yang terkandung dalam masyarakat difabel serta mengetahui jenis ruang publik apakah yang menjadi objek penelitian.
Uraian pengelompokkan masyarakat difabel dan karakteristiknya.
Dapat mengetahui pengelompokkan masyarakat difabel yang memungkinkan menggunakan objek penelitian. Mengetahui aktivitas yang mungkin dilakukan masyarakat difabel di ruang publik khususnya jalur pejalan kaki. Mengetahui standar yang dibutuhkan masyarakat difabel dalam mengakses ruang publik. Mengetahui definisi jalur pejalan kaki untuk masyarakat difabel.
Aktivitas Masyarakat Difabel dalam Ruang Publik
Uraian jenis aktivitas yang dilakukan di ruang publik.
Kebutuhan Ruang Gerak Masyarakat Difabel dalam Mengakses Ruang Publik
Gambaran kebutuhan ruang gerak masyarakat difabel.
Pengertian Jalur Pejalan Kaki bagi Masyarakat Difabel
Menguraikan definisi jalur pejalan kaki menurut para ahli serta dikaitkan dengan esensi jalur pejalan kaki yang baik bagi masyarakat difabel.
341
Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel JPWK 12 (3) Persyaratan Elemen Pembentuk Jalur Pejalan Kaki yang Baik bagi Masyarakat Difabel
no
Materi
Menguraikan material yang digunakan dalam pembuatan jalur pejalan kaki. Menguraikan elemen pendukung yang biasa terdapat disekitar pejalan kaki. Menguraikan persyaratan khusus elemen pembentuk Uraia n kaki jalur pejalan yang berkaitan dengan masyarakat difabel.
3.
Elemen Perancangan Kota yang Mempengaruhi Masyarakat Difabel dalam Mengakses Jalur Pejalan Kaki.
Penjabaran Delapan Elemen Perancangan Kota
Uraian elemen perancangan kota yang dianggap mempengaruhi masyarakat difabel di ruang publik khususnya jalur pejalan kaki.
4.
Persepsi masyarakat Difabel dalam Menilai Ruang Publik
Pengertian Persepsi Masyarakat Difabel
Menguraikan definisi persepsi terkait masyarakat difabel
342
Untuk mengetahui material yang digunakan pada jalur pejalan kaki guna dibandingkan dengan lokasi studi. Untuk membandingkan kesesuaian antara Manfaat standar elemen pendukung jalur pejalan kaki dengan lokasi studi Untuk membandingkan kesesuaian antara standar elemen pembentukjalur pejalan kaki dengan lokasi studi Mengetahui karakteristik lokasi studi berdasarkan elemen perancangan kota. Mengetahui elemen perancangan kota yang berpengaruh terhadap aksesibilitas masyarakat difabel. Mengetahui definisi persepsi masyarakat difabel yang memiliki peranan penting dalam pengambilan informasi untuk menilai kualitas ruang publik berdasarkan pendapat mereka.
JPWK 12 (3) Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Difabel dalam Menilai Ruang Publik
5.
Kriteria Tak Terukur dalam mempersepsikan ruang publik
no
Kriteria tak terukur Kevin Lynch Hamid Shirvani Azas Aksesibilitas Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 30/ PRT/ M/ 2006. Materi
Menguraikan faktor internal (pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, budaya) dan faktor eksternal (ukuran, warna, keunikan, intensitas, gerakan) yang mempengaruhi persepsi.
Kriteria Kevin Lynch : Vitalitas, kepekaan, kelayakan, pencapaian, pemeriksaan Kriteria Hamid Shirvani : Pencapaian, Uraian Kecocokan,View, Identitas, Rasa, Kenyamanan Azas Aksesibilitas: Keselamatan, Kemudahan, Kegunaan, Kemandirian.
Mengetahui pengertian dari masing-masing faktor yang memungkinkan untuk mempengaruhi persepsi masyarakat difabel dalam menilai kualitas ruang publik. Memperoleh kriteria yang dipergunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat difabel terhadap ruang publik. Manfaat
Sumber : Penyusun, 2013
ANALISIS Analisis dilakukan dengan mengomentari hasil pengamatan dengan menggunakan kajian literatur (analisis perancangan) dan berdasarkan opini masyarakat difabel (analisis persepsi). berdasarkan berdasarkan kedua hal tersebut maka diperoleh hasil analisis keduanya yang dikomparasi yakni sebagai berikut. TABEL 2. KOMPARASI ANTARA ANALISIS PERANCANGAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT DIFABEL Jalur Pejalan Kaki Jalan Pahlawan
Fokus Pengamatan Akses Jalur Pejalan Kaki
Variabel
Analisis Perancangan
Halte Ketinggian
Butuh halte Tidak layak bagi masyarakat difabel walaupun masih dapat diakses Tidak layak karena tidak ada pegangan dan pemisahan dengan kendaraan
Ram
Analisis Persepsi Masyarakat Difabel Butuh halte Tidak layak bagi masyarakat difabel khususnya Tuna Daksa
Tidak layak karena tidak ada pegangan dan pemisahan dengan kendaraan
343
Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel JPWK 12 (3) Penghubung antar Jalur Pejalan Kaki Ruang Jalur Pejalan Kaki
Elemen Jalur Pejalan Kaki
Material Pembentuk jalur pejalan kaki Lebar dan kemiringan Jalur Pemandu
Layak bagi masyarakat difabel Layak bagi masyarakat difabel
Layak bagi masyarakat difabel
Layak bagi masyarakat difabel
Tanda Penunjuk
Layak bagi masyarakat difabel dalam artian peletakan tidak mengganggu Layak bagi masyarakat difabel Tidak layak karena belum mampu menaungi dari panas matahari Tidak layak karena tidak
Area Istirahat
Drainase
Elemen Perancangan Kota
Sirkulasi dan Parkir Aktivitas Penunjang
Fokus Pengamatan Akses Jalur Pejalan Kaki
Variabel Halte
Ketinggian
Ram
344
Tidak layak bagi masyarakat difabel khususnya Tuna Daksa
Lampu Jalan
Tempat Sampah Vegetasi
Jalur Pejalan Kaki Jalan Pemuda
Tidak layak bagi masyarakat difabel walaupun masih dapat diakses Layak bagi masyarakat difabel
memiliki pelindung panas dan sandaran untuk pengamanan Tidak menganggu sirkulasi masyarakat difabel Tidak layak bagi masyarakat difabel Aktivitas di atas jalur pejalan kaki menganggu sirkulasi masyarakat difabel Analisis Perancangan Akses menuju halte tidak layak bagi difabel karena ram terlalu curam Tidak layak bagi masyarakat difabel walaupun masih dapat diakses Tidak layak karena banyak mengalami kerusakan, tidak ada pegangan dan pemisahan dengan kendaraan
Tidak layak bagi masyarakat difabel khususnya Tuna Daksa
Layak bagi masyarakat difabel hanya perlu ditambah keberadaannya Layak bagi masyarakat difabel, kurang layak bagi tuna netra Low Vision Layak bagi masyarakat difabel dalam artian tidak mengganggu Tidak Layak bagi Tuna Netra Tidak layak karena belum mampu menaungi dari panas matahari Tidak layak karena tidak memiliki pelindung panas dan sandaran untuk pengamanan Tidak menganggu sirkulasi masyarakat difabel Tidak layak bagi masyarakat difabel Dapat meningkatkan minat masyarakat difabel
Analisis Persepsi Masyarakat Difabel Akses menuju halte tidak layak bagi difabel karena ram terlalu curam Tidak layak bagi masyarakat difabel khususnya Tuna Daksa
Tidak layak karena tidak ada pegangan dan pemisahan dengan kendaraan
JPWK 12 (3) Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel Penghubung antar Jalur Pejalan Kaki
Ruang Jalur Pejalan Kaki
Material Pembentuk jalur pejalan kaki
Lebar dan kemiringan
Jalur Pemandu
Elemen Jalur Pejalan Kaki
Lampu Jalan
Tanda Penunjuk
Tempat Sampah Vegetasi
Area Istirahat Drainase
Elemen Perancangan Kota
Sirkulasi dan Parkir Aktivitas Penunjang
Tidak layak bagi masyarakat difabel karena banyak mengalami kerusakan dan tidak ada pegangan Tidak layak bagi masyarakat difabel karena banyak mengalami kerusakan dan penggunaan material keramik yang licin Tidak layak bagi masyarakat difabel pada sisi barat Jalan Pemuda karena banyak termakan oleh pot dan vegetasi, untuk kemiringan dapat dikatakan layak karena relatif datar Tidak layak bagi masyarakat difabel karena banyak mengalami kerusakan dan menabrak elemen jalur pejalan kaki lain Tidak layak bagi masyarakat difabel karena banyak terjadi black spot Layak bagi masyarakat difabel dalam artian peletakan tidak mengganggu Layak bagi masyarakat difabel Layak karena sudah mampu menaungi dari panas matahari Butuh area istirahat Tidak menganggu sirkulasi masyarakat difabel Tidak layak bagi masyarakat difabel Aktivitas di atas jalur pejalan kaki menganggu sirkulasi masyarakat difabel
Tidak layak bagi masyarakat difabel karena banyak mengalami kerusakan dan tidak ada pegangan Tidak layak bagi masyarakat difabel karena banyak mengalami kerusakan dan penggunaan material keramik yang licin
Tidak layak bagi masyarakat difabel pada sisi barat Jalan Pemuda karena banyak termakan oleh pot dan vegetasi, untuk kemiringan dapat dikatakan layak karena relatif datar Tidak layak bagi masyarakat difabel karena banyak mengalami kerusakan dan sirkulasinya berkelok-kelok sehingga menyulitkan tuna netra Tidak layak bagi masyarakat difabel karena banyak terjadi black spot Layak bagi masyarakat difabel dalam artian tidak mengganggu Tidak layak bagi Tuna Netra Layak karena sudah mampu menaungi dari panas matahari Butuh area istirahat Tidak menganggu sirkulasi masyarakat difabel Tidak layak bagi masyarakat difabel Dapat meningkatkan minat masyarakat difabel
Sumber: Penyusun, 2013
345
Pratama, P. Penggunaan Jalur Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pahlawan Dan Jalan Pemuda Kota Semarang Oleh Masyarakat Difabel JPWK 12 (3)
KESIMPULAN Berdasarkan hasil wawancara dan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis perancangan dan persepsi masyarakat difabel secara garis besar dapat disimpulkan bahwa jalur pejalan kaki di Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda belum dapat dikatakan layak bagi masyarakat difabel terutama bagi tuna daksa dan tuna netra. Walaupun kedua jalur pejalan kaki masih dikatakan belum layak terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat difabel. Jalur pejalan kaki di Jalan Pahlawan dapat dikatakan lebih baik berdasarkan analisis perancangan dan persepsi masyarakat difabel dikarenakan kerusakan yang minim dan lebar yang lebih luas. Masalah ketinggian perbedaan jalur pejalan kaki dan jalan merupakan permasalahan yang paling dominan yang harus segera dicarikan solusinya. Berdasarkan analisa dan wawancara maka diperoleh bahwa faktor eksternal merupakan faktor yang menyebabkan minimnya jumlah masyarakat difabel bagi tuna daksa dan tuna netra sedangkan faktor internal merupakan faktor yang menyebabkan minimnya jumlah masyarakat difabel bagi tuna rungu wicara dan lansia
DAFTAR PUSTAKA Amanda, Vitalia Dwii. Pengertian Persepsi dan Faktor yang Mempengaruhi Persepsi(http://kangrio.blogspot.com/2013/04/pengertian-persepsi-dan-faktor-yang.html). Diakses tanggal 14 Juli 2013 dan diunduh tanggal 14 Juli 2013. Binamarga. 2013. Masterplan dan Detail Jalan Pahlawan dan Pemuda Kota Semarang. Carmona, Matthew, Tim Heath, Taner Oc, Steve Tiesdell. 2003. Public Space Urban Space: The Dimensions of Urban Design. Oxford: Arsitectural Press. Darmawan, Edy. 2005. Analisa Ruang Publik Arsitektur Kota. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Darmawan, Edy. 2009. Ruang Publik dalam Arsitektur Kota. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Iswanto, Danoe. 2006. Pengaruh Elemen-Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki. Enclosure: Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman. Volume 5 No. 1. Juni 2006. Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Aksesibilitas dan Kemudahan dalam Penggunaan Sarana dan Prasarana. Jakarta. Lynch, Kevin. 1981. Good City Form. Cambridge: MIT Press. Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold ompany. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Thoha, M. 1996. Perilaku Organisasi,Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada Tim Penyusun. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Tim Penyusun. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Tim Penyusun. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. WHO. 2011. Disabilities World Report. 346