PENGELOLAAN KESISWAAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Oleh: Nur Salim Hs1 Abstraksi Siswa atau peserta didik dalam proses belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian jasmani maupun rohani. Tetapi bukan berarti anak didik itu sebagai mahluk yang lemah dan dan tidak mempunyai kemampuan. Anak didik secara kodrati telah memiliki potensi dan dan kemampuan-kemampuan tertentu. Hanya yang jelas siswa itu belum mencapai tingkat optimal dalam mengembangkan kemampuan atau potensinya. Oleh karena itu lebih tepat kalau siswa dikatakan sebagai subjek dalam proses belajar-mengajar, sehingga siswa disebut sebagai subjek belajar. Kata Kunci: Pserta didik, Managemen, Pendidikan Agama Islam A. Pendahuluan Peserta didik merurpakan " Raw, Material" (bahan mentah) di dalamproses transformasi yang disebut pendidikan. Dalam membicarakan anakdidik, ada2 hal penting yang harus kita perhatikan oleh pendidik, yaitu : 1. Hakekat peserta didik selaku manusia. 2. Kebutuhan peserta didik. Membicarakan peserta didik, sesungguhnya kita membicarakan hakekat manusia yang memerlukan bimbingan. lslam menempatkan manusia sebagai mahkluk yang termulia dari semua mahkluk yang ada di jagad raya ini.2 Firman Allah menyatakan yang artinya "lngatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "sesungguhnva Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'(Q S A1 Baqoroh : 30) dan juga firman Allah yang artinya : "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya ( Q.S Ath Thin : 4 ) 1
Penulis adalah Dosn STIT Al-Fattah Siman Lamongan Prof Dr. Ramayulis, Metodologi Pergajaran Aganra Islam, Kalam Mulya, Jakarta, 2001,
2
hal 29
1
Selanjutnya Harun Nasution mengatakan sebagai berikut : “Manusia dari Konsep Islarn kejadiannya tersusun dari tiga unsur yakni tubuh, hayat dan iiwa.Kalau hayat tak ada, tubuhpun mati dan jiwa meninggalkantubuh yang mati itu.Di sini jiwa berpisah dari tubuh dan pergi kembali kealam ini materi rnenunggu hari perhitungan di hadapan Allah SWT”.3 Berangkat Dari latar belakang di atas terdapat beberapa pokok bahasan yang perlu dikaji secara mendalam, antara lain sebagai beriku: kebutuhan siswa yang harus diperhatikan; pengembangan individu dan karakteristik siswa. Managemen Kesiswaan dalam Pendidikan Agama lslam. B. Pembahasan 1. Hakekat Anak Didik Sebagai Manusia Dan Subjek Belajar Sebelum mempelajari secara khusus mengenai anak didik dalamkaitannya sebagai siswa/subjek belajar, perlu kiranya melihat diri anak didikitu sebagai manusia.Sebab soal manusia adalah soal "kunci" utarna dalamkegiatan pendidikan. Dalam hai ini ada beberapa pandangan mengenai hakikatmanusia: a. Pandangan Psikoanalitik Bahwa manusia pada hakikatnya digerakkan oleh dorongandorongan daridalam dirinya yang bersifat instinktif. Selanjutnya Brend mengernukakan bahwa struktur Kepribadian Individu seseorang itu terdiri dari tigakomponen yakni : ide, ego dan super ego. b. Pandangan Humanistik Adler & Rogers tokoh dari pandangan humanistik, berpendapat bahwamanusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yangpositif, manusia itu rasional dan dapat menenftrkan nasibnya sendiri. c. Pandangan Martin Buber Bahwa hakekat manusia itu tidak dapat dikatakan "'ini" atau "itu".Manusiamerupakan suatu keberadaan yang berpotensi, namun dihadapkan padakemestaan alam, sehingga manusia itu terbatas. Keterbatasan ini bukanlahketerbatasan yang esensial, tetapi keterbatasan faktual, ini berarti bahwaapa yang akan dilakukan tidak dapat diramalkan. d. Pandangan Behavioristik Bahwa manusia itu sepenuhnya adalah mahkluk reaktif yang tingkahlakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datasng dari luar. Beberapa pandangan mengenai hakekat manusia tersebut, kalaudianalisa secara mendalam, dapat membantu dalam upaya pemahamanterhadap diri anak didik.Hakekat anak didik adalah manusia 3
lbid, hal. 33
2
dengan segaladimensinya.Oleh karena dalam kegiatan belajar, manusia itu adalah subjekbelajar.4 Siswa atau anak didik adalah satu komponen manusiawi yangmenempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihakyang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin rnencapainyasecara optimal. Dengan demikian tidak tepat kalau dikatakan bahwa siswa atau anakdidik itu sebagai obiek (objek dalam proses belaiar mengajar) yangterpengaruh oleh Konsep Tabularasa bahwa anak didik diibaratkan sebagaikertas putih yang ditulisi sekehendak hati oleh para guru/pengajarnya.Dalamkonsep ini berarti siswa hanya pasif seolah-olah "barang", terserah maudiapakan, mau dibawa kernana.terserah kepada yang akan membawanya/guru.sebaliknya guru akan sangat dominan, ibarat raja di dalam kelas. Perwujudan interaksi guru dan siswa harus lebih banyak berbentukpemberian motivasi dan gum kepada siswa, agar siswa merasa bergairah,memiliki semangat, potensi dan kemampuan yang dapat meningkatkan hargadirinya. Dengan demikran siswa diharapkan lebih aktif dalam melakukankegiatan belajar. 2. Kebutuhan Siswa Parto Wisastro membagi kebutuhan psikotogis itu dalam limagolongan. Kelima golongan ini menrupakan kepuasan dasar yang diinginkan oleh setiap orang dari kerjanya dan hidupnya. a. Kebutuhan untuk mempertahankan hidup. b. Kebutuhan merasa aman. c. Kebutuhan ingin dihargai. d. Kebutuhan ingin diterima oleh lingkungannya. e. Kebutuhan dibidang yang disenangi Prof. Dr. Zakiah Darajat membagi pula kebutuhan manusia dalam duakebutuhan pokok, vaitu : a. Kebutuhan primer, yaitu Kebutuhan Jasmaniah seperti makan, seks dansebagainya. b. Kebutuhan sekunder, yaitu Kebutuhan Rohaniah. El-Quussy ntembagi kebutuhan rohaniah kepada 6 (enam) macam, yaitu: a. Kebutuhan kasih sayang. 4
Sardiman, AM. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Grafindo Persada, Jakarta, 2001 , hal
109
3
b. c. d. e. f.
Kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa harga diri. Kebutuhan akan rasa bebas. Kebutuhan akan sukses. Kebutuhan akan suatu kekuatan pembimbing atau pengendali diri manusia, seperti pengetahuan-pengetahuan lain yang ada pada setiap manusia yang berakal, termasuk pengetahuan agama.5 Pemenuhan kebutuhan siswa.disamping bertujuan untuk memberikanmateri kegiatan setepat mungkin. juga materi pelajaran yang sudah disesuaikandengan kebutuhan, biasanya menjadi lebih merrarik. Dengan demikian akan membantu pelaksanaan proses belajar mengajar.6 Adapun yang menjadi kebutuhan siswa, sebagairnana diuraikan diatas.Namun bila disimpulkan menjadi 3 kebutuhan yaitu Kebutuhan jasmaniah,Kebutuhan Sosial dan Kebutuhan Intelektual. Kesanggupan memenuhi tugas-tugas itu, berarti akan memberikepuasan dan kebahagiaan. Inilali yang dikatakan seseorang dapat memenuhikebutuhannya. Kegagalan memenuhi tugas, akan menimbulkan suatukekecewaan dan berarti gagal memenuhi kebutuhannya.7 3. Pengembangan lndividu dan Karakteristik Siswa Sebagaimana diterangkan sebelumnya bahwa siswa/peserta didik itu adalah manusia. Manusia merupakan mahkluk Allah swt vang paling istimewa dibanding mahkluk-rnahkluk yang lain.8 Manusia adalah makhluk individu dan mahkluk sosial.Dalam hubungannya dengan manusia sebagai mahkluk sosial, terkandang suatumaksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat.terlepasdari individuyang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersamaantar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dansituasi. Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemarnpuanyang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih citacitanya.Dengan demikian penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan ataudisesuaikan dengan keadaan atau karakteristik siswa itu sendiri. Mengenai pembicaraan karakteristik siswa ini ada tiga hal yang perludiperhatikan, yaitu : 5
Prof. Dr. Rarnayulis, Op-Cit, hal. 35 Sardiman, A.M. Op-Cit, hal 111. 7 Sardiman, A.M. Op-Cit, hal 113. 8 Prof Dr. H Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 11. 6
4
a. Karakteristik atau keadaan vang berkenaan dengan kemampuan awal atau Prerequisite Skills, seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuanberpikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor,dan lain-lain. b. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial(sociocultural). c. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah dikatakan guru dalam hal iniperlu mengetahui data pribadi siswa untuk kepentingan belajar siswa.Carayang ditempuh untuk mengetahui data pribadi siswa itu misalnya denganmenggunakan berbagai-jenis tes.observasi, kunjungan rumah dan angket.9 4. Managemen Kesiswaan Pendidikan Islam Management adalah pengelolaan tata laksana penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan siswa ialah pesertadidik di lingkungan sekolah adalah subjek yang sedang belajar Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksiindividu dengan Iingkungan.10 Pendidikan Islam, secara umum konsep pendidikan lsiam mengacukepada makna dan asal kata yang membentuk kata Pendidikan itu sendiridalam hubungannya dengan ajaran Islam. Ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan lslam, yaitu:al Tarbiyah, al Ta'lim, dan al Ta'dib yang ketiga istilah tersebut mempunyai makna dan arti yang berbeda tetapi mempunyai esensi yang sama, sebab bila.pemahaman tersebut masing-masing dikembalikan kepada asalnya, rnakasemuanya menyatu kepada sumber dan prinsip yang sama, yaitu PendidikanIslam bersumber dari Allah dan didasarkan pada prinsip ajarannya.11 Islam mengenal pendidikan dengan pengertiannya yang menyeluruh, dengan pengertian ia berputar sekitar pengembangan jasmani, akal, emosi.rohani dan akhlaq. Begitu juga ia mengenal pendidikan dalam pengertiannya yang utuh, dengan pengertian bukan terbatas di sekolah saja, tetapi meliputi segala yang mempengaruhi pelajaran-pelajaran di rumah, di
9
Sardiman A.M. Op-Cit, hal 122. Depdiknas, Pedoman Penciptaan Suasana Sekolah Yang Kondusif, Dirjen Depdiknas, 2002,hal.26. 11 Prof Dr. H. Jalaluddin, Op-Cit hal73. 10
5
jalanan dan lain-lain.Juga ia mengenal pendidikan seumur hidup.12 Tuntutlah ilmu dari ayunan lbu sampai ke liang lahat Dari uraian diatas. maka dapatlah dikatakan dalam pendidikan selayaknya ada organisasi kesiswaan, antara lain OSlS, kepramukaan, dan organisasi yang lebih khusus untuk membina keterampilan seperli apresiasi seni, olahraga dan keagamaan. Setiap organisasi tersebut sangat potensialuntuk membina perilaku peserta didik, karena dapat saling belajar dari teman mengenai perilaku mana yang baik dan mana yang buruk. Organisasr kesiswaan merupakan wadah bagi peserta didik untukmelatih diri berorganisasi.rnengeluarkan pendapat, bekerjasama dan memahami orang lain, melalui berbagai kegiatan interaksi sessama pesertadidik. Karena itu pengelola sekolah dapat mengalahkan dan memotivasi pengurus yang rnembidangi kesiswaan yang ada di sekolah untuk : a. Meningkatkan kegiatan organisasi. b. Mengadakan diskusi tentang masalah akhlaq, narkoba, dan lain-iain c. Mengadakan kegiatan apresiasi seni. d. Mengadakan Musabaqoh/pertandingan daiam rangka membina sportifitas,kedisipiinan dan pembiasaan menghargai prestasi orang lain. e. Mengadakan bulletin atau majalah dinding Beberapa kegiatan organisasi seperti yang dikemukakan di atas hanyalah sebagai contoh kecil yang dapat dilakukan oleh organisasi kesiswaan. Mengingat banyaknya aktivitas yang dapat dilakukan organisasi sekolah, maka sebaiknya pimpinan sekolah atau guru dapat memfasilitasi kegiatan yang dirancang oleh peserta didik serta mengarahkan atau mengintregasikan dalam sumber pokok ajaran Islam. Berdasrkan uraian diatas, penulis dapatlah menganalisa 2 hal kenyataan di tengah-tengah masyarakat baik penyelenggara pendidikan maupun orang tua peserta didik a. Masih banyaknya pernyataan di tengah-tengah masyarakat bahwa anak didik/siswa sebagai kelompok yang belum dewasa itu sebagai mahluk yang lemah, tanpa memiliki potensi dan kemampuan apa-apa. Dengan pernyataan itu siswa memerlukan Pembina, bimbingan dan pendidikan serta usaha yang dipandang sudah dewasa, agar anak didik dapat mencapai tingkat kedewasaanya, maka siswa sebagai objek. b. Ada juga pernyataan yang mengatakan bahwa di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Itulah sebabnya siswa atau anak didik adalah merupakan subjek belajar. 12
Prof. Dr. Hasan Langguling, Asas-asas Pendidikan Islam,2000,hal. 122
6
Dari dua fenomena di atas dan melihat perkembangan zaman maka penulis dapatlah mengemukakan: bahwa, memang dalam berbagai statement dikatakan bahwa siswa/anak didik dalam proses belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian jasmani maupun rohani. Tetapi bukan berarti anak didik itu sebagai mahluk yang lemah dan dan tidak mempunyai kemampuan. Anak didik secara kodrati telah memiliki potensi dan dan kemampuan-kemampuan tertentu. Hanya yang jelas siswa itu belum mencapai tingkat optimal dalam mengembangkan kemampuan atau potensinya. Oleh karena itu lebih tepat kalau siswa dikatakan sebagai subjek dalam proses belajar-mengajar, sehingga siswa disebut sebagai subjek belajar. C. Kesimpulan Dari uraian di atas dapatlah penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Kebutuhan siswa yang harus diperhatikan ialah Kebutuhan Jasmani, Kebutuhan Rohani, Kebutuhan Sosial, Kebutuhan Intelektual 2. Pengembangan Individual dan Karakteristik siswa terdiri dari Karkteristik kemampuan, Karkteristik status social, Karkteristik kepribadian 3. Managemen Kesiswaan Pendidikan Islam merupakan Pengolahan secara efektif untuk mencapai tujuan agar siswa mampu mengintregasikan semua perilaku sebagai hamba Allah yang muslim. 4. Pengorganisasian kesiswaan sebagai wadah siswa untuk melatih diri berorganisasi.
7
Daftar Pustaka
Depdiknas, Pedoman Pencipta Sekolah Yang Kondusif, Ditjen dikdasmen Depdiknas, Jakarta, 2002. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Proyek Penggadaan Depag RI, 1997. Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Rosda Karya, Bandung, 2001. Imam Malik Mashuri, Jurnal Pendidikan Islam, Unisla, no. 1 Tahun 1 April 2003. Mudila Rahardjo, Dua Radis Pendidikan Islam, Cendikia Paramulya, Malang, 2002. Prof. Dr. Ramayulis, Methodelogi Pengajaran Agama Islam. Kalam mulya, jakarta, 2001 Prof. Dr, Teologi Pendidikan, Grafindo Persada, 2002. Prof. Dr. Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Al Husna Zikra, Jakarta, 2000. Prof. Dr. Oemar Hamalili, Pendidikan Guru, Bumi Aksara, Jakarta, 2002. Sardiman.am, Interaksi & Motivasi Belajar, Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
8