Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Syair Lagu Aceh
Wahdaniah1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyebab terjadinya interferensi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dalam syair lagu berbahasa Aceh. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk interferensi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dalam syair lagu berbahasa Aceh. Sumber data penelitian ini adalah syair lagu berbahasa Aceh yang tertera pada sampul kaset lagu Aceh. Untuk keperluan ini hanya dibatasi 10 syair lagu berbahasa Aceh yang dianalisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. Teknik yang digunakan adalah teknik dokumentasi, yaitu mencatat kosakata yang terjadi interferensi lalu kosakata tersebut diklasifikasikan menurut jenisnya. Interferensi yang dianalisis adalah jenis kata dan bentuk kata. Interferensi bentuk kata yang lebih dominan adalah bentuk dasar, sedangkan interferensi jenis kata yang dominan adalah jenis kata benda. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini yang memperlihatkan gejala interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh, kiranya perlu dimonitor terus-menerus sehingga kesalahan berbahasa dapat diatasi dan pembelajaran bahasa dapat dicapai dengan hasil yang optimal. Kata kunci: interferensi, syair lagu berbahasa Aceh, jenis kata, bentuk kata
1
Dosen MKU Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Surel:
[email protected]
PENDAHULUAN Bahasa daerah adalah salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (berupa gagasan, pikiran, dan saran). Bahasa daerah tersebut diasosiasikan dengan proses-proses berpikir, rasa identitas diri, dan solidaritas dalam keluarga dan masyarakat. Bahasa daerah merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri dalam berkomunikasi (Mahmud, dkk., 1995:1). Antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia telah terjadi kontak budaya yang aktif. Kontak sosial antara penutur yang satu dan penutur lainnya mengakibatkan terjadinya berbagai masalah kebahasaan. Masalah itu timbul akibat adanya dua bahasa atau lebih yang digunakan oleh penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Hal ini disebabkan bahasa dalam situasi kedwibahasaan saling pengaruh antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain. Pengaruh antara satu bahasa dan bahasa yang lain dapat terjadi dalam kondisi kontak bahasa (language contac) dan kedwibahasaan. Kenyataan ini terjadi karena kedua bahasa itu hidup berdampingan dan digunakan secara bergantian. Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Tarigan (1988:26), yakni “Kontak bahasa menyebabkan timbulnya fenomena saling pengaruh. Bahasa mana yang berpengaruh besar tergantung kepada tingkat penguasaan bahasa sang dwibahasawan.” Dalam kondisi penggunaan dua buah bahasa atau lebih memungkinkan para penutur mempertukarkan sistem antarbahasa itu. Hal ini dapat terjadi karena kedua bahasa itu saling ketergantungan sehingga mengakibatkan pula saling mempengaruhi dan saling mengisi. Pertukaran sistem antarbahasa dapat mengakibatkan terjadinya interferensi, peminjaman, percampuran, dan perpaduan (fusi). Aspek-aspek tersebut merupakan gejala dalam kondisi kontak bahasa dan kedwibahasaan. Interferensi dapat terjadi dalam berbagai bidang. Bidang-bidang itu, seperti disebutkan oleh Alwasilah (1985:131) meliputi pengucapan, tata bahasa, kosakata, dan makna bahkan budaya. Kenyataan ini erat kaitannya dengan pernyataan yang disebutkan Mahmud (1992:8) tentang pengaruh antarbahasa yang dapat meliputi bidang fonologi, morfologi, sintaksis, leksikal, dan semantik.
Selanjutnya Rusyana (1975) mengatakan interferensi dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut: Interferensi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1) pemindahan urutan fonemik dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima yang bentuknya dinamakan loan word, 2) penyalinan unsur-unsur dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima mengalami perubahan baik perluasan arti maupun pengaruh homofoni yang disebut loan blend, dan 3) substitusi tanpa importasi, maksudnya penyalinan morfem dari bahasa sumber sebagai model bahasa penerima dinamakan loan shift. Masyarakat penutur bahasa Aceh dikenal sebagai salah satu komunitas yang sering mencampuradukkan bahasa Aceh dengan bahasa Indonesia. Akibatnya, terjadi interferensi dalam komunikasi sehari-hari termasuk dalam syair lagu berbahasa Aceh. Lagu berbahasa Aceh merupakan salah satu kekhasan rakyat Aceh. Tentunya lagu tersebut menggunakan bahasa Aceh, tetapi kenyataan sekarang bahwa syair-syair lagu berbahasa Aceh tidak menggunakan bahasa Aceh secara sempurna. Penggunaan bahasa Aceh dalam syair lagu tersebut telah dicampuradukkan dengan bahasa Indonesia sehingga terjadilah interferensi. Situasi kedwibahasan sebagaimana terlihat pada syair-syair lagu berbahasa Aceh memungkinkan terjadinya interferensi. Penyebab terjadinya interferensi bahasa Indonesia dalam syair lagu berbahasa Aceh ini karena penutur yang berbahasa Aceh ini karena penutur yang berbahasa ibu bahasa Aceh umumnya bilingual. Mereka lazim menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Aceh secara bersamaan. Hal ini terlihat dalam syair lagu berbahasa Aceh yang kosakatanya bukan bahasa Aceh. Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: (1) mengapa terjadi pengaruh/interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dalam syair lagu Aceh, (2) bagaimanakah proses interferensi morfologi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dalam syair lagu berbahasa Aceh dalam bidang pembentukan kata yang meliputi kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk, dan (3) bagaimanakah proses interferensi leksikal yang terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Aceh dalam syair lagu
berbahasa Aceh dalam bidang jenis kata yang meliputi kata benda, kata kerja, kata sifat, kata tugas, dan kata keterangan? Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengajaran bahasa terutama bahasa Aceh baik di tingkat sekolah maupun di instansi yang mengelola dan mengurus pendidikan, menjadi perbendaharaan referensi, terutama bagi pengembangan ilmu bahasa khususnya bahasa Aceh dan bahasa Indonesia, dan menjadi sumbangan teori pembelajaran bahasa Aceh di sekolah-sekolah di Nanggroe Aceh Darussalam. TINJAUAN PUSTAKA Kedwibahasaan dan Dwibahasawan Istilah kedwibahasaan dipakai sebagai padanan dari kata bilingualisme, yakni kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain atau perihal pemakaian dua bahasa. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian kedwibahasaan, dikutip pendapat dari berbagai pakar tentang kedwibahasaan ini. Mackey (1962) dan Chaer Agustina (1995:112) mengartikan kedwibahasaan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Selanjutnya, Lado (dalam Chaer dan Agustina, 1995:114) mengatakan, “Bilingualisme adalah kemampuan menggunakan bahasa oleh seorang sama baik atau hampir sama baiknya yang secara teknis mengacu pada pengetahuan dua bahasa dan bagaimanapun tingkatnya. Kedwibahasaan terjadi karena adanya kontak bahasa. Pateda (1987) mengatakan bahwa perkembangan teknologi saat ini berakibat pada cepatnya penyampaian informasi antarmanusia di dunia ini. Penyampaian informasi itu dilakukan melalui kontak bahasa. Dalam kontak bahasa itu, bahasa yang secara sosial berwibawa tinggi akan mendominasi penggunaan bahasa yang secara sosial mempunyai status bahasa “rendah.” Pateda (1987:98) berpendapat bahwa dwibahasawan (bilinguity/bilinguitas) adalah orang yang mampu menggunakan dua bahasa. Penggunaan bahasa yang dwibahasawan dapat segera berpindah bahasa jika penggunaan bahasa lain datang bergabung dengan kelompoknya. Jenis-jenis Kedwibahasaan Kedwibahasaan terdiri atas beberapa jenis. Penetapan jenis kedwibahasaan berbeda-beda.
Perbedaan itu terlihat menurut pandangan masing-masing. Rusyana (1975:44) membedakan kedwibahasan sebagai berikut. (a) Kedwibahasaan alamiah, yaitu kedwibahasaan yang spontanitas terjadi dan tidak terorganisasi. (b) Kedwibahasaan buatan, yaitu kedwibahasaan yang teratur dan terorganisasi. Bahasa kedua dipelajari secara sistematis dan tidak dalam keadaan lingkungan bahasa yang tepat. Pengertian Interferensi Rusyana (1975:56) mengatakan interferensi adalah pengaruh bahasa sebagai akibat kontak bahasa dalam bentuk yang paling sederhana. Pengambilan unsur yang termasuk ke dalam satu bahasa saat berbicara atau menulis ke dalam bahasa yang lain dapat dikatakan sebagai interferensi. Pengertian lain tentang interferensi sebagaimana dikemukakan oleh Baradja. Ia mengartikan interferensi sebagai adanya tuturan seseorang yang menyimpang dari norma-norma B1 sebagai akibat dari pengenalannya dengan B2 atau sebaliknya, yaitu menyimpang dari B2 akibat dari kuatnya daya tarik pola-pola yang terdapat pada B1 (Baradja, 1990:89). Jenis-jenis interferensi Bertolak dari pengertian interferensi, interferensi dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu. (1) Peminjaman unsur dari satu bahasa ke dalam tuturan bahasa lain. Dalam peminjaman tersebut terdapat aspek yang dipindahkan. Wenreich (dalam Rusyana, 1975:58) mengatakan hubungan bahasa yang dipinjam dan bahasa yang meminjam adalah hubungan antara bahasa penerima dan bahasa sumber atau bahasa peminjam. Inilah yang disebut dengan loan word. (2) Penggantian unsur dari satu bahasa oleh bahasa padanannya dalam tuturan bahasa lain. Berdasarkan pendapat Wenreich (dalam Rusyana, 1975: 59) mengatakan dalam penggantian itu ada aspek dalam bahasa yang satu disalin dalam bahasa yang lain. Inilah yang disebut loan shift. (3) Penyalinan unsur-unsur dari satu bahasa sumber ke dalam bahasa penerima mengalami perubahan baik perluasan arti maupun pengaruh homofoni. Interferensi ini terjadi
dengan pemindahan morfem yang menyalin morfem asli bahasa dengan beberapa penyesuaian dalam bahasa penerima. Inilah yang disebut dengan loan blend (Mahmud, 1994:21). Faktor Pendorong Interferensi Interferensi ada kaitannya dengan istilah identifikasi antarbahasa. Rusyana (dalam Mahmud, 1992) mengatakan seorang dwibahasawan mungkin melakukan identifikasi antarbahasa, yaitu menyamakan hal-hal tertentu antara bahasa pertama dengan bahasa kedua. Chaer dan Agustina (1995:158) berpendapat bahwa interferensi terjadi akibat adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang multilingual. Ia juga mengatakan penyebab terjadinya interferensi ini adalah berpulang pada kemampuan si penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga si penutur dipengaruhi oleh bahasa lain. Faktor yang Mempengaruhi Interferensi Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Aceh dalam Syair Lagu Berbahasa Aceh Masyarakat kita selain menggunakan bahasa Indonesia juga lebih banyak menggunakan bahasa daerah. Pada umumnya masyarakat kita adalah masyarakat dwibahasawan. Bahasa Indonesia dan bahasa daerah digunakan secara bergantian oleh seorang penutur. Dalam situasi kontak bahasa, lazimnya terjadilah interferensi penggunaan unsur bahas pertama ke dalam unsur bahasa kedua, sebaliknya pun bisa terjadi. Akibatnya, dalam berbahasa Indonesia sering terjadi penggunaan unsur-unsur dan kaidah bahasa daerah. Hubungan Kosakata Bahasa Indonesia dan Bahasa Aceh Bahasa Indonesia dan bahasa Aceh merupakan bahasa yang serumpun, yaitu rumpun bahasa Nusantara. Bahasa Aceh adalah salah satu bahasa yang termasuk dalam kelompok bahasa Sumatera (Sulaiman, 1977:15). Bahasa Aceh dan bahasa Indonesia merupakan dua buah bahasa yang sama-sama digunakan oleh masyarakat Aceh. Bahasa Aceh digunakan untuk berkomunikasi antara masyarakat yang berbahasa ibu bahasa Aceh. sebagai pendukung perkembangan bahasa Indonesia, bahasa Aceh tetap memberikan pengaruh terhadap perkembangan bahasa Indonesia itu. Keadaan kebahasaan kita ditandai oleh kenyataan bahwa bahasa daerah
kita yang berkjumlah ratusan itu tidak sengaja memiliki hubungan saling mempengaruhi, tetapi juga berbeda-beda baik dipandang dari segi struktural maupun dipandang dari segi besar kecilnya pemakaian. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pemakaian metode ini didasarkan pada pertimbangan bahwa yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah mengumpulkan dan mengkasifikasikan data. Penggunaan metode ini untuk mendeskripsikan interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dalam syair lagu berbahasa Aceh. Data penelitian ini adalah syair lagu berbahasa Aceh yang tertera pada sampul kaset lagu Aceh. untuk keperluan ini hanya dibatasi 10 syair lagu berbahasa Aceh yang dianalisis. Adapun syair lagu berbahasa Aceh yang dianalisis adalah: (1) Syurga Firdaus, (2) Nanggroe Aceh Lon Sayang, (3) Mutiara, (4) Meukondoe, (5) Qasidah Aceh, (6) Tanoh Ie, (7) Cut Malahayati, (8) Ya Rasulullah, (9) Hassan dan Hussein, dan (10) Minyeuk Kasturi. Analisis data yang dilakukan dalam hal pembentukan kata dan jenis kata. Sebelum dianalisis, data yang dikumpulkan akan diseleksi dan diklasifikasikan sebagai berikut: (1) seleksi data; dilakukan untuk memilih dan menjaring data sehingga akhirnya diperoleh data yang benar-benar sahih dan handal, (2) klasifikasi data; dilakukan untuk memilih dan mengelompokkan data berdasarkan masalah yang ingin dibicarakan, dan (3) penyajian data; dilakukan dalam bentuk deskripsi yaitu pemerian dalam kalimat yang jelas dan terperinci dan jika perlu digunakan contoh. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebab Terjadinya Interferensi Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Aceh dalam Syair Lagu Berbahasa Aceh Penyebab pertama adalah penutur yang berbahasa Aceh umumnya bilingual. Mereka lazim menggunakan bahasa Aceh dan bahasa Indonesia secara bersamaan. Artinya, penutur bahasa Aceh umumnya juga mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Dalam syair lagu Nanggroe Aceh Lon Sayang yang berjudul Saleuem cipataan M.Rizal yang dinyanyikan oleh Yusdedi umpamanya, Sabab lam ate sabe Saleuem lon peu-ek deungon irama
Lon hibur gata saudara dumna Lagu di atas menggunakan dua bahasa secara bersamaan. Kata saudara yang merupakan kosakata bahasa Indonesia dipergunakan dalam tataran bahasa Aceh. Seharusnya tataran bahasa Aceh menggunakan kosakata bahasa Aceh. kata saudara seharusnya ditulis seedara atau ceedara dalam bahasa Aceh. Penyebab kedua adalah pemerolehan bahasa. Bahasa Aceh diperoleh dengan cara pemerolehan dalam artian diperoleh sejak lahir, tetapi tidak ada pembelajaran lebih lanjut. Karena tidak adanya pembelajaran bahasa Aceh, tingkat penguasaan kosakata bahasa Aceh oleh penutur bahasa Aceh juga tidak maksimal. Hal tersebut terlihat dalam penggalan syair lagu Syurga Firdaus yang berjudul Syurga Firdaus ciptaan Syeikh Ghazali LKB yang dinyanyikan oleh Rafly umpamanya, Syurga firdaus nyan manyang that-that Dalam riwayat ban sabda Nabi Dalam syuruga gampong cidah that e...e..e.. Penggunaan kata syurga pada syair lagu tersebut terjadi kekeliruan. Larik pertama menggunakan kata syurga, sedangkan larik ketiga menggunakan kata syuruga. Dalam hal ini terdapat kecendrungan bahwa pencipta lagu tersebut tidak mengetahui kata yang bermakna surga mestinya ditulis sebagai curuga atau ceuruga. Penyebab ketiga adalah adanya persaingan antara bahasa Aceh dan bahasa Indonesia. Persaingan bahasa artinya, dalam masyarakat Aceh khususnya di wilayah perkotaan seperti Kota Banda Aceh umumnya menggunakan bahasa Aceh dan bahasa Indonesia. Penutur bahasa Aceh adakalanya sulit menguasai kosakata bahasa Aceh. jika ada kosakata bahasa Aceh yang sulit digunakan dalam tuturan bahasa Aceh, mereka menyesuaikan dengan kosakata bahasa Indonesia atau menggunakan secara utuh bahasa Indonesia. Hal tersebut terlihat dalam penggalan syair lagu Ya Rasulullah yang berjudul Nasib ciptaan Fauzan Aceh Cirasa yang dinyanyikan oleh Al-Viya Group umpamanya, Yang kaya raya...gohlom teuntee Neubi hudep...bahagia Yang gasien papa...gohlom Teuntee Neubi hudep...seungsara
Penggunaan kata seungsara pada lagu di atas terjadi penyesuaian dari bahasa Indonesia menjadi bahasa Aceh. Seharusnya kata seungsara mestinya ditulis sangsara dalam bahasa Aceh. hal tersebut terjadi karena tingkat pemakaian bahasa Aceh rendah dibandingkan bahasa Indonesia. Akibatnya, dalam pemakaian bahasa Aceh sehari-hari menggunakan bahasa Aceh yang merupakan penyesuaian dari bahasa Indonesia. Penyebab keempat adalah penggunaan bahasa ibu (bahasa Aceh sebagai B1) yang sangat rendah dalam komunikasi sehari-hari. Bahkan, komunikasi antarkeluarga sekarang ini lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia (B2). Hal tersebut terlihat dalam syair lagu Tanoh Ie yang berjudul Bungong Canden ciptaan H.M.Ja’far yang dinyanyikan oleh Kumbang Group umpamanya, Tapi lam baten peunoh derita Syeuruga donya meulabo aden Si puteh canden tan le mulia Si bungong canden lazat lam donya Lagu di atas sangat jelas terlihat kekeliruan. Sebagai contoh kata derita pada larik pertama seharusnya ditulis sengsara dalam bahasa Aceh. Hal tersebut terjadi karena tingkat penggunaan bahasa ibu (B1) dalam komunikasi sehari-hari sangat rendah. Masyarakat Aceh umumnya mengajarkan anaknya bahasa Indonesia. Padahal, orang tuanya sama-sama penutur Aceh dan berasal dari Aceh. Interferensi Bentuk Kata (1) Interferensi Bentuk Dasar Interferensi bentuk dasar dapat diklasifikaiskan atas dua tipe, yaitu importasi morfem tanpa substitusi (loan word) dan importasi dan substitusi (loan blend). Interferensi tipe pertama dilakukan dengan pemindahan morfem bahasa Indonesia ke dalam pemakaian bahasa Aceh secara utuh seperti terdapat pada kutipan syair lagu Mutiara yang berjudul Dek Cut ciptaan Ramlan Yahya yang dinyanyikan oleh Ramlan Yahya umpamanya, Lon teupee gata dek tari ngon rupawan Han seuimbang teuntee jeuh-oh ta pandang Keu peue dilee kon dek peugah sayang ‘Oh ka bosan lon tatiek u dalam jurang Kata bosan dalam kutipan lagu di atas terjadi pemindahan morfem bahasa Indonesia secara utuh ke dalam bahasa Aceh. seharusnya kata bosan ditulis menjadi glak (dalam bahas Aceh).
Berikut merupakan daftar kata yang terjadi interferensi pada bentuk dasar tipe pertama yang tercantum dalam tabel 1.1 Tabel 1.1 Interferensi Bentuk Dasar No Data Interferensi Bahasa Aceh 1. Syurga suruga, seuruga, curuga, ceuruga (R1) 2. mulia meulia (AR) 3. murni aseuli, aseuliah (R1) 4. perak pirak (R1) 5. syari’at cari’at (R1) 6. islam eseulam (AG) 7. pusaka peuninggai, peuningai (R1) 8. yang nyang (AG) 9. hasrat ingen (RI) 10. bosan glak (RY) 11. jurang lhik,lhok (RY) 12. hanya cit (RY) 13. musibah bala, bahla (RY) 14. saidina soidina (RI) 15. mutiara yakob, yakot (RY) 16. saudara sedara, ceedara (AG) 17. langgar langga (AG) 18. rida rila (AG) 19. tinggi manyang (AG) 20. harta areuta, atra, ata (AG) 21. sungguh sunggoh (AG) 22. ikan eungkot (AG) 23. islamiah eseulam (AG) 24. apabila meunyo (AG) 25. lingkungan kawan (AG) 26. sembahyang seumayang (CIB) 27. khusyuk kuch’uek (AG) 28. sujud seumah, seumbah (AG) 29. rukuk ruk’uek (AG) 30. syiah ciah (P) 31. syeikh ceh, cheh (GK) 32. armada pasokan, peusukan (P) 33. syuhada cuhada (P) 34. rimba uteuen, huteuen (P)
35.
Senjata
36. 37. 38. 39. 40.
Tingkat Aulia Sufi Irama Hibur
41. 42. 43. 44. 45. 46.
Sejahtera budaya Diri Ulama Simpati Pusara
47.
Mahkota
48. 49.
Kata Umpama
50. 51. 52. 53.
Jelita Pasti Bahagia Syahid
54. 55. 56. 57.
rupawan Sabar Dosa Negeri
58.
Moral
59.
Penjara
60.
Nafsu
61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71.
Putih Indatu Samudra Segan Amanah Derita Taubat Ada Cari Makan Firman
72.
Korban
73.
Sengsara
sinyata, seunyata (P) pangkat (P) eelia, olia (P) supi, suphi (P) sanjak(Y) peuseunang (Y) sijahtra (AR) reusam (R2) droe (AR) teungku (R2) galak (AR) jirat, jeurat (AR) meukuta, meungkuta (AR) kheun (AR) mise, meuseu (AR) canden (AR) teuntee (AR) bagia (AG) cahid, cahed (R2) rupaan (RY) saba (R2) deesa (CIB) nanggroe (CIB) peurangeui, peurangoe (R2) peunjara (R2) napeusu (R2) puteh (AG) endatu (P) beunua (P) seugan (KG) amanat (CIB) sangsara (KG) teebat (KG) na (KG) mita (KG) peunajoh (KG) peureuman (CIB) kurubeuen (CIB) sangsara (CIB)
74.
perintah
75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84.
ibadah pahala karena witir zikir Ziarah istana perkara syahadat sempurna
85.
sembahyang
86. 87. 88. 89.
dhuafa bukti lazat kaum
peurintah (CIB) ibadat (CIB) pahla (CIB) sabab (CIB) wite (CIB) dike/like (CIB) diarah (CIB) aseutana (CIB) peukara (CIB) cahdat (CIB) samporeuna (CIB) seumayang CIB) la’eh (CIB) boinah (AG) ladat (GK) kawom (P)
Interferensi tipe kedua, yakni importasi dan substitusi dilakukan dengan pemindahan morfem bahasa Indonesia ke dalam penggunaan bahasa Aceh. dalam kasus ini morfem bahasa Indonesia digunakan dalam pemakaian bahasa Aceh dengan penyesuaian fonem ke dalam bahasa Aceh seperti terdapat pada kutipan syair lagu Meukondroe yang berjudul Meukuta Alam ciptaan Dwiki Darmawan yang dinyanyikan oleh Group Kande umpamanya, Desya ban saboh kuru Ile laju bak aneuk-aneuk coco Kata desya pada kutipan lagu di atas terjadi penyesuaian fonem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. Seharusnya kata desya (dalam bahasa Indonesia: dosa) menjadi deesa dalam bahasa Aceh. Berikut merupakan daftar kata yang terjadi interferensi pada bentuk dasar tipe kedua yang tercantum dalam tabel 1.2 Tabel 1.2 Interferensi Bentuk Dasar No Data Interferensi Bahasa Aceh 1. Yaqut (BI: yakut) Yakot (R1) 2. Taqwa (BI: takwa) Takua (R1) 3. Syiruga(BI: syurga) Curuga, ceuruga (R1) 4. Syufeu’at(BI:syafaat) Cupeu’at, capa’at (R1) 5. Syufu’at(BI: syafaat) Cupeu’at, capa’at (R1) 6. Syufa’at (BI: syafaat) Cupeu’at, capa’at (R2) 7. Pah (BI: pas) Paih,phaih
8. Bereh (BI: beres) 9. Desya (BI: dosa) 10. Seumbahyang (BI: sembahyang) 11. Meugah (BI: megah) 12. Syedara(BI: saudara) 13. Syehdara (BI:saudara) 14. Sereta (BI: serta) 15. Meunawan (BI:menawan) 16. Meurana (BI) 17. 18. 19. 20. 21. 22.
23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
(R1) Lheueh (AR) Deesa (R1) Seumayang (CIB) Gah (P) Ceedara, seedara (RI) Ceedara, seedara (P) Seureuta (CIB) Ceudaih(RY)
Meureide, reide (RY) Syuruga(BI: syurga, Curuga, syorga) ceuruga Paduli (BI:peduli) peuduli Seuimbang Sama (RY) (BI:seuimbang) Teureubang Po (RY) (BI:terbang) Seumoga Seupaya (RY) (BI:semoga) Walaupih Bahpih, (BI:walaupun) beuthatpih (RY) Seungsara Sangsara (RY) (BI:sangsara) Kareuna Sabah (RY) (BI:karena) Bahgia (BI:bahagia) Bagia (R2) Mulya (BI:mulia) Meulia (CIB) Meuninggai Tan (R2) (BI:meuninggal) Riza (BI:rida) Rila (R2) Hazarat(BI: hadirat) Halarat (R2) Faidah (BI:faedah) Paidah (AG) Karna (BI:karena) Sabab (AG) Beurangkat Peureugi (AG) (BI:berangkat) Embon (BI:embun) Eumbon (GK) Teuntra (BI:tentra) Tantra (P) Seudeh (BI:sedih) Weueh (P) Zalem (BI:dzalim) Ilanya (R2) Seubab (BI:sebab) Sabab (CIB) Maruah(BI:marwah Meuruah (KG) Zuafa (BI:duafa) La’eh (KG) Zakeuet(BI:zakat) Jakeuet (CIB) Deurita (BI:derita) Sangsara (RY) Syeuruga(BI:syurga Seuruga, ceuruga, curuga (KG)
43.
Maqam (BI:makam
44. 45.
Syahya (BI:cahaya) Seujata (BI:senjata)
Kubu,jeurat (CIB) Cahya (KG) Sinyata, seunyata (P)
(2) Interferensi Bentuk Berimbuhan Bentuk berimbuhan yang terinterferensi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dalam syair lagu berbahasa Aceh dapat diklasifikasikan atas tiga tipe interferensi, yaitu (1) importasi morfem tanpa substitusi (loan word), (2) importasi morfem dan substitusi (loan blend), dan (3) substitusi tanpa importasi (loan shift). Tipe interferensi pertama terjadi dengan pengalihan atau pemindahan morfem dari bahasa Aceh dalam syair lagu Minyeuk Kasturi yang berjudul Cantek ciptaan Rusdy, S.Sos,M.M. yang dinyanyikan oleh Ar. Makmur, dkk, umpamanya, Miseu jih gata bungong pasti lon siram Seuolah-olah jih gata ka lon miliki Padumna mulia tuhan ka lheueh geupeugot Kata miliki pada kutipan lagu di atas terjadi pemindahan morfem dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh secara utuh dalam bentuk berimbuhan. Seharusnya kata miliki ditulis menjadi mumilek dalam bahasa Aceh. Berikut merupakan daftar kata yang terjadi interferensi pada bentuk berimbuhan tipe pertama yang tercantum dalam tabel 1.3 Tabel 1.3 Interferensi Bnetuk Berimbuhan No Data Interferensi Bahasa Aceh 1. Senyuman Teukhem (RY) 2. Lambaian Meulambe (RY) 3. Dirayu Dibujok (AR) 4. Tamsilan Tamse (AR) 5. Miliki Mumilek (AR) 6. Tujuan Araih (R1) 7. Rayuan Bujok (R2) 8. Meungungsi Mupinah (CIB) 9. Cobaan Ceunuba (CIB) 10. Hiburan Meuseunang (R2) 11. Kehendak Kheundak (Y) 12. Amalkan Amaikan (CIB) 13. Sepanjang Sipanyang (AR) 14. Laksanakan Pubuet (CIB) 15. Utusan Waki (CIB) 16. Kuburan Jirat (AR) Interferensi tipe kedua, yaitu importasi morfem dan substitusi (loan blend) terjadi
dengan pemindahan morfem dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh sekaligus terjadi perubahan. Perubahan itu terjadi akibat penyesuaian morfem bahasa Indonesia dengan bahasa Aceh baik terjadi pada morfem terikatnya maupun morfem bebasnya seperti pada kutipan syair lagu Mutiara yang berjudul Duroe Meubisa ciptaan Ramlan Yahya yang dinyanyikan oleh Ramlan Yahya umpamanya, Ho keuh rasa baten gata Abeh daya lon useuha Meunyo sayang peugah sayang Bek meudusta Kata meudusta pada kutipan lagu di atas terjadi penyesuaian morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. Seharusnya kata meudusta (dalam bahasa Indonesia: berdusta) ditulis menjadi meudoseuta (dalam bahasa Aceh). Berikut merupakan daftar kata yang terjadi interferensi pada bentuk berimbuhan tipe kedua yang tercantum dalam tabel 1.4 Tabel 1.4 Interferensi Bentuk Berimbuhan No Data Interferensi Bahasa Aceh 1. Neurida neurila (BI: diridhai) 2. Meuharga Meu-areuga, (BI:berharga) meuhareuga(RY 3. Meudusta Meusulet (RY) (BI: berdusta) 4. Beusama Sama-sama (BI: bersama) (CIB) 5. Keumulyaan Meulia (CIB) (BI:kemuliaan) 6. Jisanjong Jipujoe (P) (BI:dipuji) Interferensi tipe ketiga adalah terjadi substitusi tanpa importasi (loan shift). Dalam tipe ini terjadi penyesuaian morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dengan penerjemahan (loan shift). Dalam tipe ini terjadi penyesuaian morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dengan penerjemahan (loan translation) ke dalam bahasa Aceh seperti terdapat pada kutipan syair lagu Minyeuk Kasturi yang berjudul Minyeuk Kasturi ciptaan Rusdy, S.Sos,M.M yang dinyanyikan oleh Makmur, Tina Maulina, Hj.Laila Hasyem umpamanya, Si minyeuk ata harom han sakri Lon bloe di Sigli hai dek keu gata Gata hai dinda ta hias diri Di lon nyoe simpati gata lon cinta
Kata ta hias pada kutipan lagu di atas terjadi penyesuaian morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dengan Penerjemahan ke dalam bahasa Aceh. Seharusnya kata ta hias (dalam bahasa Indonesia: berhias) ditulis menjadi peulagak (dalam bahasa Aceh). Berikut merupakan daftar kata yang terjadi interferensi pada bentuk berimbuhan tipe ketiga yang tercantum dalam tabel 1.5 Tabel 1.5 Interferensi Bentuk Berimbuhan No Data Interferensi Bahasa Aceh 1. Ta hias Peulagak (AR) (BI: berhias) 2. Jimaki Jicarot (AG) (BI:dimaki) 3. Meutingkat Meuturatak (R1) (BI: bertingkat) 4. Keudinginan Leupie (RY) (BI:kedinginanan) 5. Meunghiasi Peulagak (AR) (BI: menghiasi) 6. Disanjong Jipujoe (CIB) (BI: diuji) 7. Geu-uji Geu-cuba (BI:di-uji) 8. MeuluntangHana meuholantung saho (RY) (BI: meluntanglantung) (3) Interferensi Bentuk Ulang Interferensi bentuk ulang dari bahasa Indonesia ke bahasa Aceh dalam syair lagu berbahasa Aceh dapat diklasifikasikan atas dua tipe interferensi, yaitu (1) importasi tanpa substitusi (loan word) dan (2) importasi dan substitusi (loan blend). Tipe interferensi tipe pertama terjadi dengan pemindahan morfem secara utuh. Kata-kata bentuk ulang yang terjadi interferensi seperti itu hanya terjadi pada penggalan syair lagu Qasidah Aceh yang berjudul Rukon Keulimong ciptaan Cut Intan Ibnoe Arhas yang dinyanyikan oleh Cut Intan Ibnoe Arhas umpamanya, Ingat keuh wahe kawom syedara Keu peue istana pangkat ngon harta Meunyo hartanya keu poya-poya Kata poya-poya pada penggalan lagu tersebut terjadi pemindahan morfem secara utuh. Seharusnya kata poya-poya ditulis menjadi boh-boh atau tiek-tiek dalam bahasa Aceh. Interferensi tipe kedua terjadi dengan pemindahan morfem yang menyalin morfem
asli bahasa sumber (bahasa Indonesia) dengan beberapa penyesuaian dalam bahasa penerima (bahasa Aceh). kata-kata bentuk ulang yang terjadi interferensi seperti itu terjadi pada syair lagu Minyeuk Kasturi yang berjudul Cantek ciptaan Rusdy, S.Sos,M.M. yang dinyanyikan oleh Ar. Makmur, dkk umpamanya, Miseu jih gata bungong pasti lon siram Seuolah-olah jih gata kalon miliki Padumna mulia tuhan kalheuh guepeugot Kata seuolah-olah pada penggalan syair lagu di atas terjadi penyesuaian dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa Aceh. seharusnya kata seuolah-olah (penyesuaian dari bahasa Indonesia) ditulis menjadi siulah-ulah atau sang-sang dalam bahasa Aceh. Berikut merupakan daftar kata yang terjadi interferensi pada bentuk ulang tipe kedua yang tercantum dalam tabel 1.6 Tabel 1.6 Interferensi Bentuk Ulang No Data Interferensi Bahasa Aceh 1. Syedara-syedara Ceedara-ceedara (BI: saudara- (CIB) saudara) 2. Seuolah-olah Siulah-ulah (BI: seolah-olah) (AR) (4) Interferensi Bentuk Majemuk Bentuk majemuk yang terinterferensi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dalam syair lagu berbahasa Aceh dapat digolongkan atas dua tipe interferensi, yaitu (1) importasi tanpa substitusi (loan word) dan (2) importasi dan substitusi (loan blend). Tipe interferensi bentuk majemuk yang pertama terjadi dengan pemindahan morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh secara utuh seperti terdapat dalam penggalan syair lagu Cut Malahayati yang berjudul Bungong Gampong ciptaan Amiruddin yang dinyanyikan oleh Group Parsia umpamanya, Bungong..wahe bungong gampong Gata boh dalam on...yang sabe...jisanjong Adat budaya ngon hukom Kata adat budaya pada penggalan lagu di atas merupakan bentuk majemuk yang terjadi pemindahan morfem bahasa Indonesia secara utuh ke dalam bahasa Aceh. seharusnya kata adat budaya ditulis menjadi adat reusam dalam bahasa Aceh. Interferensi tipe kedua yaitu importasi dan substitusi terjadi dengan pemindahan morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh dalam syair lagu berbahasa
Aceh. Pemindahan morfem tersebut dilakukan dengan pemindahan salah satu unsurnya, sedangkan unsur lainnya disesuaikan dengan morfem bahasa penerima. Bentuk yang tergolong ke dalam tipe kedua ini seperti terdapat pada penggalan syair lagu Mutiara yang berjudul Syatila ciptaan Ramlan Yahya yang dinyanyikan oleh Ramlan Yahya umpamanya, Sabe teubayang adoe Lam saboh jambo dek tameuduek dua Dalam cahya trang hai buleuen purnama Oh Syatila Bentuk majemuk buleuen purnama pada penggalan syair lagu di atas terjadi dengan pemindahan salah satu unsurnya, sedangkan unsur lainnya disesuaikan dengan morfem bahasa penerima. Seharusnya bentuk majemuk buleuen purnama ditulis menjadi buleuen peunoh dalam bahasa Aceh. Berikut merupakan daftar kata yang terjadi interferensi pada bentuk majemuk tipe kedua yang tercantum dalam tabel 1.7 Tabel 1.7 Interferensi Bentuk Majemuk No Data Interferensi Bahasa Aceh 1. Bijeh mata Bijeh droe (AR) (BI: biji mata, buah hati) 2. Buleuen purnama Buleuen peunoh (BI: bulan (KG) purnama) Interferensi Jenis Kata Interferensi jenis kata dalam syair lagu berbahasa Aceh terdiri atas (a) kata benda (nomina), (b) kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata keterangan (adverbia), dan kata tugas. (1) Interferensi Jenis Kata Benda Tipe pertama, interfrensi yang terjadi dengan pemindahan morfem secara utuh dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh yang lazim disebut dengan istilah loan word. Kata tersebut seperti terdapat pada penggalan syair lagu Tanoh Ie yang berjudul Bungong Canden oleh H.M.Ja’far yang dinyanyikan oleh Kumbang Group umpamanya, Teukhem Tapi lam baten punoh derita Si puteh canden tan le mulia Kata mulia pada penggalan lagu di atas adalah kata benda yang terjadi pemindahan morfem secara utuh dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Aceh. seharusnya kata mulia ditulis menjadi meulia dalam bahasa Aceh. Interferensi kata benda tipe kedua juga terjadi dalam syair lagu berbahasa Aceh, yaitu terjadi dengan pemindahan dan penyesuaian morfem bahasa, yaitu terjadi pemindahan dan penyesuaian morfem bahasa Indonesia ke dalam pemakaian bahasa Aceh (loan blend). kata tersebut terdapat dalam syair lagu Cut Malahayati yang berjudul 1873 ciptaan Amiruddin yang dinyanyikan oleh Group Parsia umpamanya, Han geutheun talo musoh geu lawan Seubab that sayang Atjeh meujaya Geudong geu meuprang peudeueng seunjata Kata seunjata pada penggalan lagu di atas terjadi pemindahan dan penyesuaian morfem bahasa Indonesia ke dalam pemakaian bahasa Aceh. Seharusnya kata seunjata ditulis menjadi sinyata atau seunyata dalam bahasa Aceh. Interferensi tipe ketiga adalah terjadi dengan penerjemahan bentuk bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. Tipe interferensi ini terjadi dengan dua pola interferensi, yaitu penerjemahan salah satu morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh atau penerjemahan morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh secara keseluruhan dengan tetap mempertahankan bnetuk morfemnya. Kata tersebut terdapat dalam penggalan syair lagu Minyeuk Kasturi yang berjudul Poma di Aceh ciptaan Rusdy, S.Sos,M.M. yang dinyanyikan oleh Ar. Makmur, dkk umpamanya, Siat tan lon weh lon jaga gata Meu tan doa ma aneuk sapeu han bereh Tawoe u Aceh keu noe hai bijeh mata Kata bijeh mata pada penggalan lagu di atas terjadi penerjemahan morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh secara keseluruhan dengan tetap mempertahankan bentuk morfemnya. Seharusnya bijeh mata ditulis menjadi bijeh droe dalam bahasa Aceh. (2) Interferensi Jenis Kata Kerja Interferensi kata kerja (verba) dalam syair lagu berbahasa Aceh dapat dibedakan atas tipe interferensi. Tipe interferensi pertama adalah interferensi yang terjadi dengan pemindahan morfem bahasa Indonesia seutuhnya ke dalam bahasa aceh. hal tersebut dapat dilihat pada penggalan syair lagu Mutiara yang berjudul Sabe Beusajan ciptaan
Ramlan Yahya yang dinyanyikan oleh Ramlan Yahya umpamanya, Mantong teuingat lambaian jaroe Gata dek tamoe ‘oh te lon bungka Kon keu lon saja lon tinggai gata Kata lambaian pada penggalan lagu di atas adalah kata kerja yang mengalami interferensi, yaitu terjadi pemindahan secara utuh bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. Seharusnya kata lambaian ditulis menjadi meulambe dalam bahasa Aceh. Interferensi tipe kedua adalah interferensi yang terjadi dengan pemindahan dan penyesuaian morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. kata tersebut terdapat pada penggalan syair lagu Tanoh Ie yang berjudul Angen Laot ciptaan H.M. Ja’far yang dinyanyikan oleh Kumbang Group umpamanya, Kapot angen kapot Angen laot pot peukencang Tarek layeue neujak riwang Kata peukencang pada penggalan lagu di atas terjadi pemindahan dan penyesuaian morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. seharusnya kata peukencang ditulis menjadi pubagaih dalam bahasa Aceh. Interferensi tipe ketiga adalah interferensi yang terjadi dengan menerjemahkan bentuk bahasa Indonesia ke dalam pemakaian bahasa Aceh (loan shift). Kata tersebut terdapat pada penggalan syair lagu Minyeuk Kasturi yang berjudul Dara Idaman ciptaan Rusdy, S.Sos, M.M. yang dinyanyikan oleh Ar. Makmur, dkk umpamanya, O...dara Aceh Bungong gata nyan tajaga mahkota Ngon kata sayang gata disanjong Kata disanjong pada penggalan lagu di atas terjadi penerjemahan bentuk bahasa Indonesia ke dalam pemakaian bahasa Aceh. Seharusnya kata disanjong ditulis menjadi jipujoe dalam bahasa Aceh. (3) Interferensi Jenis Kata Sifat Interferensi kata sifat yang ditemukan dalam syair lagu berbahasa Aceh dapat dibedakan atas dua tipe. Tipe pertama adalah tipe interferensi yang terjadi dengan memindahkan langsung bahasa Indonesia seutuhnya ke dalam pemakaian bahasa Aceh. kata tersebut terdapat pada penggalan syair lagu Qasidah Aceh yang berjudul Sabe lam Bala ciptaan Cut Intan Ibnoe Arhas yang dinyanyikan oleh Cut Intan Ibnoe Arhas umpamanya,
Korban nyawong ngon hana le Nyang hana le rumoh ka tutong Jeuet gampong ka haro-hara sengsara Kata sengsara pada penggalan lagu di atas terjadi pemindahan secara langsung bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. seharusnya kata sengsara yang utuh bahasa Indonesia ditulis menjadi sangsara dalam bahasa Aceh. Tipe kedua adalah terjadi pemindahan dan penyesuaian bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh seperti pada penggalan syair lagu Hasan Husein yang berjudul Nafsu ciptaan Syekh Ghazali LKB yang dinyanyikan oleh Rafly umpamanya, Nafsu geutanyoe tamong syuruga Tamita riza u bak hazarat Nafsu keu aneuk bek jeut beulaga Beugot tajaga bek jeungkat-jeungkat Kata riza pada penggalan lagu di atas terjadi pemindahan dan penyesuaian bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. Seharusnya kata riza yang merupakan penyesuaian dari kata ridha (bahasa Indonesia) ditulis menjadi rila dalam bahasa Aceh. (4) Interferensi Jenis Kata Keterangan Kata keterangan dalam pembahasan ini tidak dibedakan jenisnya. Keterangan aspek dan modalitas digolongkan ke dalam satu kesatuan yaitu jenis keterangan. Kata keterangan yang mengalami interferensi hanya terjadi dengan pemindahan secara utuh bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh (loan word) seperti terlihat pada penggalan syair lagu Minyeuk Kasturi yang berjudul Cantek ciptaan Rusdy, S.Sos.,M.M. oleh Ar. Makmur, dkk umpamanya, Miseue jih gata bungong pasti lon siram Seuolah-olah jih gata ka lon miliki Padumna mulia tuhan kalheueh geupeugot Kata pasti (kata keterangan) pada penggalan lagu di atas terjadi pemindahan secara utuh bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. Seharusnya kata pasti ditulis menjadi teuntee dalam bahasa Aceh. (5) Interferensi Jenis Kata Tugas Interferensi kata tugas meliputi kata depan, penghubung, seru, sandang, dan partikel penegas. Dalam pembahasan ini tidak dibedakan masing-masing jenis kata tugas, tetapi semua jenis kata tugas digolongkan secara umum ke dalam jelas kata tugas. Kata tersebut dapat ditemukan pada penggalan Rasulullah yang berjudul Ingat Hai ciptaan Fauzan Aceh Cirasa yang dinyanyikan oleh Al-Viya Group umpamanya,
Ingat hai ingat hai Apabila troh ajai Nanggroe keukai Tanyoe beurangkat Kata apabila (kata tugas) pada penggalan lagu di atas terjadi pemindahan secara utuh bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh. Seharusnya kata apabila ditulis menjadi teukeudi dalam bahasa Aceh. PENUTUP Simpulan Penelitian ini tentang “interferensi Bahasa Indonesia dalam syair Lagu berbahasa Aceh’ memperlihatkan bahwa interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh meliputi (1) interferensi bentuk kata dan (2) interferensi jenis kata. Dilihat dari segi bentuk kata, interferensi terjadi terhadap bentuk dasar, bentuk berimbuhan, bnetuk ulang, dan bentuk majemuk. Dari segi jenis kata, interferensi terjadi terhadap kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata tugas. Interferensi bentuk kata yang lebih dominan adalah bentuk dasar, sedangkan interferensijenis kata yang lebih dominan adalah jenis kata benda. Tipe interferensi dari bahasa Indonesia ke bahasa Aceh dapat diklasifikasikan atas tiga tipe interferensi. Tipe pertama adalah interferensi yang terjadi dengan pemindahan morfem secara utuh dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh yang lazim disebut loan word. Tipe kedua adalah interferensi yang terjadi dengan pemindahan dan penyesuaian morfem bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh yang lazim disebut dengan istilah loan blend. Tipe ketiga adalah interferensi yang terjadi dengan menerjemahkan bentuk bahasa Indonesia ke dalam pemakaian bahasa Aceh yang lazim disebut dengan istilah loan shift. Saran Berdasarkan temuan dalam penelitian ini yang memeprlihatkan gejala interferensi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh, kiranya perlu dimonitor terus-menerus sehingga kesalahan berbahasa dapat diatasi dan pembelajaran bahasa dapat dicapai dengan hasil yang optimal. Oleh karena itu, penulis menghendaki agar masyarakat memperhatikan keberadaan bahasa Aceh baik dalam kehidupan maupun dalam pembelajaran. Hal
ini dapat diupayakan dengan mengalihartikan kosakata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Aceh sehingga masyarakat mudah memahami dan menguasai kosakata bahasa Aceh dalam berbagai bidang. DAFTAR PUSTAKA Baradja, M.F. 1990. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Djunaidi, Abdul, dkk. 2000. Interferensi Bahasa Jamee dalam Karangan Murid di Kelas VI Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Selatan. Banda Aceh: Balai Bahasa. Mahmud, Saifuddin, dkk. 1995. Peminjaman Kosakata Bahasa Aceh dalam Pemakaian Bahasa Ragam Lisan (Suatu Penelitian pada Siswa SMA Negeri Wilayah Pembantu Bupati Bireuen). Banda Aceh: Lemlit Universitas Syiah Kuala. Mahmud, Saifuddin, dkk. 1992. Transfer Retroaktif Morfologi Bahasa Indonesia dalam Pemakaian Bahasa Aceh Ragam Lisan. Tesis Magister. Bandung: IKIP. Mahmud, Saifuddin, dkk. 1994. Interferensi Leksikal pada Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Murid Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Glumpang Tiga Pidie: Laporan Penelitian. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bnadung: Angkasa. Rusyana, Yus. 1975. Interferensi Morfologi. Jakarta: Universitas Syiah Kuala. Sulaiman, Buduman. 1977. Bahasa Aceh Jilid I. Banda Aceh: FKIP Universitas Syiah Kuala. Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa. Wildan, dkk. 2000. Tata Bahasa Aceh untuk Sekolah Dasar. Banda Aceh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.