PENGEMBANGAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN PROJECT CITIZEN ( Studi Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis di Universitas Kristen Satya Wacana) Oleh: Yosaphat Haris Nusarastriya, Sapriya, Abdul Azis Wahab, Dasim Budimansyah
ABSTRAK Penelitian ini dilatar-belakangi oleh kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan pembelajaran yang lebih inovatif yaitu menggunakan project citizen. Kebutuhan ini didasarkan pada kenyataan bahwa berpikir kritis sering diabaikan dalam proses pembelajaran karena proses pembelajaran yang kurang inovatif. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan subyek penelitian mahasiswa. Data diambil melalui studi dokumentasi, angket, tes, observasi, wawancara. Pengolahan data dilakukan dengan statistik dan penelitian ini didukung oleh teori-teori tentang berpikir kritis seperti teori mengenai sikap positif untuk berpikir kritis dari John Langrehr (2006), kemampuan berpikir kritis dari CCEI (2004) serta karakteristik berpikir kritis dari Moore and Parker (2009) dan teori-teori yang berkaitan dengan project citizen seperti teori mengenai research-oriented larning dan inquiry learning. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yaitu tahap pertama menggunakan quasi eksperimen untuk mencari perbedaan hasil antara kelas konvensional dengan kelas yang menggunakan project citizen. Tahap kedua digunakan dexsperimental desain (desain before-after) dengan menambah pemahaman mengenai berpikir kritis itu sendiri. Hasilnya menunjukkan bahwa pengembangan berpikir kritis menggunakan project citizen yang didahului dengan pemahaman tentang berpikir kritis akan lebih maksimal. Kata kunci: Project Citizen, Civic Education, Critical Thinking Characteristics Pendahuluan Ada tiga hal serius yang menjadi latar-belakang penelitian ini, pertama yaitu masalah dan tuntutan tentang perlunya investasi besar dalam bidang intelektual manusia menghadapi kompleksitas permasalahan yang ada di abad 21 ini . Naisbit (1990:19)
1
pernah menyatakan bahwa dewasa ini banyak terjadi paradoks (dimana hal itu juga dapat terjadi pada pemikiran) sehingga muncul hal-hal yang kontroversial termasuk isu-isu sebagai konsekuensi dari kekompleksitasan masalah. Oleh karena itu critical thinking and problem solving menjadi unsur sangat penting jika manusia ingin bertahan hidup di abad 21 ini.
Kedua, keprihatinan terhadap kondisi sosial yang melibatkan dunia
persekolahan seperti tawuran pelajar dan mahasiswa. Mungkinkah hal itu merupakan indikator berkembangnya radikalisme di masyarakat atau dunia persekolahan?. Menurut data hasil penelitian indeks kerentanan radikalisme di Indonesia pada tahun 2011 yang dirilis oleh Birru, L. (2011) di Media Center pada 15 Oktober adalah 43,6. Indeks radikalisme ini diperoleh dari hasil penelitian kerentanan radikalisme terhadap 33 provinsi dengan jumlah responden sebanyak 4840. Berpikir kritis sebagai unsur karakter bangsa yang cerdas harus dikembangkan di dunia persekolahan sampai Perguruan Tinggi. Ketiga, tuntutan yang lebih inovatif dalam proses pembelajaran dan harapan agar pengembangan berpikir kritis diperhatikan dalam proses pembelajaran dan dalam bidang studi atau mata kuliah. Kritikan tajam dalam kaitannya dengan ini dilakukan oleh Pitalokasari, I. (2012) yang menyoroti proses pembelajaran kaitannya dengan kualitas lulusan Perguruan Tinggi. Menurutnya jika dosen masih menggunakan metode mengajar konvensional, maka kurikulum sebagus apapun tidak bisa membentuk lulusan yang berkualitas. Keprihatinan dalam kaitannya dengan pengembangan berpikir kritis dikemukakn antara lain oleh Sanusi (1998:222-227) yang melihat dominannya latihan berpikir taraf rendah khususnya dalam pembahasannya mengenai perspektif Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Keprihatinan yang lain dikemukakan oleh Wahab (2007:48) yang
2
mengatakan bahwa guru terkadang hanya menggunakan cara berpikir konvergen sedang berpikir divergen sangat kurang pada hal berpikir seperti ini sangat penting bagi siswa. Senada dengan Sanusi (1998) dan Wahab (2007), Sapriya (2008) menangkap ada kecenderungan bahwa belum banyak muncul kesadaran yang tinggi di kalangan pendidik di persekolahan untuk mengajar para siswa tentang kondisi dunia yang semakin berkembang pesat yang menuntut adanya respon dengan pemikiran kritis. A.
Landasan Teori Beberapa kajian teori yang dapat dikemukakan antara lain dari Langrehr (2006)
yaitu mengenai sikap positif untuk berpikir kritis yang merupakan salah satu elemen yang menjadi prasyarat agar dapat berpikir kritis dengan baik. Elemen ini terdiri dari kemampuan melakukan klarifikasi, kemampuan bersikap terbuka, kemampuan berpikir obyektif dan kemampuan berpikir fleksibel. Teori yang selanjutnya dari CCE (2004) yaitu mengenai kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu elemen dalam berpikir kritis yang unsurnya mencakup melakukan identifikasi, menggambarkan
dan
menjelaskan,
melakukan
evaluasi,
tuntutan
kemampuan
berpendapat, kemampuan mempertahankan pendapat dan kemampuan mendengar. (CCE, 2004). Teori selanjutnya dari Moore B.N and Parker, R. (2009) mengenai karakteristik berpikir kritis adalah merupakan salah satu elemen yang memberi ciri bahwa berpikir yang dimaksud adalah berpikir kritis. Elemen ini terdiri dari menentukan informasi yang tepat, membedakan klaim yang rasional dan emosional, memisahkan antara fakta dan pendapat, menentukan bukti apakah terbatas atau bisa diterima, menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam argumentasi orang lain, menunjukkan analisis data atau informasi,
3
menyadari kesalahan logika, menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah, memperhatikan informasi yang bertentangan tidak memadai, membangun argumen yang meyakinkan yang berakar pada data, memilih data penunjang yang paling kuat, menghindarkan kesimpulan yang berlebihan, mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan, menyadari tidak jelas atau banyaknya kemungkinan jawaban suatu masalah, mengusulkan opsi lain dalam pengambilan keputusan, mempertimbangkan
semua pemangku kepentingan atau,
menyatakan argumen dan konteks untuk apa argumen itu, menggunakan bukti secara betul dan tepat untuk menyanggah argumen, menyusun argumen secara logis dan kohesif, menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan. Penelitian Suabuana (2010) dengan judul:”Pengembangan Pendidikan Nilai Bela Negara Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Pada Perguruan Tinggi Melalui Model Pembelajaran Project Citizen” adalah meneliti tentang efektifitas Project citizen melalui pendidikan kewarganegaraan. Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum kelas yang menggunakan Project citizen lebih baik dibandingkan kelas yang diselenggarakan secara konvensional. Menurut hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa pada indikator model pembelajaran kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 64,12, sedangkan untuk kelompok eksperimen 114,55. hal tersebut mengindikasikan bahwa pada kelompok eksperimen atau Project citizen lebih baik dibandingkan dengan model konvensional. Walaupun penelitian tersebut tidak secara khusus tentang pengembangan berpikir kritis melainkan mengenai bela negara. Penelitian Maksum (2011) dengan judul: ” Model Project Citizen Untuk Meningkatkan Kecakapan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Konsep Pengembangan
4
Sikap Nasionalisme” memperlihatkan kesamaan hasil bahkan saling memperkuat khususnya pada unsur kecakapan intelektual (intelectual skills). Disimpulkan dalam penelitian itu bahwa Project citizen meningkatkan kecakapan kewarganegaraan berpengaruh signifikan khususnya pada indikator mengidentifikasi masalah tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecakapan partisipatoris (partisipatory skills) dengan diperolehnya nilai p-value sebesar 0,064 sehingga nilai p- value > 0,05 dan hanya berpengaruh sedang terhadap kecakapan kewarganegaraan dengan diperolehnya nilai pvalue sebesar 0,503 sehingga nilai p-value > 0,05. Dari penelitian lintas negara yang dilaporkan oleh International Democratic Education Institute (Craddock: 2007) mengambil kesimpulan bahwa Project citizen memberikan
dampak/pengaruh
bagi
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan
kewarganegaraan siswa. Meskipun demikian, ruang lingkup (jangkauan) dan derajad pengaruh ini sangat beragam di antara berbagai kawasan di beberapa Negara. Dalam hal ini Craddock (2007) mengemukakan : “We emerge from this long, complex and multi-national research convinced that Project Citizen impacts student civic knowledge, attitudes and skills. However, the scope and degree of this impact varies greatly among different sites in the study with some countries showing little statistical evidence of impact while others show a great deal”. Penelitian yang dilaporkan International Democratic Education Institute oleh Alden Craddock, John Fischer & Sharon Subreenduth ini menyimpulkan bahwa Project citizen memberikan dampak/pengaruh
bagi pengetahuan, sikap dan keterampilan
kewarganegaraan siswa karena Project citizen memiliki rancangan yang bersifat generic dan mudah diadaptasi dalam praktik. Project citizen impacts student civic knowledge, attitudes and skills. However, the scope and degree of this impact varies greatly among different sites in the study with some countries because Project Citizen is generic by
5
design and so readily adapted in practice (Craddock: 2007). Hal itu dapat dibandingkan dengan pernyataan berikut ini: Because Project Citizen is generic by design and so readily adapted in practice, discerning the direct impac of the curriculum on student civic knowledge, attitudes and skills has proved to be very challenging task. (Craddock: 2007). Project citizen yang dimaksud disini yaitu model pembelajaran berbasis portofolio yang dikembangkan atas dasar pendekatan Reflective Inquiry yang secara generik memiliki langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi masalah kebijakan publik yang ada dalam masyarakat b. Pemilihan masalah sebagai fokus kajian kelas c. Pengumpulan informasi terkait masalah yang menjadi fokus kajian kelas d. Pengembangan suatu portofolio kelas e. Penyajian portofolio (show case) f. Kajian pengendapan atas pengalaman belajar yang dilakukan. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan eksperimen dengan subyek penelitian adalah mahasiswa UKSW Salatiga Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik dokumentasi, observasi, angket dan tes serta wawancara. Penelitian ini diawali dengan studi pustaka dan lapangan serta wawancara mengenai pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan serta dengan angket untuk melihat bagaimana pemahaman mengenai berpikir kritis mahasiswa yang meliputi tiga aspek yaitu sikap positif dalam berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis dan karakteristik berpikir kritis. Setelah itu melakukan uji coba tahap pertama menggunakan quasi eksperimen dengan kelas kontrol dan kelas inovatif (eksperimen) dan selanjutnya uji coba kedua dilakukan pengembangan
6
menggunakan
dexsperimental desain (desain before – after) menggunakan project
citizen tetapi menambah pemahaman mengenai berpikir kritis itu sendiri melalui desain pembelajaran berpikir kritis. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji t untuk menguji hipotesis tentang perbedaan sikap positif, kemampuan dan karakteristik berpikir kritis antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sebagai berikut: Mengenai sikap positif untuk berpikir kritis diperoleh mean untuk kelas eksperimen sebesar 15.348 dan kelas kontrol sebesar 13.09. dari uji beda didapat nilai t sebesar 10.448 dengan signifikansi sebesar 0.000. Dikarenakan tingkat signifikansi jauh dibawah 0.005 (p < 0.005) maka dapat dikatakan terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut sebesar
2.256 (17.23%). Dengan
demikian terjadi perbedaan pada sikap positif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 17.23%. Selanjutnya untuk kemampuan berpikir kritis data menunjukkan mean untuk kelas eksperimen sebesar 17.884 dan kelas kontrol sebesar 15.209. dari uji beda didapat nilai t sebesar 12.442 dengan signifikansi sebesar 0.000. Dikarenakan tingkat signifikansi jauh dibawah 0.005 (p < 0.005) maka dapat dikatakan terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut sebesar
2.674 (17.58%). Dengan
demikian terjadi perbedaan pada kemampuan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 17.58%. Sedangkan mengenai karakteristik berpikir kritis diperoleh perbedaan
7
sangat signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagaimana hasilnya dapat dilihat di bawah ini: Mean untuk kelas eksperimen sebesar 62.511 dan kelas kontrol sebesar 49.93. dari uji beda didapat nilai t sebesar 15.916 dengan signifikansi sebesar 0.000. Dikarenakan tingkat signifikansi jauh dibawah 0.005 (p < 0.005) maka dapat dikatakan terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut sebesar 12.581 (25.20%). Dengan demikian terjadi perbedaan pada karakteristik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 25.20%. Hasil uji coba di atas walaupun lebih baik pada kelas yang menggunakan project citizen, namun masih belum maksimal. Oleh karena itu dilakukan uji coba yang kedua dengan memberi pemahaman berpikir kritis terlebih dahulu karena berdasarkan hasil angket pemahaman menunjukkan belum mencapai kategori yang ideal. Pada uji coba yang kedua ini juga ditambah desain pembelajaran untuk mengembangkan berpikir kritis dengan tetap menggunakan project citizen. Berdasarkan hasil penelitian tahap kedua yang didahului dengan pemahaman mengenai berpikir kritis dibandingkan dengan
tahap pertama yang tidak didahului
dengan pemahaman berpikir kritis walaupun sama-sama menggunakan Project citizen menunjukkan adanya peningkatan hasil. Untuk elemen sikap positip dalam berpikir kritis ada perbedaan sebesar 15.99%. Selanjutnya untuk elemen kemampuan berpikir kritis ada perbedaan sebesar 46,74%. Kemudian pada elemen karaktristik berpikir kritis ada peningkatan juga walaupun tidak sebesar dua komponen lain yaitu sebesar 16.36%. Artinya untuk kemampuan berpikir kritis berpengaruh signifikan, sedang untuk aspek sikap positif dan karakteristik berpengaruh berpengaruh sedang.
8
2. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian Maksum (2011) yang sama-sama menggunakan project citizen memperlihatkan kesamaan hasil bahkan saling memperkuat khususnya pada unsur kecakapan intelektual (intelectual skills). Disimpulkan dalam penelitian itu bahwa Project citizen meningkatkan kecakapan kewarganegaraan berpengaruh signifikan khususnya pada indikator mengidentifikasi masalah tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecakapan partisipatoris (partisipatory skills) dengan diperolehnya nilai p-value sebesar 0,064 sehingga nilai pvalue > 0,05 dan hanya berpengaruh sedang terhadap kecakapan kewarganegaraan dengan diperolehnya nilai p-value sebesar 0,503 sehingga nilai p-value > 0,05. Begitu juga jika dibanding dengan hasil penelitian Suabuana (2010) yang juga tentang Project Citizen” menunjukkan kesamaan secara umum bahwa kelas yang menggunakan Project citizen lebih baik dibandingkan kelas yang diselenggarakan secara konvensional. Menurut hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata model pada kelompok konvensional lebih rendah dari kelompok yang menggunakan Project citizen walaupun penelitian tersebut tidak secara khusus tentang pengembangan berpikir kritis. Dari penelitian lintas negara yang dilaporkan oleh International Democratic Education Institute (Craddock et.al, 2007) mengambil kesimpulan bahwa project citizen memberikan
dampak/pengaruh
bagi
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan
kewarganegaraan siswa. Meskipun demikian, ruang lingkup (jangkauan) dan derajad pengaruh ini sangat beragam di antara berbagai kawasan di beberapa Negara. Apa yang menjadi alasan dari pernyataannya? Karena Project citizen memiliki rancangan yang
9
bersifat generic dan secara mudah dapat diadaptasi dalam praktik. Because Project Citizen is generic by design and so readily adapted in practice, discerning the direct impac of the curriculum on student civic knowledge, attitudes and skills has proved to be very challenging task. (Craddock et.al, 2007) Apa yang terjadi dalam proses belajar mahasiswa melalui Project citizen menunjukkan kesamaan unsur dengan pendekatan yang dimaksud oleh Fromm (1976:23) mengenai modus “menjadi” yang dimaksudkan karena mahasiswa tidak sekedar menerima pengetahuan tetapi juga memproses, menemukan melalui diskusi merumuskan masalah, melakukan kajian dan juga melakukan penelitian serta membuat usulan kebijakan. Hal itu juga sesuai dengan yang dikemukakan Muhadjir (2002:22) mengenai fungsi pendidikan menurut preparation theory yaitu mengembangkan kemampuan produktif, karena mahasiswa melalui Project citizen mengalami suatu proses interaksi mengembangkan gagasan-gagasan baru untuk membuat usulan alternatif dan rencana tindakan. Hasil uji coba kedua (tahap kedua) mengukuhkan pandangan Liliasari (2010) Wahab (2008) Sumardjono (2001) yang mengatakan bahwa berpikir kritis berkaitan dengan aspek kognitif pemahaman materi
(penguasaan serta pemahaman materi). Penguasaan dan
salah satunya dipengaruhi oleh faktor metode atau model
pembelajaran yang memang dapat mendorong dan membantu mahasiswa mempermudah menangkap materi atau informasi. Proses pembelajaran yang semacam itu bagi mahasiswa ikut menentukan kemampuan berpikir kritis. C. Temuan Penelitian
10
Ditinjau dari tiga elemen berpikir kritis (sikap positif, kemampuan dan karakteristik berpikir kritis)
maka Project citizen lebih tepat dan baik untuk
mengembangkan karakteristik berpikir kritis. Project citizen bukan model untuk mengembangkan pemikiran yang berciri spekulatif metafisis melainkan mengembangkan pemikiran yang bersifat eksistensial-positif dan operasional prgmatik yang sangat menopang cara kerja ilmiah (ilmu pengetahuan) karena sangat mengandalkan argumen, data objektif yang bersifat empiris dan terukur. Pemahaman mengenai berpikir kritis mempunyai arti penting dalam rangka proses pengembangan berpikir kritis. Penelitian ini telah membuktikan bahwa Project citizen tanpa pemahaman mengenai berpikir kritis memperlihatkan hasil kurang maksimal pada dua elemen yaitu elemen sikap positif dan elemen kemampuan berpikir kritis. Temuan penelitian ini memperkuat konsep belajar mengajar dengan pengertian atau pemahaman bukan sekedar dengan hafalan saja. D. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan Secara
umum
dalam
kaitannya
dengan
pengembangan
berpikir
kritis,
menggunakan project citizen lebih membawa hasil yang baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional karena sangat erat dengan unsur democratic teaching dan cooperative teaching yang ada di dalam project citizen yang memberi suasana terbuka dan partisipatif. Secara khusus dalam hal mengembangkan karakteristik berpikir kritis, project citizen lebih meningkatkan karakteristik khususnya dalam menghadapi, memanfaatkan informasi, membedakan klaim yang rasional dan emosional, kemampuan menunjukkan analisis data, kemampuan berargumentasi, kemampuan menggunakan bukti.
11
Pengembangan berpikir kritis dalam Pkn menggunakan project citizen lebih baik didahului dengan memberikan pemahaman mengenai elemen-elemen berpikir kritis dan berpikir pada umumnya, berpikir ilmiah, tingkat-tingkat berpikir serta model berpikir karena terbukti dalam tahap kedua dengan desain pembelajaran yang mengembangkan berpikir kritis hasilnya lebih maksimal. 2. Rekomendasi . Perlu mengagendakan project citizen dalam proses pembelajaran mengingat banyak kelebihan model ini untuk mengembangkan berpikir kritis dan mencapai kompetensi yang diharapkan, khususnya dalam hubungannya dengan membangun karakter berpikir kritis di dunia akademik dan persekolahan. Dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis tidak boleh dilupakan juga mengenai pemahaman berpikir kritis itu sendiri. Desain pembelajaran yang mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis serta mengaplikasikan macam-macam berpikir yang memberi kontribusi berpikir kritis pada materi kuliah. Daftar Pustaka Ali, Mohammad et al. (2010). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Paedagogiana Press. Barr,R.D., Barth, J.L. and Shermis, S.S. (1978). The Nature of the Social Studies, Palm Spring: An ETS Pablication. Birru, L. (2011) ”Indeks Kerentanan Radikalisme” [Online] Tersedia:http://www.voanews.com/indonesian/news/Indeks-Radikalisme-diIndonesia [28 Desember 2011] Branson, Margaret S, dkk. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika, LkiS kerja sama. Budimansyah (2008). “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)” Acta Civicus, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol.1.N0:2, April, 2008. P.115, Bandung,
12
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. ---------,(2009). Inovasi Pembelajaran Project Citizen, cetakan pertama, Bandung, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. --------,(2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa, Bandung, Widya Aksara Press. Butterworth, J. and Thwaites Geoff. (2005). Thinking Skills, first edition, New York, Cambridge University. Center for Civic Education /CCE, (1998). We the People: Project Citizen, Calabasas:CCE Chen, I. (1996). Cognitive Constructivst Theory. [Online]. Available at.http://www.coe.uh.edu/~ ichen/ebook/ET-TI/copley.htm Craddock. et.al, (2007) “Teaching for Democracy: Assessing Project Citizen in Poland, South Africa”, Research Report Ginn, W.I. (1995).- Jean Piaget – Intellectual Developmen [Online] Available at http://129.7.160.115/inst 5931/Piagetl.html Costa, A.L. (1985). Developing Minds, A Resource Book for Teaching Thinking, Alexandria: ASCD Dewey, John (1933). How We Think, New York, Houghton Mifflin Company Boston. Ennis, Robert H. (1996). Critical Thinking, USA, Publication Data. Fisher, Alec. (2004). Critical Thinking, fourth edition,United Kingdom, Cambridge University. Hutagaol, Kartini, (2010). Srategi Multi Representasi Dalam Kelompok Kecil Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama, Disertasi Doktor pada Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan. Inch, E.S., Warnick, B., and Endres, D., (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reason In Argument, fifth Edition, Publication Data, USA. Isin, E.F and Turner B.S (2002). Hand Book of Citizenship Studies, first edition, London, SAGE Publication. Langrehr, John. (2006). Thinking Skills, edisi pertama, Jakarta, PT.Gramedia
13
Liliasari, (2010). “Pengembangan Berpikir Kritis Sebagai Karakter Bangsa Indonesia Melalui Pendidikan Sanis Berbasis ICT” dalam Suryadi, Karim et al. (2010) Potret Profesionalisme Guru dalam Membangun Karakter Bangsa: Pengalaman Indonesia Malaysia, Bandung, UPI. Maksum, H. (2011). “Model Project Citizen Untuk Meningkatkan Kecakapan” Pendidikan Kewarganegaraan Pada Konsep Pengembangan Sikap Nasionalisme dalam Budimansyah, D. dan Bestari, P (2011) Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Membangun Karakter Warga Negara, Lab. PKn-UPI. Moore, B.N. and Parker, R. (2009). Critcal Thinking, New York: McGraw-Hill Co.Inc Muhadjir, N. (2000). Ilmu Pendidikan Dan Perobahan Sosial, Rake Sarasin, Yogyakara Indonesia. Naisbit, J. (1990). Megatrends 2000, London, Sidgwick & Jackson Ltd. Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian, Bogor, Ghalia Indonesia. Presseisen, B.Z. (1985). Thinking skills, meanings and models, in A.L. Costa (ed) Developing Minds, A, A Resource Book for Teaching Thinking, Alexanria: ASCD Purwadhi (2000). “Pengembangan Model Pengajaran Berpikir dan Penerapannya Dalam Matakuliah Akuntansi Dasar”, Disertasi Doktor pada Pendidikan Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung :tidak dipublikasikan . Sanusi, A. (1998a), Pendidikan Alternatif : Menyentuh Asas Dasar Persoalan Pendidikan dan Kemasyarakatan, Bandung: PT Grafindo Media Pratama Sapriya (2008), Pendidikan IPS, Bandung, Laboratorium PKn UPI Bandung. Sapriya dan Winataputra, Udin S., (2003). Pendidikan Kewarganegaraan:Model Pengembangan Winataputra, U.S. (2001). Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi (tidak dipublikasikan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Suabuana, C. (2010). “Pengembangan Pendidikan Nilai Bela Negara dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi Melalui Model Pembelajaran Project Citizen” (Studi Analitik Tentang Pengembangan Nilai dalam rangka MKU Universitas Pendidikan Indonesia. Disertasi, Bandung, Program Studi Pendidikan Umum/ Nilai, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Penerbit Alfabeta.
14
Sumardjono (2001) ”Teori Belajar” dalam Umbu Tagela (2001) Belajar di Era Informasi, Salatiga, Universitas Kristen Satya Wacana. Sutriyono (2007) tentang “Model Pengajaran Konstruktivisme Dalam Pendidikan Matematika”, Pidato pengukuhan guru besar, Salatiga: Universitas Kristen Saya Wacana, Taba, Hilda (1962). Curriculum Development, Theori and Practice, New York:Harcourt Brace &World, Inc. Wahab, A.A. (2008). Metode dan Model-Model Mengajar, Bandung, P.T. Alfabeta. Winataputra, U.S. (2001). “Jati diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi” (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi (tidak dipublikasikan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
15