PENGARUH PERMAINAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO
Amriani, Mardia Bin Smith, Rustam I. Husain Abstrak Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang menggunakan desain “"One Group Pre-Test and Post Test Design". Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel X (Permainan Kelompok), dan variabel Y (Interaksi Sosial). Anggota populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo yang berjumlah 130 orang yang terbagi dalam 5 kelas. Sedangkan yang menjadi anggota sampel adalah siswa kelas VII yang berjumlah 13 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Angket yang disebarkan sebanyak dua kali yakni sebelum pemberian tindakan dan sesudah pemberian tindakan. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji t, dan untuk perbedaan hipotesis digunakan uji t’. Dari hasil perhitungan kelompok eksperimen diperoleh harga thitung sebesar –4,798 sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t(0.975) (24) lihat daftar distribusi t 24= 2,06. Ternyata harga thitung memperoleh harga lain, atau harga thitung telah berada di luar daerah penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1. Artinya bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo”, dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian maka dalam rangka meningkatkan interaksi sosial siswa, hendaknya digunakan permainan kelompok. Kata kunci : Permainan Kelompok, Interaksi Sosial.
___________________________________________ Amriani 1, Selaku Peneliti Di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. 2 Dra. Hj. Mardia Bin Smith, S.Pd, M.Si, 2 Dr. Rustam I. Husain, S.Ag, M.Pd sebagai dosen tetap di Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo
1
PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan interaksi sosial antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Santoso (2010: 156) mengemukakan bahwa: “Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain”. Interaksi sosial akan terjadi apabila ada komunikasi. Menurut Effendy (2003:28) bahwa “Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan individu kepada individu lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya”. Komunikasi juga merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama yang perlu dikembangkan pada diri siswa sehingga kemampuan interaksi sosial siswa dapat berkembang secara optimal. Kemampuan interaksi sosial merupakan hal yang sangat penting bagi individu, dimana siswa dapat bergaul dengan individu lain diantaranya teman sebaya, guru, orang tua, atau orang yang lebih dewasa disekitar lingkungannya, baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dilingkungan masyarakat. Kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial antar siswa yang satu dengan siswa yang lain, antar siswa dengan guru, dan antar siswa dengan petugas sekolah tidak sama. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial tinggi akan mudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ia tidak akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan individu lain. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan baik dan benar, agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik, menemukan solusi konflik, serta membentuk jiwa sosial terhadap sesama teman antara lain rasa empati, simpati, saling kerja sama, saling menolong, dan memberi antar teman. Berdasarkan pengamatan selama dua bulan melaksanakan PPL di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, terdapat berbagai macam sikap sosial pada anak. Hal ini terbukti dengan adanya anak yang betul-betul memiliki interaksi sosial, ada juga yang egois, tidak mau bekerja sama, tidak menghargai orang lain dan suka menyendiri. Hal ini diperkuat dengan laporan dari salah-satu guru mata pelajaran yang mengatakan bahwa siswa kelas VII masih terlihat pasif dalam kegiatan
2
belajar mengajar, seperti : sikap siswa yang terkesan pasif pada saat jam pelajaran berlangsung, terdapat siswa yang takut berkomunikasi dengan guru-guru pada saat belajar mengajar berlangsung. Salah satu faktor penyebab siswa takut berkomunikasi dengan guru pada saat jam pelajaran berlangsung yakni tidak percaya diri, takut salah dan ditertawakan oleh teman. Sehingga dapat menghambat proses bergaul siswa dan proses menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam hal ini guru BK sudah melakukan penyebaran angket dikelas untuk mendeteksi masalah-masalah yang dialami oleh siswa akan tetapi guru BK belum memberikan Treatmen kepada siswa yang mengalami masalah, terutama masalah rendahnya interaksi sosial. Dalam bimbingan dan konseling terdapat banyak sekali strategi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalahnya. Oleh karna itu salah satu cara untuk mengatasi masalah rendahnya interaksi sosial siswa dilingkungan sekolah adalah melalui permainan kelompok. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut bertujuan agar siswa dapat saling terbuka, selalu merasa rendah diri bahwa manusia itu sama dan tidak ada yang sempurna serta siswa mampu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Menurut Freeman & Munandar (dalam Ismail, 2009: 27) bahwa “Permainan merupakan suatu aktifitas yang membantu individu mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional”, online (http://belajarpsikologi.com/metode-permainan-dalam-pembelajaran) di akses pada tanggal 6 Maret 2014. Sedangkan pengertian kelompok menurut Sprott (1999: 8) bahwa “beberapa individu yang bergaul satu dengan yang lainnya”. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa permainan kelompok adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa individu untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian individu dan membantu untuk mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Untuk mengetahui seberapa besar konstribusi permainan kelompok dalam meningkatkan interaksi sosial siswa, maka dilaksanakan penelitian yang kemudian diformulasikan kedalam sebuah judul penelitian
3
“ Pengaruh Permainan Kelompok terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Kelas VII SMP Negeri Kota Gorontalo”. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan, maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut : 1.
Interaksi sosial siswa masih rendah sehingga berpengaruh terhadap proses belajar
2.
Terdapat siswa terlihat pasif dan takut berkomunikasi dengan guru-guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
3.
Masih terdapat berbagai macam sikap sosial pada siswa (egois, tidak mau bekerja sama, tidak menghargai orang lain dan suka menyendiri). Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka yang menjadi rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial dilingkungan sekolah pada siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah : 1.
Manfaat Teoritis: Penelitian ini adalah diharapkan dapat berguna memberikan informasi tentang pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa dalam bidang sosial.
2.
Manfaat Praktis: Dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang kemampuan interaksi sosial siswa di sekolah tersebut, Dapat mendorong siswa untuk berinteraksi sosial dengan baik antar individu dengan individu lainnya ataupun dengan kelompoknya, Dapat memberikan pengalaman serta manfaat bagi peneliti tentang pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa di sekolah tersebut.
KAJIAN TEORI Interaksi sosial merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh setiap individu. Dengan dilakukannya interaksi, baik itu dengan guru ataupun teman-
4
teman sebaya, disamping bermanfaat untuk perkembangan sosial juga merupakan hal penting yang harus dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung secara maksimal. Grath (dalam Santoso,2010: 163) mengemukakan bahwa: “Interaksi sosial merupakan suatu proses yang berhubungan dengan keseluruhan tingkah laku anggota-anggota kelompok kegiatan dalam hubungan dengan yang lain dan dalam hubungan dengan aspek-aspek keadaan lingkungan, selama kelompok tersebut dalam kegiatan”. Menurut Sutherland (dalam santoso, 2010: 164) bahwa: “Interaksi sosial adalah suatu hubungan yang mempunyai pengaruh secara dinamis antara individu dengan individu dan antara individu dengan kelompok dalam situasi sosial”. Show (dalam Ludfiana, 2011: 8) “Interaksi sosial adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing-masing individu yang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik berupa rangsangan dan reaksi yang saling mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Syarat-Syarat Interaksi Sosial Interaksi sosial tidak akan berjalan dengan baik tanpa memenuhi syaratsyarat interaksi sosial. Menurut Soekanto (dalam Rahmat, 2012: 22) mengemukakan bahwa syarat minimal yang harus ada apabila interaksi sosial akan dilakukakn meliputi : a.
Adanya Kontak Sosial (sosial contact) Kontak sosial secara harfiah merupakan hubungan yang terjadi antara dua
orang individu dengan individu lainnya, baik dengan menyentuh bagian tubuhnya ataupun dengan melambangkan bebagai isyarat. b.
Adanya komunikasi Komunikasi adalah penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti
kepada pihak lain. Dalam interaksi sosial komunikasi mempunyai peranan
5
penting, dan bahkan menentukan berlangsung tidaknya suatu interaksi sosial dalam tatanan proses sosial di mayarakat. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Interaksi sosial disamping mempunyai syarat-syarat, maka interaksi sosial memiliki pula bentuk-bentuk interaksi sosial. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Cooperation/ Kerja Sama Kerjasama merupakan suatu bentuk proses interaksi sosial, dimana
didalamnya terdapat berbagai macam aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan memahami satusama lain. Menurut Sargent (dalam Santoso, 2010: 191) bahwa: “Kerja sama adalah usaha yang dikoordinasikan yang ditujukan kepada tujuan yang dapat dipisahkan”. Pengertian ini memperkuat pandangan bahwa kerja sama sebagai akibat kekurangmampuan individu untuk memenuhi suatu kebutuhan dengan usahnya sendiri sehingga individu tersebut memerlukan bantuan individu lain. b.
Competition/ Persaingan Persaingan merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan yang lebih daripada yang lainnya. Menurut Deuttch (dalam Santoso, 2010: 192) bahwa: “Persaingan adalah bentuk interaksi sosial dimana individu mencapai tujuan, sehingga individu lain akan dipengaruhi untuk mencapai tujuan mereka”. c.
Conflik/ Pertentangan Pertentangan merupakan bentuk persaingan secara negatif yang dilakukan
individu, juga merupakan suatu bentuk interaksi sosial dimana pihak yang satu berusaha untuk menjatuhkan pihak yang lain. Menurut Aini & Nursalim (2012:87) bahwa: ”Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika individu atau kelompok dapat mencapai tujuan sehingga individu atau kelompok lain akan hancur”. d.
Accomodation/ Persesuaian Menurut Sargent (dalam Santoso, 2010: 195) bahwa: “Persesuaian adalah
suatu proses peningkatan saling adaptasi atau penyesuaian. Persesuaian
6
mempunyai tingkatan yang lebih tinggi daripada penyesuaian, karena persesuaian mempunyai tujuan yang lebih luas daripada tujuan penyesuaian ini dapat dilakukan oleh individu Faktor-Faktor Mempengaruhi Interaksi Sosial Interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Adapun Menurut Gerungan (2010: 62-74) bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah sebagai berikut : a.
Imitasi (peniruan) Imitasi merupakan dorongan untuk meniru individu lain. Faktor ini
memiliki peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Contohnya dalam perkembangan bahasa, apa yang diucapkan oleh anak, anak akan mengimitasi dari keadaan sekelilingnya. Anak mengimitasi apa yang didengarnya, yang kemudian menyampaikannya kepada individu lain, sehingga dengan demikian berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial. Ditinjau dari segi positif bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi nilai yang berlaku. Sedangkan dampak buruknya, ketika yang ditiru adalah tindakan-tindakan menyimpang. b.
Sugesti (memberi pengaruh) Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir
sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi individu yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya, sedangkan pada sugesti, individu memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh individu lain di luarnya. Dalam kehidupan sosial banyak individu menerima sesuatu cara, pedoman, pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma, dan sebagainya dari individu lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu terhadap apa yang diterima itu. c.
Identifikasi Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam
diri individu untuk menjadi sama dengan indivdu lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, oleh karena kepribadian individu dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja maupun tidak sengaja. Meskipun tanpa sengaja
7
individu yang mengidentifikasi tersebut benar-benar mengenal individu yang ia identifikasi sehingga sikap atau pandangan yang diidentifikasi benar-benar meresap kedalam jiwanya. d.
Simpati Merupakan proses dimana individu merasa tertarik pada individu lain.
Dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami individu lain dan untuk bekerja sama dengannya. Pengertian Permainan Kelompok Permainan kelompok merupakan salah satu teknik yang biasa digunakan dalam layanan bimbingan dan konseling. Istilah play diartikan bermain, sedangkan games diartikan permainan. Menurut Ismail (dalam suwarjo & Elisa, 2011: 3) membedakan dua maksud dari kata tersebut yaitu bahwa: “Bermain (play) dapat bermakna sebagai suatu aktivitas murni untuk bermain mencari kesenangan tanpa “menang-kalah”, sedangkan Permainan (games) adalah aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian “menang-kalah”. Dalam games juga terdapat adanya aturan dan peran yang jelas antar pihak- pihak yang sedang bermain. Serok & Blum (dalam Rusmanan, 2009:4) mengatakan bahwa: “Games (permainan) bersifat sosial, melibatkan proses belajar mematuhi peraturan, pemecahan masalah disiplin diri dan control emosional dan adopsi peran-peran pemimpin dengan pengikut yang kesemuanya merupakan komponen penting dari sosialisasi”. Pada pengertian permainan kesenangan dan kepuasan diperoleh melalui keterlibatan individu lain, tanpa adanya indivdu lain sebagai lawan maka permainan ini tidak akan terjadi. Jenis-Jenis Permainan Dalam permainan ini terdapat jenis-jenis permainan. Adapun jenis permainan dilihat dari jumlahnya, menurut Piaget (dalam Swarjo & Eliasa, 2011: 6) dapat dikelompokkan dalam bermain sendiri (soliter play) seperti anak perempuan berbicara dengan bonekanya, anak laki-laki bermain dengan moniatur mobilnya, sampai bermain secara kooperatif (cooperatif play) yang menunjukkan
8
adanya perkembangan sosial anak. Pendapat ini sejalan dengan Gordan & Browne (dalam Swarjo & Eliasa, 2011: 6) yang menjelaskan bahwa kegiatan bermain ditijau dari dimensi perkembangan sosialnya, digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu: a.
Bermain soliter, yaitu bermain sendiri tanpa dibantu oleh individu lain.
b.
Bermain paralel, yaitu bermain sendiri namun berdampingan. Jadi tidak ada interaksi anak satu dengan anak yang lain. Selama bermain, anak sering menirukan apa yang dilakukan oleh temannya. Dengan meniru anak belajar tema bermain yang dimiliki anak lain.
c.
Bermain asosiatif, terjadi bila anak bermain bersama dalam kelompoknya, seperti bermain bola bersama.
d.
Bermain kooperatif, terjadi bila anak-anak mulai aktif menggalang teman untuk membicarakan, merencanakan dan melaksanakan permainan. Selain bentuk-bentuk permainan, bentuk bermain juga bisa dilaksanakan
disekolah. Bentuk permainan ini bisa dilakukan secara individu maupun kelompok. Dari pemaparan tersebut, disimpulkan bahwa dasar perbedaan bermain individual dan bermain kelompok adalah pada jumlah pemainnya. Bermain individual melakukan kegiatan dengan sendiri sedangkan bermain kelompok yaitu kegiatan bermain dilakukan oleh sekelompok anak dengan tujuan yang sama. Dalam suatu permainan terutama yang terkait dengan tema kerjasama, komunikasi, penuntasan masalah dan kreatifitas, pembelajaran, motivasi, kepemimpinan, dll. Permainan seringkali menjadi sarana pembelajaran kelompok dan untuk itu perlu dilakukan dalam kegiatan kelompok. Biasanya peserta dibagi menjadi kelompok kecil dan diberikan tugas untuk diselesaikan. Yalom & Corey, dkk (dalam Rusmana, 2009: 22) adalah beberapa ahli yang mengusulkan bahwa: “Perlunya permainan dilakukan dalam situasi kelompok saat dibutuhkan dan memandang keguanaan permainan sebagai bantuan yang sangat bernilai bagi konselor, anggota dan proses kelompok”. Ada tujuh alasan untuk menggunakan permainan dalam kelompok, di antaranya: a) Mengembangkan diskusi dan partisipasi, b) Mengangkat suatu focus, c) Memberi kesempatan untuk
9
pembelajaran eksperiensial, d) Memberikan konselor informasi, e) Memberikan kesenangan dan relaksasi, f) Meningkatkan level kenyamanan. Pengaruh Permainan Kelompok terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Permainan kelompok merupakan salah satu tekhnik dalam layanan bimbingan kelompok untuk mengembangkan kemampuan dalam menjalin hubungan interaksi sosial individu. Pelaksanaan teknik bermain kelompok disesuaikan dengan jenis permainan yang telah dipilih oleh pembimbing sebelumnya. Dalam permainan kelompok ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses permainan kelompok dapat berjalan dengan baik sesuai yang kita harapkan. Menurut Suwarjo & elisa (2011: 18) bahwa: “Permainan dalam Bimbingan dan konseling adalah memberikan makna pembelajaran secara tidak langsung melalui permainan yang dilaksanakan bersama para siswa. Adanya pemaknaan dibalik permainan sebagai bahan refleksi diri membuat siswa lebih mengerti akan maksud dan tujuan pemberian permainan”. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembimbing atau konselor atau fasilitator dalam permainan, yaitu : a.
Pra Permainan Sebelum berlangsungnya aktivitas permainan, sebaiknya mempersiapkan :
Maksud dan tujuan yang akan dicapai, Alat dan bahan yang akan dipakai, Kondisi tempat atau ruangan, Kondisi peserta yang akan melakukan permainan, Jenis permainan yang akan diberikan, Pembentukan kelompok. b.
Proses Permainan Ketika sedang berlangsung permainan, maka sebagai pembimbing perlu
memperhatikan : (1) Reaksi respon dari setiap peserta dengan mengobservasi seluruh gerakan tubuh, bahasa tubuh, kecenderungan sikap, proses berfikir, berbicara, kemampuan gerak, bagaimana bermainnya, dan bagaimana hubungan dengan pembimbing atau fasilitator. (2) Hubungan dengan peserta lain dengan mengobservasi proses komunikasi dan sosialisasi antar peserta. (3) Ketersediaan waktu. (4) Durasi waktu permainan hendaknya diperhitungankan. (5) Diakhir kegiatan permainan, pembimbing atau fasilitator bersama-sama menemukan
10
“makna atau refleksi” dan “nilai belajar yang diperoleh” dalam permainan tersebut. c.
Pasca Permainan Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling selanjutnya, laporan ini harus
segera ditindaklanjuti dalam tindakan yang sejalan dengan permasalahan yang terjadi. Apakah dengan layanan responsife berupa konseling individual ataupun melalui layanan dasar lainnya. Dengan adanya proses ini kita dapat mengetahui pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (quasi axperiment atau experiment semu). Penelitian eksperimen adalah penelitian dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent. Penelitian ini dilaksanakan dikelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, yang berlokasi di Jl. Ahmad Nadjamudin Kota Gorontalo. Yang dilakukan selama tiga bulan, dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2014. Berdasarkan pada pokok permasalahan tersebut maka penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel X yakni permainan kelompok dan variabel Y yakni interaksi sosial dengan memberikan perlakuan (treatment), pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo dengan indikator dari interaksi sosial adalah: (1) Faktor imitasi. (2) Faktor sugesti. (3) Faktor identifikasi. (4) Faktor simpati. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Berjumlah 130 orang yang dibagi dalam 5 kelas. Sampel adalah bagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Anggota sampel dalam penelitian ini adalah 13 orang dengan menggunakan purposive sampling atau sampel bertujuan, teknik penentuan subjek penelitian yang digunakan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu atau tujuan tertentu. Untuk memperoleh data yang diinginkan dan sesuai dengan kepentingan peneliti maka, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui test (angket) yang terbagi atas Pre-Test dan Post-Test. Pre-test digunakan untuk
11
mengumpulkan data tentang kemampuan interaksi sosial siswa di sekolah sebelum dilakukan Treatment. Pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan angket sedang observasi dan wawancara adalah penunjang. Post-tes dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan interaksi sosial siswa setelah dilakukan Treatment. Adapun cara pengumpula data sama dilakukan sebelumnya yakni pada saat Pre-test.
HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian Variabel 𝐗 𝟏 (Pre-Test) Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan untuk variabel 𝑋1 (PreTest), diperoleh skor maximum 117 dan minimum 94. Sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 110,23 dan standar deviasi sebesar 7,2. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel 𝐗 𝟐 (Post-Test) Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan untuk variable 𝑋2 (PostTest), diperoleh skor maximum 133 dan minimum 133. Sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 122,85 dan standar deviasi sebesar 6,18. Pengujian ini dilakukan uji hipotesis antara hasil yang dicapai sebelum eksperimen X1 dengan setelah eksperimen X2 Hasil perhitungan diperoleh harga thitung sebesar –4,798 sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t(0.975) (24) lihat daftar distribusi t 24= 2,06. Ternyata harga thitung memperoleh harga lain, atau harga thitung telah berada di luar daerah penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1 artinya hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo dapat diterima.
PEMBAHASAN Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Seperti yang telah dikemukakan pada bab III bahwa penelitian ini mengandung dua variable X1 (Pre-test) sebelum diberikan
12
teknik permainan kelompok dan variable X2 (Post-test) setelah diberikan permainan kelompok. Untuk lebih jelasnya kemampuan dalam berinteraksi sebelum dan setelah
Rata-Rata Skor Yang Diperoleh
diberikan teknik permainan kelompok dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 124 122 120 118 116 114 112 110 108 106 104 102
122,85
110,23
Pre-Test
Post-Test Pelaksanaan Eksperimen
Gambar. Histogram Rata-Rata Kemampuan dalam Berinteraksi Sosial Sebelum dan Setelah Diberikan Permainan Kelompok Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa persentase kemampuan dalam berinteraksi sosial siswa setelah diberikan teknik permainan kelompok lebih tinggi dibandingkan kemampuan berinteraksi sosial siswa sebelum diberikan teknik permainan kelompok dengan selisih 12,62%. Perbedaan ini disebabkan karena dengan penggunaan teknik permainan kelompok dapat memungkinkan siswa membahas hal-hal dan permasalahan pribadi, berempati terhadap orang lain, saling memahami serta melatih beraneka macam bentuk tingkah laku. Sehingga kemampuan berinteraksi siswa dapat meningkat setelah diberikan permainan kelompok. Dengan demikian, maka hipotesis penelitian berbunyi : ”terdapat pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo”. Dinyatakan terbukti dan diterima secara ilmiah. Dengan demikian permainan kelompok memiliki pengaruh yang kuat dalam interaksi sosial siswa. Hal ini didukung oleh Prayitno (dalam Restyowati dan Naqiyah, 2012: 4)
bahwa: Teknik permainan kelompok akan dapat
membangun suasana yang hangat dalam hubungan antara anggota kelompok dan sekaligus suasana kebersamaan. Oleh karena itu, permainan kelompok yang layak 13
diselenggarakan dalam tahap ini adalah permainan yang mengandung cirri-ciri: dilakukan oleh seluruh anggota kelompok, bersifat gembira atau lucu, tidak memakan tenaga atau melelahkan, sederhana dan waktunya singkat. Diperkuat oleh Nursalim (dalam Restyowati dan Naqiyah, 2012: 4) bahwa: permainan digunakan sebagai obyek untuk melampiaskan ketegangan-ketegangan psikis dari individu. Dengan permainan tersebut individu dapat melampiaskan keteganganketegangan
emosinya
dalam
melakukan
permainan
kelompok
untuk
meningkatkan interaksi sosial. Interaksi sosial mempunyai peranan penting sebab interaksi sosial merupakan salah satu penunjang didalam berkomunikasi seperti yang di kemukakan oleh Sutherland (dalam santoso, 2010: 164) bahwa: “Interaksi sosial adalah suatu hubungan yang mempunyai pengaruh secara dinamis antara individu dengan individu dan antara individu dengan kelompok dalam situasi sosial”.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Hipotesis yang berbunyi “Terdapat pengaruh permainan kelompok terhadap kemampuan interaksi sosial siswa kelas VII SMP Negeri 7 Kota Gorontalo” dinyatakan dapat diterima. Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa thitung berada diluar daerah penerimaan H0, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti terjadi pengaruh kemampuan dalam berinteraksi sosial siswa sebelum dan setelah diberikan teknik permainan kelompok. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: a.
Untuk meningkatkan interaksi sosial, permainan kelompok merupakan salah satu teknik yang tepat dilaksanakan untuk meningkatkan interaksi sosial pada siswa jika dilakukan secara intensif dan berkesinambungan.
14
b.
Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan teknik-teknik yang lain untuk dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 2010. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. Aini, Luluk dan Nursalim Mochamad. 2012. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan: Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Di Lingkungan Sekolah. Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta Rineka Cipta. Ali, Mohammad dan Asrori Mohammad. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta :Bumi Aksara. Restyowati dan Naqiyah. 2012. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan: Penerapan Teknik Permainan Kerja Sama dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial pada Siswa. Riduwan dan Sunarto.2012. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta Rusmana, Nandang. 2009. Permainan (Game & Play). Bandung: Rizqi Press. Santoso, Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Surabaya: Refika Aditama. Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. ……….. 2005. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. ……….. 2009. Metode Statistik. Bandung : Tarsito. Sugiyono. 2013. Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suwarjo, Eliasa Eva.2010. Permainan (Games) dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Paramitra. Pomalingo, Nelson. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta : Andi . http://belajarpsikologi.com/metode-permainan-dalam-pembelajaran/, diakses pada tanggal 6 Maret 2014.
15