15
PENGELOLAAN KELAS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA M. Badar1 Abstract: Classroom management can be divided into two kinds of physical management and student management. Harmonious relationships of student and teacher have an effect on classroom management. Teacher who are apathetic to student make the students away. Many students reject the presence of teachers. Envy is ingrained in students that cause unacceptable learning materials by students. The tendencies of students’ negative attitudes are more dominant. This hypocritical attitude created a gap between teachers and students. As with the teachers who always pay attention to students is always open, always responsive to student complaints, always listen to students' learning difficulties, always willing to listen to suggestions and criticism from students are the teachers who is liked by student. Students will miss his presence and advice was given. The classroom management strategies to improve students' learning ability is creating an atmosphere or condition of the optimal class, trying to stop the deviant behavior of students, creating a classroom discipline, creating harmony between teachers and students. Therefore, the task manager as a classroom teacher to always strive for dynamic conditioning class that supports the process of educational interaction achieving learning objectives. Keywords: Classroom Management, students' learning ability Pendahuluan Tugas utama guru adalah menciptakan suasana dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguhsungguh. Untuk itu guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan dalam mengelola kelas.2 Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengelolaan kelas dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal itu saling tergantung. Keberhasilan pengajaran, dalam arti tercapainya tujuantujuan intruksional sangat bergantung pada kemampuan mengelola kelas. Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran3. Siswa dapat belajar dengan baik, dalam suasana yang wajar tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Mereka memerlukan bimbingan dan bantuan untuk mamahami bahan pengajaran dalam berbagai kegiatan belajar. Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian atau pengelolaan kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi yang efektif, yang meliputi: tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu yang tersedia, pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran, serta pengelompokan siswa dalam belajar4. Penulis adalah Dosen STAI Al Hikmah Tuban Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 173 3 Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Grasindo, 1986), 63. 4 Ibid, 64. 1 2
AL HIKMAH, Volume 1, Nomor 1, Maret 2011
16
Pengorganisasian kelas yang berhubungan dengan siswa, berkaitan dengan minat, kecakapan, kehendak dan kegiatan mereka. Suatu kondisi belajar yang optimal dicapai apabila guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikan dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran. Kadang-kadang pengaturan yang dimaksud bersifat lebih langsung berkenaan dengan menyampaikan pesan pengajaran. Agar pesan pengajaran dapat diterima oleh subyek belajar dengan baik, perlu adanya suatu kondisi yang memungkinkan untuk itu5. Apabila pengaturan kondisi belajar maksimal dengan sendirinya, besar kemungkinan proses pembelajaran akan berlangsung secara maksimal pula. Sebaliknya, apabila terdapat kekurangan antara tugas dan sarana atau alat, atau terputusnya antara satu keinginan dengan keinginan lain, atau kebutuhan dengan pemenuhannya, maka terjadilah gangguan terhadap proses belajar yang dimaksud. Gangguan dapat bersifat sementara dan ringan dan dapat pula bersifat serius dan terus menerus. Gangguan yang pertama mempersyaratkan ketrampilan mendisiplin untuk mengembalikan iklim belajar yang serasi, sedangkan gangguan yang kedua menuntut keterampilan melakukan tindakan rasional remedial. Jadi pengelolaan kelas merupakan rangkaian tingkah laku kompleks yang digunakan oleh guru untuk memelihara suasana kelas sehingga memungkinkan murid belajar dengan hasil yang efisien dan berkualitas tinggi. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat utama untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Pengelolaan kelas dapat dianggap sebagai tugas yang paling pokok dan sekaligus paling sulit yang harus dilakukan oleh guru. Pengertian Pengelolaan Kelas Tentang pengelolaan kelas, para ahli pendidikan berbeda-beda dalam mengemukakan definisi. Definisi-definisi yang berbeda itu bukan dimaksudkan untuk mempersulit arti dan makna pengelolaan kelas, akan tetapi justru akan menambah kejelasan arti dan makna pengelolaan kelas itu sendiri. Untuk memahami pengertian tentang pengelolaan kelas secara mendalam, maka akan dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli diantaranya : Pengeloaan kelas menurut Made Pidarta dapat ditinjau dari pengertian lama dan pengertian baru. 1)Pengertian lama, Pengelolaan kelas adalah mempertahankan ketertiban kelas. 2). Pengertian baru, Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan menggunakan alatalat yang tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual6. Menurut Suharsimi Arikunto pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.7 Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan Pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk
1 Suparno dkk, Dimensi-Dimensi Mengajar (Bandung: CV. Sinar Baru,1988), 74. Made Pidarta, Pengelolaan Kelas (Surabaya:Usaha Nasional, tth), 47. 7 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Dalam Sebuah Pendekatan Evaluatif (Jakarta: CV. Rajawali, 1990), 143. 5 6
17
memaksimalkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul8. Menurut Muljani A. Nurhadi pengelolaan kelas merupakan upaya mengelola siswa di kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas yang menunjang program pengajaran dengan jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah9. Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan guru dalam mengelola anak didiknya di kelas dengan menciptakan atau mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang mendukung program pengajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dasar Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas yang dapat menciptakan interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien mempunyai dasar yang kuat dan jelas10. a. Dasar dari Hadits Nabi S.A.W Agar pendidik berhasil dalam mengelola anak didiknya, maka ia harus mempertimbangkan metode apa yang harus dipakainya, melihat waktu, serta kondisi yang ada. Karena hal itu akan menunjang keberhasilan dalam pengelolaan kelas. Sebagaimana hadist nabi S.A.W yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud: )ى هللاُ َعلَ ٍْ ِه َو َسلَّ َن ٌَتَ َخ َّولُنَا بِ ْال َووْ ِعظَ ِة فًِ ْاألٌَ َِّام َك َراهَةَ السَّآ َّه ِة َعلَ ٍْنَا (البخاري َ ًُّ َِكاىَ النَّب َّ صل “Nabi S.A.W mengajari kami dengan memlih hari (waktu) yang tepat, sehingga kami tidak merasa bosan” (HR. Bukhori) b. Dasar Sosiologis dan Antropologis Pengelolaan kelas merupakan kegiatan bersama antara guru, pelajar, maupun komponen yang terkait dalam proses pembelajaran. Tanpa keaktifan, partisipasi, kerja sama, maka tujuan pengajaran akan sukar dicapai. Demikian corak dan bentuk kerja sama sangat erat dengan sosio-antropologis setempat pada suatu bangsa. c. Dasar Filosofis Dalam pengelolaan kelas harus didasarkan dan berpedoman pada falsafah hidup yang tepat, dan yang dinamik. Seperti di Indonesia, yang menjadi dasar serta pedoman dalam manajemen kelas adalah Pancasila, sebab pancasila merupakan falsafah hidup (way of life) bangsa Indonesia. Maka pengelolaan atau manajemen kelas harus berdasarkan dan dilaksanakan sesuai isi sila-sila Pancasila. d. Dasar Psikologis Pelaksanaan manajemen kelas dalam interaksi belajar mengajar tidak dapat lepas dari faktor psikologi guru, siswa terutama, maupun komponen lain yang berkaitan. Masalah psikologis yang ikut mendasari pengelolaan kelas adalah: 1. Masalah motivasi Dengan memilih serta melaksanakan motivasi yang tepat agar dapat mencapai tujuan dengan lancar dan penuh kegembiraan. Misalnya motivasi siswa agar giat belajar. 2. Masalah belajar Memilih, menerapkan dan mengembangkan teori belajar yang tepat sehingga belajar secara efisien, efektif dan produktif. 8Cece
Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1994), 113. 9 Muljani A. Nurhadi, Administrasi Pendidikan di Sekolah (Yogyakarta:IKIP, 1983), 162. 10 Roestiyah N. K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta:Bina Aksara, 1989), 75.
18
3. Masalah individu atau pribadi Di dalam pengelolaan kelas, masalah individual perlu diperhatikan, di samping masalah sosial. e. Dasar Manajemen Sebagai landasan dalam pengelolaan interaksi belajar mengajar yaitu teori manajemen, pengelola atau guru harus dapat menerapkan teori dalam praktik dengan tepat. Dasardasar manajemen, pengertian manajemen dengan jelas dan tepat dilaksanakan. f. Dasar Komunikasi Komunikasi yang tepat akan melancarkan interaksi. Pilihan komunikasi secara langsung atau menggunakan media tertentu. g. Dasar Kurikulum Dalam manajemen interaksi belajar mengajar di kelas, tidak dapat dilupakan dasar kurikulum. Dasar ini dapat disebut dasar content. Apa yang akan menjadi isi interaksi belajar mengajar yang berlangsung. h. Dasar Mengajar Hal ini penting sekali menetapkan teori mengajar yang bagaimana digunakan sesuai dengan situasi kondisi serta akan menjadi tercapainya tujuan. i. Dasar Evaluasi Suatu manajemen tidak dapat melupakan evaluasi. Sesuatu kegiatan akan efektif apabila disertai evaluasi yang tepat agar dapat dikembangkan suatu manajemen interakasi belajar mengajar yang tepat11. Dari dasar-dasar itu dapat dirangkumkan bahwa pengelolaan kelas mengaplikasikan beberapa prinsip ilmiah agar dalam manajemen interaksi belajar mengajarnya berjalan dengan tepat, efisien, efektif dan produktif dalam mencapai tujuan. Tujuan Pengelolaan Kelas Pengajaran adalah proses menyampaikan atau menanamkan pengetahuan dan keterampilan. Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka pengajaran memiliki tujuan yang utama yaitu penguasaan materi pelajaran. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri adalah pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan hanya tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun kelelahan fisik maupun pikiran dirasakan. Tujuan pengelolan kelas pada hakekatnya mengandung tujuan pengajaran. Karena pengajaran merupakan salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya proses belajar mengajar dalam kelas. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi pada siswa12. 11 12
Ibid, 75-79. Sudirman N, Ilmu Pendidikan (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1992), 31.
19
Adapun secara khusus, tujuan pengelolaan kelas adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan13. Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan tujuan dari pengelolaan kelas itu antara lain:14 a. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. b. Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya. c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang. Lebih lanjut, menurut Louis V Johnson dalam buku Made Pidarta mengemukakan bahwa tujuan pengelolaan kelas ialah menciptakan kondisi dalam kelompok kelas, yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan para siswa berbuat sesuai dengan kehadirannya, seperti halnya dalam lingkungan masyarakat15. Dari beberapa pengertian tujuan pengelolaan kelas di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari pengelolaan kelas adalah menciptakan dan menjaga kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Artinya upaya yang dilakukan oleh guru agar masing-masing siswa dengan kemampuannya yang heterogen dapat mengikuti materi yang disampaikan guru. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengelolaan Kelas a. Faktor-Faktor Pendukung Menurut Hadari Nawawi faktor yang mendukung pengelolaan kelas antara lain: 1). Kurikulum, 2) Bangunan dan sarana, 3) Guru, 4) Murid,x5)Dinamika kelas.16 1) Kurikulum Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak yang tidak hanya harus didewasakan dari segi intelektualitasnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. Sekolah yang kurikulumnya dirancang secara tradisional akan mengakibatkan aktifitas kelas akan berlangsung secara statis. Sedangkan sekolah yang diselenggarakan dengan kurikulum modern pada dasarnya akan mampu menyelenggarakan kelas yang bersifat dinamis. M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1995), 8. Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1994), 114. 15 Made Pidarta, Pengelolaan Kelas (Surabaya:Usaha Nasional, tth), 17. 16 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta:Gunung Agung, 1989), 116. 13 14
20
Kedua kurikulum di atas kurang serasi dengan kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki pandangan hidup Pancasila. Di satu pihak kurikulum tradisional yang berpusat pada guru akan diwarnai dengan sikap otoriter yang mematikan inisiatif dan kreatifitas murid. Di pihak lain kurikulum modern yang menekankan kebebasan atas dasar demokrasi liberal sehingga tidak memungkinkan diselenggarakan secara efektif kegiatan belajar secara klasikal untuk pengembangan pribadi sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengintregasikan kedua kurikulum tersebut dalam kehidupan lembaga formal di Indonesia agar serasi dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat. Kurikulum harus dirancangkan sebagai pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana, sistematik, dan terarah serta terorganisir. 2) Gedung dan Sarana Kelas Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreatifitas dalam mengatur pendayagunaan ruang/gedung. Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional pengaturan ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar diselenggarakan di kelas yang tetap untuk sejumlah murid yang sama tingkatannya. Sekolah yang mempergunakan kurikulum modern, ruangan kelas diatur menurut jenis kegiatan berdasarkan program-progam yang telah dikelompokkan secara integrated. Sedangkan sekolah yang mempergunakan kurikulum gabungan pada umumnya ruangan kelas masih diatur menurut keperluan kelompok murid sebagai suatu kesatuan menurut jenjang dan pengelompokan kelas secara permanen. 3) Guru Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid dalam suatu kelas. Guru adalah seseorang yang ditugasi mengajar sepenuhnya tanpa campur tangan orang lain17. Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di kelas dan di masyarakat. Guru yang memahami kedudukan dan fungsinya sebagai pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidikan. Persiapan yang harus diikuti, sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi18. 4) Murid Murid merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, dan secara psikologis dalam rangka mencapai tujuan pendidikannya melalui Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1994), 135. 18 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta:Gunung Agung, 1989), 121. 17
21
lembaga pendidikan formal, khususnya berupa sekolah. Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid memiliki perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung jawab terhadap kelas yang secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangannya masing-masing19. 5) Dinamika Kelas Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran, pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna. Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap kelas harus dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu kesatuan utuh yang dapat mewujudkan kegiatan berdasarkan program masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai subsistem dari satu total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam arti semua kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid20. b. Faktor-Faktor Pengambat Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, dari peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas21. 1) Guru Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab terhambatnya kreativitas pada diri guru tersebut. Diantara hambatan itu ialah : a) Tipe kepemimpinan guru Tipe kepemimpinan guru (dalam mengelola proses belajar mengajar) yang otoriter dan kurang demokratis akan menimbulkan sikap pasif peserta didik. Sikap peserta didik ini akan merupakan sumber masalah pengelolaan kelas. Siswa hanya duduk rapi mendengarkan, dan berusaha memahami kaidah-kaidah pelajaran yang diberikan guru tanpa diberikan kesempatan untuk berinisiatif dan mengembangkan kreatifitas dan daya nalarnya22. b) Gaya guru yang monoton Gaya guru yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi peserta didik, baik berupa ucapan ketika menerangkan pelajaran ataupun tindakan. Ucapan guru dapat Ibid, 125-127. Ibid, 130. 21 Ibid, 130 22 Masnur dkk, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung:Jemmars, 1987), 109. 19 20
22
mempengaruhi motivasi siswa . Misalnya setiap guru menggunakan metode ceramah dalam mengajarnya, suaranya terdengar datar, lemah, dan tidak diiringi dengan gerak motorik/mimik. Hal inilah yang dapat mengakibatkan kebosanan belajar. c) Kepribadian guru Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersifat hangat, adil, obyektif dan bersifat fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru menciptakan suasana akrab dengan anak didik dengan selalu menunjukkan antusias pada tugas serta pada kreativitas semua anak didik tanpa pandang bulu. d) Pengetahuan guru Terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis, sudah barang tentu akan mengahambat perwujudan pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan23. e) Pemahaman guru tentang peserta didik Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Karena pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat, perhatian, dan bakat para siswa, maka siswa yang memahami pelajaran secara cepat, rata-rata, dan lamban memerlukan pengelolaan secara khusus menurut kemampuannya. Semua hal di atas memberi petunjuk kepada guru bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan pemahaman awal tentang perbedaan siswa satu sama lain24. 2) Peserta didik Peserta didik dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari satu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya. Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat merupakan faktor utama penyebab hambatan pengelolaan kelas. Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran yang tinggi dari peserta didik akan hak serta kewajibannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. 3) Keluarga Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar di kelas. 4) Fasilitas Fasilitas yang ada merupakan faktor penting upaya guru memaksimalkan programnya, fasilitas yang kurang lengkap akan menjadi kendala yang berarti bagi seorang guru dalam beraktivitas. Kendala tersebut ialah : Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1994), 136. 24 Ibid, 136 23
23
a) Jumlah peserta didik di dalam kelas yang sangat banyak b) Besar atau kecilnya suatu ruangan kelas yang tidak sebanding dengan jumlah siswa c) Keterbatasan alat penunjang mata pelajaran. Beberapa Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap tingkah laku siswa, karakteristik, watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Beberapa pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan adalah pendekatan larangan dan anjuran, penghukuman atau pengancaman, penguasaan atau penekanan, pengalihan atau pemasabodohan, pengubahan tingkah laku, iklim sosio-emosional dan proses kelompok25. a. Pendekatan larangan dan anjuran Pendekatan larangan dan anjuran adalah pendekatan dalam pengelolaan kelas yang dilakukan dengan memberikan peraturan-peraturan yang isinya melarang siswa melakukan sesuatu yang mencemarkan kegiatan proses belajar-mengajar atau menganjurkan siswa untuk melakukan sesuatu yang mendukung proses belajarmengajar26. Larangan dan anjuran ini akan efektif apabila disusun berdasarkan kontrak sosial, sehingga tidak dirasakan oleh siswa sebagai pembatasan yang diberikan oleh sekolah, tetapi lebih dirasakan sebagai kesepakatan bersama yang harus ditaati bersama. b. Pendekatan penghukuman atau ancaman Yaitu kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan dengan melakukan hukuman atau ancaman. Kegiatan ini dapat berupa tindakan guru yang menghukum siswa dengan kekerasan, melarang atau mengusir siswa dari kegiatan tertentu, mengancam siswa bila melakukan sesuatu yang dilarang, menghardik, mencemooh, mentertawakan, menghukum seorang siswa untuk contoh siswa yang lain, atau mungkin memaksa siswa meminta maaf karena perbuatan yang tercela27. c. Pendekatan pengalihan atau pemasabodohan Yaitu kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan dengan mengalihkan perhatian atau kegiatan atau membiarkan sama sekali tingkah laku siswa yang menyimpang, dengan cara: 1) Meremehkan sesuatu kejadian atau tidak berbuat apa-apa sama sekali 2) Menukar anggota kelompok dengan mengganti atau mengeluarkan anggota tertentu 3) Mengalihkan tanggung jawab kelompok pada perorangan28. d. Pendekatan penguasaan atau penekanan Yaitu pengelolaan kelas yang dilakukan dengan menunjukkan kekuasaan seorang guru terhadap siswa sehingga tindakannya untuk mengatasi penyimpangan tingkah laku dilakukan dengan tekanan-tekanan. Contoh dari pendekatan ini misalnya memerintah, tindakan memarahi, menggunakan kekuasaan orang tua atau kepala sekolah untuk pengelolaan kelas, melakukan tindakan kekerasan atau mendelegasikan kepada salah seorang siswa untuk melakukan penguasaan terhadap kelas29. e. Pendekatan penguatan tingkah laku Muljani A. Nurhadi, Administrasi Pendidikan di Sekolah (Yogyakarta:IKIP, 1983), 174. Ibid, 175. 27 Ibid, 175 28 Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA (Surabaya:Usaha Nasional, 1993), 93. 29 Ibid, 93 25 26
24
f.
Pendekatan ini didasarkan atas pandangan bahwa apabila seorang siswa melakukan tingkah laku yang menyimpang mungkin disebabkan oleh dua hal, yaitu : siswa itu telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu atau mungkin siswa justru belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya. Oleh sebab itu agar siswa tersebut mengetahui tingkah laku yang ia lakukan, maka setiap tingkah lakunya diikuti dengan konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku tersebut. Konsekuensi itu dibuat oleh seorang guru sebagai cara dalam melakukan pengelolaan kelas30. Menurut Nurhadi ada empat macam konsekuensi yang dapat diterapkan, yaitu konsekuensi yang berupa penguatan positif, penghukuman, penundaan ganjaran, dan penguatan negatif31. 1) Penguatan positif Yang dimaksud dengan penguatan positif adalah pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku siswa yang mendukung proses pendidikan, dengan harapan siswa tersebut akan meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku yang diganjar tersebut. 2) Penghukuman Penghukuman merupakan penampilan tingkah laku guru yang disampaikan kepada siswa sebagai konsekuensi tingkah laku siswa, dengan maksud agar frekuensi pemunculan tingkah laku siswa tersebut menjadi menurun. 3) Penundaan ganjaran Yaitu upaya guru dalam mengelola kelas dengan cara tidak jadi (menunda) memberikan ganjaran kepada siswa yang telah menampilkan suatu tingkah laku yang menyimpang dan tingkah laku yang biasanya diberi ganjaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa tersebut kembali bertingkah laku seperti semula sebagaimana tingkah laku yang diganjar. 4) Penguatan negatif Yaitu berupa peniadaan tingkah laku yang tidak disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan kepada siswa, karena siswa yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang menyimpang. Dengan demikian diharapkan tingkah laku siswa yang lebih bauk itu akan ditingkatkan frekuensinya32. Pendekatan iklim sosio-emosional Pendekatan ini diangkat dari anggapan dasar bahwa suasana yang mendukung proses balajar dan mengajar yang efektif merupakan fungsi dari hubungan yang positif antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Oleh sebab itu, tugas guru dalam mengelola kelas adalah membangun hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio-emosional yang positif di sekolah33. Menurut Nurhadi kunci utama untuk mengembangkan iklim sosial emosional yang efektif ada tiga macam, yaitu: 1) Guru hendaknya menampilkan dirinya sebagaimana adanya di hadapan siswa. 2) Guru mempunyai sikap menerima terhadap siswa, yaitu sikap mempercayai dan menghormati
Muljani A. Nurhadi, Administrasi Pendidikan di Sekolah, 177. Ibid, 177 32 Ibid, 177-180. 33 Ibid, 183 30 31
25
3) Guru memahami siswa dengan penuh simpati, yaitu dengan penuh kepekaan terhadap perasaan-perasaan siswa. g. Pendekatan proses kelompok Pendekatan proses kelompok didasarkan atas dua macam anggapan dasar, yaitu bahwa kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas. Kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh sistem sosial, lainnya. Dalam hubungannya dengan kelompok kelas, maka tugas guru dalam mengelola kelas adalah berusaha mengembangkan dan mempertahankan suasana kelompok kelas yang efektif dan produktif. Oleh karenanya guru hendaknya mengembangkan dan mempertahankan kondisi yang menyangkut ciri-ciri kelompok kelas sebagai sistem sosial. Adapun ciri-ciri yang penting dimiliki oleh kelompok kelas sebagai sistem sosial adalah harapan, kepemimimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan. 1) Harapan adalah persepsi pada guru dan siswa berkenaan dengan hubungan mereka. 2) Kepemimpinan merupakan tingkah laku yang mendorong kelompok bergerak ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan. 3) Kemenarikan merupakan tingkat hubungan persahabatan diantara anggota kelompok kelas. Tugas guru dalam pengelolaan kelas menjadi berusaha memperlihatkan empati, saling pengertian, sikap mendorong teman, saling menerima dan memberikan kesempatan. 4) Norma adalah suatu pedoman tentang cara berpikir, merasa dan bertingkah laku yang diakui bersama oleh anggota kelompok. 5) Komunikasi merupakan wahana yang memungkinkan terjadinya interaksi kelompok yang bermakna dan memungkinkan terjadinya proses kelompok. 6) Keeratan adalah keeratan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh kelompok kelas. Yang mendorong terjadinya keeratan itu adalah adanya minat terhadap tugas-tugas kelompok, saling menyukai dan anggota kelompok merasa dibantu oleh kelompok kelas34. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam mengenal tingkah laku, karakterisitik, watak, dan sifat siswa-siswanya ketika siswa-siswa tersebut melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam kelas. Usaha Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Berdasarkan pengelolaan kelas yang disampaikan oleh beberapa pakar pendidikan, maka sasaran pengelolaan kelas itu bisa dibedakan menjadi dua macam yaitu pengelolaan fisik dan pengelolaan siswa. a. Pengelolaan fisik Pengelolaan kelas fisik ini berkaitan dengan ketatalaksanaan atau pengaturan kelas yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding. Siswa berkumpul mempelajari segala yang diberikan pengajar dengan harapan proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas yang bersifat fisik ini meliputi pengadaan pengaturan ventilasi dan tata cahaya, tempat duduk siswa, alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan lain-lain sebagai inventaris kelas35. 34 35
Ibid, 184. Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), 228.
26
b. Pengelolaan siswa Pengelolaan siswa ini berkaitan dengan pemberian stimulus dalam rangka membangkitan dan mempertahankan kondisi motivasi siswa untuk sadar dan berperan aktif dan terlibat proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Manifestasinya dapat berbentuk kegiatan tingkah laku, suasana yang diatur atau diciptakan guru dengan menstimulus siswa agar berperan serta aktif dengan proses pendidikan dan pembelajaran secara penuh36. Bila kelas diberi batasan sebagai kelompok orang yang belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru, maka didalamnya terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dengan karakteristik mereka, masing-masing berbeda yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah melakukan pengelolaan dalam mengefektifkan belajar mengajar. Menurut Louis V Johnson dalam buku Djamarah, untuk mengelola kelas secara efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:37 1) Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru. 2) Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tapi bagi semua anak atau kelompok. 3) Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku individu. Kelompok itu mempengaruhi individu-individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan bagaimana belajar. 4) Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya pada anggota-anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas di kala belajar. 5) Praktik guru di kala belajar cenderung berpusat pada hubungan guru dan murid. Makin meningkat keterampilan guru mengelola kelas secara kelompok, makin puas anggota-anggota di dalam kelas. 6) Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan olah guru dalam mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun pada mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan. 7) Ditambahkannya lagi, bahwa organisasi kelas tidak berfungsi sebagai dasar terciptanya interaksi guru dan siswa, tetapi menambah terciptanya efektifitas, yaitu interaksi yang bersifat kelompok. Dari paparan di atas dapat disimpulkan, bahwa masalah yang perlu diperhatikan untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif yang dapat meningkatkan kemampuan siswa adalah sebagai berikut: a. Manajemen kelas, harus ada fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan bekerja sama. b. Anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi belajar. c. Anggota-angota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan kebimbangan, ketegangan dan perasaan tertekan. d. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat diantara siswa. Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa membuat siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak 36 37
Ibid, 237. Ibid, 241.
27
menolak kehadiran guru. Rasa dengki yang tertanam dalam diri siswa yang menyebabkan bahan pelajaran sukar diterima oleh siswa dengan baik. Kecenderungan sikap siswa yang negatif lebih dominan. Sikap kemunafikan ini menciptakan jurang pemisah antara guru dan siswa. Lain halnya dengan guru yang selalu memperhatikan siswa selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan siswa, selalu mendengarkan kesulitan belajar siswa, selalu bersedia mendengarkan saran dan kritikan dari siswa, dan sebagainya adalah guru yang disenangi siswa. Siswa rindu akan kehadirannya serta nasehat-nasehat yang diberikannya. Strategi Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa a. Menciptakan suasana atau kondisi kelas yang optimal Seseorang guru harus bisa menciptakan suasana atau kondisi dari kondisi interaksi pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan proses belajar mengajar sehingga siswa bersemangat dalam belajarnya. Keterampilan yang harus dimiliki guru yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar adalah sikap tanggap, membagi perhatian, dan pemusatan perhatian kelompok. b. Berusaha menghentikan tingkah laku siswa yang menyimpang Seorang guru melakukan identifikasi masalah dengan jalan berusaha memahami dan menyelidiki penyimpangan tingkah laku siswa yang mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di kelas. Setelah itu guru memberikan teguran dan bimbingan serta pengarahan-pengarahan agar tercipta tingkah laku siswa yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar. c. Menciptakan disiplin kelas Pembinaan disiplin kelas atau pencegahan terjadinya pelanggaran disiplin bisa dilakukan dengan cara membuat tata tertib kelas38. d. Menciptakan keharmonisan antara guru dengan siswa Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas terutama dalam meningkatkan efektifitas belajar mengajar. Hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:39 1) Keterbukaan, guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka diri antar satu dengan yang lain. 2) Tanggap, bilamana seseorang tahu bahwa tindakannya dinilai orang lain. 3) Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain 4) Kebebasan yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan keunikannya, kreatifitasnya, dan kepribadiannya. 5) Saling memenuhi kebutuhan sehingga tidak ada kebutuhan satu orangpun yang tidak terpenuhi. Penutup Pengelolaan kelas dibedakan menjadi dua macam yaitu pengelolaan fisik dan pengelolaan siswa. Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa membuat siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak menolak kehadiran guru. Rasa dengki yang tertanam dalam diri siswa yang Ibid, 212. Thomas Gordon (Ed), Guru Yang Efektif Dengan Cara Untuk Mengatasi Kesulitan Dalam Kelas (Jakarta:Rajawali Press, 1990), 28. 38 39
28
menyebabkan bahan pelajaran sukar diterima oleh siswa dengan baik. Kecenderungan sikap siswa yang negatif lebih dominan. Sikap kemunafikan ini menciptakan jurang pemisah antara guru dan siswa. Lain halnya dengan guru yang selalu memperhatikan siswa selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan siswa, selalu mendengarkan kesulitan belajar siswa, selalu bersedia mendengarkan saran dan kritikan dari siswa, dan sebagainya adalah guru yang disenangi siswa. Siswa rindu akan kehadirannya serta nasehat-nasehat yang diberikannya. Adapun strategi pengelolaan kelas dalam meningkatkan kemampuan belajar diswa adalah menciptakan suasana atau kondisi kelas yang optimal, berusaha menghentikan tingkah laku siswa yang menyimpang, menciptakan disiplin kelas, menciptakan keharmonisan antara guru dengan siswa. Demikianlah konsepsi dasar tentang pengelolaan kelas yang menjadi tugas guru selaku learning manajer. Guru harus mengetahui bahwa tingkah laku dan perbuatan anak didik dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Oleh karena itu, tugas guru selaku pengelola kelas untuk selalu berusaha mengkondisikan kelas agar dinamis yang mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran. Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. Pengelolaan Kelas dan Siswa; Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta: CV. Rajawali, 1990 Azhar, Lalu Muhammad. Proses Belajar Mengajar Pola C.B.S.A. Surabaya: Usaha Nasional, 1993. Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006 Gordon, Thomas (Ed.). Guru Yang Efektif; Cara Untuk Mengatasi Kesulitan dalam Kelas. Jakarta: Rajawali Press, 1990 Masnur dkk. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Jemmars,1987. N, Sudirman. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991. NK, Roestiyah. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara, 1989 Nawawi, Hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung, 1998 Nurhadi, Muljani A. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta: IKIP, 1983. Pidarta, Made. Pengelolaan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional, tth. Semiawan, Conny dkk. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Grasindo, 1992. Suparno dkk. Dimensi-Dimensi Mengajar. Bandung: CV. Sinar Baru, 1988. Usman, M Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994. Wijaya, Cece dan Tabrani Rusyan. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994.