PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS PADA KORIDOR JALAN ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Tesis)
Oleh
MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS PADA KORIDOR JALAN ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh Mochammad Virsa Aditiawan
Permasalahan pada BWK B yang mulai terlihat adalah Tingkat kepadatan lalu lintas yang kian bertambah sehingga muncul titik-titik macet khususnya pada ruas jalan yang melalui kawasan pendidikan terutama jalan arteri Sekunder yaitu Jl. Zainal Abidin Pagar Alam. Akibat terjadinya perubahan penggunaan lahan kearah aktivitas perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan. Dan sebagai salah satu pintu masuk Kota Bandar Lampung melalui Jl. Zainal Abidin Pagar Alam. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Bangkitan Lalu Lintas Pada Koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Di Kota Bandar Lampung. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai yaitu: mengidentifikasi kondisi guna lahan dan transportasi, menghitung arus lalul intas (traffic counting) tiap guna lahan, menganalisis perkembangan guna lahan, menganalisis bangkitan pergerakan, serta menganalisis Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Bangkitan Lalu Lintas Pada Koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Di Kota Bandar Lampung. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan mengidentifikasi kondisi tata guna lahan dan transportasi Jalan Zainal Abidin Pagar Alam. Kemudian dilakukan analisis perkembangan tata guna lahan, analisis bangkitan dan tarikan, serta analisis pengaruh penggunaan lahan terhadap bangkitan dan tarikan pergerakan Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa Kondisi rata-rata (average) Tingkat pelayanan pada Jl. Zainal Abidin Pagar Alam memiliki kategori C, dengan pengertian Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan. Dengan pola penggunaan lahan di wilayah penelitian di dominasi oleh penggunaan lahan untuk permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa, dan Kantor Pemerintahan. Pola pergerakan di sepanjang koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam pada masing-masing segmen dengan beberapa penggunaan lahan di sisi koridor jalan. Pengaruh penggunaan lahan terhadap bangkitan lalu lintas di Jalan Zainal Abidin Pagar Alam dipengaruhi oleh jenis tata guna lahan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Makin tinggi tingkat aktivitas penggunaan lahan, makin tinggi pula tingkat kemampuannya dalam memberikan bangkitan lalu lintas.
Kata kunci
: Penggunaan Lahan, Transportasi dan Bangkitan Lalu lintas
THE INFLUENCE OF THE LANDUSE CHANGING TOWARDS TRAFFIC GENERATION ON ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM STREET’S CORRIDOR IN BANDAR LAMPUNG CITY Mochammad Virsa Aditiawan Abstract The problem on BWK B that starts to look is the increase of the traffic density level that arise jammed points on the road that through education area, especially secondary-artery road that is Zainal Abidin Pagar Alam street. The effect of landuse changing into service and commerce, education, and health activity. And Zainal Abidin Pagar Alam street as one of Bandar Lampung City’s entrance. The aims of this paper is to examine the influence of the landuse changing towards traffic generation on Zainal Abidin Pagar Alam street’s corridor in Bandar Lampung city. The object that to attained are to identification the condition of landuse and transportation, calculate the traffic flow (traffic counting) for each landuse, analyze the development of the landuse, analyze the trip generation, and analyze the influence of the landuse changing towards traffic generation on Zainal Abidin Pagar Alam street’s corridor in Bandar Lampung city. The research method that used in this paper is descriptive that identification landuse condition and transportation at Zainal Abidin Pagar Alam street. Then, performed analysis of landuse’s development, analysis of generation and attraction, and analysis of the influence of landuse towards generation and attraction of Street of Zainal Abidin Pagar Alam, Bandar Lampung city. According to the analysis result, it can be concluded that average condition of LOS (Level of Service) at Zainal Abidin Pagar Alam street has a category C, with a stable flow, but the speed and vehicle movement were controlled. The land use pattern at the research area was dominated by housing and settlement, education, service and commerce, and government office. The movement pattern along the Street of Zainal Abidin Pagar Alam’s corridor on each segment with some land uses on the side of the road corridor. The influence of the land use towards traffic generation at Zainal Abidin Pagar Alam was affected by the type of land use of settlement, education, service and commerce. The higher the level of landuse activity can increase the ability in giving traffic generation.
Keyword : Landuse, Transportation, and Traffic Generation
PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS PADA KORIDOR JALAN ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER TEKNIK SIPIL
Pada
Program Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Agustus 1978, merupakan anak kedua dari empat bersaudara putra Bapak H. Alamsyah Hamid, BA. Dan Hj. Nellywati, S.Pd. Penulis menyelesaikan Taman Kanak-Kanak (TK) Kartika Kodam Jaya V Jakarta Selatan pada Tahun 1986. Dan melanjutkan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Teladan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara pada tahun 1991. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Kotabumi pada tahun 1993. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Bandar Lampung lulus pada tahun 1996. Melanjutkan pendidikan tinggi Strata 1 (S1) di Institut Teknologi Nasional di Bandung menambil Jurusan Teknik Planologi, lulus pada tahun 2003. Menikah dengan Istri tercinta bernama Lady Puspita, S.E., M.M. Putri keempat dari Bapak H. KAsmir Rifai, SH (Alm) dan Hj. Maslaini SPd. Saat ini telah dikarunia dua buah hati yang bernama Ratu Carissa Fathiyyah dan Muhammad Faiz Danendra. Pada tahun 2008 terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung hingga saat ini.
MOTTO
Learn from the past, live for today and plan for tomorrow. (M. Virsa Aditiawan)
Ilmu menginginkan untuk diamalkan. Apabila orang mengamalkannya maka ilmu itu tetap ada. Namun sebaliknya, jika tidak diamalkan, maka ilmu akan hilang dengan sendirinya (Sufyan ats-Tsauri)
SANWACANA
Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Bangkitan Lalu Lintas Pada Koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Di Kota Bandar Lampung. Tesis ini sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik di Universitas Lampung. Rasa terima kasih mendalam penulis sampaikan kepada pihak-pihak dibawah ini, atas segala kesempatan belajar yang diberikan kepada penulis: 1.
Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung beserta seluruh staf.
2.
Ibu Dyah Indriana K, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Akademik.
3.
Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T. selaku Pembimbing Satu, atas kesediaannya membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
4.
Bapak Ir. Dwi Herianto, M.T. selaku Pembimbing Dua, atas ide penelitian serta pemikiran tajam dan cemerlang selama membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5.
Bapak Prof. DR. Ali Kabul Mahi., selaku Dosen Penguji, yang telah banyak memberikan masukan dan penyempurnaan hasil penelitian ini.
6.
Seluruh dosen pengajar, staf dan almamater Magister Teknik Sipil Universitas Lampung. Terimakasih mas andi dan Firda untuk bantuannya.
7.
Belahan jiwa yang selalu ada: Lady Puspita, SE., MM. dan sepasang malaikat kecilku Ratu Carissa Fathiyyah – Muhammad Faiz Danendra.
8.
Keluarga tercinta : Papi H. Alamsyah Hamid, BA dan Mami Hj. Dra. Nellywati. Ratu tersayang Virly Indira, ST dan adik-adikku Hasbi Alli Razaq dan Ratu Maiza Qadrika. Terima kasih atas doa yang tak pernah berhenti dan cinta seumur hidup yang tak terhingga.
9.
Mertua tersayang : H. Kasmir Rifai, SH. (Alm) dan H. Maslaini, Spd. atas dukungan dan motivasi serta kesediannya ikut mengasuh anak-anak.
10. Agung Rifai, Atas kebersamaan dan kegigihan dalam menyelesaikan studi di Magister Teknik Sipil. 11. Rekan-rekan Magister Teknik Sipil Universitas Lampung 2012: Amelia Oktavia, Fransiska, Maisal Mustafa, Rama Kapitan, Angga Gustian, Hermon Tambunan, Mba Eka Desmawati, Ikromi Fahmi, Erwin Feriyanto. Kelas terbaik untuk banyolan dan diskusinya. 12. Tim Naraya Group, Toni Gondrong dan DR. Meitri HD, ST.,MT. terimakasih untuk bantuan dan kerjasamanya. 13. Seluruh pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu namanya, dalam membantu menyelesaikan Tesis ini.
Semoga Allah SWT menghimpun kita di surga-Nya kelak. Aamin.
Bandar Lampung, 27 Juni 2016 Penulis,
MOCHAMMAD VIRSA ADITIAWAN
ii
DAFTAR ISI
Halaman SANWACANA ........................................................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................................................ DAFTAR TABEL .................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ DAFTAR NOTASI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1
Latar Belakang .............................................................................................1
1.2
Tujuan Penelitian..........................................................................................3
1.3
Manfaat Penelitian........................................................................................4
1.4
Batasan Masalah ...........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6 2.1
Kinerja Jaringan Jalan Perkotaan .................................................................6 2.1.1 Kapasitas Ruas Jalan ........................................................................6 2.1.2 Arus Lalu Lintas ...............................................................................8 2.1.3 Perhitungan Kecepatan Arus Bebas ...............................................11 2.1.4 Kecepatan tempuh (Speed) .............................................................12 2.1.5 Derajat Kejenuhan ..........................................................................16
2.2
Tingkat Pelayanan Jalan .............................................................................17
2.3
Pengertian Bangkitan Lalu Lintas ..............................................................22
2.4
Pengertian, Karakteristik, Konsep dan Penentu Tata Guna Lahan di Perkotaan ....................................................................................................24 2.4.1 Pengertian Lahan ............................................................................24 2.4.2 Karakteristik penggunaan Lahan ....................................................25 2.4.3 Konsep Pola Penggunaan Lahan ....................................................27
iii
2.4.4 Penentu Tata Guna Lahan ..............................................................28 2.5
Sistem dan Interaksi antara Guna Lahan dan Transportasi ........................29 2.5.1 Sistem Guna Lahan dan Transportasi .............................................29 2.5.2 Interaksi Tata Guna Lahan dan Transportasi..................................33
2.6
Kebijakan RTRW Kota Bandar Lampung .................................................37 2.6.1 Pembagian dan Fungsi Bagian Wilayah Kota (BWK) ...................38 2.6.2 Rencana Struktur Ruang Kota Bandar Lampung ...........................41 2.6.3 Sistem Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung ................................50 2.6.4 Penduduk Kota Bandar Lampung ..................................................55
2.7
Kebijakan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK B Kota Bandar Lampung 2014-2034 ......................................................................56 2.7.1 Tujuan Penataan Ruang BWK B ....................................................56 2.7.2 Rencana Sistem Jaringan Jalan .......................................................57
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................60 3.1
Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ...........................................................60
3.2
Kebutuhan Data dan Peralatan ...................................................................61 3.2.1 Data.................................................................................................61 3.2.2 Peralatan .........................................................................................65
3.3
Metode Penelitian .......................................................................................66 3.3.1 Metode Pelaksanaan Penelitian ......................................................66 3.3.2 Metode Pengumpulan Data Primer ................................................66
3.4
Metode Analisis..........................................................................................69
3.5
Diagram Alir Proses Penelitian ..................................................................72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................73 4.1
Data Hasil Survei Koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam ..........................73 4.1.1 Data Geometri ................................................................................73 4.1.2 Data Volume Lalu Lintas ...............................................................75
4.2
Kondisi Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) Ruas Jalan .........................82
4.3
Perhitungan Kinerja Ruas Jalan Perkotaan dengan MKJI..........................83 4.3.1 Geometri dan Kondisi Lingkungan Jalan .......................................83
iv
4.3.2 Data Volume Kendaraan ................................................................84 4.3.3 Perhitungan Arus Lalu Lintas .........................................................88 4.3.4 Perhitungan Kecepatan Arus Bebas ...............................................89 4.3.5 Perhitungan Kapasitas ....................................................................90 4.3.6 Derajat Kejenuhan ..........................................................................92 4.3.7 Kecepatan .......................................................................................92 4.3.8 Waktu Tempuh ...............................................................................92 4.4
Hasil Perhitungan Kinerja Ruas Jalan Perkotaan di Wilayah Studi ...........92 4.4.1 Kinerja Ruas Jalan Segmen 1 ........................................................92 4.4.2 Kinerja Ruas Jalan Segmen 2 ........................................................94 4.4.3 Kinerja Ruas Jalan Segmen 3 ........................................................95 4.4.4 Kinerja Ruas Jalan Segmen 4 ........................................................97
4.5
Analisis Penduduk Wilayah Penelitian ......................................................99
4.6
Analisis Penggunaan Lahan .....................................................................101 4.6.1 Analisis Pola dan Aktivitas Penggunaan Lahan ...........................101 4.6.2 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Wilayah Penelitian ....109
4.7
Bangkitan Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Zainal Abidin Pagar Alam ........111
4.8
Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Bangkitan Lalu Lintas Pada Koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam .................................................112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................121 5.1
Kesimpulan...............................................................................................121
5.2
Saran .........................................................................................................122
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tingkat pelayanan untuk jalan arteri primer .......................................19
Tabel 2.
Tingkat pelayanan untuk jalan kolektor primer ..................................20
Tabel 3.
Tingkat pelayanan untuk jalan lokal sekunder ....................................21
Tabel 4.
Tingkat pelayanan untuk jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder ..............................................................................................21
Tabel 5.
Rencana Pembagian dan Penetapan Fungsi Masing-Masing BWK....43
Tabel 6.
Arahan Lokasi Pengembangan Fungsi BWK......................................45
Tabel 7.
Rencana Hirarki Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung .....................52
Tabel 8.
Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung dan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung .......................................................55
Tabel 9.
Kebutuhan Data Penelitian ..................................................................65
Tabel 10. Data geometri koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam .........................74 Tabel 11. Perhitungan volume kendaraan pada Segmen 1A ..............................84 Tabel 12. Perhitungan volume kendaraan pada Segmen 1B ..............................85 Tabel 13. Perhitungan volume kendaraan pada Segmen 2A ..............................85 Tabel 14. Perhitungan volume kendaraan pada Segmen 2B ..............................86 Tabel 15. Perhitungan volume kendaraan pada Segmen 3A ..............................87 Tabel 16. Perhitungan volume kendaraan pada Segmen 3B ..............................87 Tabel 17. Perhitungan volume kendaraan pada Segmen 4A ..............................88 Tabel 18. Perhitungan volume kendaraan pada Segmen 4B ..............................88 Tabel 19. Perhitungan arus lalu lintas jam puncak Jl. Z.A. Pagar Alam ............89 Tabel 20. Perhitungan MKJI kinerja ruas jalan perkotaan (Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Segmen 1A) .....................................................................93 Tabel 21. Perhitungan MKJI kinerja ruas jalan perkotaan (Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Segmen 1B) .....................................................................93 Tabel 22. Perhitungan MKJI kinerja ruas jalan perkotaan (Jl. Zainal Abidin Pagar Alam Segmen 2A) .....................................................................94
vii
Tabel 23. Perhitungan MKJI kinerja ruas jalan perkotaan (Jl. Zainal Abidin Pagar Alam Segmen 2B) .....................................................................95 Tabel 24. Perhitungan MKJI kinerja ruas jalan perkotaan (Jl. Zainal Abidin Pagar Alam Segmen 3A) .....................................................................96 Tabel 25. Perhitungan MKJI kinerja ruas jalan perkotaan (Jl. Zainal Abidin Pagar Alam Segmen 3B) .....................................................................96 Tabel 26. Perhitungan MKJI kinerja ruas jalan perkotaan (Jl. Zainal Abidin Pagar Alam Segmen 4A) ....................................................................97 Tabel 27. Perhitungan MKJI kinerja ruas jalan perkotaan (Jl. Zainal Abidin Pagar Alam Segmen 4B) .....................................................................98 Tabel 28. Jumlah Penduduk Kecamatan Rajabasa dan Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung .................................................................................99 Tabel 29. Penggunaan Lahan pada Wilayah Penelitian Segmen 1 ...................101 Tabel 30. Penggunaan Lahan pada Wilayah Penelitian Segmen 2 ...................102 Tabel 31. Penggunaan Lahan pada Wilayah Penelitian Segmen 3 ...................103 Tabel 32. Penggunaan Lahan pada Wilayah Penelitian Segmen 4 ...................103 Tabel 33. Luas Penggunaan Lahan Di Wilayah Penelitian Tahun 2014 ...........104 Tabel 34. Tingkat Perubahan Guna Lahan dari Tahun 2006 – 2014 di Wilayah Penelitian ...........................................................................................110 Tabel 35. Kinerja Jaringan Jalan Perkotaan Kondisi Jam Puncak Jl. Zainal Abidin Pagar Alam ............................................................................112 Tabel 36. Bangkitan dan tarikan pergerakan dari beberapa aktivitas tata guna lahan ..................................................................................................113 Tabel 37. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Bangkitan Lalu Lintas Segmen1 ............................................................................................116 Tabel 38. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Bangkitan Lalu Lintas Segmen2 ............................................................................................117 Tabel 39. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Bangkitan Lalu Lintas Segmen3 ............................................................................................118 Tabel 40. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Bangkitan Lalu Lintas Segmen4 ............................................................................................119
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hubungan Kecepatan – Derajat Kejenuhan (DS) Jalan Perkotaan Empat Lajur Terbagi dan Banyak Lajur (Sumber: MKJI, 1997) ...........................16 Gambar 2. Hubungan Kecepatan – Derajat Kejenuhan (DS) Jalan Perkotaan Dua Lajur Tak Terbagi (Sumber: MKJI, 1997) .............................................................17 Gambar 3. Hubungan Antara Transportasi dengan Guna Lahan (Sumber : Paquette, 1980).......................................................................................................32 Gambar 4. Sistem Interaksi Guna Lahan dan Transportasi (Sumber : Meyer dan Meler, 1984) ...........................................................................................................34 Gambar 5. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Bandar Lampung .......................49 Gambar 6. Konsep Pengembangan Jaringan Jalan (Radial) .................................51 Gambar 7. Peta Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung.........................................54 Gambar 8. Peta Rencana Sistem Transportasi BWK B Kota Bandar Lampung ....59 Gambar 9. Peta Lokasi Penelitian di Kota Bandar Lampung ................................62 Gambar 10. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................63 Gambar 11 Rencana Survey Volume Lalu Lintas.................................................70 Gambar 12 Diagram Alir Penelitian ......................................................................72 Gambar 13. Kondisi LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata) pada titik Survey S1 ...76 Gambar 14. Kondisi LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata) pada titik Survey S2 ...78 Gambar 15. Kondisi LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata) pada titik Survey S3 ...79 Gambar 16. Kondisi LHR (Lalu Lintas Harian Rata-rata) pada titik Survey S4 ...81 Gambar 17. Jumlah Penduduk Kecamatan Kedaton ............................................100 Gambar 18. Jumlah Penduduk Kecamatan Rajabasa ...........................................100 Gambar 19 Peta Guna Lahan Wilayah Penelitian untuk Segmen 1 .....................105 Gambar 20 Peta Guna Lahan Wilayah Penelitian untuk Segmen 2 .....................106 Gambar 21 Peta Guna Lahan Wilayah Penelitian untuk Segmen 3 .....................107 Gambar 22 Peta Guna Lahan Wilayah Penelitian untuk Segmen 4 .....................108 Gambar 23. Perubahan penggunaan Lahan 2006 – 2014 .....................................110 Gambar 24. Peta Guna Lahan Wilayah Penelitian Tahun 2006...........................114 Gambar 25 Peta Guna Lahan Wilayah Penelitian Tahun 2014............................115
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Formulir Survei ............................................................................. Lampiran B. Data Hasil Survey ......................................................................... Lampiran C. Perhitungan MKJI Ruas Jalan Perkotaan Jam Puncak ..................
Segmen 1
Segmen 2
Segmen 3
Segmen 4
Lampiran D Album Peta ......................................................................................
DAFTAR NOTASI
C
= Kapasitas ruas jalan perkotaan (smp/jam)
C0
= Kapasitas dasar (smp/jam)
FCCS
= Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota
FCW
= Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar lajur atau jalur
FCSP
= Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah / median jalan
FCSF
= Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan bahu / kerb jalan
FV
= Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)
FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota FV0
= Kecepatan arus bebas dasar (km/jam)
FVW
= Faktor penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan
FFVSF = Faktor penyesuaian kecepatan untuk hambatan samping L
= Panjang segmen jalan (km)
Q
= Arus lalu lintas (smp/jam)
n
= Jumlah kendaraan (kend)
T
= Waktu (jam)
V
= Kecepatan tempuh (km/jam)
TT
= Waktu tempuh perjalanan (jam)
Vt
= Kecepatan waktu / time speed (km/jam)
Vs
= Kecepatan ruang / space speed (km/jam)
Ht
= Waktu antara / time headway (detik)
DS
= Derajat kejenuhan / Degree of Saturation
Tid
= Total pergerakan zona asal dan zona tujuan
Ei
= Tingkat pertumbuhan pada zona asal
Ti
= Total pergerakan masa mendatang yang berasal dari zona asal
Td
= Total pergerakan masa mendatang yang berasal dari zona tujuan
Ed
= Tingkat pertumbuhan pada zona tujuan
Oi
= Jumlah pergerakan yang berasal dari zona asal
Dd
= Jumlah pergerakan yang berasal dari zona tujuan
MC
= Sepeda motor
LV
= Kendaraan ringan
HV
= Kendaraan berat
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung. Oleh
karena itu selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung. Kota Bandar Lampung memiliki letak yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatra dan Pulau Jawa sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri, dan pariwisata. Kota Bandar Lampung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Dalam konstelasi pembentukan kawasan metropolitan, Kota Bandar Lampung akan berperan sebagai kota inti dalam wilayah Metropolitan Bandar Lampung dan sekitarnya yang meliputi seluruh wilayah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kota Metro. Layaknya kota-kota besar, Kota Bandar Lampung juga mengalami perkembangan kehidupan kota yang dinamis. Pertambahan jumlah dan dinamika kehidupan penduduk kota mendorong bertambahnya prasarana sarana perkotaan
2
seperti perumahan, jaringan jalan, dan sarana-sarana perkotaan lainnya. Kondisi tersebut juga berdampak pada perubahan dan terjadinya alih fungsi lahan kota. Kawasan-kawasan yang dulunya diperuntukan sebagai kawasan konservasi sudah banyak berubah menjadi lahan terbangun khususnya bagi pengembangan permukiman. Kondisi tersebut juga berimplikasi pada berubahnya kualitas lingkungan kota. Terjadinya penurunan kualitas air tanah maupun air permukaan serta rusaknya ekosistem kawasan lindung dan pesisir juga merupakan bagian dari dampak kegiatan pembangunan kota. Selain hal tersebut, dinamika kehidupan kota juga menyebabkan ekses positif dan negatif lainnya bagi Kota Bandar Lampung mulai dari permasalahan lingkungan hidup, transportasi kota, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam RTRW Kota Bandar Lampung BWK B Rajabasa-Kedaton memiliki fungsi utama sebagai pusat pendidikan tinggi, budaya, simpul utama transportasi darat, perdagangan dan jasa, dan permukiman kota. Dengan fungsi yang dimiliki terebut, arah pengembangan wilayah ini difokuskan pada peningkatan fungsi utama sebagai kawasan pendidikan tinggi dan simpul transportasi darat. Banyaknya fasilitas pendidikan tinggi serta terus bertumbuhnya fasilitas pendidikan lainnya untuk tingkat menengah dan dasar pada kawasan tersebut harus diirngingi dengan arahan pemanfaatan lahan yang baik sehingga keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut tidak berimplikasi buruk bagi perkembangan kota secara umum akibat munculnya masalah baru seperti kemacetan.
3
Permasalahan pada BWK B yang mulai terlihat adalah Tingkat kepadatan lalu lintas yang kian bertambah sehingga muncul titik-titik macet khususnya pada ruas jalan yang melalui kawasan pendidikan terutama jalan arteri Sekunder yaitu Jl. Zainal Abidin Pagar Alam. Akibat terjadinya perubahan penggunaan lahan kearah aktivitas perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan. Dan sebagai salah satu pintu masuk Kota Bandar Lampung melalui Jl. Zainal Abidin Pagar Alam. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara spesifik permasalahan tersebut menimbulkan pertanyaan penelitian (Research Question), yaitu: "Bagaimana pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap Bangkitan Lalu Lintas pada Koridor jalan Zainal Abidin Pagar Alam di Kota Bandar Lampung?"
1.2
Tujuan Penelitian Sebagai dasar pelaksanaan penelitian harus berdasarkan suatu tujuan yang
dilandasi suatu acuan, tujuan penelitian dengan judul “Pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap Bangkitan Lalu Lintas pada Koridor jalan Zainal Abidin Pagar Alam di Kota Bandar Lampung” adalah sebagai berikut : 1.
Mengidentifikasi sistem jaringan jalan pada koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam.
2.
Mengidentifikasi tingkat pelayanan jalan di wilayah studi.
3.
Mengidentifikasi pola pergerakan di Wilayah Studi.
4.
Mengidentifikasi pola penggunaan lahan pada koridor jalan Zainal Abidin Pagar Alam.
4
5.
Menganalisis Pengaruh penggunaan lahan terhadap bangkitan lalu lintas di wilayah studi.
6.
Merekomendasikan pemecahan masalah perubahan penggunaan lahan terhadap bangkitan lalu lintas sepanjang koridor jalan Zainal Abidin Pagar Alam.
1.3
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengungkap pengaruh penggunaan
lahan di sepanjang koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam terhadap bangkitan lalu lintas, sejalan dengan itu maka aspek-aspek yang akan diungkap adalah pola penggunaan lahan di sepanjang koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam. Hasil penelitian ini juga diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi mahasiswa, pemerintah, masyarakat maupun perguruan tinggi, yaitu: 1.
Bagi pemerintah daerah, yaitu sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan baik perencanaan dan pelaksanaan kegiatan transportasi dan pengendalian penataan penggunaan lahan di lokasi penelitian.
2.
Bagi mahasiswa, yaitu sebagai bahan referensi untuk mengetahui dan memahami tentang studi kinerja ruas jalan perkotaan dan identifikasi pola dan perubahan penggunaan lahan di wilayah penelitian.
3.
Bagi perguruan tinggi, yaitu sebagai bahan referensi untuk dapat memperkaya khasanah penelitian di bidang transportasi.
5
1.4
Batasan Masalah Perubahan penggunaan lahan di wilayah penelitian cukup tinggi dengan
area cukup luas dan arus lalu lintas yang cukup padat sehingga mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penulis maka perlu ditetapkan batasan masalah dalam penelitian ini: 1.
Jaringan jalan yang akan di identifikasi pola penggunaan lahan dan bangkitan lalu lintas adalah sepanjang Jalan Zainal Abidin Pagar Alam dan sekitarnya.
2.
Data primer untuk keperluan validasi diperoleh melalui survei geometrik jalan dan survei volume lalu lintas yang dilakukan pada beberapa ruas jalan utama yaitu Jl. Zainal Abidin Pagar Alam.
3.
Data sekunder yang digunakan adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011 – 2031, Bandar Lampung Dalam Angka 2014, dan Peta Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
4.
Tingkat pelayanan jalan / Level of Service (LoS) jaringan ruas jalan yang dianalisa, yaitu Jl. Zainal Abidin Pagar Alam.
5.
Digitasi
Pola
Penggunaan
Lahan
pada
wilayah
penelitian
dengan
menggunakan Citra Satelit tahun 2006 dan 2014 utnuk mengetahui pola dan perubahan penggunaan lahan. 6.
Alat bantu Digitasi dan Overlay penggunaan lahan dibantu dengan Program ArcGIS 10.3.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kinerja Jaringan Jalan Perkotaan Karakteristik utama jalan akan mempengaruhi kapasitas dan kinerja
jaringan jika dibebankan arus lalu lintas diatasnya. Jaringan jalan mengakses masyarakat yang berasal dari kawasan pemukiman ke kawasan pusat-pusat kegiatan masyarakat, begitu juga sebaliknya. Hal ini akan membawa pengaruh serta menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat suatu kota, baik bagi penduduk maupun pendatang. Metode yang digunakan dalam studi ini mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997), yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, dengan pokok bahasan Ruas Jalan Perkotaan.
2.1.1 Kapasitas Ruas Jalan Secara umum, kapasitas dari suatu fasilitas adalah jumlah per-jam maksimum dimana orang atau kendaraan diperkirakan akan dapat melintasi sebuah titik atau suatu ruas jalan selama periode tertentu pada kondisi jalan, lalu lintas dan pengendalian biasa (TRB, 2000 dalam Khisty dan Lall, 2003). Kapasitas ruas jalan merupakan kemampuan ruas jalan menampung volume lalu lintas yang ideal per satuan waktu tertentu, yang biasa dinyatakan dalam satuan kend/jam atau smp/jam.
7
Hobbs (1979) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dipakai untuk mempengaruhi kapasitas, meliputi: 1.
Jumlah jalur yang cukup yang disediakan untuk mencegah agar volume yang tinggi tidak akan mengurangi kecepatan sampai dibawah optimum pada kondisi rencana, dan aliran yang besar harus dipisahkan arahnya.
2.
Kapasitas yang tinggi yang membutuhkan keseragaman kecepatan kendaraan dan perbedaan kecepatan relatif kecil pada tempat masuk dan keluar.
3.
Gerakan
belokan
yang
banyak
membutuhkan
keistimewaan-
keistimewaan seperti jalur tambahan yang terpisah. 4.
Radius yang cukup untuk berbagai tipe kendaraan yang ada untuk menghindari pelanggaran batas terhadap jalur disampingnya, dan tepi lapis perkerasan harus bebas dari rintangan.
5.
Kelandaian yang sesuai untuk berbagai tipe dan jumlah kendaraan yang ada atau ketentuan khusus harus dibuat untuk tingkat-tingkat tertentu.
Analisa kapasitas jalan dilakukan untuk periode satu jam puncak, arus dan kecepatan rata-rata ditentukan untuk periode tersebut. Jaringan jalan ada yang memakai pembatas median ada juga yang tidak, sehingga dalam perhitungan kapasitas, keduanya dibedakan. Untuk ruas jalan berpembatas median, kapasitas dihitung terpisah untuk setiap arah, sedangkan untuk ruas jalan tanpa pembatas median, kapasitas dihitung untuk kedua arah (Tamin, 2000).
8
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut: C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
……… (1)
Kapasitas ruas jalan perkotaan (C) dinyatakan dalam (smp/jam), merupakan hasil perkalian antara kapasitas dasar (C0, smp/jam) dengan faktor-faktor penentunya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan kota adalah lebar jalur atau lajur (FCW), ada tidaknya pemisah / median jalan (FCSP) yang digunakan hanya untuk jalan tidak terbagi, hambatan bahu / kerb jalan (FCSF) dan ukuran kota (FCCS).
2.1.2 Arus Lalu Lintas Arus lalu lintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi. Jika arus lalu lintas meningkat pada ruas jalan tertentu, waktu tempuh pasti bertambah karena kecepatan menurun. Arus maksimum yang dapat dilewati suatu ruas jalan biasa disebut kapasitas ruas jalan tersebut. Arus maksimum yang dapat melewati suatu titik, biasanya pada persimpangan dengan lampu lalu lintas biasa disebut arus jenuh (Tamin, 2000). Istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas yang mengandung pengertian jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang yang diukur dalam satu interval waktu tertentu (Hobbs, 1979). Nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan menyatakan arus lalu lintas dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) tergantung pada tipe jalan dan volume lalu lintas total,
9
dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp) yang diturunkan secara empiris. Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan dan volume lalu lintas total yang dinyatakan dalam kend/jam, perhitungan nilai Emp untuk jalan perkotaan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu tak terbagi dan terbagi – satu arah. Untuk tipe jalam dua lajur tak terbagi (2/2 UD) pada arus lalu lintas total dua arah 0-1800 kend/jam, nilai emp untuk kendaraan berat / heavy vehicle (HV) adalah 1.3, sedangkan emp sepeda motor / motor cycle (MC) untuk untuk lebar jalur lalu lintas Wc ≤6 m adalah 0.5, sedangkan untuk lebar jalur lalu lintas Wc>6 adalah 0.40. Masih dalam tipe jalan yang sama yaitu (2/2 UD) untuk arus lalu lintas total dua arah ≥1800 kend/jam, nilai emp HV nya 1.2 sedangkan nilai emp MC untuk lebar jalur Wc ≤6 adalah 0.35, sedangkan untuk lebar jalur lalu lintas Wc>6 adalah 0.25. Untuk tipe jalan yang sama dengan jumlah lajur yang berbeda yaitu empat lajur tak terbagi (4/2 UD) pada arus lalu lintas total dua arah 0-3700 kend/jam, nilai emp HV nya 1.3 dengan nilai emp MC 0.4. Masih dalam tipe jalan yang sama yaitu (4/2 UD) untuk arus lalu lintas total dua arah ≥3700 kend/jam, nilai emp HV nya 1.2 dengan nilai emp MC 0.25 (MKJI, 1997). Untuk jalan perkotaan terbagi dan satu-arah, pembagian tipe jalan perkotaan terbagi menjadi empat lajur dua arah terbagi (4/2D) dan enam lajur dua arah terbagi (6/2D), sedangkan untuk jalan perkotaan 1 arah terbagi atas dua lajur satu arah (2/1) dan tiga lajur satu arah (3/1). Pada tipe jalan (2/1) untuk arus lalu lintas per lajur 0-1050 kend/jam, maka didapat nilai emp HV nya
10
1.3 dengan nilai emp MC 0.40, untuk tipe jalan perkotaan terbagi (4/2D) dengan arus lalu lintas per lajur ≥1050 kend/jam, maka nilai emp HV nya 1.2 dan nilai emp MC 0.25. Sedangkan untuk tipe jalan (3/1) pada arus lalu lintas per lajur 0-1100 kend/jam, nilai emp HV 1.3 dan nilai emp MC 0.40, sedangkan untuk tipe jalan terbagi (6/2D) di arus kendaraan ≥1100 kend/jam, didapat nilai emp HV 1.2 dengan nilai emp MC 0.25 (MKJI, 1997). Perhitungan arus lalu lintas (Q) adalah jumlah kendaraan berdasarkan satuan waktu yang dirumuskan dengan: =
…….. (2)
Disini arus lalu lintas dilambangkan dengan (Q), yang merupakan jumlah kendaraan yang melintasi titik tertentu (n) per satuan waktu tertentu (t). Umumnya dalam praktek teknik lalu-lintas, perhitungan arus atau volume lalu-lintas dilakukan dalam interval waktu 1 jam, 15 menit, detik, namun dapat juga memiliki interval waktu harian. Sehingga satuan arus lalu lintas menjadi smp/hari, smp/jam, smp/detik, dan sebagainya. Khisty dan Lall (2003) menjelaskan paling tidak terdapat 8 (delapan) variabel atau ukuran dasar yang digunakan untuk menjelaskan arus lalu lintas, dan beberapa karakteristik aliran lainnya diturunkan dari variabelvariabel ini. 3 (tiga) variabel utama adalah kecepatan (v), volume (q), dan kepadatan (k). 3 (tiga) variabel lainnya yang digunakan dalam analisis arus lalu lintas adalah headway (h), spacing (s), dan occupancy (R). Juga berhubungan dengan spacing dan headway adalah 2 (dua) parameter lain, yaitu clearance (c) dan gap (g).
11
2.1.3 Perhitungan Kecepatan Arus Bebas Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan (MKJI, 1997). Kecepatan arus bebas adalah kecepatan rata-rata pada suatu fasilitas jalan ketika pengemudi cenderung untuk berkendara pada kecepatan yang dikehendakinya dan tidak dihambat oleh adanya rambu-rambu pengontrol. Kecepatan arus bebas dapat diukur sebagai kecepatan rata-rata kendaraan penumpang selama arus rendah hingga sedang (Khisty dan Lall, 2003) Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas mempunyai bentuk umum sebagai berikut: FV = (FV0 + FVw) x FFVSF x FFVCS
……….(3)
Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (FV) pada kondisi lapangan di lapangan memiliki satuan (km/jam), merupakan hasil perkalian dari jumlah kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada jalan yang diamati (FV0, km/jam) dengan penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (FVW, km/jam) dengan faktor-faktor pengali. Faktor pengali yang berpengaruh untuk perhitungan kecepatan arus bebas adalah faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu atau jarak kereb penghalang (FFVSF) dan faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota (FFVCS).
12
2.1.4 Kecepatan tempuh (Speed) Kecepatan tempuh merupakan ukuran utama kinerja segmen jalan, karena mudah dimengerti dan diukur. Kecepatan adalah jarak yang dapat ditempuh suatu kendaraan pada suatu ruas jalan tertentu per satuan waktu. Kecepatan merupakan masukan yang penting untuk digunakan dalam memperkirakan kebutuhan bahan bakar, kebisingan, hingga tingkat pelayanan jalan. Kecepatan tempuh didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata ruang dari kendaraan ringan sepanjang segmen jalan (MKJI, 1997):
=
……….(4)
V adalah kecepatan rata-rata ruang kendaraan ringan / light vehicle (LV) dinyatakan dalam satuan (km/jam), merupakan panjang segmen / lenght (L, dalam km) dibagi dengan waktu tempuh / travel time rata-rata kendaraan ringan / light vehicle (LV) sepanjang segmen (TT, dalam jam). Kecepatan adalah laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam kilometer/jam (km/jam) dan umumnya dibagi menjadi 3 (tiga) jenis (Hobbs, 1979): a.
Kecepatan setempat (spot speed)
b.
Kecepatan bergerak (running speed)
c.
Kecepatan perjalanan (journey speed)
Kecepatan setempat (spot speed) adalah kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan. Kecepatan bergerak (running speed) adalah kecepatan kendaraan rata-rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat dengan membagi panjang jalur dibagi dengan lama waktu kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut. Kecepatan perjalanan (journey speed) adalah kecepatan efektif kendaraan
13
yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, dan merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut, dengan lama waktu ini mencakup setiap waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan (penundaan) lalu lintas. Mengukur kecepatan suatu kendaraan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan waktu atau berdasarkan ruang. Terdapat dua jenis kecepatan rata-rata, yakni: kecepatan rata-rata waktu (time mean speed), dan kecepatan rata-rata ruang (space mean speed) (wikibuku, 2014). 1.
Kecepatan Rata-Rata Waktu (Time Mean Speed) Kecepatan rata-rata waktu (time mean speed) yaitu nilai rata-rata dari serangkaian kecepatan sesaat dari individu kendaraan yang melintasi titik tertentu pada suatu ruas jalan, yang dirumuskan dengan:
(5) Kecepatan sesaat merupakan kecepatan pada saat tersebut, dapat dilihat pada speedometer. Kecepatan sesaat digunakan untuk mengevaluasi kinerja sistem pengoperasian dari perangkat pengaturan lalu-lintas dan teknik lalu-lintas, seperti: penentuan peraturan lalu-lintas dan peralatan kontrolnya, studi pada lokasi rawan kecelakaan, dan untuk menentukan elemen-elemen desain geometrik jalan raya.
14
2.
Kecepatan Rata-Rata Ruang (Space Mean Speed) Kecepatan rata-rata ruang (space mean speed) yaitu kecepatan rata-rata waktu tempuh kendaraan (t, dalam detik) pada suatu ruas tertentu / jarak (S, dalam meter), yang dirumuskan dengan:
…………. (6) Kecepatan rata-rata ruang digunakan untuk mengevaluasi kinerja tingkat efektivitas dari suatu sistem lalu-lintas, yang terkait dengan tundaan, antara lain meliputi: penilaian efisiensi rute dalam lalu-lintas, identifikasi lokasi kemacetan dalam sistem jalan utama, pendefinisian kemacetan menurut lokasi, evaluasi efektivitas perbaikan (sebelum dan sesudah), perhitungan biaya pengguna jalan, perhitungan tingkat pelayan dan kapasitas untuk arus lalu-lintas menerus, untuk pengembangan model dalam perencanaan transportasi (trip distribution dan trip assignment). Pada akhirnya hubungan antara kecepatan dengan arus lalu lintas diperhitungkan untuk mengetahui nilai tingkat pelayanan jalan / level of service (LoS).
3.
Waktu Antara (Time Headway) Waktu antara (Time Headway) adalah ukuran interval waktu kedatangan antara kendaraan, biasanya diukur pada titik bagian depan kendaraan misalnya bumper yang melintasi titik tertentu. Dengan kata lain time headway (waktu antara) merupakan selang waktu kedatangan antara dua kendaraan yang berurutan.
15
Ruang (space) dapat diukur baik dalam batasan jarak maupun waktu, yang dikenal sebagai jarak antara (distance headway) dan waktu antara (time headway). Jarak dan waktu antara tersebut sangat penting bagi seluruh operasi dan kontrol lalu lintas, dan manuver kendaraan termasuk menyalip, pindah lajur dan pergerakan di persimpangan jalan. Pada saat kendaraan yang bergerak cepat mendekati kendaraan yang bergerak lebih lambat, pengemudi yang di belakang pada saat kritis akan memutuskan untuk mengurangi kecepatan sampai mendekati nol dan membuntuti atau pindah pindah jalur dan menyalip jika terdapat ruang yang cukup pada jalur didekatnya (Hobbs, 1979) Waktu antara rata-rata (Time Headway) dirumuskan sebagai:
=
…….(7)
Waktu antara rata-rata dihitung sebagai jumlah waktu dibagi jumlah rangkaian kendaraan. Jumlah waktu dapat dinyatakan dalam menit atau jam, sedangkan rangkaian kendaraan dapat berupa kendaraan ringan atau bus, dapat juga berupa kereta api (Wikipedia, 2014). Selain headway waktu rata-rata, konsep headway lainnya yang sering dipergunakan adalah headway jarak, yaitu jarak antara bagian depan suatu kendaraan dengan bagian depan kendaraan berikutnya pada suatu saat tertentu (Morlok, E.K., 1995).
16
2.1.5 Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas atau sering juga disebut sebagai V/C ratio yang sering digunakan sebagai indikator tingkat pelayanan / level of service (LoS) suatu simpang atau segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas yang dinyatakan dalam smp/jam. Derajat Kejenuhan (DS) dirumuskan sebagai: =
........ (8)
Derajat kejenuhan (DS) merupakan hasil bagi antara arus lalu lintas (Q, dalam satuan smp/jam) dengan kapasitas (C, juga dalam satuan smp/jam). Model hubungan Kecepatan dan Derajat Kejenuhan (Q/C) untuk jalan perkotaan di Indonesia mengacu kepada MKJI (1997), seperti yang disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Hubungan Kecepatan – Derajat Kejenuhan (DS) Jalan Perkotaan Empat Lajur Terbagi dan Banyak Lajur (Sumber: MKJI, 1997)
17
Gambar 2. Hubungan Kecepatan – Derajat Kejenuhan (DS) Jalan Perkotaan Dua Lajur Tak Terbagi (Sumber: MKJI, 1997)
2.2
Tingkat Pelayanan Jalan Tingkat pelayanan (level of service, LoS) adalah suatu ukuran kualitatif yang
menjelaskan kondisi-kondisi operasional didalam suatu aliran lalu lintas dan persepsi dari pengemudi dan penumpang terhadap kondisi-kondisi tersebut. Faktorfaktor seperti kecepatan dan waktu tempuh, kebebasan bermanuver, perhentian lalu lintas, dan kemudahan serta kenyamanan adalah kondisi-kondisi yang mempengaruhi LoS. Setiap fasilitas dapat dievaluasi berdasarkan enam tingkat pelayanan, A sampai F, dimana A mempresentasikan kondisi operasional terbaik dan F untuk kondisi terburuk (TRB, 2000 dalam Khisty dan Lall, 2003). Beberapa aspek penting yang mempengaruhi tingkat pelayanan menurut Hobbs (1979) adalah waktu perjalanan atau kecepatan, keterandalan / reliability atau variasi dalam waktu total, kenyamanan / comfort, keamanan atau bebas dari kerusakan untuk barang angkutan, serta biaya perjalanan dan biaya operasi kendaraan.
18
Tamin (2000) menyebutkan terdapat dua buah definisi tentang tingkat pelayanan suatu ruas jalan yang perlu dipahami, yaitu tingkat pelayanan tergantung arus dan tingkat pelayanan tergantung fasilitas. Tingkat pelayanan (tergantung arus) berkaitan dengan kecepatan operasi atau fasilitas jalan, yang bergantung kepada perbandingan antara arus dan kapasitas, mempunyai enam buah tingkat pelayanan dari A-F. Tingkat pelayanan selanjutnya (tergantung fasilitas) bergantung pada jenis fasilitas bukan arusnya, jalan bebas hambatan mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi sedangkan jalan yang sempit mempunyai tingkat pelayanan yang rendah. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan, disebutkan bahwa tingkat pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk menampung lalu lintas pada keadaan tertentu. Tingkat pelayanan jalan berhubungan langsung dengan volume lalu lintas (smp/jam) dan kapasitas jalan (smp/jam), nisbah tingkat pelayanan ini dinyatakan dalam volume/kapasitas (V/C ratio). Penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan merupakan kegiatan penentuan tingkat pelayanan ruas jalan berdasarkan indikator tingkat pelayanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan, dijelaskan mengenai penetapan tingkat pelayanan jalan didasarkan pada kelas ruas jalan perkotaan. Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan jalan primer sesuai fungsinya, untuk: a.
Jalan arteri primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B
19
b.
Jalan kolektor primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B
c.
Jalan lokal primer, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C
d.
Jalan tol, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya B Tingkat pelayanan yang diinginkan pada ruas jalan pada sistem jaringan
jalan sekunder sesuai fungsinya untuk: a.
Jalan arteri sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C
b.
Jalan kolektor sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya C
c.
Jalan lokal sekunder, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D
d.
Jalan lingkungan, tingkat pelayanan sekurang-kurangnya D Adapun standar nilai tingkat pelayanan jalan (Level of Service) dalam
menentukan klasifikasi jalan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4, yang mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan
Tabel 1. Tingkat pelayanan untuk jalan arteri primer Tingkat Pelayanan A
Karakteristik Operasi Terkait ● ● ● ● ●
B
● ● ●
C
● ● ●
Arus bebas Kecepatan lalu lintas > 100 km/jam Jarak pandang bebas untuk mendahului harus selalu ada Volume lalu lintas mencapai 20% dari kapasitas (yaitu 400 smp/jam/2 arah) Sekitar 75% dari gerakan mendahului dapat dilakukan dengan sedikit atau tanpa tundaan Awal dari kondisi arus stabil Kecepatan lalu lintas ≥ 80 km/jam Volume lalu lintas dapat mencapai 45% kapasitas (yaitu 900 smp/jam/2 arah) Arus masih stabil Kecepatan lalu lintas ≥ 65 km/jam Volume lalu lintas tidak melebihi 70% kapasitas (yaitu 1400 smp/jam/2 arah)
20
Tingkat Pelayanan D
Karakteristik Operasi Terkait ● ● ●
E
●
F
● ● ●
Mendekati arus tidak stabil Kecepatan lalu lintas turun sampai 60 km/jam Volume lalu lintas sampai 85% kapasitas (yaitu 1700 smp/jam/2 arah) Kondisi mencapai kapasitas dengan volume mencapai 2000 smp/jam/2 arah Kecepatan lalu lintas sekitar 50 km/jam Kondisi arus tertahan Kecepatan lalu lintas < 50 km/jam
●
Volume dibawah 2000 smp/jam
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006
Tabel 2. Tingkat pelayanan untuk jalan kolektor primer Tingkat Karakteristik Operasi Terkait Pelayanan A ● Kecepatan lalu lintas ≥ 100 km/jam ● Volume lalu lintas sekitar 30% dari kapasitas (yaitu 600 smp/jam/lajur) B ● Awal dari kondisi arus stabil ● Kecepatan lalu lintas sekitar 90 km/jam ● Volume lalu lintas tidak melebihi 50% kapasitas (yaitu 1000 smp/jam/lajur) C ● Arus stabil ● Kecepatan lalu lintas ≥ 75 km/jam ● Volume lalu lintas tidak melebihi 75% kapasitas (yaitu 1500 smp/jam/lajur) D ● Mendekati arus tidak stabil ● Kecepatan lalu lintas sekitar 60 km/jam ● Volume lalu lintas sampai 90% kapasitas (yaitu 1800 smp/jam/lajur) E ● Arus pada tingkat kapasitas (yaitu 2000 smp/jam/lajur) ● Kecepatan lalu lintas sekitar 50 km/jam F ● Arus tertahan, kondisi terhambat (congested) ● Kecepatan lalu lintas < 50 km/jam
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006
21
Tabel 3. Tingkat pelayanan untuk jalan lokal sekunder Tingkat Pelayanan A ● ● B ● ● C ● ● D ●
E F
● ● ● ● ●
Karakteristik Operasi Terkait Arus relatif bebas dengan sesekali terhenti Kecepatan perjalanan rata-rata ≥ 40 km/jam Arus stabil dengan sedikit tundaan Kecepatan perjalanan rata-rata ≥ 30 km/jam Arus stabil dengan tundaan yang masih dapat diterima Kecepatan perjalanan rata-rata ≥ 25 km/jam Mendekati arus tidak stabil dengan tundaan yang masih dalam toleransi Kecepatan perjalanan rata-rata > 15 km/jam Arus tidak stabil Kecepatan perjalanan rata-rata < 15 km/jam Arus tertahan, macet Lalu lintas pada kondisi tersendat
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006
Tabel 4. Tingkat pelayanan untuk jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder Tingkat Pelayanan A ● ● ● ●
Karakteristik Operasi Terkait Arus bebas Kecepatan perjalanan rata-rata ≥ 80 km/jam V/C ratio ≤ 0,6 Load factor pada simpang = 0
B
● ● ● ●
Arus stabil Kecepatan perjalanan rata-rata turun s.d. ≥ 40 km/jam V/C ratio ≤ 0,7 Load factor ≤ 0,1
C
● ● ● ●
Arus stabil Kecepatan perjalanan rata-rata turun s.d. ≥ 30 km/jam V/C ratio ≤ 0,8 Load factor ≤ 0,3
D
● ●
Mendekati arus tidak stabil Kecepatan perjalanan rata-rata turun s.d. ≥ 25 km/jam
22
Tingkat Pelayanan
E
F
Karakteristik Operasi Terkait ● ●
V/C ratio ≤ 0,9 Load factor ≤ 0,7
● ● ● ●
Arus tidak stabil, terhambat dengan tundaan yang tidak dapat ditolerir Kecepatan perjalanan rata-rata sekitar 25 km/jam Volume pada kapasitas Load factor pada simpang ≤ 1
● ● ● ●
Arus tertahan, macet Kecepatan perjalanan rata-rata < 15 km/jam V/C ratio permintaan melebihi 1 Simpang jenuh
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006
2.3
Pengertian Bangkitan Lalu Lintas Bangkitan lalu lintas adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik kesuatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu-lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu-lintas. Bangkitan dan tarikan lalu-lintas tergantung pada dua aspek tata guna lahan menurut (Tamin, 2000:41), Yaitu : 1.
Jenis tata guna lahan Bahwa jenis guna lahan yang berbeda seperti permukiman, perdagangan, pendidikan mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda pada jumlah anus lalu-lintas, jenis lalu-lintas, lalu-lintas pada waktu yang berbeda.
2.
Jumlah aktivitas dan intensitas pada tata guna lahan Bahwa bangkitan pergerakan tidak hanya beragam disebabkan oleh jenis tata guna lahan, tetapi juga oleh tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat
23
penggunaan lahan, semakin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkan. Sementara itu martin menyatakan bahwa bangkitan lalu lintas dipengaruhi oleh beberapa faktor (Martin dalam Warpani, 1990:111) antara lain : a.
Maksud perjalanan, merupakan ciri khas sosial suatu pejalanan. Misalnya ada yang bekerja, sekolah , dan sebagainya.
b.
Penghasilan keluarga, penghasilan merupakan ciri khas lain yang bersangkut paut dengan perjalanan seseorang. Perubahan ini kontinu walaupun terdapat beberapa golongan penghasilan. Penghasilan keluarga berkaitan erat dengan pemilikan kendaraan.
c.
Pemilikan kendaraan, yang berkaitan dengan perjalanan perorangan (per unit rumah) dalam pemilihan moda dan karakteristik penduduk
d.
Guna lahan ditempat asal, merupakan ciri khas fisik yang dapat diukur. Mempelajari tata guna lahan adalah cam yang balk untuk mempelajari lalu lintas sebagai adanya kegiatan selama ini tersebut terukur, konstan, dan dapat dirarnalkan
e.
Jarak dari Pusat Kegiatan, yang berkaitan dengan kepadatan penduduk dan pemilihan moda.
f.
Jauh perjalanan, adalah ciri khas alami yang dapat dijadikan parameter dalam menentukan peruntukan lahan
g.
Moda perjalanan, merupakan sisi lain dari maksud perjalanan yang dapat digunakan untuk mengelompokan macam perjalanan. Setiap moda mempunyai kekhususan dalam transportasi kota dan mempunyai beberapa keuntungan disamping sejumlah kekurangan.
24
h.
Penggunaan kendaraan, dapat dinyatakan dengan jumlah orang per kendaraan.
i.
Guna Lahan ditempat tujuan , pada hakekatnya tidak jauh berbeda dengan guna
j.
lahan ditempat asal
k.
Saat, terutama menentukan volume lalu lintas pada jam-jam tertentu dengan
l.
2.4
kepadatan yang berbeda.
Pengertian, Karakteristik, Konsep dan Penentu Tata Guna Lahan di Perkotaan
2.4.1 Pengertian Lahan Lahan menurut Sugandhy adalah permukaan bumi tempat berlangsungnya berbagai aktivitas dan merupakan sumber daya alam yang terbatas, yang penggunaannya memerlukan penataan, penyediaan, dan peruntukannya secara berencana untuk maksudmaksud penggunaan bagi kesejahteraan masyarakat (Sugandhy dalam Pangarso, 2001:16), dan menurut (Cooke, 1983:33), lahan adalah merupakan keseluruhan kemampuan muka daratan beserta segala gejala di bawah permukaannya yang bersangkut paut dengan pemanfaatannya bagi manusia. Sedangkan menurut kamus tata ruang, lahan adalah tanah/iahan terbuka yang dihubungkan dengan arti atau ftmgsi sosioekonominya bagi masyarakat yang dapat berupa tanah/lahan terbuka, tanah/lahan garapan maupun tanah/lahan yang belum diolah atau diusahakan.
25
Pengertian tersebut menunjukan bahwa lahan merupakan suatu bentang alam sebagai modal utama kegiatan, sebagai tempat dimana seluruh makhluk hidup berada dan melangsungkan kehidupannya dengan memanfaatkan lahan itu sendiri. Sedangkan penggunaan lahan adalah suatu usaha pemanfaatan lahan dari waktu ke waktu untuk memperoleh hasil.
2.4.2 Karakteristik penggunaan Lahan Selaras dengan perkembangan kota dan aktivitas penduduknya maka lahan di kota terpetak-petak sesuai dengan peruntukannya. (Jayadinata, 1999:54) mengemukakan bahwa tata guna tanah perkotaan menunjukan pembagian dalam ruang dan peran kota. Misalnya kawasan perumahan, kawasan tempat bekerja, kawasan pertokoan dan kawasan rekreasi. Penggunaan lahan perkotaan terbagi menjadi 5 kategori, yaitu; (a) lahan pertanian, (b) perdagangan, (c) industri, (d) perumahan,dan (e) ruang terbuka. Sugandhy menggolongkan penggunaan atas suatu lahan menjadi dua golongan (Sugandhy dalam Pangarso 2001:16), yaitu pengunaan lahan kaitannya dengan potensi alamiah, misalnya kesuburannya atau kandungan mineral dibawahnya; dan penggunaan lahan kaitannya dengan penggunaannya sebagai ruang pembangunan, yang secara langsung tidak memanfaatkan potensi alami lahan, tetapi lebih ditentukan oleh adanya hubungan tata ruang denagn penggunaanpenggunaan lain yang telah ada. Keterkaitan antara lahan dengan penggunaan-penggunaan lain diatasnya, menunjukan bahwa terdapat
26
keterkaitan antara lahan dengan manusia. Sedangkan menurut (Webster, 1990:23), penggunaan lahan perkotaan diklasifikasikan sebagai berikut; (a) lahan permukiman, meliputi perumahan termasuk pekarangan dan lapangan olah raga; (b) lahan jasa, meliputi perkantoran pemerintah dan swasta, sekolahan, puskesmas dan tempat ibadah; (c) lahan perusahaan, meliputi pasar, toko, kios dan tempat hiburan; dan (d) lahan industri, meliputi pabrik dan percetakan. Menurut (Winarso, 1995:11), penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi; (a) lahan permukiman; (b) lahan perdagangan; (c) lahan pertanian; (d) lahan industri; (e) lahan jasa; (f) lahan rekreasi; (g) lahan ibadah dan (i) lahan lainnya. Biro Pusat Statistik (BPS) membuat klasifilcasi penggunaan lahan dengan tujuan untuk rnengetahui produktivitas lahan (pertanian) sebagai berikut; (a) lahan pertanian yang terdiri dari irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana PU, irigasi non-PU, tadah hujan, tegaUkebun, kolam/empang, lahan tanaman kayu, hutan; dan (b) lahan non pertanian, terdiri dari bangunan dan pekarangan, tanah kering, lain-lain. Menurut
(Chapin
1995:69),
penggunaan
lahan
untuk
fasilitas
transportasi cenderung mendekati jalur transportasi barang dan orang sehingga dekat dengan jaringan transportasi serta dapat dijangkau dari kawasan permukiman dan tempat berkerja serta fasilitas pendidikan. Sementara fasilitas rekreasi, terutaina untuk skala kota atau regional, cenderung menyesuaikan dengan potensi alam seperti pantai, danau, daerah dengan topograti tertentu, atau flora dan fauna tertentu.
27
2.4.3 Konsep Pola Penggunaan Lahan Pola guna lahan dapat mengidentifikasi kegiatan perkotaan di setiap zone yang bersangkutan. Setiap zona dapat dicirikan dengan tiga ukuran yaitu jenis kegiatan, intensitas penggunaan dan aksesibilitas antar guna lahan (Warpani, 1990). Secara terperinci hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Jenis Kegiatan Penggunaan Lahan Jenis kegiatan dapat ditelaah dari dua aspek, yaitu yang umum menyangkut penggunaannya (komersial, industri, permukiman) dan yang khusus menyangkut sejumlah ciri yang lebih spesifik (daya dukung lingkungan, luas, fungsi). Setiap jenis kegiatan menurut karakteristik sistem transportasi tertentu sesuai dengan bangkitan yang ditimbulkan.
b.
Intensitas Guna Lahan Ukuran intensitas guna Lahan dapat ditunjukkan oleh kepadatan bangunan dan dinyatakan dengan nisbah luas lantai per unit luas tanah. Ukuran ini secara khusus beim dapat mencerminkan intensitas pada kegiatan yang bersangkutan. Data ini bersama-sama dengan jenis kegiatan menjelaskan tentang besarnya" perjalanan dari setiap zona
c.
Hubungan Antara Guna Lahan Ukuran ini berkaitan dengan daya hubung antar zona yang terdiri dari jenis kegiatan tertentu. Untuk mengukur tingkat aksesibilitas dapat
28
dikaitkan antara pola jaringan perangkutan kota dengan potensi guna lahan yang bersangkutan
2.4.4 Penentu Tata Guna Lahan Penentu dalam tata guna lahan bersifat sosial, ekonomi dan kepentingan umum. Menurut (Boris, 1997:34) mengemukakan bahwa terdapat nilai-nilai sosial dalam hubungan dengan penggunaan lahan, yang dapat berhubungan dengan kebiasaan, sikap moral, pantangan, pengaturan pemerintah, peninggalan kebudayaan, pola tradisional dan sebagainya. Tingkah laku atau tindakan manusia menunjukan cara bagaimana manusia atau masyarakat bertindak dalam hubungannya dengan nilai-nilai (values) dan cita-cita (ideas) mereké. Nilai-nilai dan cita-cita itu baik yang terungkapkan maupun yang tidak terungkapkan adalah hasil dari pengalaman manusia dalam perekonomian dan kebudayaan tertentu dan dalam keadaan alam tertentu, dan merupakan pelengkap dari naluri-naluri dasar dalam kehidupan manusia. Tingkah laku dan tindakan manusia dalam tata guna lahan disebabkan oleh kebutuhan dan keinginan manusia yang berlaku baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan ekonomi. Dalam kehidupan sosial, misalnya kemudahan, sangat penting artinya; pengaturan lokasi tempat tinggal, tempat bekerja, dan tempat rekreasi adalah untuk kemudahan itu Dalam kehidupan ekonomi, daya guna lahan dan biaya adalah faktor yang sangat penting. Untuk itu dilakukan pengaturan tempat sekolah, tempat hunian dan tempat rekreasi yang ekonomis berhubungan dengan pendapatan
29
perkapita, dan sebagainya. Sementara itu kepentingan umum yang menjadi penentu dalam tata guna lahan meliputi kesehatan, keamanan, moral, dan kesejahteraan umum (termasuk kemudahan, keindahan, kenyamanan) dan sebagainya. Didalam kota hams terdapat pengaturan tentang penyediaan perlengkapan bagi kehidupan sosial keluarga masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, keindahan lingkungan
2.5
Sistem dan Interaksi antara Guna Lahan dan Transportasi
2.5.1 Sistem Guna Lahan dan Transportasi Sistem Transportasi perkotaan terdiri dari berbagai aktivitas seperti bekerja, sekolah, olahraga; belanja, dan bertamu yang berlangsung di atas bidang tanah (kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dan lain-lain). Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan di antara guna lahan tersebut dengan menggunakan sistim jaringan transportasi. Hal ini menimbulkan pergerakan
orang,
kendaraan,
dan
barang.
Pergerakan
tersebut
mengakibatkan berbagai macam interaksi menurut (Tamin, 2000:30). Pembangunan suatu areal lahan akan menyebabkan timbulnya lalu-lintas yang akan mempengaruhi yang baik akan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan. interaksi antara tata guna lahan dengan transportasi tersebut dipengaruhi oleh peraturan dan kebijakan. Dalam jangka panjang, pembangunan
prasarana
transportasi
ataupun
penyediaan
sarana
transportasi dengan teknologi modern akan mempengaruhi bentuk dan pola tata guna lahan sebagai akibat tingkat aksesibilitas yang meningkat (Tamin, 2000:503).
30
Perencanaan transportasi dibutuhkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan kondisi lalu-lintas dan perluasan wilayah. Pertumbuhan wilayah kota perlu direncanakan jika diketahui atau diharapkan bahwa penduduk disuatu tempat akan bertambah dan berkembang pesat dan juga jika tingkat pertumbuhan penduduk meningkat, karena hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah kendaraan dan perumahan. Kemudian kondisi lalu lintas perlu ditinjau kembali, apabila kepadatan dan kemacetan di jalan meningkat serta sistim pergerakan dalam suatu wilayah tidak ekonomis lagi. Pada waktunya perluasan kota perlu dikendalikan, bila diperkirakan sistem transportasi sudah tidak mampu lagi mendukung perluasan kota tersebut. Pada umumnya perkembangan kegiatan kornersial terjadi dipusat-pusat bisnis yang padar lalu-lintasnya, sedangkan untuk industri, permukiman dan jasa pelayanan seperti pertokoan, pompa bensin, restoran dan lain-lain terjadi di pinggir kota sepanjang jalan jalan utama yang menuju kota, sedangkan perubahan pemanfaatan lahan pada jalan-jalan utama menuju kota yang pada mulanya lapangan atau perumahan berubah menjadi pusat perdagangan, pertokoan, perkantoran, dan lain-lain dalam skala yang lebih bias (Srihono, 2001:3). Pada pemanfaatan lahan skala kecil sampai sedang sepanjang jalan arteri, masalah yang ditimbulkan pemanfaatan lahan terhadap transportasi lebih banyak pada dampak Iangsung aktivitas pengguna lahan terhadap lalulintas, pada jalan arteri di tepi kota, rendahnya kecepatan kendaraan selain diakibatkan oleh banyaknya simpang (akses), juga disebabkan oleh naik turunnya penumpang kendaraan urnum, pejalan kaki yang menyeberang
31
jalan, bongkar muat barang, dan kendaraan yang keluar masuk lahan. Sedangkan pada pemanfaatan lahan dengan skala yang lebih besar, masalah yang ditimbulkan lebih banyak pada dampak dari jumlah lalu-lintas kendaraan yang dibangkitkan terhadap kapasitas jaringan jalan (rasio v/c). Lalu-lintas yang dibangkitkan (generated traffic) dalam satu kurun waktu ditentukan oleh besaran aktivitas pemanfaatan. Lahan yang dikaitkan dengan besaran fisik, misalnya luas lantai, jumlah tempat duduk pada restoran, dan lain-lain. Lalu-lintas yang dibangkitkan pada jam jam sibuk perlu ditinjau dalam kaitannya dengan kapasitas jaringan jalan dan persimpangan yang berdekatan, pergerakan kendaraan keluar-masuk lahan sangat mempengaruhi kecepatan kendaraan menerus, terutama pada jalan arteri dua jalur tanpa jalur lambat, karena kendaraan yang harus menunggu untuk masuk/ keluar lahan menutupi lajur jalan dan menghalangi pergerakan pada jalur yang bersangkutan. Kondisi demikian juga terjadi pada jalan akses yang tidak memadai di komplek perumahan. Dampak lain dari pemanfaatan lahan sepanjang jalan arteri yang juga perlu mendapat perhatian adalah penyeberangan pejalan kaki. Jenis dan pemanfaatan lahan tertentu pada kedua sisi jalan arteri dapat menimbulkan terjadinya penyeberangan pejalan kaki yang dalam jumlah besar mempengaruhi kelancaran lalu-lintas maupun keamanan penyeberang jalan. Pada jalan arteri dua jalur tanpa jalur lambat dimana pemanfaatan lahan di sepanjang jalan bersifat sebagai tempat anal tujuan penumpang kendaraan umum, kendaraan umum yang berarti sewaktu-waktu akan menutupi lajur jalan dan menghalangi pergerakan kendaraan lain. Banyak unit-unit
32
pemanfaatan lahan yang tidak menyediakan area parkir dan bongkar muat barang yang memadai, yang berakibat dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut di tepi jalan arteri.
Perubahan Guna Lahan
Meningkatnya nilai lahan
meningkatnya bangkitan pergerakan
Meningkatnya aksesbilitas
meningkatnya kebutuhan transportasi
meningkatnya fasilitas Transportasi
Gambar 3. Hubungan Antara Transportasi dengan Guna Lahan (Sumber : Paquette, 1980)
Dari Gambar tersebut terlihat bahwa suatu perubahan guna lahan akan menyebabkan meningkatnya bangkitan pergerakan, kebutuhan transportasi dan fasilitasnya. Peningkatan ini akan menyebabkan meningkatnya tingkat aksesibilitas yang nantinya akan menyebabkan naiknya nilai lahan suatu kawasan, peningkatan nilai lahan pada akhirnya akan menyebabkan tumbuhnya aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan kondisi kawasan,
33
sehingga memicu perkembangan intensitas bangunan yang tinggi pada guna lahan tersebut. Bila akses transportasi ke suatu ruang kegiatan (persil lahan) di perbaiki, maka ruang kegiatan tersebut akan lebih menarik dan biasanya menjadi lebih berkembang. Dengan berkembangnya ruang kegiatan akan meningkat pula kebutuhan akan transportasi. Peningkatan ini kemudian menyebabkan kelebihan beban pada transportasi yang harus ditanggulangi. Siklus ini akan terulang lagi jika aksesbilitas diperbaiki (Paquatte, 1980).
2.5.2 Interaksi Tata Guna Lahan dan Transportasi Interaksi guna lahan dan transportasi merupakan interaksi yang sangat dinamis dan komplek. Interaksi ini melibatkan berbagai aspek kegiatan serta berbagai kepentingan. Perubahan guna lahan akan selalu mempengaruhi perkembangan transportasi dan sebaliknya. Didalam kaitan ini, Black menyatakan bahwa pola perubahan dan besaran pergerakan serta pemilihan moda pergerakan merupakan fungsi dari adanya pola perubahan guna lahan di atasnya. Sedangkan setiap perubahan guna lahan dipastikan akan membutuhkan peningkatan yang diberikan oleh sistim transportasi dari kawasan yang bersangkutan (Black, 1981:99). Untuk menjelaskan bagaimana interaksi itu terjadi, Mejer menunjukan kerangka sistem interaksi guna lahan dan transportasi. Perkembangan guna lahan akan membangkitkan arus pergerakan, selain itu perubahan tersebut akan mempengaruhi pula pola persebaran dan pola permintaan pergerakan. Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut adalah adanya kebutuhan
34
sistim jaringan serta sarana transportasi. Sebaiknya konsekuensi dari adanya peningkatan penyediaan sistem jaringan serta sarana transporasi akan membangkitkan arus pergerakan baru, seperti terlihat pada Gambar berikut (Meyer dan Meler, 1984:63)
AKSESIBILITAS
SISTEM AKTIVITAS
SISTEM TRANSPORTASI
Keputusan Berlokasi Oleh Lembaga/Individu
Keputusan Pemilih Lintas Pergerakan
Pola Guna Lahan
Kebutuhan Prasarana dan Sarana Transportasi
Perkembangan Lahan (Dampak Perubahan Sistem Aktivitas)
Penambahan Prasarana Sarana Transportasi
Gambar 4. Sistem Interaksi Guna Lahan dan Transportasi (Sumber : Meyer dan Meler, 1984)
Konsep dasar dari interaksi atau hubungan antara tata guna lahan dan transportasi adalah aksesibilitas (Peter, 1975:307). Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistim pengaturan tata guna lahan secara
35
geografis dengan sistim jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan rnengenai cam lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan "mudah" atau "susahnya" lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Black dalam Tamin, 2000:32). Gerak manusia kota dalam kegiatannya adalah dari rumah ke tempat bekerja, ke sekolah, ke pasar, ke toko, ke tempat hiburan, kemudahan bagi penduduk untuk menjembatani jarak antara berbagai pusat kegiatan disebut tingkatan daya jangkau atau aksesibilitas (Jayadinata, 1992:156) Interaksi seperti dikemukakan tersebut menunjukan bahwa bekerjanya sistem interaksi guna lahan dan transportasi sangat dinamis dan melibatkan unsur-unsur lain sebagai pembentuk watak setiap komponen seperti pada komponen guna lahan terliput adanya unsur kependudukan, sosial ekonomi, ekonomi wilayah, harga lahan dan sebagainya. Selain itu komponen sistim transportasi terliput adanya unsur kemajuan teknologi, keterbatasan sistem jaringan , sistem operasi dan lain sebagainya. Implikasi dari perubahan atau perkembangan sistem aktivitas adalah meningkatkan kebutuhan prasarana dan sarana dalam bentuk pemenuhan kebutuhan aksesibilitas, peningkatan aksesibilitas ini selanjutnya akan memicu berbagai perubahan guna lahan. Proses perubahan yang sating mempengaruhi ini akan berlangsung secara dinamis. Apabila tata guna lahan sating berdekatan dan hubungan transportasi antar tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi, sebaiknya, jika aktivitas tersebut sating terpisah jauh, dan hubungan
36
transportasi jelek, maka aksesibilitas rendah. Sedangkan kombinasi antar keduanya mempunyai aksesibilitas menengah. Guna lahan dapat mengidentifikasi kegiatan perkotaan disetiap zona yang bersangkutan . Setiap zona dapat dicirikan dengan tiga ukuran , yaitu jenis kegiatan, intensitas penggunaan, dan aksesibilitas antar guna lahan (Warpani, 1990 :74-77). Secara terperinci, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Jenis kegiatan Jenis kegiatan dapat ditelaah dari dua aspek, yaitu yang umum menyangkut penggunaannya (komersial, perrnukiman) dan yang khusus sejumlah ciri yang Iebih spesifik (daya dukung lingkungan, luas, fungsi). Setiap jenis kegiatan menuntut karateristik sistem transportasi tertentu, sesuai dengan bangkitan yang ditimbulkan.
b.
Intensitas guna lahan Ukuran intensitas guna lahan dapat ditunjukkan oleh kepadatan bangunan dan dinyatakan dengan nisbah luas lantai per unit luas tanah. Ukuran ini secara khusus belum dapat mencerminkan intensitas pada kegiatan yang bersangkutan . Data ini bersama-sama dengan jenis kegiatan menjelaskan tentang besarnya perjalanan dari setiap zona.
c.
Hubungan antar guna lahan Ukuran ini berkaitan dengan daya hubung antar zona yang terdiri dari jenis kegiatan tertentu. Untuk mengukur tingkat aksesibilitas dapat dikaitkan antara pola jaringan pengangkutan kota dengan potensi guna lahan yang bersangkutan .
37
Kebijakan mengenai tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan transportasi,.ruang merupakan kegiatan yang ditempatkan atas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan satu ruang kegiatan dengan ruang kegiatan lainnya. Bila akses transportasi kesuatu ruang kegiatan (persil lahan) diperbaiki, ruang kegiatan tersebut akan menjadi lebih menarik, dan biasanya menjadi lebih berkembang. Dengan berkembangnya ruang kegiatan tersebut, meningkat pula kebutuhan akan transportasi. Peningkatan ini kemudian menyebabkan kelebihan beban pada transportasi yang hares ditanggulangi, dan siklus akan terulang kembali bila aksesibilitas diperbaiki. Meyer dalam bukunya "urban transpotation planning" , menyimpulkan bahwa sistem interaksi guna lahan dan transportasi tidak pernah mencapai keseimbangan, misalnya populasi sebagai salah satu sub sistem selalu berkembang setiap saat mengakibatkan sub sistem lainnya akan berubah untuk mengantisipasi kondisi, yang pasti adalah sistem tersebut akan selalu menuju keseimbangan
2.6
Kebijakan RTRW Kota Bandar Lampung Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Hirarki fungsional
wilayah Provinsi Lampung yang bersifat vertikal dalam 4 (empat) ordinasi pusat pelayanan, yaitu:
38
a.
Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi Lampung dan/ atau wilayah sekitarnya di Sumatera Bagian Selatan, Nasional, maupun Internasional. Pusat pelayanan ini terletak di Kota Bandar Lampung.
b.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu pusat yang melayani satu atau lebih Kabupaten/Kota. Pusat tersebut dikembangkan dengan intensitas yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya.
c.
Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), yaitu pusat kegiatan lokal yang di promosikan atau di rekomendasikan oleh provinsi dalam lima tahun kedepan akan menjadi PKW, mengingat secara fungsi dan perannya kota tersebut telah memiliki karakteristik pusat kegiatan wilayah
d.
Pusat Kegiatan Lokal, yaitu kota-kota mandiri selain pusat primer dan sekunder yang dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan tersier ini terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang lebih efisien.
2.6.1 Pembagian dan Fungsi Bagian Wilayah Kota (BWK) Kebijakan mengenai penataan ruang Kota Bandar Lampung diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ini disusun sebagai alat operasionalisasi pelaksanaan pembangunan di wilayah Kota Bandar Lampung dengan tujuan mewujudkan Kota Bandar Lampung sebagai kota perdagangan dan jasa yang aman, nyaman dan berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan alam dan keanekaragaman hayati serta keserasian fungsi
39
pelayanan lokal, regional dan nasional. Rencana struktur ruang wilayah kota yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota, yang mengacu kepada kebijakan dan strategi ruang penataan wilayah kota, kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota, dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Wilayah perencanaan RTRW Kota Bandar Lampung dibagi kedalam 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK), yaitu meliputi: 1) Bagian Wilayah Kota (BWK) A, wilayah pelayanan kota ini akan bertindak sebagai pusat pelayanan primer atau Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau dinamakan juga Central Buisiness District (CBD) Kota Bandar Lampung yang berpusat di Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Dengan arahan kegiatan utama pada wilayah pelayanan kota ini berupa kegiatan perdagangan dan jasa, maka fungsi utama BWK A adalah Pusat Pelayanan Primer (Regional), serta Pusat Distribusi dan Kolektor Barang dan Jasa Regional. 2) Bagian Wilayah Kota (BWK) B, melingkupi 2 (dua) Kecamatan, yaitu Kecamatan Kedaton dan Kecamatan Rajabasa. Dengan arahan kegiatan utama pada wilayah pelayanan kota ini berupa kegiatan pendidikan tinggi, terminal regional, perumahan, serta perdagangan dan jasa, maka fungsi utama BWK B adalah Pusat Pelayanan Sekunder, Pusat Pendidikan Tinggi dan Budaya Regional, Simpul Utama Transportasi Regional, serta Pusat Permukiman Perkotaan.
40
3) Bagian Wilayah Kota (BWK) C, melingkupi 2 (dua) Kecamatan, yaitu Kecamatan Sukarame, dan Kecamatan Tanjung Senang. Dengan arahan kegiatan utama pada wilayah pelayanan kota ini berupa kegiatan perumahan dan permukiman, perdagangan lokal, jalur transportasi utama menuju Kawasan Pemerintahan Provinsi (Kota Baru), serta industri kecil atau rumah tangga, maka fungsi utama BWK C adalah Pusat Pelayanan Sekunder, Pusat Permukiman Perkotaan, Jalur Transportasi Nasional, Pusat Distribusi dan Kolektor Barang dan Jasa, pendidikan tinggi, pendukung Pusat Pemerintahan Provinsi, dan Pusat Industri Rumah Tangga. 4) Bagian Wilayah Kota (BWK) D, melingkupi 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Karang Timur dan Kecamatan Sukabumi. Dengan arahan kegiatan utama pada wilayah pelayanan kota ini berupa kegiatan permukiman, industri kecil dan cagar budaya, maka fungsi utama BWK D adalah Pusat Pelayanan Sekunder, Pusat Permukiman Perkotaan, Pusat Distribusi dan Kolektor Barang dan jasa, perdagangan dan jasa, serta Industri Pengolahan dan Manufaktur menengah. 5) Bagian Wilayah Kota (BWK) E, melingkupi 2 (dua) Kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang. Dengan arahan kegiatan utama pada wilayah pelayanan kota ini berupa kegiatan pergudangan penunjang pelabuhan internasional, terminal barang dan industri pengolahan skala menengah, maka fungsi utama BWK E adalah Pusat Pelayanan Regional, Pusat pergudangan, Pusat
41
Distribusi dan Kolektor Barang dan Jasa (Grosir dan hasil laut), pelabuhan Internasional, Pengembangan Water Front City. 6) Bagian Wilayah Kota (BWK) F, melingkupi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Kemiling dan Kecamatan Tanjung Karang Barat. Dengan arahan kegiatan utama pada wilayah pelayanan kota ini berupa kegiatan konservasi kota, dan perdagangan lokal, maka fungsi utama BWK F adalah Pusat Pelayanan Sekunder, Pusat Permukiman Perkotaan Terbatas, Pusat Distribusi dan Kolektor Barang dan Jasa, Kawasan Konservasi Kota, dan Kawasan Wisata Agrowisata dan Hortikultura, SPN, dan pusat olah raga. 7) Bagian Wilayah Kota (BWK) G, melingkupi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Barat. Dengan arahan kegiatan utama pada wilayah pelayanan kota ini berupa kegiatan perdagangan dan jasa regional, pariwisata pantai, serta konservasi, maka fungsi utama BWK G adalah Pusat Pelayanan Regional, Pusat Pemerintahan Kota, Pusat Wisata ekologi dan Pantai, pergudangan ekspor impor, Pusat Distribusi dan Kolektor Barang dan Jasa (Grosir dan hasil laut), Pusat Industri Pengolahan Hasil Perikanan Laut, Kawasan Konservasi, pelabuhan laut dan perikanan, Kawasan Minapolitan serta Pusat Pengolahan Akhir Sampah Terpadu.
2.6.2 Rencana Struktur Ruang Kota Bandar Lampung Guna mendukung tumbuh dan berkembangnya Kota Bandar Lampung terutama dalam hal mengembangkan potensi ekonomi, budaya, dan geografis untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi
42
kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup serta mendukung peran Kota Bandar Lampung sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan growth center di wilayah Provinsi Lampung, maka perlu pengembangan pusat-pusat baru yang tersebar di seluruh Kota Bandar Lampung sesuai arah pengembangan struktur kota dengan pola pusat majemuk (multiple nuclei). Tabel 5 dan table 6 adalah Rencana Pembagian Wilayah Kota Bandar Lampung. Wilayah studi koridor jalan Zainal Abidin Pagar Alam terletak pada Bagian Wilayah Kota (BWK) B, terletak di Kecamatan Kedaton dan Kecamatan Rajabasa. Dengan arahan kegiatan utama pada wilayah pelayanan kota ini berupa kegiatan pendidikan tinggi, terminal regional, perumahan, serta perdagangan dan jasa, maka fungsi utama BWK B adalah Pusat Pelayanan Sekunder, Pusat Pendidikan Tinggi dan Budaya Regional, Simpul Utama Transportasi Regional, serta Pusat Permukiman Perkotaan.
43
Tabel 5. Rencana Pembagian dan Penetapan Fungsi Masing-Masing BWK NO
BWK
PELAYANAN PRIMER PELAYANAN SEKUNDER KETERANGAN NASIONAL REGIONAL KOTA BWK Kecamatan Perdagangan & jasa Pendidikan Semua fungsi Pasar Tradisional Regional Bambu Kuning akan Tanjung Kesehatan dengan pelayanan dipertahankan dan dikembangkan menuju pusat Karang Pusat Simpul Transportasi lingkungan hingga perbelanjaan tradisional modern. Darat (Stasiun kecamatan terdapat Pengembangan perdagangan dan jasa regioanl KA.Tanjung Karang) di BWK A akan dipertahankan di sepanjang koridor Jalann Kartini dan Jalan Raden Intan. Kecamatan Pendidikan Kebudayaan Perdagangan & Semua fungsi Pendidikan tinggi swasta akan mengelompok di Kedaton Tinggi Simpul Transportasi Jasa dengan pelayanan Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton dan Kecamatan (Perguruan Darat (Terminal Type Permukiman / lingkungan hingga Kelurahan Gedong Meneng Kecamatan Rajabasa, Rajabasa Tinggi Negeri) A Rajabasa) Perumahan kecamatan terdapat dan perguruan tinggi negeri dipertahankan di Kesehatan di BWK B Jalan Sumantri Brojonegoro Kecamatan Rajabasa. WILAYAH
1
A
2
B
3
C
Kecamatan Tanjung Senang Kecamatan Sukarame
4
D
Kecamatan Sukabumi Kecamatan Tanjung Karang Timur
5
E
Kecamatan Panjang
Jalur Transportasi Darat Pendukung Pemerintahan Provinsi Pendidikan Tinggi
Distribusi dan Perdagangan & jasa Kolektor Barang dan Permukiman / Jasa Perumahan Pendukung Pusat Industri Rumah Pemerintahan Provinsi Tangga
Semua fungsi BWK ini diarahkan sebagai alternatif lokasi dengan pelayanan pengembangan pendidikn tinggii. lingkungan hingga Dengan rencana pengalihan Pemerintahan kecamatan terdapat Provinsi menuju Kecamatan Jati Agung di BWK C Kabupaten Lampung Selatan, diperkirakan Jalan Sultan Agung dan Jalan Riyacudu akan menjadi poros utama transportasi darat.
Industri Menengah
Semua fungsi Lokasi Kawasan Industri Lampung (KAIL) yang dengan pelayanan berbatasan langsung dengan BWK D akan lingkungan hingga mempengaruhi pertumbuhan perumahan dan kecamatan terdapat diperkirakan Kecamatan Tanjung Karang Timur di BWK D akan menjadi alternatif lokasi tempat tinggal para pelaku industri KAIL. Untuk mendukung pengembangan KAIL, jenis industri yang akan dikembangkan di BWK ini dibatasi hingga skala menengah.
Pelabuhan Laut Distribusi dan (Internasional) Kolektor Barang dan
Perdagangan & Jasa Permukiman / Perumahan Distribusi dan Kolektor Barang dan Jasa Kesehatan
Semua fungsi Pelabuhan laut diharapkan akan terus berkembang dengan pelayanan sebagai pintu gerbang dan pendorong lingkungan hingga
44
NO
BWK
WILAYAH Kecamatan Teluk Betung Selatan
6
F
Kecamatan Tanjung Karang Barat Kecamatan Kemiling
7
G
Kecamatan Teluk Betung Barat Kecamatan Teluk Betung Utara
PELAYANAN PRIMER NASIONAL REGIONAL Transportasi Jasa (Grosir dan hasil Ekspor Impor laut) Pergudangan Industri Menengah Perdagangan Kawasan Kota Wisata dan jasa dan Kota Pantai (Water Front City) Pendidikan Distribusi dan Khusus Kolektor Barang dan (Kepolisian atau Jasa SPN) Wisata Agro Wisata Alam dan Hutan Wisata Hortikultura Pusat olah raga Pusat Pemerintahan Provinsi Wisata Ekologi dan Pantai
Sumber : RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2031
PELAYANAN SEKUNDER KOTA BWK kecamatan terdapat di BWK E
Permukiman Perumahan Terbatas Konservasi
/
Pusat Pemerintahan Kota Industri Pengolahan Hasil Perikanan Laut Pusat Pengolahan Akhir Sampah Terpadu Kawasan Resapan Air Kawasan Minapolitan Pelabuhan laut umum dan Pelabuhan perikanan
KETERANGAN perkembangan Kota Bandar Lampung dan seluruh Provinsi Lampung. Untuk mendukung pengembangan KAIL, jenis industri yang akan dikembangkan di BWK ini dibatasi hingga skala menengah.
Semua fungsi Pendidikan khusus di BWK ini memiliki dengan pelayanan pelayanan skala regional-nasional adalah lingkungan hingga Akademi Kepolisian. kecamatan terdapat di BWK F
Semua fungsi dengan pelayanan lingkungan hingga kecamatan terdapat di BWK G
45
Tabel 6. Arahan Lokasi Pengembangan Fungsi BWK NO 1
2
3
BWK A
B
C
WILAYAH
FUNGSI
Kecamatan Perdagangan & jasa Tanjung Karang Pusat Kesehatan
Kecamatan Kedaton Kecamatan Rajabasa
Kecamatan Tanjung Senang Kecamatan Sukarame
SKALA PELAYANAN MAKSIMAL Regional
ARAHAN LOKASI
KETERANGAN
Kel. Pelita, Palapa, Kaliwawi, Tanjung Karang, dan Kelapa Tiga
- Pasar Tradisional Regional Bambu Kuning akan dipertahankan dan dikembangkan menuju pusat Perdagangan tradisional modern. - Pengembangan perdagangan dan jasa regioanl akan dipertahankan di sepanjang koridor Jalan Kartini dan Jalan Raden Intan. - Pendidikan tinggi swasta akan mengelompok di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton dan Kelurahan Gedong Meneng Kecamatan Rajabasa, dan perguruan tinggi negeri dipertahankan di Jalan Sumantri Brojonegoro Kecamatan Rajabasa. - Pusat Kegiatan Olah Raga dipertahankan di PKOR Way Halim, Kel. Perumnas Way Halim - Perdagangan dan Jasa dipusatkan di koridor Jalan ZA. Pagar Alam (pertokoan dan Mall) dan koridor Jalan Teuku Umar/Pasar Kedaton (Pasar Tradisional Modern) - Rusun Sehat Sederhana diarahkan di Kel. Rajabasa - Arahan pengembangan pendidikan tinggi di Kel. Harapan Jaya dan Sukarame koridor Jalan Letkol Endro Suratmin sebagai antisipasi pengembangan dari BWK B. - Dengan rencana pengalihan Pemerintahan Provinsi menuju Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, diperkirakan
Regional
Kel. Pasir Gintung
Pendidikan Tinggi
Nasional - Regional
Kebudayaan Simpul Transportasi Pusat Kegiatan Olah Raga
Regional Regional Kota
Kel. Labuhan Ratu, Rajabasa dan Gedong Meneng Kel. Gedong Meneng Kel. Rajabasa Raya Kel. Perumnas Way Halim (PKOR)
Perdagangan dan Jasa
Kota
Kesehatan Permukiman / Perumahan
Kota Kota
Jalur Transportasi Darat Nasional - Regional Pendukung Pemerintahan Provinsi Distribusi dan Kolektor Regional Barang dan Jasa (Rencana terminal C) Regional
Kel. Kedaton, Labuhan Ratu, Sidodadi, dan Surabaya Kel. Kedaton Kel. Rajabasa, Rajabasa Raya, dan Rajabasa Jaya
Jalan Soekarno Hatta – Jalan Sultan Agung – Jalan Mayjend Riyakudu Kel. Harapan Jaya
46
NO
BWK
WILAYAH
4
D
Kecamatan Sukabumi Kecamatan Tanjung Karang Timur
5
E
Kecamatan Panjang Kecamatan Teluk Betung Selatan
SKALA PELAYANAN ARAHAN LOKASI MAKSIMAL Pendukung Pusat Nasional – Regional Kecamatan Sukarame dan Tanjung Pemerintahan Provinsi Senang Pendidikan Tinggi Regional Kel. Sukarame dan Harapan Jaya Kel. Way Dadi (Pertokoan Perdagangan & Jasa Modern) dan Harapan Jaya (Pasar Kota Tradisional Modern) Kel. Way Dadi, Way Halim Permukiman / Perumahan Permai, Sukarame, Harapan Jaya, Tanjung Senang, dan Perumnas Kota Way Kandis Kel. Labuhan Dalam dan Way Industri Rumah Tangga Kota Kandis Kota Kel. Way Halim Permai Konservasi/Hutan Kota Kel. Way Dadi Kesehatan Zona Industri dan Regional Sebagian kecil Kel. Kedamaian Pergudangan Perdagangan & Jasa Perbatasan Kel. Jagabaya III, Tanjung Baru, dan Kali Balok Kencana Permukiman / Perumahan Perbatasan Kel. Campang Raya, Sukabumi Indah, dan Sukabumi Distribusi dan Kolektor Perbatasan Kel. Campang Raya Barang dan Jasa (Recana terminal C) Kesehatan Kota Kel. Kota Baru FUNGSI
Pelabuhan Laut (Internasional) Nasional Transportasi Ekspor Impor Internasional Nasional Pergudangan Internasional Nasional Internasional
- -
Kel. Srengsem Kel. Panjang Utara, dan Panjang Selatan Kel. Panjang Utara, dan Panjang Selatan, Ketapang, Way Lunik, Garuntang
KETERANGAN Jalan Sultan Agung dan Jalan Riyacudu akan menjadi poros utama transportasi darat. - Rusun Sehat Sederhana diarahkan di Kel. Tanjung Senang - Perdagangan modern diarahkan di koridor jalan Letkol Endro Suratmin dan Jalan Mayjend Riyakudu (pertokoan dan Mall) - RTH di Kel. Way Halim Permai tetap dipertahankan sebagai Hutan Kota
- Lokasi Kawasan Industri Lampung (KAIL) yang berbatasan langsung dengan BWK D akan mempengaruhi pertumbuhan perumahan dan diperkirakan Kecamatan Tanjung Karang Timur akan menjadi alternatif lokasi tempat tinggal para pelaku industri KAIL. - Untuk mendukung pengembangan KAIL, jenis industri yang akan dikembangkan di BWK ini dibatasi hingga skala menengah. - Rusun sehat sederhana diarahkan di Kel. Ketapang, Kalibalok Kencana, dan Campang Raya. - Pelabuhan laut diharapkan akan terus berkembang sebagai pintu gerbang dan pendorong perkembangan Kota Bandar Lampung dan seluruh Provinsi Lampung.
47
NO
BWK
WILAYAH
SKALA PELAYANAN MAKSIMAL
FUNGSI
Distribusi dan Kolektor Barang dan Jasa (Grosir dan hasil laut) Regional Zona Industri Pergudangan
6
F
Regional Nasional Nasional
Kel. Beringin Raya
Regional
Kel. Kemiling Permai
Regional
Kel. Kedaung, Sumber Agung, dan Pinang Jaya Kel. Kedaung, Sumber Agung, dan Pinang Jaya Kel. Kedaung, Sumber Agung, dan Pinang Jaya Kel. Sumberejo Kemiling, dan Kemiling Permai Kel. Pinang Jaya, Sumberejo Kemiling, Langkapura, dan Kemiling Permai Kel. Kemiling Permai
Regional
Wisata Alam dan Hutan
Regional
Wisata Hortikultura
Regional
Perdagagangan & Jasa
Perbatasan
Permukiman Terbatas
/
Perumahan Kota
Distribusi dan Kolektor Kota Barang dan Jasa Kawasan Lindung dan Kota Konservasi 7
G
Kecamatan Pusat Pemerintahan Provinsi Teluk Pusat Pemerintahan Kota Betung Barat Wisata Ekologi dan Pantai
Regional Regional Kota Regional - Kota
KETERANGAN
Kel. Pesawahan, Teluk Betung, Kangkung, dan Bumi Waras Kel. Ketapang, Way Lunik, Garuntang dan Way Gubak Kel. Pesawahan, Kangkung, Bumi Waras, dan Sukaraja Kel. Panjang Utara
dan
Kawasan Kota Wisata dan Kota Pantai (Water Front City) Perdagangan & Jasa Kecamatan Pendidikan Khusus Tanjung (Kepolisian atau SPN) Karang Barat Distribusi dan Kolektor Kecamatan Barang dan Jasa Kemiling Wisata Agro
ARAHAN LOKASI
Kel. Susunan Baru, Sukadanaham, Kedaung, Beringin Raya , Sumber Agung dan Reg. 19 Kel. Sumur Putri Kel. Sumur Batu Sukamaju, Keteguhan dan Kota Karang
- Pendidikan khusus di BWK ini memiliki pelayanan skala regional-nasional adalah Akademi Kepolisian. - Rusun sehat sederhana diarahkan di Kel. Gedong Air, dan Kemiling Permai. - Terminal Kemiling ditingkatkan menjadi Type B dan pengembalian fungsi sebagaimana mestinya.
- Setelah Pusat Pemerintahan Provinsi pindah ke Jati Agung, akan digantikan fungsinya sebagai Pusat Pemerintahan Kota.
48
NO
BWK
WILAYAH
SKALA PELAYANAN MAKSIMAL
FUNGSI
Kecamatan Industri Pengolahan Teluk Perikanan Laut Betung Utara Minapolitan Pusat Pengolahan Sampah Terpadu Kawasan Resapan Air
ARAHAN LOKASI
Hasil dan Kota
Pulau Pasaran dan Lempasing Kel. Bakung
Akhir Kota
Tahura WA. Rahman, Batu Putu, Keteguhan, dan Sukamaju Sukamaju
Kota
Pelabuhan laut dan Pelabuhan perikanan
Sumber: RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2031
KETERANGAN - TPA Bakung tidak hanya berfungsi sebagai tampat pembuangan akhir namun juga sebagai tempat pengolahan sampah terpadu menjadi bahan baku yang berdayaguna. - Pengembangan kedepan pengelolaan persampahan akan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pesawaran.
49
Gambar 5. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Bandar Lampung
Gambar 5. Peta Rencana Struktur Ruang Kota Bandar Lampung
50
2.6.3 Sistem Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung Berdasarkan hasil kajian sistem transportasi dan sistem pergerakan, komposisi panjang jalan berdasarkan jenis permukaan jalan di Kota Bandar Lampung terus mengalami perkembangan kearah kemajuan yang positif, namun demikian dilihat dari ketersediaan jaringan jalan menunjukan bahwa secara umum jaringan jalan di Kota Bandar Lampung dapat terbilang belum memadai dimana saat ini panjang jalan di Kota Bandar Lampung adalah 900.320 KM sedangkan kebutuhan jaringan jalan eksiting sekitar 2.958,98 KM. kondisi tesebut semakin parah dengan terbentuknya pusat-pusat kegiatan baru yang membawa dampak pada terbentuknya titik rawan kemacetan. Bercermin pada kondisi eksisting dan hasil kajian, maka skenario pengembangan sistem jaringan jalan Kota Bandar Lampung adalah: 1.
Memperjelas fungsi dan manfaat masing-masing ruas jalan di Kota Bandar Lampung melalui penetapan fungsi dari perwujudan struktur jaringan jalan.
2.
Pembagian beban pada beberapa ruas jalan utama melalui :
Peningkatan fungsi jaringan jalan
Pembangunan ruas jalan baru berupa jalan layang
Pembangunan jalan akses (interchange) yang menghubungkan Kota Bandar Lampung dengan rencana pembangunan jalan tol.
Meningkatkan akses dan membuka akses baru untuk menghidupkan pusatpusat pertumbuhan baru dan penghubung antar pusat dengan pusat atau
51
pusat dengan sub pusat, melalui pengembangan jaringan jalan lingkar / Radial (Ring Road).
Gambar 6. Konsep Pengembangan Jaringan Jalan (Radial)
52
Tabel 7. Rencana Hirarki Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung NO A. 1
HIRARKI PERSYARATAN TEKNIS JALAN JALAN PRIMER (Jalan Regional/ antar wilayah) Arteri Primer Jalan arteri primer secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah
NAMA JALAN Jalan Soekarno Hatta (By Pass)
KRITERIA TEKNIS
2
Kolektor Primer
Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal
Jalan Laks.Malahayati, Jalan RE.Martadinata, Jalan Yos Sudarso, Jalan Imam Bonjol, Jalan Ir Sutami, Jalan Mayjend Riyakudu, Jalan Basuki Rahmat
B 1
JALAN SEKUNDER (Jalan internal Perkotaan) Arteri sekunder Merupakan jaringan jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Jalan Achmad Yani, Jalan Antasari, Jalan Diponegoro, Jalan Gajah Mada, Jalan Gatot Subroto, Jalan Hassanudin, Jalan Ikan Tenggiri, Jalan RA.Kartini, Jalan Kotaraja, Jalan Wolter Jalan Mongonsidi, Jalan Raden Intan, Jalan Sudirman, Jalan Teuku Umar, Jalan ZA Pagar Alam
Lebar badan jalan minimal 11 meter. kecepatan rencana minimal 60 km/jam kapasitas lebih besar dan pada volume lalu lintas ulang-alik, latu lintas lokal dan kegiatan lokal jalan masuk dibatasi secara efisien jalan persimpangan dengan pengaturan (tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak terputus walaupun memasuki kota persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh Menteri kecepatan rencana minimal 40 km/jam lebar badan jalan minimal 9 meter kapasitas sama dengan atau lcbih bcsar daripada volume lalu lintas rata-rata. jalan masuk (dibatasi, direncanakan sehirnga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan) tidak terputus walaupun masuk kota rencana minimal 30 km/jam lebar badan jalan minimal 1 meter kapasitas sama atau lebih besar dan volume lalu lintas rata-rata lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat
53
NO
2
3
HIRARKI JALAN
Kolektor Sekunder
Lokal Sekunder
PERSYARATAN TEKNIS
merupakan jaringan jalan yang menghubungkan antara kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua, atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Sumber : RTRW Kota Bandar Lampung 2011-2031
NAMA JALAN (Perlu pengaturan /Traffic Management untuk membatasi lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat) Jalan Katamso, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan H. Ridwan Rais, Jalan Hayam Wuruk, Jalan Dr.Susilo, Jalan Kapten Abdul Haq, Jalan Pramuka, Jalan Panglima Polim, Jalan Sam Ratulangi, Jalan Teuku Cik Ditiro, Jalan Imba Kusuma Ratu, Jalan RA.Maulana, Jalan M.Saleh Kramayudha, Jalan Mata Air, Jalan Padat Karya, Jalan Wan Abdurahman, Jalan Setia Budi, Jalan Dr.Warsito, Cut Mutia, Jalan Dr.Wahidin Sudiro Husodo, Jalan Inpres, Jalan Pangeran M.Noor, Jalan Cut Nyak Dien, Jalan Tamin, Jalan Agus Salim, Jalan Muhammad Ali, Jalan Sisingamaraja, Jalan Rasuna Said, Jalan KH. Ahmad Dahlan, Jalan Salim Btubara, Jalan Pulau Legundi, Jalan Pulau Tegal, Jalan Pulau Danar, Jalan WR.Supratman, Jalan Tirtayasa, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Letkol Endro Suratmin, Jalan Sultan Agung, Jalan Untung Surapati, Jalan Kimaja, Jalan Ratu Dibalau, Jalan RA.Basyid, Komaruddin, Semua jaringan jalan, selain jalan arteri primer, kolektor primer, arteri sekunder, dan kolektor sekunder
KRITERIA TEKNIS
persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan dan kapasitas jalan Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter. Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata. Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat . Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan tertentu
kecepatan rencana minimal 20 km/jam lebar minimal 7,5 meter tidak terputus walaupun melalui desa/ kelurahan
54
Gambar 7. Peta Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung
Gambar 7 Peta Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung
55
2.6.4 Penduduk Kota Bandar Lampung Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung setiap tahun mengalami peningkatan dengan angka pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 3,39%. Kecamatan Tanjung Karang Pusat yang mempunyai fungsi utama perdagangan umum dan jasa, sedangkan Kedaton merupakan pusat pendidikan karena faktor tersebut mengakibatkan Kecamatan ini memiliki kepadatan sedang dari pada Kecamatan lainnya. Pusat-pusat kegiatan seperti perdagangan dan jasa tempat-tempat hiburan, pendidikan dan aktivitas-aktivitas yang terdapat di Kecamatan ini menjadi daya tarik penduduk untuk tinggal sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk. Tabel 8. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung dan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung No
Kecamatan
Jumlah Penduduk / Tahun
1
Teluk Betung Barat
2013 61078
2014 61566
2015 62059
2020 64581
2025 67206
2030 69938
2
Teluk Betung Selatan
92311
92665
93021
94822
96657
98528
3
Panjang
64267
64609
64952
66696
68486
70325
Tanjung Karang timur Teluk Betung Utara
98384
101928
105600
126039
150435
179552
62314
62321
62329
62369
62408
62447
73983
74427
74873
77147
79489
81902
71820
74849
78006
95904
117909
144963
8
Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling
87976
94620
101765
146451
210760
303307
9
Kedaton
88440
88794
89149
90946
92780
94650
10
Rajabasa
55098
59090
63372
89908
127556
180968
11
Tanjung Seneng
52360
56720
61442
91649
136707
203918
12
Sukarame
83742
88529
93590
123577
163173
215457
13
Sukabumi
73252
76709
80329
101159
127391
160425
Jumlah
965024
996827
1030487
1231249
1500957
1866380
4 5 6 7
Sumber : RTRW Kota Bandar Lampung 2011-2031
56
2.7
Kebijakan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang Kota BWK B Kota Bandar Lampung 2014-2034
2.7.1 Tujuan Penataan Ruang BWK B Berdasarkan arahan dalam RTRW Kota Bandar Lampung, dasar perumusan tujuan penataan ruang yang telah diuraikan tersebut serta karakteristik wilayah BWK B, maka ditetapkan tujuan penataan ruang BWK B yaitu; “Mewujudkan kawasan pendidikan tinggi yang memadai dan berdaya saing dalam lingkup regional” Masing-masing kata dalam tujuan penataan tersebut mengandung makna yaitu:
Kawasan Pendidikan mengandung pengertian bahwa BWK B akan terus dikembangkan serta dioptimalkan menjadi pusat pendidikan tinggi di Kota Bandar Lampung.
Memadai mengandung pengertian bahwa kebutuhan akan pendidikan tinggi di Kota Bandar Lampung harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bandar Lampung baik dalam aspek biaya maupun sarana dan prasarana pendukungnya.
Berdaya Saing mengandung pengertian bahwa kasawan pendidikan tinggi di BWK B diharapkan dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia yang mandiri, sehingga mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Kota Bandar Lampung.
57
2.7.2 Rencana Sistem Jaringan Jalan Jaringan jalan di BWK B secara eksisting menghubungkan setiap wilayah yang berada di dalamnya serta menghubungkan keseluruh wilayah lainnya di Kota Bandar Lampung yang terdiri dari jaringan jalan Arteri Primer (Jalan Soekarno Hatta/By Pass), Arteri Sekunder (Jalan Teuku Umar dan Jalan Zainal Abidin Pagar Alam), Kolektor Sekunder, dan jalan Lingkungan. Secara umum kondisi jaringan jalan di BWK B dalam kondisi baik meskipun pada beberapa jaringan jalan terdapat kerusakangan sedang. Selain jaringan jalan tersebut di atas, pada BWK B juga terdapat jaringan lokal dan lingkungan yang menghungkan antar lingkungan satu dengan lainnya. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum tahun 2011, panjang jalan lingkungan yang membentang di Kecamatan Rajabasa kurang lebih 21 KM dan di Kecamatan Kedaton kurang lebih 77 KM dengan lebar rata-rata 3 meter. Jenis perkerasan pada jalan lingkungan tersebut sebagian besarnya berupa latasir, dan ada juga yang berupa lapen dan paving blok. Tersedianya jaringan jalan yang memadai di BWK B berimplikasi pada tingkat aksesibilitas wilayahnya. Jaringan jalan utama kota yang membentang di BWK B serta fungsi BWK B yang menjadi pusat pendidikan tinggi serta adanya perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa mendorong terjadinya peningkatan arus lalu lintas di wilayah ini. Selain itu bertambahnya volume kendaraan dan perlintasan kereta api juga dirasakan sebagai salah satu faktor penentu kondisi arus lalu lintas di BWK B Kedaton. Secara umum kondisi arus lalu lintas di wilayah ini setiap harinya terpantau ramai lancar dan cenderung padat merayap pada jam-jam sibuk
58
pagi maupun sore hari. Kondisi tersebut terjadi pada beberapa ruas jalan utama seperti di Jalan Teuku Umar, Jalan Zainal Abidin Pagar Alam, Jalan Urip Sumoharjo, dan Jalan Ki Maja. Sehingga pada beberapa ruas jalan tersebut tentunya perlu dilakukan beberapa upaya penanganan yang diantaranya adalah :
Pengembangan rencana jalan layang di Jalan Jalan Ki Maja – Jalan Ratu Dibalau, Jalan Sultan Agung – Jalan Terusan Sultan Agung
Melakukan pelebaran jalan di Jalan Sultan Agung, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Teuku Umar, Jalan Z.A. Pagar Alam, Jalan Pramuka
Penataan perempatan persimpangan jalan di pertigaan Jalan Teuku Umar – Jalan Ki Maja; perempatan Jalan Urip Sumoharjo – Jalan Arif Rahman Hakim; pertigaan Jalan Teuku Umar – Jalan Sultan Agung
Menghilangkan atau menertibkan hambatan samping pada beberapa ruas tersebut
59
Gambar 8. Peta Rencana Sistem Transportasi BWK B Kota Bandar Lampung
Gambar 8. Peta Rencana Sistem Transportasi BWK B Kota Bandar Lampung
60
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koridor jalan di Bandar
Lampung yang terkena dampak perubahan tata guna lahan sebagai akibat dari bangkitan lalu lintas, yaitu ruas Jl. Zainal Abidin Pagar Alam. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2031, koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam berada pada Bagian Wilayah Kota (BWK) B yang melingkupi 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Kedaton, dan Kecamatan Rajabasa. Fungsi utama BWK B adalah Pusat Pelayanan Sekunder, Pusat Pendidikan Tinggi dan Budaya Regional, Simpul Utama Transportasi Regional, serta Pusat Permukiman Perkotaan. Dan pada pasal 21 ayat 1 b disebutkan bahwa Jl. Zainal Abidin Pagar Alam memiliki fungsi sebagai Jalan Arteri Sekunder dengan Status Jalan merupakan Jalan Kota. Ruas jalan ini merupakan salah satu pemicu perkembangan dan peningkatan aktivitas di ruas jalan utama Kota Bandar Lampung. Pada lokasi penelitian memiliki batas-batas sebagai berikut :
Bagian Utara memiliki batas langsung berupa Rel Kereta Api dalam Kota Bandar Lampung
Bagian Bagian Selatan berbatasan dengan jalan lingkungan
61
Bagian Timur berbatasan langsung dengan bundaran Raden Inten II dan Jalan Soekarno Hatta
Bagian Barat berbatasan langsung dengan Mall Bumi Kedaton dan Jalan Pagar Alam
Untuk lebih jelas lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.
3.2
Kebutuhan Data dan Peralatan
3.2.1 Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama yaitu pengamatan langsung di lapangan pengguna lahan atau kendaraan di sepanjang Koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Kota Bandar Lampung. Dalam Penelitian ini data primer terdiri dari data : a.
Perkembangan guna lahan (time series) tahun 2006 dan 2014
b.
Geometrik ruas jalan
c.
Volume lalu lintas
d.
Kelas hambatan samping
e.
Bangkitan lalu lintas pada BWK B Kecamatan Kedaton dan Rajabasa serta pada sepanjang Koridor Jalan ZA Pagar Alam.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) baik Pemerintah Provinsi Lampung maupun Pemerintah Kota Bandar Lampung seperti Bappeda, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum, BPS, Kecamatan dan SKPD lainnya yang terkait dengan penelitian ini.
62
Gambar 9. Peta Lokasi Penelitian di Kota Bandar Lampung
Gambar 9 Peta Lokasi Penelitian di Kota Bandar Lampung
63
Gambar 10. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 10 Peta Lokasi Penelitian
64
Data sekunder terdiri dari data yang berkaitan dengan Gambaran umum wilayah studi, sistem Jaringan Transportasi Kota Bandar Lampung khususnya di wilayah Koridor penelitian, yaitu: a.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011– 2030 yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
b.
Peta Jaringan Jalan Kota Bandar Lampung dalam format AutoCad Tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung.
c.
Laporan Akhir Penyusunan Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) kota Bandar Lampung Tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Bandar Lampung.
d.
Bandar Lampung Dalam Angka Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.
e.
Data tata guna lahan pada kawasan studi yang diperoleh dari berbagai instansi seperti Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, BPS, BPN
f.
Data dan dokumen lain yang mendukung penelitian ini.
Kebutuhan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, serta metode analisis dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
65
Tabel 9. Kebutuhan Data Penelitian No 1.
Kebutuhan Data
2.
Data Primer - Data Geometri koridor jalan Zainal Abidin Pagar Alam Kota Bandar Lampung - Data Volume Lalu Lintas Data Skunder Kebijakan Kota bandar Lampung terkait Transportasi, tata guna lahan dan penduduk” Data eksisting penggunaan lahan di wilayah penelitian Citra Satelit wilayah penelitian (time series)
Metode Analisis
Analisis Kinerja Ruas Jalan Perkotaan Analisis Penduduk Analisis Kebijakan Pemerintah
Metode Overlay dengan Program ArcGIS
Kegunaan
Perhitungan Kinerja Ruas Jalan Jumlah penduduk Pertumbuhan penduduk Arahan pengembangan tata guna lahan dan Transportasi untuk wilayah penelitian.
Untuk mengetahui pola dan aktivitas tata guna lahan di wilayah penelitian. Luas tata guna lahan tiap sektor kegiatan.
Sumber : Hasil Analisis, 2014.
3.2.2 Peralatan Peralatan yang digunakan Dalam Penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu peralatan lapangan dan peralatan pengolah data. Peralatan lapangan yang digunakan meliputi Peta Administrasi Kota Bandar Lampung, Kamera Digital, Handycam (untuk merekam kendaraan pada ruas jalan yang telah ditentukan), GPS (Global Positioning System) untuk mentukan posisi dan ketinggian dari suatu lokasi berdasarkan posisi satelit GPS yang diamati. Peralatan pengolah data mencakup perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras digunakan Personal Computer
66
(PC), sedangkan perangkat lunak yang digunakan adalah: ArcGis (untuk pengolahan SIG), Microsoft Office (Untuk Pengolahan data dan laporan penelitian), SPSS / Statistical Product and Service Solutions (untuk analisis statistik)
3.3
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian atau proses yng dilakukan dalam
penelitian ini meliputi tahap persiapan, metode pengumpulan data, metode analisis dan pembahasan, kesimpulan dan saran. 3.3.1 Metode Pelaksanaan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Deskriptif diartikan sebagai suatu penjelasan yang memberikan gambaran tentang suatu objek, peristiwa, kegiatan atau fenomena yang terjadi. Sedangkan kuantitatif dimaksudkan untuk memberikan penjelasan, penilaian dan analisis dengan menggunakan besaran-besaran yang dapat diukur, dinyatakan dengan angka-angka. Pendekatan deskriptif dipakai untuk menggambarkan situasi dan kondisi kawasan serta untuk memperkirakan perkembangan kawasan, sedangkan pendekatan kuantitatif dipakai untuk menganalisis kapasitas dan kinerja jalan tersebut. 3.3.2 Metode Pengumpulan Data Primer Teknik pengumpulan data primer terbagi menjadi 3 (tiga) cara pengumpulan data, yaitu: a.
Survey Pendahuluan
67
Survey pendahuluan dilakukan sebelum melakukan survey lapangan dengan tujuan menentukan waktu survey dan jumlah titik lokasi yang akan diteliti serta jumlah surveyor untuk membantu melakukan survey. Pada survey ini juga ditetapkan waktu pengamatan yaitu pada hari kerja normal, antara hari Selasa, Rabu atau Kamis dengan jam pengamatan terbagi menjadi 3 (tiga) sesi pengamatan yaitu jam sibuk pagi, siang dan sore. b.
Survey Data Geometrik Survey data geometrik ruas jalan dapat dilakukan setelah melakukan survey pendahuluan ataupun berbarengan waktunya dengan survey volume lalu lintas. Informasi penting yang dilakukan melalui survey ini diantaranya meliputi: profil melintang jalan, lebar badan jalan, lebar dan jumlah lajur/jalur jalan, lebar bahu jalan atau trotoar. Peralatan yang digunakan untuk melakukan survei adalah meteran, kamera digital dan alat tulis.
c.
Survey Volume Lalu Lintas Survei perhitungan arus lalu lintas dilakukan dengan cara menghitung langsung jumlah kendaraan yang melewati di sepanjang koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam. Titik-titik penempatan surveyor yang melakukan survei LHR ditetapkan di 4 (empat) lokasi titik survey di sepanjang lokasi kajian, yang dianggap mewakili titik terpadat dari volume lalu lintas yang melintas di sepanjang ruas jalan yang ditinjau. Untuk mempermudah proses perhitungan volume lalu lintas, dilakukan pembagian klasifikasi komposisi kendaraan untuk perhitungan arus lalu
68
lintas ditetapkan berdasarkan aturan yang tercantum dalam MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia): 1.
Kendaraan ringan (LV), meliputi mobil penumpang, oplet, mikrobis, pick-up, truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga
2.
Kendaraan berat (HV), meliputi bis, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi sesuai sistem klasifikasi Bina Marga
3.
Sepeda motor (MC), meliputi sepeda motor dan kendaraan roda3 sesuai sistem klasifikasi Bina Marga
4.
Kendaraan tak bermotor (UM)
Pembagian titik lokasi survey ditetapkan menjadi 4 (empat) segmen jalan seperti yang terlihat pada Gambar 9, yaitu : 1.
Segmen 1 Segmen 1 (satu) berada di sekitar simpang bersinyal Jl. Zainal Abidin Pagar Alam dan Jl. Pramuka. Surveyor di titik ini menghitung volume kendaraan lurus Jl. Zainal Abidin Pagar Alam dari arah Hajimena, ditambah dengan volume kendaraan berbelok dari Jl. Pramuka menuju Jl. Zainal Abidin Pagar Alam kearah Rajabasa. Surveyor juga menghitung volume lalu lintas arah sebaliknya.
2.
Segmen 2 Segmen 2 (dua) berada di sekitar simpang bersinyal Jl. Zainal Abidin Pagar Alam dan Jl. Sumantri Brojonegoro. Surveyor di titik ini menghitung volume kendaraan lurus Jl. Zainal Abidin Pagar
69
Alam, ditambah dengan kendaraan berbelok dari Jl.Sumantri Brojonegoro. Surveyor juga menghitung volume lalu lintas arah sebaliknya. 3.
Segmen 3 Segmen 3 (tiga) berada di sekitar simpang tiga Jl. Zainal Abidin Pagar Alam dan Jl. Untung Suropati. Surveyor di titik ini menghitung volume kendaraan lurus Jl. Zainal Abidin Pagar Alam, ditambah dengan kendaraan berbelok Jl. Untung Suropati. Surveyor juga menghitung volume lalu lintas arah sebaliknya.
4.
Segmen 4 Segmen 4 (empat) berada di sekitar simpang bersinyal Jl.Zainal Abidin Pagar Alam dan Jl. Sultan Agung. Surveyor di titik ini menghitung volume kendaraan Jl. Zainal Abidin Pagar Alam dan Kendaraan berbelok Jl. Sultan Agung. Surveyor juga menghitung volume lalu lintas arah sebaliknya.
3.4
Metode Analisis Secara rinci analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1.
Perkembangan Penggunaan Lahan Data yang digunakan adalah data sekunder berasal dari instansi terkait berupa data-data time series penggunaan lahan di sepanjang koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Kota Bandar Lampung Tahun 2006 sebagai awal tahun penelitian dan tahun 2014 sebagai akhir tahun penelitian. Selanjutnya juga akan dilakukan analisis perubahan dan perkembangan sistem kegiatan di kawasan penelitian, yaitu dengan menginventarisir penggunaan lahan yang
70
A
Gambar 11 Rencana Survey Volume Lalu Lintas
71
secara aktif digunakan bagi suatu kegiatan. Untuk mengetahui besarnya perubahan penggunaan lahan tahun 2006-2014 yang terjadi di masing-masing kawasan penelitian dapat dihitung dengan rumus persentase sebagai berikut : Perubahan (%)=
2.
Penggunaan Lahan Tahun 2014-tahun 2006 Penggunaan Lahan tahun 2006
X 100%
….(9)
Bangkitan Lalu Lintas Dalam menghitung jumlah pergerakan digunakan data traffic counting, dengan
variabel
volume
lalu
lintas,
komposisi
kendaraan
dan
bangkitan/tarikan perjalanan yang melewati dan mempengaruhi di sepanjang koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam Kota Bandar Lampung. Volume lalu lintas dan komposisi kendaraan dari berbagai macam jenis kendaraan yang melewati jalan tersebut, dikonversi ke dalam satuan mobil penumpang.
3.
Analisis Kapasitas dan Tingkat Pelayanan Analisis yang digunakan adalah dengan menghitung kapasitas dan tingkat pelayanan ruas jalan. Data diambil dari traffic counting yang kemudian dilakukan perhitungan terhadap volume lalu lintas yang melewati ruas jalan tersebut. Perhitungan analisis data digunakan dengan menggunakan cara manual seperti dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) sub bab jalan perkotaan sebagai berikut: UR-1 UR-2 UR-3
Data Umum dan Geometrik Jalan Volume Lalu Lintas dan Hambatan Samping Analisa Kapasitas dan Kinerja Jalan
Hasil akhir parameter penilaian kinerja digunakan nilai derajat kejenuhan (DS) atau juga dikenal dengan istilah V/C-ratio.
72
3.5
Diagram Alir Proses Penelitian Agar proses penelitian dapat terlaksana secara sistematis, maka diperlukan
metode analisis dalam bentuk tahapan-tahapan atau langkah-langkah kerja guna mempermudah terlaksananya penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Diagram Alir Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan pada
wilayah penelitian untuk pengaruh penggunaan lahan terhadap bangkitan lalu lintas pada Koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Peraturan Daerah No. 10 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung menyebutkan bahwa Jl. Zainal Abidin Pagar Alam memiliki status Jalan Kota dengan Fungsi Jalan Arteri Sekunder.
2.
Koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam pada jam puncak sudah mulai mengalami kemacetan dengan Derajat Kejenuhan (DS) mencapai antara 0,84 – 0,97. Memiliki kategori C, dengan pengertian Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan. Dengan pola penggunaan lahan di wilayah penelitian di dominasi oleh penggunaan lahan untuk permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa, dan Kantor Pemerintahan.
3.
Pola pergerakan di sepanjang koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam pada masing-masing segmen dengan beberapa penggunaan lahan di sisi koridor jalan. Volume kendaraan rata-rata yang ditimbulkan akibat aktivitas penggunaan lahan di segmen 1 dengan volume 4.342 kendaraan/jam.
122
Sedangkan pada segmen 2 dengan volume kendaraan rata-rata 4.257 kendaraan/jam. Segmen 3 dengan volume kendaraan rata-rata sebesar 6.199 kendaraan/jam, dan pada segmen 4 volume kendaraan rata-rata sebesar 5.615 kendaraan/jam. 4.
Pola penggunaan lahan di wilayah penelitian, peningkatan pemukiman cukup tinggi dengan perubahan penggunaan lahan untuk pemukiman sebesar 24%. Sedangkan untuk pendidikan terjadi peningkatan perubahan lahan sebesar 13,4%. Perkembangan penggunaan lahan perdagangan dan jasa dengan peningkatan perubahan penggunaan lahan perdagangan dan jasa sebesar 30,9%.
5.
Berdasarkan analisis pola dan aktivitas penggunaan lahan di wilayah penelitian tiap segmen koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam didapatkan hasil pengaruh penggunaan lahan terhadap bangkitan lalu lintas di koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam dipengaruhi oleh aktivitas penggunaan lahan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa, serta perkantoran pemerintah.
5.2 1.
Saran Pada jam-jam puncak di koridor Jl. Zainal Abidin Pagar Alam mengalami lalu lintas yang cukup tinggi, maka untuk mengantisipasi adanya kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di Jl. Zainal Abidin Pagar Alam dapat dilakukan dengan perbaikan manajemen rekayasa lalu lintas, seperti Penertiban kelengkapan marka jalan dan rambu lalu lintas dan Pengaturan lahan-lahan parkir dengan baik.
123
2.
Koridor Jalan Zainal Abidin Pagar Alam merupakan jalan protokol atau jalan utama yang ada di tengah Kota Bandar Lampung, sudah semestinya dibutuhkan jalan sejajar atau jalan lingkar kota (Ring Road) untuk mengurai kepadatan arus kendaraan di Jalan Zainal Abidin Pagar Alam. Diketahui bahwa pada tahun 2013 Bappeda Kota Bandar Lampung pernah menyusun Studi Kelayakan Jalan Sejajar Jalan Teuku Umar (termasuk Jalan Zainal Abidin Pagar Alam).
3.
Mengacu kembali kepada Tujuan Penataan Ruang BWK B dengan Tujuan Mewujudkan kawasan pendidikan tinggi yang memadai dan berdaya saing dalam lingkup regional. Mengurangi perkembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa yang kurang menunjang Kawasan Pendidikan pada Wilayah Penelitian seperti Jasa Karaoke Family, Panti Pijat/Refleksi, Mall dan perdagangan besar lainnya. Sehingga dapat mengurangi bangkitan lalu lintas yang dapat ditimbulkan sehingga mengakibatkan kemacetan dan lalu lintas yang kurang terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
_______.(Juni 1997). “Manual Kapasitas Jalan Indonesia”. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. A, Wibawa Bayu. (1996). “Tata Guna Lahan Dan Transportasi Dalam Pembangunan Berkelanjutan”. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. Adisasmita, Sakti Adji. (2012). “Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah”. Graha Ilmu. Yogyakarta. Adisasmita, Sakti Adji. (2011). “Transportasi dan Pengembangan Wilayah”. Graha Ilmu. Yogyakarta. Black,1981, Perencanaan dan Permodelan Transportasi : “Teori dan Praktek”, Cromm Helm,London. C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2003. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi jilid 1 edisi ketiga. Erlangga. Jakarta Chapin, Jr, F. Stuart and Edward Kaiser. 1995. Urban Land Use and Planning. Fourth Edition. Illinois: University of Illinois Press Hobbs, F.D., 1979. Traffic Planning and Engineering, Second edition, edisi Indonesia, 1995, terjemahan Suprapto T.M. dan Waldijono, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Edisi kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Hamdi (2011), “Bangkitan Perjalanan pada Perumahan Bougenville di Palembang”, Jurnal Sipil Volume 5, No. 2. Maret 2011 J. Paquette, Radnor, dkk, 1980, “Transportation Engineering Planning and Design”, USA.
Jayadinata. T. Johara. (1992). “Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah”. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Kartono, Kartini. (1992). “Pengantar Metodologi Riset Sosial”. Mander Maju. Bandung. Khisty, C.J. dan Lall, B.K. (2005). “Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi”. Terjemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Kota Bandar Lampung (2011). “Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030”. Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung. Morlok, E.K. (1995). “Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi”. Terjemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Pemerintah Provinsi Lampung (2010). “Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung 2010 – 2029”. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Lampung. Pemerintah Kota Bandar Lampung (2011). “Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030”. Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda). Bandar Lampung. Pemerintah Kota Bandar Lampung (2012). “Bandar Lampung Dalam Angka 2012”. Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Bandar Lampung. Pemerintah Kota Bandar Lampung (2013). “Studi Kelayakan Jalan Sejajar Jalan Teuku Umar Kota Bandar Lampung”. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung. Lampung. Republik Indonesia (2006). “Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan”. Menteri Perhubungan. Jakarta. Republik Indonesia (2007). UndangUndang Nomor 26 tentang Penataan Ruang Republik Indonesia (2009). Peraturan Pekerjaan Umum No 17 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota
Republik Indonesia (2011). “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisa Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas”. Presiden Republik Indonesia. Jakarta Sujarto, Djoko.(1996). “Kota Berkelanjutan”. Alumni. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Tamin, Z. Ofyar. (1992). “Pemecahan Kemacetan Lalu Lintas Kota Besar”. Majalah Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Nomor 4 Juni 1992. IAP. Jurusan Teknik Planologi. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. LPPITB. Bandung. Tamin, Z. Ofyar (2000). “Perencanaan dan Pemodelan Transportasi”. Edisi Kedua. Institut Teknologi Bandung. Jurusan Teknik Sipil. Bandung. Warpani, Suwarjoko. (1983). “Analisis Kota dan Daerah”. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Warpani Suwarjoko. 1985. “Rekayasa Lalu Lintas”. Bharata Karya Aksara Bandung Winarso, Haryo, 1995. “Tarif Ijin Perubahan Guna Lahan Perkotaan Sebagai Bentuk Kontrol Pelaksanaan Penataan Ruang Kota”, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Yunus, H.S. (2000). “Struktur Tata Ruang Kota”. Penerbit Pustaka Pelajar. Jakarta