Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Bawang Merah Oleh : Ratnawati Bawang merah (Allium cepa var ascalonicum (L) Back) merupakan sejenis tanaman yang dapat dijadikan
bumbu
berbagai masakan di dunia, berasal dari Negara Iran dan Pakistan kemudian dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropis maupun tropis. Beberapa kandungan senyawa yang penting dari bawang merah antara lain kalori, karbohidrat, lemak, protein, dan serat makanan. Serat makanan dalam bawang merah adalah serat makanan yang larut dalam air, disebut oligcfruktosa. Kandungan vitamin bawang merah adalah vitamin A, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (G, riboflavin), vitamin B3 (niasin), dan vitamin C. Bawang merah juga memiliki kandungan mineral diantaranya adalah: belerang, besi, klor, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium,
natrium,
silikon,
iodium,
oksigen,
hidrogen, nitrogen, dan zat vital non gizi yang disebut air. Bawang merah juga memiliki senyawa kimia non-gizi yang
disebut
flavonglikosido dan saponi (Irianto,
2009).Tanaman ini juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksindan giberelin.
295
Rincinan Kandungan Nurtrisi Bawang Merah tiap 100 gram No.
Bahan
1
Kalori
2
Protein
1,5 gram 50 gram
3
Lemak
0,3 gram 70 gram
4
Karbohidr
Berat
Angka kecukupan Gizi Manusia (2000 kkal) 39 kkal 2000 kkal
at
9,2 gram 310 gram
5
Serat
0,7 gram 30 gram
6
Vitamin A
7
Vitamin B.1
8
0,03 miligram 1,2 miligram 0,04
Riboflavin 9 10
50 IU 5000 IU
miligram 1,3 miligram 0,02
Niasin
miligram 35 miligram
Asam
9,0 miligram 50 miligram 296
11
ascorbic Vitamin C
2,0 miligram 1000 miligram
12
36, 0 Kalsium
miligram 1000 miligram
13
40,0 Fosfor
14
Besi
15
Air
miligram 700 miligram 0,8 miligram 10 miligram 88,0 gram 9100 gram
Sumber: (AAK, 1998), (Irianto, 2009), (Wibowo, (Rukmana, 1994),
2008),
Dalam umbi bawang terkandung pula ikatan asam amino yang tidak berbau dan tidak berwarna yang dapat larut dalam air. Ikatan asam amino ini disebut alliin. Karena pengaruh enzim alliinase yang
terdapat
dalam
sel
umbi
yang
luka, alliin ini dapat berubah menjadi zat yang mengandung belerang yang disebut allicin. Dengan vitamin B.1 allicin ini akan membentuk ikatan allithiamine yang lebih mudah diserap oleh sel tubuh manusia daripada vitamin B.1 itu sendiri. Bawang merah juga mengandung senyawa volatil yang disebut zat eteris yang diduga dapat bersifat bakterisida dan fungisida terhadap cendawan dan bakteri tertentu (AAK, 1998). Bawang merah juga memiliki senyawa folatil berupa sulfur yang dapat memedihkan mata ketika kita mengupasnya. 297
Manfaat bawang merah disamping pelengkap bumbu masakan dapur juga sebagai obat tradisional karena mengandung efek antiesptik dan senyawa alliin. Manfaat dari bawang merah diantaranya : 1. Mengontrol
tekanan
darah
dan
menurunkan
kadar
kolesterol, karena bawang merah memiliki zat kuersetin yang dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh dan mengurangi resiko stroke dan penyakit jantung. 2. Membunuh
sebagian besar
mikroba staphylococci,
termasuk mikroba streptococci yang dapat menyebabkan penyakit radang pada torak dan kerongkongan. 3. Dapat
membunuh mikroba
diphtreria, amuba
disentri, dan mikroba TB Cdalam waktu singkat. 4. Mencegah kanker, bawang merah memiliki kandungan senyawa sulfur yang dapat mengurangi terjadinya resiko penyakit kanker. 5. Dapat mengaktifkan gerakan lambung 6. Air dari perasan bawang merah bisa digunakan sebagai penghilang rasa sakit pada bagian tubuh yang terluka. 7. Mengatasi sembelit kandungan serat dalam bawang merah memiliki fungsi yang dapat membantu toksin maupun zat makanan yang sulit dicerna dan dikeluarkan usus.
298
8. Mengurangi
resiko
diabetes.
Mengkonsumsi
bawang
merah mentah dipercaya dapat meningkatkan produksi insulin. 9. Mengencerkan dahak. Kandungan saponin dalam bawang merah dipercaya efektif untuk mengencerkan dahak. 10.
Menurunkan tingkat gula darah dalam darah. Tingkat produksi bawang sangat ditentukan oleh
mutu dan kualitas tanaman bawang itu sendiri tanaman bawang yang tumbuh sehat tidak diserang penyakit dapat menghasilkan meningkatkan
produksi
yang
pendapatan
maksimum yang
akan
sehingga
dapat
berimbas
pada
peningkatan ekonomi petani . Hama dan penyakit dapat menyerang tanaman bawang merah
baik pada
akar, umbi, batang, sampai daun terjadi
pada saat pertumbuhan tanaman ,
kehilangan hasil akibat
serangan hama bisa mencapai 57% karena terjadi sejak fase pertumbuhan
sampai
dengan
fase
pematangan
(Nurhayati, 2011). Hal ini dapat menyebabkan
umbi
menurunnya
produksi bawang merah untuk itu diperlukan penanganan pengendalian
hama
dan
penyakit
sedini
mungkin
pada
budidaya bawang merah. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang pada masa budidaya dapat dikendalikan . Salah satu Cara yang paling umum dilakukan para petani bawang merah dalam 299
mengendalikan serangan hama dan penyakit bawang merah adalah
dengan
menggunakan
pestisida,
para
petani
beranggapan bahwa pestisida dapat menjamin keberhasilan usaha tani. Akibatnya petani sering
menggunakan pestisida
dengan cara meningkatkan takaran, frekuensi, jenis dan komposisi pestisida
secara berlebihan tanpa
berpedoman
pada dosis yang dianjurkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, penerapan teknologi pengendalian hama terpadu merupakan alternatif yang tepat yaitu dengan mengkombinasikan beberapa cara pengendalian yang secara ekonomi, ekologi dan sosial dapat dipertanggung jawabkan.Tujuan akhir dari konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) adalah memperoleh hasil panen yang optimal dengan kualitas dan bermutu tinggi, biaya produksi yang rendah serta mempertimbangkan faktor ekologi dan kondisi sosial para petani.
300
Teknik Penanggulangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Bawang 1. Ulat Bawang atau Ulat Grayak
301
Gejala Serangan: a. Bagian tanaman yang terserang terutama daun, b. Apabila populasi ulat (larva) sangat banyak, akan
menyerang umbi. c. Bagian ujung daun berlubang d. Daun terlihat bercak berwarna putih transparan. Akibatnya
daun terkulai dan kering. Siklus hidup ulat bawang sekitar 15-18 hari. Ngengat betina mulai
bertelur
pada
umur
2-10
hari.Telur
diletakkan
berkelompok pada permukaan daun/batang dan tertutup oleh bulu-bulu atau sisik coklatmuda.Tiap kelompok telur:80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan seekor ngengat betina kurang lebih sekitar 500-600 butir. Stadium telur berlangsung 2 hari,larva 8-11 hari dan pupa 5 hari. 302
Pengendalian : a. Pergiliran tanaman b. Penanaman serentak c. Mengumpulkan
dan
memusnahkan:ngengat,telur
ulat
yang ditemukan d. Penggunaan varietas(varietas Sumenep) e. Pemasangan perangkap dengan Feromoid seks sebanyak 40/bh/ha/bl f. Aplikasi
pestisida
nabati,seperti
serbuk
biji
mimba
30g/l,setiap 3 hari sekali g. Pelestarian musuh alami,(capung dan kepik) h. Aplikasi pestisida yang selektif dan efektif, dilakukan apabila telah ditemukan ulat/10 tanaman atau 5% kerusakan tanaman 2. Hama Trips (Thrips
tabaci.)
Gejala Serangan : a. Daun
terlihat
bernoda
putih
mengkilat
kemudian
kecoklatan dengan bintik hitam. b. Serangan semakin hebat pada kondisi kelembaban di atas 70%. c. Serangan juga bisa sampai ke umbi. Umbi yang dipanen terdapat bercak putih kecoklatan. Pengendalian : 303
a. Pergiliran tanaman b. Pemilihan bibit unggul yang sehat c. Konservasi musuh alami yaitu penggunaan predator kumbang macan (Menochilus sp.). d. Aplikasi penyemprotan dengan Marshal, Curacron dengan dosis sesuai anjuran. 3. Bintil akar Nematoda Gejala serangan : a. Daun layu pada sore hari walaupun cukup air b. daun menguning dan akhirnya mati. c. Bila di cabut tampak Bintil-bintil akar. Pengendalian: a. Pergiliran tanaman b. Pemilihan bibit unggul yang sehat c. Menggunakan furadan 3 gr dengan dosis
20-30
kg/ha. 4. Bercak Daun Gejala Serangan : a. Bercak-bercak pada daun berwarna keputih-putihan b. Daun agak cekung . Pengendalian : c. Pemilihan bibit yang sehat d. Lahan yang bersih e. Pengamatan rutin 304
f. Waktu tanam serempak g. Pergiliran h. Penyemprotan Antrocol, Dithane M45, dengan interval 4-7 hari sekali.
5. Antraknos (Coletotric humgloesporioides)
Gejala serangan : a. Bercak berwarna putih pada daun. b. Daun terbentuk lekukan kedalam, berlubang c. Daun patah dan terkulai tepat pada bercak.Infeksi 305
d. Pada daun akan terbentuk spora yang berwarna merah muda, berubah menjadi coklat
muda,
tua
dan akhirnya kehitam- hitaman. e. Tanaman yang terinfeksi dapat mati secara serentak Pengendalian : a. Rotasi dengan tanaman selain jenis bawang,kacang,labu & terung. b. Penanaman dimusin kemarau. c. Kebersihan kebun d. Menanam varietas relatif tahan (Sumenep) e. Aplikasi pestisida nabati,seperti serbuk biji mimba 30 gram perliter setiap 3 hari sekali f. Aplikasi fungisida yang selektif dan efektif,apabila terjadi kerusakan pada tanaman 6. Penyakit Moler Menyerang
dasar
atau Layu (Fusarium Oxysporum) umbi
lapis
tanaman
yang
sehingga
pertumbuhan akar & umbi terganggu. Gejala serangan : a. Daun menguning & cenderung terpelintir b. Tanaman mudah tercabut dan bahkan membusuk c. Dasar
umbi
terlihat
cendawan
berwarna
keputih-
putihan,serangan d.Tanaman yang terinfeksi akan mati 306
Pengendalian: a. Hindari menanam bawang merah di lahan bekas penyakit moler b. Perbaikan sistem drainase lahan c. Menenam umbi yang bebas penyakit dan d. Mencabut tanaman yang terinfeksi 7. Penyakit trotol (Altemaria Porri) Gejala Serangan : a. Pada daun terdapat bercak berwarna kelabu dengan pusat yang berwarna ungu b.Daun melekuk ke dalam dengan lingkaran konsentris,yang semakin melebar dan semakin menipis. c. Koloni spora
hitam
teratur membentuk lingkaran pada
daun. Pengendalian : a. Penanaman dimusin kemarau Kebersihan kebun b.Menanam varietas relatif tahan c. Aplikasi pestisida nabati, seperti serbuk biji mimba 30 gram perliter setiap 3 hari sekali d.Aplikasi fungisida yang selektif dan efektif,apabila terjadi kerusakan pada tanaman e. Penyiraman setelah turun hujan sangat dianjurkan,untuk mencegah
kemungkinan
menempelnya
spora
pada
permukaan daun akibat percikan tanah. 307
308
DAFTAR PUSTAKA AAK. 1998. Pedoman Bertanan Bawang. Yogyakarta: Kanisius http://www.netrition.com/rdi_page.html Rianto, K. 2009. Sukses Agrobisnis. Jakarta: Sarana Ilmu Pustaka Rukmana, R. 1994. Bawang Merah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Sunarjono, H., dan Soedomo, P., 1989, Budidaya Bawang Merah (Allium ascalonicumL. ), Sinar Baru, Bandung.. Susniahti, N., Sumeno, H., Sudarjat. 2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unpad: Bandung Suyanto, agus. 1994. Hama Sayur dan Buah Seri PHT. Penebar Swadaya : Jakarta http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidayabawang-merah.html Untung, A. 1992. Konsep dan Strategi Pengendalian Hama Terpadu. Sandi Offset. Yogyakarta Yudiarti, T. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Graha Ilmu. Yogyakarta Kloppenburg, J. dan , 1983. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanam-Tanaman di Indonesia dan Khasiatnya Sebagai Obat-Obatan Tradisionil. Terjemahan Oleh Wiyanto, Yayasan Dana Sejahtera dan CD RS. Bethesda, Yogyakarta Wibowo, S., 2008, Budidaya Bawang, Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Penebar Swadaya, Jakarta 309